BAB II KAJIAN PUSTAKA. Industri kecil adalah bagian dari UKM (Usaha Kecil dan Menengah),

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Industri kecil adalah bagian dari UKM (Usaha Kecil dan Menengah),"

Transkripsi

1 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Industri Kecil Industri kecil adalah bagian dari UKM (Usaha Kecil dan Menengah), sehingga pengklasifikasiannyapun sesuai dengan pengklasifikasian UKM. Klasifikasi industri kecil berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing instansi/lembaga yang terkait dengan industri kecil. Asian Development Bank, dalam hasil penelitiannya di berbagai negara menyebutkan, bahwa kebanyakan negara mengklasifikasikan populasi dunia usahanya sebagai bagian dari proses mempersiapkan statistik ekonomi, administrasi sistem perpajakan, dan sebagai dasar untuk memberikan dukungan dan promosi khusus (biasanya bagi usaha kecil). Walaupun telah diupayakan selama puluhan tahun, tidak ada rumusan definisi global yang baku untuk usaha mikro, kecil atau menengah. Kebanyakan negara memberikan definisi yang berbeda, dengan berbagai variasi penting antar satu dan lain negara maupun di dalam negara itu sendiri. Definisi yang digunakan bervariasi menurut konteks dan tujuan penggunaannya, tetapi biasanya didasarkan pada ukuran jumlah tenaga kerja, omzet penjualan, dan nilai aset atau struktur kepemilikan. Penting disadari, bahwa definisi UKM pada dasarnya merupakan suatu instrumen administrasi atau birokrasi dan tidak harus merefleksikan realitas pasar, perilaku organisasi atau pandangan perusahaan tentang dirinya. Dalam konteks promosi yang dibiayai pemerintah untuk usaha kecil, perlunya definisi UKM terutama untuk

2 16 penetapan alokasi. Tindakan seperti pemberian kredit bersubsidi, perlakuan istimewa perpajakan kepada UKM memang harus dibatasi dengan cara tertentu, agar jangan sampai pemerintah akhirnya mendukung semua populasi dunia usaha. Definisi tersebut tidaklah digunakan secara kaku dan sewenang-wenang, mungkin terdapat justifikasi tertentu untuk mendefinisi yang berbeda untuk maksud yang berbeda dan hampir dapat dipastikan, bahwa perlu adanya monitoring secara terus-menerus mengenai relevansi definisi tersebut sesuai dengan perubahan pasar. Industri menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Peridustrian, didefinisikan sebagai berikut : "Industri adalah kegiatan ekonomi yang merubah bahan baku, barang setengah jadi dengan atau barang jadi menjadi barang yang mempunyai nilai lebih tinggi dalam kegunaannya termasuk rekayasa dan rancang bagian industri". Di Indonesia, menurut Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, didefinisikan sebagai berikut : "Industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk meproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai kekayaan bersih sebesar Rp ,- (dua ratus juta rupiah) dengan nilai penjualan pertahun sebesar Rp ,- (satu milyar rupiah) atau kurang". Upaya pembinaan terhadap kegiatan usaha industri tersebut telah sesuai dengan Surat Keputusan Memperindag Nomor: 590/MPP/Kep/IX/1999 menyebutkan, bahwa jenis usaha industri dengan nilai investasi seluruhnya sampai dengan Rp ,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

3 17 usaha, wajib memperoleh Ijin Usaha Industri Kecil. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk memberi suatu keadilan perlakuan terhadap industri kecil yang berada di desa maupun di kota akibat perbedaan harga nilai investasi termasuk tanah. 2.2 Peranan Industri Kecil Industri kecil merupakan salah satu sub sektor dari perekonomian nasional yang pada saat ini merupakan tumpuan utama pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja baru terutama pasca krisis ekonomi yang sampai saat ini masih dirasakan dampaknya. Industri dapat tumbuh dalam berkembang dalam situasi apapun, baik dalam keadaan krisis maupun dalam keadaan stabil/normal pada negara-negara berkembang ataupun negara-negara maju. Hal ini disebabkan oleh kondisi industri kecil yang memang mudah untuk menyesuaikan diri. Aliran pemikiran ini dikenal dengan tesis fleksible specialization. Beberapa Negara Eropa barat seperti Jerman, Italia dan Negara Negara Scandinavia membuktikan dengan jelas, bahwa industri kecil sangat banyak dan berkembang dengan cepat. Pada saat Eropa barat mengalami krisis ekonomi pada dekade 80-an, industri kecil dan menegah terbukti survive, sementara industri besar mengalami kesulitan. Negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura telah banyak memiliki industri yang "go global". Hal terpenting adalah, usaha industri kecil harus mampu merubah produk dalam jenis maupun kualitas, mengikuti perubahan selera masyarakat atau strategi lain, yaitu dengan merubah pola

4 18 produksi dari final goods menjadi intermediate goods seperti komponen komponen atau sub komponen seperti mesin dan barang modal lainnya untuk keperluan proses produksi pada industri menengah dan besar melalui sistem sub contracting. Pengalaman menunjukkan, industri kecil mempunyai kedudukan yang penting dalam perekonomian Negara Negara ASEAN, yang disebabkan oleh manfaat sosial yang diberikan oleh industri kecil sangat berarti dalam perekonomian (Utama, 2002 : 1). Manfaat pertama industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan relatif murah. Manfaat kedua industri kecil turut mengambil peranan dalam meningkatkan mobilitas tabungan domestik. Manfaat ketiga industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar, karena menghasilkan produk relatif murah dan sederhana yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri menengah dan besar. Selain uraian di atas, khusus di Indonesia, industri kecil berperan dalam penyerapan tenaga kerja, pelestarian budaya, dan penghasil devisa melalui kegiatan ekspor. Anderson (1982) menyatakan, bahwa ciri khas dari industri di berbagai negara, bahwa semakin maju suatu negara maka semakin kecil peranan industri kecil pada perekonomian di negara tersebut. Salah satu faktor utama penyebab berkurangnya peranan industri kecil terutama di tingkat industri rumah tangga di negara negara maju dengan tingkat pendapatan yang tinggi, adalah akibat pergeseran fungsi konsumsi masyarakat. Sesuai Teori Engel, bahwa kelompok masyarakat kaya dengan pendapatan riil yang tinggi membelanjakan sebagian besar dari pendapatannya untuk membeli barang barang non makanan yang sebagian besar adalah barang barang impor atau produk produk dalam negeri

5 19 buatan industri menengah atau besar yang lebih specificated, kualitasnya lebih baik, lebih indah bentuk dan warnanya, dan lebih bagus penampilannya dibanding dengan barang barang serupa buatan industri kecil (Thoha, 2002 : 216). Menurut Anderson (1982), pengaruh faktor tersebut akan lebih nyata pada tingkat industrialisasi yang lebih tinggi, karena resources yang semakin terbatas, sementara jumlah pelaku ekonominya semakin banyak dan kebutuhan konsumsi serta industri semakin besar. Hal ini akan menimbulkan persaingan antara pelaku pelaku bisnis dengan cara cara yang tidak fair. Sementara itu, dengan tujuan meningkatkan pendapatan atau laju pertumbuhan output yang tinggi, sedangkan input input produksi (seperti tenaga kerja berpendidikan tinggi, modal, teknologi, dan sumber daya alam) yang diperlukan semakin terbatas. Pemerintah terpaksa membuat prioritas, yakni hanya mendukung sektor sektor atau industri industri tertentu yang menghasilkan nilai tambah atau pertumbuhan output yang besar. Kondisi ini akan menimbulkan ketidakmerataan dalam distribusi input input produksi antar sektor dan antar industri atau antara ekonomi perkotaan dengan ekonomi pedesaan, yang semua ini lebih merugikan daripada menguntungkan industri skala kecil (Thoha, 2002 : ). Teori Anderson tersebut memandang secara pesimis perana industri kecil di negara negara yang penduduknya memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan perekonomian yang sudah maju. Teori teori tersebut dibantah oleh suatu aliran pemikiran yang dikenal dengan tesis Flexible Specialization yang beranggapan bahwa justru industri kecil akan semakin penting peranannya dalam

6 20 proses ekonomi, bahkan hal tersebut terbukti pada negara yang telah maju perekonomiannya. 2.3 Industri Genteng Tanah Liat Industri genteng tanah liat merupakan salah satu dari 61 jenis industri yang ada dan berkembang di Kabupaten Tabanan. Kecamatan Kediri merupakan wilayah terbesar tempat usaha industri genteng tanah liat di Kabupaten Tabanan seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.4. Bahan baku utama yang diperlukan dalam industri ini adalah tanah liat yang masih bisa didapatkan di wilayah Kabupaten Tabanan termasuk di Kecamatan Kediri. Industri genteng tanah liat di Kabupaten Tabanan memproduksi berbagai jenis produk olahan bahan baku tanah liat seperti genteng press, pengubug, util, swastika dan berbagai kelengkapan genteng dan pemasangannya (Disperindagkop dan UKM Kabupaten Tabanan, 2007 : 1 ). 2.4 Fungsi Produksi Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output, sedangkan faktor produksi yang disebut input sering pula disebut korbanan produksi, karena faktor produksi dikorbankan untuk produksi. Faktor faktor produksi menurut Soekartawi (2003 : 167) adalah : (a). Tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan hanya dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhitungkan. (b). Modal, dalam proses produksi modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu

7 21 modal tetap dan modal tidak tetap, dimana perbedaan tersebut disebabkan karena ciri ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin mesin dimasukkan ke dalam modal tetap dan sering disebut investasi. Jadi, modal tetap adalah biaya yang dilakukan dalam proses produksi dan tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi, misalnya modal yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku penolong dan yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja. (c). Manajemen, dalam suatu usaha peranan manajemen menjadi sangat penting dan strategis. Manajemen terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta evaluasi suatu proses produksi. Dalam praktek, faktor manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar kecilnya kredit, macam komoditas serta teknologi yang digunakan. Untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dengan output. Menurut Sudarsono (1995 : 121), bahwa materi pokok dari teori produksi berkisar pada fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi atau input dan hasil produksinya. Disebut faktor produksi, karena adanya bersifat mutlak agar produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk. Dua faktor produksi yang paling penting adalah modal dan tenaga kerja (Mankiw, 2000 : 42). Modal adalah seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja. Tenaga kerja adalah orang yang menghabiskan waktu untuk bekerja. Teknologi produksi yang ada menentukan berapa banyak output produksi dari jumlah modal dan tenaga kerja tertentu.

8 22 Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang digunakan untuk merubah modal dan tenaga kerja menjadi output. Jika ditemukan cara yang lebih baik untuk memproduksi barang, hasilnya adalah lebih banyak output dari jumlah modal dan tenaga kerja yang sama. Perubahan teknologi juga mempengaruhi produksi. Dalam keadaan teknologi tertentu imbangan antara input dan outputnya tercermin dalan rumusan fungsi produksinya. Miller dan Meiners (2000 : 236) menyebutkan, bahwa fungsi produksi adalah hubungan antara output fisik dengan input fisik. Konsep tersebut didefinisikan sebagai persamaan matematika yang menunjukkan kuantitas maksimum output yang dihasilkan dari serangkaian input Cateris Paribus. Cateris Paribus disini mengacu pada berbagai kemungkinan teknis atau proses yang mungkin ada untuk mengolah input menjadi output (singkatnya teknologi). Dalam pengertian yang paling umum fungsi produksi dapat ditunjukkan dengan rumus : Q f K. L.(2.1) Keterangan : Q = Tingkat output per unit periode K = Arus jasa dari cadangan atau sediaan modal per unit periode L = Arus jasa dari pekerja perusahaan per unit periode Persamaan ini menunjukkan, bahwa kuantitas output secara fisik ditentukan oleh kuantitas inputnya secara fisik yang dalam hal ini adalah modal dan tenaga kerja. Miller dan Meiners (2000 : 263) menyebutkan, bahwa semua fungsi produksi pada dasarnya hanya merupakan ungkapan mekanis atau tranformasi fisik dari input menjadi output. Tidak ada fungsi produksi yang cukup gamblang didalam menjelaskan nilai nilai input dan output itu. Dari

9 23 input yang tersedia setiap perusahaan ingin memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tingkat teknologi tertinggi pada saat itu. Nicholson (2001 : 180), mengatakan, bahwa fungsi produksi (yang mentransformasikan sejumlah input menjadi output) bisa diperoleh dengan banyak cara untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Misalnya untuk memperoleh sejumlah produksi beras, bisa digunakan teknik labour intensive (menggunakan lebih banyak tenaga manusia seperti di Indonesia) atau teknik capital intensive (menggunakan lebih banyak kapital dan mesin seperti yang dilakukan di Amerika Serikat). Di Jepang dan Inggris, orang berusaha memanfaatkan tanah yang sedikit jumlahnya dengan teknik pertanian modern yang banyak menggunakan mesin canggih dan fertilizer. Masalah yang terpenting adalah bagaimana perusahaan memilih tingkat produksi, modal, dan tenaga kerja. Sudarsono (1995 :122) menyatakan, bahwa biasanya untuk menghasilkan satu satuan produk digunakan lebih dari satu metode atau satu proses produksi. Metode produksi adalah kombinasi dari faktor faktor produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan produk. Faktor produksi memang banyak, namun dapat disederhanakan menjadi dua dimana prilakunya berbeda dan dapat segera dikontraskan. Dalam jangka pendek, faktor tenaga kerja dapat dianggap sebagai faktor produksi variabel yang penggunaannya berubah ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Faktor modal dianggap sebagai faktor produksi yang tetap dalam arti, bahwa jumlahnya tidak berubah dan tidak berpengaruh terhadap perubahan volume produksi. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sukirno (2001 :199).

10 24 Miller dan Meiners (2000 : 260) mengemukakan, bahwa modal dianggap sebagai biaya tetap sedangkan tenaga kerja dianggap sebagai biaya variabel. Tetapi ditegaskan, bahwa perbedaan kedua kategori itu sendiri bersifat arbitrer atau tanpa pola yang pasti dan semata mata tergantung pada lamanya periode perusahaan harus mengambil keputusan. Faktor produksi tetap atau baku diartikan sebagai suatu input yang tidak bisa diubah ubah dalam jangka panjang. Persoalan yang muncul adalah berapa lama suatu periode dianggap sebagai jangka pendek dan berapa lama suatu periode bisa dianggap jangka panjang. Kemudian apa yang dimaksud tidak dapat diubah ubah, nampak disini, bahwa apa yang dikategorikan sebagai faktor produksi tetap ternyata bersifat relatif. Apa yang disebut jangka panjang aneka teknik penelitian sudah diupayakan untuk mengembangkan keberadaan dan karakteristik fungsi-fungsi produksi tersebut. Para ahli statistika yang menangani data mengalami kesulitan dalam pengerjaannya. Input modal seringkali sulit dihitung menurut periode karena modal perusahaan sendiri terdiri dari barang modal dengan berbagai variasi usia, baik masa pakai maupun produktivitasnya. Begitu pula dengan input tenaga kerja dimana perusahaan mempekerjakan orang-orang dengan kualitas yang bervariasi. Akibatnya, para peneliti terfokus mengandaikan fungsi produksi, dengan konsep yang lazim disebut dengan fungsi produksi Cobb Douglas. Secara umum formulasinya adalah : Q A.. a L b.(2.2)

11 25 Keterangan : Q = output A = konstanta K = kuantitas jasa modal L = kuantitas tenaga kerja a = koefisien modal b = koefisien tenaga kerja Menurut Soekartawi (2003 : 97), bahwa ada tiga alasan utama mengapa fungsi produksi Cobb-Douglas lebih sering dipergunakan. 1) Alasan pertama, penyelesaian relatif mudah dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain 2) Alasan kedua, hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb- Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas 3) Alasan ketiga, besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to scale. Persamaan 2.2 di atas, menurut Gujarati (1999 : 99), dapat dinyatakan dalam bentuk logaritma sebagai berikut : LnQ ln A aln K bln L (2.3) a dan b menunjukkan elastisitas output capital dan elastistas output tenaga kerja. Fungsi produksi Cobb-Douglas ini sangat popular dalam penyelidikan empiris karena kedua parameter a dan b bisa digunakan untuk mengukur pengembalian terhadap skala (returns to scale) yaitu dengan mengamati penjumlahan a dan b (Nicholson, 2001 : 204).

12 Economic of Scale dan Sifat Produksi Economic of scale atau return to scale menunjukkan hubungan perubahan input secara bersama-sama terhadap perubahan output. Fungsi jangka panjang yang paling umum dipakai adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan persamaan : Q = A K a.l b (2.4) Jumlah pangkat a + b pada fungsi ini mempunyai signifikansi ekonomi, yaitu menunjukkan skala pengembalian (return to scale). Menurut Sudarsono (1995 : 143), bahwa jumlah tersebut menunjukkan jenis hukum produksi yang berlaku apakah kenaikan produksi lebih dan sebanding terhadap skala (law of increasing returns to scale) ataukah kenaikan produksi sebanding terhadap skala (law of constant returns to scale) ataukah kenaikan produksi kurang sebanding terhadap skala (law of decreasing returns to scale). Jika nilai a + b sama dengan 1, skala pengembalian fungsi produksi tersebut adalah konstan (constant returns to scale). Jika nilai a + b lebih besar dari 1, skala pengembalian fungsi produksi tersebut adalah meningkat (increasing returns to scale). Jika nilai a + b lebih kecil dari 1, skala pengembalian fungsi produksi tersebut adalah menurun (decreasing returns to scale), yang menunjukkan persentase kenaikan output lebih kecil dari persentase penambahan inputnya. Parameter a dan b juga menggambarkan hubungan antar faktor produksi K dan L. Bila nilai a > b fungsi produksinya bersifat padat modal, dan apabila sebaliknya, maka fungsi produksinya bersifat padat karya. Soekartawi (2003 : ) mengemukakan tiga tahapan produksi yang dikaitkan dengan hukum produksi sebagai berikut.

13 27 a. Tahapan I : keadaan dimana berlaku anggapan increasing returns to scale b. Tahapan II : keadaan dimana berlaku anggapan decreasing returns to scale c. Tahapan III : keadaan dimana berlaku anggapan negative returns to scale Tahapan tersebut tahapan simetris dari suatu fungsi produksi dengan menggunakan asumsi sebagai berikut. a. Fungsi produksi tersebut mempunyai homogenitas sama dengan satu b. Fungsi produksi tersebut mempunyai pengembalian yang negatif terhadap faktor produksi c. Fungsi produksi tersebut mempunyai produksi fisik marjinal dan produksi fisik rata rata yang positif. Dari Gambar 2.1 dapat dilihat, bahwa pada Tahapan I PFT berbentuk cekung ke atas yang menandakan bahwa tenaga kerja dan modal yang digunakan masih sedikit, dibandingkan faktor produksi lain seperti tanah dianggap konstan. Pada kondisi ini PFML bertambah tinggi sampai pada posisi maksimum dan PFRL bertambah tinggi sampai pada posisi maksimum di awal Tahapan II. PFRK juga bertambah tinggi dan PFMK negatif sampai mencapai posisi nol pada awal Tahapan III, L positif dan K negatif.

14 28 Gambar 2.1 Tahapan Simetris Fungsi Produksi yang Homogen a. PFT I II III PFT 0 L/K b. PFML dan PFRL PFRL 0 L PFML c. PFMK dan PMRK III II I PFRK 0 K PFMK Keterangan : PFT PFRK PFRL PFMK PFML : Produksi fisik total : Produksi fisik rata rata K : Produksi fisik rata rata L : Produksi fisik marjinal K : Produksi fisik marjinal L Sumber : (Sukirno, 2001 : 199).

15 29 Awal Tahapan II ditandai dengan PFT yang mengalami kenaikan lebih lambat sebagai akibat pertambahan faktor produksi sampai menempati posisi maksimum di akhir Tahapan II, Kurve PFML dan PFRL yang berpotongan dimana PFRL berada pada posisi maksimum dan pada akhir Tahapan II PFML berada pada posisi nol dengan PFRL yang semakin menurun. Kurve PFMK berjalan mulai dari titik nol, dan PFRK mengalami posisi maksimum sampai pada akhir Tahapan II PFMK berpotongan dengan PFRK, dimana K dan L bernilai positif. Tahapan III dimulai saat kurve PFML memotong sumbu horisontal dan menurun sampai negatif. PFT sendiri mulai menurun begitu juga dengan PFRL. PFMK mulai bertambah tinggi sampai posisi maksimum dan mulai menurun. PFRK mulai menurun pada Tahapan I. Tambahan faktor produksi tenaga kerja hingga batas efisien mengakibatkan penurunan PFT, PFML dan PFRL. Tambahan faktor produksi modal juga mengalami hal yang sama namun bedanya terletak pada Tahapan tahapan yang berlaku pada gambar dan kelandaian kurve.

16 Efisiensi Pada dasarnya ada dua konsep efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis adalah suatu tingkat pemakaian faktor produksi dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila dapat memberikan produksi rata rata lebih besar. Efisiensi ekonomis adalah suatu keadaan yang menunjukkan pemakaian faktor produksi tertentu dapat menghasilkan keuntungan maksimal (Sugiarto, 2002 : 206). Pengertian efisiensi dari Samuelson adalah efficiency is if there are no waste, artinya bahwa dalam pengendalian suatu organisasi ekonomi dinyatakan tidak efisien apabila ada residu (Samuelson, 1995:44). Pengertian lain dari efisiensi adalah upaya penggunaan input tertentu untuk mendapatkan produksi yang sebesar besarnya. Efisiensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah efisiensi ekonomis yang akan terjadi apabila nilai produksi marginal (NPMx) untuk suatu input X sama dengan harga inputnya (Px). Menurut Soekartawi (2003 : 41) dan Suyana Utama (2008 :77), secara matematis efisiensi ekonomis dapat ditulis sebagai berikut. NPMx Px, atau Ef NPMx Px NPMx Px MPx Q Pg...(2.5) Xi Px Keterangan : NPMx = Nilai produk marginal X MPx = Koefisien regresi input X Q = Produksi rata - rata per tahun Pg = Harga satuan per jenis output genteng Xi = Mean (rata rata) input X Px = Price (harga) input X

17 31 Apabila : a. NPMx/Px > 1 Artinya, penggunaan input belum efisien input X perlu ditambah (kondisi Increasing Return to Scale) b. NPMx/Px < 1 Artinya, penggunaan input tidak efisien input X perlu dikurangi (kondisi Decreasing Return to Scale) c. NPMx/Px = 1 Artinya, perubahan penggunaan input memberikan hasil yang konstan (kondisi Constant Return to Scale)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. input secara bersama-sama terhadap perubahan output. Fungsi jangka panjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. input secara bersama-sama terhadap perubahan output. Fungsi jangka panjang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Economic of scale dan fungsi produksi Economic of scale atau return to scale menunjukkan hubungan perubahan input secara bersama-sama terhadap perubahan output.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Produksi 2.1.1.1 Pengertian Produksi Produksi adalah salah satu dari kegiatan ekonomi suatu perusahaan, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

metode penulisan, serta sistematika penyajian.

metode penulisan, serta sistematika penyajian. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan laporan, metode penulisan, serta sistematika penyajian. BAB II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Produksi 1. Pengertian Produksi Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Menurut Ahman (2004:116),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Industri Pengertian Industri menurut UU No 5 Tahun 1984 dapat didefinisikan sebagai berikut : Industri adalah kegiatan ekonomi yang merubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada kemampuan bangsa dalam menggapai tingkat produktivitas yang tinggi dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori-teori yang digunakan sebagai bahan pedoman dalam penelitian ini dianggap sebagai landasan teori. Sehubungan arah penelitian yang fokus

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Analisis usaha produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul tahun Tinuk Watiningsih F BAB I PENDAHULUAN

Analisis usaha produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul tahun Tinuk Watiningsih F BAB I PENDAHULUAN Analisis usaha produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul tahun 2002 Tinuk Watiningsih F 0198016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam struktur perekonomian nasional terdapat berbagai macam

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian nasional terutama dalam menunjang industri penghasil komponen, industriindustri pengerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi Produksi diartikan sebagai atau penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Industri Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukannya proses

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 09Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Bentuk Organisasi Perusahaan, Fungsi Produksi dan Input 2 Variabel Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen TUJUAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON

ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON ABSTRAK ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON Jones T. Simatupang Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia,

Lebih terperinci

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Sumedang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang tepat berada di tengah-tengah provinsi yang menghubungkan kota dan Kabupaten

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Arikunto (2010: 161) objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Hal ini karena objek penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pendapatan Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan yang melanda sebagian besar negara di kawasan Eropa dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya sendi-sendi perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Pada bagian ini akan dirumuskan model pertumbuhan ekonomi yang mengoptimalkan utilitas dari konsumen dengan asumsi: 1. Terdapat tiga sektor dalam perekonomian:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan efisiensi produksi. Hal ini berarti pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh selama pengerjaan tugas akhir serta saran perbaikan yang dapat dilakukan untuk penelitian lanjutan. 5.1 Kesimpulan Dari penelitian tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

Soal kasus 5.1 Jawaban soal kasus 5.1 Soal kasus 5.2 Jawaban soal kasus 5.2 Soal kasus 5.3 Jawaban soal kasus 5.3

Soal kasus 5.1 Jawaban soal kasus 5.1 Soal kasus 5.2 Jawaban soal kasus 5.2 Soal kasus 5.3 Jawaban soal kasus 5.3 Soal kasus 5.1 Suatu proses produksi menggunakan input L dan input K untuk menghasilkan produk tertentu. Dalam proses produksi tersebut, input L sebagai input variabel dan input K sebagao input tetap pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terutama hasil simulasi kebijakan yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Peningkatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk terbesar di dunia. Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan secara nasional di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

B A B. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

B A B. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah suatu faktor yang sangat penting bagi penurunan kemiskinan, tetapi bukan satu-satunya penentu. Kebijakankebijakan yang pro-kaum

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

Materi 3 Ekonomi Mikro

Materi 3 Ekonomi Mikro Materi 3 Ekonomi Mikro Teori Faktor Produksi dan Kegiatan Perusahaan Abstract Produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di berbagai belahan dunia menghadapi gelombang besar berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi, desentralisasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang tidak bias dipisahkan dari berbagai penelitian yang dilakukan. Objek penelitian merupakan sebuah sumber yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi global merujuk kepada ekonomi yang berdasarkan ekonomi nasional masing-masing negara yang ada di belahan dunia. Saat ini, fenomena krisis global menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sukirno (1994) Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints :

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints : ANALISA PRODUKSI Fungsi produksi : Suatu fungsi yang menunjukkan hubungan fisik antara input yang digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Konsep konsep penting dalam analisa produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi barang setengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK Dhani Kurniawan Teguh Pamuji Tri Nur Hayati Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fattah Demak Email : ujik_angkung@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dua lembaga konsultan keuangan dunia, Price Water House Coopers (2006) dan Goldman Sachs (2007), memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan

Lebih terperinci