Simulasi Dinamika Molekuler Proses Adsorpsi Hidrogen pada Carbon Nanotube dengan Lithium sebagai Unsur Doping

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Simulasi Dinamika Molekuler Proses Adsorpsi Hidrogen pada Carbon Nanotube dengan Lithium sebagai Unsur Doping"

Transkripsi

1 Simulasi Dinamika Molekuler Proses Adsorpsi Hidrogen pada Carbon Nanotube dengan Lithium sebagai Unsur Doping Ihsan Ahmad Zulkarnain 1 1 Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok Ihsan.ahmad@ui.ac.id Abstrak Penggunaan gas hidrogen sebagai sumber energi pada sel bahan bakarmenjadikannya sebagai potensi sumber energi di masa depan. Salah satu permasalahan yang cukup perlu diperhatikan pada pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi ini adalah media penyimpanannya. Untuk dapat menyimpan hidrogen dalam jumlah besar, diperlukan tekanan operasi yang sangat tinggi dan temperatur yang sangat rendah. Penyimpanan hidrogen dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan fenomena adsorpsi gas hidrogen pada media berporos seperti Carbon Nanotube (CNT). Kapasitas adsorpsi hidrogen pada CNT ini juga dapat ditingkatkan dengan menyisipkan unsur doping pada CNT. Salah satunya adalah dengan menyisipkan senyawa alkali metal seperti Lithium.Simulasi dinamika molekuler proses adsorpsi hidrogen pada CNT dengan Lithium sebagai unsur doping ini memberikan perkiraan bahwa kapasitas adsorpsi hidrogendapat meningkat hingga 100% dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi hidrogen pada CNT tanpa doping Lithium pada tekanan 40 atm dan temperatur 293 K dari sebelumnya 1 wt% menjadi 2 wt%. Abstract The uses of hydrogen gas as energy resources in fuel cell let it to be future energy resources potential. One of the problems which need to be concerned about the uses of hydrogen gas as energy resources is its storage medium. To be able to store hydrogen gas in large amount, very high operational pressure and very low operational temperature are required. Hydrogen storage capacity can be improved by using adsorption phenomena of hydrogen gas on porous medium like Carbon Nanotube (CNT). Hydrogen adsorption capacity of CNT can be improved too by inserting alkaline metal, such as Lithium, into CNT. Molecular dynamic simulation of hydrogen adsorption process on Lithium-doped CNT predicts that its hydrogen adsorption capacity can be improved until 100% compared to its hydrogen adsorption capacity without Lithium at pressure of 40 atm and temperature of 293 K from 1 wt% become 2 wt%. Keywords: Hydrogen, Carbon Nanotube, Molecular Dynamics Simulation, Lithium 1. PENDAHULUAN Sumber energi alternatif yang cukup menarik perhatian para peneliti saat ini adalah sumber energi dari sel bahan bakar hidrogen. Sel bahan bakar, sebagai teknologi konversi energi yang efisien, dan hidrogen, sebagai media penyimpan energi yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan gas efek rumah kaca, merupakan suatu kombinasi yang sangat berpotensi untuk menjadi sumber energi alternatif di masa depan. Sel bahan bakar hidrogen dapat diaplikasikan di berbagai sektor kebutuhan, seperti transportasi atau pembangkit listrik. Dalam penerapannya di sektor transportasi, sel bahan bakar hidrogen menemui beberapa kendala yang harus dihadapi. Gas hidrogen merupakan gas yang sangat reaktif. Dalam konsentrasi tertentu, gas hidrogen dapat membentuk campuran eksplosif dengan udara bebas yang akan meledak jika dipicu oleh api, panas, atau cahaya matahari. Oleh karena itu, teknologi penyimpanan gas hidrogen haruslah dirancang sedemikian rupa untuk menjamin keamanan dalam pemanfaatannya sebagai sel bahan bakar. Selain masalah pencegahan kebocoran gas hidrogen ke udara bebas, teknologi penyimpanan gas hidrogen juga menemui masalah lain yang harus diatasi, yakni masalah besarnya volume alat penyimpanan gas hidrogen. Jika disimpan dalam bentuk fase gas dengan kondisi tekanan dan temperatur lingkungan, hidrogen memiliki volume per satuan massa yang sangat besar. Oleh karena itu, media penyimpanan gas hidrogen akan sangat besar dan menjadi tidak efisien saat digunakan sebagai tangki bahan bakar kendaraan. Kendala tersebut terjawab dengan ditemukannya ide sistem penyimpanan hidrogen dengan metode adsorpsi pada material berpori. Sistem ini dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan hidrogen cukup baik karena densitas gas hidrogen yang teradsorpsi akan mendekati nilai densitasnya dalam fase cair. Material berpori yang yang dinilai

2 efektif untuk digunakan sebagai media penyerap hidrogen adalah Carbon Nanotubes (CNT). Simulasi Dinamika Molekuler merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memprediksi pergerakan molekul yang saling berinteraksi. Pergerakan molekul ini dipengaruhi oleh berbagai gaya interaksi antar molekul, salah satunya adalah gaya tarik-menarik antar massa molekul. Fenomena adsorpsi umumnya disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik ini. Selain itu, sebenarnya ada bentuk gaya lain yang cukup besar juga pengaruhnya terhadap pergerakan molekul, yakni gaya tarikmenarik dan tolak-menolak antar molekul bermuatan. Oleh karena itu, penyisipan senyawa yang dapat menginduksikan muatan pada CNT dapat menjadi suatu potensi peningkatan kapasitas adsorpsi hidrogen. Hasil penelitian Rao et al., 1997, menunjukkan bahwa doping logam alkali seperti Lithium pada CNT menghasilkan fenomena pergeseran posisi elektron sehingga meningkatkan karakteristik ionik CNT tersebut. Simonyan et al., 1999, menyatakan bahwa induksi muatan pada CNT ini dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi hidrogen. Kemudian Chen et al., 1999, menunjukkan hasil peneilitiannya bahwa doping Lithium pada CNT dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi hingga 20% fraksi massa adsorben pada proses pendinginan dari temperatur 670 K 470 K pada tekenan 1 atm. Dengan hasil penelitian kapasitas adsorpsi yang sangat besar ini, Ralph T. Yang, 2000, melakukan penelitian yang sama dengan menggunakan gas hidrogen kering dan memberikan hasilnya klarifikasi mengenai besar kapasitas adsorpsinya yakni hanya sekitar 2% fraksi massa adsorben. Pinkerton et al., 2000, menjelaskan bahwa kapasitas adsorpsi 20% yang dilaporkan oleh Chen disebabkan penelitian dilakukan menggunakan gas hidrogen yang masih mengandung uap air sehingga uap air ikut terserap ke dalam Li-CNT membentuk senyawa Li(OH).H2O. Namun demikian, dengan kapasitas adsorpsi sebesar ini pada tekanan 1 atm, doping Lithium pada CNT cukup diperhitungkan sebagai cara peningkatan kapasitas adsorpsi hidrogen. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai fenomena adsorpsi pada Li-CNT terus dikembangkan. (Yang et al., 2003 [1]) Hal tersebutlah yang mendasari penelitian ini. Senyawa Lithium dipilih sebagai senyawa doping yang akan disisipkan pada CNT. Kapasitas adsorpsi hidrogen pada Li-CNT tersebut kemudian akan dievaluasi pada berbagai variasi tekanan dan temperatur dengan menggunakan metode Simulasi Dinamika Molekuler (SDM). 2. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan kali ini menggunakan software LAMMPS (Large-scale Atomic/Molecular Massively Parallel Simulator) yang dikembangkan oleh Sandia National Laboratories, Departemen Energi Amerika. Dalam melakukan penelitian simulasi dinamika molekul ini, hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain: molekul-molekul yang akan disimulasikan, datadata karakteristik molekul-molekul tersebut, volume simulasi yang akan digunakan, inisialisasi koordinat molekul, perancangan simulasi dengan software LAMMPS, Pengambilan data dengan variasi tekanan dan temperatur, serta visualisasi hasil simulasi.. Volume Simulasi yang digunakan tergantung pada diameter dan panjang CNT yang akan disimulasikan. Dimensi dari volume simulasi ditentukan berdasarkan perbandingannya dengan ukuran CNT seperti yang digambarkan pada gambar 1. Ukuran CNT yang digunakan dalam simulasi kali ini yaitu CNT berbentuk armchair dengan indeks chirality (8,8) dan panjang 4 nm. Pemilihan ukuran CNT ini didasarkan pada besar diameter rata-rata CNT yang dapat diproduksi yakni berkisar antara 1 1,2 nm. Oleh karena itu, CNT yang dipilih adalah CNT (8,8) yang memiliki diameter sekitar 1,08 nm. Sehingga besarnya dimensi dari volume simulasi adalah 2 nm x 2 nm x 8 nm. Yakni sebesar 32 nm3. Koordinat Lithium dirancang dengan berdasar pada teori fungsi densitas, dimana Lithium akan memposisikan diri pada potensial terrendah dengan CNT yakni 2 Angstrom tepat di atas pusat heksagonal CNT. Gbr 1. Dimensi ruang CNT

3 Untuk melakukan simulasi dinamika molekul dengan menggunakan software LAMMPS, hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain: koordinat molekul; volume simulasi; data-data simulasi seperti massa atom molekul dan parameter interaksi antar molekul (parameter Lennard-Jones); penentuan ensemble simulasi; variasi data temperatur dan tekanan yang akan disimulasikan; serta output dari simulasi yakni berupa data koordinat molekul dan temperatur sistem selama simulasi. Parameter potensial Lennard-Jones meliputi besarnya nilai energi potensial minimum [ε] dan jarak dimana potensial sama dengan nol [σ]. Nilai ε merepresentasikan besarnya energi kinetik yang dibutuhkan oleh suatu molekul untuk dapat terbebas dari ikatan antar molekul sesama jenisnya. Dengan kata lain, semakin besar nilai ε, maka semakin tinggi pula temperatur didih material tersebut. ( ) [( ) ( ) ] (1) Untuk nilai parameter interaksi antara molekul yang berbeda jenis, maka nilai parameter Lennard- Jones yang digunakan dapat dihitung dengan berdasar pada teori campuran Lorentz-Berthelot yang menyatakan bahwa nilai parameter energi suatu campuran adalah nilai rata-rata geometrik keduanya dan nilai parameter jarak suatu campuran adalah nilai rata-rata aritmatik keduanya. (2) (3) Nilai parameter Lennard-Jones yang digunakan dalam simulasi disajikan pada tabel 1 Nilai tersebut adalah nilai yang diambil berdasarkan penelitian Tahery, 2007 [2] dan Tildesey, 1987 [3]. Untuk CNT yang didoping oleh Lithium, maka nilai parameter Lennard-Jones tidak bisa diestimasi menggunakan teori campuran Lorentz-Berthelot karena karakteristik ionik CNT meningkat setelah didoping dengan Lithium (Rao et al, 1997) [1]. Sehingga nilai parameter Lennard-Jones harus diestimasi dengan disimulasikan menggunakan teori fungsi densitas yang akan menghasilkan besar nilai energi adsorpsi Lithium pada CNT dan nilai energi adsorpsi gas hidrogen pada CNT yang telah didoping Lithium tersebut. Pada penelitian kali ini, nilai parameter Lennard-Jones diestimasi berdasarkan hasil penelitian Cho et al., 2007 [4]. Cho melakukan simulasi pengaruh doping Lithium pada CNT dengan menggunakan teori fungsi densitas. Keberadaan Lithium meningkatkan karakteristik ionik pada CNT sehingga gaya interaksi antara molekulnya pun akan berubah. Cho menyatakan bahwa energi adsorpsi hidrogen pada CNT akan berbeda-beda sesuai posisinya terhadap Lithium. Pada bagian CNT yang jauh dari Lithium, energi adsorpsi hidrogen akan meningkat sebesar 20% dibandingkan dengan CNT murni, yakni 2,2 kcal/mol menjadi 2,6 kcal/mol. Sedangkan pada bagian yang dekat dengan Lithium, energi adsorpsi hidrogen akan meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan dengan energi adsorpsi pada CNT murni, yakni 4,4 kcal/mol. Berdasarkan nilai peningkatan energi adsorpsi tersebut, maka nilai parameter Lennard-Jones untuk simulasi adsorpsi hidrogen pada Li-CNT dapat diestimasi dengan melakukan simulasi minimalisasi energi pada CNT dengan doping satu buah Lithium dan satu molekul gas hidrogen (lihat gambar 2). Nilai parameter Lennard-Jones pada simulasi minimalisasi energi tersebut akan terus disesuaikan hingga didapatkan nilai energi adsorpsi hidrogen sesuai dengan besar peningkatan energi adsorpsi hidrogen pada penelitian yang dilakukan Cho et al. Nilai parameter Lennard-Jones tersebut dijabarkan pada tabel 2. Tabel 2. Nilai parameter Lennard-Jones untuk simulasi pada Li-CNT Molekul [kcal/mol] [Å] H-H C-C Li-Li H-C H-Li C-Li Tabel 1. Parameter potensial Lennard-Jones Molekul [kcal/mol] [A] H-H C-C H-C Gbr 2. Simulasi minimisasi energi untuk mendapatkan nilai parameter Lennard-Jones (biru: CNT, ungu: Lithium, merah: Hidrogen)

4 Gbr 3. Energi ikatan antar atom hidrogen Dalam melakukan simulasi dinamika molekul, bukan hanya interaksi dengan potensial Lennard- Jones saja yang dimodelkan, tapi juga interaksi dalam ikatan molekul. Energi ikatan molekul tersebut didekatkan dengan persamaan ikatan harmonik berikut, (4) Dengan K adalah konstanta ikatan harmonik, R adalah jarak antar atom, dan Rc adalah jarak equilibrium antar atom dalam suatu ikatan. Untuk ikatan dalam gas hidrogen, jarak ikatannya adalah 0,74 Angstrom dengan besar energi ikatan 436 kj/mol. Energi ikatan ini digambarkan dalam grafik berikut pada gambar 3. Dengan nilai energi ikatan dan jarak ikatan equilibrium tersebut, maka nilai K yang paling sesuai adalah 66890,33 kj/mola2 atau sekitar 15987,17 kkal/mola2. Simulasi dinamika molekul pada proses adsorpsi ini diasumsikan terjadi pada kondisi adiabatik, dimana energi total sistem dijaga konstan. Maka jenis ensemble simulasi yang cocok digunakan pada proses ini adalah ensemble mikrokanonikal (N, V, E). Tekanan dan temperatur yang divariasikan adalah temperatur akhir proses simulasi dinamika molekuler. Tekanan divariasikan antara atm, dan temperatur divariasikan dari 263 K, 293 K, dan 323 K. Untuk mendapatkan variasi data keluaran simulasi tersebut, maka data temperatur awal simulasi divariasikan antara 233 K, 253 K, 273 K, 283 K, 313 K, dan 323 K. Serta untuk mendapatkan variasi tekanan, jumlah molekul hidrogen yang disimulasikan pun divariasikan dari sekitar 74 sampai 172 molekul gas hidrogen. Data hasil keluaran simulasi berupa data fluktuasi temperatur dan koordinat molekul dalam ruang simulasi. Kedua output inilah yang akan diolah untuk menganalisa karakteristik proses adsorpsi. Simulasi dinamika molekul dengan ensemble mikrokanonikal menjaga energi total sistem tetap konstan. Hal ini menyebabkan temperatur sistem cenderung meningkat selama proses adsorpsi yang bersifat eksotermis. Maka data yang akan diolah adalah data fluktuasi temperatur sistem. Saat temperatur sistem sudah relatif stabil, maka saat itu sistem dianggap telah mencapai kondisi equilibriumnya. Pada saat itulah data temperatur dan konsentrasi adsorbat diolah untuk mendapatkan tekanan equilibrium sistem pada proses adsorpsi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi dilakukan dengan terlebih dahulu mengikuti pemodelan yang dibuat oleh Banerjee, 2008 [5]. Banerjee melakukan pemodelan simulasi dinamika molekuler proses adsorpsi hidrogen pada CNT yang didoping Lithium. Dalam pemodelan ini, Banerjee mengasumsikan Lithium didoping pada CNT dalam bentuk nanowafer yang menjadi penghubung antar ujung CNT (lihat gambar 4). Gbr 4. Pemodelan simulasi Banerjee (2008)

5 Gbr 5. Lithium teradsorp sebagai ion pada permukaan CNT Pemodelan ini dinilai kurang tepat jika ditinjau dari berbagai literatur lain yang menyatakan bahwa Lithium sebagai ion yang terdoping pada CNT akan cenderung terserap pada permukaan CNT, tepat di atas tengah heksagonal CNT seperti pada gambar 5 (Cho et al., 2008 [4]). Selain mengkoreksi pemodelan posisi Lithium, pendekatan metode menjaga temperatur pada pemodelan Banerjee yang menggunakan temperaturerescaling pun diteliti dengan meninjau temperatur sebenarnya pada gas hidrogen yang teradsorp dan yang masih bebas (lihat gambar 6). Gambar 6 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan temperatur yang cukup signifikan antara gas hidrogen yang teradsorp dengan gas hidrogen bebas.ini menandakan pendekatan metode temperature-rescaling pada pemodelan Banerjee kurang tepat.untuk membandingkannya, maka simulasi selanjutnya dilakukan tanpa metode temperature-rescaling. Hasil simulasi ini kembali diteliti dengan meninjau fluktuasi temperatur gas hidrogen selama simulasi proses adsorpsi. Tanpa metode temperature-rescaling, maka kalor yang dihasilkan oleh proses adsorpsi akan menyebabkan temperatur sistem meningkat. Hal ini ditunjukkan pada gambar 4.4, dimana temperatur gas hidrogen yang telah terserap akan secara signifikan naik hingga 400 K. Total energi kalor yang dilepaskan oleh proses adsorpsi berubah menjadi energi kinetik gas hidrogen itu sendiri sehingga temperaturnya naik secara signifikan. Pada fenomena adsorpsi yang sebenarnya, kalor yang dilepas oleh proses adsorpsi tidak sepenuhnya diserap oleh adsorbat, melainkan diserap juga oleh adsorben. Sehingga temperatur tidak meningkat terlalu signifikan karena kalor jenis adsorben relatif lebih tinggi dibandingkan kalor jenis adsorbat dalam fasa gas. Pada pemodelan simulasi yang dilakukan oleh Banerjee, molekul CNT yang bertindak sebagai adsorben dianggap diam sehingga tidak dapat menerima kalor atau melepaskan kalor sama sekali. Inilah yang menyebabkan total energi kalor adsorpsi berubah menjadi energi kinetik pada molekul gas hidrogen yang teradsorp. Gbr 6. Fluktuasi temperatur gas hidrogen tanpa temperature-rescaling

6 Gbr 7. Fluktuasi temperatur gas hidrogen pada pemodelan Banerjee Untuk mendapatkan pemodelan yang lebih tepat, maka simulasi selanjutnya dilakukan dengan membuat CNT dapat bergerak bebas juga sehingga dapat merepresentasikan temperatur molekul CNT tersebut. Sebagai karbon nanostructure, CNT dianggap berfase solid, sehingga pergerakan molekulnya hanya dalam bentuk gerakan bergetar saja. Hasil simulasi ini kembali diteliti dengan meninjau fluktuasi temperatur selama simulasi proses adsorpsi. Dengan mengsimulasikan sistem dimana CNT dapat ikut bergerak, maka CNT sebagai adsorben dapat menerima atau melepas kalor juga.oleh karena itu kalor adsorpsi dapat diserap oleh CNT juga. Hal ini lebih memenuhi kaidah perpindahan panas. Pada gambar 7, ditunjukkan bahwa temperatur CNT sebagai adsorben cenderung meningkat namun tidak terlalu signifikan.hal ini dikarenakan CNT sebagai karbon nanostruktur memiliki nilai kapasitas kalor yang lebih tinggi. Walaupun simulasi ini menunjukkan bahwa temperatur rata-rata sistem relatif naik, namun kenaikan temperatur ini tidak terlalu signifikan sehingga masih dapat diterima sebagai hasil simulasi yang mendekati fenomena yang sebenarnya. Proses adsorpsi fisis yang reversibel menyebabkan jumlah adsorbat selamat proses adsorpsi tidak selalu konstan setiap waktunya. Jumlah molekul adsorbat ini cenderung meningkat dan perlahan stabil ketika sudah mencapai kondisi kesetimbangan adsorpsi. Pada gambar 8 berikut ini disajikan data fluktuasi jumlah adsorbat selama simulasi proses adsorpsi untuk data pada temperatur 253 K dan jumlah molekul gas hidrogen 75 molekul. Gbr 8. Fluktuasi jumlah adsorbat selama simulasi proses adsorpsi

7 Gbr 9. Fluktuasi tekanan selama simulasi proses adsorpsi Sama halnya dengan fluktuasi temperatur proses adsorpsi yang cenderung meningkat dan kemudian stabil, konsentrasi adsorbat pun memiliki kecenderungan yang sama selama proses adsorpsi. Jumlah adsorbat yang telah stabil menunjukkan sistem sudah berada pada kondisi kesetimbangan adsorpsi. Penggunaan ensemble mikrokanonikal (N, V, E) menyebabkan jumlah partikel dalam ruang simulasi selalu konstan. Hal tersebut menyebabkan jumlah molekul gas hidrogen bebas pada ruang simulasi akan terus berkurang selama proses adsorpsi terjadi. Karena hanya molekul gas hidrogen bebas yang berkontribusi pada tekanan ruang simulasi. Maka tekanan ruang akan cenderung menurun seiring dengan berkurangnya jumlah molekul gas hidrogen bebas. Pada gambar 9, ditunjukkan bahwa tekanan proses adsorpsi pada CNT dengan doping Lithium menurun relatif lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan tekanan proses adsorpsi pada CNT murni. Hal ini mengindikasikan CNT dengan doping Lithium menyerap lebih banyak adsorbat dibandingkan dengan CNT murni. Keberadaan Lithium pada CNT dapat mempengaruhi kapasitas adsorpsi gas hidrogen pada CNT tersebut. Gambar 10 dan gambar 11 secara kualitatif menunjukkan konsentrasi adsorbat pada CNT dengan doping Lithium lebih besar dibandingkan pada CNT murni. Gbr 10. Visualisasi posisi hidrogen pada CNT murni Gbr 11. Visualisasi posisi hidrogen pada Li-CNT

8 Hasil simulasi pada berbagai variasi temperatur dan tekanan awal menghasilkan data konsentrasi adsorpsi pada berbagai tekanan dan temperatur equilibrium. Temperatur equilibrium dikelompokkan kedalam tiga nilai temperatur yang mendekati, yakni 263 K, 293 K, dan 323 K. Kemudian kapasitas adsorpsi dikorelasikan den tekanan equilibrium menggunakan pendekatan persamaan Freundlich sebagai berikut: (6) Dengan x = jumlah adsorbat, m = massa adsorben, k = konstanta adsorpsi, P = tekanan equilibrium, n = faktor korelasi. Pendekatan Freundlich merepresentasikan fenomena dimana kapasitas adsorpsi sebanding dengan tekanan equilibriumnya. Namun besarnya peningkatan kapasitas adsorpsi cenderung menurun pada tekanan yang lebih tinggi. Hasil pengolahan data simulasi ini direpresentasikan dalam grafik pada gambar 12 dan gambar 13. Sama halnya dengan adsorpsi pada CNT murni, proses adsorpsi gas hidrogen pada CNT dengan doping Lithium memiliki kecenderungan yang sama, yakni semakin tinggi tekanan equilibrium proses adsorpsi menyebabkan semakin besarnya kapasitas adsorpsi. Sebaliknya, semakin rendah temperatur proses adsorpsi, maka semakin besar konsentrasi adsorbat. Gbr 12. Hubungan tekanan - kapasitas untuk CNT tanpa Lithium Gbr 13. Hubungan tekanan-kapasitas untuk Li-CNT

9 Gbr 14. Perbandingan kapasitas adsorpsi CNT murni dan Li-CNT Lithium yang didoping pada permukaan CNT tentunya mempengaruhi karakteristik proses adsorpsi gas hidrogen pada CNT tersebut. Pengaruh tersebut ditunjukkan pada gambar 14 yang menggambarkan perbandingan konsentrasi adsorpsi hidrogen pada CNT tanpa dan dengan doping Lithium pada berbagai temperatur. Hasil ini menunjukkan keberadaan Lithium pada CNT dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi gas hidrogen. Pada tekanan 40 atm dan temperatur 293 K, kapasitas adsorpsi meningkat hampir 100% dari sebelumnya 1 wt% menjadi 2 wt%. Untuk tujuan validasi, hasil simulasi dinamika molekuler proses adsorpsi pada CNT tanpa Lithium ini harus dibandingkan dengan hasil eksperimen yang meneliti kesetimbangan isoterm adsorpsi CNT pada temperatur lingkungan yakni sekitar 293 K. Berikut pada gambar 15 disajikan perbandingan hasil simulasi dengan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Anson et al, 2004 [6], Smith, 2002 [7], dan Gallego, 2003 [8]. Hasil perbandingan ini menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan antara hasil simulasi dengan hasil eksperimen.perbedaan ini bisa disebabkan oleh kesalahan dalam memilih besar nilai parameter Lennard-Jones. Pada bab metodologi, besar nilai parameter Lennard-Jones untuk interaksi antar molekul hidrogen memiliki variasi berdasarkan pada beberapa literatur. Dari variasi tersebut, besar nilai parameter Lennard-Jones yang dipilih adalah besar nilai yang disajikan oleh Tahery (2007), yakni ε 0,05 kcal/mol atau sekitar 0,2092 kj/mol. Gbr 15. Perbandingan hasil simulasi dengan hasil eksperimen untuk kapasitas adsorpsi CNT murni pada temperatur lingkungan, K.

10 Dengan perbedaan yang cukup signifikan antara hasil simulasi dengan hasil eksperimen ini mengimplikasikan bahwa besar nilai parameter Lennard-Jones yang berdasar pada Tahery (2007) kurang tepat.oleh karena itu, hal ini memunculkan peluang penelitian selanjutnya, yakni mengenai pemilihan besar nilai parameter Lennard-Jones yang lebih tepat untuk mendapatkan hasil simulasi yang lebih mendekati hasil eksperimen. Salah satu cara memilih besar nilai parameter yang lebih tepat ini adalah dengan menggunakan kalkulasi densitas elektron pada mekanaki quantum untuk mengestimasi besar energi interaksi molekul. Sedangkan untuk simulasi dinamika molekuler proses adsorpsi dengan doping Lithium, hasil kesetimbangan isoterm-nya belum bisa divalidasi dengan hasil eksperimen karena eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya memiliki konfigurasi yang berbeda dengan yang disimulasikan (temperatur operasi dan mekanisme pengukuran). Tapi jika hanya untuk perbandingan saja pada tekanan 1 atm, maka didapatkan perbedaan yang cukup jauh antara hasil simulasi dengan hasil eksperimen yang dilakukan Yang (2000). Hasil simulasi menunjukkan kapasitas adsorpsi tidak lebih dari 0,5 wt%, sedangkan Yang menyatakan kapasitas adsorpsi bisa mencapai 2,5 wt%. Perbedaan hasil yang cukup signifikan ini bisa disebabkan oleh keterbatasan simulasi yang hanya dilakukan pada rentang waktu simulasi sekitar 25 nanosekon saja. Sedangkan pada eksperimen, proses adsorpsi bisa mencapai 1 jam atau sekitar 3600 sekon. Selain itu perbedaan ini juga bisa disebabkan oleh perbedaan metode pengukuran yang digunakan oleh eksperimen. Pada penelitiannya, Yang (2000) menggunakan metode termogravimetrik, yakni dengan memvariasikan temperatur sistem untuk mendapatkan perubahan massa sistem yang merepresentasikan perubahan jumlah hidrogen yang teradsorp. Sedangkan pada simulasi kali ini, sistem dijaga energi totalnya (proses adiabatik), sehingga temperatur dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan proses adsorpsi dan desorpsi yang terjadi. Oleh karena itu, hasil simulasi dinamika molekuler ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan pasti konsentrasi adsorpsi maksimum untuk CNT dengan doping Lithium. Tapi diharapkan hasil simulasi ini menjadi suatu representasi dari besarnya pengaruh keberadaan Lithium sebagai unsur doping pada CNT terhadap kapasitas adsorpsi gas hidrogen. 4. KESIMPULAN Penyerapan hidrogen oleh CNT meningkat sebanding dengan meningkatnya tekanan operasi. Penyerapan hidrogen oleh CNT meningkat sebanding dengan menurunnya temperatur operasi. Keberadaan Lithium dapat meningkatkan kapasitas penyerapan hidrogen oleh CNT hingga sekitar 100% dari sebelumnya 1 wt% menjadi 2 wt% pada tekanan 40 atm dan temperatur 293 K. Nilai parameter Lennard-Jones yang lebih tepat sebaiknya diambil dari hasil simulasi mekanika quantum dengan teori fungsi densitas dengan konfigurasi CNT dan rasio doping yang sama. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia atas dukungannya dengan program Beasiswa Unggulan (BU) yang membiayai pendidikan studi sarjana dan magister penulis dalam program fast track di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penulis juga secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Plimpton et al. [9] yang telah memberikan kesempatan kepada seluruh peneliti ataupun akademisi di dunia, termasuk penulis, dalam menggunakan program open-source miliknya untuk tujuan penelitian simulasi dinamika molekuler. Tidak lupa, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing, keluarga, dan semua pihak yang mendukung dalam penyusunan skripsi ini. DAFTAR ACUAN [1] Yang, R. T. (2003). Adsorbents: Fundamentals and Applications. Canada: Wiley Interscience. [2] Tahery et al. (2007).Lennard-Jones Energy Parameter for Pure Fluids from Scaled Particle Theory. Iran. J. Chem. [3] Tildesley, D. J. (1987).Computer Simulation of Liquids.Oxford: Clarendon Press. [4] Cho J. H., Park C. R. (2007). Hydrogen storage on Li-doped single-walled carbon nanotubes: Computer simulation using the density functional theory. Elsevier: Catalysis Today. [5] Banerjee S. (2008). Molecular Simulation of Nanoscale Transport Phenomena. Virginia: Virginia Polytechnic Institute and State University. [6] Anson, A. et al. (2004). Hydrogen adsorption on a single-walled carbon nanotube material: a comparative study of three different adsorption techniques. Institute of Physics Publishing. [7] Smith, M. R. et al. (2002). Activating Single- Walled Carbon Nanotubes for Hydrogen Adsorption. US Department of Energy: Fuel Chemistry Division Preprints. [8] Gallego, N. C. et al (2003). Carbon Materials for Hydrogen Storage.Oak Ridge National Laboratory. [9] Plimpton, S. (1995). Fast Parallel Algorithm For Short-Range Molecular-Dynamics. Journal of Computational Physics, 1-19.

SIMULASI PENGARUH OPTIMALISASI STRUKTUR KARBON NANOTUBE PADA PENINGKATKAN ENERGI ADSORPSI HIDROGEN

SIMULASI PENGARUH OPTIMALISASI STRUKTUR KARBON NANOTUBE PADA PENINGKATKAN ENERGI ADSORPSI HIDROGEN SIMULASI PENGARUH OPTIMALISASI STRUKTUR KARBON NANOTUBE PADA PENINGKATKAN ENERGI ADSORPSI HIDROGEN Supriyadi a), Nasruddin b), Engkos A. Kosasih b) dan Ihsan Ahmad Zulkarnain b) a) Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kapasitas..., Prolessara Prasodjo, FT UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kapasitas..., Prolessara Prasodjo, FT UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan hidrogen sebagai energi alternatif pengganti energi dari fosil sangat menjanjikan. Hal ini disebabkan karena hidrogen termasuk energi yang dapat diperbarui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4]. BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun

Lebih terperinci

Studi Analisis Pengaruh Suhu, Tekanan dan Ukuran Pori Graphene Terhadap Dinamika Molekuler Adsorpsi Hidrogen

Studi Analisis Pengaruh Suhu, Tekanan dan Ukuran Pori Graphene Terhadap Dinamika Molekuler Adsorpsi Hidrogen Studi Analisis Pengaruh Suhu, Tekanan dan Ukuran Pori Graphene Terhadap Dinamika Molekuler Adsorpsi Hidrogen Aang Kurniady 1), Yoga Satria Putra 1), Irfana Diah Faryuni 1) 1)Program Studi Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 Adsorpsi 2.1.1 Pengertian Adsorpsi Adsopsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan melekat pada permukaan padatan (Nasruddin,2005). Adsorpsi adalah fenomena fisik

Lebih terperinci

STUDI KAPASITAS ADSORPSI SERTA DINAMIKA ADSORPSI DAN DESORPSI DARI NANOTUBE KARBON SEBAGAI PENYIMPAN HIDROGEN TESIS PROLESSARA PRASODJO

STUDI KAPASITAS ADSORPSI SERTA DINAMIKA ADSORPSI DAN DESORPSI DARI NANOTUBE KARBON SEBAGAI PENYIMPAN HIDROGEN TESIS PROLESSARA PRASODJO UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KAPASITAS ADSORPSI SERTA DINAMIKA ADSORPSI DAN DESORPSI DARI NANOTUBE KARBON SEBAGAI PENYIMPAN HIDROGEN TESIS PROLESSARA PRASODJO 0806423192 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

ESTIMASI KAPASITAS ADSORPSI HIDROGEN PADA SWNT MELALUI METODA SEMI EMPIRIK DENGAN KOREKSI GEOMETRIK

ESTIMASI KAPASITAS ADSORPSI HIDROGEN PADA SWNT MELALUI METODA SEMI EMPIRIK DENGAN KOREKSI GEOMETRIK ESTIMASI KAPASITAS ADSORPSI HIDROGEN PADA SWNT MELALUI METODA SEMI EMPIRIK DENGAN KOREKSI GEOMETRIK Supriyadi 1*, Nasruddin 1, Engkos A. Kosasih 1, I. A. Zulkarnain 2 1* Department of Mechanical Engineering,

Lebih terperinci

SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER ADSORPSI HIDROGEN PADA CARBON NANOTUBES (CNT) DENGAN VARIASI CHIRALITY SKRIPSI

SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER ADSORPSI HIDROGEN PADA CARBON NANOTUBES (CNT) DENGAN VARIASI CHIRALITY SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER ADSORPSI HIDROGEN PADA CARBON NANOTUBES (CNT) DENGAN VARIASI CHIRALITY SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM PENEMPATAN TANKI PADA KENDARAAN BAGIAN-BAGIAN TANKI DAN NAMA KOMPONEN ALUR LAJU BAHAN BAKAR MOTOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai langkah untuk memenuhi kebutuhan energi menjadi topik penting seiring dengan semakin berkurangnya sumber energi fosil yang ada. Sistem energi yang ada sekarang

Lebih terperinci

Simulasi Dinamika Molekular Proses Adhesi pada Model Nanopartikel 2D

Simulasi Dinamika Molekular Proses Adhesi pada Model Nanopartikel 2D SK004 Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2011 (SKF 2011) Simulasi Dinamika Molekular Proses Adhesi pada Model Nanopartikel 2D Fadjar Fathurrahman*, Suprijadi Haryono Abstrak Dalam makalah ini akan dilaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, ketersediaan sumber energi fosil dunia semakin menipis, sumber energi ini semakin langka dan harganya pun semakin melambung tinggi. Hal ini tidak dapat dihindarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

Energetika dalam sistem kimia

Energetika dalam sistem kimia Thermodinamika - kajian sainstifik tentang panas dan kerja. Energetika dalam sistem kimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@ugm.ac.id I. Energi: prinsip dasar A. Energi Kapasitas untuk melakukan kerja Ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Adsorpsi Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekulmolekul tadi mengembun

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain

PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain Mahasiswa Program S-1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Simulasi Sifat Fisis Model Molekuler Dinamik Gas Argon dengan Potensial Lennard-Jones

Simulasi Sifat Fisis Model Molekuler Dinamik Gas Argon dengan Potensial Lennard-Jones Jurnal Sainsmat, September 2012, Halaman 147-155 Vol. I, No. 2 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Simulasi Sifat Fisis Model Molekuler Dinamik Gas Argon dengan Potensial Lennard-Jones

Lebih terperinci

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON 5.1. Pendahuluan Pada Bab 5 ini akan dibahas mengenai validasi dan analisis dari hasil simulasi yang dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN UKURAN RONGGA ZEOLIT RHO BERDASARKAN VARIASI RASIO Si/Al DAN VARIASI KATION ALKALI MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER

KAJIAN PERUBAHAN UKURAN RONGGA ZEOLIT RHO BERDASARKAN VARIASI RASIO Si/Al DAN VARIASI KATION ALKALI MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 1 November 2016 P-ISSN 1693-5616 Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258 KAJIAN PERUBAHAN UKURAN RONGGA ZEOLIT RHO BERDASARKAN VARIASI RASIO Si/Al DAN VARIASI KATION

Lebih terperinci

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si Background Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni) Kemurnian Sifat Pemaduan logam akan memperbaiki sifat logam, a.l.: kekuatan, keuletan, kekerasan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Atom dan Molekul Definisi molekul yang sederhana yaitu bagian yang terkecil dari suatu zat yang masih mempunyai sifat yang sama dengan zat tersebut. Sebagai contoh, suatu molekul

Lebih terperinci

Ionisasi Gas Butana pada Metode Pelepasan Listrik Tegangan Searah dengan Ketidakmurnian Udara Tekanan Tinggi, Plasma Termal

Ionisasi Gas Butana pada Metode Pelepasan Listrik Tegangan Searah dengan Ketidakmurnian Udara Tekanan Tinggi, Plasma Termal Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia http://ejournal.unri.ac.id./index.php/jkfi Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. http://www.kfi.-fmipa.unri.ac.id Edisi April 217. p-issn.1412-296.; e-2579-521x

Lebih terperinci

SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER ADSORPSI HIDROGEN PADA CARBON NANOTUBE DENGAN VARIASI TEMPERATUR SKRIPSI

SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER ADSORPSI HIDROGEN PADA CARBON NANOTUBE DENGAN VARIASI TEMPERATUR SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER ADSORPSI HIDROGEN PADA CARBON NANOTUBE DENGAN VARIASI TEMPERATUR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik ABDUL

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI BAB 2 DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan

Lebih terperinci

Fugasitas. Oleh : Samuel Edo Pratama

Fugasitas. Oleh : Samuel Edo Pratama Fugasitas Oleh : Samuel Edo Pratama - 1106070741 Pengertian Dalam termodinamika, fugasitas dari gas nyata adalah nilai dari tekanan efektif yang menggantukan nilai tekanan mekanis sebenarnya dalam perhitungan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Kekristalan Zat Padat Zat padat dapat dibedakan menjadi: Kristal yaitu bila atom atau molekul penyusun tersusun dalam bentuk pengulangan kontinu untuk rentang

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Mikro Struktur Absortivitas Silika Gel Pada Kondisi Temperatur dan Relative Humidity (RH) Dinamis

Analisis Mikro Struktur Absortivitas Silika Gel Pada Kondisi Temperatur dan Relative Humidity (RH) Dinamis Analisis Mikro Struktur Absortivitas Silika Gel Pada Kondisi Temperatur dan Relative Humidity (RH) Dinamis Irvan U. Nur Rais 1, Didi M. Irawan 2, Yogie A. Syamsuddin 3, Solli D. Murtyas 4* 1,2,3,4 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan. 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengukur nilai sifat mekanis hasil sintesis dan kualitas hasil sintesis pada bahan dasar kaca laminating dan tempered. Sifat mekanis yang diukur

Lebih terperinci

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam Diagram Fasa Latar Belakang Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni Kemurnian Sifat Pemaduan logam akan memperbaiki sifat logam, a.l.: kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Hasil Konstruksi Kolom Adsorpsi Berdasarkan rancangan dari kolom adsorpsi pada gambar III.1., maka berikut ini adalah gambar hasil konstruksi kolom adsorpsi : Tinggi =1,5

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Contoh Simpulan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai energi panas dan temperatur.

Lebih terperinci

Pengertian Energi, Potensial, Kinetik dan Hukum Kekekalan Energi - Fisika

Pengertian Energi, Potensial, Kinetik dan Hukum Kekekalan Energi - Fisika Pengertian Energi, Potensial, Kinetik dan Hukum Kekekalan Energi - Fisika Sat, 13/05/2006-7:44pm godam64 Energi dari suatu benda adalah ukuran dari kesanggupan benda tersebut untuk melakukan suatu usaha.

Lebih terperinci

*ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo /

*ÄÂ ¾½ Á! ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo / *ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â Okki Novian / 5203011009 Michael Wongso / 5203011016 Jindrayani Nyoo / 5203011021 Chemical Engineering Department of Widya Mandala Catholic University Surabaya All start is difficult Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premium Premium terutama terdiri atas senyawa-senyawa hidrokarbon dengan 5 sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh langsung dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pendinginan Proses pendinginan merupakan proses pengambilan kalor/panas dari suatu ruang atau benda untuk menurunkan suhunya dengan jalan memindahkan kalor yang terkandung

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan PTS Semester Genap Halaman 1 01. Jika P adalah tekanan, V adalah volume, n adalah jumlah molekul, R adalah konstanta gas umum, dan T adalah suhu mutlak. Persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar energi dihasilkan dari bahan bakar

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

Lebih terperinci

SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA (SIMAK-UI) Mata Pelajaran : IPA TERPADU Tanggal : 01 Maret 2009 Kode Soal : 914 PENCEMARAN UDARA Secara umum, terdapat 2 sumber pencermaran udara, yaitu pencemaran akibat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENURUNAN KADAR CO 2 DAN H 2 S PADA BIOGAS DENGAN METODE ADSORPSI MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM Anggreini Fajar PL, Wirakartika M, S.R.Juliastuti, dan Nuniek

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari KIMIA FISIKA I TC20062 Dr. Ifa Puspasari TEORI KINETIK GAS (1) Dr. Ifa Puspasari Apa itu Teori Kinetik? Teori kinetik menjelaskan tentang perilaku gas yang didasarkan pada pendapat bahwa gas terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat telah memaksa riset dalam segala bidang ilmu dan teknologi untuk terus berinovasi. Tak terkecuali teknologi dalam bidang penyimpanan

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA 2.1 Konsep Dasar Thermodinamika Energi merupakan konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisa teknik. Sebagai gagasan dasar bahwa

Lebih terperinci

ENTROPI. Untuk gas ideal, dt dan V=RT/P. Dengan subtitusi dan pembagian dengan T, akan diperoleh persamaan:

ENTROPI. Untuk gas ideal, dt dan V=RT/P. Dengan subtitusi dan pembagian dengan T, akan diperoleh persamaan: ENTROPI PERUBAHAN ENTROPI GAS IDEAL Untuk satu mol atau unit massa suatu fluida yang mengalami proses reversibel dalam sistem tertutup, persamaan untuk hukum pertama termodinamika menjadi: [35] Diferensiasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI

Lebih terperinci

TERHADAP PERUBAHAN UKURAN WINDOW

TERHADAP PERUBAHAN UKURAN WINDOW Maria Amelia Pengaruh Variasi PENGARUH VARIASI RASIO Si/Al STRUKTUR ZEOLIT A DAN VARIASI KATION (Li +, Na +, K + ) TERHADAP PERUAHAN UKURAN WINDOW ZEOLIT A MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER THE STUDY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan dengan listrik. Tenaga

Lebih terperinci

2 A (C) - (D) - (E) -

2 A (C) - (D) - (E) - 01. Gaya F sebesar 12 N bekerja pada sebuah benda yang masanya m 1 menyebabkan percepatan sebesar 8 ms -2. Jika F bekerja pada benda yang bermassa m 2 maka percepatannya adalah 2m/s -2. Jika F bekerja

Lebih terperinci

W = p V= p(v2 V1) Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang ditulis sebagai

W = p V= p(v2 V1) Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang ditulis sebagai Termodinamika Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang berpindah. Dalam termodinamika kamu akan banyak membahas tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan benda-benda yang sedang ditinjau disebut

Lebih terperinci

HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD. Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd.

HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD. Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU 2013 HandOut Mata Kuliah Konsep Dasar Fisika Prodi. PGSD Semester

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN IKATAN KIMIA DALAM BAHAN Sifat Atom dan Ikatan Kimia Suatu partikel baik berupa ion bermuatan, inti atom dan elektron, dimana diantara mereka, akan membentuk ikatan kimia yang akan menurunkan energi potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa bahan penting dalam peralatan elektronik adalah semikonduktor. Kegunaan semikonduktor dalam bidang elektronik antara lain adalah sebagai transistor,

Lebih terperinci

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN Contoh: Bahan bakar minyak digunakan sebagai sumber energi untuk kendaraan bermotor. Proses Pertumbuhan Tanaman : Merupakan kumpulan dari berbagai aktivitas mulai dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan Xpedia Fisika Kapita Selekta Set 07 Doc. Name: XPFIS0107 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan... (A) Panas (B) Suhu

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN Contoh: Bahan bakar minyak digunakan sebagai sumber energi untuk kendaraan bermotor. Proses Pertumbuhan Tanaman : Merupakan kumpulan

Lebih terperinci

MODEL SEL SIMULASI SELF-ASSEMBLED MONOLAYER REVERSIBEL. Wahyu Dita Saputri ABSTRAK ABSTRACT

MODEL SEL SIMULASI SELF-ASSEMBLED MONOLAYER REVERSIBEL. Wahyu Dita Saputri ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol.1, No. 1, pp. 718-722, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 4 March 2015, Accepted 4 March 2015, Published online 5 March 2015 MODEL SEL SIMULASI SELF-ASSEMBLED MONOLAYER REVERSIBEL

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan adsorben dan uji kinerja adsorben tersebut untuk menyisihkan phenanthrene dari dalam air. 4.1 Pembuatan adsorben

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Desorp/melepaskan

BAB II DASAR TEORI. Desorp/melepaskan BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan

Lebih terperinci

Heat and the Second Law of Thermodynamics

Heat and the Second Law of Thermodynamics Heat and the Second Law of Thermodynamics 1 KU1101 Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan Bab 04 Great Idea: Kalor (heat) adalah bentuk energi yang mengalir dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

Particle Density (Rapat Jenis Partikel) Massa dari sebuah atom atau molekul biasanya dinyatakan dalam atomic mass unit (u) atau massa unit atom

Particle Density (Rapat Jenis Partikel) Massa dari sebuah atom atau molekul biasanya dinyatakan dalam atomic mass unit (u) atau massa unit atom BAB- 8 G A S Particle Density (Rapat Jenis Partikel) Massa dari sebuah atom atau molekul biasanya dinyatakan dalam atomic mass unit (u) atau massa unit atom konversi untuk 1 u adalah : 1u 19392637x10 12

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. KARAKTERISTIK BATUBARA Sampel batubara yang digunakan dalam eksperimen adalah batubara subbituminus. Dengan pengujian proksimasi dan ultimasi yang telah dilakukan oleh

Lebih terperinci

Materi Pembinaan. Terdapat dua jenis muatan listrik: muatan positif dan muatan negatif. Besar gaya antara dua muatan diberikan oleh hukum Coulomb:

Materi Pembinaan. Terdapat dua jenis muatan listrik: muatan positif dan muatan negatif. Besar gaya antara dua muatan diberikan oleh hukum Coulomb: Materi Pembinaan Draft Materi Pembinaan Teori Singkat Contoh Soal Soal-soal 1. Kemampuan Matematika/dimensi 2. Pengukuran 3. Kinematika 4. Dinamika 5. Dinamila Rotasi 6. Osilasi 7. Gravitasi (Provinsi)

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik,

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Produk Utama 2.1.1.Gas Hidrogen (H2) : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, polyester, dan nylon, dipakai untuk proses desulfurisasi minyak bakar dan bensin dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan Hukum III termodinamika Hukum termodinamika terkait dengan temperature nol absolute. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu system mencapai temperature nol absolute, semua proses akan berhenti dan

Lebih terperinci

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

12/3/2013 FISIKA THERMAL I FISIKA THERMAL I 1 Temperature Our senses, however, are unreliable and often mislead us Jika keduanya sama-sama diambil dari freezer, apakah suhu keduanya sama? Mengapa metal ice tray terasa lebih dingin?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben).

Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben). Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben). Contoh Adsorben alami dan buatan Adsorben alami : Zeolit alami Abu sekam

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan terhadap penyediaan energi listrik terus mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi energi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka waktu reaksi berlangsung pada suhu 90 o C Susu dipasteurisasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER ADSORPSI HIDROGEN PADA CARBON NANOTUBES (CNT) DENGAN VARIASI PANJANG SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER ADSORPSI HIDROGEN PADA CARBON NANOTUBES (CNT) DENGAN VARIASI PANJANG SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DINAMIKA MOLEKULER ADSORPSI HIDROGEN PADA CARBON NANOTUBES (CNT) DENGAN VARIASI PANJANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik AHMAD

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL Bagian I

FISIKA TERMAL Bagian I FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ISI BAB I 1. Pendahuluan 2. Struktur Atom 3. Elektronegativitas 4. Ikatan Ionik 5. Ikatan Kovalen 6. Struktur Lewis 7. Polaritas Ikatan 8. Sifat-Sifat Senyawa Kovalen TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah

Lebih terperinci

KALOR. hogasaragih.wordpress.com

KALOR. hogasaragih.wordpress.com KALOR Ketika satu ketel air dingin diletakkan di atas kompor, temperatur air akan naik. Kita katakan bahwa kalor mengalir dari kompor ke air yang dingin. Ketika dua benda yang temperaturnya berbeda diletakkan

Lebih terperinci

Bab III Rancangan Penelitian

Bab III Rancangan Penelitian Bab III Rancangan Penelitian III.1 Metodologi Secara Umum Dehidrasi iso propil alkohol dengan metode adsorpsi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh senyawa IPA dengan kadar minimal 99,8%-vol, yang

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan utama setiap manusia. Energi memainkan peranan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Semua kalangan tanpa terkecuali bergantung

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan.

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Subcapaian pembelajaran: 1. Menentukan sifat koligatif

Lebih terperinci

STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT

STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT Rahmah Muyassaroh Noor, Yahmin, dan Parlan Universitas Negeri Malang Correspondence Author: rahmah.muyas@gmail.com

Lebih terperinci