BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4. PENGUMPULAN DATA 4.. Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Pratapa Nirmala adalah suatu industri farmasi nasional yang didirikan pada tahun 988 dan berlokasi di Prop. Banten. Industri farmasi ini berdiri atas prakasa dokter-dokter ahli jantung yang produk obatnya bermula dispesialisasikan pada obat obat jantung. Antara tahun 988 sampai tahun 990, PT. Pratapa Nirmala baru menghasilkan 2 produk obat dari jenis sediaan padat, kemudian antara tahun 990 sampai sekarang telah berkembang menjadi 50 produk obat dari berbagai jenis sediaan, baik dalam bentuk sediaan padat maupun dalam bentuk sediaan cair. Jenis sediaan yang diproduksi adalah tablet, tablet salut gula, tablet salut enterik, kapsul, sirup kering, sirup cair, tetes mata, injeksi cair dan injeksi kering. PT. Pratapa Nirmala menerima sertifikat Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), tahun 993 untuk sediaan padat dan tahun 994 untuk sediaan cair. 24

2 4..2 Visi dan Misi Perusahaan Visi PT. Pratapa Nirmala, akan memperluas dan mengembangkan usahanya. Sedangkan Misi Perusahaan adalah menyediakan dan memperbaiki kualitas produk secara berkala dengan harga yang relatif terjangkau serta didistribusikan secara merata melalui pembaharuan dan kerja sama untuk melayani konsumen Kebijakan Mutu PT. Pratapa Nirmala Motto PT. Pratapa Nirmala Mutu Untuk Kesehatan Yang Lebih Baik. Hal ini di wujudkan melalui : Sesuainya penempatan SDM dengan kompetensi yang di butuhkan Efektifitas dan efisiensi dalam berproduksi Hubungan kerja yang harmonis melalui komunikasi internal dan eksternal yang efektif Aktif melakukan inovasi dalam pengembangan produk dan proses secara kreatif Terpadunya produk, SDM dan organisasi dalam legalitas, kompetensi, loyalitas dan kompeten 4..4 Struktur Organisasi Pabrik (Manucfacturing) PT. Pratapa Nirmala dipimpin oleh seorang Direktur Manufaktur, dibantu beberapa manajer yaitu : Plant Manajer / Pabrik, Manajer Pemastian Mutu (QA) dan Manajer R & D (Reseach And Development). 25

3 2 Gambar 4. Struktur Organisasi PT. Pratapa Nirmala 26

4 Berikut disajikan Job Description untuk beberapa bagian, sebagai berikut :. Direktur Manufactur / Pabrik Direktur PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab terhadap pihak direksi, antara lain dalam hubungannya dengan keadaan operasional perusahaan, dan bertanggung jawab pada lancarnya pelaksanaan sistem manajerial perusahaan, maupun sistem Manajemen Sumber Daya perusahaan. Wewenang yang dimiliki oleh Direktur Manufacturing antara lain adalah mewakili pihak Direksi melakukan kerjasama dengan pihak lain menyangkut operasional produksi. Selain itu, Direktur pabrik juga berwewenang memutuskan segala permasalahan yang menyangkut kegiatan operasional produksi terutama obat jadi yang sesuai dengan spesifikasi. 2. Manajer Plant / Pabrik Manajer Plant PT. Pratapa Nirmala, Bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menjalankan serta mengendalikan operasional pabrik. Bertanggung jawab melakukan strategi di bidang operasional dan melakukan evaluasi terhadap operasional pabrik. 26

5 Wewenang yang dimiliki oleh bagian Manajer Plant antara lain adalah memutuskan segala permasalahan yang menyangkut kegiatan operasional produksi.berkaitan dengan produk. Selain itu, Manajer Plant juga berwewenang menentukan rencana pengeluaran produk jadi. Manajer Plant membawahi :. Manajer Personalia Manajer Personalia PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab menjalankan manajemen operasional departemen personalia. Wewenang yang dimiliki oleh Manajer personalia antara lain adalah melakukan melaksanakan kegiatan dalam pengendalian pegawai. Yang berupa : administrasi pegawai, pengendalian anggaran pegawai, sisitem disiplin, tata tertib, sanksi dan lain-lain. 2. Manajer Keuangan Pabrik Manajer Keuangan Pabrik PT. Pratapa Nirmala,memiliki tanggung jawab menjalankan manajemen operasional Departemen Keuangan (Accounting). Wewenang yang dimiliki oleh Manajer Keuangan Pabrik diantaranya adalah menentukan rencana dan jadwal produksi unit produksi melalui 27

6 staf PPIC. Berwenang juga melakukan evaluasi operasional pergudangan dan melakukan koordinasi dengan bagian produksi. 3. Manajer Teknik dam Maintenance Manajer teknik dan maintenance PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab menjalankan dan mengerjakan segala urusan Departemen Teknik. Wewenang yang dimiliki oleh Manajer Teknik dan Maintenance diantaranya adalah melakukan pengaturan pegawai departemen teknik dan maintenance. Berwenang melakukan rencana dan penjadwalan maintenance, serta melakukan evaluasi kegiatan pemeliharaan baik bangunan maupun peralatan produksi. 4. Manajer Produksi Manajer Produksi PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab melakukan dan mengerjakan segala urusan Depertemen Produksi. Wewenang yang dimiliki oleh Manajer Produksi diantaranya adalah melakukan rencana, menyediakan, mengawasi pendayagunaan SDM serta memastikan bahwa selama proses produksi telah dilakukan sesuai dengan CPOB (cara pembuatan obat yang baik). 28

7 3. Manajer Penjamin Mutu (QA) Manajer Penjamin Mutu (QA) PT Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab menjamin bahwa tiap produk yang dihasilkan mengandung bahan baku obat dengan mutu yang benar dan jumlah yang telah ditetapkan dan dibuat pada kondisi yang tepat dan mengikuti CPOB. Wewenang Manajer Penjamin Mutu (QA) diantaranya adalah menyusun dan merevisi prosedur pengawasan dan pengendalian mutu, menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pemeriksaan dan pengujian suatu produk. Manajer Penjamin Mutu (QA) membawahi :. Manajer Pengawasan Mutu / Qulity Control (QC) Manajer QC, PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab melakukan dan mengerjakan segala urusan operasional pengawasan mutu produk. Wewenang yang dimiliki oleh Manajer Mutu (QC) diantaranya adalah menyusun rencana dan prosedur untuk inspeksi dari bahan baku hingga obat jadi. 2. Manajer Inspeksi Diri / Audit Internal 29

8 Manajer Inspeksi Diri PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab melakukan penilaian apkah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu sesuai dengan CPOB. Wewenang yang dimiliki oleh Manajer Inspeksi Diri diantaranya adalah merancang sistem dan membuat prosedur inspeksi diri (audit) secara berkala. 2. Manajer R & D (Reseach and Development) Manajer R & D PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab pada Departemen Penelitian dan Pengembangan. Wewenang yang dimiliki Manajer R & D diantaranya adalah menjalankan strategi operasional penelitian dan pengembangan terhadap sediaan obat dan melakukan evaluasi secara berkala. Manajer Penelitian dan Pengembangan (R & D) membawahi :. Manajer Formulasi Manajer Formulasi, PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab melakukan dan mengerjakan segala urusan formulasi obat. 30

9 Wewenang yang dimiliki oleh Manajer Formulasi diantaranya adalah mengembangkan produk baru, reformulasi dan optimasi formula, dan reproses. 2. Manajer Validasi Manajer Validasi PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab melakukan dan mengerjakan segala urusan operasional validasi. Wewenang yang dimiliki oleh Manajer validasi diantaranya adalah membuat jadwal validasi secara berkala yang bertujuan untuk membuktikan bahwa tiap bahan, proses, prosedur, sisitem peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi mencapai hasil yang diinginkan. 3. Manajer Registrasi Manajer Registrasi PT. Pratapa Nirmala, memiliki tanggung jawab melakukan dan mengerjakan segala urusan operasional registrasi produk dan kemasannya. Wewenang yang dimiliki oleh Manajer Registrasi diantaranya adalah melakukan registrasi ke Badan POM (Pemeriksan Obat dan Makanan) secara berkala 3

10 4.2 Deskripsi Produk dan Pengemasan Bahan baku obat terdiri dari dua komponen yaitu komponen utama atau zat aktif dan komponen tambahan atau zat tambahannya. Zat aktif adalah merupakan komponen obat yang mempunyai efek farmakologis (zat yang berkhasiat). Zat aktif dituliskan dalam nama generiknya sesuai dengan International Nonpropietary Name (INN). Apabila tidak tercantum dalam INN digunakan nama lain sesuai dengan nama latin yang tercantum dalam Farmakope Indonesia (FI). Bila nama generiknya belum ada, dituliskan nama kimianya sesuai dengan nomenklatur International Union of Pure and Applied Chemitry (IUPAC) atau International Union of Biochemistry (IUB). Bila suatu zat mengikuti persyaratan salah satu farmakope agar dicantumkan singkatan nama farmakope yang bersangkutan, dengan nomor edisinya diantara tanda kurung dibelakang namanya. Contoh : Asam asetilsalisilat (Farmakope Indonesia edisi terakhir). Rumus semua zat aktif termasuk garam anorganik yang mengandug air kristal harus dituliskan secara tepat termasuk air kristal yang dikandungnya. Zat tambahan adalah komponen obat yang dimaksudkan sebagai pengisi, pelarut, pelapis, pembantu, propelan dan zat yang dimaksudkan untuk mempertinggi kegunaan, kemantapan, keawetan atau sebagai zat warna dan tidak mempuyai efek farmakologis. Zat tambahan berupa :. Zat pengisi (dilluent), dimasukkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan Saccharum lactis. Amylum manihot dan zat lain yang cocok. 32

11 2. Zat prengikat (binder) dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya digunakan adalah mucilage Bummi Arabici 0-20 % dan lain-lain. 3. Zat penghancur (disintegrator), dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya digunakan Natrium Alginat dan lain-lain. 4. Zat pelicin (lubricant), dimaksudkan agar tablet tidak lengket pada mesin pencetakan. Biasanya digunakan adalah magnesium stearat, Talc Hyasi dan lain-lain. Produk sediaan obat di PT. Pratapa Nirmala terdiri dari : Sediaan Solid (padat) meliputi : sediaan tablet (pil), kspsul dan sirup kering (dry syrup). Sediaan Liquid Cair meliputi : sirup, sediaan injeksi dan tetes mata. Sediaan Cream Dimana tiap-tiap produk memiliki merk dagang yang berbeda-beda disesuaikan dengan zat aktif yang digunakan. Definisi pengemasan menurut CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) adalah suatu bagian siklus produksi yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk menghasilkan obat jadi. Bahan kemasan yaitu semua bahan yang dipkai dalam pengemasan produk ruahan untuk menghasilkan obat jadi. Persyaratan bahan pengemasan adalah :. Dapat melindungi produk 2. Inert, tidak terjadi interaksi antara obat dan pengemas 3. Aman, tidak mudah dibuka oleh anak-anak 33

12 4. Menarik, terutama untuk obat bebas, tapi harus tetap sesuaia dengan ketentuan penandaan Badan POM. Bahan pengemas dalam industri farmasi dapat di bagi tiga golongan :. Bahan pengemas primer, yaitu bahan pengemas yang berhubungan langsung dengan obat yang dikemas seperti : blister, strip, botol, vial, ampul dan tube. 2. Bahan pengemas sekunder, yaitu bahan pengemas yang tidak berhubungan langsung dengan pengemas primer seperti : etiket dalam, dus dan lain-lain. 3. Bahan pengemas tertier, yaitu bahan pengemas yang berhubungan dengan bahan pengemas sekunder sperti : Core box, karton, dan lain-lain. Proses pengemasan meliputi penandaan (coding), pemeriksaan penandaan dan pengemasan. Penandaan dilakukan dengan memberikan tanda-tanda khusus pada bahan kemas yang akan digunakan seperti tanggal kadaluarsa, nomer batch dan lain-lain Jenis Kerusakan Dan Perawatan Pada Mesin Cetak Tablet Terjadinya kerusakan pada mesin cetak tablet diakibatkan karena lamanya mesin beroperasi dan juga beban yang dihasilkan dalam proses produksi.dengan kerusakan yang terjadi pada mesin cetak yang telah di ketahui maka akan mempermudah dalam pengumpulan data, analisa data, serta kebijaksanaan tindakan perawatan yang akan dilakukan terhadap mesin cetak. 34

13 Dengan adanya perawatan yang baik dan dilakukan teratur maka akan membuat mesin dapat beroperasi dengan optimal dan kualitas produk juga akan lebih baik. 4.4 Pengumpulan Data Data Jumlah Jam Kerja Mesin. Waktu kerja pada PT. Pratapa Nirmala Fahrenheit adalah 5 hari kerja dari hari senin sampai dengan hari jum`at, dengan pengaturannya sebagai berikut :. Karyawan non shift Hari : senin jum`at Jam Kerja : istirahat 30 menit 2. Karyawan shift Shift : istirahat 30 menit, jam : Shift 2 : istirahat 30 menit, jam : Data waktu jumlah jam kerja efektif mesin Cetak selama bulan januari 20 juni 20 sebagai berikut. 35

14 Tabel 4. Data Jam Kerja Efektif Mesin. Bulan Hari Jam Jam kerja efektif ( jam ) Januari hari February hari Maret 20 2 hari 2 44 April hari Mei hari Juni hari Jumlah

15 4..2. Data Perawatan Korektif Tabel Data Perawatan Korektif Mesin cetak Bulan Jan 20 Jun 20 Jenis Kerusakan Total Waktu Perawatan korektif (Jam ) Banyaknya Perawatan Korektif (Kali ) 235,42 32 Waktu rata rata perawatan korektif ( Mct ) Mct = = Total Waktu Perawatan korektif Banyaknya Perawatan korektif 235,42 32 =,78349 jam Penentuan Distribusi Waktu Kerusakan Penentuan distribusi kerusakan dilakukan untuk menentukan pola distribusi kerusakan, apakah sesuai dengan distribusi yang diasumsikan atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi square Goodness Of fit. Pengolahan data dilakukan dengan menguji kecocokan distribusi frekuensi dari data perawatan korektif yang ada. sebelum dilakukan uji kecocokan, data tersebut dibuat distribusi frekuensinya sebagai berikut : 37

16 a. Pembentukan distribusi frekuensi Rentang = 4, 2 0, 25 = 3, 95 Jumlah kelas : k = + 3,322 Log n k = + 3,322 Log 32 k = +7,04 = 8,04 = 8 Sehingga lebar interval sebagai berikut : Rentang 3,95 P = = = 0, 5 Jumlah kelas 8,04 Tabel Distribusi Frekuensi Perawatan korektif. Batas kelas Frekuensi 0,25 0, ,76,26 20,27,77 9,78 2,25 7 2,26 2,76 4 2,77 3,27 3,28 3,78 0 3, 79 4, 29 8 b. Uji Kecocokan distribusi atau goodness of fit test dapat digunakan untuk menguji hipotesis atau asumsi kita terhadap pola distribusi yang ada. 38

17 Bentuk distribusi waktu perawatan korektif diasumsikan mengikuti pola distribusi eksponesial. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,0. Menghitung Pi Pi = e t Mct e t 2 Mct Dimana : t = batas interval bawah ke i t 2 = batas interval atas ke i Mct = nilai rata-rata perawatan korektif yaitu,78349 e = bilangan natural yaitu 2,78288 Sehingga nilai probabilitas untuk masing-masing interval adalah sebagai berikut: P (0,25 0,75) =,78349 (0,245),78349 (0,755) e e = 0, ,64608 = 0,2275 P 2 (0,76,26) =,78349 (0,755),78349 (,265) e e = 0, ,48099 = 0,6509 P 3 (,27,77) = P 4 (,78 2,25) = P 5 (2,26 2,76) = P 6 (2,77 3,27) = P 7 (3,28 3,78) =,78349 (,265),78349 (,775) e e = 0, = 0.874,78349 (,775),78349 (2,255) e e = 0, ,2725 = 0,09,7875 (2,255),7875 (2,765) e e = 0,2725 0,2093 = 0,06932,7875 (2.655),7875 (3,275) e e = 0,2093 0,5033 = 0,0560,78349 (2,275),78349 (3,785) e e = 0,5033 0,92 =0,

18 P 8 (3,79 4,29) =,78349 (3,785),78349 (4,295) e e = 0,92 0,08332 =0, Mengitung Ei Untuk menghitung Ei digunakan rumus sebagai berikut: Ei = f x Pi Dimana: f = jumlah frekuensi pengamatan Pi = probabilitas munculnya harga xi Ei = frekuensi harapan dalam interval kelas ke i Ei = f x pi K = 32 x 0,2275 = 29,27 K2 = 32 x 0,6509 = 2,799 K3 = 32 x 0,874 = 5,6737 K4 = 32 x 0,09 = 2,02 K5 = 32 x 0,06932 = 9,5024 K6 = 32 x 0,0560 = 6,82 K7 = 32 x 0,0384 = 5,0702 K8 = 32 x 0,02860 = 3,

19 3. Menghitung X 2 hitung Menghitung nilai hitung dari statistik dengan menggunakan rumus: X 2 ( fi = Ei) Ei 2 Dengan : fi Ei = frekuensi pengamatan dalam interval kelas ke i = frekuensi harapan dalam interval kelas ke i X 2 ( fi = Ei) Ei 2 = K = K2 = K3 = (33 29,270) 29,270 (20 2,799) 2,799 (9 5,6737) 5, = = 0,4734 = K4 = K5 = (7 2,02) 2,02 (4 9,5024) 9, = 2,072 = 2,57044 K6 = ( 6,82) 6,82 2 = 2,57605 K7 = K8 = (0 5,0702) 5,0702 (8 3,75672) 3, = 4,7935 = 4,

20 Tabel 4.4. Uji Kecocokan Bentuk Distribusi Rata-Rata Perawatan korektif K Batas Kelas 0,25-0,75 33 Fi Pi Ei χ 2 0, ,270 0, ,76-, ,6509 2,799 0,4734 3,27-,77 9 0,874 5,6737 0,7059 4,78-2,25 7 0,09 2,02 2, , , ,5024 2, ,77-3,27 0,0560 6,82 2, ,28-3,78 0 0,0384 5,0702 4, ,79-4,29 8 0,0286 3, ,79286 Jumlah 32 8, Daerah Penerimaan Ho Menentukan hipotesa Ho H : distribusi frekuensi perawatan korektif berdistribusi eksponensial : distribusi frekuensi perawatan korektif tidak berdistribusi eksponensial Ho diterima apabila X 2 hitung < X 2 tabel Adapun nilai derajat kebebasannya adalah: V = k l m 42

21 M = jumlahnilai parameter yang diestimasi = Sehingga : V = 8 = 6 X 2 tabel = X 2 (0,0 : 6) = 6,82 Ternyata diketahui X 2 hitung < X 2 tabel (8, 3235< 6,82) sehingga Ho ditolak, artinya bahwa distribusi frekuensi perawatan korektif berdistribusi eksponensial. Hipotesa ditolak 6,82 8,3235 Gambar. 4. Laju Hipotesa 4.5 Menghitung Laju Kerusakan ( ) Mesin cetak Persamaan matematis yang digunakan untuk mencari laju kurusakan dengan menggunakan rumus : h(t) Banyaknya Perawatan Korektif Jumlah Jam Efektif Operasi Mesin ,04Kerusakan / jam 43

22 4..6 Menghitung MTBF ( Mean Time Between Failure / waktu gagal ) Persamaan matematis yang digunakan adalah : MTBF = MTBF untuk jenis kerusakan Mesin korektif MTBF = 25 jam 0,04 44

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Kerja Praktik dilaksanakan di PT. Pratapa Nirmala Fahrenheit. Perusahaan ini bergerak di Industri Farmasi. 1.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Pratapa

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 52 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 4.1.1. SEJARAH PERUSAHAAN PT. Pratapa Nirmala Fahrenheit (PNF) adalah suatu industri farmasi nasional yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam. PT. Toba Surimi Industries dapat dilihat pada uraian berikut.

LAMPIRAN 1. Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam. PT. Toba Surimi Industries dapat dilihat pada uraian berikut. L-1 LAMPIRAN 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Toba Surimi Industries dapat dilihat pada uraian berikut. 1. Direktur a. Merencanakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi, 49 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1. Tentang Perusahaan Pada bab tiga, akan diuraikan lebih banyak mengenai perusahaan yaitu gambaran sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian tugas dan tanggung jawab dari jabatan pada struktur organisasi perusahaan, yaitu : 1. Direktur Adapun kewajiban Direktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Proses pembagian tugas pada lantai produksi dibagi menjadi 17 bagian, yaitu: 1. Direktur a. Merencanakan arah, strategi, dan kebijakan perusahaan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama di Indonesia. Nama Sosro diambil dari nama keluarga pendirinya yakni

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama di Indonesia. Nama Sosro diambil dari nama keluarga pendirinya yakni BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Bisnis Perusahaan Sosro merupakan pelopor produk teh siap minum dalam kemasan yang pertama di Indonesia. Nama Sosro diambil dari nama keluarga pendirinya yakni

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 659/MENKES/SK/X/1991 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa untuk membuat obat tradisional yang memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi dilakukan dengan menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia. Dimana dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

JOB DESCRIPTION Jabatan : Manager Pabrik

JOB DESCRIPTION Jabatan : Manager Pabrik JOB DESCRIPTION Jabatan : Manager Pabrik Atasan Langsung : General Manager Bawahan Langsung : - Kepala Bagian Umum & Personalia - Kepala Bagian Produksi Ikhtisar Pekerjaan : Memimpin dan mengawasi pelaksanaan

Lebih terperinci

Silakan tulis nama dan nim pada kertas satu lembar

Silakan tulis nama dan nim pada kertas satu lembar Silakan tulis nama dan nim pada kertas satu lembar Apa yg dimaksud dengan produk jadi, produk ½ jadi, produk ruahan, dan produk antara? Buatlah bagan produksi suatu obat secara umum! Produksi PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. Ismail dan bapak Karim Johan pada tahun Pada mulanya perusahaan ini bernama

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. Ismail dan bapak Karim Johan pada tahun Pada mulanya perusahaan ini bernama BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Metiska Farma berdiri atas prakarsa bapak Memet Tanuwidjaja, bapak Ismail dan bapak Karim Johan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan PT Anugrah Plastindo Lestari adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 01 Desember 1994 dengan nomor akte pendirian 02-2185.HT.01.01.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT.Metiska Farma PT.Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak MemetTanuwijaya, Bapak Ismail, dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT Ivan Aris Nugroho 1) dan Abdullah Shahab 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan perekonomian di Indonesia dan juga semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap perusahaan harus mempersiapkan diri untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi. Pendapat ini diperkuat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi. Pendapat ini diperkuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi. Pendapat ini diperkuat dengan ditempatkannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES 78 Direktur Utama Divisi Pemasaran Produksi Direktur Pemasaran Divisi Pengembangan Bisnis Logistik Divisi Pabrik Ass. Pabrik Umum Divisi Manajemen Mutu

Lebih terperinci

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Lampiran 15. Etiket PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Nama Produk/Bahan No. Batch/Lot Pabrik Pemasok No. Penerimaan Barang Jumlah No. Sertifikat Analisis Tanda Tangan DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN 3.1 Keterlibatan Dalam Produksi Praktek Kerja Profesi Apoteker di P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, dilaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 PERIODE XLVI OLEH: WILI MAWARTI NPM: 2448715248 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

DOKUMENTASI PRODUKSI

DOKUMENTASI PRODUKSI DOKUMENTASI PRODUKSI MEDAN PABRIK FARMASI & FAKTOR PENUNJANG Sumber Daya Manusia ( SDM ) > Semua tenaga kerja, dari tenaga ahli (apote- teker) s/d operator harus terlatih. Perangkat Keras ( Hardware) >

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, memacu industri farmasi untuk meningkatkan kualitas produksi obatnya. Tuntutan akan adanya obat-obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Industri dalam bidang kesehatan mengalami perkembangan yang sangat baik, pasar farmasi pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 12% serta perkiraan perkembangan

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN REGISTRASI OBAT COPY

CHECKLIST DOKUMEN REGISTRASI OBAT COPY CHECKLIST DOKUMEN REGISTRASI OBAT COPY I. INFORMASI PRODUK Nama Obat : Bentuk sediaan & Kekuatan : Zat aktif : Kemasan : Pendaftar : Produsen : Kategori registrasi : II. DOKUMEN YANG DISERAHKAN No. Parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN 128 BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN FARMASI INDUSTRI

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN FARMASI INDUSTRI KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN FARMASI INDUSTRI Standar Guru (SKG) Inti Guru (KI) Guru Mata Pelajaran 1 Menguasai karakteristik Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan produk yang murah dan bermutu tinggi. Divisi Manufacturing

BAB I PENDAHULUAN. memberikan produk yang murah dan bermutu tinggi. Divisi Manufacturing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Prima Medika Laboratories (PML) merupakan industri yang bergerak dibidang Farmasi dan merupakan perusahaan yang bernaung di bawah Pharos Indonesia Group.

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT XY didirikan pada tahun 1988 berlokasi di Jakarta. PT XY didirikan untuk menghasilkan dan memasarkan berbagai produk obat-obatan bermutu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN BAB III OBJEK PENELITIAN III.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Bernofarm pertama kali didirikan di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 11 maret 1971 dengan nama CV Sumber Farma. Nama PT. Bernofarm sendiri

Lebih terperinci

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut : Penyimpanan Obat Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dilakukan penulis adalah peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat dan Keterangan Perusahaan. PT. PT. Intan Nasional Iron Industri merupakan sebuah perusahaan yang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat dan Keterangan Perusahaan. PT. PT. Intan Nasional Iron Industri merupakan sebuah perusahaan yang . BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat dan Keterangan Perusahaan PT. PT. Intan Nasional Iron Industri merupakan sebuah perusahaan yang didirikan oleh Bapak Tansi Chandra. Perusahaan ini merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGKAJIAN MUTU PRODUK (PMP) Halaman 1 dari 28

LAPORAN PENGKAJIAN MUTU PRODUK (PMP) Halaman 1 dari 28 Halaman 1 dari 28 Nama Sediaan :Amoxicillin 500 mg Bentuk Sediaan : Kaplet Jumlah Batch : 12 Jumlah Batch Disetujui : 12 Jumlah Batch Ditolak : - Ukuran Batch : 350,000 kaplet Kemasan : 10 strip @ 10 kaplet

Lebih terperinci

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Personalia Aspek-aspek CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Saat ini sektor industri mempunyai peran yang sangat penting di dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Saat ini sektor industri mempunyai peran yang sangat penting di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini sektor industri mempunyai peran yang sangat penting di dalam pembangunan perekonomian Indonesia di mana sektor industri ini merupakan prioritas untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Budi Raya Perkasa merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi spring bed. Perusahaan ini berdiri pada bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan dunia kesehatan semakin meningkat. Hal ini dapat terjadi mengingat tingginya kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Perkembangan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Blanko Laporan Hasil Pengujian Laboratorium LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU

Lampiran 1. Blanko Laporan Hasil Pengujian Laboratorium LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU Lampiran 1. Blanko Laporan Hasil Pengujian Laboratorium LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU LAPORAN HASIL PENGUJIAN NOMOR : / /201 1. NAMA CONTOH 2. NAMA PABRIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

Fungsi Jabatan Tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Jajaran Direksi Perusahaan a.

Fungsi Jabatan Tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Jajaran Direksi Perusahaan a. BAB XI STRUKTUR ORGANISASI A. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN Pabrik benzaldehyde ini direncanakan berbentuk perseroan terbatas sehingga untuk memperlancar jalannya manajemen di perusahaan, perlu dibuat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Perusahaan Terbatas Amico mulai didirikan tahun 2000 oleh Bapak Krisman. Pada awal berdiri, perusahaan bergerak sebagai distributor produk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini, audit operasional atas fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas. Pengujian terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas. Pengujian terhadap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit operasional atau audit kinerja menggambarkan pengkajian ulang perusahaan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas. Pengujian terhadap efektivitas pengendalian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan Permata Hijau Group (PHG) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau Group

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.41.1384 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL, OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim Gambar 2.1 Foto Perusahaan PT Kasa Husada Wira Jatim yang berlokasi di jalan Kalimas Barat 17-19, Surabaya merupakan sebuah

Lebih terperinci

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek? Nama : Bagian : A. Analisis Sasaran Perusahaan Analisis Dukungan Fungsi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan No. Kategori Pertanyaan Y T 1. Rencana Jangka Panjang (Strategis) 1. Apakah selama ini fungsi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 PERIODE XXXVII DISUSUN OLEH: HENDRIK, S. Farm. NPM: 2448711131 PROGRAM

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Perusahaan. Direksi. Manajer Umum

Struktur Organisasi Perusahaan. Direksi. Manajer Umum Lampiran 1 Struktur Organisasi Perusahaan Direksi Manajer Umum Kabag Adm& Umum Kabag Produksi Keuangan Personalia Pemasaran Produksi Quality Control Pergudangan xii Lampiran 2 Tugas dan Wewenang 1. Direksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS MANAJEMEN DAN ORGANISASI

VI. ANALISIS MANAJEMEN DAN ORGANISASI VI. ANALISIS MANAJEMEN DAN ORGANISASI A. Kebutuhan Tenaga Kerja Salah satu aspek dalam manajemen operasi yang perlu direncanakan pada awal proyek adalah analisis kebutuhan tenaga kerja. Proses produksi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT. X, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara internasional obat dibagi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

VI. ANALISIS MANAJEMEN

VI. ANALISIS MANAJEMEN VI. ANALISIS MANAJEMEN A. KEBUTUHAN TENAGA KERJA Analisis kebutuhan tenaga kerja merupakan salah satu aspek dalam manajemen operasi yang perlu direncanakan pada awal proyek. Proses produksi katekin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam sebuah perusahaan manufaktur, persediaan memiliki peranan yang penting dalam mendukung proses produksi. Salah satu bentuk dari persediaan, yaitu bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus, September dan Oktober 2016 yang bertempat di Pabrik Kelapa Sawit 3.2 Rancangan penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA 4.1. Penyajian data 4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan Awal mulanya pada tahun 2006 perusahaan ini didirikan oleh dua pemegang saham dengan nama PT Citra Profoam Indonesia.

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: pemastian mutu, CPOB produksi, in-process control

ABSTRAK. Keywords: pemastian mutu, CPOB produksi, in-process control ABSTRAK Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu mencakup Cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.04.1.33.12.11.09938 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENARIKAN OBAT YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR DAN/ATAU PERSYARATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, dengan semakin banyaknya industri baru yang muncul menjadikan persaingan antar industri semakin ketat. Sehingga, untuk menjadi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Air Minum dalam Kemasan Ketika perkembangan zaman semakin menuntut segalanya harus lebih praktis, maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

Lebih terperinci