OPERASIONALISASI LAM-PTKes

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPERASIONALISASI LAM-PTKes"

Transkripsi

1 LAPORAN KETIGA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ) OPERASIONALISASI LAM-PTKes oleh Soedarmono Soejitno Jakarta, Mei 2012

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... Daftar Kotak... Daftar Gambar... Daftar Tabel... RINGKASAN EKSEKUTIF... i hal. i ii ii ii iv 1 PENDAHULUAN Laporan Konsultan Justifikasi LAM-PTKes Persoalan Pada Sistem Kesehatan Tantangan Bagi Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan Orientasi Strategis Pengembangan Pendidikan Profesi Kesehatan di Tingkat Global ACUAN KEBIJAKAN AKREDITASI LAM-PTKes Acuan Kebijakan Umum Kebijakan Akreditasi Pendidikan Kedokteran menurut WHO dan World Federation for Medical Education / WFME Status Akreditasi Program Studi 4 Profesi Kesehatan di AS dan Kanada Pendanaan Lembaga Akreditasi Program Studi 4 Profesi Kesehatan di AS dan Kanada Acuan Kebijakan Akreditasi Pendidikan Interprofesional Prinsip prinsip Pendidikan Interprofesional Kemitraan dalam Pendidikan Interprofesional dan Kolaborasi Interprofesional Acuan Operasionalisasi Akreditasi Pendidikan Tinggi Profesi Kesehatan Pengelolaan LAM-PTKes sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks Pelaksanaan Akreditasi dengan Model 3 Dimensi Penerapan Nilai Operasional LAM-PTKes melalui Sistem Umpan Balik (Feedback Loops) Rangkuman Acuan Kebijakan untuk LAM-PTKes KONSEP GRAND DESIGN LAM-PTKes AKREDITASI FORMATIF SEBAGAI PERWUJUDAN NILAI OPERASIONAL LAM-PTKes 38 5 ASESMEN DAN FASILITASI DALAM AKREDITASI OLEH LAM-PTKes Analisis Kondisi Program Studi (Situation Appraisal) Analisis Persoalan (Problem Analysis) Analisis Keputusan (Decision Analysis) Analisis Persoalan Potensial (Potential Problem Analysis) MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MANAGEMENT) LAM-PTKes Pengertian dan Istilah Manajemen Pengetahuan LAM-PTKes Perolehan Pengetahuan Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System/ KMS) RENCANA TINDAK LANJUT LAM-PTKes Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator Tim Inti Persiapan Manajemen Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes Referensi... 61

3 DAFTAR KOTAK ii hal. Kotak 1.1 : Landasan Operasionalisasi LAM-PTKes... 8 Kotak 2.1 : Akreditasi oleh Commission on Dental Accreditation (CODA) untuk Pendidikan Dokter Gigi Umum dan Spesialis Kotak 2.2 : Peran LAM-PTKes dalam Menerapkan Pendidikan Interprofesional Kotak 2.3 : LAM-PTKes sebagai Fasilitator Perubahan (Change Agent) Kotak 2.4 : Acuan Kebijakan Akreditasi untuk LAM-PTKes Kotak 4.1 : Akreditasi Formatif sebagai Perwujudan Nilai Operasional LAM-PTKes Kotak 4.2 : Akreditasi Pendidikan Profesi Kesehatan sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks membutuhkan Akreditasi yang bersifat Formatif Kotak 6.1 : Definisi Manajemen Pengetahuan Kotak 6.2 : Manajemen Pengetahuan bagi LAM-PTKes Kotak 6.3 : Cara Evaluasi Manajemen Informasi Suatu Organisasi Kotak 6.4 : Cara Evaluasi Manajemen Pengetahuan Suatu Organisasi Kotak 6.5 : Syarat Manajemen Pengetahuan LAM-PTKes Kotak 6.6 : Kunci dalam Perolehan Pengetahuan Kotak 6.7 : Model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes Kotak 7.1 : Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator DAFTAR GAMBAR hal. Gambar 1.1 : Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan oleh Masyarakat dari tahun 1993 sampai dengan Gambar 1.2 : Peringkat Indonesia dalam Studi EQUITAP tahun 2005, dari Segi Pelayanan Kesehatan yang Adil-Merata... 3 Gambar 1.3 : Keterkaitan antara Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan dengan Sistem Kesehatan... 4 Gambar 1.4 : 3 Reformasi Pendidikan Profesi Kesehatan pada Abad Terakhir... 6 Gambar 1.5 : Pendidikan Inter-Profesi dan Trans-Profesi... 7 Gambar 1.6 : Operasionalisasi LAM-PTKes... 8 Gambar 2.1 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gambar 2.2 : Sistem Adaptif yang Kompleks (Complex Adaptive System) Gambar 2.3 : Hubungan Generatif Berbentuk Bintang (STAR) dalam Sistem Adaptif yang Kompleks Gambar 2.4 : Model 3 Dimensi untuk Akreditasi Pendidikan Profesi Kesehatan Gambar 2.5 : 3 Jenis Pembelajaran Organisasi Berdasarkan Sifat Umpan Baliknya Gambar 5.1 : Metode Kepner Tregoe Gambar 6.1 : Hubungan antara Data, Informasi dan Pengetahuan Gambar 6.2 : Proses sampai hasil akhir dari Manajemen Pengetahuan Gambar 6.3 : Model Sistem Manajemen Pengetahuan / KMS Gambar 7.1 : Organogram LAM-PTKes DAFTAR TABEL hal. Tabel 1.1 : Tata Kala Rencana Technical Assistance for Developing Business Plan LAM-PTKes... 1 Tabel 1.2 : Orientasi Strategis Komisi Global dalam Pengembangan Pendidikan Profesi Kesehatan... 5 Tabel 1.3 : Tahap-Tahap Pembelajaran... 5 Tabel 2.1 : Contoh Persoalan yang Sederhana, Pelik/Rumit (Complicated) dan Sulit (Complex) 20

4 iii Tabel 2.2 : Perbedaan Perilaku Organisasi sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks dan sebagai Sistem Tradisional Tabel 2.3 : Akibat Kelemahan Ujung Bintang dalam Hubungan Generatif Tabel 2.4 : Cara Memperkuat Ujung Bintang dalam Hubungan Generatif Tabel 2.5 : Perbedaan Sistem Pengukuran Kuantitatif dengan Sistem Umpan Balik Tabel 2.6 : Status Akreditasi dan Pendanaan Lembaga Akreditasi di AS dan Kanada Tabel 3.1 : Skema Grand Design LAM-PTKes Tabel 3.2 : Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes Tabel 5.1 : 7 Langkah Analisis Persoalan Tabel 5.2 : Analisis Hambatan / Analisis Persoalan Potensial (Potential Problem Analysis) Tabel 5.3 : Analisis Hambatan Operasionalisasi LAM-PTKes Tabel 6.1 : Peralihan Jenis Pengetahuan dan Contohnya... 55

5 RINGKASAN EKSEKUTIF iv Orientasi Strategis Komisi Global yang didukung oleh peraturan perundang-undangan, Hasil Survei Pasar HPEQ di Bali tahun lalu, serta Kesepakatan antara 7 Organisasi Profesi dan 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan merupakan landasan Operasionalisasi LAM- PTKes sebagaimana terlihat di Gambar 1.6. Oleh karena itu, walaupun mencoba mengacu kepada Tata Kala Rencana Kegiatan Technical Assistance for Developing Business Plan LAM-PTKes, namun dengan memperhatikan dinamika terakhir yang berkembang dalam Proyek HPEQ, maka isi Laporan Ketiga ini mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Acuan Kebijakan Akreditasi LAM-PTKes; 2. Konsep Grand Design LAM-PTKes; 3. Akreditasi Formatif sebagai Perwujudan Nilai Operasional LAM-PTKes; 4. Asesmen dan Fasilitasi dalam Akreditasi oleh LAM-PTKes; 5. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) LAM-PTKes; 6. Rencana Tindak Lanjut LAM-PTKes. 1. Acuan Kebijakan Akreditasi LAM-PTKes Sebagaimana terlihat pada Kotak 2.4, maka Acuan Kebijakan Akreditasi untuk LAM- PTKes adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan Akreditasi Pendidikan Kedokteran menurut WHO dan World Federation for Medical Education / WFME 2. Status Akreditasi dan Pendanaan Lembaga Akreditasi menurut : (lihat Tabel 2.6) Liaison Committee on Medical Education (LCME) Commission on Dental Accreditation (CODA) Accreditation Commision for Midwifery Education (ACME) Canadian Association of Schools of Nursing (CASN) 3. LAM-PTKes memiliki peran strategis untuk menerapkan Pendidikan Interprofesional dalam Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dengan cara sebagai berikut : Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan. 4. Pengelolaan LAM-PTKes sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks 5. Pelaksanaan Akreditasi dengan Model 3 Dimensi 6. Penerapan Nilai Operasional LAM-PTKes melalui Sistem Umpan Balik (Feedback Loops) 2. Konsep Grand Design LAM-PTKes Konsep Grand Design LAM-PTKes dapat dilihat pada : Tabel 3.1 : Skema Grand Design LAM-PTKes; dan Tabel 3.2 : Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes

6 3. Akreditasi Formatif sebagai Perwujudan Nilai Operasional LAM-PTKes v Akreditasi Formatif merupakan perwujudan dari Nilai Operasional LAM-PTKes yaitu : 1. Komitmen untuk meningkatkan kinerja institusi pendidikan tinggi kesehatan (Continuous Quality Improvement); 2. Perpaduan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Quality Cascade); 3. Pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutan (CPU : Conceptualization - Production - Usability); 4. Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional (Trustworthy / Social Accountability). Oleh karena itu, Akreditasi Pendidikan Profesi Kesehatan sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks, membutuhkan Akreditasi yang bersifat Formatif yang bertumpu pada Sistem Umpan Balik (Feedback Loops). LAM-PTKes harus mampu memberikan umpan balik yang utamanya bersifat sebagai berikut : 1) Tepat waktu; 2) Spesifik; 3) Konstruktif; dan 4) Adil. Umpan balik seperti di atas diperlukan agar program studi mampu melakukan pembelajaran yang bersifat Single loop learning / Double loop learning / Triple loop learning sebagaimana terlihat pada Gambar Asesmen dan Fasilitasi dalam Akreditasi oleh LAM-PTKes Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka akreditasi yang dilakukan oleh LAM- PTKes perlu memiliki komponen formatif maupun sumatif. Komponen Sumatif dilakukan oleh asesor seperti yang selama ini dilakukan oleh asesor BAN-PT. Sedangkan Komponen Formatif dilakukan oleh fasilitator / pendamping yang ahli (coach). Agar asesmen dan fasilitasi dalam akreditasi oleh LAM-PTKes mampu mendukung proses pembelajaran oleh program studi yang diharapkan, maka para Asesor dan Fasilitator LAM-PTKes perlu memiliki kemampuan analitis tertentu. Asesor dan Fasilitator LAM-PTKes perlu memiliki kemampuan analitis dalam hal sebagai berikut : 1) Analisis Kondisi Program Studi (Situation Appraisal); 2) Analisis Persoalan yang perlu diketahui penyebabnya (Problem Analysis); 3) Analisis Keputusan tindakan untuk mengkoreksi persoalan (Decision Analysis); dan 4) Analisis Persoalan Potensial untuk mencegah hambatan di masa depan (Potential Problem Analysis). Walaupun ke 4 kemampuan analitis di atas perlu dimiliki oleh Asesor dan Fasilitator LAM- PTKes, namun Asesor perlu mengutamakan keahlian dalam butir 1) dan 2). Sedangkan Fasilitator perlu mengutamakan keahlian dalam butir 3) dan 4).

7 5. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) LAM-PTKes vi Bagi LAM-PTKes, Manajemen Pengetahuan adalah penciptaan, perolehan, analisis, pemeliharaan dan diseminasi pengetahuan untuk mewujudkan Misinya yaitu : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan Aplikasi nyata Manajemen Pengetahuan bagi LAM-PTKes adalah dalam pelaksanaan asesmen dan fasilitasi akreditasi formatif melalui siklus Analisis Kondisi Program Studi; Analisis Persoalan; Analisis Keputusan; dan Analisis Hambatan / Persoalan Potensial. Sebelum memulai program Manajemen Pengetahuan, organisasi harus terlebih dahulu menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan menentukan sejak awal indikator pencapaiannya. Program Manajemen Pengetahuan tidak boleh terpisah dari Grand Design / Road Map / Rencana Strategis organisasi. Oleh karena itu, Manajemen Pengetahuan LAM-PTKes harus mengacu kepada Grand Design yang sudah disepakati yang konsepnya sudah disampaikan di Bab 3. Dalam mengembangkan Modal Intelektualnya, LAM-PTKes perlu menyusun model Sistem Manajemen Pengetahuan / KMS sesuai dengan : Misi yang diembannya; Grand Design yang sudah disepakati; Pelaksanaan asesmen dan fasilitasi akreditasi formatif melalui siklus Analisis Kondisi Program Studi; Analisis Persoalan; Analisis Keputusan; dan Analisis Hambatan / Persoalan Potensial. Mengingat bahwa Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes merupakan suatu Sistem Adaptif yang Kompleks, maka ke 5 tahap / fungsi Diffusion, Discovery, Delivery, Delay dan Disposal bersifat dinamis dan selalu berkembang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.3. Faktor Penentu Sukses (Critical Success Factors) Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes adalah : 1) Mengkaitkan Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) langsung kepada Indikator Penentu Kinerja (KPI) Asesor, Fasilitator dan Badan Pelaksana LAM-PTKes; 2) Pertukaran yang bebas dari informasi dan pengetahuan dalam organisasi. 3) Pengakuan kepada mereka yang berkontribusi terhadap Manajemen Pengetahuan. 6. Rencana Tindak Lanjut LAM-PTKes Langkah pertama Operasionalisasi LAM-PTKes adalah membentuk tim inti untuk tugastugas sebagai berikut : 1) Mengembangkan Pool Asesor dan Fasilitator; 2) Menyusun cetak biru (blue print) manajemen LAM-PTKes; dan 3) Mempersiapkan Peralihan Akreditasi program studi dan institusi pendidikan tinggi profesi kesehatan dari BAN-PT ke LAM-PTKes. Ad 1) Mengembangkan Pool Asesor dan Fasilitator : Mengingat bahwa proyeksi beban kerja LAM-PTKes adalah sekitar 2253 program studi termasuk prodi Spesialis, Sub Spesialis, dan Profesi, maka persiapan Pool Asesor dan

8 vii Fasilitator minimal dengan kriteria yang sudah disebut di Bab 5 merupakan tugas yang harus dimulai dari sekarang oleh Tim Inti yang bersangkutan. Asesor dan Fasilitator merupakan tenaga fungsional LAM-PTKes yang remunerasinya sesuai dengan kegiatan yang berkaitan dengan tugas yang diberikan kepada mereka. Asesor bertugas di bawah koordinasi Divisi Akreditasi sedangkan Fasilitator bertugas di bawah koordinasi Divisi Pengembangan, Monev dan Banding (lihat Gambar 7.1). Ad 2) Menyusun cetak biru (blue print) manajemen LAM-PTKes : Tugas Tim Inti ini adalah menyusun cetak biru (blue print) manajemen LAM-PTKes yang meliputi hal-hal berikut ini : 1) Acuan Kebijakan Umum Akreditasi; 2) Acuan Kebijakan Akreditasi Pendidikan Interprofesional, termasuk : Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan. 3) Pengelolaan LAM-PTKes sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks; 4) Pelaksanaan Akreditasi dengan Model 3 Dimensi; 5) Penerapan Nilai Operasional LAM-PTKes melalui Sistem Umpan Balik (Feedback Loops); 6) Implementasi Grand Design LAM-PTKes; 7) Menindaklanjuti Hasil Analisis Hambatan Operasionalisasi LAM-PTKes (lihat Tabel 5.3) yang berkaitan dengan : Legitimasi LAM-PTKes; Penerimaan LAM-PTKes oleh organisasi / institusi lain; Pendanaan dari pemerintah untuk akreditasi oleh LAM-PTKes; Penjaminan mutu LAM-PTKes; Pengajuan untuk akreditasi ke LAM-PTKes oleh program studi. 8) Menyusun model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes sesuai dengan : Misi yang diembannya; Grand Design yang sudah disepakati; Pelaksanaan asesmen dan fasilitasi akreditasi formatif melalui siklus Analisis Kondisi Program Studi; Analisis Persoalan; Analisis Keputusan; dan Analisis Hambatan / Persoalan Potensial. Ad 3) Mempersiapkan Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes : Tugas pokok Tim Inti ini adalah antara lain sebagai berikut : 1) Mempersiapkan mekanisme peralihan akreditasi; 2) Melakukan Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi; 3) Mengusulkan hasil Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi ke Kemendikbud.

9 1. PENDAHULUAN 1.1. LAPORAN KONSULTAN 1 Dokumen ini merupakan Laporan Ketiga dari Konsultan Perorangan untuk Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) pada Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ) Komponen 1, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Laporan Ketiga ini menyampaikan hasil yang telah dicapai termasuk pekerjaan yang masih terus berlangsung dari Tata Kala Rencana Kegiatan Technical Assistance yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah. Walaupun mencoba mengacu kepada Tata Kala Rencana tersebut, namun dengan memperhatikan dinamika terakhir yang berkembang dalam Proyek HPEQ, maka isi Laporan Ketiga ini mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Acuan Kebijakan Akreditasi LAM-PTKes; 2. Konsep Grand Design LAM-PTKes; 3. Akreditasi Formatif sebagai Perwujudan Nilai Operasional LAM-PTKes; 4. Asesmen dan Fasilitasi dalam Akreditasi oleh LAM-PTKes; 5. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) LAM-PTKes; 6. Rencana Tindak Lanjut LAM-PTKes. Tabel 1.1 : Tata Kala Rencana Kegiatan Technical Assistance for Developing Business Plan LAM-PTKes [1] ACTIVITIES Month 1 Month 2 Month 3 Month 4 1. Market Analysis x x x 2. Facilitating agreement on Strategic Orientation and x Priorities of National Accreditation Agency (NAA) 3. Identifying Resource Implications (staff, x x infrastructure & finances) 4. Cost Analysis of Resource Implications x x x x 5. Developing Performance Measures (Dashboard) x x x x 6. Developing Program Benefit Monitoring & x x x Evaluation system 7. Identify and track Essential Operating Data x x x x 8. Calculating Start-up Expenses and Capitalization x x x 9. Develop Financial Plan x x x 10. Meeting Stakeholders, Partners & Prospective x x x x Clients 11. Writing Final Document x 12. Wrap-up Meeting x Keterangan : = kegiatan yang telah selesai dilakukan termasuk pekerjaan yang masih terus berlangsung (on going) 1.2. JUSTIFIKASI LAM-PTKes Selain tuntutan dari peraturan perundang-undangan, justifikasi berdirinya LAM-PTKes adalah : 1) Persoalan pada Sistem Kesehatan; 2) Tantangan bagi Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan; dan 3) Orientasi Strategis Pengembangan Pendidikan Profesi Kesehatan di Tingkat Global.

10 PERSOALAN PADA SISTEM KESEHATAN 2 Gambar 1.1 di bawah menunjukkan bahwa masyarakat dengan keluhan sakit yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan formal (milik swasta maupun pemerintah) menurun dari sekitar 53 % di tahun 1993 menjadi sekitar 34 % di tahun Di lain pihak, dalam kurun waktu yang sama, masyarakat dengan keluhan sakit yang tidak memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan formal meningkat dari sekitar 47 % di tahun 1993 menjadi sekitar 66 % di tahun Sebagian besar dari mereka melakukan pengobatan sendiri, sedangkan sisanya berobat ke dukun atau bahkan sama sekali tidak berobat. [2-6] Gambar 1.1 : Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan oleh Masyarakat dari tahun 1993 sampai dengan 2005 [2-7] Keterangan : kunjungan ke fasilitas kesehatan formal; pengobatan sendiri; tidak berobat Biaya membeli obat merupakan komponen biaya yang terbesar dari biaya pelayanan medik. Harga obat dan barang habis pakai di Indonesia adalah 11 kali lebih mahal daripada tarif jasa medik. [2;7;8]. Bila harga obat dan barang habis pakai terus naik, maka ada kecenderungan pada pasien untuk hanya membeli obat dan barang habis pakainya saja tanpa membeli jasa mediknya [9]. Oleh karena itu, kecenderungan Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan seperti pada Gambar 1.1 di atas tidaklah mengherankan. Dibanding dengan negara-negara lain dalam studi EQUITAP di tahun 2005, dari segi pelayanan kesehatan yang adil-merata, Indonesia menduduki peringkat terbawah dalam hal pemanfaatan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan formal lain sebagaimana terlihat pada Gambar 1.2 di bawah [10-12]. Ketidakadilan dalam pelayanan kesehatan juga tercermin pada kesenjangan pendapatan nasional antara negara kaya dan miskin yang sampai 100 kali lipat, namun kesenjangan dalam pelayanan kesehatan per kapita antara negara-negara tersebut adalah 1000 kali lipat [13]. Selain kesenjangan dan ketidakadilan dalam pelayanan kesehatan di atas, berbagai penyakit infeksi baru (SARS, Flu Burung, Flu Babi dsb.), penyakit akibat pencemaran lingkungan dan perilaku yang tidak sehat ditambah dengan transisi demografi dan transisi epidemiologi semakin mengancam sistem kesehatan nasional maupun global.

11 Gambar 1.2 : Peringkat Indonesia dalam Studi EQUITAP tahun 2005, dari Segi Pelayanan Kesehatan yang Adil-Merata [10-12] 3 Share of Public Inpatient Hospital Utilization by Poorest and Richest Quintile (Indonesia has the Largest Inequities in Inpatient Hospital Utilization Among the EQUITAP Study Countries [Same is true for Public Outpatient Hospital and Non-Hospital Services]) Bangladesh Hong Kong India Indonesia Malaysia Sri Lanka Thailand Vietnam Poorest 20% Richest 20% TANTANGAN BAGI SUB-SISTEM PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN Dalam menghadapi persoalan kesehatan yang telah diuraikan di atas, profesi kesehatan masih terbebani oleh berbagai hal berikut ini : Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi kepada pelayanan medik / pengobatan bukan Paradigma Sehat yang berorientasi pada manusia sebagai subyek; Pelayanan kepada pasien yang hanya bersifat episodik bukan holistik yang berkelanjutan (continuous care); Orientasi yang lebih condong ke pelayanan rumah sakit dari pada pelayanan kesehatan dasar; Kebutuhan tenaga kesehatan yang belum terpenuhi baik dari segi kualitas maupun kuantitas; Arogansi profesi (tribalism of the professions) dalam bentuk elitisme bahkan kompetisi antar profesi kesehatan. Untuk menanggapi berbagai tantangan tersebut di atas, pada Januari 2010 dibentuklah Global Independent Commission on Education of Health Professionals for the 21 st Century yang terdiri atas 20 pemuka profesi dan akademisi dari berbagai negara. Setelah

12 4 bekerja satu tahun melakukan riset, konsultasi, pengumpulan dan analisis data maka Komisi tersebut menghasilkan kerangka pemikiran di bawah ini. Kerangka pikir Komisi Global bertumpu pada keterkaitan antara Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan dengan Sistem Kesehatan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.3 di bawah. Gambar 1.3 : Keterkaitan antara Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan dengan Sistem Kesehatan [13] Masyarakat pada Gambar 1.3 merupakan landasan sekaligus penggerak untuk kedua sistem di atas. Kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan memicu permintaan (demand) pada kedua sistem tersebut. Selanjutnya Pendidikan Profesi Kesehatan menghasilkan tenaga kesehatan untuk memenuhi permintaan dari Sistem Kesehatan melalui bursa tenaga kesehatan. Jadi masyarakat bukan sekedar penerima layanan kesehatan dan pendidikan saja, tetapi juga merupakan produsen untuk kesehatan dan pendidikannya. Selain keterkaitan antara Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan dengan Sistem Kesehatan melalui masyarakat dan bursa tenaga kesehatan, kedua sistem tersebut juga berhubungan melalui fasilitas pelayanan kesehatan sebagai tempat kala-karya (inservice education) bagi tenaga kesehatan yang akan lulus sampai dengan pendidikan berkelanjutan mereka. Oleh karena itu, agar terwujud keseimbangan pada bursa tenaga kesehatan dan keselarasan di masyarakat, maka Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan perlu responsif terhadap kebutuhan Sistem Kesehatan. Agar bisa responsif, maka Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan perlu melakukan penataan dalam aspek instruksional maupun institusionalnya ORIENTASI STRATEGIS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN DI TINGKAT GLOBAL Berdasarkan keterkaitan antara Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan dengan Sistem Kesehatan yang sudah diuraikan di atas, maka Komisi Global merumuskan Orientasi Strategis Pengembangan Pendidikan Profesi Kesehatan di tingkat internasional sebagaimana terlihat pada Tabel 1.2 di bawah.

13 Tabel 1.2 : Orientasi Strategis Komisi Global dalam Pengembangan Pendidikan Profesi Kesehatan [13] 5 MASUKAN PROSES (STRATEGI) (Man, Money, 1. Komitmen antar Material, Method, pemuka akademisi, Management & profesi, pemerintah Organization, dan masyarakat; Market, Moral, 2. Pendanaan Mentality, berbasis Kinerja Momentum) 3. Akreditasi berbasis kriteria Instruksional dan Institusional 4. Pembelajaran global dengan adaptasi lokal TUJUAN (LUARAN) Reformasi Instruksional dan Institusional pendidikan profesi kesehatan MISI (HASIL AKHIR) Terbentuknya Fasilitator Perubahan (Change Agents) sebagai hasil dari pembelajaran yang bersifat transformatif dan interdependensi dalam pendidikan profesi kesehatan VISI (DAMPAK) Tersedianya pelayanan kesehatan yang adilmerata dalam sistem kesehatan yang berfokus pada individu, keluarga dan masyarakat MISI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN Pembelajaran yang bersifat Transformatif adalah tahap pembelajaran yang tertinggi setelah pembelajaran yang bersifat Informatif dan Formatif sebagaimana terlihat pada Tabel 1.3 di bawah. Tabel 1.3 : Tahap-Tahap Pembelajaran [13] Pembelajaran yang bersifat Informatif bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan hasilnya adalah lulusan yang ahli. Pembelajaran yang bersifat Formatif bertujuan untuk mensosialisasikan nilai-nilai hasilnya adalah lulusan yang memiliki profesionalisme. Sedangkan pembelajaran yang bersifat Transformatif bertujuan untuk menumbuhkan sifat-sifat kepemimpinan hasilnya adalah Fasilitator Perubahan (Change Agents). Proses pendidikan yang efektif secara berjenjang melampaui tahap-tahap tersebut.[13] Pembelajaran yang bersifat Transformatif menuntut 3 pergeseran paradigma sebagai berikut: [13] 1) Pergeseran dari sekedar menghafal fakta menuju ke eksplorasi, analisis dan sintesis informasi untuk pembuatan keputusan; 2) Pergeseran dari sekedar mencari kredensial profesi menuju ke perolehan kompetensi untuk kerja sama yang efektif dalam sistem kesehatan; dan 3) Pergeseran dari sekedar mengadopsi model-model pendidikan internasional secara testimonial menuju ke adaptasi secara kritis dan kreatif dari perkembangan global untuk mengatasi persoalan-persoalan lokal.

14 6 Demikian pula Interdependensi sebagai kunci dalam pendekatan sistem juga menuntut 3 pergeseran paradigma sebagai berikut: [13] 1) Pergeseran dari separatisme menuju ke harmonisasi antara Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan dengan Sistem Kesehatan; 2) Pergeseran dari isolasi institusi pendidikan menuju ke keanggotaan dalam jejaring, aliansi dan konsorsium; serta 3) Pergeseran dari sekedar terpaku pada sumber daya internal institusi menuju ke pemanfaatan akses global terhadap materi pendidikan dan inovasi. TUJUAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN Menurut Komisi Global, Pembelajaran yang bersifat Transformatif adalah hasil yang diharapkan dari Reformasi Instruksional melalui 3 pergeseran paradigma yang dituntutnya. Demikian pula Interdependensi adalah hasil yang diharapkan dari Reformasi Institusional juga melalui 3 pergeseran paradigma yang dituntutnya. Secara historis sebelum reformasi yang disarankan oleh Komisi Global, telah terjadi 2 reformasi pendidikan profesi kesehatan pada abad terakhir sebagaimana terlihat pada Gambar 1.4 di bawah. Gambar 1.4 : 3 Reformasi Pendidikan Profesi Kesehatan pada Abad Terakhir [13] Berikut ini adalah saran dari Komisi Global untuk menjalankan masing-masing bentuk reformasi. IMPLEMENTASI REFORMASI INSTRUKSIONAL : [13] 1) Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Kompetensi yang dikembangkan harus mampu melakukan adaptasi secara kritis dan kreatif terhadap perkembangan global untuk mengatasi persoalan-persoalan nasional dan lokal spesifik. 2) Mendukung pendidikan interprofesi dan transprofesi yang dapat mengurangi arogansi profesi (tribalism of the professions) untuk menciptakan kerja sama yang efektif dalam sistem kesehatan (lihat Gambar 1.5).

15 Gambar 1.5 : Pendidikan Interprofesi dan Transprofesi [13] 7 3) Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk memfasilitasi Pembelajaran Transformatif melalui Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) dalam melakukan eksplorasi, analisis dan sintesis informasi untuk pembuatan keputusan. 4) Memanfaatkan sumber daya global untuk memenuhi kebutuhan nasional dan lokal melalui program pertukaran internasional dalam hal pengetahuan dan pengalaman global, termasuk pengembangan tenaga pengajar, kurikulum, bahan ajaran dan mahasiswa. 5) Meningkatkan sumber daya pendidikan untuk memperoleh kompetensi yang dibutuhkan termasuk infrastruktur, jenjang karir pengajar dan sistem insentifnya. 6) Mengembangkan profesionalisme dengan kompetensi sebagai kriteria obyektif untuk klasifikasi profesi kesehatan berdasarkan sikap, tata nilai dan perilaku yang diharapkan dalam peran sebagai Fasilitator Perubahan (Change Agents) yang memiliki akuntabilitas. IMPLEMENTASI REFORMASI INSTITUSIONAL : [13] 1) Mengembangkan mekanisme perencanaan terpadu antara Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, organisasi profesi dan asosiasi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 2) Mengembangkan lebih lanjut Pusat-pusat Pendidikan Profesi Kesehatan (Academic Centers) menjadi Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan yang terkait dengan Sistem Kesehatan (lihat Gambar 1.4) agar lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. 3) Menghubungkan institusi-institusi pendidikan internasional dengan pemerintah, masyarakat madani (civil society), dan usaha/industri di tingkat global melalui jejaring, aliansi dan konsorsium dalam iklim kebersamaan yang non-eksploitatif dan non-paternalistik secara akuntabel. 4) Mengembangkan budaya berpikir kritis (critical thinking) sebagai fungsi utama pendidikan profesi kesehatan untuk memicu transformasi sosial.

16 Kotak 1.1 : Landasan Operasionalisasi LAM-PTKes Gambar 1.6 : Operasionalisasi LAM-PTKes 8 Orientasi Strategis Komisi Global yang didukung oleh peraturan perundangundangan, Hasil Survei Pasar HPEQ di Bali tahun lalu, serta Kesepakatan antara 7 Organisasi Profesi dan 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan merupakan landasan Operasionalisasi LAM-PTKes sebagaimana terlihat di Gambar 1.6 di bawah. Saran untuk Reformasi Instruksional dan Institusional dari Global Independent Commission on Education of Health Professionals for the 21 st Century Peraturan Perundang-Undangan Survei Pasar HPEQ Kesepakatan 7 Organisasi Profesi dan 7 Asosiasi Institusi Pendidikan LAM-PTKes Continuous Quality Improvement Quality Cascade Conceptulization Production Usability Trustworthy (Social Acountability) KEBIJAKAN STANDAR Manajemen LAM-PTKes INSTRUMEN Kriteria Asesor PROSEDUR AKREDITASI Uji coba Biaya Satuan Paket Akreditasi Uji coba Pendanaan Paket Akreditasi Tarif Paket Akreditasi Anggaran Pendapatan & Belanja LAM-PTKes

17 2. ACUAN KEBIJAKAN AKREDITASI LAM-PTKes 9 Dengan mengacu kepada saran Reformasi Instruksional dan Institusional dari Global Independent Commission on Education of Health Professionals for the 21 st Century pada Sub-Bab 1.2.3, maka Kebijakan Akreditasi LAM-PTKes perlu berbasis pada kriteria Instruksional dan Institusional dari Komisi Global. Kriteria tersebut adalah sesuai dengan Nilai Operasional LAM-PTKes yaitu : 1. Komitmen untuk meningkatkan kinerja institusi pendidikan tinggi kesehatan (Continuous Quality Improvement); 2. Perpaduan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Quality Cascade); 3. Pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutan (Conceptualization - Production - Usability); 4. Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional (Trustworthy / Social Accountability). Oleh karena itu, pembahasan tentang Acuan Kebijakan Akreditasi yang perlu dianut oleh LAM-PTKes mengacu kepada 3 hal berikut ini : 1) Acuan Kebijakan Umum; 2) Acuan Kebijakan Akreditasi Pendidikan Interprofesional; 3) Acuan Operasionalisasi Akreditasi Pendidikan Tinggi Profesi Kesehatan ACUAN KEBIJAKAN UMUM Akreditasi dalam arti sempit berkaitan dengan akreditasi profesi yang menentukan apakah suatu program atau kualifikasi diakui oleh ikatan profesi tertentu. Akreditasi dalam arti luas berkaitan dengan akreditasi pendidikan yang menyatakan bahwa suatu ambang batas mutu telah berhasil dicapai oleh program studi, misalnya dalam hal pencapaian tujuan akademisnya, prosesnya, luarannya, organisasinya, pelayanannya dan seterusnya. [14] Acuan untuk kebijakan umum akreditasi LAM-PTKes diambil dari berbagai badan/lembaga internasional dan dari hasil kunjungan studi benchmarking terhadap badan/lembaga akreditasi di Amerika Serikat dan Kanada KEBIJAKAN AKREDITASI MENURUT WHO DAN WORLD FEDERATION FOR MEDICAL EDUCATION (WFME) Saran Komisi Global di atas adalah sejalan dengan saran Satuan Tugas (Task Force) Internasional untuk Akreditasi Pendidikan Kedokteran yang dibentuk oleh WHO dan World Federation for Medical Education / WFME pada tahun 2004 [15]. Hasil kerja Satgas Internasional dipaparkan dibawah ini. Tujuan Akreditasi Tujuan akreditasi dan peningkatan mutu pendidikan kedokteran adalah untuk menyesuaikan terhadap perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan dan menyiapkan dokter untuk dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Akreditasi dan peningkatan mutu pendidikan kedokteran diharapkan menerapkan teknologi informasi mutakhir untuk membantu dokter-dokter agar mampu memanfaatkan perkembangan yang pesat dalam ilmu

18 10 pengetahuan dan teknologi kedokteran serta menanamkan kemampuan untuk melakukan pembelajaran berkelanjutan sepanjang karir mereka. Persyaratan Sistem Akreditasi 1) Berdasarkan standar ( seperti standar dari WFME); 2) Memiliki dasar hukum sehingga memiliki legitimasi nasional; 3) Independen; 4) Transparan; 5) Nirlaba; 6) Akuntabel; 7) Mewakili, tetapi tidak bergantung pada pemangku kepentingan; 8) Dikelola secara efisien; 9) Berdasarkan penilaian oleh program studi sendiri (self-assessment), penilaian eksternal termasuk kunjungan oleh Tim Asesor (site visit); 10) Hasil akreditasi harus diumpanbalikkan dengan memberi kesempatan kepada program studi yang dinilai untuk memberi tanggapan; 11) Sistem akreditasi harus memiliki sumber daya yang memadai termasuk penganggaran dari dana publik; dan 12) Sistem akreditasi harus secara periodik dievaluasi agar standar, prosedur dan kinerja organisasinya tetap optimal. Ciri-ciri yang Diharapkan dari Akreditasi 1) Ada batas waktu berlakunya; 2) Wajib karena tuntutan profesi dan tekanan pasar; 3) Dapat diterima oleh seluruh pemangku kepentingan; 4) Dipercaya (credible); 5) Sahih (valid) dan tahan uji (reliable); 6) Dapat dibandingkan (comparable); dan 7) Dapat diterapkan di seluruh wilayah sebuah negara (transportable); Pemangku Kepentingan dalam Akreditasi 1) Masyarakat secara umum dan sebagai pasien; 2) Pemerintah mulai dari tingkat pusat dan propinsi sampai dengan kota yang memiliki program studi; 3) Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan propinsi sampai dengan kota / kabupaten; 4) Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 5) Institusi pemberi dana; 6) Mahasiswa; 7) Badan-badan yang megeluarkan ijin (licensing bodies); 8) Tenaga pengajar; 9) Program studi dan institusi pendidikan; dan 10)Profesi kesehatan. Manfaat Akreditasi Akreditasi dipakai untuk menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan kedokteran, antara lain dengan berbagai cara berikut ini : Diperolehnya kompetensi pokok yang diharapkan dari pendidikan kedokteran; Meningkatkan efektifitas-biaya (cost-effectiveness) penyelenggaraan pendidikan kedokteran; Memicu Reformasi Instruksional dan Institusional pendidikan kedokteran;

19 Meningkatkan perhatian kepada sistem kesehatan sebagai tempat berkarya lulusan pendidikan; dan Memberi acuan dalam mobilisasi sumber daya pendidikan kedokteran untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. 11 Kewenangan Akreditasi Kewenangan akreditasi merupakan delegasi dari kewenangan para Pemangku Kepentingan. Proses Akreditasi Proses akreditasi meliputi antara lain : 1) Penilaian oleh program studi sendiri (self-assessment); 2) Penyampaian hasil evaluasi diri kepada Lembaga Akreditasi; 3) Audit lapangan oleh Lembaga Akreditasi untuk memverifikasi Hasil Evaluasi Diri dari program studi dan memperoleh informasi tambahan yang diperlukan; 4) Laporan Hasil Akreditasi Awal yang disampaikan kepada program studi untuk konfirmasi data dan informasi yang didapat oleh Tim Asesor; 5) Keputusan Akreditasi; 6) Evaluasi secara periodik perlu dilakukan terhadap proses akreditasinya sendiri dengan selalu memperhatikan masukan dari seluruh Pemangku Kepentingan demi menjaga relevansi kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi. Standar Akreditasi Standar akreditasi dapat bersifat global, regional atau nasional untuk memberi acuan dalam mengukur Hasil Akhir (Outcomes) pendidikan kedokteran dan merinci kompetensi yang harus dimiliki oleh para lulusan. Data untuk Akreditasi Antara lain meliputi : 1) Visi, Misi dan Tujuan program studi; 2) Pembaharuan atau revisi yang telah dilakukan oleh program studi; 3) Kriteria penerimaan mahasiswa; 4) Jumlah dan karakteristik mahasiswa; 5) Prosedur dan hasil penilaian terhadap mahasiswa; 6) Program pendidikan yang dijalankan; 7) Jumlah dan karakteristik lahan / wahana pendidikan (teaching sites) untuk pembelajaran klinik dan non-klinik; 8) Sumber informasi untuk pendidikan; 9) Metode pengajaran dan pembelajaran; 10) Adanya program-program pendidikan lain; 11) Profil kesehatan masyarakat dan karakteristik pasien yang dilayani oleh fasilitas kesehatan yang menjadi lahan / wahana pendidikan; 12) Sistem Tata Kelola (Governance) dari program studi; 13) Jumlah dan kualifikasi tenaga pengajar; 14) Jumlah dan komposisi tenaga administrasi; dan 15) Kemampuan dan sumber pendanaan program studi. Jenis Keputusan Akreditasi Keputusan Akreditasi harus memberdayakan program studi yang ingin ditingkatkan mutunya, serta harus memperhatikan ruang lingkup (context) dari program studi tersebut.

20 12 Berdasarkan pertimbangan ini, maka ada berbagai keputusan yang dapat dikeluarkan oleh Lembaga Akreditasi sebagai berikut : 1) Menangguhkan atau mencabut status akreditasi sebuah program studi dengan atau tanpa syarat; 2) Keputusan Akreditasi harus terbuka kepada publik, kecuali kondisi yang menuntut sebaliknya dan sudah ada kesepakatan sebelumnya untuk tidak mempublikasikan keputusan akreditasi; 3) Obyektif dan tidak sewenang-wenang; 4) Adil; 5) Ada mekanisme banding; dan 6) Program studi harus diberi kesempatan untuk mengusulkan cara memperbaiki kekurangannya sesuai kesepakatan dengan Lembaga Akreditasi. Melaporkan Hasil Akreditasi Lembaga Akreditasi harus melaporkan Hasil Akreditasi Awal kepada program studi yang dinilai secara tertulis. Semua koreksi data dan informasi harus dilakukan secara tertullis juga oleh program studi dan Lembaga Akreditasi. Tim Asesor di lapangan harus menjadi pencatat dan pelapor fakta yang netral untuk pertimbangan Lembaga Akreditasi dalam membuat Keputusan Akreditasi STATUS AKREDITASI PROGRAM STUDI 4 PROFESI KESEHATAN DI AS DAN KANADA Model-model pemberian Status Akreditasi yang diuraikan di sini adalah menurut hasil kunjungan studi benchmarking terhadap badan/lembaga akreditasi di Amerika Serikat dan Kanada atas biaya Proyek HPEQ untuk pendidikan profesi dokter, dokter gigi, bidan dan perawat. 1. Status Akreditasi menurut Liaison Committee on Medical Education (LCME) [16] Menurut LCME di Amerika Serikat, program studi yang dinilai memenuhi standarnya mendapat predikat Terakreditasi ( Accredited ) untuk kurun waktu 8 tahun. Sedangkan program studi yang pernah dinilai, tetapi secara signifikan tidak mematuhi standar LCME mendapat predikat Akreditasi dalam Masa Percobaan ( Accredited, on Probation ). Predikat Tidak Terakreditasi ( Not Accredited ) diberikan kepada program studi sebagai berikut : program studi yang akreditasinya dicabut; program studi yang dinilai tidak memenuhi standar LCME; dan program studi yang belum pernah dinilai oleh LCME. Program studi yang baru berdiri dan telah dinilai memenuhi syarat pendiriannya oleh LCME mendapat predikat Akreditasi Awal ( Preliminary Accreditation ) atau Akreditasi Sementara ( Provisional Accreditation ) sampai program studi tersebut memenuhi seluruh standar LCME sehingga statusnya dapat berubah menjadi Terakreditasi ( Accredited ). Jadi, untuk program studi yang sudah pernah diakreditasi olehnya, LCME akan memberikan hasil penilaian akreditasinya tergantung pada tingkat kepatuhan program studi tersebut terhadap standarnya dalam bentuk salah satu dari berikut ini : [16] Melanjutkan status akreditasi penuh untuk kurun waktu 8 tahun tanpa syarat;

21 13 Melanjutkan status akreditasi penuh untuk kurun waktu 8 tahun dengan syarat tindak lanjut oleh program studi yang bersangkutan dalam bentuk salah satu atau lebih dari tindakan-tindakan berikut ini: Membuat laporan kemajuan secara tertulis; Melakukan konsultasi; dan/atau Meminta kepada LCME untuk melakukan Survei Tindak Lanjut yang Terbatas (Limited Follow-Up Surveys). Melanjutkan status akreditasi sambil menunggu hasil dari tindak lanjut yang dilakukan oleh program studi yang bersangkutan; Melanjutkan status akreditasi dengan peringatan akan ditetapkan predikat Percobaan jika hasil dari tindak lanjut tidak memuaskan LCME; Memberi predikat Akreditasi dalam Masa Percobaan ( Accredited, on Probation ) kepada program studi; atau Mencabut status akreditasi. Untuk program studi yang pertama kali meminta untuk diakreditasi olehnya, LCME akan melakukan salah satu dari tindakan berikut ini : [16] Memberikan status akreditasi penuh untuk kurun waktu 8 tahun tanpa syarat; Memberikan status akreditasi penuh untuk kurun waktu 8 tahun dengan syarat tindak lanjut oleh program studi yang bersangkutan seperti di atas; atau Menolak memberi status akreditasi. 2. Status Akreditasi menurut American Dental Association, Commission on Dental Accreditation (CODA) [17] Status Akreditasi untuk program studi yang sudah operasional penuh : Akreditasi tanpa syarat (Accredited without reporting requirements); Akreditasi dengan syarat harus melapor adanya bukti kepatuhan terhadap standar yang ditentukan dalam waktu 18 bulan sampai 2 tahun (Accredited with reporting requirements). Status Akreditasi untuk program studi yang belum operasional penuh adalah Akreditasi Awal ( Initial Accreditation ). Tindakan Akreditasi lain : Akreditasi Dihentikan ( Discontinued ) : Tindakan ini dilakukan oleh CODA jika program studi secara suka rela tidak lagi berpartisipasi dalam program akreditasi dan tidak lagi menerima mahasiswa; Akreditasi Akan Dicabut ( Intent to Withdraw ) : CODA mengeluarkan peringatan resmi kepada program studi yang sudah pernah diakreditasi dan pihak yang berkepentingan bahwa Status Akreditasi Akan Dicabut jika kepatuhan terhadap standar dan kebijakan yang sudah ditetapkan tidak dapat ditunjukkan sampai dengan waktu yang sudah ditentukan; Akreditasi Dicabut ( Withdraw ) : Tindakan ini dilakukan oleh CODA jika program studi tidak mampu menunjukkan kepatuhan terhadap standar dan kebijakan yang sudah ditetapkan.

22 Kotak 2.1 : Akreditasi oleh Commission on Dental Accreditation (CODA) untuk Pendidikan Dokter Gigi Umum dan Spesialis [18] 14 Akreditasi oleh CODA di Amerika Serikat dilakukan untuk pendidikan dokter gigi umum dan spesialis. Status akreditasi yang diberikan berlaku selama 5 tahun untuk pendidikan dokter gigi umum dan 7 tahun untuk pendidikan dokter gigi spesialis. Penilaian akreditasinya bersifat Formatif. 3. Status Akreditasi menurut Accreditation Commision for Midwifery Education (ACME) di Amerika Serikat [19] 1. Pre-Akreditasi Status ini diberikan kepada program studi yang baru berdiri, belum menerima mahasiswa baru dan telah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh ACME. Enam bulan sesudah meluluskan angkatan pertamanya, program studi yang bersangkutan akan dinilai lagi status akreditasinya. 2. Terakreditasi Status ini diberikan kepada program studi atau institusi pendidikan yang menyediakan pendidikan bidan yang telah memenuhi standar yang sudah ditentukan oleh profesi sebagaimana tercantum dalam Kriteria Akreditasi. Program studi yang berhasil mendapat status Terakreditasi lagi 5 tahun setelah keberhasilan akreditasinya yang pertama boleh mengajukan penilaian untuk akreditasi setiap 10 tahun. Status Terakreditasi dapat diberikan oleh ACME dalam bentuk sebagai berikut : Terakreditasi tanpa syarat; Terakreditasi dengan syarat yang tidak mutlak; atau Terakreditasi dengan syarat mutlak berupa diserahkannya terlebih dahulu Laporan Kemajuan yang Memuaskan. 3. Akreditasi Ditolak 4. Status Akreditasi menurut Canadian Association of Schools of Nursing (CASN) di Kanada [20] Status Akreditasi untuk program studi baru : (Penilaian Formatif) 1. Terakreditasi; 2. Terakreditasi dengan syarat dan diperlukan Kunjungan Tindak Lanjut; 3. Akreditasi Ditunda dengan syarat dan diperlukan Laporan Kemajuan oleh program studi; 4. Akreditasi Ditunda dengan syarat dan diperlukan Kunjungan Tindak Lanjut; atau 5. Penilaian akreditasi perlu diulang lagi. Status Akreditasi untuk program studi yang sudah berjalan : (Penilaian Sumatif) 1. Terakreditasi untuk kurun waktu 7 tahun tanpa syarat;* 2. Terakreditasi 7 tahun dengan syarat dan diperlukan Laporan Kemajuan; 3. Terakreditasi 7 tahun dengan syarat dan diperlukan Kunjungan Tindak Lanjut; 4. Terakreditasi 5 tahun dengan syarat dan diperlukan Laporan Kemajuan; 5. Terakreditasi 5 tahun dengan syarat dan diperlukan Kunjungan Tindak Lanjut; atau 6. Akreditasi Ditolak.* *Nomor 1 dan 6 belum pernah dilakukan [20]

23 PENDANAAN LEMBAGA AKREDITASI PROGRAM STUDI 4 PROFESI KESEHATAN DI AS DAN KANADA 15 Model-model pendanaan Lembaga Akreditasi yang diuraikan di sini adalah menurut hasil kunjungan studi benchmarking terhadap badan/lembaga akreditasi di Amerika Serikat dan Kanada atas biaya Proyek HPEQ untuk pendidikan profesi dokter, dokter gigi, bidan dan perawat. 1. Pendanaan Liaison Committee on Medical Education (LCME) [16] Sebagai induk organisasi dari LCME, maka Association of American Medical Colleges (AAMC) dan American Medical Association (AMA) memberi dukungan finansial dan administratif untuk operasionalisasi LCME. Dukungan finansial dan administratif tersebut diberikan dalam bentuk sebagai berikut : Rekrutmen, gaji dan tunjangan untuk staf LCME; Dana untuk semua pertemuan LCME; Dana untuk semua biaya yang berkaitan dengan kunjungan / survei akreditasi; Asuransi untuk anggota, staf dan asesor/surveyor LCME; Dana untuk penasehat hukum dan segala aspek legal yang berkaitan dengannya; Dana untuk biaya administratif dan operasional LCME; Pengumpulan data, pelaporan termasuk pengelolaan kuesioner tahunan LCME. Tarif Akreditasi Program studi yang sudah terakreditasi oleh LCME tidak dikenakan tarif. Sedangkan program studi yang baru berdiri dan program studi yang pertama kali meminta untuk diakreditasi dikenakan tarif $ Seluruh biaya yang berkaitan dengan konsultasi dan kunjungan / survei akreditasi akan dibebankan kepada program studi tersebut sampai mendapatkan status Terakreditasi. Program studi yang belum berhasil mendapat status Terakreditasi hanya akan dikenakan tarif $ jika mengajukan permintaan untuk akreditasi kembali. Untuk program studi tersebut seluruh biaya yang berkaitan dengan konsultasi dan kunjungan / survei akreditasi akan dibebankan kepada program studi sampai mendapatkan status Terakreditasi. Biaya kunjungan konsultasi dalam rangka persiapan pendaftaran untuk diakreditasi ditanggung oleh program studi. Demikian pula biaya kunjungan konsultasi atas permintaan program studi yang sudah terakreditasi ditanggung oleh program studi. 2. Pendanaan Commission on Dental Accreditation (CODA) [17] Pendanaan untuk operasional CODA berasal dari American Dental Association (ADA) dan Tarif Tahunan (Annual Fee) untuk akreditasi yang bersifat formatif yang dibebankan kepada program studi. Tarif Tahunan ini bervariasi tergantung pada biaya aktual proses akreditasinya. 3. Pendanaan Accreditation Commision for Midwifery Education (ACME) [19] Pendanaan ACME berasal dari tarif untuk akreditasi yang dibebankan kepada program studi. 4. Pendanaan Canadian Association of Schools of Nursing (CASN) [20] Pendanaan CASN berasal dari iuran anggota dan tarif untuk akreditasi. Pendanaan juga bisa berasal dari pemerintah propinsi melalui proyek bersama.

24 2.2. ACUAN KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL 16 Kini sudah tidak cukup lagi bagi tenaga kesehatan untuk sekedar bersikap profesional. Dalam iklim globalisasi seperti saat ini, tenaga kesehatan juga harus bersikap interprofesional. [21] Melalui Kolaborasi Interprofesional tenaga kesehatan akan mampu : 1) menghadapi Tantangan Bagi Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan yang disebut di Sub-Bab 1.2.2; 2) memberdayakan sistem kesehatan; dan 3) akhirnya meningkatkan kesehatan masyarakat. Kolaborasi Interprofesional bukan hanya sekedar bersepakat dan berkomunikasi, tetapi lebih merupakan sinergi dan kreasi. Kolaborasi Interprofesional terwujud bila 2 orang atau lebih dari profesi yang berbeda berinteraksi untuk menghasilkan pemahaman bersama yang tidak akan mungkin terjadi jika mereka bekerja sendiri-sendiri. Satu-satunya cara tenaga kesehatan dapat menerapkan Kolaborasi Interprofesional adalah melalui Pendidikan Interprofesional. [21] Pendidikan Interprofesional terjadi saat 2 atau lebih profesi saling belajar bersama dari satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan mutu pelayanan kesehatan. Pendidikan Interprofesional mencakup semua pembelajaran di lingkungan akademik dan lingkungan kerja sejak sebelum sampai dengan setelah kualifikasi lulusan.[22] Pendidikan Interprofesional bukan merupakan : [23] Sekelompok pembelajar dari berbagai profesi yang duduk bersama dalam satu ruangan mendengarkan kuliah yang sama; atau Pembelajar dari sebuah profesi yang bertukar pengetahuan dengan satu atau lebih profesi lain secara satu arah. Pendidikan Interprofesional Kesehatan akan memicu Kolaborasi Interprofesional di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan di masyarakat sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1 di bawah. Gambar 2.1 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan [21;24] HEALTH AND EDUCATION SYSTEMS

25 PRINSIP PRINSIP PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL [25] 1) Tata Nilai dalam Pendidikan Interprofesional : Mengutamakan kebutuhan pasien, keluarga dan komunitas untuk meningkatkan mutu pelayanan dan hasil akhirnya serta kesejahteraan mereka dengan cara berpedoman pada best practices sepanjang proses pengajaran dan pembelajaran; Memberikan kesempatan yang sama kepada semua profesi dan semua yang belajar maupun bekerja dengan mereka dengan cara mengesampingkan perbedaan kekuasaan dan status antar profesi meskipun hal itu mungkin ada; Menghormati keunikan, perbedaan dan keaneka-ragaman antar profesi dan semua yang belajar maupun bekerja dengan mereka dengan cara memberi kontribusi yang spesifik dari tiap profesi dalam proses pembelajaran dan praktek; Memelihara identitas dan keahlian setiap profesi dengan cara menampilkan setiap profesi secara positif dan unik; Mendorong kesetaraan antar profesi dalam lingkungan belajar dengan cara menyepakati aturan-aturan dasar (ground rules); Menanamkan nilai-nilai dan sudut pandang interprofesional dalam pendidikan profesi maupun multiprofesi dengan cara menerapkan kaidah-kaidah interprofesional dalam proses pembelajarannya. 2) Proses dalam Pendidikan Interprofesional : Mencakup proses pembelajaran dalam profesi pendidikan, kesehatan, manajemen, medis, sosial dan profesi lain dengan cara penyampaian yang bertahap dan berjenjang sejak pendidikan awal sampai dengan pendidikan berkelanjutan; Mendorong partisipasi mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proses pembelajaran mereka dengan cara melibatkan mereka bersama dosen dan pihak lain dalam kelompok kerja; Mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaannya menurut berbagai sudut pandang dengan cara membandingkannya secara kritis terhadap pengalaman dan kenyataan; Mendorong profesi untuk saling belajar tentang satu sama lain agar mengoptimalkan pertukaran pengalaman dan keahlian dengan cara memfasilitasi interaksi dan refleksi / perenungan bersama saat mereka membandingkan persepsi, tata nilai, peran, tanggung jawab, keahlian dan pengalaman mereka; Menanggapi perbedaan untuk memperoleh titik temu dengan cara menonjolkan peran dan keahlian yang berbeda tetapi saling melengkapi dalam praktek yang kolaboratif berdasarkan saling pengertian dalam mencapai tujuan bersama; Mempadukan pembelajaran di institusi pendidikan dengan tempat bekerja dengan cara kerja sama antara dosen dan pembimbing praktek dalam merencanakan, menyampaikan, menguji dan menilai pembelajaran di kelas dan di tempat praktek; Mempadukan teori dengan praktek dengan cara menyimpulkan teori dari praktek untuk dapat diterapkan di lapangan;

26 18 Menerapkan pengajaran dan pembelajaran berdasarkan bukti dengan cara mengutip hasil penelitian dan evaluasi sistematis terhadap proses dan hasil akhir dari pembelajaran interprofesi; Menerapkan kriteria dan proses penilaian yang konsisten untuk semua profesi dengan cara penilaian sumatif yang sama dengan standar yang sama; Memberi angka kredit untuk kualifikasi profesi dengan cara mengupayakan agar tugas-tugas Pendidikan Interprofesional yang diselesaikan dengan baik dapat memenuhi persyaratan perolehan angka kredit untuk kualifikasi profesi; Melibatkan pengguna Pendidikan Interprofesional dan pemberi pelayanan kesehatan dalam pengajaran dan pembelajaran dengan cara melibatkan mereka dalam merencanakan, menyampaikan, menilai dan mengevaluasi pengajaran. 3) Hasil Akhir yang Diharapkan dari Pendidikan Interprofesional : Terwujudnya kemampuan interprofesional dengan cara pembelajaran yang berorientasi pada hasil akhir berupa kemampuan kolaborasi antar profesi; Meningkatnya kemampuan praktek tiap profesi dengan cara memberdayakan tiap profesi untuk mampu melengkapi praktek profesi lain; Adanya kerja sama untuk meningkatkan pelayanan dan inovasi dengan cara menerapkan analisis kritis dalam Kolaborasi Interprofesional; Meningkatnya hasil akhir pelayanan kesehatan untuk pasien, keluarga dan komunitas dengan cara menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan mereka; Terdiseminasinya pengalaman Pendidikan Interprofesional dengan cara berkontribusi terhadap kemajuan dan saling pengertian dalam pembelajaran interprofesional melalui pertemuan ilmiah serta literatur profesi dan interprofesi; Berkembangnya materi Pendidikan Interprofesional berdasarkan penelitian dan evaluasi sistematis dengan cara mengumpulkan data secara sistematis sesuai dengan persyaratan dan harapan pemangku kepentingan, peraturan, penyandang dana dan lembaga akreditasi serta perkembangan ilmu pengetahuan KEMITRAAN DALAM PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL DAN KOLABORASI INTERPROFESIONAL Menghubungkan standar akreditasi pendidikan dengan standar akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan membantu menjamin agar mahasiswa dan praktisi tahu dan trampil dalam Kolaborasi Interprofesional. Oleh karena itu, kemitraan yang perlu digalang dalam rangka Pendidikan Interprofesional dan Kolaborasi Interprofesional adalah sebagai berikut di bawah ini : [26] 1) Pemerintah Kementerian Kesehatan serta Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten / Kota dapat mendorong fasilitas pelayanan kesehatan agar menerapkan dan mengevaluasi Kolaborasi Interprofesional. Kerja sama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan

27 19 Kementerian Kesehatan akan memperkuat keberlanjutan Pendidikan Interprofesional dari institusi pendidikan sampai dengan tempat praktek lulusan. 2) Organisasi Profesi Organisasi Profesi dapat berperan sebagai Fasilitator Perubahan (Change Agents) sesuai dengan harapan Komisi Global di Sub-Bab dengan cara sebagai berikut : Mempromosikan konsep pembelajaran dan kolaborasi interprofesional ke seluruh anggota mereka; Mengkaitkan pembelajaran dan kolaborasi interprofesional dengan sumber daya dan kegiatan interprofesional. 3) Institusi Pendidikan Kerja sama antara dosen dengan konsulen / pembimbing pendidikan spesialis (preceptor) dalam perencanaan dan pelaksanaan Pendidikan Interprofesional adalah esensial dalam mewujudkan keberlanjutan pendidikan untuk mahasiswa dan praktisi. Bentuk kerja sama lain adalah pemberian beasiswa pendidikan dan penelitian tentang dampak Pendidikan Interprofesional dan Kolaborasi Interprofesional. Oleh karena itu, institusi pendidikan harus mengintegrasikan Pendidikan Interprofesional dalam kurikulum mereka bukan sekedar kuliah tambahan yang terpisah dari bidang klinis atau sistem kesehatan yang sangat relevan bagi mahasiswa dan pembelajar. 4) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Lahan Praktek Keberlanjutan Pendidikan Interprofesional dari institusi pendidikan sampai dengan tempat praktek lulusan adalah landasan dari pembelajaran untuk Kolaborasi Interprofesional. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Lahan Praktek merupakan sarana dan mekanisme untuk mencapai pemahaman bersama dalam mewujudkan keberlanjutan Pendidikan Interprofesional. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Lahan Praktek juga memberi kontribusi kepada Akreditasi Pendidikan Interprofesional melalui Pengembangan Profesi Berkelanjutan (Continuing Professional Development /CPD) bagi konsulen / pembimbing pendidikan spesialis (preceptor) yang membimbing mahasiswa. Oleh karena itu, kemitraan antara institusi pendidikan dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Lahan Praktek pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui kolaborasi di tempat praktek. Pendidikan Interprofesional Kesehatan adalah aplikasi nyata dari Nilai Operasional LAM- PTKes yaitu : Continuous Quality Improvement (CQI); Quality Cascade; Conceptualization - Production Usability (CPU); dan Trustworthy [27]. Kotak 2.2 : Peran LAM-PTKes dalam Menerapkan Pendidikan Interprofesional LAM-PTKes memiliki peran strategis untuk menerapkan Pendidikan Interprofesional dalam Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dengan cara sebagai berikut : [24] Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan.

28 ACUAN OPERASIONALISASI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI PROFESI KESEHATAN PENGELOLAAN LAM-PTKes SEBAGAI SISTEM ADAPTIF YANG KOMPLEKS Persoalan dalam akreditasi pendidikan tinggi profesi kesehatan bukanlah persoalan yang sederhana maupun pelik/rumit (complicated), tetapi merupakan persoalan yang sulit (complex). Tabel 2.1 menunjukkan perbedaan antara persoalan yang sederhana, pelik/rumit (complicated) dan persoalan yang sulit (complex). Tabel 2.1 : Contoh Persoalan yang Sederhana, Pelik/Rumit (Complicated) dan Sulit (Complex) [28] Memasak menurut Resep (Persoalan yang sederhana) Resep mutlak diperlukan agar berhasil Hasil masakannya sama selama resep diikuti Walaupun tidak perlu keahlian, namun keahlian memasak meningkatkan keberhasilan Resep menghasilkan masakan yang standar Resep yang unggul menghasilkan masakan yang unggul Membuat Roket ke Bulan (Persoalan yang pelik/rumit) SOP / Manual mutlak diperlukan agar berhasil Jika prototip berhasil, maka roketroket sejenisnya akan berhasil juga Keahlian yang tinggi dalam berbagai bidang diperlukan agar berhasil Membesarkan Anak (Persoalan yang sulit/kompleks) SOP / Manual terbatas manfaatnya Pengalaman membesarkan satu anak tidak menjamin keberhasilan dengan anak-anak yang lain Keahlian bisa membantu tetapi, tidak menjamin keberhasilan Roket-roket yang sejenis memiliki Setiap anak adalah unik dan harus kesamaan dipahami secara perorangan Keberhasilan akan tinggi jika prototip Ketidakpastian tinggi untuk hasil akhir berhasil yang baik Ada harapan mengatasi persoalan Ada harapan mengatasi persoalan Ada harapan mengatasi persoalan Persoalan yang sulit / kompleks pada umumnya ditemukan pada Sistem Adaptif yang Kompleks (Complex Adaptive System). Sistem Kesehatan maupun Sub-sistem Pendidikan Profesi Kesehatan yang terkait dengannya merupakan Sistem Adaptif yang Kompleks [29;30]. Ada 3 alasan mengapa Persoalan yang Sulit / Kompleks merupakan tantangan dalam penerapan kebijakan dan perubahan yang tidak bisa ditangani dengan cara manajemen konvensional. Pertama, persoalan muncul dalam berbagai bentuk di berbagai tingkat manajemen. Pembuat keputusan di suatu tingkat hanya melihat persoalan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya, sehingga solusi keseluruhannya memerlukan kolaborasi dan negosiasi antar berbagai pelaku. Kedua, persoalan tidak bisa diprediksi sebelumnya. Ketiga, interpretasi terhadap persoalan beragam dengan asumsi yang beragam serta usulan solusi yang beragam juga. [31] Sistem Adaptif yang Kompleks adalah suatu jejaring (network) komponen / anggota yang dinamis yang selalu saling berinteraksi sehingga mempengaruhi jejaring secara keseluruhan. Selama saling berinteraksi, komponen-komponen tersebut beradaptasi dan belajar. [32;33] Berbeda dengan sistem yang tradisional, Sistem Adaptif yang Kompleks bersifat tidak linier dengan ciri-ciri sebagai berikut : [31;34;35] Hubungan sebab-akibat tidak jelas;

29 21 Keseluruhan sistem bukan merupakan penjumlahan dari bagian-bagiannya; Perubahan dalam sistem tidak bisa diramal sebelumnya; dan Proses-proses dalam sistem tidak mengarah kepada tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Sifat-sifat lain yang menonjol dari Sistem Adaptif yang Kompleks antara lain adalah sebagai berikut : [29;36] 1. Pola-pola dalam sistem timbul secara tidak terduga (Emergence) : Komponen / anggota dalam sistem saling berinteraksi secara acak sampai melahirkan pola-pola tertentu yang mempengaruhi komponen-komponen tersebut dan sistem itu sendiri (Gambar 2.2). 2. Sistem saling berevolusi dengan lingkungan luar (Co-evolution) : Sebagai bagian dari lingkungan, jika lingkungan luar berubah maka Sistem Adaptif yang Kompleks akan turut berubah. Perubahan sistem akan memicu perubahan lingkungan yang pada gilirannya akan menuntut sistem untuk berubah lagi dan seterusnya secara bergantian (Gambar 2.2). 3. Saling keterkaitan (Connectivity) : Sifat keterkaitan antar komponen dalam Sistem Adaptif yang Kompleks menentukan keberlangsungan sistem karena dari keterkaitan tersebut akan timbul pola-pola tertentu dan informasi yang perlu diumpanbalikkan (Gambar 2.2). 4. Kebersamaan dalam perbedaan (Requisite variety) : Selama ada kebersamaan, semakin banyak perbedaan semakin kuat Sistem Adaptif yang Kompleks. Perbedaan dan kontradiksi akan melahirkan kemungkinan-kemungkinan baru untuk saling belajar dan berevolusi. 5. Saling memberi imbas yang berulang-ulang (Iteration) : Perubahan-perubahan dalam Sistem Adaptif yang Kompleks yang awalnya kecil akan berdampak besar setelah berulang kali menghasilkan pola-pola tertentu dan informasinya diumpanbalikkan. Fenomena ini dikenal sebagai butterfly effect atau fenomena bola salju. 6. Mengatur sendiri (Self Organizing) : Sistem Adaptif yang Kompleks melakukan reorganisasi melalui timbulnya pola-pola tertentu yang diumpanbalikkan secara berulang kali sehingga terjadi pembelajaran dan adaptasi. Oleh karena itu, sistem ini tidak memerlukan hierarki dan pusat komando. Perilaku dalam Sistem Adaptif yang Kompleks lebih mudah dipengaruhi bukan dikendalikan [37]. Berdasarkan sifat-sifatnya, maka perilaku organisasi sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks berbeda dengan perilaku organisasi dengan sistem yang tradisional sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2 di bawah.

30 Gambar 2.2 : Sistem Adaptif yang Kompleks (Complex Adaptive System) 22 Tabel 2.2 : Perbedaan Perilaku Organisasi sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks dan sebagai Sistem Tradisional [37;38] Sistem Tradisional Sistem Adaptif yang Kompleks Peran yang menonjol Manajemen Kepemimpinan Metode yang menonjol Komando dan Pengendalian Insentif dan Disinsentif Jenis pengaruh Pengaruh berdasarkan kekuatan langsung (Hukum Fisika dari Newton) Pengaruh berdasarkan umpan balik yang tidak linier dan berulang (Quantum Physics) Penilaian yang menonjol Kegiatan Luaran / Hasil Fokus pada Efisiensi Trengginas (Agility) Sifat hubungan Kontraktual Komitmen pribadi Bentuk organisasi Hierarki Jejaring seperti anyaman (Heterarchy) Struktur organisasi Dirancang khusus Mengatur sendiri (Self Organizing) Perilaku organisasi Perilaku organisasi dituntut dari atas Perilaku organisasi tumbuh dari bawah IMPLIKASI SISTEM ADAPTIF YANG KOMPLEKS BAGI MANAJEMEN Hubungan dalam Sistem Adaptif yang Kompleks bersifat generatif. Artinya hubungan ini menciptakan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada. Hubungan generatif ini memungkinkan komponen / anggota sistem untuk saling berkreasi menghasilkan produk / layanan baru dan solusi terhadap persoalan yang sulit (complex). Hubungan generatif membantu organisasi untuk mengatasi persoalan yang sulit (complex) pada tingkat struktur (para pelaku dalam industri) maupun pada tingkat konsepsual ( pengembangan produk / layanan baru). [39] Hubungan Generatif dapat digambarkan sebagai bintang berujung 4 yang masing-masing ujungnya mewakili faktor yang penting dalam Hubungan Generatif sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3. di bawah.

31 Gambar 2.3 : Hubungan Generatif Berbentuk Bintang dalam Sistem Adaptif yang Kompleks [39;40] 23 Kesamaan dalam Perbedaan Alasan Bekerja Sama Komunikasi Hasil Kerja Nyata Kesamaan dalam Perbedaan (Similarities and differences) Para anggota sistem harus memiliki persamaan untuk menyatukan mereka sekaligus perbedaan untuk melahirkan ide-ide baru. Agar produktif, maka anggota-anggota dalam sistem harus belajar mewujudkan kebersamaan dan memanfaatkan perbedaan mereka. Contoh : [41] Proyek pengembangan open source software dari Linux menghimpun ribuan relawan di cyberspace untuk menghasilkan sistem operasi yang mengungguli Microsoft. Komunikasi (Talking and listening) Saling berbicara dan mendengarkan antara para anggota sistem memberi kesempatan untuk belajar dan berkembang. Demikian pula komunikasi dengan lingkungan luar dari sistem memberi kesempatan pembelajaran dan pemahaman bersama. Hasil Kerja Nyata (Authentic work products) Fokus dari Hubungan Generatif adalah hasil kerja yang nyata. Tanpa fokus ini, maka sistem akan kehilangan energinya. Seharusnya Hubungan Generatif melahirkan produk-produk baru untuk diuji coba. Alasan Bekerja Sama (Reason for working together) Setiap Hubungan Generatif harus memiliki Orientasi Strategis. Tanpa Orientasi Strategis yang disepakati bersama, maka Hubungan Generatif dapat memburuk menjadi hubungan yang kompetitif. Sifat-sifat Hubungan Generatif Berbentuk Bintang : [40] Masing-masing ujung bintang diperlukan untuk menghasilkan hubungan yang produktif dan langgeng; Penekanan yang berlebih pada salah satu ujung bintang akan menghambat perkembangan sistem; Jadi fokus para anggota harus bergantian antara keempat ujung bintang; Para anggota sistem harus memperdalam ketrampilannya dalam tiap ujung bintang; Persoalan biasanya disebabkan oleh kurang diperhatikannya salah satu atau lebih ujung bintang; Setiap ujung bintang membutuhkan kepekaan dan ketrampilan yang berbeda dari para anggota sistem; dan

32 24 Walaupun anggota sistem secara perorangan mungkin memiliki preferensi terhadap salah satu ujung bintang, namun sistem secara keseluruhan harus seimbang dalam memperhatikan keempat ujung bintang. Ada 3 langkah untuk mencegah kegagalan dalam Hubungan Generatif, yaitu : [40] Langkah 1 : Lakukan evaluasi apakah Hubungan Generatif Berbentuk Bintang dalam keadaan seimbang atau tidak. Tabel 2.3 di bawah menunjukkan berbagai persoalan potensial yang bisa timbul jika salah satu atau lebih ujung bintang tidak optimal. Tabel 2.3 : Akibat Kelemahan Ujung Bintang dalam Hubungan Generatif [40] Komunikasi Hasil Kerja Nyata Alasan Bekerja Sama anggota Gosip dan salah paham Hilangnya minat dan semangat Fokus teralihkan oleh hal-hal sepele yang tidak relevan Sifat Akibat Letak Kelemahan Jangka Panjang Jangka Pendek Secara Mikro Secara Makro Kesamaan dalam Perbedaan Dikucilkannya sebagian Hubungan yang hanya bersifat basa- Rapat-rapat yang tidak produktif Hilangnya energi atau fokus basi Sebagian mendominasi pembicaraan dan sebagian lagi diam Tata nilai dan tujuan kegiatan dipertanyakan Konflik tentang langkah berikutnya dan penggunaan sumber daya Sebagian anggota frustrasi Sebagian anggota menjadi tidak sabar Ketidakpuasan antar anggota Hilangnya suara atau opini sebagian anggota Sistem kehilangan kredibilitasnya Penyimpangan dari tujuan atau harapan semula tanpa kelanjutan Langkah 2 : Setelah menemukan ujung bintang yang memerlukan perhatian, Tabel 2.4 di bawah menunjukkan berbagai cara untuk memperkuat masing-masing ujung bintang. Tabel 2.4 : Cara Memperkuat Ujung Bintang dalam Hubungan Generatif [40] Kesamaan dalam Perbedaan Komunikasi Hasil Kerja Nyata Alasan Bekerja Sama Saling bertukar pengalaman; Membahas perbedaan antar anggota; Saling bertukar informasi; Mengapresiasi kelebihan atau kontribusi khusus; dan Variasi tempat pertemuan. Memberi kesempatan pada tiap anggota untuk berbicara; Memberi kesempatan pada tiap anggota untuk menjawab pertanyaan yang sama secara bergiliran; Menggunakan berbagai media komunikasi sesuai kebutuhan dan preferensi anggota; Sering berkomunikasi dan dalam berbagai cara. Tentukan secara bersama hasil akhir, luaran dan kegiatan; Buat jadual; Lakukan pembagian akuntabilitas; Bekerja dalam kelompok; dan Buat Rencana Tindak Lanjut secara tertulis. Tentukan Misi dan Tujuan organisasi; Selain agenda bersama, tanyakan masing-masing anggota tentang agenda perorangan mereka; Selaraskan agenda bersama dengan agenda perorangan para anggota; dan Sepakati jangka waktu berlakunya agenda bersama.

33 25 Langkah 3 : Bertindak, evaluasi hasil akhir dan menjaga keseimbangan Hubungan Generatif Berbentuk Bintang lagi. Kotak 2.3 : LAM-PTKes sebagai Fasilitator Perubahan (Change Agent) LAM-PTKes berpeluang menjadi Fasilitator Perubahan (Change Agent) bersama dengan akademisi, profesi, pemerintah dan masyarakat melalui pembelajaran yang bersifat transformatif dan interdependensi untuk mewujudkan Reformasi Instruksional dan Institusional pendidikan profesi kesehatan. Kuncinya adalah Pengelolaan LAM-PTKes sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks PELAKSANAAN AKREDITASI DENGAN MODEL 3 DIMENSI Selain Sistem Kesehatan, Sub-sistem Pendidikan Profesi Kesehatan juga merupakan Sistem Adaptif yang Kompleks. Dengan memperhatikan ciri-ciri Sistem Adaptif yang Kompleks, maka akreditasi yang dilakukan oleh LAM-PTKes perlu menggunakan suatu Model 3 Dimensi sebagaimana terlihat pada Gambar 2.4 di bawah. Gambar 2.4 : Model 3 Dimensi untuk Akreditasi Pendidikan Profesi Kesehatan [30] Dimensi Pertama : Dimensi Pertama biasanya dipakai untuk mengevaluasi sistem tradisional yang bersifat linier yang terdiri atas : 1) Struktur; 2) Proses; dan 3) Hasil. Masing-masing unsur di atas dinilai dan hasilnya dijumlahkan untuk melihat kepatuhan program studi terhadap standar. Walaupun proses penilaiannya cukup pelik/rumit (complicated), namun mengingat bahwa Pendidikan Profesi Kesehatan merupakan Sistem Adaptif yang Kompleks, maka penilaian satu dimensi seperti ini tidak memadai. Dimensi Kedua : Dimensi Kedua menggambarkan fungsi-fungsi dalam program studi yang harus efektif untuk menghasilkan mutu yang meliputi : 1) Tujuan program studi; 2) Kurikulum; 3) Penilaian mahasiswa; dan

OPERASIONALISASI LAM-PTKes

OPERASIONALISASI LAM-PTKes 1 OPERASIONALISASI LAM-PTKes 1. JUSTIFIKASI LAM-PTKes Selain tuntutan dari peraturan perundang-undangan, justifikasi berdirinya LAM-PTKes adalah : 1) Masalah pada Sistem Kesehatan; 2) Tantangan bagi Subsistem

Lebih terperinci

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi

Lebih terperinci

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN I. PRASYARAT BUSINESS PLAN 1 Business Plan : pernyataan yang memuat tujuan-tujuan dari suatu usaha dan kegiatankegiatan yang ingin dilakukan dalam usaha tersebut untuk mencapai tujuantujuan itu. memberi

Lebih terperinci

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes 1 Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes LANGKAH-LANGKAH 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes dari 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan 7 Organisasi Profesi Kesehatan

Lebih terperinci

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Tata Nilai LAM PTKes terdiri atas : a. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri b. Nilai Operasional Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misinya berlandaskan pada Nilai Dasarnya, LAM- PTKes menganut 5 Prinsip Operasional

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN LAPORAN BULANAN KEDUA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia 1 Analisis Jabatan Badan Pelaksana 1. Atasan Langsung 2. Tanggung Jawab 3A. Hasil Kerja Pokok Majelis Pemangku Kepentingan Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Pengembangan,

Lebih terperinci

LANGKAH AWAL LAM-PTKes

LANGKAH AWAL LAM-PTKes LAPORAN 4 Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERTAMA

LAPORAN BULANAN PERTAMA LAPORAN BULANAN PERTAMA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN 1 TABEL 2. JADUAL KEGIATAN KEGIATAN 7/128/129/1210/12 11/12 12/12 1/13 2/133/13 4/13 5/13 6/13 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes 1.1. Melakukan internalisasi antara Task Force dengan Sekretariat

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Sosialisasi Kapasitasi Institusi Pendidikan Kesehatan Masyarakat 2014 AIPTKMI 12 Mei 2014 Akreditasi

Lebih terperinci

LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes

LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes 1 LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes DAFTAR ISI hal. 1 PETA STRATEGI LAM-PTKes... 1 2 GRAND DESIGN... 3 3 TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes... 10 4 ASESMEN DAN FASILITASI DALAM AKREDITASI

Lebih terperinci

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Outline Konsep LAM Visi, misi, tata nilai, (+) Organisasi LAM-PTKes (+) Perbandingan BAN-PT dengan LAM-PTKes (+) Milestone pendirian LAM-PTKes

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI INSTITUSI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society RINGKASAN EKSEKUTIF i Proyek HPEQ berupaya memadukan sumber daya pemerintah, usaha / industri dan civil society untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menjawab tuntutan Globalisasi, Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Tujuan Misi Visi Tujuan (SMART) 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan April 2012 1 KESEPAKATAN PENDIRIAN LAM-PTKES KONSEP LAM-PTKES HUBUNGAN PENJAMINAN MUTU SISTEM PENDIDIKAN TERHADAP SISTEM PELAYANAN

Lebih terperinci

TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes

TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes PERSPEKTIF Tim Persiapan Pool Asesor & Fasilitator PIC 1. M.K. Tadjudin 2. Usman C. Warsa 3. Ridwan Roy T. 4. Muhammad Hadi 5. Dwiwahju Sasongko

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project)

STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project) STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project) oleh : Soedarmono Soejitno disampaikan pada acara : Tindak Lanjut Pembahasan Business Plan LAM Menara Peninsula Hotel

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 24 25 April 2015 22/04/2015 - sss 1 Landasan Hukum LAM-PTKes 1. UU No. 20 / 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional, 2. UU No. 12 / 2012 ttg Pendidikan Tinggi, 3. Peraturan Menteri

Lebih terperinci

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes)

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) INDONESIAN ACCREDITATION AGENCY FOR HIGHER EDUCATION IN HEALTH (IAAHEH) Gedung Victoria Lt. 2 Jalan Sultan Hassanuddin

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan RAKERNAS AIPGI, 9 Februari 2015 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1 KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka Organisasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan April 2012 1 Tujuan Audiensi Menyampaikan laporan perkembangan pembentukan LAM-PTKes hingga saat ini Mendapatkan arahan dari Dirjen

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI LAM-PTKes

KEBIJAKAN AKREDITASI LAM-PTKes 1 KEBIJAKAN AKREDITASI LAM-PTKes 1. Kebijakan Akreditasi Pendidikan Kedokteran menurut WHO dan World Federation for Medical Education / WFME 2. Status Akreditasi dan Pendanaan Lembaga Akreditasi 3. Peran

Lebih terperinci

Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan

Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan Djoko Santoso 3 PARADIGMA PERUBAHAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL FAKULTAS A. Kebijakan Umum 1. Fakultas sebagai bagian dari Universitas Andalas berpartisipasi aktif dalam gerakan menjag

BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL FAKULTAS A. Kebijakan Umum 1. Fakultas sebagai bagian dari Universitas Andalas berpartisipasi aktif dalam gerakan menjag MANUAL MUTU INTERNAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK TAHUN 2015-2019 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas 2015 Manual Mutu FISIP Tahun 2015-2019 1 BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL

Lebih terperinci

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1290, 2014 KEMENDIKBUD. Program Studi. Perguruan Tinggi. Akreditasi. Pencabutan. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes)

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) INDONESIAN ACCREDITATION AGENCY FOR HIGHER EDUCATION IN HEALTH (IAAHEH) Gedung Victoria Lt. 2 Jalan Sultan Hassanuddin

Lebih terperinci

FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI. Penilaian Dokumen Perorangan. Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :...

FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI. Penilaian Dokumen Perorangan. Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :... FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Dokumen Perorangan Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :... Tanggal :... No. 1 1.1 2 1.2 3 1.3.1 4 1.3.2 5 2.1.1 6 2.1.2 7 2.1.3

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Akta notaris disahkan, pada 3 Februari 2014 oleh Kemenkumham No. AHU 30.AH.01.07 tahun 2014 Dapat Pengakuan Menteri melalui

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Keberadaan ED dalam AIPT

Keberadaan ED dalam AIPT BAN-PT Evaluasi Diri: Berupa dokumen khusus yang disusun sebagai analisis kondisi dan kesimpulan capaian PT sampai saat ini Borang: Berupa dokumen yang mengandung isian, data, dan informasi lengkap tentang

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD.

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD. KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU 2016-2020 SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 Page1 Kerangka Kerja SPM 2016-2020 Page 1 Kerangka Kerja Satuan Penjaminan Mutu (SPM) Unpad 2016-2020

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Badan Hukum Perkumpulan LAM-PTKes LAM-PTKes merupakan badan hukum perkumpulan. Anggotanya saat ini berupa Organisasi Profesi dan Asosiasi

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA ( K.B.S.I. ) STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF Jakarta : Februari 2007 DAFTAR SINGKATAN IPDS KBSI KPS KKI PBL PPDS RS Pendidikan RS Jejaring WFME Institusi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Manfaat yang diperolah Setelah Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Jalan Sekolah Duta 1 No. 62, RT 003, RW 014, Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310 Phone:

Lebih terperinci

Oleh Pengurus LAM-PTKes

Oleh Pengurus LAM-PTKes PERKUMPULAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Oleh Pengurus LAM-PTKes Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Asosiasi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) Bogor,

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Workshop Tindak Lanjut Penerbitan SK Izin Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN JEJARING DAN ALIANSI STRATEGIS

PEDOMAN PENGEMBANGAN JEJARING DAN ALIANSI STRATEGIS Lampiran Peraturan BAN-PT Nomor 10 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Jejaring dan Aliansi Strategis BAN-PT PEDOMAN PENGEMBANGAN JEJARING DAN ALIANSI STRATEGIS BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN

Lebih terperinci

SHERMAN SALIM CALON DEKAN

SHERMAN SALIM CALON DEKAN SHERMAN SALIM CALON DEKAN Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2010-2015 INTEGRASI, SINERGI, INOVASI DAN IMPLEMENTASI UNTUK MEWUJUDKAN FKG UNAIR KIBLAT BIDANG KEDOKTERAN GIGI DI INDONESIA STRATEGI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI Tahun 2016-2020 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI TAHUN 2016-2020 KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Lebih terperinci

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8)

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8) LAMPIRAN 4 (Halaman 1-8) MATRIKS SWOT (W-T) Analisis Eksternal dan Internal W T Specific : Tersusunnya kebijakan, standar, 1. Kurangnya SDM di LAM-PTKes 1. Legitimasi LAM-PTKes belum setara instrumen dan

Lebih terperinci

1. Peran Penting Manajemen Perubahan 2. Elemen Perubahan 3. Struktur Program Management Office (PMO) Manajemen Perubahan 4.

1. Peran Penting Manajemen Perubahan 2. Elemen Perubahan 3. Struktur Program Management Office (PMO) Manajemen Perubahan 4. 1. Peran Penting Manajemen Perubahan 2. Elemen Perubahan 3. Struktur Program Management Office (PMO) Manajemen Perubahan 4. Pengorganisasian Manajemen Perubahan 5. Tahapan Perubahan Manajemen perubahan

Lebih terperinci

Deskripsi: Dimensi Grand Design Sistem Informasi Kesehatan

Deskripsi: Dimensi Grand Design Sistem Informasi Kesehatan Deskripsi: Grand design sistem informasi kesehatan berorientasi pada kualifikasi produk yang diharapkan, ditinjau dari kebutuhan kinerja dan spesifikasinya serta strategi tata kelolanya. 1. Dimensi Grand

Lebih terperinci

BAB I VISI, MISI, NILAI, TUJUAN, SASARAN. 1.1 Visi Menjadi institusi pendidikan di bidang Gizi Kesehatan yang bermutu internasional.

BAB I VISI, MISI, NILAI, TUJUAN, SASARAN. 1.1 Visi Menjadi institusi pendidikan di bidang Gizi Kesehatan yang bermutu internasional. BAB I VISI, MISI, NILAI, TUJUAN, SASARAN 1.1 Visi Menjadi institusi pendidikan di bidang Gizi Kesehatan yang bermutu internasional. 1.2 Misi 1.2.1 Menyelenggarakan pendidikan di bidang gizi kesehatan yang

Lebih terperinci

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH Versi 18 Mei 2016 BAN-PT AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH MATRIKS BORANG DAN EVALUASI-DIRI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI 2016 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI ii MATRIKS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes. 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta

Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes. 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta Board of Trustees Consist of the representatives from: association of education institution; professional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat

Lebih terperinci

KERANGKA RENSTRA. Where Do We Want TO BE VISI / MISI SASARAN/OBJECTIVE TARGET

KERANGKA RENSTRA. Where Do We Want TO BE VISI / MISI SASARAN/OBJECTIVE TARGET Rencana Strategis Program Studi Pendidikan Dokter FKUB: KERANGKA RENSTRA Where Are We NOW HOW Do We Get There Where Do We Want TO BE EVALUASI DIRI VISI / MISI ANALISIS SWOT GRAND STRATEGY TUJUAN/GOAL RENSTRA

Lebih terperinci

PENILAIAN AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Juli 2011 BAN-PT

PENILAIAN AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Juli 2011 BAN-PT PENILAIAN AIPT Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Juli 2011 Skor AIPT Sumber Penilaian 1 Borang Perguruan Tinggi 2 Evaluasi-Diri Perguruan Tinggi (dalam %) 90 10 Total 100 Status AIPT Rentang Skor

Lebih terperinci

PENILAIAN AIPT. Skor AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Bobot (dalam %) 90

PENILAIAN AIPT. Skor AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Bobot (dalam %) 90 PENILAIAN AIPT Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi 26/02/2018 1 Skor AIPT 2 Sumber Penilaian 1 Borang Perguruan Tinggi 2 Evaluasi-Diri Perguruan Tinggi (dalam %) 90 10 Total 100 1 Status AIPT 3

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno. Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah

Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno. Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah KATA PENGANTAR Salam perkenalan kepada institusi pendidikan, program studi, organisasi

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) V INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) Gambaran Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA

Lebih terperinci

Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes

Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes Waktu : 14 Desember

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MANAGEMENT)

MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MANAGEMENT) MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MANAGEMENT) Implementasi Manajemen Pengetahuan mencakup mulai dari metode berbasis teknologi untuk mengakses, mengendalikan, dan menyampaikan informasi sampai dengan upaya

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI BARU INSTRUMEN AKREDITASI

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI BARU INSTRUMEN AKREDITASI BAN-PT AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI BARU INSTRUMEN AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI 2016 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 1 BAB I PENDAHULUAN 2 BAB II BAB III PRINSIP DASAR PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang sering terjadi diantaranya seperti kesiapan dari dosen yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang sering terjadi diantaranya seperti kesiapan dari dosen yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Implementasi kurikulum baru tidaklah mudah, banyak permasalahan yang dapat muncul sebagai tantangan yang harus dihadapi oleh institusi pendidikan. Permasalahan

Lebih terperinci

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan.

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan. STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Serta Strategi Pencapaian. 1.1.1 Jelaskan Mekanisme Penyusunan Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Program

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era Reformasi Birokrasi saat ini, setiap organisasi pemerintahan dituntut untuk selalu melaksanakan semua aspek yaitu legitimasi, kewenangan, maupun aktivitas utama

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 Workshop tentang Outcomes Based Education Dwiwahju Sasongko, Sekretaris BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI BAN-PT

Lebih terperinci

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi Profil LSP KPK Dalam upaya mendukung percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia agar lebih efektf, profesional, dan berdampak, KPK membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang bersifat indenpenden.

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS AKREDITASI

Lebih terperinci

1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT

1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT 1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT 5. Tatapamong prodi yang efektif 6. Pengembangan tatapamong prodi S1 PGSD

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Akta notaris disahkan, pada 3 Februari 2014 oleh Kemenkumham No. AHU 30.AH.01.07 tahun 2014 Dapat Pengakuan Menteri melalui

Lebih terperinci

Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011

Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011 Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011 Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011 Komponen 1 CAPAIAN SAAT INI (SEMESTER 1) TARGET KPI PROYEKSI CAPAIAN AKHIR TAHUN -Naskah akademik LAM sudah final

Lebih terperinci

AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH

AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH Lampiran Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 9 Tahun 2017 tentang Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi Terbuka Jarak Jauh BAN-PT AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH BUKU

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5777 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 295). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Manual Mutu Akademik

Manual Mutu Akademik Manual Mutu Akademik MM 01 PJM Revisi Tanggal Dikaji Oleh Disetujui Oleh Pusat Jaminan Mutu Disetujui Oleh: Revisi ke 03 Tanggal 01 Juni 2011 KATA PENGANTAR Manual Mutu Akademik ini berisi tentang kebijakan,

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA FAKULTAS

PROGRAM KERJA FAKULTAS PROGRAM KERJA FAKULTAS STRATEGI 2030 Untuk mewujudkan tujuan, Fakultas Pertanian IPB menyusun strategi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berkembangnya kompetensi dan komitmen staf

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015)

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015) 1 1. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015) Dalam upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana diamanahkan

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KLINIK AKREDITASI LAM-PTKes 2017

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KLINIK AKREDITASI LAM-PTKes 2017 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KLINIK AKREDITASI LAM-PTKes 2017 DR. APRILITA RINA YANTI EFF., M.BIOMED., APT. NIP 215020572 WAKTu : 6-7 OKTOBER 2017 TEMPAT ACARA : HOTEL GRAND WHIZ KELAPA GADING, JAKARTA

Lebih terperinci

AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH

AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH Lampiran Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 9 Tahun 2017 tentang Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi Terbuka Jarak Jauh BAN-PT AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH BUKU

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pedoman ini diterbitkan oleh Sekretariat KNAPPP Alamat:

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 1: UMUM

Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 1: UMUM Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 1: UMUM Direktorat Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

Lebih terperinci

STMIK MUSIRAWAS Jl. Jendral Besar H.M Soeharto RT.08 Kelurahan Lubuk Kupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau DOKUMEN STANDAR

STMIK MUSIRAWAS Jl. Jendral Besar H.M Soeharto RT.08 Kelurahan Lubuk Kupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau DOKUMEN STANDAR DOKUMEN STMIK-KJM/KM KEBIJAKAN SPMI Dirumuskan oleh :Tim Manual Mutu STMIK Revisi : 00 Tanggal : - Tanda Tangan Diperiksa oleh : Kepala Kantor Jaminan Mutu Hartati Ratna Juita, M.Pd Tanda Tangan Ditetapkan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL

PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE 2015-2016 PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE 2015 2016

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci