LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411"

Transkripsi

1 LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON Kegiatan : Pengkajian Keamanan Pangan Jagung Produk Rekayasa Genetik (PRG) Event MON Pemohon : PT. Branita Sandhini Tanggal Pengkajian : Januari 2017 Tim Kecil Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan Pangan Juli 2017 Pleno Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan Pangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal 77 ayat (2) berbunyi: Setiap Orang yang melakukan kegiatan atau proses Produksi Pangan dilarang menggunakan bahan baku, Bahan Tambahan Pangan, dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari Rekayasa Genetik Pangan yang belum mendapatkan persetujuan Keamanan Pangan sebelum diedarkan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengkajian keamanan pangan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2010 tentang Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik yang diubah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014; Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik yang telah diubah oleh Peraturan Kepala Badan POM Nomor 19 Tahun 2016; Keputusan Presiden Nomor 181/M Tahun 2014 tentang Pengangkatan dalam Keanggotaan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik; Keputusan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG) Nomor: KEP- 02/KKH/10/2015 tentang Perubahan Atas Keputusan Ketua KKH PRG Nomor: KEP- 01/KKH/07/2015 tentang Penetapan Tim Teknis Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (TTKH PRG); dan Keputusan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik Nomor : KEP-02/KKH/10/2015 tentang Penetapan Tim Teknis Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, yang telah diubah oleh Keputusan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG) Nomor KEP-01/KKH/03/2017. Sehubungan dengan permohonan dari PT. Branita Sandhini untuk mengkaji keamanan pangan bagi kesehatan manusia terhadap jagung PRG event MON sebelum diedarkan, TTKH telah melakukan pengkajian keamanan pangan jagung PRG event MON Pelaksanaan pengkajian dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik yang telah diubah melalui Peraturan Kepala Badan POM Nomor 19 Tahun 2016, dan surat penugasan Ketua KKH PRG kepada Wakil Ketua Bidang Keamanan Pangan KKH PRG Nomor B-114/KKH-PRG/11/2016 tanggal 8 1

2 November 2016 perihal Penugasan Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG) Komoditas Jagung event MON (CRW 3). Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Jagung PRG event MON mengandung satu kopi sisipan T-DNA yang berisi gen Snf7, cry3bb1, dan cp4 epsps; tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid transformasi PV-ZMIR10871; T-DNA dalam jagung PRG event MON masih stabil sampai lima generasi R5F1 dan diwariskan mengikuti hukum Mendel. 2. Jagung PRG event MON sepadan secara substansial dengan jagung non PRG; tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi; dan tidak termasuk ke dalam bahan yang bersifat toksik. 3. TTKH menilai bahwa jagung PRG event MON yang diajukan adalah aman untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan. 4. Apabila kemudian ditemukan data dan informasi baru yang tidak sesuai dengan data keamanan pangan yang diperoleh hingga saat ini, maka status keamanan pangan jagung PRG event MON perlu dikaji ulang. 5. Apabila setelah ditetapkan aman pangan, kemudian jagung PRG event MON tersebut terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maka pemohon wajib melakukan tindakan pengendalian dan penanggulangan, serta menarik jagung PRG event MON dari peredaran. 6. Jagung PRG event MON tidak boleh digunakan sebagai pakan ternak sampai memperoleh sertifikat aman pakan. 7. Jagung PRG event MON tidak boleh dibudidayakan sampai ditetapkan aman lingkungan. Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3. 2

3 Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MON I. Pendahuluan II. Jagung PRG event MON merupakan jagung produk rekayasa genetik dari PT. Branita Sandhini yang memproduksi enzim 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate synthase, protein Cry3Bb1, dan kaset supresi gen Snf7. Enzim 5- enolpyruvylshikimate-3-phosphate synthase memberikan sifat toleransi terhadap herbisida glifosat, sedangkan protein Cry3Bb1 dan kaset supresi gen Snf7 bertanggung jawab atas ketahanan terhadap serangga ulat akar jagung (Diabrotica spp.). Jagung PRG event MON telah memperoleh sertifikat keamanan pangan di Jepang (2016), Australia dan New Zealand (2015), Kanada (2015), Meksiko (2015), Taiwan (2015), dan Amerika Serikat (2014). Sementara untuk sertifikat keamanan pakan, telah diperoleh di Jepang (2016), Korea (2016), Kanada (2015), dan Amerika Serikat (2014). Pengkajian keamanan pangan jagung PRG event MON dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik yang telah diubah oleh Peraturan Kepala Badan POM Nomor 19 Tahun 2016 dan surat penugasan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik kepada Wakil Ketua Bidang Keamanan Pangan KKH PRG Nomor B-114/KKH PRG/11/2016 tanggal 8 November 2016 perihal Penugasan Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG) Komoditas Jagung PRG event MON (CRW3). TTKH telah melakukan pengkajian keamanan pangan jagung PRG event MON berdasarkan informasi genetik dan informasi keamanan pangan yang terdiri atas kesepadanan substansial, alergenisitas, dan toksisitas sebagaimana diuraikan di bawah ini. Informasi Genetik II.1. Elemen Genetik Jagung PRG event MON dirakit menggunakan plasmid PV-ZMIR Plasmid PV-ZMIR10871 tersebut berisi gen Snf7 yang diregulasi oleh promoter e35s dan terminator E9, gen cry3bb1 yang diregulasi oleh promoter piig dan terminator Hsp17, dan gen cp4 epsps yang diregulasi oleh promoter TubA dan terminator TubA. Jagung PRG event MON mengandung 3 (tiga) gen interes, yaitu: gen Snf7, cry3bb1, dan cp4 epsps. Gen Snf7 dan gen cry3bb1 yang menyandi protein Cry3Bb1 bertanggung jawab atas ketahanan terhadap ulat akar jagung (Diabrotica spp.); dan gen cp4 epsps menyandi enzim EPSPS (5 enolpyruvyl shikimate-3- phosphate synthase) yang bertanggung jawab atas toleransi terhadap herbisida glifosat. 3

4 II.2. Sumber Gen Interes Sumber gen interes jagung PRG event MON 87411, yaitu: 1. gen Snf7 berasal dari serangga Diabrotica virgifera virgifera. Promoter e35s berasal dari cauliflower mosaic virus (CaMV), dan terminator E9 berasal dari tanaman kacang kapri (Pisum sativum); 2. gen cry3bb1 berasal dari bakteri tanah Bacillus thuringiensis. Promoter piig berasal dari tanaman jagung (Zea mays), dan terminator Hsp17 berasal dari tanaman gandum (Triticum aestivum); dan 3. gen cp4 epsps berasal dari Agrobacterium tumefaciens strain CP4. Promoter TubA dan terminator TubA berasal dari tanaman padi (Oryza sativa). II.3. Sistem Transformasi Jagung PRG event MON dirakit melalui metode transformasi dimediasi oleh A. tumefaciens. Eksplan embrio muda (immature) jagung galur LH244 diinfeksi dengan A. tumefaciens strain ABI yang mengandung plasmid PV-ZMIR II.4 Stabilitas Genetik Hasil analisis Next Generation Sequencing dan Junction Sequence Analysis (NGS/JSA) menunjukkan bahwa jagung PRG event MON mengandung satu kopi sisipan T-DNA dan tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid transformasi PV-ZMIR Hasil analisis melalui metode NGS/JSA pada jagung PRG event MON juga menunjukkan bahwa T-DNA stabil sampai lima generasi R5F1, serta pewarisan sifat mengikuti prinsip segregasi Mendel. Berdasarkan hasil kajian informasi genetik dapat disimpulkan bahwa: 1. Jagung PRG event MON mengandung satu kopi sisipan T-DNA yang berisi kaset gen Snf7, cry3bb1, dan cp4 epsps; 2. Jagung PRG event MON tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid transformasi PV-ZMIR10871; 3. T-DNA dalam jagung PRG event MON masih stabil sampai lima generasi R5F1 dan diwariskan mengikuti hukum Mendel. III. Informasi Keamanan Pangan III.1 Kesepadanan Substansial Pengkajian kesepadanan substansial dari jagung PRG event MON dilakukan berdasarkan dokumen Compositional Analyses of Maize Forage and Grain from Glyphosate Treated MON Grown in Argentina during 2011/2012 (Klusmeyer, et al., 2013). Bahan yang digunakan untuk uji kesepadanan substansial adalah tanaman jagung PRG event MON 87411, jagung non PRG sebagai kontrol, dan empat jenis jagung hibrida komersial non PRG lainnya sebagai pembanding. Jagung ditanam di delapan lokasi di Argentina selama tahun , yaitu Berdier, Buenos Aires (BABE); tiga 4

5 lokasi di Pergamino, Buenos Aires (BAFO, BAPE, and BATC); Gahan, Buenos Aires (BAGH); Hunter, Buenos Aires (BAHT); Los Indios, Buenos Aires (BALN); dan Sarasa, Buenos Aires (BASS). Biji jagung ditanam mengikuti rancangan randomized complete block design dengan empat ulangan di setiap lokasi. Jagung PRG event MON 87411, jagung kontrol non-prg, dan pembandingnya ditanam dalam kondisi normal sesuai dengan kondisi geografis masing-masing lokasi. Setelah dipanen, komposisi biji jagung (grain) dan seluruh bagian tanaman jagung (forage) dianalisis di laboratorium Covance Laboratories Inc Kinsman Boulevard Madison, WI yang sudah menerapkan standar Good Laboratory Practices (GLP). Biji jagung dianalisis kandungan gizinya termasuk kadar proksimat (kadar abu, air, protein, lemak, dan karbohidrat dihitung by difference), serat (acid detergent fiber (ADF), neutral detergent fiber (NDF), dan total dietary fiber (TDF)), asam amino (alanin, arginin, asam aspartat, sistin/ sistein, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, valin), asam lemak (palmitat, stearat, oleat, linoleat, linolenat, arakidat, eikosanoat, behenat, kaprilat, kaprat, laurat, miristat, miristoleat, pentadekanoat, pentadekenoat, palmitoleat, heptadekanoat, heptadekenoat, gama linoleat, eikosadienoat, eikosatrienoat, asam arakhidonat), mineral (kalsium, tembaga, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, natrium, dan seng), vitamin (asam folat, niasin, vitamin A, B1, B2, B6, dan E), zat anti gizi (asam fitat dan rafinosa), dan metabolit sekunder (furfural, asam ferulat, asam p-kumarat). Tanaman jagung dianalisis untuk kadar proksimat (kadar abu, air, protein, lemak, dan karbohidrat by difference), serat (ADF dan NDF), dan mineral (kalsium dan fosfor). Hasil analisis menunjukkan bahwa baik untuk biji jagung maupun untuk tanaman jagung menunjukkan tidak ada perbedaan komposisi yang nyata antara jagung PRG event MON dengan jagung non PRG kontrol maupun dengan jagung komersial lainnya. Pada umumnya komposisi jagung PRG event MON masuk ke dalam kisaran komposisi jagung hibrida komersial. Berdasarkan hasil pengkajian kesepadanan substansial dapat disimpulkan bahwa jagung PRG event MON sepadan secara substansial dengan jagung non PRG. III.2 Alergenisitas Pengkajian alergenisitas pada jagung PRG event MON dilakukan terhadap protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS melalui analisis bioinformatika, dan stabilitas protein, yang meliputi stabilitas cerna dan stabilitas panas. III.2.1 Analisis Bioinformatika Kemiripan sekuen protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS dengan protein alergen dilakukan menggunakan database protein (AD_2013) yang diperoleh dari Food Allergy Research and Resource Program Database (FARRP, 2011) dengan perangkat FASTA, serta pencarian sliding window delapan asam amino. Hasil analisis menunjukkan tidak ada kemiripan sekuen asam amino yang relevan secara biologis antara protein Cry3Bb1 dan protein CP4 EPSPS dengan sekuen asam amino protein alergen. Selain itu, tidak ada kemiripan delapan asam amino 5

6 pada protein Cry3Bb1 dan protein CP4 EPSPS dengan protein dalam database alergen (Kang dan Silvanovich, 2013a dan 2013b). III.2.2 Analisis Konsentrasi Protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS Konsentrasi protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS pada jaringan jagung PRG event MON ditentukan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) (Beyene, 2013). Konsentrasi protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS di dalam biji jagung PRG event MON ditemukan masing-masing sebesar 0,004% (3,0 sampai dengan 460 µg/g berat kering) dan 0,002% (< LOQ sampai dengan 76 µg/g berat kering) dari total protein jagung. Dalam hal ini, kedua protein hasil ekspresi mewakili sebagian kecil dari total protein dalam biji jagung event MON yang dipanen. III.2.3 Analisis Stabilitas Protein Jumlah protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS yang dihasilkan oleh tanaman jagung PRG event MON sangat sedikit, sehingga untuk keperluan pengujian stabilitas protein digunakan protein yang diproduksi pada bakteri E. coli. Kesetaraan protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS yang diekspresikan di dalam tanaman dengan yang dihasilkan oleh bakteri E. coli diuji dengan menggunakan metode SDS PAGE, Western Blot, analisis sekuen N-terminal, analisis glikosilasi, analisis aktivitas, dan penentuan massa menggunakan MALDI-TOF MS. Hasil analisis menunjukkan bahwa protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS yang dihasilkan oleh bakteri E.coli ekivalen dengan protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS yang dihasilkan oleh jagung PRG event MON (Hernan, et al., 2013 dan Lee, et al., 2013). III Stabilitas Cerna Protein Analisis stabilitas protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS dilakukan melalui uji daya cerna menggunakan simulasi cairan lambung (Simulated Gastric Fluid - SGF) dan simulasi cairan usus (Simulated Intestinal Fluid - SIF). Hasil hidrolisis protein dianalisis menggunakan metode SDS PAGE dan western blot (Bonner, et al., 2003; Leach, et al., 2002; dan Harrison, et al., 1996). Hasil pengujian daya cerna menunjukkan bahwa lebih dari 98% protein Cry3Bb1 terhidrolisis dalam waktu 15 detik dalam SGF. Sama halnya untuk protein CP4 EPSPS, hasil pengujian daya cerna juga menunjukkan 98% protein terhidrolisis dalam waktu 15 detik dalam SGF. Dalam SIF 98,5% protein Cry3Bb1 terhidrolisis dalam waktu 1 menit, sedangkan protein CP4 EPSPS tidak lagi terdeteksi setelah 100 menit. 6

7 III Analisis Stabilitas Panas Protein III.3 Toksisitas Analisis efek pemanasan terhadap aktivitas fungsional protein Cry3Bb1 dan enzim CP4 EPSPS yang dimurnikan dilakukan dengan pemeriksaan aktivitas fungsional protein dan SDS PAGE (Hernan, et al., 2011a dan 2011b). Jumlah protein Cry3Bb1 dan enzim CP4 EPSPS yang dihasilkan oleh tanaman jagung PRG event MON sangat sedikit, sehingga untuk keperluan pengujian stabilitas protein digunakan protein yang diproduksi pada bakteri Escherichia coli. Karakterisasi protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS yang diekspresikan di dalam tanaman dan bakteri E. coli dilakukan melalui SDS PAGE, Western Blot, analisis sekuen N-terminal, analisis glikosilasi, analisis aktivitas, dan penentuan massa menggunakan MALDI-TOF MS. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS yang dihasilkan dari bakteri E.coli ekivalen dengan protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS yang diisolasi dari jagung PRG event MON (Hernan, et al., 2013 dan Lee, et al., 2013). Hasil uji stabilitas panas protein Cry3Bb1 menunjukkan bahwa aktivitas protein Cry3Bb1 hilang setelah pemanasan pada suhu 75 C selama 30 menit atau setelah pemanasan pada suhu 95 C selama 15 menit. Hasil uji stabilitas panas enzim CP4 EPSPS menunjukkan bahwa aktivitas enzim CP4 EPSPS menurun sampai di bawah batas deteksi setelah pemanasan pada suhu 75 C selama 30 menit atau setelah pemanasan pada suhu 95 C selama 15 menit. Berdasarkan pengkajian alergenisitas yang meliputi analisis bioinformatika, konsentrasi protein, dan stabilitas protein, dapat disimpulkan bahwa protein Cry3Bb1 dan enzim CP4 EPSPS tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi. Pengujian toksisitas akut telah dilakukan terhadap protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS yang dihasilkan oleh jagung PRG event MON di laboratorium yang menerapkan GLP. III.3.1 Toksisitas Akut Protein Cry3Bb1 Jumlah protein Cry3Bb1 yang dihasilkan oleh tanaman jagung PRG event MON sangat sedikit, maka untuk keperluan pengujian toksisitas akut protein Cry3Bb1 digunakan protein yang diproduksi pada bakteri E. coli. Hasil analisis ekivalensi menunjukkan kesamaan protein yang diproduksi tanaman jagung PRG event MON dan E. coli (Hernan, et al., 2013). Pengujian toksisitas akut protein Cry3Bb1 telah dilakukan dan hasilnya telah dilaporkan (Kaempfe dan Bonner, 2003). Tujuan pengujian adalah untuk melakukan uji toksisitas akut terhadap protein Cry3Bb1 yang diproduksi oleh bakteri E. coli, pada mencit jantan dan betina, secara oral dengan cara cekokan 7

8 tunggal. Bahan yang diuji berupa larutan protein Cry3Bb1, dan larutan bovine serum albumin (BSA) digunakan sebagai kontrol. Keduanya diformulasikan dalam larutan dapar yang mengandung 50 mm natrium karbonat-bikarbonat, ph 10, dan 1 mm EDTA. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan dan betina, strain CrI: CD- 1 (ICR)BR (VAF/Plus ), yang berasal dari Charles River Laboratories, Inc., Portage, Michigan. Mencit jantan berumur sekitar 7 minggu, dengan berat badan antara 27,1-29,6 g pada hari ke-1, sedangkan mencit betina berumur sekitar 11 minggu dengan berat badan antara 27,5-30,3 g pada hari ke-1. Mencit mengalami aklimatisasi selama 5 hari, kemudian dipindahkan ke dalam kandang secara individual, yang ditempatkan dalam ruangan bersuhu o C dan kelembaban relatif 36-55%, dengan pencahayaan selama 12 jam terang 12 jam gelap. Ransum yang berupa PMl Certified Rodent Meal #5002 (Purina Mills, Inc.), diberikan secara ad libitum selama pengujian berlangsung. Air minum (Municipal tap water treated by reverse osmosis) juga diberikan secara ad libitum. Sebanyak 20 ekor mencit jantan dan 20 ekor betina dibagi menjadi dua kelompok (10 ekor jantan dan 10 ekor betina per kelompok). Kelompok 1 diberi cekokan larutan BSA, sebagai kontrol; dengan dosis target sebesar 2500 mg/kg BB per hari (dosis aktual sebesar 1900 mg/kg BB per hari). Sedangkan kelompok 2 diberi cekokan larutan protein Cry3Bb1, dengan dosis target sebesar 2100 mg/kg BB per hari (dosis aktual sebesar 1930 mg/kg BB per hari). Bahan uji atau kontrol diberikan dalam dua kali cekokan yang berselang sekitar 4 jam, dan pengujian berlangsung selama 14 hari. Observasi klinis dilakukan setiap hari, sedangkan penimbangan berat badan dan perhitungan konsumsi ransum dilakukan pada hari ke-0, ke-7, dan hari ke-14. Pada hari terakhir pengujian, semua mencit dimatikan, kemudian dilakukan pembedahan dan pengamatan organ dalam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapat mencit yang mati selama pengujian berlangsung; (2) tidak ditemukan adanya abnormalitas klinis yang nyata pada semua mencit; (3) tidak terdapat perbedaan secara statistik dalam hal jumlah konsumsi ransum antar kelompok; (4) tidak ditemukan adanya pengaruh patologis pemberian protein uji terhadap organ dalam; (5) tiga ekor mencit betina dari kelompok kontrol mengalami sedikit penurunan berat badan pada hari ke-1 sampai ke-7; demikian pula pada 1 ekor mencit jantan dan 1 ekor mencit betina pada hari ke-7 sampai ke-14. Sedikit penurunan berat badan juga terjadi pada 2 ekor mencit jantan dan 3 ekor mencit betina dari kelompok perlakuan pada hari ke-7 sampai ke-14. Mencit selebihnya mengalami kenaikan berat badan, dan pada kelompok perlakuan ternyata kenaikan berat badannya lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan pengujian tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat efek toksik pada mencit akibat pemberian protein Cry3Bb1 sampai dosis 1930 mg/kg BB. 8

9 III.3.2 Toksisitas Akut Protein CP4 EPSPS Jumlah protein CP4 EPSPS yang dihasilkan oleh tanaman jagung PRG event MON sangat sedikit, sehingga untuk keperluan pengujian toksisitas akut protein CP4 EPSPS digunakan protein yang diproduksi pada bakteri E. coli (Harrison et al, 1996). Hasil analisis menunjukkan kesamaan protein yang diproduksi tanaman jagung PRG event MON dan E. coli. (Lee dan Storrs, 2013). Pengujian toksisitas akut telah dilakukan terhadap protein CP4 EPSPS dan telah dilaporkan (Harrison et al, 1996). Tujuan pengujian adalah untuk melakukan uji toksisitas akut terhadap protein CP4 EPSPS pada mencit jantan dan betina, yang diberikan secara oral dengan cara cekokan tunggal. Bahan yang diuji berupa protein CP4 EPSPS murni yang dilarutkan dalam larutan dapar natrium bikarbonat 50 mm ph 8,5. Sebagai kontrol digunakan bovine serum albumin (BSA) yang juga dilarutkan dalam larutan dapar natrium bikarbonat 50 mm. Hewan percobaan yang digunakan adalah 50 ekor mencit (Albino mice) jantan strain CD-1 berumur sekitar 5,5 minggu dengan berat badan antara 25,2-29,8 g dan 50 ekor mencit betina strain CD-1 berumur sekitar 7 minggu dengan berat badan antara 22,7-27,2 g; berasal dari Charles River Breeding Laboratory, Portage, MI. Semua mencit ditempatkan dalam kandang stainless steel secara individual, baik selama masa aklimatisasi maupun selama uji dilaksanakan. Semua kandang ditempatkan dalam ruangan dengan suhu o C, dan pencahayaan selama 12 jam terang 12 jam gelap. Ransum yang berupa Purina Certified Rodent Chow # 5002, diberikan secara ad libitum selama pengujian berlangsung. Air minum (St Louis public water supply) juga diberikan secara ad libitum selama pengujian berlangsung. Mencit jantan dan betina dibagi menjadi lima kelompok (10 ekor jantan dan 10 ekor betina per kelompok): kelompok 1 diberi cekokan larutan dapar Na-bikarbonat 50 mm, dengan dosis 33,33 ml/kg BB per hari; kelompok 2 diberi cekokan larutan BSA, dengan dosis 363 mg/kg BB per hari; kelompok 3 diberi cekokan larutan protein CP4 EPSPS, dengan dosis target 40 mg/kg BB per hari; kelompok 4 diberi cekokan larutan protein CP4 EPSPS, dengan dosis target 100 mg/kg BB per hari; dan kelompok 5 diberi cekokan larutan protein CP4 EPSPS, dengan dosis target 400 mg/kg BB per hari (masing-masing dosis target tersebut setara dengan dosis aktual 49 mg/kg BB per hari, 154 mg/kg BB per hari dan 572 mg/kg BB per hari). Pemberian bahan uji atau kontrol dilakukan sekali dan pengujian berlangsung selama 8 hari. Pengamatan terhadap adanya kematian atau mencit yang sakit dilakukan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari, selama pengujian berlangsung. Observasi secara detil untuk memeriksa adanya tanda-tanda keracunan dilakukan pada hari ke-7. Penimbangan berat badan dilakukan dua kali yaitu pada hari ke-0 dan hari ke-7. Perhitungan jumlah konsumsi ransum dilakukan setiap hari, mulai hari ke-1 sampai hari ke-7. Pada hari ke-8 atau ke-9 semua mencit dimatikan, kemudian dilakukan pembedahan dan pengamatan terhadap organ dalam. 9

10 Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada semua kelompok: (1) tidak terdapat mencit yang mati selama percobaan berlangsung; (2) tidak terdapat kelainan klinis pada mencit; (3) tidak ditemukan adanya perbedaan nyata dalam hal jumlah konsumsi ransum dan berat badan antar kelompok; (4) tidak ditemukan adanya kelainan pada organ dalam mencit. Berdasarkan pengujian tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat efek toksik pada mencit akibat pemberian protein CP4 EPSPS sampai dosis 572 mg/kg BB per hari. IV. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengkajian tentang informasi genetik, kesepadanan substansial, alergenisitas, dan toksisitas disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Jagung PRG event MON mengandung satu kopi sisipan T-DNA yang berisi gen Snf7, cry3bb1, dan cp4 epsps; tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid transformasi PV-ZMIR10871; dan T-DNA dalam jagung PRG event MON masih stabil sampai lima generasi R5F1 dan diwariskan mengikuti hukum Mendel. 2. Jagung PRG event MON sepadan secara substansial dengan jagung non PRG; tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi; dan tidak termasuk ke dalam bahan yang bersifat toksik. 3. TTKH menilai bahwa jagung PRG event MON yang diajukan adalah aman untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan. 4. Apabila kemudian ditemukan data dan informasi baru yang tidak sesuai dengan data keamanan pangan yang diperoleh hingga saat ini, maka status keamanan pangan jagung PRG event MON perlu dikaji ulang. 5. Apabila setelah ditetapkan aman pangan, kemudian jagung PRG event MON tersebut terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maka pemohon wajib melakukan tindakan pengendalian dan penanggulangan, serta menarik jagung PRG event MON dari peredaran. 6. Jagung PRG event MON tidak boleh digunakan sebagai pakan ternak sampai memperoleh sertifikat aman pakan. 7. Jagung PRG event MON tidak boleh dibudidayakan sampai ditetapkan aman lingkungan. V. Daftar Acuan Beyene, Aster Assessment of Cry3Bb1 and CP4 EPSPS Protein Levels in Corn Tissues Collected from MON Produced in Argentina Field Trials during Report No. MSL Monsanto Company, Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on January 31, Bonner, Heather, KS., Vaughn, Adam, P., dan Hileman, Ronald, E Assessment of the in vitro Digestibility in Simulated Gastric and Intestinal Fluids of the Cry3Bbl.pvzmir39 Protein. Report No. MSL Monsanto Company, Product Charcaterization Center, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on October 10,

11 Food Allergy Research and Resource Program Database (FARRP) Department of Food Science and Technology, University of Nebraska, Lincoln. Diakses pada tanggal 14 Februari 2011 melalui Harrison, Leslie, A., Bailey, Michele, R., Naylor, Mark, W., Ream, Joel, E., Hammond, Bruce, G., Nida, Debbie, L., Burnette, Barry, L., Nickson, Thomas, E., Mitsky, Timothy, A., Taylor, Mary, L., Fuchs, Roy, L., Padgette, Stephen, R The expressed protein in glyphosate-tolerant soybean, 5-enolpyruvylshikimate-3- phosphate synthase from Agrobacterium sp. strain CP4, is rapidly digested in vitro and is not toxic to acutely gavaged mice. J Nutr Mar;126(3): Hernan, Ronald., Chen, Bin., Bell, Erin., Finnessy, John. 2011a. Amended Report for MSL : Effect of Temperature Treatment on the Functional Activity of CP4 EPSPS. Report No. MSL Monsanto Company, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on March 09, Hernan, Ronald., Heeren, Robert., Mueller, Geoffrey., Uffman, Joshua., Finnessy, John. 2011b. The Effect of Heat Treatment on Cry3Bb1 Functional Activity. Report No. MSL Monsanto Company, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on May 31, Hernan, Ronald., Heeren, Robert., Mueller, Geoffrey Characterization of the Cry3Bb1 Protein Purified from the Maize Grain of MON and Comparison of the Physicochemical and Functional Properties of the Plant-Produced and E.coli- Produced Cry3Bb1 Proteins. Report No. MSL Monsanto Company, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on June 07, Kaempfe, Terry, A., dan Bonner, Heather, KS An Acute Oral Toxicity Study in Mice with E. coli-produced Cry3Bbl1.pvzmir39 Protein. Report No. MSL Monsanto Company, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on September 26, Kang, Heidi, T., dan Silvanovich, Andre. 2013a. Updated Bioinformatics Evaluation of the CP4 EPSPS Protein Utilizing the AD_2013, TOX_2013 and PRT_2013 Databases. Report No. MSL Monsanto Company, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on May 22, Kang, Heidi, T., dan Silvanovich, Andre. 2013b. Updated Bioinformatics Evaluation of the Cry3Bb1 Protein Utilizing the AD_2013, TOX_2013 and PRT_2013 Databases. Report No. MSL Monsanto Company, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on February 20, 2013 Klusmeyer, Tim, H., Miller, Kathleen, D., Sorbet, Roy, D Compositional Analyses of Maize Forage and Grain from Glyphosate Treated MON Grown in Argentina during 2011/2012. Report No. MSL Monsanto Company, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on June 18,

12 Leach, John, N., Hileman, Ronald, E., Thorp, Jamie, J., George, Cherian., Astwood, James, D Assesment of the in vitro digestibility of purified E. coli-produced CP4 EPSPS protein in simulated gastric fluid. Report No. MSL Monsanto Company, Product Safety Center, 800 North Lindbergh, Saint Louis, Missouri Report Completed on May 31, Lee, Thomas, C., dan Storrs, S. Bradley Characterization of the CP4 EPSPS Protein Purified from the Maize Grain of MON and Comparison of the Physicochemical and Functional Properties of the Plant-Produced and E. coli- Produced CP4 EPSPS Proteins. Report No. MSL Monsanto Company, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on June 04,

13 13

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 89788 merupakan kedelai generasi kedua dari kedelai (Glycine max (L.) Merr.) yang toleran terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON event 88017

Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON event 88017 Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Jagung PRG MON event 88017 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 88017 merupakan jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto. Jagung PRG event MON 88017

Lebih terperinci

2. 24 November Bidang Keamanan Pangan

2. 24 November Bidang Keamanan Pangan LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK (TTKH PRG) TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 88017 Kegiatan : Pengkajian Keamanan Jagung Produk

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON (Jagung bt)

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON (Jagung bt) Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON 89034 (Jagung bt) I. Pendahuluan Jagung PRG MON 89034 adalah produk generasi kedua dari perusahaan Monsanto yang diklaim dikembangkan untuk memberikan

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603 I. Pendahuluan Jagung PRG NK603 mengandung protein CP4 EPSPS termasuk protein CP4 EPSPS L214P yang diekspresikan oleh gen CP4 EPSPS. Gen CP4 EPSPS

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS 40-3-2 I. Pendahuluan Kedelai PRG event GTS 40-3-2 merupakan produk kedelai pertama yang mengandung protein CP4 EPSPS yang bertanggung jawab dalam

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87769 adalah kedelai produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto dengan perubahan kandungan asam

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 87427 merupakan jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang toleran terhadap herbisida

Lebih terperinci

Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3.

Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3. LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN KEDELAI PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87751 Kegiatan : Pengkajian Keamanan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK Yusra Egayanti, S.Si., Apt. KaSubdit. Standardisasi Pangan Khusus Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan POM Simposium dan Seminar Nasional Produk

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162 I. Pendahuluan Jagung PRG event MIR162 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21 I. Pendahuluan Jagung PRG event GA21 adalah produk perusahaan Syngenta yang tidak ada bedanya dengan jagung non PRG kecuali dari sifat toleran

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604 I. Pendahuluan Jagung PRG event MIR604 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11 I. Pendahuluan Jagung PRG event Bt11 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87701 merupakan kedelai produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang memproduksi protein Cry1Ac

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87705 merupakan produk kedelai dengan perubahan asam lemak dengan tujuan meningkatkan nilai gizi. Kedelai

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T I. Pendahuluan Tebu PRG event NXI-6T dikembangkan dari tebu non PRG varietas JT-26, merupakan produk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XI yang

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T I. Pendahuluan Tebu PRG toleran kekeringan event NXI-1T merupakan produk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XI yang diklaim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang umumnya terjadi pada usaha peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein 59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan

Lebih terperinci

Pengkajian Keamanan Pangan Kentang Produk Rekayasa Genetik (PRG) Katahdin Event SP951 dan Hasil Silangannya

Pengkajian Keamanan Pangan Kentang Produk Rekayasa Genetik (PRG) Katahdin Event SP951 dan Hasil Silangannya Pengkajian Keamanan Pangan Kentang Produk Rekayasa Genetik (PRG) Katahdin Event SP951 dan Hasil Silangannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal 77 ayat (2) berbunyi:

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 DIREKTUR STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN POM RI 1 Maret 2012 1 LIST PERATURAN 1. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.03.1.23.11.11.09605 Tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87460

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87460 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87460 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 87460 adalah jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang toleran terhadap kekeringan

Lebih terperinci

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 LAMPIRAN 3 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 DAFTAR PERTANYAAN PERMOHONAN PENGUJIAN KEAMANAN LINGKUNGAN TANAMAN PRG BERSAMAAN DENGAN UJI ADAPTASI

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272 I. Pendahuluan Jagung PRG event 3272 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat untuk peningkatan produksi

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1142, 2016 BPOM. Produk Rekayasa Genetik. Pengkajian Keamanan Pangan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan

Lebih terperinci

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus) TINJAUAN PUSTAKA Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan hewan mamalia hasil domestikasi dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai hewan percobaan pada laboratorium, yaitu sekitar

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.net KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI Oleh: C. Budimarwanti Staf Pengajar Jurdik Kimia FMIPA UNY Pendahuluan Susu adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur memiliki keunggulan dan kelemahan, keunggulan ayam petelur yaitu memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoghurt merupakan salah satu produk minuman susu fermentasi yang populer di kalangan masyarakat. Yoghurt tidak hanya dikenal dan digemari oleh masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

TUGAS ILMU HAMA TANAMAN PENGARUH PROTEIN BAGI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERANGGA

TUGAS ILMU HAMA TANAMAN PENGARUH PROTEIN BAGI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERANGGA TUGAS ILMU HAMA TANAMAN PENGARUH PROTEIN BAGI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERANGGA Oleh: KELOMPOK 2 BAYU WIDHAYASA (0910480026) DIAN WULANDARI (0910480046) EVANA NUZULIA P (0910480060) FADHILA HERDATIARNI

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil persilangan antara lele asli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN

PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN 2012, No.369 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.03.12.1563 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09605 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475 TAHUN 2005 TENTANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan lainnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh Jantan aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, sub ordo Phasianoide, famili Phasianidae, sub famili Phasianinae, genus Coturnix,

Lebih terperinci

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Salah satu topik yang dibahas dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII adalah pangan transgenik. Menurut Prof Dr Soekirman, MPS-ID, Ketua

Lebih terperinci

2011, No BAB 9 FORMAT

2011, No BAB 9 FORMAT 5 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.11.11. TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.03.12.1563 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP)

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP) Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP) I. Pendahuluan Ice Structuring Protein (ISP) adalah protein alami yang untuk pertama kalinya diidentifikasi 30 tahun yang lalu di

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), dari 241.000.000 orang penduduk Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu, merupakan salah satu makanan yang digemari oleh hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia, selain rasanya yang enak, harganya pun terjangkau oleh

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

SUHARTO. Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor RINGKASAN

SUHARTO. Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor RINGKASAN PENGOLAHAN BEKCOT UNTUK PAKAN TERNAK SUHARTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor 162 RNGKASAN Di beberapa daerah hingga kini bekicot masih dianggap sebagai hama tanaman. Kemungkinan penggunaan bekicot

Lebih terperinci

UJI EFIKASI HERBISIDA GLIFOSAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIKA ABSTRACT ABSTRAK

UJI EFIKASI HERBISIDA GLIFOSAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIKA ABSTRACT ABSTRAK 212 Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1, No. 1, Desember 2012 UJI EFIKASI HERBISIDA GLIFOSAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIKA Tony Caesar 1*, Edison

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan

Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan PROTEIN Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan tubuh Fungsi khas: membangun & memlihara sel2 &

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan: 1. Pakan Buatan dalam Industri Akuakultur: Pengenalan 2. Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) Quality of Noodle with Substitution of Kluwih (Artocarpus communis G. Forst) Seed Flour Agustina Arsiawati Alfa Putri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi tepung kaki ayam broiler terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) OLEH: DWI SEPTIANI PUTRI L221 07 004 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 24 Sesi NGAN Review IV A. KARBOHIDRAT 1. Di bawah ini adalah monosakarida golongan aldosa, kecuali... A. Ribosa D. Eritrosa B. Galaktosa E. Glukosa C. Fruktosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan telah membudaya di semua lapisan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Tempe mengandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan

Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan KATA PENGANTAR Teknologi rekayasa genetik telah berkembang pesat dan telah memberikan manfaat antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium berada diantara ayam petelur ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang vannamei merupakan salah satu pilihan jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Udang vannamei masuk ke Indonesia pada tahun 2001 dan pada bulan Mei 2002

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kisaran rataan temperatur kandang hasil pengukuran di lokasi selama penelitian adalah pada pagi hari 26 C, siang hari 32 C, dan sore hari 30 C dengan rataan kelembaban

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011, bertempat di kandang C dan Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

PROFIL PT CARMELITHA LESTARI

PROFIL PT CARMELITHA LESTARI PROFIL PT CARMELITHA LESTARI Jl. Raya Dramaga Km.8, Taman Dramaga Hijau, Blok I No.9, Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8622090, email: carmelitha_lestari@yahoo.com PROFIL PT CARMELITHA LESTARI Sejarah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi

PENGANTAR. Latar Belakang. dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi PENGANTAR Latar Belakang Perkembangan industri perunggasan di Indonesia memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi pengangguran, sedangkan dampak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci