Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21"

Transkripsi

1 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21 I. Pendahuluan Jagung PRG event GA21 adalah produk perusahaan Syngenta yang tidak ada bedanya dengan jagung non PRG kecuali dari sifat toleran herbisida glifosat. Jagung PRG event GA21 telah digunakan sebagai pangan dan atau pakan di 14 negara yaitu Amerika Serikat (1996), Jepang (1999), Kanada (1999), Australia (2000), Afrika Selatan (2002), Korea Selatan (2002), Meksiko (2002), Filipina (2003), Taiwan (2003), Cina (2004), Argentina (2005), Uni Eropa (2006), Rusia (2007), dan Brasil (2008). Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK Tahun 2008 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik, TTKHKP telah melakukan pengkajian keamanan pangan jagung PRG event GA21 berdasarkan informasi genetik dan informasi keamanan pangan yang terdiri atas kesepadanan substansial, alergenisitas, dan toksisitas sebagaimana diuraikan di bawah ini. II. Informasi Genetik II.1 Elemen Genetik Jagung PRG event GA21 mengandung satu gen interes yaitu mepsps (mutated/modified maize EPSPS). EPSPS adalah 5 enolpyruvyl shikimate-3- phosphate synthase yang bertanggung jawab dalam toleransi terhadap herbisida glifosat. Promoter yang digunakan adalah r-act (rice actin) dari tanaman padi, dengan terminator NOS (nopaline synthase) dari Agrobacterium tumefaciens. II.2 Sumber Gen Interes Gen EPSPS berasal dari jagung dan telah dimodifikasi menghasilkan dua perubahan spesifik dibanding dengan EPSPS asli jagung. Perubahan tersebut adalah pada asam amino posisi 102 (treonin menjadi isoleusin) dan 106 (prolin menjadi serin). Oleh karena itu gen EPSPS dalam jagung PRG event GA21 ini disebut gen mepsps (mutated/modified maize EPSPS). Gen mepsps, di dalam jagung PRG event GA21 mengekspresikan toleransi terhadap herbisida yang mengandung glifosat. II.3 Sistem Transformasi Jagung PRG event GA21 dirakit menggunakan plasmid pdpg434 melalui teknik transformasi dengan penembakan partikel (microprojectile bombardment) pada kultur sel suspensi (suspension culture cells) tanaman jagung. Plasmid berasal dari vektor psk yang umumnya digunakan di dalam biologi molekuler dan diperoleh dari puc19. Fragmen restriksi NotI mengandung kaset ekspresi (expression cassette) yang digunakan untuk transformasi. Fragmen restriksi mengandung mepsps, tetapi tidak mengandung awal replikasi (origin of replication), gen bla atau partial lacz sequence. 1

2 II.4 Stabilitas Genetik DNA yang disisipkan ke dalam genom jagung PRG event GA21 yang dikaji dengan Southern blot menunjukkan kestabilan sampai tiga generasi silang balik secara berurutan. Sifat yang diintroduksikan mengalami segregasi sebagai lokus tunggal mengikuti pewarisan sifat sesuai dengan hukum Mendel. II.5 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengkajian informasi genetik dapat disimpulkan bahwa : a. Gen interes (mepsps) yang diintroduksikan ke jagung PRG event GA21 berasal dari jagung dan tidak berasal dari sumber alergen; b. Gen interes (mepsps) yang diintroduksikan ke jagung PRG event GA21 masih stabil pada tiga generasi silang balik [Back Cross (BC3)]; c. Jagung PRG event GA21 mengandung satu kopi gen mepsps; d. Gen interes (mepsps) yang diintroduksikan ke jagung PRG event GA21 mengikuti pewarisan sifat sesuai dengan hukum Mendel; dan e. Jagung PRG event GA21 tidak ada bedanya dengan jagung non PRG kecuali pada sifat toleran herbisida glifosat. II.6 Pustaka Scott Rabe, Derrick Pulliam, Brian Harper, and Tanya Chalk Molecular Characterization of Transgenic Maize Event GA21. Syngenta Seeds Biotechnology Report No. SSB A1. Syngenta Biotechnology, Inc. Regulatory Science & Product Support. Post Office Box East Cornwallis Road. Research Triangle Park, North Carolina, USA III. III.1 Informasi Keamanan Pangan Kesepadanan Substansial Hasil pengkajian kesepadanan substansial jagung PRG event GA21 secara lengkap dilaporkan dalam Syngenta Seeds Biotechnology Report No. SSB berjudul: Compositional Analysis of Grain and Forage from Maize Event GA21 Expressing a Double Mutated Maize 5-Enol Pyruvylshikimate-3- Phosphate Synthase (mepsps) (Catherine Kramer and Justin De Fontes, 2005). Dalam laporan tersebut disajikan hasil pengujian komposisi zat gizi utama biji jagung dan bagian tanaman jagung lainnya (forage) yang berasal dari jagung PRG event GA21 dan tanaman jagung non PRG, dari enam lokasi di Amerika Serikat pada tahun Keenam lokasi tersebut adalah: Bloomington, IL; Shirley, IL; Bondville, IL; Glidden, IA; Stanton, MN; dan Faribault, MN. Pengujian laboratorium yang dilakukan pada biji jagung meliputi: proksimat (kadar air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat), pati, acid detergent fiber (ADF), neutral detergent fiber (NDF), mineral (Ca, Cu, Fe, Mg, Mn, P, K, Na, Zn dan Se), vitamin (beta-karoten, asam folat, B1, B2, B3, B6, C, dan E), komposisi asam amino, komposisi asam lemak, asam ferulat dan para-kumarat, furfural, inositol, asam fitat, rafinosa, dan inhibitor tripsin. Sedangkan pada bagian tanaman jagung (forage), pengujian yang dilakukan adalah proksimat (kadar air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat), ADF, NDF, dan mineral (Ca, P). Hasil pengujian menunjukkan bahwa komposisi zat gizi utama tidak berbeda nyata antara jagung PRG event GA21 dengan jagung non PRG. Hanya beta-karoten yang secara nyata lebih tinggi kadarnya pada jagung PRG event GA21 dibandingkan 2

3 dengan jagung non PRG, namun masih dalam kisaran data yang dipublikasikan dalam pustaka (ILSI, 2004; USDA, 2004; OECD, 2002; Souci, 1994 dan Watson, 1987). Dari hasil pengkajian kesepadanan substansial dapat disimpulkan bahwa jagung PRG event GA21 sepadan secara substansial dengan jagung non PRG. III.2 Alergenisitas Analisis alergenisitas dilakukan di laboratorium Syngenta yang telah menerapkan Good Laboratory Practice, dan di Central Toxicology Laboratory, Alderley Park Macclesfield, Cheshire, UK. Gen mepsps yang ditransformasikan ke dalam jagung PRG event GA21 mengekspresikan protein dengan 576 asam amino termasuk transit peptida yang mengandung 131 asam amino yang kemudian menghasilkan protein mepsps matang dengan 445 asam amino (47,4 kda). Hasil analisis homologi sekuen asam amino menunjukkan 99,3% identik dengan enzim wild-type yang berasal dari jagung non PRG. Analisis Western blot dilakukan terhadap ekstrak jaringan jagung PRG event GA21 dan jagung non PRG. Analisis ini mengkonfirmasikan ekspresi protein 47,4 kda yang merupakan ukuran protein utuh (full-length) mepsps. Jumlah protein pada jagung PRG 24 kali protein pada jagung non PRG. Enzim mepsps yang diekspresikan pada E. coli digunakan sebagai reference material dalam banyak percobaan. Enzim ini dibandingkan dengan enzim yang diekspresikan pada jagung PRG. Kesetaraan diperlihatkan oleh data berat molekul yang sama yaitu 47,4 kda. Selain itu ditunjukkan dengan reaksi silang imunologis dengan antibodi mepsps yang sama. Pada kedua protein juga tidak terjadi reaksi glikosilasi pasca translasi. Kedua protein menunjukkan sekuen asam amino N- terminal yang sama. Dengan demikian protein mepsps dari E. coli rekombinan setara dengan protein mepsps dari jagung PRG. Pengujian dengan protein E. coli dapat dijadikan acuan dalam menyimpulkan uji serupa bagi protein yang diproduksi pada tanaman jagung. Homologi sekuen asam amino dianalisis dengan memasukkan putative ORF protein sebagai query. Program bio-informatik yang digunakan adalah BLASTP dan program Shuffle Protein. Entry dibandingkan dengan SWISS-PROT Allergen Database (SWISS-PROT, 2001), List of Allergens Database (International Union of Immunological Societies, 2001), FARRP Protein Allergen Database (Food Allergy Research and Resource Program, 2001) dan National Center for Biotechnology Information (NCBI) Entrez Protein Database (NCBI, 2005). Hasilnya menunjukkan tidak ada homologi dengan sekuen toksin atau alergen pada database. Uji bioinformatik dan homologi sekuen asam amino protein mepsps dengan sekuen asam amino alergen yang diperoleh dari SBI Allergen Database menunjukkan tidak homolog. Pengujian juga dilakukan dengan menggunakan piranti FASTA search algorithm untuk mencari identitas > 35% pada peptida 80 asam amino dan mencari 8 asam amino berurutan yang biasa dijumpai pada sekuen alergen (lokasi yang dapat mengikat IgE). Pencarian tersebut juga menunjukkan hasil negatif. Uji daya cerna protein in vitro telah dilakukan terhadap protein mepsps dari jagung PRG event GA21 dan hasilnya dilaporkan sebagai company report (Amended Report No 1, Replaces Original Report Issued June 10, Study No. GA Report No.SSB A1, berjudul In vitro Digestibility of Double-Mutated Maize 5- Enol Pyruvylshiki-mate-3-Phosphate Synthase (mepsps) Test Substances GA21-3

4 0104 and IAPGA under Simulated Mammalian Gastric Conditions oleh Gerson Graser). Penelitian dilaksanakan dari tanggal 7 Januari 2005 sampai tanggal 29 November 2005 di Syngenta Biotechnology, Inc., Regulatory Science & Product Support, 3054 East Cornwallis Road, Post Office Box 12257, Research Triangle Park, North Carolina, USA Pengujian ini dilakukan untuk menguji kepekaan protein (enzim) mepsps terhadap degradasi proteolitik dalam simulated mammalian gastric fluid (SGF) yang mengandung enzim pepsin. Protein mepsps yang digunakan diperoleh dari dua sumber, yaitu jagung PRG event GA21 dan Escherichia coli rekombinan. Hasil analisis menunjukkan tidak ada protein mepsps, baik yang berasal dari jagung maupun bakteri, yang utuh (intact) setelah dicerna oleh enzim pepsin selama 1 menit, yang dievaluasi dengan SDS-PAGE dan analisis Western blot. Setelah dicerna oleh enzim pepsin selama 5 menit, tidak terdapat lagi fragmen mepsps dari kedua sumber tersebut. Pengujian ini menyimpulkan bahwa protein mepsps yang diekspresikan pada jagung PRG event GA21 dapat segera dicerna oleh enzim pepsin dalam lambung mamalia seperti halnya protein jagung non PRG. Studi pengaruh suhu terhadap protein mepsps menggunakan ELISA menunjukkan protein ini terdenaturasi sempurna (kehilangan imunoreaktifitas) pada suhu 65 C dan 90 C, walaupun pada suhu 25 C dan 37 C protein ini stabil sampai 30 menit inkubasi. Keberadaan fragmen mepsps berukuran 10 kda atau yang lebih kecil, dianalisis dari data SDS-PAGE dan Western blot menggunakan 6 jenis antibodi mepsps poliklonal asal kelinci dan kambing. Data Western blot meyakinkan tidak adanya fragmen kecil mepsps yang berpotensi alergenik. Dari hasil pengkajian alergenisitas dapat disimpulkan bahwa protein mepsps tidak menunjukkan adanya potensi dapat menimbulkan alergi. III.3 Toksisitas Pengujian toksisitas dilakukan melalui studi toksisitas akut pada mencit. Selain itu dilakukan juga studi pakan pada ayam broiler. III.3.1 Studi Toksisitas Akut pada Mencit Uji toksisitas akut terhadap protein mepsps dari jagung PRG event GA21 telah dilakukan pada mencit, dan hasilnya dilaporkan sebagai company report (CTL/AM7513/REGULATORY REPORT, Issued 02 June 2005) dengan judul GA : Single Dose Oral Toxicity Study in the Mouse oleh E. Barnes. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 Januari 2005 sampai tanggal 2 Juni 2005 (study completion date) di Central Toxicology Laboratory, Alderley Park Macclesfield, Cheshire, UK. Pengujian menggunakan mencit strain Alpk:AP f CD-1 yang berumur 8-12 minggu. Mencit dibagi dalam dua grup yaitu grup kontrol (tanpa diberi protein mepsps) dan grup perlakuan (diberi protein mepsps dengan dosis 2000 mg/kg berat badan, dilakukan secara oral dengan gavage pada dosis 2 ml per 100 g). Jumlah mencit per grup masing-masing 5 mencit jantan dan 5 mencit betina. Pada hari kedua percobaan terdapat satu ekor mencit yang mati dari grup perlakuan. Pengamatan post mortem menunjukkan terdapatnya senyawa berwarna putih dalam paru-parunya. Disimpulkan bahwa kematian tersebut bukan disebabkan karena 4

5 toksisitas protein yang diuji melainkan karena kesalahan memasukkan bahan percobaan secara oral, yang ternyata masuk ke saluran tenggorokan dan akhirnya ke paru-paru. Analisis pengujian menghasilkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam hal berat badan, konsumsi ransum, parameter hematologi dan berat organ dalam di antara kedua grup maupun di antara jenis kelamin yang berbeda. Pengamatan makroskopik terhadap organ dalam tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata diantara kedua grup, demikian pula pengamatan mikroskopik. Pengujian ini menyimpulkan bahwa protein mepsps yang diekspresikan pada jagung PRG event GA21 termasuk dalam golongan zat yang dianggap tidak toksik. III.3.2 Studi Pakan pada Ayam Broiler Studi pakan telah dilakukan untuk menguji apakah bahan pakan dari jagung PRG event GA21 memberikan pengaruh negatif pada ayam broiler, dibandingkan dengan jagung non PRG sebagai kontrol. Hasilnya dilaporkan sebagai company report yaitu Evaluation of Event GA21 Transgenic Maize (Corn) in Broiler Chickens oleh John T. Brake. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 23 November 2004 sampai dengan tanggal 10 Januari 2005 (49 hari) dan dilaporkan pada tanggal (study completion date) 24 Juni 2005 di Department of Poultry Science, North Carolina State University, Chicken Education Unit, Lake Wheeler Road Field Laboratory, 4108 Lake Wheeler Road, Raleigh, North Carolina, USA. Pengujian menggunakan ayam Ross 344 jantan dan Ross 308 betina, berjumlah 1200 ekor ayam, yang dibagi ke dalam 48 kelompok (25 ekor per kelompok, dengan jenis kelamin yang sama). Pakan dan air diberikan secara ad libitum, pakan diformulasi mengandung jagung PRG event GA21 (pakan yang diuji) dan jagung non PRG (sebagai kontrol). Percobaan dilakukan selama 49 hari dan pengamatan dilakukan pada hari ke-1, ke- 21, ke-35 dan ke-49. Hasil percobaan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara jagung PRG event GA21 dengan jagung non PRG dalam hal berat badan dan konsumsi ransum. Pengujian ini menyimpulkan bahwa jagung PRG event GA21 tidak menunjukkan efek toksik terhadap ayam broiler. Dari hasil pengkajian toksisitas dapat disimpulkan bahwa protein mepsps termasuk dalam golongan zat yang dianggap tidak toksik. IV. Kesimpulan Atas dasar beberapa uraian tentang informasi genetik dari gen mepsps yang disisipkan dalam Jagung PRG event GA21; analisis kesepadanan substansial antara komposisi Jagung PRG event GA21 dengan jagung non PRG; serta alergenisitas dan toksisitas dari protein mepsps, maka dapat disimpulkan bahwa jagung PRG event GA21 dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan. 5

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162 I. Pendahuluan Jagung PRG event MIR162 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON (Jagung bt)

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON (Jagung bt) Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON 89034 (Jagung bt) I. Pendahuluan Jagung PRG MON 89034 adalah produk generasi kedua dari perusahaan Monsanto yang diklaim dikembangkan untuk memberikan

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 89788 merupakan kedelai generasi kedua dari kedelai (Glycine max (L.) Merr.) yang toleran terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604 I. Pendahuluan Jagung PRG event MIR604 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603 I. Pendahuluan Jagung PRG NK603 mengandung protein CP4 EPSPS termasuk protein CP4 EPSPS L214P yang diekspresikan oleh gen CP4 EPSPS. Gen CP4 EPSPS

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS 40-3-2 I. Pendahuluan Kedelai PRG event GTS 40-3-2 merupakan produk kedelai pertama yang mengandung protein CP4 EPSPS yang bertanggung jawab dalam

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11 I. Pendahuluan Jagung PRG event Bt11 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T I. Pendahuluan Tebu PRG toleran kekeringan event NXI-1T merupakan produk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XI yang diklaim

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T I. Pendahuluan Tebu PRG event NXI-6T dikembangkan dari tebu non PRG varietas JT-26, merupakan produk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XI yang

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272 I. Pendahuluan Jagung PRG event 3272 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat untuk peningkatan produksi

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK Yusra Egayanti, S.Si., Apt. KaSubdit. Standardisasi Pangan Khusus Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan POM Simposium dan Seminar Nasional Produk

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87769 adalah kedelai produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto dengan perubahan kandungan asam

Lebih terperinci

LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411

LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411 LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411 Kegiatan : Pengkajian Keamanan Pangan Jagung Produk Rekayasa

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 87427 merupakan jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang toleran terhadap herbisida

Lebih terperinci

2. 24 November Bidang Keamanan Pangan

2. 24 November Bidang Keamanan Pangan LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK (TTKH PRG) TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 88017 Kegiatan : Pengkajian Keamanan Jagung Produk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON event 88017

Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON event 88017 Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Jagung PRG MON event 88017 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 88017 merupakan jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto. Jagung PRG event MON 88017

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP)

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP) Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP) I. Pendahuluan Ice Structuring Protein (ISP) adalah protein alami yang untuk pertama kalinya diidentifikasi 30 tahun yang lalu di

Lebih terperinci

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al.

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al. PENDAHULUAN Perbaikan suatu sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik dengan pemuliaan secara konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya teknologi rekayasa genetik (Herman 2002).

Lebih terperinci

Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan

Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan KATA PENGANTAR Teknologi rekayasa genetik telah berkembang pesat dan telah memberikan manfaat antara

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87701 merupakan kedelai produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang memproduksi protein Cry1Ac

Lebih terperinci

Pengkajian Keamanan Lingkungan Produk Rekayasa Genetik Vaksin Vectormune HVT-NDV

Pengkajian Keamanan Lingkungan Produk Rekayasa Genetik Vaksin Vectormune HVT-NDV Pengkajian Keamanan Lingkungan Produk Rekayasa Genetik Vaksin Vectormune HVT-NDV Vaksin Vectormune HVT-NDV adalah vaksin untuk pengendalian dan penanggulangan penyakit Marek s Disease (MD) dan Newcastle

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN

PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN 2012, No.369 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.03.12.1563 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK PEDOMAN

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi plasmid biner pmsh1-lisozim Konstruksi plasmid biner dilakukan dengan meligasi gen lisozim ayam dan pmsh1. Plasmid hasil ligasi berukuran 13.449 pb (Gambar 5A kolom

Lebih terperinci

A. Informasi Tanaman PRG

A. Informasi Tanaman PRG LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 10/KSDAE/SET/KSA.2/11/2017 TANGGAL : 3 NOVEMBER 2017 TENTANG : PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN DOKUMEN ANALISIS RISIKO

Lebih terperinci

MUNAWWAROH KURNIAWATI K

MUNAWWAROH KURNIAWATI K IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN BIOLOGI (PENAMBAHAN MIKROBIA PENGHASIL FITASE DAN PROTEASE PADA CAMPURAN PAKAN TERNAK AYAM BROILER) SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI BIOTEKNOLOGI SMA KELAS X SEMESTER II Skripsi

Lebih terperinci

Pengkajian Keamanan Pangan Kentang Produk Rekayasa Genetik (PRG) Katahdin Event SP951 dan Hasil Silangannya

Pengkajian Keamanan Pangan Kentang Produk Rekayasa Genetik (PRG) Katahdin Event SP951 dan Hasil Silangannya Pengkajian Keamanan Pangan Kentang Produk Rekayasa Genetik (PRG) Katahdin Event SP951 dan Hasil Silangannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal 77 ayat (2) berbunyi:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 LAMPIRAN 3 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 DAFTAR PERTANYAAN PERMOHONAN PENGUJIAN KEAMANAN LINGKUNGAN TANAMAN PRG BERSAMAAN DENGAN UJI ADAPTASI

Lebih terperinci

GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman. Definisi. Definisi. Definisi. Rekayasa Genetika atau Teknik DNA Rekombinan atau Manipulasi genetik

GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman. Definisi. Definisi. Definisi. Rekayasa Genetika atau Teknik DNA Rekombinan atau Manipulasi genetik Definisi GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Salah satu topik yang dibahas dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII adalah pangan transgenik. Menurut Prof Dr Soekirman, MPS-ID, Ketua

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 6. TEKNIK DASAR KLONING Percobaan pertama penggabungan fragmen DNA secara in vitro dilakukan sekitar 30 tahun yang lalu oleh Jackson et al. (1972). Melakukan penyisipan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.03.12.1563 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber

Lebih terperinci

Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3.

Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3. LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN KEDELAI PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87751 Kegiatan : Pengkajian Keamanan

Lebih terperinci

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) A. PENDAHULUAN NCBI (National Centre for Biotechnology Information) merupakan suatu institusi yang menyediakan sumber informasi terkait

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

Kasus Penderita Diabetes

Kasus Penderita Diabetes Kasus Penderita Diabetes Recombinant Human Insulin Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Sejak Banting & Best menemukan hormon Insulin pada tahun 1921, pasien diabetes yang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID )

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID ) MAKALAH REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID ) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A TUGAS : REKAYASA GENETIKA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

KLONING. dari kata clone yang diturunkan dari bahasa Yunani klon, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman.

KLONING. dari kata clone yang diturunkan dari bahasa Yunani klon, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. KLONING dari kata clone yang diturunkan dari bahasa Yunani klon, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. DI BID PERTANIAN KLON = sekelompok individu yang genetis uniform berasal dari

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011, bertempat di kandang C dan Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Kecernaan adalah banyaknya zat makanan yang tidak dieksresikan di dalam feses. Bahan pakan dikatakan berkualitas apabila

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

PENGENALAN BIOINFORMATIKA PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) PENGENALAN BIOINFORMATIKA Oleh: Syubbanul Wathon, S.Si., M.Si. Pokok Bahasan Sejarah Bioinformatika Istilah-istilah biologi Pangkalan data Tools Bioinformatika

Lebih terperinci

Uji Lapang, Kajian Transfer Gen dan Studi

Uji Lapang, Kajian Transfer Gen dan Studi Uji Lapang, Kajian Transfer Gen dan Studi Pra-Komersialisasi ikentang Transgenik Peraturan Perundang2an Terkait: UU No. 7 Th. 1996 Pangan KepMentan Th. 1997 UU No. 21 Th. 2004 Ratifikasi Protokol Keamanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp HASIL DAN PEBAHASAN Purifikasi dan Pengujian Produk PCR (Stilbena Sintase) Purifikasi ini menggunakan high pure plasmid isolation kit dari Invitrogen. Percobaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. Secara umum penyebaran bakteri ini melalui inhalasi, yaitu udara yang tercemar oleh penderita

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kisaran rataan temperatur kandang hasil pengukuran di lokasi selama penelitian adalah pada pagi hari 26 C, siang hari 32 C, dan sore hari 30 C dengan rataan kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi guna menunjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. CEKAMAN LINGKUNGAN BIOTIK 1. PENYAKIT TANAMAN 2. HAMA TANAMAN 3. ALELOPATI PEMULIAAN

Lebih terperinci

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada tahun 2012 menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. Genetika. Rekayasa. Sukarti Moeljopawiro. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

REKAYASA GENETIKA. Genetika. Rekayasa. Sukarti Moeljopawiro. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada REKAYASA GENETIKA Sukarti Moeljopawiro Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Rekayasa Genetika REKAYASA GENETIKA Teknik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Itik Bali Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena badannya yang tegak saat berjalan mirip dengan burung penguin (Rasyaf,1992).

Lebih terperinci

TEKNIK TRANSFORMASI GENETIK. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

TEKNIK TRANSFORMASI GENETIK. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP TEKNIK TRANSFORMASI GENETIK Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP TAHUKAH KAMU?? APA YANG DIMAKSUD TANAMAN TRANSGENIK??? APA YANG DIMAKSUD DENGAN REKAYASA GENETIKA??? Lalu bagaimana ya caranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna GH ikan mas telah berhasil diisolasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada ukuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi virus Human. merupakan virus RNA untai tunggal, termasuk dalam famili Retroviridae, sub

Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi virus Human. merupakan virus RNA untai tunggal, termasuk dalam famili Retroviridae, sub BAB I PENDAHULUAN Virus Human Immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab peyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) (Mareuil dkk. 2005: 1). Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi

Lebih terperinci

KONJUGASI PADA BAKTERI

KONJUGASI PADA BAKTERI KONJUGASI PADA BAKTERI Konjugasi adalah suatu proses transfer informasi genetik satu arah yang terjadi melalui kontak sel langsung antar suatu sel bakteri donor dan suatu sel bakteri resipien (Russel,

Lebih terperinci

PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI

PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI I PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI Bios hidup: Teuchos alat; Logos ilmu Penerapan prinsip-prinsip biologi, biokimia, dan rekayasa dalam mengolah suatu bahan dengan memanfaatkan organisme hidup dan komponenkomponennya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor peternakan berperan penting melalui penyediaan

Lebih terperinci

Bioinformatika. Aplikasi Bioinformatika dalam Virologi

Bioinformatika. Aplikasi Bioinformatika dalam Virologi Bioinformatika Aplikasi Bioinformatika dalam Virologi Contents Klasifikasi virus Penentuan tingkat mutasi Prediksi rekombinasi Prediksi bagian antigen (antigenic sites) yang ada pada permukaan virus. Sebelum

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87705 merupakan produk kedelai dengan perubahan asam lemak dengan tujuan meningkatkan nilai gizi. Kedelai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela Terfermentasi) dalam Ransum terhadap Kadar Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamat Piruvat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak tahun 1972 telah berkembang usaha rekayasa genetika yang memberikan harapan bagi industri peternakan, baik yang berkaitan dengan masalah reproduksi, pakan maupun kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemotongan Parsial dan Penyisipan Nukleotida pada Ujung Fragmen DNA Konstruksi pustaka genom membutuhkan potongan DNA yang besar. Untuk mendapatkan fragmen-fragmen dengan ukuran relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI PANGAN Program Studi Bioteknologi. Oleh: Seprianto, S.Pi, M.Si

BIOTEKNOLOGI PANGAN Program Studi Bioteknologi. Oleh: Seprianto, S.Pi, M.Si BIOTEKNOLOGI PANGAN Program Studi Bioteknologi Oleh: Seprianto, S.Pi, M.Si Pertemuan Ke 3 BIOTEKNOLOGI MODERN TANAMAN PANGAN Bioteknologi Moderen Pada Tanaman Pangan Tanaman Asli I N D O N E S I A Ragam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang umumnya terjadi pada usaha peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung

Lebih terperinci

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA NUTRISI TERNAK : Berbagai aktivitas kimiawi dan faali yang mengubah nutrien penyusun pakan menjadi nutrien penyusun tubuh ternak BAHAN PAKAN : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetika Alternatif

VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetika Alternatif VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetika Alternatif Transformasi genetika merupakan teknik yang rutin digunakan saat ini untuk mentransfer berbagai sifat penting pada tanaman dan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat

Lebih terperinci

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Analisa Protein Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar berbagai metode analisa protein Mahasiswa mampu memilih metode yang tepat untuk mengukur

Lebih terperinci

1. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar

1. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar TANAMAN TRANSGENIK Transgenik adalah suatu organisme yang mengandung transgen melalui proses bioteknologi (bukan proses pemuliaan tanaman), Transgen adalah gen asing yang ditambahkan kepada suatu spesies.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging, I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika

Lebih terperinci

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor )

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor ) Ir. Lilik Koesmihartono Putra, M.AgSt (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) Tahun-3 1. Konstruksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan

Lebih terperinci