HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Desa Desa Paberasan merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Paberasan yaitu: Sebelah utara : Desa Poja Sebelah selatan : Desa Kacongan Sebelah timur : Desa Beraji Sebelah barat : Desa Parsanga Desa Paberasan memiliki luas permukiman 129 ha/m 2, luas persawahan 192 ha/m 2, dan luas perkebunan 157 ha/m 2. Jumlah penduduk sebanyak 1806 orang laki-laki dan 1877 orang perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 1090 KK. Jumlah balita yang ada di Desa Paberasan tahun 2008: Tabel 6 Sebaran balita di Desa Paberasan berdasarkan usia Usia (tahun) Laki-Laki Perempuan Sumber: Profil Desa Paberasan Terdapat 50 laki-laki dan 55 perempuan yang tamat SD, 52 laki-laki dan 70 perempuan yang tamat SMP, 60 laki-laki dan 62 perempuan yang tamat SMA. Terdapat 12 laki-laki dan 8 perempuan yang tamat D1, 20 laki-laki dan 25 perempuan yang tamat D2, 40 laki-laki dan 50 perempuan yang tamat D3, dan 30 laki-laki dan 35 perempuan yang tamat S1. Pada umumnya masyarakat Desa Paberasan memiliki pekerjaan sebagai petani dan buruh tani. Terdapat 370 lakilaki dan 150 perempuan yang bekerja sebagai petani, 395 laki-laki dan 300 perempuan yang bekerja sebagai buruh tani. Masyarakat yang bekerja sebagai PNS yaitu 132 laki-laki dan 10 perempuan. Masyarakat Desa Paberasan juga ada yang bekerja sebagai pedagang yaitu 200 orang laki-laki dan 10 perempuan. Berdasarkan profil puskesmas tahun 2010, jumlah posyandu di Desa Paberasan sebanyak 4 posyandu. Posyandu yang terdapat di desa tersebut semuanya tergolong posyandu madya. Posyandu Madya merupakan posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader lima orang atau lebih, namun cakupan program utamanya (KB, KIA,

2 35 Gizi, dan Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50% (Sulaeman A dkk 2010). Jumlah balita yang ditimbang di Desa Paberasan sebanyak 71.5%, balita yang naik berat badannya sebanyak 70%, balita yang BGM sebanyak 3.9%. Masih mencapai 64.3% ibu yang memberikan ASI eksklusif. Selain itu juga terkait dengan penggunaan garam beryodium, Desa Paberasan hanya 85.7% yang menggunakan garam beryodium (Profil Puskesmas Pamolokan 2010). Karakteristik Keluarga Pendapatan dan Besar Keluarga Sebagian besar (72.7%) contoh memiliki pendapatan per kapita >Rp Keluarga yang memiliki pendapatan per kapita >Rp.213,383 tergolong keluarga tidak miskin berdasarkan batas garis kemiskinan. Pendapatan per kapita terendah sebesar Rp dan pendapatan per kapita keluarga tertinggi sebesar Rp Besar anggota keluarga juga perlu untuk diperhatikan karena merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang. Hal ini dilihat dari pola konsumsi dan luas hunian rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalamnya. Jumlah anggota keluarga yang banyak menyebabkan perhatian ibu terhadap anak-anaknya semakin berkurang dan terhadap anggota keluarga yang lain, serta perhatian ibu terhadap dirinya sendiri (Sukarni 1989). Sebagian besar (63.6%) contoh termasuk dalam keluarga kecil dan tidak ada contoh yang termasuk dalam kategori keluarga besar. Berdasarkan Hurlock (1998) keluarga kecil adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga 4 orang. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita dan besar keluarga. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita dan besar keluarga Jumlah Total Pendapatan per kapita (Rp/bulan) anggota keluarga Rp 213,383 >Rp 213,383 n % n % N % Total Karakteristik Balita Umur dan Jenis Kelamin Balita Balita memerlukan perhatian yang sangat serius karena pada masa balita adalah masa tumbuh kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan secara fisik

3 36 dan perkembangan psikomotorik. Pada masa ini balita harus memiliki kondisi gizi yang baik. Keadaan gizi yang baik dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita. Sebagian besar (29.1%) balita berada dalam rentang umur bulan dan bulan. Berdasarkan pengelompokan jenis kelamin, dapat diketahui 63.6% balita berjenis kelamin perempuan dan sisanya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 36.4%. Berdasarkan data laporan desa, balita yang terdapat di desa tersebut sebagian besar adalah perempuan. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin balita: Umur (Bulan) Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin laki-laki Jenis kelamin perempuan Total n % n % N % Total Sebaran contoh juga dapat dilihat berdasarkan umur dan jenis kelamin balita. Sebagian besar (20%) balita berjenis kelamin perempuan pada umur bulan dan sebagian kecil (3.6%) balita berjenis kelamin laki-laki pada rentang umur bulan. Berdasarkan data laporan desa tahun 2008, balita yang terdapat di Desa Paberasan sebagian besar berada dalam rentang umur bulan dan sebagian besar memiliki jenis kelamin perempuan. Karakteristik Ibu balita Umur Ibu Sebagian besar (94%) ibu berada dalam rentang umur tahun. Namun terdapat ibu balita yang masih memiliki umur di bawah 20 tahun yaitu sebesar 1.8%. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan umur ibu: Tabel 9 Sebaran umur ibu Umur (Tahun) n % < Sebagian besar (94.5%) ibu berada dalam rentang umur tahun. Menurut Papalia & old (1986), dalam rentang umur tahun termasuk dalam

4 37 kategori dewasa awal. Orang tua muda terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak menggunakan pengalaman orang terdahulu. Pada umumnya orang tua muda lebih mementingkan kepentingannya sendiri dibandingkan kewajibannya untuk mengasuh dan mengurus anak. Hal ini menyebabkan secara kualitas dan kuantitas pengasuhan yang dilakukan kurang terpenuhi. Sebaliknya orang tua yang berumur lebih cenderung untuk melaksanakan kewajibannya dalam mengasuh anak semaksimal mungkin dan sepenuh hati (Hurlock 1998). Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan ibu berperan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Sebagian besar (38.%) ibu adalah lulusan SD dan tidak ada ibu yang tidak pernah sekolah. Berikut ini disajikan tabel persentase tingkat pendidikan ibu: Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu Tingkat Pendidikan n % Tidak tamat SD SD SLTP SLTA D S Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pemahamannya terhadap perawatan kesehatan, hygiene, dan kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2003). Ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah dalam menerima pesan dan informasi gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Orang tua yang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih mengerti tentang pemilihan pengolahan pangan serta cara pemberian makan yang sehat dan bergizi untuk anak (Soetjiningsih 1998). Pekerjaan Ibu Sebagian besar (61.8%) ibu adalah ibu rumah tangga. Para wanita yang sudah memiliki anak sebagian besar lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga saja. Hal ini bertujuan untuk mengurus anak di rumah dan melakukan pekerjaan rumah yang cukup menguras tenaga. Namun ada juga ibu yang

5 38 memilih untuk bekerja di luar rumah misalnya sebagai PNS, padagang, PRT, dan petani. Ibu yang sibuk bekerja biasanya menitipkan anak mereka kepada nenek atau saudaranya. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan pekerjaaan ibu: Tabel 11 Sebaran pekerjaan ibu Pekerjaan n % Tidak Bekerja Petani PNS Pegawai Swasta PRT Lain Meningkatnya penghasilan keluarga yang berasal dari ibu yang bekerja akan memperbaiki konsumsi pangan seluruh anggota keluarga. Pada saat yang sama, ibu akan kehilangan waktu yang berharga bersama anak-anak mereka dalam memberi makan dan mengasuh anak-anaknya, terutama anak yang masih kecil (Khomsan 2004). Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu memilih untuk tidak bekarja dan mengurus anak mereka di rumah. Kondisi tersebut sangat berdampak positif terhadap anak-anak mereka karena ibu dapat meluangkan waktunya untuk mengurus keluarga khususnya anak-anak mereka yang masih kecil yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua khususnya dari seorang ibu. Pengetahuan Gizi Ibu Pengetahuan gizi merupakan salah satu perihal penting yang perlu diperhatikan karena berkaitan terhadap perubahan sikap dan perilaku gizi seseorang. Berikut ini tabel yang menyajikan persentase pengetahuan gizi ibu berdasarkan kategori yag telah ditentukan: Tabel 12 Persentase pengetahuan gizi ibu Tingkat pengetahuan gizi ibu n % Baik (skor >80%) Sedang (skor 60-80%) Rendah (skor <60%) Total Rata-rata±SD 68.82±16.44 Sebagian besar (34.5%) ibu masing-masing memiliki pengetahuan gizi baik dan sedang dan masih terdapat ibu yang memiliki pengetahuan gizi rendah

6 39 yaitu sebesar 30.9%. Menurut suhardjo (2003) dalam penyediaan makanan keluarga dalam hal ini dilakukan oleh ibu, banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi. Semakin banyak pengetahuan gizi ibu maka akan semakin diperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang akan dipilih untuk dikonsumsi. Ibu yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi maka akan cenderung memilih makanan yang paling menarik panca indera dan tidak mempertimbangkan dari aspek gizi makanannya (Sedioetama 200). Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar ibu memiliki pengetahuan gizi baik dan sedang. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik kemungkinan memilih dan menyediakan makanan bagi anggota keluarga baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang memenuhi angka kecukupan gizi. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi rendah adalah ibu yang hanya lulusan SD, selain itu juga ibu yang kurang aktif dalam mengakses informasi terutama informasi kesehatan. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan aspek-aspek pengetahuan gizi ibu: Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan aspek-aspek pengetahuan gizi ibu Aspek Pengetahuan gizi ibu Baik Sedang Rendah n % n % n % Jenis dan sumber zat gizi Fungsi dan akibat kekurangan zat gizi Air Susu Ibu Berdasarkan tabel di atas, terdapat 10.9% ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik terkait dengan aspek jenis dan sumber zat gizi, 63.6% ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik terkait fungsi dan akibat kekurangan zat gizi, dan terdapat 40% ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik terkait aspek air susu ibu. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ibu terkait dengan sumber dan jenis zat gizi: Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ibu (Sumber dan jenis zat gizi) Pertanyaan Benar Salah n % n % Sumber kalsium dan fosfor Sumber protein hewani Menu 3B Sumber zat besi Sumber zat pembangun Zat gizi pendukung pertumbuhan anak

7 40 Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pengetahuan gizi ibu yaitu pertanyaan terkait dengan sumber dan jenis zat gizi. Terdapat enam pertanyaan yang terkait dengan indikator tersebut. Pertanyaan yang banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan tentang sumber protein hewani yaitu sebesar 72.7% ibu yang menjawab dengan benar. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar ibu balita mengetahui bahwa ikan merupakan sumber protein. Informasi tersebut mereka dapatkan dari iklan-iklan di televisi atau media massa lainnya. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan tentang sumber zat pembangun yaitu sebesar 92.7% ibu yang menjawab salah. Berdasarkan hasil penelitian, banyak ibu yang menjawab bahwa zat gizi yang merupakan zat pembangun adalah nasi dan kentang. Karena menurut mereka nasi dan kentang merupakan sesuatu yang sering dikonsumsi seseorang untuk memberikan rasa kenyang. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan indikator pengetahuan gizi terkait dengan manfaat dan akibat kekurangan zat gizi: Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ibu (manfaat dan akibat kekurangan zat gizi) Pertanyaan Benar Salah n % n % Fungsi zat besi Akibat kekurangan yodium Akibat kekurangan vitamin A Masalah gizi kurang diindonesia Penyebab anak kurang gizi Manfaat konsumsi tablet besi selama masa kehamilan Manfaat garam beryodium Pencegah dehidrasi Manfaat kalsium Akibat makanan dan minuman tidak bersih Indikator lain yang digunakan untuk mengukur pengetahuan gizi ibu yaitu pertanyaan terkait dengan manfaat dan akibat kekurangan zat gizi. Pertanyaan yang digunakan terkait dengan hal tersebut terdiri dari sepuluh pertanyaan. Pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh ibu balita adalah pertanyaan tentang manfaat kalsium dan akibat makanan dan minuman tidak bersih yaitu masing-masing sebesar 96.4% ibu balita yang menjawab benar. Sedangkan pertanyaan yang banyak dijawab dengan salah yaitu pertanyaan tentang fungsi

8 41 zat besi. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan indikator pengetahuan gizi terkait dengan Air Susu Ibu (ASI): Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi (Air Susu Ibu) Pertanyaan Benar Salah n % n % Cairan kolostrum Usia awal pemberian ASI Periode ASI eksklusif Periode pemberian ASI ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan yang paling cocok untuk bayi serta memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan makanan yang dibuat oleh manusia. Air susu ibu sangat menguntungkan yaitu dilihat dari segi gizi, kesehatan, maupun dari segi sosial ekonomi (Suhardjo 1989b). ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi, sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa makanan dan minuman selain ASI. Pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat, karena ASI merupakan makanan yang paling sempurna untuk bayi, bahkan sangat mudah dan murah memberikannya kepada bayi. ASI juga dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Dinkes DKI Jakarta 2002). Berdasarkan hasil penelitian, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan tentang usia awal pemberian ASI. Terdapat 89.1% ibu balita yang menjawab dengan benar pertanyaan tersebut. Banyak ibu balita yang sudah mengetahui hal tersebut dan sebagian ibu sudah menerapkan hal tersebut kepada anak-anak mereka. Sebagian besar ibu balita telah memberikan ASI kepada anak mereka sejak anak mereka baru lahir, namun ada juga ibu balita yang tidak memberikan ASI mereka setelah anak mereka lahir. Hal tersebut disebabkan karena ASI yang tidak keluar, sehingga ibu menangani hal tersebut dengan memberikan susu formula kepada anaknya. Alasan lain ibu memberikan susu formula kepada anak mereka yaitu karena adanya ibu yang sibuk bekerja, sehingga anak mereka diasuh oleh saudara atau neneknya. Terdapat pertanyaan yang banyak dijawab salah yaitu pertanyaan tentang cairan kolustrum. Cairan kolustrum ini belum popular atau belum banyak dikenal oleh orang awam. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan ibu balita, sebagian besar dari mereka sudah memberikan cairan kolustrum kepada anak mereka yang baru lahir.

9 42 Perilaku Keluarga Sadar Gizi Perilaku keluarga sadar gizi perlu diterapkan oleh setiap keluarga. Terdapat lima perihal yang termasuk dalam perilaku keluarga sadar gizi yaitu: menimbang berat badan secara rutin tiap bulan, mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, mengkonsumsi garam beryodium, memberikan ASI eksklusif, dan memberikan suplemen gizi kepada anggota keluarga. Berikut ini persentase perilaku keluarga sadar gizi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan: Tabel 17 Perilaku keluarga sadar gizi Perilaku Kadarzi n % Baik (skor >80%) Sedang (skor 60-80%) Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar keluarga berperilaku keluarga sadar gizi baik, tidak terdapat keluarga yang memiliki perilaku keluarga sadar gizi yang rendah. Terdapat contoh yang pendidikan terakhir ibu adalah lulusan SD namun dapat menerapkan perilaku Kadarzi baik. Terdapat beberapa hal yang ditemukan dari hasil wawancara yang diduga terkait dengan hal tersebut yaitu adanya faktor ekonomi, ketersediaan pangan di daerah tersebut, dan pengalaman orang terdahulu. Berikut ini disajikan tabel perilaku keluarga sadar gizi pada masing-masing indikator Tabel 18 Perilaku keluarga sadar gizi pada masing-masing indikator Perilaku Kadarzi Baik Sedang Rendah Total n % n % n % n % Penimbangan berat badan Konsumsi makanan beragam Konsumsi garam beryodium Air susu ibu Suplementasi zat gizi pada balita dan ibu hamil/nifas Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (65.5%) contoh berperilaku Kadarzi baik terkait dengan penimbangan berat badan secara rutin. Terkait dengan indikator Air Susu Ibu, sebagian besar (92.7%) contoh telah berperilaku baik. Terkait dengan konsumsi garam beryodium, terdapat 90.9% contoh yang

10 43 telah berperilaku baik. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan indikator Kadarzi terkait dengan penimbangan berat badan: Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi (penimbangan berat badan) Pertanyaan Baik sedang Rendah n % n % n % Penimbangan ibu hamil Penimbangan balita Pengecekan KMS Pemeriksaan kesehatan Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur perilaku Kadarzi yaitu penimbangan berat badan. Terdapat empat pertanyaan yang terkait dengan indikator tersebut. Sebagian besar (76.4%) contoh sudah mencapai kategori baik dalam membawa anggota keluarga ke bidan/dokter/puskesmas ketika anggota keluarga ada yang sakit. Sedangkan perilaku penimbangan rutin balita tiap bulan masih 38.2% contoh yang mencapai kategori baik. Pemeriksaan kesehatan dapat dikategorikan baik apabila setiap terdapat anggota keluarga yang sakit selalu membawanya ke bidan//dokter/puskesmas, dan penimbangan balita tiap bulan dapat dikategorikan baik apabila contoh rutin tiap bulan menimbang berat badan ke posyandu. Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan yaitu mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan balita. Kegunaan dari pemantauan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, mencegah memburuknya keadaan gizi (Dinkes DKI Jakarta 2002). Masih terdapat ibu balita yang malas untuk membawa anaknya ke posyandu, hal tersebut disebabkan karena tempat posyandu yang susah dijangkau yaitu jauh dari tempat tinggal mereka. Namun ada juga balita yang jarang ditimbang karena saat hari penimbangan sedang tidak ada di rumah yaitu terkadang orang tuanya membawa anaknya berkunjung ke rumah saudara atau kakek nenek mereka. Perilaku yang jarang dilakukan oleh ibu balita yaitu melihat ulang KMS setelah menimbang di posyandu yaitu masih ada yang tergolong rendah. Menurut Roedjito (1989), KMS merupakan sebuah kartu tebal yang dapat dilipat yang dapat digunakan untuk menggunakan garis pertumbuhan anak dari 0 sampai 5 tahun. Penggunaan KMS yang paling penting adalah untuk membandingkan dan menilai pertumbuhan berat anak dalam jangka waktu

11 44 tertentu. Terdapat 10.9% contoh yang masih tergolong rendah dalam pengecekan KMS. Hal tersebut terjadi karena masih ada ibu balita yang ternyata tidak mempunyai KMS karena ada sebagian dari mereka yang KMSnya hilang, atau dibawa oleh kader posyandu. Beraneka ragam pangan yang dikonsumsi memenuhi tri guna makanan yaitu makanan sebagai sumber tenaga (karbohidrat, lemak), sumber zat pembangun (protein), dan sumber zat pengatur (vitamin, mineral). Selain itu beraneka ragam makanan yaitu makan sebanyak 2-3 kali sehari yang terdiri dari empat macam kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan tersebut adalah 1) makanan pokok, sebagai sumber zat tenaga seperti beras, jagung, umbi, singkong, mie; 2) lauk pauk, sebagai sumber gizi pembangun seperti ikan, telur, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan, tahu; dan 3) sayuran dan buahbuahan, sebagai sumber zat pengatur seperti bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang panjang, sawi, dan singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, nanas (Dinkes DKI Jakarta 2002). Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan indikator Kadarzi yang terkait dengan konsumsi makanan beragam: Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi (konsumsi makanan beragam) Pertanyaan Baik Sedang Rendah n % n % n % Konsumsi ibu Konsumsi ayah Konsumsi balita Ketersediaan sayuran Ketersediaan buah-buahan Konsumsi buah-buahan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, frekuensi makan ayah masih mencapai 74.5% contoh yang termasuk dalam kategori baik, sedangkan frekuensi makan balita masih mencapai 52.7% contoh yang tergolong dalam katerogi baik. Frekuensi makan seseorang dapat dikatakan baik apabila seseorang makan tiga kali dalam sehari. Terdapat 9.1% contoh yang setiap hari terbiasa menyediakan buah-buahan di rumah. Terdapat 25.5.% balita yang tidak tentu frekuensi makannya dalam sehari. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu balita, ternyata terdapat balita yang bahkan tidak pernah makan nasi sampai berumur 14 bulan. Asupan hanya diperoleh dari susu dan biskuit yang biasa dikonsumsi.

12 45 Mengkonsumsi makanan yang beragam sangat baik untuk keberlangsungan hidup. Hal ini disebabkan karena fungsi dari makanan yang beragam yaitu untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan terhindar dari penyakit kekurangan gizi. Akibat dari tidak mengkonsumsi makanan yang beragam, maka akan terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anggota tubuh khususnya pada balita (Dinkes DKI Jakarta 2002). Konsumsi garam beryodium merupakan indikator ketiga yang digunakan untuk melihat perilaku Kadarzi. Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di dalam tanah maupun di air dan merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (GAKI 2007). Garam beryodium adalah garam yang telah ditambah zat iodium yang diperlukan oleh tubuh (Dinkes DKI Jakarta 2002). Fungsi iodium dalam tubuh manusia adalah untuk membentuk hormon tiroksin yang diperlukan oleh tubuh yang bermanfaat dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa. Adapun pangan sumber iodium yaitu ikan, kerang-kerangan dan rumput laut (Depkes RI 2008) Penanggulangan gondok endemik dilakukan dengan pelarutan iodium dan iodisasi garam konsumsi. Untuk produksi garam beryodium telah dilakukan iodisasi yang berasal dari garam yang dikeluarkan dari stok nasional (Suhardjo 2008). Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan indikator Kadarzi yang terkait dengan konsumsi garam beryodium: Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi (konsumsi garam beryodium) Pertanyaan Baik Sedang Rendah n % n % n % Pemilihan garam beryodium Penggunaan garam beryodium Ketersediaan garam beryodium Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu balita, sebagian besar sudah mengetahui akibat dari kekurangan yodium. Oleh karena itu sebagian besar keluarga sudah menggunakan garam beryodium. Namun masih terdapat beberapa keluarga yang kadang tidak memperhatikan ketika membeli garam. Hal ini disebabkan karena terdapat ibu yang belum mengetahui manfaat dari garam beryodium sehingga ibu tidak selalu membeli garam yang beryodium. Beberapa ibu balita berpendapat bahwa garam beryodium kurang terasa asinnya sehingga

13 46 terkadang ibu memilih garam yang tidak beryodium. Garam beryodium merupakan garam yang telah ditambah zat yodium yang diperlukan oleh tubuh. Pada kemasan biasa ditulis garam beryodium. Kegunaan garam beryodium yaitu mencegah terjadinya penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Akibat tidak menggunakan/memasak dengan garam beryodium, yaitu terjadinya penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang ditandai dengan membesarnya kelenjar gondok di daerah leher, sehingga mengurangi daya tarik seseorang. Pertumbuhan anak tidak normal yang disebut kretin/kerdil. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan perilaku konsumsi garam beryodium keluarga baik dari segi pemilihan, penggunaan, maupun ketersediaannya 90.9% contoh yang mencapai kategori baik. Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif di masyarakat. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan tidak memberikan makanan dan minuman lain selain ASI pada bayi umur 0-6 bulan. Kegunaan memberikan ASI eksklusif, yaitu : ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, murah dan mudah memberikannya pada bayi. ASI saja dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal pada bayi sampai berumur 6 bulan. ASI yang pertama keluar disebut kolustrum berwarna kekuningan, dan mengandung zat kekebalan untuk mencegah timbulnya penyakit. Oleh karena itu harus diberikan kepada bayi dan jangan sekali-sekali dibuang. Keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi 0-6 bulan. Dengan ASI mempererat ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI eksklusif dijadikan salah satu indikator dalam mengukur perilaku Kadarzi. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan indikator Kadarzi yang terkait dengan konsumsi ASI: Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi (konsumsi ASI) Pertanyaan Baik Sedang Rendah n % n % n % Pemberian ASI eksklusif Pemberian ASI dalam sehari Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat 83.6% ibu yang telah memberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Namun masih terdapat 3.6% ibu yang tidak pernah memberikan ASI eksklusif. Akibat tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi, yaitu: Bila bayi umur 0-6 bulan diberi makanan lain

14 47 selain ASI, dapat terjadi gangguan alat pencernaan. Bayi tidak mempunyai ketahanan tubuh untuk mencegah penyakit. Bila bayi diberikan susu botol sering terjadi mencret, kemungkinan bayi tidak cocok dengan susu bubuk atau cara membuatnya tidak bersih, dan pengeluaran biaya rumah tangga lebih banyak. Mengurangi ikatan cinta kasih antara ibu dan anak. Berdasarkan frekuensi pemberian ASI dalam sehari, terdapat 78.2% ibu yang telah memberikan ASI dalam sehari lebih dari 8 kali, namun terdapat 3.6% ibu yang tidak pernah memberikan ASI dalam sehari. Hal tersebut disebabkan karena ASI yang tidak keluar sehingga sejak lahir telah diberikan susu formula. Tindakan yang perlu dilakukan bila ibu belum memberikan ASI saja pada bayi mulai umur 0-6 bulan, yaitu: memberikan pendidikan gizi atau pengetahuan tentang pentingnya memberikan ASI saja pada bayi mulai umur 0-6 bulan. Mempersiapkan ibu agar dapat menyusui bayinya segera setelah melahirkan dengan menganjurkan makan-makanan bergizi yang dapat meningkatkan ASI, misalnya kacang-kacangan, sayuran hijau, ikan, telur dan buah-buahan. Mulai umur 6 bulan bayi dapat diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI. Indikator kelima yang digunakan untuk mengukur perilaku Kadarzi yaitu terkait dengan suplementasi zat gizi pada balita dan ibu hamil/nifas. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan konsumsi suplemen zat gizi pada balita dan ibu hamil/menyusui: Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi (konsumsi suplemen zat gizi pada balita dan ibu hamil/menyusui) Pertanyaan Baik Sedang Rendah n % n % n % Pemberian tablet besi pada masa kehamilan Konsum tablet besi pada masa kehamilan Pemberian kapsul vitamin A pada masa nifas Konsumsi vitamin A pada masa nifas Pemberian vitamin A pada balita Konsumsi vitamin A pada balita Berdasarkan tabel diatas, terdapat 87.3% contoh yang konsumsi vitamin A balita sudah tergolong baik. Konsumsi vitamin A dapat dikatakan baik apabila

15 48 balita selalu mengkonsumsi kapsul vitamin A setiap mendapatkan kapsul tersebut. Tidak ada balita yang tidak pernah mendapatkan kapsul vitamin A dari posyandu, namun masih ada balita yang tidak selalu mendapatkan kapsul vitamin A dari posyandu. Hal tersebut disebabkan karena saat jadwal pemberian vitamin A balita tidak melakukan kunjungan posyandu. Terdapat 30.9% ibu yang konsumsi vitamin A pada masa nifas masih tergolong rendah. Konsumsi vitamin A pada masa nifas dapat tergolong rendah apabila ibu balita tidak pernah mengkonsumsi vitamin A saat masa kehamilan/nifas. Status Gizi Balita Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dalam masyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering dilakukan dengan menggunakan metode antropometri. Pada anak-anak indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Berikut ini disajikan tabel penilaian status balita: Tabel 24 Status gizi balita Indeks Status gizi n % BB/U gizi buruk gizi kurang gizi baik gizi lebih Total 100 rata-rata±sd -1.03±1.02 Min TB/U sangat pendek pendek normal tinggi Total rata-rata±sd -2.31±1.79 Min BB/TB sangat kurus kurus normal gemuk Total rata-rata±sd 0.47±1.94 Min -4.3

16 49 Pengukuran status gizi balita menggunakan indeks BB/U mencerminkan masalah gizi akut kronis. Sebagian besar (87.3%) balita memiliki status gizi baik, masih terdapat 10.9% balita yang memiliki status gizi kurang dan 1.8% balita yang memiliki status gizi buruk. Besarnya angka gizi kurang dan gizi buruk yang ada menunjukkan adanya masalah kesehatan karena melebihi cut of point yang telah ditentukan. Berdasarkan Kepmenkes No.902/XVIII/2002 yaitu angka gizi buruk dapat dikatakan suatu masalah apabila melebihi cut of point 0.5% gizi buruk. Balita yang memiliki status gizi buruk adalah balita yang susah makan dan menderita penyakit infeksi. Balita yang memiliki status gizi buruk adalah balita yang pendidikan terakhir ibunya adalah SD. Orang tua yang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih mengerti tentang pemilihan pengolahan pangan serta cara pemberian makan yang sehat dan bergizi untuk anak (Soetjiningsih 1998). Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pemahamannya terhadap perawatan kesehatan, hygiene, dan kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2003). Balita dengan status gizi buruk diduga disebabkan karena ibu balita memiliki pendidikan yang masih rendah, sehingga belum mengerti tentang pemilihan pengolahan pangan serta cara pemberian makan yang sehat dan bergizi untuk anak. Namun terdapat balita yang memiliki status gizi baik dengan pendidikan terakhir ibu adalah SD. Hal tersebut bisa saja terjadi karena ibu balita lebih aktif dalam mengakses informasi, salah satunya dengan cara aktif mengikuti kegiatan penyuluhan sehingga lebih banyak ilmu yang didapat dari hasil penyuluhan yang dilakukan saat kegiatan posyandu dilakukan. Indeks TB/U menggambarkan masalah gizi kronis. TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Berdasarkan indeks TB/U, sebagian besar (36.4%) balita memiliki status gizi normal namun masih terdapat 29.1% balita yang memiliki status gizi sangat pendek dan sebesar 32.7% balita yang memiliki status gizi pendek. Hal tersebut dapat dikatakan masalah kesehatan karena sudah melebihi cut of point yang telah ditentukan. Berdasarkan Kepmenkes No.902/XVIII/2002 yaitu persentase status gizi pendek dan sangat pendek dapat dikatakan suatu masalah apabila melebihi cut of point 2.5%. Ketidakcukupan pemenuhan kebutuhan zat gizi dapat menyebabkan masalah gizi yaitu salah satunya terhambatnya pertumbuhan tinggi badan yang tidak optimal sehingga tidak sesuai dengan anak-anak lain seusianya. Stunting merefleksikan proses

17 50 kegagalan dalam mencapai pertumbuhan linear sebagai akibat dari keadaan gizi dan atau kesehatan yang subnormal. Menurut Supariasa 2001, pertumbuhan tinggi badan relatif sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam waktu pendek dan erat kaitannya dengan kondisi status sosial ekonomi. Pengukuran status gizi menggunakan indeks BB/TB mencerminkan status gizi pada saat ini. Berdasarkan indeks BB/TB, sebagian besar (70.9%) balita memiliki status gizi normal, masih terdapat 1.8% balita yang memiliki status gizi sangat kurus dan 9.09% balita yang memiliki status gizi kurus. Kondisi tersebut dapat dikatakan suatu masalah kesehatan karena sudah melebihi cut of point yang telah ditentukan berdasarkan Kepmenkes No.902/XVIII/2002 yaitu persentase status gizi sangat kurus dan kurus dapat dikatakan suatu masalah apabila melebihi cut of point 1%. Menurut Dorice M. dalam Sarwono Waspadji (2004), status gizi optimal adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi. Hubungan antar variabel Hubungan pengetahuan gizi ibu dengan perilaku keluarga sadar gizi Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan uji spearman, terdapat hubungan nyata antara pengetahuan gizi ibu dengan perilaku Kadarzi (p<0.05). Terdapat hubungan positif antara pengetahuan gizi ibu dengan perilaku Kadarzi. Semakin baik pengetahuan gizi ibu maka akan semakin baik pula perilaku Kadarzi. Hal ini sejalan dengan pernyataan khomsan 2007 yaitu tingkat pengetahuan seseorang yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu dan perilaku Kadarzi. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu dan perilaku Kadarzi Perilaku Tingkat pengetahuan gizi ibu Kadarzi Total Baik Sedang Rendah n % n % n % N % Baik Sedang Total Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 29.1% contoh yang memiliki pengetahuan gizi ibu dan perilaku Kadarzi yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa ibu balita telah menerapkan dengan baik pengetahuan yang

18 51 dimiliki. Menurut Soediatama (1996) dalam khomsan (2009), semakin baik pengetahuan gizi maka akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Orang yang semakin baik pengetahuan gizinya, lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya sebagai dasar sebelum mengkonsumsi makanan tertentu. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, secara keseluruhan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita yang diukur dengan menggunakan indeks BB/U (p=0.40), indeks TB/U (p=0.27) dan BB/TB (p=0.08). Status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan gizi saja, terdapat beberapa faktor lain yang juga berpengaruh terhadap status gizi balita yaitu terdapat penyakit infeksi, kurangnya perhatian ibu terhadap anak, dan anak yang tidak mau makan (Anderson 1995). Infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan manelan dan mencerna makanan. Parasit dalam usus, seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dengan tubuh dalam memperoleh makanan dan dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah. Keadaan yang demikian membantu terjadinya kurang gizi (Suhardjo dkk 1988). Menurut Suhardjo 2008, dalam penyediaan makanan keluarga dalam hal ini dilakukan oleh seorang ibu, banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi. Semakin baik pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Kondisi status gizi yang baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal (Depkes RI 2003). Dengan pengetahuan gizi yang baik, seorang ibu dapat memilih dan memberikan makan bagi balita baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang memenuhi angka kecukupan gizi. Asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dapat mempengaruhi status gizi. Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu dan status gizi balita yang diukur dengan indeks BB/TB.

19 52 Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu dan status gizi balita Status gizi balita Tingkat pengetahuan gizi ibu Total Baik Sedang Rendah n % n % n % N % Indek BB/U Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Total Indek TB/U Sangat pendek Pendek Normal Tinggi Total Indek BB/TB Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Total Berdasarkan tabel di atas, terdapat 29.1% contoh yang memiliki tingkat pengetahuan gizi ibu baik dengan status gizi balita normal (indeks BB/TB). Hal ini membuktikan bahwa ilmu dan pengetahuan yang didapat diterapkan dengan baik untuk mengurus keluarga dan anak mereka. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan lebih mengerti dalam menyediakan makanan untuk anggota keluarga dengan mempertimbangkan dari aspek gizinya. Namun terdapat juga contoh yang memiliki pengetahuan gizi baik dengan status gizi balita yang sangat kurus. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, hal tersebut terjadi karena balita yang susah makan sehingga balita kekurangan zat gizi. Hubungan Perilaku Kadarzi dengan Status Gizi Balita Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarga (Depkes RI 2008). Perilaku gizi seimbang yaitu pengetahuan, sikap dan praktek keluarga yang mampu mengkonsumsi makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu dalam keluarga. Status gizi adalah keadaan kesehatan individu yang ditentukan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi.

20 53 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji spearman, tidak terdapat hubungan antara perilaku Kadarzi dengan status gizi balita yang diukur dengan menggunakan indeks BB/U (p=0.89), indeks TB/U (p=0.09), dan berdasarkan indeks BB/TB (p=0.79). berdasarkan hasil penelitian,didapat contoh yang mengalami penyakit infeksi, pola makan yang tidak teratur, dan kurang perhatian orang tua. Status gizi balita sangat sentitif yang dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu praktek makan, perhatian, dan infeksi (Anderson 1995). Berikut ini disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi dan status gizi balita: Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan perilaku Kadarzi dan status gizi balita Status gizi Perilaku Kadarzi Total Baik Sedang n % n % n % Indek BB/U gizi buruk gizi kurang gizi baik gizi lebih Total Indek TB/U sangat pendek Pendek Normal Tinggi Total Indek BB/TB sangat kurus Kurang Normal Gemuk Total Berdasarkan tabel di atas terdapat 61.8% contoh yang memiliki perilaku Kadarzi yang baik dengan status gizi balita yang normal (indeks BB/TB). Namun terdapat juga keluarga yang memiliki perilaku Kadarzi yang baik dengan status gizi balita yang kurus. Hal ini disebabkan karena ada faktor lain yang juga berperan dalam mempengaruhi status gizi balita. Menurut Depkes RI (2001), banyak faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain: kesediaan pangan, mutu makanan, cara pengolahan, pola asuh anak, kesediaan air bersih dan sanitasi, kesadaran masyarakat untuk menggunakan sarana kesehatan.

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana Gizi Masyarakat Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id 1 Permasalahan gizi yang dihadapi oleh Indonesia seakan tidak pernah mau berakhir dan semakin diperparah oleh terjadinya krisis ekonomi tahun 1996.

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA 94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I. 5 Lampiran 1 KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 21 I. IDENTITAS LOKASI 1. Propinsi 2. Kabupaten 3. Kecamatan 4. Desa / Kelurahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Balita Balita adalah bayi dan anak yang berusia kurang dari lima tahun

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Balita Balita adalah bayi dan anak yang berusia kurang dari lima tahun BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Balita Balita adalah bayi dan anak yang berusia kurang dari lima tahun (Marimbi, 2010). Masa balita sering disebut masa emas. Masa emas merupakan masa pertumbuhan tubuh dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) 4 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keadaan gizi masyarakat Indonesia masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang vitamin A, anemia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Provinsi Jambi, yang mana pemilihan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN 1. Nama ibu : 2. Usia : 3. Pendidikan terakhir : 4. Pekerjaan : a. Bekerja b. Tidak Bekerja 5. Penghasilan keluarga : a.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat terhadap Perubahan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena secara fisik terjadi perkembangan tubuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena secara fisik terjadi perkembangan tubuh dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang 1. Balita Usia balita merupakan periode paling kritis dalam kehidupan manusia, karena secara fisik terjadi perkembangan tubuh dan keterampilan motorik yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak, kemudian menjadi dewasa, dan pada siklus

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Kepada Yth. Ibu Balita Di Tempat Kabanjahe, Juli 2015 Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. Dalam hal ini

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah LAMPIRAN 67 68 Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah 68 69 68 Lampiran 2 Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan akses ibu terhadap informasi dan pelayanan gizi

Lebih terperinci

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 16 Januari : Jl. Dr. Soemarsono No. 5, Padang Bulan, Komplek. USU, Medan

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 16 Januari : Jl. Dr. Soemarsono No. 5, Padang Bulan, Komplek. USU, Medan Lampiran 1 Riwayat Hidup Nama : Anita Dwi Jayanti Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 16 Januari 1993 Agama Alamat : Islam : Jl. Dr. Soemarsono No. 5, Padang Bulan, Komplek USU, Medan Riwayat Pendidikan : TK

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN KINERJA KADER POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH

HUBUNGAN KINERJA KADER POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH 85 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KINERJA KADER POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH A. Data Ibu 1. Umur :. 2. Pendidikan : 3. Pekerjaan :.. 4. Status perkawinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga 2.1.1. Pengetian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI Anik Kurniawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta E-mail: kurniawati_anik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang Vitamin A, anemia gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan di Indonesia beragam dan bertingkat mulai dari daerah pedesaan hingga perkotaan. Suatu daerah digolongkan dalam daerah perkotaan dan pedesaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 I. Identitas Responden Nama Ibu : Jumlah Balita : Nama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya manusia yang bermutu perlu ditata sejak dini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi KADARZI Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. 2.2. Sejarah KADARZI Dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini negara Indonesia sedang menghadapi masalah gizi ganda, yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari kemajuan jaman pada latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, POLA ASUH, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN ANAK BALITA DI WILAYAH PROGRAM WARUNG ANAK SEHAT (WAS) KABUPATEN SUKABUMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah penerus masa depan kita, anak balita juga menentukan masa depan bangsa, anak balita sehat akan menjadikan anak balita yang cerdas. Anak balita salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita adalah penerus masa depan kita, balita juga menentukan masa depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah satu golongan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

PEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR

PEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR 1 PEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR 1. Pengertian Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009 I. KARAKTERISTIK 1 Nama : 2 Umur : 3 Alamat : 4. Pekerjaan : 1. PNS 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GRAFIK BATANG... DAFTAR GRAFIK DIAGRAM Pie... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

demam tinggi, buah dada membengkak dan bernanah (abses) menyebabkan anak tidak boleh diberi ASI (Oswari 1986). Produksi ASI dipengaruhi konsumsi

demam tinggi, buah dada membengkak dan bernanah (abses) menyebabkan anak tidak boleh diberi ASI (Oswari 1986). Produksi ASI dipengaruhi konsumsi 29 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan literatur kepustakaan, disusun diagram pohon tentang berbagai kemungkinan faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif (Gambar 6). Menurut Delp et al. ( Hardinsyah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan

Lebih terperinci

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh. 22 Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga Ketersediaan Pangan Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh Kondisi Lingkungan Pola Asuh Tingkat kepatuhan

Lebih terperinci

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden

Lebih terperinci

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Observasi Awal Penelitian

Lampiran 1. Surat Observasi Awal Penelitian Lampiran 1. Surat Observasi Awal Penelitian Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengumpulan Data Lampiran 3. Formulir Persetujuan Pengambilan Data Penelitian Lampiran 4. Formulir Bimbingan Skripsi Lampiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu Menyusui Menyusui merupakan pekerjaan biologik yang mulia bagi semua jenis mamalia dan sebagai satu kesatuan dari fungsi reproduksi, menyusui adalah suatu insting. Namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup manusia dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya. Pendek atau yang dikenal dengan istilah stunting masih menjadi masalah gizi yang prevalensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Perhatian harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan balita, status gizi sampai pada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan Berikan Makan Lebih Banyak Selagi Bayi Tumbuh HalHal Yang Perlu Diingat Mulai beri makan di usia Usia antara 6 bulan sampai 2 tahun, seorang anak perlu terus disusui. Bila Anda tidak menyusui, beri makan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

Kurang Gizi di Indonesia, by Zoe Connor ahli gizi, 2007

Kurang Gizi di Indonesia, by Zoe Connor ahli gizi, 2007 Kurang Gizi di Indonesia, by Zoe Connor ahli gizi, 2007 Di baagian dunia yang sudah berkembang, sebagian besar penduduk mengalami berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh kelebihan berat badan dan

Lebih terperinci

KUESIONER. Universitas Sumatera Utara

KUESIONER. Universitas Sumatera Utara KUESIONER PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN SEHAT DAN GIZI SEIMBANG DI DESA MEREK RAYA KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2010 Tanggal Wawancara : A. IDENTITAS

Lebih terperinci