Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear
|
|
- Sugiarto Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear VI.1 Pengertian Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Model makroskopis adalah model yang melibatkan besaran-besaran yang diukur dalam skala makro dan garis besar tekait prilaku suatu parameter yang ditinjau dengan suatu variasi tertentu. Untuk model makroskopis bonding antar lapis perkerasan, sangat baik diturunkan dari data yang dihasilkan dari percobaan Direct Shear dengan beban normal yang konstan (zero normal stiffness). Karena tegangan normal bersifat konstan, hubungan antara tegangan geser dan perpindahan gesernya akan secara mudah diformulasikan dan dianalisis. (Romanoschi dan Metcalf, 2001). Romanoschi dan Metcalf (2001) mengeluarkan model makroskopis dalam bentuk suatu kurva seperti terlihat pada Gambar VI.1 Gambar VI.1 Model Makroskopis dari interface antar lapisan beraspal (Romanoschi dan Metcalf, 2001) Model makroskopis yang diusulkan disebut dengan Model Dua Tahap, yaitu tahap pertama adalah tahap dimana shear displacement proporsional dengan shear stress sesuai dengan kaidah Goodman, derajat kemiringannya disebut Interface Reaction Modulus (K). Pada tahap pertama ini, shear stress akan terus meningkat sampai interface mengalami keruntuhan, shear stress maksimum pada saat runtuh disebut 110
2 Shear Srength (Smax). Tahap yang kedua adalah tahap setelah interface runtuh, interaksi antar lapis perkerasannya digambarkan sebagai Simple Friction yang diparameterkan dengan koefisien gesekan, mu. Oleh karena itu Model Dua Tahap ini mempunyai tiga paramater, yaitu : K, S max dan mu. Percobaan Direct Shear Test sudah dilakukan dan hasilnya telah disajikan pada Bab IV dan Bab V. Setiap hasil pengujian dibuat kurva shear stress- displacement nya yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A. Model makroskopis yang akan dikembangkan ini sebagian besar didasarkan atas intrepretasi dari kurva shear stressdisplacement ini. VI.2 Kurva Shear Stress-Displacement Sebelum kita memodelkan secara makroskopis kondisi bonding antar perkerasan beraspal, berbagai macam analisis telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang dapat diuraikan sebagai berikut. Gambar VI.1 menunjukkan hasil tipikal dari Leutner test untuk interface antara lapis permukaan SMA dan binder course dari DBM dimana jumlah kadar tack coat diberikan secara normal pada interface nya (Collop et al., 2003). Hasilnya kemudian digambarkan pada grafik tegangan geser versus pergeserannya. Tegangan geser dihitung dari hasil pembagian gaya geser dengan luas penampang dari sampel pengujian. Terlihat pada Gambar VI.2, bahwa selama tahap awal pengujian, tegangan geser meningkat seiring dengan peningkatan pergeserannya. Tegangan geser kemudian mencapai puncak (shear strength) dimana interface tepat akan runtuh dan setelah itu tegangan geser menurun secara cepat sampai mencapai nol. 111
3 Gambar VI.2 Kurva hasil pengujian alat Leutner (Collop et al. 2003) Terlihat dari Gambar VI.2 beberapa parameter dapat didefinisikan dari pengujian tersebut. Parameter yang paling dikenal adalah tegangan geser puncak (shear strength) T p dan pergeseran terkait U p. Pada suatu tingkat tegangan sebelum runtuh parameter tanget shear reaction modulus dapat dihitung dari data yang dihasilkan. Bagaimanapun karena bentuk kurva adalah non linier, adalah tidak mungkin untuk menghitung suatu nilai yang unik. Konsekuensinya tangent shear reaction modulus, K T telah dihitung yang biasanya terjadi pada tingkat pergeseran kurang dari 1 mm. Sutanto et al. (2006), menggunakan Direct Shear Test seperti pada Gambar VI.3 dengan shear box yang dilengkapi dengan LVDT dan beban normal 253 kpa. Hasil pengujian ini secara tipikal dapat dilihat pada Gambar 2, dimana penentuan Bond Stiffness nya menggunakan bagian liniear dari kurva yang didapat dari hasil pengujian dan yang terjadi biasanya pada displacement kurang dari 1mm. 112
4 Gambar VI.3 Shear Box Test (Sutanto et al., 2006) Gambar VI.4 Kurva Shear Stress Displacement (Sutanto et al, 2006) Uzan et al. (1978) melakukan penelitian laboratorium guna menyelidiki mechanical properties interface antar lapis perkerasan beraspal. Sampel yang dibuat di laboratorium diuji terhadap dua temperatur 25 o C dan 55 o C dan lima macam beban normal yaitu 0, 50, 100, 250 dan 500 kpa. Hasil pengujiannya secara tipikal terlihat pada Gambar VI.5 dimana jejak hasil pengujian didekati dengan suatu persamaan 113
5 garis tertentu. Interface reaction modulus dihitung pada pada relative displacement 0,13mm, dengan pertimbangan lebih representatif terhadap prilaku perkerasan lentur pada pergesaeran yang sangat kecil. Gambar VI.5 Hasil Pengujian Direct Shear (Uzan et al., 1978) 114
6 0.7 Kmax AG21-2 K Shear Stress (MPa) 0.4 y = x y = x x x x x - 9E-05 max(2.034, 0.669) Displacement (mm) Gambar VI.6 Contoh Kurva Shear Stress-Displacement hasil pengujian Direct Shear Dari berbagai macam pendekatan yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, maka dalam penentuan Bond Stiffness menggunakan berbagai macam pertimbangan : a. Karena kurva Shear Stress-Displacement adalah non liniear maka tidak mungkin mendapatkan nilai yang unik dari Bond Stiffness, nilai Bond Stiffness ini kemungkinannya berada pada nilai K max sebagai tangent shear reaction modulus dan nilai K sebagai secant shear reaction modulus, lihat Gambar VI.6 b. Menggunakan kurva pendekatan apabila jejak hasil pengujiannya tidak smooth c. Menggunakan bagian liniear dari kurva sebelum titik shear strength nya d. Bagian linier ini biasanya terjadi pada displacement kurang dari 1 mm e. Menggunakan nilai maksimum dari Bond Stiffness yang ada 115
7 VI. 3 Model Makroskopis Bonding dan Parameternya Untuk memodelkan secara makroskopis hasil dari percobaan Direct Shear Test, tinjau kurva Shear Stress-Displacement yang dianggap dapat mewakili hasil percobaan tersebut seperti yang terlihat pada Gambar VI.7 Pada kurva tipikal ini dapat dibagi menjadi dua segmen dan tiga titik kritis yaitu segmen AB yang disebut segmen initial dan segmen BC yang disebut segmen lanjutan; serta titik A, B dan C STA COWT y = x x x x max(2.32, 1.742) K min y = x Shear Stress (MPa) B K max C 0.4 A Displacement (mm) Gambar VI.7 Kurva Tipikal Hasil Pengujian Direct Shear Titik A adalah titik permulaan kurva. Pada awal pengujian Direct Shear, permulaan dial pergeseran diatur sebelum titik nol sebesar 0,02 mm untuk mengantisipasi masih adanya rongga antar sampel dan kotak geser. Jika rongga ini masih ada maka segmen AB akan terjadi. Jika rongga ini tidak ada segmen kurva langsung dimulai dengan 116
8 segmen BC. Titik B adalah titik belok segmen AB ke segmen BC. Pada segmen BC interface shear reaction modulus atau Bond Stiffness berada pada nilai K sebagai secant modulus dan nilai K max sebagai tangent modulus nya. Dalam studi ini nilai K max yang dipakai adalah bagian liniear pada segmen BC yang biasanya terjadi pada pergeseran kurang dari 1 mm (Collop et al., 2003 ; Uzan et al., 1978). Pada segmen BC shear stress akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pergeseran sampai mencapai nilai maksimum di titik C. Pada titik C sampel tepat mulai mencapai keruntuhan dan setelah titik C shear stress akan mengalami penurunan dan displacement terus berlanjut. Nilai shear stress maksimum pada titik C ini diparameterkan dengan nilai Bond Strength. Segmen setelah titik C tidak diobservasi lebih lanjut pada penelitian ini karena keterbatasan alat Direct Shear dalam mengukur perilaku sampel setelah terjadi keruntuhan pada interfacenya. Dari uraian diatas dapat digambarkan model makroskopis dari bonding antar perkerasan beraspal hasil pengujian Direct Shear seperti yang terlihat pada Gambar VI.8 Gambar VI.8 Model makroskopis Bonding antar perkerasan beraspal hasil pengujian Direct Shear 117
9 Seperti yang terlihat pada Gambar VI.8 terdapat dua parameter yang menggambarkan kondisi bonding antar lapis perkerasan, yaitu Bond Stiffness (K) dan Bond Strength (BS). Untuk setiap pengujian Direct Shear tidak didapatkan nilai yang unik untuk parameter Bond Stiffness ini, tetapi berada pada rentang K min dan K max. K min adalah nilai modulus sekan dari dua titik yang ditinjau yaitu titik O dan titik BS, sehingga nilainya adalah sebesar K min = (τ max /Δu) atau K min merupakan nilai tan(α 1 ). Sedangkan nilai K max adalah modulus tangen dari bagian linier pada segmen kurva untuk pergeseran kurang dari 1 mm, nilai K max adalah sebesar tan(α 2 ). Nilai-nilai Bond Stiffness dari penelitian mengambil nilai K max ini. Berbeda dengan Bond Stiffness, untuk parameter Bond Strength (BS) mempunyai nilai yang unik untuk setiap pengujian Direct Shear. Berdasarkan model makroskopis pada Gambar VI.8 parameter Bond Strength merupakan nilai shear stress maksimum yang didapat dari pengujian Direct Shear, yaitu BS = τ max. Kurva pengujian Direct Shear setelah melewati titik BS ini selanjutnya mengalami penurunanan yang mungkin sampai mencapai shear stress yang nilainya nol. Untuk segmen setelah titik BS ini tidak diinvestigasi dalam penelitian ini karena keterbatasan alat Direct Shear dalam membaca nilai shear stress setelah failure tercapai. Dari uraian diatas terdapat dua parameter yang menggambarkan kondisi daya lekat antar lapis perkerasan beraspal, yaitu Bond Stiffness dan Bond Strength. Model matematis Bond Stiffness seperti yang telah diuraikan pada subbab II.2 merupakan penurunan dari model konstitutif dari Goodman (Goodman Model) yang menyebutkan bahwa shear displacement atau pergeseran relatif dari dua lapis material pada interfacenya adalah proporsional dengan shear stress, seperti yang terlihat pada persamaan VI.1 K s = τ Δu (VI.1) 118
10 Nilai-nilai kedua parameter ini untuk setiap sampel yang diuji dengan Direct Shear pada penelitian ini telah direpresentasikan pada Bab V dan Bab VI. Nilai-nilai ini jika dibandingkan dengan nilai yang didapat oleh para peneliti sebelumnya dapat dilihat Tabel VI.1 Tabel VI.1 Perbandingan Nilai Bond Strength dan Bond Stiffness No Peneliti Bond Strength (MPa) Bond Stiffness (MPa/m) Displacement Rate (mm/min) 1 Romanoschi 0,5 2, ,5 2 Uzan 0,3 0, ,04 Alat Direct Shear Direct Shear 3 Sutanto 0,44 1, Leutner 4 Raab 1,3 (mean) 700 (mean) 50,8 LPDS 5 Hariyadi 0,5 1, Direct Shear Referensi Romanoschi dan Metcalf, 2001 Uzan et al., 1978 Sutanto et al ; Collop, et al.,2003 Rabb dan Partl, 1999 Studi ini Terlihat pada Tabel VI.1 rentang nilai-nilai Bond Strength dan Bond Stiffness yang didapat dari studi ini tidak berbeda jauh dengan para peneliti sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang sudah dilakukan untuk menghasilkan parameterparameter kondisi bonding ini sudah berada pada kerangka yang dapat dipertanggung jawabkan secara akademis. Perbedaan kecil yang terjadi mungkin disebabkan karena perbedaan gradasi dan kadar aspal dari lapis beraspalnya, serta jenis dan kuantitas dari material tack coatnya. Selain itu, perbedaan dalam tingkat pergeseran (rate of displacement) pada saat pengujian juga mempunyai kontribusi terhadap perbedaan ini (Sutanto et al., 2007) 119
11 VI.4 Verifikasi nilai Bond Stiffness hasil percobaan Direct Shear dengan pendekatan elemen hingga menggunakan program SAP2000 Untuk melakukan analisis nilai Bond Stiffness yang dihasilkan oleh pengujian Direct Shear, percobaan Direct Shear ini dimodelkan dengan metoda elemen hingga yang secara skematik kotak gesernya terlihat pada Gambar VI.9 F Gambar VI.9 Skematik Kotak Geser Dari skematik kotak geser seperti yang terlihat pada Gambar VI.7 dapat dibuat meshing elemen hingganya dengan bantuan Program SAP2000 menggunakan elemen SOLID seperti yang terlihat pada Gambar VI.10. Gambar VI.10 Meshing Sampel Direct Shear Test 120
12 Kemudian dipersiapkan sebuah sampel (fully fabricated) yang mewakili seluruh sampel yang diuji pada penelitian ini. Jenis sampel yang akan dianalisis dengan metode elemen hingga ini terlihat pada Tabel VI.2 Tabel VI.2 Jenis Sampel yang diuji Direct Shear dan Metoda Elemen Hingga No Uraian Jenis dan Level 1 Lapisan Atas AC-WC 2 Lapisan Bawah AC-BC 3 Tack coat 4 Suhu Pengujian CSS-1 0,2 ltr/m 2 28 o C Dari hasil pengujian Direct Shear seperti yang terlihat pada Tabel VI.4, tekanan horizontal yang merupakan hasil bacaan dial proving ring dimasukkan kedalam Program SAP2000 sebagai tekanan F seperti yang terlihat pada Gambar VI.9. Input parameter untuk program SAP2000 dapat dirangkum pada Tabel VI.3 Tabel VI.3 Nilai paramater input untuk Program SAP2000 No Input Parameter Nilai Keterangan Modulus Elastisitas Lapisan Atas (MPa) Modulus Elastisitas Lapisan Bawah (MPa) Modulus Elastisitas Thin Layer (MPa) Tekanan Horizontal F (MPa) ,35 bervariasi sesuai bacaan dial proving ring Hasil UMATTA Test Hasil UMATTA Test Hasil Direct Shear Test Hasil Direct Shear Test 121
13 Nilai modulus elastisitas thin layer pada Tabel VI.3 nomor 3 didapat dari nilai Bond Stiffness hasil pengujian Direct Shear sebesar 904,2 MPa/m seperti terlihat pada Gambar VI.9. Nilai ini kemudian dikonversi menjadi modulus elastisitas dengan persamaan VI.1 dari Timoshenko (1986) : E G = 2(1 + υ) (VI.2) E = 2 G ( 1+υ ) E = 2 x Ks x t x ( 1+υ ) E=2 x 904,2 x 0,001 x (1+0,3) = 2,35 MPa.. G adalah shear modulus yang didapat dari nilai Bond Stiffness dikalikan tebal thin layer sebesar 1 mm. Dengan nilai poisson ratio sebesar 0,3 maka nilai E adalah sebesar 2,35 MPa. No Tabel VI.4 Hasil Program SAP2000 memakai data hasil Direct Shear Test Dial Proving Ring Hasil Direct Shear Test Tekanan Horizontal (MPa) Shear Stress at interface (MPa) Hasil SAP2000 Horizontal Displacement at interface (micrometer) 1 10,5 0,1249 0, , ,2617 0, , ,3926 0, , ,5116 0, ,2 5 50,5 0,6008 0, , ,7019 0, , ,7971 0, , ,9161 0, , ,0232 0, , ,0827 0, , ,1421 0, , ,2730 0, , ,2373 0, , ,2492 0, , ,3206 0, , ,3444 1, , ,3563 1, ,3 122
14 Dengan properti material beraspal yang didapat dari test UMATTA dan modulus thin layer dari percobaan Direct Shear seperti yang sudah diuraikan tersebut, dihitung horizontal displacement pada interface dengan program SAP2000 ini. Hasilnya ditabulasi pada kolom terakhir pada Tabel VI.4. Jika hasil SAP2000 pada Tabel VI.4 diplotkan pada Grafik Shear Stress- Displacement akan terlihat pada Gambar VI.11 Gambar VI.11 Nilai Bond Stiffness hasil Direct Shear Test dan Program SAP2000 Terlihat pada Gambar VI.11 Bond Stiffness hasil SAP2000 sebesar 1.034,7 MPa/m dan Bond Stiffness hasil pengujian Direct Shear sebesar 904,2 MPa/m, maka Bond Stiffness hasil Direct Shear Test tidak berbeda jauh (sekitar 14%) dengan Bond Stiffness hasil Program SAP2000, sehingga nilai-nilai Bond Stiffness hasil percobaan Direct Shear dapat dipakai untuk analisis lebih lanjut. 123
15 VI.5 Analisis kondisi bonding hasil laboratorium dan hubungannya dengan kondisi bonding hasil analitis. Dari hasil percobaan di laboratorium, kondisi bonding antar lapis perkerasan beraspal dapat diparameterkan dengan Bond Stiffness dan Bond Strength. Dari analisis yang sudah dilakukan pada Bab V terkait nilai-nilai kedua parameter yang didapatkan dari percobaan di laboratorium, didapatkan dua macam kondisi bonding yaitu partial bonding dan full bonding. Semua sampel yang dibuat di laboratorium baik yang full fabricated maupun partial fabricated, menunjukkan indikasi kondisi yang partial bonding. Kondisi full bonding adalah kondisi yang ideal dari interface antar lapis perkerasan. Kondisi ini hanya dapat dicapai untuk sampel yang monolit, sehingga nilai Bond Stiffness dan Bond Strength yang didapatkan dari sampel monolit menunjukkan indikasi batas full bonding nya. Untuk kondisi partial bonding, semua nilai Bond Stiffness dan Bond Strength yang dihasilkan dari percobaan laboratorium studi ini setelah dianalisis didapatkan suatu rentang nilai yang menunjukkan kondisi derajat daya lekatnya (degree of bonding).yang dikategorikan berdasarkan jenis sampel yang diuji, yaitu fully fabricated yang kondisi bondingnya lebih rendah dari coring sampel lapangan, sehingga didapat degree of bonding untuk partial bonding mulai dari weak, medium sampai dengan strong. Pada simulasi kondisi bonding dengan cara analitis, modulus thin layer digunakan sebagai parameter yang menunjukkan kondisi bonding nya. Hasil simulasi menunjukkan adanya dua kondisi bonding, yaitu full bonding dan partial bonding, seperti yang telah ditunjukkan dalam percobaan laboratorium. Untuk kondisi partial bonding pada simulasi analitis belum dapat ditentukan derajat daya lekatnya seperti yang terlihat pada hasil laboratorium. Masih perlu pengembangan analisis simulasi terkait variasi modulus dan tebal lapisan untuk memastikan derajat daya lekat pada kondisi partial bonding ini. 124
16 Dua kondisi bonding yaitu full dan partial bonding inilah yang telah memberikan hubungan antara studi yang telah dilakukan di laboratorium dan simulasi analitis. Secara sederhana, hal ini dapat digambarkan hubungan antara keduanya dalam bentuk skematis seperti yang terlihat pada Gambar VI.12 Gambar VI.12 Hubungan antara kondisi bonding hasil simulasi analitis dengan pengujian laboratorium Nilai-nilai rentang kondisi bonding hasil percobaan laboratorium untuk daerah partial bonding yang terdiri dari tiga daerah (strong, medium dan weak bonding) seperti yang telah diuraikan diatas, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel VI.5. Terlihat pada tabel tersebut nilai-nilai batas untuk tiga daerah partial bonding tidak terdapat pada simulai analitis untuk penelitian ini. Hal ini menjadi peluang untuk penelitian berikutnya sehingga dihasilkan batas-batas pada daerah partial bonding dengan pendekatan analitis seperti yang sudah didapatkan dengan pendekatan laboratorium. 125
17 Tabel VI.5 Batas-batas kondisi partial bonding untuk pendekatan analitis dan laboratorium Pendekatan Bonding Parameter Nilai Batas Kondisi Strong Bonding dan Medium Bonding pada daerah Partial Bonding Nilai Batas Kondisi Weak Bonding dan Medium Bonding pada daerah Partial Bonding Analitis Modulus Thin Layer N/A N/A Laboratorium Bond Stiffness Bond Strength 619 MPa/m 407 MPa/m 1,2 MPa 0,74 MPa Pemeriksaan (checking) untuk memastikan suatu kondisi bonding yang ingin dicapai pada suatu tingkat perencanaan dan evaluasi perkerasan jalan dapat dilakukan dengan coring test yang diuji Direct Shear di laboratorium. Hasil dari pengujian laboratorium ini dapat dianalisis derajat daya lekatnya seperti yang terlihat pada Gambar VI.12. Peluang untuk penelitian lanjutan adalah ke arah pengembangan metodologi yang dapat menganalisis hasil non destructive test seperti FWD sehingga dapat menjadi sarana untuk pengembangan evaluasi dari sudut analitis dan dapat digunakan sebagai pembanding terhadap hasil laboratorium. 126
Bab VII Kesimpulan, Kontribusi Penelitian dan Rekomendasi
Bab VII Kesimpulan, Kontribusi Penelitian dan Rekomendasi VII.1 Kesimpulan Penelitian ini mencakup penyelidikan kondisi bonding antar lapis perkerasan beraspal dengan menggunakan pendekatan teoritis maupun
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang Permasalahan
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Permasalahan Daya lekat (bonding) yang lemah antar lapis perkerasan beraspal adalah salah satu penyebab dari berbagai kerusakan perkerasan jalan. Pengelupasan perkerasan
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Kondisi Bonding Antar Lapis Perkerasan Sebuah struktur perkerasan jalan terdiri dari beberapa lapis material yang berbeda yang menghasilkan suatu tingkat daya lekat (adhesion)
Lebih terperinciANALISIS KONDISI BONDING ANTAR LAPISAN BERASPAL SECARA TEORITIS DAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM
ANALISIS KONDISI BONDING ANTAR LAPISAN BERASPAL SECARA TEORITIS DAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM Eri Susanto Hariyadi Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Sekolah Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciBab V Hasil dan Analisis Pengujian Direct Shear Test
Bab V Hasil dan Analisis Pengujian Direct Shear Test V.1 Hasil Pengujian Terhadap Sampel Yang Dibuat Di Laboratorium Pengujian Direct Shear dilakukan dengan menggeser secara langsung sampel dua lapis bituminuous
Lebih terperinciBab IV Persiapan Pengujian Laboratorium Untuk Mengukur Kondisi Bonding Antar Lapis Perkerasan
Bab IV Persiapan Pengujian Laboratorium Untuk Mengukur Kondisi Bonding Antar Lapis Perkerasan IV.1 Rencana Pelaksanaan Bagan alir penelitian seperti yang terlihat pada Gambar I.1 terdiri dari berbagai
Lebih terperinciRentang Modulus dari Thin Layer yang Menunjukkan Kondisi Bonding Antar Lapisan Beraspal. Eri Susanto Hariyadi 1)
Hariyadi Vol. 13 No. 4 Oktober 2006 urnal TEKNIK SIPIL Rentang Modulus dari Thin Layer yang Menunjukkan Kondisi Bonding Antar Lapisan Beraspal Eri Susanto Hariyadi 1) Abstrak Untuk membantu analisis backcalculation
Lebih terperinciBab III Pendekatan Simulasi Terhadap Kondisi Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal
Bab III Pendekatan Simulasi Terhadap Kondisi Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal III.1 Metoda Elemen Hingga pada Analisis Struktur Perkerasan Dalam desain struktur perkerasan dengan menggunakan pendekatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 2.1.1 Material Geosintetik Penggunaan material geosintetik pada proyek perbaikan tanah semakin luas, material geosintetik yang telah teruji kekuatannya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Lokasi pengambilan sampel tanah berasal dari proyek jembatan pengarengan jalan tol Cinere Jagorawi Sesi II, Depok, Jawa Barat. Untuk pengujian pemodelan matras dan
Lebih terperinciBAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM
BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Pendahuluan Analisis pengaruh interaksi tanah-struktur terhadap faktor amplifikasi respons permukaan dilakukan dengan memperhitungkan parameter-parameter yang berkaitan
Lebih terperinciBAB X UJI KUAT TEKAN BEBAS
BAB X UJI KUAT TEKAN BEBAS A. TUJUAN Tujuan perobaan ini adalah untuk menentukan kuat tekan tanah pada arah aksial dan karakteristik tegangan regangan. B. ALAT DAN BAHAN Alat utama yang digunakan pada
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
ANALISIS PENGARUH KONDISI BONDING PADA PERENCANAAN TEBAL LAPIS TAMBAH (OVERLAY) PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODA AUSTROADS (Studi Kasus : Ruas Jalan Jatibarang Palimanan) Linda Aisyah 1,Eri Susanto
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan. Tanah merah diambil dari sebuah lokasi di bogor, sedangkan untuk material agregat kasar dan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah pengujian selesai dilakukan dan hasil yang diperoleh telah dianalisis, maka dapat disimpulkan beberapa hal antara lain : 1. Dari hasil pengujian sifak
Lebih terperinciKEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER
KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER Halman 1, Moch. Agus Choiron 2, Djarot B. Darmadi 3 1-3 Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI
a BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini, kami menggunakan software PLAXIS 3D Tunnel 1.2 dan Group 5.0 sebagai alat bantu perhitungan. Kedua hasil perhitungan software ini akan dibandingkan
Lebih terperinciNaskah Publikasi Ilmiah. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh :
ANALISIS PENGARUH REKATAN ANTAR LAPIS PERKERASAN TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS : RUAS JALAN TOL SEMARANG) Naskah Publikasi Ilmiah untuk memenuhi
Lebih terperinciUJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D
1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.
Lebih terperinciPembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT
Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA
ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA AFRIYANTO NRP : 0221040 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR Arselina Wood Ward Wiyono Fakultas Teknik, UNTAD Jln. Soekarno-Hatta KM. 9 Tondo Palu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sebelum tahun 1920-an, desain perkerasan pada dasarnya adalah penentuan ketebalan bahan berlapis yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk tanah dasar
Lebih terperinciPEMODELAN NUMERIK METODE ELEMEN HINGGA NONLINIER STRUKTUR BALOK TINGGI BETON BERTULANG ABSTRAK
PEMODELAN NUMERIK METODE ELEMEN HINGGA NONLINIER STRUKTUR BALOK TINGGI BETON BERTULANG Jhony NRP: 0721003 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT. ABSTRAK Balok tinggi adalah balok yang mempunyai rasio
Lebih terperinciGRAFIK HUBUNGAN ( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan
( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan 1,550 Grafik e VS Wc 1,500 1,450 1,400 1,350 e 1,300 1,250 1,200 1,150 1,100 0 10 20 30 40 50 60 Wc (%) Siklus 1 Siklus 2 Siklus 4 Siklus 6 ( kohesi
Lebih terperinciTujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 13
ANALISIS KONDISI INTERFACE ANTARA WEARING COURSE DAN BINDER COURSE DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CIRCLY.0 Muhammad Hari Shofia 1, Eri Susanto Haryadi, Syaiful 1 Alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
KORELASI ANTARA KEPADATAN RELATIF TANAH PASIR TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT PADA MODEL PONDASI TIANG PANCANG PIPA TERBUKA DENGAN DIAMETER TERTENTU YANWARD M R K NRP : 0521026 Pembimbing :
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Validasi pemodelan Proses validasi analisa hip bearing didasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yew, A., et al., (3). Simulasi pada pemodelan ini menggunakan parameter
Lebih terperinciTEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
KORELASI BESAR DIAMETER PONDASI MODEL TIANG PANCANG PIPA TERBUKA TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT DALAM TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF TERTENTU DAVID SULASTRO NRP : 0521018 Pembimbing :
Lebih terperinciSTUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG
9 Vol. Thn. XV April 8 ISSN: 854-847 STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG Ruddy Kurniawan, Pebrianti Laboratorium Material dan Struktur Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinci4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS
Bab 4 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 PENENTUAN PARAMETER TANAH 4.1.1 Parameter Kekuatan Tanah c dan Langkah awal dari perencanaan pembangunan terowongan adalah dengan melakukan kegiatan penyelidikan tanah.
Lebih terperinciSIMULASI NUMERIK & UJI EKSPERIMENTAL PEMBEBANAN PRE-KOMPRESI DAN LATERAL PADA PASANGAN BATA TRIPLET
UJI NUMERIK & EKSPERIMENTAL PEMBEBANAN PRE KOMPOSISIS DAN LATERAL (M.Aswanto) SIMULASI NUMERIK & UJI EKSPERIMENTAL PEMBEBANAN PRE-KOMPRESI DAN LATERAL PADA PASANGAN BATA TRIPLET oleh: M. Aswanto Dosen
Lebih terperinciDESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI
DESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI 03-2847-2002 2002 Analisis Lentur Balok Beton Bertulang Balok mengalami 3 tahap sebelum runtuh: Balok mengalami 3 tahap sebelum runtuh: Sebelum retak (uncracked concrete
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )
TUGAS AKHIR PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH BASEMENT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS v8.2 (Proyek Apartemen, Jl. Intan Ujung - Jakarta Selatan) Diajukan sebagai syarat untuk meraih
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada
III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah lempung lunak yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada kondisi tidak
Lebih terperinciSIMULASI TEGANGAN PADA HELM INDUSTRI DARI BAHAN KOMPOSIT GFRP YANG MENDAPAT TEGANGAN INSIDEN SEBESAR 24,5 MPa
SIMULASI TEGANGAN PADA HELM INDUSTRI DARI BAHAN KOMPOSIT GFRP YANG MENDAPAT TEGANGAN INSIDEN SEBESAR 24,5 MPa M. Rafiq Yanhar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UISU Abstrak Penelitian ini mengetengahkan
Lebih terperinciPERHITUNGAN KOLOM DARI ELEMEN TERSUSUN PRISMATIS
PERHITUNGAN KOLOM DARI ELEMEN TERSUSUN PRISMATIS YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PLAT KOPEL A. DATA BAHAN [C]2011 : M. Noer Ilham Tegangan leleh baja (yield stress ), f y = 240 MPa Modulus elastik baja (modulus
Lebih terperinciIV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2
47 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Tabel 6. Data input simulasi Kecepatan putar Gerak makan 433 rpm 635 rpm 970 rpm 0.10 mm/rev 0.18 mm/rev 0.24 mm/rev Shear friction factor 0.2 Coeficient Convection
Lebih terperinciUJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH
PRAKTIKUM 02 : Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase SNI 2813:2008 2.1 TUJUAN PRAKTIKUM Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian laboratorium geser
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS
PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS M. Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jln. Mayjen Haryono
Lebih terperinciBAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM
BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM Penimbunan pada tanah dengan metode drainase vertikal dilakukan secara bertahap dari ketinggian tertentu hingga mencapai elevasi yang diinginkan. Analisis penurunan atau deformasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daya Dukung Pondasi Tiang Pondasi tiang adalah pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu
Lebih terperinciGambar III.1 Diagram Alir Program Penelitian
BAB III PROGRAM DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Program Penelitian Program penelitian diawali dengan studi pustaka tentang teori dasar struktur perkerasan kaku berdasarkan metoda ICAO. Sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciIII. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,
III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur
Lebih terperinciDAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE "MEYERHOF DAN HANNA" DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS)
DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE "MEYERHOF DAN HANNA" DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS) Siska Rustiani Irawan Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar
LAMPIRAN A Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN B Tabel B-1 Analisa Rangkaian Lintas Datar 80 70 60 50 40 30 20 10 F lokomotif F gerbong v = 60 v = 60 1 8825.959 12462.954 16764.636 22223.702 29825.540
Lebih terperinciANALISIS TEGANGAN STATIK PADA UNIT SQUARE END A-JACK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA
ANALISIS TEGANGAN STATIK PADA UNIT SQUARE END A-JACK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Isriyanda Dwiprawira dan Harman Ajiwibowo, Ph.D Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER
BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Studi Eksperimental 4.1.1 Pendahuluan Model dari eksperimen ini diasumsikan sesuai dengan kondisi di lapangan, yaitu berupa balok beton bertulang untuk balkon yang
Lebih terperinciESTIMASI NILAI MODULUS ELASTIS LAPISAN BERASPAL MENGGUNAKAN HAMMER TEST
ESTIMASI NILAI MODULUS ELASTIS LAPISAN BERASPAL MENGGUNAKAN HAMMER TEST Slamet Widodo Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Hadari Nawawi, Pontianak 78124 slamet@engineer.com Abstract Surface
Lebih terperinciBab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS
Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS 5.1 Distribusi Tegangan Dari bab sebelumnya terlihat bahwa semua hasil perhitungan teoritik cocok dengan perhitungan dengan metode elemen hingga. Hal ini ditunjukkan
Lebih terperinciJurnal Teknika Atw 1
PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam
Lebih terperinciLABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
REFERENSI Modul Praktikum Lab Uji Bahan Politeknik Negeri I. TUJUAN 1. Mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya horizontal, dengan cara menetukan harga kohesi (c) dari sudut geser dalam ( ϕ ) dari suatu
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN
25 Juni 2012 ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN. (LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR)
Lebih terperinciANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA
ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA (ANSYS 10) Penggunaan teknologi pengelasan dalam proses produksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS
IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan
Lebih terperinciPENGARUH KOEFISIEN GESEKAN PADA PROSES MANUFAKTUR
PENGARUH KOEFISIEN GESEKAN PADA PROSES MANUFAKTUR Tri Widodo Besar Riyadi Jurusan Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: tri_wbr@yahoo.com ABSTRAKSI Pada proses manufaktur, faktor gesekan
Lebih terperinciTugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S - 1 Teknik Sipil. diajukan oleh :
ANALISA PENGARUH REKATAN ANTAR LAPIS PERKERASAN TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS PADA RUAS JALAN ARTERI DI JALUR PANTURA) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciKuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.
Kuat Geser Tanah Shear Strength of Soils Dr.Eng. gus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Keamanan atau kenyamanan struktur yang berdiri di atas tanah tergantung pada kekuatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh
III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU. mengenai diameter dan kedalaman pondasi, kedalaman air laut, dan kedalaman
36 BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU 4.1 Data-Data Teknis Pondasi Suramadu Pada proses pemodelan struktur pondasi Jembatan Suramadu elemen-elemen diinput menggunakan program
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
A464 Analisis Perbandingan Biaya Perencanaan Gedung Menggunakan Metode Strength Based Design dengan Performance Based Design pada Berbagai Variasi Ketinggian Maheswari Dinda Radito, Shelvy Surya, Data
Lebih terperinciMetode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung
Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 12957-1:2012 Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung ICS 59.080.70 Geosynthetics Determination
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha memilih bahan yang tepat untuk membangun tempat tinggalnya dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Pemilihan
Lebih terperinciKUAT GESER LAPISAN BETON ASPAL DAN PADA PELAT BAJA UNTUK JEMBATAN
KUAT GESER LAPISAN BETON ASPAL DAN PADA PELAT BAJA UNTUK JEMBATAN Furqon Affandi Puslitbang Jalan dan Jembatan, Jl. A.H. Nasution 264 Bandung RINGKASAN Kuat geser antar lapisan permukaan beraspal dengan
Lebih terperinciPENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB
PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03-1729-2002) MENGGUNAKAN MATLAB R. Dhinny Nuraeni NRP : 0321072 Pembimbing : Ir. Ginardy
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Gambut... 45
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xvii DAFTAR NOTASI... xviii INTISARI... xix ABSTRACT...
Lebih terperinciANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR
ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana
Lebih terperinciJurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :
ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciRespect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15
Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TS 05 SKS : 3 SKS Kolom ertemuan 14, 15 TIU : Mahasiswa dapat melakukan analisis suatu elemen kolom dengan berbagai kondisi tumpuan ujung TIK : memahami konsep tekuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi suatu bangunan, aksi gaya
Lebih terperinciNo. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN
I. TUJUAN II. LABORATORIUM UJI TANAH POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext.266 Bandung Subjek : Pengujian Tanah di Laboratorium Judul
Lebih terperinciTata Cara Pengujian Beton 1. Pengujian Desak
Tata Cara Pengujian Beton Beton (beton keras) tidak saja heterogen, juga merupakan material yang an-isotropis. Kekuatan beton bervariasi dengan alam (agregat) dan arah tegangan terhadap bidang pengecoran.
Lebih terperinciBAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV
BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Cara Kerja Alat Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) dengan Rangkaian Listrik Sederhana Alat ini berguna untuk memberitahukan kondisi dari lereng sesaat sebelum
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung
` III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Belimbing Sari, Lampung Timur, dengan titik kordinat 105 o 30 o 10.74 o
Lebih terperinciDesain Elemen Lentur Sesuai SNI
DesainElemenLentur Sesuai SNI 03 2847 2002 2002 Balok Beton Bertulang Blkdik Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaituelemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser.
Lebih terperinciDAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI JUDUL i PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii ABSTRAK iv ABSTRACT v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menampilkan hasil pengujian karakteristik material bata dan elemen dinding bata yang dilakukan di Laboratorium Rekayasa Struktur Pusat Rekayasa Industri ITB. 4.1. Uji
Lebih terperinciBab II STUDI PUSTAKA
Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi terhadap struktur kolom komposit telah banyak diteliti dan dikembangkan. Terdapat beberapa jenis struktur komposit baja-beton yang sering digunakan, yaitu baja
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lab. Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung untuk mensimulasikan kemampuan tangki toroidal penampang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010
TUGAS AKHIR (RC 09-1380 ) STUDI SAMBUNGAN BALOK-KOLOM BETON PRACETAK DENGAN PROGRAM BANTU LUSAS (LONDON UNIVERSITY STRESS ANALYSIS SYSTEM) Charles Arista Pugoh 3106 100 129 DOSEN PEMBIMBING Tavio, ST,
Lebih terperinci3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!
DAFTAR ISI JUDUL... i PERSETUJUAN... ii LEMBAR PLAGIASI...iii ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR NOTASI...xvi BAB I PENDAHULUAN... Error!
Lebih terperinciBab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL
63 Bab V Analisa Data V.1. Pendahuluan Dengan melihat kepada data data yang didapatkan dari data sekunder dan primer baik dari PT. Jasa Marga maupun dari berbagai sumber dan data-data hasil olahan pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Tinjauan Umum
BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini adalah data sekunder yang dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data, yaitu
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUMPULAN DATA Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan, pada penelitian ini parameter tanah dasar, tanah timbunan, dan geotekstil yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Binus Square merupakan sebuah apartemen yang berlokasi di Jl. Budi Raya, Kemanggisan, Jakarta Barat. Jumlah lantai apartemen Binus Square
Lebih terperinciGambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dinding Pengisi 2.1.1 Definisi Dinding pengisi yang umumnya difungsikan sebagai penyekat, dinding eksterior, dan dinding yang terdapat pada sekeliling tangga dan elevator secara
Lebih terperinciPerhitungan Struktur Bab IV
Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang
Lebih terperinciBAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI
BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI 4.1 ALTERNATIF PERKUATAN FONDASI CAISSON Dari hasil bab sebelumnya, didapatkan kondisi tiang-tiang sekunder dari secant pile yang membentuk fondasi
Lebih terperinciPROPOSAL TUGAS AKHIR DAFTAR ISI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PERSEMBAHAAN... iii HALAMAN MOTTO... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...xii
Lebih terperinci