UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST"

Transkripsi

1 UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Martinus NIM: PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

2 S K R I P S I UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI Oleh: Martinus NIM: Telah disetujui oleh: Pembimbing, Drs. H.J. Suhardiyanto SJ. tanggal, 2 November 2007 ii

3 S K R I P S I UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI Dipersiapkan dan ditulis oleh Martinus NIM: Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal, 19 November 2007 dan dinyatakan memenuhi syarat SUSUNAN PANITIA PENGUJI Nama Tanda Tangan Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. Sekretaris : F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. Anggota : 1. Drs. H.J. Suhardiyanto SJ. 2. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. 3. Dra. Yulia Supriyati, M. Pd. Yogyakarta, 19 November 2007 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan, Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. iii

4 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: SMU dan Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat iv

5 MOTTO Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu (Flp 4: 9) v

6 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 2 November 2007 Penulis, Martinus vi

7 ABSTRAK Skripsi ini berjudul UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI. Judul ini dipilih berpangkal dari keprihatinan penulis berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan yang diupayakan dan selama ini dilaksanakan di Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Di satu pihak pembinaan ini sangat diperlukan para siswa seminari, di sisi lain pembinaan yang diupayakan selama ini dilaksanakan tidak berjalan dengan semestinya karena tenaga pembinanya hanya 2 pastor dan 1 awam. Dua pastor ini selain menjadi pembina di asrama seminari, juga membantu di paroki, sehingga waktunya kurang untuk mendampingi, mengkoordinasi, dan melaksanakan pembinaan di asrama, sehingga pembinaan di asrama seminari hanya merupakan kegiatan yang pokoknya asal berjalan saja, sehingga tujuan dari pembinaan yang senantiasa dicita-citakan kurang tercapai. Nyatanya minat para siswa kelas III seminari untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi sangat kurang. Menurut pengalaman penulis yang pernah masuk mengenyam pendidikan di seminari itu dan informasi dari beberapa lulusan seminari, dari sekitar 50 siswa kelas III seminari, yang berani melanjutkan ke jenjang seminari tinggi hanya sekitar 5-6 siswa saja. Persoalan mendasar skripsi ini adalah bagaimana pihak Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop mengusahakan pembinaan bagi para siswa seminari khususnya kelas III dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang seminari tinggi? Bagaimana keadaan pembinaan yang diselenggarakan bagi para siswa seminari khususnya kelas III dalam mengolah hidup rohaninya? Katekese yang bagaimana kiranya bisa mendukung pembinaan iman para siswa seminari khususnya kelas III dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang seminari tinggi? Untuk mengetahui praksis pembinaan iman siswa seminari di Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop, maka diadakan penelitian melalui pengumpulan data di lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para siswa kelas III Seminari. Dari hasil penelitian terungkap, pembinaan iman di asrama seminari kurang menarik, kurang terorganisir, dan kurang menggunakan media/sarana pendukung. Bertolak dari hasil penelitian, penulis melakukan studi pustaka tentang pengertian tentang katekese, arti pembinaan, dan katekese sebagai pembinaan iman, dan penulis menawarkan usulan program pembinaan yang kiranya dapat berguna dan membantu para pembina seminari dalam mendampingi dan memberi pembinaan kepada para siswa dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang seminari tinggi. Melalui katekese, usaha pembinaan para siswa seminari diharapkan dapat lebih membantu para siswa seminari dalam mempersiapkan diri secara matang dan mantap mengambil keputusan untuk memasuki jenjang seminari tinggi. Untuk keperluan itu penulis menawarkan program katekese, sekaligus dengan penjabarannya. vii

8 ABSTRACT The title of thesis to obtain dokterandus degree is STRIVE THE CONSTRUCTION BELIEVE CATECHISM IN ORDER TO DRAWING UP ALL STUDENT OF MIDDLE CLASS III SEMINARY ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN WEST ENTER THE HIGH SEMINARY LADDER. The title is based on my concern on education applied in Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Education is needed for seminaries but in other hand, the education doesn t run well because of fewer teachers. There are only two priests and one lay people. Two priests be teachers and also serve the parish. The consequent appear: they are less time to serve in the minor seminary so the aim of the education can t be obtain completely. This conclusion can be drawn from the fact that many of students will not continue their study in the major seminary. There are only 5-6 of 50 who want to continue their study in the major seminary. The problem is how to give the best education for the minor seminary student s especially 3. grade entering major seminary? What kind of proper formation will be given for the minor seminary student s especially 3. grade on the spritual practices? What kind catecheses can support the education of minor seminary studen s especially 3 grade entering major seminary? The writer tries to research minor seminary St. Paulus Nyarumkop s education and gathers the data by questioner that given to the students of minor seminary. From the research, the writer knows that the education didn t organize well, didn t appealing the students, and less facilitation. Based on the research, the writer tries to learn literally about catechism, education, and catechism as faith s education, and the writer tries to give education s programs taht can be used for the teacher in guiding their students. The writer hopes that catechism helps the students in their preparation to make their decision to enter the major seminary. For this interest, the writer offers catechism s program and 3 applying examples. viii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI. Skripsi ini ditulis berdasarkan keprihatinan penulis terhadap situasi pembinaan iman siswa Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop khususnya siswa kelas III yang sebentar lagi akan menyelesaikan studi mereka di seminari menengah. Pembinaan yang diupayakan oleh pembina seminari ini masih kurang menjawab dan membantu para siswa seminari khususnya siswa kelas III dalam rangka mempersiapkan diri guna menjawab panggilan mereka untuk memasuki jenjang seminari tinggi, hal tersebut dikarenakan 2 pastor pembina ini selain menjadi pembina di asrama seminari, juga membantu di Paroki St. Maria Nyarumkop, sehingga kurang mendampingi, mengkoordinasi dan melaksanakan pembinaan di Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Waktu mereka lebih banyak digunakan di paroki, yaitu turne ke kampung-kampung. Para siswa seminari sebenarnya perlu dipersiapkan secara sungguh-sungguh, khususnya siswa kelas III sehingga mereka mampu dan berani mengambil keputusan pribadi secara mantap, dewasa, dan bijaksana, untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi atau pun tidak. ix

10 Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan bantuan pelbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis dengan hati yang tulus mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. H.J. Suhardiyanto SJ. selaku dosen pembimbing utama yang dengan kerelaan dan kesabaran telah mendampingi, membimbing, memberikan masukan berupa sumbangan pemikiran, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 2. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ., M. Ed. selaku dosen penguji yang senantiasa memberi semangat dan kegembiraan dan meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan berkaitan isi skripsi ini. 3. Dra. Yulia Supriyati, M. Pd., selaku dosen penguji sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah bersedia membimbing, mendampingi, dan memotivasi penulis selama studi sampai dengan penyelesaian skripsi ini. 4. Segenap staf, dosen, dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang memberi dukungan dan membantu penulis selama studi sampai selesainya penulisan skripsi ini. 5. Pimpinan, Pastor Paroki, Bapak/Ibu Guru, dan Pembina Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat yang telah memberikan tempat dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. Juga atas dukungan yang sangat berharga bagi penulis. x

11 6. Para siswa seminari khususnya siswa kelas III yang memberi dukungan kepada penulis dengan mengisi kuesioner yang disebarkan. 7. Ayahku Yosef Kingkeng, ibuku Lusiana Lambang, abang Simon, abang Anton, kakak Mariana, adik Marsius, adik Yosefina Tuti dan sanak saudara yang tercinta, yang selalu menyemangati dan membiayai penulis selama studi di IPPAK. 8. Istriku Agustina dan anakku Deananda yang menjadi sumber motivasi dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi. 9. Febriyanto, Yusminardi, Emanuel Paulus Metubun, Heriyanto Ai dan Agung yang menyemangati dan memotivasi untuk menyelesaikan skripsi. 10. Keluarga besar istriku yang selalu menyemangati dan membiayai penulis untuk menyelesaikan skripsi. 11. Rekan-rekan mahasiswa, angkatan 2001 dan 2002 yang telah meneguhkan, memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi. 12. Akhirnya, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terlebih khusus untuk pihak Asrama Seminari Menengah St. Paulus xi

12 Nyarumkop Kalimantan Barat dalam rangka mempersiapkan para siswa seminari menengah untuk memasuki jenjang seminari tinggi. Yogyakarta, 2 November 2007 Penulis, Martinus xii

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... i ii iii iv v vi vii viii ix DAFTAR ISI... xiii DAFTAR SINGKATAN... xviii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penulisan... 4 D. Manfaat Penulisan... 5 E. Metode Penulisan... 5 F. Sistematika Penulisan... 6 BAB II. PEMAHAMAN TENTANG KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMBINAAN IMAN SISWA SEMINARI MENENGAH... 8 A. Gambaran Umum Katekese Arti Katekese... 9 xiii

14 2. Tujuan Katekese Ciri-ciri Katekese Isi Katekese Kekhasan Katekese Model-model Katekese a. Model pengalaman hidup b. Model biblis c. Model campuran; biblis dan pengalaman hidup d. Model SCP (Shared Christian Praxis) B. Pembinaan pada Umumnya Pengertian Pembinaan Tujuan Pembinaan a. Manusia pada umumnya b. Manusia kristiani pada umumnya c. Manusia kristiani sebagai calon imam Manfaat Pembinaan Bentuk Pembinaan a. Latihan doa b. Rekoleksi c. Retret d. Live in C. Katekese sebagai Pembinaan Iman Arti Pembinaan Iman xiv

15 2. Pembinaan Iman dalam Rangka Mempersiapkan Diri Memasuki Jenjang Seminari Tinggi a. Pengertian Seminari b. Jenjang Seminari Peran Katekese dalam Rangka Mempersiapkan Diri Siswa Seminari Menengah Memasuki Jenjang Seminari Tinggi a. Mengembangkan hidup beriman kristiani siswa sebagai Calon Imam b. Mendorong siswa seminari mengambil keputusan pribadi secara dewasa untuk memasuki jenjang Seminari Tinggi BAB III. PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT A. Gambaran Umum Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Letak Geografis Persekolahan Katolik Nyarumkop Latar Belakang Siswa Seminari St. Paulus Nyarumkop Tenaga Pembina Seminari Jadual Kegiatan Harian dan Kegiatan Tahunan a. Jadual kegiatan harian siswa seminari b. Jadual kegiatan tahunan di seminari B. Penelitian Pembinaan Iman Siswa Kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat Tujuan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Instrumen Penelitian xv

16 5. Responden Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian a. Identitas responden b. Upaya pembinaan iman untuk siswa seminari c. Bentuk-bentuk pembinaan iman d. Pandangan mengenai katekese e. Usulan dan saran terhadap katekese Pembahasan Hasil Penelitian a. Identitas responden b. Upaya pembinaan iman untuk siswa seminari c. Bentuk-bentuk pembinaan iman d. Pandangan mengenai katekese e. Usulan dan saran terhadap katekese Rangkuman Hasil Penelitian BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI A. Usulan Program Katekese dalam Pembinaan Iman Siswa Kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat Pengertian Program Pemikiran dasar a. Latar Belakang xvi

17 b. Tujuan c. Alasan Pemilihan Tema d. Tema dan Tujuan Tema Usulan Program Pembinaan Iman bagi Siswa Kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop B. Contoh Satuan Persiapan Pembinaan Iman Siswa Kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat Contoh Persiapan I Contoh Persiapan II Contoh Persiapan III BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... (1) Lampiran 1: Denah Persekolahan Katolik Nyarumkop... (2) Lampiran 2: Jadual Harian... (3) Lampiran 3: Jadual Kegiatan Tahunan... (6) Lampiran 4: Surat Permohonan Penelitian... (7) Lampiran 5: Kuesioner... (8) Lampiran 6: Riwayat Hidup Santa Faustina... (11) Lampiran 7: Sepintas Melihat Kekurangan dan Kelebihan... (12) xvii

18 DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Lembaga Alkitab Indonesia. (2001). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, hlm 6. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober DV: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November EN: Evangelii Nuntiandi, Ensiklil Paus Paulus VI tentang Pewartaan Injil dalam Dunia Modern, 8 Desember KHK: Kitab Hukum Kanonik, (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, tanggal 25 Januari OT: Optatam Totius, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pembinaan Imam, 28 Oktober C. Singkatan Tarekat/Kongregasi Religius Singkatan tarekat/kongregasi religius mengikuti Komisi Liturgi KWI. (2003). Penanggalan Liturgi 2004: Tahun C/II. Yogyakarta: Kanisius, hlm 4-6. xviii

19 D. Singkatan Lain Art Bdk Dll Ed IPPAK : Artikel : Bandingkan : Dan lain-lain : Editor : Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Komkat KWI PAK PERUM PPL PKKI SCP SMP SMU St TOR USD : Komisi Kateketik : Konferensi Waligereja Indonesia : Pendidikan Agama Katolik : Perguruan Untuk Masyarakat : Praktek Pengalaman Lapangan : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-indonesia : Shared Christian Praxis : Sekolah Menengah Pertama : Sekolah Menengah Umum : Santo : Tahun Orientasi Rohani : Universitas Sanata Dharma xix

20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seminari menengah merupakan tempat kaum muda memperdalam panggilan hidup yang dimiliki untuk mengikuti Yesus Kristus dalam tugas pengembalaan umat Allah. Di Indonesia ada banyak sekolah seminari menengah yang memang dibangun untuk memupuk benih-benih panggilan kaum muda kristiani, dan salah satunya di daerah Nyarumkop Kalimantan barat. Seminari menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat secara umum sama dengan seminari menengah yang ada di kepulauan Indonesia, yaitu mendidik dan membina serta mempersiapkan para siswa seminari sedemikian rupa dalam rangka memasuki jenjang seminari tinggi. Menjalani hidup dan panggilannya melalui pendidikan dan pembinanan yang diberikan. Dokumen Konsili Vatikan II menyatakan bahwa: Di seminari-seminari menengah yang didirikan untuk memupuk tunas-tunas panggilan, para seminaris hendaknya melalui pembinaan hidup rohani yang khas, terutama dengan bimbingan rohani yang cocok, disiapkan untuk mengikuti Kristus Penebus dengan semangat rela berkorban dan hati yang jernih (OT, art. 3). Ini menunjukkan perlu usaha dari pihak sekolah dan asrama seminari menengah mengusahakan dan mengupayakan pembinaan-pembinaan bagi para siswanya mengolah hidup rohani dan benih-benih panggilannya. Para siswa yang masuk di Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop ini memiliki benih-benih panggilan yang baru tumbuh dalam diri mereka. Dan

21 2 mereka yang masuk Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop dengan harapan, benih panggilan yang baru tumbuh bisa semakin berkembang dan semakin kuat. Untuk itu pihak keluarga siswa, pihak sekolah, dan pihak asrama seminari perlu bekerjasama. Pihak sekolah seminari mempersiapkan para siswa dari segi pengetahuan atau intelektual. Sedangkan pihak asramanya lebih pada pengolahan kepribadian yaitu hidup rohani para siswanya. Penulis ingin mengembangkan pembinaan yang diberikan di asrama bagi para siswa seminari khususnya bagi para siswa kelas III. Berdasarkan pengalaman penulis sendiri dan cerita dari para siswa seminari yang baru menyelesaikan studi di Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop, pembinaan yang diberikan di asrama seminari adalah sebagai berikut: 1. Doa rutin bagi para siswa yaitu doa pagi dan malam 2. Retret 1 tahun sekali 3. Pengakuan Dosa 1 tahun 2 kali 4. Pendalaman Kitab suci setiap hari Rabu 5. Perayaan Ekaristi 6. Turne ke kampung-kampung setiap hari minggu (khusus kelas III) Bentuk-bentuk pembinaan di atas memang berjalan, tetapi para siswa seminari mengikutinya hanya sebatas rutinitas bukan dilaksanakan dengan gairah yang tinggi apalagi dengan peraturan yang ketat. Penulis melihat, pembinaan yang ada masih kurang atau rasanya tidak cukup dalam mempersiapkan para siswa khususnya kelas III seminari untuk memasuki jenjang seminari tinggi. Apalagi kegiatan-kegiatan di atas terutama pendalaman Kitab Suci tidak ada yang menjadi

22 fasilitatornya sehingga dalam proses pelaksanaannya tidak terarah. Sedangkan pembina seminari kurang terlibat dalam pendalaman Kitab Suci, pada hal untuk 3 mempersiapkan para siswa khususnya kelas III perlu pembinaan yang berkesinambungan. Fakta yang ada, pembinaan yang diberikan hanya sebatas bisa terlaksana saja. Menjadi pertanyaan, mengapa dari sekitar 50 orang siswa kelas III seminari menengah, yang berani melanjutkan ke jenjang seminari tinggi hanya 1-6 siswa saja. Hal ini yang menjadi bahan permenungan penulis dan menarik perhatian penulis untuk mencari akar masalah para siswa kelas III seminari tidak tertarik untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi. Benih-benih panggilan yang dimiliki para siswa pada saat mereka mulai memberanikan diri memasuki seminari menengah menjadi pudar dan hilang ketika mereka menjalankan hidup di dalam komunitas asrama seminari. Kiranya yang menjadi akar masalahnya adalah kurang memadainya pembinaan yang diberikan. Berkaitan dengan pembinaan para siswa seminari khususnya kelas III seminari menengah, penulis berpikir bahwa para siswa seminari khususnya kelas III perlu juga mengalamai katekese untuk meningkatkan hidup rohani mereka dalam mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi. Dengan katekese para siswa diberi kesempatan mengungkapkan pengalaman hidup rohaninya selama menjalani hidup di komunitas asrama dengan segala bentuk pembinaan yang diberikan, dengan segala peraturan, serta penerapan hidup disiplin bagi mereka. Lewat pengkomunikasian pengalaman hidup mereka dalam menjalankan hidup di asrama, maka pembina dapat memberi bimbingan khusus

23 4 bagi mereka (siswa kelas III) dalam mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang seminari tinggi. Berangkat dari permasalahan dimuka, penulis ingin memberi sumbangan pemikiran dan memaparkannya dalam bentuk karya tulis dengan judul UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE BAGI SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI harapannya agar dengan menggunakan katekese dapat dilakukan pembinaan bagi siswa-siswa seminari khususnya yang kelas III yang akan menyelesaikan pendidikan di seminari menengah dan akan memasuki jenjang seminari tinggi. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pihak asrama seminari menengah mengusahakan pembinaan bagi para siswa seminari khususnya kelas III dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang seminari tinggi? 2. Bagaimana keadaan pembinaan yang diselengarakan dalam rangka membantu para siswa seminari khususnya kelas III dalam mengolah hidup rohaninya? 3. Katekese yang bagaimana bisa mendukung pembinaan bagi para siswa seminari khususnya kelas III dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang seminari tinggi secara memadai?

24 5 C. Tujuan Penulisan 1. Memaparkan usaha asrama seminari menengah dalam mengusahakan pembinaan bagi para siswa seminari khususnya siswa kelas III. 2. Memaparkan keadaan pembinaan yang dilaksanakan bagi para siswa seminari khususnya kelas III. 3. Memaparkan katekese yang bisa mendukung pembinaan bagi para siswa seminari khususnya kelas III secara memadai. 4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) Prodi IPPAK- USD, Yogyakarta. D. Manfaat Penulisan 1. Mendapat informasi tentang pembinaan bagi siswa seminari khususnya kelas III oleh pihak asrama seminari. 2. Mengetahui keadaan pembinaan yang diupayakan oleh pihak seminari bagi siswa seminari khususnya kelas III. 3. Mampu menemukan katekese yang bisa mendukung pembinaan bagi siswa seminari khususnya kelas III. [ E. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah metode deskriptif analisis, dimana dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data-data melalui penyebaran kuesioner di Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat, kemudian penulis menganalisis data-data itu dengan buku-buku serta dokumen yang ada.

25 6 F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, sistematika penulisannya sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : PEMAHAMAN TENTANG KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT Bab ini membahas gambaran umum katekese, gambaran umum pembinaan, dan katekese sebagai pembinaan iman bagi siswa kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat BAB III : PRAKSIS PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT Bab ini akan menguraikan gambaran singkat Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat, penelitian tentang praxis pembinaan iman siswa kelas III di Seminari Menengah Nyarumkop Kalimantan Barat, dan pembahasan penelitian

26 7 BAB IV : USULAN PROGRAM KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI Bab ini akan menguraikan dasar pemikiran program, tema dan dasar pemikirannya, contoh program, dan penjabaran program pembinaan iman melalui katekese bagi siswa kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat. BAB V : PENUTUP Kesimpulan Penutup

27 BAB II PEMAHAMAN TENTANG KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMBINAAN IMAN SISWA SEMINARI MENENGAH Pada bagian ini penulis akan menguraikan gambaran umum katekese yang meliputi arti katekese, tujuan katekese, ciri-ciri katekese, isi katekese, kekhasan katekese, dan model-model katekese. Kemudian bagian kedua dibahas tentang gambaran umum pembinaan yang meliputi arti kata pembinaan dan tujuan pembinaan. Dan pada bagian ketiga, penulis akan membahas katekese sebagai pembinaan iman siswa seminari menengah. Bagian ini terdiri dari arti pembinaan iman dan pembinaan iman dalam rangka mempersiapkan para siswa memasuki jenjang Seminari Tinggi. A. Gambaran Umum Katekese Katekese mengalami perkembangan sesuai dengan situasi dan keadaan umat. Ini tentu dikarenakan umat kristiani sebagai subyek katekese tidak dapat dipisahkan dari lingkungan tempat mereka tinggal yang mengalami perubahan terus menerus. 1. Arti Katekese Kata katekese berasal dari bahasa atau kata Yunani katechein bentukan dari kata kat yang artinya pergi atau meluas, dan echo yang memiliki arti menggemakan atau menyuarakan keluar (Telaumbanua, 1999: 4). Kata katechein

28 sebagai bentukan kata berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Katechein ini digunakan oleh Gereja dan umat kristiani dalam menyampaikan pewartaan Tuhan dan mengkomunikasikan harta kekayaan imannya dalam hidup konkrit. Kata katekese juga dapat ditemukan dalam Luk 1: 4 (diajarkan); Kis 18: 25 (Pengajaran dalam jalan Tuhan); Kis 21: 21 (mengajar); Roma 2: 18 (diajarkan); 1 Kor 14:19 (mengajar); dan Gal 6: 6 (Pengajaran). Dalam konteks ini, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Catechesi Traedendae, memberi arti katekese sebagai: Pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dan dengan maksud menghantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18) Rumusan yang tersebut di atas ingin menyatakan bahwa katekese itu adalah pembinaan iman untuk semua orang beriman kristiani tanpa memandang perbedaan di antara mereka, karena kegiatan katekese bertujuan menyampaikan ajaran Kristen secara terus menerus kepada semua umat beriman kristiani tidak memandang usia mereka dengan harapan mereka yang mengikuti kegiatan katekese dapat mencapai kedewasaan iman. Katekese diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat, dengan harapan melalui kesaksian iman mereka saling membantu sedemikian rupa sehingga iman mereka masingmasing diteguhkan dan diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Melihat hal tersebut katekese adalah usaha dari Gereja untuk menolong umat, agar semakin 9

29 10 memahami, menghayati dan mengembangkan serta mewujudkan imannya dalam tindakan konkrit sehari-hari. Usaha Gereja ini menginginkan umat membangun diri menuju kematangan iman sebagai orang kristiani (Komkat KWI, 1995: 14). 2. Tujuan Katekese Dalam buku katekese umat dan evangelisasi baru (Komkat KWI, 1995: 14), tujuan katekese adalah: Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman hidup sehari-hari. Pertobatan (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari. Hidup beriman semakin sempurna, berharap, dan mengamalkan cinta kasih dan hidup kristiani semakin dikukuhkan. Semakin bersatu dalam Kristus, semakin menjemaah, semakin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengkokohkan Gereja semesta. Mampu dan sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tenggah masyarakat. Rumusan tujuan katekese di atas ingin menunjukkan bagaimana mereka yang mengalami katekese diharapkan semakin menghayati imannya dan melakukan pertobatan, serta sanggup menjadi saksi Kristus bagi sesamanya. Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Traedendae menguraikan tujuan khas kaatekese yakni: mengembangkan iman yang mulai tumbuh, dan dari hari kehari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua (CT, art. 20). Pemaparan katekese itu ditujukan kepada mereka yang baru tumbuh imannya. Dari itu diharapkan katekese dapat membantu umat dalam mengembangkan imannya menuju kepenuhan hidup.

30 11 Katekese juga bertujuan mendampingi umat untuk memperdalam imannya, dan mampu memberi kesaksian imannya tersebut bagi semua orang. Tujuan katekese dirumuskan dalam Sinode Para Uskup di Roma tahun 1977 yaitu: membawa jemaat maupun anggota perorangan kepada kematangan iman, memupuk hidup mendalam tentang Allah dan rencana keselamatan-nya, dan membantu orang memahami rencana Allah dalam hidupnya (Hardawiryana, 1978: 14). Sementara itu menurut Amalorpavadas (1972: 8), tujuan katekese adalah membangun, memelihara dan memperkembangkan iman, sambil membaharui, memperdalam dan membuatnya semakin bersifat pribadi dan berbuah dalam tindakan. Katekese diharapkan membantu umat beriman dalam memperkembangkan imannya terus menerus dan diharapkan umat beriman berbuah pada tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. 3. Ciri-ciri Katekese Katekese merupakan salah satu cara pewartaan Gereja dalam bentuk pelayanan sabda. Sebagai bentuk pelayanan sabda, katekese mempunyai ciri-ciri tersendiri yang bisa dibedakan dengan pelayanan sabda yang lain. Dalam Anjuran Apostolik, Catechesi Traedendae tertulis: Katekese harus bersifat sistematis, bukan hasil improvisasi, melainkan sungguh berencana untuk mencapai tujuan tertentu; Katekese harus mengkaji hal-hal pokok, tanpa berpretensi mau menangani segala soal yang diperdebatkan atau mau berubah menjadi teologi atau eksegese ilmiah; Tetapi katekese harus cukup lengkap juga, tidak membatasi diri pada pewartaan awal misteri Kristen seperti dalam kerygma ; Katekese harus merupakan inisiasi Kristen integral, terbuka bagi semua faktor hidup Kristen lainnya. (CT, art. 21).

31 12 Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa katekese merupakan kegiatan atau proses yang membutuhkan persiapan matang, karena katekese sendiri memiliki tujuan, oleh karena itu perlu sungguh dipersiapkan dengan langkah-langkah yang jelas guna mencapai tujuan yang direncanakan. Katekese bukanlah hal yang mengarah pada persoalan teologis yang sering diperdebatkan. Katekese lebih mengarah pada penghayatan iman umat. Selain itu katekese ini tidak hanya berbicara seputar pewartaan akan Yesus Kristus, katekese perlu juga mengangkat persoalan hidup yang dihadapi oleh umat dengan harapan iman umat semakin nampak dalam tindakannya sehari-hari. Dalam buku Membangun Gereja Indonesia 2 (Siauwarjaya, 1987: 42), dirumuskan, bahwa fungsi katekese tidak pertama-tama menyuguhkan sederetan pengajaran, melainkan menolong peserta untuk meneguhkan dan menghayati iman, mengembangkan dan menghayati nilai-nilai hidup, menolong peserta agar membaharui diri serta seluruh jemaat beriman. Ciri tersebut di atas menegaskan bahwa katekese bukanlah sekedar penyajian pengajaran, melainkan suatu kegiatan yang melibatkan semua peserta untuk saling berkomunikasi, saling meneguhkan iman, memperbaharui iman dan memperkaya iman masing-masing peserta. 4. Isi Katekese Salah satu cara pelayanan sabda bagi umat beriman adalah katekese. Yang dibicarakan dalam katekese ini adalah seluruh ajaran, tindakan, dan pribadi Yesus Kristus. Singkatnya isi katekese adalah hidup Yesus Kristus. Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Traedendae merumuskan isi katekese yakni:

32 yang harus disampaikan di dalam katekese adalah ajaran, tindakan dan pribadi Yesus, bukan gagasan pribadi. Dengan kata lain isi pokok katekese adalah seluruh misteri hidup Yesus Kristus, dari seluruh karya dan sabda-nya sampai peristiwa wafat dan kebangkitan-nya (CT, art. 6). Rumusan ini tentu ingin menunjukkan bagaimana misteri hidup Yesus menjadi sumber katekese dan pusat katekese. Hidup Yesus Kristus sendiri merupakan pemakluman tentang Allah yang mengasihi manusia. Hal itu ingin menunjukkan bahwa isi katekese ini merupakan pewartaan kabar gembira bagi mereka yang mengalami kaatekese. Hubber (1981: 19) merumuskan, bahwa isi katekese umat adalah Yesus Kristus sendiri. Kita berkumpul untuk bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara kita menanggapi Sabda Allah. Berbicara mengenai katekese pasti berbicara akan Yesus Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berkumpul untuk berkatekese akan mengkomunikasikan pengalamannya akan Yesus Kristus (Komkat KWI, 1995: 14). Dalam katekese, umat bersaksi tentang pengalaman iman mereka akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada manusia dan pengantara manusia dalam menanggapi Sabda Allah. Yesus Kristus ini tampil sebagai pola hidup manusia dalam Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja sepanjang Tradisinya Kekhasan Katekese Katekese sebagai salah satu cara dalam pelayanan sabda tentu memiliki kekhasan tersendiri yang memang mampu membedakan dengan kegiatan pelayanan sabda lainnya. Oleh karena itu ciri khas katekese adalah komunisasi iman atau tukar pengalaman hidup beriman di mana umat sendirilah yang menjadi

33 {{{ 14 sumber pengalamannya, dalam hidup pribadi, keluarga, pekerjaan, maupun dalam hidup bersama dalam masyarakat sekitarnya. Dalam katekese, masing-masing orang dan seluruh umat mendalami dan mengalami kembali kehidupan mereka dan mendengarkan Sabda Tuhan, sehubungan dengan pengalaman yang paling mendasar dari Yesus dan Gereja. Katekese ini membantu jemaat untuk menerima dan membaca hidupnya dalam terang pengalaman iman yang mendasar dalam Yesus Kristus. Di dalam diktat PPL PAK Paroki dirumuskan kekhasan katekese yaitu: membangkitkan dan memperluas pengalaman iman, memperdalam pengalaman iman, mengkomunikasikan pengalaman iman, mengungkapkan pengalaman iman (Sumarno, 2002: 6).Rumusan ini menunjukkan bahwa dalam konteks katekese, pengalaman iman adalah kunci pembacaan dan interpretasi dari kehidupannya, yang mencakup refleksi dan semua sarana yang digunakan untuk menganalisa serta memperdalam pengalaman hidupnya. Akan tetapi pengalaman akan Yesus Kristus menjadi pengalaman yang benar-benar aktual, karena tidak ada katekese yang benar-benar terjadi tanpa adanya suatu pengalaman kristiani yang autentik (murni dan dapat dipercaya) dari pada diterima dan ditafsirkan serta dikomunikasikan. Jelaslah bahwa katekese ini adalah bentuk pelayanan pastoral Sabda Tuhan guna kematangan iman pribadi dan bersama dalam kesatuan dan persaudaraan.

34 [ Model-model Katekese Dalam kegiatan katekese, ada banyak macam model katekese yang ditawarkan. Model-model katekese yang ditawarkan ini lebih bersifat konstruktif teoritis, skematis dan abstrak yang menawarkan suatu cara konseptual dan alat untuk memahami serta menelusuri tindakan konkrit manusia dalam hidupnya sehari-hari. Model-model katekese yang ditawarkan ini merupakan bentuk konsep kegiatan yang utuh yang mempunyai latar belakang pemikiran tertentu dengan menggunakan metode tertentu. Dan berikut ini penulis akan menyajikan empat model katekese yakni: model pengalaman hidup, model biblis, model campuran (biblis dan pengalaman hidup, dan model SCP (Shared Christian Praxis). a. Model pengalaman hidup Katekese model pengalaman hidup adalah model katekese yang bertitik tolak dari pengalaman hidup umat yang mereka alami dalam hidup mereka seharihari baik itu dalam keluarga, pekerjaan, maupun dalam hidup bermasyarakat. Katekese model pengalaman hidup ini, ingin membantu umat untuk mengalami, memahami, sekaligus merasakan kehadiran Allah dalam hidup mereka, sehingga mereka sanggup merasakan dan menanggapi kehendak Allah dalam serentetan peristiwa atau pengalaman iman yang mereka alami dalam segala kegiatan atau aktivitas sehari-hari dengan kacamata iman atau terang iman. Untuk membantu umat memahami, merasakan kehadiran Allah, dan mampu untuk tampil menjadi saksi Allah bagi sesama. Guna membantu mereka mencapai semua itu, katekese model pengalaman hidup memiliki langkah-langkah sebagai berikut: introduksi,

35 16 penyajian pengalaman hidup, rangkuman pendalaman pengalaman hidup, pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja, pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi, rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi, penerapan dalam hidup konkrit, dan penutup (Sumarno, 2002: 12). Proses pelaksanaan katekese model pengalaman hidup ini langkah awalnya diambil dari peristiwa konkrit dicocokkan dengan tema pertemuan yang sedang diangkat. Peristiwa yang diangkat bisa pengalaman hidup masing-masing peserta, bisa juga mengambil seluruh peristiwa dari koran atau surat kabar, bisa dengan cerita rakyat, dan bisa mengangkat kisah tayangan dari CD, dll. Kemudian pengalaman itu diungkapkan dalam kelompok kecil bila pesertanya banyak, dan dalam kelompok besar bila pesertanya sedikit. Pembagian kelompok ini tergantung dari jumlah peserta yang datang. Alangkah baik bila peserta dibagi dalam kelompok kecil untuk memudahkan peserta mengungkapkan pengalaman mereka tanpa ada rasa malu, selain itu memudahkan mereka untuk merasakan suasana terbuka dari masing-masing peserta. Dalam pendalaman pengalaman hidup mengajak peserta mengaktualisasikan pengalaman yang diangkat dengan situasi hidup mereka yang konkrit. Dan tugas fasilitator adalah mendampingi, menuntun, dan merangkum semua hasil sharing peserta katekese. Langkah selanjutnya adalah menemukan kehendak Tuhan pada setiap pengalaman hidup peserta katekese. Dengan kata lain pengalaman hidup peserta dikonfrontasikan dengan pengalaman Kitab Suci. Masing-masing peserta diberi kesempatan untuk merefleksikan teks Kitab Suci yang dibagikan atau dibacakan, dengan menjawab pertanyaan yang sudah dipersiapkan oleh fasilitator. Fasilitator

36 17 berusaha membantu para peserta untuk mencari dan mengungkapkan makna atau inti pesan Kitab Suci yang berhubungan dengan tema yang diangkat. Fasilitator sendiri sudah mempersiapkan kemungkinan jawaban peserta katekese. Maka tugas fasilitator ini membantu mengarahkan peserta katekese dalam merenungkan isi Kitab Suci, selain itu mampu menciptakan suasana terbuka agar peserta merasa tidak takut untuk mengungkapkan tafsiran atas isi Kitab Suci sesuai dengan versinya masing-masing. Fasilitator memberi masukan atau peneguhan dari masing-masing hasil tafsiran peserta katekese berdasarkan sumber-sumber yang dipakai dan diolah sesuai dengan tema dan tujuan yang akan dicapai. Setelah menghubungkan pengalaman hidup peserta katekese dan pengalaman Kitab Suci, fasilitator menarik kesimpulan dari proses katekese dan memberi kesimpulan. Dan fasilitator mengajak peserta katekese bersama-sama merenungkan semua proses kegiatan katekese, kemudian membangun niat secara pribadi maupun bersama untuk tindakan konkrit selanjutnya. Pelaksanaan katekese model pengalaman hidup ini membantu umat untuk mengalami kehadiran Allah serta mampu menanggapi kehendak Allah dalam setiap langkah hidup mereka sehari-hari. Mereka dihantarkan agar berani menjadi saksi iman bagi sesamanya. Untuk itu fasilitator perlu mampu menciptakan suasana yang penuh kekeluargaan dan sikap terbuka sehingga mereka merasakan kedekatan dengan yang lain sebagai satu keluarga, akhirnya mereka tidak sungkan lagi untuk membagikan pengalaman mereka. Selain dengan sikap kekeluargaan dan sikap terbuka mereka dapat merasakan kehadiran Allah serta menemukan kehendak Allah dalam diri sesamanya. Harapannya mereka dapat berkembang

37 18 dalam iman dan mampu mengkomunikasikan imannya dalam hidup konkrit/tindakan yang nyata. b. Model biblis Katekese model biblis merupakan katekese yang bertitik tolak dari Kitab Suci yang di pilih fasilitator pada saat melaksanakan pertemuan katekese. Dalam pelaksanaan katekese dengan model biblis ini mengajak peserta katekese untuk merenungkan Sabda Tuhan, setelah itu mendalaminya secara pribadi maupun kelompok, kemudian mengajak peserta katekese untuk mewujudkannya dalam tindakan yang konkrit dalam hidup di tengah keluarga dan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa katekese model biblis ini melibatkan peserta dengan merenungkan Sabda Allah untuk semakin mengalami kehadiran Allah dalam hidupnya. Dalam diktat PPL PAK Paroki terdapat langkah-langkah penyelenggaraan katekese model biblis yaitu pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman teks Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan dalam hidup peserta, dan penutup (Sumarno, 2002: 12). Proses pelaksanaan katekese model biblis ini, pertama-tama fasilitator mengajak peserta katekese untuk mendengarkan Sabda Allah dari teks Kitab Suci yang sudah di pilih sesuai dengan tema yang di angkat, kemudian fasilitator memberi kesempatan kepada masing-masing peserta katekese membacakan kembali teks Kitab Suci secara pribadi (membaca dalam hati), baru kemudian fasilitator mengajak peserta katekese mendalami teks Kitab Suci dalam kelompok kecil atau kelompok besar dengan panduan pertanyaan yang sudah dipersiapkan

38 19 oleh fasilitator. Dalam mendalami teks Kitab Suci mereka di bantu dengan panduan beberapa pertanyaan yang sudah dipersiapkan oleh fasilitator. Peserta katekese mengungkapkan pesan inti dari teks Kitab Suci yang baru di dengar dan direnungkan. Selanjutnya peserta katekese diajak untuk menangkap pesan inti itu. Fasilitator membuat rangkuman dari apa yang sudah ditemukan oleh para peserta katekese, menghubungkannya dengan apa yang sudah dipersiapkannya dengan menggunakan sumber-sumber lain, sehingga peserta katekese semakin diperkaya dengan informasi baru kaitannya dengan pengetahuan iman. Setelah peserta mendalami teks Kitab Suci, fasilitator mengajak peserta katekese untuk menghubungkan pesan inti teks Kitab Suci yang baru dibicarakan bersama dengan pengalaman hidup peserta katekese. Fasilitator berusaha menuntun peserta katekese untuk mengolah pengalaman hidup yang mereka alami didalam keluarga, pekerjaan, dan kehidupan di tengah masyarakat sesuai dengan pesan inti teks Kitab Suci yang telah mereka bicarakan. Setelah merefleksikan teks Kitab Suci dan menghubungkan dengan pengalaman hidup, peserta katekese diajak membuat niat-niat secara pribadi maupun bersama untuk diwujudkan dalam hidup ditengah keluarga, masyarakat, dan Gereja. c. Model campuran; biblis dan pengalaman hidup Berbicara mengenai katekese model campuran, model katekese ini merupakan gabungan dari katekese model pengalaman hidup dengan model biblis atau tradisi, karena katekese model campuran ini bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta katekese sekaligus pengalaman Kitab Suci atau Tradisi.

39 Dalam diktat kuliah PPL PAK Paroki terdapat langkah-langkah katekese model campuran yakni: Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi, penyajian pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup dan teks Kitab Suci atau Tradisi, penerapan meditative, evaluasi singkat jalannya pertemuan katekese, dan penutup (Sumarno, 2002: 13). Langkah-langkah di atas bertujuan membantu menghubungkan sebuah pengalaman hidup peserta dengan pengalaman Kitab Suci atau Tradisi. Proses pelaksanaan katekese model campuran menurut diktat PPL PAK Paroki dapat digambarkan dalam bagan berikut: Pembukaan 20 Pembacaan teks KS/Tradisi Penyajian Pengalaman hidup Pendalaman pengalaman hidup dan Kitab Suci/ Tradisi Mengungkapkan hal yang mengesankan dalam penyajian pengalaman hidup Mencoba mencari pesan pokok dari penyajian pengalaman hidup Menemukan tema dan pesan pokok dari penyajian pengalaman hidup Merefleksikan dan menganalisa pesan pokok penyajian pengalaman hidup untuk hidup sehari-hari dan mengkonfrontasikannya dengan teks Kitab Suci/Tradisi Rangkuman dari fasilitator sekaligus ajakan membuat niat (Sumarno, 2002: 13) Dari bagan di atas, proses pelaksanaan katekese model campuran, langkah pertamanya adalah menyajikan teks Kitab Suci atau Tradisi yang sudah dipersiapkan oleh fasilitator, akan tetapi fasilitator bisa melibatkan peserta

40 21 katekese dalam menyajikan atau membacakan teks Kitab Suci atau Tradisi itu. Setelah mendengarkan isi teks Kitab Suci, fasilitator mengajak peserta katekese untuk hening sejenak merenungkan kembali isi teks Kitab Suci atau Tradisi yang baru mereka dengarkan, kemudian itu baru masuk pada penyajian pengalaman hidup. Dalam penyajian pengalaman hidup, fasilitator bisa menggunakan media atau sarana pendukung seperti cerita rakyat, cerita bergambar, vcd, tape recorder, kaset, dll. Setelah mendengarkan isi teks Kitab Suci atau Tradisi dan penyajian pengalaman hidup, fasilitator mengajak peserta katekese mendalami pengalaman hidup sesuai dengan apa yang telah disajikan bertolak dari isi teks Kitab Suci atau Tradisi di atas. Dalam mendalami pengalaman hidup bertitik-tolak dari Kitab Suci atau Tradisi, fasilitator mengajak peserta katekese membentuk kelompok kecil bila pesertanya banyak, akan tetapi bila peserta sedikit tidak perlu dibagi dalam kelompok kecil. Dalam kelompok kecil ataupun kelompok besar peserta katekese saling mengungkapkan kesan-kesan pribadi mereka terhadap pengalaman hidup yang disajikan, kemudian secara obyektif mencari apa yang sebetulnya terjadi dalam dalam penyajian pengalaman hidup tadi. Selain itu peserta katekese juga diajak menemukan sendiri tema dam pesan pokok dari penyajian pengalaman hidup yang di sampaikan. Kelanjutannya fasilitator mengajak peserta katekese untuk merenungkan pesan itu bagi hidupnya sehari-hari dalam terang teks Kitab Suci atau Tradisi yang telah didalami secara bersama-sama. Peran fasilitator adalah merangkum refleksi pengalaman peserta katekese sehubungan dengan tema yang dihasilkan bersama. Dan bila mungkin mengajak peserta katekese

41 22 memikirkan tindakan konkrit, atau paling tidak sampai pada sebuah niat pribadi maupun bersama. Langkah selanjutnya, fasilitator mengajak peserta katekese masuk suasana refleksi dengan tuntunan beberapa pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Dengan itu fasilitator merangsang peserta katekese menarik pelajaran-pelajaran konkrit bagi hidup mereka sehari-hari sesuai dengan penyajian pengalaman hidup dan penyajian teks Kitab Suci atau Tradisi (Sumarno, 2002: 13). d. Model SCP (Shared Christian Praxis) Katekese model SCP merupakan salah satu bentuk katekese yang tidak asing lagi bagi umat kristiani. Katekese model SCP ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh atau ahli katekese yang bernama Thomas H. Groome. Beliau memperkenalkan katekese model SCP ini dengan memperkembangkan perkembangan pendidikan. Katekese model SCP lebih menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisifatif yang mampu mendorong peserta katekese berdasarkan konfrontasi antara tradisi visi hidup peserta katekese dengan tradisi dan visi kristiani, sehingga peserta katekese baik secara pribadi maupun bersama berani mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Katekese model SCP ini bermula dari pengalaman hidup peserta katekese yang mereka refleksikan secara kritis kemudian pengalaman hidup mereka tersebut dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani guna tumbuh sikap dan kesadaran baru yang mampu memotivasi ke arah keterlibatan baru.

42 23 1) Pengertian S-C-P a) Shared Kata Shared berasal dari kata bahasa Inggris to share yang mempunyai arti berbagi, dan dalam hal ini membagi pengalaman kepada orang lain atau biasa di sebut sharing pengalaman (Mangunhardjana, 1985: 108). Dalam diktat PPL Pak Paroki, sharing berarti berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan, serta saling mendengarkan pengalaman orang lain, (Sumarno, 2002: 16). Sharing biasa digunakan dalam pertemuan katekese yang menekankan dialog-partisipatif antar peserta katekese dengan suasana kebersamaan, persaudaraan, dan keterlibatan. Dalam sharing, setiap peserta katekese mengambil bagian atau terlibat aktif dalam mensharingkan pengalaman hidupnya dan juga bersedia mendengarkan sharing dari orang lain. Dalam sharing, peserta katekese harus memiliki sikap rendah hati mau menerima dan memberi pengalaman pribadi yang saling meneguhkan. Bahkan sebenarnya dalam sharing, yang seharusnya terjadi bukan hanya dialog antar peserta katekese saja, akan tetapi dialog para peserta katekese dengan Tuhan. b) Christian Istilah Christian dalam SCP artinya kristiani yang maksudnya mengusahakan harta kekayaan iman tradisi kristiani dan visinya sepanjang sejarah dapat terjangkau dan relevan bagi kehidupan umat. Setiap manusia mempunyai pengalaman dan sejarah masing-masing, manusia mempunyai tradisinya sendiri dalam menghayati dan menjalani hidupnya atas dasar keyakinan imannya. Tradisi kristiani ingin mengungkapkan realitas iman umat yang hidup dan sungguh-

43 24 sungguh dihidupi. Singkatnya tradisi kristiani ingin mengungkapkan tanggapan manusia terhadap pewahyuan diri Allah yang terlaksana dalam hidup mereka. Tradisi kristiani tidak bisa lepas dari visi kristiani. Visi kristiani bukan sekedar suatu pengetahuan tertentu saja, tetapi suatu kenyataan konkrit dari isi tradisi yang menjadi jawaban hidup orang beriman terhadap apa yang ditawarkan dalam pengalaman iman kristiani dan janji Allah yang terungkap dalam tradisi atau pengalaman iman kristiani. Dalam diktat PPL PAK Paroki, visi kristiani peserta katekese merupakan kritik atas praxis perbuatannya yang menjadi ukuran keberimanan manusia yang senantiasa terbuka akan masa depan, (Sumarno, 2002: 16). c) Praxis Kata praxis dalam pengertian katekese model SCP bukan hanya suatu praktek saja, akan tetapi praxis disini lebih pada tindakan sebagai buah refleksi dan tindakan. Praxis yang mengacu pada sebuah tindakan meliputi seluruh keterlibatan dan apa yang perlu dilakukan manusia di dalam dunia. Tindakan manusia itu mempunyai tujuan guna perubahan hidup manusia itu sendiri yang mencakupi kesatuan antara praktek dan teori yang membentuk suatu kreativitas manusia dan antara reflesi kritis dan kesadaran historis yang mengarahkan manusia pada keterlibatan baru (Groome, 1997: 2). Dapat dikatakan praxis di sini sebagai ungkapan pribadi manusia kaitannya dengan ungkapan emosional, intelektual, dan spiritual. Ungkapan itu sesuai dengan apa yang peserta katekese miliki, rasakan, dan alami.

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik SKRIPSI KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI SALAH SATU USAHA PENINGKATAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YOHANES STASI SANTO YUSUP BALONG PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 EVANGELISASI BARU Rohani, Desember 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Budayanita waktu mengajar agama pada beberapa orang tua yang ingin menjadi Katolik, sering meneguhkan bahwa mereka itu sebenarnya

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS : Pendidikan Agama Katolik : IX/2 : 2 x 40 menit A. Standar : Memahami dan melaksanakan

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM Komisi Kateketik KWI Jakarta 2011 Kurikulum PAK - PTU Kurikulum PAK - PTU 1 4. Iman yang memasyarakat Ajaran Sosial Gereja Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

Haec Dies! Warta 20 April 2014 Tahun V - No.16

Haec Dies! Warta 20 April 2014 Tahun V - No.16 Warta 20 April 2014 Tahun V - No.16 Haec Dies! haec est dies quam fecit Dominus exultemus et laetemur in ea. Alleluia. Suatu sore, ketika berkeliling di sekitar Gereja SanMaRe, terdengarlah lagu Haec Dies

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Sesungguhnya tujuan pembaruan karismatik bukan lain daripada tujuan hidup Kristiani pada umumnya, yaitu

Lebih terperinci

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal 28-32 Paul Suparno, S.J. Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 6 Januari 1997 telah menetapkan bahwa tanggal 2 Februari, pada pesta Kanak-kanak

Lebih terperinci

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati APP 2013 Pertemuan Pertama Allah Yang Murah Hati Sasaran Pertemuan: Melalui pertemuan ini kita semakin meningkatkan kesadaran kita akan Allah yang murah hati, berbela rasa. Bacaan Pertemuan Pertama: Matius

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen dalam Gereja. Melalui sakramen-sakramen dalam Gereja Tuhan hendak mencurahkan daya

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII Roma, 22 November 2007 Para Konfrater yang terkasih, Salam sejahtera dari Komisi Persiapan Kapitel Jenderal. Kami bertemu untuk pertama

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI KADERISASI PENDAMPING KATEKESE UMAT DI STASI SANTO YOHANES PEMBAPTIS LONG LUNUK KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Trias Meiertanti NIM

SKRIPSI. Oleh Trias Meiertanti NIM PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPENDAPAT PADA SISWA KELAS V SDN 2 KEMIREN BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh Trias Meiertanti

Lebih terperinci

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN Orang tua Kristiani mempunyai tanggung jawab, yang dipandang juga sebagai bentuk kerasulan khusus, untuk mendidik anak-anak dan membantu anak-anak dapat mempersiapkan diri

Lebih terperinci

Bimbingan Teknis Administrasi Guru Pendidikan Agama Katolik, kita tingkatkan Pelayanan Kepada Umat Katolik, di Balai Latihan Kerja Industri di

Bimbingan Teknis Administrasi Guru Pendidikan Agama Katolik, kita tingkatkan Pelayanan Kepada Umat Katolik, di Balai Latihan Kerja Industri di SAMBUTAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PEDOMAN DAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S.1) GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SE

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) (Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa Melalui Pangan Sehat Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater,

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALO ONG KABUPATEN NUNUKANN S K R I P S I Diajukan untuk

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA. Fabianus Selatang 1

UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA. Fabianus Selatang 1 UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA Fabianus Selatang 1 Abstrak Konsep keselamatan dalam Katolik jelas berbeda dengan pengertian keselamatan dalam agama-agama

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KEGIATAN

LATAR BELAKANG KEGIATAN PENDAHULUAN Kegiatan Lomba dalam rangka Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional 2015 Berikut kami sadur sejarah BKSN sebagai pendahuluan. Saudara saudari terkasih dalam Kristus, bagi umat Katolik di Indonesia,

Lebih terperinci

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Dalam buku Gereja yang Melayani dengan Rendah Hati bersama Mgr Ignatius Suharyo, editor E. Martasudjita menuliskan, Perjanjian Baru selalu berbicara

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

Liturgi Anak yang Hidup

Liturgi Anak yang Hidup Liturgi Anak yang Hidup 50 Tahun Sacrosanctum Concilium Makasar, 16 Oktober 2013 RD.Sridanto Aribowo, MA.Lit Gereja yang Peduli kepada Anak Sejarah Gereja menunjukkan anak kerap menjadi subyek maupun obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya, 1 Tahun C Hari Minggu Prapaskah I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 26 : 4-10 Pengakuan iman bangsa terpilih. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

Sukacita kita dalam doa

Sukacita kita dalam doa Sukacita kita dalam doa Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. (John 16:24) Sukacita dalam melayani Allah dan sesama merupakan suatu perwujudan nyata: sesuatu yang spontan, bahkan

Lebih terperinci

Pembaptisan Air. Pengenalan

Pembaptisan Air. Pengenalan Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE Published Date 1. Pendahuluan

Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE Published Date 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Ketika Paus Yohanes XXIII mengundang Konsili Vatikan II untuk bersidang, beliau juga sekaligus mengajak seluruh umat Katolik untuk berdoa, supaya Roh Kudus membarui Gereja. "Perbarui ya

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Generalat/ Rumah Induk Roma Natal, 2014 Para Suster yang terkasih, Sabda telah menjadi manusia dan berdiam

Lebih terperinci

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis BAHAN RENUNGAN (untuk kalangan sendiri) Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis semakin beriman, semakin bersaudara dan berbela rasa Kata Pengantar Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II

INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Agama Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh: Bonificia Cynthia Dani NIM:

S K R I P S I. Oleh: Bonificia Cynthia Dani NIM: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI TENGAH, MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS S K R I

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M Pendahuluan Dalam suatu adegan yang mengharukan

Lebih terperinci

Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ).

Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ). Definisi Karunia Penyembuhan Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ). Doa penyembuhan menekankan Iman yang Hidup Dalam

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

Ordinary Love. Timothy Athanasios

Ordinary Love. Timothy Athanasios Ordinary Love Timothy Athanasios Bab I Gereja dan Pelayanan Konsep menciptakan berhala, hanya rasa ingin tahu yang bisa memahami. (Gregory Nyssa) Jika Kerajaan Allah hendak direalisasikan dalam rupa dua

Lebih terperinci

001 Prolog (1-25) umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen".

001 Prolog (1-25) umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen. 001 I. KEHIDUPAN MANUSIA MENGENAL DAN MENCINTAI ALLAH 1 Allah dalam Dirinya sendiri sempurna dan bahagia tanpa batas. Berdasarkan keputusan-nya yang dibuat karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan

Lebih terperinci

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III GAGASAN POKOK Arus jaman membuat manusia (juga umat Kristiani) seringkali hidup dalam budaya individualisme: Segala hal berpusat hanya pada

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MAKNA CERITA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL 1. Visi dan Misi Penginjilan dalam gereja lokal a. Visi: Terlaksananya Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28: 19 20) b. Misi: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 14 Agustus 2016

GPIB Immanuel Depok Minggu, 14 Agustus 2016 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XIII SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

Renungan Harian Kampus

Renungan Harian Kampus Renungan Harian Kampus (Pandangan Mahasiswa Fakultas Teologi UKSW tentang Renungan Harian Kampus Tahun 2012 sebagai Sarana Pengembangan Spiritualitas) Oleh, IZAAC ALFONS 712009024 TUGAS AKHIR Dilanjutkan

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci