Mixing & Agitation in Food Processing (Pencampuran dan Pengadukan dalam Pengolahan Pangan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mixing & Agitation in Food Processing (Pencampuran dan Pengadukan dalam Pengolahan Pangan)"

Transkripsi

1 Mixing & Agitation in Food Processing (Pencampuran dan Pengadukan dalam Pengolahan Pangan) SUHARGO 2000 BAHAN KULIAH TEKNIK PRODUK PERTANIAN I JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

2 BAB Tujuan Agitasi (Pengadukan) Dalam industri kimia dan industri pangan dan pengolahan yang lain, berbagai operasi tergantung sekali pada pengadukan dan pencampuran zat alir yang efektif. Umumnya pengadukan mengacu pada mendorong fluida secara mekanis untuk mengalir dalam pola berputar atau pola yang lain dalam suatu ketel. Pencampuran umumnya berimplikasi pada pengambilan dua atau lebih fase-fase terpisah, misalnya zat cair dan padatan tepung, atau dua zat cair, dan menyebabkan mereka terdistribusi secara acak satu dengan yang lain. Ada berbagai tujuan untuk agitasi zat cair dan beberapa diantaranya disingkat sbb: 1) Pencampuran (blending) dua cairan yang dapat dicampur seperti ethyl alcohol dan air. 2) Pelarutan padatan dalam cairan misalnya garam dalam air, gula dalam air. 3) Dispersi gas dalam cairan sebagai gelembung-gelembung halus, misalnya oxygen dan udara dalam suatu suspensi microorganisme untuk fermentasi atau untuk sludge process dalam penanganan limbah. 4) Pensuspensian partikel padatan halus dalam cairan 5) Agitasi fluida untuk menaikkan pertukaran kalor diantara fluida dan dinding jacket suatu ketel. 1.2 Peralatan untuk Agitasi Umumnya cairan diaduk dalam suatu ketel silinder yang dapat tertutup atau terbuka. Tinggi cairan umumnya sama dengan diameter tanki. Sebuah balingbaling (impeller) yang dipasang pada suatu poros digerakkan dengan elektromotor.

3 Pemilihan jenis dan ukuran mixer/agitator yang tepat tergantung pada jenis dan jumlah pangan yang dicampur dan kecepatan operasi yang diperlukan untuk mencapai derajad pencampuran dengan konsumsi energi yang minimum. Mixer diklasifikasi dalam jenisjenis yang tepat untuk; 1) Propeller agitator tiga-bilah 2) Paddle agitators 3) Turbine agitators 4) Pemilihan agitator dan kisaran viskositas 1.3 Pola Aliran dalam Agitasi Pola aliran dalam tangki pengaduk tergantung pada karakteristik fluida, geometri tanki, jenis baffles dalam tanki, dan jenis agitator.biia suatu propeller agitator dipasang vertikal di pusat tangki dengan tanpa baffle, suatu pola aliran berputar (spiral). Pada umumnya hal ini tak dikehendaki, karena terjadi pemasukan udara yang berlebihan, pembentukan vortex yang besar, berombak, dan lain sebagainya, khususnya pada kecepatan tinggi. Untuk mencegah hal ini, suatu posisi angular off center dapat dipakai dengan propeller dengan daya yang rendah. Untuk agitatsi berat dengan agitator vertikal, baffels umumnya digunakan untuk mengurangi swirling dan ikut meningkatkan pencampuran. Baffles dipasang vertikal pada dinding tanki. Umumnya empat baffles sudah cukup, dengan lebar sekitar 1/12 diameter tanki. Turbin impeller mendorong cairan/kearah radial ke dinding, dimana terbagi oleh baffel, dengan sebagian bergerak keatas kedekat permukaan dan kembali ke impeller dari atas dan yang lain bergerak kebawah. Seringkali dalam tanki dengan cairan dengan dalam lebih besar dari diameter tanki dua atau tiga impeller dipasang pada satu poros, masing-masing bekerja sebagai mixer yang terpisah. Impeller yang terbawah terletak kirakira 1x diameter impeller dari dasar tanki. Dalam sistem agitasi, laju alir volume dari cairan yang digerakkan oleh impeller, atau laju sirkulasi, penting untuk menyapu seluruh volume pencampur dalam waktu tertentu yang pantas. Turbulensi dalam aliran yang bergerak juga penting untuk pencampuran, karena ini memasukkan bahan dari cairan dalam tanki kedalam aliran cairan. Beberapa agitasi memerlukan turbulensi tinggi dengan

4 laju sirkulasi rendah. Ini tergantung pada jenis cairan yang dicampur dan pada jumlah yang dicampur. 1.4 Desain Turbin Standard Turbin agitator dalam gambar adalah agitator yang paling banyak digunakan dalam industri pengolahan. Untuk desain suatu sistem agitasi, jenis agitator ini seringkali digunakan dalam desain awal. Proporsi geometris dari suatu sistem agitasi yang dipikirkan sebagai suatu standard desain diberikan dalam tabel 1. Tabel 1. Proporsi geometric suatu Sistem Agitasi Standard. Dalam sebagian besar kasus W/D a = 1/8 untuk korelasi agitator. Jumlah baffles sebagian besar empat. Clearance diantara baffle dan dinding ketel l umumnya 0,10 sampai dengan 0,15 J untuk menjamin cairan tidak membentuk kantong- rasio kantong stagnasi didekat baffle dan dinding. Dalam beberapa korelasi baffle terhadap diameter tanki adalah J/D t = 1/10 bukan 1/12. Gb. Geometrii standard stirred tank, untuk low viscosity

5 Tangki pengaduk dapat dengan baffle atau tanpa baffle. Pencampuran Iebih efektif dengan memasang baffle pada dinding tangki, yang akan menimbulkan kecepatan radial dan axial yang besar dibanding dengan suatu aliran swirling murni. Baffle penuh dicapai dengan memasang empat baffle vertikal terpasang radian, dengan renggang 90. Untuk pencampuran zat alir dengan partikelpartikel padat terdispersi, baffle dipasang tidak rapat dengan dinding tetapi ranggang ~Dt/14. Hal ini dirancang untuk mencegah terjadinya penumpukan (built-up) partikel-partikel dalam sudut antara baffle dan dinding dan untuk memfasilitasi pembersihan. Dalam industri makanan baffle prismatik (dengan penampang berbentuk segitiga) dengan flush weld sering digunakan untuk menghilangkan build-up residu disudut-sudut dan untuk memudahkan pembersihan dan sterilisasi. Dalam cairan dengan viskositas rendah, impeller dengan diameter kecil (nisbah Da/Dt kecil) dapat untuk menimbulkan aliran disemua bagian dari tanki pada input daya moderat. Jenis-jenis impeller yang umum terlihat dalam Gb 2; dan diklasiflkasikan menurut jenis aliran yang dihasilkan. Tabel 1. Jenis aliran impeller dan jenis pengaduk Jenis aliran impeller Radial Axial Campuran axial dan radial Contoh Flat paddle, disc turbine Marine propeller Pitched blade turbine, hydrofoil Dengan aspect ratio H/Dt lebih besar sekitar 1,5 biasanya mempunyai multiple impeller pada poros yang sama (masing-masing terpisah ~1-2 Da) untuk memberikan agitasi yang efektif keseluruh volume tangki. Untuk semua design kecepatan ujung impeller umumnya sekitar 3 m/s dan tidak lebih dari 4-5 m/s. Kecepatan ujung yang tinggi menyebabkan kerusakan pada partikel-partikel sel-sel dan struktur fluida yang sensftif. Untuk cairan dengan viskositas tinggi, desain tanki dan impeller sangat bervariasi untuk memenuhi persyaratan spesifik untuk pengadukan cairan

6 dengan viskositas tinggi. Impeller dengan diameter kecil hanya sesuai untuk viskositas sampai 2 Pa s untuk propeller dan 50 Pa s untuk turbin. Pada viskositas tinggi, impeller kecil hanya menimbulkan aliran signifikan disekitar bilah (blade) dan boros dengan pemakaian daya dibanding dengan paddle diameter besar. Impeller jangkar dan pita helikal digunakan dimana jarak antara blade dan dinding tangki dekat dan menyapu keseluruh volume tangki. Fitur ini di desain untuk mencegah pembentukan satagnant zone dalam fluida. Sering untuk cairan viskus tangki tanpa baffel, karena tidak ada masalah vortexing. Untuk pemakaian pencampuran bahan dengan viskositas sangat tinggi ( > 1000 Pa s) pita tidak dapat dipakai dan dipakai kneaders, Z atau mixer sigma blade. Tabel II. Memperlihatkan informasi pilihan mixer sebagai fungsi viskositas cairan yang diaduk. Tabel II. Chart pilihan mixer untuk pengadukan cairan. 1.5 Daya yang dipakaii dalam Agitated Vessel Dalam desain ketel pengaduk, sebuah faktor penting adalah daya yang diperlukan untuk menggerakkan impeller. Input daya sangat penting baik untuk proses pengadukan maupun desain tangki pengaduk Karena daya yang diperlukan untuk suatu sistem tertentu tidak dapat diprediksi secara teoritis, dikembangkan korelasi empirik untuk memperkirakan kebutuhan daya, dengan analisis dimensi.

7 Input daya P o melalui impeller yang berputar adalah fungsi kecepatan impeller N, diameter Impeller D, densitas cairan dan viskositas, percepatan gravitasi g. dan geometn tangki (Gb. 1). Subscript o menunjukkan fase cair tunggal. P o = f(n, D a,,, g D t, H, C, J,..jenis impeller dan geometri) Pembentukan grup-grup tak berdimensi dengan teorema Pi Buckingham: Definisikan: = angka daya fase tunggal = bilangan Reynold = bilangan Froude Perhatikan bahwa bilangan-bilangan Reynold dan Froude menyusut ke bentuk nya yang familier: dan Dalam sistem dengan geometri yang sama (ratio dari dimensi geometris sama tapi skala berbeda), angka daya tergantung hanya pada bilangan Reynold dan Froude:! " Lebih lanjut, untuk tangki pengaduk dimana permukaan cairan relatif datar (misalnya sistem dengan baffle) effek percepatan gravftasi dapat diabaikan untuk kebutuhan daya, sehingga,

8 ! " Pada sistem tanpa baffle, dimana terbentuk vortex pusat, bilangan Froude menjadi berperanan, meskipun pengaruh bilangan Reynold tetap dominan. Hal ini karena percepatan gravitasi mempengaruhi pembentukan vortex permukaan. Ada atau tidaknya turbulensi dapat dihubungkan dengan angka Reynold impeller, N Re, # $ (1) Dimana D a adalah diameter impeller dalam m, N kecepatan putar dalam rps, ρ adalah densitas fluida dalam kg/m 3, dan adalah viskositas dalam kg/m.s. Aliran laminer dalam tanki untuk N Re = 10, turbulen untuk N Re >10 4 dan untuk kisaran diantaranya, aliran dipikirkan sebagai aliran transisi, menjadi turbulen pada impeller dan laminar pada bagian jauh dan impeller dalam ketel. Untuk aliran laminer (R e < 10) bilangan daya berbanding terbalik dengan bilangan Reynold: % $ & Dimana A tetapan yang tergantung pada jenis impeller. Edwards dan Ayazi- Shamlou (1983) memberikan persamaan berikut untuk aliran laminer, untuk beberapa variasi geometry impeller: Helical ribbon, '() $ & *)+, *)(-. / ) )(2 Anchor,,( $ & *)-'. )2,

9 Dimana C adalah renggangan ke dinding, D a diameter luar impeller, p adalah pitch, H tinggi impeller, W adalah lebar bilah impeller dan n b jumlah bilah, dan D t adalah diameter tangki. Pada bilangan Reynold tinggi (R e > 10 4 ) aliran turbulen, dan bilangan daya adalah konstan hanya tergantung dari jenis impeller dan geometri tangki: = konstan Harga dari bilangan daya tetap, untuk jenis impeller berbagai jenis tercantum dalam Tabel Ill. Dalam daerah transisi ada beberapa hubungan N po - R e, sebagian besar hasilnya dalam bentuk chart Tabel Ill. Harga bilangan daya konstan untuk berbagai impeller standard (n b adalah jumlah bilah dan n B adalah jumlah baffle) (Bates et al.,1963) Jenis Turbin D a /W N b D a /D t C/D t N B B/D t Flat blade 0, ,33 0,33 4 0,083 2,6 Flat blade 0, ,33 0,33 4 0,083 4,0 Rushton disc turbin 0, ,33 0,33 4 0,100 5,0 (L/D = 0,5) Rushton disc turbin 0, ,33 0,33 4 0,083 3,0 (L/D = 0,5) Curved blade 0, ,33 0,33 4 0,083 2,6 45º Pitched blade 0, ,33 0,33 4 0,083 1,3 Untuk fluida Non-Newtonian, input daya dapat diestimasi berdasarkan pada apparent viscosity, 3 Shear rate, 45 hanya bergantung pada kecepatan impeller (untuk jenis impeller tertentu dan pada geometn tetap pada sebarang skala): 45 6 dimana adalah tetapan shear rate. Shear stress untuk zat alir power law adalah:

10 78459 K adalah indeks konsistensi dan n adalah power-law exponent, kemudian viskositas kenampakan (apparent viscosity) untuk power law fluid adalah sebagai berikut 3 : ;5 8459*' Atau 3 8!6" 9*' Angka Reynold untuk cairan power law < Tabel IV. Tetapan shear rate untuk cairan pseudo plastis. Impeller Shear rate constant Sumber Six blade disc turbine 11,5 ± 1,5 Metzner and Otto (1957) Six blade 45º pitch turbine 1,3 ± 2 Metzner and Otto (1957) Marine propeller 10 ± 0,9 Metzner and Otto (1957) Helical ribbon Anchor (C/D) untuk 0,026<C/D<0, (C/D t ) untuk 0,02<(C/D t )<0,13 Edward & Shamlou (1983) Edward & Shamlou (1983) Input daya P lewat putaran impeller merupakan fungsi densitas fluida ρ, viskositas fluida kecepatan putar N, diameter impeller D a, percepatan gravitasi g, dan dimensi ketel (tanki). dengan plot antara angka daya (power number) N p terhadap N R e. Angka daya adalah (2) dimana P = daya dalam J/s atau Watt. Gambar Geankoplis adalah korelasi yang seringkali dipakai untuk impellers dengan cairan Newtonian dalam ketel silindris dengan baffel. Ukuran dimensi ketel terdapat dalam Gb 3.4-3c. Kurva ini juga digunakan untuk impeller yang sarna dalam tanki tanpa baffel ketika N Re < 300. Bila N Re lebih besar dari 300, konsumsi daya untuk suatu ketel tanpa baffel akan sangat Iebih

11 kecil dari pada yang dengan baffel. Kurva untuk impeller yang lain juga terdapat di pustaka lain. Contoh 1. Konsumsi daya dalam agitator. Sebuah flat-blade turbe agitator dengan piringan mempunayi 6 bilah dipasang dalam tanki seperti Gb Tanki mempunyai diameter D t = 1,83 m, diameter turbin Da = 0,61 m, Dt = H, dan lebar W = 0,122 m. Tanki mempunyai empat baffles, masing-masing dengan J = 0,15 m. Turbin dioperasikan pada 90 rpm dan cairan dalam tanki mempunyai viskositas 10 cp dan densitas 929 kg/m 3. a) hitung kebutuhan daya, kw dari mixer tersebut b) untuk kondisi yang sama, kecuali untuk viskositas cp, hitung kebutuhan daya Penyelesaian: Untuk a).data D a = 061 m ; W = 0,122m ; D = 1,83m ; J = 0,15m ; N = 90/60 = 1,5rps ; ρ = 929 kg/m 3. Dan = (10.0 cp)(1 X 10-3 ) = 0,01 kg/(m.s) = 0,01 Pa.s Dengan persamaan (1), Angka Reynold adalah # $!)C'"!'()"D+D ))' EFGEHFI 2 Dengan menggunakan kurva 1 (Fig 3.4-4) karena D a /W = 5 dan D t /J = 12, N p = 5 untuk N Re = 5,185x10 4. Penyelesaian untuk P dalam persamaan (2) dan substitusi harga yang diketahui, J - K - 3!E"!LML"!FEI" -!INF" ( FOMPQSR FOMPTU!FVVWX" Untuk bagian (b). = (1x10-3 ) = 100 kg/(m.s) # $!)C'"!'()"!)C'" ')) EFGE Aliran berada pada daerah laminer, dan Gb 3.4-4, N p = 14

12 P = 14(929)(1,50) 3 (0,61) 5 = 3707 J/s = 3,71 kw (4,98 hp) Nampak bahwa kenaikan viskositas dengan kelipatan hanya menaikkan daya dari 1,324 ke 3,71 kw. Variasi dari berbagai ratio geometris dan standard desain dapat mempunyai effek berbeda pada angka daya (power number), N p dalam daerah turbulen dari berbagai turbine agitator sebagai berikut: 1) Untuk flat six-blade open turbine N p (W/D a ) 1,0 2) Untuk flat. six-blade open turbine, variasi D a /D t dari 0,25 sampai 0,50 secara praktis tidak ada pengaruh tenhadap N p 3) Dengan dua six-blade open turbines dipasang pada poros yang sama dan spasi antara dua impelle paling tidak sama dengan Da, total daya 1,9 kali pada single flat blade impeller. 4) Tangki segi empat dengan baffle atau tanki silindris horisontal mempunyai power number yang sama seperti tanki silindris vertikal. Tetapi terjadi perubahan besar dalam pola aliran. Power number untuk anchor-type agitator seperti Gb tetapi tanpa horizontal cross bars untuk N Re < 100 adalah: Np = 215 (N Re ) -0,955 Dimana D a /D t = 0,90, W/D t = 0,10, dan C/D t = 0, Scale-up Introduksi Dalam industri pengolahan data experimen sering tersedia pada ukuran laboratoriurn atau pilot-plant size dan perlu di scale-up ke ukuran sebenarnya (full-size unit). Karena banyak sekali perbedaan-perbedaan dalam proses untuk di scale-up, tidak metode tunggal yang dapat mengatasi semua masalah scaleup, dan ada banyak pendekatan untuk scale-up. Keserupaan geometris tentu saja penting dan paling sederhana untuk dipakai.

13 Keserupaan kinematk dapat didefinisikan sebagai nisbah velositas atau waktu. Keserupaan dinamik memerlukan nisbah tetap viskositas, gaya-gaya inertia, atau gravitasi. Meskipun keserupaan geometris tercapai, keserupaan dinamik dan kinetik sering tak dapat dicapai pada waktu yang sama. Sehingga seringkaii terserah pada perancang untuk memutuskan/mempertimbangkan dan pengalaman dalam scale-up. Dalam berbagai kasus, tujuan utama yang umumnya terjadi pada proses agitasi adalah sebagai berikut: Gerakan cairan yang sama, seperti dalam liquid biending, dimana gerakan cairan atau kecepatan terkait kurang Iebih sama dalam kedua kasus Gerakan suspensi padatan sama, dimana tingkat suspensi sama Laju transfer massa sama, dimana tranfer massa terjadi antara fase cairan-padatan fase cair - cair, dsb, dan lajunya sama Prosedure scale-up Prosedure Iangkah demi langkah untuk mengikuti scale-up adalah sebagai berikut untuk scale-up dari kondisi awal dimana ukuran geometri diberikan dalam Tabel 1 adalah D a1, D T1, H 1, W i, dst., sampai kondisi akhir D a2, D T2, dst. 1) Hitung scale-up ratio R. dengan menganggap ketel asli adalah silinder ] standard dengan D T1 = H 1, volume V 1 adalah Y ' Z [B!\ ' " Z B 2 Kemudian rasio volume adalah 2 (4) Z S2 ] B Z B S2 (5) B Scale up ratio kemudian ] ' S- [ (6) ] B [B 2) Dengan menggunakan harga R, diaplikasikan pada semua dimensi pada Tabel 1 untuk menghitung demensi baru. Sebagai contoh D a2 = R D a1, J 2 = R J 1, D t2 = D t1 dst

14 3) Kemudian scale-up rule harus dipilih dan diaplikasikan untuk menentukan kecepatan putar agitator N 2 untuk digunakan untuk menggandakan hasil skala kecil memakai N 1. Persamaan ini sbb: + ' ' $ 9 ' [B [ 9 (7) Dimana n = 1 untuk gerakan cairan sama, n = 3/1 untuk suspensi padat yang sama, dan n = 2/3 untuk laju transfer massa ( dengan daya per satuan volume ekuivalen). 4) Dengan mengetahui N 2 kebutuhan daya dapat ditentukan dengan persamaan 2 dan Gb (GK) Contoh: Penurunan eksponen Scale-up rule Untuk eksponen scale-up rule n dalam Pers (8) memperlihatkan sebagai berikut untuk agitasi turbulen. a. ketika n = 2/3 daya per satuan volume konstan dalam scale-up b. ketika n = 1,0 kecepatan ujung (tip speed) konstan dalam scale -up Penyelesaian: a). dari Gb 3.4-4, Np konstan untuk daerah turbulen, kemudian dari Pers 2, J ' ' - K 3' ( Kemudian daya persatuan volume P 1 N 1 = P 2 N 2, (9) B B ] B Z [B S2 ] Z [ S2 (10) Substitusi P 1 dan pers (9) dan juga persamaan serupa untuk P 2 kedalam pers (10) dan mengkombinasikan dengan pers (6), + ' ' S - $ + (11) + ' [B [ ') (12) Untuk b)., dengan menggunakan pers (8) dengan n = 1,0, dengan mengalikan dengan, Dimana D T2 N 2 adalah kecepatan ujung. ^D T2 N 2 = ^D T1 N 1 (13)

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Mechanical Mixing Tujuan : Sifat 2 baru (rheologi, organoleptik, fisik) untuk melarutkan berbagai campuran Meningkatkan transfer massa dan

Lebih terperinci

MIXING. I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan.

MIXING. I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan. MIXING I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan. II. Perincian Kerja Menghomogenkan Larutan garam (NaCl); Mengoperasikan mixing untuk

Lebih terperinci

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks.

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks. ABSTRAK Pengadukan (agitation) merupakan suatu operasi yang menimbulkan gerakan pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, yang mana gerakannya membentuk suatu pola sirkulasi. Salah satu sistem

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Percobaan untuk Pola Aliran Dengan dan Tanpa Sekat Ada jenis impeller yang membentuk pola aliran aksial dan ada juga jenis impeller lain yang membentuk pola aliran radial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1.2 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Dapat menjelaskan pola aliran yang terjadi dalam tangki berpengaduk. 2. Dapat menjelaskan pengaruh penggunaan sekat dan tanpa

Lebih terperinci

BAB II MIXING APARATUS

BAB II MIXING APARATUS BAB II MIXING APARATUS 2.1. Tujuan Percobaan - Mengetahui pengaruh jenis pengaduk dan baffle terhadap angka Frounde pada air dan minyak kelapa - Mengetahui hubungan antara bilangan Reynold (N Re ) terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori 1.1.1 Pengertian Pengadukan Pengadukan (agitation) adalah gerakan yang terinduksi menurut cara tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya

Lebih terperinci

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Oleh : 1. Brilliant Gustiayu S. (2308 100 074) 2. Ayu Ratna Sari (2308 100 112) Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Sugeng

Lebih terperinci

I. TUJUAN. Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana

I. TUJUAN. Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana MIXING I. TUJUAN Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana II. PERINCIAN KERJA Menghitung densitas dari larutan garam Menghitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektivnya pengadukan dan pencampuran zat cair dalam prose situ. Pengadukan (agitation) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mixer Mixer merupakan salah satu alat pencampur dalam sistem emulsi sehingga menghasilkan suatu dispersi yang seragam atau homogen. Terdapat dua jenis mixer yang

Lebih terperinci

ALAT PENCAMPURAN. BAHAN (MIXING) Agitasi(pengadukan) dan Mixing (Pencampuran)

ALAT PENCAMPURAN. BAHAN (MIXING) Agitasi(pengadukan) dan Mixing (Pencampuran) ALAT PENCAMPURAN C BAHAN (MIXING) Agitasi(pengadukan) dan Mixing (Pencampuran) Agitasi dan mixing Pengadukan (agitation) adalah pemberian gerakan tertentu sehingga menimbulkan reduksi gerakan pada bahan,

Lebih terperinci

PAPER MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN Mesin Pencampuran Bahan Cair-Padat

PAPER MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN Mesin Pencampuran Bahan Cair-Padat PAPER MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN Mesin Pencampuran Bahan Cair-Padat Disusun oleh: Kelompok 3 Shift A1 Rendy Yus Sriyanto (240110110010) Hana Lestari I (240110110012) Farah Nuranjani (240110110027)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut. kematangan tertentu. Ketiga komposisi yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut. kematangan tertentu. Ketiga komposisi yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Dodol Dodol sebagai makanan khas biasanya terbuat dari tepung beras ketan dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut kemudian diproses

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN DI SUSUN OLEH KELOMPOK : VI (enam) Ivan sidabutar (1107035727) Rahmat kamarullah (1107035706) Rita purianim (1107035609) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN

BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN 3.1 Perencanaan Bejana dan Pengaduk. Dasar-dasar perencanaan dari bejana dan pengaduk merupakan suatu dasar perencanaan yang didasarkan pada suatu teori-teori yang ada dan

Lebih terperinci

TANGKI BERPENGADUK (TGK)

TANGKI BERPENGADUK (TGK) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TANGKI BERPENGADUK (TGK) Koordinator LabTK Dr. Dianika Lestari / Dr. Pramujo Widiatmoko PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran untuk menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan, dengan alat mekanis yang terpasang

Lebih terperinci

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium A. Strategi perancangan bioreaktor Kinerja bioreaktor ditentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengairan Tanah Pertambakan Pada daerah perbukitan di Atmasnawi Kecamatan Gunung Sindur., terdapat banyak sekali tambak ikan air tawar yang tidak dapat memelihara ikan pada

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow) Aliran Turbulen (Turbulent Flow) A. Laminer dan Turbulen Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

Teori Koagulasi-Flokulasi

Teori Koagulasi-Flokulasi MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui 2. Mengetahui 3. Memahami II. TEORI DASAR Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Aliran Fluida. Konsep Dasar

Aliran Fluida. Konsep Dasar Aliran Fluida Aliran fluida dapat diaktegorikan:. Aliran laminar Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau lamina lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar

Lebih terperinci

PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI

PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI Agung Rasmito Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim 100, Surabaya (031) 5945043-848 Fax. (031) - 5994620 Email

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KECEPATAN IMPELER TERHADAP ALIRAN FLUIDA DALAM FERMENTOR BIOETHANOL SECARA VISUALISASI

STUDI PENGARUH KECEPATAN IMPELER TERHADAP ALIRAN FLUIDA DALAM FERMENTOR BIOETHANOL SECARA VISUALISASI SKRIPSI TK 141581 STUDI PENGARUH KECEPATAN IMPELER TERHADAP ALIRAN FLUIDA DALAM FERMENTOR BIOETHANOL SECARA VISUALISASI Eizel Mauldy Muhammad NRP. 2313 100 105 Nicholas Abie NRP. 2313 100 134 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN Page 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan efflux time dalam dunia industri banyak dijumpai pada pemindahan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan pipa tertutup serta tangki sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oli Oli atau pelumas (lubricant) atau sering disebut (lube) adalah suatu bahan (biasanya berbentuk cairan) yang berfungsi untuk mereduksi keausan antara dua permukaan benda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Pengadukan dan Pencampuran

Pengadukan dan Pencampuran Pengadukan dan Pencampuran Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang diaduk seperti molekul- molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya menyebar (terdispersi).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun LAMPIRAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun LAMPIRAN 107 R e a k t o r (R-01) LAMPIRAN Fungsi : mereaksikan asam sulfat dan natrium nitrat membentuk asam nitrat dan natrium bisulfat Kondisi operasi: 1.Tekanan 1 atm 2.Suhu 150⁰C kec reaksi 3.Konversi 90%

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k )

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k ) BAB II DASAR TEORI 2.1 Analisis Dimensional Analisis dimensi adalah analisis dengan menggunakan parameter dimensi untuk menyelesaikan masalah masalah dalam mekanika fluida yang tidak dapat diselesaikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA KALIBRASI SUHU TANGKI DISTILASI Tabel L1.1 Data Kalibrasi Suhu Tangki Distilasi Waktu (Menit) T Termometer ( o C) T Panel ( o C) 0 33 29 5 33 36 10 33 44 15 35 50 20

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR HIDROLIKA

PRINSIP DASAR HIDROLIKA PRINSIP DASAR HIDROLIKA 1.1.PENDAHULUAN Hidrolika adalah bagian dari hidromekanika (hydro mechanics) yang berhubungan dengan gerak air. Untuk mempelajari aliran saluran terbuka mahasiswa harus menempuh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit

Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit TUGAS UNIT OPERASI II : MEKANIKA FLUIDA Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume 20000 Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit Disusun oleh : Kelompok 7 Abrar

Lebih terperinci

Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR

Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR Deskripsi singkat Bioreaktor (fermentor) merupakan bejana fermentasi aseptis untuk produksi senyawa oleh mikrobia melalui fermentasi. Kendala yang timbul adalah

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE Ir.Bambang Setiawan,MT 1. Chandra Abdi 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delidnifikasi bahan baku industri pulp sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak

Lebih terperinci

Koagulasi Flokulasi. Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1

Koagulasi Flokulasi. Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1 Koagulasi Flokulasi Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1 Campuran ada 3 : 1. Larutan 2. Koloid 3. Suspensi 9/25/2012 2 Sistem Koloid : campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen dengan ukuran partikel

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Edy Sriyono Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Aliran Pipa vs Aliran Saluran Terbuka Aliran Pipa: Aliran Saluran Terbuka: Pipa terisi penuh dengan zat cair Perbedaan tekanan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4. PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan pipa spiral dan pipa bulat ½ in, didapatkan data mentah berupa perbedaan tekanan manometer

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA (Indra Wibawa Dwi Sukma_Teknik Kimia_Universitas Lampung) 1 INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA Adapun berikut ini adalah flowsheet Industri pengolahan hasil tambang batubara. Gambar 1. Flowsheet Industri Pengolahan

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15%

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15% III.1 Spesifikasi Alat Utama BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, reaktor, netralizer, evaporator, centrifuge, dekanter. Spesifikasi yang ditunjukkan adalah fungsi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK Diameter pipa penstock yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130 mm, sehingga luas penampang pipa (Ap) dapat dihitung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Pengadukan dan Pencampuran. Proses pengadukan dan pencampuran material biasanya terjadi dibanyak proses kimia seperti di dalam proses pembuatan cat, dimana bahan ataupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mekanika Fluida Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinyu yang mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri merupakan zat yang bisa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis Kapasitas 600 ton/tahun REAKTOR (R)

Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis Kapasitas 600 ton/tahun REAKTOR (R) REAKTOR (R) Deskripsi Tugas : Mereaksikan cinnamaldehyde menjadi benzaldehyde dan acetaldehyde dengan katalis larutan 2HPb-CD dan NaOH Jenis : Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Suhu : 50 o C (323 K) Tekanan

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 MATERI I KALIBRASI SEKAT UKUR

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3 PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES ISSN : 111-1 PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl R. Yustiarni, I.U. Mufidah, S.Winardi, A.Altway Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut. HUKUM STOKES I. Pendahuluan Viskositas dan Hukum Stokes - Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro atau biasa disebut PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air sama halnya dengan PLTA, hanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TORI

BAB II LANDASAN TORI BAB II LANDASAN TORI Proses perancangan suatu alat ataupun yang mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN Sulistyo Atmadi Pencliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan. LAPAN i ABSTRACT In an effort to improve flow

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari VARIASI JARAK NOZEL TERHADAP PERUAHAN PUTARAN TURIN PELTON Rizki Hario Wicaksono, ST Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ASTRAK Efek jarak nozel terhadap sudu turbin dapat menghasilkan energi terbaik.

Lebih terperinci

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Jurusan teknik kimia fakultas teknik universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data berupa ketinggian permukaan fluida uji (h), debit aliran dari ketinggian permukaan fluida

Lebih terperinci

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika Mekanika Fluida II Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika 1 Geometri Saluran 1.Kedalaman (y) - depth 2.Ketinggian di atas datum (z) - stage 3.Luas penampang A (area cross section area) 4.Keliling

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK Oleh : Christina Wahyu K. 237194 Iss Gagha Astried N. 2371131 Pembimbing :

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng ALIRAN FLUIDA Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Apa yang kalian lihat?? Definisi Fluida Definisi yang lebih tepat untuk membedakan zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci