BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji.
|
|
- Farida Sucianty Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini menggunakan beberapa sumber berupa jurnal ilmiah, artikel, buku ataupun internet. Sumber yang digunakan dapat memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji. Tinjauan pustaka dipakai sebagai petunjuk, pembanding, serta penunjang dalam penelitian ini. Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka tersebut, dapat dicari data, konsep, dan teori yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun pustaka yang digunakan antara lain sebagai berikut. R. Cecep Eka Permana (1995) dalam Skripsi yang berjudul Tata Ruang Pemukiman Masyarakat Megalitik : Sebuah Kajian Etnoarkeologi Pada Masyarakat Baduy menjelaskan bahwa tata ruang dalam suatu masyarakat banyak ditentukan oleh sistem religi atau kepercayaan. Hal penting dalam tata ruang yaitu berkenaan dengan arah, tempat dan replika. Sistem religi atau kepercayaan mereka mengarahkan dalam menentukan arah atau orientasi yang baik, sakral dan magis yang harus diikuti (kiblat). Untuk mengkaji konsep tata ruang permukiman masyarakat Baduy, diawali dengan konsep-konsep tentang pandangan dunianya, khususnya yang berkaitan dengan kosmologi. Pemahaman mengenai kosmologi akan membawa penjelasan lebih lanjut terhadap kenyataan kehidupan sehari-hari dalam tradisi pemukiman mereka. Skripsi ini akan dijadikan sebagai acuan untuk membantu peneliti dalam membandingkan dan memberikan 10
2 11 gambaran umum tentang tata ruang permukiman di masyarakat Baduy dengan perkembangan fungsi ruang-ruang yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan pada penelitian ini. Heni Suhaeni (2010) dalam artikel yang berjudul Tipologi Kawasan Perumahan Dengan kepadatan Penduduk Tinggi dan Penangannannya. Perkembangan tidak hanya dapat terbentuk dari objek atau elemen fisik, tetapi juga kondisi-kondisi sosial, ekonomi dan budaya dapat mempengaruhi terbentuknya tipologi. Dalam masa pembentukan, sebuah tipologi dibangun untuk memenuhi suatu standar serta beradaptasi dengan beragam kondisi dan persyaratan. Selama periode tersebut tipologi yang ditampilkan akan diperjelas menjadi sebuah model yang dibangun berdasarkan ciri dan pola yang memenuhi persyaratan atau standar yang diminta. Artikel ini dijadikan sebagai acuan untuk membantu peneliti dalam menjelaskan tipologi ruang tengah Desa Adat Tenganan Pegringsingan. I Wayan Rupa, dkk (2002) dalam buku yang berjudul Budaya Masyarakat Suku Bangsa Bali Aga (Tenganan Pegringsingan ) di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali, yang banyak mengurai tentang sejarah Desa Tenganan mencakup tradisi sistem masyarakat mencakup gotong royong dan upacara keagamaan serta menjelaskan kebutuhan primer dan sekunder dari masyarakat yang ada di Desa Tenganan. Buku ini dijadikan acuan dan memberikan gambaran umum tentang kondisi Desa Tenganan yang menjadi lokasi pada penelitian ini.
3 12 Sonny Tilaar (2012) dalam jurnal yang berjudul Kajian Tipomorfologi Kawasan Permukiman Terencana Di Kota Manado, pendekatan tipologi memfokuskan perhatian pada klasifikasi watak atau karakteristik dari formasi objek-objek bentukan fisik kota dalam skala lebih kecil. Istilah tipologi lebih banyak digunakan untuk mendefinisikan elemen-elemen kota seperti jalan, ruang terbuka hijau, bangunan dan lain sebagainya. Tipologi merujuk pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan masyarakat mengenal bagian-bagian arsitektur atau lingkungan binaan. Jurnal ini dijadikan sebagai acuan untuk membantu peneliti dalam menjelaskan tipologi ruang di Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Mundardjito (2002) dalam bukunya yang berjudul Pertimbangan Ekologis Penempatan Situs Masa Hindu-Budha di Daerah Yogyakarta yang menyatakan bahwa arkeologi ruang merupakan studi khusus dalam bidang arkeologi yang lebih menitikberatkan pada pengkajian dimensi ruang (spatial) melalui benda dan situs arkeologi dari pada pengkajian atas dimensi bentuk dan dimensi waktu. Kajian arkeologi berkenaan dengan aktivitas manusia dalam satuan-satuan ruang (skala mikro, skala semi mikro atau meso, dan skala makro), benda-benda arkeologi yang ditinggalkan, infrastruktur fisik yang memberikan akomodasi, lingkungan yang berdampingan atau berkaitan dan interaksi antar semua aspek tersebut. Arkeologi ruang mempelajari sebaran dan hubungan keruangan pada aneka jenis pusat aktivitas manusia. Konsep yang mendasari perkembangan kajian arkeologi telah disadari oleh para ahli bahwa data arkeologi tidak hanya diperoleh dari ciri-ciri yang terkandung dalam benda atau situs itu
4 13 sendiri, tetapi dapat diperoleh dari hubungan keruangan antara benda-benda atau situs-situs arkeologi. Buku ini dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang keruangan dalam penelitian ini. Dwijendra (2009) dalam buku yang berjudul Arsitektur dan Kebudayaan Bali Kuno menjelaskan tentang zoning lingkungan terdiri dari beberapa komponen baik hidup maupun tidak hidup dimana satu dengan yang lainnya terjadi keterkaitan yang erat, bahkan saling tergantungan. Lingkungan terdiri atas dua katagori umum, yaitu lingkungan alami dan lingkungan binaan. Buku ini dijadikan acuan untuk menjelaskan bagian-bagian dari zonasi yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan. 1.2 Konsep Konsep digunakan agar dapat memberikan batasan dalam sebuah penelitian. Ada beberapa kata yang perlu dimaknai dalam paparan konsep agar dapat diperoleh kesepakatan dalam penelitian ini Tata Ruang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim penyusun 1998: 775) tata ruang memiliki arti cara mengatur ruang. Ruang dapat berarti sesuatu yang dibatasi atau dilingkungi oleh bidang-bidang, sela-sela antara deret benda. Ruang juga bisa berarti rongga yang tidak terbatas, tempat segala yang ada. Ruang juga mempunyai pengertian sebagai tempat hidup dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia (Hermawan, 2011: 136). Tata Ruang adalah wujud dari struktur ruang dan pola ruang yang tercipta. Konsep tata ruang suatu masyarakat akan berkaitan
5 14 dengan sistem religi mereka, terutama yang berkaitan dengan pandangan dunianya. Secara khusus, pandangan dunia suatu masyarakat dapat terlihat dari kosmologi mereka. Keyakinan tentang kosmos pada umumnya berkaitan erat dengan kepercayaan. Tata ruang kawasan permukiman Tenganan Pegringsingan dilihat dari konsep tata ruang banguanan menganut orientasi kangin kauh dan kaje kelod. Kangin kauh ini berorientasi pada terbit dan terbenamnya matahari, sedangkan kaja kelod berorientasi pada arah gunung dan laut, kemudian sesuatu yang dianggap suci ditempatkan dibagian kaja kangin (timur laut) yang sering disebut luanan, seperti sanggah, pura, dan tempat suci lainnya. Sedangkan sesuatu yang bersifat kotor atau di nilai tidak suci oleh masyarakat akan ditempatkan di kelod kauh (barat daya) yang disebut tebenan Zona Tengah Zona merupakan penarikan batas pada suatu situs ditentukan berdasarkan pertimbangan arkeologi sehingga membentuk satuan ruangan dengan tujuan mengamankan dan mencegah kerusakan yang akan terjadi terhadap bangunan yang ada dalam ruangan tersebut (Balai Pelestarian Cagar Budaya, 2007: 11). Mengatur dan mengendalikan kegiatan yang direncanakan dalam suatu ruangan tersebut agar terarah dan terpadu untuk kemanfaatannya. Sedangkan tengah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun, 1998: 928) yaitu tempat (arah, titik) diantara dua tepi (batas). Jadi zona tengah yang dimaksud dalam penelitian ini dapat disimpulkan menjadi penarikan garis pada suatu situs yang berada di tengah permukiman memiliki hubungan satu dengan yang lainnya berkaitan dengan pola permukiman di Desa Tenganan Pegringsingan.
6 15 Permukiman yang terdapat di Desa Tenganan pegringsingan mengikuti pola jalan utama yang berbentuk pola linier. Struktur ruang permukiman di Desa Tenganan pegringsingan mengikuti pola linier dari jalan utama sehingga bangunan adat milik Desa berada pada zona tengah sedangkan bangunan permukiman masyarakat berada pada sisi timur dan barat dari jalan utama. 2.3 Landasan Teori Teori dalam suatu penelitian selalu diperlukan, guna untuk menjawab suatu permasalahan yang ada dalam suatu penelitian, agar tujuan penelitian bisa tercapai. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut Teori Struktural fungsional Teori struktural fungsional berkaitan erat dengan sebuah struktur yang tercipta dalam masyarakat. Struktural-fungsional, yang berarti struktur dan fungsi. Artinya, manusia memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam tatanan struktur masyarakat. Suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian dan strukturstruktur yang saling berkaitan dan saling membutuhkan keseimbangan. Teori ini menilai bahwa semua sistem yang ada di dalam masyarakat pada hakikatnya mempunyai fungsi tersendiri. Suatu struktur akan berfungsi dan berpengaruh terhadap struktur yang lain (Artadi, 2011: 146) Menurut Talcott Parsons dalam Soerjono. (1983: 255) menyatakan bahwa yang menjadi persyaratan fungsional dalam sistem di masyarakat dapat dianalisis, baik yang menyangkut struktur maupun tindakan sosial yaitu berupa perwujudan nilai dan penyesuaian dengan lingkungan yang menuntut suatu konsekuensi
7 16 adanya persyaratan fungsional. Secara umum fungsi dapat dilihat dari kegunaannya, misalnya dalam satu benda atau tinggalan arkeologi yang masih berfungsi hingga sekarang atau sudah tidak difungsikan lagi. Teori ini digunakan dalam penelitian untuk mengkaji berbagai macam tinggalan yang ada di kawasan Tenganan Pegringsingan dilihat dari fungsi dan makna tingalan tersebut. Penerapan teori struktural fungsional dalam penelitian ini digunakan untuk menghubungkan atau mengkaji berbagai komponen yang ada di kawasan permukiman dengan membandingkan fungsi masa lalu dan sekarang Teori Sakral Profan Sakral dan profan menurut Mircea Eliade adalah dua entitas yang berbeda dan ada, maka dari itu ia membedakannya secara terpisah. Dunia sakral adalah the sphere of the supernatural, of things extraordinary, memorable and momentaous (wilayah-wilayah supernatural, hal-hal luar biasa, mengesankan dan penting). Sementara yang profan adalah the realm of the everyday business-of things ordinary, random and largely unimportant (wilayah keseharian hal-hal biasa, tak disengaja dan umumnya tidak penting). Dalam penjelasan berikutnya ia menambahkan bahwa sakral adalah the eternal, full of substance and reallity ( yang abadi, penuh dengan substnasi dan realitas) sedangkan profan adalah vainishing and fragile, full of shadows (menghilang dan mudah pecah, penuh bayang-bayang). Pada sisi yang lain sakral adalah the sphere of order and perfection, the home of the ancestors, heroes, and gods ( wilayah keteraturan dan kesempurnaan, rumah para leluhur, pahlawan dan dewa), sedangkan profan adalah the arena of human affairs, which are changeable and opten chaotic (urusan
8 17 manusia yang dapat berubah-ubah dan sering kacau). Paling tidak ada tiga sisi yang menjadi area perbedaan antara dua entitas sakral dan profan tadi yakni dalam konteks aktivitas, eksistensi dan lokalitas. Ketiga hal ini menjadi penting dalam membedakan dua entitas tersebut. Entitas sakral ini selalu menyertai empat komponen dasar yakni space, time, nature dan man. Keempat ini adalah bagian penting yang memang ada. Ruang dalam perspektif manusia religious, memiliki makna khusus dan penting. Bukan semata-mata karena ruang itu sendiri. Sebab manusia modern umumnya menganggap semua ruangan adalah sama, dalam artian tidak ada beda satu dengan yang lainnya. Tentu ini menurut Eliade merupakan suatu kemiskinan religious yang dialami kebanyakan manusia modern. Mereka banyak kehilangan dimensidimensi penting dalam beragama. Namun demikian, ruang sakral memang hanya dapat dirasakan oleh manusia-manusia religious. Dalam penelitian ini penerapan teori sakral profan yaitu untuk mengetahui kesakralan dari bangunan adat yang ada pada zona tengah di Desa Tenganan Pegringsingan. 2.4 Model Penelitian Model penelitian merupakan gambaran yang bersifat penyederhana mengenai penelitian dilapangan. Model penelitian ini dibuat dalam bentuk bagan yang terdiri atas tabel-tabel dan tanda panah. Tabel-tabel berisikan langkah-langkah penelitian dan tanda panah menunjukkan alur proses penelitian. Penelitian dilakukan terhadap Tata Ruang Zona Tengah Di Desa Tenganan Pegringsingan dengan pembahasan tipologi bangunan
9 18 pada ruang tengah dan gambaran zonasi yang terbentuk pada ruang tengah berdasarkan fungsinya.
10 19 Kosmologi Desa Tenganan Pegringsingan Struktur Ruang Desa Tenganan Pegringsingan Zona Penyangga Tata Ruang Zona Tengah Zona Pengembangan Zonasi Ruang Tengah Berdasarkan Fungsinya dan Tipologi Bangunan Penekanan Aktivitas Masyarakat Sosial Ekonomi Maupun Sosial Budaya Keterangan : : Kaitan satu arah. : Pengaruh secara timbal balik. : Hubungan antar komponen Gambar 2.1. Bagan Model Penelitian
11 20 Penjelasan Bagan : Terkait dengan penelitian ini dirumuskan diagram model penelitian seperti di atas. Diagram ini digunakan untuk mengarahkan penelitian yang dilakukan agar tidak jauh melebar dari yang diharapkan. Kosmologi Desa Tenganan Pegringsingan memiliki keterkaitan dengan penentuan struktur ruang Desa Tenganan Pegringsingan termasuk pada penentuan zona penyangga, zona tengah atau inti, dan zona pengembangan. Dimana pada zona-zona ini terdapat rumah adat, permukiman, lahan pertanian, kuburan, tempat-tempat pemujaan bagi masyarakat berupa pura dan lahan parkir. Berdasarkan ketiga zona tersebut dapat di tarik dua rumus permasalahan yaitu mengenai zonasi ruang tengah berdasarkan fungsinya dan tipologi bangunan. Dari zonasi dan tipologi dapat mengetahui penekanan aktivitas masyarakat dalam sosial ekonomi maupun sosial budaya.
12
BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-
BAB I. PENDAHULUAN Bab Pendahuluan terdiri dari subbab (I.1) Latar Belakang; (I.2) Pertanyaan Dan Tujuan Penelitian; (I. 3) Manfaat Penelitian; (I. 4) Keaslian Penelitian; (I. 5) Batasan Penelitian; dan
Lebih terperinciBAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai Dasar Pertimbangan, Konsep Pelestarian, Arahan pelestarian permukiman tradisional di Desa Adat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,
38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, sebagai awalnya dilihat fenomena yang terjadi di Desa Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP Kesimpulan
BAB VIII PENUTUP Bab VIII memaparkan pembahasan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, serta implikasi dan saran dalam ranah akademik dan praktis sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian. Pada bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden
Lebih terperinciSangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn
Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Konsepsi sangamandala menentukan sembilan tingkatan nilai ruang pada sembilan zone bumi atau tata zoning tapak. Sembilan zona ini lahir berdasarkan
Lebih terperinciMETAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI
METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI Cara hidup manusia pada awalnya adalah berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain. Aktivitas sehari-harinyapun hanya mencari makan untuk bertahan hidup seperti berburu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..
Lebih terperinciSUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU
SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut
BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk
BAB III METODE PERANCANGAN Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk dijadikan metode serta acuan dasar perancangan arsitektur, baik secara umum maupun khusus terkait dengan rancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang sekaligus memiliki potensi sebagai kota pesisir yang terletak di tepian Laut Jawa. Potensi pesisir tersebut berimplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan
Lebih terperinciKONSEPSI POLA TATA RUANG PEMUKIMAN MASYARAKAT TRADISIONAL PADA HOTEL RESORT DI TOYABUNGKAH KINTAMANI
KONSEPSI POLA TATA RUANG PEMUKIMAN MASYARAKAT TRADISIONAL PADA HOTEL RESORT DI TOYABUNGKAH KINTAMANI Kade Praditya S. Empuadji, Abraham M. Ridjal, Chairil B. Amiuza Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan tata ruang sebagai sebuah hasil akulturasi antara budaya dan logika tercermin dalam proses penempatan posisi-posisi bangunan. Dasar budaya adalah faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan
Lebih terperinciAKULTURASI BUDAYA PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI. L. Edhi Prasetya
AKULTURASI BUDAYA PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI ABSTRAK Desa Pegayaman di Kecamatan Sukasada, Buleleng, Singaraja, Bali, adalah sebuah desa muslim di Bali. Desa dengan penduduk yang
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya
BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses
BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,
Lebih terperinciKonsep Tri Mandala pada Pola Tata Ruang Luar Pasar Tradisional Badung di Kota Denpasar
Konsep Tri Mandala pada Pola Tata Ruang Luar Pasar Tradisional Badung di Kota Denpasar Ni Ketut Irma Pradnyasari 1 dan Antariksa 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyatakan bahwa kawasan konservasi di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu
Lebih terperinciArahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar
Arahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar PREVIEW IV TUGAS AKHIR I NYOMAN ARTO SUPRAPTO 3606 100 055 Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita,
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa
BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH
BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH 4.1.Ritual Masyarakat Trunyan Dalam kehidupan suatu masyarakat yang berbudaya menghadirkan suatu tradisi-tradisi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan disampaikan kesimpulan akhir dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan pada Bab V sebagai berikut : Kesimpulan secara umum menggambarkan bagaimana pola spasial
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH
41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permukiman tradisional nelayan suku Makasar dengan permukiman resettlement Untia memiliki banyak perbedaan dibanding persamaan ditinjau dari aspek budaya dan gaya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pertumbuhan Kawasan Kota dan Permasalahannya Kawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat
Lebih terperinciIntegrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggarapan produk kerajinan tradisional pada kelompok masyarakat pekriya tradisional di daerah-daerah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial
Lebih terperinciHubungan Arsitektur dan Budaya. Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010
Hubungan Arsitektur dan Budaya Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010 Budaya dan Peradaban Budaya: Totalitas dari pola-pola perilaku yang terproyeksikan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii v vi viii xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir
Lebih terperinciKata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel
Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Hasil perancangan Museum Sejarah dan Budaya di Blitar adalah penerapan konsep arsitektur candi Penataran. Konsep dasar ini dicapai dengan cara mengambil filosofi
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN
BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Judul Rancangan SENTRA KERAJINAN TERPADU PENERAPAN SOCIAL SUSTAINABILITY SEBAGAI DASAR PENDEKATAN PERANCANGAN Sentra : Pusat aktivitas kegiatan usaha dilokasi atau kawasan tertentu,
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciIdentifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali Annisa Nurul Lazmi (1), Dita Ayu Rani Natalia (1) annisanurullazmi@gmail.com (1) Preserv
Lebih terperinciMETODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara
METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah ditentukan yaitu untuk mengetahui konsep, makna atau nilai dan pengaruh dari perilaku dan tradisi budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di kota Jakarta meningkat pesat karena kota Jakarta sebagai pusat pergerakan ekonomi di Indonesia. Banyak masyarakat yang tertarik
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita
BAB III METODE PERANCANGAN Perancangan merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan, dan tahapan tersebut memburtuhkan proses dalam jangka waktu yang tidak singkat. Menurut Booker perancangan
Lebih terperinciPOLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI
Jurnal Sabua Vol.1, No.1: 1-7, Mei 2009 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI Veronica A. Kumurur 1 & Setia Damayanti 2 1 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciPENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A
PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Lebih terperinciWisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai alasan pemilihan judul dalam latar belakang, rumusan masalah dari permasalahan yang ingin dipecahkan, tujuan serta metode penelitian yang digunakan.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.
No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN
Lebih terperinci4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5
4. KARAKTERISTIK DESA Pertemuan 5 TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami berbagai karakteristik desa 2. Mahasiswa mampu menganalisa berbagai karakteristik desa KARAKTERISTIK DESA Secara umum dapat dilihat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix
DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Permasalahan.. 5 1.3 Keaslian
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL
KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL Konsep Lanskap Total Konsep total dari perancanaan ini adalah menata apa yang ada saat ini dan mengendalikan tapak sedemikian rupa untuk mencegah penggunaan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mapun pembahasan, penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah saujana yang
Lebih terperinciPerkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi
Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program
Lebih terperinciPendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik Firdha Ayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang Sea World Lamongan. Terdapat Identifikasikan permasalahan yang menjadi dasar utama perancangan untuk mewujudkan
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. ABSTRAK...iii. ABSTRACT... iv. PERNYATAAN... v. KATA PENGANTAR vi. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii ABSTRAK...iii ABSTRACT... iv PERNYATAAN... v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI...ix DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR GAMBAR...xiv DAFTAR LAMPIRAN...xvi BAB I PENDAHULUAN...1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada tahun 1293-1500M. Permasalahannya peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit ada yang belum
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciKajian Pola Tatanan Massa Pada Kampung Ciboleger, Baduy
Jurnal Reka Karsa Teknik Arsitektur Itenas No 4 Vol 2 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2014 Kajian Pola Tatanan Massa Pada Kampung Ciboleger, Baduy WIDJI INDAHING TYAS, REGIA DWI UMBARA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luas, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum adat telah ada di Indonesia jauh sebelum hukum nasional dibentuk. Aturan dan hukum yang dilaksanakan oleh masyarakat adat, baik itu di bidang pertanahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK RUANG TRADISIONAL PADA DESA ADAT PENGLIPURAN, BALI Characteristic of Traditional Space in the Traditional Village of Penglipuran, Bali
KARAKTERISTIK RUANG TRADISIONAL PADA DESA ADAT PENGLIPURAN, BALI Characteristic of Traditional Space in the Traditional Village of Penglipuran, Bali Abstrak 1I Putu Agus Wira Kasuma, 2 Iwan Suprijanto
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa, telah dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang bertujuan untuk menunjang proses perancangan selanjutnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. TAHAPAN PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam perancangan Pusat Peragaan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, diuraikan dalam beberapa tahapan. Pertama,
Lebih terperinciTeori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground
Teori Urban Desain Mata Kuliah Arsitektur Kota Figure ground 1 Teori Figure/ ground Teori ini dapat dipahami melalui pola perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang
Lebih terperinciPropinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Kota Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara wilayah Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta.
Lebih terperinciELEMEN SITE : MASSA DAN RUANG LUAR
ELEMEN SITE : MASSA DAN RUANG LUAR pengertian massa dan ruang luar Massa sebagai elemen site dapat tersusun dari massa berbentuk bangunan dan vegetasi; keduaduanya baik secara individual maupun kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti telah lama diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Proses Perancangan 3.1.1. Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang perancangan PAUD di Kota Malang ini mempunyai ruang lingkup yang cukup luas. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan kebudayaan tersebut secara kronologis
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Main Conclusion Desa Bayung Gede mengalami perubahan morfologi yang sangat besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu) hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam penentuan ide perancangan Kawasan wisata pantai Camplong menggunakan ayat Al-Qur an Surat Al-Baqarah Ayat 11: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tri Hita Karana Menurut Nadia dan Prastika (2008), Tri Hita Karana berasal dari suku kata Tri yang berarti tiga, Hita berarti kemakmuran dan Karana berarti penyebab atau
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. 1.1 Identifikasi Masalah. Maluku dengan Ibukota Ambon adalah salah satu provinsi yang terletak di
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Maluku dengan Ibukota Ambon adalah salah satu provinsi yang terletak di bagian timur Indonesia. Kawasan ini juga dijuluki Daerah Seribu Pulau,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.
Lebih terperinciTINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi
1 TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi Abstrak Archeology studies try to reconstruct human culture in the past
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Isu Perkembangan Properti di DIY Jogjakarta semakin istimewa. Kekuatan brand Jogja di industri properti merupakan salah satu kota atau daerah paling
Lebih terperinciKonservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI
Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan
Lebih terperinciPERENCANAAN BLOK PLAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MASTER PLAN SARANA DAN PERASARANA BAGIAN A PERENCANAAN BLOK PLAN 2015-2020 A-1 BAB I TINJAUAN UMUM KONTEKSTUALITAS PERENCANAAN 1.1. Tinjauan Konteks Tipologi Kawasan Unsrat di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dan lingkungannya (Rossler, 2009: 19). Warisan Budaya dapat diartikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan budaya mengekspresikan suatu hubungan yang panjang antara manusia dan lingkungannya (Rossler, 2009: 19). Warisan Budaya dapat diartikan sebagai suatu yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinci