BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk"

Transkripsi

1 BAB III PEMBAHASAN Bab III merupakan pembahasan yang meliputi proses penelitian yaitu arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk klasifikasi stadium kanker payudara, serta hasil dan ketepatan hasil klasifikasinya. A. Arsitektur dan Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) untuk Klasifikasi Stadium Kanker Payudara Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) adalah jaringan feedforward dengan tiga lapisan, sebuah lapisan input dengan i neuron, sebuah lapisan tersembunyi dengan j neuron, dan lapisan output dengan satu atau beberapa neuron (Qasem et al, 2013). Kinerja RBFNN tergantung pada pilihan yang tepat tiga parameter penting (pusat cluster, jarak dan bobot). Nilai parameter ini umumnya diketahui dan dapat ditemukan selama proses pembelajaran jaringan (Pislaru & Shebani, 2014). 1. Arsitektur Radial Basis Function Neural Network Dalam RBFNN, variabel input masing-masing ditetapkan pada neuron dalam lapisan input dan masuk secara langsung ke lapisan tersembunyi tanpa bobot (Balasubramanie et al, 2009). Hal inilah yang membedakan RBFNN dengan model neural network yang lain. Pada lapisan tersembunyi RBFNN dilakukan transformasi nonlinear terhadap data dari lapisan input menggunakan fungsi basis radial sebelum diproses secara linear pada lapisan output (Wei et al, 2011:65). Arsitektur Radial Basis Function Neural Network ditunjukkan pada Gambar

2 Lapisan output Lapisan tersembunyi Lapisan input Gambar 3.1 Arsitektur Radial Basis Function input, ( Pada Gambar 3.1, ( merupakan neuron pada lapisan merupakan neuron pada lapisan tersembunyi, dan ( merupakan neuron pada lapisan output. Bobot antara lapisan tersembunyi dan lapisan output disimbolkan dengan. Dalam arsitektur RBFNN juga ditambahkan sebuah neuron bias pada lapisan tersembunyi. Bias tersebut berfungsi untuk membantu neural network dalam mengolah informasi dengan lebih baik. 52

3 2. Model Radial Basis Function Neural Network Pada RBFNN, lapisan tersembunyi menghitung jarak antara pusat cluster dan vektor input, kemudian dengan fungsi aktivasi ( menuju lapisan output (Pislaru & Shebani, 2014). Beberapa fungsi aktivasi dalam RBFNN adalah sebagai berikut (Andrew, 2002:63) : a. Fungsi Gaussian ( ) (3.1) b. Fungsi Multikuadratik ( 3.2) c. Fungsi Invers Multikuadratik ( ( (3.3) d. Fungsi Cauchy ( (( ) (3.4) dengan, jarak pada neuron tersembunyi nilai input variabel nilai pusat pada neuron tersembunyi ( fungsi aktivasi neuron tersembunyi 53

4 Output yang dihasilkan dari model RBFNN merupakan kombinasi linear dari bobot dengan fungsi aktivasi ( dan bobot bias. Vektor output dirumuskan sebagai berikut (Ali & Dale, 2003): 3.5) dengan, ( ) dimana, banyak neuron tersembunyi bobot dari neuron lapisan tersembunyi ke-j menuju neuron output ke-s bobot bias menuju neuron output ke-s ( fungsi aktivasi neuron tersembunyi ke j merupakan vektor input 3. Algoritma Pembelajaran Radial Basis Function Neural Network Proses pembelajaran dalam RBFNN sedikit berbeda dengan proses pembelajaran pada model neural network lainnya. RBFNN model ini melakukan pembelajaran secara hybrid, yaitu menggabungkan antara pembelajaran terawasi (supervised learning) dan pembelajaran tak terawasi 54

5 (unsupervised learning) (Wiharto dkk, 2013). Metode pembelajaran tidak terawasi (unsupervised learning) digunakan pada proses dari lapisan input menuju lapisan tersembunyi dan metode pembelajaran terawasi (supervised learning) digunakan pada proses yang terjadi dari lapisan tersembunyi menuju lapisan output (Chen et al, 2013). Algoritma pembelajaran RBFNN terbagi menjadi tiga bagian (Andrew, 2002:70), yaitu menentukan : a. Pusat dan jarak dari setiap fungsi basis. Pada penelitian ini, pusat dan jarak dari setiap fungsi basis dicari menggunakan metode K-Means clustering dan Fuzzy C-Means clustering, yang selanjutnya akan dibandingkan hasil klasifikasinya. Jarak yang digunakan adalah jarak Euclide karena sederhana untuk menghitung dan lebih dapat diandalkan. 1) K-Means clustering K-Means merupakan algoritma untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek/data berdasarkan unsur/fitur ke sejumlah kelompok/cluster, dengan adalah bilangan bulat positif (Teknomo, 2015). Sehingga, data dikelompokkan ke dalam kelompok atau cluster yang memiliki karakteristik yang sama. Contoh penggunaan metode K-Means clustering : Misalkan akan diukur dua variabel dan untuk masing-masing empat item A, B, C, dan D. Data yang diberikan dalam Tabel 3.1: 55

6 Tabel 3.1. Data Pengamatan Item Pengamatan A B C D Data pada Tabel 3.1 dikelompokkan menjadi 2 cluster/kelompok (k = 2). Untuk mengimplementasikan metode K-Means dengan dua cluster, pertama partisi item menjadi 2 cluster (AB) dan (CD), lalu hitung koordinat pusat cluster (rata-rata cluster), seperti pada Tabel 3.2: Tabel 3.2. Koordinat Pusat Cluster partisi pertama Cluster Koordinat Pusat AB ( CD ( ( Selanjutnya hitung jarak Euclide untuk masing-masing item dari pusat cluster dan menempatkan kembali masing-masing item ke cluster terdekat. Jika sebuah item berpindah dari konfigurasi awal, pusat cluster (rataan) harus dihitung kembali. Untuk koordinat ke-,, pusat cluster dapat dihitung kembali dengan cara : jika item ke- ditambahkan ke dalam cluster 56

7 jika item ke- dihilangkan dari cluster dengan adalah jumlah item pada cluster sebelumnya. Misal, item A dengan koordinat (5,3) dipindahkan ke dalam cluster (CD). Cluster baru B dan (ACD) dengan pusat terbaru didapat sebagai berikut: Cluster (B) : ( ( Cluster (ACD): ( ( Untuk perhitungan jarak Euclide didapatkan: ) ) 7,810 Karena jarak A dengan (AB) lebih dekat, sehingga A tetap pada cluster (AB) ) ) Karena jarak B dengan (CD) lebih dekat, sehingga B berpindah ke cluster (CD). ) ) Karena jarak C dengan (CD) lebih dekat, sehingga C tetap pada cluster (CD). 57

8 ) ) Karena jarak D dengan (CD) lebih dekat, sehingga D tetap pada cluster (CD). Berdasarkan pengelompokan kembali dengan jarak minimum seperti diatas, didapatkan cluster baru yang terbentuk yaitu (A) dan (BCD) dengan nilai pusat baru: Tabel 3.3. Koordinat Pusat Cluster Partisi Kedua Cluster A Koordinat Pusat ( BCD ( Pusat cluster baru yang terbentuk adalah A (5,3) dan (BCD) (-1,-1). Selanjutnya, perhitungan jarak Euclide dan pengelompokan dilakukan kembali hingga didapatkan nilai pusat yang sama dengan sebelumnya (stabil). Pada contoh soal ini, perhitungan jarak Euclide dan pengelompokan kembali dilakukan dan didapatkan nilai pusat yang sama yaitu (5, 3) dan (-1,-1) pada cluster (A) dan (BCD). Kemudian, mencari jarak maksimum masing masing item terhadap cluster masing masing. ) ) 58

9 ) ) Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan jarak maksimum masingmasing cluster yaitu 0 untuk A dan untuk (BCD) dengan koordinat pusat (5, 3) dan (-1,-1). 2) Fuzzy C-Means Clustering Fuzzy C-Means (FCM) merupakan salah satu algoritma fuzzy clustering. Fuzzy C-Means merupakan suatu teknik pengelompokan data yang keberadaan setiap titik data dalam suatu cluster ditentukan oleh derajat keanggotaan (Sri Kusumadewi, 2002: 159). Contoh penggunaan metode Fuzzy C-Means clustering : Untuk contoh yang sama dengan metode Fuzzy C-Means clustering, Misalkan akan diukur dua variabel dan untuk masing-masing empat item A, B, C, dan D. Data yang diberikan dalam Tabel 3.1. Data dikelompokkan menjadi 2 cluster/kelompok (k = 2), dengan pangkat atau bobot w=2, Maksimal iterasi= 100, Faktor Koreksi= 10-5 (error paling kecil), Fungsi Objektif awal (t=0), J (0) =0. Matriks partisi awal yang terbentuk secara random dan memenuhi fungsi constraint. U=initfcm(4,2) ( =[ ] 59

10 Selanjutnya menghitung pusat-pusat cluster yang terbentuk berdasarkan matriks partisi awal. Tabel 3.4. Pusat cluster pertama yang dihasilkan pada iterasi ke-1 0, , , , , , , , ,0257 0, , , , , , , , ,0868-0,30202 ( ( -0, ,09963 Tabel 3.5. Pusat cluster kedua yang dihasilkan pada iterasi ke-1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,284 ( ( -1, ,99669 Sehingga pusat cluster yang terbentuk adalah: ( * + 60

11 Fungsi Objektif yang dihasilkan adalah ( ( ) ( ) Detail perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Perhitungan Fungsi Objektif pada iterasi ke-1 ( 0, , , , ,5341 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ( 4, Karena dan maka proses dilanjutkan ke Iterasi ke-2 dengan terlebih dahulu menghitung perubahan matriks partisi menggunakan, Tabel 3.7. Perhitungan matriks partisi pada iterasi ke-1 Total 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

12 Diperoleh matriks partisi yang baru sebagai berikut: ( =[ ] Iterasi Ke-2 Selanjutnya menghitung pusat-pusat cluster yang terbentuk berdasarkan matriks partisi awal. Tabel 3.8. Pusat cluster pertama yang dihasilkan pada iterasi ke-2 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,10727 ( ( 1, ,09583 Tabel 3.9. Pusat cluster kedua yang dihasilkan pada iterasi ke-2 0, , , , , , , , , , , , , , ,3248-0,8832 1, , ,

13 ( ( -0, ,14682 Sehingga pusat cluster yang terbentuk adalah: ( [ ] Fungsi Objektif yang dihasilkan adalah ( ( ) ( ) Detail perhitungan dapat dilihat pada Tabel Tabel Perhitungan Fungsi Objektif pada iterasi ke-2 ( 0, , , ,2633 7, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ( 26,08179 Karena dan maka proses dilanjutkan ke Iterasi berikutnya dengan terlebih dahulu menghitung perubahan matriks partisi menggunakan, 63

14 Tabel Perhitungan matriks partisi pada iterasi ke-2 Total 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,3025 0,6975 Diperoleh matriks partisi yang baru sebagai berikut: ( =[ ] Demikian seterusnya sampai terpenuhi kondisi atau t MaxIter. Proses pengerjaannya berhenti pada iterasi ke-4 (t=4), karena terpenuhinya salah satu syarat yaitu: Pusat cluster yang dihasilkan pada iterasi terakhir adalah: ( * + Berdasarkan pusat cluster tersebut, diperoleh informasi sebagai berikut: a) Cluster yang pertama, terdiri dari objek yang memiliki ratarata X1 sebesar dan rata-rata X2 sebesar b) Cluster yang pertama, terdiri dari objek yang memiliki ratarata X1 sebesar dan rata-rata X2 sebesar 64

15 Matriks partisi U pada iterasi terakhir: ( =[ ] Diperoleh informasi mengenai kecenderungan dari masing-masing objek untuk masuk ke cluster tertentu. Setiap objek memiliki derajat keanggotaan tertentu pada setiap cluster. Derajat keanggotaan terbesar pada suatu cluster menunjukkan bahwa objek itu cenderung menjadi anggota dari cluster tersebut. Secara detail, dapat dilihat pada Tabel 3.12: Tabel Derajat Keanggotaan Setiap Objek pada Iterasi Terakhir Objek Variabel Derajat Keanggotaan pada Iterasi Terakhir Kecenderungan Data Masuk pada Cluster A 5 3 0, , * B , , * C 1-2 0, , * D , , * Hasil akhirnya adalah terbentuknya 2 buah cluster, dimana untuk cluster pertama beranggotakan objek A dan C, sementara objek B dan D menjadi anggota cluster kedua. 65

16 Selanjutnya, perhitungan jarak Euclide dengan menggunakan Persamaan (2.27). Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan jarak maksimum masingmasing cluster yaitu untuk (AC) dan untuk (BD). b. Jumlah neuron pada lapisan tersembunyi sama dengan jumlah fungsi basis. c. Bobot lapisan output jaringan optimum. Pada penelitian ini, bobot lapisan output jaringan optimum ditentukan dengan menggunakan metode global ridge regression. Metode global ridge regression mengestimasi bobot dengan menambahkan parameter regulasi tunggal yang bernilai positif pada sum square error (SSE). Estimasi bobot terbaik didapatkan dari hasil akhir dengan SSE terkecil. SSE terkecil atau jumlah kuadrat kesalahan minimal didapatkan dengan metode kuadrat terkecil (least 66

17 square). Penerapannya pada analisis regresi, metode kuadrat terkecil bertujuan untuk memudahkan menyelesaikan masalah optimasi. Model linear yang digunakan adalah (, input data {( }, dan target klasifikasi variabel output {( }, ( (3.6) dengan, target klasifikasi variabel output ke nilai variabel output ke banyak pengamatan Untuk menentukan nilai optimum bobot (, diturunkan fungsi SSE menjadi: ( (3.7) Berdasarkan Persamaan (3.5) didapatkan: 3.8) Selanjutnya Persamaan (3.8) disubstitusikan ke Persamaan (3.7) dengan hasil sama dengan nol, ( 3.9) ( 3.10) ( 3.11) 67

18 Karena maka diperoleh Persamaan seperti Persamaan (3.11) untuk menentukan bobot. Untuk memperoleh penyelesaian tunggal, Persamaan (3.11) ditulis dengan notasi vektor menjadi: (3.12) dengan [ ( ( ( ] [ ] [ ] Karena terdapat Persamaan untuk setiap nilai, maka Persamaan (3.12) dapat ditulis sebagai: [ ] [ ] (3.13) dengan [ ] Matriks merupakan matriks desain. Komponen ke dari saat bobot pada nilai optimum adalah (Orr, 1996:43): ( (3.14) dimana, 68

19 [ ( ( ( ] Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: [ ] (3.15) [ ] Persamaan (3.15) disubstitusikan ke Persamaan (3.13) menjadi (3.16) ( (3.17) (3.18) merupakan nilai bobot dan A adalah matriks perkalian dengan Selanjutnya ditambahkan parameter regulasi yang bernilai positif pada SSE sehingga diperoleh (Orr, 1996:24). ( (3.19) dengan target klasifikasi variabel output ke nilai variabel output ke banyak data pengamatan parameter regulasi bobot dari neuron lapisan tersembunyi ke-j menuju neuron output ke-s 69

20 Bobot optimum diperoleh dengan mendifferensialkan Persamaan (3.19) dengan variabel bebas yang ada, kemudian ditentukan penyelesaiannya untuk differensial sama dengan nol. ( (3.20) (3.21) (3.22) (3.23) Berdasarkan Persamaan (3.8), Persamaan (3.23) menjadi: ( 3.24) Dapat dinotasikan sebagai: (3.25) Karena terdapat Persamaan untuk setiap nilai, maka Persamaan (3.25) dapat ditulis sebagai: [ ] [ ] [ ] (3.26) dengan, 70

21 parameter regulasi vektor bobot klasifikasi vektor target klasifikasi matriks desain dengan { } sebagai kolom [ ] perkalian matriks desain dan vektor bobot [ ] [ ] Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan, diperoleh persamaan sebagai berikut (Orr, 1996:21): (3.27) ( Dimana adalah matriks identitas berukuran. Jadi diperoleh persamaan normal untuk bobot pengklasifikasian adalah sebagai berikut: ( (3.28) 71

22 Pada tugas akhir ini, Kriteria pemilihan model digunakan yaitu kriteria Generalised Cross-Validation (GCV) untuk menghitung prediksi error. B. Prosedur Pemodelan Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) untuk Klasifikasi Stadium Kanker Payudara Langkah-langkah dalam proses pemodelan RBFNN meliputi preprocessing citra, ekstraksi citra, pendifinisian variabel input dan target, pembagian input, normalisasi data, dan algoritma pembelajaran. 1. Preprocessing Citra Preprocessing citra adalah proses pengolahan citra sebelum ekstraksi citra dilakukan. Preprocessing bertujuan untuk menghilangkan noise, memperjelas fitur, memperkecil atau memperbesar ukuran data, dan mengkonversi data asli agar diperoleh data sesuai kebutuhan. Preprocessing citra dapat berupa mengubah citra RGB menjadi grayscale, binerisasi citra, cropping citra, resize citra, atau penghilangan background citra. 2. Ekstraksi Citra Setelah melakukan pemotongan citra dan penghilangan background, langkah selanjutnya adalah melakukan ekstraksi citra. Proses ekstraksi merupakan salah satu karakteristik penting yang digunakan dalam mengidentifikasi objek atau pola citra, karena metode ekstraksi citra yang tepat akan mampu memberikan informasi yang detail tentang kelas suatu citra. Proses ekstraksi citra dapat dilakukan dengan Gray Level Coocurrence Matrix (GLCM). 72

23 3. Pendefinisian Variabel Input dan Target Pemodelan RBFNN diawali dengan menentukan variabel input dan target yang akan digunakan sebagai input dan target jaringan. Variabel input berasal dari fitur-fitur hasil ekstraksi citra, sedangkan target jaringan berupa klasifikasi atau diagnosa kondisi dari masing-masing citra. Variabel output adalah target jaringan yang diperoleh dari proses pembelajaran RBFNN. Banyaknya variabel input akan menentukan banyaknya neuron pada lapisan input dan banyaknya variabel output akan menentukan banyaknya neuron pada lapisan output. 4. Pembagian Data Input Data input dibagi menjadi dua, yaitu data pembelajaran (training) dan data pengujian (testing). Data training digunakan untuk membangun sebuah model dan mendapatkan bobot yang sesuai. Sedangkan data testing digunakan untuk mengetahui tingkat keakuratan hasil dengan nilai sebenarnya. Terdapat beberapa perbandingan dalam pembagian data menjadi data training maupun testing yang sering digunakan, antara lain (Deb Rajib et al, 2015): a. 60% untuk data training dan 40% untuk data testing. b. 75% untuk data training dan 25% untuk data testing. c. 80% untuk data training dan 20% untuk data testing. Pada tugas akhir ini, menggunakan pembagian data 80% untuk data training dan 20% untuk data testing. 5. Normalisasi Data Normalisasi adalah penskalaan terhadap data input ke dalam suatu range tertentu sehingga data input menjadi lebih merata (seragam). Hal ini dilakukan 73

24 agar data input sesuai dengan range dari fungsi aktivasi yang digunakan dalam jaringan. Data input dinormalisasi dengan cara membawa data ke bentuk normal baku yaitu dengan mean = 0 dan standar deviasi =1. Berikut adalah rumus normalisasi data. (3.29) dengan, data ke- ; rata-rata data; standar deviasi data; ( banyak data Pada MATLAB R2013a normalisasi data dapat dicari dengan fungsi prestd. Syntax yang digunakan adalah sebagai berikut: [Pn,meanp,stdp,Tn,meant,stdt]=prestd(P,T) (3.30) dengan, P T Pn = matriks input, = matriks target, = matriks input yang ternomalisasi meanp = mean pada matriks input sebelum dinormalisasi (P), stdp Tn = standar deviasi pada matriks input sebelum dinormalisasi (P), = matriks target yang ternormalisasi, meant = mean pada matriks target sebelum dinormalisasi (T), stdt = standar deviasi pada matriks target sebelum dinormalisasi (T) 74

25 6. Pembelajaran Radial Basis Function Neural Network Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembelajaran RBFNN terbagi menjadi 3 bagian. Pertama, menentukan pusat dan jarak dari setiap fungsi basis menggunakan metode K-Means clustering dan Fuzzy C-Means clustering sebagai tolok ukur perbedaan klasifikasi yang dihasilkan. Penentuan pusat dan jarak setiap fungsi basis dengan metode K-Means clustering dilakukan menggunakan aplikasi MINITAB, sedangkan pada metode Fuzzy C-Means clustering dilakukan menggunakan fungsi pada MATLAB R2013a. Bagian kedua dalam pembelajaran RBFNN adalah menentukan jumlah fungsi basis (neuron pada lapisan tersembunyi). Jumlah neuron pada lapisan tersembunyi sesuai dengan jumlah cluster yang didapat dari metode K-Means clustering dan Fuzzy C-Means clustering. Selanjutnya dalam metode RBFNN dilakukan aktivasi fungsi basis pada lapisan tersembunyi. Dalam tugas akhir ini, aktivasi fungsi basis dilakukan dengan MATLAB R2013a dengan program rbfdesign. Program lengkap untuk rbfdesign dilampirkan pada Lampiran 8. Berikut adalah sebagian fungsi pada program rbfdesign. function H = rbfdesign (X, C, R, option) (3.31) dengan, H X C R = matriks desain RBFNN = matriks input = matriks pusat cluster = matriks jarak input terhadap pusat cluster Option = tipe aktivasi fungsi basis 75

26 Tipe aktivasi yang digunakan pada tugas akhir ini adalah fungsi Gaussian dengan b yaitu neuron bias yang ditambahkan pada jaringan sehingga matriks akan mendapatkan satu kolom tambahan. Selanjutnya dalam pembelajaran RBFNN adalah menentukan bobot pada lapisan tersembunyi ke lapisan output. Metode global ridge regression dapat digunakan dalam mencari bobot optimum tersebut. Dalam tugas akhir ini, dalam mendapatkan bobot optimum, metode global ridge regression digunakan melalui MATLAB R2013a yang secara lengkap dilampirkan pada Lampiran (9). Berikut adalah sebagian fungsi pada program globalridge. Lamb = globalridge(h, T, 0.05) (3.32) dengan, Lamb = parameter regulasi H T = matriks desain RBFNN = target input training 0.05 = nilai estimasi parameter regulasi Pada tugas akhir ini kriteria yang digunakan dalam program globalridge adalah kriteria GCV (Generalised Cross-Validation) 7. Menentukan Jaringan Optimum Jaringan optimum pada RBFNN didapatkan dengan metode trial and error. Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil klasifikasi yang didapatkan menggunakan beberapa cluster yang berbeda. Model RBFNN terbaik adalah model dengan metode cluster dengan hasil akurasi tertinggi baik pada data trainng maupun testing. 76

27 8. Klasifikasi Setelah jaringan optimum didapatkan, selanjutnya adalah pengklasifikasian. Dari hasil output yang didapatkan, masing-masing pengamatan dapat diklasifikasikan sesuai target stadium kanker masing-masing. Berdasarkan prosedur pemodelan RBFNN untuk klasifikasi stadium kanker payudara yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dibuat diagram alir prosedur pemodelan RBFNN dari input hasil ekstraksi hingga didapatkan hasil klasifikasi. Mulai Preprocessing Citra mammogram Perhitungan Fitur Ekstraksi Citra dengan GLCM Menentukan Input data dan Target Pembelajaran RBFNN Normalisasi Data Training dan Testing Pembagian Data Training dan Testing Tidak Menentukan Jaringan Optimum Jaringan Optimum Ya Model RBFNN Terbaik Hasil Klasifikasi Kanker Payudara Selesai Gambar 3.2. Diagram Alir Prosedur Pemodelan RBFNN 77

28 C. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network untuk Klasifikasi Kanker Payudara Langkah-langkah klasifikasi stadium kanker payudara menggunakan model Radial Basis Function Neural Network adalah sebagai berikut : 1. Preprocessing Citra Preprocessing dilakukan pada citra mammogram yang diperoleh dari database Mammographic Image Analysis Society (MIAS) melalui website yang masing-masingnya berukuran 1024x1024 pixel dengan format Portable Gray Map (pgm). Pada tugas akhir ini, data yang digunakan sebanyak 120 citra yang terdiri dari 40 citra mammogram payudara normal, 40 citra mammogram payudara tumor dan 40 citra mammogram payudara kanker. Preprocessing yang dilakukan berupa cropping (pemotongan) citra dan penghilangan background (latar) hitam. Citra hasil proses pemotongan dan penghilangan background dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Pengolahan citra mammogram ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak ACDSee Pro 2 dan Corel PHOTO-PAINT X4 yang umum digunakan untuk mengolah citra. Berikut adalah langkah-langkah preprocessing citra. a. Proses Pemotongan Citra Format penyimpanan pada citra yang diperoleh dari MIAS berupa PGM membutuhkan program yang dapat membuka file tersebut. Tidak hanya mampu membuka file PGM, Program ACDSee Pro 2 mampu mengubah file ke dalam format yang dapat dibuka oleh program Corel 78

29 PHOTO-PAINT X4 serta tidak mengubah informasi pada citra. Selanjutnya, proses pemotongan dan penghilangan background dapat dilakukan menggunakan program Corel PHOTO-PAINT X4. Proses pemotongan citra dilakukan untuk memperoleh citra payudara yang sesuai. Berikut adalah proses pemotongan pada citra. (a) (b) Gambar 3.3. Pemotongan citra mammogram payudara; (a) mdb004 sebelum dipotong, (b) mdb004 setelah dipotong Dalam proses pemotongan, diusahan citra tetap berbentuk bujur sangkar sesuai dengan bentuk awal citra. Sehingga ukuran piksel dapat dikembalikan seperti semula. b. Proses Penghilangan Background Citra mammogram hasil pemotongan masih memiliki background berwarna hitam yang dianggap mempengaruhi hasil klasifikasi. Oleh karena itu, program Corel PHOTO-PAINT X4 diperlukan untuk membantu proses menghilangkan background hitam sehingga background menjadi berwarna putih dan dapat mengurangi pengaruh 79

30 pada proses ekstraksi citra. Gambar 3.3 menunjukkan proses menghilangkan background citra mammogram payudara. (a) (b) Gambar 3.4. Proses menghilangkan background citra mammogram payudara;(a) mdb004 dengan background hitam, (b) mdb004 dengan background putih Setelah proses menghilangkan background dilakukan, citra disimpan dengan format PNG dan pixel citra dikembalikan menjadi 1024x1024 agar sesuai dengan kualitas awal citra mammogram payudara. 2. Ekstraksi Citra Setelah melakukan pemotongan citra dan penghilangan background, langkah selanjutnya adalah melakukan ekstraksi citra. Proses ekstraksi merupakan salah satu karakteristik penting yang digunakan dalam mengidentifikasi objek atau pola citra, karena metode ekstraksi citra yang tepat akan mampu memberikan informasi yang detail tentang kelas suatu citra. Proses ekstraksi citra dapat dilakukan dengan Gray Level Coocurrence Matrix (GLCM). Parameter-parameter hasil ekstraksi citra yang digunakan dalam 80

31 tugas akhir ini adalah 14 fitur yang nantinya digunakan sebagai variabel input dalam proses klasfikasi. Fitur tersebut yaitu energi, kontras, korelasi, sum of squares, inverse difference moment, sum average, sum variance, sum entropy, entropi, difference variance, difference entropy, probabilitas maksimum, homogenitas dan dismilarity. Proses ekstraksi citra untuk mendapatkan parameter-parameter tersebut dapat dilakukan dengan bantuan MATLAB R2013a. Script M-file MATLAB R2013a untuk ekstraksi citra ini dilampirkan pada Lampiran 3. Berikut adalah contoh hasil ekstraksi citra untuk data mammogram mdb004.png yang ditunjukkan pada Tabel Tabel Hasil Ekstraksi Citra mdb004.png No Nama File mdb004.png 1 Energi 0, Kontras 0, Korelasi 0, Sum of squares 44, Inverse difference moment 0, Sum average 13, Sum variance 135, Sum entropy 1, Entropi 1, Difference variance 0, Difference entropy 0, Probabilitas maksimum 0, Homogenitas 0, Dissimilarity 0,

32 3. Pendefinisian Variabel Input dan Target Pendefinisian variabel input dan target digunakan sebagai input dan target jaringan. Input berasal dari 14 parameter hasil dari ekstraksi citra menggunakan Gray Level Co-occurance Matrix (GLCM) (secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5), sehingga banyaknya neuron pada lapisan input adalah 14 neuron. Variabel target berasal dari keterangan diagnosa masing-masing citra foto yaitu foto mammogram normal, foto mammogram tumor (benign), dan foto mammogram kanker (malignant). Target dan output berupa vektor yang mewakili masing-masing stadium. Pola target yang digunakan yaitu sebagai berikut. Tabel Pola target vektor klasifikasi stadium kanker payudara No. Stadium Kanker Target Vektor 1. Normal Tumor (Benign) Kanker (Malignant) 0 1 Hasil klasifikasi yang didapatkan merupakan bilangan desimal. Pengklasifikasian dilakukan dengan membulatkan bilangan desimal tersebut dengan kriteria, jika maka dibulatkan menjadi 0, sedangkan apabila maka hasil perhitungan dibulatkan menjadi Pembagian Data Input Langkah selanjutnya adalah pembagian data input yang berupa data training dan testing. Dalam tugas akhir ini data training yang digunakan 82

33 adalah 96 sampel data yaitu 80% dari 120 total sampel data dan data testing yang digunakan adalah 24 sampel data yaitu 20% dari 120 total sampel data. Hasil pembagian data input terlampir pada Lampiran 1 untuk data training dan Lampiran 2 untuk data testing. 5. Normalisasi Data Sebelum pembelajaran RBFNN dilakukan, data input dinormalisasi terlebih dahulu dengan membawa data ke bentuk normal baku (mean = 0, standar deviasi = 1). Hasil normalisasi data training secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6 dan untuk data testing dapat dilihat di Lampiran 7. Tabel Hasil Normalisasi Citra mdb004.png No Nama File mdb004.png 1 Energi -0, Kontras -0, Korelasi -0, Sum of squares 0, Inverse difference moment 0, Sum average 0, Sum variance 0, Sum entropy 0, Entropi 0, Difference variance -0, Difference entropy -0, Probabilitas maksimum -0, Homogenitas 0, Dissimilarity -0,

34 6. Pembelajaran Radial Basis Function Neural Network Data training hasil normalisasi kemudian digunakan dalam proses clustering. Proses clustering yang digunakan adalah metode K-Means clustering dan Fuzzy C-Means clustering yang akan dibandingkan hasil klasifikasinya pada akhir proses RBFNN. Proses K-Means clustering dilakukan dengan aplikasi MINITAB sehingga didapatkan pusat masingmasing cluster dan jarak yang digunakan dalam proses RBFNN sedangkan dalam Fuzzy C-Means clustering pusat masing-masing cluster didapatkan dengan MATLAB R2013a dan jaraknya didapatkan dengan Persamaan (2.23). Tabel 3.16 merupakan hasil jarak dan pusat clustering masing-masing metode. Tabel Hasil Jarak dan Pusat Cluster Pusat Cluster K-Means cluster Jarak Pusat Cluster Fuzzy C-Means cluster Jarak Cluster 1 0,0023 0,0317 1,83-0,8775 0, ,43 Cluster 2-1,2647-0,5881 2,08-0,1964 1, ,01 Cluster 3 2,1281-2, ,7740-0, ,73 Cluster 4-0,8796-0,0029 2,58 1,9831-1, ,20 Cluster 5-0,4268 1,2849 2,28 0,3914-0,3279 8,75 Cluster 6-0,2858 1,6087 3,37 0,4186-0,4862 8,94 Cluster 7 0,3076-0,5824 3,15-0,9842 1, ,37 Cluster 8-1,1144 1,0729 2,88-0,2823-0,2353 8,85 84

35 Pusat Cluster K-Means cluster Jarak Pusat Cluster Fuzzy C-Means cluster Jarak Cluster 9-0,445 0,1719 3,16-0,3150 0,3963 9,59 Cluster 10 0,4407-0,8225 2,08 1,0808-1, ,50 Cluster 11 1,8145-1,2535 3,50-0,1762 0,0665 8,55 Hasil jarak dan pusat cluster secara lengkap terlampir pada Lampiran 11 untuk metode K-Means clustering dan Lampiran 12 untuk metode Fuzzy C-Means clustering. Setelah masing-masing pusat cluster dan jaraknya didapatkan, selanjutnya dilakukan proses RBFNN dengan menggunakan program rbfdesign dan globalridge. Proses RBFNN ini dilakukan dengan MATLAB R2013a. 7. Menentukan Jaringan Optimum Proses RBFNN selanjutnya adalah pengoptimalan jaringan dan pengoptimalan bobot menggunakan Persamaan (3.28). Jaringan optimum didapatkan dengan menentukan neuron tersembunyi terlebih dahulu. banyak neuron tersembunyi yang dapat menghasilkan jaringan optimum adalah neuron yang dapat menghasilkan akurasi terbaik. Dengan menggunakan metode trial and error, beberapa cluster dicoba pada program MATLAB R2013a. Hasil akurasi dari beberapa cluster baik dengan metode K-Means clustering maupun 85

36 Fuzzy C-Means clustering yang dicoba dalam MATLAB R2013a adalah sebagai berikut. Tabel Persentase Akurasi Data Training dan Data Testing K-Means cluster Fuzzy C-Means cluster Cluster Akurasi Akurasi Akurasi Akurasi Training Testing Training Testing (%) (%) (%) (%) 3 41, ,75 54, ,13 54,17 48,96 54, ,13 62,5 48,96 58, ,21 54,17 58,33 62,5 7 54,17 54,17 57,29 58, ,54 70,83 63,54 62,5 9 71, ,5 58, , ,92 66,67 11* 80,21 79, ,21 79,17 61,46 58, , ,83 66, ,33 33,33 64,58 54,17 15* 78,13 79, ,17 16* 79, , ,08 70,83 76, ,04 66,67 77, ,79 66,67 77,08 70,83 Keterangan: *) Model Terbaik Dari cluster yang digunakan pada Tabel 3.17 dapat dilihat bahwa nilai akurasi data training dan testing berpola tidak beraturan, namun pada K-Means cluster nilainya cenderung menurun apabila cluster semakin banyak. Sama 86

37 seperti pada K-Means cluster, pada Fuzzy C-Means cluster semakin banyak cluster semakin menurun nilai akurasinya, meskipun penurunan akurasi tidak terlalu signifikan. Pada K-Means cluster nilai akurasi data training dan testing terbaik didapatkan dengan cluster sebanyak 11, sehingga jaringan dengan banyak cluster 11 merupakan jaringan yang menghasilkan akurasi optimum untuk metode K-Means clustering. Pada Fuzzy C-Means cluster nilai akurasi data training terbaik didapatkan dengan cluster sebanyak 16, 20, dan 22, namun pada nilai akurasi testing terbaik didapat dengan cluster 15 dengan nilai 79,17%, berikutnya cluster 16, 17, dan 20 dengan nilai 75%. Akan tetapi, karena data training digunakan untuk membangun sebuah model dan mendapatkan bobot yang sesuai, sedangkan data testing digunakan hanya untuk mengetahui tingkat keakuratan hasil dengan nilai sebenarnya maka cluster 16 dengan nilai akurasi training 77,08% dan nilai akurasi testing 75% merupakan jaringan yang menghasilkan akurasi optimum untuk metode Fuzzy C-Means clustering. Secara keseluruhan penggunaan K-Means clustering menghasilkan nilai akurasi lebih baik dibandingkan Fuzzy C-Means clustering. Jaringan dengan 11 cluster dengan metode K-Means clustering menghasilkan nilai akurasi yang paling baik yaitu 80,21% untuk data training dan 79,17% untuk data testing. Oleh karena itu, jaringan dengan banyak cluster 11 dipilih sebagai jaringan yang menghasilkan akurasi optimum. Nilai pusat dan jarak yang terlampir pada 87

38 Lampiran 11 untuk K-Means clustering dan Lampiran 12 untuk Fuzzy C- Means clustering. Dengan demikian model RBFNN terbaik untuk klasifikasi stadium kanker payudara mempunyai arsitektur 14 neuron pada lapisan input, 11 neuron pada lapisan tersembunyi, dan 2 neuron pada lapisan output. Fungsi aktivasi yang digunakan pada lapisan tersembunyi adalah fungsi aktivasi gaussian dan fungsi yang digunakan pada lapisan output adalah fungsi linear atau identitas. Arsitektur RBFNN jaringan terbaik yang digunakan untuk klasifikasi stadium kanker payudara dengan 14 neuron pada lapisan input yaitu sampai, sampai untuk 11 neuron pada lapisan tersembunyi, dan sampai untuk 2 neuron outputnya dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut. Lapisan output Lapisan Tersembunyi Lapisan input Gambar 3.5 Arsitektur RBFNN untuk klasifikasi stadium kanker payudara dengan 11 cluster 88

39 D. Hasil Klasifikasi Berdasarkan uraian diatas, didapatkan arsitektur RBFNN jaringan terbaik terdiri dari 14 neuron pada lapisan input, 11 neuron pada lapisan tersembunyi, dan 2 neuron pada lapisan output. Selanjutnya, menentukan bobot yang dihasilkan dari metode global ridge-regression pada fungsi aktivasi Gaussian serta model RBFNN yang didapatkan. Perhitungan untuk masing-masing metode clustering sebagai berikut. 1. K-Means clustering Bobot antara neuron tersembunyi dan neuron output dicari dengan Persamaan (3.28) yaitu, ( vektor bobot klasifikasi vektor target klasifikasi fungsi aktivasi neuron tersembunyi parameter regulasi matriks Identitas ukuran Berdasarkan nilai pusat, jarak, dan bobot yang dihasilkan, maka model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) vektor [ adalah: dengan, ( ( 89

40 ( dengan fungsi aktivasi Gaussian, ( ) dengan, Jarak cluster: ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; dimana Pusat cluster 1: ; Hasil cluster secara lengkap terlampir pada Lampiran 11 Bobot : ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; dengan bobot bias: 90

41 Bobot : ; ; ; ; ; ; ; -1,070; ; ; ; dengan bobot bias: Contoh perhitungan fungsi Gaussian untuk data ke-2 (mdb004.png): )) 91

42 ( ( ( )) ( ( ( )) 92

43 ( ( )) ( ( )) 93

44 )) ( )) 94

45 ( ( )) ( )) 95

46 ( ( )) ( )) 96

47 Hasil perhitungan fungsi aktivasi Gaussian pada model RBFNN selengkapnya terlampir pada Lampiran 13. Berdasarkan nilai hasil perhitungan fungsi aktivasi Gaussian, dilakukan perhitungan untuk menentukan hasil klasifikasi dengan Persamaan (3.5) sebagai berikut. ( ( Hasil perhitungan klasifikasi dengan metode K-Means clustering selengkapnya terlampir pada Lampiran Fuzzy C-Means clustering Bobot antara neuron tersembunyi dan neuron output dicari dengan Persamaan (3.28) yaitu, ( 97

48 vektor bobot klasifikasi vektor target klasifikasi fungsi aktivasi neuron tersembunyi parameter regulasi matriks Identitas ukuran Berdasarkan nilai pusat, jarak, dan bobot yang dihasilkan, maka model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) vektor [ adalah: ( dengan, ( ( dengan fungsi aktivasi Gaussian, ( ) dengan Jarak cluster: ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; dimana Pusat cluster 1: 98

49 Hasil cluster secara lengkap terlampir pada Lampiran 12. Bobot : ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; dengan bobot bias: Bobot : ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; dengan bobot bias: 99

50 Contoh perhitungan fungsi Gaussian untuk data ke-2 (mdb004.png): ( ( )) 100

51 ) ( ) ( ) ( ( ( )) 101

52 ) ) ) ) )) 102

53 ) ( ( )) 103

54 ) ( ( )) 104

55 ( )) ( )) 105

56 ) ( ) ) ) ) )) 106

57 ) ( ) ) ) ) )) 107

58 ( )) 108

59 )) Hasil perhitungan fungsi aktivasi Gaussian pada model RBFNN selengkapnya terlampir pada Lampiran 14 Berdasarkan nilai hasil perhitungan fungsi aktivasi Gaussian, dilakukan perhitungan untuk menentukan hasil klasifikasi dengan Persamaan (3.5) sebagai berikut. 109

60 Hasil perhitungan klasifikasi dengan metode K-Means clusetring selengkapnya terlampir pada Lampiran 16. Berikut hasil klasifikasi data ke-2 (mdb004.png) yang dibulatkan sesuai kriteria dari masing-masing metode. Tabel Pembulatan Hasil Perhitungan Klasifikasi K-Means cluster Fuzzy C-Means cluster Output RBFNN Output pembulatan Status Output Output RBFNN Output pembulatan Status Output 0,4454 0, Normal 0,4442 0, Normal Hasil klasifikasi secara lengkap terlampir pada Lampiran 15 untuk metode K-Means clustering dan Lampiran 16 untuk metode Fuzzy C-Means clustering. Pembulatan klasifikasi terlampir pada Lampiran 17 dan 18. Berdasarkan pembulatan hasil klasifikasi pada Lampiran 17 dan 18 dapat dihitung ketepatan klasifikasi stadium kanker payudara dengan model RBFNN. 110

61 E. Ketepatan Hasil Klasifikasi Ketepatan hasil klasifikasi dapat dihitung berdasarkan sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi. Nilai akurasi telah diketahui melalui program MATLAB yang telah dilakukan sebelumnya, sedangkan untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas, ditentukan terlebih dahulu nilai performance measure yaitu True Positive (TP), True Negative (TN), False Positive (FP), dan False Negative (FN). Berikut adalah performance measure model RBFNN untuk data training dan testing untuk arsitektur RBFNN 1. K-Means clustering Tabel Performance Measure Model RBFNN Metode K-Means clustering Data Training Data Testing Hasil Klasifikasi Target Normal Tumor (Benign) Kanker (Malignant) Jumlah Normal 30 (TN) 1 (FP) 1 (FP) 32 Tumor (Benign) 11 (FN) 21 (TP) 32 Kanker (Malignant) 5 (FN) 1 (TP) 26 (TP) 32 Jumlah 96 Normal 6 (TN) 2 (FP) 8 Tumor (Benign) 1 (FN) 7 (TP) 8 Kanker (Malignant) 2 (FN) 6 (TP) 8 Jumlah 24 Jumlah data seluruhnya (Training dan Testing)

62 Berdasarkan Tabel 3.19, dapat dihitung sensitivitas dan spesifisitas hasil klasifikasi dari model RBFNN menggunakan Persamaan (2.29) dan Persamaan (2.30) sebagai berikut. a. Data Training 1) Sensitivitas = 2) Spesifisitas = b. Data Testing 1) Sensitivitas = 2) Spesifisitas = Pada data training, tingkat sensitivitas 75% artinya untuk pasien yang memiliki kanker payudara kemungkinan model RBFNN mengklasifikasi dengan tepat adalah sebesar 75%. Spesifisitas data training 93,75% artinya untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara kemungkinan model RBFNN mengklasifikasi dengan tepat adalah sebesar 93,75%. Nilai akurasi pada data training 80,21% artinya hasil klasifikasi dengan model RBFNN akurat sebesar 80,21%, baik untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara (normal), yang memiliki kanker payudara jinak (tumor), maupun yang memiliki kanker payudara. Pada data testing, tingkat sensitivitas 81,25% artinya untuk pasien yang memiliki kanker payudara kemungkinan model RBFNN mengklasifikasi dengan tepat adalah sebesar 81,25%. Spesifisitas data testing 75% artinya untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara kemungkinan model 112

63 RBFNN mengklasifikasi dengan tepat adalah sebesar 75%. Akurasi pada data testing 79,17% artinya hasil klasifikasi dengan model RBFNN akurat sebesar 79,17%, baik untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara (normal), yang memiliki kanker payudara jinak (tumor), maupun yang memiliki kanker payudara. 2. Fuzzy C-Means clustering Tabel Performance Measure Model RBFNN Metode Fuzzy C- Means clustering Data Training Data Testing Hasil Klasifikasi Target Normal Tumor (Benign) Kanker (Malignant) Jumlah Normal 29 (TN) 3 (FP) 32 Tumor (Benign) 12 (FN) 20 (TP) 32 Kanker (Malignant) 9 (FN) 23 (TP) 32 Jumlah 96 Normal 6 (TN) 2 (FP) 8 Tumor (Benign) 8 (TP) 8 Kanker (Malignant) 4 (FN) 4 (TP) 8 Jumlah 24 Jumlah data seluruhnya (Training dan Testing) 120 Berdasarkan Tabel 3.20, dapat dihitung sensitivitas dan spesifisitas hasil klasifikasi dari model RBFNN menggunakan Persamaan (2.29) dan Persamaan (2.30) sebagai berikut. 113

64 a. Data Training 1) Sensitivitas = 2) Spesifisitas = b. Data Testing 1) Sensitivitas = 2) Spesifisitas = Pada data training, tingkat sensitivitas artinya untuk pasien yang memiliki kanker payudara kemungkinan model RBFNN mengklasifikasi dengan tepat adalah sebesar. Spesifisitas data training artinya untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara kemungkinan model RBFNN mengklasifikasi dengan tepat adalah sebesar. Nilai akurasi pada data training 75% artinya hasil klasifikasi dengan model RBFNN akurat sebesar 75%, baik untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara (normal), yang memiliki kanker payudara jinak (tumor), maupun yang memiliki kanker payudara. Pada data testing, tingkat sensitivitas 75% artinya untuk pasien yang memiliki kanker payudara kemungkinan model RBFNN mengklasifikasi dengan tepat adalah sebesar 75%. Spesifisitas data testing 75% artinya untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara kemungkinan model RBFNN mengklasifikasi dengan tepat adalah sebesar 75%. Akurasi pada data testing 75% artinya hasil klasifikasi dengan model RBFNN akurat sebesar 75%, baik 114

65 untuk pasien yang tidak memiliki kanker payudara (normal), yang memiliki kanker payudara jinak (tumor), maupun yang memiliki kanker payudara. Berdasarkan hasil sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi yang didapatkan, diketahui bahwa metode K-Means clustering dengan nilai akurasi pada data training sebesar 80,21% dan pada data testing sebesar 79,17% lebih baik dibandingkan Fuzzy C-Means clustering. Metode K-Means clustering lebih baik dari Fuzzy C-Means (FCM) clustering karena FCM clustering membutuhkan waktu dan iterasi yang lebih lama dibanding K-Means clustering. Hal ini disebabkan terdapat perhitungan fuzzy dalam algoritma FCM clustering. 115

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil BAB IV PEMBAHASAN Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk diagnosa kanker otak, hasil klasifikasi, dan ketepatan hasil klasifikasinya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder berupa citra Magnetic Resonansi Image (MRI) yang diperoleh dari

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder berupa citra Magnetic Resonansi Image (MRI) yang diperoleh dari BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. A. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium

BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium BAB III PEMBAHASAN A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium Kanker Payudara Fuzzy Neural Network (FNN) adalah gabungan sistem fuzzy dengan Artificial Neural Network (ANN).

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) untuk diagnosis penyakit jantung

Lebih terperinci

Disusun oleh: Aziza Ratna Kumala

Disusun oleh: Aziza Ratna Kumala PERBANDINGAN K-MEANS DAN FUZZY C-MEANS CLUSTERING PADA MODEL RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (RBFNN) UNTUK KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 1. Arsitektur Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) merupakan

BAB III PEMBAHASAN. 1. Arsitektur Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) merupakan BAB III PEMBAHASAN A. Fuzzy Radial Basis Function (FRBFNN) 1. Arsitektur Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) merupakan gabungan dari

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN), prosedur pembentukan model

BAB III PEMBAHASAN. Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN), prosedur pembentukan model BAB III PEMBAHASAN Bab III merupakan pembahasan yang meliputi proses penelitian yaitu Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN), prosedur pembentukan model FRBFNN, hasil model FRBFNN untuk deteksi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK

KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI KANKER PARU DENGAN MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (FRBFNN) DAN HIGH FREQUENCY EMPHASIS FILTER SKRIPSI

DETEKSI DINI KANKER PARU DENGAN MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (FRBFNN) DAN HIGH FREQUENCY EMPHASIS FILTER SKRIPSI DETEKSI DINI KANKER PARU DENGAN MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (FRBFNN) DAN HIGH FREQUENCY EMPHASIS FILTER SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN MODEL BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DAN PREPROCESSING CITRA DENGAN OPERASI SPASIAL

KLASIFIKASI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN MODEL BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DAN PREPROCESSING CITRA DENGAN OPERASI SPASIAL KLASIFIKASI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN MODEL BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DAN PREPROCESSING CITRA DENGAN OPERASI SPASIAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru adalah penyakit pertumbuhan jaringan yang tidak dapat terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian ini diantaranya mengenai kanker payudara, penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian ini diantaranya mengenai kanker payudara, penelitian-penelitian BAB II KAJIAN TEORI Bab II berisi tentang kajian teori. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya mengenai kanker payudara, penelitian-penelitian terdahulu, pengolahan citra digital dan

Lebih terperinci

MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Prediksi Nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi Menggunakan Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) dengan Metode Fuzzy C-Means Clustering

Prediksi Nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi Menggunakan Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) dengan Metode Fuzzy C-Means Clustering SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 T - 12 Prediksi Nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi Menggunakan Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) dengan Metode Fuzzy C-Means Clustering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation 4.1. Pengumpulan data Data trafik jaringan yang diunduh dari http://www.cacti.mipa.uns.ac.id:90 dapat diklasifikasikan berdasar download rata-rata, download maksimum, download minimum, upload rata-rata,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan proses penyakit yang terjadi karena sel abnormal mengalami mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal membentuk klon dan berproliferasi secara abnormal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. di antaranya mengenai kanker payudara (breast cancer), konsep dasar Neural

BAB II KAJIAN TEORI. di antaranya mengenai kanker payudara (breast cancer), konsep dasar Neural BAB II KAJIAN TEORI Bab II berisi tentang kajian teori yang akan digunakan dalam penelitian ini di antaranya mengenai kanker payudara (breast cancer), konsep dasar Neural Network, algotitma Backpropagation,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang didapat. Untuk bisa mendapatkan

BAB 3 METODOLOGI. melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang didapat. Untuk bisa mendapatkan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah 3.1.1 Analisis Kebutuhan Dalam melakukan analisa gambar mammogram, biasanya dokter secara langsung melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini 34 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Dalam proses diagnosis kanker payudara dibutuhkan akurasi yang tinggi untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam

Lebih terperinci

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) Jani Kusanti Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika Universitas Surakarta (UNSA),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas langkah-langkah dari implementasi dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang klasifikasi aktivitas menggunakan algoritma k-nearest neighbor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan penelitian dibutuhkan perangkat lunak yang dapat menunjang penelitian. Perangkat keras dan lunak yang digunakan dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatur di dalam otak sebagai pengendali utama tubuh manusia. Otak manusia

BAB I PENDAHULUAN. diatur di dalam otak sebagai pengendali utama tubuh manusia. Otak manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia telah diciptakaan oleh Tuhan dalam bentuk kesempurnaan. Salah satu ciptaan yang menakjubkan adalah otak manusia dimana semua kecerdasaan diatur di dalam otak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian yang sering dialami oleh wanita pada usia lanjut. Tercatat bahwa pada tahun 2011, terdapat lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara

BAB I PENDAHULUAN. saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Departemen Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix)

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) Metode GLCM menurut Xie dkk (2010) merupakan suatu metode yang melakukan analisis terhadap suatu piksel pada citra dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-3230m CPU @ 2.60GHz b. Memori : 4.00 GB c.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PERBANDINGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) dan METODE NEAREST CLUSTER CLASSIFIER (NCC) DALAM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS BATIK TULIS Nesi Syafitri 1 ABSTRACT Various problem that are related to classification

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60 persen tumor ganas kolorektal

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60 persen tumor ganas kolorektal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kolorektal ( colo rectal carcinoma) atau yang biasa disebut sebagai kanker usus besar merupakan suatu tumor ganas terbayak diantara tumor lainnya yang menyerang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Saluran pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus dan paru-paru (bronkiolus, alveolus). Paru-paru merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis besar terdiri atas bagian input, bagian proses, dan bagian output seperti gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia.

BAB I PENDAHULUAN. syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. Cidera sedikit

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM FUZZY SUGENO ORDE SATU PADA DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

IMPLEMENTASI SISTEM FUZZY SUGENO ORDE SATU PADA DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Implementasi Sistem Fuzzy... (Weni Safitri) 1 IMPLEMENTASI SISTEM FUZZY SUGENO ORDE SATU PADA DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA IMPLEMENTATION OF FIRST-ORDER SUGENO FUZZY SYSTEM ON DIAGNOSING BREAST CANCER Oleh:

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Antar Muka Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman judul perangkat lunak, form pelatihan jaringan saraf tiruan, form pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi berisi tahapan-tahapan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN :

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN : 289-933 ANALISIS METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK PENGENALAN SEL KANKER OTAK Novita Handayani Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

Neural Networks. Machine Learning

Neural Networks. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kanker. Kanker yang tumbuh pada payudara disebut kanker payudara.

BAB II KAJIAN TEORI. kanker. Kanker yang tumbuh pada payudara disebut kanker payudara. BAB II KAJIAN TEORI A. Kanker Payudara Kanker merupakan pertumbuhan sekelompok sel yang tidak normal, yang berkembang pada bagian tubuh yang normal. Sel kanker yang tumbuh membentuk benjolan disebut tumor.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 61 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Analisis Permasalahan Proses Segmentasi citra dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan metode konvensional secara statistik maupun

Lebih terperinci

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM 3.1 Gambaran Umum Gambar 3.1 Gambar Keseluruhan Proses Secara Umum 73 74 Secara garis besar, keseluruhan proses dapat dikelompokkan menjadi

Lebih terperinci

Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik pada Citra CT-Scan Otak Vinny Marita a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a

Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik pada Citra CT-Scan Otak Vinny Marita a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik pada Citra CT-Scan Otak Vinny Marita a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanungpura, Jalan Prof.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan studi (state of the art) Berikut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya : 1. Penelitian dilakukan oleh Sigit Sugiyanto Feri Wibowo (2015), menjelaskan tentang klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru telah menjadi salah satu kanker yang sering terjadi dalam beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang tak terkendali pada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT DAN ALGORITMA BACK PROPAGATION ABSTRAK

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT DAN ALGORITMA BACK PROPAGATION ABSTRAK IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT DAN ALGORITMA BACK PROPAGATION Nasep Muhamad Ramdan (0522135) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. Drg.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian merupakan acuan dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Metodologi penelitian berisi rencana kerja yang berurutan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan

Lebih terperinci

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Tri Deviasari Wulan 1, Endah Purwanti 2, Moh Yasin 3 1,2 Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS

PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS Diana Purwitasari 1, Glory Intani Pusposari 2, Rully Sulaiman 3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sebuah aplikasi berupa Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) mulai dikembangkan pada tahun 1970. Decision Support Sistem (DSS) dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Dalam mengetahui suatu bahan jenis kulit cukup sulit karena bahan jenis kulit memeliki banyak jenis. Setiap permukaan atau tekstur dari setiap jenisnya

Lebih terperinci

Klasifikasi Massa pada Citra Mammogram Berdasarkan Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM)

Klasifikasi Massa pada Citra Mammogram Berdasarkan Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM) IJCCS, Vol.8, No.1, January 2014, pp. 59~68 ISSN: 1978-1520 59 Klasifikasi Massa pada Citra Mammogram Berdasarkan Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM) Refta Listia* 1, Agus Harjoko 2 1 Prodi S2/S3 lmu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis dan perancangan sistem ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai aplikasi yang akan dibuat. Hal ini berguna untuk menunjang pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-6198du CPU @2.30GHz (4 CPUs), ~2.40GHz b.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrositmemiliki fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

Model Linear untuk Regresi

Model Linear untuk Regresi MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Model Linear untuk Regresi Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) AINUN JARIAH 1209201721 DOSEN PEMBIMBING 1. Prof. Dr. Mohammad Isa Irawan, M.T 2. Dr Imam Mukhlas, S.Si, M.T

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilaksanakan ditunjukan pada Gambar 6. Akusisi Citra INPUT Citra Query Preprocessing Citra Pre processing Citra Ekstraksi Fitur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dataset

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dataset BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian diuraikan dalam skema tahap penelitian untuk memberikan petunjuk atau gambaran yang jelas, teratur, dan sistematis seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom.

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom. Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [5106100108] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom. Latar Belakang Batik merupakan harta kebudayaan Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika BAB III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Teknik informatika yang memiliki andil yang cukup besar dalam berbagai kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika merupakan hal yang menarik

Lebih terperinci

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE Yegar Sahaduta 1), Chairisni Lubis 2) 1) Fakultas Teknologi Informasi-Universitas Tarumanagara Jl. S. Parman No.1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan ikat pada payudara. Terdapat beberapa jenis kanker payudara antara lain

BAB I PENDAHULUAN. jaringan ikat pada payudara. Terdapat beberapa jenis kanker payudara antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel-sel pada jaringan payudara secara abnormal, terus menerus, tidak terkontrol dan tidak terbatas. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) dan GABOR FILTER DALAM PENGENALAN MOTIF BATIK OLEH : ANUGRAH SURADIPURWO NIM : 41508110061

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Matriks 2.1.1 Matriks Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan dalam susunan itu disebut anggota dalam matriks tersebut. Suatu

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Program P rinsip kerja program yaitu dengan melakukan pra pengolahan citra terhadap foto fisik dari permukaan buah manggis agar ukuran seluruh data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Clustering adalah proses di dalam mencari dan mengelompokkan data yang memiliki kemiripan karakteristik (similarity) antara satu data dengan data yang lain. Clustering

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pengolahan Citra Digital, Ekstraksi Fitur Citra, Artificial Neural Network, SOM. Berikut adalah hal-hal mengenai Kanker Paru:

BAB II KAJIAN TEORI. Pengolahan Citra Digital, Ekstraksi Fitur Citra, Artificial Neural Network, SOM. Berikut adalah hal-hal mengenai Kanker Paru: BAB II KAJIAN TEORI Bab II berisi tentang kajian teori yang diantaranya mengenai Kanker Paru, Pengolahan Citra Digital, Ekstraksi Fitur Citra, Artificial Neural Network, SOM Kohonen clustering dan Ketepatan

Lebih terperinci