BAB IV PRESENTASI DATA DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PRESENTASI DATA DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 33 BAB IV PRESENTASI DATA DAN ANALISIS IV.1 Presentasi Data Data yang dipresentasikan berikut ini merupakan data yang diperoleh dari Bandar Udara Juanda, Surabaya, selama tahun Data ini digunakan untuk desain dan analisis struktur perkerasan kaku dengan menggunakan metoda ICAO, metoda FAA dan metoda PCA. Data yang dimaksud mencakup : 1. Data pergerakan pesawat udara Data pergerakan pesawat udara ini meliputi jumlah keberangkatan dan kedatangan pesawat udara. 2. Data karakteristik untuk masing-masing jenis pesawat udara terdiri dari : Maksimum take of Weight (MTOW), tire pressure, gear type, leg span, % main gear dan wheel spacing. 3. Data struktur perkerasan dan data teknis desain Data struktur perkerasan dan data teknis desain diperoleh dari dokumen desain perkerasan untuk apron di Bandar Udara Juanda, Surabaya, sedangkan sebagian data lainnya masih merupakan data asumsi yang umum digunakan dalam proses desain praktis. IV.1.1 Data pergerakan pesawat udara Data pergerakan pesawat udara yang diperoleh merupakan data volume lalu lintas pesawat udara yang saat ini beroperasi selama setahun di Bandar Udara Juanda, Surabaya, mulai bulan Januari sampai bulan Desember pada tahun Pesawat udara yang beroperasi di Bandar Udara Juanda, Surabaya, terdiri dari berbagai jenis pesawat udara seperti pesawat udara komersil, pesawat udara militer, helicopter (pribadi dan komersil). Ketiga jenis pesawat udara tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.1. Selain itu, volume pergerakan pesawat udara, baik keberangkatan maupun kedatangan, juga diberikan pada Tabel IV.1. Akan tetapi, hanya volume keberangkatan tahunan (annual departure) saja yang digunakan dalam proses penentuan tebal perkerasan desain (ICAO, 1983). Data pergerakan pesawat udara pada Tabel IV.1 juga terdiri dari Aircraft type, Gear type dan MTOW. Data pergerakan pesawat udara pada Tabel IV.1 ditunjukan sebagai berikut : 33

2 34 Tabel IV.1 Data pergerakan pesawat udara selama tahun 2003 No Tipe Pesawat Gear Type MTOW Januari February April Mei Juli Agstus Pergerakan Pesawat Udara Tahun 2003 September Oktober November Desember Kg Dtg Brk Dtg Brk Dtg Brk Dtg Brk Dtg Brk Dtg Brk Dtg Brk Dtg Brk Dtg Brk Dtg Brk Dtg Brk 1 4T34C A300 DT 157, A310 DT 153, A313 D 13, A320 D 72, A330 DT 212, A340 DT 255, A76S/HELI AL-II/HELI AN12 D 61, AS AS AS AS AS202B AS AS332/HELI AS AS ASTR ATR ATR42 D 18, B B B105L-VF B B1900D B200/HELI B205 D 15, B B B B412/HELI 5, B B B DT 117, B DT 148, B D 77, B D 95, B B D 44, B D 52, B D 57, B D 63, B D 61, B73B B73S B COM 323, B COM 377, B COM 377, B COM 385, B DT 100, B DT 136, B DT 173, B DT 243, B DT 294, B BA BAC-II D 30, BAC-III-200 D 34, BAC-III-300 D 38, BAE D 40, BE BE BE VIPER Jumlah = Jumlah Data pergerakan pesawat udara secara lengkap diberikan di Lampiran A. Seperti terlihat pada Tabel IV.1, jenis pesawat udara yang banyak beroperasi di Bandar Udara Juanda, Surabaya, adalah Boeing B (12262 pesawat/tahun), McDonnell Douglas MD-82

3 35 (5320 pesawat/tahun) dan Boeing B (5146 pesawat/tahun). Sedangkan, jenis pesawat udara berat yang sering beroperasi adalah Boeing B (MTOW kg), Airbus A-330 (MTOW kg), Airbus A-310 (MTOW ) dan Boeing B (MTOW ). Pesawat udara yang sering beroperasi di Bandar Udara Juanda, Surabaya adalah pesawat udara yang memiliki gear type dual wheel dibandingkan dengan gear type dual tandem dan com. Pesawat udara B walaupun merupakan pesawat udara yang paling berat (MTOW kg) di bandar Juanda, Surabaya, tetapi beroperasi hanya pada musim Haji saja dengan jumlah 6 pesawat udara tiap tahun. No Type of Aircraft Wheel Arrangement Tabel IV.2 Data Karakteristik Pesawat Udara Wheel Tire Annual Annual MTOW % on Leg Span Pressure No of No of Wheels Spacing Main Arrival Departure Gear Legs on One Leg S S T S L1 S Gear L2 (kg) (KPa) (cm) (cm) (pswt/thn) (pswt/thn) * Pesawat Ringan **) S ,047 1,187 1 CASA - NC212 *) S , F28 - MK2000 *) D F28 - MK3000 D F28 - MK4000 *) D , F D , B *) D B D , B D B *) D B D , B *) D B *) DT B *) DDT MD - 82 D , MD - 83 *) D A *) DT A *) DT Catatan: *) Termasuk pesawat yang sejenis 32, **) Tidak dianalisis lebih lanjut Selama tahun 2003 jumlah kedatangan (annual arrival) pesawat udara berjumlah dan keberangkatan (annual departure) berjumlah Jenis pesawat udara yang beroperasi berjumlah 168 jenis pesawat udara. Dari 168 jenis pesawat udara yang beroperasi, dikelompokkan 17 jenis pesawat udara tipikal yang memiliki annual departure terbesar dan MTOW terbesar yang kemudian digunakan untuk proses desain. Pesawat udara yang tidak termasuk pesawat udara yang dianalisis, dimasukkan ke dalam pesawat udara sejenis yang dianalisis. Data karakteristik pesawat udara ditunjukan pada Tabel IV.2. Namun demikian, dalam proses desain praktis, setiap jenis pesawat udara sebaiknya dianalisis sesuai dengan data karakteristiknya masing-masing. Sementara itu, pesawat udara ringan tidak perlu diperhitungkan lebih jauh mengingat pengaruhnya yang tidak signifikan terhadap kerusakan struktur perkerasan. Hal yang menarik untuk diperhatikan dalam analisis selanjutnya adalah

4 36 apakah jenis pesawat udara yang banyak beroperasi, yang terberat atau yang lainnya, merupakan pesawat udara desain yang menentukan tebal perkerasan desain. IV.1.2 Data karakteristik pesawat udara Data karakteristik pesawat udara sangat diperlukan dalam proses desain dan analisis struktur perkerasan untuk bandar udara. Data konfigurasi roda untuk perhitungan tegangan di dalam struktur perkerasan ditunjukan pada Tabel IV.2 di atas, termasuk jarak antara roda (S), jarak antara sumbu (S T ) dan jarak antara kaki roda (S L1 dan S L2 ). Program Airfield yang digunakan terdiri dari 4 tipe sumbu, yaitu sumbu tunggal roda tunggal (S), sumbu tunggal roda ganda (D), sumbu tandem roda ganda (DT) dan sumbu tandem roda ganda dobel (DDT). Data MTOW, data tire pressure, dan data %-beban pada sumbu utama (% on main gear) diperoleh dari data spesifikasi teknis pesawat udara yang dipublikasikan oleh masing-masing pabrik pembuatnya. Data karakteristik pesawat udara yang diberikan pada Tabel IV.2 terdiri dari 17 jenis pesawat udara yang dianalisis (data karakteristik dari beberapa pesawat udara lainnya diberikan di Lampiran B). Seperti terlihat pada Tabel IV.2, konfigurasi roda pesawat udara Boeing B memiliki konfigurasi roda yang berbeda dengan jenis pesawat udara lainnya. Pesawat udara Boeing B memiliki 16 roda dengan jumlah kaki (number of gear leg) 4 buah. Jenis pesawat udara yang memiliki leg span paling jauh adalah pesawat udara Boeing B , Airbus A- 330, Airbus A-310, dan Boeing B Pesawat udara Boeing B dengan wheel arrangement DDT merupakan yang terjauh yaitu 1100 cm (S L1 ) dan 384 cm (S L2 ). Pesawat udara A-330, A-310 dan B memiliki leg span 1070 cm, 960 cm dan 930 cm. Pergerakan 17 jenis pesawat udara tipikal diperlihatkan secara histogram pada Gambar IV.1. 14,000 12,000 10,000 Annual Arrival Annual Departure 8,000 6,000 4,000 2,000 0 CASA - NC212 *) F28 - MK2000 *) F28 - MK3000 F28 - MK4000 *) F B *) B B B *) B B *) B *) B *) MD - 82 MD - 83 *) A *) A *) Gambar IV.1 Histogram pergerakan pesawat udara tipikal

5 37 IV.1.3 Data struktur perkerasan dan data teknis desain Data tebal perkerasan desain yang terdiri dari pelat beton dan lapisan pondasi agregat diperoleh dari dokumen desain yang digunakan sebagai referensi untuk menentukan pesawat udara desain, mengevaluasi faktor keamanan, memperkirakan derajat kerusakan struktur perkerasan yang diakibatkan oleh setiap pesawat udara yang beroperasi dan menganalisis nilai LRF. Tebal pelat beton khususnya diasumsikan akan dapat menerima beban lalu lintas pesawat udara selama masa layan rencana 20 tahun. Sedangkan, tebal lapisan pondasi agregat diperlakukan sebagai bagian dari tanah dasar yang nilainya diperhitungkan dalam penentuan modulus reaksi tanah dasar, k. Potongan melintang struktur perkerasan di apron pada Bandar Udara Juanda, Surabaya, ditunjukan pada Gambar IV.2 Cement Concrete Slab 45 cm ATC Granular Base CBR>80% 4 cm 20 cm Subgrade Gambar IV.2 Struktur perkerasan di apron pada Bandar Udara Juanda, Surabaya. Data modulus elastisitas bahan perkerasan (beton semen) dan data konstanta poisson yang berturut-turut adalah 27, MPa (= 4jt psi) dan 0.15 merupakan data tipikal yang umum digunakan dalam proses desain struktur perkerasan kaku. Rentang data modulus elastisitas beton semen menurut Huang (1993) adalah 3jt 6jt psi, dan rentang data konstanta poisson Oleh karena itu, pengujian laboratorium sesuai dengan metoda pengujian ASTM C469-87a seharusnya dilakukan untuk memastikan kualitas bahan perkerasan yang digunakan. Khusus data faktor keamanan dan data modulus reaksi tanah dasar merupakan hasil analisis untuk memastikan bahwa data lainnya yang disajikan pada Tabel IV.3 sesuai

6 38 dengan data yang terdapat dalam dokumen desain dan asumsi yang diambil. Ringkasan data struktur perkerasan dan data teknis desain ditunjukan pada Tabel IV.3. Tabel IV.3 Data struktur perkerasan dan data teknis desain Data Struktur Perkerasan: Tebal Pelat Beton, D (cm) Tebal Lapisan Pondasi Agregat, D agr (cm) [ CBR 80% ] Tebal Lapisan ATB, D ATB (cm) [ Stabilitas Marshall 500 kg ] Modulus Elastisitas Pelat Beton, E (MPa) 27, Konstanta Poisson, μ Flexural Strength, MR 90 (MPa) Data Teknis Desain: Distribusi Lintasan Roda Pesawat Udara - Deviasi Standar, σ (cm) Masa Layan Rencana (tahun) Penggunaan data dari Bandar Udara Juanda, Surabaya, hanya dimaksudkan untuk keperluan contoh proses desain dan tidak dimaksudkan untuk secara langsung mengevaluasi struktur perkerasan kaku yang ada di sana. IV.2 Analisis Metoda Desain Struktur Perkerasan Kaku Analisis metoda desain struktur perkerasan kaku yang dilakukan, antara lain : analisis tegangan, analisis pengembangan kurva desain, analisis fatique dan analisis LRF. IV.2.1 Analisis tegangan Terdapat tiga metoda yang digunakan untuk menentukan tegangan yang terjadi pada perkerasan kaku, antara lain : menggunakan persamaan rumus dan menggunakan chart (Pickett dan Ray). Penggunaan persamaan rumus pertamakali dikembangkan oleh Wastergaard menggunakan roda tunggal, sedangkan pengaruh chart dikembangkan oleh Pickett dan Ray menggunakan konfigurasi roda ganda. Kedua metoda tersebut digunakan untuk liquid foundation. Untuk yang solid atau layer foundation menggunakan metoda finiteelement (PCA,1951). Interior loading digunakan untuk desain perkerasan bandar udara (PCA,1955) dan edge loading untuk desain perkerasan jalan (PCA,1966). Pengaruh chart digunakan untuk menentukan momen yang terjadi akibat beban di interior ataupun di edge. Momen yang terjadi dipengaruhi oleh nilai N (jumlah blok) yang dihitung dengan menggunakan persamaan (3.7) dan tegangan diperoleh dari persamaan (3.8). Contoh perhitungan tegangan menggunakan pengaruh chart adalah sebagai berikut :

7 39 Boeing MTOW pesawat udara = kg, Tire pressure (q) = 1,50 Mpa = 15,3 Kg/cm 2 K = 80 MN/m 3, μ = 0,15 E = PSI, H = 30 cm L = L = L = 48,6 P d 0,5227q 18919,5 0, ,3 cm 147 cm 0,6L=29,2 cm 48,6 cm 112 cm Maka Radius kekakuan relatif (Radius of relative stiffeness) l Eh 3 l = 4 12(1 μ 2 ) k x11,811 3 l = 4 12(1 0,15 2 )294,87 = 37,1534 in = 94,36962 cm 94,3696 cm Skala 1 : 14,9 48,6 cm 147 cm 29,2 cm 112 cm Gambar IV.3 Jumlah blok (N) menggunakan chart Pickett and Ray

8 40 Gambar IV.3 untuk Interior loading, jumlah blok (N) yang diperoleh menggunakan chart Pickett dan Ray adalah 286,3. Jumlah Blok N yang diperoleh menggunakan chart Pickett dan Ray sama dengan perhitungan program Airfield yang juga menggunakan pengaruh chart Pickett and Ray, seperti pada Gambar IV.4. Gambar IV.4 Jumlah blok (N) menggunakan program Airfield Jumlah blok (N) yang dihasilkan secara manual sama dengan program Airfield yang digunakan dalam proses desain struktur perkerasan. Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (3.7) dan (3.8), maka tegangan lentur yang terjadi akibat beban dengan posisi roda seperti pada Gambar IV.3, adalah 2,5 MPa. Tegangangan lentur dihitung sesuai dengan jalur lintasan roda pesawat udara, seperti yang ditunjukan pada Gambar IV.5. Gambar IV.5 Tegangan yang terjadi pada jalur lintas roda pesawat udara Gambar IV.5 terlihat, jika posisi roda berada pada jalur lintasannya maka tegangan yang dihasilkan adalah MPa, tetapi jika lintasan roda pesawat udara bergeser maka tegangan yang terjadi akan ikut berubah. Hasil perhitungan tegangan lentur tersebut menentukan desain struktur perkerasan dan kerusakan yang ditimbulkan selama masa layan, serta jumlah repetisi beban yang diijinkan.

9 41 IV.2.2 Analisis pengembangan kurva desain Proses desain struktur perkerasan biasanya menggunakan kurva desain manual untuk memperoleh tebal perkerasan. Kurva desain digunakan untuk desain perkerasan secara manual jika tidak menggunakan program komputer. Kurva desain manual juga bisa dihasilkan dari program Airfield yang hasil perhitungan memberikan hubungan tebal dan tegangan lentur. Hubungan tebal dan tegangan tersebut menghasilkan kurva desain dengan cara meregresikan nilainya terlebih dahulu. Kurva desain manual diberikan untuk 17 jenis pesawat udara tipikal. Penggunaan program Airfield untuk menghasilkan kurva desain manual dapat dilihat pada Gambar IV.6. (hasil output yang lebih lengkap diberikan di Lampiran C). Gambar IV.6 Program airfield untuk pembuatan kurva desain manual Gambar IV.6 hubungan tebal dan tegangan yang dihasilkan dari program Airfield dipengaruhi nilai MTOW, % weight on main gear legs, tyre pressure, k subbase/subgrade, E, μ, wheel gear configuration, coordinate of the wheels dan number of main gear legs. Nilai k dan MTOW dilakukan beberapa variasi, untuk variasi nilai k adalah 20, 40 80, dan 150 MN/m 3, sedangkan variasi nilai MTOW (P) untuk pesawat udara Airbus A-330 adalah , , , , kg. Variasi nilai k dan P memberikan hasil tebal dan

10 42 tegangan yang berbeda. Hasil hubungan tebal dan tegangan dari program Airfield digunakan untuk membuat kurva desain. Pembuatan kurva desain menggunakan persamaan regresi untuk menghasilkan hubungan nilai P dan nilai k. Hasil pembuatan kurva desain manual ditunjukan pada Gambar IV.7. Cara menggunakan gambarnya sesuai dengan metoda desain yang dinginkan, seperti PCA mengasumsikan tebal terlebih dahulu. Tebal yang diasumsikan ditarik garis horizontal ke kiri sampai menyentuh garis P (nilai MTOW ), kemudian ditarik garis vertikal ke bawah sampai menyentuh garis k (nilai k disesuaikan dengan di lapangan). Perpotongan nilai k, ditarik garis horisontal ke kiri hingga menyentuh nilai tegangan maksimum. Nilai tegangan maksimum yang diperoleh, dianalisis lagi terhadap repetisi beban ijin. Gambar IV.7 Kurva desain struktur perkerasan kaku pesawat udara A330 Setelah dilakukan analisis, ternyata pada Gambar IV.7 terlihat banyak garis pada nilai P. Ketelitian kurva desain yang diperoleh tidak 100% persis sama dengan program Airfield. Meskipun demikian, kurva desain manual dibuat untuk 17 jenis pesawat udara yang diperlihatkan di Lampiran D. IV.2.3 Analisis fatigue Hasil pengamatan di Laboratorium diketahui bahwa kerusakan struktur perkerasan kaku ditentukan tidak hanya oleh beban atau tegangan lentur yang bekerja saja, tetapi juga

11 43 oleh jumlah repetisi beban tersebut serta oleh kualitas bahan pelat beton yang digunakan. Makin besar tegangan lentur yang terjadi dan/atau makin rendah kualitas bahan pelat beton, maka akan makin sedikit pula jumlah repetisi beban yang dapat dipikul oleh struktur perkerasan. Mengingat manifestasi kerusakan awal yang biasanya terjadi adalah dalam bentuk keretakan, maka mekanisme kerusakan struktur perkerasan seperti ini dikenal dengan istilah kerusakan retak lelah (fatigue). Terdapat beberapa model fatigue yang diusulkan untuk desain struktur perkerasan kaku seperti model Regresi (Darter dan Barenberg, 1977) dan model PCA (Portland Cement Association) (Packard dan Tayabji, 1985), model fatigue tersebut diperlihatkan pada Gambar IV.8. Gambar IV.8 memperlihatkan model regresi antara rasio tegangan lentur (σ L ) terhadap modulus lentur (MR 90 ) dengan jumlah repetisi beban yang diijinkan (N ijin ), dan model yang diusulkan oleh PCA pada tingkat probabilitas sekitar 90 % dan model Regresi pada probabilitas 50 % (Huang, 2004). Model kerusakan retak lelah menurut PCA yang digunakan dalam program Airfield, juga telah digunakan sebagai kriteria desain struktur perkerasan kaku untuk konstruksi perkerasan jalan (NAASRA, 1987). Gambar IV.8 Kriteria retak lelah (fatigue)

12 44 Model fatigue yang digunakan untuk desain struktur perkerasan kaku adalah model PCA karena tingkat probabilitasnya 90 % dibandingkan dengan model Regresi yang probabilitasnya 50 %. Dalam aplikasinya, tebal perkerasan desain perlu dicoba-coba untuk memenuhi kriteria retak lelah pada persamaan (2.7), (2.8) dan (2.9). Tegangan lentur yang terjadi akibat setiap lintasan roda pesawat udara setelah dibagi dengan modulus lentur pelat beton disubstitusikan ke dalam persamaan (2.7), (2.8), (2.9) untuk memperoleh jumlah repetisi beban yang diijinkan. Kemudian, kerusakan retak lelah tahunan yang diakibatkan oleh setiap pesawat udara yang beroperasi dihitung dengan membandingkan volume keberangkatan tahunan terhadap jumlah repetisi beban yang diijinkan untuk setiap pesawat udara tersebut. Jika jumlah total kerusakan retak lelah untuk semua jenis pesawat udara dalam kurun masa layan rencana kurang lebih sama dengan 100%, maka struktur perkerasan desain diperkirakan akan runtuh tepat di akhir masa layannya. Jika melebihi 100 % maka beton akan runtuh (failure). Konsep keruntuhan menggunakan fatigue, digunakan pada metoda PCA. Fatigue yang terjadi pada struktur perkerasan mempengaruhi desain perkerasan dan pesawat udara desain yang digunakan. Contoh fatigue jika melebih 100 % diberikan pada Tabel IV.4. Tabel IV.4 Contoh Fatigue melebihi 100 %

13 45 Seperti terlihat pada Tabel IV.4, total kerusakan terbesar ( %) dan masa layan kritis terkecil (7.38 tahun). Nilai total kerusakan yang terlihat pada Tabel IV.4 harus tidak boleh terjadi dalam desain struktur perkerasan. Hal ini perlu di iterasi lagi supaya total kerusakan yang terjadi kurang dari atau sama dengan 100 %. Hasil iterasi tersebut telah diperlihatkan pada desain perkerasan menggunakan metoda PCA. Satu hal yang dapat disimpulkan adalah bahwa nilai fatigue menentukan besarnya tebal perkerasan desain.. IV.2.4 Analisis LRF Faktor repetisi beban (LRF) untuk pesawat udara tertentu merupakan faktor koreksi terhadap derajat kerusakan yang ditimbulkan pada jalur lintasan roda rata-rata akibat terjadinya pergesaran lintasan roda dari jalur lintasan roda rata-rata tersebut. Untuk keperluan perhitungan nilai LRF, pergeseran lintasan roda pesawat udara di atas perkerasan dianggap terdistribusi secara normal. Konsekuensi dari pergeseran lintasan roda ini adalah bergesernya kurva tegangan lentur yang terjadi di dalam struktur perkerasan dan tegangan lentur pada jalur lintasan roda rata-rata yang umumnya dijadikan sebagai referensi dalam perhitungan nilai LRF juga berubah, seperti diilustrasikan pada Gambar IV.9, yaitu dari σ Lo menjadi σ Li untuk lintasan roda yang bergeser sejauh x i dari jalur lintasan roda rata-rata. Gambar IV.9 Ilustrasi proses perhitungan nilai LRF untuk jenis pesawat udara tertentu

14 46 Terlihat pada Gambar IV.9, bahwa hanya pesawat udara sebanyak P o % saja melintas pada jalur lintasan roda rata-rata yang mengakibatkan tegangan lentur sebesar σ Lo. Sedangkan, masing-masing P i % pesawat udara sisanya melintas pada lintasan sejauh x i dari jalur lintasan roda rata-rata yang mengakibatkan tegangan lentur sebesar σ Li. Juga terlihat pada Gambar, bahwa nilai σ Li dapat langsung dibaca pada kurva tegangan lentur untuk beban yang bekerja pada jalur lintasan roda rata-rata. Tabel IV.5 memperlihatkan hasil perhitungan nilai LRF untuk 17 pesawat udara yang sedang dianalisis untuk berbagai nilai σ (deviasi standar dari distribusi lintasan roda) dan juga nilai LRF yang terdapat di dalam literatur (ICAO, 1983 dan Yoder, et.al., 1975). Untuk asumsi nilai σ = cm, rentang nilai LRF yang dihasilkan menggunakan program Airfield adalah antara Angka ini mencerminkan derajat kerusakan yang ditimbulkan pada struktur perkerasan yang hanya berkisar antara % untuk setiap keberangkatan pesawat udara dari yang seharusnya terjadi jika pesawat udara tersebut selalu melintasi jalur lintasan roda yang tetap. Tabel IV.5 Hasil perhitungan nilai LRF Seperti terlihat pada Tabel IV.5, secara umum, nilai LRF yang diperoleh untuk nilai σ = cm cukup konsisten dengan nilai LRF yang diusulkan oleh ICAO (1983) dan Yoder, et.al. (1975). Namun demikian, dari observasi diketahui bahwa nilai LRF sebenarnya berbeda (unik) untuk masing-masing jenis pesawat udara. Nilai LRF sangat dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu distribusi lintasan roda (σ), kurva tegangan lentur (σ L, termasuk konfigurasi sumbu roda dan faktor penentu tegangan lentur lainnya), modulus lentur bahan

15 47 perkerasan (MR 90 ) dan faktor keamanan (FK). Sebagai contoh, Tabel IV.5 diperlihatkan, bahwa untuk setiap jenis pesawat udara, makin kecil nilai σ, maka akan makin besar nilai LRF. Sebaliknya, nilai σ yang makin besar akan memperkecil nilai LRF. Pengaruh konfigurasi sumbu roda pada nilai LRF juga diperlihatkan tetapi dengan pola yang tidak beraturan. Namun demikian, satu hal yang dapat disimpulkan adalah bahwa nilai LRF umumnya tidak konstan meskipun konfigurasi sumbu roda sama. IV.3 Desain Perkerasan Kaku Desain perkerasan kaku dilakukan dengan menggunakan berbagai metoda desain antara lain : metoda ICAO, metoda PCA dan metoda FAA. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ketiga metoda tersebut dianalisis menggunakan data-data dari Bandar Udara Juanda, Surabaya dan proses desain yang dilakukan tidak dimaksudkan untuk secara langsung mengevaluasi struktur perkerasan kaku yang ada di Bandar Udara Juanda, Surabaya. Hasil desain perkerasan yang diperoleh tersebut selanjutnya dianalisis. IV.3.1 Metoda ICAO Metoda ICAO berdasarkan annual departure ekivalen. Cara memperoleh nilai annual departure ekivalen diberikan di Lampiran E untuk 17 jenis pesawat udara yang dianalisis. Hasil ringkasan perhitungan annual departure ekivalen dapat dilihat pada Tabel IV.6. Hasil perhitungan Tabel IV.6 menunjukkan, pesawat udara A-330 memiliki annual departure ekivalen yang paling kecil dibandingkan dengan pesawat udara lainnya. Tabel IV.6 Perhitungan keberangkatan tahunan ekivalen

16 48 Desain perkerasan menggunakan metoda ICAO, dilakukan pada masing-masing pesawat udara yang dianalisis dengan menggunakan program Airfield. Faktor keamanan (Fk) yang digunakan menurut metoda ICAO adalah Ringkasan hasil desain perkerasan menggunakan metoda ICAO diperlihatkan pada Tabel IV.7. Tabel IV.7 juga memperlihatkan hasil perhitungan coverage, tegangan lentur dan tebal perkerasan dengan faktor keamanan 1.36 untuk masa layan 20 tahun. Tabel IV.7 Ringkasan hasil desain perkerasan metoda ICAO (Fk = 1.36, MR 90 = MPa, k = 80 MN/m 3 ) Seperti terlihat pada Tabel IV.7, tebal perkerasan yang terbesar dari masing pesawat udara desain adalah pesawat udara A-330 (49.73 cm) dengan konfigurasi sumbu roda DT, meskipun merupakan pesawat udara kedua terberat setelah B Pesawat udara yang memiliki MTOW terbesar yaitu B membutuhkan tebal perkerasan lebih kecil (42.83 cm) dibandingkan dengan pesawat udara A330. Yang menarik dari hasil perhitungan adalah pesawat udara MD-83. Pesawat udara MD-83 justru lebih menentukan dibandingkan B Tebal perkerasan yang diperlukan MD83 adalah cm (konfigurasi sumbu roda D) walaupun annual departure tidak terlalu signifikan. Sedangkan pesawat udara yang memiliki annual departure paling besar yaitu pesawat udara B dengan konfigurasi sumbu roda D, tebal perkerasan yang diperlukan cm. Perbedaan ini disebabkan karena metoda ICAO menganggap jalur lintasan untuk masing-masing pesawat udara adalah sama atau dengan kata lain metoda ICAO tidak memperhatikan jalur lintasan pesawat udara. Analisis lebih lanjut menunjukkan, bahwa jika desain perkerasan yang diinginkan adalah sama dengan desain perkerasan di Bandar Udara Juanda, Surabaya (tebal struktur

17 49 perkerasan adalah 45 cm), maka hasil desain perkerasannya dapat dilihat pada Tabel IV.8 dan Tabel IV.9. Tabel IV.8 terlihat desain perkerasan diperoleh 45 cm, dengan cara nilai k ditingkatkan menjadi 134 MN/m 3 atau modulus rupture (MR 90 ) ditingkatkan dari menjadi MPa. Tabel IV.8 Desain perkerasan dengan perubahan MR 90 dan k (Fk = 1.36) Tabel IV.9 memperlihatkan perubahan faktor keamanan (Fk) dari 1.36 menjadi 1.20 jika desain pekerasan yang dinginkan 45 cm sesuai dengan data desain. Tabel IV.9 Desain perkerasan dengan perubahan faktor keamanan (Fk = 1.20, MR 90 = MPa, k = 80 MN/m 3 )

18 50 Tabel IV.10 Rekapitulasi hasil desain perkerasan menggunakan metoda ICAO Seperti terlihat pada Tabel IV.10, bahwa metoda ICAO untuk desain perkerasan mengggunakan faktor keamanan Faktor keamanan 1.20 sesuai dengan data desain yaitu nilai k = 80 MN/m 3 dan MR 90 = MPa. Hasil desain perkerasan menggunakan metoda ICAO menunjukkan, bahwa pesawat udara A-330 merupakan pesawat udara desain yang memerlukan tebal paling besar dan tegangan lentur terbesar. IV.3.2 Metoda FAA Dalam desain perkerasan kaku menggunakan metoda FAA, perhitungan volume lalu lintas pesawat udara didasarkan pada keberangkatan tahunan ekivalen (annual departure ekivalen). Annual departure ekivalen dihitung menggunakan persamaan rumus (2.13). Metoda FAA memperhitungkan pengaruh pesawat udara berbadan lebar (wide body). Seperti telah dijelaskan sebelumnya di Bab II, bahwa metoda FAA menghitung beban pesawat udara diasumsikan 95 % gross weight dipikul oleh main gear dan 5 % dipikul oleh nose gear, FAA tidak menghitung beban di main gear sesuai dengan % main gear dari pesawat udara itu sendiri dan tire pressure diasumsikan 1.38 MPa. Metoda FAA berbeda dengan metoda ICAO dan PCA dalam perhitungan % main gear. Jarak dual tandem yang digunakan metoda FAA diasumsikan 0,76 untuk pesawat udara berbadan lebar. Annual departure ekivalen metoda FAA dapat dilihat pada Tabel IV.6. Desain perkerasan menggunakan metoda FAA dilakukan pada masing-masing pesawat udara yang dianalisis. Untuk memperoleh pesawat udara desain, maka tebal perkerasan adalah tebal yang paling besar dari pesawat udara yang dianalisis. Pesawat udara yang digunakan sebagai contoh pada Gambar IV.10 adalah pesawat udara A330 yang memiliki nilai MTOW

19 kg dan k = 80 MN/m3. Hasil perhitungan keberangkatan tahunan ekivalen untuk pesawat udara A330 yang diperoleh dari Tabel IV.6 yaitu 2812 diplot ke Gambar IV.10, sehingga diperoleh tebal perkerasan 45 cm. Nilai tebal ini diperoleh dari ekstrapolasi sebagai berikut : dilakukan ekstrapolasi untuk MTOW kg (annual departure 1200 dan 3000 diperoleh nilai H=38.60 dan cm) dan kg (annual departure 1200 dan 3000 diperoleh nilai H=37.85 dan cm). Dari ekstrapolasi tersebut diperoleh tebal perkerasan 45 cm (annual departure ekivalen = 2801). Proses desain perkerasan, dilakukan seperti pada Gambar IV.10. Gambar IV.10, faktor keamanan yang digunakan adalah 1.13 dan jika annual departure ekivalen lebih besar dari 25000, maka digunakan Tabel II.5 untuk menambahkan tebal yang telah diperoleh dari Gambar IV.10. Gambar IV.10 juga memperlihatkan pengaruh nilai k dan MTOW terhadap desain perkerasan. Gambar IV.10 Kurva desain perkerasan kaku dual tandem gear Kurva desain pada Gambar IV.10 digunakan untuk critical pavement area. Kurva desain lebih lengkap diberikan di lampiran F. Hasil desain perkerasan diperlihatkan pada Tabel IV.11.

20 52 Tabel IV.11 Ringkasan hasil desain perkerasan metoda FAA (Fk = 1.13) Tabel IV.11 menunjukkan bahwa pesawat udara A330 dengan gear type dual tandem menghasilkan tebal yang paling tebal dibandingkan dengan jenis pesawat udara lainnya. Desain struktur perkerasan kaku dengan metoda FAA, diperoleh pesawat udara desain adalah pesawat udara A-330 dengan tebal 45 cm dengan faktor keamanan 1.13 dan tegangan lentur 2,951 MPa. IV.3.3 Metoda PCA Metoda PCA merupakan metoda desain perkerasan yang didasarkan pada kriteria retak lelah (fatigue). Proses desain struktur perkerasan kaku yang didasarkan pada kriteria retak lelah dengan menggunakan program Airfield pada dasarnya harus dilakukan untuk setiap jalur lintasan roda pesawat udara yang beroperasi. Metoda PCA memperhitungkan jalur lintasan roda pada masing-masing pesawat udara yang beroperasi di bandar udara tersebut. Tabel IV.12, struktur perkerasan didesain menggunakan program Airfield dengan tebal 45 cm dan faktor keamanan yang digunakan adalah Tabel IV.12 juga memperlihatkan ringkasan hasil perhitungan tegangan lentur (σ L ), jumlah repetisi beban yang diijinkan (N ijin ), total kerusakan dan masa layan kritis (n) untuk 17 jalur lintasan roda pesawat udara yang sedang dianalisis.

21 53 Tabel IV.12 Ringkasan hasil desain perkerasan metoda PCA dengan faktor keamanan (1.36) Terlihat pada Tabel IV.12, bahwa total kerusakan terbesar (88.024%) dan masa layan kritis terkecil (n = tahun) dihasilkan pada jalur lintasan roda A-330. Hasil ini berbeda dengan perkiraan awal yang biasa dibuat, bahwa jalur desain kritis terjadi pada jalur lintasan roda B yang merupakan pesawat udara terberat (MTOW = ton), atau terjadi pada jalur lintasan roda B yang merupakan pesawat udara yang paling banyak beroperasi pada struktur perkerasan ini (volume keberangkatan = pesawat/tahun). Namun demikian, hasil ini sebenarnya tetap konsisten dengan teori kerusakan retak lelah yang didasarkan pada tegangan lentur, karena pesawat udara desain A-330 ternyata memberikan tegangan lentur yang paling besar (σ L = MPa). Sedangkan, tegangan lentur yang diakibatkan oleh pesawat udara B dan B masing-masing adalah MPa dan MPa. Dengan kata lain, perkiraan jalur desain kritis dapat juga didasarkan pada tegangan lentur terbesar yang mungkin terjadi di dalam struktur perkerasan. Data berat total (MTOW) dan data volume keberangkatan tahunan (annual departure) pesawat udara, langsung dapat diketahui pada saat awal proses desain, sedangkan tegangan lentur yang terjadi di dalam struktur perkerasan baru dapat diketahui setelah proses desain dilakukan. Oleh karena itu, sebagai alternatif, perkiraan jalur desain kritis dapat dilakukan terlebih dahulu berdasarkan data beban pada masing-masing roda pesawat udara sebagai ganti dari data berat total pesawat udara (MTOW) yang sebelumnya biasa digunakan. Juga terlihat pada Tabel IV.12, bahwa perbedaan masa layan kritis (n) pada jalur lintasan roda

22 54 rata-rata dari keempat pesawat udara berbadan lebar (B , B , A-330 dan A-310) yang memiliki konfigurasi sumbu roda DDT atau DT terlihat tidak terlalu besar. Masa layan kritis pada jalur lintasan roda rata-rata dari pesawat udara besar lainnya dengan konfigurasi sumbu roda D atau S, relatif jauh lebih besar dan tidak menentukan. Analisis beban lalu lintas pesawat udara campuran harus dilakukan, khususnya jika jenis pesawat udara berbadan lebar (wide body) yang diperkirakan akan beroperasi lebih bervariasi dan volume pergerakannya masing-masing relatif besar. Selain itu, analisis beban lalu lintas pesawat udara campuran dapat lebih detail dalam menentukan posisi jalur desain kritis, seperti diperlihatkan pada Gambar IV.10, kurva kerusakan retak lelah dihitung untuk setiap pertambahan 1 cm jalur lintasan roda pesawat udara. Terlihat pada Gambar IV.11, bahwa posisi jalur desain kritis (S L = 1066 cm) tidak tepat sama dengan posisi jalur lintasan roda rata-rata dari pesawat udara desain A-330 (S L = 1070 cm). Pergeseran jalur desain kritis ini sekali lagi mencerminkan pengaruh dari beban lalu lintas pesawat udara campuran terhadap kerusakan struktur perkerasan yang terjadi. Gambar IV.11 Posisi jalur desain kritis Pengaruh dari masing-masing jenis pesawat udara terhadap kerusakan struktur perkerasan pada jalur desain kritis diperlihatkan secara rinci pada Gambar IV.12 yang diplotkan bersamaan dengan data volume keberangkatan tahunan. Pengaruh dari pesawat udara desain A-330 terlihat sangat dominan (97.52 %). Sedangkan, pengaruh dari pesawat udara

23 55 B yang paling banyak beroperasi pada struktur perkerasan ini hanya 0.03 % dan pengaruh dari pesawat udara B yang terberat juga hanya 1.59 % saja. Gambar IV.12 Kontribusi kerusakan terhadap volume keberangkatan tahunan Perbedaan tingkat kerusakan struktur perkerasan yang diakibatkan oleh setiap jenis pesawat udara, selain dipengaruhi oleh volume pergerakan, juga merupakan fungsi dari tegangan lentur yang terjadi. Pesawat udara B yang terberat, misalnya, memiliki konfigurasi sumbu roda DDT sehingga cukup efektif untuk mendistribusikan beban ke masing-masing roda dan mereduksi tegangan lentur yang terjadi. Hal menarik lain yang telah dilakukan adalah menganalisis pengaruh dari asumsi nilai LRF terhadap masa layan kritis struktur perkerasan. Nilai LRF dapat diwakili dengan deviasi standar (σ) dari distribusi jalur lintasan roda pesawat udara. Masa layan kritis (n = tahun) yang telah diperoleh dari contoh desain struktur perkerasan pada Tabel IV.12, menggunakan nilai σ = cm. Memperkecil nilai σ menjadi cm akan memperpendek masa layan kritis menjadi tahun saja. Sebaliknya, memperbesar nilai σ menjadi cm akan memperpanjang masa layan kritis menjadi tahun. Hasil analisis ini mengindikasikan, bahwa nilai σ yang biasanya diasumsikan pada saat proses desain perlu ditinjau kembali di lapangan pada saat kegiatan rutin evaluasi struktur perkerasan dilaksanakan.

24 56 Hasil analisis menunjukkan, bahwa faktor keamanan saling berbeda antara metoda ICAO, FAA dan PCA. Faktor keamanan metoda ICAO 1.20, FAA 1.13 dan PCA Faktor keamanan yang digunakan tersebut menunjukkan hasil desain perkerasan yang sama yaitu 45 cm. Faktor keamanan tidak harus disamakan antara ketiga metoda tersebut karena proses desain perkerasan saling berbeda. Hasil desain perkerasan untuk ketiga metoda desain dapat di lihat pada Tabel IV.13. Tabel IV.13 Hasil desain perkerasan ICAO, FAA, PCA IV.4 Analisis Sensitivitas Parameter Desain Analisis Sensitivitas parameter desain terhadap hasil desain, dilakukan dengan menggunakan program Airfield. Parameter-parameter desain yang dianalisis yaitu : analisis sensitivitas modulus subgrade reaction (k), analisis sensitivitas modulus of rupture (MR), analisis modulus sensitivitas elastis (E), analisis sensitivitas poisson ratio (μ), analisis sensitivitas rotation angle dan pass to coverage ratio. Penggunaan program Airfield untuk analisis sensitivitas diperlihatkan pada Gambar IV.13. Seperti terlihat pada Gambar IV.13, analisis sensitivitas dilakukan pada pesawat udara desain A-330 dengan MTOW kg. Data input yang dibutuhkan adalah MTOW, % weight on main gear legs, tyre pressure, number of wheels on one leg, E, poisson ratio, type of aircraft, wheel gear configuration, dan number of main gear legs. Hasil output yang dihasilkan dari program Airfield adalah contact area, pavement thickness, radius relative stiffness, koordinat x max dan y max, maximum rotation, maximum stress dan nilai ACN. Hasil analisis sensitivitas k, MR, E, μ dan pass to coverage ratio diperlihatkan pada Gambar IV.14.

25 57 Gambar IV.13 Penggunaan program Airfield untuk analisis sensitivitas Gambar IV.14 Analisis sensitivitas k, MR, E, μ dan pass to coverage ratio

26 58 Seperti terlihat pada Gambar IV.14, bahwa perubahan nilai k, MR dan pass to coverage ratio berbanding terbalik terhadap perubahan tebal perkerasan kaku. Peningkatan nilai k, MR dan pass to coverage ratio hingga 20 % menyebabkan tebal perkerasan kaku menurun, masingmasing menjadi 0.18, 0.75, 0.22 (%perubahan ketebalan / %perubahan parameter desain). Sedangkan nilai μ dan E berbanding lurus terhadap tebal perkerasan kaku. Peningkatan nilai μ dan E hingga 20 % menyebabkan tebal perkerasan kaku meningkat masing-masing adalah 0.18 dan 0.01 (%perubahan ketebalan / %perubahan parameter desain). Analisis lebih lanjut, pesawat udara dianalisis terhadap posisi roda pendaratan mulai dari 0 derajat sampai dengan 80 derajat. Hasil putaran roda pesawat udara menghasilkan tegangan yang terjadi akibat posisi roda tersebut. Hasil hubungan tegangan dan posisi roda pesawat udara dapat dilihat pada Gambar IV.15. Gambar IV.15 Kurva hubungan posisi roda pendaratan dengan tegangan Gambar IV.15 menunjukkan bahwa tegangan akan makin besar jika posisi roda pendaratan berada antara 0 derajat sampai dengan 50 derajat, terlihat perubahan tegangan dari 1,596 Mpa hingga mencapai 1,838 MPa. Tetapi bila putaran sudut roda pendaratan di atas 60 derajat maka nilai tegangan akan kembali menurun.

Gambar III.1 Diagram Alir Program Penelitian

Gambar III.1 Diagram Alir Program Penelitian BAB III PROGRAM DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Program Penelitian Program penelitian diawali dengan studi pustaka tentang teori dasar struktur perkerasan kaku berdasarkan metoda ICAO. Sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, FTSP-ITB, Bandung, dan Jurusan Teknik Sipil, FT-Untar, Jakarta.

1) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, FTSP-ITB, Bandung, dan Jurusan Teknik Sipil, FT-Untar, Jakarta. Perbandingan antara Pendekatan Desain Struktur Perkerasan Kaku berdasarkan Lalu Lintas Pesawat Udara Campuran dan Pesawat Udara Desain Kritis Djunaedi Kosasih 1) Abstrak Metode desain struktur perkerasan

Lebih terperinci

Analisis Kerusakan Retak Lelah pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield

Analisis Kerusakan Retak Lelah pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield Analisis Kerusakan Retak Lelah pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield Djunaedi Kosasih 1) Arie Fibryanto 2) Abstrak Desain struktur perkerasan kaku yang

Lebih terperinci

Analisis Kerusakan Retak Lelah pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield

Analisis Kerusakan Retak Lelah pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield Kosasih, Vol. 12 No. Fibryanto. 1 Januari 2005 urnal TEKNIK SIPIL Analisis Kerusakan Retak Lelah pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield Djunaedi Kosasih

Lebih terperinci

Analisis Disain Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield

Analisis Disain Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield Analisis Disain Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield Djunaedi Kosasih 1 ABSTRAK Proses disain struktur perkerasan kaku landasan pesawat udara umumnya masih

Lebih terperinci

Analisis Nilai ACN dan PCN untuk Struktur Perkerasan Kaku dengan menggunakan Program Airfield. Djunaedi Kosasih 1)

Analisis Nilai ACN dan PCN untuk Struktur Perkerasan Kaku dengan menggunakan Program Airfield. Djunaedi Kosasih 1) Analisis Nilai ACN dan PCN untuk Struktur Perkerasan Kaku dengan menggunakan Program Airfield Djunaedi Kosasih 1) Abstrak Metoda ACN dan PCN yang diusulkan oleh ICAO (1983) merupakan metoda evaluasi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Bandara Udara Sistem bandar udara terdiri dari dua bagian yaitu sistem sisi udara (air side) dan sistem sisi darat (land side). Sistem air side suatu bandar udara

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda

Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda Redy Triwibowo, Ervina Ahyudanari dan Endah Wahyuni Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN STRUKTUR PERKERASAN KAKU LANDASAN PESAWAT UDARA BERDASARKAN METODA ICAO TESIS ARIE FIBRYANTO NIM :

ANALISIS DESAIN STRUKTUR PERKERASAN KAKU LANDASAN PESAWAT UDARA BERDASARKAN METODA ICAO TESIS ARIE FIBRYANTO NIM : ANALISIS DESAIN STRUKTUR PERKERASAN KAKU LANDASAN PESAWAT UDARA BERDASARKAN METODA ICAO TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

Perencanaan Bandar Udara

Perencanaan Bandar Udara Perencanaan Bandar Udara Perkerasan Rigid Page 1 Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berlainan. Perkerasan yang dibuat dari campuran aspal

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN STRUKTUR PERKERASAN KAKU LANDASAN PESAWAT UDARA BERDASARKAN METODA ICAO TESIS ARIE FIBRYANTO NIM :

ANALISIS DESAIN STRUKTUR PERKERASAN KAKU LANDASAN PESAWAT UDARA BERDASARKAN METODA ICAO TESIS ARIE FIBRYANTO NIM : ANALISIS DESAIN STRUKTUR PERKERASAN KAKU LANDASAN PESAWAT UDARA BERDASARKAN METODA ICAO TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA &ANALISIS. dengan menggunakan Program COMFAA 3.0 adalah sebagai berikut :

BAB IV PENGOLAHAN DATA &ANALISIS. dengan menggunakan Program COMFAA 3.0 adalah sebagai berikut : BAB IV PENGOLAHAN DATA &ANALISIS 4.1 Hasil Perencanaan Program COMFAA 3.0 Data sekunder yang merupakan hasil perhitungan tebal perkerasana kaku dengan menggunakan Program COMFAA 3.0 adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG: STUDI KASUS BANDARA JUANDA

PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG: STUDI KASUS BANDARA JUANDA PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG: STUDI KASUS BANDARA JUANDA Redy Tribowo Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN TEBAL STRUKTUR PERKERASAN KAKU DENGAN METODE PCA DAN FAA PADA APRON BANDAR UDARA ADISUMARMO SURAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

ANALISIS DESAIN TEBAL STRUKTUR PERKERASAN KAKU DENGAN METODE PCA DAN FAA PADA APRON BANDAR UDARA ADISUMARMO SURAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU ANALISIS DESAIN TEBAL STRUKTUR PERKERASAN KAKU DENGAN METODE PCA DAN FAA PADA APRON BANDAR UDARA ADISUMARMO SURAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : PIETER HARRY AGUNG WIDODO No. Mahasiswa : 11402

Lebih terperinci

Menghitung nilai PCN dengan interpolasi linier nilai ACN pesawat sesuai dengan daya dukung perkerasan hasil perhitungan pada

Menghitung nilai PCN dengan interpolasi linier nilai ACN pesawat sesuai dengan daya dukung perkerasan hasil perhitungan pada (iv) (v) Menentukan daya dukung perkerasan. Untuk menentukan daya dukung perkerasan, digunakan kurva korelasi antara CBR subgrade, tebal perkerasan (tebal ekuivalen), annual departure (annual departure

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA PERKERASAN Struktur yang terdiri dari satu lapisan atau lebih dari bahan 2 yang diproses Perkerasan dibedakan menjadi : Perkerasan lentur Campuran beraspal

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG : STUDI KASUS BANDARA JUANDA

PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG : STUDI KASUS BANDARA JUANDA PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG : STUDI KASUS BANDARA JUANDA Dosen Pembimbing : Ir. Ervina Ahyudanari, ME., PhD. Endah Wahyuni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Bandar udara adalah area yang dipergunakan untuk kegiatan take-off dan landing pesawat udara dengan bangunan tempat penumpang menunggu (Horonjeff R, 1975). Menurut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan Dengan Cara Manual Data yang diperlukan dalam perencanaan tebal perkerasan metode FAA cara manual adalah sebagai berikut: 1. Nilai CBR Subbase : 20% 2. Nilai CBR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu PENDAHULUAN BAB I I.1 Latar Belakang Transportasi adalah usaha untuk memindahkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dalam aktivitas sehari hari dengan menggunakan alat trasportasi. Indonesia

Lebih terperinci

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM Bandar Udara Eddi Wahyudi, ST,MM PENGERTIAN Bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah

Lebih terperinci

Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan.

Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan. 3. SIMBOL DAN SINGKATAN 3.1 AC Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan. 3.2 ACN Singkatan dari Aircraft Classification

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Material Slab Beton Pada Perkerasan Apron dengan Menggunakan Program Bantu Elemen Hingga

Analisis Perbandingan Material Slab Beton Pada Perkerasan Apron dengan Menggunakan Program Bantu Elemen Hingga JURNAL JURNAL TEKNIK TEKNIK ITS Vol. ITS 5, Vol. No. 4, 1, No. (2016) 1, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E17 Analisis Perbandingan Material Slab Beton Pada Perkerasan Apron dengan Menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA SENTANI BERBASIS JUMLAH DAN TIPE PESAWAT

ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA SENTANI BERBASIS JUMLAH DAN TIPE PESAWAT ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA SENTANI BERBASIS JUMLAH DAN TIPE PESAWAT Pembimbing I Prof. Ir. Sakti Adji Adjisasmita, Msi, M.Eng.Sc,Ph.D Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Runway digunakan untuk kegiatan mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum take off weight terbesar

Lebih terperinci

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya oleh : Yoanita Eka Rahayu 3112040611 LATAR BELAKANG Saat ini masyarakat cenderung menginginkan sarana transportasi yang cepat dan

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Perkerasan Runway, Taxiway, dan Apron (Studi Kasus Bandar Udara Soekarno Hatta dengan Pesawat Airbus A-380)

Analisa Kekuatan Perkerasan Runway, Taxiway, dan Apron (Studi Kasus Bandar Udara Soekarno Hatta dengan Pesawat Airbus A-380) Analisa Kekuatan Perkerasan Runway, Taxiway, dan Apron (Studi Kasus Bandar Udara Soekarno Hatta dengan Pesawat Airbus A-380) Rindu Twidi Bethary Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan

Lebih terperinci

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI i m v vii ^ x ^ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan Analisis 5 1.3 Batasan Masalah 5

Lebih terperinci

parameter, yaitu: tebal /(bidang kontak)^ dan CBR/tekanan roda, serta memisahkan

parameter, yaitu: tebal /(bidang kontak)^ dan CBR/tekanan roda, serta memisahkan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode Perancangan CBR (California Bearing Ratio) Metode CBR pertama kali dikembangkan oleh California Division of Highways, 1928. metode CBR kemudian dipakai oleh Corp of Engineers,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Disusun oleh : Nur Ayu Diana

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN Yasruddin Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin ABSTRAK Bandar Udara

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN. Mulai. Perumusan masalah. Studi literatur. Pengumpulan data sekunder & primer. Selesai

BAB III METODE PERENCANAAN. Mulai. Perumusan masalah. Studi literatur. Pengumpulan data sekunder & primer. Selesai BAB III METODE PERENCANAAN 3.1. Bagan Alir Perencanaan Langkah-langkah yang dilaksanakan pada studi ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini. Mulai Perumusan masalah Studi literatur Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN PERKERASAN PADA LAPANGAN TERBANG

BAB II FAKTOR FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN PERKERASAN PADA LAPANGAN TERBANG BAB II FAKTOR FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN PERKERASAN PADA LAPANGAN TERBANG Horonjeff (1993:146) dalam buku perencanaan dan perancangan bandar udara perencanaan suatu bandar udara adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Peningkatan Fasilitas Landas Pacu Bandar Udara Fatmawati Soekarno Bengkulu Untuk Meningkatkan Pelayanan Penerbangan The Improvement Of Runway Facility In

Lebih terperinci

EVALUASI RIGID PAVEMENT APRON BANDARA KALIMARAU BERAU DENGAN METODE FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION

EVALUASI RIGID PAVEMENT APRON BANDARA KALIMARAU BERAU DENGAN METODE FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION EVALUASI RIGID PAVEMENT APRON BANDARA KALIMARAU BERAU DENGAN METODE FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION Rahmat 1) H. Mustakim 2) Risfadiah 3) Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan Email : rhtrusli@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan merupakan salah satu moda transportasi yang tidak dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem transportasi nasional, yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENGGUNAAN PROGRAM. Program FAARFIELD V1.305 ini dapat di download dari internet, kemudian

LAMPIRAN A PENGGUNAAN PROGRAM. Program FAARFIELD V1.305 ini dapat di download dari internet, kemudian L1 LAMPIRAN A PENGGUNAAN PROGRAM 1. Instalasi Program Program FAARFIELD V1.305 ini dapat di download dari internet, kemudian diinstal dengan menggunakan Autorun atau setup.exe. Pada saat instalasi, akan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beban Lalu Lintas Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan gaya tekan pada sumbu kendaraan. Gaya tekan sumbu selanjutnya disalurkan ke permukaan perkerasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sebelum tahun 1920-an, desain perkerasan pada dasarnya adalah penentuan ketebalan bahan berlapis yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk tanah dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan diatasnya sehingga diperlukan suatu konstruksi yang dapat menahan dan mendistribusikan beban lalu lintas yang

Lebih terperinci

MODULUS RESILIENT TANAH DASAR DALAM DESAIN STRUKTUR PERKERASAN LENTUR SECARA ANALITIS

MODULUS RESILIENT TANAH DASAR DALAM DESAIN STRUKTUR PERKERASAN LENTUR SECARA ANALITIS MODULUS RESILIENT TANAH DASAR DALAM DESAIN STRUKTUR PERKERASAN LENTUR SECARA ANALITIS ABSTRAK Dr. Ir. Djunaedi Kosasih, MSc. Ir. Gregorius Sanjaya S, MT Dosen Departemen Teknik Sipil Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI DAFTAR lsi LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN INTISARI KATA PENGANTAR ii DAFTAR lsi iv DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii ISTILAH - ISTILAH ix NOTASI- NOTASI xi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1

Lebih terperinci

DESAIN TEBAL PERKERASAN DAN PANJANG RUNWAY MENGGUNAKAN METODE FAA; STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH

DESAIN TEBAL PERKERASAN DAN PANJANG RUNWAY MENGGUNAKAN METODE FAA; STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH DESAIN TEBAL PERKERASAN DAN PANJANG RUNWAY MENGGUNAKAN METODE FAA; STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH ANTON MANONTONG NABABAN 1100052106 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU UNTUK LAPANGAN TERBANG MONICA SARI

STUDI PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU UNTUK LAPANGAN TERBANG MONICA SARI STUDI PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU UNTUK LAPANGAN TERBANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR 1.1 Umum Overlay merupakan lapis perkerasan tambahan yang dipasang di ataskonstruksi perkerasan yang ada dengan tujuan meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN MATERIAL SLAB BETON PADA PERKERASAN APRON DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BANTU ELEMEN HINGGA

ANALISIS PERBANDINGAN MATERIAL SLAB BETON PADA PERKERASAN APRON DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BANTU ELEMEN HINGGA TUGAS AKHIR (RC-14-1501) ANALISIS PERBANDINGAN MATERIAL SLAB BETON PADA PERKERASAN APRON DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BANTU ELEMEN HINGGA HENDRAWAN SETYO WARSITO NRP 3111 100 138 Dosen Pembimbing I Ir. Ervina

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Beban Ijin Total Pesawat (Pta) Dari Nilai PCN (Pavement Classification Number) Di Bandara Kuala Namu Medan Load Permit Total Aircraft (Pta) From PCN Value

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II MENGGUNAKAN METODE FAA

ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II MENGGUNAKAN METODE FAA ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II MENGGUNAKAN METODE FAA Brian Charles S 1, Sri Djuniati 2, Ari Sandhyavitri 2 1) Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Perkerasan kaku Beton semen

Perkerasan kaku Beton semen Perkerasan kaku Beton semen 1 Concrete pavement profile 2 Tahapan Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) 3 Parameter perencanaan tebal perkerasan kaku Beban lalu lintas Kekuatan tanah dasar Kekuatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Persiapan data dari sumbernya Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya Karya sebagai kontraktor pelaksana pembangunan JORR W2 dan PT. Marga

Lebih terperinci

ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS

ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS Oleh:Dedi Sutrisna, Drs., M.Si. Abstrak Bandar Udara Nusawiru merupakan bandara kelas perintis yang terletak di pantai

Lebih terperinci

Kategori kekuatan sub-grade dan mewakili semua nilai CBR di bawah 4 untuk perkerasan fleksibel. Kode

Kategori kekuatan sub-grade dan mewakili semua nilai CBR di bawah 4 untuk perkerasan fleksibel. Kode Kategori kekuatan sub-grade dan mewakili semua nilai CBR di bawah 4 untuk perkerasan fleksibel. Kode c. Kategori tekanan ban maksimum yang diperbolehkan kategori tekanan ban maksimum yang diperbolehkan:

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi baik darat, laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali, serta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Metode Analisa Komponen Untuk merencanakan tebal perkerasan jalan ruas jalan Palbapang Barongan diperlukan data sebagai berikut: 1. Data Lalu-lintas Harian Rata rata (LHR)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Perhitungan validasi program bertujuan untuk meninjau layak atau tidaknya suatu program untuk digunakan. Peninjauan validasi program dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Pengaruh Divert Landing Pesawat A-380 Terhadap Beban Ijin Total Pesawat (Pta) Dari Nilai PCN (Pavement Classification Number) Di Bandar Udara Soekarno Hatta

Lebih terperinci

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213) Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO 1993 + Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213) Data - Data yang diperlukan : Umur rencana = 20 tahun CBR tanah dasar = 6 % Kuat tarik lentur (fcf) = 4.0

Lebih terperinci

TUGAS AKKHIR ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION

TUGAS AKKHIR ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION TUGAS AKKHIR ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION (FAA) DAN LOAD CLASSIFICATION NUMBER (LCN) Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 Rifdia Arisandi 3108100072 Dosen Pembimbing Ir. Hera Widiyastuti, MT., Ph.D JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 Peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Tebal Perkerasan dengan Metode Analisa Komponen dari Bina Marga 1987 1. Data Perencanaan Tebal Perkerasan Data perencanaan tebal perkerasan yang digunakan dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Bandar Udara Radin Inten II terletak di Jl. Alamsyah Ratu Prawiranegara Branti Raya, Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Tepatnya berada

Lebih terperinci

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU) PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU) Jenis Perkerasan Kaku Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa tulangan Perkerasan Beton Semen Bersambung dengan tulangan Perkerasan Beton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku atau rigid pavement adalah jenis perkerasan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku atau rigid pavement adalah jenis perkerasan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Kaku Perkerasan kaku atau rigid pavement adalah jenis perkerasan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut. Perkerasan kaku merupakan salah

Lebih terperinci

DESAIN TEBAL PERKERASAN DAN PANJANG RUNWAY MENGGUNAKAN METODE FAA; STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SUMATERA UTARA

DESAIN TEBAL PERKERASAN DAN PANJANG RUNWAY MENGGUNAKAN METODE FAA; STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SUMATERA UTARA DESAIN TEBAL PERKERASAN DAN PANJANG RUNWAY MENGGUNAKAN METODE FAA; STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SUMATERA UTARA Anton Manontong Nababan, Eduardi Prahara, ST,. MT. 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Suatu program dapat digunakan jika program tersebut mempunyai dasar perhitungan manual. Program KENPAVE merupakan program yang didasari pada metode sistem

Lebih terperinci

Star dard Aircraft. T re Pressure. A B c D A B C D. High K-80 K« I 11 I " I ^ 1 * 1 " ' 13 I S I ^ I U ' 15 ' 16 I " I " I " r14

Star dard Aircraft. T re Pressure. A B c D A B C D. High K-80 K« I 11 I  I ^ 1 * 1  ' 13 I S I ^ I U ' 15 ' 16 I  I  I  r14 Tipe Pesawat Maximum Apron Mass and Operating Empty Mass _oad on One Main Gear Leg Star dard Aircraft T re Pressure ACNrelatrveto Rigid pavement subgrades Flexible pavement subgrades A B c D A B C D High

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengujian Sifat-Sifat Fisis dan Indeks Tanah Colluvium Pengujian sifat-sifat fisis dan indeks tanah dilakukan untuk mengetahui jenis atau klasifikasi

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993 Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993 PRATAMA,

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU

KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 171 KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU (Studi Kasus Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya) Oleh: Oktosuyono 1), Robby 2), dan Mohamad Amin 3) Bandar Udara

Lebih terperinci

Perencanaan Pengembangan Apron Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

Perencanaan Pengembangan Apron Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perencanaan Pengembangan Apron Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya Rifdia Arisandi, dan Ir. Hera Widiyastuti, MT., Ph.D. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara

WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Berdasarkan Nilai CBR (California Bearing Ratio) dan ESWL (Equivalent Single Wheel Load) Pesawat Rencana Pada Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) APRON BANDAR UDARA SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

ANALISA PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) APRON BANDAR UDARA SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI Huzeirien dan M. Eri Dahlan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Batanghari Jambi Email : gharisa@yahoo.co.id Abstrak Fungsi Bandar Udara seperti sebuah terminal dimana dalam hal ini

Lebih terperinci

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL 63 Bab V Analisa Data V.1. Pendahuluan Dengan melihat kepada data data yang didapatkan dari data sekunder dan primer baik dari PT. Jasa Marga maupun dari berbagai sumber dan data-data hasil olahan pada

Lebih terperinci

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

Abstrak BAB I PENDAHULUAN Abstrak Jalan Raya MERR II merupakan alternatif pilihan yang menghubungkan akses Ruas Tol Waru Bandara Juanda menuju ke utara melalui jalan MERR II ke Kenjeran menuju akses Suramadu. Untuk menunjang hal

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI MODULUS ELASTIS LAPISAN BERASPAL MENGGUNAKAN HAMMER TEST

ESTIMASI NILAI MODULUS ELASTIS LAPISAN BERASPAL MENGGUNAKAN HAMMER TEST ESTIMASI NILAI MODULUS ELASTIS LAPISAN BERASPAL MENGGUNAKAN HAMMER TEST Slamet Widodo Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Hadari Nawawi, Pontianak 78124 slamet@engineer.com Abstract Surface

Lebih terperinci

PENGGUNAAN HAMMER TEST DAN UJI CBR LAPANGAN UNTUK MENGEVALUASI DAYA DUKUNG PONDASI CEMENT TREATED BASE (CTB)

PENGGUNAAN HAMMER TEST DAN UJI CBR LAPANGAN UNTUK MENGEVALUASI DAYA DUKUNG PONDASI CEMENT TREATED BASE (CTB) PENGGUNAAN HAMMER TEST DAN UJI CBR LAPANGAN UNTUK MENGEVALUASI DAYA DUKUNG PONDASI CEMENT TREATED BASE (CTB) Slamet Widodo Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Jl. Prof. DR. Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit Gambar 8.6-24: Marka taxiway pavement-strength limit Marka tepi taxiway utama atau apron terkait, atau marka runway side stripe, harus terpotong di sepanjang lebar jalan masuk taxiway berkekuatan rendah.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Perkembangan teknologi di bidang transportasi semakin berkembang. Hal ini dikarenakan banyaknya aktivitas masyarakat dalam melakukan hubun

PENDAHULUAN Perkembangan teknologi di bidang transportasi semakin berkembang. Hal ini dikarenakan banyaknya aktivitas masyarakat dalam melakukan hubun PERENCANAAN RUNWAY, TAXIWAY DAN APRON UNTUK PESAWAT TIPE B 737-900 ER PADA BANDARA SULTAN BABULLAH TERNATE 1 Herckia Pratama Daniel 2 Jennie Kusumaningrum, ST., MT. Email : 1 herckia_pratama.d@studentsite.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

Disurvei 3 m Disurvei Elevasi/altituda/ketinggian (Elevation/altitude/height)

Disurvei 3 m Disurvei Elevasi/altituda/ketinggian (Elevation/altitude/height) Elevation/altitude/height Elevasi/altituda/ketinggian Elevasi Bandar Udara WGS-84 geoid undulation pada posisi elevasi Bandar Udara thresholdrunway, non-precision approach WGS-84 geoid undulation at runway

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi udara sangat efektif digunakan untuk membawa penumpang dengan jarak yang jauh dan dapat mempercepat waktu tempuh dibandingkan transportasi darat dan laut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pembangunan disegala bidang khususnya bidang ekonomi pada dewasa ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat penting didalam menunjang aktifitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PERHITUNGAN RIGID PAVEMENT DENGAN DAN TANPA SERAT POLYPROPYLENE BERDASARKAN UJI LABORATORIUM

BAB V ANALISIS DAN PERHITUNGAN RIGID PAVEMENT DENGAN DAN TANPA SERAT POLYPROPYLENE BERDASARKAN UJI LABORATORIUM V - 1 BAB V ANALISIS DAN PERHITUNGAN RIGID PAVEMENT DENGAN DAN TANPA SERAT POLYPROPYLENE BERDASARKAN UJI LABORATORIUM 5.1. Besaran Rencana Perkerasan Kaku 5.1.1. Umur Rencana Pada umumnya umur rencana

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT Oleh : Dwi Sri Wiyanti Abstract Pavement is a hard structure that is placed on the subgrade and functionate to hold the traffic weight that

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam diagram alir, proses perencanaan geometrik akan dilakukan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI. Dalam diagram alir, proses perencanaan geometrik akan dilakukan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1. BAB III METODOLOGI 3.1 PERENCANAAN GEOMETRIK Urutan langkah pekerjaan dalam perencanaan geometrik adalah: 1. Penentuan arah orientasi runway, yaitu: a. Review arah dan kecepatan angin b. Pembuatan wind

Lebih terperinci

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat

Lebih terperinci

ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN S.A.Adisasmita (1),A.F.Aboe (1),Tenrigau Patawari (2). ABSTRAK : Bandar udara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Adapun rencana tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan pembuatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI Irvan Ramadhan, ST Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Dumai Muhammad Idham, ST, M.Sc Anton Budi Dharma,

Lebih terperinci

Bab VII Kesimpulan, Kontribusi Penelitian dan Rekomendasi

Bab VII Kesimpulan, Kontribusi Penelitian dan Rekomendasi Bab VII Kesimpulan, Kontribusi Penelitian dan Rekomendasi VII.1 Kesimpulan Penelitian ini mencakup penyelidikan kondisi bonding antar lapis perkerasan beraspal dengan menggunakan pendekatan teoritis maupun

Lebih terperinci

Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear

Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear VI.1 Pengertian Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Model makroskopis adalah model yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang sangat besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci