BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. sebagai bahan dasar mini screw orthodontics terhadap reaksi jaringan dorsum
|
|
- Teguh Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang pengaruh implantasi subkutan logam kobalt kromium sebagai bahan dasar mini screw orthodontics terhadap reaksi jaringan dorsum kelinci albino telah dilakukan. Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis menunjukkan tidak ada gejala serta perubahan sikap dan kematian kelinci selama 24 jam pada kedua kelompok yaitu kelompok implantasi kobalt kromium dan tanpa implantasi (kontrol negatif). Kondisi kesehatan umum kelinci tidak ditemukan perubahan sistemik, abnormalitas perilaku, dan perubahan lokal. Gambaran klinis area insisi 24 jam pasca implantasi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa baik kelompok perlakuan maupun kontrol hanya terlihat tanda inflamasi ringan berupa eritema (tanda panah). A B Gambar 1. Gambaran makroskopis area insisi 24 jam pasca implantasi. Pada kelompok perlakuan (A) maupun kontrol negatif (B) terlihat tanda inflamasi ringan berupa eritema (tanda panah). 37
2 Pengamatan parameter inflamasi secara mikroskopis dilakukan menggunakan metode pembutaan (blinding method). Nilai rerata dan simpangan baku parameter inflamasi implantasi subkutan logam kobalt kromium dan kontrol selama 14 hari dapat dilihat pada Tabel I. Tabel I menunjukkan bahwa nilai rerata dan simpangan baku parameter inflamasi kedua kelompok selama 14 hari implantasi menunjukkan perbedaan. Kelompok implantasi kobalt kromium menunjukkan rerata yang lebih besar daripada kelompok kontrol untuk parameter makrofag, giant cell, dan fibrosis. Rerata sel plasma kedua kelompok menunjukkan jumlah yang sama. Tabel I. Hasil rerata dan simpangan baku jumlah sel parameter inflamasi implantasi subkutan logam kobalt kromium dan kontrol selama 14 hari Parameter inflamasi Kobalt kromium Sampel Uji Kontrol Polimorfonuklear 0,6 ± 0,49 0,7 ± 0,48 Limfosit 0,9 ± 0,87 1,0 ± 0,67 Sel Plasma 0,6 ± 0,24 0,6 ± 0,21 Makrofag 1,4 ± 0,84 0,9 ± 0,74 Giant cell 0,5 ± 0,27 0 Nekrosis 0 0 Neovaskularisasi 0,6 ± 0,33 0,7 ± 0,48 Fibrosis 0,5 ± 0,27 0,1 ± 0,02 Infiltrat Lemak
3 Untuk mengetahui signifikansi perbedaan secara statistik rerata kedua kelompok digunakan uji independent sample t-test. Syarat uji statistik parametrik independent sample t-test adalah data berdistribusi normal dan variansi homogen. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data terdistribusi normal, sedangkan uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah data memiliki variansi yang homogen (Dahlan, 2006). Hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel II dan Tabel III. Tabel II. Hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk Parameter inflamasi Statistik Shapiro-Wilk Signifikansi Polimorfonuklear 0,78 0,85 Limfosit 0,81 0,17 Sel Plasma 0,72 0,14 Makrofag 0,17 0,26 Giant cell 0,78 0,85 Sel Nekrosis - - Neovaskularisasi 0,72 0,14 Fibrosis 0,66 0,25 Infiltrat Lemak
4 Tabel III. Hasil uji homogenitas parameter inflamasi Parameter inflamasi Signifikansi Polimorfonuklear 0,13 Limfosit 0,11 Sel Plasma 0,43 Makrofag 0,35 Giant cell 0,05 Sel Nekrosis - Neovaskularisasi 0,32 Fibrosis 0,84 Infiltrat Lemak - Dari Tabel II dan Tabel III dapat diketahui hasil uji normalitas dan uji homogenitas semua kelompok menunjukkan p>0,05 yang berarti data terdistribusi normal serta memiliki variansi yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas maka data penelitian memenuhi syarat untuk dilakukan uji independent sample t-test. Rangkuman hasil uji independent sample t-test tercantum dalam Tabel IV. Tabel IV menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada parameter giant cell. Pengamatan secara mikroskopis 14 hari pasca implantasi terlihat infiltrasi giant cell dan fibrosis pada kelompok perlakuan implantasi logam kobalt kromium (Gambar 2 dan Gambar 3). Pada kelompok kontrol negatif hanya terlihat infiltrasi sel inflamasi seperti leukosit, limfosit, sel plasma, makrofag, serta neovaskularisasi dan proliferasi sel fibroblas (Gambar 3). 40
5 Tabel IV. Rangkuman hasil independent sample t-test reaksi jaringan subkutan terhadap implantasi subkutan logam kobalt kromium Parameter inflamasi Nilai t Signifikansi Polimorfonuklear 0,37 0,13 Limfosit 0,29 0,15 Sel Plasma 0,00 0,43 Makrofag 0,41 0,35 Giant cell 0,67 0,00 Sel Nekrosis - - Neovaskularisasi 0,29 0,32 Fibrosis 0,01 0,10 Infiltrat Lemak - - A B Gambar 2. Gambaran mikroskopis area insisi 14 hari pasca implantasi. Pada kelompok perlakuan (A) tampak adanya giant cell disekitar area bekas implantasi logam kobalt kromium (tanda panah) dan pada kelompok kontrol negatif (B) terlihat neovaskularisasi serta infiltrasi sel-sel inflamasi (tanda panah). 41
6 A B Gambar 3. Gambaran mikroskopis area insisi 14 hari pasca perlukaan pada kelompok perlakuan implantasi logam kobalt kromium (A) tampak adanya serabut serabut fibrin yang tipis (tanda panah) dan pada kelompok kontrol negatif (B) hanya terlihat sedikit infiltrasi sel-sel fibroblas (tanda panah). 42
7 B. Pembahasan Hasil pengamatan makroskopis 24 jam pasca implantasi tidak terlihat gejala serta perubahan sikap dan kematian kelinci pada kedua kelompok yaitu implan kobalt kromium dan kontrol negatif. Kondisi kesehatan umum kelinci diobservasi dan tidak ditemukan perubahan sistemik, abnormalitas perilaku, dan perubahan lokal. Kelompok perlakuan maupun kontrol hanya terlihat tanda inflamasi ringan berupa eritema. Proses implantasi dari suatu material akan menimbulkan trauma terhadap jaringan atau organ. Proses trauma memicu mekanisme hemostasis yang mengawali reaksi selular dari proses penyembuhan luka (Anderson, 2001). Eritema muncul dikarenakan jaringan merespon trauma melalui proses hemostasis. Hemostasis adalah proses tubuh yang secara simultan menghentikan perdarahan dari tempat yang cedera, sekaligus mempertahankan darah berada di dalam kompartemen vaskular (Sacher dan McPherson, 2004). Selanjutnya terjadi vasodilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan cairan di kapiler meningkat dan terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang dimediasi oleh histamin. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah membuat warna jaringan menjadi terlihat kemerahan (Corwin, 2009). Hasil penelitian pada Tabel I menunjukkan rerata dan simpangan baku parameter inflamasi implantasi subkutan logam kobalt kromium dan kontrol selama 14 hari memperlihatkan bahwa kedua kelompok terjadi reaksi inflamasi pada jaringan subkutan dorsum kelinci albino. Reaksi inflamasi yang terjadi pada kelompok kontrol merupakan reaksi penyembuhan luka yang terjadi setelah insisi dan proses suturing yang dilakukan pada jaringan dorsum kelinci. Hal ini ditandai 43
8 dengan infiltrasi sel leukosit, limfosit, sel plasma, makrofag, neovaskularisasi serta sel fibroblas pada area insisi. Proses penyembuhan luka merupakan suatu respon jaringan terhadap trauma berupa pemulihan dari integritas jaringan serta pengembalian struktur dan fungsi jaringan yang mengalami trauma (Kalangi, 2004). Saat terjadi luka, pembuluh darah akan terbuka dan terjadi reaksi hemostasis yaitu keluarnya platelet yang menyumbat pembuluh darah (Kumar dkk., 2007). Platelet akan menguraikan substansi proinflamasi seperti adenosine diphosphate (ADP), tissue growth factor beta (TGF-β), platelet-derived growth factors (PDGF) yang berfungsi untuk merangsang kemotaksis neutrofil, monosit, dan fibroblas ke area luka (de la Torre, 2006). Selanjutnya monosit berubah menjadi makrofag yang akan melepaskan faktor pertumbuhan untuk menstimulasi proliferasi fibroblas dan angiogenesis. Limfosit datang ke daerah luka pada tahap berikutnya dan memulai fase penyesuaian respon imun (Diegelman dan Evans, 2004; Tsirogiani dkk., 2006). Sel plasma merupakan produk akhir dari aktivasi sel limfosit B yang mengalami diferensiasi akhir. Sel ini menghasilkan antibodi untuk melawan antigen di tempat radang (Sudiono dkk., 2003). Fibroblas muncul dari jaringan perivaskuler dan mensintesis proteoglikan dan prokolagen yang kemudian diubah menjadi kolagen ekstraseluler (Quirinia, 1999). Menurut Clark (1996) sit. van Beurden dkk. (2005), fibroblas memulai produksi komponen jaringan granulasi seperti fibronektin, kolagen, dan asam hialuronat. Jaringan granulasi terbentuk selama proses penyembuhan luka yang berkembang dari jaringan ikat di sekeliling area luka dan mengandung pembuluh 44
9 darah kecil, sel inflamasi, fibroblas, dan myofibroblas. Neovaskularisasi merupakan proses saat pembuluh darah yang telah ada sebelumnya akan mengeluarkan tunas kapiler untuk menghasilkan pembuluh darah baru (Kumar dkk., 2007). Neovaskularisasi pada proses penyembuhan luka diperlukan sebagai penyedia nutrisi bagi fibroblas, leukosit, dan keratinosit yang sedang berproliferasi dan bermigrasi secara cepat (Lange-Asschenfeldt dkk., 2001). Hasil independent sample t-test pada Tabel IV menunjukkan perbedaan yang signifikan pada parameter giant cell mengindikasikan implantasi subkutan logam kobalt kromium berpengaruh terhadap infiltrasi giant cell secara signifikan. Ratner (2001), menjelaskan setelah implantasi material, makrofag akan mempertahankan jaringan normal dengan melakukan fagositosis sel mati, debris sel, dan jasad renik lainnya. Makrofag kemudian memecahnya menggunakan enzim lisosom. Bila makrofag bergerombol mengelilingi benda asing yang terlalu besar untuk difagositosis, maka makrofag akan berfusi dan meleburkan diri membentuk massa besar berinti banyak yang disebut giant cell di sekitar area implan sebagai respon host terhadap benda asing (Fawcett, 2002). Hallab dan Jacobs (2009) menambahkan, secara umum proses implantasi yang melibatkan jaringan vaskular akan memicu proses organisasi yaitu pertumbuhan jaringan granulasi menuju daerah inflamasi eksudatif yang memicu pembentukan jaringan fibrosis. Reaksi-reaksi tersebut terjadi sekitar 2 minggu sejak proses implantasi (Anderson, 2001). Mekanisme terbentuknya giant cell disekitar area implan sebagai respon terhadap benda asing dijelaskan oleh Ward (2008) sebagai proses biokimiawi 45
10 yang kompleks. Setelah biomaterial diimplankan ke dalam jaringan, trauma yang melibatkan jaringan vaskuler saat prosedur implantasi memicu pembentukan matriks provisional pada daerah implantasi. Matriks provisional terdiri atas fibrinogen, yang diproduksi oleh aktivasi sistem koagulasi, sistem trombosis dan produk inflamasi yang dihasilkan sistem komplemen, platelet yang teraktivasi, sel inflamasi serta sel endotel (Kapanen, 2002). Selanjutnya, fibrinogen akan terikat pada permukaan material yang dikenal sebagai proses biofuling. Fibrinogen merupakan deposisi protein plasma dalam matriks ekstraseluler yang disekresikan saat terjadi peningkatan permeabilitas vaskular yang dimediasi oleh Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) (Mitchell dan Cotran, 2003). Makrofag akan ditarik oleh reseptor yang disekresi oleh fibrinogen yaitu integrin mac-1 untuk berfusi menjadi multinucleated giant cell dan melepaskan sitokin proinflamasi berupa Transforming Growth Factor beta (TGF-β) (Tang dkk., 1996). Transforming growth factor beta (TGF-β) merupakan sitokin yang paling banyak diekspresikan sepanjang proses inflamasi dan eskpresinya dihubungkan dengan fibrosis kronis. TGF-β terbukti dapat menstimulasi proses fibrosis sel dan jaringan, seperti paru-paru, ginjal, hati, kulit dan jaringan subkutan (Ihn, 2005). Fibroblas akan bertransformasi menjadi myofibroblas sebagai respon sinyal dari TGF-β yang akan mensintesis prokolagen melalui aktivasi mediator smad. Mediator smad merupakan serangkaian protein intraseluler yang dikenal dapat menstimulasi fibrosis melalui jalur TGF-β (Gu dkk., 2007). Prokolagen kemudian mengalami proses pengikatan silang (crosslink) untuk meningkatkan kekuatan jaringan dan membentuk anyaman-anyaman menjadi kolagen ekstraseluler yang 46
11 matang. Kolagen yang sudah matang bersama dengan matriks ekstraseluler secara bertahap membentuk kapsula kolagen fibrosa impermeabel (fibrosis) (Ward, 2008). Keberadaan giant cell pada area implantasi hanya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (beberapa hari) (Anderson, 2001). Honma dan Hamasaki (1996) melaporkan bahwa giant cells akan mulai menghilang dari area implan bersamaan dengan resorbsi kapsula kolagen fibrosa melalui proses apoptosis. Pada kasus dimana proliferasi giant cell terlau banyak dapat menyebabkan pelepasan mediator seperti radikal bebas reactive oxygen intermediates (ROI) yang dapat mendegradasi jaringan dan menyebabkan nekrosis (Anderson dkk., 2008). Pada penelitian ini pada sampel yang terlihat proliferasi giant cell tidak menunjukkan adanya infiltrasi sel nekrosis serta jumlah giant cell yang terlihat hanya sedikit sehingga kemungkinan giant cell akan mengalami apoptosis dan menghilang dari area implantasi. Dalam penelitian ini waktu penelitian yang dilakukan selama 15 hari (2 minggu pasca implantasi). Untuk mengetahui giant cell mengalami apoptosis dan menghilang pada area implantasi secara pasti, pengamatan seharusnya dilakukan dengan menambahkan variabel waktu, misalnya 3 minggu sampai 4 minggu pasca implantasi. Selain makrofag, giant cell, dan fibrosis, pada kelompok perlakuan implantasi subkutan logam kobalt kromium juga ditemukan infiltrasi sel polimorfonuklear (PMN), neovaskularisasi dan limfosit. Reaksi inflamasi dimulai dengan sel leukosit polimorfonuklear mengalami emigrasi dan bergerak dari pembuluh darah menuju jaringan perivaskular dan tempat implan (implant site) 47
12 untuk memfagosit mikroorganisme dan material benda asing. Leukosit melekat pada permukaan implan melalui komplemen dan imunoglobulin dan akan menghasilkan enzim (Meyer dkk., 2005). Selanjutnya respon implantasi diinisiasi oleh monosit dan makrofag yang diikuti oleh proliferasi fibroblas, limfosit dan sel endotel vaskular di sekitar implan yang nantinya akan terbentuk jaringan granulasi. Jaringan granulasi memiliki penampakan berwarna merah muda di permukaan luka dengan memiliki karakteristik histologi berupa proliferasi pembuluh darah baru (neovaskularisasi) dan fibroblas. Fibroblas aktif dalam mensintesis kolagen dan proteoglikan. Beberapa fibroblas pada jaringan granulasi memiliki gambaran seperti otot polos (Hofstetter dkk., 2003). Komposisi kobalt kromium dari tipe yang satu dengan tipe yang lain serta dari setiap produksi pabrik yang satu dengan pabrik yang lain selalu berbeda. Kobalt kromium yang digunakan pada penelitian ini adalah Remanium GM 800 produksi Dentaurum, dengan komposisi kobalt 53,3%, kromium 31%, silika 1% serta 14,7% sisanya adalah molibdenum, tungsten, mangan dan karbon. Rangkuman hasil uji energy dispersive spectrometry (EDS) kobalt kromium Remanium GM 800 sebelum diimplan (Lampiran 9) dan setelah diimplan (Lampiran 10) dapat dilihat pada Tabel V. Dari Tabel V dapat diketahui bahwa setelah diimplankan secara subkutan selama 14 hari, kobalt kromium tidak mengalami banyak perubahan komposisi dibandingkan dengan sebelum implan. 48
13 Tabel V. Rangkuman hasil uji energy dispersive spectrometry (EDS) kobalt kromium Remanium GM 800 sebelum dan setelah diimplan Logam Remanium GM 800 Komposisi Co Cr Si Sebelum implantasi 53,16% 30,79% 1,03% Setelah implantasi 53,6% 30,89% 1,23% Logam kobalt kromium akan menciptakan lapisan inert pada permukaan luar yang disebut passive layer berupa lapisan kromium oksida (Cr 2 O 3 ) ketika berinteraksi dengan oksigen. Passive layer inilah yang menyebabkan kobalt kromium memiliki resistensi terhadap korosi dengan membentuk lapisan setebal 1-4 nm yang memisahkan logam dengan lingkungan dan cairan di sekitarnya (Bellefontaine, 2010). Menurut Frazier dan Andrews (1979), ambang batas toksisitas CCR 50 dari ion logam Fe, Co, Ni, Cr berturut turut (dalam satuan ppm) adalah 59; 3,5; 1,1; 0,06 sedangkan kadar ion logam Fe, Co, Ni, Cr yang terlepas dan terlarut dari logam kobalt kromium berturut turut (dalam satuan ppm) adalah 0,176; 1,41; 0,295; 0 (Prasetyo, 2010). Hal ini mengindikasikan bahwa respon inflamasi yang terjadi pada jaringan setelah implantasi logam kobalt kromium merupakan reaksi benda asing dan bukan akibat dari pelepasan ion logam serta ion-ion logam yang terlepas dan terlarut dari logam kobalt kromium tergolong aman, sehingga dapat dikatakan logam kobalt kromium berpotensi sebagai alternatif bahan dasar pembuatan mini screw orthodontics. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan dari perhitungan jumlah fibroblas dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciPengaruh Implantasi Subkutan Logam Kobalt Kromium sebagai Bahan Alternatif Mini Screw Orthodontics terhadap Reaksi Jaringan Kelinci Albino
Maj Ked Gi Ind. Juni 2015; 1(1): 94-101 p-issn ARTIKEL 2460-0164 PENELITIAN e-issn 2442-2576 Pengaruh Implantasi Subkutan Logam Kobalt Kromium sebagai Bahan Alternatif Mini Screw Orthodontics terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian gel biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses penyembuhan luka gingiva.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,
Lebih terperinciFAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS
FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERAN MONOSIT (MAKROFAG) PADA PROSES ANGIOGENESIS DAN FIBROSIS
PERAN MONOSIT (MAKROFAG) PADA PROSES ANGIOGENESIS DAN FIBROSIS Barnabas Bonardo Hana Christina, Cindy Fransisca, Keshia Kristin, Caroline, Janti Sudiono Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Abstrak
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan untuk prosedur transplantasi (Ana dkk., 2008). Setiap tahun, lebih dari lima ratus ribu prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor (PGFs) sebagai mediator biologis dalam proses regenerasi periodontal. Bahan-bahan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan
Lebih terperinciBAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses kesembuhan fraktur dimulai segera setelah tulang mengalami kerusakan, apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis dan biologis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang adalah salah satu jaringan yang sering digunakan untuk transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah ortodontik, bedah
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma
3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.
7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implan gigi digunakan untuk mengganti gigi yang hilang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implan gigi digunakan untuk mengganti gigi yang hilang dan mengembalikan fungsi mastikasi, estetis, fonasi, dan perlindungan jaringan pendukung gigi secara ideal. Implan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciMigrasi Lekosit dan Inflamasi
Migrasi Lekosit dan Inflamasi Sistem kekebalan bergantung pada sirkulasi terusmenerus leukosit melalui tubuh Untuk Respon kekebalan bawaan - berbagai limfosit, granulosit, dan monosit dapat merespon Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciserta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Regenerasi jaringan periodontal merupakan tujuan utama terapi periodontal (Uraz dkk., 2013). Salah satu tindakan terapi periodontal ialah bedah periodontal sebagai
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciNONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)
NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan pertumbuhan yang cepat dan abnormal pada sel, tidak terkontrol, dan tidak terlihat batasan yang jelas dengan jaringan yang sehat serta mempunyai sifat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data dari observasi makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang pengaruh kasa hidrogel paduan kitosan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera saraf tepi merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pasca trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan maksilofasial
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27
64 BAB 6 PEMBAHASAN Fibroblas merupakan elemen utama pada proses perbaikan untuk pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27 Hasil uji Kruskal-Wallis pada jumlah fibroblas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang memiliki penyakit ginjal stadium akhir, pasien dengan transplantasi ginjal mempunyai harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, dimana pada suatu derajat sehingga memerlukan terapi pengganti
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,
PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)
Lebih terperinciPROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita *
PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA Sartika Puspita * * Pogram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Pulpa gigi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,
Lebih terperinciIMUNITAS HUMORAL DAN SELULER
BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Hasil pengujian skrining fitokimia menunjukan bahwa ekstrak yang dioleskan pada hewan coba mengandung tannin, saponin, dan flavonoid (Tabel 1). Pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit
Lebih terperinciTugas Biologi Reproduksi
Tugas Biologi Reproduksi Nama :Anggun Citra Jayanti Nim :09004 Soal : No.01 Mengkritisi tugas dari: Nama :Marina Nim :09035 Soal: No.05 factor yang memepengaruhi pematangan serviks Sebelum persalinan dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap penampilan. Tuntutan dan kebutuhan perawatan gigi estetik masa kini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu kedokteran gigi khususnya bidang kedokteran gigi estetik berkembang pesat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penampilan. Tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 300 juta. Jumlah tertinggi penderita diabetes mellitus terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Berdasarkan penelitian epidemiologi, Word Healty Organitation (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes mellitus di atas umur 20 tahun berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan rusak atau hilangnya sebagian dari jaringan tubuh. Penyebab keadaan ini dapat terjadi karena adanya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka didefinisikan sebagai terganggunya kontinuitas jaringan secara seluler maupun anatomis. Luka dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri pada saat ini. Penemuan dan penelitian yang baru pun sangat dinantikan dan dibutuhkan manfaatnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vulnus (luka) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tubuh dan terganggunya integrasi normal dari kulit serta jaringan di bawahnya yang dapat disebabkan oleh trauma
Lebih terperinciProses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)
Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat
Lebih terperinciGambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel Langerhans di epidermis, yakni sel efektor imunogen pada kulit, penurunan daya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,
Lebih terperinciMEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO
MEKANISME FAGOSITOSIS oleh: DAVID CHRISTIANTO 136070100011013 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1 DAFTAR ISI SAMPUL... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB III Radang dan Kesembuhan Luka. Oleh : Dhirgo Adji. Radang
BAB III Radang dan Kesembuhan Luka Oleh : Dhirgo Adji Radang Radang adalah reaksi alamiah yang berupa respon vaskuler dan seluler dari jaringan tubuh sebagai reaksi terhadap adanya stimuli. Adanya rangsang/
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang (Prodjosudjadi & Suhardjono, 2009).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan
Lebih terperinciRespon imun adaptif : Respon humoral
Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur dibawahnya dari trauma mastikasi, dan mencegah masuknya mikroorganisme (Field dan Longman, 2003).
Lebih terperinciJaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.
Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)
Lebih terperinciBAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada
Lebih terperinciTissue Repair: Regeneration, Healing, and Fibrosis. Alphania Rahniayu Nila Kurniasari Dept/ SMF Patologi Anatomi FK UNAIR
Tissue Repair: Regeneration, Healing, and Fibrosis Alphania Rahniayu Nila Kurniasari Dept/ SMF Patologi Anatomi FK UNAIR 1 Definisi Hal yg penting utk ketahanan suatu organisme kemampuan utk memperbaiki
Lebih terperinciGASTROPATI HIPERTENSI PORTAL
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciDAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI
DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI Daya Tahan tubuh Adalah Kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit agar terhindar dari penyakit 2 Jenis Daya Tahan Tubuh : 1. Daya tahan tubuh spesifik atau Immunitas 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. membantu proses penyembuhan luka. Pada awalnya platelet diperkirakan hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penggunaan produk darah autolog sudah banyak digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka. Pada awalnya platelet diperkirakan hanya berguna pada proses
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk
PENDAHULUAN Latar Belakang Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk mikroorganisme. Gangguan atau kerusakan pada struktur anatomi kulit dengan hilangnya fungsi yang berturut-turut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Silika adalah senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silika adalah senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang merupakan salah satu mineral dengan jumlah terbanyak di bumi. Sebagian besar silika terdapat dalam bentuk kristalin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka adalah diskontinuitas dari suatu jaringan. Angka kejadian luka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka adalah diskontinuitas dari suatu jaringan. Angka kejadian luka memiliki prevalensi mencapai jutaan kasus per tahunnya. Penyembuhan luka yang terganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja
Lebih terperinciPEMBAHASAN. seperti hernia inkarserata, masih merupakan perdebatan. Implantasi benda asing
B A B V I PEMBAHASAN Repair hernia pada operasi bersih terkontaminasi atau terkontaminasi, seperti hernia inkarserata, masih merupakan perdebatan. Implantasi benda asing yang cukup banyak dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas dan mencapai 15% dari total berat badan dewasa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutaneus.
Lebih terperinci