ANALISIS KOMPARASI EKONOMI PLTN DAN PLTU BATUBARA UNTUK BANGKA BELITUNG
|
|
- Erlin Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS KOMPARASI EKONOMI PLTN DAN PLTU BATUBARA UNTUK BANGKA BELITUNG Mochamad Nasrullah (PPEN)-BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Telp/Fax : (021) nasr@batan.go.id ABSTRAK ANALISIS KOMPARASI EKONOMI PLTN DAN PLTU BATUBARA UNTUK BANGKA BELITUNG. Perhitungan ekonomi sangat diperlukan untuk mengetahui obyektifitas dari biaya pembangkit listrik. Model perhitungan yang digunakan dalam menghitung keekonomian pembangkit listrik adalah model yang dikeluarkan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency) dalam bentuk spreadsheet yaitu model Mini G4Econs yang dirilis tahun Model ini digunakan untuk menghitung biaya investasi, biaya bahan bakar, operasional dan perawatan. Kajian tentang analisis komparasi ekonomi akan difokuskan pada PLTN dan PLTN batubara. Reaktor nuklir ukuran besar merupakan salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan pasokan listrik di Indonesia. Oleh karena itu kajian tekno ekonomi sangat penting dilakukan. Penelitian ini mengidentifikasi data dan parameter baik teknis maupun ekonomi dari PLTN yang berkaitan dengan produksi listrik. Prosedur penelitian ini menggunakan cara mengumpulkan data, survey, studi banding yaitu dengan membandingkan biaya pembangkitan listrik PLTN dengan PLTU batubara. Hasil kajian menunjukkan biaya pembangkitan listrik PLTN lebih kompetitif. Hal ini menjadi pertimbangan dalam rencana permbangunan PLTN, guna mengatasi permasalahan energi di Indonesia. Kata kunci: Biaya Pembangkitan Listrik, PLTN, PLTU batubara ABSTRACT ECONOMIC ANALYSIS OF COMPARATION ON NUCLEAR POWER PLANT (NPP) AND COAL POWER PLANT (CPP) FOR BANGKA BELITUNG. Economic calculation are very much needed to understand the objectivity of generation cost. The models used to calculate the economics of power plants are Mini-G4Econs, IAEA s models in spreadsheet form released in The models will count for investment cost, fuel cost, operational and maintenance (O&M) cost. The assessment for economic analysis of comparison will focus on NPP and CPP. NPP for large size are solution to electricity crisis in Indonesia. Hence, it is very important to conduct this study. This study identify data and the technical and economic parameters to deal with within this study are related to the production of electricity. The procedure of this study to collect data, survey, benchmark study are with the compare generation cost of NPP and CPP capability to produce electricity more competitiveness, there NPP must be considered to overcome the energy crisis in Indonesia. Keywords: Generation Cost, NPP, CPP 1. PENDAHULUAN Energi Nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber energi alternative yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Mengingat situasi penyediaan (supply) energi konvensional termasuk listrik nasional di masa mendatang semakin tidak seimbang dengan kebutuhannya (demand), maka opsi nuklir dalam perencanaan sistem energi nasional jangka panjang merupakan suatu solusi yang ISSN
2 diharapkan dapat mengurangi tekanan dalam masalah penyediaan energi khususnya listrik di Indonesia. BATAN sebagai Lembaga Pemerintah, berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, telah dan akan terus bekerja bersama-sama dengan Lembaga Pemerintah terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga dan Masyarakat Internasional, dalam mempersiapkan pengembangan energi nuklir di Indonesia, khususnya dalam program persiapan pembangunan PLTN. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam mempersiapkan pengembangan energi nuklir adalah studi aspek ekonomi PLTN. Studi ini merupakan studi khusus, PLTN yang belum pernah di bangun di Indonesia, maka diperlukan pengetahuan tentang ketenaganukliran di Indonesia. Studi bertujuan untuk menghitung biaya pembangkitan listrik PLTN dari berbagai ukuran dan membandingkan dengan PLTU batubara dengan menggunakan model Mini G4 Econs. Studi dilakukan dengan data sekunder terbaru studi tahun PLTN 1000 MWe. Studi ini menggunakan 5 variabel biaya sesaat, yaitu (US$ 1850/kWe), (US$ 2600 /kwe sebagai base case), (US$ 3000 /kwe), (US$ 4000/kWe), dan (US$ 5000/kWe) tetapi komponen biaya lainnya sama. Komponen biaya bahan bakar (front-end costs) menggunakan data harga bulanan tahun 2010, dari nilai rata-rata, sedangkan komponen biaya penanganan bahan bakar bekas (back-end cost) dimasukkan ke dalam biaya tetap operasi dan perawatan. Upah tenaga kerja diasumsikan sesuai standar gaji PT PLN (Persero). Untuk mencapai hasil sebagaimana disebutkan diatas, maka lingkup studi yang akan dilakukan adalah menghitung harga listrik PLTN, dan dari PLTU batubara. 2. METODOLOGI 2.1 Perhitungan Harga Listrik Teraras (Levelized Generation Cost) Harga listrik teraras adalah biaya pembangkitan per kwh yang di-levelized, yang terdiri dari biaya modal, biaya operasi dan perawatan tetap (fixed operational and maintenance cost), dan biaya bahan bakar. Harga listrik teraras tidak termasuk biaya transmisi, sehingga sering disebut juga busbar cost. Perbandingan keekonomian pembangkit tenaga listrik secara internasional dilakukan dengan konsep harga listrik teraras, yang sering juga disebut discounted levelized cost. Biaya-biaya tersebut harus ditambah dengan biaya pengelolaan limbah dan dekomisioning, tanpa memperhitungkan biaya sosial-politik. Perbandingan harga listrik teraras sulit dilakukan, karena ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor lokasi dan waktu. Tujuan perbandingan harga listrik teraras adalah untuk membantu pengambil keputusan dalam memilih PLTN yang akan dipertimbangkan dalam rangka penentuan pemanfaatan sumber daya (resource allocation). Perhitungan dan perbandingan keekonomian PLTN tersebut akan digunakan untuk menganalisis kelayakan ekonomi dengan menggunakan model Mini-G4Econs yang berasal dari IAEA. Langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung biaya pembangkit listrik adalah Menetapkan parameter teknis dan ekonomi dari PLTN dan PLTU batubara untuk dijadikan dasar perhitungan. Menentukan komponen biaya pembangkit listrik seperti biaya investasi, biaya bahan bakar dan biaya operasional dan perawatan dari PLTN dan PLTU batubara. Menghitung biaya pembangkit listrik dari data masukan dengan menggunakan G4Econs Menganalisis hasil perhitungan keekonomian PLTN ISSN
3 Dasar Perhitungan Biaya Pembangkitan PLTN [1] : Biaya Modal = BP x FP /JPNTL (1) Faktor Penyusutan = r (1+r)n / (1+r)n 1 (2) Jumlah Pembangkitan Neto Tenaga Listrik = DT x FKN (3) Biaya Bahan Bakar = (TPP x HBB)/CVBB (4) Biaya Operasi & Pemeliharaan (O&M) = BT O&M + BV O&M (5) Biaya pembangkitan listrik dengan aspek lingkungan [2] dapat dihitung : BP dengan aspek lingkungan = BP + pajak karbon (6) dimana: BP = Biaya Pembangunan ($/kwh) FP = Faktor Penyusutan (-/tahun) r = tingkat bunga (%/tahun) n = lama waktu penyusutan (tahun) JPNTL = Jumlah Pembangkitan Neto Tenaga Listrik (kwh/tahun) DT = Daya Terpasang (kw) FKN = Faktor Kapasitas Neto x 8760 (h/tahun) (%) TPP = Tingkat Pemakaian Panas (kcal/kwh) HBB = Harga Bahan Bakar ($/kg) CVBB = Calorific Value Bahan Bakar (kcal/kg) BT O&M = Biaya Tetap O&M BV O&M = Biaya variabel O&M 2.2. Asumsi dan Data untuk Biaya Pembangkitan Listrik PLTN Parameter dasar ekonomi yang digunakan untuk menghitung dan mengevaluasi keekonomian seperti yang tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1. Parameter Ekonomi dan Teknis PLTN 1000 MWe tahun 2010 No Keterangan Biaya Sesaat ($/kwe) Efisiensi (%) Faktor Kapasitas (%) Umur Ekonomis (tahun) Masa Konstruksi (tahun) 1 Indonesia NPP-1 2 Indonesia NPP-2 3 Indonesia NPP-3 4 Indonesia NPP-4 5 Indonesia NPP PLTN ini dipilih karena (i) Desain, operasi dan performance-nya telah terbukti baik, dan bukan First-Of-A-Kind, (ii) Kapasitas pembangkit cukup besar untuk memenuhi skala ekonomi dan cocok untuk jaringan Jawa-Bali, (iii) Biaya kapital kompetitif, (iv) Tersedia data rinci mengenai biaya EPC (Engineering Procurement and Construction) termasuk disbursement-nya, lama konstruksi, dan biaya O&M (Operation and Maintenance). Penetapan discount rate diharapkan sesuai dengan kondisi kelayakan proyek di negara yang akan dibangun. Penetapan discount rate untuk kepentingan umum berbeda ISSN
4 dengan kepentingan komersial/bisnis. Discount rate ini ditentukan berdasarkan suatu kebijakan yang mempertimbangkan beberapa hal, misalnya kelangkaan modal, biaya opportunity, kepentingan nasional atau jangka panjang, dan sebagainya. Discount rate diambil lebih rendah terutama untuk perencanaan proyek-proyek yang dianggap berpengaruh pada masyarakat luas (nasional) dan baru akan memberikan manfaat dalam jangka panjang. Di beberapa negara maju biasanya discount rate akan lebih rendah dibandingkan dengan Negara berkembang. Di Indonesia discount rate umumnya di tetapkan sebesar 10% Biaya Investasi PLTN Biaya investasi PLTN biasanya disebut biaya sesaat (overnight cost), yaitu biaya yang belum memasukkan tingkat suku bunga selama konstruksi atau Interest During Construction (IDC). Biaya ini terdiri dari biaya EPC (Engineering Procurement Construction), biaya pengembangan (development costs) dan biaya lain-lain (other costs) serta biaya contigency. Komposisi biaya kapital untuk EPC terdiri atas biaya nuclear island, conventional island, balance of plant, construction dan erection work, design dan engineering. Lingkup pekerjaan biaya modal dapat dirinci seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Rincian Biaya Overnight Costs [2]. No UNSUR BIAYA LINGKUP PEKERJAAN 1. Procurement Construction dan Erection Work Engineering 4. Biaya Pengembangan 5. Biaya Lain-lain Total Nuclear Steam Supply (NSS) termasuk.system design, Turbine Generator, dan BOP, tidak termasuk Ocean freight dan Freight Insurance Pekerja konstruksi untuk sipil dan structural, arsitektur, dan instalasi, semua peralatan kelistrikan dan peralatan mesin. Commissioning dan start up dan testing (termasuk lokasi material dengan biaya, consumable, peralatan konstruksi dan perlengkapan dan lainnya) Design dan Engineering termasuk. sipil, arsitektur, plant layout, piping, race way layout, Mobilization, akuisisi tanah, professional fee dan lainnya O&M mobilization & training, fee (sertifikasi, konsultan owner), contingency start up Didefinisikan sebagai biaya sesaat (overnight cost) Biaya investasi yang dihitung disesuaikan dengan disbursement selama masa konstruksi, dan data tersebut diambil dari data terbaru tahun Pembangunan PLTN memerlukan dana yang cukup besar sehingga biasanya pemilik modal (owner) tidak cukup dana untuk membiayai pembangunan PLTN tersebut. Owner biasanya meminjam dana dari lembaga keuangan internasional, dengan demikian ada konsekuensi biaya berupa interest during construction (IDC). Biaya sesaat apabila ditambahkan dengan IDC disebut juga dengan biaya investasi Biaya Bahan Bakar Bahan bakar nuklir (nuclear fuel) merupakan bahan bakar yang dibutuhkan oleh PLTN untuk dapat beroperasi menghasilkan energi listrik selama waktu hidupnya (life time). Daur bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) mencakup seluruh aktivitas mulai dari eksplorasi, ISSN
5 penambangan, penggilingan, pemurnian, pengkayaan dan kemudian dilanjutkan dengan fabrikasi menjadi elemen bakar nuklir untuk siap digunakan dalam operasi reaktor dan akhirnya menjadi bahan bakar bekas (spent fuel) Front-end Cost Jika PLTN di Indonesia dibangun mulai tahun 2014 dengan masa konstruksi selama 6 tahun, maka PLTN pertama akan siap beroperasi secara komersial pada tahun Pembuatan bahan bakar nuklir untuk PLTN terdiri dari 4 tahap yang masing-masing memberi kontribusi pada harga bahan bakar nuklir daur terbuka (front end costs), yaitu: i) harga uranium alam (U2O8), ii) biaya konversi, iii) biaya pengkayaan (separative work unit / SWU), iv) biaya fabrikasi. Komponen front-end costs diberikan pada Tabel 4. Dalam bulan Januari 2010 biaya dalam US$ untuk mendapatkan 1 kg uranium UO2 bahan bakar reaktor pada harga pasar ditunjukkan dalam Table 3. Pada MWd/t burn-up akan memberikan kwh electrical per kg. sehingga biaya bahan bakar menjadi 0.58 c/kwh. Tabel 3. Estimate Biaya Bahan Bakar Nuklir [ 4 ] Description Value Uranium: 8.9 kg U3O8 x $ US$ 1028 Conversion: 7.5 kg U x $12 US$ 90 Enrichment: 7.3 SWU x $164 US$ 1197 Fuel fabrication: per kg US$ 240 Total. approx: US$ Back-end Cost Back-end cost merupakan biaya penanganan bahan bakar bekas sesudah dipakai dan keluar dari reaktor, berupa biaya penyimpanan sementara on-site di PLTN dan biaya penyimpanan lestari (permanent storage). Dalam studi ini diperkirakan sebesar $/kwh tanpa biaya reprocessing. Burn-up bahan bakar nuklir merupakan besarnya energi yang dihasilkan oleh reaktor untuk setiap metrik ton U 235. Besarnya burn-up U 235 tergantung pada teknologi reaktor yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Nilai burn-up yang dipakai pada studi ini adalah MWd per metrik ton uranium, sesuai dengan spesifikasi reference plant Biaya Operasi dan Perawatan (Operation and Maintenance Costs) Biaya operasi dan pemeliharaan (O&M Cost) merupakan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan operasi rutin PLTN. O&M Cost besarnya bergantung pada teknologi dan kapasitas daya yang terpasang. O&M Cost dibedakan menjadi dua, yaitu variable O&M Cost dan fixed O&M Cost. Fixed O&M Cost merupakan biaya operasional rutin, meliputi biaya pegawai, property tax, plant insurance, dan life-cycle maintenance. Variabel O&M costs mencakup biaya bahan bakar, consumables materials, pemeliharaan langsung unit pembangkit, pemeliharaan gedung pembangkit, dan pemeliharaan oleh outsourcing. Varibel O&M cost dan Fixed O&M cost merupakan biaya yang bergantung pada fungsi produksi dari PLTN. Diasumsikan biaya total O&M beserta rinciannya biaya Fixed O&M sebesar 58,4 US$/kWe dan biaya Variabel O&M sebesar 1,3 mills$/kwh. ISSN
6 Data PLTU Batubara atau Coal Power plant (CPP) Biaya invetasi, biaya O&M dan biaya bahan bakar diperoleh dari data PLN. Diasumsikan bahwa alat De SOx dan De NOx dipasang pada PLTU batubara (coal-fired power plant), karena beberapa alasan, diantaranya adalah tingkat kepadatan penduduk khususnya di Pulau Jawa dan Sumatra, dampak terhadap kesehatan masyarakat di sekitar pembangkit listrik dan pemanasan global. Untuk membandingkan PLTN dengan PLTU batubara berdaya 1000 MWe, dilakukan dengan cara LGC (Levelized Generation Cost). Perhitungan biaya pembangkit PLTU batubara (CPP) juga akan dihitung sama dengan perhitungan yang digunakan dalam menghitung biaya pembangkit PLTN. Perhitungan Biaya pembangkit PLTU batubara (Levelized Generation Cost) menggunakan data masukan proyek PLTU batubara di Indonesia yang terakhir. Studi ini menggunakan mata uang dollar (US$) per 1 Januari Umur ekonomi PLTU batubara yang digunakan adalah 30 tahun. Faktor kapasitas (capacity factor) merupakan faktor yang menyatakan ketersediaan dari unit pembangkit untuk dapat dioperasikan. Atau rasio antara energi listrik bersih yang dihasilkan selama kurun waktu tertentu (E, MWh) dan energy listrik bersih yang mestinya dapat diproduksi secara kontinyu selama kurun waktu yang sama (Em, MWh). Faktor kapasitas PLTU batubara adalah 80%. Discount rate untuk PLTN dan PLTU sebesar 10%. Parameter teknis pada PLTU batubara yang akan digunakan dalam perhitungan biaya pembangkitan listrik, masa konstruksi diasumsikan 48 bulan (4 tahun), plant net thermal efficiency 36%, plant net heat rate 9481 kwh (e)/btu (th), faktor kapasitas 80% dan jenis batubara BTU/lb. Tabel 4 menunjukkan variabel-variabel yang digunakan dalam studi kasus PLTU batubara Tabel 4. Komponen Biaya dan Paremeter PLTU Tahun 2010 No. Studi Kasus Harga bahan bakar (US$/ton) 1 PLTU batubara CPP-1 2 PLTU batubara CPP-2 3 PLTU batubara CPP-3 Biaya Investasi (US$/kWe) Plant net thermal efficiency Faktor Kapasitas Biaya Operasi & maintenance Biaya Tetap Biaya Variabel % 80% 38,95 17, % 80% 38,95 17, % 80% 38,95 17,52 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Biaya Pembangkitan Listrik (Generation Cost) PLTN Setiap teknologi pembangkit listrik mempunyai karakteristik spesifik yang menutup masa konstruksi, meghasilkan listrik, umur pembangkit, dan perbedaan biaya untuk investasi, operasi dan perawatan serta bahan bakar. Salah satu cara praktis untuk menghitung biaya pembangkitan listrik adalah menggunakan metode levelized generation cost dengan mengkuantifiikasi unit biaya dari pembangkit listrik (dalam kwh) selama umur pembangkit. ISSN
7 Hasil perhitungan menunjukkan biaya pembangkitan listrik paling murah adalah NPP-1 (48.08 mills$/kwh), NPP-2 (base case mills$/kwh), NPP-3 (69.13 mills$/kwh), NPP-4 (87.44 mills$/kwh) dan NPP-5 ( mills$/kwh). Hasil perhitungan biaya pembangkitan tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Biaya Pembangkit PLTN 3.2. Biaya Pembangkitan Listrik (Generation Cost) PLTU batubara. Dalam studi ini untuk menghitung biaya pembangkitan PLTN dan PLTU batubara dengan mempertimbangkan aspek lingkungan. Secara realita perhitungan biaya pembangkitan listrik tidak memperhitungkan aspek lingkungan, namun hanya memperhitungan total jumlah biaya dari investasi, Operasi dan perawatan serta biaya bahan bakar. Kebijakan Pemerintah yang mengharuskan pembangkit listrik mempertimbangkan aspek lingkungan, maka dalam penelitian ini biaya pembangkitan listrik dihitung dengan mempertimbangkan aspek lingkungan (biaya eksternalitas). Biaya eksternalitas terdiri atas biaya kerusakan akibat pencemaran (polusi seperti PM10, SOx dan NOx) yang dikeluarkan pembangkit listrik dan carbon tax merupakan salah satu cara mengurangi pemanasan global, oleh karena itu carbon tax akan dipertimbangkan pula dalam perhitungan biaya pembangkit. Dengan menggunakan data teknis dan ekonomi pembangkit listrik, dengan tahun dasar 2010 dihitung biaya pembangkitan listrik PLTU batubara yang telah mempertimbangkan biaya eksternalitas, kemudian akan diperbandingkan dengan PLTN. Model yang digunakan untuk menghitung biaya pembangkitan listrik ini adalah mini G4Econs Model dari IAEA (International Atomic Energy Agency) tahun Hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya pembangkitan listrik jika tanpa biaya eksternalitas pada PLTU batubara (Coal Power Plant) adalah CPP-1 is mills $/kwh, CPP mills $/kwh, dan CPP mills $/kwh. Ada dua skenario biaya eksternalitas, yaitu (1) berdasarkan referensi dari beberapa negara maju tentang nilai biaya eksternalitas (biaya yang dikeluarkan akibat polusi yang dikeluarkan pembangkit listrik dan biaya carbon), maka nilai menunjukkan rata-rata sebesar mills US$/kWh atau cents $/kwh. (2) ISSN
8 berdasarkan referensi tahun 2003 biaya kerusakan akibat polusi yang dikeluarkan oleh PM10, SOx dan NOx untuk kasus Indonesia, dalam hal ini diambil kasus di PLTU Suralaya, Banten. Nilai biaya kerusakan akibat polusi menunjukkan sebesar 2.34 cents$/kwh atau mills$/kwh. Jika pada penelitian ini diasumsikan bahwa Carbon tax atau C biaya capture/sequestration (Cost of carbon) adalah 110 $/MT C dan setara dengan pajak atau biaya capture/sequestration dalam $/MT CO2 sebesar 30 $/MT CO2 dengan faktor yang berhubungan dengan biaya per MT C ke biaya per MT CO2 sebesar 3.7 carbon tax [6] Perbandingan Pembangkitan Listrik PLTN dan PLTU batubara Hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya pembangkitan listrik jika tanpa biaya eksternalitas pada PLTU batubara (base case) dengan menggunakan harga batubara sebesar 70 US$/ton sebesar mills$/kwh, jika harga 80 US$/ton menunjukkan mills$/kwh, dan jika harga 90 US$/ton menunjukkan sebesar mills$/kwh dan untuk PLTN berukurab besar (large), maka akan menunjukkan NPP-1 (48.08 mills$/kwh), NPP-2 (base case mills$/kwh), NPP-3 (69.13 mills$/kwh), NPP-4 (87.44 mills$/kwh) dan NPP-5 ( mills$/kwh), ini menunjukkan PLTU batubara (Coal Power Plant) lebih murah dibandingkan PLTN ukuran large, kecuali pada NPP-1. Namun jika biaya pembangkitan listrik dengan menggunakan biaya eksternalitas seperti referensi Negara-negara maju sebesar (46.33 mills$/kwh), maka biaya pembangkitan listrik PLTU batubara dengan harga 70 US$/ton, 80 US$/ton dan 90 US$/ton menjadi mills/kwh, mills $/kwh dan mills/kwh, Semua ini menunjukkan bahwa PLTN lebih murah dibandingkan PLTU batubara. Perbandingan biaya pembangkitan listrik antara PLTN dan PLTU batubara dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Perbandingan Biaya PLTN dan PLTU batubara Dengan biaya eksternalitas Yang Menggunakan Referensi Negara-negara Maju sebesar (46.33 mills$/kwh), Jika menggunakan biaya eksternalitas berdasarkan kasus Indonesia (lihat PLTU Suralaya, Banten) seperti biaya kerusakan akibat polusi yang dikeluarkan oleh PM10, SOx dan NOx, maka sebesar 23.4 mills$/kwh dan jika menggunakan carbon tax sebesar 110 US$/MT C atau 30 US$/ton CO2 mempunyai nilai sebesar mills$/kwh. Jika CPP-1 (harga batubara ISSN
9 sebesar 70 US$/ton), CPP-2 (harga batubara 80 US$/ton), dan CPP-3 (harga batubara 90 US$/ton) maka biaya pembangkitan listrik untuk PLTU batubara menjadi CPP-1 sebesar mills$/kwh, CPP-2 sebesar mills$/kwh dan CPP-3 sebesar mills$/kwh. Semua ini menunjukkan bahwa PLTN lebih murah dibandingkan PLTU batubara. Perbandingan biaya pembangkitan listrik antara PLTN dan PLTU batubara ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Perbandingan biaya pembangkitan listrik antara PLTN dan PLTU batubara Dengan biaya eksternalitas Yang Menggunakan Kasus Indonesia 4. KESIMPULAN - Jika kebutuhan listrik membutuhkan kapasitas daya yang besar seperti interkoneksi Sumatera Jamali, maka PLTN ukuran large atau PLTU batubara sangat sesuai diterapkan pada kasus tersebut. Dalam studi ini, jika dibandingkan antara PLTN ukuran large dengan PLTU batubara maka hasil perhitungan tergantung dari asumsi yang digunakan. Karena nilai porsi dari biaya investasi pada PLTN lebih sensitif dari pada PLTU batubara, maka perhitungan biaya pembangkitan listrik pada PLTN tergantung pada berapa banyak biaya investasi dikeluarkan. Dalam kasus ini biaya investasi PLTN menggunakan US$ 1850 /kwe lebih kompetitif dibandingkan PLTU barubara dengan menggunakan asumsi harga batubara sebesar 70 US$/ton, 80 US$/ton dan 90 US$/ton. Jika harga batubara menunjukkan 80 US$/tons maka nilainya relatif sama hasilnya jika PLTN dengan menggunakan biaya investasi sebesar 2600 US$/kWe. - Kebijakan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan energi harus mempertimbangkan aspek lingkungan, maka PLTN dengan biaya investasi dari 1850 US$/kWe hingga 5000 US$/kWe lebih murah dibandingkan PLTU batubara. ISSN
10 DAFTAR PUSTAKA : 1. Nengah Sudja, Menggugat Harga Jual Listrik Paiton I, tahun K.William, Spreadsheet Mini G4Econs (2008), Washington DC 3. ieemki@khnp.co.kr, dari Deputy General Manager, Overseas Project Departement (Lee Myung Key) tanggal 25 Januari 2006 ke BATAN. 4. World Nuclear Association, The Economics of Nuclear Power, Vienna August PT. PLN (Persero) (2010), Jakarta 6. IEA, Projected Costs of Generating Electricity 2010 edition DISKUSI 1. Pertanyaan dari Sdr. Erlan Dewita (PPEN-BATAN): a. Sebaiknya daya reaktor yang dibandingkan ditulis jelas, jangan ditulis dengan reaktor ukuran besar saja, karena reaktor ukuran besar bisa dimulai dengan daya > 700 MW. b. Apakah dalam membandingkan perhitungan kelayakan ekonomi dilakukan dengan daya yang sama? Jawaban: a. Yang dikaji sebenarnya sudah dijelaskan bahwa PLTN berukuran besar adalah 1000 MWe. Juga di dalam tabel parameter teknis dan ekonomi juga sudah dijelaskan bahwa PLTN adalah berdaya 1000 MWe. b. Yang dibandingkan antara PLTN dan PLTU sama-sama berdaya 1000 MWe. ISSN
PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN. Mochamad Nasrullah, Suparman
PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN ABSTRAK Mochamad Nasrullah, Suparman Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN BERBASIS SYARIAH DAN NON SYARIAH
PERBANDINGAN PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN BERBASIS SYARIAH DAN NON SYARIAH Mochamad Nasrullah*) Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN)-BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PADA PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN DAN PLTN
STUDI PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PADA PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN DAN N Mochamad Nasrullah, Nuryanti*) *) Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI MODEL PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN
STUDI KOMPARASI MODEL PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN Nuryanti, Mochamad Nasrullah, Suparman Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta
Lebih terperinciPerbandingan Hasil Perhitungan LUEC PLTN Dengan Menggunakan Model Legecost, Mini G4Econsdan Nest
Perbandingan Hasil Perhitungan LUEC PLTN Dengan Menggunakan Model Legecost, Mini G4Econsdan Nest 1, a) Mochamad Nasrullah 1 Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN) BATAN a) Telp/Fax : (021) 5204243 Email:nasr@batan.go.id
Lebih terperinciPERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN SMR 100 MWe
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN SMR 100 MWe Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang
Lebih terperinciPERHITUNGAN BIAYA OPERASI DAN PERAWATAN PLTN SKALA BESAR DAN KECIL
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 17, Nomor 2, Desember 2015 PERHITUNGAN BIAYA OPERASI DAN PERAWATAN PLTN SKALA BESAR DAN KECIL Mochamad Nasrullah, Wiku Lulus Widodo Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir
Lebih terperinciPERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN
Perhitungan Faktor Emisi CO2 PLTU Batubara dan PLTN (Rizki Firmansyah Setya Budi dan Suparman) PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman Pusat Pengembangan
Lebih terperinciPERHITUNGAN EKONOMI GTHTR 300 DENGAN MINI G4ECONS SEBAGAI DASAR MENGHITUNG BIAYA PEMBANGKIT GTHTR 10 MWe
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 16, Nomor 1, Juni 2014 PERHITUNGAN EKONOMI GTHTR 300 DENGAN MINI G4ECONS SEBAGAI DASAR MENGHITUNG BIAYA PEMBANGKIT GTHTR 10 MWe Mochamad Nasrullah, Nurlaila Pusat
Lebih terperinciKONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA
Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA
Lebih terperinciPERHITUNGAN HARGA LISTRIK DAN NON LISTRIK GTHTR SEBAGAI PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN PLTN SMR DI INDONESIA
PERHITUNGAN HARGA LISTRIK DAN NON LISTRIK GTHTR SEBAGAI PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN PLTN SMR DI INDONESIA Mochamad Nasrullah *) Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang
Lebih terperinciBAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG
BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN HARGA LISTRIK REAKTOR TEMPERATUR TINGGI DENGAN SISTEM PEMBANGKIT LAINNY A MENGGUNAKAN PROGRAM LEGECOST
Studi Perbandingan Harga Ustrik Reaktor Temperatur Tinggi dengan Sistem Pembangkit Lainnya Menggunakan Program Legecost (M. Nasrullah, Amold Y.S., Tosi Prastiadi, Adiwardojo) STUDI PERBANDINGAN HARGA LISTRIK
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR
STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Telp./Fax: (021)
Lebih terperinciKOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai
KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR
STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Masdin (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta12710 Telp./Fax: (021) 5204243,
Lebih terperinciANALISIS PROBABILISTIK PADA PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN
ANALISIS PROBABILISTIK PADA PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN Nuryanti 1), Akhmad Hidayatno 2), Suparman 3), Erlinda Muslim 4), Armand Omar Moeis 5) 1) & 3) Pusat Pengembangan Energi
Lebih terperinciANALISIS EMISI CO2 PADA STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN LISTRIK WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR
Analisis Emisi CO2 pada Studi Perencanaan Pengembangan Pembangkitan Listrik Wilyah Bangka Belitung dengan Opsi Nuklir (Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman, Djati Hoesen Salimy) ANALISIS EMISI CO2 PADA
Lebih terperinciPERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA
PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PengembanganSistem Kelistrikan Dalam Menunjang Pembangunan Nasional Jangka Panjang Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di
Lebih terperinciPengaruh Faktor-Faktor Keekonomian Terhadap Biaya Investasi PLTN SMR
Pengaruh Faktor-Faktor Keekonomian Terhadap Biaya Investasi PLTN SMR Nuryanti 1), Elok Satiti Amitayani 2), Mochamad Nasrullah 3), Suparman 4) 1,2,3,4) Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN Jl.
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA
ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA Hari Suharyono ABSTRACT Power generation in Indonesia relies on coal and refined products, more than 60%
Lebih terperinciPerbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia
Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia La Ode Muh. Abdul Wahid ABSTRAK Dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik akan diinstalasi berbagai jenis pembangkit listrik sesuai dengan
Lebih terperinciPERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN DAN PEMBANGKIT KONVENSIONAL MENGGUNAKAN SPREADSHEET INOVASI
Perhitungan Ekonomi dan Pendanaan PLTN dan Pembangkit Konvensional Menggunakan Spreadsheet Inovasi (Moch. Djoko Birmano, Imam Bastori) PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN DAN PEMBANGKIT KONVENSIONAL
Lebih terperinciReka Integra ISSN: Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014 PENGARUH PEMBEBANAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS TERHADAP EFISIENSI BIAYA
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( )
ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS (2000 2030) Adhi D. Permana dan Muchammad Muchlis ABSTRACT This paper discusses the impact of coal supply capacity
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS MASUKNYA PLTN KE SISTEM JAWA- BALI
36 BAB IV HASIL DAN ANALISIS MASUKNYA PLTN KE SISTEM JAWA- BALI 4.1 Sistem Kelistrikan Jawa Bali Sistem kelistrikan Jawa-Bali merupakan sistem tenaga listrik yang terbesar di Indonesia. Sistem ini mengkonsumsi
Lebih terperinciANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR
Analisis Aspek Lingkungan pada Optimasi Perencanaan Pengembangan Sistem Pembangkitan Jawa-Madura-Bali dengan Opsi Nuklir (Arief Heru Kuncoro dkk) ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI
PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA
ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen
Lebih terperinciStudi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 83 89 ISSN: 2085 1227 Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI
24 BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 4.1. Metodologi Dalam penelitian ini, mencakup pemilihan sistem kogenerasi dan evaluasi nilai ekonomi. Pemilihan sistem kogenerasi yang diimplementasikan mempertimbangkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden
Lebih terperinciSTRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno
STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi h_maksum@yahoo.com
Lebih terperinciPENERAPAN BIAYA EKSTERNALITAS DALAM BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK DI INDONESIA
PENERAPAN BIAYA EKSTERNALITAS DALAM BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK DI INDONESIA Mochamad Nasrullah, Masdin (PPEN)-BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Telp./Fax.: 021-5204243, Email: nasr@batan.go.id
Lebih terperinciKONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR
KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Analisis Finansial Proyek Biaya Proyek Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Analisis Finansial Proyek 4.1.1. Biaya Proyek Dalam proyek ini ada beberapa biaya yang masuk dalam kategori biaya proyek, yaitu biaya yang digunakan untuk membiayai proyek, diantaranya
Lebih terperinciSTUDI PENDANAAN PLTN KELAS 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM FINPLAN
STUDI PENDANAAN PLTN KELAS 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM FINPLAN Elok S. Amitayani, Suparman, Moch. Nasrullah, Rizki Firmansyah Setya Budi (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710
Lebih terperinciOLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA
STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan
Lebih terperinciSpecial Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)
Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI TERHADAP KEEKONOMIAN PLTN
ANALISIS PENGARUH TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI TERHADAP KEEKONOMIAN PLTN Sriyana *, Sahala LR *, Priyanto *, Imam Bastori *, Yuliastuti *, B. Suprawoto *, Refrison ** Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Lebih terperinciBeberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan
Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan Bacharuddin Jusuf Habibie Jakarta, 3 Februari 2010 Kebutuhan Energi Kelistrikan Indonesia di masa depan Data dan Proyeksi (2000-2050) Penduduk,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proyeksi permintaan energi listrik di Indonesia tumbuh pesat setiap tahunnya. Sebagaimana dipublikasikan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) dalam Rencana Usaha
Lebih terperinciTenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA
STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001
Lebih terperinciOleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -
STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan
Lebih terperinciNuryanti, Suparman & Elok S. Amitayani
Vol. 2, 2017 Analisis Kelayakan Finansial Proyek PLTN SMR di Indonesia Dengan Pendekatan Probabilistik: Studi kasus pengaruh penambahan jumlah variabel ketidakpastian Nuryanti, Suparman & Elok S. Amitayani
Lebih terperinciKOMPARASI ASPEK EKONOMI TEKNIK SC (STEEL PLATE REINFORCED CONCRETE) DAN RC (REINFORCED CONCRETE) PADA KONSTRUKSI DINDING PENGUNGKUNG REAKTOR
KOMPARASI ASPEK EKONOMI TEKNIK SC (STEEL PLATE REINFORCED CONCRETE) DAN RC (REINFORCED CONCRETE) PADA KONSTRUKSI DINDING PENGUNGKUNG REAKTOR Yuliastuti, Sriyana Pusat Pengembangan Energi Nuklir BATAN Jl.
Lebih terperinciESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030. Edwaren Liun *
ESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030 Edwaren Liun * ABSTRAK ESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030. Untuk pemenuhan pembangkit
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah
Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng
Lebih terperinciANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 1 Januari 2014; 23-28 ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9) Agus Hendroyono Sahid, Dwiana Hendrawati Program Studi Teknik Konversi
Lebih terperinciANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts
ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU Bambang Setyoko * ) Abstracts Heat Recovery Steam Generator ( HRSG ) is a construction in combine cycle with gas turbine and
Lebih terperinciOleh: Bayu Permana Indra
STUDI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK IPP - PLT PANAS BUMI BEDUGUL 10 MW KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN BALI PADA PROYEK PERCEPATAN 10.000 MW PADA TAHUN 2018 Oleh: Bayu Permana Indra 2207100532 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS
PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :
Lebih terperinciPermasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.
STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR
STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah
Lebih terperinci: PT P T PL P N N (P
PLTP Gunung Tangkuban Perahu dipegang oleh PT Geothermal Indonesia dengan konsorsium PT Indonesia Power bersama Leisser AS "Apabila semuanya berjalan lancar, target pada 2010 PLTP Tangkuban Perahu itu
Lebih terperinciPT MEDCO POWER INDONESIA
PT MEDCO POWER INDONESIA BUSINESS OVERVIEW BUSINESS OVERVIEW INDEPENDENT POWER PRODUCER Thermal Energy Electricity Generation Renewable Energy Electricity Generation Hydro & Geothermal POWER PLANT SERVICES
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Salah satu kebutuhan energi yang tidak
Lebih terperinciAnalisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang
38 Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang Dedy Sulistyono Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak e-mail:
Lebih terperinciPERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LlSTRIK KLT-40 DENGAN SEWA-BELI. Sriyana')
Perhitungan Biaya Pembangkit Ustrik KL T-40 dengan Sewa Beli (Sriyana) PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LlSTRIK KLT-40 DENGAN SEWA-BELI Sriyana') Abstrak PERHITUNGAN BIA Y A PEMBANGKIT AN listrik KL T -40
Lebih terperinciKAJIAN EMISI KARBON PADA INDUSTRI AMDK (STUDI KASUS: PT XYZ) MARITHA NILAM K
KAJIAN EMISI KARBON PADA INDUSTRI AMDK (STUDI KASUS: PT XYZ) MARITHA NILAM K 3306100021 LATAR BELAKANG INDUSTRI INDUSTRI INDUSTRI INDUSTRI XYZ XYZ XYZ XYZ PEMANASAN PEMANASAN PEMANASAN PEMANASAN GLOBAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik nasional memerlukan energi baru untuk lebih memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Nomor 5 tahun
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. Kajian Internalisasi Biaya Eksternal Pengembangan Energi
Kajian Internalisasi Biaya Eksternal Pengembangan Energi Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Kajian Internalisasi Biaya Eksternal Pengembangan
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.
STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. OLEH : Dhika Fitradiansyah Riliandi 2205 100 003 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai ribuan. Dari sekian banyak pulau tersebut belum semua pulau yang dihuni manusia dapat menikmati
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Data Pada penelitian ini penulis mengambil data di PT. Perkebunan Nusantara Pabrik Gula Pangka di Jalan Raya Pangka Slawi, Kecamatan Pangkah, Kabupaten
Lebih terperinciPELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL
PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL OLEH : SUGIHARTO HARSOPRAYITNO, MSc DIREKTUR PEMBINAAN PENGUSAHAAN PANAS BUMI DAN PENGELOLAAN AIR TANAH DIREKTORAT
Lebih terperincilistrik di beberapa lokasi/wilayah.
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciPROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications
PROPOSAL PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw Waste to Energy Commercial Aplications PT. ARTECH Jalan Raya Narogong KM 9.3 Bekasi HP.0811815750 FAX.8250028 www.artech.co.id Pendahuluan
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo
B117 Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo Raditya Satrio Wibowo dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN
BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sumber-sumber energi primer di Indonesia yang terutama meliputi
Lebih terperinciSatria Duta Ninggar
Satria Duta Ninggar 2204 100 016 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 130 520 749 Ir. Teguh Yuwono NIP. 130 604 244 Pertumbuhan pelanggan di Jawa Tengah yang pesat mengakibatkan kebutuhan
Lebih terperinciSENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA
SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA La Ode Muhammad Abdul Wahid ABSTRACT Electricity demand has been estimated to grow in the growth rate
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA
ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA Erwin Siregar dan Nona Niode ABSTRACT The improvement of device efficiency in the household sector
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi
Lebih terperinciIX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal
Lebih terperinciESTIMASI BIAYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA OPSI NUKLIR
Estimasi Biaya Pengembangan Sistem Kelistrikan Sumatera Opsi Nuklir (Edwaren Liun) ESTIMASI BIAYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA OPSI NUKLIR Edwaren Liun Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN)
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah
Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.
Lebih terperinciANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN TESIS
ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN 2008-2017 TESIS Oleh: ADI PURWANTO 06 06 00 30 64 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PASCASARJANA BIDANG ILMU
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TEKNO-EKONOMI PEMANFAATAN GAS ALAM MENGGUNAKAN SISTEM KOGENERASI DI RUMAH SAKIT (STUDI KASUS RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS) TESIS ROBI H.SEMBIRING 07 06 17 33 45 FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak
Lebih terperinciStudi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano
Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen
Lebih terperinciSEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015
SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi Indonesia. Energi nuklir yang seringkali dicap jelek sebagai
Lebih terperinciKajian Tekno Ekonomi Potensi Sampah Kota Pontianak Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
1 Kajian Tekno Ekonomi Potensi Sampah Kota Pontianak Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Aris Budiman Program Studi Manajemen Energi, Magister Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura Pontianak
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO
STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO Vika Arini 1), Siti Qomariyah 2), Agus Hari Wahyudi 3 ) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciBAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS
BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian
Lebih terperinciKeekonomian Pengembangan PLTP Skala Kecil
EL-07 Keekonomian Pengembangan PLTP Skala Kecil Agus Sugiyono* 1 1 Bidang Perencanaan Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Indonesia *E-mail: agussugiyono@yahoo.com A B S T R A K
Lebih terperinciINDUSTRI NASIONAL DAN KENDALANYA UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN PLTN
INDUSTRI NASIONAL DAN KENDALANYA UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN PLTN Sriyana, Moch. Djoko Birmano Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT
STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah
Lebih terperinciAnalisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar
Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik Awang Djohan Bachtiar 9105205402 Pendahuluan Profil PT Petrokimia Gresik. Penjelasan singkat Mengapa butuh power monitoring
Lebih terperinciTulisan ini adalah catatan yang dapat dibagikan dari hasil pertemuan tersebut.
Transisi energi Indonesia untuk pencapaian target energi baru dan terbarukan dalam bauran energi primer tahun 2025: belajar dari program Energiewende di Jerman Oleh: Erina Mursanti. Ditulis September 2015.
Lebih terperinciPROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN
PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007-2020 Tadjuddin Hamdany Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: ophadhanny@yahoo.co.id Abstract The study is devoted
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI
KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR
ARTIKEL STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Gangsar Santoso Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KELISTRIKAN NASIONAL ABSTRACT
PENGEMBANGAN KELISTRIKAN NASIONAL Martin Jamin dan Agus Sugiyono Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT Gedung BPPT II Jl. MH Thamrin No. 8 Jakarta Pusat Email: agussugiyono@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinci