Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah"

Transkripsi

1 TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah Studi Kasus: Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung Tamiya M. Saada Kasman, Dewi R. Syahriyah, Sofian D. Ananto, M. Adib Widhianto Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung Abstrak Aktivitas masyarakat serta interaksi sosial yang terjadi dalam lingkungan perumahan menjadi latar di balik munculnya ruang yang tidak terkotak-kotak, sehingga terjadi ketidakjelasan antara ruang privat dan ruang publik pada perumahan tersebut. Namun kebutuhan akan ruang dalam memenuhi segala aktivitas membentuk perilaku teritorialitas pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola serta pemahaman teritorialitas di perumahan menengah ke bawah dengan cara mengidentifikasi unsur ruang dan bentuk interaksi sosial masyarakat di lingkungan luar rumah berdasarkan tiga aspek teritori yang dilakukan, baik pada lingkup rumah sebagai teritori legal maupun lingkungan sekitar rumah. Metode pengumpulan data awal dilakukan melalui observasi langsung dengan sifat observasi non-participant, dan melakukan wawancara ke tokoh masyarakat. Kemudian pengambilan data selanjutnya menggunakan metode purposive sampling dalam pembagian kuesioner ke beberapa masyarakat tertentu yang melakukan ekspansi teritorial maupun masyarakat yang lahannya digunakan oleh orang lain untuk beraktivitas. Hasil analisis terdapat tiga pola umum ekspansi teritorial, yang pertama pola ekspansi yang dilakukan di batas teritori legal, kedua pola ekspansi di sisi luar batas teritori legal, dan yang terakhir pola ekspansi di koridor/gang sebagai teritori publik. Kata-kunci : ekspansi, perumahan, teritorialitas Pengantar Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya dalam proses berhuni, dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut manusia memerlukan ruang. Kebutuhan terhadap ruang ini membentuk perilaku teritorialitas pada manusia yang menginginkan ruang personal dengan jelas sebagai batas kegiatan personalnya. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa teritorialitas manusia merupakan salah satu konsep yang penting dalam psikologis dan perilaku yang signifikan di lingkungan rumah (Hayward, 1975; Porteous, 1976; Tognologi, 1987; dalam Omata 1995). Teritori merupakan sebuah wilayah ataupun daerah, sedangkan teritorialitas merupakan sebuah wilayah yang telah menjadi milik dan hak seseorang. Menurut Laurens (2004) teritorialitas merupakan pola perilaku yang berhubungan dengan kepemilikan dan hak seseorang terhadap suatu wilayah atau daerah. Terdapat tiga aspek pembentuk teritorialitas yaitu legalitas, aktivitas, dan persepsi. Legalitas yang dimaksud adalah adanya bukti hukum kepemilikan atau bukti hak penggunaan atas suatu tempat. Aspek aktivitas adalah interaksi sosial masyarakat yang terjadi pada suatu lokasi tertentu. Sedangkan aspek persepsi yaitu nilai yang berasal dari pemahaman pengguna atau masyarakat mengenai batasan teritorialitas itu sendiri (Widjaja, 2007). Pada penelitian ini perumahan menengah ke bawah dipilih sebagai objek penelitian dikarenakan kondisinya yang lebih memiliki kejelasan dari segi aspek legalitas jika diban-dingkan dengan perkampungan tradisional. Selain itu pada perumahan tersebut kedekatan sosial antar masyarakatnya lebih besar jika dibandingkan dengan perumahan kelas atas. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 C 091

2 Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah (Studi Kasus: Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung) Dalam kasus perumahan menengah ke bawah seperti di Jalan Batik Pekalongan, Jalan Batik Jogja, Jalan Manteron, Jalan Giringsing, Jalan Gambir Saketi, dan Jalan Rereng Suliga, ekspansi teritorial dapat terlihat dari jarak batas lahan yang sudah dengan jelas diatur dalam aspek legalitas perumahan, namun pada kenyataannya batas-batas antar lahan tersebut tumbuh dan berkembang secara tidak teratur salah satunya dikarenakan interaksi sosial dan aktivitas masyarakat. Sedangkan pada kawasan perumahan menengah ke atas, intensitas terjadinya interaksi sosial aktivitas masyarakat sangat kurang sehingga kemungkinan terjadinya ekspansi teritorial sangat kecil. Dalam proses bermukim terdapat ketidakjelasan mengenai batas ruang antara ruang berkegiatan privat dan ruang berkegiatan publik dalam kehidupan bermukim masyarakatnya. Ketidak jelasan batas ruang ini dapat dilihat dari adanya penggunaan temporer pada ruang publik seperti penggunaan jalanan untuk kegiatan sehari-hari penghuni rumah di sekitarnya, seperti sebagai area menjemur, area parkir, maupun untuk tempat berjualan. Pola penggunaan temporer pada ruang publik diduga diakibatkan oleh keterbatasan ruang hunian yang terjadi akibat perkembangan suatu perumahan. Tindakantindakan penggunaan ruang secara temporer ini dapat disebut sebagai tindakan ekspansi teritorial dari penghuni. Teritorialitas dalam penelitian ini dinilai berdasarkan tiga aspek antara lain aspek legalitas, aktivitas, dan persepsi (Widjaja, 2007) yang dapat mempengaruhi maupun mendorong penghuni untuk melakukan ekspansi teritorial tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola serta pemahaman teritorialitas di perumahan menengah ke bawah dengan cara mengidentifikasi unsur ruang dan bentuk interaksi sosial masyarakat di lingkungan luar rumah berdasarkan tiga aspek teritori yang dilakukan baik pada lingkup rumah sebagai teritori legal, maupun lingkungan sekitar rumah. Metode Penelitian ini menggunakan mixed method yaitu metode penelitian gabungan antara metode kualitatif dan kuantitatif. Metode pengumpulan data awal dilakukan melalui observasi langsung dengan sifat observasi non-participant yaitu peneliti hanya menjadi pengamat dan tidak menjadi bagian dalam objek yang diteliti (Kumar, 2005). Kemudian pengambilan data selanjutnya yaitu melakukan wawancara ke tokoh masyarakat seperti ketua RT-RW setempat untuk mendapatkan pengetahuan tentang Sukaluyu, baik mengenai sejarah terbangunnya perumahan maupun mengenai fenomena-fenomena bermukim yang telah terjadi di perumah-an. Selain itu metode purposive sampling juga digunakan dalam pembagian kuesioner ke beberapa masyarakat tertentu yang melakukan ekspansi teritorial maupun masyarakat yang lahannya digunakan oleh orang lain untuk beraktivitas. Teknik sampling tersebut digunakan karena penelitian ini memfokuskan pada pola ekspansi teritorial penghuni dan mengidentifikasi alasan ekspansi tersebut dilakukan, sehingga hanya diperlukan informasi dari penghuni-penghuni yang melakukan kegiatan tersebut. Pertanyaan yang disusun dalam kuesioner tersebut dikembangkan dari konsep dan variabel yang bersumber pada kajian-kajian literatur yang berhubungan dengan topik penelitian. Konsep dari penelitian ini fokus pada ketiga aspek pembentuk teritorialitas antara lain aspek legalitas, aktivitas, dan persepsi. Ketiga aspek tersebut menghasilkan beberapa variabel yang akan diidentifikasi hubungan antara variabelnya, baik dalam satu aspek maupun hubungan antar aspek yang berbeda sehingga dapat ditemukan faktor-faktor apa saja yang menjadi alasan penghuni Sukaluyu melakukan ekspansi teritorial. C 092 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

3 Gambar 1. Diagram Kerangka Penelitian Kemudian bentuk fisik teritori yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah teritori bangunan rumah sebagai teritori privat/ legal, dan teritori jalan perumahan sebagai teritori publik. Sehingga dapat dilihat sejauh mana pola penggunaan ekspansi teritorial penghuni di perumahan Sukaluyu ini berlangsung. Analisis dan Interpretasi Pengamatan yang dilakukan di perumahan Sukaluyu ini dibagi menjadi enam koridor antara lain Koridor 1 Jalan Batik Pekalongan, Koridor 2 Jalan Batik Jogja, Koridor 3 Jalan Manteron, Koridor 4 Jalan Giringsing, Koridor 5 Jalan Gambir Suketi, dan Koridor 6 Jalan Rereng Suliga. Perumahan ini terletak pada wilayah administratif Kelurahan Sukaluyu, Kecamatan Cibeunying Kaler, Bandung. Tamiya M. Saada Kasman Pada lokasi tersebut, aktivitas ekspansi teritorial kemudian dikelompokkan menjadi lima aktivitas yang paling mendominasi yaitu parkir, menjemur, berbincang, bermain, dan jual beli. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang paling banyak terjadi di perumahan Sukaluyu sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan, seperti yang terlihat pada pemetaan di gambar 2. Kemudian dari hasil pengamatan tersebut, didapatkan pola umum yang merupakan hasil analisa yang terbentuk dari lima jenis aktivitas masyarakat di kawasan Sukaluyu. Jenis aktivitas pertama yang termasuk dalam aktivitas ekspansi teritorial ialah parkir. Aktivitas tersebut terjadi pada seluruh koridor, dimulai dari koridor 1 hingga koridor 6. Parkir kendaraan yang dilakukan penghuni tersebut melakukan ekspansi dengan mengambil ruas jalan. Ekspansi ini paling banyak terjadi pada Koridor 2 (Jalan Batik Jogja) dan Koridor 6 (Jalan Rereng Suliga) seperti yang terlihat pada gambar 3. Salah satu alasan ekspansi ini terjadi ialah dikarenakan lahan yang digunakan sebagai garasi tidak mencukupi. Pola umum parkir ini terbagi menjadi dua pola, yang pertama pola yang melebihi teritori legal atau di tepi teritori legal, dan yang kedua pola parkir yang sepenuhnya berada di luar teritori legal. Gambar 3. Aktivitas Parkir Kendaraan Gambar 2. Pemetaan Jenis Aktivitas di Sukaluyu Ekspansi teritorial berikutnya ialah dari aktivitas menjemur pakaian. Aktivitas ini tidak terjadi pada seluruh koridor. Aktivitas menjemur pakaian terjadi pada koridor 1 hingga koridor 4, seperti yang terlihat pada gambar 4 di bawah ini. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 C 093

4 Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah (Studi Kasus: Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung) Gambar 4. Aktivitas Menjemur Pakaian Kemudian ekspansi teritorial yang terbentuk oleh aktivitas bermain, seperti yang terlihat pada gambar 6, hanya terjadi pada jalanan di dua koridor yaitu di koridor 4 (Jalan Giringsing) dan koridor 6 (Jalan Rereng Suliga). Ekspansi tersebut dilakukan dikarenakan kurangnya area publik yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk bermain sehingga masyarakat mengambil ruas jalan sebagai lahan untuk bermain. Aktivitas ini paling banyak terjadi di koridor 6 yaitu Jalan Rereng Suliga dikarenakan lebar jalanan yang lebih besar dibanding koridor lainnya. Mayoritas masyarakat menjemur pakaiannya di pagar, hal tersebut tidak termasuk ekspansi teritorial apabila penghuni masih melakukan aktivitas tersebut di batas teritori legalnya. Aktivitas ini menjadi ekspansi teritorial jika penghuni melakukannya di luar batas teritori legal mereka, seperti yang terlihat di gambar 4 pada gambar kedua. Ekspansi ini paling banyak terjadi pada koridor 2 (Jalan Batik Jogja). Aktivitas berikutnya seperti yang terlihat pada gambar 5 ialah aktivitas berbincang dengan tetangga. Jenis aktivitas yang merupakan ekspansi teritorial ini terdapat pada koridor 3 hingga koridor 6. Berbincang dengan tetangga pada umumnya dilakukan oleh masyarakat di ruas jalan atau diluar batas teritori hunian mereka. Ekspansi ini banyak dilakukan oleh masyarakat dikarenakan jika melakukan aktivitas tersebut di luar rumah maka memungkinkan mereka untuk lebih banyak bertemu dengan orang lain. Gambar 6. Aktivitas Bermain Ekspansi teritorialitas berikutnya yaitu aktivitas jual beli yang terjadi di koridor 2, koridor 3, koridor 4, dan koridor 6. Aktivitas jual beli dilakukan oleh masyarakat pada ruas jalan atau pada bagian depan rumah. Ekspansi tersebut dilakukan karena tidak adanya lokasi khusus untuk kegiatan berdagang pada area sekitar seperti yang terlihat pada gambar 7. Gambar 5. Aktivitas Berbincang Gambar 7. Aktivitas Jual Beli C 094 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

5 Kemudian dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa jenis aktivitas yang paling banyak dilakukan di perumahan Sukaluyu ini adalah berbincang-bincang dan memarkirkan kendaraan. Hal ini dapat membuktikan bahwa interaksi sosial yang menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial di perumahan ini masih tergolong tinggi. Kemudian masyarakat yang memarkir kendaraan juga cukup banyak dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang ada di Perumahan Sukaluyu ini adalah menengah ke bawah yang menunjukkan sebagian masyarakat memiliki ekonomi yang berkecukupan. 15% 8% 10% 25% 33% Gambar 8. Diagram Distribusi Jenis Aktivitas 9% Berbincang-Bincang Menjemur Pakaian Memarkirkan Kendaraan Bermain Berjualan/berbelanja Lainnya Dari beberapa aktivitas ekspansi yang dilakukan, sebanyak 53% masyarakat melakukan hal tersebut karena berkeinginan untuk melakukannya, bukan karena keterpaksaan. Alasan berkeinginan tersebut dikarenakan masyarakat merasa senang, untuk mengisi waktu luang, keinginan bersosialisasi, dan karena merasa nyaman. Tetapi sebagian masyarakat sebesar 47% terpaksa melakukan aktivitas ekspansi karena masalah aksesibilitas, mata pencaharian, dan karena lahan yang tidak cukup. Hubungan aspek karakteristik penghuni yang paling berpengaruh terhadap terjadinya aktivitas ekspansi teritorialitas pada masyarakat Sukaluyu adalah lama menetap. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisis koresponden. Berdasarkan analisis yang dilakukan, karakteristik penghuni yaitu lama menetap dibagi menjadi lima kategori yaitu <1 tahun; 1-5 tahun; 6-10 tahun; tahun; dan >25 tahun. Masyarakat dengan lama menetap <1 tahun cenderung melakukan aktivitas berupa berbincang-bincang; lama menetap 1-5 tahun Tamiya M. Saada Kasman cenderung melakukan aktivitas memarkirkan kendaraan dan bermain; lama menetap 6-10 tahun cenderung melakukan aktivitas menjemur pakaian; sedangkan masyarakat dengan lama menetap tahun dan >25 tahun cenderung melakukan aktivitas berjualan atau berbelanja. Kemudian masyarakat dengan lama tinggal <1 tahun cenderung melakukan aktivitas ekspansi dengan intensitas yang paling rendah dan masyarakat dengan lama tinggal paling lama (>25 tahun) cenderung paling sering melakukan aktivitas ekspansi teritorialitas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama masyarakat tinggal, maka cenderung semakin tinggi jenis aktivitas ekspansi teritorialitas yang dilakukan-nya serta semakin sering aktivitas ini dilakukan. Kemudian aspek legalitas dengan aspek aktivitas dianalisa dengan menggunakan analisis koresponden. Hubungan antara variabel tempat aktivitas dan status kepemilikan (legalitas) menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki lahan dengan status sewa cenderung melakukan aktivitas di jalan lain. Sedangkan masyarakat yang memiliki lahan dengan status hak milik kecenderungannya lebih besar melakukan di sekitar rumah. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat dengan lahan yang berstatus sewa cenderung melakukan ekspansi teritori yang lebih besar dibanding masyarakat yang memiliki lahan dengan status hak milik. Kemudian analisis berikutnya yaitu hubungan aspek aktivitas dengan persepsi masyarakat terkait dengan rasa memiliki. Analisis ini menggunakan analisis koresponden dan analisis anova. Tingkat kedekatan masyarakat memiliki hubungan yang relatif tinggi terhadap intensitas aktivitas ekspansi ini dilakukan, yaitu dengan nilai signifikasi sebesar Hubungan ini juga menunjukkan adanya hubungan korelasi negatif sebesar , yaitu semakin tinggi tingkat kedekatan masyarakat dengan pemilik tempat, maka intensitas aktivitas ekspansi teritorialitas akan semakin jarang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan kekerabatan yang tinggi diduga biasa melakukan aktivitasnya di lingkungan teritorialitasnya sendiri sehingga saat melakukan aktivitas ekspansi mereka cenderung hanya Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 C 095

6 Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah (Studi Kasus: Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung) berlandaskan pada rasa ingin saja tanpa adanya keterpaksaan atau alasan tertentu. Hasil analisis berdasarkan persepsi masyarakat tersebut menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki kedekatan yang tinggi sudah memiliki kesepakatan bersama terkait dengan aktivitas ekspansi teritorialitas yang dilakukannya, dan dengan adanya kesepakatan ini maka masyarakat akan merasa memiliki tempat tersebut secara tidak langsung dengan rasa sungkan yang rendah sehingga ekspansi teritorial pun tetap terjadi di perumahan Sukaluyu ini. Namun jika dihubungkan dengan aspek legalitas, terdapat rasa sungkan yang timbul dari perbedaan strata kepemilikan rumah, sehingga masyarakat dengan hunian sewa merasa lebih sungkan saat melakukan aktivitas ekspansinya. Selain itu, masyarakat dengan hunian berbatas pagar memiliki rasa sungkan yang relatif tinggi dibandingkan masyarakat dengan hunian berbatas halaman. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan hunian berbatas pagar merasakan sungkan saat melakukan aktivitas ekspansi teritorialitas karena mereka sebenarnya sudah membatasi batas teritorial mereka secara fisik yaitu berupa pagar. Kesimpulan Pola ekspansi teritorial yang terjadi di enam koridor perumahan Sukaluyu ini terbentuk dari lima jenis aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat berdasarkan hasil pengamatan. Jenis aktivitas tersebut antara lain aktivitas jual beli, berbincang, bermain, menjemur, dan memarkir. Dari kelima aktivitas ini menghasilkan tiga pola umum ekspansi teritorial, yang pertama pola ekspansi yang dilakukan di batas teritori legal, kedua yaitu pola ekspansi di sisi luar batas teritori legal, dan yang terakhir pola ekspansi di koridor/gang sebagai teritori publik. Pola ekspansi ini dipengaruhi oleh tiga aspek pembentuk teritorialitas di perumahan, antara lain aspek legalitas, aspek aktivitas, dan aspek persepsi. Aspek tersebut juga tidak lepas dari karakteristik penghuni atau masyarakat itu sendiri. ekspansi teritorial karena adanya rasa memiliki yang didasari oleh kedekatan antar masyarakat tersebut sehingga rasa sungkan untuk melakukan ekspansi pun tergolong kecil. Walaupun secara fisik perumahan ini merupakan rumah yang terencana, namun aktivitas dan sikap yang mencerminkan budaya masyarakat perumahan ini tetap lebih berpengaruh pada kemungkinan terjadinya ekspansi teritorial tersebut. Penelitian ini mengangkat fenomena yang banyak terjadi di perumahan terkait budaya bermukim masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi para perancang perumahan agar lebih memperhatikan pembagian ruang dan penyediaan fasilitas dalam perumahan. Namun, penelitian ini terfokus pada masyarakat yang melakukan ekspansi pada saat peneliti melakukan observasi saja, tidak dilakukan penelitian lebih lanjut pada masyarakat lainnya yang mungkin saja melakukan hal tersebut saat peneliti tidak melakukan observasi. Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan observasi secara merata ke seluruh masyarakat perumahan agar data yang diperoleh memiliki validitas yang lebih tinggi. Daftar Pustaka Kumar, Ranjit. (2005). Second Edition Research Methodology A Step-by-Step Guide for Beginners. SAGE Publications: London. Thousand Oaks. New Delhi. Laurens, Joyse Marcella. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. PT Grasindo, Jakarta. Omata, Kenji. (1995). Territoriality in the House and its relationship to the use of rooms and the psychological well-being of Japanese Married Women. Journal of Environmental Psychology (1995) 15, Widjaja, Pele. (2007). Teritorialitas Domestik Rumah Pada Dua Kampung Kota di Bandung. Disertasi Doktoral. Program Doktor Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Insitut Teknologi Bandung. Dari hasil analisis, aspek persepsi masyarakat memiliki andil yang paling besar dalam hal C 096 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Tamiya Miftau Saada Kasman Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Rumah Impian Mahasiswa

Rumah Impian Mahasiswa TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Rumah Impian Mahasiswa R. Kartika Abdassah (1), Gustav Anandhita (2), Mega Sesotyaningtyas (3) (1) Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Dari berbagai analisa dan uraian yang terkait dengan dinamika ruang publik eksklusif dan inklusif di permukiman masyarakat menengah ke bawah, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat Dewi R. Syahriyah, Nurhijrah, Saraswati Tedja, Dadang Hartabela, Saiful Anwar Program

Lebih terperinci

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Lebih terperinci

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat TEMU ILMIAH IPLBI 06 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat Nurul Sucya Karya Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut

Lebih terperinci

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen TEMU ILMIAH IPLBI 05 Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen Andrie I. Kartamihardja Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Apartemen merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah TEMU ILMIAH IPLBI 206 Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah Riska Amelia Rachman (), Hanson E. Kusuma (2) () Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa (2)

Lebih terperinci

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Lebih terperinci

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami Nurul Aini Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Pemilihan kepemilikan

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku TEMU ILMIAH IPLBI 04 Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku Riska Amelia Rachman (), Hanson E. Kusuma () () Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan

Lebih terperinci

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya Alfiani Rahmawati Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB TEMU ILMIAH IPLBI 06 Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB Febby Nugrayolanda Program Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Intensitas penggunaan angkutan

Lebih terperinci

Lingkungan Rumah Ideal

Lingkungan Rumah Ideal TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Lingkungan Rumah Ideal Aria Adrian Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),ITB. Abstrak Rumah membuat penghuninya

Lebih terperinci

Komparasi Dimensi dan Perabot Ruang Tidur Rumah Pribadi dan Rumah Kost di Banjarbaru

Komparasi Dimensi dan Perabot Ruang Tidur Rumah Pribadi dan Rumah Kost di Banjarbaru 48 Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Panca Budi Jurnal ArchiGreen Jurnal ArchiGreen Vol. 3 No. 5 (2016) 48 53 Komparasi Dimensi dan Perabot Ruang Tidur Rumah Pribadi dan Rumah Kost di Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stearns dan Montag (1974) dalam Irwan (2005) menjelaskan bahwa kota merupakan suatu areal dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan kegiatannya dan merupakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TERITORIALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN PADAT DI PERKOTAAN

KARAKTERISTIK TERITORIALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN PADAT DI PERKOTAAN KARAKTERISTIK TERITORIALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN PADAT DI PERKOTAAN Burhanuddin Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako bur_arch07@yahoo.co.id Abstrak Perkembangan kota yang begitu cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D. TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.I Yogyakarta Puja Kurniawan Program Studi Magister

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ruang publik Menurut Carr dkk (1992), bahwa tipologi ruang publik penekanan kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi

Lebih terperinci

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung Riana V. Gunawan Program Studi Magister Rancang Kota/Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut

Lebih terperinci

Teritori Ruang Dagang Bazar di Tangerang Selatan

Teritori Ruang Dagang Bazar di Tangerang Selatan TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Teritori Ruang Dagang Bazar di Tangerang Selatan Estuti Rochimah (1), Handajani Asriningpuri (2) (1) Kelompok Bidang Keilmuan Perancangan, Program Studi Arsitektur, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi Daerah Ibukota Yogyakarta mulai dari tahun 2008 yang memiliki jumlah penduduk 374.783 jiwa, pada tahun

Lebih terperinci

Kajian Perilaku Pengguna Jalan di Perumahan Skala Menengah ke Bawah pada Lahan Berkontur Studi Kasus : Perumahan BTN Politeknik Manado

Kajian Perilaku Pengguna Jalan di Perumahan Skala Menengah ke Bawah pada Lahan Berkontur Studi Kasus : Perumahan BTN Politeknik Manado TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kajian Perilaku Pengguna Jalan di Perumahan Skala Menengah ke Bawah pada Lahan Berkontur Studi Kasus : Perumahan BTN Politeknik Manado Faizah Mastutie (1), Didik Pridjadi (2), Surdjadi

Lebih terperinci

Model Ruang Publik pada Permukiman Padat Kota di Kawasan Pesisir

Model Ruang Publik pada Permukiman Padat Kota di Kawasan Pesisir TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Model Ruang Publik pada Permukiman Padat Kota di Kawasan Pesisir Faizah Mastutie (1), Suridjadi Supardjo (2), Racmat Prijadi (3) (1) Perumahan dan Permukiman, Budaya dan Perilaku,

Lebih terperinci

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya.

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya. Rumah + Laundry : Strategi Privasi pada Ruang Tinggal dan Bekerja Renny Melina sebagai tempat beristirahat dan bersosialisasi di antara anggota keluarga. Ketika rumah tinggal juga dijadikan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

GANG KAMPUNG KOTA SARANA SIRKULASI MULTI FUNGSI 1 ABSTRAK

GANG KAMPUNG KOTA SARANA SIRKULASI MULTI FUNGSI 1 ABSTRAK GANG KAMPUNG KOTA SARANA SIRKULASI MULTI FUNGSI 1 Rubianto Ramelan 2, Sri Handayani 3, Sukadi 4 ABSTRAK Gang adalah jalan lingkungan yang digunakan sebagai sarana sirkulasi untuk keluar-masuk permukiman

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung

Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung Hari Hajaruddin Siregar Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah

Lebih terperinci

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Ideal Kantor Rizky Amalia Achsani Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Kualitas pencahayaan ideal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman Kampung Aur merupakan salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika berbicara mengenai permukiman

Lebih terperinci

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah

Lebih terperinci

Ruang Publik pada Permukiman Padat Kota di Kawasan Pesisir

Ruang Publik pada Permukiman Padat Kota di Kawasan Pesisir TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Ruang Publik pada Permukiman Padat Kota di Kawasan Pesisir Faizah Mastutie (1), Suridjadi Supardjo (2), Racmat Prijadi 3) (1) Perumahan dan Permukiman, Budaya dan Perilaku, Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

penelitian 2010

penelitian 2010 Universitas Udayana, Bali, 3 Juni 2010 Seminar Nasional Metodologi Riset dalam Arsitektur" Menuju Pendidikan Arsitektur Indonesia Berbasis Riset DESAIN PERMUKIMAN PASCA-BENCANA DAN METODA PARTISIPASI:

Lebih terperinci

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang Adhi Widyarthara

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju

Lebih terperinci

TESIS RA MODEL PERUMAHAN PRODUKTIF OLAHAN HASIL LAUT: SINERGI RUANG DOMESTIK DAN RUANG PRODUKSI

TESIS RA MODEL PERUMAHAN PRODUKTIF OLAHAN HASIL LAUT: SINERGI RUANG DOMESTIK DAN RUANG PRODUKSI TESIS RA 092388 MODEL PERUMAHAN PRODUKTIF OLAHAN HASIL LAUT: SINERGI RUANG DOMESTIK DAN RUANG PRODUKSI ADINDA SIH PINASTI RETNO UTAMI 3211.201.007 DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Happy Ratna S., M.Sc, Ph.D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini kota besar masih memiliki daya tarik bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan perekonomian dan pendidikan yang menyebabkan banyak

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA T U G A S A K H I R FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI 62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif

Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif Imaniar S. Asharhani Program Studi Magister Arsitekur, SAPPK, ITB. Abstrak Dalam perkembangannya, rumah tidak lagi hanya sebagai hunian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang

Lebih terperinci

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Sri Aliah Ekawati Prodi Pembangunan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya proses perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini membawa dampak timbulnya berbagai masalah perkotaan. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi berakibat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalur pedestrian atau tepatnya pedestrian Path, adalah gabungan dari dua kata dasar, yaitu path dan pedestrian yang mempunyai kesamaan kesatuan arti, suatu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

Kinerja Ruang Publik Kampus Ditinjau dari Faktor Attraction

Kinerja Ruang Publik Kampus Ditinjau dari Faktor Attraction TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kinerja Ruang Publik Kampus Ditinjau dari Faktor Attraction Studi Kasus: Lapangan Campus Center Timur ITB Vika Haristianti, Feni Kurniati, Dewi Rachmaniatus Syahri Program Studi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii LEMBAR KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

research 2010 PEMBELAJARAN TENTANG MIXED-METHOD PADA PENELITIAN PERUMAHAN PASCA BENCANA

research 2010 PEMBELAJARAN TENTANG MIXED-METHOD PADA PENELITIAN PERUMAHAN PASCA BENCANA PEMBELAJARAN TENTANG MIXED-METHOD PADA PENELITIAN PERUMAHAN PASCA BENCANA Studi Kasus: Penelitian di Aceh dan Pangandaran oleh Tim Riset Kelompok Keahlian Perumahan dan Permukiman, ITB Dr. Allis Nurdini,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut

Lebih terperinci

Prospek Analisis Kualitas Lingkungan Faktual untuk Meninjau Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

Prospek Analisis Kualitas Lingkungan Faktual untuk Meninjau Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Prospek Analisis Kualitas Lingkungan Faktual untuk Meninjau Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Aria Adrian Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan

Lebih terperinci

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-116 Keterkaitan Karakteristik di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang Dian Nur afalia, Ketut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai tinjauan pustaka yang merupakan beberapa penelitian sejenis yang berupa skripsi/tesis ataupun jurnal

Lebih terperinci

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakartaa memiliki empat kelompok kawasan permukiman yaitu lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan kolonial, permukiman di kawasan

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

Kriteria Rancangan Fasilitas Umum berdasarkan Karakteristik Pengguna

Kriteria Rancangan Fasilitas Umum berdasarkan Karakteristik Pengguna TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kriteria Rancangan Fasilitas Umum berdasarkan Karakteristik Pengguna Muhammad Adib Widhianto Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Medan merupakan suatu permukiman yang berada di daerah pesisir. Sebagian besar

BAB I. PENDAHULUAN. Medan merupakan suatu permukiman yang berada di daerah pesisir. Sebagian besar BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kampung Nelayan Belawan merupakan suatu permukiman tidak terencana yang terletak di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara.

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Gambaran beberapa kata kunci dengan pengelompokan dalam tapak dan sekitarnya, dengan pendekatan pada tema : Diagram 3.1.Latar Belakang Pemilihan

Lebih terperinci

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang Annisa Safira Riska Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, ITB. Abstrak Merasakan ruang merupakan sebuah kegiatan yang dialami manusia

Lebih terperinci

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI Dibimbing oleh: Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskandar, S.Psi., M.Sc. ABSTRAK Keterbatasan

Lebih terperinci

Perencanaan Berbasis Partisipasi dalam Rangka Mencapai Pembangunan Kampung yang Layak Huni

Perencanaan Berbasis Partisipasi dalam Rangka Mencapai Pembangunan Kampung yang Layak Huni TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Perencanaan Berbasis Partisipasi dalam Rangka Mencapai Pembangunan Kampung yang Layak Huni Beny OY Marpaung (1), Dwira N. Aulia (2), Wahyuni Zahrah (3) (1) Lab.Perkotaan dan Permukiman,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota Dicko Quando Armas (1), Tubagus M. Aziz Soelaiman (2) dominoharvard_insert@yahoo.com (1) Program Studi Magister

Lebih terperinci

Kajian Tingkat Kepuasan Penghuni terhadap Kualitas Lingkungan Rusunawa

Kajian Tingkat Kepuasan Penghuni terhadap Kualitas Lingkungan Rusunawa TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kajian Tingkat Kepuasan Penghuni Kualitas Lingkungan (Studi Kasus: Kota Makassar) Suci Anugrah Yanti (1), Mimi Arifin (1), Mukti Ali (2) (1) Lab. Perumahan Permukiman, Program Studi

Lebih terperinci

INFO-TEKNIK Volume 8 No.1, JULI 2007(72-79) Karakter Shared Street pada Jalan-jalan di Perkampungan Krapyak Kulon

INFO-TEKNIK Volume 8 No.1, JULI 2007(72-79) Karakter Shared Street pada Jalan-jalan di Perkampungan Krapyak Kulon INFO-TEKNIK Volume 8 No.1, JULI 2007(72-79) Karakter Shared Street pada Jalan-jalan di Perkampungan Krapyak Kulon Mohammad Ibnu Saud Intisari Krapyak Kulon merupakan salah satu perkampungan di Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGABSAHAN SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL INTISARI ABSTRACT BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGABSAHAN SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL INTISARI ABSTRACT BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... i LEMBAR PENGABSAHAN...... ii SURAT PERNYATAAN......iii KATA PENGANTAR...... iv DAFTAR ISI...... vi DAFTAR GAMBAR...... x DAFTAR TABEL...... xiv INTISARI... xvii ABSTRACT...xviii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya Rivina Yukeiko

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui telah terjadi suatu pola perubahan pada unit hunian rumah susun sewa Sombo. Perubahan terjadi terutama pada penataan ruang hunian yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berbicara mengenai Kampung Kauman, tidak akan lepas dari identitasnya sebagai kampung santri. Dan dalam perkembangan permukimannya, kampung Kauman Surakarta membangkitkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1. Jenis penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti kasus sekelompok

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG S K RI P S I Untuk Memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan mengemukakan hal yang melatar belakangi pengambilan judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup yang menjadi batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Kota Pekalongan Perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia saat ini cukup pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja Rizky A. Achsani Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Kualitas pencahayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu isu yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah menyangkut fenomena daerah pinggiran kota dan proses perubahan spasial, serta sosial di daerah ini. Berawal

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PASCAHUNI

BAB V EVALUASI PASCAHUNI Eco Spatial Behavior Approach Of Settlement Occupancy 123 BAB V EVALUASI PASCAHUNI Snyder (1995) dan Laurens (2005), membagi evaluasi pascahuni menjadi tiga bagian, yaitu: 1) evaluasi teknis melalui penilaian

Lebih terperinci

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG 1 Ita Roihanah Abstrak Hunian merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari dasar kebutuhan hidup pertama manusia. Hunian berada pada

Lebih terperinci

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Ratna Puspitasari 1, Faza Wahmuda 2 Jurusan Desain Produk, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Email: ratna.puspitasari03@gmail.com

Lebih terperinci

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar TEMU ILMIAH IPLBI 203 Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar Umi Kalsum (), Syahriana Syam (2) () Prodi Pengembangan Wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung Badur merupakan permukiman yang berada di pinggiran sungai Deli di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun, Medan. Daerah pinggiran sungai, umumnya menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maupun kewajiban mereka didalam Pasar Beringharjo. Sikap ini meliputi sikap

BAB V PENUTUP. maupun kewajiban mereka didalam Pasar Beringharjo. Sikap ini meliputi sikap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Teritorial merupakan sikap bagaimana para pedagang berusaha melindungi hak maupun kewajiban mereka didalam Pasar Beringharjo. Sikap ini meliputi sikap kepada sistem teritori

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung Binar T. Cesarin Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal Ardian Hario Wibowo Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),

Lebih terperinci

EVALUASI KETERSEDIAAN RUMAH SUSUN SEWA TERHADAP PERTUMBUHAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN WAMEO KECAMATAN BATUPUARO

EVALUASI KETERSEDIAAN RUMAH SUSUN SEWA TERHADAP PERTUMBUHAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN WAMEO KECAMATAN BATUPUARO PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, 202-212 2016 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 EVALUASI KETERSEDIAAN RUMAH SUSUN SEWA TERHADAP PERTUMBUHAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN WAMEO KECAMATAN BATUPUARO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 131 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian Perkembangan Kualitas Permukiman ini dilakukan di Kampung Bratan, Kota Surakarta. Kampung Bratan terdiri dari dua RW, yaitu RW 01 dan RW 02.

Lebih terperinci