BAB II STUDI PUSTAKA. Propagated wave area. Shallow water. Area of study. Gambar II-1. Ilustrasi Tsunami
|
|
- Shinta Yuliani Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II STUDI PUSTAKA II.1 Rambatan Tsunami Gelombang tsunami terbentuk akibat adanya pergesaran vertikal massa air. Pergeseran ini bisa terjadi oleh gempa, letusan gunung berapi, runtuhan gunung es, dan meteor yang jatuh di laut. Tsunami, Ilustration Zone 1 Zone Dislocation Deep sea Shallow water Propagated wave area Flooded area Has been studied widely Area of study Gambar II-1. Ilustrasi Tsunami Gelombang tsunami dapat dikategorikan sebagai gelombang di laut dangkal (d/l<0.05, d = kedalaman laut, L = panjang gelombang) karena panjang gelombangnya yang sangat panjang. Panjang gelombangnya mencapai ratusan kilometer dengan amplitudo ± 1 meter ketika merambat di laut dalam. Gelombang ini biasanya merambat dengan kecepatan ± km/jam, periode 5-90 menit. II-1
2 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami Gambar II-. Panjang Gelombang dan Kecepatan Tsunami Terhadap Kedalaman (Hamzah,006) Hubungan antara cepat rambat gelombang dan kedalaman adalah: Dimana C: Cepat rambat gelombang g: Gravitasi d: Kedalaman C = gd...( II-1 ) Ketika memasuki daerah perairan dangkal, tsunami akan mengalami perlambatan. Akibatnya, gelombang yang berada di depan akan bertumpuk dengan gelombang yang dibelakangnya, sehinggat gelombang yang tadinya hanya memiliki amplitudo 1 meter, akan membesar hingga mencapai ± 30 meter. Rambatan gelombang tsunami di laut dangkal dapat dibagi ke dalam dua zona. Zona pertama adalah zona dimana gelombang yang terjadi diakibatkan oleh energi dari gelombang yang datang dari laut, sedangkan pada zona kedua adalah zona dimana gelombang yang terjadi akibat adanya gravitasi. Pada zona kedua ini, gelombang yang terjadi mirip dengan aliran air pada saat banjir. Pada kedua zona tersebut, gelombang dipengaruhi oleh friksi, kekasaran dasar. II-
3 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami II. Gelombang Gambar II-3. Parameter Gelombang Potongan memanjang perambatan gelombang pada kedalaman tetap di elevasi z=0 ditunjukkan pada gambar diatas. Dasar saluran berada pada koordinat z = -d, dengan kedalaman d. Profil gelombang (η) merupakan perubahan koordinat z terhadap jarak dan waktu. Profil gelombang memiliki cepat rambat sebesar C, dengan panjang gelombang L dan tinggi gelombang H. Periode gelombang dinyatakan dalam T, dimana dalam satu periode, gelombang akan menempuh jarak sebesar L. Hal ini berarti bahwa C=:L/T. Beberapa parameter gelombang: k = π / L (wave number)...( II- ) σ = π / T (wave angular frequency)...( II-3 ) Persamaan Laplace untuk aliran dua dimensi umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan gelombang: φ φ + = 0 z...( II-4 ) Syarat batas ditetapkan untuk dasar dan permukaan. Syarat batas di dasar adalah sebagai berikut: II-3
4 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami w = φ = 0 pada z = d...( II-5 ) z Syarat batas kinematik di permukaan: η η w = + u pada z = η...( II-6 ) Syarat batas dinamik di permukaan: p φ ( u + w ) + gz + + = 0 1 ρ...( II-7 ) Pada permukaan dimana tekanan tidak ada, maka syarat batas dinamik menjadi: φ ( u + w ) + g + = 0 1 η pada z = η...( II-8 ) Solusi dari persamaan laplace yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat batas yang digunakan. Syarat batas di dasar memiliki bentuk linear, akan tetapi syarat batas kinematik dan dinamik di permukaan tidak. Dengan asumsi bahwa tinggi gelombang relatif kecil dibandingkan dengan kedalaman, maka syarat-syarat batas diatas dapat diterapkan pada level muka air normal. Kinematik: w = η pada z = 0...( II-9 ) t Dinamik: + φ gη = 0 pada z = 0...( II-10 ) t Solusi analitik persamaan laplace yang memenuhi syarat batas diatas adalah: Bentuk kecepatan potensial ( d + z) gh cosh k φ = sin( kx σt) σ cosh kd...( II-11 ) II-4
5 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami Profil permukaan Dengan memasukkan kecepatan potensial dengan syarat batas dinamik linier dan z = 0: atau H η = cos( kx σt)...( II-1 ) H x η = cos π L t T...( II-13 ) Cepat Rambat Gelombang Dengan mengkombinasikan syarat batas dinamik dan kinematik: φ φ + g = 0 z pada z = 0...( II-14 ) dengan memasukkan kecepatan potensial, persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk: σ = gk tan kd...( II-15 ) atau g C = σ = tanh kd...( II-16 ) k k Dengan menggunakan hubungan C = L / T, persamaan di atas menjadi gt πd C = tanh...( II-17 ) π L dan gt πd L = tanh...( II-18 ) π L Teori gelombang diatas hanya berlaku jika kedalaman air relatif cukup dalam dan pengaruh dasar laut diabaikan. Persamaan aliran dinamik digunakan untuk kondisi kedalaman dimana efek dari dasar laut tidak dapat lagi diabaikan. II-5
6 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami II..1 Klasifikasi Gelombang Berdasarkan Kedalaman Relatif Pada saat geombang merambat dari laut dalam hingga ke laut dangkal, panjang gelombangnya akan berkurang. Akan tetapi, kedalaman air akan berubah lebih cepat sehingga, rasio kedalaman terhadap panjang gelombang (d/l) akan terus berkurang. Berdasarkan rasio ini, kedalaman dapat diklasifikan menjadi, laut dalam, laut peralihan dan laut dangkal. 1. d/l > 0.5, laut dalam. 0.05< d/l < 0.5, laut peralihan 3. d/l < 0.05, laut dangkal Apabila kedalaman relatif untuk gelombang lebih besar dari 0.5 maka disebut laut dalam. Persamaannya adalah gl0 C 0 =...( II-19 ) π gt C 0 =...( II-0 ) π dan gt L 0 =...( II-1 ) π Apabila kedalaman relatif kurang dari 0.5 maka disebut intermediate range. Persamaannya adalah C C 0 L πd = = tanh...( II- ) L L 0 Apabila kedalaman relatif kurang dari 0.05 maka disebut shallow water. Persamaannya adalah C = gd...( II-3 ) II-6
7 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami sehingga kecepatan gelombang, dan hubungan antara perioda gelombang dengan panjang gelombang adalah L = CT atau II.. Gelombang Pecah L = gdt...( II-4 ) Gelombang pecah terjadi ketika kecepatan partikel gelombang mendekati atau sama dengan cepat rambat gelombangnya. Mekanisme keruntuhan gelombang sangat kompleks, mencakup interaksi kestabilan profil gelombang, puncak gelombang dan bentuk asimetris dari gelombang. Pada umumnya gelombang pecah dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu: Spilling Plunging Collapsing Surging II-7
8 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami Gambar II-4. Profil Gelombang Pecah Semua tipe gelombang pecah tersebut dapat terjadi di area shallow water. Tapi hanya spilling dan plunging yang muncul di laut dalam. Berdasarkan definisi dari Horikawa (1988), perbandingan tinggi gelombang dengan kedalaman air dapat dijadikan batasan untuk spilling, plunging dan surging. Spilling H/d = Plunging H/d = 1 1. Collapsing H/d > 1. II-8
9 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami II.3 Run Up Pada saat rambatan berada di zona dua aliran yang terjadi diakibatkan oleh run up gelombang datang. Tinggi run up maksimum akan bergantung kepada besarnya gelombang datang, kedalaman air normal dan kemiringan pantai. Solusi analitis untuk aproksimasi nonlinear besarnya tinggi Run Up untuk solitary wave (nonbreaking) diberikan oleh Synolakis (1986). Rs ho H =.831 cot β ho 5/4...( II-5 ) Dengan Rs h0 H β = maksimum run up = kedalaman air normal = tinggi gelombang = sudut kemiringan shore line Salah satu permasalahan dalam pemodelan run up adalah batasan wet/dry. Titiktitik grid di darat yang semula kering (h,u,v = 0) akan berubah basah akibat run up yang terjadi. Pemodelan batasan wet/dry dengan menggunakan perbandingan elevasi dasar di titik kering dengan elevasi air di titik sebelumnya diberikan oleh Synolakis (1986). Ying Li (00) memodelkan batasan ini dengan menetapkan posisi shoreline sebagai fungsi waktu. Lynett (00) mengambil nilai ekstrapolasi (h,u,v) dari titik titik di sebelumnya. Batasan wet/dry dengan menetapkan nilai batas kedalaman minimum diterapkan oleh Tawatchai Tingsanchal (1999) untuk pemodelan dambreak. Semua metode diatas telah dikomparasi dengan data eksperimen dan menunjukkan hasil yang baik. II.4 Persamaan Gerak Aliran D Persamaan gerak aliran yang umum digunakan untuk memodelkan gelombang adalah persamaan St.Venant dan persamaan Boussinesq. Persamaan St.Venant: II-9
10 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami dimana : h + ( uh) ( vh) + y Uh + U h + UVh + gh y Vh + UVh + V h + gh y = S...( II-6 ) ( h + z) ( h + z) = ghs fx...( II-7 ) = ghs fy...( II-8 ) u dan v h S fx, S fy = kecepatan arah x dan y = kedalaman air = kemiringan energi arah x dan y Persamaan St. Venant tersebut pada umumnya berlaku di laut dangkal. Berdasarkan definisi dari Robert M. Sorensen (1993), tsunami merupakan gelombang panjang dengan d/l<0.05 (laut dangkal). Salah satu contoh penerapan persamaan St.Venant pada pemodelan rambatan gelombang tsunami adalah pemodelan oleh Vasily V Titov dan Costas Emmanuel Synolakis (1997) untuk kasus The Hokkaido-Nansei-Oki Tsunami dengan menggunakan persamaan pengatur St. Venant tanpa adanya friksi dasar (Sf=0) dan tidak membedakan zona rambatan. Pemodelan mencakup dari mulai terbentuknya gelombang hingga merambat di darat. Hasil pemodelan menunjukkan komparasi hasil yang cukup baik dalam skala besar. Persamaan gerak dalam bentuk lain yang juga dapat digunakan untuk memodelkan gelombang adalah persamaan Boussinesq. Perbedaan mendasar antara persamaan ini dengan persamaan St.Venant adalah adanya suku dispersi pada persamaan Boussinesq. Selain itu, persamaan boussinesq tidak memasukkan adanya pengaruh kemiringan dan kekasaran dasar. Aliran yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kedalaman. Persamaan Boussinesq sendiri memiliki beberapa bentuk. Pada umumnya persamaan Boussinesq yang digunakan untuk pemodelan diberikan oleh Madsen Sorensen (199) dan Nwogu (1993) Persamaan Boussinesq oleh Nwogu (1993) II-10
11 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami z h α h ηt +. ( h+ η) u + h (. u) + zα + h (.( hu) ) = 0...( II-9 ) 6 zα ut + g η + ( u. ) u+ zα (. ut) + (.( hut )) = 0...( II-30 ) Dimana: u = kecepatan (u,v) η = elevasi muka air h = kedalaman = ( /, / y) g = gravitasi Bentuk standar (Peregrine, 1967) dari persamaan tersebut diperoleh dengan memasukkan nilai Zα/h = -1/ dan berlaku pada daerah laut dangkal. Nwogu (1993) memberikan Zα/h = yang membuat persamaan ini berlaku untuk domain yang lebih luas, yaitu laut dalam hingga laut dangkal. Pemodelan rambatan gelombang dengan menggunakan persamaan ini telah dilakukan oleh Wei dan Kirby (1995) untuk kasus rambatan gelombang pada suatu saluran datar (tidak ada kemiringan dasar) dan memberikan komparasi yang sangat baik dengan data dari model fisik. Persamaan Boussinesq oleh Madsen Sorensen (199) S P + Q = 0...( II-31 ) t + x y P PQ P t gds + ψ1 = 0 x...( II-3 ) d d y x Q PQ Q t gds + ψ = 0 y...( II-33 ) d d x y 1 P Q 3 1 ψ 1 h + h ( Pxxt + Qxyt )...( II-34 ) 6 h xxt h xyt II-11
12 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami 1 Q P 3 1 ψ h + h ( Qyyt + Pxyt )...( II-35 ) 6 h yyt h xyt dimana indeks x, y, dan t adalah simbol differensial untuk ruang dan waktu, d adalah kedalaman aliran total, h adalah kedalaman aliran, S adalah elevasi permukaan, P dan Q adalah komponen-komponen depth-integrated velocity, dan ψ 1 dan ψ adalah bentuk-bentuk Boussinesq. Persamaan tersebut telah digunakan untuk memodelkan transformasi gelombang akibat adanya struktur terendam oleh Nita Yunita (001) dan menunjukkan komparasi yang baik dengan model serupa. II.5 Metode Numerik Pemodelan numerik dapat dilakukan dengan pendekatan beda hingga (finite difference) ataupun volume hingga (finite Volume). Perbedaan paling mendasar dari kedua metode tersebut adalah bentuk grid. Pada metode beda hingga, bentuk grid terbatas kotak. Sedangkan pada metode volume hingga, bentuk grid lebih fleksibel (quadrangular). Penerapan metode beda hingga untuk aliran permukaan telah diterapkan oleh Dantje Kardana N,et.al., (005) dan M. Syahril B.K, et al (006) dan memberikan hasil yang baik. Pada penyelesaian persamaan diferensial numerik dengan metode beda hingga terdapat 3 macam skema yang dapat diterapkan, yaitu 1. Forward Difference Scheme Pada skema ini, nilai turunan pada suatu titik didekati dengan menggunakan nilai di titik tersebut dan nilai di titik sesudahnya. f ( x) f( x+δx) f( x) =...( II-36 ) Δx Penyelesaian yang diperoleh dari skema ini memiliki ketelitian orde 1. Backward Difference Scheme Pada skema ini, nilai turunan pada suatu titik didekati dengan menggunakan nilai di titik tersebut dan nilai di titik sebelumnya. II-1
13 Pemodelan Aliran Permukaan D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami f ( x) f( x) f( x Δ x) =...( II-37 ) Δx Penyelesaian yang diperoleh dari skema ini memiliki ketelitian orde 1 3. Central Difference Scheme Pada skema ini, nilai turunan pada suatu titik didekati dengan menggunakan nilai di titik tersebut dan nilai di titik sebelumnya. f ( x) f( x+δx) f( x Δ x) =...( II-38 ) Δx Penyelesaian yang diperoleh dari skema ini memiliki ketelitian orde. Gambar II-5. Pendekatan Numerik dengan Metode Beda Hingga II-13
BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS Pemodelan dilakukan dengan menggunakan kontur eksperimen yang sudah ada, artificial dan studi kasus Aceh. Skenario dan persamaan pengatur yang digunakan adalah: Eksperimental
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Dari pemodelan yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil. 1. Pemodelan rambatan gelombang dilakukan dengan menggunakan 2 persamaan pengatur
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI MODEL
BAB III DESKRIPSI MODEL III.1 Konsep Model Dan Pendekatan Model yang dikembangkan merupakan model rambatan tsunami di perairan dangkal hingga ke darat. Berdasarkan deinisi tsunami oleh Hamzah (2006), daerah
Lebih terperinciPemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20
Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-2 IV.7 Gelombang Menabrak Suatu Struktur Vertikal Pemodelan dilakukan untuk melihat perilaku gelombang ketika menabrak suatu struktur vertikal. Suatu saluran
Lebih terperinci2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... ii PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersumber dari ledakan besar gunung berapi atau gempa vulkanik, tanah longsor, atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tsunami Tsunami biasanya berhubungan dengan gempa bumi. Gempa bumi ini merupakan proses terjadinya getaran tanah yang merupakan akibat dari sebuah gelombang elastis yang menjalar
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal Linier (Linier Shallow Water Equation)
Bab 2 Landasan Teori Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai Persamaan Air Dangkal linier (Linear Shallow Water Equation), metode beda hingga, metode ekspansi asimtotik biasa, dan metode ekspansi asimtotik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk mempresentasikan data kecepatan angin dalam bentuk mawar angin sebagai
Lebih terperinciBAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK
BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK Dalam bab ini, kita akan mengamati perambatan gelombang pada fluida ideal dengan dasar rata. Perhatikan gambar di bawah ini. Gambar 3.1 Aliran Fluida pada Dasar
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. Banjir pada dasarnya adalah surface runoff yang merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. The Hydrologic Cycle
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Banjir di Perkotaan Banjir pada dasarnya adalah surface runoff yang merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. The Hydrologic Cycle Sun Rain Clouds Rain Formation PRECIPITATION
Lebih terperinciBab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG
Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai dasar laut sinusoidal sebagai reflektor gelombang. Persamaan yang digunakan untuk memodelkan masalah dasar
Lebih terperinciGb 2.5. Mekanisme Tsunami
TSUNAMI Karakteristik Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu dari kata tsu dan nami. Tsu berarti pelabuhan dan nami berarti gelombang. Istilah tersebut kemudian dipakai oleh masyarakat untuk menunjukkan
Lebih terperinciHasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break
Bab IV Hasil dan Analisis IV. Simulasi Banjir Akibat Dam Break IV.. Skenario Model yang dikembangkan dikalibrasikan dengan model yang ada pada jurnal Computation of The Isolated Building Test Case and
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Beberapa istilah tentang kepantaian yang di iginakan adalah sebagai berikut : Pantai adalah daerah perbatasan antara daratan dan lautan yang dipengaruhi
Lebih terperinciDASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG
h Bab 3 DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG 3.1 Persamaan Gelombang untuk Dasar Sinusoidal Dasar laut berbentuk sinusoidal adalah salah satu bentuk dasar laut tak rata yang berupa fungsi sinus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pantai Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan tentang hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciPEMBAHASAN. (29) Dalam (Grosen 1992), kondisi kinematik (19) dan kondisi dinamik (20) dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut : = (30)
5 η = η di z = η (9) z x x z x x Dalam (Grosen 99) kondisi kinematik (9) kondisi dinamik () dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian : δ H t = () δη δ H ηt = δ Dengan mengenalkan variabel baru u = x maka
Lebih terperinciReflektor Gelombang 1 balok
Bab 3 Reflektor Gelombang 1 balok Setelah diperoleh persamaan yang menggambarkan gerak gelombang air setiap saat yaitu SWE, maka pada bab ini akan dielaskan mengenai pengaruh 1 balok terendam sebagai reflektor
Lebih terperinciSEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT
SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT Jundana Akhyar 1 dan Muslim Muin 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA
ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA Ratna Parauba M. Ihsan Jasin, Jeffrey. D. Mamoto Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email : Parauba_ratna@yahoo.co.id
Lebih terperinciBab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal
Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal Persamaan air dangkal merupakan persamaan untuk gelombang permukaan air yang dipengaruhi oleh kedalaman air tersebut. Kedalaman air dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB II TEORI TERKAIT
II. TEORI TERKAIT BAB II TEORI TERKAIT 2.1 Pemodelan Penjalaran dan Transformasi Gelombang 2.1.1 Persamaan Pengatur Berkenaan dengan persamaan dasar yang digunakan model MIKE, baik deskripsi dari suku-suku
Lebih terperinciBab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Penurunan Persamaan Air Dangkal
Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penurunan Persamaan Air Dangkal Persamaan air dangkal atau Shallow Water Equation (SWE) berlaku untuk fluida homogen yang memiliki massa jenis konstan, inviscid (tidak kental),
Lebih terperinciMekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika
Mekanika Fluida II Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika 1 Geometri Saluran 1.Kedalaman (y) - depth 2.Ketinggian di atas datum (z) - stage 3.Luas penampang A (area cross section area) 4.Keliling
Lebih terperinciModel Refraksi-Difraksi Gelombang Air oleh Batimetri dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi
Hutahaean ISSN 853-98 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Model Refraksi-Difraksi Gelombang Air oleh Batimetri dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi Syawaluddin Hutahaean Kelompok
Lebih terperinciTEKANAN TANAH LATERAL
TEKANAN TANAH LATERAL Tekanan lateral tanah adalah tekanan oleh tanah pada bidang horizontal. Contoh aplikasi teori tekanan lateral adalah untuk desain-desain seperti dinding penahan tanah, dinding basement,
Lebih terperinciPEMODELAN ALIRAN PERMUKAAN 2 D PADA SUATU LAHAN AKIBAT RAMBATAN TSUNAMI TESIS MOHAMMAD BAGUS ADITYAWAN NIM :
PEMODELAN ALIRAN PERMUKAAN 2 D PADA SUATU LAHAN AKIBAT RAMBATAN TSUNAMI TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh MOHAMMAD BAGUS ADITYAWAN
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
5 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar perencanaan agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di
Lebih terperinciPROSES DI SHORE APPROACH
BAB 3 PROSES DI SORE APPROAC 3.1 Pendahuluan Dalam disain stabilitas pipa (on-bottom stability) yang sebelumnya telah disinggung bahwa untuk dapat menghitung stabilitas pipa maka perlu diketahui beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pantai 2.1.1. Pengertian Pantai Pengertian pantai berbeda dengan pesisir. Tidak sedikit yang mengira bahwa kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama, karena banyak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang
Lebih terperinciAnalisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan
Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan Hansje J. Tawas Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Mundurnya garis pantai pada Pantai Matani
Lebih terperinci1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas pengaruh dasar laut tak rata terhadap perambatan gelombang permukaan secara analitik. Pengaruh dasar tak rata ini akan ditinjau melalui simpangan
Lebih terperinciTransformasi Gelombang pada Batimetri Ekstrim dengan Model Numerik SWASH Studi Kasus: Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Vol. 3 No.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2017 Transformasi Gelombang pada Batimetri Ekstrim dengan Model Numerik SWASH Studi Kasus: Teluk Pelabuhan Ratu,
Lebih terperinciJURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010
JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Pemasangan Struktur di Pantai Kerusakan Pantai pengangkutan Sedimen Model
Lebih terperinciGambar 2.1. Definisi Daerah Pantai Sumber: Triatmodjo (1999)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Pantai Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan dibawah permukaan darat dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak
Lebih terperinciDAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI
DAFTAR ISI ALAMAN JUDUL... i ALAMAN PENGESAAN... ii PERSEMBAAN... iii ALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMBANG... xiii INTISARI...
Lebih terperinciPengaruh Perubahan Layout Breakwater Terhadap Kondisi Tinggi Gelombang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
Pengaruh Perubahan Layout Breakwater Terhadap Kondisi Tinggi Gelombang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Faddillah Prahmadana R. (NRP. 4308 100 050) Dosen Pembimbing: Haryo Dwito Armono, S.T.,
Lebih terperinciSimulasi Perambatan Tsunami menggunakan Persamaan Gelombang Air-Dangkal
Matematika LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGUATAN PROGRAM STUDI Simulasi Perambatan Tsunami menggunakan Persamaan Gelombang Air-Dangkal Oleh: Mohammad Jamhuri, M.Si NIP. 1981050 00501 1004 FAKULTAS SAINS DAN
Lebih terperinciSOBEK Hidrodinamik 1D2D (modul 2C)
SOBEK Hidrodinamik 1D2D (modul 2C) 1 Konten Mengapa pemodelan? Gelombang Aspek aliran 1 dimensi di Sobek Aspek numerik Aspek aliran 2 dimensi di Sobek 2 (mengapa?) pemodelan 3 Mengapa pemodelan? - Tidak
Lebih terperinciBab III Metode Penelitian
Bab III Metode Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian Studi penelitian yang telah dilakukan bersifat eksperimental di Kolam Gelombang Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut, Jurusan Teknik Kelautan FTK, ITS
Lebih terperinciPemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami Melalui Pendekatan Finite Difference Method
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 T - 4 Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami Melalui Pendekatan Finite Difference Method Yulian Fauzi 1, Jose Rizal 1, Fachri Faisal 1, Pepi
Lebih terperinciKinematika. Gerak Lurus Beraturan. Gerak Lurus Beraturan
Kinematika Gerak Lurus Beraturan KINEMATIKA adalah Ilmu gerak yang membicarakan gerak suatu benda tanpa memandang gaya yang bekerja pada benda tersebut (massa benda diabaikan). Jadi jarak yang ditempuh
Lebih terperinciTKS-4101: Fisika. KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA
J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Gerak 2 dimensi lintasan berada dalam
Lebih terperinciKarakteristik Gelombang terhadap Struktur
II LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Gambar... iii Daftar Tabel Daftar Gambar i
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE)
Bab 2 Landasan Teori Dalam bab ini akan dibahas mengenai Persamaan Air Dangkal dan dasar-dasar teori mengenai metode beda hingga untuk menghampiri solusi dari persamaan diferensial parsial. 2.1 Persamaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Studi Daerah yang menjadi objek dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah pesisir Kecamatan Muara Gembong yang terletak di kawasan pantai utara Jawa Barat. Posisi geografisnya
Lebih terperinciMETODE FLOATING OBJECT UNTUK PENGUKURAN ARUS MENYUSUR PANTAI
Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 METODE FLOATING OBJECT UNTUK PENGUKURAN ARUS MENYUSUR PANTAI Hasdinar Umar Jurusan Teknik Perkapalan - Fakultas Teknik
Lebih terperinciTEORI GELOMBANG AMPLITUDO KECIL DAN PERAMALAN GELOMBANG
Bahan Ajar TEORI GELOMBANG AMPLITUDO KECIL DAN PERAMALAN GELOMBANG Ahmad Zakaria,Ph.D. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG Januari 2009 Kata Pengantar Bahan Ajar ini dibuat dengan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Gelombang air laut merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan. Panjang gelombang air laut dapat mencapai ratusan meter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian ini yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang
Lebih terperinciReflektor Gelombang Berupa Serangkaian Balok
Bab 4 Reflektor Gelombang Berupa Serangkaian Balok Setelah kita mengetahui bagaimana pengaruh dan dimensi optimum dari 1 balok terendam sebagai reflektor gelombang maka pada bab ini akan dibahas bagaimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pantai Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai kepantaian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini antara lain : Sebagai perletakan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI
79 BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI 5.1 Penggunaan Program GENESIS Model yang digunakan untuk mengevaluasi perubahan morfologi pantai adalah program GENESIS (Generalized Model for Simulating Shoreline
Lebih terperinciModel Refraksi-Difraksi Gelombang Air Oleh Batimetri
Hutahaean ISSN 0853-98 Jurnal Teoretis dan Terapan idang Rekaasa Sipil Model Refraksi-Difraksi Gelombang ir Oleh atimetri Sawaluddin Hutahaean Pusat Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Lebih terperinciProgram Interaktif berbasis Web untuk menghitung Panjang Gelombang dan Pasang Surut
seri komputasi pantai Dasar Teori dan Aplikasi Program Interaktif berbasis Web untuk menghitung Panjang Gelombang dan Pasang Surut (Edisi Pertama) Ahmad Zakaria Magister Teknik Sipil Universitas Lampung
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bangunan tanggul pemecah gelombang secara umum dapat diartikan suatu bangunan yang bertujuan melindungi pantai, kolam pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap
Lebih terperinciPEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN
PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN Medianto NRP : 0321050 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciMODEL NUMERIK DUA-DIMENSI TRANSFORMASI GELOMBANG DENGAN PERSAMAAN BOUSSINESQ TESIS MAGISTER. Oleh : ALWAFI PUJIRAHARJO N.I.M.
MODEL NUMERIK DUA-DIMENSI TRANSFORMASI GELOMBANG DENGAN PERSAMAAN BOUSSINESQ TESIS MAGISTER Oleh : ALWAFI PUJIRAHARJO N.I.M. : 25099004 PENGUTAMAAN REKAYASA SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL PROGRAM
Lebih terperinciProgram Interaktif berbasis Web untuk menghitung Panjang Gelombang dan Pasang Surut
seri komputasi pantai Dasar Teori dan Aplikasi Program Interaktif berbasis Web untuk menghitung Panjang Gelombang dan Pasang Surut (Edisi Pertama) Ahmad Zakaria Penerbit Magister Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil simulasi model penjalaran gelombang ST-Wave berupa gradien stress radiasi yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan parameter gelombang yang menjalar memasuki perairan
Lebih terperinciRESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU
RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU Hans Darwin Yasin NRP : 0021031 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1 Perhitungan Beban Benda Uji Langkah awal dalam perhitungan benda uji adalah mengetahui kekakuan pada pegas, L pada pegas pada waktu di darat = 50cm. Adapun massa foil
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum
4 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum PPI Logending Pantai Ayah Kabupaten Kebumen menggunakan bangunan pengaman berupa pemecah gelombang dengan bentuk batuan buatan hexapod (Gambar 2.1). Pemecah gelombang
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)
DAFTAR NOTASI A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) a c a m1 / 3 a m /k s B : Koefisien-koefisien yang membentuk elemen matrik tridiagonal dan dapat diselesaikan dengan metode eliminasi Gauss : amplitudo
Lebih terperinciBAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR
A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH : REKAYASA PANTAI KOPEL : SPL 442 / 2 (2 0) DOSEN PENGASUH : Ir. Ahmad Zakaria, Ph.D. DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah Rekayasa Pantai merupakan mata kuliah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Garis Pantai Garis pantai merupakan batas pertemuan antara daratan dengan bagian laut saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis ini bisa berubah karena beberapa hal seperti
Lebih terperinciBAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.
BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan
Lebih terperinciPETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI
PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI Dalam rangka upaya peringatan dini untuk bencana tsunami, beragam peta telah dibuat oleh beberapa instansi pemerintah, LSM maupun swasta.
Lebih terperinciPemodelan Perambatan Gelombang Tsunami di Perairan Teluk Palu dengan Metode Transformasi Koordinat Bola
JIMT Vol. 9 No. Juni 0 (Hal. 5) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 450 766X Pemodelan Perambatan Gelombang Tsunami di Perairan Teluk Palu dengan Metode Transformasi Koordinat Bola Gusni, A.I.
Lebih terperinciPERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES
PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES Selvina NRP: 1221009 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Aktivitas bangunan
Lebih terperinciUSAHA DAN ENERGI. W = F.s Satuan usaha adalah joule (J), di mana: 1 joule = (1 Newton).(1 meter) atau 1 J = 1 N.m
USAHA DAN ENERGI Usaha (W) yang dilakukan pada sebuah benda oleh suatu gaya tetap (tetap dalam besar dan arah) didefinisikan sebagai perkalian antara besar pergeseran (s) dengan komponen gaya (F) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini
Lebih terperinciTKS-4101: Fisika. KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA
J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Gerak 2 dimensi lintasan berada dalam
Lebih terperinciSTABILITAS STRUKTUR PELINDUNG PANTAI AKIBAT PEMANASAN GLOBAL
STABILITAS STRUKTUR PELINDUNG PANTAI AKIBAT PEMANASAN GLOBAL Sinatra 1 dan Olga Pattipawaej 1 Program Studi Double Degrre, Teknik Sipil-Sistem Informasi, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof. drg. Suria
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI. Sistem Pendulum Terbalik Dalam penelitian ini diperhatikan sistem pendulum terbalik seperti pada Gambar di mana sebuah pendulum terbalik dimuat dalam motor yang bisa digerakkan.
Lebih terperinciKegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN
Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1
SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen
Lebih terperinciSimulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga
J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 2, Nov 2005, 93 101 Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga Lukman Hanafi, Danang Indrajaya Jurusan Matematika FMIPA ITS Kampus
Lebih terperinciBAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI
145 BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 6.1. Perhitungan Struktur Revetment dengan Tumpukan Batu Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan
Lebih terperinciBAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK
BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan
Lebih terperinciSetelah membaca modul mahasiswa memahami pembagian kecepatan di arah vertical dan horizontal.
Setelah membaca modul mahasiswa memahami pembagian kecepatan di arah vertical dan horizontal. Setelah membaca modul dan membuat latihan mahasiswa a memahami bahwa apabila menggunakan kecepatan rata-rata
Lebih terperinci1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan
. (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan
Lebih terperinciBAB IV KRITERIA DESAIN
BAB IV KRITERIA DESAIN 4.1 PARAMETER DESAIN Merupakan langkah yang harus dikerjakan setelah penentuan type penanggulangan adalah pembuatan desain. Desain penanggulangan mencangkup perencanaan, analisa
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN METODA
BAB 2 DATA DAN METODA 2.1 Pasut Laut Peristiwa pasang surut laut (pasut laut) adalah fenomena alami naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bendabenda-benda
Lebih terperinciTUGAS BAHASA INDONESIA
TUGAS BAHASA INDONESIA Nama : Wahyu Abadi NIS : 7484 Kelas : XI TKJ 2 Sekolah : SMK Negeri 1 Sumenep TEKNIK KOMPUTER & JARINGAN SMK NEGERI 1 SUMENEP 2016/2017 1. Carilah teks eksplansi kompleks! Selanjutnya
Lebih terperinciK 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2
1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah
Lebih terperinciBab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton
Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton III.1 Stress dan Strain Salah satu hal yang penting dalam pengkonstruksian model proses deformasi suatu fluida adalah
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321)
Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran
Lebih terperinciBab IV Analisa Kapasitas Ultimate
Bab IV Analisa Kapasitas Ultimate IV. Pendahuluan Eksploitasi minyak di lepas pantai telah berlangsung sekitar setengah abad. Platform baja pertama dibangun di teluk Meksiko pada tahun 97. Hanya dalam
Lebih terperinci2). Besaran Dasar Gelombang Y arah rambat ( v) A P T 0 Q S U. * Hubungan freakuensi (f) dengan pereode (T).f = n/t n = f.t dan T = t/n n = t/t
Modul Pembelajaran Fisika XII-IPA 1 BAB 1 GEJALA GELOMBANG A. Persamaan Dasar Gelombang 1). Pengertian Gelombang Gelombang adalah usikan yang merambat secara terus menerus. Medium yang dilalui gelombang
Lebih terperinciPERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI KIMA BAJO KABUPATEN MINAHASA UTARA
PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI KIMA BAJO KABUPATEN MINAHASA UTARA Injilia Christy Mamanua Tommy Jansen, A. K. T. Dundu Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.
BAB IV ANALISIS Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap ini memerlukan berbagai data meliputi : data peta topografi, oceanografi, data frekuensi kunjungan kapal dan data tanah. Data
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan air laut yang membentuk kurva/ grafik sinusoidal. Salah satunya
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gelombang Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/ grafik sinusoidal. Salah satunya gelombang laut yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu penjelasan dan analisis melalui simulasi pemodelan tsunami dengan memperhitungkan nilai
Lebih terperinciperpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :
1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Definisi Pantai dan Batasan Pantai. Muka air tinggi Muka air rendah. Sempadan. Pantai Perairan pantai Laut.
BAB II DASAR TEORI.1 Tinjauan Umum Pembangunan pada hakekatnya merupakan rangkaian perubahan menuju kemajuan. Pembangunan bangunan pantai lebih ditujukan kepada terciptanya suatu sistem bangunan di pantai
Lebih terperinci