LANGKAH AWAL LAM-PTKes

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LANGKAH AWAL LAM-PTKes"

Transkripsi

1 LAPORAN 4 Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ) LANGKAH AWAL LAM-PTKes oleh Soedarmono Soejitno Jakarta, Mei 2012

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... Daftar Kotak... Daftar Gambar... Daftar Tabel... RINGKASAN EKSEKUTIF... i hal. i i ii ii iii 1 PENDAHULUAN Laporan Akhir Konsultan Balanced Scorecard (BSC) LAM-PTKes Task Force sebagai Cikal Bakal LAM-PTKes Perkembangan Kelompok Pembentukan Tim Inti dalam Task Force LAM-PTKes PERSPEKTIF PELANGGAN LAM-PTKes PERSPEKTIF KEUANGAN LAM-PTKes PERSPEKTIF PRODUKSI (INTERNAL BUSINESS PROCESS) LAM-PTKes PERSPEKTIF BELAJAR DAN BERKEMBANG LAM-PTKes Jejaring Komunitas Praktisi (Community of Practice) untuk Akreditasi Formatif Ciri-Ciri Komunitas Praktisi Penerapan Komunitas Praktisi oleh Organisasi Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System / KMS) Komunitas Praktisi sebagai Landasan Manajemen Pengetahuan Model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes Penataan Aspek Dinamis Organisasi LAM-PTKes TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes AGENDA TINDAK LANJUT Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator Tim Inti Persiapan Manajemen Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes Referensi DAFTAR KOTAK hal. Kotak 1.1 : Kelompok merupakan Sistem Adaptif yang Kompleks... 5 Kotak 1.2 : Tahap Perkembangan Task Force LAM-PTKes... 6 Kotak 1.3 : Perlunya 3 Tim Inti dalam Task Force LAM-PTKes... 6 Kotak 2.1 : Indikator Penentu Kinerja LAM-PTKes dari Perspektif Pelanggan... 9 Kotak 2.2 : Kalau Harga / Tarif Paket Akreditasi oleh LAM-PTKes Mau Dibuat Nihil Seperti BAN-PT Kotak 2.3 : Jika Harga / Tarif Paket Akreditasi oleh LAM-PTKes Tidak Bisa Dibuat Nihil Kotak 2.4 : Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator dalam Perspektif Pelanggan Kotak 2.5 : Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen dalam Perspektif Pelanggan Kotak 2.6 : Tugas Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes dalam Perspektif Pelanggan Kotak 3.1 : Indikator Penentu Kinerja LAM-PTKes dari Perspektif Keuangan... 13

3 ii Kotak 3.2 : Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen dalam Perspektif Keuangan Kotak 4.1 : Indikator Penentu Kinerja LAM-PTKes dari Perspektif Produksi Kotak 4.2 : Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator dalam Perspektif Produksi Kotak 4.3 : Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen dalam Perspektif Produksi Kotak 4.4 : Tugas Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes dalam Perspektif Produksi Kotak 5.1 : Beban Kuantitatif dan Kualitatif dalam membentuk Pool Asesor dan Fasilitator Kotak 5.2 : Pelatihan Bukan Segalanya Kotak 5.3 : Jejaring Kompetensi yang Dibentuk oleh Berbagai Komunitas Praktisi Kotak 5.4 : Pembelajaran Utama Tidak Terjadi di Sekolah Kotak 5.5 : Model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes DAFTAR GAMBAR hal. Gambar 1.1 : Peta Strategi LAM-PTKes... 3 Gambar 1.2 : Dinamika Perkembangan Kelompok... 5 Gambar 1.3 : Organogram LAM-PTKes... 8 Gambar 2.1 : Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan... 9 Gambar 2.2 : Perlunya Penetapan Tarif agar Rencana Pendapatan Dapat Mendanai Pengeluaran Organisasi Gambar 4.1 : Model Generik Perspektif Produksi dalam menciptakan Nilai Tambah Gambar 5.1 : Model Kue Donat dari Manajemen Pengetahuan Gambar 5.2 : Model Sistem Manajemen Pengetahuan / KMS Gambar 5.3 : Iklim Organisasi yang Dinamis Gambar 7.1 : Siklus Pembelajaran dari Kolb Gambar 7.2 : 5 cara untuk Memelihara Fokus terhadap Strategi Gambar 7.3 : Siklus Kebijakan DAFTAR TABEL hal. Tabel 1.1 : Tata Kala Rencana Kegiatan Technical Assistance for Developing Business Plan LAM-PTKes... 2 Tabel 5.1 : Perbedaan antara Komunitas Praktisi dan Kelompok Formal Tabel 5.2 : Manfaat Komunitas Praktisi bagi Organisasi dan Anggotanya Tabel 6.1 : Tugas Tim Inti dalam Balanced Scorecard (BSC) LAM-PTKes Tabel 7.1 : Peralihan Jenis Pengetahuan dan Contohnya... 37

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Isi Laporan Ke Empat ini mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Task Force sebagai Cikal Bakal LAM-PTKes melalui 3 Tim Inti yang dibentuknya; 2. Tugas Tim Inti dalam Balanced Scorecard (BSC) LAM-PTKes; 3. Agenda Tindak Lanjut sebagai Langkah Awal LAM-PTKes. iii 1. Task Force sebagai Cikal Bakal LAM-PTKes Dari Gambar 1.2, dapat dilihat bahwa kelompok merupakan suatu Sistem Adaptif yang Kompleks. Sebagaimana halnya dengan perkembangan kelompok pada umumnya, maka perkembangan Task Force LAM-PTKes dan wakil-wakil dari 7 asosiasi institusi pendidikan dan 7 organisasi profesi kesehatan serta organisasi-organisasi yang terkait lainnya juga melalui tahap-tahap berikut ini : Forming; Storming; Norming; dan Performing. Dengan memperhatikan dinamika yang berkembang dalam Proyek HPEQ, maka perkembangan Task Force LAM-PTKes saat ini sudah sampai pada tahap Norming. Supaya dapat menjadi tim yang efektif, maka perlu ada fokus pada tugas-tugas Task Force yang saling berkaitan dan tergantung satu sama lain. Oleh karena itu, agar mulai bergerak dari tahap Norming menuju tahap Performing, maka Task Force perlu diberi tugas kolektif yang merupakan suatu tantangan. Tantangan ini justru akan saling memperkuat peran masing-masing anggota; memperkuat ikatan antar mereka; serta memberi kesempatan untuk menunjukkan produktifitas mereka secara terukur. Oleh karena itu, dibentuklah tim inti untuk tugas-tugas sebagai berikut : 1) Mengembangkan Pool Asesor dan Fasilitator; 2) Menyusun cetak biru (blue print) manajemen LAM-PTKes; dan 3) Mempersiapkan Peralihan Akreditasi program studi dan institusi pendidikan tinggi profesi kesehatan dari BAN-PT ke LAM-PTKes. 2. Tugas Tim Inti dalam Balanced Scorecard (BSC) LAM-PTKes PERSPEKTIF PELANGGAN Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator : Mencari Atribut Produk / Layanan lain selain Harga untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan dari segi : Kegunaan; Kualitas; dan Waktu. Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen : Menciptakan Kualitas Prima dalam hal Hubungan dengan Pelanggan melalui : Pelayanan Kehumasan yang responsif; Pelayanan Administratif yang memuaskan; dan Pelayanan kepada Pelanggan secara unik berdasarkan dukungan Manajemen Pengetahuan.

5 iv Tugas Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes : Melakukan Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi utamanya yang berkaitan dengan Tarif Paket Akreditasi ; Mengusulkan hasil Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi yang berkaitan dengan Tarif Paket Akreditasi ke Kemendikbud. PERSPEKTIF KEUANGAN Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen : 1. Menyepakati besarnya kisaran Biaya Satuan akreditasi secara nasional Melakukan exercise Satuan Biaya Khusus/SBK untuk akreditasi oleh LAM-PTKes Mengusulkan Satuan Biaya Khusus dari LAM-PTKes kepada Kemdikbud Membantu mengusulkan Satuan Biaya Khusus dari Kemendikbud ke Kemkeu Membantu Penetapan Satuan Biaya Khusus Akreditasi oleh Menteri Keuangan Melakukan kegiatan dengan dukungan dana sesuai dengan SBK dari Kemkeu 2. Memfasilitasi Kesepakatan mekanisme pendanaan akreditasi secara nasional Memperkenalkan mekanisme pendanaan akreditasi berdasarkan Sistem Arisan / Asuransi Penjaminan Mutu Eksternal Pendidikan Kesehatan Memfasilitasi Kesepakatan besarnya pendanaan yang diperlukan untuk akreditasi secara nasional Mengidentifikasi sumber pendanaan reguler untuk akreditasi secara nasional Memfasilitasi Kesepakatan mekanisme penyaluran dana untuk akreditasi secara nasional Menyusun Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) untuk akreditasi secara nasional 3. Memfasilitasi Kesepakatan Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi secara nasional Menyusun rancangan awal Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Memfasilitasi Kesepakatan sumber daya yang diperlukan agar sistem berfungsi optimal Memfasilitasi Kesepakatan cara memenuhi sumber daya yang diperlukan sistem Menyusun Indikator Penentu Kinerja (Key Performance Indicators) untuk sistem Menyusun sistem monitoring evaluasi dan pencatatan pelaporan untuk Sistem 4. Memfasilitasi Kesepakatan besarnya kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Melakukan exercise kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Mengkomunikasikan hasil exercise kisaran tarif akreditasi kepada Perguruan Tinggi Swasta Menyusun MoU tentang kisaran tarif akreditasi antara Perguruan Tinggi Swasta dengan LAM-PTKes PERSPEKTIF PRODUKSI (INTERNAL BUSINESS PROCESS) Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator : 1) Menyusun draf Pedoman Akreditasi Formatif LAM-PTKes; 2) Membahas draf Pedoman Akreditasi Formatif dengan stakeholders; 3) Merevisi draf Pedoman Akreditasi Formatif berdasarkan masukan stakeholders;

6 4) Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; 5) Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan; 6) Menyusun Standar Akreditasi dengan Model CPU dalam kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku; 7) Menyusun Sistem Umpan Balik (Feedback Loops) dengan Ciri Utama : Tepat waktu; Spesifik; Konstruktif; dan Adil. 8) Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk memfasilitasi Pembelajaran Transformatif program studi dan institusi pendidikan kesehatan melalui Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management); 9) Mengembangkan pool Asesor dan Fasilitator yang memiliki Integritas dan mampu menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes; 10) Menyusun SOP Tim Asesor dan Fasilitator. v Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen : Menyusun Rencana Strategis; Menyusun Model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes sesuai dengan : o Misi yang diembannya; o Grand Design yang sudah disepakati; o Pelaksanaan asesmen dan fasilitasi akreditasi formatif melalui siklus Analisis Kondisi Program Studi; Analisis Persoalan; Analisis Keputusan; dan Analisis Hambatan / Persoalan Potensial. Menata organ-organ Sekretariat, Divisi Akreditasi dan Divisi Pengembangan, Monev dan Banding LAM-PTKes sesuai hasil Analisis Jabatan yang sudah dibuat; Melakukan Analisis Pasar yang lebih mendalam; Mensosialisasikan kebijakan akreditasi pendidikan tinggi kesehatan secara nasional. Tugas Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes : Mempersiapkan mekanisme peralihan akreditasi; Melakukan Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi utamanya yang berkaitan dengan Akreditasi Formatif; Mengusulkan hasil Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi yang berkaitan dengan Akreditasi Formatif ke Kemendikbud. PERSPEKTIF BELAJAR DAN BERKEMBANG Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator : Menginisiasi pengembangan Komunitas Praktisi (Community of Practice) di dalam lingkungan HPEQ maupun di masyarakat.

7 vi Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen : 1. Memfasilitasi pengembangan Komunitas Praktisi : Menterjemahkan Strategi Pokok organisasi menjadi berbagai jenis Pengetahuan Strategis yang dapat dikembangkan oleh Komunitas Praktisi; Melegitimasi pekerjaan Komunitas Praktisi sesuai dengan prioritas organisasi; Menyalurkan sumber daya yang diperlukan untuk kesuksesan Komunitas Praktisi; Menilai kelayakan dari Hasil Pembelajaran oleh Komunitas Praktisi untuk diterapkan dalam proses produksi organisasi; Menjembatani struktur vertikal yang formal dari organisasi dengan struktur horisontal yang informal dari Komunitas Praktisi; Memfasilitasi pertemuan, transport dan anggaran untuk tugas khusus tertentu; Memfasilitasi komunikasi dan dokumentasi Hasil Pembelajaran; Menyediakan Tim Fasilitator dalam organisasi yang bertugas membantu Komunitas Praktisi untuk hal-hal sebagai berikut : o Memberi pendampingan ahli (coaching) kepada pimpinan Komunitas Praktisi; o Memfasilitasi komunikasi dengan struktur formal organisasi; o Memfasilitasi koordinasi dalam seluruh organisasi. 2. Pengembangan Model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes 3. Menata Aspek Dinamis Organisasi 3. Agenda Tindak Lanjut sebagai Langkah Awal LAM-PTKes 1) Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator : Mengelola Perubahan melalui Aspek Manusia dengan model A.I.D.K.A.A.R. yang merupakan sebuah model perubahan untuk menjadikan kebutuhan terhadap perubahan begitu nyata sehingga individu, kelompok dan organisasi dapat mudah melihatnya dan menerimanya. Model A.I.D.K.A.A.R. memiliki 7 unsur yaitu Awareness (Kesadaran), Interest (Perhatian), Desire (Hasrat), Knowledge (Pengetahuan), Ability (Kemampuan), Action (Tindakan), Reinforcement (Penguatan). 2) Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen : Sebagaimana terlihat di Tabel 6.1, tugas Tim Inti Persiapan Manajemen adalah dalam keseluruh 4 perspektif dari BSC. Oleh karena itu, peran Tim Inti Persiapan Manajemen adalah sangat penting dalam memelihara fokus terhadap Strategi yang telah dijabarkan menjadi Langkah dan Kegiatan dalam Grand Strategy LAM-PTKes. 3) Tugas Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes : Tugas utama tim ini adalah melakukan Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi yang hasilnya akan diusulkan ke Kemdikbud. Analisis kebijakannya merupakan suatu Analisis Kebijakan Publik. Penyusunan Kebijakan Publik merupakan suatu proses berkesinambungan yang dinamis dan terdiri atas beberapa komponen yang dapat dikelompokkan ke dalam suatu siklus kebijakan. Siklus kebijakan pada dasarnya mencoba untuk menyederhanakan kompleksitas dari proses penyusunan Kebijakan Publik ke dalam tahap-tahap sebagai berikut : 1. Penetapan agenda tindak lanjut tingkat nasional; 2. Formulasi kebijakan dan pengambilan keputusan; 3. Implementasi kebijakan; 4. Pemantauan dan evaluasi kebijakan.

8 1. PENDAHULUAN 1.1. LAPORAN AKHIR KONSULTAN 1 Dokumen ini merupakan Laporan Ke-empat dan terakhir dari Konsultan Perorangan untuk Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) pada Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ) Komponen 1, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Laporan Ke-empat ini menyampaikan hasil yang telah dicapai termasuk pekerjaan yang masih terus berlangsung dari Tata Kala Rencana Kegiatan Technical Assistance yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah. Walaupun mencoba mengacu kepada Tata Kala Rencana tersebut, namun dengan memperhatikan dinamika terakhir yang berkembang dalam Proyek HPEQ, maka ada beberapa kegiatan yang belum selesai saat berakhirnya masa Technical Assistance for Developing Business Plan. Di lain pihak, ada juga beberapa kegiatan yang ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari yang sudah dialokasikan dalam Tata Kala Rencana tersebut, yaitu : Kegiatan 2 : Facilitating agreement on Strategic Orientation and Priorities of National Accreditation Agency (NAA) Kegiatan 3 : Identifying Resource Implications (staff, infrastructure & finances) Akibatnya, kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan Kegiatan 2) dan Kegiatan 3) di atas juga membutuhkan waktu lebih lama dari yang sudah dialokasikan dalam Tata Kala Rencana tersebut, yaitu : Kegiatan 4 : Cost Analysis of Resource Implications Kegiatan 5 : Developing Performance Measures (Dashboard) Kegiatan 10 : Meeting Stakeholders, Partners & Prospective Clients Sedangkan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan Kegiatan 2) dan 3); serta Kegiatan 4); 5) dan Kegiatan 10) di atas juga menjadi terlambat mulainya, yaitu : Kegiatan 6 : Developing Program Benefit Monitoring & Evaluation system Kegiatan 7 : Identify and track Essential Operating Data Kegiatan 8 : Calculating Start-up Expenses and Capitalization Kegiatan 9 : Develop Financial Plan

9 2 Tabel 1.1 : Tata Kala Rencana Kegiatan Technical Assistance for Developing Business Plan LAM-PTKes [1] ACTIVITIES Month 1 Month 2 Month 3 Month 4 1. Market Analysis x x x 2. Facilitating agreement on Strategic Orientation and x Priorities of National Accreditation Agency (NAA) 3. Identifying Resource Implications (staff, x x infrastructure & finances) 4. Cost Analysis of Resource Implications x x x x 5. Developing Performance Measures (Dashboard) x x x x 6. Developing Program Benefit Monitoring & x x x Evaluation system 7. Identify and track Essential Operating Data x x x x 8. Calculating Start-up Expenses and Capitalization x x x 9. Develop Financial Plan x x x 10. Meeting Stakeholders, Partners & Prospective x x x x Clients 11. Writing Final Document x 12. Wrap-up Meeting x Keterangan : = kegiatan yang telah selesai dilakukan termasuk pekerjaan yang masih terus berlangsung (on going) Dengan memperhatikan berbagai persoalan di atas, maka isi Laporan Ke-empat ini mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Balanced Scorecard (BSC) LAM-PTKes berikut dengan penjabaran keempat perspektifnya; 2. Task Force sebagai Cikal Bakal LAM-PTKes melalui 3 Tim Inti yang dibentuknya; 3. Tugas Tim Inti dalam Balanced Scorecard (BSC) LAM-PTKes; 4. Agenda Tindak Lanjut sebagai Langkah Awal LAM-PTKes BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKES Rangkaian keterkaitan strategi-strategi dalam hierarki keempat perspektif BSC disebut Peta Strategi (Strategy Map) sebagaimana tampak pada Gambar 1.1. Peta Strategi secara formal dan visual menjelaskan tujuan-tujuan strategis dan saling keterkaitannya yang menunjukkan bagaimana suatu sistem/organisasi mendapatkan Nilai Tambah. Pencapaian satu tujuan strategis menentukan pencapaian tujuan strategis lainnya. Jadi, Peta Strategi menggambarkan hubungan sebab-akibat yang melandasi keseluruhan strategi suatu sistem / organisasi. [2;3;4] Melalui BSC, strategi organisasi dapat dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari anggotanya sehingga pelaksanaannya menjadi nyata. Gambar 1.1 memperlihatkan Peta Strategi LAM-PTKes yang diusulkan.

10 Gambar 1.1 : Peta Strategi LAM-PTKes [5] Visi : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global PERSPEKTIF PELANGGAN Meningkatkan kinerja institusi pendidikan (CQI) Memetakan jenjang karir tenaga kesehatan (CPU) 3 MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan NILAI DASAR: ATRIBUT UNTUK NILAI TAMBAH BAGI PELANGGAN Mempadukan kualitas pendidikan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Q Cascade) Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi kesehatan Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (Trustworthy) Hubungan Pelanggan Atribut Produk / Layanan Citra Amanah dan Mandiri PERSPEKTIF KEUANGAN Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya Pendanaan Yang Berkelanjutan Efisiensi Biaya dan Produktifitas Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi PERSPEKTIF PRODUKSI Kebijakan Akreditasi sesuai Nilai Operasional Standar Akreditasi sesuai Nilai Operasional Instrumen Akreditasi sesuai Nilai Operasional Prosedur Akreditasi sesuai Nilai Operasional Umpan balik Penilaian LAM yang tepat waktu dalam format yang spesifik, konstruktif dan adil dengan saran untuk perbaikan sesuai standar KESELARASAN Human Knowledge Good Governance Resources Management Management (Benchmarking) PERSPEKTIF BELAJAR & BERKEMBANG Modal / Kapasitas SDM Kompetensi & Profesionalisme + Modal / Kapasitas Informasi Sistem Informasi, Jejaring & Pengetahuan + Modal / Kapasitas Organisasi Sistem Komunikasi & Pembuatan Keputusan; Norma & Perilaku; Sistem Akuntabilitas & Insentif

11 1.3. TASK FORCE SEBAGAI CIKAL BAKAL LAM-PTKes PERKEMBANGAN KELOMPOK 4 Task Force LAM-PTKes dibentuk pada triwulan ke empat tahun 2011 untuk memperlancar pembentukan institusi LAM-PTKes. Dalam menjalankan tugasnya Task Force ini selalu berhubungan dengan wakil-wakil dari 7 asosiasi institusi pendidikan dan 7 organisasi profesi kesehatan serta organisasi-organisasi yang terkait lainnya. Sebagaimana halnya dengan perkembangan kelompok pada umumnya, maka perkembangan Task Force LAM- PTKes dan wakil-wakil dari organisasi tersebut juga melalui tahap-tahap berikut ini : Forming; Storming; Norming; dan Performing. Tahap-tahap perkembangan tersebut menerangkan perkembangan kelompok dari segi kematangan / maturitas, kemampuan dan hubungan antar anggotanya sebagaimana diterangkan pertama kali oleh Bruce W. Tuckman dalam artikelnya yang terkenal di majalah Psychological Bulletin tahun 1965 berjudul Developmental sequence in small groups. Forming : Kelompok mulai dibentuk pada tahap ini. Sebagian besar waktu dipakai untuk mengumpulkan informasi, perencanaan tugas dan saling mengenal antar anggota. Storming : Berbagai pendapat yang berbeda dari anggota saling bersaing agar dapat dianut oleh kelompok. Tahap ini memerlukan kepemimpinan yang fasilitatif tetapi tetap tegas agar tidak terjadi chaos. Sehebat apapun pemimpin atau kelompok yang dipimpinnya, dalam perkembangan semua kelompok pasti akan melampaui tahap ini. Kelompok biasanya sampai pada tahap ini pada kuartal pertama usianya. Tingkat kedewasaan kelompok pada tahap ini bisa dianggap setara dengan usia remaja. [6] Norming : Fokus kelompok adalah pada membangun hubungan antar anggota. Kelompok menjadi lebih stabil dengan disepakatinya berbagai tata nilai dan peraturan formal maupun informal. Keputusan yang penting dibuat bersama oleh kelompok yang besar, sedangkan yang lebih operasional dibuat oleh tim-tim yang lebih kecil [7]. Untuk mencegah kelompok kembali ke tahap Storming, kelompok biasanya mempertahankan status quo sehingga kehilangan kreatifitasnya karena terlalu nyaman pada comfort zone yang telah dicapai [8]. Akibat adanya dorongan untuk tetap menjaga stabilitas dalam kelompok, maka timbul apa yang disebut sebagai group think. Group think terjadi jika mayoritas anggota kelompok mengambil keputusan yang dianggap aman oleh mereka demi menghindari perbedaan pendapat. Pola pemikiran kolektif seperti ini menghambat kemampuan analitis dalam Analisis Persoalan, Analisis Keputusan maupun Analisis Persoalan Potensial / Analisis Hambatan. Akibatnya, beberapa anggota yang masih mampu berpikir kritis tidak akan puas dengan pola pemikiran kolektif yang picik seperti group think ini

12 5 Performing : Banyak kelompok yang baru mencapai tahap ini setelah 6 bulan atau lebih sejak pembentukannya [9]. Walaupun pada semua tahap kelompok bekerja melakukan tugasnya, namun pada tahap ini kerja kelompok adalah paling efektif. Kelompok memiliki visi dan misi yang dihayati bersama serta tujuan bersama [7]. Fokus kelompok adalah pada penyelesaian tugas sehingga kinerjanya tinggi. Rata-rata anggota kelompok semakin meningkat motivasinya, pengetahuannya dan kompetensinya. Apakah kelompok terdiri atas pramuka, para manajer maupun ekskutif sebagai kelompok, perkembangan mereka sampai kematangan / maturitas akan melalui tahap-tahap di atas [6]. Sebagian kelompok dapat menjalani tahap-tahap tersebut dengan lancar, tetapi sebagian lagi tersendat-sendat perkembangannya, bahkan ada yang terjebak di satu tahap tanpa bisa maju atau bahkan kembali lagi ke tahap sebelumnya. Oleh karena itu, dinamika pergerakan antara ke-empat tahap perkembangan tersebut tidak selalu satu arah sebagaimana terlihat pada Gambar 1.2 di bawah. Gambar 1.2 : Dinamika Perkembangan Kelompok 1 2 Forming Storming Norming Performing Keterangan : 1 : Ketidakcocokan antar anggota dalam kelompok bisa menyebabkan ada anggota yang keluar diganti anggota baru sehingga dari Storming kembali lagi ke Forming. 2 : Sebagian anggota tidak setuju dengan status quo dan group think yang kompromistis dan picik sehingga dari Norming kembali lagi ke Storming. 3 : Keadaan tertentu menyebabkan fokus kelompok berubah sementara menjadi lebih condong kepada membangun hubungan antar anggota daripada penyelesaian tugas sehingga dari Performing kembali lagi ke Norming. 4 : Sebagian anggota mengalami mutasi atau promosi sehingga dari Performing kembali lagi ke Forming. 5 : Pergantian pemimpin kelompok, utamanya ke arah pemimpin yang bersifat otoriter akan menyebabkan hilangnya stabilitas kelompok sehingga mundur dari Performing menjadi Storming. Kotak 1.1 : Kelompok merupakan Sistem Adaptif yang Kompleks Dari Gambar 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa kelompok merupakan suatu Sistem Adaptif yang Kompleks. [10]

13 Kotak 1.2 : Tahap Perkembangan Task Force LAM-PTKes 6 Dengan memperhatikan dinamika yang berkembang dalam Proyek HPEQ, maka perkembangan Task Force LAM-PTKes saat ini sudah sampai pada tahap Norming PEMBENTUKAN TIM INTI DALAM TASK FORCE LAM-PTKes Supaya dapat menjadi tim yang efektif, maka perlu ada fokus pada tugas-tugas kelompok yang saling berkaitan dan tergantung satu sama lain [11]. Oleh karena itu, agar mulai bergerak dari tahap Norming menuju tahap Performing, maka kelompok perlu diberi tugas kolektif yang merupakan suatu tantangan. Tantangan ini justru akan saling memperkuat peran masing-masing anggota; memperkuat ikatan antar mereka; serta memberi kesempatan untuk menunjukkan produktifitas mereka secara terukur. Kotak 1.3 : Perlunya 3 Tim Inti dalam Task Force LAM-PTKes Berdasarkan pertimbangan di atas itulah maka konsultan mengusulkan pada Laporan Ketiganya agar dibentuk tim inti untuk tugas-tugas sebagai berikut : [12] 1) Mengembangkan Pool Asesor dan Fasilitator; 2) Menyusun cetak biru (blue print) manajemen LAM-PTKes; dan 3) Mempersiapkan Peralihan Akreditasi program studi dan institusi pendidikan tinggi profesi kesehatan dari BAN-PT ke LAM-PTKes. Adapun tugas-tugas masing-masing tim Inti adalah sebagai berikut : [12] A) Tim Pengembangan Pool Asesor dan Fasilitator : Mengingat bahwa proyeksi beban kerja LAM-PTKes adalah sekitar 2253 program studi termasuk prodi Spesialis, Sub Spesialis, dan Profesi, maka persiapan Pool Asesor dan Fasilitator minimal dengan kemampuan analitis dalam Analisis Persoalan, Analisis Keputusan maupun Analisis Persoalan Potensial / Analisis Hambatan merupakan tugas yang harus dimulai dari sekarang oleh Tim Inti ini. Asesor dan Fasilitator yang dikembangkan oleh Tim Inti ini nantinya merupakan tenaga fungsional LAM-PTKes yang remunerasinya sesuai dengan kegiatan yang berkaitan dengan tugas yang diberikan kepada mereka. Asesor akan bertugas di bawah koordinasi Divisi Akreditasi sedangkan Fasilitator akan bertugas di bawah koordinasi Divisi Pengembangan, Monev dan Banding (lihat Gambar 1.3). B) Tim Penyusun Cetak Biru (Blue Print) Manajemen LAM-PTKes : Tugas Tim Inti ini adalah menyusun cetak biru (blue print) manajemen LAM-PTKes yang meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Acuan Kebijakan Umum Akreditasi; 2) Acuan Kebijakan Akreditasi Pendidikan Interprofesional, termasuk : Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan.

14 7 3) Pengelolaan LAM-PTKes sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks; 4) Pelaksanaan Asesmen dan Fasilitasi Akreditasi Formatif dengan Model 3 Dimensi; 5) Penerapan Nilai Operasional LAM-PTKes melalui Sistem Umpan Balik (Feedback Loops); 6) Implementasi Grand Design LAM-PTKes; 7) Menindaklanjuti Hasil Analisis Hambatan Operasionalisasi LAM-PTKes yang berkaitan dengan : Legitimasi LAM-PTKes; Penerimaan LAM-PTKes oleh organisasi / institusi lain; Pendanaan dari pemerintah untuk akreditasi oleh LAM-PTKes; Penjaminan mutu LAM-PTKes; Pengajuan untuk akreditasi ke LAM-PTKes oleh program studi. 8) Menyusun model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes sesuai dengan : Misi yang diembannya; Grand Design yang sudah disepakati; Pelaksanaan asesmen dan fasilitasi akreditasi formatif melalui siklus Analisis Kondisi Program Studi; Analisis Persoalan; Analisis Keputusan; dan Analisis Hambatan / Persoalan Potensial. C) Tim Persiapan Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes : Tugas pokok Tim Inti ini adalah antara lain sebagai berikut : 1) Mempersiapkan mekanisme peralihan akreditasi; 2) Melakukan Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi; 3) Mengusulkan hasil Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi ke Kemendikbud.

15 8 Gambar 1.3 : Organogram LAM-PTKes Majelis Pemangku Kepentingan : terdiri atas wakil dari institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna (4 pilar utama) Badan Pelaksana : terdiri atas Ketua, Sekretariat dan Divisi Komisi-komisi Sekretariat : Umum, Keuangan, Ketenagaan, Manajemen Pengetahuan dan Kehumasan Divisi Akreditasi : 1. Kedokteran 2. Kedokteran Gigi 3. Keperawatan 4. Kebidanan 5. Kesehatan Masyarakat 6. Gizi 7. Farmasi Divisi Pengembangan, Monev dan Banding Pool Asesor Pool Fasilitator = Tenaga Fungsional dengan remunerasi sesuai kegiatan / tugas = Tenaga Struktural dengan remunerasi tetap setiap bulan

16 2. PERSPEKTIF PELANGGAN LAM-PTKes 9 Dalam perspektif BSC ini perlu diidentifikasi Pelanggan dan Pemangku Kepentingan LAM-PTKes. Selanjutnya perlu dipikirkan Bagaimana organisasi menciptakan Nilai Tambah bagi mereka? Atribut-atribut yang memberikan Nilai Tambah bagi Pelanggan dapat dikelompokkan ke dalam : 1) Produk / Layanan; 2) Hubungan dengan Pelanggan; serta 3) Citra / Reputasi organisasi sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 : Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan [13] NILAI TAMBAH = Atribut Produk / Layanan + Hubungan + Pelanggan Citra / Reputasi organisasi Kegunaan Kualitas Harga Waktu Kualitas Pengalaman saat transaksi Kualitas Hubungan dengan Klien Kotak 2.1 : Indikator Penentu Kinerja LAM-PTKes dari Perspektif Pelanggan [14] Dengan mencermati Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan di Gambar 2.1 di atas dan Peta Strategi pada Gambar 1.1 sebelumnya, maka Indikator Penentu Kinerja LAM PTKes dari Perspektif Pelanggan adalah : 1. Harga Paket Akreditasi untuk 1 Program Studi; 2. Kualitas Hubungan dengan Pelanggan. Harga Paket Akreditasi untuk 1 Program Studi : Harga / Tarif Paket Akreditasi untuk 1 Program Studi dari BAN-PT adalah nihil. Jika LAM-PTKes diharapkan mandiri dari segi pendanaannya, maka seluruh Biaya Satuan Akreditasi untuk 1 Program Studi harus ditanggung oleh Penyandang Dana dari pemerintah maupun pihak lain kalau Harga / Tarif Paket Akreditasinya mau dibuat nihil seperti BAN- PT. Penetapan Tarif yang profesional diperlukan dalam menyusun Rencana Pendapatan untuk mendanai pengeluaran organisasi sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2 di bawah. Oleh karena itu, Penetapan Tarif harus berdasarkan komitmen Pendanaan yang sudah disepakati dari sumber-sumber pendanaan yang ada. [15]

17 10 Gambar 2.2 : Perlunya Penetapan Tarif agar Rencana Pendapatan Dapat Mendanai Pengeluaran Organisasi [14;15] SUMBER PENDAPATAN : Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan Institusi Pendidikan yang diakreditasi Organisasi Profesi Pendanaan dari Luar Negeri Penetapan Tarif = Biaya Operasional (termasuk Biaya Pemeliharaan dan Ketenagaan) Biaya Investasi (+Depresiasi) PENDAPATAN (rencana) = PENGELUARAN Kotak 2.2 : Kalau Harga / Tarif Paket Akreditasi oleh LAM-PTKes Mau Dibuat Nihil Seperti BAN-PT Kalau Harga / Tarif Paket Akreditasi oleh LAM-PTKes mau dibuat nihil seperti BAN- PT, maka seluruh pengeluarannya harus dapat didanai dari Pemerintah, Asosiasi Institusi Pendidikan, Institusi Pendidikan yang diakreditasi, Organisasi Profesi atau Pendanaan dari Luar Negeri sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2 di atas. Kotak 2.3 : Jika Harga / Tarif Paket Akreditasi oleh LAM-PTKes Tidak Bisa Dibuat Nihil Sebagaimana diperlihatkan oleh Gambar 2.1 di atas, jika Harga / Tarif Paket Akreditasi oleh LAM-PTKes tidak bisa dibuat nihil, maka perlu dicari Atribut Produk / Layanan lain untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan seperti : Kegunaan; Kualitas; Waktu; dan Kualitas Hubungan dengan Pelanggan. Berdasarkan Indikator Penentu Kinerja dari Perspektif Pelanggan (Kotak 2.1) dan pertimbangan tentang nihil atau tidaknya Harga / Tarif Paket Akreditasi oleh LAM-PTKes (Kotak 2.2 dan 2.3), maka dapatlah disusun tugas-tugas Tim Inti Task Force LAM-PTKes berkaitan dengan Perspektif Pelanggan sebagaimana tercantum di Kotak 2.4, 2.5 dan 2.6 di bawah.

18 11 Kotak 2.4 : Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator dalam Perspektif Pelanggan Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator dalam Perspektif Pelanggan adalah mencari Atribut Produk / Layanan lain selain Harga untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan dari segi : Kegunaan; Kualitas; dan Waktu. Kotak 2.5 : Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen dalam Perspektif Pelanggan Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen dalam Perspektif Pelanggan adalah menciptakan Kualitas Prima dalam hal Hubungan dengan Pelanggan melalui : Pelayanan Kehumasan yang responsif; Pelayanan Administratif yang memuaskan; dan Pelayanan kepada Pelanggan secara unik berdasarkan dukungan Manajemen Pengetahuan. Kotak 2.6 : Tugas Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes dalam Perspektif Pelanggan Tugas Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes dalam Perspektif Pelanggan adalah sebagai berikut : Melakukan Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi utamanya yang berkaitan dengan Tarif Paket Akreditasi ; Mengusulkan hasil Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi yang berkaitan dengan Tarif Paket Akreditasi ke Kemendikbud.

19 3. PERSPEKTIF KEUANGAN LAM-PTKes [13] 12 Perspektif ini harus bisa menjawab pertanyaan Bagaimana kita menciptakan Nilai Tambah sambil mengendalikan biaya? Isi dari Perspektif Keuangan ditentukan oleh jenis industrinya, tingkat kompetisi dan strategi unit bisnisnya. Tema-tema umum dalam Perspektif Keuangan antara lain adalah : Meningkatkan pendapatan; Efisiensi biaya dan produktifitas; Meningkatkan pemanfaatan aset; Mengurangi risiko keuangan. Tema-tema tersebut di atas menjembatani Perspektif Keuangan dengan ketiga perspektif lain dalam BSC. Khususnya untuk organisasi baru yang sedang tumbuh, tema-tema tersebut antara lain meliputi : 1) Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya (Revenue Growth and Mix) : a) Meningkatkan jumlah dan jenis layanan dan produk; b) Menjangkau pasar dan klien baru. 2) Efisiensi Biaya dan Produktifitas (Cost Reduction /Productivity Improvement) : a) Efisiensi Biaya Langsung (direct costs) produksi; b) Efisiensi Biaya Tidak Langsung (indirect costs); c) Pemanfaatan sumber daya secara bersama dengan unit bisnis lain. 3) Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi : Meningkatkan pemanfaatan aset tetap (fixed asset) dengan cara : a) Mengarahkan usaha baru untuk memanfaatkan sumber daya yang belum terpakai secara maksimal; b) Menggunakan sumber daya yang terbatas secara lebih efisien. Indikator yang dapat dipakai untuk menilai kinerja tema-tema tersebut di atas antara lain adalah : 1) Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya : a) Peningkatan persentase penjualan pada segmen sasaran pasar, klien dan wilayah; b) Peningkatan persentase pendapatan dari produk, layanan dan klien baru. 2) Efisiensi Biaya dan Produktifitas : Pendapatan Jumlah Staf 3) Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi : a) Tingkat investasi sebagai persentase dari penjualan; b) Penelitian dan Pengembangan sebagai persentase dari penjualan.

20 Kotak 3.1 : Indikator Penentu Kinerja LAM-PTKes dari Perspektif Keuangan [14] 13 Dengan mencermati Tema-tema umum dalam Perspektif Keuangan dari BSC dan Peta Strategi pada Gambar 1.1 sebelumnya, maka Indikator Penentu Kinerja LAM PTKes dari Perspektif Keuangan adalah : 1. Peningkatan Pendapatan dan Sumbernya : Peningkatan persentase penjualan pada segmen sasaran pasar, klien dan wilayah; Peningkatan persentase pendapatan dari produk, layanan dan klien baru. 2. Rasio Pendapatan dibanding Jumlah Tenaga; 3. Rasio Investasi dibanding Penjualan. Kotak 3.2 : Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen dalam Perspektif Keuangan Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen dalam Perspektif Keuangan sesuai dengan Grand Design LAM PTKes adalah sebagai berikut : [12] 1. Menyepakati besarnya kisaran Biaya Satuan akreditasi secara nasional Melakukan exercise Satuan Biaya Khusus (SBK) untuk akreditasi oleh LAM-PTKes Mengusulkan Satuan Biaya Khusus dari LAM-PTKes kepada Kemdikbud Membantu mengusulkan Satuan Biaya Khusus dari Kemendikbud kepada Kemkeu Membantu Penetapan Satuan Biaya Khusus Akreditasi oleh Menteri Keuangan Melaksanakan kegiatan dengan dukungan dana sesuai dengan SBK dari Kemkeu 2. Memfasilitasi Kesepakatan mekanisme pendanaan akreditasi secara nasional Memperkenalkan mekanisme pendanaan akreditasi berdasarkan Sistem Arisan / Asuransi Penjaminan Mutu Eksternal Pendidikan Kesehatan Memfasilitasi Kesepakatan besarnya pendanaan yang diperlukan untuk akreditasi secara nasional Mengidentifikasi sumber pendanaan reguler untuk akreditasi secara nasional Memfasilitasi Kesepakatan mekanisme penyaluran dana untuk akreditasi secara nasional Menyusun Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) untuk akreditasi secara nasional 3. Memfasilitasi Kesepakatan Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi secara nasional Menyusun rancangan awal Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Memfasilitasi Kesepakatan sumber daya yang diperlukan agar sistem berfungsi optimal Memfasilitasi Kesepakatan cara memenuhi sumber daya yang diperlukan sistem Menyusun Indikator Penentu Kinerja (Key Performance Indicators) untuk sistem Menyusun sistem monitoring evaluasi dan pencatatan pelaporan untuk Sistem 4. Memfasilitasi Kesepakatan besarnya kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Melakukan exercise kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Mengkomunikasikan hasil exercise kisaran tarif akreditasi kepada Perguruan Tinggi Swasta Menyusun MoU tentang kisaran tarif akreditasi antara Perguruan Tinggi Swasta dengan LAM-PTKes

21 4. PERSPEKTIF PRODUKSI (INTERNAL BUSINESS PROCESS) 14 Perspektif ini harus bisa menjawab pertanyaan Produksi apa yang harus dioptimalkan untuk menciptakan Nilai Tambah bagi Pelanggan kita? Setiap industri memiliki proses produksi yang khusus untuk menciptakan Nilai Tambah bagi Pelanggannya dan mengendalikan biaya untuk Perspektif Keuangannya. Gambar 4.1 memperlihatkan suatu model generik dari Perspektif Produksi dalam menciptakan Nilai Tambah bagi Pelanggannya. Gambar 4.1 : Model Generik Perspektif Produksi dalam menciptakan Nilai Tambah [13] Proses Inovasi Proses Produksi Proses Purna Jual Kebutuhan Klien Diidentifikasi Identifi kasi Pasar Keistime waan Produk / Layanan Siapkan Produk / Layanan Salurkan Produk / Layanan Layani Klien Kebutuhan Klien Dipuaskan Pencapaian strategi dalam Perspektif Produksi mendukung pencapaian strategi dalam Perspektif Pelanggan dan Perspektif Keuangan karena hal-hal berikut ini : [2] Perspektif ini menciptakan dan menyampaikan Nilai Tambah bagi Pelanggannya; Perspektif ini meningkatkan proses produksi dan menurunkan biaya pada tema Efisiensi Biaya dan Produktifitas dalam Perspektif Keuangan. Proses-proses dalam Perspektif Produksi dapat dikelompokkan sebagai berikut : [2] 1) Manajemen Produksi : a) Kembangkan hubungan dengan pemasok; b) Siapkan Produk / Layanan; c) Salurkan Produk / Layanan ke klien; d) Mengelola risiko. 2) Manajemen Klien (Customer Relationship Management) : a) Pilih klien; b) Dapatkan klien; c) Pertahankan klien; d) Tingkatkan hubungan dengan klien. 3) Inovasi : a) Identifikasi peluang-peluang baru; b) Kembangkan Produk / Layanan baru; c) Luncurkan Produk / Layanan baru. 4) Peraturan dan Hubungan Sosial : a) Tingkatkan keamanan dan kesehatan kerja; b) Kelola hubungan industrial; c) Tingkatkan hubungan dengan masyarakat / komunitas.

22 15 Kotak 4.1 : Indikator Penentu Kinerja LAM-PTKes dari Perspektif Produksi Indikator Penentu Kinerja LAM PTKes dari Perspektif Produksi dibuat berdasarkan acuan-acuan berikut ini : Model Generik Perspektif Produksi dari BSC dalam menciptakan Nilai Tambah di Gambar 4.1 di atas; Peta Strategi di Gambar 1.1 sebelumnya; Hasil Analisis Pasar pada survei terhadap peserta Konperensi HPEQ di Bali Desember 2011 yang lalu; dan Grand Design LAM-PTKes. Berdasarkan acuan-acuan tersebut di atas, maka Indikator Penentu Kinerja LAM PTKes dari Perspektif Produksi adalah : 1) Rencana Strategis LAM-PTKes; 2) Akreditasi Formatif dengan Model 3 Dimensi; 3) Standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional; 4) Integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi; 5) Standar Akreditasi dengan Model CPU dalam kerangka peraturan perundangundangan yang berlaku (UU Sisdiknas, PP No 19/2005, Perpres No.8 / 2012 tentang KKNI, UU Guru dan Dosen, dan lain sebagainya) 6) Sistem Umpan Balik (Feedback Loops) dengan Ciri Utama : Tepat waktu; Spesifik; Konstruktif; dan Adil. 7) Model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes sesuai dengan : Misi yang diembannya; Grand Design yang sudah disepakati; Pelaksanaan asesmen dan fasilitasi akreditasi formatif melalui siklus Analisis Kondisi Program Studi; Analisis Persoalan; Analisis Keputusan; dan Analisis Hambatan / Persoalan Potensial. 8) Pool Asesor dan Fasilitator yang memiliki Integritas dan mampu menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes; 9) SOP Tim Asesor dan Fasilitator; 10) Kebijakan Peralihan Status Akreditasi dari sistem BAN-PT dan Kemkes ke sistem LAM-PTKes. Berdasarkan Indikator Penentu Kinerja dari Perspektif Produksi (Kotak 4.1), maka dapatlah disusun tugas-tugas Tim Inti Task Force LAM-PTKes berkaitan dengan Perspektif Produksi sebagaimana tercantum di Kotak 4.2, 4.3 dan 4.4 di bawah.

23 16 Kotak 4.2 : Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator dalam Perspektif Produksi Tugas Tim Inti Persiapan Pool Asesor dan Fasilitator dalam Perspektif Produksi adalah sebagai berikut : 1) Menyusun draf Pedoman Akreditasi Formatif LAM-PTKes; 2) Membahas draf Pedoman Akreditasi Formatif dengan stakeholders; 3) Merevisi draf Pedoman Akreditasi Formatif berdasarkan masukan stakeholders; 4) Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; 5) Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan; 6) Menyusun Standar Akreditasi dengan Model CPU dalam kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku; 7) Menyusun Sistem Umpan Balik (Feedback Loops) dengan Ciri Utama : Tepat waktu; Spesifik; Konstruktif; dan Adil. 8) Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk memfasilitasi Pembelajaran Transformatif program studi dan institusi pendidikan kesehatan melalui Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management); 9) Mengembangkan pool Asesor dan Fasilitator yang memiliki Integritas dan mampu menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes; 10) Menyusun SOP Tim Asesor dan Fasilitator. Kotak 4.3 : Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen dalam Perspektif Produksi Tugas Tim Inti Persiapan Manajemen dalam Perspektif Produksi adalah sebagai berikut : Menyusun Rencana Strategis; Menyusun Model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes sesuai dengan : o Misi yang diembannya; o Grand Design yang sudah disepakati; o Pelaksanaan asesmen dan fasilitasi akreditasi formatif melalui siklus Analisis Kondisi Program Studi; Analisis Persoalan; Analisis Keputusan; dan Analisis Hambatan / Persoalan Potensial. Menata organ-organ Sekretariat, Divisi Akreditasi dan Divisi Pengembangan, Monev dan Banding LAM-PTKes sesuai hasil Analisis Jabatan yang sudah dibuat; Melakukan Analisis Pasar yang lebih mendalam; Mensosialisasikan kebijakan akreditasi pendidikan tinggi kesehatan secara nasional.

24 17 Kotak 4.4 : Tugas Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes dalam Perspektif Produksi Tugas Tim Inti Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes dalam Perspektif Produksi adalah sebagai berikut : Mempersiapkan mekanisme peralihan akreditasi; Melakukan Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi utamanya yang berkaitan dengan Akreditasi Formatif; Mengusulkan hasil Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi yang berkaitan dengan Akreditasi Formatif ke Kemendikbud.

25 18 5. PERSPEKTIF BELAJAR DAN BERKEMBANG LAM- PTKes Perspektif ini harus bisa menjawab pertanyaan Bagaimana kita memberdayakan diri kita agar dapat memenuhi tuntutan lingkungan? Perspektif terakhir ini menggambarkan Aset Organisasi yang Tidak Berwujud (Intangible Assets) yang dikelompokkan sebagai berikut : [2] 1) Modal / Kapasitas SDM : Tersedianya kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan strategi organisasi. 2) Modal / Kapasitas Informasi : Tersedianya sistem informasi, jejaring dan infrastruktur pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan strategi organisasi. 3) Modal / Kapasitas Organisasi : Kemampuan organisasi untuk melaksanakan perubahan yang diperlukan untuk menjalankan strategi organisasi. Walaupun banyak organisasi mencoba untuk mengembangkan SDMnya, teknologinya dan budaya organisasinya, namun sebagian besar tidak menyelaraskan Aset Organisasi yang Tidak Berwujud di atas dengan strateginya. Kunci untuk memperoleh keselarasan ini adalah memfokuskan kepada kemampuan dan atribut spesifik yang dibutuhkan pada jalur kritis (critical path) implementasi strategi organisasi. [2;16] Kemampuan dan atribut spesifik ini dibutuhkan oleh ketiga Tim Inti dari Task Force LAM- PTKes. Kemampuan dan atribut spesifik inilah yang menentukan ciri-ciri spesifik dari Modal / Kapasitas SDM, Informasi dan Organisasi LAM-PTKes JEJARING KOMUNITAS PRAKTISI (COMMUNITY OF PRACTICE / COP) UNTUK AKREDITASI FORMATIF Asesor dan fasilitator LAM-PTKes perlu memiliki kemampuan analitis dalam hal sebagai berikut : [12] 1) Analisis Kondisi Program Studi (Situation Appraisal); 2) Analisis Persoalan yang perlu diketahui penyebabnya (Problem Analysis); 3) Analisis Keputusan tindakan untuk mengkoreksi persoalan (Decision Analysis); dan 4) Analisis Persoalan Potensial untuk mencegah hambatan di masa depan (Potential Problem Analysis). Walaupun ke 4 kemampuan analitis di atas perlu dimiliki oleh asesor dan fasilitator LAM- PTKes, namun Asesor perlu mengutamakan keahlian dalam butir 1) dan 2). Sedangkan Fasilitator perlu mengutamakan keahlian dalam butir 3) dan 4). [12]

26 Kotak 5.1 : Beban Kuantitatif dan Kualitatif dalam membentuk Pool Asesor dan Fasilitator 19 Mengingat bahwa proyeksi beban kerja LAM-PTKes secara kuantitatif adalah sekitar 2253 program studi, maka akan diperlukan banyak Asesor dan Fasilitator yang sudah siap untuk melakukan asesmen dan fasilitasi Akreditasi Formatif. Walaupun dengan pelatihan yang se-ekstensif apapun, belum tentu akan cukup tersedia Pool Asesor dan Fasilitator yang memadai dalam waktu 5 tahun ke depan. Selain itu, Akreditasi Formatif membutuhkan keterampilan yang berbeda dengan Akreditasi Sumatif seperti yang selama ini dilakukan oleh asesor BAN-PT. Ini merupakan beban kualitatif yang belum tentu dapat diatasi dengan pelatihan yang seintensif apapun dalam waktu 5 tahun ke depan. Pertimbangan di atas belum memperhitungkan besarnya biaya yang diperlukan untuk mengadakan pelatihan dalam rangka mengatasi Beban Kuantitatif dan Kualitatif tersebut. Selain itu, pelatihan bukan cara yang tepat untuk mengatasi Beban Kualitatif yang menuntut perubahan pola pikir (model mental) sebagaimana dapat dilihat pada Kotak 5.2 di bawah. Kotak 5.2 : Pelatihan Bukan Segalanya [17] Pelatihan sering dianggap sebagai obat kuat untuk mendorong suksesnya implementasi kebijakan. Tetapi jika suatu kebijakan menuntut organisasi untuk berubah, maka pelatihan saja tidak akan cukup untuk membuat anggota dalam organisasi berubah. Pelatihan hanya efektif untuk meningkatkan Pengetahuan (Knowledge) dan Kemampuan (Ability), tetapi tidak bisa diandalkan untuk menumbuhkan Hasrat (Desire) berubah. Untuk merubah Aspek Manusia dalam perubahan organisasi, yang diperlukan adalah pemberdayaan manusia itu sendiri melalui model AIDKAAR yaitu : Awareness (Kesadaran); Interest (Perhatian); Desire (Hasrat); Knowledge (Pengetahuan); Ability (Kemampuan); Action (Tindakan); Reinforcement (Penguatan). Alternatif lain untuk meningkatkan Modal / Kapasitas SDM LAM-PTKes adalah melalui pengembangan Komunitas Praktisi (Community of Practice / COP) baik di dalam organisasi atau sistem maupun pada komunitas akademisi dan profesi kesehatan CIRI-CIRI KOMUNITAS PRAKTISI Komunitas Praktisi adalah suatu kelompok yang berhasrat untuk menguasai suatu topik atau persoalan dengan cara memperdalam keterampilan mereka melalui interaksi antar sesama anggota kelompok secara berkelanjutan [18]. Komunitas Praktisi memungkinkan terlaksananya upaya yang holistik dan terpadu dalam mengatasi berbagai persoalan sosial yang kompleks melalui Pembelajaran Terapan

27 20 (Action Learning). Komunitas ini merupakan suatu Sistem Pembelajaran Sosial (Social Learning System) tempat para praktisi berinteraksi untuk bertukar pikiran dan mengatasi persoalan mereka secara bersama. [18] Komunitas Praktisi memiliki beberapa nama dalam berbagai organisasi yang menerapkannya seperti : komunitas pengetahuan (knowledge communities), jejaring kompetensi (competency networks), kelompok tematik (thematic groups), dan jejaring pembelajaran (learning networks). 3 komponen dasar yang menjadi ciri khas Komunitas Praktisi adalah berikut ini : [18-21] 1. Bidang Keterampilan (Domain) Bidang Keterampilan menentukan identitas suatu Komunitas Praktisi dan persoalan yang menjadi fokusnya. Semua anggota Komunitas Praktisi memiliki komitmen terhadap Bidang Keterampilan yang membedakannya dari kelompok lain. Bidang Keterampilan ini tidak harus merupakan suatu keahlian yang diakui secara formal. Namun para anggota Komunitas Praktisi menjunjung tinggi kompetensi dalam Bidang Keterampilannya dan saling belajar dengan sesama anggota walaupun ini tidak diakui atau dihargai oleh orang lain. Contohnya, suatu kelompok pencopet memiliki Bidang Keterampilan dalam bertahan hidup di jalanan. 2. Komunitas Komunitas adalah suatu kelompok dengan suatu Bidang Keterampilan yang membedakannya dari kelompok lain. Para anggota komunitas memiliki suatu hubungan khusus yang memungkinkan mereka untuk mengatasi persoalan dan saling bertukar pengetahuan. Hubungan khusus ini menentukan tingkat saling percaya, saling memiliki dan kebersamaan dalam komunitas. Para anggota Komunitas Praktisi bukanlah mereka yang memiliki jabatan yang sama atau gelar pendidikan yang sama, tetapi mereka mampu berinteraksi secara khusus dan belajar bersama. Walaupun mereka tidak harus bertemu setiap hari, tetapi hubungan khusus antara mereka tetap ada. Contohnya, para pelukis aliran tertentu dapat bertemu di kafe atau pameran secara berkala untuk membahas aliran yang sedang mereka kembangkan. Interaksi seperti ini membuat mereka menjadi suatu Komunitas Praktisi, walaupun mereka melukis sendiri-sendiri. 3. Praktek Praktek pada dasarnya merupakan inventarisasi dari berbagai perangkat, metode, keterampilan, serta kegiatan-kegiatan pembelajaran dan inovasi yang dimiliki oleh Komunitas Praktisi. Jadi Praktek merupakan perbendaharaan pengetahuan, pengalaman, kisah, kasus dan dokumen yang dikembangkan dan dipelajari bersama oleh para anggota Komunitas Praktisi sebagai praktisi. Perbendaharaan yang ditimbun dari Praktek ini memperkaya Bidang Keterampilan para anggota Komunitas Praktisi secara sadar maupun tidak. Contohnya, para perawat yang bertemu secara reguler di kantin RS tidak sadar bahwa diskusi-diskusi mereka saat makan siang merupakan salah satu sumber pengetahuan untuk meningkatkan pelayanan mereka kepada pasien. Dari diskusi-diskusi mereka telah terkumpul suatu perbendaharaan

28 21 pengetahuan, pengalaman, kisah dan kasus yang menjadi Inventarisasi Praktek dalam tugas keperawatan mereka. Kombinasi dari ketiga komponen dasar di atas membentuk suatu Komunitas Praktisi. Jadi pengembangan Komunitas Praktisi dilakukan dengan cara mengembangkan ketiga komponen dasar tersebut. Ciri khas lain Komunitas Praktisi adalah partisipasinya yang bersifat suka rela. Para anggota Komunitas Praktisi secara suka rela mencari dan bertukar pengetahuan, membangun saling percaya dan kebersamaan, serta mempraktekkan pengetahuannya. [18] Komunitas Praktisi ada di mana-mana secara kita sadari maupun tidak. Komunitas Praktisi ada di balik struktur-struktur formal seperti institusi, pelajar-pelajar di kelas dalam sekolah, pemerintahan kabupaten/kota, propinsi maupun pusat. Ia dapat dikenal melalui ciri-ciri khas komunitasnya dan pembelajarannya yang bersifat informal. Di balik pengelompokan resmi pelajar-pelajar ke dalam kelas-kelas di sekolah, ada berbagai kelompok informal pelajar berbentuk Komunitas Praktisi. Demikian pula di balik departemen, direktorat dan unit-unit resmi dalam institusi ada berbagai jejaring informal berbentuk Komunitas Praktisi. [22] Karena sifatnya yang cenderung informal, maka Komunitas Praktisi perlu dibedakan dari kelompok-kelompok formal dalam organisasi seperti panitia, komisi, pokja, atau tim proyek. Tabel 5.1 menunjukkan perbedaan antara Komunitas Praktisi dan kelompok formal. Tabel 5.1 : Perbedaan antara Komunitas Praktisi dan Kelompok Formal [23] PENERAPAN KOMUNITAS PRAKTISI OLEH ORGANISASI Komunitas Praktisi mulai diterapkan oleh organisasi setelah disadari bahwa pengetahuan merupakan aset penting yang perlu dikelola secara strategis. Berbagai alasan mengapa organisasi menerapkan Komunitas Praktisi adalah sebagai berikut : [20] Komunitas Praktisi memberdayakan para praktisi untuk bertanggung jawab secara kolektif dalam mengelola pengetahuan yang mereka perlukan. Komunitas Praktisi secara langsung menghubungkan pembelajaran dengan kinerja organisasi karena orang yang sama berpartisipasi dalam Komunitas Praktisi maupun dalam kelompok-kelompok formal pada organisasi.

29 22 Para praktisi sekaligus memperoleh Pengetahuan Implisit (Tacit Knowledge) dan Pengetahuan Eksplisit dalam suasana peralihan pengetahuan yang dinamis. Komunitas Praktisi memungkinkan hubungan lintas organisasi dan lintas wilayah. Kotak 5.3 : Jejaring Kompetensi yang Dibentuk oleh Berbagai Komunitas Praktisi Alasan-alasan tersebut di atas menyebabkan pengetahuan organisasi berkembang dalam suatu jejaring yang dibentuk oleh berbagai Komunitas Praktisi yang masingmasing menghasilkan kompetensi spesifik yang dibutuhkan organisasi. Berikut ini adalah contoh penerapan Komunitas Praktisi dalam beberapa bidang : [20] 1. Pemerintah Komunitas Praktisi merupakan suatu pendekatan struktural baru yang mampu menghubungkan struktur-struktur formal dan informal untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dalam menjalankan kewajibannya di berbagai bidang, utamanya bidang sosial yang kompleks seperti kemiskinan, kesehatan dan pendidikan. 2. Pendidikan Dalam sektor pendidikan, Pembelajaran bukan saja merupakan Cara, tetapi juga merupakan Hasil Akhir. Komunitas Praktisi mempengaruhi praktek pendidikan dalam 3 dimensi sebagai berikut : Dalam Sekolah : Bagaimana menerapkan pengalaman edukatif di sekolah melalui partisipasi dalam Komunitas Praktisi sesuai kurikulum? Di luar Sekolah : Bagaimana mengaitkan pengalaman edukatif siswa dengan praktek nyata di luar sekolah melalui partisipasi dalam Komunitas Praktisi? Sepanjang Hidup Siswa : Bagaimana memenuhi kebutuhan untuk Pembelajaran Sepanjang Hidup siswa (Lifelong Learning) melalui partisipasi dalam Komunitas Praktisi yang berfokus pada minat siswa setelah ia selesai sekolah? Kotak 5.4 : Pembelajaran Utama Tidak Terjadi di Sekolah Oleh karena itu, dari sudut pandang Komunitas Praktisi, sekolah hanya merupakan sebagian dari Sistem Pembelajaran yang lebih luas. Pembelajaran Utama tidak terjadi di sekolah, tetapi dalam kehidupan siswa. 3. Perkumpulan / Asosiasi Pembelajaran antar sesama profesi, atau sesama praktisi pada Komunitas Praktisi lebih memperkaya pelatihan-pelatihan konvensional dan publikasi internal dari perkumpulan / asosiasi. 4. Sektor Sosial Badan-badan sosial/amal membutuhkan Sistem Pembelajaran melalui Komunitas Praktisi untuk meningkatkan efektifitas proyek-proyek yang mereka sponsori.

30 23 5. Pembangunan Nasional dan Regional Pendekatan melalui Komunitas Praktisi merupakan paradigma baru dalam Pembangunan Nasional dan Regional karena persoalan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang bukan saja terletak pada pendanaan, tetapi juga pada kompetensi. Oleh karena itu, peran lembaga-lembaga pemberi pinjaman luar negeri mulai beralih dari sumber pengetahuan menjadi fasilitator terbentuknya Komunitas Praktisi di negara-negara berkembang. 6. Internet Internet meningkatkan daya jangkau Komunitas Praktisi secara global. Secara menyeluruh, manfaat Komunitas Praktisi bagi organisasi dan anggotanya dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 : Manfaat Komunitas Praktisi Bagi Organisasi dan Anggotanya [24] 5.2. SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM / KMS) KOMUNITAS PRAKTISI SEBAGAI LANDASAN MANAJEMEN PENGETAHUAN Organisasi adalah lebih dari sekedar kumpulan aset, produk dan pelayanannya. Pada jantung organisasi terdapat sumber daya esensial yang tahan lama yaitu Kompetensi Dasarnya. Organisasi yang mampu mengenal Kompetensi Dasarnya akan mampu mengembangkan dan memanfaatkannya. Kompetensi Dasar ini menentukan masa depan dan identitas organisasi dalam jangka panjang. Kompetensi Dasar tersebut melandasi kemampuan organisasi untuk melakukan inovasi, memberi Nilai Tambah kepada pelanggannya serta menanggapi pergeseran permintaan (shifting demand) dari pasar. Hasilnya adalah Keunggulan Kompetitif yang sulit didapat oleh pesaingnya. Pengetahuan adalah aset strategis organisasi / sistem yang harus dikelola dengan baik. Tugas Manajemen Pengetahuan paling tepat diserahkan kepada para praktisi dalam organisasi. Dalam hal ini, Komunitas Praktisi membentuk simpul-simpul dari anyaman / jejaring pengetahuan dalam organisasi/sistem.

31 24 Perpaduan antara Bidang Keterampilan (Domain), Komunitas dan Praktek sebagai komponen dasar Komunitas Praktisi memungkinnya untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi/ sistem. Bidang Keterampilan memberi fokus. Komunitas membangun hubungan yang memungkinkan Pembelajaran Kolektif. Sedangkan Praktek menanamkan hasil Pembelajaran ke dalam kegiatan sehari-hari. Ketiga komponen dasar tersebut menjadi landasan bagi Manajemen Pengetahuan yang digambarkan sebagai sebuah kue donat seperti yang terlihat pada Gambar 5.1 di bawah [19]. Gambar 5.1 : Model Kue Donat dari Manajemen Pengetahuan [19] Dari Strategi Menjadi Kinerja 1. Menterjemahkan Strategi Organisasi / Sistem menjadi berbagai Bidang Keterampilan (Domains) Langkah Pertama dalam Manajemen Pengetahuan adalah menterjemahkan Strategi Organisasi menjadi rangkaian Bidang-bidang Keterampilan (Domains). Pertanyaan yang perlu dijawab di sini adalah : Keterampilan apa yang perlu dimiliki untuk menciptakan Nilai Tambah bagi organisasi agar diperoleh Keunggulan Kompetitif? 2. Membangun Komunitas yang Sesuai untuk Tiap Bidang Keterampilan Langkah selanjutnya adalah mengajak praktisi-praktisi yang sesuai untuk membentuk Komunitas Praktisi yang akan mengelola pengetahuan dalam Bidang Keterampilan yang sesuai. 3. Memberdayakan para Praktisi agar Menyempurnakan Prakteknya Penyempurnaan Praktek para praktisi akan membuat Komunitas Praktisi menjadi semakin relevan dengan kegiatan sehari-hari para anggotanya dalam organisasi / sistem. Jadi, Komunitas Praktisi menciptakan Nilai Tambah melalui peningkatan kinerja para anggotanya saat mereka menerapkan dalam lingkungan kerjanya. Karena praktisi merupakan anggota Komunitas Praktisi sekaligus anggota dalam organisasi, maka peran mereka adalah langsung sebagai Pembawa Pengetahuan (Knowledge Carriers). [19] Di lain pihak, proses produksi dalam organisasi memberi 2 hasil sebagai berikut : [19] Barang / Jasa Barang / jasa yang dihasilkan oleh unit-unit dalam organisasi dipakai untuk memberi pelayanan kepada pelanggannya.

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN I. PRASYARAT BUSINESS PLAN 1 Business Plan : pernyataan yang memuat tujuan-tujuan dari suatu usaha dan kegiatankegiatan yang ingin dilakukan dalam usaha tersebut untuk mencapai tujuantujuan itu. memberi

Lebih terperinci

TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes

TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes PERSPEKTIF Tim Persiapan Pool Asesor & Fasilitator PIC 1. M.K. Tadjudin 2. Usman C. Warsa 3. Ridwan Roy T. 4. Muhammad Hadi 5. Dwiwahju Sasongko

Lebih terperinci

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes 1 Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes LANGKAH-LANGKAH 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes dari 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan 7 Organisasi Profesi Kesehatan

Lebih terperinci

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN LAPORAN BULANAN KEDUA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN 1 TABEL 2. JADUAL KEGIATAN KEGIATAN 7/128/129/1210/12 11/12 12/12 1/13 2/133/13 4/13 5/13 6/13 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes 1.1. Melakukan internalisasi antara Task Force dengan Sekretariat

Lebih terperinci

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society RINGKASAN EKSEKUTIF i Proyek HPEQ berupaya memadukan sumber daya pemerintah, usaha / industri dan civil society untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menjawab tuntutan Globalisasi, Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERTAMA

LAPORAN BULANAN PERTAMA LAPORAN BULANAN PERTAMA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes

LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes 1 LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes DAFTAR ISI hal. 1 PETA STRATEGI LAM-PTKes... 1 2 GRAND DESIGN... 3 3 TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes... 10 4 ASESMEN DAN FASILITASI DALAM AKREDITASI

Lebih terperinci

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Tujuan Misi Visi Tujuan (SMART) 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan

Lebih terperinci

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Tata Nilai LAM PTKes terdiri atas : a. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri b. Nilai Operasional Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misinya berlandaskan pada Nilai Dasarnya, LAM- PTKes menganut 5 Prinsip Operasional

Lebih terperinci

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Outline Konsep LAM Visi, misi, tata nilai, (+) Organisasi LAM-PTKes (+) Perbandingan BAN-PT dengan LAM-PTKes (+) Milestone pendirian LAM-PTKes

Lebih terperinci

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia 1 Analisis Jabatan Badan Pelaksana 1. Atasan Langsung 2. Tanggung Jawab 3A. Hasil Kerja Pokok Majelis Pemangku Kepentingan Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Pengembangan,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project)

STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project) STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project) oleh : Soedarmono Soejitno disampaikan pada acara : Tindak Lanjut Pembahasan Business Plan LAM Menara Peninsula Hotel

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1 KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka Organisasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan April 2012 1 KESEPAKATAN PENDIRIAN LAM-PTKES KONSEP LAM-PTKES HUBUNGAN PENJAMINAN MUTU SISTEM PENDIDIKAN TERHADAP SISTEM PELAYANAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan April 2012 1 Tujuan Audiensi Menyampaikan laporan perkembangan pembentukan LAM-PTKes hingga saat ini Mendapatkan arahan dari Dirjen

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Sosialisasi Kapasitasi Institusi Pendidikan Kesehatan Masyarakat 2014 AIPTKMI 12 Mei 2014 Akreditasi

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 24 25 April 2015 22/04/2015 - sss 1 Landasan Hukum LAM-PTKes 1. UU No. 20 / 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional, 2. UU No. 12 / 2012 ttg Pendidikan Tinggi, 3. Peraturan Menteri

Lebih terperinci

OPERASIONALISASI LAM-PTKes

OPERASIONALISASI LAM-PTKes LAPORAN KETIGA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Badan Hukum Perkumpulan LAM-PTKes LAM-PTKes merupakan badan hukum perkumpulan. Anggotanya saat ini berupa Organisasi Profesi dan Asosiasi

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Workshop Tindak Lanjut Penerbitan SK Izin Penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Anggaran Rumah Tangga ini yang dimaksud dengan : 1. Divisi adalah satuan kerja

Lebih terperinci

Oleh Pengurus LAM-PTKes

Oleh Pengurus LAM-PTKes PERKUMPULAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Oleh Pengurus LAM-PTKes Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Asosiasi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) Bogor,

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

Pertemuan Task Force LAM : Pembahasan Permen LAM. Jakarta, 29 Maret 2012

Pertemuan Task Force LAM : Pembahasan Permen LAM. Jakarta, 29 Maret 2012 Pertemuan Task Force LAM : Pembahasan Permen LAM Jakarta, 29 Maret 2012 Peserta Pertemuan Usman C. Warsa Riana D. N. M. Hadi Nurul Falah Kamanto S Lido Cahyadi (Hiro Hukum) Soedarmono (Konsultan) Arsitawati

Lebih terperinci

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8)

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8) LAMPIRAN 4 (Halaman 1-8) MATRIKS SWOT (W-T) Analisis Eksternal dan Internal W T Specific : Tersusunnya kebijakan, standar, 1. Kurangnya SDM di LAM-PTKes 1. Legitimasi LAM-PTKes belum setara instrumen dan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015)

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015) 1 1. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015) Dalam upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana diamanahkan

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD.

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD. KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU 2016-2020 SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 Page1 Kerangka Kerja SPM 2016-2020 Page 1 Kerangka Kerja Satuan Penjaminan Mutu (SPM) Unpad 2016-2020

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan RAKERNAS AIPGI, 9 Februari 2015 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1

Lebih terperinci

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1290, 2014 KEMENDIKBUD. Program Studi. Perguruan Tinggi. Akreditasi. Pencabutan. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap organisasi membutuhkan panduan agar perjalanannya terarah, seperti halnya suatu peta dalam satu perjalanan. Peta yang baik akan menuntun organisasi untuk mencapai

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Akta notaris disahkan, pada 3 Februari 2014 oleh Kemenkumham No. AHU 30.AH.01.07 tahun 2014 Dapat Pengakuan Menteri melalui

Lebih terperinci

Keberadaan ED dalam AIPT

Keberadaan ED dalam AIPT BAN-PT Evaluasi Diri: Berupa dokumen khusus yang disusun sebagai analisis kondisi dan kesimpulan capaian PT sampai saat ini Borang: Berupa dokumen yang mengandung isian, data, dan informasi lengkap tentang

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement).

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement). 1 KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Farmasi, Serta Tahap III untuk Bidang Ilmu Kebidanan (5 6 Juni 2015) 1. LATAR BELAKANG Dalam upaya penjaminan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015)

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015) 1 1. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015) Dalam upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) V INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) Gambaran Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Urgensi Validasi Data Dasar FK. Izin Prodi Akademik-Profesi FK. Status Akreditasi Akademik-Profesi & Prodi Spesialis

Pokok Bahasan. Urgensi Validasi Data Dasar FK. Izin Prodi Akademik-Profesi FK. Status Akreditasi Akademik-Profesi & Prodi Spesialis Illah Sailah Pokok Bahasan 1 2 3 4 5 Urgensi Validasi Data Dasar FK Izin Prodi Akademik-Profesi FK Status Akreditasi Akademik-Profesi & Prodi Spesialis Komitmen UKDI sebagai Exit Exam Komitmen FK untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana organisasi tersebut dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Untuk mencapai pelayanan

Lebih terperinci

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur Strategi t & Pengukuran Manajemen Pengetahuan Apa yang bisa diukur Apa yang bisa diukur tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur 1 Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai

Lebih terperinci

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement).

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement). 1 KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Keterapian Fisik dan Keteknisan Medis, Serta Tahap III untuk Bidang Ilmu Keperawatan (12 13 Juni 2015) 1. LATAR BELAKANG Dalam upaya

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Djoko Santoso, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Forum Sosialisasi Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan, 24

Lebih terperinci

SKOR Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision)

SKOR Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision) ASPEK KAJI BANDING I KEPEMIMPINAN 1.1. Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision) 1.2. Misi-misi rumah sakit dioperasionalkan 1.3. Budaya Organisasi diterapkan dalam semua aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN LAM-PTKes Indonesia 4 th Implementation Review World Bank Mission

LAPORAN KEGIATAN LAM-PTKes Indonesia 4 th Implementation Review World Bank Mission LAPORAN KEGIATAN LAM-PTKes Indonesia 4 th Implementation Review World Bank Mission Health Professional Education Quality LOGO 1 2 3 4 Landasan Pendirian LAM-PTKes Indonesia Penyusunan business plan dan

Lebih terperinci

KATALOG PELAYANAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI

KATALOG PELAYANAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI KATALOG PELAYANAN PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI PENYUSUNAN ROADMAP REFORMASI BIROKRASI 1PENDEKATAN

Lebih terperinci

ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN 1 ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN oleh: Soedarmono Soejitno disampaikan pada Pertemuan Pembahasan Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dan Penyusunan Orientasi

Lebih terperinci

Sumba Barat. Demikian halnya dalam konteks pembangunan di Kabupaten Sumba Barat, Master Plan ini juga telah disinergikan dengan rancangan RPJMD 2010

Sumba Barat. Demikian halnya dalam konteks pembangunan di Kabupaten Sumba Barat, Master Plan ini juga telah disinergikan dengan rancangan RPJMD 2010 BAB V. PENUTUP Master Plan ini lebih merupakan gambaran dari satu keingan dan cita-cita besar jangka panjang yang ingin dicapai dalam bidang Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Sumba Barat. Diharapkan

Lebih terperinci

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD Banyak organisasi yang mampu merumuskan rencana strategis dengan baik, namun belum banyak organisasi yang mampu melaksanakan kegiatan operasional bisnisnya berdasarkan

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 Workshop tentang Outcomes Based Education Dwiwahju Sasongko, Sekretaris BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI BAN-PT

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan PANDUAN Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Disusun oleh Tim Pengembang Lembaga (TPL) LPMP/ BDK Klaster II BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015)

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015) 1 1. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015) Dalam upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir PT. Tawada Graha yang menjadi obyek dari tulisan kami menjalankan bisnis mereka secara tradisional. Tidak ada perencanaan strategis jangka panjang yang

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS AKREDITASI

Lebih terperinci

Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011

Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011 Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011 Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011 Komponen 1 CAPAIAN SAAT INI (SEMESTER 1) TARGET KPI PROYEKSI CAPAIAN AKHIR TAHUN -Naskah akademik LAM sudah final

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja aparatur. Hal tersebut

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM PELAKSANAAN PHK BERBASIS INSTITUSI TEMA A, B, dan C TAHUN 2009

PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM PELAKSANAAN PHK BERBASIS INSTITUSI TEMA A, B, dan C TAHUN 2009 PROGRAM HIBAH KOMPETISI BERBASIS INSTITUSI PERGURUAN TINGGI 2009 PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM PELAKSANAAN PHK BERBASIS INSTITUSI TEMA A, B, dan C TAHUN 2009 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Jalan Sekolah Duta 1 No. 62, RT 003, RW 014, Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310 Phone:

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR Program Hibah Kompetisi Universitas Brawijaya

PANDUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR Program Hibah Kompetisi Universitas Brawijaya PANDUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR Program Hibah Kompetisi Universitas Brawijaya TEMA A DAN B TAHUN ANGGARAN 2013 Universitas Brawijaya Malang 2013 Panduan Laporan Akhir Program Hibah Kompetisi- Universitas

Lebih terperinci

Strategic Management for Government Organization. Yodhia Antariksa. Pusdiklat Spimnas. Bidang Kepemimpinan.

Strategic Management for Government Organization. Yodhia Antariksa. Pusdiklat Spimnas. Bidang Kepemimpinan. Strategic Management for Government Organization Yodhia Antariksa 1 Fasilitator Anda Yodhia Antariksa Master of Science in Human Resource Development, Texas A&M University under Fubright Scholarship Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep mutu telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh aspek dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas dewasa ini. Jika sebelumnya

Lebih terperinci

Grand Design AUK Oleh : Pembantu Rektor II

Grand Design AUK Oleh : Pembantu Rektor II Grand Design AUK 2011-2025 Oleh : Pembantu Rektor II Paradigma AUK 2011-2025 2025 Tetragon AUK Sivitas Senat Eksekutif Dosen Pegawai Mahasiswa Internal Tim Manajemen Mutu BAUK Quality Culture Budaya Mutu

Lebih terperinci

LAPORAN CAPAIAN TASK FORCE LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA JAKARTA FEBRUARI 2012

LAPORAN CAPAIAN TASK FORCE LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA JAKARTA FEBRUARI 2012 LAPORAN CAPAIAN TASK FORCE LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA JAKARTA FEBRUARI 2012 HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY (HPEQ) PROJECT 2012 I. Latar Belakang Berdasarkan PP No.

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD FOKUS PENGUKURAN BSC Fokus pengukuran BSC untuk melaksanakan proses manajemen sbb: Mengklarifikasi dan menerjemahkan

Lebih terperinci

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang

Lebih terperinci

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT 1. Mewujudkan kualitas pelayanan paripurna yang prima dengan mengutamakan keselamatan pasien dan berfokus pada kepuasan pelanggan. 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini secara umum berisi tentang paparan latar belakang diadakannya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018 INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018 REFERENSI UU no 44 tahun 2009 ttg rumah sakit pasal 21-22

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN STANDAR 2 : Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu

KRITERIA PENILAIAN STANDAR 2 : Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu KRITERIA PENILAIAN STANDAR 2 : Tata pamong, kepemimpinan, BAN-PT sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu M. Budi Djatmiko Ketua Umum APTISI Pusat Ketua Umum HPT Kes Indonesia Pengaggas Akreditasi Mandiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, mendorong kebutuhan atas tanah yang terus meningkat, sementara luas tanah yang ada

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut telah tercapai. Pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

DEWAN PENDIDIKAN TINGGI DPT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEWAN PENDIDIKAN TINGGI DPT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEWAN PENDIDIKAN TINGGI DPT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Kerangka Acuan Site Visit dalam Proses Seleksi Program Hibah Kompetisi berbasis Institusi proses seleksi 2009 (untuk pengusul) Latar belakang

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun Laporan Rencana Strategis Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya Periode 2013 2017 Tim Penyusun Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya 2013 11 Daftar Isi Executive Summary Bab I. Pendahuluan...

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM Program Hibah Kompetisi Universitas Brawijaya

PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM Program Hibah Kompetisi Universitas Brawijaya PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM Program Hibah Kompetisi Universitas Brawijaya TEMA A DAN B TAHUN ANGGARAN 2013 Universitas Brawijaya Malang 2013 Panduan Laporan Interim Program Hibah Kompetisi- Universitas

Lebih terperinci

Pedoman Budaya Mutu Universitas FOR/SPMI-UIB/PED

Pedoman Budaya Mutu Universitas FOR/SPMI-UIB/PED Pedoman Budaya Mutu Universitas FOR/SPMI-UIB/PED.02-001 SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM NOMOR: 033/REK/KEP-UIB/VII/I2016 Tentang PENGESAHAN PEDOMAN BUDAYA MUTU UNIVERSITAS INTERNASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari sepuluh Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi Periode 2006-2010 adalah Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat dan Pelayanan Sosial. Kebijakan

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS DAN HASIL

Bab IV ANALISIS DAN HASIL Bab IV ANALISIS DAN HASIL 4.1 Efektifitas dan Efisiensi Penilaian Kinerja Suatu kinerja dikatakan efektif bila dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat atau lebih cepat dari perkiraan target penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan memiliki strategi dalam perencanaannya dan implementasi dari strategi tersebut memiliki beragam alat ukur dalam mengevaluasinya sehingga apakah sudah

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

Deskripsi: Dimensi Grand Design Sistem Informasi Kesehatan

Deskripsi: Dimensi Grand Design Sistem Informasi Kesehatan Deskripsi: Grand design sistem informasi kesehatan berorientasi pada kualifikasi produk yang diharapkan, ditinjau dari kebutuhan kinerja dan spesifikasinya serta strategi tata kelolanya. 1. Dimensi Grand

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.1.24.11.12.7154 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN TIM REFORMASI BIROKRASI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci