Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik"

Transkripsi

1 SKRIPSI KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI SALAH SATU USAHA PENINGKATAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: YUSUF TRISUSANTO NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii

3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii

4 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai dan memberikan kekuatan pada penulis hingga terselesainya karya ini. Y. Suprapto dan Rosalia Rosaliah selaku orang tua penulis, yang telah memberi dukungan baik moral, spiritual dan finansial serta dengan penuh sabar mendampingi. Kakak-kakaku, keluarga besarku, teman-teman satu angkatan dan seperjuanganku, dan karyawan yang telah memberi motivasi dan dukungan untukku. Almamater tercinta Pendidikan Agama Katolik ( PAK) Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik penulis. iv

5 MOTTO Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk 1:37) v

6 vi

7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vii

8 ABSTRAK Judul skripsi ini adalah KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI SALAH SATU USAHA PENINGKATAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO. Pemilihan judul ini didasari oleh kesan penulis akan situasi pelaksanaan pembinaan iman umat di lingkuan Santo Yohanes Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Penulis mempunyai kesan bahwa proses katekese umat di lingkungan belum berjalan dengan baik karena masih banyak umat yang belum terlibat aktif meskipun beberapa dari mereka telah berupaya untuk terlibat aktif dalam proses katekese. Penulis juga melihat sosok katekis masih mendominasi proses katekese. Umat beranggapan bahwa katekis yang mengetahui segalannya sehingga menyerahkan segala sesuatunya kepada katekis, juga masih ada perasaan takut salah dalam diri umat sendiri sehingga mereka cenderung sebatas sebagai pendengar. Masalah pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana umat dapat menemukan cara untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman di lingkungan Santo Yohanes Balong. Menanggapi situasi tersebut di atas penulis menggunakan pustaka yang bersumber dari dokumen-dokumen Gereja serta pandangan dari para ahli. Penulis juga melaksanakan penelitian untuk memperkuat data dari penulisan skripsi ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman umat terhadap karya katekese sudah cukup baik. Namun dalam pelaksanaan katekese di lingkungan belum berjalan dengan baik karena umat belum terlibat aktif dalam prosesnya. Maka untuk menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, penulis mengusulkan program kaderisasi katekis dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai salah satu usaha meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman umat lingkungan Santo Yohanes Balong. Katekis dan umat melalui program ini diharapkan memiliki pemahaman yang cukup terhadap katekese model SCP serta dapat melaksanakannya di lingkungan sehingga umat semakin aktif dalam proses katekese, iman umat semakin berkembang dengan begitu umat semakin aktif dalam hidup menggereja maupun dalam hidup bermasyarakat. viii

9 ABSTRACT This thesis title is SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) AS AN EFFORT OF COMMUNITY FAITH BUILDING IMPLEMENTATION INCREASEMENT FOR SANTO YOHANES DISTRICT SANTO YUSUP BALONG STACE SANTA THERESIA LISIEUX BORO PARISH. This title is chosen based on the author s personal about community faith building implementation in Santo Yohanes Balong District Santa Theresia Lisieux Boro Parish. The author has an impression that cathecesis process in this district has not worked well yet because there is still many people who has not actively involved although some of them has showed a serious effort to be actively involved in a catechesis process. People expects that a catechist is knowing everything so they hand everything to the catechist. There is also affraid feeling of mistaken so they tend to be a listener. The main problem in this thesis is how the people can find the way to increase the faith building implementation in Santo Yohanes Balong District. Responding that situation above the author used some literatures whih sourced from Church documents and also opinions for the experts. The author also did a research to strenghten the data from this thesis writting. This research result shows that people comprehension about catechesis is well enough. However in a catechesis implementation is not working well because people has not actively involves in the process. Then to follow-up the research result, the author suggest a catechist regeneration program with Shared Christian Praxis (SCP) model as an effort to increase community faith building implementation Santo Yohanes Balong District. Through this program, people is expected to be more active in a catechesis process so their faith is growing more and more. Therefore people is more active in the Church life and also in society life. ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala cinta dan berkat, serta kasih setia-nya yang senantiasa membimbing dan menyertai penulis setiap waktu, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI SALAH SATU USAHA PENINGKATAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO. Skripsi ini ditulis berdasarkan kesan pribadi penulis akan situasi umat di lingkuan Santo Yohanes Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Penulis melihat sebagian besar umat telah memahami makna katekese namun dalam pelaksanaannya masih perlu ditingkatkan agar iman dapat semakin berkembang. Skripsi ini merupakan sumbangan pemikiran bagi umat Katolik khususnya umat lingkuan Santo Yohanes Balong akan pentingnya meningkatkan pembinaan iman salah satunya melalui katekese model Shared Christian Praxis. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari banyak dukungan dan perhatian berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dari hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed., selaku kaprodi, dosen pembimbing akademik sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang telah mendampingi, membimbing serta memberi perhatian dan sumbangan x

11 pemikiran, mengkritik serta selalu memberi motivasi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 2. P. Banyu Dewa HS, S. Ag. M.Si selaku dosen penguji kedua yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada pertanggungjawaban skripsi ini. 3. Drs. L. Bambang Hendarto Y, M.Hum. selaku dosen penguji ketiga yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada pertanggungjawaban skripsi ini. 4. Rm. FX. Alip Suwito, Pr. selaku Romo Paroki Santa Theresia Lisieux Boro yang telah memberi ijin tempat penelitian. 5. Bapak Antonius Budi Prayitno selaku ketua lingkungan Santo Yohanes Balong yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian bersama umat di lingkungan. 6. Para keluarga Katolik di lingkungan Santo Yohanes Balong yang bersedia menerima penulis dengan hati terbuka serta bersedia menjadi responden dalam penelitian sehingga dapat membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini. 7. Teman-teman angkatan 2010 yang dengan caranya masing-masing telah mendukung serta memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Semua pihak yang telah berperan dalam proses studi, khususnya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari segala macam kekurangan. Oleh karena itu, dengan rendah hati dan terbuka penulis menerima kritik maupun saran yang membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan xi

12 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiii DAFTAR SINGKATAN... xviii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penulisan... 4 D. Manfaat Penulisan... 4 E. Metode Penulisan... 5 F. Sistematika Penulisan... 6 BAB II. KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI BENTUK PEMBINAAN IMAN UMAT... 9 A. Pokok-pokok Katekese Pada Umumnya Pengertian Katekese Tujuan Katekese Isi Katekese Sifat Katekese Pelaku Katekese B. Shared Christian Praxis (SCP) Sebagai Model Katekese xii

13 1. Thomas H. Groome: Pencetus Katekese Model SCP Katekese Model Shared Christian Praxis ( SCP ) a. Shared b. Christian c. Praxis Tujuan Katekese Model SCP Langkah-Langkah Katekese Model Shared Christian Praxis a. Langkah pertama: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual 27 b. Langkah kedua: Refleksi Kritis Pengalaman Hidup Faktual.. 28 c. Langkah ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau. 29 d. Langkah keempat: Interpretasi/Tafsir Dialektis Antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta e. Langkah kelima: Keterlibatan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia C. Pembinaan Iman Umat Pengertian Pembinaan Pengertian Iman Pembinaan Iman Tujuan Pembinaan Iman D. SCP Sebagai Usaha Pengembangan Iman Umat BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO.. 42 A. Gambaran Umum Paroki Santa Theresia Lisieux Boro dan Lingkungan Santo Yohanes Balong Sejarah Singkat Paroki Santa Theresia Lisieux Boro a. Benih Iman Katolik di Wilayah Kalibawang Sebagai Cikal-bakal Paroki Santa Theresia Lisieux Boro b. Gereja Boro dalam Situasi Perang-Pendudukan Jepang xiii

14 c. Gereja Boro Dalam Situasi Politik Yang Kacau d. Gereja Boro Memberdayakan Lingkungan Sebagai Basis Reksa Pastoral e. Wajah Gereja Boro Memasuki Milenium III-Sekarang Visi dan Misi Paroki Santa Theresia Lisieux Boro a. Visi b. Misi Letak dan Batas-Batas Geografis Paroki Santa Theresia Lisieux Boro a. Batas-batas teritorial Paroki Santa Theresia Lisieux Boro meliputi b. Batas-batas Wilayah Pemerintahan meliputi Daftar Wilayah dan Lingkungan Paroki Santa Theresia Lisieux Boro B. Situasi Umum Lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Situasi Umat katolik Lingkungan Santo Yohanes Balong Pembagian Blok dalam Lingkungan Santo Yohanes Balong Jumlah dan Susunan Umat Lingkungan Santo Yohanes Balong Kekhasan Umat Katolik Lingkungan Santo Yohanes Balong Letak dan Batas-batas Geografis Lingkungan Santo Yohanes Balong Kegiatan Umat di Lingkungan Santo Yohanes Balong Hubungan umat Katolik Lingkungan Santo Yohanes Balong dengan Agama-agama Lain Faktor yang Mendukung dan Menghambat Umat Lingkungan Santo Yohanes Balong dalam pembinaan iman C. Penelitian Pelaksanaan Pembinaan Iman Umat di Lingkungan Santo Yohanes Stasi SantoYusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro Latar Belakang Penelitia xiv

15 2. Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Instrumen Penelitian Responden Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Variabel Penelitian D. Laporan Hasil Penelitian Gambaran pemahaman umat terhadap pokok-pokok katekese umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro Gambaran pelaksanaan pembinaan iman serta buah-buah yang dapat diambil oleh umat melalui katekese Gambaran faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pembinaan iman E. Pembahasan Hasil Penelitian Gambaran pemahaman umat tentang pokok-pokok katekese umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro Gambaran pelaksanaan pembinaan iman serta buah-buah yang dapat diambil oleh umat melalui katekese Gambaran faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pembinaan iman. 88 F. Kesimpulan Penelitian BAB IV. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO. 93 A. Kelebihan Shared Christian Praxis B. Alasan Diadakannya Kaderisasi Pemandu Katekese xv

16 C. Usulan Program Kaderisasi Pemandu Katekese Dengan Katekese Model Shared Christian Praxis Sebagai Usaha Untuk Meningkatan Pelaksanaan Pembinaan Iman Umat Latar Belakang Tujuan Pendampingan Pemilihan Materi Pelaksanaan Program Pendampingan Matriks Usulan Program Kaderisasi Pemandu Katekese Dengan Katekese Model Shared Christian Praxis Contoh Persiapan Pelaksanaan Pendampingan Pemandu Katekese Lingkungan Santo Yohanes Balong dengan Menggunakan Katekese Model Shared Christian Praxis a. Identitas Pertemuan b. Pemikiran Dasar c. Pengembangan Langkah-Langkah BAB V. PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian... [1] Lampiran 2: Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian... [2] Lampiran 3: Kuesioner Penelitian... [3] Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden... [9] xvi

17 DAFTAR SINGKATAN A. Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, B. Dokumen Resmi Gereja CT : Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini,16 Oktober DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Illahi, 21 November 1964 KGK LG : Katekismus Gereja Katolik : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II Tentang Gereja, 21 November C. Daftar Singkatan Lain APP ARDAS Art BKSN Bpk Dll : Aksi Puasa Pembangunan : Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang : Artikel : Bulan Kitab Suci Nasional : Bapak : Dan lain-lain xvii

18 Kab KAS Kec KK KLMTD KWI Mgr PAK PKKI PPDP Pr RAPB SCP SJ St : Kabupaten : Keuskupan Agung Semarang : Kecamatan : Kepala Keluarga : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel : Konfrensi Wali Gereja Indinesia : Monseignor : Pendidikan Agama Katolik : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia : Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki : Projo : Rencanan Anggaran Pendapatan dan Belanja : Shared Christian Praxis : Serikat Jesus : Santo, Santa xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah-tengah kehidupan paroki saat ini, penulis melihat keterlibatan umat dalam hidup menggereja sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan umat dalam kegiatan baik di paroki maupun lingkungan seperti pada perayaan ekaristi bersama setiap hari Minggu, misa Jumat pertama dan juga doa di lingkungan, yang berupa pendalaman iman dan doa Rosario. Selain itu juga dalam hal pengembangan iman umat di paroki Santa Teresia Lisiux Boro, umat juga membuka diri untuk menerima para mahasiswa yang datang untuk praktek berkatekese. Penulis juga mendapatkan kesan tentang situasi umat Lingkungan Santo Yohanes Balong yang akan menjadi subyek kajian dan penelitian sekripsi ini. Umat yang ada di Lingkungan Santo Yohanes Balong dalam pengamatan penulis, meski dalam kehidupan sehari-hari umat sering kali disibukkan dengan pekerjaan dan aktifitas mereka masing-masing, namun hidup menggereja mereka juga tidak dilupakan. Penulis melihat keterlibatan umat dalam hidup menggereja selain mengikuti Ekaristi pada setiap hari minggunya maupun peringatan hari-hari yang dirayakan umat juga aktif dalam doa lingkungan, doa rosario, pendalaman APP. Namun yang masih menjadi keprihatinan bersama dalam pendalaman iman yaitu umat masih enggan untuk mensharingkan maupun membagikan pengalaman iman mereka. Hal tersebut dikarenakan kebannyakan umat merasa takut untuk

20 2 membagikan pengalaman imannya jika salah atau kurang sesuai seperti yang diharapkan. Pendalaman iman memang sudah berjalan namun partisipasi umat masih perlu ditingkatkan. Melihat kenyataan yang ada, penulis tergerak untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembinaan iman umat Lingkungan Santo Yohanes Balong guna meningkatkan partisipassi umat dalam proses katekese dengan menawarkan model berkatekese yang dapat meningkatkan partisipasi umat. Model pembinaan iman yang penulis tawarkan adalah mode SCP (Shared Christian Praxis). Sebagai salah satu bentuk pembinaan iman, model ini diharapkan dapat menggerakkan umat untuk semakin menghayati imannya, sehingga pada akhirnya umat sampai pada perkembangan iman baik di lingkungan maupun di paroki. SCP penulis pilih sebagai model pembinaan iman dikarenakan SCP lebih mengedepankan tiga aspek yaitu Shared Christian Praxis. Sharing iman maupun berbagai pengalaman hidup yang sudah direfleksikan yang kemudian menjadi pengalaman iman. Dari pengalaman iman yang dibagikan lewat sharing menjadi harta kekayaan iman yang sungguh-sungguh dapat membantu dalam menghayati iman dari setiap pribadi yang kemudian dapat diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari demi perkembangan iman, sehingga nilai-nilai kerajaan Allah dapat terwujud. Umat Lingkungan Santo Yohanes Balong merupakan persekutuan umat beriman. Melalui kebersamaan dalam hidup menggereja, canda-tawa, tegur-sapa, mereka sungguh dapat menghayati cinta kasih Allah yang nyata. Penulis dapat menyaksikan perwujudan iman umat dapat terungkap di dalam sikap saling menghargai, menghormati satu sama lain.

21 3 Lebih lanjut lagi penulis melihat umat Lingkungan Santo Yohanes Balong meskipun sudah cukup rutin melaksanakan doa-doa lingkungan maupun kegiatan yang lainnya, melalui wawancara dengan umat sewaktu penulis melakukan kunjungan dan mengikuti pendalaman iman, umat mengharapkan adannya model katekese yang kirannya dapat membantu mereka meningkatkan partisipasi dalam kegiatan katekese maupun pendalaman iman. Umat berharap lebih berani dalam membagikan pengalaman imannya tanpa ada keragu-raguan lagi dan yang terpenting dapat membantu umat lingkungan dalam menghayati imannya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berniat mempelajari lebih dalam lagi melalui skripsi ini dengan judul Katekese Model SCP Sebagai Salah Satu Usaha Peningkatan Pelaksanaan Pembinaan Iman Umat Lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang pada penulisan ini, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa hubungan katekese model SCP dengan pembinaan iman? 2. Sejauh mana umat Lingkungan Santo Yohanes Balong melakukan pembinaan iman? 3. Bagaimana katekese model SCP digunakan untuk meningkatkan pembinaan iman umat Lingkungan Santo Yohanes Balong?

22 4 C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam proses penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Memberi gambaran katekese model SCP sebagai sarana pembinaan iman umat Lingkungan Santo Yohanes Balong 2. Membantu umat Lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro meningkatkan partisipasi umat dalam proses katekese model SCP. 3. Katekese model SCP membantu umat supaya berani dalam membagikan pengalaman hidup, sehingga umat dapat mengalami perubahan sikap hidup dan dapat semakin menghayati pengalaman imannya. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan Katekese Model SCP Sebagai Salah Satu Usaha Peningkatan Pelaksanaan Pembinaan Iman Umat Lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro sebagai berikut : 1. Umat Lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro mendapat pemahaman katekese model SCP sebagai usaha meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman dalam mengembangkan kehidupan rohaninya. 2. Umat Lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro mampu menjadi pribadi yang aktif baik dalam diri

23 5 sendiri maupun bersama, sehingga partisipasi umat baik di lingkungan maupun paroki dapat berkembang. 3. Supaya umat Lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro semaki berani dalam membagikan pengalaman hidup imannya kepada sesama, sehingga saling meneguhkan satu sama lain dan semakin berkembang dalam iman. 4. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang katekese model SCP sebagai salah satu usaha peningkatan pelaksanaan pembinaan iman. 5. Diharapkan juga penulisan ini dapat menjadi bahan referensi untuk lebih meningkatkan kualitas pembinaan iman umat beriman kristiani di manapun. E. Metode Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu metode yang menggambarkan dan memaparkan data-data yang diperoleh melalui penelitian dan studi pustaka untuk menarik sebuah kesimpulan. Penulis menggunakan metode deskriptif analitis untuk memperoleh gambaran mengenai katekese model SCP sebagai salah satu usaha peningkatan pelaksanaan pembinaan iman umat lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data. Kuesioner ialah daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada responden untuk diisi.

24 6 F. Sistematika Penulisan Skripsi ini mengambil judul Katekese Model SCP Sebagai Salah Satu Usaha Peningkatan Pelaksanaan Pembinaan Iman Umat Lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro yang diuraikan dalam lima bab: Bab I pada bagian ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II pada bagian ini akan menguraikan katekese model SCP sebagai bentuk pembinaan iman umat yang terbagi dalam empat bagian pembahasan. Bagian pertama menguraikan pokok-pokok katekese pada umumnya yang meliputi: pengertian, isi, tujuan, sifat, pelaku katekese. Bagian kedua menguraikan Shared Christian Praxis (SCP) sebagai model katekese, yang diawali dengan penjelasan dari Thomas H. Groome itu sendiri sebagai pencetus katekese model SCP, kemudian masuk pada penjelasan katekese model SCP, tujuan, serta langkah-langkah katekese model SCP. Bagian ketiga membahas mengenai pembinaan iman umat yang meliputi: pengertian, tujuan pembinaan iman. Bagian keempat akan dijelaskan SCP sebagai bentuk pengembangan iman umat sekaligus menjadi bagian penutup dari bab ini. Bab III menguraikan gambaran pelaksanaan pembinaan iman umat Lingkungan Santo Yohanes stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro dalam menghidupi imannya yang terbagi dalam enam pembahasan. Bagian pertama berisi gambaran umum Paroki Santa Theresia Lisieux Boro

25 7 meliputi sejarah singkat Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, visi dan misi, letak dan batas-batas geografisnya, daftar wilayah dan lingkungan. Bagian kedua berisi situasi umum umat lingkungan Santo Yohanes Balong meliputi situasi umat Katolik lingkungan Santo Yohanes Balong, pembagian blok dalam lingkungan, jumlah dan susunan umat lingkungan, kekhasan umat katolik Santo Yohanes Balong, letak dan batas-batas geografisnya, kegiatan umat lingkungan Santo Yohanes Balong, hubungan umat Katolik dengan agama-agama lain serta faktorfaktor yang mendukung dan menghambat umat lingkungan Santo Yohanes Balong dalam pembinaan iman. Bagian ketiga menyampaikan penelitian pelaksanaan pembinaan iman umat di lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan, jenis, instrumen, responden, tempat dan waktu, variabel penelitian bagian keempat berisi laporan hasil penelitian. Kelima berisi pembahasan hasil penelitian. Bagian keenam merupakan kesimpulan. Bab IV membahas Shared Christian Praxis sebagai usaha untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman umat lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Bab ini terbagi dalam tiga pembahasan. pada bagian pertama akan dijelaskan kelebihan dari Shared Christian Praxis. Bagian kedua berisikan alasan diadakannya kaderisasi pemandu katekese sebagai usaha peningkatan pelaksanaan pembinaan iman umat. Bagian ketiga berisi usulan program kaderisasi pemandu katekese. Bagian ini meliputi latar belakang, tujuan pendampingan, pemilihan materi, matriks program kaderisasi pemandu katekese dan contoh persiapan pelaksanaan pendampingan

26 8 bagi pemandu katekese Lingkungan Santo Yohanes Balong dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis. Bab V merupakan bab terakhir sekaligus sebagai penutup dari keseluruhan pembahasan mengenai katekese model SCP sebagai salah satu usaha peningkatan pelaksanaan pembinaan iman umat lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, yang meliputi kesimpulan dan saran.

27 BAB II KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI BENTUK PEMBINAAN IMAN UMAT Pada bab dua ini akan diuraikan pokok-pokok katekese, Shared Christian Praxis sebagai model katekese, pembinaan iman umat dan SCP sebagai jalan pengembangan iman umat yang terbagi dalam empat bagian dan merupakan tindak lanjut dari bab sebelumnya. Kedudukan bab ini memiliki peranan penting dalam keseluruhan penulisan skripsi. Bagian pertama menguraikan pokok-pokok katekese pada umumnya yang meliputi: pengertian, tujuan, isi, sifat, pelaku katekese. Kemudian pada bagian kedua penulis menguraikan Shared Christian Praxis (SCP) sebagai model katekese yang diawali dengan penjelasan siapa Thomas H. Groome itu sendiri sebagai pencetus katekese model SCP, kemudian masuk pada penjelasan katekese model SCP, tujuan, serta langkah-langkah katekese model SCP. Penulis pada bagian ketiga akan menguraikan pembinaan iman umat yang meliputi: pengertian, tujuan pembinaan iman. Pada bagian empat penulis menjelaskan SCP sebagai jalan pengembangan iman umat dan sekaligus menjadi bagian penutup dari bab ini. G. Pokok-pokok Katekese Pada Umumnya 1. Pengertian Katekese Dewasa ini terdapat banyak pengertian katekese, hal tersebut dikarenakan keadaan umat yang semakin hari makin berkembang. Berikut akan penulis

28 10 sampaikan pengertian katekese menurut pandangan dokumen-dokumen Gereja dan para ahli. Dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae Paus Yohanes Paulus II mendefinisikan katekese sebagai: [ pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud menghantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen] (CT, art. 18). Menurut pengertian tersebut, kiranya Bapa Paus menggarisbawahi tiga kata kunci, yaitu katekese adalah pembinaan dalam iman, penyampaian ajaran Kristen secara organis dan sistematis, serta kepenuhan hidup Kristen. Katekese ialah pembinaan dalam iman. Pembinaan merupakan salah satu usaha untuk pengembangan sikap atau perilaku menuju kearah yang lebih baik. Dapat dikatakan juga bahwa pembinaan iman merupakan suatu usaha yang bertujuan mengembangkan sikap dan perilaku umat Kristiani baik anak-anak, orang muda maupun orang dewasa menuju pada kedewasaan iman. Ciri-ciri kedewasaan iman Kristiani yaitu: pertama, iman yang dewasa nampak kreatif, tidak lesu atau ikutikutan saja. Jauh dari perasaan takut menghadapi situasi baru, selalu mempergunakan imannya sebagai sumber yang terus-menerus memberi motivasi baru, penafsiran baru, inisiatif baru. Dengan demikian orang yang memiliki iman yang dewasa tidak memiliki perasaan takut terhadap perubahan, tetapi menanggapinya dengan senyuman sebagai suatu perkembangan yang hidup. Kedua, iman yang dewasa terbuka akan dialog dan perbedaan, tidak cepat puas diri atau intoleran. Seorang beriman dewasa tidak mudah melarikan diri saat

29 11 menghadapi perbedaan faham atau sikap, tetapi menanggapinya sebagai sesuatu yang dapat memurnikan dan memperkaya imannya. Iman menjadi pusat hidup kepribadian seseorang, dalam keseluruhan tingkah lakunya. Iman senantiasa menjadi referensi utama. Iman yang dewasa berkembang secara seimbang baik pikiran maupun prilaku secara harmonis (Adisusanto, 1995: 17-18). Menurut Paus Yohanes Paulus II isi katekese yang ingin disampaikan yaitu ajaran Kristiani, yang dikomunikasikan adalah iman Kristiani. Ajaran iman Kristiani yang dimaksud disini adalah kabar gembira tentang Yesus Kristus dan Tradisi Gereja. Tradisi Gereja yang disampaikan dalam katekese haruslah tetap setia menyajikan keseluruhan kekayaan warisan iman Kristiani kepada umat beriman yang dilaksanakan secara organis dan sistematis. Dikatakan organis karena dalam pelaksanaannya memiliki keterkaitan antara tema yang satu dengan yang lainnya, baik dalam Kitab Suci maupun Tradisi sehingga katekese menjadi keseluruhan yang hidup dan tidak terpotong-potong. Secara sistematis artinya katekese sungguh dipersiapkan, dilaksanakan secara teratur sesuai dengan kebutuhan jemaat guna menghantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (Heryatno, 2014: art. 21). Tujuan katekese di atas adalah kepenuhan hidup Kristen. Hal ini dimaksudkan agar orang beriman Kristen dapat hidup berdasarkan teladan Yesus sendiri sehingga sampai kepada kesempurnaan iman secara penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus. PKKI II mendefinisikan katekese sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antar anggota jemaat (Lalu, 2007: 12).

30 12 Dengan komunikasi iman para peserta saling meneguhkan dan menguatkan menuju pada perkembangan hidup. Katekese umat ini berpusat pada hidup peserta yaitu katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat. Katekese semacam ini maksudnya ialah katekese yang berasal dari umat, oleh karenanya umat yang mengusahakan suatu pertemuan dan merencanakan tema pertemuan, memilih metode yang digunakan, hingga proses plaksanaannya dilakukan bersama oleh umat. Dalam proses katekesenya yang melaksanakan adalah umat itu sendiri. Umat berproses bersama, menggali dan membagi pengalaman hidup mereka yang selanjutnya diresapi dan direfleksikan sehingga dapat menjadi pengalaman iman yang berharga bagi perkembangan iman umat sendiri. Menurut Dr. Marinus Telaumbanua seperti yang dikutip oleh Rukiyanto (2012: 59) kata katekese berasal dari bahasa Yunani Katekeo yang berarti membuat bergema. Istilah ini kemudian digunakan oleh umat Kristiani menjadi istilah khusus dalam bidang pewartaan. Dalam kaitannya dengan katekese istilah tersebut diartikan sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar orang semakin dewasa dalam iman. Dalam Kitab Suci terdapat sejumlah kata yang berhubungan dengan arti katekese yang berarti membuat bergema, menyebabkan sesuatu yang bergaung. Kata katekese ini ditemukan dalam Luk 1:4 (diajarkan), Kis 18:25 (pengajaran dalam jalan Tuhan), Kis 21:21 (mengajar), Rom 2:18 (diajar), 1Kor 14:19 (mengajar), Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman.

31 13 Menurut Adisusanto (1995:1) katekese merupakan salah satu bentuk pewartaan sabda dalam Gereja dan oleh karena itu mengambil bagian dalam karya kenabian Kristus. Katekese menjadi tugas dan tanggungjawab seluruh warga Gereja. Katekese merupakan pewartaan serta kesaksian atas karya penyelamatan Allah yang membebaskan dalam Kristus dan sekaligus merupakan penafsiran atas hidup sehari-hari. Dari rumusan pengertian katekese di atas, menjadi jelas bahwa betapa pentingnya karya katekese dalam usaha pengembangan, pendalaman, dan penghayatan hidup beriman Kristiani. Telaumbanua menambahkan katekese merupakan usaha pihak Gereja yang dapat membantu umat beriman untuk tumbuh dalam iman yang dewasa dan dapat mencapai suatu kepenuhan hidup dalam Kristus sendiri (1999: 5). Hal serupa juga ditegaskan kembali oleh Huber bahwa katekese merupakan usaha pembinaan iman umat yang secara teratur dan terencana (1981: 18). 2. Tujuan Katekese Tujuan katekese adalah membantu umat beriman untuk mewujudkan Gereja yang berpusat pada Yesus Kristus dan dapat diwujudkan dalam kehidupan umat di tengah masyarakat. Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostoliknya, Catechesi Tradendae menjelaskan tiga tujuan katekese. Tujuan katekese yang pertama ialah mengajak umat untuk mendalami misteri Kristus dalam segala dimensinya: untuk menunjukkan kepada semua orang akan makna rencana yang terkandung di dalamnya (CT, art. 5). Dalam katekese, umat diajak

32 14 untuk mendalami misteri Kristus yakni pengorbanan yang dilakukan-nya demi sebuah penebusan atas dosa dan kesalahan yang diperbuat manusia, melalui penderitaan dan wafat-nya di kayu Salib menunjukkan kasih sejati dan kemudian bangkit dalam kemuliaan. Tujuan katekese menghubungkan umat dengan Yesus Kristus dan mengundang umat untuk masuk pada persekutuan yang mesra dengan-nya. Hubungan mesra yang terjalin dengan Yesus Kristus mengajak kita untuk lebih dekat dengan-nya dan makin beriman kepada Kristus. Tujuan katekese yang kedua yakni mengembangkan iman yang baru mulai berkembang menuju pada kepenuhan serta semakin memantapkan hidup umat beriman baik yang muda maupun yang tua. Lebih dalam lagi dapat dikatakan bahwa tujuan katekese ialah menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan iman. Artinya dengan iman seseorang menuju pada pertobatan dan semakin mengenal pribadi Kristus yang menjadi tumpuan dan pegangan hidupnya (CT, art. 20). Tujuan katekese yang ketiga ialah mengembangkan iman menuju pada kedewasaan iman sehingga iman umat sampai pada kematangan iman dan siap diutus sebagai saksi Kristus secara bertanggungjawab (CT, art. 25). Lalu (2007: 13) menegaskan kembali hasil pertemuan PKKI II yang merumuskan bahwa tujuan katekese yaitu: a. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari; b. Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin mentaati kehendak- Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari; c. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita; d. Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; e. Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.

33 15 Tujuan komunikasi iman yang dirumuskan dalam PKKI II ini memiliki tiga sudut pandang yaitu peserta secara pribadi, Gereja dan masyarakat. Tujuan komunikasi iman yang berasal dari umat yang dimaksud adalah supaya dalam terang Injil, peserta dapat semakin meresapi pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari supaya iman umat dapat semakin tumbuh dan berkembang, dan semakin mencintai Kristus yang membawa pada pertobatan dan semakin menyadari akan kehadiran-nya di dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian umat semakin sempurna dalam beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan dalam hidup bersama. Komunikasi iman juga bertujuan bagi Gereja yaitu supaya umat makin bersatu dengan Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan semakin mengokohkan Gereja semesta. Di tengah masyarakat luas komunikasi iman bertujuan mendewasakan iman umat sehingga umat siap diutus dan memiliki kesanggupan memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup sehari-hari (Lalu, 2007: 13). 3. Isi Katekese Dalam katekese kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus. Isi pokok katekese adalah seluruh hidup Yesus Kristus sendiri, mulai dari peristiwa inkarnasi, karya, sabda, dan seluruh peristiwa paskah-nya (CT, art. 5-6). Kristus diimani sebagai kepenuhan wahyu Allah kepada manusia. Misteri hidup Yesus menjadi sumber dan pusat katekese, maka katekese harus dipahami sebagai suatu

34 16 usaha bersama untuk saling mengenal, memahami, dan percaya pada-nya yang merupakan jalan kebenaran dan kehidupan (Yoh 14:6). Isi katekese dari keseluruhan warta Injil merupakan Kabar Gembira. Kabar Gembira yang dimaksud adalah karya penyelamatan, yang telah didengar sekali maupun ratusan kali dan telah diterima dengan setulus hati, dan secara terusmenerus dilaksanakan dan didalami melalui refleksi katekese akan merangsang umat secara nyata (CT, art. 26). Tugas pokok katekese mewartakan Kabar Gembira penyelamatan dan pembebasan umat manusia, dan tugas pokok Gereja- Nya melaksanakan karya Yesus di tengah dunia (Hutabarat, 1983: 48). Katekese akan selalu menggali isinya dari sumber hidup yakni sabda Allah yang disalurkan dalam Tradisi dan Kitab Suci karena kedua unsur tersebut merupakan sabda Allah yang dipercayakan kepada Gereja. Seperti diingatkan oleh Konsili Vatikan II, yang menghendaki supaya pelayan sabda mendorong menuju pada kekudusan melalui sabda Kitab Suci (CT, art. 27). Katekese bersumber dari pengalaman iman umat. Katekese tidak dapat dipisahkan dari peengalaman konkret umat, karena katekese memiliki sifat yang umat sentris. Katekese sebagai komunikasi iman merupakan proses yang berasal dari umat sendiri. Maka proses katekese bertolak dari pengalaman konkret peserta itu sendiri yaitu pengalaman iman yang terjadi dalam hidup sehari-hari. Isi katekese sesuai dengan cita-cita yang diharapkan umat yaitu harapan untuk saling memperhatikan, saling memperkaya iman dalam pengalaman, dan saling meneguhkan. Suasana dalam hidup umat semacam ini akan membantu

35 17 setiap umat merasa diterima dan dihargai, sehingga umat merasa terbantu untuk mengembangkan hidup berimannya. Katekese senantiasa membawa peserta untuk terlibat aktif dalam berbagi pengalaman dalam terang iman. Maka dari itu katekese disebut juga sebagai komunikasi iman. Dengan semakin banyak peserta membagikan pengalaman iman mereka maka akan semakin menjadi Gereja communio yang nyata hadir di tengah hidup peserta dan semakin memperkembangkan iman peserta. Dengan mengkomunikasikan hidup nyata, katekese menjadi sungguh kontekstual dan terbuka sehingga kerajaan Allah dapat terwujud baik di dalam Gereja maupun masyarakat (KWI, 2002: 11-13). 4. Sifat Katekese Katekese memiliki dua sifat mendasar yaitu Kristosentris dan Umatsentris, kedua sifat tersebut saling berhubungan erat. Katekese bersifat Kristosentris maksudnya ialah katekese yang berpusat pada Kristus, jantung hati dan pelaku katekese ialah pribadi Yesus Kristus sendiri. Isi dan tujuannya ialah Yesus Kristus, dalam katekese Kristus adalah poros iman (CT, art. 5-6). Sedangkan katekese yang bersifat umatsentris ialah katekese yang berasal dari umat, katekese yang bertolak dari pengalaman konkret umat itu sendiri yaitu pengalaman iman yang terjadi dalam hidup sehari-hari. Umat bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus. Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus. Kristus menjadi pola hidup pribadi dan pola hidup bersama. Melalui katekese, iman umat semakin diteguhkan dan makin menghayati

36 18 imannya secara makin sempurna. Katekese haruslah berpusat pada kedua sifatnya yang Kristosentris dan umatsentris (Lalu, 2007: 12). Hubungan antara sifat umatsentris dan kristosentris yakni umat yang beriman kepada Kristus dan Kristus sebagai jantung dari katekese. Dalam katekese yang dikomunikasikan adalah pengalaman iman akan Yesus Kristus. Seirama dengan sifat katekese di atas Setyakarjana menambahkan bahwa katekese juga bersifat biblis dan situasional serta berpusat pada Kristus dan hendaknya dapat memberikan pengarahan tentang tata hidup orang beriman agar semakin memantapkan diri bahwa katekese yang dilaksanakan bukan hanya sekedar sebagai tambahan dan selingan dalam hidup, melainkan demi perubahan hidup baik pribadi maupun hidup masyarakat (1976: 11). 5. Pelaku Katekese Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya Catechesi Tradendae mengatakan bahwa tugas dan tanggungjawab dalam memberikan pendidikan keagamaan dan latihan bagi pengembangan kehidupan manusia seturut Injil merupakan tugas Gereja yang paling mendasar (CT, art. 62). Dokumen ini ditujukan kepada semua orang yang termasuk anggota Gereja untuk bertanggungjawab atas kelangsungan katekese. Katekese bukan hanya menjadi tanggungjawab sekelompok orang dalam Gereja melainkan keberhasilan dalam proses pelaksanaanya senantiasa didukung oleh semua anggota Gereja. Sejalan dengan yang dikatakan Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya Catechesi Tradendae, Huber menjelaskan bahwa katekese

37 19 merupakan komunikasi iman. Katekese yang berasal dari umat, oleh umat dan dilaksanakan oleh umat. Artinya seluruh anggota Gereja baik awam maupun kaum tertabis memiliki tanggungjawab terhadap katekese. Pelaksana karya katekese ialah seluruh umat beriman akan Yesus Kristus. Karya pastoral tidak dapat berjalan sendiri melainkan saling bersinergi dengan seluruh anggota Gereja. Setiap angota Gereja memiliki anugrahnya tersendiri dalam hal pelayanan katekese. Melalui anugrah-nya, masing-masing anggota Gereja yang melibatkan diri dalam pelayanan katekese akan memberikan hasil yang baik pula sebagai tuaian dalam katekese. Maka supaya katekese dapat berjalan dengan baik perlu adanya kerjasama dari setiap pelaksana katekese itu sendiri (1979: 145). Para imam sebagai pembantu uskup disebut sebagai guru iman senantiasa mampu membangkitkan diri bagi pengembangan jemaat dalam iman, di paroki, sekolah maupun kelompok-kelompok tertentu. Gereja mengharapkan supaya para imam tidak mengabaikan tugas dan tanggungjawab mereka dalam memberikan katekese yang teratur dan terencana dengan baik (CT, art. 64). Para religius (biarawan/biarawati) juga memiliki peran penting dalam menyelenggarakan katekese. Diharapkan kedua belah pihak baik para imam maupun para religius bersama-sama membawa warna yang cerah dalam proyekproyek pastoral Gereja (CT, art. 65). Dalam hal ini para katekis awam juga menjadi penentu keberhasilan pelaksanaan katekese, terkadang karya para katekis dianggap paling sederhana dan tersembunyi, akan tetapi dijalankan dengan semangat yang berkobar-kobar.

38 20 Berarti bahwa tidak banyak yang mengetahui sesungguhnya para katekis memiliki peran yang sangat penting dalam usaha pengembangan iman umat (CT, art. 66). Katekis sebagai pelayan katekese dapat dibedakan menjadi dua yaitu katekis full time (purna waktu) dan part time (paruh waktu). Katekis full time (purna waktu) adalah katekis profesianal yang memiliki keahlian di bidang kateketik serta memiliki tugas pokok dalam bidang pewartaan. Katekis full time (purna waktu) adalah mereka yang memiliki kesanggupan diri untuk terlibat penuh dalam tugas pelayanan Gereja dalam membimbing dan membina umat untuk dapat mengembangkan imannya. Sedangkan katekis part time (paruh waktu) adalah mereka yang dengan segala kesibukannya menyediakan waktu untuk ikut ambil bagian dalam tugas pastoral di tengah umat sebagai seorang katekis namun bukan menjadi tugas pokok (Huber, 1979: ). Dengan demikian selayaknya para pembina iman dapat saling bersinergi membangun relasi yang baik dan dapat bekerja sama dengan semua anggota Gereja dan masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan katekese yang tepat guna mencapai tujuannya mematangkan kehidupan beriman seluruh anggotannya. H. Shared Christian Praxis (SCP) Sebagai Model Katekese 1. Thomas H. Groome: Pencetus Katekese Model SCP Thomas H. Groome lahir di daerah Kildare, Irlandia. Ayahnya bernama Terence P Groome dan ibunya bernama Margare Flood. Groome memiliki saudara laki-laki bernama Bernard Groome bersama istrinya, Dorine Dwiyer yang mana turut membantu dalam menulis karyaanya dalam sebuah buku yang berjudul

39 21 Christian Religious Education (Groome, 2010: xxii). Groome dibesarkan dalam keluarga dan tradisi iman Kristiani yaitu Katolik. Groome juga pernah mengenyam pendidikan seminari (tempat pendidikan calon pastor). Saat masih menjadi mahasiswa teologi. Groome juga menjadi seorang guru agama di seminari (Groome, 2010: xiii). Groome menceritakan kembali pengalamannya dalam pengantar buku Pendidikan Agama Kristen, Berbagi Cerita dan Visi Kita, bahwa: Pada bulan September 1966, saya melangkah kedalam kelas agama untuk pertama kalinnya menjadi guru. Tepatnya adalah disebuah sekolah menengah anak laki-laki Katolik. Saya adalah seorang mahasiswa teologi tahun ketiga disebuah seminari yang dekat dengan sekolah tersebut, dan mereka adalah praktikum pelayanan saya selama satu tahun. Mata pelajarannya yang hanya diberinama Religion III (agama III), direncanakan bertemu tiga kali seminggu selama empat puluh lima menit (Groome, 2010: xiii). Setelah menamatkan pendidikan seminari di St. Patrick s College di Carlow, Irlandia (1968), beberapa tahun kemudian Groome menyelesaikan pendidikan MA di Universitas Fordham dalam bidang Pendidikan Agama. Setelah menyelesaikan pendidikan Master, Groome melanjutkan pendidikan doktornya di universitas Columbia dalam bidang Teologi dan Pendidikan. Groome memiliki gelar doktor dari Union Theological Seminary, Columbia University. Dia telah mengajar PAK di beberapa negara. Pada , Groome adalah presiden dari Asosiasi Profesor dan Peneliti di Pendidikan Agama (APRRE). Groome adalah seorang profesor teologi dan pendidikan agama di Boston College. Dia memimpin Departemen Sekolah Pendidikan Agama dan

40 22 Kementerian Pastoral (penulis dapatkan dari Union Theological Seminary, Columbia University). Thomas H. Groome mengarang empat buku yang terkenal. Buku pertamanya ialah Christian Religious Education (1980). Buku ini menyampaikan ajaran pendidikan agama Kristen. Sebelas tahun kemudian Groome memperdalam model pendidikan iman yang diberi nama Shared Christian Pracxis (SCP) dengan menerbitkan buku keduanya yang berjudul Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Ministry. Dalam buku ini menguraikan secara mendalam tentang SCP, dengan dasar teologis. Buku ketiga yang ditulis oleh Groome berjudul Education For Life: A Spiritual Vision For Every Teacher and Parent (1998), yang memaparkan visi spiritual bagi setiap pendidik dan orang tua. Buku yang keempat berjudul What Makes Us Chatolic (2003), buku ini menyampaikan pokok-pokok ajaran iman Katolik yang menjadikan seseorang dapat disebut sebagai orang Katolik (Maria Veronika, 2011: 26) 2. Katekese Model Shared Christian Praxis ( SCP ) SCP merupakan katekese yang handal dan efektif. Artinya suatu model katekese yang memiliki dasar teologis yang kuat, memiliki dasar pendidikan yang progresif serta memiliki keprihatinan pada pelayanan pastoral yang aktual. Katekese model SCP memiliki sifat yang dialogis partisipatif, supaya dapat mendorong peserta untuk dapat semakin menghayati iman mereka dan pada akhirnya secara pribadi maupun bersama mampu mengambil suatu penegasan dan

41 23 keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam hidup. Dalam pelaksanaan model ini peserta merupakan subjek utama. Maksudnya ialah dalam proses katekese seluruh pengalaman hidup umat menjadi bagian yang sangat penting. Umat diberdayakan supaya terlibat aktif dalam proses katekese tersebut. Keterlibatan umat dapat dilihat dalam hal sharing, mendengarkan, memberikan tanggapan, menafsirkan, merencanakan serta mewujudnyatakan keputusan konkret dalam hidup sehari-hari. Melalui refleksi kritis diharapkan umat dapat menemukan makna atas pengalaman hidupnya dan pada akhirnya sampai pada perkembangan iman baru (Heryatno, 1997: 1) Dalam katekese model SCP terdapat tiga kata pokok yang masing-masing mempunyai arti sendiri. Penulis akan mendeskripsikan arti setiap kata tersebut. a. Shared Istilah shared menunjuk pengertian komunikasi timbal balik antar umat. Peserta aktif, kritis, dan terbuka satu sama lain dalam sharing. Istilah ini juga menekankan proses katekese yang menggarisbawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam sharing peserta siap mendengar dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Peserta mensharingkan pengalaman imannya. Pengalaman peserta dikonfrontasikan dengan tradisi dan visi Kristiani dan pada akhirnya peserta dapat mengambil keputusan yang mendorong pada suatu tindakan atau aksi baru konkret (Heryatno, 1997: 4) Shared diartikan juga berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain. Dialog yang terjadi dalam sharing berawal dari pengalaman diri sendiri yang diungkapkan dalam suasana yang penuh

42 24 persaudaraan dan cinta kasih. Dalam dialog ini ada dua kegiata penting yakni membicarakan dan mendengarkan. Yang dimaksud membicarakan berarti menyampaikan apa yang menjadi kebenaran iman dan mengatakan apa yang terjadi sebagai mana adanya, bukan apa yang didengar dari orang lain atau hanya diperkirakan saja namun benar menjadi pengalamanku. Dalam dialog juga didasari sikap keterbukaan dan kejujuran serta kerendahan hati untuk dapat mengungkapkan pengalaman yang sesungguh terjadi dan dimaknai (Sumarno, 2013: 16). b. Christian Istilah Christian mengacu pada harta kekayaan iman Kristiani yang terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi. Kekayaan iman terdiri dari tradisi dan visi Kristiani. Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat Kristiani yang hidup. Inilah tanggapan manusia terhadap pewahyu Allah yang terlaksana di tengah hidup manusia. Dalam konteks ini, Tradisi perlu dipahami sebagai perjumpaan antara rahmat Allah dalam Kristus dan tanggapan umat. Oleh karena itu, Tradisi tidak hanya berupa pengajaran Gereja melainkan juga meliputi: Kitab Suci, spiritualitas, sakramen, liturgi dan kehidupan jemaat dll. Sebagai realitas iman yang dihidupi dalam konteks historisnya, Tradisi Kristiani senantiasa mengundang keterlibatan baru demi pendewasaan iman peserta (Heryatno, 1997: 2-3). Sedangkan visi Kristiani menggarisbawahi tuntutan dan janji yang terkandung di dalam tradisi, tanggungjawab dan perutusan umat Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan umat. Visi Kristiani yang

43 25 paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah yang sungguh dihidupi dan diusahakan secara terus-menerus di dalam hidup umat. Tradisi dan visi Kristiani menumbuhkan rasa saling memiliki dalam persekutuan dan persaudaraan sebagai umat beriman akan Yesus Kristus. SCP mengusahakan supaya harta kekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan peserta pada jaman sekarang. Dengan proses yang sedemikian rupa diharapkan harta kekayaan iman dapat menjadi milik umat beriman baik secara pribadi maupun bersama (Heryatno, 1997: 2-3). c. Praxis Praxis merupakan pengalaman konkret umat. Umat mengolah dan memaknai pengalaman hidupnya melalui refleksi kritis. Dalam refleksi umat bergulat dengan pengalaman hidupnya. Pengalaman iman yang direfleksikan meneguhkan, mendorong, dan menggerakkan umat untuk sampai pada tindakan baru. Istilah praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk tercapainnya suatu keterlibatan baru yang diperoleh dari kesadaran historis dan refleksi kritis. Transformasi kehidupan yang di dalamnya terkandung proses persatuan dialektis antara praktek dan teori yaitu kreativitas. Kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang menekankan adannya keterlibatan umat dalam dunia menuju pada perubahan yang lebih baik dalam hidup (Heryatno, 1997: 2).

44 26 Praxis memiliki tiga unsur pembentuk yang saling berkaitan erat yaitu: aktivitas, refleksi dan kreatifitas. Unsur yang pertama ialah aktivitas. Aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial. Unsur yang kedua dari praxis adalah refleksi. Refleksi yang dimaksud adalah refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan sosial masa lampau terhadap Tradisi dan Visi iman Kristiani sepanjag sejarahnya baik masa dulu, sekarang dan yang akan datang. Unsur yang ketiga adalah kreativitas. Kretivitas merupakan perpaduan antara ativitas dan refleksi yang dikolaborasikan menjadi tindakan baru (Sumarno, 2013: 31-32). 3. Tujuan Katekese Model SCP Menurut Groome seperti yang disadur oleh Heryatno Wono Wulung (1997: 1), katekese model SCP menekankan katekese yang bersifat dialogis partisipatif. Maksudnya adalah melalui model ini menghantar umat untuk terlibat aktif dalam katekese, bukan hanya sebagai peserta pasif melainkan menjadi peserta berani membagikan pengalaman hidup faktualnya dalam proses katekese. Tujuan katekese model SCP adalah terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah. Nilainilai Kerajaan Allah seperti kasih, damai sejahtera, tolong menolong tercipta di tengah-tengah umat pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, katekese diharapkan membantu umat beriman untuk mencapai kedewasaan iman dan kepenuhan hidup dalam Yesus Kristus sehingga menghantar umat untuk dapat merealisasikan nilai-nilai Kerajaan Allah.

45 27 Katekese SCP membantu umat agar dapat meraih kesatuan dengan Yesus, memahami, mencintai dan meneladani-nya. Katekese bertujuan mendewasakan, mematangkan iman yang menyangkut segi pemahaman, keyakinan, kesadaran, tindakan dan keterlibatan. Kebersatuan dengan hidup Yesus menyatakan bahwa umat mengalami kepenuhan hidup sekaligus memiliki iman yang dewasa. Iman yang dewasa akan menjadi tahan uji dan makin berkembang apabila berhadapan dengan tantangan. Dewasa dalam iman berarti kepekaan mendengar, menangkap, mengenali Roh Kristus yang senantiasa hadir dalam kehidupan manusia dan dunia (Heryatno, 2014: 54). 4. Langkah-Langkah Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) Shared Christian Praxis merupakan suatu model komunikasi tentang pengalaman hidup faktual antar peserta dan dapat dimengerti sebagai suatu proses katekese yang terus mengalir seperti tari atau simponi. Model ini memiliki lima langkah yang diawali dengan pemusatan aktifitas atau sering disebut dengan langkah pendahuluan. Langkah ini mengajak peserta supaya benar-benar dapat bertolak dari dari pengalaman faktual peserta. Selain itu, melalui dialog bersama diharapkan akan muncul tema-tema pokok pertemuan yang nantinya akan menjadi arah dan pusat dalam proses langkah-langkah selanjutnya (Heryatno, 1997: 5). Thomas H. Groome seperti yang disadur Heryatno Wono Wulung (1997: 8-38) mengemukakan lima langkah dalam SCP:

46 28 a. Langkah pertama: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual Pada langkah pertama ini peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman hidup yang dialami secara pribadi maupun pengalaman yang dialami orang lain ataupun keadaan masyarakat. Kekhasan pada langkah ini peserta dapat mengungkapkan pengalaman faktual dan keterlibatan peserta melalui ceritera, musik, puisi, drama, film, nyayian maupun lagu. Langkah pertama ini bersifat obyektif benar-benar mengungkapkan kenyataan yang terjadi. Tujuan langkah ini adalah membantu peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup faktual berdasarkan tema-tema yang sudah disepakati bersama. Peserta secara bebas membagikan pengalaman faktualnya kepada sesama. Dalam sharing, peserta bersama-sama membagikan dan menimba pengalaman hidup dari peserta lain sehingga saling diteguhkan dan meneguhkan antara satu dengan yang lain. Pada langkah ini pendamping berperan sebagai fasilitator, pemudah yang menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta dalam membagikan pengalaman hidup faktual mereka sehingga peserta dapat leluasa membagikan pengalaman imannya. b. Langkah kedua: Refleksi Kritis Pengalaman Hidup Faktual Langkah kedua ini mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam mengolah dan memahami pengalaman sendiri. Langkah kedua ini bertujuan memperdalam saat refleksi dan menghantar peserta pada kesadaran kritis akan

47 29 pengalaman hidup dan tindakannya yang meliputi: pemahaman kritis dan sosial, kenangan analitis sosial dan imajinatif kreatif. Tujuan dari langkah ini adalah memaknai hasil sharing pada langkah pertama dengan cara menghantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakan mereka. Dengan kesadaran kritis pada pengalaman konkret peserta diharapkan sampai pada nilai dan visinya, peserta dapat menemukan makna dan nilai pengalaman hidup mereka. Peran pendamping pada langkah kedua ini ialah menciptakan suasana yang kondusif. Pendamping menciptakan suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbang saran peserta. Pendamping dapat mengundang refleksi kritis dari peserta, serta mendorong peserta untuk mengadakan dialog dan penegasan bersama dengan tujuan menggerakkan peserta untuk dapat memaknai pengalaman iman mereka sekaligus menemukan harta kekayaan imannya. c. Langkah ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau Pokok dari langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi peserta. Pada langkah ini pendamping memberikan tafsiran yang dapat membuka jalan seluasluasnya sehingga peserta memiliki peluang besar untuk dapat menemukan nilainilai dari Tradisi dan Visi Kristiani. Tujuan dari langkah ini mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar lebih mengena dengan kehidupan peserta dalam konteks dan latar

48 30 belakang kebudayaannya. Tradisi dan Visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah seperti yang terungkap di dalam Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, devosi-devosi yang bertujuan mendorong peserta supaya berpartisipasi di dalam menegaskan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup peserta. Peran pembimbing menafsirkan Tradisi dan Visi Kristiani yang bersifat meneguhkan, sekaligus peserta dapat memperoleh informasi sehingga nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani dapat menjadi milik peserta. Peran pembimbing tidaklah mendikte peserta melainkan menghantar peserta ketingkat kesadaran iman peserta, serta memberi tafsiran dari teks Kitab Suci maupun dokumendokumen Gereja mengenai pokok-pokok yang sesuai dan relevan bagi hidup peserta. d. Langkah keempat: Interpretasi/Tafsir Dialektis Antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta Pada langkah keempat ini peserta mendialogkan hasil pengolahan pengalaman iman mereka pada langkah pertama dan kedua dengan isi pokok pada langkah ketiga. Langkah keempat ini bertujuan mengajak peserta supaya dapat meneguhkan, mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua. Seelanjutnya pokok-pokok penting tersebut dikonfrontasikan dengan hasil interpretasi Tradisi dan Visi Kristiani dengan langkah yang ketiga. Dengan

49 31 konfrontasi yang telah dilakukan diharapkan peserta dapat menemukan kesadaran baru yang hendak diwujudnyatakan. Dengan kesadaran baru tersebut diharapkan nilai-nilai Kerajaan Allah makin dapat dirasakan dalam hidup bersama. Peran pembimbing mengundang refleksi kritis peserta dan mendorong peserta supaya dapat mengkomunikasikan hasil dari kedalaman refleksinya dengan peserta lain dengan maksud mempertajam dan menyempurnakannya. Pendamping menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta, serta meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai-nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan Visi Kristiani. Pendamping mendorong peserta untuk sampai pada perubahan dari pasif menjadi aktif hingga sampai pada kesadaran baru dalam iman dan perjuangan hidup yang hendak diwujudkan dan ditingkatkan. e. Langkah kelima: Keterlibatan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia Langkah kelima ini secara eksplisit mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis, bagai mana menghidupi secara baru iman Kristianinya. Langkah ini merupakan langkah terakhir yang bertujuan mendorong peserta agar sampai pada keputusan konkret bagaimana menghidupi iman Kristiani yang telah dianalisis, dipahami, direfleksikan secara kritis dan dinilai secara kreatif dan bertanggungjawab. Keputusan konkret peserta dari langkah ini dipahami sebagai puncak dan buah dari pertemuan. Peran pembimbing mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi maupun bersama yang mendukung pada keterlibatan baru. Peran peserta

50 32 pada langkah ini yaitu membuat keputusan baru yang akan diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. I. Pembinaan Iman Umat Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan pengertian pembinaan, dan iman menurut dokumen Gereja, para ahli dan artikel. 1. Pengertian Pembinaan Menurut Tangdinlitin (1984: 13) pembinaan merupakan perwujudan nyata keprihatinan Gereja akan iman kaum mudannya, agar nantinya pribadi generasi muda Gereja dapat berkembang dalam iman Kristiani. Perkembangan yang dimaksud mencakup dua dimensi, yakni dimensi vertical (hubungan dengan Yang Illahi, Tuhan) dan dimensi horizontal (hubungan dengan sesama) yang mana keduannya saling memperkembangkan. Mangunhardjana mendefinisikan pembinaan sebagai: [ Pembinaan adalah proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki, dengan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani seecara lebih efektif] (1986: 11-12) Pengertian pembinaan menurut Mangunhardjana di atas menekankan pengembangan manusia pada segi praktis yaitu pengembangan sikap kemampuan dan kecakapan. Pada pembinaan ini umat dibantu untuk mendalami pengetahuan yang didapat serta dipraktekkan dalam hidup sehari-hari serta dilatih untuk

51 33 mengenal lebih mendalam kemampuan dan kecakapan untuk dikembangkan, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna. Unsur pokok dalam pembinaan di atas adalah mendapatkan pengetahuan dan kecakapan. Pembinaan juga membantu orang untuk mengenal hambatan-hambatan, baik yang ada di luar maupun di dalam situasi hidup dan kerjanya, melihat segi-segi positif dan negatifnya serta menemukan cara pemecahanya. Di sinilah terjadi proses pelepasan pengetahuan dan juga kebiasaan-kebiasaan yang tidak relevan lagi dan sudah menghambat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Pembinaan juga dapat menguatkan motifasi orang, mendorongnya untuk mengambil dan melaksanakan suatu cara yang baik guna mencapai tujuan hidupnya. Tujuan yang ingin dicapai dari proses pembinaan yaitu membantu orang untuk semakin mampu merefleksikan pengalaman hidupnya dan berupaya meningkatkannya menjadi lebih baik lagi. Prasetyo (2000: 98) mendefinisikan pembinaan sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan sabar, berencana, teratur dan terarah serta bertanggungjawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspek-aspeknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah seuatu pembaharuan dari proses yang telah dilaksanakan dengan cara-cara tertentu, baik itu dalam kegiatan maupun dalam kaitannya dengan mengembangkan aspek kepribadian manusia menuju kepada yang lebih baik dan sempurna. Setelah kita mengetahui pengertian pembinaan dari beberapa sumber di atas, maka pada bagian berikut ini akan dijelaskan arti iman.

52 34 2. Pengertian Iman KGK II (1995, art. 1814) mengungkapkan iman adalah kebajikan Ilahi, oleh karenanya kita percaya akan Allah dan segala sesuatu yang telah Ia sampaikan dan wahyukan kepada kita. Gereja yang Kudus mengharapkan supaya manusia mempercayai karena Allah adalah kebenaran itu sendiri. Dalam iman manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah (DV. 5). Iman mengajak manusia untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah. Orang benar akan hidup oleh iman (Rm 1:17). Iman yang hidup bekerja oleh kasih (Gal 5:6). Anugrah iman tinggal di dalam dia yang tidak berdosa terhadapnya, tetapi iman tanpa perbuatan akan mati (Yak 2:26). Iman tanpa harapan dan kasih tidak sepenuhnya mempersatukan orang beriman dengan Kristus dan tidak menjadikannya anggota yang hidup dalam Kistus. KWI (2009: 22-23) mengungkapkan bahwa iman merupakan keutamaan adikodrati yang mutlak perlu bagi keselamatan. Iman adalah anugrah cuma-cuma dari Allah yang diberikan bagi semua orang yang rendah hati mau mencarinya. Tindakan dari iman merupakan tindakan manusia itu sendiri, yaitu tindakan dari manusia yang didorong oleh kehendak yang digerakkan oleh rahmat Allah yang dengan bebas mengamini kebenaran Illahi. Iman berkembang secara terus menerus. Selain itu iman diartikan sebagai tindakan pribadi sejauh menjadi jawaban bebas pribadi manusiawi kepada Allah yang menyatakan diri-nya. KWI (1996: ) menjelaskan bahwa iman adalah penyerahan diri manusia secara total kepada Allah yang menyatakan diri tanpa adanya suatu paksaan, melainkan dengan sukarela. Iman merupakan hubungan pribadi

53 35 manusia dengan Allah, yang terwujud hanya oleh karena rahmat Allah. Iman berarti jawaban manusia atas panggilan, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi. Dalam konstitusi dogmatik tentang wahyu Illahi dikatakan bahwa: Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan ketaatan iman (Rm16:26; Rom 1:5; 2Kor 10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu dan dikaruniakan-nya (DV art. 5) Dalam definisi di atas dikemukakan beberapa aspek iman yang khas. Iman merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah. Sabda Allah bukanlah semata-mata suatu pengajaran, tetapi fakta keselamatan. Menghadapi fakta keselamatan semacam ini manusia tidak dapat bersikap pasif dan menutup diri, tetapi haruslah memberi tanggapan dengan memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah. Aspek pertama iman adalah sabda Allah. Sabda Allah adalah sabda yang selalu menuntut jawaban dari manusia. Aspek kedua iman merupakan jawaban pribadi dan menyeluruh dari manusia kepada Tuhan. Aspek yang ketiga iman merupakan anugrah dan rahmat bukan hanya karena iman merupakan inisiatif Allah, tetapi lebih-lebih karena tindakan manusia menerima sabda Allah. Aspek keempat bahwa iman membawa pada suatu pertobatan hingga sampai pada kepercayaan (Adisusanto, 1995: 3). Jacobs, (1988: 49) menyatakan iman adalah jawaban pribadi dari pihak manusia atas wahyu Allah. Iman merupakan sikap manusia dalam pertemuanya dengan Allah, yang menyatakan diri dalam wahyu.

54 36 Menurut Sutrisnaatmaka, (2002: 47) iman dalam bahasa Yunani disebut pistis, dalam bahasa Latin disebut fides dan bahasa Inggris disebut faith biasanya diartikan sebagai keyakinan dan penerimaan wahyu Allah. Dalam bahasa Indonesia beriman lebih dimaksudkan dalam hubungan dengan Allah; sedangkan percaya kerap kali dipakai dalam hubungan antar manusia. Namun dalam bahasa Inggris kata believe bisa dipakai untuk hubungan dengan Allah, tetapi juga dapat dimaksudkan dengan manusia. Dalam konteks teologi kata iman dan percaya dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan manusia dengan Allah, terutama dalam menerima wahyu-nya. Dari penjelasan beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa iman merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah secara cuma - cuma kepada semua orang yang rendah hati mau mencarinya. Rahmat Allah menggerakkan manusia pada suatu keyakinan akan wahyu Allah. Iman juga dapat diartikan sebagi suatu kepercayaan. Untuk mencapai taraf iman orang harus terlebih dahulu percaya. Iman membawa manusia untuk semakin dekat dengan Allah, semakin mengenal Allah. Iman menghantar manusia pada relasi yang mendalam dengan Allah. Dengan segala kerendahan hati, dan dengan sukarela tanpa adanya suatu paksaan dari pihak manapun sebagai jawaban bebas pribadi manusiawi kepada Allah yang menyatakan Diri-Nya. Manusia lewat bantuan rahmat Allah serta pertolongan batin Roh Kudus, yang menggerakkan dan mengarahkan hati kepada Allah, memberikan tanggapan atas wahyu Allah. Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan

55 37 sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu dan dikaruniakan-nya. Penyerahan diri dimaksudkan bahwa dengan iman akan Yesus Kristus manusia memberi diri sepenuhnya untuk menjadi saksi kristus serta memiliki kesanggupan diri siap diutus di tengah dunia. 3. Pembinaan Iman Dari beberapa pengertian pembinaan dan iman di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembinaan iman merupakan suatu usaha atau tindakan yang dilakukan manusia untuk dapat semakin dekat dengan Allah dengan menjalin relasi yang mendalam, dengan cara menyerahkan diri secara total dan percaya akan penyelenggaraan-nya. Pentingnya pembinaan iman dalam diri seseorang merupakan tindakan penyerahan diri secara total kepada Allah membuat manusia menyadari bahwa ia lemah dan membutuhkan kasih dan karunia dari Allah. Dengan beriman dapat mengantarkan kita pada suatu keselamatan, karena iman adalah sarana yang dengannya kita diselamatkan (Rm 10:9), dan jalan menuju pengharapan yang pasti (Ibr 11:1). Sampai saat kebangkitan kita dijaga oleh kuasa Allah melalui iman (I Ptr 1:5). Pembinaan iman membawa pada perkembangan iman. Perkembangan iman seseorang tidak terlepas dari campur tangan Allah karena rahmat Allah dicurahkan dengan kekuatan Roh Kudus sehingga iman seseorang dapat tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, iman seseorang yang telah dicurahkan Allah

56 38 dengan kekuatan Roh Kudus tersebut akan berkembang dengan baik. Dengan demikian perkembangan iman seseorang tidak dapat dipisahkan dari pengalamannya dan campur tangan Allah melalui perantaraan Roh Kudus. 4. Tujuan Pembinaan Iman Adapun tujuan dari pembinaan iman yang dapat penulis tuangkan dalam tulisan ini bersumber dari para ahli: Huber (1981: 89) menyatakan tujuan dari pembinaan iman adalah supaya setiap orang menjadi pribadi yang beriman serta memiliki kesanggupan dan ketrampilan yang diperlukan dalam mempermudah pertumbuhan hidup beriman serta mampu menanggapi tuntutan hidup umat sebagai jemaat beriman sekaligus terbuka dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Pembinaan berpusat pada Kristus dan keserupaan dengan Kristus ini bukan tujuan utama pembinaan tetapi satu-satunya tujuan pembinaan yang layak dan dihargai oleh Allah (2Tim 2:15). Tujuaan pembinaan sebagai proses membantu pribadi untuk bertumbuh dan berkembang dalam kemampuannya untuk dapat semakin dekat dan mengenal Kristus sedemikian rupa sehingga pribadi Kristus dapat dihidupi di dalam diri. Tujuan dari pembinaan tersebut membangun kerelaan hati untuk dapat mengosongkan diri supaya dibentuk dan diubah oleh sabda Tuhan (Prasetyo, 2000: ). Mangunhardjana (1986: 13) berpendapat pembinaan membantu peserta untuk dapat mengenal hambatan-hambatan dalam dirinya baik yang berasal dari luar maupun dalam situasi hidup dan kerjanya. Pembinaan iman merupakan suatu

57 39 upaya yang dilaksanakan oleh Gereja untuk membantu mereka agar semakin menghayati imannya dalam hidup sehari-hari. Meskipun hasil dari pembinaan iman tidak dapat dilihat secara langsung, namun setidaknya pembinaan iman dapat mengarahkan umat pada penghayatan iman Kristiani. Dalam pelaksanaan pembinaan iman ada kecenderungan untuk melihat hasil dan menilai dari hasil pembinaan yang kelihatan. Padahal pembinaan iman yang telah dilaksanakan belum tentu kelihatan hasilnya pada saat ini. Perlu disadari bahwa melalui proses pembinaan yang berkembang secara terus-menerus dan dengan berusaha mengembangkan diri untuk memperoleh manfaat dari pembinaan iman akan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Jika manfaat dari pembinaan belum kelihatan justru bukan mematahkan usaha membina umat beriman. Sebagai pribadi yang tangguh harus memegang prinsip yang teguh sebagai murid Kristus yang justru semakin termotivasi untuk memberi dorongan yang optimal dalam pelaksanaan pembinaan iman bagi umat (Mangunhardjana, 1986: 14-15). J. SCP Sebagai Bentuk Pengembangan Iman Umat SCP adalah model katekese yang mengedepankan praxis peserta (pengalaman peserta). SCP dalam prosesnya mengajak peserta untuk terlibat aktif membagikan pengalaman hidup sehari-hari. Pengalaman yang dikomunikasikan merupakan pengalaman iman akan Yesus Kristus. Melalui refleksi kritis peserta memperoleh kesadaran baru yang menggerakkan hingga dapat menemukan dan memaknai pengalaman hidupnya sehingga sampai pada perkembangan iman baru.

58 40 Sejalan dengan definisi PKKI II yang menyatakan bahwa katekese merupakan komunikasi iman, SCP juga demikian. Komunikasi iman akan Yesus Kristus. Yesus Kristus sebagai jantung hati sekaligus pelaku dari katekese. Katekese mengajak umat untuk mengenal lebih, karena selain memiliki sifat yang umatsenttris katekese juga bersifat Kristosentris. Umat mencari dan menemukan kebenaran imannya hanya pada Kristus. Pribadi Kristus menjadi pusat dan jalan yang utama dalam mencapai perkembangan iman. SCP merupakan suatu model katekese yang dapat dihandalkan dan efektif sebagai upaya meningkatkan partisipasi peserta di dalam proses katekese. Katekese senantiasa membawa peserta untuk terlibat aktif dalam berbagi pengalaman dalam terang iman. Maka dari itu katekese disebut juga sebagai komunikasi iman. Dengan semakin banyak peserta membagikan pengalaman iman mereka maka akan semakin menjadi Gereja communio yang nyata hadir di tengah hidup peserta dan semakin memperkembangkan iman peserta. Dengan mengkomunikasikan hidup nyata, katekese menjadi sungguh kontekstual dan terbuka sehingga kerajaan Allah dapat terwujud baik di dalam Gereja maupun masyarakat (KWI, 2002: 11-13) SCP sebagai suatu pendekatan model berkatekese yang menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogis-partisipatif, dimana model ini mendorong peserta berdasar komunikasi antar tradisi dan visi hidup peserta dengan tradisi dan visi Kristiani sehingga baik secara pribadi maupun bersama mampu melakukan suatu penegasan dalam mengambil sebuah keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam hidup peserta (Heryatno,

59 :1). Katekese model SCP diharapkan dapat memberikan dampak yang positif sebagai salah satu bentuk pembinaan iman, dimana dalam prosesnya peserta didorong untuk dapat terlibat aktif dalam membagikan pengalaman hidupnya dan kemudian direfleksikan sampai pada pengalaman iman peserta yang akan membawa dampak positif bagi perkembangan iman peserta. SCP sebagai bentuk pembinaan iman dikarenakan model ini juga memiliki keprihatinan pada keterlibatan iman peserta. Diharapkan melalui pengungkapan pengalaman faktual peserta yang kemudian pengalaman tersebut direfleksikan serta mengusahakan tradisi dan visi Kristiani lebih terjangkau sehingga mampu menemukan kesadaran baru hingga pada akhirnya sampai pada keterlibatan baru demi makin terwujudnya nilai kerajaan Allah dalam hidup sehari-hari. SCP memberi manfaat bagi perkembangan umat. Adapun manfaat tersebut diantaranya peserta diberdayakan agar terlibat aktif, serta melalui pengalaman-pengalaman yang direfleksikan dan yang diolah peserta mampu memperkembangkan hidupnya kearah yang lebih baik sehingga muncul sikap dan kesadaran baru.

60 BAB III GAMBARAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO DALAM MENGHIDUPI IMANNYA Bab ini akan menguraikan empat pokok. Pokok pertama menyampaikan gambaran umum Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Bagian kedua memberi gambaran umat Lingkungan Santo Yohanes Balong. Bagian ketiga menjabarkan penelitian pelaksanaan pembinaan iman umat di lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Bagian keempat laporan hasil penelitian. Bagian kelima pembahasannya. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan katekese yang dilaksanakan oleh umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Boro. Bagian keenam merupakan kesimpulan. Penulis mengambil umat lingkungan Santo Yohanes Balong sebagai subjek penelitian. Namun penulis terlebih dahulu menguraikan gambaran umum Paroki Santa Theresia Lisieux Boro yang menaungi lingkungan-lingkungan yang ada di dalamnya, salah satunya lingkungan Santo Yohanes Balong.

61 43 A. Gambaran Umum Paroki Santa Theresia Lisieux Boro dan Lingkungan Santo Yohanes Balong 1. Sejarah Singkat Paroki Santa Theresia Lisieux Boro Penulis menggunakan sumber dari Buku Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP) Santa Theresia Lisieux Boro Tahun 2008 dan tokoh umat lingkungan Santo Yohanes. a. Benih Iman Katolik di Wilayah Kalibawang Sebagai Cikal-bakal Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Iman kekatolikan wilayah Kalibawang dimulai sejak tahun 1904 yang di prakarsai oleh Romo Fransiscus Van Lith S.J dengan membabtis empat orang pertama dari Kalibawang di Muntilan, yakni: Yokanan Soerawidjaja (Promasan), Loekas Soeratirto (Kajoran), Markoes Soekardrana (Boro), Barnabas Sarikrama (Jomblangan-Samigaluh). Peristiwa pembabtisan tersebut dianggap sebagai Pentakosta baru bagi masyarakat wilayah Kalibawang dan sekitarnya. Pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 14 Desember terjadi pembabtisan untuk yang kedua kalinya sebanyak 171 orang di Sendangsono. Peristiwa pembabtisan ini dipandang sebagai awal lahirnya kekatolikan di Keuskupan Agung Semarang secara khusus dan di Jawa pada umumnya serta dipandang sebagai cikal bakal lahirnya Paroki Boro (PPDP, 2008: V). Melihat perkembangan jumlah umat yang begitu pesat di wilayah Kalibawang, tahun 1914 pimpinan misi mengutus Romo Groenewegen, S.J untuk menggembalakan umat di Muntilan dan sekitar Kalibawang, dengan mendirikan sekolah rakyat di Plasa yang memiliki fungsi ganda, yakni sebagai tempat belajar

62 44 sederhana dan sekaligus Gereja, tempat merayakan Ekaristi pada hari Minggu. Dengan berjalannya waktu jumlah umat di wilayah Kalibawang kian bertambah, hingga pada tahun 1923 wilayah Kalibawang ditetapkan sebagai Stasi dari Paroki Mendut. Stasi Kalibawang pada saat itu telah memiliki anak Stasi yaitu: Gorolangu, Boro-Banjarasri, Samigaluh, Kerugmunggang. Melihat situasi yang demikian Romo Johanes Baptis Prennthaler S.J selaku gembala umat di Mendut memiliki tanggungjawab yang besar akan perkembangan iman umatnya. Maka romo berinisiatif mengadakan kunjungan secara lebih teratur di wilayah Perbukitan Menoreh. Kunjungan tersebut diupayakan supaya umat merasa tersapa dan diperhatikan sehingga mereka makin menghidupi kekatolikannya (PPDP, 2008: V). Dalam perkembangannya, tahun 1927 dengan jumlah umat kurang lebih 981 jiwa Paroki Boro dibawah naungan Romo Johanes Baptis Prennthaler S.J selaku Romo paroki sekaligus pendirinya. Romo Prennthaler S.J memberikan perhatian yang cukup besar bagi perkembangan paroki maupun perkembangan iman umat. Hal tersebut ditandai dengan pembangunan Goa Sendangsono yang dipersembahkan kepada Bunda Maria Lourdes dan diberkati pada tanggal 8 Desember 1929 yang sekaligus sebagai peringatan 25 tahun pembaptisan Sendangsono. Bersamaan dengan itu Romo Johanes Baptis Prennthaler S.J mengupayakan lonceng-lonceng di setiap desa untuk digunakan saat Doa Anggelus (Malaikat Tuhan) bagi devosi kepada Bunda Maria (PPDP, 2008: VI). Romo Johanes Baptis Prennthaler S.J, dan Romo Fransiscus Xaverius Satiman, S.J pada tanggal 24 April 1930 hijrah dari Mendut dan berdomisili di

63 45 Boro. Boro dipilih sebagai tempat strategis untuk pengembangan karya misi di wilayah Kalibawang dan sekitarnya. Jumlah umat Katolik di Kalibawang pada akhir tahun 1930 sekitar orang. Dalam menjalankan misinya Romo memberdayakan para katekis-katekis lingkungan dengan dibantu oleh para Suster dan Bruder yang berkarya di Boro untuk mengajar agama serta memberikan pengetahuan iman Katolik kepada umat. Hasilnya jumlah umat Katolik dari waktu kewaktu semakin meningkat. Sebagai wujud syukur akan tuaian yang begitu berlimpah bulan November 1930 mulai dibangun Gereja Boro yang kemudian diresmikan oleh Romo Jos Van Baal, S.J superior misi, pada tanggal 31 Agustus 1931 dengan nama pelindung Santa Theresia Lisieux (PPDP, 2008: VI). Karya misi lain yang diusahakan Romo Johanes Baptis Prennthaler S.J untuk meningkatkan jumlah babtisan di wilayah Boro dengan mendirikan sekolahsekolah baru sebagai media efektif bagi pewartaan iman Katolik. Sekolah didirikan di Suwelo, Kerug, Hargogondo, Promasan, Somoroto, Klangon, Balong. Selain itu juga, Romo Johanes Baptis Prennthaler S.J melibatkan para Suster Fransiskanes dalam mengembangkan karya misi di Tanah Boro. Para suster cukup perperan aktif dalam karya pelayanan pastoral di bidang pendidikan (Sekolahsekolah), kesehatan (Rumah Sakit), Sosial-karitatif (Panti Asuhan). Dalam masa penggembalaanya Romo johanes Baptis Prennthaler S.J dan Romo Fransiscus Xaverius Satiman, S.J membentuk pamomong umat (Ketua Lingkungan) di setiap dusun, agar reksa pastoral umat semakin efektif dan menjangkau banyak umat. Hal lain yang telah dilakukan adalah dengan dimulainnya pembangunan Gereja-gereja di Paroki Boro seperti, pembangunan

64 46 Gereja Plasa-Promasan. Peletakan batu pertama pembangunan Gereja Karang Nanggulan terjadi pada tanggal 13 Januari 1936, setelah dibantu oleh Romo Strater, S.J untuk mengurus perijinan pendirian gedung Gereja tersebut. Pada tanggal 5 Juli 1936 Gereja Santa Perawan Maria Tak Bernoda Karang Nanggulan diberkati oleh Mgr. willekens, S.J Vikaris Apostolik Batavia. Karya-karya yang dirintis Romo Johanes Baptis Prennthaler S.J kemudian dilanjutkan oleh Romo Cornelius Teppema, S.J dan Romo Romualdus Jasawihardja, S.J. Pada masa ini banyak diresmikannya bangunan bersejarah seperti biara para bruder Santa Perawan Maria dari Maastricht (OO/FIC), Kapel, Panti Asuhan Santa Maria, Pertenunnan, Pabrik Sabun, Sekolah Schakelschool (hubungan) yang kesemuannya diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1938 dan diberkati oleh Mgr. Petros Joannes Willekens, S.J Romo Jos Van Baal, S.J (superior misi), Romo Dr. Ludovicus Weve, S.J (Presiden Seminari Menengah di Yogyakarta), dan dihadiri banyak Romo, Bruder, Suster dari Yogyakarta, Semarang, Muntilan, Asisten Residen Yogyakarta, Asisten Wedana Kalibawang dan semua lurah di sekitarnya (PPDP, 2008: VII). Pada perkembangan selanjutnya, pembangunan Gereja Plasa (Promasan) yang dirintis Romo Johanes Baptis Prennthaler S.J dilanjutkan oleh Romo Romualdus Jasawihardja S.J tepatnya pada tanggal 18 Desember 1940 gedung Gereja diresmikan dengan nama pelindung Santa Maria yang menampakkan Diri di Lourdes dan diberkati oleh Mgr. Soegijapranata S.J. Tanggal 1 Januari 1959 Promasan ditetapkan sebagai Paroki mandiri dan Romo Aloisius Susilo Utoyo, Pr sebagai pastor kepala (PPDP, 2008:VIII).

65 47 b. Gereja Boro dalam Situasi Perang-Pendudukan Jepang Pada periode pendudukan Jepang ( ), pertumbuhan iman Katolik mengalami titik terberat sehingga sulit untuk berkembang. Hal ini disebabkan terjadinya peralihan kekuasaan karena Belanda menyerah pada Jepang. Dampaknya taraf kehidupan umat sungguh miskin, sekolah-sekolah ditutup paksa dan diambil alih oleh pemerintahan Jepang. Doa-doa Katolik yang berbau Barat dilarang, para misionaris diinternir dan anak-anak Pantiasuhan dipulangkan ke keluarga masing-masing. Namun Taman Kanak-kanak dan Sekolah Rakyat Theresia Boro tetap dibuka. Melihat situasi yang kian memburuk karya penggembalaan pada masa kekuasaan Jepang ( ) berjalan apa adanya, tidak lagi membuka ladang baru, namun lebih pada mempertahankan Gereja Katolik yang sudah ada. Dengan kurangnya para imam dan tenaga misionaris yang berkarya membuat munculnya kesadaran umat untuk ikut ambil bagian dalam mencukupi kebutuhan Gereja. Keterpurukan ini berakhir hingga terjadinya agresi militer Belanda pada tahun 1947 yang mana Jepang menyerah pada sekutu (PPDP, 2008: VIII). Dalam perkembangan selanjutnya tepatnya tahun 1959 merupakan puncak keberhasilan Gereja Katolik Boro sepanjang sejarah. Jumlah babtisan mengalami peningkatan yang siknifikan hingga lebih dari jiwa. Babtisan ini merupakan babtisan masal yang mencakup: Borosuci, Balong, Kalirejo dan Jurang Depok, Hargogondo, Kedondong, Kisik Tlanga, Ngaren, Sorotanon, Gejlig (PPDP, 2008: IX).

66 48 c. Gereja Boro Dalam Situasi Politik Yang Kacau Menjelang pemberontakan G 30 S, situasi politik sangat menegangkan dan rawan konflik hingga mengakibatkan kaum muda Katolik terpecah-belah. Hal ini membuat kaum muda Katolik menjauh dari kehidupan menggereja. Untuk mengatasai situasi yang dapat memecah-belah keadaan Romo Joannes Mulder, S.J pada tahun ( ) menyelenggarakan kursus katekis. Strategi ini dimaksudkan supaya nantinya para katekis yang telah terdidik dapat memberikan kontribusi positif dengan mengajar di sekolah dan di desa-desa, selain itu juga dilibatkannya para Suster dan Bruder untuk berkarya. Usaha yang telah diupayakan Romo Joannes Mulder, S.J mendapat banyak babtisan baru tepatnya tahun 1966 dan 1967 terjadi pembabtisan lebih dari jiwa. Capaian ini merupakan buah dari perjuangan Romo Joannes Mulder, S.J yang tidak pernah menyerah dengan situasi yang ada (PPDP, 2008: X). d. Gereja Boro Memberdayakan Lingkungan Sebagai Basis Reksa Pastoral Gereja Boro memberdayakan lingkungan sebagai reksa pastoral ditandai dengan dimulainya pembangunan fisik kapel-kapel lingkungan/wilayah. Pada tanggal 2 Mei 1982 diresmikan Kapel Hargogondo, selang beberapa tahun kemudian tepatnya pada tanggal 25 Agustus 1985 Kapel Tukharjo diberkati. Pada tanggal 7 November 1986 Gereja Santo Yusup Balong mulai diperbaiki dan diberkati oleh Mgr. Yulius Darmaatmaja S.J pada hari Jumat paing 12 Agustus Tahun 1991 kapel Santo Yohanes Berchmann Sudimoro diberkati. Tanggal 6 Agustus 1994 Gereja Santa Lucia Kalirejo diresmikan. Tahun 1997 Kapel Santo

67 49 Lukas Jurugan diresmikan dan diberkati oleh Romo Albertus Kristiono Wedyowiratno, Pr. Kemudian dibangunlah Kapel Kaliwunglon, Tosari, Gejlig, Ngelebeg, Tirip, Gerpule, Madigondo, Nyemani, Kagok. Pada tanggal 21 Juni 2004 Kapel Santo Aloysius Gonzaga Kemiriombo diberkati oleh Romo Fransiscus Xaverius Krisno Handoyo, Pr. Paroki Boro kini telah memiliki 19 kapel lingkungan/wilayah (PPDP, 2008: XI). e. Wajah Gereja Boro Memasuki Milenium III-Sekarang Paroki Boro kini telah memasuki era baru, dengan situasi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan masa pembentukan Paroki. Hal ini tidak lepas dari perjuangan Romo Baptist Prennthaler, S.J yang telah merintis dan menjadikan Paroki Boro dapat berdiri seperti sekarang. Untuk mengenang jasanya tanggal 24 Januari 2002 Paroki Boro melaksanakan Novena Rm. Prennthaler, yang bertempat di makam Romo Joannes Baptist Prennthaler, S.J Pangartian, Boro Kulon. Hingga sekarang novena tersebut terus dilaksanakan yakni setiap malam Jumat Kliwon. Pada tahun 2004 Paroki Boro juga mengesahkan Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang (PDDP KAS) oleh Mgr. I. Suharyo, Pr. Pedoman dasar ini ingin menjadikan jati diri Gereja sebagai persekutuan (Communio). Paroki Boro juga mulai berbenah untuk mengembangkan visi-misi reksa pastoral berdasarkan situasi yang ada supaya nantinya pelayanan pastoral semakin mampu menanggapi kebutuhan jemaat yang konkret, tepat guna dan sasaran sesuai dengan ARDAS KAS. Sebagai wujud konkretnya dibentuklah paguyuban ibu-ibu janda Santa Monika yang tiap bulan rutin mengadakan

68 50 pertemuan, paguyuban Adiyuswa-lansia. Dirintis pula Adorasi Abadi setiap Jumat Pertama. Prestasi yang cukup menggembirakan juga diraih Paroki Boro dengan ditandainya putra putri Boro yang telah menjadi imam sebanyak 40 orang, Suster 109 orang dan Bruder 15 orang dengan jumlah umat Paroki Boro per 31 Desember 2006 tercatat Jiwa (PPDP, 2008: XII). 2. Visi dan Misi Paroki Santa Theresia Lisieux Boro Rumusan Visi dan Misi Reksa Pastoral Paroki Boro berpijak pada spiritualitas Santa Theresia Lisieux dan situasi pokok yang dilihat dan dirasakan serta dialami oleh umat Paroki dalam berbagai bidang. Visi dan Misi Paroki Boro juga mengacu pada Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang (ARDAS KAS) , ARDAS KAS a. Visi Umat Paroki Boro berupaya mewujudkan paguyuban murid-murid Kristus di tengah masyarakat pedesaan dengan menjadi komunitas pendoa, cinta kasih dan berbagi berdasar semangat Santa Theresia Lisieux Boro (Program Kerja dan RAPB Paroki, 2015: 11). Tim penyusun Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Santa Theresia Lisieux Boro menjelaskan Visi Paroki sebagai berikut: Kesadaran akan jati diri Gereja sebagai persekutuan umat beriman didasarkan pada pengalaman murid-murid perdana. Para murid bertekun dalam pengajaran iman dan dalam persekutuan, selalu berkumpul untuk memecahkan

69 51 roti dan berdoa serta bersama-sama memuji Allah dengan penuh gembiran dan tulus hati (Kis 2:1-47). Konsili Vatikan II juga menegaskan jati diri Gereja sebagai persekutuan umat beriman yang dipersatukan oleh Yesus Kristus, dan dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang (LG art. 1) (Program Kerja dan RAPB Paroki, 2015: 11). Sebagai persekutuan umat beriman yang telah dipersatukan dalam diri Yesus Kristus melalui warta keselamatan, setiap pribadi diingatkan akan tugas dan tanggungjawabnya untuk menyampaikan dan membagikan warta keselamatan kepada semua orang. Paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus selalu berupaya untuk menangkap kehendak Allah dalam konteksnya. Masyarakat Boro adalah masyarakat pedesaan pertanian. Kebudayaan agraris ini membentuk karakteristik tertentu pada masyarakatnya yakni: budaya bersahaja, gotongroyong dan berdaya juang. Sebagai paguyuban pengharapan cita-cita bersama yang ingin diwujudkan adalah semakin menyatunya umat dan terlibat di tengah masyarakat. Gereja yang hadir dalam masyarakat pedesaan berupaya membentuk komunitas pendoa, komunitas cinta kasih dan komunitas berbagi. Komunitas pendoa mengarah pada penghayatan kehidupan beriman yang mendalam dan tangguh. Beriman mendalam berarti memiliki pengetahuan yang benar mengenai pokok-pokok iman Kristiani, mampu menghayati imannya dalam budaya setempat serta memiliki relasi yang mendalam dengan Allah yang menggerakkan keterlibatan dalam hidup bermasyarakat dan menggereja.

70 52 Komunitas cinta kasih dilandaskan pada solidaritas yang mencakup semua umat manusia. kamu telah mendengar firman: kasihilah sesama manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Mat 5:43-44), (Program Kerja dan RAPB Paroki, 2015: 11). Yesus ingin merangkul semua orang masuk dalam solidaritas kasih.yesus menghendaki solidaritas kasih yang tidak mengesampingkan siapapun. Sikap dasarnya adalah belas kasih Yesus Kristus sendiri yang tiada berkesudahan. Gereja Boro bertekat bulat untuk menjadi pendoa, menghidupi cinta kasih dan mengembangkan semangat rela berbagi mendapat peneguhan dalam pribadi Santa Theresia Lisieux. Santa Theresia Lisieux menjalankan panggilan hidupnya dengan memilih jalan kecil, melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cinta dan iman kepercayaan serta penyerahan diri kepada Allah (Program Kerja dan RAPB Paroki, 2015: 12). b. Misi yakni dengan: Misi yang hendak dijalankan paroki sebagai upaya mewujudkan Visinya Menyelenggarakan liturgi yang baik dan inspiratif sehingga bisa dipahami dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Menyelenggarakan pewartaan yang benar, kreatif, inspiratif dan dinamis sehingga dapat mengembangkan iman yang tangguh dan mendalam. Menyelenggarakan karya pelayanan kemasyarakatan yang meningkatkan kepedulian umat dan kesejahteraan kaum KLMTD, meningkatkan umat di bidang sosial, politik, kemasyarakatan, dan kebudayaan serta melestarikan keutuhan ciptaan. Menyelenggarakan tata organisasi dan pengembangan paguyuban yang mendukung perwujudan cita-cita ARDAS KAS dan Visi Paroki (Program Kerja dan RAPB Paroki, 2015: 12).

71 53 Sebagai paguyuban umat beriman, Paroki boro berupaya memberikan pelayanan liturgis (liturgia) yang kiranya dapat memberi motifasi serta dapat mendorong umatnya untuk bersemangat dalam mengembangkan imannya terlebih lagi membantu umatnya untuk semakin ikut ambil bagian dalam hidup menggereja. Paroki Boro juga menyelenggarakan karya pewartaan (kerygma), yang kirannya dapat mendorong perkembangan iman umat untuk semakin menghayati hidup berdasarkan semangat Injil serta dapat memiliki iman yang tangguh. Karya pewartaan yang diupayakan melalui kegiatan katekese, pendalaman iman baik dalam lingkup Paroki maupun lingkungan. Paroki juga turut ambil bagian dalam pelayanan (diakonia), sebagai wujut cinta kasih terhadap sesama. Karya pelayanan yang dapat diupayakan yakni kegiatan amal kasih terhadap kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Melalui bidang karya ini diharapkan umat semakin menyadari akan tanggungjawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamannya. Persekutuan umat beriman (koinonia) merupakan wujud kesatuan dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus. Melalui karya ini diharapkan dapat menciptakan kesatuan antar umat, umat dengan Paroki, umat dengan lingkungan maupun masyarakat yang diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja. 3. Letak dan Batas-Batas Geografis Paroki Santa Theresia Lisieux Boro Paroki Santa Theresia Lisieux Boro secara administratif pemerintahan, terletak dalam perbatasan wilayah daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Paroki Boro memiliki luas teritorial kurang lebih kilometer persegi, yang

72 54 mencakup kecamatan Samigaluh ( kilometer persegi), dan kecamatan Kalibawang ( kilometer persegi), dan satu pedukuhan Kedungtawang- Nogosari yang termasuk dalam kecamatan Girimulyo. a. Batas-batas teritorial Paroki Santa Theresia Lisieux Boro meliputi: Timur : Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu. Selatan : Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan. Barat : Paroki Santa Maria Purworejo, Keuskupan Purwokerto. Utara : Paroki Santa Maria Lourdes Promasan dan Paroki Santa Theresia Salam, Magelang. b. Batas-batas Wilayah Pemerintahan meliputi: Timur : Kelurahan Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kab. Seleman. Selatan: Kelurahan Kembang dan Girimulya, Kec. Nanggulan, Kab.Kulon Progo Barat : Kelurahan Banyuasin, Kec. Purworejo, Kab. Banyumas Utara : Kelurahan Banjaharjo, Kec. Kalibawang, Kab. Kulon Proggo 4. Daftar Wilayah dan Lingkungan Paroki Santa Theresia Lisieux Boro Paroki Boro memiliki 14 wilayah yang tersebar di berbagai penjuru. Sebagai persekutuan lingkungan-lingkungan yang berdekatan, dengan jumlah pembagian 3-8 lingkungan yang berada dalam satu wilayah. Bilamana satu wilayah memiliki lebih dari 8 lingkungan, paroki mengharapkan adanya pemekaran untuk menjadi wilayah baru.

73 55 Paroki Boro juga menaungi 57 lingkungan. Sebagai paguyuban umat beriman memiliki kedekatan berdasarkan tempat tinggal dengan jumlah umat antara kepala keluarga. Bila jumlah dalam lingkungan lebih dari 50 kepala keluarga, paroki juga mengharapkan adanya pemekaran untuk menjadi lingkungan baru supaya pelayanan umat lebih intensif. B. SITUASI UMUM LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG Pada pokok ini penulis menggunakan sumber informasi dari tokoh umat lingkungan Santo Yohanes Balong dikarenakan lingkungan tidak memiliki data tertulis. 1. Situasi Umat Katolik Lingkungan Santo Yohanes Balong Lingkungan Santo Yohanes Balong termasuk dalam Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, yang terletak di Kecamatan Kalibawang. Pusat lingkungan terletak di desa Banjarsari, Stasi Santo Yusup Balong. Jarak antara Gereja Santa Theresia Lisieux Boro dengan desa Banjarsari kurang lebih 18 km dengan jarak tempuh menggunakan sepeda motor kurang lebih 30 menit. Lingkungan Santo Yohanes terletak di wilayah XI. Tempat tinggal dari umat satu ke yang lainnya saling berjauhan dengan kondisi lingkungan yang cukup curam karena letaknya yang berada di daerah perbukitan. Mayoritas umat berkebun dan bekerja sebagai karyawan swasta.

74 56 2. Pembagian Blok dalam Lingkungan Santo Yohanes Balong Lingkungan Santo Yohanes Balong memiliki luas wilayah kurang lebih 18 km yang sebagian besar terdiri dari perbukitan dan perkebunan. Lingkungan Santo Yohanes Balong terbagi dalam tiga kelompok doa yaitu kelompok doa 1, kelompok doa 2 dan kelompok doa 3 dengan jumlah umat yang berbeda-beda. Masing-masing kelompok doa memiliki satu penanggungjawab dengan dikepalai ketua lingkungan. 3. Jumlah dan Susunan Umat Lingkungan Santo Yohanes Balong Umat Katolik di Lingkungan Santo Yohanes Balong berjumlah 46 KK dengan jumlah umat 105 jiwa. Jumlah umat yang masuk dalam kategori orang tua sebanyak 75 jiwa dan yang tergolong kaum muda, remaja serta anak-anak sebanyak 30 jiwa. Mayoritas umat lingkungan sudah memasuki usia tua dan hanya sedikit yang masuk dalam kategori keluarga muda dikarenakan para pemudannya berada diluar lingkungan baik karena kuliah maupun pekerjaan. Adapun susunan kepengurusan Lingkungan Santo Yohanes Balong sebagai berikut: a. Ketua Lingkungan :Bpk. Antonius Budi Prayetno b. Sekertaris Lingkungan :Bpk. Agus c. Bendahara Lingkungan :Ibu. Murjilah d. Prodiakon :Bpk. Bambang Sugiharto, Bpk. Budiono dan Bpk. Suroto.

75 57 4. Kekhasan Umat Katolik Lingkungan Santo Yohanes Balong Umat lingkungan Santo Yohanes Balong mayoritas adalah Suku Jawa dengan bahasa keseharian adalah bahasa Jawa. Umat lingkungan cukup memelihara persaudaraan dalam iman yang nampak dalam pendalaman iman, misa mingguan, doa bersama baik doa lingkungan maupun doa Rosario bersama. Umat lingkungan menyediakan waktu khusus disela-sela kesibukan masingmasing yakni setiap Rabu sore, malam Jumat dan malam Minggu meskipun tidak semua terlibat aktif namun rutinitas tersebut dapat selalu terjaga dengan baik. Doa-doa di lingkungan selalu dilaksanakan berpindah tempat dari keluarga satu ke keluarga lainnya sesuai dengan pembagian giliran di lingkungan, sehingga semua umat dapat tersapa tanpa ada yang dikesampingkan. Umat juga memiliki kepedulian terhadap sesamanya seperti yang nampak bila mana ada tetangga maupun warga lainnya yang sedang sakit, umat bersamasama mengunjunginya sebagai kepedulian sekaligus sebagai bentuk persaudaraan dalam hidup bermasyarakat maupun sebagai warga Gereja. Umat lingkungan memiliki tradisi yang kirannya rutin dilakukan sebagai wujudnyata Aksi Puasa Pembangunan (APP) dengan menyelenggarakan bakti sosial terhadap mereka yang membutuhkan bantuan. Bantuan yang diberikan tidak hanya kepada umat Katolik saja namun semua warga masyarakat yang membutuhkan. 5. Letak dan Batas-Batas Geografis Lingkungan Santo Yohanes Balong Lingkungan Santo Yohanes Balong terletak di desa Banjarsari. Dalam pemetaan Paroki Boro, lingkungan Santo Yohanes masuk dalam Wilayah XI

76 58 yang terbagi dalam tujuh lingkungan. Namun peneliti hanya mengambil lingkungan Santo Yohanes Balong untuk diteliti. Adapun batas-batas teritorial lingkungan Santo Yohanes Balong sebagai berikut: Timur Selatan Barat Utara : Berbatasan dengan Klendrekan : Berbatasan dengan Kedung Gupit : Berbatasan dengan Bendo : Berbatasan dengan Jumblangan 6. Kegiatan Umat di Lingkungan Santo Yohanes Balong Kehidupan umat di lingkungan Santo Yohanes Balong sekarang ini yang berjalan rutin seperti, bulan Mei (bulan Maria) dan Oktober (Rosario) umat berkumpul untuk melaksanakan doa Rosario bersama, secara bergiliran di rumahrumah umat, pendalaman iman pada bulan Kitab Suci, Adven dengan dipandu oleh prodiakon yang bertugas. Kemudian umat juga merayakan perayaan Ekaristi mingguan yang dilakukan di Gereja Stasi Santo Yusup dikarenakan misa lingkungan tidak ada. Umat juga aktif dalam mengikuti doa lingkungan yang rutin dilakukan di lingkungan. Kegiatan lain yang umat lakukan adalah menyelenggarakan bakti sosial sebagai wujud Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang diberikan bagi mereka yang membutuhkan. Umat juga ikut terlibat dalam gotong-royong baik dalam lingkup Gereja maupun lingkungan masyarakat. Salah satu umat juga memiliki peran dalam pemerintah desa dengan menjadi kadus (kepala dusun) di desa Banjarsari.

77 59 7. Hubungan umat Katolik Lingkungan Santo Yohanes Balong dengan Agama-agama Lain Umat di lingkungan ini hidup rukun dengan masyarakat sekitar, meskipun sebagai umat minoritas kehidupan beragama tidak menjadi persoalan dalam menjalin persaudaraan dalam masyarakat. Kerukunan tersebut nampak dalam keterlibatan umat yang berlainan agama dalam kegiatan keagamaan seperti misa arwah turut membantu meski hanya sebatas sebagai pramusaji begitu juga sebaliknya. 8. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Umat Lingkungan Santo Yohanes Balong dalam Pembinaan Iman Pembinaan iman yang sudah berjalan di lingkungan, kirannya cukup membantu umat dalam mengembangkan imannya. Tiga prodiakon yang berada di lingkungan juga memberikan kontribusi positif bagi perkembangan iman umat. Selain itu kepedulian umat sendiri mendukung pelaksanaan pembinaan iman yang ada di lingkungan, yakni dengan ikut pertemuan saat pendalaman iman (APP, ADVEN dan juga BKSN). Usaha yang telah dilakukan umat sebagai upaya memupuk iman mereka kirannya cukup baik. Hal itu nampak di tengah kesibukan mereka dalam berkebun, umat menyediakan waktunya untuk dapat hadir mengikuti pendalaman iman maupun doa-doa lingkungan. Penulis melihat keprihatinan bersama dalam hal pendalaman iman. Umat masih cenderung pasif, meskipun beberapa umat sudah cukup memberikan kontribusinya dalam membangkitkan semangat dan suasana bagi umat lainnya.

78 60 Peran prodiakon dirasa masih sangat mendominasi pertemuan dan umat seringkali menjadi pendengar setia. C. Penelitian Pelaksanaan Pembinaan Iman Umat di Lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro 1. Latar Belakang Penelitian Lingkungan sebagai paguyuban umat beriman senantiasa berkumpul untuk memuji dan memuliakan Allah dalam hidup sehari-hari. Umat berupaya mengembangkan iman mereka seperti dengan merayakan Ekaristi hari Minggu di Stasi, mengikuti doa-doa lingkungan serta pendalaman iman maupun katekese. Umat juga berkomitmen dalam mewujudkan cinta kasih terhadap sesama, seperti melakukan bakti sosial yang dilakukan di sekitar lingkungan Santo Yohanes balong. Bakti sosial ini sebagai wujud Aksi Puasa Pembangunan (APP). Umat juga memiliki kepedulian terhadap kondisi yang dialami baik umat yang seiman maupun berlainan agama, misalnya ada yang sakit umat bersama-sama menjenguk dan memberikan bantuan yang sekirannya dapat meeringankan beban. Selain itu juga di saat perayaan Idul Fitri umat juga bersama-sama berkunjung di keluargakeluarga non-katolik untuk menjalin persaudaraan dengan memberi ucapan lebaran. Penulis mendapatkan kesan situasi pembinaan iman umat di lingkungan belum maksimal, hal tersebut dikarenakan umat masih banyak yang kurang terlibat aktif hanya sebatas sebagai peserta pasif dalam proses katekese maupun pada saat pendalaman iman. Umat cenderung sebagai pendengar setia dan katekis yang memiliki porsi yang cukup banyak dalam proses katekese maupun

79 61 pendalaman iman. Situasi semacam ini penulis dapatkan ketika beberapa kali mengikuti kegiatan bersama umat lingkungan seperti dalam pendalaman iman (APP). Melihat kenyataan, pembinaan iman dirasa sangat perlu diupayakan untuk meningkatkan partisipasi umat dalam membagikan pengalaman hidupnya, mampu mendorong umat untuk dapat terlibat aktif dalam hidup menggereja maupun dalam katekese. Untuk maksud itu perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran pelaksanaan pembinaan iman, mendapat gambaran buahbuah pembinaan iman yang dapat dipetik serta mendapat gambaran faktor-faktor pendukung dan penghambat umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini diadakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pembinaan iman sebagai usaha peningkatan pelaksanaan pembinaan iman umat dalam mengembangkan hidup rohaninya. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan gambaran pemahaman umat terhadap pokok-pokok katekese umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Teresia Lisieux Boro. b. Mendapat gambaran pelaksanaan pembinaan iman serta buah-buah yang dapat diambil oleh umat sebagai upaya pengembangan iman.

80 62 c. Mendapat gambaran faktor-faktor yang mendukung menghambat pelaksanaan pembinaan iman. 3. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2014: 8) penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian alamiah atau naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Metode penelitian kualitatif juga disebut sebagai metode etnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian di bidang antropologi budaya. 4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengetahui validnya suatu permasalahan yang diangkat. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertannyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan alat penelitian yang dibagikan kepada responden yang dapat bersifat terbuka maupun tertutup (Sugiono, 2014:142). Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah serangkaian pertannyaan yang jawabanya telah tersedia, responden tinggal memilih alternatif jawaban yang telah tersedia.

81 63 5. Responden Penelitian Dalam penelitian ini, responden yang akan dipilih oleh peneliti adalah umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong. Pengambilan sampel dalam penelitian ini, mempergunakan teknik purposive sampel yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2014: 85). Jumlah populasi yang ada sebanyak 105 orang. Dari jumlah keseluruhan 105 peneliti hanya mengambil 60 orang dari usia 30 tahun sampai 65 tahun sebagai sempel penelitian. 6. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Penyebaran angket dilakukan pada bulan November 2015 saat pertemuan rutin doa bersama umat lingkungan. 7. Variabel Penelitian Variabel merupakan segala sesuatu atau hal-hal yang menjadi objek penelitian untuk dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi tentang objek yang diteliti sehingga dapat ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2014:38). Menurut Sutrisno Hadi (1982: 224), variabel merupakan suatu gejala atau peristiwa yang bervariasi menurut jenis dan tingkatannya. Gejala itulah yang menjadi objek penelitian. Fokus dalam penelitian ini adalah pelaksanaan katekese yang dilaksanakan oleh umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong,

82 64 Paroki Santa Teresia Lisieux Boro. Adapun variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini sebagai berikut : Tabel 1: Kisi-kisi Penelitian NO Variabel Yang Aspek Yang Diungkap No Jumlah Item Diungkap Item 1 Gambaran 1. Pemahaman umat pemahaman umat terhadap pokok-pokok terhada pokok- katekese pokok katekese 2. Pelaksanaan pembinaan iman serta buah-buah yang dapat diambil oleh umat melalui katekese 3. Faktor yang Gambaran pelaksanaan pembinaan iman serta buah-buah yang dapat diambil oleh umat. 3 Gambaran faktorfaktor yang mendukung dan mendukung dan menghambat pelaksanaan pembinaan iman menghambat pelaksanaan pembinaan iman

83 65 D. Laporan Hasil Penelitian Setelah melaksanakan penelitian, peneliti akan menyampaikan laporan hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menyebarkan angket yang berjumlah 60 dan jumlah angket yang ditujukan kepada responden dikembalikan dengan jumlah yang sama. Dalam tahap ini peneliti akan menguraikan hasil dalam bentuk tabel yang terdiri dari: gambaran pemahaman umat terhadap pokok-pokok katekese, gambaran pelaksanaan pembinaan iman serta buah-buah yang dapat diambil oleh umat melalui katekese, faktor-faktor yang mendukung menghambat pembinaan iman sebagai upaya pengembangan iman umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, 1. Gambaran Pemahaman Umat Terhadap Pokok-pokok Katekese Umat Lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro No Item Tabel 2: Pemahaman Umat Terhadap Pokok-poko Katekese N = 60 Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam 1 Katekese adalah a. Sangat Setuju 30 Persen % 50 % pembinaan iman b. Setuju 28 46,7 % anak-anak, kaum c. Ragu-ragu 2 3,3 % muda dan orang d. Tidak Setuju 0 0 % dewasa dalam iman e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % khususnya

84 66 No Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam mencakup Persen % penyampaian ajaran kristiani. 2 Katekese a. Sangat Setuju 25 41,7 % merupakan bentuk b. Setuju % pewartaan sabda. c. Ragu-ragu 2 3,3 % d. Tidak Setuju 0 0 % e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % 3 Katekese a. Sangat Setuju % merupakan b. Setuju 34 56,7 % komunikasi iman c. Ragu-ragu 2 3,3 % atau tukar d. Tidak Setuju 0 0 % pengalaman iman e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % antar anggota jemaat. 4 Katekese dapat a. Sangat Setuju 25 41,7 % mengantar pribadi b. Setuju % pada pertobatan. c. Ragu-ragu 11 18,3 % d. Tidak Setuju 0 0 % e. Sangat Tidak Setuju 0 0 %

85 67 No Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Item Persen % 5 Katekese a. Sangat Setuju 34 56,7 % mengembangkan b. Setuju % iman kita menuju c. Ragu-ragu 2 3,3 % pada kedewasaan d. Tidak Setuju 0 0 % iman e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % 6 Katekese membuat a. Sangat Setuju 26 43,3 % kita menjadi pribadi b. Setuju 26 43,3 % yang tangguh. c. Ragu-ragu 8 13,4 % d. Tidak Setuju 0 0 % e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % 7 Katekese membawa a. Sangat Setuju % kita menjadi lebih b. Setuju 28 46,7 % dekat dengan c. Ragu-ragu 5 8,3 % Kristus untuk d. Tidak Setuju 0 0 % menjalin e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % persekutuan yang mesra dengan-nya. 8 Misteri hidup a. Sangat Setuju % Yesus Kristus b. Setuju 32 53,3 % menjadi sumber c. Ragu-ragu 4 6,7 % dan pusat katekese. d. Tidak Setuju 0 0 %

86 68 e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % No Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen % 9 Katekese a. Sangat Setuju % merupakan Kabar b. Setuju % Gembira warta c. Ragu-ragu 6 10 % keselamatan Allah. d. Tidak Setuju 0 0 % e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % 10 Isi pokok katekese a. Sangat Setuju 23 38,3 % adalah seluruh b. Setuju 34 56,7 % hidup Yesus c. Ragu-ragu 2 3,3 % Kristus sendiri. d. Tidak Setuju 1 1,7 % e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % 11 Kristus menjadi a. Sangat Setuju % poros iman dan b. Setuju % jantung hati c. Ragu-ragu % sekaligus pelaku d. Tidak Setuju 0 0 % katekese itu sendiri. e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % 12 Katekese a. Sangat Setuju 16 26,6 % bersumber dari b. Setuju % pengalaman iman c. Ragu-ragu 4 6,7 % umat. d. Tidak Setuju 1 1,7 % e. Sangat Tidak Setuju 0 0 %

87 69 No Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam Persen % 13 Katekese bersifat a. Sangat Setuju 14 23,3 % Kristosertris, yang b. Setuju 40 66,6 % berpusat pada c. Ragu-ragu 4 6,7 % pribadi Kristus d. Tidak Setuju 1 1,7 % sendiri. e. Sangat Tidak Setuju 1 1,7 % 14 Katekese bersifat a. Sangat Setuju 22 36,7 % umatsentris, b. Setuju 32 53,3 % katekese yang c. Ragu-ragu 6 10 % berasal dari umat d. Tidak Setuju 0 0 % oleh umat dan e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % untuk umat. 15 Katekese a. Sangat Setuju 14 23,3 % merupakan tugas b. Setuju % dan tanggungjawab c. Ragu-ragu 6 10 % seluruh umat d. Tidak Setuju 1 1,7 % beriman. e. Sangat Tidak Setuju 0 0 % Pada bagian ini, peneliti akan melaporkan hasil penelitian tentang gambaran pemahaman umat terhadap pokok-pokok katekese umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Dari data yang sudah terkumpul dapat diperinci sebagai berikut.

88 70 Pernyataan tentang arti katekese terdiri dari nomer item 1,2 dan 3. Untuk pernyataan item nomer 1 berhubungan dengan paham katekese. Arti katekese yang pertama yakni pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman khususnya mencakup penyampaian ajaran kristiani. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 30 responden (50%) sangat setuju, 28 responden (46,7%) setuju dan 2 responden (3,3%) menyatakan ragu-ragu dengan arti katekese di atas. Data yang diperoleh menunjukkan pemahaman umat terhadap arti katekese sudah baik dengan didukung 96,7% umat yang memberikan persetujuan. Untuk pernyataan item nomer 2 juga berhubungan dengan paham katekese, yakni katekese merupakan bentuk pewartaan sabda. Dari hasil penyebaran angketdapat diketahui 25 responden (41,7%) sangat setuju, 33 responden (55%) setuju bahwa katekese merupakan bentuk pewartaan sabda dan 2 responden (3,3%) menyatakan ragu-ragu. Data yang terkumpul dapat diketahui pemahaman umat terhadap paham katekese di atas sudah baik sebab terdapat 96,7% umat mampu memahami arti katekese. Pernyataan item nomer 3 masih berhubungan dengan paham katekese, yaitu katekese merupakan komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 24 responden (40%) sangat setuju, 34 responden (56,7%) setuju bahwa katekese merupakan komunikasi iman antar anggota jemaat dan hanya 2 responden (3,3%) yang menyatakan ragu-ragu. Dari data yang didapat menunjukkan pemahaman umat bahwa katekese

89 71 merupakan komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat sudah baik sebab terdapat 96,7% umat setuju dengan arti katekese di atas. Sekarang item nomer 4 sampai dengan item nomer 6 berbicara tujuan katekese. Pernyataan item nomer 4 tentang tujuan katekese yaitu katekese dapat mengantar pribadi pada pertobatan. Dari penelitian dapat dilaporkan 25 responden (41,7%) menjawab sangat setuju, 24 responden (40%) setuju dan 11 responden (18,3%) menyatakan ragu-ragu. Dari data yang diperoleh menunjukkan pemahaman umat terhadap tujuan katekese yang diungkap sudah cukup baik karena terdapat 81,7% responden yang menyatakan setuju bahwa katekese menghantar pribadi pada pertobatan. Item nomer 5 juga berhubungan tujuan katekese yakni katekese mengembangkan iman menuju pada kedewasaan iman. Dari penyebaran kuesioner dapat dilaporkan 34 responden (56,7%) menyatakan sangat setuju, 24 responden (40%) setuju bahwa katekese membawa pada perkembangan iman serta menghantar pada kedewasaan iman dan hanya 2 responden (3,3%) yang menyatakan ragu-ragu. Data yang terkumpul mengungkapkan pemahaman umat terhadap tujuan katekese menghantar umat menuju pada kedewasaan iman sudah baik sebab terdapat 96,7% responden yang menyetujui. Pernyataan item nomer 6 masih berhubungan dengan tujuan katekese yakni katekese membuat kita menjadi pribadi yang tangguh. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 26 responden (43,3%) sangat setuju, 26 responden (43,3%) menyatakan setuju dimana katekese membuat seseorang menjadi pribadi yang tangguh dan hanya 8 responden (13,4) yang menyatakan ragu-ragu. Data yang

90 72 diperoleh pemahaman umat terhadap tujuan katekese sudah cukup baik sebab 87,6% responden menyatakan setuju bahwa katekese membuat kita menjadi pribadi yang tangguh. Pada item nomer 7 membahas tentang isi katekese yaitu katekese membawa kita menjadi lebih dekat dengan Kristus untuk menjalin persekutuan yang mesra dengan-nya. Dari penelitian dapat dilaporkan 27 responden (45%) sangat setuju, 28 responden (46,7%) setuju dan sebanyak 5 responden (8,3%) menyatakan ragu-ragu. Data yang diperoleh menunjukkan pemahaman umat terhadap isi katekese sudah baik, hal ini didukung dengan 91,7% responden yang menyetujui bahwa katekese menghantar pribadi untuk lebih dekat dengan Kristus serta dapat menjalin persekutuan yang mesra dengan-nya. Item nomer 8 juga mengemukakan isi katekese yaitu misteri hidup Yesus Kristus menjadi sumber dan pusat katekese. Penyebaran kuesioner dapat dilaporkan 24 responden (40%) menyatakan sangat setuju, 32 responden (53,3%) setuju bahwa misteri hidup Yesus Kristus menjadi sumber dan pusat katekese dan hanya 4 responden (6,7%) yang menyatakan ragu-ragu. Data yang terkumpul mengungkapkan pemahaman umat terhadap isi katekese yang diungkap sudah baik, hal ini didukung 93,3% responden menyatakan setuju bahwa misteri hidup Yesus Kristus menjadi sumber dan pusat katekese. Pernyataan item nomer 9 masih mengemukakan isi katekese yakni katekese merupakan Kabar Gembira warta keselamatan Allah. Dari penelitian dapat dilaporkan 24 responden (40%) sangat setuju, 30 responden (50%) menyatakan setuju dan 10 responden (10%) memberi pernyataan ragu-ragu. Data

91 73 yang diperoleh menunjukkan pemahaman umat terhadap isi katekese yaitu katekese merupakan Kabar Gembira warta keselamatan Allah sudah cukup baik, hal ini didukung 90% responden yang menyatakan setuju. Item nomer 10 juga masih tentang isi katekese yakni isi pokok katekese adalah seluruh hidup Yesus Kristus. Dari penelitian dapat dilaporkan 23 responden (38,3%) sangat setuju, 34 responden (56,7%) menjawab setuju, 2 responden (3,3%) menjawab ragu-ragu dan hanya 1 responden (1,7%) yang menjawab tidak setuju. Data yang diperoleh menunjukkan umat mampu memahami bahwa seluruh hidup Yesus Kristus merupakan isi pokok katekese, hal ini berarti pemahaman umat terhadap isi katekese sudah baik dengan didukung 95% responden yang menyatakan setuju. Pemahaman sifat katekese terdiri dari item nomor 11 sampai item nomor 14. Untuk item nomor 11 berhubungan dengan sifat katekese yaitu Kristus menjadi poros iman dan jantung hati sekaligus pelaku katekese itu sendiri. dari penelitian dapat dilaporkan 18 responden (30%) sangat setuju, 30 responden (50%) setuju dan 12 responden (20%) menyatakan ragu-ragu. Data yang diperoleh pemahaman umat terhadap sifat katekese yaitu Kristus menjadi poros iman dan jantung hati sekaligus pelaku katekese itu sendiri sudah cukup baik. Data ini didukung 80% responden yang menyetujuinya. Pernyataan item nomer 12 juga berhubungan dengan sifat katekese yaitu katekese bersumber dari pengalaman iman umat. Dari penyebaran kuesioner dapat dilaporkan 16 responden (26,6%) sangat setuju, 39 responden (65%) setuju, 4 responden (6,7%) menyatakan ragu-ragu dan hanya 1 responden (1,7%)

92 74 menyatakan tidak setuju. Data yang diperoleh menunjukkan 91,6% responden setuju bahwa katekese bersumber dari pengalaman iman umat sendiri. Hal ini berarti tingkat pemahaman umat terhadap sifat katekese sudah baik. Item nomer 13 masih berhubungan dengan sifat katekese yakni katekese bersifat Kristosentris. Dari penelitian dapat dilaporkan 14 responden (23,3%) sangat setuju, 40 responden (66,6%) setuju, 4 responden (6,7%) menyatakan raguragu, 1 responden (1,7%) menyatakan tidak setuju dan hanya 1 responden (1,7%) yang menyatakan sangat tidak setuju. Data yang diperoleh mununjukkan adanya perbandingan persentase, namun hasilnya sudah cukup baik sebab 89,9% responden mampu memahami bahwa katekese bersifat Kristosentris. Pernyataan item nomer 14 juga masih berhubungan dengan sifat katekese yaitu katekese bersifat umatsentris. Dari penyebaran kuesioner dapat dilaporkan 22 responden (36,7%) menyatakan sangat setuju, 32 responden (53,3%) setuju dan 6 responden (10%) menyatakan ragu-ragu. Data yang diperoleh menunjukkan tingkat pemahaman umat terhadap sifat katekese sudah baik dengan 90% responden mampu memahami katekese bersifat umatsentris yaitu berasal dari umat oleh umat dan untuk umat. Item nomer 15 pemahaman tentang pelaku katekese yakni katekese merupakan tugas dan tanggungjawab seluruh umat beriman. Dari penelitian dapat dilaporkan 14 responden (23,3%) sangat setuju, 39 responden (65%) setuju, 6 responden (10%) menyatakan ragu-ragu dan 1 responden (1,7%) menyatakan tidak setuju. Data yang didapat menunjukkan pemahaman umat terhadap pelaku

93 75 katekese sudah cukup baik. Data ini didukung 88,3% responden yang memahami bahwa katekese merupakan tugas dan tanggungjawab seluruh umat beriman. 2. Gambaran Pelaksanaan Pembinaan Iman Serta Buah-buah Yang Dapat Diambil Oleh Umat Melalui Katekese. No Item Tabel 3: Gambaran Pelaksanaan katekese N = 60 Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam 16 Katekese di a. Sangat Setuju 2 Persen% 3,3% lingkungan dapat b. Setuju 25 41,7% berjalan dengan baik c. Ragu-ragu 25 41,7% karena umat saling d. Tidak Setuju 3 5% mengkomunikasikan e. Sangat Tidak Setuju 5 8,3% pengalaman imannya 17 Umat senang a. Sangat Setuju 38 63,3% mengikuti katekese di b. Setuju 13 21,7% lingkungan karena c. Ragu-ragu 1 1,6% pertemuan berlangsung d. Tidak Setuju 4 6,7% dalam e. Sangat Tidak Setuju 4 6,7%

94 76 No Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam suasana yang begitu Persen% kekeluargaan sehingga umat merasa nyaman. 18 Katekis dapat a. Sangat Setuju 35 58,4% membuat umat lebih b. Setuju 12 20% tertarik mengikuti c. Ragu-ragu 2 3,3% katekese karena dapat d. Tidak Setuju 5 8,3% menjadi penjembatan e. Sangat Tidak Setuju 6 10% antar umat serta memiliki wawasan iman yang baik. 19 Karena aktif terlibat a. Sangat Setuju 21 35% dalam proses katekese b. Setuju 26 43,4% membuat umat makin c. Ragu-ragu 3 5% dekat dengan Kristus d. Tidak Setuju 5 8,3% serta membuat iman e. Sangat Tidak Setuju 5 8,3% umat makin berkembang. 20 Komunikasi iman a. Sangat Setuju 8 13,3% menghantar umat b. Setuju 23 38,4% makin diteguhkan c. Ragu-ragu 15 25%

95 77 dalam iman sehingga d. Tidak Setuju 8 13,3% umat menjadi pribadi e. Sangat Tidak Setuju 6 10% yang tangguh dalam iman Pada bagian ini, peneliti akan melaporkan hasil penelitian pelaksanaan pembinaan iman serta buah-buah yang dapat diambil oleh umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Teresia Lisieux Boro. Pada pernyataan item nomor 16 berhubungan dengan penilaian umat terhadap jalannya katekese di lingkungan. Katekese di lingkungan dapat berjalan dengan baik karena umat saling mengkomunikasikan pengalaman imannya. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 2 responden (3,3%) sangat setuju, 25 responden (41,7%) setuju, 25responden (41,7%) ragu-ragu, 3 responden (5%) tidak setuju dan 5 responden (8,3%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang diperoleh menunjukkan jalannya katekese di lingkungan kurang berjalan baik sebab hanya 45 % responden yang menyetujui pernyataan di atas dan sebanyak 41,7 % responden menyatakan ragu-ragu.. Item nomer 17 berhubungan dengan respon umat ketika mengikuti katekese di lingkungan. Umat senang mengikuti katekese di lingkungan karena pertemuan berlangsung dalam suasana yang begitu kekeluargaan sehingga umat merasa nyaman. Dari penyebaran kuesioner dapat dilaporkan 38 responden (63,3%) sangat setuju, 13 responden (21,7%) setuju, 1 responden (1,6%) raguragu, 4 responden (6,7%) tidak setuju dan 4 responden (6,7%) menyatakan sangat

96 78 tidak setuju. Data yang didapat respon umat terhadap jalannya katekese sudah cukup baik hal ini didukung 85% responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju. Pernyataan item nomer 18 berhubungan dengan sosok katekis. Katekis dapat membuat umat lebih tertarik mengikuti katekese karena dapat menjadi penjembatan antar umat serta memiliki wawasan iman yang baik. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 35 responden (58,3%) sangat setuju, 12 responden (20%) setuju, 2 responden (3,3%) ragu-ragu, 5 responden (8,3%) tidak setuju dan 6 responden (10%) menyatakan sangat tidak setuju. Dari data yang diperoleh menunjukkan umat memiliki pandangan terhadap sosok katekis yang diharapkan sudah cukup baik dengan 78,3% yang menyatakan sangat setuju dan setuju dan hanya 18,3% yang tidak menyetujui. Pernyataan item nomor 19 berhubungan dengan kesan umat ketika aktif terlibat dalam proses katekese. Karena aktif terlibat dalam proses katekese membuat umat makin dekat dengan Kristus serta membuat iman umat makin berkembang. Dari penyebaran kuesioner dapat dilaporkan 26 responden (43,4%) sangat setuju, 21 responden (35%) setuju, 3 responden (5%) ragu-ragu, 5 responden (8,3%) tidak setuju dan 5 responden (8,3%) sangat tidak setuju. Data yang terkumpul memberi gambaran bahwa kesan yang diperoleh umat ketika aktif terlibat dalam proses katekese sudah cukup baik dengan 74,4% yang memberi persetujuan dan hanya 16,6% yang tidak menyetujui. Item nomer 20 berhubungan dengan komunikasi iman dalam katekese. Komunikasi iman menghantar umat makin diteguhkan dalam iman sehingga umat

97 79 menjadi pribadi yang tangguh dalam iman. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 8 ressponden (13,3%) sangat setuju, 23 responden (38,4%) setuju, 15 responden (25%) ragu-ragu, 8 responden (13,3%) tidak setuju dan 6 responden (10%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang didapat menunjukkan umat mampu mengambil nilai positif dari komunikasi iman yang terjadi dalam proses katekese meskipun hanya 51,7% responden yang menyetujui. Data tersebut menunjukkan responden masi perlu meningkatkan keterlibatannya dalam proses katekese. 3. Gambaran Faktor-faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Pembinaan Iman No Item Table 4: Faktor Pendukung Dan Penghambat N = 60 Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam 21 Katekese rutin a. Sangat Setuju 30 Persen% 50% dilaksanakan setiap b. Setuju 18 30% minggunya di c. Ragu-ragu 4 6,7% lingkungan karena umat d. Tidak Setuju 1 1,7% memiliki kepedulian e. Sangat Tidak Setuju 4 6,7% terhadap perkembangan iman mereka dan supaya makin dekat dengan Kristus

98 80 No Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam persen% 22 Katekese dilaksanakan a. Sangat Setuju 38 63,3% dari rumah umat yang b. Setuju 18 30% satu kerumah yang c. Ragu-ragu 2 3,3% lainnya sehingga d. Tidak Setuju 1 1,7% membuat umat merasa e. Sangat Tidak Setuju 1 1,7% tersapa dan tidak merasa dikucilkan senantiasa serta menjaga kerukunan antar anggota jemaat 23 Katekis dipandang a. Sangat Setuju 18 30% kurang menarik dalam b. Setuju 15 25% katekese karena kurang c. Ragu-ragu 2 3,3% melibatkan umat dalam d. Tidak Setuju 9 15% pertemuan dan terkesan e. Sangat Tidak Setuju 16 26,6% mendominasi pertemuan 24 Jalannya katekese a. Sangat Setuju 30 50% terkesan kurang menarik b. Setuju 16 26,7% karena tema pertemuan c. Ragu-ragu 2 3,3% tidak digali d. Tidak Setuju 6 10% e. Sangat Tidak Setuju 6 10%

99 81 No Item Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam berdasarkan kebutuhan Persen% umat dan sarana, metode juga model yang digunakan kuran berfariatif dan relevan 25 Umat kurang aktif a. Sangat Setuju 33 55% dalam pertemuan b. Setuju 16 26,7% katekese karena masih c. Ragu-ragu 3 5% adanya mentalitas umat d. Tidak Setuju 6 10% yang beranggapan e. Sangat Tidak Setuju 2 3,3% pemimpin yang mengetahui segalanya dan masih adanya perasaan takut salah dalam memberikan pengalaman imannya Pada bagian ini, penulisakan melaporkan hasil penelitian berkaitan faktor pendukung dan penghambat pembinaan iman. Penulis membaginya dalam dua pernyataan yaitu pernyataan item nomor 21 dan item nomor 22 merupakan factor pendukung dan pernyataan item nomor 23 sampai 25 menjadi factor penghambat. Data yang diperoleh sebagai berikut.

100 82 Item nomer 21 merupakan faktor pendukung yaitu katekese rutin dilaksanakan setiap minggunya di lingkungan karena umat memiliki kepedulian terhadap perkembangan iman mereka dan supaya makin dekat dengan Kristus. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 30 responden (50%) sangat setuju, 18 responden (30%) setuju, 4 responden (6,7%) ragu-ragu, 1 responden (1,7%) tidak setuju dan 4 responden (6,7%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang diperoleh berhubungan dengan pelaksanaan katekese di lingkungan sudah cukup baik sebab 80% responden menyatakan setuju. Item nomer 22 juga merupakan factor pendukung yakni dengan diadakannya katekese dari rumah umat yang satu kerumah yang lainnya sehingga membuat umat merasa tersapa dan tidak merasa dikucilkan serta senantiasa menjaga kerukunan antar anggota jemaat. Dari hasil penyebaran kuesioner dapat dilaporkan 38 responden (63,3%) sangat setuju, 18 responden (30%) setuju, 2 responden (3,3%) ragu-ragu, 1 responden (1,7%) tidak setuju dan 1 responden (1,7%) sangat tidak setuju. Data menunjukkan respon yang cukup baik terhadap pelaksanaan katekese diatas dengan 93,3% responden yang menyatakan setuju. katekese kiranya terus diupayakan dan dilaksanakan sesuai dengan harapan umat sendiri sehingga umat merasa tersapa dan tidak ada pembedaan diantara umat sendiri. Pada pernyataan item nomer 23 berisi faktor penghambat yang disajikan dalam pernyataan negatif yaitu berhubungan dengan penilaian umat mengenai sosok katekis yang dipandang kurang menarik dalam katekese karena kurang melibatkan umat dalam pertemuan dan terkesan mendominasi pertemuan. Dari

101 83 penyebaran kuesioner dapat dilaporkan 18 responden (30%) sangat setuju, 15 responden (25%) setuju, 2 responden (3,3%) ragu-ragu, 9 responden (15%) tidak setuju dan 16 responden (26,7%) sangat tidak setuju. Data yang diperoleh kirannya belum cukup baik sebab hanya 55% responden yang memberi persetujuan dan 41,7% menyatakan sudah menarik dalam memandu katekese. Item nomer 24 juga merupakan faktor penghambat yang berhubungan dengan jalannya katekese yang terkesan kurang menarik karena tema pertemuan tidak digali berdasarkan kebutuhan umat dan sarana, metode juga model yang digunakan kuran berfariatif dan relevan. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 30 responden (50%) sangat setuju, 16 responden (26,7%) setuju, 2 responden (3,3%) ragu-ragu, 6 responden (10%) tidak setuju dan 6 responden sangat tidak setuju dengan pernyataan. Data yang diperoleh memberi gambaran bahwa katekese berjalan kurang baik dalam prosesnya sebab 76,7% responden sependapat dengan pernyataan diatas. Juga didukung dengan kesan yang penulis dapatkan ketika mengikuti pelaksanaan katekese bersama umat di lingkungan. Item nomor 25 masih merupakan faktor penghambat yang berasal dari dalam diri umat sendiri yaitu umat kurang aktif dalam pertemuan katekese karena masih adanya mentalitas umat yang beranggapan pemimpin yang mengetahui segalanya dan masih adanya perasaan takut salah dalam memberikan pengalaman imannya. Dari hasil penyebaran kuesioner dapat dilaporkan 33 responden (55%) sangat setuju, 16 responden (26,7%) setuju, 3 responden (5%) ragu-ragu, 6 responden (10%) tidak setuju dan 2 responden (3,3%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang diperoleh memberi gambaran bahwa dari umat sendiri belum

102 84 merespon dengan baik terhadap jalanya katekese di lingkungan. Pernyataan ini didukung dengan banyaknya responden yang memberi persetujuan terhadap pernyataan negatif yang penulis ajukan sebesar 81,7%. E. Pembahasan Hasil Penelitian Untuk melihat lebih dalam variabel penelitian di atas yakni gambaran pemahaman umat terhadap pokok-pokok katekese, gambaran pelaksanaan katekese maupun buah-buah yang dapat diambil serta faktor pendukung dan penghambat pembinaan iman umat lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Berikut adalah pembahasan hasil penelitian. 1. Gambaran Pemahaman Umat Tentang Pokok-pokok Katekese Umat Lingkungan Santo Yohanes, Stasi Santo Yusup Balong, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro Pembahasan mengenai pokok-pokok katekese yang meliputi arti, tujuan, isi, sifat dan pelaku katekese. Berdasarkan pada hasil penyebaran angket diketahui bahwa responden sependapat dengan arti katekese pada bab sebelumnya, yakni katekese diartikan sebagai pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristiani dan juga merupakan bentuk pewartaan sabda (CT, art. 18). Memperkaya arti katekese yang disebutkan dalam Catechesi Tradendae, PKKI II merumuskan katekese sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat (Lalu, 2007: 12).

103 85 Hasil penyebaran angket yang berisi tentang tujuan katekese menyatakan bahwa responden setuju bahwa katekese dapat membantu umat secara pribadi pada sebuah pertobatan. Katekese membawa umat untuk makin dekat dengan Kristus, menjalin persekutuan yang mesra dengannya serta dapat semakin mengembangkan iman, dan pada akhirnya katekese dapat membuat kita menjadi pribadi yang tangguh dalam iman. Pemahaman responden berkaitan dengan isi katekese cukup baik. Hal itu didukung oleh pernyataan responden yang menyatakan setuju dengan ketiga tujuan yang dipaparkan dalam angket penelitian yakni isi pokok katekese adalah seluruh hidup Yesus Kristus sendiri, mulai dari peristiwa inkarnasi, karya, sabda, dan seluruh peristiwa paskah-nya (CT, art. 5-6). Misteri hidup Yesus menjadi sumber dan pusat katekese, maka katekese harus dipahami sebagai suatu usaha bersama untuk saling mengenal, memahami, dan percaya pada-nya yang merupakan jalan kebenaran dan kehidupan (Yoh 14:6). Isi katekese dari keseluruhan warta Injil merupakan Kabar Gembira keselamatan dari Allah. Di samping itu katekese bersumber dari pengalaman iman umat. Katekese tidak dapat dipisahkan dari pengalaman konkret umat, karena katekese memiliki sifat yang umat sentris. Katekese sebagai komunikasi iman merupakan proses yang berasal dari umat sendiri. Maka proses katekese bertolak dari pengalaman konkret peserta itu sendiri yaitu pengalaman iman yang terjadi dalam hidup sehari-hari. Dari hasil penelitian diketahui pemahaman responden mengenenai sifat katekese sudah baik. Hasil ini didukung oleh pernyataan responden yang menyetujui pernyataan yang diberikan dalam kuesioner yaitu Kristus menjadi

104 86 poros iman dan jantung hati sekaligus pelaku katekese itu sendiri. Di lain pihak katekese juga bersumber dari pengalaman iman umat. Katekese juga tidak dapat dipisahkan dari sifatnya yang Kristosentris juga umatsentries. Dari penyebaran angket diketahui bahwa hasil yang diperoleh menunjukkan sifat yang positif. Data tersebut sekiranya menunjukkan responden cukup memahami sifat-sitat katekese yang benar yaitu Kristosentris maupun umatsentris. Tetapi penulis mempunyai kesan dalam prakteknya sebagian besar responden belum dapat mewujudnyatakan dan masih sekedar dalam tingkat pemahaman responden. Tingkat kesadaran responden akan tugas dan tanggungjawabnya terhadap katekese cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan 88,3% responden yang menyatakan setuju. Namun dalam realitanya responden masih banyak yang enggan untuk ambil bagian dalam karya katekese dan hanya sebagian kecil dari yang terlibat aktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jawaban yang responden berikan mengungkapkan hasil yang positif. Hal ini memperlihatkan umat memiliki kesadaran terhadap jalannya katekese di lingkungan meskipun dalam pelaksanaannya belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden memberikan jawaban terhadap kuesioner penulis berdasar pemahaman mereka dan hanya menilai apa yang mereka pandang benar namun belum bertolak pada kenyataan yang mereka lakukan.

105 87 2. Gambaran Pelaksanaan Pembinaan Iman Serta Buah-buah Yang Dapat Diambil Oleh Umat Melalui Katekese Berikut akan dilaporkan hasil penelitian mengenai gambaran pelaksanaan pembinaan iman serta buah-buah yang dapat diambil melalui katekese sebagai berikut: Hasil penyebaran angket yang berisi tentang jalannya katekese di lingkungan menyatakan katekese di lingkungan belum berjalan dengan cukup baik namun sudah ada upaya dari umat untuk membagikan pengalaman imannya. Hasil ini didukung oleh pernyataan responden sebanyak 45% yang menyetujui pernyataan yang diberikan dalam kuesioner yaitu katekese di lingkungan dapat berjalan dengan baik karena terjadi komunikasi pengalaman iman antar peserta. Katekese dapat berjalan dengan baik karena umat aktif dalam prosesnya juga umat saling mendukung satu sama lain. Respon umat ketika mengikuti katekese di lingkungan dinilai sudah cukup baik. Data ini didukung 85% responden yang menyetujui dengan pernyataan yang diberikan yakni umat senang mengikuti katekese di lingkungan karena pemandu katekese bisa membawakan prosesnya dengan menarik. Selain itu umat memiliki kerinduan dalam hidup menjemaat, dan yang tidak kalah penting banyak umat yang berperan aktif dalam prosesnya serta pertemuan berlangsung dalam suasana begitu kekeluargaan sehingga mereka merasa nyaman. Pandangan umat terhadap sosok katekis. Dari hasil penelitian umat memberikan apresiasi yang cukup baik. Data ini dudukung 78,3% responden yang memberi persetujuan dengan pernyataan yang disajikan katekis dapat terlihat menarik dalam memandu katekese karena katekis kreatif dalam mengolah tema

106 88 pertemuan. Katekis juga memiliki wawasan iman yang baik serta katekis dapat menjadi penjembatan antar umat. Selain itu juga katekis trampil dalam membangun suasana pertemuan serta bahasa yang digunakan mudah diresapi. Buah-buah yang sekiranya dapat diambil oleh umat ketika aktif terlibat dalam proses katekese di lingkungan. Kirannya umat mampu mengambil nilai positif dari proses katekese dengan cukup baik. Hal ini nampak bahwa katekese membuat umat makin dekat dengan Kristus. Selain itu katekese membuat umat semakin aktif dalam hidup menggereja dan makin mampu memahami perkembangan iman umat yang lain. Katekese juga menghantar iman umat makin berkembang dan makin aktif dalam hidup bermasyarakat. Melalui komunikasi pengalaman iman, umat semakin menyadari bahwa komunikasi iman menghantar umat untuk dapat saling meneguhkan satu sama lain. Komunikasi iman juga memperkaya pengetahuan iman. Selain itu juga melalui komunikasi iman dapat menghantar menjadi pribadi yang aktif, memiliki keterbukaan diri serta menjadi pribadi yang tangguh dalam iman. Data ini menunjukkan bahwa umat dapat menggali dan mengambil segi positif dari komunikasi iman yang berlangsung dalam proses katekese meskipun hanya 51,7% responden yang menyatakan setuju. 3. Gambaran Faktor-faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Pembinaan Iman Berikut akan dilaporkan faktor pendukung penghambat pembinaan iman. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

107 89 Berubungan dengan faktor pendukung item nomor 21 katekese secara rutin dilaksanakan setiap minggunya di lingkungan karena umat memiliki kepedulian terhadap perkembangan iman mereka. Selain itu juga supaya makin dekat dengan Kristus dan semakin erat dalam hidup menjemaat serta umat memiliki harapan akan perkembangan imannya. Data yang penulis dapatkan 80% responden menyatakan setuju dengan pernyataan diatas. Penulis melihat dengan rutinnya pelaksanaan katekese di lingkungan dapat memberi dampak yang positif bagi perkembangan iman umat. Item nomor 22 juga merupakan faktor pendukung yakni katekese dilaksanakan dari rumah umat yang satu ke rumah yang lainnya membuat umat merasa tersapa dengan kehadiran umat lain di rumahnya. Umat juga merasa rahmat Tuhan selalu hadir di dalam rumah mereka bilamana rumahnya dipakai untuk pertemuan katekese maupun yang lainnya. Selain itu juga umat senantiasa menjaga kerukunan antar anggota jemaat serta merasa tidak dikucilkan dan juga membuat suasana rumah menjadi lebih hidup dengan kehadiran umat lain. Data yang penulis dapatkan 93,3% responden menyatakan setuju. Penulis melihat dengan diadakannya katekese dari rumah ke rumah secara bergantian dapat memberikan dampak yang baik bagi perkembangan iman umat sendiri. Faktor penghambat yang penulis dapatkan mengenai sosok katekis. Penulis melihat dari data yang diperoleh kirannya perlu adannya kesadaran dari setiap pribadi baik dari katekis maupun umat sendiri. Data yang penulis dapatkan nampak 55% responden yang menyatakan setuju dan 41,7% menyatakan tidak setuju dengan pernyataan yang disajikan yaitu katekis dipandang kurang menarik

108 90 dalam memandu katekese karena terlalu banyak bicara dalam pertemuan. Penulis juga melihat katekis kurang melibatkan umat dalam pertemuan serta kurang karismatik dalam memandu katekese juga kurang mampu membangun suasana. Dalam prakteknya katekis dipandang mendominasi pertemuan karena dari umat sendiri masih enggan untuk ikut terlibat aktif dalam prosesnya, maka dari itu nampak kominikasi kebanyakan datangnya dari katekis. Faktor penghambat yang berhubungan dengan jalannya katekese yang terkesan kurang menarik. Katekese terkesan kurang menarik karena tema pertemuan tidak digali berdasarkan kebutuhan umat. Faktor penghambat lainnya dilihat dari sarana, metode maupun modelnya kurang berfariasi dan relevan dengan 76,7% responden yang memberi persetujuan. Kesan yang penulis dapatkan terhadap jalannya katekese di lingkungan, katekese belum berjalan dengan baik. Faktor penghambat yang berasal dari dalam diri umat sendiri yaitu umat kurang aktif dalam pertemuan katekese selain katekis kurang melibatkan umat dalam pertemuan. Hal lain yang penulis dapatkan adanya mentalitas umat yang beranggapan pemimpin yang tahu segalanya. Selain itu masih adanya perasaan takut salah dalam membagikan pengalaman imannya serta kurang kesadaran akan pentingnya menjalin persekutuan. Data ini diperkuat 81,7% responden yang member persetujuan. Maka dapat dikatakan bahwa keterlibatan umat dalam proses katekese belum cukup baik.

109 91 F. Kesimpulan Penelitian Bersadarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umat lingkungan Santo Yohanes Paroki Santa Theresia Lisieux Boro memiliki pemahaman tentang pokok-pokok katekese yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden sudah memahami arti, tujuan, isi, sifat dan pelaku katekese tersebut. Katekese dipahami sebagai pembinaan iman baik untuk anak-anak, kaum muda maupun orang dewasa dalam iman. Melalui katekese umat diajak untuk saling membagikan pengalaman hidupnya, dan saling mendengar satu sama lain. Melalui katekese umat diajak untuk semakin dekat dengan Kristus, serta mengembangkan imannya hingga sampai pada kedewasaan iman dan siap diutus di tengah masyarakat. Umat juga menyadari bahwa katekese tidak dapat dipisahkan pada sifatnya yang Kristosentris dan umatsentris. Umat juga menyadari bahwa katekese merupakan tugas dan tanggungjawab bersama yakni seluruh elemen warga Gereja termasuk umat sendiri. Pelaksanaan katekese di lingkungan dapat disimpulkan belum berjalan dengan baik. Data ini didukung oleh ketiga pernyataan yang disajikan yaitu pertama berhubungan dengan jalannya katekese di lingkungan. Kedua berhubungan dengan respon umat ketika mengikuti katekese di lingkungan. Ketiga pandangan umat terhadap sosok katekis. Dari ketiga pernyataan tersebut dua pernyataan diperoleh hasil yang positif namun terhadap jalannya katekese di lingkungan masih belum baik. Data tersebut didukung dengan 45% responden yang menyatakan setuju. Untuk pernyataan yang berhubungan dengan komunikasi iman hasil yang diperoleh belum cukup baik. Data ini didukung 51,7% responden

110 92 yang menyetujui dan 23,3% responden tidak menyetujui dan 25% responden menyatakan ragu-ragu dengan buah-buah yang dapat diambil. Faktor-faktor pendukung yang sekiranya membantu umat dalam mengembangkan iman mereka. Pertama katekese secara rutin dilaksanakan setiap minggunya di lingkungan dan yang kedua katekese dilaksanakan dari rumah umat yang satu kerumah yang lainnya. Dari data yang didapat dapat disimpulkan bahwa kedua pernyataan di atas memberi dampak yang cukup baik bagi perkembangan iman umat dengan jumlah persentase lebih dari 80%. Dari ketiga pernyataan negatif yang berhubungan dengan faktor-faktor penghambat baik dari sosok katekis, jalannya katekese di lingkungan maupun keterlibatan umat sendiri dalam proses katekese dapat disimpulkan bahwa ketiganya menunjukkan hasil yang kurang baik. Sosok katekis yang masih cenderung mendominasi dan kurang melibatkan umat dalam pertemuan namun dari umat sendiri masih adanya mentalitas umat yang beranggapan pemimpin yang mengetahui segalanya. Selain itu masih adanya perasaan takut salah dalam membagikan pengalaman imannya sehingga proses katekese yang terjadi kurang berjalan dengan baik.

111 BAB IV SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO Karya katekese merupakan wadah pewartaan Gereja untuk menyampaikan Kabar Gembira Kerajaan Allah yang menyelamatkan umat manusia. Katekese umat merupakan suatu bentuk komunikasi iman atau sharing pengalaman iman antar anggota umat. Katekese sebagai komunikasi iman juga merupakan kesaksian hidup, yang dialami, dihidupi, dan dibagikan. Proses katekese bertitik tolak dari pengalaman hidup umat, dan pengalaman tersebut diolah dan direfleksikan sehingga menjadi sebuah pengalaman bersama yang didasari oleh iman akan Yesus Kristus sebagai pusat, arah dan tujuan hidup kita. Penulis membagi bab IV ke dalam tiga bagian yaitu; pada bagian pertama akan dijelaskan kelebihan dari Shared Christian Praxis. Bagian kedua berisikan alasan diadakannya kaderisasi pemandu katekese sebagai usaha peningkatan pelaksanaan pembinaan iman umat. Bagian ketiga berisi usulan program kaderisasi pemandu katekese. Bagian ini meliputi latar belakang, tujuan pendampingan, pemilihan materi, matriks program kaderisasi pemandu katekese dan contoh persiapan pelaksanaan pendampingan.

112 94 A. Kelebihan Shared Christian Praxis Berikut penulis akan sampaikan kelebihan-kelebihan katekese Shared Christian Praxis: 1. Katekese model Shared Christian Praxis merupakan model katekese yang memiliki sifat yang dialogis partisipatif dalam pelaksanaanya. Katekese model SCP menekankan pada pengalaman hidup peserta. Dalam proses pelaksanaannya peran peserta sebagai subjek yang bebas dan bertanggungjawab dalam mengkomunikasikan pengalamannya dan pendamping berperan sebagai penjembatan. Komunikasi yang terjadi dalam katekese model SCP bersifat multi arah, yakni dialog tidak hanya terjadi antar peserta dan pendamping namun juga terjadi antar sesama peserta. 2. Katekese model Shared Christian Praxis menekankan refleksi dalam prosesnya. Berawal dari pengalaman peserta yang kemudian direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi Kristiani. Melalui refleksi peserta diajak untuk mendalami dan memaknai pengalaman sehari-hari melalui sharing iman, sehingga membantu peserta untuk makin aktif dalam mengkomunikasikan pengalaman imannya sehingga peserta dapat memaknai akan pengalaman hidupnya. 3. Katekese model Shared Christian Praxis menjadi model katekese yang mengajak umat untuk terlibat aktif dalam prosesnya. Melalui pengalaman hidup sehari-hari yang kemudian direfleksikan menghantar peserta sampai pada perkembangan iman yakni peserta semakin aktif dalam sharing.

113 95 4. Katekese model Shared Christian Praxis menyatukan pengalaman hidup sehari-hari dengan pengalaman iman Kristiani yang tujuanya mendorong peserta utuk dapat menemukan kesadaran baru yang hendak diwujudkan sehingga makin dapat dirasakan buah-buahnya dalam hidup bersama maupun pribadi. B. Alasan Diadakan Kaderisasi Pemandu Katekese Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan katekese di lingkungan belum cukup baik. Karena masih banyak penilaian umat yang menyatakan bahwa dalam proses katekese, umat belum terlibat aktif dan katekislah yang memiliki peran cukup besar dalam prosesnya. Katekese merupakan komunikasi iman umat maka katekese senantiasa menempatkan umat sebagai subjek karena umat merupakan pelaku utama katekese itu sendiri. Katekis hanya sebatas sebagai penjembatan antar umat yang sifatnya mumudahkan umat untuk dapat saling membagikan pengalaman hidup mereka. Hal ini menjadi jelas bahwa katekese sungguh-sungguh dari umat oleh umat dan untuk umat karena terjadi di tengah hidup umat. Menanggapi situasi yang terjadi di lingkungan khususnya dalam proses katekese, guna meningkatkan keaktifan umat kiranya pemandu katekese juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Selain memiliki pengetahuan iman yang baik, pemandu katekese juga perlu memiliki ketrampilan berkatekese, menggunakan metode yang berfariasi serta model yang relevan salah satunya dengan menggunakan katekese model SCP. Katekese model SCP mampu

114 96 menanggapi permasalahan yang ada sebab katekese mode SCP merupakan model katekese yang memiliki sifat yang dialogis partisipatif dalam pelaksanaanya. Katekese model SCP menekankan pada pengalaman hidup peserta. Katekese model Shared Christian Praxis juga menekankan refleksi dalam prosesnya. Berawal dari pengalaman peserta yang kemudian direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi Kristiani. Melalui refleksi peserta diajak untuk mendalami dan memaknai pengalaman sehari-hari melalui sharing iman, sehingga membantu peserta untuk makin aktif dalam mengkomunikasikan pengalaman imannya sehingga peserta dapat memaknai akan pengalaman hidupnya. Katekese model Shared Christian Praxis menyatukan pengalaman hidup sehari-hari dengan pengalaman iman Kristiani yang tujuanya mendorong peserta utuk dapat menemukan kesadaran baru yang hendak diwujudkan sehingga makin dapat dirasakan buah-buahnya dalam hidup bersama maupun pribadi. C. Usulan Program Kaderisasi Pemandu Katekese Dengan Katekese Model Shared Christian Praxis Sebagai Usaha Untuk Meningkatan Pelaksanaan Pembinaan Iman Umat 1. Latar Belakang Pembinaan iman merupakan salah satu usaha Gereja dalam mendampingi umat beriman mengembangkan iman mereka sihingga umat makin memiliki iman yang tangguh dan aktif baik dalam hidup menggereja di lingkungan maupun dalam hidup bermasyarakat. Umat merupakan wujud kehadiran Gereja yang sejati di tengah masyarakat. Oleh karenanya umat perlu dibekali dengan pembinaan

115 97 iman supaya iman umat makin berkembang dan semakin tangguh dalam iman sehingga umat siap menjadi saksi Kristus baik di tengah jemaat maupun dalam masyarakat. Kesan yang penulis dapatkan saat mengikuti katekese bersama umat di lingkungan dalam proses katekese yang menjadi keprihatinan adalah masih sedikit umat yang terlibat aktif dalam membagikan pengalaman imannya dan nampak katekis yang cenderung aktif. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa komunikasi iman dalam proses katekese belum berjalan dengan baik. Umat masih terkesan pasif dan perlu adanya upaya untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam proses katekese supaya umat makin berkembang dalam iman dan menjadi pribadi yang semakin aktif dalam membagikan pengalaman imannya tanpa adanya rasa takut. Melihat kenyataan yang ada penulis menyampaikan usulan program kaderisasi pemandu katekese dengan katekese model Shared Christian Praxis. Dengan diadakannya kaderisasi pemandu katekese para pemandu katekese serta umat di lingkungan Santo Yohanes dapat mengenal dan memahami jalannya katekese model Shared Christian Praxis, sehingga kedepannya dapat dilaksanakan bersama umat di lingkungan. Kaderisasi pemandu katekese diharapkan mampu menanggapi kebutuhan umat serta dapat meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman sehingga umat berkembang dalam iman dan aktif dalam proses katekese. Bertitik tolak dari latar belakang di atas, program yang diajukan adalah kaderisasi pemandu katekese menggunakan katekese model Shared Christian Praxis karena program ini membekali para pemandu katekese sebuah model

116 98 katekese yang dapat diterapkan di lingkungan guna meningkatkan keterlibatan peserta dalam proses katekese. 2. Tujuan Pendampingan Melalui pendampingan ini katekis dan umat dapat memiliki pengetahuan dasar tentang Katekese model SCP dan memiliki ketrampilan dalam berkatekese model SCP sehingga mampu membuat persiapan dan memandu katekese dengan baik serta dapat meningkatkan keaktifan umat dalam katekese. 3. Pemilihan Materi Dalam mempersiapkan program katekese perlu diketahui situasi konkret serta kebutuhan hidup umat. Berdasarkan hal-hal tersebut penulis merancang suatu kegiatan dalam bentuk kaderisasi bagi para pemandu katekese dan tokohtokoh umat di lingkungan Santo Yohanes. Kaderisasi katekese model Shared Christian Praxis disusun sebagai upaya meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman. Berikut tema-tema sebagai usulan program kaderisasi pemandu katekese: Tema Umum : Pengenalan Katekese Model SCP Bagi Para Pemandu Katekese dan Tokoh-tokoh Umat di Lingkungan Santo Yohanes Tujuan Umum : Melalui pendampingan ini katekis dan umat dapat memiliki pengetahuan dasar tentang katekese model SCP dan memiliki ketrampilan dalam berkatekese model SCP sehingga mampu membuat persiapan dan memandu katekese dengan baik serta dapat meningkatkan keaktifan umat dalam katekese.

117 99 Materi 1 Tujuan 1 Katekese Model SCP Peserta dapat mengenal dan memahami katekese model SCP serta langkah-langkah pelaksanaanya sehingga peserta menjadi pahan dengan katekese model SCP. Materi 2 Tujuan 2 Demo Katekese model SCP Peserta memiliki gambaran tentang jalannya katekese model SCP serta semakin paham dengan prosesnya. Materi 3 Tujuan 3 Membuat Satuan Persiapan (SP) katekese model SCP Agar peserta memiliki ketrampilan untuk membuat SP katekese model SCP dan mampu melaksanakannya di lingkungan. Materi 4 Tujuan 4 Spiritualitas Pemandu Katekese Peserta semakin memilliki kesiap-sediaan memandu katekese dan siap mengupayakan situasi yang kondusif demi perkembangan iman bersama. 4. Pelaksanaan Program Pendanpingan Pelaksanaan program kaderisasi pemandu katekese direncanakan dilaksanakan pada bulan Agustus Program pendampingan terbagi dalam empat sesi dan dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama direncanakan pada hari Minggu ke Tiga. Pertemuan ke dua pada hari Minggu ke empat.

118 Matriks Usulan Program Kaderisasi Pemandu Katekese Dengan Katekese Model Shared Christian Praxis PROGRAM PENDAMPINGAN PEMANDU KATEKESE UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO Tema Tujuaan No Waktu Judul 1 Pertemuan I Minggu ke : Pengenalan Katekese Model SCP Bagi Para Pemandu Katekese dan Tokoh-tokoh Umat di Lingkungan Santo Yohanes. : Melalui pendampingan ini peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan dasar tentang Katekese model SCP dan memiliki ketrampilan dalam berkatekese model SCP sehingga peserta mampu membuat persiapan dan memimpin katekese dengan baik serta dapat meningkatkan keaktifan umat dalam katekese. Pertemuan Doa Pengantar petemuan dan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Peserta mengetahui latar belakang dan tujuan dari pertemuan, sehingga siap mengikuti pendampingan. - Latar belakang pendampingan - Tujuan pendampingan - Proses pendampingan Ceramah - Laptop - Speaker Gambaran umum materi

119 101 No Waktu Judul Pertemuan Sesi I: Katekese Model SCP Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Agar mengenal peserta dan memahami katekese model SCP serta langkah-langkahnya. sehingga menjadi dengan katekese peserta pahan model SCP serta langkah-langkah yang didalamnya ada 1. Arti Shared Christian Praxis (SCP) 2. Elemen-elemen Katekese SCP 3. Tujuan katekese Shared Christian Praxis (SCP) 4. Langkah-langkah Katekese Shared Christian Praxis (SCP) - Ceramah - Tanya- Jawab - Hand out - Laptop - Speaker Groome, Thomas H (1997). Seri Puskat 356, Shared Christian Praxis Model Berkatekese. (F.X. Wono Penyadur). Yogyakarta: Lembaga suatu Heryatno Wulung, Pengembangan Kateketik Puskat

120 102 No Waktu Judul Pertemuan 3 Minggu ke 3 Sesi II :00 Demo Katekese Umat model SCP Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Para pemandu katekese memiliki gambaran tentang jalannya katekese Menghadirkan Kerajaan Allah melalui pelayanan 1.Ceramah 2.Tanya Jawab 3.Dialog 4. Sharing 1.Teks Cerita 2.Teks 3.Kitab Suci Teks lagu 1. Lukas 11: St. Eko Riyadi, Pr. Lukas.Yogyak arta: penerbit kanisius. Hal Dianne Bergant, CSA. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyyakarta: penerbit kanisius. Hal

121 103 No Waktu Judul Pertemuan 4 Pertemuan Doa dan II Pengantar Minggu ke 4 petemuan :00-10:30 Sesi III: Membuat Satuan Persiapan (SP) katekese model SCP Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Peserta mengetahui latar belakang dan tujuan dari pertemuan, sehingga mengikuti pendampingan. siap Agar katekis dan umat memiliki ketrampilan untuk membuat SP katekese model SCP dan mampu membuat modifikasi sehingga lebih menarik dan lebih mudah diterima oleh umat - Latar belakang pendampingan - Tujuan pendampingan - Proses pendampingan 1.Petunjuk memilih dasar 2.Cara untuk tema memilih tema berdasarkan KS 3.Merumuskan Tema 4.Merumuskan tujuan Ceramah 1.Ceramah 2.Tanya jawab - Laptop - Speaker - Hand out - Laptop - Speaker Gambaran umum materi - Groome, Thomas H (1997). Seri Puskat 356, Shared Christian Praxis suatu Model Berkatekese. (F.X. Heryatno Wono Wulung,

122 104 No Waktu Judul Pertemuan 6 10:30-12:00 Sesi IV Spiritualitas pemandu Katekese Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Peserta memilliki kesiapsediaan semakin memandu katekese dan siap mengupayakan situasi yang kondusif bagi katekese dan nyaman bagi peserta demi terselenggaranya pelaksanaan katekese SCP berdasarkan tema 5.Menentukan sarana 6.Pengembangan langkah-langkah - Pengertian Spiritualitas - Spiritualitas pemandu - Kemampuan dan ketrampilan pemandu katekese 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Sharing pengala man - Hand out - Laptop - Speaker Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat - Spiritualitas Kristiani. A. Heuken, Sj - Huber, Th.SJ Katekese Umat Kanisius Yogyakarta - PKKI II arah dasar katekese 1997.

123 105 No Waktu Judul Pertemuan 7 12:0-12:30 Kesan-kesan pendampingan dan doa Penutup Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Untuk kesan-kesan pendampingan mengetahui selama - Menutup rangkaian kegiatan pendampingan - Sharing - dialog

124 Contoh Persiapan Pelaksanaan pendampingan pemandu katekese Lingkungan Santo Yohanes Balong dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis. A. Identitas Pertemuan 1. Tema : Katekese Umat Model SCP 2. Tujuan : Agar pemandu katekese dan tokoh-tokoh umat mengenal dan memahami pengertian dan langkah-langkah dalam katekese model SCP sehingga peserta menjadi pahan dengan katekese model SCP serta langkah-langkah yang ada didalamnya 3. Peserta : Katekis dan Umat Lingkungan Santo Yohanes Balong 4. Tempat : Lingkungan Santo Yohanes Balong 5. Materi : - Arti Shared Christian Praxis (SCP) - Elemen-elemen Katekese SCP - Tujuan katekese Shared Christian Praxis (SCP) - Langkah-langkah Katekese Shared Christian Praxis (SCP) 6. Metode : Ceramah dan Tanya -jawab 7. Sarana : - Hand out - Laptop - Speaker 8. Sumber Bahan : Groome, Thomas H (1997). Seri Puskat 356, Shared Christian Praxis suatu Model Berkatekese. (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat

125 107 B. Pemikiran Dasar Pembinaan iman umat di lingkungan Santo Yohanes Balong perlu ditingkatkan terkhusus dalam katekese. Pada umumnya pelaksanaan katekese dipandu oleh prodiakon lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan prosesnya katekese belum berjalan dengan baik dikarenakan umat belum terlibat aktif dan pemandu katekese memiliki porsi yang cukup banyak, sehingga terkesan mendominasi pertemuan. Untuk meningkatkan partisipasi umat dalam proses katekese kiranya umat membutuhkan model katekese yang relevan dan dapat menjawab kebutuhan umat salah satunya adalah katekese model Shared Chritian praxis. SCP merupakan model katekese yang menekankan pengungkapan pengalaman hidup peserta, refleksi dan Praxis baru sehingga dalam prosesnya model ini mengajak umat untuk terlibat aktif. Prodiakon dan umat perlu mengenal dan memahami katekese model Shared Chritian praxis (SCP) serta lahkah-langkah dalam prosesnya. Sehingga baik prodiakon dan umat dapat memahami serta melaksanakannya dilingkungan.

126 108 C. Pengembangan Langkah-Langkah 1. Langkah Pertama: Pengantar Bapak, Ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Pada sesi yang pertama kita sudah membahas tentang panggilan dan perutusan umat beriman. Kita semua sebagai murid-murid Kristus dipanggil diutus untuk mewartakan Kristus di tengah hidup jemaat salah satunya melalui katekese. Katekese bukan hanya menjadi tanggungjawab katekis namum menjadi tanggungjawab kita semua sebagai murid-murid Kristus. Pada sesi kedua ini kita bersama-sama akan membahas tentang katekese model Shared Christian Praxis (SCP). SCP merupakan salah satu model dalam berkatekese yang menekankan dialog dalam prosesnya dan sangat relevan untuk diterapkan di lingkungan. 2. Langkah Kedua: Pendalaman Materi a. Arti Shared Christian Praxis (SCP) SCP merupakan katekese yang handal dan efektif. Artinya suatu model katekese yang memiliki dasar teologis yang kuat, memiliki dasar pendidikan yang progresif serta memiliki keprihatinan pada pelayanan pastoral yang aktual. Katekese model SCP memiliki sifat yang dialogis partisipatif, supaya dapat mendorong peserta untuk dapat semakin menghayati iman mereka dan pada akhirnya secara pribadi maupun bersama mampu mengambil suatu penegasan dan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam hidup. Dalam pelaksanaan model ini peserta merupakan subjek utama. Maksudnya ialah dalam proses katekese seluruh pengalaman hidup umat menjadi bagian yang

127 109 sangat penting. Umat diberdayakan supaya terlibat aktif dalam proses katekese tersebut. Keterlibatan umat dapat dilihat dalam hal sharing, mendengarkan, memberikan tanggapan, menafsirkan, merencanakan serta mewujudnyatakan keputusan konkret dalam hidup sehari-hari. Melalui refleksi kritis diharapkan umat dapat menemukan makna atas pengalaman hidupnya dan pada akhirnya sampai pada perkembangan iman baru. b. Tiga komponen pokok dalam SCP 1) Shared Istilah shared menunjuk pengertian komunikasi timbal balik antar umat. Peserta aktif, kritis, dan terbuka satu sama lain dalam sharing. Istilah ini juga menekankan proses katekese yang menggarisbawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam sharing peserta siap mendengar dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Peserta mensharingkan pengalaman imannya. Pengalaman peserta dikonfrontasikan dengan tradisi dan visi Kristiani dan pada akhirnya peserta dapat mengambil keputusan yang mendorong pada suatu tindakan atau aksi baru konkret. 2) Christian Istilah Christian mengacu pada harta kekayaan iman Kristiani yang terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi. Kekayaan iman terdiri dari tradisi dan visi Kristiani. Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat Kristiani yang hidup. Inilah tanggapan manusia terhadap pewahyu Allah yang terlaksana di

128 110 tengah hidup manusia. Dalam konteks ini, Tradisi perlu dipahami sebagai perjumpaan antara rahmat Allah dalam Kristus dan tanggapan umat. Oleh karena itu, Tradisi tidak hanya berupa pengajaran Gereja melainkan juga meliputi: Kitab Suci, spiritualitas, sakramen, liturgi dan kehidupan jemaat dll. Sebagai realitas iman yang dihidupi dalam konteks historisnya, Tradisi Kristiani senantiasa mengundang keterlibatan baru demi pendewasaan iman peserta. Sedangkan visi Kristiani menggarisbawahi tuntutan dan janji yang terkandung di dalam tradisi, tanggungjawab dan perutusan umat Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan umat. Visi Kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah yang sungguh dihidupi dan diusahakan secara terus-menerus di dalam hidup umat. Tradisi dan visi Kristiani menumbuhkan rasa saling memiliki dalam persekutuan dan persaudaraan sebagai umat beriman akan Yesus Kristus. SCP mengusahakan supaya harta kekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan peserta pada jaman sekarang. Dengan proses yang sedemikian rupa diharapkan harta kekayaan iman dapat menjadi milik umat beriman baik secara pribadi maupun bersama. 3) Praxis Praxis merupakan pengalaman konkret umat. Umat mengolah dan memaknai pengalaman hidupnya melalui refleksi kritis. Dalam refleksi umat bergulat dengan pengalaman hidupnya. Pengalaman iman yang direfleksikan

129 111 meneguhkan, mendorong, dan menggerakkan umat untuk sampai pada tindakan baru. Istilah praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk tercapainnya suatu keterlibatan baru yang diperoleh dari kesadaran historis dan refleksi kritis. Transformasi kehidupan yang di dalamnya terkandung proses persatuan dialektis antara praktek dan teori yaitu kreativitas. Kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang menekankan adannya keterlibatan umat dalam dunia menuju pada perubahan yang lebih baik dalam hidup. c. Tujuan katekese Shared Christian Praxis (SCP) katekese model SCP menekankan katekese yang bersifat dialogis partisipatif. Maksudnya adalah melalui model ini menghantar umat untuk terlibat aktif dalam katekese, bukan hanya sebagai peserta pasif melainkan menjadi peserta berani membagikan pengalaman hidup faktualnya dalam proses katekese. Tujuan katekese model SCP adalah terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah. Nilainilai Kerajaan Allah seperti kasih, damai sejahtera, tolong menolong tercipta di tengah-tengah umat pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, katekese diharapkan membantu umat beriman untuk mencapai kedewasaan iman dan kepenuhan hidup dalam Yesus Kristus sehingga menghantar umat untuk dapat merealisasikan nilai-nilai Kerajaan Allah. Katekese SCP membantu umat agar dapat meraih kesatuan dengan Yesus, memahami, mencintai dan meneladani-nya. Katekese bertujuan mendewasakan,

130 112 mematangkan iman yang menyangkut segi pemahaman, keyakinan, kesadaran, tindakan dan keterlibatan. Kebersatuan dengan hidup Yesus menyatakan bahwa umat mengalami kepenuhan hidup sekaligus memiliki iman yang dewasa. Iman yang dewasa akan menjadi tahan uji dan makin berkembang apabila berhadapan dengan tantangan. Dewasa dalam iman berarti kepekaan mendengar, menangkap, mengenali Roh Kristus yang senantiasa hadir dalam kehidupan manusia dan dunia d. Langkah-langkah Katekese Shared Christian Praxis (SCP) Shared Christian Praxis merupakan suatu model komunikasi tentang pengalaman hidup faktual antar peserta dan dapat dimengerti sebagai suatu proses katekese yang terus mengalir seperti tari atau simponi. Model ini memiliki lima langkah yang diawali dengan pemusatan aktifitas atau sering disebut dengan langkah pendahuluan. Langkah ini mengajak peserta supaya benar-benar dapat bertolak dari dari pengalaman faktual peserta. Selain itu, melalui dialog bersama diharapkan akan muncul tema-tema pokok pertemuan yang nantinya akan menjadi arah dan pusat dalam proses langkah-langkah selanjutnya. 1) Langkah pertama: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual Pada langkah pertama ini peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman hidup yang dialami secara pribadi maupun pengalaman yang dialami orang lain ataupun keadaan masyarakat. Kekhasan pada langkah ini peserta dapat mengungkapkan pengalaman faktual dan keterlibatan peserta melalui ceritera, musik, puisi, drama, film, nyayian maupun lagu. Langkah pertama ini bersifat obyektif benar-benar mengungkapkan kenyataan yang terjadi.

131 113 Tujuan langkah ini adalah membantu peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup faktual berdasarkan tema-tema yang sudah disepakati bersama. Peserta secara bebas membagikan pengalaman faktualnya kepada sesama. Dalam sharing, peserta bersama-sama membagikan dan menimba pengalaman hidup dari peserta lain sehingga saling diteguhkan dan meneguhkan antara satu dengan yang lain. Pada langkah ini pendamping berperan sebagai fasilitator, pemudah yang menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta dalam membagikan pengalaman hidup faktual mereka sehingga peserta dapat leluasa membagikan pengalaman imannya. 2) Langkah kedua: Refleksi Kritis Pengalaman Hidup Faktual Langkah kedua ini mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam mengolah dan memahami pengalaman sendiri. Langkah kedua ini bertujuan memperdalam saat refleksi dan menghantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya yang meliputi: pemahaman kritis dan sosial, kenangan analitis sosial dan imajinatif kreatif. Tujuan dari langkah ini adalah memaknai hasil sharing pada langkah pertama dengan cara menghantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakan mereka. Dengan kesadaran kritis pada pengalaman konkret peserta diharapkan sampai pada nilai dan visinya, peserta dapat menemukan makna dan nilai pengalaman hidup mereka.

132 114 Peran pendamping pada langkah kedua ini ialah menciptakan suasana yang kondusif. Pendamping menciptakan suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbang saran peserta. Pendamping dapat mengundang refleksi kritis dari peserta, serta mendorong peserta untuk mengadakan dialog dan penegasan bersama dengan tujuan menggerakkan peserta untuk dapat memaknai pengalaman iman mereka sekaligus menemukan harta kekayaan imannya. 3) Langkah ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau Pokok dari langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi peserta. Pada langkah ini pendamping memberikan tafsiran yang dapat membuka jalan seluasluasnya sehingga peserta memiliki peluang besar untuk dapat menemukan nilainilai dari Tradisi dan Visi Kristiani. Tujuan dari langkah ini mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar lebih mengena dengan kehidupan peserta dalam konteks dan latar belakang kebudayaannya. Tradisi dan Visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah seperti yang terungkap di dalam Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, devosi-devosi yang bertujuan mendorong peserta supaya berpartisipasi di dalam menegaskan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup peserta.

133 115 Peran pembimbing menafsirkan Tradisi dan Visi Kristiani yang bersifat meneguhkan, sekaligus peserta dapat memperoleh informasi sehingga nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani dapat menjadi milik peserta. Peran pembimbing tidaklah mendikte peserta melainkan menghantar peserta ketingkat kesadaran iman peserta, serta memberi tafsiran dari teks Kitab Suci maupun dokumendokumen Gereja mengenai pokok-pokok yang sesuai dan relevan bagi hidup peserta. 4) Langkah keempat: Interpretasi/Tafsir Dialektis Antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta Pada langkah keempat ini peserta mendialogkan hasil pengolahan pengalaman iman mereka pada langkah pertama dan kedua dengan isi pokok pada langkah ketiga. Langkah keempat ini bertujuan mengajak peserta supaya dapat meneguhkan, mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua. Seelanjutnya pokok-pokok penting tersebut dikonfrontasikan dengan hasil interpretasi Tradisi dan Visi Kristiani dengan langkah yang ketiga. Dengan konfrontasi yang telah dilakukan diharapkan peserta dapat menemukan kesadaran baru yang hendak diwujudnyatakan. Dengan kesadaran baru tersebut diharapkan nilai-nilai Kerajaan Allah makin dapat dirasakan dalam hidup bersama. Peran pembimbing mengundang refleksi kritis peserta dan mendorong peserta supaya dapat mengkomunikasikan hasil dari kedalaman refleksinya dengan peserta lain dengan maksud mempertajam dan menyempurnakannya.

134 116 Pendamping menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta, serta meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai-nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan Visi Kristiani. Pendamping mendorong peserta untuk sampai pada perubahan dari pasif menjadi aktif hingga sampai pada kesadaran baru dalam iman dan perjuangan hidup yang hendak diwujudkan dan ditingkatkan. 5) Langkah kelima: Keterlibatan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia Langkah kelima ini secara eksplisit mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis, bagai mana menghidupi secara baru iman Kristianinya. Langkah ini merupakan langkah terakhir yang bertujuan mendorong peserta agar sampai pada keputusan konkret bagaimana menghidupi iman Kristiani yang telah dianalisis, dipahami, direfleksikan secara kritis dan dinilai secara kreatif dan bertanggungjawab. Keputusan konkret peserta dari langkah ini dipahami sebagai puncak dan buah dari pertemuan. Peran pembimbing mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi maupun bersama yang mendukung pada keterlibatan baru. Peran peserta pada langkah ini yaitu membuat keputusan baru yang akan diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. 6) Penutup Bagian penutup ini berisi doa-doa spontan yang bersumber dari buah-buah katekese. Katekis atau pendamping mengakhiri katekese dengan doa penutup

135 117 yang merangkum keseluruhan tema dan tujuan katekese. Kemudaian diakhiri dengan doa bersama atau nyanyian yang sesuai dengan tema. 3. Langkah ketiga: Pendalaman materi dengan tanya jawab Pada langkah ini pendamping membuka sesi Tanya jawab, memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya bila masih ada yang belum dipahami. 4. Langkah Keempat: Penutup (Rangkuman dan Peneguhan) Bapak-ibu yang terkasih dalam Kristus, kita telah bersama-sama mendalami materi tentang katekese model Shared Christian Praxis (SCP) serta pokok-poko yang ada di dalamnya, tujuan dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pendalaman iman menggunakan model SCP. Salah satu model pendalaman iman ini diharapkan mampu memacu semangat dan kreatifitas kita dalam mengupayakan pertemuan pendalaman iman yang lebih kreatif dan menarik dan nantinya juga mampu meningkatkan keaktifan umat dalam proses katekese. Harapan kita, semoga melalui pertemuan yang amat singkat ini, kita mampu menjawab harapan umat di lingkungan dengan memberikan katekese yang lebih kreatif dan sesuai dengan situasi konkret. Katekese akan berjalan dengan baik apabila umat terlibat aktif dalam prosesnya, untuk itu sebagai seorang pemandu katekese diharapkan dapat menjembatani umat lewat proses katekese yang menarik dengan metode serta model katekese yang relefan. Marilah Bapak-Ibu kita tutup pertemuan pada siang hari ini dengan berdoa: Tanda Salib (dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus). Amin. Allah Bapa yang penuh kasih kami mengucap syukur atas penyertaan-mu selama kami berproses sepanjang hari ini, banyak hal yang dapat kami ambil dari pendampingan ini. Kami menyadari akan tugas dan panggilan kami sebagai umat beriman untuk mewartakan kasih-mu. Semoga lewat pendampingan siang hari ini kami semakin mampu menjadi pewarta sabda-mu di tengan umat dan dapat

136 118 menjadi penjembatan bagi mereka, nama-mu kami puji kini dan sepanjang masa. Amin. (dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus). Amin.

137 BAB V PENUTUP Pada bab V yang merupakan bagian akhir dan juga merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi ini. Dalam bab ini penulis juga mengemukakan beberapa saran yang ditujukan Bidang Pewartaan dan umat Lingkungan yang menjadi subjek penulisan skripsi ini. Saran-saran tersebut diharapkan dapat menjadi masukan dalam usaha meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman. A. KESIMPULAN Katekese merupakan komunikasi iman. Katekese yang berasal dari umat, oleh umat dan untuk umat. Artinya seluruh anggota Gereja baik awam maupun kaum tertabis memiliki tanggungjawab terhadap katekese. Pelaksana karya katekese ialah seluruh umat beriman. Karya pastoral tidak dapat berjalan sendiri melainkan saling bersinergi dengan seluruh anggota Gereja. Setiap anggota Gereja memiliki anugrahnya tersendiri dalam hal pelaksanaan katekese. Namun dalam pelaksanaan-nya masih ada permasalahan yang perlu diperhatikan yakni keaktifan umat dalam proses katekese. Umat masih banyak yang memiliki kecenderungan menjadi peserta pasif. Persoalan kurang aktifnya umat dalam proses katekese disebabkan karena umat belum sepenuhnya menyadari tugas dan tanggungjawabnya dalam proses katekese. Umat masih memiliki pandangan bahwa umat hanya sebatas sebagai pendengar dan menyerahkan sepenuhnya kepada katekis maupun pemandu katekese. Umat belum sepenuhnya memiliki keterbukaan diri terhadap umat lain

138 120 dalam membagikan pengalaman imannya. Katekese merupakan usaha pihak Gereja sebagai salah satu pembinaan iman yang dapat membantu umat beriman untuk tumbuh berkembang dalam iman yang dewasa dan dapat mencapai suatu kepenuhan hidup dalam Kristus sendiri. Selain itu juga katekese merupakan komunikasi iman oleh karenanya melalui katekese umat diajak untuk terlibat aktif dalam membagikan pengalaman hidupnnya. Tujuannya menghantar umat dalam mengembangkan iman menuju pada kedewasaan iman sehingga iman umat sampai pada kematangan iman dan siap diutus sebagai saksi Kristus secara bertanggungjawab. Katekese model Shared Christian Praxis dapat menjadi salah satu model pembinaan iman sebagai upaya meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman umat. Usulan program ini merupakan salah satu cara agar umat Lingkungan Santo Yohanes Balong dapat semakin aktif dalam proses katekese. Katekese model SCP ini juga disertai tema-tema pertemuan yang dapat dilaksanakan sehingga dapat menghantar umat untuk semakin meresapi pengalaman hidupnya dan menjawab kebutuhan dan harapan umat Lingkungan Santo Yohanes Balong. SCP bersifat dialogis partisipatif yang bertolak dari pengalaman hidup umat Lingkungan Santo Yohanes Balong. Dengan SCP umat diharapkan semakin terlibat aktif baik dalam hidup menggereja sehingga umat semakin berkembang dalam iman dan pada akhirnya siap menjadi saksi Kristus dalam hidup bermasyarakat.

139 121 B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memiliki beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi perkembangan iman umat lingkungan Santo Yohanes Balong di Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. 1. Bidang Pewartaan Pembinaan iman umat perlu diupayakan secara terus menerus agar iman umat semakin berkembang dan aktif salah satunya melalui katekese. Usaha peningkatan partisipasi umat dalam proses katekese membutuhkan sosok katekis yang mampu mengajak, menjembatani umat untuk dapat terlibat aktif. Maka dari itu bidang pewartaan perlu mengupayakan pendampingan bagi para katekis lingkungan dalam bentuk kaderisasi katekese baik baik katekese anak, remaja maupun untuk orang tua. Kaderisasi ini diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman di lingkungan khususnya dalam katekese. 2. Umat Lingkungan Santo Yohanes Balong a. Katekese terus dilaksanakan sesuai dengan jadwal pertemuan dan diharapkan umat dapat terlibat aktif dalam prosesnya. b. Mengadakan evaluasi bersama mengenai proses katekese yang perlu dipertahankan dan yang masih perlu ditingkatkan demi makin baiknya pelaksanaan katekes. c. Katekese hendaknya tidak hanya untuk orang tua namun juga untuk anak-anak dan remaja.

140 DAFTAR PUSTAKA Adisusanto. (1995). Bunga Rampai Pendidikan Iman. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Dewan Paroki Santa Theresia Lisieux Boro.(2008). Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Yogyakarta: Paroki Santa Theresia Lisieux Boro.. (2015). Program Kerjadan RAPB Paroki Yogyakarta: Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Groome, Thomas, H. (2010). Christian Religious Education, Pendidikan Agama Kristen Berbagi Ceritadan Visi kita. (terjemahan Daniel Stefanus) Jakarta: Gunung Mulia. Hendarto Bambang, L. (Editor). (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma. Heryatno W,W FX. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese (Sebagai Saduran Bebas). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku Asli Diterbitkan 1991).. (2014). Pendidikan Agama Katolik II. Diktat matakuliah PAK II untuk Mahasiswa Semester II Prodi IPPAK, Fakultas dan Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Huber,Th.,SJ. (1979). Arah Katekese Di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Hutabarat, Rafael, P. (1983). Gereja Kita. Yogyakarta: Kanisius. Jacobs, Tom. (1988). Karya Roh Dalam Gereja: Buah Renungan. Yogyakarta: Kanisius. Katekismus Gereja Katolik II. (1995). Kehidupan Dalam Kristus. Arnoldus: Ende Konfrensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan referensi. Yogyakarta: Kanisius.. (2002). Katekese umat Komunitas Basis Grejani. (Dokumen PKKI- VII). Jakarta: Komisi Kateketik KWI. (2009). Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: komisi Kateketik KWI.. (2007). Katekese Umat. Jakarta: komisi Kateketik KWI. Lembaga Alkitab Indonesia.(2009). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: LAI. Mangunhardjana, A. (1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius. Prasetyo, Mardi, F. SJ. (2000). Unsur-Unsur Hakiki Dalam Pembinaan 2. Yogyakarta: Kanisius. Rukiyanto, B.A. (Editor). (2012). Pewartaan Di Zaman Global. Yogyakarta: Kanisius. Setyakarjana, J. SJ. (1976). Mencari Arah Katekese Dalam Gereja yang Berkembang Di Indonesia. Seri Pratyawidya 26. Yogyakarta: STFK Pratyawidya.

141 123 Sugiyono, Dr. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung: ALFABETA Sumarno, DS. (2013). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki untuk Mahasiswa Semester VI Prodi IPPAK, Fakultas dan llmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sutrisnaatmaka, A.M. MSF. (2002). Dinamika Hidup Beriman: Bunga Rampai Refleksi Teologis. Yogyakarta: Kanisius. Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: ANDI. (1982). Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Tangdilintin, Philip. (1984). Pembinaan Generasi Muda Visi dan Latihan. Jakarta: Obor. Telaumbanua, Marianus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor. Veronika, Maria. (2011) Katekese Model SCP (Shared Christian Praxis) Dalam Pembinaan Iman Remaja Katolik Di Paroki St. Maria Asumta Tanjung, Ketapang Kalimantan Barat. Yohanes Paulus II, Paus. (1992). Catechesi Tradendae, Penyelenggara Katekese (Robert Hardawiryana SJ, Penerjemah). Jakarta: DOKPEN KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979)..(2012). Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis tentangwahyu Illahi (Robert Hardawiryana SJ, Penerjemah). Jakarta: DOKPEN KWI. (cetakan keempat).

142 LAMPIRAN

143 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [1]

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALO ONG KABUPATEN NUNUKANN S K R I P S I Diajukan untuk

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST

UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI S K R I P S I Diajukan untuk

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) (Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa Melalui Pangan Sehat Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater,

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KEGIATAN

LATAR BELAKANG KEGIATAN PENDAHULUAN Kegiatan Lomba dalam rangka Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional 2015 Berikut kami sadur sejarah BKSN sebagai pendahuluan. Saudara saudari terkasih dalam Kristus, bagi umat Katolik di Indonesia,

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII Roma, 22 November 2007 Para Konfrater yang terkasih, Salam sejahtera dari Komisi Persiapan Kapitel Jenderal. Kami bertemu untuk pertama

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

ARTI DOA SYAFAAT Kata Syafaat (Inggris : Intercession ) sendiri berasal dari bahasa Latin: Intercedere

ARTI DOA SYAFAAT Kata Syafaat (Inggris : Intercession ) sendiri berasal dari bahasa Latin: Intercedere DOA SYAFAAT ARTI DOA SYAFAAT Kamus Oxford : doa atau permohonan yang dibuat demi kepentingan orang lain. Definisi lain : doa yang kudus, penuh percaya dan yang terus menerus dimohonkan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma KAMIS DALAM PEKAN SUCI 1. Seturut tradisi Gereja yang sangat tua, pada hari ini dilarang merayakan misa tanpa umat. Misa Krisma 2. Pemberkatan minyak orang sakit dan minyak katekumen serta konsekrasi minyak

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) (Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan

Lebih terperinci

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA. Fabianus Selatang 1

UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA. Fabianus Selatang 1 UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA Fabianus Selatang 1 Abstrak Konsep keselamatan dalam Katolik jelas berbeda dengan pengertian keselamatan dalam agama-agama

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM Komisi Kateketik KWI Jakarta 2011 Kurikulum PAK - PTU Kurikulum PAK - PTU 1 4. Iman yang memasyarakat Ajaran Sosial Gereja Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

Mat. 16: Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Mat. 16: Ev. Bakti Anugrah, M.A. Mat. 16: 13-20 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Identitas Kristus yang sudah dinyatakan berulang-ulang dari pasal pertama sampai pasal kelima belas ternyata masih menimbulkan kebingungan dan perpecahan pendapat

Lebih terperinci

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN Bagian Satu 11 Kompendium Katekismus Gereja Katolik *************************************************************** BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN 12 Kompendium 14 Kompendium Lukisan ini menggambarkan tindakan

Lebih terperinci

Sukacita kita dalam doa

Sukacita kita dalam doa Sukacita kita dalam doa Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. (John 16:24) Sukacita dalam melayani Allah dan sesama merupakan suatu perwujudan nyata: sesuatu yang spontan, bahkan

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER 2 Pelajaran 12. Sakramen Bapis 1) Ada 7 sakramen yang diakui oleh Gereja, yaitu: a) Sakramen Bapis b) Sakramen Ekarisi c) Sakramen Krisma d) Sakramen

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

The State of incarnation : Exaltation

The State of incarnation : Exaltation The State of incarnation : Exaltation (Keadaan Kemuliaan Kristus) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Mat. 28:1-10 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT? (Penafsiran: Pelajaran,

Lebih terperinci

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati APP 2013 Pertemuan Pertama Allah Yang Murah Hati Sasaran Pertemuan: Melalui pertemuan ini kita semakin meningkatkan kesadaran kita akan Allah yang murah hati, berbela rasa. Bacaan Pertemuan Pertama: Matius

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II

INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Agama Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya, 1 Tahun C Hari Minggu Prapaskah I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 26 : 4-10 Pengakuan iman bangsa terpilih. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal

Lebih terperinci

Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus pergi ke rumah perwira Kornelius.

Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus pergi ke rumah perwira Kornelius. Thn B Hari Raya Paskah 5 April 2015 LTRG SABDA mat duduk Bacaan pertama (Kis. 10 : 34a. 37-43) Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah a bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari

Lebih terperinci

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON 1055 1 KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira

Lebih terperinci

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi. BAB XII Modul ke: 13 MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Terima Kasih A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Olimpiade Pengetahuan Iman Bidang Pembinaan Iman Keuskupan Bogor

Kumpulan Soal Olimpiade Pengetahuan Iman Bidang Pembinaan Iman Keuskupan Bogor Kumpulan Soal Olimpiade Pengetahuan Iman 2014 Bidang Pembinaan Iman Keuskupan Bogor Dalam rangka merayakan syukur atas penyelenggaraan Ilahi kepada Keuskupan Bogor maka Bidang Pembinaan Iman Keuskupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

Haec Dies! Warta 20 April 2014 Tahun V - No.16

Haec Dies! Warta 20 April 2014 Tahun V - No.16 Warta 20 April 2014 Tahun V - No.16 Haec Dies! haec est dies quam fecit Dominus exultemus et laetemur in ea. Alleluia. Suatu sore, ketika berkeliling di sekitar Gereja SanMaRe, terdengarlah lagu Haec Dies

Lebih terperinci

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis BAHAN RENUNGAN (untuk kalangan sendiri) Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis semakin beriman, semakin bersaudara dan berbela rasa Kata Pengantar Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah: 1 PERAN PIMPINAN DALAM HIDUP MEMBIARA Musyawarah PRR, Lebao, Flores Timur, 18 Desember 2015 Paul Suparno, SJ Abstrak Peran pimpinan bagi perkembangan kongregasi sangat penting. Maju tidaknya kongregasi

Lebih terperinci

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit Surat-surat Am DR Wenas Kalangit 22 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Ibrani dan Am Catatan Umum Delapan surat terakhir dalam PB disebut juga dengan nama: Surat-surat Am atau Umum. Disebut demikian karena

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Keluarga merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, dalamnya harus terdapat keseimbangan, keselarasan kasih sayang

Lebih terperinci

Pokok-Pokok. Iman. Gereja. Pendalaman Teologis Syahadat. Emanuel Martasudjita, Pr

Pokok-Pokok. Iman. Gereja. Pendalaman Teologis Syahadat. Emanuel Martasudjita, Pr Pokok-Pokok Iman Gereja Pendalaman Teologis Syahadat I Emanuel Martasudjita, Pr Daftar lsi Kata Pengantar... Daftar Singkatan............................ Syahadat Para Rasul - Symbolum Apostolicum Syahadat

Lebih terperinci

PEMBEKALAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI ST. YAKOBUS. Jakarta, Agustus-September 2010

PEMBEKALAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI ST. YAKOBUS. Jakarta, Agustus-September 2010 PEMBEKALAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI ST. YAKOBUS KELAPA GADING Jakarta, Agustus-September 2010 AGENDA Renungan Sabda Tuhan dan Pengarahan Pastor Moderator Arah Pastoral Keuangan Lingkungan Tanya Jawab

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI KP hlm. 1 Dosen: KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI 612103; 3: 3-0) Semester Genap Tahun Akademik 2013-2014 Universitas Lampung http://staff.unila.ac.id/fxsusilo 1)

Lebih terperinci

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA 2010-2019 1. HAKIKAT ARAH DASAR Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan panduan hidup menggereja yang diterima, dihayati dan diperjuangkan bersama oleh segenap umat Keuskupan

Lebih terperinci

Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE Published Date 1. Pendahuluan

Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE Published Date 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Ketika Paus Yohanes XXIII mengundang Konsili Vatikan II untuk bersidang, beliau juga sekaligus mengajak seluruh umat Katolik untuk berdoa, supaya Roh Kudus membarui Gereja. "Perbarui ya

Lebih terperinci

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang Tahun 2009 Dewan Paroki Santo Yusup - Gedangan Jl. Ronggowarsito 11 Semarang - 50127 Telp. 3552252,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA

BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA Santo Ignatius Loyola Bahan Pertemuan Lingkungan BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA SANTO IGNATIUS LOYOLA Bahan Pertemuan Lingkungan BERIMAN CERDAS,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

BAB III GEREJA DAN SAINS

BAB III GEREJA DAN SAINS BAB III GEREJA DAN SAINS Modul ke: Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. Gereja dan Sains GEREJA SAINS 2 B. Pengertian Gereja Kata 'ekklesia'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci