ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017"

Transkripsi

1 PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN GRESIK Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 245 Gresik Telp Psw

2 PENGETAHUAN INDEKS PENDIDIKAN STANDAR HIDUP LAYAK IPM INDEKS KESEHATAN INDEKS DAYA BELI ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

3 KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh, Publikasi memberikan gambaran umum mengenai kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Gresik tahun Adapun data yang disajikan terdiri dari hasil penghitungan besaran IPM, komponen-komponennya, dan perkembangannya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian suatu daerah dalam tiga dimensi pembangunan manusia yaitu lamanya hidup, pengetahuan, dan standard kehidupan yang layak. Indeks ini diukur dengan angka harapan hidup, capaian pendidikan, dan tingkat pendapatan yang disesuaikan. Informasi data yang disampaikan secara tepat dan akurat memegang peranan yang sangat penting utamanya sebagai bahan untuk memantapkan perencanaan pembangunan maupun sebagai upaya untuk mengetahui realisasi pembangunan itu sendiri. Data yang lengkap memudahkan dalam pengolahan, interpretasi dan evaluasi keakuratannya ditinjau dari berbagai aspek termasuk aspek ekonomi dan sosial. Kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan buku ini, kami mengucapkan terima kasih. Namun demikian berbagai upaya korektif untuk sempurnanya materi buku ini senantiasa kami harapkan. Wassalaamu alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh. Gresik, KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN GRESIK Ir. TUGAS HUSNI SYARWANTO, M.MT Pembina Utama Muda NIP i

4 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v Ringkasan Eksekutif... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Sistematika Penulisan... 3 II. KONSEP DAN PENGUKURAN PEMBANGUNAN MANUSIA Konsep Dasar Pembangunan Manusia Pengukuran Pembangunan Manusia Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia Isu Hangat Pembangunan Manusia... 8 III. METODOLOGI Sumber Data Metode Penyusunan Indeks Besaran Skala IPM IV. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA Pembangunan Manusia di Indonesia Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur Pembangunan Manusia di Kabupaten Gresik Perkembangan IPM di Kabupaten Gresik Pertumbuhan IPM di Kabupaten Gresik V. PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA DI KABUPATEN GRESIK Capaian dan Tantangan Bidang Kependudukan Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah dan Angka Partisipasi Murni Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan Sarana Kesehatan Derajat Kesehatan Masyarakat Capaian dan Tantangan Bidang Ekonomi Indikator Kemiskinan Kabupaten Gresik ii

5 Produk Domestik Regional Bruto Struktur Ekonomi Regional Pertumbuhan Ekonomi PDRB Perkapita VI. PERBANDINGAN PEMBANGUNAN MANUSIA ANTAR WILAYAH Kesenjangan IPM Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Kesenjangan AHH Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Perbandingan HLS dan RLS Kab. Gresik dan Beberapa Kab/Kota di Prov. Jawa Timur Perbandingan Pengeluaran Per Kapita Kab. Gresik dengan Beberapa Kabupaten/Kota di Prov.Jatim VII. KESIMPULAN LAMPIRAN - LAMPIRAN iii

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Dimensi, Indikator dan Indeks Pembangunan Manusia Metode Lama dan Metode Baru Tabel 3.2. Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Dalam Penghitungan IPM Tabel 3.3. Klasifikasi Capaian IPM Tabel 4.1. Besarnya Nilai IPM Kabupaten Gresik dan Komponennya Tahun Tabel 4.2. Pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik dan Wilayah Sekitarnya Tahun Tabel 5.1. Data Rumah Sakit Beserta Alamat Kabupaten Gresik Tahun Tabel 5.2. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan Tabel 5.3. Indikator Kemiskinan Kabupaten Gresik Tabel 5.4. PDRB per Kapita Kabupaten Gresik Tahun Tabel 6.1. IPM Kabupaten Gresik dan Wilayah Sekitarnya Tahun Tabel 6.2. Tabel 6.3. Tabel 6.4. Tabel 6.5. Angka IPM dan Komponen Indeksnya Kabupaten Gresik dan Wilayah Sekitarnya Tahun AHH Kabupaten Gresik dibandingkan Kab/Kota di Jawa Timur Tahun HLS dan RLS Kabupaten Gresik dibandingkan Kab/Kota di Jawa Timur Tahun Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Gresik dibandingkan Kab/Kota di Jawa Timur Tahun iv

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.1. IPM Indonesia, Jawa Timur, dan Kabupaten Gresik Gambar 4.2. Perkembangan IPM Kabupaten Gresik Tahun Gambar 4.3. Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun Gambar 4.4. Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan Kabupaten Gresik Tahun Gambar 4.5. Harapan Lama Sekolah dan Peningkatannya Kabupaten Gresik Tahun Gambar 4.6. Rata-rata Lama Sekolah dan Peningkatannya Kabupaten Gresik Tahun Gambar 4.7. Pengeluaran Perkapita Riil Yang Disesuaikan (Rp 000) dan Indeks PPP Kabupaten Gresik Tahun Gambar 4.8. Pengeluaran Perkapita Disesuaikan dan Peningkatannya Kabupaten Gresik Tahun Gambar 4.9. IPM Kabupaten Gresik dan Pertumbuhannya Tahun Gambar 5.1. Perkembangan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gresik Tahun Gambar 5.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Gresik Tahun Gambar 5.3. Piramida Penduduk Kabupaten Gresik Tahun Gambar 5.4. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Gresik Tahun Gambar 5.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Gresik, (Persen) Gambar 5.6. Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Gresik, 2016 (Persen) Gambar 5.7. APM Kabupaten Gresik Tahun Gambar 5.8. Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Gresik Tahun Gambar 5.9. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas Kabupaten Gresik Tahun Gambar Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar 6.1. Angka Harapan Hidup (AHH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Gresik Tahun Persentase Tenaga Penolong Kelahiran Terakhir Kabupaten Gresik Tahun Persentase Penggunaan Imunisasi Pada Balita Kabupaten Gresik Tahun Persentase Penggunaan Fasilitas Air Minum Kabupaten Gresik Tahun PDRB ADHB dan ADHK (Migas&Non Migas) Kabupaten Gresik Tahun Distribusi PDRB ADHB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Gresik Tahun Pertumbuhan PDRB Kabupaten Gresik Tahun IPM Kabupaten Gresik dibandingkan Kab/Kota Tertinggi dan Terendah di Jawa Timur Tahun v

8 Gambar 6.2. IPM Kabupaten Gresik dan Provinsi Jawa Timur Tahun vi

9 RINGKASAN EKSEKUTIF Pembangunan manusia sesungguhnya memiliki makna yang sangat luas. Namun sebenarnya, ide dasar dari pembangunan manusia cukup sederhana, yaitu menciptakan pertumbuhan positif dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lingkungan, serta perubahan dalam kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, manusia harus diposisikan sebagai kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Dengan berbekal konsep ini, tujuan utama dari pembangunan manusia harus mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (Human Development Report 1990). Pendekatan pembangunan manusia lebih memfokuskan kepada perluasan pilihan masyarakat untuk hidup dengan bebas dan bermartabat. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu gender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua aspek kehidupan manusia. Aktualisasi konsep pembangunan manusia melahirkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diperkenalkan pertama kali oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun Indonesia mulai menghitung IPM pada tahun Sejak saat itu, IPM dihitung secara berkala setiap tiga tahun. Namun, sejak 2004 IPM dihitung setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan Kementerian Keuangan dalam menghitung Dana Alokasi Umum (DAU). Indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM di Indonesia sampai saat ini meliputi angka harapan hidup saat lahir yang mewakili dimensi umur panjang dan hidup sehat, harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang mewakili dimensi pengetahuan, serta pengeluaran per kapita yang mewakili dimensi standar hidup layak. Konsep pembangunan manusia tidak berdiri sendiri sebagai sesuatu yang eksklusif. Konsep pembangunan yang ada masih berkaitan dengan konsep pembangunan manusia. Pembangunan manusia bukan hanya produk dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sekaligus merupakan input penting untuk pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia harus berjalan beriringan secara simultan. vii

10 Pembangunan manusia selalu menjadi isu penting dalam perancangan dan strategi pembangunan berkelanjutan. Pada tahun 2016, Millenium Development Goals (MDGs) sudah berakhir dan sekarang kita memasuki tahapan lanjutannya yaitu mengembangkan konsep dalam konteks kerangka/agenda pembangunan pasca 2015, yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs adalah sebuah kesepakatan pembangunan global baru pengganti MDGs yang terdiri dari lima elemen, yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan, untuk mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030 berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim. SDGs berisikan 17 goals dan 169 sasaran pembangunan. Dalam 17 goals tersebut, terdapat beberapa target yang berhubungan dengan pembangunan manusia, yaitu tujuan ketiga, tujuan keempat, dan tujuan kedelapan. Tujuan ketiga adalah menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia. Tujuan keempat adalah menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua. Sedangkan tujuan kedelapan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua. Sejak tahun 1990, UNDP tidak pernah absen dalam mencatat perkembangan pembangunan manusia berbagai negara. Pada tahun 2016 UNDP mencatat IPM di Indonesia mencapai 70,18 meningkat sebesar 0,91 dari tahun sebelumnya dan menyandang predikat Tinggi dalam status pembangunan manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat ke 113 dari 188 negara. Sementara itu, di ASEAN Indonesia berada pada posisi ke-5 setelah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2016 yang dikeluarkan Badan PBB Urusan Program Pembangunan (UNDP) baru-baru ini menyatakan Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami kemajuan. Badan Pusat Statistik juga melakukan penghitungan IPM sejak tahun 1996, IPM Provinsi Jawa Timur tahun 2016 sebesar 69,74. Capaian pembangunan manusia Kabupaten Gresik tahun 2016 sebesar 74,46 dengan angka harapan hidup saat lahir di Kabupaten Gresik sudah mencapai 72,33 tahun atau harapan hidup bayi yang baru lahir dapat bertahan hidup hingga usia 72,33 tahun. Secara rata-rata, penduduk Kabupaten Gresik usia 25 tahun keatas sudah menempuh 8,94 tahun masa sekolah atau sudah menyelesaikan pendidikan kelas VIII. Selain itu, rata-rata penduduk usia 7 tahun yang mulai bersekolah, diharapkan dapat mengenyam pendidikan hingga 13,69 tahun atau setara dengan D1. Tidak kalah penting, standar hidup layak Kabupaten Gresik yang diwakili oleh viii

11 indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan sudah mencapai Rp per kapita per tahun. Seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur yang berjumlah 38 mencatat perkembangan pembangunan manusia yang cukup beragam. Capaian tertinggi di level kabupaten/kota di Jawa Timur berada di Kota Malang dengan IPM sebesar 80,46 pada tahun Sementara capaian terendah berada di Kabupaten Sampang (Pulau Madura) dengan IPM sebesar 59,09. Kabupaten Gresik selama kurun waktu telah berhasil mencapai IPM dengan kategori Tinggi dimulai dari angka 71,11 sampai 74,46, hal ini merupakan prestasi yang luar biasa dan harus kita syukuri bersama. Semua itu terjadi karena komponen-komponen penyusunnya mengalami peningkatan yang berpengaruh pada nilai indeksnya. Indikator penyusun indeks pembangunan manusia yang mengalami peningkatan paling cepat adalah indeks pendidikan, dilanjutkan indeks daya beli dan terakhir indeks kesehatan. Selama kurun waktu 2010 hingga 2016, pembangunan manusia di Kabupaten Gresik menunjukkan perkembangan yang terus meningkat. Dalam kurun waktu 7 tahun terakhir, IPM Kabupaten Gresik tumbuh rata-rata 1,06 persen per tahun. Pada tahun 2016, IPM Kabupaten Gresik bahkan tumbuh lebih cepat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1,21 persen. Di tingkat Provinsi Jawa Timur, dari 38 kabupaten/kota terdapat tiga kabupaten/kota yang perkembangan pembangunan manusianya cukup mengagumkan pada tahun Kabupaten Sumenep menempati posisi pertama dengan pertumbuhan IPM sebesar 1,64 persen. Disusul dengan Kabupaten Sampang (1,54 persen), Kabupaten Jember (1,51 persen). Kesenjangan pembangunan manusia masih menjadi pekerjaan rumah untuk pemerintah di tahun-tahun ke depan. Hingga tahun 2016, kesenjangan pembangunan manusia masih terjadi, baik nasional maupun regional. Di tingkat kabupaten/kota, kesenjangan IPM antar kabupaten/kota cenderung turun selama kurun waktu 2010 hingga 2016 baik pada dimensi kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Perbandingan pembangunan manusia antara Kabupaten Gresik dengan beberapa kabupaten/kota disekitarnya pada semua dimensi berada diurutan ke-3 setelah Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Sementara posisi ke-4 adalah Kabupaten Mojokerto baru disusul Kabupaten Lamongan. Secara keseluruhan di tahun 2016 IPM Kabupaten Gresik menunjukkan capaian yang meningkat bahkan mampu merubah posisi dari peringkat 9 menjadi 8 di tingkat Jawa Timur. ix

12 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Sistematika Penulisan

13 2. KONSEP DAN PENGUKURAN PEMBANGUNAN MANUSIA Konsep Dasar Pembangunan Manusia Pengukuran Pembangunan Indonesia Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia Isu Hangat Pembangunan Manusia

14 3. METODOLOGI Sumber Data Metode Penyusunan Indeks Besaran Skala IPM

15 4. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA Pembangunan Manusia di Indonesia Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur Pembangunan Manusia di Kabupaten Gresik

16 5. PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA DI KABUPATEN GRESIK Capaian dan Tantangan Bidang Kependudukan Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan Capaian dan Tantangan Bidang Ekonomi

17 6. PERBANDINGAN PEMBANGUNAN MANUSIA ANTAR WILAYAH DI JAWA TIMUR Kesenjangan IPM Beberapa Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Kesenjangan AHH Beberapa Kab/Kota di Provinsi Jawa Timur Perbandingan HLS dan RLS Kabupaten Gresik dan Beberapa Kab/Kota di Provinsi Jawa Timur Perbandingan Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Gresik dengan Beberapa Kab/Kota di Jawa Timur

18 7. KESIMPULAN

19 LAMPIRAN

20 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja perekonomian suatu daerah seringkali diukur dengan besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan parameter keberhasilan kinerja ekonomi yang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Menurut konferensi internasional bertema asia 2015 di London paradigma tersebut tidak selamanya efektif dalam mengentaskan kemiskinan dan menekan angka pengangguran bila tidak diikuti oleh pemerataan distribusi pendapatan. Perbaikan kesenjangan hanya bisa dicapai dengan melakukan investasi pada pembangunan manusia, baik dalam meningkatkan akses, kualitas dan layanan dibidang kesehatan. Berdasarkan pengalaman di beberapa negara, untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan dengan distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai untuk bidang pendidikan dan kesehatan. Pembangunan manusia adalah suatu proses memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Diantara pilihan-pilihan hidup yang penting adalah pilihan hidup sehat, untuk menikmati umur panjang, untuk hidup cerdas, dan kehidupan yang mapan. Paradigma pembangunan manusia terdiri dari empat komponen utama, yaitu : Produktivitas, Ekuitas, Kesinambungan, dan Pemberdayaan. Tingkat capaian pembangunan manusia telah mendapatkan perhatian dari penyelenggara negara agar hasil-hasil pembangunan tersebut dapat diukur dan dibandingkan. Terdapat berbagai ukuran pembangunan manusia yang telah dibuat, namun tidak seluruhnya dapat dijadikan sebagai sebuah ukuran standar yang dapat digunakan untuk perbandingan antar waktu dan antar wilayah. Oleh karena itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan sebuah ukuran standar pembangunan manusia yang dapat digunakan secara internasional yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Indeks komposit ini terbentuk atas empat komponen indikator, yaitu angka harapan hidup merefleksikan dimensi hidup sehat dan umur panjang, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah mempresentasikan output dari dimensi pendidikan, dan pengeluaran perkapita disesuaikan untuk menjelaskan dimensi hidup layak. Perkembangan IPM di Kabupaten Gresik secara umum mulai dari periode tahun terus mengalami peningkatan capaian seiring dengan membaiknya perekonomian negara. Hal ini terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode tersebut. Pengukuran IPM terkait dengan indikator-indikator lain sebagai pendukungnya juga sangat berpengaruh, dimana setiap perubahan pada indikator 1

21 tersebut memberikan pengaruh terhadap pembangunan manusia. Seperti dalam mengukur angka harapan hidup maka terlebih dahulu harus ditentukan tingkat kematian penduduk. Tingkat kematian ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan pangan, kemiskinan, keadaan gizi, penyakit menular, keadaan fasilitas kesehatan, kecelakaan, bencana dan kelaparan. Dengan demikian setiap faktor pendukung yang mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap indeks yang dibentuknya. Perhatian pemerintah terhadap pembangunan manusia yang semakin baik ditandai dengan dijadikannya IPM sebagai salah satu alokator Dana Alokasi Umum (DAU) untuk mengatasi kesenjangan keuangan antar wilayah (fiscal gap) dan memacu percepatan pembangunan di daerah. Alokator lain yang digunakan untuk mendistribusikan DAU adalah luas wilayah, jumlah penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Dengan adanya DAU diharapkan daerah yang mempunyai IPM rendah mampu mengejar ketertinggalannya dari daerah lain yang mempunyai IPM lebih baik karena memperoleh alokasi yang berlebih. Namun hal ini tergantung pada kebijakan dan strategi pembangunan dari masing-masing daerah dalam memanfaatkan kucuran dana yang ada untuk mencapai hasil pembangunan khususnya pembangunan manusia secara lebih baik Tujuan Penulisan Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dalam rangka menyiapkan perangkat yang digunakan dalam perencanaan pembangunan sehingga dapat dilakukan dengan lebih baik dan terarah serta mencapai sasaran sebagaimana ditentukan. Adapun tujuan dari publikasi adalah : 1. Memberikan gambaran kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Gresik dari tahun ke tahun. 2. Menyajikan analisis indikator pembangunan manusia dan perkembangannya serta komponen-komponen indeks pembangunan manusia di Kabupaten Gresik dari tahun ke tahun. 3. Menyajikan analisis kesenjangan pembangunan manusia Kabupaten Gresik tahun 2016 dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Timur. 2

22 1.3. Manfaat Penulisan Manfaat yang ingin dicapai dari penyusunan publikasi ini adalah : 1. Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan dalam memantau proses pembangunan manusia di Kabupaten Gresik secara berkesinambungan. 2. Data dan informasi publikasi ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam perencanaan pembangunan manusia pada tahap pembangunan selanjutnya. 3. Publikasi ini dapat dijadikan rujukan atau referensi keilmuan bagi masyarakat dan dunia pendidikan Sistematika Penulisan Penulisan Publikasi Tahun disusun menjadi beberapa bab dan diorganisasikan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan didalamnya mencakup latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Konsep dan pengukuran pembangunan manusia berisi konsep dasar, pengukuran, pertumbuhan ekonomi, dan isu hangat pembangunan manusia. Bab III Metodologi mencakup sumber data, metode penyusunan indeks, dan besaran skala IPM. Bab IV Pencapaian pembangunan manusia berisi pembangunan manusia di Indonesia, di Provinsi Jawa Timur, dan di Kabupaten Gresik. Bab V Peningkatan Kapabilitas Dasar Manusia membahas capaian dan tantangan bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di Kabupaten Gresik. Bab VI Kesenjangan Pembangunan Manusia Antar Wilayah mencakup kesenjangan antara Kabupaten Gresik dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Timur. Bab VII Kesimpulan yang berisi ringkasan dan jawaban atas tujuan penyusunan publikasi ini. Selanjutnya, penulisan ini dilengkapi dengan lampiran beberapa tabel-tabel yang dianggap relevan. 3

23 BAB II. KONSEP DAN PENGUKURAN PEMBANGUNAN MANUSIA 2.1. Konsep Dasar Pembangunan Manusia Pembangunan manusia sejatinya memiliki makna yang luas. Namun, ide dasar pembangunan manusia itu sendiri yaitu pertumbuhan positif dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lingkungan, serta perubahan dalam kesejahteraan manusianya. Ide dasar ini memiliki fokus kepada manusia dan kesejahteraannya. United Nations Development Programme (UNDP) menempatkan manusia sebagai kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu, tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang (Human Development Report 1990). Konsep pembangunan dan pembangunan manusia cukup berbeda. Dalam sudut pandang konvensional, pembangunan memiliki fokus utama pada pertumbuhan ekonomi, pembentukan modal manusia, pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan rakyat, dan pemenuhan kebutuhan dasar. Model pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada peningkatan pendapatan daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. Pembangunan sumber daya manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input dari proses produksi sebagai alat, bukan sebagai tujuan akhir. Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Adapun pendekatan kebutuhan dasar terfokus pada penyediaan barangbarang dan jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia di segala bidang. Pendekatan pembangunan manusia lebih memfokuskan kepada perluasan pilihan masyarakat untuk hidup dengan bebas dan bermartabat. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu gender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor. 4

24 Beberapa ahli juga mengemukakan konsep pembangunan manusia yang menyiratkan bahwa pembangunan manusia memiliki aspek yang lebih luas dibandingkan dengan pembangunan konvensional. Amartya Sen (1989) misalnya, mendefinisikan pembangunan manusia sebagai perluasan kebebasan nyata yang dinikmati oleh manusia. Kebebasan bergantung pada faktor sosial ekonomi seperti akses pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan politik. Pembangunan manusia adalah cara dan tujuan akhir. Mahbub ul Haq (1995) juga mengemukakan hal serupa. Ia berpendapat bahwa pembangunan manusia merupakan proses perluasan pilihan yaitu kebebasan berpolitik, partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, pilihan untuk berpendidikan, bertahan hidup dan sehat, serta menikmati standar hidup layak. Banyak sekali konsep yang dikemukakan mengenai pembangunan manusia, sama halnya dengan makna pembangunan manusia itu sendiri. Pembangunan manusia memiliki makna yang luas mencakup kehidupan sosial manusia seperti kehidupan berpolitik. Kebebasan dan hak asasi manusia juga tercakup di dalamnya. Lebih spesifik lagi, kebebasan berpolitik adalah kemampuan untuk berkomunikasi tanpa rasa malu atau secara bebas. Pembangunan manusia juga merupakan pembangunan dari manusia dan oleh manusia (Neamtu Daniela & Ciobanu Oana, 2015). Berdasarkan beberapa konsep pembangunan manusia yang ada, UNDP mendefinisikan pembangunan manusia dalam Human Development Report 1996 sebagai proses dimana masyarakat dapat memperluas berbagai pilihan-pilihannya. Pendapatan merupakan salah satu faktor penentu pilihan, tetapi faktor yang lebih penting lainnya adalah kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik yang baik serta kebebasan dalam bertindak. UNDP juga menyampaikan dalam laporannya mengenai dimensi dalam pembangunan manusia, yaitu: Pemberdayaan yang dipengaruhi oleh kapabilitas, setiap orang bebas untuk melakukan sesuatu tetapi jika tidak memiliki kapabilitas maka tidak akan menikmati kebebasan tersebut. Dengan bekerja sama maka akan tercipta perluasan pilihan seseorang. Dengan demikian pembangunan manusia tidak hanya fokus pada individual tetapi pada bagaimana kehidupan sosialnya. Kesetaraan yang bermakna kesamaan peluang atau kesempatan. Keberlanjutan yang bermakna kesamaan peluang atau kesempatan antar generasi. 5

25 Keamanan dari berbagai aspek tidak hanya aman dari bencana tetapi dari ancaman lainnya Pengukuran Pembangunan Manusia Pembangunan manusia menggunakan pengukuran yang sudah dikenalkan oleh UNDP pada tahun 1990, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada Human Development Report 1990 diperkenalkan tiga indikator pembentuk indeks pembangunan manusia yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Dari ketiga dimensi tersebut, diturunkan empat indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM, yaitu angka harapan hidup saat lahir (AHH), angka melek huruf (AMH), gabungan angka partisipasi kasar (APK), dan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Secara berkala UNDP melakukan penyempurnaan dalam penghitungan IPM. Tahun 2010, UNDP melakukan penyempurnaan kembali dengan tetap menggunakan tiga dimensi yang sama yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak namun menggunakan indikator yang berbeda, yaitu angka harapan hidup saat lahir, rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah, dan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Metode agregasi IPM pun mengalami penyempurnaan, dari rata-rata aritmatik diubah menjadi ratarata geometrik. Sedangkan metode agregasi untuk indeks pendidikan berubah dari rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik. Di Indonesia, pemantauan pembangunan manusia mulai dilakukan pada Tahun Laporan pembangunan manusia pada tahun 1996 memuat informasi pembangunan manusia untuk kondisi tahun 1990 dan Cakupan laporan pembangunan manusia terbatas pada level provinsi. Mulai tahun 1999, informasi pembangunan manusia telah disajikan sampai level kabupaten/kota. Penghitungan IPM di seluruh Indonesia pada tahun 2014 sampai sekarang menggunakan metode baru. Alasan pertama perubahan metodologi penghitungan IPM adalah ada beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM, indikator itu adalah angka melek huruf dianggap tidak relevan diganti dengan harapan lama sekolah. Kedua, penggunaan rumus rata-rata aritmatik yang mengakibatkan ada informasi yang tertutup dikarenakan capaian yang rendah disuatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain diganti rata-rata ukur atau geometrik. 6

26 2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia Lebih dari 25 tahun IPM digunakan UNDP sebagai pengukuran pembangunan manusia. Di Indonesia, IPM digunakan sebagai dasar penentuan dana transfer pemerintah pusat, yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) untuk kabupaten/kota. IPM yang digunakan untuk mengukur pembangunan manusia selama ini sebetulnya tidak sempurna seutuhnya. Banyak pihak yang menganggap pengukuran pembangunan manusia dengan menggunakan IPM ini kurang tepat. Basis ideologi dalam IPM yang bersifat egalitarian (kecenderungan cara berpikir bahwa seluruh penduduk diperlakukan oleh pemerintah ataupun mendapatkan perlakuan yang sama dari pemerintah) dan miskin terhadap pemikiran terkait teknologi merupakan salah satu kritik untuk IPM. Jika dikaitkan kembali antara konsep pembangunan yang masih konvensional dengan pembangunan manusia, kedua konsep tersebut ternyata saling berkaitan satu sama lain. Konsep klasik pembangunan adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia merupakan hubungan dua arah (dual causation) (Ranis, Stewart, & Ramirez, 2000), dimana pertumbuhan ekonomi meningkatkan pembangunan manusia namun disisi lain peningkatan pembangunan manusia memungkinkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Constantini V. dan M. Salcatore (2008) mengemukakan bahwa pertumbuhan pembangunan manusia yang tinggi secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun konsep-konsep menyatakan pertumbuhan ekonomi memiliki dual causation dengan pembangunan manusia, pada prakteknya banyak faktor yang mempengaruhi agar dual causation tersebut terjadi. Boozer dkk (2003) menyatakan seberapa besar hubungan kedua bergantung kepada berbagai faktor yaitu kondisi suatu negara, lingkungan, dan kebijakan. Sedangkan Tulika dkk (2014) menyatakan hubungan pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi bersifat kondisional bergantung kepada kondisi masyarakat secara makro maupun mikro yaitu distribusi pendapatan masyarakat secara makro dan mikro. Selain faktor yang mempengaruhi agar dual causation terjadi, terdapat faktor penguat hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi. Ranis dkk (2000) menyampaikan bahwa faktor penguat hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi adalah struktur ekonomi, distribusi aset, kebijakan, sosial capital, investasi yang tinggi, distribusi pendapatan yang merata, dan kebijakan ekonomi yang tepat. Selain itu, faktor penguat lainnya adalah budaya, kelompok sosial dan jaringan di dalam 7

27 kelompok tersebut, sifat dari institusi dan pemerintahan, kebijakan, pendidikan dalam keluarga, dll (UNDP, 1996). Pemikiran yang masih konvensional menyebutkan bahwa peningkatan pembangunan manusia akan terjadi jika pertumbuhan ekonomi sudah meningkat (Neamtu Daniela dan Clobanu Oana, 2015). Boozer dkk (2003) mengemukakan pendapat yang hampir serupa. Pembangunan manusia bukan hanya produk dari pertumbuhan ekonomi namun merupakan input penting untuk pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia berperan penting dalam alur pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia perlu dijadikan sebagai prioritas untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan manusia untuk proses selanjutnya. Dengan demikian, pembangunan manusia harus ditingkatkan terlebih dahulu daripada pertumbuhan ekonomi. Namun hal tersebut dibantah oleh Ranis dan Steward. Ranis dan Steward (2005) menyatakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia harus berjalan beriringan secara simultan Isu Hangat Pembangunan Manusia Isu pembangunan kembali menghangat di tahun Pada tahun 2016, Millenium Development Goals (MDGs) sudah berakhir. MDGs merupakan referensi penting pembangunan di Indonesia. Agenda MDGs tidak akan berhenti namun akan ada kelanjutannya dengan mengembangkan konsep dalam konteks kerangka/agenda pembangunan yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs). Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca MDGs. Hal ini terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak tahun 2000 mengenai isu berkurangnya (depletion) sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perubahan iklim semakin krusial, perlindungan sosial, ketahanan pangan dan energi, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin (Bappenas). Terdapat tiga pilar utama yang menjadi indikator dalam pembentukan konsep pengembangan SDGs, yaitu: 1. Indikator yang melekat pada pembangunan manusia (Human Development) yaitu pendidikan dan kesehatan. 2. Indikator yang melekat pada lingkungan kecilnya (Sosial Economic Development) yaitu ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan serta pertumbuhan ekonomi. 8

28 3. Indikator yang melekat pada lingkungan yang lebih besar (Environmental Development) berupa ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan yang baik. Berdasarkan ketiga pilar tersebut, dirincikan kembali ke 17 tujuan yang harus dicapai. Pada bulan Agustus 2015, 193 negara menyepakati 17 tujuan tersebut yaitu 1. Tanpa kemiskinan 2. Tanpa kelaparan 3. Kehidupan sehat dan sejahtera (menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia) 4. Pendidikan berkualitas (menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua) 5. Kesetaraan gender 6. Air bersih dan sanitasi layak 7. Energi bersih dan terjangkau 8. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua) 9. Industri, inovasi dan infrastruktur 10. Berkurangnya kesenjangan 11. Kota dan komunitas berkelanjutan 12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab 13. Penanganan perubahan iklim 14. Ekosistem laut 15. Ekosistem daratan 16. Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh 17. Kemitraan untuk mencapai tujuan. Dalam 17 tujuan tersebut, terdapat beberapa target yang berhubungan dengan pembangunan manusia, yaitu tujuan ketiga, tujuan keempat, dan tujuan kedelapan. Target untuk tujuan ketiga mengakhiri kematian anak, kematian ibu, dan kematian akibat penyakit pada penduduk usia kurang dari 70 tahun. Jika dikaitkan dengan salah satu indikator pembentuk IPM, angka harapan hidup saat lahir secara tidak langsung akan menjadi salah satu indikator dari SDGs. Secara tidak langsung pula, angka harapan hidup saat lahir akan meningkat jika salah satu indikator SDGs yaitu angka kematian neonatal ditekan guna mencapai target tersebut. Pada target tujuan keempat adalah memastikan bahwa semua anak perempuan dan anak laki-laki memiliki akses ke pengembangan anak usia dini yang setara, perawatan, dan pendidikan anak usia dini sehingga mereka siap untuk pendidikan dasar. Pada target ini, diharapkan angka kelulusan baik SD, SMP, maupun SMA ditingkatkan. Secara langsung, ketika target ini dicapai maka angka rata-rata lama sekolah yang merupakan salah satu indikator penghitungan IPM akan ikut meningkat. Dalam target tujuan kedelapan yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi per kapita sesuai dengan kondisi nasional dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) minimal 7 persen per tahun di negara-negara berkembang. Salah satu indikator dari target ini bagi Kabupaten Gresik adalah meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Dengan 9

29 meningkatnya PDRB per Kapita, secara tidak langsung akan menaikkan pengeluaran per kapita. Melalui SDGs, tujuan dan target pembangunan manusia terus diupayakan peningkatannya. Pada akhirnya, dapat disimpulkan pembangunan manusia dapat tercapai melalui pencapaian target SDGs. 10

30 BAB III. METODOLOGI IPM Kabupaten Gresik IPM Kabupaten Gresik mulai dihitung sejak tahun 1999 namun masih dengan metode lama, tahun 2014 merupakan masa peralihan dimana metode baru mulai disosialisasikan sehingga ditahun itu penghitungan sudah dengan metode baru. Provinsi Jawa Timur beserta 38 kabupaten/kota di dalamnya termasuk Kabupaten Gresik sudah melakukan penghitungan IPM dengan metode baru. IPM tahun 2016 yang diterbitkan melalui Publikasi Tahun sudah menggunakan metode baru. 3.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam publikasi ini adalah : 1. Angka harapan hidup saat lahir (Sensus Penduduk 2010 SP2010, Proyeksi Penduduk). 2. Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS). 3. PNRB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS. 4. Penentuan nilai maksimum dan minimum menggunakan standar UNDP untuk keterbandingan global, kecuali standar hidup layak karena menggunakan ukuran rupiah. 5. Hasil pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 sampai Data sekunder yang berasal dari Publikasi Daerah Dalam Angka BPS Kabupaten Gresik 2010 sampai Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur Laporan Eksekutif Kesehatan Provinsi Jawa Timur Publikasi IPM tahun terbitan BPS RI. 3.2 Metode Penyusunan Indeks IPM mengukur capaian suatu daerah dalam tiga dimensi pembangunan manusia yaitu dimensi umur panjang dan sehat, dimensi pengetahuan dan dimensi kehidupan yang layak. Indeks ini diukur dengan angka harapan hidup, capaian pendidikan dan tingkat pendapatan yang disesuaikan. 11

31 Tabel 3.1 Dimensi, Indikator dan Indeks Pembangunan Manusia Metode Lama dan Metode Baru DIMENSI Kesehatan Pengetahuan Standart Hidup Layak METODE METODE LAMA BARU UNDP BPS UNDP BPS Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) 1. Angka Melek Huruf (AMH) 2. Kombinasi Angka Partisipasi Kasar (APK) PDRB Per Kapita Angka Harapan Angka Harapan Angka Harapan Hidup Hidup saat lahir Hidup saat lahir saat lahir (AHH) (AHH) (AHH) 1. Angka 1. Harapan Melek Lama 1. Harapan Lama Huruf Sekolah Sekolah (HLS) (AMH) (HLS) 2. Rata-rata 2. Rata-rata Lama Lama 2 Rata-rata Lama Sekolah Sekolah Sekolah (RLS) (RLS) (RLS) Pengeluaran Per Kapita PNRB Per Kapita Pengeluaran Per Kapita Agregasi Rata-rata Hitung IPM= i=1 I (i) Rata-Rata Ukur IPM Ipeng) (1 3) = (Ikes Ipend Kemudian untuk penghitungan masing-masing komponen adalah sebagai berikut : (a) Angka Harapan Hidup Pada Saat Lahir (Life Expectancy Eo) Angka Harapan Hidup pada saat lahir (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut kelompok umur atau rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation). Adapun Langkah-langkah penghitungan angka harapan hidup adalah : a. Mengelompokkan umur wanita dalam interval 15 19, 20 24, 25 29, 30 34, 35 39, 40 44, dan tahun. b. Menghitung rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin menurut kelompok umur pada huruf a di atas. 12

32 c. Input rata-rata anak lahir hidup dan anak masih hidup pada huruf b pada paket program MORTPACK sub program CEBCS. d. Gunakan metode Trussel untuk mendapatkan angka harapan hidup saat lahir, referensi waktu yang digunakan 3 atau 4 tahun sebelum survei. e. Untuk mendapatkan proyeksi angka harapan hidup dilakukan berdasarkan tren SDKI. Ada dua jenis data yang digunakan dalam Perhitungan Angka Harapan Hidup yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka Harapan Hidup berdasarkan input data ALH dan AMH. Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston,2004). Program Mortpack akan menghasilkan estimasi angka harapan hidup 4 tahun sebelum tahun survey. Maka untuk mendapatkan angka harapan hidup pada tahun survei dilakukan fitting model dari beberapa data history. Untuk mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir tahun 2016, digunakan beberapa sumber data yaitu SP 2010, SUPAS 2005, Susenas 2010, sampai Susenas Selanjutnya dilakukan Fitting model untuk mendapatkan angka harapan hidup tahun Sementara itu untuk menghitung indeks harapan hidup digunakan nilai maksimum dari nilai minimum harapan hidup sesuai standart UNDP, dimana angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun. (b) Rata-rata Lama Sekolah RLS (Mean Years of Schooling MYS) Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berumur 25 tahun atau lebih untuk menempuh suatu jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Langkah-langkah penghitungan rata-rata lama sekolah sebagai berikut : a. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. b. Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk usia 25 tahun ke atas. c. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. 13

33 d. Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standart internasional yang digunakan oleh UNDP. e. Menghitung rata-rata lama sekolah dengan melakukan agregat data menggunakan fungsi mean, untuk menghitungnya dapat menggunakan paket program SPSS. Pengukuran terhadap dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah ( mean years of schooling ) dan harapan lama sekolah. Target atau sasaran populasi yang digunakan dalam penghitungan MYS dibatasi pada penduduk berumur 25 tahun keatas, dengan alasan penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga angka lebih mencerminkan pada kondisi yang sebenarnya. Namun populasi yang digunakan oleh BPS adalah penduduk berumur 15 tahun keatas dengan asumsi bahwa program wajar 9 tahun dianggap sudah tuntas. Langkah penghitungannya adalah dengan memberi bobot variabel pendidikan yang ditamatkan/jenjang pendidikan, selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya yang dirumuskan sebagai berikut : M Y S = fi s i f i Dimana : MYS : rata-rata lama sekolah fi : frekuensi penduduk yang berumur 15 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan ke-i si : skor masing-masing jenjang pendidikan I I : jenjang pendidikan ( I = 1,2,..), lihat tabel dibawah Jenjang pendidikan dan skor untuk menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Jenjang Pendidikan Skor 1. Tidak/belum pernah sekolah 0 2. Sedang sekolah SD kelas 1 s/d 6 1 s/d 6 3. Tamat SD 6 4. Sedang sekolah SMP kelas 1 s/d 3 7 s/d 9 5. Tamat SMP 9 6. Sedang sekolah SMA kelas 1 s/d 3 10 s/d 12 14

34 7. Tamat SMA Sedang sekolah Diploma TK 1 s/d 3 13 s/d Tamat D III Tamat D IV Tamat S Magister (S2) Doktor (S3) 21 (c) Harapan Lama Sekolah HLS (Expected Years of Schooling EYS) Langkah-langkah menghitung harapan lama sekolah : a. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu pada masa mendatang. b. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang. c. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. d. Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren. e. Sumber data pesantren yaitu Direktorat Pendidikan Islam. Dalam penghitungan indeks pendidikan, dua batasan dipakai sesuai kesepakatan beberapa Negara. Batas maksimum untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun. Batas maksimum 15 tahun mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum yang ditargetkan adalah setara lulus diploma tiga. HLS dihitung dengan formula sebagai berikut : Keterangan : HLS a t : Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t E i t P i t FK HLS a t = FK x : Jumlah Penduduk Usia I yang bersekolah pada tahun t : Jumlah penduduk usia I pada tahun t : Faktor koreksi pesantren n i=a E i t P i t 15

35 (d) Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan PPP (Purchasing Power Parity) Variabel Purchasing Power Parity dimasukkan sebagai ukuran paritas daya beli membuat hasil penghitungan IPM menjadi lebih lengkap dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia, dan dianggap lebih baik dibanding IMH (Indeks Mutu Hidup). Ukuran yang digunakan dalam hal ini adalah konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan. Sumber data yang digunakan adalah angka Susenas Adapun batasan nilai Purchasing Power Parity / konsumsi perkapita yang disesuaikan antara nilai minimal sampai yang maksimal pada kondisi tahun berjalan, angka ini didapat dari mengalikan PPP minimal dan maksimal tahun tersebut dengan angka laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun dasar dan tahun berjalan. Penghitungan konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dilakukan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut : 1. Menghitung standar hidup layak didekati dengan pengeluaran per kapita disesuaikan yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. 2. Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga level kabupaten/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Formulanya adalah sebagai berikut : Y t = Y t IHK t,2016 x 100 Dimana Y t : Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas dasar harga konstan 2012 Y t : Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun pada tahun t IHK t,2016 : IHK tahun t dengan tahun dasar Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP) pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas non makanan. Metode penghitungannya menggunakan Metode Rao dengan formula sebagai berikut : PPPj = m m P ij i=1 P ik 16

36 Dimana PPPj : Paritas daya beli Pik Pij m : Harga komoditas i di Jakarta Selatan : Harga komoditas i di kab/kota j : Jumlah komoditas 4. Menghitung pengeluaran per kapita disesuaikan dengan rumus berikut : (e) Menghitung IPM Y t = Y t PPP Dimana Y** : Rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan Y* : Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas dasar harga konstan Setelah masing-masing komponen IPM dihitung, maka masing-masing indeks dihitung dengan persamaan : Indeks X(i,j) = { X (i,j) X (i min) } { X (i maks) X (i min) } Dimana: X (i,j) X (i min) X (i maks) : Indeks Komponen ke-i dari kabupaten ke-j : Nilai minimum dari X (i) : Nilai maksimum dari X (i) Nilai maksimum dan minimum dari masing-masing indeks tercantum pada Tabel 2.2 berikut. Tabel 3.2 Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Dalam Penghitungan IPM Indikator Satuan Minimum UNDP Minimum BPS Maksimum UNDP Maksimum BPS Angka Harapan Hidup saat Tahun lahir (AHH) Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun Pengeluaran per Kapita * ** Disesuaikan (PPP US) (Rp) (PPP US) (Rp) 17

37 Catatan -) Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indicator daya beli *) Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara - Papua **) Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan Tahun Menghitung indeks per dimensi Indeks Kesehatan I(kesehatan) = { AHH AHH (min) } { AHH (maks) AHH (min) } Indeks Pengetahuan I(pengetahuan) = { I (HLS)+ I (RLS) } 2 Dimana : I (HLS) = (HLS HLSmin) / (HLS HLSmin) ; dan I (RLS) = (RLS RLSmin) / (RLS RLSmin) Indeks Hidup Layak I(hidup layak) = In (pendapatan) In (pendapatan min ) In (pendapatanmaks ) In (pendapatan min ) 3. Nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut : IPM = (I (kesehatan) xi (pendidikan) x I (hidup layak) ) (1 3) 4. Menghitung Pertumbuhan IPM : digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu tertentu. Pertumbuhan IPM = { IPM (t) IPM (t 1) } IPM (t 1) x 100 Keterangan IPM (t) : IPM suatu wilayah pada tahun t IPM (t) : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1) 18

38 3.3 Besaran Skala IPM Hasil penghitungan IPM akan memberikan gambaran seberapa jauh suatu wilayah telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali dan tingkat pengeluaran konsumsi yang telah mencapai standart hidup layak. Semakin dekat IPM suatu wilayah terhadap angka 100 maka semakin dekat dengan sasaran yang dicapai. Untuk memahami makna nilai IPM, maka PBB melalui UNDP (United Nation Development Programme) 2010 memberikan kriteria IPM suatu wilayah ke dalam empat kategori, keempat kelompok itu adalah sebagai berikut : Tabel 3.3 Klasifikasi Capaian IPM No Klasifikasi Capaian IPM 1 Rendah IPM < 60 2 Sedang 60 IPM < 70 3 Tinggi 70 IPM < 80 4 Sangat Tinggi IPM 80 19

39 BAB IV. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA Tujuan nasional pembangunan sesuai dengan yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Nasional Indonesia menempatkan manusia sebagai titik sentral, sehingga mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pembangunan yang berorientasi pada manusia sebagai tujuan akhir sangat membutuhkan angka IPM untuk melihat gambaran keberhasilannya. Dalam kerangka ini maka pembangunan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan, untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah melakukan upaya meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumberdaya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektual (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan ketaqwaan). UNDP melakukan pengukuran kinerja pembangunan manusia melalui suatu ukuran komposit yang diberi nama Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut memuat tiga aspek, yaitu kesehatan, pendidikan dan keterampilan, serta mempunyai pendapatan yang memungkinkan untuk hidup layak. Model pembangunan manusia menurut UNDP (1990) ditujukan untuk memperluas pilihan yang dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan penduduk sementara metode penghitungannya direvisi pada tahun Pemberdayaan penduduk ini dapat dicapai melalui upaya yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif, sosial budaya, dan politik. Pada tahun 2014 IPM dihitung mengunakan metode baru. Hal ini disebabkan oleh beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat mengambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. PDRB per kapita tidak dapat mengambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Alasan kedua pengunaan rumus rata-rata aritmatik sudah tidak sesuai dalam penghitungan IPM karena capaian yang rendah disuatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. 20

40 Keuntungan penghitungan IPM dengan metode baru adalah terdapat indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik yaitu dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah, bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi. Dengan mengunakan rata-rata geometrik dalam penyusunan IPM dapat diartikan bahwa satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya untuk mewujudkan pembangunan manusia yang baik ketiga dimensi harus memperoleh bobot yang sama besar karena sama pentingnya. 4.1 Pembangunan Manusia di Indonesia Sejak tahun 1990, UNDP tidak pernah absen dalam mencatat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di berbagai negara. Penghitungan ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan capaian pembangunan manusia antar negara di dunia. Metode penghitungan IPM di Indonesia mengacu pada metodologi yang digunakan UNDP dengan penyesuaian pada beberapa indikator sesuai ketersediaan data sampai tingkat kabupaten/kota. Dalam rangka membandingkan capaian pembangunan manusia antar wilayah di Indonesia BPS menghitung IPM Provinsi dan kabupaten/kota. Pada tahun 2016 UNDP mencatat Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia mencapai 70,18. IPM 2016 mengalami peningkatan capaian sebesar 0,63 poin dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 69,55. IPM Indonesia pada tahun 2016 menyandang predikat Tinggi dalam pembangunan manusia yang sebelumnya masih berstatus Sedang. IPM Indonesia Tumbuh dan Berubah Status Gambar 4.1 IPM Indonesia, Jawa Timur, dan Kabupaten Gresik Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 21

41 4.2 Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur BPS melakukan penghitungan Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi sejak tahun Pada tahun 2016, indeks pembangunan manusia tertinggi pada level provinsi di Indonesia dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta dengan capaian IPM sebesar 79,60. Sedangkan capaian terendah ditempati adalah Provinsi Papua dengan IPM sebesar 58,05. Provinsi Jawa Timur memperoleh capaian IPM sebesar 69,74 dengan kategori Sedang dalam pembangunan manusia. Provinsi Jawa Timur berada pada peringkat 15 dari 34 provinsi di Indonesia. Provinsi Jawa Timur mewadahi 38 kabupaten/kota dengan status pembangunan manusianya di tahun 2016 dengan 3 kota berkategori Sangat Tinggi yaitu Kota Malang, Kota Surabaya, dan Kota Madiun. Selain itu, terdapat 14 kabupaten/kota yang sudah berada pada kategori Tinggi, 20 kabupaten/kota yang masuk ke dalam kategori Sedang, dan hanya 1 kabupaten saja yang berkategori Rendah yaitu Kabupaten Sampang. Dalam menganalisis IPM, hal yang menarik untuk diangkat adalah kecepatan pertumbuhannya. Pada beberapa kasus, wilayah yang memiliki IPM rendah justru terkadang menunjukkan prestasi yang baik. Seperti halnya yang terjadi pada beberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang memiliki pertumbuhan tertinggi di tahun 2016 adalah Kabupaten Sumenep (1,66), Kabupaten Sampang (1,56), dan Kabupaten Jember (1,54). Dari 3 besar kabupaten/kota dengan pertumbuhan IPM tertinggi 2 berada di Pulau Madura dan 1 di Pulau Jawa. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak menutup kemungkinan konvergensi wilayah dapat terwujud dengan adanya perbaikan pembangunan manusia sehingga dapat mengejar ketertinggalannya. IPM Provinsi Jawa Timur Tumbuh Namun Belum Berubah Status Sebagai informasi pendukung angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi 38 kabupaten/kota se Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada lampiran publikasi ini, dimana IPM Kabupaten Gresik berada pada peringkat ke-8, peringkat pertama ditempati Kota Malang dengan nilai sebesar 80,46 sementara IPM terendah dengan peringkat ke-38 adalah Kabupaten Sampang dengan nilai sebesar 59, Pembangunan Manusia di Kabupaten Gresik IPM hanya suatu ringkasan dan bukan suatu ukuran komprehensif dari pembangunan manusia. IPM tidak memasukkan aspek pembangunan moral dan penanaman budi luhur bangsa ke dalam sistem nilai yang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan 22

42 masyarakat kita. Hal ini disebabkan adanya alasan teknis yaitu sulit mengukur aspek tersebut dan formula penghitungan menjadi tidak sederhana. Namun demikian dalam memberikan pengukuran tunggal dan sederhana dari upaya pembangunan, penggunaan indeks ini cukup memadai, karena dapat merefleksikan sampai sejauh mana upaya dan kebijakan yang dilakukan dalam kerangka pembangunan manusia. Angka IPM adalah sebuah ukuran yang digunakan untuk pemantauan status pembangunan manusia di suatu wilayah. Angka IPM akan lebih bermakna apabila menyertakan angka IPM tahun sebelumnya atau wilayah lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam analisis IPM akan diketahui posisi pembangunan manusia baik antar waktu ataupun wilayah. Data IPM menjadi sangat penting dan bernilai strategis serta dibutuhkan banyak kalangan terutama pemerintah sebagai bahan rujukan dalam menentukan berbagai kebijakan pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah adalah penentuan dana perimbangan wilayah melalui Dana Alokasi Umum (DAU) yang menggunakan data IPM. Selain itu, IPM juga digunakan untuk menilai keberhasilan kinerja pembangunan manusia suatu wilayah. Kemajuan atau kemunduran pencapaian pembangunan manusia diukur dengan pertumbuhan IPM per tahun. Pertumbuhan IPM dikatakan sebagai usaha kepekaan terhadap perlakuan yang diberikan berkaitan dengan pembangunan manusia. Semakin tinggi pertumbuhan IPM suatu daerah maka semakin cepat kenaikan IPM yang dicapai dalam suatu periode. Secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Gresik selama periode tahun mengalami peningkatan baik kuantitas maupun kualitasnya. Perkembangan IPM menunjukkan peningkatan capaian IPM seiring dengan membaiknya perekonomian daerah. Pada tahun 2010 capaian IPM Kabupaten Gresik sebesar 69,90, pada tahun 2016 capaian IPM secara perlahan bergerak naik hingga 74,46. Perkembangan angka IPM selama periode tahun dapat terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode tersebut perubahan yang dimaksud dikarenakan peningkatan besaran persen / rate dari komponen IPM angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita. Adapun perubahan dari masing-masing komponen ini sangat di tentukan oleh berbagai faktor. 23

43 4.3.1 Perkembangan IPM di Kabupaten Gresik Perkembangan nilai IPM Kabupaten Gresik terus mengalami peningkatan bahkan di tahun 2011 sampai 2016 sudah berada pada kategori Tinggi. Hal tersebut terjadi karena semua komponen-komponen penyusunnya juga mengalami peningkatan, sehingga secara tidak langsung nilai IPM yang terbentuk menjadi meningkat. Kesimpulannya adalah jika nilai IPM ingin meningkat maka komponen penyusun IPM harus ditingkatkan dan komponen itu sebagaimana di bawah ini. Kemajuan ini sangat tergantung pada komitmen penyelenggaraan pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas dasar penduduk yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup. Perkembangan komponen-komponen penyusun IPM selanjutnya akan dibahas untuk melihat komponen mana yang berpengaruh cukup signifikan terhadap kemajuan capaian IPM Kabupaten Gresik. Tabel 4.1. Besarnya Nilai IPM Kabupaten Gresik dan Komponennya Tahun Indeks IPM 69,90 71,11 72,12 72,47 72,84 73,57 74,46 Angka Harapan Hidup (tahun) 72,15 72,16 72,18 72,19 72,20 72,30 72,33 Harapan Lama Sekolah (tahun) 11,89 12,23 12,63 12,85 13,17 13,19 13,69 Angka Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 7,93 8,26 8,41 8,41 8,42 8,93 8,94 Pengeluaran Per Kapita (Rp000) Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Kecenderungan pencapaian komponen-komponen penyusun IPM menunjukkan bahwa komponen yang telah memiliki nilai yang cukup tinggi akan cenderung melambat dalam pertumbuhannya demikian sebaliknya untuk komponen yang rendah akan cenderung berkembang lebih cepat. Capaian ini merupakan agregasi dari tiga dimensi, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak. Guna menghitung dimensi umur panjang dan hidup sehat, digunakan indikator angka harapan hidup saat lahir Sementara itu rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah merupakan indikator yang mewakili dimensi pengetahuan. Tidak kalah penting dari dua dimensi diatas, standar hidup layak yang diwakili 24

44 oleh indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan untuk Kabupaten Gresik sudah mencapai Rp per kapita per tahun. Pembangunan Manusia di Kabupaten Gresik Meningkat di Semua Komponen Gambar 4.2 Perkembangan IPM Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Dari gambar 4.2 Secara umum besarnya capaian IPM Kabupaten Gresik selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perkembangan capaian nilai IPM menandakan usaha-usaha pembangunan manusia berjalan meskipun ada yang mengalami kemajuan yang pesat dan ada juga yang lambat berkembang. IPM Kabupaten Gresik dengan metode baru pada tahun mengalami peningkatan dari 69,90 hingga mencapai 74,46. IPM Kabupaten Gresik pada tahun berada pada kategori capaian sedang ke tinggi. Pada penjelasan di atas terlihat bahwa besaran IPM Kabupaten Gresik merupakan representasi dari besaran IPM yang sudah cukup tinggi. Besar atau kecilnya besaran IPM kabupaten/kota sangat mempengaruhi besaran IPM provinsi. Peningkatan capaian IPM Kabupaten Gresik masih dapat dipacu lagi dengan progam-progam pembangunan yang tepat sasaran, mengingat posisi IPM Kabupaten Gresik sudah berada pada kategori tinggi, sehingga lebih susah ditingkatkan dibandingkan nilai IPM yang masih tergolong dalam kategori rendah. 25

45 A. Perkembangan Kesehatan Perkembangan komponen kesehatan digambarkan dengan indikator angka harapan hidup. Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan banyaknya tahun yang dapat ditempuh oleh seorang selama hidup (secara rata-rata). Indikator ini sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk di bidang kesehatan. Indeks Kesehatan diperoleh dari pengolahan angka harapan hidup (e0) yang dihitung melalui metode tidak langsung dengan menggunakan 2 macam data dasar yaitu jumlah rata-rata anak yang dilahirkan hidup (live births) dan jumlah rata-rata anak yang masih hidup (still live children) per wanita usia tahun menurut kelompok umur 5 tahunan. Hubungan antara Angka Harapan Hidup dengan Indeks Harapan Hidup dapat dijabarkan dengan contoh di bawah ini: Indeks X1 : Indeks Kesehatan Angka Harapan Hidup (AHH) tahun 2016 sebesar 72,33 Ukuran UNDP batasan antara umur 20 tahun sampai dengan 85 tahun Indeks X1,25 = ( 72,33-20 ) / ( ) = 52,33 / 65 = 0,8051 = 0,81 (pembulatan) Indeks Kesehatan Kabupaten Gresik tahun 2016 = 0,81 Perkembangan Angka Harapan Hidup pertahun di Kabupaten Gresik tercatat tidak lebih dari satu tahun dalam satu priode dalam jangka waktu satu tahun. Gambar 4.3 Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 26

46 Gambar 4.3 memperlihatkan perkembangan AHH dan Indeks Kesehatan Kabupaten Gresik selama kurun waktu 7 tahun terakhir. Pada gambar tersebut terlihat, selama periode tahun Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan Kabupaten Gresik menunjukkan peningkatan pada setiap tahunnya. Angka harapan hidup di Kabupaten Gresik selalu mengalami kemajuan, pada tahun 2016 mencapai 72,33 tahun artinya rata-rata harapan hidup bayi yang baru lahir dapat bertahan hidup hingga usia 72,33 tahun. Kemajuan angka harapan hidup dapat digambarkan dengan membandingkannya antar tahun. Perkembangan angka harapan hidup tahun Kabupaten Gresik tercatat rata-rata mengalami peningkatan 0,03 tahun selama satu tahunnya. Peningkatan angka harapan hidup tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 0,10 tahun dalam waktu satu tahun. Peningkatan angka harapan hidup terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,01 tahun dalam waktu satu tahun. Perkembangan angka harapan hidup di Kabupaten Gresik tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,03 tahun. B. Perkembangan Pendidikan Indikator pendidikan yang mempresentasikan dimensi pengetahuan dalam IPM adalah harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Kedua indikator ini dapat dimaknai sebagai ukuran kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan capaian rata-rata lama sekolah dikaitkan dengan target yang diusulkan UNDP, maka rata-rata pendidikan penduduk di Kabupaten Gresik relatif masih sedang. Masih perlu usaha lagi untuk meningkatkan sampai batas maksimum pendidikan yang diusulkan UNDP (15 tahun). Komitmen pemerintah dan kesadaran masyarakat akan pentingnya bersekolah perlu terus digalakkan dan disosialisasikan agar dalam jangka panjang terwujud SDM yang berkualitas. Perkembangan komponen pendidikan dipresentasikan oleh harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Harapan lama sekolah didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu pada masa mendatang, sedangkan rata-rata lama sekolah mengambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk untuk menempuh pendidikan formal. Bobot kedua indikator ini masing-masing sebesar setengah dalam membentuk komponen pendidikan. Secara rata-rata, penduduk Kabupaten Gresik usia 25 tahun ke atas sudah menempuh 8,94 tahun masa sekolah atau sudah menyelesaikan pendidikan setara kelas VIII, hampir menyelesaikan kelas IX. Selain itu, rata-rata penduduk usia 7 tahun yang mulai bersekolah, diharapkan dapat mengenyam pendidikan hingga 13,69 tahun atau setara dengan tamat D1. 27

47 Angka indeks pendidikan jika dijabarkan sesuai dengan contoh di bawah ini: Indeks X2 : Indeks Pendidikan Indeks ini terdiri dari 2 komponen : i. Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Gresik Tahun 2016 = 13,69 Indeks X21 = ( 13,69 0 ) / ( 18 0 ) = 0,7606 ii. Rata-Rata lama Sekolah / MYS Kabupaten Gresik tahun 2016 = 8,94 Indeks X22 = ( 8,94 0 ) / ( 15 0 ) = 0,596 Indeks X2 = ½ ( indeks X21 + indeks X22 ) = 1/2 ( 0, ,596 ) = 0,6783 = 0,68 (pembulatan) Jadi Indeks Pendidikan Kabupaten Gresik Tahun 2016 sebesar 0,68 Gambar 4.4 Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Gambar 4.4 di atas menunjukkan Indeks Pendidikan Kabupaten Gresik selama 7 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Perkembangan Harapan Lama Sekolah (EYS) Kab. Gresik selama periode tahun menunjukkan adanya peningkatan yaitu sebesar 0,50 tahun. Pada tahun 2016 harapan lama sekolah sebesar tahun sedangkan tahun 2015 telah mencapai 13,19 tahun. Indikator pendidikan lainnya yang merupakan 28

48 komponen IPM adalah rata-rata lama sekolah. Selama periode tahun , rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Gresik masih relatif sedang. Rata-rata lama sekolah naik dari 8,93 pada tahun 2015 menjadi 8,94 tahun pada tahun Hal ini berarti tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Gresik sudah hampir mencapai sasaran program 9 tahun belajar atau setara SMP. Selama 3 tahun terakhir kenaikan rata-rata lama sekolah Kabupaten Gresik hanya sebesar 0,01 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah bagi pemerintah untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk. B1. Perkembangan Harapan Lama Sekolah Harapan lama sekolah (HLS) Kabupaten Gresik tahun 2016 mencapai 13,69 tahun atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2015 sebesar 13,19 dan tahun 2014 sebesar 13,17 tahun. Selama tahun , harapan lama sekolah Kabupaten Gresik mengalami peningkatan 1,80 tahun. Gambar 4.5 menunjukkan harapan lama sekolah di Kabupaten Gresik pada tahun Gambar 4.5 Harapan Lama Sekolah dan Peningkatannya Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Harapan lama sekolah terus mengalami peningkatan selama kurun waktu tujuh tahun terutama di tahun 2016, ini dikarenakan tersedianya fasilitas pendidikan yang memadai dan tenaga pendidikan yang cukup, serta mudahnya akses transportasi ke pemukiman penduduk dengan fasilitas sekolah. 29

49 B2. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Indikator rata-rata lama sekolah sangat dipengaruhi oleh partisipasi sekolah untuk semua kelompok umur. Bila angka partisipasi sekolah di Kabupaten Gresik rendah maka kemungkinan besar angka rata-rata lama sekolahnya juga akan rendah. Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Gresik bergerak sangat lambat (Gambar 4.6). Pada tahun 2016 rata-rata lama sekolah Kabupaten Gresik mencapai 8,94 tahun atau mengalami peningkatan sebesar 0,01 tahun dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan tahun Peningkatan ini tergolong rendah sementara dibandingkan dengan tahun 2014 angka rata-rata lama sekolah hanya meningkat sebesar 0,52 tahun dalam kurun waktu dua tahun. Gambar 4.6 Rata-rata Lama Sekolah dan Peningkatannya Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Angka rata-rata lama sekolah sebesar 8,94 tahun mengandung arti rata-rata penduduk Kabupaten Gresik hanya mengenyam pendidikan sampai dengan kelas 3 SMP atau putus sekolah pada kelas 3 SLTP. Kondisi ini dapat dikatakan hanya terjadi sedikit perubahan yaitu kenaikan 1,01 tahun selama kurun waktu 7 tahun yaitu periode tahun Idealnya harapan lama sekolah tidak berbeda jauh dengan rata-rata lama sekolah. Namun kenyataannya sebagian besar kabupaten/kota memiliki gap yang cukup tinggi pada indikator tersebut. Kabupaten Gresik pada tahun 2016 memiliki gap sebesar 4,75 tahun antara harapan lama sekolah dengan rata-rata lama sekolah. 30

50 C. Perkembangan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Komponen terakhir yang digunakan untuk penghitungan IPM adalah dimensi ekonomi yaitu kemampuan untuk hidup layak. Komponen ini digambarkan dengan pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uang untuk barang dan jasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga rill antar wilayah karena nilai tukar yang digunakan dapat menaikkan atau menurunkan daya beli. Dengan demikian kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah masih belum berbanding, untuk itu perlu dibuat standarisasi. Misalnya, satu rupiah di suatu wilayah memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Gresik. Dengan standarisasi ini perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah dapat dibandingkan. Dalam penghitungan pengeluaran perkapita disesuaikan, rata-rata pengeluaran per kapita dihitung dari level provinsi hingga level kabupaten/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan atau rill dengan tahun dasar 2012 =100. Paritas daya beli telah mengunakan harga yang telah distandartkan dengan kondisi Jakarta Selatan sebagai rujukannya. Penggunaan standart harga ini untuk mengeliminasikan perbedaan harga antar wilayah sehingga perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah dapat diperbandingkan. Gambar 4.7 Pengeluaran Perkapita riil yang disesuaikan (Rp 000) dan Indeks PPP Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Dari hasil pengolahan data yang ada maka diperoleh nilai Indeks PPP sebagaimana tabel di bawah ini. Indeks PPP mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya pendapatan yang diterima, dalam hal ini tercermin dari pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan yang juga meningkat. Angka pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan terus 31

51 mengalami kenaikan yaitu dari Rp ,- pada tahun 2015 menjadi Rp ,- pada tahun Hubungan antara Pengeluaran Perkapita Riil yang disesuaikan dengan Indeks Daya Beli dapat dijabarkan dengan contoh di bawah ini: Indeks X3 : Indeks Daya Beli Pengeluaran Perkapita Riil yang di Sesuaikan (PPP) tahun 2016 sebesar Rp ,- Ukuran UNDP batasan antara pengeluaran Rp ,- sampai dengan Rp ,- Indeks X3= In(pendapatan) In(pendapatanmin)/In(pendapatanmaks) In(pendapatanmin) = 0,7560 Indeks Daya Beli Kabupaten Gresik Tahun 2016 = 0,7560 Gambar 4.8 Pengeluaran Perkapita Disesuaikan dan Peningkatannya Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Pengeluaran per kapita disesuaikan pertahun Kabupaten Gresik tahun 2016 (Gambar 4.8) adalah sebesar Rp ,- meningkat seiring dengan semakin tingginya kebutuhan hidup. Dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar Rp ,-, kondisi tersebut juga meningkat dibandingkan dengan situasi pada tahun 2015 yang mempunyai pengeluaran per kapita disesuaikan sebesar Rp ,- kenaikan nilai ini diperkirakan dipengaruhi oleh semakin membaiknya kondisi ekonomi penduduk dengan adanya kenaikan pendapatan. Hal ini mengakibatkan kemampuan masyarakat untuk mengakses pendidikan untuk melanjutkan sekolah dan mengakses fasilitas kesehatan menjadi semakin baik. 32

52 4.3.2 Pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik Pertumbuhan IPM ditujukan untuk melihat kemajuan atau kemunduran dari pencapaian sasaran pembangunan manusia disuatu daerah selama kurun waktu tertentu. Dengan kata lain, melalui angka pertumbuhan ini dapat dilihat kecepatan perkembangan IPM suatu daerah. Terdapat sebuah kecenderungan dalam pencapaian IPM, jika nilai IPM semakin mendekati nilai maksimumnya (100 persen), maka pertumbuhan akan semakin lambat sebaliknya jika angka capaian IPM masih berada pada level yang rendah maka kemampuan untuk memacu pertumbuhan yang tinggi dalam capaian IPM akan lebih mudah. Gambar 4.9 IPM Kabupaten Gresik dan Pertumbuhannya Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Pada tahun pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik mengalami naik turun, dimana pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada tahun 2010 ke tahun 2011 mencapai 1,73 persen. Sementara pertumbuhan yang terendah terjadi pada tahun 2012 ke tahun 2013 mencapai 0,49 persen. Pada tahun 2016 pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik mencapai 1,21 persen. Pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik mengalami perlambatan terjadi pada periode tahun Hal ini terjadi karena IPM kita yang berada pada level tinggi sehingga cenderung lebih susah tumbuhnya. 33

53 Tabel 4.2 Pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik dan Wilayah Sekitarnya tahun Kab/Kota Pertumbuhan IPM (persen) Lamongan 1,24 1,96 2,07 0,76 0,60 0,72 Mojokerto 0,84 0,67 0,96 0,56 0,90 0,74 Sidoarjo 0,98 0,89 1,66 0,52 0,84 0,96 Surabaya 0,54 0,55 0,60 0,46 0,76 1,14 Gresik 1,73 1,43 0,48 0,52 1,00 1,21 Provinsi Jatim 1,06 1,03 1,22 0,88 1,19 1,15 Indonesia 0,84 0,91 0,91 0,86 0,94 0,91 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik dan wilayah sekitarnya pada tahun bervariasi besarnya. Pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik dan wilayah sekitarnya pada periode terlihat naik turun, pertumbuhan tertinggi mencapai 2,07 persen terjadi di Kabupaten Lamongan pada tahun Pada tahun 2016 Kabupaten Gresik mengalami pertumbuhan IPM yang paling tinggi yaitu mencapai 1,21 persen. Pada tahun 2014, Kota Surabaya mengalami pertumbuhan IPM terendah dengan capaian sebesar 0,46 persen. Nilai pertumbuhan IPM dapat diperoleh dengan melihat nilai IPM tahun sekarang dan tahun sebelumnya, sebagai contoh kita akan menghitung pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik pada tahun dengan cara sebagai berikut : - IPM tahun 2015 sebesar 73,56861 dan IPM tahun 2016 sebesar 74, P = (74, ,56861) / 73,56861 x P = 0,89139 / 73,56861 x P = 1,21164 P = 1,21 (dibulatkan) Pertumbuhan IPM tahun Kabupaten Gresik sebesar 1,21 nilai ini naik dibandingkan tahun sebelumnya dan termasuk tertinggi jika dibandingkan 4 kabupaten/kota yang lain. Dapat diambil kesimpulan di Kabupaten Gresik pencapaian pembangunan manusia mengalami peningkatan. Angka pertumbuhan IPM tertinggi Kabupaten Gresik tahun sebesar 1,73, sementara Kabupaten Gresik mengalami pertumbuhan IPM yang masih naik turun, tercatat dengan pertumbuhan terendah yaitu 0,48 pada tahun

54 5.1. Capaian dan Tantangan Bidang Kependudukan Dalam proses pembangunan, penduduk merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena sumber daya alam yang tersedia tidak akan mungkin dapat berdaya guna tanpa adanya peranan dari manusia. Dengan adanya manusia, sumber daya tersebut dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup secara berkelanjutan. Besarnya peran penduduk tersebut maka pemerintah dalam menangani masalah kependudukan tidak hanya memperhatikan pada upaya pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk saja tetapi lebih menekankan kearah perbaikan kualitas sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi dan mendatangkan manfaat yang besar bila memiliki kualitas yang baik, namun besarnya jumlah penduduk tersebut dapat menjadi beban dan menimbulkan masalah sosial bila kualitasnya rendah. Informasi kependudukan yang baik sangat diperlukan dalam menunjang kearah pembangunan manusia yang berkualitas. Pembangunan manusia tentunya sangat terkait dengan masalah kependudukan. Jumlah penduduk yang besar dan atau pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat mendatangkan permasalahan dalam kinerja pembangunan manusia karena yang dibangun adalah manusia atau penduduk. Jadi ketika jumlah penduduk besar atau pertumbuhan penduduknya tinggi maka permasalahan pembangunan manusia akan lebih kompleks dibandingkan dengan jumlah penduduk yang relatif lebih kecil dan pertumbuhan penduduk yang relatif rendah. Kabupaten Gresik tidak memiliki salah satu dari permasalahan tersebut, karena pertumbuhan penduduk yang relatif rendah. Diperlukan peranan pemerintah dalam melakukan perencanaan pembangunan dengan berorientasi pada pembangunan berbasis kependudukan. Berbagai kebijakan dilaksanakan terutama yang berkaitan dengan masyarakat luas yang mempertimbangkan indikator-indikator demografi dan kependudukan untuk menanggulangi berbagai permasalahan yang ditimbulkan dari pertumbuhan penduduk yang cepat. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada tahun 2016 mencapai jiwa. Dibandingkan dengan waktu Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Gresik berjumlah jiwa. Laju Pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Gresik mengalami perlambatan selama tahun 2011 s/d 2016 yakni sebesar 1,23 35

55 persen per tahun. Keberhasilan program keluarga berencana menjadi salah satu faktor menurunnya pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gresik disamping faktor mortalitas. Gambar 5.1 Perkembangan dan laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS, proyeksi penduduk Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk lakilaki dan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah atau negara pada suatu waktu tertentu. Pada tahun 2016 di Kabupaten Gresik diperoleh rasio jenis kelamin sama dengan 98,33 maka bisa dikatakan bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Gambar 5.1 di bawah ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Gresik sedikit lebih rendah dibandingkan jumlah penduduk perempuannya. Sehingga rasio jenis kelaminnya berkisar pada angka 98,08 98,33. Gambar 5.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS, proyeksi penduduk

56 Struktur penduduk Kabupaten Gresik dapat diketahui dari komposisi penduduk menurut kelompok umur. Dalam Gambar 5.3, piramida penduduk menggambarkan struktur penduduk yang dibagi ke dalam kelompok umur. Dari komposisi sebaran penduduk menurut kelompok umur tersebut piramida Kabupaten Gresik termasuk dalam piramida ekspansive atau muda. Hal ini tampak dari bentuk piramida penduduk dimana penduduk lebih terdistribusi ke dalam kelompok umur usia muda (kelahiran tinggi) atau piramida yang mempunyai alas yang lebar. Selain itu dilihat dari besarnya median umur, Kabupaten Gresik pada tahun 2016 tergolong pada penduduk usia intermediate atau menengah karena memiliki median umur 29,90 tahun. Sesuai dengan kriteria penduduk usia menengah adalah bila median umur suatu daerah berada pada rentang tahun. Gambar 5.3 Piramida Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2016 Sumber : BPS, proyeksi penduduk 2016 Implikasi dari struktur penduduk muda adalah besarnya persentase penduduk yang siap memasuki batas penduduk usia kerja (economically active population) dan besarnya rasio ketergantungan (dependency ratio). Batas bawah usia kerja di Indonesia adalah 15 tahun. Setelah memasuki usia tersebut, maka mereka disebut sebagai penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan melakukan kegiatan lainnya). Bila penduduk usia kerja tidak melakukan salah satu aktivitas dalam kelompok bukan angkatan kerja maka termasuk kedalam kriteria angkatan kerja. Dan bila dalam angkatan kerja tidak melakukan aktivitas kerja maka kelompok ini termasuk ke dalam kriteria pengangguran (unemployment). Dengan jumlah penduduk muda yang besar tentu potensi jumlah penduduk yang akan terjun ke dalam angkatan kerja juga besar, untuk itu pemerintah harus bersiap untuk menyediakan lapangan kerja untuk menampung jumlah angkatan kerja yang besar ini. Hal yang akan 37

57 terjadi bila permintaan akan tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari kerja adalah terciptanya pengangguran. Gambar 5.4 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Gresik Tahun 2016 Laki-Laki + Perempuan Perempuan produktif non produktif Laki-laki % 20% 40% 60% 80% 100% Sumber : BPS, proyeksi penduduk 2016 Gambar 5.4 memberikan informasi bahwa persentase penduduk produktif dan non produktif baik itu secara agregat maupun gender menunjukkan kecenderungan yang sama. Baik itu penduduk laki-laki maupun perempuan serta total penduduk menunjukkan distribusi yang hampir seragam. Besarnya rasio ketergantungan Kabupaten Gresik mencapai 43,03 persen. Artinya dari 100 orang yang masih produktif (15-64 tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 43 orang yang belum produktif (0-14 tahun) dan tidak produktif (65 tahun keatas). Menurut para ahli demografi, sekitar tahun nanti Indonesia akan mengalami Bonus Demografi. Bonus Demografi adalah sebuah kondisi dimana rasio ketergantungan mencapai nilai terendah dibandingkan dengan tahun sebelum dan sesudahnya. Dengan kata lain jumlah penduduk usia produktif berada pada jumlah yang paling maksimum. Bagaimana dengan Kabupaten Gresik? Bila dilihat dari struktur umurnya dalam piramida penduduk, maka keadaan itu dapat terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Namun perlu diperhatikan bahwa bonus demografi seperti pedang bermata dua, penduduk usia produktif besar tetapi menganggur justru akan menimbulkan masalah multidimensional. Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya sehingga tujuan utama pembangunan manusia adalah untuk memperluas pilihan-pilhan yang dimiliki manusia. Hal ini dapat terwujud apabila manusia berumur panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta dapat memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya dalam kegiatan yang 38

58 produktif. Hal tersebut sekaligus merupakan tujuan utama dari pembangunan yaitu untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset kekayaan bangsa sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan dan kesehatan merupakan modal utama yang harus dimiliki manusia agar mampu meningkatkan potensinya dan berkontribusi dalam pembangunan. Pada umumnya, semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki suatu bangsa, semakin tinggi peluang untuk meningkatkan potensi bangsa itu. Pembangunan manusia di Kabupaten Gresik yang masih terus berlangsung hingga saat ini mencatat perkembangan yang menggembirakan. Selain itu, masih terdapat persoalan dasar yang harus diselesaikan pada masa mendatang yaitu bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan Dalam pembukaan UUD 1945 telah diamanatkan kepada pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia sebuah pesan penting terkait dengan kemajuan bangsa Indonesia. Pesan yang terkandung dalam tujuan bangsa Indonesia itu ialah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan sebuah perjuangan dan usaha melalui kegiatan pendidikan. Pasal 31 UUD 1945 Juga telah jelas mengaturnya bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Selain itu lebih khusus dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) bab IV bagian 1 pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Kedua ayat ini secara jelas memberikan kesempatan yang sama kepada semua pihak untuk mendapatkan pendidikan yang seluasluasnya. Selanjutnya dalam UU sisdiknas 2003 pasal 6 disebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan dasar adalah pendidikan yang berbentuk sekolah dasar dan madrasa ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasa tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat (pasal 17 UU Sisdiknas 2003). Banyak cara yang dilakukan pemerintah dalam upaya memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Diantaranya adalah dengan menyelenggarakan progam wajib belajar 9 tahun. Maksud dan tujuan pelaksanaan wajib belajar adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat. Upaya mempercepat tercapainya gerakan pendidikan wajib belajar sembilan 39

59 tahun terus dilakukan. Pada tahun 2006 pemerintah mengeluarkan instruksi presiden RI Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (PWPPBA). Berbagai lini institusi terkait dilibatkan dalam upaya gerakan pendidikan dasar sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara. Target yang ingin dicapai dalam Inpres No.5 tahun 2006 antara lain adalah: a. Meningkatkan persentase peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/pendidikan yang sederajat terhadap penduduk usia 7-12 tahun atau angka partisipasi murni sekurang-kurangya menjadi 95 persen pada akhir tahun b. Meningkatkan persentase peserta didik Sekolah Menengah Pertama/Madrasa Tsanawiyah/pendidik yang sederajat terhadap penduduk usai tahun atau angka partisipasi kasar (APK) sekurang-kurangya menjadi 95 persen pada akhir tahun c. Menurunkan persentase penduduk buta aksara 15 tahun ke atas atau sekurangkurangnya menjadi 5 persen pada ahkhir tahun Pemerintah juga telah melakukan sebuah langkah konkret dalam upaya mensukseskan pendidikan di Indonesia dengan mencantumkan anggaran pendidikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seperti yang dicantumkan dalam amanat konsitusi amandemen UUD 1945 yang kemudian ditegaskan lagi dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 49 ayat (1) bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan, dialokasikan minimal 20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD. Suatu angka fantastik yang sebelumnya tidak pernah lebih dari lima persen. Persentase alokasi untuk penyelengaraan pendidikan di Kabupaten Gresik sampai dengan tahun 2016 sudah mencapai 24,4 persen sudah sesuai seperti yang diamanatkan dalam undang-undang. Langkah-langkah tersebut diatas semata-mata dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidik dalam upaya untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Beberapa indikator pendidikan terpilih digunakan untuk melihat sejauh mana kualitas pendidikan di Kabupaten Gresik seperti APS, APM, HLS, dan RLS. 40

60 5.2.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Untuk meningkatkan kapabilitas dasar penduduk di bidang pendidikan, ada berbagai macam upaya yang dapat dilakukan, misalnya dengan memperluas cakupan pendidikan formal. Hingga saat ini, berbagai program di bidang pendidikan telah diupayakan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Beberapa diantaranya yaitu program untuk memberantas buta aksara, menekan angka putus sekolah melalui pemberian bantuan operasional sekolah atau yang lebih dikenal dengan sebutan BOS, serta menjamin kesempatan untuk memperoleh pendidikan melalui program penuntasan wajib belajar sembilan tahun. Berbagai macam program pendidikan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kapabilitas dasar manusia Indonesia. Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun, tahun, tahun Cukup Tinggi Gambar 5.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Gresik, (Persen) APS 7-12 th (SD) APS th (SMP) APS th (SMA) Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Statistik Kesra 2016 Pendidikan dasar merupakan hak setiap warga negara, sehingga pemerintah perlu menjamin bahwa warga negaranya minimal menikmati pendidikan dasar hingga 9 tahun. Angka Partisipasi Sekolah (APS) dapat digunakan untuk mengukur pemerataan akses terhadap pendidikan. Sesuai dengan amanah undang-undang, wajib belajar 9 tahun ditempuh pada jenjang usia 7 tahun hingga 15 tahun. Secara umum, APS Kabupaten Gresik mengalami peningkatan dari tahun Hingga tahun 2016, APS pada jenjang usia 7-12 tahun mencatat hasil yang cukup tinggi. Pada tahun 2016, APS pada jenjang usia 7-12 tahun telah mencapai 99,46 persen. Pada jenjang usia 7-12 tahun, perkembangan APS di Kabupaten Gresik semakin baik. Sementara itu, APS 7-12 di Provinsi Jawa Timur juga sama dengan Kabupaten Gresik di tahun 2016 yaitu sebesar 99,46. Pada jenjang usia tahun, 41

61 peningkatan APS di Kabupaten Gresik cukup menggembirakan hingga tahun 2016 capaian APS sudah di atas 99 persen. Sementara di Provinsi Jawa Timur sudah mencapai 96,69 persen. Sedangkan APS pada jenjang usia tahun masih 87,17 persen, artinya pada tahun 2016 dari seluruh jumlah penduduk usia tahun terdapat 87,17 persen yang masih bersekolah. Pendidikan Formal Belum Dirasakan oleh Semua Kalangan Bergulirnya berbagai program bantuan pendidikan dari pemerintah seharusnya dapat meningkatkan pemerataan pendidikan masyarakat. Namun pada kenyataannya, belum semua penduduk dapat mengenyam pendidikan formal terutama pada kelompok penduduk miskin. Keterbatasan akses pendidikan bagi penduduk miskin menyebabkan tingkat partisipasi sekolah pada kelompok ini masih belum optimal. Oleh karena itu, pemerintah harus terus melakukan berbagai terobosan program pendidikan agar masyarakat kalangan bawah dapat menikmati pendidikan dasar secara utuh. Gambar 5.6. Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Gresik, 2016 (Persen) Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Pendidikan 2016 Angka Partisipasi Sekolah (APS) dapat digunakan untuk mengukur pemerataan akses terhadap pendidikan. Namun, informasi yang diperoleh dari APS tidak memperhitungkan anak pada suatu kelompok yang benar-benar bersekolah pada jenjangnya. Misalnya, APS pada jenjang usia 7-12 mengabaikan informasi anak berusia 12 tahun yang bersekolah pada kelas VII. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang partisipasi sesuai dengan jejang pendidikan, indikator Angka Partisipasi Murni (APM) lebih relevan. Hingga tahun 2016, capaian APM SD telah mencapai 96,59 persen artinya pada tahun 2016 dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada usia 7-12 tahun yang benar-benar masih bersekolah di SD sebesar 96,59 persen, sisanya bisa jadi tidak sekolah atau sekolah tapi tidak pada jenjang SD atau mungkin SMP. Sementara itu, APM SMP hanya sebesar 42

62 85,57 persen yang memberikan gambaran bahwa 14,43 persen anak usia tahun tidak bersekolah pada jenjang SMP bisa jadi tidak sekolah atau sekolah tapi tidak pada jenjang SD atau mungkin SMA. Gambar 5.7 APM Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Pendidikan 2016 Berdasarkan Gambar 5.7 di atas terlihat jelas bahwa APM Kabupaten Gresik selama tahun mengalami mengalami peningkatan di level pendidikan SD, sedangkan untuk level SMP dan SMA sedikit mengalami penurunan. Hal ini bisa terjadi karena banyak faktor diantaranya adalah kemungkinan memang sudah tidak sekolah atau masih sekolah tetapi tidak pada jenjang yang tepat. Kecenderungan yang terlihat dari APM untuk jenjang pendidikan SD sampai dengan SMA adalah bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh seseorang maka tingkat partisipasinya semakin rendah. Dengan demikian dapat diartikan pula semakin tinggi jenjang pendidikan yang di tempuh maka angka putus sekolahnya dan angka ketidaktepatannya semakin besar. Semakin kecil gap APM yang terbentuk antara jenjang pendidikan SD dengan SMP dan SMA maka tingkat partisipasi masyarakat akan pendidikan semakin baik. 43

63 5.2.2 Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu dimasa mendatang. HLS dihitung pada usia 7 tahun keatas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu progam wajib belajar. Angka ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Berdasarkan Gambar 5.8, HLS Kabupaten Gresik terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, HLS penduduk sebesar 13,69 tahun atau mengalami peningkatan cukup tinggi dari tahun 2015 yakni sebesar 13,19 tahun. HLS Kabupaten Gresik tahun 2016 sebesar 13,69 berarti lamanya sekolah yang akan dicapai oleh anak umur tertentu dimasa datang adalah 13,69 tahun atau telah mencapai pendidikan di Diploma. Idealnya, harapan lama sekolah tidak berselisih jauh dengan rata-rata lama sekolah demikian kondisi tersebut nampaknya belum tercapai di Kabupaten Gresik. Gambar 5.8 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jatim Salah satu indikator pendidikan lain yang digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan manusia di bidang pendidikan adalah rata-rata lama sekolah (RLS). Berdasarkan gambar 3.8, RLS Kabupaten Gresik terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, RLS penduduk usia 25 tahun keatas sebesar 8,94 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2015 yakni sebesar 8,93 tahun. RLS Kabupaten Gresik tahun 2016 sebesar 8,94 artinya rata-rata penduduk Kabupaten Gresik baru mampu menempuh pendidikan sampai kelas 3 SLTP atau putus sekolah di kelas 3 SLTP. 44

64 5.2.3 Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Gambaran mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun keatas. Level pendidikan penduduk diketahui dari tingkat pendidikan yang ditamatkan dengan diidentifikasi melalui ijazah/sttb tertinggi yang dimiliki. Indikator ini dapat pula digunakan untuk melihat perkembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengetahui level tertinggi pendidikan antar waktu dan wilayah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan maka menggambarkan semakin baik pula kualitas pendidikan manusianya. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya persentase penduduk yang berpendidikan tinggi (diatas SLTA). Biasanya terdapat kecenderungan bahwa penduduk yang memiliki ijazah perguruan tinggi persentasenya lebih rendah. Gambar 5.9 Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk 15 tahun ke atas Kabupaten Gresik Tahun 2016 Sumber : BPS, Statistik Pendidikan Jatim 2016 Gambar 5.9 menggambarkan sebesar 10,30 persen penduduk berumur 15 tahun keatas tidak memiliki ijazah SD. Hal ini mencerminkan kualitas aspek pendidikan di Kabupaten Gresik masih tergolong kurang. Hanya 8,18 persen penduduk 15 tahun keatas yang lulus dari perguruan tinggi. Ada kesenjangan penerimaan manfaat layanan pendidikan di antara laki-laki dan perempuan. Persentase perempuan tidak punya ijazah SD di Kabupaten Gresik Tahun 2016 sebesar 12,77 sedangkan laki-laki 7,71. Hal ini ini juga terjadi pada laki-laki dengan ijazah SMA dan SMK jumlahnya lebih tinggi dari pada perempuan. 45

65 5.3 Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan Perhatian pemerintah dalam membangun indeks pembangunan manusia dibidang kesehatan diwujudkan melalui penyediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai. Oleh karena itu penyediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan menjadi sebuah indikator yang layak untuk diperhatikan. Disamping itu, indikator lainnya yang dapat digunakan sebagai tolak ukur pembangunan manusia dalam bidang kesehatan adalah manusia sebagai objek pembangunan itu sendiri. Tingkat kesehatan seseorang dapat dilihat dari sejarah kesehatan yang diruntut dari kondisi kesehatannya sejak lahir, balita, anak-anak hingga dewasa. Sedangkan tingkat kesehatan pada masyarakat secara umum dapat dilihat dari tingkat pesakitan atau jumlah keluhan kesehatan, tingkat kematian bayi, penolong kelahiran bayi, dan lain-lain Sarana Kesehatan a. Fasilitas Kesehatan Ketersediaan fasilitas kesehatan sangat menentukan kualitas kesehatan penduduk, perlu dilakukan peningkatan pelayanan dan penyediaan fasilitas kesehatan yang tentunya difasilitasi oleh pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Gresik cenderung mengalami peningkatan. Jumlah Rumah Sakit Umum misalnya, di Kabupaten Gresik pada tahun 2016 tercatat sebanyak 16 fasilitas, mengalami kenaikan dibanding keadaan tahun 2015 dimana tercatat baru terdapat 15 fasilitas. Dan yang perlu juga diingat, keberadaan fasilitas kesehatan akan lebih bermanfaat apabila didukung dengan jumlah tenaga kesehatan yang memadai. 46

66 Gambar Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun 2016 Sumber : Gresik Dalam Angka Tersedianya fasilitas dan pelayanan kesehatan yang mampu menjangkau dan dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (universal akses) menjadi prioritas utama. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan kesehatan antara lain rasio fasilitas kesehatan per penduduk. Rumah Sakit Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan berbagai pelayanan kesehatan. Distribusi penyebaran rumah sakit diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Gambar 5.10, menunjukkan bahwa dari 18 kecamatan di Kabupaten Gresik pada tahun 2016 distribusi penyebaran fasilitas rumah sakit belum merata. Tabel 5.1 Data Rumah Sakit Beserta Alamat Kabupaten Gresik Tahun 2016 Nama Rumah Sakit Alamat/Lokasi Kecamatan 1. RSUD Ibnu Sina Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo 243 B Gresik 2. RS Muhamadiyah Gresik Jl. KH.Kholil 88 Gresik 3. RS Petrokimia Gresik Jl. Jendral Ahmad Yani No. 69 Gresik 4. RS PT. Semen Gresik Jl. RA. Kartini 280 Gresik 5. RSIA Nyai Ageng Pinatih Jl. K.H Abdul Karim Gresik 6. RS Denisa Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 736 Gresik 47

67 7. RS PKU Muhamadiyah Sekapuk Jl. Raya Daendels Sekapuk, Sidayu 8. RS Petrokimia Gresik Driyorejo Jl. Raya Legundi Km. 05, Driyorejo 9. RS Ibu dan Anak Rachmidewi 10.Rumah Sakit Fathma Medika Gresik 11.RSU Mabarrot MWC NU 12.RS Wates Husada Gresik 13.RS Wali Songo 1 14.RS Graha Husada Gresik 15.RS Islam Almunawaroh/Cahaya Giri Gresik 16.RS Surya Medika Sumber : Pemkab Kabupaten Gresik Jl. Jawa 79 81, Perumahan Gresik Kota Baru (GKB), Gresik Jl. Pendopo 45, Sembayat, Manyar, Jl. Raya Bungah No. 63, Bungah Jl. Raya Wates Utara Kedung Pring, Balong Panggang Jl. Raya Balongpanggang - Mojokerto Km 4 Balongpanggang Jl. Padi No. 3 Komplek Perumahan PT Petrokimia Gresik Jl. Raya Bringkang, Menganti, Jl. Laban Kulon 58 Menganti Perkembangan Rumah Sakit di Kabupaten Gresik terus meningkat, dengan jumlah penduduk tahun 2016 sebesar jiwa dan jumlah RS sebanyak 16 maka rasio rumah sakit perpenduduk adalah jiwa. Puskesmas, Poliklinik, Polindes, dan Posyandu Selain rumah sakit, sarana kesehatan lainnya yang ikut berperan dalam menyehatkan masyarakat antara lain puskesmas, puskesmas pembantu (Pustu), polindes, posyandu, dan poliklinik yang dimanfaatkan sebagai fasilitas kesehatan yang terjangkau baik dalam segi biaya maupun letaknya yang menyebar jika dibandingkan dengan rumah sakit. Jumlah puskesmas di Kabupaten Gresik sebanyak 32 unit menyebar di 18 kecamatan, jumlah poliklinik 73 unit dan Posyandu unit. Kecamatan Gresik, Kebomas dan Manyar mempunyai fasilitas kesehatan berupa puskesmas, poliklinik, dan posyandu yang lebih banyak dibandingkan kecamatan yang lain. b. Tenaga Kesehatan Ketersediaan tenaga kesehatan sangat menentukan kualitas kesehatan penduduk, perlu dilakukan peningkatan pelayanan dan penyediaan tenaga kesehatan yang tentunya difasilitasi oleh pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Gresik cenderung mengalami peningkatan. Dan yang perlu juga diingat, 48

68 keberadaan fasilitas kesehatan akan lebih bermanfaat apabila didukung dengan jumlah tenaga kesehatan yang memadai. Secara lebih lengkap jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Gresik ditampilkan pada tabel 5.2. berikut. Tabel 5.2. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan 2016 Kecamatan Dokter Bidan (1) (2) (3) Wringinanom Driyorejo Kedamean Menganti Cerme Benjeng Balongpanggang Duduksampeyan Kebomas Gresik Manyar Bungah Sidayu Dukun Panceng 7 20 Ujungpangkah Sangkapura 4 31 Tambak 4 32 JUMLAH Sumber : BPS, Gresik Dalam Angka Jumlah dokter dalam suatu wilayah tertentu menentukan tingkat pelayanan kesehatan. Rasio antara jumlah dokter yang tersedia dengan jumlah penduduk yang membutuhkan layanan kesehatan idealnya proporsional. Semakin besar rasio penduduk terhadap dokter maka semakin banyak penduduk yang harus dilayani. Implikasinya adalah semakin besar jumlah penduduk yang akan tidak terlayani atau semakin sulit masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari dokter. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Kabupaten Gresik tahun 2016 dan jumlah dokter yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Kabupaten Gresik mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, distribusinyapun sudah tersebar dengan alokasi yang baik. Data sementara menunjukkan rasio penduduk terhadap jumlah dokter tahun 2016 menurun menjadi dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar Rasio tersebut setidaknya memberikan gambaran kasar bahwa ketersediaan dokter dan tenaga kesehatan lainnya dapat 49

69 mencerminkan bagaimana kondisi kecukupan tenaga kesehatan di Kabupaten Gresik. Berdasarkan sumber dari dinas kesehatan Kabupaten Gresik tahun 2016, tenaga kesehatan yang bekerja di unit pemerintah seperti RSUD dan puskesmas tercatat 50 dokter ahli, 75 dokter umum, 39 dokter gigi, dan 15 apoteker Derajat Kesehatan Masyarakat Selain dari sarana kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dijadikan sebagai indikator untuk melihat indeks pembangunan manusia di bidang kesehatan mengingat manusia sebagai obyek dari pembangunan itu sendiri. Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat (universal akses) demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Obyek yang dijadikan perhatian dalam pembangunan dibidang kesehatan salah satunya adalah kesehatan pada balita. Keberhasilan dalam meningkatkan tingkat kesehatan pada balita dapat dilihat dari tingkat kematian bayi, penolong kelahiran, dan imunisasi pada balita. Tingkat pesakitan atau banyaknya keluhan kesehatan menunjukkan seberapa besar kebutuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Semakin banyak keluhan kesehatan yang terjadi dalam masyarakat maka tingkat kesehatan masyarakat semakin rendah. Kesehatan pada masyarakat juga dipengaruhi oleh pola hidup sehat yang dilakukan. Salah satunya adalah sistem sanitasi dalam masyarakat. Penggunaan air bersih dan sistem pembuangan tinja dianggap sebagai hal yang perlu diperhatikan. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi seringkali dijadikan sebagai indikator derajat kesehatan suatu daerah. Untuk menghasilkan AKB yang akurat diperlukan data dasar yang baik seperti Sensus Penduduk. Namun bila data dasar tersebut sulit tersedia atau jaraknya terlalu jauh dengan tahun referensi maka dapat dilakukan dengan pendekatan lain. Salah satunya adalah AKB didekati dari data jumlah anak yang lahir hidup dengan jumlah anak yang masih hidup. Berdasarkan data hasil forecasting BPS 2016, Angka Kematian Bayi di Kabupaten Gresik tahun 2016 sebesar 19,88 artinya ada 19 hingga 20 bayi yang meninggal disetiap 1000 kelahiran hidup pada tahun AKB selama kurun waktu mengalami penurunan dan seiring dengan itu AHH mengalami kenaikan. 50

70 Gambar 5.11 Angka Harapan Hidup (AHH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Jawa Timur Hal ini berarti bahwa kondisi angka kematian bayi (infant mortality rate) di Kabupaten Gresik termasuk dalam kategori hardrock, artinya dalam waktu satu tahun penurunan angka kematian bayi yang tajam sulit terjadi. Sehingga implikasinya adalah angka harapan hidup yang dihitung berdasarkan harapan hidup waktu lahir menjadi lambat untuk mengalami kemajuan. Hal ini terlihat dari perkembangan angka harapan hidup yang tidak melebihi satu digit dalam kurun waktu satu tahun. Kondisi tersebut juga terjadi untuk kondisi nasional, penurunan angka kematian bayi secara gradual bahkan mengarah melambat. Penolong Kelahiran Indikator penting terkait dengan kesehatan adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi berpengaruh kepada penghitungan angka harapan hidup waktu lahir (eo) yang digunakan dalam salah satu dimensi pada indeks komposit penyusun indeks pembangunan manusia dari sisi kesehatan. Sementara itu salah satu aspek penentu besarnya angka kematian bayi adalah penolong kelahiran. Penolong kelahiran sebenarnya tidak hanya terkait dengan angka kematian bayi namun juga angka kematian ibu sebagai resiko proses kelahiran. Dalam proses kelahiran bayi tidak dapat dipisahkan antara probabilita keselamatan ibu atau anak yang dilahirkan. Keduanya harus diselamatkan dalam resiko besar sebuah kelahiran. Penolong kelahiran yang dilakukan oleh dokter atau tenaga medis lainnya selama ini dianggap lebih baik jika dibandingkan dengan dukun atau famili. Dalam analisis ini digunakan penolong terakhir pada kelahiran mengingat pada proses ini sangat mengandung resiko. Gambar 5.12 menunjukkan bahwa 97,59 persen penolong kelahiran balita dilakukan oleh petugas medis (dokter, bidan, dan tenaga paramedis lain), kondisi ini 51

71 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 100 persen. Sementara penolong kelahiran tenaga non medis sebesar 2,41 persen atau mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 0 persen. Masyarakat Kabupaten Gresik secara keseluruhan sudah memiliki kesadaran akan pentingnya menggunakan jasa tenaga kesehatan terlatih dibandingkan dengan penolong kelahiran tidak terlatih. Fenomena penolong kelahiran dengan bantuan dukun secara umum sudah jarang terjadi, dan pada tahun 2016 persentasenya 2,41 persen, sehingga resiko kematian bayi maupun ibu dapat ditekan, dan tentunya akan menurunkan angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Gambar 5.12 Persentase Tenaga Penolong Kelahiran Terakhir Kabupaten Gresik Tahun Sumber: BPS, Susenas Jawa Timur Imunisasi Angka kematian bayi sangat berhubungan erat dengan proses kelahiran, setelah itu masih banyak tahap yang harus dilalui sesorang untuk tetap survive terutama selama tahap usia balita. Untuk menjamin kesehatan balita yang rentang dengan ancaman penyakit, sangat perlu diberikan imunisasi agar kekebalan pada tubuh balita dapat terbentuk. Imunisasi yang diberikan kepada balita diantaranya adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak/morbili, dan Hepatitis B. Pemberian imunisasi sebagai salah satu cara untuk mencegah terserang penyakit dan menyebabkan kematian. Gambar 5.13 menunjukkan bahwa di tahun 2016, presentase balita yang mendapatkan imunisasi cukup tinggi untuk semua jenis imunisasi yaitu BCG (92,46%); DPT (87,36%); Polio (90,89%); Campak (72,21%); Hepatitis B (90,74%); dan sebanyak 63,96 persen imunisasi lengkap. 52

72 Gambar 5.13 Persentase Penggunaan Imunisasi Pada Balita Kabupaten Gresik Tahun 2016 Sumber: BPS, Susenas Jawa Timur 2016 Tingkat kesadaran tertinggi terdapat pada jenis imunisasi BCG mencapai 92,46 persen artinya dari sejumlah balita di Kabupaten Gresik baik laki-laki maupun perempuan yang mendapat imunisasi BCG sebesar 92,46 persen. Kesadaran imunisasi terendah adalah pada jenis pengunaan imunisasi campak/morbili maka dari itu di Bulan Agustus ini diadakan secara serentak pekan imunisasi campak dan Rubella pada anak SD, SMP dan Ibu hamil. Kesadaran dalam mengimunisasi balita sangat penting perannya dalam tumbuh kembang balita. Sebenarnya tidak hanya kesadaran dalam mengimunisasi balita saja yang harus diperhatikan oleh para orang tua namun juga imunisasi dasar lengkap harus diperhatikan. Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian lima faksin imunisasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan untuk bayi dibahwa satu tahun. Imunisasi lengkap tersebut yaitu: (1) Hepatitis B, umur pemberian kurang dari 7 hari sebanyak satu kali; (2) BCG, umur pemberian satu bulan sebanyak satu kali; (3) DPT umur pemberian dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan sebanyak tiga kali; (4) Polio, umur pemberian satu, dua, tiga, dan empat bulan sebanyak empat kali; (5) Campak, umur pemberian sembilan bulan sebanyak satu kali. Perlu diketahui bahwa balita yang mendapatkan imunsasi secara lengkap di Kabupaten Gresik tahun 2016 baru sebesar 63,96 persen, untuk itu perlu terus digalakkan agar tidak hanya sekedar diberikan imunisasi tetapi imunisasi dasar lengkap. 53

73 Morbiditas / Tingkat Pesakitan Banyaknya keluhan kesehatan digunakan untuk mengukur derajat kesehatan pada penduduk. Penduduk dianggap memiliki derajat kesehatan yang semakin tinggi ketika keluhan kesehatan yang dialami semakin rendah. Pada tahun 2016, penduduk Kabupaten Gresik yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 25,27 persen. Jika dilihat dari tahun terjadi kenaikan presentase keluhan dari 22,58 ditahun 2014 menjadi 24,74 ditahun Hal tersebut menunjukkan semakin banyak penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dikarenakan faktor makanan, gaya hidup, dan lingkungan. Informasi mengenai keluhan kesehatan dapat digunakan sebagai referensi dalam penyediaan pelayanan kesehatan seperti persediaan obat-obatan dan tenaga medis maupun para medis. Data susenas 2016 juga menunjukkan bahwa penduduk di Kabupaten Gresik yang mempunyai keluhan kesehatan dan sampai terganggu kegiatan sehari-harinya sebesar 9,84 persen, mereka berobat jalan terbanyak kepraktek dokter/bidan sebesar 44,06 persen, dengan rata-rata lama sakit 5-6 hari, jika yang rawat inap maka rata-rata 8-9 hari. Penggunaan Air Bersih Selain dilihat dari tingkat morbiditas, derajat kesehatan masyarakat juga dapat diamati dari pola hidup. Pola hidup mempengaruhi tingkat kesehatan, pola hidup bersih dan sehat tentunya lebih dapat menjamin kesehatan dibandingkan dengan pola hidup yang tidak bersih. Penggunaan air bersih baik itu sumber air minum maupun lainnya menentukan kondisi kesehatan masyarakat. Sumber air minum menentukan kualitas air minum. Hasil Susenas 2016 menunjukkan bahwa sebesar 88,74 persen rumah tangga di Kabupaten Gresik memiliki fasilitas air minum sendiri; 4,23 persen milik bersama; 3,47 persen fasilitas umum; 3,56 tidak ada fasilitas. Sebagian besar rumah tangga memperoleh air minum dengan cara membeli secara eceran sebesar 71,88 persen. Perkembangan kondisi penggunaan air bersih mengalami-perbaikan kualitas, hal ini terlihat dari presentase penggunaan fasilitas air sendiri yang masih jauh lebih tinggi dibandingkan presentase penggunaan fasilitas air minum milik bersama dan umum. Sumber air minum tertinggi rumah tangga di Kabupaten Gresik tahun 2016 adalah air isi ulang dengan nilai 44,92 persen, sumber air untuk memasak tertinggi menggunakan air dari sumber sumur bor/pompa sebesar 26,99 persen demikian sumber air untuk mandi dan cuci sebesar 37,62 persen. Rumah tangga yang menggunakan pompa/sumur/mata air di 54

74 Kabupaten Gresik tahun 2016 berjarak diatas 10 meter ke tempat penampungan kotoran/tinja terdekat sebesar 63,51 persen. Gambar 5.14 Persentase Penggunaan Fasilitas Air Minum Kabupaten Gresik Tahun 2016 Sumber: BPS, Susenas Jawa Timur Capaian dan Tantangan Bidang Ekonomi Indikator Kemiskinan Kabupaten Gresik Kapabilitas seseorang dalam ekonomi seringkali terbentur dengan kemiskinan. Faktor kemiskinan dapat menghambat berbagai aspek dalam kehidupan diantaranya aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan yang memadai, padahal kedua aspek tersebut merupakan kapabilitas dasar dalam pembangunan manusia. Sayangnya menanggulangi kemiskinan bukan perkara yang mudah karena terkait dengan berbagai dimensi kehidupan yang saling berpengaruh satu sama lain. Selama periode , sesungguhnya Kabupaten Gresik telah berupaya untuk menurunkan angka kemiskinan. Hal ini terlihat dari jumlah maupun persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang cenderung berkurang. Namun demikian, pergerakan kedua indikator tersebut dinilai cukup lamban, terlebih lagi jika melihat perbandingan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan yang masih terlihat sangat kontras. Kemiskinan Sulit Berkurang 55

75 Tabel 5.3. Indikator Kemiskinan Kabupaten Gresik Indikator Tahun Jumlah Penduduk 181,70 172,30 174,40 166,9 170,76 167,12 Miskin ( 000 ) P0 (% Penduduk Miskin) 15,33 14,29 14,35 13,41 13,63 13,19 P1 (Kedalaman 2,65 2,47 2,48 2,36 2,58 2,19 Kemiskinan) P2 (Keparahan 0,61 0,58 0,59 0,66 0,67 0,56 Kemiskinan) Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) Sumber : BPS, informasi Kemiskinan 2016 Kemiskinan dengan menggunakan pendekatan konsep kemiskinan yang dikaitkan kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk seseorang/rumah tangga. Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan yang bersifat mendasar yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. Berdasarkan pendekatan dasar kebutuhan. maka dapat dihitung garis kemiskinan konsumsi dan selanjutnya dapat dihitung persentase penduduk miskin (head count indeks) yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan konsumsi. Garis kemiskinan konsumsi dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran makanan dan bukan makanan perkapita pada kelompok penduduk referensi, yaitu penduduk kelas marjinal yang hidupnya berada sedikit diatas garis kemiskinan konsumsi (BPS, Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi Penduduk Jawa Tengah). Garis kemiskinan konsumsi terdiri dari garis kemiskinan makanan (batas kecukupan konsumsi makanan) dan garis kemiskinan non makanan (batas kecukupan konsumsi non makanan). Batas kecukupan konsumsi makanan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk makanan yang memenuhi kebutuhan minimum energy 2100 kalori per kapita per hari. 56

76 5.4.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB Kabupaten Gresik Tanpa Migas tahun 2016 sebesar Rp. 101,52 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp. 77,29 triliun atas dasar harga konstan. PDRB tahun 2016 tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2015 yaitu semula Rp. 93,05 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp. 72,97 triliun atas dasar harga konstan Perbedaan nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas dan tanpa migas sebesar Rp. 6,36 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dengan migas dan tanpa migas sebesar Rp. 8,54 triliun. Hal ini membuktikan bahwa kontribusi lapangan usaha migas dalam PDRB cukup besar. Gambar 5.15 PDRB ADHB dan ADHK (Migas & Non Migas) Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Kabupaten Gresik Struktur Ekonomi Regional Pada tahun 2016, kategori industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Gresik sebesar 49,10 persen. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor memberikan kontribusi terbesar kedua yaitu 12,16 persen. Sedangkan kategori pertanian, memiliki persentase tenaga kerja yang kecil di Kabupaten Gresik tetapi mampu memberikan kontribusi 8,29 persen. 57

77 Gambar 5.16 Distribusi PDRB ADHB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Gresik Tahun 2016 Sumber : BPS Kabupaten Gresik Kategori industri pengolahan selalu konsisten memberikan kontribusi cukup signifikan selama tahun , bahkan persentase sumbangan terhadap PDRB terus menjadi yang terbesar selama ini. Tahun 2008 sebesar 52,83 persen, kemudian tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 48,73 persen. Besarnya peran kategori industri pengelolaan sejak 2008 disebabkan oleh banyaknya industri pengolahan yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Gresik dan menyerap banyak tenaga kerja Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gresik tahun 2016 tanpa migas sebesar 5,92 persen. Kondisi ini melambat jika dibandingkan dengan tahun 2015 lalu dimana pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gresik tumbuh 6,65 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh kategori konstruksi sebesar 9,77 persen. Sedangkan seluruh kategori ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2016 mencatat pertumbuhan yang positif. Walaupun pertumbuhan ekonomi tetap positif namun pada tahun 2016 terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dipicu oleh menurunnya kinerja industri pengolahan dan lain-lain. Dengan tanpa memperhitungkan sub kategori migas (tanpa migas), pertumbuhan ekonomi selalu mengalami naik turun pada periode tahun

78 Gambar 5.17 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Gresik Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur PDRB Perkapita Sebuah nilai yang cukup relevan dalam mengambarkan tingkat kemakmuran penduduk secara makro ekonomi adalah dengan mengunakan pendekatan PDRB per kapita. Pada PDRB per kapita, besaran nilai PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun dari wilayah tersebut. Jadi besarnya PDRB telah tertimbang dengan jumlah penduduk pada masing-masing wilayah sehingga tingginya PDRB tidak lagi dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang besar. Tabel 5.4 PDRB per Kapita Kabupaten Gresik Tahun PDRB per Kapita Uraian Tahun PDRB ADHB (Juta Rp) 61,85 67,76 75,55 80,17 84,90 PDRB ADHK (Juta Rp) 55,50 58,12 61,48 64,76 67,55 Sumber : BPS Kabupaten Gresik PDRB per kapita Kabupaten Gresik dengan migas tahun 2016 mencapai Rp. 84,90 juta atas dasar harga berlaku dan Rp. 67,55 juta atas dasar harga konstan, kondisi ini terus meningkat dari tahun Artinya secara makro di tahun 2016 besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk di Kabupaten Gresik rata-rata sebesar 84,90 juta. Artinya setiap orang mampu menghasilkan nilai tambah 84,90 juta untuk PDRB Kabupaten Gresik. 59

79 Secara astronomis, Kabupaten Gresik terletak antara Bujur Timur dan 7-8 Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Gresik memiliki batasbatas: Utara Laut Jawa ; Selatan Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kota Surabaya; Barat Kab. Lamongan; Timur Selat Madura. Kabupaten Gresik terdiri dari 18 kecamatan, 330 desa dan 26 kelurahan. Dua kecamatan yang berada di pulau Bawean adalah Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Secara umum, wilayah Kabupaten Gresik dibagi menjadi dua, yaitu Gresik daratan dan pulau Bawean. Kabupaten Gresik memiliki luas 1.191,25 kilometer persegi. Setiap kecamatan melakukan berbagai aktivitas yang menunjukkan entitas masing-masing. Pembangunan terus bergulir dari waktu ke waktu dalam berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Pada hakikatnya pembangunan harus bersifat adil, demokratis, terbuka, partisipatif dan terintegrasi. Namun, kemajuan pembangunan manusia yang berbeda telah melahirkan kesenjangan pembangunan. Daerah atau kawasan yang relatif lambat perkembangannya mengalami berbagai kesulitan dan akan membuat daerah atau kawasan tersebut semakin tertinggal dari daerah atau kawasan yang lain. Oleh karena itu, pemerintah memiliki tanggung jawab dalam mengatasi kesenjangan pembangunan termasuk pembangunan manusia, di mana pemerintah lebih berperan untuk melakukan fasilitasi dan koordinasi. Kesenjangan pembangunan manusia antar kabupaten sangat menarik untuk dibahas. Dari sisi regional tahun 2016, masih terdapat kabupaten dengan status pembangunan manusia rendah, yaitu Kabupaten Sampang (59,09). Sementara Kabupaten Gresik sudah berada di status Tinggi (74,46). Provinsi Jawa Timur berada pada status Sedang dengan nilai IPM Kabupaten/Kotanya tertinggi sebesar 80,46 yaitu Kota Malang dengan kategori Sangat Tinggi. IPM hanya suatu ringkasan dan bukan suatu ukuran komprehensif dari pembangunan manusia. IPM tidak memasukkan aspek pembangunan moral dan penanaman budi luhur bangsa ke dalam sistem nilai yang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat kita. Hal ini disebabkan adanya alasan teknis yaitu sulit mengukur aspek tersebut dan formula penghitungan menjadi tidak sederhana. Namun demikian dalam memberikan pengukuran tunggal dan sederhana dari upaya pembangunan, penggunaan indeks ini cukup memadai, karena dapat merefleksikan sampai sejauh mana upaya dan kebijakan yang 60

80 dilakukan dalam kerangka pembangunan manusia. Pemerintah daerah kini tidak lagi hanya berkonsentrasi pada pembangunan ekonomi semata. Pengalaman beberapa negara yang telah sukses, keberhasilan pembangunan manusia biasanya juga akan diikuti oleh keberhasilan dalam pembangunan ekonomi. Data IPM menjadi sangat penting dan bernilai strategis serta dibutuhkan banyak kalangan terutama pemerintah sebagai bahan rujukan dalam menentukan berbagai kebijakan pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah adalah penentuan dana perimbangan wilayah melalui Dana Alokasi Umum (DAU) yang menggunakan data IPM. Selain itu, IPM juga digunakan untuk menilai keberhasilan kinerja pembangunan manusia suatu wilayah Kesenjangan IPM Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Kesenjangan pembangunan manusia dalam perspektif kabupaten/kota menjadi petunjuk penting tentang kinerja yang telah diupayakan pemerintah dalam distribusi pembangunan pada tingkat provinsi. Bagi pemerintah pusat, analisis kesenjangan di kabupaten/kota yang terjadi di tingkat provinsi akan membantu dalam memberikan fokus perhatian terhadap kemajuan pembangunan manusia. Pada tataran umum, penting untuk melihat kesenjangan pembangunan manusia melalui indeks pembangunan manusia. Sementara pada tingkat lanjut, kesenjangan pada setiap dimensi pembentuk pembangunan manusia juga akan memberikan fokus yang lebih detil. Kesenjangan IPM antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur sedikit menurun dalam 6 tahun terakhir Gambar 6.1 IPM Kab/Kota Tertinggi dan Terendah di Jawa Timur Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 61

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

w :// w tp ht w.id go.b ps. w :// w tp ht w.id go.b ps. Kata Pengantar Indeks Pembangunan Manusia sebagai indikator ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 25/04/52/th II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA K o t a B a t a m Tahun 2015 No. Publikasi : 2171.15.07 No. Katalog BPS : 4102.002.2171 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : viii + 50 Naskah : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi : 3403.16.27 Katalog BPS : 4102002.3403 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : vi rumawi + 53 halaman Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015 No. 34/06/75/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015 IPM Provinsi Gorontalo Tahun 2015 Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG 1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/05/33.08/Th. I, 04 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN MAGELANG 2016 1. Perkembangan IPM Kabupaten Magelang, 2010-2016 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016 KATA PENGANTAR Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu wilayah akan berkembang sesuai dengan cara alokasi pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Sumber daya tersebut adalah sumber daya manusi (SDM) dan sumber daya modal,

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN MENINGKAT MENJADI TINGGI Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara berkembang seperti Indonesia, peranan sumber daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam setiap pencapaian pembangunan ekonomi, di

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 No. 30/05/36/Th.XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN TERUS MENGALAMI KEMAJUAN Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat Nomor : BRS-02/BPS-9415/Th. I, 28 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN WALIKOTA MADIUN

KATA SAMBUTAN WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenan dan ridho-nya bahwa buku "ANALISIS

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015-2025 B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 No. 48/06/21/Th. XI, 15 Juni 2016 IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Maluku Tahun 2015 1. Perkembangan IPM Maluku Tahun 2010-2015 No. 06/07/81/Th. I, 1 Juli 2016 Pembangunan manusia di Maluku pada tahun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI MALUKU No. 07/05/81/Th. II, 2 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Maluku Tahun 2016 Pembangunan manusia di Maluku pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016 No. 22/04/82/Th XVI, 17 April 2017 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016 IPM Maluku Utara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Maluku Utara pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BENGKULU TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BENGKULU TAHUN 2015 No. 38/07/17/I, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BENGKULU TAHUN 2015 IPM Bengkulu Tahun 2015 = 68,59 Pembangunan manusia di Bengkulu pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak literatur ekonomi pembangunan yang membandingkan antara pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. MDGs ini

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/51/Th. II, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Bali Tahun 2016 Progres pembangunan manusia pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG No. 001/05/1611/Th.XIX, 24 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNA AN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM Empat Lawang Tahun Pembangunan manusia di Empat Lawang pada tahun terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2014 BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2014 2015 : Badan Pusat Statistik Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya ISSN : 2086-2369 Nomor Publikasi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/Th. XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Utara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Utara pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 No. 23/05/14/Th. XVIII, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 IPM Riau Tahun 2016 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1413.7371 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar 2014 Katalog BPS : 1413.7371 Naskah/Editor : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Gambaran Kulit : Seksi Neraca Wilayah & Analisis

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan dan rahmat-nya, kita telah diberi kesempatan untuk mencurahkan segenap kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015 BPS PROVINSI MALUKU No. 05/010/81/Th. I, 3 Oktober 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015 Untuk melngkapi penghitungan IPM, UNDP memasukan aspek gender ke dalam konsep pembangunan manusia.

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/72/ThXX, 05 Mei 2017 IPM Sulawesi Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tengah terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 30/06/14/Th. XVII, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Tahun dapat diselesaikan. Publikasi ini

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah (

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah ( Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No.31/05/76/Th.XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Barat pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan semua proses yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Pada intinya pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 40/06/52/th I, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Propinsi NTB pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

HUMAN DEVELOPMENT INDEX HUMAN DEVELOPMENT INDEX Oleh : 1. ITRA MUSTIKA (135030201111117) 2. YUSRIN RIZQI FARADITA (135030201111119) 3. DINAR DWI PURNAMASARI (135030201111135) 4. ERVINGKA RAHMA Y.S (135030207111101) Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 BPS KABUPATEN SEKADAU No.02/11/6109/Th. I, 30 November 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 IPM KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 61,98 MENINGKAT SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR IPM pertama

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT Pembangunan manusia di D.I. Yogyakarta terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara, maka dibutuhkan pembangunan. Pada September tahun 2000, mulai dijalankannya Millennium Development

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model regresi robust dengan

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model regresi robust dengan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model regresi robust dengan metode estimasi-s. Kemudian akan ditunjukkan model regresi robust menggunakan metode estimasi-s untuk memprediksi Indeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat melalui tahapan pelita demi pelita telah banyak membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia. Namun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 31/05/Th.I, 5 Mei 2017 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 14/07/Th.I, 1 Juli 2016 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 40/06/51/Th. I, 15 Juni 2016 Pembangunan manusia pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No.36/06/76/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Barat Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Barat pada tahun 2015 terus

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 25/05/15/Th.XI, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Jambi Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Jambi pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 28/05/63/Th.XXI/5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Kalimantan Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kalimantan Selatan pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 33/06/63/Th. XX/15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Kalimantan Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci