HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN ANAK USIA PRASEKOLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN ANAK USIA PRASEKOLAH"

Transkripsi

1 i HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN ANAK USIA PRASEKOLAH MEILITA KUSRAMADHANTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 201 2

2 ii ABSTRACT MEILITA KUSRAMADHANTY. Correlation Between Physical Activity, Time Watching Television, and Food Consumption on Nutritional and Health Status of Preschool Children. Under direction of KATRIN ROOSITA. The objectives of the following study were to analyze correlation between physical activities, television viewing, and food consumption on nutritional and health status of preschool children in TKA Plus Ihsan Cibinong. The cross sectional study was used and 32 subjects (15 males and 17 females) was chosen by purposive sampling. The inclusion criteria to choose the study samples were preschool children 4-6 years old, good health, no congenital disease, and their parents allowed them to become samples of research. The physical activity (2x24 hours), television viewing time (2x24 hours), food consumption (2x24 hours), nutritional status (age, weight and height), and health status (duration and frequency of sickness) data were collected. Statistical analysis showed that physical activity level was significantly associated with television viewing time (p <0.01). Nutritional status was significantly associated (p<0,05) with intake of energy, protein, carbohydrate, fat and calcium. The result also showed that health status significantly associated (p<0,05) with intake of energy, protein, vitamin D, and calcium. Nutritional status was significantly associated (p<0.01, r=0,598) with health status. Keywords: physical activities, television viewing time, food consumption, preschool children

3 iii RINGKASA N MEILITA KUSRAMADHANTY. Hubungan Aktifitas Fisik, Waktu Menonton Televisi, dan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Anak Usia Prasekolah. Dibimbing oleh KATRIN ROOSITA. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan pada anak usia prasekolah (4-6 tahun). Tujuan khusus yaitu: (1) Mengidentifikasi karakteristik contoh meliputi : usia, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan, (2) Mengidentifikasi karakteristik keluarga contoh meliputi: pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan besar keluarga, (3) Menilai tingkat aktivitas fisik contoh, (4) Menghitung waktu menonton televisi contoh, (5) Menilai konsumsi pangan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi, (6) Menilai status gizi dan status kesehatan contoh, (7) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan contoh. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan kemudahan akses dan perizinan dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember Penetapan subjek didasarkan atas kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : 1) contoh dalam keadaan sehat; dan 2) orangtua (ibu) mengijinkan anaknya menjadi contoh dalam penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah contoh yang memiliki penyakit bawaan sejak lahir. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang dihitung berdasarkan rumus perhitungan proporsi sampel Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan anak), karakteristik keluarga (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, besar keluarga dan pendapatan keluarga), data aktivitas fisik dan waktu menonton televisi diperoleh melalui metode pencatatan 2x24 jam, konsumsi pangan contoh diperoleh melalui wawancara menggunakan metode recall 2x24 jam, dan data keadaan kesehatan diperoleh melalui metode pencatatan berdasarkan jenis penyakit dan lama sakit dalam satu bulan terakhir sebelum penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi karakteristik sekolah tempat penelitian. Pengolahan data meliputi editing, coding, dan entry data. Data yang diperoleh tersebut selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows versi 16,0. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, aktivitas fisik, waktu menonton televisi, tingkat kecukupan zat gizi, status gizi dan status kesehatan anak. Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, nilai minimum dan maksimum, nilai ratarata dan standar deviasi. Data dianalisis menggunakan korelasi Rank Spearman dan Pearson. Kedua korelasi tersebut digunakan untuk melihat hubungan aktivitas fisik, waktu menonton televisi, konsumsi pangan, status gizi dan status kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh berusia 5 tahun (47%), dan sisanya berusia 6 tahun (31%) serta 4 tahun (22%). Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh berjenis kelamin perempuan (53%) dan sisanya adalah laki-laki (47%).

4 iv Berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur diketahui bahwa rata-rata berat badan contoh laki-laki dan perempuan berada diatas berat badan ideal. Rata-rata berat badan contoh perempuan lebih besar dibandingkan contoh lakilaki. Rata-rata berat badan contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 17,7±0 kg dan perempuan sebesar 20,1±7,5 kg. Rata-rata berat badan contoh kelompok usia 5-6 tahun adalah laki-laki sebesar 19,9±4,0 kg dan perempuan sebesar 21,4±4,5 kg. Rata-rata tinggi badan contoh laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Rata-rata tinggi badan contoh laki-laki maupun perempuan berada diatas tinggi badan ideal, namun pada kelompok usia 4-<5 tahun berada dibawah tinggi badan ideal. Rata-rata tinggi badan contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 105,5±0 cm dan perempuan sebesar 105±6,5 cm. Rata-rata tinggi badan contoh kelompok usia 5-6 tahun adalah laki-laki sebesar 113,3±4,8 cm dan perempuan sebesar 111,6±3,9 cm. Berdasarkan kelompok usia, semakin bertambahnya usia maka berat badan dan tinggi badan juga meningkat. Berdasarkan karakteristik keluarga diketahui bahwa rata-rata pendidikan ayah contoh adalah akademi/s1 sebesar 43,8 %, sedangkan rata-rata pendidikan ibu contoh adalah SMA sebesar 53%. Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai pegawai swasta (50%) dan sebagian besar ibu contoh merupakan ibu rumah tangga (59,4%). Lebih dari separuh contoh tergolong kategori keluarga kecil (81,3%) dengan jumlah anggota keluarga tiga sampai empat orang. Tingkat pendapatan keluarga didasarkan pada garis kemiskinan di Kabupaten Bogor sebesar Rp /kapita/bulan (BPS 2011). Jika dibandingkan dengan garis kemiskinan, maka hampir seluruh contoh berada pada kategori rumah tangga tidak miskin (90,6%) dengan rata-rata pendapatan Rp /kapita/bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh berada pada kategori tingkat aktivitas fisik ringan (62,5%). Hal ini dikarenakan contoh memiliki waktu tidur yang lebih banyak dan lebih sering melakukan aktivitas menonton televisi atau melakukan kegiatan bermain ringan. Total rata-rata pengeluaran energi contoh adalah 1400±121,1 kkal. Ratarata pengeluaran energi contoh laki-laki sebesar 1422±102,7 kkal, sedangkan rata-rata pengeluaran energi contoh perempuan sebesar 1372±142,3 kkal. Hal ini disebabkan angka metabolisme basal laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan laki-laki cenderung lebih aktif serta lebih banyak melakukan kegiatan berat daripada perempuan sehingga pengeluaran energi contoh laki-laki lebih besar pada daripada perempuan. Sebagian besar contoh memiliki waktu menonton televisi pada kategori sedang (59,4%), sedangkan sisanya berada pada kategori ringan (15,6%) dan berat (25%). Rata-rata waktu yang dihabiskan contoh untuk menonton televisi adalah 2,9 jam/hari. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa contoh biasanya menggunakan waktu belajar atau makan mereka dengan dibarengi oleh kegiatan menonton televisi. Waktu yang cukup banyak dihabiskan contoh dalam menonton televisi dikarenakan hanya sedikit orang tua yang membatasi waktu anak untuk menonton televisi. Jenis pangan yang banyak dikonsumsi oleh contoh berasal dari bahan makanan sumber karbohidrat dengan rata-rata jumlah konsumsi 190,7 g/hari. Tingkat kecukupan energi sebagian besar contoh berada pada kategori normal sebesar 59,4%. Hampir sebagian besar tingkat kecukupan karbohidrat, protein, dan lemak contoh berada pada kategori lebih, yaitu 43,8%, 81,2%, dan 87,5%. Rata-rata tingkat kecukupan vitamin D, vitamin A dan kalsium contoh termasuk dalam kategori cukup yaitu sebesar 81,2%, 96,9%, dan 81,2%. Sebagian besar

5 v tingkat kecukupan vitamin C dan zat besi contoh berada pada kategori kurang masing-masing 65,6% dan 50%. Status gizi contoh diukur berdasarkan indeks BB/U tergolong dalam kategori normal (93,75%) dan gizi lebih (6,25%). Berdasarkan indeks TB/U status gizi contoh tergolong dalam kategori normal (56,25%), pendek (12,5%), dan lebih (31,25%). Berdasarkan indeks BB/TB status gizi contoh tergolong dalam kategori normal (56,2%), kurus (12,5%) dan lebih (31,2%). Sebagian besar contoh tidak mengalami sakit sebesar 81,2 %, sedangkan contoh yang diketahui pernah mengalami sakit dalam satu bulan terakhir sebesar 18,8 %. Jenis penyakit sering dialami oleh sebagian besar contoh adalah batuk dan influenza. Frekuensi sakit yang dialami oleh sebagian besar contoh adalah satu kali dalam satu bulan terakhir dengan lama sakit satu sampai tiga hari. Semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi maka semakin ringan tingkat aktivitas fisik (p<0,01, r=-0,524). Tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat, lemak dan kalsium yang semakin tinggi berkorelasi dengan status gizi yang lebih baik menurut indeks BB/TB (p<0,05). Demikian pula dengan asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, dan kalsium yang semakin tinggi berkorelasi (p<0,05) dengan status gizi (BB/TB) yang lebih baik. Status kesehatan yang semakin baik juga berkorelasi (p<0,05) dengan tingkat kecukupan energi, protein, vitamin D, dan kalsium. Semakin tinggi asupan energi, protein, vitamin D, dan kalsium berkorelasi (p<0,05) dengan status kesehatan yang semakin baik. Selain itu, semakin baik status gizi berkorelasi dengan status kesehatan semakin baik pula (p<0,01, r=0,598). Kata Kunci : Anak usia prasekolah, waktu menonton televisi, aktivitas fisik, konsumsi pangan

6 vi HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN ANAK USIA PRASEKOLAH MEILITA KUSRAMADHANTY Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 201 2

7 vii Judul Nama NIM : Hubungan Aktivitas Fisik, Waktu Menonton Televisi, dan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Anak Usia Prasekolah : Meilita Kusramadhanty : I Menyetujui : Dosen Pembimbing Katrin Roosita, SP, M.Si NIP : Mengetahui : Ketua Departemen Gizi Masyarakat, Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP : Tanggal Lulus :

8 viii PRAKATA Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur tak terhingga penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga skripsi dengan judul Hubungan Aktivitas Fisik, Waktu Menonton Televisi, dan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Anak Usia Prasekolah dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Katrin Roosita, SP, M.Si yang telah senantiasa sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi, atas saran dan perbaikan untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Kepala Sekolah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 4. Ayah, Ibu, adik-adik tersayang (Riris, Fathur, Shakila) dan keluarga besar lainnya yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan motivasi dengan penuh kasih sayang. 5. Sahabat-sahabat tersayang Tomy, Wiwiet, Harsyi, Yasir, Mustika, Neny, Shinta, Mury, Ryan, Maning, serta Mina dan keluarga kecilnya atas segala doa, dukungan, dan motivasi yang diberikan. 6. Raini, Ka Dita, Widya I, Talitha, Irma, dan Ka Cynthia atas bantuan tenaga dan dukungan dalam proses pengambilan data. 7. Teman-teman pembahas seminar (Dewi, Dwi dan Anggrisya) atas saran dan kritik yang diberikan dalam penyempurnaan skripsi ini. 8. Teman-teman Alih Jenis Mayor Ilmu Gizi angkatan 3 untuk perjuangan, kekuatan, semangat, dan kerjasama yang diberikan. 9. Teman-teman seperjuangan ID (Sumi, Dita, Rossana, Aqillah, Widya A) serta keluarga KKP (Agus, Ayu, Leny, Tina, Imam, dan keluarga besar Desa Gelarmendala Indramayu) atas kekeluargaan dan kebersamaannya.

9 ix 10. Para pengajar dan Staf TU atas segala bantuannya dalam penyusunan usulan penelitian ini. 11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan dan dukungan selama penyusunan proposal ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bogor, Maret 2012 Meilita Kusramadhanty

10 x RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor pada tanggal 5 Mei Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak Yonny Koesmaryono dan Ibu Heny Hendrawati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi I Bogor pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun Pendidikan selanjutnya ditempuh penulis di SMA Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan ke Program Diploma Institut Pertanian Bogor dengan Program Studi Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi dan lulus pada tahun Pada bulan September 2010 penulis diterima di Program Alih Jenis Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan antara lain Try Out Tingkat SMA se-bogor bersama Bintang Pelajar (2009), Seminar Gizi Safety Work in Food Industries (2009), dan menjadi ketua panitia Seminar Nasional Gizi Lebih Sehat, Muda dan Menarik dengan Susu dan Minuman Antioksidan (2011). Penulis juga pernah mengadakan kegiatan konsultasi gizi di PUSKESMAS Merdeka dan Posyandu Kedung Badak. Pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Gelarmendala, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Penulis juga melaksanakan kegiatan Internship Dietetic (ID) di RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor pada bulan Maret 2011.

11 xi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR...xv DAFTAR LAMPIRAN...xvi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Tujuan umum... 2 Tujuan Khusus... 2 Kegunaan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Anak Usia Prasekolah... 4 Aktivitas Fisik... 5 Waktu Menonton Televisi... 6 Konsumsi Pangan... 8 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi... 9 Energi... 9 Karbohidrat Protein Lemak Vitamin A Vitamin C Vitamin D Kalsium (Ca) Zat Besi (Fe) Tingkat Kecukupan Gizi Status Gizi Anak Status Kesehatan KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisa Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum TK Karakteristik Contoh Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan Karakteristik Keluarga Pendidikan Orangtua Pekerjaan Orangtua Besar Keluarga... 29

12 xii Halaman Tingkat Pendapatan Keluarga Aktivitas Fisik Anak Usia Prasekolah Waktu Menonton Televisi Anak Usia Prasekolah Konsumsi Pangan Anak Usia Prasekolah Tingkat Kecukupan Energi dan Zat gizi Anak Usia Prasekolah Tingkat Kecukupan Energi Tingkat Kecukupan Protein Tingkat Kecukupan Karbohidrat Tingkat Kecukupan Lemak Tingkat Kecukupan Vitamin A Tingkat Kecukupan Vitamin C Tingkat Kecukupan Vitamin D Tingkat Kecukupan Kalsium (Ca) Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) Status Gizi Anak Usia Prasekolah Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Indeks Berat Badan menurut Tingg Badan (BB/TB) Status Kesehatan Anak Usia Prasekolah Hubungan Antar Variabel Hubungan Waktu Menonton Televisi dengan Aktifitas Fisik Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Status Gizi Anak Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Status Kesehatan Anak Hubungan Status Gizi dengan Status Kesehatan Anak KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 54

13 xiii DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai PAL untuk anak-anak berdasarkan usia dan jenis kelamin Kebutuhan energi untuk anak menurut kelompok umur dan jenis kelamin Klasifikasi status gizi balita Jenis data, variabel, cara pengumpulan data, dan alat bantu Nilai PAR menurut jenis kegiatan dan jenis kelamin Variable dan kategori data Rata-rata berat badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Rata-rata tinggi badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan keluarga per bulan Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kemiskinan Rata-rata angka metabolisme basal (AMB) berdasarkan jenis kelamin Rata-rata alokasi waktu (jam/hari) berdasarkan jenis kegiatan Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL) Rata-rata pengeluaran energi contoh berdasarkan jenis kelamin Waktu menonton televisi anak dalam sehari Konsumsi makanan sumber karbohidrat dan olahannya (g/hari) Konsumsi makanan sumber protein hewani dan olahannya (g/hari) Konsumsi makanan sumber protein nabati dan olahannya (g/hari) Konsumsi sayuran (g/hari) Konsumsi buah (g/hari) Konsumsi sumber minyak (g/hari) Konsumsi sumber susu dan hasil olahannya Konsumsi sumber gula dan hasil olahannya (g/hari) Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan zat gizi contoh Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan lemak Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C... 41

14 xiv Halaman 34 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin D Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat besi Sebaran contoh berdasarkan status gizi (BB/U) Sebaran contoh berdasarkan status gizi TB/U Sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/TB Sebaran contoh berdasarkan jenis, kejadian sakit, dan frekuensi penyakit dalam satu bulan terakhir Sebaran contoh berdasarkan lama sakit Sebaran contoh berdasarkan waktu menonton televisi dan tingkat aktivitas fisik Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan status kesehatan... 48

15 xv DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran hubungan antara aktifitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan Sebaran contoh berdasarkan usia Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit... 45

16 xvi DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hubungan tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi Hubungan tingkat kecukupan zat gizi dengan status kesehatan Sebaran kategori status gizi contoh Hasil uji statistik

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang cerdas dan produktif merupakan prasyarat utama keberhasilan suatu bangsa. Pembangunan kualitas SDM harus dilandasi oleh pentingnya kesadaran akan investasi kesehatan yang berorientasi pada pembangunan kesehatan dan gizi. Menurut Syafiq (2007), pendekatan gizi dan kesehatan harus dilakukan secara simultan di seluruh tahap kehidupan, khususnya tahapan awal kehidupan mulai dari janin, bayi baru lahir, perinatal, anak di bawah tiga tahun, dan prasekolah. Anak usia prasekolah mengalami perkembangan fisiologik maupun motorik yang pesat. Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, keadaan biologis anak yang meliputi status kesehatan dan gizi, serta lingkungan tempat tinggal (Sjostorm et al 2005). Usia prasekolah merupakan usia yang rawan terhadap masalah gizi. Masalah gizi anak dapat berupa gizi kurang maupun gizi lebih. Masalah gizi kurang yang sering ditemukan pada anak prasekolah dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Sebaliknya, gizi lebih pada anak dapat menimbulkan kegemukan atau obesitas pada anak, sehingga perlu pemantauan terhadap status gizi anak (Depkes 2000). Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor (2010) menyatakan bahwa prevalensi kasus gizi kurang di Kabupaten Bogor adalah 9,3%, sedangkan prevalensi kasus gizi lebih hanya 1,6%. Status gizi merupakan keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi harus seimbang dengan kebutuhannya sehingga diperoleh status gizi yang baik. Ketidakseimbangan asupan gizi, baik kekurangan atau kelebihan zat gizi dapat mengakibatkan gangguan status kesehatan (Uripi 2003). Status kesehatan anak yang baik ditunjukan dengan ketahanan terhadap penyakit. Anak dengan kondisi tubuh yang baik dapat melakukan aktivitas fisik secara normal sesuai dengan periode usianya (Winarno 1992). Pada masa prasekolah, anak mulai memilih makanan yang disukai dan tidak disukai, sehingga menyebabkan anak sulit makan. Faktor ini menjadi pertimbangan dalam upaya pemenuhan gizi dan kesehatan anak, khususnya usia prasekolah (Khomsan 1993). Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik. Hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa saat ini semakin banyak anak-anak yang menjadi kurang

18 2 aktif secara fisik, sehingga berkontribusi pada peningkatan prevalensi obesitas sebesar 100% sejak tahun 1980 (Elliott 2002). Menonton televisi merupakan salah satu aktivitas fisik yang biasa dilakukan anak. Bagi sebagian anak prasekolah, menonton televisi merupakan kegiatan bermain tambahan dan lebih banyak menyita waktu bermainnya (Hurlock 1980). Alokasi menonton televisi pada anak-anak meningkat dari tahun ke tahun (Amna 2009). Waktu yang dihabiskan anak dalam menonton televisi adalah satu hingga empat jam per hari (Bappenas 2010). Aktivitas menonton televisi cenderung menghabiskan lebih sedikit kalori per menit (Dale 2001). Suatu studi penelitian menunjukkan kegiatan menonton televisi anak dilakukan sambil mengemil atau makan (Noviana 2002). Berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya waktu menonton televisi berpotensi menimbulkan berbagai masalah gizi dan kesehatan. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mempelajari hubungan aktivitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan pada anak prasekolah. Tujuan umum Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan pada anak usia prasekolah (4-6 tahun). Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh meliputi: usia, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan. 2. Mengidentifikasi karakteristik keluarga contoh meliputi: pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan besar keluarga. 3. Menilai tingkat aktivitas fisik contoh. 4. Menghitung waktu menonton televisi contoh. 5. Menilai konsumsi pangan dan tingkat kecukupan zat gizi. 6. Menilai status gizi dan status kesehatan contoh. 7. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, waktu menonton televisi, dan tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi dan status kesehatan contoh.

19 3 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi orang tua maupun guru di sekolah tentang aktivitas fisik, kebiasaan menonton televisi, dan konsumsi pangan dan kaitannya dengan status gizi dan status kesehatan pada anak prasekolah. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang tua dan guru untuk memperhatikan kebutuhan dan asupan gizi pada anak, dan menyadari pentingnya aktivitas fisik bagi kesehatan anak.

20 4 TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah Kelompok anak usia prasekolah terdiri atas 2 kelompok, yaitu anak usia 1-3 tahun dan usia 4-6 tahun (PERSAGI 1990). Usia prasekolah merupakan periode keemasan atau golden age dalam proses perkembangan anak. Pertumbuhan fisik dan motorik cukup pesat terjadi pada masa usia prasekolah yang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Pada usia ini, anak berusaha mengendalikan lingkungan dan belajar menyesuaikan diri secara sosial (Hurlock 1991). Perkembangan seorang anak tergantung pada bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, dan cinta kasih. Anak seringkali mendapat kesulitan dalam hal makanan dan tidur, serta menyesuaikan diri dengan orang lain. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting untuk menunjang aktivitasnya, sehingga pada masa ini anak memerlukan perhatian khusus serta penanganan baik dari segi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Hurlock 1991). Masalah kesehatan yang sering dijumpai pada anak prasekolah adalah pertumbuhan fisik yang tidak optimal akibat kurang gizi. Kurang gizi pada masa ini menyebabkan gangguan pertumbuhan dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Sebaliknya, masalah kesehatan pada anak juga dapat disebabkan gizi lebih yang beresiko menyebabkan kegemukan dan menderita penyakit degeneratif (Santoso 2004). Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai potensi genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan ini akan dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi anak dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar (Khomsan 1993). Anak usia prasekolah merupakan konsumen aktif, karena mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku, termasuk perilaku makan. Pergaulan dengan anak- anak yang lebih besar dapat menimbulkan anak senang jajan. Jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan gizi yang diperlukan bagi tubuhnya dan menyebabkan masalah gizi, baik gizi lebih maupun gizi kurang (Uripi 2003).

21 5 penunjangnya. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem metabolisme basal. Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2003). Pemasukan energi tanpa diimbangi aktivitas fisik yang seimbang dapat berdampak pada kegemukan. Modernisasi yang terjadi saat ini melalui perkembangan fasilitas-fasilitas berbasis teknologi menyebabkan terbatasnya gerak dan aktivitas. Memiliki waktu yang lebih banyak untuk menonton televisi, bermain komputer atau playstation telah menjadi bagian dari aktivitas yang dilakukan anak-anak. Hal ini menyebabkan energi yang dihabiskan lebih sedikit sedangkan makanan yang dikonsumsi jumlahnya sama, bahkan melebihi kebutuhan jika ditambah kebiasaan mengunyah makanan sambil menonton televisi (Wirakusumah 1994). Penilaian aktivitas fisik dapat diukur menggunakan empat dimensi utama, yaitu tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas aktivitas fisik. Frekuensi aktivitas fisik adalah jumlah sesi aktivitas fisik per satuan waktu. Durasi aktivitas fisik merupakan lamanya waktu yang dihabiskan ketika melakukan aktivitas fisik. Pola aktivitas pada anak lebih kompleks dan multidimensional dibandingkan pada orang dewasa (Sjostrom et al 2005). Penggolongan jenis aktivitas fisik anak-anak dalam FAO/WHO/UNU (2001) adalah tidur, sekolah, kegiatan ringan (duduk, berdiri, bermain ringan), kegiatan sedang (berjalan, menyapu, mengepel), dan kegiatan berat (mengangkat air, olahraga, berlari). Gaya hidup yang tidak tepat dan aktivitas fisik yang menurun akan berpengaruh pada kondisi tubuh seseorang, terutama pada masa anak-anak. Saat ini para orang tua banyak yang memanjakan anak mereka dengan berbagai jenis pangan. Pengukuran aktivitas fisik pada anak- anak adalah penting untuk melihat penggunaan energi yang diperlukan untuk menentukan kecukupan konsumsi energi (Santoto 1994). Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam. dinyatakan dalam physical activity level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL

22 6 merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut : PAL = (PAR x alokasi waktu tiap aktivitas) 24 jam Keterangan : Usia (tahun) PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu) Nilai PAL menurut berbagai intensitas aktivitas fisik yang umumnya dilakukan anak-anak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai PAL untuk anak-anak berdasarkan usia dan jenis kelamin Jenis kelamin Nilai PAL Ringan Sedang Berat 1-6 Laki-laki, perempuan 1,45 1,60 1,90 Sumber : Shetty (1996) dan Torrun (1996) dalam Sjostrom et al 2005 Tingkat aktivitas fisik akan mempengaruhi kebutuhan dan pengeluaran energi seseorang. Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen-komponen seperti angka metabolisme basal (AMB), aktivitas fisik, dan pengaruh dinamika khusus makanan (Almatsier 2003). AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Kebutuhan energi per kilogram berat badan pada anak usia prasekolah lebih rendah dibandingkan pada usia batita. Hal ini dikarenakan pertumbuhan mereka lebih lambat dibandingkan pada saat mereka bayi sehingga kebutuhan energinya pun turun dari 100 kkal/kg berat badan menjadi 90 kkal/kg berat badan. Penggunaan energi dalam tubuh anak terdiri atas : a) 50% untuk metabolisme basal atau sekitar 55 kkal/kg/hari; b) 5-10% untuk Specific Dynamic Action (SDA); c) 12% untuk pertumbuhan; d) 25% untuk aktivitas fisik atau sebanyak kkal/kg/hari; dan e) 10% terbuang melalui feses (PERSAGI 1990). Waktu Menonton Televisi Menurut Sumarwan (2002) televisi telah menjadi medium yang sangat banyak menciptakan budaya popular. Televisi adalah medium untuk menyampaikan banyak hal kepada masyarakat : sosial, politik, hiburan, olahraga, berita, dan iklan komersial. Televisi di Indonesia telah menciptakan budaya hiburan bagi masyarakat. Pada saat ini hampir sebagian besar tayangan televisi menampilkan beragam hiburan yang menarik untuk semua usia.

23 7 Televisi menggabungkan hal-hal yang menarik dan merupakan salah satu hiburan yang paling popular selama masa kanak-kanak. Bagi sebagian anak prasekolah dan bahkan yang lebih tua, menonton televisi merupakan kegiatan bermain tambahan. Akan tetapi, kebanyakan anak menggunakan waktu untuk menonton televisi lebih banyak dibandingkan kegiatan bermain lainnya. Daya tarik terhadap televisi sangat berbeda-beda pada setiap tingkatan usia (Hurlock 1980). Rata-rata anak prasekolah menghabiskan waktu untuk menonton televisi sebanyak setengah dari waktu kerja orang dewasa selama seminggu. Sejak anak berusia 3 tahun sampai masuk sekolah pada usia 6 tahun terjadi peningkatan yang tajam dalam jumlah waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat anak terhadap televisi, yaitu usia, jenis kelamin, intelegensi, status sosioekonomi, prestasi akademik, penerimaan sosial, dan kepribadian anak (Hurlock 1980). Intensitas alokasi waktu yang digunakan untuk menonton TV di setiap daerah dan juga keluarga menunjukkan variasi meskipun secara keseluruhan cukup intens, yaitu lebih dari satu jam per hari. Anak-anak di Sumatera Utara menghabiskan waktu untuk menonton televisi mulai dari satu jam hingga lebih dari empat jam per hari. Rata-rata waktu anak menonton televisi di Propinsi DI Yogyakarta relatif sedikit, yaitu di bawah dua jam per hari. Fenomena ini tak lepas dari kebijakan pemerintah setempat yang kondusif melalui pembiasaan jam belajar di rumah sehingga kesempatan untuk menonton televisi dapat dikurangi. Meskipun lama menonton televisi sangat beragam, namun hampir semua orang tua memiliki kekhawatiran yang sama terhadap dampak menonton televisi terhadap anak-anak sehingga orang tua berupaya untuk membatasai dengan cara melarang atau juga mengalihkan aktivitas anak ke aktivitas lainnya (Bappenas 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dunstan et al tahun 2010, waktu menonton televisi dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu ringan (<2 jam per hari), sedang ( 2 sampai <4 jam per hari), dan berat ( 4 jam per hari). Kegiatan menonton televisi adalah kegiatan rekreasi yang paling umum. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara menonton televisi dan kesehatan, seperti aktivitas fisik, diet, dan status berat badan (Meyer et al 2008). Anak-anak yang menonton televisi cenderung menghabiskan lebih sedikit kalori per menit. Bagi anak dengan berat badan

24 8 normal, nonton televisi bisa menggerakkan 12% penurunan metabolisme dan turun sebanyak 16% bagi anak yang bertubuh gemuk (Dale 2001). Banyaknya aktivitas yang dilakukan, maka jenis-jenis makanan yang menyertai aktivitas itupun semakin banyak. Kegiatan menonton televisi mempengaruhi asupan gizi pada anak. Kegiatan menonton televisi anak dilakukan sambil mengemil atau makan (Novianan 2002). Konsumsi Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik (Almatsier 2003). Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal/beragam) yang dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan memperoleh pangan adalah untuk mendapatkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Pada dasarnya keadaan gizi ditentukan oleh konsumsi pangan dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat gizi tersebut (Hardinsyah dan Martianto 1989). Konsumsi pangan dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan. Karakteristik individu yang mempengaruhi konsumsi pangan meliputi umur, jenis kelamin, pengetahuan, pendapatan dan kesehatan. Karakteristik makanan berupa rasa, bentuk, warna, tekstur, dan penampilan akan mempengaruhi nafsu makan seseorang. Karakteristik lingkungan yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah musim, tingkat sosial masyarakat, pekerjaan dan jumlah keluarga (Harper et al 2009). Penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan maupun kelompok. Tujuan dari survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu antara lain adalah metode recall 24 jam. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-berturut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih

25 9 optimal, dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Supariasa et al 2002). Metode recall 24 jam memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode recall 24 jam adalah (1) mudah dalam pelaksanaannya; (2) biaya relatif murah; (3) dapat mencakup banyak responden; dan (4) dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Adapun kekurangan metode recall 24 jam, yaitu (1) tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari jika hanya dilakukan recall sehari; (2) ketepatan sangat bergantung pada daya ingat responden; (3) responden perlu diberikan motivasi dan penjelasan tentang tujuan penelitian; dan membutuhkan tenaga yang terlatih (FKM-UI 2007). Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Zat gizi merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam makanan dan diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan, seperti menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta memproduksi substansial tertentu seperti hormon, enzim, dan antibodi. Pengelompokkan zat gizi berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar, sedangkan zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil. Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, protein dan lemak. Zat gizi mikro terdiri atas vitamin dan mineral (Sulistyoningsih 2011). Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan. Secara garis besar kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan. Kebutuhan gizi yang terpenuhi dengan baik akan diperoleh status gizi yang baik pula. Kebutuhan gizi pada anak harus terpenuhi dengan tepat. Kekurangan zat gizi pada anak dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan infeksi. Jika berlebih dapat menimbulkan obesitas (Uripi 2003). Energ i Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat, lemak, dan protein. Setiap satu gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4 kalori, satu gram protein menghasilkan 4 kalori, dan satu gram lemak menghasilkan 9 kalori. Energi diperlukan untuk berbagai proses metabolisme

26 10 dalam tubuh, yaitu untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan fungsi jaringan tubuh, proses mempertahankan suhu tubuh, dan gerakan otot untuk aktivitas (Uripi 2003). Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertama sebesar kkal/kg berat badan. Setiap tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi anak turun 10 kkal/kg berat badan. Kebutuhan energi pada anak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kebutuhan energi untuk anak menurut kelompok umur dan jenis kelamin Kelompok Umur Kebutuhan Energi (kkal/kg BB) (tahun) Pria Wanita Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu bahan makanan sumber karbohidrat yang mengandung energi tinggi, seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni (Almatsier 2003). Karbohidrat Karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi utama. Selain sebagai penghasil energi, karbohidrat juga memiliki fungsi lain, yaitu membantu pengeluaran feses, sebagai cadangan energi, pemberi rasa manis pada makanan, pengatur metabolisme lemak, dan sebagai bagian dari struktur sel (Paath et al 2002). Sumber utama karbohidrat antara lain padi-padian, umbi-umbian, gula, tepung-tepungan, dan roti. Konsumsi sumber karbohidrat yang berlebih terutama gula pada anak-anak dapat menyebabkan obesitas dan mempercepat timbulnya aterosklerosis (pengapuran pembuluh darah) pada usia di atas 20 tahun. Karbohidrat yang berlebih akan diubah menjadi lemak dan disimpan dibawah kulit. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60%-70% dari total kebutuhan energi (Uripi 2003).

27 11 Protein Tubuh manusia terdiri atas berjuta-juta sel yang terbuat dari protein. Fungsi utama protein di dalam tubuh adalah sebagai zat pembangun. Selain itu, protein juga mampu berfungsi sebagai zat pengatur, zat sumber tenaga, serta sebagai alat pertahanan tubuh saat terserang penyakit (Uripi 2003). Protein yang terdapat dalam makanan, baik yang berasal dari hewani maupun nabati akan diuraikan menjadi asam-asama amino di dalam saluran pencernaan oleh enzim dan cairan pencernaan. Selanjutnya, asam amino diserap dalam usus, kemudian diangkut ke hati untuk diolah menjadi bentuk lain sesuai keperluan tubuh (Sediaoetama 2006). Kekurangan protein ditandai dengan kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, penurunan gerak reflek, dan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Kekurangan protein pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak. Fisisologis balita yang sedang dalam masa pertumbuhan memiliki kebutuhan Lema k Lemak dan minyak merupakan zat gizi yang digunakan sebagai bahan bakar dalam menghasilkan energi. Lemak terdiri dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak dapat larut pada zat pelarut tertentu. Lemak yang ada dalam makanan maupun tubuh dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utama, yaitu trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid (Hartono 2006). Lemak terbagi menjadi dua menurut sumber pangan, yaitu lemak hewani dan lemak nabati. daging, dan susu. Lemak hewani berasal dari binatang seperti telur, ikan, Lemak nabati bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Lemak memberikan cita rasa yang gurih, membuat tekstur makanan menjadi renyah, serta memberi kandungan kalori yang tinggi. Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak (Sediaoetama 2006). Vitamin A Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak dan pelarut lemak. Vitamin A berperan penting dalam proses penglihatan, pertumbuhan, reproduksi, perkembangan tulang, kekebalan, dan mempertahankan jaringan epitel. Vitamin ini tahan terhadap panas, cahaya, dan alkali, tapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi (Sulistyoningsih 2011).

28 12 Kekurangan terhadap vitamin A dapat menyebabkan kerusakan kornea yang berakibat buruk pada kebutaan hingga kematian. Anak yang kekurangan vitamin A akan beresiko terhadap penyakit infeksi dan pernapasan, serta diare. Anak prasekolah yang menderita xeroftalmia akibat defisiensi vitamin A diperkirakan berjumlah 6-7 juta anak setiap tahun. Keracunan atau kelebihan vitamin A terjadi bila dikonsumsi dalam dosis tinggi dengan jangka waktu yang lama (Almatsier 2003). Sumber vitamin A terdapat dalam pangan hewani seperti hati, kuning telur, susu, dan mentega. Vitamin A mengandung karoten atau provitamin A yang merupakan pigmen kuning. Karoten terdapat dalam bahan makanan nabati, seperti papaya, wortel, bayam, brokoli dan seledri (Sediaoetama 2006). Vitamin C Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini berperan dalam pembentukan kolagen yang terdapat dalam tulang rawan, tulang, dan dentin. Vitamin C berbentuk asam askorbat yang berperan dalam proses penyembuhan luka, serta daya tahan tubuh melawan penyakit infeksi. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Peran vitamin C sebagai antioksidan juga dapat melindungi anak-anak dari pencemaran lingkungan. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan dan anemia (Winarno 1992). Sumber vitamin C adalah buah-buahan dan sayuran yang dimakan segar. Proses penyimpanan dan pengolahan pangan yang mengandung vitamin C perlu diperhatikan. Vitamin ini mudah rusak oleh pemanasan dan oksidasi udara. Penyimpanan yang terlalu lama akan menyebabkan kehilangan vitamin C (Sulistyoningsih 2011). Vitamin D Vitamin D sangat penting bagi kesehatan tulang karena berperan dalam penyerapan kalsium di lambung dan saluran pencernaan, serta membantu pembentukan mineralisasi dalam tulang. Vitamin ini dapat disintesa dari jenis kolesterol tertentu yang terdapat di dalam jaringan di bawah kulit. Defisiensi vitamin D pada anak dapat menyebabkan penyakit rakhitis. Konsumsi berlebih

29 13 dari vitamin D dapat pula memberikan gejala hypervitaminosis D. Hal ini menimbulkan perkapuran di dalam jaringan (Sediaoetama 2006). Vitamin D yang berasal dari makanan, suplemen dan paparan sinar matahari bersifat inaktif secara biologis sehingga harus menjalani dua proses hidroksilasi di dalam tubuh untuk mengaktifkannya. Bahan makanan yang kaya akan sumber vitamin D ialah susu dan minyak ikan. Ikan salmon, kuning telur, keju, tuna dan udang merupakan bahan makanan hewani sumber vitamin D (Sulistyoningsih 2011). Kalsium (Ca) Kalsium merupakan mineral yang berperan dalam pertumbuhan dan kesehatan tulang serta gigi. Di samping itu, kalsium berperan dalam proses pembekuan darah serta pengaturan denyut jantung. Penyerapan kalsium dalam tubuh akan dipermudah bila kebutuhan akan vitamin D terpenuhi. Proses penyerapan mineral ini terjadi dalam usus (Uripi 2003). Bahan makanan sumber kalsium utama bagi anak-anak adalah susu. Susu nonfat termasuk salah satu sumber terbaik kalsium karena ketersediaan biologiknya yang tinggi. Bahan makanan yang kaya akan kalsium dan mudah diperoleh adalah kacang-kacangan dan hasil olahannya (tempe dan tahu), sayuran hijau, serta ikan yang dimakan bersama tulang (teri). Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan pengurangan pada masa dan kekerasan tulang yang sedang dibentuk (Almatsier 2003). Zat Besi (Fe) Zat besi merupakan senyawa essensial untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin berperan dalam transportasi oksigen dari paru-paru menuju jaringan tubuh. Kekurangan akan zat besi dapat menyebabkan kurang darah, lemah dan lesu, serta tidak tahan terhadap serangan penyakit (Almatsier 2003), Sumber zat besi yang paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang, dan telur. Serealia dan kacang-kacangan merupakan sumber yang baik, namun mempunyai ketersediaan biologik yang rendah. Walaupun mineral ini terdapat luas di dalam makanan, banyak penduduk dunia yang mengalami kekurangan besi, termasuk Indonesia. Prevalensi anemia gizi pada kelompok usia balita mencapai 47% (Depkes 2000).

30 14 Tingkat Kecukupan Gizi Keadaan gizi seseorang dipengaruhi juga dengan tingkat kecukupan. Tingkat kecukupan ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan. Kuantitas menunjukkan jumlah masingmasing zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Konsumsi yang kurang baik kualitasnya maupun kuantitasnya akan memberikan kondisi status gizi yang kurang atau defisiensi. Gizi kurang dapat disebabkan oleh susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan badan. Kondisi ini terutama diderita oleh anak-anak yang sedang tumbuh pesat yaitu kelompok anak balita (Sediaoetama 2006). Penilaian untuk mengetahui tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, kemudian hasil tersebut dinyatakan dalam bentuk persen (Hardinsyah dan Briawan 1994). Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Depkes (1996) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70% AKG), (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan kelebihan ( 120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005) yaitu kurang (<70% AKG) dan cukup ( 70-79% AKG). Status Gizi Anak Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbtion) dan penggunaan (utilization) zat gizi. Pada dasarnya, status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan dimonitor dari pertumbuhan fisik anak (Riyadi 2001). Status gizi adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga mempengaruhi status gizi (Harper et al 2009). Prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik adalah menggunakan pengukuran antropometri, khususnya pengukuran berat badan. Ada beberapa cara mengukur status gizi anak, yaitu dengan pengukuran antropometrik, klinik dan laboratorik (Hartono 2006).

31 15 Pengukuran antropometrik adalah yang relatif paling sederhana dan banyak dilakukan. Indeks BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini. Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, dan indeks BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini (Supariasa et al 2002). Klasifikasi status gizi berdasarkan BB/U atau TB/U atau BB/TB dengan menggunakan nilai z-skor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi status gizi balita Indeks Kriteria Standar Z-skor Gizi buruk < -3,0 Gizi kurang -3,0 s/d < -2,0 BB/ U TB/U BB/TB Gizi baik -2,0 s/d 2,0 Gizi lebih > 2,0 Sangat Pendek Pendek < -3,0-3,0 s/d < -2,0 Normal -2,0 s/d 2,0 Tinggi >2,0 Sangat kurus < -3,0 Kurus -3,0 s/d < -2,0 Normal -2,0 s/d 2,0 Gemuk > 2,0 Sumber : Riskesdas (2007) Status Kesehatan Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami oleh seseorang, penyakit yang diderita merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan keadaan kesehatan seseorang (Herlina 2001). Keadaan lingkungan fisik menentukan tingkat kesehatan masyarakat yang hidup di dalamnya dan dapat diukur dalam angka kematian dan kesakitan penduduk (Depkes 1993). Kekurangan makanan yang bergizi pada anak menyebabkan anak mudah sekali terserang penyakit yang pada akhirnya berakibat pada gangguan kesehatan. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan otak dan terjadinya gangguan perkembangan intelegensi (Winarno 1992). Infeksi dan demam dapat menyebabkan turunnya nafsu makan anak atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan sehingga akan berdampak pada terjadinya kurang gizi pada anak. Anak yang sakit dan sedang dalam masa penyembuhan memerlukan asupan pangan yang cukup untuk meningkatkan status kesehatan yang memburuk. Kondisi kesehatan yang buruk pada anak sangat rawan karena pada periode ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan (Harper et al 2009).

32 16 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah hasil dari konsumsi zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Pada dasarnya, status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan dimonitor dari pertumbuhan fisik anak (Riyadi 2001). Status gizi dan status kesehatan saling mempengaruhi. Status gizi adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tingkat kecukupan gizi juga mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi zat gizi yang cukup akan mengakibatkan status gizi yang baik pada seseorang. Sebaliknya jika konsumsi zat gizi berlebih atau kekurangan akan menimbulkan status gizi lebih atau kurang pada seseorang. Kekurangan atau kelebihan konsumsi zat gizi dari kebutuhan normal dalam jangka waktu yang lama dapat membahayakan kesehatan sehingga mempengaruhi status kesehatan (Hardinsyah & Martianto 1992). Tingkat kecukupan gizi yang menunjukkan konsumsi pangan yang baik. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh faktor individu meliputi usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan, serta aktivitas. Faktor keluarga yang mempengaruhi konsumsi pangan meliputi pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan besar keluarga (Sukandar 2007). Konsumsi pangan seseorang dikatakan baik jika sudah memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan (Uripi 2003). Status gizi yang baik akan tercapai melalui konsumsi pangan yang memenuhi kebutuhan (Suhardjo 1996). Banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan anak dipengaruhi oleh karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Aktivitas fisik yang kurang akan menyebabkan pengeluaran energi yang sedikit. Ketidakseimbangan antara aktivitas fisik, pengeluaran energi dan konsumsi pangan akan berdampak pada status gizi dan status kesehatan. Perkembangan fasilitas-fasilitas berbasis teknologi menyebabkan terbatasnya gerak dan aktivitas. Hal ini menyebabkan meningkatnya waktu menonton televisi. Berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya waktu menonton televisi menyebabkan timbulnya berbagai masalah gizi dan kesehatan. Kegiatan menonton televisi anak biasa dilakukan sambil mengemil atau makan (Noviana 2002). Hubungan antara variabel penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

33 17 Karakteristik Anak Usia Jenis kelamin BB TB Karakteristik Keluarga Pekerjaan Pendapatan Pendidikan Besar keluarga Waktu MenontonTelevisi Aktifitas fisik Pengeluaran energi Kebutuhan energi dan zat gizi Konsumsi Pangan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi Status gizi Status kesehatan Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara aktifitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan. Keterangan : = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti

34 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan kemudahan akses dan perizinan dalam pelaksanaan penelitian. Kriteria yang digunakan dalam penetapan Taman Kanak-kanak adalah memiliki kelas bagi anak prasekolah usia 4-6 tahun dengan jumlah siswa lebih dari 30 anak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah siswa TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong yang berusia 4-6 tahun. Jumlah populasi siswa sebanyak 80 orang. Adapun penentuan sampel didasarkan atas kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat diikut sertakan sebagai sumber data dalam penelitian. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : 1) contoh dalam keadaan sehat dan 2) orangtua (ibu) mengijinkan anaknya menjadi contoh penelitian. Contoh yang berusia kurang dari 6 tahun 6 bulan dikategorikan dalam kelompok usia 6 tahun. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah anak yang memiliki penyakit bawaan sejak lahir. Besar sampel merupakan bagian dari anggota populasi yang dijadikan sampel. Besar sampel yang diperoleh adalah sebanyak 32 orang yang dihitung berdasarkan rumus perhitungan proporsi sampel menurut Notoatmodjo (2010) sebagai berikut : n = Z 2 P (1- P) d 2 Keterangan : n = jumlah sampel Z = derajat kemaknaan (1,96) P = perkiraan proporsi gizi kurang sebesar 9,3% (Dinkes Kabupaten Bogor 2010) d = tingkat kepercayaan yang diinginkan sebesar 0,1 (Notoatmodjo 2010)

35 19 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, aktivitas fisik dan waktu menonton televisi, serta konsumsi pangan. Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah tempat penelitian berlangsung. Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis data, variabel, cara pengumpulan data, dan alat bantu Jenis Data Primer Sekunder Variabel Dan Data Karakteristik contoh 1. Nama 2. Alamat 3. Jenis kelamin 4. Usia 5. Berat badan 6. Tinggi badan Cara Pengumpulan Data Pengisian kuesioner oleh ibu contoh Pengukuran langsung (BB, TB) Karakteristik keluarga contoh 1. Besar Keluarga Pengisian kuesioner 2. Pendidikan oleh ibu contoh 3. Pendapatan Keluarga 4. Pekerjaan Pengisian kuesioner metode pencatatan Aktivitas fisik contoh 2x24 jam oleh ibu anak dikombinasikan dengan wawancara Waktu menonton televisi Pengisian kuesioner metode pencatatan Lama waktu dalam sehari 2x24 jam oleh ibu anak dikombinasikan dengan wawancara Konsumsi zat gizi 1. Jenis pangan Pengisian kuesioner oleh ibu anak dengan 2. Jumlah konsumsi metode recall 2x24 jam Status Kesehatan 1. Jenis penyakit 2. Lama sakit (hari) Pengisian kuesioner 3. Tempat berobat oleh ibu anak 4. Jenis penyembuhan Karakteristik sekolah 1. Nama 2. Alamat 3. Jumlah kelas 4. Jumlah murid 5. Jumlah guru Kerjasama dengan pihak sekolah Alat Bantu Kuesioner Timbangan injak, Microtoise Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Dokumen sekolah

36 20 Pengumpulan data primer diperoleh melalui alat bantu kuesioner. Pengisian kuesioner dikombinasikan dengan metode wawancara. Kuesioner penelitian diberikan dan diisi oleh ibu/pengasuh contoh. Kuesioner meliputi pertanyaan/formulir tentang karakteristik contoh, karakteristik keluarga, keadaan kesehatan, serta konsumsi pangan dan aktivitas fisik hari ke-1 diberikan kepada ibu contoh pada hari pertama penelitian. Pada hari kedua penelitian, enumerator melakukan wawancara kepada ibu/pengasuh contoh mengenai pengisian kuesioner hari ke-1 untuk memverifikasi dan mengecek kelengkapan kuesioner, serta memberikan formulir konsumsi pangan dan aktivitas fisik hari ke-2. Hari ketiga dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan contoh, melakukan wawancara mengenai pengisian kuesioner hari ke-2, serta pengumpulan kuesioner oleh enumerator. Metode wawancara dikombinasikan dengan observasi agar diperoleh informasi yang lengkap. Data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan timbangan injak digital (bathscale) dan mikrotoise. Alat yang digunakan telah dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Data konsumsi pangan contoh diperoleh melalui metode record yang dikombinasi dengan recall 2x24 jam, sedangkan data aktivitas fisik dan waktu menonton televisi diperoleh melalui metode pencatatan 2x24 jam. Data pencatatan aktivitas fisik dan recall konsumsi pangan dilakukan pada hari yang sama. Data status kesehatan diperoleh melalui metode pencatatan berdasarkan jenis penyakit dan lama sakit dalam satu bulan terakhir sebelum penelitian, tempat berobat, serta jenis pengobatan. Pengolahan dan Analisa Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows versi 16,0. Pengolahan data meliputi verifikasi, coding, entri, cleaning, dan selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek konsistensi informasi yang diperoleh. Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data, kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, aktivitas fisik, waktu menonton televisi, tingkat kecukupan zat gizi, status gizi dan status kesehatan anak. Analisis deskriptif

37 21 disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, nilai minimum dan maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi. Data dianalisis menggunakan korelasi Rank Spearman dan Pearson. Analasis data digunakan untuk melihat hubungan antara variabel penelitian. Data aktivitas fisik yang diperoleh adalah jenis kegiatan dan alokasi waktu setiap kegiatan. Jenis kegiatan contoh dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan yaitu tidur, sekolah (termasuk mengerjakan PR dan mengaji), kegiatan ringan, kegiatan sedang, dan kegiatan berat (Hardinsyah & Martianto 1992). Masing-masing alokasi waktu dari jenis kegiatan akan dikalikan dengan nilai Physical Activity Ratio (PAR). Nilai PAR tiap jenis kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai PAR menurut jenis kegiatan dan jenis kelamin Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Tidur Sekolah Kegiatan ringan Kegiatan sedang Kegiatan Berat Sumber : FAO/WHO/UNU (1985) dalam Hardinsyah & Martianto (1992) Aktivitas fisik diukur dengan menggunakan Physical Activity Level (PAL). Aktivitas fisik anak prasekolah digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu ringan (1,45), sedang (1,60), dan berat (1,90). Nilai PAL diperoleh dengan menghitung Nilai PAR dikalikan dengan alokasi waktu (jam) untuk setiap jenis kegiatan, lalu dibagi dengan jumlah waktu dalam satu hari (24 jam) Angka kebutuhan energi yang ditentukan dengan menghitung angka pengeluaran energi aktual yaitu tingkat aktivitas fisik dikalikan dengan angka metabolisme basal pada anak usia prasekolah sebesar 55 kkal/kg BB/hari dalam PERSAGI (1990). Rumus angka kebutuhan energi sebagai berikut (FAO/WHO/UNU 2001) : Angka kebutuhan energi = tingkat aktivitas fisik x angka metabolisme basal Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan ke dalam bentuk energi, protein, lemak, vitamin dan mineral per orang per hari. Data konsumsi pangan diperoleh dari food recall 2x24 jam kemudian dikonversikan ke dalam energi dan

38 22 zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Konversi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994) : KGij = Bj/100 x BDDj/100 x Gj Keterangan : KGij = Kandungan zat gizi dari bahan makanan j yang dikonsumsi dengan berat B (g) Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g) Gj = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (% BDD) Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan menggambarkan tingkat kecukupan individu. Tingkat kecukupan energi dan protein dihitung dengan membandingkan jumlah energi dan protein yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan protein contoh. Perhitungan tingkat kecukupan energi dan protein dapat dilihat pada rumus berikut : Tingkat kecukupan E,P = Konsumsi E.P x 100% Angka kebutuhan E,P Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibandingkan terhadap kecukupan protein, vitamin dan mineral. Angka kecukupan protein, vitamin dan mineral yang digunakan berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1998) dalam Supariasa (2001) adalah 460 RE vitamin A, 45 mg vitamin C, 10 µg vitamin D, 500 µg kalsium, dan 9 mg zat besi. Perhitungan tingkat kecukupan vitamin dan mineral dapat Kandungan dilihat pada rumus berikut: Tingkat kecukupan zat gizi = Konsumsi zat gizi x 100% Angka kecukupan zat gizi Penentuan status gizi berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dengan menggunakan standar baku WHO-NCHS. Status gizi dikategorikan menjadi gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Penentuan status kesehatan berdasarkan jenis penyakit dan lama sakit dalam satu bulan terakhir sebelum penelitian. Kategori pengukuran berdasarkan variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

39 23 Tabel 6 Variable dan kategori data No. Variabel Kategori 1. Kecil ( 4 orang) 1. Besar keluarga 2. Sedang (5-6 orang) 3. Besar ( 7 orang) 1. PNS 2. Pekerjaan orangtua 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Tidak bekerja/ibu rumah tangga 3. Pendidikan orangtua Tingkat aktifitas fisik (Sjostrom et al 2005) Tingkat pendapatan keluarga (Rp/kapita/bulan) Waktu menonton televisi (Dunstan et al 2010) Tingkat Kecukupan Energi dan Protein (Depkes 1996) Tingkat kecukupan vitamin dan mineral (Gibson 2005) 9. Status gizi (WHO) 10. Status kesehatan 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Akademi /sarjana 5. Pasca sarjana 1. Sangat ringan (<1,45) 2. Ringan (1,45-1,59) 3. Sedang (1,60-1,89) 4. Berat (1,90) 1. Rumah tangga tidak miskin (> garis kemiskinan) 2. Rumah tangga miskin ( garis kemiskinan) 1. Ringan (<2 jam per hari), 2. Sedang ( 2 sampai <4 jam per hari), 3. Berat ( 4 jam per hari). 1. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan) 4. Normal (90-119% angka kebutuhan) 5. Kelebihan ( 120% angka kebutuhan) 1. Kurang (<77% angka kecukupan) 2. Cukup ( 77% angka kecukupan) 1. BB/U 2. TB/U 3. BB/TB 1. Jenis penyakit 2. Lama sakit Definisi Operasional Asupan energi dan zat gizi adalah jumlah energi (kkal), protein (g), karbohidrat (g), lemak (g), vitamin A (RE), vitamin C (mg), vitamin D (µg), kalsium (µg) dan zat besi (mg) bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi contoh dalam sehari. Aktivitas fisik adalah kegiatan contoh selama 24 jam yang meliputi sekolah, kegiatan ringan, kegiatan sedang, dan kegiatan berat. tidur,

40 24 Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan satu dapur serta bergantung pada sumber penghidupan yang sama. Contoh adalah anak usia prasekolah yang berasal dari TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong yang berusia 4-6 tahun (usia kurang dari 6 tahun 6 bulan dikategorikan dalam kelompok usia 6 tahun), dalam keadaan sehat, bersedia menjadi subyek penelitian, dan tidak memiliki penyakit bawaan sejak lahir. Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh dalam sehari. Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai oleh orangtua (ayah dan ibu) contoh. Pengeluaran energi adalah jumlah energi yang dikeluarkan berdasarkan perhitungan angka metabolisme basal dan tingkat aktivitas fisik selama 1x24 jam. Status gizi adalah kondisi fisik anak yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi yang diukur dengan dengan cara z-skor menggunakan indeks antropometri BB/U, TB/U dan BB/TB. Status kesehatan adalah keadaan kesehatan (riwayat sakit) anak dalam satu bulan terakhir yang meliputi status sakit, jenis penyakit, frekuensi sakit (berapa kali sakit) dan lama sakit (dalam hari). Tingkat aktivitas fisik adalah intensitas kegiatan contoh yang dinyatakan dengan nilai PAL (physical activity level). Tingkat kecukupan adalah total konsumsi zat gizi aktual berdasarkan metode recall 2 x 24 jam yang dibandingkan dengan angka kebutuhan zat gizi sehari anak dan dinyatakan dalam persen. Tingkat pendapatan keluarga adalah tingkat ekonomi rumah tangga yang dilihat dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi jumlah anggota keluarga (per kapita). Waktu menonton televisi adalah lama waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi selama 24 jam.

41 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum TK TKA Plus Ihsan Mulya merupakan taman kanak-kanak Al-Quran yang berdiri pada tahun Sekolah ini terletak di Jl. Raya Al-Falah No.9, Kelurahan Harapan Jaya. Cibinong. Jumlah seluruh siswa di TKA Plus Ihsan Mulya sebanyak 87 siswa. Siswa yang menjadi contoh dalam penelitian ini berjumlah 32 siswa, yaitu kelas A terdiri dari 7 siswa, kelas B1 terdiri dari 12 siswa, serta kelas B2 terdiri dari 13 siswa. Jumlah guru di TKA Plus Ihsan Mulya berjumlah 6 orang. Kegiatan belajar mengajar dilmulai pukul 8.30 hingga Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan hari senin hingga kamis untuk kelas A, sedangkan kelas B dilaksanakan hari senin hingga jumat. memadai. Sarana dan prasarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya cukup Sarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya terdiri dari taman bermain dan tiga ruang kelas yang digunakan untuk kelas A, B1 dan B2. Fasilitas yang terdapat di setiap ruang kelas adalah meja siswa, kursi siswa, 1 buah meja guru, 2 buah kursi guru, 1 buah papan tulis, dan 1 buah jam dinding. Dinding kelas dihiasi oleh lukisan hasil karya siswa. Jumlah meja dan kursi yang terdapat disetiap kelas disesuaikan dengan jumlah murid. Karakteristik Contoh Usia Gambar 2 menunjukkan sebaran usia contoh. Sebagian besar contoh berusia 5 tahun (47%), dan sisanya berusia 6 tahun (31%) serta 4 tahun (22%). Faktor umur menjadi penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah (Supariasa et al 2002) Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan usia

42 26 Jenis Kelamin Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh berjenis kelamin perempuan (53%) dan sisanya adalah laki-laki (47%) seperti yang terlihat pada Gambar 3. Jenis kelamin adalah salah satu faktor penentu kebutuhan dan pengeluaran energi contoh. Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari angka metabolisme basal (AMB), aktivitas fisik, dan pengaruh dinamika khusus makanan. AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan (Almatsier 2003). Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Berat Badan Berdasarkan Tabel 7, rata-rata berat badan contoh laki-laki dan perempuan berada diatas berat badan ideal. Rata-rata berat badan contoh perempuan lebih besar dibandingkan contoh laki-laki. Rata-rata berat badan contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 17,7 kg dan perempuan sebesar 20,1 kg. Rata-rata berat badan contoh kelompok usia 5-6 tahun adalah laki-laki sebesar 19,9 kg dan perempuan sebesar 21,4 kg. Berdasarkan kelompok usia, berat badan contoh laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia maka berat badan juga semakin besar. Tabel 7 Rata-rata berat badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Usia Berat Badan (rata-rata±sd) Berat Badan Ideal Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 4-<5 tahun 17,7 ± 0 20,1 ± 7,5 17,6 16,7 5-6 tahun 19,9 ± 4,0 21,4 ± 4,5 19,7 18,6

43 27 Berat badan yang besar akan mempunyai AMB yang lebih tinggi dibandingkan berat badan yang kecil. Berat badan sangat berpengaruh terhadap angka metabolisme basal. Berat badan dapat menggambarkan komposisi tubuh. Pada masa bayi dan balita, berat badan digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi (Almatsier 2003). Tinggi Badan Tabel 8 menunjukkan rata-rata tinggi badan contoh laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Rata-rata tinggi badan contoh baik laki-laki maupun perempuan berada diatas tinggi badan ideal, namun pada kelompok usia 4-<5 tahun berada dibawah tinggi badan ideal. Rata-rata tinggi badan contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 105,5 cm dan perempuan sebesar 105 cm. Rata-rata tinggi badan contoh kelompok usia 5-6 tahun adalah laki-laki sebesar 113,3 cm dan perempuan sebesar 111,6 cm. Semakin bertambahnya usia, maka tinggi badan juga meningkat. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan usia (Supariasa et al 2002). Tabel 8 Rata-rata tinggi badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Usia Tinggi Badan (rata-rata±sd) Tinggi Badan Ideal Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 4-<5 tahun 105,5 ± 0 105,0 ± 6, tahun 113,3 ± 4,8 111,6 ± 3, Tinggi badan dapat menggambarkan status gizi seseorang. Tinggi badan pada dasarnya merupakan hasil pengukuran terhadap jaringan tulang tubuh. Tinggi badan merupakan gabungan dari pengukuran komponen-komponen tubuh seperti kaki, pelvis, punggung, dan kepala. Tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama (Jellife & Jellife 1989). Pendidikan Orangtua Karakteristik Keluarga Pendidikan orangtua contoh dapat dilihat pada Tabel 9. Rata-rata pendidikan ayah contoh adalah akademi/s1 sebesar 43,8 %, sedangkan rata-

44 28 rata pendidikan ibu contoh adalah SMA sebesar 53%. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa pendidikan tertinggi ayah contoh adalah S2/S3 (3,1%) dan pendidikan tertinggi ibu contoh adalah akademi/s1 (15,6%). Pendidikan terendah baik ayah maupun ibu contoh adalah SD (masing-masing 3,1% dan 6,3%). Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua Ayah Ibu Pendidikan n % n % SD SMP SMA Akademi/S S2/S Total Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Pekerjaan Orangtua Tabel 10 menunjukkan sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai pegawai swasta (50%), sedangkan lainnya bekerja sebagai pegawai PNS (18,8%), wiraswasta (31,3%) dan tidak ada ayah contoh yang tidak bekerja. Sebagian besar ibu contoh merupakan ibu rumah tangga (59,4%) dan lainnya bekerja sebagai swasta (3,1%), wiraswasta (15,6%) dan PNS (21,9%). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua Jenis pekerjaan Ayah Ibu n % n % PNS Swasta wiraswasta Tidak bekerja/ibu rumah tangga Total

45 29 Pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. Jika keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat dipastikan (Khomsan 2007). Besar Keluarga Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar keluarga. Sebagian besar keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil (81,3%). Konsumsi pangan dalam suatu keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga. Semakin besar suatu keluarga, maka pangan yang untuk setiap anak berkurang. Keluarga akan lebih mudah memenuhi kebutuhan akan makanannya jika jumlah anggota keluarga yang harus diberi makan lebih sedikit (Suhardjo 2003). Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga n % Kecil ( 4 orang) Sedang (5-6 orang) Besar ( 7 orang) Total Tingkat Pendapatan Keluarga Tabel 12 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan keluarga per kapita per bulan. Sebagian besar pendapatan keluarga contoh berada pada kategori Rp Rp /kapita/bulan (59,4%). Rata-rata pendapatan keluarga contoh sebesar Rp /kapita/bulan. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan keluarga per bulan Besar Pendapatan (Rp/kapita/bulan) n % Rp Rp Rp > Rp Total Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang menunjukkan status sosial ekonomi keluarga. Tingkat pendapatan berkaitan dengan konsumsi

46 30 pangan dalam suatu keluarga. Pada umumnya, jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik pula (Sukandar 2007). Tabel 13 menunjukkan sebagian besar contoh berada pada kategori rumah tangga tidak miskin (90,6%) jika dibandingkan dengan garis kemiskinan di Kabupaten Bogor. Namun, masih terdapat contoh yang termasuk dalam kategori rumah tangga miskin yaitu sebesar 9,4%. Pendapatan per kapita per bulan menunjukkan garis kemiskinan penduduk di suatu wilayah. Garis kemiskinan di Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp (BPS 2011). Tabel 13 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kemiskinan Kategori Kemiskinan n % Rumah tangga miskin ( Rp ) Rumah tangga tidak miskin (> Rp ) Total Konsep dasar garis kemiskinan ditetapkan berdasarkan besarnya pengeluaran untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seseorang agar dapat hidup dengan layak. Hal ini menunjukkan jika suatu keluarga berada dibawah garis kemiskinan, maka keluarga tersebut tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dari setiap anggota keluarganya. Kemiskinan di tingkat keluarga akan menurunkan kuantitas dan kualitas konsumsi makanan dan aksesibilitas pelayanan kesehatan (Khomsan 2009). Aktivitas Fisik Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa rata-rata AMB contoh laki-laki sebesar 977 kkal lebih besar dibanding contoh perempuan yaitu 967 kkal. Hal ini menurut Sizer dan Whitney (2000) dikarenakan komposisi tubuh laki-laki yang lebih didominasi otot dibandingkan perempuan yang lebih banyak jaringan adiposa sehingga mempengaruhi nilai AMB. Semakin banyak jaringan otot yang dimiliki maka akan semakin besar energi yang diperlukan untuk kerja otot. Selain itu, angka metabolisme basal perempuan lebih rendah 5% daripada laki-laki. Tabel 14 Rata-rata angka metabolisme basal (AMB) berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Angka Metabolisme Basal(rata-rata ± SD) Laki-laki 977 ± 80,7 Perempuan 967 ± 82,4 Total 971 ± 80,5

47 31 Tabel 15 menunjukkan rata-rata alokasi waktu (jam/hari) berdasarkan jenis kegiatan. Sebagian besar kegiatan anak prasekolah dihabiskan untuk tidur, yaitu sebanyak 10,5 jam/hari. Selain itu, rata-rata anak prasekolah juga banyak mengalokasikan waktu mereka untuk sekolah, berjalan dan bersepeda, menonton televisi, bermain ringan, serta makan dan minum. Kegiatan mandi dan berpakain memiliki alokasi waktu yang paling kecil dibanding kegiatan lainnya, yaitu 1 jam/hari. Tabel 15 Rata-rata alokasi waktu (jam/hari) berdasarkan jenis kegiatan Jenis Kegiatan Rata-rata (Jam/Hari) Tidur 10.5 Sekolah 3.7 Bemain ringan 1.5 Berjalan,bersepeda 3.0 Makan dan minum 1.3 Mandi, berpakaian 1.0 Menonton tv 2.9 Total 24.0 Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh berada pada kategori tingkat aktivitas fisik (PAL) ringan (62,5 %). Adapun contoh yang berada pada kategori tingkat sangat ringan (34,4%) umumnya contoh tersebut memiliki waktu tidur yang lebih banyak, tidak mengikuti aktivitas mengaji dan lebih sering melakukan aktivitas menonton televisi atau melakukan kegiatan bermain ringan. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL) Tingkat Aktivitas Fisik n % Sangat ringan (<1,45) 11 34,4 Ringan (1,45 PAL 1,59) 20 62,5 Sedang (1,60 PAL 1,89) 1 3,1 Berat ( 1,90) 0 0,0 Total ,0 Min-maks 1,35-1,60 Rata-rata ± SD 1,44 ± 0,05 Aktivitas fisik yang sangat ringan pada anak dapat berdampak pada kesehatan dan perkembangan anak. Usia prasekolah membutuhkan berbagai aktivitas fisik yang menunjang bagi perkembangan fisik maupun motorik anak. Rendahnya aktivitas fisik dapat beresiko mengalami kegemukan atau obesitas, serta mengalami gangguan kesehatan (Sulistyoningsih 2011).

48 32 Berdasarkan Tabel 17, pengeluaran energi pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan pengeluaran energi pada contoh perempuan. Rata-rata pengeluaran energi contoh laki-laki sebesar 1422 kkal, sedangkan rata-rata pengeluaran energi contoh perempuan sebesar 1372 kkal. Hal ini disebabkan angka metabolisme basal laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan lakilaki cenderung lebih aktif serta lebih banyak melakukan kegiatan berat daripada perempuan sehingga pengeluaran energinya lebih besar pada contoh laki-laki dibandingkan perempuan. Tabel 17 Rata-rata pengeluaran energi contoh berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Pengeluaran Energi (kkal/hari) Laki-laki 1422 ± 102,7 Perempuan 1372 ± 142,3 Rata-rata ± SD 1400 ± 121,2 Besar energi yang dikeluarkan berkaitan dengan kejadian gizi lebih. Energi dari konsumsi pangan yang tidak dibakar dengan aktivitas fisik akan menjadi tumpukan lemak dalam tubuh. Ada dua cara utama tubuh mengeluarkan energi yaitu metabolisme basal dan aktivitas fisik. Kedua hal tersebut merupakan komponen utama dalam pengeluaran energi (Sizer & Whitney 2000). Waktu Menonton Televisi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa sebagian besar contoh memiliki waktu menonton televisi pada kategori sedang (59,4%). Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa contoh biasanya menggunakan waktu belajar atau makan mereka dengan dibarengi oleh kegiatan menonton televisi. Waktu yang cukup banyak dihabiskan contoh dalam menonton televisi dikarenakan sebagian besar orang tua tidak membatasi waktu anak untuk menonton televisi sehingga hanya sedikit contoh yang berada pada kategori ringan (25,6%). Tabel 18 Waktu menonton televisi anak dalam sehari Waktu Menonton Televisi n % Ringan (<2 jam/hari) 5 15,6 Sedang ( 2 sampai <4 jam per hari) 19 59,4 Berat ( 4 jam per hari) Total Min-Maks 1,5-4,5 Rata-rata±SD 2,9±0,9

49 33 Kebanyakan anak menggunakan waktu untuk menonton televisi lebih banyak dibandingkan kegiatan bermain lainnya. Anak prasekolah dapat menghabiskan waktu untuk menonton televisi sebanyak setengah dari waktu kerja orang dewasa selama seminggu. Jumlah waktu untuk menonton televisi bagi anak ditentukan oleh berbagai hal, yaitu peraturan keluarga, tuntutan pekerjaan rumah, jumlah televisi yang dimiliki, dan berapa banyak anggota keluarga yang berbagi waktu menonton televisi (Hurlock 1991). Konsumsi Pangan Anak Usia Prasekolah Pangan yang dikonsumsi digolongkan berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) terdiri dari bahan makanan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati, sayuran, buah-buahan, susu, minyak, dan gula. Bahan makanan sumber karbohidrat dan olahannya yang sering dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 19. Terdapat tiga jenis makanan yang lebih banyak dikonsumsi contoh, yaitu nasi (100%), roti (31,3%), dan Biskuat Bolu (28,1%). dikonsumsi adalah 190,7 g/hari. Rata-rata jumlah makanan sumber karbohidrat yang Nasi merupakan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini dikarenakan nasi merupakan salah satu hidangan utama yang dikonsumsi setiap hari. Kebanyakan contoh mengonsumsi makanan ringan komersiil untuk dijadikan bekal sekolah ataupun makanan selingan. Tabel 19 Konsumsi makanan sumber karbohidrat dan olahannya (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Nasi Nasi uduk Bubur ayam Jagung Roma Kelapa Biskuat Slai O'lai Biskuat Bolu Roti Mie instan Hello Panda Kentang goreng Chitato Total *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak)

50 34 Makanan sumber protein hewani dan olahannya dapat dilihat pada Tabel 20. Jenis sumber protein hewani dan olahannya yang paling sering dikonsumsi contoh, yaitu telur (93,8%), ayam (71,9%), dan nugget (50%). Rata-rata jumlah makanan sumber protein hewai yang dikonsumsi contoh sebesar 89,2 g/hari. Sebagian besar contoh sangat menyukai berbagai hidangan olahan ayam dan telur. Selain dari rasa, alasan contoh sering mengonsumsi kedua pangan tersebut adalah mudah didapat dan memiliki harga yang ekonomis. Tabel 20 Konsumsi makanan sumber protein hewani dan olahannya (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Sosis Nugget Bakso Ayam Telur Lele Daging sapi Ikan mas Hati ayam Cumi Ikan bandeng Total 89.2 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Makanan sumber protein nabati dan olahannya yang dikonsumsi oleh contoh terdapat pada Tabel 21. Golongan bahan makanan sumber protein nabati cukup jarang dikonsumsi oleh contoh. Jenis sumber protein nabati dan olahannya yang paling dominan dikonsumsi contoh, yaitu kecap (25%) dan tempe (15,6%). Jumlah pangan sumber protein yang dikonsumsi sangat rendah yaitu 2,8 g/hari atau sebesar. Anak usia 4-6 tahun sebaiknya mengonsumsi lauk nabati sebanyak 2,5 satuan penukar dalam satu hari (Sulistyoningsih 2011). Tabel 21 Konsumsi makanan sumber protein nabati dan olahannya (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Tahu Tempe Kecap Total 2.8 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak)

51 35 Berdasarkan hasil wawancara, para orangtua menyatakan jarang sekali anak yang menyukai bahan makanan sumber protein nabati karena rasa dan aroma bahan makanan tersebut kurang menarik meskipun harganya jauh lebih murah dibandingkan bahan makanan sumber protein hewani. Sayuran yang dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 22. Jumlah sayuran yang dikonsumsi contoh masih sangat jauh dari jumlah yang dianjurkan. Rata-rata jumlah sayuran yang dikonsumsi hanya sebesar 3,4 g/hari. sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah wortel (62,5%) dan buncis (43,8%). Rata-rata jumlah sayuran yang dikonsumsi contoh sebesar 17,2 g/hari. Jenis Jumlah ini sangat rendah dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan. Anak- anak dianjurkan mengonsumsi sayur sebanyak 100 g/hari (Sulistyoningsih 2011). Tabel 22 Konsumsi sayuran (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Bayam Caysin Wortel Buncis Total 17.2 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa jenis buah yang sering dikonsumsi contoh adalah jeruk (15,6%). Buah merupakan golongan bahan makanan yang jarang dikonsumsi contoh. Rata-rata jumlah buah yang dikonsumsi contohadalah 3,3 g/hari. Anak yang berusia 4-6 tahun dianjurkan untuk mengonsumsi 300 g buah setiap harinya (Sulistyoningsih 2011). Tabel 23 Konsumsi buah (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) Apel Jeruk Total 3.3 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Jenis makanan golongan minyak yang dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 24. Sebanyak 93,8% contoh mengonsumsi minyak goreng. Rata- rata jumlah minyak yang dikonsumsi contoh yaitu 28,8 g/hari, jumlah tersebut melebihi jumlah yang dianjurkan. Jumlah golongan minyak yang dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak adalah sebanyak 20 g atau 2 sendok makan setiap harinya (Sulistyoningsih 2011).

52 36 Tabel 24 Konsumsi sumber minyak (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Santan Minyak goreng Mentega Total 28.8 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Tabel 25 menunjukkan jenis dan jumlah susu yang dikonsumsi contoh. Susu merupakan golongan bahan makanan yang paling sering dikonsumsi oleh anak. Berbagai jenis produk susu usia balita dikonsumsi contoh, baik dalam bentuk susu bubuk maupun susu cair dalam kemasan. Jenis susu yang sering dikonsumsi adalah susu bubuk Frisian Flag (31,3%) dan Dancow (25%). Rata- rata jumlah konsumsi sumber susu contoh adalah sebesar 58,8 ml/hari dalam bentuk cair dan 62,2 g/hari dalam bentuk padat. Jumlah konsumsi sumber susu tersebut melebihi jumlah yang dianjurkan. Menurut Sulistyoningsih (2011), anak usia 4-6 tahun dianjurkan mengonsumsi susu sebanyak 200 cc susu segar atau 20 g susu bubuk. Olahan susu seperti es krim menjadi salah satu jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak. Tabel 25 Konsumsi sumber susu dan hasil olahannya Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi *) Cair (ml/hari) Milkuat Calpico Yakult Frisian Flag pack Indomilk pack Real Good Ultra Milk pack Total 58.8 Padat (g/hari) Keju Es krim Biokids SGM Frisian Flag bubuk Bonito Dancow Bebelac Total 62.2 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak)

53 37 Konsumsi sumber gula dan hasil olahannya dapat dilihat pada Tabel 26. Jenis gula yang paling sering dikonsumsi adalah gula pasir (53,1%) dan produk permen (12,5%). Rata-rata jumlah gula yang dikonsumsi contoh adalah 11,1 g/hari. Jumlah gula yang dianjurkan untuk dikonsumsi anak usia 4-9 tahun adalah sebanyak 30 gatau 3 sendok makan per hari. Tabel 26 Konsumsi sumber gula dan hasil olahannya (g/hari) Jenis Makanan n % Rata-rata jumlah yang dikonsumsi (g/hari) *) Jelly Selai Gula pasir Teh kotak Permen Total 11.1 *) Hasil pembagian total konsumsi oleh sebanyak n contoh dibagi total contoh (32 anak) Tingkat Kecukupan Energi dan Zat gizi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Tabel 27 diketahui bahwa rata-rata karbohidrat, vitamin C dan zat besi contoh masih lebih rendah dibandingkan kecukupan yang dianjurkan, masing-masing sebesar 1395 kkal, 284,8 g, dan 7,6 g. Tingkat kecukupan energi dihitung dengan membandingkan antara asupan energi dengan angka kebutuhan (estimated average requirement/ear). Penentuan angka kebutuhan energi diperoleh dari pengeluaran energi. Rata-rata pengeluaran energi contoh sebesar 1400 kkal menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan AKG. Tingkat kecukupan energi akan lebih tepat jika menggunakan EAR dibandingkan AKG, karena EAR menggunakan angka metabolisme basal berdasarkan kelompok usia, ukuran tubuh (berat badan), dan aktifitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001). Tabel 27 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan zat gizi contoh Zat Gizi (satuan) Asupan AKG Tingkat Kecukupan (%) Energi (kkal) ,9 Protein (g) 51, ,1 Lemak (g) 55,7 25,4 180 Karbohidrat (g) 284, ,2 Vitamin A (RE) 814, ,1 Vitamin C (mg) 36, ,5 Vitamin D (µg) 14, ,2 Kalsium (µg) 871, ,2 Zat besi (mg) 7,6 9 84,7

54 38 Asupan vitamin C dan zat besi yang lebih rendah dibandingkan AKG dikarenakan rendahnya konsumsi contoh akan pangan sumber vitamin C dan zat besi. Rata-rata asupan protein, lemak, vitamin A, vitamin D, dan kalsium yang melebihi AKG. Secara umum asupan zat gizi contoh diperoleh dari konsumsi pangan sehari yang merupakan penjumlahan dari makan pagi, siang, malam, dan makanan selingan. Kebutuhan gizi pada anak harus terpenuhi dengan tepat, sehingga tercapai status gizi yang baik. Usia prasekolah merupakan usia yang rawan terhadap masalah gizi. Kekurangan zat gizi pada anak dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan infeksi. Jika berlebih dapat menimbulkan obesitas (Uripi 2003). Tingkat Kecukupan Energi Tabel 28 menunjukkan tingkat kecukupan energi sebagian besar contoh berada pada kategori normal (59,4%) dan lebih (21,9%). Hal ini menunjukkan konsumsi pangan sumber energi contoh sudah memenuhi kebutuhan. Rata rata contoh mengonsumsi susu dan jajanan seperti biskuit, yang mengandung energi cukup tinggi. Contoh yang berada pada kategori defisit sedang dan ringan (9,4%) dipengaruhi oleh nafsu makan yang rendah dan kurangnya kemampuan membeli pangan yang beragam. Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi Klasifikasi n % Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total Kebutuhan energi pada anak relatif lebih besar untuk menunjang pertumbuhan yang pesat. Energi diperlukan untuk berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat, lemak, dan protein (Uripi 2003). Tingkat Kecukupan Protein Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh berada pada kategori tingkat kecukupan protein lebih (81,2%), dan sisanya

55 39 berada pada kategori defisit ringan (6,2%) serta normal (12,5%). Hal ini dikarenakan hampir seluruh contoh mengonsumsi pangan yang tinggi akan kandungan protein dalam jumlah yang banyak terutama susu dan telur. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein. Klasifikasi n % Defisit ringan Normal Lebih Total Kekurangan protein pada anak dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat. Kekurangan protein pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak (Sulistyoningsih 2011). Maksimal asupan protein yang boleh dikonsumsi adalah dua kali dari AKG. Kelebihan protein pada anak akan memberatkan kerja ginjal dan dapat memicu obesitas, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum, dan demam (Almatsier 2003). Tingkat Kecukupan Karbohidrat Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan karbohdrat dapat dilihat pada Tabel 30. Sebagian besar contoh berada pada tingkat kecukupan karbohidrat kategori lebih (43,8%). Konsumsi pangan sumber karbohidrat yang berlebih dapat menimbulkan kegemukan dan memicu timbulnya diabetes mellitus (Hartono 2006). Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat Klasifikasi n % Defisit berat Defisit sedang Normal Lebih Total Tingkat Kecukupan Lemak Bedasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa tingkat kecukupan lemak sebagian besar contoh berada pada kategori lebih (87,5%) dan sisanya termasuk dalam kategori normal (12,5%). Hal ini disebabkan sebagian besar contoh mengonsumsi bahan pangan yang mengandung lemak dalam jumlah besar

56 40 seperti susu, minyak dan pangan hewani. Susu yang dikonsumsi contoh merupakan susu full cream dengan kandungan lemak yang tinggi. Sebagian besar contoh mengonsumsi pangan hewani yang digoreng sehingga lemak contoh cukup tinggi. Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan lemak Klasifikasi n % Normal 4 12,5 Lebih 28 87,5 Total Lemak dan minyak merupakan zat gizi kedua yang digunakan sebagai bahan bakar dalam menghasilkan energi. Lemak terdiri dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen (Hartono 2006). Kecukupan lemak yang dianjurkan adalah 15-20% berasal dari energi total (PERSAGI 1990). Tingkat Kecukupan Vitamin A Berdasarkan Tabel 32, diketahui bahwa sebagian besar contoh berada pada tingkat kecukupan vitamin A kategori cukup (96,9%). Hal ini dikarenakan contoh tersebut mengonsumsi produk vitamin yang mengandung vitamin A yang cukup tinggi. Contoh yang berada pada kategori kurang hanya berjumlah 3,1%. Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Bahaya konsumsi vitamin A terjadi jika dikonsumsi dalam dosis yang tinggi secara terus menerus (Sulistyoningsih 2011). Kelebihan vitamin A dapat menyebabkan rambut rontok, sakit pada tulang, kulit mengering, hidrosefalus, pusing, dan anoreksia (Almatsier 2003). Tingkat Kecukupan Vitamin C Pada Tabel 33 dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat kecukupan vitamin C contoh berada pada kategori kurang (65,6%). Contoh yang termasuk dalam kategori cukup terdapat sebanyak 34,4%. Hal ini disebabkan contoh jarang mengonsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber pangan kaya vitamin C.

57 41 Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Vitamin C berperan penting bagi kesehatan anak. Vitamin ini berperan sebagai daya tahan tubuh, membantu dalam melawan penyakit infeksi, serta melindungi anak-anak dari pencemaran lingkungan. Pada saluran pencernaan, vitamin C dapat meningkatkan kelarutan zat besi dan kalsium, serta meningkatkan metabolisme tirosin dalam tubuh (Sulistyoningsih 2011). Tingkat Kecukupan Vitamin D Tabel 34 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan vitamin D contoh yang berada pada kategori cukup sebanyak 81,2%, sedangkan yang berada pada kategori kurang hanya 18,8%. Sumber vitamin D paling besar diperoleh contoh dari susu. Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin D Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Vitamin D yang berasal dari makanan dan suplemen bersifat inaktif secara biologis sehingga harus menjalani dua proses hidroksilasi di dalam tubuh untuk mengaktifkannya (Sulistyoningsih 2011). Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan penyakit rakhitis yang sering dijumpai pada anak-anak (Sediaoetama 2006). Tingkat Kecukupan Kalsium (Ca) Tingkat kecukupan kalsium dapat dilihat pada Tabel 35. Sebagian besar contoh berada pada kategori tingkat kecukupan kalsium cukup (81,2%) dan sisanya berada pada kategori kurang (18,8%). Hal ini dikarenakan konsumsi contoh akan pangan sumber kalsium yang cukup dan dipengaruhi juga oleh kecukupan vitamin D di dalam tubuh.

58 42 Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium. Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Bahan makanan sumber kalsium utama bagi anak-anak adalah susu. Kalsium sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk pertumbuhan dan kesehatan tulang serta gigi. kebutuhan akan vitamin D terpenuhi. Penyerapan kalsium dalam tubuh akan dipermudah bila Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan (Uripi 2003). Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) Tabel 36 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan zat besi contoh kategori kurang dan cukup masing-masing 50%. Kurangnya kecukupan akan zat besi pada contoh diduga karena rendahnya konsumsi pangan sumber zat besi dan adanya pengaruh dari kurangnya kecukupan vitamin C sehingga menyebabkan gangguan penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi di dalam tubuh dipengaruhi oleh vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan kelarutan zat besi di dalam saluran pencernaan sehingga mudah diserap oleh tubuh (Sulistyoningsih 2011). Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat besi Klasifikasi n % Kurang Cukup Total Status Gizi Anak Usia Prasekolah Status gizi contoh ditentukan dengan menggunakan beberapa indeks yang telah direkomendasikan oleh WHO (1995), yaitu indeks untuk berat badan menurut umur (BB/U), indeks tinggi badan tehadap umur (TB/U) dan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Berdasarkan Tabel 37, status gizi seluruh contoh berdasarkan indeks BB/U dalam penelitian ini termasuk ke dalam dua kategori yaitu gizi normal (93,75%) dan gizi lebih (6,25%). Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh (tulang, otot dan lemak).

59 43 Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (BB/U) Status Gizi (BB/U) n % Normal ( - 2 SD sampai + 2 SD) Lebih (>+ 2 SD) Total Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau berkurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Pada keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur (Supariasa et al 2002). Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Tabel 38 menunjukkan sebagian besar status gizi contoh berdasarkan indeks TB/U berada pada kategori normal (90,63%). Selain itu masih terdapat 3,13% contoh yang berada pada kategori pendek dan 6,25% contoh pada kategori lebih. Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan status gizi TB/U Status Gizi (BB/TB) n % Pendek/stunting (< - 2 SD) Normal ( - 2 SD sampai + 2 SD) Tinggi (>+ 2 SD) Total Riyadi (2001) menyatakan bahwa defisit TB/U menunjukkan ketidakcukupan gizi dan kesehatan secara kumulatif dalam jangka panjang. Stunting merefleksikan proses kegagalan untuk mencapai pertumbuhan linear sebagai akibat dari keadaan gizi dan atau kesehatan yang subnormal. Indeks Berat Badan menurut Tingg Badan (BB/TB) Pada Tabel 39 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi contoh termasuk kategori normal (56,2%) jika diukur berdasarkan berat badan menurut tinggi badan. Contoh yang termasuk dalam kategori kurus (12,5%) dan lebih (31,2%). Hal ini menunjukkan meskipun rata-rata status gizi anak berada pada kategori normal, namun terdapat kecenderungan status gizi anak berada pada

60 44 kategori lebih. Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indeks yang baik dalam menilai status gizi saat ini (Supariasa et al 2002). Tabel 39 Sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/TB Status Gizi (BB/TB) n % Kurang (< - 2 SD sampai - 3 SD) Normal ( - 2 SD sampai + 2 SD) Lebih (>+ 2 SD) Total Berdasarkan indeks status gizi meliputi BB/U, TB/U, dan BB/TB menunjukkan sebagian besar contoh berada pada kategori normal. Data mengenai sebaran kategori status gizi contoh dapat dilihat pada Lampiran 3. Sebagian besar contoh yang yang berada pada kategori status gizi normal berdasarkan indeks TB/U akan memiliki status gizi normal berdasarkan indeks BB/U maupun BB/TB. Contoh yang memilki kategori pendek menurut status gizi indeks TB/U menunjukkan kategori normal menurut status gizi indeks BB/U dan BB/TB. Hasil tersebut menunjukkan bahwa contoh pernah mengalami masalah kekurangan gizi di masa lalu, namun melalui asupan zat gizi yang cukup dan kondisi kesehatan yang baik mempengaruhi peningkatan status gizi contoh. Selain itu, terdapat contoh yang memiliki status gizi normal berdasarkan indeks BB/U dan TB/U namun menunjukkan status gizi kurang berdasarkan indeks BB/TB. Hal ini menunjukkan meskipun keadaan gizi contoh di masa lalu baik, namun kondisi kesehatan dan menurunnya jumlah pangan yang dikonsumsi akan menunjukkan status gizi saat kini yang kurang. Status Kesehatan Anak Usia Prasekolah Gambar 7 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan kejadian pernah atau tidaknya sakit. Sebagian besar contoh tidak mengalami sakit dalam satu bulan terakhir sebesar 81,2% dan sebanyak 18,8 % contoh tidak mengalami sakit. Pemberian vitamin secara teratur setiap harinya diduga mempengaruhi kesehatan anak. Umumnya contoh yang tidak mengalami sakit mengonsumsi vitamin yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh.

61 45 Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit Tabel 40 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis, kejadian sakit, dan frekuensi penyakit dalam satu bulan terakhir. Jenis penyakit yang pernah dialami oleh contoh dalam satu bulan terakhir cukup beragam yaitu meliputi demam, batuk, influenza, dan diare. Berdasarkan Tabel 40 diketahui bahwa frekuensi sakit yang dialami oleh sebagian besar contoh adalah satu kali dalam satu bulan terakhir dengan jenis penyakit batuk dan influenza. Umumnya contoh mengalami influenza dan batuk disertai demam. Tabel 40 Sebaran contoh berdasarkan jenis, kejadian sakit, dan frekuensi penyakit dalam satu bulan terakhir Jenis penyakit Frekuensi sakit (kali) tidak pernah 1 2 n % n % n % Demam Batuk Influenza Diare Berdasarkan Tabel 41 diketahui bahwa sebagian besar contoh yang sakit mengalami lama sakit selama satu sampai tiga hari dengan jenis penyakit batuk. Infeksi dapat menyebabkan turunnya nafsu makan anak atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. Anak yang sakit dan sedang dalam masa penyembuhan memerlukan asupan pangan yang cukup untuk meningkatkan status kesehatan yang memburuk (Harper et al 2009). Contoh yang mengalami kejadian sakit melakukan pengobatan baik di rumah, puskesmas maupun klinik dokter. Contoh yang melakukan pengobatan di rumah diberikan obat generik yang dibeli di apotik atau warung, sedangkan contoh yang melakukan pengobatan ke puskesmas dan klinik diberikan obat

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah 4 TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah Kelompok anak usia prasekolah terdiri atas 2 kelompok, yaitu anak usia 1-3 tahun dan usia 4-6 tahun (PERSAGI 1990). Usia prasekolah merupakan periode keemasan atau

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa kanak-kanak atau yang dikenal sebagai masa prasekolah yaitu anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia prasekolah mengalami perkembangan fisiologik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum TK TKA Plus Ihsan Mulya merupakan taman kanak-kanak Al-Quran yang berdiri pada tahun 2002. Sekolah ini terletak di Jl. Raya Al-Falah No.9, Kelurahan Harapan Jaya. Cibinong.

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN Dr. Erli Mutiara, M.Si, Dra. Adikahriani, M.Si dan Elvi Novi Yanti erlimutiara@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta NUTRISI PADA ANAK Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak Pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Usia Dini Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal dan masa akhir kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur dua tahun sampai enam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana pertumbuhan manusia, pada masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan dan gizinya dapat mudah terpengaruhi

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor

Lebih terperinci

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA BAB II T1NJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Anak Balita Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan baseline dari penelitian Dr. Ir. Sri Anna Marliyati MSi. dengan judul Studi Pengaruh Pemanfaatan Karoten dari Crude Pal Oil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci