KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT"

Transkripsi

1 KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Maria Veronika NIM: PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 i

2

3

4 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada Para remaja Katolik di paroki St. Maria Assumpta Tanjung Bapak dan Ibu Adik-adikku: Rio dan Ria iv

5 MOTTO Tuhan tidak pernah memberi apa yang kita minta, tetapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Maka terjadilah padaku menurut kehendakmu. v

6

7 vii

8 ABSTRAK Judul skripsi KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG, KALIMANTAN BARAT dipilih berdasarkan fakta bahwa remaja katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat membutuhkan suatu gerakan peningkatan pelaksanaan pembinaan iman. Peningkatan pelaksanaan pembinaan iman ini sangat diperlukan karena melalui pembinaan iman tersebut kebutuhan remaja Katolik akan pembinaan yang relevan di bidang rohani dapat terpenuhi. Bertitik tolak pada kenyataan ini, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para katekis dan guru agama Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung untuk memperoleh pandangan dan cara yang baru dalam membina iman remaja Katolik dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana katekese model Shared Christian Praxis mampu menanggapi kebutuhan remaja Katolik akan pembinaan iman yang relevan. Agar pembinaan iman yang dilaksanakan mampu menanggapi kebutuhan remaja Katolik maka langkah-langkah, bahan, sarana dan prasarananya harus disesuaikan dengan keadaan remaja Katolik tersebut. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang memadai. Oleh karena itu pemberian angket terhadap para remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung perlu dilaksanakan. Penulis juga mengadakan studi pustaka dalam mencari sumbersumber yang relevan sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan untuk melaksanakan katekese model Shared Christian Praxis terhadap para remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Hasil akhir menunjukkan bahwa katekese model Shared Christian Praxis sangat relevan dengan keadaan dan kebutuhan remaja Katolik karena melalui pelaksanaannya, katekese model Shared Christian Praxis ini dapat membantu remaja Katolik untuk lebih memperkembangkan imannya. Katekese model Shared Christian Praxis merupakan model katekese yang bersifat dialogispartisipatif. Katekese model Shared Christian Praxis mempunyai lima langkah pokok. Untuk keperluan itu penulis menawarkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis, sekaligus dengan penjabarannya. viii

9 ABSTRACT The title KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG, KALIMANTAN BARAT was chosen based on the fact that the Catholic teenagers of St. Maria Assumpta Tanjung parish, Ketapang, West Borneo needed some improvement in the implementation of faith education. Improved implementation of the education was urgently needed because through the faith education, the catholic teenagers needs of the relevant education in the spiritual field could be fulfilled. Based on this fact, the thesis was intended to assist the catechists and religion teachers in St. Maria Assumpta Tanjung parish to gain new insights and ways of fostering the Catholic faith of the teenagers using the Shared Christian Praxis model of catechesis. The main problem in the thesis was how Shared Christian Praxis model was capable of responding to the Catholic teenagers needs of the relevant faith development. To be able to respond the needs of the Catholic teenagers, the steps, materials and facilities of implementation of the faith education should be suited to the teenagers condition. To examine this problem, enough data was needed. Therefore, giving the questionnaire to the Catholic teenagers of St. Maria Assumpta Tanjung needed to be implemented. The writer also conducted the library study to find other relevant sources that can be used to obtain the ideas and to help the implementation of the Shared Christian Praxis model in the St. Maria Assumpta Tanjung parish. The final result showed that the Shared Christian Praxis model was very relevant to the needs and condition of the Catholic teenagers there because through its implementation, Shared Christian Praxis model helped the teenagers to improve their faith development. Shared Christian Praxis model was a dialogical modelparticipatory catechesis. Shared Christian Praxis model had five basic movements. For this purpose the author offered a program of the Shared Christian Praxis model together with the explanations. ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas berkat dan rahmat- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG, KALIMANTAN BARAT. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Melalui skripsi ini penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran mengenai pembinaan iman remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun yang tidak langsung. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. x

11 2. Bapak Y.H Bintang Nusantara, SFK, M.Hum selaku dosen penguji yang selalu memberikan motivasi dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y, M.Hum selaku dosen penguji ketiga yang juga senantiasa memberikan semangat dan dorongan serta senantiasa mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Segenap staf Dosen Prodi IPPAK JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbning penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini. 5. Segenap staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 6. Romo Pamungkas Winarto, Pr., selaku pastor paroki St. Maria Assumpta Tanjung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 7. Bruder Yohanes Sinu, S. Psi, FIC, selaku kepala sekolah SMP PL Tanjung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam menyususn skripsi ini. 8. Yang tercinta Bapak, Ibu dan adik-adikku serta Bang Cornelis yang telah menjadi bagian dari keluarga yang dengan penuh pengertian dan kesabaran telah memberikan dukungan moral, dukungan material, memberi semangat serta dorongan dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini. xi

12 9. Teman-teman remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung yang telah bekerjasama dan membantu penulis dalam melengkapi data-data yang diperlukan untuk penyelesaian skripsi ini. 10. Bapak Yulianus Gumpol dan Bapak Yohanes Rikah selaku pengurus Lembaga Beasiswa Keuskupan Ketapang (PBS KK). 11. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2006/2007 yang turut berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis menjadi pewarta Kabar Gembira di zaman yang penuh tantangan ini. 12. Teman-teman Bujang Dare Kayong (B Dayong-Ketapang) yang ada di Yogyakarta atas kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin selama ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Yogyakarta, 12 Januari 2011 Penulis Maria Veronika xii

13 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiii DAFTAR SINGKATAN... xviii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Permasalahan... 7 C. Tujuan Penulisan... 7 D. Manfaat Penulisan... 8 E. Metode Penulisan... 9 F. Sistematika Penulisan... 9 BAB II. KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) A. Pokok-pokok Katekese pada Umumnya Pengertian Katekese Tujuan Katekese Sifat Katekese Isi Katekese Pelaksana Katekese xiii

14 B. Shared Christian Praxis (SCP) Thomas H. Groome: Pencetus Katekese Model SCP Katekese Model SCP a. Shared b. Christian c. Praxis Langkah-langkah SCP a. Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis akan Pengalaman Hidup Faktual c. Langkah Ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Terjangkau d. Langkah Keempat: Interpretasi/Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kriatiani dengan Pengalaman dan Visi Hidup Peserta e. Langkah Kelima: Keterlibatan Baru Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah di Dunia (Niat Konkret) Kekuatan model SCP a. Praksis Peserta b. Katekese Berpusat pada Peserta c. Katekese Model SCP Merupakan Model Katekese yang Multifungsi d. Katekese Model SCP Bersifat Komprehensif Kelemahan Model SCP Alasan Menggunakan Katekese Model SCP BAB III. PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG, KALIMANTAN BARAT xiv

15 A. Gambaran Keadaan Remaja Pengertian dan ciri-ciri Remaja a. Pengertian Remaja b. Ciri-ciri Remaja c. Lingkungan Hidup Remaja d. Cita-Cita Remaja e. Minat pada Agama f. Pola Perubahan Minat Religius g. Masalah-masalah Remaja Keadaan Remaja Katolik Paroki Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat B. Keadaan Pelaksanaan Pembinaan Iman Remaja di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat Pengertian Pembinaan Iman a. Pembinaan b. Iman Ciri Khas Pembinaan Iman Tujuan Pembinaan Iman Pembinaan Iman Remaja Gambaran Pelaksanaan Pembinaan Iman Remaja di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung C. Penelitian terhadap Pembinaan Iman Remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat Desain Penelitian a. Latar Belakang Penelitian b. Tujuan Penelitian c. Instrumen Pengumpulan Data d. Responden e. Prosedur Pelaksanaan Penelitian xv

16 f. Variabel Penelitian Laporan Hasil Penelitian a. Identitas Responden b. Katekese Model SCP dan Minat Remaja c. Faktor Pendukung dan Penghambat d. Harapan ke depan dan Usulan Pembahasan Hasil Penelitian Kesimpulan BAB IV. MENGUSAHAKAN KATEKESE YANG RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG A. Remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung Membutuhkan Katekese yang Relevan B. Usulan Program Pembinaan Iman dengan Katekese Model SCP Latar Belakang Penyusunan Program Alasan Pemilihan Tema Pelaksanaan Program Usulan Program Katekese Contoh Satuan Pendampingan Katekese SCP BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Kepada Pastor Paroki... (1) Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Kepada Kepala Sekolah... (2) Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... (3) Lampiran 4: Panduan Pelaksanaan Pembinaan Iman... (4) Lampiran 5: Angket Penelitian... (14) xvi

17 Lampiran 6: Daftar Remaja Katolik yang Mengisi Angket... (19) Lampiran 7: Foto-foto Pelaksanaan Pembinaan Iman... (22) xvii

18 DAFTAR SINGKATAN A. SINGKATAN KITAB SUCI Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985,hal. 8. B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979 DCG: Directorum Catechisticum Generale, Direktorium Kateketik Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11 April DV: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi Dokumen C. SINGKATAN LAIN Konsili Vatikan II Art: SPP: IPTEK: SCP: PKKI: PAK: Artikel Sumbangan Pengembangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Shared Christian Praxis Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia Pendidikan Agama Katolik xviii

19 SLTP: SMU: SMP: PL: TV: VCD: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sekolah Menengah Umum Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Televisi Video Compact Disk xix

20 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian pendahuluan ini, penulis menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan judul skripsi ini, diantaranya ialah tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Untuk lebih memperjelas hal-hal tersebut, berikut ini adalah uraiannya: A. Latar Belakang Gejala kenakalan remaja akhir-akhir ini semakin menjadi masalah yang dipikirkan oleh masyarakat pada umumnya. Permasalahan ini menjadi semakin rumit dengan masuknya unsur-unsur kebudayaan, misalnya kemajuan teknologi. Melalui teknologi yang serba canggih dan modern ini berbagai unsur baik yang positif dan yang negatif dapat diperoleh dengan mudah oleh setiap orang termasuk juga oleh para remaja. Masa remaja merupakan periode atau masa penting karena dalam masa ini remaja banyak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik segi mental maupun segi jasmaniahnya. Masa remaja adalah masa peralihan di antara masa anak dan masa dewasa dimana anak mengalami pertumbuhan yang cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak baik berdasar pada bentuk fisik, sikap, dan cara berpikirnya, akan tetapi mereka juga belum dewasa dan matang (Bambang Soetawan, 1974: 12). Masalah pokok yang dihadapi oleh para remaja sebetulnya ialah masalah identitas dirinya. Pribadi yang tidak matang ditandai oleh sifat keragu-raguan dalam

21 2 mengambil suatu keputusan, kurang percaya diri atau harga diri rendah, kurang mampu mengontrol emosi dan perilaku. Keadaan ini memungkinkan remaja untuk mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang positif maupun negatif dari lingkungan sekitarnya. Jika remaja memperoleh pengaruh positif hal ini akan menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya, sebaliknya jika remaja dipengaruhi oleh hal-hal negatif maka remaja akan mudah terjerumus pada tindakan yang negatif pula (Gunarsa Singgih, 2006). Dalam masa perkembangannya, remaja memiliki sifat-sifat positif maupun negatif. Sifat-sifat positif yang dimiliki oleh para remaja diantaranya ialah mau menemukan diri serta dunia batinnya sendiri; muncul rencana-rencana yang mencerminkan idealisme; bangkitnya perasaan mencintai yang disertai naluri-naluri biologis seksualitasnya; menginginkan kebersamaan, kegembiraan, dan kesegaran. Selain sifat positifnya, remaja juga memiliki sifat negatif yaitu muncul pertanyaanpertanyaan yang lebih mendalam (rasa ingin tahu yang sangat tinggi), mencari dalam kecemasan (frustrasi), memiliki kecurigaan tertentu terhadap sesama, dan mengalami masa-masa kemunduran dan kekecewaan (CT. Art. 38). Remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung merupakan bagian dari Gereja dan juga masyarakat. Mereka juga memiliki ciri, sifat, dan permasalahanpermasalahan yang kiranya sama dengan remaja yang lainnya. Remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ialah remaja yang duduk di bangku sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Penggolongan usia remaja dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Meskipun penggolongan usia

22 3 remaja terbagi dalam 3 (tiga) tahap, remaja yang penulis maksud dalam skripsi ini ialah mereka yang menginjak usia sekitar tahun. Dalam skripsi ini penulis hanya memfokuskan perhatian kepada para remaja yang duduk di bangku SLTP karena yang ada di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung hanya remaja SLTP saja. Remaja yang duduk dibangku SLTA tidak berada di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung melainkan mereka berada di keuskupan yaitu keuskupan Ketapang. Para remaja SLTA ini berada di keuskupan ketapang karena mereka mengenyam pendidikan tingkat SLTA di luar Paroki St. Maria Assumpta Tanjung karena di paroki tersebut tidak terdapat SMU maupun SMK. Remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung berasal dari latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda yang mengakibatkan munculnya berbagai perilaku baik yang bersifat positif maupun negatif. Perilaku positif yang dilakukan oleh remaja Paroki st. Maria Assumpta Tanjung ialah mengisi hidup sehari-harinya dengan bersekolah dan membantu orang tuanya bekerja baik melakukan pekerjaan di rumah maupun pekerjaan di ladang atau kebun karet. Pada saat musim libur para remaja ini bekerja membantu orang tua menyadap karet. Hasil dari sadapan karet ini dipergunakan untuk membayar SPP dan membeli kebutuhan lainnya. Selain membantu orang tua, para remaja ini mengisi hari-harinya dengan mengikuti kegiatan yang diadakan di paroki, misalnya latihan koor, gotong royong membersihkan areal Gereja, dan mengikuti doa-doa yang diadakan pada saat-saat tertentu.

23 4 Beradasarkan pengamatan penulis dan sharing dari para orang tua banyak remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung terlibat pada kenakalan remaja seperti perjudian, perkelahian, dan minum minuman keras. Remaja lebih mudah mengenal dan menerima kemajuan IPTEK daripada menerima hal-hal yang berbau iman. Secara umum umat di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, dan juga pembuat Miras (Arak). Miras dapat diperoleh dengan mudah dan diperjualbelikan dengan bebas. Banyak faktor yang berpengaruh dalam kehidupan remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, salah satunya ialah faktor lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh pada kehidupan remaja yang saat ini masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai segi baik segi mental maupun fisiknya. Jika remaja berada di lingkungan yang tenang, damai, dan aman, maka remaja tidak akan terpengaruh oleh hal-hal yang negatif, tetapi sebaliknya jika remaja berada di lingkungan yang penuh dengan kekacauan dan kekerasan maka secara otomatis perilaku remaja akan menyesuaikan dengan lingkungan tempat mereka berada tersebut. Kehidupan remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung tidak hanya disebabkan oleh faktor lingkungan eksternal saja, keadaan keluarga yang kurang harmonis dan kurang memberikan perhatian kepada remaja juga sangat berpengaruh pada perilaku negatif yang dilakukan oleh remaja. Untuk itu bentuk perhatian dan dukungan dari para orang tua, pihak Gereja, dan juga Sekolah sangat memegang peranan penting dalam perkembangan remaja.

24 5 Berdasar pada persoalan dan keprihatinan di atas, maka perlulah diadakan suatu gerakan pembinaan yang berkaitan dengan kualitas iman dan juga kepribadian para remaja. Remaja perlu diberi perhatian yang lebih mengingat para remaja tersebut sedang mengalami masa peralihan. Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 1980: 206). Remaja Katolik harus diarahkan dan dihantarkan kepada masa depan yang sehat, dewasa, tangguh, dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Gereja dan juga bangsa Indonesia. Yang bertanggung jawab dalam pembinaan terhadap remaja ini ialah Gereja dan juga lembaga-lembaga lainnya seperti sekolah. Akan tetapi walaupun Gereja dan lembaga terkait bertanggung jawab atas perkembangan remaja, keluarga merupakan lingkungan pertama bagi pembentukan dan pengembangan kepribadian seorang remaja. Kehidupan keluarga yang baik ditandai oleh hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang di antara anggota keluarga. Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi di antara pasangan suami-istri dan orang tua dengan anak-anaknya (Gunarsa Singgih, 2006). Salah satu bentuk pembinaan yang dapat membantu remaja ialah melalui pembinaan iman dengan katekese model Shared Christian Praxis (selanjutnya penulis singkat SCP). Pembinaan iman yang dilaksanakan haruslah disesuaikan dengan situasi dan keadaan para remaja serta bagaimana katekese model SCP tersebut dilaksanakan untuk menanggapi kebutuhan remaja sehingga mereka merasa tertarik

25 6 untuk mengikutinya. Untuk bisa mengikuti kegiatan pembinaan iman remaja perlu terlebih dahulu mengenal dan mengetahui metode katekese (SCP) karena di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung belum ada katekese model SCP. Melihat keadaan di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung yang demikian maka penulis tertarik untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman remaja tersebut. Agar para remaja tertarik dan mau terlibat maka penulis mencoba memperkenalkan dan mengadakan suatu model pembinaan iman yang sebelumnya memang belum diketahui dan dipahami baik oleh para katekis maupun umat termasuk remaja. Kegiatan pembinaan iman yang dilaksanakan di paroki baru sebatas doa rosario bersama sedangkan untuk masa-masa tertentu (masa Pra-Paskah dan Masa Adven) tidak diadakan kegiatan katekese. Alasan penulis menggunakan katekese model SCP dalam pembinaan iman remaja di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ialah karena dalam katekese model SCP tersebut ada tahapan atau langkah-langkah yang jelas dan dapat membantu remaja, misalnya dalam men-sharingkan dan mengolah pengalamannya, dapat menumbuhkan atau memperkembangkan iman, serta membuat niat dan aksi konkret. Pembinaan iman dalam bentuk katekese model SCP yang dilaksanakan haruslah disesuaikan dengan situasi dan keadaan para remaja agar pembinaan tersebut sungguh mampu menanggapi kebutuhan dan mampu menarik minat remaja Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat. Dengan demikian pembinaan iman yang diadakan bagi remaja sungguh dapat membantu para remaja sebagai manusia yang masih berjuang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

26 7 Berdasar pada persoalan dan latar belakang yang ada maka penulis tertarik untuk menulis skripsi ini dengan judul KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT. B. Rumusan Permasalahan Adapun rumusan permasalahan dalam skripsi ini ialah sebagai berikut: 1. Apa itu pokok-pokok Shared Christian Praxis (SCP)? 2. Sejauh mana pembinaan iman sudah menjawab kebutuhan remaja di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung? 3. Bagaimana katekese model SCP mampu menanggapi kebutuhan remaja di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung? C. Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini ialah: 1. Untuk memaparkan pokok-pokok Shared Christian Praxis (SCP). 2. Untuk mengetahui sejauh mana pembinaan iman yang dilaksanakan sudah menjawab kebutuhan remaja di paroki St. Maria Assumpta Tanjung. 3. Untuk memaparkan bahwa katekese model SCP dapat menanggapi kebutuhan remaja di paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

27 8 D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan skripsi ini dibagi tiga (3), yaitu bagi remaja paroki Maria Assumpta Tanjung, bagi tokoh-tokoh umat di paroki St. Maria Assumpta Tanjung, dan bagi penulis sendiri 1. Bagi Remaja Paroki St. Maria Assumpta Tanjung Skripsi ini akan bermanfaat bagi remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung, karena dapat memberikan pengertian dan gambaran yang konkret berkaitan dengan pembinaan iman yang dapat membantu remaja untuk lebih memperkembangkan diri dalam hal hidup beriman. 2. Bagi tokoh-tokoh umat di paroki St. Maria Assumpta Tanjung Skripsi ini akan membantu para tokoh umat untuk lebih mengenal dan memahami katekese secara mendalam yaitu katekese sebagai bentuk pelayanan terhadap sesama (termasuk remaja) dalam mewujudkan Kerajaan Allah di tengah dunia sehingga mereka mampu memberikan pembinaan yang benar-benar menjawab kebutuhan remaja Katolik. 3. Bagi Penulis Sendiri Mengembangkan kreativitas dan wawasan yang telah diperoleh selama di bangku kuliah sehingga penulis dapat semakin menghayati tugas perutusannya sebagai katekis dalam tugas membina remaja di paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

28 9 E. Metode Penulisan Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi yang analitis yaitu memaparkan dan memberikan gambaran serta menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai. Setelah memperkenalkan dan melaksanakan katekese model SCP penulis mengadakan penelitian berkaitan dengan katekese model SCP tersebut. Tujuan dari penelitian yang dilaksanakan setelah pembinaan iman ini ialah untuk mengetahui apakah katekese model SCP dapat membantu para remaja dan mampu memberikan sumbangan bagi pembinaan iman di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Selain mengadakan penelitian, dalam penulisan skripsi ini penulis juga mengadakan studi pustaka untuk mencari sumber-sumber yang relevan dan yang mendukung penulisan tersebut. F. Sistematika Penulisan Skripsi ini mengambil judul KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT dan dikembangkan dalam lima bab, yaitu: Bab I. PENDAHULUAN Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

29 10 Bab II. KATEKESE MODEL SCP Bab ini mendeskripsikan tentang katekese secara umum, mendeskripsikan katekese model SCP, alasan menggunakan katekese model SCP, kekuatan model SCP, dan kelemahan model SCP dalam pembinaan iman. Bab III. PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG, KALIMANTAN BARAT Dalam bab ini penulis akan mendiskripsikan keadaan remaja, gambaran pelaksanaan pembinaan iman remaja, dan penelitian tentang pembinaan iman yang telah dilakukan terhadap remaja di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Bab IV. SCP MERUPAKAN MODEL KATEKESE YANG RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN REMAJA DALAM PEMBINAAN IMAN DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG Penulis akan memaparkan peranan katekese model SCP dalam pembinaan iman bagi remaja di Paroki Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat dan membuat program pendalaman iman bagi remaja beserta penjabarannya: usulan tema, penjabaran tema, contoh katekese model SCP Bab V. PENUTUP Penulis akan memberikan kesimpulan dan saran berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan iman remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat.

30 11 BAB II KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) Bab ini memaparkan dua uraian pokok. Pokok pertama menguraikan tentang katekese secara umum. Pada pokok ini, penulis mengemukakan tentang pokok-pokok katekese pada umumnya, yaitu pengertian katekese, tujuan katekese, sifat katekese, isi katekese, dan pelaksana katekese. Pokok kedua dalam penulisan ini ialah katekese model SCP yang menjadi gagasan utama sekaligus menjadi pusat perhatian dari penulisan ini. Penulis akan menguraikan tentang latar belakang pribadi Thomas H. Groome sebagai profesor di bidang teologi dan pendidikan agama sekaligus pencetus dan pengembang katekese dengan model SCP. Selain menguraikan sosok Thomas H. Groome penulis juga akan memaparkan pengertian SCP, langkah-langkah SCP beserta kekuatan dan kelemahannya. Penulis menilai pokok kedua ini penting karena dalam pelaksanaannya katekese model SCP ini banyak memberikan manfaat bagi pesertanya. Adapun manfaat-manfaat tersebut diantaranya ialah peserta diberdayakan agar terlibat aktif, serta melalui pengalaman-pengalaman yang direfleksikan dan yang diolah peserta mampu memperkembangkan hidupnya ke arah yang lebih baik sehingga muncullah sikap dan kesadaran baru. Sampai saat ini katekese model SCP semakin relevan dengan keadaan zaman yang selalu maju dan berkembang.

31 12 A. Pokok-pokok Katekese pada Umumnya 1. Pengertian Katekese Penyelenggaraan katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai salah satu tugas yang sangat penting. Sebelum Kristus naik menghadap BapaNya, Ia menyampaikan kepada para rasul perintah yang terakhir, yakni menjadikan semua bangsa murid-muridnya dan mengajar mereka untuk mematuhi segala sesuatu yang telah diperintahkannya. Kepada mereka diserahkannya pula perutusan dan kuasa untuk dengan berwibawa menjelaskan apa yang telah diajarkannya yaitu amanat sabda, kegiatannya, tanda-tanda dan perintah-perintahnya. Dalam menjalankan misi tersebut Kristus mencurahkan Roh kepada murid-muridnya (CT, Art. 1). Istilah katekese digunakan untuk merangkum seluruh usaha Gereja untuk memperoleh murid-murid, untuk membantu umat dalam mengimani Yesus sebagai Putera Allah, dan untuk membina serta mendidik mereka dalam perihidup itu, dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus. Gereja tidak pernah berhenti mencurahkan tenaganya untuk menunaikan tugas yang diperintahkan oleh Kristus (CT, Art. 1). Ada bermacam-macam pengertian tentang katekese dalam Gereja sehingga sulit untuk memberikan rumusan secara definitif. Hal ini dikarenakan oleh adanya berbagai macam pemikiran dari para ahli yang melatarbelakangi munculnya pengertian katekese tersebut. Dalam PKKI II yang diselenggarakan di wisma Samadi Klender tanggal 29 Juni sampai 5 Juli 1980 dirumuskanlah pengertian katekese umat. Katekese umat ialah komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara anggota

32 13 jemaat/kelompok. Dalam komunikasi iman inilah iman umat semakin diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Katekese umat mengandaikan perencanaan dan lebih menekankan penghayatan iman daripada pengetahuan. Meskipun demikian pengetahuan itu tidak dilupakan (Lalu, 2005:5). Komunikasi yang ditekankan bukan saja komunikasi antara pembimbing dengan peserta tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta sendiri karena arah katekese tersebut menuntut agar peserta semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan jemaat. Katekese umat juga dipahami sebagai usaha pembinaan umat secara teratur dan terencana (Huber, 1981: 18). Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat dan saling bersaksi tentang iman mereka. Dalam katekese, peserta berdialog dalam suasana yang terbuka yaitu adanya sikap saling menghargai dan saling mendengarkan (Huber, 1981: 22). Dalam katekese yang ditukarkan atau dikomunikasikan ialah penghayatan umat akan imannya dan bukan pengetahuan tentang rumusan iman. Sebagai komunikasi iman, katekese menekankan sifatnya yang praktis dan selalu ke arah yang memperkembangkan terutama dalam hal iman umat. Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese bukan hanya menjadi tanggung jawab para pemimpin Gereja, para imam, biarawan-biarawati, katekis dan para tokoh lainnya, melainkan peranan dan kehadiran umat dalam pelaksanaan dan perkembangan katekese mendapat tempat yang penting dan utama. Sebab katekese ini

33 14 berasal dari umat, oleh umat, dan untuk umat itu sendiri. Dalam katekese kita semua bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus. Dalam pelaksanaan katekese haruslah diperhatikan pula keadaan dan budaya umat, serta latar belakang umat. Setiap keuskupan, paroki, stasi, wilayah atau lingkungan memiliki perbedaannya masing-masing termasuk juga umatnya. Ada umat yang aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan menggereja begitu juga sebaliknya ada umat yang pasif. Katekese perlu memperhatikan keterlibatan umat dalam hidup menggereja dan kebiasaan atau kebudayaan yang terjadi pada umat, serta memperhatikan pula permasalahan yang sedang dialami umat. Umat mengalami berbagai macam permasalahan baik itu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan kerohanian pribadi, permasalahan sosial dalam masyarakat maupun permasalahan yang berkaitan dengan petugas pastoral. Hal ini perlu sungguh-sungguh diperhatikan dalam pelaksanaan katekese agar mampu menyesuaikan dengan keadaan tersebut dan di sinilah tuntutan dan tantangan katekis dalam kehidupannya yang benar-benar mengumat. Masyarakat kita adalah masyarakat yang majemuk dan permasalahan umat juga selalu berkembang. Dalam masa sekarang terlihat dan terasa adanya pembedaanpembedaan yang cenderung untuk meminggirkan dan kelompok yang satu ingin menjatuhkan kelompok yang lainnya. Ada kesenjangan yang terlalu besar antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini bukan saja menjadi masalah sosial atau kemasyarakatan saja, tetapi merupakan masalah bagi penghayatan iman kita pula karena hal tersebut tidak sesuai dengan semangat Yesus Kristus. Katekese

34 15 mempunyai tugas untuk membina dan membantu agar umat memiliki dan menghayati iman yang terlibat dalam masyarakat. Dalam berkatekese, umat harus mengusahakan suatu pembaharuan yang sesuai dengan keadaan umat dan keadaan zaman yang semakin maju dan berkembang. Pembaharuan katekese bukan hanya sekedar metode, sarana, isi dan strategi saja akan tetapi yang lebih pokok adalah hidup jemaat sendiri yang selalu memperbaharui hidup mereka dengan jalan mengusahakan pertobatan yang terus menerus. Dalam proses katekese seluruh pengalaman hidup umat menjadi bagian yang sangat penting. Bahan katekese tidak hanya berasal dari ajaran Gereja saja tetapi juga merupakan perpaduan antara Tradisi dalam Gereja dengan pengalaman konkrit umat di lingkungannya. Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya, Catechesi Tradendae mengartikan katekese sebagai pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa dalam iman yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, Art.18). Katekese merupakan pembinaan iman yang dilaksanakan bagi seluruh umat tanpa terkecuali mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pembinaan iman yang dilaksanakan mencakup penyampaian ajaran Kristen. Cara penyampaiannya ialah secara organis dan sistematis dengan tujuan untuk mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen.

35 16 Dalam tugas pastoral Gereja, katekese termasuk salah satu bentuk pelayanan firman yang dimaksudkan untuk mengusahakan agar iman umat menjadi lebih hidup. Katekese erat hubungannya dengan evangelisasi, yakni membawa Kabar Gembira ke dalam tata hidup manusia untuk mengubah dan membaharui tata hidup yang telah dijalani tersebut. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna (Hutabarat, 1983: 45). 2. Tujuan Katekese Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya, Catechesi Tradendae menyampaikan tiga tujuan katekese. Tujuan katekese yang pertama ialah mengajak umat untuk mendalami Misteri Kristus dalam segala dimensinya: untuk menunjukkan kepada semua orang makna rencana yang terkandung dalam misteri... (CT. Art.5). Dalam katekese umat diajak untuk mendalami Misteri Kristus yaitu kerelaan-nya untuk menebus segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan manusia melalui penderitaan dan wafat di kayu salib yang kemudian bangkit dalam kemuliaan. Misteri Kristus ini ditunjukkan kepada semua orang dengan maksud agar rencana keselamatan yang telah dijanjikan dapat terlaksana dan dinikmati oleh orang beriman melalui misteri tersebut. Perlu ditegaskan bahwa tujuan katekese adalah menghubungkan umat dengan Yesus Kristus dan mengundang umat tersebut untuk memasuki persekutuan yang mesra dengannya (CT. Art.5). Hubungan mesra yang terjalin dengan Yesus Kristus mengajak kita untuk lebih mendekatkan diri

36 17 kepadanya, mencintainya dengan segenap jiwa raga, dan kita selalu berharap dan menaruh kepercayaan yang besar kepadanya. Tujuan katekese yang kedua ialah mengembangkan iman yang masih dalam tahap awal yang mulai tumbuh menuju pada kepenuhan serta semakin memantapkan perihidup Kristen umat beriman baik yang tua maupun yang muda. Secara lebih cermat dapat dikatakan bahwa tujuan katekese ialah menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan iman akan Yesus Kristus. Artinya, orang Kristen bertobat, berusaha makin mengenal Yesus Kristus serta mengikuti dan menaati segala perintahperintahnya (CT. Art.20). Tujuan katekese yang ketiga ialah mengembangkan iman umat menuju ke arah yang dewasa dan matang sehingga umat semakin diteguhkan dalam beriman. Adapun cara untuk memperkembangkan iman tersebut ialah melalui liturgi, pelayanan, kesaksian, doa, relasi dengan sesama, pertobatan, dan lain-lain (CT. Art.25). Selain tiga tujuan katekese yang diungkapakan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya, ada tujuan katekese yang lain, yang dirumuskan dalam PKKI II. Adapun tujuan katekese dalam PKKI II tersebut, ialah: a. supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari; b. dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyatan hidup sehari-hari; c. dengan demikian kita semakin sempurna dalam beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup kristiani kita; d. pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;

37 18 e. sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat Tujuan komunikasi iman yang dirumuskan dalam PKKI II ini memiliki tiga sudut pandang yaitu peserta secara pribadi, Gereja, dan masyarakat. Tujuan komunikasi iman yang berkaitan dengan peserta/umat yang dimaksud ialah supaya dalam terang Injil peserta semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari agar iman umat dapat semakin teguh dan berkembang, membantu umat untuk mengenal; mencintai; dan selalu setia dalam mengikuti Yesus Kristus, memiliki semangat pertobatan (metanoia), dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyatan hidup sehari-hari. Dengan demikian umat semakin sempurna dalam beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan dalam hidup bersama. Katekese tidak dapat dipisahkan dari pergulatan hidup umat sehari-hari, dan katekese itu diharapkan untuk sungguh-sungguh menanggapi keadaan umat, merefleksikannya, dan memaknai setiap pengalaman hidup umat dalam terang iman untuk membantu umat menghayati, mendewasakan dan memperkembangkan iman mereka secara personal agar umat mau terlibat aktif dalam kegiatan. Selain berkaitan dengan peserta komunikasi iman ini juga bertujuan bagi Gereja yaitu agar umat beriman semakin bersatu dengan Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Tujuan komunikasi iman yang lainnya tidak hanya diperuntukkan bagi peserta dan Gereja saja, melainkan komunikasi iman itu diperuntukkan bagi masyarakat luas dimana umat beriman Kristiani memberi kesaksian tentang Kristus dalam kehidupan

38 19 di tengah masyarakat dan lingkungannya. Groome menegaskan tujuan katekese merupakan gerakan mengkomunikasikan harta kekayaan iman Gereja supaya dapat membentuk dan membantu jemaat memperkembangkan imannya pada Yesus Kristus baik secara personal maupun komunal demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Nilai-nilai kerajaan Allah akan benar-benar terwujud jika umat mengalami kedamaian, cinta kasih, saling menghormati, saling melayani, dan lain-lain. 3. Sifat Katekese Katekese memiliki dua sifat yaitu kristosentris dan umatsentris dan kedua unsur tersebut saling berhubungan secara erat. Katekese bersifat kristosentris dan umatsentris karena Roh Allah yang menghendaki dan membimbing umat untuk mencapai kesatuan dengan Yesus Kristus menuju Kerajaan Allah serta dengan penuh kesadaran umat berkumpul untuk mengkomunikasikan imannya kepada sesama umat. Yang dikomunikasikan dalam katekese ialah pengalaman iman akan Yesus Kristus sedangkan yang berkomunikasi ialah umat. Maka katekese memang tidak dapat keluar dari kedua sifatnya yang kristosentris dan umatsentris. Katekese bersifat kristosentris maksudnya ialah jantung hati dalam pelaku katekese ialah Yesus Kristus. Isi dan tujuan ialah Kristus, dan bagi umat Yesus Kristus itu adalah segalanya. Sedangkan katekese yang bersifat umatsentris ialah katekese itu berasal dari umat, oleh umat dan demi kepentingan umat. Artinya setiap umat menghendaki hidup dan imannya berkembang, dan demi memperkembangkan hidup dan iman umat tersebut maka dalam pelaksanaan katekese yang bertanggung

39 20 jawab ialah seluruh umat. Katekese dilaksanakan di tengah-tengah hidup umat, dan oleh karena itu paham, tujuan, bahan, dan metodenya digali dan dirumuskan berdasar pada gambaran serta cita-cita umat. 4. Isi Katekese Isi katekese berkaitan dengan Injil secara keseluruhan yaitu Kabar Gembira. Kabar Gembira yang dimaksud ialah tentang penyelamatan, yang didengar satu atau ratusan kali, dan telah diterima dengan hati, dan juga dilaksanakan melalui katekese yang tiada henti. Katekese yang dilaksanakan bermaksud untuk merangsang keterlibatan umat secara nyata (Hutabarat, 1983: 47-48). Katekese selalu akan menggali isinya dari sumber hidup yakni sabda Allah yang disalurkan dalam Tradisi dan Kitab Suci karena kedua unsur tersebut merupakan khazanah kudus sabda Allah yang dipercayakan kepada Gereja. Tradisi suci dan Kitab Suci sebagai sumber katekese harus diwarnai dan diresapi oleh gagasan, semangat, dan visi Injil melalui kontak terus menerus dengan teksnya sendiri (CT. Art. 27). Kitab Suci memuat Wahyu Allah yang ditulis dengan ilham Roh Kudus, sedangkan Tradisi Suci ialah sabda Allah yang dipercayakan kepada para Rasul dan disalurkan kepada para pengganti rasul agar dalam terang Roh kebenaran sabda Allah tersebut dipelihara, dijelaskan, dan disebarkan (DV. Art. 9). Katekese harus bersifat biblis dan situasional serta berpusat pada Kristus dan katekese harus dapat memberi pengarahan tentang tata kehidupan orang beriman agar semakin memantapkan diri bahwa katekese yang dilaksanakan bukan sebagai tambahan dan selingan dalam

40 21 hidup melainkan katekese dilaksanakan demi kehidupan pribadi dalam masyarakat (Setyakarjana, 1976: 11). Katekese berusaha mengajarkan sabda Allah dengan penuh kesetiaan. Tugas katekese juga tidak dapat dibatasi hanya pada pengulangan rumusan-rumusan, tetapi katekese mengharapkan agar rumusan-rumusan tersebut dipahami oleh umat dan isinya dapat dinyatakan dengan bahasa yang sesuai (DCG. Art. 34). Isi katekese tidak disampaikan secara kaku sesuai dengan bacaan yang ada dalam Kitab Suci, melainkan bahasa yang dipergunakan disesuaikan dengan usia, keadaan sosial, maupun keadaan budaya umat. Intinya ialah bahwa isi katekese disesuaikan dengan keadaan seluruh umat. Dengan demikian pesan yang ingin disampaikan kepada umat dapat diterima dengan baik dan jelas. Pewartaan sabda Allah dalam Kitab Suci bukanlah satu-satunya isi katekese. Dalam proses katekese peserta mengkomunikasikan pengalaman hidupnya sehari-hari, kemudian komunikasi itu meningkat menjadi komunikasi pengalaman iman. Pengalaman iman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari umat dipadukan dengan pengalaman hidup umat yang terdapat dalam Kitab Suci. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bahwa kehidupan konkret sekarang memiliki hubungan atau kemiripan dengan kehidupan umat dalam Kitab Suci. Dalam pelaksanaan katekese, harus diperhatikan pula hubungan timbal balik antara pengalaman umat dengan sabda Allah yang disampaikan. Katekese tidak dapat dipisahkan dari pengalaman konkrit umat, karena katekese memiliki sifat umatsentris. Proses katekese sebagai komunikasi iman merupakan proses yang berasal dari umat

41 22 sendiri. Umat memiliki pengalaman-pengalaman konkret yang dialami dalam hidupnya. Pengalaman hidup umat meliputi segala kegiatan hidup sehari-hari, termasuk kegiatan rohani mereka seperti hidup doa, perayaan iman, dan devosidevosi. Di samping itu di dalamnya juga termasuk permasalahan serta kesulitan, keprihatinan dan persoalan hidup yang menekan seperti kekhawatiran, ketakutan dan kebingungan, tetapi juga kegembiraan, kebahagiaan, kesuksesan, cita-cita serta pengharapan mereka. Maka proses katekese bertolak dari pengalaman konkret peserta itu sendiri yaitu pengalaman iman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Isi katekese berkaitan dengan cita-cita yang diharapkan umat dalam masyarakatnya yaitu harapan untuk saling memperhatikan, saling membutuhkan, saling memperkaya iman dan pengalaman, dan saling meneguhkan. Suasana saling dalam kehidupan umat semacam ini akan membantu setiap umat merasa diterima dan dihargai, sehingga mereka dapat merasa aman, krasan dan merasa terbantu untuk mewujudkan dan sekaligus mengembangkan diri. Umat, fasilitator, Kitab Suci, dan pengalaman-pengalaman tidak dapat dipisahkan, semuanya itu saling melengkapi dan saling mendukung demi tercapainya komunikasi iman yang benar-benar dapat membentuk identitas umat beriman dan sekaligus mendorong mereka untuk mencapai perkembangan iman yang berlangsung secara terus-menerus dalam kehidupannya. 5. Pelaksana Katekese Katekese berasal dari umat, oleh umat, dan dilaksanakan demi umat. Artinya seluruh anggota Gereja memiliki tanggung jawab terhadap katekese. Pelaksana karya

42 23 pelayanan katekese ialah seluruh umat beriman sebagai keseluruhan baik para pemuka Gereja maupun yang bukan dan setiap orang yang beriman pada Yesus Kristus. Karya pelayanan katekese tidak dapat berjalan sendiri, dan setiap umat perlu memperhatikan hal tersebut. Setiap anggota Gereja memiliki bermacam-macam talenta dan anugerah. Dalam pelayanan katekese, semakin banyak orang melibatkan diri untuk melayani sesamanya semakin banyak pula segi-segi pelayanan yang dapat ditangani. Maka agar katekese dapat berjalan dengan mantap dan tangguh diperlukan kerjasama dari setiap petugas pelaksana katekese tersebut (Huber, 1979: 145). Para pelayan katekese dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pelayan karya katekese khusus dan pelayan katekese bukan khusus. Yang dimaksud dengan pelayan karya katekese khusus ialah seseorang yang mengabdikan seluruh hidupnya demi pelayanan katekese dan diakui secara resmi sebagai katekis. Para pelayan khusus ini bekerja sebagai pendorong dan pemberi motivasi bagi banyak kesibukan karya katekese yang bukan merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh mereka yang bukan ahli dalam bidangnya, mereka yang mengkhususkan dirinya demi memperkembangkan karya katekese dan memiliki keahlian di bidang katekese itu sendiri. Adapun pelaksana katekese yang bukan khusus ialah para pelaksana katekese yang walaupun tidak memiliki keahlian khusus di bidang katekese dengan sukarela menyediakan diri untuk terlaksananya tugas katekese itu sendiri. Para pelayan katekese bukan khusus tersebut antara lain ialah

43 24 orang tua, katekis sukarelawan, pemimpin umat setempat, biarawan-biarawati, para imam, para calon imam, dan para uskup (Huber, 1979: 145). Sikap dasar yang harus dimiliki oleh seorang katekis ialah sebagai fasilitator bagi umat, mendengarkan sabda Allah dan mendengarkan jemaat, mencintai dan menghormati harta kekayaan iman Gereja, dan mengenal metode-metode baru berkatekese yang dapat membangkitkan partisipasi jemaat. Setiap pelayan dalam karya katekese diharapkan untuk sungguh-sungguh mendalami dan mengarahkan kehidupannya kepada Yesus Kristus dalam perwujudannya di kehidupan nyata baik dalam lingkup Gereja maupun dalam lingkup masyarakatnya. Diharapkan pula ada kematangan dan kedewasaan dalam berpikir sehingga tindakan yang dilakukan oleh para pelaksana katekese ini dapat berjalan dengan seimbang dan patut diteladani oleh orang lain yang dibimbingnya. Pada umumnya pelaksana karya katekese ialah seluruh umat termasuk para biarawan-biarawati serta para awam yang mendapat pendidikan khusus yang berkaitan dengan bidang katekese atau pewartaan. Pelaksana katekese dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, pelaksana katekese di paroki/keuskupan yaitu para imam, biarawan-biarawati dan awam. Kedua, pelaksana katekese di sekolah yaitu imam, biarawan-biarawati, guru kelas, dan guru agama. Pelaksana katekese yang ketiga ialah berkaitan dengan pelaksanaan katekese di luar paroki/keuskupan maupun di luar sekolah, para pelaksana katekese seperti ini ialah katekis, katekis militer, pemimpin umat, imam, dan aktivis paroki (Setyakarjana, 1976: 10).

44 25 Dalam skripsi ini, pelaksana katekese yang dimaksud ialah katekis baik yang bertindak sebagai pelaksana katekese di luar sekolah maupun pelaksana katekese di lingkup sekolah. Dalam melaksanakan pembinaan iman bagi remaja Katolik, katekis perlu memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan remaja itu sendiri. Aspekaspek tersebut ialah pembinaan dilaksanakan berdasarkan pada kebutuhan remaja, pembinaan yang benar-benar dapat membantu remaja untuk berkembang ke arah yang lebih baik, pembinaan mampu meneguhkan; menguatkan; memberi solusi, dan lain-lain. Dalam melaksanakan pembinaan remaja Katolik ini pembimbing katekese atau Guru Agama diharapkan menjalankan fungsinya dengan baik yaitu sebagai fasilitator yang membantu dan memberikan arahan dalam komunikasi iman yang dilaksanakan melalui katekese. Pembinaan iman remaja Katolik melalui katekese ini diharapkan sunguh-sungguh mampu menjawab kebutuhan dan permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh remaja Katolik dalam kehidupan sehari-harinya. B. Shared Christian Praxis (SCP) 1. Thomas H. Groome: Pencetus Katekese Model SCP Thomas H. Groome adalah seorang profesor di bidang teologi dan pendidikan agama dari Boston College Amerika Serikat. Ia menyelesaikan studi doktornya (S3) di Fakultas Keguruan, universitas Columbia dan Union Theology Seminary New York. Ia menjadi dosen di mana-mana di seluruh belahan dunia. Secara khusus, dia mengajar pendidikan agama, penulis yang produktif sekaligus sebagai editor bukubuku yang berkenaan dengan pendidikan agama. Ia juga aktif menulis majalah

45 26 Sharing Faith dan kerap diundang sebagai penceramah dan dosen tamu di benua Asia, Eropa, dan Australia. Thomas H. Groome mangarang empat buku yang terkenal. Buku pertamanya ialah Christian Religious Education (1980). Buku ini menyampaikan pokok-pokok dari PAK (Pendidikan Agama Kristen) yang menyangkut sifat dasar, tujuan, konteks, pendekatan, kesiapan, dan subyeknya. Sebelas tahun kemudian tepatnya pada tahun 1991, beliau memperdalam model pendidikan iman yang ia namai Shared Christian Praxis (SCP) dengan menerbitkan buku keduanya yang berjudul Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Ministry. Buku ini menguraikan secara mendalam tentang SCP sebagai bentuk pendekatan PAK yang komprehensif dengan dasar teologis yang mendalam. Buku ketiga yang ditulis oleh Groome berjudul Education For Life: A Spiritual Vision For Every Teacher ad Parent (1998), yang memaparkan tentang visi spiritual bagi setiap pendidik dan orangtua. Dan buku Groome yang keempat ialah What Makes Us Catholic (2003) yang menguraikan pokok-pokok utama dari anugerah Allah yang menjadikan kita dapat disebut sebagai seorang Katolik (Totok Mardianto, 2007: 10-11). Dalam buku yang berjudul Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Ministry Groome menyatakan bahwa model praksis ini bermula dari kebutuhan para katekis untuk memiliki suatu pendekatan berkatekese yang handal dan efektif, maksudnya ialah bahwa model katekese ini sungguh memiliki dasar teologis, memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan, dan memiliki keprihatinan pastoral yang jelas (Heryatno, 1997: i). Model ini bersifat

46 27 dialogis partisipatif artinya dalam pelaksanaannya terjadi dialog yang melibatkan seluruh peserta. Dialog yang diadakan ialah dialog yang berkaitan dengan pengalaman peserta akan imannya. 2. Katekese Model SCP Katekese model SCP memiliki sifat yang dialogis partisipatif yang menekankan kemitraan dalam penyelengraannnya. Dalam pelaksanaan katekese model SCP ini peserta merupakan subyek utama. Maksudnya ialah dalam proses katekese seluruh pengalaman hidup umat menjadi bagian yang sangat penting. Umat diberdayakan agar terlibat aktif dalam proses katekese tersebut. Keterlibatan umat tersebut ialah dalam ber-sharing, mendengarkan, memberikan tanggapan, menafsirkan, dan merencanakan serta mewujudkan aksi yang konkret dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-pengalaman umat tersebut direfleksikan, diolah, dan dicari maknanya agar semuanya itu dapat memperkembangkan hidup umat ke arah yang lebih baik. Bahan katekese tidak hanya berasal dari harta kekayaan iman Gereja saja tetapi juga pengalaman konkrit umat di lingkungannya. Pengalaman hidup sehari-hari peserta, pergulatan, keprihatinan, dan harapan-harapan peserta merupakan pokok perhatian katekese model SCP (Heryatno, 1997: 1). Shared Christian Praxis (SCP) menekankan proses katekese yang yang bersifat dialogis partisipatif yang bermaksud mendorong peserta agar secara pribadi maupun bersama mampu merefleksikan pengalaman dan menanggapi keadaan konkret. Katekese model SCP ini bermula dari pengalaman hidup peserta yang

47 28 direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi Kristiani sehingga nantinya akan muncul sikap dan kesadaran baru yang akan memberikan motivasi untuk terlaksananya keterlibatan baru. Orientasi pendekatan katekese model SCP ini ialah praxis (Sumarno, 2010: 14-15). Shared Christian Praxis (SCP) terdiri dari tiga kata yang masing-masing mempunyai arti tersendiri. Dalam skripsi ini penulis akan memaparkan arti dari setiap kata tersebut. a. Shared Istilah shared menunjuk pengertian komunikasi timbal balik, sikap partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta. Masing-masing peserta bersikap terbuka baik untuk kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk rahmat Tuhan. Istilah ini juga menekankan proses katekese yang menggarisbawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan, dan solidaritas. Dalam kata shared ditekankan komunikasi iman antar peserta yang disebut juga sharing atau dialog. Dalam sharing semua peserta diharapkan secara terbuka siap mendengar dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Dalam komunikasi iman yang di-sharing-kan ialah pengalaman iman. (Heryatno, 1997: 4). Yang dimaksud sharing dalam SCP ialah berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan, serta saling mendengarkan satu dengan yang lainnya. Dialog yang terjadi dalam sharing ini berawal dari ungkapan tentang keadaan dan pengalaman diri sendiri yang diungkapkan dalam suasana yang penuh dengan persaudaraan dan cinta kasih. Dalam dialog ini ada dua unsur penting yang menjadi titik tolaknya yaitu

48 29 membicarakan dan mendengarkan. Yang dimaksud dengan membicarakan ialah menyampaikan apa yang menjadi kebenaran pengalaman serta mengatakan hal yang terjadi tersebut sebagaimana adanya dan bukan berdasar pada pengalaman dari orang lain atau pengalaman yang hanya dipikirkan dan diperkirakan saja. Dalam membicarakan pengalaman ini didasari oleh sikap keterbukaan dan kejujuran serta kerendahan hati untuk mengungkapkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan mendengarkan dalam sharing ialah mendengar dengan hati dan perasaan tentang apa yang dikomunikasikan oleh orang lain. Mendengarkan juga berarti melibatkan keseluruhan diri sehingga dalam mendengarkan tersebut hati kita tergerak dan berempati terhadap apa yang dikomunikasikan tersebut. Dengan mendengarkan pengalaman yang diungkapkan oleh orang lain kita ataupun peserta yang lainnya akan menemukan kehendak Tuhan, karena dalam sharing tersebut terjadi dialog yang bukan saja melibatkan sesama peserta melainkan juga melibatkan Tuhan (Sumarno, 2010: 16-17). b. Christian Kata christian menunjuk harta kekayaan iman Kristiani yang terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi. Dengan kata ini, SCP mengusahakan supaya harta kekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan peserta pada zaman sekarang. Dengan proses itu diharapkan kekayaan iman Gereja sepanjang sejarah menjadi pengalaman iman jemaat pada zaman sekarang. Kekayaan iman yang ditekankan dalam model ini meliputi dua unsur pokok yaitu pengalaman hidup Kristiani sepanjang sejarah (tradisi) dan visinya.

49 30 Penghayatan tradisi iman Kristiani merupakan sumber pewartaan (Heryatno, 1997: 2-3). Kata christian mencakup perpaduan antara Tradisi dan Visi Kristiani. Tradisi dalam Gereja ialah seluruh pengalaman iman umat dalam bentuk apapun yang sudah terungkap dan yang sudah dibakukan oleh Gereja dalam rangka menanggapi perwahyuan Allah di dunia ini. Tradisi Gereja ini meliputi seluruh corak kehidupan Kristiani, Kitab Suci tertulis, ajaran Gereja resmi, interperatasi/tafsir, penelitian para teolog, praktek suci, ibadat, sakramen, simbol, ritus, pesta/peringatan, dan hiasan/lukisan. Semua unsur-unsur ini merupakan ekspresi iman umat akan pengalamannya berhadapan dengan tindakan Allah yang berdasar pada peristiwa sejarah yaitu kehadiran Allah melalui hidup, mati, dan kebangkitan Kristus Putra-Nya di dunia. Adapun yang dimaksud dengan Visi Kristiani ialah suatu cita-cita atau harapan ke depan yang hendak dicapai (Sumarno, 2010: 17). Berdasar pada pengertian Tradisi dan Visi Kristiani tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kata christian menunjuk seluruh pengalaman iman umat yang merupakan tanggapan/jawaban terhadap janji Allah kepada manusia. Manusia menanggapi janji Allah tersebut dengan melakukan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-harinya. c. Praxis Kata praxis di sini lebih mengacu pada tindakan nyata manusia yang mempunyai tujuan untuk tercapainya suatu transformasi kehidupan yang di dalamnya terkandung proses kesatuan antara praktek dan teori (Heryatno, 1997: 2).

50 31 Praxis dalam pengertian model katekese ini ialah sebagai perbuatan atau tindakan yang meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia dan segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia tersebut dilakukan dengan tujuan tertentu dan dengan kesengajaan. Praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan dalam hidupnya yang meliputi kesatuan antara aksi dan refleksi serta antara refleksi kritis dengan keasadaran historis yang mengarah pada keterlibatan baru. Praxis merupakan aksi yang dilandasi oleh refleksi dan refleksi tersebut didukung oleh aksi. Praxis merupakan aksi yang direfleksikan yang mengarah pada perkembangan ke arah yang lebih baik. Praxis merupakan ungkapan pribadi yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, dan spiritual. Tindakan yang terjadi merupakan sesuatu yang faktual dan bukan sesuatu yang hanya teoritis saja. Praxis mempunyai tiga unsur pembentuk yang saling berkaitan. Unsur pertama dari praxis tersebut ialah aktivitas. Aktivitas ini meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, serta tindakan personal dan sosial. Unsur kedua dari praxis ialah refleksi. Refleksi yang dimaksud ialah refleksi kritis terhadap tindakan pribadi dan sosial masa lampau dan menghubungkannya dengan Tradisi dan Visi iman Kristiani sepanjang sejarahnya baik masa lampau, masa sekarang, dan juga masa yang akan datang. Dan unsur yang ketiga dari praxis ialah kreativitas yang merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang dipadukan dan akan menjadi tindakan nyata (Sumarno, 2010: 15).

51 32 3. Langkah-langkah SCP Thomas H. Groome mengemukakan lima langkah pokok dalam pelaksanaan SCP (Shared Christian Praxis). Kelima langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut: a. Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual Pada langkah pertama ini, peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman hidup baik yang dialami secara pribadi maupun pengalaman yang berhubungan dengan permasalahan dalam masyarakat termasuk situasi sosial, budaya, dan ekonomi. Yang menjadi kekhasan pada langkah pertama ini ialah peerta mengungkapkan pengalaman faktual yang tidak hanya diungkapkan secara verbal saja melainkan dapat juga menggunakan lambang, tarian, nyanyian, puisi, pantonim, lukisan, musik, drama, cergam dan lain-lain. Tujuan dari langkah ini ialah membantu peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup faktual berdasarkan tema yang ada. Pengalaman-pengalaman faktual yang dialami oleh peserta diungkapkan dan dibagikan kepada sesama dengan men-sharing-kannya. Isi sharing hendaknya tidak ditanggapi sebagai suatu laporan yang bebas nilai melainkan sebagai undangan untuk melibatkan diri. Secara bersamasama peserta belajar dan menimba kekayaan pengalaman hidup dari peserta lain dan peserta saling meneguhkan serta diteguhkan. Pada langkah ini pembimbing berperan sebagai fasilitator, pemudah, dan pendamping. Pembimbing diharapkan untuk menciptakan suasana yang mendukung di dalam pertemuan agar peserta mampu dan mau membagikan pengalaman hidup

52 33 faktualnya kepada sesama. Adapun peran peserta dalam pertemuan ialah membagikan pengalaman hidup yang sungguh-sungguh dialaminya dan peserta menghayati perannya sebagai subyek yang menuju pada kebebasan yang bertanggungjawab untuk memperbaiki kehidupan pribadi dan bersama. Contoh pertanyaan: Ceritakanlah pertolongan apa yang pernah teman-teman berikan kepada orang lain? b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis akan Pengalaman Hidup Faktual Pada langkah ini peserta didorong untuk mengadakan refleksi kritis terhadap isi sharing yang telah diungkapkan pada langkah pertama. Tujuan dari langkah ini ialah memperdalam hasil sharing dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup serta mampu menemukan makna dan nilai pengalaman hidup tersebut. Peran pembimbing pada lamgkah kedua ini ialah menciptakan suasana pertemuan yang mendukung setiap gagasan serta sumbang saran peserta dan mendorong peserta untuk mengadakan dialog dengan tujuan untuk memperdalam iman peserta akan Allah. Contoh pertanyaan ialah sebagai berikut: Mengapa teman-teman merasa kesulitan untuk melihat tindakan kasih Allah dalam sesama? c. Langkah Ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Terjangkau Kekhasan pada langkah ketiga ini ialah peserta menemukan pesan inti yang bersumber pada Tradisi dan Visi Kristiani. Tujuannya ialah mengkomunikasikan

53 34 nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar lebih mengena pada kehidupan peserta demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Mengkomunikasikan Tradisi dan Visi Kristiani dimaksudkan untuk mengungkapkan tanggapan umat terhadap pewahyuan Ilahi seperti yang terungkap di dalam Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, devosi-devosi, kepemimipinan, seni dalam Gereja dan kehidupan jemaat beriman. Sedangkan Visi kristiani mengungkapkan janji dan tanggungjawab yang berasal dari tradisi dan yang bertujuan untuk mendorong jemaat beriman agar turut ambil bagian di dalam menegakkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengahtengah kehidupan manusia. Peranan pembimbing dalam langkah ini ialah menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani yang bersifat meneguhkan, mempertanyakan, dan mengundang keterlibatan kreatif sehingga peserta dapat mempertanyakan, menegaskan, dan memperoleh informasi yang jelas sehingga nilai Tradisi dan Visi kristiani dapat menjadi milik peserta. Pada langkah ini pembimbing dapat menggunakan metode kuliah disertai dengan beberapa catatan penting, mengadakan diskusi dan hermeneutik dalam kelompok, memanfaatkan produk-produk audio-visual atau media murah sebagai salah satu sarana. Contoh pertanyaan langkah ketiga ini ialah: 1) Ayat manakah yang menunjukkan Tindakan kasih Allah dalam sesama? 2) Sikap-sikap apa yang ingin ditanamkan Yesus berkaitan dengan tindakan kasih?

54 35 d. Langkah Keempat: Interpretasi/Tafsir Dialekstis antara Tradisi dan Visi Kriatiani dengan Pengalaman dan Visi Hidup Peserta Langkah ini memiliki kekhasan yaitu mengajak peserta untuk memperkembangkan atau mendialogkan hasil pengolahan mereka pada langkah pertama, kedua dan ketiga. Dalam dialog yang terjadi peserta mempertanyakan/mengkritik bagaimana nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani dapat memperteguhkan. Setelah memperoleh peneguhan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani dikembangkan demi mencapai kesempurnaan. Tujuan langkah ini adalah agar peserta dapat menemukan kesadaran baru demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah dalam hidup sehari-hari. Kesadaran baru yang dimaksud adalah peserta dapat semakin dewasa dalam iman baik dalam kehidupan bersama maupun dalam kehidupan pribadi peserta. Peranan pembimbing adalah menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta dan meyakinkan perserta bahwa mereka mampu untuk mempertemukan pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan Visi Kristiani. Contoh pertanyaan adalah bagaimana upaya kita dalam mewujudkan tindakan kasih Allah dalam menolong sesama di komunitas ini? e. Langkah Kelima: Keterlibatan Baru Demi Terwujudnya Nilai Kerajaan Allah di Dunia(Niat Konkret) Kekhasan pada langkah ini adalah mendorong keterlibatan baru dengan cara menumbuhkan niat dan usaha baru dari peserta. Peserta mengusahakan keterlibatan baru dengan pertobatan secara terus-menerus.

55 36 Tujuannya adalah keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat Kristiani terhadap pewahyuan Ilahi yang berdasar pada Tradisi dan Visi Kristiani. Keputusan konkret ini mengajak peserta untuk menghayati iman Kristiani berdasar pada pengalaman hidup yang dialami dan direfleksikan. Dengan demikian peserta dapat mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dengan mengubah cara hidup lama menjadi cara hidup baru yang tentunya berdasar pada kehendak Allah. Cara mengubah hidup lama yang kurang baik menjadi hidup baru yang lebih baik adalah dengan mengadakan pertobatan yang terus-menerus. Peran pembimbing adalah mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan baik yang bersifat pribadi maupun bersama. Menciptakan suasana yang mendukung peserta agar mempunyai keterlibatan baru. Peran peserta adalah membuat niat-niat baru untuk tindakan konkrit selanjutnya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh pertanyaan adalah kesadaran atau sikap baru macam apakah yang dapat dipetik dari bacaan Kitab Suci tersebut? 4. Kekuatan Model SCP Dari uraian di atas, terlihat dengan jelas bahwa katekese model SCP memiliki banyak kekuatannya. Katekese model SCP mengajak umat mendalami Misteri Kristus yaitu kerelaan-nya untuk menebus segala dosa dan kesalahan melalui penderitaan dan wafat di kayu salib yang kemudian bangkit dalam kemuliaan. Dalam katekese, umat menjalin hubungan yang mesra dengan Yesus Kristus dan iman umat

56 37 akan semakin diteguhkan. Melalui katekese umat dapat mengamalkan cinta kasih, memberi kesaksian, dan menjemaat. Selain kekuatan-kekuatannya di atas, masih ada beberapa kekuatan SCP yang lainnya, di antaranya ialah berkaitan dengan praksis peserta, katekese berpusat pada peserta, katekese model SCP merupakan model katekese yang multifungsi, dan katekese model SCP bersifat komprehensif. a. Praksis peserta/umat Praksis peserta menjadi titik tolak, orientasi dan tujuan SCP itu sendiri. SCP menjadikan praksis aktual peserta sebagai titik tolak dan dasar bagi proses transformasi hidup selanjutnya. Melalui proses refleksi bersama jemaat, praksis aktual peserta diperdalam bersama dengan mempertemukannya dalam kesatuan dialektis dengan visi dan tradisi Kriatiani demi terwujudnya praksis baru dalam hidup peserta. Secara singkat proses SCP mengandung tiga unsur yang saling terkait, yakni praksis-refleksi-praksis baru (Totok Mardianto, 2007: 105). b. Katekese berpusat pada peserta/umat Dalam katekese yang menjadi pusat utama ialah peserta. Perhatian SCP kepada peserta sebagai pusat nampak jelas dalam dinamika dan langkah-langkah yang terjadi dalam pelaksanaan katekese tersebut. Peserta sungguh menjadi subyek katekese. SCP mau menjawab kebutuhan peserta. Model katekese yang diprakarsai oleh Groome (1991: 18) ini secara serentak dan seimbang memperkembangkan 3H yaitu head: kognitif yaitu menyangkut pemahaman, pemikiran, imajinasi dan abstraksi, hearts: afektif yaitu menyangkut gerakan hati, perasaan, relasi, dan doa,

57 38 hands: menyangkut aksi dan tindakan, psikomotor, pelayanan, dan perwujudan (Totok Mardianto, 2007: 106). Perkembangan iman peserta/umat akan terwujud jika 3H tersebut dapat terlaksana secara utuh dan seimbang. c. Katekese model SCP merupakan model katekese yang multifungsi Fleksibilitas SCP dapat dilihat dari segi langkah dan pemilihan waktu. SCP mampu menjawab kebutuhan jemaat yang menghayati iman mereka dalam konteks hidup yang dijalaninya. Langkah-langkah SCP dapat dimodifikasi sedemikian rupa dan SCP tidak hanya dipakai dalam katekese saja melainkan juga dapat dipakai dalam kotbah, bimbingan konseling, dan usaha menegakkan keadilan (Groome, 1991: 279). Sifat positif dalam SCP mau menggambarkan peranan SCP yang mampu menjawab dan melayani kebutuhan peserta. Kekuatan lain dari katekese model SCP ini ialah langkah-langkah yang ada dalam SCP memiliki kesinambungan antara satu dengan yang lainnya, dengan demikian dapat membantu dan mempermudah fasilitator untuk menyampaikan tema dan tujuan karena dalam setiap langkah itu tema dan tujuan selalu dihadirkan. Langkah-langkah tersebut sungguh mengolah tema secara mendalam baik melalui pengalaman pribadi peserta dan fasilitator, Kitab Suci, dan juga niat-niat yang hendak diwujudkan. Katekese model SCP ini dapat menyentuh secara langsung pengalaman umat. Pada langkah ketiga fasilitator sungguh-sungguh menggali pengalaman Kristiani umat dan fasilitator juga sungguh-sungguh menekankan ajaran yang terdapat dalam Kitab Suci dengan memberikan tafsiran dan penjelasan mengenai isi bacaan Kitab Suci tersebut.

58 39 Dalam pelaksanaannya, langkah-lankgah yang terdapat dalam ketekese model SCP ini mengalir dalam kesatuan yang menyeluruh dan bukan langkah-langkah yang terlepas. Berdasarkan kebutuhan umat pula waktu pelaksanaan SCP dapat disesuaikan (Totok Mardianto, 2007: 107). d. Katekese model SCP bersifat komprehensif SCP merupakan suatu pendekatan yang bersifat komprehensif. Ada tiga point yang menjadi alasan mengapa model SCP ini bersifat komprehensif yaitu SCP memiliki dasar teologis yang kuat, SCP mampu memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan, dan SCP memiliki keprihatinan yang jelas (Totok Mardianto, 2007: 107). Selain kekuatan-kekuatan yang telah disebutkan di atas, dengan berdasar pada pengalaman penulis secara pribadi dalam melaksanakan katekese model SCP ini, penulis berpendapat bahwa kekuatan katekese model SCP yang lainnya yaitu rumusan tema dan tujuannya disesuaikan dengan keadaan konkrit peserta; persiapan harus dilakukan secara sungguh-sungguh, baik berkaitan dengan bahan maupun sarana dan prasarananya. Katekese model SCP sangat banyak memberikan kesempatan kepada peserta untuk terlibat aktif selama katekese berlangsung. Peserta diajak untuk mensharingkan pengalaman hidup sehari-hari mereka. Sharing dari peserta dan juga fasilitator membuat suasana bertambah akrab sehingga antar peserta yang satu dengan yang lainnya dapat saling melengkapi, saling berbagi, dan saling mendengarkan pengalaman-pengalaman yang baru yang dapat menambah kekayaan iman dan juga pengalaman hidup.

59 40 5. Kelemahan Model SCP Setiap model katekese memiliki kelebihan dan kekurangannya tidak terkecuali pula dengan katekese model SCP ini. Dalam pelaksanaan katekese model SCP, setiap langkah-langkahnya memiliki pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan kepada peserta dan juga peserta diharapkan bersharing. Dalam menanggapi pertanyaan tersebut, tidak semua peserta mau mengungkapkan pengalamannya, karena setiap peserta memiliki ciri mereka masing-masing. Peserta ada yang aktif dan ada pula yang cenderung pasif. Peserta kadang-kadang merasa diri mereka selalu diberi pertanyaan-pertanyaan oleh pendamping. Bagi yang aktif mereka sangat senang menanggapi pertanyaan tersebut dan bagi yang pasif, mereka akan merasa bosan, menghindar, dan bahkan mereka merasa dikejar-kejar oleh berbagai pertanyaan. Dengan adanya lima langkah yang baku dalam katekese model SCP, umat hanya mengikuti langkah-langkah tesebut secara kaku sehingga mereka selalu diarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada yang mengakibatkan umat kurang mampu menemukan hal-hal yang baru. Umat terlalu bergantung pada langkahlangkah yang sudah ada. Katekis dan peserta menghadapi tuntutan yang sulit dalam pelaksanaan SCP ini karena bagi peserta yang kurang aktif dan tidak terbiasa berbicara di hadapan orang banyak akan mengalami kesulitan untuk mengungkapkan pengalamanpengalamannya. Bagi katekis, dalam membuat persiapan katekese model SCP ini selalu dituntut untuk kreatif dan menguasai harta kekayaan Iman Kristiani.

60 41 6. Alasan menggunakan katekese model SCP Alasan penulis menggunakan katekese model SCP dalam pembinaan iman remaja paroki Maria Assumpta Tanjung ialah karena penulis menganggap bahwa katekese model SCP ini cocok untuk dilaksanakan bagi para remaja. Model ini menekankan pengalaman hidup peserta dan menekankan unsur dialog yang juga bermaksud untuk mendorong peserta terlibat aktif. Katekese model SCP ini mengajak remaja untuk berpikir dan bertindak kritis berkaitan dengan pengalaman-pengalaman hidup yang sedang dijalani oleh para remaja saat ini. Dalam pelaksanaan katekese model SCP ini peserta katekese memiliki peranan yang sangat besar karena peserta itu menjadi subyek yang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan pengalamannya. Saat ini, remaja Katolik yang ada di paroki Maria Assumpta Tanjung belum tersapa dan belum diperhatikan berkaitan dengan perkembangan imannya. Mereka sering terabaikan karena fokus perhatian dari pihak Gereja hanya pada PIA dan juga Mudika. Dalam pelaksanaannya di paroki Maria Assumpta Tanjung katekese model SCP ini diharapkan mampu memberikan perhatian kepada para remaja, mampu menjawab kebutuhan, serta meneguhkan remaja karena dalam usia ini remaja masih mencari-cari jati diri mereka, mereka belum mantap dalam melangkah ke masa depannya. Para remaja ini masih sering mengikuti trend zaman tanpa berpikir kritis. Alasan lain penulis mempergunakan katekese model SCP dalam pembinaan iman remaja ialah karena katekese model SCP tersebut memiliki kelebihan/kekuatan yang jelas.

61 42 Katekese model SCP ini memiliki lima langkah yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Peserta diajak untuk menggumuli pengalaman-pengalaman faktual dengan merenungkan dan merefleksikan serta menghubungkan pengalaman faktual tersebut dengan Kitab Suci atau Tradisi Kristiani. Setelah pengalaman faktual dan Kitab Suci atau Tradisi Kristiani tersebut dihubungkan peserta diharapkan untuk mampu menemukan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani yang dapat memberikan peneguhan dan bahkan kritikan kepada mereka. Maka hasil dari permenungan akan pengalaman iman yang sebelumnya dikaitkan dengan Kitab Suci Tradisi Kristiani dapat membantu peserta untuk membangun tindakan/niat baru agar mereka selanjutnya dapat memperkembangkan kehidupan berimannya di tengah masyarakat.

62 43 BAB III PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG KETAPANG, KALIMANTAN BARAT Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan pembinaan iman remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, pada bab ini penulis akan memaparkan tentang gambaran keadaan remaja zaman sekarang, keadaan pelaksanaan pembinaan iman remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, dan penelitian terhadap pembinaan iman remaja Katolik yang dilaksanakan di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat dengan menggunakan katekese model SCP. Bab III dalam penulisan skripsi ini memiliki peranan yang sangat penting karena di dalamnya terdapat unsur-unsur yang dapat memberikan gambaran mengenai pembinaan iman remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung melalui penelitian langsung di lapangan. Selain dapat memberikan gambaran berkaitan dengan pembinaan iman remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, bagian ini juga akan memberikan jawaban mengenai permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan tersebut ialah mengenai pokok-pokok SCP, bagaimana pembinaan iman mampu menjawab kebutuhan remaja Katolik, dan bagaimana katekese model SCP dapat menanggapi kebutuhan remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

63 44 A. Gambaran Keadaan Remaja 1. Pengertian dan Ciri-ciri Remaja a. Pengertian Remaja Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata Latin yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam proses pertumbuhan ini, secara berangsurangsur remaja mengalami kematangan baik secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial, serta emosional. Menurut Thornburg, penggolongan usia remaja terbagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu remaja awal usia tahun, remaja tengah usia tahun, dan remaja akhir usia tahun. Pada masa remaja awal umumnya individu memasuki pendidikan di bangku SLTP, sedangkan pada masa remaja tengah individu sudah duduk di bangku SMU, dan individu yang tergolong remaja akhir ialah mereka yang sudah lulus SMU dan memasuki Perguruan Tinggi atau bahkan yang sudah bekerja (Dariyo, 2006: 14). b. Ciri-ciri Remaja Masing-masing remaja memiliki keunikan. Para remaja dari keluarga yang sama memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam besar badan, intelegensi, minat, dan sifat sosialnya. Anak kembar sekalipun akan memperlihatkan perbedaanperbedaan sekalipun mereka memiliki kesamaan pembawaan. Para remaja dari kelas sosial yang satu memiliki perbedaan dengan remaja dari kelas sosial yang lainnya dalam hal sikap dan cita-citanya.

64 45 Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 1980:207). Adapun ciri-ciri tersebut ialah sebagai berikut: 1) Masa remaja sebagai periode yang penting Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingan itu berbeda-beda. Masa remaja merupakan masa yang penting karena pada masa ini perkembangan fisik dan juga mental para remaja berkembang dengan cepat sehingga perlu adanya penyesuaian pada diri remaja tersebut (Hurlock, 1980:207). 2) Masa remaja sebagai periode peralihan Periode peralihan ialah masa di mana remaja mengalami berbagai macam perubahan di dalam dirinya. Masa remaja sebagai periode peralihan merupakan perubahan masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Dalam peralihan tersebut remaja dituntut untuk menyesuaikan diri dengan meninggalkan perilaku dan sikap kekanak-kanakan dan mempelajari sikap dan perilaku yang baru (Hurlock, 1980:207). 3) Masa remaja sebagai periode perubahan Pada masa remaja selain terjadi perubahan fisik, terjadi pula perubahan berkaitan dengan sikap dan perilaku. Pada masa remaja ini perubahan fisik, mental, dan juga sikap berlangsung dengan pesat dan berlangsung secara bersamaan. Ada 5 (Lima) perubahan yang terjadi secara bersamaan pada masa remaja yaitu tingginya emosi, perubahan bentuk tubuh, perubahan minat dan peran dalam kelompok sosial,

65 46 perubahan terhadap nilai-nilai, lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas (Hurlock, 1980:207). 4) Masa remaja sebagai usia yang bermasalah Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan Masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja seringkali sulit untuk diatasi oleh diri mereka sendiri, karena remaja belum memiliki pengalaman dalam mengatasi masalah yang sedang terjadi karena mereka masih bergantung pada orang lain. Anak remaja memiliki ketergantungan sangat besar terutama kepada orang tua mereka (Hurlock, 1980:208). 5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas Identitas diri yang dicari oleh para remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapakah dirinya, apakah peranannya dalam masyarakat, dan apakah ia seorang anak atau seseorang yang telah dewasa (Hurlock, 1980:208). Pada masa remaja, identitas diri sangat penting. Berbagai macam cara ditempuh demi memperoleh identitas diri tersebut. Demi memperoleh identitas diri, para remaja berusaha untuk menarik perhatian dari orang lain misalnya berusaha memiliki barang-barang yang lebih bagus daripada teman lainnya, mengenakan pakaian dengan berbagai macam model dan warna, menggunakan pewarna rambut, mengenakan anting-anting lebih dari satu, merokok, minum-minuman keras, dan lain-lain.

66 47 6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Ketakutan remaja terhadap orang tuanya ini akan menimbulkan masalah tersendiri yaitu adanya jarak antara anak dengan orang tuanya bahkan untuk meminta bantuan kepada orang tuanya pun mereka mengalami rasa takut yang besar (Hurlock, 1980:208). 7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang diinginkan remaja terhadap diri sendiri, orang tua, dan teman-temannya ini terkesan terlalu memaksa karena tidak semua yang dicita-citakan itu dapat terlaksana sesuai harapan. Apabila cita-cita yang yang diharapkan tersebut tidak tercapai maka emosi para remaja menjadi tinggi, mereka akan mudah kecewa dan sakit hati. Kekecewaan dan sakit hati yang timbul akibat tidak tercapainya harapan dan cita-cita itu akan mengakibatkan remaja melakukan tindakan-tindakan yang kurang atau bahkan tidak wajar, misalnya meminum minuman keras, merokok, berjudi, dan lain-lain (Hurlock, 1980:208). 8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Pada masa ini, remaja hampir memasuki masa kedewasaan dalam dirinya. Para remaja diharuskan untuk menyesuaikan dirinya dengan meninggalkan cara dan kebiasaan lama yang bukan lagi anak-anak atau remaja melainkan mereka harus memasuki cara dan kebiasaan baru yaitu menjadi seorang yang dewasa dalam berpikir dan bertindak. Penyesuaian yang dilakukan oleh para remaja ini tidak cukup

67 48 hanya sekedar berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa akan tetapi remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status kedewasaannya, yaitu merokok, minum minuman keras, dan menggunakan obatobatan terlarang. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock, 1980:209). Pada akhirnya para remaja telah memasuki masa dewasa. Mereka menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Sikap dan perilaku para remaja pun telah berubah dan mereka telah berani melakukan tindakan yang ganjil dan dapat membahayakan diri mereka sendiri. Perubahan dari masa remaja menuju pada kedewasaan yang dialami oleh remaja ini menimbulkan kegelisahan dan kebimbangan. Pada masa seperti inilah arahan dan bimbingan dari pihak terkait seperti orang tua dan guru sangat dibutuhkan oleh para remaja. c. Lingkungan Hidup Remaja Menurut pendapat Sarlito W. Sarwono (2010: ) ada tiga (3) lingkungan yang sangat berpengaruh pada kehidupan remaja dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Berikut penjelasan singkat dari ketiga lingkungan yang sangat berpengaruh pada kehidupan remaja tersebut: 1) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan primer setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang lebih luas, anak tersebut terlebih dahulu mengenal

68 49 lingkungan keluarganya. Di dalam lingkungan keluarga pula anak menerima dan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang diajarkan. Nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh orang tua akan secara otomatis dianut oleh remaja. Maka apabila orang tua menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang positif dalam keluarga maka remaja akan menerapkan nilai-nilai dan norma-norma yang positif pula, begitu juga sebaliknya. Anggota keluarga terutama orang tua adalah orang yang paling dekat dengan remaja. Komunikasi yang terjalin dengan baik dan terbuka akan disambut baik dan dapat diterima oleh mereka. Di samping kasih sayang yang wajar dari orang tua pada umumnya remaja sangat memerlukan dan mengharapkan perhatian, pengertian, dan penghargaan dari orang tuanya. 2) Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lingkungan pendidikan sekunder bagi remaja. Guru dan teman-teman adalah orang yang penting baginya, karena di situlah individu bertemu dengan pemikiran-pemikiran, nilai-nilai, dan norma yang baru yang dengan sengaja dihadapkan kepada para remaja. Lingkungan sekolah tidak hanya mengajarkan kepandaian dan keterampilan saja melainkan juga mengajarkan nilai-nilai dan normanorma yang dianut dalam masyarakat. Di lingkungan sekolah, remaja mulai mengadakan hubungan dengan orangorang yang ada di sekitarnya yaitu teman-teman sebayanya. Biasanya dalam pertemanan ini remaja mulai berteman dengan kelompok sejenisnya terlebih dahulu, yaitu berdasar pada jenis kelamin. Remaja putri akan berteman dengan sesama remaja

69 50 putri dan begitu juga dengan remaja putra, mereka akan berteman dengan sesama remaja putra. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, pergaulan yang dialami remaja pun mengalami perkembangan, kalau dulunya berteman hanya dengan teman sesama jenis kelamin, maka pada saat-saat tertentu remaja ini akan mengalami dorongan untuk lebih meningkatkan atau memperluas pergaulan mereka. Remaja ini mulai bergaul atau berteman dengan lawan jenisnya. Remaja laki-laki tertarik pada remaja putri, demikian pula sebaliknya. Dalam pergaulan dengan kelompok sebayanya remaja menjalin keakraban, saling percaya, saling menerima, mau berbagi perasaan (curhat), merasa senasib sepenanggungan, saling memberikan motivasi, dan lain-lain. 3) Lingkungan Masyarakat Di lingkungan masyarakat ini berbagai aspek bercampur aduk menjadi satu. Pengaruh-pengaruh positif maupun negatif dapat terjadi di dalam lingkungan masyarakat. Tinggal bagaimana para remaja mampu menyikapi keadaan-keadaan yang sedang mereka hadapi. Dalam masyarakat pergaulan remaja dengan teman-temannya dapat berdasar pada minat dan kebutuhan yang sama, kepentingan bersama, dan saling tolongmenolong. Akan tetapi pada tingkatan usia yang lebih matang dan dewasa pergaulan yang terjalin ini bisa mengarah pada hal-hal yang negatif misalnya remaja terpengaruh oleh temannya untuk memakai obat terlarang.

70 51 d. Cita-Cita Remaja Cita-cita merupakan perwujudan minat yang berkaitan dengan masa depan yang direncanakan seseorang dalam menentukan pilihannya baik yang berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan, masalah teman hidup, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan diri seseorang tersebut di masa yang akan datang. Setiap orang memiliki tujuan dan cita-cita tersendiri yang hendak dicapainya pada masa mendatang. Tidak terkecuali pada remaja, mereka juga memiliki cita-cita yang berkaitan dengan keadaan pribadi dan sosialnya. Cita-cita pribadi pada masa remaja ini misalnya ingin diterima dan dihargai dalam kelompok sebayanya. Demi mencapai cita-cita pribadinya tersebut, remaja berusaha menyesuaikan diri dengan kelompoknya, misalnya bersolek, merawat tubuh ke salon, mempergunakan perhiasan dan pakaian yang sesuai dengan kelompoknya. Adapun cita-cita sosial yang terjadi pada masa remaja ialah remaja mulai tertarik pada lawan jenis, cita-cita terhadap pendidikan, dan cita-cita terhadap pekerjaan (Al-Mighwar, 2006: 113). e. Minat Pada Agama Pada masa remaja terdapat pergulatan berkaitan dengan minat para remaja pada agama yang dianutnya. Di satu sisi remaja menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama itu memiliki peranan dalam kehidupannya yaitu menjadi acuan/pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Minat agama para remaja ini ditunjukkan oleh para remaja dengan mengadakan dialog membahas masalahmasalah agamanya, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah atau perguruan

71 52 tinggi, mengunjungi tempat-tempat ibadat, dan mengikuti upacara-upacara keagamaan sesuai dengan agama yang dianut. Di sisi lain, pada masa remaja minat pada agama mengalami penurunan. Remaja mengalami kekecewaan terhadap agamanya dikarenakan tidak ada kecocokan antara pemikiran remaja dengan aturan-aturan dan ajaran-ajaran dari agamanya tersebut. Dengan kata lain, pada masa remaja ini para remaja lebih bersikap kritis terhadap agamanya dibandingkan pada masa kanak-kanaknya (Hurlock, 1980: 222). f. Pola Perubahan Minat Religius Dalam pola perubahan minat religius ini ada terdapat 3 (tiga) periode yang terdapat di dalamnta, diantaranya ialah sebagai berikut: 1) Periode kesadaran religius Msekipun masih ikut-ikutan orang tuanya, pada masa remaja ini minat religius para remaja semakin meningkat dibandingkan pada masa kanak-kanak. Meningkatnya minat religius para remaja ini ditunjukkan oleh para remaja melalui semangat dan keinginannya untuk menyerahkan seluruh hidupnya untuk agama. Sikap kritis para remaja terhadap agamanya mulai diperlihatkan dengan cara memperbandingkan agamanya dengan agama teman lainnya atau lebih memperdalam dan mempelajari agama yang telah dianutnya tersebut (Hurlock, 1980:222). 2) Periode keraguan religius Agama yang yang dianut para remaja kurang mampu menjawab kebutuhan remaja yang masih senang hura-hura dan menikmati keindahan serta kenyamanan.

72 53 Para remaja mulai meragukan isi religius yaitu doa-doa, upacara-upacara yang formal, dan ajaran-ajaran mengenai Tuhan. Keraguan ini dapat menjadikan remaja kurang atau bahkan tidak taat pada agamanya (Hurlock, 1980:222). 3) Periode Rekonstruksi Agama Setelah mengalami keragu-raguan pada agamanya, remaja mulai mencari kepercayaan yang baru yang sama sekali berbeda dengan kepercayaan yang dianut sebelumnya, misalnya berpindah agama. Selain berpindah agama biasanya para remaja tetap memeluk kepercayaan yang ditiru dari orang tuanya tetapi tidak menjalankan ritual-ritual yang terkandung di dalamnya, misalnya tidak pernah pergi ke gereja walaupun remaja tersebut memeluk agama Katolik. Remaja beranggapan daripada pergi ke tempat ibadat lebih baik berkumpul bersama teman-teman (Hurlock, 1980:222). g. Masalah-masalah Remaja Ada banyak permasalahan yang dihadapi oleh para remaja dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya menuju pada kematangan dan kedewasaan diri. Dariyo (2006: 109) berpendapat bahwa: Khusus di kota-kota besar tidak sedikit remaja yang melakukan perbuatan yang melanggar aturan dan norma-norma sosial. Masalah-masalah yang dilakukan remaja di sebut kenakalan remaja. Kenakalan remaja ini dilakukan dengan sengaja agar mereka memperoleh pengakuan, penerimaan, dan perhatian dari orang lain. Untuk memperoleh semuanya itu kebanyakan remaja telampau jauh dalam melangkah sehingga terjadi kesalahan dalam menentukan jalan hidup ke depannya.

73 54 Untuk memperoleh pengakuan, penerimaan, dan perhatian remaja melakukan tindakan-tindakan yang salah yang dapat merugikan dirinya sendiri bahkan orang lain. Tindakan-tindakan yang dilakukan remaja tersebut ialah melakukan kejahatan/kekerasan, penganiayaan, pencurian, penipuan, pemerasan, penyalahgunaan obat, kriminalitas, dan lain-lain. Kenakalan yang dilakukan remaja ini sesungguhnya bukanlah berasal dalam dalam diri remaja itu sendiri, tetapi kenakalan remaja itu dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut ialah kondisi keluarga yang berantakan (Broken Home), kurangya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, status sosial-ekonomi orang tua yang rendah, dan penerapan disiplin yang kurang tepat. Kondisi keluarga yang berantakan membuat remaja tidak merasa nyaman berada di dalam rumahnya, karena remaja tidak merasakan kasih sayang, kenyamanan, kedamaian, ketentraman, dan kerukunan antar orang tua dan antara orang tua dengan anak-anaknya sehingga remaja melarikan diri dari rumah dan mencari kasih sayang dan perhatian dari pihak lain selain orang tuanya. Dalam kehidupannya, seseorang membutuhkan materi dan juga kasih sayang. Pada zaman modern ini, suami-istri bekerja di luar rumah tanpa mengenal waktu. Mereka bekerja secara terus menerus demi mengejar materi yang berkecukupan. Dengan segudang kesibukan tersebut, para orang tua atau suami-istri kurang memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak-anaknya. Saat ini

74 55 banyak orang tua yang mempercayakan anak-anaknya dipelihara, dididik, dan dibimbing oleh baby sister. Kehidupan ekonomi yang terbatas atau bahkan kurang akan menyebabkan orang tua tidak mampu memberikan dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Kebutuhan-kebutuhan itu ialah kebutuhan akan kesehatan, kebutuhan akan pendidikan, dan kebutuhan akan sarana penunjang lainnya. Penerapan disiplin yang kurang tepat merupakan faktor terjadinya kenakalan remaja. Penerapan disiplin yang kurang tepat maksudnya ialah orang tua menerapkan sikap tegas, keras, tidak mengenal kompromi, dan tidak mengenal belas kasihan. Akibatnya perlakuan orang tua yang semacam ini bisa mengarah pada perlakuan kasar dan keras terhadap anak-anaknya. Perlakuan yang keras dan kasar ini akan membuat anak patuh dan taat, akan tetapi kepatuhan dan ketaatan itu hanya terjadi jika di hadapan orang tua saja, sedangkan jika tidak di hadapan orang tua anak akan melakukan tindakan-tindakan yang negatif yang merupakan bentuk pelarian dan protes mereka terhadap orang tuanya. 2. Keadaan Remaja Katolik Paroki Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat Paroki St. Maria Assumpta Tanjung terletak di desa Tanjung, Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Pemeluk agama yang paling banyak di desa Tanjung adalah pemeluk agama Katolik (± 95%). Remaja paroki Maria

75 56 Assumpta Tanjung bersekolah di SLTP Pangudi Luhur yang dikelola oleh para Bruder FIC. Sama dengan keadaan remaja pada umumnya, remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung juga memiliki kesulitan dan permasalahan masing-masing berkaitan dengan masa pertumbuhannya tersebut. Remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedaberbeda. Ada remaja Katolik yang berasal dari keluarga menengah ke atas dan ada pula remaja Katolik yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Walaupun terdapat perbedaan sosial dan ekonomi, remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung tetap bersatu dan tidak pernah membeda-bedakan dalam bergaul. Mereka berteman dan bertegur sapa satu dengan yang lainnya. Kehidupan remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung berlangsung sebagaimana mestinya, mereka beraktivitas dan bergaul bersama. Sama seperti remaja pada umumnya, remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung juga memiliki persoalan yang sama yaitu berkaitan dengan kenakalan remaja. Kenakan-kenakalan itu ialah para remaja Katolik ini terlibat pada perjudian, minum minuman keras, dan perkelahian. Kenakalan remaja ini sebagian besar disebabkan oleh faktor lingkungan sosial yang ada di sekitar mereka. Di Tanjung terdapat tempat-tempat perjudian dan minuman keras diperjual belikan secara bebas. Hal inilah yang mengakibatkan munculnya kenakalan-kenakalan pada diri remaja Katolik. Keadaan seperti ini membuat orang tua mengalami kesulitan dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya.

76 57 Kegiatan-kegiatan kerohanian bagi para remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ini dirasakan masih kurang. Para remaja Katolik hanya mengikuti kegiatan kerohanian pada masa-masa tertentu saja, misalnya pada hari minggu merayakan Ekaristi di Gereja serta pada bulan Mei dan Oktober berdoa Rosario atau ziarah ke Gua Maria saja. Pendidikan agama Katolik di sekolah hanya dilaksanakan sekali dalam satu minggu. Berdasar pada kenyataan yang ada, penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan pembinaan iman bagi para remaja Katolik yang ada di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ini masih kurang karena belum ada perhatian secara khusus yang ditujukan bagi remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung berkaitan dengan pembinaan atau pendidikan imannya. Melihat keadaan dan keprihatinan yang ada, tentunya pihak-pihak yang terkait seperti lembaga sekolah dan Gereja memiliki harapan agar remaja Katolik yang ada di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ini mendapatkan pembinaan secara terus menerus dalam hal iman. Dengan diadakannya pembinaan ini diharapkan agar para remaja Katolik dapat semakin dewasa dan berkembang dalam imannya.

77 58 B. Keadaan Pelaksanaan Pembinaan Iman Remaja di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat 1. Pengertian Pembinaan Iman a. Pembinaan Mangunhardjana (1986: 11) menyatakan bahwa kata pembinaan merupakan terjemahan dari kata Inggris, training yang berarti latihan, pendidikan, dan pembinaan. Pembinaan merupakan bagian dari pendidikan sejauh hal tersebut berhubungan dengan pengembangan manusia. Dewasa ini, pembinaan menekankan pengembangan manusia pada segi praktis yaitu pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan. Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu murni, tetapi ilmu yang dipraktekkan. Dalam pembinaan orang terutama dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya, agar dapat memanfaatkan secara penuh dalam hidup atau kerja mereka. Unsur dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap (attitude) dan kecakapan (skill). Dalam pembinaan terjadi proses melepas hal-hal yang sudah dimiliki (delearning), berupa pengetahuan dan praktek yang sudah tidak membantu dan menghambat hidup dan kerja, dan mempelajari (learning) pengetahuan dan praktek baru yang meningkatkan hidup dan kerja dengan tujuan agar orang yang menjalani pembinaan mampu mencapai tujuan hidup atau kerja yang digumuli secara lebih efisien dan efektif daripada sebelumnya. Secara definitif, pembinaan ialah mempelajari hal-hal untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan serta kecakapan (Mangunhardjana, 1986: 12).

78 59 b. Iman Dalam pandangan Kristiani iman mempunyai arti percaya dan mengandalkan seseorang. Sesorang yang dipercaya dan diandalkan tersebut ialah Yesus Kristus. Ia dijadikan andalan dan merupakan pegangan yang tidak diragukan lagi (Groenen, 1979: 41). Iman merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah sendiri berinisiatif untuk menyapa dan memanggil manusia agar percaya dan mengimaninya. Dalam iman Allah sendirilah yang bertindak dan membantu manusia untuk memperkembangkan imannya. Selain merupakan anugerah dari Allah, iman juga merupakan jawaban pribadi manusia atas sapaan dan panggilannya. Orang yang memiliki iman harus sungguh-sungguh mempercayai, menyakini, dan bertindak seturut kehendak Allah. 2. Ciri Khas Pembinaan Iman Pembinaan iman remaja Katolik tentu memiliki ciri khas tersendiri. Adapun ciri khas tersebut ialah bersifat holistik (mencakup aspek kognitif, afektif, dan aksi konkret), bersifat kontekstual, dan mampu menjawab kebutuhan pesertanya misalnya mempergunakan metode yang disenangi yaitu bernyanyi bersama, diskusi kelompok, permainan, nonton film, dan lain sebagainya. 3. Tujuan Pembinaan Iman Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya Catechesi Tradendae, menyatakan bahwa katekese harus mampu membimbing anak remaja untuk

79 60 memeriksa hidupnya dan menjalin dialog (CT. Art. 38). Setiap individu pada usia remajanya memiliki kecenderungan untuk bersenang-senang dan menikmati kebersamaan dengan orang lain khususnya teman sebaya. Kebersamaan dengan teman sebaya ini akan memberikan identitas tersendiri bagi remaja tersebut. Dalam konteks ini, tujuan pembinaan iman ialah untuk memfasilitasi para remaja tersebut untuk lebih memperteguh imannya dan agar remaja dapat mendekatkan dirinya dengan Tuhan melalui kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan bersama temantemannya. Kegiatan-kegiatan positif itu dapat berupa pendalaman iman, retret, rekoleksi, camping rohani, dan sebagainya. 4. Pembinaan Iman Remaja Pembinaan terhadap generasi muda khususnya terhadap para remaja merupakan sesuatu yang penting untuk dilaksanakan dalam Gereja. Akan tetapi pada kenyataannya pembinaan terhadap remaja tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena remaja masih berada pada masa pertengahan yaitu mereka bukan lagi anak-anak tetapi mereka bukan pula seseorang yang telah dewasa. Di Paroki ada wadah pembinaan iman bagi anak-anak (PIA) dan ada pula MUDIKA. Tetapi bagi remaja sendiri, mereka agak luput dari perhatian dan pembinaan yang dilakukan oleh Gereja karena di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung masih kekurangan tenaga katekis. Ada dua orang katekis yang berkarya di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, akan tetapi mereka tidak mampu melaksanakan pembinaan

80 61 baik pembinaan iman anak-anak, pembinaan iman remaja, dan juga pembinaan iman kaum muda secara bersamaan karena mereka harus melayani umat yang ada di stasistasi dan juga melayani anak-anak di sekolahan. Hal inilah yang membuat remaja Katolik agak luput dari perhatian sehingga mereka tidak diberikan pembinaan yang benar-benar sesuai dengan keadaan dan kebutuhan mereka. Pembinaan iman remaja merupakan salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk membantu remaja memperkembangkan dirinya ke arah yang lebih baik. Pembinaan iman yang dilaksanakan bagi remaja menyangkut pengembangan sikap, kemampuan, kecakapan, dan iman. Pembinaan iman yang dilaksanakan bertujuan untuk membina dan membantu remaja dalam menghayati dan mendalami imannya baik secara pribadi maupun kelompok. Remaja Katolik dibimbing untuk memperkembangkan dirinya sebagai manusia yang teguh dalam beriman. Selain itu, tujuan lain dari pembinaan iman ialah untuk meningkatkan, memperdalam, dan mendewasakan iman para remaja agar mereka dapat semakin mengimani Yesus Kristus serta dapat mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-harinya di sekolah, Gereja, dan masyarakat di sekitarnya. Maka dengan pembinaan iman, remaja diharapkan untuk dapat memperkembangkan imannya agar lebih mendalam dan lebih dewasa. Pembinaan iman dilaksanakan untuk membantu remaja Katolik yang saat ini masih mencari identitasnya untuk lebih mengarahkan mereka agar jangan sampai terjerumus pada hal-hal yang negatif. Melalui pembinaan remaja Katolik menjalani proses belajar untuk mengenal hal-hal yang baru demi memperkembangkan diri ke arah yang lebih

81 62 baik agar mereka semakin mengenal dan sungguh-sungguh percaya kepada Allah Bapa yang telah memberikan keselamatan dalam kehidupannya. Kepercayaan akan Allah Bapa diwujudnyatakan dalam tindakan konkret misalnya rajin berdoa, suka menolong, memiliki sikap toleransi yang tinggi, dan tidak egois. Agar pembinaan iman yang dilaksanakan terhadap remaja Katolik dapat susngguh-sungguh bermanfaat dan dapat membantu remaja untuk memperkembangkan dirinya ke arah yang lebih baik, maka dalam pelaksanaannya pembinaan iman tersebut hendaknya benar-benar relevan dan mampu menanggapi kebutuhan remaja Katolik tersebut. Materi dan bahan pembinaan dibuat menarik dan berdasar pada kebutuhan remaja itu sendiri. Bahasa yang dipergunakan dalam pembinaan disesuaikan dengan gaya bahasa remaja, maksudnya ialah tidak mempergunakan bahasa yang sulit untuk dipahami oleh remaja. Suasana dalam pembinaan dibuat menjadi santai tetapi tetap serius dan penuh keakraban, dengan tujuan agar remaja merasa nyaman dan tidak merasa terbebani dalam mengikuti pembinaan iman tersebut. 5. Gambaran Pelaksanaan Pembinaan Iman Remaja di paroki St. Maria Assumpta Tanjung Perkembangan iman remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung sangat dipengaruhi oleh keadaan keluarga, sekolah, Gereja, dan lingkungan sosialnya. Sampai saat ini bentuk dukungan dari pihak yang terkait tersebut belum secara maksimal membantu para remaja dalam memperkembangkan imannya. Para remaja

82 63 memperoleh pembinaan iman hanya sekedarnya saja. Pembinaan iman dalam keluarga belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan remaja karena tidak semua orang tua dan anggota keluarga lainnya dapat memberikan contoh dan pendidikan iman kepada remaja. Begitu pula dengan pembinaan yang diperoleh remaja Katolik di sekolah belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan remaja karena pembinaan iman tersebut hanya diperoleh remaja Katolik melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Kegiatan rekoleksi, retret, dan kegiatan pembinaan iman lainnya tidak dilaksanakan untuk mereka. Sumbangan pihak Gereja terhadap pendidikan iman remaja masih sangat kurang. Hal ini terbukti bahwa pihak Gereja tidak pernah mengadakan kegiatan pembinaan secara khusus bagi para remaja tersebut. Kegiatan pembinaan yang dilaksanakan oleh pihak Gereja diperuntukkan bagi anak-anak (PIA). Pendidikan iman yang diperoleh remaja di Gereja hanya melalui keterlibatan mereka dalam perayaan Ekaristi, berdoa jalan salib serta Rosario bersama. Hal ini dilakukan remaja Katolik hanya pada saat tertentu saja. Dalam perayaan Ekaristi tersebut para remaja mendengarkan bacaan Kitab Suci dan mendengarkan kotbah dari pastor yang memimpin misa. Pihak Gereja kurang memberikan perhatian secara khusus kepada remaja melalui pendampingan atau pembinaan dikarenakan kurangnya tenaga yang ahli di bidangnya. Tenaga katekis yang ada tidak mampu membantu remaja dalam memberikan pendampingan karena katekis tersebut harus melayani umat yang ada di stasi-stasi yang berjauhan jaraknya.

83 64 Secara keseluruhan penulis berpendapat bahwa kegiatan pembinaan iman yang dilaksanakan bagi remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung masih sangat kurang. Remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung tidak mendapatkan pembinaan secara berkala. Mereka hanya mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian yang diadakan oleh pihak Gereja misalnya mengikuti doa-doa pada saatsaat tertentu seperti doa Rosario pada bulan Maria, dan mengikuti latihan koor. Padahal dalam perjalanan hidupnya remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ini sungguh sangat memerlukan pendampingan secara intensif mengingat banyaknya permasalahan yang sedang dihadapi oleh para remaja Katolik tersebut. C. Penelitian terhadap Pembinaan Iman Remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat 1. Desain Penelitian a. Latar Belakang Penelitian Berdasar pada pengalaman yang penulis lihat dan penulis rasakan, di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung kegiatan pembinaan iman belum secara maksimal terlaksana bagi remaja Katolik. Hal ini menarik perhatian penulis untuk mencoba memperkenalkan pembinaan iman melalui katekese model SCP. Perlu diketahui apakah katekese model SCP yang penulis laksanakan terhadap remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ini dapat membantu para remaja tersebut dalam memperkembangkan dan mendalami imannya. Untuk mengetahui itu semua, maka

84 65 penulis mengadakan penelitian bagi remaja Katolik yang berdomisili di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Penelitian dalam skripsi ini memegang peranan yang sangat penting yaitu untuk memperoleh data yang dibutuhkan berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan iman melalui katekese model SCP terhadap remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Selain untuk memperoleh data, penelitian yang dilaksanakan bagi remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung dimaksudkan untuk mengevaluasi sekaligus mendapatkan umpan balik atas pelaksanaan pembinaan iman dengan menggunakan katekese model SCP tersebut. Penulis ingin mengetahui apakah katekese model SCP yang telah dilaksanakan sudah mengena dan cocok bagi remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung atau belum. b. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian meliputi 3 hal, yaitu: 1) Untuk mengetahui apakah pembinaan iman dalam bentuk katekese model SCP yang telah dilaksanakan dapat membangkitkan minat para remaja Katolik untuk terlibat aktif dalam pembinaan iman di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. 2) Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembinaan iman remaja Katolik 3) Untuk mengetahui harapan remaja Katolik terhadap pembinaan iman di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

85 66 c. Instrumen Pengumpulan Data Dalam skripsi ini, metode penelitian yang dipergunakan penulis ialah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner dalam penelitian ini bersifat semi terbuka artinya dalam setiap pertanyaan telah disediakan alternatif jawaban untuk dipilih oleh responden, tetapi selain memilih jawaban yang telah tersedia responden juga diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan keadaan dirinya pada tempat yang telah disediakan (Arikunto, 1986: 21-23). Pertanyaan dalam kuesioner ini berjumlah 20 pertanyaan. d. Responden Dalam skripsi ini, responden yang dimaksudkan oleh penulis ialah remaja Katolik yang berdomisili di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung dan sedang bersekolah di SMP PL Tanjung. Populasi berjumlah 170 remaja Katolik dan penulis mengambil 60 remaja dari jumlah keseluruhan remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung karena berdasar pada pertimbangan bahwa jumlah tersebut dapat mewakili seluruh remaja Katolik yang ada. Penulis dibantu oleh Kepala Sekolah SMP PL Tanjung dalam memilih responden. Pemilihan responden ini berdasar pada kriteria tertentu (Purposif Sampling). Responden yang dipilih ialah siswa-siswi yang duduk di bangku kelas VIII dan kelas IX dengan kriteria bahwa mereka aktif, tidak canggung/kaku, lebih

86 67 mudah untuk mengerti dan memahami, dan mereka dianggap membutuhkan pembinaan. e. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Sebelum menyebarkan angket penulis melaksanakan katekese model SCP bagi remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Penulis melaksanakan SCP di SMP PL Tanjung dengan alasan kemudahan dalam mengumpulkan peserta dan tersedianya ruangan yang cukup luas. Pelaksanaan katekese model SCP dan penyebaran kuesioner kepada peserta dilaksanakan pada hari Senin, 19 Juli 2010 karena mengingat pada masa tersebut siswa-siswi belum terlalu sibuk dengan tugas-tugas mereka. f. Variabel Penelitian Variabel yang diteliti dalam penelitian skripsi ini menyangkut beberapa segi yang berkaitan dengan situasi konkret yang dialami oleh remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung dalam kegiatan menggereja terutama berkaitan dengan pembinaan iman dengan katekese model SCP. Penelitian yang penulis laksanakan meliputi segi-segi sebagai berikut: Tabel 1. Kisi-kis Variabel Penelitian No Variabel yang diungkap Nomor Item Jumlah Segi identitas responden 1, 2, 3, 4, Katekese model SCP dan minat remaja 6, 7, 8, 9, Faktor pendukung dan 11, 12, 13, 14, 15 5 penghambat 4 Harapan ke depan 16, 17, 18, 19, 20 5

87 68 2. Laporan Hasil Penelitian Kuesioner yang penulis bagikan kepada responden secara keseluruhan berjumlah 60 eksemplar. Kuisioner yang diisi dan dikembalikan oleh reponden sebanyak 60 eksemplar. a. Identitas responden Pada tabel di bawah ini penulis memaparkan identitas responden penelitian yang meliputi umur, jenis kelamin, kelas, status dalam keluarga, dan pekerjaan pokok orang tua. Berdasarkan hasil penelitian dari angket yang telah disebarkan, dapat diperoleh data sebagai berikut: Tabel 2 Identitas Responden N = 60 No Pertanyaan Jawaban Jumlah % Umur a. 12 tahun b. 13 tahun c. 14 tahun d. 15 tahun e. 16 tahun f. 17 tahun Jenis Kelamin a. Laki-laki

88 69 b. Perempuan Kelas a. Kelas 2 b. Kelas , Status anda dalam a. Anak pertama keluarga? b. Anak kedua c. Anak ketiga d. Anak keempat e. Anak Kelima Apakah pekerjaan pokok a. Petani orang tua anda? b. Pegawai Negeri Sipil c. Pegawai Swasta d. Pedagang/pengusah a e. Tukang Bangunan Dalam tabel 2 dapat dilihat bahwa remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung memiliki keanekaragaman baik dari segi umur, jenis kelamin, kelas, status dalam keluarga, dan pekerjaan pokok orang tua. Dari 60 responden sebagian besar responden (53.33 %) berusia 14 tahun.

89 70 Berdasarkan data di atas pula dapat diketahui bahwa sejumlah 21 orang atau % responden terdiri dari anak laki-laki dan sejumlah 39 orang atau % responden terdiri dari anak perempuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah anak laki-laki dan perempuan tidak seimbang. Anak perempuan lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki. Selain mengetahui jenis kelamin para responden juga dapat diketahui bahwa sejumlah 28 orang atau % duduk di kelas 2 (dua) dan sejumlah 32 orang atau % duduk di kelas 3 (tiga). Kedudukan responden dalam keluarga sebagai anak pertama sejumlah 25 orang atau %. Mengenai status pekerjaan dari orang tua responden sejumlah 50 orang atau % dari orang tua responden bekerja sebagai petani. b. Katekese model SCP dan minat remaja Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dari variabel katekese model SCP dan minat remaja Katolik. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3 Katekese model SCP dan minat remaja N = 60 No Pertanyaan Jawaban Jumlah % Apakah motivasi anda a. Kewajiban mengikuti kegiatan b. Diajak teman

90 71 katekese model SCP ini? c. Membutuhkan d. Karena disuruh guru e. Lain-lain Menurut penilaian anda a. Sangat menyenangkan bagaimana pelaksanaan b. Menyenangkan katekese model SCP ini? c. Cukup menyenangkan d. Tidak menyenangkan Apakah metode a. Sangat menarik penyampaian informasi, b. Menarik sharing, dan dialog yang c. Cukup menarik digunakan pendamping d. Tidak menarik - - menarik? 9 Menurut anda apakah a. Sangat menarik sarana (Cerita Marieta b. Menarik dan Fatimah ) yang c. Cukup menarik digunakan dalam d. Tidak menarik - - pelaksanaan katekese model SCP ini menarik? 10 Manfaat apakah yang anda a. Supaya terkenal - - peroleh dengan mengikuti b. Memperoleh teman katekese model SCP ini? yang banyak

91 72 c. Membangun rasa kebersamaan dalam Gereja d. Untuk memperkembangkan iman Kristiani agar dapat menjadi seseorang yang tangguh dalam iman Data yang diperoleh dari segi katekese model SCP dan minat remaja yang tertera pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 60 responden, % responden menyatakan bahwa motivasi dalam mengikuti kegiatan katekese model SCP merupakan kewajiban. Untuk penilaian terhadap pelaksanaan katekese model SCP yang dilaksanakan di kapel Bruderan FIC Tanjung sejumlah 31 orang atau % menyatakan bahwa pelaksanaan katekese model SCP tersebut sangat menyenangkan. Ketika ditanya tentang penyampaian informasi, sharing, dan dialog yang digunakan pendamping, sejumlah 33 orang atau % responden menyatakan bahwa metode penyampaian informasi, sharing, dan dialog yang digunakan oleh pendamping menarik. Dalam pelaksanaan katekese model SCP bagi remaja Katolik dibutuhkan sarana yang dapat mendukung berlangsungnya kegiatan tersebut.

92 73 Sejumlah 32 orang atau % responden menyatakan bahwa sarana cerita Marieta dan Fatima dalam proses katekese model SCP yang dilaksanakan sangat menarik. Setiap kegiatan pembinaan iman memiliki manfaat tersendiri bagi yang mengikutinya. Sejumlah 39 orang atau % responden menyatakan bahwa manfaat yang diperoleh dalam mengikuti katekese model SCP ialah memperkembangkan iman Kristiani agar dapat menjadi seseorang yang tangguh dalam iman. c. Faktor pendukung dan penghambat Pada bagian ini penulis akan menguraikan hasil penelitian dari variabel tentang faktor pendukung dan penghambat yang terungkap dalam tabel 4. Berdasarkan hasil penelitian dari segi faktor pendukung dan penghambat dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4 Faktor pendukung dan penghambat N = 60 No Pertanyaan Jawaban Jumlah % Bagaimanakah suasana a. Sangat aktif peserta dalam mengikuti b. Aktif kegiatan katekese model c. Cukup aktif SCP? d. Tidak aktif

93 74 12 Apakah orang tua a. Sangat mendukung mendukung anda dalam b. Mendukung mengikuti kegiatan c. Cukup mendukung katekese model SCP ini? d. Tidak mendukung 13 Faktor apakah yang a. Ada dorongan dari mendukung anda dalam dalam diri mengikuti kegiatan b. Disuruh oleh guru katekese model SCP ini? c. Disuruh oleh orang tua d. Diajak teman e. Lain-lain Apakah anda mengalami a. Sangat kesulitan kesulitan dalam ber- b. Kesulitan sharing? c. Cukup kesulitan d. Tidak kesulitan Hambatan apakah yang Keterbatasan waktu anda alami dalam Suasana yang tidak mengikuti katekese mendukung model SCP ini? Tidak ada hambatan apa-apa Tidak mengerti apa 1 1,66

94 75 artinya Ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan Kesulitan menjelaskan inti cerita dan memahami penjelasan Tidak bisa menjawab pertanyaan Selalu berbuat cabul dan menyebut nama Tuhan dengan tidak hormat Kurang adanya perlengkapan (sarana prasarana) Ragu-ragu dalam bersharing ,

95 76 Melihat dan mendengar teman yang tidak serius dalam mengikuti katekese model SCP Bergaul dengan orang yang salah, bersikap egois dan sombong Terpengruh oleh teman dan juga lingkungan Harus memahami dan mendalami iman Gereja Keterbatasan waktu dan kesibukan Terlalu lama berbicara Kosong

96 77 Kegiatan katekese model SCP membutuhkan keterlibatan aktif dari para pesertanya. Akan tetapi tidak semua peserta katekese model SCP terlibat di dalamnya. Berdasarkan pengalamannya dalam mengikuti kegiatan katekese model SCP tersebut sejumlah 37 orang atau % responden berpendapat bahwa suasana peserta dalam mengikuti kegiatan katekese model SCP aktif. Sejumlah 34 orang atau % responden menyatakan bahwa orang tua sangat mendukung responden dalam mengikuti kegiatan katekese model SCP. Terdapat sejumlah 53 orang atau % responden menyatakan bahwa faktor yang mendukung mereka dalam mengikuti kegiatan katekese model SCP ialah karena ada dorongan dari dalam diri. Sejumlah 30 orang atau % responden yang menyatakan tidak kesulitan dalam ber-sharing. Dalam mengikuti katekese model SCP remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung sejumlah 24 orang atau % responden menyatakan bahwa mereka tidak mengalami hambatan apapun dalam mengikuti katekese model SCP. d. Harapan ke depan dan Usulan Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian tentang harapan ke depan dan usulan yang terungkap dalam tabel 5. Berdasarkan hasil penelitian dari segi harapan ke depan beserta usulan dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

97 78 Tabel 5 Harapan ke depan dan Usulan N = 60 No Pertanyaan Jawaban Jumlah % Apakah anda setuju bila a. Sangat setuju di paroki Maria b. Setuju Assumpta Tanjung c. Cukup setuju diadakan kegiatan d. Tidak setuju katekese model SCP bagi remaja Katolik? 17 Menurut anda, kapan a. Satu bulan sekali waktu yang sesuai untuk b. Satu bulan dua kali melaksanakan kegiatan c. Setiap minggu katekese model SCP? d. Berdasar kebutuhan saja 18 Bentuk pembinaan iman a. Katekese manakah yang anda b. Rekoleksi butuhkan? c. Retret d. Ziarah Alat/media apakah yang a. TV dan VCD Player

98 79 sangat membantu dan b. Artikel Majalah dan paling anda dibutuhkan Koran dalam pelaksanaan c. Cerita Rakyat pembinaan iman? d. Tape Recorder e. Lain-lain Bagaimanakah harapan a. Pendamping/pembina anda mengenai tenaga yang ahli dibidangnya pendamping/pembina b. Pendamping/pembina untuk ke depannya? dalam bentuk team c. Pendamping/pembina dari dalam paroki d. Pendamping/pembina dari lembaga di luar paroki Sebagai remaja yang saat ini sedang mempersiapkan diri menuju pada kedewasaan tentunya membutuhkan perhatian dan juga pendampingan dari pihakpihak yang terkait dengan remaja tersebut misalnya orang tua dan guru. Salah satu bentuk perhatian tersebut dapat berupa pembinaan iman melalui katekese model SCP, sejumlah 35 orang atau % responden menyatakan sangat setuju bila katekese model SCP dilaksanakan di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

99 80 Suatu bentuk pembinaan iman jika akan dilaksanakan tentu membutuhkan waktu pelaksanaan yang sesuai. Sejumlah 36 orang atau % responden menyatakan waktu yang sesuai untuk dilaksanakan kegiatan katekese model SCP yaitu setiap minggu. Bentuk pembinaan iman apa yang kiranya dibutuhkan? Menurut sejumlah 29 orang atau % responden menghendaki untuk diadakan katekese. Ada berbagai macam alat atau media yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pembinaan iman. Sejumlah 25 orang atau % responden menyatakan bahwa alat/media yang membantu dan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembinaan iman ialah TV dan VCD Player. Demi terlaksananya suatu kegiatan pembinaan iman tentu diperlukan tenaga pendamping/pembina. Sejumlah 33 orang atau % responden mempunyai harapan jika tenaga pendamping/pembina merupakan tenaga yang ahli menurut bidangnya. 3. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang meliputi identitas responden, katekese model SCP dan minat remaja, faktor pendukung dan penghambat, serta harapan ke depannya, maka diadakan pembahasan hasil penelitian dengan tujuan untuk memahami dan mengartikan data-data yang ada, memaknainya, dan juga membuat kesimpulan atas data-data tersebut. Penggolongan usia remaja terbagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu remaja awal usia tahun, remaja tengah usia tahun, dan remaja akhir usia tahun. Berdarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 60 responden sejumlah (53.33 %)

100 81 responden menyatakan identitas diri berkaitan dengan usia yang paling banyak ialah usia 14 tahun yang saat ini duduk di bangku kelas IX SMP. Responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak (65 %) dibandingkan responden yang berjenis kelamin laki-laki (35 %). Keluarga merupakan lingkungan primer bagi setiap individu. Di dalam keluarga anak dapat menerima dan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua. Selain ada norma-norma dan nilai-nilai yang beragam, status responden dalam keluarganya pun beragam pula, akan tetapi yang paling banyak ialah status responden sebagai anak pertama (41.66 %) dan pekerjaan pokok dari orang tua responden ialah sebagai petani (83.33 %). Status responden dalam keluarganya dan pekerjaan pokok orang tua tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan pembinaan iman dengan katekese model SCP. SCP (Shared Christian Praxis) terdiri dari tiga kata yang masing-masing mempunyai arti tersendiri, yaitu Shared yang menunjuk pengertian komunikasi timbal balik, sikap partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta. Christian menunjuk harta kekayaan iman Kristiani yang terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi. Sedangkan Praxis dalam pengertian model katekese ini ialah sebagai perbuatan atau tindakan yang meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia dan segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia tersebut dilakukan dengan tujuan tertentu dan dengan kesengajaan. Jadi katekese model SCP memiliki sifat yang dialogis partisipatif yang menekankan kemitraan dalam penyelengraannnya. Dalam pelaksanaan katekese model SCP ini peserta merupakan subyek utama. Dari hasil penelitian menurut tabel

101 82 3, motivasi responden mengikuti kegiatan katekese model SCP ialah karena kewajiban (50.00 %) hal ini terjadi karena pihak sekolah mewajibkan responden untuk mengikuti pembinaan iman dengan katekese model SCP. Akan tetapi walaupun motivasi responden mengikuti pembinaan iman dengan katekese model SCP ini karena kewajiban para responden ini menilai bahwa pelaksanaan katekese model SCP ini ialah sangat menyenangkan (51.66 %) karena penyampaian informasi, sharing, dan dialog yang digunakan pembimbing menarik (55.00 %). Selain penyampaian informasi, sharing, dan dialog harus menarik, dalam pelaksanaan katekese haruslah diperhatikan pula keadaan dan budaya peserta serta latar belakangnya. Dalam proses katekese seluruh pengalaman hidup peserta menjadi bagian yang sangat penting. Bahan katekese tidak hanya berasal dari ajaran Gereja saja tetapi juga merupakan perpaduan antara Tradisi dalam Gereja dengan pengalaman konkrit peserta di lingkungannya. Dalam pelaksanaan katekese model SCP sarana cerita Marieta dan Fatimah yang dipergunakan dalam pelaksanaan katekese model SCP tersebut ialah sangat menarik (53.33 %) sehingga responden mendapatkan manfaat dengan mengikuti katekese model SCP yaitu mereka dapat memperkembangkan iman Kristiani agar dapat menjadi seseorang yang tangguh dalam iman (65 %). Katekese model SCP ini mengajak remaja untuk berpikir dan bertindak kritis berkaitan dengan pengalaman-pengalamann hidup yang sedang dijalani oleh para remaja saat ini. Dalam pelaksanaan katekese model SCP ini peserta katekese memiliki peranan yang sangat besar karena peserta itu menjadi subyek yang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan pengalamannya. Selain bebas untuk

102 83 mengungkapkan pengalamannya remaja juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan katekese model SCP. Dari hasil penelitian menurut tabel 4, dikatakan bahwa suasana peserta dalam mengikuti kegiatan katekese model SCP ialah aktif (61.66 %). Keaktifan yang dimaksud ialah responden dapat ber-sharing dan bernyanyi bersama. Demi memperkembangkan hidup dan iman maka dalam pelaksanaan katekese yang bertanggung jawab ialah seluruh pesertanya sedangkan pembina menjalankan fungsinya sebagai fasilitator. Katekese berasal dari umat, oleh umat, dan dilaksanakan demi umat. Artinya seluruh anggota Gereja memiliki tanggung jawab terhadap katekese. Pelaksana katekese ialah seluruh umat beriman sebagai keseluruhan baik para pemuka Gereja maupun yang bukan dan setiap orang yang beriman akan Yesus Kristus. Karya katekese tidak dapat berjalan sendiri maka dalam pelaksanaannya orang tua dari responden yang mengikuti kegiatan katekese model SCP ini sangat mendukung (56.66 %) anak-anaknya mengikuti kegiatan pembinaan iman. Selain dukungan dari orang tua ada juga faktor yang mempengaruhi responden untuk mengikuti kegiatan katekese model SCP. Faktor tersebut ialah berasal dari dalam diri sendiri yaitu karena ada dorongan dari dalam dirinya (85 %). Dalam mengikuti kegiatan katekese model SCP responden tidak kesulitan untuk ber-sharing (50.00 %), selain tidak mengalami kesulitan untuk ber-sharing responden juga tidak mengalami hambatan apa-apa dalam mengikuti katekese model SCP ini (40.00 %). Tabel 5 menunjukkan bahwa bentuk pembinaan iman yang dibutuhkan oleh responden ialah katekese (51.66 %). Katekese model SCP memiliki sifat yang

103 84 dialogis partisipatif yang menekankan kemitraan dalam penyelenggaraannya. Dalam pelaksanaan katekese model SCP ini peserta merupakan subyek utama. Dalam pelaksanaannya peserta didorong baik secara pribadi maupun bersama untuk mampu merefleksikan pengalaman dan menanggapi keadaan konkret. Pelaksanaan katekese model SCP tentu didasarkan pada kebutuhan dari pesertanya. Dalam menanggapi kebutuhan tersebut harus disesuaikan pula dengan keadaan peserta. Responden yang ada di paroki St. Maria Assumpta Tanjung sangat setuju (58.33 %) jika diadakan kegiatan katekese model SCP bagi remaja Katolik dan menurut mereka waktu yang sesuai untuk melaksanakan kegiatan katekese model SCP ini ialah setiap minggu (60.00 %). Demi kelancaran kegiatan katekese model SCP ini responden mengusulkan bahwa alat/media yang sangat membantu dan paling dibutuhkan dalam pelaksanaan pembinaan iman ialah Televisi/monitor dan VCD Player (41.66 %) dan (55.00 %) responden mengharapkan agar tenaga pendamping/pembina dalam pelaksanaan pembinaan iman ke depannya ialah pendamping/pembina yang ahli di bidangnya. 4. Kesimpulan Setelah penulis mengolah data yang ada, maka penulis menyimpulkan hasil penelitian. Hal ini akan berguna dalam penyusunan program pembinaan iman dengan katekese model Shared Christian Praxis (SCP). SCP menekankan proses katekese yang yang bersifat dialogis partisipatif yang bermaksud mendorong peserta agar secara pribadi maupun bersama mampu merefleksikan pengalaman dan menanggapi

104 85 keadaan konkret. Katekese model SCP ini bermula dari pengalaman hidup peserta yang direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi Kristiani sehingga nantinya akan muncul sikap dan kesadaran baru yang akan memberikan motivasi untuk terlaksananya keterlibatan baru. Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada remaja Katolik di paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat, penulis menyimpulkan bahwa pembinaan iman dengan katekese model SCP yang telah dilaksanakan dapat membangkitkan minat para remaja Katolik untuk terlibat aktif dalam pembinaan iman di paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan dan semangat para remaja Katolik dalam mengikuti pembinaan iman dengan katekese model SCP yang telah penulis laksanakan. Selain dapat membangkitkan minat para remaja Katolik di paroki St. Maria Assumpta Tanjung, pelaksanaan pembinaan iman dengan katekese model SCP ini sangat didukung oleh remaja Katolik sendiri dan juga para orang tua. Tidak ada kesulitan atau hambatan yang dialami oleh remaja Katolik dalam mengikuti pembinaan iman dengan katekese model SCP ini. Melalui penelitian ini penulis juga dapat menyimpulkan bahwa harapan remaja Katolik agar diadakan pembinaan iman di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung sangat besar. Mereka membutuhkan pembinaan iman dengan katekese model SCP. Adapaun waktu yang sesuai untuk diadakannya kegiatan pembinaan iman dengan katekese model SCP ialah satu kali dalam seminggu. Monitor/Televisi dan VCD Player dapat dipergunakan sebagai media dalam kegiatan pembinaan iman dengan

105 86 katekese model SCP. Dalam pelaksanan kegiatan pembinaan iman dengan katekese model SCP tentu dibutuhkan tenaga pembina, dan harapan remaja Katolik terhadap tenaga pembina tersebut ialah pembina yang ahli di bidangnya.

106 87 BAB IV SCP MERUPAKAN KATEKESE YANG RELEVAN DALAM MENANGGAPI KEBUTUHAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG Dalam rangka menanggapi kebutuhan remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung akan pembinaan iman yang relevan dan mampu menjawab kebutuhan, penulis mengusulkan beberapa gagasan mengenai program pembinaan iman beserta contoh satuan program pembinaan iman dengan menggunakan katekese model SCP. Bab IV dalam skripsi ini memaparkan tentang kebutuhan remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung akan katekese yang relevan. Usulan program pembinaan iman dengan menggunakan katekese model SCP dilaksanakan dalam dua belas kali pertemuan dengan tema-tema yang telah ditentukan. Tema, materi, metode, dan sarana dalam usulan program ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung dengan tujuan agar pembinaan iman yang dilaksanakan dengan menggunakan katekese model SCP tersebut dapat sungguh-sungguh menanggapi kebutuhan remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung dan sungguh-sungguh relevan bagi mereka.

107 88 B. Remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung Membutuhkan Katekese yang Relevan Pembinaan iman dengan katekese model SCP yang dilaksanakan di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung berjalan dengan lancar sesuai dengan persiapan yang telah dibuat sebelumnya. Dari pelaksanaan katekese model SCP tersebut penulis dapat menyampaikan beberapa hal khususnya berkaitan dengan kebutuhan remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung akan model katekese yang sungguh-sungguh relevan. Penulis menganggap katekese model SCP ini relevan dengan kebutuhan remaja berkaitan dengan pengembangan iman dan juga kepribadian remaja itu sendiri. Remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung membutuhkan media yang dapat menunjang dan mampu menarik minat mereka seperti Televisi dan VCD Player. Dalam pelaksanaaan pembinaan iman tersebut, tidak hanya alat/media saja yang dibutuhkan oleh remaja Katolik melainkan juga mereka membutuhkan tenaga pembina yang ahli di bidangnya. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung akan pembinaan iman yang relevan dan sesuai dengan keadaan setempat, penulis dapat menyimpulkan bahwa para remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ini sangat membutuhkan pembinaan iman khususnya dengan menggunakan bentuk katekese. Dalam menanggapi kebutuhan tersebut katekese model SCP dianggap sangat cocok dan relevan dalam menanggapi kebutuhan remaja Katolik tersebut. Katekese

108 89 model SCP ini sangat cocok dan relevan bagi remaja Katolik karena memiliki kelebihan tersendiri, di antaranya ialah memiliki sifat yang dialogis partisipatif, dalam pelaksanaannya remaja merupakan subyek utama, remaja diajak untuk terlibat aktif melalui sharing memberikan tanggapan, menafsirkan, mendengarkan, merencanakan serta mewujudkan aksi konkret dalam kehidupan sehari-hari. C. Usulan Program Pembinaan Iman dengan Katekese Model SCP 1. Latar Belakang Penyusunan Program Remaja ialah generasi penerus bangsa, negara, dan Gereja. Pada mereka tergantung harapan akan maju dan berkembangnya negara tercinta republik Indonesia dan juga Gereja-Gereja yang ada. Berdasarkan kenyataan, di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung belum terlaksana kegiatan pembinaan iman remaja Katolik secara rutin. Kegiatan pembinaan iman diperoleh remaja Katolik hanya sekedarnya saja, yaitu melalui keterlibatan dalam perayaan Ekaristi, berdoa jalan salib, dan doa rosario bersama. Kegiatankegiatan ini hanya dilakukan remaja Katolik pada masa-masa tertentu saja misalnya pada hari minggu, pada masa pra-paskah, dan pada masa bulan Maria. Maka penulis menyampaikan usulan program pembinaan iman dengan katekese model SCP. Diharapkan katekese model SCP ini mampu menanggapi kebutuhan dan dapat menarik minat remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Melalui katekese model SCP ini pula peserta diharapkan untuk terlibat aktif dalam mengungkapkan pengalaman-pengalaman imannya.

109 90 Program katekese remaja yang dibuat akan dijadikan acuan dalam menentukan tema, tujuan, isi dan urutan dalam pelaksanaan pembinaan iman remaja dengan menggunakan katekese model SCP di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Program katekese yang dibuat ini menekankan keterlibatan peserta. Hal ini dipilih karena keterlibatan remaja Katolik dalam kegiatan pembinaan iman dan juga kegiatan menggereja dirasa masih kurang. Katekese model SCP ini dipilih dalam pembinaan iman karena diharapkan bisa meningkatkan keterlibatan remaja Katolik karena katekese model SCP ini bersifat dialogis partisipatif. Materi dan bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembinaan iman dengan katekese model SCP ini dipilih berdasarkan kebutuhan dan situasi remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Dalam pembinaan iman dengan katekese model SCP ini remaja Katolik diharapkan untuk terlibat aktif karena katekese itu berasal dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Pembina hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi terlaksananya pembinaan iman. 2. Alasan Pemilihan Tema Untuk dapat menanggapi kebutuhan remaja akan terlaksananya katekese yang relevan, penulis menyusun program pembinaan iman menggunakan katekese model SCP dengan beberapa tema. Tema umum dari usulan program ini ialah Remaja Mencintai Diri Sendiri, Keluarga, Teman-teman, dan lingkungan hidupnya. Tema ini dipilih karena sangat relevan dengan keadaan remaja saat ini yang masih dalam tahap pencarian identitas diri. Melalui tema ini diharapkan remaja dapat terbantu untuk

110 91 semakin mengenal, menerima, dan mencintai diri sendiri, keluarga, teman-teman, dan lingkungan hidupnya. Selain untuk membantu remaja dalam menemukan identitas dirinya, tema yang dipilih ini juga mengajak para remaja untuk semakin menyadari bahwa dalam hidupnya mereka tidak hanya mencintai dirinya sendiri melainkan juga harus mencintai keluarga, teman-teman, bahkan lingkungan hidupnya. Setiap manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, karena manusia satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan saling melengkapi. Tema Remaja Mencintai Diri Sendiri, Orang Tua, Teman-teman, dan Lingkungan Hidupnya memiliki makna tersendiri, di antaranya ialah makna mencintai diri sendiri. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, begitu pula remaja. Pada masa yang labil ini remaja perlu diajak untuk mengenali dan mencintai dirinya dalam keadaan apapun baik dalam kekurangan maupun dalam kelebihannya. Dengan mengenal dan mencintai dirinya maka secara otomatis remaja juga akan dapat mencintai orang lain yang ada di sekitarnya seperti keluarga, teman-teman, dan bahkan remaja tersebut akan mencintai lingkungan hidupnya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Remaja akan bersosialisasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya termasuk keluarga dan teman-temannya. Remaja tidak bisa terlepas dari orang-orang dalam kelurganya apalagi kedua orang tua dan sanak saudaranya yang lain. Mencintai keluarga tidak hanya dengan ucapan semata melainkan juga dengan tindakan nyata. Cinta kepada orang tua dapat ditunjukkan dengan rajin belajar, rajin berdoa,

111 92 membantu orang tua bekerja di rumah, tidak melawan bila dinasehati, selalu patuh dan hormat kepada orang tua, dan lain sebagainya. Remaja juga tidak pernah lepas dari teman-temannya, khususnya teman sebaya. Cinta kepada teman sebaya ini dapat berupa jalinan kasih terhadap lawan jenis, menjalin persahabatan yang erat, dan bahkan ada remaja yang membentuk kelompok-kelompok tertentu demi menunjukkan bahwa mereka semua saling mencintai dan membutuhkan. Tidak hanya mencintai diri sendiri, keluarga, dan teman-temannya, remaja juga diajak untuk mencintai lingkungan hidupnya. Mencintai lingkungan hidup bisa dimulai dari hal-hal yang kecil saja, misalnya selalu menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak merokok, menanam pohon atau tanaman hias, mendaur ulang sampah, dan lain-lain. 3. Pelaksanaan Program Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, waktu yang cocok untuk diadakan kegiatan pembinaan iman ialah setiap minggu. Akan tetapi melihat berbagai macam keterbatasan yang ada, maka penulis mengusulkan rencana kegiatan pembinaan iman remaja Katolik yang kiranya dapat terlaksana dengan baik ialah direncanakan dalam waktu 1 (satu) tahun yang dilaksanakan dalam 10 (sepuluh) kali pertemuan. Program pembinaan iman yang pertama dilaksanakan pada bulan Maret Setiap pertemuan dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan judul pertemuan yang berurutan. Katekese model SCP ini dilaksanakan setelah perayaan Ekaristi pada

112 93 hari minggu pertama dalam bulan yaitu pukul WIB dengan alasan agar mudah mengumpulkan para remaja. Setiap pertemuan dilaksanakan selama dua jam. Dalam setiap pertemuan pada bagian awal remaja diajak untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya. Pengalaman-pengalaman hidup remaja kemudian direfleksikan agar makna dari pengalaman hidup tersebut dapat ditemukan. Remaja kembali diajak untuk menggali harta kekayaan iman Kristiani melalui pesan-pesan Kitab Suci. Harta kekayaan iman Kristiani tersebut ditafsirkan dan dicari pesan intinya yang kemudian akan dapat meneguhkan hal-hal positif yang telah ada dan memperbaharui hal-hal yang memang perlu diperbaharui. Selanjutnya remaja diajak untuk memperkembangkan dan mewujudkan pesan-pesan harta kekayaan iman Kristiani tersbut agar muncul sikap baru yang tentunya mengarah pada hal-hal yang positif. Dan pada akhirnya remaja dapat mengambil keputusan dengan membangun niat atau rencana-rencana konkret dalam kehidupan sehari-harinya.

113 94 4. Usulan Program Katekese Matriks Program Katekese Tema Umum Tujuan Umum : Remaja mencintai diri sendiri, keluarga, teman-teman, dan lingkungan hidup : Membantu para remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung untuk semakin menyadari bahwa setiap manusia harus mencintai dirinya sendiri, mencintai keluarganya, mencintai teman-temannya, dan mencintai lingkungan hidup dengan segala kelebihan dan kekurangannya. No Waktu Tema Tujuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan 1 Minggu... Mengenal, Membantu 1. Siapakah aku dan Tugas Fotocopy 1 Korintus 13: Maret menerima, peserta untuk apa yang dapat individual tabel Potret dan mencintai mampu menerima kulakukan Sharing Diri Marcus diri sendiri keadaan diri, baik 2. Hubunganku kelompok Kitab Suci Supriyanto, kekurangan dengan orang lain Informasi Teks Lagu S.Si.Biji maupun Refleksi Daftar Sesawi

114 95 2 Minggu... April 2011 Nilai-nilai kehidupan kelebihannya Pertanyaan Memindahkan Gunung. (2010) Yogyakarta: Kanisius, halaman 36, Membantu 1. Nilai-nilai Informasi Kitab Suci Markus 12: peserta untuk Kehidupan Permainan Teks Lagu memahami dan sebagai dasar Sharing Kartu Marcus menyadari cara hidup manusia Kelompok bertuliskan Supriyanto, menghayati nilainilai 2. Nilai-nilai utama Refleksi huruf A dan S.Si. Biji kehidupan Kristiani B Sesawi 3. Bagaimana Madah Bakti Memindahkan menghayati nilainilai Gunung. dalam (2010) kehidupan seharihari Yogyakarta: Kanisius, halaman 74-

115 Minggu... Godaan dan Agar peserta Godaan dalam Sharing Kitab Suci Kejadian 3: 1- Mei 2011 tantangan mampu hidupku Diskusi Madah Bakti 24 menghadapi Menghadapi Membaca Cerita Marcus tantangan dan godaan dan teks cerita Kisah Supriyanto, godaan yang tantangan hidup Kisah Selebriti S.Si. Biji terjadi dalam dengan Selebriti Gagal Sesawi hidup mengandalkan Gagal Lembar Memindahkan kuasa Tuhan Refleksi Pertanyaan Gunung. Kertas (2010) Pulpen Yogyakarta: Kanisius, halaman Minggu... Menghormati Menagajak Caraku Sharing Kitab Suci Keluaran 20: Juni 2011 orang tua peserta untuk menghormati Diskusi Madah Bakti 12 selalu kedua orang tuaku Mengamati Gambar Dianne menghormati Selalu bersyukur gambar Ayah dan Bergant, CSA kedua orang atas keadaan orang Refleksi Ibu dan Robert J.

116 97 5 Minggu... Juli 2011 Menjadi Ragi yang Memperkemb angkan Iman Keluarga tuanya tua Karris, OFM, Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta : Kanisius Mengajak peserta untuk semakin menyadari panggilan hidupnya menjadi ragi ditengah keluarga, sehingga makin mampu melaksanakan ajaran Yesus Aku menjadi ragi dalam keluarga Sharing Demo Informasi Refleksi pribadi Kitab Suci Madah Bakti Roti tawar Luk 13: Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius

117 Minggu... Keluargaku Membantu Bagaimanakah Sharing Puji Syukur Luk 6 : Agustus Sebagai peserta menyadari menjadi pendengar kelompok Teks Dianne 2011 Pendengar bahwa mereka dan pelaksana Diskusi Cergam Bergant, CSA dan Pelaksana perlu menjadi Firman? kelompok Keluarga dan Robert J. Firman Allah pendengar dan Relasi yang baik Refleksi Teladan Karris, OFM, pelaksana Firman antara anak dan Informasi Teks Kitab Tafsiran dalam hidup orang tua akan Suci Alkitab sehari-hari menciptakan Perjanjian sehingga dapat keluarga yang Baru, membangun harmonis Yogyakarta : relasi keluarga Kanisius yang harmonis Minggu... Memperjuang Membantu Berbagai upaya Mengamati Gambar Rom 12: 1-21 September kan peserta untuk untuk mewujudkan gambar orang- Dianne 2011 perdamaian menyadari bahwa perdamaian dan Refleksi orang dari Bergant, CSA dan perdamaian dan persudaraan Sharing berbagai dan Robert J. persaudaraan persudaraan Pandangan Yesus Informasi suku Karris, OFM, sejati dengan hanya akan dapat dan ajaran Gereja Tanya Kitab Suci Tafsiran

118 99 saling mencintai 8 Minggu... Memperjuang Oktober kan 2011 perdamaian dan persaudaraan sejati dengan saling mencintai terwujud dalam tentang jawab Madah Bakti Alkitab kehidupan kita perdamaian Teks lagu Perjanjian jika setiap orang Baru, dapat saling Yogyakarta: mencintai Kanisius Membantu Berbagai upaya peserta untuk untuk mewujudkan menyadari bahwa perdamaian dan perdamaian dan persudaraan persudaraan Pandangan Yesus hanya akan dapat dan ajaran Gereja terwujud dalam tentang kehidupan kita perdamaian jika setiap orang dapat saling mencintai Mengamati gambar Refleksi Gambar orangorang dari Rom 12: 1-21 Dianne Bergant, CSA Sharing Informasi berbagai suku dan Robert J. Karris, OFM, Tanya jawab Kitab Suci Madah Bakti Teks lagu Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius Minggu... Saling Membantu Menerima Membaca Cerita Rom 14: 1-16

119 100 November menerima dan peserta agar kekurangan dan cerita Bergambar Dianne 2011 rukun menyadari bahwa kelebihan yang Sharing Harus Bergant, CSA setiap orang harus dimiliki orang lain Refleksi Rukun dan Robert J. saling mencintai Kehidupan yang pribadi Teks Lagu Karris, OFM, sehingga dapat rukun dan damai Informasi Kitab Suci Tafsiran hidup dengan Toleransi Tanya Alkitab rukun jawab Perjanjian Bernyanyi Baru, Yogyakarta: Kanisius Minggu... Lingkungan Membantu Tanggung jawab Mengamati Slide alam Kej 1: 1-24 Desember hidup yang peserta untuk manusia untuk gambar yang indah Dianne 2011 indah dan melihat dan memelihara Sharing Kitab Suci Bergant, CSA harmonis menyadari betapa lingkungan hidup Informasi Teks Lagu dan Robert J. indahnya alam Aksi konkret untuk Tanya Laptop Karris, OFM, semesta sehingga menjaga dan jawab LCD Tafsiran dapat selalu memelihara Refleksi Alkitab bersyukur dan lingkungan hidup. pribadi Perjanjian

120 101 dan dapat mewujudkan aksi konkret untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup tersebut Lama, Yogyakarta : Kanisius Hal 34-35

121 Contoh Satuan Pendampingan Katekese SCP Contoh pembinaan iman remaja Katolik dengan tema I, yaitu Mengenal, Menerima, dan Mencintai Diri Sendiri yang akan dilaksanakan dalam bentuk katekese model SCP sebagai berikut: A. Identitas 1. Tema : Mengenal, Menerima, dan Mencintai Diri Sendiri 2. Tujuan : Membantu peserta untuk mampu menerima keadaan diri, baik kekurangan maupun kelebihannya 3. Peserta : Remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung 4. Tempat : Aula Paroki St. Maria Assumpta Tanjung 5. Hari/Tanggal : Minggu, Maret Waktu : Model : Shared Christian Praxis 8. Metode : - Sharing Kelompok - Tugas Individual - Informasi 9. Sarana : - Fotocopy Potert Diri - Kitab Suci - Teks Lagu 10. Sumber Bahan : - 1 Kor 13: Marcus Supriyanto, S.Si. Biji Sesawi Memindahkan Gunung. (2010) Yogyakarta: Kanisius, halaman 36,

122 103 B. Pemikiran Dasar Saat ini, banyak berita dan informasi yang menggambarkan kenakalan remaja seperti keterlibatannya dalam narkoba, perkelahian, kriminalitas, dan lain sebagainya. Sedih rasanya menyaksikan perilaku para remaja dalam kegiatan-kegiatan yang negatif tersebut. Padahal, sesungguhnya remaja merupakan generasi penerus dan harapan bangsa. Secara fisik masa remaja sudah bisa dikatakan sebagai sesorang yang telah dewasa, akan tetapi secara mental dan psikis pada masa remaja ini masih perlu mendapatkan pembinaan. Untuk menjadi pribadi yang berkualitas, maka remaja perlu mengubah sifat-sifat kekanak-kanakan yang dimiliki menjadi perilaku seseorang pribadi yang benar-benar matang dan dewasa. Pada masa kanak-kanak remaja tidak perlu repot-repot untuk menjaga dan mencintai diri sendiri karena remaja tersebut masih dibantu oleh orang tua. Akan tetapi pada saat seseorang telah menginjak masa remaja atau bahkan dewasa mereka haruslah bisa melindungi, merawat, memeliharan dan mencintai diri mereka sendiri. Dalam 1 Kor 13: 11 Santo Paulus mengatakan bahwa ketika aku kanakkanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang, sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Remaja bukan anak-anak lagi, mereka telah banyak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik segi mental maupun segi jasmaniahnya. Dalam pertumbuhannya masa remaja merupakan masa peralihan di antara masa anak dan masa dewasa dimana anak mengalami pertumbuhan yang cepat di segala bidang.

123 104 Dari pertemuan ini remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung diharapkan akan semakin mampu mengenal diri sendiri baik kelemahan maupun kelebihannya. Setelah mengenali dirinya tersebut, remaja juga akan mulai mencintai dirinya. Cara mencintai diri sendiri ialah selalu berusaha untuk menghindari narkoba, menghindari perkelahian, menghindari kriminalitas, menghindari minuman keras, dan lain-lain. Tidak hanya menghindari berbagai macam hal negatif saja cara mencintai diri sendiri ialah dengan memanfaatkan talenta dan bakat yang ada dengan sebaik mungkin, menambah wawasan dan pengetahuan, semakin meningkatkan iman dan kepercayaan kepada Tuhan, dan lain sebagainya. C. Pengembangan Langkah-langkah 1. Pembukaan a. Pengantar Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita berkumpul di tempat ini karena kehendak dan kasih Allah bagi kita semua. Kita berkumpul sebagai satu keluarga dan bersama-sama kita menemukan citra diri kita masing-masing. Sebagai orang beriman kita harus dapat melihat kelebihan dan kekurangan kita, serta selalu mencintai diri sendiri. Teks Kitab Suci yang akan dibaca terkesan sangat sederhana, akan tetapi melalui teks ini pula kita disadarkan bahwa kita harus mampu menyesuaikan dan mencintai keadaan diri kita sendiri apa adanya sebagaimana yang telah Tuhan berikan. Dengan demikian kita akan semakin mampu untuk mengenal citra diri kita sendiri. b. Lagu Pembukaan: Karena Cinta

124 105 c. Doa Pembukaan: Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur dan berterima kasih atas rahmat yang Engkau limpahkan kepada kami semua. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepadamu karena pada kesempatan Kau kumpulkan kami di tempat ini. Saat ini kami akan bersama-sama menggali, mengungkapkan dan merefleksikan pengalaman hidup kami dalam rangka menggali dan menemukan apa yang ada pada diri kami baik kekurangan maupun kelebihan yang ada pada kami, agar kami semakin mengenali sosok diri kami sendiri sehingga kami dapat mencintai diri kami sebagaimana mestinya. Kami persembahkan seluruh pembicaraan kami saat ini kepada-mu, sudilah kiranya Engkau memberkati dan menyemangati kami. Amin. 2. Langkah I: Remaja Mengungkapkan Pengalamannya a. Membagi lembar fotocopi Potret Diri kepada peserta dan memberi tahu bagaimana cara mengisi daftar potret diri tersebut dan memberikan kesempatan mengisi daftar potret diri. b. Pendamping meminta beberapa peserta untuk mengungkapkan hobi, bakat, dan sifat-sifat dirinya baik yang positif maupun yang negatif yang mereka miliki. c. Makna Potret Diri Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berbagai macam kenuikannya. Manusia yang diciptakan itu bisa bernapas, berjalan, melihat, berbicara, mempunyai wajah yang tampan dan cantik, memiliki suara yang

125 106 merdu, mampu menghibur orang lain, memiliki mata yang indah, mempunyai orang tua, bisa bersekolah, mempunyai teman, mampu berpikir kritis, dll. d. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami keunikan-kenuikan dirinya dengan pertanyaan berikut: 1) Ceritakanlah hobi, bakat, dan sifat-sifat diri baik yang positif maupun yang negatif dari diri anda sendiri? 2) Ceritakanlah kesulitan teman-teman dalam menerima diri? e. Contoh arah rangkuman: Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, Allah menciptakan manusia sangat istimewa dari ciptaan-nya yang lainnya. Manusia memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Kita semua perlu bersikap terbuka terhadap diri sendiri dan juga dengan orang lain. Keterbukaan adalah suatu keberanian untuk membangun kepercayaan pada diri sendiri, sehingga kitapun mampu mencintai diri sendiri. Sikap terbuka sangat membantu dalam membangun hubungan dan relasi dengan orang lain pula. Manusia yang diciptakan itu bisa bernapas, berjalan, melihat, berbicara, mempunyai wajah yang tampan dan cantik, mempunyai orang tua, bisa bersekolah, mempunyai teman, mampu berpikir kritis. Itu semua merupakah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Maka pantaslah kita mensyukurinya dengan mencintai diri kita secara total. Untuk mensyukuri dan mencintai diri memanglah sulit karena saat ini banyak sekali godaan-godaan yang menghampiri. Akan tetapi hal seperti itu juga

126 107 menjadi tantangan bagi diri kita untuk senantiasa menjaga dan mencintai diri agar jangan sampai terjerumus pada hal-hal yang negatif. 3. Langkah II: Peserta Merefleksikan Pengalamannya a. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman di atas dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimana teman-teman menerima hobi, bakat, dan sifat-sifat diri baik yang positif maupun yang negatif dari diri anda sendiri? 2) Bagaimana cara teman-teman mengatasi kesulitan dalam menerima diri? b. Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan arahan rangkuman singkat. Teman-teman yang terkasih, semua orang merupakan ciptaan Tuhan yang paling istimewa dengan segala macam kelebihan dan kekurangannya serta dengan berbagai macam keunikan. Maka, setiap manusia itu pasti memiliki keunikannya masing-masing. Untuk melihat keunikan yang dimiliki, terlebih dahulu perlu disadari hal-hal apa saja yang kita anggap baik dalam diri kita. Memang banyak godaan dan tantangan yang menghampiri kita semua. Kita harus mampu melawan godaan-godaan tersebut. Kita harus mencintai dan menjaga diri kita sendiri. Sebab kalau bukan diri kita sendiri yang mencintai dan menjaga diri kita, siapa lagi? Orang tua yang juga mencintai kita sebagai anaknya tidak bisa menjaga kita terus menerus. Diri kitalah yang harus mampu menjaganya. Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dan setiap orang pun harus mampu menerima keadaan dirinya. Tuhan telah

127 108 mengatur segala sesuatunya sedemikian rupa. Kelebihan yang ada pada diri seseorang akan menutupi kekurangannya pula. Ikhlas hati menerima apa yang ada pada diri merupakan jalan yang terbaik dalam menerima diri. 4. Langkah III: Peserta diajak untuk menggali harta kekayaan Iman Kristianinya a. Salah seorang peserta dimohon bantuan untuk membacakan perikop langsung dari Kitab Suci, 1 Korintus 13: dan yang lain bisa ikut membaca dari teks yang telah dibagikan. b. Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan tuntunan pertanyaan berikut: Ayat manakah yang menunjukkan keunikan manusia? c. Peserta diajak untuk mencari dan menemukan pesan inti perikop sehubungan dengan jawaban atas dua pertanyaan di atas d. Pendamping memberikan tafsir dari 1 Korintus 13: dan menghubungkan dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, sbb: 1 Korintus 13:11-13 menggambarkan bagaimana keadaan seseorang pada masa kanak-kanak dan pada masa dewasa. Dalam hidupnya manusia memiliki masa-masa tertentu. Pada masa kanak-kanak orang tersebut merasa dirinya sebagai anak-anak, berkata-kata seperti anak-anak, dan bepikirpun seperti anakanak. Manusia dituntut untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang ada. Manusia harus mampu menerima keadaan dirinya baik dalam kelebihan

128 109 maupun kekurangannya. Manusia dituntut tidak hanya untuk mengasihi orang lain tetapi juga mengasihi diri sendiri. Kasih adalah cara yang paling sempurna dan juga paling dasariah. Paulus mengatakan...kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Kelebihan yang diberikan Tuhan akan menjadi sia-sia jika tidak dipergunakan dan disyukuri. Setiap manusia harus mengasihi dirinya dengan mau menerima segala kelebihan dan kekurangan serta keunikannya, tanpa kasih semuanya tidak ada gunanya. Tidak seperti orang kuat mengucilkan yang lemah, kasih adalah sabar. Tidak seperti yang lemah mengutuk yang kuat, kasih adalah lembut. Orang miskin yang tersisih, atau yang tersingkir mungkin mengeluhkan penderitaan mereka, tetapi kasih akan mengajarkan mereka untuk memaafkan tanpa batas dan berharap tanpa syarat. Kasih menyempurnakan pengetahuan yang tidak sempurna. 5. Langkah IV: Remaja menafsirkan inti pesan harta kekayaan iman sehingga muncul sikap baru a. Pengantar Teman-teman yang terkasih dalam pembicaraan tadi kita sudah melihat dan menemukan bahwa kasih itu sabar, lembut, serta memaafkan tanpa batas dan berharap tanpa syarat. Kasih itu adalah karunia yang diberikan Allah kepada umat-nya. Pertemuan ini merupakan saat yang berahmat, Allah telah mengajak kita semua untuk melihat tindakan kasih yang kita lakukan terhadap diri kita sendiri. Allah memberikan apa yang terbaik bagi umatnya, termasuk memberikan

129 110 karunia kasih agar kita semua dapat mencintai diri kita sendiri dan juga orang lain. Dan marilah kita secara bersama-sama untuk lebih meningkatkan kasih dalam diri kita dengan selalu menjauhi pengaruh-pengaruh negatif, misalnya penggunaan narkoba, minuman keras, perkelahian, perjudian, dll. Marilah kita memahami, mencintai, dan menerima keadaan diri kita apa adanya. b. Sebagai bahan refleksi agar kita semakin mampu mencintai diri kita dan sesama, maka kita mencoba merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana upaya kita dalam mengenal, menerima, dan mencintai diri sendiri? 6. Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkret a. Pengantar Teman-teman yang terkasih, mencintai diri sendiri memang sangat tidak mudah, karena diri kita lebih dikuasai oleh keegoisan dan hawa nafsu. Namun bukan berarti tidak bisa. Kita bisa mencintai diri kita sendiri asalkan kita mau melakukannya dan berdasar pada terang kasih Allah yang telah kita alami. Setelah kita bersama-sama menggali pengalaman kita, ternyata kita masih harus banyak berjuang untuk mewujudkan perbuatan mencintai diri sendiri. Bacaan tadi menunjukkan bagaimana seseorang yang harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Pada masa kanak-kanak, seseorang akan berbicara seperti anak-anak dan berpikir seperti anak-anak pula. Akan tetapi pada saat dewasa, seseorang juga harus mampu bertindak dan berpikir seperti orang dewasa. Kita telah mendapat wawasan baru atau cara pandang baru, semangat baru, harapan baru untuk lebih mencintai diri sendiri agar kita mampu

130 111 mewujudnyatakan tindakan kasih Allah, yaitu mencintai sesama dan juga diri sendiri. b. Memikirkan niat-niat atau bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi atau kelompok) untuk lebih meningkatkan perhatian dan cinta kita pada sesama, diri sendiri, dan Allah. Mari kita renungkan dengan tutunan pertanyaan berikut : Tindakan apa yang hendak kita lakukan sebagai niat pribadi ataupun niat bersama supaya kita dapat semakin mencintai diri kita? Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan sendiri niat-niat pribadi/bersama yang akan dilakukan. Sambil membuat niat peserta diiringi dengan musik instrumen. Setelah merenungkan niat-niat peserta diberi kesempatan nutuk mengungkapkan niat-niat pribadi maupun bersama. 7. Penutup a. Teman-teman yang terkasih, kita telah membuat niat-niat. Marilah kita bersamasama memohon kekuatan dan semangat dari Allah, agar segala niat-niat yang kita buat sungguh-sungguh dapat kita wujudkan secara nyata dalam hidup kita seharihari. Maka dari itu dengan hati yang terbuka, marilah kita menyampaikan permohonan kita. b. Doa umat secara spontan diawali oleh pendamping, disusul oleh peserta yang lain. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup oleh pendamping yang merangkum keseluruhan langkah pertemuan malam hari ini. c. Doa Penutup

131 112 Tuhan Yesus Kristus, teladan kaum beriman, kami mengucap syukur dan berterima kasih atas semua rahmat yang telah Engkau berikan pada kami semua. Melalui pertemuan ini kami disadarkan betapa kami belum mampu mengasihi dan mencintai diri kami sendiri, karena kami masih belum bisa menerima kekurangankekurangan yang ada pada diri kami. Akan tetapi ya Bapa semoga melalui pertemuan ini kami mulai sadar dan mulai mau melakukan tindakan untuk lebih mencintai diri kami sendiri Tindakan kasih-mu yang telah Engkau berikan kepada kami akan menjadi daya dorong dalam diri kami untuk senantiansa melakukan tindakan kasih kepada sesama dan juga pada diri kami. Semoga kami dapat menghargai dan menghormati diri kami masing-masing. Sertailah kami selalu dengan kasih-mu sehingga hidup kami semakin menjadi sempurna. Mampukanlah kami untuk mengikuti teladan yang telah diberikan Putra-Mu kepada kami semua. Engkau kami puji kini dan sepanjang segala masa. Amin. d. Lagu Penutup : Cinta Tuhan

132 113 BAB V PENUTUP Pada bab kelima ini, penulis akan menyampaikan kesimpulan dan saran berkaitan dengan pembinaan iman bagi remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat dengan katekese model SCP (Shared Christian Praxis). A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang telah dilaksanakan tentang pembinaan iman bagi remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa katekese model SCP dalam pembinaan iman bagi remaja Katolik sangat penting untuk dilaksanakan. Apalagi dengan melihat situasi remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung yang masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju pada kedewasaan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya tersebut, remaja Katolik masih sangat rentan dan sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai macam hal, baik hal yang positif maupun hal yang negatif. Dari penelitian yang dilakukan penulis, ditemukan bahwa remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung membutuhkan pembinaan terutama pembinaan iman dan pembinaan berkaitan dengan perkembangan kepribadian. Berdasarkan kebutuhan remaja akan pembinaan tersebut, maka penulis menawarkan suatu model

133 114 katekese yaitu katekese model SCP sebagai pembinaan iman dan kepribadian tersebut. Penulis melihat bahwa katekese model SCP ini dapat dijalankan dan diterima remaja dengan baik. Katekese model SCP merupakan salah satu karya pastoral Gereja yang dapat digunakan dalam pembinaan iman bagi remaja Katolik. Katekese model SCP ini memiliki sifat yang dialogis partisipatif yang menekankan kemitraan dalam penyelenggaraannya. Peserta katekese merupakan subyek utama dalam penyelenggaraannya. Peserta diajak untuk terlibat dalam ber-sharing, mendengarkan, memberikan tanggapan, menafsirkan, dan merencanakan serta mewujudkan aksi yang konkret dalam kehidupan sehari-hari. Katekese model SCP ini memiliki lima (5) langkah dalam pelaksanaannya. Langkah pertama ialah pengungkapan pengalaman hidup faktual peserta. Langkah kedua merupakan refleksi kritis akan pengalaman hidup faktual. Langkah ketiga ialah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani tercapai. Langkah keempat merupakan tafsir dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan pengalaman dan visi hidup peserta. Dan langkah kelima dalam katekese ini ialah keterlibatan atau keputusan baru demi terwujudnya nilai Kerajaan Allah di dunia. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab III, penulis menarik kesimpulan bahwa pembinaan iman dengan katekese model SCP ini dapat menjawab dan menanggapi kebutuhan remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat. Dalam pelaksanaannya, pembinaan iman dengan katekese model SCP ini dapat melibatkan pesertanya. Hal ini dapat dilihat dari

134 115 keaktifan dan semangat para remaja Katolik dalam mengikuti pembinaan iman. Media yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan iman sangat disenangi oleh remaja Katolik. Alat atau media yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan iman dapat disesuaikan dengan tema dan juga disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan pesertanya. Untuk dapat menanggapi kebutuhan remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung, penulis menawarkan usulan program pembinaan iman dengan menggunakan katekese model SCP sebagai salah satu bentuk pembinaan iman untuk membantu meningkatkan kualitas iman remaja Katolik, agar dalam pertumbuhan dan perkembangannya mereka terus didampingi dan dibina. Program ini diharapkan dapat membantu remaja Katolik untuk semakin mantap dan dewasa dalam iman. B. SARAN Berdasarkan pembahasan pada setiap bab dan kesimpulan yang telah diungkapkan di atas, akhirnya penulis menyampaikan beberapa saran demi terpenuhinya kebutuhan remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung akan pembinaan iman yang relevan. Beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis antara lain: sebelum melaksanakan katekese model SCP katekis dan guru Agama harus mempelajari dan memahami terlebih dahulu pokok-pokok SCP, setelah memahami pokok-pokok SCP tersebut, barulah katekis dan guru Agama membuat satuan persiapan beserta dengan kelengkapan sarana dan prasarananya. Dalam pelaksanaan pembinaan iman dengan menggunakan katekese model SCP katekis dan

135 116 guru Agama harus sungguh-sungguh menjadi fasilitator agar peserta dapat mengikutinya dengan sungguh-sungguh serta dapat membantu peserta untuk lebih memperkembangkan imannya. katekis dan guru Agama perlu membangun suasana yang akrab baik antara peserta dengan peserta maupun antara peserta dengan fasilitator. Pihak sekolah dan pihak Gereja dapat saling bekerjasama dalam merencanakan dan melaksnakan pembinaan iman bagi remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung dengan melihat situasi dan kondisi, serta kebutuhan remaja Katolik itu sendiri. Alangkah baiknya jika metode dan sarana dalam pembinaan iman disesuaikan keadaan dan kebutuhan remaja Katolik agar mereka senang dan serius dalam mengikuti pembinaan iman tersebut. Kelengkapan sarana dan prasarana juga sangat diperlukan demi terlaksananya pembinaan iman dengan menggunakan katekese model SCP dengan baik dan lancar. Orang tua, guru Agama, dan pihak-pihak yang terkait diharapkan memberikan motivasi dan dukungan kepada para remaja Katolik agar para remaja Katolik ini terdorong untuk terlibat. Remaja Katolik hendaknya terbuka dan mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan menggereja baik yang diadakan oleh sekolah maupun paroki, keberanian untuk ber-sharing lebih ditingkatkan, remaja hendaknya bersikap terbuka, saling menghormati, dan saling mendengarkan.

136 117 Daftar Pustaka Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi Remaja: Petunjuk bagi Guru dan Orangtua. Bandung: Pustaka Setia. Arikunto, Suharsimi. (1986). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara. Bambang Soetawan, Ign., dkk. (1974). Katekese Untuk Anak Remaja. Seri Puskat 212. Yogyakarta: Pusat Kateketik. Dariyo, Agus. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Dokumen resmi tentang Gereja. (1995). Directorium Catechisticum Generale, Pedoman Umum Katekese (J.S. Setyakarjana SJ, Penerjemah). Yogyakarta: PUSKAT. Groenen, C.,OFM. (1979). Panggilan Kristen. Yogyakarta: Kanisius. Groome, Thomas, H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembanagan Kateketik Puskat (Buku asli diterbitkan 1991). Gunarsa Singgih, D. (2006). Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT. Gunung Mulia. Huber, Th.,SJ. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.. (1979). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Kanisisus. Heryatno, WW, FX, SJ (2006). Pendidikan Agama Katolik I. (Manuskrip). Yogyakarta: IPPAK-USD. (2009). Pendidikan Agama Katolik III. (Manuskrip). Yogyakarta: IPPAK-USD Hurlock, Elisabeth. B. (1980). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Hutabarat, Rafael, P. (1983). Pendalaman Iman Sebagai Usaha Membangun Gereja Mandiri. Yogyakarta: Kanisius. Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta. Komisi Kateketik KWI. Leon Dufour, Xavier. (1979). Iman Dalam Kitab Suci. Yogyakarta: Pusat Pastoral. Mangunhardjana, A. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius. Sarwono, Wirawan, Sarlito. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Setyakarjana, J. (1976). Mencari Arah Katekese Yang Berkembang Di Indonesia. Seri Pradnyawidya 26, Yogyakarta: STFK Pradnyawidya. Sumarno Ds, M, SJ (2010). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. (Manuskrip). Yogyakarta: IPPAK-USD Totok Mardianto/Br. Patrix. (2007). Belajar dari Thomas Groome: Spiritualitas Pendidik dan Sumbangannya bagi Guru-guru Katolik dalam Usaha Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Lingkungan Yayasan Mardi Wiyata Malang, Jawa Timur.

137 118 Yohanes Paulus II, Paus. (1992) Catechesi Tradendae, Penyelenggaraan Katekese (Robert Hardawiryana SJ, Penerjemah). Jakarta: DOKPEN KWI (Buku asli diterbitkan 1979).

138 LAMPIRAN 119

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik SKRIPSI KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI SALAH SATU USAHA PENINGKATAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 42. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST

UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI S K R I P S I Diajukan untuk

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS - 1927 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALO ONG KABUPATEN NUNUKANN S K R I P S I Diajukan untuk

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA - 1075 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Sesungguhnya tujuan pembaruan karismatik bukan lain daripada tujuan hidup Kristiani pada umumnya, yaitu

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8 Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap

Lebih terperinci

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis BAHAN RENUNGAN (untuk kalangan sendiri) Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis semakin beriman, semakin bersaudara dan berbela rasa Kata Pengantar Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Lebih terperinci

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI Minggu, 15 Mei 2016 PERSIAPAN *Doa Pribadi Umat *Doa Konsistori UCAPAN SELAMAT DATANG P2: Selamat malam dan selamat beribadah di hari Minggu, Hari Pentakosta,

Lebih terperinci

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN (mempelai wanita) & (mempelai pria) Hari...,, Tanggal... Pukul ------- WIB Di... Paroko..., Kota... Dipimpin oleh ------------------------ PERSIAPAN Iringan mempelai bersiap

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Serviana saat ini menjadi pimpinan suatu kongregasi. Ia termasuk pimpinan yang disenangi banyak

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7

PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7 PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7 (oleh aendydasaint.wordpress.com) KURIKULUM 2013 (Kompetensi Inti:) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 15 APRIL 2018 (MINGGU PASKAH III - PUTIH) KOMUNITAS YANG BERSAKSI

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 15 APRIL 2018 (MINGGU PASKAH III - PUTIH) KOMUNITAS YANG BERSAKSI TATA IBADAH MINGGU, 15 APRIL 2018 (MINGGU PASKAH III - PUTIH) KOMUNITAS YANG BERSAKSI Latihan Lagu Pembacaan/Penayangan Warta Lisan Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 HARI 1 MENJADI TELADAN Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Menghidupi Kasih Ibadah ini dikemas dalam bentuk ibadah keluarga. Oleh karena itu mohon diusahakan agar masing-masing

Lebih terperinci

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma KAMIS DALAM PEKAN SUCI 1. Seturut tradisi Gereja yang sangat tua, pada hari ini dilarang merayakan misa tanpa umat. Misa Krisma 2. Pemberkatan minyak orang sakit dan minyak katekumen serta konsekrasi minyak

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE S K R I P S I

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE S K R I P S I UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Pnt. : Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? J : TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan! Sela

Pnt. : Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? J : TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan! Sela TATA IBADAH MINGGU, 09 JULI 2017 (MINGGU BIASA) TERBUKA PADA CARA KERJA ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Setelah Penayangan Warta Lisan, Penatua mengajak Jemaat bersaat teduh dan mendaraskan

Lebih terperinci

2

2 Pk. 17.00 WIB 2 3 4 5 6 7 8 9 PELAYANAN BAPTISAN KUDUS DEWASA, BAPTIS ANAK, PENGAKUAN PERCAYA (SIDI), PENERIMAAN ANGGOTA & PEMBARUAN PENGAKUAN PERCAYA PENGANTAR PF : Dalam kebaktian hari ini akan dilayankan

Lebih terperinci

33. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMP

33. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMP 33. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

Lebih terperinci

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN Bagian Satu 11 Kompendium Katekismus Gereja Katolik *************************************************************** BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN 12 Kompendium 14 Kompendium Lukisan ini menggambarkan tindakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB IV HIERARKI DAN AWAM

BAB IV HIERARKI DAN AWAM 1 BAB IV HIERARKI DAN AWAM STANDAR KOMPETENSI Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan ber-gereja sesuai

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA 2010-2019 1. HAKIKAT ARAH DASAR Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan panduan hidup menggereja yang diterima, dihayati dan diperjuangkan bersama oleh segenap umat Keuskupan

Lebih terperinci

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Simbol perkawinan bahtera yang sedang berlayar mempunyai makna bahwa perkawinan... A. merupakan perjalanan yang menyenangkan B. ibarat mengarungi samudra luas yang penuh

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis-komersial, salah satu tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT LAGU PEMBUKA SLAMAT PAGI BAPA S lamat pagi Bapa Tak lupa terima kasih Bapa sudah jaga saya tiap hari Matahari bersinar Burung-burung berkicau Bertambah-tambah

Lebih terperinci

TATA IBADAH Minggu Adven I

TATA IBADAH Minggu Adven I TATA IBADAH Minggu Adven I PERSIAPAN Doa Konsistori dan Doa Pribadi Saat Teduh UNGKAPAN SITUASI P.2. Saudara - saudara yang terkasih dalam Yesus kristus Minggu, 29 Nopember 2015 kita memasuki minggu Adven

Lebih terperinci

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya, 1 Tahun C Hari Minggu Prapaskah I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 26 : 4-10 Pengakuan iman bangsa terpilih. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Nama Sekolah : Nama Siswa : Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Hari, tanggal : No. Absen : Kelas : VI (enam)

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM Komisi Kateketik KWI Jakarta 2011 Kurikulum PAK - PTU Kurikulum PAK - PTU 1 4. Iman yang memasyarakat Ajaran Sosial Gereja Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

001 Prolog (1-25) umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen".

001 Prolog (1-25) umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen. 001 I. KEHIDUPAN MANUSIA MENGENAL DAN MENCINTAI ALLAH 1 Allah dalam Dirinya sendiri sempurna dan bahagia tanpa batas. Berdasarkan keputusan-nya yang dibuat karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan

Lebih terperinci

BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA

BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA Santo Ignatius Loyola Bahan Pertemuan Lingkungan BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA SANTO IGNATIUS LOYOLA Bahan Pertemuan Lingkungan BERIMAN CERDAS,

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

Pokok-Pokok. Iman. Gereja. Pendalaman Teologis Syahadat. Emanuel Martasudjita, Pr

Pokok-Pokok. Iman. Gereja. Pendalaman Teologis Syahadat. Emanuel Martasudjita, Pr Pokok-Pokok Iman Gereja Pendalaman Teologis Syahadat I Emanuel Martasudjita, Pr Daftar lsi Kata Pengantar... Daftar Singkatan............................ Syahadat Para Rasul - Symbolum Apostolicum Syahadat

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU - 554 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Bulan Keluarga 2017 Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Kebun Anggur Tuhan

Bulan Keluarga 2017 Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Kebun Anggur Tuhan Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Kebun Anggur Tuhan Adalah baik jika dalam ibadah ini keluarga duduk bersama-sama. Keterangan : Pnt. : Penatua

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 14 Agustus 2016

GPIB Immanuel Depok Minggu, 14 Agustus 2016 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XIII SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal 28-32 Paul Suparno, S.J. Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 6 Januari 1997 telah menetapkan bahwa tanggal 2 Februari, pada pesta Kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat

BAB I PENDAHULUAN. SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner atau yang lebih dikenal dengan SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat ini didirikan

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) (Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Zef. 3 : 14-18a

Tahun C Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Zef. 3 : 14-18a 1 Tahun C Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Zef. 3 : 14-18a Tuhan Allah bersorak gembira karena engkau. Bacaan diambil dari Nubuat Zefanya: Bersorak-sorailah, hai putri Sion, bergembiralah,

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt.

Lebih terperinci