BAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN"

Transkripsi

1 BAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN 5.1 Karakteristik PKL Karakteristik pedagang kaki lima (PKL) dapat dilihat dari indikasi dalam hal fungsi kegiatannya, tingkat pendidikan, jenis dagangan, lamanya berprofesi sebagai PKL, tingkat pendapatan (keuntungan), model yang diinginkan, interaksi sesama PKL, dan kebutuhan ruang PKL. Di bawah ini akan dipaparkan karakteristik PKL Kota Tasikmalaya berdasarkan hasil analisis dari kuesioner dan wawancara yang dilakukan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan PKL Kota Tasikmalaya secara umum adalah tamatan SD. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pemahaman masyarakat PKL Kota Tasikmalaya masih rendah dalam mencerna suatu pola kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya. Berikut ini data tingkat pendidikan PKL berdasarkan hasil kuesioner. Rata-rata Pendidikan PKL Prosentase SD SMP SMA S1 Pendidikan Gambar 21 Rata-rata Pendidikan PKL Kota Tasikmalaya Dari Gambar 21 dapat dilihat umumnya pendidikan PKL adalah tamatan SD (34%), namun prosentase PKL yang tamat SLTP dan SLTA hampir seimbang dengan jumlah PKL yang tamatan SD dengan prosentase masing-masing 32%. Walaupun begitu, di beberapa lokasi terdapat beberapa orang yang berpendidikan diploma/sarjana.

2 5.1.2 Jenis Usaha (Dagangan) Jenis usaha (dagangan) yang dijual oleh PKL di tiap lokasi bermacammacam bahkan ada beberapa lokasi yang jenis dagangannya homogen. Namun dari jenis dagangan yang dijual oleh PKL tidak ada dagangan yang dijual berupa hasil industri bordir Kota Tasikmalaya yang sudah terkenal sampai mancanegara. Berikut ini jenis dagangan yang ada di tiap lokasi. Tabel 15 Jenis Usaha (dagangan) PKL Berdasarkan Lokasi di Kota Tasikmalaya No. Lokasi Jenis Usaha (Dagangan) 1. Koridor Jl. HZ. Mustofa - Jasa (reklame, stempel) - Produk (pakaian, asesoris) 2. Koridor Jl. Pasar Wetan-Veteran- Gunung Sabeulah 3. Koridor Jl. Bekas Rel-Psar Kidul- Pasar Baru - Produk (kios rokok, asesoris, vocher, koran) - Daging dan ikan - Sepeda (di Jl. Pasar Kidul) - Ikan Hias (di Jl. Pasar Baru) 4. Koridor Jl. Empang-Pataruman- Tentara Pelajar (khususnya Jl. Empang) 5. Koridor Jl. Cihideung - Produk (pakaian, sandal, kerudung, tas) 6. Koridor Jl. Cihideung Balong - VCD 7. Koridor Jl. RSU 8. Kawasan Dadaha - Produk (kios, pakaian, VCD, asesoris) Sumber : Hasil Pengamatan dan Analisis Data, 2008 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa setiap lokasi PKL memiliki jenis dagangan yang berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh konsumen yang membeli dan lokasi dari PKL tersebut. Dari data ini terdapat 5 lokasi yang memiliki jenis dagangan yang tidak campur (mixed) yaitu pedagang sepeda terdapat di Pasar Kidul, pedagang ikan hias berlokasi di Jl. Pasar Baru, pedagang makanan dan minuman di Jl. Empang, pedagang VCD di Jl. Cihideung Balong, dan pedagang makanan & minuman beserta buah-buahan di Jl. RSU. Penyebaran lokasi pedagang kaki lima secara spesifik sudah diintervensi oleh pemerintah, walaupun tidak semua berjalan dengan baik. Lokasi PKL di Jl. Empang dan Jl. Cihideung Balong sudah pernah diatur khusus untuk makanan dan VCD sehingga pedagang yang berjualan di Jl. HZ. Mustofa dipindahkan pada tahun 2005 ke Jl. Empang namun beberapa saat kemudian kembali lagi ke tempat

3 asal. Lain halnya dengan pedagang VCD sampai saat ini masih tetap berada di Jl. Cihideung Balong. Pedagang yang berjualan di RSU hanya menjual makanan dan buah-buahan karena konsumen mereka umumnya adalah pengunjung RSUD. Pedagang lain yang bersifat mengelompok ialah pedagang stempel yang berada di Jl. HZ. Mustofa. Mereka berdagang di pertigaan Jl. HZ. Mustofa dan Jl. Sukawarni. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran pedagang berdasarkan jenis dagangannya dapat dilihat pada Gambar 22. Jumlah PKL di setiap lokasi umumnya cenderung tetap dan kalaupun mengalami kenaikan jumlahnya tidak terlalu besar, kecuali di Kawasan Dadaha mengalami kenaikan. Dari data Satpol PP, PKL pada Oktober tahun 2007 sebanyak 61 orang sedangkan berdasarkan pendataan Mei tahun 2008 PKL mengalami kenaikan menjadi 175 orang. Berikut ini data mengenai jumlah PKL berdasarkan jenis dagangan per lokasi (Tabel 16). Tabel 16 Jumlah PKL Pusat Kota Tasikmalaya Berdasarkan Jenis Dagangan No. Jenis Jumlah PKL (Orang) Dagangan Veteran *) Pasar Wetan *) Cihideung *) Sukawarni *) Dadaha **) 1. Buah-buahan Makanan & minuman 3. Sandang Koran/majalah Ikan Hias Sayuran Vocher Aksesoris Jasa Kios Rokok Bensin 2 tak Lain-lain Jumlah Sumber : Kelurahan Yudanegara, 2005 dan Satpol PP tahun 2008(Kawasan Dadaha) Keterangan : *) Data Kelurahan Yudanegara Tahun 2005 **) Data Satpol PP Mei 2008 Berdasarkan hasil kuesioner, barang dagangan yang dijual oleh PKL umumnya berasal dari Kota Tasikmalaya. Namun ada pula barang dagangan yang berasal dari luar Kota Tasikmalaya dan campuran dari dalam dan luar Kota Tasikmalaya. Berikut ini disajikan data mengenai asal barang dagangan PKL berdasarkan jenis barang yang dijual.

4

5 Tabel 17 Asal Barang Dagangan yang Dijual oleh PKL No. Asal Barang Dagangan Jenis Barang Dagangan 1. Kota Tasikmalaya - Aksesoris - Daging dan ikan - Sayuran - Makanan dan minuman 2. Luar Kota Tasikmalaya - Ikan hias - VCD - Sepeda - Sandal - Vocher 3. Campuran (Dalam dan Luar Kota Tasikmalaya) Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008 Tabel di atas menunjukkan bahwa buah-buahan merupakan barang dagangan yang berasal dari dalam dan luar Kota Tasikmalaya, dengan distribusi 62% berasal dari dalam Kota Tasikmalaya dan sisanya 38% berasal dari luar Kota Tasikmalaya Modal Usaha Modal usaha para PKL untuk melakukan kegiatan berdagang memiliki kisaran yang beragam. Rata-rata modal awal umumnya berkisar antara Rp ,- sampai dengan Rp ,- sedangkan untuk modal harian berkisar antara Rp ,- sampai Rp ,-. Adapun sumber dari modal awal umumnya milik sendiri (63,22%), pinjaman (24,44%), bantuan (8,89%), dan lainnya (4,44%). Untuk lebih jelasnya dominan modal awal setiap jenis dagangan di luar sarana untuk berdagang (lapak atau gerobak) dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Modal Awal Berdasarkan Jenis Dagangan (Rp) No. Jenis Dagangan Dominan Modal Awal Rata-rata (Rp) 1. Buah-buahan Makanan & Minuman Sandang Koran/majalah VCD Sepeda Ikan Hias Sayuran Daging & Ikan Vocher Asesoris Jasa/Service Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008

6 Berdasarkan Tabel 18 dapat kita lihat bahwa rata-rata modal untuk melakukan kegiatan menjadi PKL dikategorikan rendah karena usaha ini tergolong usaha mikro yang menurut Dinas Usaha Kecil dan Menengah salah satu cirinya ialah modal awal < Rp ,-. Tentunya jika dibandingkan modal untuk melakukan kegiatan perdagangan formal jauh lebih tinggi dari modal PKL sehingga banyak orang yang tertarik untuk berprofesi sebagai PKL. Permasalahan yang ditemukan adalah modal yang berasal dari pinjaman sebesar 24,44 persen itu merupakan pinjaman dari rentenir. Hal inilah yang menyebabkan PKL tidak mengalami peningkatan kualitas hidup khususnya dalam hal tingkat ekonominya Tenaga Kerja Karakteristik lain PKL ialah umumnya dalam melakukan kegitannya (72%) mereka tidak menggunakan tenaga kerja lain (dilakukan oleh sendiri). Hanya beberapa jenis usaha saja yang menggunakan tenaga kerja lain, yang biasanya mereka masih memiliki hubungan keluarga dengan PKL seperti suami/istri, anak, atau anggota keluarga lain yang masih kerabat sendiri. Berikut ini diagram prosentase jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh PKL. Jumlah Tenaga Kerja Yang Digunakan PKL 16% 10% 2% 72% >2 Gambar 23 Diagram Prosentase Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan oleh PKL Pada umumnya pedagang produk seperti pakaian, VCD, koran/majalah, daging & ikan, asesoris, ikan hias, dan sepeda hampir 100% tidak menggunakan tenaga kerja lain. Sedangkan pedagang makanan & minuman, buah-buahan yang di kios (tidak menggunakan gerobak/roda), dan pedagang sayuran umumnya dibantu oleh tenaga kerja lain, umumnya hanya 1 orang.

7 5.1.5 Lamanya Berprofesi dan Daerah Asal Lama PKL berprofesi berkisar antara 1-40 tahunan. Hal ini, mengindikasikan bahwa diantara para PKL ada yang berasal dari dalam Kota Tasikmalaya dan dari luar Kota Tasikmalaya. Semakin lama dia berprofesi berarti bisa dimungkinkan PKL itu merupakan penduduk asal Kota Tasikmalaya. Jumlah PKL berdasarkan daerah asal yang didapat dari data Himpunan Pedagang Kecil Mustofa (HPKM) dan Himpunan Pedagang Kecil Saluyu (HPKS) disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Jumlah dan Prosentase PKL Kawasan HZ. Mustofa Berdasarkan Daerah Asal No. Daerah Asal Jumlah Prosentase (%) 1. Kota Tasikmalaya ,31 2. Kabupaten Tasikmalaya 30 11,95 3. Kabupaten Ciamis 23 9,16 4. Kabupaten Garut 6 2,39 5. Lain-lain 13 5,18 Jumlah ,00 Sumber : HPKM dan HPKS, 2003 Begitu pula berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UPLINK, sebuah LSM di Kota Tasikmalaya yang saat ini sedang menyusun konsep penataan PKL Kawasan Dadaha bersama-sama PKL Dadaha, menyatakan bahwa pada umumnya PKL berasal dari dalam Kota Tasikmalaya sebesar 79%. Data asal PKL di Kawasan Dadaha disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Jumlah dan Prosentase PKL Kawasan Dadaha Berdasarkan Daerah Asal No. Daerah Asal Jumlah Prosentase (%) 1. Tasikmalaya Luar Tasikmalaya, Prov. Jawa Barat Pulau Jawa Luar Jawa 7 7 Jumlah Sumber : Hasil Analisis UPLINK, Di koridor lain pun berdasarkan hasil kuesioner, lebih dari 70% PKL berasal dari Kota Tasikmalaya. Dengan demikian, PKL Kota Tasikmalaya ini bisa dikategorikan merupakan PKL lokal Tingkat Pendapatan (Keuntungan) Tingkat pendapatan yang dihitung ialah keuntungan rata-rata per hari yang didapat oleh PKL. Keuntungan yang diperoleh PKL bervariasi tergantung dari

8 jenis dagangan yang dijual. Kelompok PKL yang menjual sandang yang terdiri atas pedagang buah-buahan, pedagang makanan dan minuman, pedagang sayuran, dan pedagang daging dan ikan merupakan kelompok pedagang yang mendapat keuntungan paling tinggi. Berikut ini data mengenai dominan keuntungan PKL berdasarkan jenis dagangan. Tabel 21 Keuntungan per Hari Berdasarkan Jenis Dagangan (Rp per hari) No. Jenis Dagangan Dominan Keuntungan Keuntungan per hari (Rp) Per bulan (Rp) Keterangan 1. Buah-buahan Tinggi 2. Makanan & Minuman Tinggi 3. Pakaian Tinggi 4. Koran/majalah Sedang 5. VCD Tinggi 6. Sepeda Sedang 7. Ikan Hias Sedang 8. Sayuran Tinggi 9. Daging & Ikan Tinggi 10. Vocher Sedang 11. Asesoris Sedang 12. Jasa/Service Sedang Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008 Berdasarkan Tabel 21, secara umum dapat dilihat bahwa pendapatan yang diperoleh oleh PKL dikategorikan mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari karena pendapatan yang didapat tergolong sedang dan tinggi Jenis Sarana Perdagangan Sarana yang digunakan oleh PKL untuk kegiatan berdagang perlu diketahui karena berkaitan dengan jenis penataan yang akan dilakukan. Sarana untuk kegiatan PKL yang digunakan ada yang bersifat temporer, semi permanen bahkan ada juga yang sudah bersifat permanen. Sarana berdagang yang bersifat temporer yaitu gerobak/roda. Sarana ini digunakan oleh pedagang buah-buahan keliling dan pedagang makanan yang berada di Jl. Empang. Lokasi PKL yang menggunakan sarana ini berada di sepanjang trotoar jalan. Sarana berdagang yang bersifat semi permanen ialah lapak sebagai sarana berdagang dan atapnya terbuat dari terpal plastik yang bisa dibongkar. Sarana inilah yang paling banyak digunakan oleh PKL di Kota Tasikmalaya. PKL yang

9 menggunakan sarana ini ada menempati trotoar dan ada pula yang menempati badan jalan. Sarana permanen ialah lapak dengan bangunan yang sudah permanen. Lapak dengan bangunan yang sudah permanen terdapat di Jl. Bekas Rel, Jl. Pasar Baru, dan Jl. Pasar Kidul yang dikelola oleh pihak swasta. Sedangkan bangunan yang berupa warung atau kafe terdapat di Kawasan Dadaha.Untuk lebih jelasnya mengenai sarana perdagangan dan bagian jalan yang digunakan untuk masingmasing jenis sarana di tiap jalan dapat dilihat pada Gambar 24 dan 25 berikut. Gambar 24 Foto di atas memperlihatkan sarana yang digunakan sudah permanen dan lokasi yang digunakan pada foto yang paling kiri dan tengah adalah badan jalan dan pada foto paling kanan menggunakan trotoar jalan Interaksi Sesama PKL Hubungan kerjasama antara sesama PKL di Kota Tasikmalaya umumnya terjalin antar sesama PKL yang memiliki jenis dagangan yang sama. Bentuk interaksi atau kerjasama itu diantaranya tukar menukar barang, tukar informasi, dan informasi mengenai harga. Berdasarkan hasil wawancara, kerjasama tidak terjadi untuk pedagang yang menjual makanan dan minuman serta penjual ikan hias. Hal ini tentu saja karena sifat barang yang mereka jual berbeda dengan penjual lainnya. Misalnya pedagang buah, mereka masih bisa melakukan tukar menukar barang atau saling memberi informasi tentang harga jual dari barang yang akan mereka jual. Tingkat solidaritas antar PKL juga tinggi. Hal ini diindikasikan dengan adanya iuran harian yan dihimpun oleh himpunan pedagang tiap lokasi untuk kepentingan jika ada PKL yang sakit, kegiatan-kegiatan sosial-ekonomi PKL, dan sebagainya. Tingkat kepercayaan PKL terhadap ketua kelompok maupun koordinator PKL cukup tinggi seperti di Dadaha. Ketika ada isu untuk penertiban

10

11 mereka berdiskusi dan menyerahkan hasil diskusi untuk diperjuangkan oleh koordinator PKL ke eksekutif dan legislatif. Begitu pula di kawasan lainnya, dalam setiap pengaturan dan pengendalian PKL koordinator masing-masing lokasi sangat berperan. Dari hal di atas, para PKL ini memiliki modal sosial berupa rasa solidaritas diantara PKL dan saling gotong royong serta adanya kepercayaan terhadap koordinator-koordinator PKL yang diwadahi melalui lembaga perkumpulan diantaranya HPKM (Himpunan Pedagang Kecil Mustofa), HPKS (Himpunan Pedagang Kecil Saluyu, Himpunan Pedagang Pasar Rel, Himpunan Pedagang Pasar Kidul, Himpunan Pedagang Cihideung, dan sebagainya sesuai nama jalan tempat mereka berdagang Interaksi PKL dengan Pedagang Formal Interaksi tidak saja terjadi antara sesama PKL, tetapi juga terjadi antara PKL dengan pedagang formal. Namun, hal ini hanya terjadi di beberapa lokasi saja. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, kerjasama antara PKL dengan pedagang formal yang terjalin yaitu pedagang yang menjual jenis dagangan pakaian, asesoris, dan sepeda. Bentuk kerjasamanya ialah PKL mengambil barang dari pedagang formal untuk dijual dengan harga yang tentunya lebih murah dibandingkan harga di toko. Hal ini dilakukan dalam rangka memperluas skala usaha dari pedagang formal. Adapun jumlah PKL yang bekerjasama dengan pedagang formal dari 65 orang PKL sebanyak 27,69%. Hal ini mengindikasikan adanya saling ketergantungan antara beberapa PKL dengan pedagang formal. 5.2 Hubungan Antar Karakteristik PKL Hubungan antar karakteristik PKL dinyatakan dengan hubungan antara keuntungan yang didapat dengan tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur. Hubungan itu dianalisis dengan menggunakan Analisis Spearman yang hasilnya disajikan pada Tabel 22.

12 Tabel 22 Koefisien Korelasi antara Keuntungan, Lama usaha, Pendidikan, Modal, dan Umur Correlations Spearman's rho keuntngn lamausaha pddkn modal umur Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). keuntngn lamausaha pddkn modal umur * ** ** -.236* ** *.306** -.236* Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 22 ternyata tidak ada perbedaan yang nyata atau hubungan antar variabel. Hal ini dapat disebabkan keuntungan dari PKL tidak dipengaruhi lama usaha, tingkat pendidikan, modal usaha, maupun umur. Keuntungan PKL dipengaruhi lokasi PKL berdagang dan tingkat keragaman serta jenis dagangan di lokasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Rata-rata Keuntungan PKL Berdasarkan Lokasi dan Tingkat Keragaman Jenis Dagangan No. Lokasi Rata-rata Keuntungan (Rp) Jenis Dagangan 1 HZ Mustofa Jasa (reklame, stempel) - Produk (pakaian, asesoris) 2 Pasar Kidul Daging dan ikan - Sepeda 3 Bekas Rel Daging dan ikan 4 Pasar Wetan Produk (kios rokok, asesoris, vocher, koran) 5 Cihideung Produk (pakaian, sandal, kerudung, tas) 6 Tentara Pelajar RSU 47500

13 No. Lokasi Rata-rata Keuntungan (Rp) Jenis Dagangan 8 Empang Pataruman Veteran Produk (kios rokok, asesoris, vocher, koran) 11 Cihideung Balong VCD 12 Pasar Baru Daging dan ikan - Ikan Hias 13 Gunung Sabeulah Produk (kios rokok, asesoris, vocher, koran) 14 Dadaha Produk (kios, pakaian, VCD, asesoris) Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008 Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa di Jl. Bekas Rel dan Jl. Pasar Kidul memiliki rata-rata keuntungan yang besar karena lokasinya kini sudah seperti pasar dan menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Begitupula dengan Jl. HZ. Mustofa karena di ruas jalan ini merupakan jalan utama di Kota Tasikmlaya dimana banyak terdapat toko pedagang formal dan mall sehingga menarik konsumen berbelanja ke daerah ini sehingga keuntungan rata-rata PKL pun besar. Lokasi yang memiliki homogenitas jenis dagangan seperti Jl. Empang dan Jl. Cihideung Balong juga memiliki tingkat keuntungan yang besar karena lokasi ini banyak dilalui oleh berbagai trayek angkutan kota disamping jenis dagangannya yang sudah khas. Dengan demikian, keragaman jenis dagangan di suatu lokasi sangat berpengaruh terhadap keuntungan pedagang karena berpengaruh pada pencapaian konsumen terhadap barang yang ingin dibelinya. 5.3 Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen PKL juga merupakan hal yang penting diperhatikan dalam penataan PKL karena PKL berinteraksi dengan konsumen sehingga keberadaan PKL tergantung dari konsumen. Karakteristik konsumen yang diinvestigasi adalah pemahaman terhadap perilaku konsumen PKL. Hal ini dapat diindikasikan dengan umur konsumen, status pekerjaan, dan motivasi berbelanja.

14 Telaah terhadap konsumen didapatkan bahwa konsumen yang melakukan jual beli dengan PKL berasal dari berbagai daerah di Kota Tasikmalaya, bahkan ada juga yang berasal dari Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Tentunya hal ini terjadi karena letak Kota Tasikmalaya berbatasan dengan kedua kabupaten tersebut. Berdasarkan data, sebanyak 29 orang (83%) konsumen berasal dari Kota Tasik, 4 orang (11%) berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, dan 2 orang (6 %) dari Kabupaten Ciamis. Berkaitan dengan visi Kota Tasikmalaya sebagai pusat bisnis di Priangan Timur pada tahun 2012 dan di Jawa Barat pada Tahun 2025 dapat dilihat bahwa konsumen PKL dari luar kota hanya sebagian kecil saja dan dapat diduga bahwa konsumen luar kota lebih banyak berinteraksi dengan pedagang formal. Dari informasi sebelumnya mengindikasikan bahwa pada umumnya PKL Kota Tasikmalaya melayani konsumen masyarakat Kota Tasikmalaya dan sekitarnya karena hampir 100% responden menyatakan pernah berbelanja di PKL. Berdasarkan hasil kuesioner juga didapatkan bahwa konsumen PKL itu adalah masyarakat umum, yaitu masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Hal ini sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamid (hal. 24: 1995) bahwa konsumen PKL terdiri atas golongan pendapatan menengah kebawah, karena itu produk/barang yang dipilih disesuaikan dengan golongan pendapatan tersebut yaitu mutu barang yang sedang/kurang dan harga relatif murah agar terjangkau oleh konsumen. Umur konsumen yang berbelanja ke PKL Kota Tasikmalaya sangat bervariasi yaitu antara tahun. Dengan demikian hal ini berpengaruh terhadap jenis dagangan yang dijual oleh PKL yaitu bervariasi karena konsumennya pun bervariasi dari tingkatan remaja sampai dewasa. Berarti jenis dagangan yang dijual dari mulai kebutuhan sehari-hari sampai aksesoris-aksesoris yang sifatnya kebutuhan sekunder. Pada umumnya motivasi para konsumen ini berbelanja ke PKL karena harganya lebih murah dibandingkan di toko-toko formal dan letaknya strategis di pusat kota dekat dengan kegiatan perdagangan, jasa, dan perkantoran.

15 5.4 Karakteristik Pedagangan Formal Karakteristik pedagang formal juga perlu diperhatikan dalam penataan PKL karena keberadaan mereka merupakan sektor formal yang mendapat legalitas secara hukum dan keberadaan PKL tentunya berkaitan dengan pedagang formal. Karakteristik pedagang formal di Kota Tasikmalaya diantaranya pendidikan rata-rata tamat diploma/sarjana (34,6%), memiliki masa kerja antara tahun, rata-rata keuntungan per hari Rp ,-, dan rata-rata durasi waktu berjualan 11 jam ( ). Karakteristik pedagang formal ini tentunya jauh berbeda dengan karakteristik PKL baik dari tingkat pendidikan, masa kerja, dan keuntungan yang didapat karena pedagang formal memiliki modal yang tinggi dibandingkan PKL dan legalitas hukum dalam bentuk izin yang resmi untuk melakukan perdagangan. Menanggapi keberadaan PKL, konsumen pada umumnya merasakan keberadaan PKL menguntungkan karena memberi kemudahan bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari disamping harganya yang relatif lebih murah dan letaknya yang dianggap strategis oleh konsumen. Sama halnya juga pedagang formal menganggap keberadaan PKL menguntungkan walaupun merupakan saingan bagi pedagang yang menjual barang dagangan yang sama dengan PKL. Berikut ini hasil pengolahan data kuesioner terkait keberadaan PKL menurut konsumen, pedagang formal, dan masyarakat umum. Tabel 24 Opini Stakeholder tentang Keberadaan PKL Opini Pedagang Formal Konsumen Masyarakat Umum Keberadaan PKL : a. Menguntungkan b. Merugikan 53,85% 46,15% 63,64% 36,36% 77,27% 22,73% Perlunya Penataan : a. Perlu b. Tidak Perlunya Relokasi : a. Ya b. Tidak Sumber : Hasil Pengolahan Data, ,00% 2,00% 70,83% 29,17% 100,00% - 65,22% 34,78% 100,00% - 84,00% 16,00% Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa 53,85% pedagang formal memiliki solidaritas yang tinggi terhadap keberadaan PKL. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan ternyata ada indikasi usaha PKL ini didukung oleh

16 pedagang formal dalam rangka memperluas usaha pedagang formal agar barang dagangannya laku karena jika pedagang formal ini melakukan perluasan usaha dengan memperluas toko atau membuka toko di tempat lain membutuhkan biaya yang besar sehingga salah satu caranya adalah memberi modal PKL memberi pinjaman berupa barang. 5.5 Ringkasan Karakteristik sosial-ekonomi PKL Kota Tasikmalaya berbeda dengan karakteristik PKL di kota lain seperti Kota Bogor, Kota Bandung, dan kota lain diantaranya tingkat pendidikannya tamatan SD (34%), jenis dagangan yang dijual berupa kebutuhan sehari-hari masyarakat (bukan hasil industri lokal) yang berasal dari dalam Kota Tasikmalaya sebesar 62%, modal awal rendah (< Rp ,-) dan sebanyak 24% berasal dari pinjaman rentenir, 72% tidak menggunakan tenaga kerja, 71% PKL berasal dari dalam Kota Tasikmalaya, membentuk kelompokkelompok PKL berdasarkan ruas jalan, dan ada hubungan antara PKL dengan pedagang formal sebesar 27,69%. Berdasarkan hasil analisis hubungan antar karakteristik PKL yaitu antara keuntungan yang didapat dengan tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur didapatkan bahwa diantara variabel itu tidak terdapat hubungan. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk menjadi PKL tidak diperlukan pendidikan yang tinggi, pengalaman usaha, dan modal yang besar sehingga jenis usaha ini dijadikan alternatif untuk berusaha karena untuk memasuki sektor ini cukup mudah. Adapun karakteristik konsumen PKL adalah masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah dengan usia antara tahun (usia produktif) dan berasal dari Kota Tasikmalaya (83%). Sedangkan karakteristik pedagang formal Kota Tasikmalaya lebih baik dibandingkan karakteristik PKL diantaranya memiliki pendidikan rata-rata tamat diploma/sarjana (34,6%), masa kerja yaitu antara tahun, rata-rata keuntungan per hari Rp ,-, dan rata-rata durasi waktu berjualan 11 jam ( ).

17 Dengan demikian bisa dilihat bahwa PKL di Kota Tasikmalaya merupakan sektor yang mudah dimasuki oleh siapapun yang ingin melakukan usaha itu karena sektor ini lebih mudah dan membutuhkan modal yang relatif kecil dibandingkan sektor formal. Timbulnya PKL di Kota Tasikmalaya juga disebabkan tingginya angka pengangguran dimana pada tahun 2002 sebesar orang sedangkan pada tahun 2006 sebanyak orang. Dari data itu, terlihat bahwa jumlah pengangguran menurun yang disebabkan banyaknya supermarket/mall yang dibangun oleh pihak swasta atas izin Pemerintah Kota Tasikmalaya. Dengan dibangunnya sarana perdagangan itu mengakibatkan penyerapan tenaga kerja yang banyak dan tumbuh efek multiflier di sekitar sarana perdagangan itu berupa perdagangan sektor informal yang dilakukan oleh PKL. Tabel 25 Matriks Karakteristik PKL Kota Tasikmalaya Karakteristik Umum PKL Kota Tasikmalaya Karakteristik Khusus PKL Kota Tasikmalaya 1. Tingkat pendidikan rendah (tamatan SD) 2. Jenis dagangan tergantung lokasi jualan, heterogen dan homogen 3. Modal awal rendah 1. Sebanyak 20% PKL mendapatkan modal berasal dari rentenir 2. Memiliki himpunan PKL dan kelompok PKL berdasarkan ruas jalan yang ditempati 4. Keuntungan cukup untuk memenuhi 3. Sebesar 27% PKL bekerjasama dengan kebutuhan sehari-hari 5. Asal PKL dari Kota Tasikmalaya (lokal) 6. Tidak menggunakan tenaga kerja 7. Lokasi jualan menempati trotoar dan badan jalan pedagang formal dalam rangka memperluas skala usaha pedagang formal 4. Tidak ada hubungan antara keuntungan yang diperoleh PKL dengan tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur. Hal itu juga yang menarik orang-orang dari luar daerah masuk ke Kota Tasikmalaya, yaitu karena adanya daya tarik untuk melakukan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Berikut ini matriks mengenai karakteristik PKL Kota Tasikmalaya, baik karakteristik umum yang hampir sama dengan kota-kota lain maupun karakteristik khusus yang dimiliki oleh PKL Kota Tasikmalaya.

BAB VI TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG TERHADAP PENATAAN PKL

BAB VI TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG TERHADAP PENATAAN PKL BAB VI TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG TERHADAP PENATAAN PKL 5.2 Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang Kota Tasikmalaya terhadap Penataan PKL Kajian terhadap kebijakan penataan pedagang kaki lima (PKL) di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Tasikmalaya, dengan lingkup wilayah studi area PKL di BWK I. Alasan dipilihnya BWK I karena kawasan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA 108 BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA 8.1 Analisis Keterkaitan Karakteristik PKL, Kebijakan Penataan Ruang tentang Penataan PKL, dan Aspirasi Masyarakat tentang Model Penataan

Lebih terperinci

BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENATAAN PKL

BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENATAAN PKL BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENATAAN PKL 5.3 Aspirasi Parapihak dalam Penataan PKL di Kota Tasikmalaya Secara umum semua PKL yang ada di Kota Tasikmalaya menginginkan adanya penataan agar tercipta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR 80 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner untuk KUISIONER DATA UMUM DI KOTA BOGOR A. IDENTIFIKASI RESPONDEN A.1. Nama Responden : A.2. Alamat : A.3. Jenis Kelamin : 1 Laki-laki 2 Perempuan A.4. Umur Bapak/Ibu :.Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Sehingga lebih memilih bekerja di sektor informal.

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Sehingga lebih memilih bekerja di sektor informal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Negara yang sedang berkambang dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi taraf hidup rakatnya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Letak Pasar Tradisional Ngaliyan Pasar Ngaliyan secara administratif terletak di kecamatan Ngaliyan yang berada di bagian barat kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2016 TENTANG HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan 1. Pasar Tiban a. Pengertian Pasar Tiban Pasar tiban berasal dari kata pasar dan tiban, pengertian pasar secara sederhana

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup.

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor informal yang menjadi fenomena di perkotaan adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Dengan adanya keterbatasan lapangan kerja di sektor formal, Pedagang Kaki

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. 1.1 Kuesioner Pendahuluan 1.2 Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Validitas Konstruksi 1.3 Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN 1. Kuesioner. 1.1 Kuesioner Pendahuluan 1.2 Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Validitas Konstruksi 1.3 Kuesioner Penelitian LAMPIRAN 1 Kuesioner 1.1 Kuesioner Pendahuluan 1.2 Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Validitas Konstruksi 1.3 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENDAHULUAN Saudara/i yang terhormat, saya mengharapkan bantuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTER AKTIVITAS DAN KARAKTER BERLOKASI PKL DI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN KARAKTER AKTIVITAS DAN KARAKTER BERLOKASI PKL DI KOTA SURAKARTA HUBUNGAN KARAKTER AKTIVITAS DAN KARAKTER BERLOKASI PKL DI KOTA SURAKARTA MURTANTI JANI R, S.T., M.T. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA RINA

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 30/05/Th. XIX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS KAWASAN MASJID AGUNG DAN TAMAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan)

PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan) PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto Purwodadi Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Penelitian ini dilakukan di UPTD Pasar Baru Bogor, merupakan salah satu dari 7 unit dari pasar yang ada di Kota Bogor.

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci

PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat)

PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat) PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat) Jenis : Tugas Akhir Mahasiswa Tahun : 2005 Penulis : Yovi Pembimbing : Dr.Ir. Haryo Winarso,

Lebih terperinci

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia dituntut untuk bekerja. Mencari penghasilan merupakan salah satu tujuan orang tua kita bekerja. Manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja.

Lebih terperinci

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah : PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 12 HLM, LD Nomor 5 SERI D ABSTRAK : - bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.

Lebih terperinci

KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER

KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER MARIA KURNIA U Ks HADIE 3207 203 003 Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan pada sektor ekonomi,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan bauran promosi di perusahaan snack Ribut di Purwokerto, minat beli konsumen snack Ribut, dan pengaruh pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyebaran dan pergerakan penduduk. Hal ini mengakibatkan di. masyarakat, fungsi pelayanan dan kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyebaran dan pergerakan penduduk. Hal ini mengakibatkan di. masyarakat, fungsi pelayanan dan kegiatan ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan perkotaan amat besar perannya dalam penyebaran dan pergerakan penduduk. Hal ini mengakibatkan di bagian wilayah tersebut terdapat berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II KAMPANYE KETERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BANDUNG

BAB II KAMPANYE KETERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BANDUNG BAB II KAMPANYE KETERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BANDUNG 2.1 Pedagang Kaki Lima 2.1.1 Pengertian Pedagang Kaki Lima Pedagang kaki lima adalah sebagai hawkers yaitu orang-orang yang menawarkan barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi dan moneter mengakibatkan terjadinya kelumpuhan ekonomi nasional terutama di sektor riil yang berakibat terjadinya pemutusan hubungan kerja besar-besaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta Lampiran 1 KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Alamat : Jl. RT./ RW. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta 3. Status gender : 1. Lelaki / 2. Perempuan 4.

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Survey 1.1. Foto Survey di SMP Yohanes XXIII Semarang

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Survey 1.1. Foto Survey di SMP Yohanes XXIII Semarang 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Survey 1.1. Foto Survey di SMP Yohanes XXIII Semarang 38 1.2. Foto Survey di SMA Nusaputera Semarang 39 1.3. Foto Survey di SMP Nusaputera Semarang 40 41 Lampiran

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : OKTARINA DWIJAYANTI L2D 002 424 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Kota Bandung terletak di antara 107 36 bujur timur dan 6 55 lintang selatan. Secara topografi, Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU Toti Indrawati dan Indri Yovita Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2011. Kecamatan Semarang Tengah Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kecamatan Semarang Utara Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kota Semarang Dalam

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 87 BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 4.1 METODE PENGUMPULAN DATA Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN & ANALISIS DATA. uraian mengenai data jawaban dari masing-masing variabel dengan sampel

BAB III PENYAJIAN & ANALISIS DATA. uraian mengenai data jawaban dari masing-masing variabel dengan sampel BAB III PENYAJIAN & ANALISIS DATA A. Penyajian Data Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari uji validitas dan reliabilitas serta uraian mengenai data jawaban dari masing-masing variabel dengan sampel siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar 74 BAB V KESIMPULAN Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar ini diperkirakan sudah ada sejak zaman belanda namun hanya sebatas untuk pasar untuk kebutuhan masyarkat nagari

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB III DATA DAN ANALISIS BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. dilaporkan dalam tabel 4.1 ; 4.2 ; 4.3 berikut ini : Tabel 4.1 Disribusi responden menurut kelompok umur

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. dilaporkan dalam tabel 4.1 ; 4.2 ; 4.3 berikut ini : Tabel 4.1 Disribusi responden menurut kelompok umur BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dilaksanakan di 17 sekolah SMA dan SMK di kota Salatiga yang berjumlah 48 orang guru pembimbing. Deskripsi guru pembimbing berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BOGOR

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BOGOR BAB V KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BOGOR Ekonomi informal mengalami pertumbuhan sangat cepat di negara-negara berkembang dan semakin menarik perhatian akademisi, peneliti,

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya. Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya

Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya. Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya Latar Belakang dan Rumusan Masalah Belum adanya kejelasan mengenai kriteria lokasi PKL Barang Bekas Perkembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN RUANG BAGI PEDAGANG KAKI LIMA DI PUSAT PERBELANJAAN DAN PUSAT PERKANTORAN DI KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang sangat besar, dimana terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR 88 BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR 7.1 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal ditujukan untuk mengidentifikasi faktorfaktor

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

S - 16 KAJIAN PENATAAN PKL BERDASARKAN PREFERENSI PKL DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KAWASAN PASAR SUDIRMAN PONTIANAK

S - 16 KAJIAN PENATAAN PKL BERDASARKAN PREFERENSI PKL DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KAWASAN PASAR SUDIRMAN PONTIANAK S - 16 KAJIAN PENATAAN PKL BERDASARKAN PREFERENSI PKL DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KAWASAN PASAR SUDIRMAN PONTIANAK Neva Satyahadewi 1, Naomi Nessyana Debataraja 2 1,2 Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012 No. 13/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, kota-kota besar masih merupakan tujuan bagi mereka yang ingin memperbaiki nasib dan meningkatkan tarap kehidupannya. Dengan asumsi bahwa kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pasar Rakyat mempunyai peranan penting dalam menggerakkan dan menumbuhkan perekonomian masyarakat. Dengan berkembangnya Toko Modern dikhawatirkan keberadaan Pasar Rakyat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab 4 ini akan dipaparkan mengenai gambaran demografis responden, gambaran tingkat self-esteem dan faktor yang mempengaruhi konformitas, hasil utama penelitian dan analisa

Lebih terperinci

Hasil Pengujian Chi-Squere. 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja

Hasil Pengujian Chi-Squere. 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja LAMPIRAN 93 Lampiran 1 Hasil Pengujian Chi-Squere 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja Nominal by Nominal Contingency Coefficient.383.001 H0: tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam

Lebih terperinci

6 RANCANGAN PROGRAM PENATAAN PKL

6 RANCANGAN PROGRAM PENATAAN PKL 69 6 RANCANGAN PROGRAM PENATAAN PKL Rancangan Program Berdasarkan alternatif strategi yang didapat dari proses analisis AHP, maka diperlukan penjabaran dari strategi berupa program yang dapat menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia termasuk salah satu Negara yang sedang berkembang. Negara yang sedang berkembang biasannya melakukan pembangunan ekonomi dengan sangat pesat dan melakukan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Kota Payakumbuh yang strategis menjadikannya sebagai salah satu kota yang memainkan peran penting di Propinsi Sumatera Barat. Kota Payakumbuh merupakan gerbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai sektor. Sektorsektor ekonomi di Indonesia terbagi atas sembilan sektor, salah satu diantaranya adalah sektor perdagangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan investasi dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tahun 2015, berasal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan investasi dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tahun 2015, berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 5,2 persen, sedikit di bawah proyeksi Bank Dunia yang dirilis Juli 2014 lalu, yaitu sebesar 5,6 persen

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi kasus di kecamatan lowokwaru kota malang)

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi kasus di kecamatan lowokwaru kota malang) VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi kasus di kecamatan lowokwaru kota malang) SKRIPSI Di susun oleh : Toni Suhartono 115020100111043 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pasar Bawah Kota Bandar Lampung

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pasar Bawah Kota Bandar Lampung 55 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pasar Bawah Kota Bandar Lampung Pasar tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung salah satunya adalah

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : RISA NIKEN RATNA TRI HIYASTUTI L2D 002 432 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketertiban dan kenyamanan kota (tidiness and convenience) merupakan fungsi turunan terpenting dari penataan ruang kota. Tujuan utama penataan ruang kota adalah terciptanya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Assalamu alaikum Wr.Wb Sebagai persyaratan tugas akhir, Saya Ivana Edlin Marissa mahasiswa Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul Jakarta, sedang melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi

BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ini mengkaji dan menganalisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT. Adapun fokus lokasi penelitian pada pedagang kaki lima jalan Kapten

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB 4 ANALISIS HASIL BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Data Responden Dalam penelitian diperoleh data dari 70 orang responden. Namun, hanya terdapat 53 responden yang datanya dapat dipergunakan untuk dilakukan analisa. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern. Berbagai jenis pasar di Indonesia diantaranya pasar

Lebih terperinci

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang 1 ARTIKEL Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang Fikry, Larasati, Sulandari Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian 79 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT Kuesioner ini dibuat dalam rangka penyusunan tugas akhir

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK 6.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Kepedulian, dan Ekuitas Merek

Lebih terperinci

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DocuCom PDF Trial.   Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DIAN HERYANI L2D 002 393 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

KUESIONER. Tayangan Sinetron India dan Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan

KUESIONER. Tayangan Sinetron India dan Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan 100 KUESIONER Tayangan Sinetron India dan Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan (Studi Korelasional Pengaruh Sinetron India terhadap Pemenuhan Kebutuhan Hiburan pada Ibu Rumah Tangga di Dusun V, Graha Tanjung

Lebih terperinci

I. Profil Responden 1. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan. 2. Umur : a tahun c tahun b tahun d.

I. Profil Responden 1. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan. 2. Umur : a tahun c tahun b tahun d. LAMPIRAN I. Profil Responden 1. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 2. Umur : a. 15-18 tahun c. 22-25 tahun b. 19-22 tahun d. > 25 tahun 3. Penghasilan per bulan : a. Dibawah Rp. 1.000.000,00 b.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor informal digambarkan sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada di luar pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014 No.30/05/33/Th.VIII, 5 Mei 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan

Lebih terperinci