PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM"

Transkripsi

1 KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat S-1 Psikologi dan S-1 Sarjana Pendidikan Islam Pada Jurusan Tarbiyah Diajukan Oleh : SUJOKO F /G TWINNING PROGRAM FAKULTAS PSIKOLOGI-AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

2 KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat S-1 Psikologi dan S-1 Sarjana Pendidikan Islam Pada Jurusan Tarbiyah Oleh: SUJOKO F / G TWINNING PROGRAM FAKULTAS PSIKOLOGI-AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

3 KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM Yang diajukan oleh: SUJOKO F / G Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Telah disetujui oleh : Pembimbing Utama DR. Nanik Prihartanti Tanggal 20 Februari 2009 Pembimbing Pendamping Dra. Chusniatun, M.Ag Tanggal 20 Februari 2009

4 KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM Penguji Utama Yang diajukan oleh: SUJOKO F / G Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 26 Februari 2009 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat DR. Nanik Prihartanti Penguji Pendamping I Dra. Chusniatun, M.Ag Penguji Pendamping II Drs. Muh. Ngemron, MS Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Agama Islam Dekan Fakultas Psikologi Dekan Dra. Chusniatun, M.Ag Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si

5 MOTTO Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar Rad 11) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan (QS. Al Insyirah 5-6) Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Oleh sebab itu, yakin dan optimislah dalam melakukan segala sesuatu. Karena dengan itu kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau (Penulis)

6 PERSEMBAHAN Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk : Bapak dan Ibu tercinta, Yang telah memberikan doa perhatian, kasih sayang dan dukungan yang tiada hentihentinya untuk keberhasilan dan kebahagiaan anak-anaknya.

7 ÉÉÉ ÏÏ $$ ÇÇÇ uu $$ «««$$ ÎÎ KATA PENGANTAR ÉΟŠÏ Ïm 9$ $# Ç u uη q 9$ $# «!$ $# Οó óó ó Î Î0 Assalamu alaikum Wr.Wb Alhamdulillahirrobillaalamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang atas ridho-nya telah melimpahkan segala berkah, rahmat, hidayah dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM. Hasil peneitian menunjukkan bahwa striving for superiority ini merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh siswa penyandang tunadaksa untuk menutupi kekurangsempurnaan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, baik dengan cara melakukan coping strategy maupun dengan cara mengoptimalkan potensi-potensi lain yang ada pada dirinya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada Rosulullah Nabi Muhammad SAW. Penyelesaian karya ini tak lepas dari banyak pihak dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih antara lain kepada: 1. Susatyo Yuwono S.Psi, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Dra. Chusniatun, M.Ag selaku dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Dr. Nanik Prihartanti, selaku pembimbing utama skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Dra. Chusniatun, M.Ag selaku pembimbing kedua yang penuh kesabaran dan perhatian dari awal sampai akhir penulisan skripsi. 5. Drs. Mohammad Amir, M.Si selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberikan pengarahan dan saran mengenai studi selama penulis menempuh studi.

8 6. Seluruh Dosen, TU, dan staf Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan kelancaran dalam menyelesaikan studi. 7. Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa memberikan kasih sayang, dan limpahan doa untuk keberhasilan dan kebahagiaan masa depan penulis. Adik-adikku tersayang, yang selalu memberikan keceriaan di dalam melaksanakan skripsi. 8. Drs. Joko Riyanto, SH. MM selaku Kepala Sekolah SMP Muh I Simpon Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian. Dan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. 9. Bapak Bambang Tri Susilo selaku Kepala Sekolah SMP Ta mirul Islam Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian. Dan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. 10. Muh. Muhtarom, AM PD selaku Kepala Sekolah SMP Muh 2 Kartasura yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian. Dan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. 11. Subjek AD, BPW dan RAP, yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman seperjuangan, Patria Mukti dan Mas Hasyim yang selalu memberikan dorongan dan bantuan ketika penulis sedang mengalami keputusasaan. 13. Rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas inspirasi dan dukungan yang telah diberikan. Dari semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis memohon maaf atas keterbatasan kata-kata. Sekali lagi dari lubuk hati yang paling dalam, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Wassalamu alaikum Wr.W Surakarta, 26 Februari 2009 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR BAGAN... xv DAFTAR LAMPIRAN... xiv ABSTRAKSI... xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Keaslian Penelitian... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Peneltian... 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep striving for superiority Pengertian striving for superiority... 10

10 2. Faktor-faktor striving for superiority Bentuk-bentuk striving for superiority B. Tunadaksa Pengertian tunadaksa Klasifikasi tunadaksa Penyebab tunadaksa C. Sekolah inklusif islam Pengertian sekolah inklusif islam Latar belakang sekolah inklusif islam Landasan sekolah inklusif islam Pengaruh sekolah inklusif islam terhadap kepribadian siswa penyandang tunadaksa D. Pertanyaan penelitian BAB III. METODE PENELITIAN A. Identifikasi gejala penelitian B. Definisi operasional gejala penelitian C. Informan penelitian D. Metode pengumpulan data Wawancara Observasi Alat tes psikologi sacks sentence computation test (SSCT) Dokumentasi.. 41

11 E. Metode analisis data Metode analissi data wawancara Metode analisis data observasi Metode analisis alat tes psikologi sacks sentence computation test (SSCT) Metode analisis dokumentasi F. Keabsahan data Kredibilitas Transferabilitas Dependabilitas Konfirmabilitas BAB IV. PERSIAPAN PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Orientasi Kancah Persiapan Alat Pengumpulan Data a. Penyusunan pedoman wawancara b. Penyusunan pedoman observasi c. Persiapan alat tes psikologi d. Dokumentasi B. Pelaksanaan Penelitian Karakteristik Subjek Penelitian Pelaksanaan Pengambilan data... 59

12 C. Hasil Penelitian dan Kategorisasi Hasil Observasi Hasil Interview dan tes psikologi D. Pembahasan BAB V. PENUTUP... A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA dan LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Guide Interview Skoring SSCT Subjek penelitian Informan pendukung Kategorisasi hasil wawancara, tes psikologi, observasi, dokumentasi... 84

14 DAFTAR BAGAN Bagan Halaman 1. Bagan desain penelitian Skema mekanisme sriving for superiority pada siswa tundaksa di sekolah inklusif islam... 94

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Transkrip Wawancara Hasil Try out Hasil Tes SSCT Foto Dokumentasi Subjek Surat Keterangan Penelitian

16 ABSTRAKSI Kelainan pada kondisi fisik yang kurang sempurna serta bersifat menetap yang disandang oleh tunadaksa dapat menimbulkan masalah-masalah yang kompleks. Selain berdampak pada aktifitas kesehariannya, kelainan ini juga sering menimbulkan gangguan pada mental penyandang tunadaksa. Maka tidak jarang penyandang tunadaksa ini mengalami gangguan-gangguan psikologis seperti merasa tidak berguna, tidak mampu, malu, minder, kecemasan dan permasalahanpermasalahan psikologis lainnya. Dampak-dampak tersebut akan semakin diperparah lagi jika kondisi lingkungan yang ada kurang mendukung dan tidak menerima kekurangan yang ada pada penyandang tunadaksa. Sehingga kemungkinan penyandang tunadaksa untuk semakin minder pun akan semakin besar. Namun tidak jarang pula penyandang tunadaksa yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan mampu menjalin interaksi sosial yang baik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena adanya konsep diri yang baik pada penyandang tunadaksa dan adanya dukungan sosial dari orangorang yang ada disekitarnya. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang ada di sekolah inklusif islam yang meliputi bentuk-bentuk striving for superiority dan faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa tersebut. Penelitian ini dilakukan di tiga sekolah yang berbeda, (1) SMP Muh I Simpon Surakarta, (2) SMP Ta mirul Islam Surakarta, dan (3) SMP Muh 2 Kartasura. Subjek penelitian ini berjumlah 3 siswa yang di ambil secara purposive sampling, yaitu pengambilan subjek berdasarkan atas ciri-ciri dan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria tersebut meliputi, (1) Siswa tunadaksa yang sekolah di sekolah inklusif islam, (2) Usia tahun, Untuk memperoleh data sebagaimana yang di inginkan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrument pengumpulan data, diantaranya adalah; wawancara, observasi, tes psikologi dan dokumentasi. Dari hasil analisis data di peroleh kesimpulan bahwa compensation adalah satu-satunya bentuk striving for superiority yang digunakan oleh penyandang tunadaksa untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Dan konsep striving for superiority yang dilakukan oleh siswa penyandang tunadaksa tersebut dipengaruhi oleh 2 faktor, pertama faktor internal yang berupa selfcontrol, dan kedua faktor eksternal yang berupa dukungan sosial yang diberikan kepada penyandang tunadaksa. Kata kunci : Tunadaksa, striving for superiority, inklusif islam,

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa di sekolah merupakan masa-masa yang banyak dinanti, masa yang mengesankan sekaligus menyenangkan, baik pada anak-anak, remaja, maupun dewasa, dan mungkin bisa dikatakan bahwa masa-masa paling indah adalah masamasa di sekolah. Hal ini dikarenakan lingkungan sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada anak sebagi individu maupun sebagai mahluk sosial, peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara belajar, kebiasaan bergaul, dan macam-macam tuntutan sekolah yang cukup ketat akan memberikan segi-segi keindahan dan kesenangan tersendiri pada anak (Purwanto: 2006) Setiap siswa baik yang berkelainan maupun tidak, pada dasarnya menginginkan situasi yang bisa memotivasinya agar bisa selalu berprestasi dan berkarya di sekolahnya tanpa ada rasa malu dan takut untuk mengaktualisasikan segala sesuatu yang ada pada dirinya. Namun tidak semua siswa bisa mengaktualisasikan potensi yang ada pada dirinya tersebut; teman-teman, guru dan bahkan keluarganya justru menjadi salah satu faktor penyebab hilangnya keberanian mereka untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Hal ini nampak jelas sekali terlihat pada siswa-siswa yang memiliki kelainan dan dianggap berbeda dengan yang lainnya, seperti tunadaksa, tunarungu, tunawicara, tunanetra, badan terlalu gemuk dan atau kurus, dan lain sebagainya. Kelainan-kelainan dan perbedaan-perbedaan seperti inilah yang menjadi penyebab utama yang menjadikan mereka minder dan malu untuk

18 membaur dengan teman-temannya dan orang-orang yang ada di sekitarnya, sehingga dengan adanya perasaan malu dan minder tersebut akan menjadikan motivasi sekolah dan belajar merekapun berkurang. Kekurangan-kekurangan yang ada ini akan mejadikan anak merasa malu dan minder yang akhirnya akan menjadikannya rendah diri (inferioritas) dihadapan para teman-temannya. Adler (dalam Suryabrata: 2002) mengatakan bahwa rasa rendah diri (inferiorioritas) ini muncul dan disebabkan karena adanya suatu perasaan kurang berharga yang timbul karena ketidak mampuan psikologis maupun sosial yang dirasakan secara subyektif, dengan kekurangan-kekurangan yang ada pada diri anak tersebut akan menjadikannya tersingkir dari kehidupan disekitarnya. Menurut Mappiare (1982) suatu bentuk ketiadaan yang dimiliki oleh seseorang dapat menyebabkan seseorang tersebut diabaikan dan kurang diterima oleh kelompoknya, semakin banyak kekurangannnya akan semakin besar pula kemungkinannya untuk ditolak oleh teman-temannya. Mappiare (1982) mengatakan perlu diwaspadai bahwa penolakanpenolakan ini mempunyai arti yang penting bagi seorang remaja, karena secara tidak langsung penolakan itu akan mempengaruhi pikiran, sikap, perasaan, perbuatan-perbuatan dan penyesuaian dirinya, bahkan pengaruh tersebut akan terbawa dan berbekas sampai masa dewasanya. Apabila ini tidak segera diatasi, maka anak akan mudah mengalami depresi yang pada akhirnya semua harapannya akan pupus ditengah jalan. Sementara itu Sumampouw dan Setiasih (2003) yang mengatakan bahwa siswa berkelainan sebenarnya memiliki kemampuan intelektual yang tergolong

19 cerdas, namun need endurance mereka rendah bahkan need achievement mereka tergolong sangat rendah. Hal ini menunjukan bahwa para penyandang cacat ini sebenarnya memiliki potensi yang memadai, namun karena adanya hambatan dari lingkungan yang tidak mendukungnya menjadikan mereka tersingkir dan tidak bisa menyamai prestasi siswa-siswa lain yang normal. Pengaruh teman sebaya ini merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan, karena diantara remaja-remaja ini terdapat jalinan ikatan perasaan yang sangat kuat. Berdasarkan kenyataan ini dapat dimengerti bahwa hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku, minat, bahkan sikap dan pikiran remaja banyak dipengaruhi oleh teman-teman dalam kelompok mereka (Mappire: 1982). Berkaitan dengan kekurang sempurnaan ini Alfred Adler seorang ahli optamologis dan psikiatri dari Wina (dalam Boeree: 2004) menyatakan bahwa setiap manusia memang pada dasarnya memiliki kelemahan dan kelebihan baik secara organik maupun psikologis. Namun tidak jarang orang dalam menghadapi kekurangan-kekurangan semacam ini cenderung melakukan kompensasai. Mereka berusaha untuk menutupi kelemahan-kelemahannya dengan berbagai cara sehingga banyak yang memiliki kelemahan fisik dengan segudang kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang yang dalam kondisi fisik sempurna sekalipun. Sayangnya tidak sedikit pula orang yang gagal dalam melakukan kompensasi tersebut, sehingga mereka menjalani hidupnya dengan perasaan tertekan dan penuh dengan penderitaan. Phil (2008) menambahkan bahwa selain kompensasi para penyandang cacat juga sering melakukan complex superiority dalam bentuk penyesuaian diri

20 dan membentuk pertahanan yang memungkinkannya dapat mengatasi rasa inferioritas yang ada pada dirinya tersebut. Perilaku-perilaku pertahanan yang dilakukan oleh penyandang cacat untuk mengatasi rasa rendah diri ini dalam psikologi dikenal dengan istilah striving for superiority, yaitu suatu usaha yang dilakukan guna mengatasi rasa rendah diri dan kurang berharga yang ada pada dirinya agar menjadi peribadi-peribadi yang superior. Untuk mengatasi rasa inferioritas yang ada inipun cara berpikir siswa penyandang cacat ini harus dirubah, dari cara berpikir yang negatif terhadap kekurangan-sempurnaan yang ada pada dirinya kedalam cara berpikir yang positif dan optimis. Hal ini disebabkan karena kunci perubahan seseorang terletak pada pikirannya (Cleghorn, dalam Lestari: 2002). Oleh karena itu, cara berpikir seseorang perlu dirubah dari yang semula tidak mendukung menjadi mendukung diri sendiri dan berhenti mengkritik diri. Cara berpikir negatif dan pesimis harus dirubah menjadi cara berpikir yang positif dan optimis, sehingga dengan kekurang sempurnaan fisik seseorang tidak akan membuatnya takut untuk membaur dan berinteraksi dengan orang lain. Santoso (2007) menambahkan apabila seseorang selalu memikirkan ketakutan dan kekhwatiran maka semua ketakutan dan kekhwatiran akan tertarik masuk kedalam kehidupannya dan dia menjadi orang yang hidup dengan penuh ketakutan dan kekhwatiran. Sebaliknya apabila seseorang selalu memikirkan kebahagian dan keberhasilan maka segala bentuk kebahagiaan dan keberhasilan akan tertarik masuk ke dalam kehidupannya sehingga dia menjadi orang yang hidup dengan penuh kebahagiaan dan keberhasilan.

21 Cara berpikir seperti inilah yang harus ada pada diri setiap siswa penyandang cacat, sehingga dia tidak akan merasa terkucilkan dari kehidupan di sekitarnya. Dengan cara berpikir seperti ini seorang penyandang cacat akan dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada dirinya dengan tidak dihantui oleh rasa takut dan rendah diri. Karena apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian anak sewaktu kecil, maka tingkah laku anak tersebut akan diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Meichati (dalam Purwati dan Lestari: 2002) bahwa hidup beragama akan dapat memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan sebagaimana yang telah digariskan oleh Tuhan untuknya. Orang yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi akan memahami benar apa yang terkandung dalam firman Allah yang menyatakan bahwa orang Islam tidak boleh merasa rendah diri dan hina, karena pada hakikatnya mereka adalah mulia dengan keimanannya. Sebagaimana firman Allah: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. 49:13, dalam Hasbi, dkk:1978) Santoso (2004) menambahkan bahwa nilai-nilai spiritual yang ada dalam diri seseorang merupakan sumber kekuatan yang dapat melahirkan kesabaran,

22 ketawakalan, berserah diri kepada Allah dan tidak mudah berputus asa dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam kehidupan. Nilai-nilai spiritual inilah yang akan menjadikan seseorang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dan tunduk terhadap semua ketentuan-ketentuan yang telah Allah tetapkan untuknya. Hal ini tercermin dalam hadits Rasululah shallallahu alaihi wa sallam yang mengisyaratkan tentang kehidupan seorang muslim. Dalam haditsnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan; Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, semua urusannya adalah baik. Tidaklah hal itu didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila dia tertimpa kesenangan maka bersyukur. Maka itu baik baginya. Dan apabila dia tertimpa kesulitan maka dia pun bersabar. Maka itu pun baik baginya. (HR. Muslim, dalam An-Nawawi: 2006) Inilah gambaran seorang muslim yang baik, seorang muslim yang memiliki kualitas Iman yang tinggi kepada Allah Ta ala, dia akan melakukan segala sesuatu yang terbaik untuk dirinya dan dalam keadaan serta kondisi bagaimanapun juga dia akan tetap menikmati hidupnya ini tanpa ada rasa penyesalan. Berdasarkan uraian-uraian ini, Penulis ingin mengajukan suatu permasalahan. Yaitu, bagaimana proses striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang menempuh pendidikan di sekolah inklusif islam? Berdasarkan permasalahan tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM.

23 B. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang terkait dengan tunadaksa telah banyak dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Handayani, S. (2006) dalam skripsinya yang berjudul Hubungan antara konsep diri dan berpikir positif dengan penyesuaian sosial pada remaja tunadaksa. Senada dengan Handayani, Novita, R (2007) pun juga pernah meneliti tentang tunadaksa dalam skripsinya dengan judul Hubungan antara dukungan sosial dengan kemandirian pada remaja penyandang cacat tubuh. Dan penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Arif, S (2007) dalam skripsinya dengan judul Hubungan antara dukungan sosial dengan aktualisasi diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Dapat dilihat dari ke-tiga penelitian di atas belum pernah ada peneliti yang melakukan penelitian dengan tema konsep striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti tema tersebut. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada titik tekan yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2006) lebih menekankan pada aspek konsep diri penyandang tunadaksa dan tentang berpikir postitif dengan penyesuaian diri pada tunadaksa. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Novita (2007) lebih ditekankan pada aspek dukungan sosial dan kemandirian pada tunadaksa. demikian juga halnya dengan Arif (2007) yang juga menekankan pada aspek dukungan sosial dengan aktualisasi diri pada tunadaksa. Adapun penelitian yang penulis lakukan ini lebih menekankan pada usaha-usaha

24 (coping strategy) yang mungkin dilakukan oleh siswa penyandang tunadaksa dalam menutupi kekurang-kekurangan yang ada pada dirinya. Inilah yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengeksplorasi secara mendalam mengenai bentuk-bentuk striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang menempuh pendidikan di sekolah inklusif islam. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan atau menghambat striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang menempuh pendidikan di sekolah inklusif islam. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penyadang tunadaksa di sekolah inklusif Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyandang tunadaksa khususnya yang berada di sekolah inklusif, bahwa kekurang sempurnaan fisik bukanlah suatu alasan untuk tidak dapat maju, bangkit dan mandiri. Namun kekurang sempurnaan tersebut dapat dioptimalkan dengan berbagai macam cara, seperti mengoptimalkan berbagai potensi yang ada pada dirinya.

25 2. Bagi kepala sekolah sekolah inklusif islam Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi kepala sekolah inklusif islam untuk selalu memperhatikan siswa-siswanya yang memiliki kelainan dan hendaknya selalu mengintruksikan kepada para guru-guru yang ada agar senantiasa memotivasi siswa-siswanya agar tetap semangat dan optimis dalam mensikapi kekurang sempurnaan yang ada pada siswa-siswanya. 3. Bagi orang tua siswa penyandang tunadaksa Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi penting bagi para orang tua yang memiliki anak cacat secara fisik untuk selalu membimbing dan mendukung anak-anaknya untuk bisa berpikir yang positif dalam mensikapi kekurang sempurnaan fisiknya. 4. Bagi ilmuwan psikologi pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan psikologi pendidikan pada khususnya. 5. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain yang tertarik ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan tambahan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY 1. Pengertian Striving For Superiority Setiap manusia di sadari atau tidak pasti pernah merasa malu dan minder kepada orang lain baik yang berkaitan dengan koqnisinya maupun yang berkaitan dengan kondisi fisiknya. namun di balik itu semua manusia juga memiliki kecenderungan bangkit dan menutupi kekurangan yang ada pada dirinya tersebut. Sebagaimana yang diyakini oleh Adler (dalam Alwisol: 2007) bahwa setiap individu memulai kehidupan dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan inferior, perasaan yang menggerakkan orang untuk berjuang menjadi superior. Individu yang secara psikologis kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi yang superior, dan individu yang secara psikologis sehat akan berjuang untuk mencapai kesempurnaan. Inilah yang kemudian Adler sebut dengan istilah striving for superiority. Sudrajad (2008) meyakini bahwa striving for superiority ini merupakan suatu bentuk usaha yang digunakan untuk mengatasi perasaan inferioritas (rendah diri) pada diri seseorang yang selanjutnya akan menghasilkan perasaan aman dan nyaman tanpa kekhawatiran dan kecemasan. Phil (2008) menambahkan bahwa striving for superiority ini merupakan suatu dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Dengan adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah kesempurnaan dan akan membuat seseorang memiliki pandangn lebih optimis dan

27 positif terhadap dirinya serta lebih berorientasi ke masa depan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Chaplain (1986) bahwa striving for superiority ini merupakan sumber kekuatan bagi manusia untuk berjuang demi masa depannya, bangkit dari keterpurukan yang menghantui kehidupannya tidak hanya sebatas cukup kuat dan cukup pintar namun bangkit untuk menjadi sempurna dengan menghilangkan segala sesuatu yang menjadi penghambat dan penghalang bagi mereka untuk sempurna. Berdasarkan definisi dari tokoh-tokoh diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konsep striving for superiority ini merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi rasa malu, rendah diri dan perasaan kurang sempurna yang ada pada diri seserorang untuk dapat menjadi individu-individu yang sempurna dan mampu mengaktualisasikan potensi serta kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Striving for Superiority Kehidupan manusia selalu dimotivasi oleh satu dorongan utama yaitu dorongan untuk mengatasi perasaan inferior menjadi superior. Alwisol (2007) mengatakan bahwa dorongan untuk mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior ini akan ditentukan oleh pandangan mengenai masa depan seseorang serta tujuan dan harapannya, dan untuk mengatasi perasaan inferior dengan mencapai keunggulan (superior) ini dibutuhkan suatu keberanian diri untuk menghilangkan rasa takut dalam dirinya.

28 Keberanian diri untuk menghilangkan rasa takut tersebut tidak akan muncul begitu saja, namun ada beberapa hal yang dapat menstimulusnya agar bisa muncul pada diri seseorang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Santoso (2004) bahwa setidaknya ada 4 (empat) faktor utama yang dapat membangkitkan keberanian dalam diri seseorang tersebut, ke-empat faktor tersebut adalah: a. Visi Hidup Visi hidup merupakan sebuah keyakinan yang paling bernilai yang menjadi tujuan untuk diraih dalam kehidupan ini. Visi hidup yang jelas berdasarkan suara hati spiritual sebagai pusat makna tertinggi dalam hidup ini yang akan mendorong keberanian dan kebermaknaan hidup seseorang, yang berupa visi hidup untuk mencari keridhoan Allah semata, hidupnya, matinya dan segala sesuatu yang dilakukannya hanyalah untuk mengharapkan keridhoan-nya. Pernyataan Santoso ini dikuatkan dengan firman Allah yang berbunyi: Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, (QS. 6:162, dalam Hasbi, dkk: 1978) Dengan visi hidup ini akan menjadikan seseorang tidak takut akan kegagalan dan akan menjadikannya sebagai individu yang memiliki keberanian yang tinggi dalam menjalani kehidupan ini, mengalahkan berbagai kelemahan dan hambatan dalam diri. b. Keyakinan Hati Keyakinan hati yang berupa keyakinan akan kemampuan diri dan potensi diri yang diiringi dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Ta ala dapat melahirkan rasa yakin dalam diri seseorang. Karena dengan keimanan dan

29 ketaqwaan inilah seseorang akan ditinggikan dan dimuliakan oleh Allah atas hamba-hamba-nya yang lain. Pernyataan Santoso ini dikuatkan dengan firman Allah, sebagaimana yang telah Allah tegaskan dalam surat ke-58 ayat 11 bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman atas hamba-hamba-nya yang lain....allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat... (QS 58:11, dalam Hasbi, dkk:1978) c. Rasa Percaya Diri. Rasa percaya diri ini akan tumbuh dalam diri seseorang jika mampu menguasai diri sendiri, memahami diri, mengenali berbagai bakat dan kemampuan diri serta kompetensi yang ada pada dirinya. Pernyataan Santoso ini dikuatkan dengan firman Allah, Allah berfirman dalam surat al-imran ayat 139 yang berbunyi: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. 3:139, dalam Hasbi, dkk: 1978) Imanlah yang akan mengangkat derajat seseorang, dengan keimanan seseorang tidak perlu takut dan merasa lemah dihadapan orang lain. Karena dengan keimanan ini Allah akan menjadikannya mulia dan tinggi dihadapan orang lain. Terlebih lagi Allah tidak membeda-bedakan antara hamba-hambanya karena adanya perbedaan ras, warna kulit, kecantikan dan ketampanannya. Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah tidak melihat kalian karena bentuk dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat hati dan perbuatan kalian.(hr Mutafaq Alaihi, dalam An-Nawawi: 2006)

30 d. Semangat dan Ambisi Semangat dan ambisi ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan keberanian dan motivasi hidup seseorang. Semangat dan ambisi hidup ini muncul karena adanya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Selain itu semangat dan ambisi hidup ini juga disebabkan karena adanya jaminan dari Allah SWT yang berupa kemudahan dalam menjalani kehidupan ini jika mereka mau bertaqwa kepada-nya. Pernyataan Santoso ini dikuatkan dengan firman Allah yang berbunyi: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (QS. 94:5, dalam Hasbi, dkk: 1978) Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa striving for superiority ini tidak tiba-tiba tubuh dan muncul pada diri seseorang. Namun striving for superiority ini tumbuh karena ada suatu hal yang mempengaruhinya. Diantara halhal yang dapat mendorong munculnya keinginan untuk melakukan striving for superiority tersebut adalah visi hidup, keyakinan hati, rasa percaya diri serta semangat dan ambisi yang ada pada diri seseorang. Ke-empat hal inilah yang akan menumbuhkan keberanian diri untuk menghilangkan rasa takut dalam diri. 3. Bentuk-bentuk Striving for Superiority Striving for superiority ini bukanlah hanya sebatas usaha yang digunakan untuk mengatasi rasa rendah diri (inferior) pada seseorang, namun striving for superiority ini merupakan awal dari kemajuan dan kebangkitan seseorang. Striving for superiority ini sendiri memiliki bentuk-bentuk yang khas

31 sebagaimana yang dikatakan oleh Adler (dalam Boeree; 2004) bahwa striving for superiority ini memiliki 2 (dua) bentuk pokok, kedua bentuk tersebut adalah: a. Kompensasi Kompensasi merupakan sebuah istilah yang pertama kali perkenalkan oleh Alfred Adler seorang ahli optamologis dan psikiatri dari Wina. Sebagaimana yang dikatakan oleh Alwisol (2007) bahwa Alfred Adler pertama kali mengenalkan istilah kompensasi dalam hubungannya dengan perasaan inferior ini dalam bukunya yang berjudul Study of Organ Inferiority and Its Physical Compensation (1907), Adler mengatakan bahwa setiap individu mempunyai perasaan inferioritas, mereka mempunyai suatu tendensi alamiah untuk menyembunyikan perasaan ini. Untuk itu mereka mencari ekspersi yang tepat guna menutupi perasaan inferiornya tersebut. Dalam hal ini Boeree (2004) menjelaskan lebih lanjut bahwa kompensasi ini merupakan sebuah strategi yang digunakan untuk menutupi dan melindungi kelemahan dan ketidakmampuan yang ada dengan kemampuan-kemampuan yang lain. Menutupi atau melindungi kelemahan, frustasi, nafsu, merasa lemah atau tidak mampu dalam satu area kehidupan lewat sesuatu yang menyenangkan atau keahlian di area lain. b. Komplek Superioritas Selain mengenalkan istilah kompensasi di atas, Afred Adler juga mengenalkan istilah komplek superioritas dalam kaitannya dengan perasaan inferior pada seseorang. Menurut Adler (dalam Boeree; 2004) komplek superioritas ini dilakukan untuk menutupi kelemahan dan keinferioran dengan cara berpura-pura memiliki

32 suatu kelebihan. Kompleks superioritas ini biasanya akan menjadikan seseorang menjadi diktator dan suka mengintimidasi orang lain sebagai wujud superiornya. Perasaan-perasaan komplek superioritas yang muncul ini biasanya seperti; kebutuhan kekuatan, keinginan berkuasa, tidak menghormati orang lain, biasanya dikombinasikan dengan kebutuhan prestise dan kepemilikan yang berujud sebagai kebutuhan mengontrol orang lain dan menolak perasaan lemah. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa striving for superiority ini dapat dilakukan melalui 2 (dua) bentuk, yaitu kompensasi dan komplek superiorritas. Kompensasi merupakan sebuah usaha yang digunakan untuk menutupi suatu kelemahan dan kekurangan yang ada pada dirinya dengan mencari kelebihan-kelebihannya dibidang yang sama dan atau kemampuankemampuan dibidang yang lain. Sedangkan komplek superioritas ini merupakan suatu usaha yang digunakan untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang ada dengan berpura-pura memiliki suatu kelebihan tertentu. 1. Pengertian Tunadaksa B. TUNADAKSA Istilah tunadaksa merupakan istilah yang tidak asing lagi, karena istilah ini cukup familier baik dalam bidang ilmu psikologi, kedokteran maupun pendidikan. Mangunsong (1998) mengatakan bahwa tunadaksa ini mempunyai pengertian yang luas, namun secara umum dapat dikatakan bahwa tunadaksa atau cacat fisik ini merupakan suatu bentuk ketidakmampuan tubuh atau fisik untuk menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. Namun secara spesifik tunadaksa ini dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, persendian, dan syaraf yang disebabkan oleh penyakit, virus,

33 dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Gangguan itu mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan pribadi. Meichati (dalam Purnarini: 2006) mengatakan bahwa seseorang dikatakan tunadaksa karena tidak berfungsinya anggota tubuh secara normal. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tunadaksa (cacat fisik) adalah ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan aktivitas kesehariannya seperti orang pada umumnya dikarenakan adanya kelainan pada fungsi fisiknya yang bersifat menetap. 2. Klasifikasi Tunadaksa Tunadaksa merupakan suatu tipe kelainan yang berpusat pada fisik yang tidak berfungsi sebagaimana semestinya. Namun ketidak berfungsinya fisik ini memiliki tipe yang berbeda-beda antara tunadaksa satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pada tipe tunadaksa ini secara sederhana Mangunsong (1998) mengklasifikasikannya kedalam dua bagian, yaitu: a. Anak tunadaksa yang tegolong bagian D (SLB D) SLB D adalah anak yang menderita cacat polio atau yang lainya, sehingga mengalami ketidak normalan dalam fungsi tulang; otot-otot atau kerjasama fungsi otot-otot. Namun anak tipe SLB D ini memiliki kemampuan normal. b. Anak tunadaksa yang tergolong bagian D 1 (SLB D1) SLB D1 adalah anak yang menderita kecacatan sejak lahir, sehingga mengalami cacat jasmani karena tidak berfungsinya tulang, otot sendi dan

34 syaraf-syaraf. Anak tipe SLB D1 ini memiliki kemampuan intelegensi dibawah normal atau terbelakang. Namun menurut Mangunsong (1998) jika tunadaksa ini dilihat dari sudut fa ali nya maka tunadaksa tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu: a. Kelainan pada sistem serebral (cerebral system) Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelainan yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syaraf pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut dengan cerebral palsy (CL). Cerebral palsy ini dapat diklasifikasikan menurut: (1) Derajat kecacatan (2) Topografi anggota badan yang cacat dan (3) Fisiologi kelainan geraknya. 1. Penggolongan menurut derajat kecacatan. Menurut derajat kecacatan ini tunadaksa dapat diglongkan menjadi tiga tipe, yaitu: a. Golongan ringan; adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.

35 b. Golongan sedang: adalah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-alat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri. c. Golongan berat: anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat. 2. Penggolongan menurut topografi Dilihat dari topografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Cerebrol palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan yaitu: a. Monoplegia; hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua tangannya normal. b. Hemiplegia;, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri. c. Paraplegia; lumpuh pada kedua tungkai kakinya. d. Diplegia; lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraplegia) e. Triplegia; tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh. f. Quadriplegia; anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota

36 geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya, quadriplegia disebutnya juga tetraplegia. 3. Penggolongan menurut fisiologi Kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak cerebral palsy dibedakan atas: a. Spastik; tipe spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu akan digerakan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu akan makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang. Pada umumnya, anak cerebrol palsy jenis spastik ini memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yang normal bahkan ada yang diatas normal. b. Athetoid; pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Ototototnya dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol. Gerakan dimaksud adalah dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak. c. Ataxia; ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan, kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam hal koordinasi ruang dan ukuran, sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari: pada saat makan mulut terkatup

37 terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut. d. Tremor; gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai dan bibir. e. Rigid; pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe spastik, gerakannya tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak. f. Tipe Campuran; Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna cerebral palsy sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan. b. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system). Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka ini antara lain meliputi: 1. Poliomylitis; penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun. 2. Muscle Dystrophy; Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif,

38 semakin hari semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tunadaksa dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar yaitu; kelainan pada sistem serebral (cerebral system) dan kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system). 3. Penyebab Tunadaksa Tunadaksa merupakan suatu tipe kelainan yang berpusat pada fisik yang tidak berfungsi sebagaimana semestinya. Namun ketidak berfungsinya fisik ini memiliki penyebab yang berbeda-beda antara tunadaksa satu dengan yang lainnya. Menurut Mangunsong (1998) ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tunadaksa. Sebab-sebab tersebut adalah: a. Sebab-sebab sebelum lahir (fase prenatal) Pada fase ini kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan ini disebabkan oleh: 1. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, syphilis, rubela, dan typhus abdominolis. 2. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat

39 tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak. 3. Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu. 4. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat. b. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal) Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antra lain: 1. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan. 2. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi. 3. Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya. c. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal) Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:

40 1.Kecelakaan/trauma kepala, amputasi. 2. Infeksi penyakit yang menyerang otak. 3. Anoxia/hipoxia. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: sebab-sebab sebelum lahir (fase prenatal), sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal), dan sebabsebab setelah proses kelahiran (fase post natal). C. SEKOLAH INKLUSIF ISLAM 1. Pengertian Sekolah Inklusif Islam Seiring dengan gema kebangkitan pendidikan islam, pada tataran global berkembang tuntutan perlunya kesempatan pendidikan yang merata kepada semua manusia, tanpa membedakan kemampuan fisik (normal atau tuna), strata sosial, jender, dan latar belakang etnis, budaya dan agamanya. Sekolah inklusif islam ini adalah perbaduan antara sekolah inklusif dan pendidikan islam. Secara harfiah sekolah inklusif merupakan sekolah yang di dalamnya terdapat siswa-siswa yang heterogen yang tidak membedakan antara normal atau cacat dan lain sebagainya. Sedangkan islam dalam pendidikan itu sendiri menurut Fattah (2005) adalah suatu proses membantu pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang melalui pelatihan segenap daya dan potensi (termasuk daya dzikir dan nalarnya) yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga nilai-nilai Islam tertanam dalam kepribadiannya dan melahirkan amal dan kebudayaan yang berorientasi kepada nilai-nilai tersebut, sehingga mandatnya sebagai hamba Allah dan khalifah-nya

41 dapat diaktualisasikan. Jadi secara sederhana sekolah inklusif islam ini dapat diartikan sebagai suatu model sekolah inklusif yang bernuansa islam. Di sekolah inklusif islam ini para siswanya di samping anak-anak normal juga terdapat anak-anak berkelainan yang memiliki beragam kelainan/penyimpangan, baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan/atau sensoris neurologist. Sebagaimana yang dikatakan oleh Warsiki (2007) bahwa pendidikan inklusif ini adalah konsep pendidikan yang melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) atau "cacat" ke dalam sistem pendidikan reguler. Di dalam sekolah inklusif ini semua orang adalah bagian yang berharga apapun perbedaan mereka. Ini berarti bahwa semua anak, terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, latar belakang sosial-ekonomi, suku, latar belakang budaya atau bahasa, agama atau gender, menyatu dalam komunitas sekolah yang sama. Fattah (2005) menambahkan bahwa sekolah inklusi mengakomodasi semua peserta didik tanpa mempertimbangkan kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik mereka dan kondisi lainnya. Ini berarti mencakup anak yang cacat dan berbakat, anak jalanan dan yang bekerja, anak dari penduduk terpencil dan nomadik (berpindah-pindah), anak dari kelompok minoritas bahasa, etnis atau budaya, dan anak dari kelompok atau wilayah yang termarjinalisasikan lainnya. Sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan sarana yang sangat efektif untuk memberantas diskriminasi, menciptakan masyarakat yang hangat relasinya, membangun masyarakat inklusif, dan mensukseskan pendidikan untuk semua. Pengertian sekolah inklusif ini akan terus berkembang mengikuti

42 perkembangan dan kemajuan zaman. Sebagaimana yang dikatakan oleh Tarsidi (2002) pengertian sekolah inklusif ini akan terus-menerus berkembang sejalan dengan semakin mendalamnya renungan orang terhadap praktek yang ada, dan sejalan dengan dilaksanakannya pendidikan inklusif dalam berbagai budaya dan konteks yang semakin luas. Bahkan pengertian sekolah inklusif ini harus terus berkembang jika sekolah inklusif ini ingin tetap menjadi jawaban yang riil dan berharga untuk mengatasi tantangan pendidikan dan hak asasi manusia. Berdasarkan uraian definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah inklusif islam adalah suatu model sekolah yang bernuansa islam baik dari segi lingkungan yang islami, guru dan siswa-siswa yang beragama islam. Dan di dalam sekolah ini terdapat siswa-siswa yang heterogen, karena selain siswa-siswa yang normal di dalam sekolah ini juga terdapat siswa-siswa yang berkelainan, seperti cacat tubuh, gifted, disleksia, disgrafia, dan lain sebagainya. 2. Latar Belakang Sekolah Inklusif Dalam undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa setiap warganegara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkelainan berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi anak berkelainan. Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan

43 bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal inilah yang memungkinkan terobosan bentuk pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan berupa penyelenggaraan pendidikan inklusif. Aretha (2007) mengatakan bahwa dengan sekolah inklusif ini, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak berkelainan perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah. Sekolah inklusif ini diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkelainan. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah inklusif ini dilatar belakangi oleh adanya suatu keyakinan bahwa pendidikan itu adalah hak semua anak tanpa terkecuali anak-anak penyandang cacat. Yaitu hak untuk memperoleh pendidikan di dalam sistem pendidikan umum tanpa adanya diskriminasi. 3. Landasan Sekolah Inklusif

44 Sekolah inklusif sebagai sekolah formal ini bediri atas beberapa landasan. Baker (1995, dalam Stubbs: 2002) mengatakan bahwa penerapan sekolah inklusif ini memiliki 4 (empat) landasan, ke empat landasan tersebut adalah: a. Landasan Filosofis Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika. Filsafat ini sebagai wujud pengakuan kebinekaan manusia, baik kebinekaan vertical maupun horizontal, yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di bumi. Kebinekaan vertical ditandai dengan perbedaan kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial, kepangkatan, kemampuan pengendalian diri, dan sebagainya. Sedangkan kebinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi politik, dan sebagainya. Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika tersebut, kelainan (kecacatan) dan keberbakatan hanyalah satu bentuk kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku, ras, bahasa budaya, atau agama. Di dalam diri individu berkelainan pastilah dapat ditemukan keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam diri individu berbakat pasti terdapat juga kecacatan tertentu, karena tidak hanya makhluk di bumi ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan dan keunggulan tidak memisahkan peserta didik satu dengan lainnya, seperti halnya perbedaan suku, bahasa, budaya, atau agama dan disisi Allah mereka adalah sama, karena Allah tidak membeda-bedakan antara hamab-hamba-nya yang cacat dengan yang

45 normal sebagaimana Allah tidak membeda-bedakan antara suku, bangsa dan budaya kecuali karena tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah. Itulah yang akan membedakan mereka disisi Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh imam Ahmad: Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa Tuhanmu adalah satu dan Bapakmu adalah satu. Ketahuilah bahwasa bangsa Arab tidaklah lebih utama dari pada non-arab, dan non-arab tidaklah lebih utama dari pada orang arab, dan orang kulit merah tidaklah lebih utama dari pada orang kulit hitam, demikian sebaliknya orang kulit hitam tidaklah lebih utama dari pada orang kulit merah, kecuali karena ketaqwaan mereka... (HR. Ahmad, dalam An-Nawawi: 2006) b. Landasan Yuridis Secara ringkas Stubbs (2002) memaparkan landasan yuridis dalam pendidikan inklusif ini, diantara landasan-landasan yuridis yang dipakai dalam perumusan pendidikan inklusif ini adalah: 1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Konvensi PBB 1989 tentang Hak Anak 3. Konferensi Jomtien Peraturan Standar PBB tentang Persamaan Kesempatan bagi Penyandang Cacat Tahun Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus tahun Konferensi Dakar tahun c. Landasan Pedagogis Pada pasal 3 Undang-undang No 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang

46 demokratis dan bertanggungjawab. Melalui pendidikan, peserta didik berkelainan dibentuk menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab, yaitu individu yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari teman sebayanya di sekolah-sekolah khusus. Betapapun kecilnya, mereka harus diberi kesempatan bersama teman sebayanya. d. Landasan Empiris Baker (1995, dalam Stubbs: 2002) mengemukakan bahwa penelitian tentang inklusif telah banyak dilakukan di negara-negara barat sejak 1980-an, namun penelitian yang berskala besar dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan anak berkelainan di sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif. Layanan ini merekomendasikan agar pendidikan khusus secara segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang tepat. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada 4 (empat) hal yang dijadikan landasan berdirinya sekolah inklusif. Ke-empat landasan tersebut adalah; landasan filosofis, landasan yuridis, landasan pedagogis dan landasan empiris. 4. Pengaruh sekolah inklusif islam terhadap siswa penyandang tunadaksa Secara kodrati penyandang tunadaksa sama seperti orang normal pada umumnya, yaitu sebagi makhluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, ingin diterima secara utuh oleh masyarakat, serta

47 diperlakukan layak dan wajar baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun dalam lingkungan sekolahnya. Hal ini disebabkan karena di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah terdapat pandangan yang berbeda tentang penyandang tunadaksa tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh Purnarini (2006) bahwa didalam lingkungan tersebut ada yang sudah mengerti dan dapat memahami akan kekurang sempurnaan mereka namun juga ada yang belum bisa menerima kehadiran mereka di lingkungannya. Kondisi yang demikian inilah yang dapat membuat para penyandang cacat merasa tidak percaya diri, rendah diri, tidak berguna, tidak nyaman, putus asa, tidak berharga dan kecemasan akan masa depan mereka. Mappiare (1982) menambahkan bahwa suatu bentuk ketiadaan yang dimiliki oleh seseorang dapat menyebabkan seseorang tersebut diabaikan dan kurang diterima oleh kelompoknya, semakin banyak kekurangannnya akan semakin besar pula kemungkinannya untuk ditolak oleh teman-temannya. Dengan adanya penolakan-penolakan dari lingkungan penyandang cacat ini nantinya akan menjadikan mereka rendah diri dan memiliki konsep diri yang rendah. Hurlock (dalam Nasution: 2007) mengatakan bahwa anak yang memiliki konsep diri yang rendah akan mengembangkan penyesuain sosial yang kurang baik, mengalami perasaan yang tidak menentu, inferioritas, dan memiliki level harga diri yang rendah. Setidaknya inilah dampak negatif yang mungkin akan muncul ketika anakanak berkelainan tersebut di ikut sertakan dengan anak-anak yang normal dalam satu sekolah inklusif. Namun tidak selamanya sekolah inklusif ini berdapak

48 negatif terhadap siswa berkelainan, namun adakalanya sekolah inklusif ini justru memberikan dampak yang positif terhadap para penyandang cacat tersebut. Dampak positif dari adanya sekolah inklusif tersebut akan dipengaruhi oleh kualitas spiritual seorang siswa tunadaksa, sebagaimana yang dikatakan oleh Meichati (dalam, Purwati dan Lestari: 2002) bahwa kehidupan beragama akan memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis krisis serta menimbulkan sikap rela menerima keyataan yang ada. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. 3:139. dalam Hasbi, dkk:1978) Diantara dampak-dampak positif dari sekolah inklusif ini adalah sebagaimana yang diutarakan oleh Aretha (2007) bahwa sekolah inklusif ini memberikan dampak positif baik terhadap perkembangan akademik maupun sosial anak berkelainan. Diantara dampak-dampak positifnya adalah; siswa belajar untuk dapat memahami, menghargai, dan menumbuhkan rasa nyaman dengan adanya perbedaan individual. Selain itu anak berkelainan juga dapat belajar keterampilan sosial dan menjadi siap untuk tinggal di lingkungan masyarakat karena sudah terbiasa hidup dilingkungan yang heterogen. Nashih Ulwan (1999) menambahkan bahwa dengan membiasakan anakanak cacat tersebut bergaul dengan orang lain baik dengan cara mengundang orang lain kerumahnya maupun dengan cara membawa anak-anak cacat tersebut berkunjung kerumah teman-temannya. Dengan cara pembiasaan ini, maka

49 perasaan minder pada diri penyandang cacat tersebut akan berkurang. Mereka akan memiliki sifat percaya diri dan akan selalu terdorong untuk dapat maju tanpa merasa takut dan malu kepada orang lain. Manfaat sekolah inklusif ini tidak hanya dirasakan oleh siswa yang berkelainan saja, namun berdampak pula bagi masyarakat. Dampak yang paling esensial adalah sekolah inklusif mengajarkan nilai sosial yang berupa kesetaraan antar individu. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah inklusif ini berpengaruh terhadap kepribadian siswa penyandang tunadaksa. Pengaruh tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam; yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif ini akan muncul ketika siswa penyandang cacat tersebut mampu bersikap secara positif atas kekurang sempurnaan yang ada pada dirinya dan adanya diskriminasi lingkungan yang ditujukan kepadanya. Sementara itu pengaruh negatif ini akan muncul ketika siswa penyandang cacat tersebut tidak mampu melakukan kontrol diri terhadap tekanan yang berupa penolakanpenolakan yang datang dari lingkungannya. D. PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan uraian-uraian diatas mendorong penulis untuk mengungkapkan pertanyaan penelitian: 1. Apa bentuk-bentuk striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam?

50 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Gejala Penelitian Gejala penelitian yang menjadi fokus pembahasan dan hendak diungkap dalam penelitian ini adalah konsep striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang menempuh pendidikan di sekolah inklusif islam. B. Definisi Operasional Gejala Penelitian Definisi operasional gejala merupakan suatu batasan arti dari gejala atau konstrak yang merinci hal-hal yang dilakukan untuk mengukur gejala tersebut. Pada penelitian ini definisi gejalanya adalah: 1. Konsep striving for superiority Konsep striving for superiority ini merupakan suatu dorongan untuk mengatasi rasa inferiority dengan mencapai keunggulan. Yaitu perasaan rendah diri dan kurang berharga yang dimiliki oleh penyandang tunadaksa untuk selanjutnya dirubah menjadi sesuatu yang lebih berharga, yakin akan kemampuan diri sendiri dan percaya diri. Adapun alat ukur yang digunakan untuk mengungkap konsep striving for superiority tersebut adalah interview, observasi, SSCT, dan dokumentasi.

51 2. Siswa Penyandang Tunadaksa Siswa penyandang tunadaksa adalah siswa yang mengidap kelainan atau kecacatan pada fisiknya yang tidak sesuai dengan orang-orang pada umumnya baik yang bersifat bawaan ataupun tidak. Adapun tipe tunadaksa dalam penelitian ini adalah anak tunadaksa namun memiliki kemampuan intelegensi yang normal. 3. Sekolah Inklusif Islam Sekolah inklusif islam merupakan suatu bentuk sekolahan yang bernuansa islam yang didalamnya terdapat siswa-siswa yang heterogen, selain siswa normal disekolah inklusif ini juga terdapat siswa-siswa yang cacat/berkelainan. C. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah siswa muslim penyandang tunadaksa yang sekolah disekolah inklusif, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel pun memiliki arti yang berbeda dengan sampel dalam penelitian kuatitatif (Nasution,1988). Selain itu, penentuan jumlah informan dalam penelitian kualitatif ini tidak ditentukan pada awal penelitian, tetapi pada waktu proses penelitian berjalan. Hal ini dilakukan karena penentuan jumlah informan bisa sedikit atau banyak tergantung pada pemilihan informannya dan keragaman fenomena yang diteliti (Nasution, 1988) sehingga apabila dalam rangkaian proses penelitian yang dilaksanakan nanti keterangan yang diberikan oleh informan sudah cukup dan

52 terwakili seluruh atau sebagian besar aspek yang ingin digali oleh peneliti maka jumlah informan akan segera di batasi. Penentuan informan dalam penelitian ini diambil dengan cara purpossive sampling, yaitu pengambilan subyek berdasarkan ciri-ciri dan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut meliputi: 1. Siswa tunadaksa yang sekolah di sekolah inklusif islam, 2. Usia tahun. Adapun alasan penulis menentukan karakteristik-karakteristik tersebut di atas adalah: 1. Siswa tunadaksa yang sekolah disekolah inklusif islam Yaitu siswa-siswa cacat yang mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah inklusif yang bernuansa islam bersama dengan siswa-siswa yang tidak cacat. Alasan menggunakan subyek ini dikarenakan anak-anak cacat yang mengikuti program pendidikan di sekolah umum tersebut akan lebih mudah mengalami gangguan depresi bila dibandingkan dengan anak-anak cacat yang sekolah di tempat yang khusus untuk anak-anak cacat. Hal ini dikarenakan di sekolah yang khusus anak cacat ini lingkungannya sudah terkondisikan, sehingga anak tidak akan merasa malu dengan kondisi fisiknya yang cacat.

53 2. Usia Tahun Penentuan kriteria subyek penelitian pada usia tahun ini disebabkan karena usia tersebut merupakan masa remaja awal pada anak. Dan pada fase ini terdapat gejala-gejala yang disebut dengan negative phase. Hurlock (dalam Mappiare: 1982) menguraikan cukup lengkap tentang gejala-gejala negative phase ini, diantaranya adalah: a. Keinginan untuk menyendiri b. Kegelisahan c. Pertentangan sosial d. Kepekaan perasaan e. Kurang percaya diri, dan f. Mulai timbul minat pada lawan jenis Dari beberapa gejala-gejala yang ada inilah yang menjadikan usia tahun ini menjadi lebih menarik untuk diteliti, bagaimana seorang siswa yang cacat dapat menikmati sekolah dengan lingkungan yang tidak begitu mendukungnya dengan adanya kekurang sempurnaan pada dirinya tersebut.

54 D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengungkapkan permasalahan dalam penelitian ini antara lain: 1. Wawancara Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara langsung yaitu penulis berhadapan langsung dengan informan serta mengajukan beberapa pertanyaan. Teknik ini dimaksudkan agar penulis dapat memperoleh data-data secara langsung dari informan. Agar data-data yang diperoleh sesuai dengan hasil wawancara, maka dalam kegiatan wawancara ini penulis memakai alat bantu berupa hand recorder, kaset dan buku guide wawancara. Adapun guide wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Table I Guide Wawancara No/Code Faktor yang di ungkap Formulasi Pertanyaan 1a (01) BBSFS-1 1b (02) BBSFS-2 1c (03) BBSFS-3 1d (04) BBSFS-4 1e (05) BBSFS-5 1f (06) BBSFS-6 1g (07) 1) Bentuk-bentuk striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif? a. Apa yang membuat kamu tertarik untuk sekolah disini? (regurer vs khusus). b. Bagaimana sikap gurugurumu terhadapmu? c. Apakah kamu diperlakukan sama dengan anak-anak normal lainya? d. Teman-temanmu sendiri bagaimana dan sikap mereka terhadapmu seperti apa? e. Apakah teman-temanmu sering mengejekmu dengan keadaanmu saat ini? f. Apa yang kamu lakukan ketika teman-temamu mengejek dan mengganggumu? g. Apa kamu merasa minder

55 BBSFS-7 1h (08) BBSFS-8 2a (09) FFSFS-1 2b (10) FFSFS-2 2c (11) FFSFS-3 2d (12) FFSFS-4 2e (13) FFSFS-5 2f (14) FFSFS-6 2g (15) FFSFS-7 2h (16) FFSFS-8 2i (17) FFSFS-9 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif? dengan keadaan kamu saat ini? (kalau pernah...) h. Bagaimana kamu mengatasai perasaaan minder kamu tersebut? a. Bagaimana kamu memandang hidup ini? b. Bagaimana kamu menjalani aktifitasmu sehari-hari? c. Apa yang kamu harapkan dari kehidupan ini? d. Apa cita-citamu nanti? e. Apa kelemahan dan kelebihanmu? f. Bagaimana kamu mengatasi kelemahanmu? g. Apa saja yang menyebabkan kamu bangga dengan diri kamu? h. Siapa yang berperan dalam memberimu semangat? i. Semangat seperti apa yang selalu diberikan kepadamu? 2. Observasi Melalui metode observasi, peneliti ingin mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai situasi atau perilaku dan berbagai interaksi sosial informan. Peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku keseharian informan terrutama perilaku ketika informan sedang berinteraksi dengan teman-teman sebaya di lingkungan sekolah. Secara garis besar pedoman observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Perilaku informan saat berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. b. Perilaku informan saat belajar di kelas.

56 3. Alat Tes Psikologi Alat tes psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sacks Sentence Computation Test (SSCT) yang disusun oleh Joseph M. Sacks dan Sidney Levy (Karyani dan Lestari:2002). Dalam penelitian ini SSCT digunakan setelah proses interview eksploratif selesai dilaksanakan dengan tujuan sebagai penguat data yang sudah diperoleh dari interview. Hal ini disebabkan karena asumsi yang mendasari terbentuknya alat tes ini adalah kalimat yang tidak sempurna dapat merangsang individu untuk memproyeksikan keadaan psikisnya dalam kalimat penyempurna, hasil proyeksi individu dalam kalimat penyempurna ini akan menggambarkan; sikap individu, keadaan psikis, dan konsep dirinya. Adapun aspek-aspek yang diungkap dalam SSCT ini adalah individual adjustment. Aspek-aspek tersebut adalah: 1. Penyesuaian terhadap keluarga a. Sikap terhadap Ibu (14, 29, 44, 59) b. Sikap terhadap ayah (1, 16, 31, 46) c. Sikap terhadap keluarga (12, 27, 42, 57) 2. Penyesuaian dalam bidang seks a. Sikap terhadap wanita. (10, 25, 42, 57) b. Sikap terhadap hubungan heteroseksual (11, 26, 41, 56) 3. Penyesuaian dalam hubungan interpersonal a. Sikap terhadap teman (8, 23, 38, 53) b. Sikap terhadap atasan (6,21, 36, 51) c. Sikap terhadap bawahan (4, 19, 34, 49)

57 d. Sikap terhadap teman sejawat (13, 28, 43, 58) 4. Penyesuaian dalam konsep diri a. Sikap terhadap ketakutan (7, 22, 37, 52) b. Sikap terhadap rasa bersalah (15, 30, 45, 60) c. Sikap terhadap kemampuan diri (2, 17, 32, 47) d. Sikap terhadap rasa malu (9, 24, 39, 54) e. Sikap terhadap masa yang akan datang (5, 20, 35,50) f. Sikap terhadap tujuan hidup (3, 18, 33, 48) 4. Dokumentasi Dokumentasi adalah semua jenis rekaman atau catatan skunder lainnya seperti surat-surat, memo, foto-foto yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan juga sebagai cerminan dari situasi atau kondisi sebenarnya. Dokumentasi bermanfaat sebagai pelengkap data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan alat tes psikologi. Dalam penelitian ini dokumentasi yang akan digunakan adalah dokumentasi berupa foto untuk menggambarkan fenomena informan penelitian, terkhusus lagi ketika proses interaksi informan dengan teman-temannya di sekolah. E. Metode Analisis Data Moloeng (2000) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang dihasilkan oleh data. Data penelitian kualitatif tidak berbentuk angka tetapi lebih banyak berupa

58 narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto) ataupun bentuk-bentuk non angka yang lain (Purwandari, 1998). Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan eksploratif maka analisis data yang digunakan adalah analisis data induktif deskriptif yaitu melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena khusus dikelompokkan menjadi satu. Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan data kualitatif yaitu data yang bersifat narasi dan deskripsi. Data-data tersebut diperoleh dari hasil wawancara, observasi, alat tes psikologi, dan juga dokumentasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data yang berdeda-beda atau bervariasi, mulai dari wawancara, observasi, dokumentasi dan tes psikologi. Maka didapatkan pula data yang bervariasi sehingga analisisnya juga bervariasi. 1. Metode analisis data wawancara a. Organisasi data Proses yang dilakukan dalam pengolahan data hasil penelitian yaitu dengan mengorganisasikan data. Hal-hal yang disimpan dan diorganisasikan adalah : (a) data mentah (catatan lapangan dan kaset), (b) data yang sudah ditulis dalam verbatim, (c) data yang sudah di tandai dengan kode-kode, (d) teks laporan (yang masih terus akan ditambah jika perlu, dan diperbaiki sesuai dengan perkembangan dan temuan lapangan).

59 b. Koding Setelah pengorganisasian data, selanjutnya dilakukan pengkodingan. Yaitu proses pengkodean atau pembubuhan kode-kode pada materi yang diperoleh dengan maksud agar dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data-data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Koding dapat dilakukan melalui: (a) penulis menyusun transkrip verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangan sedimikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar sebelah kanan dan kiri transkrip. Hal ini akan memudahkan untuk membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu pada transkrip tersebut. (b) penulis memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. c. Menetukan tema Cara menentukan tema, berdasarkan isi cerita informan (conten analysis). Setelah memberikan nama dan kode pada berkas, maka penulis membaca isi cerita dan memahami transkrip yang sudah dikoding, untuk mencari tema-tema penting. Dari isi cerita informan akan tampak tema yang dapat dikategorisasikan / dikelompokan berdasar tema yang sama. Setelah itu penulis membaca transkrip verbatim berulang-ulang untuk mengidentifikasi tema-tema yang muncul. Pada tahap ini penulis melakukan interpretasi terhadap pernyataan informan penelitian, tetapi tetap sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan. Setelah itu penulis dapat menyusun pada lembar terpisah, master yang berisikan daftar tema-tema

60 dan kategori-kategori, yang telah disusun sehingga memperlihatkan pola hubungan antar kategori cross cases (bukan kasus tunggal lagi). 2. Metode analisis data observasi Observasi dalam penelitian ini lebih difokuskan pada aktifitas dan interaksi informan dengan teman-temannya ketika disekolah, guru dan warga sekolah yang lain. Data yang diperoleh dari observasi akan di gunakan sebagai penguat data yang diperoleh dari interview dan SSCT, dengan cara melakukan pencatatan setiap proses interaksi informan dengan teman-temannya untuk kemudian di gabung dengan data-data lain yang diperoleh dari interview dan alat tes psikologi (SSCT) atau yang sering disebut dengan istilah matrik interkorelasi. 3. Metode analisis data tes SSCT (sacks sentence completion test) Adapun analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil tes psikologi dengan menggunakan alat tes: a) Skoring Skoring dilakukan dengan menuliskan skor di samping tiap aitem. Adapun skor dalam aitem-aitem SSCT yaitu: Table II Skoring SSCT Skor Interpretasi 0 Bila sikap normal, yaitu tidak menunjukkan adanya gangguan Bila sikap itu dianggap menunjukan adanya sedikit gangguan, perlu 1 diberi pengarahan; namun informan masih mampu untuk mengatasinya sendiri. Bila sikap itu dianggap menunjukkan sangat terganggu sehingga subyek 2 memerlukan terapi/perawatan. X Bila sikap informan tidak jelas atau tidak dapat diketahui.*

61 *Aitem-aitem yang mendapat skor X sebaiknya ditanyakan lebih lanjut untuk memastikan respon subyek mendapat skor 0, 1, 2. Pemberian skor terhadap sikap aitem tergantung pada pemahaman penguji terhadap sasaran dari makna pengelompokan sikap tersebut. Berikut ini penjelasan yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam pemberian skor dalam setiap kelompok penyesuaian. 1). Penyesuaian terhadap keluarga. a. Sikap terhadap Ibu Yang dimaksud dengan sikap terhadap ibu adalah bagaimana penilaian anak terhadapibunya. Apakah anak tersebut mencintai ibunya, apakah selain mencintai ibu juga menyayangkan sikap ibu, apakah anak membenci sikap ibudan sebagainya. b. Sikap terhadap ayah Yang dimaksud dengan sikap terhadap ayah adalah bagaimana penilaian anak terhadap ayahnya. Apakah anak tersebut mencintai dan membenci ayahnya. Apakah selain menyayangi, juga menyayangkan tindakan ayahnya sehingga mempengaruhi penilaian terhadap anak terhadap ayah. c. Sikap terhadap keluarga Yang dimaksud sikap terhadap keluarga adalah bagaimana pandangan anak terhadap keluarga. Apakah anak menyayangi dan membanggakan keluarganya. Atau sebaliknya dia tidak menyukai, acuh tak acuh seolah-olah ia kurang mempunyai ikatan emosional dengan keluarga.

62 2). Penyesuaian dalam bidang seks a. Sikap terhadap wanita Yang dimaksud sikap terhadap wanita adalah bagaimana pandangan individu terhadap wanita. Apakah dia menghormati dan kagum terhadap wanita. Apakah selain kagum ia juga menyayangkan sifat-sifat wanita yang dipandangnya negatif. Apakah ia membenci figure wanita karena pernah mengalami pengalaman yang traumatis. b. Sikap terhadap hubungan heteroseksual: bagaimana pandangan individu terhadap hubungan heteroseksual. Apakah ia menjadi orang yang disenangi dalam pergaulan oleh lawan jenis. Apakah senang membantu orang lain, menghargai dan menghormati lawan jenis yang ada di lingkungannya. Apakah ia kecewa terhadap lawan jenis sehingga ia cenderung untuk menarik diri dan tidak suka bergaul dengan mereka. Apakah ia membenci lawan jenis. 3). Penyesuaian dalam hubungan interpersonal a. Sikap terhadap teman: sangat mementingkan dirinya sendiri, memilih-milih teman atau ia dapat bergaul dengan semua orang secara lancar. b. Sikap terhadap atasan: bagaimana hubungan individu dengan atasan, guru atau siapapun yang berperan sebagai orang yang dalam jabatannya dapat memberikan perintah kepadanya. Bagaimana cara individu menerima atasannya, apakah ia selalu patuh dengan sikap tertentu, selalu melawan atau hanya menurut dihadapan atasannya, atau penuh prasangka.

63 c. Sikap terhadap bawahan: bagaimana hubungan individu dengan orang yang dalam jabatannya dapat diperintah oleh dirinya. Apakah ia cukup dapat menerima alasan-alasan yang diberikan bawahannya. Apakah ia seorang yang harus dituriti kemauannya. Apakah ia dapat bekerja sama dengan baik. Ataukah ia tidak mampu memberikan contoh kepemimpinan yang baik terhadap bawahannya. d. Sikap terhadap teman sejawat: bagaimana hubungan individu dengan teman sejawat. Apakah ia dapat bekerja sama, selalu tergantung pada orang lain ataukah ia seorang yang sanggup berdiri sendiri. Apakah ia selalu mempunyai prasangka yang kurang baik terhadap teman sekerja dan sebagainya. 4). Penyesuaian dalam konsep diri a. Sikap terhadap ketakutan: bagaimana individu menghadapi sesuatu yang menakutkan baginya. Apabila ia menghadapi ketakutan, apakah ia melarikan diri, menyerah, putus asa, atau memberikan reaksi yang lain. b. Sikap terhadap rasa bersalah: bagaimana sikap individu terhadap rasa bersalah. Apakah ia dapat menjadikan rasa bersalah sebagai pelajaran sehingga tidak mengalaminya lagi. Apakah ia dihantui oleh rasa bersalah terus menerus dan sulit melupakan. Apakah ia tidak pernah merasa bersalah walaupun melakukan kesalahan. c. Sikap terhadap kemampuan diri: bagaimana individu menganggap dan menilai dirinya sendiri dalam menghadapi berbagai permasalahan. Apaah ia menganggap dirinya mampu mengerjakan suatu pekerjaan, walaupun dalam

64 kenyataanya ia tidak mampu mengerjakannya. Apakah sebaliknya, ia selalu tidak yakin akan kesanggupannya untuk melakukan sesuatu. Apakah ia selalu ragu-ragu, kurang percaya diri, dan sebagainya. d. Sikap terhadap masa lalu: masa lampau bagi seseorang dapat merupakan hal yang mengesankan dan dapat menentukan kehidupan sebelumnya. Namun bagi orang lain, mungkin masa lampau merupakan sesuatu hal yang sangat menekan kehidupannya, sehingga ia menjadi putus asa dan tidak mempunyai harapan lagi dalam kehidupan selanjutnya. e. Sikap terhadap masa yang akan datang: bagaimanakah individu menghadapai masa depannya. Akankah ia merasakan masa depan yang begitu cemerlang dan penuh harapan. Apakah sebaliknya, ia acuh tak acuh, belum dapat membayangkan, atau mungkin masa depannya begitu gelap seakan-akan tidak ada harapan. f. Sikap terhadap tujuan hidup: bagaimana individu menghadapi masa depannya. Apakah ia mempunyai rencana akan masa depannya. Apakah mempunyai gagasan untuk masa depannya, misalnya ingin bekerja sebagai apa, ingin bekerja di mana. Apakah ia belum memikirkan masa depannya dan mengharapkan bantuan orang lain. b) Interpretasi Ada dua macam interpretasi yaitu summary dan general interpretation. Summary interpretation merupakan interpretasi dari masing-masing area. General interpretation merupakan hubungan dari gabungan empat sikap pokok (sikap terhadap keluarga, seks, hubungan interpersonal dan konsep diri). Untuk

65 mengungkapkan area-area yang terganggu, caranya dengan melakukan scoring pada masing-masing area tersebut. Interpretasi SSCT dilakukan dengan menganalisis isi (content) terhadap respon yang diberikan testi pada setiap aitem lain yang tergolong dalam suatu kelompok. Selanjutnya dibuat kesimpulan umum yang berisi: 1. Area konflik dan gangguan yang diderita testi. 2. Hubungan diantara masing-masing sikap yang tercermin dan hubungan masing-masing aitem. 3. Struktur kepribadian. a. Respon testi terhadap impuls-impuls yang ada dalam dirinya maupun yang berasal dari luar. b. Penyesuaian emosional (emotional adjustment) c. Kematangan (maturity) d. Tingkat realitas (reality level) e. Bagaimana testi mengekspresikan konflik-konflik dari dalam dirinya. 3. Metode Analisis Data Dokumentasi Dalam penelitian ini juga didapatkan data berupa dokumentasi yang berupa foto-foto interaksi informan dengan teman-temannya ketika di sekolah. Namun data dokumentasi ini hanya digunakan sebagai penguat data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan tes psikologi.

66 Adapun desain penelitian dan metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: MEMILIH INFORMAN Purposive PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA Verbatim Wawancara Menemukan Kata Kunci INTERVIEW OBSERVASI TES PSIKOLOGI DOKUMENTASI Membuat kategori Hubungan antar kategori (Cross Cases) PENGAMATAN DAN INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN Bagan 1. Bagan Desain Penelitian F. Keabsahan Data 1. Kredibilitas Menurut Poerwandari (1998) kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilan dalam mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan keberhasilan hasil penelitian dapat dipercaya. Cara-cara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

67 a. Memperpanjang masa observasi b. Triangulasi. Peneliti melakukan triangulasi dengan menggunakan teknik yang saling melengkapi, yakni observasi, wawancara, alat tes psikologi dan dokumentasi. c. Membicarakan penelitian dengan orang lain (peer debriefing). Peneliti melakukan diskusi dengan teman-teman peneliti yang sama posisinya dengan peneliti yang tidak terlibat dalam kegiatan penelitian. d. Menggunakan bahan referensi. Dalam penelitian ini menggunakan hasil rekaman tape sebagai alat pembantu dalam pengumpulan data. 2. Transferabilitas Marshall dan Rosman (Poerwandari: 1998) berpendapat bawa melalui istilah transferabilitas dijelaskan sejauh mana suatu penelitian yang dilakukan pada suatu kelompok tertentu dapat dipublikasikan pada kelompok lain. Yang perlu diperhatikan adalah, setting atau konteks dalam yang mana hasil studi akan diterapkan atau ditransferkan harus relevan, atau memiliki kesamaan dengan setting dimana penelitian dilakukan. Karenanya pula, upaya untuk menerapkan hasil penelitian pada kelompok berbeda lebih menjadi tanggung jawab peneliti lain yang ingin mencoba membuktikannya, daripada tanggung jawab peneliti sebelumnya yang sudah melakukan penelitian. 3. Dependabilitas Dependabilitas merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif. Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan apakah penelitian itu dapat diulangi atau direplikasikan oleh peneliti lain dan menemukan hasil yang sama apabila menggunakan metode yang sama. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, penelitian

68 dilakukan pada situasi kehidupan nyata yang tidak dapat direkonstruksi sepenuhnya dan cara melaporkan penelitian bersifat individualistik yaitu terdapat perbedaan antara peneliti satu dengan yang lain. Melalui konstruk dependabilitas, peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti (Poerwandari: 1998). Penelitian ini menggunakan audit trail untuk mencapai dependabilitas, adapun pengertian dari audit trail adalah proses pemeriksaan hasil penelitian oleh pihak-pihak yang netral sehingga akan mencapai pemeriksaan yang bersifat obyektif. Pihak yang melakukan audit trail dalam penelitian ini adalah pembimbing skripsi. 4. Konfirmabilitas Metode penelitian kualitatif menganggap bahwa hasil suatu penelitian akan objektif apabila juga dibenarkan oleh peneliti lain sehingga peneliti harus memperkecil kemungkinan terjadinya bias atau prasangka pada dirinya yang disebabkan oleh latar belakang kehidupan peneliti.

69 BAB IV PERSIAPAN PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Pelaksanaan Penelitian Tahap persiapan penelitian merupakan tahap yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian di lapangan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda, yaitu: SMP Ta mirul Islam Surakarta, SMP Muhammadiyah I Simpon dan SMP Muhammadiyah II Kartasura. Tempat penelitian yang pertama adalah di SMP Ta mirul Islam Surakarta yang beralamatkan di Jl. Dr. Wahidin No.5 Surakarta. SMP ini didirikan pada tahun 1979 dan mulai beroperasi pada tahun SMP Ta mirul Islam Surakarta berdiri diatas sebidang tanah yang memiliki luas 730m². Meskipun sekolah ini masih berstatus swasta, namun semua bangunan yang ada adalah milik Yayasan Ta mirul Islam ini sendiri. Saat ini dari kelas VII-IX ada 434 siswa yang menempuh pendidikan di SMP Ta mirul Islam ini. Tempat penelitian yang kedua adalah di SMP Muhammadiyah I Simpon yang beralamatkan di JL. Flores No. 1 Kampung Baru Kecamatan Pasar Kliwon Kabupaten Surakarta. Sekolah ini merupakan hibah dari Yayasan Muhammadiyah

70 Surakarta yang berdiri diatas lahan seluas m 2. Saat ini dari kelas VII-IX ada 712 siswa yang menempuh pendidikan di SMP Muhammadiyah Simpon Surakarta ini. Penelitian yang ketiga dilakukan di SMP Muhammadiyah II Kartasura yang beralamatkan di Dukuh rt 03/12 Makah Haji Kartasura. Sekolah ini didirikan pada tahun 1977 dan mulai beroperasi pada tahun yang sama. Sekolah ini adalah hasil hibah dari Yayasan Muhammadiyah Kota Kartasura yang berdiri diatas lahan seluas 810m 2. Sampai saat ini hanya ada 49 siswa yang berasal dari kelas VII-IX yang menempuh pendidikan di sekolah ini. 2. Persiapan Alat Pengumpulan Data a. Penyusunan pedoman wawancara Penulis menyusun pedoman wawancara berdasarkan pertanyaan penelitian yang menjadi fokus penelitian ini, meskipun pada kenyataannya setelah penulis berada di lapangan pedoman wawancara tersebut mengalami pengembangan dan penyempitan karena peneliti harus menyesuaikan situasi dan kondisi di lapangan yang senantiasa mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. Adapun pedoman wawancara yang disiapkan dalam penelitian ini meliputi 2 aspek: 1. Bentuk-bentuk striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi proses striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam.

71 Setelah pedoman wawancara disiapkan, peneliti melakukan uji coba (try out) terhadap guide interview tersebut kepada salah seorang siswa muslim penyandang tunadaksa yang sekolah disekolah inklusif. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum tentang fenomena yang akan diteliti sekaligus untuk menilai apakah pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian tersebut sudah dapat dipahami subjek serta apakah pertanyaan tersebut perlu ditambah dan atau dikoreksi. Jika guide interview tersebut dirasa sudah dapat mengungkap pertanyaan penelitian yang ada, maka guide tersebut sudah dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Try out pedoman wawancara ini dilakukan pada tanggal 26 November 2008 hingga 17 Desember 2008 di SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta dengan cara melakukan wawancara langsung kepada salah seorang siswa penyandang tunadaksa yang ada disana. Setelah try out selesai dilakukan dengan hasil (terlampir). Maka penelitianpun baru bisa dilakukan dengan menggunakan guide wawancara yang ada. b. Penyusunan pedoman observasi Sebelum melakukan observasi, peneliti terlebih dahulu menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam observasi tersebut, seperti: bulpoint dan buku (kertas). Hal-hal yang menjadi fokus dalam observasi tersebut meliputi:

72 1. Perilaku subyek saat berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. 2. Perilaku subyek saat belajar di kelas. Melalui observasi, peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku keseharian subjek terutama ketika subjek sedang berada di lingkungan sekolah. Observasi ini dilakukan dengan metode non-partisipan. c. Persiapan alat tes psikologi Alat tes yang digunakan adalah tes SSCT (Sacks Sentence Completion Test) yang merupakan salah satu alat tes kepribadian. Alat tes ini digunakan setelah proses interview eksploratif selesai dilaksanakan dengan tujuan sebagai penguat dan pembanding data yang sudah diperoleh dari interview tersebut. Untuk itu peneliti menyediakan lembar tes SSCT sejumlah subyek penelitian yang ada yaitu sebanyak 3 buah. Dalam penelitian ini SSCT digunakan setelah proses interview eksploratif selesai dilaksanakan dengan tujuan sebagai penguat data yang sudah diperoleh dari interview. Hal ini disebabkan karena asumsi yang mendasari terbentuknya alat tes ini adalah kalimat yang tidak sempurna dapat merangsang individu untuk memproyeksikan keadaan psikisnya dalam kalimat penyempurna, hasil proyeksi individu dalam kalimat penyempurna ini akan menggambarkan; sikap individu, keadaan psikis, dan konsep dirinya

73 d. Dokumentasi Instrument keempat yang digunakan adalah dokumentasi. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai pelengkap data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan alat tes psikologi. Dalam penelitian ini dokumentasi yang akan digunakan hanyalah dokumentasi berupa foto interaksi subjek dengan temantemannya di sekolah. Untuk itu peneliti menyiapkan beberapa alat yang dibutuhkan, diataranya adalah foto digital yang nantinya akan digunakan sebagai alat untuk menggambarkan keseharian subyek penelitian, khususnya di lingkungan sekolahnya. B. Pelaksanaan Penelitian 1. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dilingkup sekolah inklusif (reguler), sehingga dalam penentuan subyek penelitian tersebut harus diambil dari siswa dan orang-orang yang menjadi bagian dari sekolah inklusif tersebut. Pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan secara purpossive sampling, yaitu penentuan subyek diambil sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Karakteristik tersebut adalah; Islam, usia tahun dan penyandang tunadaksa yang sekolah di sekolah inklusif. Adapun subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Ketiga subyek ini didapatkan dari tiga sekolah yang berbeda, yaitu SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta, SMP Muhammadiyah II Kartasura dan SMP Ta mirul Islam Surakarta.

74 Minimnya jumlah siswa penyandang tunadaksa disana mengharuskan peneliti untuk memilih subjek dari tiga tempat yang berbeda. Ketiga karakteristik subyek penelitian yang diambil dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel III Subjek Penelitian No Nama Agama Umur Kelas Gender Tipe 1 A.D Islam 13 th X-Muh I 2 B.W.P Islam 14 th XI-TI 3 R.A.P Islam 14 th XI-Muh II Monoplegia- Lakilaki Ringan Lakilaki Monoplegia- Lakilaki Ringan Hemiplegia Ringan Keterangan: Muh I : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta. Muh II : SMP Muhamadiyah 2 Kartasura. TI : SMP Ta mirul Islam Surakarta. Selain itu dalam penelitian ini juga melibatkan 3 (tiga) informan pendukung yang mengetahui seluk beluk perilaku keseharian subjek khususnya ketika disekolah. Ke-tiga informan pendukung tersebut diambil dari ke-tiga sekolah yang menjadi tempat penelitian ini. Adapun ke-tiga informan pendukung tersebut adalah:

75 Tabel IV Informan Pendukung No Nama Agama Umur Profesi Gender Asal 1 Y.S Islam 24 th Guru BP Perempuan Muh I 2 S.G.S Islam 47 th Guru BP Laki-laki TI 3 I.T Islam 49 th Guru BP Laki-laki Muh II Keterangan: Muh I : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta. Muh II : SMP Muhamadiyah 2 Kartasura. TI : SMP Ta mirul Islam Surakarta. 2. Pelaksanaan pengambilan data Pengambilan data ini dilaksanakan pada 24 November 2008 sampai 19 Januari 2009 di tiga tempat yang berbeda, yaitu SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta, SMP Muhammadiyah II Kartasura, dan SMP Ta mirul Islam Surakarta. Pengambilan data dari ketiga tempat tersebut melalui tahapan-tahapan yang relatif sama. Adapun tahapan-tahapan dalam pengambilan data tersebut adalah: a. Peneliti mencari surat ijin penelitian kepada pihak Fakultas Psikologi, pencarian surat ijin penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap; 1). 24 November 2008 peneliti membuat surat perijinan untuk melakukan try out

76 guide interview di SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta dan ditandatangani oleh pembimbing skripsi. 2). 24 Desember 2009 peneliti meminta surat perijinan ke pihak Fakultas Psikologi untuk melakukan penelitian di SMP Ta mirul Islam Surakarta. 3). 9 Januari 2009 peneliti meminta surat ijin untuk kesekian kalinya ke pihak Fakultas Psikologi guna melakukan penelitian di SMP Muhammadiyah II Kartasura dan SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta. b. Setelah mendapatkan surat ijin dari Fakultas Psikologi UMS peneliti langsung mendatangi ketiga tempat penelitian tersebut guna melakukan konfirmasi. c. Setelah mendapatkan perijinan dari pihak sekolah, peneliti langsung melakukan proses pengumpulan data yang meliputi; wawancara dengan subjek penelitian, observasi, melakukan tes psikologis dengan SSCT kepada subjek dan mengambil dokumentasi yang diperlukan Pengambilan data wawancara Peneliti melakukan wawancara pertama dengan subjek ke-1 pada hari jum at malam tanggal 5 Desember Saat itu subjek masih nonton tv dirumahnya bersama Ibu dan Neneknya. Setelah berkenalan dan berbincangbincang sebentar dengan Ibu dan Nenek subjek, peneliti langsung meminta ijin kepada Ibu subjek untuk melakukan wawancara kepada subjek. Karena data yang diperoleh dari wawancara pertama dirasa belum mencukupi, maka peneliti melakukan wawancara yang kedua kepada subjek ke-1. Wawancara ke-2 ini dilakukan pada tanggal 19 Desember Kedua

77 wawancara tersebut dilakukan dirumah subjek yang berada di Dukuh Kepatihan Wetan Surakarta pada pukul wib. Sedangkan subjek ke-2 dilakukan wawancara pertama oleh peneliti pada tanggal 5 Januari 2009 yang dilakukan dirumah subjek yang berada di Kampung Suto Gunan rt 02/07 Surakarta pada jam wib. Pada saat peneliti datang kerumahnya, subjek baru pergi keluar dengan Ibu dan Kakaknya, sehingga peneliti memutuskan untuk menunggu dirumah subjek sampai subjek pulang. Akhirnya setelah menunggu ±15 menit subjek pulang kerumah dan setelah berbincang-bincang sebentar dengan Ibu subjek, peneliti langsung melakukan wawancara kepada subjek. Karena data yang diperoleh dari wawancara pertama dirasa kurang, maka peneliti melakukan wawancara yang kedua, wawancara yang kedua ini dilakukan di sekolah SMP Ta mirul Islam Surakarta pada tanggal 10 Januari 2009 pada pukul wib. Sementara itu untuk subjek ke-3 dilakukan wawancara pertama oleh peneliti di SMP Muhammadiyah II Kartasura pada tanggal 13 Januari 2009 pada pukul wib. Saat itu subjek sedang mengikuti pelejaran geografi, namun atas ijin dari kepala sekolah maka peneliti diperkenankan untuk melakukan wawancara kepada subjek. Untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara pertama, peneliti melakukan wawancara yang kedua terhadap subjek. Wawacara yang kedua ini dilakukan di SMP Muhammadiyah II Kartasura pada tanggal 16 Januari 2009 pukul wib, saat itu subjek baru istirahat kelas sehingga lebih mempermudah peneliti dalam melakukan wawancara.

78 2.2. Pengambilan data SSCT Pengambilan data SSCT terhadap subjek ke-1 dilakukan pada hari senin tanggal 12 Januari 2009 pada pukul wib dirumah subjek di Kepatihan Wetan Surakata. Demikian juga dengan subjek ke-2, pengambilan data SSCT ini juga dilakukan pada hari senin tanggal 12 Januari 2009 pukul wib dirumahnya yang beralamatkan di Kampung Suto Gunan rt 02/07 Surakarta. Pengambilan data SSCT dirumah subjek ini dikarenakan peneliti tidak ingin menggangu kegiatan belajar-mengajar subjek. Selain itu subjek akan dapat lebih santai ketika pengambilan data ini dilakukan di rumahnya. Sedangkan subjek ke-3, pengambilan data SSCT ini dilakukan pada tanggal 13 Januari 2009 pada pukul wib di sekolahnya SMP Muhammadiyah II Kartasura. Pengambilan data SSCT dilakukan disekolah ini dikarenakan subjek malu kepada peneliti jika pengambilan data dilakukan dirumahnya yang jauh dan jelek. Sehingga subjek meminta agar pengambilan data dilakukan di sekolah Pengambilan data observasi dan dokumentasi Pengambilan data observasi dan dokumentasi terhadap subjek penelitian dilakukan disekolah masing-masing. Pengambilan data observasi dan dokumentasi subjek ke-1 dilakukan pada tanggal 14 Januari 2009 pukul wib dengan cara peneliti datang langsung ke SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta dan meminta ijin kepada guru kelas untuk melakukan observasi

79 kelas dan pengambilan beberapa foto interaksi subjek dengan teman-temannya ketika dikelas. Demikian juga dengan pengambilan data observasi dan dokumentasi terhadap subjek ke-2. Pengambilan data ini dilakukan pada tanggal 10 Januari 2009 pukul wib, setelah mendapatkan perijinan untuk melakukan observasi kelas maka peneliti langsung mengobservasi subjek dan mengambil foto dokumentasi ketika subjek sedang berinteraksi dengan teman-temannya. Sedangkan pengambilan data observasi dan dokumentasi subjek ke-3 dilakukan di SMP Muhammadiyah II Kartasurta pada tanggal 13 Januari 2009 pukul wib. C. Hasil Penelitian dan Kategorisasi 1. Hasil Observasi 1.1. Subjek I Dari hasil observasi yang dilakukan di SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta diketahui beberapa hal yang ditunjukan oleh subjek. Di kelas subjek duduk dengan seorang teman laki-laki, subjek duduk dibangku paling depan sebelah kiri. Subjek terlihat memperhatikan gurunya yang sedang menerangkan pelajaran dan sesekali subjek terlihat mencacat setiap apa-apa yang ditulis oleh guru di papan tulis yang ada di depan ruang kelas. Ketika pelajaran sudah selesai dan sambil menunggu mata pelajaran selanjutnya, subjek duduk-dukuk bersama dengan teman-temannya dikelas.

80 Subjek duduk diantara teman-temanya 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Subjek bercakap-cakap dengan mereka dan sesekali subjek pun tersenyum. Bel pun berbunyi, semua siswa masuk kedalam kelas dan mulai memposisikan diri sesuai dengan tempat duduk masing-masing. Tanpa terkecuali subjek, subjek pun beranjak dari tempat duduknya semula dan pindah ke tempat duduknya yang berada di depan. Ketika subjek berjalan menuju tempat duduknya terlihat subjek berjalan dengan gontai (pincang). Dari hasil pengamatan ini menunjukan bahwa meskipun cacat namun subjek memiliki perilaku adaptif, subjek mudah bersosialisasi dan bergaul baik dengan teman laki-laki maupun temannya yang perempuan dengan tidak ada indikasi rasa malu dan minder sama sekali Subjek II Subjek duduk dengan seorang teman laki-laki, subjek duduk dibangku tengah yang ada diruangan kelas XI. Ketika pelajaran sedang berlangsung subjek menunjukan perilaku yang tidak jauh berbeda dengan teman-temannya yang lain, seperti mencatat dan mendengarkan guru yang sedang menerangkan pelajaran di depan kelas. Selepas pelajaran, subjek keluar dari kelas. Subjek berjalan dengan sedikit pincang kemudian subjek mulai berkumpul dengan teman laki-laki dan dudukduduk diserambi kelas. Ketika sedang berkumpul, subjek nampak asik bercakapcakap dengan teman-temannya dan bersenda gurau bersama mereka.

81 1.3. Subjek III Dikelas subjek nampak asik menyimak pelajaran yang disampaikan gurunya dan subjek terlihat menulis apa-apa yang ditulis di papan tulis. Ketika pelajaran sudah selesai, subjek dan beberapa temannya keluar dari kelas dan kemudian berjalan menuju kantin yang ada dibelakang gedung sekolah SMP Muhamadiyah II Kartasura. Di kantin, subjek membeli beberapa jajanan yang ada disana. Kemudian subjek berjalan dengan dua orang temannya ke kelas XI untuk kemudian dudukduduk di dalam kelas sambil berbincang-bincang dengan kedau temannya tersebut. Sesekali subjek tertawa sambil memukul pundak temannya yang duduk disamping kirinya. 2. Hasil Interview dan Tes Psikologi 2.1. Subjek I Nama : A.D. Usia : 13 th Profesi : Pelajar Tipe kecacatan : Ringan/monoplegia Sekolah asal : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta Meskipun subjek memiliki kaki yang cacat, namun subjek senatiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah untuknya. Subjek selalu mensyukuri apa-apa yang telah diberikan kepadanya. Walaupun cacat subjek tidak menyerah dan selalu berpikir positif dalam mensikapi kekurangan yang ada pada dirinya tersebut.

82 Ya aku mas, aku sudah bersyukur Alkhamdulillah sudah diberi kaki kayak gini tapi otaknya kan bisa berpikir untuk anu perilakunya. (W1.S1: ). Ya kan sudah dikasih kesempurnaan walaupun masih dikit. Harus bersyukur. (W2.S1: ). Sebagai manusia biasa subjek mengakui bahwa dia juga sama dengan manusia lain yang memiliki kelemahan namun juga memiliki kelebihan. Subjek mengaku bahwa dia memiliki kelemahan dalam hal fisik karena kecacatan yang ada pada kaki sebelah kirinya, sehingga untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang membutuhkan tenaga fisik terutama kaki seperti berjalan jauh dan lari subjek akan merasa kesulitan atau bahkan tidak bisa sama sekali. Namun dibalik kelemahan yang ada ini, subjek yakin bahwa dia juga memiliki kelebihan lain, seperti otak yang cerdas dan pengetahuan tentang agama yang melebihi teman-temannya yang lain. E kadang ya capek kalau lari wah capek. Kalau maen bola kadang. (W1.S1: ). Olah raga, soalnya kalau lari saya cepet bener capek. Terus gini sakit, baru gitu-gitu sakit. panas kadang-kadang kalau pas hujan olah raganya pas hujan baru kena beberapa tetes saja sudah sakit. (W2.S1: ). Kelemahan yang ada adalah berjalan terlalu jauh. (SSCT/1/A.D/KD)

83 Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan adanya kekurangankekurangan yang ada pada diri subjek. Subjek akan selalu belajar dengan sunguhsungguh dan akan selalu berusaha untuk menjaga perasaan teman-temannya dengan cara tidak mengejek dan menghinanya. Karena subjek berkeyakinan bahwa ketika dia mampu menjaga perasaan temannnya, maka temannya juga akan mejaga perasaan subjek. Selain itu subjek juga selalu berdzikir dan berdo a kepada Allah serta selalu mendekatkan diri pada Allah. Karena dengan cara berdzikir dan memohon pertolongan kepada-nya inilah subjek akan diberi kemudahan oleh Allah dalam segala hal. Selain itu subjek selalu menjadikan ejeken-ejekan itu sebagai sumber motivasinya untuk belajar dan subjek senantiasa menubuhkan keyakinan dalam diri sendiri bahwa dia mempunyai kelebihan-kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh teman-temannya, seperti otak yang cerdas, kemampuan TIK dan wawasan Agama yang luas. Anu kadang dzikir kalau malem dzikir terus ngaji, dzikir terus berdoa. (W1.S1: ). Ya selalu mendekatkan diri sama Allah.Dzikir, do a anu minta pertolongan biar dikasih kemudahan biar lancar sama biar masuk surga (tersenyum.:) (W1.S1: ).

84 Bagi subjek kecacatan bukanlah suatu penghalang untuk melakukan suatu aktifitas, akan tetapi subjek mampu beraktifitas sebagaimana orang normal pada umumnya. Aktifitas-aktifitas subjek ini ditujukan dengan memperbanyak ibadah kepada Allah, seperti; sholat, mengaji dan bahkan sholat malam pun juga sering subyek lakukan. Itu semua ditujukan untuk mengharapkan ridho Allah Ta ala. Ya biasa, sholat ya sholat. Ngaji ya ngaji dan nganu kalau bisa bangun malem sholat tahajud. (W1.S1: ). Meskipun kekurang sempurnaan subjek ini tidak terlalu mempengaruhi aktifitas keseharian subjek, namun kekurang sempurnaan fisik subjek tersebut terkadang menjadi bahan ejekan dan olok-olokan dari teman-temannya. Ejekanejekan tersebut tidak lantas membuat subjek gusar dan marah kepada orang yang mengejek dan mengolok-oloknya, namun subjek menanggapinya dengan penuh keikhlasan dan subjek selalu berupaya untuk tetap sabar dan tabah dalam mengahadapinya. Hal ini disebabkan karena subjek meyakini bahwa kekerasan tidak tepat bila dihadapi dengan kekerasan karena akan semakin memperkeruh permasalahan, inilah yang ingin ditunjukan oleh subjek. Subjek membuktikan bahwa dengan kelembutan, ketenangan dan kesabaran semua masalah bisa dihadapinya dan dengan kelembutan, ketenangan serta kesabaran tersebut dapat membuahkan hasil yang positif bagi dirinya, teman-temannya dan lingkunganya.

85 Hal ini terbukti dengan tidak adanya orang-orang yang mengejek, mengucilkan dan meremehkan subjek setelah subjek menunjukkan sikap positif dan selalu bersikap baik kepada teman-temannya tersebut. Ya caranya misalnya minta uang dikasih aja, gak papa. Kalau mau njotos, jangan no mas. Jangan gitu wong bolo sama-sama teman jangan gitu, terus tak gojekin gitukan nanti bisa bagus nggak jadi kekerasan lagi. Gak jadi malakin lagi. (W1.S1: ). Tapi gak papa. Anu malah tak buat jangan putus asa, kan masih ada temen yang baik. (W1.S1: ). Ya sama kayak tadi, ya kalau misalnya marah itu jangan gitu, kan sama temenkan kalau marahkan gak enak. Dosa kan gak boleh sama Nabi Muhammad gak apa kan gak diperbolehkan marah. (W1.S1: ). Ada, tapi Oh jangan gitu sama temen jangan gitu, gak boleh, sesama muslim kan nganu harus kan ukhuwah islamiah. Semua kan saudara, gak boleh nyeknyekan, saling mengejek-mengejek kan gak boleh. Terus dia minta maap, oya maap ya (W2.S1: ). Akan berserah diri kepada Allah. Bersabar dan tawakal. (SSCT/1/A.D/KD). Subjek bukanlah tipe orang yang apatis, namun subjek adalah orang yang suka bergaul dan gemar memperbanyak teman. Namun dalam melakukan interaksi subjek cenderung lebih meyukai orang-orang yang memiliki karakter yang baik, karena kebaikan dari seorang teman, guru dan orang orang yang ada disekitarnya tersebut sangatlah penting bagi dirinya karena kebaikan-kebaikan tersebut akan menjadi motivasi tersendiri bagi subjek untuk tetap semangat dan lebih percaya diri dalam menerima kekurang sempurnaan fisiknya. Pengennya ya kumpul dengan orang-orang yang normal. (W2.S1:64-65). Tapi aku kan pengen tahu dengan dunia luar, teknologi. Terus aku pengen punya temen banyak, kalau di sekolah khusus kan temennya dikit. (W2.S1:68-71). Ya enak, gurunya sabar, murid-muridnya enak suka memberi semangat. (W2.S1:73-74).

86 Kebaikan-kebaikan yang ditujukan oleh teman dan guru serta orang-orang yang ada disekitar subjek terbukti mampu dalam menumbuhkan rasa percaya diri pada diri subjek. Sehingga dalam menjalani aktifitas kesehariannya subjek tidak pernah merasa malu dengan kondisi fisiknya yang cacat dan berbeda dengan orang pada umumnya. Subjek meyakini bahwa rasa percaya diri ini bisa tumbuh karena adanya ukhuwah islamiyah yang terjalin antara subjek dan orang-orang yang ada disekitarnya. Ukhuwah islamiyah ini merupakan alat pemersatu. Apabila seseorang sudah memahami ukhuwah islamiyah ini dia tidak akan pernah merasa tinggi diantara orang-orang yang lain, tidak akan pernah mengejek dan menghina teman-temannya. Ukhuwah islamiyah inilah yang menjadikan subjek lebih percaya diri dihadapan teman-temannya. Sehingga subjek tumbuh menjadi pribadi yang matang, tidak malu dan minder walaupun dia memiliki fisik yang tidak sempurna sebagaimana teman-temannya yang lain. Nggak, ngak sama sekali. (W2.S1:99). Ya ga papa, anu karena sesama muslim kan nganu harus kan ukhuwah islamiah. Semua kan saudara, gak boleh nyek-nyekan, saling mengejekmengejek kan gak boleh. (W.1.S1: ). Perlakuan baik guru kepada subjek menyebabkan subjek mampu bertahan di lingkungan sekolah yang inklusif ini. Meskipun subjek memiliki kelemahan secara fisik, namun di sekolah ini subjek tidak mendapatkan perlakuan negatif dari guru-gurunya. Bahkan di sekolah ini subjek selalu diberi semangat dan

87 motivasi oleh guru-gurunya dan tidak dibeda-bedakan dengan siswa-siswa lain yang memiliki fisik lebih sempurna dari subjek. Untuk mengantisipasi munculnya sikap malu dan minder pada diri subjek, guru-guru yang ada saling bahu-membahu untuk mengembalikan kepercayaan subjek yang sempat ternodai dengan adanya pengalaman traumatik subjek ketika subjek sekolah di negeri dulu yang selalu mendapatkan hinaan dan cemoohan baik dari teman maupun guru subjek. Diantara usaha-usaha yang dilakkan oleh para guru tersebut adalah: a) Selalu memberi nasihat dan motivasi kepadanya, b) Tidak membeda-bedakannya dengan siswa-siswa yang lainnya, c) Selalu meyakinkan subjek bahwa dimata guru semua siswa itu sama. Ya memperlakukan saya ya seperti orang-orang biasa, misalnya gini-gini aku dibantuin. Dikasih semangat, dikasih spiritlah. (W2.S1: ). Kamu jangan begini-begini, hidup itu harus rileks gak boleh marah gak boleh malu sama temen. Semua temen sama. (W2.S1:86-88). Dulu iya. Tapi gak suka. Soalnya itu gurunya apa mandangnya gak kayak guru Islam. Kadang gini dimarahin, gak salah apa dimarahin. (W1.S1: ). Subjek memandang bahwa seorang guru juga baik dan subjek akan memberi salam ketika bertemu mereka. (SSCT/1/A.D/HI). Pengalaman buruk inilah yang menjadikan subjek enggan untuk sekolah di sekolah negeri. Karena di sekolah negeri ini subjek sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan baik dari teman-teman maupun dari gurunya, selain itu perbedaan Agama juga menjadi penyebab ketidaksukaan subjek untuk sekolah disana. Di sekolah negeri ini subjek sering diganggu oleh teman-temannya bahkan sampai pada taraf penganiayaan secara fisik, seperti memukul, menendang, memalak dan lain sebagianya.

88 Menurut subjek munculnya perilaku-perilaku negatif ini disebabkan karena ketidakpahaman mereka akan ilmu Agama, karena jika mereka paham Agama mereka tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan seperti diatas. Kalau di negeri itu gurunya itu ada yang Kristen, Islam. tementemennya ada yang ngejek, nglempari pakai batu, kan gak suka saya. (W2.S1: ). Ngejeknya oh begok lo. Terus waktu aku lari kakiku dijegal sampai kepalaku ke jedut pintu. Terus dijotosin pernah juga. (W2.S1: ). Kalau di Negeri itu kan gak tahu hari akhir itu apa aja tanda-tandanya. Siapa yang masuk surga itu siapa saja, kan belum tahu. Kalau mereka tahu mereka gak akan kayak gitu, ngejek-ngejek kayak gitu. Kalau tahu isi agama mereka gak ngejek. (W.2.S1: ). Seorang teman bagi subjek adalah teman yang baik, tidak nakal, tahayul atau syirik. (SSCT/1/A.D/HI) Subjek tidak terlalu banyak berharap, namun dalam kehidupan ini subjek hanya menginginkan teman dan guru-guru yang baik, yang bisa memotivasi dan memberi semangat serta membantunya ketika subjek membutuhkan bantuan baik dalam keadaan suka maupun duka. Sehingga subjek bisa menjalani kehidupan ini dengan penuh rasa percaya diri dan tidak ada perasaan minder dalam dirinya. Anu kalau baik, temen-temen baik, guru-guru baik gak ada yang ngejek sudah Alkhamdulillah. (W1.S1: ). Kalau ya, ya anu itu ya Allah mohon saya dikasih kelebihan dan teman-teman saya biar gak nakal lagi. (W2.S1: ) 2.2. Subjek II Nama Usia Profesi Tipe kecacatan Sekolah asal : B.P.W : 14 th : Pelajar : Ringan/monoplegia : SMP Ta mirul Islam Surakarta

89 Subjek meyakini bahwa semua yang terjadi pada dirinya adalah sebuah scenario yang telah Allah buat dan rencanakan untuknya dan subjek meyakini bahwa semua itu pasti ada hikmahnya. Walaupun hikmah tersebut belum diketahui oleh subjek, namun subjek tetap optimis bahwa kemudahan selalu ada dalam setiap kesulitan dan subjek akan tetap berusaha untuk mewujudkan apa yang dia cita-citakan. Yo gak papa mas, kan semua sudah diatur sama Allah. Kan pasti ada hikmahnya. (W1.S2: ). Ketakutan yang ada pada subjek adalah tentang masa depan, akan tetapi subjek ingin mewujudkan cita-citanya. (SSCT/2/B.P.W/KD). Meskipun demikian, kecacatan yang ada pada diri subjek tersebut menjadikan subjek tidak leluasa bergerak, akibatnya subjek merasa kesulitan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah seperti olah raga dan upacara bendera yang ada di sekolahnya. Namun dengan segala kekurangan yang ada pada diri subjek tersebut tidak menjadikan subjek berpangku tangan dan menunggu belas kasih orang lain, karena subjek ingin mandiri dan tidak mau menyusahkan orang lain. Karena subjek masih bisa menjalani aktifitas kesehariannya tanpa ada masalah yang berarti, baik untuk keperluan keseharian seperti mengambil makan, belajar dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi salah satu kelebihan subjek dimata guru dan teman-temannya. Selain itu subjek juga memiliki kelebihan lain yang cukup membuatnya bangga yaitu kemampuan mengoperasikan komputer.

90 Akan tetapi untuk aktifitas-aktifitas lain yang memerlukan tenaga fisik lebih banyak seperti berjalan jauh, berlari dan olah raga lainnya subjek merasa kesulitan karena cacat fisik yang ada pada dirinya. Kaki saya, saya gak kuat kalau disuruh jalan lama, kaki saya suka sakit. (W1.S2: ). Gak bisa, kalau bisa jangan terlalu jauh nanti capek. Kan kakiku ini suka capek kalau jalan jauh. (W2.S2: ). Ya saya tidak mau nyusain orang lain, kalau saya bisa saya lakukan. (W2.S2: ). Bisa maen computer. (W1.S2:138). Karena dulu waktu masuk kelas I sudah bilang kalau kaki saya sakit kalau dipakai jalan jauh, jadi sama guru di ijinkan untuk tidak ikut olah raga.(w1.s2: ). Gak ada cuma ini aja, tapi kadang kalau pas upacara saya gak ikut gak apa-apa karena kalau ikut kelamaan berdiri kadang kaki saya suka sakit, jadi gak ikut gak papa. (W1.S2: ). Ya seperti biasa, biasa aja gak ada masalah. (W1.S2:110). Saya gak pernah maen jauh, paling dirumah aja atau ke tempat teman depan rumah saya. Kalau jauh-jauh gak boleh, trus suka capek. (W1.S2: ). Gak ada, semua bisa aku lakukan. (W1.S2:112). Kelemahan yang ada pada subjek, apabila berjalan terlalu jauh. (SSCT/2/B.P.W/KD) Kekurang sempurnaan fisik yang ada pada diri subjek ini tidak membuatnya pesimis dan menyerah dengan keadaan, namun subjek senantiasa menunjukkan rasa optimisme yang tinggi delam menghadapi permasalahan yang menimpanya. Rasa optimisme ini ditunjukan dengan berbagai bentuk, diantaranya adalah dengan berusaha dan belajar dengan sungguh-sungguh. Selain itu sholat dan berdo a juga selalu subjek lakukan. Rasa optimisme ini juga terlihat dengan adanya kecenderungan subjek untuk membaur dengan teman-temannya yang normal, refresing dengan temantemannya dan bermain bersama mereka. Bermain bersama dengan cara membaur dengan orang-orang normal ini subjek lakukan untuk menghilangkan rasa

91 senioritas, egoisme, arogan maupun rendah diri yang mungkin muncul diantara mereka. Bisa aja, yang penting belajar, terus berusaha pasti bisa. (W1.S2: ). Paling sholat, terus berdoa. (W2.S2:145) Refresing, bermain sama teman-teman. (W2.S2:88) Namun subjek hanya bisa pasrah dan ikhlas ketika masih ada diantara teman-temannya yang menghina dan mengejeknya karena kekurang sempurnaan fisik yang ada pada dirinya. Hal ini disebabkan karena subjek tahu diri dan sadar diri bahwa dia memang cacat dan berbeda dengan teman-temannya. Rasa pasrah ini subjek tujukan kepada Allah sebagai Dzat yang menciptakannya, dan subjek selalu berharap agar Allah bisa memberikan kelebihan yang lain sehingga subjek tidak diejek dan diganggu oleh teman-temannya. Saya gini aja, saya biarkan orang-orang lain ngejek saya gak papa. (W1.S2:92-93). Ya gak papa, kan udah dari kecil udah kayak gini. Jadi gak papa. (W1.S2: ). Paling sholat, terus berdoa, biar jadi anak yang sholeh dan pinter dan bisa jadi pilot. (W2.S2: ). Akan menghadapi kecacatan ini dengan penuh kesabaran. (SSCT/2/B.P.W/KD) Pada dasarnya ketidaksempurnaan fisik ini tidak menjadikan subjek malu dan minder dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang normal. Karena subjek meyakini bahwa meskipun dia secara fisik cacat, namun pada dasarnya dia adalah normal dan sama seperti teman-temannya yang lain. Inilah yang menjadikan subjek tidak malu dan minder kepada temantemannya, selain itu kebaikan teman-teman subjek di sekolah ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat subjek lebih percaya diri. Karena di sekolah ini subjek mempunyai teman-teman yang baik, yang suka membantu dan

92 menolongnya dan bisa menerima kondisi subjek apa adanya. Ya sering bermain sama-sama saya, belajar sama-sama. Baik-baik sama saya. Tidak pernah ngeyek (mengejek-red) saya. (W1.S2:80-82). Kan mereka sudah tahu kalau saya punya kelemahan kaki saya gini. Mereka sudah maklum. (W1.S2:85-87). Kan saya normal walaupun kaki saya begini tapi saya normal. (W2.S2: ). Sering e memberitahu kalau saya tidak bisa. (W2.S2:35-36). Teman bagi subjek, baik, tidak nakal, sholeh. (SSCT/2/B.P.W/HI). Nggak, enak di sekolah umum dari pada di sekolah khusus. Di sekolah umum di ta mirul juga gak ada yang ngejek saya, semuanya juga baik-baik. (W1.S.2:25-28). Ya kan saya pengen bermain dengan orang-orang normal. (W1.S2:34-35). Yo gak suka, mosok maen sama orang cacat terus. Sayakan juga pengen maen dengan orang normal. (W1.S2:41-43). Kan kalau orang normal itu enak, diajak maen enak, pinter-pinter. Kan saya juga pengen seperti mereka. (W1.S2:46-48). Ya karena gak suka aja, gak suka dengan orang-orang cacat. Kan saya normal walaupun kaki saya begini tapi saya normal. (W2.S2: ). Secara psikologis kekurangsempurnaan ini tidak begitu berpengaruh terhadap subjek, bahkan subjek merasa enjoy dan tidak malu dengan kondisi fisiknya yang cacat. Namun kecacatan ini memiliki pengaruh yang besar terhadap aktifitas keseharian subjek, terlebih lagi aktifitas-aktifitas yang memerlukan tenaga fisik yang besar dan menguras tenaga seperti berjalan jauh, berlari dan lain sebagainya. Ya kan kita sama, cuma beda kakinya aja. Kenapa harus malu. (W1.S2:56-57). Ya karena saya sudah biasa jadi gak malu lagi. (W1.S2: ). Biasa dengan kaki seperti ini, jalan yang begini. Tapi gak papa.. (W1.S1: ). Saya gak pernah maen jauh, paling dirumah aja atau ke tempat teman depan rumah saya. Kalau jauh-jauh gak boleh, trus suka capek. (W1.S2: ). Nyantai aja, kan orang-orangnya baik semua. Enak biasa aja. (W2.S2: ).

93 Meskipun demikian kecacatan ini bukanlah suatu alasan bagi guru untuk memberikan pengkhususan bagi subjek, pengkhususan hanya diberikan dalam bidang olah raga dan setiap aktifitas-aktifitas yang banyak memerlukan tenaga fisik lainnya. Namun jika subjek masih mampu melakukannya, maka subjek diharuskan untuk mengikuti semua kegiatan yang ada di sekolah tanpa ada pengecualian. Untuk kegiatan yang lain yang ada di sekolah ini subjek diperlakukan sama seperti siswa-siswa pada umumnya tidak ada diskriminasi maupun dispensasi bagi subjek. Perlakuan yang sama itu terlihat dalah hal membantu siswa jika siswa mendapatkan kesulitan dalam proses belajar mengajar, memberi memotivasi kepada siswa, menghukum jika bersalah dan kegiatan belajar mengajar lainnya. E perilaku. Eh anu seperti membantu saya kalau saya sedang kesusahan. (W1.S2:61-62). Sama seperti yang lainnya, gak dibeda-bedain. (W1.S ). Biasanya pas olah raga mas, kalau olah raga, saya gak boleh ikut. Saya disuruh nonton aja. (W1.S2:73-74). Gak pernah, paling kalau guru itu kalau pas olah raga. Aku sering diberi keringanan gak ikut gak papa. Itu aja kalau yang lain ya sama aja dengan teman-teman yang lain. (W1.S2: ). Gak ada cuma kakak aja, tapi kadang-kadang guru-guru juga ngasih semangat untuk belajar yang rajin biar pinter. (W1.S2: ). Seperti anu ya baik-baik gak pernah gojek- gojeki. Seperti orang normal gitu melakukan saya. (W2.S2:14-16). Begitu juga dengan guru, mereka baik dan sabar. (SSCT/2/B.P.W/HI) Subjek tidak berharap banyak di sekolah ini, namun subjek hanya berharap dia bisa mendapatkan teman-teman yang banyak dan baik hati serta bisa berprestasi dengan baik sehingga dapat membahagiakan orang tuanya. Karena

94 dengan memiliki teman yang banyak dan berprestasi tersebut akan membuat subjek menjadi lebih percaya diri dengan kondisi fisiknya yang cacat. Ya bisa belajar dengan baik, terus dapat prestasi, dan terus punya temen-temen yang banyak. (W2.S2:81-83). Tujuan hidup yang diinginkan agar selalu pintar. (SSCT/2/B.P.W/KD) 2.3. Subjek III Nama : R.A.P Usia : 14 th Profesi : Pelajar Tipe kecacatan : Ringan/hemiplegia Sekolah asal : SMP Muhammadiyah II Kartasura Subjek memandang bahwa kehidupan yang dijalaninya adalah sesuatu yang rumit, rumit karena subjek mengharapkan sesuatu yang sangat tidak mungkin dicapainya dengan adanya kekurangan-kekurangan yang ada pada diri dan keluarganya. Namun subjek mencoba untuk selalu berpikir positif dengan meyakini bahwa subjek pasti mampu untuk menggapai apa yang diharapkannya tentunya kalau subjek mau berusaha menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya dan belajar dengan maksimal. Apa itu, kehidupan yang agak rumit gitu Karena kekurangan dan kekurangan saya ini. (W1.S3: ). Ya gitu, apa itu rumit banget. Saya kan hidup dikeluarga yang tidak mampu, terus saya pengen sekolah yang tinggi. (W2.S3:89-91). Mencoba terus berusaha untuk menutupinya. (W1.S3:226). Tentang masa depan, memungkinkan untuk dicapai. (SSCT/3/R.A.P/KD) Subjek meyakini bahwa setiap kelemahan pasti ada kelebihan. Demikian halnya dengan subjek yang juga memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana

95 orang pada umumnya. Kekurangan yang mencolok pada subjek adalah kaki kiri dan tangan kirinya subjek yang kecil, Selain itu subjek adalah murid dengan fisik terkecil yang ada di sekolah ini. Namun kekurangan yang ada pada diri subjek tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi guru-gurunya, karena justru dengan kekurangan tersebut menjadikan guru-gurunya lebih sayang dan subjek menjadi siswa yang disenangi oleh para guru. Selain itu subjek juga memiliki kelebihan yang lain, yaitu kemampuan olah vocal subjek dan kemahirannya dalam menyusun kata-kata menjadi puisi yang indah. Dulu dapat peringkat dua di SD. (W1.S3:34). Anu membaca puisi dan menyayi. (W1.S3:232). Karena saya ini murid yang terkecil disekolah ini, banyak disenangi oleh guruguru. (W1.S3:88-89). Ni kan tangan kirinya kecil terus badanku juga kecil sendiri di sekolah ini. (W1.S3:44-45). Dalam apa itu, apa hal yang gak bisa gitu lo kalau kan mengangkat benda berat gak bisa mengangkat gitu diangkatkan. terus kerjasama. (W1.S3: ). Ya karena ini tangan dan kakiku kan sakit, jadi gak bisa olah raga. (W2.S3:48-49) Subyek suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan karya sastra. (SSCT/3/R.A.P/HI). Kelemahan yang utama pada diri subjek adalah cacat fisik tangan kiri dan kaki kiri. (SSCT/3/R.A.P/KD) Dengan adanya kecacatan ini meyebabkan subjek tidak mampu menjalankan aktifitasnya sebagaimana siswa lain pada umumnya. Dengan kecacatan ini menjadikan subjek tidak mampu untuk melakukan olah raga, mengangkat meja atau kursi dan aktifitas-aktifitas fisik lainnya. Inilah dampak yang ditimbulkan dari kecacatan tersebut, namun secara psikologis subjek tidak begitu terpengaruh dengan dangan adanya kecacatan ini karena subjek meyakini

96 bahwa setiap kekurangan pasti ada kelebihan. Pikiran postitif seperti inilah yang selalu ada dalam diri subjek, sehingga subjek tidak malu meskipun subjek cacat dan berbeda denga siswa-siswa lainnya. Sepak bola, terus poli gak bisa, lompat jauh gak bisa, tolak peluru gak bisa, lempar cakram gak bisa. (W1.S3: ). Dalam hal piket, kan naikkan kursi kemeja itu kan gak bisa, tangan yang satunya gak bisa. Terus minta bantuan teman. (W2.S3:62-64). Ngapain malu, kan suatu kekurangan itu pasti ada kelebihannya. (W2.S3:86-87). Selain berpikir positif, subjek juga selalu berpikir optimis dalam mensikapi kekurang sempurnaan dan kelemahan yang ada pada dirinya tersebut. Subjek meyakini bahwa setiap kelemahan itu pasti ada kelebihan, sehingga subjek tidak malu dengan adanya kecacatan yang disandangnya. Selain berpikir optimis, subjek juga selalu berusaha untuk menutupi setiap kekurangan yang ada pada dirinya dengan cara selalu berusaha dan belajar dengan giat dan sungguh-sungguh agar bisa selalu berprestasi di sekolahnya. Kerena setiap kekurangan itu pasti juga ada kelebihannya. (W1.S3:36-37). Mencoba terus berusaha untuk menutupinya. (W1.S3:226). Ya dengan berusaha belajar terus agar bisa menjadi anak yang pintar. (W1.S3: ). Ada belajar yang sungguh-sungguh dan menghormati guru. (W1.S3: ). Saya akan mencoba untuk menutupi kelemahan saya, saya membantu teman-teman, belajar gitu. (W1.S3: ) Meskipun kecacatan menimpa pada kaki dan tangan subjek, namun dalam menjalankan aktifitas keseharianpun subjek mampu menjalaninya seperti orang normal pada umumnya dan tidak ada permasalahan yang berarti bagi subjek, karena subjek mampu menjalakan aktifitas sehari-hari tanpa harus membutuhkan bantuan orang lain.

97 Akan tetapi untuk kegiatan-kegiatan yang berat, subjek mengakui bahwa subjek masih memerlukan bantuan orang lain, seperti mengangkat barang dan lain sebagainya, dan subjek tidak pernah malu untuk meminta bantuan-bantuan yang memang dibutuhkannya tersebut. Baik-baik aja.. (W1.S3:160). Ya seperti biasa, kalau makan ya ambil sendiri, kalau maen ya maen gitu! (W2.S3:56-57). Belajar, menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa perlu malu dan bermain seperti anak-anak yang normal. (W2.S3: ). Dalam hal piket, kan naikkan kursi kemeja itu kan gak bisa, tangan yang satunya gak bisa. Terus minta bantuan teman. (W2.S3:62-64) Kekurang sempurnaan fisik yang ada pada subjek tersebut terkadang dijadikan bahan ejekan oleh teman-temannya. Namun subjek tidak terlalu memperdulikan ejekan-ejekan yang ditujukan kepadanya tersebut. Akan tetapi subjek hanya bisa pasrah, sabar dan tabah menerimanya. Subjek meyakini bahwa ejekan adalah suatu kelebihan dan ketika ejekan-ejekan itu ditujukan kepadanya itu berarti bahwa subjek memiliki kelebihan-kelebihan lain yang menjadikan teman-temannya mengejeknya. Ejekan-ejekan itu tidak membuat subjek dendam kepada orang yang mengejeknya, karena subjek meyakini jika kekerasan dibalas dengan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah akan tetapi justru akan memperkeruh permasalahan yang ada. Sehingga jalan yang subjek ambil adalah bersabar dan tabah serta memaafkan orang-orang yang telah megejeknya. Aku terserah, PD aja ngapain diambil hati, gak ada apaapanya. (W1.S3: 83-84). Ya terus pulang aja. langsung pergi gak mendengarkan. (W1.S3: ). Karena di ejek itu pasti saya ada kelebihannya. (W1.S3: ). Ya tidak membalas,

98 nanti kalau di apa itu dihadapi makin menjadi-jadi. (W1.S3: ). Akan selalu tabah dan sabar dalam menghadapinya. (W1.S3: ). Ya gak papa, namanya juga teman. (W2.S3:26). Subjek berusaha sabar dan tabah ketika menghadapi masalah. (SSCT/3/R.A.P/KD) Selain itu ejekan-ejekan yang ditujukan kepada subjek tersebut tidak membuat subjek malu dan jera untuk membaur dengan orang-orang yang normal. Bahkan subjek memilih untuk sekolah di sekolah inklusif yang di dalamnya terdapat siswa-siswa yang heterogen karena selain ada siswa normal di sekolah ini juga terdapat siswa-siswa yang memiliki kelainan. Alasan lain yang membuat subjek tertarik untuk sekolah di sekolah inklusif (regurer) ini adalah karena dorongan dari guru asuhnya yang meminta subjek untuk sekolah di sekolah pilihannya dan subjek tidak ingin mengecewakan guru asuhnya dengan cara menolak sekolah pilihan guru asuhnya. Sehingga meskipun secara fisik subjek cacat, namun subjek tidak memilih dan menuntut untuk meneruskan sekolah di sekolah yang khusus anak-anak cacat. Setelah subjek sekolah di sekolah inklusif ini subjek mendapatkan perlakuan yang baik dari teman-temannya. Perlakuan-perlakuan baik yang ditujukan teman-temen subjek ini semakin membuat subjek tertarik untuk meneruskan sekolah di sekolah inklusif ini. Sikap teman-teman saya yang selalu memperhatikan dan baik kepada saya. (W1.S3:14-15). Karena saya tidak ingin mengecewakan guru asuh saya. (W1.S3:17-18). Nggak, wong aku disekolahkan guru asuh itu. Jadi saya terserah sama guru saya. Waktu itu Guru asuh saya itu datang kerumah ngasih kabar kalau saya mau disekolahkan di muhammadiyah. Gitu aja.. (W2.S3:37-41).

99 Diantara subjek dan siswa-siswa lain yang ada di sekolah ini terdapat ikatan persahabatan yang kuat sehingga mereka akan saling bantu-membantu jika diantara mereka membutuhkan bantuan. Meskipun tidak semua teman-teman subjek berperilaku baik kepadanya, namun masih ada teman-teman subjek lainnya yang selalu baik dan menyayangi subjek dan membantunya disaat subjek membutuhkan bantuan. Inilah yang subjek sukai dari teman-temannya, kebaikan dan motivasi yang selalu mereka berikan kepada subjek. Ya sangat sayang, ada ikatan persahabatan yang sejati. (W1.S3:67-68). Mengasihani, membantu..gitu. (W1.S3:80). Di sekolah saya merasa senang karena saya dihormati oleh teman-teman saya. (W1.S3: ). Ya kadang ada yang baik, kadang ada yang menjengkelkan, kadang ada yang ngerjain aku. Gitu! (W2.S3:12-14). Ya gak papa, namanya juga teman. (W2.S3:26). Arti teman bagi subjek adalah memberikan dorongan di kala suka dan duka. Subjek senang apabila mereka sholeh dan berbakti kepada orang tua. (SSCT/3/R.A.P/HI) Selain mendapatkan perlakuan baik dari teman-teman subjek, subjek juga mendapatkan perlakuan baik dari guru-gurunya. Karena di sekolah ini guru-guru yang ada adalah guru-guru yang ramah, pintar, baik dan penuh kasih sayang dalam memperlakukan siswa-siswanya. Sehingga subjek diperlakuan sama oleh guru-gurunya dengan tidak membeda-bedakan subjek dengan siswa-siswa yang secara fisik normal. Namun dalam kegiatan olah raga subjek sering mendapatkan dispensasi dari sekolah karena kecacatan fisik yang subjek alami. Dispensasi tersebut biasanya berupa keringanan untuk tidak ikut kegiatan olah raga terkhusus kegiatan olah raga yang berat yang dimungkinkan subjek tidak mampu melakukannya.

100 Sangat sayang dan mendidik, supaya saya menjadi anak yang pinter. (W1.S3:48-49). Ya seperti seperti dikasih pelajaran itu kita disamakan. gitu.! (W1.S3:54-55). Dipelakukan sama tapi saya dibedakan dalam hal yang gak bisa gak bisa itu, olah raga terus apa itu yang gak bisa pokoknya yang gak bisa. (W2.S3: ). Seorang guru bagi subjek, harus pintar, bisa membimbing, ramah dan sayang. (SSCT/3/R.A.P/HI) Dalam kehidupan ini subjek tidak berharap banyak, subjek hanya ingin membahagiakan orang tua dan guru asuh yang membiayai sekolahnya. Selain itu subjek juga ingin menjadi anak yang pintar agar nantinya bisa berguna bagi nusa dan bangsa. Inilah keinginan-keinginan subjek yang ingin subjek capai. Karena saya tidak ingin mengecewakan guru asuh saya. (W1.S3:17-18). Berbakti sama orang tua biar berguna bagi nusa dan bangsa. (W1.S3:86-287). Menjadi anak yang terbaik, dan mendapatkan nilai yang maksimal. (W1.S3: ). Table V Kategorisasi hasil wawancara, observasi dan tes psikologi dan dokumentasi No ASPEK Subjek A.D Subjek B.P.W Subjek R.A.P 1. Pendapat subjek tentang: a. Cara subjek memandang kehidupan. Semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Semua ini adalah scenario dari Allah. Sesuatu yang rumit dengan adanya kelemahan dan kelebihan. b. Kelemahan subjek. c. Kelebihan subjek. Kaki cacat, tidak bisa olah raga berat, sering sakitsakitan, mudah capek, tidak mampu berjalan jauh. Otak cerdas, menguasai ilmu Kaki catat, tidak bisa berjalan jauh, mudah capek, tidak bisa olah raga berat. Bisa mengoperasika Tangan kiri dan kaki kiri cacat, postur tubuh kecil, tidak mampu mengangkat benda berat, tidak mampu olah raga berat. Otak cerdas, olah vocal dan

101 d. Sikap guru terhadap subjek. e. Sikap teman terhadap subjek. f. Dampak kecacatan terhadap subjek. umum dan Agama yang sudah diajarkan di kelas. Diperlakukan seperti orang normal, sering diberi motivasi dan nasihat. Baik, suka memberi motivasi, sering membantu, dan ada ukhuwah islamiyah yang terjalin, ada yang nakal. Secara psikologis (mental): ya Aktifitas keseharian: Ya n komputer, mandiri tidak mau menyusahkan orang lain, Sering membantu, diperlakukan sama seperti siswa lain, baik, sabar, dan sering memberi nasihat. Baik, tidak pernah mengejek, sering memberi tahu, sholeh. Secara psikologis (mental): Tidak Aktifitas keseharian: Ya 2. Gangguan-gangguan yang dialami subjek a. Bentukbentuk gangguan. b. Pengaruh gangguan. 3. Coping strategy a. Menghadap i gangguan. Dipalak, diejek tingklang, bodoh, begok, di jegal, di pukul. Trauma dengan sekolah Negeri. Meminta pindah bersabar, tawakal dan berserah diri kepada Allah. Diejek pincang. Biasa saja karena memang pincang. Diam, sabar, pasrah, sholat, dan berdo a. membaca puisi. Sayang, mendidik, tidak dibedakan dengan siswa lain, ramah dan suka memberi arahan. Sangat sayang, ada ikatan persahabatan yang kuat, saling mengasihi, sering membantu dan saling menghargai. Secara psikologis (mental): Tidak Aktifitas keseharian: Ya Dijitak, di tendang. Biasa saja tidak mempermasalah kan. Tidak ambil pusing, santai, mencoba berpikir positif, sabar dan tabah. b. Mengatasi Belajar dan rajin Belajar dan Berusaha

102 kekurangan dan kelemahan. 4. Harapan subjek beribadah dan berdo a kepada Allah. Mempunyai teman yang baik, dan guru yang penyayang. Serta berdo a kepada Allah agar diberi kelebihan. terus berusaha, sholat dan berdo a. Bisa belajar dengan maksimal dan mendapatkan prestasi, serta ingin mempunyai teman-teman yang baik. menutupi kekurangan yang ada, belajar dengan giat, dan selalu berpikir positif. Menjadi anak yang pintar dan bisa berprestasi agar bisa membahagiakan orangtua. Berdasarkan pada data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi coping yang dilakukan oleh subjek dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) bentuk: 1. Coping strategy yang lebih mengutamakan pada aspek emosi pribadi (nonreligiusitas), seperti: a. Meminta pindah ke sekolah lain. b. Tidak ambil pusing. c. Santai d. Diam e. Mencoba berpikir positif. 2. Coping strategy yang lebih mengutamakan pada aspek spiritual (religiusitas), seperti: a. Bersabar b. Tabah dan tawakal. c. Berserah diri pada Allah d. Berdo a, dan

103 e. Sholat. Adanya kedua bentuk strategi koping tersebut disebabkan karena adanya perbedaan subjek dalam memandang hakikat kehidupan ini, baik yang berkaitan dengan kelebihan maupun kelemahan yang mereka miliki maupun dalam semua aspek kehidupan yang lain. D. Pembahasan umum Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan tes psikologi serta hasil analisis data pada penelitian ini dapat diketahui hasil secara keseluruhan yaitu: Ketiga subjek meyakini bahwa kehidupan yang mereka jalani merupakan suatu ketetapan yang telah Allah buat dan harus mereka jalani, suatu garis kehidupan yang sudah Allah gariskan ketika mereka diciptakan oleh Allah sebagai Tuhan mereka, yaitu suatu ketetapan yang berkaitan dengan kebahagiaan maupun kesengsaraan ketika hidup di dunia, kematian, rizki maupun segala sesuatu yang akan terjadi ketika hidup di dunia ini. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Nawawi (2006) yang mengutik sebuah hadits dari Rasullah SAW yang menjelaskan bahwa ketika seorang manusia diciptakan oleh Allah, maka Allah akan menyuruh Malaikat untuk mencatat empat perkara darinya, rizki, kematian dan kehidupan baik buruknya ketika di dunia. Kekurangan-kekurangan yang ada pada diri subjek seperi fisik yang cacat, postur tubuh yang terlalu kecil dan lain sebagainya ini tidak membuat mereka berputus asa dan menyesal, karena mereka meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang Maha adil, yang akan memberikan yang terbaik untuk ciptaan-nya. Subjek meyakini bahwa selain memiliki kelemahan mereka juga memiliki

104 kelebihan, dan segala sesuatu baik yang berupa kebaikkan maupun keburukan semua itu adalah ketetapan dari Allah dan pasti ada hikmah dibalik semua ini. Kekurangan-kekurangan yang ada ini ternyata memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap aktifitas keseharian subjek, terkhusus lagi aktifitasaktifitas yang memerlukan tenaga dan kekuatan fisik yang besar serta membutuhkan waktu yang lama. Seperti kegiatan angkat-mengangkat barang, berdiri dalam waktu yang lama, berjalan jauh dan kegiatan olah raga fisik lainnya. Namun kekurangan-kekurangan yang ada pada diri subjek ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejiwaan subjek. Karena meskipun subjek cacat namun mereka tetap percaya diri, enjoy dan tetap optimis dalam mensikapi kekurang sempurnaan fisik yang ada pada diri mereka. Rasa percaya diri ini muncul karena ada dua faktor yang mendasarinya, yaitu faktor internal yang berupa self concept yang ada pada diri subjek dan faktor eksternal yang berupa dukungan sosial yang diberikan kepada mereka. Self concept ini dapat dilihat dari cara pandang subjek terhadap kekurangan-kekuangan yang ada pada dirinya dengan selalu berpikir positif dalam mensikapi kekurangan yang ada, berpikir positif ini subjek lakukan dengan cara membuang jauh-jauh perasaan lemah yang ada dalam diri dan diganti dengan rasa optimisme. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Santoso (2004) bahwa berpikir positif dapat dilakukan dengan cara membuang paradigma negatif seperti merasa tidak mampu, merasa diri orang gagal, merasa bodoh dan merasa lemah ini dari dalam diri dan pikirannya dan menggantinya dengan rasa optimism dan percaya diri.

105 Selain self concept, rasa percaya diri ini juga muncul karena adanya dukungan sosial yang subjek dapatkan dari lingkungan sekolahnya. Baik dukungan dari para guru maupun dukungan yang subjek dapatkan dari temantemannya. Dukungan-dukungan inilah yang menjadikan subjek lebih percaya diri dengan segala kekurang sempurnaan yang ada pada diri mereka, dan dengan adanya dukungan sosial ini akan memberikan spirit pada subjek untuk tetap optimis dalam memandang hidup ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mappiare (1982) bahwa bagi seorang remaja ada dua bentuk kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan psikologis dan kebutuhan sosiologis. Jika kebutuhan psikologis dan sosiologis ini dapat terpenuhi secara memadai maka akan mendatangkan keseimbangan dan keutuhan integrasi pribadi yang berupa perasaan gembira, harmonis, dan menjadi orang yang produktif, yang dengan demikian seseorang dapat bekerja secara gembira dalam kepentingan masyarakat dan diri sendiri. Sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka tidak ada kepuasan dalam hidup seseorang, dia dapat frustrasi, serta terhalang dan terlambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan masyarakat dan dirinya, sehingga menjadi orang yang tidak berarti dalam menjalani kehidupan ini. Adapun kebutuhan psikologis-sosiologis remaja menurut Mappiare (1982) tersebut adalah: 1. Kebutuhan akan kasih sayang. 2. Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan memantapkan hubungan-hubungan dengan lawan jenis.

106 3. Kebutuhan untuk mandiri. 4. Kebutuhan untuk berprestasi. 5. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, dan 6. Kebutuhan untuk dihargai. Self concept dan dukungan sosial inilah yang menjadikan subjek lebih percaya diri dan tidak malu dengan kondisi fisinya yang cacat. Namun dukungan sosial ini tidak sepenuhnya subjek dapatkan dari lingkungan mereka. Karena diantara teman-teman subjek masih ada yang belum bisa menerima kekurangan yang ada pada diri mereka. Sehingga kekurangankekurangan yang ada ini dijadikan bahan ejekan oleh teman-teman subjek. Ejekan-ejekan yang sering diperlihatkan oleh teman-teman subjek diantaranya adalah dengan memberikan labeling si-picang, tingklang, begok, bodoh dan bahkan sampai dengan gangguan-gangguan lain yang bersifat fisik seperti memukul, menendang, menjitak, atau bahkan memalak. Ganguan-gangguan inilah yang memaksa subjek untuk melakukan coping strategy. Coping strategy tersebut merupakan bentuk dari mekanisme pertahanan ego sebagai pelindung diri dari permasalahan yang muncul. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ruter (dalam, Patnani: 2002) bahwa coping merupakan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi memecahkan, mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan. Mekanisme coping ini mencangkup usaha untuk mengubah penilaian sehingga orang tidak merasa terancam dengan stimulus dari luar. Pernyataan Ruter ini juga senada dengan apa yang diungkapkan oleh Aldwin dan Revenson (dalam Gunarsa 1992) coping strategy adalah suatu bentuk usaha

107 yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan tekanan-tekanan psikologis atau stress. Coping Strategy tersebut dapat berupa escapism atau pelarian dari masalah, minimization atau pengurangan beban masalah, self blame atau penyalahan diri sendiri, seeking meaning atau pencarian makna. Coping strategy seperti inilah yang dilakukan oleh subjek untuk mengatasi gangguan maupun ejekan-ejekan yang dilakukan oleh teman-teman mereka. Namun dari keempat bentuk coping strategy tersebut hanya ada tiga bentuk strategi yang digunakan oleh subjek, ketiga bentuk coping strategy tersebut adalah: 1. Escapism atau pelarian dari masalah, 2. Minimization atau pengurangan beban masalah,dan 3. Seeking meaning atau pencarian makna. Bentuk escapism ini muncul dalam wujud pelarian diri atau menghindar dari lingkungan yang kurang mendukung ke suatu lingkungan yang lebih kondusif dan bisa menerima kekurangan yang ada pada diri subjek. Seperti meminta pindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya yang dirasa memiliki lingkungan yang lebih baik. Bentuk minimization yang ditunjukan subjek adalah dengan cara mengajak bercanda (digojeki), diam tidak ambil pusing, memberikan apa yang diminta oleh teman dan mencoba untuk lebih santai (relaks) dalam menghadapinya. Sedangkan strategi coping seeking meaning yang ditunjukan subjek adalah dengan cara menjadikan ejekan-ejekan tersebut sebagai sumber motivasi bagi subjek, tawakal,

108 bersabar, berserah diri kepada Allah, berdo a dan selalu berpikir positif dalam mensikapi setiap ejekan yang ditujukan kepada subjek. Selain escapism (pelarian dari masalah), minimization (pengurangan beban masalah), dan seeking meaning (pencarian makna). Strategi koping lain yang digunakan oleh subjek adalah melakukan compensation, yaitu suatu strategi yang digunakan untuk menutupi dan melindungi kelemahan dan ketidakmampuan yang ada dengan kemampuan-kemampuan yang lain (Boeree: 2004). Adapun perilakuperilaku kompensasi yang ditunjukan oleh subjek untuk menutupi kelemahan yang ada pada diri mereka diantaranya adalah dengan berusaha menutupi kekurangan yang ada dengan belajar dengan giat dan sungguh-sungguh, selalu berpikir positif, dan selalu berdoa kepada Allah. Inilah perilaku koping yang diperlihatkan oleh para subjek dalam mensikapi ejekan-ejekan maupun kekurangan-kekurangan yang ada pada diri mereka. Coping strategy yang ditunjukan subjek seperti belajar dengan sungguhsungguh, selalu berpikir positif, bersabar, berdo a, sholat, tawakal dan berserah diri kepada Allah ini ternyata memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap subjek. Karena setelah subjek melakukan coping strategy tersebut kepercayaan diri subjek pun meningkat dan tidak ada perasaan malu maupun minder. Hal ini senada dengan sapa yang dikatakan oleh Meichati (dalam Purwati dan lestari: 2002) bahwa hidup beragama akan dapat memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan sebagaimana yang telah digariskan oleh Tuhan untuknya dan sikap rela menerima kenyataan inilah yang akan menjadikan seseorang lebih tenang dan damai.

109 Ungkapan Meichati ini juga selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Sayid Sabiq (dalam, Wibisono: 2002) bahwa amal ibadah dalam Islam seperti berdo a, sholat, sabar, tawakal dan amalan-amalan ibadah lainnya jika di dasari iman yang kuat akan menimbulkan buah-buah keimanan: 1. Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain dan hanya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. 2. Menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju dan lebih baik. 3. Timbul jiwa qona ah, ridha terhadap apa-apa yang telah diberikan oleh Allah. 4. Ketenangan hati dan ketentraman jiwa karena adanya suatu keyakinan dalam diri bahwa pertolongan Allah pasti akan datang. Kesadaran-kesadaran yang lebih dalam ini akan menimbulkan pertumbuhan dan transformasi diri dan menjadikan dirinya lebih kuat, lebih tenang dan lebih bahagia. Tranformasi diri yang positif seperti inilah yang subjek harapkan, selain itu dukungan teman, guru dan orang-orang yang ada disekitarnya juga menjadi sesuatu yang sangat subjek nantikan. Karena dengan adanya dukungan-dukungan dan penerimaan sosial ini akan membuat subjek lebih percaya diri dan ikhlas dalam menerima segala bentuk keterbatasan fisik yang ada pada diri mereka.

110 Faktor Internal Faktor Eksternal Self Concept Dukungan Sosial/Penolakan Sosial Kondisi Psikologis Penyandang Cacat Merasa tidak mampu, merasa diri orang gagal, merasa bodoh, merasa lemah, minder, malu, dll. Optimisme tinggi, tidak mudah putus asa, dan lebih percaya diri. Coping Strategy Escapism (lari dari masalah), minimization (pengurangan beban masalah), seeking meaning (pencarian makna), compensation (menutupi kelemahan dengan kelebihan) Ket: :Mempengaruhi Bagan 2. Skema mekanisme striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam.

111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Bentuk-bentuk striving for superiority siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam. Bentuk striving for superiority yang dilakukan oleh siswa penyandang tunadaksa tersebut adalah compensation. Kompensasi ini merupakan satu-satunya bentuk striving for superiority yang digunakan oleh siswa penyandang tunadaksa untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Kekurangankekurangan tersebut ditutupi dengan suatu kelebihan yang dimiliki oleh subjek. Sehingga subjek tidak malu dengan kondisi fisiknya yang cacat karena subjek juga memiliki kelebihan-kelebihan yang bisa membuatnya bangga dan percaya diri. Seperti; otak yang cerdas, kemampuan mengoperasikan komputer, dan keahlian dalam olah vocal. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam. Secara umum ada 2 (dua) faktor yang dapat mempengaruhi proses striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang ada di sekolah inklusif islam. Kedua faktor tersebut adalah:

112 a. Faktor internal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi proses striving for superiority tersebut adalah self-concept, yaitu self-concept tentang bagaimana subjek memandang kelemahan-kelamahan yang ada pada dirinya serta bagaimana subjek memandang masa depannya. Self-concept inilah yang akan mempengaruhi proses striving for superiority. b. Faktor eksternal. Faktor eksternal yang ikut mempengaruhi proses striving for superiority ini adalah dukungan sosial. Dukungan sosial ini akan mempengaruhi terbentuknya proses striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa. Semakin banyak orang yang memberikan support dan motivasi kepada penyandang tunadaksa maka akan semakin besar pula rasa percaya dirinya. Namun tidak semua orang yang ada disekitar subjek bisa menerima kondisi fisiknya yang cacat dan justru cenderung memberikan penolakan terhadap subjek. Kondisi seperti inilah yang menuntuk subjek untuk melakukan coping strategi, yaitu suatu bentuk usaha yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan tekanan-tekanan psikologis atau stress. Coping strategi yang sering digunakan oleh siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif ini adalah Escapism (lari dari masalah), minimization (pengurangan beban masalah), seeking meaning (pencarian makna), dan compensation (menutupi kelemahan dengan kelebihan).

113 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian maka penulis akan memberikan sumbangsih saran bagi: 1. Bagi penyadang tunadaksa di sekolah inklusif Bagi siswa penyandang tunadaksa agar bisa memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan introspeksi diri dan motivasi diri tentang bagaimana cara menumbuhkan motivasi untuk tetap semangat dan optimis dengan segala kekurangan yang ada, dan tentang bagaimana cara untuk mengatasi berbagai macam gangguan dan ejekan yang disebabkan dari kecacatan yang ada pada dirinya tersebut. Sehingga dia tetap bisa melanjutkan pendidikannya ke jejang yang lebih tinggi tanpa dihantui oleh rasa takut dan malu dengan kondisi fisiknya yang cacat. 2. Bagi kepada sekolah sekolah inklusif Bagi kepala sekolah agar bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk memahami dinamika psikologis yang ada pada siswa penyandang tunadaksa. Hal ini dikarenakan tidak semua guru bisa memahami anak tunadaksa sehingga guru guru membuat model dan strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa penyandang cacat. Sehingga setelah memahami hasil penelitian ini nantinya kepala sekolah beserta jajarannya bisa membuat rancangan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk para siswa penyandang tunadaksa tersebut.

114 3. Bagi orang tua siswa penyandang tunadaksa Bagi orang tua siswa agar bisa memanfaatkan hasil penelitian ini dengan sebaik mungkin, untuk memahami bagaimana kondisi psikologis anak penyandang tunadaksa. Sehingga orang tua dapat memberikan dukungan dan motivasi sebagaimana yang di inginkan oleh penyandang cacat. 4. Bagi ilmuwan psikologi pendidikan. Bagi ilmuan psikologi diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai data pelengkap mengenai kajian psikologi pendidikan untuk kemudian perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai dinamika psikologi khususnya bagi ABK (anak berkebutuhan khusus) yang saat ini masih menjadi masyarakat kelas kedua. 5. Bagi peneliti lain. Kepada peneliti lain dapat meneruskan penelitian ini lebih lanjut untuk dapat melakukan proses pendalaman lebih lanjut. Atau dapat melakukan penelitian terhadap siswa penyandang tunadaksa yang sama tetapi melihat dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini tentunya akan memberikan kekayaan tersendiri bagi dunia pendidikan dan keilmuaan.

115 DAFTAR PUSTAKA Alwisol Psikologi Kepribadian. Malang: UPT UMM Alsa, Asmadi Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Annalia, Rena Hubungan antara Kohesivitas Peer Group dengan Loyalitas Pada Merek Rokok pada Kalangan Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Faklutas Psikologi UMS. An-nawawi, Imam Riyadus Shalihin (Tarjamah). Bandung: Irsyad Baitus Salam. Aretha Sekolah Inklusif Untuk Kesetaraan Sosial. Boeree, George: 2004: Personality Theories; Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia: Jogjakarta: Prismasophie Chaplain, Paul G. Durbin Alfred Adler's Understanding of Inferiority. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Informasi Mengenai Pendidikan untuk Anak Tuna daksa. Fattah, MA Sekolah Syari ah dan Pendidikan Inklusif. Makalah untuk Seminar Nasional dan Peluncuran Kurikulum Sekolah Syariah dan Panduan Implementasi Pendidikan Inklusi UNESCO. Surakarta. Gunarsa, S. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta. PT BPK Gunung Mulia. Hasbi, TM. Bustami A Gani. Muchtar Jaya. Toha Omar. Mukti Ali. Kamal Mukhtar. Ghazali. Musadad. Ali Maksum. Busjairi Alqur an dan tarjamah. Jakarta: Departemen Agama R.I Karyani, Usmi dan Sri Lestari Buku Pedoman Kuliah dan Praktikum Psikodiagnostika V. Modul Kuliah (tidak diterbitkan). Surakarta: Fak Psikologi UMS. Lestari, Rini dan Purwati Hubungan Antara Religiusitas Dengan Tingkah Laku Coping. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Indigenous; Vol 6, No 1, 52-58

116 Lekompres Psikologi UIN Terdampar Dilautan Stager, Kompensasi Berpeluangkah?. Lekompres.blogspot.com Mappiare, Andi Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Mangunsong, Frieda Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Depok. LPSP3 UI Moleong, Lexy J Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rusdayakarta. Mubarak Pengertian Muslim, Mu'min dan Muttaqin. Nasution, WN Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri Terhadap Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri Matraman Jakarta. Jurnal Analytica Islamica, vol. 9, No Nasution, S Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : PT. Tarsito Ulwan, Nashih Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta. Pustaka Amani Patnani,Miwa Kekerasan fisik terhadap anak dan strategi koping yang dikembangkan anak. Surakarta. Jurnal Indigenious.Vol 6 No Phil. H Psikoanalisis. Purwanto, Setiyo Psikologi Perkembangan ; Kognisi, Emosi dan Sosial. Handout Mata Kuliah (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS Purwandari, E.K Pendekatan Kualitatif Dalam Psikologi. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas UI. Jakarta. Purnarini, Praditina Hubungan antara kepercayaan diri dan dukungan sosial dengan gejala depresi pada penyandang cacat fisik. Skripsi. (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS Sudrajad. Ahmad Psikoanalisis. Suryabrata, Sumadi Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

117 Sumampouw, Anneke dan Setiasih Profil Kebutuhan Remaja Tunarungu. Annima Indonesia Psychological Jurnal; Vol 18, No 4, Santrock, John W Life Span Development; Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Santoso, Eko J The Art of Life Revoluation. Jakarta. Gramedia Stubbs, Sue Inclusive Education; Where There Are Few Resources. Norwegi: The Atlas Alliance Tarsidi, Didi Konsep-konsep Utama: Apakah Sesungguhnya Pendidikan Inklusif Itu? Warsiki, Endang, Ghazali Pendidikan Hak Setiap Anak. Wibisono, Arif Adi Psikologi Transpersonal: Kasus Sholat. Surakarta. Jurnal Indigenous. Vol 6 No 1.

118

119 VERBATIM Informan : A.D Kode: W1.S1 Usia : 13 th. Profesi : Pelajar Hari : Jum at, 5 Desember Waktu : s/d wib. Tempat : Rumah Informan Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif. Ket : W1 : Wawancara pertama S1 : Subjek pertama No Hasil Wawancara Refleksi 1 Iter : Gimana Kabarnya? Itee : Baik-baik Saja. Iter : Oya, Eh Adk Umur Berapa Dek? Itee: Eh 13 Tahun. 5 Iter : 12 tahun ya.? Dah lumayan ya, lumayan mulai gede. Iter : Dulu sekolahnya dimana SD nya? Itee : Muhammadiyah. Iter ; Muhammadiyah? 10 Itee : Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta. Iter : Terus sekarang SMP nya di Simpon ya? Itee : Ya, di Simpon. Iter ; Kok milih situ dek? Itee : Karena itu,,eh anu kalau di Simpon itukan ada Akhlaq, Aqidah, banyak Agamanya Informan memiliki ketertarikan pada pelajaran-pelajaran Agama..

120 15 20 tentang Al-qur an ajakan kehidupan untuk besoknya di Akherat. Kalau di Negeri kan gak ada. Iter : Gak ada to? Itee : Gak ada! Ada Agama nya kan beda, ada yang Kristen, Khatolik kan gak suka saya. Informan kurang suka berinteraksi dengan non- Muslim Iter : Oh gak suka ya? Lah kalau di Simpon itu Islam semua ya? Itee : Ya Islam semua. Iter : Ini dipaksa atau milih sendiri? Itee : Milih sendiri. Iter : Milih sendiri.! Kok gak ke sekolah lain? Itee : Nggak. Iter : Senengnya di Simpon ya. Iter ; Terus kalau Guru-guru sendiri sama kamu gimana? Itee : Ya baik. Iter ; Baik-baik ya! gak pilih kasih gitu ya? Itee : Nggak. Iter : Jadi semua siswa sama? Itee : Sama. Informan diberi keluasan oleh orangtuanya untuk memilih sekolahnya sendiri. Informan diperlakukan sama seperti siswa lain oleh guru-gurunya tidak dibedakan dengan anakanak yang normal. 40 Iter : Suka dimarahin Guru gak? Itee: Ya pernah, tapi terus tertawa. Iter : E Gitu ya.!! Kalau temen-temen sendiri gimana? Itee : Baik. Informan juga memiliki teman-teman yang baik. Yang tidak suka mengejeknya.

121 45 Iter : Baik semua ya.? Gak pernah ngledekin, gak pernah jahilin gitu gak pernah ya..? Itee : Gak pernah. Iter : Sekarang kelas I kan? Itee : Ya kelas I. Iter : Biasanya kalau kamu di sekolah sama siapa temenya? Itee : Temenya ya banyak. Kakak kelas.. 50 Iter : Kakak kelas.! Itee : Terus anu temen saya yang paling akrab ya banyak. Iter : Ini temennya cowok atau cewek yang suka bermain bareng? 55 Itee : Kadang cowok cewek. Iter : Tapi dari cowok-cewek dari temen-temen kalau maen itu gak ada yang jahilin kamu? Itee : Baik-baik Iter : Pernah gak berselisih dengan temen-temen? Memiliki teman banyak, baik dan tidak pernah mengejek. 60 Itee : Nggak. Iter : Nggak pernah ya? Itee : Belum. Iter : Belum? Belum apa nggak? Itee : Nggak hehe. 65 Iter ; Kalau kamu di sekolah kamu pernah merasa malu, pernah merasa minder gak? Itee : Nggak, belum. Iter : Belum ya, jadi biasa-biasa aja ya? Kok bisa Informan adalah orang yang PD di sekolah.

122 to? Gimana sich caranya? Itee : Ya itu, ya pokoknya kalau itu kalau anu dia gak nyakiti temen itu jangan pernah anu apa ngeledekin nama orang tua, jangan apa jelekjelekin misalnya muka alah, mukamu kayak apa. Ah misalnya muka monyet. Itukan dia marah gak suka, yang baik aja yang baik. Gitu. Misalnya kita tertawa, digojekin gitukan gak sakit, nggak dimarah nggak papa. Cara menumbuhkan rasa percaya diri, tidak minder dan banyak teman adalah menjaga perasaan teman dengan cara tidak mengejek dan menghinanya Iter : Itu kamu ketemen-temen seperti itu? Kalau temen-temen ke kamu gimana? Itee : Ya tahu, kadang ngobrolin, gojek-gojek. Iter : Nggak pernah mencibir kamu, gini-gini itu gak pernah ya? Itee : Gak pernah ada yang ngejek. Iter : Sekarang sudah punya pacar belum? Itee : Ya malah saya di sukai. Iter : Oh di sukai? Itee : Di sukai 3. Iter : Tiga cewek? Itee : Yang satunya kakak kelas. Iter : Wau! Kelas dua atau kelas tiga? Itee : Kelas tiga. Iter :Mereka suka kenapa sama kamu? Itee : Nggak tahu. Informan belum pernah mendapatkan cibiran, hinaan di SMP Simpon. Di sekolah informan termasuk orang yang menarik dan menyenangkan, sehingga informan disukai oleh 3 perempuan.

123 95 Iter : Nggak tahu? Tapi kamu suka gak? Itee : Ya cuma sekedar teman. Iter : Oh gitu, kamu gak merasa malu sama mereka? Itee : Nggak. Informan tidak merasa malu dengan teman perempuan Iter : Kamu PD aja gitu? Kok kamu bisa PD seperti itu kenapa? Itee : Apa? Iter : Kok bisa PD kayak gitu? Itee : Ya ga papa, anu karena sesama muslim kan nganu harus kan ukhuwah islamiah. Semua kan saudara, gak boleh nyek-nyekan, saling mengejek-mengejek kan gak boleh. Ukhuwah islamiyah yang menjadikan informan lebih percaya diri Iter : Kalau kamu sendiri memandang kehidupan ini seperti apa sich? Itee : Apa? Iter; Memandang kehidupan. Misalkan ya, misalkan e Tuhan itu gak adil kayaknya. Kok aku gak diberi badan sempurna kayak temen-temenku. Pernah berpikir seperti itu ngak? Itee : E nggak! Iter : Kenapa? Itee : Yo nggak, soalnya yo yang memberi itukan sudah diterima apa adanya. Informan menerima pemberian Allah apa adany, dengan tidak pernah menyesalinya Iter : Oh gitu, terus bagaimana kamu menjalani kegiatan sehari-hari seperti apa? Itee : Ya biasa, sholat ya sholat. Ngaji ya ngaji. Informan menjalankan

124 Dan nganu kalau bisa bangun malem sholat tahajud. Iter : Oh gitu, sering? Itee : Ya kadang kalau bisa bangun malam. Iter : Cita-cita kamu apa sich? Itee : E.. astronom. Iter: Keren ya?! Itee: Di USA NASA Amerika. Iter: O masya allah. Bener mau kesana? Itee; Iya. Iter: Wah hebat sekali. Itee: Kesana mau ketemu Pak Habibi. Iter: Oh gitu ya! Emang kamu bisa? Kamu punya kelebihan apa? Kelebihan kamu dimana? Itee: Ya misalnya ya kadang bisa bangun malem, terus.. ya banyak. Iter: E kamu tadi katanya gak pernah minder ya? Itee: Nggak. aktifitas kesehariannya sebagaimana orang normal pada umumnya. Keterbatasan fisik tidak menghalangi informan untuk bercita-cita setinggi mungkin. Informan tidak pernah minder dalam segala hal. 145 Iter : Dalam hal apapun kamu gak pernah minder? Itee : Tidak. Iter : Dalam IQ gak minder, pergaulan sehari-hari dengan temen-temen, dari fisiknya juga gak pernah minder. Itee : Nggak Iter : Oh gitu, berarti itukan kamu bangga dengan dirimu. Yang kamu banggakan apa? Itee : Ya itu, ya otaknya terus anu cara anunya Informan bersyukur karena diberi otak yang cerdas.

125 150 bermainnya gitu. Iter : Otaknya kenapa? Itee : Ya agak, ya agak Iter : Cerdas gitu? Itee : Yaa Alkhamdulillah. 155 Iter : Kelemahan-kelemahan kamu kalau disekolah gimana? Itee : Ee kadang ya capek kalau lari wah capek. Kalau maen bola kadang. Iter : Pernah maen bola? Informan memiliki kelemahan secara fisik Itee: Pernah keseleo wah keseleo (terkilir) terus. Iter : Keseleo terus..! itu gak di ejek sama tementemen? Temen-temen ngelihat kamu itu gimana? Itee ; Gak papa, malah ayo-ayo memberi semangat. Iter : Oh mereka malah memberi semangat? Jadi kamu malah semangat ya! Wah bagus sekali ya temen-temenya. Iter : Ya terus siapa saja sich yang selalu member semangat itu? Informan selalu mendapatkan dukungan dari teman-temannya Itee ; Ya banyak, Fahri. Iter : Temen-temen ya? Itee : Banyak. Iter : Kalau dari guru suka ngasih semangat gak? Itee ; Ada. Kadang-kadang kepala sekolahnya pak Jek memberi semangat. Motivasi juga diberikan oleh guru-guru informan bahkan kepala sekolahnya.

126 Iter : Kamu tadi kan pernah bilang kalau kamu dulu suka dipalakin dama kakak-kakak tingkat ya. Itu gimana kamu mengatasinya. Itee : Ya caranya misalnya minta uang dikasih aja, gak papa. Iter : Oh gitu! Itee : Kalau mau njotos, jangan no mas. Jangan gitu wong bolo sama-sama teman jangan gitu, terus tak gojekin gitukan nanti bisa bagus nggak jadi kekerasan lagi. Gak jadi malakin lagi. Kebaikan, kesabaran dan keroyalan informan digunakan sebagai alat untuk mengatasi permasalahan. Selain itu, untuk informan juga sering memberikan nasihat dan mengingatkan temantemannya agar tidak melakukan kekerasan kepadanya. Bahkan untuk meredam masalah informan mengajak mereka bercanda. 190 Iter : Oh gitu ya, berarti sekarang kamu sudah akrab sama mereka ya sudah gak ada yang malakin lagi. Iter : Jadi selama ini belum ada yang ngejek-ngejek secara fisik belum pernah ya? 195 Itee : Belum. Iter : Belum penah ya. Jadi temen-temennya baik semua ya! Gak pernah mengusilkan. Pernah gak kamu sekolah terus dikucilkan gitu? Itee ; Belun ie Iter : Waktu SD juga belum pernah? Itee : Belum pernah. Iter : Katanya dulu kamu sekolah di SD Gugus ini?

127 200 Itee ; Dulu Iya. Tapi gak suka. Soalnya itu gurunya apa mandangnya gak kayak guru Islam. Kadang gini dimarahin, gak salah apa dimarahin. Iter : Temen-temennya gimana? Informan mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari guru-gurunya ketika di SD Negeri Itee : Ya ada yang baik. Iter : Ada yang baik ada yang suka ngejek-ngejek juga? Itee : Iya ada, kalau di Simpon sama di SD Muhammadiyah belum. Iter : Belum pernah ya? Itee : Belum. Iter : Jadi cuman di SD Gugus ini aja ya? Berapa lama kamu sekolah di SD Gugus ini? Itee : Dua tahun. Selain itu, di SD informan juga mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya Iter : Dua tahun ya? Jadi selama 2 tahun ini kamu merasa terkucilkan gitu? Itee: Tapi gak papa. Anu malah tak buat jangan putus asa kan masih ada temen yang baik. Iter: Eh gitu, itu cara kamu untuk anu mengatasinya gitu? Selain itu apalagi yang kamu lakukan? Itee: Ya banyak. Iter: Tadikan kamu bilangkan, e kalau disakiti oleh temen lain masih ada temen yang lain yang baik sama kamu. Terus masih ada cara yang lain gak untuk mengatasi rasa malu, minder sama temen-temen yang lain? Walaupun mendapatkan perlakuan yan kurang menyenangkan, informan mencoba untuk selalu berbuat baik kepada mereka.

128 230 Itee : Ya sama kayak tadi, ya kalau misalnya marah itu jangan gitu, kan sama temenkan kalau marahkan gak enak. Dosa kan gak boleh sama Nabi Muhammad gak apa kan gak diperbolehkan marah. Selain itu Informan juga menasehati temen-temen yang suka mengejeknya. 235 Iter: Jadi malah kamu baikin seperti itu ya? Malah kamu ceramahin ya?hehe.. mereka suka ya kamu ceramahin kayak gitu? Itee: Kadang-kadang cerita alam, alam akhirat itu kayak apa gitu. Iter: Oh gitu, itu biasanya kamu ceritakan kepada siapa? Informan mengingatkan teman-temannya akan hari akhir Itee : Temen-temen. Iter : Temen-temen di Simpom? Itee ; Iya, biar dia tahu. Soalnyakan duniakan gak kekal, pastikan fana rusak. Iter : He e! temen-temen sama kamu jadi segan dong? Gimana mereka memandang kamu, segan atau takut, atau malah menjaga jarak sama kamu? Itee: Nggak biasa-biasa aja. Iter: Okey, kalau dari fasilitas sekolah gimana? Kamu bisa menggunakan semua fasilitas sekolah yang ada tidak? Itee: Bisa Iter: Gak ada kendala gitu ya? Naik-naik tangga bisa gitu bisa ya? Oya, kelas kamu dilantai Informan bisa mengunakan fasilitas yang ada di sekolah.

129 255 atas atau bawah? Itee : Lantai atas, lantai tiga. Iter : Oh bisa keatas gitu ya, gak ada masalah gitu ya. Itee : ya 260 Iter; Bisa mengikuti semua legiatan belajar mengajar yang ada gak? Itee: Bisa. Iter: Jadi intinya kamu dengan keterbatasan fisikmu ini gak masalah gitu ya? Informan bisa mengikuti semua materi pelajaran dengan baik Itee: Ya aku mas, aku sudah bersyukur Alkhamdulillah sudah diberi kaki kayak gini tapi otaknya kan bisa berpikir untuk anu perilakunya. Iter: Selain itu adalagi gak yang kamu lakukan untuk menutupi rasa minder atau malu? Itee : Anu kadang dzikir kalau malem dzikir terus ngaji, dzikir terus berdoa. Iter: Itu ya yang kamu lakukan merasa yakin bahwa kamu sama dengan yang lainnya. Oya nanti kamu mau sekolah kemana lagi? Walaupun Informan diberi kaki yang cacat, namun informan senatiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah untuknya. Untuk menghilangkan rasa minder dan malu Informan selalu melakukan dzikir, do a dan ngaji. 280 Itee: Belum masih mikir-mikir. Iter: Mikir-mikir apa? Itee: Ya mikir-mikir SMA nya dimana gitu. Iter: Oh gitu, tapi gak ada niatan ke sekolah Negeri gitu?

130 285 Itee : Ndak, ndak mau. Iter : Kenapa? Itee ; Nggak mau saya, karena dulu-dulu gak enak kadang di ejek-ejek, eh kakimu kayak gitu. Iter: Itu sering ya kayak gitu? Informan trauma dengan sekolah negeri. Di sekolah negeri informan suka di ejek oleh teman-temannya. 290 Itee : Sering. Iter : Terus kamu habis digituin gimana? Itee: Biasa aja. Iter: Kamu gak marah? Itee: Gak, tapi malah senyum tak ajak maen. Iter : Jadi kalau di Negeri gitu ya, anak-anaknya nakal, suka mengejek terus guru-gurunya juga kurang bersahabat ya? Itee : Ya Informan mencoba bersabar dan tersenyum dengan ejekan yang diterimanya. 295 Iter : Tapi kalau di sekolah Islam gimana gak kayak gitukan? Itee : Nggak. Iter: Bearti nanti kalau kamu mau melanjutkan sekolah kesekolah Islam terus ya? 300 Itee : Ya sama tiru-tiru itu pak amin. Iter : Amin siapa? Itee: Amin Rais kan itu dulu sekolahnya di Muhammadiyah terus. Iter: Oh gitu, jadi kamu ingin seperti pak Amin ya? 305 Itee : Ya kan biar untuk memperdalam anu Agama Islam sama mau memperdalam lagi ke Informan memiliki motivasi yang kuat untuk belajar agama.

131 Mekah. Iter: Oh mau ke Mekah? Loh katanya mau jadi Astronom? Itee : Ya habis astronom langsung ke Mekah. Iter : Oh gitu, oya sebenarnya yang paling berharga dalam hidupmu apa sich? Itee : Wah susah mas, gak bisa gambarinya. Iter : Wah gak bisa gambarinya ya? Jangan di gambar tapi di ungkapkan aja.. Itee : Anu kalau baik, temen-temen baik, guru-guru baik gak ada yang ngejek sudah Alkhamdulillah. Iter : Oh gitu, berarti sekarang di Simpon ini sudah tidak ada yang ngejek-ngejek lagi ya. Itee : Anu yang dulu ngejek-ngejekin saya dulu sudah tak maapkan. Iter : Oh gitu, sudah ketemu lagi? Itee : Sudah banyak. Iter : Oke jadi intinya kamu gak pernah minder ya. Oya, kamu yakin gak dengan kemampuanmu? Itee ; Yakin. Iter : Gak pernah minder? Itee : Gak. Iter : Kalau kamu keluar jalan-jalan ke Mall, gramedia itu gak malu? Itee ; Gak, biasa aja. Informan mengharapkan teman dan guru yang baik dan menjadikanya sebagai sesuatu yang paling berharga pada dirinya.

132 335 Iter : Kuncinya apa sich, biar gak minder. Kadang mas aja ya kadang masih suka malu, minder. Bisa gak kamu kasih saran, biar gak malu dan minder apa sich rahasianya? Itee : Ya selalu mendekatkan diri sama Allah. Iter : Oh gitu? Agar tidak minder dan malu, informan selalu mendekatkan diri pada Allah. 340 Itee : Dzikir, do a anu minta pertolongan biar dikasih kemudahan biar lancar sama biar masuk surga (tersenyum.:) Iter : Heee..:) oh gitu, gitu ya anu sebagai alat untuk memotivasi biar gak minder ya? Dengan cara berdzikir dan memohon pertolongan kepada-nya agar diberikemudahan dalam segala hal Iter : Oke gitu aja ya, makasih untuk waktunya. Oya kapan-kapan mas minta bantuannya lagi boleh gak? Itee : Boleh Iter : Oke dech, sekarang sudah malem kamu istirahat ya, jangan lupa belajar. Itee : Ya mas.:)

133 VERBATIM Informan : A.D Kode: W2.S1 Usia : 13 th. Profesi : Pelajar Hari : Jum at, 19 Desember Waktu : s/d wib. Tempat : Rumah Informan Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif. Ket : W1 : Wawancara kedua S1 : Subjek pertama No Hasil Wawancara Refleksi 1 Iter : Selamat Malam Dek. Itee : Malam. Iter : Gimana Kabarnya? Itee : Baik-Baik Saja. 5 Iter : Suda Makan Belum? Itee : Sudah. Iter : Kapan? Itee : Tadi Jam 6. Iter : Loh Masih Sore Kok Sudah Makan? 10 Itee : Ya Biar Kenyang. Iter : Biar Kenyang Iter : Oya, Adek Sekolah Dimana? Itee : SMP nya Atau SD nya? Iter ; SMP.

134 15 Itee : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta. Iter : Simpon ya! Kok milih disana? Itee : Loh kan bagus, Agamanya lengkap, umumnya lengkap. Iter : Agamanya lengkap itu apa aja? Informan suka dengan sekolah yang ada pendidikan agamanya. 20 Ite: Aqoid, aqidah, al-qur an, Anu teknologi, computer Iter : Kok gak pilih sekolah biasa-biasa aja? Itee : Gak mau Iter :Kenapa? 25 Itee : Karena yo itu, kalau di Negeri itu gak enaknya itu nanti di ejek gitu, sering ngejek-ngejek orang. Iter : Biasanya yang suka ngejek-ngejek itu siapa? Itee : Banyak. Di sekolah negeri Informan takut di ejek oleh teman-temannya Iter : Siapa aja, bisa critain gak? Itee : Temen-temen banyak, tapi sekarang sudah tak maapin. Iter : Biasanya dulu ngejeknya gimana? Itee : Oh tingklang, oh dasar bodoh. Iter : Oh gitu, terus waktu itu kalau kamu di ejek seperti itu gimana? Itee : Gak papa. Diem saja. Iter : Kamu gak marah? Itee : Sabar aja. kan sama temenkan kalau marahkan gak enak. Dosa gak boleh gak apa kan gak diperbolehkan marah. Informan sering di panggil tingklang (pincang) dan bodoh oleh teman-temannya. Informan selalu bersabar dengan ejekan-ejekan yang ditujukan kepadanya.

135 45 50 Iter : Selain mengejek-ejek ada lagi gak yang dilakukan temen-temen adek? Itee : Suka mbodoh-bodohin, terus sana kalau ada yang gak bisa oh bodoh-bodoh. Tapi saya gak papa. Iter : Gak papa. Itee : Malah melalui gitukan saya harus belajar biar bisa buktiin, walaupun kaki pincangkan gak papa. Iter : Terus apa lagi. Itee : Ya belajar, berdoa berdzikir. Iter : Habis itu mereka masih suka ngejek-ngejek nggak? Selain di bilang tingklang (pincang) Informan juga suka di panggil bodoh oleh temen-temennya. Informan menjadikan ejeken-ejekan itu sebagai sumber motivasinya untuk belajar. Selain belajar informan juga selalu berdoa dan berdzikir. 55 Itee : Nggak lagi, malah mereka tak humori diajak bercanda. Iter : Oya, kok kamu gak pilih sekolah khusus aja? Itee : Khusus? Iter : Iya, sekolah khusus kan ada. Sekolah khusus yang kaki cacat kan banyak Itee : Gak mau. Iter : Kenapa? Itee : Pengennya ya kumpul dengan orang-orang yang normal. Iter : Oh gitu, padahalkan enak kumpul dengan mereka. Gak ada yang ngejek-ngejek. Itee : Tapi aku kan pengen tahu dengan dunia luar, Informan tidak mau sekolah di sekolah khusus anak cacat karena informan ingin selalu berinteraksi dengan orang-orang normal.

136 teknologi. Terus aku pengen punya temen banyak, kalau disekolah khusus kan temennya dikit. Iter : Alasan kamu sekolah di sekolah umum apa? Itee : Ya enak, gurunya sabar, mudri-muridnya enak suka memberi semangat. Iter : Memberi semangatnya gimana? Itee : Ayo-ayo, maju-maju jangan takut. Iter : oh gitu, biasanya yang suka memberi semangat siapa? Itee : Banyak, temen, guru, kepala sekolah Pak Joko Riyanto. Iter ; Kalau temen-temen memberi semangatnya gimana? Itee : Ya kamu harus begini-begini, bicara kedepan jangan malu, jangan suka marah. Iter : Kalau guru-guru ngasih semangatnya gimana? Selain itu, informan juga ingin meguasai ilmu teknologi dan ingin mempunyai temen-teman yang banyak. Informan tertarik di sekolah umum (SMP Simpon) karena guru dan teman-temannya baik dan selalu memberi semangat. Informan selalu diberi motivasi oleh tementemen dan orang-orang yang ada disekitarnya. 85 Itee : Kamu jangan begini-begini, hidup itu harus rileks gak boleh marah gak boleh malu sama temen. Semua temen sama. Iter : Biasanya yang ngasih nasihat itu guru apa? Ite : Guru Agama. Informan selalu diyakinkan oleh gurunya bahwa semua orang itu sama. 90 Iter : Guru Agama ya.! Oya, mas tadi tertarik ketika kamu bicara saya kan pengen kenal banyak dengan orang-orang normal, alasannya kenapa? Itee : Iya kan enak mas kalau diajak bicara itukan

137 bisa nangkap gitu lo! Iter : Kamu gak minder bermain dengan orang-orang normal? Itee : Nggak, ngak sama sekali. Iter : Kok bisa sich, apa sich rahasianya kok kamu gak minder? Itee : Rahasianya yo itu kalau orang nakal harus di humorin gini-gini. Eh kok kepala mu kayak gini lucu to kayak kura-kura gitu terus ketawa, di bercandain. Kamu kayak badut gitu. Iter : Emang mereka gak marah kamu gitukan? Itee : Gak marah malah ketawa, aku dibilang mirip kura-kura karena aku kan punya kura-kura. Iter : Terus selain bercanda tadi apalagi biar kamu gak minder? Informan tidak pernah minder dengan orang normal, bahkan informan suka bercanda dengan mereka. Informan adalah orang yang suka humor dan kepada siapa saja informan selalu mencoba untuk menjadi orang yang humoris. 110 Itee : Anu ya selalu mendekatkan diri sama Allah. Dzikir, do a anu minta pertolongan biar dikasih kemudahan biar lancar sama biar masuk surga. Iter : Oh gitu, kalau dibandingkan dengan sekolah khusus enak mana? Informan selalu berdoa kepada Allah, mendekatkan diri kepada-nya dan meminta pertolongan- Nya. Itu semua dilakukan agar informan tambah PD dengan kondisi fisiknya. 115 Itee : Enak umum. Iter : Kenapa? Itee: Karena, di sekolah umum itukan pandangannya ke Islami, di Simpon kan pandangannya kan sampai hari akhir. Untuk kepribadiannya ini- Pendidikan keislaman, etika dan akhlaq menjadikan informan

138 120 ini, gak boleh marah, jengkel gitu gak boleh. Jangan pernah membantah terima apa adanya. Kalau dapat cobaan yo diem aja sabar. semakin tertarik untuk sekolah di sekolah umum Iter : Cobaannya seperti apa? Itee : Ya sering di ejek-ejek itu. Kadang apa gitu banyak. Iter : Kalau guru-guru kamu melakukan kamu seperti apa? Itee : Ya memperlakukan saya ya seperti orangorang biasa, misalnya gini-gini aku dibantuin. Dikasih semangat, dikasih spiritlah. Iter : Ngasih semangatnya seperti apa? Itee : Ya semangatnya itu gak boleh menyerah. Gak boleh berantem. Informan diperlakukan sama oleh gurunya sebagaimana siswa pada umumnya, bahkan selalu diberi motivasi dan semangat. 135 Iter : Itu semua guru atau gimana? Itee : Semua guru. Iter : Yang paling sering ngasih semangat siapa? Itee : Guru Agama, kadang wali kelas kadang juga temen-temen ngasih semangat. 140 Iter : Temen-temen siapa aja yang biasa ngasih semangat? Itee : Ya banyak, banyak sekali. Iter : Kalau disekolah temen-temen kamu gimana sama kamu. Itee : Baik-baik semua, gak ada yang ngejek. Iter : Oh gitu, kok bisa ya, kira-kira kenapa? Temen-temen informan

139 Itee : Karena ini mungkin karena lihat kaki saya mungkin mereka kasian. Iter : Oh gitu kasian ya!, oya kamu tadi bilang gak suka sekolah negeri. Itu alasannya apa? Itee : Kalau di negeri itu gurunya itu ada yang Kristen, Islam temen-temennya ada yang ngejek, nglempari pakai batu, kan gak suka saya. Iter : Oh gitu. Itee : Kalau di Negeri itu kan gak tahu hari akhir itu apa aja tanda-tandanya. Siapa yang masuk surga itu siapa saja, kan belum tahu. Iter : Jadi karena tidak tahu itu mereka suka ngejekngejek gitu ya? memiliki empati yang tinggi kepadanya. Hal ini terbukti dengan tidak adanya ejekan yang ditujukan kepada informan. Informan tidak suka sekolah di Negeri karena kenakalankenakalan yang diperlihatkan oleh siswa-siswanya, selain itu perbedaan Agama juga menjadi penyebab ketidak sukaan informan untuk sekolah disana. Selain itu di sekolah Negeri wawasan Agamanya sangat kurang. 160 Itee : Kalau mereka tahu mereka gak akan kayak gitu, ngejek-ngejek kayak gitu. Kalau tahu isi agama mereka gak ngejek. Iter : Jadi kesimpulannya mereka ngejek itu karena gak tahu agama gitu ya! Yang menyebabkan temen-teman informan mengejeknya adalah karena ketidakpahaman mereka akan ilmu Agama. 165 Itee : Gak tahu isi agama. Iter : Itu biasanya yang suka ngejek itu siapa? Itee : Ya temen-temen tapi sebagian aja. Iter : Itu biasanya ngejeknya gimana? 170 Itee : Ngejeknya oh begok lo. Terus waktu aku lari kakiku dijegal sampai kepalaku ke jedut pintu. Terus dijotosin pernah juga. Iteer : Oh gitu, terus habis itu kamu gimana? Di sekolah negeri informan sering di ganggu oleh temantemannya bahkan sampai pada taraf penganiayaan secara

140 Itee : Aku terus minta pindah sama mama. fisik Iter : Pindah kemana? Itee ; Pindah ke SD Muhammadiyah 2. Iter : Terus setelah kamu pindah kamu mendapatkan perbedaan tidak? Itee : Ya Agamanya, terus teman-temannya juga baik semua gak pernah ngejek kayak di SD Negeri dulu. Gak pernah misoh-misoh. Iter : Kamu dulu di negeri dulu berapa lama? Itee ; 2 Tahun Iter : 2 Tahun itu apa yang kamu rasakan? Setelah pindah ke SD Muhamadiyah 2 informan mendapatkan temen-teman yang baik dan tidak pernah mengejeknya. 185 Itee : Resah mas, gak ada kenyamanan, gak tenang. Iter : Gak tenang itu kenapa? Itee :Suka ngejekin, pulang-pulang nglempari batu kan gak enak. Iter : Oh gitu, jadi kamu gak tenang, gak nyaman itu tadi karena di ejekin tadi ya..? Selama 2 tahun di sekolah negeri, informan hanya mendapatkan ketidaknyamanan. Karena selalu di ejek dan di ganggu oleh temen-temannya. 190 Itee : Ya Iter : Kalau di SD Muhammadiyah tadi? Itee : Gak ada, gak ada yang ngejek-ngejek kayak di negeri. Tapi ada juga deng yang ngejek 195 Iter : Oh ada juga ya? Itee : Ada, tapi Oh jangan gitu sama temen jangan gitu, gak boleh, sesama muslim kan nganu harus kan ukhuwah islamiah. Semua kan saudara, gak boleh nyek-nyekan, saling mengejek-mengejek kan gak boleh. Terus dia Di SD Muhammadiyah informan selalu menasihati tementemen yang ingin mengejeknya. Dengan mengingatkan mereka

141 200 minta maap, oya maap ya Iter : Terus habis itu masih ngejek lagi nggak? Itee : Nggak. Iter : Selain itu yang kamu lakukan apa biar mereka gak ngejek lagi? akan ukhuwah islamiayah. 205 Itee : Dikasih nasihat, gini-gini yang sedih-sedih, jangan gitu, Iter : Oh gitu, contoh nasihat yang adek berikan kayak apa sich? Itee :Nasihatnya kalau sedih ya do a dan ngaji. Iter : Biasanya kamu nasihati temen-temen yang suka ngejek itu seperti apa? Itee : Ya kamu jangan gitu, jangan ngejek. Kitakan sesama muslim kan saudara ukhuwah islamiyah. Iter : Oh gitu, terus apa lagi. Itee :Udah itu aja. Iter : Maksdunya ukhuwah islamiyah itu apa sich? Itee : Persaudaraan sesama muslim. Iter : Oh gitu, terus kalau sudah tahu ukhuwah islamiyah gimana? Itee : Nanti bisa mengikat tali persaudaraan, bisa gak ada ngejek-ngejekan lagi. Iter : Oh gitu. Selain menasihati dan mengajak humor ada cara lain gak yang kamu lakukan agar tidak di ejek temen-temenmu. Itee : Ada, dalam belajar. Kan kita belajar bersama. Informan menasihati teman-temannya dengan mengingatkan ukhuwah islamiyah diantara mereka. Ukuwah islamiyahlah yang menjadikan informan dan temantemanya bisa saling menghormati. Belajar bersama dijadikan informan sebagai cara untuk merekatkan tali persaudaraan.

142 Iter : Oh gitu, selain belajar bersama ada lagi gak? Itee : Banyak. 230 Iter : Bisa ceritakan gak? Itee : Itu, kita kan sesama muslim saudara, gak boleh seperti orang beda agama, orang kafirkan sukanya ngejek-ngejek terus. Anu nanti tak ajak kemana tempat dia suka, nanti kalau dia minta uang tak kasih. Islamlah yang menyatukan tali persaudaraan informan dan teman-temannya, sehinga mereka tidak saling mengejek. 235 Iter : Oh gitu, habis itu gak ada yang ngejek lagi ya? Itee : Gak ada. Iter : Temen-temen kamu kalau disekolah biasanya siapa aja? Itee : Banyak, fahri. Kadang perempuan juga ada. Iter : Kamu malu gak sama mereka? Itee : Nggak pernah, biasa-biasa saja. Iter : Kok bisa, caranya gimana? Itee : Ya anu, kan kalau saya gini kan gak papa yang penting otaknya cerdas, jadi gak perlu malu. Terus berdoa, habis sholat berdoa, mau tudur berdoa. Walaupun cacat Informan tidak pernah malu kepada temantemannya, karena informan memiliki otak yang cerdas. 250 Iter : Biasanya doanya seperti apa? Itee : Kalau ya, ya anu itu ya Allah mohon saya dikasih kelebihan dan teman-teman saya biar gak nakal lagi. Iter : Kamu minta diberi kelebihan apa? Itee : Ya otaknya nggak papa. Iter : Selain otak yang cerdas kamu minta apa lagi? Informan senantiasa berdoa agar diberi kelebihan dan temanteman yang baik.

143 255 Itee : Banyak, surga pengen salah satunya. Terus jadi astronot, pengen sekolah keluar negeri juga. Iter : Oya, kamu pernah berpikir gak kalau Allah itu gak adil? Itee : Nggak Iter : Kenapa? Itee : Kan sudah dikasih banyak. Iter : Banyaknya apa, kan kamu dikasih kaki yang berbeda dengan temen-temenmu? Itee : Nggak, kan otaknya sama, Kakinya kan sebenarnya juga sama. Walaupun beda kan gak papa yang penting otaknya terus cara berpikirnya wajar, gak pernah narkobanan. Iter :Rahasianya apa sich kok kamu bisa PD seperti itu? Walaupun informan diberi kecacatan oleh Sang Pencipta, namun informan selalu berpikir positif kepada- Nya. 270 Itee : Ya doa, terus kalau sama temen yang nakal harus dinasihati, kalau temen yang nakal ngeplak kepalanya terus dikejar terus di jotos. Itu malah dia malah gak suka, malah ndodro malah ngeplaki lagi. Agar tambah PD informan selalu berdoa kepada Allah dan selalu menasihati teman-temanya yang nakal serta mengajak mereka humor. 275 Iter : Jadi? Itee : Harus dinasihati, harus di ajak humor, banyak.! Doa-doa bareng, gak boleh ginigini kan dapat pahala di akherat nanti di timbang. Terus tak ceramahin agama,gini-gini gambarannya akherat surga. Setiap satu orang itu bidadarinya satu, doa-doa.

144 Iter : Temen-temenmu kalau dinasihati seperti itu gimana? Itee : Ya gak papa malah nanya-nanya kok bisa gitu. Iter : Oh gitu. Oya, kalau mas boleh tahu kamu bangga dalam hal apa aja sich? Itee : Ya ini otaknya, sepak bola, panco, lari dan banyak. Iter : Emang lari kamu seperti apa sich kok kamu bisa bangga? Informan bangga pada otaknya yang serdas Itee : Yo gak papa. Iter : Tapi kamu bangga dengan diri kamu? Itee : Bangga. Iter : Kenapa kamu bangga? Itee : Ya kan sudah dikasih kesempurnaan walaupun masih dikit. Harus bersyukur. Iter : Yang menyebabkan kamu bangga tadi apa? Itee : Ya itu tadi sudah dikasih kesempurnaan, jadi itu. Informan selalu mensyukuri apa-apa yang telah diberikan kepadanya. 300 Iter : Maksudnya kesempurnaan tadi itu apa sich? Itee : Ya otaknya, baca ayat-ayat al-qur an. Iter : E dalam kehidupanmu yang suka ngasih semangat itu siapa aja? Itee : Orang tua. 305 Iter : Biasanya orang tua ngasih semangatnya gimana? Itee :Yak ngasih nasihat gak boleh gini, gak boleh nakal, harus ngirit gak boleh boros. Iter : Kalau di sekolah yang suka ngasih nasehat Orang tua informan selalu menasihati informan.

145 siapa? 310 Itee : Disekolah guru, temen-temen. Iter : Ngasih semangatnya gimana? Itee : Kamu harus semangat gini walaupun gini. Iter : Walaupun gini itu maksudnya apa? 315 Itee : Walaupun cacat, gak bleh nyerah. Kayak pak Habibie itukan semangatnya tinggi. Iter : Oh kamu disuruh kayak pak Habibie? Itee : Ya kayak ilmuwan-ilmuwan lainnya diluar negeri pengen tak susul mau jadi ilmuwan baru. Walaupun cacat informan tidak menyerah. Karena informan memiliki citacita yang tinggi. 320 Iter: Kamu gak malu? Itee : Nggak PD aja. Iter : Kenapa kok kamu bisa PD? Itee : Ya itu berdoa buat nerangin hati, jiwa. 325 Iter : Kan anu dek, setahu mas kan ilmuwan itu badanya sehat-sehat, normal. Sementara kamu kan tidak seperti anak pada umumnya. Terus gimana? Itee : PD aja, yakin. 330 Iter ; Apa yang menyebabkan kamu seperti itu? Itee :Ya doa, terus keahliannya apa harus dipahami gak boleh sembarangan harus sungguhsungguh. Iter : Keahlian kamu di bidang apa? Agar pintar Informan selalu berdoa dan bersunguh-sungguh.

146 335 Itee :Sains, TIK, dari temen itu saya belajar. Terus sama PS, Agama. Umum sama Agama. Udah dua itu, Umum sama Agama itu udah tak kuasai semua. Iter : Kamu e merasa punya kelemahan gak? Informan menguasai ilmu-ilmu Agama dan umum yang sudah di pelajarinya di sekolah. 340 Itee : Punya. Iter: Kelemahan dalam hal apa? Itee :Olah raga, soalnya kalau lari saya cepet bener capek. Terus gini sakit, baru gitu-gitu sakit. Iter : Apanya yang sakit? Informan mengaku bahwa dia punya kelemahan dalam aspek fisiknya. 345 Itee : Ya sakit, panas kadang-kadan kalau pas hujan olah raganya pas hujan baru kena beberapa tetes saja sudah sakit. Iter : Terus gimana dengan kelemahan kamu seperti itu gimana? Jika cuaca kurang mendukung informan mudah sekali terkena sakit. 350 Itee ; Ya harus di tingkatkan lagi ini nya biar gak sakit. Sakit itukan pasti ada obatnya jadi gak usah dipikirin. Yang penting PD, semagat, walaupun capekkan tapi semangatkan insya Allah nanti diberi kemudahan. Walaupun informan memiliki kelemahankelemahan, namun informan mencoba untuk selalu berpikir positif. 355 Iter : Tapi temen-temen kamu gak pernah ngejek ya waktu kamu misalkan sepak bola? Itee : Nggak Iter : Kenapa? Itee : Gak tahu. Iter: Ya sebagai penutup mungkin bisa ngasih arahan

147 Kesimpulan: atau trik-trik yang adek pakai untuk apa biar gak malu gitu? Itee : Ya doa, terus nasihati temen-temen, kalau di nasihati ya di dengerin belajar ya belajar gak perlu nyeweh. Kalau punya misalnya apa PS atau Game online gitu gak boleh tiap hari. Iter : Oke, kalau untuk mengatasi temen-temen yang reseh itu gimana caranya? Itee :Itu harus dihumorin, diceramahin, itu pintu surga ada 7 eh ada 10, kamu pilih yang mana. Kalau kamu pengen surga ya gak boleh ngejekngejek, aku gak pernah ngejek kamu kamu ngejek-ngejek. Terus dia diem dan minta maap. Iter : Terus apa lagi? Itee : Udah gitu aja. Iter : Ya udah ya. Udah malem, mat istirahat. Informan adalah orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, meskipun informan memiliki kekurangan secara fisik, namun informan tidak pernah malu dengan kondisi fisiknya yang memang berbeda dengan teman-temannya yang lain. Rasa percaya diri ini disebabkan karena adanya lingkungan yang kondusif yang tidak mengenal ejekan maupun hinaan. Disekolah ini Informan diperlakukan sama oleh guru-gurunya dengan tidak dibedabedakan dengan siswa-siswa lain pada umumnya. Selain itu Informan juga memiliki teman-teman yang baik, yang selalu mendukung dan membantunya. Dengan adanya lingkungan yang kondusif seperti inilah yang menjadikan Informan tidak pernah merasa minder dengan kondisi fisiknya, dan untuk menghilangkan kemungkinan adanya perasaan minder dan malu tersebut Informan selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara memperbanyak dzikir, do a dan mengaji. Walaupun Informan diberi kaki yang cacat, namun informan senatiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah untuknya. Informan bersyukur karena diberi otak yang cerdas dan kelebihan-kelebihan yang lain. Informan selalu mencoba untuk memberikan yang terbaik untuk dirinya dan teman-temannya. Informan selalu menasihati dan mengajak humor teman-temannya.

148 VERBATIM Informan : Y.S Usia : 24 th. Kode: W1.IP (1) Profesi : Guru BK Hari : Kamis, 15 Januari Waktu : s/d wib. Tempat : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakata. Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif. Ket: W1 : Wawancara pertama IP(1) : Informan pendukung pertama No Hasil Wawancara Refleksi 1 Iter: Assalamu alaikum Buk selamat pagi, maap menggangu aktifitasnya. Itee: Ya mas, gak papa kok. Anak-anak sudah saya kasih tugas Iter: Gini buk, ada beberapa point yang ingin saya kroscek kebenarannya dari mas Audi. Kan kemarin saya sudah melakukan interview dengan mas audi sebanyak 2 kali, dan selama interview itu dia menunjukan perilaku yang positif. Gak ada sama sekali perilaku negative dari beliau. Nah sekarang saya bermaksud ingin menanyakan beberapa hal kepada ibu tentang mas audi. Itee : Oya gak papa. 15 Iter : Kalau pendapat ibu sendiri tentang mas audi itu seperti apa gitu.

149 Itee : Sikapnya gitu? Iter : Ya sikap dan karakternya. Itee : Oke, e selama saya mengajar disini ya, kan saya disini juga mengajar MMA (Membaca dan Menulis Al-qur an) itu dan juga keseharian itu alkhamdulillah biarpun mas audi itu punya kekurangan dia dalam hal bersikap, bertingkah laku, bertutur kata itu dia bagus, sopan dia. Jadi malah apa ya melebihi anak normal. Jadi biarpun punya kekurang seperti itu, sama guru itu jarang lo ya, kalau anak normal itu. Tapi kalau mas audi itu kalau ketemu gurunya itu assalamu alaikum buk seperti itu, kalau di apa di ruang guru itu mengucapkan salam seperti itu. Jadi mau masuk, mau keluar juga seperti itu. Dimata guru subjek A.D adalah anak yang memiliki sopan santun yang tinggi, terlebih kepada orang yang lebih tua darinya. 35 Iter: Itu untuk semua guru atau guru-guru tertentu? Itee: Semua, saya melihat semua iya bagus. Anak itu biar punya kekurangan tapi yaitu tadi juga punya kelebihan dalam hal sopan santun, tutur katanya, dan tidak aneh-aneh. Iter: Kalau prestasinya sendiri gimana buk? Dimata guru subjek A.D memiliki kelebihan dalam hal etika dan tatakrama Itee: Kalau saya melihat, kalau ngajar MMA ya itu kurang, ya kurang. Jadi karena itu jadi apa ya..belajarnya itu saya pernah melihat, bertanya membacanya itu kurang lancar. Jadi agak sedikit cedal gitu. Nah itu, jadi saya melihat agak sedikit kurang jelas, kejalasan Subjek A.D memiliki prestasi yang kurang dalam,hal baca tulis al-qur an, namun subjek A.D memiliki semangat belajar yang tinggi.

150 50 dalam membacanya. Tapi semangat belajarnya ada, dia hanya ijin tapi kalau sakit. Kalau gak sakit gak ijin. Dia rajin! Iter: Jadi Cuma di MMA nya aja buk ya, kalau dimata pelajaran yang lain gimana? Itee: Setahu saya itu di MMA ya, setahu saya. Karena memang saya tidak begitu memperhatikannya. Tapi memang kayaknya audi cuma lemah dalam MMA aja. Subjek A.D memiliki kelemahan dalam bidang baca tulis alqur an Iter: Oh gitu, kalau pola interaksi mas audi dengan teman-temannya sendiri gimana buk? Itee: Alkhamdulillah tidak terhambat, bagus ya..! biarpun mas audi seperti itu tapi temantemannya bisa menerima. Jadi gak pernah ada ejekan seperti ini, kok kaki kamu seperti ini itu gak pernah. Alkhamdulillah anak-anak sini meskipun ada yang nakal ya, tapi gak pernah apa ya dengan ucapan jelek, mengolok-olok kayak gitu dengan kekurangan dia tidak-tidak pernah. Lingkungan sekolah subjek A.D dapat menerima segala bentuk kekurangan yang ada pada dirinya. Sehingga tidak ada yang menghina dan mengejeknya Iter : Jadi ibu selama ini belum pernah mendapatkan laporan apa-apa? Itee: Belum, belum pernah. Iter: Biasanya mas audi itu kalau bermain dengan siapa buk? Itee: Dengan banyak teman tidak hanya satu kelas, baik cowok maupun cewek sama aja. Dia gak malu. Dengan segala keterbatasannya Subjek A.D mampu membangun pola interaksi yang baik dengan teman-

151 75 Iter: Kalau itu buk, masalah dispensasi yang diberikan pihak sekolah untuk mas audi dalam hal apa aja? Itee: Belum ada. Iter: Jadi semua bidang itu mas audi diperlakukan sama gitu ya? Itee: Ya begitu. temannya Iter: Kalau berkaitan dengan fisik, olah raga itu gimana? Itee: Kalau fisik, selama apa itu, selama dia mampu itu ikut, tapi kalau dia tidak mampu ya diperbolehkan tidak ikut. Iter: Oh begitu..? Itee: Ya dispensasinya cuma seperti itu. Iter: Jadi Cuma dalam hal olah raga aja ya..untuk yang lain sama. Itee: Untuk yang lainnya sama. Sama seperti anak yang lain. Subjek A.D hanya diberikan dispensasi terhadap segala sesuatu yang memang tidak bisa dia lakukan. 95 Iter: Jadi intinya dia diperlakukan yang sama dengan anak yang lainya gitu? Itee: Ya sama. Iter: Oh gitu, kalau menurut ibu sendiri sebenarnya kekurangan mas audi itu dalam hal apa aja buk? Itee: Ya itu mas, selain memiliki kekurangan pada fisiknya karena kakinya ya seperti itu, kayaknya mas audi juga memiliki Ada 2 kelemahan yang menonjol pada diri subjek A.D yaitu; Fisik yang kurang sempurna,

152 kekurangan dalam hal motorik halusnya, seperti menulis terutama menulis bahasa arab, tapi kalau bahasa Indonesia yang lumayan bagus. Terus selain itu mas audi juga kayaknya cedal jadi kalau membaca kurang begitu lancar. Tapi mas audi itu ingatannya lumayan bagus, mudah ingat gitu mas, terus dia itu rajin sekali dan semangatnya tinggi. dan kelemahan pada motorik halusnya (kemampuan membaca dan menulis yang kurang baik). Subjek A.D memiliki ingatan dan semangat belajar yang tinggi. 110 Iter: Oh gitu, ya mungkin itu saja buk yang saya tanyakan sebelumnya saya minta maap karena sudah mengganggu waktu mengajar ibu. Itee: Ya sama-sama. Iter: Makasih bu ya!

153

154 VERBATIM Informan : B.P.W Kode: W1.S2 Usia : 14 th. Profesi : Pelajar Hari : Senin, 5 Januari 2009 Jam : s/d wib Tempat : Rumah informan Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif. Ket : W1 : Wawancara pertama S2 : Subjek kedua No Hasil Wawancara Refleksi 1 Iter : Selamat sore dek?. Itee : Ya mas selamat sore. Iter : Begini dek ya, mas sedikit mau bertanyatanya kepada adek, gak papa kan? 5 Itee : Gak papa. Apa mas? Iter : Mas pengen tahu sebenarnya alasan adek untuk sekolah disekolah umum itu apa sich, kok gak mau sekolah disekolahan yang khusus anak cacat aja? Itee : Maunya sekolah di Ta mirul aja mas. Iter : Loh kenapa? Itee : Karena dekat rumah. Terus disana temantemannya banyak disana. Iter : Selain itu alasanmu milih Ta mirul Islam apa lagi? Keinginan informan untuk sekolah di ta mirul islam merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi, karena itu sudah menjadi keinginannya. Selain itu alasan informan sekolah disana adalah karena disana informan memiliki banyak teman yang selalu baik

155 kepadanya. 20 Itee : Disana orang-orangnya baik-baik, agamanya juga bagus, di ajari bahasa arab juga. Iter : Ada alasan lain gak? Itee : Nggak. Iter : Nggak ada? Iter : Bukannya lebih enak di sekolah khusus dari pada di sekolah umum? Kalau di sekolah khusus kan gak ada yang ngejek, kan semuanya sama Itee : Nggak, enak di sekolah umum dari pada di sekolah khusus. Di sekolah umum di ta mirul juga gak ada yang ngejek saya, semuanya juga baik-baik. Iter ; Oh gitu, terus alasan kamu milih sekolah umum apa lagi? Apapun alasannya Informan lebih suka disekolah umum dari pada disekolah khusus Itee : Ya karena saya gak suka sama orang-orang yang seperti saya. Iter : Gak sukanya kenapa? Itee : Ya kan saya pengen bermain dengan orangorang normal, Iter : Yang dimaksud adek dengan orang seperti saya tadi apa to? Itee : Ya kayak gini, kakinya seperti saya ini. Iter : Kok adek gak suka, berarti adek hak suka dengan diri adek donk? Alasan lain yang menjadikan informan memilih sekolah umum adalah karena dia tidak suka bergaul dengan teman-temannya yang cacat, informan lebih suka bermain dengan orang-orang normal. Itee : Yo gak suka, mosok maen sama orang cacat Informan lebih suka

156 45 terus. Sayakan juga pengen maen dengan orang normal. Iter ; Kenapa adek pengen bermain dengan orang nomal? Gak malu nich? bermain dengan orangorang yang normal. Itee : Kan kalau orang normal itu enak, diajak maen enak, pinter-pinter. Kan saya juga pengen seperti mereka. Iter : Oh gitu, adek gak malu sama mereka? Pada dasarnya informan lebih menyukai temanteman yang normal, enak diajak ngobrol, bermain dan juga pintar-pintar Itee : Gak kok. Iter : Kok gak malu kenapa? Itee : Ya kan kita sama, cuma beda kakinya aja. Kenapa harus malu. Iter ; Oh gitu, jadi adek gak malu ya..! terus sikap guru-guru Ta mirul Islam kepada adek gimana? Itee : Ya baik-baik. Iter : Baiknya seperti apa, bisa ceritakan gak? Itee : Sering membantu saya. Iter : Membantu dalam hal apa? Itee : E perilaku. Eh anu seperti membantu saya kalau saya sedang kesusahan. Iter : Eh perlakuan guru kekamu seperi apa sich, sama gak perlakuan guru kamu ke kamu dengan perlakuan guru ke temanmu? Informan tidak malu bergaul dengan orangorang normal,karena informan meyakini bahwa pada dasarnya mereka sama. Disekolah informan memiliki guru-guru yang baik yang suka membantu informan ketika informan membutuhkan bantuannya. Itee : Sama. Iter : Samanya seperti apa? Itee: Sama seperti yang lainnya, gak dibeda- Walaupun cacat informan diperlakukan

157 70 bedain. Iter : Oh gitu, biasanya dalam hal apa aja kamu diperakukan dengan khusus oleh gurumu? Itee : Biasanya pas olah raga mas, kalau olah raga, saya gak boleh ikut. Saya disuruh nonton aja. Iter : Terus nilainya gimana? sama oleh guru-gurunya tidak dibedakan dengan siswa yang lain. Informan diberi keringan dalam setiap keiatankegiatan yang berkaitan dengan aktifitas fisik Itee : Ya nantikan ada ujiannya. Iter : Oh gitu, terus sikap teman-teman kamu ke kamu gimana? Itee : Ya baik juga. Iter : Baiknya seperti apa? Itee : Ya sering bermain sama-sama saya, belajar sama-sama. Baik-baik sama saya. Tidak pernah ngeyek (mengejek-red) saya. Iter : Kenapa? kira-kira kenapa kok mereka gak mengejek kamu. Padahal kamu kan cacat? Itee : Kan mereka sudah tahu kalau saya punya kelemahan kaki saya gini. Mereka sudah maklum. Iter : Oh gitu, kamu merasa minder gak kepada mereka? Informan memiliki teman-teman yang baik kepadanya, yang tidak suka meyakiti dan mengejeknya. Teman-teman informan sudah bisa memahami dan memaklumi kekurangan yang ada pada informan, 90 Itee : Nggak. Iter : Kenapa? Itee : Saya gini aja, saya biarkan orang-orang lain ngejek saya gak papa. Iter : Biarkan orang-orang mengejek? Berati adek Informan mampu menerima segala kekurangan yang ada pada dirinya.

158 95 sudah pernah diejek ya? 100 Itee : Tidak pernah, gak pernah ada yang ngejek saya. Iter : Gak pernah? Itu disekolah atau dirumah? Itee : Disekolah gak ada yang ngejek saya, dirumah juga gak ada yang ngejek. Informan hidup dilingkungan yang selalu mendukungnya baik disekolah maupun di rumah. Iter : Oh gitu, e kamu pernah berpikir begini gak kalau Allah itu gak adil karena kamu diberi kaki yang cacat seperti ini? Itee : Gak pernah Iter : Kenapa? Itee : Ya gak papa, kan udah dari kecil udah kayak gini. Jadi gak papa. Iter : Oh gitu, terus kamu menjalani aktifitas kamu sehari-hari gimana? Itee : Ya seperti biasa, biasa aja gak ada masalah. Iter : Biasa aja, gak ada kendala gitu? Itee : Gak ada, semua bisa aku lakukan. Iter : Oh gitu, e pernah gak kamu mendapatkan perlakuan spesial atau khusus dari guru atau temanmu? Itee : Gak pernah, paling kalau guru itu kalau pas olah raga. Aku sering diberi keringanan gak ikut gak papa. Itu aja kalau yang lain ya sama aja dengan teman-teman yang lain. Informan tidak pernah menyesali kecacatan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Informan melakukan aktifitas kesehariannya seperti orang normal pada umumnya, dan tidak pernah mengalami kendala. Oleh guru-gurunya informan diperlakukan sama seperti temantemannya yang lain, namun dalam beberapa hal seperti olah raga informan mendapatkan dispensasi dari gurunya dalam bentuk diperbolehkannya untuk tidak mengikuti kegiatan

159 Iter : Oh gitu, boleh tahu gak cita-cita kamu nanti mau jadi apa? Itee : Mau jadi pilot biar bisa keliling dunia. Iter : Wah hebat ya, emang kamu bisa dengan kondisi kamu seperti ini? Itee : Bisa aja, yang penting belajar, terus berusaha pasti bisa. Iter : Emang kamu gak malu dengan kaki seperti ini kok jadi pilot? Itee ; Enggak!. praktek olahraga. Cacat tidak membatasi keinginan dan harapan informan untuk bercitacita setinggi mungkin. Informan meyakini bahwa kunci kesuksesan yang dapat membantunya dalam meraih cita-citanya adalah dengan cara belajar dan berusaha Iter : Kenapa? Itee : Ya karena saya sudah biasa jadi gak malu lagi. Iter : Biasa kenapa dek? Itee : Biasa dengan kaki seperti ini, jalan yang begini. Tapi gak papa. Keterbiasaanlah yang menjadikan informan lebih percaya diri. Iter : Oh gitu, selain itu adek merasa punya kelebihan apa? Itee : Bisa maen komputer.. Iter : Oh gitu, kamu belajar komputer dari mana? Meskipun cacat informan bisa mengoperasikan komputer Itee : Di ajarin kakak, di rumahkan ada komputer jadi bisa belajar terus. Di sekolah juga diajarin tiap hari sabtu jam 8 sampe jam 9. Iter : Selain punya kelebihan bisa maen komputer, ada lagi gak yang kamu banggakan dalam dirimu? Itee : Gak ada, Cuma maen komputer aja.

160 150 Iter : Oh gitu, kalau kamu sendiri merasa punya kelemahan dalam hal apa? Itee : Kaki saya, saya gak kuat kalau disuruh jalan lama, kaki saya suka sakit. Iter : Terus kalau kamu mau kesekolah atau maen gitu gimana? Itee : Ya kalau sekolah dianter kakak terus pulangnya ntar juga dijemput kakak. Informan memiliki kelemahan pada fungsi kakinya, sehingga informan sulit untuk melakukan aktifitasaktifitas yang berkaitan dengan fisik. 155 Iter : Kalau maen gimana? Itee : Saya gak pernah maen jauh, paling dirumah aja atau ke tempat teman depan rumah saya. Kalau jauh-jauh gak boleh, trus suka capek. Iter : Terus kalau olah raga di sekolah gimana? Rasa sakit pada kaki yang informan alami menjadikan informan jarang bermain ke tempat yang jauh dari rumahnya Itee : Gak pernah ikut. Iter : Loh kok gak ikut? Itee : Karena dulu waktu masuk kelas I sudah bilang kalau kaki saya sakit kalau dipakai jalan jauh, jadi sama guru di ijinkan untuk tidak ikut olah raga. Informan diberi dispensasi oleh sekolah boleh untuk tidak ikut dalam setiap kegiatan olah raga. Iter : Oh gitu terus kalau kamu gak ikut gitu ntar suka diejekin temen-temen gak? Itee : Nggak, biasa aja kan mereka sudah tahu kondisi saya. 170 Iter : Oh gitu, selain olah raga. Kamu disekolah biasanya dapat keringanan apa aja? Itee : Gak ada cuma ini aja, tapi kadang kalau pas upacara saya gak ikut gak apa-apa karena Selain dalam kegiatan olah raga. Informan juga mendapatkan

161 175 kalau ikut kelamaan berdiri kadang kaki saya suka sakit, jadi gak ikut gak papa. Iter : Oh gitu, itu upacara apa? Itee : Upacara bendera kalau pas 17 Agustus, terus upacara-upacara yang lainya tiap hari senin pagi. dispensasai dari sekolahnya dalam kegiatan-kegiatan yang membutuhkan aktifitas fisik (kaki) dalam waktu yang lama. Seperti upacara bendera, dll Iter : Oya, yang suka ngasih semangat kamu siapa aja? Itee : Kakak saya. Iter : Contohnya semangat seperti apa? Itee : Semangat untuk belajar, Bang belajar terus ya biar ntar pinter gitu. Informan selalu diberi motivasi oleh kakaknya untuk terus belajar. 190 Iter : Oh gitu, selain kakak yang suka ngasih semangat lagi siapa? Itee : Gak ada cuma kakak aja, tapi kadang-kadang guru-guru juga ngasih semangat. Iter : Kalau guru ngasih semangatnya gimana? Itee : Ya sama disuruh belajar. Iter : Pernah gak kamu mengalami pengalaman yang tidak kamu senangi? Itee : Nggak pernah. Selain kakak, informan juga sering diberi motivasi oleh gurugurunya disekolah. Informan tidak pernah mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan. 195 Iter : Bisa gak kamu ceritakan tentang aktifitasmu sehari-hari? Itee : Ya biasa aja, kalau sekolah ya sekolah waktu belajar ya belajar. Iter : Oya dulu alasan kamu sekolah disini kenapa? Informan melakukan aktifitasnya sehari-hari sebagaimana orang normal pada umumnya.

162 200 Itee: Karena lebih suka sama orang-orang normal. Kan orang-orangnya baik-baik, suka membantu saya kalau saya tidak bisa. Iter : Oh gitu, dulu kamu sekolah disini yang suruh siapa? Rasa suka informan kepada orang normal, serta kebaikan-kebakan yang ditujukan oleh orang normal inilah yang menjadikan informan tertarik utuk sekolah disekolah umum Itee : Gak ada yang nyuruh mas, saya pngen sendiri kok. Iter : Kenapa? Itee : Ya itu tadi disini orangnya baik-baik. Iter : Oya, kaki kamu kan cacat, terus temen-temen kamu normal semua. Kamu gak ngadu sama Allah, kok kamu diberi kaki cacat. Kamu memandangnya gimana sie? Itee : Yo gak papa mas, kan semua sudah diatur sama Allah. Kan pasti ada hikmahnya. Iter : Oh gitu, oya karena sudah sore mas mau pamit dulu ya tapi nanti kalau masih ada yang kurang mas mau minta bantuannya lagi boleh gak? Itee : Ya mas, gak papa. Iter : Dah gitu aja ya, Assalamu alaikum. Itee : Wa alaikum salam. Informan meyakini bahwa kondisi fisiknya yang cacat ini adalah karena kehendak Allah, dan pasti ada hikmahnya.

163 VERBATIM Informan : B.P.W Kode: W2.S2 Usia : 14 th. Profesi : Pelajar Hari : Kamis, 8 Januari 2009 Waktu : s/d wib Tempat : SMP Ta mirul Islam Surakarta Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif. Ket : W2 : Wawancara kedua S2 : Subjek kedua No Hasil wawancara Refleksi 1 Iter : Pagi adek..! gimana kabarnya? Itee : Ya mas, Alhamdulillah baik. Iter : Kemarin kan kita sudah ngobrol-ngobrol ya. Tapi ternyata masih ada yang kurang jadi 5 mas mau minta bantuan adek lagi, gimana? Itee : Ya gak papa. Iter : Gak papa ya! Okey kemaren kan kita sudah ngobrol-ngobrol tentang siapa adek, kebiasaan dan lain-lain kan gitu, tapi masih ada yang kurang e mase ingin menanyakan tentang e kalau adek di sekolah itu perlakuan guru adek ke adek itu gimana sich? Itee : Seperti anu ya baik-baik gak pernah gojekgojeki. Seperti orang normal gitu melakukan saya. Informan diperlakukan dengan baik oleh gurugurunya.

164 20 25 Iter : Oh gitu, itu guru siapa aja? Itee ; Semua guru. Iter ; Baiknya seperti apa sich? Itee : Gak pernah marah. Iter : Gak pernah marah? Kenapa? Itee : Mungkin karena kekurangan saya ini seperti ini jadi mereka kasihan. Iter : Dalam hal apa saja kalau guru gak marah itu? Itee : Ya gak pernah marah. Iter : Oh gitu, kalau di sekolah kamu berteman biasanya sama sapa? Itee : Semua temen saya. Iter : Semua temen? Cowok atau cewek? Kekurangan yang ada pada diri informan memberikan dampak positif bagi dirinya, karena dengan kekurangan tersebut banyak orang yang simpati dan berperilaku baik kepadanya. 30 Itee : Cowok. Iter : Kenapa? Itee : Lebih suka cowok.! Iter : Oh gitu, lebih sukanya kenapa? Itee : Lebih baik cowok. 35 Iter : Lebih baik cowok? Contohnya? Itee : Sering e memberitahu kalau saya tidak bisa. Iter : Oh gitu, kalau cewek kenapa? Itee : Gak suka. Teman-teman informan selalu memberi bantuan informan ketika informan membutuhkan bantuan. 40 Iter : Gak sukanya kenapa? Itee : Marah-marah, sering marah-marah. Iter: Sering marah-marah to? Pernah di gituin?

165 Itee : Gak pernah. Iter : Gak pernah? Tapi kok gak suka? Itee ; Karena gak suka dengan tingkah laku cewekcewek yang ada dikelas saya. Iter : Oh gitu, kalau dikelas cewek-ceweknya seperti apa si dek? Itee : Cewek-ceweknya ada yang seperti laki-laki, ada yang suka misoh-misoh gitu, terus teriakteriak juga. Kalau temenku laki-lakikan gak ada yang misoh-misoh. Iter : Ceweknya ada yang seperti laki-laki tadi gimana pakaiannya atau apa? Informan tidak suka dengan teman-teman perempuan karena perilaku mereka yang buruk dan tidak sesuai dengan etika dan tatakrama Itee : Ya itu suka misoh-misoh. Kelakuannya kayak laki-laki. Kan biasanya yang suka marah-marah terus misoh-misoh itu laki-laki, tapi ini perempuan. Jadi aku ya gak suka. Iter : Kalau yang marah terus misoh-misoh itu lakilaki gimana? Kamu suka gak? Itee : Ya gak suka. Iter : Kenapa? Itee : Ya kan itu gak boleh, kita kan gak boleh misoh-misoh. 65 Iter :Kalau kamu minta bantuan itu biasanya pada siapa aja? Itee : Pada temen saya. Iter : Temen saya itu siapa aja? Itee : Semuanya.

166 Iter : Dalam hal apa biasanya kamu meminta bantuan? Itee : Pelajaran. Iter : Pelajaran apa? Itee : Kadang mathematika, kadang juga bahasa inggris itu aja. Iter : Selain minta bantuan dalam pelajaran biasanya kamu minta bantuan dalam hal apa? Itee : Gak ada, cuma itu aja. Iter : Sebenanya yang kamu harapkan di sekolah ini seperti apa sich? Informan sering meminta bantuan kepada temantemannya terkait dengan pelajaran mathematika dan bahasa inggris yang memang informan tidak begitu menguasainya. Itee : Ya bisa belajar dengan baik, terus dapat prestasi, dan terus punya temen-temen yang banyak. Iter : Oh gitu, selain itu ada lagi gak? Informan sangat menginginkan untuk bisa berprestasi dan memiliki teman yang banyak di sekolahnya Itee : Apa lagi ya! Anu udah. Iter : Udah. Terus kalau kamu malu itu cara kamu mengatasinya gimana? Itee : Refresing. Iter : Refresingnya gimana? Itee : Bermain sama temen. Iter : Oh gitu, biasanya kalau bermain itu bermmain apa? Itee : Bermain.deli an (petak umpet-red). Iter : Deli an?? Oh gitu, emang habis main gitu kamu terus gak malu lagi gitu? Untuk menghilangkan rasa malu pada diri informan, informan sering mengajak temantemannya bermain bersama.

167 Itee: Iya. Iter : Kalau perlakuan temen-temen ke kamu gimana? Itee : Baik-baik, tapi juga ada yang tidak baik. Disekolah informan diperlakukan dengan baik oleh temantemannya. 100 Iter : Yang tidak baik itu seperi apa si? Itee : Suka bolos sekolah. Iter : Oh sering bolos sekolah, kalau sama kamu mereka gimana? Itee : Ya baik Iter : Oh gitu. Oya, kamu merasa punya kelemahan dalam hal apa? Itee : Olah raga. Iter ; Kenapa? Itee : Gak bisa, kalau bisa jangan terlalu jauh nanti capek. Kan kakiku ini suka capek kalau jalan jauh. Kelemahan informan adalah tidak bisa berjalan terlalu jauh, sehingga informan selalu absen dalam kegiatan olah raga Iter : Oh gitu, terus untuk mengatasi kelemahanmu itu gimana? Itee : Istirahat, kadang juga tidur. Iter : Tidur?? Biasanya kalau tidur dimana? Itee : Anu minta ijin pulang, sakit. Kan biasanya di ijinkan. Iter : Sebenarnya kamu pengen untuk ikut olah raga gak? Itee : Pengen si, pengen kumpul teman-teman. Tapi Informan membutuhkan waktu beberapa saat untuk sekedar istirahat atau bahkan tidur agar rasa lelah dan sakitnya hilang. Informan sebenarnya ingin ikut kegiatan olah raga seperti teman-

168 karena kakiku gini ya gak bisa ikut olah raga. Iter : Oh gitu, oya selain itu ada lagi gak yang kamu lakukan untuk mengatasi kelemahanmua itu? Itee : Gak ada. Iter : Oya, alasan kamu sekolah di sekolah umum apa to? Kok gak milih sekolah khusus aja? Itee : Ya karena gak suka aja, gak suka dengan orang-orang cacat. Kan saya normal walaupun kaki saya begini tapi saya normal. Iter : Oh gitu, di sekolah ini yang kakinya kayak kamu siapa aja? Itee : Saya sendiri. Iter : Oh kamu sendiri, terus kalau cuma kamu sendiri kamu gimana? Itee : Nyantai aja, kan orang-orangnya baik semua. Enak biasa aja. Iter : Biasanya kalau kamu sendirian, mulai BT itu kamu ngapain? temannya yang lain, hal ini disebabkan karena informan ingin selalu berkumpul dan bermain dengan mereka. Informan lebih suka berinteraksi dengan teman-temannya yang normal, bahkan informan menganggap bahwa dirinya normal. Meskipun di sekolah yang menderita cacti fisik hanya informan, namun informan tidak begitu mencemaskannya Itee : Ya paling ke masjid aja, kan samping sekolah ada masjid. Iter : Emang boleh waktu sekolah ke masjid? Itee : Boleh, tapi kalau istirahat aja. Iter : Biasanya kalau kamu dimasjid ngapain? Itee : Paling sholat, terus berdoa. Iter : Kalau kamu berdoa, biasanya kamu berdoa apa sich, boleh tahu gak? Informan biasa meluangkan waktunya untuk beribadah kepada Allah dengan cara berdoa dan sholat.

169 Itee : Pengen jadi anak yang sholeh, pinter terus pengen bisa jadi pilot. Informan selalu berharap untuk bisa menjadi orang pintar yang shalih. 150 Iter : Oh gitu, kalau kamu biasanya curhat ke siapa? Itee : Gak pernah curhat kok..! Iter : Gak pernah? Terus gimana? Itee : Ya saya aja. 155 Iter : Kenapa? Itee : Ya saya tidak mau nyusain orang lain, kalau saya bisa saya lakukan. Iter : Oh gitu. Biasanya masalah yang kamu hadapi itu masalah tentang apa aja sich? Informan lebih suka memendam perasaannya sendiri, hal ini disebabkan karena informan tidak mau menyusahkan orangorang yang ada di sekitarnya. 160 Itee : Sama teman. Iter : Emang kenapa, penyebabnya apa? Itee : Karena banyak yang nakal temannya. Iter : Teman dimana? Itee : Di sini Ta mirul Iter : Nakalnya biasanya seperti apa sich? Itee: Ya itu tadi mereka sering merokok, bolos gitu. Iter : Oh gitu, mereka sama kamu gimana? Itee : Ya gak papa, kadang malah tak omongin (nasihatin-red) jangan gini ngerokok gak boleh dosa. Informan sering menasihati temantemannya yang nakal. Iter : Oh gitu, mereka kalau kamu nasihatin gimana? Itee : Ya gak papa, kadang cuma diem aja, terus

170 175 cuma bilang jangan bilang-bilang ke guru ya Iter : Terus kamu bilang gak? Itee: Gak bilang, kan mereka temen-temenku, jadi gak tak bilangin ke guru. Iter : Kenapa, kan mereka salah? Itee : Ya si tapikan mesakne (kasian-red) mas kalau di hukum. Iter : Kenapa kamu kasihan sama mereka? Itee : Ya mesakne wae mas! Iter : Oh gitu, ya sudah ya sekali lagi mas ucapkan terimakasih kepada adek untuk bantuannya. Makasih dek ya.! Itee : Ya mas sama-sama. Informan memiliki rasa empati yang besar terhadap temantemannya. Kesimpulan: Informan adalah orang yang percaya diri, tidak pernah merasa malu dengan kondisi fisiknya yang cacat. Bahkan dalam berteman informan lebih memilih untuk berteman dengan orang-orang yang memiliki kondisi fisik yang sempurna dibandingkan dengan orang-orang yang mempunyai kondisi fisik yang sama dengannya, hal ini disebabkan karena informan meyakini bahwa pada dasarnya mereka adalah sama. Meskipun sacat, informan tidak dipandang sebelah mata oleh guru-gurunya. Akan tetapi informan diperlakukan sama oleh guru-gurunya dan tidak dibedakan dengan siswa-siswa yang lain. Namun informan diberi keringan (dispensasi) dalam setiap keiatan-kegiatan yang berkaitan dengan aktifitas fisik, seperti olah raga, dll. Disekolah ini informan memiliki teman-teman yang selalu baik kepadanya, yang tidak suka meyakiti dan mengejeknya, teman-teman informan sudah bisa memahami dan memaklumi semua kekurangan yang ada pada informan. Dengan kondisi fisik yang kurang sempurna tersebut, informan mencoba untuk menerima segala kekurangan yang ada pada dirinya. Informan tidak pernah menyesali kecacatan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Informan meyakini bahwa kunci kesuksesan yang dapat membantunya dalam meraih cita-citanya adalah dengan cara belajar dan berusaha serta berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

171 VERBATIM Informan : S.G.S. Kode: W1.IP (2) Usia : 47 th. Profesi : Guru BK Hari : Kamis, 8 Januari 2009 Waktu : s/d wib Tempat : SMP Ta mirul Islam Surakarta Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif. Ket: W1 : Wawancara pertama IP(2) : Informan pendukung kedua. No Hasil Wawancara Refleksi Iter : Selamat Pagi Pak. Itee : Ya.pagi. Iter : E saya dari mahasiswa psikologi yang hendak mengambil data untuk kepentingan skripsi. E..mengenai anak didik bapak yang e. mas Bambang tadi ya pak ya. Sebenarnya keseharian mas Bambang tadi kalau disekolah seperti apa pak ya? Itee : Ya dia biasa-biasa aja seperti temen-temennya yang lain. Ya belajar ya belajar, kalau pas istirahat ya keluar. Kayaknya gak ada masalah, gak ada beban gak ada rasa minder gitu. Iter: Terus kalau dalam interaksi dengan temantemannya gimana pak? Dimata Guru, Subjek B.P.W merpakan seorang yang biasabiasa saja, seperti siswa lain pada umumnya. 15 Itee : Ya teman-temennya tidak ada yang menjelekjelekan, tidak ada yang menganggap dia

172 20 25 rendah. Karena sudah kita tanamkan sejak dia masuk kelas satu sudah kita tanamkan sudah kita berikan arahkan bahwasanya kondisi fisik itu bukan karena kehendaknya tapi kehendak Allah kita harus memakluminya. Menjelekjelekan orang yang cacat berarti menjelekjelekkan Allah yang menciptakan. Mereka tidak pernah apa mengucilkan, kebetulan Bambang sendiri dalam keseharinnya tidak nakal. Dia bisa bergaul dengan baik. Di sekolah subjek B.P.W memiliki temanteman yang baik.selain itu disekolah B.P.W sering di ingatkan oleh gurunya untuk selalu berpikir positif dalam mensikapi kekurang sempurnaan fisiknya Iter : Eh metode yang digunakan untuk memberikan nasihat tadi gimana? Itee : Eh. pertama secara klasikal, jadi kita berikan arahan. Kebetulan dalam materi-materi fiqh, budi pekerti itu ya kita sebagai Da i ya berdakwah. Jadi kita ingatkan manusia itu sama pada prinsipnya dihadapan Allah, secara fisik tidak dipermasalahkan oleh Allah yang dibedakan adalah tingkat ketaqwaannya. Bisa jadi kamu, temenmu yang ganteng, yang cantik itu belum tentu mulia disisi Allah. Sementara yang cacat bisa jadi lebih mulia disisi Allah kalau dia berakhlaq. Itulah yang kami sampaikan agar temen-temennya bisa maklum. Selain memberikan nasihat kepada subjek B.P.W agar bisa memandang positif atas kekurang sempurnaan fisiknya guru-gurunya juga mengingatkan teman-temanya untuk bisa saling menghormati dan menghargai saudaranya yang lain. 45 Iter: Oh jadi temen-temen bisa menerima apa adanya gitu pak ya? Itee : Ya secara klasikal, tapi ketika mungkin pernah, kalau pernah ya kalau dulu pernah ya sedikit memandang rendah gitu kita panggil, kita beri

173 50 55 arahan. Iter : Pernah ada pak ya? Itee : Kalau bambang belum pernah, sampai saat ini belum pernah. Dulu juga pernah dulu ada yang cacat juga kemudian ngejek ya kita panggil terus kita beri arahan. Dan ahirnya minta maap. Iter : Untuk Bambang sendiri pernah gak pak diganggu temennya gitu, misalnya dijahilin gitu Itee : Belum pernah. Iter : Belum pernah ya pak ya! Itee : Belum pernah saya lihat, ya itu tadi dia itu lumayan bisa menyesuaikan diri. Jadi gak pernah neko-neko bahasanya. Ya biasa, diangap biasa gitu. Waktu sholat ya sholat, istirahat ya istirahat dikelas juga ramah, gak pernah macam-macam gitu, dengan temantemannya yang gagah yang sempurna gitu juga gak pernah buat masalah. Di sekolah ini subjek B.P.W belum pernah di ejek dan diganggu oleh temantemannya.karena B.P.W juga mampu menjaga perasaan teman-temannya. 70 Iter: Jadi temen-temennya malah sayang gitu ya.? Itee : Ya jadi malah akrab. Iter : Sering gak pak, apa itu temennya itu memberi dukungan kepada Bambang agar dia gak malu gitu sering gak pak? Itee : Meskipun mungkin secara lisan belum, tapi mungkin secara perbuatan. Kadang-kadang saya lihat kalau kekantin juga bareng. Terus Dukungan yang diberikan teman B.P.W kepadanya dapat terlihat dari perbuatan

174 75 80 kemana gitu juga bareng. Iter : Kalau prestasi gitu gimana? Misalnya nilainilainya? Itee : Untuk prestasinya juga lumayan bagus, meskipun tidak tertinggi tidak teratas tapi juga tidak begitu rendah. Jadi biasa, kayaknya emang prestasinya lumayan. dan perilaku temanteman B.P.W kepadanya. Di sekolah B.P.W memiliki prestasi yang cukup bagus. 85 Iter : Oh gitu, ada gak dispensasi dari sekolah untuk Bambang ini? Itee : Ya terutama untuk pelajaran olah raga. Jadi ada permainan-permainan yang dia boleh untuk tidak ikut, ya kayak sepak bola, lari kalau sekedar senam masih. Tapi ya dia masih ikut kelapangan. Iter : Untuk nilainya gimana? Itee : Ya nilainya tentunya punya standar sendiri. Sekolah memberikan dispensasi kepada B.P.W dalam kegiatan olah raga Iter : Kalau menurut bapak sendiri, Bambang ini sebenarnya memilki sifat yang pemalu atau memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi pak? Itee : Malunya gak, biasa! Kepercayaan diri ya normal wajar. Tidak pernah protes terhadap keadaan, ya biasa-biasa aja. Iter : Terus perilaku adaptasinya bagaimana pak? Itee : Ya lumayan agak bagus, dengan teman lain kelas pun juga bergaul biasa-biasa aja. Tidak menutup diri, jadi biasa aja. Menurut pandangan guru subjek, B.P.W memiliki rasa percaya diri yang normal, tidak pemalu namun juga tidak terlalu PD. Subjek B.P.W memiliki perilaku adaptasi yang baik dan tidak suka menutup diri.

175 Iter : Ada gak kejadian khusus yang dialami Bambang di sekolah ini? Itee : Kalau menurut pengamatan saya gak ada, belum ada. Dari temannya gak ada, dari gurunya juga gak ada. Dia sendiri juga belum pernah mengalami kasus disekolah ini. Itee : Manutan gitu istilahnya? Itee : Ho o iya! Iter : Oh gitu, oya pak mungkin sudah cukup wawancara kali ini terimakasih sekali atas waktunya. Itee : Ya sama-sama. Subjek B.P.W adalah seorang siswa yang tidak suka mencari masalah.

176

177 VERBATIM Informan : R.A.P Kode: W1.S3 Usia : 14 th. Profesi : Pelajar Hari : Sabtu, 10 Januari 2009 Waktu : s/d wib Tempat : SMP Muhammadiyah 2 Kartasura. Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif. Ket : W1 : Wawancara pertama S3 : Subjek ketiga No Hasil Wawancara Refleksi 1 Iter : Selamat pagi dek, gimana kabarnya? itee : Baik. iter : Adek baru ngapain? itee : Belajar iter : Belajar apa? itee : Kemuhammadiyahan. iter : Kemuhammadiyahan? udah selesai belum? itee : Udah selesai, sekarang ganti geografi. iter : Oh gitu, gini dek mase mau nanya-nanya ke adek boleh ga? 15 itee : Boleh. iter : Boleh ya! E yang membuat adek tertarik untuk sekolah disini apa? itee : Sikap teman-teman saya yang selalu memperhatikan saya. Yang membuat informan tertari untuk sekolah di SMP ini adalah kaena sikap baik yang selalu ditunjukan oleh temanteman informan.

178 20 iter : Oh itu, terus selain itu apalagi alasan adek itee : Karena saya tidak ingin mengecewakan guru asuh saya. iter : Oh yang nyuruh kesini siapa? itee : Guru asuh saya. iter : Kok kamu gak minta kesekolah lain? itee : Ya saya masuknya udah telak kok. sudah setengah tahun, saya kelas satu baru setengah tahun sudah kenaikan kelas. Alasan lain informan sekolah disini adalah karena tidak ingin mengecewakan guru asuhnya. 25 iter : Oh gitu, terus? itee : Ya gitu, ibu asuh saya menyuruh saya untuk sekolah disini. iter : Oh gitu, oya katanya tangan kamu ada yang kecil ya? itee : Iya. iter : Yang sebelah mana? itee : Kiri ini. iter : Kiri! Oh gitu kamu merasa malu gak? itee : Nggak. iter : Kenapa? itee : Kerena setiap kekurangan itu pasti juga ada kelebihannya. iter : Oh gitu, kelebihan kamu apa? itee : Dulu dapat peringkat dua di SD. Informan tidak merasa malu dengan kekurangan fisik yang ada pad dirinya, karena informan meyakini bahwa setiap kekurangan pasti juga ada kelebihan (Positif thinking). 40 iter : Oh gitu, itu kelebihannya. terus kelemahan kamu apa?

179 45 itee : Ya ini fisik saya ini. iter : Emang fisiknya seperti apa? itee : Ni kan tangan kirinya kecil terus badanku juga kecil sendiri di sekolah ini. iter : Oh gitu, terus kalau sikap guru-guru kamu kekamu gimana? itee ; Sangat sayang dan mendidik, supaya saya menjadi anak yang pinter. Kekurangan yang menonjol pada diri informan adalah fisiknya yang kecil dibandingkan dengan teman-temannya yang lain dan juga tangan kirinya yang cacat. Guru-guru mendidik informan dengan penuh kasih sayang iter : Oh gitu, kamu diperlakukan yang sama gak seperti temen-temenmu yang lain? itee : Sama. iter : Samanya seperti apa? itee : Ya seperti seperti dikasih pelajaran itu kita disamakan. gitu.! Dalam pembelajaran, informan diperlakukan sama oleh para gurunya. 60 iter : Tapi mereka sayang sama kamu gak? itee : Sayang. iter : Pernah gak guru kamu marah sama kamu? itee : Pernah karena saya tidak memperhatikan pelajaran. iter : Oh gitu, terus selain itu ada lagi? itee : Nggak. iter : Jadi guru marah itu karena kamu tidak memperhatikan pelajaran? 65 itee : Tidak memperhatkan pelajaran. iter : Terus temen-temen sama kamu gimana? itee : Ya sangat sayang, ada ikatan persahabatan Disekolah sudah terjalin ikatan persahabatan antara informan dan

180 yang sejati. iter : Contohnya dek? teman-temannya itee: Saya sama teman saya faris, dia selalu membantu saya dimana saya merasa kesusahan. iter : Oh gitu, pernah itu? Kesusahan waktu apa? itee : Pernah waktu ban saya bocor, terus saya dipinjemin uang untuk menambal ban saya iter : Oh gitu, temen-temen kamu dengan keadaan kamu yang cacat ini gak ada yang ngejek? itee : Nggak, malah menghargai. iter : Menghargainya seperti apa? itee : Mengasihani, membantu..gitu. iter: Kalau seandainya temen-temen adek mengejek adek. kamu ngapain? itee : Aku terserah, PD aja ngapain diambil hati, gak ada apa-apanya. iter : Jadi kamu dengan kondisi fisik seperti ini kamu biasa aja gitu, kok bisa sich? bisa ceitakan gak? itee: Karena saya ini murid yang terkecil disekolah ini, banyak disenangi oleh guru-guru. iter : Terkecil umurnya atau fisiknya? itee : Fisiknya. iter : Itu yang membuat kamu PD? selain itu? itee : Udah gak ada. Teman-teman informan selalu mengasihi dan membantu ketika informan membutuhkan bantuan. Informan tidak terlalu mempermasalahkan ejekan dan hinaan namun informan menganggapnya hanya sebagai angin lalu. Kecilnya fisik informan menjadi daya tarik tersendiri bagi gurugurunya. Karena banyak guru yang justru meyukai informan karena fisiknya yang kecil tersebut.

181 iter : Kalau kamu baru sedih, BT itu ngapain? 95 itee : Pergi kerumah teman terus maen PS. iter : Oh gitu, biasanya yang membuat kamu sedih dan BT itu apa? itee : Eh anu sering di ejek dirumah teman saya gitu. Ejekan-ejekan yang ditujukan ke informan terkadang menjadikannya BT dan sedih. 100 iter : Oh gitu, ngejeknya gimana? itee : Eh apa kamu ini gak bisa ngapa-ngapain gak bisa lari cepat, gitu. iter : Itu ngejeknya dimana?? itee : Di rumah. Informan sering diejek tentang kekurangan yang Ada pada dirinya. 105 iter : Di rumah ya! terus kamu kalau diejek gitu gimana? itee : Ya terus pulang aja. langsung pergi gak mendengarkan. iter : Kalau kamu di ejek gitu kamu sedih gak? Informan selalu menghindar dan bersikap acuh, ketika di ejek oleh orang itee : Nggak. iter : Kenapa? itee: Karena di ejek itu pasti saya ada kelebihannya. iter: Kalau disekolah ini teman-temen kamu gimana, baik-baik semua atau ada yang nakal? itee : Ada yang nakal. iter : Nakalnya seperti apa? itee: Misalnya gak ngapa-ngapain tiba-tiba menjitak saya, menendang saya. gitu! Informan selalu berpikir positif dari setiap ejekan yang ditujukan padanya. Disekolah informan sering diganggu oleh sebagian kecil dari teman-temannya.

182 125 iter : Banyak gak yang seperti itu? itee : Nggak, cuma satu orang. iter : Itu kenapa kok bisa begitu? itee : Ya gak tahu, tiba-tiba di saya padahal saya tidak mengejek dia. iter : Terus kalau kamu di jitak gitu kamu gimana? itee : Ya tidak membalas, nanti kalau di apa itu dihadapi makin menjadi-jadi. iter : Oh gitu, itu anak kelas berapa dek? Informan tidak membalas perlakuan buruk teman-temannya, namun informan hanya mendiamkannya. 130 itee : Kelas II, temen sekelas. iter : Oh gitu, kamu sering melaporkan gak kalau diganggu gitu? itee : Nggak. iter : Kamu sering diganggu gitu? itee : Ya sering. iter : Biasanya teman-teman kamu kalau melihat kamu digituin mereka gimana? itee : Mereka membela saya. iter : Membelanya gimana? itee: Jangan digituin, jangan berbuat begitu wong (kan-red) dia gak salah apa-apa kok. iter : Terus kalau digituin temen kamu yang suka jahil tadi gimana? itee : Masih jahilin! Ketika informan di ejek, informan banyak mendapatkan pembelaan dari teman-temannya yang lain. 145 iter : Oh gitu, terus kamu memandang kehidupan ini seperti apa sich?

183 itee : Apa itu, kehidupan yang agak rumit gitu. iter : Rumitnya kenapa? itee : Karena kekurangan dan kekurangan saya ini. Informan menganggap bahwa kehidupan ini rumit iter : Kamu dengan kekurangan kamu seperti ini kamu gimana? itee: Akan selalu tabah dan sabar dalam menghadapinya. iter : Selain tabah, selain sabar ada lagi gak yang kamu lakukan? itee : Ada belajar yang sungguh-sungguh dan menghormati guru. iter : Oh gitu, kamu menjalani aktifitas kamu sehari-hari gimana? Informan menghadapi cobaan ini dengan penuh rasa sabar dan penuh dengan ketabahan. Untuk menutupi kekurangan yang ada pada diri informan, informan selalu berusaha untuk belajar dengan sungguhsungguh itee : Baik-baik aja. iter : Baik-baik aja itu seperti apa? itee: Ya seperti tadi di suruh mengerjakan langsung dikerjakan gitu. iter : Yang kamu harapkan dari sekolah ini apa? itee : Menjadi anak yang terbaik, dan mendapatkan nilai yang maksimal. iter : Kalau untuk fisiknya gimana? itee : Saya berdoa agar disembuhkan oleh Allah. iter : Oh gitu, cita-cita kamu ingin jadi apa? Informan selalu ingin untuk menjadi siswa yang terbaik di sekolahnya. 170 itee : Jadi jadi penjaga hotel. iter : Penjaga hotel? kenapa ingin jadi penjaga hotel?

184 itee : Karena pekerjaan itu tidak rumit. iter : Oh gitu, kamu bisa menjadi penjaga hotel? 175 itee : Bukan penjaga hotel, tapi pelayan hotel. iter : Kamu PD, kamu kan tangannya kan cacat gitu gimana kamu nanti kalau di ejek oleh penjaga hotel yang lain? itee : Ya PD aja. 180 iter : Kok bisa PD gitu kenapa, bisa gak adek ceritakan ke mas? itee : Eh bingung mas, karena saya itu anak yang paling disayangi dikeluarga. dan saya merasa di istimewakan. Informan adalah anak yang paling disayangi di keluarganya. 185 iter : Kalau disekolah? itee : Di sekolah saya merasa senang karena saya dihormati oleh teman-teman saya. iter : Biasanya teman-teman menghormati dalam hal apa? Disekolah informan dihormati oleh temantemannya. 190 itee : Dalam apa itu, apa hal yang gak bisa gitu lo kalau kan mengangkat benda berat gak bisa mengangkat gitu diangkatkan. terus kerjasama. iter : Kamu disekolah diperlakukan seperti apa? Ketika informan sedang menghadapi suatu permasalahan, temanteman informan banyak yang memebantunya. 195 itee : Seperti seperti sama seperti anak-anak yang lain. iter : Ada kekhususan buat kamu gak? itee : Ada.

185 iter : Dalam hal apa? 200 itee :Dalam hal olah raga. iter : Emang kenapa? itee : Kan tangan saya yang satunya gak bisa. iter : Oh gitu, terus kalau kamu olah raga gak ikut terus nilainya gimana? itee : Nilainya, ya kalau ikut sich yang bisa-bisa aja. iter : Contohnya apa dek yang bisa? itee : Sepak bola, terus poli gak bisa, lompat jauh mungkin bisa, tolak peluru gak bisa, lempar cakram gak bisa. Informan mendapatkan dispensasi dari sekolah dalam beberapa cabang olah raga. iter : Kalau kamu gak bisa gitu kamu gak ikut gak papa? itee ; Gak papa. iter : Nilainya ntar gimana? 215 itee : Nilainya ntar pakai teori. iter : Pakai teori, teman-teman kamu gak ngejek kalau kamu gak bisa? itee : Sama sekali nggak. iter : Kalau yang nakal tadi gimana? 220 itee : Kalau tadi ya di diemin aja. iter : Oya, kelemahan kamu tadi dalam hal apa aja? itee : Ini cacat fisik ini dan kecilnya postur tubuh ini. iter : Untuk menutupi kelemahan kamu yang 2 itu Informan mengakui bahwa dia memiliki kelemahan dalam segi fisik.

186 225 yang kamu lakukan apa? 230 itee : Mencoba terus berusaha untuk menutupinya. iter : Dengan apa? itee : Ya dengan berusaha belajar terus agar bisa menjadi anak yang pintar. iter : Terus kamu merasa punya kelebihan dalam hal apa? itee : Anu membaca puisi dan menyayi. iter : Temen-temen kamu kalau kamu lagi baca puisi atau nyanyi mereka gimana? Informan ingin menutupi kekurangannya dengan selalu belajar. Infroman memiliki kelebihan dalam hal tarik suara. 235 itee : Ya mereka seneng. iter : Oh gitu, yang bisa menyebabkan kamu bangga tadi apa? itee : Bisa hidup dan disayangi oleh orang tua. iter: Mereka sayang sama kamu kenapa? itee : Karena mereka tahu kalau saya cacat fisik, jadi harus disayangi biar saya PD, enjoy gitu. iter : Kalau guru menyayangimu kenapa? itee: Karena saya sopan dan saya sering memperhatikan keadaan guru. iter : Kalau temen? itee : Karena kebaikan saya. iter : Kamu baik kepada siapa aja? itee : Temen dikelas. iter : Contohnya? Yang menyebabkan informan disayangi oleh orangtua adalah karena dia cacat. Guru-guru informan meyukai perangainya yang sopan. 250 itee: Kalau temen gak punya bulpoint ya Informan selalu ingin

187 dipinjemin, kalau temen piket dibantu. iter : Kamu kalau disekolah ini temannya siapa aja? itee : Banyak. berbagi dengan temantemanya iter : Cowok atau cewek? itee : Kadang cowok kadang juga cewek, tapi banyak yang cowok dari pada yang cewek. iter : Kenapa kok lebih banyak cowok? Itee : Ya karena sama dengan saya kelaminnya, jadi saya lebih suka. Disekolah informan lebih menyukai teman-teman cowok dari pada berteman dengan cewek. Iter : Oh gitu, biasanya yang sering ngasih nasihat atau motivasi itu siapa? Itee : Guru asuh saya dan ibu saya. Iter : Nasihatnya gimana? Itee : Kamu itu disekolahkan oleh guru asuh kudunya (seharusnya-red) kamu harus membahagiakan gurumu, selalu belajar yang sungguh-sungguh, gitu. Iter : Oh gitu, kalau nasihat dari guru asuh kamu gimana? Informan selalu dinasihati oleh ibunya agar senantiasa giat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Itee : Jadilah anak yang pintar ya, supaya bisa membahagiakan orang tuamu. Iter : Teman-temanmu suka ngasih semangat gak? Itee : Suka. 275 Iter : Semangatnya seperti apa? Itee : Kalau ada sesuatu itu selalu mendukung,

188 280 pasti kamu bisa, gitu. Iter ; Okey, selain diberi semangat oleh ibu, guru dan teman-temanmu adalagi gak yang suka ngasih semangat kekamu? 285 Itee : Ada, tetanggaku. Iter : Ngasih semangatnya gimana? Itee : Kamu itu anak yang pinter, kamu harus berbakti sama orang tua biar berguna bagi nusa dan bangsa. Informan selalu diberi motivasi dan diyakinkan bahwa dia adalah anak yang pintar Iter : Oya, untuk terakhir ya mas mau nanya. Kalau kamu merasa malu, merasa minder apa yang kamu lakukan? Itee: Saya akan mencoba untuk menutupi kelemahan saya, saya membantu temanteman, belajar gitu. Iter : Udah gitu aja? Itee : Udah. Iter : Ya udah ya gitu aja, tapi nanti kalau mas butuh bantuan mas minta bantuan kamu lagi boleh gak? Itee : Boleh.. Iter : Okey, makasih adek untuk waktunya. Informan akan selalu berusaha menutupi kelemahannya dan selalu ingin membantu temanteman yang membutuhkan bantuannya.

189 VERBATIM Informan : R.A.P Kode: W2.S3 Usia : 14 th. Profesi : Pelajar Hari : Selasa, 13 Januari 2009 Waktu : s/d wib. Tempat : SMP Muhammadiyah 2 Kartasura Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif. Ket : W2 : Wawancara kedua S3 : Subjek ketiga No Hasil Wawancara Refleksi 1 Iter : Selamat pagi dek, gimana kabarnya? Itee : Alkhamdulillah baik. Iter : Baik ya! Okey deh, ni mas mau ganggu lagi gak papa kan? 5 Itee : Gak papa. Iter : Gak papa, okey. Kemarin kan mas sudah baca hasil wawancara kita kemarin, ni mas mau nanya-nanya lagi ke adek. Boleh gak? Itee : Boleh. 10 Iter: Oya sikap temen-temen adek ke adek di sekolah ini seperti apa sich? Itee : Ya kadang ada yang baik, kadang ada yang menjengkelkan, kadang ada yang ngerjain aku. Gitu! Informan mendapatkan 2 jenise perlakuan yang berbeda dari temantemannya di sekolah ini, ada yang baik namun juga ada yang nakal kepadanya.

190 15 20 Iter : Oh gitu, contohnya yang menjengkelkan itu gimana? Itee : Ya itu ngerjain aku, apa pas duduk kursinya ditarik kebelakang, sepatu saya disembunyikan. Iter : Oh gitu, terus? Itee : Ya diganggu. Iter : Itu sebenarnya bercanda atau gimana? Itee : Bercanda, gak serius. Tapi kadang ya agak serius dikit Iter : Terus kalau kamu digituin gimana? Itee : Ya gak papa. Namanya juga teman. Iter : Itu biasanya siapa aja yang begitu? Itee : Ya teman-teman di sekolah ini. Iter : Oh gitu, oya alasan kamu masuk sekolah ini kenapa? Informan selalu memaafkan dan tidak mempermasalahkan teman yang mengganggunya. Itee : Kan saya di anu di sekolahkan oleh guru asuh saya. Gitu to, saya gak milih di sekolahkan disini, ketika saya disekolahkan langsung disini gak disuruh milih gitu. Informan tidak memiliki kebebasan untuk menentukan tempat sekolahnya Iter : Kamu gak minta anu disekolahkan disekolah lain gitu? Itee : Nggak, wong aku disekolahkan guru asuh itu. Jadi saya terserah sama guru saya. Waktu itu Guru asuh saya itu datang kerumah ngasih kabar kalau saya mau disekolahkan di muhammadiyah. Gitu aja. Iter : Oh gitu, Adek merasa lemah dalam hal apa?

191 Itee : Dalam hal olah raga. Iter : Kenapa? Itee : Karena olah raga sepak bola dan lompat jauh saya gak bisa. Iter : Kenapa dek? Itee : Ya karena ini tangan dan kakiku kan sakit, jadi gak bisa olah raga. Iter : Oh gitu, oya kemarin yang cacat apanya dek? Itee ; Kaki kiri dan tangan kiri. Iter : Dua-duanya berarti ya..? Itee : Ya. Iter: Itu gimana adek menjalani aktifitas kesehariannya? Keterbatasan fisik menjadikan informan tidak bisa mengikuti kegiatan olah raga disekolahnya. Itee : Ya seperti biasa, kalau makan ya ambil sendiri, kalau maen ya maen gitu! Iter : Gak nganu, gak merasa terbebani gitu? Itee : Gak. Informan mampu menjalani aktifitasnya sebagaimana orang normal pada umumnya. 60 Iter : Oh gitu. Terus biasanya adek kalau minta bantuan itu dalam hal apa aja? Itee : Dalam hal piket, kan naikkan kursi kemeja itu kan gak bisa, tangan yang satunya gak bisa. Terus minta bantuan teman. Informan selalu meminta bantuan kepada temantemannya ketika informan tidak mampu melakukannya. 65 Iter : Biasanya kalau temen dimintai bantuan gimana? Itee : Langsung mau. Iter : Langsung mau! Itu siapa aja yang dimintai

192 bantuan itu? Itee : Ya temen-temen disini. Iter : Terus kemarin kamu ngomong ke mas, kehidupan ini rumit mas! Itee : Ya gitu, apa itu rumit banget. Saya kan hidup dikeluarga yang tidak mampu, terus saya pengen sekolah yang tinggi. Informan menganggap bahwa kehidupan ini adalah sesuatu yang rumit. Iter : Oh gitu, emang kamu pengen sekolah sampai mana? Itee : Sekolah sampai kuliah. Iter : Oh gitu, emang cita-citanya mau jadi apa? Informan mempunyai keinginan untuk sekolah sampai perguruan tinggi Itee : Jadi, apa itu penjaga hotel eh karyawan. Iter : Karyawan apa dek? Itee : Karyawan hotel. Iter : Adek gak malu? Itee : Nggak. Iter : Kenapa? Itee : Ngapain malu, kan suatu kekurangan itu pasti ada kelebihannya. Iter : Oh gitu. Maksudnya apa itu dek? Itee : Maksudnya gini, orang punya kekurangan pasti ada hikmahnya. Tertentu hikmah tertentu gitu. Iter : Hikmahnya apa, bisa dijelaskan gak? Itee: Seperti saya disekolahkan disini, saya berterimakasih sekali. Informan tidak pernah malu dengan keadaan fisiknya yang tidak sempurna. Bahkan dia selalu mencoba untuk berpikir positif dalam mensikapinya. Informan meyakini bahwa setiap kelemahan pasti ada kelebihan, sehingga informan tidak pernah malu dengan kondisi fisiknya.

193 Iter: Tadi adek bilang bahwa setiap kelemahan ada kelebihan, emang kelebihan adek di bidang apa aja? Itee : Di bidang bahasa Indonesia. Iter : Bahasa Indonesia, maksudnya dek? Itee : Bisa membuat puisi, cerpen, nyanyi gitu. Iter : Pernah ikut lomba-lomba gak? Itee : Pernah puisi sama guru asuh saya di SD. Iter : Itu dapat juara tidak? Itee : Dapet juara tiga. Informan memiliki kelebihan dalam bidang bahasa Indonesia, seperti membuat cerpen, puisi dan bernyanyi Iter: Oh juara tiga, oya kamu di sekolah ini diperlakukan sama gak oleh guru kamu? Itee : Dipelakukan sama tapi saya dibedakan dalam hal yang gak bisa gak bisa itu, olah raga terus apa itu yang gak bisa pokoknya yang gak bisa. Informan diperlakukan sama oleh guru-gurunya, namun dalam hal tertentu informan diberikan dispensasi khusus oleh pihak sekolah. 115 Iter : Yang gak bisa itu apa to? Itee: Yo kadang angkat kursi, maen bola ya pokoknya yang berat-berat dan susah. Iter : Oya kalau kamu di sekolah kamu sering bermain dengan siapa aja? Itee : Banyak. Iter : Cowok apa cewek? Itee ; Kadang cowok, kadang juga cewek. Iter : Banyakan cowok apa cewek? Dalam berteman informan tidak begitu membeda-bedakan antara teman laki-laki dan teman perempuan. 120 Itee ; Ya cowok. Iter : Kenapa?

194 125 Itee : Kan temannya cowok asik, kalau sama cewek dipandang orang malu. Iter : Kok malu, kenapa? Itee : Yakan apa itu, saya malu karena apa itu kalau temen cewek kan cantik-cantik tapi saya kok gini. Iter : Katanya tadi gak malu? Itee : Malunya sama cewek doang! Informan terkadang merasa malu bila bermain dengan teman perempuan karena keterbatasan fisiknya Iter : Kalau sama cowok gak? Itee : Nggak. Iter : Kalau sama cewek malunya tadi kenapa dek? Itee : Malunya kan kalau sama cowok itu maennya bersama, cowok sama cowok, biasanya kalau saya sama temen itukan faris maennya sama cewek, diejek-ejek gitu. Iter : Emang ngejeknya gimana? Itee : Fino itu maennya Cuma sama cewek, gak mau sama lainnya. Gitu. 140 Iter : Itu yang ngejek cowok atau cewek? Itee : Cewek. Iter: Oh gitu, Kalau tangan sama kaki sering diejek gak? Itee : Nggak. 145 Iter: Oh gitu! Oya Fino kan punya kelemahan dalam hal kaki dan tangan, terus untuk menutupi kelemahan-kelemahan Fino, fino ngapain?

195 Itee: Belajar, menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa perlu malu dan bermain seperti anakanak yang normal. Iter : Pernah merasa terbebani gak sich dengan cacat ini? Itee ; Nggak. Iter : Fino pernah megadu gak sama Allah? Itee : Pernah. Iter: Pernah? Gimana? Itee: Ya Allah saya kok diciptakan dalam kekurangan begini ya Allah, kenapa? Gitu! Untuk menutupi kelemahan yang ada pada dirinya, informan selalu mencoba untuk terus belajar dan menjalani aktifitas kesehariannya tanpa rasa malu serta bermain dengan teman-teman yang normal. 160 Iter ; Terus? Itee : Ya gitu berdoa, berdoa semoga ini bisa sembuh. Iter : Kalau sama guru atau orang tua kamu pernah ngadu gak? Itee : Ya kadang-kadang. Iter ; Biasanya kalau pas ngapa kalau kamu mengadu itu? Itee : Kalau pas di ejek teman rumah, terus ngadu sama Allah. Iter : Kalau disekolah kamu gak pernah ngadu? Itee : Nggak, kan gak di ejek.! Iter : Jadi kamu gak pernah ngadu ke guru? Itee: Pernah tapi di SD, kan saya di ejek, diperlakukan tidak baik, di apa gitu hina dianianya temen. Terus saya laporkan ke Ketika informan mendapatkan ejekan dari teman-temannya informan sering mengadu kepada Allah dengan cara berdoa kepada-nya.

196 guru terus yang hina tadi dipanggil ke kantor. Iter : Oh gitu, terus? Itee : Habis itu dia di suruh minta maap ke aku, terus dia gak pernah ngejek lagi Iter : Itu di SD ya..? kalau di SMP? Itee : Gak ada. Iter : Gak ada yang ngejek ya? Itee : Gak ada baik-baik. Iter : Oh gitu, ya sudah ya, udah dulu. Tapi ntar kalau mas butuh lagi bantu ya! Kesimpulan: Itee : Ya gak papa. Iter : Okey makasih ya! Informan tidak merasa malu dengan kekurangan fisik yang ada pada dirinya, karena informan meyakini bahwa setiap kekurangan pasti juga ada kelebihan (positif thinking), sehingga informan tidak pernah malu dengan kondisi fisiknya. Di sekolah guru-guru mendidik informan dengan penuh kasih sayang dan dalam proses pembelajaran pun informan diperlakukan sama oleh para gurunya. Selain itu teman-teman informan selalu mengasihi dan membantunya ketika informan membutuhkan bantuan. Informan tidak terlalu mempermasalahkan ejekan-ejekan dan hinaan yang ditujukan kepadanya. Namun informan menganggapnya hanya sebagai angin lalu dan informan sering menghindar dan bersikap acuh, ketika di ejek oleh orang dan informan mencoba untuk selalu bersabar, tabah dan berpikir positif dalam mensikapi setiap ejekan yang ditujukan padanya. Untuk menutupi kekurangan yang ada pada diri informan, informan selalu berusaha untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Karena informan selalu ingin untuk menjadi siswa yang terbaik di sekolahnya.

197 VERBATIM Informan : I.T Kode: W1.IP (3) Usia : 49 th. Profesi : Guru BK Hari : Jum at, 16 Januari 2009 Waktu : s/d wib Tempat : SMP Muhammadiyah 2 Kartasura. Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim penyandang tunadaksa di sekolah inklusif. Ket: W1 : Wawancara pertama IP (3) : Informan pendukung ketiga No Hasil Wawancara Refleksi 1 Iter: Selamat pagi pak, maap ganggu aktifitasnya. Ni ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan kepada Bapak terkait dengan mas fino Itee: Ya sebenarnya mas fino sendiri tidak ada masalah, hanya dalam penilaian kami penilaian guru itu hanya faktor orang tua pendukung materi yang kurang dan perlu diperhatikan. Tapi memang dalam hal minat dan bakat anak, fisik memang cacat, tapi dalam hal pengertian apa namanya pengertian masalah materi pembelajaran itu tidak kalah dengan temannya. Itu justru dia itu kendel (percaya diri) jadi banyak faktor-faktor itu. Yang kedua kadang-kadang temen ngejek (menghina-red) namun dalam pikiran fino, fino itu tidak ada masalah. Diejek dibagaimanapun dia itu percaya diri, satu Subjek R.A.P tidak pernah malu dan minder dengan segala

198 yang perlu diketahui faktor orang tua karena ekonomi itu yang perlu didukung untuk pembelajarannya. Jadi kadang-kadang biaya masih tertinggal kadang-kadang tidak tepat waktu ya karena faktor orang tuanya. Namun Dalam hal yang lain fino itu tidak masalah itu pengamatan dari saya selaku guru BP. Terus disamping kerajinan, itu justru dia itu lebih rajin dibandingkan dengan yang lain, jadi dalam interaktif pertanyaan itu malah dia itu justru dia itu ada interaktifnya bertanya mau bertanya. Jadi aku itu cacat fisik jadi aku takut sama pak guru itu nggak dia itu justru malah nanya. Contoh saya kan ngasih tugas saya kan selain guru konseling saya mengamati mereka, anak itu bakatnya bagaimana, minatnya bagaimana. Walaupun ini cacat fisik tapi yang saya perhatikan itu keseluruhan tidak hanya fino tok. Namun ada kemajuan-kemajuan dalam fino, fino itu anaknya cacat fisik terus dia itu badannya paling kecil dibandingkan dengan temantemannya lah itu sangat agresif dalam pertanyaan-pertanyaan malah justru apa namanya interaksi dengan guru itu bagus. Jadi selama pengamatan saya fino itu justru punya kelainan, tapi kelainan-kelainan yang positif, keberanian dibanding dengan teman yang lainnya. Dalam arti dia itu malah sebagai contoh untuk teman-temannya yang lian. Contohnya ini saya suruh kelapangan, bentuk ejekan. Dua hal yang menonjol dalam diri subjek R.A.P. yaitu; rajin dan interaktif. Walaupun cacat, subjek R.A.P memeiliki keberanian dalam bertanya dan mengutarakan pendapatnya di depan guru.

199 45 50 fino itu sudah memakai kaos duluan, ngajak teman-temannya, terus kemarin dia itu gak rendah diri pak. Dia saya tanya kamu itu sudah disunatkan belum, dia jawa belum pak, akan saya sunatkan kamu mau gak? mau! berartikan dia gak ada rasa sama guru, jadi gak punya rasa minder pak itu fino. Walaupun jadi yang dikategorikan cacat tubuh belum tentu orang itu rendah diri. Itu kesimpulan untuk fino menurut penilaian guru BP, jadi sekali lagi saya katakan fino adalah anak yang perlu diperhatikan. Namun dia malah menjadi contoh pada temannya. Kecacatan tidak menjadikan subjek R.A.P minder dan merasa rendah diri dihadapan temantemannya. 55 Iter: Kalau perilaku adaptasinya sendiri bagaimana pak? Itee: Adaptasi dengan teman justru sebagaimana saya katakan tadi dia itu tidak rendah diri jadi malah percaya diri. Dia itu tidak minder dengan teman-temannya. Walaupun suatu ketika ada anak yang manggil dia gareng, kan otomatis panggilan-panggilan seperti itu kalau orangnya itu tidak mempunyai anukan otomatis rendah diri, nah ternyata dia enggak. Pernah dia itu saya panggil keruangan BP karena dia bawa kaset, katanya sering nyanyi. Jadi mungkin dia ini punya bakat menyanyi. Kenapa kamu bawa kaset? Latihan nyanyi pak. Jadi sampai sekreatif itu fino itu. Jadi saya lihat itu kalau bakat prestasi dalam olah Subjek R.A.P adalah anak yang memiliki kepribadian yang positif, yang tidak malu dengan keadaan fisiknya yang cacat dan berbeda dengan temantemannya yang lain.

200 70 raga jelas kurang, terus masalah materi juga kurang. Jadi menurut pengamatan saya dia membutuhkan bimbingan, namun yang tidak kalah penting dengan teman-temannya dia itu percaya diri. Jadi tidak rendah diri itu. 75 Iter: Jadi prestasi yang negatif tadi dari segi olah raga dan materi umum ya? Terus prestasi yang positif sendiri dari fino apa pak? 80 Itee: Ya itu tadi nyanyi tadi, itukan dia ada kelebihan. Makanya saya katakana mungkin untuk dalam segi pembelajaran materi dia interaktif dia berani bertanya itukan ada nilai Subjek R.A.P memiliki kelebihan dalam hal seni suara dan perilaku interaksi sosialanya. plus. Iter: Oh gitu, pernah gak pak ada perselisihan yang melibatkan fino dengan teman-temannya? 85 Itee: Perselisihan malah justru tidak ada. Tidak ada dalam arti itu tadi karena fino itu percaya diri. Walaupun diejek dan lain sebagainya itu dia itu gak sakit hati. Orangnya itu yaitu ya itu kayak celele an (masa bodoh-red) gitu. Subjek R.A.P tidak pernah berselisih dengan temantemannya. Walaupun terkadang mereka mengejek dan menghinanya. 90 Iter: Mas fino kan memiliki kekurangan dalam hal fisiknya, biasanya dispensasi seperti apa yang diberikan sekolah untuk mas fino itu sendiri? Itee: Nah dispensasi itu begini, biasanya kalau olah raga malah justru kita tawarkan ke fino

201 karena itu tadi dia itu kan percaya diri. Karena kepercayaan, dia gak mau kalah dengan yang lain dia itu justru dalam olah raga sebenarnya pak guru fino kamu bisa ikut gak? Kalau gak bisa kamu gak usah ikut aja, kamu lihat aja atau kamu maen sendiri sesuai kemampuan kamu. Namun dia itu tidak mau, udah pokoknya ikut sama tementemen. Gitu lo pak. Meskipun subjek R.A.P cacat, namun dalam hal olah raga dia tidak mau kalah dengan teman-temannya yang lain. Iter: Jadi istilahnya ngeyel gitu ya? Itee: Ngeyel, nah itu makanya kepercayaan diri tadi itu pak. Jadi dalam arti kesimpulan saya, toh itu dikatakan cacat fisik tidak harus mengurangi kecacatan tubuh itu sendiri, jadi merendahkan diri, merasa kurang dari yang lainnya tidak, justru fino itu menurut pengamatan BP ya pak, jadi ada kelebihankelebihan yang perlu kita perhatikan. Subjek R.A.P tidak pernah merasa rendah dan kurang dihadapan teman-temannya. Iter: Biasanya kalau dari BP itu sendiri memberikan motivasi-motivasi seperti apa pak? Itee: Ya itu tadi, saya panggil saya interview saya tanyai kemudian saya bisa menyimpulkan oh anak ini begini, faktor orang tua yang kurang mendukung namun dalam beberapa hal dia itu baik. Dalam sisi lain dia memiliki kemamuan yang sama dengan temantemannya yang lain meskipun dia cacat fisik. Meskipun cacat, subjek R.A.P memiliki kemauan yang sama dengan teman-

202 Kemudia saya beri motivasi kalau kamu mengikuti temen-temen kamu apa kamu gak takut di ejek?, saya bilang begitu, gak pak, tenag mawong (tenang aja-red). Berarti anak perlu dimotivasi. Kalau ada masalah, keluhan biasanya saya suruh ke BP. Biasanya dia diejek teman, ledekannya biasanya gini, dia kan anak paling kecil terus cacat. Terus dipocoke (dijodohkan-red) sama tementemennya dengan anak yang gede, lemu (gemuk-red) wedok (wanita-red) ka nada ini. Permasalahannya fino sendiri itu yo ngeyel, kadang-kadang kalau duduk berdua malah yang ngledekin (ngejek-red) itu fino. Jadi malah dia itu gak rendah diri, biasa aja. Berarti kita memotivasi anak ini sukses, karena dia tidak rendah diri justru malah menjadi lebih percaya diri. Selain itu saya juga sering memotivasinya untuk kreatif, jangan mengandalkan orang lain, kalau orang tua gak punya, kamu pinjem orang lain terus kamu belajar sendiri, niasanya begitu pak. Motivasinya begitu. Yang penting bagi saya bagaimana fino itu bisa percaya diri, kuncinya cuma itu pak. temannya yang lain. Subjek R.A.P selalu dimotivasi untuk mandiri dengan tidak mengandalkan orang lain. Iter: Jadi kalau boleh saya simpulkan, meskipun fino memiliki kekurangan, namun justru kekurangan itu dia jadikan sumber motivasi baginya, gitu pak?

203 Itee: Ya begitu pak, yang penting bagaimana fino bisa mengeti tentang kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, itu saja. Jadi saya simpulkan kembali bahwa walaupun anak itu cacat, bukan berarti dia itu menjadi malu atau minder, belum tentu seperti itu, karena kadang-kadang juga banyak anak cacat tapi percaya dirinya tinggi sekali, kayak fino ini itu penilaian saya. 160 Iter: Oh gitu, ya mungkin ini dulu pak yang saya tanyakan ke bapak tentang mas fino, senelumnya saya minta maap karena sudah menggangu waktu bakap. Itee: Oh ya, nanti kalau masih kurang datang aja kesini lagi atau kerumah juga gak papa.

204

205 HASIL TRY OUT Matrik 1 Alasan Memilih Sekolah Inklusif Kode: 1a (01) BBSFS-1 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Pengennya ya kumpul dengan orangorang yang normal. (W2.S1:64-65) Tapi aku kan pengen tahu dengan dunia luar, teknologi. Terus aku pengen punya temen banyak, kalau disekolah khusus kan temennya dikit. (W2.S1:68-71) Ya enak, gurunya sabar, muridmuridnya enak suka memberi semangat. (W2.S1:73-74) Informan tidak mau sekolah di sekolah khusus anak cacat karena subyek ingin selalu berinteraksi dengan orang-orang normal. Informan ingin meguasai ilmu teknologi dan ingin mempunyai temen-teman yang banyak. Informan tertarik di sekolah umum (SMP Simpon) karena guru dan teman-temannya baik dan selalu memberi semangat. Kesimpulan: Ketidakmauan informan untuk sekolah di sekolah khusus anak cacat itu semua disebabkan karena informan selalu ingin bergaul dan berinteraksi dengan orangorang yang normal. Informan bukanlah tipe orang yang apatis, namun informan adalah orang yang suka bergaul dan gemar memperbanyak teman. Informan suka berinteraksi dengan orang-orang yang baik, karena kebaikan dari seorang teman, guru dan orang orang yang ada disekitarnya sangatlah penting bagi dirinya karena itu semua akan menjadi motivasi tersendiri bagi informan untuk tetap semangat dan percaya diri di lingkungan sekolahnya yang inklusif Matrik 2 Sikap Guru Terhadap Informan. Kode:1b (02) BBSFS-2 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Dulu iya. Tapi gak suka. Soalnya itu gurunya apa mandangnya gak kayak Informan mendapakan perlakuan yang kurang

206 guru Islam. Kadang gini dimarahin, gak salah apa dimarahin. (W1.S1: ) Ya memperlakukan saya ya seperti orang-orang biasa, misalnya gini-gini aku dibantuin. Dikasih semangat, dikasih spiritlah. (W2.S1: ) Kamu jangan begini-begini, hidup itu harus rileks gak boleh marah gak boleh malu sama temen. Semua temen sama. (W2.S1:86-88) menyenangkan dari gurugurunya ketika sekolah di SD Negeri. Di SMP Muhamadiyah informan diperlakukan sama oleh gurunya sebagaimana siswa pada umumnya, bahkan selalu diberi motivasi dan semangat. Informan selalu diyakinkan oleh gurunya bahwa semua orang itu sama. Kesimpulan: Salah satu hal yang menyebabkan informan tetap bertahan dilingkungan sekolah inklusif ini adalah karena kebaikan dan sikap positif guru-gurunya yang tidak membeda-bedakan informan dengan siswa normal lainya. Meskipun informan memiliki kelemahan secara fisik, namun di sekolah ini informan tidak mendapatkan perlakuan negatif dari guru-gurunya. Bahkan di sekolah ini informan selalu diberi semangat dan motivasi oleh guru-gurunya. Untuk mengantisipasi munculnya sikap malu dan minder pada diri informan tersebut, guru-guru yang ada saling bahu membahu membantu untuk mengembalikan kepercayaan informan yang sempat ternodai dengan adanya pengalaman traumatik informan ketika informan sekolah di sekolah negeri dulu dimana hinaan dan cemoohan selalu informan terima baik dari teman maupun guru informan. Diantara usaha-usaha yang dilakkan oleh para guru tersebut adalah: a) Selalu memberi nasihat dan motivasi kepada informan, b) Tidak membedabedakan informan dengan siswa-siswa yang lainnya, c) Selalu meyakinkan informan bahwa dimata guru semua siswa itu sama. Matrik 3 Sikap Teman Terhadap Informan. Kode: 1d (04) BBSFS-4 Informan Kutipan wawancara Makna AD Kalau di negeri itu gurunya itu ada yang Kristen, islam temen-temennya ada yang ngejek, nglempari pakai batu, kan gak suka saya. (W2.S1: ) Informan tidak suka sekolah di Negeri karena kenakalan-kenakalan yang diperlihatkan oleh siswa-siswanya, selain itu

207 Ngejeknya oh begok lo..terus waktu aku lari kakiku dijegal sampai kepalaku ke jedut pintu. Terus dijotosin pernah juga. (W2.S1: ) Kalau di Negeri itu kan gak tahu hari akhir itu apa aja tanda-tandanya. Siapa yang masuk surga itu siapa saja, kan belum tahu. Kalau mereka tahu mereka gak akan kayak gitu, ngejek-ngejek kayak gitu. Kalau tahu isi agama mereka gak ngejek. (W.2.S1: ) Gak pernah ada yang ngejek. (W.2.S1:84) perbedaan Agama juga menjadi penyebab ketidak sukaan informan untuk sekolah disana. Di sekolah negeri informan sering di ganggu oleh temantemannya bahkan sampai pada taraf penganiayaan secara fisik. Yang menyebabkan temen-teman informan mengejeknya adalah karena ketidakpahaman mereka akan ilmu Agama. Di sekolah muhammadiyah informan belum pernah diejek oleh teman-temannya. Keimpulan: Lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk karakter dan kepribadian peserta didik. Selain itu pengetahuan tentang ilmu agama disinyalir juga mempunyai andil dalam membentuk karakter dan kepribadian tersebut. Seperti kebiasaan mencela, menghina dan mencaci serta menyakikti hati orang lain itu semua disebabkan karena lingkungan yang membiasakannya dan kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai Agama. Sebagaimana ketika informan sekolah di sekolah negeri, informan selalu dihina, dan di ejek oleh temantemannya, namun hinaan dan ejekan itu tidak informan dapatkan ketika dia sekolah di sekolah Muhammadiyah. Matrik 4 Sikap Informan dalam Menghadapi Gangguan dan Ejekkan. Kode:1f (06) BBSFS-6 Informan Kutipan wawancara Makna

208 Ad Ya caranya misalnya minta uang dikasih aja, gak papa. Kalau mau njotos, jangan no mas. Jangan gitu wong bolo sama-sama teman jangan gitu, terus tak gojekin gitukan nanti bisa bagus nggak jadi kekerasan lagi. Gak jadi malakin lagi. (W1.S1: ) Tapi gak papa. Anu malah tak buat jangan putus asa, kan masih ada temen yang baik. (W1.S1: ) Ya sama kayak tadi, ya kalau misalnya marah itu jangan gitu, kan sama temenkan kalau marahkan gak enak. Dosa kan gak boleh sama Nabi Muhammad gak apa kan gak diperbolehkan marah. (W1.S1: ) Ada, tapi Oh jangan gitu sama temen jangan gitu, gak boleh, sesama muslim kan nganu harus kan ukhuwah islamiah. Semua kan saudara, gak boleh nyek-nyekan, saling mengejek-mengejek kan gak boleh. Terus dia minta maap, oya maap ya (W2.S1: ) Informan justru berperilaku baik kepada teman-teman yang menggagunya. Itulah cara yang digunakan informan untuk meredam situasi. Walaupun mendapatkan perlakuan yan kurang menyenangkan, informan mencoba untuk selalu berbuat baik kepada mereka. Informan selalu menasihati temantemannya dan mengingatkan mereka akan ajaran Agama Islam. Dengan ketenangan dan kesabaran yang informan tujukan dapat melunakan hati temantemanya. Kesimpulan: Kekerasan tidak tepat bila dihadapi dengan kekerasan karena akan menambah masalah. Inilah yang ingin ditunjukan oleh informan, dia membuktikan bahwa dengan kelembutan, ketenangan dan kesabaran semua masalah bisa dihadapinya dan dengan kelembutan, ketenangan serta kesabaran tersebut dapat membuahkan hasil yang positif bagi dirinya, teman-temannya dan lingkunganya. Hal ini terbukti dengan tidak adanya orang-orang yang mengejek, mengucilkan dan meremehkan informan setelah informan menasihati dan selalu bersikap positif kepada teman-temannya. Matrik 5 Dampak Kecacatan Terhadap Informan Kode: 1g (07) BBSFS-7

209 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Nggak, ngak sama sekali. (W2.S1:99) Ya ga papa, anu karena sesama muslim kan nganu harus kan ukhuwah islamiah. Semua kan saudara, gak boleh nyeknyekan, saling mengejek-mengejek kan gak boleh. (W.1.S1: ) Informan adalah orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Ukuwah islamiyah yang menjadikan informan lebih percaya diri. Kesimpulan: Informan tidak pernah merasa malu dengan kondisi fisiknya yang berbeda dengan orang pada umumnya, hal ini disebabkan karena adanya ukhuwah islamiyah yang terjalin antara informan dan orang-orang yang ada disekitarnya. Ukhuwah islamiyah ini merupakan alat pemersatu. Apabila seseorang sudah memahami ukhuwah islamiyah ini dia tidak akan pernah merasa tinggi diantara orang-orang yang lain. Tidak akan pernah mengejek dan menghina teman-temannya. Ukhuwah islamiyah inilah yang menjadikan informan lebih percaya diri dihadapan temantemannya. Sehingga informan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, tidak malu dan minder walaupun dia memiliki fisik yang tidak sempurna sebagaimana teman-temannya yang lain. Matrik 6 Cara Informan Mengatasi Perasaan Minder. Kode:1h (08) BBSFS-8 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Ya itu, ya pokoknya kalau itu kalau anu dia gak nyakiti temen itu jangan pernah anu apa ngeledekin nama orang tua, jangan apa jelek-jelekin misalnya muka alah, mukamu kayak apa. Ah misalnya muka monyet. Itukan dia marah gak suka, yang baik aja yang baik. Gitu. Misalnya kita tertawa, digojekin gitukan gak sakit, nggak dimarah nggak papa. (W1.S1:69-76) Cara menumbuhkan rasa percaya diri, tidak minder dan banyak teman adalah menjaga perasaan teman dengan cara tidak mengejek dan menghinanya. Anu kadang dzikir kalau malem dzikir terus ngaji, dzikir terus berdoa. (W1.S1: ) Ya selalu mendekatkan diri sama Allah. Dzikir, do a anu minta pertolongan biar Untuk menghilangkan rasa minder dan malu informan selalu

210 dikasih kemudahan biar lancar sama biar masuk surga (tersenyum.:) (W1.S1: ) Suka mbodoh-bodohin, terus sana kalau ada yang gak bisa oh bodoh-bodoh. Tapi saya gak papa. Malah melalui gitukan saya harus belajar biar bisa buktiin, walaupun kaki pincangkan gak papa. (W2.S1:45-51) Kalau ya, ya anu itu ya Allah mohon saya dikasih kelebihan dan temanteman saya biar gak nakal lagi. (W2.S1: ) Sains, TIK, dari temen itu saya belajar. Terus sama PS, Agama. Umum sama Agama. Udah dua itu, Umum sama Agama itu udah tak kuasai semua. (W2.S1: ) melakukan dzikir, do a dan ngaji. Agar tidak minder dan malu, informan selalu mendekatkan diri pada Allah. Dengan cara berdzikir dan memohon pertolongan kepada-nya agar diberi kemudahan dalam segala hal. Informan menjadikan ejeken-ejekan itu sebagai sumber motivasinya untuk belajar. Informan senantiasa berdoa agar diberi kelebihan dan temanteman yang baik. Informan menguasai ilmu-ilmu Agama dan umum yang sudah di pelajarinya di sekolah. Kesimpulan : Ada beberapa hal yang subyek lakukan untuk mengatasi perasaan minder yang ada pada dirinya, diantaranya adalah: 1. Menjaga perasaan orang lain dengan cara tidak menyakiti hatinya. Karena dengan tidak menyakiti perasaan orang lain tersebut, maka orang lain juga tidak akan menyakiti perasaannya. 2. Selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara memperbanyak Doa, Dzikir dan ibadah-ibadah yang lain. 3. Menjadikan ejekan-ejekan itu sebagai sumber motivasi bagi dirinya untuk selalu bangkit dan belajar. Sehingga dia bisa menutupi kekurangankekurangan yang ada pada dirinya. 4. Menubuhkan keyakinan dalam diri sendiri bahwa dia mempunyai kelebihankelebihan lain yang tidak dimiliki oleh teman-temannya, seperti otak yang cerdas, kemampuan TIK dan wawasan Agama yang luas.

211 Matrik 7 Cara Informan Memandang Kehidupan. Kode: 2a (09) BBSFS-1 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Ya aku mas, aku sudah bersyukur Alkhamdulillah sudah diberi kaki kayak gini tapi otaknya kan bisa berpikir untuk anu perilakunya. (W1.S1: ) Ya kan sudah dikasih kesempurnaan walaupun masih dikit. Harus bersyukur. (W2.S1: ) Walaupun cacat, gak bleh nyerah. Kayak pak Habibie itukan semangatnya tinggi. (W2.S1: ) Ya harus di tingkatkan lagi ini nya biar gak sakit. Sakit itukan pasti ada obatnya jadi gak usah dipikirin. Yang penting PD, semagat, walaupun capekkan tapi semangatkan insya Allah nanti diberi kemudahan. (W2.S1: ). Walaupun informan diberi kaki yang cacat, namun informan senatiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah untuknya. Informan selalu mensyukuri apa-apa yang telah diberikan kepadanya. Walaupun cacat informan tidak menyerah. Karena informan memiliki citacita yang tinggi. Walaupun informan memiliki kelemahankelemahan, namun informan mencoba untuk selalu berpikir positif. Kesimpulan: Informan memandang hidup ini dengan penuh rasa optimis dan selalu berpikir positif dalam menyikapi segala kekurangan yang ada pada dirinya. Berpikir positif tersebut ditunjukan dengan rasa syukurnya kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah Allah limpahkan kepadanya, walaupun informan diberi kaki cacat namun Allah juga memberi kenikmatan-kenikmatan lain yang tiada kira banyaknya, seperti diberikannya otak yang cerdas oleh Allah. Sedangkan rasa optimis informan tersebut dibuktikan dengan adanya semangat dan sikap pantang menyerah serta rasa optimisme dalam memandang masa depan. Suatu keyakinan bahwa setiap permasalahan pasti ada solusinya, sehingga dia tidak perlu khawatir dan takut dalam menghadapi masalahnya tersebut.

212 Matrik 8 Cara Informan Menjalani Aktifitas Sehari-Hari. Kode: 2b (10) BBSFS-2 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Ya biasa, sholat ya sholat. Ngaji ya ngaji dan nganu kalau bisa bangun malem sholat tahajud. (W1.S1: ) Informan menjalankan aktifitas kesehariannya dengan benyak-banyak melakukan ibadah. Kesimpulan: Kecacatan bukanlan suatu penghalang bagi informan untuk beraktifitas, namun informan selalu beraktifitas sebagaimana orang pada umumnya. Aktifitas informan ditujukan dengan banyak melakukan ibadah-ibadah, seperti; sholat, mengaji dan bahkan sholat malam pun juga sering subyek lakukan. Itu semua ditujukan untuk mengharapkan ridho Allah Ta ala. Matrik 9 Harapan Informan dari Lingkungan Sekolah Kode: 2c (11) BBSFS-3 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Anu kalau baik, temen-temen baik, guru-guru baik gak ada yang ngejek sudah Alkhamdulillah. (W1.S1: ) Kalau ya, ya anu itu ya Allah mohon saya dikasih kelebihan dan temanteman saya biar gak nakal lagi. (W2.S ) Informan mengharapkan teman dan guru yang baik dan menjadikanya sebagai sesuatu yang paling berharga pada dirinya. Informan selalu berharap agar Allah memberikan kelebihankelebihan kepadanya dan dijauhkan dari temanteman yang berperingai buruk. Kesimpulan: Dalam kehidupan ini informan hanya menginginkan teman dan guru-guru yang baik, yang bisa memotivasi dan memberi semangat kepadanya. Baik dalam keadaan suka maupun duka. Sehingga informan bisa menjalani kehidupan ini dengan penuh rasa percaya diri dan tidak ada perasaan minder dalam dirinya.

213 Matrik 10 Cita-cita Informan Kode: 2d (12) BBSFS-4 Informan Kutipan wawancara Makna Ad E.. Astronom di USA NASA Amerika. (W1.S1:125) Walaupun cacat, gak bleh nyerah. Kayak pak Habibie itukan semangatnya tinggi. Ya kayak ilmuwan-ilmuwan lainnya diluar negeri pengen tak susul mau jadi ilmuwan baru. (W2.S1: ) Keterbatasan fisik tidak menghalangi informan untuk bercita-cita setinggi mungkin. Walaupun cacat informan tidak menyerah. Bahkan informan memiliki citacita yang tinggi. Kesimpulan: Informan bukanlah orang yang memiliki pribadi yang suka menyerah dalam suatu keadaan, namun informan adalah tipe orang yang selalu memiliki harapan dan optimisme hidup yang tinggi, hal ini terlihat dari harapan dan cita-cita informan dimasa yang akan datang. Suatu harapan dan cita-cita yang mungkin jarang terpikirkan oleh seorang siswa cacat. Matrik 11 Kelemahan dan Kelebihan Informan Kode: 2e (13) BBSFS-5 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Ya itu, ya otaknya terus anu cara anunya bermainnya gitu. (W1.S1: ) Informan bersyukur karena diberi otak yang cerdas. Sains, TIK, dari temen itu saya belajar. Terus sama PS, Agama. Umum sama Agama. Udah dua itu, Umum sama Agama itu udah tak kuasai semua. (W2.S1: ) E kadang ya capek kalau lari wah capek. Kalau maen bola kadang. (W1.S1: ) Olah raga, soalnya kalau lari saya cepet Informan menguasai ilmu-ilmu Agama dan umum yang sudah di pelajarinya di sekolah. Informan memiliki kelemahan secara fisik.

214 bener capek. Terus gini sakit, baru gitugitu sakit. panas kadang-kadang kalau pas hujan olah raganya pas hujan baru kena beberapa tetes saja sudah sakit. (W2.S1: ) Informan mengaku bahwa dia punya kelemahan dalam aspek fisiknya. Jika cuaca kurang mendukung subyek mudah sekali terkena sakit. Kesimpulan: Sebagai manusia biasa informan mengakui bahwa dia juga sama dengan manusia lain yang memiliki kelemahan namun juga memiliki kelebihan. Diantara kelemahan dan kelebihan informan tersebut adalah: 1. Kelemahan: a. Fisik (bidang olah raga) b. Anti body yang lemah. 2. Kelebihan: a. Otak yang cerdas. b. Pengetahuan tentang ilmu Agama. Matrik 12 Cara Informan Mengatasi Kelemahan Kode: 2f (14) BBSFS-6 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Ya harus di tingkatkan lagi ini nya biar gak sakit. Sakit itukan pasti ada obatnya jadi gak usah dipikirin. Yang penting PD, semagat, walaupun capekkan tapi semangatkan insya Allah nanti diberi kemudahan. (W2.S1: ) Walaupun informan memiliki kelemahankelemahan, namun subyek mencoba untuk selalu berpikir positif bahwa segala masalah pasti ada jalan keluarnya. Kesimpulan: Setiap masalah pasti ada jalan keluranya, sebagaimana penyakit pasti ada obatnya. Itulah yang diyakini oleh informan. Meskipun memiliki banyak kekurangan seperti kaki cacat, mudah sakit dan selalu di ejek oleh teman-temannya itu semua tidak membuat informan putus asa, namun informan selalu berpikir positif dan optimis dalam menjalani kehidupan ini.

215 Matrik 13 Penyebab Informan Bangga dengan Dirinya Kode: 2g (15) BBSFS-7 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Ya otaknya, baca ayat-ayat al-qur an. (W2.S1:302) Informan bangga pada dirinya karena subyek memiliki otak yang cerdas dan bisa membaca ayat-ayat suci al-qur an. Kesimpulan: Di balik kekurangan yang ada pada diri informan ternyata informan juga memiliki sesuatu yang membanggakan, yaitu otak yang cerdas dan kemampuan informan dalam membaca ayat-ayat suci al-qur an. Kedua hal inilah yang membuat informan bangga pada dirinya. Matrik 14 Motivator Informan Kode: 2h (16) BBSFS-8 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Banyak, temen, guru, kepala sekolah Pak Joko Riyanto. (W2.S1:79) Disekolah guru dan teman tapi kalau dirumah Ibu dan nenek. (W2.S1:313) Informan selalu diberi motivasi oleh tementemen dan orang-orang yang ada disekitarnya. Kesimpulan: Walaupun ada teman-teman informan yang mengejeknya namun masih banyak juga yang simpati kepada informan dan selalu memberinya motivasi. Seperti orangtua, keluarga, teman-teman dan juga guru-gurunya. Mereka inilah yang menjadikan informan semangat dan lebih percaya diri. Matrik 14 Bentuk-bentuk Motivasi Kode: 2h (16) BBSFS-8 Informan Kutipan wawancara Makna Ad Ya kamu harus begini-begini, bicara kedepan jangan malu, jangan suka marah. (W2.S1:83-84) Informan diberi motivasi dan semangat leh temantemannya agar tidak malu dengan keadaan fisiknya.

216 Kamu jangan begini-begini, hidup itu harus rileks gak boleh marah gak boleh malu sama temen. Semua temen sama. (W2.S1:86-88) Yak ngasih nasihat gak boleh gini, gak boleh nakal, harus ngirit gak boleh boros. (W2.S1: ) Informan selalu dinasihati dan diyakinkan oleh gurunya bahwa semua orang itu sama. Informan selalu dinasihatiagar tidak boros dan nakal. Kesimpulan: Orang-orang yang ada disekitar informan selalu memberi nasihat kepadanya, diantaranya adalah: a. Nasihat untuk menghindari perilaku-perilaku negatif seperti boros, nakal, dan marah. b. Nasihat untuk tidak minder dan malu kepada siapa saja.

217

218 HASIL TES SSCT Kode : SSCT/1/A.D Nama : A.D. Usia : 13 th Profesi : Pelajar Sekolah Asal : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta Tanggal Tes : Tempat Tes : Rumah Subjek Ket. Kode: SSCT/1/A.D (SSCT subjek pertama dengan nama A.D) SSCT Rating Sheet 1. Penyesuaian terhadap keluarga : Subjek memandang bahwa ibunya adalah ibu yang sholeh, baik hati, bisa di ajak berdiskusi ketika ada masalah, serta bisa melucu. Berbeda dengan ayahnya, Subjek ingin sekali-kali ayahnya mau menemani dia di saat membutuhkan. Akan tetapi hubungan subjek dengan keluarga sendiri dan yang di kenal, cukup baik. 2. Penyesuaian dalam bidang seks : Seorang wanita menurut subjek adalah wanita yang sholeh, bukan berzina. Subjek menganggap bahwa apabila melihat laki-laki dan perempuan berjalan bersama, mereka adalah suami isteri. Begitu juga tentang perkawinan, ada laki-laki dan perempuan. Seks bagi subjek adalah perbuatan zina. 3. Penyesuaian terhadap hubungan interpersonal : Seorang teman bagi subjek adalah teman yang baik, tidak nakal, tahayul atau syirik. Subjek memandang bahwa seorang atasan (Guru) juga baik dan subjek akan memberi salam ketika bertemu mereka. Oleh sebab itu ketika mendapatkan tugas, subjek akan mempertanggung jawabkannya. Dalam melakukan sesuatu, subjek merasa senang bila berhubungan dengan teman, keluarga dan guru. General Summary 1. Tidak ada indikasi yang menunjukkan adanya gangguan, subjek masih mampu mengatasi gangguan-gangguan yang ada dalam dirinya. 2. Permasalahan ada pada hubungan dengan ayah. 3. Memiliki cara berfikir yang matang dan memperhatikan kepentingan orang lain. 4. Cara berfikirnya realistis. Memiliki rencana konkrit. CATATAN : Memiliki kepribadian yang hangat, mudah akrab, mau terbuka, menunjukkan subjek benar-benar sudah menyesali kesalahan dan tidak akan mengulangi kesalahan dan siap kembali kemasyarakat.

219 4. Penyesuaian dalam konsep diri : Subjek takut dan merasa bersalah melakukan dosa, apabila itu terjadi subjek akan berserah diri kepada Allah swt. Subjek berusaha belajar dan rajin beribadah untuk membahagiakan Ibunya, walaupun masa kecilnya penuh keprihatinan. Kelemahan yang ada pada subjek adalah berjalan terlalu jauh. Hal itu mendorong subjek untuk bersabar, tawakal. Sehingga cita-cita untuk menjadi astronomi di AS dapat tercapai dan kehidupan yang lebih baik.

220 HASIL TES SSCT Kode : SSCT/2/B.P.W Nama : B.P.W Usia : 14 th Profesi : Pelajar Sekolah Asal : SMP Ta mirul Islam Surakarta Tanggal Tes : Tempat Tes : Rumah Subjek Ket. Kode: SSCT/2/B.P.W (SSCT subjek kedua nama B.P.W) SSCT Rating Sheet 3. Penyesuaian terhadap keluarga : Menurut Subjek, Ibunya adalah orang yang sabar dan baik hati. Berbeda dengan ayahnya, ayah subjek kurang memperhatikannya dan tidak mau mandi. Hubungan subjek dengan keluarga yang di kenal, mereka baik dan bisa membahagiakan subjek. 4. Penyesuaian dalam bidang seks : Seorang wanita sempurna bagi subjek adalah sholeh dan baik hati. Menurut subjek, kebanyakan dari mereka tidak takut Tuhan dan sering keluar malam hari. Apabila melihat laki-laki dan perempuan berjalan bersama adalah sesuatu yang wajar. Tentang sebuah perkawinan bagi subjek, menciptakan kedamaian. Subjek akan mencegah bahkan menolaknya ketika mendapat informasi seks. 3. Penyesuaian terhadap hubungan interpersonal : Teman bagi subjek, baik, tidak nakal, sholeh. Begitu juga dengan atasan, mereka baik dan sabar. Cara menghormatinya dengan memberikan salam ketika bertemu. Subjek akan melaksanakan tugas apabila diberi tanggung jawab. Subjek senang melakukan sesuatu dengan orangorang yang di sukai, sebab mereka rajin bahkan sudah di anggap menjadi saudara sendiri. 4. Penyesuaian dalam konsep diri : Ketakutan yang ada pada subjek adalah tentang masa depan, akan tetapi subjek General Summary 1. Tidak ada indikasi yang menunjukkan adanya gangguan, subjek masih mampu mengatasi gangguan-gangguan yang ada dalam dirinya. 2. Gangguan berkisar pada hubungan subjek dengan ayah. 3. Memiliki cara berfikir yang matang dan memperhatikan kepentingan orang lain. 4. Cara berfikirnya realistis.

221 ingin mewujudkan cita-citanya. Subjek merasa bersalah terhadap tingkah lakunya, seperti berani kepada orang tua. Subjek belum siap menghadapi sesuatu yang aneh dalam dirinya, akan tetapi akan di jalani dengan sabar. Kelemahan yang ada pada subjek, apabila berjalan terlalu jauh. Pada waktu kecil, subjek sangat senang bermain bahkan sampai sekarang. Tujuan hidup yang diinginkan agar selalu pintar.

222 HASIL TES SSCT Kode : SSCT/3/R.A.P Nama : R.A.P Usia : 14 th Profesi : Pelajar Sekolah Asal : SMP Muhammadiyah II Kartasura Tanggal Tes : Tempat Tes : SMP Muhammadiyah II Surakarta Ket. Kode: SSCT/3/R.A.P (SSCT subjek ketiga nama R.A.P) SSCT Rating Sheet 1. Penyesuaian terhadap keluarga : Seorang Ibu bagi subjek harus bisa membahagiakan, menyayangi, dan merawat anaknya. Begitu juga sebaliknya, subjek juga ingin membahagiakan Ibunya. Akan tetapi subjek berharap bahwa ayahnya mau bertobat dan kembali ke jalan yang benar serta memberi nafkah pada Ibunya. Menurut Subjek, ayahnya adalah orang yang kejam. Keluarga subjek sangat menyayanginya walaupun mereka berasal dari keluarga kurang mampu. 2. Penyesuaian dalam bidang seks : Wanita sempurna menurut subjek adalah baik hatinya dan berjilbab. Subyek berfikir bahwa kebanyakan dari mereka menyukai subjek, karena subjek sangat baik dan sering membantu. Akan tetapi subjek tidak suka wanita dari cara berpakaian dan berdandan. Perkawinan adalah bisa menerima kekurangan masing-masing. Terkadang subjek iri melihat laki-laki dan perempuan berjalan bersama, sebab subjek tidak pernah. Seks bagi subjek, bisa merusak masa depan. 3. Penyesuaian terhadap hubungan interpersonal : Arti teman bagi subjek adalah memberikan dorongan di kala suka dan duka. Subjek senang apabila mereka sholeh dan berbakti kepada orang tua. Seorang pemimpin bagi subjek, harus pintar, bisa membimbing, ramah dan sayang. Cara subjek menghormatinya dengan memberikan salam dan berjabat General Summary 1. Tidak ada indikasi yang menunjukkan adanya gangguan, subjek masih mampu mengatasi gangguan-gangguan yang ada dalam dirinya. 2. Gangguan berkisar pada permasalahan hubungan subjek dengan ayahnya. 3. Memiliki cara berfikir yang matang dan memperhatikan kepentingan orang lain. 4. Cara berfikirnya realistis.

223 tangan ketika bertemu. Subjek akan menjaga kepercayaan ketika di serahi tanggung jawab. Subjek senang bekerja dengan orang yang disiplin dan mau membantunya. Subyek suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan karya sastra. 4. Penyesuaian dalam konsep diri : Subjek takut terhadap sesuatu yang aneh menimpanya. Ketakutan akan kelemahanya yang ingin di buang oleh subjek. Hal itu membuatnya pasrah dan putus asa. Subjek merasa bersalah ketika berani dengan orang tuanya, akan tetapi akan melupakan waktu ketika di hina temannya karena kekurangannya. Kelemahan yang utama pada diri subjek adalah cacat fisik tangan kiri dan kaki kiri. Ketika menghadapi masalah, subjek berusaha menghilangkan masalah tersebut. Ketika masih kecil, guru dan ibu sangat menyayanginya. Tentang masa depan, memungkinkan untuk dicapai. Walaupun subjek ingin hidup bahagia dan menjadi lebih baik. Subjek berusaha sabar dan tabah ketika menghadapi masalah. Tujuan hidup yang diinginkan adalah memperoleh wanita yang cantik dan sholeh.

224

225 DOKUMENTASI A. SMP Muh I Simpon Surakarta SMP Muh I Simpon Surakarta Subjek sedang mengikuti pelajaran di kelas Photo Peneliti (kiri) dan subjek A.D (kanak)

226 B. SMP Ta mirul Islam Surakarta SMP Ta mirul Islam Surakarta Interaksi subjek dengan teman-temannya ketika sedang istirahat Photo Peneliti (kiri) dan subjek B.P.W (kanak)

227 C. SMP Muh 2 Kartasura SMP Muh 2 Kartasura Subjek sedang mengikuti pelajaran di kelas Subjek R.A.P ketika di wawancarai oleh peneliti

KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM

KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat S-1 Psikologi dan S-1 Sarjana Pendidikan Islam

Lebih terperinci

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009 SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009 TUNA DAKSA Tuna Daksa(cacat tubuh) adalah kelainan pada tulang, otot atau sendi

Lebih terperinci

MAKNA BERBAKTI PADA ORANG TUA DALAM PERSPEKTIF REMAJA MUSLIM JAWA

MAKNA BERBAKTI PADA ORANG TUA DALAM PERSPEKTIF REMAJA MUSLIM JAWA MAKNA BERBAKTI PADA ORANG TUA DALAM PERSPEKTIF REMAJA MUSLIM JAWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SKRIPSI Diajukan Oleh : EMIRA SALIM F 100 070 149 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 HUBUNGAN INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA IBU YANG HAMIL PERTAMA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA IBU YANG HAMIL PERTAMA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA IBU YANG HAMIL PERTAMA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Prasyarat Mencapai Derajat S-1 Program Studi Psikologis Disusun Oleh MARIANA INDRASTUTI F.

Lebih terperinci

REGULASI EMOSI PASCA PUTUS CINTA PADA REMAJA TAHAP AKHIR

REGULASI EMOSI PASCA PUTUS CINTA PADA REMAJA TAHAP AKHIR REGULASI EMOSI PASCA PUTUS CINTA PADA REMAJA TAHAP AKHIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: PURWATMOKO PANDAMING TYAS F 100 060 138 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

MAKNA SYUKUR GURU TIDAK TETAP PADA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA

MAKNA SYUKUR GURU TIDAK TETAP PADA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA MAKNA SYUKUR GURU TIDAK TETAP PADA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : INTAN YUNIARTHA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Desetalia Four Biantara

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERSEPSI MENIKAH MUDA PADA REMAJA WANITA ETNIS ARAB DAN ETNIS JAWA SKRIPSI

PERBEDAAN PERSEPSI MENIKAH MUDA PADA REMAJA WANITA ETNIS ARAB DAN ETNIS JAWA SKRIPSI PERBEDAAN PERSEPSI MENIKAH MUDA PADA REMAJA WANITA ETNIS ARAB DAN ETNIS JAWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI WARIA PADA PRIA TRANSEKSUAL

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI WARIA PADA PRIA TRANSEKSUAL PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI WARIA PADA PRIA TRANSEKSUAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

MOTIVASI BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA (Studi Kualitatif Pada Mantan Pengguna Narkoba)

MOTIVASI BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA (Studi Kualitatif Pada Mantan Pengguna Narkoba) MOTIVASI BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA (Studi Kualitatif Pada Mantan Pengguna Narkoba) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI CV SUJIWO KUSUMA KLATEN

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI CV SUJIWO KUSUMA KLATEN HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI CV SUJIWO KUSUMA KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Prasyarat Mencapai Derajat S-1 Program Studi Psikologis Disusun Oleh ANDIKA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh: Yuni

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIF PASIEN HIPERTENSI MENGGUNAKAN PENGOBATAN ALTERNATIF HERBAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIF PASIEN HIPERTENSI MENGGUNAKAN PENGOBATAN ALTERNATIF HERBAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIF PASIEN HIPERTENSI MENGGUNAKAN PENGOBATAN ALTERNATIF HERBAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI JIGSAW

PENGGUNAAN STRATEGI JIGSAW PENGGUNAAN STRATEGI JIGSAW BERVARIASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI KONSTITUSI-KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA PADA SISWA KELAS VIII

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN PERILAKU MELANGGAR PERATURAN ASRAMA DITINJAU DARI CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN SANTRIWATI

KECENDERUNGAN PERILAKU MELANGGAR PERATURAN ASRAMA DITINJAU DARI CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN SANTRIWATI KECENDERUNGAN PERILAKU MELANGGAR PERATURAN ASRAMA DITINJAU DARI CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN SANTRIWATI (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki) SKRIPSI Diajukan Oleh : RIDMA MUTAQWARAHMAH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ERNA IRIYANI F

SKRIPSI. Oleh : ERNA IRIYANI F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DALAM FACEBOOK DENGAN CEMBURU PADA PASANGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS KECELAKAAN LALU LINTAS

DAMPAK PSIKOLOGIS KECELAKAAN LALU LINTAS DAMPAK PSIKOLOGIS KECELAKAAN LALU LINTAS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. TYFOUNTEX INDONESIA GUMPANG - KARTASURA SKRIPSI. Derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. TYFOUNTEX INDONESIA GUMPANG - KARTASURA SKRIPSI. Derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. TYFOUNTEX INDONESIA GUMPANG - KARTASURA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDIDIKAN BERBASIS INTERNASIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MODAL PSIKOLOGI DENGAN KINERJA GURU. Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Psikologi

HUBUNGAN ANTARA MODAL PSIKOLOGI DENGAN KINERJA GURU. Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA MODAL PSIKOLOGI DENGAN KINERJA GURU Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Psikologi Diajukan Oleh : Estika Apriliana F 100 060 145 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH TERHADAP KOMITMEN KERJA PERAWAT PANTI WREDA DI SURAKARTA

FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH TERHADAP KOMITMEN KERJA PERAWAT PANTI WREDA DI SURAKARTA FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH TERHADAP KOMITMEN KERJA PERAWAT PANTI WREDA DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Disusun oleh: DEWI PUSPITASARI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagaian persyaratan memeperoleh gelar sarjana (S-1) Psikologi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagaian persyaratan memeperoleh gelar sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagaian persyaratan memeperoleh gelar sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : RUSTAKAHAK F 100 080 304 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : YULIA

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE

KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: SEKAR PURBOSARI F. 100 090 054 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB ANTARA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN TANPA MENGGUNAKAN MULTIMEDIA

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB ANTARA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN TANPA MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB ANTARA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN TANPA MENGGUNAKAN MULTIMEDIA (Studi Komparatif di Kelas 3 SDIT Ar-Risalah Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: YUNITA

Lebih terperinci

PERBEDAAN MOTIVASI KERJA ANTARA PEGAWAI TETAP DENGAN PEGAWAI TIDAK TETAP PADA HOTEL THE ROYAL SURAKARTA HERITAGE SOLO

PERBEDAAN MOTIVASI KERJA ANTARA PEGAWAI TETAP DENGAN PEGAWAI TIDAK TETAP PADA HOTEL THE ROYAL SURAKARTA HERITAGE SOLO PERBEDAAN MOTIVASI KERJA ANTARA PEGAWAI TETAP DENGAN PEGAWAI TIDAK TETAP PADA HOTEL THE ROYAL SURAKARTA HERITAGE SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang

Lebih terperinci

GUILTY FEELING PADA PELACUR YANG BERSTATUS MAHASISWA

GUILTY FEELING PADA PELACUR YANG BERSTATUS MAHASISWA GUILTY FEELING PADA PELACUR YANG BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

DINAMIKA PSIKOLOGIS NARAPIDANA ANAK PELAKU PEMBUNUHAN (STUDI KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS IIA KUTOARJO)

DINAMIKA PSIKOLOGIS NARAPIDANA ANAK PELAKU PEMBUNUHAN (STUDI KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS IIA KUTOARJO) DINAMIKA PSIKOLOGIS NARAPIDANA ANAK PELAKU PEMBUNUHAN (STUDI KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS IIA KUTOARJO) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

MOTIVASI GURU YANG MEMILIKI PEKERJAAN SAMPINGAN. SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

MOTIVASI GURU YANG MEMILIKI PEKERJAAN SAMPINGAN. SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi MOTIVASI GURU YANG MEMILIKI PEKERJAAN SAMPINGAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : NURHARWANTI F 100 080 126 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Retno Suryaningsih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Sagantoro Sambu F 100 050 232

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI Diajukan Oleh : AFIFAH NUR AINI F 100 070 127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN PERNIKAHAN BERORIENTASI NILAI-NILAI ISLAM SKRIPSI

ASPEK-ASPEK PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN PERNIKAHAN BERORIENTASI NILAI-NILAI ISLAM SKRIPSI ASPEK-ASPEK PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN PERNIKAHAN BERORIENTASI NILAI-NILAI ISLAM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Dan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : Nova Handayani F 100 040

Lebih terperinci

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Novi Indriastuti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : DYAH ISWARI PROBORINI

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh:

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI MELALUI PROGRAM MICROSOFT POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA (PTK di SMP Negeri 2 Jatirogo) SKRIPSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas XI SMK N 1 Purwodadi Pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PUSKESMAS

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PUSKESMAS HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PUSKESMAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI NEGERI-SWASTA DITINJAU DARI MAHASISWA PENDATANG-BUKAN PENDATANG.

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI NEGERI-SWASTA DITINJAU DARI MAHASISWA PENDATANG-BUKAN PENDATANG. PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI NEGERI-SWASTA DITINJAU DARI MAHASISWA PENDATANG-BUKAN PENDATANG Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Psikologi

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING WANITA YANG MENJADI ISTRI KEDUA DALAM PERNIKAHAN POLIGAMI SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING WANITA YANG MENJADI ISTRI KEDUA DALAM PERNIKAHAN POLIGAMI SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan PSYCHOLOGICAL WELL-BEING WANITA YANG MENJADI ISTRI KEDUA DALAM PERNIKAHAN POLIGAMI SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : MARTIANI F.100

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2013/2014 ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA

PENYESUAIAN DIRI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PENYESUAIAN DIRI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Pramitha Intan Widayanti F. 100 070 085 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SKRIPSI Diajukan Oleh : Benazir Hardiyanti F 100 070 118 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN ANTAR ETNIS JAWA DAN SUMATERA DI SOLO

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN ANTAR ETNIS JAWA DAN SUMATERA DI SOLO PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN ANTAR ETNIS JAWA DAN SUMATERA DI SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : Retno Mahening F 100

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PENDERITA DEPRESI

PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PENDERITA DEPRESI PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PENDERITA DEPRESI Skripsi Diajukan oleh : Noviana Wulansari F 100 060 014 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PENDERITA DEPRESI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT BUSANA MULYA TEKSTIL

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT BUSANA MULYA TEKSTIL HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT BUSANA MULYA TEKSTIL Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh: GUNAWAN DWI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagaian persyaratan memeperoleh gelar sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : ANGGA JATI PIKATAN F 100 080

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Difabel tuna daksa merupakan sebutan bagi mereka para penyandang cacat fisik. Ada beberapa macam penyebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada manusia hingga

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN 2012/2013

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN 2012/2013 PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN 2012/2013 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Sarjana

Lebih terperinci

KEKERASAN DALAM BERPACARAN

KEKERASAN DALAM BERPACARAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Reza Riana Putri F 100 070 152 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S-1 Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh

Lebih terperinci

STRATEGI COPING PADA PASANGAN PERNIKAHAN BERORIENTASI NILAI-NILAI ISLAM SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Agama Islam

STRATEGI COPING PADA PASANGAN PERNIKAHAN BERORIENTASI NILAI-NILAI ISLAM SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Agama Islam STRATEGI COPING PADA PASANGAN PERNIKAHAN BERORIENTASI NILAI-NILAI ISLAM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Agama Islam Univertas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT ABSTRAKSI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : RO ISA MUHAMMAD F 100

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS KERJA DITINJAU DARI KEDISIPLINAN KERJA DAN STATUS KARYAWAN

PRODUKTIVITAS KERJA DITINJAU DARI KEDISIPLINAN KERJA DAN STATUS KARYAWAN PRODUKTIVITAS KERJA DITINJAU DARI KEDISIPLINAN KERJA DAN STATUS KARYAWAN Abstrak Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh : MUKHLISH ANSHORI F 100 020

Lebih terperinci

ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI SKRIPSI

ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI SKRIPSI ADVERSITY QUOTIENT PADA GURU PAUD DAERAH RAWAN BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN READING GUIDE DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN SISWA KELAS VII A SEMESTER II SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN AJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

PERBEDAAN MINAT KEWIRAUSAHAAN PADA REMAJA ETNIS ARAB, JAWA DAN CINA SKRIPSI

PERBEDAAN MINAT KEWIRAUSAHAAN PADA REMAJA ETNIS ARAB, JAWA DAN CINA SKRIPSI PERBEDAAN MINAT KEWIRAUSAHAAN PADA REMAJA ETNIS ARAB, JAWA DAN CINA SKRIPSI Diajukan Oleh: NADAA F. 100 080 064 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i PERBEDAAN MINAT KEWIRAUSAHAAN

Lebih terperinci

STRATEGI COPING PADA REMAJA PASCA PUTUS CINTA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

STRATEGI COPING PADA REMAJA PASCA PUTUS CINTA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 STRATEGI COPING PADA REMAJA PASCA PUTUS CINTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: YULI YULIANINGSIH F 100 080 020 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi. UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR METEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSON

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR METEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSON PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR METEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSON DENGAN ALAT PERAGA UANG MAINAN PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

TWINNING PROGRAM FAKULTAS PSIKOLOGI / FAKULTAS AGAMA ISLAM

TWINNING PROGRAM FAKULTAS PSIKOLOGI / FAKULTAS AGAMA ISLAM HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA MAHASISWA PROGRAM TWINNING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S-1 ENY UTAMI NIM. A54C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S-1 ENY UTAMI NIM. A54C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IIA SD ISLAM TERPADU AROFAH 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF BERBASIS TUTOR SEBAYA

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF BERBASIS TUTOR SEBAYA (PTK Bagi Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Polanharjo Tahun 2012/2013) SKRIPSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERSEPSI TERHADAP PERILAKU DEVIASI SEKSUAL PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERSEPSI TERHADAP PERILAKU DEVIASI SEKSUAL PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERSEPSI TERHADAP PERILAKU DEVIASI SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menempuh Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh

Lebih terperinci

Diajukan oleh: HANIFAH

Diajukan oleh: HANIFAH PENERAPAN PAPAN MAGNETIK DAN CD WARNA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA KELAS IV SDN KLECO I SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN NEUROSIS. Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Strata 1

HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN NEUROSIS. Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN NEUROSIS Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 Diajukan oleh : AULYA ARIFIANTY F 100 010 255 Kepada FAKULTAS

Lebih terperinci

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING SKRIPSI Diajukan Oleh : Indrastiti RatnaWardhani F 100 070 105 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA

Lebih terperinci

PENGARUH IKLAN BLACKBERRY MELALUI MEDIA CETAK TERHADAP PERSEPSI FUNGSI FASILITAS PRODUK BLACKBERRY SKRIPSI. derajat dan gelar Sarjana S-1 Psikologi

PENGARUH IKLAN BLACKBERRY MELALUI MEDIA CETAK TERHADAP PERSEPSI FUNGSI FASILITAS PRODUK BLACKBERRY SKRIPSI. derajat dan gelar Sarjana S-1 Psikologi PENGARUH IKLAN BLACKBERRY MELALUI MEDIA CETAK TERHADAP PERSEPSI FUNGSI FASILITAS PRODUK BLACKBERRY SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian peryaratan guna memperoleh derajat dan gelar Sarjana S-1 Psikologi Disusun

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Oleh: MEIDA KUSUMANINGRUM

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Oleh: MEIDA KUSUMANINGRUM MUATAN MATERI PENDIDIKAN BELA NEGARA (Analisis Isi Pada Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IX Karangan Agus Dwiyono dkk Serta Pelaksanaannya Di SMP Muhammadiyah 7 Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun

Lebih terperinci

SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN KETERBUKAAN DIRI PADA REMAJA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN KETERBUKAAN DIRI PADA REMAJA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM) SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN KETERBUKAAN DIRI PADA REMAJA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN KURIKULUM 2013 PADA KELAS X DI SMA NEGERI 1 TERAS

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN KURIKULUM 2013 PADA KELAS X DI SMA NEGERI 1 TERAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN KURIKULUM 2013 PADA KELAS X DI SMA NEGERI 1 TERAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN DISIPLIN KERJA PADA KARYAWAN PT. PLN APJ SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN DISIPLIN KERJA PADA KARYAWAN PT. PLN APJ SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN DISIPLIN KERJA PADA KARYAWAN PT. PLN APJ SURAKARTA SKRIPSI Diajukan oleh: TANTI PUTRI SHOIMATUL KARIMAH F 100 080 063 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Disusun Oleh : EMI KURNIAWATI B

Disusun Oleh : EMI KURNIAWATI B ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR (KURS) DOLAR AMERIKA / RUPIAH (US$/RP), INFLASI, BI RATE, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

ZIYADI ALI IKROMI NIM:

ZIYADI ALI IKROMI NIM: STUDI DESKRIPSI KUALITATIF TENTANG KESIAPAN MERAWAT DIRI PADA REMAJA TUNAGANDA RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) MUTIARA HATI LAREN - BUMIAYU KABUPATEN BREBES Oleh: ZIYADI ALI IKROMI NIM: 1207010040 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA WORK SHEET UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (PTK Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kedung) SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S - 1 Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S - 1 Program Studi Pendidikan Biologi UJI PROTEIN DAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN DODOL DENGAN PENAMBAHAN TERUNG UNGU (Solanum melongena) DAN MANGGA (Mangifera indica) DENGAN VARIASI LAMA PEMASAKAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT (SPEED READING) DAN PEMAHAMAN BACAAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR (MODALITAS BELAJAR)

PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT (SPEED READING) DAN PEMAHAMAN BACAAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR (MODALITAS BELAJAR) PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT (SPEED READING) DAN PEMAHAMAN BACAAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR (MODALITAS BELAJAR) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA /SLB A-YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013) SKRIPSI

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA /SLB A-YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013) SKRIPSI PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA /SLB A-YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajuka

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajuka PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN BAHASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS V SDN WONOMULYO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai

Lebih terperinci

KELAMIN PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA

KELAMIN PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Oleh OKTAVIA RIZKY CAHYANI

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Oleh OKTAVIA RIZKY CAHYANI PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEHARMONISAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATAA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS X SMK PRAWIRA MARTA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan. Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan. Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI METODE QUANTUM WRITING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG I No. 93 KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Yang dipersiapkan dan disusun oleh: ESTY WAHYUNINGSIH NIM : A

PERSETUJUAN. Yang dipersiapkan dan disusun oleh: ESTY WAHYUNINGSIH NIM : A ii PERSETUJUAN PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TUTOR SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Cawas Tahun Ajaran 2006/2007) Yang dipersiapkan dan disusun oleh: ESTY WAHYUNINGSIH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DAN STRES PADA SANTRI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHORI KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DAN STRES PADA SANTRI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHORI KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DAN STRES PADA SANTRI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHORI KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: Titin Qomariyah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

PERSEPSI PENCITRAAN POLITIK PADA KABINET INDONESIA BERSATU II DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN

PERSEPSI PENCITRAAN POLITIK PADA KABINET INDONESIA BERSATU II DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN PERSEPSI PENCITRAAN POLITIK PADA KABINET INDONESIA BERSATU II DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Persyaratan guna

Lebih terperinci

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) SKRIPSI

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) SKRIPSI KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 2 TAJI KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh : HAFID ANGGA PRASETYO

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh : HAFID ANGGA PRASETYO STUDI PERBANDINGAN ANTARA STRATEGI PEMBELAJARAN SCRAMBLE DAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS III SD N NGADIREJO 01 TAHUN AJARAN 2013/ 2014 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci