HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum TK TKA Plus Ihsan Mulya merupakan taman kanak-kanak Al-Quran yang berdiri pada tahun Sekolah ini terletak di Jl. Raya Al-Falah No.9, Kelurahan Harapan Jaya. Cibinong. Jumlah seluruh siswa di TKA Plus Ihsan Mulya sebanyak 87 siswa. Siswa yang menjadi contoh dalam penelitian ini berjumlah 32 siswa, yaitu kelas A terdiri dari 7 siswa, kelas B1 terdiri dari 12 siswa, serta kelas B2 terdiri dari 13 siswa. Jumlah guru di TKA Plus Ihsan Mulya berjumlah 6 orang. Kegiatan belajar mengajar dilmulai pukul 8.30 hingga Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan hari senin hingga kamis untuk kelas A, sedangkan kelas B dilaksanakan hari senin hingga jumat. memadai. Sarana dan prasarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya cukup Sarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya terdiri dari taman bermain dan tiga ruang kelas yang digunakan untuk kelas A, B1 dan B2. Fasilitas yang terdapat di setiap ruang kelas adalah meja siswa, kursi siswa, 1 buah meja guru, 2 buah kursi guru, 1 buah papan tulis, dan 1 buah jam dinding. Dinding kelas dihiasi oleh lukisan hasil karya siswa. Jumlah meja dan kursi yang terdapat disetiap kelas disesuaikan dengan jumlah murid. Karakteristik Contoh Usia Gambar 2 menunjukkan sebaran usia contoh. Sebagian besar contoh berusia 5 tahun (47%), dan sisanya berusia 6 tahun (31%) serta 4 tahun (22%). Faktor umur menjadi penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah (Supariasa et al 2002) Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan usia

2 26 Jenis Kelamin Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh berjenis kelamin perempuan (53%) dan sisanya adalah laki-laki (47%) seperti yang terlihat pada Gambar 3. Jenis kelamin adalah salah satu faktor penentu kebutuhan dan pengeluaran energi contoh. Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari angka metabolisme basal (AMB), aktivitas fisik, dan pengaruh dinamika khusus makanan. AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan (Almatsier 2003). Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Berat Badan Berdasarkan Tabel 7, rata-rata berat badan contoh laki-laki dan perempuan berada diatas berat badan ideal. Rata-rata berat badan contoh perempuan lebih besar dibandingkan contoh laki-laki. Rata-rata berat badan contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 17,7 kg dan perempuan sebesar 20,1 kg. Rata-rata berat badan contoh kelompok usia 5-6 tahun adalah laki-laki sebesar 19,9 kg dan perempuan sebesar 21,4 kg. Berdasarkan kelompok usia, berat badan contoh laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia maka berat badan juga semakin besar. Tabel 7 Rata-rata berat badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Usia Berat Badan (rata-rata±sd) Berat Badan Ideal Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 4-<5 tahun 17,7 ± 0 20,1 ± 7,5 17,6 16,7 5-6 tahun 19,9 ± 4,0 21,4 ± 4,5 19,7 18,6

3 27 Berat badan yang besar akan mempunyai AMB yang lebih tinggi dibandingkan berat badan yang kecil. Berat badan sangat berpengaruh terhadap angka metabolisme basal. Berat badan dapat menggambarkan komposisi tubuh. Pada masa bayi dan balita, berat badan digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi (Almatsier 2003). Tinggi Badan Tabel 8 menunjukkan rata-rata tinggi badan contoh laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Rata-rata tinggi badan contoh baik laki-laki maupun perempuan berada diatas tinggi badan ideal, namun pada kelompok usia 4-<5 tahun berada dibawah tinggi badan ideal. Rata-rata tinggi badan contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 105,5 cm dan perempuan sebesar 105 cm. Rata-rata tinggi badan contoh kelompok usia 5-6 tahun adalah laki-laki sebesar 113,3 cm dan perempuan sebesar 111,6 cm. Semakin bertambahnya usia, maka tinggi badan juga meningkat. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan usia (Supariasa et al 2002). Tabel 8 Rata-rata tinggi badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Usia Tinggi Badan (rata-rata±sd) Tinggi Badan Ideal Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 4-<5 tahun 105,5 ± 0 105,0 ± 6, tahun 113,3 ± 4,8 111,6 ± 3, Tinggi badan dapat menggambarkan status gizi seseorang. Tinggi badan pada dasarnya merupakan hasil pengukuran terhadap jaringan tulang tubuh. Tinggi badan merupakan gabungan dari pengukuran komponen-komponen tubuh seperti kaki, pelvis, punggung, dan kepala. Tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama (Jellife & Jellife 1989). Pendidikan Orangtua Karakteristik Keluarga Pendidikan orangtua contoh dapat dilihat pada Tabel 9. Rata-rata pendidikan ayah contoh adalah akademi/s1 sebesar 43,8 %, sedangkan rata-

4 28 rata pendidikan ibu contoh adalah SMA sebesar 53%. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa pendidikan tertinggi ayah contoh adalah S2/S3 (3,1%) dan pendidikan tertinggi ibu contoh adalah akademi/s1 (15,6%). Pendidikan terendah baik ayah maupun ibu contoh adalah SD (masing-masing 3,1% dan 6,3%). Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua Ayah Ibu Pendidikan n % n % SD SMP SMA Akademi/S S2/S Total Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Pekerjaan Orangtua Tabel 10 menunjukkan sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai pegawai swasta (50%), sedangkan lainnya bekerja sebagai pegawai PNS (18,8%), wiraswasta (31,3%) dan tidak ada ayah contoh yang tidak bekerja. Sebagian besar ibu contoh merupakan ibu rumah tangga (59,4%) dan lainnya bekerja sebagai swasta (3,1%), wiraswasta (15,6%) dan PNS (21,9%). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua Jenis pekerjaan Ayah Ibu n % n % PNS Swasta wiraswasta Tidak bekerja/ibu rumah tangga Total

5 29 Pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. Jika keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat dipastikan (Khomsan 2007). Besar Keluarga Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar keluarga. Sebagian besar keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil (81,3%). Konsumsi pangan dalam suatu keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga. Semakin besar suatu keluarga, maka pangan yang untuk setiap anak berkurang. Keluarga akan lebih mudah memenuhi kebutuhan akan makanannya jika jumlah anggota keluarga yang harus diberi makan lebih sedikit (Suhardjo 2003). Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga n % Kecil ( 4 orang) Sedang (5-6 orang) Besar ( 7 orang) Total Tingkat Pendapatan Keluarga Tabel 12 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan keluarga per kapita per bulan. Sebagian besar pendapatan keluarga contoh berada pada kategori Rp Rp /kapita/bulan (59,4%). Rata-rata pendapatan keluarga contoh sebesar Rp /kapita/bulan. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan keluarga per bulan Besar Pendapatan (Rp/kapita/bulan) n % Rp Rp Rp > Rp Total Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang menunjukkan status sosial ekonomi keluarga. Tingkat pendapatan berkaitan dengan konsumsi

6 30 pangan dalam suatu keluarga. Pada umumnya, jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik pula (Sukandar 2007). Tabel 13 menunjukkan sebagian besar contoh berada pada kategori rumah tangga tidak miskin (90,6%) jika dibandingkan dengan garis kemiskinan di Kabupaten Bogor. Namun, masih terdapat contoh yang termasuk dalam kategori rumah tangga miskin yaitu sebesar 9,4%. Pendapatan per kapita per bulan menunjukkan garis kemiskinan penduduk di suatu wilayah. Garis kemiskinan di Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp (BPS 2011). Tabel 13 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kemiskinan Kategori Kemiskinan n % Rumah tangga miskin ( Rp ) Rumah tangga tidak miskin (> Rp ) Total Konsep dasar garis kemiskinan ditetapkan berdasarkan besarnya pengeluaran untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seseorang agar dapat hidup dengan layak. Hal ini menunjukkan jika suatu keluarga berada dibawah garis kemiskinan, maka keluarga tersebut tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dari setiap anggota keluarganya. Kemiskinan di tingkat keluarga akan menurunkan kuantitas dan kualitas konsumsi makanan dan aksesibilitas pelayanan kesehatan (Khomsan 2009). Aktivitas Fisik Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa rata-rata AMB contoh laki-laki sebesar 977 kkal lebih besar dibanding contoh perempuan yaitu 967 kkal. Hal ini menurut Sizer dan Whitney (2000) dikarenakan komposisi tubuh laki-laki yang lebih didominasi otot dibandingkan perempuan yang lebih banyak jaringan adiposa sehingga mempengaruhi nilai AMB. Semakin banyak jaringan otot yang dimiliki maka akan semakin besar energi yang diperlukan untuk kerja otot. Selain itu, angka metabolisme basal perempuan lebih rendah 5% daripada laki-laki. Tabel 14 Rata-rata angka metabolisme basal (AMB) berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Angka Metabolisme Basal(rata-rata ± SD) Laki-laki 977 ± 80,7 Perempuan 967 ± 82,4 Total 971 ± 80,5

7 31 Tabel 15 menunjukkan rata-rata alokasi waktu (jam/hari) berdasarkan jenis kegiatan. Sebagian besar kegiatan anak prasekolah dihabiskan untuk tidur, yaitu sebanyak 10,5 jam/hari. Selain itu, rata-rata anak prasekolah juga banyak mengalokasikan waktu mereka untuk sekolah, berjalan dan bersepeda, menonton televisi, bermain ringan, serta makan dan minum. Kegiatan mandi dan berpakain memiliki alokasi waktu yang paling kecil dibanding kegiatan lainnya, yaitu 1 jam/hari. Tabel 15 Rata-rata alokasi waktu (jam/hari) berdasarkan jenis kegiatan Jenis Kegiatan Rata-rata (Jam/Hari) Tidur 10.5 Sekolah 3.7 Bemain ringan 1.5 Berjalan,bersepeda 3.0 Makan dan minum 1.3 Mandi, berpakaian 1.0 Menonton tv 2.9 Total 24.0 Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh berada pada kategori tingkat aktivitas fisik (PAL) ringan (62,5 %). Adapun contoh yang berada pada kategori tingkat sangat ringan (34,4%) umumnya contoh tersebut memiliki waktu tidur yang lebih banyak, tidak mengikuti aktivitas mengaji dan lebih sering melakukan aktivitas menonton televisi atau melakukan kegiatan bermain ringan. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL) Tingkat Aktivitas Fisik n % Sangat ringan (<1,45) 11 34,4 Ringan (1,45 PAL 1,59) 20 62,5 Sedang (1,60 PAL 1,89) 1 3,1 Berat ( 1,90) 0 0,0 Total ,0 Min-maks 1,35-1,60 Rata-rata ± SD 1,44 ± 0,05 Aktivitas fisik yang sangat ringan pada anak dapat berdampak pada kesehatan dan perkembangan anak. Usia prasekolah membutuhkan berbagai aktivitas fisik yang menunjang bagi perkembangan fisik maupun motorik anak. Rendahnya aktivitas fisik dapat beresiko mengalami kegemukan atau obesitas, serta mengalami gangguan kesehatan (Sulistyoningsih 2011).

8 32 Berdasarkan Tabel 17, pengeluaran energi pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan pengeluaran energi pada contoh perempuan. Rata-rata pengeluaran energi contoh laki-laki sebesar 1422 kkal, sedangkan rata-rata pengeluaran energi contoh perempuan sebesar 1372 kkal. Hal ini disebabkan angka metabolisme basal laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan lakilaki cenderung lebih aktif serta lebih banyak melakukan kegiatan berat daripada perempuan sehingga pengeluaran energinya lebih besar pada contoh laki-laki dibandingkan perempuan. Tabel 17 Rata-rata pengeluaran energi contoh berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Pengeluaran Energi (kkal/hari) Laki-laki 1422 ± 102,7 Perempuan 1372 ± 142,3 Rata-rata ± SD 1400 ± 121,2 Besar energi yang dikeluarkan berkaitan dengan kejadian gizi lebih. Energi dari konsumsi pangan yang tidak dibakar dengan aktivitas fisik akan menjadi tumpukan lemak dalam tubuh. Ada dua cara utama tubuh mengeluarkan energi yaitu metabolisme basal dan aktivitas fisik. Kedua hal tersebut merupakan komponen utama dalam pengeluaran energi (Sizer & Whitney 2000). Waktu Menonton Televisi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa sebagian besar contoh memiliki waktu menonton televisi pada kategori sedang (59,4%). Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa contoh biasanya menggunakan waktu belajar atau makan mereka dengan dibarengi oleh kegiatan menonton televisi. Waktu yang cukup banyak dihabiskan contoh dalam menonton televisi dikarenakan sebagian besar orang tua tidak membatasi waktu anak untuk menonton televisi sehingga hanya sedikit contoh yang berada pada kategori ringan (25,6%). Tabel 18 Waktu menonton televisi anak dalam sehari Waktu Menonton Televisi n % Ringan (<2 jam/hari) 5 15,6 Sedang ( 2 sampai <4 jam per hari) 19 59,4 Berat ( 4 jam per hari) Total Min-Maks 1,5-4,5 Rata-rata±SD 2,9±0,9

9 33 Kebanyakan anak menggunakan waktu untuk menonton televisi lebih banyak dibandingkan kegiatan bermain lainnya. Anak prasekolah dapat menghabiskan waktu untuk menonton televisi sebanyak setengah dari waktu kerja orang dewasa selama seminggu. Jumlah waktu untuk menonton televisi bagi anak ditentukan oleh berbagai hal, yaitu peraturan keluarga, tuntutan pekerjaan rumah, jumlah televisi yang dimiliki, dan berapa banyak anggota keluarga yang berbagi waktu menonton televisi (Hurlock 1991). Konsumsi Pangan Anak Usia Prasekolah Pangan yang dikonsumsi digolongkan berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) terdiri dari bahan makanan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati, sayuran, buah-buahan, susu, minyak, dan gula. Bahan makanan sumber karbohidrat dan olahannya yang sering dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 19. Terdapat tiga jenis makanan yang lebih banyak dikonsumsi contoh, yaitu nasi (100%), roti (31,3%), dan Biskuat Bolu (28,1%). dikonsumsi adalah 190,7 g/hari. Rata-rata jumlah makanan sumber karbohidrat yang Nasi merupakan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini dikarenakan nasi merupakan salah satu hidangan utama yang dikonsumsi setiap hari. Kebanyakan contoh mengonsumsi makanan ringan komersiil untuk dijadikan bekal sekolah ataupun makanan selingan. Tabel 19 Konsumsi makanan sumber karbohidrat dan olahannya (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Nasi Nasi uduk Bubur ayam Jagung Roma Kelapa Biskuat Slai O'lai Biskuat Bolu Roti Mie instan Hello Panda Kentang goreng Chitato Total *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak)

10 34 Makanan sumber protein hewani dan olahannya dapat dilihat pada Tabel 20. Jenis sumber protein hewani dan olahannya yang paling sering dikonsumsi contoh, yaitu telur (93,8%), ayam (71,9%), dan nugget (50%). Rata-rata jumlah makanan sumber protein hewai yang dikonsumsi contoh sebesar 89,2 g/hari. Sebagian besar contoh sangat menyukai berbagai hidangan olahan ayam dan telur. Selain dari rasa, alasan contoh sering mengonsumsi kedua pangan tersebut adalah mudah didapat dan memiliki harga yang ekonomis. Tabel 20 Konsumsi makanan sumber protein hewani dan olahannya (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Sosis Nugget Bakso Ayam Telur Lele Daging sapi Ikan mas Hati ayam Cumi Ikan bandeng Total 89.2 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Makanan sumber protein nabati dan olahannya yang dikonsumsi oleh contoh terdapat pada Tabel 21. Golongan bahan makanan sumber protein nabati cukup jarang dikonsumsi oleh contoh. Jenis sumber protein nabati dan olahannya yang paling dominan dikonsumsi contoh, yaitu kecap (25%) dan tempe (15,6%). Jumlah pangan sumber protein yang dikonsumsi sangat rendah yaitu 2,8 g/hari atau sebesar. Anak usia 4-6 tahun sebaiknya mengonsumsi lauk nabati sebanyak 2,5 satuan penukar dalam satu hari (Sulistyoningsih 2011). Tabel 21 Konsumsi makanan sumber protein nabati dan olahannya (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Tahu Tempe Kecap Total 2.8 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak)

11 35 Berdasarkan hasil wawancara, para orangtua menyatakan jarang sekali anak yang menyukai bahan makanan sumber protein nabati karena rasa dan aroma bahan makanan tersebut kurang menarik meskipun harganya jauh lebih murah dibandingkan bahan makanan sumber protein hewani. Sayuran yang dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 22. Jumlah sayuran yang dikonsumsi contoh masih sangat jauh dari jumlah yang dianjurkan. Rata-rata jumlah sayuran yang dikonsumsi hanya sebesar 3,4 g/hari. sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah wortel (62,5%) dan buncis (43,8%). Rata-rata jumlah sayuran yang dikonsumsi contoh sebesar 17,2 g/hari. Jenis Jumlah ini sangat rendah dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan. Anak- anak dianjurkan mengonsumsi sayur sebanyak 100 g/hari (Sulistyoningsih 2011). Tabel 22 Konsumsi sayuran (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Bayam Caysin Wortel Buncis Total 17.2 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa jenis buah yang sering dikonsumsi contoh adalah jeruk (15,6%). Buah merupakan golongan bahan makanan yang jarang dikonsumsi contoh. Rata-rata jumlah buah yang dikonsumsi contohadalah 3,3 g/hari. Anak yang berusia 4-6 tahun dianjurkan untuk mengonsumsi 300 g buah setiap harinya (Sulistyoningsih 2011). Tabel 23 Konsumsi buah (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) Apel Jeruk Total 3.3 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Jenis makanan golongan minyak yang dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 24. Sebanyak 93,8% contoh mengonsumsi minyak goreng. Rata- rata jumlah minyak yang dikonsumsi contoh yaitu 28,8 g/hari, jumlah tersebut melebihi jumlah yang dianjurkan. Jumlah golongan minyak yang dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak adalah sebanyak 20 g atau 2 sendok makan setiap harinya (Sulistyoningsih 2011).

12 36 Tabel 24 Konsumsi sumber minyak (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Santan Minyak goreng Mentega Total 28.8 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Tabel 25 menunjukkan jenis dan jumlah susu yang dikonsumsi contoh. Susu merupakan golongan bahan makanan yang paling sering dikonsumsi oleh anak. Berbagai jenis produk susu usia balita dikonsumsi contoh, baik dalam bentuk susu bubuk maupun susu cair dalam kemasan. Jenis susu yang sering dikonsumsi adalah susu bubuk Frisian Flag (31,3%) dan Dancow (25%). Rata- rata jumlah konsumsi sumber susu contoh adalah sebesar 58,8 ml/hari dalam bentuk cair dan 62,2 g/hari dalam bentuk padat. Jumlah konsumsi sumber susu tersebut melebihi jumlah yang dianjurkan. Menurut Sulistyoningsih (2011), anak usia 4-6 tahun dianjurkan mengonsumsi susu sebanyak 200 cc susu segar atau 20 g susu bubuk. Olahan susu seperti es krim menjadi salah satu jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak. Tabel 25 Konsumsi sumber susu dan hasil olahannya Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi *) Cair (ml/hari) Milkuat Calpico Yakult Frisian Flag pack Indomilk pack Real Good Ultra Milk pack Total 58.8 Padat (g/hari) Keju Es krim Biokids SGM Frisian Flag bubuk Bonito Dancow Bebelac Total 62.2 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak)

13 37 Konsumsi sumber gula dan hasil olahannya dapat dilihat pada Tabel 26. Jenis gula yang paling sering dikonsumsi adalah gula pasir (53,1%) dan produk permen (12,5%). Rata-rata jumlah gula yang dikonsumsi contoh adalah 11,1 g/hari. Jumlah gula yang dianjurkan untuk dikonsumsi anak usia 4-9 tahun adalah sebanyak 30 gatau 3 sendok makan per hari. Tabel 26 Konsumsi sumber gula dan hasil olahannya (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Jelly Selai Gula pasir Teh kotak Permen Total 11.1 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Tingkat Kecukupan Energi dan Zat gizi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Tabel 27 diketahui bahwa rata-rata karbohidrat, vitamin C dan zat besi contoh masih lebih rendah dibandingkan kecukupan yang dianjurkan, masing-masing sebesar 1395 kkal, 284,8 g, dan 7,6 g. Tingkat kecukupan energi dihitung dengan membandingkan antara asupan energi dengan angka kebutuhan (estimated average requirement/ear). Penentuan angka kebutuhan energi diperoleh dari pengeluaran energi. Rata-rata pengeluaran energi contoh sebesar 1400 kkal menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan AKG. Tingkat kecukupan energi akan lebih tepat jika menggunakan EAR dibandingkan AKG, karena EAR menggunakan angka metabolisme basal berdasarkan kelompok usia, ukuran tubuh (berat badan), dan aktifitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001). Tabel 27 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan zat gizi contoh Zat Gizi (satuan) Asupan AKG Tingkat Kecukupan (%) Energi (kkal) ,9 Protein (g) 51, ,1 Lemak (g) 55,7 25,4 180 Karbohidrat (g) 284, ,2 Vitamin A (RE) 814, ,1 Vitamin C (mg) 36, ,5 Vitamin D (µg) 14, ,2 Kalsium (µg) 871, ,2 Zat besi (mg) 7,6 9 84,7

14 38 Asupan vitamin C dan zat besi yang lebih rendah dibandingkan AKG dikarenakan rendahnya konsumsi contoh akan pangan sumber vitamin C dan zat besi. Rata-rata asupan protein, lemak, vitamin A, vitamin D, dan kalsium yang melebihi AKG. Secara umum asupan zat gizi contoh diperoleh dari konsumsi pangan sehari yang merupakan penjumlahan dari makan pagi, siang, malam, dan makanan selingan. Kebutuhan gizi pada anak harus terpenuhi dengan tepat, sehingga tercapai status gizi yang baik. Usia prasekolah merupakan usia yang rawan terhadap masalah gizi. Kekurangan zat gizi pada anak dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan infeksi. Jika berlebih dapat menimbulkan obesitas (Uripi 2003). Tingkat Kecukupan Energi Tabel 28 menunjukkan tingkat kecukupan energi sebagian besar contoh berada pada kategori normal (59,4%) dan lebih (21,9%). Hal ini menunjukkan konsumsi pangan sumber energi contoh sudah memenuhi kebutuhan. Rata rata contoh mengonsumsi susu dan jajanan seperti biskuit, yang mengandung energi cukup tinggi. Contoh yang berada pada kategori defisit sedang dan ringan (9,4%) dipengaruhi oleh nafsu makan yang rendah dan kurangnya kemampuan membeli pangan yang beragam. Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi Klasifikasi n % Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total Kebutuhan energi pada anak relatif lebih besar untuk menunjang pertumbuhan yang pesat. Energi diperlukan untuk berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat, lemak, dan protein (Uripi 2003). Tingkat Kecukupan Protein Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh berada pada kategori tingkat kecukupan protein lebih (81,2%), dan sisanya

15 39 berada pada kategori defisit ringan (6,2%) serta normal (12,5%). Hal ini dikarenakan hampir seluruh contoh mengonsumsi pangan yang tinggi akan kandungan protein dalam jumlah yang banyak terutama susu dan telur. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein. Klasifikasi n % Defisit ringan Normal Lebih Total Kekurangan protein pada anak dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat. Kekurangan protein pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak (Sulistyoningsih 2011). Maksimal asupan protein yang boleh dikonsumsi adalah dua kali dari AKG. Kelebihan protein pada anak akan memberatkan kerja ginjal dan dapat memicu obesitas, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum, dan demam (Almatsier 2003). Tingkat Kecukupan Karbohidrat Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan karbohdrat dapat dilihat pada Tabel 30. Sebagian besar contoh berada pada tingkat kecukupan karbohidrat kategori lebih (43,8%). Konsumsi pangan sumber karbohidrat yang berlebih dapat menimbulkan kegemukan dan memicu timbulnya diabetes mellitus (Hartono 2006). Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat Klasifikasi n % Defisit berat Defisit sedang Normal Lebih Total Tingkat Kecukupan Lemak Bedasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa tingkat kecukupan lemak sebagian besar contoh berada pada kategori lebih (87,5%) dan sisanya termasuk dalam kategori normal (12,5%). Hal ini disebabkan sebagian besar contoh mengonsumsi bahan pangan yang mengandung lemak dalam jumlah besar

16 40 seperti susu, minyak dan pangan hewani. Susu yang dikonsumsi contoh merupakan susu full cream dengan kandungan lemak yang tinggi. Sebagian besar contoh mengonsumsi pangan hewani yang digoreng sehingga lemak contoh cukup tinggi. Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan lemak Klasifikasi n % Normal 4 12,5 Lebih 28 87,5 Total Lemak dan minyak merupakan zat gizi kedua yang digunakan sebagai bahan bakar dalam menghasilkan energi. Lemak terdiri dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen (Hartono 2006). Kecukupan lemak yang dianjurkan adalah 15-20% berasal dari energi total (PERSAGI 1990). Tingkat Kecukupan Vitamin A Berdasarkan Tabel 32, diketahui bahwa sebagian besar contoh berada pada tingkat kecukupan vitamin A kategori cukup (96,9%). Hal ini dikarenakan contoh tersebut mengonsumsi produk vitamin yang mengandung vitamin A yang cukup tinggi. Contoh yang berada pada kategori kurang hanya berjumlah 3,1%. Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Bahaya konsumsi vitamin A terjadi jika dikonsumsi dalam dosis yang tinggi secara terus menerus (Sulistyoningsih 2011). Kelebihan vitamin A dapat menyebabkan rambut rontok, sakit pada tulang, kulit mengering, hidrosefalus, pusing, dan anoreksia (Almatsier 2003). Tingkat Kecukupan Vitamin C Pada Tabel 33 dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat kecukupan vitamin C contoh berada pada kategori kurang (65,6%). Contoh yang termasuk dalam kategori cukup terdapat sebanyak 34,4%. Hal ini disebabkan contoh jarang mengonsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber pangan kaya vitamin C.

17 41 Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Vitamin C berperan penting bagi kesehatan anak. Vitamin ini berperan sebagai daya tahan tubuh, membantu dalam melawan penyakit infeksi, serta melindungi anak-anak dari pencemaran lingkungan. Pada saluran pencernaan, vitamin C dapat meningkatkan kelarutan zat besi dan kalsium, serta meningkatkan metabolisme tirosin dalam tubuh (Sulistyoningsih 2011). Tingkat Kecukupan Vitamin D Tabel 34 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan vitamin D contoh yang berada pada kategori cukup sebanyak 81,2%, sedangkan yang berada pada kategori kurang hanya 18,8%. Sumber vitamin D paling besar diperoleh contoh dari susu. Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin D Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Vitamin D yang berasal dari makanan dan suplemen bersifat inaktif secara biologis sehingga harus menjalani dua proses hidroksilasi di dalam tubuh untuk mengaktifkannya (Sulistyoningsih 2011). Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan penyakit rakhitis yang sering dijumpai pada anak-anak (Sediaoetama 2006). Tingkat Kecukupan Kalsium (Ca) Tingkat kecukupan kalsium dapat dilihat pada Tabel 35. Sebagian besar contoh berada pada kategori tingkat kecukupan kalsium cukup (81,2%) dan sisanya berada pada kategori kurang (18,8%). Hal ini dikarenakan konsumsi contoh akan pangan sumber kalsium yang cukup dan dipengaruhi juga oleh kecukupan vitamin D di dalam tubuh.

18 42 Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium. Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Bahan makanan sumber kalsium utama bagi anak-anak adalah susu. Kalsium sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk pertumbuhan dan kesehatan tulang serta gigi. kebutuhan akan vitamin D terpenuhi. Penyerapan kalsium dalam tubuh akan dipermudah bila Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan (Uripi 2003). Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) Tabel 36 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan zat besi contoh kategori kurang dan cukup masing-masing 50%. Kurangnya kecukupan akan zat besi pada contoh diduga karena rendahnya konsumsi pangan sumber zat besi dan adanya pengaruh dari kurangnya kecukupan vitamin C sehingga menyebabkan gangguan penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi di dalam tubuh dipengaruhi oleh vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan kelarutan zat besi di dalam saluran pencernaan sehingga mudah diserap oleh tubuh (Sulistyoningsih 2011). Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat besi Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Status Gizi Anak Usia Prasekolah Status gizi contoh ditentukan dengan menggunakan beberapa indeks yang telah direkomendasikan oleh WHO (1995), yaitu indeks untuk berat badan menurut umur (BB/U), indeks tinggi badan tehadap umur (TB/U) dan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Berdasarkan Tabel 37, status gizi seluruh contoh berdasarkan indeks BB/U dalam penelitian ini termasuk ke dalam dua kategori yaitu gizi normal (93,75%) dan gizi lebih (6,25%). Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh (tulang, otot dan lemak).

19 43 Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (BB/U) Status Gizi (BB/U) n % Normal ( - 2 SD sampai + 2 SD) Lebih (>+ 2 SD) Total Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau berkurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Pada keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur (Supariasa et al 2002). Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Tabel 38 menunjukkan sebagian besar status gizi contoh berdasarkan indeks TB/U berada pada kategori normal (90,63%). Selain itu masih terdapat 3,13% contoh yang berada pada kategori pendek dan 6,25% contoh pada kategori lebih. Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan status gizi TB/U Status Gizi (BB/TB) n % Pendek/stunting (< - 2 SD) Normal ( - 2 SD sampai + 2 SD) Tinggi (>+ 2 SD) Total Riyadi (2001) menyatakan bahwa defisit TB/U menunjukkan ketidakcukupan gizi dan kesehatan secara kumulatif dalam jangka panjang. Stunting merefleksikan proses kegagalan untuk mencapai pertumbuhan linear sebagai akibat dari keadaan gizi dan atau kesehatan yang subnormal. Indeks Berat Badan menurut Tingg Badan (BB/TB) Pada Tabel 39 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi contoh termasuk kategori normal (56,2%) jika diukur berdasarkan berat badan menurut tinggi badan. Contoh yang termasuk dalam kategori kurus (12,5%) dan lebih (31,2%). Hal ini menunjukkan meskipun rata-rata status gizi anak berada pada kategori normal, namun terdapat kecenderungan status gizi anak berada pada

20 44 kategori lebih. Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indeks yang baik dalam menilai status gizi saat ini (Supariasa et al 2002). Tabel 39 Sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/TB Status Gizi (BB/TB) n % Kurang (< - 2 SD sampai - 3 SD) Normal ( - 2 SD sampai + 2 SD) Lebih (>+ 2 SD) Total Berdasarkan indeks status gizi meliputi BB/U, TB/U, dan BB/TB menunjukkan sebagian besar contoh berada pada kategori normal. Data mengenai sebaran kategori status gizi contoh dapat dilihat pada Lampiran 3. Sebagian besar contoh yang yang berada pada kategori status gizi normal berdasarkan indeks TB/U akan memiliki status gizi normal berdasarkan indeks BB/U maupun BB/TB. Contoh yang memilki kategori pendek menurut status gizi indeks TB/U menunjukkan kategori normal menurut status gizi indeks BB/U dan BB/TB. Hasil tersebut menunjukkan bahwa contoh pernah mengalami masalah kekurangan gizi di masa lalu, namun melalui asupan zat gizi yang cukup dan kondisi kesehatan yang baik mempengaruhi peningkatan status gizi contoh. Selain itu, terdapat contoh yang memiliki status gizi normal berdasarkan indeks BB/U dan TB/U namun menunjukkan status gizi kurang berdasarkan indeks BB/TB. Hal ini menunjukkan meskipun keadaan gizi contoh di masa lalu baik, namun kondisi kesehatan dan menurunnya jumlah pangan yang dikonsumsi akan menunjukkan status gizi saat kini yang kurang. Status Kesehatan Anak Usia Prasekolah Gambar 7 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan kejadian pernah atau tidaknya sakit. Sebagian besar contoh tidak mengalami sakit dalam satu bulan terakhir sebesar 81,2% dan sebanyak 18,8 % contoh tidak mengalami sakit. Pemberian vitamin secara teratur setiap harinya diduga mempengaruhi kesehatan anak. Umumnya contoh yang tidak mengalami sakit mengonsumsi vitamin yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh.

21 45 Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit Tabel 40 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis, kejadian sakit, dan frekuensi penyakit dalam satu bulan terakhir. Jenis penyakit yang pernah dialami oleh contoh dalam satu bulan terakhir cukup beragam yaitu meliputi demam, batuk, influenza, dan diare. Berdasarkan Tabel 40 diketahui bahwa frekuensi sakit yang dialami oleh sebagian besar contoh adalah satu kali dalam satu bulan terakhir dengan jenis penyakit batuk dan influenza. Umumnya contoh mengalami influenza dan batuk disertai demam. Tabel 40 Sebaran contoh berdasarkan jenis, kejadian sakit, dan frekuensi penyakit dalam satu bulan terakhir Jenis penyakit Frekuensi sakit (kali) tidak pernah 1 2 n % n % n % Demam Batuk Influenza Diare Berdasarkan Tabel 41 diketahui bahwa sebagian besar contoh yang sakit mengalami lama sakit selama satu sampai tiga hari dengan jenis penyakit batuk. Infeksi dapat menyebabkan turunnya nafsu makan anak atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. Anak yang sakit dan sedang dalam masa penyembuhan memerlukan asupan pangan yang cukup untuk meningkatkan status kesehatan yang memburuk (Harper et al 2009). Contoh yang mengalami kejadian sakit melakukan pengobatan baik di rumah, puskesmas maupun klinik dokter. Contoh yang melakukan pengobatan di rumah diberikan obat generik yang dibeli di apotik atau warung, sedangkan contoh yang melakukan pengobatan ke puskesmas dan klinik diberikan obat

22 46 berdasarkan resep dokter. Pemberian pelayanan kesehatan yang terpenuhi dan didukung pemberian makan seimbang akan berdampak status kesehatan yang baik (Suryono & Supardi 2004). Tabel 41 Sebaran contoh berdasarkan lama sakit pada status gizi dan Lama sakit (hari) Jenis penyakit 0 hari 1-3 hari 4-6 hari n % n % n % Demam Batuk Influenza Diare Hubungan Antar Variabel Hubungan Waktu Menonton Televisi dengan Aktifitas Fisik Hasil analisis uji Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan waktu menonton televisi (p<0,01, r=-0,524). Hal ini bermakna bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan contoh untuk menonton televisi maka semakin ringan tingkat aktivitas fisik contoh. Hasil analisis korelasi tersebut juga sesuai dengan kecenderungan yang dapat dilihat pada Tabel 42, sebanyak 25% anak usia prasekolah memiliki waktu menonton televisi pada kategori berat dengan tingkat aktivitas fisik yang ringan. Tabel 42 Sebaran contoh berdasarkan waktu menonton televisi dan tingkat aktivitas fisik Waktu Menonton Televisi Tingkat Aktivitas Fisik Sangat ringan Ringan Sedang Total n % n % n % n % Ringan Sedang Berat Total Menonton televisi merupakan bagian dari aktivitas yang ringan dan termasuk dalam kegiatan yang rutin dilakukan contoh setiap hari. Waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi mempengaruhi alokasi melakukan aktivitas lainnya. makan dan tidur anak (Hurlock 1991). waktu untuk Menonton televisi sering mengganggu jadwal

23 47 Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Status Gizi Anak Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan energi (p<0.01), protein (p<0.01), karbohidrat (p<0.05),lemak (<0,05) dan kalsium (p<0.05) dengan status gizi menurut indeks BB/TB (Lampiran 1). Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi asupan energi, protein, karbohidrat, lemak dan kalsium anak maka semakin meningkat status gizinya. Status gizi dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat gizi. Usia prasekolah merupakan usia dimana kebutuhan akan zat gizi anak harus terpenuhi untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu, kemampuan untuk belajar dan bekerja serta bersikap pada anak yang kurang gizi akan lebih terbatas daripada anak yang normal. Keadaan gizi yang berlebih pada anak berpotensi menimbulkan kegemukan dan berpotensi menimbulkan berbagai penyakit, seperti diabetes, jantung kronik, dan kanker (Santoso 2004). Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Status Kesehatan Anak Pada penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat kecukupan energi (p<0,01), protein (p<0,05), vitamin D (p<0,05), dan kalsium (p<0,05) denga status kesehatan contoh berdasarkan kejadian sakit (Lampiran 2). Hal tersebut bermakna bahwa semakin tinggi asupan energi, protein, vitamin D dan kalsium contoh akan menghasilkan status kesehatan yang baik. Status kesehatan anak dapat dipengaruhi juga oleh konsumsi suplemen. Suplemen tersebut berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, membantu proses penyembuhan saat sakit, dan meningkatkan nafsu makan. Masa usia prasekolah merupakan masa yang masih rawan, karena pada usia ini bila anak kekurangan makanan yang bergizi, maka akan mudah sekali terserang penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan otak dan terjadinya gangguan perkembangan intelegensi (Winarno 1992). Hubungan Status Gizi dengan Status Kesehatan Anak Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara status gizi menurut indeks BB/TB dengan status kesehatan anak (p<0,01, r=0,598). Hal tersebut bermakna bahwa semakin baik status gizi anak menunjukkan semakin jarang anak tersebut jatuh sakit. Tabel 43 menunjukkan

24 48 bahwa status gizi contoh pada kategori kurang cenderung mengalami sakit, sedangkan contoh yang memiliki status gizi normal dan lebih akan memiliki kesehatan yang baik. Tabel 43 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan status kesehatan Status Gizi Status Kesehatan Tidak Sakit Sakit Total n % n % n % Kurang Normal Lebih Total Status gizi dan status kesehatan saling mempengaruhi. Semakin sering anak mengalami sakit maka status gizinya akan semakin memburuk. Begitupula sebaliknya semakin buruk status gizi anak maka penyakit yang diderita akan semakin lama sembuh (Suhardjo 2005)..Anak yang sakit dan sedang dalam masa penyembuhan memerlukan asupan pangan yang cukup untuk meningkatkan status kesehatan yang memburuk. Kondisi kesehatan yang buruk pada anak sangat rawan karena pada periode ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan (Harper et al 2009).

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah 4 TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah Kelompok anak usia prasekolah terdiri atas 2 kelompok, yaitu anak usia 1-3 tahun dan usia 4-6 tahun (PERSAGI 1990). Usia prasekolah merupakan periode keemasan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Usia Dini Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal dan masa akhir kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur dua tahun sampai enam

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa kanak-kanak atau yang dikenal sebagai masa prasekolah yaitu anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia prasekolah mengalami perkembangan fisiologik

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Balita 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1. L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden Informed Consent Persetujuan menjadi Responden Selamat Pagi/Siang/Sore Perkenalkan nama Saya Laila Suciati mahasiswi S1 eks 2006 Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi Seimbang dan Pola Makan Anak Autis di SDNLB Lubuk Pakam Tahun 2012

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi Seimbang dan Pola Makan Anak Autis di SDNLB Lubuk Pakam Tahun 2012 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi Seimbang dan Pola Makan Anak Autis di SDNLB 107708 Lubuk Pakam Tahun 2012 Karakteristik Ibu 1. Nama Ibu : 2. Umur : 3. Alamat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, 04 10.00-4. Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Mei 2017 12.00 tentang asupan nutrisi pada anak yaitu menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM)

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) I. SOSIAL Identitas Diri 1. Nama Inisial : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 5. BB terakhir : kg 6. TB terakhir : cm 7. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Desa Desa Paberasan merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Paberasan yaitu: Sebelah utara : Desa Poja

Lebih terperinci

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN 85 LAMPIRAN 1 LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN Penelitian yang berjudul : Penilaian Asupan Kalsium Berdasarakan Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Olahraga, dan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Pemberian Makanan Sumber Protein Pada Balita 1. Frekuensi Pangan Frekuensi pemberian makanan sumber protein pada balita adalah berapa kali perhari pemberian pangan

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN ANAK USIA PRASEKOLAH

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN ANAK USIA PRASEKOLAH i HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN ANAK USIA PRASEKOLAH MEILITA KUSRAMADHANTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA BAB II T1NJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Anak Balita Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH Berdasarkan Surat Ijin/Penugasan Dekan FIK UNY No 1737/H.34.16/KP/2009 FAKULTAS

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor

Lebih terperinci

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan investasi dan generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Kualitas anak sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 79 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Apa itu Nutrisi???? Defenisi Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan Setiap anak mempunyai

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA LAMPIRAN Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Usia :.tahun Alamat :... Telepon/HP : selaku Bapak/ibu/lainnya(sebutkan..) dari.. usia..bulan, setelah mendapatkan

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci