BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENEITIAN 3. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data citra tenun yang berasal dari beberapa daerah yang ada di indonesia, yakni tenun dari daerah Bali, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan Dan Nusa Tenggara. Data tenun yang digunakan diperoleh dari buku yang berjudul Tenunku dari penulis Ibu Ani Yudhoyono yang berada pada perpustakaan daerah Jawa Tengah beralamat jl. Sriwijaya No. 9 A, Jawa Tengah. Dataset tenun yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 53 buah gambar motif tenun yang tergolong antara lain [] : a. Tenun Bali Motif khas yang dimiliki tenun Bali yaitu motif klasik tenun sutera patola dari Gujarat dengan pewarna alami yang diambil dari berbagai jenis tananaman yang terpelihara subur dilingkungan pengrajin tenun. Hanya tiga warna yang digunakan, yaitu kuning, biru, merah dan hitam, tenun Bali menurut masyarakat sekitar dianggap memberi tameng terhadap penyakit, atau kekebalan. Bahkan menyimpan tiga warna suci tersebut di anggap memberi perlindungan. Gambar 3.: Tenun Bali [] 7

2 8 b. Tenun Sumatra Ciri khas yang terdapat pada tenun Sumatra terdapat pada motifnya yang mengacu pada hasil kebudayaan Melayu, dan unsur-unsur kebudayaan luar yang pernah masuk ke Jambi seperti kebudayaan Jawa, India, China. atar agama Islam yang kuat serta hubungan akrab dengan India dimasa lampau mewarisakan tradisi seni kerajinan tenun yang sangat menarik. Keahlian pada perajin tenun aceh dalam mengerjakan efek sulam pada tenunan, dengan menambahkan benang emas atau benang perak, menghadirkan kain-kain Songket yang pantas dikagumi sebagai mahakarya. Pengaruh kebudayaan luar tersebut telah mengakar cukup kuat dalam kebudayaan pada tiap-tiap daerah di Sumatra. Dibalik keindahan tampilan motif-motif tenun tersebut, terkandung nilai filosofis yang menggambarkan keluhuran budaya Melayu yang berkembang di Sumatra. Gambar 3.: Tenun Jambi [] c. Tenun Sulawesi Keragaman motif tenun di sulawesi semakin diperkaya dengan adanya salah satu senin kerajinan tenun di Donggala. Seni tenun Donggala memiliki enam jenis motif diantaranya adalah Kain palekat Garusu bermotif dominan kotak-kotak, Buya Subi memiliki motif bunga-bunga lepas seperti disulam satu per-satu,

3 9 Buya Bomba Subi yang menampilkan ragam motif bungabungaan (Bomba) yang dikombinasikan dengan ragam hias teknik songket (Subi), Buya Bomboba Kota menampilkan motif bunga-bungaan berbentuk kotak, Buya Awi, dan motif Buya Bomba yang memiliki ciri ragam motif berbentuk bunga-bungaan yang dibuat dengan teknik ikat dan menggunakan suatu bentuk motif flora sebagai penghias semata. Gambar 3.3: Tenun Sulawesi Buya Bomba Subi [] d. Tenun Kalimantan Tenun Kalimantan tak terpisahkan dengan benang emas karena unggul mutunya karena selain ringan, tahan lama dan warnanya tidak mudah pudar, sehingga tenun Kalimantan dijuluki Kain Benang Emas. Motif yang paling mengemuka adalah bungabunga warna cerah yang senantiasa diberi makna petuah bijaksana. Gambar 3.4: Tenun Kalimantan []

4 3 e. Tenun Nusa Tenggara Motif tenun Nusa Tenggara terdapat beberapa motif yang pertama motif rincik motif zig zag yang menggunakan benang emas dan didalamnya diberi hiasan motif bentuk Kristal warnawarni. Kedua motif ragi lomak dengan corak garis-garis. Kemudian yang ketiga motif rante motif geometris dengan jalinan rantai menyerupai sarang lebah dan diberi hiasan bunga dan panah. f. Dataset Tenun Gambar 3.5: Tenun Nusa Tenggara [] Dataset tenun yang digunakan sebagai data training antara lain : Tabel 3. Dataset Tenun Kota Asal Jenis Jumlah Dataset Tenun Nusa Tenggara Tenun Songket 5 Bali Tenun Songket 4 Sulawesi Tenun Ikat/Songket 9 Kalimatan Tenun Ikat 5 Sumatra Tenun Ikat/Songket 53 Jumlah Dataset 53

5 3 3. angkah Implementasi Sistem 3.. Ekstraksi fitur citra tenun menggunakan GCM angkah-langkah ekstraksi fitur citra tenun menggunakan GCM adalah :. Membuat area kerja matriks dari citra tenun.. Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. 3. Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja. 4. Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposenya untuk menjadikannya simetris. 5. Normalisasi matriks untuk mengubahnya ke bentuk probabilitasnya. 6. Menghitung nilai fitur ekstraksi dari normalisasi yang didapat. 3.. Pencocokan citra tenun menggunakan algortima k-means Data dari fitur-fitur tekstur yang telah diperoleh dikelompokkan kedalam cluster yang memiliki kemiripan karakteristik dari setiap fitur-fitur tekstur yang diperoleh. Pengelompokkan dilakukan dengan menggunakan perhitungan jarak Euclidean dengan algoritma k-means untuk mengetahui jarak terdekat dari citra. 3.3 Validasi Cluster Validitas cluster dilakukan dengan menggunakan metode daviesbouldin index (DBI) dari data clustering yang didapat untuk mengetahui seberapa baik kemurnian cluster yang dihasilkan dari proses clustering dan purity untuk mengetahui kualitas (kemurnian) cluster yang dihasilkan.

6 3 3.4 Desain Blok Diagram Sistem Data Citra Tenun Ekstraksi fitur tekstur menggunakan GCM :. Membuat area kerja matriks.. Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. 3. Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja. 4. Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposenya untuk menjadikannya simetris. 5. Normalisasi matriks untuk mengubahnya ke bentuk probabilitasnya. 6. menghitung fitur-fitur ekstraksi Data hasil ekstraksi Mengklasifikasikan citra tenun menggunakan algoritma k-means Hasil Gambar 3.6: Diagram Sistem angkah kerja dari CBIR adalah dengan melakukan ekstraksi fitur tekstur terhadap dataset citra yang digunakan, yakni citra tenun menggunakan algoritma GCM. Sebelum melakukan penghitungan untuk mengetahui nilai dari fitur-fitur tekstur, citra tenun terlebih dahulu dibuat

7 33 kedalam bentuk matrik untuk menentukan hubungan spasial antara piksel referensi dengan piksel tetangga dari empat sudut yang berbeda, yakni sudut, 45, 9 dan 35. Dari penentuan hubungan spasial antar piksel tersebut akan diperoleh empat matrik kookurensi dengan empat sudut yang berbeda. Untuk membuat matrik kookurensi tersebut menjadi simetris, dilakukan penjumlahan antara matrik kookurensi dengan matrik hasil transposenya. Untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, hasil penjumlahan matrik sebelumnya perlu dinormalisasikan sehingga jumlahnya bernilai. Matrik hasil normalisasi inilah yang akan digunakan untuk menghitung fitur-fitur tekstur dari citra tenun. Hasil dari fitur-fitur tekstur yang diperoleh akan dikelompokkan menggunakan algoritma k- means dengan perhitungan jarak euclidean. Pengelompokan dilakukan dengan menghitung jarak euclidean dari setiap fitur-fitur tekstur dataset citra tenun. Jarak hasil perhitungan yang diperoleh dikelompokkan kedalam cluster yang memiliki kedekatan jarak yang sama. Semakin kecil jarak yang diperoleh maka citra tersebut memiliki tingkat kemiripan semakin besar. 3.5 Contoh Perhitungan a). angkah - langkah ekstraksi fitur tekstur menggunakan GCM. ). Membuat area kerja matriks. Matrik [ ] Area kerja matrik Nilai piksel referensi Nilai piksel tetangga,,,

8 34,,,,,, ). Menentukan hubungan spasial antara piksel referensi dengan piksel tetangga, untuk nilai sudut θ dan jarak d. Hubungan spasial d dengan sudut θ adalah : Citra asli 3). Menghitung jumlah kookurensi antara citra asli dengan area kerja matrik Nilai piksel referensi dan Nilai piksel tetangga, kemudian mengisikannya pada jumlah pasangan piksel (matrix framework). 4). Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposenya agar menjadi matriks yang simetris. Matriks dari jumlah pasangan piksel kemudian ditambahkan dengan matrik tranposenya untuk dijadikan simetris. 4 [ ] + [ ] [ ] 5). Matriks yang telah simetris selanjutnya harus dinormalisasi untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, nilai-nilai elemen GCM perlu dinormalisasi sehingga jumlahnya bernilai. Nilai elemen untuk masing-masing piksel dibagi dengan jumlah seluruh elemen spasial.,333,83,83

9 35 [ 4 ],83,83,83,83,67 6). Menghitung fitur-fitur ekstraksi. Setelah hasil normalisasi didapatkan, dilanjutkan menghitung fiturfitur GCM.. ASM ASM (GCM(i, j)) ASM,333 +,83 +,83 +,83 + +,83 +,83 +,83 +,67 ASM, +,6 +,6 +,6 + +,6 ASM,73 +,6 +,6 +,7. Kontras Kontras n { GCM(i, j) n i j n } i j GCM(i, j) i j Kontras ( x,333) + ( x,83) + ( x,83) + ( x,83) + ( x ) + ( x,83) + ( x,83) + ( x,83) + ( x,67) Kontras +,83 +,33 +,83 + +,83 +,33 +,83 + Kontras, IDM IDM (GCM(i, j)) + (i j)

10 36 IDM (,333 ) + (,83,83 + +( ) ) + ( +( ) ) + (,83 ) + ( + + ) + (,83 +( ) ) + (,83 ) + + (,83) + + (,67) + IDM,8 +,34 +,3 +,34 + +,34 IDM,549 +,3 +,34 +,79 4. Entropi Entropi (GCM(i, j))log(gcm(i, j)) Entropi ( (,333) log (,333)) + ( (,83) log (,83)) + ( (,83) log (,83)) + ( (,83) log (,83)) + ( () log ()) + ( (,83) log (,83)) + ( (,83) log (,83)) + ( (,83) log (,83)) + ( (,67) log (,67)) Entropi ( (,333) x (,477)) + ( (,83)x (,8)) + ( (,83)x (,8)) + ( (,83)x (,8)) + ( ()x ( )) + ( (,83)x (,8)) + ( (,83)x (,8)) + ( (,83) x (,8)) + ( (,67) x (,777)) Entropi,588 +,897 +,897 +, ,897 Entropi, Mean μ i μ j +,897 +,897 +,97 i GCM(i, j) j GCM(i, j) μ i ( x,333 ) + ( x,83 ) + ( x,83) + ( x,83 )

11 37 + ( x ) + ( x,83 ) + (3 x,83 ) +(3 x,83 ) + (3 x,67 ) μ i,333 +,83 +,83 +,66 + +,66 +,49 +,49 +,5 μ i,83 μ j ( x,333 ) + ( x,83 ) + (3 x,83) + ( x,83 ) + ( x ) + (3 x,83 ) + ( x,83 ) +( x,83 ) + (3 x,67 ) μ j,333 +,66 +,49 +,83 + +,49 +,83 +,66 +,5 μ j,83 6. Varian σ i σ j GCM(i, j) (i μ i ) GCM(i, j) (j μ j ) σ i (,333 x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,83 x (,83)) + ( x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,83 x (3,83)) + (,83 x (3,83)) + (,67 x (3,83)) σ i,9 +,57 +,57 +, + +, +,3 σ i,8 +,3 +,8 σ j (,333 x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,83 x (3,83)) + (,83 x (,83)) + ( x (,83)) + (,83 x (3,83))

12 38 + (,83 x (,83)) + (,83 x (,83)) + (,67 x (3,83)) σ j,9 +, +,3 +,57 + +,3 +,57 +, +,8 σ j, Korelasi dengan standart deviasi i σ i σ i dan standart deviasi j σ j σ j Korelasi (ij)(gcm(i,j) μ i μ j σ i σ j (i μi )(j μj )(GCM(i,j)) σ i σ j Korelasi ((,83)x (,83)x(,333)) (,8) x (,794) ((,83)x (,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((,83)x (3,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((,83)x (,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((,83)x (,83)x()) + (,8) x (,794) ((,83)x (3,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((3,83)x (,83)x(,83)) + (,8) x (,794)

13 39 ((3,83)x (,83)x(,83)) + (,8) x (,794) ((3,83)x (3,83)x(,67)) + (,8) x (,794) Korelasi,8 + (,45) + (,63) +,45 + +,63 +(,63) + (,63) + 8 Korelasi,36 b). angkah-langkah ekstraksi fitur pada matrik ke-. ). Membuat area kerja matriks. Matrik [ ] 3 Area kerja matrik Nilai piksel referensi Nilai piksel tetangga 3,,,,3,,,,3,,,,3 3 3, 3, 3, 3,3 ). Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. Hubungan spasial d dengan θ : Piksel asli 3 3). Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja.

14 4 Jumlah pasangan piksel (matrix framework) 4). Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposenya agar menjadi matriks yang simetris. Matriks dari jumlah pasangan piksel kemudian ditambahkan dengan matrik tranposenya untuk dijadikan simetris. [ ] + [ ] [ ] 5). Matriks yang telah simetris selanjutnya harus dinormalisasi untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, nilai-nilai elemen GCM perlu dinormalisasi sehingga jumlahnya bernilai. Nilai elemen untuk masing-masing piksel dibagi dengan jumlah seluruh elemen spasial. [ ],67,83,67,67,83,83,67,67 6). Menghitung fitur-fitur ekstraksi. Setelah hasil normalisas didapatkan, dilanjutkan menghitung fiturfitur GCM. Dengan cara perhitungan fitur GCM yang sama dengan matrik maka diperoleh hasil fitur matrik yaitu :

15 4. ASM ASM ASM,53 (GCM(i, j)). Kontras Kontras i j i j GCM(i, j) Kontras,33 3. IDM IDM IDM,634 (GCM(i, j)) + (i j) 4. Entropi Entropi Entropi,976 (GCM(i, j))log(gcm(i, j)) 5. Mean μ i μ j μ i,5 i GCM(i, j) j GCM(i, j) μ j, Varian σ i GCM(i, j) (i μ i )

16 4 σ j σ i, GCM(i, j) (j μ j ) σ j, Korelasi standart deviasi i σ i σ i standart deviasi j σ j σ j Korelasi (i μi )(j μj )(GCM(i, j)) σ i σ j Korelasi,87 c). angkah-langkah ekstraksi fitur pada matrik 3. ). Membuat area kerja matriks. 4 Matrik 3 [ 3] 4 Area kerja matrik Nilai piksel referensi Nilai piksel tetangga 3 4,,,,3,4,,,,3,4,,,,3,4 3 3, 3, 3, 3,3 3,4 4 4, 4, 4, 4,3 4,4

17 43 ). Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. Hubungan spasial d dengan θ : Piksel asli ). Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja. Jumlah pasangan piksel (matrix framework) 4). Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposeenya untuk menjadikannya simetris. Matriks yang diperoleh ditambahkan dengan matrik tranposenya untuk dijadikan simetris. + [ ] [ ] [ ] 5). Matriks yang telah simetris selanjutnya harus dinormalisasi untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, nilai-nilai elemen GCM perlu dinormalisasi sehingga jumlahnya bernilai. Nilai

18 44 elemen untuk masing-masing piksel dibagi dengan jumlah seluruh elemen spasial [ ],7,7,,7,7,,,, 6). Menghitung fitur-fitur ekstraksi. Setelah hasil normalisas didapatkan, dilanjutkan menghitung fiturfitur GCM. Dengan cara perhitungan fitur GCM yang sama dengan matrik maka diperoleh hasil fitur matrik 3 yaitu :. ASM ASM ASM, (GCM(i, j)). Kontras Kontras i j i j GCM(i, j) Kontras 4,4 3. IDM IDM IDM,3688 (GCM(i, j)) + (i j) 4. Entropi

19 45 Entropi Entropi,9 (GCM(i, j))log(gcm(i, j)) 5. Mean μ i μ j μ i,9 i GCM(i, j) j GCM(i, j) μ j 9 6. Varian σ i σ j σ i,7 GCM(i, j) (i μ i ) GCM(i, j) (j μ j ) σ j,5 7. Korelasi standart deviasi i σ i σ i standart deviasi j σ j σ j Korelasi (i μi )(j μj )(GCM(i, j)) σ i σ j Korelasi 5,66

20 46 d). angkah-langkah ekstraksi fitur pada matrik 4. ). Membuat area kerja matriks. 3 Matrik 4 [ 3 3 ] Area kerja matrik Nilai piksel referensi Nilai piksel tetangga 3,,,,3,,,,3,,,,3 3 3, 3, 3, 3,3 ). Menentukan hubungan spasial antara piksel refenrensi dengan piksel tetangga, berapa nilai sudut θ dan jarak d. Hubungan spasial d dengan θ : Piksel asli ). Menghitung jumlah kookurensi dan mengisikannya pada area kerja. Jumlah pasangan piksel (matrix framework)

21 47 4). Menjumlahkan matriks kookurensi dengan tranposeenya untuk menjadikannya simetris. Matriks yang diperoleh ditambahkan dengan matrik tranposenya untuk dijadikan simetris. [ ] + [ ] [ ] 5). Normalisasi matriks untuk mengubahnya ke bentuk probabilitasnya. Matriks yang telah simetris selanjutnya harus dinormalisasi untuk menghilangkan ketergantungan pada ukuran citra, nilai-nilai elemen GCM perlu dinormalisasi sehingga jumlahnya bernilai. Nilai elemen untuk masing-masing sel dibagi dengan jumlah seluruh elemen spasial. [ ],67,8,8,67,8,8,8,8,67 6). Menghitung fitur-fitur ekstraksi. Setelah hasil normalisas didapatkan, dilanjutkan menghitung fiturfitur GCM. Dengan cara perhitungan fitur GCM yang sama dengan matrik maka diperoleh hasil fitur matrik 4 yaitu :. ASM ASM ASM, (GCM(i, j))

22 48. Kontras Kontras i j i j GCM(i, j) Kontras 3,96 3. IDM IDM IDM,53 (GCM(i, j)) + (i j) 4. Entropi Entropi Entropi,96 (GCM(i, j))log(gcm(i, j)) 5. Mean μ i μ j μ i,696 i GCM(i, j) j GCM(i, j) μ j, Varian σ i σ j σ i,335 GCM(i, j) (i μ i ) GCM(i, j) (j μ j )

23 49 σ j, Korelasi standart deviasi i σ i σ i standart deviasi j σ j σ j Korelasi (i μi )(j μj )(GCM(i, j)) σ i σ j Korelasi,57 e). Proses Klusterisasi. Tabel 3. Fitur GCM Matrik ASM Kontras IDM Entropi Korelasi,73,996,549,867,36,53,33,634,976 -,87 3, 4,4,3688,9-5,66 4, 3,96,53,96 -,57 Tabel 3. diatas berisi nilai fitur GCM untuk pengukuran yang digunakan adalah jarak Euclidean, dengan cluster (k) dan ambang batas untuk perubahan fungsi objektif adalah,. Dalam menghitung K- Means langkah pertama yang dilakukan adalah:. Inisialisasi

24 5 Memilih K data sebagai Centroid awal, misal data ke dan sebagai Centroid awal. Nilai fungsi objektif awal.. Iterasi Menghitung jarak setiap data ke centroid terdekat menggunakan Euclidean Distance. a) Data ke- d(x - C) n (x c ) (,73,73) + (,996,996) +(,549,549) + (,867,867) +(,36,36) d(x - C) (,73,53) + (,996,33) b) Data ke- d(x - C ) +(,549,634) + (,867,976) +(,36 (,87)),4 +,7848 +,83 +,8 +,,45 n (x c ),45 d(x - C) n (x c ) c) Data ke-3

25 5 d(x3 - C) n (x 3 c ) (,,73) + (4,4,996) +(,3688,549) + (,9,867) (( 5,66),36),8 +,68 +,457 +,9 + 56,7685 6,383 d(x3 - C) n (x 3 c ) (,,53) + (4,4,33) +(,3688,634) + (,9,976) (( 5,66),87), + 4,849 +,93 +, + 48,3 5,887 d) Data ke-4 d(x4 - C) n (x 4 c ) (,,73) + (3,96,996) +(,53,549) + (,96,867) ((,57),36),6 + 4,4 +,3 +,79 +,683,67 d(x34 - C) n (x 4 c ) (,,53) + (3,96,33) +(,53,634) + (,96,976)

26 5 ((,57),87),9 +,583 +, + +,59,643 Setelah menghitung masing-masing jarak data dengan Centroid awal yang sudah di tentukan yaitu data ke dan, kemudian didapatkan hasil yang di tunjukkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.3 Kelompok Cluster Iterasi Data ke- Jarak ke Centroid Terdekat Cluster yang diikuti,45,45 3 6,383 5,887 5,887 4,67,643, Selanjutnya menentukan centroid baru dengan menghitung nilai rata-rata dari data yang ada pada centroid yang sama. a) Cluster anggota Data anggota Tabel 3.4 Kelompok Cluster ASM Kontras IDM Entropi Korelasi,73,996,549,867,36

27 53 b) Cluster 3 anggota Data anggota Tabel 3.5 Kelompok Cluster ASM Kontras IDM Entropi Korelasi,53,33,634,976 -,87 3, 4,4,3688,9-5,66 4, 3,96,53,96 -,57 4. Hasil yang di dapatkan dari kedua Cluster tersebut membentuk Centroid baru yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 3.6 Centroid Baru Centroid ASM Kontras IDM Entropi Korelasi,73,996,549,867,36,3,578,6,98-5,3 5. Selanjutnya dihitung nilai fungsi objektif yang didapat dari Euclidean distance antara setiap data dengan Centroid dari Cluster yang diikuti. a) Data ke-. d(x - C) n (x c ) (,73,73) + (,996,996) +(,549,549) + (,867,867)

28 54 +(,36,36) b) Data ke-. d(x - C) (,53,3) + (,33,578) +(,634,6) + (,976,98) +((,87) ( 5,3)),4 +,65 +, ,96 5, c) Data ke-3. d(x3 - C) (,,3) + (4,4,578) +(,3688,6) + (,9,98) +(( 5,66) ( 5,3)), + 3,36 +, ,39,5 d) Data ke-4 d(x4 - C) (,,3) + (3,96,578) +(,53,6) + (,96,98) +((,57) ( 5,3)),8 +,68 +, ,47 5,7 6. Dari perhitungan tersebut didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 3.7 Hasil Nilai Fungsi Objektif Data ke-i Cluster Cluster

29 55 5, 3,5 4 5,7 Dari nilai fungsi objektif pada Cluster dan Cluster seperti yang ditunjukan pada tabel 3.7 diatas, didapatkan hasil penjumlahan nilai fungsi objektif,9. Dan untuk perubahan fungsi objektif didapat,9 79,86. Jika perubahan fungsi objektif masih diatas ambang batas yang ditetapkan, maka dilanjutkan ke Iterasi selanjutnya.

DAFTAR ISI. BAB II... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. BAB II... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI SKRIPSI... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN DEWAN PENGUJI... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR...

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN CITRA BATIK MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS BERDASARKAN FITUR TEKSTUR DENGAN METODE GLCM

PENGELOMPOKAN CITRA BATIK MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS BERDASARKAN FITUR TEKSTUR DENGAN METODE GLCM 1 PENGEOMPOKAN CITRA BATIK MENGGUNAKAN AGORITMA K-MEANS BERDASARKAN FITUR TEKSTUR DENGAN METODE GCM Sulistiawan Jurusan Teknik Informatika FIK UDINUS, Jl. Nakula No. 5-11 Semarang-50131 sulistiawann1@gmail.com

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BATIK MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOUR BERDASARKAN GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRICES (GLCM)

KLASIFIKASI BATIK MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOUR BERDASARKAN GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRICES (GLCM) KASIFIKASI BATIK MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOUR BERDASARKAN GRAY EVE CO-OCCURRENCE MATRICES (GCM) Hanang Wijayanto Jurusan Teknik Informatika FIK UDINUS, Jl. Nakula No. 5-11 Semarang-50131 1110110686@mhs.dinus.ac.id

Lebih terperinci

TEMU KEMBALI CITRA UNTUK PENGENALAN BATIK PADA CITRA 2D MENGGUNAKAN FITUR TEKSTUR MATRIKS KOOKURENSI ARAS KEABUAN DAN FUNGSI JARAK CANBERRA

TEMU KEMBALI CITRA UNTUK PENGENALAN BATIK PADA CITRA 2D MENGGUNAKAN FITUR TEKSTUR MATRIKS KOOKURENSI ARAS KEABUAN DAN FUNGSI JARAK CANBERRA 1 TEMU KEMBAI CITRA UNTUK PENGENAAN BATIK PADA CITRA D MENGGUNAKAN FITUR TEKSTUR MATRIKS KOOKURENSI ARAS KEABUAN DAN FUNGSI JARAK CANBERRA Intan Putri Rakasiwi 1, Ricardus Anggi Pramunendar Universitas

Lebih terperinci

KLASIFIKASI JENIS IKAN KOI MENGGUNAKAN GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRIX DAN ALGORITMA NAIVE BAYES

KLASIFIKASI JENIS IKAN KOI MENGGUNAKAN GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRIX DAN ALGORITMA NAIVE BAYES KLASIFIKASI JENIS IKAN KOI MENGGUNAKAN GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRIX DAN ALGORITMA NAIVE BAYES Tri Adhi Atmaji 1, Catur Supriyanto 2 Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

Identifikasi Ciri Kain Menggunakan Fitur Tekstur dan Gray Level Difference Method

Identifikasi Ciri Kain Menggunakan Fitur Tekstur dan Gray Level Difference Method Identifikasi Ciri Kain Menggunakan Fitur Tekstur dan Gray Level Difference Method Inwijayati Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarmai Universitas Gunadarma Depok, Indonesia Prihandoko, Bertalya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI EKSTRAKSI FITUR TEKSTUR GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRICES (GLCM) UNTUK PENGELOMPOKAN CITRA TENUN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

IMPLEMENTASI EKSTRAKSI FITUR TEKSTUR GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRICES (GLCM) UNTUK PENGELOMPOKAN CITRA TENUN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS IMPEMENTASI EKSTRAKSI FITUR TEKSTUR GRAY EVE CO- OCCURRENCE MATRICES (GCM) UNTUK PENGEOMPOKAN CITRA TENUN MENGGUNAKAN AGORITMA K-MEANS Wahyu Anggoro Jurusan Teknik Informatika FIK UDINUS, Jl. Nakula No.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas langkah-langkah dari implementasi dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang klasifikasi aktivitas menggunakan algoritma k-nearest neighbor

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. K-Means Clustering

Pengenalan Pola. K-Means Clustering Pengenalan Pola K-Means Clustering PTIIK - 2014 Course Contents 1 Definisi k-means 2 Algoritma k-means 3 Studi Kasus 4 Latihan dan Diskusi K-Means Clustering K-Means merupakan salah satu metode pengelompokan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Bagian ini akan menjelaskan tentang penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan Ekstraksi Ciri dan GLCM. Penelitian dengan judul GLCM

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TENUN MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOUR BERDASARKAN GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRICES (GLCM)

KLASIFIKASI TENUN MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOUR BERDASARKAN GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRICES (GLCM) KASIFIKASI TENUN MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOUR BERDASARKAN GRAY EVE CO-OCCURRENCE MATRICES (GCM) Eka Putra Satrio 1, T. Sutojo,S.Si, M.Kom 2 Jurusan Teknik Informatika FIK UDINUS, Jl. Nakula No.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 41 Analisa Analisa merupakan tahap paling utama dalam melakuakan penelitian Tahapan analisa digunakan untuk menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan penelitian yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS KAYU MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION BERDASARKAN FITUR TEKSTUR GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX

IDENTIFIKASI JENIS KAYU MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION BERDASARKAN FITUR TEKSTUR GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX IDENTIFIKASI JENIS KAYU MENGGUNAKAN EARNING VECTOR QUANTIZATION BERDASARKAN FITUR TEKSTUR GRAY EVE CO-OCCURRENCE MATRIX Ahmad Yasir Fikri 1, Ricardus Anggi Pramunendar 2 Jurusan Tehnik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN KEBUTUHAN ALGORITMA

BAB 3 ANALISIS DAN KEBUTUHAN ALGORITMA BAB 3 ANALISIS DAN KEBUTUHAN ALGORITMA 3.1 Analisis Masalah Jaringan saraf tiruan hopfield merupakan salah satu Algoritma Machine Learning yang dapat mengklasifikasikan suatu objek citra berdasarkan pelatihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana (2013-2014) Abstrak Kriya tekstil Indonesia sangat beranekaragam bentuknya seperti batik, bordir, jumputan, tritik, pelangi, pacth work, anyaman, tenun dan lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya BAB II LANDASAN TEORI 2. Citra/Image Citra atau yang lebih sering dikenal dengan gambar merupakan kumpulan dari titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara RAGAM HIAS TENUN SONGKET NUSANTARA 115 Ragam Hias Tenun Songket Nusantara A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan mempelajari kebiasaan masyarakat Nusantara dalam membuat hiasan, khususnya menghias dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Wajah Pengenalan wajah adalah salah satu teknologi biometrik yang telah banyak diaplikasikan dalam sistem keamanan selain pengenalan retina mata, pengenalan sidik jari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Bagian ini akan menjelaskan tentang penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan Ekstraksi Ciri dan K-Nearest Neighbour. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

Journal of Control and Network Systems

Journal of Control and Network Systems JCONES Vol. 5, No. 1 (2016) 158-163 Journal of Control and Network Systems Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone IDENTIFIKASI JENIS PENYAKIT DAUN TEMBAKAU MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kain adalah bahan dasar dari pakaian yang biasa digunakan sebagai kebutuhan pokok manusia untuk melindungi dan menutup dirinya. Kain pun dapat menjadi identitas suatu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BIOMETRIK FINGER KNUCKLE PRINT MENGGUNAKAN FITUR EKSTRAKSI PCA DAN GLCM

IDENTIFIKASI BIOMETRIK FINGER KNUCKLE PRINT MENGGUNAKAN FITUR EKSTRAKSI PCA DAN GLCM 1 IDENTIFIKASI BIOMETRIK FINGER KNUCKLE PRINT MENGGUNAKAN FITUR EKSTRAKSI DAN Ratna Dwi Jayanti A11.2011.05949 Program Studi Teknik Informatika S1 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro, Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Budi Susanto ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 Tujuan Memahami konsep analisis clustering Memahami tipe-tipe data dalam clustering Memahami beberapa algoritma

Lebih terperinci

Atthariq 1, Mai Amini 2

Atthariq 1, Mai Amini 2 IDENTIFIKASI IKAN KERAPU BERDSARKAN POLA KULIT DENGAN METODE GLCM DAN EUCLIDEAN DISTANCE Atthariq 1, Mai Amini 2 1,2,3 Teknologi Informasi dan Komputer, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh wilayahnya. Setiap daerah di Indonesia memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas diseluruh kepulauan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Contoh Citra yang digunakan

Gambar 3.1 Contoh Citra yang digunakan BAB III DATASET DAN RANCANGAN PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan tentang dataset citra yang digunakan dalam penelitian ini serta rancangan untuk melakukan penelitian. 3.1 DATASET PENELITIAN Penelitian

Lebih terperinci

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom.

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom. Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [5106100108] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom. Latar Belakang Batik merupakan harta kebudayaan Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN K-MEANS DAN FUZZY C- MEANS DENGAN BERBAGAI RUANG WARNA

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN K-MEANS DAN FUZZY C- MEANS DENGAN BERBAGAI RUANG WARNA SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN K-MEANS DAN FUZZY C- MEANS DENGAN BERBAGAI RUANG WARNA Kamil Malik Jurusan Teknik Informatika STT Nurul Jadid Paiton nomor1001@gmail.com Andi Hutami Endang Jurusan Teknik Informatika

Lebih terperinci

KLASIFIKASI JENIS DAGING BERDASARKAN TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL COOCURENT MATRIX

KLASIFIKASI JENIS DAGING BERDASARKAN TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL COOCURENT MATRIX KLASIFIKASI JENIS DAGING BERDASARKAN TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL COOCURENT MATRIX Nurul Lihayati 1, Ratri Enggar Pawening 2, Mohammad Furqan 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Informatika, STT Nurul Jadid

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku saku Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM)

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM) PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM) Rima Tri Wahyuningrum *) Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION

PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 590~595 PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION 590 Indra Gunawan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini berisi tentang penjelasan proses perancangan sistem pengolahan citra yang berupa algoritma-algoritma yang akan digunakan dalam proses pengolahan citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan karya seni, diantara beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. Beberapa seni kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri atau sifat-sifat yang terdapat didalam citra dan membentuk suatu pola-pola dengan interval

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Analisa 4.1.1 Analisis Data Pada tahap analisa data ini akan dibahas mengenai citra CT Scan yang akan dilakukan proses segmentasi atau pengelompokan data. Data citra

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

Ektraksi Fitur Citra Paru-Paru Menggunakan Gray Level Co-ocurance Matriks

Ektraksi Fitur Citra Paru-Paru Menggunakan Gray Level Co-ocurance Matriks Ektraksi Fitur Citra Paru-Paru Menggunakan Gray Level Co-ocurance Matriks Tri Deviasari Wulan Sistem Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya tridevi@unusa.ac.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan penjelasan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN GAMBAR BERDASARKAN WARNA DAN BENTUK MENGGUNAKAN FGKA (FAST GENETIC KMEANS ALGORITHM) UNTUK PENCOCOKAN GAMBAR

PENGELOMPOKAN GAMBAR BERDASARKAN WARNA DAN BENTUK MENGGUNAKAN FGKA (FAST GENETIC KMEANS ALGORITHM) UNTUK PENCOCOKAN GAMBAR PENGELOMPOKAN GAMBAR BERDASARKAN WARNA DAN BENTUK MENGGUNAKAN FGKA (FAST GENETIC KMEANS ALGORITHM) UNTUK PENCOCOKAN GAMBAR Farah Zakiyah Rahmanti 1, Entin Martiana K. 2, S.Kom, M.Kom, Nana Ramadijanti

Lebih terperinci

KLASTERISASI PROSES SELEKSI PEMAIN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

KLASTERISASI PROSES SELEKSI PEMAIN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS 1 KLASTERISASI PROSES SELEKSI PEMAIN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS (Study Kasus : Tim Hockey Kabupaten Kendal) Alith Fajar Muhammad Jurusan Teknik Informatika FIK UDINUS, Jl. Nakula No. 5-11 Semarang-50131

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix)

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) Metode GLCM menurut Xie dkk (2010) merupakan suatu metode yang melakukan analisis terhadap suatu piksel pada citra dan mengetahui

Lebih terperinci

JURNAL KLASIFIKASI JENIS TANAMAN MANGGA BERDASARKAN TULANG DAUN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS

JURNAL KLASIFIKASI JENIS TANAMAN MANGGA BERDASARKAN TULANG DAUN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS JURNAL KLASIFIKASI JENIS TANAMAN MANGGA BERDASARKAN TULANG DAUN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS Oleh: Ina Dewi Safitri 12.1.03.02.0275 Dibimbing oleh : 1. Rini Indrianti, M.Kom 2. Resty Wulanningrum, M.Kom

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Budi Susanto (versi 1.3) Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 2 Tujuan Memahami konsep analisis clustering Memahami

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS UNTUK KLASIFIKASI CITRA TENUN BERDASARKAN FITUR TEKSTUR

PENERAPAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS UNTUK KLASIFIKASI CITRA TENUN BERDASARKAN FITUR TEKSTUR TUGAS AKHIR - SM141501 PENERAPAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS UNTUK KLASIFIKASI CITRA TENUN BERDASARKAN FITUR TEKSTUR ISYI BIFAWA IDATI NRP 1212 100 043 Dosen Pembimbing Dr. Dwi Ratna Sulistyaningrum, S.Si,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya kerjasama ekonomi ASEAN akan menciptakan peluang dan tantangan baru bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Asean Ekonomic Community

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni BAB IV PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni 2013-2015, rentan waktu itu di jadikan sebagai bahan penelitian karena cukup relevan dengan tahun sekarang, faktor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR LAMBANG... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR LAMBANG... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMBANG... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor

Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor Puspa Rizky Trisnaningtyas 1, Maimunah 2 Program Studi Teknik Komputer Universitas Islam 45 Bekasi, Indonesia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2007 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh akan keanekaragaman budaya. Salah satu keanekaragamannya dapat dilihat pada perbedaan dalam pakaian adat yang digunakan

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN METODE COLOR HISTOGRAM DAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN METODE COLOR HISTOGRAM DAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN METODE COLOR HISTOGRAM DAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING Risa Fithrasari 208700923 Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Uji Printer forensik merupakan suatu proses identifikasi untuk mengetahui asal dokumen bukti, cara yang dilakukan dengan membandingkan dengan ciri yang terdapat

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA. thresholding

SEGMENTASI CITRA. thresholding SEGMENTASI CITRA Dalam visi komputer, Segmentasi adalah proses mempartisi citra digital menjadi beberapa segmen (set piksel, juga dikenal sebagai superpixels). Tujuan dari segmentasi adalah untuk menyederhanakan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Palembang sejak dahulu dan merupakan benda yang mengandung banyak nilai di dalamnya, seperti nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan citra pada masa sekarang mempunyai suatu aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang antara lain bidang teknologi informasi, arkeologi, astronomi, biomedis,

Lebih terperinci

Identifikasi Tanaman Buah Berdasarkan Fitur Bentuk, Warna dan Tekstur Daun Berbasis Pengolahan Citra dan Learning Vector Quantization(LVQ)

Identifikasi Tanaman Buah Berdasarkan Fitur Bentuk, Warna dan Tekstur Daun Berbasis Pengolahan Citra dan Learning Vector Quantization(LVQ) Identifikasi Tanaman Buah Berdasarkan Fitur Bentuk, Warna dan Tekstur Daun Berbasis Pengolahan Citra dan Learning Vector Quantization(LVQ) Sutarno Rouzan Fiqri Abdullah Rossi Passarella Jurusan Sistem

Lebih terperinci

CONTEND BASED IMAGE RETRIEVAL UNTUK PENGENALAN CITRA 2D BATIK MENGGUNAKAN FITUR TEKSTUR WARNA DAN FUNGSI JARAK MINKOWSKI

CONTEND BASED IMAGE RETRIEVAL UNTUK PENGENALAN CITRA 2D BATIK MENGGUNAKAN FITUR TEKSTUR WARNA DAN FUNGSI JARAK MINKOWSKI CONTEND BASED IMAGE RETRIEVAL UNTUK PENGENALAN CITRA D BATIK MENGGUNAKAN FITUR TEKSTUR WARNA DAN FUNGSI JARAK MINKOWSKI Retno Indriani (1),Ricardus Anggi Pramunendar () Universitas Dian Nuswantoro, Ilmu

Lebih terperinci

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Bab III ANALISIS&PERANCANGAN Pada penelitian sebelumnya yaitu ANALISIS CBIR TERHADAP TEKSTUR CITRA BATIK BERDASARKAN KEMIRIPAN CIRI BENTUK DAN TEKSTUR (A.Harris Rangkuti, Harjoko Agus;

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka tentang identifikasi iris mata ataupun identifikasi citra digital sudah pernah dilakukan sebelumnya, berikut merupakan tabel perbandingan terhadap

Lebih terperinci

Pemanfaatan Algoritma FCM Dalam Pengelompokan Kinerja Akademik Mahasiswa

Pemanfaatan Algoritma FCM Dalam Pengelompokan Kinerja Akademik Mahasiswa Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Pemanfaatan Algoritma FCM Dalam Pengelompokan Kinerja Akademik Mahasiswa Aidina Ristyawan 1), Kusrini 2), Andi Sunyoto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK

BAB II TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK BAB II TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK II.1 Songket Kain songket merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah ada berabad abad lamanya dan merupakan salah satu bukti peninggalan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pengolahan citra digital telah mengalami perkembangan pesat dengan semakin banyak penelitian tentang pengenalan objek dari sebuah citra. Pengenalan suatu

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS Oleh : Nengah Widya Utami 1629101002 PROGRAM STUDI S2 ILMU KOMPUTER PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2017 1. Definisi Clustering

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Temu Kembali Citra Temu kembali citra adalah salah satu metodologi untuk penemuan kembali citra berdasarkan isi (content) citra. Citra memiliki informasi karakteristik visual berupa

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS SISTEM KLASIFIKASI SONGKET PALEMBANG MENGGUNAKAN STATISTIC, COLOR HISTOGRAM, DAN EUCLIDEAN DISTANCE PADA CITRA DIGITAL

SIMULASI DAN ANALISIS SISTEM KLASIFIKASI SONGKET PALEMBANG MENGGUNAKAN STATISTIC, COLOR HISTOGRAM, DAN EUCLIDEAN DISTANCE PADA CITRA DIGITAL ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 96 SIMULASI DAN ANALISIS SISTEM KLASIFIKASI SONGKET PALEMBANG MENGGUNAKAN STATISTIC, COLOR HISTOGRAM, DAN EUCLIDEAN DISTANCE PADA

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dalam penelitian ini berjudul Penentuan Wilayah Usaha Pertambangan Menggunakan Metode Fuzzy K-Mean Clustering

Lebih terperinci

ARTIKEL PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

ARTIKEL PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL ARTIKEL PENERAPAN METODE K-MEANS DALAM PROSES CLUSTERING PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL Oleh: IRFAN DWI NURCAHYO BUDIARTO 13.1.03.02.0117 Dibimbing oleh : 1. Hermin Istiasih, ST.,M.M.,M.T.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang ENDHULUN Saat ini kemampuan untuk dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi daun menadi kebutuhan yang besar bagi taksonomis dalam mengetahui keanekaragaman tanaman (Hickey et al 999).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kain Karawo Di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo terdapat empat kelompok pengrajin, kelompok pertama diketuai oleh Ibu Sarta Talib terdiri

Lebih terperinci

DATA MINING. Pertemuan 9. Nizar Rabbi Radliya 3 SKS Semester 6 S1 Sistem Informasi

DATA MINING. Pertemuan 9. Nizar Rabbi Radliya 3 SKS Semester 6 S1 Sistem Informasi DATA MINING 3 SKS Semester 6 S1 Sistem Informasi Pertemuan 9 Nizar Rabbi Radliya nizar.radliya@yahoo.com Universitas Komputer Indonesia 2016 Clustering Data Mining Penklusteran (clustering) digunakan untuk

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DAMPAK GEMPA BUMI DARI SEGI KERUSAKAN FASILITAS PADA PROVINSI YANG BERPOTENSI GEMPA DI INDONESIA MENGGUNAKAN K-MEANS-CLUSTERING

PENGELOMPOKAN DAMPAK GEMPA BUMI DARI SEGI KERUSAKAN FASILITAS PADA PROVINSI YANG BERPOTENSI GEMPA DI INDONESIA MENGGUNAKAN K-MEANS-CLUSTERING PENGELOMPOKAN DAMPAK GEMPA BUMI DARI SEGI KERUSAKAN FASILITAS PADA PROVINSI YANG BERPOTENSI GEMPA DI INDONESIA MENGGUNAKAN K-MEANS-CLUSTERING Hepita Artatia, RB Fajriya Hakim Program Studi Statistika Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PERBANDINGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) dan METODE NEAREST CLUSTER CLASSIFIER (NCC) DALAM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS BATIK TULIS Nesi Syafitri 1 ABSTRACT Various problem that are related to classification

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK A 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Pada bab ini diuraikan mengenai perancangan perangkat lunak untuk implementasi aplikasi pengenalan obyek tiga dimensi dengan metode Subclass Discriminant Analysis (SDA).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) dan GABOR FILTER DALAM PENGENALAN MOTIF BATIK OLEH : ANUGRAH SURADIPURWO NIM : 41508110061

Lebih terperinci

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE Yegar Sahaduta 1), Chairisni Lubis 2) 1) Fakultas Teknologi Informasi-Universitas Tarumanagara Jl. S. Parman No.1,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilaksanakan ditunjukan pada Gambar 6. Akusisi Citra INPUT Citra Query Preprocessing Citra Pre processing Citra Ekstraksi Fitur

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang

BAB III PEMBAHASAN. Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang BAB III PEMBAHASAN Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang diperkenalkan oleh Professor Teuvo Kohonen pada tahun 1982. Self Organizing Map merupakan salah satu bentuk topologi

Lebih terperinci

Galeri Songket Di Palembang BAB I PENDAHULUAN

Galeri Songket Di Palembang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Kain tenun songket adalah salah satu warisan budaya dari bangsa Indonesia yang harus di lestarikan. Songket merupakan lambang kehalusan seni tenunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode penelitian sebagai berikut: 1) Pengumpulan Data Tahap ini dilakukan sebagai langkah awal dari suatu penelitian. Mencari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seni batik merupakan salah satu warisan budaya yang asli dari Indonesia. Seni batik sendiri juga sudah ada dan dikenal sejak beberapa abad yang lalu di Tanah

Lebih terperinci