Mahasiswa: Atika Febriani Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono Ir. Sardjito, MT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mahasiswa: Atika Febriani Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono Ir. Sardjito, MT"

Transkripsi

1 SIDANG TESIS KONSEP PENATAAN PKL DI KORIDOR JALAN KEDUNGDORO SURABAYA Mahasiswa: Atika Febriani Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono Ir. Sardjito, MT

2 Bab I - Latar Belakang Suyanto,B (2003 ) Perkembangan sektor ekonomi informal khususnya pedagang kaki lima (PKL) di kota Surabaya pasca krisis ekonomi tahun 1997, berlangsung cukup pesat. Alisjahbana (2004) )pandangan negatif tentang keberadaan PKL semakin kental ketika muncul wacana keindahan kota. PKL merusak keindahan kota : Penyebaran PKL memanjang disepanjang jalan Kedungdoro dan tidak mengikuti pola tertentu. PKL makanan dan minuman disepanjang jalan ini beroperasi hanya pada malam hari, yaitu pk

3 Rumusan Masalah PertanyaanPenelitian e e t a : 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi citra kawasan dijalan Kedongdoro terkait dengan keberadaan PKL? 1. Bagaimana konsep yang tepat untuk menciptakan kesinambungan antara potensi PKL dengan lingkungannya, ngann a sehingga menghilangkan kesan kumuh dan dapat meningkatkan citra kawasan? 3

4 Tujuan dan Sasaran Penelitian Tujuan Penelitian: Merumuskan konsep penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) dikoridor jalan Kedungdoro. Dengan mengoptimalkan potensi PKL dari aspek perkotaan, ekonomi dan sosial sehingga dapat membentuk citra perkotaan yang positif dan harmonis. Sasaran Penelitian: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai terhadap citra kawasan terkait dengan keberadaan PKL. 2. Mengembangkan konsep penataan yang tepat untuk meningkatkan citra kawasan disesuaikan dengan karakteristik dan potensi PKL dilingkungannya. 4

5 Kontribusi Penelitian Dari hasil penelitian didapatkan pengembangan solusi dari masalah penataan PKL yang banyak terdapat di Indonesia. Khususnya penataan PKL dikawasan kota besar seperti Surabaya. Batasan Penelitian Batas Wilayah Difokuskan untuk dapat meneliti penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di kota Surabaya. Khususnya PKL disepanjang koridor jalan Kedungdoro. Batas Subtansi Perumusan konsep penataan PKL dikoridor jalan Kedungdoro melalui telaah terhadap faktor yang mempengaruhi citra kawasan untuk mengembangkan konsep penataan guna meningkatkan citra kawasan Kedungdoro yang sesuai dengan karakter k dan PKL. Untuk aspek terkait lainnya seperti infrastruktur, utilitas, dll diasumsikan dalam kondisi baik dan tidak memerlukan penataan lebih lanjut. 5

6 Bab II - Sintesa Kajian Teori NO Faktor Indikator Variabel 1 Definisi Sektor Formal dan Nilai penting sektor informal Sektor Informal dalam dalam ruang kota. Perkotaan Latar belakang pendidikan, kemampuan SDM, aset, modal PKL, status kepemilikan, nilai sosial. 2 Definisi dan karakter PKL di Indonesia. Identifikasi karakter dasar PKL. Jenis dagangan, sarana usaha, pola penyebaran PKL,,pola pelayanan PKL, fungsi pelayanan, pengguna, skala, waktu, sifat, pola pengelolaan. 3 Kajian Arsitektur dan Perilaku Manusia Karakter dasar manusia. Kepribadian, stimulus, respon. 4 Perilaku Manusia dengan Sikap dan perilaku manusia Perilaku, interaksi sosial terhadap lingkungan Lingkungannya 6 Kajian Teori Perancangan Kota Identifikasi elemen pembentuk citra kota. Elemen Fisik pembentuk kota 7 Tinjauan Aspek Koridor Jalan Identifikasi komposisi elemen Bangunan sebagai elemen dinding, vegetasi sebagai fisik ik pembentuk ruang kota. elemen dinding dan atap, jalur sirkulasi isebagai elemen lantai, street furniture sebagai obyek dalam ruang. 8 Meningkatkan image dan Bentuk, susunan lingkungan dan warna. Tinjauan Aspek Image daya tarik kota Persepsi, kesan, pemaknaan, eksperiensi ruang kota. Pengaruh perancangan kota terhadap citra kawasan. Kebersihan, ketertiban, kemudahan akses. 9 Kajian Aspek Legal Bentuk pelegalan lokasi dan jenis perdagangan g Bentuk pelegalan yang diharapkan. informal 10 Kajian Aspek Sosial Ekonomi Identifikasi potensi PKL Model pengelompokan, mobilitas, waktu operasi 11 Contoh Permasalahan dan Penataan PKL di Indonesia. Okupasi ruang publik oleh PKL dikota-kota metropolitan Bentuk okupasi, pencegahan terjadinya okupasi, penanganan. 6

7 Bab III Metodologi Penelitian Jenis Penelitian :penelitian kualitatif dengan pendekatan naturalistic. Variabel Penyebab kekumuhan dan karakteristik PKL Variabel Definisi Operasional jenis dagangan Berkaitan dengan barang yang dijual belikan pada kawasan yang terdapat PKL. sarana usaha Tempat PKL berdagang yaitu kios, warung semi permanen, gerobak, meja, alas gelar atau pikulan pola penyebaran PKL Memanjang atau mengelompok fungsi pelayanan Menyediakan pelayanan perdagangan barang & jasa, pelayanan rekreasi, pelayanan sosial ekonomi, pengguna Pengguna dari golongan masyarakat ekonomi atas, menengah dan rendah. Skala Skala perdagangan kecil, menengah atau besar. Waktu Waktu berlangsungnya aktivitas jual-beli. Sifat Bersifat pedagang menetap, semi menetap, keliling. pola pengelolaan Berkaitan dengan pembinaan dan pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah atau paguyuban. Meliputi relokasi, stabilisasi, open market, penutupan jalan tertentu, 7 pemanfaatan trotoar. interaksi sosial Berkaitan dengan perijinan, pemberian bantuan atau pinjaman modal.

8 Populasi & Sampel Penelitian Populasi Populasi pada penelitian ini bersifat heterogen, yaitu masing-masing unsur memiliki sifat yang bervariasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengambilan sampling, yang memberikan kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih. Sampel Penelitian Pedagang kaki lima :disurvei secara keseluruhan. Hal ini dilakukan karena populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Jumlah PKL adalah 127 unit dihitung berdasar jumlah sarana usaha yang berada disepanjang jalan Kedungdoro. Jumlah toko adalah 58 unit. Pengunjung :30 orang. Teknik Penentuan Responden Pemilihan responden untuk analisa deskriptif kualitatif dilakukan dengan cara purposive sampling, Sedangkan untuk analisa delphi, responden ditentukan dengan analisa Stakeholder yang berdasarkan pada interest, tingkat pengaruh (influence), dan tingkat kepentingan (importance) stakeholders terhadap penataan PKL. 8

9 Teknik Pengumpulan Data Data primer terdiri dari: Gambar / foto terhadap seluruh elemen lingkungan di lokasi PKL Eksisting lokasi penelitian berupa potensi dan permasalahan yang ada. Keadaan sosial budaya Keterangan pihak-pihak terkait yang dapat dipertanggungjawabkan melalui wawancara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan: Metode Observasi Teknik Tk ikwawancara Kuesioner atau angket Data sekunder terdiri dari: Dokumen pemerintah mengenai rencana penataan terkait keberadaan PKL kawasan terkait seperti RTRW,RDRTK, dlsb. Literatur atau artikel pada buku dan majalah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: Studi Kepustakaan Data instansi. 9

10 Teknik Analisa Analisa identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai terhadap citra kawasan terkait dengan keberadaan PKL. Metode Analisa desktiptif kualitatif digunakan untuk merumuskan faktor penyebab kekumuhan dari keberadaan PKL terhadap lingkungannya. b. Analisa Triangulasi Analisa merumuskan kriteria penataan yang tepat untuk meningkatkan citra kawasan disesuaikan dengan karakteristik dan potensi PKL dilingkungannya. a. Analisa Delphi Menggunakan Analisa Delphi untuk menjaring pendapat dan pandangan para stakeholders yang terpilih melalui analisa stakeholders. Pada analisa ini hasil yang diharapkan adalah terumuskannya faktor yang mempengaruhi citra kawasan didasarkan pada stakeholder yang ahli dibidang perancangan kota. Pengamatan fakta empiris dilapangan. Referensi berupa teori citra kawasan, penelitian sejenis, regulasi Konsep Penataan PKL untuk Meningkatkan Citra Kawasan Gambar 3.1 Triangulasi Sumber: Hasil Analisa, 2010 Stakeholder yang kompeten 10

11 Bab IV - Analisa Gambaran Makro PKL yang dibahas pada penelitian ini adalah PKL yang menempati koridor jalan Kedungdoro Surabaya. Secara makro dijalan Kedungdoro banyak terdapat fasilitas perdagangan dan jasa yang berupa ruko dan kompleks pertokoan, showroom, bank, restoran/ kafe serta depot. Letak Geogratif dan Administratif.Daerah studi dibatasi pada PKL yang ada dikoridor jalan Kedungdoro dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Jalan Embong Malang Sebelah barat : Jalan Kedung Anyar Sebelah selatan : Jalan Pasar Kembang Sebelah timur :Jalan Kedung Rukem, 11 Keterangan Gambar: Batas Kawasan Penelitian Gambar.4.1 Peta Lokasi Studi Sumber: RTRW Surabaya, 2013

12 Gambaran Wilayah Studi Gambar 4.2 Sebagian besar PKL dijalan Kedungdoro berjualan makanan dan minuman. Hanya sebagian kecil PKL yang berjualan rokok. Sumber: Dokumentasi pribadi, 2010 Gambar 4.3. Sarana usaha yang digunakan PKL 12 dijalan Kedungdoro adalah kios semi permanen dengan tenda, atau gerobak kayu. Sumber: Dokumentasi pribadi, 2010

13 Gambaran Wilayah Studi Gambar 4.4 Penyebaran PKL memanjang sepanjang jalan Kedungdoro tanpa adanya pola tertentu. Sumber: Dokumentasi pribadi, Gambar 4.5 PKL makanan dan minuman berjualan hanya diwaktu malam hari. Sumber: Dokumentasi pribadi, 2010

14 Karakter PKL di koridor jalan Kedungdoro Tabel 41Jumlah 4.1 PKL Lokasi tahun jumlah Jl. Kedungdoro Sumber : Paguyuban PKL Surabaya tahun 2010 Tabel 4.2 Latar Belakang Pelaku Usaha No Latar Belakang Jumlah Persentase 1 Jenis Kelamin Laki-laki 67 52% Perempuan 60 47% Jumlah % 2 Usia 15-20th 7 5% 21-30th 38 30% 31-40th 55 44% 41-50th 23 18% >50th 4 3% Jumlah % 3 Jenjang Pendidikan Tidak Sekolah 17 13% SD/sederajat 22 17% SMP/ 29 22% sederajat SMA/ 70 55% sederajat Diploma/Sarj 2 1% ana Jumlah % 14

15 Karakter PKL di koridor jalan Kedungdoro (lanjutan) Tabel 4.3 Jenis Barang Dagangan No Jenis barang Jumlah Persentase dagangan 1 Makanan dan % minuman 2 Rokok dan permen 16 13% 3 Servis tambal ban 6 5% Jumlah % Dari hasil survey, PKL di Kedungdoro dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasar jenis barang dagangannya. Tipe A: Makanan dan Minuman Tipe p B: Rokok dan Permen Tipe C: Servis tambal ban 15

16 Karakter PKL di koridor jalan Kedungdoro (lanjutan) Tabel.4.4 Sarana Usaha Tabel 4.4 Sarana Usaha No Jenis Barang Sarana Jumlah Persentase Dagangan Usaha 1 Makanan dan Gerobak 28 22% Gerobak, 77 60% minuman meja, kursi, tenda 2 Rkkd Rokok dan permen Gerobak 16 13% 3 Servis tambal ban Kios semi 6 5% permanen Jumlah % Berdasar hasil survey dapat terlihat bahwa jenis barang dagangan juga mempengaruhi sarana usaha yang digunakan. Terdapat 3 (tiga) model sarana usaha PKL yaitu: 1.Gerobak, meja, kursi dan dilengkapi i tenda/terpal : digunakan oleh lh PKL yang berjualan makanan dan minuman. Rata-rata menggunakan terpal untuk melindungi dagangan dan konsumen yang makan ditempat. 2.Gerobak: digunakan olehpklrokok. Gerobak ini biasanya juga berfungsi sebagai tempat berteduh si pedagang Kios semi permanen: digunakan oleh para tukang servis tambal ban.

17 Karakter PKL di koridor jalan Kedungdoro (lanjutan) Tabel 4.5. Luasan Sarana Usaha PKL No Jenis Barang Dagangan Sarana Usaha Luasan Jumlah Persentase 1 Makanan dan Gerobak 2x1m=2m² 28 22% Gerobak, 3x2m=6m² 7 5% minuman meja, kursi, 3x3m=9m² 70 55% tenda 2 Rokok dan permen Gerobak 2x1m=2m² 16 12% 3 Servis tambal ban Kios semi permanen 3x2m=6m2 1 1% 2x1m=2m² 5 3% Jumlah % Sarana usaha PKL mempunyai luasan berkisar 2m² sampai dengan 9m². Pada tabel diatas terlihat bahwa selain mempengaruhi bentuk sarana usaha, jenis dagangan ternyata juga mempengaruhi luasannya. Luasan terbesar adalah sarana usaha milik PKL makanan dan minuman, yaitu 9m². 17

18 Latar Karakter Belakang PKL di koridor jalan Kedungdoro (lanjutan) Tabel. 4.6 Cara Penyimpanan Sarana Usaha No Jenis Barang Dagangan Sarana Usaha Cara Jumlah Persentase Penyimpanan 1 Makanan dan minuman Gerobak, meja, Dibawa pulang % kursi, tenda 2 Rokok kdan permen Gerobak Ditinggal 16 13% dilokasi 3 Servis tambal ban Kios semi Ditinggal 6 5% permanen dilokasi Jumlah % Sarana usaha PKL penjual makanan dan minuman selalu dibongkar dan dibawa pulang secara keseluruhan. Sarana usaha yang tidak dibawa pulang adalah gerobak dan kios milik PKL penjual rokok dan servis tambal ban 18

19 Latar Karakter Belakang PKL di koridor jalan Kedungdoro (lanjutan) No Tabel. 4.7 Tempat Usaha PKL Jenis Barang Sarana Usaha Tempat Usaha Jumlah Persentase Dagangan 1 Mk Makanan dan minuman Gerobak, Trotoar dan % meja, kursi, tenda sebagian badan jalan 2 Rokok dan permen Gerobak Trotoar 16 13% 3 Servis tambal ban Kios semi permanen Trotoar dan Sebagian badan jalan 6 5% Jumlah % Menurut hasil survey,tempat usaha PKL dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1.Trotoar dan sebagian badan jalan: Ditempati PKL makanan minuman dengan sarana usaha gerobak, meja, kursi dan serta. Juga PKL servis tambal ban dengan sarana kios semi permanen. 2.Trotoar: Ditempati PKL rokok dan permen dengan sarana usaha gerobak. 19

20 Latar Karakter Belakang PKL di koridor jalan Kedungdoro (lanjutan) Tabel Waktu Operasional No Jenis Sarana Waktu Jumlah Persentase Barang Usaha Operasional Dagangan 1 Makanan dan Gerobak, % Minuman meja, kursi, % tenda 2 Rokok dan Gerobak % permen % 3 Servis Gerobak, % tambal ban kios semi permanen Jumlah % Menurut waktu operasional menjalankan usahanya, ada dua tipe waktu yaitu pk WIB, pk WIB. Sebagian besar PKL berjualan pada tipe waktu kedua yaitu pk Karena pada waktu-waktu tersebut tidak mengganggu kegiatan perdagangan formal yang berlangsung pada pagi sampai sore hari. 20

21 Latar Analisa Belakang Deskriptif Kualitatif Analisa Karakter Elemen Pembentuk Koridor Jalan. Analisa dilakukan untuk memperoleh karakter dari bentuk fisik dan visual elemenelemen yang ada dikoridor jalan Kedungdoro Elemen Fisik Tabel.4.15 Analisa Karakter Elemen Pembentuk Koridor Jalan. Sumber: Analisa, 2011 Kriteria Penilaian Ya/ PKL Pembeli Pendapat Responden T d k J % J % Vegetasi Memenuhi fungsi ekologis, Ya Bentuk pohon yang ada dianggap belum memberi kesan fungsi teknis, fungsi menari secara estetis pada koridor jalan. Vegetasi yang ada arsitektural. T % tidak memiliki pola teratur sehingga ada pohon-pohon d yang akarnya merusak torotar. k Jalur Pejalan Kaki Street Furniture Memenuhi nilai Kenyamanan Kesesuaian Kejelasan Keramahan Memenuhi nilai Kenyamanan Kesesuaian Kejelasan Keramahan Kejelasan Keramahan Y 7 6% 1 4% Dimensi trotoar saat ini dianggap kurang memadai untuk a para pejalan kaki karena hampir semua ruas trotoar T % dikuasai PKL. Kondisi fisik trotoar juga banyak d mengalami penurunan. k Y 7 6% 1 4% Jumlah perabot jalan dianggap kurang memadai. a Responden meraas penempatan perabot jalan tidak teratur T % sehingga fungsinya tidak maksimal. Perlu ditambah 21 d beberapa perabot jalan seperti tempat sampah, lampu k penerangan.

22 Latar Analisa Belakang Deskriptif Kualitatif a. Analisa Tingkat Kepentingan Variabel Dengan mengetahui manakah variabel yang paling menimbulkan kesan kumuh, maka nantinya akan dapat dilakukan analisa lebih lanjut untuk tkmendapatkan kit kriteriai penataan yang tepatt dl dalam mengatasi kesan kumuh tersebut. Hasil lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Hasil Analisa tingkat kepentingan variable (padaresponden d PKL) Faktor Peringkat Variabel Penyebab kekumuhan dan karakteristik PKL 1 sarana usaha 2 jenis dagangan 3 pola pengelolaan 4 Sifat 5 Waktu 6 pola penyebaran 7 Fungsi pelayanan 8 Pengguna 9 Skala 10 interaksi sosial 22

23 Analisa Deskriptif Kualitatif (lanjutan) b. Analisa Tingkat Kepentingan Sub Variabel Tabel 4.17 Analisa subvariabel pembuat kumuh kawasan pada reponden PKL Faktor No Variable Peringkat Sub Variabel Penyebab 1 sarana usaha 1. warung non permanen kekumuhan 2. gerobak dan 3. gelaran karakteristik 2 jenis 1. makanan saji PKL dagangan 2. servis 3. non makanan 3 pola pengelolaan 1. pemanfaatan trotoar 2. open market 3. penutupan jalan 4 Sifat 1. menetap 2. semi menetap 3. keliling 5 Waktu 1. malam 2. siang 3. sore 4. pagi 6 pola 1. memanjang penyebaran 2. mengelompok 7 fungsi 1. fungsi barang dan jasa pelayanan 2. fungsi sosial ekonomi 3. fungsi rekreasi 8 Pengguna 1. warga menengah kebawah 2. warga menengah keatas 9 Skala 1. besar 2. kecil interaksi sosial 1. belum mendapat pembinaan 2. sudah mendapat pembinaan

24 Analisa Delphi Tabel Analisa subvariabel pembuat kumuh kawasan No Variabel Keterangan 1 Jenis dagangan Makin banyak jenis dagangan yang dijual maka akan makin kumuh. Dalam hal ini yang dinilai paling menyebabkan kekumuhan adalah PKL yang berjualan makanan. Jenis dagangan yang dijual PKL juga berkaitan erat dengan kebersihan. Kebersihan merupakan aspek penting dalam usaha meningkatkan citra suatu kawasan. Kebersihan meliputi i kb kebersihan sarana usaha PKL, kebersihan barang dagangan dan kebersihan dalam hal pengelolaan limbah 2 Sarana Usaha Sarana usaha dianggap mempengaruhi kekumuhan baik itu warung permanen, warung semi permanen, gerobak bkmaupun gelaran. Karena sarana usaha ini biasanya hanya mengutamakan fungsi untuk berjualan dan tidak memperhatikan estetikadari bentuknya. Sarana usaha ini harus memperhatikan aspek bentuk secara fisik. Jika bentuk sarana PKL tertata dan memenuhi bikd baik dari fungsi maupun estetika. Maka akan dapat memberikan support positif terhadap peningkatan citra kawasan. 3 Pola Penyebaran Makin tersebar pola keberadaan PKL maka akan menyebabkan ketidakteraturan k dan dapat menyebabkan bbk kk kekumuhan. Maka susunan yang baik dari penyebaran PKL dianggap dapat meningkatkan citra kawasan dimana PKL tersebut berada. PKL yang penyebarannya teratur dapat memudahkan pengelolaan dan dapat memberikan support positif iifterhadap hd peningkatan citra kawasan 24

25 Analisa delphi (lanjutan) Tabel 4.20 Potensi PKL yang Terdapat Dikoridor Jalan Kedungdoro Sumber: Hasil Survey primer, 2010 No Variabel Keterangan 1 Kesamaan jenis Dengan adanya kesamaan variasi dagangan, dagangan PKL dikoridor jalan ini memiliki ciri khas yang dapat menarik pembeli. Jenis dagangan PKL yang menjadi ciri khas adalah makanan jadi. 2 Lokasi Lokasi PKL dijalan Kedungdoro mudah dicapai karena terletak dijalan kolektor daerah pusat kota yang banyak dilalui warga kota. Pada tahap ini dilakukan penggalian pendapat dari para responden tentang faktor-faktor penyebab kekumuhan pada lingkungan PKL. Metode yang dilakukan untuk mendapatkan komponen tersebut adalah wawancara semi terstruktur. 25

26 Analisa Fasade EKSISTING Sarana Usaha PKL menutupi sebagian area depan bangunan sehingga mengganggu fasade bangunan disepanjang koridor jalan. ARAHAN Sarana Usaha PKL diarahkan memiliki bentukan fisikik yang berkesan transparan, sehingga tidak mengganggu fasade bangunan.

27 Analisa Fasade (lanjutan) EKSISTING Sarana Usaha PKL menutupi sebagian area depan bangunan sehingga mengganggu fasade bangunan disepanjang koridor jalan. 27 Kondisi fisik Sarana Usaha PKL tidak terawat, terbuat dari bahan seadanya (kayu bekas/terpal bekas/triplek) dan bentuk yang tidak memenuhi nilai estetika sehingga menimbulkan kesan kumuh. Sarana Usaha PKL diarahkan memiliki bentukan fisik yang berkesan transparan, sehingga tidak mengganggu fasade bangunan. ARAHAN Sarana Usaha PKL didesain dengan 27 bentuk fisik dan warna yang disesuaikan dengan tampilan bangunan disekitarnya.

28 Analisa Fasade (lanjutan) EKSISTING Deretan PKL memiliki pola peletakan dengan jarak yang tidak teratur dan terlalu berdekatan satu sama lain ARAHAN Deretan PKL memiliki pola peletakan dengan jarak yang teratur dan posisinya sejajar satu sama lain.

29 Analisa Fasade (lanjutan) EKSISTING Deretan PKL tidak memiliki pola 29 penataan tertentu sehingga menimbulkan kesan tidak teratur. ARAHAN Sarana Usaha PKL didesain memiliki luasan kapling dan ketinggian yang sama untuk menampilkan kesan teratur. 29

30 Hasil Analisa Triangulasi Bentuk Fisik Koridor Sarana Usaha PKL Kriteria 1: Bentuk Sarana Usaha PKL harus mempunyai keserasian dengan fasade bangunan dan berkesan transparan sehingga tidak mengganggu estetika visual koridor jalan Kedungdoro. Kriteria 2: Keberadaan PKL harus memiliki pola yang disesuaikan dengan keberadaan bangunan dikoridor jalan Kedungdoro. Ide Konsep: Bentuk sarana usaha PKL didesain memiliki kesamaan bentuk dasar geometris dengan bangunan disepanjang koridor Kedungdoro. Lapak PKL didesain memiliki elemen atap berbentuk segitiga (perisai) seperti mayoritas bangunan sekitarnya. Kesan transparan dimunculkan dengan cara memaksimalkan bukaan atau meniadakan elemen dinding pada sarana usaha PKL. Sarana usaha PKL menggunakan warna yang senada dengan komposisi warna bangunan sekitar. 30

31 Hasil Analisa Triangulasi Bentuk Fisik Koridor Sarana Usaha PKL Kriteria : Trotoar harus memiliki luas yang cukup untuk digunakan para pejalan kaki. Ide Konsep: a b Trotoar didesain dengan dimensi yang sesuai dengan ruang pejalan kaki meliputi kebutuhan visual dan kebutuhan gerak. Dimensi trotoar yang ada dapat diperlebar eba dengan cara a memanfaatkan aat a selokan tertutup. tutup. Saat PKL beraktivitas dapat menggunakan ruang pada trotoar sebelah dalam, sedangkan pejalan kaki disediakan ruang di trotoar sebelah luar selebar minimal 1.5m. c b a Keterangan: a: Ruang pejalan kaki b: Ruang untuk PKL c: Bangunan a b 31

32 Hasil Analisa Triangulasi Kriteria 4: Street furniture harus disediakan untuk melengkapi fasilitas, sekaligus untuk mencegah PKL memakai seluruh trotoar untuk berjualan Ide Konsep: Trotoar dilengkapi dengan street furniture, seperti bangku, lampu jalan, box telepon dan tempat sampah permanen. Hal ini mencegah PKL menempati seluruh bagian trotoar. Street furniture diletakkan pada lokasi yang mudah terlihat oleh pengguna jalan. Bangku Tempat sampah Tempat sampah Lampu jalan Bangku 32

33 Hasil Analisa Triangulasi Kriteria 5: Penanaman vegetasi harus disesuaikan dengan karakter tempat dan fungsinya. Dalam hal ini vegetasi akan difungsikan sebagai tanaman pembatas. Ide Konsep: Menggunakan jenis vegetasi yang memiliki tinggi <5m agar tidak menghalangi pandangan ke bangunan. Jenis vegetasi yang digunakan antara lain tanaman perdu, semak seperti bougenvil, bunga sepatu. Vegetasi disusun dengan konsep terbuka pada jarak 15-20m untuk membentuk pandangan dan sebagai akses dari jalan menuju trotoar m 15-20m 15-20m 15-20m 33

34 Hasil Analisa Triangulasi (lanjutan) Sarana Usaha Kriteria : Sarana usaha PKL harus bisa dibongkar pasang. Ide Konsep: Sarana usaha PKL yang diperbolehkan dipakai hanya berupa warung non permanen/gerobak yang bisa dibongkar pasang. Gerobak harus dikemasi dan dibawa pulang setelah usai kegiatan jual-beli. Gerobak PKL dilengkapi dengan roda agar mudah dikemasi saat selesai berjualan. Tenda peneduh memakai sistem bongkar pasang. Alternatif Desain Sarana Usaha 1 Sarana usaha berbentuk gerobak. Cocok untuk PKL penjual makanan. Bagian atas gerobak didesainsebagai sebagai tempat penyimpanan barang. Gerobak PKL tidak memiliki peneduh, sehingga masih diperlukan tenda. Etalase gerobak dilengkapi kaca untuk menjaga agar makanan yang dijual higinis. Gerobak sederhana dilengkapi roda untuk memudahkan membawa dan mengemasi sarana usaha saat selesai aktivitas it berjualan. 34

35 Hasil Analisa Triangulasi (lanjutan) Sarana Usaha Kriteria : Sarana usaha PKL harus bisa dibongkar pasang. Ide Konsep: Sarana usaha PKL yang diperbolehkan dipakai hanya berupa warung non permanen/gerobak yang bisa dibongkar pasang. Gerobak harus dikemasi dan dibawa pulang setelah usai kegiatan jual-beli. Gerobak PKL dilengkapi dengan roda agar mudah dikemasi saat selesai berjualan. Tenda peneduh memakai sistem bongkar pasang. Alternatif Desain Sarana Usaha 2 Sarana usaha berbentuk kios, cocok untuk PKL penjual makanan yang perlu menyediakan tempat duduk untuk pengujnjung makan.didesain memiliki peneduh yang menyatu dengan badan gerobak. Peneduh mudah dibuka tutup sehingga tidak memerlukan tenda tambahan. Etalase kios berfungsi juga untuk tempat penyimpanan, dilengkapi kaca untuk menjaga agar makanan yang dijual higinis. Kios PKL dilengkapi dengan roda dan motor. 35

36 Hasil Analisa Triangulasi (lanjutan) Sarana Usaha Kriteria : Sarana usaha PKL harus bisa dibongkar pasang. Ide Konsep: Sarana usaha PKL yang diperbolehkan dipakai hanya berupa warung non permanen/gerobak yang bisa dibongkar pasang. Gerobak harus dikemasi dan dibawa pulang setelah usai kegiatan jual-beli. Gerobak PKL dilengkapi dengan roda agar mudah dikemasi saat selesai berjualan. Tenda peneduh memakai sistem bongkar pasang. Alternatif Desain Sarana Usaha 3 Sarana usaha berbentuk kios PKL berukuran kecil. Cocok untuk PKL penjual rokok. Dilengkapi peneduh pada satu sisi untuk melindungi pembeli dari panas dan hujan. Kios terbuat dari material yang ringan seperti aluminium, galvalum. Memiliki tempat penyimpanan p yang tertutup. Kios dilengkapi roda dan mudah didorong. Tidak perlu dibongkar pasang karena berukuran kecil. 36

37 Hasil Analisa Triangulasi (lanjutan) Sarana Usaha Kriteria : Sarana usaha PKL harus memiliki tampilan fisik yang serupa. Ide Konsep: Warung non permanen/gerobak PKL harus berbentuk serupa sama lain untuk memenuhi azas keharmonisan dan keselarasan. Warung non permanen yang dipakai PKL harus memiliki tempat penyimpanan sarana berdagang. Tenda untuk warung PKL terbuat dari rangka galvalum/aluminium. Bentuk disesuaikan dengan bentukan gedung disekitarnya agar dapat membentuk citra kawasan yang serasi. Bagian atas warung diberi bentukan perisai yang menyerupai atap bangunan yang ada disepanjang koridor jalan Kedungdoro. Warung PKL dibuat terbuka tanpa spanduk yang menutupi badan warung. Atap tenda PKL berbentuk perisai. Rangka tenda dari galvalum atau aluminium. 37

38 Hasil Analisa Triangulasi (lanjutan) Sarana Usaha Kriteria : Sarana usaha PKL harus memiliki tampilan fisik yang serupa. Ide Konsep: Warung non permanen/gerobak PKL harus berbentuk serupa sama lain untuk memenuhi azas keharmonisan dan keselarasan. Warung non permanen yang dipakai PKL harus memiliki tempat penyimpanan sarana berdagang. Tenda untuk warung PKL terbuat dari rangka galvalum/aluminium. Bentuk disesuaikan dengan bentukan gedung disekitarnya agar dapat membentuk citra kawasan yang serasi. Bagian atas warung diberi bentukan perisai yang menyerupai atap bangunan yang ada disepanjang koridor jalan Kedungdoro. Warung PKL dibuat terbuka tanpa spanduk yang menutupi badan warung. Tenda yang terbuka dan tanpa spanduk. Selama ini spanduk penutup justru menimbulkan kesan kumuh karena terlihat tidak serasi satu sama lain. Dengan warung yang terbuka diharapkan dapat menghilangkan kesan kumuh dan meningkatkan citra kawasan Kedungdoro. 38

39 The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again. Hasil Analisa Triangulasi (lanjutan) Kriteria : Luasan sarana usaha PKL perkapling tidak boleh melebihi 2x2m Ide Konsep: Sarana usaha 1 unit PKL berukuran paling besar 2x2 m, sesuai dengan kalping yang telah ditentukan sesuai dengan pola trotoar. PKL diperbolehkan memiliki lebih dari 1 kapling dengan tetap mengikuti aturan ukuran perkapling m Luasan kapling PKL masing masing 2x2 meter.luasan disesuaikan dengan desain pola trotoar agar mudah penataannya 39 Gerobak PKL dan tenda peneduh luasannya 2x2 meter.

40 Hasil Analisa Triangulasi (lanjutan) Jenis Dagangan Kriteria : PKL harus dikelompokkan sesuai jenis dagangan Ide Konsep: Makanan saji merupakan jenis dagangan yang paling banyak dijual oleh PKL disepanjang jalan Kedungdoro. Maka semua PKL makanan saji diatur terletak berderet dalam jajaran yang sama. Sedangkan beberapa PKL yang berjualan rokok dan menyediakan servis tambal ban diletakkan pada bagian awal dan akhir dari jajaran PKL tersebut. PKL yang berdagang makanan saji dikelompokkan untuk memudahkan organisir sampah dan distribusi bahan mentah Makanan saji merupakan jenis dagangan yang paling banyak dijual oleh PKL disepanjang jalan Kedungdoro. Maka semua PKL makanan saji diatur terletak berderet dalam jajaran yang sama. Sedangkan beberapa PKL yang berjualan rokok dan menyediakan servis tambal ban diletakkan pada bagian awal dan akhir dari jajaran PKL tersebut. PKL Makanan PKL Berjualan rokok PKL Servis Tambal Ban Gb. Susunan PKL berdasar jenis dagangannya 40

41 Hasil Analisa Triangulasi (lanjutan) Pl Pola Penyebaran Kriteria: Sebaran PKL harus berjejer disepanjang koridor jalan Kedungdoro. Ide Konsep: Letak kios/warung PKL teratur berderet memanjang ditepian koridor jalan. Waktu operasional hanya diperbolehkan pada pk Digunakan prinsip Sharing Time. Yaitu PKL diperbolehkan memakai sebagian badan jalan jalan hanya pada waktu malam hari saat pertokoan formal sudah tutup. Gb. Pola penyebaran PKL memanjang disepanjang koridor jalan Gb. Penataan PKL menggunakan prinsip sharing time. Yaitu PKL beraktivitas saat pertokoan formal sudah tutup. 41

42 Hasil Analisa Triangulasi (lanjutan) Pl Pola Penyebaran Kriteria1: Sebaran PKL harus berjejer disepanjang koridor jalan Kedungdoro. Ide Konsep: Luasan kapling ditentukan dengan standar seluas 2x2m. Maksimal kapling yang boleh ditempati adalah 2kapling. Luasan kapling disesuaikan dengan pola yang sudah ditentukan pada pola trotoar.. Kapling PKL 2x2m 2.00 m 200m

43 Kesimpulan Dari analisa yang dilakukan maka diketahui ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kekumuhan akibat adanya PKL dikoridor jalan Kedungdoro. Faktor-faktor utama penyebab kekumuhan adalah sarana usaha PKL, jenis dagangan PKL dan pola penyebaran PKL. PKL yang ada disepanjang koridor jalan Kedungdoro telah membuat fasade bangunan disepanjang jalan terganggu karena sarana usaha PKL yang umumnya menutupi fasade dengan kondisi lapak tidak terawat. Konsep penataan PKL diharapkan dapat mengubah kondisi tersebut menjadi lebih teratur dan mengedepankan sisi estetika visual. 43

44 Kesimpulan (lanjutan) 1. Konsep Non Fisik a. Konsep Peningkatan Daya Tarik Kawasan Menggunakan konsep penataan sharing time. Siang hari bangunan disepanjang jalan koridor Kedungdoro khusus untuk perdagangan formal, malam hari PKL diperbolehkan berjualan saat perdagangan formal telah selesai beraktivitas. Sehingga kegiatan perdagangan oleh para PKL menjadi salah satu daya tarik kegiatan dimalam hari. b. Konsep Penanganan Kebersihan, Keamanan dan Kenyamanan. Pengadaan tempat sampah pribadi di masing-masing PKL. Penjagaan dan pengawasan dibawah aparat yang bekerja sama dengan paguyuban setempat. Dilakukan penataan tempat membeli makanan, kemudahan akses, kemudahan sirkulasi. c. Konsep Legalitas PKL. Pelegalan kawasan Kedungdoro sebagai kawasan PKL dan pembinaan status para PKLmenjadi pedagang terdaftar. 2. Konsep Fisik a. Konsep Penataan PKL berdasar sarana usaha Sarana usaha PKL bisa dibongkar pasang dan harus dibawa pulang seusai jam operasional. Sarana usaha semi permanen yang diperbolehkan meliputi tenda, gerobak beroda, dan perlengkapan meja-kursi. Sarana usaha harus memiliki fungsi tempat berjualan, sarana penyimpanan dan sarana pengangkutan barang. Sarana usaha ditata menempati kapling-kapling yang telah ditentukan sebelumnya. b. Konsep Penataan PKL berdasar jenis barang dagangan Jenis barang dagangan yang boleh dijual PKL di kawasan Kedungdoro adalah makanan, minuman, jasa servis tambal ban dan rokok.pkl makanan, minuman, jasa servis tambal ban dan rokok hanya boleh berjualan pada malam hari. c. Konsep Penataan PKL berdasar pola penyebaran PKL ditata linier sepanjang jalan Kedungdoro sesuai dengan jenis barang dagangannya. Lokasi usaha PKL tidak bercampur dengan alur lalu lintas Parkir kendaraan pengunjung dilokalisir hanya dititik-titik yang telah ditentukan. 44

45 SEKIAN & TERIMAKASIH 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN Alderina 1) Fransisco HRHB 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian ; mengetahui karakteristik dan potensi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Lebih terperinci

KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER

KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER MARIA KURNIA U Ks HADIE 3207 203 003 Latar belakang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

Perlukah Bagi Siswa?

Perlukah Bagi Siswa? PERENCANAAN KARIR Perlukah Bagi Siswa? Nitya Wismaningsih Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada awalnya kegiatan bimbingan untuk merencanakan karir lebih ke arah pemberian informasi tentang pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN A. PENGERTIAN DAN KONSEP Pembukaan wilayah hutan merupakan kegiatan yang merencanakan dan membuat sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka mengeluarkan kayu. Prasarana

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk BAB III METODE PERANCANGAN Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk dijadikan metode serta acuan dasar perancangan arsitektur, baik secara umum maupun khusus terkait dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN TEKNIK: METODE EVALUASI- KRITERIA SELEKSI TAHAP 1 Menggali atau menemukan identitas kawasan di sepanjang koridor Jalan Mastrip berdasarkan aspek kajian identitas kawasan TAHAP

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi...1. Daftar Gambar...4. Daftar tabel...7. Kata Pengantar...8. Bab I: Pendahuluan...9

DAFTAR ISI. Daftar Isi...1. Daftar Gambar...4. Daftar tabel...7. Kata Pengantar...8. Bab I: Pendahuluan...9 DAFTAR ISI Daftar Isi...1 Daftar Gambar...4 Daftar tabel...7 Kata Pengantar...8 Bab I: Pendahuluan...9 1.1. Latar Belakang... 9 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Batasan dan

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dilihat dari korelasi kegiatannya, terutama kegiatan transportasi, komunikasi dan perdagangan, kota Purwokerto merupakan kota transit menuju daerah Jawa Barat yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan Babarsari adalah: - Dinamika aktivitas yang terjadi yaitu adanya multifungsi aktivitas dan pengguna

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN Perancangan Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun berangkat dari semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sarana rekreasi baik yang bersifat rekreatif

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Intisari... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi lokasi alternatif dalam rangka pemindahan PKL di Koridor Fly Over Cimindi dapat ditarik kesimpulan dan diberikan rekomendasi yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Stephen Carr dibedakan menjadi¹: pagar, tanaman, dan berlokasi dijalan utama pusat kota.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Stephen Carr dibedakan menjadi¹: pagar, tanaman, dan berlokasi dijalan utama pusat kota. 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.I Ruang jalan sebagai ruang terbuka Ruang terbuka sebagai prasarana transportasi (ruang jalan). Menurut Stephen Carr dibedakan menjadi¹: - pedestrian sisi jalan (sidewalk),

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota Jawa Tengah dan merupakan kota terbesar dengan jumlah penduduk sampai dengan akhir Desember tahun 2011 sebesar : 1.544.358 jiwa, terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN

BAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN BAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN 5.1 Karakteristik PKL Karakteristik pedagang kaki lima (PKL) dapat dilihat dari indikasi dalam hal fungsi kegiatannya, tingkat pendidikan, jenis dagangan, lamanya berprofesi

Lebih terperinci

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PERHITUNGAN PERHITUHGAN DAYA PADA MESIN PEMOTONG GELONDONGAN KERUPUK PULI DENGAN PENGGERAK CONVEYOR RANTAI

RANCANG BANGUN DAN PERHITUNGAN PERHITUHGAN DAYA PADA MESIN PEMOTONG GELONDONGAN KERUPUK PULI DENGAN PENGGERAK CONVEYOR RANTAI Presentasi Tugas Akhir RANCANG BANGUN DAN PERHITUNGAN PERHITUHGAN DAYA PADA MESIN PEMOTONG GELONDONGAN KERUPUK PULI DENGAN PENGGERAK CONVEYOR RANTAI Oleh : MOCHAMMAD IRFAN 2108 030 023 Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Kota Payakumbuh yang strategis menjadikannya sebagai salah satu kota yang memainkan peran penting di Propinsi Sumatera Barat. Kota Payakumbuh merupakan gerbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari BAB III METODE PERANCANGAN Kajian perancangan ini adalah berupa penjelasan dari proses merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Jalur pedestrian di Jalan Sudirman Kota Pekanbaru dinilai dari aktivitas pemanfaatan ruang dan Pedestrian Level of Service. Jalur pedestrian di Jalan Sudirman

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : OKTARINA DWIJAYANTI L2D 002 424 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya terbaik guna mempersiapakan masa depan sang anak adalah mengenalkan pendidikan kepada anak di usia dini, karena pada masa usia dini anak mulai peka/sensitif untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PKL muncul sebagai salah satu bentuk sektor informal perkotaan. Rachbini dan Hamid (1994) menyebutkan bahwa sektor informal secara struktural menyokong sektor formal.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan sebuah metode perancangan yang memudahkan perancang untuk mengembangkan sebuah ide perancangannya secara deskriptif.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian konsep perancangan

Lebih terperinci

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI J U R U S A N T E K N I K P L A N O L O G I F A K U L T A S T E K N I K U N I V E R S I T A S P A S U N D A N B A N D U N G Jl. Dr Setiabudhi No 193 Telp (022) 2006466 Bandung SURVEY TC (Traffic Counting)

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan merupakan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan perancangan pusat rehabilitasi medis pasca stroke di Malang. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

MATRIKS IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH LALU LINTAS DI KOTA BEKASI

MATRIKS IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH LALU LINTAS DI KOTA BEKASI MATRIKS IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH LALU LINTAS DI KOTA BEKASI NO LOKASI PERMASALAHAN ALTERNATIF PEMECAHAN UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN TINDAK LANJUT 1 PERSIMPANGAN SUMIR a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membawa pengaruh besar terhadap penyebaran jumlah penduduk, fenomena ini dapat dilihat dari perbandingan jumlah

Lebih terperinci

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

KOMPETENSI, SERTIFIKASI DAN AKREDITASI PERPUSTAKAAN. The Power of PowerPoint thepopp.com 1

KOMPETENSI, SERTIFIKASI DAN AKREDITASI PERPUSTAKAAN. The Power of PowerPoint thepopp.com 1 KOMPETENSI, SERTIFIKASI DAN AKREDITASI PERPUSTAKAAN. The Power of PowerPoint thepopp.com 1 KONDISI FAKTOR KUNCI PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS 1. Pasar kerja menurun 2. Teknologi berkembang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 2 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang studi; rumusan permasalahan; tujuan dan sasaran studi; ruang lingkup penelitian yang terdiri dari latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Pati merupakan suatu kota sebagai ibukota kabupaten yang dilalui jalur Pantura, hal ini membuat jalan utama terutama yang juga berfungsi sebagai jalur pantura

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya lapangan pekerjaan formal mengakibatkan bertambah besarnya angka pengangguran. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data. BAB III METODE PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu optimalisasi peran dan fungsi ruang publik Taman Sungai Kayan kota Tanjung Selor Kalimantan Utara, maka diperlukan penajaman metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modern dan pasar tradisional.

Lebih terperinci

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA 108 BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA 8.1 Analisis Keterkaitan Karakteristik PKL, Kebijakan Penataan Ruang tentang Penataan PKL, dan Aspirasi Masyarakat tentang Model Penataan

Lebih terperinci

KONSEP PENATAAN PKL DI KORIDOR JALAN KEDUNGDORO SURABAYA

KONSEP PENATAAN PKL DI KORIDOR JALAN KEDUNGDORO SURABAYA KONSEP PENATAAN PKL DI KORIDOR JALAN KEDUNGDORO SURABAYA Atika Febriani, ST; Dr. Ing. Ir, Bambang Soemardiono; Ir. Sardjito, MT Jurusan Pasca Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DIAN HERYANI L2D 002 393 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UKDW PENDAHULUAN BAB 1 1 UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW PENDAHULUAN BAB 1 1 UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalur pedestrian atau tepatnya pedestrian Path, adalah gabungan dari dua kata dasar, yaitu path dan pedestrian yang mempunyai kesamaan kesatuan arti, suatu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota pada perkembangannya memiliki dinamika yang tinggi sebagai akibat dari proses terjadinya pertemuan antara pelaku dan kepentingan dalam proses pembangunan. Untuk

Lebih terperinci