PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh Fransiska Wayan Meila Candraningsih NIM: PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014

2 ii

3 iii

4 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada Semua orang yang telah ikut membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini, terutama kedua orang tuaku yang selalu memberikan semangat selama penulis menjalankan studi di Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta iv

5 MOTTO Kegagalan awal sebuah keberhasilan v

6 vi

7 vii

8 ABSTRAK Skripsi yang berjudul: PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan katekese orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan masih memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese, jumlah umat yang hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan merasa cepat bosan mendengar materi yang disampaikan oleh katekis. Hal tersebut membuktikan bahwa umat kurang berminat dalam mengikuti katekese. Bertitik tolak pada kenyataan tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu katekis agar dapat meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa. Persoalan pokok dalam skripsi ini bagaimana menemukan gambaran sosok katekis dalam berkatekese yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese dan membuat umat terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat agar umat dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan di tengah-tengah masyarakat. Untuk membahas masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para pemimpin pendalaman iman lingkungan dan pemberian kuisioner kepada umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi para pemimpin pendalaman iman dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Hasil akhir menunjukkan bahwa minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa dipengaruhi oleh sosok katekis. Sosok katekis yang berspiritualitas sekaligus kreatif dalam menyampaikan materi yang menarik dan tidak menggurui, semakin membuat umat berminat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Oleh karena itu, untuk membantu meningkatkan kualitas katekis, penulis menawarkan usulan program pendampingan bagi pendamping katekese yang menggunakan model Shared Christian Praxis. Shared Christian Praxis merupakan suatu model katekese yang bersifat dialogal dan partisipatif. Katekese model ini bertujuan untuk membantu para pemimpin pendalaman iman agar menggunakan suatu pendekatan berkatekese yang handal dan efektif sehingga mereka mampu berkatekese dengan cara yang lebih menarik dan melibatkan umat secara aktif dalam proses katekese. viii

9 ABSTRACT The title of this thesis is THE EFFECT OF CATECHIST FIGURE TO INTEREST OF PARISHIONERS WHO FOLLOWS ADULT S CATECHESIS IN THE COMMUNITY OF SAINT JOSEPH BENEDICT SAGAN, ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA PARISH. This title selected based on the fact that the implementation of adult catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan is needed to be concerned. The fact is that just few of people attend in every catechesis gathering. In the process of catechesis, they tend to be passive and feel quickly bored of hearing the material presented by the catechist. It proves that people are not interesting in this process of catechesis. Focuses on this fact, the purpose of this thesis is helping catechists in order to increase the interest of people to attend the adult s catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan. The main issue in this thesis is how to find the image of catechists who are able to increase the interest of people to attend the adult s catechesis and boosted them participate in the church life and their own society so that the presence of the Church is becoming increasingly significant and relevant in the midst of society. To address this problem, the author needs accurate data. Therefore, the author conducted interviews with the leaders of the community and distributed some questionnaire to the people in the community of Saint Joseph Benedict Sagan. In addition, the authors used theoretical description to be able to understand and assess the above issues conceptually. The final result showed us that the interest of parishioners to attend the adult s catechesis is affected by adult s catechist figure. Catechist figure that have spirituality and creativity in presenting the materials which are interesting and do not seem like lecturing to the others will increase the interest of people to attend the adult s catechesis. Therefore, to help improve the quality of lead catechesis, the authors offers mentoring Andragogy that uses the model of Shared Christian Praxis. Shared Christian Praxis is a model of catechesis that is dialogic and participatory. Catechesis of this model aims to help leaders deepening of faith in order to use an approach that is reliable and effective to lead the catechesis process making it easier for participants to be actively involved in the process of catechesis. ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena senantiasa telah memberkati, membimbing, menerangi dan mencurahkan Rahmat-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA. Maksud penulisan skripsi ini sebagai sumbangan pemikiran bagi umat lingkungan Santo Yosef Benediktus dalam meningkatkan minat mengikuti katekese di lingkungan. Di samping itu skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat keterlibatan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang dengan setia mendampingi, memberi motivasi, membimbing dan memberi kritikan yang membangun. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada: 1. Drs. F.X.. Heryatno W.W.,SJ.,M.Ed, selaku dosen utama yang mendampingi, menuntun, mengembangkan ide dan memberi motivasi dengan penuh kesabaran dan sepenuh hati membimbing dalam seluruh proses penulisan skripsi ini sampai selesai. x

11 2. Dr. B.Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang memberi semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si, selaku dosen penguji III yang memberi semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang mendidik dan mendampingi penulis selama belajar sampai terselesaikannya skripsi ini. 5. Maria G. Mintarsih, selaku ketua lingkungan Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru yang telah memberi kesempatan dan menolong penulis dengan sepenuh hati untuk melakukan penelitian di lingkungan Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru dan juga kepada umat lingkungan Yosef Benediktus Sagan yang bersedia meluangkan waktu dan berkorban dalam membantu selama proses penelitian sampai terselesaikannya skripsi ini. 6. Teman-teman angkatan 2009 yang selalu memberikan motivasi, dukungan, masukan ide dan juga kerjasama selama belajar di IPPAK sampai terselesaikannya skripsi ini. 7. Teman-teman Asrama Syantikara, unit UBA yang selalu memberikan dukungan bagi penulis sampai terselesaikannya skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendoakan, mendukung, memperhatikan penulis dalam menempuh studi di IPPAK sampai terselesaikannya skripsi ini. xi

12 xii

13 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiii DAFTAR SINGKATAN... xviii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penulisan... 8 D. Manfaat Penulisan... 8 E. Metode Penulisan... 9 F. Sistematika Penulisan... 9 BAB II. SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE YANG DAPAT MEMBANTU UMAT UNTUK MEWUJUDKAN GEREJA YANG SIGNIFIKAN DAN RELEVAN A. Katekese xiii

14 1. Pengertian Katekese Tujuan Katekese Tugas Katekese B. Katekis Sosok Katekis Tugas Katekis Pembinaan Katekis Syarat Menjadi Katekis C. Katekis demi Mewujudkan Gereja Signifikan dan Relevan di tengah Umat Katekis di tengah Umat Katekese di tengah Umat Gereja Signifikan dan Relevan Katekese Mewujudkan Gereja yang Signifikan dan Relevan BAB III. SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA A. Gambaran umum Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan Sejarah Singkat Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan Situasi Umat di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan Keadaan Katekese di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan Katekis di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan B. Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta Latar Belakang Penelitian Jenis Penelitian Tujuan Penelitian xiv

15 4. Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Variabel Penelitian a. Sosok Katekis b. Minat Umat Instrumen Pengumpulan Data Kisi-kisi Penelitian Teknik Analisis Data C. Laporan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta Hasil penelitian melalui Wawancara 4 Katekis Sukarelawan lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan b. Keterampilan katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. 61 c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan d. Katekis memberikan kesan dan gambaran mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese Hasil penelitian berdasarkan angket terbuka terhadap 15 umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi D. Pembahasan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat Dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan a. Pengalaman katekis menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan b. Keterampilan katekis dalam memimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan xv

16 c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan d. Kesan katekis mengenai minat umat dalam berkatekese Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Pendalaman Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan dan 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan b. Keterampilan katekis pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan c. Spiritualitas katekis pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan d. Katekis memberikan kesan mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese Kesimpulan Hasil Penelitian BAB IV. SOSOK KATEKIS YANG MAMPU MEMBANGUN MINAT UMAT DALAM MELAKSANAKAN KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN A. Sosok Katekis yang dapat membangun Minat Umat supaya mampu Terlibat dalam Hidup Menggereja maupun Memasyarakat Spiritualitas Katekis a. Iman seorang katekis b. Pengharapan seorang katekis c. Cinta Kasih seorang katekis Program Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan a. Alasan Pemilihan Pendekatan Andragogi dan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese xvi

17 b. Program Pelaksanaan Pendampingan Pendamping Dalam Melaksanakan Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ). Pemikiran Dasar Program ). Tujuan Pelaksanaan Program Pendampingan ). Target Peserta ). Tema dan Tujuan BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Izin Penelitian... (1) Lampiran 2: Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian... (2) Lampiran 3: Panduan Pertanyaan Wawancara kepada Pemimpin Pendalaman Iman di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan... (3) Lampiran 4: Kuisioner Penelitian kepada Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan... (4) Lampiran 5: Rincian Materi Kaderisasi Bagi 4 Orang Katekis Sukarelawan dan 10 Orang sebagai Kader Pemimpin Pendalaman Iman di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan... (6) Lampiran 6: Daftar Pengurus di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan... (17) Lampiran 7: Contoh Satuan Pertemuan Katekese Model Shared Christian Praxis.. (18) Lampiran 8: Foto pada saat Melaksanakan Katekese di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta... (29) xvii

18 DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (2009) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. B. Singkatan lain AG : Ad Gentes: Dekrit Konsili Vatikan II, tentang kerasulan awam, 7 Desember 1965 CT : Catechesi Tradendae: Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979 Dsb EN : dan sebagainya : Evangelii Nuntiandi: Evangelisasi di Dunia Modern merupakan himbauan apostolik yang diterbitkan pada tanggal 8 Desember 1975 oleh Paus Paulus VI pada tema evangelisasi Katolik KAS KBBI KHK KK KWI : Keuskupan Agung Semarang : Kamus Besar Bahasa Indonesia : Kitab Hukum Kanonik : Kepala Keluarga : Konferensi Waligereja Indonesia xviii

19 LG : Lumen Gentium: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II, tentang Gereja, 21 November 1964 PKKI PUK SCP St. Yosben : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-indonesia : Pedoman Umum Katekese : Shared Christian Praxis : Santo : Yosef Benediktus xix

20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roh Allah yang tinggal dalam diri seseorang merupakan kekuatan dan menjadi tenaga pendorong seseorang untuk mendayagunakan kemampuan yang ada dalam dirinya melalui pikiran dan perasaan sehingga mampu menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang mengatakan bahwa: Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat. Sebagai umat Allah, manusia diajak untuk selalu mendekatkan diri kepada- Nya dan mereka dipanggil untuk bersatu membentuk sebuah paguyuban sebagai murid-murid Yesus. Berkat bimbingan dan karya Roh Kudus yang hadir, mereka dibimbing untuk dapat menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah masyarakat, sehingga Kerajaan Allah semakin signifikan dan relevan bagi warganya. Signifikan berarti bahwa kehadiran dan gerak Gereja sungguh penting diperhitungkan oleh warga dan masyarakatnya. Relevan berarti bahwa kehadiran Gereja memiliki kesesuaian dan kegunaan bagi kehidupan konkrit warganya. Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak bila Gereja sungguhsungguh terlibat dalam pergulatan hidup masyarakat. Salah satu kegiatan umat yang dapat dilakukan untuk menghadirkan nilainilai Kerajaan Allah secara signifikan dan relevan yaitu dengan melaksanakan dan mengikuti katekese. Katekese merupakan kegiatan pembinaan iman umat

21 2 Kristiani yang berusia berapapun (anak-anak, dewasa, orang tua). Melalui kegiatan ini umat dibantu untuk semakin mengenal Yesus dan ajaran-nya sehingga mereka semakin memperdalam imannya akan Yesus. Melalui katekese ini juga, umat dapat bersatu untuk membentuk suatu paguyuban sebagai pengikut Kristus. Melalui katekese, umat dapat semakin mengenal satu sama lain, terbuka untuk membagikan pengalaman iman mereka dan semakin akrab satu sama lain sebagai saudara seiman demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Kegiatan katekese ini dilaksanakan dari umat, oleh umat, dan untuk umat (Heryatno, 2009). Katekese dari umat berarti bahwa materi katekese bersumber dari pengalaman hidup umat dan pengalaman itu digali lebih dalam lagi sehingga makna pengalaman itu dapat menjadi kekuatan untuk saling meneguhkan diri sendiri dan orang lain. Katekese oleh umat, artinya katekese itu sendiri berasal dari umat karena yang melaksanakan katekese ialah umat itu sendiri dan yang menjadi pusat katekese ialah umat. Katekese untuk umat, artinya katekese yang sudah dilaksanakan dapat berguna bagi umat sendiri supaya mereka semakin mengenal dan mencintai Yesus yang mereka imani dan semakin matang dalam iman mereka. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru sudah secara rutin melaksanakan katekese. Mereka menyebutnya dengan kegiatan pendalaman iman. Kegiatan pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dilaksanakan setiap hari Kamis dan dimulai pada pukul WIB juga termasuk masa liturgi misalnya: pendalaman iman masa Adven, masa Prapaskah, bulan Kitab Suci Nasional, dsb. Kegiatan pendalaman

22 3 iman tersebut dilaksanakan di rumah umat secara bergantian setiap minggunya. Selain pendalaman iman lingkungan, mereka juga mengadakan kegiatan lingkungan lainnya, antara lain; perayaan syukur atas pesta santo pelindung lingkungan, hari raya besar (Natal dan Paskah), mendoakan umat yang meninggal, latihan koor, ziarah, doa rosario pada bulan Mei dan Oktober, mengunjungi orang sakit, dsb. Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan berjumlah sekitar 33 KK dan secara keseluruhan umat berjumlah 134 jiwa termasuk anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Dari 134 jiwa yang tergolong umat dewasa berjumlah ± 66 jiwa. Pada saat pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir ada sekitar orang. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah orang dewasa yang ada di lingkungan. Keterlibatan umat untuk mengikuti pendalaman iman lingkungan sangatlah minim. Mereka kurang menyadari bahwa kegiatan pendalaman iman dapat membantu mereka untuk semakin mengenal Yesus yang mereka imani, saling mengakrabkan umat di lingkungan dan terutama membantu mereka untuk semakin mematangkan iman mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua lingkungan, umat yang ada di lingkungan Yosef Benediktus Sagan memang terlibat aktif dalam berbagai macam kegiatan menggereja antara lain: kelompok paduan suara, tata laksana, lektor, petugas parkir di gereja, dsb. Umat yang sudah merasa terlibat dalam kegiatan menggereja tidak pernah hadir untuk mengikuti pendalaman iman di lingkungan. Umat lingkungan Yosef Benediktus Sagan memang semangat untuk terlibat

23 4 dalam kegiatan menggereja terkecuali dalam mengikuti kegiatan pendalaman iman di lingkungan. Hal tersebut membuktikan bahwa pendalaman iman memang kurang diminati oleh umat di lingkungan Yosef Benediktus Sagan. Bahkan terjadi pula pada saat pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir terkesan pasif. Mereka kurang terlibat dalam pelaksanaan pendalaman iman. Ketika pemimpin memberikan kesempatan untuk mensharingkan pengalaman, justru umat cenderung tidak mau berbicara. Dalam hal ini, umat diharapkan untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan katekese. Keaktifan umat sangat penting karena menentukan proses jalannya katekese. Jika umatnya pasif, maka katekese tersebut tidak berjalan dengan baik Di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak ada katekis full time atau akademik tetapi ada katekis sukarelawan yang berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan katekese di lingkungan. Mereka ialah prodiakon, tokoh umat dan 2 orang yang sudah terbiasa memimpin katekese. Hal tersebut sungguh memprihatinkan karena diantara 134 umat hanya terdapat 4 orang yang merelakan diri untuk berkarya di bidang katekese. Pemimpin katekese bergantian setiap minggunya dan yang memimpin katekese biasanya seorang bapak, ibu dan orang muda yang dipandang mampu untuk memimpin pelaksanaan katekese dan dianggap sudah memahami ajaran iman Katolik oleh umat setempat. Walaupun pemimpin katekese sudah bergantian setiap minggunya, masih saja umat terlihat kurang memiliki minat dan semangat dalam dirinya untuk terlibat dalam proses

24 5 katekese, sehingga katekese terkesan membosankan dan tidak menarik umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Dalam pelaksanaan katekese, keaktifan umat juga ditentukan oleh seorang katekis sebagai pemimpin sekaligus fasilitator dalam pelaksanaan katekese. Ada kesan bahwa prodiakon dan pemimpin katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan kurang memperhatikan situasi umat sehingga selama pelaksanaan, katekese hanya mengalir begitu saja. Mereka belum sepenuhnya berkarya di tengah umat dan hanya sebatas pada saat proses pelaksanaan katekese saja. Oleh karena itu dalam pelaksanaan katekese dibutuhkan sosok katekis yang sungguh-sungguh memperhatikan situasi umat baik dalam proses pelaksanaan maupun tindak lanjutnya. Selain itu katekis juga diharapkan mampu membangkitkan minat dan semangat umat dalam mengikuti katekese. Salah satunya ialah membuat umat menjadi aktif terlibat baik dalam proses katekese maupun setelah proses katekese agar mereka dapat mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang menjadi harapan Gereja. Salah satu tugas seorang katekis ialah membangkitkan kesadaran, semangat dan ketelatenan dalam pelayanan. Sebagai petugas pastoral yang juga mengambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, seorang katekis sebenarnya memiliki peluang untuk menyemangati masyarakat dengan semangat pelayanan yang menjiwainya. Dalam hal tersebut, memang katekis seharusnya memperhatikan tugasnya sebagai pelayan umat. Ia harus memiliki jiwa dan mental yang kuat, pribadi yang mantab dan mampu membangun kesadaran umat akan pentingnya katekese.

25 6 Selain itu ia diharapkan membuat umat yang dilayaninya merasa nyaman dan tertarik untuk terlibat aktif dalam mengikuti katekese sehingga katekese menjadi hidup dan timbul suasana yang menyenangkan dan nyaman bagi siapa saja yang mengikuti katekese. Katekis adalah sosok yang menjadi panutan bagi hidup umat. Katekis diharapkan memiliki kepribadian yang baik dan dapat menyesuaikan kondisi dimanapun dia berada. Katekis diharapkan profesional dalam tugas pelayanannya. Selain memiliki kepribadian yang baik, katekis juga harus memiliki iman yang mendalam akan Yesus Kristus. Tugas katekis adalah mewartakan sabda Allah. Ia diharapkan memahami ajaran Kristiani dan memiliki pengalaman iman yang mendalam agar mampu memberikan kesaksian bagi umat yang dilayaninya. Dalam proses katekese, katekis dan umat harus diharapkan mampu menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dan berusaha mewujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran rahmat Allah dan manusia harus menerimanya dengan sikap iman yang dinyatakan dalam perbuatan baik. Kerajaan Allah harus diwujudnyatakan dalam tindakan sehari-hari (KWI, 2007:262). Oleh karena itu katekese adalah salah satu cara agar umat dapat menghadirkan Kerajaan Allah bahkan mewujudnyatakan dalam tindakan. Dalam kegiatan katekese, katekis dan umat diajak untuk berbagi dengan sesamanya lewat pengalaman iman mereka, mempererat tali persaudaraan, menciptakan suasana rukun, damai dan komunikasi berjalan dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain.

26 7 Keberadaan dan jati diri katekis ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupannya sehari-hari, baik dalam keluarga, maupun sebagai anggota Gereja dan anggota masyarakat. Kehadiran sosok katekis hendaknya dapat membuat umat merasa nyaman dan krasan bila ia berada di tengah umat. Sudah umum sosok katekis menjadi sorotan dan pembicaraan banyak pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kalau ia berupaya untuk mengembangkan aneka keutamaan yang mendukung kehidupannya sehari-hari, khususnya sikap dan semangat keteladanan. Dalam aspek kehidupan, ia diharapkan mampu menjadi teladan yang baik bagi umat, bukan malah menjadi sandungan. Mengingat keberadaan katekis yang sangat strategis di kalangan masyarakat dan umat beriman Katolik lainnya, sudah sepantasnya kalau dipikirkan aneka kriteria atau syarat menjadi seorang katekis. Aneka kriteria atau syarat ini bertujuan untuk menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Diharapkan ia tampil sebagai sosok pribadi yang bermutu, baik yang menyangkut hidup rohani maupun pribadinya sehingga ia mampu membawa orang lain untuk sungguh mengenal dan mengimani Yesus Kristus serta membantu umat beriman Katolik lainnya membangun intimitas dengan-nya (Prasetya, 2007:40-41). B. Rumusan Masalah 1. Sosok katekis macam apa yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan?

27 8 2. Apakah sosok katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese? 3. Bagaimana membantu meningkatkan sosok katekis demi membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru? C. Tujuan Penulisan 1. Membantu penulis memperdalam pengetahuan tentang sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. 2. Mengetahui sosok katekis yang dapat meningkatkan minat umat dalam mengikuti pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta. 3. Mengetahui bagaimana cara meningkatkan sosok katekis demi membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru. D. Manfaat Penulisan 1. Menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi penulis dan pembaca mengenai sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. 2. Sebagai upaya untuk menggali lebih dalam kehadiran sosok katekis yang dapat membangun minat umat lingkungan Yosef Benediktus Sagan, Paroki

28 9 Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta dalam mengikuti katekese orang dewasa. 3. Membantu mengembangkan sosok katekis lingkungan Yosef Benediktus Sagan dalam rangka membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. E. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif-analisis berdasarkan penelitian. Melalui metode ini penulis melakukan pengamatan secara langsung (obesevasi) kemudian memaparkan permasalahan yang terjadi di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Setelah itu, penulis membuat penelitian sederhana dengan metode survei menggunakan instrumen wawancara dan kuisioner yang topiknya bersumber dari rumusan masalah. Penulis membahas hasil penelitian dan menarik kesimpulan terhadap penelitian tersebut. Penulis memanfaatkan studi pustaka untuk mendukung pembahasannya. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis menyampaikan pokok-pokok gagasan yang terkandung pada masing-masing bab: BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II tentang kajian teoritis yang menjawab masalah pertama dalam skripsi yaitu sosok katekis dalam berkatekese yang dapat membantu umat untuk

29 10 mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan yang meliputi: katekese, sosok katekis dan katekis demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan. BAB III menjawab permasalahan kedua yaitu sosok katekis dalam berkatekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese meliputi: Gambaran umum umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, penelitian sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. BAB IV menanggapi permasalahan ketiga tentang sosok katekis yang mampu membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang meliputi: sosok katekis yang dapat membangun minat umat supaya mampu terlibat dalam Gereja maupun masyarakat yang memiliki spiritualitas dalam dirinya, program pelaksanaan katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. BAB V merangkum secara keseluruhan bab dalam skripsi yaitu kesimpulan dan saran.

30 11 BAB II SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE YANG DAPAT MEMBANTU UMAT UNTUK MEWUJUDKAN GEREJA YANG SIGNIFIKAN DAN RELEVAN Catechesi Tradendae artikel 43 menguraikan bahwa sebagai umat Allah, kita diajak untuk mendekatkan diri pada-nya. Hendaknya umat Kristiani baik anakanak, orang dewasa maupun orang tua terlibat untuk memperdalam dan mengembangkan imannya akan Yesus Kristus. Katekese mempunyai peranan dalam usaha dan proses untuk mendalami dan mematangkan iman dalam Gereja (CT, 43). Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah secara rutin melaksanakan katekese orang dewasa. Katekese dilaksanakan untuk membantu mengembangkan iman umat akan Yesus Kristus. Tentu saja dalam pelaksanaan katekese yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa ada seorang yang menjadi fasilitator. Fasilitator berperan untuk membantu umat dalam proses pelaksanaan katekese. Fasilitator dalam katekese ialah katekis. Oleh karena itu dalam pelaksanaan katekese, diperlukan sosok katekis yang sungguh mampu membantu proses pelaksanaan katekese. Ia mengajak umat terlibat aktif dan membantu mereka dalam mengembangkan imannya untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. Sangat penting bagi seorang katekis memahami katekese demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan. Bab ini menguraikan tentang pengertian katekese yang meliputi: tujuan, tugas katekese; sosok katekis yang meliputi: tugas,

31 12 pembinaan, syarat menjadi katekis dan katekese di tengah umat demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan. A. Katekese 1. Pengertian Katekese Katekese merupakan pendidikan iman secara terus-menerus bagi umat Kristiani baik usia anak-anak maupun usia dewasa. Dalam hal ini, umat Kristiani perlu memahami katekese supaya mereka semakin menyadari bahwa katekese sangatlah penting terutama untuk membantu mengembangkan iman akan Kristus. Rumusan pengertian katekese diambil dari berbagai sumber dari dokumen Gereja yaitu Catechesi Tradendae, Pedoman Umum Katekese, Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Indonesia (PKKI) II, para ahli dan menurut penulis sendiri. Catechesi Tradendae artikel 18 menguraikan bahwa: Katekese adalah Pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, khususnya menyampaikan ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen. Paus Yohanes Paulus II, menegaskan bahwa katekese adalah pembinaan bagi semua umat Kristiani baik anak-anak, kaum muda maupun dewasa. Pembinaan iman sangat penting bagi semua umat Kristiani terutama untuk mendewasakan iman mereka akan Yesus Kristus. Pembinaan iman dilakukan secara sistematis dan organis supaya dapat membantu umat semakin mendalami ajaran Gereja dan dapat memahami secara penuh ajaran hidup Kristiani. Oleh karena itu, satu kegiatan yang dapat membantu dan membina iman umat adalah katekese. Katekese dapat diartikan sebagai usaha Gereja untuk membantu umat agar semakin berkembang dalam iman serta dapat mewujudkan iman itu dalam hidup

32 13 sehari-hari. Usaha pembinaan iman dengan menyampaikan ajaran Kristiani bagi umat ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota Gereja. Sedangkan menurut Pedoman Umum Katekese (PUK), katekese ialah salah satu bentuk pelayanan Sabda di dalam Gereja (PUK 17). Umat Kristiani mendengarkan Sabda Allah tidak hanya melalui perayaan liturgi dalam Gereja tetapi mendengarkan Sabda Allah juga dapat melalui kegiatan katekese. Pada dasarnya, kegiatan katekese ialah mewartakan Kabar Gembira Kristus. Katekese adalah pewartaan tentang Kristus (PUK, 41). Kristus merupakan pusat dan acuan katekese dan Ia yang menjadi pusat sejarah keselamatan umat manusia. Dalam katekese, Yesus sendirilah yang hadir. Katekese mengajarkan tentang Yesus yang menjadi dasar hidup umat Kristiani. Pengalaman hidup kita dan segala sesuatu lainnya diajarkan dengan mengacu pada Yesus. Umat Kristiani hidup di dalam iman yang masak, jika mendengarkan sabda Allah dengan penuh hormat, jika selalu mengusahakan pertobatan dan pembaharuan hati, jika rajin mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada Gereja (PUK, 22). Jika umat Kristiani ingin hidup dalam iman yang dewasa maka mereka hendaknya mendengarkan sabda Allah, melakukan pembaharuan hatinya dan rajin mendengarkan ajaran Roh kepada Gereja. Melakukan ketiga hal tersebut tidak mudah. Oleh karena itu perlulah uluran tangan dari Allah serta pertolongan Roh kudus yang berperan untuk mengarahkan dan menggerakkan hati kita pada Allah menuju iman yang dewasa. Jadi, arti katekese adalah suatu proses pengembangan iman umat yang masak melalui penghayatan Sabda Allah, mengusahakan pertobatan, pembaharuan hati dan rajin mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada Gereja.

33 14 Katekese ialah komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota kelompok, Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna (PKKI II). Dalam pelaksanaan katekese, yang berkatekese ialah umat. Artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus yang menjadi pola hidup. Katekese mengajak umat untuk mengkomunikasikan iman mereka kepada peserta lain atau sharing pengalaman imannya agar mereka semakin diteguhkan. Oleh karena itu, umat harus terbuka untuk mengungkap kesaksian iman mereka dalam hidup sehari-hari supaya iman mereka dapat semakin berkembang dan dihayati makin sempurna. Katekese ialah proses pembinaan atau pendidikan iman (Heryatno, 2009). Katekese sangat penting bagi kita umat Kristiani sehingga katekese harus terusmenerus dikembangkan oleh seluruh umat Kristiani agar mereka semakin memiliki iman yang mendalam akan Yesus Kristus sehingga umat dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. Katekese diibaratkan sebagai pupuk iman artinya, kita memiliki iman akan Yesus tetapi jika iman kita tidak dipupuk oleh katekese, maka iman akan sulit untuk berkembang. Tanpa pupuk tersebut iman kita semakin lama akan rapuh dan mati. Oleh karena itu, katekese penting bagi umat Kristiani untuk memupuk iman yang ada dalam diri kita. Kesaksian iman yang kita miliki dikomunikasikan kepada orang lain supaya kita semakin diteguhkan dan semakin mencintai Yesus dalam hidup kita.

34 15 2. Tujuan Katekese Setelah berbicara mengenai pengertian katekese, maka bagian ini akan menjelaskan tujuan katekese. Tujuan katekese merupakan hal penting yang harus diketahui oleh umat Kristiani. Jika umat Kristiani melaksanakan katekese tanpa ada tujuannya, maka katekese tidak berjalan dengan baik dan terkesan tidak memiliki arah yang jelas. Rumusan tujuan katekese diambil dari dokumen Gereja yaitu Catechesi Tradendae, Pedoman Umum Katekese, pandangan para ahli dan kesimpulan menurut penulis sendiri. Tujuan katekese juga penting untuk dipahami oleh semua umat Kristiani dan katekis dalam melaksanakan kegiatan katekese sehingga pelaksanaan katekese menjadi terarah. Catechesi Tradendae artikel 5 menguraikan bahwa tujuan mutakhir katekese ialah: Katekese bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra dengan- Nya. Hanya Dialah, yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Kristus. Yesus adalah jantung hati katekese. Katekese bertujuan untuk membangun persekutuan dengan Yesus dan menghubungkan umat Allah dengan Pribadi Yesus. Dalam pelaksanaan katekese, kita diundang oleh Yesus untuk memasuki persekutuan yang mesra dengan Dia. Hanya Yesuslah yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Allah dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Mahakudus. Oleh karena itu, ketika kita melaksanakan katekese berarti kita diundang oleh Yesus sendiri untuk memasuki persekutuan dengan- Nya karena Dialah yang menjadi pokok dan pegangan hidup kita. Tujuan khas katekese ialah berkat dan bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju

35 16 kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda ataupun tua (CT, 20). Maksud katekese ialah mengembangkan pengertian tentang misteri Yesus Kristus dalam cahaya Firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh Firman itu. Berkat bantuan dan karya Allah, manusia diubah menjadi ciptaan baru dan semakin mengikuti Kristus sebagai dasar hidup iman Kristiani. Umat Kristen, baik tua maupun muda diajak untuk memantapkan hidup mereka sebagai pengikut Kristus agar mereka dapat mencapai kepenuhannya yakni mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus. Katekese mempunyai tujuan untuk membawa orang Kristiani pada kematangan iman dan memungkinkan mereka untuk menerima Roh Kudus dan mendalami pertobatan mereka (PUK, 22). Iman adalah anugerah dari Allah yang memanggil manusia untuk bertobat. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, katekese memiliki tujuan agar umat dibantu dalam mematangkan dan mendewasakan iman mereka. Berkat pertolongan Roh Kudus, mereka dapat melakukan pembaharuan iman dalam dirinya demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Katekese sebagai salah satu pokok dalam pewartaan Injil yang bertujuan membantu umat menuju kematangan iman mereka, perlu dilaksanakan bukan hanya bagi anak-anak, tetapi bagi seluruh umat dari semua golongan usia, termasuk kaum dewasa. Katekese sebagai pendalaman iman orang dewasa adalah usaha Gereja untuk memperbaharui diri umat. Bersatu dengan Kristus berarti pula bersatu dengan Allah Bapa yang mengutus-nya, dengan Roh Kudus yang mendorong perutusan-nya, dengan Gereja yang adalah tubuh-nya, dan dengan seluruh umat manusia yang

36 17 diselamatkan-nya (PUK, 80-81). Dengan demikian umat pun akan terbantu agar semakin terpikat kepada Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus. Umat akan terdorong untuk melaksanakan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari sehingga terjadi pembaharuan hidup (Telaumbanua, 1999: 9). Katekese umat memiliki tujuan supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari dan kita bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani supaya semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan kita dapat memberikan kesaksian tentang Kristus di tengah dunia (PKKI II). Katekese umat memiliki tujuan melalui terang Injil yang kita dengarkan pada saat pelaksanaan katekese membuat kita agar semakin meresapi pengalaman hidup kita sehari-hari sebagai umat Kristiani. Dengan terang Injil juga, kita dipanggil untuk bertobat dan mengubah diri kita menjadi lebih baik. Kita percaya bahwa Allah selalu hadir dan ikut berperan dalam hidup sehari-hari kita. Dengan begitu, bukan saja iman kita yang menjadi semakin sempurna dan berkembang tetapi juga kita dapat selalu berharap pada Allah yang selalu hadir menopang, membimbing kita dalam hidup sehari-hari. Selain itu, kita dapat mengamalkan cinta kasih Allah terhadap sesama dan kita pun semakin dikukuhkan dalam persekutuan dengan Kristus. Dalam persekutuan dengan Kristus, kita dapat semakin menjemaat, tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan memberikan kesaksian tentang Kristus di tengah dunia walau banyak tantangan yang ada. Kita percaya bahwa Tuhan selalu ada dan hadir dalam kehidupan kita.

37 18 Tujuan katekese ialah membantu umat memperdalam iman mereka dengan cara memahami, mencintai dan menghayati iman akan Kristus dalam hidup sehari-hari dan membantu umat baik secara perorangan maupun bersama (komunal) di dalam mendewasakan imannya. Selain itu, katekese juga membantu umat supaya makin mengenal, mencintai dan mengikuti Yesus Kristus dan membantu mereka untuk terus-menerus melakukan pertobatan (metanoia). Katekese dapat memperluas pengetahuan dan wawasan beriman umat agar aktif memberikan kesaksian iman di tengah hidup masyarakat demi pembangunan hidup bersama. Di samping itu, katekese berusaha meningkatkan kesatuan umat dan mengembangkan Gereja dan yang pokok ialah katekese membantu umat untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia (Heryatno, 2009). Dari berbagai pernyataan di atas mengenai tujuan katekese, penulis menyimpulkan bahwa tujuan katekese tidak hanya sekedar berkumpul dengan saudara seiman tetapi membangun persekutuan dengan Kristus sebagai pedoman hidup umat Kristiani. Dalam katekese, umat diajak untuk mengembangkan iman mereka akan Kristus dengan meresapi pengalaman hidup sehari-hari yang bertolak pada terang Injili sehingga mereka mampu hidup sesuai dengan ajaran iman Kristiani dan mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. 3. Tugas Katekese Selain pengertian dan tujuan katekese, maka umat dan katekis hendaknya memahami tugas katekese. Uraian ini dimaksudkan agar umat Kristiani sungguhsungguh mendalami tugas katekese sehingga mereka mampu melaksanakan

38 19 katekese dan menjalankan tugas katekese demi mengembangkan iman mereka dan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari mereka. Kita hidup dalam dunia yang serba sulit: kegelisahan menyaksikan hasil-hasil ciptaan manusia yang terbaik lolos dari padanya dan memberontak melawannya menimbulkan iklim ketidak-pastian. Di dunia ini, katekese wajib membantu umat Kristen demi kegembiraan mereka sendiri dan pengabdian kepada semua orang menjadi terang dan garam di tengah dunia (CT, 56). Di zaman ini, banyak persoalan hidup yang dialami oleh umat manusia. Berbagai masalah yang dialami oleh manusia membuat ketidakpastian dan kebingungan sehingga manusia seringkali merasa putus asa dan ragu dalam menentukan jati diri mereka. Maka dari itu, tugas katekese membantu umat Kristiani untuk menghadapi tantangan hidup yang ada dalam dunia ini. Katekese menyampaikan hal-hal yang pasti tetapi juga merupakan suatu upaya pencarian yang terbuka. Katekese zaman sekarang perlu memiliki rasa dan sikap proporsional dalam usaha bersama mencari kebenaran. Ada dua hal penting dalam katekese. Dari satu pihak, katekese perlu memiliki keyakinan bahwa memiliki kebenaran dapat meneguhkan orang-orang Kristiani dalam jati diri mereka dan membantu mereka agar dapat melepaskan diri dari iklim keragu-raguan, ketidakpastian dan kejenuhan yang mengelilingi mereka. Dari lain pihak katekese perlu menyadari bahwa setiap pembicaraan tentang Tuhan tidak pernah tuntas. Oleh karena itu di zaman yang serba sulit dan sering membuat hidup manusia bimbang, katekese memberikan pengajaran tentang Kristus sendiri yang dapat menjadi pegangan hidup sehari-hari. Berkat Kristus, kita menjadi semakin diteguhkan dan dikuatkan dalam menghadapi berbagai persoalan hidup ini.

39 20 Katekese mempunyai tugas menolong untuk menghayati persekutuan dengan Allah. Katekese juga perlu menyuguhkan warta Kristiani sehingga nampak betapa katekese menjaga nilai yang paling tinggi dari hidup manusia (PUK, 23). Seseorang memiliki iman yang masak menyatakan untuk selalu hidup dalam peresekutuan dengan Allah. Dalam hal ini, katekese mempunyai tugas untuk mendorong dan menolong umat Kristiani dalam menghayati persekutuan dengan Allah. Dalam katekese terkandung ajaran Kristiani tentang warta iman akan Kristus sehingga katekese menjadi hal yang penting bagi umat dalam mengembangkan iman dan nilai-nilai Kristiani yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu katekese menjaga nilai yang paling tinggi dari hidup manusia yakni nilai Injili dan ajaran Kristiani. Tugas pengembangan iman, pendidikan liturgis, mengajar berdoa, dan pendidikan hidup berjemaat merupakan tugas yang berkaitan dengan intern Gereja, sedangkan tugas pembinaan moral dan perutusan menyangkut tugas umat di dalam masyarakat. Dengan kata lain, tugas katekese adalah untuk mengembangkan Gereja dengan mewartakan Kristus dan mendidik umat untuk semakin beriman dan bertanggungjawab dalam tugas perutusan Gereja (Telaumbanua, 1999:9-10). Tugas utama katekese ialah memberitakan sabda Allah yang hadir secara penuh di dalam diri Yesus Kristus. Katekese mewartakan Kristus agar umat semakin mengenal, mencintai dan mengikuti-nya, serta semakin peka mengenali kehadiran-nya di dalam hidup sehari-hari. Karena itu, katekese harus bersifat Kristosentris.

40 21 Katekese mendidik umat supaya makin beriman. Peranan katekese membantu, menyemangati dan meneguhkan umat supaya makin beriman. Yang ditekankan adalah pendidikan yang bersifat utuh yang mencakup secara serentak dan seimbang segi kognitif, afektif dan operatif praktis. Pendidikan ini berpusat pada peserta. Secara aktif mereka mengambil bagian di dalam prosesnya yang bersifat partisipatif-dialogis. Katekese mengembangkan Gereja. Sebagai tindakan gerejawi, katekese bertujuan untuk mengembangkan, memperbaharui dan menggerakkan Gereja. Pengembangan Gereja tidak hanya dilakukan oleh katekese tetapi juga oleh liturgi, pewartaan, dan pelayanan Gereja lainnya. Pengembangan Gereja merupakan tanggungjawab seluruh umat (Heryatno, 2009). B. Katekis 1. Sosok Katekis Di kalangan lingkungan maupun paroki, umat sering menyebut prodiakon dari pada katekis. Dalam kenyataan, banyak katekis yang berkarya di lingkungan maupun di paroki adalah para katekis sukarelawan. Selain sukarelawan, ada juga katekis profesional yaitu, katekis yang menempuh pendidikan dan pelatihan khusus di bidang katekese dan diharapkan menjadi katekis yang sungguh memahami ilmu kateketik. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis akan lebih fokus pada sosok katekis sukarelawan yang menjadi harapan umat dan Gereja. Katekis sukarelawan yang dimaksud ialah katekis yang bersedia untuk membantu melaksanakan katekese, mengajar dan menjadi fasilitator atau pendamping dalam pelaksanaan katekese

41 22 terutama di lingkungan. Ia juga dengan rela dan tulus hati membantu umat lingkungan dalam mengembangkan iman mereka akan Kristus. Katekis sukarelawan maupun katekis profesional tidak menjadi persoalan yang utama. Hal yang terpenting ialah kemauan dalam diri dan memahami secara sungguh ajaran iman Kristiani, mau berusaha membantu membangun umat dalam mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. Katekis merupakan panggilan Allah kepada kaum awam untuk mewartakan kabar sukacita kepada semua orang. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, Yesus berkata kepada murid-nya: Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu (Yoh. 15:16). Itu berarti Yesus sendirilah yang telah memilih para rasul-nya. Katekis juga rasul Kristus yang dipilih oleh Yesus untuk mewartakan Kabar Gembira dan melayani sesama sehingga dapat menghasilkan buah yang melimpah dalam karya pelayanannya. Katekis menyadari panggilan dan perutusannya. Ia diharapkan menyadari bahwa menjadi katekis itu bukan karena kemauan sendiri, tetapi pertama-tama sebagai panggilan Allah yang patut disyukuri, seperti para murid yang dipanggil Yesus Kristus. Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia (Mrk. 1:17). Panggilan ini mengandung konsekuensi bahwa ia diutus mewartakan Kabar Gembira. Panggilan dan perutusan ini diharapkan menjadi keyakinannya. Kamu menyebut Aku, Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yoh. 13:13-15).

42 23 Yesus adalah Guru dan Tuhan kita. Seorang katekis, perlu meneladani sikap Yesus sebagai Guru yang mau melayani murid-muridnya. Yesus memberikan teladan bagi umat-nya agar memiliki sikap saling mengasihi dan melayani satu sama lain sama seperti yang dibuat oleh Yesus. Katekis hendaknya memiliki semangat melayani. Katekis juga dapat dikatakan sebagai seorang guru atau pembimbing yang dianggap sebagai orang yang lebih memahami ajaran Kristiani dibanding umatnya. Oleh karena itu, katekis harus memberikan suatu teladan, sikap yang baik sekaligus pemahaman mengenai ajaran Kristiani yang lebih mendalam lagi untuk membantu mengembangkan iman umat. Katekis adalah orang beriman. Katekis perlu terbuka terhadap kehadiran dan sapaan Allah serta mau menanggapi atau mengamini tawaran keselamatan Allah itu, baik bagi dirinya sendiri maupun umat beriman Katolik lainnya. Meski kehadiran, sapaan, dan tawaran keselamatan Allah itu tidak jelas, ia berani berkata seperti Maria. Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk. 1:38). Katekis diharapkan menjadi sosok orang yang beriman dan sekaligus menjadi contoh orang beriman. Hidup dan tugas perutusannya didasarkan pada Sakramen Baptis dan Penguatan atau Krisma yang telah diterima dan dihidupinya selama ini. Selain memiliki sikap melayani, katekis perlu memiliki sikap rela berkorban. Rela berkorban dapat diartikan sebagai keikhlasan memberikan sesuatu tanpa ada imbalan bagi dirinya. Rela berkorban memang tidak mudah, bukannya mendapat keuntungan justru mendapatkan kerugian misalnya, rugi waktu, tenaga, pikiran, dsb. Hal tersebut bukanlah menjadi persoalan yang sangat penting karena Tuhan

43 24 akan memberikan anugerah bagi mereka yang dengan ikhlas memberikan segala miliknya dan mereka akan mendapat upah di Surga. Katekis diharapkan mampu mengembangkan sikap dan semangat rela berkorban demi kepentingan umat. Di sini, ia mampu menunjukkan sikap dan semangat mencintai tugas perutusannya dalam segala situasi dan siap untuk tidak menerima imbalan karena Tuhanlah yang akan memberikan upah bagi dirinya. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi (Mat 6:2-4). Selain itu, katekis terbuka pada karya Roh Kudus. Dalam mewartakan Kabar Gembira, katekis diharapkan menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh Kudus. Dia hadir dan berkarya tidak hanya pada diri katekis itu sendiri, tetapi juga dalam diri para pendengar yang hadir. Evangelii Nuntiandi artikel 75 menguraikan bahwa: Roh Kuduslah yang sekarang ini persis seperti awal Gereja, bertindak di dalam setiap penginjil yang membiarkan dirinya dikuasai dan dipimpin oleh Dia. Roh Kudus meletakkan dalam bibirnya kata-kata, yang orang itu tidak dapat menemukannya sendiri, dan sekaligus Roh Kudus menyiapkan jiwa pendengar untuk terbuka dan siap menerima Kabar Baik dan Kerajaaan yang sedang diwartakan. Pembina katekese umat ialah seorang yang mampu dan rela untuk menjalankan katekese umat dalam kelompok besar. Seorang pembina katekese umat ialah seorang pribadi yang beriman Katolik yang sadar akan panggilan Roh untuk melayani sesama umat. Ia juga seorang pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan dan membimbing kelompok umat untuk melaksanakan katekese

44 25 umat. Selain itu, ia dapat menghargai setiap peserta kelompok katekese umat dengan segala latar belakang dan situasinya dan ia juga berperan sebagai pengarah dan pemudah untuk menciptakan suasana komunikatif dalam kelompok umat dasar yang dilayani (Lalu, 2005:7-8). Katekis banyak belajar dari segala sesuatu yang ia alami didalam hidupnya. Ada suka dan duka yang ia alami. Berkat kesederhanaan yang ia miliki, pengalaman duka yang dialami justru bukan membuat dirinya menjadi lemah bahkan ia mampu belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut dan berkat bantuan Tuhan, ia mampu bangkit dan menjadi orang yang luar biasa (Heryatno, 2012: 39-44). Katekis adalah pejuang Kerajaan Allah. Artinya, katekis memiliki tugas mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah lewat perjalanan hidupnya. Selain itu, mewartakan Kerajaan Allah juga dapat melalui gerakan sosial, politik, budaya maupun ekonomi (Heryatno, 2012: 100). Pelaku katekese adalah katekis (bersama umat). Peran katekis adalah sebagai pendamping dan pembina umat dalam proses pewartaan iman mereka bersama. Katekis juga berkatekese di tengah-tengah kelompok-kelompok kategorial. Sosok katekis yang menjadi harapan ialah orang yang sungguh beriman, mampu menjadi fasilitator umat, pewarta sabda Allah, mampu menggerakkan dan membimbing umat karena ia merupakan awam yang secara khusus dipanggil untuk menjadi tokoh dan pemimpin umat. Di tengah-tengah umat, katekis hendaknya mampu terlibat aktif dengan memberi kesaksian sebagai orang beriman dan kehadirannya mampu membangun dan memotivasi umat dalam berkatekese.

45 26 Dalam penyelenggaraan katekese, katekis diharapkan sungguh memperhatikan kebutuhan umat, kenyataan hidup umat, dan masalah-masalah mereka. Katekis mengajak umat untuk berkumpul dan katekis berusaha secara bersama menciptakan suasana katekese yang komunikatif sehingga peserta semua aktif dalam mengikuti katekese (Heryatno, 2009). Salah satu bentuk keterlibatan kaum awam di bidang pewartaan, yaitu menjadi katekis. Keberadaan dan jati diri katekis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik. Dalam perjalanan waktu, keberadaan dan jati diri katekis sungguh dapat dirasakan manfaatnya dalam menumbuhkembangkan Gereja Katolik. Keberadaan dan perannya untuk mewartakan kabar Gembira tidak dapat diremehkan. Tanpa mengenal lelah ia menebarkan benih-benih iman, dan akhirnya boleh menuainya dalam diri banyak orang untuk menjadi anggota Gereja (Prasetya, 2007:5-6). Seorang katekis, yakni seorang yang mendidik ke arah iman. Mendidik merupakan tugas yang sukar. Mendidik meliputi membentuk alam pikiran dan nilai orang-orang, membimbing mereka kepada kebebasan kepada kemampuan mengambil keputusan dan memberikan penilaian secara pribadi dan matang. Kalau mendidik biasa sudah sukar, apalagi mendidik dalam bidang agama (religius). Oleh karena itu katekis memang harus berusaha terus-menerus demi perkembangan iman umat. 2. Tugas Katekis Seorang katekis ialah seorang yang dipanggil oleh Tuhan. Sebagai seorang yang dipanggil oleh Tuhan, katekis harus bersedia untuk menjalankan tugas

46 27 perutusannya sebagai katekis. Tidak mudah bagi katekis untuk menjalankan tugas tersebut tetapi berkat pertolongan dari Allah, maka katekis berusaha untuk melaksanakan tugasnya demi kepentingan umat. Kami wartakan apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Kor. 2:9). Seperti yang dikatakan Yesus, Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya (Yoh:20:29). Hal itu menunjukkan bahwa umat Kristiani harus percaya pada Yesus melalui apa yang mereka rasakan selama ini yakni kasih Allah yang tak berkesudahan. Dalam hal ini, katekis membantu umat untuk mewartakan kasih Allah kepada mereka melalui sabda-nya. Menjadi pelayan dan saksi misteri kasih Allah adalah tugas seorang katekis. Katekis hendaknya memahami dan mendalami ajaran Kristiani supaya ia dapat menyampaikan kasih Allah melalui sabda-nya. Tugas katekis adalah memberikan pengajaran tentang Kristus melalui pembinaan, baik melalui katekese maupun perayaan liturgi sehingga dapat membantu umat dalam mengembangkan iman mereka agar iman mereka dapat bertumbuh semakin dewasa (Prasetya, 32-33). Katekis diharapkan dapat memahami kegiatan pewartaan sebagai mewartakan Yesus Kristus yang pertama dan terutama, baik bagi orang yang belum beriman maupun orang yang sudah beriman kepadanya. Mewartakan Yesus Kristus berarti mewartakan Kabar Gembira bagi semua orang secara berkesinambungan dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan sehingga mereka terbantu untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengimani Yesus Kristus.

47 28 3. Pembinaan Katekis Supaya katekis dapat melaksanakan tugas perutusannya dengan baik dan bertanggungjawab, katekis perlu dibekali dengan pembinaan. Pembinaan ini sangat penting dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan diri seorang katekis. Hendaknya para Ordinaris wilayah berusaha agar para katekis disiapkan dengan sungguh-sungguh untuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik, yakni supaya dengan diberikan pendidikan yang terus-menerus mereka memahami dengan baik ajaran Gereja dan mempelajari secara teoritis dan praktis norma-norma yang khas untuk ilmu ilmu pendidikan (KHK kan. 780). Sudah sepantasnya para Ordinaris wilayah mengupayakan pembinaan yang berguna bagi katekis, baik yang bersifat formal maupun informal, baik yang bersifat rutin maupun berkala. Pembinaan ini menyangkut, baik pengetahuan maupun keterampilan berpastoral agar pewartaan para katekis sungguh berbobot dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pendidikan mereka harus dilaksanakan dan disesuaikan dengan kemajuan kebudayaan sedemikian rupa sehingga mereka menjadi rekan sekerja yang tangguh bagi para imam, dan mampu menunaikan sebaik mungkin tugas mereka yang semakin bertambah sulit karena beban-beban baru yang lebih berat. Maka dari itu, hendaknya jumlah sekolah-sekolah, baik tingkat keuskupan maupun regio diperbanyak untuk menampung para calon katekis yang mendalami ajaran Katolik, terutama perihal Kitab Suci dan litrugi; juga mengembangkan metode katekese dan praktek pastoral. Selain itu, juga membina diri menurut adat-perilaku Kristiani, dan tiada hentinya berusaha mengembangkan keutamaan serta kesucian hidup. Kecuali itu, hendaklah diselenggarakan pertemuan-pertemuan atau kursus-kursus untuk pada masa-masa tertentu membantu para katekis menyegarkan diri dalam ilmu-ilmu dan keterampilan-keterampilan yang berguna bagi pelayanan mereka serta memupuk dan meneguhkan hidup rohani mereka (AG, 17). Pembinaan katekis dilakukan dan disesuaikan dengan budaya setempat dimana katekis tersebut berkarya. Pembinaan tersebut dilakukan supaya para

48 29 katekis menjadi rekan kerja imam yang sungguh-sungguh dapat bekerjasama dengan para imam dan menjalankan kegiatan karya pastoral yang baik dan penuh tanggungjawab. Dalam hal ini, tingkat keuskupan maupun regio hendaknya memperbanyak sekolah untuk menampung calon katekis muda sebagai penerus katekis yang sudah lanjut usia dan melakukan pembinaan bagi mereka mengenai ajaran Gereja terutama Kitab Suci dan liturgi. Pembinaan yang dimaksud ialah melakukan pertemuan atau kursus bagi para katekis terutama dalam mengembangkan keterampilan dalam berkatekese, memahami pengetahuan tentang ajaran Gereja dan dapat saling meneguhkan hidup mereka dalam melayani jemaat. Pembinaan katekis dapat dilakukan melalui pembinaan berkala dan pembinaan rutin. Pembinaan berkala ini sangat mudah dilakukan dan menarik karena dapat dilakukan tiga bulan sekali atau enam bulan sekali atau setahun sekali dengan aneka tema dan kepentingannya. Sedangkan, pembinaan rutin umumnya tidak menarik dan banyak kendala yang dihadapi, baik pihak Pastor Paroki maupun pihak katekis sendiri, karena keduanya tidak mempunyai sikap dan semangat kesetiaan terhadap komitmen atas karya pewartaan ini. Padahal, pembinaan rutin inilah yang sangat menunjang tercapainya tujuan untuk mengolah motivasi, spiritualitas, pengetahuan, dan keterampilan katekis (Prasetya, 2007: 53-55, 57). PKKI III mengharapkan agar baik jumlah maupun mutu Pembina Katekese Umat dapat meningkat. Peserta menyadari pula masih terdapat banyak hambatan, misalnya bahwa katekese umat belum terlalu diterima dan dipahami pada Gereja

49 30 lokal, kurangnya sarana dan dana, situasi geografis yang sulit. Namun hal tersebut tidak boleh menyurutkan usaha kita (Lalu, 2005:9-10). Dalam pembinaan katekis, ada berbagai hal yang harus dikembangkan yakni pengetahuan dan teknik dalam berkatekese. Katekis adalah seorang pendidik yang memperlancar kematangan iman, yang dengan bantuan Roh Kudus diperoleh para katekumen dan mereka yang menerima katekese. Dalam bidang pembinaan ini, realitas pertama yang patut diperhitungkan ialah yang berkaitan dengan pedagogi iman yang orisinil. Katekis dipersiapkan atau dibina supaya mempermudah suatu pertumbuhan dalam pengalaman iman yang tidak ditanamkannya sendiri, karena Tuhanlah yang menaburkannya dalam hati manusia. Tanggungjawab katekis hanyalah mempersuburkan karunia ini dengan memberinya makan dan menolongnya untuk bertumbuh. Pembinaan berusaha mematangkan kemampuan mendidik dalam diri katekis yang mencakup suatu kesanggupan untuk memperhatikan orang, kemampuan untuk menafsirkan atau menanggapi tugas-tugas mendidik atau prakarsa dalam mengatur kegiatan belajar, dan kesanggupan untuk membimbing kelompok manusia kepada kematangan. 4. Syarat Menjadi Katekis Demi menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya sebagai katekis, baiklah kalau ia memenuhi kriteria atau syarat yang dapat mendukung keberlangsungan karya pewartaan itu sendiri. Aneka kriteria atau syarat yang diperlukan, antara lain; memiliki hidup rohani yang mendalam. Sudah sepantasnya kalau katekis mempunyai hidup rohani yang mendalam dan iman

50 31 yang terbuka akan sapaan Allah, baik melalui doa, membaca dan merenungkan Kitab Suci, maupun dengan cara lain. Katekis hendaknya memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarganya. Katekis haruslah memiliki nama baik, entah perilakunya, hidup imannya, entah hidup moralnya. Nama baik tidak hanya berlaku untuk pribadinya sendiri karena kesalehan dan aktivitasnya menyangkut juga seluruh anggota keluarganya. Katekis diharapkan menjadi pribadi yang sungguh diterima oleh umat beriman Katolik di lingkungan tempat ia tinggal dan hidup bersama umat. Katekis hendaknya mempunyai pengetahuan yang memadai. Mewartakan Kabar Gembira tidak cukup hanya mau, tetapi ia diharapkan mempunyai bekal pengetahuan yang memadai misalnya Kitab Suci, teologi, moral, liturgi, dan sebagainya. Katekis juga memiliki keterampilan yang cukup. Dalam mewartakan Kabar Gembira, katekis diharapkan mempunyai aneka keterampilan yang dapat mendukung tugas perutusannya, termasuk dalam menggunakan aneka sarana yang diperlukan dalam proses pewartaannya (Prasetya, 2007:41-42). Selain itu, katekis diharapkan memiliki sikap keterbukaan terhadap umat dan mau bergaul dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan. Katekis juga diharapkan memiliki mental yang kuat sehingga ketika ia mengalami tantangan, ia tidak mudah putus asa. Katekis diharapkan memiliki jiwa seorang pelayan. Sesuai dengan tugas yang akan ia laksanakan, katekis siap untuk meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk melayani umat. Hal yang pokok ialah katekis harus dekat dengan Allah. Jika hati seorang katekis dekat dengan Allah maka katekis akan selalu berusaha untuk melakukan

51 32 yang terbaik demi perkembangan iman umat. Allah akan selalu menyertai langkah perjalanan hidupnya dan katekis pun semakin mengandalkan Allah dalam melakukan segala hal. Hanya Allah lah yang menjadi pedoman dan andalan hidupnya. C. Katekis demi Mewujudkan Gereja Signifikan dan Relevan di tengah Umat 1. Katekis di tengah Umat Katekis mengemban tugas mulia. Mulia karena menuntun umat Kristiani supaya hidup terpuji di hadapan manusia dan di hadapan Allah. Katekis juga berperan untuk membantu umat demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan. Sebelum berkatekese di tengah umat, katekis diharapkan mengenal situasi umat yang ada di lingkungannya sehingga katekese yang dilaksanakan sungguh relevan dengan situasi yang dialami umat lingkungannya. Katekis mendapat panggilan untuk mewartakan sabda Allah. Katekis yang diharapkan adalah mereka yang senantiasa sadar, bahwa tugasnya adalah memperkenalkan Allah dan misteri penyelamatan-nya kepada manusia. Seorang katekis tidak boleh menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat. Katekis diharapkan semakin mendalami seluk-beluk persekutuan sosio-eklesial agar pewartaannya mengena, menggema di hati dan mengantar manusia konkret kepada keselamatan dalam Kristus (Telaumbanua, 1999:179). Katekis berhadapan dengan manusia konkret dan berusaha untuk mengakrabkan mereka dengan Allah. Oleh karena itu, katekis diharapkan memiliki sikap terbuka dan rasa sosialisasi yang tinggi terhadap umat lingkungannya.

52 33 Selain itu, katekis diharapkan memiliki spiritualitas. Spiritualitas katekis berkaitan erat dengan hal-hal yang dituntut dalam menunaikan panggilan sebagai katekis. Spiritualitas yang dimiliki katekis antara lain berhubungan dengan iman, pelayanan dan kehidupan rohani sebagai seorang katekis. Spiritualitas ialah karunia dari Roh Kudus, oleh karena Roh Kuduslah yang berkarya dalam diri para katekis untuk bersaksi tentang Yesus Kristus di tengah umat. 2. Katekese di tengah Umat Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan. Umat Allah merupakan istilah dari Perjanjian Lama. Yang paling menonjol dalam sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat terpilih Allah. Sebutan umat Allah amat dipentingkan khususnya untuk menekankan bahwa Gereja bukanlah pertama-tama suatu organisasi manusiawi melainkan perwujudan karya Allah yang konkrit. Tekanan ada pilihan dan kasih Allah. Perlu disadari lebih dahulu bahwa Gereja adalah kelompok dinamis, yang keluar dari sejarah Allah dengan manusia. Kita adalah bait Allah yang hidup, menurut Firman Allah: Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka. dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-ku (2Kor 6:16). Menurut Perjanjian Baru, hal itu justru terlaksana dalam Kristus. Dia adalah Imanuel, yang berarti Allah beserta kita (Mat 1:23), sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-allahan (Kol 2:9). Demikianlah kita ketahui bahwa, bahwa kita di dalam Allah dan Allah di dalam kita. Gereja bukan hanya lanjutan umat Allah yang lama, tetapi terutama kepenuhannya, karena sejarah keselamatan Allah berjalan terus dan Allah memberikan diri dengan semakin

53 34 sempurna (1Kor 15:28). Oleh karena itu dengan sebutan umat Allah belum terungkap seluruh kekayaan hidup rohani Gereja (KWI. 2007: ). Umat Allah ialah seluruh umat beriman Katolik, baik Hierarki maupun kaum awam yang karena Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan (Ef 4:5). Umat Allah mempunyai martabat dan tugas perutusan yang sama. Tugasnya adalah mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan rajawi Yesus Kristus (Prasetya, 2007:15-16). Dalam kehidupannya sebagai umat beriman Katolik, berdasarkan sakramen Baptis, Penguatan atau Krisma, dan Ekaristi, kaum awam diharapkan mau mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai imam, nabi, dan raja, seperti dikatatakan Konsili Vatikan II: Kaum beriman Kristiani, yang berkat Baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus (LG 31). Melalui tugas perutusan tersebut, mereka dipanggil untuk mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang lebih mengarah pada kehidupan dan perkembangan internal Gereja. Salah satu kegiatan tersebut ialah melaksanakan katekese yang bertujuan untuk mengembangkan iman dalam diri umat dan mewujdukan Gereja yang signifikan dan relevan. Dalam pelaksanaan katekese, umat merupakan salah satu pusat katekese. Katekese dilaksanakan di tengah-tengah hidup umat. Katekese tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat. Oleh karena itu, paham, tujuan, bahan, metode, perlu digali dan dirumuskan berdasar gambaran serta cita-cita umat yang hendak

54 35 dibangun. Katekese memang harus kontekstual dan menyentuh hati umat (Heryatno, 2009). Katekese memiliki tujuan untuk membantu mengembangkan iman umat akan Yesus dan mengarahkan umat untuk membantu mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. Materi katekese tidak dapat dipisahkan dari kenyataan hidup umat. Katekese harus signifikan dan relevan. Dalam berkatekese, umat diajak merefleksikan pengalaman imannya dan membagikan kepada sesamanya yang bertujuan untuk saling meneguhkan satu sama lain. Melalui katekese juga, umat dibimbing dan diajak untuk melihat kemajuan zaman yang semakin berkembang agar mereka secara bijaksana dan tetap berpegang teguh pada Tuhan di zaman yang semakin modern sehingga mereka tidak mudah terjerumus oleh berbagai tawaran dunia yang menyesatkan. 3. Gereja Signifikan dan Relevan Gereja lahir mengemban perutusan Yesus Kristus, yakni menghadirkan Kerajaan Allah. Dari perutusan inilah Gereja membentuk jatidirinya sekaligus jatidiri tersebut memuat perutusan Gereja. Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah supaya Gereja semakin signifikan dan relevan bagi warga dan masyarakat. Signifikan berarti bernilai, memiliki harga atau mutu penting sehingga kehadiran dan gerak Gereja sungguh memiliki nilai dan makna bagi warga dan masyarakatnya. Relevan berarti sesuai, memiliki kesesuaian, kegunaan atau peran yang cocok dengan kehidupan konkrit warga maupun masyarakatnya.

55 36 Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak bila Gereja sungguhsungguh terlibat dalam pergulatan hidup masyarakat (ARDAS KAS ). Umat Allah Keuskupan Agung Semarang mau menjadi umat yang dinamis yang selalu memperbaharui diri menuju cita-cita terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia. Dengan memberikan tekanan pada signifikansi dan relevansi Gereja bagi warganya dan bagi masyarakat, Arah Dasar KAS menunjukkan upaya untuk semakin bertolak ke tempat yang dalam. Hal tersebut dimaknai baik dengan berani masuk pada kedalaman relasi dengan Allah melalui pendalaman dan perayaan iman. Selain itu juga, umat Kristiani berani terjun dalam pergulatan masyarakat di bidang sosial, politik, kemasyarakatan, pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel serta pelestarian keutuhan alam ciptaan. Berdasarkan semangat Injil dan iman yang tangguh, umat KAS berusaha untuk berperan aktif dalam mengembangkan tatanan hidup baru demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. 4. Katekese Mewujudkan Gereja yang Signifikan dan Relevan Semua orang yang dipermandikan dipanggil oleh Allah dan dibimbing secara terus-menerus supaya mereka semakin dewasa dalam imannya. Oleh karena itu mereka mempunyai hak akan katekese yang memadai. Hal itu merupakan tanggung jawab pertama Gereja untuk menanggapinya dengan cara yang sesuai dan memuaskan. Oleh sebab itu, harus diingat bahwa mereka yang menerima katekese ialah pribadi-pribadi yang konkrit dan historis yang berakar dalam situasi tertentu dan selalu dipengaruhi oleh situasi pedagogis, sosial, budaya, dan religius. Mereka bisa jadi tidak menyadari hal tersebut. Dalam proses kateketik

56 37 ini, peserta katekese harus menjadi subjek yang aktif, sadar, dan ikut bertanggung jawab, bukan sekedar penerima yang diam dan pasif (Komkat KWI, 155). Agar katekese berjalan dengan baik, maka katekese harus disesuaikan berdasarkan keadaan kelompok atau usia. Dalam hal ini, penulis membahas secara lebih dalam mengenai katekese orang dewasa karena orang dewasa dipandang sudah matang dan lebih tahu tentang ajaran Kristiani dibandingkan usia anak-anak dan remaja. Percakapan iman dengan orang dewasa harus memperhitungkan secara serius pengalaman kondisi dan tantangan yang mereka hadapi dalam hidup mereka. Katekese orang dewasa harus secara sistematis menampilkan iman Kristiani dalam keutuhan dan keasliannya sesuai dengan pemahaman Gereja agar dapat menjawab secara lebih mendalam kebutuhan-kebutuhan zaman kita. Katekese ini harus memberi prioritas pada warta keselamatan, sambil memberi perhatian pada banyaknya kesulitan, keragu-raguan, salah pengertian, praduga, dan penolakan yang dialami dewasa ini. Katekese ini juga harus memperkenalkan kepada orang dewasa pada bacaan Kitab Suci dan praktek doa yang penuh iman. Semuanya itu hendaknya dilakukan ketika melaksanakan katekese agar katekese dapat membuahkan hasil dan dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan bagi umat demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. Salah satu model katekese yang kontekstual yang ditujukan pada orang dewasa ialah katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Model SCP menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara tradisi dan

57 38 visi hidup mereka dan Tradisi dan Visi Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia. Model katekese ini bermula dari pengalaman hidup peserta, yang direfleksi secara kristis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi Kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Maka, sejak awal orientasi pendekatan ini pada praxis peserta (Sumarno, 2012). Dalam katekese model SCP ini, tema dan tujuan bisa ditentukan oleh pemandu sesuai bacaan Injil dan situasi yang dialami oleh umat secara umum. Bisa juga umat diberikan kesempatan oleh pemandu secara bersama-sama menentukan tema dan tujuan sesuai situasi yang dialami saat itu. Menurut Thomas H. Groome, ada 5 (Lima) langkah pokok dalam katekese model SCP yang didahului langkah 0 (awal) yakni pemusatan aktivitas yang bertujuan untuk menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Dengan demikian, tema dasar sungguh menjadi cerminan pokok-pokok hidup, keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan umat. Langkah I (pertama) yakni mengungkap pengalaman hidup peserta yang bertujuan untuk membantu peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup faktual (fakta). Langkah II (kedua) yakni mendalami pengalaman hidup peserta yang bertujuan untuk memperdalam refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya. Langkah III (ketiga) yakni menggali pengalaman iman Kristiani yang bertujuan

58 39 untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaannya yang berlainan. Langkah IV (empat) yakni menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit yang bertujuan untuk mengajak peserta, berdasar nilai Tradisi dan visi Kristiani, menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup yang hendak digarisbawahi, sikap-sikap pribadi yang picik yang hendak dihilangkan dan nilai-nilai baru yang hendak diperkembangkan. Langkah V (lima) yakni mengusahakan suatu aksi konkrit yang bertujuan untuk mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitasnya dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi Kristiani. Keprihatinannya adalah praktis, yakni mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan metanoia: pertobatan pribadi dan sosial yang berkelanjutan. Kelima langkah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Langkahlangkah tersebut membantu katekis dan umat dalam melaksanakan katekese. Katekese model SCP merupakan katekese yang relevan dan signifikan dengan umat karena dalam katekese model SCP tidak lepas dari pengalaman atau situasi umat yang dialami dan memiliki nilai penting bagi umatnya. Dimana dalam katekese model SCP, pengalaman umat digali menurut Sabda Kristus yang ada dalam Kitab Suci, dan selanjutnya umat diajak untuk membuat keputusan praktis untuk melakukan perubahan dalam diri mereka dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia (Sumarno, 2012).

59 BAB III SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA Arah Dasar KAS memberikan tekanan pada signifikansi dan relevansi Gereja bagi umatnya dan bagi masyarakat. Keterlibatan umat Kristiani di dalam Gereja dan masyarakat adalah tanda kehadiran Kerajaan Allah yang signifikan dan relevan. Maka, tempat katekese adalah membantu mewujudkan Gereja yang dicita-citakan yakni Gereja yang signifikan dan relevan. Katekese sangatlah penting bagi umat Kristiani, maka umat Kristiani haruslah terlibat dalam mengikuti katekese. Umat merupakan salah satu pusat katekese tetapi jika pelaksanaan katekese tanpa kehadiran katekis atau fasilitator maka katekese tidak dapat berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaan katekese, katekis bersama umat secara bersama-sama membangun dan mewujudkan Gereja yang siginifikan dan relevan. Katekese yang relevan ialah sesuai dengan konteks hidup umat. Maka dari itu, katekis perlu mengetahui gambaran umum keadaan umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan supaya dapat membantu membangun umat dan mewujudkan Gereja signifikan dan relevan. Bab ini membahas gambaran umum keadaan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, sosok katekis dalam berkatekese, metodologi dan jenis penelitian yang dipakai oleh penulis. Penulis juga melakukan penelitian tentang pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa lalu penulis membahas hasil penelitian tersebut sehingga sampai pada kesimpulan hasil penelitian.

60 41 A. Gambaran umum Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan 1. Sejarah Singkat Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh dari ketua lingkungan, maka penulis dapat mengetahui tentang sejarah terbentuknya lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan atau lebih dikenal dengan sebutan lingkungan Yosben berlindung dibawah Santo Yosef dan Santo Benediktus. Sebelum tahun 1977 umat Katolik di wilayah Sagan Porbonegaran masih merupakan satu kring besar, yaitu kring St. Yosef Benediktus. Setelah umat Katolik di wilayah Sagan Porbonegaran semakin berkembang banyak maka mulai tahun 1977 kring Santo Yosef Benediktus dibagi menjadi 4 blok yang kemudian dalam perkembanganya dibagi menjadi 3 lingkungan yaitu Lingkungan Elisabet, Lingkungan Santo Yosef Benediktus, dan Lingkungan Veronika. Lingkungan Santo Yosef Benediktus berdiri pada tanggal 30 April Wilayah lingkungan Yosben berada di daerah Sagan. Pada waktu itu jumlah umat hanya sekitar 15 orang dan berkat jasa alm. Sr. Fransisca CB yang telah memberikan pelajaran baptis kepada ibu-ibu di Sagan, akhirnya umat di Sagan semakin bertambah banyak, kira-kira berjumlah 150 orang. Ketua lingkungan yang telah banyak berjasa mulai tahun 1977 adalah Bp. Y. Suyamto, Bp. Th. Surwantono, Bp. Y. Sukamto, dan Bp. A. Pamuji. Sebagai wadah perwujudan keterlibatan umat Kristiani, lingkungan Yosef Benediktus Sagan memiliki berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut diperuntukkan bagi lingkungan, paroki maupun masyarakat sekitar.

61 42 2. Situasi Umat di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Berdasarkan data sensus anggota yang tercatat pada tahun 2013, jumlah KK umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ada 38 KK dan 134 jumlah umat seluruhnya termasuk anak-anak dan remaja. Tidak semua umat aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sebagian besar asli penduduk Yogyakarta, ada juga umat yang berasal dari berbagai daerah dan kebanyakan adalah orang muda yang kuliah, bekerja di Yogyakarta lalu tinggal di sekitar lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan baik kost maupun di asrama Syantikara. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan mempunyai struktur kepengurusan yang dibentuk melalui pemilihan bersama. Kepengurusan di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan terkoordinir dengan baik. Kepengurusan di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan terdiri dari pengurus inti yaitu: ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris dan seksi-seksi dalam bidang tertentu, yaitu: seksi liturgi dan pewartaan, seksi sosial, seksi koor, seksi tata laksana, seksi tata laksana kapel Bintang Samudra, seksi humas, pangrutiloyo, seksi pendampingan keluarga, seksi inisiasi, seksi koperasi dan koordinator parkir Gereja. Masing-masing seksi memiliki tugas dan tanggungjawab sesuai bidangnya. Kerjasama dalam kepengurusan lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan berjalan dengan baik, komunikasi antar pengurus inti maupun penanggung jawab para seksi berjalan dengan lancar. Kepengurusan memang memiliki peran penting dalam suatu komunitas baik di lingkungan maupun di masyarakat sekitar. Kepengurusan dibentuk agar dapat

62 43 membantu tercapainya tujuan bersama. Di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, kepengurusan dibentuk agar lingkungan mereka dapat terkoordinir dengan baik supaya mencapai tujuan bersama yakni mewujudkan Gereja signifikan dan relevan dengan melibatkan diri untuk Gereja. Suatu kegiatan di lingkungan maupun paroki dapat disebut karya katekese, apabila terjadi komunikasi iman dari tiap anggota atau warganya. Komunikasi iman ini pada akhirnya akan meneguhkan dan memperdalam iman serta menjadikannya sebagai saksi Kristus melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan. Berperan dalam karya katekese berarti pula turut ambil bagian dalam kehidupan menggereja (Sumarno, 2010). Kehidupan lingkungan diwujudkan melalui kegiatan inti paroki atau wilayah. Kegiatan intilah yang akan menggambarkan profil hidup umat. Kegiatan inti tersebut meliputi empat bidang utama yaitu membangun jemaat yang berupa community gerejawi (koinonia), mengembangkan pewartaan-kesaksian iman (kerygma), mengembangkan perayaan iman (liturgia) dan mengembangkan pelayanan (diakonia). Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan melakukan kegiatan, baik di lingkungan maupun di paroki. Kegiatan yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan antara lain, pendalaman iman yang dilaksanakan setiap hari Kamis pada pukul WIB. Pada saat pendalaman iman, umat yang hadir sekitar orang. Kegiatan pendalaman iman merupakan persekutuan (koinonia) umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan untuk membangun umat yang lebih akrab dan bersaudara sebagai umat Kristiani yang ada di lingkungan.

63 44 Dalam pendalaman iman, umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan juga bersaksi (kerygma) tentang pengalaman iman mereka. Melalui sharing yang mereka ungkapkan, terbukti bahwa umat percaya bahwa Allah berkarya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Melalui Sabda Allah, mereka diteguhkan dan dikuatkan dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan berbagai godaan dan persoalan. Dalam mengatasi segala godaan dan tantangan diperlukan pembekalan pembinaan iman dengan mendengarkan dan menghayati Sabda Allah serta dukungan umat Katolik lainnya. Selain melaksanakan pendalaman iman, umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan juga mengadakan perayaan Ekaristi (liturgia) yaitu Ekaristi pada saat peringatan arwah umat lingkungan yang sudah meninggal, pesta nama lingkungan dan misa syukur yang dimohon dari keluarga umat tertentu. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sering mendapat tugas koor di gereja Santo Antonius Kota Baru, Kapel Maria Bintang Samudra, Kapel Panti Rapih dan koor untuk perayaan-perayaan khusus di lingkungan. Latihan koor diadakan sebanyak dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari Selasa dan Jum at. Hal itu merupakan keterlibatan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dalam bidang liturgi. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan baik orang tua maupun orang muda memberikan pelayanan (diakonia) untuk Gereja yakni tugas jaga parkir di gereja, tata laksana, penjualan teks misa. Selain itu, umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan juga memberikan pelayanan umum kepada masyarakat sekitar di bidang sosial yaitu terlibat untuk gotong royong,

64 45 mengadakan lomba menjelang acara tertentu dengan mengikutsertakan masyarakat non Katolik dan mengunjungi orang sakit. Dalam menjalin kebersamaan, keakraban antar umat lingkungan, mereka sering mengadakan ziarah bersama ke goa Maria, kunjungan ke biara-biara, retret dan pada saat hari raya Natal dan Paskah mereka juga mengadakan acara bersama dengan mengundang lingkungan lainnya. Orang muda di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan juga terlihat aktif. Mereka juga mengadakan pendalaman iman khusus untuk orang muda dan yang masih berjiwa muda. Pendalaman iman bagi orang muda biasanya dilaksanakan satu bulan sekali pada Minggu kedua. Pada Minggu keempat, orang tua dan orang muda bergabung menjadi satu untuk melaksanakan pendalaman iman bersama yang bertujuan untuk menjalin kebersamaan antar orang tua dan orang muda lingkungan. Dalam berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, ternyata umat lingkungan melibatkan diri mereka dengan mengacu pada keempat kegiatan inti dalam Gereja. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan diharapkan untuk melibatkan dirinya dalam empat kegiatan inti tersebut salah satunya ialah persekutuan (koinonia). Kegiatan pendalaman iman termasuk dalam persekutuan (koinonia) bahkan dalam pendalaman iman pun umat diajak untuk bersaksi tentang pengalaman iman mereka (kerygma). Situasi yang terjadi pada saat pendalaman iman, umat yang hadir tidak banyak dan umat pun masih ada yang pasif. Pendalaman iman yang berlangsung setiap hari Kamis dilaksanakan pukul memang tidak

65 46 banyak dihadiri oleh umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dibandingkan kegiatan lainnya seperti, koor, ziarah, perayaan misa di lingkungan, dsb. Kehadiran umat yang sedikit dan pasif dalam pendalaman iman menjadikan suatu permasalahan bagi lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Mereka kurang menyadari bahwa keterlibatan dalam pendalaman iman sangatlah penting baik bagi diri sendiri maupun lingkungan. Persekutuan tidak hanya berkumpul, besenang-senang atau bepergian bersama-sama dengan umat lingkungan. Persekutuan adalah berkumpul dengan saudara seiman untuk semakin bersatu dalam Kristus. Dengan sikap terbuka umat mau membagikan pengalaman iman mereka, saling meneguhkan satu sama lain sehingga dapat membangun umat yang satu sebagai warga lingkungan maupun Gereja. 3. Keadaaan Katekese di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan Seperti yang sudah dikatakan pada bab sebelumnya bahwa umat Allah hendaknya ikut ambil bagian dalam perkembangan internal Gereja terutama dalam hal perkembangan iman mereka. Sebagai umat Allah, umat lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan sudah ikut ambil bagian dalam perkembangan internal Gereja yakni melaksanakan kegiatan katekese yang bertujuan untuk mengembangkan iman akan Kristus supaya imannya semakin mendalam sehingga dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. Dalam pelaksanaan katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, yang menjadi sasarannya ialah para orang dewasa yang berusia berapapun baik yang masih berada di bangku kuliah maupun yang sudah tua. Katekese biasanya dipimpin oleh prodiakon dan umat lainnya secara bergiliran tiap minggunya.

66 47 Dalam katekese, umat diajak untuk mensharingkan pengalamannya tetapi tidak semua umat terlibat aktif dan yang aktif hanya orang-orang itu saja. Hal ini memang menjadi suatu permasalahan dalam pelaksanaan katekese yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Umat yang hadir pada saat katekese hanya sedikit dan masih ada yang pasif. Oleh karena itu, dalam hal ini umat diharapkan memiliki kesadaran dalam diri mereka masing-masing untuk mau melibatkan dirinya dalam mengembangkan iman mereka. PKKI II menegaskan bahwa katekese diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara umat. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah melaksanakan komunikasi iman mereka melalui sharing dalam pendalaman iman. Sebelum sharing biasanya pemimpin memberikan pertanyaan panduan kepada umat yang bertujuan untuk membantu umat masuk dalam sharing pengalaman hidup mereka. Umat sharing secara bergantian tetapi ada umat yang masih pasif. Umat yang pasif, masih merasa ragu dan malu untuk membagikan pengalaman imannya. Untuk mengatasi hal tersebut, pemimpin menunjuk umat yang pasif tersebut lalu menyuruh mereka mengungkapkan satu atau dua kalimat yang berhubungan dengan tema pada saat itu. PKKI II juga menegaskan bahwa dalam katekese, umat diajak untuk bersaksi tentang iman mereka. Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga iman mereka diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna. Dalam katekese umat, tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan (Lalu, 2005:5). Umat lingkungan

67 48 Santo Yosef Benediktus Sagan diajak untuk menjadi saksi akan iman mereka. Melalui katekese, mereka diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup seharihari dan menghubungkan dengan Kitab Suci. Penghayatan iman umat akan semakin berkembang secara sempurna jika umat sungguh-sungguh mendalami iman mereka sesuai dengan Kitab Suci dan saling meneguhkan satu sama lain. Agar katekese berjalan dengan baik dan lancar, umat ikut terlibat dalam kegiatan katekese, misalnya: sharing, doa, bernyanyi, dsb. Oleh karena itu, katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak akan berjalan dengan baik dan lancar jika umatnya pasif karena yang menjadi salah satu pusat dalam pelaksanaan katekese ialah umat. 4. Katekis di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak ada katekis full time atau akademik tetapi ada katekis sukarelawan yang berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan katekese di lingkungan Mereka ialah prodiakon dan tokoh umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Mereka terlibat sebagai pemimpin, pengarah dan bertanggung jawab atas kehidupan umat di lingkungan. Pada saat pendalaman iman berlangsung, tidak hanya mereka berdua saja yang memandu tetapi umat yang dirasa mampu, dipercaya untuk memimpin pendalaman iman lingkungan. Dalam pelaksanaan katekese, seharusnya para fasilitator baik prodiakon, tokoh lingkungan tidak hanya bertanggungjawab sebatas pada saat pendalaman iman berlangsung tetapi juga dalam usaha mereka membangun umat untuk menjadi lebih baik lagi sehingga iman umat semakin berkembang.

68 49 Tugas prodiakon di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan memang tidak terbatas melayani di bidang liturgi saja, mereka juga dipercaya untuk menangani berbagai hal misalnya; dipercaya sebagai penasehat ketika ada umat sedang menghadapi permasalahan baik keluarga maupun umat, ketika ada permasalahan di lingkungan dan motivator bagi umat. B. Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta 1. Latar Belakang Penelitian Sosok adalah bentuk, wujud, tokoh atau rupa seorang pribadi ( Penelitian ini akan meneliti tentang pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak ada katekis full time atau akademik tetapi ada katekis sukarelawan yang berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan katekese di lingkungan. Mereka adalah prodiakon dan tokoh umat di lingkungan. Penulis melihat prodiakon dan tokoh umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan merasa terpanggil sebagai prodiakon maupun pemimpin katekese. Mereka memiliki spiritualitas sebagai seorang pelayan, mereka secara sukarela menjadi fasilitator dalam katekese lingkungan untuk membantu umat mengembangkan iman mereka. Prodiakon dan tokoh umat memiliki pribadi yang baik. Mereka memiliki keterampilan dalam memimpin katekese di lingkungan. Keterampilan sangatlah diperlukan dalam katekese. Keterampilan merupakan kecakapan seseorang untuk menyelesaikan tugas (KBBI, 752). Keterampilan yang

69 50 dimaksudkan ialah keterampilan dalam mengungkapkan bahasa, pengetahuan dan mengolah materi yang kreatif dan menarik minat umat. Prodiakon dan para pemimpin katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus memiliki keterampilan dan cara mereka masing-masing dalam berkatekese. Mereka sudah berusaha memberikan yang terbaik agar umat berminat untuk semakin terlibat dalam katekese lingkungan. Kenyataan yang terjadi, umat masih terlihat pasif dan kehadiran umat pun sedikit. Minat merupakan keinginan yang kuat, kecenderungan hati terhadap sesuatu (KBBI, 532). Minat seseorang tidak dapat dipaksakan oleh orang lain. Minat muncul dalam hati setiap orang. Dalam berkatekese, salah satu peran prodiakon dan pemimpin katekese ialah membantu umat lingkungan Santo Yosef Benediktus membangun minat agar terlibat dalam kegiatan katekese baik kehadiran maupun saat proses katekese, yaitu sharing, doa umat, dsb. Oleh karena itu, untuk mengetahui situasi nyata peranan sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, penulis melakukan penelitian. Penelitian ini menyangkut tentang sosok katekis yang dapat membangun minat umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. 2. Jenis Penelitian Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bodgan dan Tylor, 1990). Penelitian kualitatif berhubungan

70 51 dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menuntut pandangan manusia yang diteliti. Metode penelitian yang dipakai oleh penulis ialah studi kasus. Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu sosial. Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dan melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. ( Hasil penelitian kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran nyata tentang peranan sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. 3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah: a. Mengetahui sosok katekis yang dapat meningkatkan minat umat untuk mengikuti pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. b. Mengetahui minat umat dalam mengikuti pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta.

71 52 4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal September Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta dari usia tahun. Peneliti dalam menentukan responden sekaligus sebagai sampel dengan memilih 4 orang karena mereka ialah katekis sukarelawan dan umat sebanyak 15 orang karena mereka lebih sering hadir untuk mengikuti katekese lingkungan. Tabel 1: Distribusi sampel katekis sukarelawan No. Usia Jumlah tahun tahun tahun 1 Tabel 2: Distribusi umat lingkungan No. Usia Jumlah tahun tahun tahun tahun 2

72 tahun tahun tahun tahun 1 6. Variabel Penelitian Supaya penelitian mempunyai batas pengertian yang jelas dan mudah diukur maka perlu dijabarkan arti setiap variabel tersebut dalam definisi operasional. Adapun definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut: a. Sosok katekis Sosok katekis ialah seorang pribadi yang berkarya di bidang katekese. Katekis ialah pewarta Kabar Gembira bagi semua orang secara berkesinambungan dari tahap pengajaran sampai tahap pendewasaan sehingga umat merasa terbantu untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengimani Yesus Kristus. Seorang katekis diharapkan memiliki keterampilan dan spiritualitas dalam dirinya. Keterampilan meliputi pengetahuan tentang katekese dan tujuannya, berkomunikasi, mengolah materi katekese supaya menarik. Spiritualitas meliputi: panggilan sebagai pelayan, sukarela dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pewarta Sabda. b. Minat umat Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek (Surya, Mohammad 2003:67) Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

73 54 sesuatu (Muhibbin, 1995:136). Minat umat adalah kecenderungan umat tertarik pada sesuatu melalui keterlibatan mereka dalam pelaksanaan katekese di lingkungan. Minat umat dalam pelaksanaan katekese ditandai dengan kehadiran umat dalam pelaksanaan katekese dan kesan umat terhadap katekis sebagai fasilitator dalam proses katekese. 7. Instrumen Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan angket atau kuisioner. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa (Margono, 1997). Dengan cara ini maka peneliti akan melihat langsung kondisi di lapangan mengenai pelaksanaan katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Wawancara adalah suatu cara mendapatkan informasi dengan komunkasi langsung dalam bentuk tanya jawab sepihak. Komunikasi langsung adalah bahwa pihak pencari data dan responden saling berhadapan. Tanya jawab sepihak maksudnya adalah pihak responden tidak diberi kesempatan bertanya balik. Wawancara yang digunakan bersifat bebas kepada perseorangan yaitu peneliti berhadapan langsung dengan responden untuk mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan (Dapiyanta, 2011:25). Kuisioner adalah serangkaian daftar pertanyaan atau daftar isian yang harus dijawab atau diisi oleh responden. Angket disebut juga interview tertulis.

74 55 Berdasarkan isian atau pertanyaan informasi seseorang tentang sikap, perasaan, minat, dan sebagainya dapat diketahui (Dapiyanta, 2011:23). 8. Kisi-kisi Penelitian Wawancara ditujukan kepada 4 orang katekis sukarelawan sedangkan kuisioner ditujukan kepada 15 umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Adapun rincian pertanyaan wawancara kepada katekis sebanyak 14 pertanyaan sedangkan perincian pertanyaan untuk umat sebanyak 10 pertanyaan yang digunakan untuk mengkroscek data supaya data yang diperoleh lebih akurat. Tabel 3: Kisi-kisi penelitian wawancara terhadap sosok katekis No. Aspek Indikator No. Soal 1. Kehidupan pribadi Mengetahui berapa lama menjadi seorang pemimpin katekese orang dewasa 1 2. Keterampilan katekis dalam hal: Mampu memahami pengertian 2 Pengetahuan katekese Mampu memahami tujuan 3 Berkomunikasi katekese pada umumnya Mampu berkomunikasi secara baik dan jelas dengan umat 4 Mampu mengatasi umat yang 5

75 56 Pengolahan materi pasif dalam sharing Mampu mengolah materi dengan baik dan jelas sehingga menarik umat untuk mengikuti katekese Mampu menggunakan metode yang menarik Spiritualitas Sadar akan panggilan menjadi 8 seorang pewarta Sabda Sukarela dalam melaksanakan 9 tugas sebagai seorang pewarta Sabda 4. Kesan Memberi kesan tentang katekese 10 yang menjadi harapan umat Memberi kesan tentang katekese 11 yang kurang dikehendaki oleh umat Sudah memenuhi harapan umat 12 Memberi kesan tentang 13 pemimpin katekese yang tidak disenangi oleh umat Memberi kesan tentang 14 pemimpin pendalaman iman yang disenangi oleh umat

76 57 Tabel 4: Kisi-kisi penelitian menggunakan kuisioner terhadap umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan No. Aspek Indikator No. Soal 1. Keterlibatan Rajin menghadiri katekese di 1 lingkungan Aktif dalam sharing 2 2. Berkomunikasi Mampu mensharingkan 3 pengalaman Mampu memahami bahasa yang 4 disampaikan oleh pemimpin katekese 3. Minat Merasa bahwa pemimpin 5 katekese memberi pengaruh untuk terlibat dalam sharing Merasa bahwa pemimpin 6 memberi pengaruh pada minat umat dalam mengikuti katekese di lingkungan 4. Kesan Memberi tanggapan tentang 7 pemimpin katekese yang sudah memenuhi harapan umat

77 58 Memberi tanggapan tentang 8 katekese yang menjadi harapan umat Memberi tanggapan tentang 9 katekese yang kurang dikehendaki oleh umat Memberi tanggapan tentang para 10 pemimpin katekese 9. Teknik Analisis Data a. Reduksi Data (Data Reduction) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2013:92). b. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mennyajikan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori (Sugiyono, 2013:95).

78 59 c. Verifikasi (Conclusion Drawing) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2013:99). Di bawah ini adalah bagan ilustrasi: reduksi data, display data dan verifikasi. Catatan Lapangan Reduksi Data: Memilih yang penting, membuat kategori, membuang yang tidak dipakai Data Display: menyajikan ke dalam pola Conclusion/Verification: memilih yang penting, membuat kategori dan membuang yang tidak dipakai

79 60 C. Laporan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta Bagian ini membahas hasil penelitian wawancara terhadap empat orang sebagai katekis relawan di lingkungan yang terdiri dari 1 prodiakon, 1 ketua lingkungan dan 2 orang yang dipercaya sebagai pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Selain itu dalam penelitian ini, peneliti juga menentukan umat sebanyak 15 orang sebagai pendukung dengan menggunakan angket terbuka sebagai alat instrumen pengumpulan data agar dapat membantu mengkroscek data dalam penelitian ini. 1. Hasil penelitian melalui wawancara katekis sukarelawan lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi: a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Tabel 5 Pengalaman menjadi pemimpin PI di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan (N=4) No. Soal Pernyataan Jumlah % 1 > 2 tahun 2 50% < 2 tahun 2 50%

80 61 b. Keterampilan katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Tabel 6 Keterampilan katekis yang meliputi pengetahuan, berkomunikasi dan pengolahan materi katekese (N=4) 6.1. Pengetahuan katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tentang katekese No. Soal Pernyataan Jumlah % Pengajaran atau pewartaan iman Kristiani 3 75% 2 kepada umat Komunikasi iman 1 25% 6.2. Pengetahuan katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tentang tujuan katekese No. Soal Pernyataan Jumlah % Mengembangkan iman umat 2 50% 3 Memotivasi seseorang untuk meningkatkan iman mereka 1 25% Membangun persaudaraan 1 25% 6.3 Komunikasi katekis dengan umat No. Soal Pernyataan Jumlah % Tidak sulit berkomunikasi dengan umat 3 75% 5 Sulit berkomunikasi dengan umat 1 25%

81 Katekis mengolah materi sebelum pendalaman iman No. Soal Pernyataan Jumlah % Melakukan persiapan sebelum memimpin 5 pendalaman iman 4 100% 6.5. Menghadapi umat yang pasif ketika sharing No. Soal Pernyataan Jumlah % Memancing umat agar mau terlibat dalam 6 sharing 3 75% Mengakhiri proses pendalaman iman 1 25% 6.6. Metode yang dipakai katekis pada saat pendalaman iman No. Soal Pernyataan Jumlah % 7 Memakai metode ceramah dan sharing 4 100% c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Tabel 7 Spiritualitas: panggilan, sukarelawan (N=4) 7.1 Panggilan sebagai seorang pewarta No. Soal Pernyataan Jumlah % Terpanggil menjadi seorang pewarta di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan 3 75% 8 Menjadi pemimpin karena dimintai tolong 1 25%

82 63 oleh umat 7.2 Katekis menjalankan tugas dengan sukarela No. Soal Pernyataan Jumlah % Melaksanakan dengan sukarela 3 75% 9 Melaksanakan karena ada unsur paksaan 1 25% d. Katekis memberikan kesan dan gambaran mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese Tabel 8 Minat: keterlibatan umat dalam katekese, kesan terhadap minat umat (N=4) 8.1 Pendalaman iman yang menjadi harapan umat No. Soal Pernyataan Jumlah % Menemukan inspirasi melalui proses 2 50% 10 katekese Waktu pelaksanaan pendalaman iman tidak terlalu lama Tidak ada sharing, berdoa bersama dan mendengarkan Sabda Tuhan 1 25% 1 25% 8.2 Gambaran katekese yang kurang dikehendaki oleh umat No. Soal Pernyataan Jumlah % Katekis yang menggurui umat 2 50% 11 Terlalu banyak sharing 1 25% Suasana tegang, kaku, terlalu serius, 1 25%

83 64 monoton 8.3 Katekis memenuhi harapan umat No. Soal Pernyataan Jumlah % Belum terlalu baik dalam memimpin PI karena masih banyak umat yang kurang berpartisipasi, kurang menyentuh hati umat, 3 75% 12 masih monoton karena metode yang dipakai adalah ceramah atau sharing saja Sudah, karena ketika memimpin pendalaman iman, banyak umat yang suka karena suasana 1 25% tidak kaku dan spontan 8.4 Katekis dalam berkatekese yang tidak disenangi umat No. Soal Pernyataan Jumlah % Menggurui umat, bertele-tele dalam 13 menyampaikan materi sehingga tidak jelas 3 75% Terlalu serius, kaku dan monoton sehingga membuat umat merasa bosan dan ngantuk 1 25% 8.5 Katekis dalam berkatekese yang disenangi umat No. Soal Pernyataan Jumlah % Pintar, menguasai materi, mengetahui ajaran 14 Kristiani dengan baik, lucu (bisa guyon) 2 50%

84 65 Tidak menggurui 2 50% 2. Hasil penelitian berdasarkan angket terbuka terhadap 15 umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi: Tabel 9 Kehadiran umat dalam pendalaman iman (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Rajin hadir dalam pendalaman iman 14 93% 1 Kadang-kadang hadir dalam pendalaman iman 1 7% Tabel 10 Keaktifan sharing dalam pendalaman iman dan manfaat sharing (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Aktif untuk mensharingkan pengalaman 7 47% 2 Pasif 5 33% Kadang-kadang 3 20% Tabel 11 Kesulitan dalam mensharingkan pengalaman (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Tidak sulit, karena sesuai dengan 7 47% pengalaman nyata

85 66 Tidak tahu, karena tidak pernah sharing, ada 5 33% hal-hal yang rahasia dan kami senang mendengarkan saja Sulit, karena kurang percaya diri dan sulit merumuskan kata-kata, memahami bahasa 3 20% yang disampaikan oleh pemimpin Tabel 12 Bahasa yang disampaikan oleh katekis dalam berkatekese (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Tidak sulit, karena penyampaiannya jelas dan sederhana 10 67% Kadang-kadang tergantung yang memimpin 4 pendalaman iman saat itu 3 20% Sulit, membuat bingung sehingga kurang 2 13% bisa memahami Tabel 13 Keterlibatan sharing dipengaruhi oleh katekis (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Tidak, karena sharing tergantung dari diri 7 47% sendiri sesuai dengan pengalaman pribadi 5 Ya, jika pemimpin PI dalam membawakan

86 67 materinya jelas, menarik, dan menyentuh 6 40% pasti ada perasaan yang muncul untuk sharing Kadang-kadang, tergantung pemimpin yang 2 13% membawakannya Tabel 14 Minat mengikuti pendalaman iman dipengaruhi oleh katekis (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Iya, karena kalau katekisnya kurang menarik cara penyampaiannya, tidak menggurui umat 9 60% 6 maka saya datang pendalaman iman Tidak, karena tergantung dari setiap pribadi untuk mengembangkan imannya masingmasing 6 40% Tabel 15 Katekis sudah memenuhi harapan umat (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Belum, karena bahasa yang digunakan masih sulit dipahami, masih terkesan menggurui 8 53% 7 dan kurang bisa mengajak umat untuk berpartisipasi

87 68 Sudah, karena katekis sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang Kitab Suci 7 47% dan ajaran Gereja dan tidak kaku Tabel 16 Pendalaman iman yang menjadi harapan umat (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Temanya jelas, terarah, bahasa yang dipakai pemimpin mudah dipahami, rileks dan tidak 7 47% monoton sehingga memperoleh bekal untuk 8 dibawa pulang Jangan terlalu banyak sharing karena bosan 4 27% Waktunya pendalaman iman tidak terlalu 2 13% lama Menambah pengalaman iman 1 7% Mengutamakan komunikasi dua arah yaitu 1 7% katekis dan umat Tabel 17 Gambaran pendalaman iman yang kurang dikehendaki umat (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Katekis yang banyak bicara dan terlalu 40%

88 69 banyak pertanyaan sharing 6 Pendalaman iman yang waktunya lama 9 sehingga membuat umat bosan dan ngantuk 4 27% Katekis yang menggurui umat sehingga umat diperlakukan seperti anak SD 3 20% Terjadi perdebatan antar umat 2 13% Tabel 18 Kesan umat teerhadap katekis dalam memimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan (N=15) No. Soal Pernyataan Jumlah % Senang karena pemimpin sudah bergantian 10 tiap Minggunya sehingga tidak merasa bosan 5 33% Ada beberapa yang masih menggurui umat 4 27% Lebih kreatif lagi dalam mengangkat tema yang sesuai situasi umat supaya melibatkan 3 20% umat Ada yang kurang fokus dan pemakaian 3 20% bahasa lebih disederhanakan lagi karena banyak umat yang sudah tua

89 70 D. Pembahasan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta 1. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan a. Pengalaman katekis menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Pengalaman memimpin PI (N=4) 50% 50% >2 tahun <2 tahun lih. tabel 5 hal. 60 Hasil prosentase di atas menunjukkan keseimbangan antara katekis yang memiliki pengalaman lebih dari 2 tahun dan kurang dari 2 tahun. Katekis sukarelawan yang memiliki pengalaman lebih dari 2 tahun ialah prodiakon dan ketua lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sedangkan katekis sukarelawan yang memiliki pengalaman kurang dari 2 tahun ialah orang yang baru berdomisili di sekitar lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang dipercaya untuk memimpin pendalaman iman. Katekis sukarelawan dalam memimpin pendalaman iman bukanlah ditentukan berapa lamanya ia menjadi seorang pemimpin tetapi bagaimana ia dapat membuat umat terlibat secara penuh dalam katekese. Oleh karena itu, pemimpin diharapkan saling bertukar pengalaman dalam hal memimpin supaya mereka dapat belajar bersama untuk menjadi seorang pemimpin yang menjadi harapan umat.

90 71 b. Keterampilan katekis dalam memimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Syarat menjadi seorang katekis atau pewarta sabda ialah mempunyai pengalaman yang memadai. Mewartakan Kabar Gembira tidak cukup hanya mau, tetapi diharapkan mempunyai bekal pengetahuan yang memadai misalnya pengetahuan tentang Kitab Suci, liturgi, moral dan sebagainya. Selain itu, keterampilan juga penting bagi katekis. Dalam mewartakan Kabar Gembira katekis diharapkan mempunyai aneka keterampilan yang dapat mendukung tugas perutusannya (Prasetya, 2007:42). Pengetahuan katekis sukarelawan tentang katekese (N=4) 25% Pengajaran atau 75% pewartaan iman Kristiani kepada umat Komunikasi iman lih. tabel 6.1 hal. 61 Pengetahuan katekis sukarelawan tentang tujuan katekese (N=4) 25% 50% Mengembangkan iman umat 25% Memotivasi seseorang untuk meningkatkan iman mereka Membangun persaudaraan lih. tabel 6.2 hal 61 Prosentase di atas menunjukkan bahwa katekis lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah memahami pengertian dan tujuan katekese dengan baik. Penting bahwa seorang pemimpin katekese mengetahui arti dan tujuan katekese

91 72 agar pada proses pelaksanaannya jelas dan terarah. Pengetahuan katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak terbatas hanya pengetahuan tentang katekese saja. Secara umum, mereka memiliki bekal pengetahuan tentang liturgi, moral dan Kitab Suci karena salah satu dari mereka ialah prodiakon bahkan di antara mereka ada yang pernah mendapatkan pendidikan di seminari. Pengetahuan yang mereka peroleh dapat menjadi bekal bagi mereka untuk menjadi pewarta di lingkungan. Komunikasi katekis dengan umat (N=4) 25% 75% Tidak sulit berkomunikasi dengan umat Sulit berkomunikasi dengan umat lih. tabel 6.3 hal. 61 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan umat. Katekis sudah merencanakan dan sudah memahami tema sebelum melaksanakan proses pendalaman iman dan sudah menyusun kata dalam suatu kalimat yang baik supaya mudah dipahami oleh umat. Katekis beranggapan bahwa umat mungkin masih sulit memahami cara mereka dalam menyampaikan materi. Prosentase lainnya menunjukkan bahwa katekis yang mengalami kesulitan berkomunikasi. Katekis yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dikarenakan sulit memahami pola pikir, bahasa dan budaya yang berbeda. Katekis sukarelawan di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ada yang berasal dari

92 73 daerah Flores yang memiliki budaya yang agak keras dan blak-blakan harus berhadapan dengan umat yang berbudaya halus. Banyak masukan dari umat yang mengatakan bahwa mereka tidak memahami apa yang disampaikan. Hal ini juga disebabkan oleh beragam tingkat pendidikan umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Cara penyampaian yang salah dapat saja menyinggung perasaan umat dan mengurangi partisipasi mereka dalam proses pendalaman iman. Komunikasi ialah kontak, hubungan, penyampaian dan penerimaan pesan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan itu bisa diterima atau dipahami (KBBI, 446). Komunikasi yang terjadi dalam katekese ialah komunikasi antara orang-orang dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang dilatarbelakangi kebudayaan tertentu. Maka, secara praktis keterampilan komunikasi yang perlu ditekankan ialah berkomunikasi sambil membangun relasi sehingga mampu mengumpulkan, menyatukan, dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu tindakan nyata. Katekis mau mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan. Selain itu, katekis menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain (Lalu, 2005:8). Oleh karena itu, komunikasi sangatlah penting dalam pelaksanaan proses pendalaman iman. Jika tanpa komunikasi yang baik dan jelas, maka proses pendalaman iman tidak akan berjalan dengan lancar. Tabel 6.4 (lih. hal 62) menunjukkan bahwa semua katekis sukarelawan di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan melakukan persiapan sebelum

93 74 melaksanakan tugas memimpin PI di lingkungan. Persiapan memanglah sangat penting dilakukan oleh katekis antara lain menentukan tema, mencari perikop Injil, menentukan metode, langkah-langkah pendalaman iman dan persiapan mental. Menentukan tema diperlukan agar pendalaman iman memiliki fokus, arah dan tujuan yang jelas. Mencari perikop Injil diperlukan supaya bersumber pada harta kekayaan iman Gereja dan dikaitkan dengan pribadi Yesus sendiri sebagai pedoman hidup umat Kristiani. Persiapan metode atau langkah-langkah penting dilakukan agar umat mampu memahami apa yang disampaikan dan ikut berpartisipasi dalam pendalaman iman. Metode yang sering dipakai katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ialah ceramah, informasi dan sharing. Ada katekis yang mengatakan bahwa sharing membuat umat merasa bosan dan jenuh. Hal tersebut disebabkan ada beberapa umat yang pasif, malu dan tidak pandai berbicara ketika disuruh mensharingkan pengalaman mereka. Selain itu, persiapan mental yang terkait dengan keyakinan diri juga penting dipersiapkan supaya rileks dalam memimpin dan mengkomunikasikan ajaran Kristiani sehingga umat dapat memahaminya dengan baik. Menghadapi umat yang pasif ketika sharing (N=4) 25% 75% Memancing umat agar mau terlibat dalam sharing Mengakhiri proses pendalaman iman lih. tabel 6.5 hal. 62

94 75 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa banyak di antara katekis menghadapi umat yang pasif sharing dengan cara memancing umat yaitu dengan menyapa umat, bisa juga katekis yang mendahului mensharingkan pengalamannya. Selain itu, prosentase lainnya menunjukkan jika tidak ada umat yang mau mensharingkan pengalaman imannya maka katekis mengakhiri proses pendalaman iman. PKKI II menegaskan bahwa pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang siap menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka (Lalu, 2005:5). Umat tidak bisa dipaksa untuk mensharingkan pengalaman pribadi mereka. Berdasarkan wawancara, katekis beranggapan bahwa umat masih merasa kurang percaya diri untuk berbicara di depan umum. Oleh karena itu lebih baik mereka diam dan mendengarkan saja. Mengatasi hal tersebut memang dibutuhkan fasilitator yang mampu membuat umat terlibat untuk sharing yaitu dengan menyapa nama mereka secara halus dan menyuruh mereka untuk mengungkapkan satu atau dua kalimat yang berkaitan dengan tema pendalaman iman saat itu supaya membantu dan melatih mereka untuk semakin berani dalam mengungkapkan pengalamannya di depan umum. Fasilitator diharapkan bisa menghadapi situasi ketika proses pendalaman iman umatnya pasif sehingga tidak langsung mengakhiri proses pendalaman iman secara paksa tanpa umat terlibat di dalamnya. Tabel 6.6 (lih. hal 62) menunjukkan bahwa semua katekis dalam memimpin PI di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan memakai metode sharing.

95 76 Metode sharing sudah populer di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Salah satu metode yang dinilai lebih efektif dan efisien dalam mewartakan Kabar Gembira ialah metode sharing, yang menekankan hubungan antara peserta katekese baik dengan katekis maupun peserta lainnya. Katekis diharapkan mau dan mampu mengusahakan mempergunakan upaya-upaya lain yang cocok, termasuk penggunaan media komunikasi yang sesuai dan memadai yaitu cerita bergambar, poster, sarana-sarana audio-visual, buku-buku kecil. Selain itu, katekis juga dapat memakai metode diskusi dalam pelaksanaan pendalaman iman. Sangatlah tidak membosankan kalau itu semua dilakukan yakni pada saat katekis menggunakan media komunikasi yang memadai dan sesuai dengan zamannya. c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Panggilan sebagai seorang pewarta (N=4) 25% 75% Terpanggil menjadi seorang pewarta di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Menjadi pemimpin karena dimintai tolong oleh umat lih. tabel 7.1 hal Prosentase di atas menunjukkan bahwa katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan merasa terpanggil untuk menjadi seorang pewarta Sabda di lingkungan walaupun masih ada di antara mereka semata-mata karena dimintai tolong lalu menjalankan tugas sebagai pemimpin pendalaman iman.

96 77 Katekis menjalankan tugas dengan sukarela (N=4) 25% 75% Melaksanakan dengan sukarela Melaksanakan karena ada unsur paksaan lih. tabel 7.2 hal. 63 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan melaksanakan tugasnya dengan sukarela walaupun ada di antara mereka yang melaksanakan tugasnya karena ada unsur paksaan. Katekis atau pewarta Sabda diharapkan bersemangat melayani. Mewartakan Kabar Gembira itu jangan jual mahal sehingga muncul ungkapan: Siapa yang membutuhkan? Kalau yang membutuhkan kamu, silakan datang ke rumahku; kalau yang membutuhkan kamu, silakan menyesuaikan dengan situasi dan keinginanku. Ungkapan tersebut sungguh dialami oleh salah satu katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Ia seolah-olah bertindak bahwa umat membutuhkan dia untuk memimpin pendalaman iman sehingga ia menunggu dimintai bantuan terlebih dahulu, lalu ia melaksanakan tugas menjadi pemimpin pendalaman iman.

97 78 d. Kesan katekis mengenai minat umat dalam berkatekese Pendalaman iman yang menjadi harapan umat (N=4) 25% 25% 50% Menemukan inspirasi melalui proses katekese Waktu pelaksanaan pendalaman iman tidak terlalu lama Tidak ada sharing, berdoa bersama dan mendengarkan Sabda Tuhan lih. tabel 8.1 hal. 63 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa pendalaman iman yang menjadi harapan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan menurut katekis ialah umat dapat menemukan inspirasi melalui proses pendalaman iman supaya mereka dapat memperoleh bekal untuk semakin mengembangkan iman mereka. Selain itu, prosentase yang sama juga menunjukkan bahwa pendalaman yang menjadi harapan umat ialah waktu pelaksanaan pendalaman iman tidak terlalu lama dan tidak ada sharing, yang pokok ialah berdoa bersama dan mendengarkan Sabda Tuhan. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan cenderung jenuh jika waktu pelaksanaan pendalaman iman terlalu lama. Menurut informasi dari hasil wawancara, jika pelaksanaannya lebih dari satu jam, banyak umat yang sibuk sendiri atau ngobrol dengan umat sampingnya sehingga partisipasi umat menjadi berkurang dan pemimpin menjadi tidak dihargai. Umat merasa senang jika tema dan bacaan Injil sesuai dengan situasi konkrit umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Sharing membuat beberapa umat merasa bosan karena tidak

98 79 semua umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan aktif dalam sharing. Oleh karena itu, katekis diharapkan agar terus berusaha mendorong umat yang pasif agar terlibat dalam sharing sehingga yang sharing tidak hanya umat yang sudah terbiasa sharing saja. Katekese yang kurang dikehendaki umat (N=4) 25% 25% 50% Katekis yang menggurui umat Terlalu banyak sharing Tegang, kaku, terlalu serius, monoton lih. tabel 8.2 hal Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa katekese yang kurang dikehendaki umat yaitu jika dalam proses katekese, katekis menggurui umat. Prosentase yang sama juga menunjukkan katekese yang kurang dikehendaki oleh umat ialah jika terlalu banyak sharing dan suasananya tegang, kaku, terlalu serius dan monoton. Hal tersebut menyangkut katekis, metode dan suasana dalam katekese. Oleh karena itu, katekis diharapkan untuk lebih fokus pada tema dan materi pokok yang disampaikan supaya umat dapat memahami inti dalam pertemuan pendalaman iman saat itu. Jika katekis fokus pada tema dan materi, maka kesan menggurui umat akan semakin berkurang. Selain fokus pada tema dan materi, katekis diharapkan dapat menciptakan suasana terbuka, santai sehingga membuat umat semakin berminat untuk terlibat dalam katekese di lingkungan.

99 80 Katekis memenuhi harapan umat (N=4) 25% 75% Belum terlalu baik dalam memimpin PI karena masih banyak umat yang kurang berpartisipasi, kurang menyentuh hati umat, masih monoton karena metode yang dipakai adalah ceramah atau sharing saja Sudah, karena ketika memimpin pendalaman iman, banyak umat yang suka karena suasana tidak kaku dan spontan lih. tabel 8.3 hal 64 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan belum memenuhi harapan umat. Mereka menyadari bahwa belum terlalu baik dalam memimpin karena masih banyak umat yang kurang berpartisipasi. Materi yang disampaikan kurang menyentuh hati umat dan metode yang digunakan hanya sharing dan ceramah. Oleh karena itu mereka diharapkan banyak belajar tentang keterampilan dalam memimpin yang baik sehingga dapat membuat umat semakin banyak terlibat dalam pendalaman iman. Tidak semua katekis mengatakan bahwa mereka belum memenuhi harapan umat. Di antara mereka ada yang mengatakan ketika memimpin pendalaman iman, ia sudah memenuhi harapan umat karena ketika ia memimpin, banyak umat merasa senang, suasana menjadi tidak tegang, tidak monoton dan tidak membuat umat merasa bosan. Memang, tidaklah mudah menjadi seorang pemimpin pendalaman iman. Pemimpin pendalaman iman tidak cukup hanya memiliki kemampuan untuk membuat suasana pendalaman iman menjadi santai, rileks tetapi menjadi pemimpin diperlukan keterampilan yang mendukung yaitu cara

100 81 berkomunikasi, mengolah materi supaya pendalaman iman semakin terlaksana dengan baik dan terarah. Katekis dalam berkatekese yang tidak disenangi umat (N=4) 25% 75% Menggurui umat, bertele-tele dalam menyampaikan materi sehingga tidak jelas Terlalu serius, kaku dan monoton sehingga membuat umat merasa bosan dan ngantuk lih. tabel 8.4 hal 64 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa katekis yang tidak disenangi oleh umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ialah katekis yang menggurui umat atau bertele-tele dalam menyampaikan materi sehingga tidak jelas. Selain itu, umat tidak senang jika proses pendalaman iman suasananya terlalu serius, kaku, monoton sehingga membuat umat merasa bosan dan mengantuk. Katekis dalam berkatekese yang disenangi umat (N=4) 50% 50% Pintar, menguasai materi, mengetahui ajaran Kristiani dengan baik, lucu (bisa guyon) Tidak menggurui lih. tabel 8.5 hal Berdasarkan hasil wawancara terhadap katekis sukarelawan, prosentase di atas menunjukkan bahwa hasil pendapatnya seimbang mengenai katekis dalam

101 82 berkatekese yang disenangi oleh umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Katekis mengungkapkan bahwa katekis yang disenangi oleh umat ialah katekis yang pintar dalam arti menguasai materi, mengetahui ajaran Kristiani dengan baik dan tidak menggurui umat. 2. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Kehadiran umat dalam PI (N=15) 7% 93% Rajin hadir dalam pendalaman iman Kadang-kadang hadir dalam pendalaman iman lih. tabel 9 hal. 65 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan rajin hadir dalam pendalaman iman walaupun masih ada di antara mereka yang kadang-kadang rajin hadir mengikuti pendalaman iman. Kehadiran umat sangatlah penting dalam pelaksanaan katekese karena katekese tidak dapat berjalan tanpa kehadiran umat.

102 83 Keaktifan sharing dalam PI (N=15) 33% 20% 47% Aktif untuk mensharingkan pengalaman Pasif Kadang-kadang lih. tabel 10 hal. 65 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan aktif dalam mensharingkan pengalaman mereka. Tidak semua umat aktif dalam sharing. Prosentase lainnya menunjukkan bahwa ada umat yang kadang-kadang terlibat dalam sharing dan ada umat yang pasif hanya menjadi pendengar saja. Sharing memang tidak bisa dipaksakan karena timbul dari dalam diri sendiri sebuah kerelaan untuk membagikan pengalaman dengan orang lain. Oleh karena itu, katekis diharapkan dapat membantu dan mendorong umat yang pasif agar mereka mau terlibat dalam sharing supaya dapat membagikan pengalamannya dengan orang lain sehingga dapat saling meneguhkan satu sama lain. Kesulitan dalam mensharingkan pengalaman (N=15) 20% 33% 47% Tidak sulit, karena sesuai dengan pengalaman nyata Tidak tahu, karena tidak pernah sharing, ada hal-hal yang rahasia dan kami senang mendengarkan saja Sulit, karena kurang percaya diri dan sulit merumuskan kata-kata, memahami bahasa yang disampaikan oleh pemimpin lih. tabel 11 hal

103 84 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak mengalami kesulitan dalam mensharingkan pengalaman mereka karena pengalaman mereka berdasarkan pada tindakan yang nyata. Prosentase lainnya menyatakan bahwa umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak tahu tingkat kesulitan dalam sharing karena mereka tidak pernah terlibat untuk mensharingkan pengalaman mereka. Umat lingkungan ada juga yang masih mengalami kesulitan untuk mensharingkan pengalamannya karena kurang percaya diri, sulit membahasakan pengalaman yang akan diungkapkan dan sulit memahami bahasa yang disampaikan oleh katekis dalam berkatekese. Bahasa yang disampikan oleh katekis(n=15) 20% 13% 67% Tidak sulit, karena penyampaiannya jelas dan sederhana Kadang-kadang tergantung yang memimpin pendalaman iman saat itu Sulit, membuat bingung sehingga kurang bisa memahami lih tabel 12 hal. 66 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak mengalami kesulitan dalam memahami bahasa yang disampaikan oleh katekis. Prosentase lainnya menyatakan bahwa ada umat yang kadang-kadang masih mengalami kesulitan dalam memahami bahasa yang disampaikan oleh katekis tetapi itu tergantung dari siapa katekis yang memimpin saat itu. Selain itu juga, umat masih ada yang mengalami kesulitan sehingga bingung dan tidak memahami bahasa yang disampaikan oleh katekis.

104 85 Faktor kesulitan pemahaman bahasa bisa disebabkan karena berbagai macam usia umat yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yaitu antara tahun dan tingkat pendidikan mereka rata-rata lulusan Sekolah Menengah baik SMP atau SMA bahkan ada lulusan SD. Sebagai pemimpin katekese memang diharapkan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga umat yang usianya sudah tua dan tingkat pendidikan umat yang rendah dapat memahami bahasa yang disampaikan oleh katekis sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik. 40% 13% Keterlibatan sharing dipengaruhi oleh katekis (N=15) 47% Tidak, karena sharing tergantung dari diri sendiri sesuai dengan pengalaman pribadi Ya, jika pemimpin PI dalam membawakan materinya jelas, menarik, dan menyentuh pasti ada perasaan yang muncul untuk sharing Kadang-kadang, tergantung pemimpin yang membawakannya lih tabel 13 hal Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa keterlibatan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dalam sharing tidak dipengaruhi oleh katekis. Sharing tergantung dari diri sendiri sesuai dengan pengalaman pribadi. Prosentase lain menunjukkan bahwa umat menyatakan keterlibatan sharing dipengaruhi oleh katekis. Jika katekis dalam membawakan materinya jelas, menarik dan menyentuh hati maka ada keinginan untuk terlibat sharing. Selain itu ada umat yang kadang-kadang terlibat sharing karena tergantung dari katekis yang mereka senangi atau dikehendaki oleh mereka. Katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan menggunakan metode sharing supaya umat terlibat dalam proses pelaksanaan katekese. Sharing memang tergantung dari pengalaman

105 86 yang dialami oleh setiap pribadi dan peran katekis hanyalah sebagai fasilitator atau pengarah agar proses katekese dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuannya. Minat mengikuti pendalaman iman dipengaruhi oleh katekis (N=15) 40% 60% Iya, karena kalau pemimpinnya kurang menarik cara penyampaiannya, tidak menggurui umat maka saya datang pendalaman iman Tidak, karena tergantung dari setiap pribadi untuk mengembangkan imannya masing-masing lih. tabel 14 hal 67 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa minat umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dalam mengikuti pendalaman iman dipengaruhi oleh katekis. Katekis yang memiliki kreatifitas dalam menyampaikan materi yang menarik dan tidak menggurui umat membuat umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan akan semakin berminat dalam mengikuti pendalaman iman di lingkungan. Prosentase lain menunjukkan bahwa minat mengikuti pendalaman iman tergantung dari setiap pribadi yang ingin mengembangkan imannya.

106 87 Katekis sudah memenuhi harapan umat (N=15) Belum, karena bahasa yang digunakan masih sulit dipahami, masih terkesan menggurui dan 47% 53% kurang bisa mengajak umat untuk berpartisipasi Sudah, karena pemimpin sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang Kitab Suci dan ajaran Gereja dan tidak kaku lih. tabel 15 hal Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan bahwa katekis lebih banyak yang belum memenuhi harapan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan karena menurut umat, bahasa yang digunakan pemimpin masih sulit dipahami, masih ada kesan menggurui dan kurang bisa mengajak umat untuk berpartisipasi. Prosentase lainnya menunjukkan bahwa katekis sudah memenuhi harapan umat karena katekis dipandang memiliki pengetahuan yang baik tentang Kitab Suci dan ajaran Gereja. Selain itu, suasana ketika memimpin tidak terjadi ketegangan antara katekis dan umat. Pendalaman iman yang menjadi harapan umat (N=15) 7% 7% 13% 27% 47% Temanya jelas, terarah, bahasa yang dipakai pemimpin mudah dipahami, rileks dan tidak monoton sehingga memperoleh bekal untuk dibawa pulang Jangan terlalu banyak sharing karena bosan Waktunya pendalaman iman tidak terlalu lama Menambah pengalaman iman Mengutamakan komunikasi dua arah yaitu pemimpin dan umat lih. tabel 16 hal 68

107 88 Prosentase di atas yang paling tinggi menunjukkan pendalaman iman yang menjadi harapan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ialah pendalaman iman memiliki tema yang jelas, bahasa yang dipakai katekis mudah untuk dipahami oleh umat, suasana pendalaman iman santai, rileks dan tidak monoton sehingga membuat umat merasa tidak bosan mengikuti pendalaman iman. Prosentase lainnya menunjukkan bahwa umat tidak senang jika dalam pendalaman iman terlalu banyak sharing sehingga waktu pelaksanaan menjadi lama. Selain itu pendalaman iman yang diharapkan oleh umat ialah pendalaman iman yang bermakna bagi umat artinya semakin dapat menambah iman umat dan pendalaman iman yang mengutamakan komunikasi dua arah. Gambaran pendalaman iman yang kurang dikehendaki oleh umat (N=15) Pemimpin yang banyak bicara dan terlalu banyak pertanyaan sharing 20% 13% 40% Pendalaman iman yang waktunya lama 27% sehingga membuat umat bosan dan ngantuk Pemimpin yang menggurui umat sehingga umat diperlakukan seperti anak SD Terjadi perdebatan antar umat lih. tabel 17 hal Prosentase di atas paling tinggi menunjukkan bahwa gambaran pendalaman iman yang kurang dikehendaki oleh umat dilihat dari segi pemimpin pendalaman iman. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan kurang menghendaki jika pemimpin pendalaman iman terlalu banyak bicara atau bertele-tele dan terlalu banyak pertanyaan sharing. Prosentase lain menunjukkan bahwa umat juga kurang menghendaki jika waktu pendalaman imannya lama sehingga membuat

108 89 umat merasa bosan. Umat tidak senang jika pemimpin pendalaman iman dalam kotbahnya ada kesan mengggurui. Umat dianggap seperti orang yang tidak tahu tentang apapun hanya pemimpinlah yang berhak memberi tahu. Pendalaman iman yang timbul perdebatan antar umat juga tidak dikehendaki oleh umat sendiri. Kesan umat terhadap katekis sebagai pemimpin PI (N=15) Senang karena pemimpin sudah 20% bergantian tiap Minggunya sehingga 33% tidak merasa bosan 20% Ada beberapa yang masih menggurui umat 27% Lebih kreatif lagi dalam mengangkat tema yang sesuai situasi umat supaya melibatkan umat Ada yang kurang fokus dan pemakaian bahasa lebih disederhanakan lagi karena banyak umat yang sudah tua lih. tabel 18 hal 69 Prosentase di atas yang paling tinggi menyatakan bahwa kesan umat merasa senang kepada pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan karena tiap minggunya bergantian dalam memimpin sehingga umat tidak bosan. Prosentase lainnya menyatakan bahwa ada beberapa katekis yang masih menggurui umat. Umat mengharapkan agar katekis lebih kreatif lagi dalam mengangkat tema yang sesuai situasi umat supaya semakin banyak yang terlibat. Ada juga katekis yang masih kurang fokus dalam menyampaikan materi dan pemakaian bahasa supaya lebih disederhanakan lagi karena banyak umat yang usianya sudah tua sehingga sulit untuk memahami istilah-istilah dalam bahasa.

109 90 3. Pendalaman Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan dan 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Bagian ini akan mendalami hasil penelitian yang dilaksanakan di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta. Peneliti menggabungkan pembahasan hasil penelitian menurut sudut pandang masing-masing yaitu sudut pandang dari katekis sukarelawan dan sudut pandang dari umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Setelah diketahui hasilnya, maka hasil tersebut akan didalami oleh peneliti. Pendalaman hasil penelitian menyangkut aspek yang diteliti (lih. hal 55-58) yaitu tentang kehidupan pribadi katekis, keterampilan, spiritualitas dan minat umat. a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Katekis sukarelawan di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ada empat orang. Masing-masing katekis memiliki pengalaman dalam memimpin. Ada yang sudah memiliki pengalaman memimpin kurang dari dua tahun bahkan ada yang lebih dari dua tahun. Pengalaman selama memimpin tidaklah menjadi suatu persoalan dan yang terpenting ialah kehidupan pribadi seorang pewarta Sabda baik yang menyangkut diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan memiliki latar belakang dari keluarga yang baik bahkan di antara mereka ada mantan seorang seminaris. Katekis memiliki relasi yang baik terhadap umat begitupula sebaliknya. Diharapkan bagi para katekis sebagai pemimpin pendalaman iman saling membagikan pengalaman mereka terhadap katekis yang satu dengan lainnya agar saling memperkaya dan mengembangkan diri satu sama lain sehingga dapat membantu memajukan umat

110 91 lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan baik menyangkut pengembangan iman, persaudaraan dan keterlibatan dalam hidup menggereja. b. Keterampilan katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Keterampilan katekis yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah cukup baik. Keterampilan dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan, cara berkomunikasi dan pengolahan materi. Katekis lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang katekese dan tujuannya. Diharapkan dengan pengetahuan katekese yang sudah dimiliki, katekis dapat memahaminya dan melaksanakan katekese yang relevan dengan situasi umat dan zamannya supaya katekse sungguh-sungguh dapat membuat umat terlibat dalam hidup menggereja dan semakin mengembangkan iman. Menyangkut keterampilan dalam berkomunikasi, katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan umat. Artinya, katekis memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam hal penggunaan bahasa sehingga umat memahami materi atau pesan yang disampaikan oleh katekis. Di antara para katekis, ada seorang yang masih merasa sulit untuk berkomunikasi dengan umat yang disebabkan oleh latar belakang budaya, tingkat pendidikan yang berbeda sehingga pemikiran katekis tersebut belum tentu dipahami oleh umat. Secara umum katekis tidak mengalami kesulitan berkomunikasi dengan umat begitupula sebaliknya. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak mengalami kesulitan dalam memahami bahasa yang disampaikan oleh katekis (lih. hal 72-73). Hanya saja beberapa umat masih ada yang mengalami kesulitan

111 92 untuk memahami bahasa yang disampaikan oleh katekis yang disebabkan oleh faktor usia, tingkat pendidikan, latar belakang dan budaya umat. Agar katekis tidak sulit berkomunikasi dengan umat, maka katekis perlu masuk dalam situasi umat yaitu latar belakang dan budaya hidup umat. Cara penyampaian bahasa juga disesuaikan dengan usia dan tingkat pendidikan umat. Jika katekis sudah mengetahui dan mengenal situasi umat, maka harapannya katekis terbantu untuk mengkomunikasikan materi atau pesan Injil pada umat sesuai situasi umat. Selain itu, katekis memiliki keterampilan dalam mengolah materi. Keterampilan mengolah materi mencakup hal persiapan sebelum memimpin pendalaman iman. Persiapan yang dilakukan ialah menentukan tema, bacaan dan metode yang dipakai. Hal tersebut sudah dilaksanakan oleh semua katekis sebagai pemimpin pendalaman iman lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan supaya proses pendalaman iman berjalan dengan lancar dan terarah. Metode yang sering digunakan dalam pendalaman proses pendalaman iman ialah metode sharing pengalaman iman. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan aktif dalam mensharingkan pengalaman mereka tetapi tidak semua umat aktif dalam sharing. Umat juga tidak mengalami kesulitan dalam mensharingkan pengalaman mereka dan ada di antara mereka yang masih sulit untuk mensharingkan pengalamannya (lih hal.83-84). Berbagai hal yang membuat umat merasa sulit untuk sharing yaitu ada rasa kurang percaya diri, sulit membahasakan pengalaman yang akan diungkapkan dan sulit memahami bahasa yang disampaikan oleh katekis. Hal tersebut memang secara umum terjadi di lingkungan-lingkungan lainnya. Peran katekis ialah membantu dan mendorong

112 93 umat yang pasif agar mereka mau terlibat dalam sharing supaya dapat membagikan pengalamannya dengan orang lain sehingga dapat saling meneguhkan satu sama lain. Keterlibatan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dalam sharing tidak dipengaruhi oleh katekis. Sharing tergantung dari diri sendiri sesuai dengan pengalaman pribadi (lih. hal 85-86). Sharing disebut juga berbagi. Dalam proses katekese, umat saling tukar-menukar pengalaman iman mereka satu sama lain supaya masing-masing bisa saling diteguhkan. Sharing ialah salah satu cara untuk membuat umat terlibat dalam proses pelaksanaan katekese. c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Spriritualitas sangatlah penting dimiliki oleh seorang pewarta Sabda. Seorang katekis atau pewarta Sabda di lingkungan diharapkan menyadari bahwa menjadi katekis itu bukan kemauan diri tetapi pertama-tama sebagai panggilan Allah yang patut disyukuri (Prasetya, 2007:44). Katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan merasa terpanggil untuk menjalankan tugas sebagai seorang pewarta Sabda. Mereka melaksanakan tugasnya dengan sukarela sebagai wujud kesediaan mereka untuk membantu mengembangkan iman umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan (lih. hal 77). Panggilan menjadi katekis tidaklah mudah. Ia diharapkan selalu siap sedia dalam menghadapi penolakan-penolakan dari umat. Dalam lingkungan pun tidak semua umat merasa senang dengan para katekis yang ada di lingkungan tetapi sebagai seorang pewarta Sabda diharapkan untuk selalu tegar dan tetap berusaha setia dalam panggilannya sebagai seorang pewarta walaupun banyak tantangan yang dialami.

113 94 d. Katekis memberikan kesan mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese Sebagian umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan rajin hadir dalam mengikuti pendalaman iman walaupun masih ada di antara mereka yang kadangkadang rajin hadir mengikuti pendalaman iman (lih. hal 82). Minat umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dalam mengikuti pendalaman iman dipengaruhi oleh katekis. Katekis yang memiliki kreatifitas dalam menyampaikan materi yang menarik dan tidak menggurui umat membuat umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan semakin berminat dalam mengikuti pendalaman iman di lingkungan (lih. hal 86). Secara umum, katekis sebagai pemimpin pendalaman iman belum memenuhi harapan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan karena menurut umat, bahasa yang digunakan katekis masih sulit dipahami, masih ada kesan menggurui dan kurang bisa mengajak umat untuk berpartisipasi (lih. hal 80). 4. Kesimpulan Hasil Penelitian Melalui kehadiran dalam katekese, umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah terlibat dalam upaya pengembangan iman Gereja. Mereka juga aktif terlibat untuk mensharingkan pengalaman iman. Di antara mereka masih ada yang pasif dikarenakan mereka merasa malu, ragu, kurang percaya diri dan mengalami kesulitan untuk menyusun sebuah kalimat untuk diungkapkan. Secara umum, umat lingkungan terlibat aktif dalam sharing. Umat yang aktif dalam sharing berarti umat memiliki minat untuk hadir dan terlibat dalam proses pendalaman iman.

114 95 Pendalaman iman yang kurang dikehendaki oleh umat dilihat dari segi katekis yaitu umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan kurang menghendaki jika katekis yang memimpin pendalaman iman terlalu banyak bicara atau bertele-tele dan terlalu banyak pertanyaan sharing. Umat tidak senang jika pemimpin pendalaman iman yang menggurui. Selain itu dari segi waktu, umat juga kurang menghendaki jika waktu pendalaman imannya lama sehingga membuat umat merasa bosan. Pendalaman iman menimbulkan perdebatan antar umat juga tidak dikehendaki oleh umat sendiri. Pendalaman iman yang menjadi harapan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ialah: 1) pendalaman iman memiliki tema yang jelas 2) bahasa yang dipakai katekis mudah untuk dipahami oleh umat 3) suasana pendalaman iman santai 4) rileks dan tidak monoton. Umat mengharapkan agar katekis lebih kreatif lagi dalam mengangkat tema yang sesuai situasi umat supaya semakin banyak yang terlibat. Selain itu pendalaman iman yang diharapkan oleh umat ialah pendalaman iman yang bermakna bagi umat artinya semakin dapat menambah iman umat dan pendalaman iman yang mengutamakan komunikasi dua arah. Kesan umat terhadap katekis lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ialah umat merasa senang kepada katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan karena tiap minggunya bergantian dalam memimpin sehingga umat tidak bosan. Umat menyatakan bahwa di antara katekis yang memimpin pendalaman iman ada pemimpin yang masih menggurui umat. Ada juga pemimpin yang masih kurang

115 96 fokus dalam menyampaikan materi dan pemakaian bahasa yang sulit dipahami karena banyak umat yang usianya sudah tua. Penelitian tentang pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru, menyatakan bahwa katekis sukarelawan perlu dibina soal keterampilan sebagai pemimpin katekese di lingkungan. Selain itu, katekis perlu juga menyadari spiritualitas dalam dirinya supaya ada dorongan Roh untuk dirinya dalam mewartakan Sabda Allah.

116 97 BAB IV SOSOK KATEKIS YANG MAMPU MEMBANGUN MINAT UMAT DALAM MELAKSANAKAN KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN Pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah berusaha membangun keterlibatan umat lingkungan dalam pelaksanaan katekese walaupun masih ada umat yang pasif dalam proses berkatekese dan tidak hadir dalam pelaksanaan pendalaman iman lingkungan. Walaupun katekis sukarelawan, pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan perlu menyadari tugasnya sebagai seorang pewarta Sabda Allah sehingga ia mampu dan terus berusaha menghadapi segala macam tantangan yang dihadapi demi membantu mengembangkan iman umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan agar dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan di tengah-tengah dunia. Katekis ialah seorang pewarta Sabda Allah. Tugas mewartakan Sabda Allah juga dilakukan oleh para nabi dan Kristus sendiri tidaklah ringan. Tugas membangun umat Kristiani menuntut keterlibatan seluruh eksistensi diri pewarta. Menjadi pewarta merupakan suatu panggilan. Itu berarti bahwa seorang pewarta dituntut dekat dengan Dia yang diwartakannya (KWI, 1996:390). Seorang katekis diharapkan dengan sepenuh hati menjalankan tugas perutusan mereka sebagai seorang pewarta Sabda. Selain itu, peran mereka ialah membantu mengembangkan iman umat dan mengajak umat untuk terlibat dalam karya katekese. Para pemimpin pendalaman iman lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan menyadari bahwa mereka belum memenuhi harapan umat. Pemimpin pendalaman iman menyadari ketika katekese berlangsung, pemimpin

117 98 belum sepenuhnya membuat umat berpartisipasi dalam proses katekese di lingkungan. Bab ini membahas sosok katekis yang mampu membangun minat umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang meliputi spiritualitas dan program bagi para katekis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. A. Sosok Katekis yang dapat membangun Minat Umat supaya mampu Terlibat dalam Hidup Menggereja maupun Memasyarakat Di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak ada katekis full time atau akademik tetapi ada katekis sukarelawan yang berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan katekese di lingkungan. Mereka ialah prodiakon dan tokoh umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Seperti yang sudah dikatakan pada bab sebelumnya bahwa katekese yang menjadi harapan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yaitu tema dalam pertemuan katekese jelas, terarah, bahasa yang dipakai pemimpin sederhana, tidak monoton sehingga memberikan ilham hidup yang bisa dibawa pulang. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan merasa bosan jika dalam pendalaman iman terlalu banyak sharing sehingga waktu menjadi lama dan umat merasa jenuh. Selain itu, dalam pelaksanaan pendalaman iman, umat tidak suka digurui. Pemimpin pendalaman iman merasa bahwa mereka belum memenuhi harapan umat sebagai seorang pewarta Sabda di lingkungan. Pemimpin pendalaman iman mempunyai pengaruh terhadap minat umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Jika pemimpinnya tidak sesuai

118 99 dengan yang dikehendaki oleh umat, maka umat tidak akan hadir dalam katekese. Umat yang memiliki minat untuk mengikuti katekese diharapkan juga terlibat dalam prosesnya. Keterlibatan umat dalam pelaksanaan katekese sangatlah penting karena katekese merupakan salah satu upaya Gereja untuk membantu umat dalam mengembangkan iman mereka. Keterlibatan umat tidak terbatas dalam lingkup Gereja saja tetapi juga dalam masyarakat. Pokok-pokok mengenai arti iman terlibat dalam masyarakat ialah iman yang ditandai sikap sederhana, lewat hal-hal kecil memperhatikan lingkungan sekitar. Iman yang bercorak missioner yang berarti lebih memberi perhatian pada mereka yang lemah dan terdesak serta mendampingi mereka untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masa perubahan radikal yang berjalan pesat sekarang. Iman yang memperjuangkan kelestarian lingkungan dan kekayaan alam. Selain itu, iman yang tidak membiarkan pertimbangan-pertimbangan institusional membelenggu kebebasan Injili untuk turut melayani terwujudnya Kerajaan Allah. (Lalu, 2005:13-14). PKKI IV juga merumuskan katekese umat yang dicita-citakan yaitu: katekese umat yang melibatkan seluruh umat. Oleh sebab itu pelaku katekese umat adalah umat secara keseluruhan. Katekis hanyalah fasilitaor. Katekese umat merupakan komunikasi iman antara umat baik secara formal maupun informal. Melalui katekese umat, iman umat akan Yesus Kristus diharapkan dapat semakin mendalam, mantap, dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, terhadap umat, maupun terhadap masyarakat. Katekese umat sebagai komunikasi iman dilaksanakan dalam berbagai bentuk dan metode. Katekese umat tidak terikat

119 100 pada satu bentuk atau metode karena metode atau bentuk sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi setempat. Supaya katekese umat menunjang terwujudnya iman umat yang memasyarakat, maka pemimpin katekese diharapkan peka dan kritis terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya, pendidikan, kelestarian alam dan modernisasi (Lalu, 2005:14). Salah satu faktor pendukung keterlibatan umat ialah pemimpin pendalaman iman yang berperan sebagai fasilitator. Pemimpin pendalaman iman berperan sebagai pengarah umat bukan semata-mata hanya berkotbah sehingga ada kesan menggurui seperti yang diungkapkan oleh umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Tidak mudah bagi pemimpin katekese untuk membuat umat terlibat dalam katekese lingkungan maupun memasyarakat. Pengalaman lebih dari dua tahun tidak menjamin pemimpin umtuk bisa membuat umat terlibat. Pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah menggunakan metode sharing untuk membuat umat terlibat dalam katekese tetapi justru umat kurang mengendaki jika terlalu banyak sharing. Dalam hal ini, pemimpin pendalaman iman kurang terampil menjalankan katekese umat. Mereka menyadari bahwa belum memenuhi harapan umat. Keterlibatan umat tidak sepenuhnya tergantung pada pemimpin pendalaman iman tetapi dari kesadaran masing-masing umat. Peran pemimpin hanya sebagai pengarah, membantu umat dengan kemampuan yang ia miliki supaya semakin mengembangkan imannya sendiri dan membantu mendewasakan iman umat. Umat yang terlibat ialah umat yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai seorang Kristiani. Maka dari itu,

120 101 ada dua hal yang harus diperhatikan oleh katekis supaya dapat membangun umat agar terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat, yaitu: 1. Spiritualitas Katekis Perihal spiritualitas katekis berkaitan erat dengan hal-hal yang dituntut dalam menunaikan panggilannya sebagai katekis. Spiritualitas berkaitan dengan Roh. Seperti setiap orang Kristiani, katekis juga berkembang dalam iman, pengharapan, dan cinta kasih, menentang yang jahat dalam diri sendiri atau sekitarnya, harus berjuang agar bangkit dari kejatuhan, mengadakan metanoia, bersemangat rendah hati, miskin dalam Roh, taat, murni, bijaksana, menyembah, bersyukur dan bermohon. Akan tetapi sejauh ia melibatkan diri dalam pendidikan iman, ia harus mengkonkretkan hidup spiritual kristianinya melalui pembinaan (Telaumbanua, 1999:170). Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa tugas katekis berkisar pada pertama-tama mewartakan Sabda Allah. Adapun unsur-unsur yang patut dimiliki oleh katekis sejalan dengannya sebagai pewarta ialah: iman, pengharapan dan cinta kasih. a. Iman seorang katekis Iman mencakup pengiyaan diri Allah dan kebenaran-nya tetapi sekaligus penaklukan diri pada kehendak Allah. Imanlah yang menjadi dasar relasi dan persahabatan seseorang dengan Allah. Iman katekis dinyatakan dengan cara: membiasakan diri berkontemplasi supaya dapat merenungkan misteri yang tersembunyi dalam Allah dan yang diwahyukan dalam Yesus. Katekis diharapkan tidak melalaikan kontemplasi dalam keheningan dan kesediaan mendengarkan

121 102 Allah karena bila diabaikan, kata-kata yang diucapkan dalam setiap pewartaannya adalah kata-kata manusiawi biasa yang tidak berdimensi ilahi dan tidak keluar dari iman yang hidup. Katekis diharapkan memiliki cita rasa biblis karena bahan meditasi dan bacaan rohani katekis adalah Kitab Suci, khususnya Perjanjian Baru. Katekis diharapkan memiliki cita rasa liturgis karena Sabda Allah otentik diwartakan dalam liturgi. Katekis diharapkan memiliki cita rasa teologis untuk menjaga agar pengetahuan teologis yang dimiliki dan ditemukan tidak terasing dari doa-doanya. Selain itu, katekis diharapkan memiliki cita rasa eklesial seraya mengambil bagian dalam setiap perjuangan, pencarian, kegelisahan, kegembiraan, dan penderitaan Gereja (Telaumbanua, 1999: ). Misteri Allah yang diwartakan katekis adalah juga misteri manusia, dengan siapa katekis berhadapan. Kerajaan Allah dikonkretkan dan terjadi dalam diri mereka, dalam kemanusiaan yang utuh. Hidup iman katekis sifatnya kontemplatif, suatu permenungan atas hakikat manusia dalam terang Kristus. Katekis merenungkan bukan hal-hal yang luar biasa tetapi peristiwa hidup sehari-hari. Dalam pelaksanaan katekese, refleksi iman penting karena dapat menyentuh dan menggerakkan hati seseorang untuk bertindak. b. Pengharapan seorang katekis Pengharapan adalah suatu keutamaan yang membuat seseorang mampu mengatasi segala rintangan. Dalam katekese kita berjuang bersama di hadapan Allah dan serentak berjuang mengalahkan diri sendiri. Dengan merefleksikan keutamaan pengharapannya kepada Allah, katekis dimungkinkan berjiwa besar menghadapi kesulitan dalam tugas dan rela menanggung derita serta berdaya

122 103 mengatasinya. Refleksi dan pengalaman personal ini sekaligus menjadi bahan katekese juga. Salib dalam hidup katekis adalah menanggung kebodohan dirinya sendiri dan orang lain, menghadapi rintangan dari berbagai pihak dan memikul konsekuensi yang kerap tak terelakkan dari tugas yang diembannya. Dalam pengharapan, ia makin yakin bahwa misinya pasti membawa hasil, sebab Sabda yang ia wartakan adalah Sabda yang membawa kebebasan dan bukan penghukuman. c. Cinta Kasih seorang katekis Cinta kasih seorang katekis terarah untuk mengusahakan kemuliaan bagi Allah dengan jalan memperkenalkan Allah yang mengutusnya. Karya cinta yang asasi terdiri atas berkobarnya semangat untuk membuat Allah dikenal dan dicintai. Untuk itu katekis diharapkan tidak melalaikan bahwa hukum yang pertama dan terutama adalah mengasihi Allah yakni dengan jalan menyembah, mengagumi, dan bersyukur karena Allah dan karena misteri cinta-nya. Memperkenalkan Allah dan rencana cinta-nya dalam Kristus tentu saja merupakan suatu aksi cinta yang sungguh mulia. Dalam hal ini perlulah sang pewarta mencintai kebenaran dengan seluruh nilainya. Sekalipun ada banyak bentuk cinta, namun cinta akan kebenaran surgawi lebih agung, sebab ia mengundang manusia ke perjamuan ilahi dan mengantar manusia ke Kerajaan Allah, ke dalam cinta Allah. Cinta kepada sesama dari pihak katekis terarah kepada semua orang yang bekerja sama dengannya, termasuk komunitas gerejawi di mana dia hidup.

123 104 Struktur Spiritualitas Katekis 1. Sabda Allah=Kristus 4. Roh Kudus 2. Gereja 3. Manusia Katekis adalah manusia yang hidup dari Sabda Allah. Kehidupan yang dia rasakan karena keakraban dengan Sabda Allah mendorongnya menjadi pelayan dan bentara sabda sehingga dengan perantaraannya sabda bergema dalam hati pendengarnya. Pertemuan katekis dengan sabda Allah terwujud dalam Gereja. Katekis adalah manusia gerejawi. Dalam Gerejalah katekis menemukan karismanya sebagai bentara sabda dan ini dilihat sebagai panggilan khasnya pertumbuhan Gereja Allah di dunia. Katekis hidup dalam Gereja, persekutuan manusia beriman dengan dan dalam Kristus maka terbukalah kontak dan persekutuannya dengan sesama manusia. Katekis wajib mengenal siapa-siapa yang dihadapinya. Roh Kudus menjiwai persekutuan katekis dengan orang lain. Rohlah yang mendorongnya berbicara atas nama Allah. Roh Kudus berfungsi untuk mengilhaminya agar Sabda Allah mampu menyapa manusia zaman ini, memungkinkan sebuah katekese hidup dalam batin manusia, sepadan dengan selera dan kebutuhan pendengar. Roh Kudus mewujudkan buah nyata dari sebuah katekese dan menyadarkan katekis akan dosa dan kebutuhannya, dan serentak

124 105 menggembirakannya dalam karya yang cukup menegangkan. Roh Kuduslah yang menjadi daya kekuatan sehingga benih Sabda yang ditaburkan akan tumbuh di tanah yang subur (Telaumbanua, 1999: ). 2. Program Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Katekis dalam pelaksanaan tugas bimbingan karya katekese akan lebih banyak berhadapan dengan orang tua, orang yang sudah cukup berpengalaman dan berpengetahuan dalam bidangnya atau setidak-tidaknya orang yang merasa berpengalaman dan berpengetahuan. Dalam pelaksanaan pembinaan bagi pendamping calon penerima Komuni Pertama, pendamping calon Baptis, pendamping penerima Sakramen Krisma maupun dalam Penataran atau kursuskursus bagi katekis Paroki maupun katekis sekolah, biasanya mereka adalah orang sudah cukup berpengalaman dalam bidangnya meskipun belum tentu mereka menyadari bahwa apa yang dimiliki itu sebagai kekayaan yang masih harus diperkembangkan. Berhadapan dengan orang semacam itu, tugas katekis ialah menjernihkan pengalaman dan pengetahuan mereka sekaligus memberikan wawasan baru atas apa yang telah mereka miliki. Tugas ini tentu tidak mudah; mengingat pada umumnya orang semacam itu cenderung konservatif, ingin mempertahankan status quo-nya dan tidak mau berubah, karena merasa sudah mapan. Dalam mengupayakan katekese orang dewasa di lingkungan, penulis akan menggunakan pendekatan andragogi. Andragogi adalah pendidikan bagi orang dewasa sebagai suatu proses pencarian dan penemuan sepanjang hidup terhadap apa yang

125 106 diperlukan untuk diketahui. Proses pendidikan semacam ini berlangsung seumur hidup seiring dengan proses perubahan yang terjadi (Suhardiyanto, 2012: manuskrip). Ada dua model tujuan pendidikan. Model pertama melihat pendidikan sebagai proses pewarisan, hal ini mengandaikan jumlah pengetahuan sedemikian sedikit, perubahan berjalan dengan lamban hingga nyaris stabil. Model kedua melihat pendidikan sebagai suatu proses pencarian dan penemuan sepanjang hidup terhadap apa yang diperlukan untuk diketahui. Konsekuensinya, pendidikan semacam ini bukan hanya bagi anak-anak. Orientasinya pada apa yang diperlukan mereka, sehingga sebenarnya merekalah yang menentukan isi pendidikan itu. Proses pendidikan semacam ini berlangsung seumur hidup seiring dengan proses perubahan yang terjadi. Kalau kita perhatikan dua model gagasan pendidikan di atas, kiranya model kedua inilah yang lebih sesuai dengan tugas katekis dalam "menghadapi" orangorang tua atau orang yang sudah berpengalaman. Dalam ilmu pendidikan, model yang kedua ini sering disebut andragogi yang berarti pendidikan bagi orang dewasa. Menurut Suhardiyanto, 2012 dalam diktat mata kuliah pendidikan kader semester VII, Ada beberapa prinsip yang perlu dipahami berkaitan dengan cara belajar orang dewasa, yaitu:

126 107 Partisipasi atau ambil bagian Orang dewasa akan belajar dengan baik bila ia dapat ambil bagian secara penuh dalam kegiatan belajar tersebut, jadi tidak hanya secara pasif mendengarkan. Relevan dengan kehidupan yang nyata Berkaitan dengan kehidupan, orang dewasa akan belajar dengan penuh semangat bila yang dipelajari berkaitan langsung dengan kehidupan yang dialami, jadi tidak hanya berupa konsep-konsep. Bermanfaat dan praktis Orang dewasa akan belajar dengan baik bila yang dipelajari merupakan halhal yang praktis dan langsung dapat dirasakan manfaatnya. Pentingnya dorongan semangat dari luar Dalam belajar orang dewasa perlu dorongan semangat secara terus-menerus. Latar belakang pengalaman ataupun pendidikan Pengalaman-pengalaman masa lalu serta daya pikir peserta sangat mempengaruhi proses belajar orang dewasa. Adanya interaksi dengan orang lain Orang dewasa biasanya penuh pengertian dengan yang lain dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, sehingga lebih mudah dijalin kerjasama antar mereka, yang pada gilirannya akan menguntungkan tercapainya tujuan pendidikan. Prinsip-prinsip dasar serta proses andragogi cukup relevan bagi pelaksanaan karya katekese. Penulis memberikan usulan kepada umat lingkungan Santo Yosef

127 108 Benediktus Sagan supaya dalam pelaksanaan katekese menggunakan pendekatan andragogi. Dalam rangka ini, penulis menggunakan model SCP karena bertolak dari pengalaman hidup dan umat dapat ikut ambil bagian atau berpartisipatif. Peranan umat sangat menentukan dalam proses pelaksanaan katekese dan katekis hanya berperan sebagai fasilitator atau pengarah supaya pertemuan katekese menjadi jelas dan terarah. Penulis juga akan memberikan pendampingan secara khusus tentang katekese model SCP supaya pemimpin dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dapat memahami dan mendalami model katekese tersebut demi perkembangan pelaksanaan katekese umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. a. Alasan Pemilihan Pendekatan Andragogi dan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese Andragogi ialah pendidikan bagi orang dewasa. Pemikiran langkah-langkah bimbingan karya katekese dengan prinsip andragogi meliputi, introduksi, refleksi, interaksi, pemberian informasi, aksi, dan evaluasi. Pemikiran langkah-langkah andragogi tersebut juga cocok dengan model Shared Christian Praxis. Shared Christian Praxis merupakan suatu alternatif katekese umat model pengalaman hidup. Shared Christian Praxis menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif dengan maksud mendorong peserta supaya sampai pada sikap sadar yang menggerakkan mereka untuk mengambil keputusan konkrit dalam melaksanakan hidup sehari-hari. Orientasi pendekatan ini pada praxis peserta.

128 109 Praxis merupakan suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang meliputi kesatuan antara praktek dan teori (yang membentuk suatu kreatifitas), antara refleksi kritis dan kesadaran historis (mengarah pada keterlibatan baru). Praxis merupakan sesuatu yang faktual dan bukan sesuatu yang teoritis atau apa yang dikatakan oleh orang tanpa pembuktian. Praxis merupakan ungkapan yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, spiritiual hidup kita. Inti pemahaman dari Shared Christian Praxis ialah umat dalam pelaksanaan katekese membagikan pengalaman nyata atau tindakan nyata yang sudah direfleksikan lalu dikaitkan dengan Tradisi dan Visi Kristiani supaya sampai kepada kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Melalui katekese model SCP umat dan pemimpin pendalaman iman lingkungan diharapkan mampu secara bersama-sama membangun sikap-sikap baru dalam hidupnya demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang signifikan dan relevan di tengah dunia. b. Program Pelaksanaan Pendampingan Pendamping Dalam Melaksanakan Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan 1). Pemikiran Dasar Program Dalam upaya mempersiapkan kegiatan pendampingan bagi katekis sukarelawan lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, pendamping perlu mengetahui situasi awal dan keadaan konkret para katekis sukarelawan yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang menyangkut kebutuhan, keprihatinan mereka yang hendak didampingi terutama dalam hal pelaksanaan

129 110 katekese di lingkungan. Setelah mengetahui situasi awal dan keadaan konkret tersebut, lalu dirancang suatu kegiatan pendampingan untuk menjawab kebutuhan yang sesuai dengan keadaan konkret hidup peserta. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa, diketahui bahwa pelaksanaan katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan bahwa minat umat dalam mengikuti katekese dipengaruhi oleh katekis yang memimpin katekese. Hal tersebut berarti peran katekis sebagai fasilitator sangatlah penting bagi peserta katekese. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan mengharapkan seorang pemimpin yang mampu membangun minat umat semakin terlibat dalam mengikuti katekese yaitu pemimpin yang kreatif, tidak menggurui, pemimpin yang fokus dan menguasai materi sehingga pelaksanaan katekese tidak membosankan. Oleh karena itu, penulis akan memberikan pendampingan kepada para pemimpin katekese di lingkunngan Santo Yosef Benediktus Sagan dengan menggunakan pendekatan andragogi dan katekese model Shared Christian Praxis yang sudah dimodifikasi sehingga proses pelaksanaan katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan semakin berkembang baik bagi pemimpin maupun umat sehingga dapat membantu umat untuk semakin berminat dalam mengikuti katekese orang dewasa di lingkungan. Program tersebut dlaksanakan untuk menjawab keprihatinan yang terjadi di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dan membantu meningkatkan kualitas para pemimpin yang berkaitan dengan keterampilan, spiritualitas sehingga katekese dapat berjalan sesuai dengan harapan umat.

130 111 2). Tujuan Pelaksanaan Program Pendampingan Berdasarkan latar belakang situasi, alasan diadakan pendampingan ini, maka tujuan kegiatan pendampingan ini adalah sebagai berikut : (a) Agar para pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan semakin diperkaya mengenai pemahaman yang mendalam, pengetahuan yang lebih luas dan kreatif dalam berkatekese (pendampingan iman) khususnya katekese model Shared Christian Praxis. (b) Agar pemimpin pendalaman iman semakin diperdalam spiritualitasnya sebagai seorang pewarta Injil di tengah masyarakat dan semakin menghayati panggilannya sebagai seorang pewarta di lingkungan. (c) Agar para pemimpin semakin terampil dalam memimpin pendalaman iman sehingga suasana katekese menjadi hidup dan tidak membuat umat merasa bosan. (d) Agar umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan semakin berminat dalam mengikuti katekese lingkungan dan umat tidak merasa digurui oleh pemimpin. (e) Agar pelaksanaan katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan menjadi lebih hidup demi membantu perkembangan iman umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

131 112 3). Target Peserta: 14 orang, yaitu 4 pemimpin pendalaman iman dan 10 orang sebagai kader pemimpin pendalaman iman yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta. 4). Tema dan Tujuan Tema :Peningkatan kualitas para pemimpin katekese sebagai pemimpin katekese umat model Shared Christian Praxis dalam pembinaan iman umat. Tujuan :Melalui pendampingan ini peserta dapat memiliki pengetahuan tentang katekese, spriritualitas katekis dan keterampilan berkomunikasi dan mengolah materi, sehingga mereka termotivasi untuk melaksanakan tugas dan panggilan sebagai saksi dan pewarta Sabda secara khusus melayani pembinaan iman umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Metode :Informasi, tanya jawab, diskusi, sharing Materi :Kamis, 6 Februari 2014: Keterampilan dalam berkatekese yang meliputi: -Pengetahuan katekese dan tujuannya -Berkomunikasi -Metode dalam berkatekese -Pengolahan materi katekese Spiritualitas

132 113 Kamis, 13 Februari 2014: Katekese model Shared Christian Praxis meliputi: Pengertian dan tujuan katekese model SCP Langkah-langkah pelaksanaan SCP Mendalami langkah I dan II Kamis, 20 Februari 2014 Mendalami langkah III Mendalami langkah IV dan V Kamis, 27 Februari 2014 Demo katekese model SCP

133 114 Kamis, 6 Februari 2014 Judul dan Tujuan Pertemuan Pertemuan 1 Keterampilan dan spiritualitas Tujuan: Agar peserta dapat terampil dan mampu memahami spiritualitas sebagai seorang pemimpin katekese Waktu & Tempat WIB di rumah umat Metode Sarana Sumber Bahan Informasi sharing Tanya jawab Refleksi pribadi LCD, laptop Heryatno W.W. SJ, Pendidikan Agama Katolik II untuk Mahasiswa Semester II, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakar -ta Uraian Materi -Lagu pembukaan -Pengantar -Doa pembukaan -Pengertian katekese dan tujuannya -Pengertian berkomunikasi dan cara berkomunikasi dengan umat -Metode katekese -Tanya jawab Telaumban ua, Marianus Ilmu Kateketik. Hakikat, Metode dan Peserta Katekese Gereja.Jaka rta.obor -Spiritualitas -Tanya jawab - Refleksi -Doa penutup (catatan: terlampir 5)

134 115 Kamis, 13 Februari 2014 Pertemuan II Mengenal katekese model dan langkahlangkah Shared Christian Praxis Tujuan: Agar peserta mengetahui dan memahami proses pelaksanaan katekese model SCP baik pengertian katekese model SCP maupun langkahlangkahnya sehingga peserta mampu melaksanakan katekese umat di lingkungan WIB di rumah umat Informasi sharing Tanya jawab Refleksi pribadi Teks lagu Teks cerita LCD, laptop Pujaraharja, Bl Thema Katekese Umat. Jakarta: OBOR Sumarno Ds, M. SJ, Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universita s Sanata Dharma Yogyakarta, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius -Lagu pembukaan -Pengantar -Doa pembukaan -Pengertian katekese model SCP -Memahami langkah-langkah model SCP -Mendalami langkah 1 dan 2 -Sharing -Tanya jawab -Doa penutup (catatan: terlampir 5)

135 116 Kamis, 20 Februari 2014 Pertemuan III Memahami dan Mendalami langkah 3, 4 dan 5 dalam SCP Tujuan: Agar peserta mampu melaksanakan katekese dengan langkahlangkah yang baik dan benar sehingga membantu umat paham dan dengan mudah mengikuti proses katekese WIB di rumah umat Informasi sharing Tanya jawab Refleksi pribadi Teks lagu Kitab Suci LCD laptop Pujaraharja, Bl Thema Katekese Umat. Jakarta: OBOR Sumarno Ds, M. SJ, Program Pengalaman Lapangan Pendidika n Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta -Lagu pembukaan -Doa pembukaan -Pengantar -Memahami dan mendalami langkah III -Tanya jawab -Memahami dan mendalami langkah IV -Memahami dan mendalami langkah V -Tanya jawab -Doa penutup (catatan: terlampir 5)

136 117 Kamis, 27 Februari 2014 Pertemuan IV Demo katekese Orang Dewasa Model Shared Christian Praxis Tujuan: agar pemimpin dan umat semakin memahami katekese model SCP dan bisa melaksanaknn ya WIB Di rumah umat Informasi sharing Refleksi pribadi Teks lagu Kitab Suci Lukas 1:39-45 Bergant, Dianne SJ Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakar -ta. Kanisius, KWI Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta. OBOR -Pembukaan -Langkah I dan II -Langkah III -Langkah IV dan V -Penutup (catatan: terlampir 5)

137 118 BAB V PENUTUP Pada bab V ini penulis membuat kesimpulan atas apa yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Penulis juga memberikan saran yang perlu bagi pemimpin pendalaman iman dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta demi mengupayakan dan mengembangkan katekese yang dapat membangun minat umat sehingga iman mereka akan Kristus semakin berkembang dan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: kesimpulan dan saran. A. Kesimpulan Sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja signifikan dan relevan ialah katekis yang sadar akan tugasnya sebagai seorang pewarta Sabda. Dalam pelaksanaan katekese, katekis diharapkan mengenal situasi umat setempat agar pelaksanaan katekese relevan bagi umat. Katekis juga diharapkan memiliki keterbukaan dan rasa sosial terhadap umat dan masyarakat sekitar. Selain itu, katekis diharapkan memiliki spiritualitas yang berhubungan dengan iman, pelayanan dan hidup rohaninya agar ia dapat menjadi panutan bagi umatnya. Berdasarkan penelitian tentang minat umat dalam mengikuti katekese, katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan belum memenuhi harapan umat sehingga umat kurang berminat dalam mengikuti katekese. Katekis menyadari bahwa mereka belum terlalu baik dalam memimpin, masih banyak

138 119 umat yang kurang berpartisipasi dan kurang kreatif sehingga materi yang disampaikan kurang menyentuh hati umat. Minat umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dalam mengikuti pendalaman iman dipengaruhi oleh sosok katekis. Sosok katekis yang memiliki kreatifitas dalam menyampaikan materi yang menarik dan tidak menggurui membuat umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan semakin berminat dalam mengikuti pendalaman iman. Sosok katekis yang mampu membangun minat agar umat terlibat dalam pelaksanaan katekese ialah katekis yang memiliki keterampilan dalam hal berkomunikasi, mengolah materi supaya menjadi menarik dan membuat umat tidak bosan dalam mengikuti katekese. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak senang jika pemimpin pendalaman iman yang menggurui mereka. Selain itu, katekis diharapkan mampu merumuskan pertanyaan sharing agar umat dapat memahami pertanyaan yang disampaikan. Jika umat aktif dalam pelaksanaan katekese, maka proses katekese akan berjalan dengan lancar karena salah satu pusat katekese ialah umat. B. Saran Agar pelaksanaan katekese dapat berjalan dengan baik dan membuat pemimpin pendalaman iman menjadi terampil dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan semakin berminat, berpartisipasi dalam proses katekese, maka penulis ingin memberikan saran bagi pemimpin pendalaman iman dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sebagai berikut:

139 120 1 Ketua lingkungan hendaknya mengajukan kegiatan kursus katekese kepada pihak paroki supaya dapat membantu para pemimpin pendalaman iman lingkungan untuk semakin mendalami pengetahuan mereka tentang katekese baik berhubungan dengan materi maupun model berkatekese. 2 Para pemimpin lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan hendaknya mengikuti kegiatan program pendampingan bagi pemimpin katekese yang berkaitan dengan model katekese supaya kualitas pengetahuan pemimpin tentang model pelaksanaan katekese semakin berkembang sehingga pelaksanaan katekese menjadi lebih menarik dan partisipatif agar umat merasa terbantu untuk terlibat dalam pelaksanaan katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

140 121 DAFTAR PUSTAKA Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RINEKA CIPTA. hal. 24,33 Dapiyanta Evalusai Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Yogyakarta Dewan Karya Patoral KAS Arah Dasar Umat Allah KAS Semarang Ensiklik Bapa Suci Paulus VI Karya Pewartaan Injil pada Zaman Modern. (J. Hadiwikarta Pr, Penerjemah). Yogyakarta: PUSKAT. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975) Hasil Loka Karya Katekese Umat Thema Katekese Umat. Jakarta: OBOR Heryatno Wono Wulung SJ Pendidikan Agama Katolik I. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik I untuk Mahasiswa Semester I, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. (Ed.) Secercah Lentera Kehidupan. Yogyakarta: Kanisius. 100, hh Metode Studi Kasus. accessed on Oct 19, 2013 KBBI. accessed on Oct 20, 2013 Kongregasi Suci untuk para Klerus Pedoman Umum Katekese. (J.S Setyakarjana SJ, Penerjemah). Yogyakarta: PUSKAT. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1972) Konferensi Waligereja Indonesia Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius Petunjuk Umum Katekese. Jakarta: DEPARTEMEN DOKUMENTASI DAN PENERANGAN KWI Kitab Hukum Kanonik (kan. 780). Bogor: Grafika Mardi Yuana Lalu, Yosef Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI Nurkancana, dkk Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Prasetya, L Menjadi Katekis Siapa Takut!. Yogyakarta. Kanisius

141 122 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rukiyanto, B.A. (Ed.) Pewartaan Di Zaman Global. Yogyakarta: Kanisius Slameto Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV ALFABETA Suhardiyanto, Pendidikan Kader. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Kader untuk Mahasiswa Semester VII, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Manuskrip Sumarno Ds, M. SJ, Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Supama, Leonhard Marcus Panduan Katekis Volunter. Jakarta: Kanisius Mohammad Surya Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quaraisy Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal 136 Telaumbanua, Marianus Ilmu Kateketik, Hakikat, Metode dan Peserta Katekese Gereja. Jakarta: OBOR Yohanes Paulus II. Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryono SJ, Penerjemah) Yogyakarta: PUSKAT (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979)

142 123 LAMPIRAN

143 (1)

144 (2)

145 Lampiran 3: PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA PEMIMPIN PENDALAMAN IMAN DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN 1. Sudah berapa lama menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan? 2. Apa pengertian katekese? 3. Apakah tujuan katekese? 4. Apa anda mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan umat? Mengapa? 5. Apa anda melakukan persiapan sebelum memimpin pendalaman iman? (berkaitan dengan materi, metode) 6. Bagaimana anda mengatasi jika ada umat yang pasif dalam sharing? 7. Apa tujuan pendalaman iman lingkungan Santo Yosef Benediktus? 8. Apa anda merasa terpanggil untuk menjadi seorang pewarta di lingkungan? 9. Apakah anda dengan sukarela melaksanakan tugas sebagai seorang pemimpin pendalaman iman lingkungan? Mengapa? 10. Pendalaman iman macam apa yang menjadi harapan umat? 11. Pendalaman iman macam apa yang kurang dikehendaki oleh umat? 12. Apakah anda sebagai pemimpin pendalaman iman sudah memenuhi harapan umat? 13. Pemimpin pendalaman iman macam apa yang tidak disenangi oleh umat? 14. Pemimpin pendalaman iman macam apa yang disenangi oleh umat? (3)

146 Lampiran 4: KUISIONER PENELITIAN KEPADA UMAT LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN Petunjuk Pengisian: a. Bacalah masing-masing pertanyaan berikut dengan teliti, kemudian isilah sesuai dengan pengalaman anda sebagai seorang pemandu pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan! b. Jawablah semua pertanyaan berikut dan periksalah sebelum di kembalikan. 1. Apakah anda rajin mengikuti pendalaman iman lingkungan? Mengapa? 2. Apa anda aktif pada saat proses pendalaman iman? (misalnya:sharing, dialog). Mengapa? Apa manfaat sharing bagi anda? 3. Apa anda mengalami kesulitan dalam mensharingkan pengalaman anda? Mengapa? 4. Apakah anda sulit memahami bahasa yang disampaikan oleh pemimpin pendalaman iman? Mengapa? 5. Apakah pemimpin pendalaman iman menjadi pengaruh bagi anda untuk terlibat dalam sharing? Mengapa? 6. Apakah pemimpin pendalaman iman menjadi pengaruh bagi minat anda untuk hadir dalam pendalaman iman? Mengapa? 7. Apakah pemimpin pendalaman iman sudah memenuhi harapan anda untuk melaksanakan pendalaman iman di lingkungan Yosben? (4)

147 8. Pendalaman iman seperti apa yang menjadi harapan anda? 9. Gambaran pendalaman iman macam apa yang kurang anda kehendaki? 10. Apakah kesan anda terhadap para pemimpin pendalaman iman di lingkungan Yosben? Terima Kasih Dalem (5)

148 Lampiran 5: RINCIAN MATERI KADERISASI BAGI 4 ORANG KATEKIS SUKARELAWAN DAN 10 ORANG SEBAGAI KADER PEMIMPIN PENDALAMAN IMAN DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN Pertemuan I Judul Pertemuan : Keterampilan dan spiritualitas Tujuan Waktu Pelaksanaan Tempat Metode Sarana Sumber Bahan :Agar peserta dapat terampil dan mampu memahami spiritualitas sebagai seorang pemimpin katekese : Kamis, 6 Februari 2014, pkl WIB : di rumah umat : Informasi, sharing, Tanya jawab, Refleksi pribadi : LCD, laptop : Heryatno W.W. SJ, Pendidikan Agama Katolik II untuk Mahasiswa Semester II, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidik-an Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Telaumbanua, Marianus Ilmu Kateketik. Hakikat, Metode dan Peserta Katekese Gereja. Jakarta.OBOR, Lalu, Yosef Katekese Umat. Jakarta: KWI Langkah-langkah pelaksanaan: Lagu pembukaan: Dalam Yesus Kita Bersaudara (teks) Pengantar: Selamat malam bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus. Pada pertemuan pertama, kita akan memahami pengertian tentang katekese dan tujuannya. Dalam pertemuan ini kita diajak untuk lebih mendalaminya. Selain itu, keterampilan juga dibutuhkan dalam memmimpin katekese. Maka dari itu, pada kesempatan ini kita akan belajar keterampilan baik cara berkomunikasi maupun metode dalam berkatekese agar membuat katekese menjadi menarik. Doa pembukaan Allah Bapa yang Maha Pengasih, kami mengucap syukur kepada-mu atas segala rahmat kesehatan yang telah Engkau berikan kepada kami. Bapa, pada pertemuan ini kami akan memahami tentang katekese dan cara berkatekese dengan baik. Sudilah kiranya Engkau memberkati pertemuan ini agar kami dapat meresapkan dan memahami sehingga kami dapat melaksanakan katekese dengan baik. Semua doa ini kami serahkan kehadirat-mu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin. Pengertian katekese Katekese: Katekese adalah Pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orangorang dewasa dalam iman, khususnya menyampaikan ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen. (6)

149 Tujuan khas katekese ialah: berkat dan bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda ataupun tua (CT, 20). Pengertian berkomunikasi dan cara berkomunikasi dengan umat: Berkomunikasi ialah percakapan antara satu orang dengan orang lainnya. Komunikasi yang terjadi dalam Katekese Umat adalah komunikasi antar orangorang dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang dilatarbelakangi kebudayaan tertentu. Maka secara praktis, kemampuan/keterampilan komunikasi perlu ditekankan antara lain: Kemampuan berkomunikasi dan berelasi sehingga mampu mengumpulkan. Menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu tindakan nyata Kemampuan mengungkapkan diri, berbicara, dan mendengarkan Kemampuan menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain Metode katekese: Salah satu metode yang dinilai lebih efektif dan efisien dalam Mewartakan Kabar Gembira harus berciri dialogal, yang menekankan pentingnya hubungan pribadi antara katekis dan para pendengarnya Tanya jawab oleh peserta Spiritualitas Adapun unsur-unsur yang patut dimiliki oleh katekis sejalan dengannya sebagai pewarta ialah: iman, pengharapan dan cinta kasih. a. Iman seorang katekis Iman mencakup pengiyaan diri Allah dan kebenaran-nya tetapi sekaligus penaklukan diri pada kehendak Allah. Imanlah yang menjadi dasar relasi dan persahabatan seseorang dengan Allah. Iman katekis dinyatakan dengan cara: membiasakan diri berkontemplasi supaya dapat merenungkan misteri yang tersembunyi dalam Allah dan yang diwahyukan dalam Yesus. Katekis diharapkan tidak melalaikan kontemplasi dalam keheningan dan kesediaan mendengarkan Allah karena bila diabaikan, kata-kata yang diucapkan dalam setiap pewartaannya adalah kata-kata manusiawi biasa yang tidak berdimensi ilahi dan tidak keluar dari iman yang hidup. Katekis diharapkan memiliki cita rasa biblis karena bahan meditasi dan bacaan rohani katekis adalah Kitab Suci, khususnya Perjanjian Baru. Katekis diharapkan memiliki cita rasa liturgis karena Sabda Allah otentik diwartakan dalam liturgi. Katekis diharapkan memiliki cita rasa teologis untuk menjaga agar pengetahuan teologis yang dimiliki dan ditemukan tidak terasing dari doa-doanya. Selain itu, katekis diharapkan memiliki cita rasa eklesial seraya mengambil bagian dalam setiap perjuangan, pencarian, kegelisahan, kegembiraan, dan penderitaan Gereja (Telaumbanua, 1999: ). Misteri Allah yang diwartakan katekis adalah juga misteri manusia, dengan siapa katekis berhadapan. Kerajaan Allah dikonkretkan dan terjadi dalam diri mereka, dalam kemanusiaan yang utuh. Hidup iman katekis sifatnya kontemplatif, suatu permenungan atas hakikat manusia dalam terang Kristus. (7)

150 Katekis merenungkan bukan hal-hal yang luar biasa tetapi peristiwa hidup seharihari. Dalam pelaksanaan katekese, refleksi iman penting karena dapat menyentuh dan menggerakkan hati seseorang untuk bertindak. b. Pengharapan seorang katekis Pengharapan adalah suatu keutamaan yang membuat seseorang mampu mengatasi segala rintangan. Dalam katekese kita berjuang bersama di hadapan Allah dan serentak berjuang mengalahkan diri sendiri. Dengan merefleksikan keutamaan pengharapannya kepada Allah, katekis dimungkinkan berjiwa besar menghadapi kesulitan dalam tugas dan rela menanggung derita serta berdaya mengatasinya. Refleksi dan pengalaman personal ini sekaligus menjadi bahan katekese juga. Salib dalam hidup katekis adalah menanggung kebodohan dirinya sendiri dan orang lain, menghadapi rintangan dari berbagai pihak dan memikul konsekuensi yang kerap tak terelakkan dari tugas yang diembannya. Dalam pengharapan, ia makin yakin bahwa misinya pasti membawa hasil, sebab Sabda yang ia wartakan adalah Sabda yang membawa kebebasan dan bukan penghukuman. c. Cinta Kasih seorang katekis Cinta kasih seorang katekis terarah untuk mengusahakan kemuliaan bagi Allah dengan jalan memperkenalkan Allah yang mengutusnya. Karya cinta yang asasi terdiri atas berkobarnya semangat untuk membuat Allah dikenal dan dicintai. Untuk itu katekis diharapkan tidak melalaikan bahwa hukum yang pertama dan terutama adalah mengasihi Allah yakni dengan jalan menyembah, mengagumi, dan bersyukur karena Allah dan karena misteri cinta-nya. Memperkenalkan Allah dan rencana cinta-nya dalam Kristus tentu saja merupakan suatu aksi cinta yang sungguh mulia. Dalam hal ini perlulah sang pewarta mencintai kebenaran dengan seluruh nilainya. Sekalipun ada banyak bentuk cinta, namun cinta akan kebenaran surgawi lebih agung, sebab ia mengundang manusia ke perjamuan ilahi dan mengantar manusia ke Kerajaan Allah, ke dalam cinta Allah. Cinta kepada sesama dari pihak katekis terarah kepada semua orang yang bekerja sama dengannya, termasuk komunitas gerejawi di mana dia hidup. Tanya jawab (oleh peserta) Refleksi (oleh peserta) Doa penutup (spontan oleh peserta) (8)

151 Pertemuan II Judul Pertemuan : Mengenal katekese model dan langkah-langkah Shared Christian Praxis Tujuan : Agar peserta mengetahui dan memahami proses pelaksanaan katekese model SCP baik pengertian katekese model SCP maupun langkah-langkahnya sehingga peserta mampu melaksanakan katekese umat di lingkungan Waktu Pelaksanaan : Kamis, 13 Februari 2014, pkl WIB Tempat : di rumah umat Metode : Informasi, sharing, Tanya jawab, Refleksi pribadi Sarana Sumber Bahan Langkah-langkah Pelaksanaan: : LCD, laptop, teks lagu, teks cerita : Pujaraharja, Bl Thema Katekese Umat. Jakarta:OBOR, Sumarno Ds, M. SJ, Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Lagu pembukaan: Saudara Bersatulah (MB. 171) Pengantar Selamat malam bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus. Selamat datang dan selamat berjumpa kembali pada pertemuan yang kedua ini. Pada pertemuan ini kita akan bersama-sama melihat, memahami dan mendalami katekese model pengalaman hidup yang nantinya akan digunakan sebagai model berkatekese. Semoga dalam pertemuan ini kita bisa saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahaminya. Doa pembukaan Allah Bapa yang Maha Baik, kami umat-mu mengucap syukur kepada-mu atas penyertaanmu pada hari ini. Bapa, pada mala mini kami akan melaksanakan pertemuan pendampingan yang kedua. Sudilah kiranya Engkau memberkati pertemuan dari awal hingga akhir ananti agar pertemuan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Semua doa ini kami haturkan kepada-mu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin Pengertian katekese model SCP SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) ialah Pendalaman iman umat model pengalaman hidup. Shared Christian Praxis menekankan proses berkatekese bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta. Model katekese ini bermula dari pengalaman hidup peserta yang direfleksi secara kritis dan dikonfrontasikan pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. (9)

152 Peristilahan umum 1. Praxis Praxis bukanlah hanya suatu praktek tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan Praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang meliputi kesatuan antara praktek dan teori Praxis merupakan suatu praktek yang didukung oleh refleksi teoritis dan sekaligus suatu refleksi teoritis yang didukung oleh praktek Praxis mempunyai 3 unsur pembentuk saling berkaitan: aktivitas, refleksi, kreativitas 2. Refleksi Kritis suatu kegiatan manusia yang meliputi 3 unsur: akal budi (mengevaluasi masa sekarang), ingatan (menyikap masa lalu dan masa sekarang) dan imaginasi (menghadapi masa depan dalam masa sekarang) 3. Sharing-dialog Sharing berarti berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain Dialog dimulai dari diri sendiri dan diungkapkan selaras dengan pengalamannya sendiri dalam suasana penuh persaudaraan dan cinta kasih. Dalam dialog ada 2 unsur penting: membicarakan dan mendengarkan Memahami langkah-langkah model SCP Thomas Groome mengemukakan 5 langkah Shared Christian Praxis 1. Langkah 1: Mengungkap pengalaman hidup peserta 2. langkah 2: Mendalami pengalaman hidup peserta 3. Langkah 3: Menggali pengalaman iman Kristiani 4. Langkah 4: Menerapkan Iman kristiani dalam situasi peserta konkrit 5. Langkah 5: Mengusahakan suatu aksi konkrit Mendalami langkah I dan II Langkah I: Mengungkap pengalaman hidup peserta Bisa dengan suatu pengalaman faktual sehubungan dengan tema Bisa dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman pengalaman: apa, yang mana, kapan Kemudian bagaimana rangkuman pokok tentang langkah I ini sesuai dengan tema dan tujuan. Pengantar masuk untuk menghubungkan isi langkah I dengan langkah II (10)

153 Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta Bisa dengan merumuskan pertanyaan pendalaman: mengapa, bagaimana Merangkum tentang arah refleksi ini baik masa lampau, sekarang, maupun masa depan Mencari hubungan dengan langkah III untuk masuk pada Tradisi dan Visi Kristiani Tanya jawab (oleh peserta) Doa penutup (spontan oleh peserta) Pertemuan III Judul Pertemuan : Memahami dan Mendalami langkah III, IV dan V dalam SCP Tujuan Waktu Pelaksanaan Tempat Metode Sarana Sumber Bahan : Agar peserta mampu melaksanakan katekese dengan langkah-langkah yang baik dan benar sehingga membantu umat paham dan dengan mudah mengikuti proses katekese : Kamis, 20 Februari 2014, pkl WIB : di rumah umat : Informasi, sharing, Tanya jawab, Refleksi pribadi : LCD, laptop, teks lagu, Kitab Suci :Pujaraharja, Bl Thema Katekese Umat. Jakarta:OBOR, Sumarno Ds, M. SJ, Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Langkah-langkah Pelaksanaan: Lagu pembukaan: Hatiku Gembira (MB.172) Doa pembukaan Allah Bapa di Surga terimakasih atas segala rahmat dan perlindungan-mu sehingga kami masih Engkau berikan nafas kehidupan. Bapa, pada mala mini kami akan melanjutkan pertemuan pendampingan kami yang ketiga. Sudilah kiranya Engkau memberikan berkat kepada kami agar kami mampu mamahami materi yang akan kami pelajari pada mala mini. Semuanya kami mohon kepada- Mu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin Pengantar Bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus. Selamat malam dan berkah dalem. Pada mala mini kita akan melaksanakan pertemuan pendampingan yang ketiga. Dua minggu yang lalu kita sudah membahas mengenai pengertian katekese, tujuan, metode dan keterampilan dan katekese model pengalaman hidup beserta langkah- (11)

154 langkah pelaksanaannya. Pada malam ini kita akan mendalami langkah III, IV dan V. Memahami dan mendalami langkah III Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani Menarik kesimpulan dari langkah I dan II, dan bisa menghubungkan dengan tema dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang dipilih Presentasi tafsir Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang sesuai dengan tema dan tujuan Pendalaman bisa dilakukan dengan pertanyaan atau bisa dengan ceramah dialogal Menarik pesan inti dari Kitab Suci atau Tradisi sehubungan dengan tema dan tujuan Tanya jawab (oleh peserta) Memahami dan mendalami langkah IV Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit Menarik pesan ini dalam relevansi dengan situasi peserta Bisa dengan pertanyaan yang menghubungkan pesan ini dengan langkah I dan II Pokok-pokok mana yang bisa dterapkan dalam situasi peserta: dalam hal ini peserta bisa dibantu oleh pengalaman atau kesaksian pembimbing yang merangsang peserta untuk sanggup dan mampu untuk mewujudkan pesan ini dalam situasi peserta konkrit Memahami dan mendalami langkah V Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit Rangkuman perjalanan dari langkah I s/d IV Langkah-langkah konkrit mana yang bisa diwujudkan sebagai pembaharuan batin Langkah-langkah konkrit mana yang bisa diwujudkan sebagai perwujudan niat pribadi/bersama (terutama niat bersama bisa diskusi bersama), yang mau diusahakan guna pembaharuan hidup Penutup bisa dibuat secara liturgis dengan merangkum isi pendalaman lima langkah, disusul dengan doa (umat) pribadi/bersama, doa penutup bersama/pribadi atau menyanyi Tanya jawab (oleh peserta) Doa penutup (spontan oleh peserta (12)

155 Pertemuan IV Judul Pertemuan Tujuan Waktu Pelaksanaan Tempat Metode Sarana Sumber Bahan : Demo katekese model Shared Christian Praxis : agar pemimpin dan umat semakin memahami katekese model SCP dan bisa melaksanaknnya : Kamis, 27 Februari 2014, pkl WIB : di rumah umat : Informasi, sharing, Tanya jawab, Refleksi pribadi : LCD, laptop, teks lagu, Kitab Suci :Pujaraharja, Bl Thema Katekese Umat. Jakarta:OBOR, Sumarno Ds, M. SJ, Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Uraian Langkah-langkah, misalnya: a. Identitas Judul pertemuan : Membina Sikap Adil di Antara Anggota Keluarga Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin memantapkan diri dalam penghayatan dan penerapan cinta kasih terhadap sesama yang paling dekat Peserta : Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Tempat : di rumah umat Hari/tanggal : Kamis, 27 Februari 2014 Waktu : pkl WIB Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi cerita Model : Shared Christian Praxis Sarana : Kitab Suci, Teks lagu, teks cerita Sumber Bahan : Luk 1:39-45, Bergant, Dianne SJ Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta. Kanisius, KWI Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta. OBOR b. Pemikiran Dasar Pengertian keluarga memang pengertiannya cukup luas. Bukan sekedar terbatas pada suami istri dan anak, tetapi menyangkut orang-orang yang tinggal di dalam satu rumah. Hidup berkeluarga merupakan panggilan dari Tuhan sendiri. Keluarga adalah komunitas pertama dan asal mula keberadaan setiap manusia dan merupakan persekutuan pribadi-pribadi yang hidupnya berdasarkan dan bersumber cinta kasih. Kasih sejati dalam keluarga adalah kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua angota keluarga. Maka setiap pribadi dalam keluarga semestinya mewujudkan cinta kasih melalui tindakan konkret untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan seluruh keluarga. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus tentu saja pernah mengalami hal yang kurang sesuai dengan keadilan di antara mereka, meskipun dilakukan (13)

156 dengan tidak sadar, yang kadang kala merugikan bagi mereka misalnya: mengganggu belajar dengan banyak pekerjaan yang harus dilakukan, berbicara terlalu keras, sehingga orang lain merasa tidak dipenuhi kebutuhan ketenangan batinnya. Injil Lukas 1:39-45 berbicara tentang perjumpaan Maria dan Elisabeth saudarinya. Terlihat bahwa Maria dan Elisabeth hidup rukun sebagai saudara. Kunjungan Maria merupakan rahmat bagi Elisabeth bagi bayi yang dikandungya. Kerukunan dan ketenangan dalam keluarga akan lebih terjamin bilamana setiap anggota keluarga memperhatikan kewajiban dan haknya masing-masing secara jujur dan adil. Diharapkan kita dapat meneladan Maria yang mau peduli dan memperhatikan Elisabeth dengan cara mengunjunginya. Perjumpaan Maria dan Elisabeth saudarinya merupakan cerminan bagi kita untuk menjalankan kerukunan dalam keluarga atau saudara-saudari kita. c. Pengembangan Langkah-langkah Pembukaan 1) Pengantar Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, saya ucapkan selamat malam dan berkah dalem. Dalam pertemuan pendalaman iman ini kita diajak untuk semakin memantapkan diri dalam penghayatan dan penerapan cinta kasih terhadap sesama yang paling dekat yaitu anggota keluarga kita. Inspirasi dari pertemuan ini diambil dari Injil Lukas 1:39-45 tentang perjumpaan Maria dan Elisabeth saudarinya. 2) Lagu pembukaan MB. no. 477 (Tuhan Sumber Gembiraku) 3) Doa Pembukaan Allah Bapa yang Maha Kasih. Kami mengucap syukur kepadamu atas keluarga yang telah Engkau anugerahkan pada kami. Bapa, bimbinglah keluarga kami agar keluarga kami dapat saling menjaga kerukunan dan hidup jujur, adil terhadap anggota keluarga kami. Doa ini kamu haturkan kehadiratmu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin. Langkah I & II: Mengungkap dan Merefleksikan pengalaman hidup peserta 1) Membagikan teks cerita Berbagi penghasilan dengan anggota keluarga kepada peserta dan memberi pada peserta kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu 2) Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita Berbagi penghasilan dengan anggota keluarga 3) Intisari cerita Berbagi penghasilan dengan anggota keluarga ialah: Cerita tersebut menggambarkan keadaan keluarga yang sederhana dan mempunyai penghasilan yang cukup karena pandai dalam mengatur keperluan-keperluan dalam keluarga. Dalam hal ini, keluarga tersebut belum mempunyai rumah. Walaupun begitu, penghasilan dalam keluarga tidak hanya untuk keperluan keluarga intinya saja tetapi untuk membiayai adik-adik dan ipar-iparnya yang tinggal di kota untuk bersekolah karena orang tua dan mertuanya kurang mampu untuk bekerja. (14)

157 4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan Bagaimanakah perasaan anda bila hal ini terjadi pada keluarga anda sendiri? Di samping alasan secara ekonomi dan keuangan, adakah kiranya masalah-masalah lain yang dijumpai oleh keluarga ini? Kenyataannya keluarga ini masih tetap tabah dan bertahan. Semangat apakah yang mendorong mereka? Bagaimana jika anda diposisikan sebagai keluarga yang punya penghasilan yang cukup tersebut? Apa anda mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan kepedulian dalam hidup keluarga? 5) Suatu contoh rangkuman Dalam cerita tentang keluarga tersebut, bahwa ada semangat kepedulian dan dorongan dalam diri untuk membantu keadaan keluarga yang berkekurangan. Keluarga yang berpenghasilan cukup, rela membagikan penghasilan kepada keluarga besarnya walaupun keluarga yang berpenghasilan cukup itu belum mempunyai rumah. Wujud kepedulian keluarga tersebut sangatlah tinggi, Kepedulian yang dilakukan oleh keluarga tersebut dengan keluarga lainnya tentu saja membuahkan kerukunan dalam hidup keluarga mereka. Begitupula jika kita mau peduli dan mengerti satu sama lain terhadap situasi keluarga kita tanpa mementingkan keluarga masing-masing maka kerukunan dan ketenangan akan terjadi dalam keluarga kita. Langkah III: Menggali pengalaman 1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, Lukas 1:39-45 atau dari teks fotocopy yang dibagikan 2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan: Kesan apa yang anda peroleh setelah mendengar sabda Tuhan tadi? Apakah maksud kunjungan ibu Maria kepada ibu Elisabeth saudarinya itu? Bagaimanakah tanggapan ibu Elisabeth terhadap kunjungan ibu Maria? Segi-segi kehidupan mereka yang manakah yang patut dicontoh? 3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan di atas 4) Pendamping memberikan tafsir dari Lukas 1:39-45 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya: Injil Lukas 1:39-45 mengisahkan tentang perjumpaan Maria dan Elisabeth saudarinya. Perlu diketahui bahwa jarak antara Nazaret ke Ain Karim Yudea sekitar 150 km. jalan pegunungan yang terjal, apalagi ibu (15)

158 Maria mengandung sekitar 4 bulan. Tentu bagi seorang wanita merupakan perjalanan yang berat. Kedatangan Maria menyucikan rumah Elisabeth karena kehadiran Tuhan. Perjumpaan Maria juga sebagai wujud kepedulian dan kerukunan sebagai saudara. Kunjungan keluarga sangatlah berarti dan membawa makna tersendiri baik bagi yang dikunjungi maupun yang mengunjungi. Makna yang dapat dipetik dari perjumpaan Maria dan Elisabeth ialah bahwa kunjungan ke rumah saudara atau keluarga merupakan cara sederhana yang dapat membangun kerukunan dan ketenangan dalam keluarga. Begitupula dalam keluarga inti, saling menyapa, menghargai, memberi dan peduli merupakan cara membuat anggota keluarga menjadi nyaman dan harmonis. Langkah IV & V: Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan aksi konkrit 1) Pengantar Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan makna dan sikap-sikap bagaimana cara hidup sebagai keluarga. Seperti yang dilakukan Maria kepada Elisabeth saudarinya. Meskipun dalam hidup kita sering melupakan saudara kita, tetapi untuk pertemuan kali ini kita diajak untuk bagaimana untuk semakin memantapkan diri dalam penghayatan dan penerapan cinta kasih terhadap sesama yang dekat. Jika dalam keluarga ada kerukunan dan ketenangan tentu saja keluarga menjadi nyaman dan harmonis. 2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menghayati dan menerapkan cinta kasih terhadap sesama yang paling dekat, kita akan melihat situasi konkrit yang sering kita alami dan usaha yang akan kita lakukan dalam hidup sehari-hari kita dalam keluarga Apakah kita semakin disadarkan/diteguhkan untuk selalu hidup peduli dan rukun terhadap keluarga kita? (direfleksikan dalam hati masingmasing) Niat apa yang akan kita lakukan agar dapat menciptakan keluarga yang rukun dan harmonis? 3) Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan keputusan praktis bersama konkrit yang dapat segera diwujudkan agar mereka semakin memantapkan diri dalam penghayatan dan penerapan cinta kasih terhadap sesama yang paling dekat. Penutup 1) Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan ditengah umat dan dinyalakan 2) Kesempatan doa umat spontan dan diawali oleh pendamping 3) Lagu penutup MB. 530 (Alangkah Bahagianya) (16)

159 Lampiran 6: DAFTAR PENGURUS DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN Kepengurusan umat di lingkungan St.Yosef Benediktus periode adalah sebagai berikut: Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Seksi Liturgi & Pewartaan : Ibu Maria G Mintarsih : Bpk AG Sutarno : Bpk IG Sujadi : Bpk. Y. Suyamto : 1. Bpk Y Sukamto 2. Bpk T Suwaji Seksi Sosial : 1. Ibu Heri Dosinaen 2. Bpk Fx Widodo Seksi Koor Seksi Tata Laksana Seksi Tata Laksana BS Seksi Humas : Ibu Christin : Ibu FX. Mariyani : Ibu Paiyo : 1. Bpk Slamet 2. Sdr AG SriRaharjo 3. Ibu Suprihatin Seksi Pangrutiloyo Seksi Pendampingan Keluarga Seksi Inisiasi Seksi Koperasi Koordinator Parkir BS : Ibu Kadarisman : Suster Irem CB : Suster Rahayu CB : Ibu Maria : 1.Bpk M Arif R 2. Bpk FX Widodo (17)

160 Lampiran 7: CONTOH SATUAN PERTEMUAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS a. Identitas Tema 1 Judul pertemuan : Membina Sikap Adil Terhadap Tetangga Tujuan : Agar pendamping dan peserta lebih memperhatikan hubungan yang akrab dan baik dengan tetangga terdekat, dengan demikian mereka dapat mewartakan cinta kasih Allah dan keadilan Allah Peserta : Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Tempat : di rumah umat Hari/tanggal : Kamis, 6 Februari 2014 Waktu : pkl WIB Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi cerita Model : Pengalaman Hidup Sarana : Kitab Suci, Teks lagu, teks cerita Sumber Bahan : Roma 12:10-21Bergant, Dianne SJ Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yoyakarta. Kanisius, KWI b. Pemikiran Dasar Umumnya keluarga katolik diam terpencar-pencar dan tersebar. Kerapkali terjadi sebuah keluarga katolik terpencil dan dikelilingi oleh tetangga yang beragama lain. Memang ada baiknya demikian, karena keluarga katolik itu dapat memperoleh aspirasi dan pengalaman hidup baik dalam segi sosial maupun dalam segi keagamaan dari keluarga dan umat beragama lain. Juga diharapkan dengan berada di tengah-tengah mereka, bukan disemangati oleh kesombongan, akan tetapi serta dalam pengembangan dalam masyarakat di mana mereka hidup, sehingga dengan lingkungannya mereka tidak terkurung dan takut. Bergaul dan bertetangga umumnya dapat menjadi usaha penyadaran akan tugas dan kewajiban serta hak mereka sebagai warga kampung. Dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma 12:12-21, meneggaskan tentang nasihat yang harus kita lakukan bagi saudarasaudara kita. Nasihat tersebut mengatakan bahwa hendaknya kita hasrus hidup saling mengasihi, berbuat baik dan mengalahkan kejahatan yang membuat diri kita jatuh dalam dosa. Manusia ialah makhluk sosial. Oleh karena itu, manusia tidak dapat hidup sendiri maka hendaknya ia harus saling mengasihi dan berbagi, bersikap adil kepada sesama lain. Umat lingkungan yang hidupnya tidak lepas dari masyarakat sekitar, maka diharapkan mereka dapat membina kekerabatan dalam kampung, membangun kampung dan menjalankan syariat agamanya (18)

161 sebagai orang Kristiani dan juga mendapatkan perlakuan dan penghargaan secara wajar dari tetangganya begitupula sebaliknya. Tidak kalah pentingnya berkomunikasi dengan tetangga yang berlainan agama dapat memberikan kesempatan untuk mendidik dan membina anak-anak sehingga mereka mampu bertindak adil dan bertanggung jawab terhadap sesamanya di kemudian hari. c. Pengembangan Langkah-langkah Pembukaan 1) Pengantar Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, saya ucapkan selamat malam dan berkah dalem. Dalam pertemuan pendalaman iman ini kita diajak untuk lebih memperhatikan hubungan yang akrab dan baik dengan tetangga terdekat, dengan demikian mereka dapat mewartakan cinta kasih dan kehadiran Allah 2) Lagu pembukaan MB. no. 161 (Wahai Saudara) 3) Doa Pembukaan Allah Bapa yang Maha Kasih. Kami mengucap syukur kepadamu atas orang-orang yang dekat dengan kami. Bapa, bimbinglah kami agar kami dapat saling menjaga kerukunan dan hidup jujur, adil dan mu berbagai terhadap sesama kami. Doa ini kamu haturkan kehadiratmu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin. Langkah I & II: Mengungkap dan Merefleksikan pengalaman hidup peserta 1) Membagikan teks cerita Kampung baru kami kepada peserta dan memberi pada peserta kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu 2) Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita kampung baru kami 3) Intisari cerita kampung baru kami ialah: Cerita tersebut menggambarkan keluarga katolik yang miskin dalam hal ekonomi dan diam di pinggiran kota karena desakan ekonominya dan disadari oleh keuletannya, pindah ke sebuah kampung. Kampung tersebut jauh dari kota dan lingkungan sekitar adalah orang-orang yang fanatic dan tertutup. Keluarga ini tinggal di tengah-tengah mereka dengan mengandalkan pekerjaannya sebagai pedagang kecil-kecilan. Memang di kampung ini ada kemajuan tetapi kefanatikan dan ketertutupan orangorang kampung tersebut membuat keluarga ini tidak krasan. 4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan Bagaimanakah perasaan dan kesan anda setelah mendengar kisah tadi? Usaha apa yang dapat mereka lakukan dalam menghadapi kesulitan yang dialami? (19)

162 Kenyataannya keluarga ini masih tetap tabah dan bertahan. Semangat apakah yang mendorong mereka? Bagaimana jika anda diposisikan sebagai keluarga yang punya penghasilan yang cukup tersebut? 5) Suatu contoh rangkuman Tentu saja tidak ada orang yang krasan jika lingkungan sekitarnya orangorangnya cuek atau kurang peka apalagi fanatik. Tetapi keluarga tadi masih tetap bertahan untuk tinggal di lingkungan tadi. Semangat dalam dalam diri keluarga itulah yang membuat mereka untuk tetap bertahan yakni keteguhan, kerendahan hati dan ketabahan dalam menghadapi situasi yang terjadi. Sebagai orang Kristiani, kita diharapkan mampu menghadapi kejadian seperti itu. Orang-orang seperti itu butuh kita perhatikan dengan sapaan dan kepedulian kita sebagai makhluk sosial. Dalam hal ini, kita patut mencontoh semangat keluarga tadi yang mampu bertahan dalam situasi seperti itu. Berusahalah hidup baik kepada lingkungan tempat kita tinggal dan jangan menuntut balasan bahwa mereka akan berbuat baik kepada kita. Biarkan Tuhan yang berperan dalam semuanya ini. Langkah III: Menggali pengalaman 1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, Roma 12:10-21 atau dari teks fotocopy yang dibagikan 2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan: Dalam surat Paulus yang kita dengar tadi, sebutkan anjuran-anjuran tadi yang patut kita ketahui? Menurut anda, apa alasan Paulus menulis surat tadi? 3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan di atas 4) Pendamping memberikan tafsir dari Roma 12:10-21 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya: Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, anjuran Paulus bukan terbatas pada jemaat di Roma saja. Tetapi rasanya cocok pula untuk sekarang ini yakni bagaimana hubungan umat katolik dengan tetangganya yang masih ada rasa balas dendam dan membiarkan diri atau kurang peka dsb. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma mengajak kita untuk hidup saling mengasihi satu sama lain. Jangan sekali-kali kita membalas dendam kepada orang lain atas apa yang mereka lakukan pada kita. Biarlah Allah yag menghukum. Surat Rasul Paulus mengajak kita semua agar kita mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Mewartakan cinta kasih dan keadilan Allah ialah dengan cara berbuat kebaikan dengan siapapun tanpa memilih. (20)

163 Langkah IV & V: Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan aksi konkrit 1) Pengantar Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan makna dan sikap-sikap orang Kristiani yang harus kita lakukan terhadap sesama kita. Santo Paulus mengajak kita agar kita berbuat kebaikan dan mengalahkan kejahatan. Maka dari itu, mulailah saat ini kita melihat situasi yang terjadi di sekitar kita. Apakah sebagai orang Kristiani kita sudah mewartakan cinta kasih Allah kepada sesama atau tetangga dan lingkungan sekitar kita? 2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menghayati dan menerapkan cinta kasih terhadap sesama atau tetangga, kita akan melihat situasi konkrit yang sering kita alami dan usaha yang akan kita lakukan dalam hidup sehari-hari kita dalam keluarga Apakah kita semakin disadarkan untuk selalu hidup peduli dan rukun terhadap tetangga atau umat di lingkungan kita? (direfleksikan dalam hati masing-masing) Niat apa yang akan kita lakukan agar dapat membangun kekerabatan dengan tetangga atau dalam lingkungan sekitar kita? 3) Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan keputusan praktis bersama konkrit yang dapat segera diwujudkan agar mereka semakin memantapkan diri dalam penghayatan dan penerapan cinta kasih terhadap sesama yang paling dekat. Penutup 1) Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan ditengah umat dan dinyalakan 2) Kesempatan doa umat spontan dan diawali oleh pendamping 3) Lagu penutup MB. 530 (Alangkah Bahagianya) (21)

164 a. Identitas Tema 2 Judul pertemuan : Tanggungjawab Terhadap Gereja Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja Peserta : Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Tempat : di rumah umat Hari/tanggal : Kamis, 13 Februari 2014 Waktu : pkl WIB Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi cerita Model : Pengalaman Hidup Sarana : Kitab Suci, Teks lagu, teks cerita Sumber Bahan : Yoh 15:1-8 Bergant, Dianne SJ Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yoyakarta. Kanisius, KWI b. Pemikiran Dasar Gereja adalah kita yang percaya akan Kristus dan kita yang menerima dengan sadar tugas dan tanggungjawab yang diberikan Kristus kepada kita. Maka dengan sendirinya kita merasa terdorong untuk ikut melaksanakan tugas penyelamatan Kristus itu dalam hidup kita yang konkrit. Umat lingkungan santo Yosef Benediktus sudah melaksanakan kewajibannya sebagai orang Kristiani. Salah satunya ialah melaksanakan katekese di lingkungan untuk mengembangkan iman mereka akan Kristus. Hanya saja masih ada umat yang belum berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan katekese yang ada di lingkungan. Umat Kristiani seluruhnya diharapkan terlibat dalam kegiatan menggereja baik di lingkungan, paroki maupun masyarakat sekitar sehingga mereka dapat melaksanakan tugas penyelamatan Kristus dan mempertanggungjawabkan iman mereka akan Kristus. c. Pengembangan Langkah-langkah Pembukaan 1) Pengantar Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, saya ucapkan selamat malam dan berkah dalem. Dalam pertemuan pendalaman iman ini kita diajak untuk semakin menyadari tugas kita sebagai anggota Gereja. Tugas dan tanggungjawab sebagai anggota Gereja memang tidaklah mudah. Oleh karena itu, dalam pendalaman iman kita akan bersama-sama melihat dan mencoba membangun niat-niat yang akan kita lakukan untuk kemajuan Gereja kita. 2) Lagu pembukaan MB. no. 518 (Gereja Bagai Bahtera) 3) Doa Pembukaan (22)

165 Allah Bapa yang Maha Kasih. Kami mengucap syukur kepadamu atas rahmat kesehatan yang Engkau berikan pada kami. Bapa, bimbinglah kami agar kami dapat semakin menyadari tugas kami sebagai anggota Gereja dan semakin mengimani Putra-Mu Yesus. Doa ini kamu haturkan kehadiratmu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin. Langkah I & II: Mengungkap dan Merefleksikan pengalaman hidup peserta 1) Membagikan teks cerita Pak Bedo kepada peserta dan memberi pada peserta kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu 2) Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita Pak Bedo 3) Intisari cerita Pak Bedo ialah: Cerita tersebut menggambarkan sikap pak Bedo yang menjadi teladan bagi masyarakat di kampungnya. Walaupun pak Bedo sibuk bekerja namun ia selalu kelihatan senang dan penuh semangat. Biarpun pak Bedo lebih dalam segala hal daripada orang lainnya di kampung itu ia tetap sederhana dan dekat dengan siapa saja. Tidak semua orang di kampungnya senang dengan pak Bedo bahkan ada yang iri dan membencinya. Sehingga membuat keluarga pak Bedo merasa sedih dan istrinya mengajak pindah ke kota dimana sudah ada SD yang telah ditawarkan padanya. Pak Bedo sudah berkali-kali menolak tawaran itu karena ia tidak mau pindah dari kampungnya padahal kampungnya sepi, tidak mudah dijangkau orang lain dan ia juga merasa bahwa ia masih dibutuhkan orang-orang di kampung itu. 4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan Mengapa pak Bedo mau bertahan di kampung yang miskin dan sepi itu? Mengapa pak Bedo tak jemu-jemunya memberikan teladan dan nasihat kepada orang-orang di kampung itu? Mengapa pak Bedo selalu kelihatan bahagia meskipun dia sering dibenci orang lain? Bagaimana perasaan anda jika anda sudah menunjukkan sikap baik tapi justru ada orang lain yang membenci dan iri pada anda? 5) Suatu contoh rangkuman Tindakan pak Bedo memang bijaksana. Ia sudah merasa nyaman tinggal di kampung itu walaupun ada orang yang benci dan iri dengan dia tetapi dia tetap tegar dan mau menerimanya. pak Bedo menolak ketika istrinya mengajak dia pindah ke kota karena pak Bedo merasa ia sangat dibutuhkan oleh orang-orang kampung tersebut. Pak Bedo ini seorang yang beragama katolik tetapi ia akrab dengan semua orang. Sikap dan tindakan pak Bedo (23)

166 merupakan realisasi dari iman sebagai orang katolik sekaligus anggota Gereja. Sebagai anggota Gereja, kita juga diharapkan mau peduli terhadap masyarakat sekitar kita. Wujud kepedulian kita terhadap lingkungan dan masyarakat merupakan tindakan nyata Gereja di tengah-tengah dunia. Langkah III: Menggali pengalaman 1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, Yoh 5:1-8 atau dari teks fotocopy yang dibagikan 2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan: Siapa yang dimaksud dalam perumpamaan tadi? Apa artinya perumpamaan ini bagi karya dan hidup kita? Apakah Kristus selama ini merupakan sumber hidup dan karya kita? Mengapa? 3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan di atas 4) Pendamping memberikan tafsir dari Yoh 15:1-8 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya: Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, Yesus adalah pokok anggur yang benar yang sangat diperhatikan secara pribadi oleh Bapa, mempunyai cabang-cabang yang bersemi dan menghasilkan buahbuah yang bagus. Bagian-bagian pohon ini adalah para murid yang telah menerima sabda Yesus yang memberi hidup. Mereka diundang, didorong untuk terus hidup dan tetap tinggal dalam Yesus. Yesus adalah Guru yang selalu mengasihi kita. Sebagai murid Yesus, kita adalah cabang-cabang pohon anggur tersebut dan Yesuslah kepalanya. Kita melakukan segala tugas dan tanggungjawab seperti apa yang dilakukan oleh Yesus yaitu hidup dalam kasih. Sebagai anggota Gereja, hendaklah kita hidup saling mengasihi satu sama lain terhadap siapa pun. Kasih inilah yang akan menjadi sumber kegembiraan bagi kita. Demi kasih, Yesus memberikan hidupnya bagi kita. Langkah IV & V: Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan aksi konkrit 1) Pengantar Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan tugas dan tanggungjawab sebagai orang Kristiani yang harus kita lakukan terhadap sesama kita. Sebagai orang Kristiani hendaknya kita mewartakan Kabar Gembira di tengah-tengah dunia yakni hidup dalam kasih seperti apa yang diajarkan oleh Yesus kepada kita. 2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Gereja, kita akan melihat situasi konkrit yang (24)

167 sering kita alami dan usaha yang akan kita lakukan dalam hidup seharihari kita dalam keluarga Sebagai anggota Gereja, apakah kita semakin disadarkan untuk selalu hidup dalam kasih? (direfleksikan dalam hati masing-masing) Niat apa yang akan kita lakukan agar dapat menjalankan tugas dan kewajiban kita sebagai anggota Gereja? 3) Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan keputusan prakis bersama konkrit yang dapat segera diwujudkan agar mereka semakin menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja Penutup 1) Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan ditengah umat dan dinyalakan 2) Kesempatan doa umat spontan dan diawali oleh pendamping 3) Lagu penutup (Kasih) a. Identitas Tema 3 Judul pertemuan : Kemajuan Sejati Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin menyadari bahwa cinta kasih Kristuslah sebagai pendorong untuk mencapai kemajuan sejati Peserta : Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Tempat : di rumah umat Hari/tanggal : Kamis, 20 Februari 2014 Waktu : pkl WIB Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi cerita Model : Pengalaman Hidup Sarana : Kitab Suci, Teks lagu, teks cerita Sumber Bahan : 1 Kor 13:1-13 Bergant, Dianne SJ Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yoyakarta. Kanisius, KWI b. Pemikiran Dasar Dalam alam pembangunan sekarang ini banyak orang berlomba-lomba mengejar kemajuan material. Di desa ada orang berlomba-lomba untuk memiliki kursi sedan yang empuk dan mode-mode pakaian terbaru dsbnya. Demikian pula kehidupan orang-orang di kota-kota ada yang berlombalomba memiliki kendaraan bermotor, rumah mewah sedangkan kemajuan di bidang rohani kurang mendapat perhatian. Dalam hal ini, umat lingkungan Santo Yosef Benediktus termasuk aktif terlibat dalam (25)

168 kehidupan menggereja yaitu koor, tata laksana, pendalaman iman, parkir di gereja, dsb. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus diharapkan dapat mengimbangi dalam mengejar kemajuan material dan kemajuan rohani mereka karena kemajuan sejati tidak bisa dicapai dengan mengejar kemajuan material saja. Kemajuan sejati merupakan pembangunan manusia seutuhnya baik lahir maupun batin. St. Paulus mengatakan: Sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Demikian pun kalau kita memiliki harta yang banyak tetapi tidak memiliki kasih sedikitpun tidak berguna. Kasih itu membuat orang sabar, murah hati, berlaku sopan, tidak mencari keuntungan sendiri dan sesamanya. Dengan kata lain kasih itu membuat orang menemukan kemajuan sejati dalam dirinya. c. Pengembangan Langkah-langkah Pembukaan 1) Pengantar Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, saya ucapkan selamat malam dan berkah dalem. Dalam pertemuan pendalaman iman ini kita diajak untuk menyadari bahwa cinta kasih Kristuslah sebagai pendorong untuk mencapai kemajuan sejati. Maka dari itu kita kan bersama-sama mendengarkan sabda Yesus agar kita dapat semakin meresapkan dan melaksanakannya di tengah-tengah hidup kita. 2) Lagu pembukaan MB. no. 230 (Hidup cerah) 3) Doa Pembukaan Allah Bapa yang Maha Kasih. Kami mengucap syukur kepadamu atas rahmat kesehatan yang Engkau berikan pada kami. Bapa, bimbinglah kami agar kami dapat semakin menyadari tugas kami sebagai anggota Gereja dan semakin mengimani Putra-Mu Yesus. Doa ini kamu haturkan kehadiratmu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin. Langkah I & II: Mengungkap dan Merefleksikan pengalaman hidup peserta 1) Membagikan teks cerita Kepala Desa yang Kaya kepada peserta dan memberi pada peserta kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu 2) Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita Kepala Desa yang Kaya 3) Intisari cerita Kepala Desa yang Kaya ialah: Cerita tersebut menggambarkan seorang kepala desa yang paling kaya di kampungnya. Sebagai seorang kepala desa, ia memiliki pendidikan yang memadai dan kecakapan untuk memimpin. Penduduk desa segan dengannya. Ekonomi rumah tangga kepala desa tak dapat ditandingi oleh penduduk di sana. Kekayaannya berupa kebun karet, kebun kopi, peternakan babi dan barang mewah lainnya. Sebagai kepala desa, ia (26)

169 sendiri merasa bahwa ia disegani dan ditakuti oleh penduduknya. Tak segan-segan ia minta bantuan tenaga dari masyarakat untuk menggarap kebun karet dan kebun kopinya, ternak babi dan sapi dengan membayar upah yang murah. Penduduk desa yang lemah dan memiliki perasaan takut kepada pemimpin selalu tunduk dan mengikuti apa yang dikatakan atau diperhitungkan oleh kepala desanya. Kepala desa sendiri tidak menyadari bahwa ia mendidik penduduknya bermental kuli. Tentu saja situasi semacam ini akan berlanjut kalau tidak ada orang yang mulai berani mengubah nasib rakyat. 4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan Apa kesan anda terhadap kepala desa yang demikian? Apakah dengan pendidikan, kecakapan dan harta benda yang dimiliki ia mengalami keseimbangan kemajuan jasmani dan rohani? Bagaimana perasaan anda jika anda menemukan seorang pemimpin yang seperti itu? Apakah anda pernah mengalami peristiwa seperti cerita di atas yang berkaitan dengan kepemimpinan yang otoriter? Misalnya: di keluarga, lingkungan dan masyarakat? 5) Suatu contoh rangkuman Tindakan kepala desa sungguh kurang mencerminkan kasih. Ia memanfaatkan penduduk untuk melakukan apa yang menjadi inginnya yakni menggarap kebunnya. Kepala desa tidak memikirkan perasaan yang dialami oleh penduduk, ia hanya mencari kesenangan duniawi. Sebagai orang Kristiani, kepala desa tersebut kurang menyadari arti cinta kasih yang diajarkan oleh Yesus. Terkadang kita juga sering melalaikan ajaran Yesus dan sering berbuat seenaknya sendiri. Oleh karena itu, cerita tadi mengajak kita untuk menyadari bahwa kepuasan jasmani tidak akan mengantarkan kita menuju kemajuan sejati. Langkah III: Menggali pengalaman 1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, 1 Kor 13:1-13 atau dari teks fotocopy yang dibagikan 2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan: Ayat mana yang berkesan/menyentuh di hati anda? Apa maksud kasih itu mengatasi iman, pengetahuan dan pengharapan? Apakah pesan pokok yang mau disampaikan Tuhan lewat 1 Kor 13:1-13? 3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan di atas (27)

170 4) Pendamping memberikan tafsir dari 1 Kor 13:1-13 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya: Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, kasih adalah cara yang paling dasariah dan yang paling sempurna. Karunia tanpa kasih tidaklah berguna. Kasih mengatasi pengetahuan iman dan pengharapan, maksdunya Kasih tidak akan meghilang. Nubuat, bahasa Roh, pengetahuan mempunyai batas tetapi kasih tidak. Kasih menyempurnakan pengetahuan yang tidak sempurna. Ada karunia Roh lain tetapi kasih adalah karunia yang hakiki. Kasih tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang. Dalam keadaan bagaimanapun juga kasih tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu. Oleh karena itu, Paulus mengajak kita semua agar kita hidup dalam kasih untuk menuju kemajuan sejati tanpa mementingkan harta duniawi. Langkah IV & V: Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan aksi konkrit 1) Pengantar Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus, dalam pembicaraan-pembicaraan sebagai orang Kristiani hendaknya kita selalu hidup dalam kasih h seperti apa yang diwartakan oleh santo Paulus kepada kita. Orang yang memiliki pengetahuan, iman yang besar akan sia-sia jika tanpa kasih 2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menyadari bahwa cinta kasih Kristuslah yang dapat mendorong kita untuk menuju kemajuan sejati. Kita akan melihat situasi konkrit yang sering kita alami dan usaha yang akan kita lakukan dalam hidup sehari-hari kita dalam keluarga Sebagai orang Kristiani, apakah kita semakin disadarkan untuk selalu hidup dalam kasih Kristus demi menuju kemajuan sejati? (direfleksikan dalam hati masing-masing) Niat apa yang akan kita lakukan agar dapat mencapai kemajuan sejati? 3) Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan keputusan praktis bersama konkrit yang dapat segera diwujudkan agar mereka semakin menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja Penutup 1) Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan ditengah umat dan dinyalakan 2) Kesempatan doa umat spontan dan diawali oleh pendamping 3) Lagu penutup (Kasih) (28)

171 Lampiran 8: Foto Pada saat Melaksanakan Katekese Di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta (29)

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8 Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Sesungguhnya tujuan pembaruan karismatik bukan lain daripada tujuan hidup Kristiani pada umumnya, yaitu

Lebih terperinci

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER 2 Pelajaran 12. Sakramen Bapis 1) Ada 7 sakramen yang diakui oleh Gereja, yaitu: a) Sakramen Bapis b) Sakramen Ekarisi c) Sakramen Krisma d) Sakramen

Lebih terperinci

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya, 1 Tahun C Hari Minggu Prapaskah I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 26 : 4-10 Pengakuan iman bangsa terpilih. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA 1 Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LTRG SABDA Bacaan Pertama Ams. 8 : 22-31 Sebelum bumi ada, kebijaksanaan sudah ada. Bacaan diambil dari Kitab Amsal: Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan

Lebih terperinci

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis BAHAN RENUNGAN (untuk kalangan sendiri) Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis semakin beriman, semakin bersaudara dan berbela rasa Kata Pengantar Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma KAMIS DALAM PEKAN SUCI 1. Seturut tradisi Gereja yang sangat tua, pada hari ini dilarang merayakan misa tanpa umat. Misa Krisma 2. Pemberkatan minyak orang sakit dan minyak katekumen serta konsekrasi minyak

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALO ONG KABUPATEN NUNUKANN S K R I P S I Diajukan untuk

Lebih terperinci

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik SKRIPSI KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI SALAH SATU USAHA PENINGKATAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,

Lebih terperinci

TATA IBADAH Minggu Adven I

TATA IBADAH Minggu Adven I TATA IBADAH Minggu Adven I PERSIAPAN Doa Konsistori dan Doa Pribadi Saat Teduh UNGKAPAN SITUASI P.2. Saudara - saudara yang terkasih dalam Yesus kristus Minggu, 29 Nopember 2015 kita memasuki minggu Adven

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

1) Hai mari sembah Yang Mahabesar, nyanyikan syukur dengan bergemar. Perisai umat-nya Yang Maha Esa, mulia nama-nya, takhta-nya megah!

1) Hai mari sembah Yang Mahabesar, nyanyikan syukur dengan bergemar. Perisai umat-nya Yang Maha Esa, mulia nama-nya, takhta-nya megah! TATA IBADAH MINGGU, 06 NOVEMBER 2016 (MINGGU BIASA) IBADAH PENGAJARAN DENGAN TEMA : KEMATIAN DAN KEBANGKITAN DALAM PERSPEKTIF GKI PERSIAPAN Saat Teduh/Doa Pribadi Latihan Lagu & Pembacaan Warta Lisan Saat

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH Minggu ke-3, ARTI DAN HAKIKAT PENYELAMATAN ALLAH 19. Pert : Apakah yang dimaksud dengan penyelamatan Allah? Jwb : Penyelamatan Allah adalah tindakan Allah melepaskan manusia

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Zef. 3 : 14-18a

Tahun C Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Zef. 3 : 14-18a 1 Tahun C Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Zef. 3 : 14-18a Tuhan Allah bersorak gembira karena engkau. Bacaan diambil dari Nubuat Zefanya: Bersorak-sorailah, hai putri Sion, bergembiralah,

Lebih terperinci

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO PENDADARAN PERJAMUAN KUDUS PASKAH Minggu, 5 April 2015 HOSANA : berilah kiranya keselamatan! GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO Kompleks Taman Alfa Indah Blok A No. 9 Joglo Jakarta Barat I. PENDAHULUAN Jemaat yang

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 :

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 : 1 Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 40 : 1-5. 9-11 Kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Beginilah

Lebih terperinci

UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST

UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI S K R I P S I Diajukan untuk

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 31 Januari 2016 TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANI

GPIB Immanuel Depok Minggu, 31 Januari 2016 TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANI PERSIAPAN : TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANI Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) 09 April 2017 Jemaat GIDEON Kelapadua Depok Jl. Komjen Pol M. Jasin Kelapadua, Pasirgunung Selatan Ksatrian Amji Atak (Komp. BRIMOB POLRI) Kelapadua h

Lebih terperinci

Pembaptisan Air. Pengenalan

Pembaptisan Air. Pengenalan Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui

Lebih terperinci

2

2 Pk. 17.00 WIB 2 3 4 5 6 7 8 9 PELAYANAN BAPTISAN KUDUS DEWASA, BAPTIS ANAK, PENGAKUAN PERCAYA (SIDI), PENERIMAAN ANGGOTA & PEMBARUAN PENGAKUAN PERCAYA PENGANTAR PF : Dalam kebaktian hari ini akan dilayankan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia LITURGI SABDA

Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia LTRG SABDA Bacaan Pertama Yes. 52 : 7-10 Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017 h a l, 1 PERSIAPAN Doa pribadi warga jemaat Pengenalan lagu-lagu yang akan dinyanyikan dalam

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Menghidupi Kasih Ibadah ini dikemas dalam bentuk ibadah keluarga. Oleh karena itu mohon diusahakan agar masing-masing

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN HIDUP MENGHAMBA

KEBAHAGIAAN HIDUP MENGHAMBA Tata Ibadah Kamis Putih GKI Soka Salatiga Kamis, 13 April 2017 Pukul 18.00 WIB KEBAHAGIAAN HIDUP MENGHAMBA JEMAAT BERHIMPUN PROSESI Lonceng 1 kali, para pelayan kebaktian mempersiapkan diri dengan berdoa

Lebih terperinci

MEREFLEKSIKAN KEHIDUPAN KELUARGA BERSAMA YUSUF DAN MARIA

MEREFLEKSIKAN KEHIDUPAN KELUARGA BERSAMA YUSUF DAN MARIA Tata Ibadah Umum I GKI Soka Salatiga Minggu, 31 Desember 2017 Pukul 07.00 WIB MEREFLEKSIKAN KEHIDUPAN KELUARGA BERSAMA YUSUF DAN MARIA PERSIAPAN Lonceng 1 kali, para pelayan kebaktian mempersiapkan diri

Lebih terperinci

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: )

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: ) TAHN B - Hari Minggu Paskah V 10 Mei 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Kis 10:25-26. 34-35. 44-48) Karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul Sekali

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH TATA IBADAh HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH Minggu 14 Mei 201 TATA IBADAH PERSIAPAN - Memastikan kesiapan; semua yang akan melayani - Prasarana ibadah ( P1 ) - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan

Lebih terperinci

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Pernahkah saudara melihat seekor induk burung yang mendesak anaknya keluar dari sarangnya? Induk burung itu memulai proses pengajaran yang akan berlangsung terus sampai

Lebih terperinci

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017 h a l, 1 PERSIAPAN Doa pribadi warga jemaat Pengenalan lagu-lagu

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1:

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1: 1 Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA Bacaan Pertama 1 Sam. 1:20-22. 24-28 Seumur hidupnya Samuel diserahkan kepada Tuhan. Bacaan diambil dari Kitab Pertama Samuel: Setahun

Lebih terperinci

THE YEAR OF FAVOR #5 TAHUN PERKENANAN #5 GOD S PURPOSE FOR FAVOR TUJUAN TUHAN MEMBERIKAN FAVOR

THE YEAR OF FAVOR #5 TAHUN PERKENANAN #5 GOD S PURPOSE FOR FAVOR TUJUAN TUHAN MEMBERIKAN FAVOR THE YEAR OF FAVOR #5 TAHUN PERKENANAN #5 GOD S PURPOSE FOR FAVOR TUJUAN TUHAN MEMBERIKAN FAVOR PEMBUKAAN: Hari ini saya ingin membagikan sebuah Firman Tuhan tentang God s Purpose for Favor atau Tujuan

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt.

Lebih terperinci

LITURGI BULAN KELUARGA GMIT JEMAAT BET EL OESAPA TENGAH MINGGU, 01 OKTOBER 2017 TEMA: MENJADI KELUARGA YANG MENGGARAMI DAN MENERANGI

LITURGI BULAN KELUARGA GMIT JEMAAT BET EL OESAPA TENGAH MINGGU, 01 OKTOBER 2017 TEMA: MENJADI KELUARGA YANG MENGGARAMI DAN MENERANGI LITURGI BULAN KELUARGA GMIT JEMAAT BET EL OESAPA TENGAH MINGGU, 01 OKTOBER 2017 TEMA: MENJADI KELUARGA YANG MENGGARAMI DAN MENERANGI Fokus: Kategori Lanjut Usia (Lansia) CATATAN: Diharapkan para Diaken

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB TEMA : CERDAS DAN KREATIF DI DALAM KRISTUS Minggu, 03 Juli 2016 Persiapan

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria Geli, Jijik, Menakutkan, Bikin Gatal Kelahiran adalah waktu sukacita. Sebuah benih bertunas, dan munculnya dua daun pertama, menjadikan pemilik kebun akan senang. Seorang bayi dilahirkan, dan tangisannya

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 13 Nopember 2016

GPIB Immanuel Depok Minggu, 13 Nopember 2016 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XXVI SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Pengantar Dalam dua bagian pertama pelajaran ini, kita telah belajar pentingnya menerima Roh Kudus, membaca Alkitab, dan berkembang di mana kita ditanamkan. Dalam

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 HARI 1 MENJADI TELADAN Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat

Lebih terperinci

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen...

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen... TATA IBADAH HARI MINGGU XVIII SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 15 APRIL 2018 (MINGGU PASKAH III - PUTIH) KOMUNITAS YANG BERSAKSI

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 15 APRIL 2018 (MINGGU PASKAH III - PUTIH) KOMUNITAS YANG BERSAKSI TATA IBADAH MINGGU, 15 APRIL 2018 (MINGGU PASKAH III - PUTIH) KOMUNITAS YANG BERSAKSI Latihan Lagu Pembacaan/Penayangan Warta Lisan Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt.

Lebih terperinci

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

KERAMAHAN TANPA SEKAT YEREMIA 28 : 5-9; MAZMUR 89 : 1-4, 15-18; ROMA 6 : 12-23; MATIUS 10 : 40-42

KERAMAHAN TANPA SEKAT YEREMIA 28 : 5-9; MAZMUR 89 : 1-4, 15-18; ROMA 6 : 12-23; MATIUS 10 : 40-42 Liturgi SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS MINGGU, 02 JULI 2017 KERAMAHAN TANPA SEKAT YEREMIA 28 : 5-9; MAZMUR 89 : 1-4, 15-18; ROMA 6 : 12-23; MATIUS 10 : 40-42 GEREJA KRISTEN INDONESIA JL. KEBONJATI NO. 100 BANDUNG

Lebih terperinci

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN Orang tua Kristiani mempunyai tanggung jawab, yang dipandang juga sebagai bentuk kerasulan khusus, untuk mendidik anak-anak dan membantu anak-anak dapat mempersiapkan diri

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI Yoh 14: Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI Yoh 14: Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI Yoh 14:23-29 FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI 2016 (23) Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 27 September 2015

GPIB Immanuel Depok Minggu, 27 September 2015 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XVIII SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

Umat yang telah Kubentuk bagi-ku akan memberitakan kemasyhuran-ku."

Umat yang telah Kubentuk bagi-ku akan memberitakan kemasyhuran-ku. Tahun C Hari Minggu Prapaskah V (Penyelidikan Ketiga Calon Baptis) LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 43 : 16-21 Aku hendak membuat sesuatu yang baru, dan Aku akan memberi minum Umat Pilihan-Ku. Bacaan

Lebih terperinci

SAUDARA BELAJAR BERJALAN

SAUDARA BELAJAR BERJALAN SAUDARA BELAJAR BERJALAN Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Letakkan Tangan Saudara di dalam Tangan Allah Sudahkah Iblis Berusaha untuk Menjatuhkan Saudara? Apakah Saudara Menderita karena Kristus?

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 29 Januari 2017 TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANIA

GPIB Immanuel Depok Minggu, 29 Januari 2017 TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANIA TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANIA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari

Lebih terperinci