STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno"

Transkripsi

1 STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi S A R I Indonesia memiliki pontensi PLTMH yang cukup besar, namun tingkat pengembangannya masih sangat rendah, faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan PLTMH antara lain adalah kesulitan dalam menentukan harga (unit cost) PLTMH yang menarik bagi investor namun tidak memberatkan keuangan negara. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan masukan dalam menentukan harga PLTMH. Metodologi yang digunakan yaitu dengan menyajikan hasil perhitungan dan analisis dari data investasi PLTMH hasil FS maupun investasi PLTMH yang telah dibangun. Hasil analisis dari data yang ada diketahui biaya investasi PLTMH dengan kapasitas antara kw berada pada kisaran 1-2 milyar rupiah dengan harga PLTMH (unit cost) antara Rp 848/kWh sampai Rp 5.333/kWh dengan IRR %. Tingginya perbedaan biaya investasi tersebut dipengaruhi oleh biaya investasi pada pekerjaan sipil, pekerjaan mekanikal elektrikal (ME), dan pekerjaan jaringan. Harga jual tenaga listrik PLTMH dapat mengacu kepada BPP (Biaya Pokok Produksi) wilayah dan untuk harga jual tenaga listrik PLTMH yang berada di atas BPP masih dapat dibangun dengan pertimbangan multiplier efek, sebagai subsitusi PLTD dan faktor sosial seperti elektrifikasi pedesaan. Kata kunci : biaya investasi, harga, IRR, kapasitas, PLTMH 1. PENDAHULUAN Tingkat pencapaian pembangunan pembangkit listrik yang direncanakan masih rendah sementara potensi PLTMH masih banyak yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, dengan demikian adanya pemanfaatan potensi PLTMH yang masih besar diharapkan dapat menutupi kebutuhan listrik yang direncanakan. Namun demikian potensi PLTMH memiliki sifat spesifik yakni setiap lokasi potensi PLTMH mempunyai karakter biaya PLTMH yang berbeda-beda meskipun dalam wilayah dan kapasitas yang sama. Selain itu sistem penarifan yang ada sekarang masih terlalu rendah sehingga tidak menarik bagi investor. a. Tujuan Tujuan dari tulisan ini adalah menentukan harga jual tenaga listrik PLTMH yang menarik bagi investor namun tidak memberatkan kondisi keuangan negara. b. Metodologi Metodologi perhitungan harga jual tenaga listrik PLTMH dalam tulisan ini dapat dilihat pada Gambar 1. Data investasi pembangkit PLTMH yang digunakan dalam perhitungan adalah data dari DJEBTKE dan P3TKEBTKE. Langkahlangkah dalam perhitungan yang pertama adalah mengumpulkan data biaya investasi PLTMH. Dari data biaya investasi PLTMH, kemudian dihitung 16 M&E, Vol. 12, No. 1, Maret 2014

2 ini umumnya terdiri dari biaya konstruksi seperti

3 CRF (Capital Recovery Factor) atau faktor pengembalian investasi (2) i = interest rate n = masa manfaat CF = kapasitas merupakan kapasitas total pembangkit = merupakan lamanya jam dalam satu tahun. CF = Capacity Factor merupakan faktor kesediaan PLT dalam memproduksi listrik. Dalam suatu proyek ketenagalistrikan, biaya investasi biasanya berasal dari dua sumber pendanaan yaitu modal sendiri dan pinjaman bank. Persentase besarnya biaya modal sendiri dan pinjaman bank adalah sebesar 30% dan 70%. Modal yang berasal dari pinjaman bank biasanya akan dikenakan biaya administrasi peminjaman (financing cost) dan dikenakan bunga pinjaman. Besarnya biaya administrasi peminjaman dan suku bunga pinjaman adalah sebesar 3 % dan 14.5%. b. Biaya Investasi PLTMH Total biaya investasi pada PLTMH dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu investasi pekerjaan sipil, investasi pekerjaan mekanikal-elektrikal dan investasi jaringan.. Investasi Pekerjaan Sipil Investasi pekerjaan sipil dipengaruhi oleh sistem PLTMH yang meliputi : panjang saluran pembawa, panjang pipa pesat, debit desain. Besarnya debit desain akan Gambar 2. Pekerjaan sipil PLTMH 18 M&E, Vol. 12, No. 1, Maret 2014

4 berpengaruh pada ukuran bendungan, saluran pembawa dan forebay. Selain itu investasi pekerjaan sipil juga sangat dipengaruhi oleh satuan harga setempat yang berbeda-beda dari setiap lokasi. Berikut beberapa contoh PLTMH yang memiliki perbedaan panjang saluran pembawa dan pipa pesat yang menjadi faktor yang menyebabkan biaya investasi konstruksi sipil berbeda.. Investasi Mekanikal-Elektrikal Faktor utama yang menentukan besar kecilnya investasi ME adalah kapasitas daya yang akan dipasang. Makin besar kapasitas daya akan semakin tinggi harga turbin dan generator. Pada investasi ME juga dipengaruhi biaya transportasi ke lokasi pembangkit. Berikut beberapa contoh PLTMH yang memiliki perbedaan kapasitas daya turbin dan generator. Kedua turbin dan generator tersebut memiliki kapasitas berbeda namun biaya investasi sama, hal ini disebabkan oleh adanya akibat terdapat perbedaan harga transportasi ke lokasi.. Investasi Jaringan Faktor utama yang berpengaruh pada investasi jaringan adalah panjang jaringan. Selain itu, juga perlu dipertimbangkan apabila dibutuhkan travo. Juga dipengaruhi oleh jenis koneksi tegangan ke grid PLN. Berikut ada beberapa contoh PLTMH yang memiliki perbedaan biaya investasi jaringan. c. Biaya Tetap Operasi dan Pemeliharaan (Komponen B) Biaya komponen B merupakan fixed OM Cost juga sering disebut sebagai OM Cost yang dikeluarkan untuk operasi dan maintenance pembangkit, seperti gaji pegawai/karyawan, biaya administrasi, manajemen, dan lain-lain. Pada tulisan ini biaya komponen B ditentukan tetap sebesar 3% dari total investasi. d. Biaya Bahan Bakar (Komponen C) Biaya komponen C merupakan komponen biaya tidak tetap (variable) yang terkait dengan produksi, dalam hal ini adalah biaya bahan bakar. Akan tetapi untuk pembangkit PLTMH yang tidak memerlukan bahan bakar maka biaya komponen C dapat digantikan dengan pajak penggunaan air. Pada tulisan ini harga komponen C ditentukan tetap sebesar 10 Rp/kWh. Gambar 3. Pekerjaan mekanikal elektrikal PLTMH Struktur Harga PLTMH ; Gary Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno 19

5 Gambar 4. Pekerjaan Jaringan PLTMH e. Biaya Variabel Operasi dan Pemeliharaan (Komponen D) Biaya komponen D merupakan biaya variabel O&M, seperti biaya untuk pelumas, penggantian sparepart, overhaul. Semakin sering dan berat kerja pembangkit, semakin dibutuhkan pula pelumas. Maka, biaya komponen D ini akan meningkat dan demikian pulalah sebaliknya. Pada tulisan ini biaya komponen D ditentukan tetap sebesar 4% dari investasi total. 3. ANALISIS KEEKONOMIAN Metode analisis ekonomi yang dipakai dalam tulisan ini dengan menghitung nilai-nilai Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). Penjelasan ringkas dari metode tersebut adalah sebagai berikut : a. Net Present Value (NPV) Komponen cost dan komponen benefit dihitung present value nya berdasarkan discount rate/ interest rate yang telah ditentukan. Harga Net Present Value diperoleh dari pengurangan Present Value komponen benefit dengan Present Value komponen cost. Harga Net Present Value ini merupakan harga Present Value keuntungan atas investasi yang telah ditanamkan. Bila harga Net Present Value ini mempunyai tanda positip, berarti proyek yang ditinjau dapat digolongkan ekonomis dan layak untuk dibangun. b. Internal Rate of Return (IRR) Apabila semua komponen cost dan benefit sudah diperoleh, kemudian dapat dibuat aliran pembayaran (cash flow) dari semua komponen tersebut sesuai dengan umur ekonomis proyek yang diperkirakan. Dari economic cash flow ini kemudian dihitung besarnya economic net benefit untuk tiap tahun dan yang merupakan dasar dalam perhitungan nilai IRR. Perhitungan IRR dilakukan dengan mencari nilai discount rate sehingga nilai present value benefit sama dengan nilai present value cost atau net present value nya sama dengan nol. Jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari discount factor, maka dapat dikatakan investasi yang akan dilakukan layak untuk dilakukan dan jika IRR lebih kecil dari discount factor maka investasi yang ditanamkan tidak layak. 4. HASIL DAN ANALISIS Biaya investasi pembangkit PLTMH sangat 20 M&E, Vol. 12, No. 1, Maret 2014

6 bervariasi tergantung besarnya kapasitas pembangkit, biaya pekerjaan sipil, biaya mekanikal elektrikal, dan biaya jaringan pembangkit tersebut. Besarnya biaya investasi PLTMH bersumber dari data DJEBTKE dan P3TKEBTKE dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat biaya investasi PLTMH bervariasi antara Rp /kW sampai Rp /kW. Perhitungan harga jual tenaga listrik PLTMH dalam tulisan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu : masa perencanaan dan konstruksi PLTMH : 2 tahun Equity biaya investasi : 30 % modal sendiri dan 70 % pinjaman bank Lama pinjaman bank : 5 tahun Suku bunga pinjaman : 14, 5 % Faktor kapasitas PLMH : 65% Jam Operasi : 8760 jam/tahun Masa manfaat PLTMH : 20 tahun Pemakaian sendiri PLTMH : 5% Komponen B: 3% dari biaya investasi Komponen C: Rp. 10,-/kWh Komponen D: 4% dari biaya investasi Eskalasi biaya komponen B dan D : 6 % per tahun Pajak penghasilan Badan/Perusahaan 25% Sebagai contoh perhitungan harga jual PLTMH di Pegunungan Bintang Papua dapat dilihat pada Tabel 2. Biaya investasi PLTMH Pegunungan Bintang kapasitas 70 kw adalah sebesar Rp Biaya komponen A dihitung dengan menggunakan persamaan (1) dan (2). Dengan asumsi suku bunga 14,5 % pertahun, masa pinjaman bank 5 tahun, dan kapasitas pembangkit 65 % maka didapat biaya komponen A sebesar Rp 3.322/kWh. Besarnya biaya komponen B dan komponen D dihitung dengan menggunakan asumsi 3 % dan 4 % dari komponen A. Biaya komponen C dihitung dengan asumsi pajak penggunaan air sebesar Rp 10/kWh. Dengan memasukan margin usaha sebesar 5 % maka harga jual PLTMH Pegunungan Bintang Papua adalah sebesar Rp 4.328/kWh. Untuk mengetahui apakah harga jual PLTMH sebesar Rp 4.328/kWh layak atau tidak maka dilakukan perhitungan Net Present Value (NPV) Tabel 2. Data biaya investasi PLTMH dan BPP tenaga listrik di Indonesia Sumber : DJEBTKE Struktur Harga PLTMH ; Gary Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno 21

7

8 Tabel 3. Perhitungan cash flow PLTMH pegunungan Bintang Papua No Tahun (n) Total Project Cost (TPC) PENDAPATAN DEBT SERVICE Total Loan Equity Energi Produksi (kwh) Energi Jual (kwh) Harga Jual (Rp/kWh) Pendapatan Brutto (Cbrutto) Utang Pokok (UP) Bunga (IUP) Total Cicilan Utang Biaya Penyusutan Faktor eskalasi biaya O&M Biaya O&M Tetap Biaya O&M Variabel Biaya Bahan Bakar (Pajak Air) Pendapatan Sebelum Pajak Pendapatan Setelah Pajak Cash Flow Biaya Pajak fd Outflow (Rp) Inflow (Rp) Net (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(5) (6) (8) (9) (10) = (8) + (9) (11) = TPC/n (12) (13) = Komp.B (4) (12 (14) = Komp.D (4) (12 (15) = Komp.C (5) (16) = (7)-(9)- (11)-(13)-(14)- (15) (17) = (16) Tax (18) = (16)-(17) (19) = (3) (20) = (7)-(10)- (13)-(14)-(15)- (17) (21) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , TOTAL TOTAL ) ) Struktur Harga PLTMH ; Gary Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno 23

9 Tabel 4. Hasil perhitungan harga PLTMH Gambar 1. Harga jual tenaga listrik PLTMH di Indonesia Rp 848/kWh sampai Rp 5.333/kWh dan BPP tenaga listrik wilayah adalah sebesar Rp 1.029/ kwh sampai Rp 3.257/kWh. Besarnya harga jual tenaga listrik PLTMH sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya investasi. Semakin besar biaya investasi maka harga jual tenaga listrik PLTMH akan semakin tinggi. Sebagai contoh, harga jual tenaga listrik PLTMH Enrekang Sulawesi Selatan kapasitas 70 kw sebesar Rp 848/kWh dengan biaya investasi Rp dan harga jual tenaga listrik PLTMH Pegunungan Bintang Papua kapasitas 12 kw sebesar Rp 5.333/kWh dengan biaya investasi Rp Karena harga jual tenaga listrik PLTMH sangat bervariasi, maka untuk menentukan apakah suatu PLTMH dapat dibangun perlu dibandingkan dengan BPP tenaga listrik di wilayah tersebut. Untuk PLTMH dengan harga jual tenaga listrik berada di bawah BPP wilayah maka PLTMH tersebut layak untuk dibangun. Beberapa PLTMH yang mempunyai harga jual tenaga listrik di bawah BPP wilayah adalah PLTMH Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan kapasitas 40 kw dan PLTMH Enrekang Sulawesi Selatan kapasitas 70 kw. Untuk PLTMH yang mendekati atau sedikit diatas BPP wilayah, 24 M&E, Vol. 12, No. 1, Maret 2014

10 maka dapat dipertimbangkan untuk dibangun. Beberapa PLTMH yang mempunyai harga jual tenaga listrik mendekati atau sedikit di atas BPP wilayah adalah PLTMH Kebumen Jawa Tengah kapasitas 400 kw, PLTMH Enrekang Sulawesi Selatan kapasitas 30 kw, 70 kw, dan 1500 kw. Sebaliknya untuk harga PLTMH yang berada jauh di atas BPP maka PLTMH sebenarnya belum layak untuk dibangun. Meskipun demikian PLTMH tersebut masih dapat dibangun selama tidak menambah beban subsidi pemerintah dan dengan mempertimbangkan multiplier efek, sebagai subsitusi PLTD dan faktor sosial seperti elektrifikasi pedesaan. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya variasi harga PLTMH yang sangat besar maka dibuat kurva hubungan antara biaya investasi terhadap kapasitas PLTMH seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Dari kurva di atas terlihat bahwa biaya pekerjaan sipil mempunyai pola semakin tinggi kapasitas PLTMH maka biaya sipil semakin tinggi kecuali di beberapa tempat yang biaya pekerjaan sipilnya sangat tinggi dikarenakan jauhnya sumber air ke pembangkit yang secara langsung, menambah panjang saluran pembawa dan pipa pesat. Untuk biaya pekerjaan ME cenderung berpola lebih baik semakin tinggi kapasitas maka semakin tinggi biaya ME. Untuk biaya pekerjaan jaringan penyebaran biaya sangat besar untuk kapasitas yang sama, yaitu sebesar antara Rp ,- sampai dengan Rp ,-. Hal ini disebabkan jauhnya pembangkit ke grid dan tegangan grid yang berbeda-beda (tegangan menengah dan rendah). Sebagai bahan perbandingan situasi di atas dapat juga dilihat hasil perhitungan struktur harga Gambar 2. Hubungan biaya investasi terhadap kapasitas PLTMH Struktur Harga PLTMH ; Gary Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno 25

11 PLTMH di Nepal. Menurut Vaidya, secara umum tidak ada standar pedoman untuk penentuan tarif pada PLTMH, karena mengubah biaya pembangkitan menjadi tarif yang efektif tidak sederhana. Sementara itu biaya pembangkitan yang tinggi sering kali masih diperlukan dan dibenarkan tetapi yang menjadi pertanyaan penting adalah apakah cukup banyak konsumen (PLN) akan bersedia dan mampu untuk membayar lebih. Menurut Worldbank bahwa pembangunan PLTMH yang biayanya lebih tinggi dari tarif listrik yang ada, maka yang menjadi dasar perhitungan adalah dengan melihat keuntungan-keuntungan akibat adanya listrik dan faktor-faktor ekonomi yang diakibatkan karena adanya listrik (multiplier effect). Pendekatan yang lain adalah dengan melihat bahwa kondisi kelistrikan sebelum adanya PLTMH adalah dengan menggunakan PLTD yang biayanya sangat tinggi. 5. KESIMPULAN DAN SARAN a. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa harga jual tenaga listrik PLTMH dengan kapasitas antara kw berada pada kisaran antara Rp 848/kWh sampai Rp 5.333/kWh dan BPP tenaga listrik wilayah antara Rp 1.029/kWh sampai dengan Rp 3.257/kWh. b. Untuk PLTMH kapasitas di bawah 50 kw, biaya investasi pekerjaan jaringan merupakan faktor utama yang membuat kisaran harga jual tenaga listrik PLTMH sangat besar. c. Harga jual tenaga listrik dari PLTMH tidak dapat ditetapkan dengan Harga Patokan Tertinggi dikarenakan harga jual tenaga listrik PLTMH sangat dipengaruhi oleh variasi besarnya biaya investasi PLTMH. d. Kelayakan ekonomi pembangunan PLTMH dapat mengacu kepada BPP wilayah. Untuk PLTMH dengan harga jual tenaga listrik yang masih di bawah atau mendekati BPP wilayah maka pembangkit PLTMH tersebut dapat dibangun. e. Untuk PLTMH dengan harga jual tenaga listrik yang melebihi BPP wilayah maka PLTMH tersebut masih bisa dibangun dengan mempertimbangkan multiplier efek, subsitusi biaya penyediaan tenaga listrik dari PLTD, dan merupakan kewajiban Pemerintah dalam peningkatan rasio elektrifikasi pedesaan. f. Dikarenakan keterbatasan data biaya investasi PLTMH maka agar analisis harga jual tenaga listrik PLTMH lebih lengkap diperlukan data yang lebih banyak dan kajian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Gery Baldi, 2013, Studi Keekonomian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PLTP Bora, Sulawesi Tengah, Pra Tesis, Universitas Indonesia. DJEBTKE, Proyek Pembangunan PLTMH untuk Listrik Pedesaan, Lokasi Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Papua, Tahun 2007 Sampai Dengan DJK KESDM, 2013, Asumsi Makro APBNP 2013, Bahan Presentasi. P3TKEBTKE, Summary Laporan Hasil Feasibility Studi PLTMH, Lokasi Sulawesi Barat, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur, Tahun 2009 Sampai Dengan Smail K. And Andrew B., 2000, Best Practices For Sustainable Development Of MicroHydro Power In Developing Countries, In association with London Economics & delucia Associates, Cambridge Massachusetts, USA For The Department for International Development, UK and The World Bank March Vaidya, Paper prepared by Dr. Vaidya, Micro- Hydro Specialist Under Contract With AEPC Cost Structure of Micro Hydropower Plant. 26 M&E, Vol. 12, No. 1, Maret 2014

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

HARGA LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) SKALA KECIL. Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno, Benny FD

HARGA LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) SKALA KECIL. Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno, Benny FD HARGA LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) SKALA KECIL Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno, Benny FD Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan energi listrik di dalam kehidupan manusia saat ini sangat penting. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik setiap tahunnya. Namun

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO Vika Arini 1), Siti Qomariyah 2), Agus Hari Wahyudi 3 ) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

Dengan memasukkan nilai dari setiap alternatif diperoleh hasil grafik sebagai berikut :

Dengan memasukkan nilai dari setiap alternatif diperoleh hasil grafik sebagai berikut : 4. STUDI OPTIMASI & ANALISIS 4.1. Optimasi Tahap Pertama Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, bahwa pada area Lubuk Gadang telah ditetapkan tiga alternatif sebagai model pembangunan PLTM.

Lebih terperinci

BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL 7.1. UMUM Bab ini menguraikan lebih lanjut tentang hasil yang diperoleh pada Bab VI Studi Optimasi. Analisa Ekonomi dan Finansial dimaksudkan untuk menilai apakah

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitiandilakukan di lingkungan PT.DBM, lokasiinidipilihkarenasecarametodologismaupunsecarateknismemenuhipersyarata

BAB III METODOLOGI. Penelitiandilakukan di lingkungan PT.DBM, lokasiinidipilihkarenasecarametodologismaupunsecarateknismemenuhipersyarata 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Obyek Penelitian Penelitiandilakukan di lingkungan PT.DBM, lokasiinidipilihkarenasecarametodologismaupunsecarateknismemenuhipersyarata n. PT. DBM adalah sebuah perusahaan yang

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Analisis kelayakan investasi proyek jalan tol pada dasaraya adalah mencoba mengkaji ulang suatu rencana penanaman sejumlah uang dengan memperhatikan manfaat yang dinikmati oleh

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut di Balikpapan

Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut di Balikpapan Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut di Balikpapan Aris Wicaksono Nugroho 2211106034 Dosen Pembimbing Heri Suryoatmojo ST., MT., Ph.D Ir. Sjamsul Anam, MT. Pendahuluan Latar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi

BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi Hasil simulasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi energi tahunan apabila turbin dinaikkan kapasitas debitnya atau jumlah turbin dilipatgandakan.

Lebih terperinci

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) Deviany Kartika, Miftahul Arifin, Rahman Darmawan Program Studi Teknik

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO The Economic Analysis of Kalibeber Hydro Power Plant in Wonosobo District SKRIPSI Disusun Sebagai Salah

Lebih terperinci

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M)

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M) BIAYA MODAL/ CAPITAL COST Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit tenaga listrik dikalikan dengan faktor penyusutan Biaya modal / Capital Cost (CC) dirumuskan sebagai berikut

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Disusun oleh: ANDINI PRASTIWI NRP : 3111105038 Dosen Pembimbing: Christiono Utomo, ST., MT., PhD. Program

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

POTENSI ENERGI ANGIN DAN KELAYAKAN HARGA LISTRIK YANG DIHASILKAN. Verina J. Wargadalam

POTENSI ENERGI ANGIN DAN KELAYAKAN HARGA LISTRIK YANG DIHASILKAN. Verina J. Wargadalam POTENSI ENERGI ANGIN DAN KELAYAKAN HARGA LISTRIK YANG DIHASILKAN Verina J. Wargadalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi vwarga@cbn.net.id

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT. X yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri textile dengan produk utamanya kain polyester. Seperti perusahaan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini Indonesia sedang memasuki era globalisasi, sehingga Indonesia dituntut untuk selalu mengembangkan teknologi di segala bidang agar tidak tertinggal oleh teknologi negara lain. Hal ini juga

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

Latar Belakang. Permasalahan. Tujuan

Latar Belakang. Permasalahan. Tujuan Latar Belakang Rasio elektrifikasi yang masih rendah terutama di daerah-daerah pedesaan Ketergantungan terhadap sumber energi fosil sehingga memicu kenaikan TDL Potensi sumber energi terbarukan cukup besar

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG Lulu Widia Roswita NRP : 9721055 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M. Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD Andreas Y. H. Aponno NRP : 9221035 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda Reka racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda GLEN WEMPI WAHYUDI 1, DWI PRASETYANTO 2, EMMA AKMALAH

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku III. METODE PENELITIAN A. Umum Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku maupun jurnal-jurnal yang membahas tentang studi kelayakan, yang dapat menambah pengetahuan tentang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR Oleh: Candra Santosa 1119151001 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 PERNYATAAN Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Proyek adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan sasaran program sebagai bagian dari usaha merealisasikan tujuan umum yang

Lebih terperinci

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR Heru Husaini Mahasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Abstrak Setelah enam puluh dua tahun Indonesia merdeka, masih terdapat

Lebih terperinci

Kajian Kelayakan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Gunung Sawur 1 dan Gunung Sawur 2 Di Lumjang

Kajian Kelayakan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Gunung Sawur 1 dan Gunung Sawur 2 Di Lumjang 1 Kajian Kelayakan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Gunung Sawur 1 dan Gunung Sawur 2 Di Lumjang Wilda Faradina¹, Hadi Suyono, ST., Mt., Ph.D.², Ir. Teguh Utomo, MT.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik Awang Djohan Bachtiar 9105205402 Pendahuluan Profil PT Petrokimia Gresik. Penjelasan singkat Mengapa butuh power monitoring

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Setelah melakukan wawancara dan mengumpulkan data, penulis menggunakan suatu alat analisis untuk mengevaluasi kelayakan investasi produk Fitaliv yakni capital budgeting.

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Modul ke: Analisa Investasi dalam Berwirausaha Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id Evaluasi

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

PRA STUDI KELAYAKAN POTENSI PLTM/PLTA DI AREA PT. PJB UNIT PEMBANGKIT BRANTAS

PRA STUDI KELAYAKAN POTENSI PLTM/PLTA DI AREA PT. PJB UNIT PEMBANGKIT BRANTAS PRA STUDI KELAYAKAN POTENSI PLTM/PLTA DI AREA PT. PJB UNIT PEMBANGKIT BRANTAS Budiono 1), Slamet Wahyudi 2), Djoko Sutikno 2) 1). Mahasiswa Prog. Magister dan Doktor JurusanTeknik Mesin Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6.

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6. 76 BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Penjelasan Umum Bagian ini menjelaskan mengenai kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba-rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF PROPERTI RITEL HIBURAN PADA BANJARMASIN ONE STOP ENTERTAINMENT CLUB (BOEC)

PENETAPAN TARIF PROPERTI RITEL HIBURAN PADA BANJARMASIN ONE STOP ENTERTAINMENT CLUB (BOEC) PENETAPAN TARIF PROPERTI RITEL HIBURAN PADA BANJARMASIN ONE STOP ENTERTAINMENT CLUB (BOEC) Sandokan Pandiangan Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax 031-5939510

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha BAB II Landasan Teori Kelayakan Usaha James C. Van Horne (1989:303) mengemukakan bahwa Feasibility is allocations of capital to long term capital investment used in the production of goods or services.

Lebih terperinci

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) M a n a j e m e n K e u a n g a n 103 Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Accounting

Lebih terperinci

MODEL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN SEDERHANA

MODEL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN SEDERHANA MODEL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN SEDERHANA Bernard Julius Seto 1, Danny Sungko 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK: Meningkatnya kebutuhan akan perumahan sederhana memunculkan peluang

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) 1. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN 6.1. Kebutuhan Investasi Tahun ke-0 Dalam menjalankan usaha ini, FVN melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000.000,- sebelum masuk ke tahun pertama. FVN perlu membeli semua kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Provisioning Provisioning (Quickguide Standar Instalasi PT-1) adalah proses penyediaan suatu layanan jaringan FTTH (Fiber To The Home) yang mencakup persiapan material, aksesoris

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

Bab 5 Penganggaran Modal

Bab 5 Penganggaran Modal M a n a j e m e n K e u a n g a n 90 Bab 5 Penganggaran Modal Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan perhitungan dalam investasi penganggaran modal dalam penentuan keputusan

Lebih terperinci

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1. STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kelayakan investasi perluasan usaha melalui pembukaan cabang Toko X dengan menggunakan metode Capital Budgeting. Untuk mengevaluasi kelayakan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal jangka panjang, dimana selain investasi tersebut perlu pula disadari dari awal bahwa investasi akan diikuti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat dengan cara mengantisipasi setiap perubahan-perubahan yang terjadi di. lingkungan bisnis dan mengembangkan usahanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat dengan cara mengantisipasi setiap perubahan-perubahan yang terjadi di. lingkungan bisnis dan mengembangkan usahanya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan mengharapkan untuk dapat berkembang dan bertahan di dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin kompleks. Berbagai upaya dilakukan perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERLIAN KUOK SEJAHTERA

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERLIAN KUOK SEJAHTERA ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERLIAN KUOK SEJAHTERA Hendra Taufik 1 dan Ria Larici 2 1,2 Program Studi S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Proyek Menurut UU No. 17 Tahun 2008, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai operator pelabuhan dituntut untuk bertanggung jawab terhadap aset negara. Dalam

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PERBAIKAN/REVISI LAPORAN TUGAS AKHIR iii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Pendahuluan. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi

Pendahuluan. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi Pendahuluan Suatu program capital budgeting atau rencana investasi yang baik membutuhkan beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengambilan keputusan. Langkah-langkah tersebut adalah : 1) Penelitian

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci