BAB II FAKTOR FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN PERKERASAN PADA LAPANGAN TERBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II FAKTOR FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN PERKERASAN PADA LAPANGAN TERBANG"

Transkripsi

1 BAB II FAKTOR FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN PERKERASAN PADA LAPANGAN TERBANG Horonjeff (1993:146) dalam buku perencanaan dan perancangan bandar udara perencanaan suatu bandar udara adalah suatu proses yang sedemikian rumitnya sehingga analisis suatu kegiatan tanpa memperhitungkan pengaruhnya pada yang kegiatan lain tidak akan menghasilkan penyelesaian yang memuaskan (Basuki, 2008:) Lapangan terbang merupakan fasilitas yang kompleks dan saling behubungan namun memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Menurut Horonjeff et al. (2010:259) Dua faktor utama yang berkontribusi terhadap ketebalan desain lapisan perkerasan lapangan udara adalah tanah dasar serta volume dan berat lalu lintas yang menggunakan perkerasan. Sedangkan menurut FAA pada AC 150/5320-6E (2009:13) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan perkerasan Besarnya karakter dari beban pesawat yang akan didukung, volume lalu lintas, konsentrasi lalu lintas di daerah tertentu, dan kekuatan tanah subgrade dan kualitas bahan yang membentuk struktur perkerasan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang perlu diperhatiakan dalam perencanaan perkerasan lapangan terbang sebagai berikut : Beban pesawat, Volume lalu lintas pesawat, lalu lintas didaerah tertentu dan kekuatan tanah dasar. I.1 Beban Pesawat Berbeda dengan jalan raya, lapangan terbang digunakan untuk menanggung beban kendaraan berupa pesawat terbang yang lebih berat dari kendaraan pada jalan raya. Struktur perkerasan pada lapangan terbang didesain agar dapat

2 menahan beban dari pesawat terbang yang bertumpu dan beraktivitas diatasnya. Terdapat beberapa jenis pembebanan yang terjadi pada lapangan terbang dan pembebanan ini mempengaruhi perkerasan. a. Beban statis Menurut Vaitkus et.al (2014:2) diketahui bahwa beban statis adalah beban yang mengarah ke suatu koordinat titik yang konstan dan tidak memiliki percepatan yang signifikan selama waktu pembebanan. b. Beban Impact atau beban dinamis Menurut Vaitkus et.al (2014:2) beban impact adalah beban yang turun dari ketingian tertentu dan tiba-tiba kelapis permukaan perkerasan. Dari kedua jenis pembebanan beban statis lebih diperhitungkan untuk keperluan desain. Perkerasan dirancang atas dasar analisis beban statis. Beban Impact tidak dianggap untuk meningkatkan persyaratan ketebalan perkerasan (FAA, 1995:1). penyebab dari diabaikannya beban impact juga dijelaskan dalam FAA (2009:18) Selama impact pendaratan, yang tersisa daya angkat pada sayap lebih jauh meredakan gaya vertikal dinamis yang sebenarnya ditransmisikan ke perkerasan melalui gigi pendaratan. Pembebanan memberikan perbedaan fungsi perkerasan pada runway, taxiway dan apron karena proses pembebanan yang terjadi. Daerah lapangan terbang apron untuk pesawat baik yang diparkir atau bergerak dengan kecepatan rendah jelas harus memiliki perencanaan yang berbeda dari karakteristik desain dan penanganan dengan perkerasan pada landasan pacu dimana pesawat yang sama dapat beroperasi pada kecepatan 150 mph (Yoder, 1975:128). maka, perencanaan perkerasan harus direncanakan sesuai dengan jenis fitur yang tepat.

3 Pesawat terbang tidak lepas dalam proses perencanaan perkerasan untuk lapangan terbang dan pada proses pembebanannya sebuah pesawat terbang didasarkan pada berat kotornya seperti yang disampaikan ICAO (1983:130) dan FAA (1995,24) Metode desain perkerasan didasarkan pada berat kotor pesawat. Beban rencana merupakan beban dari roda pendaratan utama ditentukan dengan mempertimbangkan massa take-off pesawat (Cojocaru, 2011:54). Roda pendaratan utama dirancang untuk mendistribusikan beban pada pesawat terbang kepada perkerasan. Dalam prosedur desain FAA (1995:21) serta ICAO (1983:324) mengasumsikan untuk berat kotor dari pesawat 95 persen dilakukan oleh roda pendaratan utama dan 5 persen dilakukan oleh roda depan. Pembebanan pada perkerasan menimbulkan tegangan. Tegangan yang ditimbulkan oleh pembebanan bergantung pada wilayah pembebanannya. Huang dalam bukunya Pavement Analysis and Design (2004: ) menyajikan perhitungan tegangan dengan beban yang sama dengan wilayah kerja beban yang berbeda menyimpulkan bahwa tegangan yang paling besar terjadi pada wilayah pinggir (edge) kemudian wilayah sudut (corner) dan yang terkecil merupakan wilayah tengah (interior). II.2 Volume Lalu Lintas Pesawat Volume lalu lintas pesawat adalah jumlah pesawat udara setiap jenisnya yang melintas dan dihitung dalam waktu tertentu. Kedatangan, keberangkatan, operasi taxi pesawat maupun ketiganya merupakan siklus lalu lintas yang terjadi pada lapangan terbang. Mulai dari siklus kedatangan dan keberangkatan dari setiap jenis pesawat yang digunakan untuk kebutuhan desain adalah volume keberangkatan pertahun atau disebut juga Annual departure seperti yang telah

4 dilampirkan dalam FAA AC 150/5320-6D (1995:24) dan FAA AC 150/5320-6E (2009:14) Prakiraan keberangkatan tahunan berdasarkan jenis pesawat yang dibutuhkan untuk desain perkerasan. Hal yang serupa juga disampaikan oleh Basuki (2008:338) bahwa Ramalan lepas landas tahunan (annual departure) atau ramalan jumlah pesawat yang akan lepas landas selama 20 tahun design life, perkerasan, yang harus dilayani oleh landasan pacu. Kedatangan pesawat atau ketika pesawat mendarat dianggap tidak lebih berat dibandingkan dengan keberangkatan pesawat atau lepas landas. Pada saat mendarat berat pesawat berkurang akibat penggunaan bahan bakar, dan daya angkat pada sayap pesawat juga menjadi pengaruh dalam hal mengurangi beban pesawat pada perkerasan. Sehingga volume keberangkatan pesawat tidak dipertimbangkan dalam keperluan desain. Dari segi parameter untuk banyaknya jumlah lalu lintas pada suatu bandara di lampirkan dalam Kepadatan lalu lintas lapangan terbang oleh ICAO (1999:11) dikategorigan menjadi tiga bagian, yaitu : Ringan Di mana jumlah pergerakan pada jam sibuk tidak lebih besar dari 15 perlandasan pacu atau kurang dari 20 pergerakan. Sedang Di mana jumlah pergerakan pada jam sibuk adalah dari 16 sampai 25 per landasan pacu atau antara 20 sampai 35 total gerakan bandar udara. Berat Di mana jumlah pergerakan pada jam sibuk adalah 26 atau lebih per landasan pacu atau lebih dari 35 jumlah pergerakan bandar udara.

5 II.3 Lalu Lintas Didaerah Tertentu Roda pesawat udara sebenarnya tidak selalu melintasi perkerasan pada lintasan yang tetap sesuai dengan konfigurasi sumbunya (Kosasih,2005:30). Dalam FAA (2009:17) disampaikan hal yang sama yaitu Sebagian pesawat bergerak sepanjang bagian perkerasan jarang perjalanan di jalan lurus sempurna atau sepanjang jalan yang sama seperti sebelumnya. Sebuah pesawat yang berjalan diatas perkerasan taxiway maupun runway memiliki jalur lintasan yang berbeda-beda, hal ini bisa juga disebabkan oleh konfigurasi sumbu yang berbeda. Sebuah lintasan merupakan satu gerakan dari siklus lalu lintas untuk satu jenis pesawat tertentu pada taxiway paralel atau pada runway untuk taxiway sentral, seperti yang terlihat pada gambar 2.1 berikut : Gambar 2.1 Lintasan Pada Lapangan Terbang Sumber : FAA AC No : 150/5335-5C (2011: 20) Pada taxiway sentral memungkinkan pesawat melakukan taxi pada sebagian runway dan sebaliknya pada taxiway paralel. Untuk masing-masing jenis taxiway memiliki kaitan dengan jumlah lintasan hal ini dijelaskan dalam FAA AC 150/5335-5C (2011: 20) yaitu : Skenario taxiway paralel.

6 Dalam kasus taxiway paralel, ditampilkan sebagai Gambar A1-1a, dua situasi pembebanan mungkin dapat terjadi. Kedua situasi ini mengasumsikan bahwa jumlah penumpang dan muatan kargo yang kurang lebih sama untuk seluruh pendaratan dan siklus lepas landas : Jika pesawat memperoleh bahan bakar di bandara, maka siklus lalu lintas hanya terdiri dari satu lintasan karena ketegangan beban pendaratan dianggap pada tingkat berkurang, yang merupakan kesetaraan fractional. Untuk kondisi ini hanya lintasan lepas landas yang dihitung, dan rasio lintasan ke siklus lalu lintas (P / TC) adalah 1. Jika pesawat tidak mendapatkan bahan bakar di bandara, lalu kedua lintasan, mendarat dan lepas landas harus dihitung, dan siklus lalu lintas terdiri dari dua lintasan stres beban yang sama. Dalam hal ini, rasio P / TC adalah 2. Skenario taxiway sentral Untuk konfigurasi taxiway sentral, ditampilkan sebagai Gambar A1-1b, ada juga dua situasi pembebanan yang mungkin dapat terjadi. Seperti yang dilakukan untuk kondisi taxiway paralel, kedua situasi ini menganggap bahwa siklus yang kurang lebih sama untuk seluruh pendaratan dan lepas landas : Jika pesawat memperoleh bahan bakar di bandara, maka baik lepas landas dan taksi untuk lintasan lepas landas harus dihitung karena mereka menghasilkan siklus lalu lintas yang terdiri dari dua lintasan pada tegangan beban maksimum. Pendaratan dapat diabaikan dalam kasus ini. Hal ini diakui bahwa hanya bagian dari landasan pacu digunakan selama beberapa operasi ini tetapi konservatif untuk mengasumsikan bahwa seluruh

7 landasan pacu tertutup setiap kali melintas terjadi. Untuk situasi ini rasio P/TC adalah 2 Jika pesawat tidak mendapatkan bahan bakar di bandara, maka baik lintasa pendaratan dan lepas landas harus dihitung, bersama dengan lintasan taxi, dan siklus lalu lintas terdiri dari tiga lintasan pada beban yang sama besarnya. Dalam hal ini, P / TC rasio 3 Dari sejumlah lintasan pesawat diatas perkerasan terdapat suatu titik yang mengalami beban penuh. Dalam hal jumlah lintasan ini dikenal nilai coverages Untuk perkerasan lentur, coverage adalah ukuran jumlah pengulangan dari tegangan maksimum yang terjadi di atas tanah dasar. Untuk perkerasan kaku, coverage adalah ukuran pengulangan dari tegangan maksimum terjadi pada bagian bawah lapisan PCC FAA (2009:17). Satu coverage yang terjadi pada satuan luasan perkerasan yang dilalui oleh sumbu roda pesawat, jumlah lintasan satuan luas diatas perkerasan dinyatakan dalam nilai pass coverage ratio. Untuk perhitungan nilai coverages diperlukan nilai PCR (pass to coverages ratio) yang merupakan unit kerusakan ekivalen yang terjadi dalam struktur perkerasan yang disebabkan lintasan roda pesawat udara. Kosasih (2007:38). Menurut Packard dalam Engineering Bulletin (1995:42) Prosedur yang menggunakan istilah pass coverage ratio untuk merujuk kepada konversi jumlah operasi lalu lintas ke jumlah pengulangan beban desain, yaitu, coverage yang terjadi ketika masing-masing titik perkerasan dalam jalur lalu lintas telah mengalami tegangan maksimum dengan pesawat yang beroperasi.

8 II.4 Kekuatan Tanah dasar Tanah dasar berguna sebagai pondasi untuk struktur perkerasan, dimana perkerasan akan mendistribusikan beban kepada tanah dasar. Semakin kuat tanah dasar dalam menanggung beban maka semakin sedikit ketebalan yang dibutuhkan untuk perkerasan. Klasifikasi tanah untuk tujuan rekayasa memberikan indikasi perilaku kemungkinan tanah sebagai tanah dasar perkerasan (ICAO, 1983:141). Nilai Menurut ICAO (1999:21) pada tabel 2.1 kategori kekuatan subgrade berdasarkan nilai daya dukung tanah adalah : Tabel 2.1 Kategori Kekuatan Tanah Dasar KATEGORI KEKUATAN TANAH DASAR Kekuatan tinggi : dikarakterisasi dengan K = 150MN/M³ dan mewakili semua nilai K diatas 120 MN/M³ untuk perkerasan kaku, dan dengan CBR = 15 dan mewakili semua nilai CBR diatas 13 untuk perkerasan lentur. CODE A Kekuatan menengah: dikarakterisasi dengan K = 80MN/M³ dan mewakili berbagai di K dari 60 sampai 120 MN/M³ untuk perkerasan kaku, dan dengan CBR= 10 dan mewakili berbagai CBR di 8 sampai 13 untuk perkerasan lentur B Kekuatan rendah: dikarakterisasi dengan K = 40mn / M3 dan mewakili berbagai di K dari 25 sampai 60 MN / M3 untuk trotoar kaku, dan dengan CBR = 6 dan mewakili berbagai CBR di 4 sampai 8 untuk perkerasan lentur C Ultra kekuatan rendah: dikarakterisasi dengan K = 20MN / M³ dan mewakili semua nilai K bawah 25 MN / M³ untuk trotoar kaku, dan dengan CBR = 3 dan mewakili semua nilai CBR bawah 4 untuk perkerasan lentur D Sumber : ICAO (1999)

9 Tanah merupakan pendukung dalam hal mendistribusikan beban yang dipikul oleh perkerasan. Untuk mengetahui kekuatan tanah dasar dalam mendukung perkerasaan dibutuhkan nilai daya dukung tanah. Percobaan daya dukung tanah yang dilakukan yaitu tes CBR (california bearing ratio) untuk perkerasan lentur dan plate bearing test untuk perkerasan kaku. Kekuatan material yang digunakan dalam struktur perkerasan lentur diukur oleh California Bearing Ratio (CBR) test. Material yang digunakan dalam struktur perkerasan kaku diuji oleh tes dari plate bearing method (ICAO, 1983: 141). Persiapan tanah dimulai dengan melakukan survey atau pemeriksaan tanah yang dilakukan dengan pengeboran dengan kedalaman tertentu pada masing masing area struktur perkerasan untuk mendapatkan sampel. Bahan sampel kemudian di uji untuk menentukan jenis tanah, gradasi tanah, batas cair atau plastis, density, faktor penyusutan, permebealitas, kandungan organik dan kekuatan tanah. Tabel 2.2 menjelaskan jarak serta kedalam untuk pengeboran. Tabel 2.2 Jarak dan Kedalaman Pengeboran Tanah Sumber : Horonjeff et al. (2010) Di Amerika Serikat, evaluasi tanah sampel untuk tujuan desain perkerasan lapangan terbang dilakukan sesuai dengan U.S. Army Corps of

10 Engineers Unified Soil Classification (USC or unified ) System (Horonjeff, 2010: 35). Tabel 2.3 berisi ringkasan dari komponen tanah sebagaimana didefinisikan dalam Unified Soil Classification system of the Corps of Engineers. Tabel 2.3 Komponen Tanah Sumber : Yoder, et.al. (1975) Umumnya, komponen dasar tanah dibedakan atas dasar ukuran butir (Yoder, et.al., 1975:223). Dalam kalsifikasinya tanah dibagi kepada tanah berbutir kasar dan halus. Tanah berbutir kasar adalah tanah yang tidak lolos saringan No.200. Tanah berbutir kasar dibagi menjadi pasir (S) apabila lolos dari saringan No.4 dan kerikil (G) apabila tidak lolos dari saringan No.4. Pasir dan kerikil kemudian masing-masing dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu bergradasi baik (W), bergradasi tidak baik (P), lanau (M), lempung (C). Tanah berbutir halus adalah tanah yang lolos dari saringan No.200. Tanah berbutir halus dibagi menjadi tanah lanau dan lempung organik (O), tanah lanau anorganik (M), tanah lempung anorganik (C) dan tanah organik (Pt), dimana jenis tanah tersebut kecuali tanah organik dibedakan berdasarkan batas cairnya. Batas cair < 50 dinotasikan L (Low plasticity) dan batas cair > 50 dinotasikan sebagai H

11 (High Plasticity). Seperti yang terlihat pada tabel 2.4 yang menunjukkan jenis dari klasifikasi tanah. Tabel 2.4 Klasifikasi Tanah Sumber : Horonjeff et al (2010:260) Setelah proses evaluasi, tanah dasar harus dipadatkan demi mendapatkan nilai daya dukung yang dibutuhkan untuk mengetahui kekuatan tanah dasar di dalam struktur perkerasan. Bahan tanah dasar di bawah perkerasan kaku harus dipadatkan untuk memberikan stabilitas yang memadai dan dukungan seragam terhadap perkerasan (FAA, 1995:55). Pemadatan untuk mendapatkan nilai daya dukung pada tanah dasar, juga berguna untuk menghindari terjadinya penurunan pada struktur perkerasan yang akan mengakibatkan kerusakan. Nilai kekuatan yang digunakan untuk desain perkerasan harus didasarkan pada hasil penelitian yang menyeluruh tentang hubungan kelembapan, density dan kekuatan tanah dasar. Dilakukannya pemadatan akan memaksa udara keluar dari tanah sehingga berat isi tanah akan meningkat. Pemadatan meningkatkan density dengan

12 akibatnya potensi yang lebih rendah dari kadar air, bahkan dalam hal kejenuhan berikutnya (Yoder, et.al., 1975 : 326). Hubungan kelembapan dan density juga disampaikan oleh (Packard, 1995:8) Setelah perkerasan yang dibangun, kadar air sebagian besar tanah dasar meningkat menjadi sekitar batas plastik tanah (ASTM D424); yaitu, kadar air hamper mencapai batas atas optimal standar. Jika kadar air ini diperoleh dalam konstruksi, perubahan berikutnya dalam kelembaban akan jauh lebih sedikit dan tanah dasar akan mempertahankan stabilitas cukup seragam diperlukan untuk kinerja perkerasan yang baik. Untuk mengontrol pemadatan selama konstruksi, tes untuk menentukan hubungan kelembapan-density dari berbagai jenis tanah harus dilakukan, menurut FAA (2009:5) : Beban Perkerasan berat Perkerasan yang dirancang untuk melayani pesawat seberat ( kg) atau lebih, menggunakan ASTM Metode D 1557, Standard Test Methods for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Modified Effort ( ft-lbf / ft3 (2700 kn-m / m3) ). Beban Perkerasan Ringan Perkerasan yang dirancang untuk melayani pesawat dengan berat kurang dari ( kg), menggunakan ASTM Metode D 698, Standard Test Methods for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort ( ft-lbf / ft3 (600 kn-m / m3)). Beberapa persyaratan pemadatan menurut FAA (1995:56) adalah Untuk tanah kohesif yang digunakan dalam bagian fill Keseluruhan sampai harus dipadatkan menjadi 90 persen kepadatan maksimum. Untuk tanah kohesif di

13 bagian dipotong, bagian atas 6 inci (150 mm) dari tanah dasar harus dipadatkan menjadi 90 persen kepadatan maksimum. Untuk tanah non kohesif digunakan di bagian fill, diatas 6 inci (150 mm) dari fill harus dipadatkan hingga 100 persen kepadatan maksimum, dan sisanya untuk bahan pengisi harus dipadatkan menjadi 95 persen kepadatan maksimum. Untuk bagian dipotong di tanah non kohesif, atas 6 inci (150 mm) dari tanah dasar harus dipadatkan hingga 100 persen kepadatan maksimum dan 18 inci berikutnya (460 mm) dari tanah dasar harus dipadatkan menjadi 95 persen kepadatan maksimum Kemudian saat perang dunia ke 2, US Army Corps Of Engineering mengembangkan Modiefied Proctore Test untuk memperoleh tingkat kepadatan yang lebih tinggi yang diperlukan untuk lapangan terbang yang didarati pesawatpesawat berat. II.4.1 Metode CBR CBR tes pada dasarnya adalah tes penetrasi yang dibuat dengan meratakan tingkat regangan (ICAO, 1983:141). Prinsip dasar dari metode CBR adalah untuk menyedikan tebal lapisan perkerasan yang sesuai dengan kwalitas bahan yang digunakan untuk melindungi lapisan dibawahnya dari kerusakan alur (deformasi plastis) selama masa layan perkerasan yang umumnya ditetapkan 20 tahun (Kosasih, 2005:15). Tes CBR dapat dilakukan di lapangan maupun di laboratorium. Tes CBR laboratorium harus dilakukan sesuai dengan ASTM D 1883, Bearing Ratio of Laboratory-Compacted Soils. Uji lapangan CBR harus dilakukan sesuai dengan ASTM D 4429, Cara uji untuk Bearing Ratio dari Tanah di tempat (FAA, 2009:9).

14 Uji lapangan CBR dapat memberikan informasi berharga tentang pondasi eksisting yang telah ada selama beberapa tahun. Bahan-bahan harus berada di tempat untuk waktu yang cukup demi memungkinkan tercapainya kadar air pada kondisi seimbang (ICAO,1983:141) dan (FAA, 2009:9). Untuk tes CBR dilapangan prosedurnya menurut SNI 1738:2011. Untuk prosedur tes CBR dilaboratorium secara singkat FAA (2009:9) menyampaikan Tes CBR laboratorium dilakukan pada bahan yang telah diperoleh dari lokasi dan dibentuk ulang dengan kepadatan yang akan diperoleh selama konstruksi. Spesimen direndam selama 4 hari untuk memungkinkan material untuk mencapai saturasi. Sebuah tes CBR jenuh digunakan untuk mensimulasikan kondisi mungkin terjadi di perkerasan yang telah bekerja selama beberapa waktu. Pondasi Perkerasan cenderung mencapai kejenuhan hampir selesai setelah sekitar 3 tahun. Perubahan kelembaban musiman juga mendikte penggunaan nilai desain CBR jenuh karena lalu lintas harus didukung selama periode kelembaban tinggi seperti musim semi Menurut Basuki (2008: 274) untuk lapangan terbang dengan subgrade yang baik test pemadatannya harus di modifikasi, prosedur modifikasi oleh AASHTO adalah 5 lapisan tanah pada silinder yang sama, berat pemadatan 4½ kg tinggi jatuh pemadatan 45 cm. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 55 pukulan.untuk tes CBR direndam, dilakukan perendaman selama 4 hari untuk mendapat kan kejenuhan tanah, Dan karena 4 hari dianggap sebagai kondisi tanah paling jelek. Tes CBR laboratorium dilakukan sesuai dengan prosedur ASTM D 1883 dan Uji lapangan CBR harus dilakukan sesuai dengan ASTM D 4429.

15 Grafik 2.1. Contoh Pendekatan Grafik, Metode CBR Desain Perkerasan Lentur Sumber : Horonjeff et al. (2010) II.4.2 Plate Bearing Test Seperti namanya menunjukkan, plate bearing test mengukur daya dukung perkerasan pondasi, Hasilnya, nilai k, dapat dianggap sebagai tekanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan defleksi unit dasar trotoar (FAA AC 150/5320-6E, 2009:9). Nilai k atau modulus of subgrade reaction yang di dapat dari plate bearing test yang dilakukan pada daerah pondasi yang mewakili akan menopang beban perkerasan. Menurut Basuki (2008:339) harga K merupakan perbandingan beban MN/ atau psi dengan penurunan dari plate bearing test dalam meter atau inchi. K = = Prosedur plate bearing test berdasarkan pada ASTM D dan secara garis besar prosedur plate bearing dapat dilakukan dengan alat hydraulic jack. Beban akan diperoleh dengan memompa hydraulic jack sampai mencapai nilai

16 tekanan tertentu pada manometer untuk setiap tahap pembebanan. Nilai tekanan untuk setiap tahap telah ditentukan berdasarkan besarnya beban test dan kapasitas hydraulic jack yang digunakan. kemudian Penurunan atau defleksi plate percobaan diukur dengan 4 (empat) buah dial-gauges yang diletakkan siku satu sama lain dan dipasang fixed pada magnet base pada pelat 1 ft. Ujung dial-gauges diletakkan pada reference beam yang telah diberi landasan kaca polos, sehingga defleksi tiang dapat diukur dengan teliti. Setelah itu semua data pengamatan dan pengukuran pada setiap tahap pembebanan selalu dicatat dengan teliti di dalam loading test record form. Dan dengan catatan semua alat ukur yang digunakan di dalam beban pada plate bearing test ini seperti harus dikalibrasi.

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu PENDAHULUAN BAB I I.1 Latar Belakang Transportasi adalah usaha untuk memindahkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dalam aktivitas sehari hari dengan menggunakan alat trasportasi. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Bandar udara adalah area yang dipergunakan untuk kegiatan take-off dan landing pesawat udara dengan bangunan tempat penumpang menunggu (Horonjeff R, 1975). Menurut

Lebih terperinci

Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan.

Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan. 3. SIMBOL DAN SINGKATAN 3.1 AC Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan. 3.2 ACN Singkatan dari Aircraft Classification

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR Dosen : Runi Asmaranto (runi_asmaranto@ub.ac.id) Secara umum perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat, yaitu : (a) Secara

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA PERKERASAN Struktur yang terdiri dari satu lapisan atau lebih dari bahan 2 yang diproses Perkerasan dibedakan menjadi : Perkerasan lentur Campuran beraspal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN Yasruddin Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin ABSTRAK Bandar Udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan itu berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Bandar Udara Radin Inten II terletak di Jl. Alamsyah Ratu Prawiranegara Branti Raya, Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Tepatnya berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pembangunan disegala bidang khususnya bidang ekonomi pada dewasa ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat penting didalam menunjang aktifitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Static Immersion Test Perendaman statis merupakan jenis pengujian yang paling sederhana. Pengujiannya dengan cara melapisi agregat dengan aspal ukuran butiran 14 mm tertahan saringan,

Lebih terperinci

V. CALIFORNIA BEARING RATIO

V. CALIFORNIA BEARING RATIO V. CALIFORNIA BEARING RATIO O.J. PORTER CALIFORNIA STATE HIGHWAY DEPARTMENT. METODA PENETRASI US ARMY CORPS OF ENGINEERS Untuk : tebal lapisan perkerasan lapisan lentur jalan raya & lapangan terbang CBR

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI MODULUS REAKSI SUBGRADE DAN NILAI CBR BERDASARKAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM

KAJIAN NILAI MODULUS REAKSI SUBGRADE DAN NILAI CBR BERDASARKAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM KAJIAN NILAI MODULUS REAKSI SUBGRADE DAN NILAI CBR BERDASARKAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM Yosua Christandy, Novan Dwi Pranantya, Ir. Yohanes Yuli Mulyanto, MT., Ir. Budi Setiadi, MT. Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

Gambar III.1 Diagram Alir Program Penelitian

Gambar III.1 Diagram Alir Program Penelitian BAB III PROGRAM DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Program Penelitian Program penelitian diawali dengan studi pustaka tentang teori dasar struktur perkerasan kaku berdasarkan metoda ICAO. Sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tanah Lempung Menurut Terzaghi ( 1987 ) Lempung adalah agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Parameter Tanah 3.1.1 Berat Jenis Berat jenis tanah merupakan nilai yang tidak bersatuan (Muntohar 29). Untuk menentukan tipikal tanah dapat dilihat dari Tabel 3.1. Tabel 3.1

Lebih terperinci

parameter, yaitu: tebal /(bidang kontak)^ dan CBR/tekanan roda, serta memisahkan

parameter, yaitu: tebal /(bidang kontak)^ dan CBR/tekanan roda, serta memisahkan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode Perancangan CBR (California Bearing Ratio) Metode CBR pertama kali dikembangkan oleh California Division of Highways, 1928. metode CBR kemudian dipakai oleh Corp of Engineers,

Lebih terperinci

ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS

ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS Oleh:Dedi Sutrisna, Drs., M.Si. Abstrak Bandar Udara Nusawiru merupakan bandara kelas perintis yang terletak di pantai

Lebih terperinci

UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) ASTM D1883

UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) ASTM D1883 1. LINGKUP Percobaan ini mencakup pengukuran nilai CBR di laboratorium untuk tanah yang dipadatkan berdasarkan uji kompaksi. 2. DEFINISI California Bearing Ratio (CBR) adalah rasio dari gaya perlawanan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN PESAWAT BOEING B ER TERHADAP TEBAL PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA

PENGARUH BEBAN PESAWAT BOEING B ER TERHADAP TEBAL PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA PENGARUH BEBAN PESAWAT BOEING B 737-900 ER TERHADAP TEBAL PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA (Studi Kasus Bandar Udara Tampa Padang Mamuju Sulawesi Barat) Oleh: Badru kamal 1, Arif Mudianto 2, Puji Wiranto

Lebih terperinci

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Tanah Dasar Tanah dasar atau suhgrade adalah permukaan tanah semula, tanah galian atau tanah timbiman yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 KEGIATAN PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan meliputi studi eksperimental laboratorium dan studi literatur terhadap beberapa penelitian yang berkaitan

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Campuran agregat sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan raya sangat

Lebih terperinci

Perencanaan Bandar Udara

Perencanaan Bandar Udara Perencanaan Bandar Udara Perkerasan Rigid Page 1 Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berlainan. Perkerasan yang dibuat dari campuran aspal

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp.(0271)

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp.(0271) MATERIAL BATU KAPUR SEBAGAI LAPISAN SUBBASE COURSE PADA SUBGRADE TANAH LUNAK DENGAN PERKUATAN PLASTIK DAN GEOSINTETIK Estu Waskita A. 1) Bambang Setiawan 2) Harya Dananjaya H. I. 3) 1) Mahasiswa, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan material, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar udara (Airport) merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bandar udara (Airport) berfungsi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan Dengan Cara Manual Data yang diperlukan dalam perencanaan tebal perkerasan metode FAA cara manual adalah sebagai berikut: 1. Nilai CBR Subbase : 20% 2. Nilai CBR

Lebih terperinci

NAMA PRAKTIKAN : Genta Dewolono Grace Helen Y. T Muh. Akram Ramadan KELOMPOK : R 11 TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2016

NAMA PRAKTIKAN : Genta Dewolono Grace Helen Y. T Muh. Akram Ramadan KELOMPOK : R 11 TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2016 NAMA PRAKTIKAN : Genta Dewolono 1406533251 Grace Helen Y. T 1406574106 Muh. Akram Ramadan 1406533346 KELOMPOK : R 11 TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2016 JUDUL PRAKTIKUM : California Bearing Ratio ASISTEN

Lebih terperinci

Keywords: granular soil, subbase course, k v, CBR. Kata Kunci: tanah granuler, subbase course, nilai k v, CBR

Keywords: granular soil, subbase course, k v, CBR. Kata Kunci: tanah granuler, subbase course, nilai k v, CBR PENGGUNAAN MATERIAL BATU KAPUR SEBAGAI LAPISAN SUBBASE COURSE PERKERASAN JALAN PADA SUBGRADE TANAH GRANULER Lukman Fahreza N. 1) Bambang Setiawan 2) Harya Dananjaya H. I. 3) 1) Mahasiswa, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya oleh : Yoanita Eka Rahayu 3112040611 LATAR BELAKANG Saat ini masyarakat cenderung menginginkan sarana transportasi yang cepat dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Disusun oleh : Nur Ayu Diana

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Bahan Timbunan 1. Berat Jenis Partikel Tanah (Gs) Pengujian Berat Jenis Partikel Tanah Gs (Spesific Gravity) dari tanah bahan timbunan hasilnya disajikan dalam

Lebih terperinci

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA Said Jalalul Akbar 1), Wesli 2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh Email:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO... DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii PERNYATAAN... iv PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Tanah Lempung Dari pengujian yang dilakukan di Laboratorium Geoteknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh data sifat-sifat fisik dan sifat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah Asli Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : 1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA &ANALISIS. dengan menggunakan Program COMFAA 3.0 adalah sebagai berikut :

BAB IV PENGOLAHAN DATA &ANALISIS. dengan menggunakan Program COMFAA 3.0 adalah sebagai berikut : BAB IV PENGOLAHAN DATA &ANALISIS 4.1 Hasil Perencanaan Program COMFAA 3.0 Data sekunder yang merupakan hasil perhitungan tebal perkerasana kaku dengan menggunakan Program COMFAA 3.0 adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

KORELASI CBR DENGAN INDEKS PLASTISITAS PADA TANAH UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

KORELASI CBR DENGAN INDEKS PLASTISITAS PADA TANAH UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA KORELASI CBR DENGAN INDEKS PLASTISITAS PADA TANAH UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Nama : Salmon Atmaja Tarigan NRP. : 9821064 Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Runway digunakan untuk kegiatan mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum take off weight terbesar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis akan membahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Mercu Buana. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah lempung lunak yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada kondisi tidak

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI i m v vii ^ x ^ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan Analisis 5 1.3 Batasan Masalah 5

Lebih terperinci

Analisis Nilai ACN dan PCN untuk Struktur Perkerasan Kaku dengan menggunakan Program Airfield. Djunaedi Kosasih 1)

Analisis Nilai ACN dan PCN untuk Struktur Perkerasan Kaku dengan menggunakan Program Airfield. Djunaedi Kosasih 1) Analisis Nilai ACN dan PCN untuk Struktur Perkerasan Kaku dengan menggunakan Program Airfield Djunaedi Kosasih 1) Abstrak Metoda ACN dan PCN yang diusulkan oleh ICAO (1983) merupakan metoda evaluasi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63)

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tahapan Penelitian Untuk memudahkan dalam proses penelitian, diperlukan rencana dalam menyusun langkah-langkah penelitian, seperti yang ditampilkan dalam bagan alir pada Gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tanah asli dan tanah campuran dengan semen yang dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram alir penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Mengumpulkan literature dan refrensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan contoh tanah : Tanah lempung dari ruas jalan Berau Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan penting dalam ilmu teknik sipil, karena tanah sebagai pendukung kekuatan konstruksi dasar bangunan. Berdasarkan letak geografis suatu

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian. Tahap penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. 1.

BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian. Tahap penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. 1. BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Penelitian perbaikan tanah dengan menggunakan semen pada tanah colluvium memiliki variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh presentase jumlah semen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu BAB 1 PENDAHULUAN I. UMUM Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu Perkerasan Lentur, Perkerasan Kaku, dan gabungan dari keduanya. Perkerasan lentur mengguanakan bahan pengikat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN. Mulai. Perumusan masalah. Studi literatur. Pengumpulan data sekunder & primer. Selesai

BAB III METODE PERENCANAAN. Mulai. Perumusan masalah. Studi literatur. Pengumpulan data sekunder & primer. Selesai BAB III METODE PERENCANAAN 3.1. Bagan Alir Perencanaan Langkah-langkah yang dilaksanakan pada studi ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini. Mulai Perumusan masalah Studi literatur Pengumpulan

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY) PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY) Muhammad Iqbal, S.A. Nugroho, Ferry Fatnanta Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PASIR PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL

STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PASIR PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL M. Iskandar Maricar 1 1 Jurusan.Teknik Sipil, Unhas, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar

Lebih terperinci

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI DAFTAR lsi LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN INTISARI KATA PENGANTAR ii DAFTAR lsi iv DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii ISTILAH - ISTILAH ix NOTASI- NOTASI xi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G) PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G) Agus Susanto 1, Dhamis Tri Ratna Puri 2 dan Jalu Choirudin 3 1,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODULUS REAKSI SUBGRADE BERDASARKAN UJI CBR TERHADAP HASIL UJI BEBAN PELAT (STUDI KASUS: PERENCANAAN PERKERASAN KAKU)

PERBANDINGAN MODULUS REAKSI SUBGRADE BERDASARKAN UJI CBR TERHADAP HASIL UJI BEBAN PELAT (STUDI KASUS: PERENCANAAN PERKERASAN KAKU) PERBANDINGAN MODULUS REAKSI SUBGRADE BERDASARKAN UJI CBR TERHADAP HASIL UJI BEBAN PELAT (STUDI KASUS: PERENCANAAN PERKERASAN KAKU) Aulia Rahmawati, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM Bandar Udara Eddi Wahyudi, ST,MM PENGERTIAN Bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Ekspansif Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pengujian dilakukan untuk mengkaji perilaku sistem fondasi dengan pelat fleksiglass yang didukung oleh kolom-kolom SiCC pada tanah ekspansif di Laboratorium

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda

Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda Redy Triwibowo, Ervina Ahyudanari dan Endah Wahyuni Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Mengumpulkan literatur dan refrensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan sample tanah : Tanah dari Kecamatan Pamotan Jawa Tengah Kapur,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT KONSTRUKSI JALAN ANGKUT Tujuan utama perkerasan jalan angkut adalah untuk membangun dasar jalan yang mampu menahan beban pada poros roda yang diteruskan melalui lapisan fondasi, sehingga tidak melampaui

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC )

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC ) TUGAS AKHIR ( RC09 1380 ) Dosen Pembimbing Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD Mahasiswa Sheellfia Juni Permana 3110 106 036 JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan secara umum adalah eksperimen di laboratorium dengan penyajian data secara deskriptif. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, metode analisis yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Perencanaan landas pacu dan perkerasan fleksibel landas pacu sebuah bandar udara adalah salah satu perencanaan yang sangat unik karena belum tentu dapat diprediksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sebelum tahun 1920-an, desain perkerasan pada dasarnya adalah penentuan ketebalan bahan berlapis yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk tanah dasar

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung III. METODE PENELITIAN A. Sampe Tanah Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Belimbing Sari, Lampung Timur, dengan titik kordinat 105 o 30 o 10.74 o U

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat penting karena tanah dasar akan mendukung beban lalulintas atau beban konstruksi diatasnya. Jika

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, FTSP-ITB, Bandung, dan Jurusan Teknik Sipil, FT-Untar, Jakarta.

1) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, FTSP-ITB, Bandung, dan Jurusan Teknik Sipil, FT-Untar, Jakarta. Perbandingan antara Pendekatan Desain Struktur Perkerasan Kaku berdasarkan Lalu Lintas Pesawat Udara Campuran dan Pesawat Udara Desain Kritis Djunaedi Kosasih 1) Abstrak Metode desain struktur perkerasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefinisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Laboratorium Hasil penelitian laboratorium yang diperoleh dari pengujian material sirtu Sungai Alo sesuai dengan sifatsifat lapis pondasi agregat yang disyaratkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana

Lebih terperinci

Menghitung nilai PCN dengan interpolasi linier nilai ACN pesawat sesuai dengan daya dukung perkerasan hasil perhitungan pada

Menghitung nilai PCN dengan interpolasi linier nilai ACN pesawat sesuai dengan daya dukung perkerasan hasil perhitungan pada (iv) (v) Menentukan daya dukung perkerasan. Untuk menentukan daya dukung perkerasan, digunakan kurva korelasi antara CBR subgrade, tebal perkerasan (tebal ekuivalen), annual departure (annual departure

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara garis besar merupakan tanah yang memerlukan tingkat perbaikan baik dari segi struktur maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah Belimbing Sari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang... Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 00 Tentang Kebandarudaraan Pasal Ayat, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE KADAR BATU PECAH TERHADAP NILAI CBR SUATU TANAH PASIR (Studi Laboratorium)

PENGARUH PERSENTASE KADAR BATU PECAH TERHADAP NILAI CBR SUATU TANAH PASIR (Studi Laboratorium) PENGARUH PERSENTASE KADAR BATU PECAH TERHADAP NILAI CBR SUATU TANAH PASIR (Studi Laboratorium) Ferri Kurniadi NRP : 9921075 Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir. MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PRESSUREMETER TEST (PMT)

PRESSUREMETER TEST (PMT) PRESSUREMETER TEST (PMT) Uji pressuremeter (PMT) adalah uji lapangan yang terdiri atas probe silinder panjang yang dikembangkan secara radial di dalam tanah sekelilingnya, dengan menggunakan sejumlah cairan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing III. METODE PENELITIAN A. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji batasbatas konsistensi, uji proctor modified, uji CBR dan peralatan lainnya yang ada di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen ) INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen ) Qunik Wiqoyah 1, Anto Budi 2 Beny Ariyanto 3 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PRESENTASI DATA DAN ANALISIS

BAB IV PRESENTASI DATA DAN ANALISIS 33 BAB IV PRESENTASI DATA DAN ANALISIS IV.1 Presentasi Data Data yang dipresentasikan berikut ini merupakan data yang diperoleh dari Bandar Udara Juanda, Surabaya, selama tahun 2003. Data ini digunakan

Lebih terperinci