LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes"

Transkripsi

1 1 LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes DAFTAR ISI hal. 1 PETA STRATEGI LAM-PTKes GRAND DESIGN TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes ASESMEN DAN FASILITASI DALAM AKREDITASI OLEH LAM-PTKes Analisis Kondisi Program Studi (Situation Appraisal) Analisis Persoalan (Problem Analysis) Analisis Keputusan (Decision Analysis) Analisis Persoalan Potensial (Potential Problem Analysis) ACUAN KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL Prinsip Prinsip Pendidikan Interprofesional Kemitraan dalam Pendidikan Interprofesional dan Kolaborasi Interprofesional. 23 Referensi DAFTAR KOTAK hal. Kotak 5.1 : Peran LAM-PTKes dalam Menerapkan Pendidikan Interprofesional DAFTAR GAMBAR hal. Gambar 1.1 : Peta Strategi LAM-PTKes... 2 Gambar 4.1 : Metode Kepner Tregoe Gambar 5.1 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan DAFTAR TABEL hal. Tabel 2.1 : Grand Design LAM-PTKes... 3 Tabel 2.2 : Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes... 6 Tabel 3.1 : Tugas Tim Inti dalam Balanced Scorecard (BSC) LAM-PTKes Tabel 4.1 : 7 Langkah Analisis Persoalan Tabel 4.2 : Analisis Hambatan / Analisis Persoalan Potensial (Potential Problem Analysis) Peta Strategi LAM-PTKes Lihat Gambar 1.1.

2 Gambar 1.1 : Peta Strategi LAM-PTKes [1] Visi : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global PERSPEKTIF PELANGGAN Meningkatkan kinerja institusi pendidikan (CQI) Memetakan jenjang karir tenaga kesehatan (CPU) 2 MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan NILAI DASAR: ATRIBUT UNTUK NILAI TAMBAH BAGI PELANGGAN Mempadukan kualitas pendidikan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Q Cascade) Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi kesehatan Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (Trustworthy) Hubungan Pelanggan Atribut Produk / Layanan Citra Amanah dan Mandiri PERSPEKTIF KEUANGAN Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya Pendanaan Yang Berkelanjutan Efisiensi Biaya dan Produktifitas Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi PERSPEKTIF PRODUKSI Kebijakan Akreditasi sesuai Nilai Operasional Standar Akreditasi sesuai Nilai Operasional Instrumen Akreditasi sesuai Nilai Operasional Prosedur Akreditasi sesuai Nilai Operasional Umpan balik Penilaian LAM yang tepat waktu dalam format yang spesifik, konstruktif dan adil dengan saran untuk perbaikan sesuai standar KESELARASAN Human Knowledge Good Governance Resources Management Management (Benchmarking) PERSPEKTIF BELAJAR & BERKEMBANG Modal / Kapasitas SDM Kompetensi & Profesionalisme + Modal / Kapasitas Informasi Sistem Informasi, Jejaring & Pengetahuan + Modal / Kapasitas Organisasi Sistem Komunikasi & Pembuatan Keputusan; Norma & Perilaku; Sistem Akuntabilitas & Insentif

3 3 2. GRAND DESIGN LAM-PTKes Tabel 2.1: Grand Design LAM-PTkes [2] Tantangan Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi kepada pelayanan medik/pengobatan bukan Paradigma Sehat yang berorientasi pada manusia sebagai subyek; Pelayanan kepada pasien yang hanya bersifat episodik bukan holistik yang berkelanjutan (continuous care); Orientasi yang lebih condong ke pelayanan rumah sakit dari pada pelayanan kesehatan dasar; Kebutuhan tenaga kesehatan yang belum terpenuhi baik dari segi kualitas maupun kuantitas; Arogansi profesi (tribalism of the professions) dalam bentuk elitisme bahkan kompetisi antar profesi kesehatan. Orientasi Strategis STRATEGI LANGKAH VISI : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan TUJUAN : 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan berdasarkan Nilai Operasional LAM- PTKes; 2. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan; 3. Terwujudnya kemampuan LAM-PTKes untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri atau dengan bantuan pemerintah yang secara bertahap semakin berkurang. 1.Menggalang komitmen nasional dari semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi kesehatan. 2. Menggalang kolaborasi lintas disiplin ilmu dan lintas sektor; 3. Memfasilitasi (melalui akreditasi) peningkatan kualitas lulusan dan praktisi tenaga kesehatan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna; 4. Memfasilitasi institusi pendidikan kesehatan (melalui akreditasi) agar mampu memantau kinerja lulusannya di tempat tugasnya; 5. Mewujudkan sistem akreditasi pendidikan kesehatan yang transparan dan mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan. 6. Mengakreditasi semua prodi baru terlebih dulu sebelum menerima mahasiswa baru. 7. Melakukan koordinasi agar praktisi kesehatan formal hanya mendapat kredensial jika lulus dari institusi pendidikan tinggi kesehatan yang terakreditasi oleh LAM-PTKes. 8. Mulai 2012, LAM-PTKes mulai berusaha untuk mandiri dalam memenuhi biaya operasionalnya, walaupun masih memungkinkan untuk disubsidi sampai Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes dari 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan; 7 Organisasi Profesi; Pemerintah : o Kemendikbud : Ditjen Dikti; o Kemenkes : BPPSDM Kesehatan Masyarakat Pengguna : YLKI Majelis Pemangku Kepentingan Mengawal Tata Nilai LAM- PTKes, yaitu : Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri Nilai Operasional : 1. Komitmen untuk meningkatkan kinerja institusi pendidikan tinggi kesehatan (Continuous Quality Improvement); 2. Perpaduan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Quality Cascade); 3. Pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutan (CPU : Conceptualization - Production - Usability); 4. Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional (Trustworthy / Social Accountability) Majelis Pemangku Kepentingan mensahkan Rencana Strategis LAM-PTKes 3.1. Mengelola LAM-PTKes sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks 3.2. Melaksanakan Akreditasi dengan Model 3 Dimensi 3.3. Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; 3.4. Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan.

4 4 Tantangan Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan Orientasi Strategis STRATEGI LANGKAH 4. Melaksanakan Standar Akreditasi dengan Model CPU* 5.1. Menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes melalui Sistem Umpan Balik (Feedback Loops) dengan Ciri Utama : Tepat waktu; Spesifik; Konstruktif; dan Adil Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk memfasilitasi Pembelajaran Transformatif institusi pendidikan kesehatan melalui Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) 5.3. Mengembangkan pool Asesor dan Fasilitator yang memiliki Integritas dan mampu menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes 5.4. Menyusun SOP Tim Asesor dan Fasilitator 6. Melakukan Akreditasi yang bersifat Formatif untuk prodi baru 7. Menerapkan Kebijakan Peralihan Status Akreditasi dari sistem BAN-PT ke sistem LAM-PTKes bagi prodi yang sudah pernah diakreditasi Menyusun Business Plan LAM-PTKes berdasarkan : Biaya Satuan Paket Akreditasi Pendanaan Paket Akreditasi Tarif Paket Akreditasi 8.2. Menyepakati besarnya kisaran Biaya Satuan akreditasi secara nasional 8.3. Menyepakati mekanisme pendanaan akreditasi secara nasional 8.4. Menyepakati Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi secara nasional 8.5. Menyepakati besarnya kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama

5 5 *Standar Akreditasi Menggunakan Model CPU (Conceptualization Production Usability) [3;4] Conceptualization : merupakan konsep profesi kesehatan yang dibutuhkan dan konsep sistem pelayanan kesehatan yang akan memanfaatkannya. 1. Acuan 1.1. Nilai-nilai : mengacu kepada nilai-nilai mutu, keadilan, relevansi dan efektifitas 1.2. Masyarakat : mengacu kepada ciri-ciri dan prioritas kebutuhan kesehatannya 1.3. Sistem Kesehatan : mengacu kepada perkembangan sistem kesehatan setempat agar terpadu 1.4. Tenaga Kesehatan : mengacu kepada kebutuhan kualitatif dan kuantitatif (lihat 1.1, 1.2, 1.3) 2. Kegiatan 2.1. Mandat / amanat : Misi dan Tujuan prodi konsisten dengan Acuan (lihat 1) 2.2. Ruang Lingkup : terlibat dalam pengelolaan kesehatan pada wilayah dan masyarakat tertentu 2.3. Kemitraan : kemitraan dengan pemangku kepentingan utama di tingkat lokal dan nasional 2.4. Luaran yang diharapkan : definisi / justifikasi profil kompetensi lulusan (lihat Acuan) 3. Tata Kelola 3.1. Rencana Strategis : meliputi kegiatan dalam rencana pengembangan yang sudah disepakati 3.2. Manajemen : validasi, koordinasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan dari rencana 3.3. Sumber Daya : Mobilisasi sumber daya internal dan eksternal sesuai dengan Kegiatan (lihat 2) Production : adalah pembelajaran oleh mahasiswa dan pendidikan yang diterimanya 4. Ruang Lingkup : pendidikan, penelitian dan pelayanan yang konsisten dengan Kegiatan (lihat 2) 5. Program Pendidikan 5.1. Tujuan dan substansi : konsisten dengan profil tenaga profesional kesehatan (lihat 2.4) 5.2. Struktur Kurikulum : pemaparan sejak dini dan berkelanjutan kepada isu-isu kesehatan di komunitas 5.3. Proses Pembelajaran : mengatasi persoalan kesehatan yang kompleks pada individu dan komunitas 5.4. Wahana Praktek : utamanya fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang berhubungan dengan tingkat pelayanan kesehatan lainnya 6. Mahasiswa 6.1. Penerimaan : kesempatan yang adil-merata dengan prioritas calon mahasiswa dari komunitas yang kurang mendapat pelayanan publik 6.2. Pengembangan Karir : mengarahkan dan membantu lulusan untuk memperoleh pekerjaan yang berkaitan dengan isu kesehatan prioritas 6.3. Evaluasi : mengacu kepada definisi / justifikasi profil kompetensi lulusan (lihat 2.4) 7. Dosen 7.1. Asal : beragam dari sektor kesehatan dan sosial 7.2. Kemampuan : berperan sebagai teladan mengacu kepada profil kompetensi lulusan (lihat 2.4) 7.3. Dukungan yang diberikan : pelatihan dan insentif untuk meningkatkan kemampuan dalam pendidikan kedokteran dan kesehatan masyarakat 8. Penelitian : berkaitan dengan manajemen sistem kesehatan (lihat Acuan di butir 1, dan Usability di butir 10 dan 11) 9. Pelayanan/Pengabdian : pelayanan kesehatan dasar yang prima (lihat Usability di butir 10 dan 11) Usability : merupakan upaya institusi pendidikan untuk menjamin agar lulusannya dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya 10. Pekerjaan : Peluang Kerja : advokasi dan kemitraan untuk tumbuhnya profesi kesehatan yang menjadi prioritas Penempatan / penugasan : retensi dan distribusi lulusan sesuai kebutuhan (lihat 1.1 dan 1.2) Mutu pelayanan : mempertahankan kompetensi lulusan (lihat 2.4) Praktek : meningkatkan kondisi kerja di tingkat pelayanan kesehatan dasar (lihat butir 4, 9, 10) 11. Dampak Kemitraan : bersama pemangku kepentingan memperbaiki manajemen sistem kesehatan Imbas pada kesehatan : penurunan risiko dan promosi kesehatan dalam Ruang Lingkupnya (lihat 2.2, 2.3, 4) Promosi : diseminasi hasil Usability ke lembaga pembuat keputusan di tingkat lokal dan nasional

6 Tabel 2.2 : Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes [2] 6 LANGKAH-LANGKAH 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes dari 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan 7 Organisasi Profesi Kesehatan Pemerintah : o Kemendikbud : Ditjen Dikti; o Kemenkes : BPPSDM Kesehatan o KKI Masyarakat Pengguna : o YLKI o Praktisi / yang berpengalaman dalam akreditasi pendidikan tinggi o Peminat / pemerhati akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan KEGIATAN 1.1. Melakukan internalisasi antara Task Force dengan Sekretariat HPEQ tentang bahan audiensi dengan Dirjen Dikti yang antara lain meliputi : a. Konsep LAM b. Target akreditasi yang berhubungan dengan KPI c. Kemandirian LAM d. Studi kelayakan perbandingan proses akreditasi BAN PT dan LAM-PTKes 1.2. Melakukan diseminasi informasi kepada 7 Organisasi Profesi dan 7 Asosiasi Institusi Pendidikan, wakil pemerintah dan wakil masyarakat pengguna tentang hasil internalisasi pada butir Melakukan internalisasi antara 7 Organisasi Profesi dan 7 Asosiasi Institusi Pendidikan, wakil pemerintah dan wakil masyarakat pengguna 1.3.A. Mengumpulkan bukti legal aspek dari 7 Organisasi Profesi dan 7 Asosiasi Institusi Pendidikan 1.3.B. Organisasi Profesi dan Asosiasi Institusi Pendidikan yang belum mendapatkan aspek legal agar mengurus ke Kemenkumham 1.3.C. Konsultan hukum memfasilitasi proses pengumpulan aspek legal Organisasi Profesi dan Asosiasi Institusi Pendidikan 1.4. Meminta 7 Organisasi Profesi dan 7 Asosiasi Institusi Pendidikan, wakil pemerintah dan wakil masyarakat pengguna untuk memberikan usulan calon anggota Majelis Pemangku Kepentingan dengan pertimbangan kriteria : a. interested; b. concerned; c. committted; d. consistent Menyusun draf Surat Kesepakatan Penetapan Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes 1.6. Memfinalisasi draf AD ART LAM-PTKes 1.7. Menetapkan Surat Kesepakatan Penetapan Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes 1.8. Memilih Ketua dan Sekretaris Majelis Pemangku Kepentingan 1.9. Memilih Ketua dan Sekretaris Badan Pelaksana Melakukan konsultasi anggota Majelis Pemangku Kepentingan dengan notaris dalam rangka pembuatan akte pendirian LAM-PTKes Notaris akan mendaftarkan akte pendirian ke Kemenkumham

7 Majelis Pemangku Kepentingan Mengawal Tata Nilai LAM- PTKes, yaitu : Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri Nilai Operasional : a. Komitmen untuk meningkatkan kinerja institusi pendidikan tinggi kesehatan (Continuous Quality Improvement); b. Perpaduan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Quality Cascade); c. Pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutan (CPU : Conceptualization - Production - Usability); d. Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional (Trustworthy / Social Accountability) Majelis Pemangku Kepentingan mensahkan Rencana Strategis LAM-PTKes 2.1. Menetapkan milestones dan kebijakan umum berdasarkan Tata Nilai LAM-PTKes 2.2. Mengintegrasikan Tata Nilai LAM-PTKes ke dalam Naskah Akademik masingmasing profesi kesehatan yang terwakili dalam Majelis Pemangku Kepentingan 2.3. Menyepakati sistematika penyusunan Renstra 2.4. Melakukan review terhadap draf Renstra yang disusun oleh Badan Pelaksana 2.5. Melakukan pertemuan dengan stakeholders untuk mengkomunikasikan draf final Renstra 2.6. Menyepakati dan mensahkan Renstra 3.1.Mengelola LAM-PTKes sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks 3.2 Melaksanakan Akreditasi dengan Model 3 Dimensi 3.3.Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; 3.4. Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan Melakukan diseminasi cara akreditasi oleh BAN PT 3.2. Membentuk Divisi Akreditasi dan Divisi Pengembangan LAM-PTKes 3.3. Menyusun draf Pedoman Akreditasi LAM-PTKes 3.4. Membahas draf Pedoman Akreditasi dengan stakeholders 3.5. Merevisi draf Pedoman Akreditasi berdasarkan masukan stakeholders 3.6. Menetapkan Pedoman Akreditasi LAM-PTKes 3.7. Melakukan diseminasi Pedoman Akreditasi LAM-PTKes kepada stakeholders

8 8 4. Melaksanakan Standar Akreditasi dengan Model CPU* dalam kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU Sisdiknas, PP No 19/2005, Perpres No.8 / 2012 ttg KKNI, UU Guru dan Dosen, dll) 4.1. Melakukan pelatihan Standar CPU kepada Asesor dan Fasilitator 4.2. Melakukan uji coba Standar CPU 4.3. Melakukan perbaikan Standar CPU berdasarkan uji coba 4.4. Melakukan implementasi Standar CPU yang sudah diperbaiki 4.5. Melakukan monitoring dan evaluasi implementasi Standar CPU 5.1.Menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes melalui Sistem Umpan Balik (Feedback Loops) dengan Ciri Utama : Tepat waktu; Spesifik; Konstruktif; dan Adil Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk memfasilitasi Pembelajaran Transformatif institusi pendidikan kesehatan melalui Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) 5.3. Mengembangkan pool Asesor dan Fasilitator yang memiliki Integritas dan mampu menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes 5.4. Menyusun SOP Tim Asesor dan Fasilitator 5.1. Menyusun Pedoman Umpan Balik Akreditasi 5.2. Melakukan pelatihan Pedoman Umpan Balik Akreditasi bagi Asesor dan Fasilitator 5.3. Melakukan uji coba Pedoman Umpan Balik Akreditasi 5.4. Melakukan perbaikan Pedoman Umpan Balik Akreditasi berdasarkan uji coba 5.5. Implementasi Pedoman Umpan Balik Akreditasi yang sudah diperbaiki 5.6. Monitoring dan evaluasi implementasi Pedoman Umpan Balik Akreditasi 5.7. Menyusun Prosedur Asesmen untuk Akreditasi dan Fasilitasi Akreditasi 5.8. Melakukan uji coba Prosedur Asesmen untuk Akreditasi dan Fasilitasi Akreditasi 5.9. Melakukan perbaikan Prosedur Asesmen dan Fasilitasi Akreditasi Implementasi Prosedur Asesmen dan Fasilitasi Akreditasi yang diperbaiki Monitoring dan evaluasi Prosedur Asesmen dan Fasilitasi Akreditasi Menyusun cetak biru SIM Akreditasi Melakukan uji coba SIM Akreditasi Melakukan perbaikan SIM Akreditasi berdasarkan uji coba Implementasi SIM Akreditasi yang sudah diperbaiki Mengintegrasikan SIM Akreditasi dengan PDPT 6. Melakukan Akreditasi yang bersifat Formatif untuk prodi baru 6.1. Akreditasi Formatif oleh LAM-PTKes 6.1.A. Melakukan rekrutmen dan pelatihan Akreditasi Formatif bagi Asesor dan Fasilitator 6.1.B. Melakukan uji publik instrumen formatif kepada stakeholders 6.1.C. Melakukan uji coba instrumen formatif 6.1.D Melakukan perbaikan instrumen formatif berdasarkan uji coba 6.1.E. Melakukan penetapan instrumen formatif 6.1.F. Melakukan implementasi instrumen formatif yang sudah diperbaiki 6.1.G. Melakukan monitoring dan evaluasi implementasi instrumen formatif 6.2. Akreditasi Formatif untuk Prodi 6.2.A. Melakukan diseminasi konsep akreditasi formatif 6.2.B. Mendorong internally driven quality assurance 6.2.C. Mengevaluasi penerapan SPMI 6.2.D. Memfasilitasi penerapan SPMI sesuai standar 6.2.E. Menyampaikan saran-saran tindak lanjut untuk memenuhi standar

9 9 7. Menerapkan Kebijakan Peralihan Status Akreditasi dari sistem BAN-PT dan Kemkes ke sistem LAM-PTKes bagi prodi yang sudah pernah diakreditasi Melakukan diseminasi akreditasi LAM-PTKes kepada prodi yang sudah diakreditasi oleh BAN-PT dan Kemkes 7.2. Melaksanakan akreditasi oleh LAM-PTKes setelah masa berlaku status akreditasi prodi dari BAN-PT dan Kemkes habis. 8. Upaya LAM-PTKes untuk memenuhi biaya operasionalnya 8.1. Menyepakati besarnya kisaran Biaya Satuan akreditasi secara nasional 8.2. Menyepakati mekanisme pendanaan akreditasi secara nasional 8.3. Menyepakati Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi secara nasional 8.4. Menyepakati besarnya kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama 8.1. Menyepakati besarnya kisaran Biaya Satuan akreditasi secara nasional 8.1.A. Melakukan exercise Satuan Biaya Khusus (SBK) untuk akreditasi oleh LAM-PTKes 8.1.B.Usulan Satuan Biaya Khusus dari LAM-PTKes kepada Kemendikbud 8.1.C.Usulan Satuan Biaya Khusus dari Kemendikbud kepada Kemenkeu 8.1.D.Penetapan Satuan Biaya Khusus Akreditasi oleh Menteri Keuangan 8.1.E.Melaksanakan kegiatan dengan dukungan dana sesuai dengan SBK dari Kemenkeu 8.2. Menyepakati mekanisme pendanaan akreditasi secara nasional 8.2.A. Memperkenalkan mekanisme pendanaan akreditasi berdasarkan Sistem Arisan / Asuransi Penjaminan Mutu Eksternal Pendidikan Kesehatan 8.2.B. Menyepakati besarnya pendanaan yang diperlukan untuk akreditasi secara nasional 8.2.C. Mengidentifikasi sumber pendanaan reguler untuk akreditasi secara nasional 8.2.D. Menyepakati mekanisme penyaluran dana untuk akreditasi secara nasional 8.2.E. Menyusun Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) untuk akreditasi secara nasional 8.3. Menyepakati Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi secara nasional 8.3.A. Menyusun rancangan awal Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi 8.3.B. Menyepakati sumber daya yang diperlukan agar sistem berfungsi optimal 8.3.C. Menyepakati cara memenuhi sumber daya yang diperlukan oleh sistem 8.3.D. Menyusun Indikator Penentu Kinerja (Key Performance Indicators) untuk sistem 8.3.E. Menyusun sistem monitoring evaluasi dan pencatatan pelaporan untuk Sistem 8.4. Menyepakati besarnya kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama 8.4.A. Melakukan exercise kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama 8.4.B. Mengkomunikasikan hasil exercise kisaran tarif akreditasi kepada Perguruan Tinggi Swasta 8.4.C. Menyusun MoU tentang kisaran tarif akreditasi antara Perguruan Tinggi Swasta dengan LAM-PTKes

10 3. TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes Tabel 3.1 : Tugas Tim Inti Dalam Balanced Scorecard (BSC) LAM-PTKes [5] 10 PERSPEKTIF Tim Persiapan Pool Asesor & Fasilitator Pelanggan Mencari Atribut Produk / Layanan lain selain Harga untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan dari segi : Kegunaan; Kualitas; dan Waktu. Keuangan Tim Persiapan Manajemen Menciptakan Kualitas Prima dalam hal Hubungan dengan Pelanggan melalui : Pelayanan Kehumasan yang responsif; Pelayanan Administratif yang memuaskan; dan Pelayanan kepada Pelanggan secara unik berdasarkan dukungan Manajemen Pengetahuan. 1. Menyepakati besarnya kisaran Biaya Satuan akreditasi secara nasional Melakukan exercise Satuan Biaya Khusus/SBK untuk akreditasi oleh LAM- PTKes Mengusulkan Satuan Biaya Khusus dari LAM-PTKes kepada Kemdikbud Membantu mengusulkan Satuan Biaya Khusus dari Kemendikbud ke Kemkeu Membantu Penetapan Satuan Biaya Khusus Akreditasi oleh Menteri Keuangan Melakukan kegiatan dengan dukungan dana sesuai dengan SBK dari Kemkeu Tim Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes Melakukan Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi utamanya yang berkaitan dengan Tarif Paket Akreditasi ; Mengusulkan hasil Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi yang berkaitan dengan Tarif Paket Akreditasi ke Kemendikbud. 2. Memfasilitasi Kesepakatan mekanisme pendanaan akreditasi secara nasional Memperkenalkan mekanisme pendanaan akreditasi berdasarkan Sistem Arisan / Asuransi Penjaminan Mutu Eksternal Pendidikan Kesehatan Memfasilitasi Kesepakatan besarnya pendanaan yang diperlukan untuk akreditasi secara nasional Mengidentifikasi sumber pendanaan reguler untuk akreditasi secara nasional Memfasilitasi Kesepakatan mekanisme penyaluran dana untuk akreditasi secara nasional Menyusun Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) untuk akreditasi secara nasional 3. Memfasilitasi Kesepakatan Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi secara nasional Menyusun rancangan awal Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Memfasilitasi Kesepakatan sumber daya yang diperlukan agar sistem berfungsi optimal Memfasilitasi Kesepakatan cara memenuhi sumber daya yang diperlukan sistem

11 11 PERSPEKTIF Tim Persiapan Pool Asesor & Fasilitator Tim Persiapan Manajemen Menyusun Indikator Penentu Kinerja (Key Performance Indicators) untuk sistem Menyusun sistem monitoring evaluasi dan pencatatan pelaporan untuk Sistem Tim Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes 4. Memfasilitasi Kesepakatan besarnya kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Melakukan exercise kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Mengkomunikasikan hasil exercise kisaran tarif akreditasi kepada Perguruan Tinggi Swasta Menyusun MoU tentang kisaran tarif akreditasi antara Perguruan Tinggi Swasta dengan LAM-PTKes Produksi 1) Menyusun draf Pedoman Akreditasi Formatif; 2) Membahas draf Pedoman dengan stakeholders; 3) Merevisi draf Pedoman berdasarkan masukan; 4) Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah tiap profesi; 5) Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kes.; 6) Menyusun Standar Akreditasi dengan Model CPU; 7) Menyusun Sistem Umpan Balik (Feedback Loops) yang Tepat waktu; Spesifik; Konstruktif; dan Adil. Menyusun Rencana Strategis; Menyusun Model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes sesuai dengan : o Misi yang diembannya; o Grand Design yang sudah disepakati; o Pelaksanaan asesmen dan fasilitasi akreditasi formatif melalui siklus Analisis Kondisi Program Studi; Analisis Persoalan; Analisis Keputusan; dan Analisis Hambatan / Persoalan Potensial. Menata organ-organ Sekretariat, Divisi Akreditasi dan Divisi Pengembangan, Monev dan Banding LAM-PTKes sesuai hasil Analisis Jabatan yang sudah dibuat; Melakukan Analisis Pasar yang lebih mendalam; Mensosialisasikan kebijakan akreditasi pendidikan tinggi kesehatan secara nasional. Mempersiapkan mekanisme peralihan akreditasi; Melakukan Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi utamanya yang berkaitan dengan Akreditasi Formatif; Mengusulkan hasil Analisis Kebijakan Peralihan Akreditasi yang berkaitan dengan Akreditasi Formatif ke Kemendikbud.

12 PERSPEKTIF Tim Persiapan Pool Asesor & Fasilitator 8) Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk memfasilitasi Pembelajaran Transformatif prodi melalui Manajemen Pengetahuan; 9) Mengembangkan pool Asesor dan Fasilitator yang Berintegritas dan mampu menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes; 10) Menyusun SOP Tim Asesor dan Fasilitator. 12 Tim Persiapan Manajemen Tim Peralihan Akreditasi dari BAN-PT ke LAM-PTKes Belajar dan Berkembang Menginisiasi pengembangan Komunitas Praktisi (Community of Practice) di dalam lingkungan HPEQ maupun di masyarakat. 1. Memfasilitasi pengembangan Komunitas Praktisi : Menterjemahkan Strategi Pokok organisasi menjadi berbagai jenis Pengetahuan Strategis yang dapat dikembangkan oleh Komunitas Praktisi; Melegitimasi pekerjaan Komunitas Praktisi sesuai dengan prioritas organisasi; Menyalurkan sumber daya yang diperlukan untuk menjamin kesuksesan Komunitas Praktisi; Menilai kelayakan dari Hasil Pembelajaran oleh Komunitas Praktisi untuk diterapkan dalam proses produksi organisasi; Menjembatani struktur vertikal yang formal dari organisasi dengan struktur horisontal yang informal dari Komunitas Praktisi; Memfasilitasi pertemuan, transport dan anggaran untuk tugas khusus tertentu; Memfasilitasi komunikasi dan dokumentasi Hasil Pembelajaran; Menyediakan Tim Fasilitator dalam organisasi yang bertugas membantu Komunitas Praktisi untuk hal-hal sebagai berikut : o Memberi pendampingan ahli (coaching) kepada pimpinan Komunitas Praktisi; o Memfasilitasi komunikasi dengan struktur formal organisasi; o Memfasilitasi koordinasi dalam seluruh organisasi. 2. Pengembangan Model Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) LAM-PTKes 3. Menata Aspek Dinamis Organisasi

13 13 4. ASESMEN DAN FASILITASI DALAM AKREDITASI OLEH LAM-PTKes [5] Akreditasi yang dilakukan oleh LAM-PTKes perlu memiliki komponen formatif maupun sumatif. Komponen Sumatif dilakukan oleh asesor seperti yang selama ini dilakukan oleh asesor BAN-PT. Sedangkan Komponen Formatif dilakukan oleh fasilitator / pendamping yang ahli (coach). Asesor dan fasilitator LAM-PTKes perlu memiliki kemampuan analitis dalam hal sebagai berikut : 1) Analisis Kondisi Program Studi (Situation Appraisal); 2) Analisis Persoalan yang perlu diketahui penyebabnya (Problem Analysis); 3) Analisis Keputusan tindakan untuk mengkoreksi persoalan (Decision Analysis); dan 4) Analisis Persoalan Potensial untuk mencegah hambatan di masa depan (Potential Problem Analysis). Walaupun ke 4 kemampuan analitis di atas perlu dimiliki oleh asesor dan fasilitator LAM- PTKes, namun asesor perlu mengutamakan keahlian dalam butir 1) dan 2). Sedangkan fasilitator perlu mengutamakan keahlian dalam butir 3) dan 4) ANALISIS KONDISI PROGRAM STUDI (SITUATION APPRAISAL) Proses ini banyak menggunakan teknik evaluasi yang memudahkan untuk memilih satu atau lebih dari ketiga proses analitis lain yang diperlukan untuk mengatasi situasi / kondisi yang ditemukan. Rangkaian hubungan antara Analisis Kondisi/Situasi dengan ketiga proses analitis lainnya bersifat siklis/ reiteratif sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1 di bawah. Gambar 4.1 : Metode Kepner Tregoe [6] Analisis Kondisi Program Studi (MASA KINI) Analisis Persoalan Analisis Keputusan Analisis Persoalan Potensial Apa penyimpangannya? Penyebabnya timbul di MASA LALU Koreksi penyimpangannya Keputusan untuk MASA KINI Mencegah penyimpangan Mengamankan tindakan di MASA DEPAN Keterangan : = Tindakan; - - = Umpan balik Analisis Kondisi / Situasi terdiri atas 5 langkah berikut ini : 1) Identifikasi Isu/Perihal yang Menjadi Perhatian (Concerns), seperti : Penyimpangan dari standar; Ancaman; Peluang;

14 14 Keputusan yang harus dibuat secara mendesak; Perubahan yang diantisipasi; dan Rencana yang akan dilaksanakan. 2) Spesifikasi dan memilah-milah Isu untuk ditindaklanjuti, seperti : Klarifikasi dan definisi Isu yang ditemukan; Bukti adanya Isu; dan Penyimpangan, ancaman, peluang, keputusan, perubahan dan rencana apa yang berkaitan dengan Isu yang ditemukan? 3) Menentukan Prioritas Isu berdasarkan 3 kriteria berikut ini : a) Gawat / dampak yang serius : Bagaimana dampaknya pada karyawan, pelanggan, pemangku kepentingan, masyarakat, biaya, produktifitas, reputasi dan sebagainya? Bukti apa yang mendukung? Isu mana yang paling gawat atau akan berdampak paling serius? Apa dampaknya kalau Isu tidak ditangani? b) Mendesak : Kapan batas akhir waktu untuk mengatasi Isu? Kapan tindakan untuk mengatasi Isu harus dimulai? Kapan tindakan untuk mengatasi Isu akan menjadi semakin sulit, semakin mahal, dan/atau semakin tidak efektif? Isu mana yang akan menjadi paling sulit untuk ditangani di kemudian hari? Bukti apa yang mendukung? c) Kecenderungan : Apakah Isu menjadi semakin gawat dan seberapa cepat perubahannya? Jika Isu tidak ditangani, bagaimana dan kapan kegawatannya akan berubah? Isu mana yang paling cepat menjadi gawat? Bukti apa yang mendukung? 4) Pilih satu atau lebih dari ketiga proses analitis lain untuk mengatasi Isu. 5) Buat rencana siapa yang akan terlibat dalam penanganan Isu; apa tugasnya; dimana keterlibatan mereka; dan sejauh apa keterlibatan mereka ANALISIS PERSOALAN (PROBLEM ANALYSIS) Proses ini paling banyak dipakai di antara ke 4 proses dari Metode Kepner Tregoe. Analisis Persoalan (Problem Analysis) terdiri atas 7 langkah sebagai berikut : (lihat Tabel 4.1) Langkah 1 : Merumuskan Persoalan sebagai : Penyimpangan dari standar; Penyebabnya belum diketahui : o Jika penyebabnya dapat segera ditemukan, maka prosesnya langsung ke Analisis Keputusan (Decision Analysis). o Suatu persoalan baru bisa disebut belum diketahui sebabnya, jika setelah 5 kali bertanya kenapa (5 Whys technique) sudah tidak lagi diperoleh jawabannya. Penyebabnya perlu diketahui untuk dapat ditindaklanjuti.

15 15 Langkah 2 : Merinci Persoalan Persoalan dirinci dalam 4 dimensi (lihat Kolom 1 dari Tabel 5.1), yaitu : o Apa? Apa obyek yang mengalami penyimpangan? Apa penyimpangannya? o Dimana? Dimana pada obyek penyimpangannya terjadi? Dimana lokasi penyimpangannya (pada tempat / bagian dari organisasi)? Dimana dari segi proses penyimpangannya ditemukan? o Kapan? Waktu penyimpangan pertama kali diketahui Frekuensi terjadinya penyimpangan o Berapa Derajatnya? Berapa banyak obyek yang mengalami penyimpangan? Berapa besarnya penyimpangan? Berapa banyak penyimpangan pada tiap obyek? Bagaimana kecenderungan penyimpangan dari segi besar dan frekuensinya? Persoalan dirinci dari segi terjadi (lihat Kolom 2) dan tidak terjadinya penyimpangan (lihat Kolom 3) pada 4 dimensi di atas. o Kolom Terjadinya Penyimpangan (lihat Kolom 2 dari Tabel 5.1) memberi rincian spesifikasi dari penyimpangannya. Langkah 3 : Mencari Perbedaan antara terjadi dan tidak terjadinya penyimpangan pada 4 dimensi di atas (lihat Kolom 4 dari Tabel 5.1). Kolom ini memberi gambaran awal tentang ruang lingkup dari tindakan korektif yang diperlukan. Langkah 4 : Menelusuri Perubahan antara terjadi dan tidak terjadinya penyimpangan pada 4 dimensi di atas (lihat Kolom 5 dari Tabel 5.1). Apa yang berubah sehingga ada perbedaan antara terjadi dan tidak terjadinya penyimpangan pada 4 dimensi di atas? Bagaimana perubahan di atas dapat menghasilkan perbedaan? Kolom ini memberi gambaran awal tentang kemungkinan penyebab adanya perbedaan antara terjadi dan tidak terjadinya penyimpangan pada 4 dimensi di atas Langkah 5 : Mengidentifikasi Sebab-Sebab yang Mungkin Dicari dari Perubahan antara terjadi dan tidak terjadinya penyimpangan pada 4 dimensi di atas. Eliminasi terhadap Sebab-Sebab yang Tidak Mungkin dengan cara melihat apakah sebab-sebab tersebut dapat menerangkan terjadi dan tidak terjadinya penyimpangan pada 4 dimensi di atas. Asumsi-asumsi apa yang harus dibuat?

16 16 Langkah 6 : Menentukan Sebab yang Paling Mungkin Sebab mana yang paling memungkinkan untuk menerangkan terjadi dan tidak terjadinya penyimpangan pada 4 dimensi di atas. Sebab mana yang memiliki asumsi yang paling sedikit, paling sederhana dan paling masuk di akal? Langkah 7 : Verifikasi Sebab Apa yang dapat dilakukan untuk memverifikasi asumsi-asumsi yang telah dibuat? Bagaimana mengobservasi sebab ini dalam prakteknya? Bagaimana dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat?

17 17 Tabel 4.1 : 7 Langkah Analisis Persoalan 1) RUMUSAN PERSOALAN : 2) RINCIAN TERJADI TIDAK TERJADI 3) PERBEDAAN 4) PERUBAHAN APA: Obyek Deviasi DIMANA: Pada Obyek Tempat / Bagian Proses KAPAN: Waktu Frekuensi BERAPA: Banyak Besar Trend ) SEBAB-SEBAB YANG MUNGKIN : 6) SEBAB YANG PALING MUNGKIN : ) VERIFIKASI SEBAB :

18 4.3. ANALISIS KEPUTUSAN (DECISION ANALYSIS) 18 Pembuatan keputusan mencakup 3 kegiatan pokok yaitu : Menentukan tujuan dari proses membuat keputusan; Mempertimbangkan opsi / alternatif yang ada; dan Menilai manfaat dan risiko dari opsi-opsi yang ada. Langkah-langkah dalam Analisis Keputusan adalah sebagai berikut : 1) Merumuskan Keputusan yang harus dibuat Rumusan Keputusan harus mencakup pilihan yang harus diambil berdasarkan prakondisi / prasyarat (preconditions) yang ada. Langkah ini perlu dilakukan berulang kali sampai diperoleh Rumusan Keputusan yang spesifik sebagai tindakan untuk mengkoreksi persoalan. 2) Mengembangkan Kriteria untuk memilih Kriteria disusun berdasarkan Rumusan Keputusan yang spesifik. Merinci Kriteria Mutlak : o Merupakan keharusan; o Dapat diukur; dan o Harus realistis mengingat selalu ada batasan-batasan pada sistem. Merinci Kriteria Keinginan o Berdasarkan pembobotan menurut kesepakatan 3) Menginventarisasi Alternatif yang ada Berdasarkan informasi yang bersifat : o Akurat; o Terkini; o Relevan. 4) Membatasi Alternatif Berdasarkan Kriteria Mutlak o Opsi yang tidak dapat memenuhi satu saja dari Kriteria Mutlak harus gugur (no go). 5) Menilai Alternatif Berdasarkan Kriteria Keinginan o Tiap opsi yang lolos dari penyaringan Kriteria Mutlak diberi nilai. o Nilai Total tiap opsi = Bobot X Nilai 6) Mempertimbangkan Konsekuensi Negatif dari opsi-opsi dengan nilai total tertinggi Tujuannya adalah mengidentifikasi risiko dalam menjalankan opsi yang akan dipilih. Tiap Konsekuensi Negatif diberi nilai berdasarkan informasi yang dapat memberi gambaran sebagai berikut : o Deskripsi Konsekuensi Negatif secara potensial; o Besarnya kemungkinan terjadi : rendah / sedang / tinggi; o Tingkat kegawatannya : rendah / sedang / tinggi. 7) Menyepakati Keputusan Akhir

19 4.4. ANALISIS PERSOALAN POTENSIAL (POTENTIAL PROBLEM ANALYSIS) 19 Dalam mengupayakan kelancaran dan keberhasilan implementasi Keputusan Tindakan Korektif terhadap persoalan, diperlukan suatu pengamanan dalam bentuk pengenalan terhadap hambatan yang kemungkinan besar timbul yang akan dapat menggagalkan tindakan tersebut. Upaya pengamanan ini disebut Analisis Hambatan / Analisis Persoalan Potensial (Potential Problem Analysis). Jadi sebelum sampai pada tahap implementasi suatu tindakan, terlebih dahulu harus dilakukan Analisis Hambatannya. Analisis Hambatan dapat diartikan sebagai berikut : Pengenalan hambatan yang mungkin timbul pada implementasi tindakan / rencana yang dapat menggagalkan pencapaian tujuannya; Penetapan tindakan pencegahan bagi timbulnya hambatan tersebut; dan Penetapan tindakan penanggulangan jika hambatan tersebut benar-benar terjadi. Jika Fasilitator LAM-PTKes membiasakan diri melakukan Analisis Hambatan, maka kemampuan memprediksi ancaman yang akan timbul dalam pendampingan (coaching) akan menjadi lebih tajam. Jika Analisis Hambatan telah menjadi suatu kebiasaan, maka tanpa disadari cara berpikirpun berubah menjadi lebih tanggap, lebih hati-hati dan tidak terlalu mudah menyalahkan suatu keadaan sebagai sebab dari kegagalan. Suatu hal / keadaan dapat dianggap sebagai hambatan jika memenuhi 2 syarat yaitu : [7] Kemungkinan terjadinya besar; Jika terjadi akan menggagalkan pencapaian tujuan. Langkah-langkah dalam Analisis Hambatan adalah sebagai berikut : (lihat Tabel 4.2) 1) Menentukan Daerah / Wilayah Hambatan. Hambatan (Potential Problem) dapat berasal dari luar atau dalam : a) Hambatan dari luar, misalnya : cuaca, peraturan, keadaan ekonomi dan politik. b) Hambatan dari dalam, misalnya : dana, tenaga dan sumber daya lain. 2) Menetapkan apa hambatannya serta spesifikasinya, letak geografisnya, waktunya dan luasnya hambatan. 3) Memperkirakan besarnya kemungkinan terjadinya (probability) hambatan. 4) Menentukan sebab timbulnya hambatan. 5) Menetapkan tindakan pencegahan. 6) Memperkirakan besarnya kemungkinan masih akan timbulnya hambatan. Walaupun tindakan pencegahan telah dilakukan, tetapi terkadang suatu hambatan tidak ditemukan tindakan pencegahannya. Ini berarti besarnya kemungkinan masih akan timbul hambatan yang serupa akan sama dengan kemungkinan timbulnya waktu pertama kali. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : a) Ada sebab yang tidak diketahui saat dilakukan Analisis Hambatan; b) Tindakan pencegahannya tidak tuntas; c) Timbulnya keadaan lain secara mendadak yang tidak diramalkan sebelumnya.

20 20 7) Menetapkan tindakan Penanggulangan (Protective Actions) : Tindakan penanggulangan adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu hambatan benar-benar terjadi. Tujuan dari tindakan ini adalah mengurangi akibat dari terjadinya suatu hambatan. Tindakan penanggulangan ini disiapkan sebelum suatu hambatan terjadi dan baru dilaksanakan setelah hambatan itu memang timbul. Tabel 4.2 : Analisis Hambatan / Analisis Persoalan Potensial (Potential Problem Analysis) [7] No Daerah / Wilayah Hambatan Hambatan & Spesifikasinya Kemungkinan timbulnya Sebab Tindakan Pencegahan Kemungkinan masih akan timbul Tindakan Penanggulangan 5. ACUAN KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL Kini sudah tidak cukup lagi bagi tenaga kesehatan untuk sekedar bersikap profesional. Dalam iklim globalisasi seperti saat ini, tenaga kesehatan juga harus bersikap interprofesional. [8] Melalui Kolaborasi Interprofesional tenaga kesehatan akan mampu : 1) menghadapi Tantangan Bagi Sub-Sistem Pendidikan Profesi Kesehatan; 2) memberdayakan sistem kesehatan; dan 3) akhirnya meningkatkan kesehatan masyarakat. Kolaborasi Interprofesional bukan hanya sekedar bersepakat dan berkomunikasi, tetapi lebih merupakan sinergi dan kreasi. Kolaborasi Interprofesional terwujud bila 2 orang atau lebih dari profesi yang berbeda berinteraksi untuk menghasilkan pemahaman bersama yang tidak akan mungkin terjadi jika mereka bekerja sendiri-sendiri. Satu-satunya cara tenaga kesehatan dapat menerapkan Kolaborasi Interprofesional adalah melalui Pendidikan Interprofesional. [8] Pendidikan Interprofesional terjadi saat 2 atau lebih profesi saling belajar bersama dari satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan mutu pelayanan kesehatan. Pendidikan Interprofesional mencakup semua pembelajaran di lingkungan akademik dan lingkungan kerja sejak sebelum sampai dengan setelah kualifikasi lulusan.[9] Pendidikan Interprofesional bukan merupakan : [10] Sekelompok pembelajar dari berbagai profesi yang duduk bersama dalam satu ruangan mendengarkan kuliah yang sama; atau Pembelajar dari sebuah profesi yang bertukar pengetahuan dengan satu atau lebih profesi lain secara satu arah. Pendidikan Interprofesional Kesehatan akan memicu Kolaborasi Interprofesional di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan di masyarakat sebagaimana terlihat pada Gambar 5.1 di bawah.

21 Gambar 5.1 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan [8;11] 21 HEALTH AND EDUCATION SYSTEMS 5.1. PRINSIP PRINSIP PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL [12] 1) Tata Nilai dalam Pendidikan Interprofesional : Mengutamakan kebutuhan pasien, keluarga dan komunitas untuk meningkatkan mutu pelayanan dan hasil akhirnya serta kesejahteraan mereka dengan cara berpedoman pada best practices sepanjang proses pengajaran dan pembelajaran; Memberikan kesempatan yang sama kepada semua profesi dan semua yang belajar maupun bekerja dengan mereka dengan cara mengesampingkan perbedaan kekuasaan dan status antar profesi meskipun hal itu mungkin ada; Menghormati keunikan, perbedaan dan keaneka-ragaman antar profesi dan semua yang belajar maupun bekerja dengan mereka dengan cara memberi kontribusi yang spesifik dari tiap profesi dalam proses pembelajaran dan praktek; Memelihara identitas dan keahlian setiap profesi dengan cara menampilkan setiap profesi secara positif dan unik; Mendorong kesetaraan antar profesi dalam lingkungan belajar dengan cara menyepakati aturan-aturan dasar (ground rules); Menanamkan nilai-nilai dan sudut pandang interprofesional dalam pendidikan profesi maupun multiprofesi dengan cara menerapkan kaidah-kaidah interprofesional dalam proses pembelajarannya. 2) Proses dalam Pendidikan Interprofesional : Mencakup proses pembelajaran dalam profesi pendidikan, kesehatan, manajemen, medis, sosial dan profesi lain dengan cara penyampaian yang bertahap dan berjenjang sejak pendidikan awal sampai dengan pendidikan berkelanjutan; Mendorong partisipasi mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proses pembelajaran mereka dengan cara melibatkan mereka bersama dosen dan pihak lain dalam kelompok kerja;

22 22 Mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaannya menurut berbagai sudut pandang dengan cara membandingkannya secara kritis terhadap pengalaman dan kenyataan; Mendorong profesi untuk saling belajar tentang satu sama lain agar mengoptimalkan pertukaran pengalaman dan keahlian dengan cara memfasilitasi interaksi dan refleksi / perenungan bersama saat mereka membandingkan persepsi, tata nilai, peran, tanggung jawab, keahlian dan pengalaman mereka; Menanggapi perbedaan untuk memperoleh titik temu dengan cara menonjolkan peran dan keahlian yang berbeda tetapi saling melengkapi dalam praktek yang kolaboratif berdasarkan saling pengertian dalam mencapai tujuan bersama; Mempadukan pembelajaran di institusi pendidikan dengan tempat bekerja dengan cara kerja sama antara dosen dan pembimbing praktek dalam merencanakan, menyampaikan, menguji dan menilai pembelajaran di kelas dan di tempat praktek; Mempadukan teori dengan praktek dengan cara menyimpulkan teori dari praktek untuk dapat diterapkan di lapangan; Menerapkan pengajaran dan pembelajaran berdasarkan bukti dengan cara mengutip hasil penelitian dan evaluasi sistematis terhadap proses dan hasil akhir dari pembelajaran interprofesi; Menerapkan kriteria dan proses penilaian yang konsisten untuk semua profesi dengan cara penilaian sumatif yang sama dengan standar yang sama; Memberi angka kredit untuk kualifikasi profesi dengan cara mengupayakan agar tugas-tugas Pendidikan Interprofesional yang diselesaikan dengan baik dapat memenuhi persyaratan perolehan angka kredit untuk kualifikasi profesi; Melibatkan pengguna Pendidikan Interprofesional dan pemberi pelayanan kesehatan dalam pengajaran dan pembelajaran dengan cara melibatkan mereka dalam merencanakan, menyampaikan, menilai dan mengevaluasi pengajaran. 3) Hasil Akhir yang Diharapkan dari Pendidikan Interprofesional : Terwujudnya kemampuan interprofesional dengan cara pembelajaran yang berorientasi pada hasil akhir berupa kemampuan kolaborasi antar profesi; Meningkatnya kemampuan praktek tiap profesi dengan cara memberdayakan tiap profesi untuk mampu melengkapi praktek profesi lain; Adanya kerja sama untuk meningkatkan pelayanan dan inovasi dengan cara menerapkan analisis kritis dalam Kolaborasi Interprofesional; Meningkatnya hasil akhir pelayanan kesehatan untuk pasien, keluarga dan komunitas dengan cara menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan mereka; Terdiseminasinya pengalaman Pendidikan Interprofesional dengan cara berkontribusi terhadap kemajuan dan saling pengertian dalam pembelajaran interprofesional melalui pertemuan ilmiah serta literatur profesi dan interprofesi;

23 23 Berkembangnya materi Pendidikan Interprofesional berdasarkan penelitian dan evaluasi sistematis dengan cara mengumpulkan data secara sistematis sesuai dengan persyaratan dan harapan pemangku kepentingan, peraturan, penyandang dana dan lembaga akreditasi serta perkembangan ilmu pengetahuan KEMITRAAN DALAM PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL DAN KOLABORASI INTERPROFESIONAL Menghubungkan standar akreditasi pendidikan dengan standar akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan membantu menjamin agar mahasiswa dan praktisi tahu dan trampil dalam Kolaborasi Interprofesional. Oleh karena itu, kemitraan yang perlu digalang dalam rangka Pendidikan Interprofesional dan Kolaborasi Interprofesional adalah sebagai berikut di bawah ini : [13] 1) Pemerintah Kementerian Kesehatan serta Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten / Kota dapat mendorong fasilitas pelayanan kesehatan agar menerapkan dan mengevaluasi Kolaborasi Interprofesional. Kerja sama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Kesehatan akan memperkuat keberlanjutan Pendidikan Interprofesional dari institusi pendidikan sampai dengan tempat praktek lulusan. 2) Organisasi Profesi Organisasi Profesi dapat berperan sebagai Fasilitator Perubahan (Change Agents) dengan cara sebagai berikut : Mempromosikan konsep pembelajaran dan kolaborasi interprofesional ke seluruh anggota mereka; Mengkaitkan pembelajaran dan kolaborasi interprofesional dengan sumber daya dan kegiatan interprofesional. 3) Institusi Pendidikan Kerja sama antara dosen dengan konsulen / pembimbing pendidikan spesialis (preceptor) dalam perencanaan dan pelaksanaan Pendidikan Interprofesional adalah esensial dalam mewujudkan keberlanjutan pendidikan untuk mahasiswa dan praktisi. Bentuk kerja sama lain adalah pemberian beasiswa pendidikan dan penelitian tentang dampak Pendidikan Interprofesional dan Kolaborasi Interprofesional. Oleh karena itu, institusi pendidikan harus mengintegrasikan Pendidikan Interprofesional dalam kurikulum mereka bukan sekedar kuliah tambahan yang terpisah dari bidang klinis atau sistem kesehatan yang sangat relevan bagi mahasiswa dan pembelajar. 4) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Lahan Praktek Keberlanjutan Pendidikan Interprofesional dari institusi pendidikan sampai dengan tempat praktek lulusan adalah landasan dari pembelajaran untuk Kolaborasi Interprofesional. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Lahan Praktek merupakan sarana dan mekanisme untuk mencapai pemahaman bersama dalam mewujudkan keberlanjutan Pendidikan Interprofesional. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Lahan Praktek juga memberi kontribusi kepada Akreditasi Pendidikan Interprofesional melalui Pengembangan Profesi Berkelanjutan (Continuing Professional Development /CPD) bagi konsulen / pembimbing pendidikan spesialis (preceptor) yang membimbing mahasiswa. Oleh karena itu, kemitraan antara

24 24 institusi pendidikan dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Lahan Praktek pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui kolaborasi di tempat praktek. Pendidikan Interprofesional Kesehatan adalah aplikasi nyata dari Nilai Operasional LAM- PTKes yaitu : Continuous Quality Improvement (CQI); Quality Cascade; Conceptualization - Production Usability (CPU); dan Trustworthy [14]. Kotak 5.1 : Peran LAM-PTKes dalam Menerapkan Pendidikan Interprofesional LAM-PTKes memiliki peran strategis untuk menerapkan Pendidikan Interprofesional dalam Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dengan cara sebagai berikut : [11] Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan. REFERENSI 1. Soedarmono Soejitno. Laporan Bulanan Pertama Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ). Jakarta. Desember Soedarmono Soejitno. Laporan Ketiga : Operasionalisasi LAM-PTKes. Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ). Jakarta. Mei Woollard RF. Strengthening Policies and Procedures for School Accreditation. First stage Report. Health Professional Education Quality (HPEQ) project. Jakarta, Indonesia. May 12, Boelen C, Woollard R. Social accountability and accreditation: A new frontier for educational institutions. Medical Education 2009; 43: Soedarmono Soejitno. Laporan 4 : Langkah Awal LAM-PTKes. Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ). Jakarta. Mei Kepner CH, Tregoe BB. The New Rational Manager. Princeton, NJ. Princeton Research Press RE Laksmono. Analisa Hambatan. Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan Tarif RS Pemerintah di lingkungan Ditjen Pelayanan Medik. Cisarua, Bogor. Juli, WHO. Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice. Geneva. WHO Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE) : Defining IPE Diakses pada tanggal 14 Maret, 2012 dari AIPHE Principles and Practices for Integrating Interprofessional Education into the Accreditation Standards for Six Health Professions in Canada. (May 2009). Accreditation of Interprofessional Health Education (AIPHE). Diakses pada tanggal 7 Pebruari, 2012 dari www. aiphe.ca 11. Irawan Yusuf. Building Interprofessional Education through Reform in Accreditation System. Disampaikan pada 2nd HPEQ International Conference : Promoting Health through Interprofessional Education. Nusa Dua, Bali. December 3-5, Barr H, Low H. Principles of Interprofessional Education. Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE). January Diakses pada tanggal 14 Maret, 2012 dari AIPHE Interprofessional Health Education Accreditation Standards Guide. (March 2011). Accreditation of Interprofessional Health Education (AIPHE). Diakses pada tanggal 7 Maret, 2012 dari www. aiphe.ca 14. Soedarmono Soejitno. Laporan Bulanan Kedua : Pembentukan LAM Profesi Kesehatan. Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ). Jakarta. Januari 2012.

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi

Lebih terperinci

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes 1 Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes LANGKAH-LANGKAH 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes dari 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan 7 Organisasi Profesi Kesehatan

Lebih terperinci

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN 1 TABEL 2. JADUAL KEGIATAN KEGIATAN 7/128/129/1210/12 11/12 12/12 1/13 2/133/13 4/13 5/13 6/13 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes 1.1. Melakukan internalisasi antara Task Force dengan Sekretariat

Lebih terperinci

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Tata Nilai LAM PTKes terdiri atas : a. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri b. Nilai Operasional Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misinya berlandaskan pada Nilai Dasarnya, LAM- PTKes menganut 5 Prinsip Operasional

Lebih terperinci

TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes

TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes PERSPEKTIF Tim Persiapan Pool Asesor & Fasilitator PIC 1. M.K. Tadjudin 2. Usman C. Warsa 3. Ridwan Roy T. 4. Muhammad Hadi 5. Dwiwahju Sasongko

Lebih terperinci

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN I. PRASYARAT BUSINESS PLAN 1 Business Plan : pernyataan yang memuat tujuan-tujuan dari suatu usaha dan kegiatankegiatan yang ingin dilakukan dalam usaha tersebut untuk mencapai tujuantujuan itu. memberi

Lebih terperinci

KERANGKA PIKIR PROSES BISNIS AKREDITASI LAM-PTKes oleh Soedarmono Soejitno

KERANGKA PIKIR PROSES BISNIS AKREDITASI LAM-PTKes oleh Soedarmono Soejitno KERANGKA PIKIR PROSES BISNIS AKREDITASI LAM-PTKes oleh Soedarmono Soejitno DAFTAR ISI hal. 1 AKREDITASI SEBAGAI UPAYA PENJAMINAN MUTU... 1 2 PROSES BISNIS.. 2 3 PROSES BISNIS AKREDITASI LAM-PTKes... 4

Lebih terperinci

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Outline Konsep LAM Visi, misi, tata nilai, (+) Organisasi LAM-PTKes (+) Perbandingan BAN-PT dengan LAM-PTKes (+) Milestone pendirian LAM-PTKes

Lebih terperinci

LANGKAH AWAL LAM-PTKes

LANGKAH AWAL LAM-PTKes LAPORAN 4 Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education

Lebih terperinci

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia 1 Analisis Jabatan Badan Pelaksana 1. Atasan Langsung 2. Tanggung Jawab 3A. Hasil Kerja Pokok Majelis Pemangku Kepentingan Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Pengembangan,

Lebih terperinci

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Tujuan Misi Visi Tujuan (SMART) 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan

Lebih terperinci

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society RINGKASAN EKSEKUTIF i Proyek HPEQ berupaya memadukan sumber daya pemerintah, usaha / industri dan civil society untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menjawab tuntutan Globalisasi, Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN LAPORAN BULANAN KEDUA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Sosialisasi Kapasitasi Institusi Pendidikan Kesehatan Masyarakat 2014 AIPTKMI 12 Mei 2014 Akreditasi

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERTAMA

LAPORAN BULANAN PERTAMA LAPORAN BULANAN PERTAMA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 24 25 April 2015 22/04/2015 - sss 1 Landasan Hukum LAM-PTKes 1. UU No. 20 / 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional, 2. UU No. 12 / 2012 ttg Pendidikan Tinggi, 3. Peraturan Menteri

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan RAKERNAS AIPGI, 9 Februari 2015 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan April 2012 1 KESEPAKATAN PENDIRIAN LAM-PTKES KONSEP LAM-PTKES HUBUNGAN PENJAMINAN MUTU SISTEM PENDIDIKAN TERHADAP SISTEM PELAYANAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan April 2012 1 Tujuan Audiensi Menyampaikan laporan perkembangan pembentukan LAM-PTKes hingga saat ini Mendapatkan arahan dari Dirjen

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project)

STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project) STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project) oleh : Soedarmono Soejitno disampaikan pada acara : Tindak Lanjut Pembahasan Business Plan LAM Menara Peninsula Hotel

Lebih terperinci

OPERASIONALISASI LAM-PTKes

OPERASIONALISASI LAM-PTKes LAPORAN KETIGA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8)

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8) LAMPIRAN 4 (Halaman 1-8) MATRIKS SWOT (W-T) Analisis Eksternal dan Internal W T Specific : Tersusunnya kebijakan, standar, 1. Kurangnya SDM di LAM-PTKes 1. Legitimasi LAM-PTKes belum setara instrumen dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... i ii iv vi BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN STMIK PRABUMULIH... 4 2.1 Visi STMIK

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Workshop Tindak Lanjut Penerbitan SK Izin Penyelenggaraan

Lebih terperinci

STMIK MUSIRAWAS Jl. Jendral Besar H.M Soeharto RT.08 Kelurahan Lubuk Kupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau DOKUMEN STANDAR

STMIK MUSIRAWAS Jl. Jendral Besar H.M Soeharto RT.08 Kelurahan Lubuk Kupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau DOKUMEN STANDAR DOKUMEN STMIK-KJM/KM KEBIJAKAN SPMI Dirumuskan oleh :Tim Manual Mutu STMIK Revisi : 00 Tanggal : - Tanda Tangan Diperiksa oleh : Kepala Kantor Jaminan Mutu Hartati Ratna Juita, M.Pd Tanda Tangan Ditetapkan

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Akta notaris disahkan, pada 3 Februari 2014 oleh Kemenkumham No. AHU 30.AH.01.07 tahun 2014 Dapat Pengakuan Menteri melalui

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1 KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka Organisasi

Lebih terperinci

Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan

Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan Djoko Santoso 3 PARADIGMA PERUBAHAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Interprofesional Education (IPE) a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) The Interprofesional Education for Collaborative Patient-Centered

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep mutu telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh aspek dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas dewasa ini. Jika sebelumnya

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 Workshop tentang Outcomes Based Education Dwiwahju Sasongko, Sekretaris BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI BAN-PT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DRAFT RENCANA STRATEGIS

DRAFT RENCANA STRATEGIS DRAFT RENCANA STRATEGIS UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2012-2017 DISCLAIMER: Draft ini diedarkan dalam mailing list DosenUGM dalam rangka mensukseskan Pemilihan Dekan di lingkungan UGM Tahun 2012. Materi

Lebih terperinci

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI Tahun 2016-2020 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI TAHUN 2016-2020 KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Lebih terperinci

Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes. 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta

Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes. 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta Board of Trustees Consist of the representatives from: association of education institution; professional

Lebih terperinci

ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN 1 ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN oleh: Soedarmono Soejitno disampaikan pada Pertemuan Pembahasan Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dan Penyusunan Orientasi

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI PELATIHAN SISTEM PENJAMINAN MUTU DAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI 2016 BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI KESETARAAN KUALIFIKASI JENIS DAN

Lebih terperinci

Keberadaan ED dalam AIPT

Keberadaan ED dalam AIPT BAN-PT Evaluasi Diri: Berupa dokumen khusus yang disusun sebagai analisis kondisi dan kesimpulan capaian PT sampai saat ini Borang: Berupa dokumen yang mengandung isian, data, dan informasi lengkap tentang

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Urgensi Validasi Data Dasar FK. Izin Prodi Akademik-Profesi FK. Status Akreditasi Akademik-Profesi & Prodi Spesialis

Pokok Bahasan. Urgensi Validasi Data Dasar FK. Izin Prodi Akademik-Profesi FK. Status Akreditasi Akademik-Profesi & Prodi Spesialis Illah Sailah Pokok Bahasan 1 2 3 4 5 Urgensi Validasi Data Dasar FK Izin Prodi Akademik-Profesi FK Status Akreditasi Akademik-Profesi & Prodi Spesialis Komitmen UKDI sebagai Exit Exam Komitmen FK untuk

Lebih terperinci

Pertemuan Task Force LAM : Pembahasan Permen LAM. Jakarta, 29 Maret 2012

Pertemuan Task Force LAM : Pembahasan Permen LAM. Jakarta, 29 Maret 2012 Pertemuan Task Force LAM : Pembahasan Permen LAM Jakarta, 29 Maret 2012 Peserta Pertemuan Usman C. Warsa Riana D. N. M. Hadi Nurul Falah Kamanto S Lido Cahyadi (Hiro Hukum) Soedarmono (Konsultan) Arsitawati

Lebih terperinci

Oleh Pengurus LAM-PTKes

Oleh Pengurus LAM-PTKes PERKUMPULAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Oleh Pengurus LAM-PTKes Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Asosiasi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) Bogor,

Lebih terperinci

Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011

Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011 Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011 Target, Capaian dan Proyeksi Capaian KPI 2011 Komponen 1 CAPAIAN SAAT INI (SEMESTER 1) TARGET KPI PROYEKSI CAPAIAN AKHIR TAHUN -Naskah akademik LAM sudah final

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI INSTITUSI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes)

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) INDONESIAN ACCREDITATION AGENCY FOR HIGHER EDUCATION IN HEALTH (IAAHEH) Gedung Victoria Lt. 2 Jalan Sultan Hassanuddin

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN STANDAR 2 : Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu

KRITERIA PENILAIAN STANDAR 2 : Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu KRITERIA PENILAIAN STANDAR 2 : Tata pamong, kepemimpinan, BAN-PT sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu M. Budi Djatmiko Ketua Umum APTISI Pusat Ketua Umum HPT Kes Indonesia Pengaggas Akreditasi Mandiri

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Anggaran Rumah Tangga ini yang dimaksud dengan : 1. Divisi adalah satuan kerja

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Akta notaris disahkan, pada 3 Februari 2014 oleh Kemenkumham No. AHU 30.AH.01.07 tahun 2014 Dapat Pengakuan Menteri melalui

Lebih terperinci

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1290, 2014 KEMENDIKBUD. Program Studi. Perguruan Tinggi. Akreditasi. Pencabutan. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018 INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018 REFERENSI UU no 44 tahun 2009 ttg rumah sakit pasal 21-22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5. (Halaman 1-4)

LAMPIRAN 5. (Halaman 1-4) LAMPIRAN 5 (Halaman 1-4) Pemikiran Strategis 1.1. Dalam rangka mencapai Tujuan 1 ( Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi, kesehatan yang dioperasionalkan oleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang pada dasarnya merupakan jawaban

Lebih terperinci

Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Djoko Santoso, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Forum Sosialisasi Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan, 24

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS ISLAM MALANG PUSAT PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM MALANG

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS ISLAM MALANG PUSAT PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM MALANG KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS ISLAM MALANG PUSAT PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM MALANG FEBRUARI 2016 UNIVERSITAS ISLAM MALANG KEBIJAKAN SPMI Kode : 01/SPMI/PPM/II/2016

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN AKUNTAN PROFESIONAL. Prof. Dr. Hj. Nunuy Nur Afiah, SE, M.Si, Ak, CA Ketua IAI KAPD

PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN AKUNTAN PROFESIONAL. Prof. Dr. Hj. Nunuy Nur Afiah, SE, M.Si, Ak, CA Ketua IAI KAPD PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN AKUNTAN PROFESIONAL Prof. Dr. Hj. Nunuy Nur Afiah, SE, M.Si, Ak, CA Ketua IAI KAPD AGENDA GLOBALISASI DAN PENDIDIKAN AKUNTANSI PERMASALAHAN PENDIDIKAN AKUNTANSI GLOBAL MEMBENTUK

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Jalan Sekolah Duta 1 No. 62, RT 003, RW 014, Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310 Phone:

Lebih terperinci

BUKU PROSEDUR MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BUKU PROSEDUR MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL BUKU PROSEDUR MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL I II BUKU PROSEDUR MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH Kode Dokumen : PM/UMNAw/LPM/04/01-01 Revisi : 01 Tanggal

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KERJA

PANDUAN PELAKSANAAN KERJA PANDUAN PELAKSANAAN KERJA ii LEMBAR PENGESAHAN PANDUAN PELAKSANAAN KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH Kode Dokumen : PPK/UMNAw/LPM/05/01-01 Revisi : 01 Tanggal : 10

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL FAKULTAS A. Kebijakan Umum 1. Fakultas sebagai bagian dari Universitas Andalas berpartisipasi aktif dalam gerakan menjag

BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL FAKULTAS A. Kebijakan Umum 1. Fakultas sebagai bagian dari Universitas Andalas berpartisipasi aktif dalam gerakan menjag MANUAL MUTU INTERNAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK TAHUN 2015-2019 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas 2015 Manual Mutu FISIP Tahun 2015-2019 1 BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno. Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah

Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno. Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah KATA PENGANTAR Salam perkenalan kepada institusi pendidikan, program studi, organisasi

Lebih terperinci

1 DESEMBER Tim P

1 DESEMBER Tim P 1 DESEMBER 2014 Tim P LS-2014 Dasar Hukum Undang - Undang Undang-Undang No 12 / 2012 tentangpendidikantinggi, Undang-Undang No. 20 / 2013 tentangpendidikankedokteran, Undang-Undang No. 29/ 2004 tentang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MAJELIS AKREDITASI BAN-PT TENTANG PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI

KEBIJAKAN MAJELIS AKREDITASI BAN-PT TENTANG PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI KEBIJAKAN MAJELIS AKREDITASI BAN-PT TENTANG PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI Oleh LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENJAMINAN MUTU (LP3M) UNIVERSITAS HAMZANWADI Latar Belakang Pasal 7 Permenristekdikti

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18. Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18. Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18 Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL Menimbang : a. bahwa Institut Teknologi

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia

Australia Awards Indonesia Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Badan Hukum Perkumpulan LAM-PTKes LAM-PTKes merupakan badan hukum perkumpulan. Anggotanya saat ini berupa Organisasi Profesi dan Asosiasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN LAM-PTKes Indonesia 4 th Implementation Review World Bank Mission

LAPORAN KEGIATAN LAM-PTKes Indonesia 4 th Implementation Review World Bank Mission LAPORAN KEGIATAN LAM-PTKes Indonesia 4 th Implementation Review World Bank Mission Health Professional Education Quality LOGO 1 2 3 4 Landasan Pendirian LAM-PTKes Indonesia Penyusunan business plan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

Lebih terperinci

Sumba Barat. Demikian halnya dalam konteks pembangunan di Kabupaten Sumba Barat, Master Plan ini juga telah disinergikan dengan rancangan RPJMD 2010

Sumba Barat. Demikian halnya dalam konteks pembangunan di Kabupaten Sumba Barat, Master Plan ini juga telah disinergikan dengan rancangan RPJMD 2010 BAB V. PENUTUP Master Plan ini lebih merupakan gambaran dari satu keingan dan cita-cita besar jangka panjang yang ingin dicapai dalam bidang Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Sumba Barat. Diharapkan

Lebih terperinci

BAB I STANDAR PENDIDIKAN STANDAR 1 : STANDAR KOMPETENSI LULUSAN NO. KATEGORI ISI 1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran

BAB I STANDAR PENDIDIKAN STANDAR 1 : STANDAR KOMPETENSI LULUSAN NO. KATEGORI ISI 1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran BAB I STANDAR PENDIDIKAN STANDAR 1 : STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Visi Menjadi institusi perguruan tinggi ilmu pelayaran yang berkelas dunia dan terdepan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN JEJARING DAN ALIANSI STRATEGIS

PEDOMAN PENGEMBANGAN JEJARING DAN ALIANSI STRATEGIS Lampiran Peraturan BAN-PT Nomor 10 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Jejaring dan Aliansi Strategis BAN-PT PEDOMAN PENGEMBANGAN JEJARING DAN ALIANSI STRATEGIS BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) V INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) Gambaran Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Oranization (WHO) mencetus kan Interprofessional Education (IPE) sebagai sebuah konsep pendidikan terintegrasi untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah serta perusahaan milik pemerintah dan organisasi sektor publik

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain

Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain Pasal 5 ayat (2) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan digunakan sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan memiliki strategi dalam perencanaannya dan implementasi dari strategi tersebut memiliki beragam alat ukur dalam mengevaluasinya sehingga apakah sudah

Lebih terperinci

OPERASIONALISASI LAM-PTKes

OPERASIONALISASI LAM-PTKes 1 OPERASIONALISASI LAM-PTKes 1. JUSTIFIKASI LAM-PTKes Selain tuntutan dari peraturan perundang-undangan, justifikasi berdirinya LAM-PTKes adalah : 1) Masalah pada Sistem Kesehatan; 2) Tantangan bagi Subsistem

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi Profil LSP KPK Dalam upaya mendukung percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia agar lebih efektf, profesional, dan berdampak, KPK membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang bersifat indenpenden.

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI

PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Dengan kehadiran Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada

Lebih terperinci

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Memaparkan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan, serta pembahasan tentang RENSTRA, tujuan dan Sasaran Visi dan Misi, Penetapan Kinerja,

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing

Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing SISTEM AKREDITASI NASIONAL DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI Sosialisasi 2013: Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing

Lebih terperinci