2. 24 November Bidang Keamanan Pangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2. 24 November Bidang Keamanan Pangan"

Transkripsi

1 LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK (TTKH PRG) TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON Kegiatan : Pengkajian Keamanan Jagung Produk Rekayasa Genetik (PRG) Event MON Pemohon : PT. Branita Sandhini Tanggal Pengkajian : April 2016 Tim Kecil Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan November 2016 Tim Kecil Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan April 2017 Pleno Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang, Pasal 77 ayat (2) berbunyi: Setiap Orang yang melakukan kegiatan atau proses Produksi dilarang menggunakan bahan baku, bahan tambahan, dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari Rekayasa Genetik yang belum mendapatkan persetujuan Keamanan sebelum diedarkan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengkajian keamanan pangan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi ; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2010 tentang Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, yang diubah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014; Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Produk Rekayasa Genetik yang telah diubah oleh Peraturan Kepala Badan POM Nomor 19 Tahun 2016; Keputusan Presiden Nomor 181/M Tahun 2014 tentang Pengangkatan dalam Keanggotaan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik; Keputusan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG) Nomor: KEP-02/KKH/10/2015 tentang Perubahan Atas Keputusan Ketua KKH PRG Nomor: KEP-01/KKH/07/2015 tentang Penetapan Tim Teknis Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (TTKH PRG); dan Keputusan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik Nomor : KEP-02/KKH/10/2015 tentang Penetapan Tim Teknis Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, yang telah diubah oleh Keputusan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG) Nomor KEP-01/KKH/03/2017. Sehubungan dengan permohonan dari PT. Branita Sandhini untuk mengkaji keamanan pangan bagi kesehatan manusia terhadap jagung PRG event 1

2 MON sebelum diedarkan, TTKH telah melakukan pengkajian keamanan pangan jagung PRG event MON Pelaksanaan pengkajian dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Produk Rekayasa Genetik yang telah diubah oleh Peraturan Kepala Badan POM Nomor 19 Tahun 2016 dan surat penugasan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik kepada Wakil Ketua Bidang Keamanan KKH PRG Nomor B-38/KKH PRG/04/2016 tanggal 26 April 2016 perihal Penugasan Pengkajian Keamanan Produk Rekayasa Genetik (PRG) Komoditas Jagung PRG event MON Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Jagung PRG event MON mengandung satu kopi sisipan gen cry3bb1 dan cp4 epsps; tidak mengandung fragmen backbone dari plasmid PV-ZMIR39; gen interes cry3bb1 dan cp4 epsps yang diintroduksikan ke jagung PRG event MON masih stabil sampai 7 generasi dan diwariskan mengikuti hukum Mendel. 2. Jagung PRG event MON sepadan secara substansial dengan jagung non PRG; tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi; dan termasuk ke dalam golongan bahan yang tidak toksik. 3. TTKH menilai bahwa jagung PRG event MON yang diajukan adalah aman untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan. 4. Apabila kemudian ditemukan data dan informasi baru yang tidak sesuai dengan data keamanan pangan yang diperoleh hingga saat ini, maka status keamanan pangan jagung PRG event MON perlu dikaji ulang. 5. Apabila setelah ditetapkan aman pangan, kemudian produk tersebut terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maka pemohon wajib melakukan tindakan pengendalian dan penanggulangan, serta menarik jagung PRG event MON dari peredaran. 6. Jagung PRG event MON tidak boleh digunakan sebagai pakan sampai memperoleh sertifikat aman pakan. 7. Jagung PRG event MON tidak boleh dibudidayakan sampai ditetapkan aman lingkungan. Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3. Jakarta, Mei 2017 Koordinator Tim Teknis Keamanan Hayati Bidang Keamanan Dra. Elin Herlina, Apt.,MP 2

3 Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Jagung PRG MON event I. Pendahuluan Jagung PRG event MON merupakan jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan PT. Branita Sandhini. Jagung PRG event MON memproduksi protein 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate synthase dari Agrobacterium sp. strain CP4 (CP4 EPSPS) yang memberikan toleransi terhadap herbisida glifosat, dan protein Cry3Bb1 dari Bacillus thuringiensis (subspecies kumamotoensis) yang telah dimodifikasi yang bertanggung jawab dalam ketahanan terhadap serangga Coleoptera khususnya corn rootworm (Diabrotica spp; Diabrotica barberi yang disebut northern corn rootworm dan D. virgifera yang dikenal dengan nama western corn rootworm). Jagung PRG event MON disetujui di Amerika Serikat tahun 2005 oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dan Badan Pengawas dan Obat Amerika Serikat (US FDA). Jagung PRG event MON telah memperoleh sertifikat keamanan lingkungan di Argentina, Brasil, Kanada, Jepang dan Amerika Serikat serta sertifikat keamanan pangan/pakan di Australia, Brasil, Kanada, Kolombia, Uni Eropa, Jepang, Korea, Meksiko, Filipina, Federasi Rusia, Singapura, Afrika Selatan, Taiwan, Amerika Serikat, Malaysia, New Zealand, dan Vietnam. Pengkajian keamanan pangan jagung PRG event MON dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Produk Rekayasa Genetik yang telah diubah oleh Peraturan Kepala Badan POM Nomor 19 Tahun 2016 dan surat penugasan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik kepada Wakil Ketua Bidang Keamanan KKH PRG Nomor B-38/KKH PRG/04/2016 tanggal 26 April 2016 perihal Penugasan Pengkajian Keamanan Produk Rekayasa Genetik (PRG) Komoditas Jagung PRG event MON TTKH telah melakukan pengkajian keamanan pangan jagung PRG event MON berdasarkan informasi genetik dan informasi keamanan pangan yang terdiri atas kesepadanan substansial, alergenisitas, dan toksisitas sebagaimana diuraikan di bawah ini. II. Informasi Genetik II.1. Elemen Genetik Jagung PRG event MON mengandung dua gen interes, promoter dan terminator yaitu: 1. Gen cry3bb1 dan cp4 epsps. Gen cry3bb1 menyandi protein Cry3Bb1 yang bertanggung jawab dalam ketahanan terhadap serangga Coleoptera khususnya corn rootworm (Diabrotica spp; Diabrotica barberi yang disebut northern corn rootworm dan D. virgifera yang dikenal dengan nama western corn rootworm); sedangkan gen cp4 epsps menyandi protein CP4 EPSPS alami yang berfungsi untuk toleransi terhadap herbisida glifosat. 2. Promoter E35S untuk gen cry3bb1 dan P-ract1 untuk gen cp4 epsps. 3

4 3. Terminator tahsp17 3 untuk gen cry3bb1 dan NOS untuk gen cp4 epsps. II.2. Sumber Gen Gen cry3bb1 berasal dari bakteri tanah Bacillus thuringiensis subsp. kumamotoensis strain EG4691. Promoter E35S berasal dari cauliflower mosaic virus. Terminator tahsp17 3 berasal dari gen hsp17.3 yang menyandi protein heat shock pada gandum (Triticum aestivum). Gen cp4 epsps diisolasi dari Agrobacterium sp strain CP4. Promoter P-ract1 berasal dari gen penyandi protein actin dari tanaman padi. Terminator NOS (nopaline synthase) berasal dari bakteri Agrobacterium tumefaciens. II.3. Sistem Transformasi Jagung PRG event MON dirakit melalui metode transformasi yang dimediasi oleh Agrobacterium tumefaciens pada eksplan embrio belum masak dari jagung hibrida galur LH198 menggunakan vektor plasmid PV- ZMIR39. Plasmid PV-ZMIR39 tersebut membawa gen cry3bb1 dengan promoter Cauliflower mosaic virus (CaMV) E35S, dan terminator tahsp17 3 ; serta gen cp4 epsps dengan promoter P-ract1 dan terminator NOS. II.4. Stabilitas Genetik Data dari analisis Southern Blot menunjukkan bahwa jagung PRG event MON mengandung satu kopi sisipan gen cry3bb1 dan cp4 epsps. Selain itu, melalui analisis Southern Blot ditemukan hasil yang penting yaitu tidak dideteksinya fragmen backbone dari plasmid PV-ZMIR39. Hasil analisis segregasi dan stabilitas jagung PRG event MON menunjukkan bahwa gen cry3bb1 dan gen cp4 epsps stabil sampai 7 generasi; serta pewarisan sifat mengikuti prinsip segregasi Mendel. Berdasarkan kajian informasi genetik dapat disimpulkan bahwa: 1. Jagung PRG event MON mengandung satu kopi sisipan gen cry3bb1 dan cp4 epsps; 2. Jagung PRG event MON tidak mengandung fragmen backbone dari plasmid PV-ZMIR39; 3. Gen interes cry3bb1 dan cp4 epsps yang diintroduksikan ke jagung PRG event MON masih stabil sampai 7 generasi dan diwariskan mengikuti hukum Mendel; 4

5 III. Informasi Keamanan III.1 Kesepadanan Substansial Pengkajian kesepadanan substansial dari jagung PRG event MON dilakukan dengan mempelajari dokumen berikut: Evaluation of the Composition of Forage and Grain Collected from MON Corn Grown in 2002 U.S. Field Trials (Melinda C. McCann, William A. Trujillo, and Roy Sorbet, Monsanto Company Product Safety Center, 800 North Lindbergh Blvd, St. Louis, MO 63167, September 12, 2003, MSL #18661) Materi yang digunakan untuk uji kesepadanan substansial adalah tanaman jagung PRG event MON 88017, jagung non PRG sebagai kontrol, dan empat jenis jagung hibrida komersial non PRG lainnya sebagai pembanding. Jagung ditanam di tiga lokasi masing-masing di negara bagian Iowa (IA), Illinois (Il) dan Nebraska (NE) di USA selama musim tanam tahun Di setiap lokasi, jagung ditanam mengikuti rancangan randomized complete block design dengan tiga ulangan per lokasi. Semua tanaman memperoleh perlakuan dan aplikasi herbisida Roundup UltraMAX. Setelah dipanen, komposisi biji jagung (grain) dan seluruh bagian tanaman jagung (forage) dianalisis di laboratorium Covance Laboratories Inc Kinsman Boulevard Madison, WI Covance Laboratories sudah mengikuti EPA (Environmental Protection Agency) GLP Standards, dan 40 CFR 160. Biji jagung dianalisis untuk kadar proksimat (air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat dihitung by-difference), ADF (acid detergent fiber), NDF (neutral detergent fiber), TDF (total dietary fiber), asam amino, asam lemak, mineral (kalsium, tembaga, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, natrium, dan seng), vitamin (B1, B2, B6, E, niasin, dan asam folat), anti gizi (asam fitat dan rafinosa), dan metabolit sekunder (furfural, asam ferulat, dan asam p- kumarat). Tanaman jagung dianalisis untuk kadar proksimat (air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat dihitung by-difference), ADF, NDF, dan mineral (kalsium dan fosfor). Hasil analisis komposisi baik untuk biji jagung maupun untuk tanaman jagung menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara jagung PRG event MON dengan jagung non PRG kontrol maupun dengan jagung komersial lainnya. Pada umumnya komposisi jagung PRG event MON masuk ke dalam kisaran komposisi jagung hibrida komersial. Berdasarkan hasil pengkajian kesepadanan substansial di atas dapat disimpulkan bahwa jagung PRG event MON sepadan secara substansial dengan jagung non PRG. III.2. Alergenisitas Keamanan protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 telah dikaji dan disetujui oleh US FDA. Pengkajian alergenisitas protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 dilakukan dengan analisis bioinformatika, konsentrasi protein, dan stabilitas protein. 5

6 III.2.1. Analisis Bioinformatika Analisis bioinformatika kemiripan sekuen protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS dilakukan menggunakan database protein (AD4, ALLPEPTIDES, TOXIN5) dengan perangkat FASTA. Hasilnya menunjukkan, tidak ada kemiripan (homologi struktural dan/atau fungsional) antara kedua protein dengan protein alergen pada database. Pemeriksaan dari delapan asam amino berurutan tidak menunjukkan kesamaan yang signifikan antara protein Cry3Bb1 dan CP4 EPSPS dengan alergen yang berkaitan. III.2.2 Konsentrasi Protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 Kadar protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 pada jaringan jagung PRG event MON ditentukan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Kadar protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 didalam biji jagung PRG event MON ditemukan masing-masing sebesar 0,0046% dan 0,01199% dari total protein jagung. Dalam hal ini, kedua protein hasil ekspresi mewakili bagian yang sangat kecil dari total protein dalam biji jagung event MON III.2.3 Stabilitas Protein Stabilitas protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 diuji daya cernanya secara in vitro menggunakan simulasi cairan lambung (SGF) dan simulasi cairan usus (SIF). Jumlah protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 yang dihasilkan oleh tanaman jagung sangat sedikit, sehingga untuk keperluan pengujian stabilitas protein digunakan protein yang diproduksi pada Escherichia coli. Karakterisasi protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 yang diekspresikan di dalam tanaman dan bakteri E. coli dilakukan melalui SDS PAGE, Western Blot, analisis sekuen N-terminal, analisis glikosilasi, analisis aktivitas, dan penentuan massa menggunakan MALDITOF-MS. Hasil analisis menunjukkan kesamaan protein yang diproduksi tanaman jagung PRG event MON dan E. coli. (Bonner et al, 2003 a dan Bonner et al, 2003 b). Berdasarkan analisis SDS PAGE dan Western Blot, 98% protein CP4 EPSPS pada kondisi simulasi cairan lambung (SGF), terdegradasi dalam waktu 15 detik dan aktivitasnya turun dibawah 10%. Sedangkan dalam kondisi simulasi cairan usus (SIF), 50% protein CP4 EPSPS terdegradasi dalam waktu kurang dari 10 menit (Harrison et al., 1996). Berdasarkan analisis SDS PAGE dan Western Blot menunjukkan bahwa 99,8% protein Cry3Bb1 terdegradasi di SGF dalam waktu 15 detik, dan 99,5% protein Cry3Bb1 terdegradasi di SIF dalam waktu 1 menit. Berdasarkan pengkajian analisis bioinformatika, konsentrasi protein dan stabilitas protein dapat disimpulkan bahwa protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 tidak menunjukkan kesamaan struktur dan fungsi dengan 6

7 alergen, konsentrasinya sangat kecil, dan mudah dicerna. Oleh karena itu, kedua protein tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi. III.3 Toksisitas Pengujian toksisitas telah dilakukan terhadap protein CP4 EPSPS dan Cry3Bb1 yang dihasilkan oleh jagung PRG event MON di laboratorium yang menerapkan GLP. III.3.1 Toksisitas Akut Protein CP4 EPSPS Jumlah protein CP4 EPSPS yang dihasilkan oleh tanaman jagung sangat sedikit, sehingga untuk keperluan pengujian toksisitas akut protein digunakan protein yang diproduksi pada E. coli. Hasil analisis menunjukkan kesamaan protein yang diproduksi tanaman jagung PRG event MON dan E. coli. (Bonner et al, 2003 b). Pengujian toksisitas akut protein CP4 EPSPS telah dilakukan dan hasilnya telah dilaporkan (Harrison et al, 1996). Bahan yang diuji berupa protein CP4 EPSPS murni yang dilarutkan dalam larutan dapar Nabikarbonat 50 mm. Sebagai kontrol digunakan bovine serum albumin (BSA) yang juga dilarutkan dalam larutan dapar Na-bikarbonat 50 mm. Hewan percobaan yang digunakan adalah 50 ekor mencit (Albino mice) jantan strain CD-1 berumur sekitar 5,5 minggu dengan berat badan sekitar 25,2-29,8 g dan 50 ekor mencit betina strain CD-1 berumur sekitar 7 minggu dengan berat badan sekitar 22,7-27,2 g; berasal dari Charles River Breeding Laboratory, Portage, MI. Semua mencit ditempatkan dalam kandang stainless steel secara individual, baik selama masa aklimatisasi maupun selama studi dilaksanakan. Semua kandang ditempatkan dalam ruangan dengan suhu o C, dengan pencahayaan selama 12 jam terang 12 jam gelap. Ransum yang berupa Purina Certified Rodent Chow # 5002 (Purina Mill, Inc.), diberikan secara ad libitum selama pengujian berlangsung. Air minum yang juga diberikan secara ad libitum selama studi berlangsung berupa air keran (St Louis public water supply). Sebanyak 50 ekor mencit jantan dan 50 ekor betina dibagi menjadi lima kelompok: kelompok 1 diberi cekokan larutan dapar Na-bikarbonat 50 mm, dengan dosis 33,33 ml/kg BB per hari; kelompok 2 diberi cekokan larutan BSA, dengan dosis 363 mg/kg BB per hari; kelompok 3 diberi cekokan larutan protein CP4 EPSPS, dengan dosis 40 mg/kg BB per hari; kelompok 4 diberi cekokan larutan protein CP4 EPSPS, dengan dosis 100 mg/kg BB per hari; dan kelompok 5 diberi cekokan larutan protein CP4 EPSPS, dengan dosis 400 mg/kg BB per hari (masing-masing dosis target tersebut setara dengan dosis aktual 49 mg/kg BB, 154 mg/kg BB dan 572 mg/kg BB). Pemberian bahan uji atau kontrol hanya dilakukan sekali, yaitu pada hari ke-1 dan pengujian berlangsung selama 8 hari. 7

8 Pengamatan terhadap adanya kematian atau mencit yang sakit dilakukan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari, selama pengujian berlangsung. Observasi secara detil untuk memeriksa adanya tandatanda keracunan dilakukan pada hari ke-7. Penimbangan berat badan dilakukan dua kali yaitu pada hari ke-0 dan hari ke-7. Pengamatan jumlah konsumsi ransum dilakukan setiap hari, mulai hari ke-1 sampai hari ke-7. Pada hari ke-8 atau ke-9 semua mencit dimatikan, kemudian dilakukan pengamatan terhadap organ dalam (gross necropsy). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada semua kelompok: (1) tidak terdapat mencit yang mati selama percobaan berlangsung; (2) tidak terdapat kelainan klinis pada mencit; (3) tidak ditemukan perbedaan nyata dalam hal jumlah konsumsi ransum dan berat badan antar kelompok; (4) tidak ditemukan adanya kelainan pada organ dalam mencit. Berdasarkan pengujian tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat efek toksik pada mencit akibat pemberian protein CP4 EPSPS sampai dosis 572 mg/kg BB per hari. III.3.2 Toksisitas Akut Protein Cry3Bb1 Jumlah protein Cry3Bb1 yang dihasilkan oleh tanaman jagung sangat sedikit, sehingga untuk keperluan pengujian toksisitas akut protein digunakan protein yang diproduksi pada E. coli. Hasil analisis menunjukkan kesamaan protein yang diproduksi tanaman jagung PRG event MON dan E. coli. (Bonner et al, 2003 a). Pengujian toksisitas akut protein Cry3Bb1 telah dilakukan dan hasilnya telah dilaporkan (Kaempfe and Bonner, 2003). Bahan yang diuji berupa protein Cry3Bb1 murni yang dilarutkan dalam larutan dapar Na-bikarbonat 50 mm. Sebagai kontrol digunakan bovine serum albumin (BSA) yang juga dilarutkan dalam larutan dapar Na-bikarbonat 50 mm. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan dan betina, strain CrI: CD-1 (ICR)BR (VAF/Plus ), yang berasal dari Charles River Laboratories, Inc., Portage, Michigan. Mencit jantan berumur sekitar 7 minggu, dengan berat badan antara 27,1-29,6 g pada hari ke-1, sedangkan mencit betina berumur sekitar 11 minggu dengan berat badan antara 27,5-30,3 g pada hari ke-1. Mencit mengalami aklimatisasi selama 5 hari, kemudian dipindahkan ke dalam kandang secara individual, yang ditempatkan dalam ruangan bersuhu o C dan kelembaban relatif 36-55%, dengan pencahayaan selama 12 jam terang 12 jam gelap. Ransum yang berupa Purina Certified Rodent Meal # 5002 (Purina Mill, Inc.) diberikan secara ad libitum selama pengujian berlangsung. Air minum yang juga diberikan secara ad libitum selama studi berlangsung berupa air keran. 8

9 Sebanyak 20 ekor mencit jantan dan 20 ekor betina dibagi menjadi dua kelompok (10 ekor jantan dan 10 ekor betina per kelompok). Kelompok 1 diberi cekokan larutan BSA, sebagai kontrol; dengan dosis target sebesar 2500 mg/kg BB per hari (dosis aktual sebesar 1900 mg/kg BB per hari). Sedangkan kelompok 2 diberi cekokan larutan protein Cry3Bb1, dengan dosis target sebesar 2100 mg/kg BB per hari (dosis aktual sebesar 1930 mg/kg BB per hari). Bahan uji atau kontrol diberikan dalam dua kali cekokan yang berselang sekitar 4 jam, dan pengujian berlangsung selama 14 hari. Observasi klinis dilakukan setiap hari, sedangkan penimbangan berat badan dan perhitungan konsumsi ransum dilakukan pada hari ke-0, ke-7, dan hari ke-14. Pada hari terakhir pengujian, semua mencit dimatikan, kemudian dilakukan pembedahan dan pengamatan organ dalam (gross necropsy). Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapat mencit yang mati selama pengujian berlangsung; (2) tidak ditemukan adanya abnormalitas klinis yang nyata pada semua mencit; (3) tidak terdapat perbedaan secara statistik dalam hal jumlah konsumsi ransum antar kelompok; (4) tidak ditemukan adanya pengaruh patologis pemberian protein uji terhadap organ dalam; (5) tiga ekor mencit betina dari kelompok kontrol mengalami sedikit penurunan berat badan pada hari ke-1 sampai ke-7; demikian pula pada 1 ekor mencit jantan dan 1 ekor mencit betina pada hari ke-7 sampai ke-14. Sedikit penurunan berat badan juga terjadi pada 2 ekor mencit jantan dan 3 ekor mencit betina dari kelompok perlakuan pada hari ke-7 sampai ke-14. Mencit selebihnya mengalami kenaikan berat badan, dan pada kelompok perlakuan ternyata kenaikan berat badannya lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan pengujian tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat efek toksik pada mencit akibat pemberian protein Cry3Bb1 sampai dosis 1930 mg/kg BB. IV. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengkajian tentang informasi genetik, kesepadanan substansial, alergenisitas, dan toksisitas disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Jagung PRG event MON mengandung satu kopi sisipan gen cry3bb1 dan cp4 epsps; tidak mengandung fragmen backbone dari plasmid PV-ZMIR39; gen interes cry3bb1 dan cp4 epsps yang diintroduksikan ke jagung PRG event MON masih stabil sampai 7 generasi dan diwariskan mengikuti hukum Mendel. 2. Jagung PRG event MON sepadan secara substansial dengan jagung non PRG; tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi; dan termasuk ke dalam golongan bahan yang tidak toksik. 3. TTKH menilai bahwa jagung PRG event MON yang diajukan adalah aman untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan. 9

10 4. Apabila kemudian ditemukan data dan informasi baru yang tidak sesuai dengan data keamanan pangan yang diperoleh hingga saat ini, maka status keamanan pangan jagung PRG event MON perlu dikaji ulang. 5. Apabila setelah ditetapkan aman pangan, kemudian produk tersebut terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maka pemohon wajib melakukan tindakan pengendalian dan penanggulangan, serta menarik jagung PRG event MON dari peredaran. 6. Jagung PRG event MON tidak boleh digunakan sebagai pakan sampai memperoleh sertifikat aman pakan. 7. Jagung PRG event MON tidak boleh dibudidayakan sampai ditetapkan aman lingkungan. III. Daftar Acuan Bonner HKS, T Ganguly, AP Vaughn and RE Hileman, 2003a. Assessment of the Physicochemical and Functional Equivalence of the Cry3Bb1.pvzmir39 Protein Produced in Grain of MON Corn to the E. coli-produced Cry3Bb1.pvzmir39 Protein. Report no. MSL Performing Laboratory: Monsanto Company, Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on November 21, Bonner HKS, T Ganguly, AP Vaughn, JL Lee and RE Hileman, 2003b. Assessment of the Physicochemical and Functional Equivalence of the CP4 EPSPS Protein Produced in Grain of MON Corn and the E. coli-produced CP4 EPSPS Protein. Laboratory Proiect ID. MSL Number: Performing Laboratory: Monsanto Company, Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed on November 19, Harrison LA, MR Bailey, MW Naylor, JE Ream, BG Hammond, DL Nida, BL Burlette, TE Nickson, TA Mitsky, ML Taylor, RL Fuchs, and SR. Padgette, The expressed protein in glyphosate-tolerant soybean, 5-enolypyruvylshikimate-3-phosphate synthase from Agrobacterium sp. Strain CP4, is rapidly digested in vitro and is not toxic to acutely gavaged mice. J Nutr, 126: Kaempfe T A., H.K.S. Bonner An acute oral toxicity study in mice with E. Coli produced Cry3Bb1.pvzmir39 protein. Report no. MSL Job/Project no. SB Performing Laboratory: Monsanto Company, Product Characterization Center, 800 North Lindbergh Boulevard, Saint Louis, Missouri Report Completed onseptember 26, Melinda C. McCann, William A. Trujillo, and Roy Sorbet Evaluation of the Composition of Forage and Grain Collected from MON Corn Grown in 2002 U.S. Field Trials. Monsanto Company Product Safety Center, 800 North Lindbergh Blvd, St. Louis, MO 63167, September 12, 2003, MSL #18661) 10

11 Lampiran 2. Tim Kecil Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan dan TTKH Bidang Keamanan. Tim Kecil TTKH Bidang Keamanan 1. Informasi Genetik Dr. M. Herman Anggota TTKH Bidang Keamanan - Balai Besar BIOGEN, Balitbang Pertanian, Kementerian Pertanian 2. Keamanan Kesepadanan Substansial Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, M.Sc. Anggota TTKH Bidang Keamanan - Institut Pertanian Bogor Alergenisitas Prof. Dr. Ir. Maggy T. Suhartono Anggota TTKH Bidang Keamanan - Institut Pertanian Bogor Toksisitas - Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS Anggota TTKH Bidang Keamanan - Institut Pertanian Bogor - Dr. Ir. Endang Prangdimurti, M.Si Anggota TTKH Bidang Keamanan - Institut Pertanian Bogor 3. Produksi dan Peredaran Badan POM Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan Koordinator : Ir. Tetty Helfery Sihombing, MP (Badan POM) Wakil Koordinator: Yusra Egayanti, S.Si, Apt. (BPOM) Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS (Fak. Teknologi Pertanian, IPB) 2. Prof. Dr. Ir, Maggy T Suhartono, MS (Fak.Teknologi Pertanian, IPB) 3. Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc (Fak Teknologi pertanian, IPB) 4. Dr. Dahrul Syah (Fak. Teknologi pertanian, IPB) 5. Dr. Maksum Radji, M. Biomed (FMIPA, UI) 6. Prof. Dr. Muhammad Herman (MASBIOPI) 7. Dr. Tri Joko Santoso (BB Biogen, Kementerian Pertanian) 8. Dr. Rer. Nat. Wien Kusharyoto (Pusat Bioteknologi, LIPI) 9. Prof. Dr. Ir. Endang Sutriswati Rahayu, MS (Departemen Teknologi dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM) 10. Danang Waluyo, M.Eng (Balai Pengkajian Teknologi, BPPT) 11. Dra. Mariana Raini, M.Kes., Apt (Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan) 11

12 Lampiran 3. Daftar Hadir 1. Tanggal Review : 27 April 2016 (Tim Kecil TTKH Bidang Keamanan ) TTKH Prof. Dr. Deddy Muchtadi, MS IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Prof. Dr. Dedi Fardiaz, M.Sc. IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Prof. Dr. Maggy T. Suhartono IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dr. M. Herman BB Biogen, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dr. Ir. Endang Prangdimurti, M.Si IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Ir. Tetty Helfery Sihombing, MP Badan POM, Anggota TTKH Bidang Keamanan Yusra Egayanti, S.Si. Apt. Badan POM, Anggota TTKH Bidang Keamanan 2. Tanggal Review : 24 November 2016 (Tim Kecil TTKH Bidang Keamanan ) TTKH Prof. Dr. Dedi Fardiaz, M.Sc. IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Prof. Dr. Deddy Muchtadi, MS IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Prof. Dr. Maggy T. Suhartono IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dr. M. Herman BB Biogen, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dr. Ir. Endang Prangdimurti, M.Si IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Yusra Egayanti, S.Si. Apt. Badan POM, Anggota TTKH Bidang Keamanan 12

13 3. Tanggal Review : 17 April 2017 (Pleno TTKH Bidang Keamanan ) TTKH Prof. Dr. Dedi Fardiaz, M.Sc. IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Prof. Dr. Deddy Muchtadi, MS IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Prof. Dr. Maggy T. Suhartono IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dr. M. Herman BB Biogen, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dr. Ir. Endang Prangdimurti, M.Si IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dr. Dahrul Syah IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dr. Tri Joko Santoso BB Biogen, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dr. Rer. Nat. Wien Kusharyoto Pusat Bioteknologi, LIPI, Anggota TTKH Bidang Keamanan Prof. Dr. Ir. Endang Sutriswati Rahayu, MS UGM, Anggota TTKH Bidang Keamanan Danang Waluyo, M.Eng BPPT, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dra. Mariana Raini, M.Kes., Apt Badan Litbang Kesehatan, Anggota TTKH Bidang Keamanan Dra. Elin Herlina, Apt.,MP. Badan POM, Anggota TTKH Bidang Keamanan Yusra Egayanti, S.Si. Apt. Badan POM, Anggota TTKH Bidang Keamanan 13

Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON event 88017

Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON event 88017 Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Jagung PRG MON event 88017 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 88017 merupakan jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto. Jagung PRG event MON 88017

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 89788 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 89788 merupakan kedelai generasi kedua dari kedelai (Glycine max (L.) Merr.) yang toleran terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411

LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411 LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87411 Kegiatan : Pengkajian Keamanan Pangan Jagung Produk Rekayasa

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON (Jagung bt)

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON (Jagung bt) Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG MON 89034 (Jagung bt) I. Pendahuluan Jagung PRG MON 89034 adalah produk generasi kedua dari perusahaan Monsanto yang diklaim dikembangkan untuk memberikan

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event GTS 40-3-2 I. Pendahuluan Kedelai PRG event GTS 40-3-2 merupakan produk kedelai pertama yang mengandung protein CP4 EPSPS yang bertanggung jawab dalam

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG NK603 I. Pendahuluan Jagung PRG NK603 mengandung protein CP4 EPSPS termasuk protein CP4 EPSPS L214P yang diekspresikan oleh gen CP4 EPSPS. Gen CP4 EPSPS

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87769 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87769 adalah kedelai produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto dengan perubahan kandungan asam

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK Yusra Egayanti, S.Si., Apt. KaSubdit. Standardisasi Pangan Khusus Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan POM Simposium dan Seminar Nasional Produk

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87427 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 87427 merupakan jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang toleran terhadap herbisida

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR162 I. Pendahuluan Jagung PRG event MIR162 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event MIR604 I. Pendahuluan Jagung PRG event MIR604 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event Bt11 I. Pendahuluan Jagung PRG event Bt11 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi ketahanan terhadap

Lebih terperinci

Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3.

Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3. LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK BIDANG KEAMANAN PANGAN TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN KEDELAI PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT MON 87751 Kegiatan : Pengkajian Keamanan

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event GA21 I. Pendahuluan Jagung PRG event GA21 adalah produk perusahaan Syngenta yang tidak ada bedanya dengan jagung non PRG kecuali dari sifat toleran

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Event NXI-6T I. Pendahuluan Tebu PRG event NXI-6T dikembangkan dari tebu non PRG varietas JT-26, merupakan produk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XI yang

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG Event MON 87705 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87705 merupakan produk kedelai dengan perubahan asam lemak dengan tujuan meningkatkan nilai gizi. Kedelai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Tebu PRG Toleran Kekeringan Event NXI-1T I. Pendahuluan Tebu PRG toleran kekeringan event NXI-1T merupakan produk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XI yang diklaim

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701 I. Pendahuluan Kedelai PRG event MON 87701 merupakan kedelai produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang memproduksi protein Cry1Ac

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK Sri Muharsini Tim Teknis Keamanan Hayati Pakan PRG Seminar Nasional

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG Event 3272 I. Pendahuluan Jagung PRG event 3272 adalah produk perusahaan Syngenta yang diklaim dikembangkan untuk memberikan manfaat untuk peningkatan produksi

Lebih terperinci

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Salah satu topik yang dibahas dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII adalah pangan transgenik. Menurut Prof Dr Soekirman, MPS-ID, Ketua

Lebih terperinci

INFORMASI NILAI GIZI

INFORMASI NILAI GIZI Format Informasi Nilai Gizi untuk pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi INFORMASI NILAI GIZI Takaran saji. (URT) ( g) Jumlah Sajian per Kemasan :. JUMLAH PER SAJIAN Sereal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87460

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87460 Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Jagung PRG event MON 87460 I. Pendahuluan Jagung PRG event MON 87460 adalah jagung produk rekayasa genetik dari perusahaan Monsanto yang toleran terhadap kekeringan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1142, 2016 BPOM. Produk Rekayasa Genetik. Pengkajian Keamanan Pangan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 DIREKTUR STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN POM RI 1 Maret 2012 1 LIST PERATURAN 1. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.03.1.23.11.11.09605 Tahun 2011

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN Produk rekayasa genetik pada saat ini sudah tersebar luas di berbagai negara, khususnya negara-negara maju dan di Indonesia pun sudah ada beberapa

Lebih terperinci

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan.

Lebih terperinci

NOMOR : HK TENTANG PEMBENTUKAN TIM MITRA BESTARI PANGAN FUNGSIONAL KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI,

NOMOR : HK TENTANG PEMBENTUKAN TIM MITRA BESTARI PANGAN FUNGSIONAL KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.00.05.1.0421 TENTANG PEMBENTUKAN TIM MITRA BESTARI PANGAN FUNGSIONAL KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Menimbang

Lebih terperinci

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA?

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA? SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA? Sekretariat Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia Puslit Bioteknologi LIPI Jl. Raya Bogor Km 46 Cibinong Science Center http://www.indonesiabch.org/

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (1)

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09605 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475 TAHUN 2005 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 LAMPIRAN 3 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 DAFTAR PERTANYAAN PERMOHONAN PENGUJIAN KEAMANAN LINGKUNGAN TANAMAN PRG BERSAMAAN DENGAN UJI ADAPTASI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

2011, No BAB 9 FORMAT

2011, No BAB 9 FORMAT 5 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.11.11. TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN

PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN 2012, No.369 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.03.12.1563 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK PEDOMAN

Lebih terperinci

TERKENDALI. PERALATAN/PERLENGKAPAN: 1. ATK. 2. Printer dan Komputer.

TERKENDALI. PERALATAN/PERLENGKAPAN: 1. ATK. 2. Printer dan Komputer. D TE OK RK U M EN E N DA LI 10. Keputusan Presiden Nomor 181/M Tahun 2014 tentang pengangkatan keanggotaan KKH PRG. 11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.03.12.1563

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.03.12.1563 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Uji Lapang, Kajian Transfer Gen dan Studi

Uji Lapang, Kajian Transfer Gen dan Studi Uji Lapang, Kajian Transfer Gen dan Studi Pra-Komersialisasi ikentang Transgenik Peraturan Perundang2an Terkait: UU No. 7 Th. 1996 Pangan KepMentan Th. 1997 UU No. 21 Th. 2004 Ratifikasi Protokol Keamanan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tah No. 1188, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. PRG. Keamanan Pakan. Pengkajian. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMENTAN/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

Pengkajian Keamanan Lingkungan Produk Rekayasa Genetik Vaksin Vectormune HVT-NDV

Pengkajian Keamanan Lingkungan Produk Rekayasa Genetik Vaksin Vectormune HVT-NDV Pengkajian Keamanan Lingkungan Produk Rekayasa Genetik Vaksin Vectormune HVT-NDV Vaksin Vectormune HVT-NDV adalah vaksin untuk pengendalian dan penanggulangan penyakit Marek s Disease (MD) dan Newcastle

Lebih terperinci

Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan

Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan KATA PENGANTAR Teknologi rekayasa genetik telah berkembang pesat dan telah memberikan manfaat antara

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengkajian. Keamanan. Pangan. Produk. Rekayasa Genetik. Pedoman.

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengkajian. Keamanan. Pangan. Produk. Rekayasa Genetik. Pedoman. No.369, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengkajian. Keamanan. Pangan. Produk. Rekayasa Genetik. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011, bertempat di kandang C dan Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

UJI EFIKASI HERBISIDA GLIFOSAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIKA ABSTRACT ABSTRAK

UJI EFIKASI HERBISIDA GLIFOSAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIKA ABSTRACT ABSTRAK 212 Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1, No. 1, Desember 2012 UJI EFIKASI HERBISIDA GLIFOSAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIKA Tony Caesar 1*, Edison

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian 23 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung selama 7 bulan, yaitu penelitian in vitro bulan Januari sampai Maret 2009 di Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor (IPB)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Oleh : Andriantoro Pusat penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Andriantoro Pusat penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan Sosialisasi Metode SNI 7184.5:2017 Karakteristik limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)- bagian 5: pengujian toksisitas akut limbah secara oral pada hewan uji mencit : Up and Down Procedure Oleh : Andriantoro

Lebih terperinci

TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 61/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

Muhammad Herman. BB-Biogen, Badan Litbang Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN

Muhammad Herman. BB-Biogen, Badan Litbang Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN Muhammad Herman BB-Biogen, Badan Litbang Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN 2 0 0 8 Teknik Kultur In Vitro (1985) Teknik Marka Molekuker (1992) Teknik Rekayasa Genetik (1996) Media Workshop Manfaat Bioteknologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN 7 2013, No.709 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Kambing Perah milik Yayasan Pesantren Darul Falah Ciampea dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah dan Laboratorium Ilmu dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. CEKAMAN LINGKUNGAN BIOTIK 1. PENYAKIT TANAMAN 2. HAMA TANAMAN 3. ALELOPATI PEMULIAAN

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP)

Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP) Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan PRG Ice Structuring Protein (ISP) I. Pendahuluan Ice Structuring Protein (ISP) adalah protein alami yang untuk pertama kalinya diidentifikasi 30 tahun yang lalu di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur kondisinya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil persilangan antara lele asli

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN PEMANFAATAN JENIS POHON MANGROVE API-API (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN PANGAN DAN OBAT-OBATAN Ketua : Dr. Ir. Cahyo Wibowo, MScF. Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. 2. Dr. Ir. Ani Suryani,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR: HK.00.05.52.6291 TENTANG KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Menimbang : Mengingat : a. b. c. d. 1. bahwa

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

A. Informasi Tanaman PRG

A. Informasi Tanaman PRG LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 10/KSDAE/SET/KSA.2/11/2017 TANGGAL : 3 NOVEMBER 2017 TENTANG : PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN DOKUMEN ANALISIS RISIKO

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR SELEKSI DAN PENGUJIAN BAKTERI ASAM LAKTAT KANDIDAT PROBIOTIK HASIL ISOLAT LOKAL SERTA KEMAMPUANNYA DALAM MENGHAMBAT SEKRESI INTERLEUKIN-8 DARI ALUR SEL HCT 116 EKO FARIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.03.12.1564 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PELABELAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam penelitian ini diadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN LAYANAN JASA

MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN LAYANAN JASA MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN LAYANAN JASA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 Manual Prosedur PELAKSANAAN LAYANAN JASA Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Kode

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan adalah pelet kering berbasis sumber protein nabati yang berjenis tenggelam dengan campuran crude enzim dari rumen domba. Pakan uji yang diberikan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI POLINASI SERANGGA DUNIA CAPAI 153 MILIAR EURO

NILAI EKONOMI POLINASI SERANGGA DUNIA CAPAI 153 MILIAR EURO 19 September 2008 BERITA NILAI EKONOMI POLINASI SERANGGA DUNIA CAPAI 153 MILIAR EURO Sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari French National Institute for Agricultural Research (INRA), National

Lebih terperinci

Aspek Legal Produk Rekayasa Genetik

Aspek Legal Produk Rekayasa Genetik Aspek Legal Produk Rekayasa Genetik BAHAN PRESENTASI SEMINAR NASIONAL BIOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG, JAWA TIMUR 10 SEPTEMBER 2015 Prof. (Riset). Dr. Ir. Agus Pakpahan Ketua KKHPRG 1 SEJARAH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih ada di Indonesia. Sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi anak yang

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS TATA CARA DAN MEKANISME PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PEDOMAN TEKNIS TATA CARA DAN MEKANISME PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN NOMOR :466.2/Kpts/OT.210/H/11/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA DAN MEKANISME PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK i ii KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN No. BAK/TBB/BOG311 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2010 Hal 1 dari 9 BAB III ACUAN LABEL GIZI Jika kita membeli produk makanan atau minuman di supermarket, seringkali Informasi Nilai Gizi yang tercetak pada kemasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium berada diantara ayam petelur ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Boraks pada saat ini sering sekali diberitakan melalui media cetak maupun elektronik karena penyalahgunaannya dalam bahan tambahan makanan. Berdasarkan dari

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci