PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALO ONG KABUPATEN NUNUKANN S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Didimus Matheus Nurak NIM: PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

2

3

4 HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan Kepada Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus Kepada Bunda Maria Untuk Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan saya Untuk Umat Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan iv

5 MOTTO Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat 6:33) v

6

7

8 ABSTRAK Judul skripsi SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG, PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG, KABUPATEN NUNUKAN dipilih berdasarkan kenyataan bahwa pemahaman umat stasi Mansalong akan hidup menggereja perlu ditingkatkan. Stasi Mansalong merupakan satu-satunya stasi yang berada di pusat paroki yang memiliki tanggungjawab besar dalam mengembangkan paroki. Untuk itu stasi Mansalong mempunyai harapan besar pada keterlibatan umat dalam hidup menggereja. Namun kenyataannya keterlibatan umat tersebut masih sangat kurang. Umat stasi Mansalong mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di basis, stasi, maupun paroki hanya sekedar rutinitas belaka tanpa ada dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan yang diikuti. Dan yang lebih memprihatinkan adalah jumlah umat yang terlibat dalam kegiatan tersebut sangat sedikit sekitar orang dari ± 200 jiwa jumlah umat stasi Mansalong. Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana umat stasi Mansalong bisa dibantu dalam upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggerejanya melalui katekese umat. Umat stasi Mansalong sebagai stasi induk mempunyai kewajiban untuk mengembangkan Gerejanya melalui suatu bentuk pendampingan iman secara terus menerus yang dapat membantu perkembangan iman mereka. Oleh karena itu, untuk mengkaji lebih lanjut persoalan yang dihadapi umat stasi Mansalong, penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai katekese umat guna mengetahui peran katekese umat dalam hidup menggereja umat. Kemudian, untuk memperoleh gambaran kehidupan menggereja umat stasi Mansalong maka penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa keterlibatan umat dalam hidup menggereja sangat kurang oleh karena berbagai alasan, mulai dari pekerjaan, urusan pribadi, kurangnya pengetahuan, pengaruh teknologi, dan ada pula yang beranggapan bahwa kegiatan gereja tidak mendatangkan materi. Namun demikian, umat stasi Mansalong memiliki harapan melalui kegiatan katekese demi peningkatan hidup menggereja mereka. Maka dari itu, penulis dalam skripsi ini mengusulkan program pendampingan iman melalui katekese umat model SCP (Shared Christian Praxis) sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja baik di basis, stasi, paroki, maupun di masyarakat. Dengan demikian cita-cita stasi Mansalong dapat tercapai dan nilai-nilai Kerajaan Allah dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. viii

9 ABSTRACT The thesis title is THE CONTRIBUTION OF COMMUNITY CATECHESIS AS AN EFFORT TO IMPROVE CATHOLIC COMMUNITY PARTICIPATION IN THE CHURCH LIFE IN MANSALONG DISTRICT, MARY MOTHER OF CARMEL PARISH IN MANSALONG, NUNUKAN REGENCY was chosen based on the fact that Catholic community of Mansalong district understanding about the church life needs to be improved. Mansalong district which located at the parish center to is the only district which has great responsibility in parish development. Hence, Mansalong district have great expectations on the Catholic community involvement in the church life. In fact the involvement of Catholic community is still very less. The Catholic community of Mansalong district only follows activities at the base, district, and parish as routinity without any positive impact. And the more concern is the number of Catholic community who involved in these activities is very few only about people from ± 200 souls the number Catholic community of Mansalong district. Basic problem in this thesis is how the Catholic community of Mansalong district could be assisted in order to increase the involvement of the church life through community catechesis. The Catholic community of Mansalong district as district parent has an obligation to develop his Church through a constantly faith assistance that can help the development of their faith. Therefore, to further examine the problem which is faced by the Catholic community of Mansalong district, the author conducted a literature that comes from Scripture, Church documents, and also the views of experts on community catechesis to determine the role of community catechesis in the church life. Then, to obtain a picture of the church life in Catholic community of Mansalong district the author conducted research by observation, questionnaires, and interviews. Based on the research, the author found that the involvement of Catholic community in the church life very less by various reasons, starting from works, personal affairs, the lack of knowledge, the influence of technology, and some opinions say that the church doesn t bring matters. But the Catholic community of Mansalong district has hope through the activities of catechesis for improving the church life. Therefore, the author is proposing a mentoring program faith through community catechesis model SCP (Shared Christian Praxis) as an effort to improve the involvement of Catholic community in the church life within at the base, district, parish, and in the society. Thus, the aims of Mansalong district can be achieved and the Kingdom of God values can be achieved in the midst of the socities. ix

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah atas rahmat dan kasih-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG KABUPATEN NUNUKAN. Skripsi ini diajukan guna memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang memilki kerinduan dalam mengembangkan Gereja Katolik di manapun berada. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan, dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing utama dan dosen penelitian yang telah setia membimbing, mengarahkan, dan selalu memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir. 2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini. x

11 3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji III dan sekretaris panitia penguji yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini. 4. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis menjalani masa studi. 5. Staf dan karyawan Prodi IPPAK yang turut memberi perhatian dan dukungan bagi penulis. 6. Romo Yulius Dainang Waja, Pr., Romo Paulus Wirasmohadi Soerjo, Pr., dan Romo Agustinus Darwanto, Pr yang telah memberikan dukungan materi dan pengetahuan selama penulis menjalani studi. 7. Ibu Haryati sebagai donatur utama dan Ibu Emil sebagai sekretaris yang telah berkenan membantu membiayai penulis dalam hal pembayaran uang kuliah selama studi. 8. Romo Dionesius Adi Tejo Saputra, Pr selaku Romo paroki Maria Bunda Karmel Mansalong yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Bapak Meleanus, S.Ag dan Bapak Yohanes Pera, S.S. sebagai ketua stasi Mansalong dan bendahara yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk menjalankan penelitian serta informasi berkaitan dengan kehidupan menggereja umat stasi Mansalong. xi

12 9. Umat stasi Mansalong yang telah meluangkan waktu memberikan jawaban dan mencurahkan perasaan sewaktu penulis melakukan penelitian. 10. Mama, papa, kakak, dan adik yang selalu mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa studi. 11. Sayang dan cintaku Agnes Garlosi Kusumaningrum yang selalu setia menemani dan menyemangati penulis serta memberikan dukungan sarana dan prasarana selama studi dan proses penyelesaian skripsi ini. 12. Saudara dan sahabat Bonny Prima Saputra yang telah memberikan ide, gagasan maupun motivasi selama penulis studi dan menyelesaikan skripsi. 13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang telah berjuang bersama-sama dan turut membentuk pribadi serta menjadi bagian dalam hidup penulis. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini dengan ketulusan hati memberikan motivasi, doa maupun kerjasama sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati dan penuh ketulusan, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa pun, terkhusus umat stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel. Yogyakarta, 16 November 2015 Penulis Didimus Matheus Nurak xii

13

14 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiii DAFTAR SINGKATAN... xviii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penulisan... 7 D. Manfaat Penulisan... 8 E. Metode Penulisan... 9 F. Sistematika Penulisan... 9 BAB II KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA A. Katekese Umat Sejarah Katekese Umat Arti Katekese Umat Tujuan Katekese Umat Proses Katekese Umat Kekhasan Katekese Umat Pendamping Katekese Umat xiii

15 a. Kepribadian dan Spiritualitas Pendamping Ketekese Umat b. Pengetahuan Seorang Pendamping Katekese Umat c. Keterampilan Seorang Pendamping Katekese Umat Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu Model Katekese Umat a. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Umat ) Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) ) Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) B. Sumbangan Katekese Umat sebagai Upaya Meningkatkan Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja melalui Empat Tugas Gereja Membangun Persaudaraan (Koinonia) Mengembangkan Pewartaan Kabar Gembira (Kerygma) Menghidupkan Peribadatan yang Menguduskan (Leiturgia) Memajukan Karya Cinta Kasih/Pelayanan (Diakonia) C. Rangkuman Peran Katekese Umat dalam Hidup Menggereja BAB III GAMBARAN KETERLIBATAN UMAT STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG KABUPATEN NUNUKAN DALAM HIDUP MENGGEREJA A. Gambaran Situasi Umum Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan Situasi Geografis Stasi Mansalong Sejarah Singkat Stasi Mansalong Situasi Umat Stasi Mansalong a. Mata Pencaharian Umat b. Segi-segi Kehidupan Umat Karya-karya Pastoral Stasi Mansalong a. Bidang Persekutuan (Koinonia) b. Bidang Pewartaan (Kerygma) c. Bidang Liturgi/Perayaan (Leiturgia) d. Bidang Pelayanan (Diakonia) xiv

16 5. Visi, Misi, dan Strategi Stasi Mansalong a. Visi b. Tantangan-tantangan yang Harus Dihadapi c. Misi d. Strategi B. Penelitian mengenai Keterlibatan Hidup Menggereja Umat Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan Persiapan Penelitian a. Latar Belakang Penelitian b. Tujuan Penelitian c. Jenis Penelitian d. Instrumen Pengumpulan Data e. Responden Penelitian f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu g. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi h. Definisi Konseptual i. Definisi Operasional Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian a. Identitas Responden b. Pemahaman akan Keterlibatan Hidup Menggereja c. Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja d. Kesulitan Umat untuk Terlibat dalam Kegiatan Gereja e. Kegiatan Katekese yang Diharapkan Umat Pendalaman Lebih Lanjut terhadap Hasil Penelitian menurut masing-masing Variabel a. Identitas Responden b. Pemahaman akan Keterlibatan Hidup Menggereja c. Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja d. Kesulitan Umat untuk Terlibat dalam Kegiatan Gereja e. Kegiatan Katekese yang Diharapkan Umat Kesimpulan Hasil Penelitian xv

17 BAB IV UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA UMAT STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG KABUPATEN NUNUKAN A. Pentingnya Keterlibatan dalam Hidup Menggereja bagi Umat Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan B. Upaya Meningkatkan Keterlibatan Hidup Menggereja Umat Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan melalui Katekese Umat Alasan Pemilihan Bentuk Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) a. Tujuan Kegiatan b. Waktu, Tempat, dan Peserta C. Usulan Program Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) untuk Meningkatkan Hidup Menggereja Umat Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan Latar Belakang Program Tema dan Tujuan Program Matriks Usulan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) Contoh Satuan Pendamping Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian... (1) Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian... (2) Lampiran 3: Kuesioner Tertutup dan Semi Terbuka... (3) Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden... (12) Lampiran 5: Transkip Hasil Wawancara 1 Dengan Pengurus Stasi... (21) xvi

18 Lampiran 6: Transkip Hasil Wawancara 2 Dengan Pengurus Stasi... (24) Lampiran 7: Daftar Lagu-lagu Pendalaman Iman Model SCP... (27) Lampiran 8: Cerita Daun-daun dan Orang... (28) Lampiran 9: Teks Kitab Suci... (29) xvii

19 DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Kis Mat Yoh Yeh : Kisah Para Rasul : Matius : Yohanes : Yehezkiel B. Singkatan Dokumen Gereja AA : Apostolicam Actuositatem Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam. Tanggal 18 November CT : Catechesi Tradendae Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini. Tanggal 16 Oktober EG : Evangelii Gaudium Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang Sukacita Injil. Tanggal 24 November xviii

20 KGK : Katekismus Gereja Katolik Terjemahan Indonesia dikerjakan berdasarkan edisi Jerman oleh P. Herman Embuiri, SVD. Tahun LG : Lumen Gentium Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja. Tanggal 21 November 1964 SC : Sacrosanctum Concilium Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci. Tanggal 4 Desember 1963 C. Singkatan Lain Alm APP BKSN D III HP KBG KK : Almarhum : Aksi Puasa Pembangunan : Bulan Kitab Suci Nasional : Diploma III : Hand Phone : Komunitas Basis Gereja : Kepala Keluarga KomKat : Komisi Kateketik KomSos : Komisi Komunikasi Sosial KU KWI OMI OMK : Katekese Umat : Konferensi Waligereja Indonesia : Oblat Maria Imaculata : Orang Muda Katolik xix

21 PAK PIA PKK PKKI SCP SD : Pendidikan Agama Katolik : Pembinaan Iman Anak : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-indonesia : Shared Christian Praxis : Sekolah Dasar SEKAMI : Serikat Kepausan Anak-anak Misioner SK SLTA SLTP SMA SMP Sr : Surat Keputusan : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama : Sekolah Menengah Atas : Sekolah Menengah Pertama : Suster SSpS : Congregatio Missionalis Servarum Spiritus Sancti atau Kongregasi Suster Misi Abdi Roh Kudus S1 TNI TV WKRI : Sarjana : Tentara Nasional Indonesia : Televisi : Wanita Katolik Republik Indonesia xx

22 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iman Katolik sejati adalah iman yang berdasarkan pada Kitab Suci dan Tradisi Gereja yang telah dihidupi oleh Jemaat Perdana sejak dahulu. Mereka telah mewarisi iman akan Yesus Kristus dengan bertekun dalam pengajaran dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42). Mereka bersekutu dan saling berbagi. Inilah bagian dari iman kita sampai saat ini. Dengan beriman berarti manusia menyerahkan dirinya kepada Allah (DV, a. 5 dan KWI, 1996: 127). Penyerahan diri ini mengandung konsekuensi nyata bahwa manusia itu terlibat penuh dalam segala aspek hidup demi tercapai tujuan hidupnya. Orang beriman tidak cukup hanya dengan rajin beribadat dan hidup baik tetapi ia dituntut lebih daripada itu. Orang beriman berarti ia harus mau dipanggil Allah, mau dipakai Allah sebagai alat-nya dan mau menerima Allah sebagai satu-satunya penyelamat sampai pada kehidupan kekal. Oleh karena itu, iman juga perlu diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari lewat suatu bentuk cinta kasih yang aktif. Di sinilah iman mampu mencapai kesempurnaan itu. Sebab tanpa cinta kasih iman tidaklah menjadi sempurna. Iman adalah rasional bukan karena dibuktikan, tetapi karena dipertanggungjawabkan (KWI, 1996: 131). Iman orang Katolik dipertanggungjawabkan melalui wujud hidup menggereja. Dalam arti apa hidup menggereja tersebut? Dalam arti hidup yang senantiasa berpusat pada Yesus Kristus. Di mana setiap sikap, kegiatan dan aktivitas yang dilakukan seseorang

23 2 dalam hidup menggerejanya selalu menampakkan iman akan Yesus Kristus. Dapat dilihat juga melalui tindakan seseorang apabila ia menunjukkan imannya dalam hidup bermasyarakat, maka ia menggereja dalam lingkup masyarakat dan sebaliknya jika ia menunjukkan imannya di dalam lingkup Gereja maka ia menggereja dalam lingkup Gereja. Perlu diingat bahwa batasan hidup menggereja tidak hanya terbatas pada lingkup wilayah teritorial paroki saja. Melainkan hidup menggereja perlu dipahami dalam arti luas dan universal terlebih bukan hanya pada Gereja Katolik saja, tetapi bagi masyarakat umumnya. Sacrosanctum Consilium (SC) artikel 48, Konstitusi tentang Liturgi Suci menyinggung keterlibatan aktif kaum beriman dalam menghadiri misteri iman (misalnya, perayaan Ekaristi, Ibadat Sabda, dan doa bersama) dan tidak menganggap hanya sebatas rutinitas belaka. Umat dituntut untuk aktif ikut ambil bagian dalam perayaan itu, sebagai pemimpin maupun pendukung (koor, lektor, misdinar, pemazmur), sehingga umat benar-benar memahami misteri itu dengan baik dan penuh khidmat. Dengan demikian umat semakin mampu mempersembahkan diri mereka dalam hidup sehari-hari demi kemuliaan Allah. Selain itu, Dekrit Apostolicam Actuositatem (AA) artikel 2, tentang Kerasulan Awam juga menyinggung keterlibatan umat dalam hidup menggereja. Kaum awam dipanggil untuk merasul sesuai dengan kemampuannya melalui Gereja dengan pelbagai cara. Sebagai Umat Allah yang berpusat pada Yesus Kristus, mereka dituntut berperan aktif dalam hidup menggereja, baik dalam lingkup Gereja maupun lingkup masyarakat. Gereja adalah Umat Allah yang hidup di tengah-tengah dunia, maka dari itu Gereja tidak terpisahkan dari dunia. Gereja dan dunia masing-masing

24 3 mengambil bagiannya sendiri untuk saling bahu-membahu mewujudkan Kerajaan Allah di dalam kehidupannya. Dunia adalah tempat tinggal manusia dan di situlah manusia sebagai subyek otonom dunia menyatakan apa yang diimaninya bersama Gereja. Untuk menata dunia menuju pada kesejahteraan umum, Gereja dipanggil oleh Allah sebagai partner kerja dengan semua orang tanpa batas. Artinya mencakup segala aspek hidup manusia dari lingkup kecil hingga lingkup yang paling besar sekalipun. Buku Iman Katolik (KWI, 1996: 452) memberikan gambaran bahwa Gereja adalah suatu lembaga keagamaan yang mempunyai tempat dan peranannya dalam masyarakat, sehingga sebagai keseluruhan, Gereja juga dituntut memperlihatkan sikap pelayanan Kristus. Artinya, jika Gereja ingin memperlihatkan sikap pelayanan Kristus kepada masyarakat, Gereja semestinya tampil sebagai Gereja yang memasyarakat. Visi ini perlu direalisasikan oleh Gereja sebagai Umat Allah dalam bentuknya yang konkret yakni dalam hidup menggereja itu sendiri di tengah-tengah masyarakat. Berbicara mengenai Gereja yang memasyarakat tentu tidak lepas dari keberadaan sebuah paroki. Mengapa demikian? Karena paroki itu sendiri berada di dalam masyarakat dan di situlah Gereja tersebut mampu mewujudnyatakan jati diri sesungguhnya. Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong merupakan salah satu paroki yang berada di wilayah Keuskupan Tanjung Selor Kabupaten Nunukan dengan jumlah stasi terbanyak (ada 24 stasi) yang jaraknya cukup jauh dari satu stasi ke stasi yang lainnya. Sebagai paroki yang memiliki banyak stasi, paroki ini ditantang mewujudkan Gereja yang sesuai dengan visi Gereja Indonesia. Gereja tidak hanya mengusahakan perkembangan secara internal tetapi juga ditantang

25 4 untuk memberikan kesaksian demi perkembangan hidup bersama di tengahtengah masyarakat. Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong hingga sekarang telah berusia 25 tahun, namun selama usia ini tidak banyak mengalami perkembangan, khususnya dalam hal iman yang tampak dalam perwujudan nyata. Selama tinggal di paroki ini, penulis mendapat kesan bahwa pemahaman umat mengenai keterlibatan dalam hidup menggereja masih sangat terbatas. Kegiatan hidup menggereja hanya sebatas kegiatan Gereja yang kudus, khususnya bidang intern gerejani. Kesan ini penulis jumpai dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh umat stasi Mansalong yang juga menjadi pusat paroki. Dapat dibayangkan, jika di stasi yang berada satu wilayah dengan pusat paroki saja keadaannya seperti itu, apalagi di stasi-stasi lain yang letaknya lebih jauh dari pusat paroki. Di stasi Mansalong, kehidupan umat masih berorientasi pada kegiatan-kegiatan di sekitar altar, antara lain: doa Rosario, Misa Mingguan hanya sekali, Misa pada hari-hari besar saja, dan pendalaman iman hanya pada saat Bulan Kitab Suci Nasional. Corak kehidupan umat seperti ini menunjukkan bahwa bentuk hidup menggereja umat belum mengarah pada pembangunan Gereja yang memasyarakat. Stasi Mansalong merupakan stasi yang letaknya ada di pusat paroki, tentunya stasi ini memiliki tanggungjawab yang besar. Stasi ini harus mampu memberikan teladan bagi stasi-stasi lain karena faktor letaknya yang satu wilayah dengan paroki dan dianggap sebagai stasi tuan rumah. Oleh karena itu, stasi ini ditantang untuk menjadi ragi di tengah-tengah masyarakat. Masalah ekonomi, pendidikan, perbedaan etnis pribumi dan pendatang, kemiskinan, lingkungan

26 5 hidup, pengangguran, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tantangan bagi hidup menggereja umat setempat. Melihat permasalahan di atas, maka perlu dilakukan sebuah usaha guna meningkatkan pemahaman umat di stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong berkaitan dengan hidup menggereja. Hidup menggereja tidak hanya sebatas terlibat di dalam gereja melainkan secara nyata dalam hidup menggereja yang terbuka bagi masyarakat luas. Jika kedua hal berjalan dengan seimbang maka apa yang menjadi harapan Gereja dapat terwujud. Peningkatan kualitas hidup menggereja umat dapat dilakukan melalui katekese sebagai salah satu bentuk pembinaan iman demi menjawab keprihatinan tersebut. Tujuan katekese bukan hanya membantu umat memiliki dasar iman yang kuat, memperkembangkan hidup spiritual umat, dan membangun communio umat. Memang ketiga aspek di atas penting tetapi yang lebih dari itu, yakni mengarah pada reformasi dan transformasi sosial di tengah-tengah hidup umat dan masyarakat demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Dalam tugas pembinaan iman, katekese merupakan salah satu pokok yang menjadi proses pembinaan iman itu sendiri. Katekese yang menjadi tonggak utama meluasnya Gereja di tengah dunia ini, muncul dan hidup di tengah-tengah umat, di mana katekese adalah dari umat, oleh umat dan untuk umat. Katekese ini sering disebut sebagai katekese umat yang juga menjadi proses yang terus berkelanjutan dalam PKKI (Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-indonesia). Hal ini juga menjadi kelanjutan dari gambaran Gereja masa kini yang di antaranya adalah Gereja sebagai Umat Allah. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Tuhan dan dunia (Lalu, 2007: 70). Dan dalam katekese umat diwujudkan

27 6 secara konkret persekutuan umat yang berbeda status sosial, budaya, fungsi, tetapi sama dalam martabatnya (Lalu, 2007: 71). Katekese umat merupakan katekese yang berbicara tentang umat yang menjadi subyek dalam proses katekese dan semua peserta katekese adalah sederajat. Artinya bahwa tidak ada yang diunggulkan ataupun yang direndahkan. Oleh karena itu, diharapkan dalam katekese umat ini terjadi suatu komunikasi iman dari tiap umat yang pada akhirnya akan semakin memperteguh dan memperdalam iman serta menjadikannya sebagai saksi Kristus. Inilah yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar proses katekese selalu mengarah pada perwujudan iman umat dalam keterlibatan hidup menggereja. Selama tinggal di stasi Mansalong, kesan penulis bahwa pelaksanaan katekese di stasi Mansalong kurang mendapat tempat. Pelaksanaan katekese dilaksanakan pada saat Bulan Kitab Suci Nasional saja. Tema yang diangkat tidak sesuai dengan kondisi hidup umat setempat melainkan mengikuti tema yang disiapkan oleh Keuskupan. Sarana yang digunakan sangat terbatas. Tenaga maupun pengetahuan akan katekese pun masih terbatas. Padahal kita tahu bahwa suksesnya pelaksanaan katekese umat tergantung pada beberapa aspek yang disebutkan di atas. Berdasarkan latar belakang dan keprihatinan yang ada, penulis tertarik untuk menyumbangkan sebuah pemikiran demi meningkatkan arah hidup menggereja umat agar lebih memasyarakat melalui penulisan skripsi ini dengan judul SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA

28 7 KARMEL MANSALONG KABUPATEN NUNUKAN. Penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksanaan katekese di stasi Mansalong. Penulis berharap pelaksanaan katekese dapat membawa perubahan sikap umat yang diwujudkan melalui keterlibatan umat dalam hidup menggereja sesuai dengan visi dan misi Gereja. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa sumbangan katekese umat untuk hidup menggereja umat? 2. Sejauh mana umat stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan terlibat dalam hidup menggereja? 3. Bagaimana katekese model Shared Christian Praxis (SCP) digunakan sebagai jalan untuk meningkatkan keterlibatan umat stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan dalam hidup menggereja? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka ada beberapa rumusan tujuan: 1. Menguraikan sumbangan katekese umat untuk hidup menggereja umat. 2. Mengungkapkan permasalahan yang dihadapi umat stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong dalam hidup menggerejanya. 3. Memberi sumbangan pemikiran melalui katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) untuk membantu meningkatkan keterlibatan umat

29 8 stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan dalam hidup menggereja. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Praktis Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Secara akademis, skripsi ini memberikan kontribusi bagi pengetahuan dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan katekese umat yang nantinya akan membawa dampak positif terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja. b. Skripsi ini sebagai masukan bagi paroki khususnya para katekis untuk memacu mereka dalam usaha meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja. c. Paroki diharapkan mampu mempergunakan hasil-hasil pemikiran dalam skripsi ini yaitu sebagai bahan untuk memperluas wawasan para katekis sehingga memiliki kemampuan lebih dalam berkatekese. d. Sebagai calon katekis, penulis semakin diperkaya sehingga mampu mendesain katekese umat yang sungguh kontekstual dan menarik. 2. Manfaat Teoritis Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai katekese umat guna meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja b. Sebagai sumbangan pustaka ilmiah, khususnya dalam bidang katekese umat.

30 9 E. Metode Penulisan Dalam penulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yang bertujuan untuk memaparkan cara hidup menggereja secara umum yang diangkat melalui studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan situasi umat stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong dalam keterlibatan hidup menggereja. Guna mengetahuinya, penulis akan melaksanakan penelitian di stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong. Melalui data yang diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan merumuskan sumbangan pemikiran mengenai katekese umat yang dapat membantu umat guna meningkatkan keterlibatan dalam hidup menggereja mereka. F. Sistematika Penulisan Pada bab I, penulis akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II membahas ketekese umat sebagai upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja. Bab ini berisi sejarah katekese umat, arti katekese umat, tujuan katekese umat, proses katekese umat, kekhasan katekese umat, pendamping katekese umat, Shared Christian Praxis (SCP) sebagai salah satu model katekese umat, dan sumbangan katekese umat untuk hidup menggereja umat melalui pembangunan persaudaraan (koinonia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (kerygma), menghidupkan peribadatan yang menguduskan (leiturgia), dan memajukan karya cinta kasih/pelayanan (diakonia). Kemudian, rangkuman peran katekese umat dalam hidup menggereja.

31 10 Bab III memberikan gambaran keterlibatan umat stasi Mansalong dalam hidup menggereja. Bab ini berisi gambaran situasi umum umat stasi Mansalong, penelitan mengenai cara hidup menggereja umat stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong, penelitian mengenai keterlibatan hidup menggereja umat stasi Mansalong, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut terhadap hasil penelitian menurut masing-masing variabel, dan kesimpulan hasil penelitian. Bab IV membahas upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja umat stasi Mansalong yang dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama mendalami pentingnya keterlibatan dalam hidup menggereja. Bagian kedua menguraikan upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja melalui katekese umat. Bagian ketiga berisi usulan program katekese umat model SCP untuk meningkatkan hidup menggereja umat stasi Mansalong, yang di dalamnya terdapat latar belakang program, tema dan tujuan program, matriks usulan katekese umat model SCP, dan contoh satuan pendampingan katekese umat model SCP. Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada pihak stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong.

32 11 BAB II KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai katekese umat sebagai upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab II ini adalah apa sumbangan katekese umat untuk hidup menggereja umat. Bab II merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi menjadi tiga pokok bahasan, yakni pada pokok bahasan pertama menjelaskan tentang katekese umat. Pokok bahasan kedua menjelaskan tentang fungsi katekese umat, dan ketiga rangkuman peran katekese umat dalam hidup menggereja. Pokok bahasan pertama berisi penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan katekese umat, yakni sejarah katekese umat, arti, tujuan, proses, kekhasan, peserta, pendamping, dan Shared Christian Praxis (SCP) sebagai salah satu model katekese umat beserta pengertian dan langkah-langkahnya. Pokok bahasan kedua, penulis akan menjelaskan sumbangan katekese umat mencakup empat tugas Gereja, yakni menghadirkan dan membangun persekutuan (koinonia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (kerygma), menghidupkan peribadatan yang menguduskan (leiturgia), serta memajukan karya cinta kasih atau pelayanan (diakonia). Dan ketiga menguraikan rangkuman peran ketekese umat dalam hidup menggereja umat.

33 12 A. Katekese Umat 1. Sejarah Katekese Umat Gagasan utama yang menyertai pemikiran tentang katekese yang dibicarakan pada rapat MAWI 1976 adalah Kayakinan, bahwa iman kita pada hakikatnya adalah jawaban manusia kepada tawaran serta tindakan penyelamatan Allah (Setyakarjana, 1997: 1). Pernyataan ini mengandung arti bahwa dalam setiap keadaan hidup manusia selalu menerima tawaran penyelamatan dari Allah yang mengharapkan jawaban manusia. Keadaan hidup masyarakat, dalam setiap masa terus berganti, baik di masa silam, kini, dan akan datang. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas Gereja, umat beriman seluruhnya untuk terus-menerus memupuk dan membina iman saudara-saudaranya agar betul-betul merupakan jawaban terhadap tawaran dan tindakan penyelamatan Allah yang selalu bermakna dan memadai. Usaha pelayanan iman seperti itu dilaksanakan oleh Gereja melalui katekese sebagai karya pendidikan iman. Majelis Agung Waligereja Indonesia mengajak seluruh Umat Allah di Indonesia bersama-sama memikirkan mengenai katekese yang dipahami sebagai pendidikan iman Kristiani. Para bapak dan ibu, pemuda dan pemudi, para imam, para katekis, guru agama dan saudara-saudari Katolik semuanya, tidak ada yang dikecualikan, semua diajak untuk bertukar pikiran mengenai pendidikan iman Kristiani. Maka, pada tahun 1977 diselenggarakan oleh Komisi Kateketik MAWI pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-indonesia pertama (PKKI I), guna mencari dan membahas arah katekese yang cocok sesuai dengan konteks hidup Gereja di Indonesia. Pertemuan ini dihadiri oleh para utusan dari masing-masing keuskupan di Indonesia dan dilaksanakan di Sindanglaya. Lewat diskusi-diskusi

34 13 yang hangat dari para peserta, akhirnya mulai muncul gagasan tentang suatu bentuk katekese yang melibatkan seluruh umat katekese oleh umat, dari umat, dan untuk umat (Lalu, 2007: 10). Dengan kata lain bentuk katekese yang melibatkan seluruh umat. Umatlah yang menjadi penggagas, pelaksana, dan sekaligus penikmat hasilnya. Hasil dari pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-indonesia pertama (PKKI I) ini, kemudian mulai digalakkan di masing-masing Keuskupan, namun belum sampai menemukan kejelasan arti katekese itu sendiri. Segala hal yang berkaitan dengan pendidikan iman semuanya disebut katekese umat. Oleh karena itu, pada tahun 1980 diadakan pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-indonesia kedua (PKKI II) di Klender demi memperjelas arti katekese umat itu sendiri. Dari hasil pertemuan PKKI II ini, disepakati rumusan katekese untuk Indonesia yakni Katekese Umat yang diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman antar anggota jemaat/kelompok. Dalam katekese umat tekanan terutama diletakan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. 2. Arti Katekese Umat Kesepakatan tentang arti katekese umat yang dijadikan arah katekese di Indonesia ditegaskan dalam Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-indonesia II di Klender 29 Juni 5 Juli 1980 (KomKat KWI, 1993: 9). Dalam pertemuan ini, katekese umat dimengerti sebagai: Komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui

35 14 kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masingmasing diteguhkan dan dihayati semakin sempurna. Rumusan di atas menegaskan bahwa katekese umat merupakan komunikasi iman. Komunikasi iman ini bukan saja antara pembimbing dengan peserta, tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta itu sendiri. Yang dikomunikasikan dalam katekese umat adalah penghayatan iman, bukan pengetahuan akan rumusan iman yang sering kali tidak relevan dengan keadaan atau situasi umat pada saat itu. Arti katekese umat di atas juga menunjukkan bahwa yang berkatekese itu adalah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus saling percaya dan menghargai. Katekese umat merupakan komunikasi iman atau pengamalam hidup umat yang saling bersaksi satu sama lain akan iman mereka, dan di situ diharapkan peserta berdialog dalam suasana penuh keterbukaan, saling mendengarkan dan menghargai. Rumusan katekese umat dalam PKKI II tersebut, dikembangkan lagi oleh Afra Siauwarjaya melalui buku Membangun Gereja Indonesia II sebagai berikut: Usaha umat secara terencana untuk saling menolong mengartikan hidup nyata dalam terang Yesus Kristus sebagaimana telah dihayati dalam Tradisi Gereja, agar kelompok makin mampu mengungkapkan dan mewujudkan imannya dalam hidup nyata (Siauwarjaya, 1987: 38-39) Katekese umat itu sendiri adalah usaha umat. Dalam arti mengajak umat untuk saling tolong menolong, bersikap bebas, terbuka dan jujur menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka yang konkret. Iman personal yang dikembangkan dalam katekese umat adalah iman yang dihayati Gereja dalam

36 15 Tradisi. Maka dari itu, dalam usaha saling tolong menolong, secara bebas, terbuka dan jujur mengartikan hidup nyata, Kitab Suci perlu mendapat tempat yang sentral. Katekese umat juga mengajak peserta untuk saling tolong menolong menyadari kehadiran Allah maupun kehendak Allah dalam hidup konkret. Hidup konkret ini merupakan medan penghayatan iman kalau dimaknai dengan terang iman arahnya jelas yakni menuju pada perwujudan iman. Dengan demikian iman yang dihayati Gereja dalam Tradisi Gereja semakin bermakna dan berkembang baik secara pribadi maupun secara bersama dalam masyarakat (Siauwarjaya, 1987: 40) Pada dasarnya, di dalam katekese umat hidup konkret diartikan sebagai penghayatan relasi umat dengan Yesus Kristus. Relasi itu sekaligus menuntut keterlibatan umat dalam pelaksanaan pengutusan Allah dalam segala dimensi hidup manusia (Siauwarjaya, 1987: 42). Berangkat dari relasi itu, umat diajak untuk senantiasa memusatkan perhatian dan solider dengan kaum tertindas, miskin serta mampu menegakkan keadilan bagi mereka dengan perkataan dan tindakan. Melalui keterlibatan konkret itulah umat menjadi tanda keselamatan bagi semua orang. 3. Tujuan Katekese Umat Katekese umat yang dipahami sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman memiliki tujuan yang dirumuskan pada saat pelaksanaan PKKI II. Tujuan katekese umat (KomKat KWI, 1993: 10) tersebut adalah sebagai berikut:

37 16 1) Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari; 2) Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari; 3) Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita; 4) Pula kita semakin bersatu dengan Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; 5) Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. Rumusan tujuan di atas merupakan rumusan yang memiliki sorotan pandangan tujuan katekese umat dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Jika dilihat dengan saksama maka akan nampak tiga bagian penting alur tujuan yang hendak dikembangkan. Pada bagian pertama dan poin satu sampai tiga lebih menyoroti iman peserta secara pribadi. Kemudian pada bagian kedua poin empat menyoroti perkembangan iman dalam komunitas. Dan bagian ketiga atau poin lima lebih menegaskan tujuan Gereja berpuncak pada hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, tujuan katekese umat bukan hanya bersifat personal tetapi juga bersifat eklesial yakni demi kepentingan bersama dan Gereja universal. Dan yang menjadi tugas orang Kristiani adalah mewujudnyatakan suatu tindakan konkret di tengah-tengah dunia yang didasari oleh sikap dan tindakan Yesus Kristus sebagai pusatnya. Tindakan umat diharapkan juga sampai pada suatu perubahan atau transformasi sosial sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah yang diperjuangkan oleh Yesus sebagai pusat iman umat benar-benar nyata di dunia. Ini adalah sebuah tugas dan tanggungjawab sebagai saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat yang serba kompleks. Dengan demikian umat diharapkan semakin sadar dalam menempatkan pengalaman religius ke dalam hidupnya sebagai bagian

38 17 sejarah penyelamatannya. Selain itu, umat juga disadarkan untuk senantiasa terlibat dalam pembangunan Gereja. Betul melakukan tugas pewartaan mengenai Kristus yakni dengan melaksanakan tugas-tugas Gereja tetapi ingat bahwa Gereja sendiri bukanlah tujuan itu sendiri, melainkan sebagai sarana bagi umat untuk memberi kesaksian tentang Kristus. Yang terpenting adalah tercapainya cita-cita surgawi di dunia yakni terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Tujuan katekese umat juga ditegaskan oleh Afra Siauwarjaya (1987: 42), sebagai usaha umat untuk saling menolong agar semakin mampu mengungkapkan dan melaksanakan imannya dalam hidup nyata. Penghayatan iman tidak hanya dinyatakan dalam ungkapan saja, tetapi lebih-lebih dilaksanakan dalam tindakan konkret. Iman yang sungguh-sungguh dihayati semakin membuat orang terdorong untuk ambil bagian dalam hidup menggereja juga sekaligus dalam setiap usaha mewujudkan keadilan, perdamaian, cinta kasih dan kerukunan. Iman betul-betul real jika iman tersebut dilaksanakan dalam hidup nyata dengan demikian cita-cita akan pembangunan hidup beriman jemaat berdasarkan nilai-nilai injili baik secara personal maupun bersama akan tercapai. 4. Proses Katekese Umat Proses katekese umat mengikuti siklus pastoral yang ada pada umumnya yakni lebih pada mengolah pengalaman umat yang diharapkan menjadi pengalaman iman yang luar biasa, yang dapat menguatkan dan meneguhkan satu sama lain. Pengalaman iman umat ini kemudian diwujudkan dalam hidup seharihari selanjutnya. Menurut Yosef Lalu ada tiga langkah besar dalam pelaksanaan katekese umat yakni: pemetaan masalah, merefleksikan dengan terang Injil; dan

39 18 terakhir mengusahakan aksi (Lalu, 2007: ). Untuk lebih jelasnya ketiga langkah tersebut akan dibahas di bawah ini. a. Langkah Pertama Langkah ini bertujuan mengamati dan menyadari fenomena yang telah terjadi dalam masyarakat atau pengalaman konkret umat. Pengalaman konkret ini hendaknya diamati, didalami dan dianalisis supaya sungguh-sungguh disadari secara utuh. b. Langkah Kedua Langkah ini bertujuan menyadari dan merefleksikan fenomena tersebut atau pengalaman konkret dan menganalisis dalam terang Injil. c. Langkah Ketiga Langkah ini bertujuan memikirkan dan merencanakan suatu aksi atau tindakan nyata untuk dilaksanakan setelah menganalisis melalui terang Injil. Ketiga langkah di atas tentunya menyangkut proses katekese umat itu sendiri. Sifat dari proses itu adalah dinamis. Artinya proses tersebut berjalan dengan mantap, penuh semangat, mengalir dan tidak ada yang sia-sia tetapi penuh makna. Jadi, proses akan berkembang apabila tetap mengikuti langkah-langkah yang ada secara bertahap. Antara tahap pertama dan seterusnya akan saling berhubungan serta mempunyai relasi dengan tahap yang lain dan juga tidak dapat dipisahkan antara tahap yang satu dengan lainnya. 5. Kekhasan Katekese Umat Telah diuraikan dengan jelas di atas bahwa katekese umat merupakan komunikasi iman. Komunikasi iman adalah salah satu kekhasan katekese umat.

40 19 Ini merupakan usaha umat untuk saling mengarahkan, mengembangkan, dan menumbuhkan imannya. Komunikasi iman seperti apakah itu? Tentu komunikasi iman yang melibatkan peserta (umat). Melalui sharing pengalaman, peserta yang hadir saling berbagi dan melengkapi pengalaman iman mereka sehingga iman mereka semakin diteguhkan dan diperkaya. Mereka berkumpul bersama-sama untuk menggali dan menanggapi pengalaman hidupnya. Pengalaman hidup inilah yang dihayati sebagai pengalaman iman akan Yesus Kristus. Katekese umat memiliki kekhasan tersendiri yakni komunikasi iman dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Hasil PKKI II merumuskan bahwa yang berkatekse adalah umat itu sendiri... (KomKat KWI, 1993: 9), ini berarti bahwa yang menjadi kekhasan katekese umat maupun pesertanya adalah umat itu sendiri. Kedua hal tersebut sama-sama menempatkan umat sebagai subjek utama dalam katekese. Umat harus terlibat aktif dan memiliki inisiatif, sehingga proses katekese umat menjadi lebih hidup dan menarik. Tentunya, sebagai pelaku utama dalam katekese umat, umat ditantang mengolah dan menanggapi persoalan yang dihadapi. Melalui komunikasi, situasi yang dihadapi akan ditanggapi bersama dalam iman yang Kristosentris. Peserta katekese saling membantu manggali makna hidup dalam terang Kitab Suci dan diperkaya melalui sharing pengalaman. Dengan demikian setiap umat semakin dapat menemukan karya keselamatan Allah yang nampak dalam diri Yesus Kristus melalui pengalaman konkret mereka. PKKI II merumuskan yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula pola kehidupan kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam

41 20 kelompok-kelompok basis maupun di sekolah atau perguruan tinggi (KomKat KWI, 1993: 9). Rumusan di atas memperjelas siapa peserta katekese umat itu. Semua orang beriman sama artinya dengan seluruh Gereja, yang mana kita pun tahu bahwa katekese itu sendiri tidak ditujukan hanya kepada sebagian umat saja. Tetapi katekese ditujukan kepada semua umat yang terpanggil untuk mendalami imannya secara terus-menerus. Dan di dalam katekese umat, umat mengambil perannya masing-masing, baik sebagai peserta maupun pendamping yang bertugas mengarahkan jalannya proses katekese umat tersebut. Tentu peran pendamping katekese umat ini tidak bisa dikesampingkan begitu saja, sebab tanpa pendamping proses katekese umat tidak akan berjalan dengan lancar. Selain itu, rumusan peserta katekese umat tidak selalu menuntut adanya pengelompokan tertentu, tetapi dalam setiap kesempatan umat berkumpul dalam lingkup apapun itu, di situ dapat dilakukan katekese umat. Jadi ditegaskan kembali bahwa peserta katekese umat adalah siapa saja tanpa terkecuali yakni seluruh umat yang telah memilih Kristus sebagai pola hidupnya dan ingin memperkembangkan imannya, mereka dapat mengambil bagian dalam katekese umat itu sendiri. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada katekese sekarang (KomKat KWI, 1993: 9). 6. Pendamping Katekese Umat PKKI II menyampaikan hal yang berhubungan dengan pendamping katekese umat demikian: yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk

42 21 lebih memahami Kristus (Lalu, 2007: 94). Dalam katekese umat, yang bertugas sebagai pendamping adalah umat itu sendiri yang dipilih sebagai pendamping, pemimpin, pengarah atau sering juga disebut sebagai fasilitator guna menciptakan pelayanan katekese umat yang komunikatif. Lokakarya Pembinaan Pembina Katekese Umat yang dilaksanakan di Wisma Kinasih, Caringin Jawa Barat, pada tanggal Februari 1998 membahas tiga unsur pokok yang harus dimiliki seorang pendamping katekese umat, yaitu kepribadian dan spiritualitas pembina katekese umat, pengetahuan pembina katekese umat, dan keterampilan pembina katekese umat (Lalu, 2007: 148). Memang, unsur keterampilan menjadi penting tetapi alangkah baiknya pendamping ketekese umat memiliki keseluruhan hal-hal yang berkaitan dengan pasionnya sebagai seorang pendamping katekese umat. Tiga hal pokok yang ditekankan bagi seorang pendamping katekese umat adalah: a. Kepribadian dan Spiritualitas Pendamping Katekese Umat Kepribadian yang baik dari seorang pendamping katekese umat merupakan cerminan bagi umat. Kepribadian merupakan modal dasar bagi pendamping katekese umat dalam menjalankan tugas perutusannya. Yosef Lalu dalam buku Katekese Umat mengatakan bahwa ada 5 hal yang berkaitan dengan kepribadian seorang pendamping katekese umat, yaitu: 1) Terhadap diri sendiri, seorang pendamping katekese umat hendaknya bersikap jujur, menerima diri seadanya, tidak angkuh, tetapi juga tidak rendah diri. Ia harus mampu menahan diri, misalnya tidak terlalu banyak berbicara supaya umat bisa lebih banyak berbicara. 2) Terhadap sesama, seorang pendamping katekese umat hendaknya

43 22 terbuka, jujur dan rendah hati, memiliki kepekaan dan komitmen, suka membantu sesama, suka mendengar, penuh pengertian, ramah, komunikatif, dan tahu membawa diri. 3) Terhadap situasi, hendaknya kritis tidak terbawa arus, tetapi terbuka, mampu menyesuaikan diri, cekatan membaca tanda zaman, tahan bantingan pada situasi kritis dan sulit. 4) Terhadap tugas, hendaknya mencintai tugas dan merasa terpanggil untuk itu, senantiasa loyal (setia) dan terlibat pada tugas, dan berusaha untuk menjadi professional dalam menjalankan tugas. 5) Terhadap Tuhan, hendaknya percaya pada Tuhan dalam situasi apa saja, akrab dengan Kitab Suci dan kekayaan iman Gereja, senantiasa bersyukur kepada Tuhan dalam untung dan malang, senantiasa berharap pada Tuhan dan penuh semangat optimisme (Lalu, 2007: ). Lokakarya Pembinaan Pembina Katekese Umat yang dilaksanakan di Caringin Jawa Barat, tanggal Februari 1998, merumuskan spiritualitas pendamping katekese umat sebagai Roh (semangat) membantu sesama peserta katekese umat melalui pewartaan iman yang komunikatif, agar bersama-sama mampu mewujudkan Kerajaan Allah, karena kepedulian terhadap Allah dan terhadap sesama (Lalu, 2007: 154). Semangat yang dimiliki oleh pendamping katekese umat harus senantiasa dikembangkan secara terus-menerus sehingga mempunyai kedekatan relasi dengan Allah yang nampak dalam diri Putra-Nya Yesus Kristus. Melalui misteri Paskah yang setiap kali ia rayakan dalam kurban Ekaristi kudus, pendamping katekese umat dilahirkan kembali oleh Roh. Dengan dilahirkan kembali ia memperoleh semangat baru untuk melayani Tuhan dan sesamanya. Maka spiritualitas seorang pendamping katekese umat senantiasa mengikuti jejak

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma KAMIS DALAM PEKAN SUCI 1. Seturut tradisi Gereja yang sangat tua, pada hari ini dilarang merayakan misa tanpa umat. Misa Krisma 2. Pemberkatan minyak orang sakit dan minyak katekumen serta konsekrasi minyak

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM Komisi Kateketik KWI Jakarta 2011 Kurikulum PAK - PTU Kurikulum PAK - PTU 1 4. Iman yang memasyarakat Ajaran Sosial Gereja Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M Pendahuluan Dalam suatu adegan yang mengharukan

Lebih terperinci

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) (Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa Melalui Pangan Sehat Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater,

Lebih terperinci

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik SKRIPSI KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI SALAH SATU USAHA PENINGKATAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis BAHAN RENUNGAN (untuk kalangan sendiri) Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis semakin beriman, semakin bersaudara dan berbela rasa Kata Pengantar Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ LATAR BELAKANG Sesuai Arah Dasar Pastoral KAJ dan Pedoman Reksa Pastoral Komisi Liturgi 2011-2015,maka semua umat

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para Suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Natal, 2013 Natal adalah saat penuh misteri dan

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI KP hlm. 1 Dosen: KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI 612103; 3: 3-0) Semester Genap Tahun Akademik 2013-2014 Universitas Lampung http://staff.unila.ac.id/fxsusilo 1)

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia merupakan bagian dari kesenian atau keindahan yang dihasilkan melalui media bunyi atau suara. Suara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat

BAB I PENDAHULUAN. SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner atau yang lebih dikenal dengan SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat ini didirikan

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 42. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL GEREJA

BAB I MENGENAL GEREJA BAB I MENGENAL GEREJA 1 STANDAR KOMPETENSI Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan ber-gereja sesuai dengan

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS : Pendidikan Agama Katolik : IX/2 : 2 x 40 menit A. Standar : Memahami dan melaksanakan

Lebih terperinci

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: )

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: ) TAHN B - Hari Minggu Paskah V 10 Mei 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Kis 10:25-26. 34-35. 44-48) Karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul Sekali

Lebih terperinci

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang Tahun 2009 Dewan Paroki Santo Yusup - Gedangan Jl. Ronggowarsito 11 Semarang - 50127 Telp. 3552252,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati APP 2013 Pertemuan Pertama Allah Yang Murah Hati Sasaran Pertemuan: Melalui pertemuan ini kita semakin meningkatkan kesadaran kita akan Allah yang murah hati, berbela rasa. Bacaan Pertemuan Pertama: Matius

Lebih terperinci

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya, 1 Tahun C Hari Minggu Prapaskah I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 26 : 4-10 Pengakuan iman bangsa terpilih. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal

Lebih terperinci

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA 1 Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LTRG SABDA Bacaan Pertama Ams. 8 : 22-31 Sebelum bumi ada, kebijaksanaan sudah ada. Bacaan diambil dari Kitab Amsal: Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan

Lebih terperinci

Sukacita kita dalam doa

Sukacita kita dalam doa Sukacita kita dalam doa Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. (John 16:24) Sukacita dalam melayani Allah dan sesama merupakan suatu perwujudan nyata: sesuatu yang spontan, bahkan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI

LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI 2 DI SUSUN OLEH: PETRUS FABER.S.S.Pd Untuk Kalangan sendiri SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 78 JAKARTA Jalan Bhakti IV/1 Komp. Pajak Kemanggisan

Lebih terperinci

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III GAGASAN POKOK Arus jaman membuat manusia (juga umat Kristiani) seringkali hidup dalam budaya individualisme: Segala hal berpusat hanya pada

Lebih terperinci

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI Hlm. 1 Dosen: KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI 612103; 3: 3-0) Semester Ganjil 2016-2017 Universitas Lampung http://staff.unila.ac.id/fxsusilo 1) F.X. Susilo Kantor:

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN (mempelai wanita) & (mempelai pria) Hari...,, Tanggal... Pukul ------- WIB Di... Paroko..., Kota... Dipimpin oleh ------------------------ PERSIAPAN Iringan mempelai bersiap

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1:

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1: 1 Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA Bacaan Pertama 1 Sam. 1:20-22. 24-28 Seumur hidupnya Samuel diserahkan kepada Tuhan. Bacaan diambil dari Kitab Pertama Samuel: Setahun

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Generalat/ Rumah Induk Roma Natal, 2014 Para Suster yang terkasih, Sabda telah menjadi manusia dan berdiam

Lebih terperinci

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Laporan Kongregasi Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND Presentasi saya pagi ini akan berfokus pada tiga bidang. Pertama,

Lebih terperinci

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 EVANGELISASI BARU Rohani, Desember 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Budayanita waktu mengajar agama pada beberapa orang tua yang ingin menjadi Katolik, sering meneguhkan bahwa mereka itu sebenarnya

Lebih terperinci

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Adven III

Th A Hari Minggu Adven III 1 Th A Hari Minggu Adven Antifon Pembuka Flp. 4 : 4-5 Pengantar Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat.. Warta gembira akan tahun rahmat Tuhan

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 :

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 : 1 Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 40 : 1-5. 9-11 Kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Beginilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8 Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap

Lebih terperinci

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA 2010-2019 1. HAKIKAT ARAH DASAR Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan panduan hidup menggereja yang diterima, dihayati dan diperjuangkan bersama oleh segenap umat Keuskupan

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan hakekat keberadaan Gereja sebagai yang diutus oleh Kristus ke dalam dunia, maka gereja mempunyai hakekat yang unik sebagai berikut

Lebih terperinci

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1 Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1 1. Lagu Pembukaan: HAI, ANGKATLAH KEPALAMU (PS 445 / MB 326) http://www.lagumisa.web.id/lagu.php?&f=ps-445 Pengantar Seruan Tobat Saudara-saudari, marilah mengakui

Lebih terperinci

Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10

Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10 1 Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10 Tuhan sendiri datang menyelamatkan kamu. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Padang gurun dan padang kering akan bergirang,

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KEGIATAN

LATAR BELAKANG KEGIATAN PENDAHULUAN Kegiatan Lomba dalam rangka Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional 2015 Berikut kami sadur sejarah BKSN sebagai pendahuluan. Saudara saudari terkasih dalam Kristus, bagi umat Katolik di Indonesia,

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

Pokok-Pokok. Iman. Gereja. Pendalaman Teologis Syahadat. Emanuel Martasudjita, Pr

Pokok-Pokok. Iman. Gereja. Pendalaman Teologis Syahadat. Emanuel Martasudjita, Pr Pokok-Pokok Iman Gereja Pendalaman Teologis Syahadat I Emanuel Martasudjita, Pr Daftar lsi Kata Pengantar... Daftar Singkatan............................ Syahadat Para Rasul - Symbolum Apostolicum Syahadat

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah: 1 PERAN PIMPINAN DALAM HIDUP MEMBIARA Musyawarah PRR, Lebao, Flores Timur, 18 Desember 2015 Paul Suparno, SJ Abstrak Peran pimpinan bagi perkembangan kongregasi sangat penting. Maju tidaknya kongregasi

Lebih terperinci

GEREJA INDONESIA DAN PENDIDIKAN

GEREJA INDONESIA DAN PENDIDIKAN 1 GEREJA INDONESIA DAN PENDIDIKAN Seminar Peringatan Konsili Vatikan II Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 23 April 2013 Paul Suparno, S.J. Pendahuluan Konsili Vatikan II telah mengeluarkan

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HIERARKI DAN AWAM

BAB IV HIERARKI DAN AWAM 1 BAB IV HIERARKI DAN AWAM STANDAR KOMPETENSI Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan ber-gereja sesuai

Lebih terperinci