LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR LABORATORIUM FAKULTAS KIMIA FISIKA FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR I. Tujuan

2 1. Menentukan titik lebur zat padat dan menggunakannya sebagai kriteria dalam identifikasi dan pemeriksaan kemurnian. 2. Menentukan bobot molekul zat padat berdasarkan pada penurunan titik lebur (metode rest). II. Prinsip 1. Metode Rest Penurunan titik lebur dapat digunakan sebagai dasar pada penentuan bobot molekul. Bobot molekul zat dapat dihitung dengan persamaan berikut. M= 39,7 x w x 1000 W x T M = bobot molekul w= bobot zat T = Penurunan titik lebur d-komfora murni (Giancoli, 2001). 2. Titik Lebur Titik lebur merupakan suhu pada saat dimana fase padat dan fase cair berada dalam kesetimbangan pada tekanan luar sama dengan 1 atm (Sukardjo, 2002). 3. Persamaan Clapeyron Perubahan titik beku atau titik leleh terhadap tekanan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan Clapeyron yaitu T Vp x Vs =T x P Hf (Sukardjo, 2002). III. Teori Dasar Titik lebur merupakan suatu suhu dimana suatu zat padat berubah bentuk awau wujud dalam keadaa zat padat menjadi leburan atau cair. Prinsip energi titik dimana lebur dalam keadaan terletak pada penetapan pemberian energi panas. Titik lebur bersifat karateristik dimana digunakan untuk menentukan sifat fisika dari suatu zat. Karakteristik suatu zat berbeda dengan yang lain. Perbedaan

3 tersebut dilihat dalam kekuatan ikatan antar molekul. Kekuatan ikatan antar molekul bisa berbeda karena struktur kimianya yang berbeda dan penyusunannya juga berbeda (Syarif, 2002). Suhu lebur zat merupakan suhu pada zaat zat tepat melebur seluruhnya yang ditunjukkan pada fase padat tepat hilang sedangkan jarak lebur adalah zat antara suhu awal dan suhu akhir peleburan zat. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau mulai membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat hilangnya fase padat (Dirgen POM, 1979). Titik lebur suhu dimana terjadinya perubahan zat paatmenjadi cair. Gaya antar molekul memiliki pengaruh yang kuat pada titik lebur. Titik lebur adalah suhu di mana zat padat mengalami perubahan menjadi cair. Pada titik lebur, getaran pada partikel zat padat dapat mengatasi kekuatan gaya tarik menarik yang beroperasi pada zat padat. Seperti titik didih, titik lebur zat padat tergantung pada kekuatan gaya tarik menarik (Sri, 2015). Suatu metode yang digunakan untuk menetapkan bobot molekul zat dengan melarutkannya di dalam zat lain yang baru melebur, kemudia menetapkan penurunan titik bekunya, metode tersebut adalah metode Rast (Pudyaatmaka, 2002). Penetapan titik lebur secara teliti dapat dilakukan dengan cara mengujur suhu secara berulang kali pada saat terjadi kesetimbangan antara fase padat dan cairnya. Cara lain yaitu dengan cara pendinginan dan pemanasan secara berulang. Penurunan titik lebur dapat dilakukan sebagai dasar penentuan berat molekul, cara ini juga dikenal dengan metode Rest yang mengukur penurunan titik lebur (Sutrisno, 2001). Penurunan titik lebur disebabkan karena kenaikkan tekanan yang dapat dimanfaatkan dalam ski es. Tekanan dari ski menurunkan titik lebur es dan juga menyebabkan es melenur dibawah ski, lapisan tipis zat cair ini memberikan aksi sebagai pelincir sehingga memungkinkan ski dpat meluncur diatas permukaan yang keras dari es. Tentu saja gesekan ski dengan penuh permukaan es juga akan memegang oeranan besar terhadap peleburan dan aksi dari pelincur tersebut (Moechtar, 1990).

4 Panas peleburan dapat dianggap sebagai jenis panas yang dibutuhkan untuk menaikkan jarak antar atom atau molekular dalam kristal, sehingga menudahkan terjadinya pelelehan. Suatu kristal yang paling terikat dengan gaya yang kemah mempunyai panas peleburan yang rendah dan titik leleh yang rendah, sedangkan yang terikat dengan gaya yang kuat mempunyai panas peleburan yang tinggi serta titik leleh yang tinggi juga (Alfred, 1990). Peleburan es merupakan salah satu contoh peleburan dimana terjadinya perubahan fasa. Ketika panas ditambahkan dengan es pada 0 oc dan tekanan atmosfir normal, suhu es tidak bertambah. Bahkan, sebagian membentuk air. Jika ditambahkan panas perlahan, untuk menaga sistem mendekati kesetimbangan termal suhu tetap pada 0oC hingga seluruh es mencair. Efek penambahan panas pada sistem ini bukan untuk menaikkan suhu, tetapi untuk mengubah fasa dari padat menjadi cairan (Young, 2002). Suatu zat dikatakan murni apabila titik lebur yang diperoleh dari percobaan sama dengan yang ada dalam literatur. Tetapi bila suatu zat itu tidak murni ( terdapat campuran / campuran eutentik ) maka ikatan antar molekulnya semakin kecil dan ikatannya mudah lepas sehingga titik leburnya akan lebih kecil dari pada zat murni (Syarif, 2012) Perbedaan titik lebur senyawa-senyawa dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah perbedaan kuatnya ikatan yang dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut. Semakin kuat ikatan yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi juga titik lebur unsur tersebut. Perbedaan titik lebur antara senyawa-senyawa pada golongan yang sama dapat dijelaskan dengan perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa tersebut (Syarif, 2012). Pelelehan adalah konversi dari keadaan padat ke cair. Titik leleh normal suatu padatan ialah suhu pada saat padatan dan cairan berada dalam kesetimbangan di bawah tekanan 1 atmosfer. Titik normal es yaitu 0,00 oc sehingga air cair dan es berada bersama-sama dalam waktu tak berhingga (dalam kesetimbangannya) pada suhu ini dan tekanan 1 atmosfer (Oxtoby, 2001).

5 Titik leleh merupakan suhu dimana suatu senyawa mulai beralih fasa dari padatan menjadi cairan sampai kesemuanya menjadi cair sempurna. Titik leleh dapat dicari melalui sebuah eksperimen. Bahan yang diperlukan yaitu pipa kapiler dan alat penentu titik leleh. Titik leleh juga dapat digunakan sebagai acuan apakah senyawa tersebut murni atau tidak. Senyawa yang murni biasanya mempunyai rentangan titik leleh tidak lebih dari 3oC. Misalnya suatu bahan mempunyai titik leleh antara oC, maka dapat diketahui senyawa tersebut belum murni karena rentang titik lelehnya adalah 8oC (Winarto, 2013). Titik didih senyawa golongan alcohol lebih tinggi dairipada golongan alkane, demikian juga titik didih air lebih tinggi daripada aseton. Pengaruh ikatan hydrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar, karena pada wujud padat jarak antara molekul cukup berdekatan dan yang paling berperan terhadap titik leleh adaalah berat molekul zat dalam bentuk simetris molekul. Senyawa yang membentuk ikatan hydrogen dalam air akan mudah larut dalam air. Bobot molekul dapat dihitung dengan persamaan berikut: M= 39,07 x w W. T M= Bobot Molekul w= Bobot Senyawa W= Bobot Zat T = Penurunan Titik Lebur (Yudith, 2005). Suatu ikatan Kristal yang lemah, akan membutuhkan suhu lebur lebih rendah dibandingkan dengan ikatan kristalnya yang kuat (Martin, 1990). Dalam penentuan titik lebur suatu zat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: 1. Kotoran yang larut atau sebagian larut akan menyebabkan turunnya titik lebur dan bahannya yang murni. 2. Kotoran yang ada akan membuat peleburan yang tidak nyata (Hendrickson, 1988).

6 IV. V. Alat dan Bahan IV.1. Alat 1. Melting point apparatus 2. Mortir porselen 3. Kertas Perkamen 4. Pipa kapiler IV.2. Bahan 1. Asam asetil salisilat 2. Asam benzoat Prosedur Diambil beberapa gram serbuk asam asetil salisilat dan asam benzoate ke atas kertas perkamen. Dipindahkan ke mortir porselen untuk dihaluskan hingga rata. Setelah dihaluskan, disiapkan tiga pipa kapiler untuk diambil masing masing zat sampel. Pertama untuk asetosal, kedua untuk asam benzoate, ketiga untuk campuran antara asetosal dengan asam benzoate. Diambil masing masing zat ke dalam pipa kapiler dengan cara mengetuk ngetukan ke permukaan hingga masuk 1 cm. Dimasukkan ke dalam melting point apparatus untuk dipanaskan. Dicatat suhu pada saat sampel mulai melebur dan suhu pada saat peleburan sempurna pada tiap tiap sampel. VI. Data Pengamatan No Zat Asam Benzoat Asetosal Campuran Benzoate+asetosal) VII. Pembahasan Titik Lebur 113oC 144oC (as. 122oC Titik Leleh 139oC 159oC 149oC

7 Pada praktikum kali ini, percobaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui titik lebur suatu zat padat. Dengan mengetahui titik lebur suatu zat, maka kita dapat mengetahui tingkat kemurnian zat tersebut. Pada umumnya, zat yang murni memiliki titik leleh yang tinggi dibandingkan zat zat yang telah bercampur dengan zat lain. Titik lebur suatu zat adalah titik pada saat zat pertama kali melebur atau zat pada saat mulai melebur, sedangkan titik leleh adalah titik pada saat zat sudah melebur seluruhnya yang ditandai dengan hilangnya fase padat. Bentuk dari zat padat dan jenis atau kekuatan ikatan yang terdapat pada padatan dapat memengaruhi tinggi rendahnya suhu titik lebur zat padat. Jarak lebur zat merupakan jarak antara suhu awal dan suhu akhir peleburan zat terjadi atau dengan kata lain selisih antara suhu awal pada saat membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler sampai dengan zat melebur dengan sempurna. Suhu lebur yang lebih tinggi dimiliki oleh padatan dengan bentuk kristal dan ikatan kovalen dibandingkan dengan padatan lain dengan ikatan van der Waals, walaupun memiliki unsur yang sama. Suhu lebur dari suatu padatan murni adalah spesifik. Hal ini menandakan bahwa dapat digunakan untuk penentuan kemurnian dari suatu zat padat. Turunnya suhu lebur dari padatan murni dapat disebabkan apabila terdapat zat pengotor yang larut, sedangkan suhu leburnya semu atau suhu leburnya tidak tegas apabila terdapat zat pengotor yang tidak larut. Pada praktikum kali ini zat yang akan ditentukan titik leleh dan titik leburnya adalah asam asetil salisilat, asam benzoat dan campuran dari asam benzoat dan asam salisilat. Asam asetil salisilat (Asetosal) memiliki rumus senyawa C9H8O4 yang mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Asam asetil salisilat stabil di udara kering dan pada udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat. Dilihat dari tingkat kelarutannya yaitu 1) sukar larut dalam air 2) agak sukar larut dalam eter mutlak 3) larut dalam kloroform, dan dalam eter 4) mudah larut dalam etanol. Untuk melakukan baku pembanding asam asetil salisilat yaitu dilakukan pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam, sebelum digunakan, dan

8 simpan dalam wadah yang tertutup rapat. Susut pengering asam asetil salisilat tidak lebih dari 0,5% dan sisa pemijaran tidak lebih dari 0,05%. 1 ml natrium hidroksida 0,5 N setara dengan 45,04 mg C9H8O4. Struktur dari asam salisilat adalah: Asam benzoate memiliki rumus senyawa kimia C7H6O2 yang mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C 7H6O2, dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian hablur bentuk jarum atau sisik, putih. Asam benzoate sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat dan mudah menguap dalam uap air. Dilihat dari tingkat kelarutannya yaitu 1) sukar larut dalam air 2) mudah larut dalam etanol, kloroform, dan eter. Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,05%. Penyimpanan asam benzoate adalah di dalam wadah tertutup. 1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 12,21 mg C7H6O2. Struktur senyawa asam benzoate adalah:

9 Untuk menentukan titik lebur suatu zat, zat sebelumnya harus dihaluskan terlebih dahulu agar titik lebur yang akan didapatkan sesuai. Jika aspirin atau asam benzoate tidak digerus terlebih dahulu dapat mengakibatkan penurunan titik lebur yang tidak hanya disebabkan oleh zat pengotor saja, tetapi dapat disebabkan juga oleh besar dan banyaknya kristal. Setelah digerus maka luas permukaan akan bertambah dan lebih mudah untuk menyerap panas. Setelah zat digerus atau dihaluskan, zat dimasukkan ke dalam pipa kapiler dengan cara ditotol-totolkan diatas kertas sampai zat masuk ke dalam pipa kapiler setinggi 1 cm di dalam pipa. Sebelum pipa kapiler digunakan, salah satu ujung pipa kapiler harus dibakar terlebih dahulu menggunakan spirtus sampai salah satu ujungnya tertutup rapat, hal ini dilakukan agar zat yang akan dimasukkan ke dalam pipa tertahan dan tidak tumpah saat pipa dimasukan ke dalam alat melting point apparatus. Melting point apparatus adalah alat yang digunakan untuk menentukan suhu lebur suatu zat. Setelah zat yang akan diamati telah siap di dalam pipa kapiler, melting point apparatus di set 10 diatas suhu literature. Percobaan yang pertama adalah asetosal atau asam salisilat. Suhu literature asam salisilat adalah 138 C-140 C, maka pada melting point apparatus suhu yang di set sebesar 150 C. setelah alat melting point apparatus sudah siap digunakan, pipa kapiler dimasukkan ke dalam alat lalu pipa diamati pada saat suhu zat mulai melebur sampai zat telah melebur seluruhnya. Suhu awal yang diamati adalah 10 C dibawah suhu literature yaitu sekitar 130 C. Setelah diamati, maka suhu saat asam salisilat mulai melebur adalah 144 C dan suhu saat asam salisilat telah melebur seluruhnya adalah 159 C. Jarak lebur asam salisilat sebesar 15 C. Pada percobaan yang kedua, zat yang diamati adalah asam benzoate. Suhu literature asam benzoate sebesar C, sedangkan suhu yang kelompok kami dapatkan sebesar 113 C-139 C dengan jarak lebur 26 C. Setelah itu kami mencoba menghitung titik lebur dari campuran asam benzoat dan asam salisilat, suhu yang kami dapatkan sebesar 122 C-149 C dengan jarak lebur 27 C. Selisih antara titik leleh dan titik lebur yang diperoleh berbeda dengan yang terdapat pada literatur. Selisih atau range yang diperoleh cukup jauh sedangkan yang terdapat dalam literature tidaklah jauh. Hal ini dapat

10 terjadi karena disebabkan terdapat zat pengotor yang mengganggu asetosal asam benzoate ataupun campuran asetosal dan asam benzoat, kemudian penyimpanan asam asetilsalisilat dan asam benzoate yang cukup lama, karena sam asetilsalisat stabil pada udara yang kering, tetapi mudah sekali terhidrolisis karena udara yang lembap dan waktu penyimpanannya yang cukup lama, sehingga range titik lelehnya lebih lebar dan tidak sama dengan literatur. Selain itu, perbedaan titik leleh antara literatur dengan yang diperoleh saat praktikum terjadi karena pengisian kapiler yang berlebih, dimana menurut literature pengisian pipa kapiler adalah 0,5 cm tetapi kapiler terisi lebih dari yang seharusnya, jadi terdapat perbedaan titik lebur yang jauh antara literature dan yang diperoleh saat praktikum. Yang terakhir adalah perbedaan bentuk asam benzoate dan asetosal. Asetosal atau asam asetil salisilat berbentuk kristal dan asam benzoate berbentuk jarum atau sisik, besarnya kristal dan jarum tersebut mempengaruhi cepat lambat berlangsungnya titik lebur. Ketidaksesuaian hasil yang didapatkan juga dapat disebabkan karena ketidaktelitian pada saat mengamati suhu pada alat melting point apparatus sehingga dapat menyebabkan range antara titik lebur dan titik leleh menjadi lebih besar. Titik leleh yang kami dapat berbeda dengan titik lebur literatur 138 C140 C. karena terdapat zat pengotor yang mengganggu struktur kisi asam asetil salisilat, kemudian dari penyimpanan zatnya yang kemungkinan telah terhidrolisis akibat lamanya waktu penyimpanan sehingga trayek titik leleh menjadi besar dan tidak sama dengan literatur. Selain itu, perbedaan titik leleh dimulai dari pengisian kapiler yang lebih dari 0,5 cm karena menurut literature pengisian pipa kapiler yaitu 0,5 cm dan apabila lebih atau kurang akan menyebabkan perbedaan titik leleh. VIII. Kesimpulan 1. Didapat hasil titik lebur dari asam benzoate, asetosal, dan campuran (asam benzoate+asetosal) sebesar 113oC, 144o C, dan 122oC 2. Didapat zat yang paling tinggi kemurniannya adalah asetosal.

11 DAFTAR PUSTAKA Alfred, Martin Dasar Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika. Jakarta : UI Press Dirgen POM Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI Dirgen POM Farmakope Indonesia Eisi IV. Jakarta : Depkes RI Giancoli, Doughlai. C Buku Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Hendrickson, JB Kimia Organik Edisi IV. Bandung: ITB. Oxtoby, David W Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Erlangga Pudyaatmaka, A. Hadyana Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka Sukardjo Kimia Fisika. Jakarta : Bineka Cipta. Sutrisno Penetapan Titik Lebur. Available at [Diakses tanggal 8 November 2005] Sri, Fitria Pengertian Titik Lebur. Available [Diakses tanggal at 20 November 2015] Syarif Titik Lebur. Available at [Diakses tanggal 8 November 2015] Winarto, Dwi Cara Menentukan Titik Leleh. Available at [Diakses tanggal 8 November 2015] Young, Hugh. D Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga Yudith Titik Leleh. Tersedia online di [diakses pada tanggal 08 November 2015]. LAMPIRAN

12

13

14

15

16

17

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C ) I. Tujuan Percobaan o Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) o Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PEMBUATAN ASAM ASETIL SALISILAT (ASPIRIN) Tanggal: 8 Oktober 2015 Dosen Pembimbing: Lina Elfita, M.Si, Apt Disusun oleh: Kelompok 3D Safizah Ummu Harisah (1112102000010)

Lebih terperinci

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II.

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II. TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II. DASAR TEORI : A. TITIK LELEH Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELOMPOK 2 SHIFT A KAMIS Disusun oleh:

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELOMPOK 2 SHIFT A KAMIS Disusun oleh: LAPORAN AKHIR PRAKIKUM KIMIA FISIKA KELOMPOK 2 SHIF A KAMIS 07.00 10.00 Disusun oleh: Nadia Fauziah 260110160011 (Hasil) Nisa Ayu Amalia 260110160012 (Metode) Nisrina Hasna M 260110160013 (Daftar pustaka

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 PERCOBAAN VIII PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK PADAT DENGAN REKRISTALISASI Tanggal Praktikum : 4 Maret 2014 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2014 Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen

Lebih terperinci

Penentuan Titik Lebur BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang tersusun sangat teratur, dan satuan ini diikat oleh gaya yang berbedabeda.

Penentuan Titik Lebur BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang tersusun sangat teratur, dan satuan ini diikat oleh gaya yang berbedabeda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padatan membentuk suatu susunan satuan (atom atau molekul) yang tersusun sangat teratur, dan satuan ini diikat oleh gaya yang berbedabeda. Gaya-gaya yang mengikat atom-atom

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN Tanggal Praktikum : 17 November 2014 Tanggal Pengumpulan : 24 November 2014 Disusun oleh Grup F - Kelompok 5 1. Hilwa Lutfia (1143050023) (Hasil dan

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 Oleh KIKI NELLASARI (1113016200043) BINA PUTRI PARISTU (1113016200045) RIZQULLAH ALHAQ F (1113016200047) LOLA MUSTAFALOKA (1113016200049) ISNY

Lebih terperinci

REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH

REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH I. Tujuan Dapat memahami teknik teknik dasar dalam pemisahan dan pemurnian zat padat dengan rekristalisasi serta menentukan kemurniannya dengan titik leleh. II. Teori Zat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK REKRISTALISASI Tujuan Percobaan : Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organik.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK REKRISTALISASI Tujuan Percobaan : Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organik. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK REKRISTALISASI Tujuan Percobaan : Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organik. Pendahuluan Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

REKRISTALISASI REKRISTALISASI

REKRISTALISASI REKRISTALISASI REKRISTALISASI Dwi Yuli Prastika 2013 Telah dilakukan percobaan rekritalisasi dengan tujuan mempelajari teknik pemurnian senyawa berbentuk kristal, memurnikan vanilin dan menentukan titik lebur vanilin.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II KLOROKUIN FOSFAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II KLOROKUIN FOSFAT LAPORA PRAKTIKUM KIMIA FARMASI AALISIS II KLOROKUI FOSFAT Oleh : Kelompok 6 Lisma Rahmawati ( 31112090) FARMASI 3B PRODI S1 FARMASI SEKOLAH TIGGI ILMU KESEHATA BAKTI TUAS HUSADA TASIKMALAYA 2015 A. Tujuan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih Disusun oleh : NAMA : FAJRI ZAKIYYATU SA ADAH NPM : 10060312091 SHIFT / KELOMPOK : C / 2 TANGGAL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih I. Tujuan 1.1 Mengetahui prinsip destilasi dan pengertian campuran azeotrop 1.2 Dapat mengkalibrasi thermometer dan dapat merangkai peralatan

Lebih terperinci

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Jumat, 4 April 2014 Raisa Soraya*, Naryanto, Melinda Indana Nasution, Septiwi Tri Pusparini Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menyadari mengapa es

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang terdahulu (Kevin, 2011), peneliti telah berhasil mendapatkan perolehan kembali (recovery) aspirin sebanyak 60-100% pada kedua

Lebih terperinci

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian yang termasuk gabungan dari penelitian jenis eksperimental laboratorik dan eksperimental

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8.

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. DIAGRAM FASA WUJUD ZAT: GAS CAIRAN PADATAN PERMEN (sukrosa) C 12

Lebih terperinci

Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani

Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani 26111486 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda?

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda? SUHU DAN PERUBAHAN A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda? Kalian tentunya pernah mandi menggunakan air hangat, bukan? Untuk mendapatkan air hangat tersebut kita mencampur air dingin dengan air panas.

Lebih terperinci

Sumber:

Sumber: Sifat fisik dan kimia bahan 1. NaOH NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH) OLEH: NAMA : RAMLAH NIM : F1F1 12 071 KELOMPOK KELAS ASISTEN : III : B : FAISAL

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair Distilasi dan Titik Didih Nama : Agustine Christela Melviana NIM : 11210031 Tanggal Percobaan : 19 September 2013 Tanggal Pengumpulan Laporan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Tgl. Pratikum : 28 Oktober-4 November 2010 LABORATORIUM TEKNOLOGI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN A. Hasil Pengamatan Kelompok Berat Awal Sampel Berat Akhir Sampel 7 & 8 2,0022 1,2864 9 & 10 2,0810 1,3340 11 & 12 2,0146 1,2824 Kelompok Berat Berat Porselen +

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 9 3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2012. Laboratorium yang digunakan yaitu Laboratorium Biokimia Hasil Perairan I untuk preparasi sampel

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN

LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN I. Tujuan Praktikum 1. Melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan asam asetat anhibrida 2. Menjelaskan prinsip asetilasi II. Landasan Teoritis Reaksi asam salisilat (asam

Lebih terperinci

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Valerius Cordus (1515-1544) Dispensatorium Cikal bakal Farmakope KETENTUAN UMUM Buku resmi yang ditetapkan secara hukum Isi : - Standardisasi obat-obat

Lebih terperinci

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadaan perubahan ph tersebut dikenal sebagai aksi dapar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu zat ada yang dapat larut dalam dua pelarut yang berbeda, dalam pelarut polar dan pelarut non polar. Dalam praktikum ini akan diamati kelarutan suatu zat dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL 2015 2016 PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT Hari / Jam Praktikum : Selasa, Pukul 13.00 16.00 WIB Tanggal Praktikum : Selasa,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT KELOMPOK : 10 DESI AGNI MUTIA 31110012 FAUZY RODIAH 31110019 GANJAR TAUFIK F. 31110022 FARMASI 3A PRORGAM STUDI S1 FARMASI STIKes

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem KESETIMBANGAN FASA Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS. Oleh:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS. Oleh: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS Oleh: NI PUTU WIDIASTI NI PUTU MERRY YUNITHASARI I DEWA GEDE ABI DARMA (1113031049)/D (1113031059)/D (1113031064)/D

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Rambut jagung (Zea mays L.), n-heksana, etil asetat, etanol, metanol, gliserin, larutan kloral hidrat 70%, air, aqua destilata, asam hidroklorida, toluena, kloroform, amonia,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN OLEH: NAMA : MUH. YAMIN A. STAMBUK : F1C1 08 049 KELOMPOK ASISTEN PEMBIMBING : III : IMA ISMAIL JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA. Disusun Oleh. Ari Wahyuni PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA. Disusun Oleh. Ari Wahyuni PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA Disusun Oleh Ari Wahyuni 107113039 PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2014 PERUBAHAN KIMIA I. Tujuan Agar mahasiswa

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI

Lebih terperinci

PEMBUATAN ASAM SALISILAT DARI MINYAK GANDAPURA

PEMBUATAN ASAM SALISILAT DARI MINYAK GANDAPURA PEMBUATAN ASAM SALISILAT DARI MINYAK GANDAPURA Tujuan: Membuat asam salisilat dari minyak gandapura Menentukan titik leleh asam salisilat Widya Kusumaningrum (1112016200005), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Sintesis Benzil Alkohol dan Asam Benzoat dengan Menggunakan Prinsip Reaksi Cannizzaro

Sintesis Benzil Alkohol dan Asam Benzoat dengan Menggunakan Prinsip Reaksi Cannizzaro Sintesis Benzil Alkohol dan Asam Benzoat dengan Menggunakan Prinsip Reaksi Cannizzaro Kezia, Akbar Saputro, Septianty Magdalena, Widhi Susanti Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia Kampus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang ditunjang studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan

Lebih terperinci

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN MATERI POKOK 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memformulasikan konsep kalor jenis dan kapasitas kalor. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pipisan, Indramayu. Dan untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 Adsorpsi 2.1.1 Pengertian Adsorpsi Adsopsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan melekat pada permukaan padatan (Nasruddin,2005). Adsorpsi adalah fenomena fisik

Lebih terperinci

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin) GEL Uji gel a. Viskositas Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asam Asetat 1. Definisi Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum, akan tetapi di kalangan masyarakat asam asetat biasa disebut

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas WUJUD ZAT 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas 1.1 Jumlah Fasa (P) Fasa adalah bagian dari sistem yang bersifat homogen, dan dipisahkan dari bagian sistem yang lain dengan batas yang jelas. Jumlah Fasa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS OLEH: RATIH NOVIYANTI (1113031028) DEWA AYU PRAPTI WIDI PRAMERTI (1113031042) GUSTI AYU PUTU WULAN AMELIA PUTRI

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI VOLUME ZAT CAIR DENGAN METODE KOLOM BERIMBANG

PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI VOLUME ZAT CAIR DENGAN METODE KOLOM BERIMBANG PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI VOLUME ZAT CAIR DENGAN METODE KOLOM BERIMBANG KOLOQIUM Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Dalam Mata Kuliah Seminar Fisika Oleh RIZQA SITORUS NIM:

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 Di Susun Oleh: Ipa Ida Rosita 1112016200007 Kelompok 2 Widya Kusumaningrum 1112016200005 Nurul mu nisa A. 1112016200008

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VIII PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT ( REKRISTALISASI & SUBLIMASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VIII PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT ( REKRISTALISASI & SUBLIMASI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VIII PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT ( REKRISTALISASI & SUBLIMASI) DISUSUN OLEH : NAMA : RAHMAWATI STAMBUK : F1C1 13 031 KELOMPOK : VI (ENAM) ASISTEN : EKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Stearat Monoetanolamida Asam stearat monoetanolamida mempunyai rumus molekul HOCH 2 CH 2 NHCOC 17 H 35 dan struktur molekulnya Gambar 2.1 Struktur molekul Asam stearat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang, manusia tidak dapat lepas dari bahan-bahan kimia, hampir disemua aspek kehidupan manusia dapat ditemukan bahan-bahan kimia. Mulai dari aspek kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TITIK LEBUR. Tanggal Praktikum : 07 November 2016

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TITIK LEBUR. Tanggal Praktikum : 07 November 2016 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TITIK LEBUR Hari, Jam Praktikum : Rabu, 07.00 10.00 WIB Tanggal Praktikum : 07 November 2016 Kita Radisa (26011010051) Ai Masitoh (26011010052) Khoirina Nur Sa idah (26011010054)

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. TUJUAN 1. Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap (volatile) berdasarkan pengukuran massa jenis gas 2. Melatih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah :... Kelas / Semester : VII / 1 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Standar : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajarai benda-benda alam dengan menggunakan peralatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 Penentuan Titik Beku Oleh: Nama NIM : Eka Anzihory : M0211024 Hari/tgl praktek : Kamis / 10 November 2011 Kelompok : 6 LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA II (Alkohol, Fenol, dan Asam Karboksilat) A. DATA PENGAMATAN No. Perlakuan Hasil

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA II (Alkohol, Fenol, dan Asam Karboksilat) A. DATA PENGAMATAN No. Perlakuan Hasil LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA II (Alkohol, Fenol, dan Asam Karboksilat) A. DATA PENGAMATAN No. Perlakuan Hasil 1. Golongan Alkohol Etanol + K2Cr 2 O 7 + H 2 SO 4 50 % Larutan warna kuning + H2SO4

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci