PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH NOVA ARIFATUL FARIDA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN - KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2006 Nova Arifatul Farida C

3 ABSTRAK NOVA ARIFATUL FARIDA (C ). Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI. Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang mantap dan berkelanjutan, kontribusi setiap sektor pembangunan dalam PDRB harus terus ditingkatkan, diantaranya melalui optimalisasi pengembangan sumberdaya alam yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan, peranan dan dampak sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal, sehingga dapat dirumuskan alternatif strategi pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, data dianalisis menggunakan analisis Location Quotient, Multiplier Effect dan SWOT. Selama periode tahun , produksi perikanan, tenaga kerja perikanan, alat tangkap dan armada penangkapan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal semakin meningkat. Berdasarkan indikator tenaga kerja dan pendapatan wilayah, sektor perikanan dan kelautan merupakan sektor basis dalam perekonomian di wilayah Kabupaten Kendal. Dengan demikian, sektor perikanan dan kelautan Kabup aten Kendal mampu menciptakan kesempatan kerja untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam wilayah maupun permintaan pasar di luar wilayah atau ekspor. Kondisi ini akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah Kabupaten Kendal, sehingga mendorong peningkatan permintaan masyarakat baik terhadap produk perikanan maupun produk sektor lainnya, dan secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan wilayah. Pemilihan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabup aten Kendal, adalah melakukan pengembangan pengusahaan sektor perikanan dan kelautan dengan pendekatan yang terpadu dan berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan yang besar, tenaga kerja perikanan dan accesibility yang mudah didapat serta adanya dukungan dari pemerintah daerah lewat program pembinaan dan pemberdayan masyarakat pesisir, guna memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor. Kata kunci : sektor perikanan dan kelautan, Location Quotient, Multiplier Effect dan sektor basis.

4 Hak cipta milik Nova Arifatul Farida, tahun 2006 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya.

5 PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh : NOVA ARIFATUL FARIDA C PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN - KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

6 SKRIPSI Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah : Nova Arifatul Farida : C : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Disetujui, Pembimbing Ir. Moch. Prihatna Sobari, M. S. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP Tanggal Lulus : 23 Januari 2006

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih Maha Penyayang, atas segala berkah, rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, M. S., sebagai pembimbing yang telah memberikan wawasan, petunjuk dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skipsi ini, Ir. Narni Farmayanti, M. Sc., dan Nimmi Zulbainarni, S. Pi., M. S., selaku dosen penguji, Ir. Teguh Iman Santosa, M. Si., Selaku Kepala Bidang PP 1 Bappekab Kendal, Ir. Suharno selaku Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, M. Chambali, SIP, selaku Kepala Subbagian Tata Usaha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal yang telah membantu dalam pengumpulan data, responden yang telah bersedia membantu dalam penelitian, orang tua dan saudara-saudara saya serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi ke arah perbaikan yang lebih baik. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2006 Nova Arifatul Farida

8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 24 November 1984 di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah dari orang tua bernama Bapak Supriyono, S. Pd., dan Ibu Maskanah. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kendal, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Manajemen Koperasi Perikanan ( ) pada program Diploma dan Koperasi Perikanan ( ) pada program Sarjana. Organisasi yang diikuti penulis adalah Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan dan Ilmu Kelautan ( ) sebagai anggota, dan Forum Komunikasi Mahasiswa Kendal ( ) sebagai sekretaris. Untuk menyelesaikan tugas akhir, penulis menyusun skripsi dengan judul Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah yang dibimbing oleh Ir. Moch. Prihatna Sobari, M. S., dan penulis dinyatakan lulus pada tanggal 23 Januari 2006.

9 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian... 4 II TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Regional Teori Basis Ekonomi Location Quotient Multiplier Effeck Indikator Pendapatan Wilayah Indikator Tenaga Kerja Strategi Pengembangan...12 III KERANGKA PENDEKATAN STUDI V METODOLOGI Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh (Responden) Analisis Data Location Quotient Multiplier Effect Analisis SWOT Konsep dan Pengukuran...24 V HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

10 5.1 Keadaan Umum Kabupaten Kendal Letak Geografis Luas Wilayah Kependudukan Keadaan Tanah dan Iklim Topografi Jenis Tanah Iklim Ketenagakerjaan Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Kendal Potensi Sumberdaya Perikanan Perikanan Laut Penangkapan di Perairan Umum Budidaya Air Tawar Budidaya Air Payau Tenaga Kerja Perikanan Armada Penangkapan Alat Tangkap Perikanan Produksi Perikanan Pengolahan Hasil Perikanan Pemasaran Hasil Perikanan Pemasaran Lokal dan Antar Pulau atau Provinsi Pemasaran Antar Pulau atau Ekspor Konsumsi Ikan Sarana dan Prasarana Perikanan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Koperasi Perikanan Perkreditan Kondisi Perekonomian Kabupaten Kendal Produk Domestik Regional Bruto Pertumbuhan Ekonomi PDRB per Kapita Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Kontribusi Sektor Perikanan dan Kelautan LQ Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja LQ Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan Multiplier Effect Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja Multiplier Effect Sektor Perikanan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah Analisis SWOT Penentuan Kekuatan, Kelamahan, Ancaman dan Peluang Sektor Perikanan dan Kelautan Kekutan (Strength) Kelemahan (Weakness)... 81

11 Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Analisis SWOT VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 97

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Analisis SWOT Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Kendal, Tahun Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kabupaten Kendal, Tahun Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Kendal, Tahun Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Kendal, Tahun Tenaga Kerja Potensial Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kendal, Tahun Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Dirinci Menurut Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kabupaten Kendal, Tahun Jumlah Produksi dan Nilai per Jenis Ikan Laut di Kabupaten Kendal, Tahun Jumlah Produksi dan Nilai per Jenis Ikan Air Tawar di Kabupaten Kendal, Tahun Jumlah Produksi dan Nilai per Jenis Ikan Air Payau di Kabupaten Kendal, Tahun Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal, Tahun Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Kendal Tahun Nilai Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Perkembangan Jumlah Produksi Ikan Olahan di Kabupaten Kendal, Tahun Perkembangan Nilai Produksi Ikan Olahan di Kabupaten Kendal, Tahun Data Produk Unggulan Daerah Bidang Perikanan dan Kelautan, Tahun

13 19. Perkembangan Konsumsi Ikan di Kabupaten Kendal, Tahun Volume Produksi TPI se-kabupaten Kendal, Tahun Nilai Produksi TPI se-kabupaten Kendal, Tahun PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun (Juta Rp) PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha, Tahun (Juta Rp) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun PDRB per Kapita Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Kontribusi Persentase PDRB Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Kesempatan Kerja, Tahun Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Sektor Perikanan dan Kelautan Tahun Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Sektor Perikanan dan Kelautan Tahun Matriks SWOT Strategi Pengembangan Sektor Perikanan dan Perikanan Kabupaten Kendal Tahun Perangkingan Alternatif Strategi Pengembangan Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Tahun

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Skema Kerangka Pendekatan Studi Trend Perkembangan Nilai CPUE (Catch per Unit Effort) Tahun Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Trend Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal, Tahun Trend Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Diagram Pie Kontribusi per Sub Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Produksi Perikanan dan Kelautan, Tahun Trend Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Trend Konsumsi Ikan di Kabupaten Kendal Tahun Proses pencairan Dana Ekonomi Produktif (DEP) program PEMP Trend PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar HargaKonstan 1993, Tahun Diagram Pie Kontribusi per Sektor Usaha dalam PDRB Kabupaten Kendal, Tahun Trend Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Trend Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Trend PDRB per Kapita Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Diagram Pie Kontribusi per Sektor terhadap PDRB Kebupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Trend Kontribusi Sektor Perikanan terhadap PDRB Kabupaten Kendal, Tahun Trend LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupten Kendal, Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun

15 18. Trend LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun Trend Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun Trend Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Diagram Analisis SWOT Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Tahun

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993, Tahun (jutaan Rp) PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun (jutaan Rp) PDRB Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993, Tahun (jutaan Rp) PDRB Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun (jutaan Rp) Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) Perhitungan LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun Perhitungan LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun Perhitungan Analisis Multiflier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun Perhitungan Analisis Multiflier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun Kelembagaan di Kabupaten Kendal Pengolahan Produk Perikanan Sarana dan Prasarana Perikanan di Kabupaten Kendal

17 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan sistem pemerintahan sentralistik yang tidak mampu menjawab masalah pemerataan pembangunan di Indonesia, melahirkan paradigma baru pembangunan, yaitu sistem pemerintahan desentralistik. Metode atau strategi pembangunan pada sistem sentralistik disamaratakan untuk semua daerah tanpa memandang karakteristik dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, sehingga menimbulkan pengelolaan yang salah dan tidak tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui sistem desentralistik, diharapkan pembangunan lebih diarahkan pengelolaannya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah, sehingga manfaat perencanaan regional untuk pemerataan pembangunan dapat tercapai. Memasuki era globalisasi sekarang ini, wilayah-wilayah atau daerah-daerah di Indonesia akan berkembang menjadi sebuah sistem kewilayahan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan dengan mengantisipasi peluang dan tantangan yang akan ditimbulkan oleh kebijakan regionalisasi. Pembangunan regional yang terkait dengan perbedaan karakteristik fisik dan non fisik yang dimiliki masing-masing daerah, kemungkinan besar dapat menyebabkan ketimpangan pembangunan antar daerah maupun antar sektor pada suatu daerah. Perencanaan regional dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata, sesuai dengan potensi yang ada di daerah tersebut. Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang mantap dan berkelanjutan diperlukan adanya ketersediaan dana pembiayaan yang besar. Untuk itu diperlukan berbagai upaya melalui peningkatan dana dari sumber pemerintahan yang berupa APBD maupun peningkatan dana masyarakat. Oleh karena itu, kontribusi setiap sektor pembangunan dalam PDRB harus terus ditingkatkan, diantaranya melalui optimalisasi pengembangan sumberdaya alam yang dimiliki. Pengembangan potensi sumberdaya alam diprioritaskan pada sektor atau komoditas yang dianggap memiliki peluang bersaing dalam era pasar global. Salah satu sektor yang signifikan dengan pengembangan potensi sumberdaya adalah sektor perikanan dan kelautan.

18 Dengan karakteristik wilayah dan potensi daerah yang dimiliki serta strategi pengembangan yang mendukung, maka sektor perikanan dan kelautan seyogyanya menjadi primadona perekonomian dan berperan sebagai basis ekonomi untuk meningkatkan pendapatan wilayah. Kabupaten Kendal yang terletak di wilayah pantai utara sepanjang 41 km ini, memiliki potensi perikanan dan kelautan yang cukup potensial untuk dikembangkan, diantaranya adalah luas lahan yang dapat digunakan untuk usaha perikanan yang berupa tambak dan kolam di pesisir pantai adalah seluas Ha. Wilayah perikanan Kabupaten Kendal yang meliputi 7 kecamatan menyumbangkan kontribusi yang cukup besar pada sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB, yaitu sebesar 1.69 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai produksi sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal tahun 2003 sebesar Rp ,00 (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk melihat kontribusi sektor perikanan dan kelautan dalam perekonomian di Kabupaten Kendal, dengan judul Peranan dan Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. 1.2 Perumusan Masalah Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang dapat bertahan dalam krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini disebabkan karena sektor perikanan dan kelautan tidak sepenuhnya bergantung dari bahan baku yang berasal dari luar daerah (impor), sehingga sektor perikanan dan kelautan harus dapat meningkatkan eksistensinya dalam menghadapi berbagai tantangan dan berusaha untuk tetap konsisten dengan kedudukannya yang berada diantara pesatnya pertumbuhan sektor industri. Penelitian ini mencoba mengidentifikasikan dan menganalisis peran sektor perikanan dan kelautan, apakah dengan besarnya potensi sumberdaya perikanan yang tersedia telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap perekonomian di Kabupaten Kendal dan menjadi basis ekonomi dari segi pendapatan wilayah dan tenaga kerja. Secara sistematis penelitian ini akan membahas beberapa permasalahan sebagai berikut :

19 1) Bagaimanakah keragaan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal? 2) Apakah sektor perikanan dan kelautan telah berperan sebagai basis ekonomi di Kabupaten Kendal? 3) Bagaimanakah dampak sektor perikanan dan kelautan terhadap pembangunan wilayah berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja? 4) Bagaimanakah alternatif strategi pengembangan sektor perikanan dan kelautan untuk dapat berperan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Kendal? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengidentifikasi keragaan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal dilihat dari karakter fisik yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan. 2) Menganalisis peranan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal dilihat dari indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja. 3) Mengetahui dampak sektor perikanan dan kelautan terhadap pembangunan di Kabupaten Kendal dilihat dari indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja. 4) Menetapkan alternatif strategi pengembangan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Kegunaan dari penelitian ini : 1) Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perencanaan pembangunan, khususnya bagi pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan pembangunan sektor perikanan di Kabupaten Kendal. 3) Sebagai bahan informasi dan tambahan data bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan berminat pada masalah ekonomi pembangunan.

20 1.4 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2005 sampai dengan bulan Agustus Tempat penelitian dilakukan di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah melalui instansi-instansi yang terkait, yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kendal serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal.

21 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Regional Kebijaksanaan ekonomi regional ialah penggunaan secara sadar berbagai macam peralatan (instrumen) untuk merealisasikan tujuan-tujuan regional, dan tanpa adanya usaha yang disengaja tersebut tidak akan tercapai. Kebijaksanaan pembangunan regional harus disesuaikan dengan struktur dasar masing-masing daerah. Salah satu tujuan dari kebijaksanaan pembangunan adalah mengurangi perbedaan dalam tingkat perkembangan atau pembangunan dan kemakmuran antar daerah yang satu dengan daerah yang lain (Kadariah 1985). Perencanaan regional dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Manfaat perencanaan regional adalah untuk pemerataan pembangunan. Apabila perencanaan regional dan pembangunan regional berkembang dengan baik, maka diharapkan daerah dapat tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri (Soekartawi 1990). Dalam perencanaan pembangunan regional terdapat beberapa teknik analisis regional yang dapat dipergunakan untuk menentukan atau memilih aktivitas ekonomi yang dikembangkan dalam suatu daerah atau menentukan lokasi yang sesuai dengan aktivitas ekonomi. Teknik-teknik tersebut antara lain Basis Ekonomi, Multiplier Effect, Model Gravitasi, analisis Titik Pertumbuhan dan analisis Input-Output (Richardson 1991). 2.2 Teori Basis Ekonomi Dalam konteks Ilmu Ekonomi Regional, terdapat berbagai model yang bermanfaat untuk menjelaskan perubahan regional dan untuk memprediksikan implikasiimplikasi yang nantinya akan terjadi serta bermanfaat bagi perencanaan di waktu yang akan datang. Salah satu teori yang paling sederhana dan barangkali paling terkenal adalah teori basis ekonomi (Economic Based Theory) (Glasson 1977).

22 Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja (Budiharsono 2001). Menurut Tarigan (2004), kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah karena kegiatan basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern atau permintaan lokal). Semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis termasuk ke dalam kegiatan atau sektor service atau pelayanan. Sektor non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, sehingga pendapatan masyarakat setempat sangat berpengaruh. Sektor ini tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah, sehingga satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Menurut Glasson (1977), secara implisit di dalam pembagian kegiatan-kegiatan ini terdapat hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis ekonomi. Bertambah banyaknya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang bersangkutan, dan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis. Dengan demikian, sesuai dengan namanya, kegiatan basis mempunyai peranan penggerak pertama (prime mover role) dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional. Arus pendapatan yang masuk ke dalam suatu wilayah akan menyebabkan kenaikan konsumsi maupun kenaikan investasi dalam wilayah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang baru akan menampung pengangguran yang terdapat di daerah tersebut atau dapat menjadi daya tarik bagi orang-orang dari luar wilayah yang mencari pekerjaan (Kadariah 1985). Penggunaan Teori Basis Ekonomi menurut Glasson (1991), terdapat sejumlah kekurangan antara lain kekurangan yang bersifat teknis seperti unit pengukuran, metode identifikasi dan pemilihan unit wilayah serta diabaikannya peranan impor. Kelemahan dari segi unit pengukuran adalah penggunaan kesempatan kerja (employment) sebagai

23 indikator. Hal ini dikemukakan oleh Richardson (1991) yang menyatakan bahwa employment bersifat diskontinyu, sehingga kurang peka sebagai indikator perubahanperubahan kegiatan basis. Pendapatan regional akan langsung mengalami kenaikan nilai apabila terjadi perluasan kegiatan basis, sedangkan kenaikan jumlah tenaga kerja baru terasa dalam jangka panjang. Masalah lainnya adalah adanya time lag antara respon dari sektor basis terhadap permintaan luar wilayah dan respon dari sektor non basis terhadap perubahan sektor basis. Masalah ini dapat diatasi dengan penggunaan data time series selama tiga sampai lima tahun. Dari segi metode identifikasi, masalah yang sering ditemui adalah perbedaan hasil identifikasi, jika metode yang digunakan berbeda. Kesulitan dalam pemilihan unit wilayah atau lokasi karena perlu diperhatikannya berbagai faktor yang mempengaruhi seperti tujuan analisis, faktor-faktor administratif dan regional serta ketersediaan data. Kekurangan teori ini sebagai akibat mengabaikan peran impor, disebabkan karena peningkatan pada kegiatan basis hanya akan menghasilkan multiplier effek yang sangat kecil pada kegiatan non basis jika sebagian besar pendapatan yang diperoleh dibelanjakan ke luar daerah dalam bentuk impor. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi tidak hanya dicapai melalui peningkatan ekspor dari industri-industri basis, tetapi juga dengan melakukan usaha substitusi impor. Teori Basis Ekonomi tetap relevan digunakan dalam analisis dan perencanaan regional, meskipun terdapat beberapa kekurangan (Glasson 1977). Teori ini memiliki keunggulan karena sangat sederhana dan mudah diterapkaan serta bermanfaat dalam usaha memahami struktuk ekonomi suatu wilayah dan dampak yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam jangka pendek. Pada kondisi tertentu, misalnya dalam mempelajari wilayah yang kecil dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada kegiatan ekspor, kekurangan yang ada dapat diminimumkan dan teori ini sangat bermanfaat untuk membuat peramalan jangka pendek (short-run forecasting). 2.3 Location Quotient Untuk mengetahui suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis dapat digunakan beberapa metode, yaitu : (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan survai langsung untuk mengidentifikasikan sektor mana yang merupakan sektor basis. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu (1) metode

24 melalui pendekatan asumsi; (2) metode location quotient; (3) metode kombinasi (1) dan (2); dan (4) metode kebutuhan minimum (Budiharsono 2001). Menurut Tarigan (2004), metode LQ adalah membandingkan porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah yang dibandingkan dengan porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Asumsi yang digunakan adalah bahwa penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat nasional. Selain itu, permintaan wilayah akan suatu barang pertama-tama akan dipenuhi oleh hasil produksi wilayah itu sendiri, jika jumlah yang diminta melebihi jumlah produksi wilayah, maka kekurangannya diimpor. Sebaliknya, produksi produksi yang dihasilkan terlebih dulu ditujukan untuk konsumsi lokal dan diekspor ke luar wilayah apabila terjadi surplus produksi. Apabila LQ kurang dari satu, maka wilayah yang bersangkutan harus mengimpor, sedangkan jika nilai LQ lebih dari satu maka wilayah tersebut dapat melakukan ekspor. Metode LQ banyak dikritik karena didasarkan atas asumsi bahwa produktivitas rata-rata atau konsumsi rata-rata antar wilayah adalah sama. Bisa saja dari suatu wilayah yang lapangan kerjanya untuk sektor 1 rendah, tetapi total produksinya lebih tinggi. Perbedaan pengklasifikasian dari sektor kegiatan ekonomi yang mungkin berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain. Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah kemungkinan terjadinya perhitungan ganda (double-counting) jika di suatu daerah terdapat banyak pekerja yang berasal dari daerah lain sebagai pelaju (Tarigan 2004). Menurut Tarigan (2004) secara umum rumus LQ adalah : LQ = vi / V v / V t I T = v i /V I : v t /V T.(1) dimana : v i = pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industri atau sektor tertentu di suatu wilayah;

25 V I = total pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain di wilayah tersebut; v t = pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industri atau sektor tertentu di wilayah perbandingan yang lebih luas; V T = total pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain di wilayah perbandingan yang lebih luas. 2.4 Multiplier effect Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan effek pengganda (Multiplier effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan. Menurut Glasson (1977), peningkatan pada kegiatan basis akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis. Selain itu arus pendapatan akan meningkatkan konsumsi dan investasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja (Kadariah 1985) Indikator Pendapatan Wilayah Multiplier dengan menggunakan indikator pendapatan ini, dilandaskan pada kenyataan bahwa penginjeksian sejumlah tertentu uang ke dalam perekonomian regional akan menaikkan pendapatan regional yang mengakibatkan bertambahnya pengeluaran konsumen (walaupun dalam jumlah yang lebih kecil daripada jumlah uang yang diinjeksikan semula). Bagian pendapatan yang dibelanjakan ini akan menjadi pendapatan bagi pihak lain yang selanjutnya membelanjakannya sebagian, dan demikian seterusnya (Glasson 1977). Menurut Glasson (1977) secara keseluruhan pendapatan wilayah (Y) merupakan penjumlahan pendapatan sektor basis (Yb) dan sektor non basis (Yn). Pendapatan sektor basis akan dibelanjakan kembali di dalam wilayah maupun untuk impor. Pendapatan yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah untuk produksi lokal akan menghasilkan efek pengganda terhadap pendapatan wilayah seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Jika proporsi pendapatan sektor basis yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah sebesar r, maka total pendpatan sektor basis yang dibelanjakan kembali adalah

26 sebesar (r) Yb. Selanjutnya pembelanjaan kembali di dalam wilayah akan menghasilkan total pendapatan sebesar (r 2 )Yb, kemudian menjadi (r 3 )Yb dan seterusnya. Keadaan ini dapat ditulis dalam bentuk rumus : Y = Yb + ryb +r 2 Yb + r 3 Yb + +r n Yb = (1 + r + r 2 + r r n ) Yb.....(2) Rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi : Y = Yb 1... (3) 1 r Faktor 1/(1-r) di atas merupakan economic multiplier yang menimbulkan efek pengganda terhadap perekonomian secara keseluruhan. Secara empiris nilai r sulit ditemukan, maka rumus tersebut dapat diturunkan lebih lanjut untuk mencari nilai r sebagai berikut : Y Yb r = 1 atau 1-r = 1 r = 1- Y Yb Yb Y atau r = sehingga Y Yb Y Karena Y Yb =Yn, maka : r = Yn.(4) Y dengan demikian economic multiplier dalam jangka pendek adalah : MSy = dimana : MSy Y = 1 1 r 1 Y Y Y n = = 1 Yn 1 Y 1 Yb Y = Y Yb....(5) = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan; = jumlah total pendapatan wilayah;

27 Yb = jumlah pendapatan sektor basis. Berdasarkan rumus di atas, perubahan pendapatan wilayah karena adanya peningkatan kegiatan basis adalah : ÄY = ÄY b (MSy).....(6) dimana : MSy = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan; ÄY = perubahan pendapatan wilayah; ÄY b = perubahan pendapatan sektor basis Koefisien pengganda jangka pendek tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi dampak kegiatan atau sektor basis terhadap perekonomian wilayah sacara keseluruhan Indikator Tenaga Kerja Multiplier effek yang ditimbulkan dari indikator tenaga kerja adalah merupakan perbandingan atau rasio antara total tenaga kerja di suatu wilayah dengan tenaga kerja pada sektor basis (Glasson 1977). Penurunan rumus untuk indikator tenaga kerja ini sama dengan penurunan rumus pada indikator pendapatan, yaitu sebagai berikut : MSe = dimana : MSe E Eb 1 En 1 E = 1 Eb E = E Eb. (7) = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja; = jumlah total tenaga kerja wilayah; = jumlah tenaga kerja sektor basis Berdasarkan rumus di atas, dapat dilakukan prediksi dampak yang akan ditimbulkan oleh peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor basis terhadap jumlah total tenaga kerja di wilayah tersebut sebagai berikut : ÄE = ÄEb (MSe)....(8) dimana : MSe = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja; ÄE = perubahan tenaga kerja wilayah; ÄE b = perubahan tenaga kerja sektor basis.

28 2.5 Strategi Pengembangan Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Lingkungan eksternal dan internal suatu perusahaan terkait erat dalam kelangsungan kegiatan dan keberhasilan kinerja perusahaan. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang tidak dapat dikontrol, tetapi dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan, sedangkan lingkungan internal adalah lingkungan dalam perusahaan yang dapat dikontrol, sehingga merupakan strategi keunggulan perusahaan (Rangkuti 2000). Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam bentuk matrik SWOT. Matrik SWOT merupakan suatu alat untuk meringkas faktor-faktor strategis perusahaan yang menggambarkan peluang dan ancaman eksternal, serta pertemuan dengan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan anternatif strategi.

29 III KERANGKA PENDEKATAN STUDI Perbedaan karakteristik fisik dan non fisik yang dimiliki masing-masing daerah merupakan potensi yang menjadi aset untuk pengembangan pembangunan wilayah. Perencanaan regional dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata, sesuai dengan potensi yang ada di daerah tersebut. Karakteristik fisik yang ada diantaranya adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan perlu digerakkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas, sehingga memberikan kontribusi terhadap pendapatan wilayah (PDRB) dan kesempatan kerja dalam rangka pembangunan wilayah. Pengembangan potensi sumberdaya alam diprioritaskan pada sektor atau komoditas yang dianggap memiliki peluang bersaing dalam era pasar global. Salah satu sektor yang signifikan dengan pengembangan potensi sumberdaya adalah sektor perikanan dan kelautan. Pentingnya pengembangan sektor perikanan dan kelautan juga dapat dilihat dari pengaruhnya yang cukup besar terhadap kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Kendal. Sektor perikanan dan kelautan masih merupakan lapangan usaha yang banyak diminati dan menjadi sumber penghasilan untuk kehidupan keluarga. Salah satu cara untuk mengetahui kontribusi sektoral adalah dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ). LQ dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu sektor ekonomi di suatu daerah termasuk sektor basis atau non basis dalam periode tertentu. Metode LQ adalah membandingkan porsi lapangan kerja atau pendapatan untuk sektor tertentu di daerah yang lebih sempit, dibandingkan dengan porsi lapangan kerja atau pendapatan untuk sektor yang sama secara nasional (wilayah yang lebih luas). Dengan menggunakan metode LQ dan multiplier effek sebagai alat analisis, berbagai indikator dapat digunakan untuk melihat peranan suatu sektor terhadap perekonomian suatu wilayah. Dalam penelitian ini, indikator yang akan digunakan adalah pendapatan wilayah (PDRB) dan tenaga kerja. Penentuan indikator tersebut berdasarkan pada pentingnya peranan masing-masing indikator terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten Kendal. Peningkatan pendapatan wilayah penting dilakukan dalam upaya meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Penyerapan tenaga

30 kerja juga merupakan faktor penting dalam pembangunan wilayah, karena terkait langsung dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Metode Multiplier Effect menggambarkan seberapa besar pengaruh perubahan kedua indikator tersebut terhadap pembangunan wilayah. Identifikasi sektor basis dan non basis akan menggambarkan struktur ekonomi wilayah Kabupaten Kendal baik secara sektoral maupun regional yang bermanfaat bagi perencanaan pembangunan selanjutnya, sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategi pengembangan sektor perikanan dan kelautan. SDA SDM Teknologi Kelembagaan Karakteristik Fisik Karakteristik non Fisik Potensi Sektor Perikanan Pendapatan Tenaga Kerja Analisis LQ Peranan Analisis ME Dampak Analisis SWOT Strategi Pengembangan Sektor Perikanan Implikasi Gambar 1. Skema Kerangka Pendekatan Studi Keterangan : = ruang lingkup penelitian; Analisis LQ = analisis Location Quotient; Analisis ME = analisis Multiplier Effect.

31 IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode penelitian tentang subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield 1930 diacu dalam Nazir 1999). Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data berdasarkan jenisnya ada dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah kumpulan angka-angka hasil observasi (Soeratno dan Arsyad 1993). Berdasarkan jenisnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa data pendapatan wilayah Kabupaten Kendal dan data pendapatan wilayah Provinsi Jawa Tengah serta data jumlah tenaga kerja di wilayah Kabupaten Kendal dan data jumlah tenaga kerja di wilayah Provinsi Jawa Tengah, sedangkan data kualitatif berupa data text dan image. Dari segi perolehannya, data yang didapat dikategorikan sebagai non experimental atau data yang diperoleh dengan tidak melakukan percobaan. Berdasarkan sumbernya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan Sektor Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Kendal. Data primer ini digunakan untuk memperkuat dan menjelaskan data sekunder yang telah didapat serta untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah dengan menggunakan analisis SWOT. Data sekunder merupakan data time series lima tahun terakhir yang diperoleh dari Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Badan Perencanaan Pembangunan

32 Kabupaten Kendal serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal. Data sekunder yang diambil adalah data pendapatan wilayah Kabupaten Kendal dan data pendapatan wilayah Provinsi Jawa Tengah serta data jumlah tenaga kerja di wilayah Kabupaten Kendal dan data jumlah tenaga kerja di wilayah Provinsi Jawa Tengah. 4.3 Metode Pengambilan Responden Pemilihan responden dilakukan secara non acak yaitu dengan purposive sampling. Menurut Fauzi (2001), pemilihan sampel pada purposive sampling dilakukan pada teknik anggota populasi untuk memenuhi tujuan tertentu. Pengambilan responden ini digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah dengan menggunakan analisis SWOT. Responden dipilih dari wakil setiap stakeholder atau pelaku perikanan dan yang berelevansi dengan penelitian, dalam hal ini terdiri atas 7 orang pegawai Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, yang meliputi Kepala Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Kepala Sub Bagian Penangkapan, Kepala Sub Bagian Budidaya dan Pengendalian Lingkungan, Kepala Sub Bagian Usaha dan Penyuluhan serta Kepala Sub Bagian Sarana dan Prasarana Perikanan Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Kepala Bappekab (Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten) Kendal, Kepala BPS (Biro Pusat Statistik) Kabupaten Kendal, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal dan 6 orang pelaku usaha perikanan yang terdiri atas dua orang nelayan tangkap, dua orang pembudidaya serta dua orang pengolah yang merupakan penduduk asli Kabupaten Kendal serta sudah lama menjadi nelayan. 4.4 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaan pembangunan sektor

33 perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal, yang dapat dilihat dari karakteristik fisik (SDA, SDM, teknologi, kelembagaan) perikanan di Kabupaten Kendal. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah sektor perikanan termasuk basis ekonomi di Kabupaten Kendal, serta bagaimana dampaknya terhadap pembangunan wilayah dilihat dari indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja. Metode yang digunakan untuk kedua analisis di atas adalah Location Quotient dan Multiplier Effect. Setelah itu, dengan mengetahui peranan dan dampak sektor perikanan terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah, maka dapat ditentukan alternatif strategi pengembangan sektor perikanan di wilayah Kabupaten Kendal dengan menggunakan analisis SWOT Location Quotient Perhitungan LQ digunakan untuk mengklasifikasikn sektor perikanan sebagai sektor basis atau sektor non basis dalam perekonomian wilayah dengan menggunakan rumus : LQ = vi / V v / V t = v i /V I : v t /V T I T dimana : v i = total pendapatan atau kesempatan kerja sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal; V I = total pendapatan atau kesempatan kerja seluruh sektor di Kabupaten Kendal; v t = total pendapatan atau kesempatan kerja sektor perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Tengah; V T = total pendapatan atau kesempatan kerja seluruh sektor di Provinsi Jawa Tengah Multiplier Effect Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan effek pengganda (Multiplier effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan. Menurut

34 Glasson (1977). Multiplier effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan nilai perubahan yang terjadi berdasarkan indikator pendapatan wilayah, dan dapat dilihat dalam rumus sebagai berikut : Y MSy = Yb Setelah nilai multiplier (MSy) diperoleh, kemudian dilakukan prediksi pertumbuhan pendapatan wilayah yang diakibatkan oleh pertumbuhan pendapatan sektor perikanan dengan menggunakan rumus : ÄY = ÄY b (MSy) dimana : MSy = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan; ÄY = perubahan pendapatan wilayah Kabupaten Kendal ÄY b = perubahan pendapatan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal. Perhitungan Multiplier effect berdasarkan indikator tenaga kerja digunakan rumus : MSe = E Eb Setelah nilai multiplier (MSe) diperoleh, seperti pada indikator pendaptan wilayah dilakukan juga prediksi pertumbuhan tenaga kerja yang diakibatkan oleh pertumbuhan tenaga kerja sektor perikanan dengan menggunakan rumus : ÄE = ÄEb (MSe) dimana : MSe = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja; ÄE = perubahan tenaga kerja wilayah Kabupaten Kendal; ÄE b = perubahan tenaga kerja sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematik atas kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis ini digunakan untuk memperoleh hubungan antara faktor

35 eksternal dan internal. Faktor internal dalam analisis SWOT adalah kekuatan (strength), kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal yang dihadapi adalah peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Keterkaitan faktor internal dan eksternal tersebut digambarkan dalam bentuk matrik SWOT yang nantinya digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan pembangunan Matrik SWOT merupakan suatu alat untuk meringkas faktor-faktor strategis suatu sektor yang menggambarkan bagaimana peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi dapat dipertemukan dengan kelemahan-kelemahan dan kekuatankekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis. Menurut Rangkuti (2000), empat kelompok kemungkinan alternatif strategis tersebut adalah: 1) SO (strength-opportunity), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada. 2) ST (strength-threat), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. 3) WO (weakness-opportunity), yaitu berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan. 4) WT (weakness-threat), yaitu berusaha meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada Secara lengkap analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 1.

36 Tabel 1. Analisis SWOT Internal Eksternal Peluang (opportunity) Ancaman (threat) Kekuatan (strength) SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menangkap kesempatan ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Kelemahan (weakness) WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti 2000 Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE), yaitu : a) Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai faktor internal dan eksternal sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal. b) Penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal dalam sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal. Penentuan bobot dilakukan oleh peneliti bersama-sama dengan Kepala Subbagian Tata Usaha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, dengan menggunakan skala : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dari indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal Tabel Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal A B C. Total A B C. Total Sumber : Rangkuti 2000 Tabel.. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

37 Faktor Strategis Eksternal A B C. Total A B C. Total Sumber : Rangkuti 2000 c) Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai dari setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan rumus : ai = Keterangan : n Xi i= 1 Xi ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3,,n n = Jumlah variabel Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks dengan total bobot sama dengan satu. d) Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan oleh peneliti, dengan skala sebagai berikut : Nilai untuk matriks IFE, yaitu kekuatan : 4 = sangat kuat 2 = lemah 3 = kuat 1 = sangat lemah Nilai untuk matriks IFE, yaitu kelemahan : 4 = sangat lemah 2 = kuat 3 = lemah 1 = sangat kuat Nilai untuk matriks EFE, yaitu peluang : 4 = sangat tinggi 2 = rendah 3 = tinggi 1 = sangat rendah Nilai untuk matriks EFE, yaitu ancaman : 4 = rendah 2 = tinggi

38 3 = sedang 1 = sangat tinggi e) Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel, sehingga menjadi skor. f) Skor dijumlahkan untuk menentukan total skor. Tabel.Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan : Kelemahan : Total Sumber : Rangkuti 2000 Tabel.Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Bobot Rating Skor Eksternal Peluang : Ancaman : Total Sumber : Rangkuti 2000 g) Total skor berkisar 1,0 sampai total skor yang berada 4,0 dengan rata-rata 2,5. Dibawah 2,5 menunjukkan posisi internal dan eksternalnya lemah, sedangkan total skor diatas 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternal berada pada tingkat yang kuat. Total skor yang berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada pada posisi rata-rata

39 Pemilihan alternatif strategi yang terbaik dilakukan dengan memberikan nilai dan rangking sesuai tingkat kepentingannya. Pemberian nilai ini dilakukan kepada setiap unsur SWOT dan pemberian rangking dilakukan secara subjektif oleh peneliti dari hasil wawancara dengan para responden. 4.5 Konsep dan Pengukuran 1) Peranan sektor perikanan dalam pembangunan adalah kedudukan sektor perikanan dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja; 2) Dampak sektor perikanan adalah efek pertumbuhan pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan terhadap pertumbuhan pendapatan dan tenaga kerja wilayah; 3) Pendapatan Domestic Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total suatu wilayah dari seluruh kegiatan perekonomian selama satu tahun. PDRB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah. Dengan PDRB ini, dijadikan indikator untuk melihat pengaruh perubahan tingkat kemakmuran dan perekonomian termasuk inflasi. Selain itu digunakan PDRB per kapita yaitu perbandingan antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sehingga dengan PDRB per kapita dapat diketahui kemampuan wilayah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi. Satuan PDRB yang digunakan adalah jutaan rupiah; 4) Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan kerja sektor perikanan yaitu jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor perikanan. Kesempatan kerja sektor perikanan dinyatakan dalam orang (jiwa); 5) Kuosien lokasi (pendapatan/tenaga kerja) adalah perbandingan antara total (pendapatan/tenaga kerja) sektor perikanan Kabupaten Kendal terhadap total (pendapatan/tenaga kerja) seluruh sektor di Kabupaten Kendal dengan total (pendapatan/tenaga kerja) sektor perikanan Provinsi Jawa Tengah terhadap total (pendapatan/tenaga kerja) seluruh sektor di Provinsi Jawa Tengah;

40 6) Efek pengganda (pendapatan/tenaga kerja) adalah koefisien yang menunjukkan kemampuan setiap peningkatan (pendapatan/tenaga kerja) dalam wilayah terhadap pertumbuhan (pendapatan/tenaga kerja) wilayah yang bersangkutan; 7) Surplus pendapatan wilayah adalah nilai kelebihan pendapatan yang terjadi akibat dari kegiatan ekspor ke luar wilayah; 8) Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan; 9) Rumah Tangga Perikanan (RTP) adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan atau budidaya hewan atau budidaya tanaman air dengan tujuan menjual sebagian atau seluruh hasilnya; 10) Faktor internal adalah kekuatan yang merupakan keunggulan dimiliki oleh sektor perikanan serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau kekurangan sektor perikanan yang mempengaruhi kinerja pembangunan; 11) Faktor eksternal adalah peluang yang merupakan kesempatan yang dimiliki sektor perikanan untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan hambatan yang berasal dari luar sektor perikanan; 12) strategi pengembangan adalah rencana atau siasat pengembangan secara bertahap dan teratur dari kondisi riil saat ini menuju pada sasaran atau kondisi yang diinginkan;

41 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Kabupaten Kendal Letak Geografis Kabupaten Kendal merupakan salah satu dari 23 kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Kendal terletak di jalur utama Pantai Utara Pulau Jawa atau yang lebih dikenal sebagai Pantura. Secara geografis Kabupaten kendal terletak pada Bujur Timur dan Lintang Selatan. Secara administratif batas wilayah Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa - Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Semarang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Temanggung - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Batas pesisir pantai Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa sejauh 4 mil laut - Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Semarang - Sebelah Selatan berbatasan dengan jalur jalan arteri Pantura - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Luas Wilayah Luas daerah Kabupaten Kendal mencapai 1.002,23 Km 2 atau hektar, yang terdiri atas tanah sawah 226,3 Km 2, tanah pekarangan 145,51 Km 2, tanah tegalan 223,26 Km 2, tambak dan kolam 31,31 Km 2, perkebunan 164,59 Km 2, lain-lain 93,38 Km 2. Lahan yang digunakan sebagi usaha perikanan yang berupa tambak dan kolam di pesisir pantai seluas Ha atau 9,90 % dari jumlah luas lahan pesisir pantai atau sebesar 99,94 % dari jumlah luas lahan Kabupaten Kendal yang digunakan untuk usaha perikanan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa usaha perikanan lebih diminati di pesisir pantai dibandingkan dengan kawasan lainnya di Kabupaten Kendal Kependudukan

42 Jumlah penduduk Kabupaten Kendal tahun 2003 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri atas (49,34 %) laki-laki dan (50,66 %) perempuan. Penduduk terbesar ada di Kecamatan Kaliwungu jiwa atau 10,03 % dari total penduduk Kabupaten Kendal. Kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Limbangan dengan penduduk sebanyak jiwa atau 3,30 % dari total penduduk Kabupaten Kendal. Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Kendal, Tahun 2003 No. Kelompok Umur Laki-laki Persentase Perempuan Persentase (orang) (%) (orang) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,87 Jumlah , ,00 Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2003 Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur terbanyak berada pada kelompok umur tahun, dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. Komposisi penduduk terendah berada pada kelompok umur tahun dengan penduduk. Dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur Kabupaten Kendal, maka kelompok umur usia produktif (14-64 tahun) lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (>64 tahun). Pertumbuhan penduduk tahun 2003 sebesar 0,44 persen yang terjadi di enam belas kecamatan, kecuali Kecamatan Weleri yang justru menurun 0,40 persen. Pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Rowosari yaitu sebesar 1,56 persen.

43 Sebagian besar penduduk di Kabupaten Kendal berpendidikan rendah. Secara proporsional di Kabupaten Kendal, persentase penduduk tamat SD merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 35,43 %, bahkan jika dijumlahkan dengan angka belum tamat SD dan belum sekolah mencapai 75,41%. Persentase penduduk tamat SLTP, SMU dan perguruan tinggi atau akademi adalah sebesar 24,59 %. Kondisi ini mencerminkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Kendal masih rendah yaitu tamatan SD. Hal ini dikarenakan penduduk lebih memilih mencari pekerjaan dibandingkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan alasan keterbatasan biaya dan lebih baik bekerja daripada sekolah. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 No. Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase (orang) (%) 1. Tidak/belum sekolah ,21 2. Belum tamat SD ,77 3. Tamat SD ,43 4. Tamat SLTP ,24 5. Tamat SMU ,49 6. Tamat PT/AK ,86 Jumlah ,00 Sumber : Hasil Olahan Tim Bappekab Kendal 2003 Penduduk di Kabupaten Kendal sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani (56,67 %) baik sebagai petani pemilik (23,95 %) maupun sebagai buruh tani (32,72 %). Hal ini sangat dimungkinkan karena lahan untuk pertanian di kawasan pantai relatif luas yaitu sebesar Ha atau sebesar 34,73 % dari seluruh luas kawasan pesisir. Penduduk yang bekerja sebagai buruh bangunan sebesar 13,28%. Hal ini menunjukkan kondisi penduduk berpendidikan rendah yang cukup banyak di Kabupaten Kendal, karena sebagai buruh bangunan tidak memerlukan keahlian khusus. Proporsi jumlah penduduk di Kabupaten Kendal yang bekerja dibandingkan dengan total seluruh penduduk di Kabupaten Kendal adalah sebanyak 58,90%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Kendal bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah penduduk di Kabupaten Kendal berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.

44 Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 Jumlah Persentase No Mata Pencaharian (orang) (%) 1 Petani ,95 2 Buruh tani ,72 3 Nelayan ,17 4 Pengusaha ,74 5 Buruh Bangunan ,28 6 Dagang ,74 7 Transportasi ,89 8 PNS/TNI ,45 9 Pensiun ,11 10 Lain-lain ,96 Jumlah ,00 Sumber : Hasil Olahan Tim Bappekab Kendal 2003 Sebagian besar penduduk di Kabupaten Kendal beragama Islam yaitu sebesar 99,00 % dari seluruh jumlah penduduk di Kabupaten Kendal. Dengan keragaman agama yang terdapat di Kabupaten Kendal, ternyata tidak menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu, perlu adanya kerukunan hidup antar umat bergama dan saling menghormati sesama manusia, sehingga senantiasa hidup aman dan tenteram. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 No. Agama Jumlah Penduduk (orang) Persentase (%) 1. Islam ,00 2. Katolik ,47 3. Kristen ,45 4. Hindu 601 0,07

45 5. Budha 115 0,01 Jumlah ,00 Sumber : Hasil Olahan Tim Bappekab Kendal Keadaan Tanah dan Iklim Topografi Topografi Kabupaten Kendal daerah selatan sampai ke utara merupakan wilayah lereng dan kaki pegunungan, sedangkan di bagian utara berupa dataran dan pantai utara. Di bagian selatan terdapat 2 gunung yaitu Gunung Prahu (bagian barat daya) dan Gunung Ungaran (bagian tenggara). Lereng kedua gunung tersebut membentuk wilayah selatan dari Kabupaten Kendal. Ketinggian untuk daerah ini berkisar antara m dpl yang meliputi Kecamatan Plantungan, Pageruyung, Sukorejo, Pegandon, Patean, Singorojo, Boja, dan Limbangan serta sebagian Kaliwungu. Daerah pesisir pantai berada pada ketinggian 0-10 m dpl yang meliputi Kecamatan Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, Ngampel, Kota Kendal, Brangsong dan Kaliwungu. Berdasarkan kemiringan tanahnya, secara umum wilayah Kabupaten Kendal dibedakan menjadi 5 (lima) kategori, yaitu : a) Kemiringan 0-8 % lahan datar seluas ,91 Ha; b) Kemiringan 8-15 % lahan landai seluas ,56 Ha; c) Kemiringan % lahan aagak curam seluas 7.370,85 Ha; d) Kemiringan % lahan curam seluas ,37 Ha; e) Kemiringan >40 % lahan sangat curam seluas ,31Ha Jenis Tanah Jenis tanah yang ada di Kabupaten Kendal dibedakan atas tanah Alluvial, Latosol, Andosol dan Regosol, tanah mediteran, serta tanah Podzolik dan Regosol. Tanah Alluvial bersifat hidromorf dan berwarna kelabu, coklat dan hitam. Produktifitas tanah ini dari rendah sampai tinggi dan digunakan untuk pertambakan, pertanian padi dan palawija serta pemukiman. Jenis tanah ini meliputi wilayah Kecamatan Cepiring, Patebon, Kota Kendal, Kaliwungu, Brangsong, sebagian Kecamatan Weleri, Gemuh dan Pegandon.

46 Jenis tanah Latosol bersifat netral sampai asam berwarna coklat, coklat kemerahan sampai merah. Produktifitasnya sedang sampai tinggi dan digunakan untuk lahan pertanian padi, tembakau, dan perkebunan. Kecamatan yang mempunyai tanah latosol adalah Kecamatan Kaliwungu, Limbangan, Singorojo, Pegandon, Gemuh, Weleri, Plantungan, Sukorejo, Boja, Pageruyung dan Patean. Tanah Andosol dan Regosol bersifat asam dengan warna putih, coklat kekuningkuningan, coklat atau kelabu serta hitam. Produktifitas tanah ini sedang sampai tinggi dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Kecamatan yang mempunyai jenis tanah ini adalah Kecamatan Plantungan dan Sukorejo. Peralihan antara tanah alluvial dan latosol adalah tanah mediteran yang bersifat agak netral dengan warna merah sampai dengan coklat. Produktifitasnya sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk sawah, tegalan, kebun buah-buahan, padang rumput dan pemukiman. Jenis tanah ini meliputi Kecamatan Brangsong, Kaliwungu, dan Pegandon. Jenis tanah podzolik dan regosol mengandung kapur dan tras yang bersifat netral sampai basa. Produktivitasnya rendah sampai sedang, biasanya digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan dan berpotensi sebagai lahan galian golongan C (pasir, kerikil, sirtu, batu kali dan tanah liat). Jenis tanah ini meliputi Kecamatan Singorojo, Limbangan dan Patean Iklim Kabupaten Kendal beriklim tropis dengan dua musim bergantian sepanjang tahun yaitu musim penghujan dan kemarau. Temperatur di wilayah bagian utara bervariasi antara C dengan kelembaban sekitar %, sedangkan untuk wilayah bagian selatan temperaturnya berkisar antara C dengan kelembaban % Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah modal utama penggerak roda pembangunan, apalagi tenaga kerja yang terampil dan terdidik merupakan sumberdaya manusia yang sangat dibutuhkan

47 dalam pembangunan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pembangunan. Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Kendal menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tenaga Kerja Potensial Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Total Sumber : Bappekab Kendal 2004 Jumlah penduduk Kabupaten Kendal mencapai jiwa pada tahun Dari jumlah ini sekitar dua pertiganya tergolong pada usia produktif yaitu antara tahun. Jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Kendal mencapai jiwa, dengan perincian jumlah penduduk usia kerja laki-laki sebanyak 32,09%, sedangkan penduduk usia kerja perempuan sebanyak 32,73%. 5.2 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Kendal Potensi Sumberdaya Perikanan Perikanan Laut Wilayah perikanan laut di Kabupaten Kendal meliputi wilayah pantai utara sepanjang 41km yang mencakup 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Kaliwungu, Brangsong, Kendal, Patebon, Cepiring, Kangkung dan Kecamatan Rowosari. Potensi perikanan pelagis yang tertangkap pada kawasan pantai pada umumnya didominasi oleh ikan teri, kembung, juwi dan tigowojo. Kawasan perairan untuk kegiatan penangkapan ikan terletak pada perairan di luar kawasan pelabuhan dan alur pelayaran serta kawasan perlindungan dan penyangganya di gugusan terumbu karang. Kawasan ini membentang dari barat ke timur. Kegiatan

48 penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan tradisional tidak dibatasi oleh wilayah administrasi (Bappekab Kendal 2003). Produksi perikanan laut yang diperoleh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di empat tempat pada tahun 2003 menghasilkan Kg ikan dengan nilai Rp ,00. Produksi tahun ini turun 3,26 % dari tahun 2002, yaitu dari Kg pada tahun Dilihat dari nilai produksinya, nilai produksi tahun 2003 juga lebih rendah dari tahun 2002, yaitu sebesar Rp ,00. Produksi dan nilai produksi perikanan laut yang dirinci menurut Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kabupaten Kendal tahun 2003 dapat dilihat dalam Tabel 7. Dilihat dari jumlah produksi perjenis ikan laut, dapat dilihat tiga komoditas yang menghasilkan jumlah produksi terbesar, adalah teri, ikan terbang dan ikan kembung, dengan masing-masing jumlah produksi sebanyak Kg, Kg dan Kg. Berdasarkan nilai produksi perjenis ikan laut, dapat dilihat bahwa teri, cumi-cumi dan ikan tongkol merupakan penghasil nilai produksi terbesar dengan masing-masing nilai sebesar Rp ,00, Rp ,00 dan Rp ,00. Jumlah produksi dan nilai per jenis ikan laut di Kabupaten Kendal tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Dirinci Menurut Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 Produksi Nilai No. TPI (Kg) (Rp) 1. Pidodo Kulon ,00 2. Bandengan ,00 3. Tawang ,00 4. Sendang Sikucing ,00 Tahun , ,00 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Tabel 8. Jumlah Produksi dan Nilai Per jenis Ikan Laut di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 No. Jenis Ikan Produksi Nilai

49 (Kg) (Rp) 1. Layang ,00 2. Bawal ,00 3. Kembung ,00 4. Selar ,00 5. Teri ,00 6. Tongkol ,00 7. Tengiri ,00 8. Layur ,00 9. Ikan Terbang , Julung-julung , Tigawaja , Ekor Kuning , Petek , Cumi-cumi , Ikan lain ,00 Jumlah ,00 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Pemanfaatan perairan pantai sampai pada batas sekitar 4 mil dari garis pantai sudah mendekati over fishing, sehingga kecenderungan penurunan stok sumberdaya ikan semakin cepat. Hal ini dapat dilihat dari analisis garis trend perkembangan nilai CPUE (Catch per Unit Effort) dari tahun yang cenderung menurun. Penurunan nilai CPUE ini, mengindikasikan bahwa pemanfaatan perairan laut di Kabupaten Kendal cenderung mendekati over fishing. Perhitungan CPUE didasarkan pada perhitungan besarnya jumlah hasil tangkapan atau produksi perikanan terhadap upaya tangkap yang dilakukan, yang dalam hal ini adalah jumlah alat tangkap per unit. Hasil analisis trend perkembangan nilai CPUE dari tahun , dapat dilihat pada Gambar 2.

50 CPUE (Catch y = -1810x Tahun Gambar 2. Trend Perkembangan Nilai CPUE (Catch per Unit Effort) Tahun Penangkapan di Perairan Umum Penangkapan ikan di perairan umum meliputi sungai dan dam atau waduk. Masyarakat melakukan penangkapan ikan di perairan umum biasanya sebagai, penyaluran hobby, memenuhi kebutuhan sehari-hari dan usaha yang bersifat komersial Budidaya Air Tawar Perikanan budidaya dibagi menjadi dua jenis budidaya, yaitu budidaya ikan air payau (tambak) dan budidaya ikan air tawar (kolam). Budidaya ikan air tawar di Kabupaten Kendal tersebar di 19 kecamatan dengan jumlah pembudidaya ikan sebanyak orang pembididaya ikan. Budidaya ikan air tawar didominasi oleh budidaya ikan lele, dengan total produksi sebanyak 82,83% dari total produksi ikan air tawar di Kabupaten Kendal. Budidaya ikan lele terpusat di Desa Tambaksari Kecamatan Rowosari dan di Desa Sijeruk Kecamatan Kota Kendal dengan total lahan seluas sekitar m 2, sedangkan sisanya adalah budidaya ikan karper, nila, mujair dan tawes. Budidaya ikan hias juga sudah mulai dikembangkan di wilayah Kecamatan Plantungan dan Pageruyung. Jumlah produksi dan nilai per jenis ikan air tawar di Kabupaten Kendal tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Produksi dan Nilai Per jenis Ikan Air Tawar di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 Produksi Nilai No. Jenis Ikan (Kg) (Rp) 1. Karper ,00

51 2. Tawes ,00 3. Nila ,00 4. Mujair ,00 5. Lele ,00 Jumlah ,00 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Budidaya Air Payau Budidaya air payau yang terdapat di Kabupaten Kendal meliputi budidaya ikan bandeng, udang windu, udang api-api dan udang putih. Budidaya air payau terdapat di 7 kecamatan di Kabupaten Kendal, yaitu Kecamatan Kaliwungu ( Ha), Kecamatan Brangsong ( Ha), Kecamatan Kendal ( Ha), Kecamatan Patebon ( Ha), Kecamatan Cepiring ( Ha), Kecamatan Kangkung ( Ha), Kecamatan Rowosari ( Ha). Total lahan yang digunakan untuk budidaya air payau di Kecamatan Kendal adalah Ha. Jumlah produksi dan nilai per jenis ikan air payau di Kabupaten Kendal tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 10. Produksi budidaya tambak tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 3,23 %, yaitu Kg pada tahun 2002 menjadi Kg pada tahun Dilihat dari nilai produksinya justru mengalami penurunan sebesar 38,19 %. Hal ini disebabkan karena harga ikan di pasaran menurun drastis, Hal ini terjadi karena adanya produksi yang bersamaan antara beberapa pembudidaya tambak, sehingga nilai produksi tahun 2003 menurun jika dibandingkan tahun Tabel 10. Jumlah Produksi dan Nilai Per jenis Ikan Air Payau di Kabupaten Kendal, Tahun 2003 Produksi Nilai No. Jenis Ikan (Kg) (Rp) 1. Bandeng ,00 2. Udang Windu ,00 3. Udang Api-api ,00 4. Udang Putih ,00 5. Rucah ,00

52 Tahun , ,00 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Tenaga Kerja Perikanan Tenaga kerja perikanan di Kabupaten Kendal terdiri atas juragan, pendega, bakul, pembudidaya (kolam dan tambak), nelayan perairan umum dan pengusaha pengolah produk perikanan. Jumlah tenaga kerja perikanan di Kabupaten Kendal sampai tahun 2003 terhitung sebanyak orang yang terdiri atas pendega sebanyak orang, juragan sebanyak orang, bakul sebanyak 65 orang, pembudidaya tambak dan kolam sebanyak orang, nelayan perairan umum sebanyak 608 orang dan tenaga kerja pada industri pengolah produk perikanan sebanyak 653 orang. Perkembangan jumlah tenaga kerja perikanan di Kabupaten Kendal dapat dilihat dari Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa jumlah tenaga kerja perikanan selama lima tahun terakhir dari tahun 1999 sampai tahun 2002 selalu mengalami kenaikan, tetapi tahun 2003 terjadi penurunan jumlah tenaga kerja perikanan sebanyak 12,80 %, yaitu dari orang pada tahun 2002 menjadi orang pada tahun Persamaan garis y = x merupakan hasil dari analisis trend yang mengindikasikan bahwa jumlah tenaga kerja perikanan di Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 cenderung meningkat, dengan peningkatan sebanyak satu orang tenaga kerja perikanan per tahun. Trend perkembangan jumlah tenaga kerja perikanan dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 11. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Jumlah Tenaga Kerja Perikanan No. Uraian (orang) Nelayan : a. Juragan b. Pandega Bakul Budidaya : a. Tambak Pemilik

53 Buruh b. Kolam Pemilik Buruh Perairan Umum Industri Pengolahan : a. Pemilik b. Buruh Jumlah Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Tenaga Kerja Pe (orang) y = x Tahun Gambar 3. Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Armada Penangkapan Ikan Upaya pemanfaatan potensi perikanan laut di Kabupaten Kendal didukung oleh berbagai sarana dan prasarana, antara lain armada penangkapan dan alat tangkap yang berperan penting untuk meningkatkan produksi perikanan. Jenis armada penangkapan yang digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan di perairan Kabupaten Kendal adalah kapal motor dan motor tempel. Tabel 12. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal, Tahun Jenis/Ukuran Jumlah Kapal (unit) No. Perahu/Kapal Kapal motor Motor tempel

54 Jumlah Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Jumlah Arm y = 22.4x Tahun Gambar 4. Trend Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal, Tahun Perkembangan jumlah armada penangkapan di Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2002 tidak terjadi peningkatan armada. Jumlah armada penangkapan dari tahun 1999 sampai tahun 2002 sebanyak unit. Terjadi peningkatan jumlah armada penangkapan pada tahun 2003, yaitu dari unit armada penangkapan pada tahun 2002 menjadi unit armada penangkapan, atau terjadi peningkatan sebesar 6,73 %. Hal ini disebabkan karena adanya bantuan modal yang diperoleh nelayan dari pemerintah melalui program PEMP. Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan ditunjukkan oleh hasil analisis trend dengan persamaan y = x, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 4. Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel Alat Tangkap Perikanan Alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan juga sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan dan produksi perikanan. Disamping jumlah tangkapan yang melimpah, penggunaan alat tangkap harus juga memperhatikan lingkungan dan sumberdaya hayati laut, sehingga penggunaan alat tangkap haruslah yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan kelestarian sumberdaya hayati laut. Perkembangan dan trend jumlah alat

55 tangkap perikanan di Kabupaten Kendal tahun dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 5. Tabel 13. Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Jenis Alat Jumlah Alat Tangkap (Unit) No. Tangkap Purse Siene Payang Jabur Bundes/Krikit Jaring Insang Jaring Klitik Jaring Tramel Net Lain-lain Jumlah Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Jumlah Alat Tan (unit) y = 503x Tahun Gambar 5. Trend Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun Berdasarkan Tabel 13, dapat terlihat bahwa jumlah alat tangkap perikanan yang digunakan di Kabupaten Kendal dari tahun terus meningkat. Pada tahun 2003 terjadi peningkatan jumlah alat tangkap sebesar 38,66 %, yaitu dari unit alat tangkap pada tahun 2002 menjadi unit alat tangkap pada tahun Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan yang signifikan pada alat tangkap jaring klitik dan payang jabur. Alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten

56 Kendal adalah jaring klitik. Trend perkembangan jumlah alat tangkap yang ditunjukkan dengan persamaan y = x mengindikasikan adanya kecenderungan peningkatan jumlah alat tangkap Produksi Perikanan Tabel 14, menunjukkan perkembangan produksi perikanan di Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat produksi perikanan dari tahun 1999 sampai tahun 2003 terus mengalami peningkatan. Produksi perikanan dari pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 2,21 % dari tahun 2002 yaitu dari ton menjadi ton. Tabel 14. Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Kendal Tahun No. Jenis Usaha Produksi (ton) Penangkapan : Laut Perairan Umum Budidaya : 2. Air Payau Air Tawar Jumlah Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Kegiatan budidaya air payau merupakan sub sektor perikanan dan kelautan yang dominan menunjukkan peningkatan jumlah produksi, serta menghasilkan jumlah produksi tertinggi untuk produksi perikanan, yaitu sebesar 79% dari total produksi perikanan tahun Budidaya air payau merupakan budidaya yang dominan diminati oleh para pelaku perikanan di Kabupaten Kendal, karena selain didukung adanya

57 ketersediaan lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya, keuntungan yang dihasilkan melalui kegiatan budidaya air payau juga sangat menjanjikan. Berdasarkan Gambar 6, dapat terlihat kontribusi per sub sektor perikanan dan kelautan terhadap produksi perikanan dan kelautan tahun Penangkapan ikan di laut menduduki urutan kedua dalam kontribusinya meningkatkan jumlah produksi perikanan, yaitu sebesar 14%. Apabila dilihat dari jumlah produksi perikanan laut dari tahun , justru mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan penangkapan perikanan laut di Kabupaten Kendal sudah mengarah kepada over fishing, yang ditunjukkan oleh nilai CPUE dari tahun yang cenderung menurun, sehingga produksi perikanan laut di Kabupaten Kendal dari tahun semakin menurun. Budidaya Air Tawar 6% Penangkap an Laut 14% Budidaya Air Payau 79% Perairan Umum 1% mbar 6. Diagram Pie Kontribusi per Sub Sektor Perikanan dan Kelautan terhadap Produksi Perikanan dan Kelautan, Tahun 2003 Ga Nilai perkembangan produksi perikanan di Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat nilai produksi perikanan dari tahun 1999 sampai tahun 2003 terus mengalami penurunan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan jumlah produksi perikanan yang terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Penurunan nilai produksi perikanan disebabkan karena rendahnya nilai produk perikanan di pasar, yang disebabkan sering terjadinya produksi yang bersamaan.

58 Tabel 15. Nilai Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun No 1. Jenis Usaha Penangkapan : Nilai (Rp.) Laut , , , , ,00 2. Perairan Umum , , , , ,00 Budidaya : Air Payau , , , , ,00 Air Tawar , , , , ,00 Jumlah , , , , ,00 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Budidaya air payau merupakan penyumbang terbesar dalam total produksi perikanan di Kabupaten Kendal. Hal ini dikarenakan luasnya lahan yang dapat digunakan untuk usaha budidaya tambak, disamping itu budidaya air payau juga sangat diminati oleh para pelaku perikanan di Kabupaten Kendal, sehingga hasil dari budadaya air payau ini memberikan kontribusi terbesar dalam total produksi perikanan. Persamaan garis y = ( 7x10 6 ) x yang merupakan trend volume produksi perikanan yang menunjukkan bahwa laju pertumbuhannya cenderung meningkat. Hasil analisis trend produksi perikanan di Kabupaten Kendal dari tahun dapat dilihat pada Gambar 7. Produksi ( y = x + 7E Tahun Gambar 7. Trend Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun

59 5.2.6 Pengolahan Hasil Perikanan Mutu produk perikanan yang tidak dapat bertahan lama, maka penanganan yang cepat dan tepat sangat diperlukan agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas poduk perikanan dalam jangka waktu lama, sehingga produk perikanan sampai ke tangan konsumen tetap dalam keadaan baik. Kegiatan pengolahan masih memerlukan penanganan dan perhatian lebih serius, hal ini dikarenakan masih digunakannya cara-cara tradisional dalam pengolahannya, disamping ada beberapa usaha pengolahan yang telah menggunakan cara dan teknologi modern. Untuk usaha pengolahan skala kecil dan masih menggunakan cara tradisional biasanya hasil produksinya dijual untuk lokal, sedangkan untuk usaha pengolahan yang sudah skala besar dan menggunakan teknologi modern, hasil produksinya diekspor ke luar daerah dan ke luar negeri. Hasil pengolahan produk perikanan yang ada di Kabupaten Kendal sebagian besar berupa ikan asin (gereh), ikan panggang dan ikan pindang. Komoditas primadona produk perikanan adalah udang dan ikan teri nasi yang nantinya diharapkan menjadi trademark Kabupaten Kendal, disamping tidak menutup kemungkinan untuk mengolah sumber hayati laut lainnya selain komoditas andalan seperti rajungan, ikan pari (ikan asap), bandeng, kakap dan kerapu. Sentra industri teri nasi adalah di Kecamatan Cepiring. Teri nasi merupakan salah satu komoditas yang mempunyai prospek yang cukup baik, karena hasil produk teri nasi sebagian besar untuk konsumsi ekspor sehingga mempunyai spesifikasi khusus dan kualitas produk diperhatikan. Negara tujuan ekspor untuk produk teri nasi adalah Negara Jepang, Taiwan dan sedang dijajaki ke Negara Asia serta ke Eropa. Jenis ikan yang diolah menjadi ikan asin antara lain : tigowojo, banyar dan kembung. Ikan yang diolah untuk dijadikan ikan panggang atau ikan pindang antara lain ikan kembung, banyar dan ikan cucut atau ikan pari. Sentra produksi ikan asin berada di Gempolsewu, Bandengan dan Sendang Sikucing. Sentra produksi ikan panggang dan ikan pindang adalah di Korowelang, Bandengan, Gempolsewu dan Tambaksari. Hasil pengolahan produk perikanan lainnya adalah terasi dan kerupuk petis. Terasi merupakan produk makanan yang terbuat dari nener dan digunakan untuk penyedap bumbu makanan Indonesia. Pemasaran produk terasi ini sebagian besar masih di sekitar Kabupaten Kendal. Kerupuk petis merupakan kerupuk yang diolah dan dicampur dengan

60 petis udang, sehingga kerupuk tersebut mempunyai nilai gizi yang tinggi dan mempunyai rasa yang khas dan banyak digemari oleh masyarakat. Industri pembuatan kerupuk sebagian besar dikelola oleh ibu-ibu secara tradisional, sehingga kualitas produknya perlu ditingkatkan lagi agar mampu bersaing dengan produk-produk sejenis dari daerah lain. Perkembangan produksi dan nilai produksi ikan olahan di Kabupaten Kendal dari tahun 2000 sampai tahun 2003 dapat dilihat dalam Tabel 16 dan Tabel 17. Tabel 16. Perkembangan Jumlah Produksi Ikan Olahan di Kabupaten Kendal, Tahun No. Jenis Produk Produksi (Kg) Ikan Asin Ikan Panggang Teri Nasi Kapasan Terasi Pindang Kerupuk Petis Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Tabel 17. Perkembangan Nilai Produksi Ikan Olahan di Kabupaten Kendal, Tahun No. Jenis Produk Nilai (Rp.) Ikan Asin , , , , ,00 2. Ikan Panggang , , , , ,00 3. Teri Nasi , , , , ,80 4. Kapasan , , , , ,90 5. Terasi , , , , ,50 6. Pindang , , , , ,00 7. Kerupuk Petis , , , , ,00 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Berdasarkan Tabel 16, jumlah produksi ikan olahan terbanyak adalah dalam bentuk kerupuk petis, hal ini dikarenakan kerupuk digemari oleh masyarakat, sehingga di dalam kondisi krisis sekarang ini industri kerupuk petis mampu bertahan bahkan cukup berkembang dengan hasil yang menggembirakan. Dilihat dari nilai produksi ikan olahan di Kabupaten Kendal pada Tabel 17, nilai produksi ikan asin lebih tinggi daripada nilai produksi kerupuk petis, hal ini dikarenakan nilai jual ikan asin yang lebih tinggi daripada nilai jual kerupuk petis.

61 5.2.7 Pemasaran Hasil Perikanan Pemasaran Lokal Pemasaran lokal pada umumnya dilakukan secara perorangan dan dalam skala kecil serta terpusat pada daerah yang dekat dengan produsen khususnya untuk produk segar. Produk lokal sangat dipengaruhi oleh selera dan daya beli masyarakat setempat, sehingga struktur perekonomian daerah setempat juga mempengaruhi jumlah produksi yang dipasarkan. Produk perikanan yang dijual dalam bentuk segar biasanya dijual langsung di TPI, nelayan yang pulang dari menangkap ikan akan mendaratkan ikannya di TPI dan melelangkan hasil tangkapannya di TPI. Selain di TPI biasanya produk ikan segar dipasarkan di pasar-pasar tradisional. Produk olahan biasanya dijual di warung-warung makan atau pasar tradisional yang terdapat di setiap kecamatan Perdagangan Antar Pulau dan Ekspor Produk perikanan Kabupaten Kendal selain dipasarkan melalui pasar lokal juga dipasarkan lewat perdagangan antar pulau dan luar negeri. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan produk perikanan luar daerah dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Data produk unggulan bidang perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal tahun 2004, dapat dilihat dalam Tabel 18. Berdasarkan Tabel 18, dapat terlihat beberapa produk unggulan daerah bidang perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal adalah terinasi, surimi, daging rajungan atau kepiting, ikan dan udang, budidaya ikan lele, budidaya udang dan budidaya bandeng. Negara yang menjadi tujuan perdagangan ekspor adalah Taiwan, Jepang, Italia dan Hongkong, sedangkan untuk perdagangan antar pulau biasanya produk perikanan dijual ke Jakarta.

62 Tabel 18. Data Produk Unggulan Daerah Bidang Perikanan dan Kelautan, Tahun 2004 Kapasitas Nama No. Jenis Komoditas Produksi Pemasaran Perush./Pengusaha (ton/th) Taiwan, 1. CV. Mahera Terinasi 2. Surimi 3. Daging Rajungan/Kepiting 4. Ikan dan Udang 5. Budidaya Ikan Lele 2. UD. Anugerah PT. Sinar Bahari Agung Jepang Taiwan, Lokal 160 Jepang, Lokal 4. PT. Sumber Bahari 160 Jepang, Lokal 5. PT. Tonga Tiur 160 PT. Nurchasanah PT. Sinar Bahari Agung Taiwan, Lokal 80 Jepang, Lokal 680 Jepang, Taiwan 1. Sudarmo 60 Jepang 2. H. Amik 60 Jepang PT. Seafer General Food (SGF) Kelompok Petani Ikan 90 Jepang, Benelux, Italia, Hongkong 252 Jakarta 1. Kelompok Petani Jakarta 6. Budidaya Udang Ikan 2. PT. Sumber Tirto 110 Jakarta Windu Budidaya 7. Kelompok Petani Ikan Jakarta Bandeng Sumber : Kantor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Konsumsi Ikan Besarnya konsumsi ikan adalah banyaknya jumlah ikan yang dikonsumsi dalam kilogram dibagi dengan 80 % dari jumlah penduduk per tahun (Dinas Perikanan dan

63 Kelautan Kendal 2003). Peningkatan jumlah konsumsi ikan di Kabupaten Kendal sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Kabupaten Kendal per tahun dan meningkatnya kesadaran masyarakat Kendal dalam mengkonsumsi ikan sebagai makanan yang bergizi tinggi serta semakin tertibnya pencatatan jumlah ikan yang dikonsumsi. Perkembangan konsumsi ikan di Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perkembangan Konsumsi Ikan di Kabupaten Kendal, Tahun No. Tahun Konsumsi Ikan (Kg per kapita per tahun) % Pertumbuhan , ,73 0, ,9 1, ,01 1, ,45 4,40 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah ikan yang dikonsumsi masyarakat di Kabupaten Kendal terus meningkat, meskipun peningkatannya tidak terlalu tinggi. Pada tahun 2003 konsumsi ikan masyarakat di Kabupaten Kendal mencapai 10,45 Kg per kapita per tahun, ini berarti konsumsi ikan pada tahun 2003 meningkat sebesar 4,40 % dari tahun 2002, yaitu sebanyak 10,01 Kg per kapita per tahun. Laju peningkatan konsumsi ikan pada tahun 2003 merupakan laju peningkatan yang tertinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah ikan yang dikonsumsi masyarakat Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai 2003 juga dapat dilihat dari garis trend perkembangan yang cenderung naik. Hasil analisis trend perkembangan jumlah ikan yang dikonsumsi menghasilkan persamaan garis trend y = x, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 8.

64 Konsumsi Ikan (K kapita per tahu y = 0.174x Tahun Gambar 8. Trend Konsumsi Ikan di Kabupaten Kendal Tahun Sarana dan Prasarana Perikanan Perikanan yang maju dan modern perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup dan memadai. Selain itu, sarana dan prasarana yang tersedia harus dilengkapi dengan fasilitas dasar, fasilitas fungsional dan fasilitas pendukung yang berfungsi untuk menunjang dan memperlancar beroperasinya armada perikanan serta arus penyaluran dan distribusi produk-produk perikanan, sehingga masyarakat nelayan akan dapat terus bekerja dan berusaha lebih giat, karena tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usahanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sektor perikanan di pesisir pantai Kabupaten Kendal memiliki potensi yang sangat potensial. Selain memiliki lahan yang sangat potensial untuk usaha budidaya tambak, didukung juga dengan adanya empat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yaitu TPI Tawang, TPI Bandengan, TPI Sendang Sikucing dan TPI Tanggul Malang. Nalayan yang telah pulang dari melaut mendaratkan hasil tangkapannya di TPI tersebut dan sekaligus melakukan pelelangan ikan di TPI. Volume dan nilai produksi TPI di Kabupaten Kendal dari tahun 2000 sampai tahun 2003 dapat dilihat dalam Tabel 20 dan Tabel 21. Tabel 20. Volume Produksi TPI se-kabupaten Kendal, Tahun

65 No. Nama TPI Tahun (Kg) Tawang Sendang Sikucing Tanggul Malang Bandengan Jumlah Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Tabel 21. Nilai Produksi TPI se-kabupaten Kendal, Tahun No. Nama TPI Tahun (Rp) Tawang , , , ,00 2. Sendang Sikucing , , , ,00 3. Tanggul Malang , , , ,00 4. Bandengan , , , ,00 Jumlah , , , ,00 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal 2003 Dari Tabel 20, dapat dilihat bahwa volume produksi keempat TPI dari tahun 2000 sampai tahun 2003 terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena nelayan lebih memilih menjual ikan hasil tangkapannya langsung ke konsumen atau langsung menjual kepada bakul-bakul langganan para nelayan. Selain itu, munculnya TPI tandingan yang dikelola oleh swasta juga mempengaruhi penurunan jumlah volume produksi di TPI tersebut. Berbeda dengan volume produksi yang semakin menurun, dari Tabel 21, dapat dilihat bahwa nilai produksi total keempat TPI mengalami kenaikan, kacuali tahun 2003 yang mengalami penurunan nilai produksi dibandingkan nilai produksi tahun Kenaikan nilai produksi ini disebabkan karena naiknya harga ikan dipasaran, sehingga nilainya semakin tinggi.

66 Koperasi Perikanan Koperasi Mina Jaya adalah koperasi perikanan di Kabupaten Kendal yang beranggotakan para nelayan termasuk didalamnya juragan dan ABK. Koperasi Mina Jaya ini, mempunyai unit usaha simpan pinjam dan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Para anggota dapat meminjam dana melalui koperasi dengan syarat yang sangat mudah, yaitu hanya dengan memberikan agunan. Agunan yang digunakan berupa sertifikat dan BPKB. Selain mempunyai unit usaha, koperasi ini juga menyediakan layanan jasa untuk para anggotanya, diantaranya adalah bantuan sosial, misalnya bantuan biaya pengobatan, memberikan asuransi kematian untuk para nelayan dan menyediakan dana paceklik. Sampai saat ini, koperasi Mina Jaya telah memiliki jumlah anggota penuh sebanyak orang yang merupakan pelaku perikanan di Kabupaten Kendal dan tersebar di 6 kecamatan dan berada di 25 desa nelayan yang berada di sepanjang pantai Kabupaten Kendal. Jumlah karyawan KUD Mina Jaya sampai akhir tahun 2003 berjumlah 27 orang dengan perincian 8 orang sebagai karyawan di kantor KUD dan 19 orang yang bertugas di Tempat Pelayanan Simpan Pinjam (TPST) KUD Mina Jaya. Kekayaan bersih atau modal KUD Mina Jaya pada tahun 2004 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2003, yaitu sebesar Rp ,99 pada tahun 2003 turun menjadi Rp ,42 pada tahun Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diterima oleh masing-masing anggota KUD Mina Jaya pada akhir tutup buku tahun 2004 adalah sebesar Rp ,00. Koperasi Mina Jaya yang berada di bawah binaan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal ini juga melakukan kerja sama dengan kelembagaan lain, seperti kerjasama dengan BRI, BPD dan Lembaga Keuangan Mikro lainnya. Perkembangan Koperasi Mina Jaya tidak terlepas dari permasalahan dan hambatan yang dihadapi. Hambatan yang sangat mempengaruhi perkembangan Koperasi Mina Jaya adalah kurangnya kesadaran dan disiplin dari masyarakat khususnya anggota akan arti pentingnya koperasi itu sendiri, sehingga menyebabkan kurangnya peran serta anggota dalam menjalankan koperasi. Permasalahan yang dihadapi adalah lemahnya peraturan daerah tentang larangan penggunaan alat tangkap pukat harimau yang

67 menyebabkan pengeksploitasian sumberdaya hayati laut, karena ikan-ikan yang masih kecil juga ikut tertangkap Perkreditan Terbatasnya modal masih merupakan masalah utama yang dihadapi nelayan diantara berbagai masalah yang lain. Dalam upaya meningkatkan produksi dan peningkatan pendapatan nelayan dan keluarganya, maka pemerintah memberikan bantuan modal berupa kredit lunak dengan bunga rendah bahkan tanpa agunan. Salah satu program yang telah berjalan di Kabupaten Kendal adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang mulai dilaksanakan pada tahun Kabupaten Kendal telah mendapatkan bantuan PEMP selama tiga tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2001 sampai tahun Pelaksanaan program PEMP melibatkan lima organisasi dan kelembagaan. Kelima organisasi dan kelembagaan yang terkait tersebut adalah pemerintah (DKP), Konsultan Manajemen (KM) kabupaten atau kota, Tenaga Pendamping Desa (TPD), Koperasi Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP M3) atau koperasi perikanan dan lembaga perbankan pelaksana (Bank Bukopin). Sasaran dari program PEMP adalah masyarakat pesisir di Kabupaten Kendal yang tergolong dalam skala usaha mikro dan kecil, yang berusaha sebagai nelayan, pembudidaya ikan, pedagang hasil perikanan, pengolah ikan, pengusaha jasa perikanan, dan pengelola pariwisata bahari serta usaha atau kegiatan lainnya yang terkait dengan perikanan dan kelautan, seperti pengadaan bahan dan alat perikanan serta BBM (Solar Packed Dealer untuk nelayan atau kios BBM). Masyarakat pesisir yang menerima dana bantuan PEMP ini, tergabung kedalam beberapa Kelompok Masyarakat Pemanfaat (KMP), dimana setiap satu KMP terdiri dari 3-10 orang. Dana yang telah disalurkan kepada 197 orang yang tergabung dalam 28 KMP pada tahun pertama (2001), adalah sebesar Rp ,00. Tahun kedua (2002), masyarakat pesisir Kabupaten Kendal yang menerima dana bantuan PEMP bertambah sebanyak 369 orang yang tergabung dalam 54 KMP, dengan dana bantuan sebesar RP ,00. Masyarakat pesisir di Kabupaten Kendal yang menerima bantuan PEMP pada tahun 2003 menjadi sebanyak 413 orang yang tergabung dalam 82

68 KMP, dengan total dana bantuan sebesar Rp ,00. Jangka pengembalian kredit adalah 20 bulan dari setiap tahun peminjaman. Penyaluran kredit dikelola oleh suatu Lembaga Keuangan Mikro yang dinamakan Lab Lembaga Ekonomi Masyarakat Pesisir (LEMP). Lab LEMP terbagi menjadi lima sub-lab yng terdapat pada lima kecamatan, yaitu Kecamatan Patebon (meliputi Desa Pidodo wetan, Pidodo kulon dan Magarsari), Kecamatan Cepiring (meliputi Desa Korowelang kulon dan Kalirandu Gede), Kecamatan Kangkung (meliputi Desa Kalirejo dan Sendang kulon), Kecamatan Rowosari (meliputi Desa Tambak sari) dan Kecamatan Kota Kendal (meliputi Desa Ngilir, Balok dan Bandengan). Setelah berakhirnya program PEMP, yaitu mulai tahun 2004, lab M3 berubah manjadi koperasi yang anggotanya tidak hanya perorangan melainkan per kelompok. DKP Kab./Kota dan Pimbagpro PEMP Koperasi LEPP M3/ koperasi perikanan Unit Simpan Pinjam 3 KPKN 2 Rekening atas nama 5 Koperasi LEPP M3/ 6 Koperasi Perikanan pada Bank Pelaksana Gambar 9. Proses pencairan Dana Ekonomi Produktif (DEP) program PEMP Keterangan : 1. Koperasi LEPP M3/koperasi perikanan mengajukan permohonan tertulis kepada Dinas Kabupaten/Kota, selanjutnya Dinas Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi. 2. Koperasi LEPP M3/koperasi perikanan mengajukan permohonan pembukaan rekening kepada bank pelaksana serta menyerahkan dan menandatangani seluruh dokumen perjanjian yang diperlukan oleh bank pelaksana.

69 3. Bank pelaksana bersama-sama dengan dinas kabupaten/kota mengevaluasi kelengkapan permohonan tertulis dari koperasi LEPP M3/koperasi perikanan. 4. Proposal disetujui oleh pimbagpro dan diketahui kepala dinas kabupaten/kota untuk kemudian diajukan ke KPKN daerah dengan dilampiri : a. Surat perjanjian pemberian DEP antara pimpinan bagian proyek dengan ketua koperasi perikanan yang diketahui oleh kepala dinas kabupaten/kota. b. Surat keputusan dinas kabupaten/kota tentang penetapan koperasi LEPP M3/koperasi perikanan sebagai pelaksana program PEMP. c. Surat pernyataan penjaminan DEP oleh koperasi LEPP M3/koperasi perikanan. d. Kuitansi tanda terima (dari pimbagpro kepada LEPP M3/koperasi perikanan). 5. KPKN daerah mencairkan DEP dan mentransfer lngsung ke rekening masing-masing koperasi LEPP M3/koperasi perikanan pada bank pelaksana. 6. Setelah koperasi LEPP M3/koperasi perikanan melengkapi persyaratan dan telah menandatangani seluruh dokumen yang dipersyaratkan, maka bank pelaksana dapat melakukan pengikatan kredit selama jangka waktu 5 (lima ) tahun untuk program penyaluran DEP yang dijaminkan, dan selanjutnya bank pelaksana dapat mencairkan pinjaman tersebut kepada masing-masing koperasi LEPP M3/koperasi perikanan untuk segera dibukukan sebagai pinjaman di Swamitra Mina. 5.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Kendal Produk Domestik Regional Bruto Salah satu indikator ekonomi yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan rencana dan langkah strategis dalam pembangunan sektor ekonomi, sehingga dapat menentukan skala prioritas pembangunan sektoral yang lebih tepat adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB menggambarkan kemampuan daerah dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki oleh suatu daerah untuk menghasilkan suatu produk melalui proses produksi. PDRB Kabupaten Kendal atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun dapat dilihat pada Tabel 22.

70 Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat bahwa PDRB Kabupaten Kendal atas dasar harga berlaku tahun terus meningkat. Dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2002, yaitu terjadi peningkatan sebesar 15,41 % dari Rp ,70 juta pada tahun 2001 menjadi Rp ,39 juta pada tahun Tahun 2003 terjadi peningkatan sebesar 11,63 % dari tahun 2002, yaitu dari Rp ,39 juta pada tahun 2002 menjadi Rp ,77 juta pada tahun PDRB Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 terus mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2000 terjadi peningkatan sebesar 2,21 % dari tahun 1999, selanjutnya pada tahun 2001 dan tahun 2002 terjadi peningkatan sebesar 2,71 % dan 2,33 %. Tahun 2003 tidak terjadi peningkatan PDRB yang terlalu tinggi dibandingkan tahun 2002, yaitu dari Rp ,63 juta pada tahun 2002 menjadi Rp ,50 juta pada tahun 2003, atau terjadi peningkatan sebesar 2,15 %. Perkembangan PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar Harga Konstan tahun 1993 Menurut Lapangan Usaha, Tahun dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 22. PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun (Juta Rp) No. Lapangan Usaha Pertanian , , , , ,17 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan , , , , , , , , , ,74 Peternakan , , , , ,99 Kehutanan , , , , , Perikanan , , , , ,50 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan , , , , , , , , , ,50

71 4. Listrik, Gas dan Air Minum , , , , ,97 5. Bangunan , , , , , Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , , , , ,61 9. Jasa-jasa , , , , ,62 PDRB , , , , ,77 Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2003 Tabel 23. PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha, Tahun (Juta Rp) No. Lapangan Usaha Pertanian , , , , ,58 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan , , , , , , , , , ,16 Peternakan , , , , ,39 Kehutanan , , , , , Perikanan , , , , ,55 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum 7.218, , , , , , , , , , , , , , ,27

72 5. Bangunan , , , , , Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , , , , ,58 9. Jasa-jasa , , , , ,42 PDRB , , , , ,50 Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2003 Berdasarkan hasil analisis trend terhadap PDRB Kabupaten Kendal atas dasar harga konstn 1993 dengan garis persmaan garis trend y = (1x10 6 ) x, terlihat bahwa PDRB Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 semakin meningkat. Trend perkembangan PDRB Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Gambar 10. PDRB ( Juta Ru y = 37447x + 1E Tahun Gambar 10. Trend PDRB Kabupaten Kendal atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Apabila PDRB dilihat per sektor usaha, secara umum sektor-sektor usaha yang ada di Kabupaten Kendal mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Kendal bekerja dalam sektor pertanian, namun sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Kendal tahun 2003, yaitu sebesar 43,96 %, disusul sektor pertanian 19,23%, sektor perdagangan, hotel dan restoran 17,46 %, sektor jasa-jasa 9,82 %, sektor keuangan, persewaan dan jasa

73 perusahaan 2,62 %, sektor pengangkutan dan komunikasi 2,34 %, sektor bangunan 2,12 %, sektor listrik, gas dan air minum 1,96 dan sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terkecil yaitu sebesar 0,49 %. Kotribusi per sektor usaha dalam PDRB Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Gambar 11. Pengangkutan &Komuikasi, 2.34% Keuangan, 2.62% Jasa-jasa, 9.82% Pertanian, 19.23% Perdagangan, 17.46% Bangunan, 2.12% Listrik,Gas& Air Minum, 1.96% Pertambangan &Penggalian, 0.49% Industri Pengolahan, 43.96% Gambar 11. Diagram Pie Kontribusi per Sektor Usaha dalam PDRB Kabupaten Kendal, Tahun Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan ekonomi suatu daerah tergantung pada potensi sumberdaya alam dan kemampuan manusia untuk mengolah dan memanfaatkan potensi tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB. Laju pertumbuhan ekonomi berdasar dari persentase kenaikan PDRB atas dasar harga konstan tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel 24. Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Pertumbuahan ekonomi di Kabupaten Kendal tahun 2000 meningkat sebesar 2,21 %, jika dibandingkan dengan tahun 1999, dilanjutkan pada tahun 2001 yang juga meningkat sebesar 2,71 % dari tahun 2000 dan merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi selama lima tahun terakhir. Dua tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2002 naik sebesar 2,33 % dari PDRB Kabupaten Kendal

74 pada tahun Tahun 2003 merupakan pertumbuhan ekonomi paling rendah selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 1999 sampai tahun Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 naik hanya sebesar 2,15 % dari PDRB tahun Laju pertumbuhan rata-rata dari pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 adalah sebesar 2,35 % per tahun. Tabel 24. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun No. Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Ratarata 1. Pertanian 5,71-5,56 7,49 0,15 1,95 2. Tanaman Bahan Makanan 1,76-14,33 9,17-1,38-1,20 Tanaman Perkebunan 39,54-13,15 13,30-0,47 9,81 Peternakan 7,59 8,36 5,95 1,03 5,73 Kehutanan -10,23 10,86-6,05 7,38 0,49 Perikanan 6,38 8,75 5,95 2,53 5,90 Pertambangan dan Penggalian 2,87 13,55-9,80 7,21 3,46 3. Industri Pengolahan -1,08 4,53 0,54 1,58 1,40 4. Listrik, Gas dan Air Minum 7,62 5,12 4,79-5,20 3,08 5. Bangunan 7,25 8,53 7,30 7,33 7, Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,23 4,91 1,43 1,92 2,12 14,59 2,57 1,82 1,76 5,18 9,75 4,96 0,85 0,18 3,94 9. Jasa-jasa 8,52 5,30 2,01 10,64 6,62 Laju Pertumbuhan PDRB 2,21 2,71 2,33 2,15 2,35 Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2003

75 Kecenderungan Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal yang terus meningkat dengan peningkatan PDRB sebesar 0,442 persen per tahun, dapat dilihat dari hasil analisis garis trend perkembangannya yang terus meningkat dengan persamaan y = 0, ,442x, sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 12. Laju Pertumbuhan Ekon (%) y = 0.442x Tahun Gambar 12. Trend Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Laju pertumbuhan ekonomi jika dilihat per sektor lapangan usaha, perkembangannya juga berfariatif. Terdapat beberapa sektor yang terus mengalami peningkatan nilai produksi dari tahun 1999 sampai 2003, yaitu sektor peternakan, perikanan, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa dan sektor jasa-jasa. Sektor-sektor yang mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian secara keseluruhan, sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air minum. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sektor perikanan adalah sebesar 5,90 % per tahun, dengan laju pertumbuhan ekonomi terbesar terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 8,75 %. Setelah tahun 2001, laju pertumbuhannya semakin meningkat yaitu naik sebesar 5,95 % pada tahun 2002 dan naik sebesar 2,53 % pada tahun Trend laju pertumbuhan sektor perikanan Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 dapat dilihat pada Gambar 13.

76 Laju Pertumbuhan Se Perikanan (%) y = 0.463x Tahun Gambar 13. Trend Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perikanan di Kabupaten Kendal, Tahun PDRB per Kapita PDRB per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah. PDRB per kapita yang tinggi mencerminkan keadaan ekonomi masyarakat yang lebih makmur, sebaliknya jika nilai PDRB per kapita rendah, maka dapat dikatakan keadaan ekonomi masyarkat masih rendah. Nilai PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi total PDRB dengan jumlah penduduk. Besarnya PDRB per kapita bervarisi antar kabupaten atau kota, karena selain dipengaruhi potensi dari wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk wilayah yang bersangkutan. Secara umum, wilayah kota mempunyai PDRB per kapita lebih tinggi dibandingkan daerah kabupaten (BPS Kabupaten Kendal 2003). Perkembangan dan trend PDRB per kapita Kabupaten Kendal atas dasar harga konstan 1993 dapat dilihat pada Tabel 25 dan Gambar 14. Tabel 25. PDRB per Kapita Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun No. Tahun PDRB per Kapita (Rp.) % Pertumbuhan , ,76 0, ,00 2,22

77 ,85 1, ,00 2,11 Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2003 PDRB per Kapita y = 29682x + 2E Tahun Gambar 14. Trend PDRB per Kapita Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Berdasarkan Tabel 25, dapat dilihat bahwa PDRB per kapita Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 terus mengalami peningkatan. Hal ini tidak terlepas dari kontribusi masing-masing sektor dan perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Kendal. Pada tahun 2003 PDRB per kapita Kabupaten Kendal mengalami kenaikan sebesar 2,11 % dibandingkan tahun Demikian juga dengan tahun-tahun sebelumnya yang juga mengalami kenaikan PDRB per kapita. PDRB per kapita tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 0,96 % dari tahun 1999, tahun 2001 naik 2,22 % dari tahun Dari analisis trend perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Kendal, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar 14, menunjukkan garis trendnya semakin meningkat dengan persamaan y =( 2x10 6 ) x. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan. 5.4 Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Keberhasilan pembangunan suatu daerah dipengaruhi oleh beragam faktor, salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan adalah peranan setiap

78 sektor dalam menyusun perekonomian suatu wilayah. Dalam sub bab ini akan dibahas peranan sektor perikanan dan kelautan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Kendal berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja pada sektor perikanan dan kelautan, serta menentukan alternatif strategi pengembangan yang sesuai untuk sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal Kontribusi Sektor Perikanan dan Kelautan Sektor perikanan dan kelutan memberikan kontribusi yang tidak terlalu besar terhadap PDRB Kabupaten Kendal, jika dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Sektor usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Kendal adalah sektor industri pengolahan (44,61 %), disusul sektor pertanian (19,49%) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran(17,50 %). Kontribusi persentase PDRB 2003 dapat dilihat pada Tabel 26. Sektor industri pengolahan mampu memberikan kontribusi hampir setengah dari PDRB Kabupaten Kendal. Hal ini dikarenakan di Kabupaten Kendal terdapat beberapa industri pengolahan, diantaranya adalah PT Texmaco dan PT Polysindo, sehingga dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap PDRB. Sektor pertanian menempati urutan kedua dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Kendal, hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Kabupaten Kendal bekerja di bidang pertanian. Di Kabupaten Kendal terdapat beberapa hotel dan restoran yang sudah cukup terkenal ke luar daerah, sehingga menjadikan sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan ketiga dalam kontribusinya terhadap parekonomian Kabupaten Kendal. Tabel 26. Kontribusi Persentase PDRB Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun No. Lapangan Usaha Kontribusi (%) Kabupaten Kendal menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 1993, Tahun Ratarata 1. Pertanian 19,63 20,30 18,67 19,61 19,23 19,49 Tanaman Bahan Makanan 10,74 10,69 8,92 9,52 9,19 9,81 Tanaman Perkebunan 1,46 2,00 1,69 1,87 1,82 1,77

79 2. Peternakan 4,86 5,12 5,40 5,59 5,53 5,30 Kehutanan 1,08 0,95 1,02 0,94 0,99 1,00 Perikanan 1,48 1,54 1,63 1,69 1,69 1,61 Pertambangan dan Penggalian 0,48 0,48 0,53 0,47 0,49 0,49 3. Industri Pengolahan 45,68 44,21 44,99 44,21 43, Listrik, Gas dan Air Minum 1,92 2,02 2,06 2,11 1,96 2,01 5. Bangunan 1,73 1,82 1,92 2,01 2,12 1, Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 17,63 17,28 17,65 17,50 17,46 17,50 2,11 2,36 2,36 2,35 2,34 2,30 2,47 2,65 2,71 2,67 2,62 2,62 9. Jasa-jasa 8,36 8,88 9,10 9,07 9,82 9,05 Sumber : Data Diolah dari Tabel 22 Pengangkutan &Komuikasi 2% Keuangan 3% Jasa-jasa 9% Pertanian 19% Perdagangan 18% Pertambangan &Penggalian 0% Bangunan 2% Listrik,Gas&A ir Minum 2% Industri Pengolahan 45% Gambar 15. Diagram Pie Kontribusi per Sektor terhadap PDRB Kebupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 2003

80 Kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB terus meningkat, meskipun belum memberikan kontribusi yang cukup besar jika dibandingkan dengan sektor usaha lain. Begitu juga terhadap sektor pertanian secara keseluruhan, kontribusi sektor perikanan dan kelutan berada pada urutan keempat setelah sektor tanaman bahan makanan, peternakan dan tanaman perkebunan. Perkembangan kontribusi sektor perikanan dan kelutan dapat dilihat pada Gambar 15. Berdasarkan Gambar 16, dapat dilihat tahun 1999 sektor perikanan dan kelautan menyumbang 1,48 % terhadap PDRB Kabupten Kendal. Tahun selanjutnya meningkat menjadi 1,54 % pada tahun 2000 dan 1,63 % pada tahun Dua tahun berikutnya, yaitu tahun 2002 dan tahun 2003 kontribusi sektor perikanan dan kelautan tidak mengalami perubahan, yaitu sebesar 1,69 %. Peningkatan rata-rata kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB Kebupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 adalah sebesar 1,61 %. Berdasarkan hasil analisis trend terhadap kontribusi sektor perikanan dan kelautan dengan persamaan garis trend y = x, juga menunjukkan bahwa kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB terus meningkat, meskipun peningkatannya hanya sebesar 0,057 persen per tahun. Kontribusi (% y = 0.057x Tahun Gambar 16. Trend Kontribusi Sektor Perikanan terhadap PDRB Kabupaten Kendal, Tahun LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja Analisis LQ digunakan untuk melihat apakah suatu sektor merupakan kegiatan basis atau non basis, sehingga dapat diketahui sektor mana yang merupakan sektor yang

81 dapat menjadi basis di dalam perekonomian dan selanjutnya dapat memfokuskan arah pembangunan pada sektor basis. Sektor basis adalah sektor yang mempunyai nilai LQ lebih dari satu, artinya suatu sektor telah mampu memenuhi kebutuhan akan sektor tersebut di daerahnya dan mempunyai potensi untuk diekspor ke luar daerah. Sebaliknya jika nilai LQ kurang dari satu berarti daerah yang bersangkutan termasuk sektor non basis dan harus mengimpor dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk mengetahui apakah sektor perikanan dan kelautan dapat menyediakan kesempatan kerja di Kabupaten Kendal, maka digunakan analisis LQ. Nilai LQ tenaga kerja dihitung dengan membandingkan antara kontribusi sektor perikanan dan kelautan dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Kendal dengan kontribusi sektor perikanan dan kelautan dalam menyerap tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah. Nilai LQ lebih dari satu ataupun kurang satu menunjukkan bahwa suatu sektor dapat menyerap tenaga kerja dan membuka lapangan pekerjaan baru atau tidak di bidang perikanan dan kelautan. Perkembangan nilai LQ berdasarkan tenaga kerja pada sektor perikanan dan kelautan dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun Tahun Tenaga Kerja Sektor Perikanan dan Kelautan Kab. Kendal (vi) (orang) Tenaga Kerja seluruh sektor Kab. Kendal (VI) (orang) Tenaga Kerja Sektor Perikanan dan Kelautan Jawa Tengah (vt) (orang) Tenaga Kerja seluruh sektor Jawa Tengah (VT) (orang) ,37 Basis ,34 Basis ,31 Basis ,23 Basis ,22 Basis Sumber : Data Diolah 2005 Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat nilai LQ untuk sektor perikanan dan kelautan berdasarkan indikator tenaga kerja, menjadikan sektor perikanan sebagai kegiatan basis. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal mampu menciptakan kesempatan kerja untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam wilayah maupun permintaan pasar di luar wilayah atau ekspor. Nilai LQ dari tahun 1999 sampai LQ Ket.

82 tahun 2003 berturut-turut adalah 1,37, 1,34, 1,31, 1,23 dan 1,22. Trend LQ sektor perikanan dan kelautan ditunjukkan oleh Gambar 16. Berdasarkan Gambar 17, dapat dilihat bahwa garis trend LQ sektor perikanan dan kelautan cenderung menurun, hal ini dikarenakan karena peningkatan tenaga kerja perikanan dan kelautan tidak disertai dengan peningkatan produktivitas. Hal ini dikarenakan masih rendahnya sarana dan prasarana yang digunakan para nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan. Sebagian besar nelayan masih menggunakan motor tempel dengan rata-rata PK hanya sebesar 20 PK untuk melaut, dan menggunakan jaring klitik untuk menangkap ikan. Penurunan nilai LQ sektor perikanan dan kelautan berdasarkan indikator tenaga kerja adalah sebesar -0,041 per tahun, meskipun demikian, sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal tetap menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Kendal dan menjadi tantangan bagi Pemkab Kendal dalam menetapkan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah, dengan memprioritaskan sektor perikanan dan kelautan sebagai sektor basis. LQ y = x Tahun Gambar 17. Trend LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupten Kendal, Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah Kontribusi sektor perikanan dan kelautan serta sektor ekonomi lainnya terhadap pendapatan wilayah menentukan kelayakan sektor tersebut untuk diprioritaskan dalam pembangunan daerah. Sektor ekonomi yang mampu memberikan kontribusi paling besar terhadap pendapatan wilayah merupakan penggerak utama sektor ekonomi lainnya.

83 Sektor yang merupakan sektor basis dapat meningkatkan arus pendapatan daerah dengan menambah tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru. Pendapatan pada sektor basis adalah fungsi permintaan dari luar yang mengakibatkan terjadinya ekspor dari daerah tersebut. Tabel 28 memberikan gambaran umum tentang LQ sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal berdasarkan pendapatan wilayah. Tabel 28. LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun Tahun Total Pendapatan Sektor Perikanan dan Kelautan Kab. Kendal (vi) (juta rupiah) Total Pendapatan seluruh sektor Kab. Kendal (VI) (juta rupiah) Total Pendapatan Sektor Perikanan dan Kelautan Jawa Tengah (vt) (juta rupiah) Total Pendapatan seluruh sektor Jawa Tengah (VT) (juta rupiah) , , , ,74 1,06 Basis , , , ,09 1,03 Basis , , , ,40 1,05 Basis , , , ,08 1,12 Basis , , , ,45 1,15 Basis Sumber : Data Diolah Berdasarkan Tabel 28, terlihat bahwa selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 1999 sampai 2003 sektor perikanan menjadi kegiatan basis dalam perekonomian Kabupaten Kendal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ dari sektor perikanan dan kelautan yang lebih dari satu. Nilai LQ sektor perikanan mengalami perubahan dari tahun ke tahun, yaitu berkisar antara 1,03 sampai 1,15. Pada tahun 2000 nilai LQ mengalami penurunan, yaitu dari 1,60 menjadi 1,03 atau turun sebesar 2,83 % dari tahun Mulai tahun 2001 dan seterusnya nilai LQ terus meningkat, yaitu 1,05 pada tahun 2001 dan meningkat manjadi 1,12 pada tahun Pada tahun 2003 sektor perikanan tetap menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Kendal, dengan nilai LQ sebesar 1,15. Hasil analisis trend terhadap LQ sektor perikanan dan kelautan dengan persamaan garis trend y = x sebagaimana yang terlihat pada Gambar 18, LQ Ket.

84 mengindikasikan behwa LQ sektor perikanan dan kelautan cenderung meningkat, walaupun dengan peningkatan yang tidak terlalu besar, yaitu hanya sebesar 0,027 per tahun. Adanya kecenderungan peningkatan nilai LQ ini tidak terlepas dari produksi hasil perikanan yang juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 1.2 y = 0.027x LQ Tahun Gambar 18. Trend LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun Nilai LQ yang lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor perikanan dan kelautan menjadi kegiatan basis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal mampu memenuhi kebutuhan pasar dan wilayah Kabupaten Kendal, serta dapat mengekspor hasilnya ke luar wilayah, yaitu wilayah Jakarta, bahkan ke luar negeri yaitu Negara Jepang, Taiwan, Italia dan Hongkong. Kondisi ini akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah Kabupaten Kendal, sehingga mendorong peningkatan permintaan masyarakat baik terhadap produk perikanan maupun produk sektor lainnya. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan wilayah, sehingga sudah selayaknya pemerintah lebih memfokuskan perhatian pada sektor perikanan dan kelautan dengan menetapkan strategi pengembangan yang lebih baik. 5.5 Dampak Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan konsep ekonomi basis wilayah, pada dasarnya pertumbuhan ekonomi wilayah dapat terjadi karena adanya efek pengganda dari pembelanjaan kembali pendapatan yang telah diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh

85 wilayah yang bersangkutan, yang dipasarkan ke luar wilayah (ekspor). Besarnya tingkat kekuatan efek pengganda tersebut mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi wilayah yang ditunjukkan oleh koefisian pengganda yang dihasilkan. Analisis Multiplier effect atau efek pengganda dilakukan melihat besarnya koefisien efek pengganda yang dilakukan, karena adanya pertumbuhan pada sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Dari besarnya efek pengganda yang dihasilkan dapat dilakukan prediksi mengenai dampak pertumbuhan sektor perikanan dan kelautan terhadap pertumbuhan wilayah secara keseluruhan dalam jangka pendek berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan sektor perikanan dan kelautan adalah besarnya tenaga kerja yang terserap pada sektor perikanan dan kelautan. Analisis efek pengganda tenaga kerja diperlukan dalam memprediksi kesempatan kerja yang terjadi dalam suatu wilayah sebagai akibat dari kesempatan kerja yang terjadi pada sektor basis. Multiplier effect yang ditimbulkan oleh sektor perikanan dan kelautan berdasarkan indikator tenaga kerja di Kabupaten Kendal adalah perbandingan antara pertumbuhan total tenaga kerja di Kabupaten Kendal dengan pertumbuhan tenaga kerja sektor perikanan dan kelautan. Multiplier effect kesempatan kerja sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel 29. Setiap perubahan tenaga kerja sektor perikanan dan kelautan akan mempengaruhi industri-industri lain yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dan akan menyebabkan perubahan total tenaga kerja di Kabupaten Kendal. Berdasarkan Tabel 28, dapat diketahui behwa multiplier effect kesempatan kerja pada tahun tahun 2000 adalah 106,01 artinya adalah penambahan satu satuan tenaga kerja sektor perikanan dan kelautan akan menyebabkan perubahan total tenaga kerja di Kabupaten Kendal sebanyak 106,01 satuan. Tahun 2001 terjadi penurunan multiplier effect yang cukup drastis, yaitu mencapai -11,48. Hal ini dikarenakan banyaknya tenaga kerja perikanan pada tahun 2001 beralih profesi manjadi tenaga kerja di sektor lain. Apabila dilihat trend Multiplier

86 effect kesempatan kerja, maka garis yang dibentuk oleh persmaan y = x (Gambar 19) cenderung menurun. Penurunan tersebut berarti penurunan satu orang tenaga kerja akan mempersempit kesempatan kerja sektor lain dan wilayah Kabupaten Kendal. Hal ini dikarenakan produk-produk perikanan dan kelautan lebih banyak dijual dalam bentuk ikan segar dibandingkan dijual setelah diolah terlebih dahulu, sehingga tidak membutuhkan penanganan lebih lanjut dan hanya memerlukan sedikit tenaga kerja. Tabel 29. Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Kesempatan Kerja, Tahun Tahun Tenaga Kerja Tanaga Kerja Sektor Perikanan Multiplier Seluruh dan Kelautan (ÄE) (ÄEb) effect Sektor (orang) (orang) (MSe) (E) (Eb) , , , ,20 Sumber : Data Diolah 2005 Multiplier E y = x Tahun Gambar 19. Trend Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah

87 Analisis efek pengganda dilakukan untuk melihat besarnya koefisien efek pengganda, yang dilakukan karena adanya pertumbuhan pada sektor perikanan dan kelautan. Analisis efek pengganda perikanan dan kelautan berdasarkan indikator pendapatan terhadap PDRB atas dasar harga konstan 1993, dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Tahun Pendapatan Wilayah Seluruh Sektor (Rp.) (Y) Pendapatan Wilayah Sektor Perikanan dan Kelautan (Rp.) (Yb) (ÄY) (ÄYb) Multiplier effect (MSy) , , , , , ,68 23, , , , ,84 20, , , , ,76 24, , , ,87 695,77 50,26 Sumber : Data Diolah 2005 Berdasarkan Tabel 30, dapat terlihat bahwa analisis Multiplier effect menunjukkan nilai yang fluktuatif selama periode analisis, dengan rata-rata nilai Multiplier effect sebesar 29,48. Berikut secara berturut-turut nilai Multiplier effect dari tahun 1999 sampai tahun 2003 adalah 23,45, 20,12, 24,07 dan 50,26. Berdasarkan nilai Multiplier effect tersebut, berarti bahwa setiap peningkatan Rp1,00 pendapatan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal akan menghasilkan pendapatan wilayah sebesar Rp23,45 pada tahun 2000, Rp20,12 pada tahun 2001, Rp24,07 pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 sebesar Rp50,26. Secara keseluruhan trend hasil analisa Multiplier effect mengikuti persamaan y= x, dengan kecenderungan garis yang terus meningkat. Trend analisis Multiplier effect sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal berdasarkan indikator pendapatan wilayah dapat dilihat pada Gambar 20. Efek pengganda ini merupakan suatu dampak dari perubahan yang terjadi pada pendapatan sektor perikanan dan kelautan terhadap total PDRB Kabupaten Kendal. Berdasarkan Gambar 20, dapat dilihat bahwa dampak pendapatan pada sektor perikanan dan kelautan terhadap pendapatan sektor lain dan PDRB Kabupaten Kendal adalah positif

88 dan cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hubungan yang saling terkait antara satu sektor terhadap sektor lainnya baik backward linkage maupun forward linkage akan memberikan efek pengganda bagi total PDRB Kabupaten Kendal. Apabila kegiatan penangkapan perikanan dipandang sebagai sektor hulu, maka perubahan produksi perikanan akan mempengaruhi sektor-sektor lain yang menggunakan ikan sebagai bahan baku industrinya, seperti perdagangan dan transportasi. Apabila penangkapan ikan di laut dipandang sebagai sektor hilir, maka perubahan pada sektor perikanan akan mempengaruhi usaha-usaha dalam penyediaan input melaut, misalnya dengan bertambahnya jumlah kapal yang melaut, maka akan mempengaruhi tingkat pembelian bahan bakar, es dan sebagainya. Multiplier E y = x Tahun Gambar 20. Trend Analisis Multiplier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun Berdasarkan hasil analisis Multiplier effect di atas, pembangunan sektor perikanan dan kelutan harus lebih ditingkatkan komoditasnya melalui peningkatan kualitas aparatur maupun para pelaku perikanan, sehingga mampu tetap bertahan menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Kendal dan mendorong peningkatan komoditas kegiatan non basis lainnya. Sektor perikanan dan kalautan yang mampu menjadi sektor usaha yang basis, tidak terlepas dari kerja sama yang baik antara pemerintah dan nelayan, sehingga dapat terbentuk dan terbina iklim usaha yang maju dan sehat di sektor perikanan dan kelautan. Keberhasilan ini juga tidak terlepas karena adanya dukungan dari investor yang bersedia menanamkan modalnya pada sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal.

89 5.6 Analisis SWOT Suatu strategi diperlukan guna melakukan suatu pengembangan menuju arah yang lebih baik. Begitu juga halnya dengan sektor perikanan dan kelautan yang memerlukan suatu strategi pengembangan yang mampu mencapai tujuan yang lebih baik, dan dapat meningkatkan kontribusi dalam perekonomian Kabupaten Kendal. Guna mengetahui alternatif strategi pengembangan sektor perikanan dan kelautan digunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threath). Upaya strategi pengembangan sektor perikanan dan kelautan dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Sektor Perikanan dan Kelautan Kekuatan (Strength) a) Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan yang Besar Potensi ini meliputi panjang garis pantai sepanjang 41 km yang terletak pada jalur Pantai Utara Jawa (pantura), sehingga Kabupaten Kendal menjadi penopang daerah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat. Besarnya potensi perikanan juga didukung oleh adanya ketersediaan lahan yang cukup untuk usaha budidaya. Lahan yang digunakan untuk usaha perikanan berupa tambak dan kolam di pesisir pantai adalah sebesar Ha atau 9.90 % dari keseluruhan luas lahan di Kabupaten Kendal, atau sebesar % dari jumlah luas lahan di Kabupaten Kendal yang digunakan untuk usaha perikanan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa usaha perikanan lebih diminati di pesisir pantai dibandingkan dengan kawasan lainnya di Kabupaten Kendal. Potensi perikanan dan kelautan di Kebupaten Kendal juga dapat dilihat dari produksi perikanan per tahunnya yang terus meningkat, dimana di dalamnya terdapat berbagai produk andalan yang kualitas ekspor baik produk segar ataupun produk olahan. Kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB Kabupaten Kendal yang semakin meningkat selama lim tahun terakhir, dapat memberikan gambaran besarnya potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang besar di Kabupaten Kendal.

90 b) Usaha Pengolahan Hasil Laut yang Semakin Bertambah Mengingat sifat dari produk perikanan yang tidak tahan lama, maka penanganan yang tepat dan cepat sangat diperlukan. Kegiatan pengolahan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk, sehingga nantinya dapat menghasilkan nilai jual yang lebih tinggi. Produk perikanan yang telah diolah dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan produk perikanan yang segar dan nilai ekonomisnya juga lebih tinggi. Kabupaten Kendal mempunyai beberapa sentra pengolahan produk perikanan diantaranya sentra produksi ikan panggang atau ikan pindang di Desa Korowelang, Bandengan, Gempolsewu dan Tambaksari. Sentra produksi terasi berada di Desa Korowelang Kulon dan Desa Sendang Sikucing. Semakin bertambahnya usaha pengolahan hasil laut dapat dilihat dari jumlah produksi ikan olahan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dengan semakin bertambahnya usaha pengolahan perikanan diharapkan akan dapat menambah kontribusi sektor perikanan dan kelautan pada perekonomian Kabupaten Kendal. c) Kawasan Pesisir Mudah Dijangkau dengan Alat Transportasi Aksesibilitas pesisir pantai Kabupaten Kendal merupakan masalah utama untuk mendukung keberhasilan pengembangan wilayah. Aksesibilitas Kabupaten Kendal dengan daerah sekitarnya dan aksesibilitas antar daerah pusat kegiatan di dalam Kabupaten Kendal harus merupakan jaringan jalan yang terpadu guna mendukung pergerakan barang dan manusia secara aman, lancar dan nyaman (Bappekab Kendal 2003). Letak Kabupaten Kendal yang terletak di jalur pantai utara merupakan jalur strategis yang dilewati jalur transportasi nasional yng menghubungkan Kota Surabaya Semarang Jakarta. Jaringan jalan yang ada di pesisir pantai Kabupaten Kendal yang sudah beraspal adalah sepanjang 246,27 Km atau sebesar 45,52 % dari total panjng jalan 529,40 Km. selain jaringan transportasi jalan raya, pesisir pantai Kabupaten Kendal juga dilalui jaringan transportasi jalan rel kereta api yang melalui wilayah Kota Kaliwungu, Brangsong dan Weleri. Sarana angkutan yang dapat digunakan untuk transportasi antar daerah di pesisr sudah cukup tersedia, diantaranya angkutan umum yang disediakan oleh pemerintah dan

91 angkutan umum yang tidak bermotor ( dokar, becak dan sebagainya). Mudahnya aksesibilitas menuju pesisir pantai Kabupaten Kendal ini, dapat memudahkan juga arus pemasaran produk perikanan, sehingga produk perikanan dapat cepat ke tangan konsumen dan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi bagi para nelayan. d) Jumlah Tenaga Kerja Perikanan Cukup Banyak Modal, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia merupakan modal utama yang harus ada dalam proses produksi. Ketiganya mempunyai peran yang sangat penting bagi keberhasilan pembangunan di segala sektor. Perikanan merupakan mata pencaharian utama masyarakat di kawasan pesisir, sehingga jumlah nelayan di daerah pesisir cukup banyak. Hal ini dikarenakan dekatnya pemukiman nelayan dengan pesisir, sehingga memudahkan nelayan untuk melaut. Tenaga kerja perikanan yang lain adalah pembudidaya (tambak dan kolam) dan pengolah produk perikanan. Banyaknya usaha budidaya perikanan di Kabupaten Kendal, diimbangi oleh ketersediaan lahan dan dukungan dari pemerintah setempat, sehingga dapat menghasilkan keuntungan. Banyaknya jumlah tenaga kerja perikanan diharapkan sejalan dengan peningkatan produktifitas, sehingga akan meningkatkan produksi perikanan dan pada akhirnya akan meningkatkan kontribusi perikanan pada perekonomian daerah Kabupaten Kendal. e) Dikenal oleh Negara Pembeli Produk biasanya dikenal oleh pembeli karena rasa, aroma, bentuk serta kualitas gizinya. Seperti halnya produk hasil perikanan Kabupaten Kendal baik yang berupa ikan segar maupun produk olahan telah dikenal oleh pembeli karena mempunyai cita rasa yang khas, seperti udang dan ikan teri yang merupakan komoditas primadona yang diharapkan menjadi trademark Kabupaten Kendal. Dengan demikian, kualitas produk perikanan Kabupaten Kendal telah diakui oleh Negara pembeli, sehingga produk perikanan Kabupaten Kendal telah mempunyai pangsa pasar yang jelas. f) Adanya Pembinaan dan Pemberdayaan dari Pemerintah Salah satu program pemberdayaan yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisisir (PEMP). Melalui program ini masyarakat khususnya nelayan mendapat bantuan modal, sehingga dapat membantu

92 meningkatkan pendapatan nelayan. Setelah program PEMP berakhir, program pemberdayaan nelayan dilanjutkan melalui peran koperasi perikanan yang juga memberikan bantuan modal kepda nelayan. Pemerintah juga melakukan program pembinaan diantaranya dengan melakukan penyuluhan, bimbingan teknis dan demonstrasi terhadap nelayan khususnya nelayan pembudidaya, diantaranya nelayan pembudidaya rumput laut dan transplantasi terumbu karang serta budidaya rajungan yang baru-baru ini mulai dikembangkan. Setiap dua minggu sekali pemerintah memberikan pembinaan kepada nelayan pembudidaya, yang meliputi arahan dan praktek langsung. Dengan adanya pembinaan dari pemerintah ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para nelayan yang nantinya dapat meningkatkan hasil produksi serta pendapatan nelayan. g) Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal sebagai sektor basis Sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal merupakan sektor basis berdasarkan indikator tenaga kerja dan pendapatan wilayah. Hal ini dapat dilihat dari nilai LQ untuk tenaga kerja dan pendapatan sektor perikanan dan kelautan yang lebih dari satu. Dengan kedudukannya sebagai sektor basis menunjukkan bahwa sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal selain mampu memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Kendal, juga mampu mengekspor hasil perikanan ke luar wilayah Kabupaten Kendal. Dengan demikian, sektor perikanan dan kelautan mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Kendal, karena dapat menggerakkan kegiatan perekonomian secara keseluruhan, karena dengan bertambahnya kegiatan basis di dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, sehingga akan menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor basis dan non basis Kelemahan (Weakness) a) Sarana dan Prasarana Masih Konvensional dan Terbatas Jumlahnya Kurangnya atau terbatasnya sarana dan prasarana perikanan yang tersedia akan menghambat perkembangan sektor perikanan dan kelautan. Sarana dan prasarana perikanan di Kabupaten Kendal masih sangat terbatas jumlahnya. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana perikanan yang hanya baru berupa TPI yang tidak

93 dilengkapi dengan prasarana penunjang lainnya seperti tempat pendaratan ikan, tambat labuh, cold strorage dan pabrik es. Kurangnya prasarana penunjang inilah yang merupakan salah satu penyebab belum termanfaatkannya TPI secara optimal, disamping kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkannya. Selain masih terbatasnya sarana dan prasarana yang ada, sarana dan prasarana yang telah ada sifatnya masih konvensional. Hal ini dapat dilihat dari alat penangkapan nelayan yang sebagian besar masih menggunakan jaring klitik. Untuk melaut pun sebagian besar nelayan masih menggunakan armada penangkapan yang berupa motor tempel dengan kekuatan 20 PK yang kemampuannya sangat terbatas hanya beberapa mil dari pantai. Penggunaan alat tangkap dan armada penangkapan yang masih tradisional akan sangat mempengaruhi hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan, sehingga nalayan tidak dapat mendapatkan hasil yang maksimal. b) Kurangnya Usaha Pembenihan Ikan Kurangnya usaha pembenihan ikan di Kabupaten Kendal dikarenakan masyarakat lebih tertarik pada usaha budidaya dan pengolahan daripada pembenihan ikan. Hal ini dikarenakan kedua usaha tersebut dianggap lebih menguntungkan dan mempunyai prospek pengembangan yang lebih luas. Terbatasnya usaha di bidang penbenihan di Kabupaten Kendal menyebabkan para pembudidaya harus membeli bibit ikan ke daerah lain, sehingga menyebabkan biaya produksinya lebih tinggi dan akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh. c) Masih Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat 34,66 % dari masyarakat pesisir di Kabupaten Kendal yang berpandidikan tamatan SD. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa menjadi nelayan adalah pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, melainkan cukup bermodalkan pengalaman saja. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang tercermin dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir, menyebabkan masyarakat pesisir masih menggunakan alat-alat tradisional dalam melakukan penangkapan ikan, sehingga hasil yang diperoleh sedikit. Disamping itu, masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia menyebabkan kurangnya pemahaman tentang pelestarian hayati laut, sehingga kelestarian sumberdaya hayati laut tidak terjaga.

94 d) Modal Terbatas Investasi di sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal masih relatif kecil terutama di bidang penangkapan dan pengolahan. Pada umumnya investor lebih cenderung menanamkan modalnya di bidang budidaya, karena dianggap lebih menguntungkan. Akibat dari modal yang terbatas, maka hasil perikanan yang cukup besar hanya diolah dengan cara tradisional, sehingga menyebabkan harga jualnya lebih rendah. e) Produksi yang Bersamaan Produksi yang bersamaan terjadi karena para pembudidaya tambak maupun kolam harus memanen ikan pada waktu bersamaan. Apabila terjadi produksi yang bersamaan, maka stok barang dipasaran akan melimpah, sehingga harga barang akan rendah. Hal ini akan sangat merugikan para pembudidaya, karena keuntungan yang akan didapatkan lebih rendah, bahkan terkadang kondisi ini dapat membuat para pembudidaya rugi karena biaya produksi yang harus dikeluarkan jauh lebih tinggi dari keuntungan yang didapat yang disebabkan rendahnya harga ikan dipasaran Peluang (Opportunity) a) Meningkatnya Pola Konsumsi Makanan Laut Meningkatnya pola konsumsi makanan laut dapat dilihat dari pola konsumsi per kapita per tahun masyarakat yang semakin meningkat selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2003 (Tabel 18). Peningkatan jumlah konsumsi ikan di Kabupaten Kendal sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Kabupaten Kendal per tahun dan meningkatnya kesadaran masyarakat Kendal dalam mengkonsumsi ikan sebagai makanan yang bergizi tinggi. Seiring dengan peningkatan konsumsi makanan laut, akan memberikan peluang bagi pengembangan produk perikanan selanjutnya. b) Peningkatan Permintaan Komoditas Ekspor Hasil Laut Produk perikanan Kabupaten Kendal selain untuk memenuhi permintaan lokal atau daerah sendiri, juga dipasarkan ke daerah lain dan bahkan sudah mampu menembus pasar luar negeri. Beberapa komoditas ekspor produk perikanan di Kabupaten Kendal adalah terinasi, surimi, daging rajungan atau kepiting dan udang dengn daerah pemasaran diantaranya adalah jepang dan Korea. Dengan meningkatnya permintaan akan komoditas

95 ekspor seperti di atas, akan meningkatkan pendapatan yang diterima oleh nelayan karena disamping penjualannya dalam skala besar juga pembayaran yang diterima dalam bentuk dolar sehingga pendapatan yang diterima lebih tinggi. c) Pengembangan Perikanan Darat di Daerah Pegunungan Belum Optimal Daerah atas atau daerah pegunungan yang masih mempunyai surplus air belum banyak dikembangkan usaha perikanan, khususnya perikanan darat. Sebagian besar usaha yang dominan adalah budidaya tanaman dan buah-buahan. Dengan potensi surplus air yang tersedia, akan sangat memberikan peluang dalam pengembangan perikanan khususnya perikanan darat. d) Belum Terpenuhinya Jumlah Konsumsi Ikan Masyarakat Kabupaten Kendal Rata-rata konsumsi ikan per kapita Kabupaten Kandal tahun 2003 sebesar 10,45 Kg per kapita per tahun dengan jumlah produksi perikanan sebesar kg. Angka ini masih lebih rendah dengan target yang diberikan oleh Dewan Ketahanan Pangan tingkat provinsi Jawa Tengah yang mentargetkn rata-rata konsumsi ikan tahun 2003 sebesar 18 Kg per kapita per tahun, sehingga produksi perikanan yang seharusnya dicapai adalah sebesar ,4 kg. Belum bisa terpenuhinya jumlah produksi perikanan dikarenakan terbatasnya modal dan sebagian produk dipasarkan keluar daerah sehingga untuk konsumsi pasar-pasar yang ada di dalam daerah belum tercukupi. Dengan demikian, terdapat peluang untuk mengembangkan produk perikanan lebih luas. e) Adanya dukungan dari pemerintah Pengembangan pembangunan di bidang perikanan yang menjadi salah satu prioritas pemerintah Kabupaten Kendal, merupakan peluang besar bagi pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal. Dukungan ini terlihat dari rencana strategis (RENSTRA) Kabupaten Kendal tahun 2002 yang memberikan perhatian lebih kepada sektor perikanan dan kelautan, dengan dibentuknya Dinas perikanan dan kelautan yang terpisah dari Dinas Pertanian Kabupaten Kendal pada tahun Ancaman (Threat) a) Ekspoitasi Besar-besaran yang Menyebabkan Kerusakan Ekosistem Laut (Mangrove) Vegetasi mangrove berfungsi untuk penguat tanggul dan pematang tambak, serta sebagian kecil untuk penahan abrasi pantai. Kerusakan ekosistem Mangrove yang terdapat di Kabupaten Kendal mencapai tingkat kerusakan %. Kerusakan vegetasi

96 mangrove di wilayah pesisir pantai Kabupaten Kendal disebabkan karena adanya konversi hutan mangrove untuk kegiatan budidaya tambak udang intensif. Akibatnya, terlihat beberapa lahan marginal yang sampai saat ini tidak dimanfaatkan sebagai lahan tambak udang. Lahan marginal ini merupakan suatu lahan yang mempunyai daya dukung lingkungan relatif rendah akibat dari dampak pengelolaan tambak intensif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencemaran bahan organic di pantai utara Jawa Tengah cukup tinggi, termasuk pantai Kabupaten Kendal. Kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove akan sangat mengancam ketersediaan stok sumberdaya dan nutrien yang bermanfaat bagi kehidupan organisme pada perairan, sehingga akan dapat menurunkan produksi perikanan di Kabupaten Kendal. b) Meningkatnya Tingkat Abrasi Pantai Abrasi atau pengikisan daratan oleh air laut mengancam kelestarian sumberdaya hayati laut. Adanya abrasi di sekitar pantai menyebabkan pendangkalan air laut. Pendangkalan air laut akan menyulitkan kapal-kapal yang akan mendaratkan hasil tangkapannya di TPI, akibatnya ikan hasil tangkapan nelayan tidak dapat langsung dibawa ke TPI, sehingga akan menurunkan kesegaran ikan dan harga jualnya juga akan turun. Dampak lain yang ditimbulkan oleh abrasi pantai adalah berkurangnya lahan tambak akibat pengikisan air laut. Disamping itu, terlarutnya nutrien di dalam tanah oleh air laut menyebabkan berkurangnya nutrien yang tersedia untuk organisme di perairan tersebut. c) Persaingan Pasar Dengan Daerah Lain Memasuki era perdagangan bebas dituntut adanya spesifikasi produk, sehingga mampu bersaing dengan pasar. Persaingan pasar dengan daerah lain akan menjadi ancaman bagi pemasaran produk perikanan Kabupaten Kendal. Hal ini disebabkan kurangnya diversifikasi produk perikanan, sehingga tidak mampu bersaing dengan produk daerah lain. Kurang berkembangnya produk perikanan Kabupaten Kendal dapat menjadi ancaman pengembangan sektor perikanan dan kelautan, karena tidak mampu bersaing dengan produk daerah lain sehingga tidak menutup kemungkinan konsumen lebih tertarik pada produk perikanan daerah lain dan produk perikanan Kabupaten Kendal akan kehilangan pangsa pasar potensialnya.

97 d) Berkurangnya Lahan Perikanan karena Peralihan Fungsi Menjadi Pemukiman Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Kendal sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosial penunjang lainnya. Beralihnya fungsi lahan perikanan menjadi lahan pemukiman karena semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, menyebabkan berkurangnya lahan yang digunakan untuk usaha perikanan khususnya usaha perikanan budidaya. Semakin berkurangnya lahan untuk usaha perikanan, akan mengurangi jumlah produk perikanan yang akan dihasilkan, sehingga akan mengurangi pendapatan para nelayan. e) Letak Kawasan Industri yang Bersebelahan dengan Tambak Rakyat Kawasan industri adalah kawasan yang diperuntukkan bagi industri berupa tempat pemusatan kegiatan industri. Kawasan industri di Kabupaten Kendal terletak di Kecamatan Kaliwungu yang terdapat beberapa perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri. Dekatnya lokasi kawasan industri dengan areal tambak rakyat dapat menimbulkan masalah lingkungan, diantaranya adalah limbah yang dikeluarkan oleh perusahaan industri tersebut dapat mencemari lingkungan dan perairan sekitar kawasan industri, sehingga dapat mengganggu kelangsungan hidup organisme yang ada di dalam perairan, dan selanjutnya dapat menurunkan produksi perikanan. Ancaman lain dari dekatnya lokasi kawasan industri dengan lahan tambak rakyat adalah berpindahnya tenaga kerja perikanan menjadi tenaga kerja di bidang industri. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah tenaga kerja perikanan yang nantinya akan menurunkan produktifitas sektor perikanan dan kelautan. f) Konflik Kepentingan Sifat pemanfaatan laut yang open acces, yaitu siapapun berhak memanfaatkan sumberdaya yang ada di laut tanpa melebihi batas lestari pemanfaatnnya, dapat menimbulakan beberapa masalah kepentingan. Konflik kepentingan terjadi adalah antara nelayan besar dan nelayan kecil mengenai daerah penangkapan. Biasanya nelayan kecillah yang menderita kerugian lebih besar, karena kalah bersaing dengan nelayan besar dalam hal teknologi dan modal. Konflik kepentingan ini jarang terjadi di Kabupaten Kendal, tetapi cukup penting untuk diperhatikan karena dapat mengancam ketentraman dan keselamatan para nelayan.

98 5.5.2 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Matriks IFE dan EFE dibuat untuk melakukan penilaian terhadap faktor-faktor strategis yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dengan mengalikan nilai bobot dan rangking yang telah ditetapkan untuk melihat skor tertinggi. Penilaian ini berfungsi untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Hasil analisis terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Sektor Perikanan dan Kelautan Tahun 2005 Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor S1. Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang besar 0, ,5160 S2. Usaha pengolahan haasil laut yang semakin bertambah 0, ,1950 S3. Kawasan pesisir terjangkau alat transportasi 0, ,4520 S4. Jumlah tenaga kerja perikanan yang cukup banyak 0, ,1950 S5. Dikenal oleh negara pembeli 0, ,0520 S6. Adanya pembinaan dan pemberdayaan dari pemerintah 0, ,4840 S7. Sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal sebagai sektor basis 0, ,4520 W1. Sarana dan prasarana masih konvensional dan terbatas jumlahnya 0, ,0560 W2. Kurangnya usaha pembenihan ikan 0, ,0640 W3. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia 0, ,0890 W4. Modal terbatas 0, ,0650 W5. Produksi yang bersamaan 0, ,0800 Total 1,0000 2,7000 Sumber : Data Primer Diolah 2005 Kekuatan utama yang dimiliki oleh sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal, berdasarkan analisis terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dalam matriks IFE adalah potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat besar,

99 dengan skor sebesar 0,5160. Kawasan pesisir yang mudah dijangkau alat transportasi dan adanya pembinaan dan pemberdayaan dari pemerintah, merupakan kekuatan pendukung yang perlu terus ditingkatkan. Kelemahan utama yang dimiliki oleh sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal adalah masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia, dengan skor sebesar 0,0890. Total skor yang diperoleh dari matriks IFE adalah sebesar 2,7 yang berada diatas nilai rata-rata skor yaitu 2,5. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi internal sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal cukup kuat dan dapat menanggulangi kelemahan yang dimiliki oleh sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal. Hasil analisis terhadap faktor-faktor peluang dan ancaman pada matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Sektor Perikanan dan Kelautan Tahun 2005 Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor O1. Pola konsumsi makanan laut meningkat 0, ,4400 O2. Permintaan komoditi ekspor unggulan daerah dari hasil laut meningkat 0, ,2800 O3. Pengembangan perikanan darat di daerah atas yang surplus air belum optimal 0, ,1600 O4. Produk perikanan belum bisa dipenuhi 0, ,2800 O5. Adanya dukungan dari pemerintah 0, ,4400 T1. Eksploitasi menyebabkan kerusakan ekosisitem laut (mangrove) 0, ,1500 T2. Meningkatnya tingkat abrasi pantai 0, ,2000 T3. Persaingan pasar dengan daerah lain 0, ,2100 T4. Berkurangnya lahan akibat peralihan fungsi menjadi pemukiman 0, ,2000 T5. Letak kawasan industri yang bersebelahan dengan tambak rakyat 0, ,2600 T6. Konflik kepentingan 0, ,1500 Total 1,0000 2,7700 Sumber : Data Primer Diolah 2005 Berdasarkan hasil analisis terlihat, bahwa peluang utama yang dimiliki oleh sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal adalah meningkatnya pola konsumsi makanan laut dan adanya dukungan dari pemerintah, dengan skor masing-masing adalah 0,4400. Ancaman terbesar yang harus diwaspadai oleh sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal adalah letak kawasan industri yang bersebelahan dengan tambak rakyat, dengan

100 skor 0,2600. Total skor pada matriks EFE berada di atas rata-rata skor 2,5 yaitu sebesar 2,77. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan dan sektor perikanan dan kelautan telah mampu mengatasi ancaman-ancaman yang ada dengan memanfaatkan peluang Analisis SWOT Penetapan alternatif strategi pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal dapat dilakukan setelah dilakukan analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal. Alternatif strategi pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal dirangkum dalam matriks SWOT yang merupakan kombinasi dari strategi SO, WO, ST dan WT (Tabel 33). Tabel 33. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Sektor Perikanan dan Perikanan Kabupaten Kendal Tahun 2005 Eksternal Internal Peluang (Opportunity) O1. Meningkatnya pola konsumsi makanan laut O2. Peningkatan permintaan komoditas ekspor hasil laut O3. Pengembangan perikanan darat di daerah pegunungan belum optimal O4. Belum terpenuhinya jumlah konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Kendal O5. Dukungan dari pemerintah Kabupaten Kendal Lanjutan Tabel 33. Kekuatan (Strenght) S1. Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang besar S2. Usaha pengolahan hasil laut yang semakin bertambah S3. Kawasan pesisir mudah dijangkau dengan alat transportasi S4. Jumlah nelayan cukup banyak S5. Dikenal oleh negara pembeli S6. Adanya pembinaan dan pemberdayaan dari pemerintah S7. Sektor perikanan dan kelautan sebagai sektor basis Strategi SO SO1. Melakukan pengembangan pengusahaan sektor perikanan dan kelautan dengan pendekatan yang terpadu dan berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan yang besar, tenaga kerja perikanan dan aksesibility yang mudah didapat serta adanya dukungan dari pemerintah daerah lewat program pembinaan dan pemberdayan masyarakat pesisir, guna memenuhi kebutuhan lokal Kelemahan (Weakness) W1. Sarana dan prasarana masih konvensional dan terbatas jumlahnya W2. Kurangnya usaha pembenihan ikan W3. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia W4. Modal terbatas W5. Produksi yang bersamaan Strategi WO WO1. Meningkatkan ketrampilan nelayan, petani ikan maupun masyarakat pesisir seiring dengan pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah ada secara optimal dan membangun sarana dan prasarana yang belum tersedia melalui dukungan dari Pemda dan investor guna mengantisipasi adanya produksi yang bersamaan

101 Ancaman (Threath) T1. Eksploitasi besar-besaran yang menyebabkan kerusakan ekosistem laut (mangrove) T2. Meningkatnya tingkat abrasi pantai T3. Persaingan pasar dengan daerah lain T4. Berkurangnya lahan perikanan karena peralihan fungsi menjadi lahan pemukiman T5. Letak kawasan industri yang bersebelah dengan tambak rakyat T6. Konflik kepentingan maupun ekspor (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, O2, O5) SO2. Membuka dan mengembangkan usaha baru di daerah atas dengan memanfaatkan potensi yang ada serta peluang adanya surplus permintaan karena belum terpenuhinya produk perikanan, seiring dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat terhadap makanan laut, melalui dukungan dan pembinaan dari pemerintah (S1, S2, S5, S6, O1, O2, O3, O4, O5) Strategi ST ST1. Penegakan hukum yang tegas bagi yang melanggar hukum guna mencegah eksploitasi sumberdaya hayati serta pengaturan jalur pelayaran agar tidak terjadi konflik antar nelayan, sehingga potensi sumberdaya hayati dapat terus lestari melalui pengawasan dari pemerintah dan masyarakat (S1, S6, T1, T2, T5, T6) ST2. Pengembangan usaha perikanan industri pengelolaan sumberdaya perikanan pasca panen yang bersifat padat karya, sebagai alternatif berkurangnya lahan perikanan menjadi lahan pemukiman (S1, S4, S6, T4, T5) ST3. Mengembangkan diversifikasi produk perikanan agar mampu bersaing dengan produk dari daerah lain, mengingat produk perikanan Kabupaten Kendal telah dikenal oleh konsumen (S1, S3, S5, T3) (W1, W3, W4, W5, O5) WO2. Meningkatkan produksi perikanan secara optimal melalui penambahan usaha pembenihan dan pengembangan usaha perikanan di daerah atas, guna memenuhi permintaan produk perikanan baik di pasar lokal maupun ekspor melalui dukungan dan bantuan dari pemerintah (W2, W4, O1, O2, O3, O4, O5) Strategi WT WT1. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah ada dan pengadaan sarana dan prasarana yang belum tersedia seperti pengadaan pabrik es dan cold storage (W1, W5, T3) WT2. Peningkatan keterampilan nelayan melalui pemanfaatan potensi perikanan dengan sistem padat modal dan usaha yang ramah lingkungan dengan dukungan dan kerjasama seluruh masyarakat dan pemerintah setempat (W3, W4, T1, T2, T4, T5) Sumber : Data Primer Diolah 2005 Alternatif strategi yang telah ditentukan selanjutnya melalui perangkingan ditentukan tiga strategi utama yang diprioritaskan untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Hasil perangkingan setiap alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Perangkingan Alternatif Strategi Pengembangan Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Tahun 2005 Alternatif Keterkaitan Unsur SWOT Nilai Rangking

102 Strategi SO1 S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, O2, O5 3, SO2 S1, S2, S5, S6, O1, O2, O3, O4, O5 2, WO1 W1, W3, W4, W5, O5 0, WO2 W2, W4, O1, O2, O3, O4, O5 1, ST1 S1, S6, T1, T2, T5, T6 1, ST2 S1, S4, S6, T4, T5 1, ST3 S1, S3, S5, T3 1, WT1 W1, W5, T3 0, WT2 W3, W4, T1, T2, T4, T5 0, Sumber : Data Primer Diolah 2005 Berdasarkan Tabel 34, dapat diketahui tiga alternatif strategi yang menjadi prioritas utama dalam upaya pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal, yaitu Pertama, melakukan pengembangan pengusahaan sektor perikanan dan kelautan dengan pendekatan yang terpadu dan berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan yang besar, tenaga kerja perikanan dan accesibility yang mudah didapat serta adanya dukungan dari pemerintah daerah lewat program pembinaan dan pemberdayan masyarakat pesisir, guna memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor. Kedua, membuka dan mengembangkan usaha baru di daerah atas dengan memanfaatkan potensi yang ada serta peluang adanya surplus permintaan karena belum terpenuhinya produk perikanan, seiring dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat terhadap makanan laut, melalui dukungan dan pembinaan dari pemerintah. Ketiga, penegakan hukum yang tegas bagi yang melanggar hukum guna mencegah eksploitasi sumberdaya hayati serta pengaturan jalur pelayaran agar tidak terjadi konflik antar nelayan, sehingga potensi sumberdaya hayati dapat terus lestari melalui pengawasan dari pemerintah dan masyarakat. Diagram SWOT sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 20.

103 Peluang (1.992);(0.430) Kelemahan Kekuatan Ancaman Gambar 21. Diagram Analisis SWOT Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal, Tahun 2005 Pada Gambar 21, dapat dilihat diagram analisis SWOT untuk mengetahui posisi kuadran strategis pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal yang dapat diperoleh dengan menghitung selisih total skor antara kekuatan dan kelemahan (sebagai titik sumbu), serta menghitung selisih total skor antara peluang dan ancaman eksternal (sumbu vertikal). Hasil perhitungan menunjukkan selisih pada titik absis dan ordinat (1.992 ; 0.430) terletak pada kuadran 1. Posisi ini menunjukkan kondisi yang menguntungkan, dimana pengelolaan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal mempunyai peluang dan kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengembangan strategi yang tepat untuk kondisi ini adalah mendukung strategi agresif.

104 VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1.) Selama periode produksi perikanan di Kabupaten Kendal mengalami peningkatan yang cukup tinggi, terutama untuk bidang usaha penangkapan laut dan budidaya air payau. Jumlah tenaga kerja perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan dan budidaya cenderung mengalami peningkatan, demikian juga halnya dengan perkembangan alat tangkap dan armada penangkapan. 2.) Kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB Kabupaten Kendal dari tahun 1999 sampai tahun 2003 berkisar antara 1,48%-1,69%. Trend kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB Kabupaten Kendal cenderung meningkat. 3.) Peranan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal berdasarkan hasil analisis Location Quotient dengan indikator pendapatan wilayah dan tenag kerja, menunjukkan bahwa sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal merupakan sektor basis (LQ>1), dengan trend LQ yang cenderung meningkat berdasarkan indikator pendapatan wilayah. Terd LQ berdasarkan indikator tenaga kerja cenderung menurun. 4.) Selama periode tahun sektor perikanan dan kelautan berdasarkan indikator pendapatan wilayah, memberikan dampak positif dan cenderung meningkat terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Kendal. Dampak sektor perikanan dan kelautan terhadap pembangunan wilayah berdasarkan tenaga kerja cenderung menurun. 5.) Pemilihan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal, adalah : a.) Melakukan pengembangan pengusahaan sektor perikanan dan kelautan dengan pendekatan yang terpadu dan berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan yang besar, tenaga kerja perikanan dan aksesibility yang mudah didapat serta adanya dukungan dari pemerintah daerah lewat program pembinaan dan pemberdayan masyarakat pesisir, guna memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor; b.) Membuka dan mengembangkan usaha baru di daerah atas dengan memanfaatkan potensi yang ada serta peluang adanya surplus permintaan karena belum

105 terpenuhinya produk perikanan, seiring dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat terhadap makanan laut, melalui dukungan dan pembinaan dari pemerintah; c.) Penegakan hukum yang tegas bagi yang melanggar hukum guna mencegah eksploitasi sumberdaya hayati serta pengaturan jalur pelayaran agar tidak terjadi konflik antar nelayan, sehingga potensi sumberdaya hayati dapat terus lestari melalui pengawasan dari pemerintah dan masyarakat. 6.2 Saran 1.) Sektor perikanan dan kelautan sebagai sektor basis hendaknya tetap diprioritaskan dalam pembangunan wilayah. Perlu adanya upaya yang gencar untuk mendorong pihak swasta atau invertor agar bersedia menanamkan modalnya pada sektor perikanan dan kelautan. 2.) Pengadaan sarana dan prasarana yang belum memadai seperti cold storage, pabrik es, tempat pendaratan ikan, serta peningkatan kualitas aparatur pemerintahan dan para petani ikan atau nelayan melalui program-program penyuluhan, pelatihan, bimbingan dan pendidikan. 3.) Mempermudah akses data dan peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam pengawasan dan perlindungan terhadap pencurian, guna menjaga kelestarian sumberdaya hayati laut.

106 DAFTAR PUSTAKA Budiharsono S Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan, Cetakan 1. Jakarta : PT Pranadya Paramita. [BAPPEKAB] Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kendal Peta Potensi Ekonomi Kabupaten Kendal. Kendal : Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kendal. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Indikator Ekonomi Kabupaten Kendal. Kendal : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Kabupaten Kendal Dalam Angka Tahun Kendal : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Kabupaten Kendal Dalam Angka Tahun Kendal : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Kabupaten Kendal Dalam Angka Tahun Kendal : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Kabupaten Kendal Dalam Angka Tahun Kendal : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Kabupaten Kendal Dalam Angka Tahun Kendal : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah Jawa Tengah Dalam Angka Tahun Jawa Tengah : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah Jawa Tengah Dalam Angka Tahun Jawa Tengah : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah Jawa Tengah Dalam Angka Tahun Jawa Tengah : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah Jawa Tengah Dalam Angka Tahun Jawa Tengah : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah Jawa Tengah Dalam Angka Tahun Jawa Tengah : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Potensi Perikanan dan Kelautan Sumberdaya Manusia dan Sumberdaya Alam Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal. Kendal : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal.

107 Fauzi A Prinsip-Prinsip Penelitian : Panduan Singkat. Bogor : Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. pp 28. Glasson J Pengantar Perencanaan Regional. Sitohang P. penterjemah. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Terjemahan dari : Introduction of Regional Planning. Kadariah Ekonomi Perencanaan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. 79 hal. Maxfield FN The Case Study, Education, Reset. Di dalam Nazir M Metode Penelitian. Cetakan keempat. Jakarta : Ghalia Indonesia. Nazir M Metode Penelitian, Cetakan keempat. Jakarta : Ghalia Indonesia. 622 hal. Rangkuti F Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, cetakan keenam. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Richardson HW Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Sitohang P. penterjemah. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Terjemahan dari : The Principal of Regional Planning. Soekartawi Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan. Jakarta : Rajawali Press. 125 hal. Soeratno ; Arsyad Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, Cetakan Revisi. Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaan UPP YKPN. Tarigan R Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama. Jakarta : PT Bumi Aksara.

108

109 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

110 Lampiran 2. PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993, Tahun (jutaan Rp) No. Lapangan Usaha Pertanian , , , ,13 Tanaman Bahan Makanan , , , ,64 Tanaman Perkebunan , , , ,25 Peternakan , , , ,57 Kehutanan , , , ,21 Perikanan , , , ,46 2. Pertambangan dan Penggalian , , , ,55 3. Industri Pengolahan , , , ,62 4. Listrik, Gas dan Air Minum , , , ,77 5. Bangunan , , , , Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , ,71 9. Jasa-jasa , , , ,32 PDRB , , , ,08 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 2004

111 Lampiran 3. PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun (jutaan Rp) No. Lapangan Usaha Pertanian , , , , Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan , , , , , , , ,38 Peternakan , , , ,67 Kehutanan , , , ,06 Perikanan , , , ,33 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum , , , , , , , , , , , ,84 5. Bangunan , , , , Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , ,39 9. Jasa-jasa , , , ,98 PDRB , , , ,46 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 2004

112 Lampiran 4. PDRB Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993, Tahun (jutaan Rp) No. Lapangan Usaha Pertanian , , , , ,58 Tanaman Bahan Makanan , , , , ,07 Tanaman Perkebunan , , , , ,16 Peternakan , , , , ,39 Kehutanan , , , , ,41 Perikanan , , , , ,55 2. Pertambangan dan Penggalian 7.218, , , , ,27 3. Industri Pengolahan , , , , ,72 4. Listrik, Gas dan Air Minum , , , , ,27 5. Bangunan , , , , , Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , , , , ,58 9. Jasa-jasa , , , , ,42 PDRB , , , , ,50 Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2004

113 Lampiran 5. PDRB Kabupaten Kendal Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun (jutaan Rp) No. Lapangan Usaha Pertanian , , , , ,17 Tanaman Bahan Makanan , , , , ,89 Tanaman Perkebunan , , , , ,74 Peternakan , , , , ,99 Kehutanan , , , , ,06 Perikanan , , , , ,50 2. Pertambangan dan Penggalian , , , , ,48 3. Industri Pengolahan , , , , ,50 4. Listrik, Gas dan Air Minum , , , , ,97 5. Bangunan , , , , , Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , , , , ,61 9. Jasa-jasa , , , , ,62 PDRB , , , , ,77 Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2004

114 Lampiran 6. Perhitungan Catch per Unit Effort (CPUE) Tahun Tahun Produksi Perikanan Alat Tangkap CPUE (Catch) (Kg) (Effort) (Unit) (C/E)

115 Lampiran 7. Perhitungan LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun LQ = vi / V v / V t I T = v i /V I : v t /V T Tahun 1999 LQ = = vi / V v / V t I T = ,50/ , ,89/ ,74 Tahun 2000 LQ = vi / V v / V t I T = = ,18/ , ,62 / ,09 Tahun 2001 LQ = = vi / V v / V t I T = ,02/ , ,88/ ,40

116 Lanjutan Lampiran 7. Tahun 2002 LQ = = vi / V v / V t I T = ,78/ , ,46/ ,08 Tahun 2003 LQ = vi / V v / V t I T = = ,55/ , ,59/ ,45 Keterangan : v i = total pendapatan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal; V I = total pendapatan seluruh sektor di Kabupaten Kendal; v t = total pendapatan sektor perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Tengah; V T = total pendapatan seluruh sektor di Provinsi Jawa Tengah.

117 Lampiran 8. Perhitungan LQ Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun LQ = vi / V v / V t I T = v i /V I : v t /V T Tahun 1999 LQ = = vi / V v / V = 1.37 t I T / / Tahun 2000 LQ = = vi / V v / V = 1.34 t I T / / Tahun 2001 LQ = vi / V v / V t I T = = / /

118 Lanjutan Lampiran 8. Tahun 2002 LQ = = vi / V v / V = 1.23 t I T / / Tahun 2003 LQ = = vi / V v / V = 1.22 t I T / / Keterangan : v i = total kesempatan kerja sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Kendal; V I = total kesempatan kerja seluruh sektor di Kabupaten Kendal; v t = total kesempatan kerja sektor perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Tengah; V T = total kesempatan kerja seluruh sektor di Provinsi Jawa Tengah.

119 Lampiran 9. Perhitungan Analisis Multiflier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Pendapatan Wilayah, Tahun ÄE = ÄEb (MSe) MSe = E Eb Tahun 2000 MSe = = E Eb , , , ,50 = Tahun 2001 MSe = = E Eb , , , , 18 = Tahun 2002 MSe = = E Eb , , , ,02 = 24.07

120 Lanjutan Lampiran 9. Tahun 2003 MSe = = E Eb , , , ,78 = Keterangan : MSe = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan wilayah; ÄE = perubahan pendapatan wilayah ÄE b = perubahan pendapatan wilayah sektor perikanan dan kelautan

121 Lampiran 10. Perhitungan Analisis Multiflier Effect Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja, Tahun ÄE = ÄEb (MSe) MSe = E Eb Tahun 2000 MSe = E Eb = = Tahun 2001 MSe = E Eb = = Tahun 2002 MSe = E Eb = =

122 Lanjutan Lampiran 10. Tahun 2003 MSe = = E Eb = Keterangan : MSe ÄE = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja = perubahan tenaga kerja wilayah ÄE b = perubahan tenaga kerja sektor perikanan dan kelautan

123 Lampiran 11. Kelembagaan di Kabupaten Kendal Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal Koperasi Swamitramina

124 Lanjutan Lampiran 11. KUD Mina Jaya

125 Lampiran 12. Pengolahan Produk Perikanan Penjemuran Ikan Asin Penjemuran Ikan Asin

126 Lampiran 13. Sarana dan Prasarana Perikanan TPI Tanggul Malang Alat Tangkap (payang)

127 Lanjutan Lampiran 13. Armada Penangkapan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Regional 2.2 Teori Basis Ekonomi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Regional 2.2 Teori Basis Ekonomi II TINJAUAN PUSTAKA 2. Pembangunan Regional Kebijaksanaan ekonomi regional ialah penggunaan secara sadar berbagai macam peralatan (instrumen) untuk merealisasikan tujuan-tujuan regional, dan tanpa adanya

Lebih terperinci

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut mau pun di perairan umum secara bebas.

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tinjauan lapang dilaksanakan pada bulan April tahun 2010 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September tahun 2010 di Kabupaten Cirebon. Pengolahan

Lebih terperinci

4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data 4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Pada tahap pertama adalah pengumpulan data yang dilaksanakan pada Bulan Februari Maret 2008 di Kota Bandung dan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Tegal yang merupakan salah satu kotamadya dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Tegal merupakan daerah yang

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Pengambilan data di lapangan dipusatkan di PPN Brondong dan pusat pemerintahan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 47 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Kabupaten Natuna merupakan salah satu daerah tertinggal dari tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau. Daerah tertinggal adalah daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Berdasarkan Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, pada Pasal 1 Ayat (1) disebutkan bahwa

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi empat kabupaten yaitu : Kabupaten Takalar, Bone, Soppeng, dan Wajo. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 37 IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Loka Farm yang terletak di Desa Jogjogan, Kelurahan Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) OLEH BUDI KURNIAWAN H14094019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN

ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN ALTERNATIF PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN KABUPATEN KARIMUN Yudithia SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Oleh Tince Sofyani ABSTRACT The objective of this study is to investigate the role of fishery sector in economic regional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan dan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program pengembangan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU THE CONTRIBUTION OF THE FISHERIES SUB-SECTOR REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Magelang yang merupakan salah satu kota yang ditetapkan menjadi kawasan andalan wilayah jawa tengah pada Perda Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT LAYLI TRIANA

PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT LAYLI TRIANA PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT LAYLI TRIANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah sektor-sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Magelang yang ditentukan berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kulon Progo yang merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sektor-sektor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA RYANI MUTIARA HARDY PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan kopi bubuk Inkopas Sejahtera, Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja, karena adanya pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, dengan periode pengamatan tahun 2007-2011. Data yang digunakan antara lain: 1. Produk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 8 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1985-2007 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI LOSARI DI KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN NURHIDAYAH

ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI LOSARI DI KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN NURHIDAYAH ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI LOSARI DI KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN NURHIDAYAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Ciapus Bromel yang terletak di Ciapus Jl. Tamansari Rt 03/04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN

PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN VINA DARMAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Keadaan geografis yang berada dibawah gunung Lawu membuat kabupaten ini memiliki potensi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Adanya kebijakan otonomi daerah di Indonesia, menuntut setiap daerah baik kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di segala sektor. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H14102072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN FITRI RAHAYU.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI WINWORK SINAGA H34066130 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SKRIPSI WINDI LISTIANINGSIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data

Lebih terperinci