12/12/ Bahan Bakar Padat/Cair. Menunjukan bahwa: - Pembakaran teoritis dari 1 mol C memerlukan 1 mol oksigen dan memberikan 1 mol CO 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "12/12/ Bahan Bakar Padat/Cair. Menunjukan bahwa: - Pembakaran teoritis dari 1 mol C memerlukan 1 mol oksigen dan memberikan 1 mol CO 2"

Transkripsi

1 1/1/01.1 Bahan Bakar Padat/Cair Menunjukan bahwa: C + O CO 1 mol 1 mol 1 mol H + ½ O H O 1 mol ½ mol 1 mol + O O 1 mol 1 mol 1 mol Dengan memperhatikan suatu bahan bakar yang mempunyai komposisi yang didefinisikan oleh C, H, O,, N - Pembakaran teoritis dari 1 mol C memerlukan 1 mol oksigen dan memberikan 1 mol CO - Pembakaran teoritis dari 1 mol Hidrogen memerlukan ½ mol O dan memberikan 1 mol H O - Pembakaran teoritis 1 mol memerlukan 1 mol O dan memberikan 1 mol O Atau ada dalam 1 kg bahan bakar ehingga pembakaran 1 kg bahan bakar akan C kg dari karbon : H kg dari hidrogen: c k.mol 1 h k. mol Memerlukan C h O k. mol 1 4 yang mana mewakili suatu volume oksigen kg dari sulfur: k. mol C h O VO. 414 Nm 1 4 Contoh Tetapi setiap Nm oksigen setara dengan 4.76 Nm udara sehingga menghasilkan suatu persamaan bahwa untuk membakar 1 kg bahan bakar diperlukan udara: V a C h O.414 x 4.76Nm / kg C 6.67h.( O) Nm / kg Berapa volume udara yang diperlukan untuk membakar karbon dan cairan dari destilasi petrol karbon Karbon C h O n s d kg/kg 1

2 1/1/01 Untuk karbon Residu C h n s kg/kg V a = (8.89 x 0.847) + (6.67 x 0.04) +. ( ) = Nm /kg Untuk residu V a = (8.89 x 0.84) + (6.67 x 0.16) + (. x 0.08) = Nm /kg Perhitungan Volume Asap yang Dihasilkan Persamaan pembakaran menunjukkan bahwa 1 kg bahan yang terbakar menghasilkan gas-gas dengan menggunakan oksigen. C kmol CO 1 h kmol H O n kmol N 8 kmol O 1 Yang menunjukkan volume total C h n.414nm 1 8 Tetapi dalam volume ini, perlu menambahkan volume N yang ada dalam udara pembakaran yang mempunyai kuantitas.76 x volume VO sehingga C h O.414 x.76nm 1 4 Dengan demikian secara teoritis, pembakaran 1 kg dari bahan bakar akan menghasilkan volume asap sebanyak: V f = 8.89 C +.7 h n -.6 O Nm /kg

3 1/1/01 Yang mana terdiri dari: C x C Nm CO 1 h x h Nm H O x Nm O 1 n Nm x V a (0.8n 0.79V a) N 8 kg Nilai-nilai di atas menganggap bahwa adalah relatif pada bahan bakar kering Jika bahan bakar ini mengacu pada proporsi air w, akan perlu menambah pada volume total asap suatu volume uap air sama dengan w x w Nm / kg 18 - Untuk karbon Dengan menggunakan formula V f = 8.89 C +.7 h n -.6 O Nm /kg Pada dua bahan bakar sebelumnya, kita mendapatkan: V f = (8.89 x 0.847) + (.7 x 0.04) + (. x 0.01) + (0.8 x 0.01) (.6 x 0.09) = 8.84 Nm /kg - Untuk bahan hasil destilasi V f = (8.89 x 0.84) + (.7 x 0.16) + (. x 0.08) + (0.8 x 0.004) = Nm /kg Catatan: Kita menganggap pada umumnya dalam praktek bahwa kita mempunyai asap pembakaran kering, dengan mengandaikan bahwa asap air berada keseluruhannya dalam keadaan mengembun. Jadi pada suatu volume yang dapat diabaikan dibandingkan dengan yang lain yang membentuk gas. Pembakaran hidrogen yang ada dalam bahan bakar jadi hanya meninggalkan dalam asap azote dari udara pembakarannya. Kita harus, dalam hal ini, mengurangi V f dengan volume uap air yang mana hasil dari pembakaran hidrogen, atau h x h Nm / kg

4 1/1/01 sehingga ekspresi volume asap kering (dengan demikian kita menuliskan V s ) yang dihasilkan oleh 1 kg bahan bakar adalah: V s = 8.89 C h n -.6 O Nm /kg. Bahan Bakar Gas Di sini V a dan V s akan diekspresikan dalam Nm /Nm. Kita mempertimbangkan suatu bahan bakar gas, yang mana komposisi dalam volume didefinisikan oleh: CO, h, CH 4, ΣC m h P, CO, O, n, W CO + ½ O CO Komponen-komponen yang dapat terbakar adalah CO, H, CH4 dan ΣC m h P yang mana persamaan pembakaran masing-masing adalah: 1 vol ½ vol 1 vol H + ½ O H O 1 vol ½ vol 1 vol CH 4 + O CO + H O 1 vol vol 1 vol vol ΣC m h P +.67 O.45 CO +.45H O 1 vol.67 vol.45 vol.45 vol Pengujian dari persamaan ini menunjukkan bahwa: - Pembakaran dari suatu volume sembarang V dari CO memerlukan suatu volume V/ oksigen - Pembakaran dari suatu volume sembarang V dari H memerlukan suatu volume V/ oksigen - Pembakaran dari suatu volume sembarang V dari CH 4 memerlukan suatu volume V oksigen - Pembakaran dari suatu volume sembarang V dari hidrokarbon ΣC m h P memerlukan suatu volume.67 V oksigen. Pembakaran 1 Nm dari gas akan memerlukan suatu volume oksigen sama dengan: Co h CH4. 67Cmh Nm Tetapi sebagian oksigen yang diperlukan, diketahui 0 Nm / Nm, sudah berada dalam gas yang dapat terbakar tersebut, sehingga volume oksigen yang dibutuhkan oleh udara pembakaran berkurang P 4

5 1/1/01 VO Co h Nm CmhP O Nm CH4. 67 Untuk penentuan gas buang, kita akan menyamakan perhitungan seperti pada bahan bakar padat atau cair. etiap Nm oksigen yang mana bersesuaian dengan 4.76 Nm udara. Hal ini menyebabkan bahwa volume total minimum udara yang diperlukan untuk membakar 1 Nm gas adalah V a = 4.76 VO. Gas buang atau asap terdiri: - dari CO yang berasal dari bahan bakar sendiri demikian juga dari pembakaran CO dan hidrokarburan - dari uap air yang berasal dari bahan bakar sendiri demikian juga dari pembakaran hidrogen bebas dan hidrokarburan - dari azote yang berasal dari bahan bakar sendiri demikian juga dari pembakaran udara Menurut persamaan-persamaan pembakaran yang ada, kita mendapatkan dengan segera - Untuk volume azote n +.76 VO = n V a Nm /Nm Jadi akhirnya kita akan mempunyai: - Untuk volume CO CO + CO + CH 4 +,45 ΣC m h P Nm /Nm V f = w + h + CO + CO + CH ΣC m h P + n V a - Untuk volume uap air W + h + CH 4 +,45 ΣC m h P Nm /Nm Contoh: eperti penggunaan dalam praktek, jika kita mempertimbangkan asap buang kering, ekspresi sebelumnya dari V f dikurangi, setelah pengurangan volume uap air V s = CO + CO + CH ΣC m h P + n V a Menentukan volume udara dan volume asap pembakaran dari suatu gas yang mempunyai komposisi sebagai berikut: CO = CO = 0.0 H = N = CH 4 = 0.75 O = 0.01 ΣC m h p = 0.0 W =

6 1/1/01 Penerapan formula sebelumnya: memberikan VO = x x = 0.97 Nm /Nm dimana V a = 0.97 x 4.76 = 4.41 Nm /Nm V f = ( x 0.75) + (4.90 x 0.00) (0.79 x 4.41) = 5.19 Nm /Nm Atau jika kita menganggap gas buangnya kering V s = (.45 x 0.00) (0.79 x 4.41) =.995 Nm /Nm. Formula Empiris Dengan adanya formula empiris yang memungkinkan untuk menentukan dengan cara pendekatan untuk kemampuan panas dari suatu bahan bakar yang mana komposisinya diketahui, begitu juga sejumlah formula yang telah ditetapkan dalam rangka menghitung volume udara, V a dan asap, V f (basah) dari pembakaran teoritis, untuk suatu bahan bakar yang mana kita mengetahui kemampuan panasnya. Diantara formula-formula ini, kita menuliskan sebagai berikut, yang diturunkan oleh Rosin dan Fehling. - Untuk bahan bakar padat V a = 101 x 10-5 I po Nm /kg V f = 89 x 10-5 I po Nm /kg - Untuk bahan bakar cair V a = 85 x 10-5 I po + Nm /kg V f = 111 x 10-5 I po Nm /kg - Untuk bahan bakar gas (miskin) I po < 000 kcal/nm V a = 87.5 x 10-5 I po Nm /Nm V f = 7.5 x 10-5 I po + I Nm /Nm - Untuk bahan bakar gas (kaya) (I po > 4000 kcal/nm ) V a = 109 x 10-5 I po 0.5 Nm /Nm V f = 114 x 10-5 I po Nm /Nm Dalam formula formula ini I po mengacu kepada kemampasan inferieur pada tekanan tetap dari 1 kg bahan bakar padat atau cair atau 1 Nm untuk bahan bakar gas. Kita mengaplikasikan pada contoh terakhir maka kita mendapatkan: V a = 4.41 Nm /Nm V f = 5.19 Nm /Nm 6

7 1/1/01 Kemampuan panas dari gas ini dihitung menurut komposisinya adalah I po = 48 kcal/nm. Jika kita memasukkan nilai ini pada formula yang cocok, kita mendapatkan: V a = 109 x 10-5 x = Nm /Nm V f = 114 x 10-5 x = Nm /Nm Kecocokan antara dua pasang hasil adalah sangat dekat untuk perhitungan sebelum proyek dilakukan.. Pembakaran Riel.1 Kelebihan Udara : Kekurangan Udara ampai paragraf ini kita hanya membicarakan proses pembakaran yang sifatnya teoritis atau stoechiometric yang mana berlangsung benarbenar memenuhi persamaan reaksi dan hanya memperhitungkan jumlah/kuantitas bahan (bahan yang dapat terbakar) yang secara pasti sama dengan jumlah yang bersesuaian pada persamaan-persamaan tersebut Dalam pembakaran nyata, perbandingan Bahan yang dapat terbakar dan udara selalu tidak sama dengan nilai-nilai yang ada dalam stoechieometric, seperti komposisi asap hasil pembakaran menjadi berbeda dengan asap hasil pembakaran yang dihitung secara teoritis. uatu pembakaran riel dicirikan oleh perbandingan volume udara yang secara efektif digunakan V a, untuk pembakaran suatu jumlah yang ditentukan (1 kg atau 1 Nm ) dari bahan bakar dengan volume udara yang diperlukan pada pembakaran teoritis, pada bahan bakar yang sama. Perbandingan ini λ = V a disebut V a Koefisien kelebihan udara (perbandingan udara) Jika λ>1, kita mendapatkan pembakaran yang kelebihan udara λ<1, kita mendapatkan pembakaran yang kekurangan udara λ=1, kita mendapatkan pembakaran netral Kita menyebut kelebihan udara dan kita menuliskan pada umumnya oleh e ehingga dapat diturunkan: e 1 atau e = (λ-1) dan dapat dilihat bahwa e positif atau negatif bergantung λ di atas atau di bawah 1. Va ' V e V a a x (diekspresikan dalam persen) 7

8 1/1/01 - Jika e lebih besar dari nol Jika e lebih besar dari nol, dan jika kita mengandaikan pembakarannya lengkap, kita akan menemukan kembali dalam asap gas buang, udara yang tidak digunakan sedangkan kandungan CO dalam gas buang akan lebih rendah daripada pembakaran teoritis. ebenarnya, pembakaran tidak pernah sempurna, karena walaupun ketelitian ditetapkan dan peralatan yang disesuaikan untuk menjamin suatu kontak yang intim antara bahan bakar dan udara pembakar, selalu ada bagian bahan bakar yang hilang pada pembakaran total, sehingga gas buang selalu membawa sedikit CO yang berasal dari pembakaran yang tidak lengkap dari karbon, yang bersesuaian pada persamaan C + ½ CO CO Dilain bagian, kita mengetahui bahwa pada temperatur pembakaran yang tinggi CO terdisosiasi yang bersesuaian pada persamaan CO CO + ½ O Dimana penyebab kedua keberadaan CO dalam gas buang, walaupun pembakaran penuh dengan Oksigen - Jika e lebih kecil dari nol jika e lebih kecil dari nol, pembakaran tidak dapat lengkap karena kita tidak menyediakan jumlah udara yang cukup untuk membakar secara total dari komponen-komponen bahan bakar. Jadi sebagian dari komponen-komponen ini didapatkan kembali dalam bentuk yang tidak terbakar, apakah dalam bahan bakar itu sendiri (dalam hal bahan bakar padat) atau dalam gas buang dalam bentuk kabut atau gas yang masih dapat terbakar lagi (CO, hidrokarburan). Fraksi dari bahan bakar yang telah tidak terbakar keseluruhannya, yang telah tidak menghasilkan CO, telah memberikan gas buang dimana kadar CO adalah lebih kecil bila dibandingkan pada hasil pembakaran teoritis. Walaupun, kejadian pembakaran berlangsung dengan ketidakbenaran jumlah oksigen, tidak menghalangi keberadaan oksigen dalam gas buang, okigen ini berasal dari: - pertama, suatu fraksi udara pembakaran telah dapat melewati ruang pembakaran tanpa masuk dalam reaksi. (sebagai contoh: ruang pembakaran terlalu dingin atau pencampuran bahan bakar dan udara tidak benar-benar direaksasi). - kedua: fraksi dari karbon yang telah terbakar sebagian dan menghasilkan CO, hanya menggunakan sebagian dari udara yang dibutuhkan. 8

9 1/1/01 Dalam keadaan atau secara definitif, regime pembakaran secara teori nampak seperti pembakaran yang mampu untuk menghasilkan proporsi CO yang paling tinggi dalam gas buang. Apa-apa yang mendahului ini memungkinkan untuk melihat kembali kepentingan dasar dari analisa gas buang untuk mengendalikan pembakaran. Analisa secara industri dari gas buang prinsipnya adalah penentuan kandungan CO, O, O dan CO dan pada keadaan praktek kita hanya menjumlahkan kandungan CO dan O, kesalahan yang ditimbulkan oleh penyederhanaan ini yang mana dapat diabaikan. - tudi Tentang Pembakaran Riel uatu pembakaran riel yang mana dicirikan oleh koefisien udara λ, tujuan penelitian dari suatu pembakaran riel adalah penentuan nilai Koefisien ini dari analisa gas buang. Kita Mengandaikan tentu saja telah mengetahui komposisi bahan bakar yang dituliskan dalam keadaan murni dan kering dan Konsekuensinya volume udara V a dan volume gas buang kering V s dari pembakaran secara teoritis. Penentuan λ dapat dilakukan dengan cara perhitungan atau dengan bantuan diagram. - Penentuan λ (e) dengan perhitungan ebelumnya kita mempertimbangkan pembakaran dengan kelebihan udara (λ>1) dan diandaikan secara lengkap (tanpa adanya CO dalam gas buang). Volume udara yang digunakan untuk membakar satuan jumlah dari bahan bakar (1 kg atau 1 Nm ) menurut definisi dari λ, adalah sama dengan Bila V s adalah volume gas buang yang dihasilkan, maka tentu saja volume ini akan sama dengan volume teoritis V s ditambah dengan udara yang dibawa oleh kelebihan udara, karena kita mengandaikan pembakaran lengkap sama dengan V a - V a = (λ-1) V a V a = λv a = (1+ e ) V a 9

10 1/1/01 Jadi kita mempunyai V s = V s + (λ-1) V a = V s + e V a Nm /kg atau Nm /Nm () Penentuan e dapat dilakukan dengan menggunakan kadar O atau kadar CO + O dalam gas buang kering. ` Jika kita menggunakan kadar O, yang kita nyatakan dengan O, kadar oksigen ini bersesuaian kadar udara yang mempunyai ekspresi sebagai berikut: a = O = 4.76 O (4) 1 dan akan didapatkan: a = V s - V s (5) V s Penghilangan V pada persamaan-persamaan di atas membawa pada persamaan sebagai berikut: e = V s - O (6) V a 1-O Pengetahuan komposisi bahan bakar memungkinkan perhitungan V a dan V s, analisa gas buang menghasilkan O dimana e dengan formula di atas dapat diketahui dan kemudian λ =1+ e jika kita menggunkan kadar CO + O, yang kita akan menyatakan dengan CO + O, kita akan memepunyai persamaan: CO + O = V CO+O V dalam persamaan 6, denganmenggantikan V dengan nilainya yang diberikan dalam, kita dapatkan: V ' CO O CO O ' E V Va V ' CO O E V Va ' (8) 10

11 1/1/01 Persamaan dimana kita dapat menghitung (e) atau untuk bahan bakar dengan komposisi yang diberikan, nilai-nilai V a dan V s relatif pada pembakaran secara teoritis yang mana dapat ditentukan dengan perhitungan, persamaan (8) menterjemahkan suatu hubungan hiperbola antara kelebihan udara (e) dan kadar (CO +O ) yang didapatkan dengan analisa gas buang. - Penggunaan diagram: Bila 4 besaran yang membawa pertimbangan dalam susunan dari gas buang diketahui: - Kadar (CO +O ) - Kadar (O ) - Kadar (CO ) - Kelebihan udara (e) Dua ditetapkan (sebagai contoh CO +O dan O ) dan bahwa komposisi dari bahan bakar diketahui, dua besaran lain dapat ditentukan secara pasti (tanpa keraguan). Pada pernyataan ini dibangun diagram-diagram pembakaran - Diagram Pembakaran Ada beberapa diagram pembakaran. Kita akan membatasi dengan diagram pembakaran yang telah dikenal yaitu diagram Ostwald dan diagram dari Bunte - Diagram Ostwald Deskripsi: ebelum mendefinisikan aturan-aturan pembuatan diagram Ostwald kita akan menguji prinsip-prinsip dimana diagram ini diajukan. Dalam paragraf sebelumnya, kita telah menetapkan formula-formula yang memungkinkan, dalam hal pembakaran secara teoritis untuk menentukan volume udara V a dan volume gas buang kering V s yang bersesuaian dengan pembakaran 1 kg atau 1 Nm bahan bakar padat, cair dan gas. 11

12 1/1/01 ekarang kita mempelajari, dengan cara analog, suatu pembakaran riel dicirikan oleh kelebihan udara e dan untuk menentukan satu-satuan jumlah bahan bakar dan fungsi dengan e: - Volume V a efektif udara diperlukan pada pembakaran - Volume V s efektif gas buang yang dihasilkan Komposisi bahan bakar yang mana diketahui nilai-nilai V a dan V s dari pembakaran secara teoritis maka terdefinisi. ebelumnya kita mempertimbangkan suatu bahan bakar padat atau cair yang mana komposisi diberikan dalam massa. Volume udara yang kita perlukan untuk membakar 1 kg bahan bakar adalah: V a = λ V a = (1 + e )V a Kita menetapkan bersesuaian dengan Hasil percobaan yang disebutkan sebelumnya, bahwa hidrogen, hidrokarburan dan sulfur terbakar keseluruhannya, tetapi sebaliknya hanya sebagian saja dari karbon terbakar keseluruhan menjadi CO, sisanya hanya menghasilkan pembakaran tidak lengkap dalam bentuk CO. Gas buang kering jadi membawakan dalam suatu campuran CO, CO, O, O dan N. Pembakaran lengkap dari karbon terjadi bersesuaian dengan persamaan C + O CO dan pembakaran tidak lengkap mengikuti persamaan C + ½ O CO Pengujian dari dua persamaan ini membawa pada kesimpulan-kesimpulan berikut: 1. Pembakaran dari suatu massa karbon yang sama apakah tidak lengkap dalam bentuk CO atau pembakaran lengkap dalam bentuk CO menghasilkan volume yang sama dari gas buang yang dihasilkan. Hal ini membawakan bahwa volume total (CO+CO ) yang ada dalam gas buang akan selalu sama dengan volume CO pada pembakaran secara teoritis..persamaan kedua menunjukkan bahwa fraksi karbon yang telah terbakar tidak lengkap, tidak hanya menggunakan separuh dari oksigen yang diperlukan, artinya hanya ½ volume oksigen untuk membentuk 1 volume CO. Volume oksigen yang tidak tergabung adalah sama dengan ½ volume, dengan kata lain ½ dari volume CO yang dibentuk. 1

13 1/1/01 V a,v s,v a,v s yang mana mempunyai nilai yang diketahui V O : volume oksigen V CO+O : volume total dari CO +O V CO : volume CO Dalam gas buang kering dari pembakaran 1 kg bahan bakar. Kadar dalam volemu dalam gas buang maka masing-masing adalah: O = V O V CO +O =V CO+O V CO =V CO V Expresi dari V CO+O Volume V CO+O dalam gas buang dari pembakaran teoritis adalah: C.414 Nm / kg 1 yang mana bersesuaian dengan suatu kandungan dalam desimal: V K V C x V CO O x % Volume dari CO +O dalam gas buang kering dari pembakaran riel adalah sama dengan volume V O+CO dalam pembakaran secara teoritis, atau K V s /, dikurangi dengan volume CO yang bersesuaian dengan fraksi karbon yang tidak terbakar secara lengkap. Jadi kita mempunyai: V CO+O = K V s - V CO Expresi dari V O Oksigen yang terdapat dalam gas buang berasal: - sebagian dari pembakaran udara. Kita menyediakan volume udara V a = λv a jadi suatu kelebihan udara: V a V a = (λ-1) V a = e V a Yang sama dengan oksigen untuk setiap Nm e x4.76 gas buang. V a - ebagian lagi dari oksigen yang tidak digunakan karena pembakaran yang tidak lengkap dari karbon dalam CO; volume oksigen adalah sama V CO, seperti yang telah kita ketahui pada paragraf sebelumnya. 1

14 1/1/01 Volume total oksigen dalam gas buang dari pembakaran riel maka adalah: V ' O e xv x4.76 a V ' 1e V x VCO' Ekspresi dari V s Volume total dari gas buang V s adalah jumlah: - Volume V s dari gas buang pembakaran secara teoritis - Volume oksigen yang tidak tergabung V CO - Volume kelebihan udara C V a CO a Jadi kita mempunyai: VCO' e V V Va Jika kita mengajukan: O' x CO ' O ' y CO' Z Kandungan masing-masing dalam desimal dari O, CO +O dan CO dalam gas buang dari pembakaran nyata mempunyai persamaanpersamaan: 1e V ' CO Va x X VCO' e V Va V K VCO' y VCO' e V Va VCO' z VCO' e V Va (9) (40) (41) Untuk suatu bahan bakar dengan komposisi yang diketahui, V a dan V s mempunyai nilai yang mana kita bisa menghitungnya. Ekspresi-ekspresi x, y, z jadi hanya bergantung pada parameter V CO dan e. Dengan menghasilkan V CO antara pers (9) dan (40), kita mendapatkan suatu ekspresi dalam bentuk: y = f (e) g (e) x (4) Dalam suatu penyajian pada koordinat kartesien x, y, yang mana adalah persamaan dari suatu kelompok ( ) garis V yang mana masing-masing berhubungan pada suatu nilai dari parameter e. Garis ini membentuk keluarga e = C te dan membentuk sumber utama dari diagram (garisgaris kelebihan udara atau garis kekurangan udara) ekarang kita menghilangkan terminologi V CO dan e diantara persamaan di atas; kita mendapatkan suatu hubungan dalam bentuk: y z x Dimana α, β dan γ merupakan konstanta Hubungan ini diubah dalam bentuk x y z 1 0 b e 14

15 1/1/01 Menyajikan untuk setiap nilai-nilai dari suatu garis dalam koordinat x y Garis-garis (D) dari keluarga ini Z = C te yang mana mempunyai suatu gradien yang seragam b/a, jadi adalah saling paralel diantara mereka dan membentuk sumber kedua dari diagram (garis-garis dengan kadar CO sama) Diantara garis-garis dari dua keluarga ini, satu dalam setiap keluarga (kelompok) menyajikan kepentingan khusus, garis fundamental adalah ( o ) e = 0, yang mana berhubungan dengan pembakaran secara teoritis, dan garis fundamental (D o )z = 0, yang mana berhubungan pada pembakaran lengkap, artinya tanpa adanya CO. Kita menunjukkan dengan mudah bahwa 1. Garis-garis ( o ) dan (D o ) berpotongan pada titiok A pada sumbu ordinat, yang mempunyai suatu nilai ordinat: VCO ya V O x K artinya kandungan CO +O dalam gas buang pembakaran secara teoritis.. Garis-garis ( ) semua melewati untuk suatu titik koordinat yang sama x1 y1 00 Yang mana adalah sama, untuk semua bahan bakar. Namun demikian, titik ini yang mana terletak sangat jauh dari daerah diagram yang berguna, kita dapat menetapkan tanpa kesalahan yang dapat dicatat bahwa dalam daerah yang berguna ini garis-garis ( ) adalah paralel antara satu dengan yang lainnya Kita berpikir bahwa catatan-catatan yang mendahului cukup untuk membuat mengerti secara jelas dasar-dasar dimana berpijaknya diagram Ostwald. 15

16 1/1/01 Diagram Ostwald maka disusun dengan cara sbb: yang mana telah membuat pilihan dari suatu sistem sumbu-sumbu koordinat rectangular, dimana pada absis dimuat kandungan oksigen (dalam persen) (O ) dan dalam ordinat dimuat kandungan CO +O dalam persen dari gas buang, kita mensuperposisi di sana dua buah keluarga garis yang berpotongan: - Garis-garis ( ) dengan kelebihan/kekurangan udara yang sama (e = konstan), dengan garis fundamental yang khusus ( o ) dari pembakaran secara teoritis (e = 0) - Garis-garis (D) dengan kadar CO yang sama (z = konstan), dengan garis fundamental yang khusus (D o ) dari pembakaran sempurna yang sifatnya beroksigen (z=0) uatu diagram yang dibuat untuk suatu bahan bakar yang ditentukan, menunjukkan totalitas mode-mode pembakran yang mungkin untuk bahan bakar tersebut. - Konstruksi dari diagram Ostwald Komposisi dari bahan bakar yang dipertimbangkan yang mana diketahui, kita akan mengoperasikan dengan cara sbb: 1. Kita akan memulai untuk menentukan nilai-nilai V CO+O, V a dan V s dari pembakaran secara teoritis.. Kandungan maksimal dari oksigen dalam gas buang 1% didapatkan untuk kelebihan udara yang tak terhingga. Kandungan ini ditunjukkan pada diagram oleh titik B (1). Kita menentukan pada sumbu ordinat titik A VCO ya V O x K Jika kita menghubungkan dengan suatu garis pada titik-titik A dan B, semua titik-titik dari Garis ini menunjukkan pembakaran sempurna/ lengkap, artinya terjadi dengan kandungan CO = 0 % dalam gas buang. Jadi AB adalah garis fundamental (D o ) dari pembakaran sempurna yang bersifat oksigen (tanpa CO). Untuk semua titik-titik dari garis tersebut, kita mempunyai Z = 0 16

17 1/1/01 4. Titik C dimana garis ( 0 ) memotong absis berhubungan dengan y = 0 dan pada e = 0, persamaan (40) sebelumnya maka memberikan : dimana: V K V CO ' 0 V VCO' K Kita akan mendapatkan kandungan oksigen yang bersesuaian, artinya absis dari titik C, yang membawa nilai V CO ini dalam persamaan (9), yang memberikan dengan perhitungan e = 0 VCO' V CO' X C x VCO' V V V ' CO K 00 K (4) Garis CA adalah garis ( 0 ) Garis fundamental (D 0 ) dan ( 0 ) digambar sekali lagi, garis-garis D (Z= konstan) semuanya adalah paralel dengan (D 0 ) dan garis-garis ( ) (e = konstan) semuanya paralel dengan 0 Garis-garis (D 0 ) dan ( 0 ), dengan sumbu-sumbu koordinat, membagi bidang dalam zone triangular: zone ACB yang mana semua titik-titik bersesuaian dengan suatu pembakaran kelebihan udara, dan zone ACO yang bersesuaian pada suatu pembakaran dengan kekurangan udara. 5. Untuk menggambarkan kesimpulan garis-garis D (Z = konstan) kita akan mengamati bahwa, pada waktu kita membuat e = 0 dalam hubungan-hubungan (persamaan-persamaan) 9 dan 41, kita dapatkan z = x, yang menunjukan bahwa garis AC (e = 0) menunjukkan atau mewakili suatu pembakaran dalam gas buang dimana kandungan CO adalah x kandungan oksigen. Dimana cara untuk mengkonstruksi, dengan sangat mudah, kumpulan dari garis (D). Kita memproyeksikan penurunan absis pada garis AC secara paralel pada sumbu ordinat, yang mana mendapatkan AC pada penurunan baru yang mana setiap titik mendapatkan nomer double dari nomer yang bersesuaian pada penurunan awal. Garis-garis paralel pada D 0 dibuat oleh titik-titik penurunan AC membentuk sekumpulan garisgaris (D) 17

18 1/1/01 6. Untuk menggambarkan garis ( ) e = konstan, yang mana persamaan umum adalah y = f(e) -g(e) x, karena garis-garis tersebut semuanya paralel pada 0, cukup untuk menentukan titik-titik potongnya dengan satu atau yang lain dari sumbu-sumbu koordinat. Titik-titik sumbu ordinat akan bersesuaian dengan nilai y e = f(e), titik-titik sumbu absis pada nilai: f ( e) X e g( e) Kita mengajukan untuk menentukan titiktitik sumbu absis. Dengan mengoperasikan secara efektif penghilangan V CO antara persamaan (9) dan (40) kita akan dapat memperoleh ekspresi secara aljabar dari f(e) dan g(e) dan dengan memberikan e dalam ekspresi-ekspresi ini suatu seri nilai, mendapatkan darinya persamaanpersamaan garis dari kumpulan. Proses ini membawa pada suatu perhitungan yang cukup panjang yang dapat dihindari dengan alasan-alasan sbb: Titik-titik yang dicari, perpotongan garisgaris ( ) dengan sumbu absis, bersesuaian dengan y = 0, yang mana memberikan V VCO' K Dengan menggantikan nilai ini pada persamaan (9), kita dapatkan: VCO' 1eV a KV eva X 4 e VCO' V K V eva ev (00 ) a K, V a, V s yang mana diketahui menurut komposisi bahan bakar, kita akan mendapatkan titik-titik yang dicari dengan memberikan suatu seri nilai e yang dipilih secara tepat. Nilai-nilai e negatif (kekurangan udara) akan menghasilkan garis-garis ( ) di kiri dari ( 0 ), nilai e positif (kelebihan udara) akan menghasilkan garis-garis ( ) di kanan ( 0 ) 18

19 1/1/01 Penerapan: Kita mengaplikasikan hasil-hasil sebelumnya pada konstruksi diagram Ostwald dari suatu bahan bakar cair yang mempunyai komposisi dalam massa C=0.854 O=0.004 H = 0.16 = Kita secara suksesi akan mempunyai: 1. C VCO x.414 x Nm / kg VO x.414 x Nm / kg dimana V CO+O = Nm /kg V a = (dari persamaan 4) V s = (dari persamaan 6) dimana garis fundamental AB (D 0 ) yang menghubungkan titik A-B (X B = 1%). Absis dari titik C. Ordinat titik A y VCO O V A 15.60% K X C K YA 00 K 00 y dimana garis fundamental AC ( 0 ) A 7.% 4. Penentuan garis-garis ( ) menurut persamaan 44 KV 4eVa x15.6 x x10.99e X (00 K) V ev ( )10.90 x10.99e e 18 e a Dengan memberikan suatu seri nilai e sembarang antara -0 dan % kita dapatkan untuk nilai-nilai Xc dalam tabel berikut: Nilai e (%) Nilai Xe (%) Nilai e(%) Nilai Xe (%) CO +O

20 1/1/01 0

Pendahuluan 12/21/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya

Pendahuluan 12/21/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya Pendahuluan 1. Pendahuluan Umum Tentang Pembakaran Pembakaran adalah proses/produksi aktivitas untuk menghasilkan panas. misalnya: - pemanas air - oven pada industri - motor pembakaran dalam - turbin gas

Lebih terperinci

Pendahuluan 11/13/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya

Pendahuluan 11/13/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya Pendahuluan 1. Pendahuluan Umum Tentang Pembakaran Pembakaran adalah proses/produksi aktivitas untuk menghasilkan panas. misalnya: - pemanas air - oven pada industri - motor pembakaran dalam - turbin gas

Lebih terperinci

Pendahuluan 12/20/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya

Pendahuluan 12/20/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya Pendahuluan 1. Pendahuluan Umum Tentang Pembakaran Pembakaran adalah proses/produksi aktivitas untuk menghasilkan panas. misalnya: - pemanas air - oven pada industri - motor pembakaran dalam - turbin gas

Lebih terperinci

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam 2. Fase komponen dan derajat kebebasan Pak imam Fase dan komponen Fase adalah keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, dalam komposisi kimia maupun fisiknya. (Gibbs) Banyaknya fase diberi lambang

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 13-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) A 13 Sistem Multifasa Pengertian tentang fasa telah kita singgung dalam

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

Stoikiometri. Bab 3. Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma). Secara Mikro atom & molekul.

Stoikiometri. Bab 3. Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma). Secara Mikro atom & molekul. Bab 3 Stoikiometri Secara Mikro atom & molekul Secara Makro gram Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma). Perjanjian internasional: 1 atom 12 C beratnya 12 sma Jika ditimbang

Lebih terperinci

Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma).

Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma). Bab 3 Stoikiometri Secara Mikro atom & molekul Secara Makro gram Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma). Perjanjian internasional: 1 atom 12 C beratnya 12 sma Jika ditimbang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Pengertian Perencanaan dan perhitungan diperlukan untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin (Toyota Corolla 3K). apakah kemapuan kerja dari mesin tersebut masih

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS

BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS 48 BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS Persaiangan dunia usaha sangatlah ketat, ditambah perdagangan bebas dengan masuknya barang barang Impor terutama barang dari

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DATA

BAB IV PERHITUNGAN DATA BAB IV PERHITUNGAN DATA 4.1. Perhitungan Metode Masukan-Keluaran 4.1.1. Entalpi uap keluar ketel Beban 50 MW Entalpi dari uap memiliki tekanan sebesar 1,2 Mpa berdasarkan data yang diketahui, maka harga

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI Konsep mol

STOIKIOMETRI Konsep mol STOIKIOMETRI Konsep mol Dalam hukum-hukum dasar materi ditegaskan bahwa senyawa terbentuk dari unsur bukan dengan perbandingan sembarang tetapi dalam jumlah yang spesifik, demikian juga reaksi kimia antara

Lebih terperinci

BAB V CAMPURAN BEREAKSI : PEMBAKARAN

BAB V CAMPURAN BEREAKSI : PEMBAKARAN BAB V CAMPURAN BEREAKSI : PEMBAKARAN Pembakaran Bahan Bakar Padat Pembakaran pada bahan bakar adalah kombinasi kimia dengan oksigen. Hal-hal yang penting pada pembakaran: 1. Jika karbon dibakar dengan

Lebih terperinci

Abdul Wahid Surhim 2014

Abdul Wahid Surhim 2014 Abdul Wahid Surhim 2014 Kerangka Pembelajaran Persamaan Kimia Pola Reaktivitas Kimia Berat Atom dan Molekul Mol Rumus Empirik dari Analisis Informasi Kuantitatif dari Persamaan yang Disetarakan Membatasi

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono

KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono Semester Gasal 2012/2013 STOIKIOMETRI 2 STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi

Lebih terperinci

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA 1. Asas Lavoiser atau kekekalan massa jumlah sebelum dan setelah reaksi kimia adalah tetap 2. Hukum Gas Ideal P V = nrt Dengan P adalah tekanan (atm),

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI

BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI 1. RUMUS KIMIA 2. MENULISKAN PERSAMAAN KIMIA YANG BALANS 3. HUBUNGAN MASSA DALAM REAKSI KIMIA 4. REAKTAN PEMBATAS 5. HASIL PERSENTASE Reaktan (Pereaksi) Produk (Hasil

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS BAHAN BELAJAR MANDIRI 4

PERSAMAAN GARIS BAHAN BELAJAR MANDIRI 4 BAHAN BELAJAR MANDIRI 4 PERSAMAAN GARIS PENDAHULUAN Secara umum bahan belajar mandiri ini menjelaskan tentang konsep garis, dan persamaan garis lurus yang dinyatakan ke dalam bentuk implisit maupun bentuk

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

STOKIOMETRI. Kimia Kelas X

STOKIOMETRI. Kimia Kelas X STOKIOMETRI Kimia Kelas X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 SURABAYA 2015 STOKIOMETRI STOKIOMETRI Pada materi stokiometri, kita akan mempelajari beberapa hal seperti persamaan reaksi, hukum-hukum dasar kimia,

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem KESETIMBANGAN FASA Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN 4..1. Analisis Reaksi Proses Proses Pembakaran 4.1.1 Perhitungan stoikiometry udara yang dibutuhkan untuk pembakaran Untuk pembakaran diperlukan udara. Jumlah udara

Lebih terperinci

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa mampu 1. menjelaskan karakteristik zat murni dan proses perubahan fasa 2. menggunakan dan menginterpretasikan data dari diagram-diagram

Lebih terperinci

A. Menentukan Letak Titik

A. Menentukan Letak Titik Apa yang akan Anda Pelajari? Koordinat Cartesius Mengenal pengertian dan menentukan gradien garis lurus Menentukan persamaan garis lurus Menggambar grafik garis lurus Menentukan Gradien, Persamaan garis

Lebih terperinci

Peta Konsep. Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi. persamaan garis lurus

Peta Konsep. Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi. persamaan garis lurus PErSamaan GarIS lurus Untuk SMP Kelas VIII Peta Konsep Standar Kompetensi Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus Kompetensi Dasar Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II

SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II 1 SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi kinetik yang tersimpan dalam materi B. Energi kimia dapat dibebaskan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, diperlukan pengertian yang sesuai mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bambang (2016) dalam perancangan tentang modifikasi sebuah prototipe kalorimeter bahan bakar untuk meningkatkan akurasi pengukuran nilai

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Fungsi Dalam ilmu ekonomi, kita selalu berhadapan dengan variabel-variabel ekonomi seperti harga, pendapatan nasional, tingkat bunga, dan lainlain. Hubungan kait-mengkait

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE)

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE) KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE) Kondisi Kesetimbangan Untuk suatu sistem dalam kesetimbangan, potensial kimia setiap komponen pada setiap titik dlam system harus sama. Jika ada

Lebih terperinci

1. Hukum Lavoisier 2. Hukum Proust 3. Hukum Dalton 4. Hukum Gay Lussac & Hipotesis Avogadro

1. Hukum Lavoisier 2. Hukum Proust 3. Hukum Dalton 4. Hukum Gay Lussac & Hipotesis Avogadro - - 1. Hukum Lavoisier 2. Hukum Proust 3. Hukum Dalton 4. Hukum Gay Lussac & Hipotesis Avogadro 1. Hukum Lavoisier (Hukum Kekekalan Massa) : Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reaksi

Lebih terperinci

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI Materi ( zat ) adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Batu, kayu, daun, padi, nasi, air, udara merupakan beberapa contoh materi. Sifat Ekstensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

A. HUKUM PERBANDINGAN VOLUM DAN HIPOTESIS AVOGADRO*

A. HUKUM PERBANDINGAN VOLUM DAN HIPOTESIS AVOGADRO* Di muka kita telah membahas tentang jenis perubahan materi. Bagian dari Kimia yang membahas hubungan kuantitatif (jumlah) antara zat-zat yang terlibat dalam suatu perubahan kimia atau reaksi kimia dikenal

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN. 1 β

LAMPIRAN II PERHITUNGAN. 1 β 43 LAMPIRAN II PERHITUNGAN 1. Perhitungan Laju Alir Udara Primer Untuk menghitung laju udara dihitung/dikonversi satuan tekanan menjadi laju alir udara. Rumus untuk menghitung laju alir udara yaitu: Q

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut.

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut. STOIKIOMETRI Istilah STOIKIOMETRI berasal dari kata-kata Yunani yaitu Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). STOIKIOMETRI akhirnya mengacu kepada cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table)

Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table) Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table) Contoh : 1. Air pada tekanan 1 bar dan temperatur 99,6 C berada pada keadaan jenuh (keadaan jenuh artinya uap dan cairan berada dalam keadaan kesetimbangan atau

Lebih terperinci

II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI. Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam

II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI. Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sulfamic Acid Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam aminosulfonic, dan asam sulfamidic, serta dalam bahasa Indonesia

Lebih terperinci

Materi Pokok Bahasan :

Materi Pokok Bahasan : STOIKIOMETRI Kompetensi : Memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan serta menerapkan dalam perhitungan kimia. Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dan terbiasa menggunakan

Lebih terperinci

Stoikiometri. OLEH Lie Miah

Stoikiometri. OLEH Lie Miah Stoikiometri OLEH Lie Miah 1 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KARAKTERISTIK MATERI KESULITAN BELAJAR SISWA STANDAR KOMPETENSI Memahami hukum-hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan

Lebih terperinci

LOGO STOIKIOMETRI. Marselinus Laga Nur

LOGO STOIKIOMETRI. Marselinus Laga Nur LOGO STOIKIOMETRI Marselinus Laga Nur Materi Pokok Bahasan : A. Konsep Mol B. Penentuan Rumus Kimia C. Koefisien Reaksi D. Hukum-hukum Gas A. Konsep Mol Pengertian konsep mol Hubungan mol dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ILMU KIMIA

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ILMU KIMIA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ILMU KIMIA BAB II HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA, STOIKIOMETRI Prof. Dr. Sudarmin, M.Si Dra. Woro Sumarni, M.Si Cepi Kurniawan, M.Si, Ph.D KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

BAB V PERHITUNGAN KIMIA BAB V PERHITUNGAN KIMIA KOMPETENSI DASAR 2.3 : Menerapkan hukum Gay Lussac dan hukum Avogadro serta konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia (stoikiometri ) Indikator : 1. Siswa dapat menghitung

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2! BAB 7 STOKIOMETRI A. Massa Molekul Relatif Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar atom) Contoh:

Lebih terperinci

III. FUNGSI POLINOMIAL

III. FUNGSI POLINOMIAL III. FUNGSI POLINOMIAL 3. Pendahuluan A. Tujuan Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa dapat:. menuliskan bentuk umum fungsi polinomial;. menghitung nilai fungsi polinomial; 3. menuliskan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111) KIMIA TAHAP PERSIAPAN BERSAMA Departemen Kimia, Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung E-mail: first-year@chem.itb.ac.id UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111) http://courses.chem.itb.ac.id/ki1111/ 22 Oktober

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA Kode/Nama Rumpun Ilmu: 431/ Teknik Mesin (dan Ilmu Permesinan Lain) HALAMAN SAMPUL LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA OPTIMASI BENTUK KONDENSOR PADA ALAT PEMBUAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) Tahun ke 1

Lebih terperinci

Pelatihan Online I OSN Bidang Kimia Page 1 PETUNJUK PENGERJAAN SOAL

Pelatihan Online I OSN Bidang Kimia Page 1 PETUNJUK PENGERJAAN SOAL PETUNJUK PENGERJAAN SOAL 1. Periksalah terlebih dahulu soal yang Anda terima, apakah dalam keadaan baik, terbaca, lengkap, dan jelas, sebelum Anda mengerjakan. 2. Jawaban dikerjakan pada lembar jawaban

Lebih terperinci

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj BAB III KESETIMBANGAN KIMIA Amonia (NH 3 ) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Percobaan Fluidisasi Penelitian gasifikasi fluidized bed yang dilakukan menggunakan batubara sebagai bahan baku dan pasir silika sebagai material inert. Pada proses gasifikasinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil WUJUD ZAT (GAS) SP-Pertemuan 2 Gas : Jarak antar partikel jauh > ukuran partikel Sifat Gas Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil Laju-nya selalu berubah-ubah karena adanya tumbukan dengan wadah

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

Penyetaraan Persamaan Reaksi Kimia dengan Metode Eliminasi Gauss

Penyetaraan Persamaan Reaksi Kimia dengan Metode Eliminasi Gauss Penyetaraan Persamaan Reaksi Kimia dengan Metode Eliminasi Gauss Jonathan Marcel T (13507072) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

NME D3 Sperisa Distantina BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA

NME D3 Sperisa Distantina BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA Pada kuliah terdahulu telah diberikan contoh kasus neraca massa tanpa reaksi kimia. Berikut ini akan dibahas neraca massa dimana reaksi

Lebih terperinci

Hukum Dasar Ilmu Kimia Sumber :

Hukum Dasar Ilmu Kimia Sumber : A Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) Hukum Dasar Ilmu Kimia Sumber : wwwe-dukasinet Pernahkah Anda memperhatikan sepotong besi yang dibiarkan di udara terbuka, dan pada suatu waktu kita akan menemukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama dalam penyimpanannya membuat salah satu produk seperti keripik buah digemari oleh masyarat. Mereka

Lebih terperinci

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS Dalam industri kimia beberapa macam sistem aliran bahan dilakukan dengan tujuan antara lain: 1. menaikkan yield. 2. mempertinggi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1 III. LANDASAN TEORI 3.1 Diagram suhu dan konsentrasi Hubungan antara suhu dan konsentrasi pada sistem pendinginan absorpsi dengan fluida kerja ammonia air ditunjukkan oleh Gambar 6 : t P = Pc = P 3 = P

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Azas Teknik Kimia I. 2 Sks

Azas Teknik Kimia I. 2 Sks Azas Teknik Kimia I 2 Sks PERSAMAAN KIMIA & STOIKIOMETRI Contoh Persamaan Kimia: C 4 H 8 + 6 O 2 4 CO 2 + 4 H 2 O Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa 1 mol (bukan massa atau volume) butana akan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON 4.1 Analisa Peningkatan Performa Dalam perhitungan perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kamampuan mesin, yang meliputi

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2 HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2 HUKUM DASAR KIMIA 1) Hukum Kekekalan Massa ( Hukum Lavoisier ). Yaitu : Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN LAMPIRAN II PERHITUNGAN 1. Perhitungan Laju Alir Udara Primer Untuk menghitung laju udara, dihitung/dikonversi satuan tekanan menjadi laju alir udara. Rumus untuk menghitung laju alir udara, yaitu: (Sumber:

Lebih terperinci

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi MODUL 1 TERMOKIMIA Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sebagai prasyarat untuk mempelajari termokimia, kita harus mengetahui tentang perbedaan kalor (Q)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 KIMIA

Antiremed Kelas 10 KIMIA Antiremed Kelas 10 KIMIA Persiapan UAS 1 Kimia Doc Name: AR10KIM01UAS Version : 2016-07 halaman 1 01. Partikel berikut yang muatannya sebesar 19 1,6 10 C dan bermassa 1 sma (A) elektron (B) proton (C)

Lebih terperinci

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE SAINS NASIONAL SELEKSI KABUPATEN / KOTA UjianTeori Waktu 2 Jam Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) Di muka telah dibicarakan tentang penggunaan diagram entalpi komposisi pada proses distilasi dan penggunaan diagram (x a y

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI. Purwanti Widhy H, M.Pd

STOIKIOMETRI. Purwanti Widhy H, M.Pd STOIKIOMETRI Purwanti Widhy H, M.Pd widhy_ipauny@yahoo.com Menentukan jumlah partikel dan jumlah mol Jumlah molx(n) = jumlah partikelx L 1 mol = L partikel L= bilangan avogadro (6.02 x 10 23 /mol)

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3) eori Kinetik Gas Pengertian Gas Ideal Istilah gas ideal digunakan menyederhanakan permasalahan tentang gas. Karena partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan yang

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1 LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1 1. Perhatikan reaksi berikut: CaCO 2 (s) CaO (s) + CO 2 (g) H = 178 KJ/mol. Jelaskan! a. Arah kesetimbangan ditambahkan CaCO 2 (s) b. Tiga kemungkinan yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III ZAT DAN WUJUDNYA

BAB III ZAT DAN WUJUDNYA BAB III ZAT DAN WUJUDNYA 1. Apa yang dimaksud dengan massa jenis suatu zat? 2. Mengapa massa jenis dapat dipakai sebagai salah satu ciri dari suatu zat? 3. Apa perbedaan zat padat, cair dan gas? 4. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni Percobaan pertama dilakukan pada motor bakar dengan bensin murni, untuk mengetahui seberapa besar laju konsumsi BBM yang

Lebih terperinci

Konsep Mol : Menghubungkan Dunia Makroskopik dan Dunia Molekular

Konsep Mol : Menghubungkan Dunia Makroskopik dan Dunia Molekular Konsep Mol : Menghubungkan Dunia Makroskopik dan Dunia Molekular 1 Secara Mikro atom & molekul Secara Makro gram Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma). Perjanjian internasional:

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Soal Hukum Dasar Kimia Kelas X

Soal Hukum Dasar Kimia Kelas X Author : Sri Utami Publish : 23-09-2011 11:34:08 Soal Hukum Dasar Kimia Kelas X Hukum Dasar Kimia 1. Ilmuwan yang menyatakan bahwa perbandingan massa unsur unsur dalam suatu senyawa tertentu selalu tetap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, temuan penelitian, dan pembahasannya. Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB I STOIKHIOMETRI I - 1

BAB I STOIKHIOMETRI I - 1 BAB I STOIKHIOMETRI 1.1 PENDAHULUAN Setiap zat, unsur, senyawa dalam kimia mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk memerikan suatu reaksi kimia adalah dengan menuliskan rumus untuk

Lebih terperinci

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111) KIMIA TAHAP PERSIAPAN BERSAMA Departemen Kimia, Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung E-mail: first-year@chem.itb.ac.id UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111) http://courses.chem.itb.ac.id/ki1111/ 20 Oktober

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci