DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus : Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara) SKRIPSI OLEH : HOTMAIDA VERONIKA SAMOSIR SEP-AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus : Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara) SKRIPSI OLEH : HOTMAIDA VERONIKA SAMOSIR SEP-AGRIBISNIS Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Disetujui oleh : Komisi Pembimbing (Ir. Iskandarini, MM) Ketua (Ir. A. T. Hutajulu, MS) Anggota DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

3 RINGKASAN HOTMAIDAVERONIKA SAMOSIR ( /SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TELUR AYAM KAMPUNG. Studi kasus Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, M.M dan Ibu Ir. A. T. Hutajulu, M.S. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam kampung, untuk mengetahui hubungan faktor Umur, pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung. Metode analisis yang digunakan yaitu metode regresi linier berganda dan korelasi rank spearman. Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut : 1. Permintaan telur ayam kampung secara serempak dan signifikan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu harga, jumlah tanggungan, pendapatan dan harga telur ayam lain. 2. Secara parsial permintaan telur ayam kampung tidak dipengaruhi oleh harga, jumlah anggota keluarga, harga telur ayam lain, tetapi dipengaruhi oleh pendapatan. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung. 5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung. 6. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung.

4 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di P. Siantar, 16 Agustus 1985 dari ayah A. SAMOSIR, S.H dan Ibu N. TAMBUN, Amd. Pendidikan yang di tempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar di SD Negri , tamat Tahun Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negri 1 P. Siantar, tamat Tahun Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SLTA Negri 4 P. Siantar, tamat Tahun Tahun 2003 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). 5. Bulan Juni Juli 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul-Sidikalang, Kabupaten Dairi. 6. Bulan Juli 2008 melakukan penelitian skripsi di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan yang ada di Kotamadya Medan.

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan segala anugerahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen terhadap Permintaan Telur Ayam Kampung dengan studi kasus Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Ir. Iskandarini, M.M., selaku Ketua Komisi Pembimbing (terimakasih untuk segala bantuan dan kesabaran ibu). 2. Ibu Ir. A. T. Hutajulu, M.S, selaku Anggota Komisi Pembimbing (terimakasih untuk kebaikan ibu). 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P., selaku ketua Departemen SEP, FP-USU. 4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S., selaku sekretaris Departemen SEP, FP-USU. 5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen SEP, FP-USU. 6. Seluruh Instansi yang terkait dengan penelitian ini, atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian. 7. Seluruh sampel konsumen telur ayam kampung, yang telah membantu penulis dalam melengkapi data-data yang dibutuhkan selama penelitian. Segala hormat dan terimakasih kepada Ayahanda tercinta A. SAMOSIR, S.H dan Ibunda N. TAMBUN, Amd atas kasih sayang dan dukungan doanya. Juga buat adik-

6 adikku Evelint Ridho, S.Pd., Zunhelty, Vensus, Jayent H. terimakasih untuk dukungan doanya. Terimakasih juga kepada seluruh teman-teman SEP 03, teman dekatku Meijona Sinaga dan kepada semua yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat. Medan, Februari 2009 Penulis

7 DAFTAR ISI RINGKASAN... i DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... v PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 IdentifikasiMasalah... Tujuan Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN... Tinjauan Pustaka... Landasan Teori... 6 Kerangka Pemikiran... 6 Hipotesis Penelitian... METODOLOGI PENELITIAN... 8 Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode Penarikan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi Batasan Operasional DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

8 KONSUMEN SAMPEL... Deskripsi Daerah Penelitian... Letak dan Keadaan Geografis... Tata Guna Lahan/Tanah... Keadaan Penduduk... Sarana dan Prasarana... Karakteristik Sampel HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Kampung... Hubungan Umur dengan perilaku Konsumen dalam Membeli Telur Ayam Kampung... Hubungan Pekerjaan dengan perilaku Konsumen dalam Membeli Telur Ayam Kampung... Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen dalam Membeli Telur Ayam Kampung... Hubungan Tingkat Pendidikan dengan perilaku Konsumen dalam Membeli Telur Ayam Kampung... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran Saran Kepada Pedagang... Saran Kepada Petani... Saran Kepada peneliti Lain... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL 1. Banyaknya Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan di Kotamadya Medan Tahun Produksi Telur Ayam Kampung di Medan Tahun Konsumsi Telur Unggas Per Kapita Sumatera Utara Tahun Perbandingan kandungan yang ada dalam telur ayam Buras dengan telur ayam lain 5. Kandungan Gizi Telur Ayam Kampung Jenis dan Alamat Daerah Penelitian Pasar di Kota Medan Jumlah Sampel Konsumen Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Tingkat Pendidikan Sarana dan Prasarana Distribusi Konsumen Sampel berdasarkan Kelompok Umur Tingkat Pendidikan Konsumen Sampel Jumlah Tanggungan Keluarga Konsumen Sampel Pendapatan Rata-Rata Keluarga per Bulan...

10 16. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Telur Ayam Kampung Skor Harapan Perilaku Konsumen Frekuensi Konsumen Menurut Perilaku Konsumen... DAFTAR LAMPIRAN 1. Karakteristik Konsumen Sampel Pada Tahun Permintaan Telur Ayam Kampung Pada Tahun Parameter Perilaku Konsumen Hasil Output Regresi Permintaan Telur Ayam Kampung Korelasi Rank Sperman antara Umur dengan Perilaku Konsumen Korelasi Rank Sperman antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen Korelasi Rank Sperman antara Pendapatan dengan Perilaku Konsumen Korelasi Rank Sperman antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumen Parameter Perilaku Konsumen...

11 DAFTAR GAMBAR 1. Skema Kerangka Pemikiran...

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian. Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan yang strategis dalam kehidupan perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Oleh karenanya tidak mengherankan bila produk-produk peternakan disebut sebagai bahan pembangun dalam kehidupan ini. Selain itu, secara hipotetis, peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, yang dengan demikian maka turut menggerakan perekonomian pada sub sektor peternakan ( Indonesia sebenarnya masih sangat kekurangan produksi ternak. Ternak sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber makanan bergizi, terutama protein hewani, sebagai sumber pupuk organis dan membantu petani dalam pengadaan tenaga kerja. Usaha peternakan yang paling berkembang sekarang di Indonesia adalah usaha ternak unggas (pedaging dan telur) sedangkan ternak rumininsi (sapi, kerbau, kambing, domba) masih dalam tahap perkembangan (Simanjuntak,2004). Beberapa hewan dapat menghasilkan telur, tetapi hanya jenis telur tertentu yang biasa diperdagangkan dan dikonsumsi manusia yaitu telur ayam, telur bebek, telur itik, telur puyuh, telur penyu dan telur ikan. Pada kenyataannya telur ayam dan telur bebek yang paling populer di kalangan konsumen. Ada dua jenis telur ayam yaitu telur ayam

13 kampung (buras) dan telur ayam negeri (ras). Demikian pula untuk telur bebek ada dua macam yang berwarna biru dan berwarna putih, berasal dari bebek yang berbeda ( index.php). Masalah utama dalam ekonomi pertanian adalah tenggang waktu yang cukup lebar dalam proses produksi, biaya produksi, tekanan jumlah penduduk, sistem usahatani, tetapi ada masalah juga yang sangat penting yang menyangkut kepada semua masalah utama tersebut yaitu pemasaran hasil pertanian. Jika pemasaran hasil pertanian tidak berhasil maka sia-sialah semua usahatani yang dilakukan dengan kata lain biaya produksi tidak tercukupi. Masalah inilah yang sering dihadapi petani dimana harga hasil pertanian mereka sangat rendah bahkan ditolak di pasar (Daniel, 2002). Pasar tradisional dan pasar swalayan merupakan tempat yang dipilih konsumen dalam membeli telur unggas. Pemasaran telur ke pasar-pasar tradisional dapat langsung ke pengecer. Telur dari kandang langsung masuk peti dan langsung di lempar ke pasar tersebut dan dijual kepada konsumen akhir. Konsumen dapat memilih kualitas telur unggas beraneka dan harga yang relatif murah, tempat yang nyaman, sejuk, teratur, aman (Rasyaf, 2002). Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan/ konsumen. Jika petani dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen akan permintaan komoditi yang mereka usahakan maka masalah kegagalan pasar atau anjloknya harga dapat diminimalisasi. Oleh sebab itu, petani (pemasar) perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen untuk membeli suatu produk (Kotler, 1997).

14 Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu, masyarakat kelompok, atau organisasi yang berhubungan dalam proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan (Mangkunegara, 2002). Konsumen biasanya bersedia membeli lebih banyak jika harga turun. Sebagai contoh, harga yang lebih rendah dapat mendorong konsumen yang sudah membeli barang itu untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan memungkinkan pembeli lain yang sebelumnya tidak mampu membeli barang tersebut membeli juga. Tentu saja, jumlah barang yang bersedia dibeli konsumen dapat bergantung kapada hal-hal lainnya di samping harga. Khususnya pendapatan, adalah sesuatu yang penting. Dengan pendapatan yang semakin tinggi, konsumen dapat membelanjakan uangnya lebih banyak untuk barang apa saja, dan beberapa konsumen akan melakukan hal itu terhadap kebanyakan barang (Pindyck dan Rubinfield, 2001). Kota Medan memiliki 55 pasar tradisional dan 30 pasar swalayan. Pasar tradisional dan swalayan ini tersebar di 20 kecamatan yang ada di kota Medan. Tabel 1 berikut ini memperlihatkan jumlah penduduk (Rumah tangga), Pasar Tradisional dan pasar Swalayan di kota Medan.

15 Tabel 1. Banyaknya Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan di Kotamadya Medan Tahun Kecamatan 1. Medan Tuntungan 2. Medan Johor 3. Medan Amplas 4. Medan Denai 5. Medan Area 6. Medan Kota 7. Medan Maimun 8. Medan Polonia 9. Medan Baru 10. Medan Selayang 11. Medan Sunggal 12. Medan Helvetia 13. Medan Petisah 14. Medan Barat 15. Medan Timur 16. Medan Perjuangan 17. Medan Tembung 18. Medan Deli 19. Medan Labuhan 20. Medan Marelan 21. Medan Belawan Penduduk (Rumah tangga) Banyaknya Pasar Tradisional Banyaknya Pasar Swalayan Jumlah Sumbe r : BPS, Meda n Dala m Angka 2006 Tabel 1 di atas menu njukkan dari 55 pasar tradisional yang ada di kecamatan di kota Medan. Pasar tradisional terbanyak terdapat pada kecamatan Medan Kota yaitu 9 pasar tradisional dan pasar swalayan terbanyak terdapat pada Kecamatan Medan Petisah yaitu 5 pasar swalayan. Ada berbagai macam telur unggas yang masuk ke dalam pasar tradisional dan swalayan di Sumatera Utara. Salah satunya adalah telur ayam kampung. Berikut dapat dilihat tabel yang menunjukkan jumlah produksi telur ayam kampung Tahun

16 Tabel 2. Produksi Telur Ayam Kampung di Medan Tahun Tahun Produksi (butir) Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006 Produksi telur ayam kampung mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan Tabel 2 diketahui produksi paling tinggi diperoleh pada tahun Tahun 2003 tercatat produksi paling rendah. Ini disebabkan virus flu burung merebak di akhir tahun 2003 dan mematikan ratusan ribu ekor ayam di Indonesia. Pada tahun 2006 produksi telur ayam kampung bertambah dari tahun sebelumnya 2005 yakni sebanyak butir. Perbedaan angka kenaikan produksi yang demikian besar memberikan gambaran masih terbukanya peluang untuk memacu peningkatan produksi telur ayam buras. Telur ayam buras termasuk sebagai telur konsumsi di pasar, dimana bila dicermati, konsumen telur ayam buras ternyata lebih spesifik. Telur ayam buras yang dijual dengan harga yang lebih mahal cenderung hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan terbatas saja, misalnya untuk konsumsi anggota rumah tangga (dalam jumlah yang terbatas), pelengkap minum jamu, atau pelengkap acara adat. Dengan kemajuan kesadaran akan kualitas gizi di kalangan masyarakat, diharapkan akan menaikkan konsumsi telur ayam kampung (Triharyanto, 2001).

17 Tabel 3. Konsumsi Telur Unggas Per Kapita Sumatera Utara Tahun Komoditi Ayam ras 8,48 10,87 10,42 3,99 3,95 Ayam buras 1,48 1,59 1,57 1,33 1,31 Itik 0,91 0,91 0,91 0,74 0,73 Total 10,87 13,37 12,90 6,06 5,99 Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2006 Tabel 3 di atas memperlihatkan perkembangan konsumsi telur unggas di Sumatera Utara Tahun Jika dilihat dari Tabel 2, tahun 2003, tercatat konsumsi telur per kapita adalah sebesar 1,59 kg/kapita/tahun, sedangkan pada tahun 2006 telah menurun menjadi 1,31 kg/kapita/tahun. Masyarakat yang semakin maju tingkat pengetahuannya serta semakin meningkatnya pendapatan, semakin sadar akan pentingnya kebutuhan protein dalam kehidupan mereka. Sumber protein dalam makanan dapat diperoleh baik dari sumber nabati maupan hewani. Sumber protein dari hewani dapat diperoleh dari ternak, salah satunya adalah ayam. Ternak memberikan kontribusi yang sangat penting untuk memproduksi zat-zat makanan yang esensial bagi manusia. Usaha peternakan adalah usaha yang menghasilkan bahan pangan hewani yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Telur merupakan salah satu produk peternakan yang banyak digunakan sebagai bahan olahan makanan. Nilai gizi menyebabkan telur memiliki kelas di mata masyarakat Indonesia. Salah satu telur unggas yang dikonsumsi masyarakat adalah telur ayam kampung. Oleh karena itu perlu diperhatikan oleh peternak atau unit pengolahan, yaitu bagaimana perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung tersebut agar tidak terjadi kegagalan pemasaran produk.

18 Identifikasi Masalah 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan telur ayam kampung? 2. Bagaimana hubungan faktor umur, pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam kampung. 2. Untuk menentukan hubungan faktor umur, pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang memiliki ketertarikan dalam mengembangkan pemasaran telur ayam kampung. 2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi peternak telur ayam kampung dalam memprediksi persediaan dan permintaan konsumen akan telur ayam kampung.

19 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Ayam liar atau ayam hutan yang ada sudah dipelihara oleh masyarakat di Indonesia sejak zaman dahulu. Ayam liar ini kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Ayam kampung merupakan salah satu jenis ayam buras yang telah turun temurun dipelihara masyarakat di Indonesia. Telur ayam kampung ini bentuknya bulat lonjong. Sejak lama orang menganggap bahwa telur ayam kampung ini rasanya gurih (Tim redaksi, 2002). Ayam kampung warna bulunya bervariasi: dari yang putih, kuning, kemerahan, sampai yang hitam. Pada umur 4 bulan beratnya mencapai 1,4 kilogram. Berat telur yang normal berkisar antara gram per butir dengan volume sebesar 63 cc (Rasyaf, 2002). Setiap butir telur terdiri dari 11% bagian kulit telur, 58% bagian puith telur, dan 31% bagian kuning telur. Telur ayam kampung mengandung beberapa zat. Setiap butir telur mengandung : air 74%, protein 13%, lemak 11% dan zat lainnya 2 %. Lemak yang terdapat pada telur terdiri dari lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Telur juga mengandung vitamin A, vitamin B kompleks (thiamin, riboflavin, dan niacin), vitamin D, zat besi dan fosfor (Tim redaksi, 2001). Umur ayam yang terlalu tua akan menyebabkan kulit telur yang dihasilkannya menipis. Suhu yang terlalu panas akan mengurangi nafsu makan induk ayam petelur

20 sehingga mempengaruhi telur yang dihasilkan. Suhu yang diperkenankan maksimal mencapai 29 0 C (85 0 F). Air dan kelembapan ideal harus diterapkan jangan terlalu tinggi atau rendah. Seperti kualitas induk, kualitas pakan juga mempengaruhi kualitas telur. Kandungan pakan, seperti kalsium, fosfor, mangan, vitamin D akan mempengaruhi kualitas telur (Tim redaksi, 2002).3 Produksi telur akan bagus jika jumlah atau kuantitas makanan yang dimakan unggas itu cukup. Dalam hal ini kualitas makanan adalah kandungan nutrisi yang ada dalam makanan itu. Kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam dan mendukung produksi telur yang bagus tergantung pada bahan makanan yang digunakan untu membentuk makanan tersebut. Produksi telur yang sesuai harapan tidak hanya tergantung pada makanan yang cukup dan berkualitas baik, tetapi perlakuan dan suasana lingkungan juga turut mendukung. Dalam temperatur ruang, telur segar ini mampu bertahan 2-3 minggu sejak dikeluarkan dari kandang. Telur ayam tanpa diawetkan dan dalam temperatur kamar akan cepat rusak. Telur yang kotor juga akan mempercepat proses pembusukan. Di dalam lemari es, telur mampu bertahan lebih dari 2 bulan. Telur segar yang mulai rusak akan tercim bau busuk dengan sendirinya (Rasyaf, 2002). Kajian terhadap kandungan nutrisi telur menunjukkan bahwa kandungan protein ayam buras paling tinggi. Demikian juga kandungan lemaknya lebih tinggi dibanding kandungan lemak telur ayam yang lain. Perbandingan kandungan gizi telur dari dua jenis ayam dapat dilihat pada tabel 4.

21 Tabel 4. Perbandingan kandungan yang ada dalam telur ayam Buras dengan telur ayam lain Jenis Ayam Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Air (%) Ayam Buras 12,80 11,50 0,75 74,00 Ayam Ras 12,10 10,50 1,00 65,60 Sumber : Triharyanto (2001) Protein telur disusun dari asam-asam amino yang menentukan mutu protein. Dari sebutir telur berbobot 50 gram total proteinnya adalah 6 gram. Protein sangat dibutuhkan untuk membangun sel tubuh yang rusak. Itulah sebabnya telur sering diberikan kepada anak kecil untuk membantu pertumbuhan badan dan kepada orang yang dalam proses penyembuhan untuk mengganti sel tubuh yang rusak Sementara itu, lemak telur hanya sekitar 5 gram (Tim redaksi, 2001). Tabel 5. Kandungan Gizi Telur Ayam Kampung Komponen Putih telur (%) Kuning telur (%) Protein 10,9 16,5 Lemak Sedikit 32,0 Karbohidrat 1,0 1,0 Air 87,6 49,0 Sumber : Tim redaksi, ,5%. Protein telur mudah dicerna, dan banyak terdapat di dalam kuning telurnya yaitu Semua lemak terdapat di dalam kuning telur. Di dalam putih telur hampir tidak terdapat lemak. Oleh sebab itu, putih telur sangat baik untuk orang yang ingin menurunkan berat badannya dan membentuk bagian tubuhnya secara baik, seperti para atlet khususnya olahragawan binaraga.

22 Lemak telur terdiri atas trigliserida (lemak netral), fosfolida (umumnya berupa lesitin yang baik untuk paru-paru), dan kolesterol. Trigliserida dipakai sebagi energi sehari-hari. Kolesterol dipakai untuk metabolisme lemak tubuh yang berasal dari makanan, juga dipakai untuk membentuk hormon seksual dan adrenalin. Seluruh penggambaran manfaat telur bagi manusia ini adalah untuk menjelaskan bahwa telur memang terdiri dari banyak elemen penting yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan sel kehidupan (Tim redaksi, 2001). Perilaku konsumen sangat penting untuk diketahui dalam memasarkan suatu produk, agar pemasar dapat memasarkan produknya sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan kata lain tidak ditolak pasar. Perilaku konsumen yang akan datang menunjukkan kebosanan akan suatu produk lama dan menginginkan perubahan. Mereka menginginkan produk baru, mau membuang produk sebelum usang, dan secara aktif mencari apa yang baru dan berbeda. Ketidakstabilan merupakan sifat pembeli mendatang yang mencerminkan ketidaksenangan konsumen. Keadaan lingkungan akan mempengaruhi sifat- sifat tadi, dan kemampuan untuk mendaur ulang produk yang dibuang merupakan pertimbangan pada saat pembelian, perusahaan yang mementingkan hal ini akan berjalan baik (Irwan dan wijaya, 1996). Landasan Teori Konsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan memenuhi semua yang diperlukan oleh tubuhnya sehingga tidak akan

23 kekurangan apapun, karena tubuh yang sehat akan memudahkan konsumen dalam beraktifitas. Perilaku konsumen adalah tindakan- tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang- barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan (Mangkunegara, 2002). Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau bertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila konsumen kebutuhannya tidak terpenuhi, ia akan menunjukkkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi, konsumen akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi rasa puasnya (Mangkunegara, 2002). Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Salah satu konsep permintaan dalam pasar yaitu permintaan konsumen. Permintaan konsumen (secara perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi permintan dalam pasar (Umar, 2000). Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana didapati dalam hukum permintaan. Dalam hukum permintaan dikatakan bahwa apabila harga suatu barang turun maka permintaan konsumen akan barang itu meningkat dan sebaliknya, jika harga suatu barang naik maka permintaan konsumen akan barang itu menurun, apabila semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah cateris paribus (Nopirin, 1994).

24 Bila harga suatu komoditi turun, orang mengurangi pembelian atau komoditikomoditi lain dan manambah pembelian pada yang mengalami penurunan harga tersebut. Harga yang lebih rendah memungkinkan pembeli lain yang sebelumnya tidak mampu membeli komoditi tersebut untuk mulai membelinya. Penurunan harga suatu komoditi mendorong para konsumen yang sudah membeli komoditi tersebut untuk membeli lagi dalam jumlah yang lebih besar. Bila harga suatu komoditi naik, para pembeli mencari komoditi lain yang dapat digunakan sebagai pengganti atas komoditi yang mengalami kenaikan harga. Di samping itu kenaikan harga menyebabkan para pembeli untuk mengurangi pembeliannya atas komoditi yang mengalami kenaikan harga (Sugiarto, dkk, 2000). Faktor-faktor lain (selain harga barang ybs.) yang ikut mempengaruhi permintaan masyarakat akan suatu barang, (tetapi tidak/belum diperhatikan karena dianggap sama atau tidak berpengaruh) adalah : 1. Jumlah pembeli/ konsumen 2. Besarnya penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan 3. Harga barang-barang lain 4. Pengaruh musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan jaman, pengaruh lingkungan 5. Harapan atau pandangan orang tentang masa depan. Jika jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah, maka pada harga yang sama jumlah yang mau dibeli bertambah banyak juga, hal ini dapat terjadi misalnya karena pertambahan penduduk.

25 Besar penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpengaruh sekali terhadap permintaan. Dari penghasilan yang lebih tinggi orang akan dapat membeli lebih banyak dari segala macam barang dan jasa. Dalam hal ini hanya ada satu perkecualian, yaitu yang disebut inferior goods atau juga disebut Giffen goods, yaitu barang-barang yang permintaannya justru berkurang bila penghasilan konsumen naik. Harga barang lain ikut mempengaruhi permintaan. Apakah kenaikan harga barang lain itu memperbesar atau justru memperkecil permintaan masyarakat akan suatu barang tertentu itu tergantung apakah barang itu barang pelengkap (= komplementer), barang penggati (= substitut) atau barang lepas (= independent/ netral) (Gilarso, 1993). Penawaran diartikan sebagai kuantitas barang-barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga. Dalam hal ini, bila harga suatu barang naik, maka produsen akan berusaha meningkatkan jumlah barang yang dijualnya. Penjualan barang pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos produksi, tingkat teknologi, dan tujuan-tujuan perusahaan (Sukirno, 1997). Perilaku konsumen tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan karena itu perlu dicari informasi semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan ahli, salah satunya oleh Enggel yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen terbagi 2 yaitu perilaku yang tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku

26 yang tidak tampak diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dn pemasaran kepemilikan oleh konsumen (Umar, 2000). Teori konsumen menerangkan perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan, yang dapat berupa barang-barang konsumsi ataupun jasa-jasa konsumsi. Kesimpulan-kesimpulan yang dapat dihasilkan oleh teori konsumen antara lain adalah bagaimana reaksi konsumen dalam kesediaannya membeli terhadap berubahnya jumlah pendapatan yang ia peroleh, terhadap berubahnya harga barang yang bersangkutan. Fungsi utama dari barang dan jasa konsumsi adalah memenuhi kebutuhan langsung pemakainya. Mereka yang bertindak sebagai pemakai barang-barang dan jasa-jasa konsumsi disebut konsumen (Soediyono, 1981). Membahas pasar dapat dimulai dengan meneliti perilaku konsumen. Apa yang menentukan kuantitas diminta (quantity demanded) terhadap sebuah barang, yaitu jumlah barang yang ingin dan mampu dibeli oleh pembeli. Kurva permintaan memperlihatkan bagaimana kuantitas sebuah barang yang dimnta tergantung pada harganya. Menurut hukum permintaan, ketika harga barang turun, kuantitas yang diminta meningkat (Mankiw, 2003). Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang akan dibeli, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera, dan lain-lain (Arsyad, 2000).

27 Perilaku konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi adalah keputusan adalah soal pilihan. Keputusan meliputi pilihan Antara dua atau lebih alternatif, tindakan atau perilaku. Pilihan meliputi produk, merk, dealer, waktu pembelian, dan jumlah pembelian. Pembelian- pembelian itu digolongkan sebagai respons. Keputusan membeli ada pada diri konsumen. Proses keputusan konsumen akan terdiri atas tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan kepuasan konsumen (Sumarwan, 2003). Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu, masyarakat kelompok, atau organisasi yang berhubungan dalam proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan (Mangkunegara, 2002). Konsumen biasanya bersedia membeli lebih banyak jika harga turun. Sebagai contoh, harga yang lebih rendah dapat mendorong konsumen yang sudah membeli barang itu untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan memungkinkan pembeli lain yang sebelumnya tidak mampu membeli barang tersebut membeli juga. Teori perilaku konsumen merupakan deskripsi tentang bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatan diantara barang dan jasa yang berbeda-beda untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Dimana di dalam pengalokasian ini konsumen menetukan permintaan untuk beragam barang dan jasa. Keputusan pembelian konsumen akan membantu kita memahami bagaimana perubahan pendapatan dan harga mempengaruhi permintaan untuk barang dan jasa (Pindyck dan Rubinfeld, 2001).

28 Korelasi Spearman Rank adalah bekerja dengan data ordinal dan bebas distribusi, maka data tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi data ordinal dalam bentuk rangking. Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen dinaik turunkan nilainy. Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2 (Sugiyono, 2006). Karakteristik (Faktor) yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Pembelian konsumen amat dipengaruhi karakteristik konsumen. Sebagian besar, pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor seperti itu, tetapi mereka harus memperhitungkan semuanya. 1. Umur Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. 2. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka (Kotler dan Armstrong, 1996). 3. Pendapatan Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas

29 permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (Normal good). Pendapatan seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat. 4. Tingkat pendidikan Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi, 2003). Manusia adalah makhluk sosial yang dinamis, sehingga terjadi perubahanperubahan yang dapat mempengaruhi kebutuhan hidupnya. Faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan adalah : a. Harga barang itu sendiri Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi sedikit/banyaknya terhadap jumlah barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga.

30 Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta seperti ini berlaku untuk sebagian besar barang dalam perekonomian, dan memang begitu nyata terjadi sehingga para ekonom menamakannya hukum permintaan (law of demand). Dengan menganggap hal lainnya tetap ketika harga sebuah barang yang diminta akan menurun. b. Pendapatan Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap dinamakan barang normal (Normal Good). c. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak penduduk, maka jumlah permintaan akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat. d. Barang Pengganti (substitusi) Apabila penurunan harga barang yang satu menurunkan permintaan terhadap barang lain, maka kedua barang tersebut dinamakan barang substitusi (substitutes). Adanya barang pengganti akan berpengaruh terhadap jumlah

31 permintaan. Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah permintaan barang tersebut akan dipengaruhinya (Setiadi, 2003). Kerangka Pemikiran Konsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan memenuhi semua yang diperlukan oleh tubuhnya sehingga tidak akan kekurangan apapun, karena tubuh yang sehat akan memudahkan konsumen dalam beraktifitas. Adapun yang mempengaruhi permintaan telur ayam kampung adalah harga telur ayam kampung, pendapatan rata-rata per bulan, jumlah tanggungan, dan harga telur ayam lain. Perilaku konsumen atau keputusan pembelian oleh konsumen juga dipengaruhi karakteristik konsumen yaitu faktor umur, pekerjaan, pendapatan dan tingkat pendidikan. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor dalam membuat keputusan, akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli ataupun tidak membeli. Apabila keputusan konsumen telah ditetapkan dengan dilakukannya pembelian telur ayam kampung maka telur ayam kampung tersebut dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga dari keputusan membeli telur ayam kampung tersebut dapat dilihat pengaruhnya terhadap permintaan. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

32 Skema Kerangka Pemikiran KONSUMEN Perilaku Konsumen Permintaan Telur ayam kampung Faktor yang mempengaruhi : 1. Harga telur ayam kampung 2. Pendapatan rata-rata/bln 3. Jumlah tanggungan 4. Harga telur ayam lain KARAKTERISTIK KONSUMEN : Faktor umur, pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

33 Keterangan : : adanya pengaruh : Proses pembelian : Adanya hubungan Hipotesis Penelitian 1. Permintaan konsumen terhadap telur ayam kampung dipengaruhi oleh harga telur ayam kampung, pendapatan rata-rata keluarga/ bulan, jumlah tanggungan, dan harga telur ayam lain. 2. a. Ada hubungan umur konsumen dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung. b. Ada hubungan pekerjaan konsumen dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung. c. Ada hubungan pendapatan konsumen dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung. d. Ada hubungan tingkat pendidikan konsumen dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung.

34 METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Daerah penelitian kajian perilaku konsumen telur ayam kampung yaitu Kota Medan, dimana daerah ini merupakan kota pemasaran dan pengkonsumsi telur ayam kampung di Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di beberapa Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan yang ada di Kota Medan. Berikut akan diuraikan beberapa pasar tradisional dan pasar swalayan di kota Medan yang akan dijadikan tempat pengambilan sampel konsumen pada saat penelitian berlangsung. Tabel 6. Jenis dan Alamat Daerah Penelitian Pasar di Kota Medan. Jenis Pasar Nama dan Alamat Pasar

35 Pasar Tradisional 1. Pasar Pusat Pasar Medan di Kec. Medan Kota 2. Pasar Petisah Medan di Kec. Medan Petisah 3. Pasar Desa Lalang di Kec. Medan Sunggal 4. Pasar Sukaramai di Kec. Medan Area 5. Pasar Padang Bulan di Kec. Medan Baru Pasar Swalayan 1. Carrefour di Kec. Medan Petisah 2. Hypermart di Kec. Medan Kota Sumber : Diolah dari data BPS, Medan Dalam Angka 2006 Tabel 6 di atas menunjukkan terdapat 2 jenis daerah penelitian pasar pada penelitian ini, yaitu pasar tradisional dan pasar swalayan. Penelitian untuk jenis pasar tradisional dilakukan di 5 pasar yang tersebar di 5 kecamatan yang berbeda yakni: Pasar Pusat Pasar Medan di Kecamatan Medan Kota, Pasar Petisah Medan di Kecamatan Medan Petisah, Pasar Desa Lalang di Kecamatan Medan Sunggal, Pasar Sukaramai di Kecamatan Medan Area, dan Pasar Padang Bulan di Kecamatan Medan Baru. Penelitian di pasar swalayan dilakukan di 2 pasar swalayan di Kota Medan yakni: Carrefour di Kecamatan Medan Petisah, dan Hypermart di Kecamatan Medan Kota. Metode Pengambilan Sampel 23 Metode penarikan sampel konsumen dilakukan dengan metode penelusuran (Accedental). Metode penarikan sampel, terlebih dahulu menentukan pasar menurut kategori pasar tradisional dan pasar swalayan. Pengambilan sampel dari konsumen yang sedang membeli telur ayam kampung. Konsumen diambil dari kelompok populasi pembeli telur ayam kampung di Kota Medan, yang menjadi anggota sampel sebagian dari anggota sub populasi dan tiap anggota kelompok populasi mempunyai probability yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel (Bungin, 2005). Tabel 7. Jumlah Sampel Konsumen

36 Jenis Pasar Pasar Tradisional Jumlah Sampel Pasar Pasar 56 5 Populasi Penduduk (Rumah Tangga) Pasar Swalayan 86 8 Sumber : Diolah dari data BPS, Medan Dalam Angka 2006 Sampel Konsumen 60 Tabel 7 di atas menunjukkan jumlah populasi konsumen telur ayam kampung di pasar Tradisional dan pasar Swalayan yang adalah populasi penduduk kota Medan. Dari seluruh populasi penduduk kota Medan diambil 60 jiwa sampel konsumen telur ayam kampung. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah >30 sampel sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran sampel paling minimum 30 (Hasan, 2002). Metode Pengambilan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada konsumen sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan/ kuisioner yang telah dibuat sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini seperti Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS), serta dari literatur dan sumber pendukung lainnya. Metode Analisis Data Setelah data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai dengan hipotesa yang akan diuji.

37 1). Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga telur ayam kampung, pendapatan rata-rata per Keluarga/bulan, jumlah tanggungan, harga telur ayam lain, dengan menggunakan rumus : Y = a 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 Keterangan : Y = Jumlah permintaan telur ayam kampung (butir/bln) a = Konstanta b = Koefisien Regresi X 1 = Harga telur ayam kampung (Rp/Butir) X 2 = Pendapatan rata-rata (Rp/bln) X 3 = Jumlah tanggungan (Jiwa) X 4 = Harga telur ayam lain (Rp/Butir) Pengambilan keputusan : Jika : th < t tabel, tolak H1 ; terima H0 th > t tabel, tolak H0 ; terima H1 H0 : tidak ada pengaruh H1 : ada pengaruh 2). Hipotesis 2 dianalisis dengan koefisien rank spearman. 6 i rs = 1 n t hitung = rs N = 1 3 di 2 n n rs

38 t α = α/2 ; db (n-2) Keterangan : rs : Koefisien Korelasi Rank Spearman di : Selisih antara peringkat n : Jumlah sampel α : Derajat nyata db : Derajat bebas Kriteria uji hipotesa adalah : Jika : th t α/2 berarti terima H 0 atau tidak terima H 1 th > t α/2 berarti terima H 1 atau tidak terima H 0 H0 : tidak ada hubungan H1 : ada hubungan Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi Operasional 1. Konsumen adalah konsumen yang tujuannya mengkonsumsi langsung telur ayam kampung (telur segar) untuk keluarga. 2. Permintaan adalah jumlah telur ayam kampung yang dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. 3. Sampel adalah konsumen yang membeli telur ayam kampung di pasar tradisional dan pasar swalayan. 4. Konsumsi telur ayam kampung dihitung dalam butir/bulan.

39 5. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya. 6. Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen individu dalam hal membeli dan mengkonsumsi telur ayam kampung. 7. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang dijalani sampel. 8. Umur adalah usia sampel pada saat penelitian berlangsung. Batasan Operasional 1. Penelitian diadakan di pasar swalayan dan pasar tradisional yang menjual telur ayam kampung di Kota Medan. 2. Waktu penelitian dilaksanakan tahun Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang diteliti adalah umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yang diteliti adalah harga telur ayam kampung, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga telur ayam ras. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geografis Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara dan BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 m 37,5 m di atas permukaan laut. Menurut batas

40 administratifnya, Kota Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km 2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Sampali berkisar antara 23,3 0 C 24,4 0 C dan suhu maksimum berkisar antara 30,9 0 C 33,6 0 C. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2004 menurut Stasiun sampali rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 171,2 mm. Tata guna Tanah/Lahan Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelajaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan 28 lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak. Keadaan Penduduk a. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Penduduk Kota Medan berjumlah orang dengan rumah tangga yang tersebar disetiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Untuk mengetahui lebih

41 jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 8. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Golongan Laki-Laki Perempuan Jumlah Umur Jiwa Persen(%) Jiwa Persen(%) (Jiwa) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah , , Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006 Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2006 adalah sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki (49,70 %) dan jiwa perempuan (50,30 %). Jadi jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Dari Tabel 8 juga menunjukkan jumlah umur produktif (15-54 tahun) adalah sebanyak jiwa (63,25 %). Umur produktif adalah umur dimana seseorang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Sedangkan umur tidak produktif (0-14 tahun) sebanyak jiwa (29,28 %) dan manula (>55 tahun) sebanyak jiwa (7,47 %).

42 b. Penduduk menurut Jenis Pekerjaan Untuk mengetahui jumlah penduduk Kota Medan menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri ,88 2 Pegawai Swasta ,81 3 TNI/ POLRI ,93 4 Tenaga Pengajar ,38 5 Tenaga Keseehatan ,63 6 Lain-lain ,37 Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006 Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar jiwa (11,08 %), pegawai negeri jiwa (4,88 %), pegawai swasta jiwa (3,81 %). c. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Medan berdasarkan tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD,SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 SD ,51 2 SLTP ,65 3 SLTA ,94 4 Perguruan Tinggi ,90 Jumlah Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006.

43 Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar orang (34,94%), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar orang (32,65%), Sekolah Dasar (SD) berjumlah orang (21,51%), dan perguruan tinggi (PT) orang (10,90%). Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini dapat kita lihat dari kesehatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai. Sarana transportasi di Kota Medan sangat lengkap baik didalam kota, keluar kota maupun ke luar negeri. Transportasi yang tersedia yaitu darat (Bus, Angkutan Kota, dan Kereta Api), laut (Kapal) serta udara (Pesawat). Untuk transportasi didalam kota, sebagian besar masyarakat Kota Medan memanfaatkan jasa angkutan kota (angkot) dengan trayek yang bermacam-macam. Untuk transportasi laut, pelabuhan yang terkenal di Kota Medan adalah pelabuhan Belawan. Untuk transportasi udara, di Kota Medan terdapat bandara Polonia Medan. Untuk mengtahui lebih jelas sarana dan prasarana di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sarana dan Prasarana Kota Medan No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) Sekolah a. SD b. SLTP 335 c. SLTA 322

44 d. Perguruan Tinggi 28 Kesehatan a. Puskesmas 39 2 b. Pustu 41 c. BPU 375 d. Rumah Bersalin 270 e. Rumah Sakit 68 Transportasi 3 a. Jalan Baik 1.869,60 Km b. Jalan Sedang 446,15 Km c. Jalan Rusak 128,37 Km 4 Pasar a. Pasar Tradisional 56 b. Pasar Swalayan 30 Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006 Sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas hingga Perguruan Tinggi. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan. Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu BPU 375 unit, rumah bersalin 270 unit, rumah sakit 68 unit, pustu 41 unit dan puskesmas 39 unit yang tersebar di seluruh kecamatan. Sarana tempat ibadah di Kota Medan juga sangat memadai. Tempat-tempat ibadah berdiri dengan megah di setiap sudut kota sesuai dengan agama yang dianut masingmasing masyarakat.

45 Adapun tempat-tempat ibadah yang ada di Kota Medan adalah Mesjid rumah ibadah untuk agama Islam, Gereja sebagai rumah ibadah agama Kristen, Wihara sebagai rumah ibadah agama Budha dan Kuil sebagai rumah ibadah agama Hindu. Pasar-pasar atau pusat perbelanjaan di Kota Medan juga sangat banyak dan sangat cukup memadai. Pasar-pasar yang ada di Kota Medan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional indentik dengan bangunan-bangunan yang biasa saja, atau tidak terlalu megah. Sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan-bangunan yang besar dan megah. Karakteristik Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen telur ayam kampung yang dibagi pada pasar tradisional dan pasar swalayan. Karakteristik konsumen sampel yang dimaksud adalah meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pendapatan. Umur Tingkat pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh usianya, orang akan merubah pola pembeliannya selama umurnya terus bertambah demikian pula pada sampel konsumen telur ayam kampung. Adapun keadaan umur konsumen sampel di daerah penelitian dapat dilihat dari Tabel 12 berikut.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian. Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tubuh yang langsing atau berukuran kecil. Timbangan badan ringan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tubuh yang langsing atau berukuran kecil. Timbangan badan ringan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia dikenal dengan istilah ayam ras dan ayam bukan ras. Dalam pengertian ayam ras menurut istilah itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN JERUK MANIS DI KOTA PEMATANGSIANTAR PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : MERY CHRISTINA GULTOM 050304027 AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP TELUR AYAM RAS DI KOTA MEDAN (Kasus: Kecamatan Medan Kota) SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP TELUR AYAM RAS DI KOTA MEDAN (Kasus: Kecamatan Medan Kota) SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP TELUR AYAM RAS DI KOTA MEDAN (Kasus: Kecamatan Medan Kota) SKRIPSI IMELDA K S PASARIBU 090304010 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi populasi tetapi juga dari segi pengetahuan akan kesehatan menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan protein asal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. konsumen akan barang tersebut turun, apabila semua faktor-faktor lain yang

TINJAUAN PUSTAKA. konsumen akan barang tersebut turun, apabila semua faktor-faktor lain yang TINJAUAN PUSTAKA Hukum Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta serta perubahan permintaan akan suatu barang atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian. Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan yang strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM KAMPUNG Alexander Sinaga 1), Salmiah 2) dan Sinar Indra Kesuma 3)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM KAMPUNG Alexander Sinaga 1), Salmiah 2) dan Sinar Indra Kesuma 3) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM KAMPUNG Alexander Sinaga 1), Salmiah 2) dan Sinar Indra Kesuma 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Dosen Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telur Ayam Ras Telur ayam adalah bahan makanan yang dikonsumsi berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Konsumsi telur sebenarnya merupakan salah satu alternatif pemenuhan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di dua pasar tradisional di kota Medan yaitu Pasar Pagi Padang Bulan dan Pasar Sei Kambing Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan) SKRIPSI BIMA OSKAR SAPUTRA HUTAGALUNG 080304052 AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN (Kasus :Pasar tradisional Sei Kambing Kec. Medan Helvetia, Pajak Pagi Pasar Lima Padang Bulan Kec. Medan Baru Kota Medan) SKRIPSI OLEH : EKO ARISTON

Lebih terperinci

PERANAN TENAGA KERJA WANITA PEDAGANG HORTIKULTURA DI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

PERANAN TENAGA KERJA WANITA PEDAGANG HORTIKULTURA DI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PERANAN TENAGA KERJA WANITA PEDAGANG HORTIKULTURA DI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus: Jalan Seram, Kecamatan Medan Perjuangan, Kotamadya Medan) SKRIPSI LAURA ADELINA LUBIS 050309039

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : SUSFRI ANITA PURBA SEP-AGRIBISNIS

SKRIPSI OLEH : SUSFRI ANITA PURBA SEP-AGRIBISNIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN ( Studi kasus : Konsumen Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Brastagi Swalayan, Kota Medan) SKRIPSI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991). 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengkonsumsi pangan yang bergizi tinggi sudah semakin baik. Kesadaran ini muncul dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN SKRIPSI DIONICA PUTRI TAMPUBOLON 090304032 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 ANALISIS PERMINTAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI Oleh : DEASY CH SAGALA 070304067 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas Geografi Kabupaten Langkat a. Geografi Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara 3 0 14 00 dan 4 0 13 00 Lintang Utara dan antara 97 0 52 00 dan 98 0 45 00 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

FOOD SECURITY : ANALISIS AKSES DAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RHEMO ADIGUNO AGRIBISNIS

FOOD SECURITY : ANALISIS AKSES DAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RHEMO ADIGUNO AGRIBISNIS FOOD SECURITY : ANALISIS AKSES DAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RHEMO ADIGUNO 090304120 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAAN TELUR AYAM RAS DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAAN TELUR AYAM RAS DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah) 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAAN TELUR AYAM RAS DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah) SKRIPSI OLEH : SURYA A. SITORUS 110304076 AGRIBISNIS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kota Medan Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan

PENDAHULUAN. Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan PENDAHULUAN Latar Belakang Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan masyarakat yang bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI CABAI MERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI CABAI MERAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI CABAI MERAH (Studi Kasus: Pasar Brayan, Pasar Denai, Pasar Petisah, Pasar Marelan di Kota Medan) SKRIPSI Oleh: AISYAH ARFANI 080309043

Lebih terperinci

AKSES PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi)

AKSES PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi) AKSES PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi) SKRIPSI OLEH : MENIKA ASTRI MELIALA 070304046 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN PANGAN DAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN SKRIPSI

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN PANGAN DAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN SKRIPSI ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN PANGAN DAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH PUJI ADELINA S 080304024 AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Lembar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selain sebagai negara maritim juga sekaligus sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Artinya bahwa Indonesia merupakan negara yang paling

Lebih terperinci

PENGARUH KOPERASI DALAM KETERSEDIAAN SARANA PRODUKSI DAN PENYULUHAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT

PENGARUH KOPERASI DALAM KETERSEDIAAN SARANA PRODUKSI DAN PENYULUHAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT PENGARUH KOPERASI DALAM KETERSEDIAAN SARANA PRODUKSI DAN PENYULUHAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT (Kasus: KUD Harta, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara) SKRIPSI SAKHTI M. LUBIS 040309026

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh : Novida Jutanti SEP/AGRIBISNIS

S K R I P S I. Oleh : Novida Jutanti SEP/AGRIBISNIS ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PRODUKSI IKAN TANGKAP Studi Kasus : (Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Kotamadya Medan) S K R I P S I Oleh : Novida Jutanti 030334016 SEP/AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat terutama kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI OLEH : ERNA KRISTINA SIAHAAN 040304064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ANALISIS

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 TINGKAT DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AGUSWANTO SIHOMBING PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

SKRIPSI. Oleh: AGUSWANTO SIHOMBING PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN ANALISIS PERBEDAAN KETERLIBATAN WANITA DAN PRIA SEBAGAI PEDAGANG SAYUR MAYUR DAN SUMBANGANNYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus : Pusat Pasar Pagi Kota Medan) SKRIPSI Oleh: AGUSWANTO SIHOMBING

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGONSUMSI GULA PUTIH BERMEREK DI KOTA MEDAN SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGONSUMSI GULA PUTIH BERMEREK DI KOTA MEDAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGONSUMSI GULA PUTIH BERMEREK DI KOTA MEDAN SKRIPSI NUSANTRY SIRAIT 100304041 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *) FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: ERWINA SIREGAR SEP/AGRIBISNIS

SKRIPSI OLEH: ERWINA SIREGAR SEP/AGRIBISNIS ANALISIS SISTEM PEMASARAN SALAK (Studi Kasus : Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan) SKRIPSI OLEH: ERWINA SIREGAR 030304019 SEP/AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

SIKAP PETANI DI LOKALITAS PERCONTOHAN TERHADAP PROGRAM AGROPOLITAN SUMATERA UTARA (Kasus : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo) SKRIPSI

SIKAP PETANI DI LOKALITAS PERCONTOHAN TERHADAP PROGRAM AGROPOLITAN SUMATERA UTARA (Kasus : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo) SKRIPSI SIKAP PETANI DI LOKALITAS PERCONTOHAN TERHADAP PROGRAM AGROPOLITAN SUMATERA UTARA (Kasus : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH DARMA YANTI 050304023/ AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Komoditas 2.1.1. Sejarah Ayam Petelur Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN BUAH NAGA (Hylocereus undatus dan Hylocereus costaricensis) DI KOTA MEDAN (Studi Kasus: Hypermart Sun Plaza)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN BUAH NAGA (Hylocereus undatus dan Hylocereus costaricensis) DI KOTA MEDAN (Studi Kasus: Hypermart Sun Plaza) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN BUAH NAGA (Hylocereus undatus dan Hylocereus costaricensis) DI KOTA MEDAN (Studi Kasus: Hypermart Sun Plaza) SKRIPSI Oleh: SUSANTI 060304050 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PROGRAM KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II DENGAN PETANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI ( TRI ) SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PROGRAM KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II DENGAN PETANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI ( TRI ) SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PROGRAM KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II DENGAN PETANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI ( TRI ) SKRIPSI OLEH : HAPOSAN HUTABARAT 060304012 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : WENNY MAHDALENA LUMBAN GAOL 110304035 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH SKRIPSI ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH SKRIPSI OLEH: ISABELA K. BANGUN 060304002/AGRIBISNIS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 237 Desa, dan 6 Kelurahan definitif. Wilayah Serdang Bedagai di sebelah

Lebih terperinci

PERAN WANITA PEDAGANG SAYUR TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA

PERAN WANITA PEDAGANG SAYUR TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA PERAN WANITA PEDAGANG SAYUR TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA (Studi kasus : Perusahaan Daerah Pasar Tradisional Pasar Sore Padang Bulan Kecamatan Medan Baru) SKRIPSI Oleh : PUTRA

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN ( Cabai Merah, Daging Sapi, Daging Ayam, Telur dan Beras ) DI KOTA MEDAN SKRIPSI.

POLA DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN ( Cabai Merah, Daging Sapi, Daging Ayam, Telur dan Beras ) DI KOTA MEDAN SKRIPSI. POLA DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN ( Cabai Merah, Daging Sapi, Daging Ayam, Telur dan Beras ) DI KOTA MEDAN SKRIPSI Oleh : RYAN ALDY NABABAN 070304023 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH FUNGSI DAN KESESUAIAN DATA LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kasus : Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara)

ANALISIS ALIH FUNGSI DAN KESESUAIAN DATA LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kasus : Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara) ANALISIS ALIH FUNGSI DAN KESESUAIAN DATA LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kasus : Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara) SKRIPSI OLEH DEDDY SETIAWAN 050304074 AGRIBISNIS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Rumah Pil-Pil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI OLEH ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING 050309008

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF ( Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan ) SKRIPSI Oleh: ELLA SAGHITA BANGUN 070304022 AGRIBISNIS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sejak tahun Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sejak tahun Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880. Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : RIZKY RIDHANI RANGKUTI SEP / AGRIBISNIS

SKRIPSI. Oleh : RIZKY RIDHANI RANGKUTI SEP / AGRIBISNIS ANALISIS PENDAPATAN, KESEMPATAN KERJA DAN NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ASIN ( Studi kasus : Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara) SKRIPSI Oleh : RIZKY RIDHANI

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM, L) DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERMINTAAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM, L) DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS PERMINTAAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM, L) DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : NIA NOVALITA PURBA 090304147 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PASCA ERUPSINYA GUNUNG SINABUNG SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PASCA ERUPSINYA GUNUNG SINABUNG SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PASCA ERUPSINYA GUNUNG SINABUNG (Studi Kasus : Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI M. SIDIK PRAMONO 110304078 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI CHRISTIN VIVIANA SINAGA 050304018 AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBELIAN BUAH ANGGUR PADA KONSUMEN PASAR MODERN DI KOTA MEDAN SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBELIAN BUAH ANGGUR PADA KONSUMEN PASAR MODERN DI KOTA MEDAN SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBELIAN BUAH ANGGUR PADA KONSUMEN PASAR MODERN DI KOTA MEDAN SKRIPSI PRO DEO ET PATRIA SEMBIRING 090304041 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIKAP PENGURUS DAN ANGGOTA TERHADAP ORGANISASI CREDIT UNION ( CU )

PERBANDINGAN SIKAP PENGURUS DAN ANGGOTA TERHADAP ORGANISASI CREDIT UNION ( CU ) PERBANDINGAN SIKAP PENGURUS DAN ANGGOTA TERHADAP ORGANISASI CREDIT UNION ( CU ) (Studi Kasus : Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir dan Desa Kuala Lau Bicik, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang)

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH: Chairia 110304068 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 ANALISIS

Lebih terperinci

SKRIPSI DAVID HISMANTA DEPARI AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

SKRIPSI DAVID HISMANTA DEPARI AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo) SKRIPSI DAVID HISMANTA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.

PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara. PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh sangat

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN PENUNJANG AGRIBISNIS TERHADAP PRODUKSI PADI (Studi Kasus: Desa Kota Datar, Kec Hamparan Perak, Kab Deli Serdang) SKRIPSI

PENGARUH KEGIATAN PENUNJANG AGRIBISNIS TERHADAP PRODUKSI PADI (Studi Kasus: Desa Kota Datar, Kec Hamparan Perak, Kab Deli Serdang) SKRIPSI PENGARUH KEGIATAN PENUNJANG AGRIBISNIS TERHADAP PRODUKSI PADI (Studi Kasus: Desa Kota Datar, Kec Hamparan Perak, Kab Deli Serdang) SKRIPSI OLEH : Bambang Saputra 070309025 SEP/PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : 1 Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI. Oleh : 1 Universitas Sumatera Utara ANALISIS PERBANDINGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOPDIT) DENGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) DI KABUPATEN KARO ( Studi Kasus : Kopdit UNAM dan KUD Sada Kata ) SKRIPSI Oleh : ALFINE TAMPUBOLON SEP/AGRIBISNIS 030304051

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) (Studi Kasus: Desa Sidourip dan Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI OLEH: SEPTRIA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: NURHIDAYATI MA RIFAH SITOMPUL 090304088 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVESITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pracaya (1999), kata kol berasal dari Bahasa Belanda kool

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pracaya (1999), kata kol berasal dari Bahasa Belanda kool BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kol Menurut Pracaya (1999), kata kol berasal dari Bahasa Belanda kool sedangkan kubis berasal dari Bahasa inggris yaitu cabbage. Kubis yang juga disebut

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI SUMATERA UTARA ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: APRIYANI BARUS 090304127 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH (Kasus: Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH: MAHARANI JUITA SARI 060309031 SEP

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI

PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Oleh : RINI TRIWANDANI 060309030

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Bakso Bakar Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga dihasilkan produk

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN HARGA PEMBELIAN DAN KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KARO

ANALISIS PERBEDAAN HARGA PEMBELIAN DAN KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KARO ANALISIS PERBEDAAN HARGA PEMBELIAN DAN KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH : RIKKI ANDRI YANTO.S 060309012 SEP-PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN MEDAN 2013 ANALISIS

Lebih terperinci

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 68 `BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Medan. Zaman dahulu kota Medan dikenal dengan Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih 4 ha. Beberapa sungai melintasi

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : ULPAN AFFANDI 060304058 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

EVALUASI DAN MONITORING PELAKSANAAN PROGRAM KUD TERHADAP ANGGOTA (Stud Kasus : KUD Setia Tani, Desa Tengah, Kec. Pancurbatu)

EVALUASI DAN MONITORING PELAKSANAAN PROGRAM KUD TERHADAP ANGGOTA (Stud Kasus : KUD Setia Tani, Desa Tengah, Kec. Pancurbatu) EVALUASI DAN MONITORING PELAKSANAAN PROGRAM KUD TERHADAP ANGGOTA (Stud Kasus : KUD Setia Tani, Desa Tengah, Kec. Pancurbatu) SKRIPSI Oleh: RUDIANTO SIMANJUNTAK 050309015 PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 SIKAP IBU RUMAH TANGGA DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN TERHADAP KENAIKAN HARGA BERAS (Kasus: Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten

Lebih terperinci