TESIS RA MODEL PERUMAHAN PRODUKTIF OLAHAN HASIL LAUT: SINERGI RUANG DOMESTIK DAN RUANG PRODUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TESIS RA MODEL PERUMAHAN PRODUKTIF OLAHAN HASIL LAUT: SINERGI RUANG DOMESTIK DAN RUANG PRODUKSI"

Transkripsi

1 TESIS RA MODEL PERUMAHAN PRODUKTIF OLAHAN HASIL LAUT: SINERGI RUANG DOMESTIK DAN RUANG PRODUKSI ADINDA SIH PINASTI RETNO UTAMI DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Happy Ratna S., M.Sc, Ph.D Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, Ph.D PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012/2013

2 [bab 1 pendahuluan] Silas (Silas, 2000) mengemukakan bahwa adanya rumah produktif telah menimbulkan beberapa konflik, salah satunya adalah timbulnya konflik ruang. tidak terlihat batas antara ruang untuk kegiatan domestik dan juga kegiatan ekonomi. Para pelaku kegiatan UBR juga tidak jarang memanfaatkan fasilitas umum seperti jalan untuk mengembangkan usaha mereka. Tidak efisiennya penggunaan sumber daya mengakibatkan polusi (Pallen, 2000:304). Kampung Sukolilo memiliki ketergantungan terhadap panas matahari untuk proses produksinya. Pemanfaatan energi surya pasif untuk proses pengeringan menghabiskan sebagian besar waktu produksi dan juga banyak menghabiskan tempat atau ruang-ruang di permukiman.

3 [bab 1 pendahuluan] Tabel 1.1 Level Kompleksitas Ruang dalam Penelitian RP 1 (Wijaya, 2003) RP 2 (Tutuko, 2004) RP 3 (Maninggar, 2010) RP 4 (Arifin dkk, 2012) Tempe Tenun Ikat Ikan asin Olahan hasil laut Aktifitas d/p d/p d/p d/p d/p Level Spb/pb - Pr/spr/spb/pb Pr/spr/p Pr/spr/spb/pb privasi Lokasi dl dl dl dl dl/lr RP Keterangan: RP: Rumah Produktif yang sedang diteliti d: ruang domestik p: ruang produksi pr: ruang privat spr: ruang semiprivat spb: ruang semipublik pb: ruang publik dl: ruang dalam lr: ruang luar Bagaimana usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat perumahan produktif olahan hasil laut di Kampung Sukolilo dalam menyinergikan ruang domestik dan ruang produksi? Bagaimana model perumahan produktif yang mampu menyinergikan ruang domestik dan ruang produksi?

4 [bab 2 kajian teori dan pustaka] Perumahan Produktif Perkembangan UBR UBR: Rumah sebagai Tempat Bekerja Kajian Teori dan Pustaka Dinamika, Sinergi, dan Organisasi Ruang dalam Perumahan Produktif Dinamika Ruang Sinergi Ruang Penggunaan Ruang Rumah Produktif berdasarkan Aktivitas Pembagian Ruang berdasarkan Lokasi Pembagian Ruang berdasarkan Tingkat Privasi Ruang Beragam Fungsi dan Teritori Ruang beragam fungsi: Multiple Use Space dan Konflik Ruang Teritori Pemanfaatan Energi Surya Pasif dalam Pengeringan Hasil Laut

5 [perumahan produktif] Perkembangan Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR) Peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan merupakan tujuan akhir dari sebuah proses yang dialami oleh keluarga (Setijanti dan Silas, 2000) UBR mampu mengurangi kemiskinan (Kellet dan Tipple, 2000:4), Laboratory for Housing and Human Settlement, 2002: 5), (International Forum on Urban Poverty, 1997) UBR: Rumah sebagai Tempat Bekerja Ciri pokok UBR: rumah dan keluarga sebagai modal (Silas, 2000:19) Adanya konflik yang diakibatkan UBR (Silas, 2000: 13)

6 [Dinamika, Sinergi, dan Organisasi Ruang dalam Perumahan Produktif] Space organisation is a manifestation of social interactions (Faqih, 2005:42) Dinamika Ruang Perubahan terjadi karena adanya dinamika (Hastijanti, 2012:6) Dinamika ruang sebagai perkembangan proses meruang merupakan akibat dari berkembangnya setiap individu di dalamnya (perkembangan kebutuhan ekonomi) Gambar 2.1 Diagram Sinergi Ruang dengan Pergantian Aktivitas Gambar 2.2 Diagram Sinergi Ruang dengan Ekspansi Sinergi Ruang sinergi merupakan pengoptimalan beberapa unsur untuk mecapai sebuah tujuan besar bersama Gambar 2.3 Diagram Sinergi Ruang dengan Aktivitas yang Dilakukan Bersamaan dalam Satu Ruang

7 [Dinamika, Sinergi, dan Organisasi Ruang dalam Perumahan Produktif] Penggunaan Ruang pada Rumah Produktif Berdasarkan Aktivitas Gambar 2.4 Diagramatik Rumah Produktif Tipe Campuran Gambar 2.5 (i) Diagramatik Tipe Berimbang A (ii) Digramatik Tipe Berimbang B Gambar 2.6 (i) Diagramatik Tipe Terpisah A (ii) Digramatik Tipe Terpisah B Penggunaan Ruang pada Rumah Produktif Berdasarkan Lokasi Gambar 2.7 Diagramatik Ruang Dalam dan Ruang Luar Penggunaan Ruang pada Rumah Produktif Berdasarkan Tingkat Privasi Jenis Ruang Kepemilikan Aksesibilitas Privat T T Semiprivat T L Semipublik B U Publik X U Keterangan: T: tertentu L: orang lain B: bersama atau beberapa pihak U: umum X: bukan milik bersama

8 [ruang dengan beragam fungsi dan teritori] When we think of spaces as units of control we have defined a territorial order (Habraken, 1984:16) Ruang dengan Beragam Fungsi: Multiple-use Space dan Konflik Ruang multiple uses di mana satu ruang digunakan untuk mewadahi fungsi yang berbeda secara bergantian (Kellet dan Tipple,2003) Konflik ruang merupakan sebuah keadaan dimana ruang mewadahi beragam fungsi dalam waktu yang bersamaan (Kellet dan Tipple,2003) Di Indonesia, orang menggunakan ruang di sekitar rumah dengan maksud dan tujuan untuk memperluas area kerja atau produksi mereka (Laboratory for Housing and Human Settlement, 2002:4-38) meningkatkan kefleksibelan tentang penataan ruang domestik (Laboratory for Housing and Human Settlement, 2002:4-21) Teritori Altman (Altman, 1980: 121) mendefinisikan bahwa teritori memiliki fitur-fitur sebagai berikut: Adanya kontrol dan kepemilikan dari sebuah tempat atau objek secara temporer atau permanen Tempat atau objek bisa kecil atau besar (sempit atau luas) Kepemilikan perseorangan atau grup Teritori dapat memiliki berbagai fungsi termasuk di dalamnya fungsi sosial (status, identitas, stabilitas keluarga) dan fungsi fisik (merawat anak, penyimpanan makanan) Teritori akan dipersonalisasi atau ditandai Pertahanan dapat mungkin terjadi ketika batas teritori (territorial boundaries) dilanggar. Rapoport : Fixed element Semi- fixed element Non- fixed element

9 Pemanfaatan Energi Surya Pasif dalam Pengeringan Hasil Laut Gambar 2.10 Pengeringan Ikan pada Level Tanah (Ground Level Drying) (Fisheries and Aquaculture Department, 1992) Gambar 2.11 Raised Rack Drying (Miles, 2009)

10 [bab 3 metodologi penelitian]

11 Tujuan/ Aspek Variabel Indikator Parameter Data Analisa Dinamika ruang domestik dan ruang produksi Sinergi ruang domestik dan ruang produksi Penggunaan ruang Tipe rumah produksi Perbandingan area domestik dengan area produksi Analisa pembagian ruang aktivitas Ruang dengan beragam Multiple used space (aktivitas) Analisa overlapping ruang fungsi Konflik ruang (aktivitas) Organisasi ruang ruang publik Analisa konektivitas ruang dan ruang semipublik ruang semiprivat ruang privat ruang dalam kedalaman ruang Analisa pembagian ruang aktivitas ruang luar Teritori Fixed element batas-batas masif ruang Analisa overlapping ruang semi-fixed element furniture dan olahan barang-barang yang digunakan sebagai batas non-fixed element peraturan yang belaku hubungan antara tetangga cara meminta ijin norma yang berlaku

12 [Bab 4 Tinjauan Perumahan Produktif Kampung Sukolilo] Gambar 4.1 Peta Lokasi Kawasan Penelitian

13 Gambar 4.2 Pandangan dari Jalan Utama Permukiman Kampung Sukolilo Gambar 4.3 Suasana Perumahan di Kampung Sukolilo

14 Gambar 4.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambar 4.6 Tipe Pengeringan yang Dilakukan

15 area langit-langit ruang keluarga dimanfaatkan untuk penjemuran pakaian Ruang keluarga juga dimanfaatkan untuk parkir kendaraan bermotor Bab 5 Sinergi Ruang Domestik dan Ruang Produksi Perumahan Produktif Kampung Sukolilo Partisipan 1: pengolah grago dengan lahan pribadi Ruang keluarga juga berupa ruang penyimpanan keperluan domestik dan keperluan produksi. Dapur dan kamar mandi sepenuhnya dipakai untuk aktivitas domestik. Ruang keluarga juga berupa ruang penyimpanan keperluan domestik dan keperluan produksi.

16 Partisipan 1: pengolah grago dengan lahan pribadi pembagian ruang berdasarkan aktivitas Lanjutan halaman sebelumnya Ruang domestik Ruang produksi privat Pembagian ruang berdasarkan aktivitas dibedakan menjadi ruang domestik dan ruang produksi. Terlihat pemisahan yang jelas antara ruang produksi dan ruang domestik. Hanya ada sedikit percampuran fungsi yaitu di ruang penyimpanan (P). pembagian ruang berdasarkan level privasi privat semiprivat publik semiprivat publik Overlapping pembagian ruang pada rumah partisipan Berdasarakan level privasi di area hunian, partisipan tidak memanfaatkan ruang publik di depan teras terbuka (TT). Hanya saja rak penjemuran partisipan (raised rack drying) menjulur hingga ruang publik. Teras terbuka (TT) dan teras (T) termasuk ke ruang semiprivat karena kepemilikan yang jelas dan tetangga-tetangga bebas untuk duduk atau pun mengakses ruang tersebut. Sedangkan ketika memasuki bangunan rumah, kesan privat langsung ada karena memang rumah terkesan tertutup. Untuk menerima tamu saja lebih banyak dilakukan di teras. Dilanjutkan di halaman selanjutnya

17 Partisipan 1: pengolah grago dengan lahan pribadi pembagian ruang berdasarkan lokasi Lanjutan halaman sebelumnya Ruang dalam Ruang luar Ruang dalam sepenuhnya dipakai sebagai ruang domestik oleh partisipan. Sedangkan ruang luar rumah (TT) dipakai sebagi ruang produksi. Selain TT, partisipan juga memakai ruang luar lain yang bukan miliknya yaitu jalan gang (ruang publik) dan teras terbuka pengolah lain. Diagram venn irisan ruang yang terjadi pada aktivitas partisipan Keterangan: Ruang berdasarkan aktivitas RD : ruang domestik RP : ruang produksi Ruang berdasarkan tingkat privasi RPr : ruang privat RSPr : ruang semiprivat RPb : ruang publik Ruang berdasarkan lokasi RDl : ruang dalam RL : ruang luar R : ruang orang lain (orang 1) R : ruang orang lain (orang 2)

18 Partisipan 1: pengolah grago dengan lahan pribadi Kode Hubungan Ruang Observasi A Tempat penyimpanan alat menangkap ikan yang menjadi satu dengan penyimpanan domestik B Hanya teras terbuka yang dimanfaatkan untuk media penjemuran olahan hasil laut Teras hanya untuk aktivitas domestik C Aktivitas produksi yang menempati jalan gang D Aktivitas produksi yang menempati ruang produksi orang lain. Dilakukan tanpa meminta ijin terlebih dahulu E Aktivitas produksi yang menempati ruang produksi dan juga meminjam alat produksi orang lain (mertua). Ruang produksi (penjemuran) Ruang produksi (proses) Ruang domestik Ruang produksi (penyimpanan)

19 Partisipan 2: pengolah grago di pengeringan umum

20 Partisipan 2: pengolah grago di pengeringan umum pembagian ruang berdasarkan aktivitas Lanjutan halaman sebelumnya Ruang domestik Ruang produksi pembagian ruang berdasarkan level privasi privat semiprivat publik privat semiprivat publik Overlapping pembagian ruang pada rumah partisipan Pembagian ruang berdasarkan aktivitas dibedakan menjadi ruang domestik dan ruang produksi. Terlihat pemisahan yang jelas antara ruang produksi dan ruang domestik. Percampuran fungsi antara domestik dan produksi ditemukan di teras. Selain itu, ruang produksi menyinggung jalan gang. Berdasarakan level privasi di area hunian, partisipan memanfaatkan ruang publik (X). Ruang publik berupa jalan gang dimanfaatkan oleh partisipan sebagai tempat penyimpanan jala. Teras dikategorikan menjadi ruang semiprivat karena beberapa orang bisa dengan bebas mengaksesnya. Teras ini juga memiliki hubungan langsung dengan teras rumah sebelah. Pada teras (T) terlihat aktivitas domestik dan produksi (penyimpanan peralatan dan perbaikan jala). Ruang tamu (RT) hingga kebelakang merupakan ruang privat. Penerimaan warga dan kegiatan bercengkerama lebih banyak terjadi di area teras Dilanjutkan di halaman selanjutnya

21 Partisipan 2: pengolah grago di pengeringan umum pembagian ruang berdasarkan lokasi Ruang dalam Lanjutan halaman sebelumnya Ruang luar Ruang luar yang dipakai oleh partisipan sebagai ruang produksi (proses) berada lebih kurang 130 m dari rumah partisipan. Selain ruang luar tersebut, partisipan juga melakukan ekspansi ruang produksi (penyimpanan alat) ke jalan gang tepat di depan rumah. Diagram venn irisan ruang yang terjadi pada aktivitas partisipan Keterangan: Ruang berdasarkan aktivitas RD : ruang domestik RP : ruang produksi Ruang berdasarkan tingkat privasi RPr : ruang privat RSPr : ruang semiprivat RSPb : ruang semipublik RPb : ruang publik Ruang berdasarkan lokasi RDl : ruang dalam RL : ruang luar R : ruang orang lain

22 Partisipan 2: pengolah grago di pengeringan umum Kode Hubungan Ruang Observasi A Teras menjadi ruang yang bebas diakses dan menjadi satu dengan teras rumah sebelah B Aktivitas memperbaiki jala melaut dilakukan di teras Penyimpanan jala dan peralatan produksi lainnya berada di teras C Adanya berbagi ruang (room sharing) yaitu kamar mandi dan ruang penyimpanan yang digunakan oleh kedua rumah (partisipan dan rumah saudara) D Penyimpanan peralatan produksi dan jala berada di tepi jalan gang tepat di depan rumah E Aktivitas produksi berada di ruang semipublik yang dikhususkan untuk menjemur (area penjemuran umum) Ruang produksi (penjemuran) Ruang produksi (proses) Ruang domestik Ruang produksi (penyimpanan)

23 Partisipan 3: pengolah tripang di rumah Penyimpanan yang memanfaatkan ruang sisa Dapur untuk produksi berada di dalam hunian Teras dipakai untuk ruang produksi Ruang tamu juga dimanfaatkan untuk parkir kendaraan bermotor

24 Partisipan 3: pengolah tripang di rumah pembagian ruang berdasarkan aktivitas publik Lanjutan halaman sebelumnya Ruang domestik Ruang produksi semiprivat Pembagian ruang berdasarkan aktivitas dibedakan menjadi ruang domestik dan ruang produksi. Terlihat pemisahan yang jelas antara ruang produksi dan ruang domestik. Percampuran fungsi antara domestik dan produksi ditemukan di tempat penyimpanan Selain itu, ruang produksi menyinggung jalan gang. pembagian ruang berdasarkan level privasi publik semiprivat privat privat Berdasarakan level privasi di area hunian, partisipan memanfaatkan ruang publik (X). Ruang publik berupa jalan gang dimanfaatkan oleh partisipan sebagai tempat penjemuran. Teras dikategorikan menjadi ruang semiprivat karena beberapa orang bisa dengan bebas mengaksesnya. Pada teras (T) terlihat aktivitas produksi (proses penggarapan kerupuk tripang). Ruang tamu (RT) hingga kebelakang merupakan ruang privat. Penerimaan warga dan kegiatan bercengkerama lebih banyak terjadi di area teras pada waktu aktivitas proses produksi. Dilanjutkan di halaman selanjutnya

25 Partisipan 3: pengolah tripang di rumah Lanjutan halaman sebelumnya Ruang dalam Ruang luar Ruang luar yang dipakai oleh partisipan sebagai ruang produksi (proses) berada tepat di depan rumah partisipan. Ekspansi ruang luar untuk proses produksi akan dilakukan apabila hasil tripang banyak dan membutuhkan area yang lebih luas untuk proses penjemuran. Pembagian ruang berdasarkan lokasi Diagram venn irisan ruang yang terjadi pada aktivitas partisipan Keterangan: Ruang berdasarkan aktivitas RD : ruang domestik RP : ruang produksi Ruang berdasarkan tingkat privasi RPr : ruang privat RSPr : ruang semiprivat RPb : ruang publik Ruang berdasarkan lokasi RDl : ruang dalam RL : ruang luar

26 Partisipan 3: pengolah tripang di rumah Kode Hubungan Ruang Observasi A Teras menjadi area produksi (proses) dengan aktivitas produksi dan juga aktivitas bersosialisasi. Selain itu, partisipan juga melakukan aktivitas menjemur pakaian di teras. B Adanya ruang penyimpanan yang mewadahi aktivitas produksi dan domestic C Pemanfaatan jalan gang sebagai area penjemuran Ruang produksi (penjemuran) Ruang produksi (proses) Ruang domestik Ruang produksi (penyimpanan)

27 Partisipan 4: lebih dari 1 UBR

28 Partisipan 4: lebih dari 1 UBR pembagian ruang berdasarkan aktivitas Lanjutan halaman sebelumnya Ruang domestik Ruang produksi Ruang UBR lain pembagian ruang berdasarkan level privasi Overlapping pembagian ruang Pembagian ruang berdasarkan aktivitas dibedakan menjadi ruang domestik dan ruang produksi. Banyak terlihat percampuran antara ruang domestik, ruang produksi, dan ruang usaha lainnya. Di samping itu, tidak banyak terlihat batas-batas antar ruang yang memisahkan ruang aktivitas. Berdasarakan level privasi di area hunian, partisipan memanfaatkan ruang publik (X). Ruang publik berupa jalan gang dimanfaatkan oleh partisipan sebagai tempat penyimpanan. Teras, dapur, toko, dan ruang keluarga dikategorikan menjadi ruang semiprivat karena beberapa orang bisa dengan bebas mengaksesnya. Para pembeli bisa dengan bebas masuk ke area semiprivate untuk membeli barang dagangan partisipan. Ruang privat dimulai dari ruang antara yang memisahkan ruang keluarga ke ruang penyimpanan dan kamar mandi. Lantai 2 sepenuhnya merupakan ruang privat. Dilanjutkan di halaman selanjutnya

29 Partisipan 4: lebih dari 1 UBR Pembagian ruang berdasarkan lokasi Ruang dalam Lanjutan halaman sebelumnya Ruang luar Ruang luar yang dipakai oleh partisipan sebagai ruang produksi yaitu untuk ruang penjemuran tripang. Ekspansi ruang luar yang dilakukan partisipan adalah ekspansi untuk memperluas ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan yang merupakan ekspansi ini berfungsi untuk menyimpan peralatan mencari ikan dan peralatan dapur. Diagram venn irisan ruang yang terjadi pada aktivitas partisipan Keterangan: Ruang berdasarkan aktivitas RD : ruang domestik RU : ruang UBR lainnya RP : ruang produksi Ruang berdasarkan tingkat privasi RPr : ruang privat RSPr : ruang semiprivat RPb : ruang publik Ruang berdasarkan lokasi RDl : ruang dalam RL : ruang luar

30 Partisipan 4: lebih dari 1 UBR Kode Hubungan Ruang Observasi A Dapur yang dipakai bergantian untuk domestik dan proses berdagang gorengan, es, dan juga bergantian dengan proses penggorengan kerupuk tripang Area penyimpanan yang dipakai untuk penyimpanan domestik dan bahan dasar untuk membuat barang dagangan Area ruang keluarga yang dipakai bersamaan ketika melakukan proses produksi dan juga kegiatan sosialisasi keluarga. B Area penyimpanan domestik yang menjadi satu dengan penyimpanan kerupuk tripang. Kamar mandi dimana area bawah atap digunakan untuk menyimpan alat produksi seperti ember. C Area penyimpanan alat domestik dan produksi di jalan gang Ruang produksi (penjemuran) Ruang produksi (proses) Ruang domestik Ruang produksi (penyimpanan)

31 Partisipan 5: pengolah terung

32 Partisipan 5: pengolah terung pembagian ruang berdasarkan aktivitas Lanjutan halaman sebelumnya Ruang domestik Ruang produksi pembagian ruang berdasarkan level privasi Overlapping pembagian ruang Pembagian ruang berdasarkan aktivitas dibedakan menjadi ruang domestik dan ruang produksi. Percampuran ruang domestik dan produksi hanya terjadi di area dapur dan di area publik. Berdasarakan level privasi di area hunian, partisipan memanfaatkan ruang semi publik (X). Ruang semipublik berupa teras terbuka dimanfaatkan oleh partisipan sebagai tempat penjemuran pakaian. Teras, dapur, dan ruang keluarga dikategorikan menjadi ruang semiprivat akses ini terbuka bagi orang yang datang ke rumah partisipan. Sedangkan untuk penyimpanan dan kamar dikategorikan privat dikarenakan terbatasnya akses menuju ruang tersebut. Dilanjutkan di halaman selanjutnya

33 Partisipan 5: pengolah terung Pembagian ruang berdasarkan lokasi Ruang dalam Lanjutan halaman sebelumnya Ruang luar Ruang luar yang dipakai oleh partisipan sebagai ruang produksi yaitu untuk ruang produksi dan penjemuran terung. Ekspansi ruang luar yang dilakukan partisipan adalah ekspansi untuk memperluas ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan yang merupakan ekspansi ini berfungsi untuk menyimpan peralatan mencari ikan. Diagram venn irisan ruang yang terjadi pada aktivitas partisipan Keterangan: Ruang berdasarkan aktivitas RD : ruang domestik RP : ruang produksi Ruang berdasarkan tingkat privasi RPr : ruang privat RSPr : ruang semiprivat RSPb : ruang semipublik RPb : ruang publik Ruang berdasarkan lokasi RDl : ruang dalam RL : ruang luar

34 Partisipan 5: pengolah terung Kode Hubungan Ruang Observasi A Kamar mandi menggunakan kamar mandi milik bersama B Ruang penyimpanan terung kering yang bercampur dengan penyimpanan bahan makanan domestik C Penjemuran pakaian di luar yang digantung pada alat penjemuran raised rack drying system D Partisipan menyewa ruang produksi untuk proses dan penjemuran dengan membayarkan biaya sewa. E Ada beberapa proses produksi dimana partisipan mengerjakannya di jalan gang (proses icak dan pencucian terung) Ruang produksi (penjemuran) Ruang produksi (proses) Ruang domestik Ruang produksi (penyimpanan)

35 [model dasar dan model khusus] Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3 Partisipan 4 Partisipan 5 Pengusaha grago dengan Pengusaha grago dengan ruang ruang produksi pribadi produksi umum Pengusaha tripang dengan ruang usaha pribadi kecuali penjemuran Pengusaha tripang menjalankan lebih dari 1 UBR Pengusaha kerupuk terung dengan rumah berstatus sewa Sinergi: Ekspansi ruang, Ruang multifungsi Aturann atau norma masyarakat, fleksibilitas Sinergi: Ekspansi ruang, Ruang multifungsi Aturan atau norma masyarakat, fleksibilitas ruang Sinergi: Ekspansi ruang, Ruang multifungsi Pergantian fungsi Aturann atau norma masyarakat, fleksibilitas Sinergi: Ekspansi ruang, Ruang multifungsi Pergantian fungsi Aturann atau norma masyarakat, fleksibilitas Sinergi: Ekspansi ruang, Ruang multifungsi Pergantian fungsi Aturann atau norma masyarakat, fleksibilitas

36 [model dasar dan model khusus] Matriks Hubungan Aktivitas Dasar dengan Pembagian Ruang Jenis Aktivitas R. Aktivitas R. Tingkat Privasi R. Lokasi RD RP RPr RSPr RSPb RPb RDl RL Sosialisasi Tidur Masak Jemur pakaian MCK penyimpanan Penerimaan mentah Pencucian Penataan Penjemuran Model khusus pengolah grago Matriks Hubungan Aktivitas Khusus dengan Pembagian Ruang Model khusus pengolah tripang P1 P2 P3 P4 P5 Aktivitas R. Aktivitas R. Tingkat Privasi R. Lokasi RD RP RUl RPr RSPr RSPb RPb RDl RL Pemilahan Pemilahan Menerima tamu Menyawut Menggoreng Menyawut Menggoreng Penyimpanan UBR lain Retail Pengolahan Penjualan Icak Pemotongan Pengerokan Penggorengan Model dasar Model khusus lebih dari 1 UBR Model khusus pengolah terung

37 [kesimpulan] Karakteristik Sinergi Ruang Perumahan Produktif Olahan Hasil Laut Dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal Dilakukan secara permanen maupun non permanen Ekspansi, ruang multifungsi Fleksibilitas ruang Aturan, tata krama, dan aturan Waktu model dasar Modal Dasar dan Modal Khusus Perumahan Produktif Olahan Hasil Laut Model perumahan produktif pada pengolah grago. Ruang luar memegang peranan yang penting dalam ruang produksi dikarenakan proses produksi bersifat basah. Model perumahan produktif pengolah tripang. Ada tambahan aktivitas produksi yaitu proses menggoreng yang juga membutuhkan ruang luar. Aktivitas tambahan pengolahan tripang masih dapat menggunakan ruang dalam bersifat semiprivat Model perumahan produktif dengan UBR lebih dari 1. Beberapa aktivitas tambahan diwadahi ruang dalam Ruang dalam yang lebih dalam dari teras masih memungkinkan untuk mewadahi aktivitas tersebut dikarenakan ruang yang dibutuhkan lebih luas (untuk UBR lain juga) Model perumahan produktif pengolah kerupuk terung. Ruang luar mengambil peranan penting karena proses produksi yang lama, rumit, dan membutukan alur pembuangan air limbah yang baik.

Metodologi Penelitian (RA ) : Ir. Purwanita Setijanti. M.Sc. Ph.D : Ir. Muhammad Faqih. M.SA.Ph.D. Bagoes Soeprijono Soegiono

Metodologi Penelitian (RA ) : Ir. Purwanita Setijanti. M.Sc. Ph.D : Ir. Muhammad Faqih. M.SA.Ph.D. Bagoes Soeprijono Soegiono TRANSFORMASI FUNGSI RUANG HUNIAN AKIBAT USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA Studi Kasus: Desa Jati Sumber, Kecamatan Trowulan. Kabupaten Mojokerto. Jawa-Timur. Metodologi Penelitian (RA 092304) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG Parada Ichwan Parnanda, Herry Santosa, Iwan Wibisono Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya.

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya. Rumah + Laundry : Strategi Privasi pada Ruang Tinggal dan Bekerja Renny Melina sebagai tempat beristirahat dan bersosialisasi di antara anggota keluarga. Ketika rumah tinggal juga dijadikan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RUANG PADA USAHA BATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO

PENGGUNAAN RUANG PADA USAHA BATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO PENGGUNAAN RUANG PADA USAHA BATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO Irma Fitriyani, Prof. Ir. Antariksa, MEng.,Ph.D, Dr. Lisa Dwi Wulandari, ST., MT Program Magister Teknik Arsitektur Lingkungan Binaan

Lebih terperinci

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Ratna Puspitasari 1, Faza Wahmuda 2 Jurusan Desain Produk, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Email: ratna.puspitasari03@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah produktif atau usaha yang berbasis pada rumah tangga di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Hal ini i sejal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah produktif atau usaha yang berbasis pada rumah tangga di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Hal ini i sejal JUDUL TESIS PERUBAHAN POLA TATANAN RUANG RUMAH TINGGAL SEBAGAI AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Studi Kasus : Pengrajin Logam Desa Ngingas g Kecamatan Waru -Sidoarjo TAUFIKURRAHMAN 3208 201 806 DOSEN

Lebih terperinci

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya G96 Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya Putu Dera Lesmana Prawibawa dan Happy Ratna Santosa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui telah terjadi suatu pola perubahan pada unit hunian rumah susun sewa Sombo. Perubahan terjadi terutama pada penataan ruang hunian yang

Lebih terperinci

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah Studi Kasus: Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung Tamiya M. Saada Kasman, Dewi R. Syahriyah, Sofian D. Ananto, M. Adib

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

Putriaz Rahmi Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia

Putriaz Rahmi Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia TRANSFORMASI DAN KEBUTUHAN RUANG YANG MENENTUKAN DESAIN LAYOUT PADA FUNGSI INDUSTRI SEPATU DALAM HUNIAN DKI JAKARTA (Studi Kasus: Industri Sepatu Dalam Hunian di Perkampungan Industri Kecil, Penggilingan)

Lebih terperinci

Siti Sarwati Departement of Architecture, Faculty of Engineering, University of Indonesia, Jalan, 16424, Depok, Indonesia

Siti Sarwati Departement of Architecture, Faculty of Engineering, University of Indonesia, Jalan, 16424, Depok, Indonesia PRODUKSI DAN REPRODUKSI RUANG SOSIAL DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK STUDI KASUS : PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK JALAN GANG AUT RT 04 RW 04 KELURAHAN GUDANG, BOGOR Siti Sarwati Departement of Architecture, Faculty

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL Kampung kota merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, di samping memiliki karakteristik kampung, namun memiliki karakteristik perkotaan. Kampung memiliki sifat rasa kekeluargaan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) G-58 Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa Laras Listian Prasetyo

Lebih terperinci

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Damianus Andrian 1 dan Chairil Budiarto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan Meirinda Putri Aristyani 1, Lisa Dwi Wulandari 2, Sri Utami 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. RINI SUGIARTI, S.Ars Gambar 10. Denah Dan Ukuran Bangunan Eksisting (Sumber : Data Penulis, 2017)

BAB III ANALISIS. RINI SUGIARTI, S.Ars Gambar 10. Denah Dan Ukuran Bangunan Eksisting (Sumber : Data Penulis, 2017) BAB III ANALISIS BAB III ANALISIS 3.1 ANALISIS BATAS DAN BENTUK TAPAK 3.1.1 Desain Eksisting Lahan dengan luas netto 445,5 m² seluruhnya di gunakan sebagai perancangan bangunan Rumah Kost tanpa Lahan Parkir.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permukiman Kumuh Berdasarkan Dinas Tata Kota DKI tahun 1997 dalam Gusmaini (2012) dikatakan bahwa permukiman kumuh merupakan permukiman berpenghuni padat, kondisi sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu :

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu : BAB IV ANALISA IV.1. Aspek Non Fisik IV.1.1 Analisa Kegiatan Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu : a) Kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA Susy Irma Adisurya Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti E-mail: susyirma@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENATAAN INTERIOR UNIT HUNIAN RUMAH SUSUN SEWA SURABAYA SEBAGAI HASIL DARI PROSES ADAPTASI BERDASARKAN PERILAKU PENGHUNI

PENATAAN INTERIOR UNIT HUNIAN RUMAH SUSUN SEWA SURABAYA SEBAGAI HASIL DARI PROSES ADAPTASI BERDASARKAN PERILAKU PENGHUNI PENATAAN INTERIOR UNIT HUNIAN RUMAH SUSUN SEWA SURABAYA SEBAGAI HASIL DARI PROSES ADAPTASI BERDASARKAN PERILAKU PENGHUNI Ratna Puspitasari 1 *, Muhammad Faqih 2, Happy Ratna Santosa 3 Pascasarjana Arsitektur,

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI Vijar Galax Putra Jagat P. 1), Murni Rachmawati 2), dan Bambang Soemardiono 3) 1) Architecture,

Lebih terperinci

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG 1 Ita Roihanah Abstrak Hunian merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari dasar kebutuhan hidup pertama manusia. Hunian berada pada

Lebih terperinci

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA 647 ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA SPATIAL ADAPTATION OF RESIDENT IN DABAG SIMPLE FLATS SLEMAN YOGYAKARTA Oleh: Muhamad Arif Afandi, Pendidikan Seni Rupa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA Yazid Dwi Putra Noerhadi 1, Antariksa 2, dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2

Lebih terperinci

Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif

Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif Imaniar S. Asharhani Program Studi Magister Arsitekur, SAPPK, ITB. Abstrak Dalam perkembangannya, rumah tidak lagi hanya sebagai hunian,

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Dari berbagai analisa dan uraian yang terkait dengan dinamika ruang publik eksklusif dan inklusif di permukiman masyarakat menengah ke bawah, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN. kebutuhan ruang, dan implementasi desain layout pada fungsi industri sepatu. dalam hunian terhadap transformasi dan kebutuhan ruang.

BAB 6 KESIMPULAN. kebutuhan ruang, dan implementasi desain layout pada fungsi industri sepatu. dalam hunian terhadap transformasi dan kebutuhan ruang. BAB 6 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini diperoleh beberapa pola transformasi bentuk yang terjadi pada objek penelitian yaitu industri sepatu dalam hunian, presentase analisa tatanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG S K RI P S I Untuk Memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Pengguna rusun adalah karyawan industri pabrik yang berada di sekitar lokasi dengan asumsi bahwa pembiayaan pembangunan rusun ditanggung oleh pemerintah yang bekerja

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA Analisa Tapak

BAB III ANALISA Analisa Tapak BAB III ANALISA 3. 1 Analisa Tapak 3. 1. 1 Tinjauan Umum Kawasan Kampung Pangumbahan berada di Jl. Cihampelas, kecamatan Bandung Wetan, kelurahan Tamansari. Merupakan daerah permukiman kumuh dengan tingkat

Lebih terperinci

Identifikasi Fungsi Pada Ruang Publik di Perumahan Mlaten Karya Thomas Karsten

Identifikasi Fungsi Pada Ruang Publik di Perumahan Mlaten Karya Thomas Karsten TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Fungsi Pada Ruang Publik di Perumahan Mlaten Karya Thomas Karsten Maria Damiana Nestri Kiswari (1), Riandy Tarigan (2) (1) Kota dan Permukiman, Program Studi Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Transformasi atau perubahan ruang komunal pada rumah susun berdasarkan kelebihan dan kekurangan pada rumah susun lain, sehingga didapat pola ruang komunal pada rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Asrama Mahasiswa Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah bangunan tempat tinggal bagi orang orang yang bersifat homogen. Misalnya, asrama mahasiswa, asrama

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA TATA RUANG RUMAH PRODUKTIF BATIK DI LASEM, JAWA TENGAH

IDENTIFIKASI POLA TATA RUANG RUMAH PRODUKTIF BATIK DI LASEM, JAWA TENGAH Etty R. Kridarso, Rumiati R. Tobing, Identifikasi Pola tata Ruang Rumah Produktif Batik di Lasem, Jawa Tengah IDENTIFIKASI POLA TATA RUANG RUMAH PRODUKTIF BATIK DI LASEM, JAWA TENGAH Etty R. Kridarso,

Lebih terperinci

KEPADATAN BANGUNAN TERHADAP

KEPADATAN BANGUNAN TERHADAP PENGARUH TATA LETAK MASSA DAN KEPADATAN BANGUNAN TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI PADA PERMUKIMAN NELAYAN Studi dikasus : Cumpat dan Greges Barat Krisna Dwi Handayani 320 820 4005 DOSEN PEMBIMBING Ir. I Gusti

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008-2009 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh Ujian Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA

RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA Wiwik Widyo Widjajanti 1, Syamsuri 2, Sulistyowati 3 Jurusan Arsitektur 1, Jurusan Teknik Mesin 2, Jurusan Sistem Informasi 3, ITATS Jalan Arief

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ 3306 100 086 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng Pratiwi Mushar (1), Victor Sampebulu (1) tiwiarch19@gmail.com (1) Labo bahan, struktur dan kontruksi

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Tamiya Miftau Saada Kasman Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB V. DUSUN SINGGAHAN (Unit Amatan 1) berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis, dimana batas-batas

BAB V. DUSUN SINGGAHAN (Unit Amatan 1) berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis, dimana batas-batas BAB V DUSUN SINGGAHAN (Unit Amatan 1) 5.1 Gambaran Umum Dusun Singgahan 5.1.1 Ruang Historis Perkembangan yang terjadi pada tiap dusun dikampung inggris berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis,

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWA DAN RUMAH KOST

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWA DAN RUMAH KOST BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWA DAN RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

Fasilitas Rumah Duka di Surabaya

Fasilitas Rumah Duka di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 25 (2013) 161-165 161 Fasilitas Rumah Duka di Surabaya Penulis Nadya Hartono dan Dosen Ir. St. Kuncoro Santoso, M.T. Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar tradisional di Kabupaten Jember menggunakan konsep extending tradisional. Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

personal space Teks oleh Indra Febriansyah. Fotografi oleh Fernando Gomulya.

personal space Teks oleh Indra Febriansyah. Fotografi oleh Fernando Gomulya. Area komunal (living room, dapur dan balkon) justru terletak di lantai 2 dengan bukaan yang besar menghadap ke vegetasi yang asri. Contemporarily Hidden tersembunyi di halaman yang asri. mungkin itu kalimat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (HBE) DI KECAMATAN SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON L2D

PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (HBE) DI KECAMATAN SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON L2D PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (HBE) DI KECAMATAN SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON L2D 005 366 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2 ISSN : 0853-2877 Konsep MODUL Pengolahan vol 16 NO Desain 1 Januari Rumah Juni Tumbuh 2016 KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2 1) Dosen Prodi Arsitektur

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN KONSEP

BAB V PENYUSUNAN KONSEP BAB V PENYUSUNAN KONSEP 5.1. MATRIKS ANALISA SWOT ( Tabel 5.1) Opportunity - PLPBK yang menjadikan permukiman pinggiran sungai menjadi lebih tertata berbasis komunitas - Akses dari jalan Kleringan depan

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN a. Property Size Bangunan Karst Research Center memiliki property size sebagaimana tertulis pada tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Property Size Karst Research Center Semi- Basement Ground Floor 1st Floor

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-48

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-48 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) F-48 Median Vertical Dwelling dan Horizontal Dwelling untuk Masyarakat Penggusuran Lidya Kartika dan Andy Mappajaya Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN BUATAN PADA PERILAKU MANUSIA

PENGARUH LINGKUNGAN BUATAN PADA PERILAKU MANUSIA PENGARUH LINGKUNGAN BUATAN PADA PERILAKU MANUSIA Pia Sri Widiyati Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain InterStudi Jl. Kapten Tendean No. 2 Kebayoran Baru Jakarta Selatan Abstrak Para ahli

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS Pertimbangan awal saat hendak mendesain kasus ini adalah : bahwa ini adalah sebuah proyek urban, proyek ini merupakan proyek bangunan publik, serta

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari PROGRAM RUANG A. Jenis 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari Toilet Pengrajin tempe dan tahu Buang air kecil dan besar Produksi

Lebih terperinci

TERITORI RUANG PADA RUMAH PRODUKTIF BATIK DI KAUMAN, PEKALONGAN JAWA TENGAH

TERITORI RUANG PADA RUMAH PRODUKTIF BATIK DI KAUMAN, PEKALONGAN JAWA TENGAH TERITORI RUANG PADA RUMAH PRODUKTIF BATIK DI KAUMAN, PEKALONGAN JAWA TENGAH Space Territory of Batik Productive House in Kauman, Pekalongan - Central Java Etty. R. Kridarso 1 1 Dosen Biasa Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

Hotel Resort Di Gunungkidul

Hotel Resort Di Gunungkidul BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Tapak Privat Semi Privat Publik Semi Publik Privat Semi Privat Privat Gambar 6.1. Konsep Tapak Pembagian tapak terbagi atas kebutuhan privasi tiap ruang berdasar kebutuhan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR. PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP HIJAB PADA RUMAH TINGGAL PERKOTAAN

PENERAPAN KONSEP HIJAB PADA RUMAH TINGGAL PERKOTAAN PENERAPAN KONSEP HIJAB PADA RUMAH TINGGAL PERKOTAAN Ronim Azizah Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417

Lebih terperinci

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan. Hasil ini berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA 21 Desember 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 2/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Umamah Al Batul 1 dan Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci