BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan SDM suatu bangsa sangat bergantung pada tingkat pendidikan masyarakatnya sendiri. Pendidikan merupakan hal yang utama dalam kehidupan manusia. Pendidikan harus berlangsung seumur hidup dan menjadi hak bagi setiap warga negara. Pembangunan pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi tantangan nasional dan global. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan diri bagi pemenuhan kebutuhan hidup dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi demi meningkatkan kualitas kehidupan. Peningkatan kualitas SDM, jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global. Pada masa yang akan datang, peningkatan daya saing suatu bangsa perlu mendapat perhatian yang serius khususnya dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, guna menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga kompetitif. Salah satu parameter dalam menentukan kualitas SDM suatu bangsa dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Indeks (HDI) yang di dalamnya terdapat indikator pendidikan. United Nations 1

2 2 Development Programme (UNDP) atau Badan Program Pembangunan PBB tahun 2007 menyatakan bahwa Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, tetapi masih di bawah negara negara lain di Asia Tenggara seperti Philipina, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Hal ini disebabkan oleh penanganan masalah yang berkaitan dengan indikator HDI seperti buta aksara, lama bersekolah, angka kematian ibu dan anak, serta pendapatan per kapita dilaksanakan lebih agresif di negara-negara tersebut dibandingkan dengan di Indonesia. Tabel 1.1 Perbandingan HDI Negara-Negara ASEAN Tahun Negara HDI Rangking HDI Rangking HDI Rangking Brunei N/A N/A Singapura N/A N/A Malaysia Thailand Philipina Indonesia Vietnam Myanmar N/A N/A Cambodia Sumber : UNDP Human Development Report /2008 ( Rendahnya HDI Indonesia khususnya di bidang pendidikan dapat dilihat pula dari data Biro Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia (RI) ( Tahun 2007 BPS RI mencatat bahwa penduduk tamat SD hanya 31,19 %, tamat SLTP 17,49 %, tamat SLTA 23,37 %, tamat PT sekitar 10 % dan penduduk tidak/belum tamat SD sekitar 20 %. Sedangkan menyangkut penduduk yang buta huruf tahun 2008 BPS RI ( mencatat

3 3 penduduk yang buta huruf usia 15 tahun ke atas sebesar 1,81 %, usia tahun 1,94 % dan penduduk usia 45 ke atas 19,72 %. Salah satu penyebab rendahnya HDI Indonesia dibanding negara lain, yaitu karena Indonesia mengalami permasalahan di bidang pendidikan, seperti: 1) Masalah pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2) Masalah peningkatan mutu pendidikan, 3) Masalah peningkatan relevansi dan efisiensi pendidikan, 4) Masalah lemahnya manajemen pendidikan (Sidi, 2001: 70-72). Saat ini pendidikan telah memasuki era perubahan untuk peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan serta pengembangan sistem manajemen pengelolaan pendidikan yang transparan dan mempunyai akuntabilitas publik. Untuk menjawab semua kebutuhan perubahan tersebut, perlu dilaksanakan reformasi pendidikan secara makro maupun mikro. Reformasi makro pendidikan terkait erat dengan pengambilan kebijakan, perencanaan program, strategi pencapaian keberhasilan pendidikan serta penataan regulasi dan kelembagaan pendidikan. Sedangkan di tingkat mikro menyangkut proses pembelajaran pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Melalui berbagai kebijakan yang berkaitan dengan mutu pendidikan, pemerintah bertekad ingin membenahi dan mengembangkan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan nasional, sambil terus memperluas akses serta pemerataan pendidikan, khususnya melalui program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Untuk menunjang mutu pendidikan pemerintah mengembangkan sistem penjaminan mutu melalui standarisasi, akreditasi dan sertifikasi di bidang

4 4 pendidikan, baik formal maupun nonformal. Untuk standarisasi pendidikan pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang telah mengatur garis-garis besar mengenai berbagai aspek standar mutu pendidikan, yang meliputi: standar proses, standar isi, standar kempetensi lulusan, standar sarana prasarana, standar pembiayaan, standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, serta standar penilaian pendidikan. Untuk mengatasi permasalahan di bidang pendidikan dalam rangka memperluas akses dan pemerataan, peningkatan mutu, serta peningkatan relevansi dan efisiensi pendidikan, pemerintah melaksanakan pendidikan melalui tiga jalur yakni, jalur pendidikan formal, jalur pendidikan nonformal, dan jalur pendidikan informal. Pendidikan nonformal merupakan salah satu jalur pendidikan pada sistem pendidikan nasional yang bertujuan antara lain untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan formal. Pendidikan nonformal memberikan berbagai pelayanan pendidikan bagi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan sepanjang hayat yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar warga masyarakat, maka perlu adanya pelayanan yang seoptimal mungkin terhadap warga masyarakat sebagai

5 5 warga belajar. Pelayanan yang optimal terhadap warga belajar dalam pendidikan nonformal dimaksudkan adalah pelayanan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengembangkan potensi warga belajar dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pelayanan yang optimal terhadap warga belajar hanya akan terlaksana jika dilakukan oleh tenaga pendidik yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan belajar warga belajar serta ditunjang oleh sarana dan prasana yang memadai. Salah bentuk layanan pendidikan nonformal adalah pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu layanan pendidikan umum pada jalur pendidikan nonformal. Pendidikan kesetaraan memiliki tiga program yang meliputi program Paket A setara SD/MI, program Paket B setara SMP/MTs dan program Paket C setara SMA/MA. Program pendidikan kesetaraan ini diperuntukan bagi warga masyarakat yang tidak bisa mendapatkan layanan pendidikan formal karena keterbatasan ekonomi, usia, waktu, lokasi dan faktor lainnya. Program pendidikan kesetaraan menempati posisi strategis untuk mengatasi paling tidak tiga tantangan penting, yakni: pertama, membantu penuntasan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan menarik kembali anak-anak yang mengalami putus sekolah di pendidikan dasar dan mengajak anak-anak yang tidak/belum bersekolah karena miskin, untuk mengikuti program kesetaraan Paket A dan B; kedua, memberikan dorongan dan bantuan kepada anak-anak lulusan pendidikan dasar yang tidak melanjutkan dan

6 6 menarik kembali anak-anak yang putus sekolah di pendidikan menengah, untuk mengikuti program kesetaraan Paket C; ketiga, memberikan muatan pendidikan kecakapan hidup dengan keterampilan praktis yang relevan dan dibutuhkan oleh dunia kerja, dan kemampuan merintis dan mengembangkan usaha mandiri (enterpreneurship), dalam rangka membantu mengatasi pokok persoalan mereka yaitu ketidakberdayaan secara ekonomi. Untuk menjawab berbagai perkembangan dinamika masyarakat seperti di atas, seiring dengan peningkatan mutu layanan pendidikan kesetaraan, maka diperlukan reformasi pendidikan kesetaraan. Reformasi ini bertujuan untuk melakukan revitalisasi fungsi pendidikan kesetaraan sebanding dengan pendidikan formal, terjaga mutu layanan pendidikannya melalui kurikulum, bahan ajar yang induktif tematis dan proses pembelajaran yang equivalen dengan pendidikan formal, serta meningkatkan kompetensi tenaga pendidik. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kesetaraan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu akan terwujud apabila komponen yang terlibat di dalamnya memiliki kualitas sesuai dengan SNP yang tercantum pada PP No. 19 tahun Salah satu komponen utama dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan tersebut adalah tenaga pendidik. Dalam pendidikan nonformal tenaga pendidik ini disebut tutor. Tenaga pendidik dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 9 ayat 2 disebutkan bahwa : Tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

7 7 Berdasarkan undang-undang tersebut dalam melaksanakan tugas profesionalnya, seorang tenaga pendidik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidangnya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan pada pasal berikutnya yaitu pasal 42 ayat 1 yang menyatakan bahwa: Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari UU Sisdiknas tersebut, dapat kita lihat betapa pentingnya kompetensi seorang tenaga pendidik dalam upaya peningkatan pendidikan nasional yang berkualitas melalui pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap serta pembinaan terhadap peserta didik. Berdasarkan catatan HDI, 50% guru di Indonesia tidak memiliki kualitas standar. Fakta ini menunjukkan, kualitas guru di Indonesia masih jauh dari memadai untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar. Dari data statistik HDI, terdapat 60 persen guru SD, 40 persen SLTP, 43 persen SMA, 34 persen SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2 persen atau setara dengan guru mengajar bukan bidang studinya ( Hal ini juga menunjukan bahwa mutu tenaga pendidik khususnya pada program pendidikan kesetaraan masih jauh dari memadai. Mutu pendidikan kesetaraan akan meningkat antara lain jika seorang pendidik memiliki kompetensi yang menunjang tugas dan peranannya sebagai pendidik. Kompetensi tenaga pendidik dalam hal ini tutor pada pendidikan kesetaraan berdasarkan SNP

8 8 meliputi; kompetensi pedagogik/andragogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kempetensi sosial. Melihat kenyataan di atas, jelas peningkatan kompetensi tutor sangat perlu dilakukan. Tugas seorang tutor tidak hanya bertugas mentransfer ilmu kepada warga belajar, tetapi harus memiliki nilai lebih dalam menanamkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan akhlak/moral kepada warga belajar dalam bentuk kepribadian yang baik dan sesuai dengan standar kompetensi lulusannya. Dalam pendidikan nonformal kegiatan peningkatan kompetensi tenaga pendidik lebih banyak dilaksanakan melalui kegiatan pelatihan, baik oleh lembaga pemerintah, swasta maupun masyarakat. Hal ini dikarenakan pelatihan dapat memenuhi tuntutan kebutuhan belajar yang bersifat praktis dan pelaksanaannya tidak membutuhkan waktu terlalu lama. Pelatihan banyak dilaksanakan dalam masyarakat atau dalam dunia kerja untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan fungsional (Kamil, 2007:3). Kegiatan-kegiatan pelatihan ini sangat populer dan mudah dilakukan karena menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran pada pendidikan nonformal. Namun demikian kegiatan pelatihan dianggap berhasil apabila peserta pelatihan dalam hal ini tutor sebagai tenaga pendidik mampu menerapkan hasil pelatihan pada program-program pendidikan nonformal yang dilaksanakan di lapangan khususnya pada program Paket B.

9 9 B. Identifikasi Masalah Dalam dunia pendidikan mutu pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor antara lain pendidik (guru, tutor, pamong belajar, instruktur), sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media, sumber belajar yang memadai, biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung. Hal-hal yang mempengaruhi mutu output pendidikan menurut Sudjana (2001:34-38) sebagai berikut: 1) Masukan mentah (raw input), yaitu peserta didik dengan berbagai ciri yang dimilikinya, yaitu karakteristik internal dan karakteristik eksternalnya. Karakteristik internal meliputi atribut fisik, psikis, dan fungsional. Sedangkan karakteristik eksternal barkaitan dengan lingkungan kehidupan peserta didik, 2) Masukan sarana (instrumental input), meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok dapat melakukan kegiatan belajar. Ke dalam masukan ini termasuk tugas belajar, belajar pembelajaran, metoda serta evaluasi kurikulum, pendidik (tutor), tenaga kependidikan lainnya, fasilitas dan alat, biaya, dan pengelolaan program, 3) Masukan lingkungan (enviromental input), terdiri atas unsur-unsur lingkungan yang menunjang dan mendorong berjalannya program pendidikan nonformal. Unsur-unsur ini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan alam, 4) Masukan lain (other input), adalah daya dukung lainnya yang memungkinkan para peserta didik dan lulusan dapat menggunakan kemampuan yang telah dimilikinya untuk kemajuan kehidupannya. Masukan lain ini meliputi modal, bahan baku, proses produksi, lapangan kerja/usaha, informasi, alat dan fasilitas, pemasaran, pekerjaan, koperasi, paguyuban peserta didik, latihan

10 10 lanjutan, bantuan eksternal, dan lain sebagainya, 5) Proses pendidikan, menyangkut interaksi edukasi antara masukan sarana, terutama pendidik (tutor), dengan masukan mentah, yaitu peserta didik (warga belajar). Proses ini terdiri atas kegiatan pembelajaran, bimbingan penyuluhan dan/atau pelatihan, serta evaluasi. Di antara berbagai faktor tersebut yang sangat berperan dan menentukan keberhasilan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah pendidik. Kegiatan pembelajaran lebih mengutamakan peranan pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka aktif melakukan kegiatan belajar. Pendidik tugasnya adalah mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih peserta didik. Demikian pula pada pendidikan nonformal, salah satu faktor yang sangat menentukan dan mendukung terwujudnya pembelajaran yang bermutu khususnya di pendidikan kesetaraan adalah tutor sebagai tenaga pendidik. Tutor adalah salah satu faktor input merupakan faktor determinan atau penentu terhadap peningkatan mutu pembelajaran pada pendidikan kesetaraan. Karena pentingnya seorang tutor sebagai pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kepada warga belajar, maka tutor dalam melakukan tugas dan fungsinya harus memenuhi standar sebagai pendidik. Standar tersebut merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh tutor dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kompetensi tutor berdasarkan SNP meliputi; kompetensi pedgogik/andragogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kempetensi sosial. Upaya peningkatan kompetensi tutor dalam melaksanakan pembelajaran harus terus menerus diupayakan, antara lain dengan melalui kegiatan pelatihan

11 11 yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini dimaksudkan agar para tutor dalam melakukan tugasnya memiliki kemampuan dan keterampilan yang profesional, yaitu keahlian dan kemahiran yang diperlukan bagi seorang tutor. Dengan adanya peningkatan kompetensi tutor melalui pelatihan diharapkan akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pembelajaran. C. Rumusan Masalah Melihat pentingnya tutor sebagai tenaga pendidik dalam menentukan mutu pembelajaran khususnya pada program Paket B, maka dalam pembahasan penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimanakah hubungan hasil pelatihan kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran program Paket B?. Dari rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi pembahasan dalam permasalahan ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara hasil pelatihan berupa penguasaan pengetahuan kompetensi tutor (kognitif) dengan mutu pembelajaran Paket B? 2. Apakah terdapat hubungan antara hasil pelatihan berupa penguasaan sikap kompetensi tutor (afektif) dengan mutu pembelajaran Paket B? 3. Apakah terdapat hubungan antara hasil pelatihan berupa penguasaan keterampilan kompetensi tutor (psikomotor) dengan mutu pembelajaran Paket B? 4. Apakah terdapat hubungan antara hasil pelatihan berupa penguasaan pengetahuan kompetensi tutor (kognitif), sikap kompetensi tutor (afektif), keterampilan kompetensi tutor (psikomotor) dengan mutu pembelajaran Paket B?

12 12 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan antara hasil pelatihan berupa penguasaan pengetahuan kompetensi tutor, sikap kompetensi tutor, dan keterampilan kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran Paket B. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empirik tentang : a. Hubungan antara hasil pelatihan berupa penguasaan pengetahuan kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran Paket B. b. Hubungan antara hasil pelatihan berupa penguasaan sikap kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran Paket B. c. Hubungan antara hasil pelatihan berupa penguasaan keterampilan kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran Paket B. d. Hubungan antara hasil pelatihan berupa penguasaan pengetahuan kompetensi tutor, sikap kompetensi tutor, keterampilan kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran Paket B. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan keilmuan dalam pendidikan nonformal khususnya menyangkut teori dan pengetahuan tentang pelatihan, kompetensi dan pembelajaran.

13 13 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat baik dalam penyelenggaraan kegiatan pelatihan maupun pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pada program Paket B, terutama: a. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi penyelenggara pelatihan dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan program pelatihan di masa yang akan datang. b. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi penyelenggara pendidikan kesetaraan khususnya program Paket B dalam rangka pembinaan terhadap tutor dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. c. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi tutor dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan proses pembelajaran. d. Bagi Dinas Pendidikan hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu usaha-usaha peningkatan layanan pendidikan nonformal bagi masyarakat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. e. Sebagai bahan masukan untuk dijadikan rujukan bagi penelitian lebih lanjut dalam rangka pengembangan pendidikan nonformal. f. Sebagai implementasi pengembangan kreatifitas ilmiah bagi penulis dalam mengkaji secara ilmiah tentang hasil pelatihan kompetensi tutor yang dikorelasikan dengan mutu pembelajaran program Paket B. F. Kerangka Berpikir Peningkatan mutu pembelajaran akan tercapai apabila proses pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan

14 14 pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan proses dan mutu pembelajaran pada pendidikan nonformal khususnya pada pendidikan kesetaraan adalah tutor. Kualitas tutor yang rendah akan berdampak pada rendahnya mutu pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas tutor, baik melalui peningkatan kualifikasi maupun kompetensi menjadi prioritas untuk dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Peningkatan mutu tutor antara lain dilakukan melalui kegiatan pelatihan. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP, Pasal 28 dinyatakan bahwa: pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik/andragogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, sikap dan perilaku, serta keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

15 15 Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru (tutor) akan menunjukkan kualitas dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru (tutor). Selanjutnya Sahertian (Trianto dan Tutik, 2006:62) mengemukakan kompetensi guru (tutor) adalah perilaku yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pendidikan. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional. Oleh karena itu, tutor harus mempunyai kompetensi yang memadai berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien. Peningkatan kualitas tutor dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal merupakan upaya yang urgent untuk mendukung terwujudnya program pendidikan nonformal yang bermutu dan berdaya saing. Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan non formal khususnya pada program Paket B sangat ditentukan oleh kualitas tutor sebagai pendidik dalam mentransfer ilmu sesuai dengan kompetensinya. Tutor merupakan bagian yang strategis dan merupakan kunci dari keberhasilan peningkatan mutu pembelajaran yang diharapkan pada program pendidikan nonformal. Mengacu pada kebutuhan akan pendidik di lingkungan pendidikan nonformal, maka perlu adanya strategi terkait dengan peningkatan kualitas tutor. Salah satunya adalah melalui pelatihan kompetensi tutor Paket B.

16 16 Kerangka berpikir penelitian ini didasarkan pada anggapan bahwa tutor sebagai tenaga pendidik pada pendidikan kesetaraan khususnya pada program Paket B memiliki peran yang penting dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Berikut adalah kerangka berpikir penelitian : Permasalahan: Rendahnya Kualitas Tenaga Pendidik atau Tutor PNF Hasil Pelatihan Pelatihan Kompetensi Tutor Pengetahuan Tutor Sikap Tutor Keterampilan Tutor MUTU PEMBELAJARAN Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah Hubungan hasil pelatihan berupa penguasaan pengetahuan kompetensi tutor, sikap kompetensi tutor, dan keterampilan kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran Paket B di Provinsi Gorontalo

17 17 Variabel dan hubungan antar variabel yang terdapat dalam permasalahan tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Variabel bebas: Pengetahuan kompetensi tutor (X 1 ), Sikap kompetensi tutor (X 2 ), dan Keterampilan kompetensi tutor (X 3 ). 2. Variabel terikat: Mutu pembelajaran Paket B.. X 1 X 2 Y X 3 Gambar 1.2 Paradigma Penelitian Keterangan: Y = Mutu Pembelajaran X 1 = Pengetahuan Kompetensi Tutor X 2 = Sikap Kompetensi Tutor X 3 = Keterampilan Kompetensi Tutor

18 18 G. Hipotesis Hipotesis penelitian yang disusun berdasarkan rumusan masalah diatas sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang poisitif antara hasil pelatihan berupa penguasaan pengetahuan kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran Paket B. 2. Terdapat hubungan yang poisitif antara hasil pelatihan berupa penguasaan sikap kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran Paket B. 3. Terdapat hubungan yang poisitif antara hasil pelatihan berupa penguasaan keterampilan kompetensi tutor dengan mutu pembelajaran Paket B. 4. Terdapat hubungan yang poisitif antara hasil pelatihan berupa penguasaan pengetahuan kompetensi tutor, sikap kompetensi tutor, keterampilan kompetensi tutor, dengan mutu pembelajaran Paket B.

HUBUNGAN HASIL PELATIHAN KOMPETENSI TUTOR DENGAN MUTU PEMBELAJARAN PRGRAM PAKET B Di BPKB PROVINSI GORONTALO. Nelwan Ishak 1.

HUBUNGAN HASIL PELATIHAN KOMPETENSI TUTOR DENGAN MUTU PEMBELAJARAN PRGRAM PAKET B Di BPKB PROVINSI GORONTALO. Nelwan Ishak 1. HUBUNGAN HASIL PELATIHAN KOMPETENSI TUTOR DENGAN MUTU PEMBELAJARAN PRGRAM PAKET B Di BPKB PROVINSI GORONTALO Nelwan Ishak 1 Abstrak Penelitian ini berangkat dari hasil survey dan observasi, bahwa selama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Motivasi Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka dari itu para siswa harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih di bawah standarisasi yang di tentukan pemerintah. Banyak alasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini pendidikan sangatlah penting bagi semua orang. Bekal pendidikan yang dimiliki oleh setiap individu akan bermanfaat dan berkembang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerataan akses pendidikan dewasa ini telah menjadi trend meraih Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM), dimana memiliki 3 Indikator yang saling terkait,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena kunci keberhasilan pembangunan terletak pada faktor manusia itu sendiri sebagai pelaksananya.

Lebih terperinci

Tenaga Kependidikan ISI Proses Sarana & Prasarana Kompetensi Lulusan Penilaian Pendidikan Pengelolaan Pembiayaan STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Tenaga Kependidikan ISI Proses Sarana & Prasarana Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada bab VI tentang jalur jenjang dan jenis pendidikan, pasal 13 ayat ( 1 ) dinyatakan bahwa proses

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG IMPLEMENTASI FUNGSI EMASLIM KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KOMPONEN KUALITAS SEKOLAH DI SMAN KABUPATEN TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling penting keberadaannya karena proses dimulainya seseorang dalam menempuh dunia pendidikan diawali dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang berkaitan dengan efektifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kompleks, telah menjadikan kebutuhan manusia semakin kompleks pula, khususnya kebutuhan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kini

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU HAND OUT Disampaikan pada kegiatan Forum Wartawan Pendidikan Wisma Depdiknas Argamulya, Bogor, Sabtu, 16 September2006

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA S A L I N A N BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI MALINAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 16 (ENAM BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU,

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih dibawah standarisasi yang ditentukan pemerintah. Banyak alasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009) PROFESIONALISME GURU DAN KARYA TULIS ILMIAH Kardiawarman Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Setiabudi No. 229-Bandung, Jawa Barat e-mail: yaya_kardiawarman@yahoo.com (Invited Speaker dalam Seminar

Lebih terperinci

PANDUAN P2M STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENGANTAR

PANDUAN P2M STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENGANTAR PENGANTAR Buku panduan standar pendidik dan tenaga kependidikan ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat keahlian dosen, ratio dosen mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA. Renova Marpaung. Abstrak. Kata Kunci : Manajemen Mutu, Pembangunan, Pendidikan

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA. Renova Marpaung. Abstrak. Kata Kunci : Manajemen Mutu, Pembangunan, Pendidikan IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA Renova Marpaung Abstrak Implementasi manajemen mutu dalam pembangunan pendidikan di Provinsi Sumatera Utara menyangkut perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Upaya yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LAYANAN PENDIDIKAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam terciptanya sumber daya manusia yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Hal ini meliputi proses dalam mengenal jati dirinya, eksistensinya untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN I. UMUM Pembangunan Kabupaten Majene merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi di negara ini belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah satu

I. PENDAHULUAN. ekonomi di negara ini belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya. Walaupun potensi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan

Lebih terperinci

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,

Lebih terperinci

Sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional Sistem Pendidikan Nasional Oleh : M.H.B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan setiap negara guna meningkatkan taraf kemakmuran dan kesejahteraan. Salah satu faktor yang menghambat pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan. Sebab, melalui pendidikan akan diperoleh perubahan sikap masyarakat. Pendidikan tidak hanya di bidang

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK Oleh : Rita Mariyana, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 APA ITU KOMPETENSI? Istilah kompetensi (competence) dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan atau

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa (termasuk di dalamnya pembangunan pada lingkup kabupaten/kota) adalah suatu keniscayaan, melalui pendidikan bermutu

Lebih terperinci

Kualifikasi Akademik Guru Pendidikan Dasar

Kualifikasi Akademik Guru Pendidikan Dasar Kualifikasi Akademik Guru Pendidikan Dasar Baso Intang Sappaile dan Rusmawati ) Abstrak: Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memainkan peranan penting dalam era globalisasi saat ini. Sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. memainkan peranan penting dalam era globalisasi saat ini. Sebaliknya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan peradaban manusia telah menciptakan kompetensi yang ketat dalam berbagai bidang, mereka yang unggul dalam kemampuan teknologi, manajemen, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nida Rahmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menempati peran sangat strategis dalam pembangunan nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan pemerintah dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 31 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elemen pembangunan adalah orang yang sangat berkompeten dalam bidangnya

BAB I PENDAHULUAN. elemen pembangunan adalah orang yang sangat berkompeten dalam bidangnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor yang paling kritis dan sangat dibutuhkan oleh berbagai elemen pembangunan adalah orang yang sangat berkompeten dalam bidangnya atau disebut juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 6 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang berperadaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat memperihatinkan. Berdasarkan data penelitian Human Development Index

BAB I PENDAHULUAN. sangat memperihatinkan. Berdasarkan data penelitian Human Development Index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peringkat pendidikan Indonesia di dunia masih berada pada posisi yang sangat memperihatinkan. Berdasarkan data penelitian Human Development Index (HDI) tahun 2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah yang menjadi dasar pijakan peneliti melakukan penelitian, kemudian tujuan penelitian yang menjadi arah pada penelitian ini, selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi tidak saja memberikan dampak positif akan tetapi memberikan dampak negatif pula terhadap kehidupan manusia. Dampak positif yang dirasakan yaitu berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia

Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia Dindin Abdul Muiz Lidinillah Dosen Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya dindin_a_muiz@upi.edu Abstrak Guru sebagai tenaga profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar, seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (dalam Norep,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka hasil studi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka hasil studi BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka hasil studi hubungan hasil pelatihan kompetensi tutor berupa pengetahuan kompetensi tutor (kognitif),

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN : BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci