HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis Lokasi penelitian ini yaitu PKBM Citra Pakuan terletak di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Sebagai salah satu kecamatan yang berada di bawah wilayah administratif Kota Bogor dan dikelilingi oleh lima kecamatan di Kota Bogor, Kecamatan Bogor Tengah merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi Kota Bogor. Sebagai Pusat Kota, Kecamatan Bogor Tengah mempunyai curah hujan rata-rata mm/tahun. Begitu tingginya curah hujan tersebut sehingga sering disebut sebagai daerah pengirim banjir ke Jakarta melalui dua sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane. Luas wilayah Kecamatan Bogor Tengah adalah 813 Ha, yang meliputi 11 kelurahan, 100 RW, dan 446 RT, dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa, terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak KK. Kecamatan Bogor Tengah di Utara berbatasan dengan Kelurahan Kedung Jaya dan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, di Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bondongan dan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, di Timur berbatasan dengan Jalan Tol Jagorawi, Kelurahan Baranangsiang dan Sukasari, Kecamatan Bogor Timur, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Cisadane dan Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat. Keadaan Penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin. Berdasarkan catatan akhir di Kantor Kecamatan Bogor Tengah sampai tahun 2007, penduduk Kecamatan Bogor Tengah terbanyak di Kelurahan Tegallega berjumlah jiwa, Kelurahan Kebon Kelapa berjumlah jiwa, Kelurahan Babakan Pasar berjumlah jiwa, dan yang terendah adalah Kelurahan Pabaton berjumlah jiwa. Penduduk lebih banyak bermukim di kawasan kota yang sangat padat, dan sebagian pada kawasan perumahan lama. Pada komplek perumahan baru, sebagian besar dihuni oleh para pendatang. ( Tabel 5 )

2 41 Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007 No. Umur Jenis Kelamin Jumlah % Laki-laki Perempuan ,004 3,917 7, ,900 4,149 8, ,130 4,034 8, ,175 4,417 8, ,935 3,969 7, ,495 3,388 6, ,463 3,418 6, ,393 3,519 6, ,191 3,177 6, ,019 3,099 6, ,807 2,695 5, ,694 2,762 5, ,323 2,145 4, keatas 1,352 1,419 2, Jumlah 46,474 46,331 92, Sumber: Data Statistik Kantor Kecamatan Bogor Tengah Tahun 2007 Data Tabel 5 di atas dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan, yaitu; (1) usia belum produktif, yaitu antara 0 sampai 14 tahun sebanyak orang; (2) usia produktif, yaitu antara 15 sampai 59 tahun sebanyak orang; dan (3) usia tidak produktif, yaitu antara 60 tahun ke atas sebanyak orang. Jumlah usia produktif sebanyak orang menunjukan bahwa sumber daya manusia yang tersedia berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut dalam mendukung pembangunan, khususnya di Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Bogor Tengah terdiri atas orang tidak tamat SD, orang Tamat SD, orang Tamat SLTP, orang Tamat SLTA, orang Tamat D1 dan D2, orang S-1, orang S-2, dan 523 0rang S-3. (Tabel 6).

3 42 Tabel 6. Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 Tingkat Pendidikan Jumlah % Tidak tamat SD 3, Tamat SD 15, Tamat SLTP 18, SLTA 20, Akademi/D-1/D-2 8, S-1 5, S-2 1, S Jumlah 73, Sumber: Data Statistik Kantor Kecamatan Bogor Tengah, Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 6 di atas, mayoritas tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Bogor Tengah adalah SLTA, dengan jumlah orang atau sekitar 28,1% dari jumlah total orang. Hal ini menunjukan bahwa program wajib belajar 9 tahun yang dianjurkan oleh pemerintah sudah tercapai dengan baik, walaupun masih ada 24,2% dari masyarakat Kecamatan Bogor Tengah belum tuntas wajib belajar 9 tahun. (Tabel 7). Tabel 7. Angka Partisipasi Masyarakat terhadap Pendidikan Tahun 2007 Uraian Kondisi 2005 Target 2007 Jumlah melanjutkan sekolah: a. SD/MI/PA b. SLTP/MTS/PB c. SLTA/MA Angka putus sekolah: a. SD/MI b. SLTP/MTS c. SLTA/MA Angka partisipasi sekolah murni: d. SD/MI/PA e. SLTP/MTS/PB f. SLTA/MA Sumber: Renstra Kota Bogor dan Data BPS, 2005 Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa angka partisipasi sekolah pada tingkat Sekolah Dasar cukup tinggi, akan tetapi terus menurun sejalan dengan meningkatnya tingkat pendidikan. Angka putus sekolah kondisi di kecamatan ini juga masih cukup tinggi pada tahun 2005, yaitu dari SD sampai

4 43 SLTA sebesar 650 orang. Angka putus sekolah yang paling tinggi adalah pada tingkat SLTP/MTS yang mencakup 49 persen dari total angka putus sekolah. Kemungkinan terbesar dari tingginya angka putus sekolah ini disebabkan oleh faktor ekonomi pada kelompok masyarakat yang kurang mampu dan berpendidikan rendah. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kegiatan Ekonomi Mayoritas penduduk Kecamatan Bogor Tengah berdasarkan aktivitas ekonomi adalah sebagai pedagang pemilik toko sebesar 421 orang atau 42%, pedagang sembako sebesar 160 atau 16%, dan rumah makan sebesar 110 atau 11%. Sisanya adalah penduduk yang beraktivitas sebagai wiraswasta. Penduduk yang beraktifitas sebagai petani tidak tertera dalam daftar laporan di Kecamatan Bogor Tengah, karena Kecamatan Bogor Tengah termasuk ke dalam wilayah kota, sehingga lahan pertaniannya sempit. Lahan pertanian banyak berubah menjadi pemukiman, salah satunya perumahan dan pertokoaan/pusat perbelanjaan. (Tabel 8). Tabel 8. Keadaan Penduduk Kecamatan Bogor Tengah menurut Aktivitas ekonomi Aktivitas ekonomi Jumlah jiwa % Toko Bank 39 4 Wartel 31 3 Apotik 27 3 Sembako Fotocopy 29 3 Penjahit 23 2 Mebel 19 2 Salon 20 2 Pangkas rambut 10 1 Praktek dokter 7 1 PT 41 4 Hotel 20 2 CV 21 2 Jasa Hukum 15 1 Komputer 11 1 Jumlah

5 44 Sumber: Data Statistik Kantor Kecamatan Bogor Tengah Tahun 2007 Penduduk yang beraktifitas sebagai petani tidak tertera dalam daftar laporan di Kecamatan Bogor Tengah, karena Kecamatan Bogor Tengah termasuk ke dalam wilayah kota, sehingga lahan pertaniannya sempit. Lahan pertanian banyak berubah menjadi pemukiman, salah satunya perumahan dan pertokoaan/pusat perbelanjaan. Gambaran Umum PKBM Citra Pakuan Sejarah Pendirian PKBM Citra Pakuan Berdirinya PKBM Citra Pakuan dilatarbelakangi karena adanya keprihatinan salah seorang warga masyarakat (penyelenggara PKBM Citra Pakuan). Keprihatinan ini timbul karena melihat: (1) tingginya angka anak putus sekolah SD dan SLTP, (2) tingginya angka pengangguran, (3) tingginya angka kemiskinan di lingkungan tersebut. Di samping itu latar belakang pendidikan Pengelola adalah guru MI (Madrasah Ibtidaiyyah), di mana pada saat itu masyarakat lebih dominan memilih SD daripada MI. Bagi masyarakat yang berekonomi rendah, untuk masuk MI saja dirasakan sangat berat, padahal biaya untuk masuk MI jauh lebih murah daripada masuk SD. Pada tahun 1998 Pengelola masuk dan ditawari untuk mengikuti pelatihan tutor buta aksara. Setelah mengikuti pelatihan itu Pengelola menerapkan kepada masyarakat terutama ibu-ibu di lingkungan sekitarnya. Pada tahun 1999, penyelenggaraan Paket A, Paket B, dan Paket C dirintis dengan mengelola paket-paket tersebut bekerjasama dengan Penilik Dinas Pendidikan Luar Sekolah yang diperuntukan kepada anak jalanan yang berlokasi di daerah Ramayana dan Pasar Bogor. Tahun 2001 anak-anak yang mengikuti Paket A dan Paket B diuji kemampuannya dan hasil uji kemampuan itu ternyata sangat memuaskan. Pada saat itu Pengelola, masih mengelola PKBM di Pulau Geulis Babakan Pasar, termotivasi untuk mendirikan Paket yang serupa. Pengelola kemudian mendirikan PKBM Citra Pakuan yang berjalan sampai saat ini. Tujuan utama pendirian PKBM ini adalah Pengelola tidak menginginkan PLS (pendidikan Luar Sekolah) dipandang sebelah mata. Pengelola berharap bahwa pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh Dinas PLS dapat setara

6 45 dengan pendidikan formal, sehingga masyarakat dapat benar-benar merasakan manfaat dan dapat menerima keberadaan Program PLS seperti PADU, Paket A KF, Paket A setara SD, Paket B setara SLTP, Paket C setara SLTA, KBU, dan lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengelola selaku pihak penyelenggara PKBM Citra Pakuan, target yang ingin dicapai dari penyelenggaraan Paket B ini adalah agar warga belajar yang sudah lulus Paket B dapat melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan berikutnya, baik itu melanjutkan ke Paket C ataupun ke sekolah formal yaitu SLTA sesuai dengan hasil /nilai yang diperolehnya, serta dapat memiliki keterampilan sebagai bekal untuk melajutkan hidupnya yang menghasilkan dan layak di masa yang akan datang, disesuaikan dengan kondisi warga belajar. Keberadaan Paket B dan kegiatan lainnya di PKBM ini, menurut Tutor Paket B mendapat tanggapan yang sangat positif dari masyarakat. Masyarakat merasa terbantu dengan adanya program-program yang diselenggarakan. Meskipun posisi Kelurahan Babakan Pasar ini berada di tengah kota, namun angka pengangguran masih tinggi, tingkat pendidikan penduduknya relatif rendah, dan tingkat kemiskinan juga masih tinggi. Berdasarkan data dari Renstra Kota Bogor dan Data BPS tahun 2005 jumlah penduduk miskin di Kecamatan Bogor Tengah tahun 2005 mencapai orang. Bentuk partisipasi nyata dari masyarakat terhadap Program Paket B dan program yang lainnya yang berada di PKBM, menurut Tutor, adalah diberikannya kebebasan untuk menggunakan gedung yang dimiliki masyarakat untuk proses pembelajaran. Hal itu sangat membantu kelancaran proses belajar mengajar di Paket B.

7 46 Sarana dan Prasarana Tabel 9. Sarana dan Prasarana PKBM Citra Pakuan Jenis Jumlah Keadaan Keterangan Gedung ruang PKBM 3 ruang Baik Pengelola Gedung Ruang Majlis 3 ruang Baik Masyarakat Ruang kantor 1 ruang Baik Gdg PKBM Kamar mandi/wc 2 ruang Baik - Ruang komputer 1 ruang Baik Sewa Komputer 5 unit Baik Dana life skill Mesin jahit 4 unit Baik Dana life skill Kursi plastik 60 buah Sedang Swadaya Meja kursi tutor 2 set Baik Bantuan prop Lemari kantor 1 buah Baik Bantuan prop Lemari mainan 1 buah Baik Bantuan prop Mesin obras 1 buah Baik Bantuan prop Kursi belajar lipat 30 buah Baik Swadaya Meja jongkok 29 buah Baik Swadaya Papan tulis 3 buah Baik Bantuan prop Perlengkapan sablon 2 set Baik Dana program Perlengkapan memasak 1 set Baik Dana program Buku-buku paket B 700 buah Baik Dana program Sarana dan prasarana yang dimiliki PKBM Citra Pakuan cukup baik. Jenis, jumlah, dan kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki PKBM ini dapat dilihat berdasarkan Tabel di atas. Sumber Dana Dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran di Program Kejar Paket B dana diperoleh dari pemerintah secara Block grant dan dana life skill.

8 47 Proses Pembelajaran Warga belajar yang mengikuti proses pembelajaran di Paket B Citra Pakuan adalah warga masyarakat yang memiliki karakteristik sebagai berikut; (1) berusia produktif antara tahun atau lebih, (2) sudah lulus Paket A dan sederajat, (3) anak putus sekolah SLTP (droped out), (4) diutamakan dari masyarakat sekitarnya, namun tidak menutup kemungkinan masyarakat luar lingkungan sekitarnya. Proses pembelajaran di Kejar Paket B sangat bervariasi. Terdapat warga belajar yang masuk siang, biasanya warga belajar yang belum memiliki pekerjaan atau belum bekerja tetap, sehingga tidak ada halangan untuk masuk siang (kelas produktif). Terdapat juga warga belajar yang masuk sore hingga malam hari, yaitu biasanya warga belajar yang sudah bekerja dan mereka tidak dapat belajar di siang hari (kelas karyawan). Peserta Paket B umumnya terdiri atas warga belajar yang sudah memiliki pekerjaan dengan berbagai macam jenis pekerjaan seperti karyawan DLLAJJR, karyawan pabrik, toko, tukang parkir, salon, pedagang asongan, PNS, dan lain-lain. Namun demikian, ada juga sebagian warga belajar yang belum memiliki pekerjaan. Proses pembelajaran berlangsung dua kali dalam seminggu, yaitu pada siang hari dan sore hari, terjadual hari Selasa, Rabu, dan Jumat. Berdasarkan program pembelajaran di Paket B terdapat dua kelompok mata ajaran, yaitu kelompok mata pelajaran dan kelompok kecakapan hidup. Kelompok mata pelajaran meliputi: (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) kelompok mata pelajaran estetika, dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Sedangkan kelompok kecakapan hidup meliputi: (1) kecakapan personal, yang meliputi beriman kepada tuhan YME, berakhlak mulia, berpikir rasional, memahami diri sendiri, percaya diri, bertanggung jawab untuk pembelajaran pribadi, dapat menghargai, dan menilai diri sendiri; (2) kecakapan sosial, yang meliputi kompetensi bekerja sama dalam kelompok, menunjukkan tanggung jawab sosial, mengendalikan emosi, dan berinteraksi dalam masyarakat dan budaya lokal serta

9 48 global; (3) kecakapan intelektual, meliputi menguasai pengetahuan, menggunakan metode dan penelitian ilmiah, bersikap ilmiah, mengembangkan kapasitas sosial dan berpikir strategis untuk belajar sepanjang hayat, serta berkomunikasi secara ilmiah; (4) kecakapan vokasional, meliputi keterampilan bermata pencaharian seperti menjahit, otomotif dan keterampilan menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Tujuan dari penggabungan kedua kompetensi ini adalah agar warga belajar setelah lulus Kejar Paket B dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahliannya, juga tidak menutup kemungkinan warga belajar dapat membuat usaha atau membuka peluang usaha sendiri. Sebagian besar responden setelah lulus Kejar Paket B ini melanjutkan sekolah ke Paket C setara dengan SLTA, ke sekolah formal yaitu SLTA, mendapatkan kesempatan bekerja di pabrik, salon, dan membuka usaha sendiri seperti berjualan bakso atau menjual hasil dari kerajinan tangan. Pembelajaran di Paket B menggunakan pendekatan induktif, partisipatif andragogis, dan berbasis lingkungan. Sedangkan metode pembelajaran menggunakan metode kooperatif, metode interaktif, metode eksperimen, tutorial, diskusi, penugasan, praktek, belajar mandiri, demonstrasi (peragaan), observasi, simulasi, dan studi kasus. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai PKBM Citra Pakuan baik dalam kegiatan perlombaan maupun hasil akhir program kesetaraan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh dalam berbagai macam kegiatan perlombaan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Masyarakat. (Tabel 10). Selain itu, hasil pembelajaran program kesetaraan yang dicapai tergolong dalam kategori baik.

10 49 Tabel 10. Prestasi yang diperoleh dalam kegiatan perlombaan PKBM Citra Pakuan Tahun Jenis Lomba 2004 Lomba keteladanan Dikmas dalam Rangka Hardiknas tahun Lomba keteladanan Dikmas Lomba keteladanan Dikmas Sumber: Data dari PKBM Citra Pakuan Juara 2 Kejar Paket B 1 tutor paket B 1 Kejar Paket B Deskripsi Faktor Internal, Eksternal, dan Keefektivan Pembelajaran Faktor Internal Faktor internal responden yang ditelaah dalam studi ini adalah usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi keluarga, motivasi, pandangan warga belajar terhadap Paket B. Analisis derkriptif terhadap setiap faktor tersebut adalah sebagai berikut: Usia Mayoritas responden merupakan kelompok usia muda dengan usia di bawah 20 tahun sebanyak 53.3 persen. Sementara yang berusia diantara tahun adalah 33.3 pesen, dan responden dewasa berusia lebih dari 30 tahun adalah sebesar 13.4 persen. (Tabel 11). Tabel 11. Jumlah responden menurut golongan usia Umur % < 20 tahun tahun 33.3 > 30 tahun 13.4 Jumlah Keterangan: n = 31 Hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di lapangan menunjukan bahwa sebagian besar responden berasal dari lulusan Paket A, dan ada beberapa dari sekolah formal (SD), ada juga yang pindahan dari SLTP karena

11 50 disebabkan faktor ekonomi, daya fikir, dan kenakalan anak di SLTP serta warga belajar yang mengikuti ujian kesetaraan saja dikarenakan tidak lulus pada ujian nasional di sekolah formal. Keragaman latar belakang responden sebelum masuk Paket B ini mengakibatkan keragaman usia responden. Kejar Paket B di PKBM Citra Pakuan menerima warga belajar dari beragam usia dikarenakan kebutuhan dari masyarakat. Ketetapan yang diberikan oleh Diklusepora tentang aturan penerimaan warga belajar untuk Paket B berkisar antara usia tahun. Warga belajar yang berusia tahun sebanyak 20 orang setiap kelompok belajarnya dibiayai oleh pemerintah dan mereka dalam mengikuti proses belajarnya tidak dipungut biaya lagi, kecuali pada saat kelulusan untuk ijazah, itupun diserahkan kepada pihak penyelenggara untuk menetapkan besaran anggarannya. Jika ada warga belajar yang melebihi usia 33 tahun maka warga belajar menanggung sendiri biaya yang sudah ditetapkan, karena tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Usia adalah faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses belajar. Pengaruh usia dapat langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung dapat dilihat dari perkembangan kemampuan belajar. Umur 25 tahun adalah umur yang optimal untuk belajar. Umur 46 tahun kemampuan belajar mulai menurun dan akan menurun drastis pada umur 60 tahun. Oleh karena itu kadang-kadang usia dijadikan salah satu dijadikan syarat untuk mengikuti pendidikan. Pengaruh tidak langsung dapat melalui sikap, kesehatan, kematangan fisik, dan kematangan mental. Jenis Kelamin Mayoritas responden (64.5%) adalah laki-laki. Jenis kelamin warga pelajar dapat berpengaruh terhadap efektifitas belajar. Hal ini umumnya tergantung pada materi belajar. Ada materi-materi yang dapat diterima dengan baik oleh pelajar wanita maupun pria. Akan tetapi kadang-kadang ada materi yang hanya dapat diberikan atau digunakan oleh pelajar wanita saja atau pria saja. Seorang pendidik harus memperhatikan jenis kelamin pelajar sesuai dengan materi yang diajarkan.

12 51 Pekerjaan Pokok Seluruh responden (31 orang), mayoritas responden belum bekerja yaitu sebesar 61.3 %. Mereka praktis belajar dengan melanjutkan sekolah di Paket C. Responden yang sudah bekerja adalah sebesar 38.7 %. Mereka umumnya bekerja sambil belajar pada malam atau sore hari. Jenis pekerjaan mereka antara lain adalah pegawai DLLAJR, satpam, karyawan, ngamen, pegawai swasta, pelayan toko, sopir, penjaga toko, karyawan restoran, buruh, dan PNS. Status Sosial Ekonomi Keluarga Status sosial ekonomi keluarga peserta Paket B didasarkan atas empat peubah yaitu (a) pendidikan orangtua, (b) pekerjaan orangtua, (c) tempat tinggal, dan (d) penghasilan orangtua. Berdasarkan empat peubah tersebut selanjutnya status sosial ekonomi keluarga dikategorikan menjadi tiga yaitu status rendah, menengah dan tinggi. Mayoritas responden memiliki status sosial ekonomi keluarga dalam kategori rendah (80.6 %), sebanyak 19.4 % yang memiliki status sosial ekonomi keluarga menengah. Hal ini sesuai dengan aturan yang buat oleh Dinas DIKLUSEPORA, bahwa Paket B diperuntukan bagi warga masyarakat yang tidak memiliki kemampuan dalam ekonomi (ekonomi lemah). Pandangan Warga Belajar terhadap Paket B Dilihat dari pandangan responden terhadap Paket B, mayoritas (61.3%) sangat memahami Paket B, dan 35% cukup mengetahui Paket B, dan sisanya 3.2% tidak tahu Paket B (Tabel 12). Tabel 12. Jumlah responden menurut pandangan responden terhadap Paket B Pandangan responden terhadap Paket B % Tidak tahu 3.2 Cukup tahu 35.5 Sangat tahu 61.3 Keterangan: n=31

13 52 Motivasi Dilihat dari segi motivasi, mayoritas responden atau sekitar 77,4% memiliki motivasi yang tinggi, 19,4% memiliki motivasi sedang, dan 3,2% memiliki motivasi yang rendah (Tabel. 13). Tabel 13. Jumlah responden menurut motivasi Motivasi % Rendah 3.2 Sedang 19.4 Tinggi 77.4 Jumlah Keterangan: n=31 Motivasi responden untuk mengikuti Kejar Paket B bersumber dari dalam diri (intrinsik) dan motivasi dari luar diri (ekstrinsik). Motivasi yang bersumber dari dalam diri adalah upaya responden untuk meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan diri untuk meraih peluang melanjutkan sekolah dan peluang kerja. Kebanyakan responden sebelum masuk Kejar Paket B adalah warga belajar yang telah lulus Paket A setara SD, dan ada beberapa yang putus sekolah dari sekolah formal biasanya karena kenakalan, ketidakmampuan dan keterbatasan responden untuk mengikuti pelajaran yang diberikan di sekolah formal, keterbatasan ekonomi orangtua, atau motivasi responden sendiri yang rendah untuk belajar di sekolah formal. Motivasi yang bersumber dari luar diri responden (ekstrinsik) antara lain mayoritas dipengaruhi oleh ajakan teman dan disuruh orangtua. Tidak menutup kemungkinan sebagian kecil ada juga karena inisiatif sendiri. Responden yang berinisiatif sendiri untuk masuk kejar Paket B sangat tinggi motivasinya. Mereka sangat ingin melanjutkan sekolah agar setelah lulus dapat bekerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Namun demikian ada kekhawatiran pada beberapa responden, bahwa setelah menamatkan pendidikan di Paket B mereka dapat diterima di sekolah formal ataupun di perguruan tinggi. Jadi jelas bahwa motivasi responden sangatlah besar untuk tetap melanjutkan

14 53 pendidikan di Paket B hingga lulus dan melanjutkan pendidikan ke Paket C, walaupun tersirat kekhawatiran di antara mereka. FAKTOR EKSTERNAL Fasilitas Mayoritas responden yaitu sebesar 77,4% menyatakan bahwa fasilitas PKBM cukup memadai dan kondisinya cukup baik, sehingga warga belajar dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada dengan cukup leluasa tanpa dipungut biaya dalam pemanfaatannya. (Tabel 14). Tabel 14 Jumlah responden menurut penilaian terhadap sarana dan prasarana Fasilitas % Kurang memadai 9.7 Cukup memadai 77.4 Sangat memadai 12.9 Jumlah Keterangan: n=31 Faktor-faktor fasilitas fisik seperti alat bantu pengajaran, alat peraga, ruang dan fasilitasnya, dan sarana mobilitas, berpengaruh terhadap proses belajar. Rabindranatagore di dalam Soedijanto (1978 ) mengatakan bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja, akan tetapi belajar dengan ruangan yang nyaman dan perlengkapannya yang cukup, hasilnya jelas akan lain dibandingkan dengan belajar tanpa fasilitas. Materi Mayoritas responden menilai materi yang diajarkan oleh Kejar Paket B cukup baik (54,8%), dan sangat baik(35,5%), sisanya (9,7%) responden menilai materi kurang baik. Hal ini berarti bahwa secara umum materi yang diajarkan oleh tutor dinilai sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan warga belajar. Kejar Paket B di Citra Pakuan menerapkan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan PLS, yaitu kurikulum yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok

15 54 pertama adalah kelompok mata pelajaran dan kelompok yang kedua adalah kelompok kecakapan hidup. Perbandingan yang disarankan adalah kelompok mata pelajaran berkisar 60 persen dan kelompok kecakapan hidup berkisar 40 persen. Akan tetapi di Kejar Paket B Citra Pakuan pembagian persentase antara kelompok mata pelajaran berkisar 40 persen dan kecakapan hidup 60 persen. Pembagian persentase yang berbeda dengan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh Dinas PLS ini tidak menyalahi peraturan kurikulum yang sudah ditetapkan, karena kurikulum dapat dibuat lentur disesuaikan dengan kebutuhan warga belajarnya (Tabel 15). Tabel 15. Jumlah responden menurut penilaian terhadap materi pembelajaran Penilaian terhadap materi % Kurang baik 9.7 Cukup baik 54.8 Sangat baik 35.5 Jumlah Keterangan: n=31 Seorang guru dalam proses pembelajaran di tuntut untuk mengadakan pilihan terhadap materi pelajaran yang tersedia atau yang dapat disediakan. Sejumlah pilihan yang tepat, dibutuhkan sebagai kriteria. Berdasarkan kriteria itu dapat dipilih materi pelajaran yang sesuai. Adapun kriteria itu adalah: (1) materi/bahan pelajaran harus relevan dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, (2) materi pelajaran harus memungkinkan menghasilkan perilaku yang diharapkan di tampilkan oleh siswa (perilaku di ranah kognitif, afektif, atau psikomotorik), (3) materi pelajaran harus memungkinkan untuk menguasai tujuan instruksional menurut aspek isi, (4) materi pelajaran harus sesuai dalam taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah bahan itu (keadaan awal siswa yang aktual), (5) materi pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa, (6) materi pelajaran harus membantu untuk melibatkan siswa secara aktif, (7) materi pelajaran harus sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti, (8) materi pelajaran harus sesuai dengan media pengajaran yang tersedia.

16 55 Kualitas pengajar Kualitas pengajar dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi gaya mengajar tutor yang bervariasi, keahlian penggunaan fasilitas dalam pengajaran, dan komunikasi yang terjalin antara tutor dengan warga belajar. Mayoritas responden yakni sebanyak 58% menilai kualitas pengajar cukup baik, sebanyak 35,5% responden menilai sangat baik, dan 6.5% menyatakan kualitas pengajarnya kurang baik. (Tabel 16). Tabel 16. Jumlah responden menurut penilaian terhadap kualitas pengajar Kualitas Pengajar % kurang baik 6.5 Cukup baik 58.1 sangat baik 35.5 Jumlah Keterangan: n=31 Staf pengajar dalam Program Paket B diharapkan dapat memiliki kompetensi profesional, personal dan sosial. Pendidik memiliki kompetensi profesional berupa penguasaan materi pembelajaran, pedagogik, andragogik, dan pengalaman mengajar dalam bidang pendidikan non-formal, memiliki kompetensi personal yang berupa kepribadian yang dapat menjadi teladan, berakhlak mulia, sabar, ikhlas, dan memiliki kompetensi sosial dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif. Sedangkan dari sudut kualifikasi akademik pengajar diharapkan memiliki pendidikan minimal SPG/ SGO/ Diploma II dan yang sederajat untuk Paket A dan Paket B, guru SMP/ MTs untuk Paket B, tenaga lapangan Dikmas untuk latar belakang jurusan pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran; kyai, ustadz di pondok pesantren dan tokoh masyarakat dengan kompetensi yang sesuai dengan pelajaran yang berkaitan; nara sumber teknis (NST) dengan kompetensi atau kualifikasi sesuai dengan mata pelajaran keterampilan yang dimiliki, seperti penyuluh pertanian atau kelompok tani nelayan andalan (KTNA), dan lain-lain.

17 56 Intensitas Pengajaran Dalam pandangan responden, intensitas pengajaran dipandang tergolong dalam kategori cukup (58,1%), kurang (25,8%), dan sangat baik (16,1%). (Tabel 17). Tabel 17. Jumlah responden menurut penilaian terhadap Intensitas Pengajaran Intensitas Pengajaran % Kurang baik 25.8 Cukup baik 58.1 Sangat baik 16.1 Jumlah Keterangan: n=31 Intensitas pengajaran dilihat dari banyaknya kegiatan pengajaran dan jumlah jam dalam setiap pertemuan. Intensitas pengajaran di Kejar Paket B berlangsung seminggu dua kali yaitu pada hari Selasa dan Rabu siang. Bagi warga belajar yang sudah bekerja disediakan hari Sabtu, dan proses pembelajarannya berlangsung pada sore hingga malam hari. Dalam pelaksanaannya jadual belajar sangat lentur dan tidak terikat, disesuaikan dengan waktu yang tersedia dan dimiliki warga belajar, sehingga warga belajar dapat terus mengikuti proses belajar dan tidak ketinggalan pelajaran karena ketidaksesuaian waktu belajar dengan kegiatan lain yang tidak dapat ditinggalkan. Lokasi Pembelajaran Mayoritas responden (87,1%) menyatakan lokasi pembelajaran tidak sulit dijangkau. (Tabel 18) Tabel 18. Jumlah responden menurut jarak ke lokasi belajar Jarak % Sulit dijangkau 3.2 Cukup sulit dijangkau 9.7 Tidak sulit dijangkau 87.1 Jumlah Keterangan: n=31

18 57 Kelompok belajar Paket B memprioritaskan warga belajarnya yang tidak mampu dalam hal ekonomi dan belum menuntaskan pendidikan dasar sembilan tahun. Untuk lokasi pembelajaran indikator penilaiannya berdasarkan jarak tempuh antara rumah warga belajar dengan tempat pembelajaran, ongkos transportasi yang diperlukan, dan alat transportasi yang dipakai. Oleh karena itu, dari sisi lokasi mayoritas peserta menganggap lokasinya mudah dijangkau, akan tetapi ada juga warga belajar yang di luar wilayah Tegallega sehingga mereka cukup sulit dan memerlukan waktu yang panjang untuk belajar di Paket B Citra Pakuan. Dorongan Orang Tua Mayoritas responden (83.9%) menyatakan dorongan orang tua terhadap responden besar, dan sekitar 16.1% menyatakan dorongan itu kecil. Hal ini disebabkan Paket B sudah mulai diakui keberadaan dan kesetaraannya oleh para orangtua, sehingga mereka mendukung anaknya untuk masuk dan belajar di Paket B. Disamping itu Paket B adalah wadah untuk warga masyarakat yang ingin belajar namun memiliki ketidakmampuan atau keterbatasan ekonomi, sehingga orangtua memilih Kejar Paket B sebagai pilihan pendidikan yang diambil untuk anak-anak mereka. Di samping itu biaya masuk ke sekolah formal setingkat SLTP dianggap mahal, apalagi yang berada di Kota Bogor. Bagi sekelompok masyarakat hal itu sangat memberatkan, sehingga orangtua memilih Kejar Paket B sebagai pengganti atau pilihan sekolah yang dapat ditempuh. Peluang Melanjutkan Sekolah Seluruh responden (100%) menyatakan bahwa peluang melanjutkan sekolah setelah lulus Paket B adalah besar. Hal ini sesuai dengan harapan penyelenggara baik dinas pendidikan PLS ataupun penyelenggara program pendidikan pada PKBM, bahwa warga belajar Paket B setelah lulus diharapkan dapat melanjutkan sekolah baik itu ke Paket C atau ke sekolah formal yaitu SLTA sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan warga belajar masing-masing.

19 58 Peluang Kerja Seluruh responden menilai bahwa peluang kerja atau usaha setelah lulus Paket B besar (100%). Dilihat dari kenyataan yang dialami responden, 38,7 persen dari mereka sudah bekerja dengan bermacam-macam jenis pekerjaan dari mulai tukang parkir, DLLAJR, penjaga toko, pelayan toko, bengkel, berdagang sampai dengan PNS. Responden yang belum bekerja biasanya karena mereka setelah lulus Paket A atau SD langsung melanjutkan sekolah ke Paket B atau SLTP dan Paket C, sedangkan responden yang sudah bekerja biasanya mereka yang terhenti beberapa tahun untuk bekerja, setelah mendapatkan pekerjaan mereka melanjutkan ke Paket C untuk menambah keterampilan, pengetahuan ataupun untuk mendapatkan ijazah. Namun tidak menutup kemungkinan ada juga responden yang memang terhambat karena faktor motivasi yang kurang. KEEFEKTIVAN Keefektivan pembelajaran terdiri dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan yang terjadi dalam ketiga aspek itulah yang menentukan tingkat keefektivan pembelajaran. Analisis deskriptif terhadap masing-masing faktor keefektivan tersebut adalah sebagai berikut. Pengetahuan Pengetahuan responden diambil dari hasil ujian kesetaraan yang diselenggarakan oleh Diklusepora. Berdasarkan nilai itu, pengetahuan responden tergolong dalam kategori tinggi (71%), sedang (19,4%), dan rendah (9,7%). Sebagian besar responden memiliki pengetahuan dalam kategori tinggi. Hal ini menandakan bahwa program Paket B yang diselenggarakan PKBM Citra Pakuan telah mencapai standar yang tinggi dalam sisi pengetahuan. (Tabel 19). Tabel 19. Jumlah responden menurut Pengetahuan Pengetahuan % Rendah 9.7 Sedang 19.4 Tinggi 71.0 Total Keterangan: n=31

20 59 Sikap Sikap responden tergolong dalam kategori tinggi (71%), dan sedang (29%), dan tidak ada yang dalam kategori rendah. Sikap ini dilihat dari keinginan, semangat, dan keyakinan responden untuk melanjutkan sekolah dan bekerja. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki semangat, keinginan, dan keyakinan yang tinggi untuk terus melanjutkan sekolah dan bekerja. Responden sangat optimis setelah lulus mereka dapat melanjutkan pendidikan dan bekerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Hal ini terbukti mayoritas lulusan Paket B periode 2005 dan 2006 dapat melanjutkan sekolah, bekerja, dan sekolah bekerja. Walaupun pendidikan lanjutan yang dapat dimasuki adalah di Kejar Paket C setara SLTA dan sebagian lagi bekerja dan melanjutkan pendidikan di Paket C pada sore hingga malam hari. Ketrampilan Dari sisi ketrampilan, mayoritas responden merasa ketrampilan mereka dalam kategori sedang (64,5%), tinggi (22,6%), dan rendah (12,9%). Tidak seperti dalam pengetahuan dan sikap, tingkat ketrampilan yang ada dirasakan sedang oleh mayoritas responden. Dalam menyediakan pembelajaran tentang keterampilan, Kejar Paket B terlebih dahulu mengindentifikasi keterampilan apa yang dibutuhkan dan keterampilan apa yang sedang marak pada saat ini. Namun pengadaan ketrampilan itu sendiri disesuaikan dengan keadaan anggaran yang ada. Biasanya pengadaan keteampilan ini bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu yang juga menyelenggarakan berbagai jenis keterampilan, seperti tempat kursus komputer, bengkel, salon, pengrajin kue dan keterampilan produktif lainnya yang dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Dalam pengadaan keterampilan tersebut, warga belajar memilih keterampilan yang diminati, peserta, sehingga dalam proses belajar mengajar warga belajar dapat bersungguh-sungguh dalam mempelajari apa yang diberikan oleh tutor. Namun tidak tertutup kemungkinan ada warga belajar yang tidak bersungguh-sungguh dalam mempelajari keterampilan yang ditawarkan, hal itu kemungkinan karena kurangnya motivasi atau minat warga belajar kepada keterampilan yang ditawarkan atau karena faktor-faktor lain. (Tabel 20).

21 60 Tabel 20. Jumlah responden menurut penilaian tentang ketrampilan Keterampilan % Rendah 12.9 Sedang 64.5 Tinggi 22.6 Jumlah Hubungan Antara Faktor Internal- Eksternal dengan Keefektivan Pengkajian hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan keefektivan, dilakukan kajian hubungan silang antara faktor internal dengan keefektivan, kemudian faktor eksternal dengan keefektivan. Dari uji hubungan ini terlihat hubungan yang nyata antar satu peubah dengan peubah lainnya. Hubungan Faktor Internal Dengan Keefektivan Faktor-faktor berasal dari dalam diri responden yang diduga berhubungan dengan keefektivan pembelajaran Paket B terdiri atas lima peubah yang diamati, yaitu umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi keluarga, motivasi, pandangan responden terhadap Paket B. (Tabel 21). Tabel 21. Hubungan antara faktor internal responden dengan keefektivan pembelajaran Paket B (korelasi Spearman) Peubah (X) Pengetahuan Sikap Keterampilan KEEFEKTIVAN Internal Umur Jenis Kelamin Status sosial ** ** Motivasi Pandangan ** Hubungan sangat nyata pada taraf 0.01 * Hubungan nyata pada taraf 0.05 Hasil uji hubungan dengan analisis rank Spearman menunjukan hasil sebagai berikut:

22 61 Umur tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, maupun nilai keefektivan total. Hal itu kemungkinan disebabkan bahwa Program Kejar Paket B di desain untuk kelompok usia yang beragam mulai dari usia 15 tahun sampai 44 tahun. Sasaran Paket B sendiri beragam dengan karakteristik mereka yang lulus Paket A/ SD/MI, belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dengan prioritas kelompok usia tahun, putus SMP/MTs, tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri, tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan). Dengan demikian, uji hubungan yang menyatakan faktor umur tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat keefektivan total beserta unsur-unsurnya dapat dipahami. Berdasarkan pendapat Soedijanto (1994), salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar adalah umur. Umur dan kapasitas belajar dari warga belajar merupakan faktor yang tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan suatu proses belajar. Kemampuan belajar seseorang akan meningkat sampai puncaknya pada umur 25 tahun. Hal ini kerena fungsi organ tubuh yang mendukung proses belajar semakin sempurna. Sesudah itu relatif tetap dan akan menurun pada umur 46 tahun, dan akhirnya menurun drastis pada umur 65 tahun. Hal ini berkaitan dengan mundurnya fungsi otot pendukung, kejenuhan belajar, dan sulitnya pengaturan tata nilai. Jenis kelamin tidak berhubungan nyata dengan keefektivan total maupun unsur-unsur di dalamnya. Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa Program Kejar Paket B tidak mengklasifikasikan jenis kelamin dalam proses pembelajaran. Tidak ada materi yang khusus di berikan kepada siswa perempuan atau laki-laki. Kelompok materi yang diajarkan terbagi menjadi dua yaitu kelompok mata pelajaran dan kelompok kecakapan hidup. Kelompok kecakapan hidup dipilih secara bebas oleh siswa sesuai dengan kebutuhannya. Status sosial ekonomi keluarga berhubungan sangat nyata dan negatif dengan keefektivan total. Jika dilihat lebih jauh, faktor keefektivan yang berhubungan secara nyata adalah ketrampilan. Namun dapat dilihat dari tabel di atas, bahwa hubungan antara status sosial dan keefektivan adalah negatif. Jadi

23 62 dapat dikatakan bahwa dengan semakin tingginya status sosial, keefektivannya justru semakin rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kenyataan bahwa Paket B ditujukan untuk golongan dengan status sosial yang rendah. Jadi semakin tinggi status sosial keluarga responden, maka keefektivannya semakin rendah. Dengan kata lain, warga yang berlatar belakang status sosial tinggi relatif tidak cocok sebagai peserta dalam Program Kejar Paket B. Menurut Spencer dalam Sugihen (1996) status seseorang atau sekelompok orang dapat ditentukan (untuk kebutuhan analisis) oleh suatu indeks. Indeks seperti ini dapat diperoleh dari jumlah rata-rata skor, misalnya, yang dicapai seseorang dalam masing-masing bidang, seperti pendidikan, pendapatan tahunan keluarga, dan pekerjaan dari kepala rumah tangga. Motivasi tidak berhubungan nyata dengan keefektivan, maupun setiap unsur dari keefektivan baik sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Secara teoritis motivasi seharusnya memiliki hubungan positif terhadap keefektivan pembelajaran. Namun dalam kasus ini tidak terdapat hubungan yang nyata. Hal itu kemungkinan disebabkan Program Kejar Paket B adalah satu-satunya alternatif pendidikan di jalur pendidikan non-formal yang diselenggarakan setara dengan SLTP, sehingga warga belajar yang tidak dapat masuk pada jalur pendidikan formal mendapat peluang untuk terus melanjutkan sekolah dan mendapat peluang untuk mendapatkan ijazah untuk bekal mencari kerja. Menurut Rusyan dkk (1989; 99) yang memberikan pengertian: Motivasi merupakan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari oleh adanya suatu keinginan/kebutuhan. Berkaitan dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Motivasi belajar, maka siswa/warga belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses pembelajaran/pendidikan yang diikuti. Pandangan warga belajar terhadap Program Kejar Paket B tidak berhubungan nyata dengan keefektivan maupun unsur-unsur didalamnya.hal itu disebabkan mayoritas warga belajar di Program Kejar Paket B sudah mengetahui

24 63 bahwa Program Kejar Paket B adalah suatu program pendidikan non-formal yang hasilnya disetarakan dengan SLTP. Sehingga kekurangan dan kelebihan dari hasil program tersebut dapat di pahami. Di antara faktor internal yang memiliki hubungan nyata dengan keefektivan total adalah status sosial ekonomi keluarga yang berhubungan negatif dengan keefektivan pembelajaran Program Kejar Paket B. Hubungan Faktor Eksternal dengan Keefektivan Faktor-faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan keefektivan pembelajaran Paket B terdiri atas delapan peubah yang diamati, yaitu fasilitas, materi belajar, kualitas pengajar, intensitas pengajaran, jarak belajar, dorongan orangtua, peluang sekolah, dan peluang kerja. Hubungan faktor internal tersebut disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Hubungan antara faktor eksternal responden dengan keefektivan pembelajaran Paket B Peubah External Pengetahuan Sikap Keterampilan KEEFEKTIVAN Fasilitas ** Materi Belajar * Kualitas Pengajar 0.426* * Intensitas Pengajaran * Jarak Dorongan Ortu 0.431* * Peluang Sekolah * Peluang Kerja ** 0.362* ** Hubungan sangat nyata pada taraf 0.01 * Hubungan nyata pada taraf 0.05 Hasil uji korelasi silang faktor eksternal dengan efektifitas pembelajaran menunjukkan hal-hal berikut: Fasilitas berhubungan nyata positif dengan sikap tetapi tidak berhubungan nyata dengan keefektivan total. Hal itu dapat dikatakan bahwa semakin baik fasilitas yang dimiliki maka akan semakin mempengaruhi peningkatan sikap warga belajar. Tersedianya fasilitas yang baik, akan mempengaruhi proses pembelajaran. Program Paket B adalah Program pendidikan non- formal, dimana dalam proses pembelajarannya sangat fleksibel. Sebagai pendidikan non-formal

25 64 fasilitas tidak mempengaruhi secara kuat. Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan kondisi dan kemampuan sasaran atau warga belajar. Berdasarkan teori, para ahli telah sepakat bahwa fasilitas atau media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada dua alasan, mengapa media atau fasilitas dapat bermanfaat dalam proses belajar siswa antara lain: bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; metode mengajar akan lebih berfariasi, sehingga tidak menimbulkan kebosanan; siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan; Dalam pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Materi berhubungan nyata positif dengan keefektivan total. Hal itu dapat dikatakan semakin sesuai materi yang diberikan maka akan semakin efektif kegiatan belajar mengajarnya. Materi yang diberikan di Kejar Paket B tergolong sangat baik, karena materi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan responden, sehingga apa yang menjadi kebutuhan responden dapat terpenuhi walaupun tidak maksimal. Berdasarkan teori materi pelajaran harus sejalan dengan ukuran yang digunakan dalam kurikulum bidang studi yang bersangkutan. Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem pembelajaran dan mendasari penentuan strategi belajar mengajar yaitu: kriteria tujuan pembelajaran, meteri pelajaran supaya terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, kesesuaian dengan kondisi masyarakat, materi pelajaran mengandung segi-segi etik, materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis, dan materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat. (Harjanto,2003). Kualitas pengajar berhubungan positif nyata pada pengetahuan dan efektifitas total. Hal itu dapat dikatakan bahwa semakin berkualitas pengajarnya maka semakin mempengaruhi peningkatan pengetahuan warga belajar dan akhirnya semakin efektif kegiatan belajar mengajarnya. Berdasarkan hasil

26 65 analisis kualitas pengajar di Paket B tergolong sangat baik. Hal itu kemungkinan disebabkan tutor yang ada di Paket B berasal dari bidang Keguruan dan ilmu pendidikan, disamping itu staf pengajarnya atau tutor memiliki pengalaman mengajar pada sekolah formal, sehingga para tutor dapat membuat suasana belajar dengan baik dan warga belajar dapat belajar dengan menyenangkan tanpa ada tekanan atau rasa tidak suka. Berdasarkan teori salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menyukseskan pembelajaran adalah kualitas pengajarnya baik di lembaga pendidikan formal maupun non-formal. Bloom (1976) berpendapat bahwa kualitas pengajaran sangat menentukan keberhasilan siswa. Kualitas pengajaran tergantung dari bagaimana cara menyajikan guru materi yang harus dipeljari, bagaimana guru menggunakan pemberian peneguhan (reinforcement), bagaimana cara guru mengaktifkan siswa supaya berpartisipasi dan merasa terlibat dalam proses belajar, bagaimana cara guru memberikan informasi kepada siswa tentang keberhasilan mereka. Semua ini berkisar pada keterampilan didakstis yang dimiliki guru. Kunci keberhasilan guru tidak begitu terletak dalam penguasaan keterampilan didaktis sebanyak mungkin, lebih-lebih dalam kemampuan menggunakan keterampilan yang dimiliki, sesuai dengan situasi dan kondisi kelas serta gaya mengajar si guru sendiri. Intensitas pengajaran berhubungan nyata dengan keefektivan total. Hal itu dapat dikatakan semakin banyak intensitas pengajaran maka semakin efektif proses pembelajarannya. Mayoritas responden menyatakan intensitas pengajaran di Paket B cukup. Intensitas pengajaran di Kejar Paket B (non-formal) dilakukan 2 kali dalam seminggu atau disesuaikan dengan kondisi warga belajarnya. Jika dilakukan lebih banyak lagi maka kemungkinan akan lebih efektif dan menjawab kebutuhan warga belajarnya. Jarak belajar tidak berhubungan nyata dengan keefektivan maupun semua unsur di dalamnya. Hal itu disebabkan karena Program Kejar paket B lebih memprioritaskan warga belajarnya adalah warga masyarakat yang berada disekitar tempat pelaksanaan program tersebut, sehingga tidak mempengaruhi terhadap proses pembelajaran.

27 66 Dorongan orangtua berhubungan nyata dengan pengetahuan maupun dengan keefektivan total. Mayoritas responden menyatakan dorongan orang tua sangat besar terhadap responden dalam mengikuti Kejar Paket B. Tingginya dorongan orang tua akan menambah semangat warga belajar untuk belajar lebih baik sehingga akan mempengaruhi peningkatan pengetahuan pada warga belajar. Peluang sekolah tidak berhubungan nyata dengan keefektivan maupun semua unsur di dalamnya. Hal itu disebabkan Kejar Paket B sudah disetarakan dengan SLTP, sehingga warga belajar yang telah lulus Paket B secara otomatis dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya baik ke SLTP mapun ke Paket C sesuai dengan nilai yang diperoleh. Peluang kerja berhubungan nyata dengan keefektivan total. Kejar Paket B di desain untuk tujuan agar warga belajar setelah lulus dapat melanjutkan sekolah dan mendapatkan kesempatan kerja, sehingga kurikulum yang dibuat untuk menjawab kebutuhan dari tujuan diadakannya Kejar paket B. Mengingat kondisi pada saat ini, bahwa kesempatan kerja kebanyakan membutuhkan lulusan SLTA atau Paket C (minimal), maka apabila responden lulusan Paket B tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup, peluang kerja akan sulit diperoleh tetapi jika responden lulusan Paket B memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup maka akan mendapatkan peluang kerja, minimal berwiraswasta sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Faktor-faktor eksternal, yang berhubungan nyata dengan keefektivan dan unsur-unsurnya adalah materi pembelajaran, kualitas pengajar, intensitas pengajaran, dorongan orangtua, dan peluang kerja. Fasilitas, jarak dan peluang sekolah yang tidak berhubungan nyata dengan keefektivan. Namun demikian, kualitas pengajar berhubungan nyata baik dengan keefektivan total maupun unsur keefektivan totalnya yaitu pengetahuan. Jadi di antara faktor eksternal yang ada, kualitas pengajarlah yang memiliki hubungan kuat dengan keefektivan total melalui pengetahuan. Hal itu dapat dikatakan bahwa semakin berkualitas pengajarnya maka semakin mempengaruhi peningkatan pengetahuan warga belajar dan akhirnya semakin efektif kegiatan belajar mengajarnya. Kualitas pengajar yang baik di Kejar Paket B adalah pengajar yang dapat memahami

28 67 kebutuhan warga belajarnya, baik itu kebutuhan yang dirasakan maupun kebutuhan yang di inginkan oleh warga belajar. Implikasi penting dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Latar belakang status sosial ekonomi keluarga dari warga belajar merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan program Paket B. Dari sisi kebijakan, kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan luar sekolah yang menjadikan warga belajar dari golongan ekonomi lemah sebagai sasaran utama program Paket B sudah tepat sasaran. Oleh karena itu sasaran ini perlu lebih dipertajam, daripada memperluas program ini pada kalangan dengan status ekonomi yang lebih baik, yang seringkali hanya dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan ijasah yang setara dengan SLTP. Dari sisi praktis, penyelenggara Paket B dapat menjadikan status sosial ekonomi ini sebagai kriteria penting dalam melakukan seleksi warga belajarnya. 2. Kualitas pengajar memiliki hubungan penting dalam keefektivan pembelajaran Program Paket B. Dari sisi kebijakan, kualitas pengajar ini memerlukan perhatian lebih oleh Pemerintah. Pemerintah telah memiliki aturan mengenai kualitas Pengajar yang dapat mengajar pada Paket B, namun perhatian yang lebih besar baik dalam bentuk alokasi dana maupun evaluasi dan monitoring, justru biasanya bukan pada aspek ini. Penyelenggaraan program ini biasanya diuntungkan dari adanya sukarelawa yang sukarela dan memiliki motivasi yang tinggi untuk berbagi melalui pengajaran di Paket B. Pelatihan dan pengembangan untuk para Tutor Paket B merupakan langkah yang sangat membantu peningkatan keefektivan pembelajaran paket B. Implikasi praktis bagi penyelenggara Paket B, dengan mengetahui bahwa kualitas pengajar merupakan faktor penting yang berhubungan dengan keefektivan yang terpenting adalah bagaimana program Paket B dapat terus meningkatkan kualitas pengajarnya. Hal ini dapat dimulai dari rekuritmen staf pengajar. Staf pengajar dengan kualifikasi yang baik dan memiliki komitmen tinggi merupakan langkah awal untuk menyediakan pengajar yang baik. Keterbatasan dana dan renumerasi yang diberikan kepada staf pengajar seringkali menjadi kendala di lapangan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Program Kejar Paket B memiliki sasaran untuk memberikan pendidikan bagi siswa lulus SD dan sederajat yang tidak melanjutkan ke SLTP, serta siswa putus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 40 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah dan Organisasi PKBM Negeri 17 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 17 yang berada di wilayah Penjaringan ini pada awalnya merupakan Lembaga Pendidikan dan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM MI ASSEGAF PALEMBANG. A. Letak Dan Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Assegaf

BAB III GAMBARAN UMUM MI ASSEGAF PALEMBANG. A. Letak Dan Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Assegaf BAB III GAMBARAN UMUM MI ASSEGAF PALEMBANG A. Letak Dan Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Assegaf Palembang Letak Geografis Madrasah Ibtidaiya Assegaf Palembang berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan dalam hal ini pembangunan pendidikan merupakan salah satu upaya penting dalam penanggulangan kemiskinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penlitian

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penlitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penlitian ini dilaksanakan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo. Sanggar Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerataan akses pendidikan dewasa ini telah menjadi trend meraih Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM), dimana memiliki 3 Indikator yang saling terkait,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari sekitar 8930 Ha.

BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari sekitar 8930 Ha. BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Letak Geografis Kelurahan Tanjung Sari Kelurahan Tanjung Sari termasuk wilayah Kecamatan Medan Selayang Provinsi Sumatera Utara. Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan isi Undang-Undang dasar tahun 1945 pasal 31 ayat yang pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UUD tersebut

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, berperikemanusian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang selalu menjadi isu sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Meskipun kemiskinan pernah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan nonformal seperti yang tertera dalam pasal 26 ayat (5) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEJIK VISI DAN MISI 1. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah kondisi krisis sosial ekonomi nasional pada tahun 1998. Kehadiran PKBM sebenarnya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Keadaan topografi dan letak wilayah Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang terdapat di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Fitri Nur Millah, Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Fitri Nur Millah

Lebih terperinci

3.1. Kondisi Umum Kelurahan Kertamaya Kondisi Fisik. A. Letak Geografis

3.1. Kondisi Umum Kelurahan Kertamaya Kondisi Fisik. A. Letak Geografis perdaganagn.sementara kawasan non terbangun adalah kawasan berupa bentang alam yang digunakan untuk kegiatan pertanian serta perkebunan. Penggunaan lahan kawasan terbangun yang paling dominan adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan sebagai sarana strategis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan, IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Tirta Makmur merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa Tirta Makmur ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Syarif Hidayat, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian akhir disertasi ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang kesimpulan dan rekomendasi. A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di PKBM Permata Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Peneliti bertindak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di PKBM Permata Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Peneliti bertindak BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian a. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian dalam memacu kreativitas tutor dalam pembelajaran paket B di PKBM Permata Kecamatan Paguat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam mendukung kebutuhan sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik, dalam menunjang perkembangan dan perubahan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan 1. Pasar Tiban a. Pengertian Pasar Tiban Pasar tiban berasal dari kata pasar dan tiban, pengertian pasar secara sederhana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta yang berusia 15 tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci 15 BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Ukui 1. Geografis Kecamatan Ukui Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci merupakan salah satu Kecamatan yang termasuk dalam

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di BAB I PENDABULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di dalam pelaksanaannya sejak disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang 89 BAB 6 PEMBAHASAN Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar warga

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih di bawah standarisasi yang di tentukan pemerintah. Banyak alasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Perkembangan IPTEK yang pesat memaksa kita untuk dapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitasnya. Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS DATA. A. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitasnya. Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung BAB IV ANALISIS DATA A. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitasnya Guna Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung Dari data yang diperoleh

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II IV. KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA A. Keadaan Alam 1. Batas wilayah Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4

Lebih terperinci

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI

BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI 55 BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI A. Kondisi Geografis Desa Gemeksekti Kondisi geografis, sosial dan ekonomi, sedikit banyak memberikan terhadap daya kreatif dan imajinasi pada suatu komunitas masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan

Lebih terperinci