Bab IV Analisa Kapasitas Ultimate

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Analisa Kapasitas Ultimate"

Transkripsi

1 Bab IV Analisa Kapasitas Ultimate IV. Pendahuluan Eksploitasi minyak di lepas pantai telah berlangsung sekitar setengah abad. Platform baja pertama dibangun di teluk Meksiko pada tahun 97. Hanya dalam periode yang singkat, penggunaan platform baja tersebut telah tersebar di seluruh penjuru dunia dalam dunia industri pengeboran minyak dan gas lepas pantai. Di laut utara, pembangunannya dimulai pada tahun 960-an sampai sekitar tahun 980-an. Jenis anjungan yang sering digunakan adalah fixed-jacket. Selama operasi, installasi pengeboran minyak sering terkena beban ekstrim. Di Teluk Meksiko, banyak platform yang gagal karena terkena badai. Produksi kemudian dihentikan dan platform dievakuasi untuk mencegah timbulnya korban. Di laut utara, badai ekstrim sering terjadi sehingga platform harus didesain untuk menahan kondisi yang sangat ganas dan harus tetap berproduksi. Selain beban gelombang, gempa juga merupakan resiko yang penting untuk diperhatikan di daerah lepas pantai. Awalnya, struktur secara umum didesain untuk menahan beban fungsional dan beban akibat gelombang, arus, dan angin. Tetapi akhir-akhir ini banyak terjadi bencana besar sehingga meningkatkan perhatian tentang perlunya ketahanan struktur terhadap peristiwa bencana yang tiba-tiba. Struktur yang tidak memiliki ketahanan terhadap bencana tersebut seperti misalnya platform Alexander Kielland yang gagal pada tahun 980 dan platform Piper Alpha pada tahun 99. Ketika metode disain konvensional didasarkan pada analisa linear elastik dan pemeriksaan komponen, bencana ini telah membawa perhatian kepada kekuatan ultimate dari platform sebagai sebuah sistem, redundan struktur, disipasi energi dll. Evaluasi yang rasional dari faktor-faktor tersebut membutuhkan efek nonlinear untuk diperhitungkan.

2 Terdapat beberapa kriteria yang berhubungan dengan kekuatan. Peristiwa leleh pertama pada titik dengan tegangan tertinggi pada komponen struktur seringkali dijadikan sebagai alat untuk menentukan kapasitas struktur. Banyak komponen sebagai redundan, dan komponen tersebut dapat mendistribusikan tegangan dan beban ke seluruh penampangnya ketika beberapa titik mulai leleh. Pada beberapa kasus, leleh pertama adalah kriteria yang konservatif. Contoh yang umum adalah transisi dari serat pertama yang leleh sampai pada kondisi plastik penuh pada seluruh penampang pada balok yang diberi beban momen lentur. Pada penampang yang dikenai kombinasi beban, gaya tekan dan momen lentur misalnya, redistribusi dari gaya-gaya tersebut dapat terjadi. Hal ini berkaitan dengan hubungan interaksi plastik antar gaya. Disipasi energi lebih difokuskan daripada ketahanan maksimum (maximum resistance). Distribusi beban juga dapat terjadi dalam komponen. Contoh yang umum adalah pembentukan mekanisme tiga sendi pada balok terjepit sempurna yang dikenai tekanan lateral. Selama pembentukan mekanisme, beberapa sendi mengalami rotasi yang cukup besar, sehingga tekuk lokal dapat terjadi. Pada umumnya tekuk lokal ditentukan oleh kode desain persyaratan kekompakan penampang. alaupun tekuk lokal tidak menghilangkan sama sekali kekuatan dalam menahan beban, tetapi penurunan dari kapasitas lentur dari sendi plastis harus diperhitungkan. Untuk elemen kompak yang dikenai beban tekan dan lentur, pendekatan sendi plastis sangat bermanfaat. Gambar IV. Ilustrasi hubungan beban dan perpindahan untuk struktur lepas pantai (sumber : Nonlinear Analysis of Offshore Structures, Skallerud, Amdahl, 00) 7

3 Dalam situasi desain, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan kapasitas yang mempunyai karakteristik melebihi beban lingkungan dengan periode ulang 00 tahun dikalikan dengan faktor keamanan parsial untuk beban dan kekuatan. Untuk kondisi Laut Utara, faktor keamanan tersebut adalah. yang memenuhi persyaratan Norwegian Petroleum Directorate (NPD). Karakteristik beban dinyatakan dengan garis horisontal paling bawah pada gambar.. Maka struktur harus memiliki kapasitas ketahanan minimum. kali nilai beban tersebut. Apabila menggunakan prosedur desain konvensional untuk kondisi batas desain ultimate (ULS), kapasitas umumnya diambil pada kondisi leleh pertama atau terjadinya tekuk komponen pertama yang ditentukan dengan metode linier dan memenuhi kode yang berlaku. Analisa yang lebih khusus biasanya tidak dilakukan. Hal ini berarti bahwa banyak struktur memiliki cadangan kekuatan (reserve strength) yang cukup signifikan seperti pada Gambar IV.. Gambar IV. Definisi kapasitas ultimate (sumber : Nonlinear Analysis of Offshore Structures, Skallerud, Amdahl, 00) Terdapat beberapa situasi dimana cadangan kekuatan tersebut diperlukan seperti pada saat terjadinya perubahan desain awal karena beberapa kebutuhan seperti misalnya perbaikan metode eksploitasi, penambahan usia produksi karena penambahan cadangan minyak, kenaikan beban akibat installasi instrumen baru, perubahan beban lingkungan, terjadinya kerusakan seperti tekuk, retak, dan sebagainya. Semua perubahan (dengan kemungkinan berkurangnya margin 8

4 keamanan) memerlukan dilakukannya peninjauan kekuatan struktur untuk tujuan yang dimaksud. Jika tinjauan tersebut berdasarkan pada metode desain konvensional, terkadang kondisi batas ultimate (ULS) seringkali tidak memenuhi persyaratan, atau kapasitas lebih kecil dari. kali dari beban. Sehingga perkuatan atau perbaikan dari struktur harus dilakukan. Alternatif lain adalah peninjauan cadangan kekuatan. Maka perlu dilakukan aplikasi dari metode analisis nonlinear. Dalam perspektif kebutuhan masa mendatang tentang peninjauan struktur, adalah tidak disarankan untuk melakukan desain awal berdasarkan penggunaan seluruh kapasitas struktur seperti penggunaan kondisi batas ultimate. Secara umum direkomendasikan untuk membuat redundansi struktur. Singkatnya elemen sekunder menjadi penting dalam memikul beban ketika terjadi redistribusi pembebanan. Situasi lain dimana dibutuhkan untuk melihat peranan penting dari respon nonlinear adalah kondisi batas peristiwa kecelakaan (Accidental Limit Action, ALS). ALS adalah seperti terjadinya benturan dari kapal, ledakan, kebakaran, kejatuhan benda, karat, gempa bumi ekstrim dan badai. Pemeriksaan terdiri dari dua langkah. Pertama, struktur seharusnya dapat menahan akibat dari peristiwa kecelakaan itu sendiri. Kecuali jika mau membangun struktur yang sangat berat dan tidak ekonomis, respon harus diterima pada daerah plastis. Umumnya untuk jacket pada Laut Utara didesain berdasarkan peraturan NPD, bagian terbesar dari energi kinetik yang terkait harus didisipasi sebagai energi regangan plastik. Leleh, tekuk, dan fenomena non-linear lainnya juga dibolehkan dalam peraturan NPD, sejauh integritas keseluruhan tidak terganggu. Langkah berikutnya dari pemeriksaan ALS adalah meyakinkan bahwa struktur masih mempunyai kapasitas yang cukup dalam menahan beban lingkungan dengan periode ulang tertentu. Menurut NPD, beban lingkungan 00 tahun akan digunakan. Hal ini sama dengan kondisi utuhnya, tetapi kini faktor keamanannya mengalami perubahan. Penurunan kapasitas akibat kerusakan dapat sedemikian 9

5 besar sehingga leleh pertama atau tekuk komponen terjadi pada beban dibawah beban lingkungan periode 00 tahun yang disyaratkan. Sekali lagi, cadangan kekuatan non-linear dibutuhkan. IV. IV.. Gelombang Dasar Teori Gelombang pada dasarnya adalah manifestasi dari gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Tiupan angin dan jatuhnya batu pada permukaan air dapat menimbulkan gelombang. Ketika gelombang terbentuk, gaya gravitasi dan tegangan permukaan akan bereaksi untuk menimbulkan rambatan gelombang. Bentuk ideal gelombang beramplitudo kecil di perairan dalam adalah sinusoidal. Karakteristik gelombang dimensi yang merambat dalam arah x dapat dilihat pada Gambar IV.. Gambar IV. Sketsa profil gelombang (sumber : Catatan Kuliah SI-77 Perencanaan Bangunan Lepas Pantai, Ricky L.T.) 0

6 Parameter-parameter terpenting dalam menggambarkan gelombang (Gambar IV.) adalah:. Panjang gelombang L (jarak horisontal antara dua puncak gelombang atau dua lembah yang gelombang yang saling berurutan).. Tinggi gelombang H (jarak vertikal antara puncak gelombang dan lembah gelombang).. Periode gelombang T (waktu yang ditempuh untuk mencapai satu lintasan gelombang).. Kedalaman perairan h dimana gelombang tersebut dirambatkan. Parameter yang lain, seperti kecepatan serta percepatan partikel air, kecepatan dan panjang gelombang dapat diturunkan dari teori gelombang. Keterangan : L H A C u w = Panjang gelombang = Tinggi gelombang = Amplitudo gelombang (=/H) = Cepat rambat gelombang = Kecepatan horisontal partikel air = Kecepatan vertikal partikel air ML = Mean ater Level ( x, t) η = Elevasi muka air dilokasi x pada saat t h = Kedalaman perairan. Teori-teori gelombang diturunkan dengan asumsi bahwa gelombang merambat ke arah sumbu x, kedalaman perairan tetap, fluida air bersifat incompressible dan irrotasional. Dalam membangun suatu teori gelombang diperlukan suatu persamaan pengatur yang dapat mewakili kondisi fisik gelombang yang sebenarnya. Persamaan pengatur dalam teori gelombang adalah persamaan Laplace. Persamaan pengatur bersifat umum, untuk mendapatkan persamaan (solusi) yang bersifat khusus (unique solution) diperlukan syarat-syarat batas, yaitu syarat batas kinematis, dinamis, dan syarat batas periodik. Perbedaan cara

7 dan pengambilan asumsi yang berbeda dalam penyelesaian persamaan gelombang akan menghasilkan teori gelombang yang berbeda pula. IV.. Persamaan Pengatur Teori gelombang dibangun dari asumsi bahwa fluida (air) merupakan fluida yang incompressible (tak mampu mampat) dan irrotasional motion (tidak terjadi gerak berputar fluida). Dengan asumsi ini maka potensial kecepatan φ akan memenuhi persamaan kontinuitas. atau U. = 0 (IV.). φ = 0 (IV.) Persamaan (.) dapat ditulis dalam bentuk persamaan Laplace sbb: φ φ φ φ = + + = 0 (IV.) x y z Dalam tinjauan dua dimensi x dan z, persamaan Laplace menjadi: φ φ φ = + = 0 (IV.) x y Persamaan Laplace dapat dituliskan dalam bentuk fungsi stream function; ψ ψ ψ = + = 0 (IV.) x z IV.. Teori Gelombang Linear/Airy Solusi tepat (exact solution) dari persamaan di sub-bab persamaan pengatur diatas sulit ditentukan karena syarat batas permukaan memiliki suku-suku tak linier serta kondisi awal dipermukaan, z η( x,t) = tidak diketahui. Oleh karenanya dilakukan penyederhanaan dengan melinierkan suku-suku tak linier. Pelinieran dilakukan dengan membuat asumsi bahwa tinggi gelombang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan panjang gelombang L dan kedalaman h, jadi H<<L,h. Berdasarkan asumsi ini teori gelombangnya disebut dengan teori gelombang linier.

8 Syarat batas permukaan dituliskan sebagai : (i) Syarat batas kinematis (kinematic free surface boundary condition, KFSBC) φ η = pada z = 0 (IV.6) z t (ii) Syarat batas dinamis (dynamic free surface boundary condition, DFSBC) φ + gη = C t () t pada z = 0 (IV.7) Selanjutnya persamaan Laplace (IV.) dapat diselesaikan dengan menggunakan metode pemisahan variable (separation of variable method), sehingga untuk gelombang berjalan didapat potensial kecepatan φ. ( h + z) H g cosh k φ = sin( kx ϖt) (IV.8) ϖ cosh kh Dari syarat batas dinamis, dengan membuat rata-rata η = 0 maka C(t) = 0 sehingga H η = cos( kx ϖ t) (IV.9) Kecepatan dan percepatan partikel air diturunkan dari potensial kecepatan φ Kecepatan partikel air pada arah horisontal u : ( h + z) φ H cosh k u = = ϖ cos( kx ϖ t) (IV.0) x sinh kh Percepatan partikel air arah horisontal adalah; t u H cosh k( h + z ) = ϖ sin( kx ϖ t ) sinh kh Kecepatan partikel air arah vertikal w : ( h + z) (IV.) φ H sinh k w = = ϖ sin( kx ϖ t) (IV.) z sinh kh

9 Percepatan partikel air arah vertikal adalah; t w H sinh k( h + z ) = ϖ cos( kx ϖ t ) sinh kh (IV.) IV.. Teori Gelombang Stokes Stokes (87) mengembangkan teori gelombang Airy dengan melanjutkan analisa sampai orde ke-tiga untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik dalam kecuraman muka gelombang (wave stepness) H/L. Pengembangan lebih jauh dilakukan oleh Skjelbreia dan Hendrickson (96) sampai orde ke-lima. Hasil pengembangan tersebut dikenal sebagai teori gelombang Stokes orde- yang sampai saat ini banyak digunakan dalam perhitungan untuk gelombang dengan amplitudo kecil. Karena masalah konvergensi yang lebih sulit untuk kondisi laut dangkal, teori gelombang Stokes orde ke- dianggap valid untuk kondisi perairan dimana rasio kedalaman h/l lebih besar dari. Kondisi ini umumnya sesuai dengan 0 gelombang badai (storm wave) yang biasanya diperhitungkan dalam perancangan bangunan lepas pantai. Untuk tinggi gelombang H, bilangan gelombang k, dan frekuensi ϖ, yang bergerak dalam arah sumbu x, permukaan gelombang Stokes dituliskan; η = Fn cos n( kx ϖ t) (IV.) k n= dimana F = a a F a F F = + (IV.) = a F a F F + a F F =

10 F = a F F, F, dan seterusnya, merupakan parameter profil (bentuk) gelombang yang tergantung pada kh dan a merupakan parameter tinggi gelombang didalam persamaan berikut: [ a + a F + a ( F )] kh = + F (IV.6) Kecepatan horisontal (u) dan kecepatan vertikal (w) partikel air gelombang Stokes (pada posisi x, waktu t, dan sejauh z dari dasar perairan) adalah: ϖ u = G k n= n cosh nkz sinh nkh cos n ( kx ϖ t) (IV.7) ϖ w = G k n= n sinh nkz sinh nkh sin n ( kx ϖ t) dimana G, G, dst dituliskan sebagai berikut; G G G G G = ag = = a = a = a ( a G + a G ) ( G + a G ) G G + a G + a G (IV.8) (IV.9) G, G, dst adalah parameter kecepatan gelombang yang bergantung pada kh. Persamaan parameter F, F, G, dst diberikan oleh Skjelbreia dan Hendrickson (F = B, F =B, dst, dan G = A sinh kh, G = A sinh kh, dst). Tabel IV. dan Tabel IV. memberikan pendekatan parameter-parameter tersebut untuk h kh berbagai harga =. L π Tabel IV. Tabel harga parameter bentuk gelombang h/l F F F F F F

11 h/l F F F F F F (sumber : Catatan Kuliah SI-77 Perencanaan Bangunan Lepas Pantai, Ricky L.T.) Tabel IV. Tabel harga parameter kecepatan gelombang h/l G G G G G G G G G (sumber : Catatan Kuliah SI-77 Perencanaan Bangunan Lepas Pantai, Ricky L.T.) Hubungan antara frekuensi gelombang dengan bilangan gelombang dalam teori Stokes; ( + a C + a C ) tanh kh ϖ = gk (IV.0) dimana C dan C adalah parameter frekuensi gelombang, Tabel IV. memberikan ilustrasai harga parameter frekuensi gelombang untuk berbagai harga h/l. Kecepatan gelombang c ditentukan seperti pada teori gelombang Airy, c = σ, k dimana kecepatan gelombang Stokes orde- dituliskan sebagai berikut; ( + a C + a C ) / g c = tanh kh k (IV.) Tabel IV. Tabel parameter frekuensi dan tekanan gelombang h/l C C C C ~ ~0 (sumber : Catatan Kuliah SI-77 Perencanaan Bangunan Lepas Pantai, Ricky L.T.) 6

12 Setelah semua koefisien dalam persamaan untuk kecepatan partikel akibat gelombang Stokes ditentukan, percepatan horisontal a x dan percepatan vertikal a z dapat ditentukan dengan persamaan; a x a z u u u = + u + w (IV.) t x z w w w = + u + w (IV.) w x z dengan menuliskan koefisien kecepatan sebagai: cosh nkz U n = Gn (IV.) sinh nkh sinh nkz n = Gn (IV.) sinh nkh dengan operasi trigonometri, persamaan percepatan partikel air dapat dituliskan dalam bentuk eksplisit berikut; kc ax = Rn sin n( kx ϖ t) (IV.6) n= kc az = Sn cos n( kx ϖ t) (IV.7) n= dimana koefisien R n dan S n dituliskan sebagai fungsi U n dan n berikut ini; dan R R R R R S S S S S S 0 = U = U = 6U = 8U = 0U = U = = = 6 = 8 = 0 U U U + U U U U U U U U U U + U U + U U U U U U U U U + U U + U U + + U + U + U U U + U + U (IV.8) (IV.9) 7

13 Tekanan akibat gelombang dan kontribusi hidrostatik dapat ditentukan dari komponen kecepatan dengan mensubstitusikan pada persamaan berikut, dimana ρg ( u + w ) ( a C + a C + kz' ) ϖ = ρ u ρ (IV.0) k k = z h, C dan C adalah parameter tekanan yang tergantung pada kh p z' atau h/l, harga C dan C dapat dilihat pada Tabel IV.. IV.. Teori Gelombang Stream Function Bentuk linear persamaan stream function adalah: ( h + z) H g sinh k ψ ( x,z,t) = cos( kx ϖt) (IV..a) ϖ cosh kh atau jika sistem koordinat bergerak dengan kecepatan gelombang, C, ( h + z) Hg sinh k ψ ( x,z) = Cz ϖ cosh kh cos( kx ϖt) (IV..b) dimana: ϖ = gk tanh kh ψ u = z ψ w = x dengan memasukan syarat batas. maka g w - u ψ = 0 di z = - d x η = 0 di z = η (KFSBC) x ( u + w ) + η = Q di z = η (DFSBC) N ( x,z) Cz + X ( n) sinh{ nk( h + z) } cos nkx n= (IV.) ψ = (IV.) dimana : Q = konstan Keuntungan penggunaan teori stream function adalah nilai stream function di permukaan adalah konstan, A. Dengan mensubstitusi nilai z = η maka untuk η(x) : 8

14 N ( nk( η + d )) cos( nkx) A Cη + xn sinh = (IV.) n= IV..6 Pemilihan Teori Gelombang Dalam perencanaan desain gelombang suatu struktur anjungan lepas pantai perlu ditentukan teori gelombang yang sesuai, Barltrop et al (990) menawarkan suatu diagram yang diperoleh dari hasil membandingkan kecepatan partikel air, percepatan, tinggi gelombang, dan panjang gelombang yang dihitung dari teori gelombang yang sering digunakan. Gambar IV. adalah diagram daerah aplikasi dari Stream function, Stokes V, dan Teori gelombang linier yang telah dimodifikasi API RP A untuk keperluan desain. Gambar IV. Daerah Aplikasi dari Stream Function, Stokes V, dan Teori Gelombang Linier (sumber : Catatan Kuliah SI-77 Perencanaan Bangunan Lepas Pantai, Ricky L.T.) 9

15 IV. Beban Beban utama yang terdapat pada struktur jacket adalah beban fungsional dan beban lingkungan. Sumber utama dari beban lingkungan adalah gelombang, tetapi arus dan angin juga memberikan kontribusi yang signifikan. Untuk analisa kekuatan ultimate, tujuan utamanya adalah untuk memberikan perkiraan beban yang bekerja dan pengaruh dari beban tersebut dalam kemungkinan tahunan (annual probability) tertentu. Pada beberapa tempat, target kemungkinan tahunan adalah 0 -. Hal ini secara konvensional dilakukan dengan mengkombinasikan beban gelombang dan angin dengan peluang tahunan 0 - dengan beban arus dengan peluang tahunan 0 -, meskipun kemungkinan dari kombinasi peristiwa ini muncul bersamaan dapat lebih kecil dari 0 - pertahun. Untuk struktur yang merespon beban secara quasi-statik, maka beban dapat dihitung dengan dasar gelombang individu (untuk masing-masing arah). Parameter yang paling penting dari gelombang individu tersebut adalah tinggi gelombang, elevasi puncak diatas elevasi muka air normal, arah dan periode penjalaran gelombang. Jika pengaruh dinamis penting untuk diperhatikan maka spektra energi atau riwayat waktu akan dibutuhkan. Untuk menghitung gaya gelombang maka kinematik gelombang (misalnya kecepatan dan percepatan gelombang) harus dihitung. Pendekatan yang paling umum adalah teori gelombang Airy (linear). Kekurangan dari metode ini adalah bahwa teori ini berdasarkan pada gelombang kecil infinitesimal sehingga kinematik dari elevasi muka air rata-rata sampai pada puncak gelombang tidak digambarkan. Beberapa metode telah dibuat untuk mengatasi masalah tersebut seperti dengan mengekstrapolasi (extrapolating) atau memperpanjang (stretching) kinematik gelombang Airy dari muka air rata-rata sampai pada permukaan bebasnya. Ekstrapolasi merupakan metode yang konservatif sedangkan dengan perpanjangan (stretching) maka kecepatan dan percepatan partikel dianggap konstan dari muka 60

16 air rata-rata sampai puncak gelombang. Hal ini cukup memudahkan dalam analisis dengan domain frekuensi dimana linearitas diinginkan. Prosedur yang paling umum digunakan, yang memenuhi kondisi permukaan bebas dengan akurasi yang diterima untuk aplikasi yang cukup luas, adalah teori Stokes orde ke-. Berbeda dengan teori gelombang linear, pada profil gelombang yang dihasilkan, puncak lebih besar dibandingkan dengan lembahnya. Teori gelombang lainnya juga ada seperti teori stream function. Untuk elemen struktur tubular yang langsing pada struktur ruang seperti jacket, beban arus-gelombang dihitung dengan persamaan Morrison yang terdiri dari komponen seret (drag) dan komponen inersia seperti berikut : u F = Cd ρu u A + Cm ρv t dimana C d adalah koefisien seret, (IV.) C m adalah koefisien inersia, u adalah komponen dari vektor kecepatan partikel air dari arus dan gelombang normal u terhadap sumbu elemen, adalah percepatan, ρ adalah massa jenis air, A t adalah proyeksi luas normal terhadap sumbu silinder, V adalah volume yang dipindahkan akibat silinder per unit panjang. Formula dianggap baik untuk rasio panjang gelombang terhadap diameter elemen yang lebih besar dari. Umumnya terdapat pada kasus struktur tubular yang terkena gelombang ekstrim. Koefisien pada formula tersebut tergantung pada kekasaran permukaan elemen. Nilai yang umum untuk elemen yang halus adalah elemen yang kasar C d =.0 dan C d = 0.6 dan C m =.. C m =.6, sementara untuk Kehalusan elemen umumnya dipengaruhi oleh marine growth. Untuk elemen yang terendam permanen biasanya tidak lagi dimasukkan dalam kriteria permukaan halus (smooth). Marine growth juga memperbesar diameter yang digunakan dalam persamaan Morrison. 6

17 Penggunaan kecepatan partikel dalam perkiraan komponen seret dalam persamaan Morrison dianggap cukup sesuai selama amplitudo perpindahan elemen lebih kecil dari diameter elemen tersebut. Untuk perpindahan yang lebih besar, kecepatan relatif antara elemen dan partikel air dapat digunakan. Pengaruh ini membutuhkan analisa riwayat waktu. Dan hal tersebut menjadi signifikan untuk perilaku mendekati keruntuhan untuk struktur yang daktail. Pengaruh beban angin secara umum lebih kecil dibandingkan dengan beban gelombang dan arus untuk struktur quasi-statik. Beban angin biasanya dihitung dalam bentuk formula seret menggunakan kecepatan rata-rata. Beban angin yang akan dikombinasikan dengan gelombang dan arus umumnya berdasarkan kecepatan angin rata-rata menit-an. Respon struktur yang dianalisa untuk mendapatkan kekuatan ultimate-nya biasanya bersifat non-linear. Sehingga urutan dari pembebanan menjadi sangat penting. Prosedurnya umum yang biasa digunakan adalah dengan memberikan beban permanen dan fungsional terlebih dahulu, diikuti dengan beban lingkungan. Kekuatan ultimate dinyatakan dengan rasio dari beban lingkungan pada saat runtuh terhadap beban lingkungan untuk desain. Umumnya perhitungan dihasilkan dalam bentuk gaya geser dasar atau momen guling (overturning). Peningkatan dari beban gelombang mengabaikan fakta bahwa daerah basah pada struktur akan meningkat seiring dengan meningkatnya beban di atas nilai ekstrimnya. Pendekatan alternatif yang lebih tepat adalah dengan meningkatkan beban gelombang dengan meningkatkan tinggi gelombangnya. Sejauh kekuatan ultimate ditentukan oleh tekuk dari bresing yang terletak dibawah muka air ratarata maka hal tersebut akan berpengaruh kecil, karena parameter yang menentukan adalah gaya geser dasar. Perubahan daerah basah tersebut akan mempunyai pengaruh yang besar apabila kekuatan ultimate ditentukan dengan kegagalan kaki, karena peningkatan momen guling seiring dengan bergerak ke atasnya resultan beban. Pada banyak kasus, pengaruh tersebut dapat diabaikan jika struktur jacket hanya dikenai beban gelombang. Untuk kasus dimana gelombang 6

18 mengenai cellar deck atau main deck, beban tambahan akan diberikan terhadap struktur, dan kekuatan ultimate akan menurun secara signifikan. Pengalaman menyebutkan bahwa struktur dengan periode natural kurang dari. atau secara umum akan berperilaku statis. Untuk periode natural yang lebih besar, efek dinamik akan mempengaruhi perilaku sampai kepada kekuatan ultimate-nya. Hal ini dapat diperhitungkan pada analisa quasi-statik dengan memberikan beban lingkungan yang ditambah dengan komponen inersia. Resultan dari komponen inersia akan menentukan perbedaan dari gaya geser analisa dinamik dan gaya geser dasar dari analisa statik. Karena komponen inersia ditentukan dari analisa linear, prosedur ini hanya berlaku baik jika ketahanan struktur sampai ke kekuatan ultimate-nya juga linear. Jika respon secara umum adalah sangat non-linear dan daktail, maka analisa non-linear transien dinamik penuh harus dilakukan, dimana beban lingkungan disimulasikan terhadap waktu. IV. Analisa Pushover Proses desain struktur secara tradisional umumnya berdasarkan kepada model linear elastik untuk menentukan pengaruh dari beban yang diberikan. Syarat dari kode dan panduan yang berlaku dapat dipenuhi jika kekuatan dari semua komponen melebihi pengaruh dari beban. Sebaliknya jika pemeriksaan komponen tidak memenuhi persyaratan maka dapat dinyatakan bahwa struktur tidak layak untuk digunakan. Seperti yang sudah dijelaskan pada pendahuluan di atas, peristiwa leleh pertama jarang menggambarkan kapasitas dari struktur. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur mempunyai cadangan kekuatan (reserve strength) diatas kekuatan yang ditentukan dalam desain konvensional. Untuk beberapa alasan terdapat kepentingan untuk mengidentifikasi cadangan kekuatan tersebut, seringkali terdapat penambahan kebutuhan (demand) pada struktur yang terdapat diluar desain awal, atau terjadi perubahan kondisi beban lingkungan seperti kenaikan tinggi gelombang, atau juga telah terjadi suatu peristiwa bencana alam. Oleh karena itu pada penilaian struktur eksisting seringkali ditemukan bahwa 6

19 pemeriksaan komponen secara konvensional tidak lagi dapat memenuhi syarat dari kode yang berlaku, dan membutuhkan tindakan perbaikan seperti perkuatan struktur, pengurangan beban, memperbaiki kemungkinan kegagalan dari struktur dalam hubungannya dengan konsekuensi resiko kehilangan jiwa dan terjadinya polusi. Salah satu cara untuk mengidentifikasi kapasitas ultimate dari struktur adalah dengan melakukan analisa pushover statik. Dengan pendekatan ini, beban fungsional terfaktor, μ D, diberikan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan peningkatan progresif dari beban lingkungan yang belum terfaktor, E, sampai terjadi keruntuhan (collapse). Faktor skala pada saat runtuh dinyatakan dengan λ ult R ult. Ketahanan pada saat runtuh = λ E (IV.6) ult dinyatakan sebagai kekuatan pushover. Pada desain konvensional, kekuatan ultimate seringkali diformulakan dalam bentuk R γ ult m dimana γ D + γ E D E γ m adalah faktor koefisien material serta γ D dan γ E adalah faktor koefisien beban. Jadi terlihat bahwa persyaratan minimum dari analisa pushover adalah bahwa λ γ γ. Menurut peraturan NPD untuk laut utara kondisi ult m tersebut diberikan dengan λ.. =.. E ult Keruntuhan dari jacket umumnya disebabkan oleh kegagalan dari elemen bresing. Sehingga pada beban ultimate perilaku platform didominasi oleh gaya aksial pada bresing, dan sistem struktur dapat dianggap sebagai suatu rangka batang. Setelah kegagalan dari beberapa bresing, maka jacket akan mencapai tahapan keruntuhan dari kaki platform karena deformasi yang berlebihan. 6

20 IV.. Cadangan Kekuatan (Reserve Strength) dan Redundansi Struktur lepas pantai dewasa ini didesain untuk beban gelombang 00 tahun-an, dan diharapkan mempunyai margin keamanan yang mencukupi untuk beban lingkungan desainnya. Keselamatan dari platform modern dijamin dengan faktor keamanan baik secara eksplisit maupun implisit. Kode desain telah memberikan faktor keamanan terhadap kegagalan elemen individu. Struktur jacket umumnya didesain sebagai sistem redundan sehingga tidak akan gagal karena kegagalan dari satu elemennya. Indeks yang popular untuk mengevaluasi kondisi dari platform lepas pantai adalah rasio cadangan kekuatan (Reserve Strength Ratio, RSR) yang didefinisikan (Lloyd dan Clawson 98; Titus dan Banon 988; Bea et al 988) sebagai RSR = R u F d (IV.7) Dimana R u adalah estimasi dari ketahanan global platform dalam bentuk gaya geser dasar (base shear) dan F d adalah parameter ketahanan struktur terhadap beban lingkungan desain. Parameter yang digunakan untuk menghitung RSR merupakan parameter nominal yang digunakan dalam perhitungan desain. Sehingga nantinya bisa dibandingkan antara kondisi desain 00 tahun dengan kondisi ultimatenya. RSR mengukur margin keamanan terhadap keruntuhan total untuk beban lingkungan desain 00 tahun-an. RSR platform adalah tergantung dari arah; RSR minimum dari platform akan tergantung dari orientasi platform, konfigurasi bresing pada tiap arah, dan nilai gelombang desain 00 tahunan tiap arah juga arus dan angin 00 tahunan. RSR dari redundan platform dengan enam atau delapan kaki yang didesain dengan API RPA/LRFD diharapkan mencapai sekitar.0. Sedangkan untuk redundan yang lebih sedikit seperti tripod diharapkan mempunyai RSR sekitar. (Banon et al 99). 6

21 Untuk kondisi lingkungan pada platform, terdapat hubungan yang dekat antara RSR dan kemungkinan platform kelebihan beban, sehingga RSR merupakan indeks yang populer yang digunakan untuk menilai kembali suatu platform. Untuk platform yang mengalami kerusakan, rasio kekuatan pada saat rusak (Damaged Strength Ratio, DSR) dapat dihitung dengan perlakuan yang sama dengan mengganti R u pada persamaan (IV.7) dengan ketahanan global pada kondisi rusak dari platform R u,d. (H. Banon et al 99) DSR = R u, d Fd (IV.8) Selain sebagai indeks kerusakan, DSR juga dapat digunakan untuk mengukur redundansi dari berbagai elemen; elemen individual dihilangkan secara selektif dari model struktur dan DSR dihitung untuk hipotesis tiap kasus kerusakan. Untuk platform dengan redundansi yang tinggi, DSR akan tidak berbeda jauh dengan RSR. Sebaliknya untuk redundansi platform yang rendah maka DSR dapat secara signifikan lebih kecil dari nilai RSR. Indeks deterministik lainnya yang berguna untuk mengukur redundansi elemen struktur jacket adalah Faktor Redundansi Sistem (System Redundancy Factor, SRF). SRF dari jacket dapat didefinisikan sebagai rasio dari gaya yang menyebabkan keruntuhan global terhadap gaya yang menyebabkan kegagalan elemen pertama. (B. Banon et al 99) SRF = R (IV.9) u F SRF adalah ukuran dari redundansi elemen jacket, seperti kekuatan cadangan diatas kegagalan elemen pertamanya. Untuk desain jacket non-redundan seperti tripod, SRF akan mendekati.0. untuk platform delapan kaki dengan bresing tipe X, SRF dapat mencapai... Sayangnya SRF bukan hanya fungsi dari konfigurasi bresing dan redundansi, tetapi juga dari fungsi dari desain elemen non-diagonal seperti horisontal. 66

22 IV.. Permukaan Kegagalan (Failure Surface) Analisa pushover untuk struktur jacket yang dikenai beban gelombang akan dilakukan terhadap beberapa arah gelombang datang. Jadi kapasitas ultimate dari struktur jacket akan tergantung dari arah. Dengan berbedanya kapasitas ultimate dari struktur jacket untuk maka akan dibuat suatu permukaan kegagalan yang menggambarkan Reserve Strength Ratio (RSR) untuk tiap arah yang ditinjau. Dengan adanya permukaan kegagalan dari struktur jacket tersebut maka akan dapat ditentukan arah pembebanan yang paling menentukan keruntuhan struktur dan nilai Reserve Strength Ratio kritisnya. 67

23 Contents Bab IV Analisa Kapasitas Ultimate... 6 IV. Pendahuluan... 6 IV. Gelombang... 0 IV.. Dasar Teori... 0 IV.. Persamaan Pengatur... IV.. Teori Gelombang Linear/Airy... IV.. Teori Gelombang Stokes... IV.. Teori Gelombang Stream Function... 8 IV..6 Pemilihan Teori Gelombang... 9 IV. Beban IV. Analisa Pushover... 6 IV.. Cadangan Kekuatan (Reserve Strength) dan Redundansi... 6 IV.. Permukaan Kegagalan (Failure Surface) Gambar IV. Ilustrasi hubungan beban dan perpindahan untuk struktur lepas pantai... 7 Gambar IV. Definisi kapasitas ultimate... 8 Gambar IV. Sketsa profil gelombang... 0 Gambar IV. Daerah Aplikasi dari Stream Function, Stokes V, dan Teori Gelombang Linier... 9 Tabel IV. Tabel harga parameter bentuk gelombang... Tabel IV. Tabel harga parameter kecepatan gelombang... 6 Tabel IV. Tabel parameter frekuensi dan tekanan gelombang

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD BAB 5 ANALISIS 5.1 ANALISIS LINIER Penurunan yang terjadi pada dasar laut menyebabkan peningkatan beban lingkungan,, terutama beban gelombang yang dibebankan pada struktur anjungan lepas pantai. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 UMUM

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 UMUM BAB DASAR TEORI. UMUM Dalam perencanaan struktur lepas pantai, terdapat beberapa tahapan utama yang harus dilakukan. Tahapan tersebut yaitu tahap persiapan, tahap desain, tahap penawaran, dan tahap konstruksi.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penilaian dari struktur lepas pantai eksisting dilakukan terhadap beberapa peristiwa yang terjadi pada struktur, seperti metode baru produksi dan penemuan baru lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Analisis Linier Statik Pada analisis linier statik akan dilakukan perhitungan rasio tegangan sebelum dan sesudah terjadi penurunan. Pada analisis ini, stuktur akan berperilaku

Lebih terperinci

Bab III Penilaian Struktur Eksisting

Bab III Penilaian Struktur Eksisting Bab III Penilaian Struktur Eksisting III.1 Pendahuluan Rekayasa struktur umumnya mempunyai fokus pada tahapan desain struktur. Sehingga banyak literatur, panduan, dan rekomendasi praktis yang dibuat untuk

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES

PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES Selvina NRP: 1221009 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Aktivitas bangunan

Lebih terperinci

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam laut di Indonesia, khususnya minyak dan gas, memiliki potensi bagi Indonesia. Dalam usaha mengoptimalkan potensi tersebut perlu dilakukan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

BAB 3 DESKRIPSI KASUS

BAB 3 DESKRIPSI KASUS BAB 3 DESKRIPSI KASUS 3.1 UMUM Anjungan lepas pantai yang ditinjau berada di Laut Jawa, daerah Kepulauan Seribu, yang terletak di sebelah Utara kota Jakarta. Kedalaman laut rata-rata adalah 89 ft. Anjungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Statik Beban Dorong (Static Pushover Analysis) Menurut SNI Gempa 03-1726-2002, analisis statik beban dorong (pushover) adalah suatu analisis nonlinier statik, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK Dalam bab ini, kita akan mengamati perambatan gelombang pada fluida ideal dengan dasar rata. Perhatikan gambar di bawah ini. Gambar 3.1 Aliran Fluida pada Dasar

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TS 05 SKS : 3 SKS Kolom ertemuan 14, 15 TIU : Mahasiswa dapat melakukan analisis suatu elemen kolom dengan berbagai kondisi tumpuan ujung TIK : memahami konsep tekuk

Lebih terperinci

6 Analisa Seismik. 6.1 Definisi. Bab

6 Analisa Seismik. 6.1 Definisi. Bab Bab 6 6 Analisa Seismik 6.1 Definisi Gempa bumi dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori : intensitas lemah, sedang dan kuat. Intensitas ini ditentukan oleh percepatan gerakan tanah, yang dinyatakan dengan

Lebih terperinci

RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU

RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU Hans Darwin Yasin NRP : 0021031 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG

ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG Moch.Ibnu Hardiansah*1, Murdjito*2, Rudi Waluyo Prastianto*3 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1 Bab 1 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam mineral di Indonesia memilik potensi yang cukup besar untuk dieksplorasi, terutama untuk jenis minyak dan gas bumi. Sumber mineral di Indonesia sebagian

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A

T I N J A U A N P U S T A K A B A B II T I N J A U A N P U S T A K A 2.1. Pembebanan Struktur Besarnya beban rencana struktur mengikuti ketentuan mengenai perencanaan dalam tata cara yang didasarkan pada asumsi bahwa struktur direncanakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencaaan struktur bangunan harus mengikuti peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan struktur bangunan yang aman. Pengertian beban adalah

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Tahap Sarjana pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan gedung didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Dalam perencanaan bangunan tinggi, struktur gedung harus direncanakan agar kuat menahan semua beban yang bekerja padanya. Berdasarkan Arah kerja

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER Choerudin S NRP : 0421027 Pembimbing :Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping :Cindrawaty Lesmana, M.Sc. Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN Umumnya, pada masa lalu semua perencanaan struktur direncanakan dengan metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM Platform LProcess merupakan struktur anjungan lepas pantai tipe jacket dengan struktur empat kaki dan terdiri dari dua deck untuk fasilitas Process. Platform ini terletak pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension

Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension Fahmi Nuriman, Handayanu, dan Rudi Walujo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aman secara konstruksi maka struktur tersebut haruslah memenuhi persyaratan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aman secara konstruksi maka struktur tersebut haruslah memenuhi persyaratan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pembebanan Struktur Dalam merencanakan suatu struktur bangunan tidak akan terlepas dari beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Agar struktur bangunan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembebanan akibat gelombang laut pada struktur-struktur lepas pantai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembebanan akibat gelombang laut pada struktur-struktur lepas pantai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembebanan akibat gelombang laut pada struktur-struktur lepas pantai dipengaruhi oleh faktor-faktor internal struktur dan kondisi eksternal yang mengikutinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak dan gas merupakan bahan bakar yang sangat penting di dunia. Meskipun saat ini banyak dikembangkan bahan bakar alternatif, minyak dan gas masih menjadi bahan bakar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

BAB 1 PENDAHULUAN Umum 1.1. Umum BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan peningkatan ekonomi Indonesia yang cukup stabil setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Metode Desain LRFD dengan Analisis Elastis o Kuat rencana setiap komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN 3. UMUM Struktur suatu bangunan tidak selalu dapat dimodelkan dengan Single Degree Of Freedom (SDOF), tetapi lebih sering dimodelkan dengan sistem Multi Degree Of Freedom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS Pada tugas akhir ini, model struktur yang telah dibuat dengan bantuan software ETABS versi 9.0.0 kemudian dianalisis dengan metode yang dijelaskan pada ATC-40 yaitu dengan analisis

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Metode Dalam perancangan struktur bangunan gedung dilakukan analisa 2D mengetahui karakteristik dinamik gedung dan mendapatkan jumlah luas tulangan nominal untuk disain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Konsep Desain Desain struktur harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya Kekuatan (strength), kemampuan layan (serviceability), ekonomis (economy) dan Kemudahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP) ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP) TUGAS AKHIR Oleh : I Putu Edi Wiriyawan NIM: 1004105101 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada

Lebih terperinci

Analisa Ultimate Strenght Fixed Platform Pasca Subsidence

Analisa Ultimate Strenght Fixed Platform Pasca Subsidence Analisa Ultimate Strenght Fixed Platform Pasca Subsidence Ir. Murdjito, MSc.Eng 1, Sholihin, ST, MT 1, Ayu Febrianita Santoso Putri 2 1)Staff pengajar Teknik Kelautan, FTK-ITS, Surabaya 2) Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton didefinisikan sebagai campuran antara sement portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai ke tanah melalui fondasi. Berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai ke tanah melalui fondasi. Berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Miring Kolom adalah batang vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok dan pelat. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi bawah sampai ke

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Setrata I (S-1) Disusun oleh : NAMA : WAHYUDIN NIM : 41111110031

Lebih terperinci

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural. 5 II. KAJIAN LITERATUR A. Konsep Bangunan Tahan Gempa Secara umum, menurut UBC 1997 bangunan dikatakan sebagai bangunan tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: 1. Struktur yang direncanakan harus

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Pertemuan 13, 14 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life. Karena itu gempa bumi tidak mungkin untuk dicegah ataupun diprediksi dengan tepat kapan akan

Lebih terperinci

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER Diva Gracia Caroline NRP : 0521041 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping : Yosafat Aji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Geser Pelat Baja Fungsi utama dari Dinding Geser Pelat Baja adalah untuk menahan gaya geser horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding Geser

Lebih terperinci

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat

Lebih terperinci

sehingga lendutan yang disebabkan oieh beban gempa maupun angin dapat

sehingga lendutan yang disebabkan oieh beban gempa maupun angin dapat BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori yang dijadikan landasan dalam memecahkan permasalahan- permasalahan tugas akhir, yaitu tentang teganganregangan pada bahan, simpangan lateral,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas gempa moderat hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dianalisis periode struktur, displacement, interstory drift, momen kurvatur, parameter aktual non linear, gaya geser lantai, dan distribusi sendi plastis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen struktur yang harus diperhatikan. penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen struktur yang harus diperhatikan. penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan harus mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan supaya mendapatkan struktur bangunan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Perancangan bangunan sipil terutama gedung tingkat tinggi harus

BABI PENDAHULUAN. Perancangan bangunan sipil terutama gedung tingkat tinggi harus 1 BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan bangunan sipil terutama gedung tingkat tinggi harus memperhitungkan beban-beban yang dominan di kawasan tempat gedung itu dibangun. Selain beban tetap

Lebih terperinci

Penerbit Universiras SematangISBN X Judul Struktur Beton

Penerbit Universiras SematangISBN X Judul Struktur Beton Penerbit Universiras SematangISBN. 979. 9156-22-X Judul Struktur Beton Struktur Beton Ir. H. Armeyn, MT Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

Lebih terperinci

Struktur Baja 2. Kolom

Struktur Baja 2. Kolom Struktur Baja 2 Kolom Perencanaan Berdasarkan LRFD (Load and Resistance Factor Design) fr n Q i i R n = Kekuatan nominal Q = Beban nominal f = Faktor reduksi kekuatan = Faktor beban Kombinasi pembebanan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane. Bab 4 Analisa Beban Pada Dermaga BAB 4 ANALISA BEBAN PADA DERMAGA 4.1. Dasar Teori Pembebanan Dermaga yang telah direncanakan bentuk dan jenisnya, harus ditentukan disain detailnya yang direncanakan dapat

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gempa di Indonesia Tahun 2004, tercatat tiga gempa besar di Indonesia yaitu di kepulauan Alor (11 Nov. skala 7.5), gempa Papua (26 Nov., skala 7.1) dan gempa Aceh (26 Des.,skala

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Balok Lentur Pertemuan - 6 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR BAB IV PERMODELAN STRUKTUR IV.1 Deskripsi Model Struktur Kasus yang diangkat pada tugas akhir ini adalah mengenai retrofitting struktur bangunan beton bertulang dibawah pengaruh beban gempa kuat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk menahan beban gempa yang terjadi sehingga umumnya perlu menggunakan elemen-elemen

Lebih terperinci

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA Alderman Tambos Budiarto Simanjuntak NRP : 0221016 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada saat ini kolom bangunan tinggi banyak menggunakan material beton bertulang. Seiring dengan berkembangnya teknologi bahan konstruksi di beberapa negara, kini sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi jalur cincin api dunia. Terdapat empat lempeng tektonik dunia yang ada di Indonesia, yaitu lempeng Pasific,

Lebih terperinci

c. Gaya hidrostatik di bawah permukaan garis air, termasuk tekanan dan gaya angkat

c. Gaya hidrostatik di bawah permukaan garis air, termasuk tekanan dan gaya angkat Bab 3 DASAR TEORI Platform adalah suatu struktur yang didesain untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di lepas pantai. Struktur platform ini akan dikenai beban-beban lingkungan dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG Bobly Sadrach NRP : 9621081 NIRM : 41077011960360 Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan

Lebih terperinci

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS Ketentuan Perencanaan Pembebanan Besar beban yang bekerja pada struktur ditentukan oleh jenis dan fungsi dari struktur tersebut. Untuk itu, dalam menentukan jenis beban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Umum Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentudari semen, pasir, dan koral

Lebih terperinci

OPTIMASI JACKET STRUKTUR LEPAS PANTAI

OPTIMASI JACKET STRUKTUR LEPAS PANTAI PROS ID I NG 2012 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK OPTIMASI JACKET STRUKTUR LEPAS PANTAI Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar, 90245

Lebih terperinci

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci