KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER"

Transkripsi

1 KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER MARIA KURNIA U Ks HADIE

2 Latar belakang : Keberadaan PKL di sepanjang koridor jalan Samanhudi selain mengganggu ketertiban dan estetika kota, juga menimbulkan konflik antara pemilik toko yang merasa dirugikan karena menutupi areal pertokoannya dengan para toko ilegal di depannya. Pada intinya konflik antara pedagang formal dan PKL dapat dikelompokkan pada dua jenis, yaitu konflik dalam penggunaan ruang (using of space) dan konflik kepentingan (the conflict of interest). Oleh karena itu diperlukan suatu konsep Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang dapat menguntungkan berbagai pelaku yang ada, tanpa mengakibatkan terganggunya estetika kota dan ketertiban umum. PENDAHULUAN

3 Perumusan permasalahan : Bagaimana meminimalisasi konflik yang terjadi, sehingga dapat menguntungkan berbagai pihak, baik pedagang formal, pedagang informal, pemerintah, konsumen dan pengguna jalan melalui penataan kawasan? Tujuan Penelitian : Merumuskan konsep penataan Pedagang Kaki Lima yang dapat meminimalisasi konflik yang terjadi antara pedagang kaki lima, pedagang formal, pengunjung dan pemerintah. PENDAHULUAN

4 Sasaran : Mengidentifikasi karakter pedagang kaki lima, pedagang formal dan pengunjung yang terlibat dalam konflik. Mengidentifikasi konflik yang terjadi antara pedagang kaki lima, pedagang formal, pengunjung dan pemerintah Merumuskan konsep penataan Pedagang Kaki Lima di koridor Jalan Samanhudi. PENDAHULUAN

5 Latar Belakang Survey Pendahuluan Identifikasi Masalah Perumusan Masalah Pengumpulan Data -Karakter Pedagang Kaki Lima : Karakter Pedagang Formal : Karakter Pengunjung: --Aktivitas / Kegiatan PKL - Aktivitas / Kegiatan - Aspek Sosial dan Ekonomi -Fisik Bangunan tempat usaha PKL - Fisik Bangunan tempat usaha - Preferensi Pengunjung PKL -Aspek ketenagakerjaan - Preferensi Pedagang Analisis Data Analisa Karakter Pedagang Kaki Lima Pedagang Formal Pengunjung (Analisis Statistik Deskriptif) Analisa Konflik Kepentingan Analisa Konflik Penggunaan Ruang (Analisis Partsipatif) Analisa Konsep Simbiosis Mutualistik (Analisis Triangulasi) Konsep Simbiosis Mutualistik Penataan Pedagang Kaki Lima METODE

6 Gambaran umum Kawasan Studi Penggunaan lahan pada kawasan adalah sebagai kawasan perdagangan. Secara umum kawasan ini memiliki potensi yang strategis mengingat lokasinya yang berada di pusat kota. Kawasan di sekitarnya telah tumbuh dan berkembang sebagai pusat perdagangan yang mempunyai lingkup pelayanan kota. Beberapa pusat perdagangan berada di sekitar kawasan ini, yaitu Pasar tradisional Pasar Tanjung, pusat pertokoan Jompo dan plaza modern Johar. Fungsi bangunan pada koridor ini di sebelah barat berupa pertokoan dan disebelah timur berupa pasar dan pertokoan. Kondisi bangunan pada koridor ini untuk pasar berupa blok building dengan ketinggian dua lantai. Untuk pertokoan berupa ruko dua lantai dengan fungsi lantai satu untuk berjualan dan lantai dua untuk gudang atau tempat tinggal. Sirkulasi jalan satu arah dengan trotoar selebar 1,5 meter yang dipenuhi oleh aktivitas PKL. Sirkulasi jalan selain diokupasi oleh PKL juga menjadi tempat parkir on street sehingga jalan yang dapat difungsikan oleh kendaraan semakin berkurang.

7 Gambaran umum PKL Samanhudi Penghasilan bersih rata-rata perhari antara rupiah PKL berdagang dengan menempati tempat yang tetap dan tidak berpindah-pindah Modal dan aset sebagian besar adalah milik sendiri Berdagang di Samanhudi merupakan usaha utama Alat peraga PKL pada kawasan ini dapat dibedakan menjadi : Alat peraga semi permanen dari kayu dan tenda yang bersifat menetap Alat peraga dengan bangku, meja dan tenda sekaligus sebagai tempat tinggal. Alat peraga beroda namun menetap Alat peraga beroda namun menetap dengan bangku dan meja Hanya berupa matras sebagai alas dagangan yang dapat berpindah sewaktu-waktu Alat peraga yang dipakai untuk usaha tidak seragam dan tidak menggunakan desain yang baik sehingga terkesan kumuh, kurang bersih dan sangat mengganggu wajah kota dan menutup fasade bangunan di belakangnya. Saat berjualan alat peraga / kios sebagian besar menempati badan jalan dan trotoar Saat tidak berjualan alat peraga / kios sebagian besar tetap di lokasi jualan lama berjualan di Samanhudi sebagian besar antara 6 10 tahun. Terbanyak dari pedagang belum pernah bekerja di sektor lain dan dari semula telah menjadi PKL di Samanhudi

8 Analisa Konflik Kepentingan

9 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

10 Analisa Konflik Penggunaan Ruang

11 Analisa Konsep Simbiosis Mutualistik Analisa Teori Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literatur dan penelitian PKL yang pernah dilakukan sebelumnya. Rincian penelusuan konflik diuraikan dalam table Dari tabel analisa teori dapat disimpulkan bahwa untuk meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan : peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun menjadi daya tarik kawasan dengan ciri khas khusus yang dapat membedakan kawasan Samanhudi dengan kawasan PKL lain pengakuan terhadap eksistensi PKL Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja namun dilakukan kontrol terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang namun dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagangformal. Perbedaan dapat berupa jenis maupun kualitas.sehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan harga antara pedagangformal dan PKL Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL, pedagang dan pemerintah, diperlukan pembentukan suatu paguyuban yang beranggotan semua pihak ditambah dengan pihak penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi antar pihak. Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal. Pengakuan ini ditandai dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan perdagangan informal. Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang informal. Penegasan bahwa ruang PKL hanya dipinjamkan kepada PKL denganketentuan dan persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL.

12 Analisa Konsep Simbiosis Mutualistik Analisa Teori penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan dalih keamanan. Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguanpejalan kaki dan pengendarakendaraan. Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki. pemisah yang jelas antara jalur kendaraan, jalur pejalan kaki dan ruang PKL. pengaturan parkir yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan. konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa harus saling menumpuk. Perancangan ruang publik harus bias mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak. Lahanpenampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen.

13 Analisa Konsep Simbiosis Mutualistik Analisa Studi Kasus Studi kasus menggunakan dua lokasi tinjauan kawasan PKL yaitu : Orchard Road (Singapura) sebagai percontohan penataan PKL yang ideal dan dapat mengangkat citra kawasan hingga manca negara sehingga mampu meningkatkan daya tarik kawasan. Malioboro, kondisi malioboro mempunyai banyak persamaan dengan kawasan studi. Walaupun belum tertata sebaik kawasan pada studi kasus yang pertama. Kawasan malioboro mampu menjadi daya tarik tersendiri sehingga tanpa adanya PKL kawasan ini hanya akan menjadi pusat pembelanjaan biasa tanpa karakter yang khas. Rincian Analisa Studi Kasus dapat dilihat pada tabel Dari tabel analisa studi kasus dapat disimpulkan bahwa : Agar tercapai kondisi saling menguntungkan antara PKL dan pedagang formal, PKL harus mempunyai ciri khas tersendiri dari kawasan PKL lain. Sehingga tidak hanya PKL yang menumpang konsumen dari pedagang formal, tetapi PKL juga turut menyumbang konsumen pada perdagngan formal Agar bisa saling menguntungkan diperlukan adanya perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal. Perbedaan dapat berupa jenis maupun kualitas.sehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan harga antara pedagangformal dan PKL Keuntungan yang diberikan PKL kepada pedagang formal bisa berupa faktor selain ekonomi, seperti perlindungan atau bentuk lain yang dapat menguntungkan pedagang formal secara tidak langsung. Diperlukan suatu paguyuban bersama yang beranggotakan PKL, pedagang formal, dan pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi sehingga dapat meminimalisir konflik yang terjadi Pemerintah mendapatkan peningkatan PAD dari keberadaan PKL namun keberadaan PKL perlu diatur dalam peraturan dan kebijakan agar menciptakan suasana kota yang tertib, indah dan aman. Peraturan yang ditetapkan harus disertai dengan :Pengawasan yang ketat dan terus menerus, Sangsi yang jelas terhadap pelanggaran yang dilakukan, Sosialisasi dan persamaan persepsi antara pemerintah dan PKL PKL membutuhkan sarana usaha yang berbeda sesuai denganjenis barang dagangannya DATA DAN ANALISA

14 Analisa Konsep Simbiosis Mutualistik Analisa Studi Kasus Untuk keamanan konsumen, perlu dipisahkan antara ruang PKL dan ruang pengendara kendaraan bermotor. Pemisahan dapat dilakukan dengan mengorientasikan PKL menghadap bangunan formal sehingga transaksi dilakukan di area pejalan kaki bukan di area jalan kendaraan. Perlu disediakan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas konsumen dan pejalan kaki.namun jangan terlalu lebar karena akan mengurangi perhatian pejalan kaki terhadap barang dagangan PKL. PKL tidak bisa dijauhkan dari jalan namun diperlukan pemisah yang jelas antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki sebagai ruang PKL. Diperlukan pengaturan parkir yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan. PKL dengankondisi mengokupasi pedestrian diorientasikan ke arah pertokoan pedagangformal sehingga akses masuk ke dalam bangunan tidak terhalangi. Perlu diberikan jarak antar beberapa PKL agar terdapat akses langsung dari jalan ke pertokoan formal sebagai akses masuk pengunjung dari jalan ke area selasar dan sebagai loading dock barang. Penggunaan sarana PKL berupa meja atau lesehan tanpa tenda dapat mengurangi cahaya dan visual yang terhalang.sebagai dampak tidak adanya tenda sosran pada pedestrian perlu diperpanjang sehingga kios PKL tetap terlindungi tanpa harus memasang tenda tambahan Diperlukan peraturan dan kebijakan yang mengatur tentang kebersihan (menyangkut retribusi kebersihan dan tanggung jawab pengelolaan sampah) dan ketertiban (menyangkut jam operasi dan pengaturan keamanan) DATA DAN ANALISA

15 Analisa Konsep Simbiosis Mutualistik Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait, yang membandingkan antara, fakta empiris, studi kasus dan teori. Rincian Analisa Studi Kasus dapat dilihat pada tabel Dari tabel dapat disimpulkan bahwa : Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program / kebijakan untuk mengelola aktivitas PKL Penyuluhan, pembinaan dan pelatihan untuuk PKL. Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja namun dilakukan kontrol terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain. Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut jenis dagangan toko formal, sehingga tidak terjadi perebutan konsumen. Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL, pedagang formal, dan pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi. Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan perdagangan informal Peraturan didukung pengawasan yang ketat, sangsi yang jelas dan sosialisasi serta persamaan persepsi.

16 Analisa Konsep Simbiosis Mutualistik Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL Sosialisasi status ruang PKL Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan lain. Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal Perbaikan, pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang. Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara, ruang PKL dan jalur pejalan kaki Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian. Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang PKL, sehingga PKL tidak perlu memakai atap tambahan untuk kiosnya. Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual, pencahayaan dan penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang. Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan Perancangan dapat mewadahi ruang PKL Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia Pengaturan kebersihan dan ketertiban

17 Konsep Simbiosis Mutualistik Konsep Legalitas PKL Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu sektor ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi. Surat keputusan ini sekaligus mengatur hak, kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah. PKL berhak mendapatkan perlindungan hukum dan pinjaman modal dari pemerintah. Namun sebagai sektor resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi. Besarnya pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektor formal. Dengan membayar pajak, PKL berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb. PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah. Apabila PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah. Dan dicabut ijin berjualannya di kawasan Samanhudi. Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL, dimana PKL mendapatkan pengakuan, perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah, sementara pemerintah mendapatkan retribusi, pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL.

18 Konsep Simbiosis Mutualistik Konsep Pembinaan dan Permodalan Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang dagangan dan pelayanan terhadap pembeli / konsumen sehingga bisa meningkatkan pendapatan, dan aktivitas pedagang kaki lima dapat memberi nilai tambah serta dapat memberikan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten Jember. Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin. Program pembinaan diadakan oleh pemerintah. Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah. Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi di kawasan Samanhudi. Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah. PKL mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi. pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan kriteria yang telah ditentukan. Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan instansi-isntansi lain yang terkait. Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan. Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan bunga ringan, keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan.

19 Konsep Simbiosis Mutualistik Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima Koridor Jalan Samanhudi.Paguyuban ini beranggotakan wakil PKL, wakil pedagang formal, wakil pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Polisi Pamong Praja, Dinas Pariwisata, Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jember.serta pihak penengah selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas, tokoh masyarakat dan pakar PKL lainnya. Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek di koridor jalan Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat tersampaikan. Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait. Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerjasama dengan pihak kepolisian dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak terkait. Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi penyelesaian damai dari pihak pelanggar dan aparat penegak peraturan. Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL, pedagang formal, pemerintah dan masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi.

20 Konsep Simbiosis Mutualistik Konsep Peningkatan Citra kawasan Penerapan tema khusus pada penataan PKL kawasan studi agar mempunyai ciri khas dan dapat mengangkat citra kawasan dan meningkatkan daya tarik kawasan. Tema yang dipilih harus menunjukkan kekhasan Jember. Dapat berupa produk khas Jember atau kegiatan khas kota Jember. Contoh produk khas jember yang dapat diangkat sebagai tema adalah tembakau, rokok dan cerutu mengingat Jember sebagai penghasil tembakau terbesar di Jawa. Kegiatan khas Jember yang dapat diangkat sebagai tema yaitu Jember Fashion Carnaval. Penerapan tema dapat diaplikasikan pada sarana usaha PKL, finishing pedestrian, perabot kota dan elemen pendukung lainnya. Peningkatan citra kawasan memberikan keuntungan pada PKL, dan pedagang formal berupa peningkatan pengunjung. Pemerintah mendapatkan kawasan yang tertata dan masyarakat mendapatkan pilihan alternatif belanja yang menarik. Gambar 4.13 penerapan tema khusus (tembakau, rokok dan cangklong sebagai produk lokal) pada kolom, entrance dan finishing pedestrian.

21 Konsep Simbiosis Mutualistik Konsep Penanganan Kebersihan dan Keamanan Pedagang kaki lima kawasan studi dalam menangani masalah kebersihan dan keamanan dilakukan secara swadaya dibawah koordinasi Paguyuban Bagi pedagang kaki lima dengan jenis barang dagangan makanan dan minuman yang dimasak ditempat usaha, yaitu menyediakan tempat sampah pribadi pada waktu melakukan aktivitasnya. Tempat sampah umum (penampungan sementara) disediakan dan ditempatkan disetiap ujung jalan dan setiap Pedagang Kaki Lima bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan di sekitar lokasi usahanya. Pengelolaan kebersihan dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Jember, pengambilan sampah dari tempat sampah umum (TPS) dilakukan pada pagi hari (pukul 06.00WIB). penanganan masalah keamanan harus dilakukan secara swadaya oleh pedagang di bawah koordinasi dari paguyuban PKL yang bekerjasama dengan aparat keamanan yaitu POLSEK Kabupaten Jember.

22 Konsep Simbiosis Mutualistik Konsep Perancangan Pedestrian Pedestrian dirancang ulang dengan dilebarkan hingga area parkir on street sehingga jalur aktif kendaraan tidak mengalami penyempitan. Diberikan perbedaan yang tegas antara ruang PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur kendaraan berupa perbedaan tinggi lantai.sehingga di kemudian hari kios PKL tidak melebar ke segala sisi. Perancangan ini memberikan keuntungan pada PKL berupa penyediaan ruang khusus PKL. Memberikan ruang transaksi bagi konsumen PKL. Menyediakan ruang yang lebih leluasa bagi pejalan kaki dan menyediakan akses bagi pedagang formal. Sosoran dari bangunan formal diperlebar sehingga membentuk archade yang dapat melindungi pedestrian dan kios PKL tanpa harus menambah atap atau tenda. Konsep ini digunakan agar kios PKL tidak menutup akses visual, penghawaan dan pencahayaan pada bangunan formal. Keuntungan dari konsep archade, PKL terlindungi tanpa harus menambah atap tambahan dan pedagang formal mendapat akses visual, penghawaan dan pencahayaan.

23 Konsep Simbiosis Mutualistik Penerapan konsep perancangan pedestrian dan sarana usaha

24 Konsep Simbiosis Mutualistik Konsep Penataan Parkir Diterapkan Pelarangan parkir on street sepanjang jalan Samanhudi karena area parkir telah dialihfungsikan menjadi pedestrian. Parkir sepeda motor diletakkan di dekat pintu masuk Pasar tanjung dan area parkir mobil dibuatkan area parkir di lantai tiga Pasar Tanjung dan area on street dialihkan ke di Jalan Trunojoyo. Keuntungan dari konsep ini bagi pengendara adalah kendaraan lebih aman saat diparkir tanpa terganggu PKL dan pengguna jalan lain. Bagi pengguna jalan lalu lintas tidak terganggu oleh parkir mobil. Bagi PKL mendapatkan sarana usaha yang lebih luas, pedagang formal mendapat akses dan keuntungan bagi pejalan kaki bisa mendapatkan ruang sirkulasi yang lebih luas.

25 Konsep Simbiosis Mutualistik Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik kebutuhan ruang yang terjadi antar pelaku. Dari hasil analisa didapatkan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL di Samanhudi yang memberikan keuntungan pada berbagai pihak, sehingga diharapkan dapat meminimalisir konflik yang terjadi. Konsep tersebut dibedakan maenjadi : Konsep non Fisik berupa : Konsep legalitas PKL Konsep Pembinaan dan Permodalan Konsep Kelembagaan Paguyuban Konsep peningkatan citra kawasan Konsep penanganankebersihan dan keamanan Dan Konsep Fisik berupa : Konsep perancangan pedestrian Konsep perancangan sarana usaha PKL Konsep Penataan Parkir KESIMPULAN DAN SARAN

26 S A R A N Saran Terhadap Pelaku Usaha Setelah dilakukan penataan terhadap kegiatan PKL di sepanjang koridor Jalan Samanhudi, tidak diperbolehkan adanya PKL baru yang beroperasi di kawasan Samanhudi. Kawasan PKL Samanhudi hanya diperuntukkan untuk PKL lama yang telah mendapat legalitas dan ijin usaha dari pemerintah. Mengaktifkan peran Paguyuban yang dibentuk sebagai sarana diskusi sehingga konflik lama yang belum terselesaikan maupun konflik baru yang timbul dapat diatasi dengan segera pada tahap konflik yang masih dini. PKL Samanhudi hendaknya lebih aktif lagi dalam menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Jember terutama dalam masalah pemberian bantuan modal dan pembinaan. Saran Terhadap Studi Penelitian ini hanya dilakukan sepanjang koridor Jalan Samanhudi dan tidak membahas pengaruh dan pertumbuhan PKL bagi perkembangan Kabupaten Jember, sehingga memerlukan adanya studi / kajian lebih lanjut terkait dengan keberadaan PKL tidak hanya pada kawasan studi saja tetapi secara menyeluruh dalam kawasan kabupaten Jember terkait dengan penataan maupun pengelolaan PKL di Kabupaten Jember. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik

Lebih terperinci

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik ( BPS ). Data Indikator Ketenagakerjaan. November

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik ( BPS ). Data Indikator Ketenagakerjaan. November BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Permasalahan Sektor Informal di Perkotaan Indonesia Fenomena sektor informal merupakan fenomena yang sangat umum terjadi di negara - negara berkembang. Di Indonesia,

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro) STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro) TUGAS AKHIR Oleh : RINA NAZLA ULFAH L2D 098 461 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik setting fisik dan non fisik (aktivitas) di kawasan penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap

B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap 1 B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. b. bahwaa kegiatan usaha

Lebih terperinci

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah : PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 12 HLM, LD Nomor 5 SERI D ABSTRAK : - bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Gambaran Umum Proyek Judul proyek : Pasar Rumput Lokasi tapak : Jl. Raya Sultan Agung No.4 Kel. Pasar Manggis Kec.Setiabudi Jakarta Selatan Luas tapak : ± 3,1 Ha,terkena rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa pedagang

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA. Menimbang : BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR TENTANG PERIZINAN DAN KARTU IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data di lapangan dan kuesioner masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen yang menjadi identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan

Lebih terperinci

I Z I N P E N G G U N A A N K I O S D A N L O S P A S A R D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

I Z I N P E N G G U N A A N K I O S D A N L O S P A S A R D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I B A T A N G P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R 2 ( S ' T A H U N 2 0 1 4 T E N T A N G I Z I N P E N G G U N A A N K I O S D A N L O S P A S A R D E N G A N R A H M A T T U

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai

Lebih terperinci

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN Alderina 1) Fransisco HRHB 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian ; mengetahui karakteristik dan potensi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI SIAK, a. bahwa peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Pasar Sejak jaman dulu, pasar tradisional mempunyai peranan penting dalam penggerakan ekonomi rakyat. Pasar tradisional selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar aktor dalam proses negosiasi dan resolusi konflik Pasar Kranggan Yogyakarta. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. antar aktor dalam proses negosiasi dan resolusi konflik Pasar Kranggan Yogyakarta. Seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alur konflik yang terjadi dalam proyek revitalisasi Pasar Kranggan Yogyakarta. Penelitian ini juga ingin mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang sedang digalakkan dewasa ini, pada hakikatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pariwisata juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Kota Payakumbuh yang strategis menjadikannya sebagai salah satu kota yang memainkan peran penting di Propinsi Sumatera Barat. Kota Payakumbuh merupakan gerbang

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007 BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa peningkatan jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.607,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG Lampiran IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG (Studi pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung) TRANSKRIP

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dari uraian bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pasar Gembrong Cipinang Besar perlu diremajakan. Hal ini dikarenakan kualitas fisik dan aktivitas

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN NN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus reformasi telah berhasil menumbangkan pemerintahan Orde Baru yang otoriter. Faktor keruntuhan Orde Baru selain karena kekuasaan yang otoriter juga dipicu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi lokasi alternatif dalam rangka pemindahan PKL di Koridor Fly Over Cimindi dapat ditarik kesimpulan dan diberikan rekomendasi yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan perkembangan daerah dan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota merupakan sarana untuk menuju perbaikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota merupakan sarana untuk menuju perbaikan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kota merupakan sarana untuk menuju perbaikan kualitas kehidupan bangsa secara bertahap. Pembangunan mempunyai tujuan mulia untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil

Lebih terperinci

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota Jawa Tengah dan merupakan kota terbesar dengan jumlah penduduk sampai dengan akhir Desember tahun 2011 sebesar : 1.544.358 jiwa, terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membawa pengaruh besar terhadap penyebaran jumlah penduduk, fenomena ini dapat dilihat dari perbandingan jumlah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut : BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang digunakan pada Pasar Modern adalah mengutamakan konsep ruang dan sirkulasi dalam bangunannya,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR, - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR, Menimbang : a. bahwa pasar yang mempunyai fungsi sangat penting

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), kemacetan lalu lintas, papan reklame yang

I. PENDAHULUAN. menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), kemacetan lalu lintas, papan reklame yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota-kota di Indonesia pada umumnya memiliki persoalan dengan ruang publik, seperti persoalan parkir yang memakan tempat berlebihan ataupun memakan bahu jalan, masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Terkait Objek Perancangan Setiap manusia sangat membutuhkan kebutuhan sandang dan pangan dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : OKTARINA DWIJAYANTI L2D 002 424 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara, termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA 21 Desember 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 2/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR SEGAMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia melahirkan sektor informal. Salah satu wujud sektor informal di perkotaan adalah lahirnya pedagang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Parkir Kata parkir berasal dari kata park yang berarti taman. Menurut kamus bahasa Indonesia, parkir diartikan sebagai tempat menyimpan. (Menurut Hobbs 1995, dalam Cahyono

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beringharjo Yogyakarta. Sejak 2 tahun terakhir, terjadi perubahan bentuk los di

BAB 1 PENDAHULUAN. Beringharjo Yogyakarta. Sejak 2 tahun terakhir, terjadi perubahan bentuk los di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan zaman membuat persaingan usaha menjadi semakin sengit. Persaingan yang semakin sengit menuntut para pengusaha untuk berpikir keras dan memunculkan berbagai

Lebih terperinci

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA 108 BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA 8.1 Analisis Keterkaitan Karakteristik PKL, Kebijakan Penataan Ruang tentang Penataan PKL, dan Aspirasi Masyarakat tentang Model Penataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan semakin meningkat secara pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa kebanyakan, kota bagaikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik bagi pengusaha untuk mempromosikan barang dan jasa mereka dengan menggunakan berbagai aneka ragam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi dan moneter mengakibatkan terjadinya kelumpuhan ekonomi nasional terutama di sektor riil yang berakibat terjadinya pemutusan hubungan kerja besar-besaran

Lebih terperinci

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR 80 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner untuk KUISIONER DATA UMUM DI KOTA BOGOR A. IDENTIFIKASI RESPONDEN A.1. Nama Responden : A.2. Alamat : A.3. Jenis Kelamin : 1 Laki-laki 2 Perempuan A.4. Umur Bapak/Ibu :.Tahun

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA - 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci