PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI VOLUME ZAT CAIR DENGAN METODE KOLOM BERIMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI VOLUME ZAT CAIR DENGAN METODE KOLOM BERIMBANG"

Transkripsi

1 PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI VOLUME ZAT CAIR DENGAN METODE KOLOM BERIMBANG KOLOQIUM Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Dalam Mata Kuliah Seminar Fisika Oleh RIZQA SITORUS NIM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2013

2 ABSTRAK Bila suatu zat dipanaskan maka molekul-molekulnya akan bergetar lebih cepat dan amplitudo getaran akan bertambah besar. Karena molekul penyusun zat cair lebih renggang maka molekulnya lebih cepat bergetar dan jarak antara molekul benda menjadi lebih besar sehingga terjadilah pemuaian zat cair. Berdasarkan uraian tersebut penulis melakukan penelitian untuk mengukur koefisien muai volum zat cair. Adapun zat yang akan diselidiki ialah zat cair berupa air yang mengalami kenaikan temperatur di atas 4 0 C dan etanol. Langkah yang dilakukan penulis ialah melakukan pengukuran koefisien muai volum dengan menggunakan alat yang disebut dengan kolom berimbang. Kolom berimbang merupakan dua bejana (tabung) dari gelas yang dihubungkan dengan pipa kapiler. Kedua tabung di isi dengan zat cair yang sama dan temperatur keduanya dibuat tidak sama, sehingga mempengaruhi ketinggian zat cair pada kedua bejana. Perbedaan temperatur dan ketinggian zat cair pada kedua kolom (tabung) ini dimanfaatkan oleh penulis untuk menyelidiki besarnya koefisien muai volum zat cair. Hasil dari penelitian ini akan dibandingkan dengan nilai koefisien zat cair yang ada pada literatur. Ternyata diperoleh besar koefisien muai volum zat cair untuk air, secara eksperimen sebesar 2,20 x 10-4 / 0 C dan secara teori sebesar 2,01 x 10-4 / 0 C sedangkan untuk etanol secara eksperimen diperoleh koefisien muai volum sebesar 7,22 x 10-4 / 0 C dan secara teori sebesar 7,50 x 10-4 / 0 C. Melihat hasil yang diperoleh dari eksperimen tidak berbeda jauh dengan yang ada pada teori, tentunya kolom berimbang dapat digunakan untuk mengukur koefisien muai volum zat cair. Kata Kunci: koefisien muai volum zat cair dan kolom berimbang

3 KATA PENGANTAR Puji beserta syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam kepada Nabi Mumammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga makalah yang berjudul Pengukuran Koefisien Muai Volum Zat Cair dengan Metode Kolom Berimbang ini dapat diselesaikan. Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis mendapat bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini disampaikan ungkapan rasa terima kasih kepada Drs. Abdul Hamid, M.Si, selaku pembimbing yang selama ini dengan penuh keikhlasan dan sungguh-sungguh telah memotivasi dan membimbing penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun, penulis menyadari bahwa dalam keseluruhan penyajianya bukan tidak mustahil dapat ditemukan kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Darussalam, 17 Juni 2013 Penulis iv

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... ABSTRAK... i ii iv v vii viii BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pembatasan Masalah... 4 LANDASAN TEORI 2.1 Temperatur Tekanan Pemuaian Pemuaian Zat Cair Hubungan Pemuaian dan Tekanan Kolom Berimbang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Langkah Kerja Metode Pengolahan Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Pengamatan Pengolahan Data Pembahasan v

5 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA vi

6 DAFTAR GAMBAR DAN TABEL Gambar 2.1 Kolom air setinggi h dengan luas penampang A... 6 Gambar 2.2 Bejana berhubungan Gambar 3.1 Rancangan alat eksperimen Tabel 2.1 Koefisien muai volum zat cair Tabel 3.1 Hubungan antara temperatur dan tinggi zat cair Tabel 4.1 Hasil pengukuran koefisien muai volum air Tabel 4.2 Hasil pengukuran koefisien muai volum Etanol Tabel 4.3 Perbandingan koefisien muai zat cair dari eksperimen dan literatur vii

7 DAFTAR LAMPIRAN Foto-foto Penelitian viii

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisika merupakan ilmu yang mempelajari struktur materi dan energi serta keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu fisika diawali dengan mengamati alam, tetapi hanya duduk di kursi dan menyaksikan gejala alam tidaklah cukup. Pengamatan gejala alam haruslah disertai dengan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengukuran. Menurut Zeamansky (2001:5), Lord Kelvin, seorang fisikawan mengatakan bahwa apabila kita dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakan dengan angka-angka berarti kita dapat mengetahui apa yang sedang kita bicarakan. Dalam mempelajari fisika kita menemukan banyak sekali besaran. Besaran merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dapat dihitung. Besaran-besaran itu selalu dapat dinyatakan dalam kuantitas, sehingga fisika tidak terlepas dari persoalan mengukur dan menghitung. Akibatnya matematika dalam fisika memegang peranan yang sangat penting. Adapun salah satu besaran yang dapat dihitung dan diukur ialah temperatur (Mirza 2007:6). Temperatur merupakan ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Secara lebih tepat, temperatur merupakan ukuran energi kinetik molekular internal rata-rata sebuah benda. Banyak sifat zat yang berubah terhadap temperatur. Sebagai contoh sebagian besar zat akan memuai ketika dipanaskan (Tipler 2001:560) 1

9 2 Zat tersusun atas atom. Kumpulan atom-atom membentuk molekul. Molekulmolekul pembentuk zat senantiasa bergerak. Jika zat dipanaskan, gerakan molekulmolekulnya makin cepat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya dorongan antara satu molekul dan molekul yang lain sehingga jarak antar molekulnya menjadi lebih besar. Molekul-molekul akan menempati ruang yang lebih besar, peristiwa ini disebut pemuaian. Zat cair memiliki sifat dimana molekul-molekul penyusunnya lebih renggang dibandingkan dengan zat padat. Untuk itu, pemuaian pada zat cair tentunya lebih besar dibandingkan dengan zat padat. Hal tersebut dikarenakan, bila suatu zat dipanaskan maka molekul-molekulnya akan bergetar lebih cepat dan amplitudo getaran akan bertambah besar. Karena molekul penyusun zat cair lebih renggang maka molekulnya lebih cepat bergetar dan jarak antara molekul benda menjadi lebih besar sehingga terjadilah pemuaian zat cair (Kamajaya 2001:227). Air merupakan salah satu contoh suatu zat yang apabila dipanaskan akan mengalami pemuaian. Akan tetapi pada temperatur 0 0 C sampai 4 0 C air akan mengalami penyusutan bila dipanaskan atau diberi kalor. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Zeamansky (2001:465), Air, pada rentang 0 0 C sampai 4 0 C, volumenya menyusut seiring kenaikan temperatur. Pada rentang ini koefisien ekspansi volume adalah negatif. Di atas 4 0 C, air berekspansi saat dipanaskan. Sifat zat cair yang mengalami pemuaian dimanfaatkan untuk mengetahui besar koefisien muai volum zat cair. Menurut Yudyanto (1997) sebagai peneliti koefisien muai zat cair : Dengan menggunakan kolom berimbang yang didesain sesederhana mungkin

10 3 tetapi memiliki ketelitian yang cukup tinggi dapat digunakan untuk mengukur koefisien muai volum zat cair. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul Pengukuran Koefisien Muai Volum Zat Cair Dengan Metode Kolom Berimbang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah: 1. Apakah metode kolom berimbang dapat digunakan untuk menghitung koefisien muai volum zat cair? 2. Bagaimana hasil pengukuran besar koefisien muai volum zat cair dengan menggunakan metode kolom berimbang terhadap tabel tetapan koefisien muai volum zat cair yang ada pada literatur? 1.3 Tujuan Penelitan Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan dari peneliti adalah : 1. Untuk mengetahui bahwa metode kolom berimbang dapat digunakan untuk menghitung koefisien muai volum zat cair.

11 4 2. Untuk membandingkan besar koefisien muai volum zat cair yang di dapat dari hasil praktikum dengan tabel tetapan koefisien muai volum zat cair yang ada pada literatur. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis untuk membandingkan besar koefisien muai zat cair dengan menggunakan metode kolom berimbang dengan koefisien muai zat cair pada literatur. 2. Bagi pembaca untuk menambah wawasan tentang cara mengukur besar koefisien muai zat cair. 1.5 Pembatasan Masalah Dalam rangka untuk mencapai tujuan penulisan dari makalah ini maka penulis perlu membatasi masalah yang akan dibahas agar makalah ini dapat tersusun secara sistematis. Adapun masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah hanya koefisien muai zat cair yang berupa air yang mengalami kenaikan temperatur dari temperatur 4 0 C dan etanol yakni alkohol dengan kemurnian 96%.

12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Temperatur Temperatur merupakan ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Pada hakikatnya, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul-molekul suatu benda. Pada saat kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda sampai pada temperatur tertentu, beberapa sifat fisik benda tersebut berubah (Tipler 1998:561) Sifat-sifat benda yang bisa berubah akibat adanya perubahan temperatur benda disebut sifat termometrik. Contoh sifat termometrik tersebut antara lain perubahan panjang logam, volume zat cair, hambatan listrik suatu kawat, tekanan dan volume gas, serta warna filamen lampu pijar. Dengan demikian, perubahan suatu sifat termometrik menunjukkan adanya perubahan temperatur suatu benda. Berdasarkan sifat termometrik tersebut kita dapat membuat alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu benda, yang disebut termometer. Ada banyak thermometer, tapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa sifat materi yang berubah terhadap temperatur. Untuk mengukur temperatur secara kuantitatif, perlu didefenisikan semacam skala numerik. Skala yang paling banyak dipakai sekarang adalah skala celcius, kadang-kadang disebut centigrade. Skala yang paling penting dalam sains ialah skala absolute atau Kelvin (Giancoli 2001:451) 5

13 6 2.2 Tekanan Tekanan didefenisikan sebagai gaya per satuan luas. Jika gaya sebesar F bekerja merata dan tegak lurus pada suatu permukaan yang luasnya A, maka tekanan P pada permukaan dirumuskan sebagai Dalam fluida, konsep tekanan memegang peranan penting. Gaya ke atas yang timbul pada benda yang tercelup disebabkan adanya tekanan dalam fluida. Tekanan yang dihasilkan oleh fluida menyebar ke segala arah. Fluida yang ada di sekitar kita selalu mengalami pengaruh gaya gravitasi. Pada setiap bagian zat cair bekerja gaya gravitasi yang arahnya ke bawah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Kolom air setinggi h dengan luas penampang A.

14 7 Untuk cairan seperti air yang kerapatannya konstan dimana-mana, tekanan bertambah linier dengan ke dalaman. Kita dapat melihat ini secara mudah dengan memperhatikan kolom cairan setinggi h dengan luas penampang A yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Tekanan di dasar kolom harus lebih besar dari tekanan di bagian atas kolom untuk menopang berat zat cair secara keseluruhan (Tipler 1998:390). Massa kolom cairan ini ialah : Dan beratnya adalah Jika P o adalah tekanan di bagian atas dan P adalah tekanan di dasar, maka gaya neto ke atas yang disebabkan oleh beda tekanan ini ialah PA-P 0 A. dengan membuat gaya ke atas neto ini sama dengan berat kolom cairan, kita dapatkan Atau Kenyataaan bahwa tekanan pada kedalaman h lebih besar daripada bagian daripada tekanan dibagian atas sejumlah berlaku untuk cairan dalam bejana apapun, tak bergantung pada bentuk bejana. Selanjutnya, tekanan adalah sama di setiap titik pada kedalaman yang sama (Tipler, 1988:391).

15 8 2.3 Pemuaian Efek-efek yang lazim dari perubahan temperatur ialah perubahan ukuran dan perubahan keadaan bahan-bahan. Bila temperatur dinaikkan maka jarak rata-rata diantara atom akan bertambah, yang mengakibatkan suatu ekspansi dari seluruh benda tersebut. Perubahan setiap dimensi linear seperti panjangnya, dan lebarnya dinamakan ekspansi linear (Halliday, 1985:709). Zat tersusun atas atom, kumpulan atom-atom membentuk molekul. Molekulmolekul pembentuk senantiasa bergerak dan menimbulkan gaya tarik menarik. Jika zat dipanaskan, gerakan molekul-molekulnya makin cepat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya dorongan antara satu molekul dengan molekul yang lain sehingga jarak antar molekulnya menjadi lebih besar. Molekul-molekul tersebut akan menempati ruang yang lebih besar. Peristiwa tersebut dinamakan pemuaian (Kamajaya 2007:227). Sebaliknya, jika suatu zat didinginkan, gerakan molekul-molekulnya menjadi lebih lambat. Gaya tarik menarik antar molekulnya menjadi lebih besar sehingga jarak antar molekulnya menjadi kecil. Zat tersebut mengalami penyusutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya semua zat jika dipanaskan akan memuai dan jika didinginkan akan menyusut. Secara umum bentuk suatu materi dapat dibedakan atas padatan, cairan dan gas. Jika sebuah gaya diberikan pada benda padat, benda padat cenderung mempertahankan bentuk dan ukurannya. Jika gaya ini diberikan pada zat cair, maka zat cair akan memberikan ruang namun tidak langsung dapat ditekan. Sedangkan gas tidak memiliki

16 9 bentuk maupun volume yang tetap, gas akan menyebar memenuhi tempatnya (Giancoli 2001:324). Besar pemuaian sebuah benda bergantung pada jenis zat penyusun benda, ukuran awal benda, dan besarnya kenaikan temperatur benda tersebut. Pemuaian zat padat lebih kecil dibandingkan zat cair. Demikian juga jika dibandingkan dengan gas. Pemuaian gas lebih besar dibandingkan pemuaian pada zat padat dan zat cair. Jika pemuaian zat padat tidak diberi sedikit ruang, pertambahan panjang dari zat padat akan memiliki gaya dorong yang sangat besar. Sebagai contoh, jika sambungan satu rel dengan rel yang lain pada rel kereta api tidak diberikan celah (jarak) saat terjadi pemuaian, rel tersebut akan melengkung. Lengkungan tersebut terjadi akibat dari daya dorong pemuaian. 2.4 Pemuaian Zat Cair Secara umum dapat dikatakan bahwa zat akan mengalami pemuaian jika dipanaskan. Namun, pemuian dan penyusutan pada zat seperti yang telah dijelaskan, tidak berlaku sepenuhnya pada air dan bismuth. Sebagai contoh, volume air akan menyusut jika temperaturnya dinaikkan dari 0 0 C sampai 4 0 C. Peristiwa tersebut dinamakan anomali. Di atas temperatur 0 0 C sampai 4 0 C air memenuhi hukum pemuaian. Jika air pada temperatur 0 0 C dipanaskan, kenaikan temperatur akan mengakibatkan penyusutan volume air hingga pada temperatur 4 0 C jika air tersebut terus dipanaskan, air pun akan memuai, seperti lazimnya zat-zat yang lain. Bagaimana kondisi es dan air pada temperatur 0 0 C untuk massa yang sama? Volume es akan lebih besar daripada volume air. Hal ini berarti bahwa massa massa jenis es lebih kecil daripada

17 10 massa jenis air karena massa jenis es berbanding terbalik dengan volume untuk massa yang sama (Young 2007:465). Terjadinya peristiwa anomali air atau kelainan pada air dapat diterangkan dengan mengamati bangun Kristal es. Hasil pengamatan terhadap Kristal es menunjukkan bahwa kedudukan molekul H 2 O cukup teratur dengan struktur segi enam (texagonal), struktur Kristal demikian menyebabkan molekul-molekul es menempati ruang yang lebih besar sehingga massa jenisnya mengecil. Pada temperatur 0 0 C sampai 4 0 C, struktur Kristal es terpecah. Akibat semua molekul air mengalami perubahan struktur seperti ini, gerakan molekul yang satu menakan molekul yang lain. Oleh karena itu, volume pada temperatur tersebut mengecil (Kamajaya 2007:230). Pada molekul H 2 O dalam bentuk zat cair, hasil penelitian menunjukkan susunan molekul-molekulnya lebih rapat dibandingkan dalam bentuk es. Selain rapat,molekulmolekul ini dapat bergerak sehingga dapat menempati ruang yan kosong yang ada. Oleh karena itu kerapatan air lebih besar dibandingkan dengan es. Sehingga es akan terapung di air. Peningkatan temperatur umumnya menimbulkan ekspansi volume, baik pada bahan padat atupun cair. Seperti pada pemuaian linear, percobaan menunjukkan bahwa jika perubahan temperatur sekitarnya), kenaikan volume tidak terlalu besar (kurang dari C, atau di dapat dianggap berbanding lurus dengan perubahan temperatur dan volume awal V 0 :

18 11 Atau [ ] menyatakan sifat pemuaian volume pada bahan tertentu, disebut sebagai koefisien pemuaian volume. Satuan adalah K -1 atau (C 0 ) -1. Seperti pada pemuaian linear, berubah terhadap temperatur, dan persamaan (2.5) adalah hubungan yang disederhanakan dan hanya berlaku untuk perubahan temperatur yang kecil (Young & Freedman 2007:463). Beberapa nilai pada temperatur ruang dijabarkan pada tabel (2.1). Tabel 2.1 Koefisien muai volume zat cair NO Jenis Zat Cair Koefisien Muai Volum (/ 0 C) 1 Air 2,01 x Etanol 7,50 x Air Raksa 1,80 x Gliserin 5,00 x Bensin 9,50 x 10-4 (Sumber : Giancoli, 2001 : 455) 2.5 Hubungan pemuaian dan tekanan Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa untuk menghitung pemuaian volum zat cair dapat menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut: [ ] Apabila pemuaian volume yang diakibatkan oleh perubahan temperatur dikaitkan pada ketergantungan massa jenis zat cair didapatkan persamaan sebagai berikut: [ ]

19 12 Kembali mengingat persamaan (2.4). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tekanan yang ditimbulkan oleh zat cair hanya bergantung pada massa jenis dan kedalaman saja. Jadi bentuk bejana tidak mempengaruhi tekanan, artinya tekanan tetap sama disetiap titik yang mempunyai kedalaman yang sama, apapun bentuk atau ukuran bejananya. Perhatikan gambar berikut : Gambar 2.2 Dua tabung berisi zat cair yang sama, dengan temperatur yang berbeda dihubungkan dengan pipa kapiler. Gambar 2.2 memperlihatkan dua tabung A dan B yang dihubungkan dengan sebuah pipa kapiler yang fungsinya untuk memperlambat laju aliran antara kedua tabung tersebut. Tekanan di titik A dan B masing-masing diberikan oleh hubungan : Menurut hukum pokok hidrostatika untuk bejana berhubungan tekanan pada titik A sama dengan tekanan di titik B (P A = P B ) sehingga persamaan diatas menjadi :

20 13 hubungan Bila persamaan (2.6) dihubungkan dengan persamaan (2.8), maka diperoleh [ ] [ ] [ ] [ ] Persamaan (2.9) memberikan petunjuk cara mengukur koefisien muai ruang suatu zat cair. Dengan memvariasikan temperatur zat cair (t 2 dan t 1 ) kemudian mengukur beda ketinggian zat cair pada kedua tabung, maka dapat dihitung dengan persamaan tersebut (Yudyanto, 1997). 2.6 Kolom Berimbang Dalam menentukan koefisien muai ruang zat cair digunakan suatu alat ukur yang disebut dengan kolom berimbang. Adapun yang dimaksud dengan kolom berimbang ialah dua buah tabung yang memiliki ukuran yang sama dan dihubungkan dengan pipa kapiler. Selanjutnya ke dalam tabung tersebut di masukkan zat cair sehingga pada kedua buah tabung memiliki tinggi yang sama. Dengan menggunakan hukum pokok hidrostatika pada kedua buah tabung sehingga didapat persamaan 2.9 terhadap kolom berimbang, diharapkan kita dapat menentukan koefisien muai volum zat cair. Untuk itu diperlukan temperatur yang berbeda dan juga ketinggian yang berbeda pada kedua buah tabung.

21 14 Untuk mendapatkan temperatur yang berbeda maka salah satu tabung harus dipanaskan, pipa kapiler akan memperlambat laju zat cair pada tabung yang tidak di panaskan sehingga diperoleh temperature yang berbeda. Seiring dengan kenaikan temperatur maka zat cair akan mengalami pemuaian. Pemuaian yang paling besar tentunya dialami oleh tabung yang dipanaskan. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat perbedaan ketinggian zat cair pada kedua buah tabung. Dengan menggunakan persamaan 2.9 dan temperatur serta ketinggian yang berbeda, maka kita dapat menentukan besarnya koefisien muai air dan etanol.

22 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Prodi pendidikan fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini berlangsung pada tanggal 27 April sampai 3 Juni Alat dan Bahan Alat dan bahan yang diperlukan adalah: 1. 1 set kolom berimbang 2. Xplorer GLX 1 buah 3. Adaptor 1 buah 4. Sensor temperatur 1 buah 5. Batang statif panjang 2 buah 6. Batang statif pendek 1 buah 7. Dasar statif 2 buah 8. Klem universal 1 buah 9. Pemanas air 1 buah 10. Air 75 ml 11. Etanol (Alkohol 96%) 75 ml 3.3 Langkah Kerja Setelah seluruh alat dan bahan disiapkan sesuai daftar di atas, maka : 15

23 16 1. Rancang alat kolom berimbang seperti gambar berikut : Gambar 3.1 Rancangan alat eksperimen Gantungkan kolom berimbang pada batang statif yang telah disusun. 2. Hubungkan 2 buah sensor temperatur pada xplorer GLX. Agar explorer GLX mampu membaca 2 temperatur sekaligus tekan menu home dan pilih digit. Explorer GLX lansung menunjukkan derajat temperatur. 3. Masukkan zat cair kedalam kolom berimbang. Hubungkan ujung sensor temperatur pada kedua buah tabung, t 1 untuk tabung yang tidak dipanaskan dan t 2 untuk tabung yang dipanaskan. Catat suhu dan tinggi mula-mula air sebelum salah satu tabung dipanaskan. Usahakan agar tinggi dan suhu kedua tabung bernilai sama. Masukkan hasil pengukuran pada tabel pengamatan 4. Hidupkan pemanas air sehingga uap mengalir pada salah satu tabung. Amati kenaikan temperatur dan juga tinggi zat cair. Catat untuk temperatur yang berbeda dan tinggi zat cair yang berbeda. Lakukan langkah ini hingga tiga kali untuk jenis zat cair yang berbeda. semua data yang telah diperoleh dapat dicatat pada tabel di bawah ini.

24 17 Tabel 3.1 hubungan antara temperatur dan tinggi zat cair No t 0 ( 0 C) t 1 ( 0 C) t 2 ( 0 C) h 1 (cm) h 2 (cm) γ (/ 0 C) 3.4 Metode Pengolahan Data Setelah semua data pengamatan didapatkan, kemudian dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan hasil tentang percobaan yang telah dilakukan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Mengamati kenaikan temperature pada xplorer GLX 2. Mengamati kenaikan zat cair pada kolom berimbang 3. Mengisikan hasil pengamatan pada tabel pengamatan yang sudah disediakan. 4. Menganalisis atau mengolah data berdasarkan persamaan (2.9) 5. Mencari rata-rata dari persamaan 2.9 untuk setiap zat cair. 6. Mengambil kesimpulan dari hasil yang telah dianalisis.

25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Pengamatan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pemuaian volum zat cair diperoleh data sebagai beriku: 1. Air Tabel 4.1. Hasil Pengukuran koefisien muai volum air No t 0 ( 0 C) t 1 ( 0 C) t 2 ( 0 C) h 1 (cm) h 2 (cm) γ (/ 0 C) 1 32,7 32, ,2 2,21 x ,7 33,1 83, ,4 2,16 x ,7 33,2 95, ,5 2,23 x Etanol Tabel 4.2. Hasil Pengukuran koefisien muai volum alkohol etil No t 0 ( 0 C) t 1 ( 0 C) t 2 ( 0 C) h 1 (cm) h 2 (cm) ,8 52, , ,9 64, , ,7 74,7 36,1 37,2 γ (/ 0 C) 4.2 Pengolahan Data Dari data yang diperoleh di atas. Kita dapat menentukan koefisien muai volum zat cair dengan menggunakan persamaan 2.9 sebagai berikut : Sehingga ( ) [ ( ) ( )] ( ) [ ( ) ( )] 18

26 19 1. Air Maka untuk masing masing pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut ( ) [ ( ) ( ) ] [ ( ) ( )] [ ] ( ) [ ( ) ( ) ] [ ( ) ( )] [ ] ( ) [ ( ) ( ) ] [ ( ) ( )] [ ]

27 20 Adapun besar koefisien muai ruang (γ) dari air dapat kita ketahui dari ratarata tiga data di atas. Sehingga didapat Untuk mengetahui ralat kesalahan dari penelitian ini maka kita dapat menggunakan persamaan berikut : 2. Etanol 96% ( ) [ ( ) ( ) ] [ ( ) ( )]

28 21 [ ] ( ) [ ( ) ( ) ] [ ( ) ( )] [ ] ( ) [ ( ) ( ) ] [ ( ) ( )] [ ]

29 22 Adapun besar koefisien muai ruang (γ) dari etanol dapat kita ketahui dari rata-rata tiga data di atas. Sehingga didapat Untuk mengetahui ralat kesalahan dari penelitian ini maka kita dapat menggunakan persamaan berikut : 4.3 Pembahasan Dari hasil percobaan yang dilakukan diatas dapat kita ketahui bahwa nilai koefisien muai volum air dan alkohol yang diperoleh tidak jauh berbeda dari hasil yang ada diliteratur. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4 berikut ini. Tabel 4.3 Perbandingan koefisien muai zat cair dari eksperimen dan teori No Jenis Zat Koefisien Muai Koefisien Muai Kesalahan Relatif Cair Volum literatur Volum Eksperimen 1 Air 9,4% 2 Etanol 3,4%

30 23 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perolehan koefisien muai volum secara eksperimen dengan literatur tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kolom berimbang dapat digunakan untuk menentukan koefisien muai volum suatu zat cair. Adapun data yang diperoleh peneliti untuk masingmasing zat cair diperoleh sebanyak tiga kali percobaan, yakni dengan tinggi dan temperatur yang berbeda. Untuk kesalahan relatif dari hasil pengukuran air diperoleh sebesar 9%. Kesalahan ini masih dapat diperkecil dengan memperbaiki ketelitian dalam mengukur temperatur maupun perbedaan ketinggian cairan dari kedua tabung. Sedangkan untuk etanol diperoleh kesalahan yang relatif kecil yakni 3,7% hal ini dikarenakan peneliti sudah lebih teliti dalam mengukur temperatur dan mengukur perbedaan ketinggian pada kedua buah tabung.

31 BAB V PENUTUP 4.1 Simpulan Dari hasil penelitian di atas mengenai pengukuran koefisien muai volum zat cair dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Metode kolom berimbang dapat digunakan dalam menghitung koefisien muai volum zat cair. Hal ini terbukti dari metode kolom berimbang diperoleh nilai koefisien muai zat cair yang besarnya hampir sama dengan nilai pada literatur. 2. Hasil pengukuran koefisien muai volum zat cair untuk air, secara eksperimen diperoleh koefisien muai volum sebesar 2,20 x 10-4 / 0 C dan secara teori sebesar 2,01 x 10-4 / 0 C sedangkan untuk etanol secara eksperimen diperoleh koefisien muai volum sebesar 7,54 x 10-4 / 0 C dan secara teori sebesar / 0 C. 4.2 Saran Pada penelitian ini penulis menyarankan agar ada penelitian tindak lanjut mengenai pengukuran koefisien muai zat cair dengan jenis zat cair yang berbeda, yakni selain air dan etanol. Penelitian hendaknya dilakukan lebih dari tiga kali pengambilan data. Hal ini dikarenakan dengan jumlah data yang lebih banyak akan dihasilkan ketelitian yang lebih tinggi lagi. 24

32 DAFTAR PUSTAKA Giancoli Fisika Jilid I. Penerbit Erlangga : Jakarta Halliday, David Fisika jilid I. Jakarta : Erlangga Marcelo Alonso, Edward J Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga. Sears, Zemansky Universitas Physics I. California : Addison Wesley Publishing Company, Inc. Sutrisno Penelitian Eksperimental. ITB. Bandung. Tipler, Paul A Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga Yudyanto Pengukuran Koefisien Muai Ruang Zat Cair Dengan Metode Kolom Berimbang. Malang 25

33 DAFTAR PUSTAKA Giancoli Fisika Jilid I. Penerbit Erlangga : Jakarta Halliday, David Fisika jilid I. Jakarta : Erlangga Marcelo Alonso, Edward J Dasar-Dasar Fisika Universitas.Jakarta : Erlangga. Sears, Zemansky Universitas Physics I. California : Addison Wesley Publishing Company, Inc. Sutrisno Penelitian Eksperimental. ITB. Bandung. Tipler, Paul A Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga Yudyanto Pengukuran Koefisien Muai Ruang Zat Cair Dengan Metode Kolom Berimbang. Malang

34 LAMPIRAN Gambar 1. Alat-alat pengukuran koefisien muai volum zat cair Gambar 2. Set kolom berimbang lengkap

35

36

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda?

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda? SUHU DAN PERUBAHAN A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda? Kalian tentunya pernah mandi menggunakan air hangat, bukan? Untuk mendapatkan air hangat tersebut kita mencampur air dingin dengan air panas.

Lebih terperinci

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. 1. C. PRINSIP TEORI Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian

Lebih terperinci

BUKU SISWA (BS-01) SUHU DAN PEMUAIAN Pengertian Suhu. Pemuaian

BUKU SISWA (BS-01) SUHU DAN PEMUAIAN Pengertian Suhu. Pemuaian BUKU SISWA (BS-01) SUHU DAN PEMUAIAN Pengertian Suhu Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau benda. Oven yang panas dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 6. SUHU & PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 6

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 6. SUHU & PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 6 SMP kelas 7 - FISIKA BAB 6. SUHU & PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 6 1. Sebuah kamar bersuhu 30 Suhu kamar tersebut jika dinyatakan dalam skala derajat Fahrenheit adalah... 54F 86F 99,5F 303F http://latex.codecogs.com/gif.latex?^{0}f=\leftspace;(space;\frac{9}{5}.30space;\rightspace;)+32=54+32=86^{0}f

Lebih terperinci

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan.

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian Zat Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian zat padat, zat cair, dan gas menunjukkan karakteristik yang

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

TEMPERATUR MAKALAH FISIKA DASAR 2

TEMPERATUR MAKALAH FISIKA DASAR 2 TEMPERATUR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH FISIKA DASAR 2 Tugas Matakuliah Fisika Dasar 2 pada Program Strata1 ( S1) KUAT 20148300571 MUHAMMAD HENDRA 20148300572 Jurusan Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

ΔL = ΔT. α. L 1. ΔA = ΔT. β. A 1 PEMUAIAN

ΔL = ΔT. α. L 1. ΔA = ΔT. β. A 1 PEMUAIAN PEMUAIAN Pengertian Pemuaian Pada pembicaraan tentang suhu pernah dibicarakan bahwa suhu mempengaruhi gerak partikel suatu benda. Benda yang bersuhu tinggi gerak partikelnya lebih cepat dari pada benda

Lebih terperinci

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. BAB 5 PEMUAIAN Kompetensi Dasar: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. minyak air Standar Kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahannya. Peta Konsep: Pemuaian

Lebih terperinci

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN - - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian Tujuh2wujud Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

KOEFISIEN MUAI PANJANG

KOEFISIEN MUAI PANJANG KOEFISIEN MUAI PANJANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat banyak sekali hal-hal yang terjadi berkaitan dengan pemuaian dan pengerutan suatu benda. Misalnya

Lebih terperinci

1. Suhu dan Termometer. Suhu ukuran/derajat panas dinginnya suatu benda atau energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul2 suatu benda.

1. Suhu dan Termometer. Suhu ukuran/derajat panas dinginnya suatu benda atau energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul2 suatu benda. 1. Suhu dan Termometer Suhu ukuran/derajat panas dinginnya suatu benda atau energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul2 suatu benda. besaran pokok satuan SI Kelvin (K) skala Kelvin tidak dikalibrasi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG Dosen : Lia Angraini, S.Si., M.Pd. Disusun oleh : Wahyu Saputra (321300017) Kelas : B Sore FAKULTAS MIPA & TEKNOLOGI INSTITUT KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

TEMPERATUR. Air dingin. Air hangat. Fisdas1_Temperatur, Sabar Nurohman, M.Pd

TEMPERATUR. Air dingin. Air hangat. Fisdas1_Temperatur, Sabar Nurohman, M.Pd TEMPERATUR A. TEMPERATUR; Sebuah Kuantitas Makroskopis Secara kualitatif, temperatur dari sebuah objek (benda) dapat diketahui dengan merasakan sensasii panas atau dinginnya benda tersebut pada saat disentuh.

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

Temperatur merupakan suatu besaran fisika yang menyatakan tinggi rendahnya taraf atau suhu suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur

Temperatur merupakan suatu besaran fisika yang menyatakan tinggi rendahnya taraf atau suhu suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur TEMPERATUR Temperatur merupakan suatu besaran fisika yang menyatakan tinggi rendahnya taraf atau suhu suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu benda disetebut termometer. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 9 SUHU DAN PEMUAIAN

BAB 9 SUHU DAN PEMUAIAN A. Suhu sebagai Tingkat Panas BAB SUHU DAN PEMUAIAN Suhu merupakan sesuatu untuk menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda. Suhu rendah berarti dingin atau sejuk. Suhu tinggi berati panas. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2. Modul Fisika- Suhu dan Kalor 29

Kegiatan Belajar 2. Modul Fisika- Suhu dan Kalor 29 Kegiatan Belajar 2 1. Kegiatan Belajar a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran setelah mempelajari kegiatan belajar ini, diharapkan siswa dapat: Mendeskripkan fenomena yang berkaitan dengan pemuaian zat Menyebutkan

Lebih terperinci

TEGANGAN PERMUKAAN MATERI POKOK

TEGANGAN PERMUKAAN MATERI POKOK MATERI POKOK 1. Pengertian tegangan permukaan 2. Penyebab tegangan permukaan 3. Metode pengukuran tegangan permukaan 4. Menghitung tegangan permukaan 5. Tegangan di dalam sebuah gelembung 6. Tekanan di

Lebih terperinci

Temperatur merupakan suatu besaran fisika yang menyatakan tinggi rendahnya taraf atau suhu suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur

Temperatur merupakan suatu besaran fisika yang menyatakan tinggi rendahnya taraf atau suhu suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur TEMPERATUR Temperatur merupakan suatu besaran fisika yang menyatakan tinggi rendahnya taraf atau suhu suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu benda disetebut termometer. Pada dasarnya

Lebih terperinci

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744 A. Suhu dan Pemuaian B. Kalor dan Perubahan Wujud C. Perpindahan Kalor A. Suhu Kata suhu sering diartikan sebagai suatu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Seperti besaran

Lebih terperinci

Antiremed Fisika. Persiapan UAS 1 Fisika Kelas Berapakah volume batu yang ditunjukan pada gambar di bawah ini?

Antiremed Fisika. Persiapan UAS 1 Fisika Kelas Berapakah volume batu yang ditunjukan pada gambar di bawah ini? Antiremed Fisika Persiapan UAS 1 Fisika Kelas 7 Doc. Name: AR07FIS01UAS Version: 2015-04 halaman 1 01. Berapakah volume batu yang ditunjukan pada gambar di bawah ini? (A) 20 ml (B) 40 ml (C) 40 ml (D)

Lebih terperinci

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN MATERI POKOK 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memformulasikan konsep kalor jenis dan kapasitas kalor. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila

Lebih terperinci

WUJUD ZAT LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK. Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress.

WUJUD ZAT LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK. Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK WUJUD ZAT Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress.com Kalau aku apa?, samakah dengan gambar Kelompok :. 1...

Lebih terperinci

MASSA JENIS MATERI POKOK

MASSA JENIS MATERI POKOK MATERI POKOK 1. Pengertian massa jenis 2. Persamaan konsep massa jenis 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi massa jenis fluida 4. Contoh hasil pengukuran massa jenis beberapa zat TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mendefinisikan

Lebih terperinci

RBL Hidrostatik. I. Tujuan Mempelajari gejala hidrostatik dalam hal ini sifat fluida yang meyebarkan tekanan ke segala arah.

RBL Hidrostatik. I. Tujuan Mempelajari gejala hidrostatik dalam hal ini sifat fluida yang meyebarkan tekanan ke segala arah. I. Tujuan Mempelajari gejala hidrostatik dalam hal ini sifat fluida yang meyebarkan tekanan ke segala arah. II. Alat dan Bahan 1. Satu set tabung pengukur tekanan hidrostatik 2. Air 3. Alat ukur (mistar,

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR. = skala fahrenheit. 1 skala Celcius = skala Reamur. = skala Reamur

SUHU DAN KALOR. = skala fahrenheit. 1 skala Celcius = skala Reamur. = skala Reamur SUHU DAN KALOR 1. Definisi Suhu Suhu merupakan derajat/tingkatan panas atau dinginnya suatu benda. Suhu termasuk besaran skalar denagn satuan pokoknya kelvin (K). Alat utnuk mengukur suhu adalah termometer.termometer

Lebih terperinci

BAB SUHU DAN KALOR. Dengan demikian, suhu pelat baja harus ( ,3 0 C) = 57,3 0 C.

BAB SUHU DAN KALOR. Dengan demikian, suhu pelat baja harus ( ,3 0 C) = 57,3 0 C. 1 BAB SUHU DAN KALOR Contoh 7.1 Alkohol etil mendidih pada 78,5 0 C dan membeku pada -117 0 C pada tekanan 1 atm. Nyatakan kedua suhu ini dalam (a) Kelvin, (b) Fahrenheit. a. Sesuai dengan persamaan (7.1)

Lebih terperinci

1. Suhu. - pengertian suhu - pengukuran suhu - skala suhu - pemuaian

1. Suhu. - pengertian suhu - pengukuran suhu - skala suhu - pemuaian 1. Suhu - pengertian suhu - pengukuran suhu - skala suhu - pemuaian 1 Pengertian Suhu Pengertian awam: temperatur merupakan sensasi indra kita terhadap panas-dinginnya (hotness and coldness) suatu benda.

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto MENU HARI INI TEMPERATUR KALOR DAN ENERGI DALAM PERUBAHAN FASE Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 PENGERTIAN KALOR Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL Bagian I

FISIKA TERMAL Bagian I FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.

Lebih terperinci

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menyadari mengapa es

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2011 SOAL TES EKSPERIMEN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2010 Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

Termometri dan Kalorimetri

Termometri dan Kalorimetri Termometri dan Kalorimetri 1 Termometri adalah cara penentuan temperatur/suhu Kalorimetri/Kalorimeter cara penentuan jumlah panas Hygrometri/Hygrometer cara penentuan kelembaban udara Suhu adalah ukuran

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONVERSI SUHU. (Darminto dan Julianty dalam Zeno, 2014). duduk perkaranya dan sebagainya).

BAB II ANALISIS KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONVERSI SUHU. (Darminto dan Julianty dalam Zeno, 2014). duduk perkaranya dan sebagainya). BAB II ANALISIS KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONVERSI SUHU A. Analisis Kesalahan Siswa 1. Pengertian Analisis Kesalahan Siswa Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

Lebih terperinci

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S, M.Kom

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S, M.Kom Fisika Panas 2 SKS Adhi Harmoko S, M.Kom Apa yang dapat diterangkan dari fenomena ini? Mengapa? Ban atau balon dapat meletus bila panas? Mengapa? Gelas menjadi panas setelah dituangi kopi panas? Pertanyaan?

Lebih terperinci

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Pengertian Sifat Termal Zat. Sifat termal zat ialah bahwa setiap zat yang menerima ataupun melepaskan kalor, maka zat tersebut akan mengalami : - Perubahan suhu / temperatur

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal ,00078 cm. 65,0078 cm. 65,078 cm. 65,78 cm

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal ,00078 cm. 65,0078 cm. 65,078 cm. 65,78 cm SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal 8.2 1. Koefisien muai panjang besi sebesar 0,000012/ Pada saat suhu besi 25C, panjangnya 65 cm. Kemudian besi dipanaskan sampai 125C, panjang akhir

Lebih terperinci

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet

Lebih terperinci

Fisika Dasar 13:11:24

Fisika Dasar 13:11:24 13:11:24 Coba anda gosok-gosok tangan anda, apa yang anda rasakan? 13:11:24 Apakah tangan anda menghangat? Kenapa bisa terjadi seperti itu? Mempelajari pengaruhdarikerja, aliranpanas, dan energi di dalam

Lebih terperinci

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. Alat dan Bahan 1. Kalorimeter 2. Termometer 3. Gelas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

KAPILARITAS MATERI POKOK

KAPILARITAS MATERI POKOK MATERI POKOK 1. Pengertian Kapilaritas 2. Penentuan Kenaikan atau Penurunan Kapilaritas 3. Peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari 4. Keuntungan kapilaritas dalam Kehidupan Sehari-hari 5. Kerugian

Lebih terperinci

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1 A. Latar Belakang dan Tujuan Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap gejala alam. Inti dari pengamatan adalah pengukuran. Dengan demikian, fisika adalah ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas Fisika Panas dan Gelombang IT012211 / 2 SKS Sistem Komputer Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengertian Panas Temperatur dan Termometer, Jumlah Panas

Lebih terperinci

BAB SUHU DAN KALOR. 7.1 Suhu dan Termometer

BAB SUHU DAN KALOR. 7.1 Suhu dan Termometer 1 BAB SUHU DAN KALOR 7.1 Suhu dan Termometer Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. Pada hakikatnya suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I SUHU Pembelajaran ini bertujuan agar Anda dapat :

BAB I SUHU Pembelajaran ini bertujuan agar Anda dapat : BAB I SUHU 1 Pembelajaran ini bertujuan agar Anda dapat : Mengemukakan alasan mengapa indra peraba tidak dapat digunakan sebagai alat pengukur suhu Membuat termometer sederhana berskala berdasarkan sifat

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT 1. USAHA Sebuah benda bermassa 50 kg terletak pada bidang miring dengan sudut kemiringan 30 terhadap bidang horizontal. Jika

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Zat Padat dan Fluida Pertanyaan Apa itu fluida? 1. Cairan 2. Gas 3. Sesuatu yang

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Suhu dan Pemuaian - Soal Doc. Name: RK13AR11FIS0501 Version: 2016-11 halaman 1 01. Dua ratus Kelvin ekivalen dengan suhu sebesar (A) -73 C (B) 73 C (C) -32 C (D) 373

Lebih terperinci

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi.

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi. HUKUM JOULE PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK (L1) ZAHROTUN NISA 1413100014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA ABSTRAK Telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan kalor lebur es.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan kalor lebur es. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari yang ada dari diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK TUNTAS 5 Siswa 5 40 TIDAK TUNTAS 6 Siswa 6 40 TIDAK

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 7 Fisika

Antiremed Kelas 7 Fisika Antiremed Kelas 7 Fisika Zat dan Wujudnya - Latihan Ulangan Doc. Name: AR07FIS0399 Version: 2011-07 halaman 1 01. Contoh dari zat padat adalah... (A) garam, emas dan tembaga (B) uap air, elpiji dan udara

Lebih terperinci

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

12/3/2013 FISIKA THERMAL I FISIKA THERMAL I 1 Temperature Our senses, however, are unreliable and often mislead us Jika keduanya sama-sama diambil dari freezer, apakah suhu keduanya sama? Mengapa metal ice tray terasa lebih dingin?

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran SILABUS MATAKULIAH Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September 2014 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : A11.54102/ Fisika I 2. Program Studi : Teknik Informatika-S1 3. Fakultas : Ilmu Komputer 4. Bobot sks :

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 KODE: L - 4 JUDUL PERCOBAAN : ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN DI SUSUN OLEH: TIFFANY RAHMA NOVESTIANA 24040110110024 LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

Fluida Dan Kalor. ρ = massa jenis zat cair h = tinggi zat cair dari permukaan g = percepatan gravitasi P t = tekanan total P o = tekanan udara luar

Fluida Dan Kalor. ρ = massa jenis zat cair h = tinggi zat cair dari permukaan g = percepatan gravitasi P t = tekanan total P o = tekanan udara luar Fluida Dan Kalor Fluida Statis Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis. TEKANAN HIDROSTATIS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS DENGAN METODE PEGAS DINAMIK

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS DENGAN METODE PEGAS DINAMIK LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS DENGAN METODE PEGAS DINAMIK Nama : Ayu Zuraida NIM : 1308305030 Dosen Asisten Dosen : Drs. Ida Bagus Alit Paramarta,M.Si. : 1. Gusti Ayu Putu

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas 10 Fisika UAS - Latihan Soal Doc. Name: K13AR10FIS02UAS Doc. Version: 2016-05 halaman 1 01. Perhatikan gambar. Panjang kawat bawah dua kali panjang kawat atas, dan keduanya terbuat dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR KECEPATAN REAKSI Disusun Oleh : 1. Achmad Zaimul Khaqqi (132500030) 2. Dinda Kharisma Asmara (132500014) 3. Icha Restu Maulidiah (132500033) 4. Jauharatul Lailiyah (132500053)

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN PENGUKURAN SUHU Untuk mempelajari KONSEP SUHU dan hukum ke-nol termodinamika, Kita perlu mendefinisikan pengertian sistem,

Lebih terperinci

BBM 6 SUHU DAN KALOR PENDAHULUAN

BBM 6 SUHU DAN KALOR PENDAHULUAN BBM 6 SUHU DAN KALOR PENDAHULUAN Bahan Belajar Mandiri (BBM) ini merupakan BBM keenam dari mata kuliah Konsep Dasar Fisika untuk SD yang membahas mengenai suhu dan kalor. Dalam keseharian, kita sering

Lebih terperinci

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VII (TUJUH) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) BESARAN DAN PENGUKURAN Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu

Lebih terperinci

PEMBINAAN OLIMPIADE FISIKA SMP PROPINSI JAWA BARAT

PEMBINAAN OLIMPIADE FISIKA SMP PROPINSI JAWA BARAT PEMBINAAN OLIMPIADE FISIKA SMP PROPINSI JAWA BARAT LEMBAR SOAL LATIHAN DINAMIKA DAN PANAS Waktu : 60 menit Oleh : Drs. Sutrisno, M.Pd JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2) 1 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu; Mengamati dan memahami proses perubahan energi listrik menjadi kalor. Menghitung faktor konversi energi listrik menjadi kalor. 1.2 Dasar

Lebih terperinci

Embun merupakan zat cair yang terbentuk karena proses pengembunan. yaitu perubahan zat gas menjadi zat cair. Wujud zat dibedakan atas zat padat,

Embun merupakan zat cair yang terbentuk karena proses pengembunan. yaitu perubahan zat gas menjadi zat cair. Wujud zat dibedakan atas zat padat, III Wujud Zat dan Perubahannya Embun merupakan zat cair yang terbentuk karena proses pengembunan yaitu perubahan zat gas menjadi zat cair. Wujud zat dibedakan atas zat padat, cair, dan gas. Bagaimana sifat-sifat

Lebih terperinci

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1 By The Nest We do you Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1. Sebuah benda diukur menggunakan termometer Celcius menunjukan 20 o C jika diukur menggunakan termometer Fahrenheit menunjukan.

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013 Mata Kuliah : Fisika Dasar/Fisika Pertanian Kode / SKS : PAE 112 / 3 (2 Teori + 1 Praktikum) Status : Wajib Mata Kuliah

Lebih terperinci

7. Temperatur Teori Atom Zat. Tidak dapat dibagi

7. Temperatur Teori Atom Zat. Tidak dapat dibagi 7. Temperatur 1. Teori Atom Zat Atom Tidak dapat dibagi Hukum perbandingan yang tetap: ketika dua atau lebih unsur bergabung untuk membentuk senyawa, seyawa tersebut akan terbentuk dengan perbandingan

Lebih terperinci

BIOFISIKA 2 BIOENERGETIKA

BIOFISIKA 2 BIOENERGETIKA BIOFISIKA 2 BIOENERGETIKA 1. KONSEP ENERGI Energi sering menjadi pokok bahasan setiap hari, namun tak banyak orang yang memahami konsep dasar energi. Energi dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu :

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Menyelidiki peristiwa konveksi di dalam zat cair. II. ALAT DAN BAHAN Pembakar Spritus Statif 4 buah Korek api Tabung konveksi Serbuk teh Air

Lebih terperinci

BAB 5 PEMUAIAN. Peta Konsep. Zat dan Wujudnya. Menunjukkan Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair. Pemuaian pada Zat Padat, Zat Cair, dan Zat Gas

BAB 5 PEMUAIAN. Peta Konsep. Zat dan Wujudnya. Menunjukkan Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair. Pemuaian pada Zat Padat, Zat Cair, dan Zat Gas BAB 5 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan dapat: 1. mendeskripsikan pengertian pemuaian dan jenis-jenisnya; 2. melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian; 3. mengetahui

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MODUL 3 KALORIMETER

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MODUL 3 KALORIMETER LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MODUL 3 KALORIMETER Tanggal Praktikum : 6 Desember 2014 NAMA : Ikhsan Purnomo NIM : 123.12.013 PRODI : TMM 12 INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG 1. Judul Praktikum Kalorimeter

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR KALOR JENIS

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR KALOR JENIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR KALOR JENIS 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya.

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 8. Berdasarkan gambar di atas skala termometer Fahrenheit akan menunjukkan angka...

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 8. Berdasarkan gambar di atas skala termometer Fahrenheit akan menunjukkan angka... 1. Perhatikan skala termometer berikut ini! http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/fis9-8.1.png SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 8 Berdasarkan gambar di atas skala

Lebih terperinci

DESKRIPSI. kesetimbangan termal, cara. cara kalibrasi thermometer, proses 5 M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan. mengasosiasi.

DESKRIPSI. kesetimbangan termal, cara. cara kalibrasi thermometer, proses 5 M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan. mengasosiasi. DESKRIPSI Dalam modul ini akan dibahas materi suhu dan kalor yang terdiri dari pengertian suhu, pengertian kesetimbangan termal, cara penentuan kuantitatif skala suhu, cara kalibrasi thermometer, hubungan

Lebih terperinci

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah Fluida adalah zat aliar, atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir. Ilmu yang mempelajari tentang fluida adalah mekanika fluida. Fluida ada 2 macam : cairan dan gas. Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN PADA ZAT CAIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN PADA ZAT CAIR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN PADA ZAT CAIR Eko Yulianto, Zakiyatun Nafisah, Endra Rahmawati Progam Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains Al-Qur an Jawa Tengah di Wonosobo zaky@gmail.com

Lebih terperinci

TES DIAGNOSTIK I POKOK BAHASAN TEKANAN ( Tekanan Pada Zat Padat, Tekanan Dalam Zat Cair, Hukum Pascal) Waktu : 90 menit

TES DIAGNOSTIK I POKOK BAHASAN TEKANAN ( Tekanan Pada Zat Padat, Tekanan Dalam Zat Cair, Hukum Pascal) Waktu : 90 menit 180 TES DIAGNOSTIK I POKOK BAHASAN TEKANAN ( Tekanan Pada Zat Padat, Tekanan Dalam Zat Cair, Hukum Pascal) Waktu : 90 menit Petunjuk : Kerjakanlah soal-soal berikut dengan sebaik-baiknya! 1. Suatu benda

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K3 Revisi Antiremed Kelas Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK3ARFIS0PAS Version: 206- halaman 0. Perhatikan gambar! 5kg F Berapakah besar gaya F agar papan tersebut setimbang?

Lebih terperinci

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan. Sekolah : SMP... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : IPA Fisika Silabus Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan 1.1 Mendeskripsikan

Lebih terperinci

HIDROSTATIS. 05. EBTANAS Sebongkah es terapung di laut terlihat seperti gambar

HIDROSTATIS. 05. EBTANAS Sebongkah es terapung di laut terlihat seperti gambar HIDROSTATIS 05. EBTANAS-02-09 Sebongkah es terapung di laut terlihat seperti gambar Gunung es 01. EBTANAS-93-05 Di dalam tabung gelas terdapat minyak setinggi 20 cm. Dengan mengabaikan tekanan udara luar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Misalnya, pada saat memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama

Lebih terperinci

Wardaya College. Latihan Soal Olimpiade SAINS SD. Spring Camp Persiapan OSN Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Latihan Soal Olimpiade SAINS SD. Spring Camp Persiapan OSN Departemen Fisika - Wardaya College Latihan Soal Olimpiade SAINS SD Spring Camp Persiapan OSN 2018-1. Hukum Kircho I menyatakan bahwa: Arus total yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan arus total

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 Issue/Revisi : A0 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015 Untuk Tahun Akademik : 2015/2016 Masa Berlaku : 4 (empat) tahun Jml Halaman : 13 halaman Mata Kuliah : Praktikum Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tanpa kita sadari di sekitar kita ternyata banyak sekali benda yang menerapkan prinsip gerak harmonik sederhana. Sebagai contoh adalah pegas yang digunakan pada tempat

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : Ilmu Dasar Sains : TSP-101 GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) SKS : 4 Deskripsi Singkat : Umum : Daftar Pustaka : Mata kuliah ini membahas mengenai fisika,kimia dan hubungannya

Lebih terperinci

SPMB/Fisika/UMPTN Tahun 1992

SPMB/Fisika/UMPTN Tahun 1992 1. Akibat rotasi bumi, keadaan Ida yang bermassa a dan ada di Bandung, dan David yang bermassa a dan ada di London, akan sama dalam hal... A. laju linearnya B. kecepatan linearnya C. gaya gravitasi buminya

Lebih terperinci

ANGKET MINAT SISWA PADA PELAJARAN FISIKA

ANGKET MINAT SISWA PADA PELAJARAN FISIKA 67 Lampiran Ia ANGKET MINAT SISWA PADA PELAJARAN FISIKA Berikan tanda centang ( ) pada kolom yang anda pilih. No. PERNYATAAN PILIHAN SS S TS STS 1 Saya tertarik pada pelajaran Fisika 2 3 4 5 6 7 Saya antusias/semangat

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 15) Temperatur Skala Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor dan Energi Internal Kalor Jenis Transfer Kalor Termodinamika Temperatur? Sifat Termometrik?

Lebih terperinci

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah.

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Kalor dan Suhu Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Sebuah gunung es mempunyai kalor yang lebih

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : FISIKA DASAR NOMOR KODE / SKS : FIS 101 / 3(2-3) DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah Fisika Dasar ini diberikan di TPB untuk membekali seluruh mahasiswa

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN SEMESTER

LATIHAN ULANGAN SEMESTER LATIHAN ULANGAN SEMESTER A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Besaran pokok beserta Satuan Internasional yang benar adalah. a. massa ons b. panjang

Lebih terperinci