PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN SMR 100 MWe

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN SMR 100 MWe"

Transkripsi

1 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN SMR 100 MWe Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Telp/Fax : (021) nasr@batan.go.id ABSTRAK PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN SMR 100 MWe. Investasi pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan investasi yang bersifat capital intensive dengan faktor resiko investasi yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perhitungan ekonomi harga listrik dan pendanaan PLTN ukuran Small Medium Reactor (SMR). Metodologi meliputi kajian keekonomian, finansial, dan analisis pendanaan dengan menghitung biaya pembangkitan listrik PLTN SMR dari berbagai ukuran dan tarif listrik PLTN SMR dengan menggunakan model spread sheet. Hasil menunjukkan biaya investasi SMR mulai 5000 USD/kWe sampai USD/kWe. Biaya pembangkitan SMR yang pertama kali dibangun lebih mahal dibandingkan dengan biaya pembangkitan SMR yang berikutnya. Biaya pembangkitan listrik pada SMR NOAK, FOAK, LEAD, LEAD2 dan SMR-B&W cenderung mempunyai nilai berbeda, akibat adanya biaya operasi dan perawatan terutama gaji dan upah tenaga kerja, biaya bahan bakar menunjukkan hasil yang relatif sama antara semua kasus. Biaya investasi pada beberapa kasus lebih tinggi dibandingkan biaya investasi pada kasus lainnya, karena pengaruh kenaikan bahan material untuk pembangkit listrik, struktur konstruksi dan peraturan-peraturan yang terkait dengan PLTN serta masalah lingkungan yang mempengaruhi perbedaan biaya investasinya. Harga listrik dan pendanaan dengan discount rate 10% menunjukkan biaya pembangkit listrik SMR sebesar 93,07 mills$/kwh yang termurah sampai 190,72 mills$/kwh. Sedangkan pendanaan PLTN SMR menunjukkan peluang pendanaan pembangunan PLTN di Indonesia diperkirakan cenderung menggunakan pola pendanaan secara PPP (public private partnership) dan harga jual berkisar antara Rp per kwh hingga Rp per kwh dengan tingkat pengembalian investasi berkisar antara 11,05% sampai 11,24%. Kata kunci: harga listrik, pendanaan, Small Medium Reaktor ABSTRACT ECONOMIC CALCULATION AND FINANCING SMR NPP 100 MWe. Nuclear power plant investment is a capital intensive investment with high investment risk factors. This study aims to determine the economic calculation of the price of electricity and NPP funding size Small Medium Reactor (SMR). The methodology includes the study of the economic, financial and funding analysis by calculating the cost of generating electricity from nuclear power plants of various sizes SMR and SMR NPP electricity rates by using a spread sheet models. The data obtained showed the investment costs range SMR 5000 USD / kwe up to USD / kwe. Generation cost SMR from first built is more expensive than the cost of the next generation SMR. The cost of electricity generation in the SMR NOAK, FOAK, LEAD, LEAD2 and SMR-B & W tend to have different values. This is due to the different cost of operation and maintenance costs, especially salaries and wages of labor, fuel costs showed a relatively equal among all cases. Investment costs in some cases higher than the others. This is due to the effect of rising materials cost for power generation, structure construction and regulations related to nuclear power plants and environmental issues that cause the differences in investment cost price. Electricity prices and financing with 10% discount rate shows the cost of electricity generation SMR for $ mills / kwh to mills cheapest $ / kwh. While the NPP funding funding opportunity SMR shows nuclear power plant in Indonesia tend to use the pattern of the PPP (public private partnership) and the selling price between Rp per kwh and 2300 per kwh with the return on investment ranging 11.05% to 11.24%. Keywords: electricity price, financing, Small Medium Reactor 107

2 Perhitungan Ekonomi dan Pendanaan PENDAHULUAN Saat ini tren pengembangan reaktor nuklir adalah berdaya kecil, dan ini didorong oleh dua hal, yakni karena mahalnya biaya investasi reaktor besar dan adanya kebutuhan akan reaktor daya untuk jaringan listrik di bawah 4 GWe (secara umum, kapasitas terpasang suatu unit pembangkit tidak boleh melebihi 15% kapasitas total jaringan). Reaktor daya kecil dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah dengan tingkat populasi yang rendah atau di daerah terpencil. IAEA mengklasifikasikan reaktor kecil sebagai reaktor dengan daya di bawah 300 MWe, namun akhir-akhir inipun daya 500 MWe dapat diterima sebagai batasan atas untuk reaktor daya kecil. Reaktor daya kecil merupakan jenis PLTN sebagian besar komponen-komponennya telah dipabrikasi dalam bentuk modul-modul sehingga hanya tinggal merakit. Keuntungannya, waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan lebih pendek dibandingkan jika membangun jenis reaktor konvensional. Margin keselamatan yang tinggi, mudah disesuaikan dengan jaringan yang ada, disain fleksibel (multifungsi), dan biaya modal kecil dan interval pergantian bahan bakar sangat panjang menjadi keunggulan PLTN ini, tetapi biaya pembangkitan cukup besar bila dibandingkan dengan PLTN daya besar. Secara Umum Studi ini menunjukkan perhitungan biaya pembangkitan listrik (harga keekonomian). Untuk lebih melengkapi pembahasan harga keekonomian, juga untuk mengetahui kelayakan suatu proyek, maka perlu ditambahkan pembahasan tentang financing (pendanaan). Penelitian ini merupakan studi khusus, dan sehubungan Pembangkit Listrik dengan menggunakan energi nuklir ini belum pernah di bangun di Indonesia, maka diperlukan penelitian bukan hanya menangani studi ekonomi pendanaan saja, tetapi juga harus berpengalaman dalam masalah kelistrikan di Indonesia, sekaligus yang mengerti tentang masalah ketenaganukliran di Indonesia Studi ini dilakukan untuk mengkaji rencana pembangunan PLTN pertama di Indonesia yang meliputi kajian keekonomian, kajian finansial, dan analisis pendanaan. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter teknis dan ekonomi. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk : Menghitung biaya pembangkitan listrik PLTN SMR dari berbagai ukuran yang mempunyai satuan mills$/kwh Menghitung tarif listrik PLTN SMR dengan menggunakan model spread sheet Penelitian dilakukan dengan mengambil data sekunder dan menggunakan data terbaru tahun Untuk SMR terbagi menjadi SMR-NOAK (SMR- Nth-Of-A-Kind), SMR FOAK-4 (SMR- First-Of-A-Kind Engineering), SMR LEAD, SMR LEAD/2 dan SMR B&W. PLTN SMR FOAK (First-of-a-kind engineering) adalah biaya ini berkaitan dengan upfront design dan desain engineering pekerjaan yang diperlukan untuk mendapatkan sertifikasi desain dan lisensi gabungan konstruksi dan operasi dari Nuclear Regulatory Commission. Pembangkit ini dibangun pertama kali, sehingga belum ada pengalaman membangun dan menyebabkan resiko kegagalan. Guna mengantisipasi kegagalan dan mewujudkan pembangkit tersebut diperlukan biaya yang lebih tinggi. PLTN SMR NOAK (Nth-of-a-kind) adalah estimasi biaya untuk pembangkit tidak termasuk biaya desain utama dan diasumsikan pengalaman pembelajaran telah dimasukkan dalam membangun pembangkit sehingga kurva pembelajaran telah diatasi. Jika sudah pernah membangun pembangkit, maka untuk membangun pembangkit berikutnya sudah mempunyai pengalaman dan diharapkan efisiensi biaya dapat dicapai. PLTN SMR LEAD adalah pengembangan SMR yang didasarkan pada desain yang pada akhirnya akan dibangun, set awal merupakan pembelajaran dan modul pembangkit dalam upaya komersialisasi SMR. Akibatnya, overnight cost untuk PLTN SMR LEAD menjadi signifikan lebih tinggi daripada pembangkit PLTN SMR NOAK yang menggabungkan manfaat dari proses pembelajaran dalam pengaturan pembangkit. Perkiraan biaya untuk LEAD konservatif, simbol dari ketidakmampuan, pada awal 108

3 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 perusahaan ini, untuk membangun pengadaan terbaik, manufaktur, dan sistem pengiriman pada saat pembangunan. Perkiraan ini dapat menimbulkan tantangan untuk potensi " penggerak pertama " di industri, tetapi tidak dapat diatasi. Penghalang ini dapat diatasi dengan cara kombinasi skema penjual harga, berbagi ekuitas, daya beli dan pengaturan penjualan, negara dan insentif pemerintah daerah, dan insentif sektor swasta. PLTN SMR LEAD/2 adalah pembangkit SMR yang diasumsikan terdiri dari tiga modul, yaitu 100 MW, 300 MW atau keseluruhan. LEAD/2 akan lebih tinggi biaya overnight costnya, karena biaya tetap untuk aset infrastruktur pembangkit akan diamortisasi, namun biaya total modal akan lebih rendah. Hal ini mungkin saja diinginkan untuk menggunakan LEAD/2 sebagai pembangkit komersial SMR awal, terutama jika beberapa desain SMR didukung untuk mengurangi total pengeluaran biaya modal. PLTN SMR B&W mpower adalah PLTN SMR yang berasal dari Amerika Serikat yang mempunyai kapasitas daya 125 MWe 2. METODOLOGI Tarif listrik digunakan model finansial berbasis spread-sheet. Persamaan untuk menghitung tarif listrik teraras adalah: Levelized tariff = Total biaya dalam Net Present Value (NPV) Total biaya dalam NPV energi yang dijual. Umumnya, model BOT ini hampir mustahil untuk diterapkan pada proyek-proyek tenaga nuklir karena dimasukkannya resiko non-konvensional yang mana pemasok atau pembangun tidak dapat mengambil uang atas dasar pembiayaan non-recourse. Baru-baru ini, telah ada beberapa upaya untuk membiayai proyek tenaga nuklir melalui Public Private Partnership (PPP) sebagai proyek modifikasi pembiayaan model, yang didasarkan pada kombinasi investasi dari pemerintah dan investor. Dalam hal ini, pemerintah perlu menjamin tidak hanya risiko utama yang relevan dengan karakteristik pembangunan PLTN seperti kewajiban nuklir, risiko politik, dekomisioning, izin, penerimaan publik, tetapi juga beberapa keuntungan melalui Purchasing Power Agreement (PPA) jangka panjang [2] Pada bagian ini menggambarkan aplikasi model FINPLAN untuk analisis pendanaan dari single plant yang dibangun oleh Utility. Diasumsikan utility disebut Nuclear Power Utility yang akan membangun PLTN dengan kapasitas 100 MWe dan perusahaan yang menjual listrik serta mendistribusikan namanya PLN. Dalam studi ini biaya investasi sesaat SMR-NOAK sebesar 5600 US$/kWe, SMR FOAK 6898 US$/kWe, SMR LEAD sebesar 9275 US$/kWe, SMR LEAD2 sebesar US$/kWe dan SMR B&W sebesar 4998US$/kWe. Biaya investasi menggunakan tahun dasar 2011 US$, hal ini dilakukan saat menghitung biaya pembangkitan listrik. Sebagaimana untuk tahun dasar yang digunakan untuk studi ini, waktu operasional PLTN biasanya disesuaikan dengan tahun dasar tersebut. Untuk PLTN pertama di Indonesia diasumsikan dioperasionalkan pada tahun 2025 dan per 1 Januari tahun 2011 dijadikan tahun dasar studi. Selanjutnya asumsi akan digunakan untuk studi ini. Parameter dasar ekonomi dan teknis yang digunakan pada data pembangkit tenaga listrik yang digunakan untuk menghitung dan mengevaluasi keekonomian adalah sebagai berikut: data parameter teknis dan ekonomis serta finansial PLTN SMR, data penjualan, sumber pendanaan, dan syarat dan kondisi pendanaan Data Parameter Teknis dan Ekonomis Serta Finansial PLTN SMR Sebelum dilakukan perhitungan biaya pembangkitan listrik PLTN SMR, maka perlu ditentukan terlebih dahulu parameter teknis dan ekonomisnya, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Asumsi dan data yang digunakan dalam parameter teknis dan ekonomis ini selanjutnya akan menjadi masukan bagi software untuk menghitung biaya pembangkitan listrik PLTN yaitu mini G4econs yang dirilis oleh IAEA pada tahun 2008 dan FINPLAN untuk menghitung analisis pendanaan PLTN. 109

4 Perhitungan Ekonomi dan Pendanaan... Nilai tukar tahun 2010 rata-rata Rp / 1 US$ dan tahun 2011 rata-rata Rp / 1 US$, tingkat nilai tukar ini mencerminkan tingkat inflasi. Sedangkan tingkat inflasi US$ tahun 2011 sebesar 3%, steady rate 3% per tahun. Sedangkan Rp. inflasi tahun 2011 sebesar 5%, steady rate 7% per tahun. Tabel 1. Data Parameter Teknis dan Ekonomis serta Finansial PLTN SMR [1] No Keterangan Satuan NOAK FOAK LEAD LEAD2 B&W [3] 1 Kapasitas Pembangkit MWe net Faktor Kapasitas % Efisiensi Pembangkit % Auxiliary Consumption % 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5 Umur Teknis tahun Umur Ekonomis tahun Masa Konstruksi tahun Biaya pembangunan Juta US$ Interest During Juta US$ Construction 10 Total Biaya Investasi USD/kWe Investasi Asing/Lokal - 85/15 85/15 85/15 85/15 85/15 12 Discount Rate % Biaya Investasi PLTN SMR Biaya investasi PLTN biasanya disebut biaya sesaat (overnight cost), yaitu biaya yang belum memasukkan tingkat suku bunga selama konstruksi atau Interest During Construction (IDC). Biaya ini terdiri dari biaya EPC (Engineering Procurement Construction), biaya pengembangan (development costs) dan biaya lain-lain (other costs) serta biaya contigency. Komposisi biaya kapital untuk EPC terdiri atas biaya nuclear island, conventional island, balance of plant, construction dan erection work, design dan engineering. [4] Biaya investasi yang dihitung disesuaikan dengan disbursement selama masa konstruksi, dan data tersebut diambil dari data terbaru tahun Pembangunan PLTN memerlukan dana yang cukup besar sehingga biasanya pemilik modal (owner) tidak cukup dana untuk membiayai pembangunan PLTN tersebut. Owner biasanya meminjam dana dari lembaga keuangan internasional, dengan demikian ada konsekuensi biaya berupa interest during construction (IDC). Biaya sesaat apabila ditambahkan dengan IDC disebut juga dengan biaya investasi. Tabel 2. Rincian Direct Costs [1] Keterangan Units NOAK FOAK LEAD LEAD2 B&W Balance of Plant Structures $ M Reactor Building $ M Non-reactor Structures $ M Total Site Improvements and Structures $ M Reactor and Steam Generator $ M Turbine Generator and Condenser $ M Transformer and Elec. Equipment $ M Cooling System and Misc. Equip. $ M Power Unit Equipment $ M Direct Costs $ M

5 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 Tabel 3. Rincian Biaya Overnight Cost [1] Keterangan Units NOAK FOAK LEAD LEAD2 B&W Net Electrical Capacity MWe Direct Costs (see Table 3) $ M Indirect Costs $ M First Core Costs $ M DD&E Expensesc $ M Owner's Cost $ M Overnight Cost $ M Contingency % Total Overnight Cost $ M Total Overnight Cost per kw $/kw Interest During Construction % All-in Capital Costs $ M Biaya Bahan Bakar PLTN SMR Bahan bakar nuklir (nuclear fuel) merupakan bahan bakar yang dibutuhkan oleh PLTN untuk dapat beroperasi menghasilkan energi listrik selama waktu hidupnya (life time). Daur bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) mencakup seluruh aktivitas mulai dari eksplorasi, penambangan, penggilingan, pemurnian, pengkayaan dan kemudian dilanjutkan dengan fabrikasi menjadi elemen bakar nuklir untuk siap digunakan dalam operasi reaktor dan akhirnya menjadi bahan bakar bekas (spent fuel). Dalam bulan Maret 2011 [5] biaya dalam US$ untuk mendapatkan 1 kg uranium UO2 bahan bakar reaktor pada harga pasar. Pada MWd/t burn-up akan memberikan kwh elektrikal per kg, sehingga biaya bahan bakar menjadi 0.77 c/kwh. Back-end cost merupakan biaya penanganan bahan bakar bekas sesudah dipakai dan keluar dari reaktor, berupa biaya penyimpanan sementara on-site di PLTN dan biaya penyimpanan lestari (permanent storage). Burn-up bahan bakar nuklir merupakan besarnya energi yang dihasilkan oleh reaktor untuk setiap metrik ton U235. Besarnya burn-up U235 tergantung pada teknologi reaktor yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Nilai burn-up yang dipakai pada studi ini adalah MWd per metrik ton uranium, sesuai dengan spesifikasi reference plant Biaya Operasi dan Perawatan (Operation and Maintenance Costs) Biaya operasi dan pemeliharaan (O&M Cost) merupakan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan operasi rutin PLTN. O&M Cost besarnya bergantung pada teknologi dan kapasitas daya yang terpasang. O&M Cost dibedakan menjadi dua, yaitu variable O&M Cost dan fixed O&M Cost. Fixed O&M Cost merupakan biaya operasional rutin, meliputi biaya pegawai, property tax, plant insurance, dan life-cycle maintenance. Variabel O&M costs mencakup biaya bahan bakar, consumables materials, pemeliharaan langsung unit pembangkit, pemeliharaan gedung pembangkit, dan pemeliharaan oleh outsourcing. Varibel O&M cost dan Fixed O&M cost merupakan biaya yang bergantung pada fungsi produksi dari PLTN SMR. Biaya operasi dan pemeliharaan (O&M Cost) merupakan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan operasi rutin PLTN. Biaya O&M besarnya bergantung pada teknologi dan kapasitas daya yang terpasang. Biaya O&M dibedakan menjadi dua, yaitu biaya variable O&M dan biaya fixed O&M. Biaya Fixed O&M merupakan biaya operasional rutin yang antara lain meliputi biaya pegawai, property tax, plant insurance, dan life-cycle maintenance. 111

6 Perhitungan Ekonomi dan Pendanaan... Tabel 4. Total Biaya O&M PLTN SMR [1] No Deskripsi Unit NOAK FOAK LEAD LEAD2 B&W 1 Biaya Fixed O&M mills$/kwh 12,57 13,83 17,25 22,67 17,25 2 Biaya Variable O&M mills$/kwh 1,57 1,72 2,15 2,82 2,15 Total Biaya O&M mills$/kwh 14,14 15,55 19,40 25,49 19, Data Penjualan Diasumsikan PLTN SMR akan menjual listrik yang diproduksi untuk didistribusikan PLN dan dijual berdasarkan discount rate 10% yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Harga Jual Listrik (Rp/kWh) Keterangan UNIT NOAK FOAK LEAD LEAD2 B&W Harga Listrik Rp/kWh Sumber Pendanaan Harga listrik yang murah dan tingkat pengembalian investasi yang lambat telah menghalangi perusahaan skala besar terlibat dalam proyek pembangkitan. Pendanaan menjadi tantangan utama, diperburuk dengan krisis global saat ini yang terpaksa banyak perusahaan yang bergerak dibidang energi memangkas anggaran belanja dan membatalkan proyek. Penarikan dana sering sulit dilakukan pembeli tunggal, PLN telah banyak melalaikan kontrak masa lalu. Kebanyakan IPP mempercayakan ekspor kreditnya dan bantuan dari agen pinjaman yang bersifat multilateral seperti ADB, JBIC, Korean Exim, dan China Exim untuk mendanai dengan bantuan dana yang biasanya dari internasional atau bank komersial dibandingkan bank domesik Indonesia. Tabel 6. Porsi Biaya Investasi Deskripsi Dalam Juta US $ Dalam Juta Rp SMR -NOAK SMR-FOAK SMR-LEAD SMR-LEAD SMR B&W Tabel 7. Disbursement Biaya Investasi Tahun Disbursement % US $ Disbursement % Rp Dalam skala yang lebih luas, peraturan lingkungan yang kompleks khususnya yang berhubungan dengan ketidakpastian dalam tender, telah dilakukan dengan upaya seperti disinsentif. Peningkatan upaya PPP di Indonesia yang berhubungan dengan peraturan dan peningkatan dukungan fiscal untuk menjamin adanya resiko tertentu dengan harapan dapat menarik investasi. Dalam studi ini diasumsikan masa konstruksi PLTN dijadwalkan dilakukan selama 6 tahun Biaya investasi dibagi menjadi dua bagian, porsi investasi asing 112

7 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 sebesar 85% dan porsi investasi local sebesar 15%. Disbursement schedule dapat ditunjukkan pada Tabel 6 dan Tabel 7. Total jumlah biaya investasi untuk porsi asing untuk SMR NOAK bernilai 560 juta US$ dan porsi lokal sebesar juta rupiah. Untuk SMR FOAK bernilai 690 juta US$ dan porsi lokal sebesar juta rupiah. Secara rinci telah dijelaskan pada Tabel 9. Investasi porsi asing akan didanai dari porsi asing sebesar 85%, dimana porsi untuk export credit 85% dan project loan sebesar 15%. Sedangkan biaya investasi porsi lokal sebesar 15% dari total investasi, akan didanai dari equity dan bonds. Tabel 8 menunjukkan skema pendanaan model PPP yang ditujukan pada pembangunan PLTN Tabel 8. Skema Pendanaan Model PPP Klasifikasi Keterangan Investasi Porsi Lokal 15% - Equity (Equity akan didanai selama 2 tahun) - Bonds (sisanya didanai dengan bond) Investasi Porsi Asing 85% - ECA (85% dari Debt) - Commercial (15% dari Debt) Total 100% 2.5. Syarat dan Kondisi Pendanaan Berikut kesimpulan dari ringkasan sumber utama pendanaan dan syarat serta kondisi yang dapat dijadikan pertimbangan untuk pendanaan proyek. Syarat dan kondisi untuk masing-masing sumber pendanaan selanjutnya diringkas sebagai berikut: Tingkat bunga minimum pinjaman komersial (Commercial Interest References Rates) (CIRR) ditetapkan untuk beberapa mata uang oleh peserta dalam penyusunan tersebut. CIRRs disusun setiap tanggal 15 setiap bulannya. CIRRs untuk periode dari tanggal 15 Maret hingga 14 April 2012 yang terdaftar dibawah ini Tabel 9. Susunan Resmi Bantuan Ekspor Kredit OECD [6] Syarat PLTN Semua PLTN Semua Mata Uang Pembayaran kembali baru kontrak lain baru kontrak lain US dollar >15 sampai 16 tahun 3,22% 2,97% 3,22% 2,97% Tingkat kemampuan CIRRs dalam menyediakan bantuan dana resmi yang berhubungan dengan ketentuan dari kesepakatan sector ini yang dibangun dengan menggunakan tingkat dasar dan keuntungan sebagai berikut: Tabel 10. Konstruksi dari CIRRs [7] PLTN baru Semua Kontrak lain Pembayaran Tingkat dasar Margin Base Rate (Government Margin kembali (tahun) (Government bonds) (bps) bonds) (bps) 15 9 tahun tahun 120 Project loan dalam studi ini akan diasumsikan dalam jangka waktu 10 tahun, tingkat bunga yang dipilih adalah floating 2 % dengan spread diatas inflasi dalam nilai mata uang asing. Pinjaman dilakukan untuk mendanai peningkatan infrastruktur yang akan mengurangi kemahalan jika Indonesia mampu bertahan pada yang disebut investment grade credit rating. Seperti diketahu tingkat bonds Indonesia selama 30 tahun sebesar 5.375% karena investor yang ada mempunyai kemampuan membayar dengan harga tinggi. Segera setelah Moody s baru saja mengumumkan. 10 tahun bonds Indonesia jatuh pada tingkat 5.83% per tahun. Kemampuan untuk menerbitkan bonds pada tingkat yang rendah tiap 113

8 Perhitungan Ekonomi dan Pendanaan... tahunnya menjadi penting karena akan berdampak pada rendahnya pinjaman Indonesia yang dibayar kurang dari 7% tingkat bunga tahunan pada 30 tahun diterbitkan, seperti Italia alami, Indonesia hanya membayar 5,375% per tahun. Mengambil cara lain setiap ada peningkatan dalam tingkat bond dari lembaga credit-rating adalah merupakan tanda bagi investor bahwa bond Indonesia/bond Pemerintah mengurangi resiko kegagalan, dan dapat menambah banyak kebutuhan investasi dalam pertumbuhan ekonomi [8]. Sumber pendanaan dimulai dari tahun 2019 sampai tahun 2024 dan dibagi menjadi dua bagian, yaitu export credit sebesar 85% dan project loan sebesar 15%. Indonesia memberlakukan PPN saat ini ditetapkan berdasarkan UU PPN Nomor 42/2009. Tingkat PPN umumnya adalah 10% meskipun persediaan yang merupakan barang ekspor, dan ekspor dari beberapa jasa tingkat PPN 0%. Tingkat Pajak Penghasilan 25%, biaya proyek sampai dengan 7,5% (yaitu 10% PPN x (tarif pajak 1-0,25%)). [9] 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan biaya pembangkit listrik yang menggunakan model Mini G4Econs dapat ditunjukkan pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Biaya Pembangkitan PLTN SMR Keterangan Unit NOAK FOAK LEAD LEAD2 B&W Biaya Investasi & DD mills$/kwh 73,91 90,33 120,88 154,07 65,14 Biaya O&M mills$/kwh 14,14 15,55 19,40 28,12 19,40 Biaya Bahan Bakar mills$/kwh 8,53 8,53 8,53 8,53 8,53 Biaya Pembangkit mills$/kwh 96,58 114,41 148,81 190,72 93,07 Hasil perhitungan keekonomian menunjukkan bahwa biaya pembangkit listrik PLTN SMR, paling besar adalah biaya investasi & DD dibandingkan terhadap biaya-biaya lainnya. Hasil perhitungan menunjukkan biaya pembangkit PLTN SMR termurah adalah SMR NOAK sebesar 96,58 mills$/kwh lalu disusul SMR B&W sebesar 93,07 mills$/kwh, SMR FOAK sebesar 114,41 mills$/kwh, SMR LEAD sebesar 148 mills$/kwh dan termahal SMR LEAD2 sebesar 190,72 mills$/kwh Biaya konstruksi lebih didominasi mata uang asing dan sejumlah besar dibutuhkan selama pertengahan masa konstruksi. Biaya konstruksi (tanpa IDC) dihitung dengan menggunakan nilai uang berjalan pada mata uang USD dan mata uang rupiah, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12. Sumber utama pendanaan adalah export credit, yang menutup kira-kira sebesar 85% dari investasi dengan menggunakan mata uang asing (US$). Biaya Investasi Tabel 12. Sumber Pendanaan SMR NOAK SMR FOAK SMR LEAD SMR LEAD2 SMR B&W Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta USD Rp USD Rp USD Rp USD Rp USD Rp Asing Lokal Total Pendanaan proyek seperti PLTN, mempunyai biaya investasi sangat tinggi dan lama masa konstruksinya sangatlah sulit. Dalam kasus perusahaan baru menjadi lebih sulit karena selama periode konstruksi panjang tidak ada sumber pendapatan. Para kreditur juga enggan karena sejumlah ketidakpastian seperti biaya yang melebihi yang dianggarkan, keterlambatan konstruksi, ketidakpastian pasar (permintaan untuk listrik yang dihasilkan), dan lain-lain. Banyak dari ketidakpastian tersebut telah dihapus dalam kasus sederhana melalui asumsi yang digambarkan di atas. Hasil analisis menunjukkan bahwa jika kondisi 114

9 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 dianggap berlaku, proyek ini secara finansial layak dan dapat memberikan pasokan listrik dengan harga yang stabil. Namun, untuk mengetahui kesehatan keuangan proyek, analisis sensitivitas harus dilakukan dengan memvariasikan nilai-nilai yang diasumsikan parameter penting. Sensitivitas harga jual telah dievaluasi dengan menganalisis dampaknya terhadap tingkat pengembalian investasi. Hasil analisis pendanaan PLTN SMR menunjukkan bahwa untuk harga jual berkisar antara Rp per kwh hingga Rp per kwh dengan tingkat pengembalian investasi berkisar antara 11,05% sampai 11,24%. Tabel 13. Hasil Analisis Pendanaan untuk PLTN SMR Keterangan UNIT NOAK FOAK LEAD LEAD2 B&W Biaya Investasi Sesaat US$/kWe IRR % 11,05 11,12 11,24 11,14 11,10 Harga Listrik Rp/kWh NPV 10^9 Rp 659,38 711, , ,61 732,82 Discount Rate % Tahun Berakhir Operasi Tahun KESIMPULAN Dari uraian yang telah dipaparkan dapat ditambil kesimpulan bahwa biaya pembangkit listrik PLTN SMR, bagian paling besar adalah biaya investasi &DD bila dibandingkan biaya-biaya lainnya. Biaya pembangkit PLTN SMR termurah adalah SMR NOAK sebesar 96,58 mills$/kwh lalu disusul SMR B&W sebesar 93,07 mills$/kwh, SMR FOAK sebesar 114,41 mills$/kwh, SMR LEAD sebesar 148 mills$/kwh dan termahal SMR LEAD2 sebesar 190,72 mills$/kwh. Biaya pembangkitan SMR yang pertama kali dibangun lebih mahal dibandingkan dengan biaya pembangkitan SMR berikutnya dibangun. Biaya pembangkitan listrik pada SMR-NOAK, SMR-FOAK, SMR LEAD, SMR LEAD2 dan SMR-B&W cenderung mempunyai nilai yang berbeda, hal ini karena biaya operasi dan perawatan terutama gaji dan upah tenaga kerja antara kasus satu dengan kasus yang lain Biaya bahan bakar menunjukkan hasil yang relatif sama antara semua kasus, karena bahan bakar uranium cenderung mengikuti mekanisme harga pasar. Biaya investasi pada beberapa kasus lebih tinggi dibandingkan biaya investasi pada kasus lainnya, hal ini disebabkan pengaruh kenaikan bahan material untuk pembangkit listrik, struktur konstruksi yang dibuat, juga peraturanperaturan yang terkait dengan PLTN dan masalah lingkungan sehingga akan mempengaruhi perbedaan biaya investasinya. Pola pendanaan PLTN dengan pola konvensional mempunyai risiko dan biaya investasi yang tinggi. Oleh karena itu komitmen mengeluarkan sejumlah besar dana untuk pembangunan PLTN tidak mudah. Di masa lalu Pemerintah menyediakan dana pembangunan pembangkit dari dana pinjaman luar negeri yang diteruskan ke public utility (PLN) sebagai pinjaman (two-step loans). Dengan semakin terbatasnya dana Pemerintah, baik rupiah maupun pinjaman luar negeri, dan kebutuhan yang juga mendesak untuk sektorsektor lain, maka alokasi dana Pemerintah untuk membangun PLTN diperkirakan akan sangat sulit. Di lain pihak, sektor swasta diperkirakan tidak akan tertarik untuk berinvestasi di PLTN karena nilai kapital yang sangat tinggi, masa konstruksi yang sangat panjang, dan risiko yang sangat tinggi khas PLTN seperti risiko delay dan cost overrun konstruksi, risiko kecelakaan, dan risiko lingkungan. Saat ini sudah ada beberapa perusahaan swasta nasional (IPP) yang berminat ikut dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN di Indonesia. Kerja sama dengan perusahaan pengembang PLTN perlu dilakukan untuk menjajagi kemungkinan kerja sama maupun pembentukan konsorsium. Hal ini perlu didorong kemungkinan terwujudnya kerja 115

10 Perhitungan Ekonomi dan Pendanaan... sama antara BUMN/swasta nasional/ internasional agar biaya pembangunan PLTN tidak membebani APBN. Dengan demikian peluang pendanaan pembangunan PLTN di Indonesia diperkirakan cenderung menggunakan pola pendanaan secara PPP (public private partnership). DAFTAR PUSTAKA [1]., Small Modular Reactors - Key to Future Nuclear Power Generation in the U.S. The University of Chicago EPIC, November [2]. PT. PLN (PERSERO) LITBANG., The Study on the Economics, Financing and Ownership Structure of Nuclear Power Plant (NPP) in relation to the Preparation Plans of the Construction of the First NPP in Indonesia, PT PLN Jakarta, [3]., The Nuclear Option: Is Small Scale Nuclear Energy an Option for Alaska? Craig Welling Office of Nuclear Energy U.S. Department of Energy SMR Financing and Economics December 2010 [4]. KOMUNIKASI PRIBADI (LEE MYUNG KEY). Deputy General Manager, Overseas Project Departement. Kunjungan tanggal 25 Januari 2006 ke BATAN.Jakarta. [5]. WNA., The Economics of Nuclear Power, World Nuclear Association, Vienna August [6]. OECD. The Arrangement For Officially Supported Export Credit, Paris 05 March [7]. OECD, Trade and Agriculture Directorate Participants to The Arrangement on Officially Supported Export Credits 30 August [8]., The Jakarta Post, Indonesia Makes Investment Grade at Moody s, Indonesia Earns Investment-Grade Bond Rating, Saturday, January 21, [9]., Electricity in Indonesia Investment and Taxation Guide,

PERHITUNGAN BIAYA OPERASI DAN PERAWATAN PLTN SKALA BESAR DAN KECIL

PERHITUNGAN BIAYA OPERASI DAN PERAWATAN PLTN SKALA BESAR DAN KECIL Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 17, Nomor 2, Desember 2015 PERHITUNGAN BIAYA OPERASI DAN PERAWATAN PLTN SKALA BESAR DAN KECIL Mochamad Nasrullah, Wiku Lulus Widodo Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARASI EKONOMI PLTN DAN PLTU BATUBARA UNTUK BANGKA BELITUNG

ANALISIS KOMPARASI EKONOMI PLTN DAN PLTU BATUBARA UNTUK BANGKA BELITUNG ANALISIS KOMPARASI EKONOMI PLTN DAN PLTU BATUBARA UNTUK BANGKA BELITUNG Mochamad Nasrullah (PPEN)-BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Telp/Fax : (021)5204243 Email: nasr@batan.go.id

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN BERBASIS SYARIAH DAN NON SYARIAH

PERBANDINGAN PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN BERBASIS SYARIAH DAN NON SYARIAH PERBANDINGAN PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN BERBASIS SYARIAH DAN NON SYARIAH Mochamad Nasrullah*) Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN)-BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EKONOMI GTHTR 300 DENGAN MINI G4ECONS SEBAGAI DASAR MENGHITUNG BIAYA PEMBANGKIT GTHTR 10 MWe

PERHITUNGAN EKONOMI GTHTR 300 DENGAN MINI G4ECONS SEBAGAI DASAR MENGHITUNG BIAYA PEMBANGKIT GTHTR 10 MWe Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 16, Nomor 1, Juni 2014 PERHITUNGAN EKONOMI GTHTR 300 DENGAN MINI G4ECONS SEBAGAI DASAR MENGHITUNG BIAYA PEMBANGKIT GTHTR 10 MWe Mochamad Nasrullah, Nurlaila Pusat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN. Mochamad Nasrullah, Suparman

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN. Mochamad Nasrullah, Suparman PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN ABSTRAK Mochamad Nasrullah, Suparman Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI MODEL PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN

STUDI KOMPARASI MODEL PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN STUDI KOMPARASI MODEL PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN Nuryanti, Mochamad Nasrullah, Suparman Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta

Lebih terperinci

STUDI PENDANAAN PLTN KELAS 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM FINPLAN

STUDI PENDANAAN PLTN KELAS 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM FINPLAN STUDI PENDANAAN PLTN KELAS 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM FINPLAN Elok S. Amitayani, Suparman, Moch. Nasrullah, Rizki Firmansyah Setya Budi (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

Lebih terperinci

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PADA PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN DAN PLTN

STUDI PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PADA PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN DAN PLTN STUDI PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PADA PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN DAN N Mochamad Nasrullah, Nuryanti*) *) Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang

Lebih terperinci

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi h_maksum@yahoo.com

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN DAN PEMBANGKIT KONVENSIONAL MENGGUNAKAN SPREADSHEET INOVASI

PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN DAN PEMBANGKIT KONVENSIONAL MENGGUNAKAN SPREADSHEET INOVASI Perhitungan Ekonomi dan Pendanaan PLTN dan Pembangkit Konvensional Menggunakan Spreadsheet Inovasi (Moch. Djoko Birmano, Imam Bastori) PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN DAN PEMBANGKIT KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor-Faktor Keekonomian Terhadap Biaya Investasi PLTN SMR

Pengaruh Faktor-Faktor Keekonomian Terhadap Biaya Investasi PLTN SMR Pengaruh Faktor-Faktor Keekonomian Terhadap Biaya Investasi PLTN SMR Nuryanti 1), Elok Satiti Amitayani 2), Mochamad Nasrullah 3), Suparman 4) 1,2,3,4) Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN Jl.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

Nuryanti, Suparman & Elok S. Amitayani

Nuryanti, Suparman & Elok S. Amitayani Vol. 2, 2017 Analisis Kelayakan Finansial Proyek PLTN SMR di Indonesia Dengan Pendekatan Probabilistik: Studi kasus pengaruh penambahan jumlah variabel ketidakpastian Nuryanti, Suparman & Elok S. Amitayani

Lebih terperinci

Perbandingan Hasil Perhitungan LUEC PLTN Dengan Menggunakan Model Legecost, Mini G4Econsdan Nest

Perbandingan Hasil Perhitungan LUEC PLTN Dengan Menggunakan Model Legecost, Mini G4Econsdan Nest Perbandingan Hasil Perhitungan LUEC PLTN Dengan Menggunakan Model Legecost, Mini G4Econsdan Nest 1, a) Mochamad Nasrullah 1 Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN) BATAN a) Telp/Fax : (021) 5204243 Email:nasr@batan.go.id

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC maka dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan instrument-instrument kelayakan investasi menunjukkan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA LISTRIK DAN NON LISTRIK GTHTR SEBAGAI PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN PLTN SMR DI INDONESIA

PERHITUNGAN HARGA LISTRIK DAN NON LISTRIK GTHTR SEBAGAI PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN PLTN SMR DI INDONESIA PERHITUNGAN HARGA LISTRIK DAN NON LISTRIK GTHTR SEBAGAI PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN PLTN SMR DI INDONESIA Mochamad Nasrullah *) Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO FINANSIAL PADA PROYEK PLTN DI INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO FINANSIAL PADA PROYEK PLTN DI INDONESIA ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO FINANSIAL PADA PROYEK PLTN DI INDONESIA Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tersedianya infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan infrastruktur fisik lainnya menjadi pendorong bagi kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sumber-sumber energi primer di Indonesia yang terutama meliputi

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

KOMPARASI ASPEK EKONOMI TEKNIK SC (STEEL PLATE REINFORCED CONCRETE) DAN RC (REINFORCED CONCRETE) PADA KONSTRUKSI DINDING PENGUNGKUNG REAKTOR

KOMPARASI ASPEK EKONOMI TEKNIK SC (STEEL PLATE REINFORCED CONCRETE) DAN RC (REINFORCED CONCRETE) PADA KONSTRUKSI DINDING PENGUNGKUNG REAKTOR KOMPARASI ASPEK EKONOMI TEKNIK SC (STEEL PLATE REINFORCED CONCRETE) DAN RC (REINFORCED CONCRETE) PADA KONSTRUKSI DINDING PENGUNGKUNG REAKTOR Yuliastuti, Sriyana Pusat Pengembangan Energi Nuklir BATAN Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DISCLAIMER

DAFTAR ISI DISCLAIMER DAFTAR ISI 1. Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang 2. Realisasi APBNP 2017 dan Defisit Pembiayaan APBN 3. Perkembangan Posisi Utang Pemerintah Pusat dan Grafik Posisi Utang Pemerintah Pusat 4. Perkembangan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI TERHADAP KEEKONOMIAN PLTN

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI TERHADAP KEEKONOMIAN PLTN ANALISIS PENGARUH TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI TERHADAP KEEKONOMIAN PLTN Sriyana *, Sahala LR *, Priyanto *, Imam Bastori *, Yuliastuti *, B. Suprawoto *, Refrison ** Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA Hari Suharyono ABSTRACT Power generation in Indonesia relies on coal and refined products, more than 60%

Lebih terperinci

PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X

PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X Eko Purwanto 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Keekonomian Pengembangan PLTP Skala Kecil

Keekonomian Pengembangan PLTP Skala Kecil EL-07 Keekonomian Pengembangan PLTP Skala Kecil Agus Sugiyono* 1 1 Bidang Perencanaan Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Indonesia *E-mail: agussugiyono@yahoo.com A B S T R A K

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi

Lebih terperinci

Risk associated with investing in bonds & sector overview RAYNALDI KALATA H WAHYUDI WIBOWO

Risk associated with investing in bonds & sector overview RAYNALDI KALATA H WAHYUDI WIBOWO Risk associated with investing in bonds & sector overview RAYNALDI KALATA H-3112030 WAHYUDI WIBOWO-3112062 INTRODUCTION 11 resiko yang akan dihadapi investor ketika berinvestasi pada obligasi, yaitu:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda sebagian kawasan Asia Tenggara pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda sebagian kawasan Asia Tenggara pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Krisis ekonomi yang melanda sebagian kawasan Asia Tenggara pada sekitar tahun 1997 mengakibatkan sektor perbankan mengalami pemburukan kinerja dan mendorong

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Innovation Management

Entrepreneurship and Innovation Management Modul ke: 07Fakultas PASCA Entrepreneurship and Innovation Management Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata Program

Lebih terperinci

Biaya Modal. Biaya Modal MNC. Biaya modal MNC mungkin berbeda dengan perusahaan domestik karena:

Biaya Modal. Biaya Modal MNC. Biaya modal MNC mungkin berbeda dengan perusahaan domestik karena: PENGANGGARAN MODAL DAN STRUKTUR MODAL MULTINASIONAL http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=889:kegiatan-perusahaanmultinasional&catid=40:mnc-a-kurs&itemid=72 Biaya Modal 1. Modal

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PLTN SMR DI INDONESIA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL KETIDAKPASTIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PLTN SMR DI INDONESIA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL KETIDAKPASTIAN Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 17, Nomor 2, Desember 2015 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PLTN SMR DI INDONESIA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL KETIDAKPASTIAN Nuryanti, Suparman, Mochamad

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 KELAYAKAN PROYEK BERDASARKAN KAJIAN BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM 4.1.1 Asumsi Proyeksi Keuangan Proyeksi Keuangan Rencana Jangka Panjang PAM JAYA tahun 2009-2013

Lebih terperinci

Konsep-konsep Biaya dan Lingkungan Ekonomi

Konsep-konsep Biaya dan Lingkungan Ekonomi Konsep-konsep Biaya dan Lingkungan Ekonomi Dr. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI Mengapa insinyur peduli pada Ekonomi? Ekonomi adalah teori pokok bisnis. Keputusan bisnis berdasar pada prinsip ekonomi dalam menentukan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Henry Pascal Magaline 1, Alvin Januar Haryono 2, Andi 3 ABSTRAK : Biaya overhead sebuah proyek merupakan salah satu unsur harga pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (stakeholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan,

BAB I PENDAHULUAN. (stakeholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemiliknya (stakeholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen

Lebih terperinci

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY Abstraksi Berdasarkan data realisasi subsidi APBN, selama ini meningkatnya angka subsidi APBN di-drive oleh, salah satunya

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

MENTORING PMKP UTS Mufida Sekardhani Maret, 2016

MENTORING PMKP UTS Mufida Sekardhani Maret, 2016 MENTORING PMKP UTS 2014-2015 Mufida Sekardhani Maret, 2016 JAWABAN SOAL 1(a) Project Financing vs Conventional Direct Financing Criterion Direct Financing Project Financing 1. Organization Biasanya berbentuk

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS EKONOMI

BAB VI ANALISIS EKONOMI Prarancangan Pabrik Methacrolein 82 BAB VI ANALISIS EKONOMI Pada prarancangan pabrik Methacrolein ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui kelayakan pabrik yang dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena modal merupakan salah satu dari faktor penggerak dalam perusahaan untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. investasi dan persyaratan pembiayaan yang ada di Bank BNI.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. investasi dan persyaratan pembiayaan yang ada di Bank BNI. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1 Berdasarkan hasil analisis data dari studi kasus analisis risiko kredit pada pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010 PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life Jakarta, Mei 2010 Beberapa Regulasi yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Jasa Konsesi UU No 30 2009 (Menggantikan UU 15 1985) Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proyeksi permintaan energi listrik di Indonesia tumbuh pesat setiap tahunnya. Sebagaimana dipublikasikan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) dalam Rencana Usaha

Lebih terperinci

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T.

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. Investment is not just about cold cash, BUT ALSO about imagination and innovation. Imagination to make better use of what we have already. Innovation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.

Lebih terperinci

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Dalam pengalokasian sumber dana untuk pelaksanaan proyek, material merupakan sumber daya yang mengadopsi terbesar sumber dana proyek. Manajemen material di bidang

Lebih terperinci

ANALISIS OBLIGASI DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAERAH

ANALISIS OBLIGASI DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAERAH ANALISIS OBLIGASI DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAERAH Dr. Perdana Wahyu Santosa Email: perdana.ws@gmail.com PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI-TAHAP 3/LANJUTAN BAGI KARYAWAN BPKD PEMPROV

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI digilib.uns.ac.id 155 BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik asetaldehida ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang menguntungkan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL

Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat memahami konsep dasar investasi, lingkungan investasi, dan peranan pasar modal terhadap investor dan perusahaan yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

Tulisan ini adalah catatan yang dapat dibagikan dari hasil pertemuan tersebut.

Tulisan ini adalah catatan yang dapat dibagikan dari hasil pertemuan tersebut. Transisi energi Indonesia untuk pencapaian target energi baru dan terbarukan dalam bauran energi primer tahun 2025: belajar dari program Energiewende di Jerman Oleh: Erina Mursanti. Ditulis September 2015.

Lebih terperinci

BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN)

BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN) BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN) 1997 INDONESIA KRISIS EKONOMI Kondisi krisis diperburuk oleh praktek-praktek ekonomi yang tidak sesuai /tidak mengindahkan tata

Lebih terperinci

ANALISIS PROBABILISTIK PADA PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN

ANALISIS PROBABILISTIK PADA PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN ANALISIS PROBABILISTIK PADA PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN Nuryanti 1), Akhmad Hidayatno 2), Suparman 3), Erlinda Muslim 4), Armand Omar Moeis 5) 1) & 3) Pusat Pengembangan Energi

Lebih terperinci

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH Oleh : Marsuki Disampaikan dalam acara Workshop Inn Red International dengan Tema : Manajemen Pembiayaan Infrasturktur Regional Pemerintah Daerah. Hotel

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Analisis Finansial Proyek Biaya Proyek Universitas Indonesia

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Analisis Finansial Proyek Biaya Proyek Universitas Indonesia BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Analisis Finansial Proyek 4.1.1. Biaya Proyek Dalam proyek ini ada beberapa biaya yang masuk dalam kategori biaya proyek, yaitu biaya yang digunakan untuk membiayai proyek, diantaranya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Struktur Modal Struktur Modal merupakan pilihan pendanaan antara utang dan ekuitas. Struktur modal (yang ditargetkan) adalah bauran utang, saham preferen, dan saham

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi oleh

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO Vika Arini 1), Siti Qomariyah 2), Agus Hari Wahyudi 3 ) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

Konsep Dasar Manajemen Keuangan

Konsep Dasar Manajemen Keuangan Konsep Dasar Manajemen Keuangan Sumber: Bab 1, 4 dan 5, dari buku Finance for IT Decision Makers oleh Michael Blackstaff, Springer, London, 1998. 1. Pengantar Akan dipelajari konsep dari: Dosen: Arrianto

Lebih terperinci

BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 22 Oktober 2012 Peran Kementerian Keuangan Instrumen Kebijakan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Kebijakan pendanaan/investasi Pemerintah (PIP)

Lebih terperinci

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN Salah satu upaya untuk mengatasi kemandegan perekonomian saat ini adalah stimulus fiskal yang dapat dilakukan diantaranya melalui defisit anggaran. SUN sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Untuk menjawab pertanyaan dari studi ini banyak digunakan acuan teori keuangan. Teori yang digunakan untuk landasan perhitungan studi ini adalah teori proses bisnis, financial planning

Lebih terperinci

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 2 PENGERTIAN DAN PENTINGNYA MODAL KERJA Terdapat dua konsep tentang modal kerja yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012

Lebih terperinci

Direct Lending Kepada BUMN Sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur

Direct Lending Kepada BUMN Sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Direct Lending Kepada BUMN Sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Riza Azmi Pendahuluan Pemerintah khususnya Kementerian Keuangan dewasa ini dihadapkan pada keterbatasan anggaran negara dalam memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 DIREKTORAT STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DESEMBER 2011 00 Pendahuluan Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing Andin Hadiyanto Kementerian Keuangan RI Tantangan Utama Sektor Industri Indonesia

Lebih terperinci

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 March 31, 2015 and December 31, 2014

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 March 31, 2015 and December 31, 2014 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Consolidated Statements of Financial Position 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 March 31, 2015 and December 31, 2014 31 Maret 2015/ 31 Desember 2014/ March 31, 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat persaingan yang sudah semakin tinggi menuntut setiap perusahaan agar mampu menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun perekayasaan (technology), namun juga dapat diartikan sebagai sebuah proses. Sesuai ragam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh setiap manajemen perusahaan. Dengan mengetahui. dimasa depan. Disebutkan bahwa terdapat tiga area penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh setiap manajemen perusahaan. Dengan mengetahui. dimasa depan. Disebutkan bahwa terdapat tiga area penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Performa atau kinerja suatu perusahaan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap manajemen perusahaan. Dengan mengetahui perkembangan kinerja perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat untuk perusahaan. Bagi seorang manajer keuangan, salah satu tugasnya adalah mengambil keputusan

Lebih terperinci