BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN"

Transkripsi

1 BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN 3.1 Perencanaan Bejana dan Pengaduk. Dasar-dasar perencanaan dari bejana dan pengaduk merupakan suatu dasar perencanaan yang didasarkan pada suatu teori-teori yang ada dan didasarkan pada kenyataan yang ada di lapangan mengenai suatu proses pengadukan beberapa macam material baik berupa fluida atau cairan maupun berupa serbuk dan berupa padatan, tetapi sering kali berupa campuran dari berbagai jenis bentuk material tersebut.

2 Dan di dalam proses analisa ini penulis lebih menitik beratkan pada suatu proses pengadukan dalam suatu proses produksi cat Spesifikasi Bejana dan Pengaduk. Perencanaan suatu bejana dan pengaduk dari mixer tank bertujuan untuk menentukan ukuran dari bejana dan ukuran dari pengaduk itu dan juga untuk menentukan jenis pengaduk yang akan dipakai serta menentukan kapasitas dari volume mixer tank, hal ini dikarenakan adanya suatu hubungan antara ukuran suatu bejana dengan ukuran pengaduk yang seharusnya dipakai, yaitu bahwa ukuran pengaduk jika dibandingkan dengan ukuran bejananya sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu antara : (0,3 d/dt 0,6)...( Chemical Process Equipment, Walas, 1988) Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kapasitas dari pengadukan di dalam mixer tank diantaranya adalah : - Diameter bejana. - Diameter pengaduk. - Jenis pengaduk. - Sudut kemiringan dari pengaduk. - Kecepatan putaran motor. - Viskositas dari fluida atau material yang diproses. - Berat jenis dari fluida. Sehingga ukuran seberapa banyaknya suatu fluida atau material yang mengisi suatu bejana, besarnya suatu bejana serta diameter dari suatu pengaduk memiliki suatu hubungan terhadap besarnya daya yang dibutuhkan untuk suatu proses pegadukan

3 serta menentukan kualitas dan kecepatan dari suatu proses pengadukan pengadukan. Dari berbagai macam tipe pengaduk dan beberapa kondisi yang ada di dalam proses pengadukan maka ada beberapa hubungan atau perbandingan antara ukuran dari bejana yang digunakan dengan ukuran dari pengaduk yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dasar perencanaan suatu bejana di bawah ini : Gambar 3.1 (1) Gambar Dasar Bejana dan Pengaduk. Dimana : h = Tinggi fluida/cairan. D t = Diameter bejana. d = Diameter pengaduk. d/6 = W = Lebar pengaduk. Untuk selanjutnya kriteria yang dikembangkan oleh Dickey (1984) dimana berdasarkan viscositas dari cairan yang ada serta perbandingan antara tinggi bejana 1 Chemical Process Equipment, Walas, 1988

4 cairan dan diameter bejana maka lokasi impeller di dalam sebuah bejana berpengaduk dengan menggunakan satu atau dua buah pengaduk dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Letak pengaduk...(chemical Process Equipment, Walas, 1988) Viskositas Tinggi Isi Bejana Banyaknya Letak Impeller [Ns/m²] Maksimum[H/Dt] Impeller Bawah Atas <25 1,4 1 H/3 - <25 2,1 2 Dt/3 (2/3) H >25 0,8 1 H/3 - >25 1,6 2 Dt/3 (2/3) H Menentukan Jenis Pengaduk dan Banyaknya Bilah Pengaduk. Di dalam suatu proses pengadukan suatu material haruslah dipilih suatu jenis pengaduk (mixer) yang sesuai dengan material yang akan dilayaninya. Jenis pengaduk yang dipilih mengacu dengan beberapa pertimbangan yang ada, seperti jenis material yang diaduk, viskositas material yang diaduk, besar kapasitas pengadukan yang diinginkan serta efesiensi di dalam harga maupun perbaikan, selain menentukan jenis pengaduk yang tepat dalam analisa ini juga haruslah ditentukan berapa banyak jumlah bilah yang dipakai sebagai perbandingan didalam perhitungan Tabel 3.2 Jenis Pengaduk...( The Techniques Of Process Design, Ernest E, 1977)

5 Jenis pengaduk Viskositas (Ns/m²) Plastis Padatan (Mixing Device) (Plastic State) (Solid State) 1 Air agitation Liquid Jets Paddles Propellers Turbines Cones Disks Screws Barrels Ball Mills Ribbons Kneaders Colloid Mills 14 Special Mills 15 Mullers 16 Pug Mills 17 Internal Mixers 18 Roll Mills 19 Conical Mills 20 Pan Mills 21 Impact Wheels Untuk proses per batch (normal). Untuk proses yang terus menerus. a. Pemilihan jenis pengaduk.

6 Pada analisa perhitungan ini kami menentukan analisa pada pengaduk jenis paddle (flat blade pitch paddle) dengan sudut kemiringan sebesar 45, karena jenis ini banyak digunakan dalam proses pencampuran atau pengadukan resin di dalam proses pembuatan cat, selain penggunaannya yang banyak hal lain yang menyebabkan dipilihnya jenis ini adalah karena jenis ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah : - Dapat digunakan dalam beberapa tingkatan kekentalan (viskositas) material yang berbeda, yaitu antara (1-100 Ns/m 2 ). - Tidak mudah mengalami kerusak dan tidak membutuhkan perawatan khusus di dalam pengoperasianya, hal ini dikarenakan karena bentuknya yang sangat sederhana. - Biaya perancangan dan pembuatan yang relatif murah, hal ini dikarenakan bentuknya yang sederhana. - Arah pengadukannya radial (sesuai dengan bentuk bejana). b. Menentukan banyaknya bilah pengaduk (n) Banyaknya bilah pengaduk dipilih sebagai perbandingan, yaitu sebanyak 2 bilah, 4 bilah dan 6 bilah, karena perbandingan kapasitas pengadukan antara dua bilah empat bilah dan enam bilah diperkirakan masih sesuai dengan perbandingan daya motor penggerak, sehingga jika lebih dari enam bilah kapasitas pengadukannya sudah tidak efisien lagi Spesifikasi Bejana dan Letak Pengaduk.

7 Untuk mendapatkan suatu hasil dari proses pencampuran dan pengadukan yang sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan, maka selain menentukan spesifikasi dari pengaduk yang akan digunakan dalam proses pengadukan di dalam bejana maka sangat penting juga untuk memperhatikan tentang spesifikasi dari bejana yang digunakan serta letak dari pengaduk, yaitu seberapa besar ukuran bejana yang akan digunakan, oleh karena itu seperti telah ditetapkan seperti pada bab sebelumnya bahwa ukuran bejana sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu bahwa perbandingan pengaduk dan bejana adalah antara 0,3-0,6 (0,3 = d/dt 0,6). Sehingga dari data diatas di ketahui dari gambar berikut: Gambar 3.2 (2) Letak dan Perbandingan Ukuran Antara Bejana dan Pengaduk Sehingga jika akan dipakai suatu bejana dengan ukuran tinggi dan diameter bejana sebagai berikut, yaitu : 2 Chemical Process Equipment, Walas, 1988

8 H = 1,6 m. D t = 1,52 m. Maka dapat dicari ukuran tentang diameter pengaduk yang akan digunakan, yaitu jika kita mengacu pada ketentuan yang ada bahwa perbandingan antara d dan D t yaitu antara 0,3-0,6 maka jika kita tentukan bahwa d/d t adalah 0,3 maka diameter pengaduk adalah : a) Menentukan diameter pengaduk (d). Jika d/dt sesuai dengan ketentuan adalah 0,3 = d/dt 0,6dan jika kita d/dt dipilih 0,3 maka : d = 0,3 x Dt....( Chemical Process Equipment, Walas, 1988) b) Menentukan lebar pengaduk (W). Lebar pengaduk sesuai dengan Gambar 3.1 adalah: W = d/6...( Chemical Process Equipment, Walas, 1988) c). Letak atau ketinggian dari pengaduk (h). Letak atau ketinggian dari pengaduk yang dianjurkan seperti pada Tabel 3.1 jika dipakai satu buah pengaduk dan H/Dt diambil 0,8 adalah : h = H / 3...( Chemical Process Equipment, Walas, 1988). d). Volume bejana. Sehingga jika diketahui : H = 1,6 m

9 Dt = 1,52 m Maka volume bejana (mixer tank) adalah : V = p.r 2. H....( Chemical Process Equipment, Walas, 1988) 3.3 Formulasi Hubungan Antara Jumlah Bilah Dengan Waktu Pengadukan. Untuk menentukan formulasi hubungan yang terjadi antara banyaknya jumlah bilah dengan waktu pengadukan yang diperlukan untuk mendapatkan suatu hasil pengadukan yang homogen, dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : 1). Mencari waktu pengadukan : 2,3 N t.nre...(3.2.1 Chemical Process Equipment, Walas, 1988) d W Dimana : N = putaran poros pengaduk [rpm] d = diameter pengaduk.[m] W = lebar pengaduk [m] t = waktu proses pengadukan [menit] N Re = Reynolds number. 2). Mencari perbandingan antara kapasitas pengadukan dengan waktu pengadukan dengan rumus kesebangunan. Q 1 x t 1 = Q 2 x t 2 = Q 3 x t 3...(3.2.2 Chemical Process Equipment, Walas, 1988) Dimana : Q 1 = kapasitas pengadukan dengan 2 buah bilah [m 3 /s] t 1 = waktu proses pengadukan dengan 2 buah bilah Q 2 = kapasitas pengadukan dengan 4 buah bilah [m 3 /s]

10 t 2 = waktu proses pengadukan dengan 4 buah bilah Q 3 = kapasitas pengadukan dengan 6 buah bilah [m 3 /s] t 3 = waktu proses pengadukan dengan 6 buah bilah 3.3. Spesifikasi Fluida. Spesifikasi fluida yang akan diproses di dalam bejana merupakan faktor yang penting di dalam menentukan kualitas dan kapsitas pengadukan dan di dalam mencari daya motor yang digunakan serta menentukan perencanaan dari diameter poros yang harus digunakan, hal ini dikarenakan suatu fluida atau material yang akan diproses di dalam bejana harus memiliki kekentalan dan berat jenis yang sesuai dengan jenis pengaduk yang digunakan Beberapa Tipe Aliran Fluida di dalam Bejana. Aliran fluida di dalam bejana dapat bermacam-macam bentuknya ada yang rata maupun yang menghasilkan suatu pusaran, tergantung dari cara meletakkan suatu pengaduk di dalam bejana serta ada atau tidaknya penahan aliran (baffles), selain berfungsi menahan aliran sehingga aliran menjadi rata baffles juga berfungsi mempercepa proses pencampuran beberapa fluida yang dicampur di dalam tangki pengaduk. Beberapa tipe dari bentuk aliran yang dihasilkan oleh putaran pengaduk di dalam bejana dapat dilihat dari gambar di bawah :

11 a b c Gambar 3.3 (3) Bentuk aliran di dalam bejana d Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa : (a) Aksial atau radial impeller tanpa adanya baffles di dalam bejana akan menghasilkan pusaran atau gelombang. (b) Aksial atau radial impeller tanpa baffles di dalam bejana dengan meletakkan pengaduk pada bagian pinggir bejana akan menghasilkan sedikit pusaran atau gelombang. (c) Aksial impeller dengan baffles di dalam bejana maka tidak akan terjadi pusaran atau gelombang. 3 Chemical Process Equipment, Walas, 1988

12 (d) Radial impeller dengan menggunakan baffles di dalam bejana maka tidak akan terjadi pusaran atau gelombang Spesifikasi Fluida. Spesifikasi atau jenis material yang akan diproses didalam bejana (mixer tank) harus diketahui spesifikasi atau jenisnya, hal ini penting sekali karena menyangkut berapa besar viskositas (µ) dari material tersebut maupun massa jenis ( ) dari material tersebut, dimana hal tersebut digunakan sebagai acuan di dalam perhitungan untuk mencari besarnya daya motor serta kapasitas dari pengadukan yang terjadi. Selain dari spesifikasi material yang akan diproses sangat penting juga untuk menentukan terlebih dahulu seberapa besar ukuran maupun kapasitas isi dari bejana yang digunakan sebagai tempat pengadukan, yaitu menyangkut berapa tinggi fluida atau material (H) di dalam bejana maupun diameter bejana yang digunakan (D t ). Untuk melakukan suatu analisa mengenai seberapa besar kapasitas pengadukan yang terjadi maka perlu diketahui tentang data mengenai material yang diproses secara lengkap sehingga dapat dilakukan suatu proses analisa perhitungan secara tepat, adapun spesifikasi material yang diproses adalah : Data Material/Cairan : (4) Nama material : Resin Amino HV : (salah satu jenis bahan dasar cat dengan viskositas : tertinggi) Viskositas (µ) : 59 Ns/m 2 Density ( ) : kg/m 3. 4 PT. Alkindo Mitra Raya, Tangerang

13 ( Data viskositas dan density diambil dari PT. Alkindo Mitra Raya, Jl. Gatot Subroto km 8, Tangerang, pada November 2007 dengan nilai viskositas dan density yang terbesar yang dipakai dalam suatu proses produksi cat) Kapasitas Pengadukan. Kapasitas pengadukan dapat didefinisikan sebagai banyaknya aliran fluida yang dipindahkan (dengan cara diputar) baik secara aksial maupun radial menggunakan satu atau beberapa buah pengaduk sesuai dengan keperluan yang ada sehingga diharapkan dapat menghasilkan suatu hasil pengadukan yang sempurna dan sesuai dengan kapasitas dari pengadukan yang dibutuhkan. Sehingga kapasitas dari aliran dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 3 Q KNd...(3.4.1 The Techniques Of Process Design, Ernest E, 1977) Dimana : Q = kapasitas aliran rata-rata dari impeller [m 3 /s] N = putaran pengaduk [rps] d = diameter pengaduk [m] K = konstanta pengaduk Tabel 3.4 Selain menggunakan rumus di atas kapasitas pengadukan juga dapat dihitung dengan persamaan untuk menghitung daya motor yang digunakan, yaitu : P Q H...(3.4.2 The Techniques Of Process Design, Ernest E, 1977) Dimana : P = power (daya motor penggerak [Watt] Q = kapasitas aliran rata-rata dari impeller [m 3 /s]

14 = kerapatan massa [kg/m 3 ] H = head total fluida [m] Sehingga jika dicari kapasitas pengadukan maka : P Q...(3.4.3 The Techniques Of Process Design, Ernest E, 1977) H 3.5. Perencanaan Motor Penggerak Daya motor penggerak. Besarnya tenaga atau daya dari motor penggerak merupakan salah satu yang menentukan performa dari sebuah pengaduk. Daya penggerak dibutuhkan untuk melawan gesekan atau tegangan geser dari permukaan pengaduk dan fluida. Besarnya daya penggerak yang digunakan haruslah dihitung dengan seksama, dimana besarnya daya motor penggerak tergantung pada ukuran pengaduk, putaran motor, berat jenis, kekentalan dari fluida yang diaduk, diameter bejana, serta posisi pengaduk. Sehingga besarnya motor penggerak dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 1) P Q H...( The Techniques Of Process Design, Ernest E, 1977) Dimana : P = power (tenaga motor penggerak [kw] Q = kapasitas aliran rata-rata dari impeller [m 3 /s] = kerapatan massa [kg/m 3 ] H = tinggi total fluida [m]

15 K ) P N d...( The Techniques Of Process Design, Ernest E, 1977) g Dimana : K 2 = Tabel 3.4 N = putaran motor [rps] µ = viskositas [Ns/m 2 ] g = gravitasi [m/s 2 ] 3) N d P K...( The Techniques Of Process Design, Ernest E, 1977) Dimana : K 2 = Tabel 3.4 N = putaran motor [rps] µ = viskositas [Ns/m 2 ] 4) K P N d...( The Techniques Of Process Design, Ernest E, 1977) g Dimana : K 3 = Tabel 3.4 N = putaran motor [rps] = kerapatan massa [kg/m 3 ] g = gravitasi [m/s 2 ] Tabel 3.3 Faktor konstanta pengaduk...(the Techniques Of Process Design, Ernest E, 1977)

16 Jenis Impeller K 2 K 3 Viscous Turbulent Propeller, 3 blades, pitch = diameter 41, Propeller, 3 blades, pitch = 2 diameter 43,5 1,00 Turbin, flat blade, 4 blade 70,0 4,50 Turbin, flat blade, 6 blade 71,0 6,30 Turbin, flat blade, 8 blade 72,0 7,80 Fan turbin, blade 45º, 6 blade 70,0 1,65 Shourded turbin, stator ring 172,5 1,12 Flat paddles, 2 blade, single paddle, d/w = 4 43,0 2,25 Flat paddles, 2 blade, single paddle d/w = 6 36,5 1,60 Flat paddles, 2 blade, single paddle d/w = 8 33,0 1,15 Flat paddles, 4 blade, single paddle d/w = 6 49,0 2,75 Flat paddles, 6 blade, single paddle d/w = 6 71,0 3, Putaran Motor Penggerak. Putaran motor merupakan salah satu faktor yang menentukan seberapa besar kapasitas pengadukan yang dapat dilakukan oleh sebuah pengaduk di dalam suatu bejana. Di dalam suatu proses pengadukan di dalam suatu bejana ada beberapa tingkat putaran motor yang dapat digunakan, yaitu : - Putaran tinggi (1750 rpm / 29 rps) = digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah seperti air. - Putaran sedang (1150 rpm / 19 rps) = digunakan untuk cairan dengan viskositas sedang seperti sirup dan varnish. - Putaran rendah (420 rpm / 7 rps) = digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah seperti minyak, cat, fiber. Dari beberapa macam tingkatan kecepatan putaran motor diatas terdapat perbedaan efisiensi yang terjadi, yaitu untuk proses pengadukan dengan putaran rendah yaitu 420 rpm akan memiliki effisiensi yang lebih besar yaitu mencapai 40-60

17 %, sedangkan untuk putaran motor sedang dan tinggi yaitu 1150 rpm dan 1750 rpm akan memiliki effisiensi lebih rendah yaitu % Perencanaan Diameter Poros Pengaduk. Jika diketahui suatu poros akan bekerja untuk menggerakkan suatu impeller yang berfungsi mengaduk suatu fluida di dalam tangki pengaduk (mixer tank) yang dipasang secara vertikal pada bagian tengah bejana, sehingga poros hanya akan mengalami beban puntir saja, selain daripada itu beban puntir akan menjadi besar pada saat start awal suatu poros yang akan berputar dengan demikian diperlukan adanya suatu koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada saat perencanaan suatu poros Perencanaan besarnya diameter poros pengaduk. Jika P adalah daya nominal output dari suatu motor penggerak maka berbagai macam faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan, dan jika faktor koreksi adalah fc maka daya rencana adalah : a) Daya rencana ( Pd ). 1. Pd = fc. P...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) dan faktor koreksi dapat diberikan dengan menggunaka tabel berikut : Tabel 3.4 Faktor koreksi poros terhadap daya...(elemen Mesin, Sularso, 1997)

18 Daya yang akan ditransmisikan fc Daya rata-rata yang diperlukan 1,2-2,0 Daya maksimum yang diperlukan 0,8-1,2 Daya normal 1,0-1,5 b). Momen puntir ( T ). Jika momen puntir disebut momen rencana (T), maka daya rencananya: Pd = T / N 102 / 60...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) jika diketahui n dalam rpm, T dalam kg mm, dan P dalam kw. Pd = ( T/1000).(2 N/ 60 )...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) jika diketahui n dalam rpm, T dalam Nm, dan P dalam kw. Pd = T. 2.. N...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) jika diketahui n dalam rps, T dalam Nm, dan P dalam Watt. sehingga dari rumus di atas jika yang dicari N (putaran) dalam rps, T (torsi) dalam Nm, dan P (daya motor) dalam Watt. maka : T = Pd 2 N...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) dimana : Pd = daya rencana (Watt). T N = momen puntir (Nm). = putaran motor (rps). c). Tegangan geser izin yang terjadi ( t a ).

19 Bila momen rencana T (Nm) dibebankan pada suatu diameter poros d s (mm) maka tegangan geser t a (N/m 2 )yang terjadi adalah : T 5,1 T t a = 3 3 d 16 d s / s...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) Tegangan geser yang diijinkan t a (N/m 2 ) untuk pemakaian umum pada poros dapat diperoleh dengan berbagai cara, dan dalam t a hal ini dihitung atas dasar batas kelelahan puntir yang besarnya diambil 40 % dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45 % dari kekuatan tarik t B. Jadi batas kelelahan puntir adalah 18 % dari kekuatan tarik sesuai dengan satandar ASME. Untuk harga 18 % ini faktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6. Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa, dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dalam Sf 1. Selanjutnya perlu ditinjau apakah apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruhpengaruh ini dalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan dalam Sf 2 dengan harga 1,3 3,0. Dalam hal ini maka besarnya t a adalah : Sf 1 xsf 2 a b...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) dimana : t a = tegangan geser ijin [N/m 2 ]

20 s B = kekuatan tarik material [N/m 2 ] Sf 1 = faktor keamanan dari kelelahan punter terhadap kekuatan tarik (5,6-6,0). Sf 2 = faktor keamanan dari alur pasak dan kekasaran permukaan poros (1,3-3,0). d).diameter poros pengaduk.( ds ). Kemudian momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau dengan adanya faktor koreksi (K t ) yang dianjurkan oleh ASME, dimana faktor koreksi dipilih sebesar : Tabel 3.5 Faktor Koreksi Momen Puntir...(Elemen Mesin, Sularso, 1997) Faktor Koreksi Jenis Beban Yang Dikenakan 1,0 jika beban dikenakan secara halus 1,0-1,5 jika beban yang dikenakan terjadi sedikit kejutan atau tumbukan 1,5-3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan beban lentur dimasa mendatang. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan beban lentur maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktor C b yang harganya adalah : Tabel 3.6 Faktor Cb Pemakaian Beban Lentur...(Elemen Mesin, Sularso, 1997)

21 Faktor Cb Jenis Pemakaian 1,0 Jika diperkirakan tidak akan dikenakan beban lentur 1,2-2,3 Jika diperkirakan akan dikenakan beban lentur Oleh karena itu rumus dari diameter poros terhadap faktor koreksi dari momen puntir dan pembebanan lentur adalah : ds 5,1 a K t C b T 1 / 3...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) Dimana : ds K t C b = diameter poros. = faktor koreksi dari momen puntir. = faktor keamanan dari terjadinya beban lentur Perencanaan diameter poros pengaduk dengan mempertimbangkan pemasangan bantalan gelinding dan pasak. Untuk meneruskan daya dari motor penggerak kepada pengaduk poros pengaduk berfungsi sebagai penerus daya / transmisi, dimana poros pengaduk di dalam meneruskan daya akan dikopel atau dihubungkan oleh suatu penghubung yang biasanya dapat berupa kopling, roda gigi maupun puli dan belt, dimana dalam pembahasan ini kami tidak akan merencanakan tentang alat transmisi penghubung yang digunakan, tetapi akan direncanakan suatu poros pengaduk ditinjau dari penggunaan pasak dan tempat dudukan bantalan. Hal ini dikarenakan setiap poros

22 yang akan direncanakan pasti akan terdapat suatu dudukan bantalan maupun tempat atau lubang untuk pasak. Diameter poros harus dipilih dari Tabel 3.7. Pada tempat dimana akan dipasang bantalan gelinding, dipilihlah suatu diameter yang lebih besar dari harga yang cocok di dalam tabel untuk menyesuaikan dengan diameter dalam dari bantalan. Dari diameter yang dipilih dapat ditentukan jari-jari fillet yang diperlukan pada tangga poros. Selanjutnya ukuran pasak dan alur pasak dapat ditentukan dari Tabel 3.10, dan harga konsentrasi tegangan untuk alur pasak a dan untuk poros bertangga ß dapat diperoleh dengan diagram R.E Peterson pada Tabel 3.8 dan Tabel 3.9. Bila a dan ß dibandingkan dengan faktor keamanan Sf2 untuk konsentrasi tegangan pada poros bertangga atau alur pasak yang ditaksir terdahulu, maka a dan ß seringkali menghasilkan diameter poros yang lebih besar. Periksalah perhitungan tegangan, mengingat diameter yang dipilih dari Tabel. 3.7 lebih besar dari ds yang diperoleh dari perhitungan, kemudian bandingkan dengan a dan ß dan pilihlah yang lebih besar. Kemudian dilakukan koreksi pada Sf2 yang ditaksir sebelumnya untuk konsentrasi tegangan, dengan mengambil t a. Sf 2 / (a dan ß ) sebagai tegangan yang diijinkan yang dikoreksi. Kemudian dibandingkan dengan t. C b. K t dari tegangan geser t yang dihitung atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor lenturan C b, dan faktor koreksi tumbukan K t, dan tentukan masing-masing harganya jika hasil yang terdahulu lebih besar, serta lakukan penyesuaian jika hasil lebih kecil. Tabel 3.7 Diameter poros pemasangan bantalan... (Elemen Mesin, Sularso, 1997)

23 4 10 *22, * (105) ,5 *11, * *31,5 48 * *12, *5,6 14 *35, * (15) (17) 170 *6, *7, Keterangan = 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar. 2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian di mana akan dipasang bantalan gelinding. Tabel 3.8 Faktor konsentrasi tegangan a untuk pembebanan statis dari suatu poros bulat dengan alur pasak persegi yang diberi fillet...(elemen Mesin, Sularso, 1997)

24 Tabel 3.9 Faktor konsentrasi tegangan ß untuk pembebanan puntir statis dengan pengecilan diameter yang diberi filet...(elemen Mesin, Sularso, 1997) Tabel 3.10 Ukuran pasak dan alur pasak...(elemen Mesin, Sularso, 1997)

25 Ukuran Ukuran Ukuran standar Ukuran Ukuran standar t2 r1 Referensi nominal standar standar pasak pasak c l* pasak b, b1 Pasak Pasak Pasak dan poros yg daprismatis ta (b x h) dan b2 prismastis tirus luncur tirus r2 pat dipakai d** 2 x ,2 1,0 0,5 Lebih dari x , ,8 1,4 0,9 0,08 - Lebih dari x , ,5 1,8 1,2 0,16 Lebih dari x ,0 2,3 1,7 Lebih dari x , ,5 2,8 2,2 Lebih dari (7 x 7) 7 7 7,2 0, ,0 3,0 3,5 3,0 0,16 - Lebih dari x ,0 3,3 2,4 1,25 Lebih dari x ,0 3,3 2,4 Lebih dari x ,0 3,3 2,4 Lebih dari x , ,5 3,8 2,9 0,25- Lebih dari (15 x 10) ,2 0, ,0 5,0 5,5 5,0 0,40 Lebih dari x ,0 4,3 3,4 Lebih dari x ,0 4,4 3,4 Lebih dari x ,5 4,9 3,9 Lebih dari x , ,0 5,4 4,4 0,40- Lebih dari (24 x 16) ,2 0, ,0 8,0 8,5 8,0 0,60 25 x ,0 5,4 4,4 Lebih dari x ,0 6,4 5,4 Lebih dari x ,0 7,4 6,4 Lebih dari * l harus dipilih dari angka-angka berikut sesuai dengan daerah yang bersangkutan dalam tabel. 6, 8,10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 25, 28, 32, 36, 40, 45, 50, 56, 63, 70, 80, 90, 100, 110, 125, 140, 160, 180, 200, 220, 250, 280, 320, 360, 400.

26 Oleh karena itu dengan mempertimbangkan tempat kedudukan bantalan dan pemasangan pasak, maka langkah perencanaan selanjutnya setelah diameter poros awal (ds) diketahui adalah : a). Menentukan diameter yang menjadi tempat bantalan (D). Yaitu dengan cara memilih ukuran yang setingkat lebih besar dari diameter poros yang didapat dari perhitungan dengan melihat dari Tabel. 3.7 Jari-jari filet (r) = ( D ds )/2...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) Alur pasak (b x t a x r 1 dan r 2 ) Dimana : ds = diameter poros. D b t a r 1, r 2 = diameter tempat bantalan = lebar pasak. = kedalaman alur pasak pada poros = radius alur pasak. b). Menentukan besarnya konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak ( a ). Yaitu dengan menarik garis vertikal dari hasil bagi antara r/ds menuju kurva lengkung kemudian dititik pertemuannya ditarik garis horisontal untuk mendapatkan nilai a pada Tabel 3.8. c).menentukan besarnya konsentrasi tegangan pada poros bertangga ( ß ). Yaitu dengan menarik garis vertikal dari hasil bagi antara r/ds menuju kurva D/ds kemudian dititik pertemuannya ditarik garis horisontal untuk mendapatkan nilai ß pada Tabel 3.9. d).mencari besarnya tegangan geser a dengan menggunakan rumus berikut :

27 a 3 d s 5,1 T...( Elemen Mesin, Sularso, 1997) e). Menguji hasil perhitungan untuk menentukan bahwa hasil perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan yang memiliki hasil yang baik, dengan menggunakan ketentuan : Sf a. Cb. Kt. Hasil baik....( Elemen Mesin, Sularso, 1997). Sf Cb. Kt. a Kembali kelangkah nomor 8 dari diagram alir dari Gambar ( Elemen Mesin, Sularso, 1997) f). Hasil perhitungan. Yaitu hasil dari perhitungan yang telah dilakukan seperti material poros yang dipakai, diameter poros, jari-jari filet, ukuran pasak, alur pasak

28 3.6.3 Diagran alir untuk merencanakan poros dengan beban puntir. Untuk menentukan besarnya diameter poros yang harus digunakan untuk pengaduk agar tetap aman menahan beban kerja yang ada, maka perencanaan porosnya mengikuti diagram alir berikut ini :

29 a a Sf 2 atau : C K b t Gambar 3.4 (5) Diagram alir untuk perencanaan poros. 5 Elemen Mesin, Sularso, 1997

ANALISA PENGARUH JUMLAH BILAH PENGADUK JENIS FLAT BLADE PITCH PADDLE TERHADAP KAPASITAS PENGADUKAN DAN BESARNYA DAYA MOTOR

ANALISA PENGARUH JUMLAH BILAH PENGADUK JENIS FLAT BLADE PITCH PADDLE TERHADAP KAPASITAS PENGADUKAN DAN BESARNYA DAYA MOTOR ANALISA PENGARUH JUMLAH BILAH PENGADUK JENIS FLAT BLADE PITCH PADDLE TERHADAP KAPASITAS PENGADUKAN DAN BESARNYA DAYA MOTOR PADA SUATU BEJANA BERPENGADUK Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Pengadukan dan Pencampuran. Proses pengadukan dan pencampuran material biasanya terjadi dibanyak proses kimia seperti di dalam proses pembuatan cat, dimana bahan ataupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah LAMPIRAN 84 85 Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah 1. Aliran Massa Serasah Tebu 3 a. Bulk Density serasah tebu di lahan, ρ lahan = 7.71 kg/m b. Kecepatan maju mesin, Vmesin = 0.3 m/s c. Luas penampang

Lebih terperinci

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Turbin Air

BAB II 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Turbin Air BAB II 2 LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Air Turbin air atau pada mulanya kincir air adalah suatu alat yang sudah sejak lama digunakan untuk keperluan industri. Pada mulanya yang dipertimbangkan adalah ukuran

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah: Contoh soal: POROS:. Tentukan diameter sebuah poros bulat untuk meneruskan daya 0 (kw) pada putaran 450 rpm. Bahan diambil baja dingin S45C. Solusi: Daya P = 0 kw n = 450 rpm f c =,0 Daya rencana = f c

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS Nama :Bayu Arista NPM : 21412385 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : 1. Dr. Rr.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI INSULATION MATERIAL PADA ELEMEN PEMANASMESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER DAN PUTARAN 280 Rpm

PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI INSULATION MATERIAL PADA ELEMEN PEMANASMESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER DAN PUTARAN 280 Rpm PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI INSULATION MATERIAL PADA ELEMEN PEMANASMESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER DAN PUTARAN 280 Rpm SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

BAB II LADASAN TEORI

BAB II LADASAN TEORI II-1 BAB II LADASAN TEORI.1. Proses Ekstraksi Proses ekstrasi adalah suatu proses untuk memisahkan campuran beberapa macam zat menjadi komponen komponen yang terpisah. Ekstrasi dapat dilakukan dalam dua

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH RIKO PRIANDHANY

PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH RIKO PRIANDHANY PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH OLEH : RIKO PRIANDHANY 2107 030 036 DOSEN PEMBIMBING : IR. SUHARIYANTO, M.T Abstrak Saat ini jamur ditemukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Mechanical Mixing Tujuan : Sifat 2 baru (rheologi, organoleptik, fisik) untuk melarutkan berbagai campuran Meningkatkan transfer massa dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Data Informasi Awal Perancangan Gambar 3.1 Belt Conveyor Barge Loading Capasitas 1000 Ton/Jam Fakultas Teknoligi Industri Page 60 Data-data umum dalam perencanaan sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Perancangan Alat Pengaduk Cat Tembok dengan Beban Pengaduk Maksimum 660 kg. Disusun oleh : Edi Widodo NIM :

TUGAS AKHIR. Analisa Perancangan Alat Pengaduk Cat Tembok dengan Beban Pengaduk Maksimum 660 kg. Disusun oleh : Edi Widodo NIM : TUGAS AKHIR Analisa Perancangan Alat Pengaduk Cat Tembok dengan Beban Pengaduk Maksimum 660 kg Disusun oleh : Edi Widodo NIM : 01301-033 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap BAB III KOPLING TETAP Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), di mana sumbu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pemilihan Bahan Setiap perencanaan rancang bangun memerlukan pertimbanganpertimbangan bahan agar bahan yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal penting

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

DAYA PADA MESIN PENGADUK SERBUK TIRAM PUTIH OLEH : MUHAMMAD FATHONI ENDRIAWAN

DAYA PADA MESIN PENGADUK SERBUK TIRAM PUTIH OLEH : MUHAMMAD FATHONI ENDRIAWAN RANCANG BANGUN DAN PERHITUNGAN DAYA PADA MESIN PENGADUK SERBUK KAYU UNTUK MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH OLEH : MUHAMMAD FATHONI ENDRIAWAN 2107 030 038 DOSEN PEMBIMBING : IR. SUHARIYANTO, M.T AGENDA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Definisi tanah lempung menurut para ahli: Bowles,1991 mendefinisikan tanah lempung sebagai deposit yang mempunyai partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV PERHITUGA DA HASIL PEMBAHASA Pada proses perancangan terdapat tahap yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perancangan, yaitu tahap perhitungan. Perhitungan di lakukan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Bahan Baku Secara tradisional orang membuat tepung beras dengan cara menumbuk dalam lesung dengan antum atau alu. Beras menjadi halus dikarenakan adanya proses tekan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Roda Gigi Kerucut bidang kerucut ini disebut "kerucut jarak bagi". Besarnya sudut puncak kerucut tersebut merupakan ukuran bagi putaran masing-masing porosnya. Roda gigi kerucut

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM Oleh ARIEF HIDAYAT 21410048 Latar Belakang Jamur Tiram dan Jamur Kuping adalah salah satu jenis jamur kayu, Media yang digunakan oleh para

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun LAMPIRAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun LAMPIRAN 107 R e a k t o r (R-01) LAMPIRAN Fungsi : mereaksikan asam sulfat dan natrium nitrat membentuk asam nitrat dan natrium bisulfat Kondisi operasi: 1.Tekanan 1 atm 2.Suhu 150⁰C kec reaksi 3.Konversi 90%

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK Abstrak Suyadi, Sunarto, dan Faqihuddin Nur Rachman Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN LIFT UNTUK KEPERLUAN GEDUNG PERKANTORAN BERLANTAI SEPULUH Oleh : R O I M A N T A S. NIM : 030421007 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM KARYA AKHIR PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM SURANTA GINTING 025202007 KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm. 7 BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Singkat Produk Mesin Pengaduk Reaktor Biogas merupakan alat tepat guna untuk memaksimalkan proses pembentukan biogas dalam reaktor skala rumah tangga. iharapakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Percobaan untuk Pola Aliran Dengan dan Tanpa Sekat Ada jenis impeller yang membentuk pola aliran aksial dan ada juga jenis impeller lain yang membentuk pola aliran radial

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI Diajukan kepada untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Teknik Mesin Oleh : HAFIZH ARDHIAN PUTRA

Lebih terperinci

Analisa kekuatan Poros Pada Mesin Pengolah Pakan ternak Sapi. Oleh : Jumardi, SPd. ABSTRACT

Analisa kekuatan Poros Pada Mesin Pengolah Pakan ternak Sapi. Oleh : Jumardi, SPd. ABSTRACT Analisa kekuatan Poros Pada Mesin Pengolah Pakan ternak Sapi. Oleh : Jumardi, SPd. ABSTRACT Boyolali District is a community area that many entrepreneurship kususnya raise dairy cows. Permalahan that appears

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN Penulisan ini didasarkan atas survey literatur, serta didukung dengan data perencanaan dengan berdasarkan pertimbangan effisiensi waktu pengerjaan dengan tahapan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI Suatu sistem penggerak yang terdapat dalam sebuah mobil tidak lepas dari peranan motor penggerak dan transmisi sebagai penghantar putaran dari motor penggerak sehingga mobil

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM. Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung, 40124

PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM. Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung, 40124 PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM Encu Saefudin 1, Marsono 2, Wahyu 3 1,2,3 Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 PERANCANGAN POMPA SUBMERSIBEL UNTUK KEPERLUAN PENYEDIAAN AIR DI ISTANA BUSINESS CENTER MEDAN BERKAPASITAS 19,5 M 3 /JAM DENGAN HEAD TOTAL 42 M SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci