BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Industri Pengertian Industri menurut UU No 5 Tahun 1984 dapat didefinisikan sebagai berikut : Industri adalah kegiatan ekonomi yang merubah bahan baku, barang setengah jadi dengan atau barang jadi menjadi barang yang mempunyai nilai lebih tinggi dalam kegunaannya termasuk rekayasa dan rancang bagian industri. Menurut Badan Pusat Statistik (2005 : 4) mengelompokan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah, sebagai berikut: 1) Industri kerajinan dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang 2) Indutri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang 3) Industri sedang dengan jumlah tenaga kerja orang 4) Industri besar dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih. Sedangkan pengelompokan industri yang dilakukan oleh Departemen Perundistrian sebagai berikut : 1) Industri Dasar. Meliputi industri mesin dan Logam Dasar serta industri kimia dasar. Industri ini bertujuan untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat modal. 19

2 2) Industri Kecil Yaitu termasuk di dalamnya industri pangan, sandang, dan kulit, kimia dan kayu bahan bangunan, kerajinan umum dan logam. 3) Industri Hilir Yaitu kelompok aneka industri yang meliputi industri yang menghasilkan untuk mengolah sumber daya hutan, hasil pertambangan dan mengolah sumber daya pertanian. Menurut UU No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, di Indonesia didefinisikan sebagai berikut : Industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersil yang mempunyai kekayaan bersih sebesar Rp ,-(dua ratus juta rupiah) dengan mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar Rp ,- (satu milyar rupiah) atau kurang. Berdasarkan eksistensinya dinamisnya industri kecil dan kerajinan rumah tangga dapat dibagi kedalam tiga kelompok industri. 1) Industri Lokal. Adalah kelompok jenis industri yang menguntungkan kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas, serta relatif tersebar dari segi lokasinya.sekala usaha kelompok ini pada umumnya sangat kecil dan mencerminkan sifat subsistem. Dengan demikian target pemasarannya yang sangat terbatas telah menyebabkan kelompok ini hanya menggunakan sarana 20

3 transportasi yang sederhana. Karena pemasaran hasil industrinya ditangani sendiri maka pada kelompok industri lokal ini jasa pedagang perantara boleh dikatakan kurang menonjol. 2) Industri sentra Adalah kelompok jenis industri yang dari jenis satuan usaha mempunyai skala kecil, tetapi membentuk suatu pengelompokan atas kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Ditinjau dari segi target pemasaran yang kategori kedua ini umumnya menjangkau pasar yang lebih luas dari kategori yang pertama, sehingga peranan pedagang perantara atau pedagang pengumpul menjadi cukup menonjol 3) Industri mandiri Adalah Industri yang didefinisikan sebagai kelompok jenis industri yang masih mempunyai sifat-sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadopsi teknolgi produksi, namun kelompok ini relaitf telah tergantung kepada peranan pedagang perantara. Industri pedesaan meliputi semua jenis industri yang beralokasi didaerah pedesaan, yang bersifat padat karya dan tenaga kerjanya terbanyak adalah penduduk desa. Sedangkan yang dimaksud daerah pedesaan adalah daerah luar ibu kota, daerah Provinsi dan daerah Kabupaten yang sebagian penduduknya hidup dari pertanian dengan segala ciri dan peranannya. 21

4 2.2 Teori Produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Menurut Adiningsih (1999) produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah, input adalah barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi, dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Menurut Ahyari (1983), produksi adalah sebagai tempat kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan kaedah baru. Sedangkan menurut Sugiarto, dkk, (2002), Produksi adalah suatu kegiatan yang merubah input menjadi output. Model fungsi produksi beranjak dari suatu asumsi bahwa jumlah produksi dapat dijelaskan dengan baik oleh faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan suatu jenis fungsi tertentu Teori produksi digunakan untuk mengetahui bagaimana produsen mengkombinasikan berbagai sumberdaya yang tersedia untuk mencapai tujuannya (Suryawati, 1996). Hal ini berkaitan dengan terbatasnya jumlah sumber daya yang tersedia sehingga produsen harus mampu berproduksi secara efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Kegiatan produksi bisa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi Produksi menunjukan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu (Sugiarto, dkk.2000). Menurut Sudarman (2000), fungsi produksi adalah suatu skedul (atau tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari satu faktor produksi tertentu, dan pada tingkat teknologi tertentu pula. 22

5 Menurut Sugiarto, dkk (2002), secara matematis fungsi produksi bisa dituliskan sebagai berikut. Q = F(K,L,X,E)...(1) Keterangan : Q = Output K,L,X,E = Input (Kapital, Tenaga Kerja, Bahan Baku, Keahlian) Faktor produksi dalam industri genteng mencakup modal dan tenaga kerja. Sebagai ahli masukan faktor yang lainnya, yaitu manajemen atau pengelolaan kedalam faktor produksi. Faktor yang berperan dalam proses produksi adalah tingkat teknologi yang digunakan. Dengan teknologi yang canggih akan dapat dihasilkan barang yang lebih menghemat tenaga kerja maupun sumber daya lain (Suryawati, 1996). Produksi rata-rata dari suatu proses produksi adalah total produksi dengan jumlah faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut. Produksi Marginal adalah tambahan total produksi akibat dari pertambahan satu unit faktor produksi kedalam proses produksi (Sudarman, 2000). Produksi dalam hal ini adalah Produksi Genteng dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya yaitu : Bahan baku tanah, miyak bacin (campuran minyak tanah dan minyak kelapa), kayu bakar dan tenaga kerja. Berikut akan diuraikan beberapa faktor yang terkait dalam penelitian ini. Proses Produksi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: (1) Produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat, (2) produksi total pertambahannya semakin lambat, (3) produksi total semakin lama semakin berkurang (Sukirno, 2002). Tahap-tahap produksi dapat digambarkan separti Gambar

6 Gambar 2.1 menunjukan pembagian rangkaian proses produksi terdiri dari tiga tahap. Tahap I meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabel disebelah kiri titik 5, dimana produksi rata-rata mencapai titik maksimum. Tahap II meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabel terjadi gerakan dari titik 5 ke titik 6, dimana produksi marginal saat terjadi di titik 6, produksi variabel adalah nol. Tahap III meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabel disebelah kanan titik 6 dimana produksi marginal dari faktor produksi variabel adalah negatif. Sesuai dengan penahapan tersebut maka seorang produsen tidak akan berproduksi pada tahap II, karena pada tahap ini akan memperoleh produksi yang lebih sedikit 24

7 dari penggunaan faktor produksi variabel yang lebih banyak, ini berarti produsen tidak efisien dalam memanfaatkan faktor produksi. Pada tahap I produksi rata-rata dari faktor produksi variabel menaik dengan semakin ditambahnya faktor produksi variabel tersebut. Dalam suatu pasar kompetitif, produsen tidak akan berproduksi pada tahap I, karena dengan memperluas produksinya ia akan dapat mengurangi ongkos produksi per unitnya, hal ini akan memperbesar keuntungan yang diterima. Efisiensi produksi maksimal akan terjadi pada tahap produksi ke II (Sudarmam, 2000). Pilihan produsen untuk berbagai teknologi dan kombinasi input tergantung pada apakah periode waktu yang diperhatikan itu jangka pendek atau jangka panjang: 1) Jangka pendek (short run) Adalah periode waktu dimana paling tidak satu input adalah tetap dan kuantitasnya tidak dapat diubah-ubah. 2) Jangka panjang (long run) Adalah suatu periode waktu yang cukup panjang dimana dimungkinkan suatu input dan teknologi untuk berubah-ubah. Tidak ada input tetap dalam jangka panjang. Adapun yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukan hubungan antara tingkat output dan kombinasi penggunaan input. Suatu produksi menggambarkan suatu metode produksi yang efisien secara teknis dalam arti menggunakan faktor-faktor produksi secara minimal. 25

8 Teori ekonomi menyatakan pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi. yaitu fungi produksi dari semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law Of Diminishing Retrun. Hukum ini menyatakan bahwa bila suatu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input terus ditambah. Hal ini berarti, pada dasarnya hubungan antara input variable dengan output di dalam suatu proses produksi mempunyai 3 bentuk yaitu : 1) Hasil yang ditambah, bentuk kombinasi ini terjadi apabila penambahan satu satuan input menyebakan kenaikan produksi yang senantiasa bertambah. 2) Kenaikan hasil yang tetap, bentuk ini terjadi apabila penambahan satu satuan unit akan menyebabkan kenaikan produksi yang senantiasa tetap. 3) Kenaikan hasil yang berkurang, bentuk ini terjadi apabila penambahan satu satuan input menyebakan kenaikan produksi yang senantiasa berkurang. Tambahan output yang dihasilkan dari penambahan satu unit input variable disebut Marginal Pysical Product (MPP) dari input tersebut, dapat dinyatakan sebagai berikut : Q MPP X 1 (3) Oleh sebab itu The Law of Diminishing Retrun sering pula disebut The Law of Diminshing Marginal Physical Product. 26

9 Sedangkan output rata-rata yang dihasilkan dari penambahan satu unit output variabel disebut Averge Physical Product (APP) yang dinyatakan sebagai berikut : APP = Q X 1.(4) 2.3 Fungsi Produksi Cobb Douglas Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan 2 atau lebih variabel dependent (yang dijelaskan) dan yang lain disebut variabel (yang menjelaskan). Penyelesaian hubungan Y dan X adalah dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. bentuk Fungsi Cobb Douglas dapat dituliskan seperti persamaan bentuk logaritma sehingga persamaannya menjadi : Ln y = 0 1 ln x1 2 ln x2 3 ln x3 4 ln x4 + u (3) Keterangan Ln = Natural Log (yaitu Logaritma e, dan e = 2,178) Y = Hasil Produksi Total Genteng = Koefisien regresi dari masing-masing Xi X1 = Bahan baku tanah X2 = Minyak bacin X3 = Kayu Bakar X4 = Jumlah tenaga Kerja yang digunakan = Intersep u = Perkiraan kesalahan penganggu o Parameter 0 menunjukan indeks efisien, makin besar nilai 0 maka makin efisien. Makin besar nilai 0 maka makin efisien proses produksi, demikian pula sebaliknya. penyelesaian fungsinya menjadi fungsi linear 27

10 sehingga contoh dan sampel yang dianalisa harus diambil secara acak, terjadi persaingan sempurna di antara masing-masing sample, masing-masing variable yang dipilih mempunyai nilai bervariasi tiap kelompok berbeda, tidak boleh ada data bernilai nol dan pendugaan parameter dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Dalam fungsi logaritma tersebut, koefisien koefisen regresi, 1 2, 3 dan 4, adalah elatisitas produksi dari variable-variabel input, dimana dalam penelitian ini variabel-variabel input nya adalah bahan baku tanah, minyak bacin (campuran minyak kelapa dan miyak tanah), kayu bakar dan tenaga kerja. Dari angka-angka elatisitas produksi tersebut dapat dihitung hasil produksi ratarata (APP) dan hasil produksi marginal (MPP) untuk masing-masing variabel tersebut. Kemudian dapat ditentukan sampai seberapa jauh penambahan faktorfaktor produksi tersebut manaikkan atau menurunkan hasil produksi genteng. Parameter 1, 2, 3 dan 4 dari fungsi produksi mempunyai beberapa penafsiran,yaitu : 1) Dalam situasi pasar persaingan sempurna baik di pasar output maupun input 1, 2, 3, dan 4 mengukur share / bagian masing-masing faktor produksi 1, 2, 3dan 2) Pengujian dari 1, 2, 3dan 4 4 menunjukan tingkat skala hasil secara sistematis juga menunjukan tingkat homogenitas fungsi produksi. 3) Parameter 1, 2, 3 dan 4 juga merupakan elatisitas output faktor produksi. Fungsi Cob Douglas mengandung asumsi-asumsi dasar yaitu : 28

11 1) Sistem pasar, dimana produsen memperoleh tenaga kerja dan modal dalam keadaan pasar persaingan bebas, sehingga pada keadaan keseimbangan tingkat balas jasa adalah sama dengan produktivitas marginalnya. 2) Fungsi produksi mempunyai sifat yang dianggap tunduk pada hukum Diminishing Retrun bagi semua produksi dan produsen. 3) Adanya kapasitas dalam produksi. Dengan kata lain produsen dalam industri itu mengetahui berapa output yang akan diproduksi dan dengan beberapa input yang digunakan dan dengan kombinasi yang bagaimana. 2.4 Elatisitas Produksi Elatisitas produksi (EP) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input. Secara matematis dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi: 2002, 37) EP = Y X i X Y i Keterangan: EP adalah elatisitas produksi Y adalah perubahan output Xi adalah perubahan input Y adalah output Xi adalah input Y X i adalah hasil produksi marginal (MPP) 29

12 Atau elatisitas produksi dapat ditunjukan sebagai berikut : Ep = MPP APP (4) Pada fungsi produksi Cobb Douglas, elatisitas dapat ditunjukan sebagai berikut : E = i...(5) i merupakan parameter dari fungsi produksi Cobb Dauglas yang menunjukan elatisitas produksi 2.5 Skala hasil / Retrun to scale Skala hasil /return to scale menunjukan tanggapan output terhadap perubahan semua input dalam proporsi yang sama sehingga dapat diketahui bagaimana keadaan skala produksinya.apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing constant atau decreasing retrun to scale, untuk Mengetahui derajat skala hasil dapat diproleh dengan menjumlahkan koefisien elatisitas terhadap masing-masing faktor-faktor produksi ( ) Dalam model fungsi produksi Cobb Douglas, kepastian berubahnya output akibat fungsi input dalam proporsi yang sama tercemin pada besar kecilnya jumlah nilai 1, 2, 3dan 4 1) Decrasing retrun to scale,bila ( ) < 1 artinya proporsi penambahan produksi. 30

13 2) Constant Retrun to Scale,bila ( ) = 1 artinya penambahan faktor produksi proporsional dengan penambahan produksi. 3) Increasing Retrun to Scale,bila ( ) > 1 artinya proporsi penambahan faktor produksi lebih dari proporsi penambahan produksi. Dalam analisis ekonomi, maka nilai a1 harus positif dan lebih kecil dari satu. Berarti asumsinya of Diminishing Retrun untuk setiap input 1. Sehingga penambahan input dapat menghasilkan tambahan output yang lebih besar. 2.6 Faktor-faktor Produksi dalam industri genteng Industri genteng yang dapat dikelompokkan dalam industri kecil, merupakan bentuk organisasi faktor-faktor produksi untuk menghasilkan pendapatan keluarga pengrajin genteng yang sebesar-besarnya dan kontinyu melalui produksi genteng. Sesuai dengan pengertian tersebut maka kombinasi dari berbagai faktor produksi dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi, sedangkan faktor-faktor produksi untuk industri genteng tersebut adalah tanah atau lahan tempat usaha, manajemen (pengolahan) pengrajin dalam memadukan faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tanah atau lahan usaha merupakan faktor produksi yang paling penting dalam industri genteng karena lahan tempat usaha merupakan tempat pabriknya pembuatan genteng. Luas sempitnya lahan yang digunakan akan berpengaruh pada banyak sedikitnya hal produksi genteng dalam waktu tertentu. Faktor produksi tenaga kerja juga merupakan faktor produksi yang utama. Dalam industri genteng, faktor produksi tenaga kerja terdiri dari pengusaha beserta keluarganya yang ikut bekerja dan tenaga kerja yang berasal dari luar 31

14 keluarga. Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dalam proses pembuatan genteng tergantung pada skala usaha dan tingkat teknologi atau teknik pembuatan yang dipakai. Faktor produksi yang lainnya adalah modal, dalam arti ekonomi modal adalah barang atau peralatan atau uang yang digunakan dalam berproduksi atau untuk memperthankan dan menigkatkan pendapatan. Atas dasar fungsi modal dibagi menjadi dua (2) macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap adalah modal yang dapat dipergunakan dalam beberapa kali proses produksi, seperti peralatan, mesin-mesin, lahan/ tanah untuk pabrik, bangunan dan investaris -investaris lainnya yang menunjang produksi, sedangkan modal tidak tetap adalah modal yang hanya dapat dipergunakan dalam satu kali proses produksi saja, seperti bahan baku dan bahan bakar. Dari uraian diatas tersebut di atas terlihat bahwa dalam proses produksi saling berkaitan antar satu dengan yang lainnya dalam mempengaruhi hasil produksi. 2.7 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Dalam usaha genteng, tingkat efisiensi merupakan faktor penting untuk diperhitungkan karena menyangkut masalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh pengrajin. Efisiensi dalam produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau pengrajin mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk suatu faktor produksi sama dengan harga faktor (P) (Soekartawi, 2003 : 43). Atau dapat dituliskan sebagai berikut: 32

15 NPMx = Px atau NPM P x x = 1...(6) Doll dan Orazem (1978 : ) mengatakan bahwa ada tiga konsep efisiensi yaitu efisiensi teknis (tecnical efficiency), efisiensi harga (price efficiency) dan efisiensi ekonomis (economis efficiency). 1) Penggunaan faktor produksi dikatakan efisiensi secara teknis bila penggunaan satu satuan faktor memproduksi dalam jumlah tertentu dapat menghasilkan produksi telah digunakan seminimum mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat otuput tertentu. 2) Penggunaan faktor produksi dikatakan telah mencapai efisien harga, bila mempunyai Marginal Value Product ( MVP) sama dengan satu satuan harga faktor produksi yang digunakan. Pada saat yang sama dapat memperoleh keuntungan yang maksimum. 3) Efisiensi ekonomis terjadi bila produksi mencapai tingkat efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Oleh karenanya, suatau proses produksi dikatakan mencapai efisiensi ekonomis, bila telah dicapai efisiensi teknis dan efisiensi harga. 2.8 Biaya Produksi Menurut Soekartawi (2002 : 56-57) biaya produksi dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Biaya tetap ( fixed cost), dan (b) Biaya tidak tetap (Variabel cost). Biaya tetap total jumlahnya sama sepanjang proses produksi. Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit jumlahnya akan pihak tetap. Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi. Di pihak lain biaya 33

16 variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan. 2.9 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh I Made Merta Kota ( 2007) dalam penelitiannya berjudul Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usaha Tani Padi dan Cabai di Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Teknik analisis data yang dugunakan adalah model Cobb Douglas. Adapun variabel bebasnya adalah Jumlah Bibit, Jumlah Pupuk urea, Jumlah Pupuk TSP/ SP36, Jumlah Pestida, Jumlah Tenaga kerja. Hasil regresi diperoleh sebagai berikut Pada usaha tani padi, tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida dan tenaga kerja tidak efisien. Sedangkan pada usaha tani cabai penggunaan faktor produksi bibit, pupuk Urea, pupuk KCL, pestisida dan tenaga kerja tidak efisien, tetapi tingkat efisiensi penggunaan pupuk TSP belum efisien.terdapat perbedaan keuntungan usaha tani cabai lebih besar yaitu Rp (47.84 persen). Upaya peningkatan produksi dengan efisiensi penggunaan faktor produksi perlu terus dilakukan, karena penggunaan faktor produksi tidak nyata terhadap usaha tani padi/ cabai tidak efisien. Penggunaan pestisida secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap usaha tani padi/ cabai, hal ini mungkin disebabkan karena pola tanam di wilayah tersebut telah dijalankan. Persamaan dengan peneltian ini adalah sama-sama menggunakan variabel terikat volume produksi dan variabel bebas adalah tenaga kerja, sedangkan pada analisis data sama-sama menggunakan analisis Cobb Douglas. Perbedaan 34

17 penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada obyek penelitian. Pada penelitian ini obyek penelitiannya adalah total produksi genteng, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan total produksi padi dan cabai. Variabel lainnya seperti jumlah pupuk urea, jumlah bibit, pupuk TSP, Jumlah pupuk KCL, Jumlah Pestisida tidak digunakan dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2006) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Total Kakao di Provinsi Bali Tahun Teknik analisis data yang digunakan adalah model regresi berganda. Adapun variabel bebasnya adalah luas areal, jumlah tenaga kerja, harga komoditi dan tingkat suku bunga kredit, sedangkan variabel terikat adalah total produksi kakao. Dari uji F diperoleh F-hitung (52.205) > F-tabel (3.36), sehingga luas areal, jumlah tenaga kerja, harga komuditi dan tingkat bunga kredit secara serempak berpengaruh terhadap total produksi kakao. Hasil uji t menunjukkan luas areal dan tenaga kerja secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap total produksi, sedangkan harga komuditi dan suku bunga kredit tidak berpengaruh terhadap total produksi. Nilai R 2 = 0.950, menunjukan bahwa variasi produksi kakao 95 persen dipengaruhi oleh luas areal, jumlah tenaga kerja, harga komoditi dan tingkat suku bunga kredit, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel yang tidak dimaksukan dalam model. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel terikat volume produksi dan jumlah tenaga kerja sebagai variabel bebasnya. Pada penelitian ini obyek penelitiannya adalah total produksi genteng, sedangkan 35

18 penelitian sebelumnya menggunakan total produksi kakao. Variabel lainnya seperti harga komoditi dan tingkat suku bunga kredit tidak digunakan dalam penelitian ini. Dherendra (2004), dengan penelitian yang berjudul Analisis Economic Of Scale Pengembangan Industri Kecil di Kota Denpasar. Penelitian ini mengunakan analisis regresi berganda dan koefisien berganda. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai produksi,nilai investasi, jumlah tenaga kerja, dan nilai bahan baku produksi. Dalam perhitungan dengan program SPSS diperoleh persamaan regresi yaitu : LnY = Ln 4, ,040 Ln I + 0,235 Ln TK + 0,621 LnBB Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel investasi, tenaga kerja, dan bahan baku secara parsial berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi industri kecil di Kota Denpasar tahun Demikian juga variabel investasi, tenaga kerja, dan bahan baku secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi industri kecil di kota Denpasar tahun 2004 Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel terikat total produksi. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah variabel bebasnya nilai investasi dan teknik analisisnya yang menggunakan regresi linear berganda. Arisantini (2008), dengan penelitian yang berjudul Analisis economic Of Scale Dan Efisiensi Produksi Industri Genteng Tanah liat di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan (Studi Kasus Di Desa Nyitdah Dan Desa Pejaten). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda yang ditransformasi 36

19 dengan model Coob-Douglas. Hasil penelitian menunjukan bahwa industri genteng pada tanah liat di Desa Nyitdah dan Desa pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, economic of scale secara simultan maupun parsial dari industri genteng tanah liat tersebut berada pada kondisi decreasing retrun to scale dengan jumlah koefisien regresi adalah Efisiensi produksi dengan faktor produksi modal berada pada tingkat tidak efisien dengan hasil 0.15 dan untuk input tenaga kerja berada pada tingkat belum efisien dengan hasil ,60. Sifat produksi industri genteng tanah liat di Desa Nyidah dan Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan adalah padat karya denagn koefisien regresi tenaga kerja sebesar lebih besar dari koefisien regresi modal Persamaan dengan peneltian ini adalah sama-sama menggunakan variabel terikat volume produksi dan variabel bebas adalah tenaga kerja, sedangkan pada analisis data sama-sama menggunakan analisis Cobb Douglas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada obyek penelitian. Pada penelitian ini obyek penelitiannya adalah total produksi genteng, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan total produksi padi dan cabai. Variabel lainnya seperti jumlah pupuk urea, jumlah bibit, pupuk TSP, Jumlah pupuk KCL, Jumlah Pestisida tidak digunakan dalam penelitian ini 2.10 Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok masalah diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu : 1) Diduga Faktor-Faktor produksi bahan baku dan tenaga kerja tidak efisien terhadap hasil produksi total genteng. 37

20 2) Diduga skala hasil produksi dari penggunaan tenaga kerja dan bahan baku pada industri genteng di Desa Darmasaba Kecamatan Abiansemal meningkat mengalami Increasing Retrun to Scale. 3) Diduga elatisitas hasil produksi genteng terhadap penggunaan faktorfaktor produksi genteng adalah elastis. 38

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Produksi 2.1.1.1 Pengertian Produksi Produksi adalah salah satu dari kegiatan ekonomi suatu perusahaan, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

metode penulisan, serta sistematika penyajian.

metode penulisan, serta sistematika penyajian. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan laporan, metode penulisan, serta sistematika penyajian. BAB II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Produksi 1. Pengertian Produksi Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Menurut Ahman (2004:116),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi padi Produksi padi merupakan salah satu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan penanaman bibit padi dan perawatan serta pemupukan secara teratur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Arikunto (2010: 161) objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Hal ini karena objek penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Industri Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada kemampuan bangsa dalam menggapai tingkat produktivitas yang tinggi dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Upsus Pajale Peraturan Kementerian Pertanian Republik Indonesia nomor 03/Permentan/0T.140/2/2015 tentang pedoman upaya khusus (Upsus) peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori dan Fungsi Produksi Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini mencakup

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Industri kecil adalah bagian dari UKM (Usaha Kecil dan Menengah),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Industri kecil adalah bagian dari UKM (Usaha Kecil dan Menengah), 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Industri Kecil Industri kecil adalah bagian dari UKM (Usaha Kecil dan Menengah), sehingga pengklasifikasiannyapun sesuai dengan pengklasifikasian UKM. Klasifikasi industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi Produksi diartikan sebagai atau penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pengumpulan data atau informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian ini. Adapun teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah teori pendapatan dan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bagian ini menjelaskan mengenai teori-teori ekonomi yang menjadi landasan pemikiran sebagai pendekatan untuk menganalisis dan menjelaskan rumusan masalah dari

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori dan Fungsi Produksi Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.produksi dalam hal ini mencakup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang tidak bias dipisahkan dari berbagai penelitian yang dilakukan. Objek penelitian merupakan sebuah sumber yang dapat memberikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Teori Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan variabel-variabel penelitian yang diperoleh dari sumber tertulis yang dipakai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante )

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) I. Gunarto, B. de Rosari dan Joko Triastono BPTP NTT ABSTRAK Hasil penelitian menunjukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian nasional terutama dalam menunjang industri penghasil komponen, industriindustri pengerjaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka yang mendukung penelitian ini akan diawali dengan uraian pengkajian beberapa teori yang berhubungan dan berkaitan dengan topik yang akan dibahas. Kajian teori dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori-teori yang digunakan sebagai bahan pedoman dalam penelitian ini dianggap sebagai landasan teori. Sehubungan arah penelitian yang fokus pada variabel yang

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori-teori yang digunakan sebagai bahan pedoman dalam penelitian ini dianggap sebagai landasan teori. Sehubungan arah penelitian yang fokus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Industri Istilah industri diartikan secra sempit dan luas. Dalam arti sempit industri merupakan kumpulan perusahaan yang memiliki kesejenisan dalam produksi

Lebih terperinci

PENDAPATAN DAN FUNGSI PRODUKSI USAHA TANI CABAI LAHAN PASIR STUDI DI DUSUN NGEPET, DESA SRIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL, DIY TAHUN 2015

PENDAPATAN DAN FUNGSI PRODUKSI USAHA TANI CABAI LAHAN PASIR STUDI DI DUSUN NGEPET, DESA SRIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL, DIY TAHUN 2015 PENDAPATAN DAN FUNGSI PRODUKSI USAHA TANI CABAI LAHAN PASIR STUDI DI DUSUN NGEPET, DESA SRIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL, DIY TAHUN 2015 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

Analisis usaha produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul tahun Tinuk Watiningsih F BAB I PENDAHULUAN

Analisis usaha produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul tahun Tinuk Watiningsih F BAB I PENDAHULUAN Analisis usaha produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul tahun 2002 Tinuk Watiningsih F 0198016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam struktur perekonomian nasional terdapat berbagai macam

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari suatu penelitian. Penelitian ini mengungkapkan tentang efisiensi penggunaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari suatu penelitian. Penelitian ini mengungkapkan tentang efisiensi penggunaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Penelitian ini mengungkapkan tentang efisiensi penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar Ubi jalar telah banyak diteliti dari berbagai bidang disiplin ilmu, akan tetapi penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani belum pernah dilakukan.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi PRODUKSI Menurut Ilmu Ekonomi : produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Ridwan Lutfiadi ABSTRACT Bekasi area is quite appropriate for the development of fruit and plantation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi meliputi: (1) luas

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap. 7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai . II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang analisis produksi sehingga akan sangat membantu dalam mencermati masalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

Materi 4 Ekonomi Mikro

Materi 4 Ekonomi Mikro Materi 4 Ekonomi Mikro Teori Produksi Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis ekonomi konsep biaya, biaya produksi jangka pendek dan panjang. Mahasiswa dapat memahami konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com ABSTRAK Komoditas jagung (Zea mays)

Lebih terperinci

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO J. Agroland 17 (3) :233-240, Desember 2010 ISSN : 0854 641 EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO Production Factor Efficiency and Income

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden. Untuk mengetahui hasil distribusi produksi garam, modal,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden. Untuk mengetahui hasil distribusi produksi garam, modal, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati dengan jumlah 75 responden. Untuk mengetahui hasil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci