Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705"

Transkripsi

1 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON merupakan produk kedelai dengan perubahan asam lemak dengan tujuan meningkatkan nilai gizi. Kedelai PRG event MON memiliki kurang dari setengah asam lemak jenuh minyak kedelai non PRG, sehingga profil asam lemak tidak jenuhnya mirip dengan minyak zaitun dan minyak canola. Kedelai PRG event MON ditransformasi untuk menekan gen FAD2 dan FATB yang menyandi dua enzim utama dalam jalur biosintesis asam lemak sehingga terjadi penurunan kadar asam palmitat (C16:0), peningkatan kadar asam oleat (C18:1) dan penurunan kadar asam lemak tidak jenuh jamak. Kedelai PRG event MON juga mengandung gen 5-enolpyruvylshikimate-3- phosphate synthase yang berasal dari Agrobacterium sp. strain cp4 (CP4 EPSPS) yang menyandi protein CP4 EPSPS. Agrobacterium sp. strain cp4 adalah mikroba yang umum dijumpai di tanah dan di rizhofir tanaman, tidak patogen terhadap manusia atau hewan, dan tidak bersifat alergenik (FAO/WHO, 1991). Selain itu, menurut FAO/WHO (2001), tidak ada populasi individu yang diketahui peka terhadap protein bakteri ini (Padgette et al., 1996; FAO/WHO, 1991; FAO/WHO, 2001). RNA yang disisipkan untuk menekan gen FATB dan FAD2 pada kedelai PRG event MON adalah asam nukleat yang mempunyai riwayat penggunaan yang aman (U.S. FDA, 1992). Beberapa produk tanaman hasil bioteknologi yang sebelumnya disetujui U.S. FDA, dikembangkan dengan menggunakan mekanisme berbasis RNA interference, termasuk pepaya tahan patogen virus, kedelai oleat tinggi, labu tahan patogen virus, tomat FLAVR SAVR, plum tahan patogen virus, dan kentang pati tinggi. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik dan surat Kepala Badan POM kepada Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik Nomor SD tanggal 26 Agustus 2011 perihal Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG) Komoditas Kedelai Event MON 87705, TTKH telah melakukan pengkajian keamanan pangan kedelai PRG event MON berdasarkan informasi genetik dan informasi keamanan pangan yang terdiri atas kesepadanan substansial, alergenisitas, dan toksisitas sebagaimana diuraikan di bawah ini. Kedelai PRG event MON telah memperoleh sertifikat aman pangan di 4 negara yaitu Amerika (2011), Australia (2011), Kanada (2011), dan Meksiko (2011). II. Informasi Genetik II.1. Elemen Genetik Kedelai PRG event MON mengandung kaset gen CP4 EPSPS yang mengkode protein CP4 EPSPS dan bertanggung jawab pada toleransi herbisida glifosat, dengan promoter chimeric FMV/Tsf1 dan terminator E9 urutan poliadenilasi

2 yang mengkode faktor perpanjangan EF-1 alpha. Selain itu, kedelai PRG event MON mengandung kaset gen FAD2-1A yang mengkode delta-12 desaturase, dan gen FATB1-A yang mengkode palmitoyl acyl carrier protein thioesterase dengan promoter 7S α' (Sphas1) kedelai yang mengkode protein penyimpanan betaconglycinin (alpha'-bcsp) dan mengarahkan transkripsi dalam biji, dan dengan terminator H6 yang mengkode protein serat yang terlibat dalam pembentukan dinding sel sekunder. II.2. Sumber Gen Interes Gen CP4 EPSPS berasal dari bakteri Agrobacterium tumefaciens strain cp4. Gen CP4 EPSPS juga digunakan pada tanaman kedelai PRG event GTS yang tahan herbisida glifosat dan telah dikomersialkan secara global sejak tahun Promoter yang digunakan adalah chimeric FMV/Tsf1 berasal dari figwort mosaic virus 35S RNA yang dikombinasikan dengan promoter Tsf1 dari Arabidopsis thaliana, dan terminator E9 3 adalah sekuen 3 yang tidak ditranslasikan dari gen RbcS2 yang berasal dari Pisum sativum. Gen FAD2-1A dan FATB1-A berasal dari kedelai (Glycine max), gen 7S α' (Sphas1) dari kedelai, dan gen H6 dari Gossypium barbadense. II.3. Sistem Transformasi Perakitan kedelai PRG event MON dilakukan melalui teknik transformasi dengan mediasi vektor A. tumefaciens pada eksplan jaringan meristem yang diperoleh dari embrio-embrio biji kedelai non PRG A3525. Plasmid vektor yang digunakan untuk merakit kedelai PRG event MON adalah PV-GMPQ/HT4404. Vektor PV-GMPQ/HT4404, berisi dua set sekuen left dan right border yang mengapit masing-masing dua DNA transfer (T-DNA I dan T-DNA II) untuk memfasilitasi transformasi. II.4 Stabilitas Genetik Hasil analisis stabilitas genetik integrasi gen interes dari kedelai PRG event MON dengan Southern blot fingerprint menunjukkan bahwa sampai enam generasi gen interes masih stabil dan dapat dideteksi dengan melihat adanya pita gen interes dalam genom kedelai PRG event MON (Skipwith et al., 2009). Selain itu, berdasarkan analisis Southern blot fingerprint ditemukan hasil yaitu tidak dideteksinya elemen T-DNA II dan sekuen backbone plasmid PV-GMPQ/HT4404 (Skipwith et al., 2009). Stabilitas genetik pewarisan sifat pada kedelai PRG event MON mengikuti prinsip segregasi Mendel. Data dari analisis Southern blot menunjukkan bahwa kedelai PRG event MON mengandung satu kopi gen CP4 EPSPS. Berdasarkan hasil pengkajian informasi genetik dapat disimpulkan bahwa : 1. Kedelai PRG event MON mengandung satu kopi gen CP4 EPSPS; 2. Kedelai PRG event MON tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid transformasi PV-GMPQ/HT4404; 3. Gen interes (CP4 EPSPS) yang diintroduksikan ke kedelai PRG event MON masih stabil sampai enam generasi; dan

3 4. Gen interes (CP4 EPSPS) yang diintroduksikan ke kedelai PRG event MON diwariskan mengikuti hukum Mendel. III. III.1 Informasi Keamanan Pangan Kesepadanan Substansial Pengkajian kesepadanan substansial dari kedelai PRG event MON ini dilakukan dengan mempelajari dokumen berikut: Composition Analyses of Forage and Seed Collected from MON Produced in Chile during the Growing Season (Lundry Denise R., Susan G. Riordan, Kathleen D. Miller, and Roy Sorbet Company Report No. MSL , 1 April 2009). Bahan uji yang digunakan untuk uji kesepadanan substansial adalah biji dan bagian vegetatif tanaman kedelai PRG event MON 87705, kedelai non PRG A3525 sebagai kontrol dan sembilan belas varietas kedelai komersial non PRG. Kedelai tersebut ditanam di lima daerah di Chili selama masa tanam tahun Biji dan bagian vegetatif tanaman kedelai untuk pengkajian kesepadanan substansial ini dipanen di Chili di daerah Quilapilun, Chacabuco (QUI); Melipilla, Melipilla (MEL); Calera de Tango, Maipo (CdT); Rancagua, Cachapoal (RAN); dan San Fernando, Colchagua (SFR). Analisis komposisi terhadap biji dan bagian vegetatif tanaman kedelai dilakukan di Covance Laboratories Inc., Madison, WI. Analisis komposisi yang dilakukan terhadap biji dan bagian vegetatif tanaman kedelai yaitu proksimat (air, protein, lemak, dan abu), karbohirat by difference, acid detergent fiber (ADF), dan neutral detergent fiber (NDF). Terhadap biji kedelai dilakukan analisis lebih lanjut yaitu: komposisi asam amino dan asam lemak (C8 C24), inhibitor tripsin, asam fitat, lektin, isoflavon (daidzein, glisitein, and genistein), vitamin E, rafinosa, and stakiosa. Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi biji dan bagian vegetatif tanaman kedelai PRG event MON dan kedelai A3525 sebagai kedelai kontrol non PRG tidak berbeda nyata untuk proksimat (air, protein, lemak, dan abu), karbohirat by difference, acid detergent fiber (ADF), dan neutral detergent fiber (NDF). Begitu juga hasil analisis yang dilakukan terhadap biji kedelai untuk parameter asam amino, inhibitor tripsin, asam fitat, lektin, isoflavon (daidzein, glisitein, and genistein), vitamin E, rafinosa, dan stakiosa. Profil asam lemak kedelai PRG event MON setara dengan kedelai konvensional pada umumnya kecuali kadar asam palmitat (C16:0), stearat (C18:0), oleat (C18:1), dan linoleat (C18:2). Hal ini sejalan dengan tujuan rekayasa genetik yang dilakukan. Dari hasil pengkajian kesepadanan substansial di atas dapat disimpulkan bahwa kedelai PRG event MON sepadan secara substansial dengan kedelai non PRG kecuali dalam hal profil asam lemak. III.2 Alergenisitas III.2.1 Analisis Homologi dengan Alergen

4 Potensi kesamaan struktural protein CP4 EPSPS serta protein penyebab alergi dan toksik dievaluasi menggunakan FASTA dan database protein TOX_2010 dan FARRP, Analisis dilakukan pada sekuen asam amino protein dan sekuen peptida 8 asam amino yang berpotensi menimbulkan respon imunoreaktif. Protein CP4 EPSPS tidak mempunyai kemiripan struktural dengan protein alergen, toksin atau protein biologis aktif lainnya yang dikenal memiliki efek buruk pada mamalia (Bioinformatics Evaluation of the CP4 EPSPS Protein Utilizing the AD_2010, TOX_2010, and PRT_2010 Databases. Monsanto Company, Regulatory Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Blvd, St Louis, MO Oleh Tu H. and A. Silvanovich. 2010). Dalam berbagai analisis digunakan protein CP4 EPSPS yang diproduksi di E. coli. Analisis N terminal protein CP4 EPSPS dari E. coli dan kedelai mengkonfirmasikan kesamaan keduanya. Analisis MALDI-TOF menghasilkan massa peptida yang diharapkan. Analisi SDS-PAGE menunjukkan protein bermigrasi pada berat molekul yang sama, dan juga menunjukkan bahwa protein CP4 EPSPS kedelai dan E. coli sama dalam hal berat molekulnya. Mobilitas elektroforesis dan sifat imunoreaktif protein CP4 EPSPS kedelai PRG event MON setara dengan yang dihasilkan E. coli. Kesetaraan ditemukan juga pada ketiadaan glikosilasi pada kedua protein (Wang et al., 2009). III.2.2 Analisis Konsentrasi Protein CP4 EPSPS Kedelai PRG event MON mengekspresikan protein CP4 EPSPS fragmen DBNA yang ditujukan untuk menekan FAD2-1A/FATB1-A. Maka, analisis protein hasil transformasi ditujukan hanya pada protein CP4 EPSPS yang diukur dengan ELISA. Kadar protein CP4 EPSPS mencapai 0,031% dari total protein kedelai PRG event MON (Assessment of CP4 EPSPS Protein Levels in Leaf, Seed, Root, and Forage Tissues from MON Soybean Grown in 2007/2008 Chile Field Trials. MSL oleh Geng T. and K. Niemeyer. 2009). III.2.3 Analisis Stabilitas Protein CP4 EPSPS Analisis stabilitas protein CP4 EPSPS yang terkandung dalam kedelai PRG event MON menggunakan dokumen berikut: 1. Assessment of the In Vitro Digestive Fate of CP4 EPSP Synthase (Padgette S.R., J.E. Ream, M. R. Bailey, J.N. Leach, and N. Biest MSL ); 2. Digestibility of Food Allergens and Nonallergenic Proteins in Simulated Gastric Fluid and Simulated Intestinal Fluids - A Comparative Study. (Fu T-J., U. R. Abbott and C.Hatzos Journal of Agricultural and Food Chemistry 50: ); 3. Increased Digestibility of Two Products in Genetically Modified Food (CP4 EPSPS and Cry1 Ab) After Preheating (Okunuki H., R. Teshima, T. Shigeta, J. Sakushima, H. Akiyama, Y. Goda, M. Toyoda and J. Sawada Journal of the Food Hygienic Society of Japan 43:68-73); 4. A Multi-laboratory Evaluation of a Common In Vitro Pepsin Digestion Assay Protocol Used in Assessing the Safety of Novel Proteins. (Thomas K., M. Aalbers, G.A. Bannon, M. Bartels, R.J. Dearman, D.J. Esdaile, T.J. Fu, C.M. Glatt, N. Hadfield, C. Hatzos, S.L. Hefle, J.R. Heylings, R.E. Goodman, B. Henry, C. Herouet, M. Holsapple, G.S. Ladics, T.D. Landry, S.C. MacIntosh,

5 E.A. Rice, L.S. Privalle, H.Y. Steiner,R. Teshima, R. van Ree, M. Woolhiser, and J. Zawodny Regulatory Toxicology and Pharmacology 39:87 98); dan 5. Assessment of the In Vitro Digestibility of Purified E. coli-produced CP4 EPSPS Protein in Simulated Gastric Fluid. (Leach J. N., R.E. Hileman, J.J. Thorp, C. George, J.D. Astwood MSL ). Hasil percobaan SDS PAGE dan Western blot menunjukkan bahwa protein CP4 EPSPS dicerna dalam SGF dalam waktu 15 detik. Percobaan dengan menggunakan simulasi cairan usus SIF menunjukkan bahwa lebih dari 50% protein CP4 EPSPS itu terdegradasi setelah inkubasi selama 10 menit dalam SIF pada suhu 37 o C dan tidak ada protein CP4 EPSPS yang terdeteksi setelah inkubasi dalam SIF selama 100 menit. Berdasarkan hasil pengkajian alergenisitas dapat disimpulkan bahwa kedelai PRG event MON yang mengandung protein CP4 EPSPS tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi. III.3 Toksisitas III.3.1 Homologi Protein CP4 EPSPS dengan Protein Toksin Hasil uji homologi antara protein CP4 EPSPS yang terkandung dalam kedelai PRG event MON dengan protein toksin telah dilaporkan sebagai hasil penelitian dengan judul: 1. Bioinformatics Evaluation of the CP4 EPSPS Protein Utilizing the AD_2010, TOX_2010, and PRT_2010 Databases. Monsanto Company, Regulatory Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Blvd, St Louis, MO oleh Tu H. and A. Silvanovich. 2010; dan 2. Updated Bioinformatics Evaluation of the CP4 EPSPS Protein Utilizing the AD_2011, TOX_2011, and PRT_2011 Databases. Monsanto Company, Regulatory Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Blvd., St. Louis, MO oleh Tu H. and A. Silvanovich Secara periodik, database yang digunakan untuk mengevaluasi protein diperbarahui (updated). Dalam penelitian, protein CP4 EPSPS dibandingkan dengan protein alergen (AD_2010) serta protein toksin (TOX_2010) dan protein PRT_2010 (Tu & Silvanovich, 2010). Dalam penelitian berikutnya, protein CP4 EPSPS dibandingkan dengan protein alergen (AD_2011) serta protein toksin (TOX_2011) dan protein PRT_2011 (Tu H. and A. Silvanovich, 2011). Potensi kemiripan struktural yang dimiliki oleh protein CP4 EPSPS dan sekuensekuen dalam sebuah database protein dievaluasi dengan menggunakan perangkat keterhubungan sekuen FASTA & Sliding Window untuk AD_2010 & AD_2011, serta sekuen FASTA untuk TOX_2010 dan TOX_2011 serta PRT_2010 dan PRT_2011. Hasil analisis bioinformatika menunjukkan tidak adanya kemiripan yang relevan secara struktural antara protein CP4 EPSPS dengan protein toksin atau protein lain yang aktif secara biologis yang mungkin dapat membahayakan kesehatan manusia atau hewan. III.3.2 Toksisitas Akut

6 Pengujian toksisitas akut terhadap protein CP4 SPSPS pada mencit (CD-1 Albino mice) telah dilakukan dan hasilnya dilaporkan sebagai company report (Naylor MW, Acute Oral Toxicity Study of CP4 SPSPS Protein in Albino Mice. Monsanto Study No. ML ), dan telah dipublikasikan dalam peer-reviewed journal (Harrison LA, MR Bailey, MW Naylor, JE Ream, BG Hammond, DL Nida, BL Burlette, TE Nickson, TA Mitsky, ML Taylor, RL Fuchs & SR Padgette, The expressed protein in glyphosate-tolerant soybean, 5-enolypyruvylshikimate-3- phosphate synthase from Agrobacterium sp. strain CP4, is rapidly digested in vitro and is not toxic to acutely gavaged mice. J Nutr, 126: ). Bahan uji berupa protein CP4 EPSPS yang dihasilkan oleh E coli, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 1,2; 3,0 dan 12,0 mg/ml. Berdasarkan laporan penelitian (C Wang, SA Kapadia, LA Burzio dan EA Rice, Characterization of the CP4 EPSPS Protein Purified from the Seed of MON and Comparison of the Physicochemical and Functional Properties of the Plant-Produced and E. coli- Produced CP4 EPSPS Proteins), protein murni CP4 EPSPS yang diperoleh dari E coli sepadan dengan protein CP4 EPSPS kedelai PRG event MON Bahan yang digunakan sebagai kontrol adalah Bovine Serum Albumin (BSA) dalam bentuk larutan. Dalam percobaan ini, sebanyak 50 ekor mencit jantan Albino mice, strain CD-1 (umur sekitar 5,5 minggu; berat badan sekitar 25,2-29,8 gram) dan 50 ekor mencit betina strain yang sama (umur sekitar 7 minggu; berat badan sekitar 22,7-27,2 gram) berasal dari Charles River Breeding Laboratory, Portage, Ml. Sebelum digunakan dalam pengujian semua mencit dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan laboratorium selama 13 hari. Mencit dipelihara secara individual dalam kandang stainless steel selama periode aklimatisasi dan selama periode pengujian, sesuai dengan protokol the Guide to the Care and Use of Laboratoy Animals, USPHS-NIH Publication No Ransum (Purina Cetiified Rodent Chow #5002) diberikan secara ad libitum selama pengujian berlangsung. Air minum yang digunakan adalah air keran yang sudah diproses dengan zeolite, diberikan secara ad libitum. Sebanyak 100 ekor mencit (jantan dan betina) dibagi ke dalam 5 kelompok, masingmasing terdiri dari 10 ekor mencit jantan dan 10 ekor betina. (a) Kelompok 1 (kontrol BSA) dicekok bovine serum albumin (BSA) yang dilarutkan dalam dapar Nabikarbonat 50 mm dosis 400 mg/kg BB, konsentrasi nominal 12 mg/ml, dosis aktual 363 mg/kg BB, (b) Kelompok 2 (kontrol pelarut) dicekok dapar Na-bikarbonat 50 mm pada dosis 33,33 ml/kg BB, (c) kelompok 3 dicekok protein CP4 EPSPS yang dilarutkan dalam dapar Na-bikarbonat 50 mm dosis 40 mg/kg BB, konsentrasi nominal 1,2 mg/ml, dosis aktual 49 mg/kg BB), (d) kelompok 4 dicekok protein CP4 EPSPS yang dilarutkan dalam dapar Na-bikarbonat 50 mm dosis 100 mg/kg BB, konsentrasi nominal 3 mg/ml, dosis aktual 154 mg/kg BB), dan (e) kelompok 5 dicekok protein CP4 EPSPS yang dilarutkan dalam dapar Na-bikarbonat 50 mm dosis 400 mg/kg BB, konsentrasi nominal 12 mg/ml, dosis aktual 572 mg/kg BB). Pemberian bahan uji dan kontrol dilakukan pada hari pertama percobaan sebagai dosis tunggal, dan percobaan berlangsung selama 8-9 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapat mencit yang mati akibat pemberian protein CP4 EPSPS, (2) tidak terdapat tanda-tanda kelainan klinis pada

7 mencit; (3) tidak ditemukan perbedaan nyata dalam hal konsumsi ransum dan perubahan berat badan antara kelompok kontrol dan perlakuan; tidak terdapat perbedaan nyata secara statistik rata-rata (4) tidak ditemukan adanya kelainan organ dalam mencit. Disamping itu tidak ditemukan adanya pengaruh merugikan pada mencit yang diberi protein CP4 EPSPS secara cekokan oral sampai dosis 572 mg/kg BB. Oleh karena itu, dosis tersebut dapat dianggap sebagai NOEL (noobserved-effect level). III.3.3 Studi Pemberian Pakan pada Ayam Broiler Studi pemberian pakan telah dilakukan pada ayam broiler dan hasilnya dilaporkan sebagai company report (Stephen W Davis, Comparison of Broiler Performance and Carcass Parameters When Fed Diets Containing Soybean Meal Produced from MON 87705, Control, or Reference Soybean, Monsanto Study No. CQR ). Bahan uji adalah bungkil kedelai dari MON 87705, sedangkan sebagai kontrol digunakan bungkil kedelai A3525. Sebagai pembanding digunakan bungkil kedelai Anand, Ozark, NK S38-T8, UA 4805, NC + 2A86, dan NK 25-J5. Selanjutnya bungkil kedelai tersebut dicampurkan sampai homogen dengan pakan ayam. Hewan percobaan yang digunakan adalah anak ayam broiler jantan dan betina komersial DOC (Cobb x Cobb 500) yang diperoleh dari Hoover s Hatchery, Inc. Rudd, IA. Disain percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: pada hari ke 0, 800 ekor ayam broiler jantan dan betina secara acak dibagi menjadi 8 kelompok, sesuai dengan perlakuan. Percobaan dilaksanakan selama 42 hari, periode starter hari ke 0 sampai ke 20, periode grower hari ke 21 sampai ke 42. Pakan dan air diberikan secara ad libitum. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (a) berat badan ayam per ekor pada hari ke 0 rata-rata 40,88 gram (MON 87701) dan 41,68 gram (kontrol dan pembanding); (b) berat badan ayam per ekor pada hari ke 42 antara kelompok perlakuan dan kontrol tidak berbeda nyata yaitu rata-rata 2,67 kg (MON 87701) dan 2,62 kg (kontrol dan pembanding); (c) konsumsi pakan rata-rata adalah 4,11 kg (MON 87701) dan 4,14 kg (kontrol dan pembanding); (d) konversi pakan rata-rata mencapai 1,61 kg/kg (MON 87701) dan 1,63 kg/kg (kontrol dan pembanding). Selama pengujian terjadi kematian pada ayam semua kelompok dengan rata-rata 1,15 % selama 7 hari pertama percobaan; dan rata-rata 1,25 % selama hari ke 7 sampai hari ke 42. Tidak terdapat perbedaan nyata secara statistik untuk semua parameter uji antara kelompok perlakuan, kelompok kontrol dan kelompok pembanding. Ayam dari semua kelompok berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Berdasarkan hasil studi pemberian pakan pada ayam broiler dapat disimpulkan bahwa kedelai PRG event MON dianggap mempunyai nilai nutrisi sebanding dengan kedelai kontrol dan pembanding. Dari hasil pengkajian toksisitas di atas dapat disimpulkan bahwa kedelai PRG event MON yang mengandung protein CP4 EPSPS tidak bersifat toksik.

8 IV. Kesimpulan Atas dasar hasil pengkajian tentang informasi genetik, kesepadanan substansial, alergenisitas dan toksisitas disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Hasil pengkajian informasi genetik diketahui bahwa: a. Kedelai PRG event MON mengandung satu kopi gen CP4 EPSPS, gen FAD2-1A dan gen FATB1-A, masih stabil sampai enam generasi, serta diwariskan mengikuti hukum Mendel; dan b. Kedelai PRG event MON tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid transformasi PV-GMPQ/HT Hasil pengkajian keamanan pangan disimpulkan bahwa: a. Kedelai PRG event MON sepadan secara substansial dengan kedelai non PRG kecuali kadar asam palmitat (C16:0), stearat (C18:0), oleat (C18:1), dan linoleat (C18:2). Hal ini sejalan dengan tujuan rekayasa genetik yang dilakukan. b. kedelai PRG event MON yang mengandung protein CP4 EPSPS tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi; dan c. kedelai PRG event MON yang mengandung protein CP4 EPSPS tidak bersifat toksik. 3. TTKH menilai bahwa kedelai PRG event MON yang diajukan adalah aman untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan. 4. Apabila kemudian ditemukan data dan informasi yang tidak sesuai dengan data keamanan pangan yang diperoleh hingga saat ini, maka status keamanan pangan kedelai PRG event MON perlu dikaji ulang. 5. Apabila setelah ditetapkan aman pangan, kemudian produk tersebut terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maka pemohon wajib melakukan tindakan pengendalian dan penanggulangan, serta menarik kedelai PRG event MON dari peredaran. 6. Kedelai PRG event MON tidak boleh digunakan sebagai pakan ternak sampai memperoleh sertifikat keamanan pakan dan tidak boleh dibudidayakan sampai memperoleh sertifikat keamanan lingkungan. V. Daftar Acuan FAO/WHO Strategies for Assessing the Safety of Foods Produced by Biotechnology. Report of a Joint FAO/WHO Consultation. World Health Organization, Geneva, Switzerland. FAO/WHO Evaluation of Allergenicity of Genetically Modified Foods. Report of a Joint FAO/WHO Expert Consultation on Allergenicity of Foods Derived from Biotechnology. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), Rome, Italy. Padgette S.R., D.B. Re, G.F. Barry, D.E. Eichholtz, X. Delannay, R.L. Fuchs, G.M. Kishore and R.T. Fraley New Weed Control Opportunities: Development of Soybeans with a Roundup Ready TM Gene. Pages in Herbicide-Resistant Crops: Agricultural, Environmental, Economic, Regulatory, and Technical Aspects. S.O. Duke (ed.). CRC Press, Boca Raton, Florida.

9 Skipwith, A., K. R. Lawry, Q. Tian, and J. D. Masucci Molecular Analysis of Soybean MON Amended Report for MSL Laboratory Project ID: Study # REG , MSL Monsanto Company, Regulatory Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Blvd. St. Louis, MO Tu H. and A. Silvanovich Updated Bioinformatics Evaluation of the CP4 EPSPS Protein Utilizing the AD_2011, TOX_2011, and PRT_2011 Databases. Monsanto Company, Regulatory Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Blvd., St. Louis, MO U.S. FDA Statement of policy: foods derived from new plant varieties. Federal Register 57: U.S. Food and Drug Administration, Washington, D.C. Wang C., S.A. Kapadia, L.A. Burzio and E.A. Rice Characterization of the CP4 EPSPS Protein Purified from the Seed of MON and Comparison of the Physicochemical and Functional Properties of the Plant-Produced and E. coli- Produced CP4 EPSPS Proteins. Monsanto Company, Regulatory Product Characterization and Safety Center, Regulatory Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Boulevard, St Louis, Missouri

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 89788 merupakan kedelai generasi kedua dari kedelai (Glycine max (L.) Merr.) yang toleran terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87769 adalah kedelai produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto dengan perubahan kandungan asam

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON (Jagung bt)

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON (Jagung bt) Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON 89034 (Jagung bt) I. Pendahuluan Jagung PRG MON 89034 adalah produk generasi kedua dari perusahaan Monsanto yang diklaim dikembangkan untuk memberikan

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS 40-3-2 I. Pendahuluan Kedelai PRG event GTS 40-3-2 merupakan produk kedelai pertama yang mengandung protein CP4 EPSPS yang bertanggung jawab dalam

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 87427 merupakan jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang toleran terhadap herbisida

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603 I. Pendahuluan Jagung PRG NK603 mengandung protein CP4 EPSPS termasuk protein CP4 EPSPS L214P yang diekspresikan oleh gen CP4 EPSPS. Gen CP4 EPSPS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON event 88017

Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON event 88017 Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Jagung PRG MON event 88017 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 88017 merupakan jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto. Jagung PRG event MON 88017

Lebih terperinci

LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411

LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411 LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411 Kegiatan : Pengkajian Keamanan Pangan Jagung Produk Rekayasa

Lebih terperinci

2. 24 November Bidang Keamanan Pangan

2. 24 November Bidang Keamanan Pangan LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK (TTKH PRG) TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 88017 Kegiatan : Pengkajian Keamanan Jagung Produk

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87701 merupakan kedelai produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang memproduksi protein Cry1Ac

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK Yusra Egayanti, S.Si., Apt. KaSubdit. Standardisasi Pangan Khusus Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan POM Simposium dan Seminar Nasional Produk

Lebih terperinci

Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3.

Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3. LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN KEDELAI PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87751 Kegiatan : Pengkajian Keamanan

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162 I. Pendahuluan Jagung PRG event MIR162 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87460

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87460 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87460 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 87460 adalah jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang toleran terhadap kekeringan

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21 I. Pendahuluan Jagung PRG event GA21 adalah produk perusahaan Syngenta yang tidak ada bedanya dengan jagung non PRG kecuali dari sifat toleran

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11 I. Pendahuluan Jagung PRG event Bt11 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T I. Pendahuluan Tebu PRG event NXI-6T dikembangkan dari tebu non PRG varietas JT-26, merupakan produk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XI yang

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604 I. Pendahuluan Jagung PRG event MIR604 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T I. Pendahuluan Tebu PRG toleran kekeringan event NXI-1T merupakan produk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XI yang diklaim

Lebih terperinci

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN

PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN 2012, No.369 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.03.12.1563 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.03.12.1563 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan

Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan KATA PENGANTAR Teknologi rekayasa genetik telah berkembang pesat dan telah memberikan manfaat antara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 LAMPIRAN 3 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 DAFTAR PERTANYAAN PERMOHONAN PENGUJIAN KEAMANAN LINGKUNGAN TANAMAN PRG BERSAMAAN DENGAN UJI ADAPTASI

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272 I. Pendahuluan Jagung PRG event 3272 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat untuk peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam buras) merupakan salah satu hewan ternak yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam pemenuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP)

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP) Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP) I. Pendahuluan Ice Structuring Protein (ISP) adalah protein alami yang untuk pertama kalinya diidentifikasi 30 tahun yang lalu di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi tepung kaki ayam broiler terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan

Lebih terperinci

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Salah satu topik yang dibahas dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII adalah pangan transgenik. Menurut Prof Dr Soekirman, MPS-ID, Ketua

Lebih terperinci

Pengkajian Keamanan Pangan Kentang Produk Rekayasa Genetik (PRG) Katahdin Event SP951 dan Hasil Silangannya

Pengkajian Keamanan Pangan Kentang Produk Rekayasa Genetik (PRG) Katahdin Event SP951 dan Hasil Silangannya Pengkajian Keamanan Pangan Kentang Produk Rekayasa Genetik (PRG) Katahdin Event SP951 dan Hasil Silangannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal 77 ayat (2) berbunyi:

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di kandang penelitian Fakultas Peternakan Universitas Darul Ulum Islamic Center Sudirman GUPPI (UNDARIS) Ungaran,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Oleh : Andriantoro Pusat penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Andriantoro Pusat penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan Sosialisasi Metode SNI 7184.5:2017 Karakteristik limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)- bagian 5: pengujian toksisitas akut limbah secara oral pada hewan uji mencit : Up and Down Procedure Oleh : Andriantoro

Lebih terperinci

1. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar

1. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar TANAMAN TRANSGENIK Transgenik adalah suatu organisme yang mengandung transgen melalui proses bioteknologi (bukan proses pemuliaan tanaman), Transgen adalah gen asing yang ditambahkan kepada suatu spesies.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur kondisinya terhadap

Lebih terperinci

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al.

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al. PENDAHULUAN Perbaikan suatu sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik dengan pemuliaan secara konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya teknologi rekayasa genetik (Herman 2002).

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

Lebih terperinci

GMO. Genetically Modified Organism (GMO): Peraturan dan Keresahan Pangan di Indonesia

GMO. Genetically Modified Organism (GMO): Peraturan dan Keresahan Pangan di Indonesia GMO Genetically Modified Organism (GMO): Peraturan dan Keresahan Pangan di Indonesia Mafrikhul Muttaqin (G34052008), Hirmas Fuady Putra (G34050863), Amaryllis Anindyaputri (G34050939), Alfa Mulia Wibowo

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan di kandang Mutiara Robani Jalan Sekuntum Gang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan di kandang Mutiara Robani Jalan Sekuntum Gang III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di kandang Mutiara Robani Jalan Sekuntum Gang Plamboyan No. 4 RT. 3 RW. 10 Perumahan Rajawali pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar

Lebih terperinci

MAKALAH PENGANTAR BIOTEKNOLOGI DALAM PROTEKSI TANAMAN (PTN 403) JAGUNG TRANSGENIK YANG MENGANDUNG GEN Bt. Kelompok 1:

MAKALAH PENGANTAR BIOTEKNOLOGI DALAM PROTEKSI TANAMAN (PTN 403) JAGUNG TRANSGENIK YANG MENGANDUNG GEN Bt. Kelompok 1: MAKALAH PENGANTAR BIOTEKNOLOGI DALAM PROTEKSI TANAMAN (PTN 403) JAGUNG TRANSGENIK YANG MENGANDUNG GEN Bt Kelompok 1: Radhian Ardy Prabowo Rita Kurnia Apindiati Lutfi Afifah Kurniatus Ziyadah Yulius Dika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

PENGENALAN BIOINFORMATIKA PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) PENGENALAN BIOINFORMATIKA Oleh: Syubbanul Wathon, S.Si., M.Si. Pokok Bahasan Sejarah Bioinformatika Istilah-istilah biologi Pangkalan data Tools Bioinformatika

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein 59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitan dengan judul Tampilan Protein Darah Laktosa dan Urea Susu akibat Pemberian Asam Lemak Tidak Jenuh Terproteksi dan Suplementasi Urea pada Ransum Sapi FH dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu 28 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengaruh penambahan level protein dan probiotik pada ransum itik magelang jantan periode grower terhadap kecernaan lemak kasar dan energi metabolis dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi tepung ceker ayam terhadap kadar kolesterol dan Asam lemak pada kuning telur

Lebih terperinci

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. CEKAMAN LINGKUNGAN BIOTIK 1. PENYAKIT TANAMAN 2. HAMA TANAMAN 3. ALELOPATI PEMULIAAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

Uji Lapang, Kajian Transfer Gen dan Studi

Uji Lapang, Kajian Transfer Gen dan Studi Uji Lapang, Kajian Transfer Gen dan Studi Pra-Komersialisasi ikentang Transgenik Peraturan Perundang2an Terkait: UU No. 7 Th. 1996 Pangan KepMentan Th. 1997 UU No. 21 Th. 2004 Ratifikasi Protokol Keamanan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan adalah pelet kering berbasis sumber protein nabati yang berjenis tenggelam dengan campuran crude enzim dari rumen domba. Pakan uji yang diberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang penaruh pemberian limbah bandeng terhadap karkas dan kadar lemak ayam pedaging ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

TEKNIK TRANSFORMASI GENETIK. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

TEKNIK TRANSFORMASI GENETIK. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP TEKNIK TRANSFORMASI GENETIK Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP TAHUKAH KAMU?? APA YANG DIMAKSUD TANAMAN TRANSGENIK??? APA YANG DIMAKSUD DENGAN REKAYASA GENETIKA??? Lalu bagaimana ya caranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tah No. 1188, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. PRG. Keamanan Pakan. Pengkajian. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMENTAN/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mayarakat secara umum harus lebih memberi perhatian dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae Dalam Ransum Terhadap Populasi Mikroba, Panjang serta Bobot Relatif Seka Ayam Kampung dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak 10 BAB III MATERI DAN METODE Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 61/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Bandung untuk membuat teh hijau dan teh daun murbei; dan menganalisis kimia teh daun

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Penelitian Pakan penelitian terbagi menjadi dua yaitu pakan untuk pengujian kecernaan dan pakan untuk pengujian pertumbuhan. Pakan untuk pengujian kecernaan dibuat berdasarkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011, bertempat di kandang C dan Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2010. Pemeliharaan ayam bertempat di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas sedangkan analisis organ dalam

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai subtitusi jagung dalam ransum terhadap kecernaan PK, SK dan laju digesta ayam broiler dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu

Lebih terperinci