KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI"

Transkripsi

1 KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Sisilia Lun Imuq NIM: PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

2

3

4 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada keluargaku tercinta Ayahku (Viventius Himuq), Ibuku (Hilaria Hong), Kakakku (Damiana Hure dan Marselina Hangin) dan umat di Stasi Santo Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. iv

5 MOTTO Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-nya, dan Ia akan bertindak. (Mzm, 37:5) v

6

7

8 ABSTRAK Skripsi ini berjudul KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR. Judul ini dipilih berpangkal dari keprihatinan penulis berkaitan dengan cara hidup beriman umat di stasi St. Yohanes pembaptis Long Lunuk dan kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan. Kenyataan yang terjadi bahwa kegiatan yang selama ini dilaksanakan masih berpusat pada pastoral liturgi saja. Dengan mengetahui permasalahan yang ada, maka skripsi ini bermaksud untuk membantu stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam pembinaan dan memperkembangkan iman umat. Dalam pembinaan dan perkembangan iman umat peran pendamping sangat dibutuhkan, untuk itu dalam meningkatkan kualitas, pengetahuan, keterampilan dan spiritualitas yang dimilikinya, perlu diberikan pengembangan bagi pendamping dan kaderisasi bagi calon pendamping katekese umat. Hal ini dapat membawa habitus baru dalam hidup beriman umat di stasi St. Yohanes pembaptis Long Lunuk. Persoalan mendasar dalam skripsi ini adalah bagaimana dinamika hidup beriman umat? Apa peranan katekese dalam membangun hidup beriman umat? Apa saja usaha-usaha dari stasi untuk membangun habitus baru dalam hidup beriman umat? Bagaimana usaha meningkatkan sumber daya manusia atau tenaga katekis? Untuk menanggapi masalah ini, maka diadakan suatu penelitian melalui pengumpulan data di lapangan dengan menyebarkan kuesioner dan mengadakan wawancara. Selain itu studi dokumen, observasi dan studi pustaka juga diperlukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai stasi yang diteliti, sehingga dapat memberikan sumbangan dan gagasan sebagai upaya untuk membaharui Gereja stasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaderisasi pendamping katekese umat menjadi penting dilaksanakan dalam usaha membangun habitus baru bagi hidup beriman umat di stasi St. Yohanes pembaptis Long Lunuk. Melalui kaderisasi pendamping katekese umat, diharapkan kualitas pendamping semakin meningkat dengan diasahnya pengetahuan, keterampilan, spiritualitasnya dalam menggerakkan, mengorganisasikan umat untuk memperkembangkan imannya. Dengan mengikuti kaderisasi pendamping dan calon pendamping memperoleh hal baru dalam pembaharuan Gereja stasi dan dalam membantu serta meningkatkan hidup beriman umat. Dengan kualitas yang dimilikinya pendamping juga diharapkan dapat memandu katekese umat dengan model pengalaman hidup bagi umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. viii

9 ABSTRACT This study has as title THE FORMATION OF FACILITATORS OF COMMUNITY CATECHESIS IN ST. JOHN THE BAPTIST PARISH STATION, LONG LUNUK, EAST KALIMANTAN. The choice of this title stems from the concern of the author about the faith life in St. John the Baptist parish station, Long Lunuk, as well as about the activities that often take place in this station. The activities of the community up to this time usually take place around the pastoral and liturgical aspects of Christian life. Knowing what the real problem is, the author wrote this study to help the faithful in St. John the Baptis parish station to foster and develop their faith. In this formative effort the role of good facilitators are needed. For this purpose, a program of formation for the facilitators and prospective facilitators of community catechesis is called for, to enhance their quality, knowledge, skill and spirituality. Hopefully, this formation program will bring about a new habit in the faith life of people in St. John the Baptis Station, Long Lunuk. This study deals with the following questions: How is the dynamics of the faith life in the aforementioned place? What is the role of catechesis in building up the faith life of the community? What kind of efforts have been taken in this place to introduce a new habit of faith life? What kind of efforts have been taken to improve the human qualities of the catechists and other community leaders? To respond to these questions, the author carried out a field research by way of questionnaire and interviews. These are subsequently complemented by the study on the pertinent documents and litteratures, as well as some further observations. These steps are expected to contribute to developing ideas as to how to renew the Church in this parish station. The results of the research show that the formation for the facilitators of catechesis is what is needed in introducing the new habit of faith life in the community of St. John the Baptist parish station. This formation program is expected to enhance the knowledge, skill and spirituality of these facilitators, so that they will be able to organize better the rest of the community for the betterment of the faith life. By taking part in this program, they will hopefully receive new knowledge regarding the renewal of the Church for the improvement of the faith life of people. With these qualities the facilitators are further expected to lead the renewal of catechesis by way of a catechetical model based on the life experience for the faithful in St. John the Baptist parish station, Long Lunuk, East Kalimantan. ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih-nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispi yang berjudul KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR. Skripsi ini merupakan ujud cinta penulis akan kemajuan stasi St. Yohanes Pembaptis dalam meningkatkan hidup beriman bersama, sehingga dapat menjadi stasi yang mandiri. Oleh karena itu penulisan skripsi ini bermaksud untuk meningkatkan kualitas pendamping untuk membantu umat dalam pembinaan hidup beriman bersama. Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi ini dapat tersusun. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum, selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, rela meluangkan waktu untuk mendampingi, memberi masukan dan motivasi serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dari gagasan awal hingga akhir penulisan. 2. Dr. C. B. Putranta, SJ, selaku dosen penguji II yang juga sekaligus merupakan dosen pembimbing akademik yang dengan tulus membimbing, memberi perhatian, mendengarkan curhat penulis baik selama masa perkuliahan x

11 maupun dalam penyusunan skripsi serta memberi semangat dan mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi dengan baik. 3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd selaku dosen penguji III yang membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini dan meluangkan waktu untuk mempelajari serta memberikan masukan berkaitan dengan isi skripsi ini. 4. Para dosen dan staf karyawan IPPAK-USD yang selalu menerima dan memberi dukungan kepada penulis. 5. Pastor paroki, katekis dan ketua dewan Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian skripsi ini. 6. Papaku Viventius Imuq, mamaku Hilaria Hong Ding, Kakakku Damiana Hure dan Marselina Hangin serta seluruh keluarga yang memberikan dukungan serta semangat kepada penulis, baik berupa materi maupun doa selama penulis studi di IPPAK. 7. Umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk yang dengan rela dan bersedia mengisi kuesioner yang disebarkan oleh penulis. 8. Sahabat seperjuangan; Susan, Oliva, Hiping yang selalu mengingatkan, memberikan semangat serta masukan kepada penulis selama studi dan selama menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman seangkatan 2006 yang telah memberikan dukungan kepada penulis. 10. Teman-temanku yang selalu memberikan perhatian, mengingatkan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini. xi

12

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiii DAFTAR SINGKATAN... xvii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakangan... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penulisan... 6 F. Manfaat Penulisan... 7 G. Metode Penulisan... 7 H. Sistematika Penulisan... 8 BAB II. MEMBANGUN HABITUS BARU DALAM GEREJA MELALUI KATEKESE UMAT A. Gereja Umat Allah Pengertian Gereja Gereja Sebagai Umat Allah Tugas-tugas Pokok Gereja a. Tugas Mewartakan xiii

14 b. Tugas Menguduskan c. Tugas Melayani B. Katekese Umat Pengertian Katekese Umat Tujuan Katekese Umat Unsur-unsur Katekese Umat a. Pengalaman/praktek Hidup b. Pengalaman Iman Kristiani:terang Kitab Suci dan Tradisi Kristiani c. Komunikasi Iman d. Menyadari Arah Keterlibatan Baru Model-model Katekese Umat a. Model Pengalaman Hidup b. Model Biblis c. Model Campuran d. Model SCP (Shared Christian Praxis) Peranan Katekese Umat a. Katekese Umat Meningkatkan Hidup Beriman Pribadi b. Katekese Umat Meningkatkan Hidup Menggereja c. Katekese Umat Meningkatkan Hidup Bermasyarakat C. Habitus Baru Dalam Hidup Beriman Umat Pengertian Habitus Pembaharuan Hidup Beriman Umat Usaha Gereja untuk Membangun Habitus Baru Perlunya Pendamping Katekese Umat Untuk Membangun Habitus Baru Dalam Hidup Beriman Umat a. Pengertian Pendamping Katekese Umat b. Peranan Pendamping Katekese Umat c. Pengetahuan Pendamping Katekese Umat d. Keterampilan Pendamping Katekese Umat e. Spiritualitas Pendamping Katekese Umat xiv

15 BAB III. KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK A. Gambaran Umum Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Letak Geografis Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Jumlah Dan Perkembangan umat Di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Tenaga Katekis Kegiatan-kegiatan Yang Sering Dilakukan Di Stasi St. Yohanes Pembaptis B. Penelitian Permasalahan Katekese Umat Rumusan Permasalahan Tujuan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Instrumen Penelitian Responden Penelitian Variabel Penelitian C. Laporan Hasil Penelitian Responden Dinamika Kegiatan Hidup Beriman Umat Peranan Katekese Umat Dalam Rangka Membangun Hidup Beriman Umat Usaha-usaha Dari Stasi Dalam Usaha Membangun Habitus Baru Dalam Kehidupan Beriman Umat Usaha Meningkatkan SDM (sumber daya manusia) Tenaga Katekis Usulan Untuk Meningkatkan Pembinaan/Pendampingan Iman Umat Kesimpulan Hasil Penelitian BAB IV. USULAN PROGRAM KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DALAM RANGKA MEMBANGUN HABITUS BARU DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR A. Pengertian dan Tujuan Kaderisasi Pendamping Katekese Umat xv

16 1. Pengertian Kaderisasi Pendamping Katekese Umat Tujuan Kaderisasi Pendamping Katekese Umat B. Usulan Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Latar Belakang Penyusunan Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat Pengertian Dan Tujuan Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk C. Usulan Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat Tujuan Diadakannya Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Alasan Pemilihan Tema Waktu Pelaksanaan Program Kaderisasi pendamping Katekese Umat D. Contoh Satuan Pendampingan Satuan Persiapan pendampingan I Satuan Persiapan Pendampingan II Contoh Katekese Umat Model Pengalaman Hidup BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Bagi Pengurus Pastoral Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Bagi Umat Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... (1) Lampiran I: Kuesioner... (1) Lampiran II: Hasil Wawancara... (7) Lampiran III: Cergam Antara Dua Pilihan... (11) Lampiran IV: Surat Pemohonan Ijin Penelitian... (12) xvi

17 DAFTAR SINGKATAN A. SINGKATAN KITAB SUCI KS : Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (2007) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Mat Kis Luk Yoh Gal : Matius : Kisah Para Rasul : Lukas : Yohanes : Galatia B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA CT: Catechesi Tradendae, Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober LG: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964 GS: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, tanggal 7 Desember SC: Sacrosanctum Concilium, Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember UR: Unitatis Redintegratio, Konsili Vatikan II tentang Ekumenisme, 21 November xvii

18 C. SINGKATAN LAIN St : Santo/Santa Art KWI KAS PKKI SDM Kat Pas Kal : Artikel : Konferensi Wali Gereja Indonesia : Keuskupan Agung Semarang : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-indonesia : Sumber Daya Alam : Katekis : Pastor Paroki : Ketua Lingkungan Pendamping di Stasi St. Yohanes Pembaptis biasa disebut katekis xviii

19 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak jaman dahulu Gereja secara terus-menerus melakukan pembaharuan dalam karya perkembangan iman serta berusaha untuk membangun habitus baru dalam pendewasaan dan penghayatan hidup beriman umat. Usaha itu tidak berhenti pada himbauan saja melainkan dengan suatu tindakan nyata. Gereja juga berusaha untuk bergerak dalam perkembangan pembangunan hidup beriman umat dan terlibat dalam situasi hidup umat yang sedang mengalami permasalahan. Oleh sebab itu Gereja mengusahakan adanya kegiatan-kegiatan pastoral Gereja dalam bidang kerygma (pewartaan), liturgia (liturgi), koinonia (persekutuan), diakonia (pelayanan), dan martyria (kesaksian). Kegiatan pastoral ini bertujuan agar dapat memperkembangkan dan mendewasakan iman umat serta mengajak umat untuk menemukan makna baru melalui nilai-nilai kristiani yang dikaitkan dengan pengalaman hidupnya. Melalui karya pastoralnya Gereja berusaha membangun habitus baru dalam bidang pewartaan. Salah satu kegiatan pastoral dalam bidang pewartaan ialah katekese umat. Katekese umat bukan sekedar dilakukan berdasarkan minat saja, tetapi bagaimana Katekese umat tersebut benar-benar mampu membawa peserta pada penghayatan imannya dan lebih menghayati makna dari terang Injil yang didapatkan serta mengambil makna dari pengalaman hidup mereka (umat) dengan berbagai persoalan dan permasalahan yang dihadapi. Selain dapat membangun habitus baru

20 2 dalam hidup umat, katekese umat juga merupakan faktor pembaharuan Gereja karena Sabda hadir dalam dirinya, maka katekese umat juga mengambil bagian atas caranya sendiri untuk melaksanakan tugasnya dalam pewartaan. Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk kalimantan Timur juga berusaha untuk senantiasa membaharui dirinya dalam bidang pewartaan. Sebab Stasi ini merupakan bagian dari Paroki St. Yosep Long Pahangai yang berada di pelosok Pedalaman Hulu sungai Mahakam. Jarak yang berjauhan (kampungkampung dibatasi oleh hutan) menjadikan transportasi alternatif hanya memakai perahu kecil (ketinting), hal ini yang menghambat terjadinya pewartaan di tempat ini. Di Stasi St. Yohanes pembaptis umat belum mengenal dan mengerti arti dan tujuan dari katekese umat. Walaupun mayoritas masyarakat Pedalaman Hulu Mahakam beragama Katolik tetapi pemahaman tentang iman masih sangat kurang sehingga pendalaman iman yang dilakukan tidak seperti yang sering dilaksanakan di Jawa yaitu katekese umat yang menggunakan media, sharing pengalaman dan menafsir Kitab Suci, melainkan dengan ibadat sabda dan doa Rosario bersama. Maka pada pertemuan-pertemuan doa yang sering diadakan tidak menggunakan sharing pengalaman iman sehingga tidak memperkaya pengetahuan dan kedewasaan iman masing-masing. Dengan demikian tujuan dari katekese umat tidak nampak dalam kegiatan tersebut. Oleh sebab itu perlu diperhatikan tujuan dari komunikasi iman seperti yang diungkapkan oleh (Huber, 1981: 22): Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari: dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan

21 3 cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani; pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. Permasalahan lain yang dihadapi oleh Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk adalah kurangnya tenaga pendamping yang lebih mengerti tentang katekese umat, yang dapat mendukung atau membimbing pendamping untuk mengenal tentang katekese umat, model-model dan metode katekese umat yang ada. Sangat disayangkan jika pemahaman pendamping dan umat hanya terbatas pada ibadat, doa Rosario dan Misa/ibadat di Gereja setiap hari minggu. Stasi St. Yohanes pembaptis Long Lunuk membutuhkan adanya katekese umat yang dapat meningkatkan penghayatan dan perkembangan hidup beriman bersama. Peningkatan mutu katekese umat yang perlu diperhatikan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, agar katekese umat tersebut selalu berpusat pada nilai-nilai Kristiani. Namun semuanya ini tidak lepas dari keterampilan yang dimiliki oleh seorang pendamping dalam memandu katekese umat. Hal ini terungkap dalam PKKI III (Lalu Yosef, 2007:16): Kemampuan/ketrampilan berkomunikasi meliputi: Ketrampilan mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu tindakan nyata, mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan, ketrampilan menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain. Kemampuan/ketrampilan berefleksi meliputi: trampil menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup seharihari. Menemukan nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, Ajaran Gereja dan tradisi kristiani lainnya. Menggumuli nilai-nilai kristiani dalam kehidupan konkrit. Selain itu juga pendamping katekese umat juga merupakan seorang pribadi yang beriman Katolik yang sadar akan panggilan Roh untuk melayani sesama umat dalam kelompok dasar.

22 4 Dari permasalahan tersebut di atas dibutuhkan kaderisasi bagi pendamping katekese umat yang ada di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. Kaderisasi merupakan bentuk pendampingan bagi katekis/pendamping katekese umat agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memandu katekese umat. Kaderisasi pendamping katekese umat sangat penting dilakukan bagi para pendamping di Stasi St. Yohanes Pembaptis, karena dengan adanya kaderisasi ini para pendamping katekese umat dapat memahami dan mengerti tentang kegiatan yang terdapat dalam pendalaman iman. Selain itu juga kaderisasi ini dapat membangun habitus baru dalam hidup umat karena disini akan diperkenalkan cara-cara dalam proses katekese umat. Bagaimana menjadi pendamping/pemandu katekese umat, elemen-elemen apa yang harus diketahui. Seperti halnya bagaimana mengolah pengalaman hidup peserta, ajaran-ajaran Kristiani (Kitab Suci), komunikasi iman, refleksi dan aksinya. Penulis akan mencoba untuk menjadi seperti sosok Yohanes Pembaptis untuk membawa habitus baru dalam perkembangan hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk melalui katekese umat sehingga diharapkan stasi tergerak untuk memberi ruang pada katekese agar pendamping dan umat dapat melihat, memahami dan melaksanakan katekese umat sehingga memperkembangkan hidup beriman umat. Penulis juga akan berusaha mengajak pendamping untuk menghayati dan menyadari akan tugasnya. Dengan demikian pendamping katekese umat dapat membantu umat dalam mengolah pengalaman hidup lewat kegiatan katekese umat melalui komunikasi iman yang dilakukan. Melalui pemahaman, pendamping sebagai fasilitator juga dapat membantu umat

23 5 untuk semakin mengenal Yesus Kristus, memperoleh terang Injil dan dapat lebih menghayati imannya. Oleh karena itu penulis terdorong untuk memilih judul Kaderisasi Pendamping Katekese Umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimanatan Timur. Penulis berharap pemahaman tentang katekese umat semakin dipahami oleh pendamping katekese umat untuk membangun habitus baru demi perkembangan dan pendewasaan iman bersama dalam hidup bermasyarakat dan menggereja. B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan skripsi ini diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apakah yang di maksud dengan Gereja? 2. Apakah yang dimaksud dengan katekese umat? 3. Apa tugas pendamping katekese umat? 4. Apa yang dimaksud habitus baru dalam hidup umat? 5. Bagaimana cara mensosialisasikan katekese umat yang baik agar peserta mampu mengolah pengalaman hidupnya? 6. Apa yang dimaksud dengan kaderisasi? 7. Bagaimana cara kaderisasi untuk pendamping katekese umat? 8. Bagaimana cara melibatkan peserta untuk mau ikut dalam kaderisasi?

24 6 C. PEMBATASAN MASALAH Menimbang pentingnya kaderisasi bagi pendamping katekese umat untuk membangun habitus baru dalam perkembangan hidup beriman umat, maka penulis membatasi pembahasan skripsi ini maupun penelitian pendukung pada kaderisasi pendamping katekese umat yang berlangsung di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pembatasan permasalahan di atas, masalah skripsi ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa peranan katekese umat dalam pembaharuan Gereja? 2. Bagaimana katekese umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk telah dilaksanakan untuk membangun habitus baru dalam perkembangan hidup beriman umat? 3. Usaha apa yang dilakukan agar katekese umat semakin berperan membangun habitus baru dalam hidup umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur? 4. Bagaimana kaderisasi pendamping katekese umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur dapat dilakukan? E. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan ini adalah: 1. Menguraikan peranan katekese umat dalam pembaharuan Gereja untuk membangun habitus baru.

25 7 2. Mengetahui bagaimana katekese umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk telah dilaksanakan untuk membangun habitus baru dalam perkembangan hidup beriman umat. 3. Mengetahui usaha-usaha apa yang bisa dilakukan agar katekese umat semakin berperan membangun habitus baru dalam hidup umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. 4. Menguraikan bagaimana kaderisasi pendamping katekese umat dapat dilakukan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. F. MANFAAT PENULISAN Dengan adanya kaderisasi pendamping katekese umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk diharapkan pendamping semakin mengenal, mengetahui, mengerti dan memahami tentang katekese umat serta melaksanakan katekese umat dan menjadi kreatif dalam memimpin katekese umat. Selain itu juga kaderisasi pendamping katekese umat ini semakin menambah pemahaman penulis dalam berkatekese. G. METODE PENULISAN Sehubungan dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Dengan metode ini penulis melaksanakan penelitian dengan memaparkan dan menganalisa permasalahan yang terjadi sehingga permasalahan dapat dipecahkan. Untuk mendapat data maka penulis akan melaksanakan penelitian dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, kemudian didukung oleh studi pustaka.

26 8 H. SISTEMATIKA PENULISAN Skripsi ini mengambil judul Kaderisasi Pendamping Katekese Umat Di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan yang memaparkan latar belakang penulisan, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II MEMBANGUN HABITUS BARU DALAM GEREJA MELALUI KATEKESE UMAT Bab ini menguraikan tiga bagian yaitu: bagian pertama: pengertian Gereja, Gereja sebagai Umat Allah, tugas-tugas pokok Gereja yang meliputi tugas mewartakan, tugas pengudusan dan perayaan dan tugas melayani. Bagian kedua: pengertian katekese umat, tujuan katekese umat, unsur-unsur dalam proses katekese umat dan model-model katekese umat dan peranan katekese umat yang meliputi katekese umat meningkatkan hidup beriman pribadi, katekese umat meningkatkan hidup menggereja, katekese umat meningkatkan hidup bermasyarakat. Bagian ketiga yaitu: membangun habitus baru dalam hidup beriman umat yang meliputi pengertian habitus baru, pembaharuan hidup beriman umat, usaha Gereja untuk membangun habitus baru dan pengertian pendamping katekese umat, peranan pendamping katekese umat, pengetahuan pendamping

27 9 katekese umat, keterampilan pendamping katekese umat, spiritualitas pendamping katekese umat. BAB III KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR Bab ini memaparkan tiga bagian yang terdiri dari bagian pertama: gambaran umum Stasi St.Yohanes Pembaptis Long Lunuk: letak geografis stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, jumlah dan perkembangan umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, tenaga katekis, kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Bagian kedua: penelitian permasalahan katekese umat: rumusan masalah, tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, variabel penelitian. Bagian ketiga: laporan hasil penelitian dan kesimpulan. BAB IV USULAN PROGRAM KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DALAM RANGKA MEMBANGUN HABITUS BARU DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR Penulis memaparkan dalam bagian pertama usulan kaderisasi untuk pendamping katekese umat yang meliputi pengertian kaderisasi pendamping katekese umat, tujuan kaderisasi pendamping katekese umat. Bagian kedua memaparkan usulan program kaderisasi pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk: latar belakang penyusunan program kaderisasi pendamping katekese umat, pengertian dan tujuan program kaderisasi

28 10 pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Bagian ketiga: usulan program kaderisasi pendamping katekese umat yang meliputi tujuan diadakannya program kaderisasi pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, alasan pemilihan tema dan waktu pelaksanaan. Bagian keempat: contoh satuan pendampingan. BAB V PENUTUP Penulis menutup penulisan dengan membuat kesimpulan dan saran.

29 BAB II MEMBANGUN HABITUS BARU DALAM GEREJA MELALUI KATEKESE UMAT Tugas utama Gereja adalah mewartakan Sabda Allah (Setyakarjana, 1997:110). Dalam tugas pewartaannya, Gereja berusaha membangun habitus baru untuk mengajak umat agar selalu merefleksikan imannya hingga sampai pada pendewasaan dan penghayatan iman secara mendalam. Salah satu tugas pewartaan itu adalah katekese. Katekese merupakan tempat atau wadah bagi Gereja dalam bidang pewartaan untuk menyampaikan kabar gembira tentang Kerajaan Allah yang menyelamatkan manusia. Katekese umat merupakan bentuk komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat/kelompok. Katekese umat sebagai komunikasi iman merupakan proses kesaksian hidup yang berpangkal pada apa yang dialami oleh peserta dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman ini kemudian direfleksikan dan diolah sehingga menjadi pengalaman yang didasari dari terang Injil dan iman yang mendalam akan Yesus Kristus yang menjadi sumber hidup umat. Dalam bab II ini, penulis akan berbicara mengenai membangun habitus baru dalam Gereja melalui katekese umat, yang di dalamnya mencakup 3 (empat) bagian pokok yaitu pertama Gereja umat Allah yang meliputi pengertian Gereja, Gereja sebagai umat Allah, tugas-tugas pokok Gereja yang terbagi dari: Tugas mewartakan, tugas pengudusan dan perayaan dan tugas melayani. Bagian kedua katekese umat yang meliputi pengertian katekese umat, tujuan katekese umat,

30 12 unsur-unsur dalam proses katekese umat, model-model katekese umat dan peranan katekese umat. Bagian ketiga yaitu membangun habitus baru dalam hidup beriman umat meliputi pengertian habitus baru, pembaharuan hidup beriman umat, usaha Gereja untuk membangun habitus baru, perlunya pendamping katekese umat meliputi pengertian, peranan, pengetahuan, keterampilan, spiritualitas pendamping katekese umat. A. Gereja Umat Allah 1. Pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari kata igreja. Kata tersebut adalah ejaan Portugis untuk kata Latin Ecclesia, yang ternyata berasal dari bahasa Yunani, ekklesia. Kata Yunani itu berarti kumpulan atau pertemuan, rapat. Namun Gereja atau ekklesia bukan sembarangan kumpulan, melainkan kelompok orang yang khusus. Untuk menonjolkan kekhususan itu dipakailah kata asing itu. Kadang-kadang dipakai kata jemaat atau umat. Maka lebih baik memakai kata Gereja yakni ekklesia. Kata Yunani berasal dari kata yang berarti memanggil. Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan (KWI, 1996:332). Rumusan tersebut menggambarkan bahwa Gereja merupakan umat beriman yang dipanggil oleh Tuhan untuk berkumpul atau mengadakan pertemuan bersama. Namun dalam Gereja bukanlah sembarang kumpulan tetapi sekelompok jemaat yang khusus, yang dipanggil dalam kesatuan iman, harapan dan cinta. Dengan demikian umat semakin memahami diri sebagai anggota dari Gereja dan merumuskan karya keselamatan Tuhan diantara mereka. Arti Gereja juga termuat dalam buku Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KWI, 2009:61) Gereja menunjuk kepada orang-orang yang dipanggil Allah dan berkumpul bersama dari setiap penjuru dunia. Umat membentuk suatu persekutuan, yang melalui iman dan

31 13 pembaptisan, menjadi anak-anak Allah, anggota-anggota Kristus dan kenisah Roh Kudus. Yang membuat kumpulan itu menjadi Gereja adalah kegiatan Roh Kudus di dalamnya. Dengan demikian dalam karya Roh Kudus Gereja mempunyai gambaran yang memberikan berbagai aspek yang saling melengkapi misteri Gereja. Selain itu Roh Kudus pula membantu secara khusus mereka yang diberi tugas mempersatukan umat. Seluruh kehidupan Gereja, pewartaan, perayaan dan pelayanan, digerakkan dan didorong oleh Roh yang sama (KWI, 1996:331). 2. Gereja Sebagai Umat Allah Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil. Umat Allah dipilih dan dipanggil untuk Allah untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan dunia. Hubungan antara Allah dan umat-nya dimateraikan oleh suatu perjanjian. Umat harus menaati perintah-perintah Allah dan Allah selalu menepati janji-janji-nya. Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir menuju Tanah Terjanji (KomKat KWI, 2007:20). Rumusan tersebut menggungkapkan gambaran Gereja sebagai umat Allah. Umat Allah merupakan orang pilihan yang dipanggil oleh Allah sendiri untuk menyelamatkan dunia. Oleh sebab itu hendaknya umat Allah selalu menaati perintah-perintah Allah. Dengan demikian umat semakin menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Karena seseorang tidak dapat menghidupkan imannya secara individu. Selain itu umat semakin aktif dalam kehidupan mengumat sehingga bertanggungjawab dalam hidup menggereja. Gereja sungguh merupakan satu umat Allah yang sehati sejiwa, seperti yang ditunjukkan Umat Perdana, yang imannya kita anut sampai sekarang (lih. Kis 2:41-47):

32 14 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagibagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Gereja adalah umat Allah karena Allah menghendaki untuk menyucikan dan menyelamatkan manusia bukan terpisah, tetapi dengan menjadikan mereka satu keluarga yang dikumpulkan bersama oleh kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus (KWI, 2009:62). Hal ini juga diungkapkan dalam (LG, art 9) Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan orang-orang bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, Ia hendak membentuk mereka menjadi umat, yang mengakui-nya dalam kebenaran dan mengabdi kepada-nya dengan suci. Dengan demikian umat dari satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang dipanggil Allah untuk saling melayani dan menyerahkan diri secara utuh kepada Allah, sehingga dapat menghayati dan memperkembangkan imannya melalui pengudusan dan keselamatan dari Allah. Ciri khas umat Allah seperti yang diungkapkan dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik (2009:62) yaitu: Seseorang menjadi anggota umat ini melalui iman kepada Kristus dan pembaptisan. Umat itu berasal dari Allah Bapa, kepadanya adalah Yesus Kristus, tanda khususnya adalah martabat dan kebebasan anak-anak Allah, hukumnya adalah perintah baru cinta kasih, misinya adalah menjadi garam dan terang dunia, dan tujuan akhirnya adalah Kerajaan Allah yang sudah mulai di dunia ini.

33 15 Rumusan tersebut menggambarkan bahwa umat Allah yaitu hendaknya mengimani Yesus Kristus melalui penyerahan diri untuk dibaptis dan menyadari dirinya berasal dari Allah yang diselamatkan oleh anak Allah yaitu Yesus Kristus. Dengan demikian taat pada hukum yaitu menebarkan cinta kasih kepada setiap orang sehingga dapat menjadi garam dunia dan pada akhirnya mewujudkan Kerajaan Allah dalam dirinya, orang di sekitarnya dan bagi seluruh dunia. Umat Allah ambil bagian dalam tugas imamat Kristus sejauh mereka yang dibaptis disucikan oleh Roh Kudus untuk mempersembahkan kurban rohani, selain itu mereka ambil bagian dalam tugas kenabian Kristus jika mereka sungguh menghayati iman mereka dan tugas rajawi Kristus melalui pelayanan, meneladan Yesus Kristus sebagai Raja Semesta (KWI, 2009:62-63). Umat Allah merupakan kumpulan orang yang dipanggil Allah bukan satu per satu untuk dikuduskan dan diselamatkan, oleh sebab itu penghayatan iman umat bukan saja menjadi tanggungjawab hierarki atau katekis tetapi merupakan tanggungjawab seluruh umat beriman Kristiani. 3. Tugas-tugas Pokok Gereja a. Tugas Mewartakan Gereja melanjutkan dan mengambil bagian dalam tritugas Yesus Kristus, yakni tugas nabi, tugas imani dan tugas rajawi. Tugas nabi yaitu mewartakan. Tuhan menyerahkan kuasa di langit dan di bumi kepada para uskup selaku pengganti para Rasul menerima perutusan untuk mengajar semua bangsa dan mewartakan Injil kepada segenap makhluk, supaya semua orang, karena iman, Baptis dan pelaksanaan perintah-perintah memperoleh keselamatan (LG, art 24). Mereka (uskup) mengemban kewibawaan Kristus. Artinya, mereka mewartakan

34 16 kepada umat dan menyerahkan iman yang harus dipercayai dan diterapkan pada perilaku manusia, sehingga semakin memperjelas iman yang dimikinya (umat) dalam terang Roh Kudus. Dengan demikian dapat membangun situasi yang dapat membangun Gereja melalui pewartaan kabar gembira yaitu kerajaan Allah. Pewartaan hendaknya diterima dalam arti luas, tidak terbatas hanya pada homili, pelajaran agama ataupun pendalaman Kitab Suci tetapi juga mewartakan sabda Allah. Dalam diri Yesus Kristus dari Nazaret, Sabda Allah tampak secara konkret manusiawi. Penampakan itu merupakan puncak seluruh sejarah pewahyuan Sabda Allah. Bentuk Sabda itu adalah Gereja. Kristus, Sabda Allah, menciptakan Gereja (KWI, 1996:382). Dengan demikian Gereja merupakan Sabda. Oleh sebab itu sebagai anggota Gereja, hendaknya setiap orang mengambil bagian dalam karya pewartaan Yesus Kristus yaitu mewartakan Sabda Allah dan karya keselamatan Allah bagi hidup manusia. Yesus mengutus para murid-nya untuk memberitakan Kerajaan Allah bagi semua bangsa (lih Mat 28:19-20) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Dalam kutipan ini dapat disimpulkan bahwa Yesus mengajarkan kepada muridmurid-nya tentang tugas utama mereka yakni memberitakan Injil yang berpusat pada diri Yesus Kristus, agar Kerajaan Allah terwujud dalam hidup manusia. Demikian juga yang dilakukan oleh Gereja sebagai pengganti para Rasul. Gereja bertugas mewartakan Kerajaan Allah melalui pemberitaan Injil bagi

35 17 seluruh umat manusia. Kegiatan pewartaan itu selalu berpusat pada pribadi Yesus Kristus. Karena pewartaan merupakan tugas utama Gereja, bahkan merupakan jatidiri Gereja (Setyakarjana, 1997:110). Keterpusatan pewartaan pada diri Yesus Kristus diajarkan oleh Gereja dalam mewartakan Injil (disebut sebagai kegiatan katekese). Kristus menjadi pusat dan jantung kegiatan katakese (Kristosentris). Hal ini pertama-tama menekankan bahwa sebagai jantung katekese pada hakekatnya kita jumpai seorang pribadi, yakni Pribadi Yesus dari Nazaret, Putera Tunggal Bapa, penuh rahmat dan kebenaran yang menderita sengsara dan wafat demi kita (CT, art 5). Oleh sebab itu Gereja menjalankan tugas perutusan untuk memperkenalkan Yesus yang sebenarnya, yaitu Yesus yang menyelamatkan semua orang. Tugas mewartakan ini dalam bidang pastoral Gereja di sebut kerygma dan martyria (kesaksian). Dengan demikian tugas pewartaan berperan untuk Kerajaan Allah melalui pemberitaan Injil bagi umat manusia. Kegiatan pewartaan ini juga merupakan tugas dan tanggungjawab Gereja yaitu memberitakan Injil yang berpusat pada Yesus Kristus. Katekese merangkum seluruh usaha dalam Gereja untuk memperoleh murid-murid, untuk membantu umat mengimani bahwa Yesus itu putera Allah, supaya dengan beriman mereka beroleh kehidupan dalam nama- Nya, membantu mereka dalam hidup, dengan demikian membangun Tubuh Kristus (CT, art 1).

36 18 b. Tugas Pengudusan dalam Perayaan Gereja juga bertugas menguduskan. Maka sesungguhnya Roh Kuduslah yang menciptakan persekutuan umat beriman dengan menghimpun mereka dalam Kristus, sebagai prinsip kesatuan Gereja (UR, art 2). Namun kesatuan Gereja bukan hanya karya Roh Kudus, tetapi juga hasil komunikasi antarmanusia, khususnya perwujudan komunikasi iman di antara para anggota Gereja. Oleh sebab itu dalam komunikasi iman mengandaikan adanya pengungkapan iman. Dengan demikian pengungkapan iman bukan hanya dalam liturgi atau ibadat tetapi juga perumusan dan pengajaran iman yang merupakan perwujudan iman dalam bentuk pewartaan dan perayaan Gereja. Tugas Gereja yang menguduskan dan perayaan tampak dalam perjamuan malam terakhir yang dilakukan Yesus bersama murid-murid-nya, yaitu saat Dia membagi-bagikan roti dan anggur kepada murid-murid-nya. Hal inilah yang senantiasa dilakukan atau dikenang oleh Gereja sampai saat ini yaitu dalam perayaan Ekaristi (Doa Syukur Agung). Sebab roti dan anggur yang dibagikan oleh Yesus melambangkan tubuh dan darah-nya yang nampak dalam sakramen yang kita santap setiap dalam perayaan Ekaristi. Hal ini mengungkapkan kesatuan kita dengan Kristus. Dengan demikian inti pokok dari perjamuan malam terakhir yang dilakukan Yesus menggambarkan bahwa diri-nya berkurban di kayu salib dan wafat demi penyucian dan penebusan doa umat manusia. Kurban Kristus memperdamaikan hubungan Allah dengan manusia. Demikianlah para uskup sebagai pengganti para Rasul menjalankan tugas pengudusan dengan berdoa dan berkerja bagi umat, membagikan kepenuhan kesucian Kristus dengan berbagai

37 19 cara. Dengan pelayanan sabda mereka menyampaikan kekuatan Allah kepada umat beriman demi keselamatannya (Rm 1:6). c. Tugas Melayani Gereja bertugas melayani umat melalui para uskup. Setiap uskup sejauh dia menjadi anggota Dewan para uskup, mempunyai tugas untuk melayani semua Gereja partikular dan seluruh Gereja bersama dengan semua uskup lain yang ada dalam kesatuan dengan Paus (KWI, 2009:70). Oleh karena itu seorang uskup yang mendapat kepercayaan untuk melayani suatu Gereja partikular, melaksanakan tugasnya dengan wewenang kuasa sucinya sendiri yang biasa dan langsung serta melaksanakan dalam nama Yesus, Gembala yang baik, dalam kesatuan dengan seluruh Gereja di bawah naungan pengganti Petrus (KWI, 2009:70). Uskup diutus oleh Bapa-keluarga untuk memimpin keluarga-nya (LG, art 27). Maka hendaknya ia mengingat teladan Gembala yang baik, yang datang tidak untuk dilayani melainkan untuk melayani (lih Mat 20:28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Lihat juga dalam Mrk 10:45: Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Seorang Gembala yang baik datang untuk melayani dan mengasihani serta mengenal umatnya, maka umatnya akan mengasihi dia dan mengenal dia (gembalanya). Dengan demikian Kerajaan Allah semakin terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui cinta kasih dan pelayanan yang telah diberikan oleh Gembala kepada dombanya.

38 20 Dalam rangka semakin mewujudkan Kerajaan Allah bersama Yesus Kristus, umat beriman melaksanakan kegiatan Liturgi (liturgia,), Pelayanan (koinonia), Pewartaan (Kerygma), Pelayanan (diakonia) yang satu sama lain tidak terpisahkan. Pewartaan mewarnai, baik ketiga kegiatan yang lain maupun kegiatan pewartaan itu sendiri (KomKat KAS, 2007:16). Oleh sebab itu setiap bidang dalam Gereja sangat berpengaruh dalam pendewasaan dan penghayatan serta perkembangan iman umat melalui kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Untuk itu Gereja memiliki tugas-tugas pokok untuk dapat mewujudkan Kerajaan Allah di tengah hidup manusia. Sebab pewartaan bagi kegiatan liturgi membantu umat memahami rahasia keselamatan yang sedang dirayakan dan diungkapkan iman dalam ibadat serta sakramen. Pewartaan bagi kegiatan persekutuan, meneguhkan persaudaraan berdasarkan Injil. Pewartaan bagi kegiatan pelayanan memberi dasar dan arah pelayanan serta mendorong terwujudnya iman dalam bentuk kehidupan nyata. Sedangkan bagi pewartaan sendiri, hal itu mampu menumbuhkan umat semangat dalam hati untuk mewartakan sabda (KomKat KAS, 2007:17). Pewartaan menjadi sangat penting dalam setiap kegiatan pastoral Gereja yaitu Liturgi (liturgia,), Pelayanan (koinonia), Pewartaan (Kerygma), Pelayanan (diakonia), karena pewartaan mendasari dari kegiatan pastoral yang lainnya. Salah satu kegiatan dalam bidang pewartaan adalah katekese umat (komunikasi iman). Katekese dilihat sebagai komunikasi iman yang berlangsung dalam rangka persekutuan iman, artinya kegiatan ini pertama-tama berbicara tentang iman, dilakukan diantara orang-orang beriman, dan dalam usaha untuk memperkembangkan iman satu sama lain (KomKat KAS, 2007:15).

39 21 B. Katekese Umat 1. Pengertian Katekese Umat Dalam Kitab Suci Katekese dimengerti sebagai: Membuat bergema, menyebabkan sesuatu bergaung. Kata katekese juga ditemukan dalam Luk 1:4 (diajarkan) supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar ; Kis 18:25 (Pengajaran dalam jalan Tuhan) ia telah menerima pengajaran dalam jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes ; Kis 21:21 (mengajar) tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsabangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita ; Roma 2:18 (diajar) dan tahu akan kehendak- Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak ; 1Kor 14:19 (mengajar) tetapi dalam pertemuan Jemaat akan lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dalam bahasa roh ; Gal 6:6 (Pengajaran) dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Dalam konteks ini katekese di menggerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seseorang Kristen semakin dewasa dalam iman (Telaubanua, 1999:1). Dengan demikian katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam diri pribadi, Gereja maupun dalam hidup di masyarakat. Dalam pemahaman ini terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan (Telaumbanua: 1999:4). Sedangkan Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Catechesi Tradendae, juga menegaskan arti katekese sebagai pembinaan anakanak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara

40 22 organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18). Rumusan di atas ingin menyampaikan bahwa betapa pentingnya karyakarya katekese dalam menyampaikan ajaran Kristen dalam usaha pengembangan, pendalaman, pendewasaan dan penghayatan hidup beriman Kristiani. Katekese diberikan kepada orang yang belum mengenal Yesus Kristus dengan tujuan agar orang tersebut bertobat dan menyatakan pengakuan iman akan Yesus Kristus tanpa memandang usia diantara mereka. Katekese merupakan suatu karya pastoral Gereja dalam membangun habitus baru yang dapat membantu umat dalam hidup untuk semakin tumbuh dalam iman yang mendalam dan semakin dewasa serta dapat mencapai kepenuhan hidup beriman dalam Kristus. Katekese dikenal sebagai katekese umat. maka pengertian katekese umat dari konteks Indonesia dalam rumusan yang dihasilkan oleh PKKI II (Huber, 1981:15) adalah sebagai berikut: Katekese diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masingmasing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese umat tekanan terutama ditekankan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese umat mengandaikan adanya perencanaan. Dari kutipan di atas, hal-hal pokok yang terdapat dalam katekese umat adalah pengalaman dan komunikasi. Pengalaman iman sangat berpengaruh dalam komunikasi iman, dengan komunikasi iman inilah umat saling meneguhkan, mengembangkan, mengarahkan serta mendewasakan kembali imanya secara bersama-sama dan memberi kesaksian dalam pengenalan akan Yesus Kristus.

41 23 Komunikasi iman yang dimaksud adalah komunikasi yang melibatkan seluruh peserta/anggota yang hadir dalam pertemuan, baik komunikasi antara peserta dengan peserta maupun antara peserta dengan pembimbing/fasilitator pertemuan. Cara komunikasi dalam pertemuan adalah dengan sharing pengalaman yaitu membagikan pengalaman iman kepada peserta lain. Para peserta saling tukar pengalaman iman yang dimilikinya dan kemudian masing-masing menanggapi, menampung, meresapkan sehingga iman umat semakin diteguhkan, diperkaya, dikembangkan, dihayati dan semakin didewasakan agar semakin sempurna. Pengetahuan menjadi pokok yang diperlukan dalam mendukung penghayatan iman. Pengetahuan iman memang penting dalam penghayatan iman namun bukan menjadi hal yang utama. Dalam komunikasi iman yang ditukar adalah pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok bukan merupakan pengetahuan akan iman masing-masing pribadi. Maka dari itu perencanaan kegiatan komunikasi iman sangat penting untuk mendukung dan membantu umat untuk dapat mengungkapkan, menyalurkan, dan menyampaikan segala pengalaman penghayatan imanya dalam kehidupan sehari-hari. Ada hubungan erat antara perkembangan iman dan pengalaman iman. Dengan pengalaman iman yang didapatkan, umat mampu memperkembangkan imannya. Oleh sebab itu tanpa pengalaman iman tidak akan ada komunikasi iman, dan tanpa ekspersi iman, seseorang tidak akan dewasa dalam iman (Telaumbanua: 1999:63). Sedangkan dalam Catechesi Tradendae (1992, art 5) diungkapkan bahwa katekese mengajak sesama mendalami Misteri dalam segala dimensinya. Katekese bermaksud mendalami arti kegiatan dan kata-kata Kristus, begitu pula

42 24 tanda-tanda yang dikerjakan-nya, sebab semuanya itu sekaligus menyelubungi dan mewahyukan misteri-nya. Sejalan dengan itu katekese umat bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra dengan-nya. Dengan demikian katekese umat merupakan ajakan bagi sesama untuk mendalami Misteri yang telah direncanakan dan diperbuat oleh Allah dalam hidup manusia. Misteri yang sulit untuk manusia ketahui namun menjadi pokok yang kita imani, begitu pula dengan tanda-tanda yang telah diperbuat Allah dalam hidup manusia, tanda-tanda inilah yang menyelubungi dan mewahyukan misteri yang telah diperbuat Allah dalam hidup umat beriman. Katekese umat bukan saja merupakan alat penghubung umat dengan Yesus Kristus, tetapi juga merupakan undangan bagi umat beriman untuk masuk pada persekutuan yang mesra dengan Kristus. Dengan mengambil bagian dalam Yesus Kristus maka umat berani bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus, demi terwujudnya Kerajaan Allah di tengah-tengah umat manusia. 2. Tujuan Katekese Umat Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog dengan suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses terencana ini berjalan terus menerus. Tujuan katekese umat yang terumus dalam PKKI II (Huber, 1980: 16) adalah sebagai berikut: Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari, Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;

43 25 Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita; Pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja Semesta; sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. Dalam kutipan di atas jelaslah bahwa karya katekese sungguh membantu umat dalam menghayati, memperkembangkan dan mendewasakan imannya secara pribadi lewat perjumpaan dengan Yesus Kristus, melalui perjumpaan hati dan saling mendengarkan dengan umat beriman. Hal ini sejalan dengan tujuan katekese umat dalam Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae yaitu Tentang Katekese Jaman Kini dikatakan bahwa: Tujuan katekese adalah menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan, artinya masa orang Kristen sesudah dalam iman menerima pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, dan sesudah menyerahkan diri utuhutuh kepada-nya melalui pertobatan hati yang jujur, berusaha semakin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaannya: mengerti misteri-nya, Kerajaan Allah yang diwartakan oleh-nya, tuntutan-tuntutan maupun janji yang tercantum dalam amanat Injil-Nya, dan jalan yang telah digariskan-nya bagi siapa pun yang ingin mengikuti-nya (CT, art 20). Sri Paus dalam rumusan di atas, menegaskan bahwa Allah telah memberikan sosok Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia dari dosa, maka jawaban kita adalah menerima dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan. Pentingnya karya katekese untuk membantu umat beriman agar mau bertobat dengan hati yang jujur dan semakin mengenal pribadi Yesus Kristus yang menjadi tumpuan kepercayaan pribadi masing-masing serta semakin menampakkan wajah Allah dalam diri sendiri secara sempurna. Dengan iman yang sempurna maka setiap pribadi akan mampu untuk mewartakan Kerajaan Allah di tengah hidup bermasyarakat. Katekese umat membantu umat menyadari kehadiran Allah dalam

44 26 kenyataan hidup sehari-hari dengan bertitik tolak pada pertobatan dan menjiwai semangat Injil serta semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih. Dengan pertobatan yang berasal dari hati yang jujur seseorang semakin dikukuhkan dalam hidup beriman Kristiani, bersatu dengan Yesus Kristus serta semakin mantap dalam hidup menggereja dan memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian, katekese bertujuan mendewasakan iman seseorang untuk dapat tumbuh dan berkembang. Pendewasaan iman tidak lepas dari komunikasi, maka iman perlu dikomunikasikan, dipelihara, diteguhkan, dihayati dan diperbaharui secara terus menerus dalam hidup sehari-hari, baik dalam hidup pribadi, menggereja maupun dalam hidup di tengah masyarakat. Dengan memaknai setiap peristiwa dan pengalaman hidup dalam terang Injil seseorang akan semakin mampu untuk menghayati iman dan memperbaharuinya setiap saat serta berani dengan setia mewartakan Kerajaan Allah. Dalam proses pengembangan iman umat tentu saja disertai oleh Roh Kudus. Dengan Roh Kudus seseorang mendapat kepenuhan dan iman semakin berkembang serta semakin mantap dengan iman kita. Dalam buku Mencari Arah Katekese Dalam Gereja yang berkembang di Indonesia (Setyakarjana, 1997:11) dijelaskan bahwa tujuan pokok dari karya katekese adalah menolong manusia untuk menanggapi sesuatu yang paling penting didalam hidupnya, yaitu menjawab sapaan cinta Allah dan melibatkan diri didalam kelanjutannya. Ungkapan tersebut menegaskan bahwa pelayanan katekese ialah tolong-menolong supaya dapat belajar hidup dari iman. Dengan demikian umat dapat mendalami,

45 27 mempertebal dan memperluas imannya secara bertanggung jawab, dan dengan demikian ia membentuk dan membangun hidupnya. 3. Unsur-unsur Dalam Proses Katekese Umat Berkatekese berarti ingin tolong-menolong supaya dapat hidup dari iman. Dengan pertolongan katekese orang diundang untuk mendalami, mempertebal, dan memperluas imannya secara bertanggungjawab, dan dengan demikian ia membentuk dan membangun hidupnya (Setyakarjana, 1997:11). Hal ini juga diungkapkan oleh Telaumbanua (1999:5) yang mengatakan bahwa katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese umat menolong menyadari bahwa manusia menjalani hidup ini karena ditopang oleh cinta. Cinta itu adalah Allah sendiri. Maka manusia kiranya memiliki keterbukaan terhadap sapaan cinta Allah, sehingga manusia dapat mengalami bahwa betapa berartinya hidup ini dengan cinta. Melalui katekese umat Allah menolong dan mengundang umat manusia agar dapat mendalami imannya secara pribadi dan bersama, mempertebal, memperluas imannya secara bertanggung jawab dan membangun hidupnya dengan baik dan berarti serta semakin berani mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari komunikasi. Katekese merupakan proses komunikasi iman yang berjalan atau berlangsung secara terus menerus. Agar katekese dapat mengena pada sasaran yang hendak dituju dalam proses berkatekese. Maka perlulah seorang pendamping katekese umat

46 28 mengetahui unsur dalam proses berkatekese. Menurut PKKI III (Lalu Yosef, 2007:17-19) unsur-unsur dalam proses katekese umat dipaparkan dibawah ini. a. Pengalaman/praktek Hidup Katekese umat sebagai komunikasi iman merupakan proses kesaksian yang berpangkal pada apa yang sungguh dialami. Maka proses ini bertolak dari pengalaman konkret para peserta. Pengalaman/praktek adalah apa yang terjadi pada hidup anggota atau kelompok umat. Termasuk dalam pengalaman ini adalah situasi hidup beriman aktual dalam masyarakat itu. Para pendamping katekese umat hendaknya melihat dan mendalami pengalaman hidupnya sendiri. Tanpa kemampuan untuk mendalami pengalaman hidupnya sendiri, akan sulit baginya untuk mengantar umat untuk mendalami pengalaman hidup mereka. b. Pengalaman Iman Kristiani:Terang Kitab Suci Dan Tradisi Kristiani Dalam katekese umat, peserta berkomunikasi pengalaman biasa, lalu meningkat ke komunikasi pengalaman iman, dimana peserta memadukan pengalamannya dengan pengalaman iman umat dalam Kitab Suci. Artinya, orang melihat campur tangan Tuhan dalam pengalaman manusiawinya. Seorang pendamping katekese umat kiranya dapat membimbing umat lain ke arah komunikasi iman. Dengan komunikasi iman dapat mengungkapkan keprihatinan maupun kegembiraan iman yang merupakan keadaan dan sikap peserta saat itu.

47 29 c. Komunikasi Iman Iman kita didasari oleh pribadi Kristus sendiri dan iman para rasul akan Dia sebagai Penyelamat. Maka komunikasi iman tidak bisa terlepas dari kesaksian para Rasul tersebut, yang pertama-tama terungkap dalam Kitab Suci dan dihayati oleh Gereja sepanjang masa sampai saat ini. Maka dari itu, komunikasi iman juga menyangkut ajaran Gereja yang secara resmi diteruskan oleh hierarki. Ajaran Kristiani harus dimengerti secara luas, menyangkut tradisi, spiritualitas, liturgi, dan segala praktek hidup Gereja yang menampakkan Kristus. d. Menyadari Arah Keterlibatan Baru Kelompok murid-murid Kristus adalah kelompok yang dipanggil dan diutus. Maka, Katekese umat sebagai komunikasi iman harus menolong para peserta pendalaman iman untuk mengalami panggilan mereka itu dan menjalankan perutusan mereka. Untuk itu komunikasi iman terarah pada pembaharuan hidup dan keterlibatan kelompok umat dalam pengembangan masyarakat. Hal ini perlu diungkapkan dalam bentuk perencanaan konkret. Kalau perencanaan itu dijalankan, maka pengalaman dan praktek baru dialami oleh kelompok. Dan dari sini dimulai lagi proses kateketis yang baru. Jadi seorang pendamping katekese umat harus dapat memahami, menghayati, dan mendampingi umatnya untuk mengikuti panggilan dan perutusan untuk terlibat dalam masyarakatnya secara terarah dan terencana.

48 30 4. Model-Model Katekese Umat Ada begitu banyak model katekese yang dipakai dan sering digunakan dalam pengembangan proses katekese umat, yaitu model pengalaman hidup yang lebih bertolak pada pengalaman hidup konkret sehari-hari; model biblis lebih bertolak pada pengalaman Kitab Suci atau Tradisi; model campuran biblis dan pengalaman hidup yang lebih bertolak pada hubungan antara Kitab suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup konkret; dan model SCP (Shared Christian Praxis). Langkah-langkah ini tidak lepas dari komunikasi iman yang menjadi kekhasan dari katekese umat tersebut. Katekese umat sungguh membantu umat dalam mengungkapkan, menuangkan dan mengsharingkan segala pengalaman imannya. Dengan demikian umat semakin diperkaya dengan pengetahuan, pendewasaan dan penghayatan iman yang telah didapatkannya. Maka dari itu perlulah kesadaran dalam proses langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat melalui komunikasi iman. Langkah-langkah itu mengandung tiga unsur dasar, yakni: pengalaman hidup konkret, teks Kitab suci atau Tradisi, dan penerapan konkret pada hidup peserta pendalaman iman (Sumarno Ds, 2008: 11). a. Model Pengalaman Hidup Katekese pengalaman hidup adalah model katekese umat yang bertitik tolak dari pengalaman hidup yang dialami oleh umat dalam hidup sehari-hari baik dalam keluarga, pekerjaan maupun dalam hidup bermasyarakat. Katekese umat model pengalaman hidup ini membantu umat dalam mengalami, memahami dan merasakan kehadiran Allah dalam hidup mereka, sehingga mereka mampu

49 31 menanggapi kehendak Allah dalam segenap peristiwa kehidupan yang dialami. Maka adapun langkah-langkah untuk membantu umat dalam memahami dan merasakan kehadiran Allah melalui katekese umat model pengalaman hidup akan dipaparkan lebih lanjut di bawah ini. 1) Introduksi Berisikan lagu dan doa pembukaan yang sesuai dengan tema yang diambil dalam katekese itu. Katekis mencoba mengingatkan dan menghubungkan dengan tema-tema yang sudah dibahas dalam kesempatan katekese yang lampau, bila pernah diadakan sebelumnya. 2) Penyajian Pengalaman Hidup Biasanya diambil dari suatu peristiwa konkret sesuai dengan tema dan situasi peserta. Pengalaman ini bisa diambil dari surat kabar atau cerita yang relevan bagi peserta kemudian mengkaitkannya dengan pengalaman sehari-hari. 3) Pendalaman Pengalaman Hidup Mengajak peserta untuk mengaktualisasikan pengalaman imannya dalam situasi hidup mereka yang nyata. Biasanya terjadi dalam kelompok kecil dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman yang merangsang peserta untuk mengambil perhatian dalam sikap hidup moral konkret sesuai dengan tema untuk hidup sehari-hari.

50 32 4) Rangkuman Pendalaman Pengalaman Hidup Menyarikan gambaran umum dari sikap-sikap yang dapat diambil oleh peserta berhubungan dengan tema dalam penyajian pengalaman hidup dan dengan teks Kitab Suci atau Tradisi yang hendak dipakai dalam langkah berikutnya. 5) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja Pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi diikuti dengan hening dimana peserta diberi kesempatan untuk merefleksikan teks tersebut dengan dibantu beberapa pertanyaan pendalaman, misalnya: kata atau kalimat mana yang penting menurut anda? Apakah pesan inti dari teks tersebut? Apa arti pesan teks tersebut bagi hidup konkret peserta? 6) Pendalaman Teks Kitab Suci Dan Tradisi Diawali dengan sharing atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah direnungkan secara pribadi maupun bersama setelah pembacaan teks. Kemudian pendamping membaca kembali teks Kitab Suci atau Tradisi. Pada kesempatan ini katekis membantu peserta untuk mencari dan mengungkapkan pesan inti menurut mereka sendiri sehubungan dengan tema. Peranan katekis di sini menciptakan susana terbuka sehingga peserta tidak takut mengungkapkan tafsiran mereka sehubungan dengan tema yang dapat dipetik dan digali dari pembacaan teks Kitab Suci dan tradisi.

51 33 7) Rangkuman Pendalaman Teks Kitab Suci Menghubungkan pesan inti yang diungkapkan peserta dengan pesan yang telah disiapkan katekis berdasarkan sumber-sumber yang telah diolahnya. Pada kesempatan ini katekis memberi input dari apa yang sudah dipersiapkannya dari sumber-umber, buku-buku tafsir atau buku yang bersangkutan dengan teks. Yang penting digaris bawahi di sini bahwa tafsiran Kitab Suci yang dibuat oleh katekis diharapkan membatasi pada pesan pokok yang dapat dimengerti oleh peserta sehubungan dengan tema dan tujuan pertemuan. 8) Penerapan Dalam Hidup Konkret Peserta diajak mengambil beberapa kesimpulan praktis sekitar tema untuk hidup sehari-hari dalam situasi hidup nyata mereka dalam masyarakat, dalam Gereja, lingkungan, wilayah, paroki, keluarga, dsb. Kemudian dalam saat hening sejenak peserta diajak merenungkan serta mengumpulkan buah-buah pribadi dari katekese ini untuk hidup sehari-hari, yang dapat berupa niat atau tindakan apa yang akan diambil untuk selanjutnya. 9) Penutup Dapat di mulai dengan mengungkapkan doa-doa spontan hasil buah katekese dan bisa pula doa-doa umat lainnya secara bebas. Lalu katekis mengakhiri katekese dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan tema dan tujuan katekese. Kemudian diakhiri dengan suatu doa bersama atau nyanyian yang sesuai dengan tema.

52 34 b. Model Biblis Katekese umat model biblis merupakan katekese umat yang prosesnya berangkat atau bertitik tolak dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja. Kitab Suci atau Tradisi tersebut menjadi penerang bagi setiap peserta dan membantu peserta dalam melihat pengalaman hidup sehari-hari. Model katekese ini mengajak umat untuk menemukan, merenungkan sabda Tuhan, setelah itu mendalaminya secara pribadi maupun kelompok, kemudian mengajak peserta katekese untuk mewujudkannya melalui tindakan nyata dalam hidup di tengah keluarga dan masyarakat. Langkah-langkah katekese umat model biblis secara rinci penulis paparkan di bawah ini. 1) Introduksi Doa dan lagu pembukaan yang dipilih sesuai dengan tema Kitab Suci atau Tradisi yang ditentukan untuk pertemuan katekese pada saat ini. Kemudian katekis mencoba menghubungkan tema katekese dalam pertemuan tersebut dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. 2) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi diikuti saat hening, yang dilakukan oleh salah seorang peserta langsung dari Kitab Suci atau Tradisi tersebut. Bila mungkin, teks tersebut juga diperbanyak untuk para peserta. Pembacaan direfleksikan dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman, misalnya: kata atau

53 35 kalimat mana yang penting (kunci) menurut peserta? Apakah pesan inti dari teks tersebut? Apa arti pesan teks tersebut bagi hidup konkret peserta? 3) Pendalaman Teks Kitab Suci atau Tradisi Gereja Dapat diawali dengan sharing dalam kelompok kecil untuk mengungkapkan apa yang direnungkan secara pribadi dari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut teks Kitab Suci. Kemudian pendamping merangkum jawaban peserta dengan hasil persiapan pribadi yang diolah berdasarkan renungan maupun pembacaan lebih mendalam dari sumber-sumber lain, terutama yang berhubungan dengan tema, sehingga peserta semakin diperkaya juga dengan informasi atau masukan pengetahuan iman. Peranan katekis di sini lebih menjadi salah satu nara sumber yang mampu menampilkan isi dan pesan Kitab Suci yang relevan dan mudah ditangkap oleh peserta, tetapi yang selalu berhubungan dengan tema dan tujuan pertemuan tersebut. 4) Pendalaman Pengalaman Hidup Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan pesan inti teks Kitab Suci dengan pengalaman hidup yang sesuai tema, baik pengalaman masa lalu ataupun masa sekarang dalam peristiwa yang dialami dalam hidup bermasyarakat, menggereja, berkeluarga, serta dalam bekerja.

54 36 5) Penerapan Dalam Hidup Peserta Pendamping mengajak dan merangsang peserta untuk merefleksikan serta memikirkan apa yang sebaiknya dapat dilaksanakan dalam kehidupan konkret sehari-hari peserta dalam kondisi dan situasi setempat. Semangat, jiwa serta kekuatan mana bisa diambil dari pesan inti teks tersebut untuk dapat mewujudkan dalam praktek hidup sehari-hari dalam menghadapi permasalahan atau keprihatinan, baik berupa peristiwa atau kejadian maupun situasi hidup pribadi, berkeluarga, bermasyarakat dan menggereja. 6) Penutup Terdiri dari refleksi pribadi terpimpin dalam keheningan (misalnya katekis dapat mengajak merenungkan dalam hati tentang kesulitan-kesulitan yang ada apabila hendak mewujudkan pesan inti; sarana dan cara-cara mana yang bisa ditempuh untuk mengatasi kesulitan tersebut; hal-hal mana yang menunjang pesan teks tersebut dalam hidup pribadi atau hidup bersama dalam masyarakat atau lingkungan Gereja). Kemudian dibuka kesempatan untuk doa-doa spontan dari peserta. Lalu katekis dapat menutup doa dengan merangkum keseluruhan proses dengan tema dan tujuan serta doa bersama atau lagu nyanyian bersama yang sesuai dengan tema Kitab Suci atau Tradisi yang diambil. c. Model Campuran Model campuran merupakan gabungan antara katekese umat model pengalaman hidup dengan katekese umat model biblis atau Tradisi. Katekese

55 37 umat model campuran ini bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta katekese sekaligus pengalaman Kitab Suci atau Tradisi yang dikomunikasikan dan direfleksikan secara bersama-sama. Katekese umat model campuran ini mengajak umat untuk menemukan makna dari pengalaman iman dan terang Kitab Suci, merenungkan kehendak Allah dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese umat model campuran ini pada umumnya berlangsung dalam proses langkah-langkah yang dipaparkan di bawah ini. 1) Doa Pembukaan Mengungkapkan pokok-pokok tema dari katekese dan hubungannya dengan tema-tema katekese-katekese sebelumnya. Demikian pula, lagu hendaknya disesuaikan dengan tema dan tujuan yang diharapkan dalam katekese ini. 2) Pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi Gereja Dibacakan oleh peserta secara langsung dari Kitab Suci atau buku dokumen yang memuat Tradisi. Katekis dapat mengulangi bacaan tersebut secara pelan-pelan. Setelah pembacaan peserta diberi kesempatan saat hening sejenak untuk merenungkan bacaan tesebut. 3) Penyajian Pengalaman Hidup Disampaikan melalui sarana-sarana media komunikasi yang dipersiapkan oleh katekis bila mungkin atau sarana yang lain seperti audio-visual yang dapat membangkitkan semangat dan gairah peserta untuk menanggapinya.

56 38 4) Pendalaman Pengalaman Hidup dan Teks Biblis atau Tradisi Gereja a) Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan, dalam kelompokkelompok kecil, kesan-kesan pribadi serta hal-hal yang mengesan dalam penyajian pengalaman hidup. b) Pendamping mengajak peserta untuk mencoba secara objektif mencari apa yang sebetulnya terjadi dalam penyajian pengalaman hidup tadi. c) Pendamping mengajak peserta untuk menemukan sendiri apa yang menjadi tema dan pesan pokok dari penyajian pengalaman hidup tadi. d) Pendamping mengundang peserta untuk merefleksikan dan menganalisa pesan tersebut untuk hidup sehari-hari dan mengkonfrontasikannya dalam hubungannya dengan teks Kitab Suci atau Tradisi yang dibacakan. e) Pendamping merangkum refleksi pengalaman pribadi atau kelompok dengan menarik perhatian serta kesimpulan umum sehubungan dengan tema tersebut. Kemudian mengajak peserta untuk memikirkan suatu tindakan konkret baik pribadi maupun bersama, dan sampai pada suatu niat pribadi dan bersama. 5) Penerapan Meditatif Pendamping membuat pertanyaan-pertanyaan reflektif yang menghubungkan pengalaman-pengalaman konkret dalam hidup dan situasi peserta, refleksi-pemikiran yang muncul selama pendalaman pengalaman hidup dalam konfrontasi dengan teks Kitab Suci atau Tradisi. Dengan demikian

57 39 pendamping merangsang peserta untuk menarik pelajaran-pelajaran nyata dalam hidup pribadi dalam keluarga, dalam hidup memasyarakat dan menggereja. 6) Evaluasi Singkat Atas jalannya katekese, isi, tema dan langkah-langkah katekese serta proses komonikasi iman yang berlangsung, bila memungkinkan. Dengan evaluasi ini pertemuan berikutnya diharapkan menjadi lebih baik, lebih sesuai, dan lebih relevan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi peserta. 7) Penutup Diawali dengan saat hening dan dilanjutkan dengan doa-doa umat spontan dari peserta. Katekis mengakhiri dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan isi yang telah tercapai selama katekese. Nyanyian penutup bisa dipilih untuk mengakhiri katekese dengan lagu yang sesuai dengan tema. d. Model SCP (Shared Christian Praxis) Shared Christian Praxis (SCP) bermula dari kebutuhan para katekis untuk menemukan suatu pendekatan berkatekese yang handal dan efektif, artinya suatu pendekatan yang mempunyai dasar teologis yang kuat, menggunakan pendidikan yang progresif dan memiliki pelayanan pastoral yang aktual (Thomas Groome yang disadur oleh Heryatno, 1997: 1). Model ini menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogis-partisipatif supaya dapat mendorong peserta, berdasarkan komunikasi antara tradisi dan visi hidup mereka dengan tradisi dan visi

58 40 kristiani, sehingga baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia. Model ini bermula dari pengalaman hidup peserta yang selanjutnya direfleksikan secara kritis supaya diketemukan maknanya yang kemudian dikonfrotasikan dengan pengalaman hidup iman dan visi kristiani supaya muncul pemahaman, sikap, dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru (Thomas Groome yang disadur oleh Heryatno, 1997: 1). Menurut Sumarno Darmosumarno (2009:18-24) langkah-langkah dalam katekese model SCP dipaparkan di bawah ini. 1) Langkah Nol Pemusatan aktivitas; mendorong umat untuk menemukan topik pertemuan yang bertolak dalam kehidupan konkret yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema dasar sungguh-sungguh mencerminkan pokokpokok hidup, keprihatinan, permasalahan, dan kebutuhan mereka. 2) Langkah Pertama Pengungkapan pengalaman hidup faktual; berdasarkan tema dasar langkah ini membantu peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup faktual (fakta) atau yang sesuai dengan kenyataan.

59 41 3) Langkah Kedua Refleksi kritis atau sharing pengalaman hidup faktual, memperdalam saat refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup serta tindakannya. 4) Langkah Ketiga Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau; mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan visi kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaannya berlainan. 5) Langkah Keempat Interpretasi/tafsir dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan tradisi dan visi peserta; mengajak peserta, berdasarkan nilai tradisi dan visi kristiani menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup yang hendak digaris bawahi, sikapsikap pribadi yang picik yang hendak dihilangkan dan nilai-nilai yang hendak diperkembangkan. Disatu pihak peserta mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam tradisi dan visi kristiani di lain pihak mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi dan Visi Kristiani. 6) Langkah Kelima Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini; mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai

60 42 tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus berlangsung didalam sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitasnya dengan tradisi Gereja sepanjang sejarah dan Visi Kristiani. Dengan mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan pertobatan pribadi dan sosial secara kontinyu. 7) Penutup: Dibuat secara liturgis dengan merangkum isi pendalaman iman lima langkah, disusul dengan doa (umat) pribadi/bersama, doa penutup bersama/pribadi, atau nyanyian penutup. 5. Peranan Katekese Umat a. Katekese Umat Meningkatkan Hidup Beriman Pribadi Katekese merupakan salah satu usaha Gereja untuk membantu umat menemukan nilai-nilai kristiani lewat komunikasi iman yang telah didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Komkat KAS (2007:14) dikatakan bahwa: Katekese sebagai salah satu bentuk tugas perutusan Gereja, hendaknya, dipahami sebagai proses mewartakan Injil yang berkesinambungan dari tahap pengajaran sampai tahap pendewasaan. Artinya, masa orang Kristen, sudah dalam iman menerima pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, dan sudah menyerahkan diri utuh-utuh kepada-nya melalui pertobatan hati yang jujur, berusaha semakin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaannya, mengerti misteri -Nya, Kerajaan Allah yang diwartakan oleh-nya, tuntutan-tuntutan maupun janji-janji yang tercantum dalam amanat Injil-Nya, dan jalan yang telah digaris-nya bagi siapa pun yang ingin mengikuti-nya. Katekese merupakan salah satu tugas Gereja dalam mewartakan Injil kepada semua orang lewat pengajaran dan pendewasaan. Pengajaran di sini merupakan ajaran Kristiani kepada orang-orang yang beriman kristiani yang sudah mengenal

61 43 dan menerima bahwa pribadi Yesus Kristus yang merupakan satu-satunya Tuhan yang sudah menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Maka dari itu kita sebagai umat beriman hendaknya semakin mengenal dan percaya kepada Yesus Kristus dan memberikan diri seutuhnya untuk bertobat dengan jujur untuk menyesali kelemahan dan kelalaian yang telah kita perbuat. Selain itu juga umat diharapkan mampu mengambil bagian dalam mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang sesuai dengan apa yang diajarkan Kristus kepada umat manusia. Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Maka tujuan katekese umat dalam meningkatkan hidup beriman pribadi yang di ungkapkan dalam PKKI II (Huber, 1980:16) adalah sebagai berikut: Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari, Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari; Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita; Katekese umat merupakan komunikasi iman antar peserta dalam iman yang sederajat, yang dengan terbuka berdialog tentang iman mereka dan ditandai dengan sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Oleh sebab itu pendewasaan iman tidak lepas dari komunikasi iman, dengan komunikasi iman dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita seharihari dan kita mampu untuk berani bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita.

62 44 Dengan demikian Kateksese umat membantu untuk hidup dengan semakin sadar dan semakin mendalam/utuh. Katekese umat membantu apa yang disebut dengan pendewasaan iman. Katekese umat menempatkan pengalaman religius kembali kedalam hidup konkret/nyata. Dengan demikian para peserta ditolong untuk menafsirkan riwayat hidupnya sebagai sejarah penyelamatannya. Dengan katekese umat kita semakin membuka diri dengan segala konsekuensinya bagi kehadiran Allah di tengah-tengah kita, itulah arti tobat menurut Kitab Suci. Dengan mengusahakan tobat katekese umat menghilangkan jurang antara agama dengan hidup sehari-hari. Melalui katekese umat kaum beriman mengalami dan menyadari, bahwa seluruh dunia kita ini termasuk segala pengalaman hidup kita ditebus oleh Kristus dan dipakai oleh Roh Kudus untuk mengantar kita kepada Allah Bapa. b. Katekese Umat Meningkatkan Hidup Menggereja Gereja adalah lingkungan dan subyek katekese, sedangkan katekese sendiri adalah media Gereja yang mengembangkan dirinya. Gereja secara umum dimengerti sebagai jemaat yang terpanggil untuk mendengarkan dan menghidupi sabda Tuhan. Jemaat ini merupakan subyek katekese, dalam arti, semua umat beriman memikul tanggungjawab dalam hal pelayanan sabda Tuhan. Oleh sebab itu katekese berperan sebagai faktor pembaharui Gereja (Telaumbanua, 1999:64). Perkembangan suatu Gereja pun sangat tergantung pada usaha-usaha katekese menyebarkan sabda penyelamatan Allah kepada manusia. Gereja ada, berkembang, dan menyebar karena aktivitas kateketis. Bahkan lewat katekese,

63 45 Gereja sendiri pun semakin dibarui, dalam arti bahwa katekese memberi penilaian kritis terhadap Gereja dalam jaman yang terus berubah (Telaumbanua, 1999:10). Katekese sungguh membantu umat dalam penghayatan iman pribadi. Namun demikian penghayatan dan pendewasaan iman bukan hanya terletak pada hidup beriman pribadi melainkan juga dalam hidup menggereja. Maka tujuan katekese umat nampak dalam kehidupan hidup menggereja yang diungkapkan dalam PKKI II ( Huber, 1980:16) yaitu Pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Katekese umat membangun Gereja. Kita tidak diselamatkan sendirisendiri, kita dipanggil selaku anggota umat. Unsur kebersamaan ini diteguhkan oleh katekese umat, bukan saja karena para peserta mengalami kebersamaan ini secara langsung, melainkan juga karena pengalaman iman bersama mengutus para peserta untuk mewartakan Kristus dengan kata-kata dan tindakan. Gereja bukan tujuan melainkan sarana untuk bersaksi tentang Kristus melalui pengabdian kepada manusia konkret. Dengan demikian katekese umat mampu membantu umat untuk semakin bersatu dengan Kristus, semakin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Umat semakin ikut terlibat dalam hidup menggereja dengan mengambil bagian dalam karya pewartaan Kristus. Selain itu juga umat semakin terlibat aktif dalam hidup menggereja baik itu di bidang kerygma (pewartaan), liturgia (liturgi), diakonia (pelayanan), dan dalam paguyuban umat beriman. Melalui keaktifan mereka dalam hidup menggereja, mereka semakin mampu memperkembangkan dan

64 46 mendewasakan iman serta menemukan makna baru melalui nilai-nilai kristiani yang dikaitkan dengan pengalaman keterlibatan hidup mengerejanya. c. Katekese Umat Meningkatkan Hidup Bermasyarakat Katekese umat adalah katekese yang melibatkan seluruh umat. Oleh sebab itu pelaku katekese umat adalah umat secara keseluruhan. Katekis hanyalah fasilitator. Katekese umat merupakan komunikasi iman antara umat baik secara formal maupun informal. Melalu katekese umat, diharapkan iman umat akan Yesus Kristus semakin mendalam, mantap, dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, terhadap umat, maupun terhadap masyarakat. Selain itu iman bukan hanya diwujudkan dalam hidup pribadi dan Gereja tetapi juga diwujudkan dalam hidup memasyarakat. Maka tujuan dari katekese umat nampak dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. Pengertian iman yang terlibat dalam masyarakat sebagaimana dihasilkan dalam PKKI IV (Lalu Yosef, 2007:23) adalah sebagai berikut: Iman yang ditandai sikap sederhana, lewat hal-hal yang kecil mau memperhatikan lingkungan sekitar daripada berkanjang dalam kompleks minoritas dengan segala manifestasinya. Iman yang bercorak missioner, yang berarti lebih memberi perhatian pada mereka yang lemah dan mendesak serta mendampingi mereka untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masa perubahan radikal yang berjalan pesat sekarang. Iman yang memperjuangkan kelestarian lingkungan dan kekayaan alam. Iman yang tidak memberikan pertimbangan-pertimbangan institusional membelenggu kebebasan injili untuk turut melayani terwujudnya Kerajaan Allah di sekitar kita, melintasi batas-batas agama, ras, dan sebagainya.

65 47 Dalam rumusan di atas hendak menegaskan bahwa iman dalam masyarakat adalah iman yang memiliki sikap sederhana, sikap perduli dan mau membantu sesama yang miskin dan menderita. Untuk mengembangkan iman dalam masyarakat diperlukan kerelaan dan memiliki rasa belarasa yang kuat dalam mengusahakan hidup yang damai di tengah-tengah masyarakat dan dalam menjaga kelestarian alam demi ketentraman hidup bersama. Dalam mengusahakan iman yang terlibat dalam masyarakat, sangat diperlukan keterlibatan dan kerjasama semua pihak sehingga terwujudnya sikap persaudaraan, pelayanan dan kesaksian iman. Dengan demikian kita mampu membangun habitus baru bagi hidup beriman pribadi, Gereja dan masyarakat. C. Habitus Baru Dalam Hidup Beriman Umat 1. Pengertian Habitus Setiap orang diharapkan memiliki habitus dalam hidupnya. Istilah habitus dipahami sebagai naluri, baik individual maupun kolektif, yang membentuk cara merasa, cara berpikir, cara melihat, cara memahami, cara mendekati, cara bertindak dan cara berelasi seseorang atau kelompok. Kadang-kadang kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi watak. Sementara itu kata watak juga menterjemahkan kata karakter yang berarti keseluruhan keadaan dan cara bertindak terhadap suatu rangsangan (Dewan Pastoral KAS, 2006:27,29). Dengan memiliki habitus yang adalah cara merasa, cara berpikir, cara melihat, cara memahami, cara mendekati, cara bertindak dan berelasi dengan orang lain dan lingkungannya maka seseorang semakin mampu mengarahkan dan mempertanggungjawabkan hidup dan tindakannya baik pribadi maupun kelompok.

66 48 Begitu pula dengan orang beriman kristiani perlu senantiasa membangun habitus dalam hidup berimannya. Orang beriman kristiani juga dituntut memiliki naluri yang dijiwai oleh nilai-nilai Kerajaan Allah. Naluri yang dijiwai oleh nilainilai Kerajaan Allah dapat menghantarkan orang beriman kristiani untuk membangun hubungan akrab bersahabat dengan Allah, mengangkat martabat pribadinya sebagai manusia dan mendorong untuk terlibat dalam melestarikan keutuhan ciptaan (Dewan Pastoral KAS, 2006:29). Dengan memiliki naluri yang dijiwai oleh nilai-nilai Kerajaan Allah, seseorang beriman kristiani dapat semakin mampu untuk membentuk diri melalui cara merasa, berpikir, melihat, memahami, mendekati, bertindak, berelasi dan cinta akan keadilan sebagai wujud dari nilainilai Kerajaan Allah yang dihayatinya. Dalam situasi sekarang setiap orang dituntut untuk kembali melihat habitus yang dimilikinya. Dari waktu ke waktu setiap orang perlu membagun habitusnya. Seseorang dapat membangun habitus dalam kehidupannya lewat kebaikan dan kasih sayang dari orang lain. Dengan kebaikan dan kasih sayang dari orang lain setiap orang dapat merubah dan membangun cara hidupnya yang lama dengan cara hidup yang baru. Untuk membangun habitus baru kiranya juga dituntut keterlibatan aktif dari orang yang bersangkutan. Habitus baru dapat dibangun apabila kita bersedia aktif menyumbangkan gagasan, inspirasi, serta tindakan nyata seturut fungsi dan tempat kita baik di dalam keluarga, Gereja maupun di masyarakat. Dengan demikian dalam membangun habitus baru bagi hidup beriman umat berarti tidak hanya menjadi penonton belaka. Kita harus terlibat secara aktif dengan menjadi

67 49 pemain dalam pergumulan bersama membangun umat beriman yang semakin menghayati imannya secara mendalam. Keutamaan-keutamaan hidup iman, harapan dan kasih dapat menjadi daya kekuatan bagi kita untuk membangun habitus baru dengan mengganti habitus lama. Keutamaan iman kepercayaan menganti sikap tidak percaya kepada orang lain dan kepada Tuhan. Keutamaan harapan menggantikan sikap mudah putus asa dan kehilangan harapan dalam kegelapan kehidupan. Keutamaan cinta kasih mengantikan sikap hati penuh dengki dan benci. 2. Pembaharuan Hidup Beriman Umat Seorang beriman seharusnya tidak takut dan cemas terhadap situasi-situasi baru, malahan hal ini dapat dijadikan sumber motivasi baru, bahan interpretasi, dan dijadikan sumber inspirasi baru (Telaumbanua: 1999:62). Hidup beriman merupakan suatu proses menuju kematangan iman. Dengan demikian orang beriman tidak takut dan cemas terhadap situasi baru, tetapi menjadikan sebagai sumber inspirasi baru dalam membaharui cara berdoa, cara berelasi dengan umat lain dan cara melihat, memahami dan bertindak dalam mengatasi perkembangan jaman yang berpengaruh dalam pembaharuan hidup beriman umat baik dari dimensi pribadi maupun bersama. Pembaharuan merupakan tindakan untuk merubah cara pikir lama, mudah putus asa dan kehilangan harapan dalam kegelapan menjadi percaya dan merubah cara pikir ke arah yang lebih baik untuk mau bertobat dengan hati yang jujur dan terlibat aktif dalam hidup menggereja.

68 50 Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan diri kepada Allah yang telah menjumpai manusia secara pribadi (Iman Katolik, 1996:129). Iman pertama-tama dan terutama menyangkut hubungan manusia dengan Allah. Akan tetapi, manusia tidak hidup sendirian melainkan di dalam masyarakat, dan khususnya bersama dengan orang di kanan-kirinya. Maka, benar juga bahwa Allah menyelamatkan orang-orang bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu dengan yang lainnya (LG, art. 9). Maka pembaharuan iman umat diperoleh dengan menggambil bagian untuk terlibat dalam dimensi hidup secara pribadi, menjemaat/menggereja maupun dalam hidup bermasyarakat. Penyerahan diri kepada Allah secara total dan hidup dalam kebersamaan dengan umat yang lain untuk membangun habitus dalam memperkembangkan dan mendewasakan iman. Dengan demikian umat memperoleh terang Injil dari pengalaman-pengalaman pribadi yang didapatkan lewat kehidupan sehari-hari, mau membaharui diri dengan bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari. Umat semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan dalam hidup beriman Kristiani, semakin bersatu dengan Kristus serta semakin hidup menggereja dan memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup bermasyarakat, hal ini sejalan dengan tujuan katekese umat yang terumus dalam PKKI II (Lalu Yosef, 2007:13).

69 51 3. Usaha Gereja untuk Membangun Habitus Baru Gereja merupakan umat Allah yang berkumpul bersama dalam membangun kehidupan mereka sebagai jemaat. Hal ini terungkap dalam kehidupan jemaat perdana dalam Kis 2:41-47: Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagibagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Kehidupan umat Allah dalam Gereja perdana yang ditampilkan dalam kutipan Kitab Suci di atas mengambarkan bahwa mereka berkumpul bersama dalam persekutuan, memecahkan roti dan berdoa bersama, hidup dalam pengajaran para rasul dan hidup dalam persaudaraan. Kehidupan jemaat pada Gereja perdana juga dilakukan dalam hidup menggereja jaman sekarang dalam membangun habitus baru, yaitu hidup dalam persekutuan, pelayanan, persaudaraan dan pewartaan. Gereja perdana mempunyai habitus baru dalam membaharui hidup beriman umatnya. Begitu juga dengan Gereja semesta, dari waktu kewaktu Gereja ditantang untuk membangun habitus baru sesuai dengan tantangan jaman yang dihadapinya. untuk menunaikan tugas itu, Gereja selalu wajib menyelidiki tandatanda zaman dan menafsirkannya dalam cahaya Injil. Demikianlah Gereja dengan cara yang sesuai dengan setiap angkatan akan dapat menanggapi pertanyaan-

70 52 pertanyaan, yang pada segala jaman diajukan oleh orang-orang tentang makna hidup sekarang dan pada masa mendatang, serta hubungan timbal balik antara keduanya (GS, art. 4). Oleh sebab itu perwartaan dalam Gereja sangatlah penting dan berperan dalam membangun habitus baru. Pewartaan dalam Gereja hendaknya diterima dalam arti luas, tidak terbatas hanya pada homili, pelajaran agama ataupun pendalaman Kitab Suci tetapi juga menyangkut keseluruhan hidup Gereja. Sebab Gereja adalah sabda. Kristus, Sabda Allah, menciptakan Gereja. Lewat Gereja Ia hadir dan berbicara dalam sejarah manusia (Iman Katolik, 1996: ). Dan pengudusan dalam pelayanan yang diungkapkan dalam Konsili Vatikan II menyebutkan Roh Kudus yang tinggal dalam Gereja dan hati umat beriman yang menghantarkan Gereja kepada segala kebenaran dan dalam persekutuan serta pelayanan yang dilengkapi dan dibimbing dalam aneka karunia hierarkis dan karismatis (LG, art. 4). Sedangkan pelayanan yang ada dalam Gereja merupakan ungkapan bahwa Gereja berpedoman pada sabda Yesus dalam (Mrk 2:27) Lalu kata Yesus kepada mereka: Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Demikianlah bukan manusia untuk Gereja, dengan segala ajaran dan ibadatnya, melainkan Gereja untuk manusia (Iman Katolik, 1996:445). sementara Gereja membantu dunia dan menerima banyak dari dunia, yang dimaksudkannya hanyalah supaya datanglah Kerajaan Allah dan terwujudlah keselamatan segenap bangsa manusia (GS, art. 45). Gereja dipanggil supaya melayani manusia, seluruh umat manusia. Demikian juga Liturgi dalam Gereja merupakan puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja, dan serta merta sumber daya-kekuatannya. Sebab usaha-usaha

71 53 kerasulan mempunyai tujuan supaya semua orang melalui iman dan Baptis menjadi putra-putra Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut seta dalam Kurban dan menyantap perjamuan Tuhan (SC, art. 10). Melalui bidang-bidang dalam Gereja tersebut, umat diajak untuk ambil bagian dalam usaha untuk memperbaharui Gereja. Usaha-usaha untuk memperbaharui Gereja tersebut merupakan tanggungjawab seluruh umat. Hal ini sejalan dengan gambaran Gereja sebagai umat Allah yang menekankan tanggungjawab bukan pada hierarki tetapi semua umat beriman, artinya bahwa Gereja hendaknya mengumat. Maka membangun habitus baru juga merupakan tanggung jawab seluruh umat yang dibangun secara bersama-bersama dalam bidang pewartaan, liturgi, persaudaraan dan pelayanan. Gereja mengajak umat beriman untuk terlibat dan mengambil bagian dalam karya-karya pastoral yang ada di dalam Gereja. Karya pastoral tersebut bertujuan membangun habitus baru dalam memperkembangkan dan mendewasakan iman umat serta mengajak umat untuk menemukan makna baru melalui nilai-nilai kristiani yang dikaitkan dengan pengalaman hidupnya. Salah satu karya pastoral tersebut dalam bidang pewartaan adalah katekese. Menurut Purwatma dalam buku Arah Katekese di Indonesia yang terumus dalam PKKI VI (1997:110) mengatakan bahwa: Pewartaan merupakan tugas utama Gereja, bahkan merupakan jatidiri Gereja. Dalam tugas pewartaan ini Gereja tidak hanya bertugas mewartakan sabda Tuhan, tetapi juga mengamati serta menafsir kehidupan konkret kita sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat di bawah terang Sabda Tuhan. Gereja berusaha agar Sabda Tuhan didengar dan berarti bagi orang-orang zaman kita dan menjadi dasar penilaian atas kehidupan Gereja dan masyarakat, agar Kerajaan Allah dengan segala nilainya: kebenaran,

72 54 keadilan, kerukunan, cinta kasih, semakin terwujud dalam Gereja serta masyarakat kita. Gereja berusaha mewartakan sabda Tuhan bagi umat-nya di tengah kehidupan bermasyarakat, dengan cara mengamati dan menafsirkan kehidupan konkret mereka serta mengkaitkannya dengan isi Kitab Suci. Dengan harapan bahwa Sabda yang telah didengar semakin berarti dan dihayati dalam kehidupan beriman kristiani, sehingga Kerajaan Allah semakin nampak dan terwujud dalam segala nilai kebenaran, keadilan, kerukunan, cinta kasih di tengah hidup menggereja dan bermasyarakat. Gereja juga berusaha mewartakan sabda Allah lewat katekese. Karena katekese erat kaitannya dengan kegiatan Gereja serta umat Kristen yang bertanggung jawab di dunia. Orang yang telah menyerahkan diri kepada Yesus Kristus dalam iman, dan yang berusaha memantapkan imannya melalui katekese, perlu hidup dalam persekutuan mereka yang telah mengambil langkah yang sama (CT, art. 24). 4. Perlunya Pendamping Katekese Umat Untuk Membangun Habitus Baru Dalam Hidup Beriman Umat a. Pengertian Pendamping Katekese Umat Pendamping katekese atau katekis adalah orang beriman yang dipanggil secara khusus dan diutus oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja, terutama dalam karya pewartaan Gereja untuk memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan iman umat di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial. Dalam tugas pewartaan ini katekis berperan sebagai

73 55 penafsir, pewarta, pendamping, penggerak, fasilitator, pemberdaya yang profesional (Komkat KWI, 2005: ). Pendamping Katekese Umat ialah seorang yang mampu dan rela untuk menjalankan katekese umat dalam kelompok umat dasar. Pendamping Katekese Umat ini sangat dibutuhkan untuk melancarkan pelaksanaan katekese umat. Seorang pendamping Katekese Umat sebagai saksi iman diharapkan antara lain: Seorang pribadi yang beriman katolik yang sadar akan panggilan Roh untuk melayani sesama umat dalam kelompok dasar. Seorang pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan dan membimbing kelompok umat dasar untuk melaksanakan katekese umat sebagai suatu proses komunikasi iman yang semakin berkembang. Seorang pribadi yang menghargai setiap peserta kelompok katekese umat dengan segala latar belakang dan situasinya. Seorang pribadi yang berperan sebagai pengarah dan pemudah untuk menciptakan suasana komunikatif dalam kelompok umat dasar yang dilayani (PKKI III, Lalu Yosef 2007:16). Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa seorang pendamping katekese merupakan seorang yang mampu dan rela untuk menjalankan katekese atau memiliki kepribadian yang matang dalam beriman Katolik untuk melayani sesama, mengumpulkan kelompok umat dalam komunikasi iman, menghargai setiap pribadi dan tentunya berperan dalam mengarahkan dan mempermudah kelompok umat yang dilayani dalam mengsharingkan segala pengalaman imannya sehingga dapat mengorganisir umat dalam memperkembangan iman bersama. b. Peranan Pendamping Katekese Umat Pendamping berperan menyampaikan secara jelas pesan Kristiani dan menemani para katekumen dan orang-orang Kristen yang baru dibaptis dalam

74 56 perjalanannya menuju kedewasaan iman. Di samping itu, peran pendamping adalah hadir dan menjadi saksi, dan terlibat dalam perkembangan manusia, inkulturasi dan dialog. Pendamping atau katekis merupakan sosok yang sangat dibutuhkan seperti yang terungkap dalam Ensiklik Redemptoris Missio, melukiskan para pendamping sebagai pekerja-pekerja khusus, saksi-saksi langsung, para pewarta yang sangat dibutuhkan, yang mewakili kekuatan utama komunitas-komunitas Kristiani, khususnya dalam Gereja-gereja muda (Komkat KWI, 2007:16). Selain itu menurut (Komkat KWI, 2005:133) katekis berperan dalam menafsirkan Kitab Suci atau Tradisi Gereja, pewartaan, pendamping, penggerak, fasilitator, pemberdaya yang profesional. Pendamping adalah seseorang awam yang ditunjuk secara khusus oleh Gereja, sesuai dengan kebutuhan setempat, untuk memperkenalkan Kristus, dicintai dan diikuti oleh mereka yang belum mengenal-nya dan oleh kaum beriman itu sendiri. c. Pengetahuan Pendamping Katekese Umat Pendamping katekese umat diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai dan sesuai dengan perkembangan zaman (up to date) yang menunjang tugas panggilannya sebagai seorang katekis antara lain ilmu-ilmu Gerejawi (kateketik, Pastoral, Teologi, Moral, Kitab Suci, Hukum Gereja, Liturgi) dan ilmu-ilmu manusia (Sosiologi, Psikologi, Pedagogi) Komkat KWI (2005:134). Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang pendamping ialah pengetahuan biblis-teologis dan iman. Seorang pendamping atau katekis

75 57 disamping seorang saksi, mereka juga seorang pengajar iman. Maka segi pengetahuan akan pengajaran iman harus terus ditingkatkan. Pengajaran iman ini dapat ditingkatkan dengan pembinaan biblis-teologis yang memadai agar para katekis mempunyai kesadaran utuh tentang pesan Kristiani. Pesan Kristiani tersebut meliputi pembinaan doktrinal (sejarah keselamatan: Perjanjian Lama, hidup Yesus Kristus dan sejarah Gereja) dan inti pesan mengenai syahadat, liturgi, hidup moral dan doa. Pembinaan tersebut pertama-tama merupakan suatu rangkuman utuh dan merupakan sintesis iman yang sedemikian rupa membantu katekis mematangkan imannya sendiri dan memungkinkan memberikan penjelasan bagi umat. Pembinaan tersebut harus mendasar dan dekat dengan pengalaman manusiawi dan mampu mengkaitkan pelbagai pesan Kristiani dengan kehidupan konkret ( paroki.html). d. Keterampilan Pendamping Katekese Umat Pendamping katekese umat adalah seorang yang mampu dan rela untuk menjalankan katekese umat dalam kelompok umat dasar. Rela adalah bersedia dengan ketulusan hati menderita bersama-sama Kristus dalam mewartakan Kerajaan Allah. Mampu adalah bertanggungjawab dan memiliki semangat dalam melayani sesama umat beriman. Maka pendamping katekese umat sangat dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan katekese umat. Dengan demikian pendamping katekese umat adalah seseorang yang menyadari dan mampu memberi kesaksian tentang pengalaman imannya. Komunikasi iman menuju atau

76 58 berpusat pada kehadiran Kristus yang dialami dan dihayati oleh umat Kristiani di mana-mana sejak zaman para Rasul. Seorang pendamping katekese umat diharapkan memiliki kemampuan antara lain sebagai berikut: Kemampuan/keterampilan berkomunikasi meliputi: Kemampuan/keterampilan mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu tindakan nyata, Kemampuan/keterampilan mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan, Kemampuan/keterampilan menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain. Kemampuan/keterampilan berefleksi meliputi: Mampu/ketrampilan menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari. Mampu/trampil menemukan nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, Ajaran Gereja dan tradisi kristiani lainnya. Mampu/trampil menggumuli nilai-nilai kristiani dalam kehidupan konkret (Lalu Yosef, 2007: 16-17). Rumusan di atas ingin mengungkapkan bahwa seorang pendamping katekese umat mempunyai tugas sebagai seorang pewarta untuk mengarahkan dan membantu umat dalam menghayati imannya. Maka dari itu seorang pendamping kiranya memiliki keterampilan dalam berkatekese. Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pendamping katekese umat ialah keterampilan berkomunikasi dan berefleksi. Komunikasi yang terjadi dalam katekese umat adalah komunikasi antara orang-orang dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang dilatarbelakagi kebudayaan tertentu. Dengan berkomunikasi seorang pendamping mampu untuk mengumpulkan, menyatukan, berbicara dan menciptakan suasana yang dapat mempermudah peserta untuk mengungkapkan pengalaman imannya. Komunikasi iman yang dikembangan dalam katekese umat hendaknya menjadi komunikasi iman. Komunikasi iman bukanlah hanya sekedar informasi, melainkan suatu kesaksian iman.

77 59 Selain memiliki kemampuan berkomunikasi dan berefleksi katekis atau pendamping katekese umat juga diharapkan memiliki keterampilan dalam berdialog, menganalisa, dan menggeluti tanda-tanda zaman dalam terang Kitab Suci, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasikan program kateketik dan pastoral, kemudian keterampilan dalam memimpin dan manajeman (Komkat KWI, 2005:135). e. Spiritualitas Pendamping Katekese Umat Istilah spiritualitas berasal dari kata bahasa Latin spiritualitas, yang merupakan kata abstrak yang berakar pada kata spiritus, yang berarti Roh. Spiritualitas pertama-tama kehidupan yang dijiwai dan dipimpin oleh Roh, yaitu Roh Kudus (Martasudjita, 2002:11). Hal ini juga diungkapkan oleh (Banawiratma, 1990:51) bahwa kata spiritualitas ada hubungannya dengan kata Spirit atau Roh, yaitu daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan. Spiritualitas dapat diartikan sebagai kekuatan atau Roh yang memberi daya tahan kepada sesorang atau kelompok untuk mempertahankan, memperkembangkan, mewujudkan kehidupan. Dengan memiliki Spiritualitas yang merupakan Roh Allah, maka pendamping mampu memotivasi dan menyemangati, memberikan kekuatan dan membimbing, menjiwai serta meneguhkan. Pendamping katekese memiliki daya kekuatan sehingga tidak mudah putus asa dalam melaksanakan setiap tugas dan tanggungjawabnya. Roh Allah selalu membantu dalam melaksanakan tugas perutusan yang telah dijalankan oleh seorang pewarta Kerajaan Allah. Dengan

78 60 dorongan Roh kudus seorang pendamping dapat menentang yang jahat dalam diri sendiri dan sekitarnya, berjuang agar dapat bangkit kembali dari kejatuhan. Karena keinginan daging adalah maut yang dapat mematahkan semangat pendamping dalam mewartakan Kerajaan Allah, sedangkan keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Setiap kegiatan akan berjalan dengan baik jika didukung oleh daya dorongan atau semangat yang mendasarinya. Katekis atau pendamping katekese dapat melaksanakan kegiatan pewartaan dengan baik kalau didukung oleh daya dorong yang memberi semangat dalam dirinya. Daya dorong itu tidak lain adalah motivasi dan spritualitas sebagai katekis atau pendamping. Motivasi dan spiritualitas itu hendaknya selalu dimurnikan, diteguhkan, dan dikembangkan (Komkat KAS, 2007:63). Sedangkan menurut (Komkat KWI, 2005:134) mengungkapkan bahwa katekis yang memiliki spiritualitas kenabian memiliki relasi yang erat dengan Allah Tritunggal dan mampu menafsirkan kehendak-nya bagi Gereja dan dunia, memiliki relasi dengn umat berman dan umat beriman lain serta masyarakat, mencintai tugasnya sebagai panggilan khusus, memiliki kegembiraan dalam menjalankan panggilan dan perutusannya. Memiliki daya pikat, keteladanan dan daya juang. Kemudian mau belajar terus menerus dan terbuka terhadap perkembangan zaman yang cepat berubah. Selain itu seorang pendamping hendaknya seperti gembala yang baik, yang dapat ditemukan dalam Yoh 10:11-15 yaitu: Akulah gembala yang baik, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu

79 61 menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan aku mengenal domba-domba-ku dan dombadomba-ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku, dan Aku memberikan nyawa-ku bagi domba-domba-ku. Kutipan ini mengambarkan tentang seorang pendamping yang ideal. Seorang pendamping hendaknya mencintai dan mengenal umat yang dilayaninya. Dengan mengenal dan mencintai umat maka umatpun akan mengenalnya. Sosok Yesus dalam kutipan tersebut mengajak kita sebagai pewarta atau pendamping katekese agar memiliki sikap saling mengasihi, memiliki keperdulian, mencintai dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas perutusan dari Allah serta senantiasa menerima umat dengan ketulusan hati.

80 BAB III KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR Dalam bab III ini penulis memaparkan tentang bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam usaha membangun hidup beriman umat dan permasalahan apa yang terjadi dalam membangun hidup beriman umat. Untuk mengetahui kegiatan yang telah dilakukan dalam usaha membangun hidup beriman umat maka penulis mengadakan suatu penelitian. Pembahasan pada bab III ini dibagi dalam empat bagian yakni bagian pertama, penulis memaparkan gambaran umum Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Bagian kedua, penelitian permasalahan katekese umat. Bagian ketiga, penulis melaporkan hasil penelitian dan bagian keempat penulis memaparkan kesimpulan dari penelitian. A. Gambaran Umum Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 1. Letak Geografis Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Berdasarkan observasi dan wawancara dengan Damianus Nyuk (prodiakon) dan Theodata Silau (katekis) dikatakan bahwa Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk terletak di Pedalaman Hulu Mahakam Kutai Barat Kalimantan Timur dan termasuk di dalam kecamatan Long Pahangai. Kecamatan Long Pahangai merupakan kecamatan dari 6 (enam) kampung yang ada di Pedalaman Hulu Mahakam dan sekaligus merupakan paroki dari Stasi-stasi yang

81 63 ada termasuk di dalamnya Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Adapun letak geografis gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis adalah sebagai berikut: Sebelah Utara bukit dan pegunungan Sebelah Timur perkampungan dan sungai mahakam Sebelah Barat dataran tinggi dan gunung Sebelah Selatan kampung dan pengunungan 2. Jumlah dan perkembangan umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Stasi St. Yohanes Pembaptis merupakan Stasi dari kampung Long Lunuk yang berada di pedalaman Kutai Barat Kalimantan Timur. Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk juga merupakan Stasi dari paroki St. Yosep Long Pahangai yang sekaligus juga merupakan kecamatan dari kampung Long Lunuk. Kampung Long Lunuk merupakan kampung yang masyarakatnya mayoritas beragama katolik. Sedangkan Agama Islam dan Kristen Protestan merupakan Agama yang dianut oleh para pendatang seperti orang-orang jawa, bugis dan ambon. Agama lain menjadi berkembang karena mereka menikah dengan penduduk di kampung. Di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk terdapat beberapa lingkungan sebagai berikut: a. Lingkungan Santa Maria Lingkungan Santa Maria merupakan Lingkungan yang luas dibandingkan Lingkungan lain. Umat di Lingkungan Santa Maria berjumlah 48 KK dengan 175 jiwa. Pekerjaan umat di Lingkungan ini yaitu bertani dan ada juga yang menjadi

82 64 kuli perahu, pedagang, serta guru. Mereka semua adalah orang-orang Dayak Bahau asli Kalimantan Timur. b. Lingkungan Santo Fransiskus Umat di Lingkungan Santo Fransiskus ini berjumlah 58 KK dengan 115 jiwa. Umat di Lingkungan ini pekerjaannya bertani dan berdagang. Umat di Lingkungan ini cukup aktif dalam kegiatan baik di Lingkungan masyarakat maupun dalam hidup menggereja. Banyak diantara mereka yang dipercayakan menjadi pengurus Gereja dan masyarakat, misalnya menjadi ketua dewan stasi, prodiakon, anggota pengurus Gereja dan petinggi kampung serta pengurus RT. Kegiatan yang sering dilaksanakan di Lingkungan ini ialah ibadat sabda dan doa rosario. c. Lingkungan Santo Lukas Jumlah umat yang ada di Lingkungan Santo Lukas 39 KK atau 163 jiwa. Sebagian besar umat di Lingkungan ini asli Dayak Bahau dan pekerjaan umat sebagian besar petani dan berdagang. Pelaksanaan kegiatan di Lingkungan ini berjalan dengan baik. d. Lingkungan Santa Teresa Umat di Lingkungan Santa Teresa berjumlah 32 KK atau 119 jiwa. Pekerjaan umat di Lingkungan ini berdagang, petani dan guru. Mereka semua asli Dayak Kalimantan Timur dan mereka juga cukup aktif dalam kegiatan

83 65 Lingkungan masyarakat dan kegiatan Gereja. Kegiatan yang sering dilaksanakan adalah ibadat sabda dan doa rosario. e. Lingkungan Santo Fhilipus Umat di Lingkungan ini merupakan pendatang dari kampung-kampung lain yang kemudian menetap di kampung Long Lunuk. Mereka adalah mayoritas beragama Katolik maka dibentuklah Lingkungan baru bagi mereka yaitu yang dulunya bernama Lingkungan 5 (lima), nama ini merupakan nama sebelum dibentuk nama Santo-santa pada Lingkungan-lingkungan yang ada, setelah dibentuk kemudian diberi nama Lingkungan Santo Fhilipus. Awalnya umat di Lingkungan ini hanya sedikit lambat laun menjadi cukup banyak karena perpindahan umat dari Lingkungan lain yang membangun rumah di Lingkungan ini. Ada juga yang datang mengikuti suami atau istri untuk menetap di Lingkungan ini. Kebanyakan umat di Lingkungan ini adalah orang-orang Dayak Bahau dengan jumlah umat 25 KK atau 81 jiwa. Letak Lingkungan ini cukup jauh dari gereja. Walaupun demikian mereka aktif dalam kegiatan Gereja dan juga kegiatan Lingkungan. Kegiatan Lingkungan mereka adalah ibadat sabda dan doa rosario. 3. Tenaga katekis Di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk hanya terdapat 1 (satu) orang tenaga katekis yang juga merupakan seorang guru agama Katolik di Sekolah Dasar Negeri Long Lunuk. Dia adalah Theodata Silau.

84 66 4. Kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Hasil observasi dan wawancara memperlihatkan kegiatan kerohanian yang sering dilaksanakan dan menjadi kegiatan rutin di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk adalah ibadat sabda baik di Gereja maupun di Lingkungan dengan ujud tertentu atas permintaan umat, rosario dan pendalaman iman. Selain itu juga kegiatan yang menjadi kekhasan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk ialah mengadakan perlombaan pada hari raya natal dan paskah. Lomba-lomba yang diadakan ialah pertandingan bola volley, sepak bola, perlombaan kitab suci untuk dewasa dan anak-anak pada bulan Kitab Suci dan Natal, mazmur tanggapan tingkat anak dan perlombaan koor. B. Penelitian Permasalahan Katekese Umat 1. Rumusan Permasalahan Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kegiatan-kegiatan kerohanian apa yang telah dilaksanakan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam usaha membangun hidup beriman? b. Bagaimana corak kehidupan umat dalam membangun hidup beriman bersama? c. Usaha apa yang dilakukan agar katekis dan umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur mengenal katekese umat dalam usaha membangun habitus baru dalam hidup beriman umat? d. Bagaimana kegiatan kaderisasi pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur dapat dilakukan?

85 67 2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Bentuk-bentuk kegiatan kerohanian yang telah dilaksanakan untuk membangun habitus baru dalam perkembangan hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. b. Corak kehidupan umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur dalam rangka membangun hidup beriman bersama. c. Usaha yang dilakukan agar katekese umat semakin berperan membangun habitus baru dalam hidup umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. d. Kegiatan kaderisasi pendamping katekese umat yang dilakukan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. 3. Tempat dan Waktu Penelitian Berdasarkan judul skripsi yang sedang dibahas oleh penulis, maka penelitian ini akan dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5-23 Juli Metode Penelitian Sehubungan dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu dengan menganalisa dan menyajikan permasalahan yang terjadi sehingga permasalahan dapat dipahami dan disimpulkan (Azwar Saifuddin, 1997:6).

86 68 Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data ialah : observasi, kuesioner dan wawancara terhadap pastor paroki, katekis dan umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur, kemudian didukung oleh studi dokumen. 5. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan pedoman observasi, kuesioner sebagai alat pengumpulan data, wawancara dan studi dokumen untuk mendapatkan data yang menjelaskan atau menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan secara obyektif. Observasi atau pengamatan merupakan metode pengumpulan data dengan instrumen pokok adalah penilai yang dibantu dengan instrumen lain seperti skala atau daftar cocok. Sedangkan kuesioner merupakan serangkaian daftar pertanyaan atau daftar isian yang harus dijawab atau diisi oleh responden. Kuesioner dibagi dalam dua jenis yaitu kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner tertutup adalah angket yang jawabannya sudah disediakan. Responden tinggal memilih antara alternatif yang tersedia. Kuesioner terbuka adalah kuesionar yang jawabannya diisi oleh responden secara bebas. Wawancara ialah suatu cara mendapatkan informasi dengan komunikasi langsung dalam bentuk tanya jawab sepihak (Dapiyanta, 2008:23-27). Sedangkan observasi, kuesioner dan wawancara yang diungkapkan (Wahyu, 1989:82, 86-87) yaitu; Observasi adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi data yang diperlukan yang merupakan tingkah laku non-verbal. Sedangkan kuesioner ialah suatu teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diisi oleh para responden sendiri. Wawancara adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk tujuan mendapatkan informasi maupun pendirian secara lisan seorang responden, dengan wawancara tatap muka antara pewawancara dan responden.

87 69 Berdasarkan bentuk-bentuk instrumen yang diungkapkan di atas, dalam penelitian ini penulis memilih instrumen dalam bentuk observasi yang menggunakan Pengamatan terpimpin maksudnya pengamatan yang dilakukan sudah dipandu oleh sebuah pedoman yang sudah dipersiapkan. Sedangkan untuk kuesioner menggunakan dua jenis kuesioner seperti yang dipaparkan tadi yaitu kuesioner tertutup dan terbuka. Penulis membuat daftar pertanyaan berupa pilihan dan isian singkat yang kemudian akan dijawab oleh responden. Adapun penyebaran kuesioner ditujukan kepada pastor paroki, katekis dan umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Kemudian dalam wawancara, penulis akan menggunakan wawancara terpimpin. Wawancara terpimpin maksudnya pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sudah disiapkan lebih dahulu oleh peneliti sehingga terarah pada apa yang mau di teliti. 6. Responden Penelitian Responden penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pastor paroki, katekis dan umat yang ada di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Jumlah responden yang di minta untuk mengisi dan menjawab kuesioner adalah 30 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). purposive sampling merupakan sampel yang diambil harus memiliki sifat tertentu yang sesuai dengan maksud penelitian. Sifat tertentu maksudnya dalam menentukan siapa saja yang termasuk anggota sampel penelitiannya, maka peneliti harus benar-benar mengetahui dan beranggapan bahwa responden yang dipilihnya dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan

88 70 permasalahan penelitian (Wahyu, 1989:76). Orang tersebut yang diteliti dianggap paling tahu tentang keadaan atau situasi konkret hidup keagamaan yang ada di Stasi St. Yohanes pembaptis Long Lunuk dalam usaha mereka membangun hidup beriman bersama. 7. Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini ada empat variabel yang diteliti yakni: dinamika kegiatan hidup beriman umat, peranan katekese umat dalam rangka membangun hidup beriman umat, usaha-usaha dari stasi dalam rangka membangun habitus baru dalam kehidupan beriman umat, usaha mengingkatkan SDM/tenaga katekis. Berikut adalah tabel dari variabel yang diteliti. Tabel 1. Variabel Penelitian No Variabel Nomor Item Jumlah 1 Dinamika kegiatan hidup beriman umat 1, 2, 3, 4, Peranan katekese umat dalam rangka 6, 7, 8, 9, 10 5 membangun hidup beriman umat 3 Usaha-usaha dari stasi dalam rangka 11, 12, 13, 14, 15 5 membangun habitus baru dalam kehidupan beriman umat, 4 Usaha meningkatkan SDM tenaga 16, 17, 18, 19, 20 5 katekis Jumlah 20

89 71 C. Laporan Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis membahas laporan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 5-23 juli 2010 di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Jumlah kuesioner yang penulis sebarkan adalah 30 kuesioner. Pembahasan penelitian ini disajikan menurut urutan variabel penelitian yang diungkap seperti dalam tabel 1 yang terdiri dari: dinamika kegiatan hidup beriman umat, peranan katekese umat dalam rangka membangun hidup beriman umat, usaha-usaha dari Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam rangka membangun habitus baru dalam kehidupan beriman umat, usaha meningkatkan SDM/tenaga katekis. 1. Responden Tabel ini memuat jumlah responden yang telah mengisi kuesioner yaitu 30 orang. Sedangkan dari 30 orang yang mengisi kuesioner ada 3 orang yang diambil untuk diwawancara. Adapun rincinan responden tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2. Identitas Responden Keterangan Jumlah Prosentase Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 18 60% 12 40% Jumlah %

90 72 Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengisi kuesioner 30 orang. Mereka merupakan dewan stasi, katekis, ketua Lingkungan dan umat yang ada di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Responden lakilaki yang paling banyak dengan jumlah 18 orang (60%), sedangkan responden perempuan berjumlah 12 orang (40%). Dalam proses pengumpulan data penulis membagikan kuesioner dan kemudian diisi oleh responden. Penulis juga mewawancarai 3 orang responden yang juga mengisi kuesioner. Dengan demikian menambah data dari hasil wawancara dengan tokoh-tokoh umat tersebut. Selain itu juga penulis membuat suatu observasi tentang keadaan umat di Stasi setempat. Pada langkah awal penulis menemui ketua dewan stasi, katekis dan prodiakon untuk melakukan pendekatan dan pemberitahuan akan mengadakan penelitian di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Penulis tidak bisa menemui pastor paroki karena ketika penulis mengadakan penelitian pastor paroki sedang mengikuti raker di Keuskupan Samarinda dan sekaligus pergantian pastor paroki. Maka atas bantuan dari umat setempat penulis dapat mewawancarai pastor melalui handphone sehingga penulis mendapat informasi tentang bagaimana hidup beriman umat stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. 2. Dinamika Kegiatan Hidup Beriman Umat Variabel ini berfungsi untuk mengetahui dinamika kegiatan hidup beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Maka pada bagian ini penulis

91 73 merangkum hasil jawaban responden dari jawaban kuesioner dan wawancara. Hal ini dijelaskan dalam tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Dinamika kegiatan hidup beriman umat (N = 30) No Pertanyaan Jawaban alternatif Jumlah % 1. Bentuk kegiatan macam a. Ibadat Sabda % apa yang sering b. Rosario % dilaksanakan di stasi St. c. Pendalaman Iman 3 10 % Yohanes Pembaptis Long d. Lain-lain 0 0 % Lunuk dalam upaya membangun hidup beriman umat? 2. Bentuk kegiatan dalam a. Pewartaan % bidang pastoral apakah b. Liturgi % yang sering dilakukan c. Persaudaraan 3 10 % umat di stasi dalam d. Persekutuan % memperkembangkan iman bersama? 3. Apakah yang dibicarakan a. Pemahaman dan % dalam kegiatan yang dilaksanakan di stasi St. pendalaman iman tentang Yohanes Pembaptis Long b. Kehidupan sehari-hari 3 10 % Lunuk dalam upaya c. Sekedar bertemu % membangun hidup dengan umat yang lain

92 74 beriman umat? d. Lain-lain % 4. Apa tujuan diadakannya a. Iman semakin % kegiatan tersebut? diperkembangkan b. Bisa berkumpul % bersama c. Tidak tahu 0 0 % d. Lain-lain 9 30 % 5. Sejauhmana keterlibat a Terlibat dan aktif % dalam setiap pertemuan b Belum terlibat % bersama yang dilakukan c Tidak Tahu 0 0 % untuk membangun hidup d Lain-lain % beriman umat? Tabel 3 di atas memaparkan tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam hidup beriman bersama di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Pada pertanyaan pertama menunjukkan bahwa 23 responden (76.7 %) menyatakan bahwa kegiatan hidup beriman umat yang sering dilaksanakan ialah ibadat sabda. Ibadat sabda yang sering dilaksanakan yaitu pada hari minggu dan atas permintaan umat dengan ujud tertentu. Sedangkan responden yang memilih rosario 4 responden (13.3 %) dan pendalaman iman ada 3 responden (10 %). Kegiatan ini diadakan pada bulan Maria. Dilihat dari pertanyaan no 2, responden yang paling banyak adalah 18 orang (60%) memahami bahwa bentuk kegiatan dalam bidang pastoral yang sering dilaksanakan adalah liturgi. 8 responden

93 75 (26.7%) menyatakan bahwa bidang pastoral yang selama ini dilaksanakan adalah pewartaan. Yang lain mengatakan persaudaraan 3 responden (10%) dan persekutuan 1 responden (3.33%). Ada 22 responden (73.3%) pada pertanyaan no. 3 menyatakan bahwa yang sering dibicarakan dalam kegiatan dalam upaya membangun hidup beriman umat umat ialah pemahaman dan pendalaman tentang iman. Ada 3 responden (10%) mengatakan Kehidupan sehari-hari, dan ada 1 responden (3.33%) mengatakan sekedar bertemu dengan umat lain. Ada 4 responden (13.3%)yang menjawab lain-lain. Dalam pertanyaan no. 4, ada 20 responden (66.7%) merasa bahwa tujuan diadakannya kegiatan tersebut adalah agar iman semakin diperkembangkan. Ada 1 responden (3.33%) mengatakan bisa berkumpul bersama dan ada 9 responden (30%) menjawab lain-lain. Sedangkan dalam pertanyaan no 5, ada 19 responden (63.3%) mengungkapkan keterlibatan mereka dalam mengikuti kegiatan-kegiatan setiap pertemuan bersama dalam usaha membangun hidup beriman umat. Ada 4 responden (13.3%) mengatakan belum terlibat dan 7 responden (23.3%) menjawab lain-lain artinya mereka sudah terlibat tetapi belum aktif. Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner seperti yang telah diungkapkan di atas, dapat kita ketahui bahwa kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam upaya membangun hidup beriman umat ialah ibadat sabda, mereka juga mengadakan doa rosario di lingkungan-lingkungan dan mengadakan pendalaman iman. Hal ini juga diungkapkan melalui wawancara dengan Kat dan Pas sebagai berikut: Kegiatan yang sudah dilaksanakan ya cukup banyak seperti pendalaman iman, ibadat sabda, lomba Kitab Suci, Lomba PIA menulis puisi, kalau

94 76 untuk kegiatan umat dewasa ya. Ada doa-doa di lingkungan pada bulan Maria yaitu doa rosario dan banyak lagi kegiatan yang lain yang tidak selalu dilaksanakan sifatnya kadang-kadang dilaksanakan menurut kondisi dan waktu karena umat di sini kebanyakan pekerjaan mereka sebagai petani, tidak selalu ada hanya pada masa-masa paskah dan natal kita menggunakan momen itu mengadakan kegiatan-kegiatan seperti itu atau ada kunjungan dari keuskupan dan paroki diadakan pertemuan seperti sharing iman. Seperti itulah kegiatan yang telah dilaksanakan dalam hidup beriman iman.(kat, Lampiran 2). Berkembangnya doa depasional (doa rosario) dalam berbagai keompok temu minggu, KOMKA/OMK, WKRI dan di lingkungan-lingkungan. Ibadat setiap hari minggu jika tidak ada pastor unutk memimpin misa maka diganti ketua umat.(pas, Lampiran 2). Berdasarkan ungkapan dari wawancara di atas, cukup banyak kegiatan yang sering dilaksanakan di Stasi St. Yohanes Pembapts Long Lunuk. kegiatankegiatan tersebut tidak hanya berkisar pada pastoral liturgi saja melainkan pada persekutuan umat beriman. Umat perlu dibekali dengan kegiatan-kegiatan lain seperti katekese umat untuk semakin meningkatkan dan memperkembangkan hidup beriman baik pribadi maupun bersama. Maka perlunya sosialisasi/pendampingan bagi seorang katekis di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam meningkatkan kualitas pendampingan dan pelayanan terhadap umat. Namun demikian kegiatan yang selama ini dilaksanakan menurut umat dapat membawa mereka pada perkembangan iman. Hal ini terungkap lewat keterlibatan mereka secara aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan. Kegiatan tersebut di atas bisa menjadi tempat atau sarana umat untuk membangun hidup beriman secara bersama. Beriman bersama bukan membicarakan agama lain atau membicarakan orang lain tetapi bertindak dan bekerjasama untuk hidup yang lebih baik. Inilah yang diperlukan dalam membangun hidup beriman umat, suatu gerakan bersama oleh cinta kasih, saling membantu, saling memperkaya dan

95 77 saling melayani antar umat beriman. Penulis melihat bahwa umat di stasi St Yohanes Pembaptis Long Lunuk sudah cukup terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan. Namun motivasi dan pendampingan serta dukungan semangat tetap selalu diberikan kepada umat agar mampu membuat mereka semakin aktif dalam membangun hidup beriman bersama. 3. Peranan Katekese Umat Dalam Rangka Membangun Hidup Beriman Umat Variabel ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan tentang katekese umat serta peranan katekese umat. Apakah kegiatan yang dilakukan sudah membawa umat pada hidup beriman dan bagaimana peranan katekis dalam membangun hidup beriman umat. Selanjutnya untuk mengetahui hal-hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4 berikut ini: Tabel. 4 Peranan katekese umat dalam rangka membangun hidup beriman umat (N = 30) No Pertanyaan Jawaban alternatif Jumlah % 6. Apakah kegiatan yang a. Sudah % telah dilaksanakan di stasi b. Belum % St. Yohanes Pembaptis c. Masih proses 5 7 % Long Lunuk sudah d. Tidak tahu 0 0 % membawa umat pada hidup beriman bersama?

96 78 7. Menurut pengetahuan anda a. Kumpul-kumpul, 0 0 % apa yang anda ketahui ngobrol dengan katekese umat b. Komunikasi atau tukar % (Pendalaman Iman)? pengalaman iman c. Pelajaran Agama % d. Tidak Tahu 0 0 % 8. Menurut pendapat anda a. Sudah berperan % apakah katekese umat b. Belum berperan % sudah berperan dalam c. Tidak Tahu 0 0 % hidup beriman umat di d. Lain-lain % stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? 9. Menurut anda apa peranan a. Membantu umat % katekis dalam membantu memperkembangkan umat membangun hidup imannya berimannya? b. Mengajar/membimbing % umat c. Melayani umat % d. Lain-lain % 10. Keterampilan apa yang a. Berdoa, bercerita dan % dibutuhkan oleh seorang menyanyi katekis dalam hidup b. Mengajak umat untuk %

97 79 beriman umat? terlibat dalam hidup menggereja c. Komunikasi dan refleksi d. Lain-lain % 13.3 % Tabel 4 di atas menunjukan bahwa umat sebagian besar sudah mengenal dan memahami katekese umat. Katekese umat berperan dalam membangun hidup beriman bersama, sehingga peran serta dan kepekaan pendamping sangat dibutuhkan dalam melayani umat. Dalam pertanyaan no. 6 yaitu, kegiatankegiatan yang selama ini dilaksanakan menurut 21 responden (70%) sudah membawa umat pada hidup beriman bersama. Ada 7 responden (23.3%) mengatakan belum berperan dan ada 5 responden (7%) mengatakan masih dalam proses. Sedangkan pertanyaan no. 7 pengetahuan tentang katekese umat ada 20 responden (66.7%) yang sudah mengenal bahwa katekese umat merupakan komunikasi atau tukar pengalaman iman. Tetapi ada 10 responden (33.3%) yang mengatakan bahwa katekese umat merupakan pelajaran Agama. Pertanyaan no. 8, ada 17 responden (56.7%) yang mengatakan bahwa katekese umat sudah berperan dalam hidup beriman umat. Tetapi ada 8 responden (26.7%) yang mengatakan bahwa katekese umat belum berperan dalam hidup beriman umat. Ada juga yang menjawab lain-lain yaitu 5 responden (16.7%). Pertanyaan no. 9, ada 10 responden (33.3%) yang mengatakan bahwa peran katekis dalam hidup beriman umat adalah mengajar/membimbing umat. Ada 8 responden (26.7%) yang

98 80 mengatakan bahwa peranan katekis adalah Membantu umat memperkembangkan imannya. Ada 7 responden (23.3 %) mengungkapkan bahwa peranan katekis ialah melayani umat dan ada 5 responden (16.7%) yang mengatakan lain-lain. Selain itu dalam pertanyaan no. 10, ada 17 responden (56.7%) mengatakan bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang katekis adalah mengajak umat untuk terlibat dalam hidup menggereja. Ada 8 responden (26.7%) yang mengungkapkan komunikasi dan refleksi. Ada 1 responden (3.33%) mengungkapkan bahwa keterampilan katekis adalah Berdoa, bercerita dan menyanyi dan ada 4 responden (13.3 %) yang menjawab lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian yang terkumpul melalui kuesioner di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, dapat dilihat bahwa upaya dari stasi untuk membawa umat pada hidup beriman bersama cukup mendapat dukungan sebab ada 21 responden (70%) yang mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang selama ini diadakan atau dilaksanakan di stasi sudah membawa umat pada hidup beriman bersama serta memperkembangkan iman bersama. Hal ini juga diungkapkan melalui wawancara dengan katekis (Kat): Kalau dilihat kegiatan-kegiatan tersebut jelas, sudah dan sangat membantu dalam perkembangan iman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis. Karena dengan kegiatan itu umat mengalami suatu penyegaran, artinya mereka bisa bersama, bersatu, atau melaksanakan suatu kegiatan itu bisa bertemu, berkumpul, lalu bisa bekerjasama kalau itu merupakan kegiatan lombalomba, mereka bisa bekerjasama karena tujuannya semakin meningkatkan iman, misalnya lomba Kitab Suci yang jelas mereka paling tidak membuka Kitab Suci dan bersama-sama mempersiapkan lingkungannya. Ada kerjasama dengan paroki dalam meningkatkan iman. Kita berkumpul bersama di lingkungan mengadakan doa rosario, sudah pastilah kita semakin meningkatkan keimanan kita pada saat seperti itu, diharapkan kedepannyapun semakin baik dan semakin kontinyu dilakukan. (Kat, Lampiran 2).

99 81 Berdasarkan temuan tersebut dapat dilihat bahwa suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik dan berdampak pada hidup beriman umat terletak pada kerjasama yang baik antar pribadi umat beriman. Kerjasama yang baik dapat menghasilkan hal yang baik pula. Melalui kerjasama umat dapat saling menebarkan cinta kasih, saling membantu dan saling melayani satu dengan yang lainnya, hal ini tentu diharapkan dapat berjalan terus menerus dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk ada 20 responden (66.7%) yang mengatakan sudah mengenal katekese umat. Mereka mengungkapkan bahwa katekese umat itu merupakan komunikasi atau tukar pengalaman iman. Namun demikian pemahaman tersebut tidak sejalan dengan keadaan yang ada. Sebetulnya umat membutuhkan penjernihan pengertian katekese umat. Di Stasi St. Yohanes pembaptis sudah diadakan kegiatan pendalaman iman, tetapi umat tidak mengetahui bahwa pendalaman iman merupakan bagian dari katekese umat. Hal ini dikarenakan kurangnya pendampingan terhadap pendamping katekese umat sehingga kegiatan tersebut kurang tersosialisasikan di tengah umat. Jadi dapat disimpulkan bahwa hanya sebagian umat yang sudah mengenal katekese umat, dengan mengatakan bahwa katekese umat tersebut sudah membawa mereka pada hidup beriman bersama. Untuk itu dibutuhkan peranan dan keterampilan katekis dalam upaya pengembangan hidup beriman umat. Katekis berperan dalam mengajar/membimbing umat, membantu umat dalam memperkembangkan imannya dan melayani umat. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang katekis adalah yang paling utama mampu berkomunikasi dan berefleksi

100 82 dan yang lainnya mengajak umat untuk ikut terlibat dalam hidup menggereja. Berkomunikasi adalah bagaimana katekis mampu mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu tindakan nyata, mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan serta menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain. Sedangkan refleksi adalah menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari dan menemukan nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, Ajaran Gereja dan tradisi kristiani serta menggumuli nilai-nilai kristiani dalam kehidupan konkrit. Inilah yang dibutuhkan agar mampu membawa umat pada hidup beriman bersama. 4. Usaha-usaha dari Stasi dalam Rangka Membangun Habitus Baru dalam Kehidupan Beriman Umat Variabel ini hendak memaparkan usaha-usaha dari stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam membangun habitus baru bagi hidup beriman umat. Ada lima (5) bagian yang dibahas dalam variabel ini. Bagaimana usaha umat di stasi St. Yohanes Pembaptis dalam rangka membangun hidup berimannya, bagaimana sikap anda terhadap upaya untuk membangun hidup beriman umat, keterlibatan umat dalam usaha membangun hidup beriman bersama, apakah ada permasalahan yang dihadapi dalam membangun hidup beriman umat dan bagaimana usaha mengatasi permasalahan tersebut. Hal tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5 berikut ini:

101 83 Tabel 5. Usaha-usaha dari stasi dalam rangka membangun habitus baru dalam kehidupan beriman umat ( N = 30) No Pertanyaan Jawaban alternatif Jumlah % 11. Bagaimana usaha umat di a. Mengikuti dan % stasi St. Yohanes melaksanakan Pembaptis dalam rangka kegiatan tergantung membangun hidup dari kesadaran diri berimannya? b. Mengikuti dan % melaksanakan kegiatan karena tuntutan c. Mengikuti dan 0 0 % melasanakan kegiatan karena ikut-ikutan d. Lain-lain % 12. Bagaimana sikap anda a. Biasa-biasa saja % terhadap upaya untuk b. Bingung % membangun hidup c. Senang dan setuju % beriman umat? d. Lain-lain 3 10 % 13. Apakah anda sering a. Sering % terlibat dalam usaha b. Kadang-kadang % membangun hidup c. Tidak pernah 0 0 %

102 84 beriman umat di stasi St. d. Lain-lain % Yohanes Pembaptis Long Lunuk? 14. Pernahkan anda a. Pernah % mengalami permasalahan b. Kadang-kadang % dalam membangun hidup c. Tidak pernah 0 0 % beriman umat? d. Lain-lain % 15. Apakah anda berusaha a. Ya, sudah berusaha % mengatasi permasalahan b. Tidak berusaha % tersebut? c. Masih dalam tahap % perencanaan d. Lain-lain 0 0 % Berdasarkan tabel 5 di atas, pertanyaan no. 11, ada 21 responden (70%) yang mengikuti dan melaksanakan kegiatan kerohanian menurut kesadaran sendiri tanpa ada paksaan. Karena merasa memang tugas dan tanggungjawab sebagai seorang kristiani. Ada 5 responden (16.7%) yang mengungkapkan bahwa mengikuti dan melaksanakan kegiatan karena tuntutan dan ada 4 responden (13.3%) yang menjawab lain-lain. Sedang pertanyaan no. 12, sikap terhadap upaya membangun hidup beriman ada 19 responden (63.3%) yang mengatakan senang dan setuju. Ada 7 responden (23.3%) yang mengatakan biasa-biasa saja. Ada 1 responden (3.33%) menjawab bingung dan 3 responden (10%) menjawab

103 85 lain-lain. Pertanyaan no. 13, ada 18 responden (60%) yang mengungkapkan bahwa sering terlibat dalam usaha membangun hidup beriman di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, ada juga yang mengungkapkan kadang-kadang yaitu 11 responden (36.7%) dan ada 1 responden (3.33%) yang menjawab lain-lain. Pertanyaan no 14, dalam membangun hidup beriman umat ada 28 responden (93.3%) yang mengatakan bahwa mereka mengalami permasalahan. Ada 1 responden (3.33%) mengatakan kadang-kadang dan ada 1 responden (3.33%) menjawab lain-lain. Pertanyaan no. 15, ada 22 responden (73.3%) mengungkapkan bahwa sudah berusaha mengatasi permasalahan tersebut. Ada 7 responden (23.3%) mengatakan bahwa masih dalam tahap. Ada 1 responden (3.33%) mengatakan tidak berusaha. Dari ungkapan responden tersebut, penulis mendapat kesan bahwa umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk masih perduli dan peka akan kegiatan yang dilakukan dalam usaha meningkatkan hidup beriman bersama, hal ini terungkap lewat keterlibatan mereka yang dilakukan menurut kesadaran pribadi bukan merupakan paksaan maupun tuntutan dari berbagai macam pihak, walaupun hanya sebagian yang memberi tanggapan bahwa mereka mengikuti dan melaksanakan kegiatan berdasarkan tuntutan. Umat sangat senang dan setuju jika ada upaya dari atas atau dari paroki maupun keusukupan untuk memberikan pembinaan iman bagi umat, dengan demikian umat dapat secara bersama-sama membangun hidup beriman bersama. Tak lepas dari itu keterlibatan umat dalam hal ini sangat dibutuhkan. Menurut hasil penelitian melalui kuesioner umat mengatakan sejauh ini mereka sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang

104 86 dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Hal ini juga diungkapkan melalui wawancara dengan Pas (Lampiran 2). Sejauh pengamatan saya cukup banyak yang terlibat aktif, dengan dibentuknya pengurus dewan stasi yang baru. Namun demikian dari keterlibatan mereka dalam setiap kegiatan, mereka juga mengalami suatu permasalahan dalam membangun hidup beriman umat, misalnya sulitnya mengumpulkan atau mengajak umat untuk terlibat dalam kegiatan kerohanian dan kurangnya minat umat untuk ikut kegiatan. Tentu saja hal ini yang menjadi keprihatinan bersama, sikap-sikap seperti inilah yang sulit untuk di atasi. Maka dalam mengatasi permasalahan tersebut umat yang aktif berusaha untuk mencoba membahasnya dalam suatu pertemuan dan mencari jalan keluarnya. Cara lain ialah menyampaikan permasalahan yang ada kepada pastor paroki kemudian bersama-sama dengan umat lain mencari jalan keluarnya. Hal ini diungkapkan oleh 22 responden (73.3%) yaitu sudah berusaha mengatasi permasalahan tersebut. Sikap peduli terhadap orang lain akan membawa umat beriman pada hidup beriman bersama dalam cinta kasih. 5. Usaha Meningkatkan SDM (sumber daya manusia) Tenaga Katekis Variabel ini berfungsi untuk mengetahui bagaimana usaha stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam meningkatkan SDM tenaga katekis, penulis mengajak umat untuk mengungkapkan kegiatan-kegiatan yang telah, akan dan belum dilaksanakan dalam meningkatkan mutu dan kreatifitas katekis. Berikut ini adalah tabel dari jawaban responden :

105 87 Tabel 6. Usaha meningkatkan SDM (sumber daya manusia) tenaga katekis (N = 30) No Pertanyaan Jawaban alternatif Jumlah % 16. Siapakah yang berperan a. Pastor 6 20 % dalam b. Katekis (Guru Agama) % pembinaan/pendampingan c. Umat sendiri % hidup beriman umat di stasi d. Tidak tahu 0 0 % St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? 17. Apakah di stasi St. Yohanes a. Kadang-kadang % Pembaptis Long Lunuk dilaksanakan dilaksanakan kaderisasi b. Dilaksanakan secara % pendamping katekese umat rutin setiap... (Pembinaan bagi Para sekali Katekis)? c. Tidak pernah % dilaksanakan d. Lain-lain % 18. Bagaimana perasaan anda a. Sangat Senang % jika diadakannya kaderisasi b. Kurang Senang 0 bagi para katekis dalam c. Biasa-biasa saja 0 upaya membangun hidup d. Tidak tahu 0 beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis?

106 88 Tabel ini menunjukkan bahwa pada pertanyaan no. 16, ada 20 responden (66.7%) menyatakan bahwa yang berperan dalam pembinaan/pendampingan hidup beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk ialah katekis (Guru Agama). Ada 6 responden (20%) mengatakan pastor yang berperan dalam pembinaan/pendampingan hidup beriman umat. Ada 4 responden (13.3 %) yang mengatakan umat sendirilah yang berperan dalam pembinaan/pendampingan hidup berimannya. Pertanyaan no. 17, ada 17 responden (56.7%) yang mengatakan bahwa di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk tidak pernah diadakan kaderisasi pendamping katekese umat (Pembinaan bagi Para Katekis). Ada 10 responden (33.3%) mengatakan kadang-kadang dilaksanakan. Ada 2 responden (6.67%) mengatakan diadakan setiap sebulan sekali. Ada juga yang menjawab lain-lain yaitu 1 responden (3.33%). Sedangkan pertanyaan no 18, ada 30 responden (100%) menyatakan bahwa mereka sangat senang jika diadakannya kaderisasi bagi para katekis dalam upaya membangun hidup beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis. Berdasarkan hasil penelitian ada 20 responden (66.7%) mengatakan bahwa pembinaan/pendampingan hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk sangat tergantung pada peran katekis (guru Agama). Hal ini menunjukkan bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis selalu dikoordinir oleh seorang katekis yaitu ibu Theodata Silau. Umat masih sangat tergantung pada sosok katekis yang mampu membawa mereka pada hidup beriman bersama. Tentu saja hal ini menjadi keprihatinan di stasi ini, katekis yang hanya satu orang harus membimbing umat dengan karakter dan

107 89 sifatnya masing-masing. Maka dari itu pendampingan perlu bagi katekis untuk meningkatkan kualitas, keterampilan serta pengetahuan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pewarta Sabda Allah. Selain itu juga pembinaan dan pendampingan bagi kaum muda serta ketua-ketua Lingkungan sangat juga dibutuhkan untuk membantu dan meringankan tugas katekis dalam membawa umat pada hidup beriman bersama. Katekis selain bekerja membimbing umat, ia juga mengajar di sekolah. Hal inilah yang membuat dia timbul rasa jenuh. Maka dukungan dan kerjasama umat serta perhatian dari paroki maupun keuskupan dalam meningkatkan sumber daya manusia atau kualitas katekis sangat diharapkan demi perkembangan dan pemahaman hidup beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk ini. Seperti yang diungkapkan dua orang responden wawancara yaitu Kat dan Kal (Lampiran 2) sebagai berikut: Yaa... dalam hal ini sebenarnya kita sudah mempunya program yaitu umat atau stasi yg mandiri tetapi alangkah baiknya kalau seperti pastor.. yaa.. sebagai..ya mau dikatakan sebagai pembimbing umat yg utama harus tetap hadir mendampingi umat, apalagi dalam masa-masa ini pengaruhpengaruh dari luar atau pengaruh agama lain cukup masuk ke dalam stasi ini, jadi sangat diharapkan pastor atau biarawan-biarawati mendampingi umat, membantu mendampingi katekis dalam usahanya, agar umat ini bisa tetap memiliki semangat, umat ini masih tetap, dapat atau siap menghadapi berbagai pengaruh dari luar yang cukup menpengaruhi iman,... (Kat, Lampiran 2). Kalau menurut saya dalam stasi ini yang sangat berperan dalam pembinaan hidup beriman umat yaitu pertama pastor paroki, ketua dewan stasi, dan seterusnya ketua lingkungan serta staf-staf yang ada di dalam stasi organisasi atau dilingkungan khususnya dalam Gereja tersebut. (Kal, Lampiran 2). Dari ungkapan di atas, menjelaskan bahwa peran institusi dalam perkembangan hidup beriman umat sangat penting, karena merupakan wadah pastoral umat Allah yang membimbing umat dalam meningkatkan kualitas

108 90 imannya. Dengan demikian umat secara bersama-sama mengambil karya dalam hidup berimannya. 6. Usulan untuk Meningkatkan Pembinaan/Pendampingan Iman Umat Dalam variabel ini penulis mengajak reponden untuk memberikan usulan dalam meningkatkan pembinaan/pendampingan iman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam usaha membangun hidup beriman umat. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Usulan untuk meningkatkan pembinaan/pendampingan iman umat ( N = 30) No Pertanyaan Jawaban alternatif Jumlah % 19. Apa usulan anda untuk a. Kaderisasi (pembinaan) % meningkatkan pembinaan/pendampingan iman umat? bagi katekis, kaum muda dan umat lain yang diharapkan dapat membantu tugas katekis b. Di tempatkan pastor % dan suster di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam membantu umat membangun hidup % beriman

109 91 c. Pembinaan/rekoleksi bagi umat dan remaja % dalam membangun hidup beriman. d.kehadiran pemimpin ibadat pada hari minggu dan suatu organisasi yang secara khusus melayani umat dengan cara membuka toko yang menjual peralatan rohani. 20. Apakah dengan adanya a Sangat membantu % kaderisasi pendamping b Kurang membantu 0 katekese umat dapat membantu anda dalam c Tidak membantu d Tidak tahu 0 mendewasakan dan 0 memperkembangkan iman umat? Tabel 7 ini menunjukkan bahwa dari 30 responden yang memberi usulan, ada (46.7%) mengusulkan diadakannya kaderisasi/pembinaan bagi katekis, kaum muda dan umat. Yang lain mengusulkan perlunya pastor dan suster dalam

110 92 membantu pembinaan dalam hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk (23.3%) dan pembinaan/rekoleksi bagi umat dan remaja dalam membangun hidup beriman ialah (23.3%). Serta usulan lain ialah kehadiran pemimpin ibadat pada hari minggu dan suatu organisasi yang secara khusus melayani umat dengan cara membuka toko yang menjual peralatan rohani ada (6.67%). Selain itu juga pada pertanyaan no. 20, ada 30 responden (100%) menyampaikan bahwa dengan adanya kaderisasi pendamping katekese umat dapat membantu anda dalam mendewasakan dan memperkembangkan iman umat. Penulis mengajak para responden untuk memberikan usulan pada lembar kuesioner yang tersedia agar umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dapat termotivasi untuk meningkatkan pembinaan/pendamping iman umat dalam usaha membangun hidup beriman umat, banyak responden yang mengusulkan agar diadakannya kaderisasi (pembinaan) bagi katekis, kaum muda dan umat lain yang diharapkan dapat membantu tugas katekis dalam melayani dan membantu umat memperkembangkan imannya. Usulan lain adalah perlunya satu orang pastor dan suster di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam membantu umat membangun hidup beriman. Selain itu juga ada juga yang mengusulkan agar diadakannya rekoleksi bagi anak dan remaja. Dari ungkapan tersebut di atas banyak yang mengusulkan kaderisasi katekis, sehingga dapat disimpulkan bahwa umat sangat mengharapkan agar pembinaan/kaderisasi bagi katekis dan calon katekis agar katekis yang ada selalu diperhatikan kualitasnya dalam melayani baik dalam segi pengetahuan maupun dalam keterampilan, sehingga dapat memperkenalkan sesuatu yang baru kepada

111 93 umat seperti katekese umat. Umat berpendapat bahwa dengan adanya kaderisasi pendamping katekese umat dapat sangat membantu umat dalam mendewasakan dan memperkembangkan iman baik pribadi maupun bersama. Hal ini juga diungkapkan dalam wawancara dengan katekis (Lampiran 2). Dalam hal ini usul saya sebagai seorang katekis yg cukup lama bekerja melayani umat disini, tentunya sekali waktu perlu ada pertemuan/pembinaan para katekis yg ada sehingga katekis mendapat penyegaran. Bila perlu katekis itu diberikan semacam pendidikan dalam menghadapi era globalisasi yang semakin maju jadi kita mengharapkan banyak sekali bantuan dari keuskupan sekaligus atau pendidikan keagamaan khususnya...dalam pewartaan, pewartaan dari dulu mewartakan cinta kasih dan sebagainya. Mungkin katekis juga mengalami yang namanya masa kejenuhan. Jadi stasi harus benar-benar disiapkan untuk menghadapi berbagai kendala dan masalah dalam umat yang setiap hari semakin meningkat, jadi sangat perlu kualitas katekis dalam pewartaan sehingga dia siap menghadapi kendala dan masalah, karena katekis merupakan ujung tombak dalam karya pewartaan. Maka perlunya pembinaan dan pertemuan katekis minimal dalam 1 atau 2 bulan sekali yang didatangkan orang yang berkompoten dibidang itu, untuk memberikan penyegaran, pendidikan pembinaan bagi kami, sehingga kami tetap bersemangat dan tetap merasa didampingi dalam melaksanakan tugas-tugas kami di lapangan sehingga kami mempunya arah yg jelas yaitu kerjasama yang baik dalam meningkatkan hidup iman umat. Namun dalam hal ini yang menjadi keprihatinan saat ini adalah kurangnya perhatian pastor paroki dalam menanggapi kualitas seorang katekis. Pastor paroki hanya datang ke Stasi ketika akan memberikan misa saja, setelah misa pastor jarang mengumpulkan tokoh-tokoh umat untuk membicarakan perkembangan dan usaha dalam membangun hidup beriman umat. Hal ini diungkapkan oleh katekis (Kat) saat wawancara:...alangkah baiknya kalau seperti pastor.. yaa.. sebagai..ya mau dikatakan sebagai pembimbing umat yang utama harus tetap hadir mendampingi umat, apalagi dalam masa-masa ini pengaruh-pengaruh dari luar atau pengaruh agama lain cukup masuk ke dalam stasi ini, jadi sangat diharapkan pastor atau biarawan/i mendampingi umat, membantu

112 94 mendamping katekis dalam usahanya, agar umat ini bisa tetap memiliki semangat... (Kat, Lampiran 2). Penulis melihat bahwa siapapun baik umat, katekis maupun pastor paroki sangat berperan dalam memperkembangkan iman bersama. Oleh karena sebagai seorang beriman tidaklah cukup kita mengimani saja, tetapi juga mencintai dan melaksanakan apa yang kita imani. Menciptakan kerjasama yang baik untuk mencapai satu tujuan yaitu hidup beriman bersama dalam cinta kasih dan persaudaraan. 7. Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk masih berputar pada liturgi. Hal ini terbukti ketika responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner, kebanyakan umat mengungkapkan bahwa kegiatan yang selama ini sering dilaksanakan adalah ibadat sabda. Sekalipun umat sudah memahami katekese umat, maka sangat perlu ditingkatkan pemahaman mereka tentang katekese umat karena hanya sebagian dari mereka saja yang mengenal. Melalui kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan umat mengungkapkan bahwa iman mereka sudah diperkaya dan diperkembangkan. Namun cara hidup beriman umat yang hanya sebatas pada liturgi dan persekutuan saja, masih kurang pada cara pandang hidup beriman melalui wawasan, kedalaman iman dan cara hidup beriman yang dewasa lewat kegiatan-kegiatan dalam bidang pewartaan yang disampaikan melalui kaderisasi pendamping katekese umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk.

113 95 Umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk cukup banyak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Dalam meningkatkan pemahaman dan penghayatan iman dalam hidup bersama dibutuhkan keterlibatan seluruh umat serta peran penting katekis dan pastor paroki untuk selalu hadir mendampingi umat. Pendamping umat berperan mendampingi dan mengajak umat untuk terlibat dalam kegiatan kerohanian yang dilakukan, sehingga umat menemukan hal baru yang benar-benar menyentuh untuk meningkatkan dan memperkembangkan imannya. Dengan memperhatikan hal seperti ini tentu juga akan memberikan dampak yang baik dalam hidup beriman umat. Walaupun terdapat permasalahan seperti kurangnya tenaga katekis, kurangannya atau belum adanya pendampingan bagi katekis dalam meningkatkan kualitasnya. Penulis melihat bahwa jika pihak Stasi dan Paroki mau menanggapi kebutuhan akan pendampingan katekis demi pembinaan hidup beriman umat maka hal ini akan sangat membantu perkembangan hidup beriman umat. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengajak reponden untuk mengutarakan usulan dalam pembinaan hidup beriman umat. Usulan tersebut yaitu bagaimana memperkenalkan, memahami dan melaksanakan katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Usulan yang paling banyak diungkapkan adalah diadakannya kaderisasi pendamping/katekis. Hal ini agar katekis memiliki pengetahuan dan keterampilan lebih dalam membina dan mendamping umat untuk membangun hidup beriman baik pribadi maupun bersama. Kaderisasi pendamping katekese umat sungguh membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia atau kualitas dan mutu seorang katekis,

114 96 selain itu juga dapat membantu tenaga katekis yang ada. Sebab di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk tenaga katekis hanya satu orang, dia juga bertugas mengajar agama di sekolah. Namun demikian jika umat saling membantu satu dengan yang lain maka umat dapat berjalan sendiri untuk membangun hidup beriman bersama di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk ini. Dalam proses penelitian, penulis mengalami kesulitan dalam pengumpulan data. Penulis mendapat tanggapan dari responden bahwa pertanyaan kuesionernya susah dan membingungkan. Umat merasa kesulitan karena istilah katekese umat baru dikenali yang selama ini cukup dikenal adalah pendalaman iman. Kesulitan lain adalah umat yang kurang menetap di kampung karena pekerjaan mereka bertani. Pagi-pagi mereka harus berangkat ke ladang dan pulangnya sore hari, ada juga yang bermalam di ladang, yang pulang pada sore hari pasti akan cepat istirahat karena mereka kecapekan, sehingga ketika pembagian kuesioner, cukup memakan waktu yang lama bagi mereka untuk mengisinya dan mengembalikannya. Dalam penelitian ini penulis benar-benar terbantu oleh semua pihak yang telah dengan senang hati dan rela membantu penulis seperti katekis, ketua dewan stasi, prodiakon, orang tua penulis dan semua umat yang telah memberikan waktu untuk mengisi kuesioner. Selain itu juga penulis tetap berusaha untuk menemukan nilai positif yaitu tetap semangat dan tidak mudah putus asa, sehingga pada akhir waktu pengumpulan data selesai, semua kuesioner dapat kembali sesuai dengan jumlah yang dibagikan.

115 BAB IV USULAN PROGRAM KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DALAM RANGKA MEMBANGUN HABITUS BARU DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR Hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk memperlihatkan adanya permasalahan dan beberapa usulan dari responden, dalam usaha membangun habitus baru bagi hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Dibutuhkan adanya kaderisasi pendamping kateksese umat untuk menanggapi permasalahan atau usulan dari responden tersebut. Dalam bab IV (empat) ini penulis akan memaparkan program kaderisasi pendamping katekese umat yang meliputi: bagian pertama tentang pengertian dan tujuan kaderisasi pendamping katekese umat, bagian kedua; usulan program kaderisasi pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk yang terdiri dari latar belakang penyusunan program, pengertian dan tujuan program kaderisasi pendamping katekese umat. Bagian ketiga; usulan program kaderisasi pendamping katekese umat terdiri dari tujuan adanya program kaderisasi pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, alasan pemilihan tema, waktu pelaksanaan dan program kaderisasi pendamping katekese umat. Bagian keempat dipaparkan contoh satuan pendampingan.

116 98 A. Pengertian dan Tujuan Kaderisasi Pendamping Katekese Umat 1. Pentingnya Kaderisasi Pendamping Katekese Umat Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan. Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum ( Ungkapan di atas menunjukkan bahwa kaderisasi perlu dilaksanakan demi perkembangan sebuah organisasi untuk yang akan datang. Kaderisasi menyiapkan calon pemimpin yang memiliki keterampilan lebih dalam memimpin sebuah organisasi, sehingga organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan arah dan rencana yang hendak dituju. Kaderisasi dilakukan untuk menyiapkan calon penggerak dan pengurus komunitas (Tangdilintin, 2008:93). Dengan demikian kaderisasi dapat melatih sesorang untuk menggerakkan dan mengurus komunitasnya. Kaderisasi bagi pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk diharapkan juga menyiapkan para pendamping katekese umat dalam menggerakkan dan mengurus umat yang ada dalam stasi sehingga semakin terlibat dalam komunitas hidup beriman demi perkembangan iman bersama. Melalui para pendamping katekese umat yang telah menjalani kaderisasi, maka Gereja stasi dapat membaharui dirinya secara terus-menerus dalam memperkembangkan iman

117 99 umat. Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk bukan hanya menjadi Gereja yang berdoa dan menguduskan melainkan juga menjadi Gereja yang mewartakan, melayani dan Gereja yang membangun paguyuban. Dalam pembaharuan Gereja, pewartaan mempunyai peranan penting. Pembaharuan dalam pewartaan pertama-tama ditunjukkan pada Gereja sendiri, demi iman umat, demi hubungan dengan Kristus yang semakin mendalam (Afra Siauwarjaya, 1987:26). Demikian halnya dengan Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, dalam usahanya untuk membaharui diri bagi hidup beriman umat hendaknya dimulai dengan bidang pewartaan. Pembaharuan Gereja juga dilakukan dengan tidak mengabaikan bidang pastoral yang lain. Usaha-usaha untuk memperbaharui Gereja merupakan tanggungjawab seluruh umat. Hal ini sejalan dengan gambaran Gereja sebagai umat Allah yang menekankan tanggungjawab bukan pada hierarki tetapi semua umat beriman. Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk juga berusaha untuk mengajak umat untuk terlibat dalam setiap kegiatan yang dilakukan dalam membangun habitus baru bagi hidup beriman bersama. Usaha tersebut dilakukan agar umat semakin menghayati imannya serta memperkembangkannya. Namun demikian usaha yang dilakukan tidak lepas dari peran pendamping dalam pembinaan iman umat. Untuk meningkatkan kualitas pendamping dalam pembinaan iman umat dan melahirkan pendamping baru, kaderisasi pendamping katekese umat menjadi sangat penting karena berdasarkan kenyataan yang ada di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, sebagai satu-satunya tenaga katekis di stasi sehingga dia memerlukan pembekalan bagi dirinya untuk meningkatkan kualitasnya dan

118 100 membutuhkan kehadiran calon pendamping seperti dirinya untuk perkembangan hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Dengan kaderisasi pendamping katekese umat, seorang pendamping dan calon pendamping dilatih untuk memiliki kemampuan dalam memimpin atau mendampingi, menggerakkan dan membina umat untuk semakin membangun hidup beriman bersama, sehingga umat dapat mengambil bagian dalam pembaharuan Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. 2. Tujuan Kaderisasi Pendamping Katekese Umat Kaderisasi dalam berbagai kegiatan merupakan suatu keharusan. Kaderisasi dapat mengasah kemampuan dan kualitas dasar kekaderan seseorang, bagaimana mengorganisir berbagai kegiatan, menggerakan komunitas, organisasi dengan baik dan berhasil (Tangdilintin Philips, 2008:97). Ungkapan tersebut memaparkan bahwa tujuan dari kaderisasi adalah mengasah kemampuan dan kualitas seseorang yang dikader, sehingga setelah menjalani kaderisasi, dia mampu mengorganisir dan menggerakan suatu komunitas dengan baik dan berhasil. Hal ini juga yang diharapkan dalam usaha membangun habitus baru bagi hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Dengan adanya kaderisasi, pendamping katekese umat dilatih dan diasah kemampuan serta kualitasnya sehingga semakin memiliki keterampilan dalam mengorganisir dan menggerakkan umat dalam membina hidup berimannya. Katekis bukan hanya menjadi pendamping melainkan juga menjadi seorang pemimpin, penggerak bagi umat di stasi, sehingga pemahaman sebagai pendamping tidak hanya pada

119 101 katekese umat tetapi hal yang lain juga. Artinya bahwa dengan menjawab kebutuhan umat seorang pendamping tidak hanya hidup di tengah umat tetapi juga pendamping yang memimpin umat agar menjadi umat yang mandiri sehingga semakin maju dan berkembang dalam iman. Menjadi pendamping atau pemimpin umat di sini dalam bahasa Inggris disebut leader. Akar katanya to lead. Kata itu mengandung beberapa arti yang saling erat berhubungan: Bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dahulu, memelopori, mengarahkan pikiranpendapat-tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya (Mangunhardjana, 1976:11). Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin/pendamping merupakan orang yang bergerak lebih awal, berjalan di depan, berbuat paling dahulu, memelopori, mengarahkan pikiranpendapat-tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Dengan kemampuan yang sudah dimiliki oleh pendamping setelah menjalani kaderisasi, ia mampu melaksanakan dan menjadi pemandu katekese umat bagi umat yang ada di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Katekese umat merupakan usaha pastoral dalam hidup beriman umat yang bertujuan untuk membina iman umat, agar umat semakin bersatu dengan Kristus demi pelaksanaan penataan hidup bersama yang lebih manusiawi dalam semangat Kristus (Afra Siauwarjaya, 1987:34). Dengan demikian katekese umat yang didampinginya tidak berhenti pada penyadaran iman dalam kelompok saja, tetapi mengajak umat saling menolong untuk mewujudnyatakan imannya dalam

120 102 kehidupan sehari-hari, sehingga umat semakin menghayati imannya serta menemukan nilai-nilai Kristiani lewat pengalaman hidupnya. B. Usulan Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 1. Latar Belakang Penyusunan Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat Kegiatan hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk cukup berjalan dengan baik. Umat cukup terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Adapun kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan ialah ibadat sabda dan doa-doa di lingkungan. Bagi umat kegiatan tersebut memberi pemahaman dan pendalaman tentang iman kepada umat, sehingga umat merasa bahwa kegiatan yang sering mereka ikuti ini memberikan dampak yang positif dalam memperkembangkan iman mereka. Oleh sebab itu keaktifan mereka ini harus dipertahankan dan perlu ditingkatkan demi perkembangan iman bersama. Namun dalam hal ini peranan pastor atau pendamping sungguh dibutuhkan dalam pembinaan hidup beriman umat. Pendamping berperan mendampingi dan mengajak umat untuk terlibat dalam kegiatan kerohanian yang dilakukan baik itu kegiatan hidup menggereja di Stasi maupun kegiatan yang diadakan di lingkungan masing-masing, sehingga umat menemukan hal-hal baru yang benar-benar menyentuh dan menjawab kebutuhannya dalam meningkatkan dan memperkembangkan imannya.

121 103 Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian serta usulan yang diberikan oleh umat menunjukkan bahwa Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk perlu membangun habitus baru dalam hidup beriman umat sehingga dapat mengembangkan Gereja Stasi yang tidak hanya berpusat pada pastoral liturgi saja melainkan pada pewartaan, pelayanan, persaudaraan dan kesaksian. Penulis melihat bahwa yang menjadi kebutuhan umat dalam membangun habitus baru ialah adanya kaderisasi bagi pendamping katekese umat dalam meningkatkan kualitasnya sebagai pendamping umat dalam pembinaan hidup beriman umat. Selain itu juga hal ini merupakan kebutuhan seorang katekis di stasi, karena melihat kenyataan yang ada tenaga katekis hanya satu orang saja sehingga dibutuhkan pembekalan bagi dirinya dan juga dengan kaderisasi dapat menumbuhkan calon pendamping yang secara bersama-sama membantu umat untuk memperkembangkan iman mereka. Untuk membaharui Gereja peranan pendamping dan umat dibutuhkan dalam meningkatkan pembinaan hidup beriman bersama. Kaderisasi pendamping katekese umat perlu dilaksanakan sebagai tindak lanjut hasil penelitian dalam upaya meningkatkan kualitas, keterampilan dan pengetahuan serta mengasah kemampuan pendamping dalam mengorganisir, menggerakkan umat stasi St. Yohanes Pembaptis, sehingga dapat mendampingi umat menemukan nilai-nilai Kristiani dalam meningkatkan hidup beriman baik pribadi maupun bersama. Dengan demikian pendamping dapat mengupayakan terlaksananya katekese umat yang dicita-citakan seperti membina iman umat, agar umat semakin bersatu

122 104 dengan Kristus demi pelaksanaan penataan hidup bersama yang lebih manusiawi dalam semangat Kristus (Afra Siauwarjaya, 1987:34). 2. Pengertian Dan Tujuan Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia program merupakan rancangan mengenai asas-asas dengan usaha yang akan dijalankannya (Gunawan Adi, 2003: 384). Program memuat berbagai macam kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun program kaderisasi bagi pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk ini merupakan suatu rancangan untuk membina pendamping dan calon pendamping sehingga dapat membantu umat dalam penghayatan iman bersama. Untuk itu sebagai rancangan untuk meningkatkan kualitas pendamping perlu perencanaan yang mantap dan matang sehingga program tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan. Dalam usaha membaharui Gereja dalam hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, program kaderisasi pendamping katekese umat perlu dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan sesuai sehingga tepat pada sasaran. Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program kaderisasi pendamping katekese umat ialah untuk memperjelas arah dari kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga dapat tercapai dengan baik. Tentu hal ini sangat membantu dalam memperkembangkan dan meningkatkan kualitas pendamping dalam mendampingi umat untuk bersama-sama memperkembangkan iman.

123 105 Dengan adanya program yang baik dan sesuai, maka kaderisasi pendamping katekese umat dapat berjalan dengan baik pula. Melalui kaderisasi, pendamping diberi bekal agar memiliki kualitas pengetahuan, keterampilan dan spiritualitas serta mengasah kemampuan dalam pembinaan hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Dengan demikian pendamping dapat membantu umat dalam memperkembangkan dan meningkatkan kualitas hidup beriman bersama. C. Usulan Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat 1. Tujuan Diadakanya Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Program kaderisasi pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk bertujuan untuk membangun habitus baru bagi hidup beriman umat. Adapun tujuan ini berpusat pada dua hal yaitu sebagai berikut : a. Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur dapat mengubah habitus lama menjadi habitus baru dalam hidup menggereja, yaitu mengubah cara lama yang tidak hanya pada liturgi melainkan cara baru yang juga memberi perhatian pada pewartaan, persaudaraan dan pelayanan. b. Agar pendamping katekese umat memiliki kualitas, keterampilan, pengetahuan dan spiritualitas serta mengasah kemampuan dalam mengorganisir, menggerakkan umat, sehingga mampu membaharui Gereja

124 106 Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk menjadi Gereja yang mengumat demi pembinaan dan penghayatan hidup beriman umat. 2. Alasan Pemilihan Tema Melihat situasi dan permasalahan yang dihadapi oleh umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam membangun hidup berimannya, penulis memberikan usulan program yang sesuai dengan kebutuhan umat. Usulan tema yang diajukan oleh penulis dalam program ini adalah kaderisasi bagi calon pendamping katekese umat menuju habitus baru dalam hidup beriman umat. Tema ini diangkat berdasarkan kebutuhan umat dan katekis dalam usahanya membangun habitus baru bagi perkembangan iman bersama, yang didapatkan melalui penelitian dengan penyebaran kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada kenyataannya tenaga ketekis hanya satu orang. Oleh sebab itu katekis tersebut memerlukan pembekalan dan pembinaan bagi dirinya serta menumbuhkan orang-orang seperti dia untuk memperkembangkan iman umat di stasi. Tujuan dari kaderisasi bagi pendamping katekese umat ini adalah agar peserta menyadari dirinya sebagai anggota Gereja yang secara terus menerus dibaharui demi perkembangan hidup umat beriman. Dengan demikian peserta dalam tugasnya sebagai pendamping katekese umat dapat membangun habitus baru dalam hidup beriman umat, melalui penguasaan pemahaman dan pengetahuan tentang Gereja sebagai umat Allah maupun tentang katekese umat yang meliputi model pengalaman hidup sehingga lebih kreatif dan berkualitas

125 107 dalam memandu katekese umat serta menggerakkan umat dalam berbagai kegiatan lainnya di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. 3. Waktu Pelaksanaan Kaderisasi pendamping katekese umat ini akan dilaksanakan 12 kali pertemuan dalam 1 (satu) tahun yaitu diadakan dalam weekend bulanan. Setiap 1-2 kali pertemuan diisi dengan satu materi. Kemudian setiap session di isi dengan waktu 120 menit (2 jam). Adapun kegiatan ini diadakan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur.

126 4. Program Kaderisasi Pendamping Katekese Umat Tema Tujuan : Kaderisasi Bagi Pendamping Katekese Umat Menuju Habitus Baru Dalam Hidup Beriman Umat. : Peserta menyadari dirinya sebagai anggota Gereja yang secara terus menerus dibaharui demi perkembangan hidup umat beriman. Dengan demikian peserta dalam tugasnya sebagai pendamping katekese umat dapat membangun habitus baru dalam hidup beriman umat, melalui penguasaan, pemahaman, dan pengetahuan tentang Gereja sebagai umat Allah maupun tentang katekese umat yang meliputi model pengalaman hidup sehingga lebih kreatif dan berkualitas dalam memandu katekese umat serta menggerakkan umat dalam berbagai kegiatan lainnya. No Judul Tujuan Materi Metode Sarana Sumber bahan pertemuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kehidupan Umat di Stasi - Dokumen Gereja stasi St. Yohanes St. Yohanes Pembaptis Long Pembaptis Long Lunuk Lunuk Pendamping dan peserta melihat kembali situasi umat dan Gereja di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, sehingga semakin mengenal dan mengetahui bagaimana selama ini kondisi kehidupan umat dan Gereja serta apa yang menjadi harapan umat yang dicita-citakan dalam membangun hidup beriman bersama. - Gambaran umum Gereja stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. - Jumlah dan perkembangan umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk - Kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan dan keterlibatan umat di - Informasi - Diskusi kelompok - Tanya jawab - Sharing - Refleksi - Menyanyi - Pertanyaan panduan - Laptop - Kertas flep - Spidol - Teks lagu - Speaker 108

127 2. Gereja sebagai Umat Allah yang dipanggil dan diutus. Pendamping dan peserta semakin memahami gambaran Gereja dan tugastugas pokok Gereja sehingga dapat membangun hidup beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. - Hal-hal yang mendukungan dan menghambat dalam hidup beriman umat. - Kehidupan umat yang dicita-citakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. - Arti Gereja - Gereja sebagai umat Allah - Tugas-tugas pokok Gereja - Informasi - Tanya jawab - Sharing - Peneguhan - Menyanyi - Hand Out - Pertanyaan panduan - Laptop - Kertas flep - Spidol - Teks lagu - Speaker - Konsili Vatikan II. (1990). Lumen Gentium, Dokumen konsili vatikan II(R.Hardawiryana, Penerjemah).Jakarta :Deperteman Dokumentasi dan Penerangan KWI. - Konfrensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Refleksi. Yogyakarta: 109

128 3. Membangun habitus baru di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk - Pendamping dan peserta dapat semakin mengerti dan memahami pentingnya membangun habitus baru, sehingga tergerak dan terlibat untuk membangun habitus baru di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. - Permasalahanpermasalahan yang ada di Stasi St. Yohanes pembaptis Long Lunuk. - Pengertian Habitus baru - Pembaharuan hidup beriman umat - Usaha Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk untuk membangun habitus baru - Informasi - Tanya jawab - Diskusi Kelompok - Sharing - Peneguhan - Menyanyi - Kitab Suci - Laptop - Hand Out - Pertanyaan panduan - Kertas folio - Ballpoint - Teks lagu Kanisius. -Dewan Karya Pastoral KAS ( ). Nota Pastoral: Baharuilah Seluruh Muka Bumi. Muntilan: Pastoran Sanjaya Muntilan. -Konfrensi wali Gereja Indonesia (1996). Iman Katolik. Buku informasi dan refleksi. Yogyakarta: Kanisius. -Konsili Vatikan II. (1990). Lumen Gentium, Dokumen konsili vatikan II ( R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Deperteman Dokumentasi dan Penerangan KWI. - Setyakarjana J.S. 110

129 4. Peranan katekese umat dalam membangun habitus baru di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Pendamping dan peserta semakin mengenal dan memahami pengertian, tujuan katekese umat, peranan katekese umat serta katekese umat sebagai komunikasi iman sehingga dapat menerapkan pengenal dan pemahaman tentang katekese umat dalam usahanya habitus baru. membangun - Kegiatan pendalaman iman di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. - Katekese sebagai upaya untuk pembinaan iman - Pengertian katekese umat. - Katekese umat sebagai komunikasi iman. - Tujuan katekese umat - Informasi - Tanya jawab - Sharing - Peneguhan - Kerja kelompok - Kitab Suci - Pertanyaan panduan - Hand out - Laptop - Kertas flep - Spidol (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kateketik. - Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: DokPen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). - Telaumbanua, Marinus. DR. OFM Cap. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor. -Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: DokPen KWI (Dokumen 111

130 5. Model-model katekese umat 6. Perlunya katekis di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam usaha membangun habitus baru. Pendamping dan peserta dapat mengenal dan memahami model-model yang ada dalam katekese umat, sehingga dapat melaksanakan katekese umat dengan salah satu model pengalaman hidup di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Pendamping dan peserta semakin memahami pengertian, peranan, dan pengetahuan serta keterampilan dan spiritualitas yang harus dimiliki oleh katekis dalam usahanya membangun habitus baru - Peranan katekese umat. - Katekese umat membangun habitus baru di Gereja stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. - Unsur-unsur katekese umat - Model-model katekese umat - Contoh katekese umat model pengalaman hidup - Pengertian pemandu KU - Peranan pemandu KU - Pengetahuan pemandu KU - Keterampilan yang harus dimiliki oleh - Informasi - Ceramah - Tanya jawab - Sharing - Informasi - Ceramah - Tanya jawab - Dialog - Hand Out - Pertanyaan panduan - Laptop - Kertas flep - Spidol - Hand out - Pertanyaan panduan - Laptop - Speaker aktif - Alkitab - Kertas flap asli diterbitkan tahun 1979). - Huber, TH. (1981). Katekese Umat: Hasil Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se- Indonesia II. Yogyakarta: Kanisius. - Sumarno Ds., M. (2008). Teori Pendidikan Agama Katolik Paroki (Teori PAK Paroki). Buku ajar mahasiswa IPPAK- USD semester IV. Yogyakarta -Komisi kateketik KWI. (2005). Identitas Katekis di Tengah Arus Perubahan Jaman: Refleksi dari, oleh dan untuk Katekis bagi Karya 112

131 bagi hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. pemandu KU. - Spiritualitas pemandu KU. - Spidol Pewartaan Gereja Katolik Indonesia (Buah-buah dari Pernas Katekis, 2005). Jakarta: Komkat KWI. -Lalu, Yosep. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komkat KWI. -Komkat KAS. (2007). Panduan Tim Kerja Pewartaan Paroki.Yogyakarta. Kanisius. - ot.com/2008/11/pen gembangan-karyapewartaan paroki.html) - Banawiratma, J.B. (1990). Spiritualitas Transformatif: Suatu Pergumulan Ekumenis. Yogyakarta: 113

132 7. Cara mempersiapkan Katekese umat model pengalaman hidup 8. Demo katekese umat dengan model pengalaman hidup. Pendamping dan peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang cara mempersiapkan katekese model pengalaman hidup, sehingga bisa menerapkan model tersebut di Stasi St, Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam usaha membangun habitus baru bagi hidup beriman umat. Peserta dapat mengalami secara langsung proses yang terjadi dalam katekese umat dengan model pengalaman hidup, sehingga memperoleh dasar dalam membuat katekese umat dengan model pengalaman hidup. - Unsur persiapan - Contoh persiapan - Langkah-langkah persiapan - Persiapan demo - Langkah-langkah demo - Sharing demo - Evaluasi - Informasi - Tanya jawab - Refleksi - Diskusi kelompok - Sharing - Sharing - Informasi - Dialog - Hand out - Laptop - Kertas folio - Ballpoint - Musik instrumen - Speaker - Hand Out - Kitab Suci Kanisius -Martasudjita. E. Pr (2002). Spiritualitas Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. - Yoh 10: Sumarno Ds., M. (2008). Teori Pendidikan Agama Katolik Paroki (Teori PAK Paroki). Buku ajar mahasiswa IPPAK- USD semester IV. Yogyakarta - Pengalaman Iman Peserta - Pengalaman Pendamping - Kitab Suci - Daene & Karis Robert. (2002). Tafsir Alkitab 114

133 9. Latihan membuat persiapan katekese umat model pengalaman hidup - Pendamping dan peserta atas dasar situasi konkret jemaat dapat membuat katekese model pengalaman hidup dan dapat menerapkannya di stasi St. Yohanes pembaptis Long Lunuk. - Pemilihan tema,pemilihan teks KS, mencari kisah untuk mengangkat pengalaman hidup,merumuskan tujuan, memikirkan sarana dan metode,proses/kegiat an, menyusun urutan pengembangan langkah-langkah secara garis besar dan persiapan pribadi dari pemandu serta refleksi/pengendapan. - Informasi - Peneguhan - Kerja kelompok - Informasi - Sharing - Praktek katekese model pengalaman hidup - Menyanyi - Laptop - Hand Out - Contoh persiapan - Pertanyaan panduan - Kertas folio - Bolpoint - Kitab Suci - Tafsiran Kitab Suci - Teks lagu Perjanjian Baru. (A.S Hadiwiyata, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. - Pengalaman Iman Peserta - Pengalaman Pendamping - Kitab Suci Daene & Karis Robert. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S Hadiwiyata, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius 10. Simulasi Pendamping dan peserta dapat memiliki gambaran dalam memimpin katekese umat model pengalaman hidup sehingga semakin memahami salah satu model - Katekese model pengalaman hidup - Tafsiran Kitab suci berdasar tema yang di ambil - Informasi - Kerja kelompok - Sharing - Praktek katekese - Kitab Suci PB - Hand Out - Contoh persiapan - Kitab Suci - Pengalaman Iman Peserta - Pengalaman Pendamping - Kitab Suci - Daene & Karis 115

134 11. Praktek katekese umat di tengah umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. katekese umat ini dan melaksanakannya dalam katekese di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Pendamping dan peserta dilatih untuk semakin mengetahui, mengenal dan memahami katekese umat sehingga semakin berani dan terampil dalam memandu katekese umat. - Persiapan praktek katekese umat model pengalaman hidup. - Satuan persiapan katekese umat model pengalaman hidup. - Praktek katekese umat model pengalaman hidup. model pengalaman hidup - Menyanyi - Praktek katekese model pengalaman hidup di tengah umat. - Informasi - Sharing - Menyanyi Tafsiran - SP yang telah susun oleh peserta - SP katekese umat model pengalaman hidup. - Kitab Suci - Tafsiran Kitab Suci. - Teks lagu Robert. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S Hadiwiyata, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. - Kiatb Suci - Daene & Karis Robert. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S Hadiwiyata, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. 12. Refleksi dan Evaluasi Pendamping dan peserta - Refleksi setelah secara bersama-sama pelaksanaan katekese merefleksikan dan umat model mengevaluasi kegiatan pengalaman hidup. katekese umat yang telah - Evaluasi setelah dilaksanakan di tengah umat. pelaksanaan katekese Dengan demikian umat model memperoleh peneguhan dan pengalaman hidup. masukan sehubungan dengan praktek katekese umat model pengalaman hidup. - Refleksi - Sharing - Peneguhan - Kertas folio - Bolpoint - Pengalaman peserta. 116

135 13. Evaluasi program kaderisasi - Pendamping dan peserta mengetahui sejauh mana keberhasilan dan kekurangan dari keseluruhan program kaderisasi pendamping katekese umat. - Pengalaman Peserta selama mengikuti - Kesan dan pesan peserta selama mengikuti kegiatan pertemuan - Saran - Informasi - Peneguhan - Sharing 117

136 118 D. Contoh Satuan Pendampingan Dalam program kaderisasi pendamping katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk ada beberapa judul pertemuan yang disampaikan dalam program tersebut. Penulis akan memaparkan contoh satuan persiapan pendampingan sebagai sumbangan untuk pelaksanaan kaderisasi bagi pendamping katekese umat. 1. Satuan Persiapan pendampingan I a. Identitas 1) Judul Pertemuan : Peranan katekese umat dalam membangun habitus baru di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. 2) Tujuan : Pendamping dan peserta semakin mengenal dan memahami pengertian dan tujuan dari katekese umat, sehingga peserta dapat menerapkan pengenalan dan pemahaman tentang katekese umat tersebut dalam usahanya membangun habitus baru. 3) Materi : Pengertian Katekese umat, tujuan katekese umat, dan peranan katekese umat. 4) Sumber bahan : a) Telaumbanua, Marinus. DR. OFM Cap. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.

137 119 b) Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: DokPen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). c) Huber, TH. (1981). Katekese Umat: Hasil Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia II. Yogyakarta: Kanisius. d) Siauwarjaya, Afra. (1987). Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat Dalam Pembangunan Gereja Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. 5) Metode : Informasi, tanya jawab, sharing, peneguhan. 6) Sarana : Kitab Suci, pertanyaan panduan, hand out, laptop, kertas flep, spidol 7) Peserta : Pendamping dan calon pendamping katekese umat 8) Tempat : Aula Gereja St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 9) Hari/Tanggal : 1 weekend/menyusul 10) Waktu : WIT-selesai Sharing pengalaman Pengertian KU Tujuan KU Peranan KU Sharing : 1 session : 2 session : 2 session : 2 session : 1 session b. Pemikiran Dasar Kehidupan menggereja tidak terlepas dengan pembinaan hidup beriman umat. Pembinaan iman umat umumnya dikembangkan lewat kegiatan-kegiatan

138 120 bidang pastoral, seperti perwartaan, liturgi, persaudaraan dan pelayanan. Kegiatan ini mengajak umat untuk menemukan makna baru melalui nilai-nilai kristiani yang dikaitkan dengan pengalaman hidupnya. Perkembangan iman umat merupakan usaha dari Gereja untuk membaharui diri melalui bidang-bidang pastoral. Salah satu bidang tersebut adalah pewartaan. Adapun salah satu kegiatan dalam pewartaan ialah katekese umat. Dalam proses katekese umat semua umat diharapkan terlibat di dalamnya, sehingga umat dapat menghayati makna dari terang Injil yang didapatkan serta mengambil makna dari pengalaman hidup mereka (umat) dengan berbagai persoalan dan permasalahan yang dihadapi. Sementara itu proses katekese umat tidak lepas dari peranan pemandu dalam mendampingi/memandu katekese umat, oleh karena itu berdasarkan kenyataan yang ada di Stasi St. Yohanes pembaptis Long Lunuk tenaga katekis hanya satu-satunya, sehingga ia membutuhkan pembinaan dalam meningkatkan kualitas dirinya dan mengharapkan tumbuhnya calon pendamping baru seperti dirinya. Pendamping dan calon pendamping diharapkan memiliki kualitas, keterampilan, spiritualitas serta pengetahuan dalam memahami arti, tujuan dan unsur-unsur katekese sehingga mereka berani dan siap melaksanakan katekese umat serta mengetahui apa yang harus dicapai dan harus dilakukan dalam memandu katekese umat.

139 121 c. Proses Pendampingan 1) Pengantar Bapak dan ibu serta saudara dan saudari yang terkasih dalam Kristus. Terima kasih atas kesediaannya untuk hadir bersama-sama di tempat ini dalam mengikuti pertemuan ini. Pagi ini kita akan mencoba untuk memahami, mengerti dan melaksanakan hal ikhwal dari katekese umat. Materi ini dapat membantu kita dalam proses pengolahan hidup beriman kita. Bagaimana kita berusaha untuk melaksanakan sesuatu hal yang baru dalam dinamika hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk ini. Untuk itu, saya akan memaparkan tentang pengertian, tujuan dan peranan katekese umat sehingga kita tahu akan apa yang mau dicapai dan harus dilakukan dalam memandu katekese umat dalam usaha membangun habitus baru bagi hidup beriman umat. 2) Sharing Pengalaman a) Apa yang bapak, ibu dan saudara/i ketahui tentang katekese umat? b) Apakah kegiatan yang selama ini dilaksanakan berperan dalam memperkembangkan iman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? 3) Pendalaman Materi a) Pengertian Katekese Umat Dalam Kitab Suci Katekese dimengerti; membuat bergema, menyebabkan sesuatu bergaung. Kata katekese juga ditemukan dalam Luk 1:4 (diajarkan)

140 122 supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar ; Kis 18:25 (Pengajaran dalam jalan Tuhan) ia telah menerima pengajaran dalam jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes ; Kis 21:21 (mengajar) tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsabangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita ; Roma 2:18 (diajar) dan tahu akan kehendak-nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak ; 1Kor 14:19 (mengajar) tetapi dalam pertemuan Jemaat akan lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beriburibu kata dalam bahasa roh ; Gal 6:6 (Pengajaran) dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Dalam kontek ini katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seseorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Katekese merupakan pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18). Katekese diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para

141 123 peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese umat tekanan terutama ditekankan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese umat mengandaikan adanya perencanaan, PKKI II (Huber, 1981:15). b) Tujuan Katekese Umat Tujuan katekese adalah menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan, artinya masa orang Kristen sesudah dalam iman menerima pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, dan sesudah menyerahkan diri seutuhnya kepada- Nya melalu pertobatan hati yang jujur, berusaha semakin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaannya: mengerti misteri-nya, Kerajaan Allah yang diwartakan oleh-nya, tuntutan-tuntutan maupun janji yang tercantum dalam amanat Injil-Nya, dan jalan yang telah digariskan-nya bagi siapa pun yang ingin mengikuti-nya (CT, art 20). Tujuan katekese umat yang terumus dalam PKKI II adalah sebagai berikut: Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari, Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari; Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita; Pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja Semesta; sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat (Huber, 1980: 16).

142 124 c) Peranan katekese umat dalam meningkatkan hidup beriman pribadi Katekese merupakan salah usaha Gereja untuk membantu umat menemukan nilai-nilai kristiani lewat komunikasi iman yang telah didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Komkat KAS (2007:14) dikatakan bahwa: Katekese sebagai salah satu bentuk tugas perutusan Gereja, hendaknya dipahami sebagai proses mewartakan Injil yang berkesinambungan dari tahap pengajaran sampai tahap pendewasaan. Artinya, masa orang Kristen, sudah dalam iman menerima pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, dan sudah menyerahkan diri utuh-utuh kepada-nya melalui pertobatan hati yang jujur, berusaha semakin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaannya, mengerti misteri -Nya, Kerajaan Allah yang diwartakan oleh-nya, tuntutan-tuntutan maupun janji-janji yang tercantum dalam amanat Injil-Nya, dan jalan yang telah digaris-nya bagi siapa pun yang ingin mengikuti-nya. Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Maka tujuan katekese umat dalam meningkatkan hidup beriman pribadi yang di ungkapkan dalam PKKI II (Huber, 1980:16) adalah sebagai berikut: Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari, Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari; Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita; Katekese umat merupakan komunikasi iman antar peserta dalam iman yang sederajat, yang dengan terbuka berdialog tentang iman mereka dan ditandai dengan sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Oleh sebab itu pendewasaan iman tidak lepas dari komunikasi iman, dengan komunikasi iman dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita seharihari dan kita mampu untuk berani bertobat kepada Allah dan semakin menyadari

143 125 kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita. d) Katekese Umat dalam meningkatkan hidup Menggereja Gereja adalah lingkungan dan subyek katekese, sedangkan katekese sendiri adalah media Gereja yang mengembangkan dirinya. Gereja secara umum dimengerti sebagai jemaat yang terpanggil untuk mendengarkan dan menghidupi sabda Tuhan. Jemaat ini merupakan subyek katekese, dalam arti, semua umat beriman memikul tanggung jawab dalam hal pelayanan sabda Tuhan. Oleh sebab itu katekese berperan sebagai faktor pembaharui Gereja. (Telaumbanua, 1999:64). Perkembangan suatu Gereja pun sangat tergantung pada usaha-usaha katekese menyebarkan sabda penyelamatan Allah kepada manusia. Gereja ada, berkembang, dan menyebar karena aktivitas kateketis. Bahkan lewat katekese, Gereja sendiri pun semakin dibarui, dalam arti bahwa katekese memberi penilaian kritis terhadap Gereja dalam jaman yang terus berubah. (Telaumbanua, 1999:10). Katekese sungguh membantu umat dalam penghayatan iman pribadi. Namun demikian penghayatan dan pendewasaan iman bukan hanya terletak pada hidup beriman pribadi melainkan juga dalam hidup menggereja. Maka tujuan katekese umat nampak dalam kehidupan hidup menggereja yang diungkapkan dalam PKKI II ( Huber, 1980:16) yaitu Pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta.

144 126 Katekese umat membangun Gereja. Kita tidak diselamatkan sendirisendiri, kita dipanggil selaku anggota umat. Unsur kebersamaan ini diteguhkan oleh katekese umat, bukan saja karena para peserta mengalami kebersamaan ini secara langsung, melainkan juga karena pengalaman iman bersama mengutus para peserta untuk mewartakan Kristus dengan kata-kata dan tindakan. Gereja bukan tujuan melainkan sarana untuk bersaksi tentang Kristus melalui pengabdian kepada manusia konkret. Dengan demikian katekese mampu membantu umat untuk semakin bersatu dengan Kristus, semakin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Umat semakin ikut terlibat dalam hidup menggereja dengan mengambil bagian dalam karya pewartaan Kristus. Selain itu juga umat semakin terlibat aktif dalam hidup menggereja baik itu di bidang kerygma (pewartaan), liturgia (liturgi), diakonia (pelayanan), dan Martyria (kesaksian) maupun dalam paguyuban umat beriman. Melalui keaktifan mereka dalam hidup menggereja, mereka semakin mampu untuk dapat memperkembangkan dan mendewasakan iman serta menemukan makna baru melalui nilai-nilai kristiani yang dikaitkan dengan pengalaman keterlibatan hidup menggerejanya. e) Katekese Umat dalam meningkatkan hidup Bermasyarakat Katekese umat adalah katekese yang melibatkan seluruh umat. Oleh sebab itu pelaku katekese umat adalah umat secara keseluruhan. Katekis hanyalah fasilitator. Katekese umat merupakan komunikasi iman antara umat baik secara formal maupun informal. Melalu katekese umat, diharapkan iman umat akan

145 127 Yesus Kristus semakin mendalam, mantap, dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, terhadap umat, maupun terhadap masyarakat. Selain itu iman bukan hanya diwujudkan dalam hidup pribadi dan Gereja tetapi juga diwujudkan dalam hidup bermasyarakat. Maka tujuan dari katekese umat nampak dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu: kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. Arti iman yang terlibat dalam masyarakat yang dirumuskan dalam PKKI IV Lalu Yosef (2007:23) adalah sebagai berikut: Iman yang ditandai sikap sederhana, lewat hal-hal yang kecil mau memperhatikan lingkungan sekitar daripada berkanjang dalam kompleks minoritas dengan segala manifestasinya. Iman yang bercorak missioner, yang berarti lebih memberi perhatian pada mereka yang lemah dan mendesak serta mendampingi mereka untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masa perubahan radikal yang berjalan pesat sekarang. Iman yang memperjuangkan kelestarian lingkungan dan kekayaan alam. Iman yang tidak memberikan pertimbangan-pertimbangan institusional membelenggu kebebasan injili untuk turut melayani terwujudnya Kerajaan Allah di sekitar kita, melintasi batas-batas agama, ras, dan sebagainya. Iman yang memiliki sikap sederhana, sikap perduli dan mau membantu sesama yang miskin dan menderita. Untuk mengembangkan iman dalam masyarakat diperlukan kerelaan dan memiliki rasa belarasa yang kuat dalam mengusahakan hidup yang damai di tengah-tengah masyarakat dan dalam menjaga kelestarian alam demi ketentraman hidup bersama. Dalam mengusahakan iman yang terlibat dalam masyarakat, sangat diperlukan keterlibatan dan kerjasama semua pihak sehingga terwujudnya sikap persaudaraan, pelayanan dan kesaksian iman.

146 128 4) Tanya Jawab Apakah bapak dan ibu, saudara/saudari sudah memahami dan mengerti tentang materi yang kita bicarakan tadi? 5) Penutup Seorang pendamping katekese umat yang merencanakan dan melaksanakan komunikasi iman mutlak perlu memiliki pemahaman dasar tentang katekese umat. Seseorang tidak akan dapat memberikan sesuatu yang tidak dimilikinya sendiri, sebab dengan demikian ia tahu apa yang diperbuatnya, dari mana harus dimulai, dan arah mana yang harus dituju. Dengan mengenal dan memahami arti dan tujuan katekese diharapkan pendamping semakin memahami apa yang harus dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan iman, guna diwujudkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, Gereja dan masyarakat demi usahanya membangun habitus baru dalam hidup beriman umat. 2. Satuan Persiapan Pendampingan II a. Identitas 1) Judul Pertemuan : Model-model katekese umat 2) Tujuan : Pendamping dan peserta dapat mengenal dan memahami model-model yang ada dalam katekese umat, sehingga dapat melaksanakan katekese umat dengan salah satu

147 129 model pengalaman hidup di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. 3) Materi : Unsur-unsur dan model-model katekese umat serta contoh katekese model pengalaman hidup. 4) Sumber Bahan : Sumarno Ds., M. (2008). Teori Pendidikan Agama Katolik Paroki (Teori PAK Paroki). Buku ajar mahasiswa IPPAK-USD semester IV. Yogyakarta. 5) Metode :Informasi, Tanya jawab, sharing. 6) Sarana :Hand out, laptop, pertanyaan panduan, kertas flep, spidol. 7) Peserta :Katekis dan calon katekis 8) Tempat :Aula Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis 9) Hari/tanggal :Minggu/menyusul 10) Waktu :16.00 WIT-selesai Sharing Model-model KU Sahring : 1 session : 4 session : 1 session b. Pemikiran Dasar Membantu umat memperkembangkan imannya merupakan tugas dari seorang pendamping. Oleh karena itu pendamping diharapkan memiliki pengetahuan dan kualitas yang lebih. Dengan kualitas itulah pendamping katekese umat dapat memandu katekese umat dengan kreatif sehingga umat benar-benar terbantu untuk menghayati dan mendewasakan imannya.

148 130 Namun pada kenyataannya Stasi St. Yohanes Pembaptis kurang memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang katekese umat. Maka proses kaderisasi pendamping katekese umat memaparkan tentang katekese umat dan model-model yang ada didalam katekese umat sehingga pendamping memperoleh pengetahuan tentang katekese umat. Komunikasi merupakan bagian utama dari katekese umat, oleh sebab itu seorang pendamping juga diharapkan dapat mengkomunikasikan isi Kitab Suci kedalam kehidupan nyata umat, bagaimana mengajak umat untuk dapat mengambil hikmah dalam suatu peristiwa hidup menjadi pelajaran yang menguatkan iman. Melalui pertemuan ini peserta akan dibantu untuk mengenal model-model yang ada dalam katekese umat dan menemukan maksud dari isi Kitab Suci yang menjadi tema dasar dari pertemuan katekese umat. c. Proses Pendampingan 1) Pengantar Bapak dan ibu serta saudara dan saudari yang terkasih pada pertemuan kali ini kita akan bersama-sama mempelajari, memahami dan mengerti berbagai unsur-unsur dan macam model yang ada dalam katekese umat dan bagaimana langkah-langkah dari setiap model katekese umat tersebut. Pada kesempatan ini juga kita akan bersama-sama lebih mempelajari dan melihat katekese model pengalaman hidup yang kiranya cocok digunakan dan dilaksanakan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk ini.

149 131 2) Sharing Pengalaman Apa pengaruh katekese umat dalam pembinaan iman umat di stasi St. Yohanes pembaptis Long Lunuk? 3) Pendalaman materi Ada begitu banyak model katekese yang dipakai dan sering digunakan dalam pengembangan proses katekese umat, yaitu model pengalaman hidup yang lebih bertolak pada pengalaman hidup konkret sehari-hari; model biblis lebih bertolak pada pengalaman Kitab Suci atau Tradisi; model campuran biblis dan pengalaman hidup yang lebih bertolak pada hubungan antara Kitab suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup konkrit; dan model SCP (Shared Christian Praxis). Langkah-langkah ini tidak lepas dari komunikasi iman yang menjadi kekhasan dari katekese umat tersebut. Katekese umat sungguh membantu umat dalam mengungkapkan, menuangkan dan mensharingkan segala pengalaman imannya. a) Model Pengalaman Hidup Katekese pengalaman hidup adalah model katekese yang bertitik tolak dari pengalaman hidup yang dialami oleh umat dalam hidup sehari-hari baik dalam keluarga, pekerjaan maupun dalam hidup bermasyarakat. Katekese model pengalaman hidup ini membantu umat dalam mengalami, memahami dan merasakan kehadiran Allah dalam hidup mereka, sehingga mereka mampu menanggapi kehendak Allah dalam segenap peristiwa kehidupan yang dialami.

150 132 Maka adapun langkah-langkah untuk membantu umat dalam memahami dan merasakan kehadiran Allah adalah sebagai berikut: (1) Introduksi Berisikan lagu dan doa pembukaan yang sesuai dengan tema yang diambil dalam katekese itu. Katekis mencoba mengingatkan dan menghubungkan dengan tema-tema yang sudah dibahas dalam kesempatan katekese yang lampau, bila pernah diadakan sebelumnya. (2) Penyajian Pengalaman Hidup Biasanya diambil dari suatu peristiwa konkrit sesuai dengan tema dan situasi peseta. Pengalaman ini bisa diambil dari surat kabar atau cerita yang relevan bagi peserta. (3) Pendalaman Pengalaman Hidup Mengajak peserta untuk mengaktualisasikan pengalaman imannya dalam situasi hidup mereka yang nyata. Biasanya terjadi dalam kelompok kecil dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman yang merangsang peserta untuk mengambil perhatian dalam sikap hidup moral konkrit sesuai dengan tema untuk hidup sehari-hari. (4) Rangkuman Pendalaman Pengalaman Hidup Menyajikan gambaran umum dari sikap-sikap yang dapat diambil oleh peserta berhubungan dengan tema dalam penyajian pengalaman hidup dan dengan teks Kitab Suci atau Tradisi yang hendak dipakai dalam langkah berikutnya.

151 133 (5) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja Pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi diikuti dengan hening di mana peserta diberi kesempatan untuk merefleksikan teks tersebut dengan dibantu beberapa pertanyaan pendalaman, misalnya: kata atau kalimat mana yang penting menurut anda? Apakah pesan inti dari teks tersebut? Apa arti pesan teks tersebut bagi hidup konrit peserta? (6) Pendalaman teks Kitab Suci dan Tradisi Diawali dengan sharing atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah direnungkan secara pribadi maupun bersama setelah pembacaan teks. Kemudian pendamping membaca kembali teks Kitab Suci atau Tradisi. Pada kesempatan ini katekis membantu pesarta untuk mencari dan mengungkapkan pesan inti menurut mereka sendiri sehubungan dengan tema. Peranan katekis di sini menciptakan susana terbuka sehingga peserta tidak takut mengungkapkan tafsiran mereka sehubungan dengan tema yang dapat dipetik dan digali dari pembacaan teks Kitab Suci dan tradisi. (7) Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci Menghubungkan pesan inti yang diungkapkan peserta dengan pesan yang telah disiapkan katekis berdasarkan sumber-sumber yang telah diolahnya. Pada kesempatan ini katekis memberi input dari apa yang sudah dipersiapkannya dari sumber-umber, buku-buku tafsir atau buku yang bersangkutan dengan teks. Yang penting digaris bawahi di sini bahwa tafsiran katekis diharapkan membatasi pada pesan pokok yang dapat dimengerti oleh peserta sehubungan dengan tema dan tujuan pertemuan.

152 134 (8) Penerapan dalam hidup konkrit Peserta diajak mengambil beberapa kesimpulam praktis sekitar tema untuk hidup sehari-hari dalam situasi hidup nyata mereka dalam masyarakat, dalam Gereja, lingkungan, wilayah, paroki, keluarga, dsb. Kemudian dalam saat hening sejenak peserta diajak merenungkan serta mengumpulkan buah-buah pribadi dari katekese ini untuk hidup sehari-hari, yang dapat berupa niat atau tindakan apa yang akan diambil untuk selanjutnya. (9) Penutup Dapat di mulai dengan mengungkapkan doa-doa spontan hasil buah katekese dan bisa pula doa-doa umat lainnya secara bebas. Lalu katekis mengakhiri katekese dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan tema dan tujuan katekese. Kemudian diakhiri dengan suatu doa bersama atau nyanyian yang sesuai dengan tema. b) Model Biblis Katekese model biblis merupakan katekese yang prosesnya berangkat atau bertitik tolak dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja. Kitab Suci atau Tradisi tersebut menjadi penerang bagi setiap peserta dan membantu peserta dalam melihat pengalaman hidup sehari-hari. Model katekese ini mengajak umat untuk menemukan, merenungkan sabda Tuhan, setelah itu mendalaminya secara pribadi maupun kelompok, kemudian mengajak peserta katekese untuk mewujudkannya melalui tindakan nyata dalam hidup di tengah keluarga dan masyarakat. Langkah-langkah katekese model biblis yaitu sebagai berikut:

153 135 (1) Introduksi Doa dan lagu pembukaan yang dipilih sesuai dengan tema Kitab Suci atau Tradisi yang ditentukan untuk pertemuan katekese pada saat ini. Kemudian katekis mencoba menghubungkan tema katekese dalam pertemuan tersebut dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. (2) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi diikuti saat hening, yang dilakukan oleh salah seorang peserta langsung dari Kitab Suci atau Tradisi tersebut. Bila mungkin, teks tersebut juga diperbanyak untuk para peserta. Pembacaan direfleksikan dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman, misalnya: kata atau kalimat mana yang penting (kunci) menurut peserta? Apakah pesan inti dari teks tersebut? Apa arti pesan teks tersebut bagi hidup konkrit peserta? (3) Pendalaman teks Kitab Suci atau tradisi Gereja Dapat diawali dengan sharing dalam kelompok kecil untuk mengungkapkan apa yang direnungkan secara pribadi dari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut teks Kitab Suci. Kemudian pendamping merangkum jawaban peserta dengan hasil persiapan pribadi yang diolah berdasarkan renungan maupun pembacaan lebih mendalam dari sumber-sumber lain, terutama yang berhubungan dengan tema, sehingga peserta semakin diperkaya juga dengan informasi atau masukan pengetahuan iman. Peranan katekis di sini lebih menjadi salah satu nara sumber yang mampu menampilkan isi dan pesan Kitab Suci yang relevan dan mudah ditangkap oleh peserta, tetapi yang selalu berhubungan dengan tema dan tujuan pertemuan tersebut.

154 136 (4) Pendalaman pengalaman hidup Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan pesan inti teks Kitab Suci dengan pengalaman hidup yang sesuai tema, baik pengalaman masa lalu ataupun masa sekarang dalam peristiwa yang ada dialami dalam hidup bermasyarakat, menggereja, berkeluarga dan bekerja. (5) Penerapan dalam hidup peserta Pendamping mengajak dan merangsang peserta untuk merefleksikan serta memikirkan apa yang sebaiknya dapat dilaksanakan dalam kehidupan konkrit sehari-hari peserta dalam kondisi dan situasi setempat. Semangat, jiwa serta kekuatan mana bisa diambil dari pesan inti teks tersebut untuk dapat mewujudkan dalam praktek hidup sehari-hari dalam menghadapi permasalahan atau keprihatinan, baik berupa peristiwa atau kejadian maupun situasi hidup pribadi, berkeluarga, bermasyarakat dan menggereja. (6) Penutup Terdiri dari refleksi pribadi terpimpin dalam keheningan (misalnya katekis dapat mengajak merenungkan dalam hati tentang kesulitan-kesulitan yang ada apabila hendak mewujudkan pesan inti; sarana dan cara-cara mana yang bisa ditempuh untuk mengatasi kesulitan tersebut; hal-hal mana yang menunjang pesan teks tersebut dalam hidup pribadi atau hidup bersama dalam masyarakat atau lingkungan Gereja). Kemudian dibuka kesempatan untuk doa-doa spontan dari peserta. Lalu katekis dapat menutup doa dengan merangkum keseluruhan proses dengan tema dan tujuan serta doa bersama atau lagu nyanyian bersama yang sesuai dengan tema Kitab Suci atau Tradisi yang diambil.

155 137 c) Model Campuran Model campuran merupakan gabungan antara katekese model pengalaman hidup dengan katekese model biblis atau Tradisi. Katekese model campuran ini bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta katekese sekaligus pengalaman Kitab Suci atau Tradisi yang dikomunikasikan dan direfleksikan secara bersama-sama. Katekese model campuran ini mengajak umat untuk menemukan makna dari pengalaman iman dan terang Kitab Suci, merenungkan kehendak Allah dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese model campuran ini pada umumnya berlangsung dalam proses langkah-langkah pokok sebagai berikut: (1) Doa Pembukaan Mengungkapkan pokok-pokok tema dari katekese dan hubungannya dengan tema-tema katekese-katekese sebelumnya. Demikian pula, lagu hendaknya disesuaikan dengan tema dan tujuan yang diharapkan dalam katekese ini. (2) Pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi Gereja Dibacakan oleh peserta secara langsung dari Kitab Suci atau buku dokumen yang memuat Tradisi. Katekis dapat mengulangi bacaan tersebut secara pelan-pelan. Setelah pembacaan peserta diberi kesempatan saat hening sejenak untuk merenungkan bacaan tesebut. (3) Penyajian Pengalaman Hidup Disampaikan melalui sarana-sarana media komunikasi yang dipersiapkan oleh katekis bila mungkin atau sarana yang lain seperti audio-visual yang dapat membangkitkan semangat dan gairah peserta untuk menanggapinya.

156 138 (4) Pendalaman Pengalaman Hidup dan teks biblis atau Tradisi Gereja Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan, dalam kelompokkelompok kecil, kesan-kesan pribadi serta hal-hal yang mengesan dalam penyajian pengalaman hidup. Pendamping mengajak peserta untuk mencoba secara objektif mencari apa yang sebetulnya terjadi dalam penyajian pengalaman hidup tadi. Pendamping mengajak peserta untuk menemukan sendiri apa yang menjadi tema dan pesan pokok dari penyajian pengalaman hidup tadi. Pendamping mengundang peserta untuk merefleksikan dan menganalisa pesan tersebut untuk hidup sehari-hari dan mengkonfrontasikannya dalam hubungannya dengan teks Kitab Suci atau Tradisi yang dibacakan. Pendamping merangkum refleksi pengalaman pribadi atau kelompok dengan menarik perhatian serta kesimpulan umum sehubungan dengan tema tersebut. Kemudian mengajak peserta untuk memikirkan suatu tindakan konkrit baik pribadi maupun bersama, dan sampai pada suatu niat pribadi dan bersama. (5) Penerapan meditatif Pendamping membuat pertanyaan-pertanyaan reflektif yang menghubungkan pengalaman-pengalaman konkret dalam hidup dan situasi peserta, refleksi-pemikiran yang muncul selama pendalaman pengalaman hidup dalam konfrontasi dengan teks Kitab Suci atau Tradisi. Dengan demikian pendamping merangsang peserta untuk menarik pelajaran-pelajaran nyata dalam hidup pribadi dalam keluarga, dalam hidup memasyarakat dan menggereja.

157 139 (6) Evaluasi singkat Atas jalannya ketekese, isi, tema,dan langkah-langkah katekese serta proses komonikasi iman yang berlangsung, bila memungkinkan. Dengan evaluasi ini pertemuan berikutnya diharapkan menjadi lebih baik, lebih sesuai, dan lebih relevan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi peserta. (7) Penutup Diawali dengan saat hening dan dilanjutkan dengan doa-doa umat spontan dari peserta. Katekis mengakhiri dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan isi yang telah tercapai selama katekese. Nyanyian penutup bisa dipilih untuk mengakhiri katekese dengan lagu yang sesuai dengan tema. d) Model SCP (Shared Christian Praxis) Shared Christian Praxis (SCP) bermula dari kebutuhan para katekis untuk menemukan suatu pendekatan berkatekese yang handal dan efektif, artinya suatu pendekatan yang mempunyai dasar teologis yang kuat, menggunakan pendidikan yang progresif dan memiliki pelayanan pastoral yang aktual. Model ini menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogis-partisipatif supaya dapat mendorong peserta, berdasarkan komunikasi antara tradisi dan visi hidup mereka dengan tradisi dan visi kristiani, sehingga baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia. Model ini bermula dari pengalaman hidup peserta yang selanjutnya direfleksi secara kritis supaya diketemukan maknanya yang kemudian dikonfrotasikan dengan

158 140 pengalaman hidup iman dan visi kristiani supaya muncul pemahaman, sikap, dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Langkah-langkah dalam katekese model SCP adalah di awali dengan: (1) Langkah nol Pemusatan aktivitas; mendorong umat untuk menemukan topik pertemuan yang bertolak dalam kehidupan konkrit yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema dasar sungguh-sungguh mencerminkan pokokpokok hidup, keprihatinan, permasalahan, dan kebutuhan mereka. (2) Langkah pertama Pengungkapan pengalaman hidup faktual; berdasarkan tema dasar langkah ini membantu peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup faktual (fakta) atau yang sesuai dengan kenyataan. (3) Langkah kedua Refleksi kritis atau sharing pengalaman hidup faktual; memperdalam saat refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya. (4) Langkah ketiga Mengusahakan supanya tradisi dan visi kristiani lebih terjangkau; mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan visi kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaan yang berlainan.

159 141 (5) Langkah keempat Interpretasi/tafsir dialektis antara tradisi dan visi kristiani dengan tradisi dan visi peserta; mengajak peserta, berdasarkan nilai tradisi dan visi kristiani menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup yang hendak digaris bawahi, sikapsikap pribadi yang picik yang hendak dihilangkan dan nilai-nilai yang hendak diperkembangkan. Disatu pihak peserta mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam tradisi dan visi Kristiani di lain pihak mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika tradisi dan visi kristiani. (6) Langkah kelima Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini; mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitasnya dengan tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi kristiani. Dengan mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan pertobatan pribadi dan sosial secara kontinyu. (7) Penutup: Dibuat secara liturgis dengan merangkum isi pendalaman iman lima langkah, disusul dengan doa (umat) pribadi/bersama, doa penutup bersama/pribadi, atau nyanyian penutup. 4) Tanya Jawab Bagaimana usaha kita untuk membantu umat dalam penghayatan imannya?

160 142 5) Penutup Bapak dan ibu serta saudara dan saudari yang terkasih, pada pertemuan ini kita sudah melihat model-model yang dalam dalam katekese umat dan langkahlangkah yang terjadi dari setiap model tersebut. Semoga dengan pertemuan ini kita semakin terbantu untuk mantap dalam membangun habitus baru dan menerapkan serta melaksanakan katekese umat di stasi St. Yohanes Pembaptis ini. 3. Salah Satu Contoh Persiapan Katekese Umat Model Pengalaman Hidup a. Identitas 1) Tema : Aku dipanggil menjadi pewarta sabda Tuhan. 2) Tujuan : Pendamping dan peserta semakin menyadari dan memahami dipanggil oleh Tuhan menjadi pewarta sabda Tuhan sehingga dapat membangun habitus baru dalam hidup beriman umat. 3) Peserta : Pendamping dan calon pendamping katekese umat 4) Tempat : Aula Gereja stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 5) Hari/Tanggal : Sabtu/menyusul 6) Waktu : Wita 7) Metode : - Informasi - Refleksi - Sharing - Peneguhan - Bernyanyi 8) Sarana : - Kitab Suci

161 143 - Puji Syukur - Cergam Antara Dua Pilihan. - Musik instrumen - Laptop 9) Sumber bahan : -Daene & Karis Robert. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S Hadiwiyata, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. - Matius 4: Komisi Kateketik KWI. (1994). Kumpulan Cerita Untuk Membangun Sikap. Jakarta b. Pemikiran dasar Pada masa sekarang ini perkembangan dan penghayatan hidup beriman umat tidak hanya berpangku pada kaum religius saja melainkan kaum awam juga. Gereja mempercayakan kaum awam untuk bertanggungjawab dan memberikan sumbangan keterlibatan dalam perkembangan serta penghayatan iman baik pribadi maupun bersama. Berkaitan dengan hal tersebut kaum awam hendaknya menyadari dan menghidupi akan panggilannya sebagai pewarta sabda Allah yang mempunyai peranan penting dalam membantu umat untuk mewujudnyatakan iman yang mendewasakan dalam kehidupan sehari-hari. Injil Matius 4:18-22 mengambarkan bagaimana para murid Yesus menentukan untuk menanggapi panggilan Yesus Kristus. Oleh sebab itu panggilan untuk menjadi pewarta Tuhan merupakan pilihan hidup yang perlu kita sadari dan kembangkan. Untuk itu kiranya pilihan tersebut tidak kita campuradukkan dengan

162 144 pilihan hidup duniawi. Tidaklah mudah menjalankan sebuah panggilan untuk menjadi pewarta Tuhan tanpa adanya kecintaan dan keinginan yang sungguhsungguh dalam diri kita. Hendaklah kita menyadari akan panggilan itu dengan mensyukuri dan mencintai panggilan yang kita miliki sehingga secara bersamasama dapat membawa habitus baru dalam hidup beriman umat. Berkaitan dengan panggilan hidup tersebut, pendamping katekese umat di Stasi st. Yohanes Pembaptis Long Lunuk hendaknya menjawab dengan sungguhsungguh akan panggilan Allah bagi mereka. Namun dalam hal ini kaderisasi menjadi penting agar supaya mereka semakin menemukan panggilan mereka sehingga secara bersama-sama dapat membantu umat yang ada di stasi dalam memperkembangkan imannya. c. Proses Pelaksanaan 1) Lagu pembukaan: Puji Syukur No. 682 Panggilan Tuhan 2) Doa Pembukaan Allah Bapa yang penuh kasih, puji dan syukur kami haturkan kehadirat- Mu atas segala penyertaan-mu kepada kami sehingga dapat berkumpul bersamasama di tempat ini untuk menanggapi panggilan sabda-mu. Pada kesempatan ini kami akan mencoba merefleksikan panggilan untuk menjadi pewarta sabda-mu. Semoga Engkau selalu menyertai dan membimbing kami agar apa yang kami lakukan senantiasa berkenan dihati-mu. Dengan demikian kami semakin menyadari, mencintai dan menanggapi panggilan untuk menjadi pewarta sabda-

163 145 Mu. Doa-doa ini kami haturkan kepada-mu dengan pengantaraan Kristus Tuhan Kami. Amin. 3) Langkah I: Penyajian Pengalaman Hidup a) Pendamping mengajak peserta untuk membuat kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-4 orang dan mengajak peserta menyimak serta membaca sebuah cergam yang berjudul Antara dua pilihan. b) Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendalami inti dan pesan dari cergam tersebut. c) Pendamping mengajak peserta untuk mendalami cergam tersebut dengan pertanyaan penuntun sebagai berikut: (1) Nilai-nilai apa yang dapat diambil dan dikembangkan dalam menentukan pilihan hidup kita? (2) Apakah bapak, ibu dan saudara/i memiliki pengalaman dalam hal pilihan pada panggilan hidup? (3) Sikap apa saja yang harus kita perjuangkan dalam menjawab dan menjalankan panggilan Tuhan untuk kita dalam mewartakan sabda- Nya menurut cergam? (4) Apa yang sudah bapak, ibu dan saudara/i lakukan dalam menanggapi panggilan Tuhan?

164 146 4) Langkah III: Rangkuman Bapak dan ibu serta saudara dan saudari yang terkasih dalam Kristus. Kita sudah menyimak dan merefleksikan sebuah cergam dan teks lagu. Dalam cergam dikisahkan seorang pengacara yang bernama Nardi didatangi oleh tiga orang petani miskin yang ingin meminta bantuannya dalam pembelaan hak milik mereka. Awalnya sang pengacara menyetujui untuk mempelajari kasus yang dihadapi oleh para petani miskin tersebut, namun datanglah istrinya mengatakan bahwa untuk apa membela para petani miskin yang bodoh itu. Pengacara tersebut bersikeras untuk membela para petani tetapi beberapa hari kemudian datanglah orang-orang yang ingin menguasai tanah milik para petani ke rumah pak Nardi, mereka memberikan perhiasan kepada istrinya. Pak Nardi pun binggung harus memilih yang mana. Perhiasan ataukah membantu para petani miskin?. Bapak dan ibu serta saudara dan saudari yang terkasih, cerita tersebut mengambarkan pada diri kita akan kebimbangan yang kita hadapi dalam pemilihan hidup kita. Kita binggung akan memilih membantu sesama manusia dengan mengasih dan melayani ataukah harta kekayaan duniawi. Oleh sebab itu kita diajak untuk merenungkan dan menerima rahmat yang telah diberikan Tuhan, dengan rahmat itulah kita dapat menyinarkan kasih-nya dan saling membantu sesama kita baik dalam penghayatan iman maupun dalam moral kita sehari-hari.

165 147 5) Langkah IV: Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja a) Pendamping mengajak peserta untuk membaca dan menyimak teks Kitab Suci: Mat 4: Salah satu peserta diminta untuk membacakan dengan suara lantang. b) Peserta diajak untuk membaca kembali dan mendalami teks Injil Matius 4:18-22 tersebut dengan iringan musik instrumen. mendalami dengan panduan pertanyaan sebagai berikut: (1) Ayat manakah yang mengungkapkan panggilan untuk menjadi pewarta sabda Tuhan? (2) Sikap apa yang ditunjukkan para murid dalam perikop tersebut dalam menanggapi panggilan dari Tuhan Yesus? (3) Apa inti dan makna yang dapat kita petik dari perikop ini? c) Pendalaman Teks Kitab Suci Perikop tadi menjelaskan bagaimana Yesus memanggil murid-nya yang pertama untuk menjadi penjala manusia dan tanggapan murid-nya atas panggilan tersebut. Murid-murid yang pertama berhadapan dengan Yesus dalam pekerjaan mereka sehari-hari mencari ikan di Danau Galilea tanpa persiapan, dan dengan sedikit atau dengan tanpa pertimbangan, mereka meninggalkan pekerjaan dan keluarga mereka untuk mengikuti Yesus. Permuridan pertama dan utama adalah mengikuti Yesus dan jawaban cepat dari murid pertama mengisyaratkan betapa menantang undangan untuk bersama Yesus.

166 148 Pada ayat 20 kita temukan kata segera. Kata segera menunjukkan kepada kita perlunya membangun sikap siap sedia dan hati terbuka serta rela berkorban untuk meninggalkan segala sesuatu dalam menanggapi panggilan Tuhan. Keberanian untuk sanggup melaksanakan dan mewartakan sabda Tuhan merupakan tuntutan dalam mengikuti Yesus Kristus. Dengan demikian kita dapat menjadi penjala manusia dan dapat membantu umat dalam memperkembangkan imannya. 6) Langkah V: Penerapan Dalam Hidup Konkrit a) Peserta diajak untuk merefleksikan rahmat panggilan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari dengan hening sejenak untuk menuliskan keputusan yang semakin mantap dalam menjawab panggilan Tuhan dengan pertanyaan penuntun sebagai berikut: (1) Sejauhmana saya terbantu untuk menyadari dan semakin mantap menjawab panggilan menjadi pewarta sabda Tuhan? (2) Niat dan tindakan apa yang akan saya lakukan selanjutnya dalam menjawab panggilan tersebut? b) Peserta diberi kesempatan membuat doa untuk memperkuat dan melaksanakan panggilan rahmat dari Tuhan.

167 149 7) Penutup a) Doa Penutup Bapa di surga, kami haturkan terimakasih atas segala penyertaan dan perlindungan-mu selama kami mengadakan pertemuan ini. Melalui pertemuan ini kasih semakin diteguhkan dan semakin menyadari akan panggilan-mu dalam hidup kami sehingga dapat menjadi pewarta sabda kasih-mu kepada setiap orang. Ajarilah dan bimbinglah kami selalu agar kami senantiasa melaksanakan rahmat yang telah Engkau berikan ini demi membangun habitus baru dalam hidup beriman di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk tercinta ini. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin. b) Lagu Penutup: Jangan lelah bekerja diladang-nya Tuhan Jangan lelah bekerja di ladang-nya Tuhan Roh Kudus yang membri kekuatan yang menopang dan mengajak. Tiada lelah bekerja bersama-mu Tuhan yang selalu mencukupkan dari segalanya ratakan tanah bergelombang timbunlah tanah yang berlubang menjadi siap dibangun diatas dasar iman. 2x

168 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Gereja dari waktu ke waktu berusaha membaharui diri secara terusmenerus dalam memperkembangkan iman umat. Berbagai upaya dilakukan Gereja dalam membaharui dirinya demi pembinaan dan perkembangan hidup beriman umat. Upaya tersebut hendaknya dimulai dengan bidang pewartaan karena Gereja dibangun dari pewartaan yang salah satu kegiatannya adalah katekese umat. Melalui penelitian yang dilakukan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, hal tersebut juga yang dilakukan dalam usaha pembaharuan Gereja stasi demi perkembangan hidup beriman umat. Untuk membangun habitus baru dalam hidup beriman umat tidaklah mudah, dibutuhkan keterampilan, pengetahuan, spiritualitas, kesabaran, keberanian dan rasa tanggungjawab untuk melaksakannya. Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk sudah mengupayakan kegiatan-kegiatan bermanfaat yang dapat membantu umat dalam pembinaan dan penghayatan hidup beriman baik pribadi maupun bersama. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan cukup diikuti oleh umat sehingga umat merasa bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkembangkan iman bersama. Namun kegiatan yang dilakukan hanya dalam bidang liturgi saja yakni ibadat sabda di Gereja dan di Lingkungan-lingkungan, doa rosario serta doa bersama atas permintaan dengan ujud tertentu. Tentu saja hal ini menjadi keprihatinan bersama dalam usaha membangun habitus baru. Sebab pembaharuan Gereja dalam hidup beriman umat

169 151 tidak hanya dilakukan dalam bidang liturgi saja melainkan dalam bidang-bidang pastoral yang lain seperti bidang pewartaan, persaudaraan dan pelayanan. Dalam usaha pembinaan hidup beriman umat, peran pendamping dan pastor sangat dibutuhkan dalam pembinaan iman. Di Stasi St. Yohanes Pembaptis hanya satu-satunya tenaga katekis yang juga menjadi guru Agama Katolik di Sekolah Dasar Long Lunuk. Sedangkan pastor paroki hanya satu orang dan menetap di paroki yang jaraknya sangat jauh dari Stasi Long Lunuk. Hal ini yang menyebabkan pembinaan iman umat masih kurang terlaksana dengan baik dan umat sendiri masih mengharapkan sosok seperti biarawan/i dan pastor yang mampu menjawab apa yang menjadi kebutuhan umat dalam memperkembangkan imannya. Namun demikian Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk memiliki program yaitu stasi yang mandiri dalam mengusahakan pembinaan dan penghayatan hidup beriman umat. Stasi Long Lunuk berusaha membuat/melaksanakan suatu kegiatan-kegiatan yang membantu umat untuk saling berkerja sama, hidup dalam cinta kasih serta saling melayani satu dengan yang lainya. Pembaharuan Gereja stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk tidak lepas dari tanggungjawab seluruh umat. Tetapi yang utama adalah peran pendamping dalam membimbing, melayani serta membantu umat menghayati imannya. Oleh sebab itu dibutuhkan pendamping yang memiliki kualitas, keterampilan, spiritualitas dan mampu mengorganisir serta menggerakkan umat. Sebab tidak mungkin bila seorang pendamping tidak memiliki kemampuan dan keterampilan apa-apa dalam membimbing dan melayani umat. Maka untuk itu diperlukan

170 152 kaderisasi bagi pendamping katekese umat dalam menjawab permasalahan dan usulan dari umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk. Dengan adanya kaderisasi pendamping katekese umat diharapkan dapat meningkatkan kualitas katekis dengan cara melatih, mengasah kemampuan, serta keterampilan yang dimilikinya sehingga semakin mampu untuk membimbing, melayani, mengorganisir dan menggerakkan umat dalam usaha membangun hidup beriman bersama. Kaderisasi juga menyadarkan pendamping bahwa dirinya merupakan bagian dari Gereja, sehingga dapat secara terus menerus membaharui Gereja demi perkembangan umat beriman. Setelah menjalani kaderisasi, pendamping katekese umat memiliki kemampuan dalam memandu katekese umat. Dengan kemampuan dan keterampilan tersebut dia dapat menerapkan atau melaksanakan katekese umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk sebagai usaha dalam membangun habitus baru bagi hidup beriman secara pribadi maupun bersama. Katekese umat berperan dalam meningkatkan iman umat melalui pewartan dan paguyuban. Sebab katekese merupakan komunikasi iman atau tukar pengalaman (penghayatan) iman antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna dan diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam skripsi ini penulis menawarkan usaha untuk membangun hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk melalui katekese umat dengan model pengalaman hidup. Penulis memilih katekese umat dengan model pengalaman hidup agar supaya dapat menggali permasalahan melalui sharing

171 153 pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari. Sharing dan dialog dapat membantu umat untuk melihat situasi konkrit yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan mengaitkannya dengan terang Injil yang didapatkannya. Dengan demikian dapat mengarahkan, memperkembangkan dan menghayati iman bersama. Maka penulis berharap bahwa semoga program kaderisasi pendamping katekese umat ini dapat membantu karya pewartaan dalam hidup beriman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur. B. Saran 1. Bagi Pengurus Pastoral Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Pengurus pastoral Gereja stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk diharapkan memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan umat dalam usaha memperkembangkan iman mereka. Perkembangan iman umat merupakan tugas dari pengurus pastoral Gereja. Maka penulis menyarankan dalam usaha membangun habitus baru dalam hidup beriman umat kiranya pendamping memperhatikan kualitasnya. Oleh sebab itu kaderisasi pendamping katekese umat sangatlah penting dalam meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh pendamping. Dengan kualitas itulah pendamping katekese umat dapat memandu katekese umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk, sehingga katekese umat berperan dalam meningkatkan hidup beriman pribadi, menggerja, maupun masyarakat.

172 Bagi Umat Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Gereja stasi St. Yohanes Pembaptis berusaha untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun habitus baru dalam hidup beriman umat. Kegiatan yang sudah dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis cukup mengajak umat untuk terlibat, untuk itu keterlibatan ini hendaknya dipertahankan dan kalau perlu lebih ditingkatkan lagi. Maka penulis menyarankan agar umat bertanggungjawab dalam pembinaan imannya. Dalam hal ini umat bertanggungjawab dalam usaha meningkatkan kualitas pendamping sehingga dapat membawa umat pada perkembangan iman baik pribadi maupun bersama. Untuk meningkatkan kualitas pendamping, perlu diadakannya kaderisasi pendamping katekese umat, sehingga setelah mendapat kaderisasi, pendamping katekese umat dapat memandu katekese umat. Dengan demikian katekese umat dapat berperan dalam penghayatan hidup beriman umat, dan umat dapat saling melayani satu dengan yang lain dan hidup dalam cinta kasih, serta bertanggungjawab atas perkembangan dan pembaharuan Gereja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk Kalimantan Timur.

173 155 DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Banawiratma, J.B. (1990). Spiritualitas Transformatif: Suatu Pergumulan Ekumenis. Yogyakarta: Kanisius Dapiyanta, F. X. (2008). Diktat Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah. Universitas Sanata Dharma. Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Katolik-IPPAK. Yogyakarta. Dewan Karya Pastoral KAS ( ). Nota Pastoral: Baharuilah Seluruh Muka Bumi. Muntilan: Pastoran Sanjaya Muntilan. Dienne & Karris Robert. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S Hadiwiyata, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. Gunawan, Adi. (2003). Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese (F. X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Puskat. Huber, TH. (1981). Katekese Umat: Hasil Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia II. Yogyakarta: Kanisius. Komisi Kateketik KWI. (2009). Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius. (2005). Identitas Katekis di Tengah Arus Perubahan Jaman: Refleksi dari, oleh dan untuk Katekis bagi Karya Pewartaan Gereja Katolik Indonesia (Buah-buah dari Pernas Ketekis, 2005). Jakarta: Komkat KWI. (1997). Pedoman Untuk Katekis. Yogyakarta: Kanisius. (2007). Perutusan Murid-Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik Untuk SMA/SMK. Yogyakarta: Kanisius. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Refleksi. Yogyakarta: Kanisius. Konsili Vatikan II. (1990). Lumen Gentium, Dokumen konsili vatikan II ( R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Deperteman Dokumentasi dan Penerangan KWI. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1965). Komkat KAS. (2007). Panduan Tim Kerja Pewartaan Paroki.Yogyakarta: Kanisius. Lalu, Yosep. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komkat KWI. Martasudjita. E. (2002). Spiritualitas Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. Mangunhardjana, (1976). Kepemimpinan.Yogyakarta: Kanisius. Setyakarjana, J. S. (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kateketik. Siauwarjaya, Afra. (1987). Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat Dalam Pembangunan Gereja Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Sumarno Ds., M. (2008). Teori Pendidikan Agama Katolik Paroki (Teori PAK Paroki). Buku ajar mahasiswa IPPAK-USD semester IV. Yogyakarta.

174 156 Tangdilintin Phulips. (2008). Pembinaan Generasi Muda.Yogyakarta:Kanisius. Telaumbanua, Marinus. DR. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: DokPen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). Wahyu, Ms. (1989). Bimbingan Penulisan Skripsi. Bandung: Tarsito. Rabu, 26 November

175 LAMPIRAN

176 Lampiran 1 KUESIONER Mohon dijawab sesuai dengan kenyataan yang ada dan menurut suara hati anda! Identitas Responden Nama Lengkap :... Usia :... PETUNJUK : a. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada! b. Anda bisa menambah jawaban lain/tambahan jawaban diluar alternatif jawaban yang tersedia. Contoh : Bagaimana anda mendalami dan memperkaya iman anda? a. Berdoa sendiri di rumah b. Terlibat dalam hidup menggereja c. Berdoa bersama d....(jawaban diluar alternatif) 1. Bentuk kegiatan macam apa yang sering dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam upaya membangun hidup beriman umat? a Ibadat Sabda b Rosario c Pendalaman Iman d Bentuk kegiatan dalam bidang pastoral apakah yang sering dilakukan umat di stasi dalam memperkembangkan iman bersama? a. Pewartaan b. Liturgi c. Persaudaraan d. Persekutuan (1)

177 3. Apakah yang dibicarakan dalam kegiatan yang dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dalam upaya membangun hidup beriman umat? a Pemahaman dan pendalaman tentang iman b Kehidupan sehari-hari c Sekedar bertemu dengan umat yang lain d Apa tujuan diadakannya kegiatan tersebut? a. Iman semakin diperkembangkan b. Bisa berkumpul bersama c. Tidak tahu d Sejauhmana umat terlibat dalam setiap pertemuan bersama yang dilakukan untuk membangun hidup beriman umat? a Terlibat dan aktif b Belum terlibat c Tidak Tahu d Apakah kegiatan yang telah dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk sudah membawa umat pada hidup beriman bersama? a Sudah, dengan alasan... a Belum, dengan alasan... b Masih proses, dengan alasan... c Tidak tahu, dengan alasan Menurut pengetahuan anda apa yang anda ketahui dengan katekese umat (Pendalaman Iman)? a Kumpul-kumpul, ngebrol b Komunikasi atau tukar pengalaman Iman c Pelajaran Agama d Tidak tahu (2)

178 8. Menurut pendapat anda apakah katekese umat sudah berperan dalam hidup beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? a Sudah berperan b Belum berperan c Tidak Tahu d Menurut anda apa peranan katekis dalam membantu umat membangun hidup berimannya? a Membantu umat memperkembangkan imannya b Mengajar/membimbing umat c Melayani umat d Keterampilan apa yang dibutuhkan oleh seorang katekis dalam hidup beriman umat? a Berdoa, bercerita dan menyanyi b Mengajak umat untuk terlibat dalam hidup menggereja c Komunikasi dan refleksi d Bagaimana usaha umat di stasi St. Yohanes Pembaptis dalam rangka membangun hidup berimannya? a Mengikuti dan melaksanakan kegiatan tergantung dari kesadaran diri b Mengikuti dan melaksanakan kegiatan karena tuntutan c Mengikuti dan melasanakan kegiatan karena ikut-ikutan d Bagaimana sikap anda terhadap upaya untuk membangun hidup beriman umat? a Biasa-biasa saja b Binggung c Senang dan setuju d... (3)

179 13. Apakah anda sering terlibat dalam usaha membangun hidup beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? a Sering b Kadang-kadang c Tidak pernah d Pernahkan anda mengalami permasalahan dalam membangun hidup beriman umat? a Pernah, dengan alasan... b Kadang-kadang, dengan alasan... c Tidak pernah, dengan alasan... d Apakah anda berusaha mengatasi permasalahan tersebut? a Ya, sudah berusaha, dengan cara... b Tidak berusaha, karena... c Masih dalam tahap perencanaan, dalam arti... d Siapakah yang berperan dalam pembinaan/pendampingan hidup beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? a. Pastor b. Katekis (Guru Agama) c. Umat sendiri d. Tidak tahu 17. Apakah di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk dilaksanakan kaderisasi pendamping katekese umat (Pembinaan bagi Para Katekis)? a Kadang-kadang dilaksanakan b Dilaksanakan secara rutin setiap... sekali c Tidak pernah dilaksanakan d... (4)

180 18. Bagaimana perasaan anda jika diadakannya kaderisasi bagi para katekis dalam upaya membangun hidup beriman umat di stasi St. Yohanes Pembaptis? a Sangat Senang b Kurang Senang c Biasa-biasa saja d Tidak tahu 19. Apa usulan anda untuk meningkatkan pembinaan/pendampingan iman umat? Apakah dengan adanya kaderisasi pendamping katekese umat dapat membantu anda dalam mendewasakan dan memperkembangkan iman umat? a Sangat membantu, dengan alasan... b Kurang membantu, dengan alasan... c Tidak membantu, dengan alasan... d Tidak tahu, dengan alasan... PEDOMAN OBSERVASI 1. Kegiatan yang sering dilakukan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 2. Cara keagamaan umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 3. Keterlibatan umat dalam membangun hidup beriman bersama 4. Sarana pendukung yang sering digunakan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh umat untuk membangun hidup beriman bersama PEDOMAN WAWANCARA Pastor paroki: 1. Dalam hidup beriman umat kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? 2. Bagaimana mengusahakan agar umat mengenal katekese umat dalam usaha membangun habitus baru? 3. Apakah umat sudah terlibat dalam membangun hidup beriman bersama? (5)

181 4. Apakah ada kegiatan-kegiatan lain yang dapat membantu dalam rangka membangun habitus baru? Katekis : 1. Bentuk kegiatan seperti apa yang telah dilaksanakan di stasi dalam rangka membangun hidup beriman umat? 2. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut sudah membantu umat dalam memperkembangkan imannya? 3. Bagaimana mengusahakan agar kegiatan tersebut dapat membantu umat dalam memperkembangkan imannya? 4. Apakah selama ini ada bentuk kegiatan lain yang diusahakan dalam membangun hidup beriman umat? 5. Apa yang anda usulkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan katekis dalam karya pewartaan? Ketua Lingkungan : 1. Kegiatan kerohanian apa yang sering dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? 2. Apakah kegiatan tersebut sudah berperan dalam membangun hidup beriman umat 3. Bagaimana sikap umat dalam memperkembangkan dan mendewasakan imannya? 4. Di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk siapakan yang berperan dalam pembinaan hidup beriman umat? PEDOMAN STUDI DOKUMEN 1. Letak Geografis Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 2. Latar belakang berdirinya Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 3. Jumlah dan perkembangan umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 4. Program kerja Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk 5. Kekhasan umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk (6)

182 Lampiran 2 HASIL WAWANCARA DENGAN PASTOR PAROKI (Pas) Responden : Masudin Pr Tugas : Pastor Paroki Hari/tanggal : Kamis, 11 Agustus 2010 Jam : WIB Tempat : Melalui Handphone Sisil: Dalam hidup beriman umat kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? Pas: Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah mengadakan turnai sebulan sekali bisa 2-3 kali atas permintaan umat, kursus persiapan perkawinan, persiapan pengurapan/krisma, mempersiapkan komuni pertama pada hari raya Natal dan Paskah, permintaan misa dan doa wujud khusus, misalnya berkat kampung, berkat benih, berkat rumah, berkat hasil panen dan misa arwah, mengadakan perayaan Natal dan Paskah bersama yang selalu mengadakan pertandingan dan perlombaan, misalnya lomba KS anak dan dewasa, cerdas cermat, mazmur tanggapan untuk anak, koor, volly, badminton, sepak bola dll. PIA dan PAPITA. Berkembangnya doa deposional (doa rosario) dalam berbagai keompok temu minggu, KOMKA/OMK, WKRI dan di lingkungan-lingkungan. Ibadat setiap hari minggu jika tidak ada pastor unutk memimpin misa maka diganti ketua umat. Sisil: Bagaimana mengusahakan agar umat mengenal katekese umat dalam usaha membangun habitus baru? Pas: Dengan melibatkan ketekis, pengurus lingkungan (5 lingkungan di Stasi Long Lunuk), DPS (Dewan Pastoral Stasi) dan para guru agama dalam menyampaikan katekese umat dan katekese tematis (BKSN, APP). Sisil: Apakah umat sudah terlibat dalam membangun hidup beriman bersama? Pas: Sejauh pengamatan saya cukup banyak yang terlibat aktif, dengan dibentuknya pengurus dewan stasi yang baru. Sisil: Apakah ada kegiatan-kegiatan lain yang dapat membantu dalam rangka membangun habitus baru? Pas: Mengadakan sosialisasi oleh tim keuskupan (2 orang) tentang habitus baru (gabungan 2 paroki) masing-masing paroki diwakili 20 peserta dan diadakan di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk selama tiga hari. Mudika Long Lunuk mengadakan kunjungan/pekan mudika ke paroki tetangga selama satu minggu. Umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk mengadakan rehab gereja dan pastoran secara gotong royong. Dalam mengusahakan kemandirian dana, umat stasi membuka kebun stasi di sekitar tanah Gereja. (7)

183 Kis: WAWANCARA DENGAN KATEKIS (Kat) Responden : Theodata Silau Tugas : Katekis/Guru Agama Hari/tanggal : Jumat, 15 Juli 2010 Jam : Wita Tempat : Rumah Theodata Silau (Long Lunuk) Sisil: Bentuk kegiatan seperti apa yang telah dilaksanakan di stasi dalam rangka membangun hidup beriman umat? Kis: Kegiatan yang sudah dilaksakan ya.. cukup banyak seperti pendalaman iman, ibadat sabda, lomba Kitab Suci, Lomba PIA menulis puisi, kalau untuk kegiatan umat dewasa ya.. ada doa-doa di lingkungan pada bulan Maria yaitu doa rosario dan banyak lagi kegiatan yang lain yang tidak selalu dilaksanakan sifatnya kadang-kadang dilasanakan menurut kondisi dan waktu karena umat di sini kebanyak mereka sebagai pertani tidak selalu ada, hanya pada masa-masa paskah dan natal kita menggunakan momen itu mengadakan kegiatan-kegiatan seperti itu atau ada kunjungan dari keuskupan dan paroki diadakan pertemuan seperti sharing iman. Seperti itulah kegiatan yang telah dilaksanakan dalam hidup beriman iman. Sisil: Di liat dari bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan di stasi, apakah kegiatan-kegiatan tersebut sudah membantu umat dalam memperkembangkan imannya? Kis: Kalau dilihat kegiatan-kegiatan tersebut jelas...sudah dan sangat membantu dalam perkembangan iman umat di Stasi St. Yohanes Pembaptis. Karena dengan kegiatan itu umat mengalami suatu penyegaran, artinya mereka bisa bersama, bersatu atau melaksanakan suatu kegiatan itu bisa bertemu, berkumpul, lalu bisa bekerjasama kalau itu merupakan kegiatan lombalomba, mereka bisa bekerjasama kalau itu tujuan semakin meningkatkan iman, misalnya lomba Kitab Suci yang jelas mereka paling tidak membuka Kitab Suci dan bersama-sama mempersiapakan lingkungannya. Ada kerjasama dengan paroki dalam meningkatkan iman kita, berkumpul bersama di lingkungan mengadakan doa rosario, sudah pastilah kita semakin meningkatkan keimanan kita pada saat seperti itu, diharapkan Sisil: kedepannya pun semakin baik dan semakin kontinyu dilakukan. Bagaimana mengusahakan agar kegiatan tersebut dapat membantu umat dalam memperkembangkan imannya? Yaa... dalam hal ini sebenarnya kita sudah mempunya program yaitu umat atau stasi yg mandiri tetapi alangkah baiknya kalau seperti pastor.. yaa.. sebagai..ya mau dikatakan sebagai pembimbing umat yg utama harus tetap hadir mendampingi umat, apalagi dalam masa-masa ini pengaruhpengaruh dari luar atau pengaruh agama lain cukup masuk ke dalam stasi ini, jadi sangat diharapkan pastor atau biarawan/i mendampingi umat, membantu mendamping katekis dalm usahanya, agar umat ini bisa tetap memiliki semangat, umat ini masih tetap, dapat atau siap menghadapi (8)

184 berbagai pengaruh dari luar yang cukup menpengaruhi iman, usaha kita ya seperti itu agar pastor, katekis sekalipun atau biarawan/i agar tetap ada mendampingi, khusus stasi ini yg dalam perkembangnya terlalu banyak pengaruh dari luar, karena merupakan stasi yang tempat perkembangan umat, merupakan translit berbagai macam aliran, golongan, masyarakat dari tempat-tempat lain sehingga di sini cukup beragam suku dan iman yang masuk itulah diharapkan usaha dari pastor tetap mempertahankan iman dan membantu katekis sehingga katekispun mempunyai semangat bekerja dibidang gerejani ini. Sisil: Apakah selama ini ada bentuk kegiatan lain yang diusahakan dalam membangun hidup beriman umat? Kis: bentuk kegiatan lain.. apa yaa... mau dikatakan kerjasama dengan umat lain melalui perangkat kampung karena di satsi ini mayoritas katolik jadi perangkat kampung lebih banyak beragama katolik, mungkin mereka bisa membantu membantu membangun tempat ibadah, membantu kalau ada pendatang memberikan pengarahan agar mereka tahu banya di stasi ini mayoritas beragama katolik. Jadi kegiatan yang diadakan ya mengarah ke agama, misalnya dalam kegiatan ada doa yang dihadirkan oleh pastor dan ibadat tetap dilasakanakan, dan kegiatan ini masih terus dilaksanakan walaupun menurun karena kurang pendamping. Sisil: Apa yang anda usulkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan katekis dalam karya pewartaan? Kis: Dalam hal ini usul saya sebagai seorang katekis yg cukup lama bekerja melayani umat disini, tentunya sekali waktu perlu ada pertemuan/pembinaan para katekis yg ada sehingga katekis mendapat penyegaran. Bila perlu katekis itu diberikan semacam pendidikan dalam menghadapi hadapi era globalisasi yg semakin maju jadi kita mengharapkan banyak sekali bantu dari keuskupan sekaligus atau pendidikan keagamaan khusus katolik untuk membantu meningkatkan kualitas seorang katekis, sehingga katekis juga siap untuk menghadapi berbagai tugasnya di lapangan boleh dikatakan semakin jaman semakin modern jadi katekis tidak tertinggal, sehingga kadang-kadang harus menghadapi tantangan lalu yaa... susah untuk tampil untuk membantu umat, nampaknya katekis itu tertinggal. Dalam pewartaan, pewartaan dari dulu mewartakan cinta kasih dan sebagainya... mungkin katekis juga mengalami yang namanya masa kejenuhan. Jadi stasi harus benar-benar disiapkan untuk menghadapi berbagai kendala dan masalah dalam umat yang setiap hari semakin meningkat, jadi sangat perlu kualitas katekis dalam pewartaan sehingga dia siap menghadapi kendala dan masalah, karena katekis merupakan ujung tombak dalam karya pewartaan. Maka perlunya pembinaan dan pertemuan katekis minimal dalam 1 atau 2 bulan sekali yang didatangkan orang yang berkompoten dibidang itu, untuk memberikan penyegaran, pendidikan pembinaan bagi kami, sehingga kami tetap bersemangat dan tetap merasa didamping dalam melaksanakan tugastugas kami di lapangan sehingga kami mempunya arah yg jelas yaitu kerjasama yang baik dalam meningkatkan hidup iman umat. (9)

185 WAWANCARA DENGAN KETUA LINGKUNGAN/KETUA DEWAN STASI (Kal) Responden : Hendrikus Tugas : Ketua Lingkungan dan ketua dewan stasi Hari/tanggal : Sabtu, 14 Juli 2010 Jam : Wita Tempat : Rumah Sisil : Kegiatan kerohanian apa yang sering dilaksanakan di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk? Kal: Untuk kegiatan di stasi St yohanes pembaptis Long Lunuk yaitu kita sering mengadakan lomba baca KS, lomba paduan suara, habis itu kita lanjutkan dalam kegiatan lomba olahraga dalam rangka memperingatkan hari raya natal dan hari raya paskah. Sisil: Apakah kegiatan tersebut sudah berperan dalam membangun hidup beriman umat? Ka: Kalau untuk peran dalam membangun hidup beriman umat itu sangat...sangat berperan karena itu sangat meningkatkan iman umat tersebut jadi dalam kegiatan ini kita sudah berperan dalam hidup beriman umat Sisil: Bagaimana sikap umat dalam memperkembangkan dan mendewasakan imannya? Ka: Kalau untuk mendewasakan dan menperkembangkan iman umat di stasi ini kita mengadakan semacam..eemmm.. kegiatan-kegiatan yang sifatnya kerohanian yaitu seperti doa lingkungan di lingkungan masing-masing. Sisil: Di stasi St. Yohanes Pembaptis Long Lunuk siapakan yang berperan dalam pembinaan hidup beriman umat? Ka: Kalau menurut saya dalam stasi ini yang sangat berperan dalam pembinaan hidup beriman umat yaitu pertama pator paroki, ketua dewan stasi, dan seterusnya ketua lingkungan serta staf-staf yang ada di dalam stasi organisasi atau dilingkungan khususnya dalam Gereja tersebut (10)

186

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya- tanya: "Di manakah Dia, raja

Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya- tanya: Di manakah Dia, raja Persembahanku. Hari Raya Penampakkan Tuhan - 04 Januari 2015 Matius 2 : 1 12 1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma KAMIS DALAM PEKAN SUCI 1. Seturut tradisi Gereja yang sangat tua, pada hari ini dilarang merayakan misa tanpa umat. Misa Krisma 2. Pemberkatan minyak orang sakit dan minyak katekumen serta konsekrasi minyak

Lebih terperinci

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis BAHAN RENUNGAN (untuk kalangan sendiri) Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis semakin beriman, semakin bersaudara dan berbela rasa Kata Pengantar Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Sesungguhnya tujuan pembaruan karismatik bukan lain daripada tujuan hidup Kristiani pada umumnya, yaitu

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

Pembaptisan Air. Pengenalan

Pembaptisan Air. Pengenalan Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 :

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 : 1 Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 40 : 1-5. 9-11 Kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Beginilah

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8 Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

Written by Tim carmelia.net Published Date

Written by Tim carmelia.net Published Date Pada masa akhir hidupnya, Paus Yohanes Paulus II menetapkan tahun Ekaristi yang dimulai pada bulan Oktober tahun 2004 sampai bulan Oktober tahun 2005. Hal ini menunjukkan suatu kecintaan yang luar biasa

Lebih terperinci

Surat Yohanes yang pertama

Surat Yohanes yang pertama 1 Surat Yohanes yang pertama Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman a yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan. Kami sudah

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR

Lebih terperinci

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III GAGASAN POKOK Arus jaman membuat manusia (juga umat Kristiani) seringkali hidup dalam budaya individualisme: Segala hal berpusat hanya pada

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya Gereja Ada gedung-gedung dan katedral indah, pos penginjilan dan bangunan sederhana yang memakai nama "Gereja". Bangunan-bangunan itu mempunyai menara, salib, dan lonceng yang mempunyai caranya sendiri

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

001 Prolog (1-25) umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen".

001 Prolog (1-25) umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen. 001 I. KEHIDUPAN MANUSIA MENGENAL DAN MENCINTAI ALLAH 1 Allah dalam Dirinya sendiri sempurna dan bahagia tanpa batas. Berdasarkan keputusan-nya yang dibuat karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan

Lebih terperinci

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: )

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: ) TAHN B - Hari Minggu Paskah V 10 Mei 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Kis 10:25-26. 34-35. 44-48) Karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul Sekali

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

Surat 2 Yohanes (Bagian 102) Wednesday, September 21, 2016

Surat 2 Yohanes (Bagian 102) Wednesday, September 21, 2016 Surat 2 Yohanes (Bagian 102) Wednesday, September 21, 2016 Pelita Ketujuh: Persekutuan dan sukacita yang benar dan sempurna 2 Yoh. 1:12-13 1:12 Sungguhpun banyak yang harus kutulis kepadamu, aku tidak

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL GEREJA

BAB I MENGENAL GEREJA BAB I MENGENAL GEREJA 1 STANDAR KOMPETENSI Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan ber-gereja sesuai dengan

Lebih terperinci

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER 2 Pelajaran 12. Sakramen Bapis 1) Ada 7 sakramen yang diakui oleh Gereja, yaitu: a) Sakramen Bapis b) Sakramen Ekarisi c) Sakramen Krisma d) Sakramen

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

PENGENALAN AKAN ROH KUDUS

PENGENALAN AKAN ROH KUDUS Sebagai orang yang sudah percaya harus mengetahui kebenaran tentang siapakah Roh Kudus itu maupun pekerjaannya. 1. Jelaskan bagaimanakah caranya supaya kita dapat menerima Roh Kudus? - Efesus 1 : 13-14

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis. 4 : 32-35) Mereka sehati dan sejiwa. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis. 4 : 32-35) Mereka sehati dan sejiwa. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul TAHN B - Hari Minggu Paskah II 12 April 2015 LITRGI SABDA Bacaan pertama (Kis. 4 : 32-35) Mereka sehati dan sejiwa. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul Kumpulan orang yang telah percaya akan Yesus sehati

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M Pendahuluan Dalam suatu adegan yang mengharukan

Lebih terperinci

Pelajaran 8. Yesus Adalah Penguasa Ajaib. suatu kejadian di tempat jauh - "disana". Kata orang" ada tanda ajaib di desa

Pelajaran 8. Yesus Adalah Penguasa Ajaib. suatu kejadian di tempat jauh - disana. Kata orang ada tanda ajaib di desa Pelajaran 8 Yesus Adalah Penguasa Ajaib Apakah tanda ajaib atau mujizat itu? Kita sering mendengar berita tentang mujizat-mujizat yang terjadi di dunia ini. Biasanya berita itu adalah mengenai suatu kejadian

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria Defenisi Gereja menurut Alkitab Di terjemahkan dari bahasa Yunani ekklesia, yang berarti dipanggil keluar. Ungkapan ini pada umumnya digunakan untuk orang yang mengadakan pertemuan apa saja. Di Perjanjian

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria Seberapa pentingkah Baptisan itu? Baptisan merupakan satu aspek pembenaran di mana semua orang dapat turut serta. Sejak Kristus, Seorang yang Tanpa Dosa itu, dibaptiskan untuk menggenapkan seluruh kehendak

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN Dari Kisah 2 kita tahu bahwa ketika seseorang dibaptis, Tuhan menambahkan dia kepada gereja-nya. Nas lain yang mengajarkan

Lebih terperinci

Bisa. Mengajar. Merupakan Pelayanan

Bisa. Mengajar. Merupakan Pelayanan Mengajar Bisa Merupakan Pelayanan Tahukah saudara bahwa Allah menginginkan saudara menjadi guru? Dalam pelajaran ini saudara akan belajar bahwa demikianlah halnya. Saudara akan belajar mengapa Allah menghendaki

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

BAB III GEREJA DAN SAINS

BAB III GEREJA DAN SAINS BAB III GEREJA DAN SAINS Modul ke: Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. Gereja dan Sains GEREJA SAINS 2 B. Pengertian Gereja Kata 'ekklesia'

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Level 2 Pelajaran 4 PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pentingnya gereja Kristus. Saya ingin bacakan ayat dari Ibrani 10:25. Ayat itu berkata, Janganlah kita menjauhkan

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (6/6)

Seri Kedewasaan Kristen (6/6) Seri Kedewasaan Kristen (6/6) Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Bersaksi dan Memuridkan Orang Lain Kode Pelajaran : OKB-T06 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

Thn A Hari Minggu Biasa III - 22 Januari 2017

Thn A Hari Minggu Biasa III - 22 Januari 2017 1 Thn A Hari Minggu Biasa - 22 Januari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 96 : 1, 6 Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, bernyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi. Keagungan dan semarak ada di hadapan-nya, kekuatan

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria ANUGERAH ALLAH YANG MENYELAMATKAN Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam persatuan dengan Pencipta

Lebih terperinci

The State of incarnation : Exaltation

The State of incarnation : Exaltation The State of incarnation : Exaltation (Keadaan Kemuliaan Kristus) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Mat. 28:1-10 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT? (Penafsiran: Pelajaran,

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

Gereja Membaptis Orang Percaya

Gereja Membaptis Orang Percaya Gereja Membaptis Orang Percaya Beberapa tahun lalu di daratan Cina ada beberapa orang Kristen yang sedang membicarakan pandangan berbagai gereja tentang baptisan. Salah seorang pemimpin awam mengatakannya

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN Bagian Satu 11 Kompendium Katekismus Gereja Katolik *************************************************************** BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN 12 Kompendium 14 Kompendium Lukisan ini menggambarkan tindakan

Lebih terperinci

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA 1 Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LTRG SABDA Bacaan Pertama Ams. 8 : 22-31 Sebelum bumi ada, kebijaksanaan sudah ada. Bacaan diambil dari Kitab Amsal: Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALO ONG KABUPATEN NUNUKANN S K R I P S I Diajukan untuk

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI Yoh 14: Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI Yoh 14: Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI Yoh 14:23-29 FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI 2016 (23) Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya

Lebih terperinci

2

2 Pk. 17.00 WIB 2 3 4 5 6 7 8 9 PELAYANAN BAPTISAN KUDUS DEWASA, BAPTIS ANAK, PENGAKUAN PERCAYA (SIDI), PENERIMAAN ANGGOTA & PEMBARUAN PENGAKUAN PERCAYA PENGANTAR PF : Dalam kebaktian hari ini akan dilayankan

Lebih terperinci

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB Kasih Allah Untuk Orang Berdosa Hari ini kita mau belajar tentang kasih Allah. Untuk menghargai kasih Allah kepada kita, kita harus pertama-tama

Lebih terperinci

SAKRAMEN (Pertemuan keempat) Membandingkan pelaksanaan sakramen di berbagai gereja dengan pengajaran Alkitab (C.4)

SAKRAMEN (Pertemuan keempat) Membandingkan pelaksanaan sakramen di berbagai gereja dengan pengajaran Alkitab (C.4) SAKRAMEN (Pertemuan keempat) Membandingkan pelaksanaan sakramen di berbagai gereja dengan pengajaran Alkitab (C.4) Tujuan Pembelajaran Memahami makna sakramen Memahami batasan penetapan sakramen Memahami

Lebih terperinci

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT LAGU PEMBUKA SLAMAT PAGI BAPA S lamat pagi Bapa Tak lupa terima kasih Bapa sudah jaga saya tiap hari Matahari bersinar Burung-burung berkicau Bertambah-tambah

Lebih terperinci

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi PENGAKUAN IMAN RASULI Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal,tuhan kita Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak

Lebih terperinci

Siapakah orang Kristen Baptis dan Apa yang mereka percayai?

Siapakah orang Kristen Baptis dan Apa yang mereka percayai? Siapakah orang Kristen Baptis dan Apa yang mereka percayai? Buku ini menjelaskan mengenai dua belas ajaran dasar dari umat Kristen Baptis. Dasar kepercayaan ini tidak hanya khusus untuk orang Kristen Baptis,

Lebih terperinci

Perjamuan Kudus. Memperingati Kematian Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Perjamuan Kudus. Memperingati Kematian Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks. (021) 65304149 E-mail:

Lebih terperinci

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam persatuan dengan Pencipta mereka. Yesus meninggikan kasih

Lebih terperinci

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

BAB III Tuntutan Ketaatan terhadap Pertumbuhan Gereja

BAB III Tuntutan Ketaatan terhadap Pertumbuhan Gereja BAB III Tuntutan Ketaatan terhadap Pertumbuhan Gereja A. Amanat Agung dan Tuntutan Ketaatan terhadap Pertumbuhan Gereja Amanat Agung Yesus Kristus diterima sebagai tugas atau mandat misi yang disampaikan

Lebih terperinci

MENGAPA BAPTISAN ITU PENTING?

MENGAPA BAPTISAN ITU PENTING? MENGAPA BAPTISAN ITU PENTING? Baptisan merupakan satu aspek pembenaran di mana semua orang dapat turut serta. Sejak Kristus, Seorang yang Tanpa Dosa itu, dibaptiskan untuk menggenapkan seluruh kehendak

Lebih terperinci

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah Apayang Dilakukan oleh Gereja Iuhan untuk Allah Dalam pelajaran 6, kita telah belajar bagaimana orang Kristen saling menolong dalam tubuh Kristus. Dalam Pelajaran 7, kita melihat beberapa kewajiban kita

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

ARTI DOA SYAFAAT Kata Syafaat (Inggris : Intercession ) sendiri berasal dari bahasa Latin: Intercedere

ARTI DOA SYAFAAT Kata Syafaat (Inggris : Intercession ) sendiri berasal dari bahasa Latin: Intercedere DOA SYAFAAT ARTI DOA SYAFAAT Kamus Oxford : doa atau permohonan yang dibuat demi kepentingan orang lain. Definisi lain : doa yang kudus, penuh percaya dan yang terus menerus dimohonkan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Teks Membuka Kitab Suci Perjanjian Baru, kita akan berjumpa dengan empat karangan yang cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita

Lebih terperinci

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi BAB II Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. Pengertian Ekaristi Istilah

Lebih terperinci

Surat Yohanes yang pertama

Surat Yohanes yang pertama 1 Yohanes 1:1 1 1 Yohanes 1:5 Surat Yohanes yang pertama 1 Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman * yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum

Lebih terperinci

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Gereja Tubuh Kristus GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks.

Lebih terperinci