Pola Penataan Ruang dan Implikasinya Terhadap Interaksi, dan Hirarki Sosial Manusia Masa Lampau pada Situs Gunung Kawi, Kabupaten Gianyar, Bali
|
|
- Benny Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pola Penataan Ruang dan Implikasinya Terhadap Interaksi, dan Hirarki Sosial Manusia Masa Lampau pada Situs Gunung Kawi, Kabupaten Gianyar, Bali Dani Sunjana 1, I Wayan Ardika 2, I Wayan Srijaya Prodi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Unud 1 [ danisunjana@gmail.com] 2 [ Ardika52@yahoo.co.id] 3 [ srijaya59@yahoo.co.id] *Corresponding Author Abstract Gunung Kawi Site is the biggest site from Hindu Buddhist period in Bali. This site located in Banjar Penaka, Tampaksiring Village, Tampaksiring District, Gianyar Region. This research highlight the spatial arrangement pattern and its implication to social interaction and social hierarchy of the ancient community settled the site in the past. Gathered data techniques used were observation, bibliographical study, and interview while the analysis including Nearest Neighbor Analysis and contextual analysis. To enrich the interpretation, The Social Logic of Space Theory and Post-Procesual Theory were used with the basic theory of agency - class a la Pierre Bourdieu and Anthony Giddens, and discipline and power/knowledge theory a la Michel Foucault. Based on the research, spatial arrangement pattern of Gunung Kawi site shows the clustered pattern in site scale. In subsite scale the spatial arrangement generally show linear pattern which combined with clustered pattern. The clustered pattern used in Gunung Kawi site shows the space diferentiation of social classes. This pattern was also implicated on the social interaction bordering and causing social hierarchy. The social interaction bordering made in space regionalisation which was the form of disciplinisation of the ancient ascetic community setlled the site in the past. The social hierarchy develoved from the spatiality of the site is a materialization form of social status and knowledge difference. Key Words: Spatial Arrangement Pattern, Social Interaction, Social Hierarchy 1. Pendahuluan Kajian arkeologi ruang merupakan salah satu studi khusus yang menitikberatkan perhatian pada pengkajian dimensi ruang (spatial) dari benda atau situs arkeologi daripada pengkajian atas dimensi bentuk (formal) dan dimensi waktu (temporal). Kajian ini, meskipun berakar dari tradisi lama penelitian arkeologi, baru populer pada empat dasawarsa terakhir dan muncul sebagai bagian dari kajian arkeologi modern (Mundardjito, 2002: 2-3; Seibert, 2006: xiii). Bila dilihat dari sisi historis dan sifat pendekatannya, kajian arkeologi keruangan muncul dari dua kutub produsen teori-teori 339
2 arkeologi dunia, Eropa dan Amerika, serta dipengaruhi dua pendekatan rumpun keilmuan yang berbeda yaitu rumpun ilmu-ilmu alam (geografi dan ekologi) serta rumpun ilmu-ilmu sosial. Salah satu situs arkeologi yang potensial untuk dijadikan bahan kajian arkeologi ruang dengan pendekatan sosial adalah situs candi dan pertapaan Gunung Kawi. Situs ini merupakan situs terbesar dari periode Hindu Buddha di Bali dan terdiri atas dua komponen bangunan yang berbeda yaitu pahatan candi dan ceruk-ceruk pertapaan yang dibuat pada tebing jurang. Adanya pemisahan ruang dan penataan dengan pola-pola tertentu dapat dijadikan data untuk mengetahui bagaimana jalinan interaksi sosial antara penghuninya dipengaruhi oleh tata ruang. Begitu pula gejala pemisahan ruang dapat dibaca sebagai bentuk pengorganisasian secara hirarki baik secara religius maupun sosial. Hal ini merupakan fenomena yang menarik karena berhubungan dengan bagaimana praktik sosial diaplikasikan dalam budaya material berupa situs keagamaan yang bersifat sakral. 2. Pokok Permasalahan Penelitian ini pada dasarnya ingin menjawab beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penataan ruang pada Situs Gunung Kawi dan hubungannya dengan sosioaktivitas penghuninya pada masa lampau. Adapun beberapa permasalahan yang akan dijawab adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pola penataan ruang pada Situs Gunung Kawi? 2. Bagaimana hubungan antara pola penataan ruang dengan interaksi sosial penghuni Situs Gunung Kawi pada masa lampau? 3. Bagaimanakah hirarki sosial ruang pada Situs Gunung Kawi? 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merekonstruksi aspek perilaku budaya manusia masa lampau dalam mengorganisasikan ruang. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pola penataan ruang dan implikasinya terhadap interaksi dan hirarki sosial manusia yang memanfaatkan ruang Situs Gunung Kawi pada masa lampau. 340
3 4. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penalaran induktif yaitu penalaran yang bergerak dari kajian fakta-fakta atau gejala-gejala khusus untuk kemudian disimpulkan sebagai gejala yang bersifat umum (Kelly, 2013: 30; Tanudirjo, 1989: 34-36). Penelitian dengan metode penalaran induktif ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu atau mendapatkan ide baru mengenai gejala tersebut. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatifkuantitatif. Permasalahan dalam penelitian ini akan dijawab dengan melakukan langkahlangkah penelitian arkeologi yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan interpretasi serta penulisan hasil penelitian (Sharer dan Ashmore, 2002: ). Penelitian ini merupakan penelitian keruangan dalam skala meso atau disebut juga sebagai penelitian keruangan intrasitus. Fokus dari penelitian ini adalah mencari hubungan antarfitur yang terdapat dalam situs sehingga didapatkan bentuk pola penataan ruang, interaksi manusia masa lalu, dan hirarki ruang sosial pada Situs Gunung Kawi, Tampaksiring, Gianyar. Analisis yang digunakan antara lain adalah Analisis Tetangga Terdekat, dan analisis kontekstual. 5. Hasil dan Pembahasan a. Data Arkeologis Situs Gunung Kawi dan Fungsinya Data arkeologi yang terdapat pada Situs Gunung Kawi secara umum merupakan fitur yang dipahat pada tebing-tebing batu sehingga sifatnya masih intact dengan lingkungannya. Fitur-fitur yang dimaksud berbentuk pahatan candi, ceruk-ceruk pertapaan, terowongan dan jaringan jalan, pelataran, patirthaan, dan gapura. Fitur-fitur tersebut tersebar pada lima gugusan tempat yang pada tulisan ini disebut sebagai subsitus, antara lain Subsitus Gunung Kawi A (GKWA), Subsitus Gunung Kawi B (GKWB), Subsitus Gunung Kawi C (GKWC), Subsitus Gunung Kawi D, dan Subsitus Gunung Kawi E (GKWE). Sebaran fitur pada Situs Gunung Kawi disajikan dalam tabel sebagai berikut. 341
4 Tabel 1 Sebaran Data Arkeologi pada Situs Gunung Kawi No Subsitus Jumlah Fitur PC CP TJ G PT PL Biara 1 Gunung Kawi A Gunung Kawi B Gunung Kawi C Gunung Kawi D Gunung Kawi E Keterangan: PC= Pahatan Candi, CP= Ceruk Pertapaan, TJ= Terowongan Jalan G= Gapura, PT= Patirthaan, PL= Pelataran Situs Gunung Kawi merupakan sebuah situs pertapaan dan asrama pendidikan agama pada masa lampau yang disebut sebagai katyagan dan mandala bernama Amaravati berdasarkan keterangan beberapa prasasti Bali Kuno. Prasasti-prasasti yang menyebut situs ini sebagai katyagan dan mandala salah satunya adalah prasasti Tengkulak A nomor 353 B dengan sebutan Sang Hyang Katyãgan ing Pakerisan ring Amarawati (Astra, 2009: 34). Berdasarkan perbandingan dengan sumber-sumber kesusastraan Jawa Kuno dari periode Singasari hingga Majapahit diperoleh keterangan bahwa situs mandala atau katyagan dihuni oleh kaum rsi dan pertapa yang berada pada tingkat hidup wanaprastha dan situsnya disusun sedemikian rupa berdasarkan tingkat pengetahuan dan penguasaan agamanya (Santiko, 2005: 112). Hal ini sesuai dengan penataan ruang di Situs Gunung Kawi yang disusun sedemikian rupa dalam kelompokkelompok subsitus. b. Pola Penataan Ruang pada Situs Gunung Kawi dan Implikasinya terhadap Interaksi dan Hirarki Sosial Analisis Tetangga Terdekat terhadap sebaran fitur yang terdapat di Situs Gunung Kawi menghasilkan nilai koefisien sebaran 0, yang menandakan bahwa situs ini ditata secara mengelompok. Penataan ruang secara mengelompok merupakan karakter sebuah situs pertapaan dalam bentuk maṇḍala dimana bangunan-bangunan dikelompokan berdasarkan kedudukan sosial komunitas pendukungnya. Kelompokkelompok fitur ini membangun gugus yang selanjutnya disebut sebagai subsitus dalam 342
5 penelitian ini. Subsitus-subsitus tersebut adalah Subsitus Gunung Kawi A dan B yang terletak paling utara dalam area situs, Subsitus Gunung Kawi C pada sisi timur Sungai Pakerisan di selatan Subsitus Gunung Kawi B, serta Subsitus Gunung Kawi D dan E pada sisi barat Sungai Pakerisan di selatan Subsitus Gunung Kawi A. Setiap subsitus dipisahkan satu sama lain dengan barrier alam seperti tebing dan jurang. Setiap subsitus sendiri memiliki pola tata ruang tersendiri baik secara morfologis maupun karakter fitur yang dimiliki. Berdasarkan pola morfologis tata ruang pada subsitus di Situs Gunung Kawi antara lain berbentuk gabungan linear dan mengelompok berbentuk U (Subsitus Gunung Kawi A, B, dan C), berbentuk linear (Subsitus Gunung Kawi D), serta berbentuk mengelompok dengan pola menyerupai huruf L. Tata ruang secara morfologis ini tampaknya berbeda-beda sesuai dengan keadaan geomorfologi lingkungan. Bila dilihat dari karakter fitur penyusunnya, tampak bahwa setiap subsitus berbeda satu sama lain (lihat tabel 1 di atas). Adanya perbedaan-perbedaan fitur penyusun dan kuantitasnya berkaitan dengan tingkat kesakralan dimana subsitus yang memiliki fitur pahatan candi merupakan subsitus sakral, dan sisanya bersifat lebih profan. Pola penataan ruang secara mengelompok pada Situs Gunung Kawi berimplikasi pada terbatasnya interaksi sosial antar penghuni ruang subsitus satu dengan subsitus lainnya karena adanya jarak dan barrier perantara. Interaksi sosial pada Situs Gunung Kawi mencapai titik maksimal pada ruang-ruang publik seperti pelataran pahatan candi, dan halaman-halaman luas yang mengakomodir banyak orang untuk berkumpul, sedangkan titik terendah interaksi sosial mencapai puncaknya pada ceruk-ceruk pertapaan paling dalam sebagai ruang paling privat. Adanya gejala pemisahan ruang yang mengatur intensitas dan kualitas interaksi sosial mungkin merupakan suatu bentuk pendisiplinan komunitas pertapa/rsi yang menghuni situs Gunung Kawi pada masa lampau. Pendisiplinan ini antara lain mengambil bentuk pembagian ruang (regionalisasi) yang kemudian berhubungan dengan pembatasan interaksi sosial. Pembatasan interaksi sosial ini berhubungan dengan konsep pengunduran diri dan dilatari oleh perbedaan kelas sosial antara penghuni ruang. Penataan ruang dengan menyusun sedemikian rupa fitur-fitur yang ada pada Situs Gunung Kawi berimplikasi pada hirarki sosial yang terbentuk. Hirarki ruang yang 343
6 terbentuk sangat mungkin menggambarkan hirarki sosial penghuninya dari yang berstatus sosial lebih tinggi ke penghuni berstatus sosial rendah. Susunan tersebut berturut-turut diduduki oleh Subsitus Gunung Kawi B, Subsitus Gunung Kawi A, Subsitus Gunung Kawi D, Subsitus Gunung Kawi C, dan Subsitus Gunung Kawi E. Subsitus Gunung Kawi A dan B kemungkinan ditempati oleh rsi/pertapa dari kalangan raja dan istana atau mungkin pula dewaguru serta para pembantunya yang mungkin setingkat ubwan, subsitus Gunung Kawi D kemungkinan dihuni oleh rsi/pejabat dari kalangan pejabat kerajaan atau pula pendeta laki-laki (manguyu) atau perempuan (kili), sedangkan subsitus Gunung Kawi C dan E kemungkinan ditempati rsi/pertapa dari kelas sosial yang lebih rendah seperti tapaswi (tapa), tapi, kaki, dan endang. Hirarki sosial yang terbentuk pada Situs Gunung Kawi kemungkinan didasarkan pada dua jenis modalitas yaitu modal sosial berupa kedudukan sosial dalam masyarakat dan modal budaya yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan keagamaan. Dengan demikian, penataan ruang pada Situs Gunung Kawi merupakan sebuah bentuk materialisasi kekuasaan/pengetahuan. 6. Simpulan Pola penataan ruang pada Situs Gunung Kawi menunjukan pola mengelompok pada skala situs dan pola-pola tertentu baik secara morfologi maupun jenis fitur penyusunnya. Adanya pola penataan ruang dengan pola mengelompok pada situs menyebabkan terbatasnya interaksi sosial yang terjadi antar subsitus. Interaksi sosial mencapai titik maksimal pada ruang-ruang publik seperti pelataran pahatan candi, dan halaman-halaman luas yang mengakomodir banyak orang untuk berkumpul, sedangkan titik terendah interaksi sosial mencapai puncaknya pada ceruk-ceruk pertapaan. Selain itu, pola penataan ruang juga berkaitan dengan hirarki sosial dari penghuni situs yang ditandai dengan tingkat kekompleksan yang berkaitan dengan tingkatan pengetahuan keagamaan dari manusia masa lampau yang menggunakan situs ini pada masa lampau. Kedua hal tersebut berupa pembatasan dan pengaturan interaksi serta penyusunan hirarki sosial menggambarkan fenomena pendisiplinan yang didasarkan pada 344
7 kuasa/pengetahuan dan perbedaan kelas sosial manusia masa lampau di Situs Gunung Kawi. Daftar Pustaka Astra, I Gde Semadi Sekte-Sekte pada Masa Bali Kuno Berdasarkan Rekaman Data Prasasti dalam Dinamika Sosial Masyarakat Bali dalam Lintasan Sejarah. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana, hal Kelly, Robert L dan David Hurst Thomas Archaeology. New York: Wadsworth Mundardjito Pertimbangan Ekologis Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta. Jakarta: Wedatama Widyasastra Santiko, Hariani Mandala (Kedewaguruan) pada Masa Majapahit dalam Hari Hara: Kumpulan Tulisan tentang Agama Weda dan Hindu di Indonesia. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, hal Seibert, Jeffrey Introduction dalam Space and Spatial Analisys in Archaeology. Alberta: Calgary Press, hal 5-9 Sharer dan Wendy Ashmore Fundamentals of Archaeology. New York: Blackwell Tanudirdjo, Daud Aris Arkeologi Indonesia Masa Depan: Unlinierisme atau Multilinearisme?. Makalah pada Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi di Yogyakarta Juli
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA UJIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACK... DAFTAR ISTILAH...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA UJIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISTILAH...
Lebih terperinciPERTAPAAN PADA MASA BALI KUNO ABAD IX-XII MASEHI Ni Made Dewi Wahyuni Program Studi Arkeologi, Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
PERTAPAAN PADA MASA BALI KUNO ABAD IX-XII MASEHI Ni Made Dewi Wahyuni Program Studi Arkeologi, Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract At the time of ancient Bali between the 9 th to 12
Lebih terperinciPerkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi
Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciKEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN KOMPLEKS CANDI GUNUNG KAWI Local Wisdom in The Construction of Gunung Kawi Temple
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN KOMPLEKS CANDI GUNUNG KAWI Local Wisdom in The Construction of Gunung Kawi Temple Anak Agung Gde Bagus dan Hedwi Prihatmoko Balai Arkeologi Bali Jl. Raya Sesetan No. 80,
Lebih terperinciISSN : /Akred/P2MI-LIPI/07/2014 Volume 28, Nomor 3, November 2015 SERI PENERBITAN FORUM ARKEOLOGI
ISSN : 0854-3232 574/Akred/P2MI-LIPI/07/2014 Volume 28, Nomor 3, November 2015 SERI PENERBITAN FORUM ARKEOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI ARKEOLOGI DENPASAR 2015 i ISSN : 0854-3232 574/Akred/P2MI-LIPI/07/2014
Lebih terperinciPengembangan Interpretasi Wisata Budaya Guna Mendukung Program Pelestarian Tapak Arkeologi
Pengembangan Interpretasi Wisata Budaya Guna Mendukung Program Pelestarian Tapak Arkeologi LURY SEVITA YUSIANA 1*, NI NYOMAN ARI MAYADEWI 2 1. Program Studi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciRELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi
1 RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi Abstrak Relief of Tantri that is located in Pertapaan Gunung Kawi Bebitra. This area located
Lebih terperinciTipologi Miniatur Candi dan Perbandingannya dengan Fragmen Bangunan Kuno di Desa Pejeng dan Bedulu
Tipologi Miniatur Candi dan Perbandingannya dengan Fragmen Bangunan Kuno di Desa Pejeng dan Bedulu Dewa Gede Kurniawan Anugrah 1*, I Wayan Redig 2, Anak Agung Gde Aryana 3 123 Program Studi Arkeologi Universitas
Lebih terperinciKUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN
BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG To live in the future, one must first understand their history by anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia mempelajari benda-benda dari masa lalu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni
Lebih terperinciPengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat
Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat Putu Ayu Surya Andari 1*, I Gusti Ngurah Tara Wiguna 2, Zuraidah 3 123 Program Studi Arkeologi
Lebih terperinciINDUSTRI BATU BATA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (TINJAUAN GEOGRAFI EKONOMI)
INDUSTRI BATU BATA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (TINJAUAN GEOGRAFI EKONOMI) Oleh Ni Ketut Trisnawati Ketut Suratha dan Made Suryadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para
Lebih terperinciKata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel
Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:
Lebih terperinciSRI HAYATI DEFINISI DAN PERKEMBANGN GEOGRAFI POLITIK
SRI HAYATI DEFINISI DAN PERKEMBANGN GEOGRAFI POLITIK Geografi Politik adalah bagian atau cabang dari Geografi Manusia, yang terutama mempelajari negara sebagai suatu region politik. (Moodie, 1963) Political
Lebih terperinciArga Arif Pratama 1*, I Gusti Ngurah Tara Wiguna 2, Rochtri Agung Bawono 3. Abstract
Perkembangan Tata Ruang Kota Kolonial Cepu Pada Akhir Abad Xix Sampai Awal Abad Xx Di Kabupaten Blora Jawa Tengah (Kajian Arkeologi Keruangan Skala Makro) Arga Arif Pratama 1*, I Gusti Ngurah Tara Wiguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN DAUH PURI KAUH, DENPASAR BARAT
E-Jurnal EP Unud, 2 [5] :269-276 ISSN: 2303-0178 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN DAUH PURI KAUH, DENPASAR BARAT I Made Adi Wijaya
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Bakker, J. W. M Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah. Budaya IKIP Universitas Sanata Dharma.
DAFTAR PUSTAKA Bakker, J. W. M. 1972. Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah Budaya IKIP Universitas Sanata Dharma. Boechari. 1977. Epigrafi dan Sejarah Indonesia. Melacak Sejarah Kuno Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN
1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan
Lebih terperinciANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.
ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. ANALYSIS PRICE AND VALUE OF LAND IN SEWON DISTRICT, USING REMOTE SENSING AND GEOGRAPHIC
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia memiliki lima agama yang diakui oleh negara Indonesia, salah satunya adalah agama Buddha. Agama Buddha memiliki tempat ibadah yang disebut dengan vihara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peninggalan hasil kebudayaan manusia di Indonesia sangat banyak tetapi yang dapat dijadikan sebagai data arkeologis sangat terbatas, salah satunya adalah relief yang
Lebih terperinciINTERAKSI KEBUDAYAAN
Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
Lebih terperinciSITUS ARJUNA METAPA DI GIANYAR, BALI: SEBUAH PATIRTHAN? THE SITE OF ARJUNA METAPA IN GIANYAR, BALI: A PATIRTHAN (HOLY BATHING PLACE)?
SITUS ARJUNA METAPA DI GIANYAR, BALI: SEBUAH PATIRTHAN? THE SITE OF ARJUNA METAPA IN GIANYAR, BALI: A PATIRTHAN (HOLY BATHING PLACE)? Naskah diterima: Naskah direvisi: Naskah disetujui terbit: 22-04-2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa lampau adalah merekonstruksi kehidupan masa lalu. Rekonstruksi kehidupan masa lalu yang dimaksud
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,
BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tinjauan terhadap beberapa pustaka yang dijadikan sebagai pedoman dalam penulisan ini.
Lebih terperinciPENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI
www.bimbinganalumniui.com 1. Geografi is the mother of all sciences adalah pendapat yang dikemukakan oleh a. Preston E. James b. Bintarto c. Aristoteles d. Vidal de la Blace e. Huntington 2. Istilah geografi
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 245 Universitas Indonesia. Tempat duduk..., Yulie Pusvitasary, FIB UI, 2009
BAB 5 PENUTUP Penelitian terhadap pengidentifikasian tempat duduk yang dipahatkan pada relief Lalitavistara Candi Borobudur telah dipaparkan secara sistematis pada bab sebelumnya. Bab 2 merupakan deskripsi
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pertumbuhan kota, kepentingan akan keberadaan ruang terbuka hijau aktif perkotaan semakin dirasakan. Peningkatan densitas kota telah menyadarkan kita akan makna
Lebih terperinciFUNGSI PATIRTHAN DI KABUPATEN GIANYAR, BALI Patirthaan Fuction In The Gianyar Regency, Bali
Heri Purwanto. Fungsi Patirthan di Kabupaten Gianyar Bali FUNGSI PATIRTHAN DI KABUPATEN GIANYAR, BALI Patirthaan Fuction In The Gianyar Regency, Bali Heri Purwanto Mahasiswa Program Studi Arkeologi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang
Lebih terperinciPENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA
PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious
Lebih terperinciPRASASTI MAYUNGAN DI DESA PAKRAMAN MAYUNGAN, DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN
1 PRASASTI MAYUNGAN DI DESA PAKRAMAN MAYUNGAN, DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN Ida Ayu Wayan Prihandari Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract This study
Lebih terperinciAsep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan
LOYALITAS BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS X MA MAARIF KADUGEDE TAHUN AJARAN 2013/2014 DILIHAT DARI INTERFERENSI BAHASA DAERAH PADA KARANGAN NARASI SISWA Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengelolaan terhadap tinggalan arkeologi yang ditemukan di berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candi Cetho merupakan salah satu candi peninggalan jaman Hindu yang dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi,
Lebih terperinciDavid J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,
IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI
UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN ANGGOTA BINA KELUARGA BALITA (BKB) DALAM KEGIATAN BKB DI BANJAR MANUKAYA LET DESA MANUKAYA KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dengan berkembangnya era globalisasi dan makin pesatnya persaingan pasar dewasa ini, menjadikan banyaknya organisasi atau perusahaan yang baru bermunculan
Lebih terperinci: Restu Gunawan, Sardiman AM, Amurwani Dwi L., Mestika Zed, Wahdini Purba, Wasino, dan Agus Mulyana.
Hak Cipta 2013 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka
Lebih terperinciRESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap
Lebih terperinciBab 1: Pengetahuan Dasar Geografi
Bab 1: Pengetahuan Dasar Geografi a) PENGERTIAN GEOGRAFI Geografi berasal dari bahasa Yunani, geo dan graphein yang berarti bumi dan tulisan masing-masing. Jadi secara harfiah geografi berarti tulisan
Lebih terperinciMETODE PENDEKATAN GEOGRAFI
METODE PENDEKATAN GEOGRAFI Metode Pendekatan Geografi Ruang lingkup geografi dapat dikatakan sangat luas. Metode pendekatan yang dapat digunakan tidak lagi hanya dari aspek keruangannya saja, melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Peninggalan benda-benda purbakala merupakan warisan budaya yang mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan purbakala
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG PENETAPAN SATUAN RUANG GEOGRAFIS KAWASAN PENANGGUNGAN SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA
Lebih terperinciPENGENALAN AKSARA BALI MENGGUNAKAN METODE ZONING DAN KNN
TESIS PENGENALAN AKSARA BALI MENGGUNAKAN METODE ZONING DAN KNN I WAYAN AGUS SURYA DARMA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGENALAN AKSARA BALI MENGGUNAKAN METODE ZONING DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan kebudayaan tersebut secara kronologis
Lebih terperinciKARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR
KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: INTAN MUNING H L2D 004 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan
Lebih terperinciAbstrak. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Gita Prasetyarini 0432013 Program Magister Psikologi Judul Sub Judul : Pengaruh Program Parents Effectiveness terhadap Pemahaman ibu dalam mendisplinkan anak : Penelitian pada Ibu yang memiliki
Lebih terperinciOleh: I Wayan Suarsana
Kajian Geografi Ekonomi Tentang Distribusi Pemasaran Hasil Pertanian Sayuran Pada Pasar Induk Sayur-Mayur Baturiti di Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Oleh: I Wayan Suarsana I Ketut Suratha, Ida Bagus
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN INSENTIF REGULER KOMPETITIF
LAPORAN PENELITIAN INSENTIF REGULER KOMPETITIF ANALISIS FAKTOR FISIK SOSIAL-EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN DENGAN POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH Oleh : Drs. Agus Dwi Martono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Judul Penelitian ini tentang Analisis Patung Figur Manusia Karya Nyoman Nuarta di Galeri NuArtSculpture Park. Pengambilan judul penelitian ini didasari oleh
Lebih terperinciRUANG LINGKUP GEOGRAFI
RUANG LINGKUP GEOGRAFI Definisi menurut Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfera dengan sudut
Lebih terperinciArtikel Publikasi. Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi
TINGKAT EFEKTIVITAS PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII TENTANG BENTUK MUKA BUMI DAN AKTIFITAS PENDUDUK INDONESIA DI SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI Artikel Publikasi Skripsi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciANALISIS REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE MULTIVARIAT UNTUK PEMODELAN INDIKATOR KEMISKINAN DI INDONESIA KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI
ANALISIS REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE MULTIVARIAT UNTUK PEMODELAN INDIKATOR KEMISKINAN DI INDONESIA KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI DESAK AYU WIRI ASTITI 1108405021 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciTESIS PENAMAAN KERETA API DI PULAU JAWA: KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN
TESIS PENAMAAN KERETA API DI PULAU JAWA: KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN RISDHYTA TIARA ROSA 121324253008 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 PENAMAAN KERETA
Lebih terperinci449 IX. PENUTUP 9.1. Kesi mpulan
449 IX. PENUTUP Bagian yang akan menutup pembahasan tentang ruang lokal Kawasan Pusat Situs Purbakala ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama, adalah kesimpulan hasil penelitian tentang Ruang Kemuliaan
Lebih terperinciIdentifikasi Tempat Suci pada Masa Bali Kuno. Ni Ketut Puji Astiti Laksmi
Identifikasi Tempat Suci pada Masa Bali Kuno Ni Ketut Puji Astiti Laksmi astitilaksmi@yahoo.com Abstrak Sejak masa prasejarah masyarakat Bali menganggap bahwa tanah-tanah yang meninggi seperti bukit dan
Lebih terperinciKEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG DALAM MENGENDALIKAN PEMBANGUNAN VILLA
KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG DALAM MENGENDALIKAN PEMBANGUNAN VILLA Oleh: Ngurah Angga Narendra I Made Arya Utama I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO
ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN 2005-2014 (JURNAL) Oleh: INDARYONO 1113034039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS
Lebih terperinciDESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012
DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012 Nurmeitama Indah Wiladatika, Yarmaidi*, Edy Haryono** Abstract
Lebih terperinciAPLIKASI ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MELIHAT KARAKTERISTIK USAHA PARIWISATA DI PROVINSI BALI
E-Jurnal Matematika Vol. 5 (2), Mei 2016, pp. 76-81 ISSN: 2303-1751 APLIKASI ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MELIHAT KARAKTERISTIK USAHA PARIWISATA DI PROVINSI BALI Agust Wiras Ardi Kusuma 1, I Gusti Ayu
Lebih terperinciPERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Dengan ini saya menyampaikan bahwa Skripsi yang berjudul Fluktuasi Kondisi Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Bendungan Telaga Tunjung Desa Timpag, Kecamatan
Lebih terperinciIntegrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciPENGAWASAN PELANGGARAN BANGUNAN-BANGUNAN DI KOTA DENPASAR
PENGAWASAN PELANGGARAN BANGUNAN-BANGUNAN DI KOTA DENPASAR Indah Permatasari Ida Ayu Sukihana Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK garan penataan ruang khususnya pelanggaran
Lebih terperinciPENGERTIAN GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI
PENGERTIAN GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI Istilah Geografi berasal dari bahasa Yunani geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan
BAB I PENDAHULUAN Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan langsung dengan keadaan yang kini dapat ditemukan di Jawa atau di tempat lain, tetapi sebagian lainnya hanya dapat ditelusuri
Lebih terperinciRINGKASAN. dan di Bali pada khususnya, semakin dituntut untuk melakukan. sesuai dengan kebutuhan pasar yang dinamis. Saat ini pertanian
RINGKASAN Dalam era globalisasi sekarang ini pelaku usaha hortikultura di Indonesia dan di Bali pada khususnya, semakin dituntut untuk melakukan perubahanperubahan sesuai dengan kebutuhan pasar yang dinamis.
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai terjadinya variasi penggunaan hijab di masyarakat perkotaan, dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang menimbulkan pembentukan
Lebih terperinciSUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU
SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciArahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar
Arahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar PREVIEW IV TUGAS AKHIR I NYOMAN ARTO SUPRAPTO 3606 100 055 Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita,
Lebih terperinciby NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD
by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya
Lebih terperinciPOTRET KESEJAHTERAAN RAKYAT DI PROVINSI BALI MENGGUNAKAN METODE CHERNOFF FACES
E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, 1-6 ISSN: 2303-1751 POTRET KESEJAHTERAAN RAKYAT DI PROVINSI BALI MENGGUNAKAN METODE CHERNOFF FACES I WAYAN WIDHI DIRGANTARA 1, KOMANG GDE SUKARSA 2, KOMANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini menggunakan beberapa sumber berupa jurnal ilmiah, artikel, buku ataupun internet.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman perwujudan bangunan
Lebih terperinciAbstrak. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran body image dari anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Teori
Lebih terperinciOleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN (TKJ) 2 SMK NEGERI 2 PEKANBARU
Lebih terperincigeografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus
KTSP & K-13 Kelas X geografi PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian geografi dan lingkungan
Lebih terperinciEKSISTENSI MIGRAN DI DESA CANDIKUNING, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN (TINJAUAN GEOGRAFI PENDUDUK)
EKSISTENSI MIGRAN DI DESA CANDIKUNING, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN (TINJAUAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh: Ni Luh Yunika Valina Ida Bagus Made Astawa dan Made Suryadi *) Jurusan Pendidikan Geografi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang
Lebih terperinciARTIKEL. Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode Oleh Gede Mas Mahendradita
ARTIKEL Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode 1976-2012 Oleh Gede Mas Mahendradita 0914021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014 PERKEMBANGAN
Lebih terperincilebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks
3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa
Lebih terperinciINTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM
INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa
BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi
Lebih terperinci