PENDEKATAN LOGNORMAL PADA PERHITUNGAN INDEKS DAYA BELI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA RICKY STIAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN LOGNORMAL PADA PERHITUNGAN INDEKS DAYA BELI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA RICKY STIAWAN"

Transkripsi

1 PENDEKATAN LOGNORMAL PADA PERHITUNGAN INDEKS DAYA BELI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA RICKY STIAWAN DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendekatan Lognormal pada Perhitungan Indeks Daya Beli Sebagai Salah Satu Komponen Indeks Pembangunan Manusia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Ricky Stiawan NIM G

4 ABSTRAK RICKY STIAWAN. Pendekatan Lognormal pada Perhitungan Indeks Daya Beli Sebagai Salah Satu Komponen Indeks Pembangunan Manusia. Dibimbing oleh ANANG KURNIA dan INDAHWATI. Pendekatan lognormal merupakan salah satu metode alternatif yang digunakan bila menghadapi masalah kemenjuluran data. Data pengeluaran per kapita yang menjadi basis perhitungan Indeks Daya Beli (IDB) merupakan contoh kasus data yang menjulur ke kanan. Transformasi lognormal terhadap sebaran data yang menjulur ke kanan dapat memperbaiki kesimetrikan data yang menjulur dan mengatasi masalah ketidaknormalan. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan lognormal untuk perhitungan IDB sebagai alternatif metode BPS. Berdasarkan metode BPS diperoleh rata-rata IDB di propinsi Jawa Barat sebesar dan IPM , sedangkan dengan metode lognormal diperoleh rata-rata IDB sebesar dan IPM Perbedaan hasil yang tidak terlalu besar mengindikasikan pendekatan lognormal dapat dijadikan sebagai alternatif dalam perhitungan IDB. Kata kunci: Badan Pusat Statistik, Indeks Daya Beli, Indeks Pembangunan Manusia, Pendekatan Lognormal ABSTRACT RICKY STIAWAN. Lognormal Approach on Purchasing Power Index Calculation as a Component of Human Development Index. Supervised by ANANG KURNIA and INDAHWATI. Lognormal method is an alternative approach that can be used if there is skewness in data. Expenditure per capita, which is used for calculating Purchasing Power Index (PPI) as a component of Human Development Index (HDI), is an example of a data that is skewed to the right. Lognormal transformation that is applied on data that is skewed to the right can be used to improve the symetry of skewed data and overcome non normality problems. In this study, the lognormal approach has been used in the calculation of PPI as an alternative method of Central Bureau of Statistic (CBS). In province of West Java, BPS method obtained an average PPI of and HDI of , while lognormal method obtained an average PPI of and HDI of The difference between the results that are not too large, indicating that lognormal approach can be used as an alternative for PPI calculation. Keywords: Central Bureau of Statistic, Human Development Index, Lognormal Approach, Purchasing Power Index.

5 PENDEKATAN LOGNORMAL PADA PERHITUNGAN INDEKS DAYA BELI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA RICKY STIAWAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

6

7 Judul : Pendekatan Lognormal pada Perhitungan Indeks Daya Beli Sebagai Salah Satu Komponen Indeks Pembangunan Manusia Nama : Ricky Stiawan NIM : G Disetujui oleh Dr Anang Kurnia, MSi Pembimbing I Dr Ir Indahwati, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Hari Wijayanto, MS Ketua Departemen Statistika Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini ialah Indeks Perkembangan Manusia, dengan judul Pendekatan Lognormal pada Perhitungan Indeks Daya Beli Sebagai Salah Satu Komponen Indeks Pembangunan Manusia. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro, MS dan Dr Kusman Sadik, SSi, MSi sebagai mentor yang telah memberikan bimbingan, masukan dan bimbingan selama penulisan skripsi ini. Bapak Dr Anang Kurnia dan Dr Ir Indahwati, MSi sebagai pembimbing yang memberikan berbagai arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan juga kepada Bapak Dr Ir Hari Wijayanto beserta staf dan pegawai dari Departemen Statistika. Mamah, Babah, Teteh, Farid, Syelviana, Mamak, Irul, Asnan dan seluruh keluarga untuk doa, semangat, dan kasih sayang yang terus mengalir kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, penulis menerima kritik dan saran untuk menyempurnakan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2013 Ricky Stiawan

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 1 Angka Harapan Hidup (AHH) 2 Tingkat Pendidikan 3 Standar Hidup Layak 4 Sebaran Lognormal 4 METODE 5 Data 5 Prosedur Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Analisis dan Eksplorasi Data 7 IDB dengan Metode BPS 8 IDB dengan Metode Lognormal 9 Perbandingan IDB dari Kedua Metode 9 Penerapan pada IPM 10 SIMPULAN 11 Simpulan 11 DAFTAR PUSTAKA 11 LAMPIRAN 12 RIWAYAT HIDUP 15

10 DAFTAR TABEL 1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM 1 2 Penduga parameter ( dan ), kemenjuluran, dan keruncingan peubah 8 3 Statistik,, dan X 3(1) 8 4 Statistik,, dan X 3(2) 9 5 Perbandingan IPM BPS dan Lognormal 10 DAFTAR GAMBAR 1 Bentuk sebaran Lognormal 4 2 Histogram peubah 7 3 Histogram peubah Log ( ) 7 4 Perbandingan IDB 10 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan,, dan X 3(1) 12 2 Perhitungan,, dan X 3(2) 13 3 Perbandingan Histogram IPM 14 4 Perhitungan,, IPM BPS dan IPM Lognormal 14

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat, namun tidak semua dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah atau antar negara. Oleh karena itu Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks ini dibentuk berdasarkan dimensi angka harapan hidup, dimensi pengetahuan dan dimensi hidup layak. Indeks Daya Beli (IDB) merupakan salah satu komponen IPM. Berdasarkan metode BPS tingkat daya beli dihitung dengan mendeflasi pengeluaran rata-rata sebesar dua puluh persen lebih tinggi. Masalah lain, data pengeluaran perkapita cenderung menjulur ke kanan, sehingga asumsi kenormalan tidak terpenuhi. Salah satu upaya untuk menangani ketidaknormalan data adalah dengan pendekatan lognormal. Pendekatan lognormal terhadap data dapat dilakukan untuk memperbaiki kesimetrikan dan mengatasi masalah ketidaknormalan. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan alternatif pendekatan dari metode BPS dengan pendekatan lognormal untuk menghitung IDB kabupaten /kota di Jawa Barat sebagai salah satu komponen IPM. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan komponen-komponen yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Pada perhitungan IPM, setiap komponen harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan sebagai berikut : dimana : X l = Komponen pembangunan manusia ke-l, l = 1,2,3. X l maks = Nilai maksimum X l. X l min = Nilai minimum X l. (1)

12 2 Pada publikasi BPS telah ditentukan indikator setiap komponen IPM, yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (DMM), Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Konsumsi perkapita. Formulasinya pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM (=X l ) Nilai maksimum Nilai Minimum Catatan Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata lama sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Konsumsi per kapita yang disesuaikan a) b) menggunakan PDB per kapita riil UNDP yang disesuaikan Keterangan : a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1996 di Papua. IPM disusun berdasarkan tiga komponen, yaitu Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli. Nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut : dimana : X 1 = X 2 = X 3 = IPM = (2) Indeks Angka Harapan Hidup. Indeks Pendidikan. Indeks Daya Beli. Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. AHH dihitung menggunakan pendekatan tak langsung. Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan AHH yaitu Angka Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung AHH berdasarkan input ALH dan AMH. Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara umumnya.

13 3 Angka Harapan Hidup (X 1 ) diperoleh dengan persamaan : X 1 = U 1 +U 2 +U 3 (3) dimana : U 1 = Kelompok umur U 2 = Kelompok umur U 3 = Kelompok umur keterangan : (i) Menggunakan paket program Mortpack digunakan untuk menghitung AHH berdasarkan input ALH dan AMH pada tahun Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia. (ii) Menentukan tabel Life expectancy at birth untuk kelompok umur 20-25, 25-30, dan AHH saat lahir didapatkan dari rata-rata AHH pada kelompok umur tersebut. Tingkat Pendidikan Untuk mengukur komponen pengetahuan penduduk digunakan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Sedangkan melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Proses penghitungannya, kedua indikator tersebut digabung setelah masing-masing diberikan bobot. Rata-rata lama sekolah (RLS) diberi bobot sepertiga dan angka melek huruf (DMM) diberi bobot dua pertiga. Tingkat pendidikan (X 2 ) diperoleh dengan persamaan : 1. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) X 2 = (1/3)*RLS+(2/3)*DMM (4) dimana : w i = f i = RLS = (5) penimbang setiap jenjang pendidikan. jumlah penduduk menurut jenjang pendidikan. 2. Angka Melek Huruf (DMM) (i) Memisahkan kemampuan membaca dan menulis, dimana untuk bisa membaca dan menulis = 0 dan 1 untuk sebaliknya. (ii) Menghitung angka melek huruf, membagi jumlah total contoh yang bisa membaca dan membaca dengan jumlah total contoh.

14 4 Formulasi Rumus : = (6) dimana : = Angka melek huruf (15+) pada tahun ke-t = Jumlah melek huruf (15+) pada tahun ke-t = Jumlah Penduduk (15+) pada tahun ke-t dengan batas maksimum untuk angka melek huruf adalah 100 sedangkan batas minimum 0. Hal ini menggambarkan kondisi 100 persen atau semua masyarakat bisa membaca dan menulis, dan nilai 0 mencerminkan kondisi sebaliknya. Sementara batas maksimum untuk ratarata lama sekolah adalah 15 tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun. Batas maksimum 15 tahun mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum setara lulus SMA (Sekolah Menengah Atas) (Publikasi BPS 2007). Standar Hidup Layak Hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada purchasing power parity (paritas daya beli dalam rupiah). Tingkat standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk akibat kemajuan ekonomi. Formulasi untuk Mencari Indeks Daya Beli (i) Pengeluaran per kapita dari data modul SUSENAS ( ). (ii) Menaikkan nilai sebesar dua puluh persen (= ), karena diperkirakan berdasarkan studi BPS bahwa data dari SUSENAS lebih rendah sekitar dua puluh persen. (iii) Menentukan nilai riil dengan mendeflasi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) (= ). = * 100 (iv) Membagi dengan PPP untuk memperoleh nilai rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (= ). (v) Menentukan nilai dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=X 3 ). Formula Atkinson yang digunakan untuk menyesuaikan nilai. Selang X 3 : < X 3 < (Publikasi BPS 2007).

15 5 Sebaran Lognormal Suatu peubah acak Y dikatakan menyebar lognormal bila transformasi Y* = logy menyebar normal sehingga peubah acak Y* N(µ, σ 2 ) memiliki fungsi kepekatan peluang f(y*): f(y* µ, σ 2 ) = ; dengan nilai µ (nilai tengah) dan σ 2 (ragam) adalah parameter peubah acak Y*. Dengan demikian fungsi kepekatan peluang untuk sebaran lognormal bagi peubah acak Y lognormal (µ, σ 2 ) adalah: f(y µ, σ 2 ) = ; ; σ > 0 sedangkan fungsi peluang kumulatif bagi peubah acak Y adalah: Pr[U y] = dt nilai harapan dan ragam dari Y lognormal (µ, σ 2 ) adalah: E(Y )= Var(Y) = ( - 1 ) Melalui pemanfaatan persamaan E(Y) suatu sebaran dapat ditentukan apakah menyebar lognormal atau tidak di mana nilai harapan dari peubah asal yang ditujukkan dengan rataannya sama dengan bentuk dari ruas kanan persamaan E(Y) sehingga diperoleh nilai sederhana indeks lognormal (LI) : LI = Gambar 1 Bentuk sebaran lognormal Gambar 1 menunjukkan µ dan σ 2 adalah parameter yang sama dengan yang dimiliki peubah acak Y* = logy. Bentuk sebaran dari peubah acak lognormal pada nilai µ yang sama (µ =0) dan σ 2 yang berbeda (σ 2 = 0.25, 0.5, 0.1) dimana semakin besar nilai σ 2, semakin panjang ekor sebaran ke kanan (data semakin menjulur ke kanan). Semakin dekat indeks lognormal (LI) dengan I menunjukkan bahwa data tersebut

16 6 menyebar lognormal. Sebaran lognormal bersifat menjulur ke kanan dengan nilai rataan lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (Mitzenmacher 2003). METODE Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Publikasi BPS 2007 dan SUSENAS 2007 dengan informasi yang berbasis rumah tangga. Indikator yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah IDB yang didapatkan dari pengeluaran perkapita perbulan. Data SUSENAS 2007 digunakan untuk mencari PPP dan rata-rata pengeluaran perkapita. Dua indikator lain, yaitu Indeks Pendidikan dan Indeks Kesehatan didapatkan dari publikasi BPS tahun Prosedur Analisis Data Langkah-langkah analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan indeks komponen-komponen IDB di Jawa Barat berdasarkan data SUSENAS Kemampuan Daya Beli (X 3 ) Langkah-langkah mencari kemampuan daya beli sebagai berikut: 1. Menentukan nilai daya beli Purchasing Power Parity (PPP). PPP = ; i = 1,2,3,...,26 dan j = 1,2,3,...,27 dimana: = pengeluaran konsumsi untuk komoditi j di kabupaten ke-i = harga komoditi j di DKI Jakarta (Jakarta Selatan) = jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten ke-i 2. Menentukan pengeluaran perkapita dari 26 kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Barat. (i) Menentukan pengeluaran perkapita berdasarkan kabupaten/ kota di Jawa Barat (= ). (ii) Membagi dua berdasarkan metode, yaitu : a. Metode perhitungan BPS ( ) = ; i=1,2,3,.,26 dimana: = rata-rata pengeluaran perkapita kabupaten ke-i metode ke-1 = total pengeluaran perkapita kabupaten ke-i = jumlah penduduk kabupaten/ kota 1. Menaikkan nilai sebesar dua puluh persen (= ), karena diperkirakan berdasarkan studi bahwa data dari SUSENAS lebih rendah sekitar dua puluh persen. = 1.2

17 7 b. Metode perhitungan transformasi lognormal ( = ; i=1,2,3,.,26 = rata-rata pengeluaran perkapita kabupaten ke-i metode ke-2 = rata-rata peubah transformasi lognormal dari = log = ragam peubah transformasi lognormal dari = log (iii) Pendapatan perkapita dihitung untuk 1 thn sehingga dikalikan 12 (= ). (iv) Menghitung nilai riil dengan mendeflasi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) (= ). dimana : IHK = = * 100 NK n = Nilai konsumsi bulan ke-n NK D = Nilai konsumsi dasar pada tahun tertentu 3. Membagi dengan PPP untuk memperoleh nilai rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (= ). = 4. Menerapkan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (= ). Formula Atkinson yang digunakan untuk menyesuaikan nilai adalah:,, { ( ),, dengan: : PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z : batas tingkat pengeluaran sebesar per kapita per tahun Menghitung indeks dari tiap-tiap komponen Indeks Pembangunan Manusia dengan persamaan. 6. Menghitung Indeks Pembangunan Manusia dengan persamaan (2). (i) Membuat grafik perbandingan dari,, dan X 3(k). (ii) Melakukan perbandingan statistik dari,, dan X 3(k). 2. Contoh penerapan pada data Susenas kabupaten /kota di Jawa Barat 2007.

18 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis dan Eksplorasi Data Deskripsi data Susenas Jawa Barat 2007 dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan bentuk sebaran data peubah pengeluaran perkapita Jawa Barat ( ) dan dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Tabel 2 menunjukkan statistik bagi peubah pengeluaran perkapita pertahun tanpa mengikutsertakan data yang tidak rasional. Pengeluaran perkapita Jawa Barat memiliki rata-rata sebesar 3.87x10 5 dan simpangan baku sebesar 1.21x10 5. Statistik kemenjuluran sebesar 0.88 (kemenjuluran > 0), menunjukkan bahwa peubah menjulur ke kanan. Sementara itu nilai keruncingan sebesar (keruncingan < 3), menunjukkan bahwa bagian atas dari kurva sebaran kurang runcing. Statistik kemenjuluran dan keruncingan menunjukkan bahwa peubah asal mendekati karakteristik sebaran lognormal. Tabel 2 Penduga parameter ( dan ), kemenjuluran, dan keruncingan peubah (pengeluaran perkapita) S. Baku rata-rata Kemenjuluran Keruncingan LI 1.21x x x x Gambar 2 Histogram peubah Gambar 3 Histogram peubah Log ( ) Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan bentuk sebaran dari peubah dan peubah. Bentuk histogram pada Gambar 2 menjulur ke kanan dengan indeks lognormal (mendekati 1), menunjukkan bahwa sebaran peubah adalah lognormal. Sedangkan, hasil dari transformasi terhadap sebaran lognormal merupakan sebaran normal maka bentuk histogram Gambar 3 simetrik setangkup membentuk sebaran normal.

19 9 IDB dengan Metode BPS Hasil perhitungan IDB dengan Metode BPS dapat dilihat di Lampiran 1. Langkah-langkahnya yaitu menghitung kemampuan daya beli dari pengeluaran per kapita (dalam 1 tahun) data modul SUSENAS ( ), kemudian menaikkan nilai sebesar dua puluh persen (= SUSENAS lebih rendah sekitar dua puluh persen. ), karena diperkirakan berdasarkan studi bahwa data Tabel 3 Statistik,, dan X 3(1) Ragam rata-rata S.Baku 1.47x x x x x x x x x x x x10 6 X 3(1) Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil mengalami deflasi dua puluh persen akan meningkatkan nilai statistik rata-rata menjadi dan simpangan baku menjadi , sehingga kemungkinan data mengalami penambahan kesalahan pada setiap tahapan perhitungan selanjutnya. Perhitungan nilai riil dengan mendeflasi dengan IHK (= ), sehingga rata-rata sebesar dan simpangan baku Tahap akhir adalah mengurangi nilai dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=X 3(1) ), sehingga hasil IDB memiliki rata-rata sebesar dan ragam IDB dengan Metode Lognormal Hasil perhitungan dengan metode lognormal ini dapat dilihat pada Lampiran 2, yaitu menghitung kemampuan daya beli dari pengeluaran per kapita (dalam 1 tahun) dari data modul SUSENAS ( ). Mentransformasi lognormal (= ) untuk mengganti perkiraan SUSENAS berdasarkan studi bahwa data lebih rendah sekitar dua puluh persen. Tabel 4 menunjukkan perbandingan statistik dari Metode Lognormal. Tabel 4 Statistik,, dan X 3(2) Ragam rata-rata S. Baku 1.47x x x x x x x x x x x x10 6 X 3(2) Hasil yang mengalami transformasi lognormal relatif meningkatkan nilai statistik rata-rata menjadi dan simpangan baku menjadi

20 10 Perhitungan nilai riil dengan mendeflasi dengan IHK (= ), dengan rata-rata sebesar dan simpangan baku IDB memiliki rata-rata sebesar , simpangan baku sebesar dan ragam Berdasarkan hasil tersebut nilai rata-rata lebih besar sedangkan ragam lebih kecil dari IDB metode BPS. Perbandingan IDB dari Kedua Metode Hasil perhitungan IDB berdasarkan kedua metode disajikan pada Lampiran 3, yaitu perhitungan IDB pengeluaran per kapita (dalam 1 tahun) dari data modul SUSENAS ( ), mentransformasi lognormal (= ) dan mengurangi nilai dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=X 3(k) ). Perbandingan IDB BPS dan IDB lognormal disajikan pada Gambar 4. IDB 59,2 57,2 55,2 53, kota/ kabupaten IDB BPS IDB lognormal Gambar 4 Perbandingan IDB Gambar 4 menunjukkan perbandingan nilai IDB dari metode BPS dan pendekatan lognormal. Rata-rata IDB BPS sebesar sedangkan IDB lognormal sebesar , sehingga didapatkan nilai rata-rata IDB BPS lebih kecil dari IDB lognormal. Penerapan transformasi lognormal memberikan hasil lebih besar, karena perhitungan IDB BPS menggunakan publikasi BPS 2007 dan perhitungan IDB lognormal menggunakan data SUSENAS Pada Lampiran 2 dapat dilihat hasil transformasi lognormal dari ( ) menjadi memiliki hasil yang lebih besar sehingga nilai IDB lognormal lebih besar. Pendekatan lognormal dapat mengatasi ketidaknormalan data, sehingga data dapat menyebar normal berdasarkan hasil transformasi lognormal. Pendekatan ini dapat memberikan IDB dengan selisih yang kecil dibandingkan metode BPS, yaitu sebesar Dengan pendekatan lognormal, masalah ketidaknormalan data yang akan terjadi di daerah lain diharapkan bisa teratasi, karena masalah ketidaknormalan pada data Susenas salah satu penyebabnya adalah karena keragaman data yang besar. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan lognormal bisa menjadi salah satu alternatif dalam perhitungan IDB. Penerapan pada IPM Hasil perbandingan antara IPM dari kedua metode perhitungan memiliki nilai yang tidak jauh berbeda, seperti dapat dilihat pada Tabel 5.

21 11 Tabel 5 Perbandingan IPM BPS dan Lognormal Statistik ragam rata-rata S. Baku BPS Lognormal Tabel 5 menunjukkan hasil dari perhitungan Indikator X 3 adalah indikator Daya Beli dibentuk oleh komponen pendapatan perkapita, PPP dan IHK. Perbandingan IPM BPS dan IPM Lognormal dapat dilihat pada Lampiran 3. Diketahui angka pencapaian rata-rata IDB sebesar dan IDB sebesar 59.24, dengan nilai rata-rata IPM BPS sebesar sedangkan nilai rata-rata IPM Lognormal sebesar SIMPULAN Simpulan Berdasarkan metode BPS diperoleh rata-rata IPM provinsi Jawa Barat sebesar dan rata-rata IDB sebesar Dengan metode lognormal diperoleh rata-rata IPM provinsi Jawa Barat sebesar dan rata-rata IDB sebesar Hasil yang sedikit lebih tinggi diperoleh karena perbedaan basis data yang digunakan. Metode lognormal memiliki beberapa kelebihan, salah satunya adalah dapat menangani masalah ketidaknormalan data, sehingga dapat diterapkan pada data Susenas di daerah lain dengan tingkat kemenjuluran data yang tinggi. Oleh karena itu metode lognormal bisa menjadi alternatif dalam perhitungan IPM. DAFTAR PUSTAKA Ahnaf Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Provinsi Jawa Barat tahun BPS : Jakarta, Indonesia. [BPS] Badan Pusat Statistik. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Jakarta: Badan Pusat Statistik. [8 Juni 2010] [Bapeda] Badan Pendapatan Daerah. Propinsi Jawa Barat Penyusunan Sosial Ekonomi Daerah Propinsi Jawa Barat BPS Jawa Barat, Bandung. Mitzenmacher A Brief History of Generative Models for Power Law and Lognormal Distributions. Division of Engineering and Applied Science Harvard University 1-4. [UNDP] United Nations Development Programme Human Development Report 2009 : Overcoming Bariers: Human Mobility and Development. United Nations Development Programme : New York, USA.

22 12 12 Lampiran 1 Perhitungan Y 1(1), Y 1(1), Y 2(1), Y 3(1) dan X 3(1) Kode Kab./Kota Y 1(1) Y 1(1) Y 1(1) PPP Y 2(1) Y 3(1) 3Z< Y3(1) < 4Z X 3(1) 1 Kab. Bogor Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Bandung Kab. Garut Kab. Tasikmalaya Kab. Ciamis Kab. Kuningan Kab. Cirebon Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Purwakarta Kab. Karawang Kab. Bekasi Kab. Bandung B Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasik Kota Banjar

23 13 13 Lampiran 2 Perhitungan Y 1(1), Y 1(2), Y 2(2), Y 3(2) dan X 3(2) Log Kode Kab./Kota Y (Y 1(2) ) 1(1) Y 1(2) Y 1(2) PPP Y 2(2) Y 3(2) 3Z< Y3(2) < 4Z X 3(2) 1 Kab. Bogor Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Bandung Kab. Garut Kab. Tasikmalaya Kab. Ciamis Kab. Kuningan Kab. Cirebon Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Purwakarta Kab. Karawang Kab. Bekasi Kab. Bandung B Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasik Kota Banjar

24 14 Lampiran 3 Perhitungan X 3(1), X 3(2), IPM BPS dan IPM Lognormal Kode Kab./Kota X 3(1) X 3(2) IP IK IPM BPS IPM Log 1 Kab. Bogor Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Bandung Kab. Garut Kab. Tasikmalaya Kab. Ciamis Kab. Kuningan Kab. Cirebon Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Purwakarta Kab. Karawang Kab. Bekasi Kab. Banbar Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasik Kota Banjar Lampiran 4 Histogram IPM dari hasil kedua metode, yaitu IPM 1 adalah Metode BPS dan IPM 2 adalah Metode Lognormal dengan IPM 3 adalah publikasi IPM BPS aipm 1 bipm 2 cipm 3

25 15 15 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 16 Mei 1989 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak M. Salah dan Ms Ati Hasanah Kartaatmadja. Pada tahun 2001 penulis lulus dari Sekolah Yayasan Pendidikan kota Islam Bogor, pada tahun 2004 penulis lulus dari SMP 5 Bogor dan pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Tinggi Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama diterima di Bogor Institut Pertanian melalui seleksi Undangan Masuk IPB (USMI) di Departemen Statistik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Penulis aktif sebagai pengurus dan komite di IPB, pada tahun dengan IPB KM BEM dan dengan BEM FMIPA IPB tahun , selalu dalam Beta Gamma Sigma dan penuh harapan dan kenangan manis dari perjuangan di BKIM IPB Menjadi organisator utama dari Seminar Nasional 2009 tentang Pendidikan Islam, Koordinator Penginapan Festival Sains dan perjalanan 2009 dan berbagai acara selama pengalaman lima tahun kelembagaan dan imbang pengetahuan di IPB. Penulis menerapkan praktek di Direktorat SDM IPB Dramaga pada bulan Agustus-Oktober 2011.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 38/07/32/Th. XVIII, 1 Juli 2016 Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya beli masyarakat berkaitan erat dengan pendapatan perkapita, Sedangkan pendapatan perkapita dipengaruhi oleh penyediaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 21/4/32/Th XIX, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

PENDUGAAN INDEKS STANDAR HIDUP LAYAK DENGAN PENDEKATAN SEBARAN LOGNORMAL RAFIKA NURUNNISA

PENDUGAAN INDEKS STANDAR HIDUP LAYAK DENGAN PENDEKATAN SEBARAN LOGNORMAL RAFIKA NURUNNISA PENDUGAAN INDEKS STANDAR HIDUP LAYAK DENGAN PENDEKATAN SEBARAN LOGNORMAL RAFIKA NURUNNISA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat menjadi faktor pendorong

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013 No. 02/11/Th. XIV, 12 November 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Bekasi Tahun 2013 A. Penjelasan Umum IPG merupakan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Alokasi. Dana. SDA. Pertambangan. Panas Bumi. TA 2012. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PMK.07/2012 TENTANG PERKIRAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN PANAS BUMI TAHUN ANGGARAN 2006, TAHUN

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan pembangunan diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan anggapan bahwa peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM PEMILIHAN CLUSTER OPTIMUM PADA FUZZY C-MEANS (Studi kasus: Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia) SKRIPSI Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perkembangan Kemiskinan, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah, Daya Beli, dan Infrastruktur Sosial di Propinsi Jawa Barat Gambaran perkembangan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014 TOTAL BAES01 JAWA BARAT 129,401,372,000.00 BELANJA PEGAWAI 100,974,521,000.00 BELANJA BARANG OPERASIONAL 8,203,990,000.00 BELANJA BARANG NON OPERASIONAL 2,838,361,000.00 BELANJA MODAL 17,384,500,000.00

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam melaksanakan fungsi kehidupan tidak terlepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN MENINGKAT MENJADI TINGGI Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT IV. PROFIL PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kelemahan strategi pembangunan ekonomi di masa lalu dan krisis ekonomi yang berkepanjangan, telah menimbulkan berbagai persoalan yang

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota eranan ekonomi wilayah kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat setiap tahunnya dapat tergambarkan dari salah

Lebih terperinci

PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL

PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008 2013 DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL SKRIPSI Disusun oleh : MUHAMMAD RIZKI 24010210141014 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN FISKAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN FISKAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN FISKAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT OLEH SEPTIAN BAGUS PAMBUDI H 14104070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT 5.1 Analisis Model Regresi Data Panel Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 25/05/15/Th.XI, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Jambi Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Jambi pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK DALAM PENDUGAAN AREA KECIL

PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK DALAM PENDUGAAN AREA KECIL PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK DALAM PENDUGAAN AREA KECIL (Studi Kasus Pendugaan Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Kecamatan di Kabupaten Bogor) DEDY PEBRI YUSTISIANTO PRATAMA DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Proses pembangunan yang sedang dilaksanakan terutama pada Negara berkembang hakikatnya adalah pembangunan terhadap manusianya. Taraf kualitas kehidupan manusia merupakan tujuan utama

Lebih terperinci

EVALUAS BOY RIANSYAH

EVALUAS BOY RIANSYAH EVALUAS SI PROSES PERHITUNGANN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIAA ( Studi Kasus di Jadebotabek) BOY RIANSYAH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKAA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN

PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN 2007-2011 Oleh : Drs. H. MARDJOEKI MM. Dosen Tetap Fakultas Ekonomi UNTAG

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota oda perekonomian yang bergulir di Jawa Barat, selama tahun 2007 merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Jabar.

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015 No. 34/06/75/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015 IPM Provinsi Gorontalo Tahun 2015 Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA

SKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/ KOTA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED ORDINAL LOGISTIC REGRESSION SKRIPSI Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI

Lebih terperinci

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016 CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016 NO STANDAR JUDUL INDIKATOR Jan Feb Mar CAPAIAN TRW I ANALISA RTL 1 Manajerial 1 : Pengadaan rutin peralatan kesehatan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 06/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN

PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN Oleh: Ahmad Yani Abstrak: Pemekaran Bandung Barat dari Kabupaten Bandung semakin banyak dukungan. Menurut rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapita (Irawan dan Suparmoko, 2002). Sedangkan menurut Todaro (2003),

BAB I PENDAHULUAN. kapita (Irawan dan Suparmoko, 2002). Sedangkan menurut Todaro (2003), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi adalah sebuah usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur melalui tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 14/07/Th.I, 1 Juli 2016 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG 1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 31/05/Th.I, 5 Mei 2017 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No.31/05/76/Th.XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Barat pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010 PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 BPS KABUPATEN SEKADAU No.02/11/6109/Th. I, 30 November 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 IPM KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 61,98 MENINGKAT SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR IPM pertama

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA

SKRIPSI. Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENGGUNAKAN SPATIAL PANEL FIXED EFFECT (Studi Kasus: Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Tengah Periode 2008-2013) SKRIPSI Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA 24010211130045

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perubahan negara menjadi Negara yang jauh lebih baik yaitu melalui pembangunan manusia, karena pembangunan suatu Negara agar menjadi Negara yang baik tidak hanya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No.36/06/76/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Barat Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Barat pada tahun 2015 terus

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Kuswara Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Kuswara Universitas Pendidikan Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses perluasan pilihan penduduk, yaitu dalam hal usia

Lebih terperinci

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/05/33.08/Th. I, 04 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN MAGELANG 2016 1. Perkembangan IPM Kabupaten Magelang, 2010-2016 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 No. 30/05/36/Th.XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN TERUS MENGALAMI KEMAJUAN Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017 PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN GRESIK Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat perbedaan gender, etnisitas, agama, ras, dan golongan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. melihat perbedaan gender, etnisitas, agama, ras, dan golongan. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi pembangunan sejatinya bertujuan untuk membangun manusia, sedangkan hasil dari pembangunan tersebut harus dapat dinikmati oleh masyarakat secara proporsional,

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT Pembangunan manusia di D.I. Yogyakarta terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2011 Nomor Publikasi : 32520.1208 Katalog BPS : 4102002.32 Jumlah Halaman : 253 halaman NASKAH : Bidang Statistik Sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 2 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 8 Pebruari 2010 Nomor : 2 Tahun 2010 Tentang : PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI NOMOR 10 TAHUN 2006

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DKI JAKARTA TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DKI JAKARTA TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT No. 19/04/31/Th.XIX, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DKI JAKARTA TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT Pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 No. 48/06/21/Th. XI, 15 Juni 2016 IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H14102048 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 No. 23/05/14/Th. XVIII, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 IPM Riau Tahun 2016 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci